Uploaded by Muhammad Ikram

Rekam Medis Elektronik Serta Aspek Hukum yang Terkait

advertisement
Rekam Medis Elektronik Serta Aspek Hukum yang Terkait
OKTOBER 27, 2016I
MAMAFIFHIDAYAT.WORDPRESS.COM
REKAM MEDIS ELEKTRONIK
Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit Indonesia dimulai Tahun 1989 sejalan dengan adanya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.749a/Menkes/PER/XII/1989 tentang Rekam
Medis, yang mana pengaturannya masih mencakup rekam medis berbasis kertas (konvensional).
Rekam medis konvensional dianggap tidak tepat lagi untuk digunakan di abad 21 yang menggunakan
informasi secara intensif dan lingkungan yang berorientasi pada otomatisasi pelayanan kesehatan dan
bukan terpusat pada unit kerja semata. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) yang melanda dunia telah berpengaruh besar bagi perubahan pada semua bidang,
termasuk bidang kesehatan.
Hal ini sesuai dengan program yang direncanakan oleh pemerintah seperti tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2004 – 2009 yang menjelaskan bahwa “Arah kebijakan
Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi difokuskan pada enam bidang prioritas,
antara lain pengembangan teknologi dan informasi dan pengembangan teknologi kesehatan dan obatobatan. Salah satu penggunaan teknologi informasi (TI) di bidang kesehatan yang menjadi tren dalam
pelayanan kesehatan secara global adalah rekam medis elektronik.
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berkembang begitu pesat di berbagai sektor,
termasuk di sektor kesehatan. Salah satu pengaplikasiannya adalah rekam medis terkomputerisasi atau
rekam medis elektronik. Kegiatannya mencakup komputerisasi isi rekam kesehatan dan proses yang
berhubungan dengannya.
Penggunaan rekam medis elektronik sangat efisien dibandingkan dengan penggunaan rekam medis
kertas atau rekam medis manual. Perubahan dari rekam medis kertas ke rekam medis elektronik
karena fungsi utama dari rekam medis adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien.
Sayangnya, fungsi ini terbatas bagi rekam kesehatan format kertas yang memiliki banyak kelemahan.
Masalah mutu, standarisasi, batas waktu perolehan ataupun kecepatan penyelesaian pekerjaan.
Sebagai bandingan, Selain itu rekam kesehatan kertas juga rawan sobek, rentan air, minyak dan
mudah terbakar serta mudah lusuh akibat seringnya penggunaan di pelayanan kesehatan maupun
sering salah meletakkan atau hilang. Selain itu tidak dibenarkan dan bahkan menjadi sangat mahal
bila setiap rekaman dengan format kertas dibuatkan copy sebagai cadangan.Berbagai kelemahan –
kelemahan rekam kesehatan kertas tersebut yang membuat pihak rumah sakit mulai beralih
menggunakan rekam kesehatan elektronik yang lebih menguntungkan. Hal ini juga didukung oleh
kemajuan teknologi.
Rekam kesehatan elektronik adalah kegiatan komputerisasi isi rekam kesehatan dan proses
elektronisasi yang berhubungan dengannya. Elektronisasi ini menghasilkan sistem yang secara khusus
dirancang untuk mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan fasilitas bagi kelengkapan dan
keakuratan data, memberi tanda waspada, sebagai peringatan, tanda sistem pendukung keputusan
klinik dan menghubungkan data dengan pengetahuan medis serta alat bantu lainnya. Dasar hukum
yang mengatur rekam medis elektronik tercantum dalam Permenkes nomor
269/MENKES/PER/III/2008 pada pasal 2 yang berisi “(1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis,
lengkap, dan jelas atau secara elektronik (2) Penyelenggaraan rekam medis menggunakan teknologi
informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan sendiri.
Rekam medis elektronik merupakan catatan rekam medis pasien seumur hidup pasien dalam
format elektronik tentang informasi kesehatan seseorang yang dituliskan oleh satu atau lebih
petugas kesehatan secara terpadu dalam tiap kali pertemuan antara petugas kesehatan dengan klien.
Rekam medis elektronik bisa diakses dengan komputer dari suatu jaringan dengan tujuan utama
menyediakan atau meningkatkan perawatan serta pelayanan kesehatan yang efesien dan terpadu
(Potter & Perry, 2009).
Rekam Medis Elektronik bukanlah sistem informasi yang dapat dibeli dan di-install seperti paket
word – processing atau sistem informasi pembayaran dan laboratorium yang secara langsung dapat
dihubungkan dengan sistem informasi lain dan alat yang sesuai dalam lingkungan tertentu. Rekam
Medis Elektronik merupakan sistem informasi yang memiliki framework lebih luas dan memenuhi
satu set fungsi, menurut Amatayakul Magret K dalam bukunya Electronic Health Records: A
Practical, Guide for Professionals and Organizations harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Mengintegrasikan data dari berbagai sumber (Integrated data from multiple source).
Mengumpulkan data pada titik pelayanan (Capture data at the point of care).
Mendukung pemberi pelayanan dalam pengambilan keputusan (Support caregiver decision making).
Sedangkan, Gemala Hatta menjelaskan bahwa Rekam Medis Elektronik terdapat dalam sistem yang
secara khusus dirancang untuk mendukung pengguna dengan berbagai kemudahan fasilitas untuk
kelengkapan dan keakuratan data, memberi tanda waspada, peringatan, memiliki sistem untuk
mendukung keputusan klinik dan menghubungkan data dengan pengetahuan medis serta alat bantu
lainnya.
Hal- hal Yang Dapat Disimpan Dalam Rekam Medik Elektronik:
Teks (kode, narasi, report)
Gambar (komputer grafik, gambar yang di-scan, hasil foto rontgen digital)
Suara (suara jantung, suara paru)
Video (proses operasi)
Manfaat Rekam Medis Elektronik (EMR) memudahkan pekerjaan dokter dan kebutuhan pasien dalam
mendapatkan layanan medis. Hal ini meliputi kemudahan yang ditawarkan dalam sistem sejarah
rekam medis pasien, identifikasi dan penanggulangan penyakit, manajemen jadwal kunjungan pasien,
serta observasi indikator kesehatan pasien.
Selain itu rekam medis elektronik juga memiliki berbagai karakteristik yang dapat memberikan
manfaat, karakteristik tersebut antara lain:
Akses dapat di lihat dari berbagai tempat
Tampilan data dapat dilihat dari berbagai pendekatan
Data entry lebih terstruktur
Dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan
Mempermudah dalam analisis data
Mendukung pertukaran data secara elektronik dan pemanfaatan data secara bersama – sama ( data
sharing )
Dapat bersifat multimedia
Dari karakteristik diatas tersebut dapat memberikan tambahan manfaat laiinya yang menguntungkan
bahkan memudahkan petugas dalam memberikan pelayanan rekam medis. Adapun Manfaat dari
pelaksanaan rekam medis elektronik yang lainnya adalah:
Penelusuran dan pengiriman informasi mudah
Bisa dikaitkan dengan informasi diluar rumah sakit
Penyimpanan lebih ringkas, data dapat ditampilkan dengan epat sesuai kebutuhan
Pelaporan lebih mudah dan secara otomatis
Kualitas data dan standar dapat dikendalikan
Dapat diintegrasikan dengan perangkat lunak pendukung keputusan.
Lebih cepat dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada pasien
Keamanan data pasien yang berada di rumah sakit terjamin
Tidak membutuhkan kertas , sehingga dapat menghemat penggunaan kertas
Dapat melakukan copy cadangan informasi yang dapat diambil apabila terjadi kehilangan data yang
asli.
Dapat memproses data yang banyak dalam waktu yang singkat.
Dapat mengurangi medical error.
Sistem Data Klinis Rekam Medis Elektronik
Rekam medis masing – masing pasien
Isi rekam medik individual hendaknya mencerminkan sejarah perjalanan kondisi kesehatan pasien
mulai dari lahir sampai berlangsungnya interaksi mutakhir antara pasien dengan rumah sakit. Pada
umumnya struktur rekam medik individual ini terdiri dari daftar masalah sekarang dan masa lalu serta
catatan-catatan SOAP (Subjective, Objective, Assessment, dan Plan) untuk masalah-masalah yang
masih aktif.
Rangkuman data klinis untuk konsumsi manajer rumah sakit, pihak asuransi (data claim), kepala unit
klinis, dan institusi terkailt sebagai pelaporan. Suatu rangkuman data klinis yang penting misalnya
mengandung jumlah pasien rawat inap menurut cirri-ciri demografis, cara membayar, diagnosis dan
prosedur operatif.
Registrasi penyakit
Misalnya kanker, merupakan sistem informasi yang berbasis pada suatu komunitas atau wilayah
administratif, mencakup semua kejadian penyakit tertentu (misalnya segala jenis kanker) di antara
penduduk yang hidup d wilayah yang bersangkutan.
Data Unit Spesifik
Suatu sistem informasi mungkin diperlukan untuk mengelola unit tertentu di rumah sakit. Sebagai
contoh, unit – unit farmasi, laboratorium, radiology dan perawatan memerlukan data inventory bahanbahan habis pakai dan utilisasi jenis-jenis pelayanan untuk merencanakan dan mengefisienkan
penggunaan sumber daya.
Sistem kepustakaan medik dan pendukung pengambilan keputusan klinis
Untuk menunjang keberhasilan pelayanan klinis kepada pasien diperlukan sistem untuk mengarahkan
klinisi pada masalah spesifik, merekomendasikan keputusan klinis berbasis pada probabilitas kejadian
tertentu.
Paspor kesehatan (patient-carried records)
Rangkuman medik yang dibawa pasien memungkinkan pelayanan kesehatan darurat di tempat-tempat
yang jauh dari rumahnya. Rekam medik ini mungkin dalam bentuk kertas, microfiche atau smartcard
format. (Sabarguna, 2005)
KOMPONEN REKAM MEDIK ELEKTRONIK
Menurut Johan Harlan, komponen fungsional RME, meliputi:
Data pasien terintegrasi
Dukungan keputusan klinik
Pemasukan perintah klinikus
Akses terhadap sumber pengetahuan
Dukungan komunikasi terpadu
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang infrastruktur yang berkaitan dengan Rekam Medis
Elektronik meliputi:
Sistem administrasi
Finansial/keuangan
Data klinis dari unit-unit
Pengintegrasian data
Repository (gudang data) yang memusatkan data dari berbagai komponen lain atau cara lain untuk
mengintegrasikan data.
Rules Engine, yang menyediakan program logis yang dapat dipakai untuk menunjang keputusan
seperti; kewaspadaan dan pernyataan, daftar permintaan (order set) dan protokol klinis.
Pengambilan keputusan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
apapun termasuk memasukkan dan mengeluarkan data melalui: terminal komputer, komputer pribadi,
PC, Notebook, PDA, sistem pengenalan suara, tanda tangan, dll.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN REKAM MEDIK ELEKTRONIK
Kelebihan
Kepemilikan RME tetap menjadi milik dokter atau sarana pelayanan kesehatan seperti yang tertulis
dalam pasal 47 (1) UU RI Nomor 29 Tahun 2004 bahwa dokumen rekam medik adalah milik dokter
atau sarana pelayanan kesehatan, sama seperti rekam medik konvensional.
Isi rekam medik sesuai pasal 47 (1) UU RI Nomor 29 Tahun 2004 yang merupakan milik pasien dapat
diberikan salinannya dalam bentuk elektronik atau dicetak untuk diberikan pada pasien.
Tingkat kerahasiaan dan keamanan dokumen elektronik semakin tinggi dan aman. Salah satu bentuk
pengamanan yang umum adalah Rekam Medis Elektronik dapat dilindungi dengan sandi sehingga
hanya orang tertentu yang dapat membuka berkas asli atau salinannya yang diberikan pada pasien, ini
membuat keamanannya lebih terjamin dibandingkan dengan rekam medis konvensional.
Penyalinan atau pencetakan RME juga dapat dibatasi, seperti yang telah dilakukan pada berkas
multimedia (lagu atau video) yang dilindungi hak cipta, sehingga hanya orang tertentu yang telah
ditentukan yang dapat menyalin atau mencetaknya.
Rekam Medis Elektronik memiliki tingkat keamanan lebih tinggi dalam mencegah kehilangan atau
kerusakan dokumen elektronik, karena dokumen elektronik jauh lebih mudah dilakukan ‘back-up’
dibandingkan dokumen konvensional.
Rekam Medis Elektronik memiliki kemampuan lebih tinggi dari hal-hal yang telah ditentukan oleh
Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, misalnya penyimpanan rekam medis sekurangnya 5 tahun dari
tanggal pasien berobat (pasal 7), rekam medis elektronik dapat disimpan selama puluhan tahun dalam
bentuk media penyimpanan cakram padat (CD/DVD) dengan tempat penyimpanan yang lebih ringkas
dari rekam medik konvensional yang membutuhkan banyak tempat & perawatan khusus.
Kebutuhan penggunaan rekam medis untuk penelitian, pendidikan, penghitungan statistik, dan
pembayaran biaya pelayanan kesehatan lebih mudah dilakukan dengan Rekam Medis Elektronik
karena isi Rekam Medis Elektronik dapat dengan mudah diintegrasikan dengan program atau software
sistem informasi rumah sakit atau klinik atau praktik tanpa mengabaikan aspek kerahasiaan. Hal ini
tidak mudah dilakukan dengan rekam medis konvensional.
Rekam Medis Elektronik memudahkan penelusuran dan pengiriman informasi dan membuat
penyimpanan lebih ringkas. Dengan demikian, data dapat ditampilkan dengan cepat sesuai kebutuhan.
Rekam Medis Elektronik dapat menyimpan data dengan kapasitas yang besar, sehingga dokter dan
staf medik mengetahui rekam jejak dari kondisi pasien berupa riwayat kesehatan sebelumnya, tekanan
darah, obat yang telah diminum dan tindakan sebelumnya sehingga tindakan lanjutan dapat dilakukan
dengan tepat dan berpotensi menghindari medical error.
UU ITE juga telah mengatur bahwa dokumen elektronik (termasuk Rekam Medis Elektronik) sah
untuk digunakan sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum.
Kekurangan
Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medik kertas, untuk perangkat keras,
perangkat lunak dan biaya penunjang (seperti listrik).
Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem dan merancang ulang
alur kerja.
Konversi rekam medik kertas ke rekam medik elektronik membutuhkan waktu, sumber daya, tekad
dan kepemimpinan.
Risiko kegagalan sistem komputer.
Masalah keterbatasan kemampuan penggunaan komputer dari penggunanya.
Belum adanya standar ketetapan Rekam Medis Elektronik dari pemerintah
ASPEK HUKUM REKAM MEDIK ELEKTRONIK
Rekam medis merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penyelenggaraaan pelayanan kesehatan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan
kegiatan rekam medik. Dasar hukum pelaksanaan rekam medis elektronik disamping peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai rekam medik, lebih khusus lagi diatur dalam
Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis pasal 2 :
Rekam Medik harus dibuat secara tertulis lengkap, dan jelas atau secara elektronik,
Penyelenggaraan rekam medik dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur lebih
lanjut dengan peraturan tersendiri.
Selama ini rekam medik mengacu pada Pasal 46 dan Pasal 47 UU RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran dan Permenkes Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sebagai
pengganti dari Permenkes Nomor 749a/Menkes/PER/XII/1989. Undang Undang RI Nomor 29 Tahun
2004 sebenarnya telah diundangkan saat Rekam Medis Elektronik sudah banyak digunakan di luar
negeri, namun belum mengatur mengenai Rekam Medis Elektronik. Begitu pula Permenkes Nomor
269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis belum sepenuhnya mengatur mengenai Rekam
Medis Elektronik. Hanya pada Bab II pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa “Rekam medis harus dibuat
secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik”. Secara tersirat pada ayat tersebut
memberikan ijin kepada sarana pelayanan kesehatan membuat rekam medis secara elektronik (RME).
Sehingga sesuai dengan dasar-dasar di atas maka membuat catatan rekam medis pasien adalah
kewajiban setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan pemeriksaan kepada pasien baik dicatat
secara manual maupun secara elektronik.
Belum ada satu perundangan menyebutkan secara spesifik istilah rekam medis elektronik atau rekam
kesehatan elektronik. Ada berbagai perundangan yang sebenarnya berkaitan dengan keberadaan
Rekam Medis Elektronik tersebut. Beberapa perundangan tersebut adalah :
UU RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
UU RI Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
UU RI Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
UU RI Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
UU RI Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit
Permenkes Nomor 511 Tahun 2002 Tentang Strategi pengembangan SIKNAS dan SIKDA
Kepmenkes Nomor 844 Tahun 2006 Tentang Kodefikasi Data
Kepmenkes Nomor 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medik
Adanya Undang Undang baru tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada tahun 2008 ternyata
juga membantu untuk perkembangan RME di Indonesia sendiri, selain Undang – Undang ITE itu
sendiri, berbagai peraturan dan Undang Undang yang sudah dibuat sangat membantu dalam
pengelolaan Rekam Medis Elektronik itu sendiri, seperti dalam pasal 13 ayat (1) huruf b Permenkes
Nomor 269 tahun 2008 tentang pemanfaatan rekam medik “sebagai alat bukti hukum dalam proses
penegakkan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan
etika kedokteran gigi”. Karena rekam medik merupakan dokumen hukum, maka keaman berkas
sangatlah penting untuk menjaga keotentikan data baik Rekam Kesehatan Konvensional maupun
Rekam Medik Elektronik (RME). Sejak dikeluarkannya Undang-undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 telah memberikan jawaban atas keraguan yang ada. UU
ITE telah memberikan peluang untuk implementasi Rekam Medis Elektronik.
Rekam Medis Elektronik juga merupakan alat bukti hukum yang sah. Hal tersebut juga ditunjang
dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
10 dalam pasal 5 dan 6 yaitu:
Pasal 5 :
Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti
hukum yang sah.
Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku
di Indonesia.
Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem
elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalan Undang-Undang ini
Pasal 6 :
Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan bahwa
suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
dianggab sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin
keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan
FORM REKAM MEDIS ELEKTRONIK
Formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang untuk di isi dan merupakan dokumen yang
digunakan untuk merekam terjadinya transaksi pelayanan. Formulir merupakan media untuk mencatat
peristiwa yang terjadi dalam organisasi pelayanan kesehatan dalam bentuk catatan. Dalam arti sempit,
formulir dapat diarti kan sebagai bukti transaksi atau sering juga sisebut dokumen. Formulir adalah
lembaran atau surat yang harus diisi. Jenis formulir bermacam-macam, diantaranya formulir
pendaftaran, kartu keluarga, wesel pos, kartu pos, daftar riwayat hidup, selip tabungan dll.
Jadi desain formulir itu adalah proses produksi kreatifitas seseorang pada formulir berupa kertas atau
formulir elektronik dalam bentuk komunikasi visual yang mempunyai fungsi dan nilai estetika untuk
menyampaikan informasi atau pesan kepada setiap orang yang telah diatur formatnya sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan tertentu. Desain formulir adalah kegiatan merancang farmulir berdasarkan
kebutuhan pencatatan transaksi pelayanan atau pembuatan pelayanan atau pembuatan laporan
organisasi (Wahono,2010).
Berikut ini contoh Form Rekam Medis Elektronik dalam bentuk Visual Basic 6.0
rke
Tampilan data Pendaftaran Pasien
Sumber
http://aprillaadha.web.ugm.ac.id/2015/04/15/penggunaan-rekam-medis-elektronik/
http://dokumen.tips/documents/makalah-rekam-medik-elektronik.html#
http://medicalrecord09.blogspot.co.id/2009/12/rekam-medis-elektronik.html
https://rekmedugm.wordpress.com/2010/12/30/peraturan-terkait-rekam-medis-elektronik/
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008. Kesehatan Tentang Rekam Medis
http://www.bvk.co.id/artikel/berita/159-membangun-implementasi-rekam-medis-elektronik-rmeterintegrasi-di-rumah-sakit. diakses tanggal 10 Maret 2015
Gemala, Hatta. Rancangan Rekam Kesehatan Elektronik, Jakarta, Sub. Dit. Keterapian Fisik
Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medik Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI
http://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2014/05/PELAKSANAAN-REKAM-MEDIS
ELEKTRONIK-BERDASARKAN-PERMENKES.pdf di akses tanggal 15 Maret 2015.
Indonesia, UU No. 29 Tahun 2004 – Praktik Kedokteran, Pasal 46-47.
Krummen, M.S. The Impact of the Electronic Medical Record on Patient Safety and Care. Kentukcy:
College of Health Professions Highland Heights. 2010.
Indonesia, Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU. No. 11 Tahun 2008.
Download