Uploaded by Mansur Solichan

0311-Sejarah Kelahiran Filsafat Islam Bag 2

advertisement
Sejarah Filsafat Islam
Bag. 2
Oleh : Mansur
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Perkembangan
Filsafat Islam di
Barat
2. Asas Filsafat Islam
3. Objek Pembahasan
Filsafat dan Tujuan
Pengakajiannya
4. Metode apa yang
digunakan para
Filosof Islam
5. Bagaimana Hasil
Pembahasan Filsafat
Latar Belakang
•
Islam bukan hanya agama yang mengatur Syariah dan
Aqidah, lebih luas daripada itu Islam agama Tsaqofah wa alhadharah, yang puncaknya adalah tamaddun/berperadaban.
•
Uegene A. Myers dalam pendahuluan bukunya Arabic
Thought and the Western World in the Golden Age of
Islam (Zaman Keemasan Islam Para Ilmuan Muslim dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia Barat)
Islam hanya memerlukan waktu 100 tahun untuk dapat
menguasai sebuah empire yang terbentang dari Teluk
Biscay hingga Indus dan percabangan Cina serta laut
Aral hingga muara terakhir dari sungai Nil.
•
•
Tapi bukan hal itu yang menjadi titik bahasan lebih kepada
bagaimana Peradaban Barat yang mengalami kemunduran
dan sejak akhir abad ke-9 hingga abad ke-12, pengaruh
Islam dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Barat
sangatlah luar biasa. Periode 750-1400 M telah
memunculkan para ilmuan-ilmuan terkemuka dalam
sepanjang sejarah. Periode ini merupakan era pencerahan
(Enlightenment) bagi dunia sebelum adanya Renassance.
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM DI BARAT
• Perkembangan Islam di Barat tidak terlepas dari sejarah pemerintahan
Islam di Andalusia yang didirikan oleh abd al-Rahman al-Dakhil (w. 270
H/887 M) setelah melarikan diri kesana pada tahun 138 H/755 M.
• Abd al-Rahman bin al-Hakam I (w. 239 H/856 M), pengganti al-Dakhil
yang keempat, menurut laporan al-Suyuthi, merupakan orang yang
pertama kali membawa masuk filsafat ke Andalusia, Atas inisiatif alHakam II (al-Muntasir) (359-392 H/976-1009 M) karya-karya filsafat
dalam jumlah besar dibawa masuk dari Timur ke Barat,
• sehingga Cordoba dengan perpustakaan dan Universitasnya yang sangat
besar mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat kajian sains di Dunia
Islam.
• Ibn Bajah (478-503 H/1099-1124 M) dapat disebut sebagai tokoh sentral
filsafat di Barat, yang benar-benar merintis kajian Filsafat secara sistematik,
Beliau adalah seorang sarjana muslim di Barat yang hidup sezaman dengan
al-Ghazali (w.505 H/1126 M). Kesimpulan ini berdasarkan keterangan Ibn
Thufayl (w.581 H/1185 M) dalam pengantar risalah : Hayyi bin Yaqzan, yang
menyatakan bahwa di Andalusia belum pernah ada orang yang
berpengetahuan lebih mendalam, sahih dan jujur dari segi periwayatannya
dalam bidang filsafat selain Abu Bakar bin al-Sai’gh (Ibn Bajah).
• Filsafat Ibn Bajjah lebih banyak dipengarui unsur Platonisme dibanding
Aristotelenisme, hal ini bisa dilihat dari beberapa karnyanya yang lebih
mendukung pendangan Plato dibanding pandangan Aristotles, seperti
gagasan mengenai al-Madinah al-Kamilah (kota Sempurna) yang hampar
mirip dengan al-Madinah al-Fadilah (kota Unggul) karya al-Farabi, yang
mana pembahasan ini sudah pernah dibahas oleh Plato dalam Republic,
khusunya mengenai negara ideal dengan rajanya yang bijaksana (the
philosopher king)
• Setelah Ibn Bajjah, filosuf muslim yang kedua adalah Ibn
Tufayl, beliau dilahirkan di wilayah Granada sekitar tahun
506 H/1123 M, dengan nama Abu Bakar Muhammad bin
Abd al-Malik bin Tufayl. Beliau mengabdikan diri sebagai
dokter istana zaman Abu Ya’qub Yusuf al-Mansur II (546-567
H/1163-1184 M). Karyanya yang masih ada hingga sekarang
adalah Hayy bin Yaqzan fi Asrar al-Hikmah al-Masyriqiyyah,
yang merupakan ulasan dari karya Ibn Sina
• Setelah itu lahir Ibn Rusyd pada tahun 520 H/1137 M, atau
15 tahun setelah wafatnya al-Ghazali. tokoh yang kemudian
dibantahnya dalam :Tahafut al-Tahafud. Lahir di Cordoba
dengan nama Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin
Ahmad bin Rusyd, yang bergelar Abu al-Walid, beliau
seorang ahli filosuf dan ahli fiqih bermadzhab Maliki. Karyakaryanya dapat diklasifikasikan menjadi empat, tafsir dan
komentar, ringkasan, koleksi serta karya asli.
• Disamping itu Ibn Rusyd juga menulis buku yang
bertujuan untuk mengkompromikan antara agama dan
filsafat, yaitu Fasl al-Maqal Fima Baina al-Syari’ah wa alHikmah min al-Ittishal, yang secara mati-matian
berusaha mempertahankan kedudukan filsafat, dan
hubungannya dengan syariat
• Ibn Rusyd juga membantah bantahan Al-Ghazali
mengenai ma’ad (hari kembali di akhirat), yang
menurutnya filosuf yang boleh dikafirkan adalah filosof
yang mengingkari eksistensi ma’ad, bukan sifatnya, baik
berbentuk fisik maupun tidak, menurutnya jika
eksistensinya tetap diakui da diyakini, sedangkan sifatnya
ditakwilkan, baginya tidak ada masalah. Sebab, eksistensi
masih diyakini. beliau tetap mempertahankan pendapat
fisosuf sebelumnya bahwa yang mendapatkan azab dan
nikmat di akhirat adalah jiwa manusia, bukan jasadnya
•
َ ‫• َو‬
(78( ‫ي َر ِمي ٌم‬
ِ َ‫ب لَنَا َمث َ اًل َون‬
َ ‫ض َر‬
َ ‫ي َخ ْلقَهُ ۖ قَا َل َمن يُحْ ِيي ا ْل ِع َظا َم َو ِه‬
َ ‫س‬
(79) ‫ق َع ِليم‬
ٍ ‫• قُ ْل يُ ْح ِيي َها الَّذِي أَنشَأَهَا أ َ َّو َل َم َّرةٍ ۖ َو ُه َو ِب ُك ِل خ َْل‬
• Artinya : Dan ia pula lupakan keadaan Kami menciptakannya sambil
ia bertanya “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-tulang
yang telah hancur seperti debu? “Katakanlah
(Muhammad):”Tulang-tulang yang hancur itu akan dihidupkan oleh
Tuhan yang telah menciptakannya pada awal mula wujudnya; dan
Ia Maha Mengetahui akan segala keadaan makhluk-makhluk (yang
diciptakannya) (Surat Yasin, 36:78-79)
• Ayat ini jelas membuktikan kebangkitan manusia di akhirat secara
fisik, bukan hanya jiwanya saja. Ketika tulang-tulang yang menjadi
bagian dari tubuh yang berserakan itu dikembalikan oleh Allah
seperti sedia kala.
• Beliau meninggal pada tahun 600 H/1217 M, dan dikenang sebagai
komentator agung filsafat Yunani, khususnya karya Aristoteles.
Kesimpulan Penulis
• Kesimpulan penulis kebangkitan keilmuan dalam suatu negeri tidak bisa
terlepas dari peran dan konsentrasi pemerintah dalam
mengembangkannya, baik dari sisi penelitian maupun sarananya.
• Dalam dunia keilmuan (penelitian, pemahaman konsep dan
aktualisasinya) perbedaan pemahaman adalah satu keniscayaan.
• Hal ini bisa menjadi inspirasi buat kita, Lewat karya Ilmiah al-Ghozali
maupun Ibn Rusyd menuangkan sanggahannya lewat karya tulisan
• Memperkaya khazanah keilmuan
ASAL FILSAFAT
• Ibn Sina: hikmah menurut Ibn Sina merupakan hasil berfikir
(shina’ah al-nazr)
• Harun Nasution : intisari dari falsafat adalah berfikir
menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat)
pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalamdalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
• Filsafat Agama mengandung arti membahas dasar-dasar
agama secara analitis dan kritis, dengan maksud untuk
menyatakan kebenaran ajaran-ajaran Agama, atau
sekurang-kurangnya menjelaskan bahwa yang diajarkan
agama tidaklah mustahil atau bertentangan dengan ag
KESIMPULAN
Asas filsafat adalah akal, Sebab hikmah yang ingin
diraih dalam berfilsafat adalah kongklusi akal,
kesimpulan ini juga dapat dibuktikan dari
pemikiran
al-Farabi
mengenai
rasionalitas
pemikiran filsafat juga dari pendirian Ibnu Rusyd
mengenai perlunya menakwilkan makna nash
syara’ yang secara eksplisit kontradiksi dengan
akal.
PENGETAHUAN ?
• Pengetahuan pada hakikatnya adalah keadaan
mental (mental state). Mengetahuai sesuatu
itu; dengan kata lain menyusun gambaran
dalam akal tentang fakta yang ada diluar akal.
Persoalannya disini apakah gambaran itu
sesuai dengan fakta atau kenyataan atau
tidak? Apakah gambaran itu benar? Atau
apakah gambaran itu dekat kepada kebenaran
atau jauh dari kebenaran (Harun Nasution)
Menurut Ibn Sina
• Roh manusia (al-nasf al-natiqah, ‫)النفس الناطقة‬
mempunyai dua daya, praktis (‘amilah, ‫)عاملة‬
dan teoritis (‘alimah, ‫ نظرية‬,‫)عالمة‬.
• Daya praktis hubungannya dengan badan,
• Daya teoritis dengan hal-hal yang abstrak.
Daya teoritis mempunyai 4 tingkatan:
1. Akal material (al-‘aql al-hayulani, ‫ ) العقل الهيوالني‬yang
semata-mata mempunyai potensi absolut untuk berfikir
secara abstrak;
2. Akal malakah (al-‘aql bi al-malakah, ‫ ) العقل بالملكة‬yang
telah mulai dilatih untuk berfikir secara abstrak;
3. Akal actual (al-‘aql bi al-fi’l, ‫ ) العقل بالفعل‬yang telah dapat
berfikir secara abstrak;
4. Akal perolehan (al-‘aql al-mustafad, ‫ ) العقل المستفاد‬yang
telah dapat berfikir secara abstrak tanda daya upaya. Akal
ini telah terlatih begitu rupa sehingga hal-hal yang
abstrak selamanya terdapat didalamnya. Dan akal inilah
yang dapat memperoleh pancaran ilmu pengetahuan
yang berasal dari Akal Aktif (al-‘aql al-fa’al, ‫)العقل الفعال‬.
Akal aktif ini disebut juga roh setia (al-ruh al-amin, ‫الروح‬
‫ )األمين‬dan roh suci (ruh al-quds, ‫)روح القدس‬
SIFAT MANUSIA
ْ ‫يرا ِمنَ ْال ِج ِن َو‬
‫نس ۖ لَ ُه ْم قُلُوب َّال يَ ْفقَ ُهونَ ِب َها َولَ ُه ْم‬
ِ ‫اْل‬
ً ‫• َولَقَ ْد َذ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َك ِث‬
ِ
‫ْص ُرونَ ِب َها َولَ ُه ْم آ َذان َّال يَ ْس َمعُونَ ِب َها ۚ أُو َٰلَئِ َك َك ْاأل َ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم‬
‫أ َ ْعيُن َّال يُب‬
ِ
(al-a’raf 179( َ‫ض ُّل ۚ أُو َٰلَ ِئ َك ُه ُم ْالغَا ِفلُون‬
َ َ‫أ‬
• Sifat seseorang bergantung pada roh mana dari ketiga
macam roh mana dari ketiga macam roh, tumbuhtumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh
pada dirinya. Jika roh tumbuh-tumbuhan dan binatang
yang berpengaruh pada dirinya, maka orang itu dekat
menyerupai binatang. Tetapi jika roh manusia yang
mempunyai pengaruh atas dirinya, maka orang itu
dekat menyerupai malaikat dan dekat pada
kesempurnaan
Akal menurut Alquran
• Sebagai perbandingan penulis menghadirkan pandangan
mufassir tentang definisi Akal, dengan mengutip
pendapatnya M. Quraish Shihab dalam bukunya Dia di
mana-mana, yang menjelaskan definisi akal sebagai berikut
“akal adalah utusan kebenaran, ia adalah kenderaan
pengetahuan, serta pohon yang membuahkan istiqamah
dan konsistensi dalam kebenaran, oleh sebab itu manusia
baru menjadi manusia jika ada akalnya. akal bukan hanya
sekedar daya berfikir, tetapi gabungan dari sekian daya
dalam diri manusia, yang menghalanginya terjerumus
dalam dosa dan kesalahan, Karena itulah dinamai dalam alQuran Aql yang secara harfiah berarti tali yang mengikat
manusia dan menghalanginya terjerumus dalam dosa,
pelanggaran dan kesalahan.
Ayat al-Quran
,‫• وقالوا لو كنا نسمع أو نعقل ما كنا فى أصحاب السعير‬
‫فاعترفوا بذنبهم فسحقا ألصحاب السعير‬
• Artinya : Dan mereka berkata sekiranya kami mendengarkan guna
menarik pelajaran atau berakal yakni memiliki potensi yang dapat
menghalangi kami terjerumus dalam dosa, niscaya tidaklah kami
termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. Demikianlah
dengan ucapan itu mereka mengakui secara sungguh-sunggu dosa
mereka pada saat tidak lagi berguna pengakuan dan penyesakan,
maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyalanyala (QS. al-Mulk [67]
Objek Pembahasan Filsafat
• Menurut al-Farabi objek pembahasan filsafat
adalah al-maqulat (pernyatan-pernyataan,
yang berisi bahan (matter) secara mutlak.
tanpa disebutkan mana yang pertama dan
mana yang tidak, serta mana yang daruri dan
tidak.
• Menurut Ibn Sina objek pembahasan filsafat,
berdasarkan pembagian hikmah beliau,
seperti berikut :
Hikmah Teoritis : 3 bidang:
• Perkara yang batasan dan eksistensinya berkaitan dengan
bahan-bahan yang mempunyai jisim dan gerak, seperti jism
binatang, empat unsur (air, udara, api dan tanah) bentukan
dari kempat unsur serta keadaan khas yang dihasilkannya,
seperti gerak dan diam, pembentukan dan perusakan,
perubahan dan kemustahilan, kebangkitan, kekuatan dan
mekanisme, yang dari semua tadi menghasilkan ini, serta apa
yang menyerupainya. Semuanya ini dikaji dalam ilmu fisika.
• Perkara yang eksistensinya berkaitan dengan bahan dan gerak,
sedangkan batasannya tidak berkaitan dengan keduanya,
seperti segi empat dan lingkaran, juga seperti bilangan dan
perbagai cirinya. Semuanya dikaji dalam matematika.
• Perkara yang eksistensi dan batasannya tidak memerlukan
bahan dan gerak, baik berbentuk zat, seperti zat Tuhan, atau
sifat-sifat, seperti satu dan berbilang sebab dan akibat, bagian
yang keseluruhan, sempurna dan kurang maupun yang lain.
Semuanya ini dikaji dalam bidang metafisika.
Hikmah Praktis 3 bidang
• Perkara yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
seharusnya akhlak dan perbuatan manusia sehingga
hidupnya di dunia dan di akhirat dapat menjadi bahagia.
• Perkara yang digunakan untuk mengetahui bagaimana
seharusnya pengaturan rumah; antara diri seseorang denga
istri, anak dan budaknya, sehingga keadaannya teratur dan
mampu membawa kebahagiaan.
• Perkara yang digunakan untuk mengetahui ragam politik,
kepemimpinan, organisasi politik yang unggul dan rendah,
serta bagaimana cara masing-masing diwujudkan, juga
mengenai sebab-sebab kemusnahannya; kadangkala
berkaitan dengan pemerintah, kenabian dan syariat
Tujuan Pengkajian Filsafat Islam
• Tujuan yang ingin dicapai dalam kajian kefilsafatan adalah untuk
mendapatkan kebahagiaan yang abadi di akhirat, kebahagiaan tersebut
dapat diraih dengan hikmah, yaitu dengan mengetahui kebenaran (‘ilm alhaq) ataupun melaksanakan kebaikan (‘amila al-khayr) atau yang bisa
disebut teoritis dan praktis. Hikmah itu sendiri menurut Ibn Sina hasil
berfikir dan kajian (sina’ah al-nazr
• Masih menurut Ibn Sina tujuan yang ingin diraih dalam filsafat teoritis
adalah memperoleh keyakinan mengenai kondisi wujud, yang
eksistensinya tidak berkaitan dengan perbuatan manusia, melainkan untuk
memperoleh pandangan teoritis semata, seperti teologi. Sedangkan
tujuan filsafat praktis bukan untuk memperoleh keyakiyan mengenai
wujud melainkan aplikasi teori, agar dapat menemukan mana yang baik,
jadi, filsafat praktis bukan untuk memperoleh pandangan teoritis semata,
sebaliknya memperoleh pandangan teoritis untuk diaplikasikan, karena itu
tujuan filsafat teoritis adalah kebenaran (al-Haq), sdangkan filsafat praktis
adalah kebaikan (al-Khyr)
Metode Filsafat Islam
• Sebagaimana difahami sebelumnya bahwa tujuan
dari filsafat adalah untuk memperoleh hikmah,
yang mana menurut Ibn Sina hikmah merupakan
hasil berfikir (sina’ah al-Nazr), dank arena hikmah
ini merupakan pengetahuan, dimana dalam
pendangan pengetahuan fisosof muslim, ia tidak
terlepas dari dua kemungkinan: tashawwur
(gambaran) dan tashdiq (pembenaran) dari sini
dapat disimpulkan bahwa metode filsafat Islam
adalah
Mantiqiyyah (logika-silogisme)
• Istiqro’ (induksi) adalah metode menarik suatu
kesimpulan atau hukum yang diawali dari bagian
khusus untuk dijadikan sebagai alat menarik
kesimpulan atau hukum yang secara umum
(menyeluruh) berlaku bagi semua bagian-bagian
khusus tersebut.
• Contoh Aristoteles adalah manusia, setiap
manusia pasti pernah salah, maka Aristoteles
pasti pernah salah.
• Pembagian dalam Istiqro’ ada dua, yaitu Istiqro’
Tam dan Istiqro’ Naqish.
Istiqro’ Tam
• Tamm (sempurna): Ialah metode berfikir induktif
yang diawali dengan hal-hal yang khusus untuk
menentukan suatu status hukum secara umum
dan dalam relitasnya, hukum umum tersebut
berlaku bagi hukum-hukum yang sejenis.
• Misalnya: Manusia adalah hewan dan pasti akan
mati; singa juga hewan dan ia pasti akan mati;
kelinci juga hewan, dan ia pasti akan mati; jadi
semua hewan pasti akan mati
Istiqro’ Nasqish
• Naqis (tidak sempurna) Adalah metode berfikir induktif
yang dimulai dengan hal-hal yang umum untuk
menetukan status hukum secara umum, tetapi nilai
kebenaran natijahnya relatif meyakinkan. Tingkatannya
hanya sampai dhonniyyah saja.
• Misalnya: Perak jika dipanaskan, akan memuai, Besi
jika dipanaskan, akan memuai, Emas jika dipanaskan,
akan memuai, Tembaga jika dipanaskan, akan memuai,
Timah jika dipanaskan, akan memuai, Jadi: Semua
benda padat jika dipanaskan, akan memuai.
Qiyas ‘aqliy (Inggris: analogical
reasoning)
• Bentuk pengambilan kesimpulan dengan
membandingkan persamaan antara yang
belum diketahui dengan yang telah diketahui,
dan selanjutnya menarik kesimpulan darinya.
Menurut al-Farabi, qiyas yang menghasilkan
keyakiyan tersebut disebut burhan,
• Ibn Rusyd telah menyebut minimal ada empat
: al-Qiyas al-Burhani, al-Qiyas al-Jadali, alQiyas al-Khitabi dan al-Qiyas al-Mughalati.
al-Qiyas Burhani (analogi demostratif):
• Analogi yang menentukan keabsahan
kesimpulan berfikir berdasarkan premispremis yang benar atau diterima, yang
seakan-akan benar
• Misalnya: Setiap manusia akan mati, maka
Socrates akan mati, al-Farabi akan mati
• Misalnya: Alam adalah seluruh eksistensi
selain Allah, dan selain eksistensi yang ada
adalah baru, maka alam adalah baru
al-Qiyas al-Jadali (analogi dialektika)
• Analogi yang disusun berdasarkan premispremis yang popular.
• Misalnya: Kezaliman adalah tindakan tercela,
dan tindakan tercela adalah bentuk tindakan
kriminalitas
al-Qiyas al-Khitabi (analogi retorika):
• Analogi yang premis-premisnya bersifat
spekulasi atau dapat diterima, yang berasal
dari seseorang yang boleh dipercaya, seperti
pemimpin ulama dan sebagainya. Misalnya
film porno membahayakan khalayak ramai,
dan apa yang membahayakan khalayak ramai
wajib diberantas, maka film porno wajib
diberantas.
al-Qiyas al-Mughalati (analogi falasi):
• Analogi yang disusun dengan susunan premispremis yang manipulative dan menyesatkan.
• Misalnya Islam tidak mengajarkan sekularisasi,
sekularisasi juga bukan praktek Islam, maka
orang Islam tidak layak dicap sekular.
Ta’wil (penakwilan) :
•
Ta’wil (penakwilan) : Bentuk pengambilan kongklusi dengan cara mengeluarkan indikasi
lafaz (dalala al-lafz) dari bentuk pemaknaannya yang hakiki kepada bentuk kiasan (almajazi).
•
Dengan cara ini indikasi lafaz tersebut tetap tidak terlepas dari tradisi kebahasaaraban,
seperti menyebut sesuatu dengan padanan, sebab, akibat atau yang lain. Menurut Ibn
Rusyd, jika kesimpulan syara’ secara eksplisit kontradiksi dengan kongklusi logic, maka
kesimpulan syara’ harus ditakwilkan mengikuti makna implisitnya (batin).
•
Contoh kesimpulan ayat al-Quran yang secara eksplisit menyatakan , bahwa Allah
menciptakan langit dan bumi, dimana singgasana-Nya berada diatas air. Ayat ini
dengan jelas menunjukkan, bahwa Allah adalah pencipta, Tetapi, oleh Ibn Rusyd ayat
tersebut ditakwilkan dengan menyatakan bahwa Allah tidak menciptakan langit dan
bumi dalam keadaan kosong sama sekali (ma’a al-adam al-mahd).
•
Hanya saja, metode yang terakhir ini hanya digunakan oleh filosuf muslim, seperti
pendahulunya Ibn Rusyd, misalnya Ibn Sina ketika mentakwilkan Allah adalah cahaya
langit dan bumi, dengan takwilan bahwa Allah adalah kebaikan dengan itu sendiri, dan
Dia menjadi sumber dari segala kebaikan
Hasil Pembahasan Filsafat
• Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, murid Ibn
Taymiyyah, dengan tegas menolak aggapan
bahwa konglusi filsafat merupakan pemikiran.
Sebaliknya ia hanyalah fantasi para filosof.
• Bahkan, sikap yang lebih drastis ditunjukkan oleh
Ibn Khaldun, yang menganggap kongklusi
kefilsafatan tersebut sebagai kesimpulan yang
batil, karena:
• Para filosof, secara umum telah menyandarkan
seluruh eksistensi kepada akal, yang dengan jelas
adalah batil. Sebab, wilayah eksistensi tersebut
lebih luas dibanding dengan kapasitas akal itu
sendiri.
• Untuk menguatkan kesimpulan diatas, menurut al-Ghazali,
kekacauan mantiq bisa terjadi karena faktor premis, mungkin
karena tidak memenuhi syarat, atau karena faktor dan sistemnya,
misalnya:
Premis mayor: seluruh makhluk hidup diciptakan berpasang-pasangan.
Premis minor: malaikat adalah makhluk hidup
Kongklusi: malaikat diciptakan berpasang-panganan (terdiri dari lakilaki dan perempuan)
• Susunan premis seperti ini jelas menimbulkan pertanyaan. Sebab
objek premis yang kedua adalah objek metafisika. Pertanyaannya
adalah bagaimana mungkin malaikat dapat disusun dalam susunan
makhluk hidup yang nampak, sehingga dapat dibuktikan bahwa
malaikat juga berpasang-pasangan sama seperti makhluk hidup
yang lain? ini jelas merupakan fantasi, yang berangkat dari aksiden
yang sama, dimana kedudukan malaikat sama-sama sebagai
makhluk hidup yang diciptakan Allah.
Kesimpulan al-Ghazali
• al-Ghazali berkesimpulan, bahwa kongklusi
filsafat Islam tersebut harus dibedakan menjadi
tiga:
Pertama: bagian yang wajib dikafirkan
Kedua: bagian yang wajib dibid’ahkan
Ketiga: bagian yang pada asalnya tidak perlu
dinafikan.
• Ketiga-tiga bagian ini kemudian beliau uraikan
menjadi ilmu matematika, ilmu logika, ilmu fisika,
ilmu matematika, ilmu politik dan ilmu akhlak
‫وهللا أعلم بالصواب‬
Tugas kita sebagai ulu al-albab, adalah
bersungguh-sunguh dalam
mencari/menemukan kebenaran.
Kebenaran yang hakiki hanya milik Allah
SWT, sebagai kebenaran muthlak
Download