Uploaded by Kelvin Chayadi

01 - Tipitaka

advertisement
Tipitaka / Tripitaka
Overview
• Memperkenalkan isi kitab suci Agama Buddha yaitu
Tipitaka, sejarah penulisan dan penyusunan Tipitaka,
serta bagaimana mahasiswa menghadapi dinamika dan
tantangan kitab suci Tipitaka.
Objectives
• Setelah menyelesaikan unit ini, mahasiswa mampu:
• Menjelaskan isi kitab suci Tipitaka
• Menjelaskan sejarah penyusunan dan penulisan kitab
suci Tipitaka
• Memahami dinamika dan tantangan yang dihadapi
kitab suci Tipitaka
Contents
• Pengantar
• Vinaya Pitaka
• Sutta Pitaka
• Abhidhamma Pitaka
• Sejarah Penyusunan dan Penulisan Tipitaka
• Dinamika dan Tantangan Kitab Suci Tipitaka
Pengantar
• Tipitaka (Pali) atau Tripitaka (Sansekerta) merupakan
kitab suci agama Buddha yang berisi kumpulan ajaran
Sang Buddha selama 45 tahun mengajarkan Dhamma.
• Artinya “tiga keranjang”
• Terdiri dari:
• Vinaya Pitaka : berisi tata tertib bagi para
bhikkhu/bhikkhuni
• Sutta Pitaka : berisi khotbah-khotbah Sang Buddha
• Abhidhamma Pitaka : berisi ajaran tentang metafisikan
dan ilmu kejiwaan
Vinaya Pitaka
Vinaya Pitaka
• Berisi hal-hal yang berkenaan dengan peraturanperaturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni
• Selama 20 tahun awal pembabaran ajaran, Sang Buddha
tidak menetapkan aturan untuk para Bhikkhu dan
Bhikkhuni
• Peraturan baru dibuat seiring munculnya kejadiankejadian yang melatarbelakanginya.
• Terdiri dari 3 bagian : Sutta Vibhanga, Khandhaka, dan
Arivara
Sutta Vibhanga
• Berisi peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan
bhikkhuni beserta kisah kejadian yang melatarbelakangi
diterapkannya peraturan tersebut
• Terdiri atas:
• Bhikkhu Vibhanga : berisi 227 peraturan yang dibagi
ke dalam 8 kelompok pelanggaran
• Bhikkhuni Vibhanga : berisi 311 peraturan yang
serupa bagi para bhikkhuni
Sutta Vibhanga
Kedelapan kelompok pelanggaran:
1) Empat Parajika
2) Tiga belas sanghadisesa
3) Tiga puluh nissagiya-pacittiya
4) Dua aniyata
5) Sembilan puluh dua pacittiya
6) Empat patidesaniya
7) Tujuh puluh lima sekhiyavatta
8) Tujuh adhikarana samatha
Khandhaka
Terbagi atas:
• Mahavagga : berisi kisah kejadian pencapaian
pencerahan, pembabaran pertama, pembentukan sangha,
peraturan-peraturan dan uraian tentang upacara
pentahbisan bhikkhu
• Culavagga : berisi peraturan-peraturan untuk menangani
pelanggaran-pelanggaran
Parivara
• Memuat ringkasan dan pengelompokan peraturanperaturan vinaya yang disusun dalam bentuk tanya-jawab
untuk dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.
• Berfungsi sebagai panduan atas peraturan-peraturan vinaya.
Sutta Pitaka
Sutta Pitaka
• Berisi khotbah Sang Buddha yang disampaikan dalam
berbagai kesempatan
• Bervariasi isinya karena disampaikan secara terpisah
kepada orang-orang dengan kualitas pemahaman, situasi,
dan kecenderungan yang berbeda
• Terdapat khotbah yang ditujukan untuk para bhikkhu dan
bhikkhuni dan terdapat pula khotbah untuk umat awam
• Terbagi dalam 5 nikaya: Digha, Majjhima, Samyutta,
Anguttara, dan Khuddaka
Digha Nikaya
• Terdiri atas 34 sutta yang berisi tentang kisah panjang
• Dibagi dalam 3 vagga:
1) Silakkhandhagga Vagga : berisi tentang moralitas
2) Maha Vagga : berisi tentang khotbah panjang tentang
aspek historis dan doktrin penting ajaran Buddha
3) Patika Vagga : berisi tentang berbagai topik panjang
Majjhima Nikaya
• Terdiri atas 152 sutta yang berisi tentang khotbahkhotbah menengah dan mencakup semua aspek ajaran
Buddha
• Dibagi dalam 3 pannasa:
1) Mulapannasa Pali
2) Majjhimapannasa Pali
3) Uparipannasa Pali
Samyutta Nikaya
• Terdiri atas 7.762 sutta
• Dibagi menjadi 5 vagga utama dan 56 samyutta
• Beberapa samyutta:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Mara
Bhikkhuni
Brahma
Sakka
Nidana Samyutta
Abhisamaya
Khandha Samyutta
Kilesa
Vedana
Citta
Anguttara Nikaya
• Terdiri atas 9.577 sutta
• Terbagi atas 11 nipata yang disusun menurut urutan
bernomor:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
Ekaka Nipata
Duka
Tika
Catuka
Pancaka
Chakka
Sattaka
Atthaka
Navata
Dasaka
Ekadasaka
Khuddaka Nikaya
• Terdiri atas 18 kitab yang mengandung berbagai topik
• Khuddaka Patha
• Dhammapada
• Udana
• Bodhi Vagga
• Meghiya
• Sonathera
• Jaccandha
• Pataligama
• Jataka
• Buddhavamsa
• Cariyapitaka
Abhidhamma Pitaka
Abhidhamma Pitaka
• Berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang disusun
secara analitis dan mencakup berbagai bidang, seperti
ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika.
• Terdiri atas 7 buah buku (pakara) :
• Dhammasangani
• Vibhanga
• Dhatukatha
• Puggalapannatti
• Kathavatthu
• Yamaka
• Patthana
Sejarah Penyusunan dan
Penulisan Tipitaka
Sejarah
• Secara garis besar, terdapat dua versi Tipitaka, yakni
Tipitaka dalam bahasa Pali dan Tripitaka dalam bahasa
Sansekerta.
• Tipitaka digunakan oleh aliran Theravada, sedangkan
Tripitaka merupakan versi aliran Mahayana.
• Kisah mengenai sejarah penyusunan hingga penulisan
Tipitaka di antaranya dimulai dari diadakannya Sidang
Sangha (Konsili) Pertama hingga Konsili Keempat.
Konsili I
• Diprakarsai oleh Y.A. Maha Kassapa Thera dengan
dilatarbelakangi oleh ucapan Bhikkhu Subhada yang
menganggap dengan Parinibbana-nya Sang Buddha, para
bhikkhu bisa bebas dan tidak lagi perlu mengikuti aturanaturan dari Sang Buddha. Untuk menjaga keutuhan
ajaran, Y.A. Maha Kassapa merasa perlu diadakan sidang
untuk menghimpun dan mengulang kembali semua
ajaran Sang Buddha.
• Sidang diadakan 3 bulan setelah wafatnya Sang Buddha
dan berlangsung selama 2 bulan di Goa Sattapani
Rajagaha dengan disponsori oleh Raja Ajatasatu.
Konsili I
• Sidang dihadiri oleh 500 Arahat.
• Y.A. Upali mengulang Vinaya Pitaka
• Y.A. Ananda mengulang Sutta Pitaka.
• Mengadili Y.A. Ananda atas beberapa kesalahan yang
dilakukan selama mendampingi Sang Buddha.
Konsili II
• Sidang dipimpin oleh Y.A. Revata dan dihadiri 700 arahat.
• Diadakan 100 tahun setelah Konsili I dan berlangsung
selama 4 bulan di Vesali dengan disponsori oleh Raja
Kalasoka.
• Dilakukan pengulangan vinaya dan sutta.
• Terjadi perbedaan penafsiran vinaya hingga terbagi
menjadi dua aliran, yakni Mahasangika dan Staviravada
yang nantinya merupakan cikal bakal aliran Mahayana
dan Theravada sekarang.
Konsili III
• Sidang dipimpin oleh Bhikkhu Mogaliputta Tissa dan
dihadiri oleh 1000 arahat.
• Diadakan lebih kurang 230 tahun setelah sidang pertama
dan berlangsung selama 9 bulan di Vihara Asokarama di
Pataliputta dengan disponsori oleh Raja Asoka.
• Tujuan sidang adalah untuk melindungi kemurnian
ajaran.
• Diulang ajaran Abhidhamma sehingga Tipitaka menjadi
lengkap.
Konsili IV
• Dipimpin oleh Bhikkhu Rakkhita Mahathera dan dihadiri
oleh 500 bhikkhu.
• Diadakan lebih kurang 450 tahun setelah sidang pertama
dan berlangsung selama 1 tahun di Vihara Aloka Sri
Langka pada masa Raja Vattagamani Abhaya.
• Tipitaka untuk pertama kalinya disalin di daun pohon
palem. Demikianlah, ajaran Buddha yang selama ini
diturunkan secara lisan akhirnya dituangkan ke dalam
bentuk tulisan.
• Perlu diketahui bahwa konsili keempat ini merupakan
konsili yang diakui oleh aliran Theravada.
Konsili IV
• Sementara itu, aliran Sarvastivada (yang kemudian
menjadi Mahayana) mengadakan konsili keempat di
Jalandhar di bawah dukungan Raja Kushan, Kanishka I.
• Konsili tersebut diadakan sekitar tahun 100 setelah
Masehi dan dipimpin oleh Vasumitra.
Konsili Selanjutnya
• Konsili kelima dan keenam juga merupakan konsili yang
hanya dihadiri bhikkhu aliran Theravada. Kedua konsili
tersebut diadakan di Myanmar.
• Pada dasarnya konsili tersebut hanya dihadiri bhikkhu
dari Myanmar saja.
• Salah satu hasil dari konsili kelima adalah diukirnya teks
Tipitaka ke dalam 729 batu marmer dalam tulisan
Myanmar pada tahun 1862.
• Setiap batu terdiri atas 80 hingga 100 baris teks dan
diukir menggunakan tinta emas.
Dinamika dan Tantangan
Kitab Suci Tipitaka
Sekarang dan Masa Depan
• Berbagai konsili yang sudah pernah diadakan pada
dasarnya didorong oleh pemahaman pentingnya menjaga
ajaran Buddha agar tetap murni dan otentik.
• Konsili-konsili tersebut juga dilatarbelakangi oleh faktafakta sejarah waktu itu, yakni munculnya kejadian yang
dianggap bisa merusak kemurnian Tipitaka.
• Sebelum parinibbana, Sang Buddha memberitahu kepada
Y. A. Ananda bahwa terdapat sila-sila kecil di dalam
vinaya yang boleh dihapus.
• Karena kesedihannya akan kondisi Sang Buddha, Y. A.
Ananda tidak menanyakan mengenai sila kecil apa saja
yang boleh dihapus setelah Sang Buddha parinibbana
sehingga beliau diadili ketika konsili Sangha I.
Sekarang dan Masa Depan
• Untuk menjaga keutuhan Sangha, Y. A. Maha Kassapa
memutuskan bahwa tidak ada sila dalam vinaya yang
dihapus demi menjaga kemurnian dari Tipitaka itu
sendiri.
• Jika ada sila yang dihapus, tentu saja orang-orang akan
terus berdebat mengenai sila mana saja yang akan
dihapus dikarenakan perbedaan interpretasi vinaya.
• Hingga saat ini, tidak ada satu pun vinaya yang diubah
maupun dihapus karena tidak ada orang yang memiliki
kewenangan untuk melakukannya.
• Dengan wawasan tersebut, dapat dilihat bahwa Tipitaka
dan ajaran Buddha juga akan menghadapi tantangantantangan yang baru.
Summary
• Tipitaka berarti tiga keranjang yang berisi kumpulan
ajaran Sang Buddha.
• Tipitaka terdiri dari Vinaya Pitaka (tata tertib bagi para
bhikkhu/bhikkhuni), Sutta Pitaka (khotbah-khotbah Sang
Buddha), dan Abhidhamma Pitaka (metafisikan dan ilmu
kejiwaan)
• Sejarah penyusunan hingga penulisan Tipitaka dimulai
dari diadakannya Sidang Sangha (Konsili) Pertama hingga
Konsili Keempat.
• Untuk menjaga kemurnian ajaran Buddha, maka tidak ada
vinaya yang diubah. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran
Buddha juga menghadapi tantangan.
Download