Tipitaka / Tripitaka Overview • Memperkenalkan isi kitab suci Agama Buddha yaitu Tipitaka, sejarah penulisan dan penyusunan Tipitaka, serta bagaimana mahasiswa menghadapi dinamika dan tantangan kitab suci Tipitaka. Objectives • Setelah menyelesaikan unit ini, mahasiswa mampu: • Menjelaskan isi kitab suci Tipitaka • Menjelaskan sejarah penyusunan dan penulisan kitab suci Tipitaka • Memahami dinamika dan tantangan yang dihadapi kitab suci Tipitaka Contents • Pengantar • Vinaya Pitaka • Sutta Pitaka • Abhidhamma Pitaka • Sejarah Penyusunan dan Penulisan Tipitaka • Dinamika dan Tantangan Kitab Suci Tipitaka Pengantar • Tipitaka (Pali) atau Tripitaka (Sansekerta) merupakan kitab suci agama Buddha yang berisi kumpulan ajaran Sang Buddha selama 45 tahun mengajarkan Dhamma. • Artinya “tiga keranjang” • Terdiri dari: • Vinaya Pitaka : berisi tata tertib bagi para bhikkhu/bhikkhuni • Sutta Pitaka : berisi khotbah-khotbah Sang Buddha • Abhidhamma Pitaka : berisi ajaran tentang metafisikan dan ilmu kejiwaan Vinaya Pitaka Vinaya Pitaka • Berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturanperaturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni • Selama 20 tahun awal pembabaran ajaran, Sang Buddha tidak menetapkan aturan untuk para Bhikkhu dan Bhikkhuni • Peraturan baru dibuat seiring munculnya kejadiankejadian yang melatarbelakanginya. • Terdiri dari 3 bagian : Sutta Vibhanga, Khandhaka, dan Arivara Sutta Vibhanga • Berisi peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni beserta kisah kejadian yang melatarbelakangi diterapkannya peraturan tersebut • Terdiri atas: • Bhikkhu Vibhanga : berisi 227 peraturan yang dibagi ke dalam 8 kelompok pelanggaran • Bhikkhuni Vibhanga : berisi 311 peraturan yang serupa bagi para bhikkhuni Sutta Vibhanga Kedelapan kelompok pelanggaran: 1) Empat Parajika 2) Tiga belas sanghadisesa 3) Tiga puluh nissagiya-pacittiya 4) Dua aniyata 5) Sembilan puluh dua pacittiya 6) Empat patidesaniya 7) Tujuh puluh lima sekhiyavatta 8) Tujuh adhikarana samatha Khandhaka Terbagi atas: • Mahavagga : berisi kisah kejadian pencapaian pencerahan, pembabaran pertama, pembentukan sangha, peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara pentahbisan bhikkhu • Culavagga : berisi peraturan-peraturan untuk menangani pelanggaran-pelanggaran Parivara • Memuat ringkasan dan pengelompokan peraturanperaturan vinaya yang disusun dalam bentuk tanya-jawab untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian. • Berfungsi sebagai panduan atas peraturan-peraturan vinaya. Sutta Pitaka Sutta Pitaka • Berisi khotbah Sang Buddha yang disampaikan dalam berbagai kesempatan • Bervariasi isinya karena disampaikan secara terpisah kepada orang-orang dengan kualitas pemahaman, situasi, dan kecenderungan yang berbeda • Terdapat khotbah yang ditujukan untuk para bhikkhu dan bhikkhuni dan terdapat pula khotbah untuk umat awam • Terbagi dalam 5 nikaya: Digha, Majjhima, Samyutta, Anguttara, dan Khuddaka Digha Nikaya • Terdiri atas 34 sutta yang berisi tentang kisah panjang • Dibagi dalam 3 vagga: 1) Silakkhandhagga Vagga : berisi tentang moralitas 2) Maha Vagga : berisi tentang khotbah panjang tentang aspek historis dan doktrin penting ajaran Buddha 3) Patika Vagga : berisi tentang berbagai topik panjang Majjhima Nikaya • Terdiri atas 152 sutta yang berisi tentang khotbahkhotbah menengah dan mencakup semua aspek ajaran Buddha • Dibagi dalam 3 pannasa: 1) Mulapannasa Pali 2) Majjhimapannasa Pali 3) Uparipannasa Pali Samyutta Nikaya • Terdiri atas 7.762 sutta • Dibagi menjadi 5 vagga utama dan 56 samyutta • Beberapa samyutta: • • • • • • • • • • Mara Bhikkhuni Brahma Sakka Nidana Samyutta Abhisamaya Khandha Samyutta Kilesa Vedana Citta Anguttara Nikaya • Terdiri atas 9.577 sutta • Terbagi atas 11 nipata yang disusun menurut urutan bernomor: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) Ekaka Nipata Duka Tika Catuka Pancaka Chakka Sattaka Atthaka Navata Dasaka Ekadasaka Khuddaka Nikaya • Terdiri atas 18 kitab yang mengandung berbagai topik • Khuddaka Patha • Dhammapada • Udana • Bodhi Vagga • Meghiya • Sonathera • Jaccandha • Pataligama • Jataka • Buddhavamsa • Cariyapitaka Abhidhamma Pitaka Abhidhamma Pitaka • Berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun secara analitis dan mencakup berbagai bidang, seperti ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika. • Terdiri atas 7 buah buku (pakara) : • Dhammasangani • Vibhanga • Dhatukatha • Puggalapannatti • Kathavatthu • Yamaka • Patthana Sejarah Penyusunan dan Penulisan Tipitaka Sejarah • Secara garis besar, terdapat dua versi Tipitaka, yakni Tipitaka dalam bahasa Pali dan Tripitaka dalam bahasa Sansekerta. • Tipitaka digunakan oleh aliran Theravada, sedangkan Tripitaka merupakan versi aliran Mahayana. • Kisah mengenai sejarah penyusunan hingga penulisan Tipitaka di antaranya dimulai dari diadakannya Sidang Sangha (Konsili) Pertama hingga Konsili Keempat. Konsili I • Diprakarsai oleh Y.A. Maha Kassapa Thera dengan dilatarbelakangi oleh ucapan Bhikkhu Subhada yang menganggap dengan Parinibbana-nya Sang Buddha, para bhikkhu bisa bebas dan tidak lagi perlu mengikuti aturanaturan dari Sang Buddha. Untuk menjaga keutuhan ajaran, Y.A. Maha Kassapa merasa perlu diadakan sidang untuk menghimpun dan mengulang kembali semua ajaran Sang Buddha. • Sidang diadakan 3 bulan setelah wafatnya Sang Buddha dan berlangsung selama 2 bulan di Goa Sattapani Rajagaha dengan disponsori oleh Raja Ajatasatu. Konsili I • Sidang dihadiri oleh 500 Arahat. • Y.A. Upali mengulang Vinaya Pitaka • Y.A. Ananda mengulang Sutta Pitaka. • Mengadili Y.A. Ananda atas beberapa kesalahan yang dilakukan selama mendampingi Sang Buddha. Konsili II • Sidang dipimpin oleh Y.A. Revata dan dihadiri 700 arahat. • Diadakan 100 tahun setelah Konsili I dan berlangsung selama 4 bulan di Vesali dengan disponsori oleh Raja Kalasoka. • Dilakukan pengulangan vinaya dan sutta. • Terjadi perbedaan penafsiran vinaya hingga terbagi menjadi dua aliran, yakni Mahasangika dan Staviravada yang nantinya merupakan cikal bakal aliran Mahayana dan Theravada sekarang. Konsili III • Sidang dipimpin oleh Bhikkhu Mogaliputta Tissa dan dihadiri oleh 1000 arahat. • Diadakan lebih kurang 230 tahun setelah sidang pertama dan berlangsung selama 9 bulan di Vihara Asokarama di Pataliputta dengan disponsori oleh Raja Asoka. • Tujuan sidang adalah untuk melindungi kemurnian ajaran. • Diulang ajaran Abhidhamma sehingga Tipitaka menjadi lengkap. Konsili IV • Dipimpin oleh Bhikkhu Rakkhita Mahathera dan dihadiri oleh 500 bhikkhu. • Diadakan lebih kurang 450 tahun setelah sidang pertama dan berlangsung selama 1 tahun di Vihara Aloka Sri Langka pada masa Raja Vattagamani Abhaya. • Tipitaka untuk pertama kalinya disalin di daun pohon palem. Demikianlah, ajaran Buddha yang selama ini diturunkan secara lisan akhirnya dituangkan ke dalam bentuk tulisan. • Perlu diketahui bahwa konsili keempat ini merupakan konsili yang diakui oleh aliran Theravada. Konsili IV • Sementara itu, aliran Sarvastivada (yang kemudian menjadi Mahayana) mengadakan konsili keempat di Jalandhar di bawah dukungan Raja Kushan, Kanishka I. • Konsili tersebut diadakan sekitar tahun 100 setelah Masehi dan dipimpin oleh Vasumitra. Konsili Selanjutnya • Konsili kelima dan keenam juga merupakan konsili yang hanya dihadiri bhikkhu aliran Theravada. Kedua konsili tersebut diadakan di Myanmar. • Pada dasarnya konsili tersebut hanya dihadiri bhikkhu dari Myanmar saja. • Salah satu hasil dari konsili kelima adalah diukirnya teks Tipitaka ke dalam 729 batu marmer dalam tulisan Myanmar pada tahun 1862. • Setiap batu terdiri atas 80 hingga 100 baris teks dan diukir menggunakan tinta emas. Dinamika dan Tantangan Kitab Suci Tipitaka Sekarang dan Masa Depan • Berbagai konsili yang sudah pernah diadakan pada dasarnya didorong oleh pemahaman pentingnya menjaga ajaran Buddha agar tetap murni dan otentik. • Konsili-konsili tersebut juga dilatarbelakangi oleh faktafakta sejarah waktu itu, yakni munculnya kejadian yang dianggap bisa merusak kemurnian Tipitaka. • Sebelum parinibbana, Sang Buddha memberitahu kepada Y. A. Ananda bahwa terdapat sila-sila kecil di dalam vinaya yang boleh dihapus. • Karena kesedihannya akan kondisi Sang Buddha, Y. A. Ananda tidak menanyakan mengenai sila kecil apa saja yang boleh dihapus setelah Sang Buddha parinibbana sehingga beliau diadili ketika konsili Sangha I. Sekarang dan Masa Depan • Untuk menjaga keutuhan Sangha, Y. A. Maha Kassapa memutuskan bahwa tidak ada sila dalam vinaya yang dihapus demi menjaga kemurnian dari Tipitaka itu sendiri. • Jika ada sila yang dihapus, tentu saja orang-orang akan terus berdebat mengenai sila mana saja yang akan dihapus dikarenakan perbedaan interpretasi vinaya. • Hingga saat ini, tidak ada satu pun vinaya yang diubah maupun dihapus karena tidak ada orang yang memiliki kewenangan untuk melakukannya. • Dengan wawasan tersebut, dapat dilihat bahwa Tipitaka dan ajaran Buddha juga akan menghadapi tantangantantangan yang baru. Summary • Tipitaka berarti tiga keranjang yang berisi kumpulan ajaran Sang Buddha. • Tipitaka terdiri dari Vinaya Pitaka (tata tertib bagi para bhikkhu/bhikkhuni), Sutta Pitaka (khotbah-khotbah Sang Buddha), dan Abhidhamma Pitaka (metafisikan dan ilmu kejiwaan) • Sejarah penyusunan hingga penulisan Tipitaka dimulai dari diadakannya Sidang Sangha (Konsili) Pertama hingga Konsili Keempat. • Untuk menjaga kemurnian ajaran Buddha, maka tidak ada vinaya yang diubah. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Buddha juga menghadapi tantangan.