Learning Objects 4 Penatalaksanaan Malnutrisi By: Suhartomi dan Zsa Zsa Ranty Terapat 4 fase penatalaksanaan malnutrition: 1. Stabilisasi Memulihkan pasien dari tanda-tanda bahaya sehingga pasien bisa menjalani fase berikutnya 2. Transisi Pada fase ini ada fase penyesuaian untuk menigkatkan kalori agar pasien bisa menerima asupan kalori yang mulai tinggi 3. Rehabilitas Fase ini pasien akan dipulihkan dari keadaan yang sakit seperti lemas atau sejenisnya kekedaan normal lagi di fase ini mulai ditampakkan mobilitas pasien mulai meningkat 4. Tindak Lanjut Fase ini dilanjutkan di rumah dan posyandu agar anak tidak mengalami rebound atau menglami kemunduran kea rah malnutrisi kembali. Dalam empat fase tersebut terdapat 10 langkah utama diantaranya: 1. Atasi/cegah hipoglikemia 2. Atasi/cegah hipotermia 3. Atasi/cegah dehidrasi 4. Perbaiki gangguan elektrolit 5. Obati Infeksi 6. Perbaiki def. Nutrien mikro 7. Beri makana stab & trans 8. Makanan Tumbuh Kejar (fase rehabilitasi) 9. Stimulasi 10. Siapkan tindak lanjut Dalam menentukan kebutuhan gizi yang kita hitung adalah makronutrien dan mikronutrien: 1. Kita harus menghitung : a. Energi(kkal) b. Protein (gr) c. Cairan d. Mikronutrien: Fe, Vit. A, Vitamin lain seperti vit c, b kompleks, dll, serta Mineral lainnya 2. Tentukan jumlah masing-masing nutrisi yang dibutuhkan dan penggunaan formula yang sering fi pakai 3. Jadwalkan Makanan yang harus diberikan Penjelasan lebih lanjut mengenai langkah-langkah menentukan diet Berikut Kebutuhan Nutrien yang dibutuhkan: No Zat Gizi Stabilisasi Transisi Rehabilitasi 1 Energi 80-100 kkal/kgBB/hari 100-150 kkal/kgBB/hari 150-220 kkal/kgBB/hari 2. Protein 1-1,5 gram/kgBB/hari 2 – 3 gram/kgBB/hari 3 – 4 gram/kgBB/hari 3. Cairan 130 ml/kgBB/hari atau 100 ml/kgBB/hari jika edema berat(+++)ditandai ascites Min: 150 ml/kgBB/hari 150-200 ml/kgBB/hari Max:220 ml/kgBB/hari Beri tiap hari selama 4 mgg untuk umur 6 bln-5 tahun 4. Fe Tidak diberi Fe 5. Vitamin A < 6 bln membutuhkan 50.000 SI 6-11 bln membutuhkan 100.000 SI 1-5 tahun membutuhkan 200.000 SI 6. Mikronutrient lain Disesuaikan Terdapat 3 jenis Pola diet yang sering digunakan untuk menu diet bagi penderita malnutrition: 1. Formula WHO yang terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan jumlah kalorinya yaitu: a. F-75 mengandung 75 kalori b. F-100 mengandung 100 kalori c. F-135 mengandung 135 kalori 2. Formula WHO modifikasi di Indonesia formulanya sama dengan F-75 modifikasi, F-100 modifikasi, dan F-135 Modifikasi 3. MODISCO(modified disco) merupakan menu diet yang ditemukan oleh May dan Whitehead pada tahun 1973, dan pernah dipakai untuk penanganan malnutrition di afrika(Uganda) MODISCO 1/2 mengandung 50 kalori MODISCO I mengandung 100 kalori MODISCO II mengandung 120 kalori MODISCO III mengandung 140 kalori Pada penentuan pola makan juga dilakukan peningkatan pada batas maksimal jumlah kalori atau cairan jika ketika pemberian terjadi diare, muntah, atau sejenisnya yang menyebabkan makan tidak terkonsumsi. Fase Waktu pemberian Menu Diet 1-2 hari Stabilisasi 3-4 hari 5-7 hari Frekuensi 12 x F-75/modifikasi/MODISCO 1/2 8x 6x Transisi 8-14 hari F-100/modifikasi/MODISCO1/2 6x F-135/modifikasi/MODISCO III 3x Rehabilitasi Tambahan: 2-6 mgg 3x Jika BB < 7 kg Makanan Bayi/makanan lumat Sari buah 1x F-135/modifikasi/MODISCO III 3x Rehabilitasi Tambahan: 2-6 mgg Jika BB < 7 kg 3x Makanan bayi/ makanan lumat Buah 1-2 x Kebutuhan akan cairan , perlu diingat jika setiap makan pasti minum!!! Fase Jumlah cairan setiap minum menurut BB anak *) Stabilisasi jika ada edema berat (+++) Jumlah cairan minimal: BB x 150 mL/ kgBB/ hari Jumlah cairan maksimal: BB x 220 ml/ kgBB/hari Jumlah perfrekuensi makan: Jumlah minimal/ frekuensi makan dalam sehari Stabilisasi jika tidak ada edema Jumlah minimal: 80% x jumlah maksimal Jumlah cairan maksimal: 130ml/ kgBB/ hari Jumlah perfrekuensi makan: Jumlah maksimal/frekuensi makan dalam sehari Transisi Jumlah cairan minimal: BB x 150 mL/ kgBB/ hari Jumlah cairan maksimal: BB x 220 ml/ kgBB/hari Jumlah perfrekuensi makan: Jumlah minimal/ frekuensi makan dalam sehari (Pasti dibagi 6) Rehabilitasi **) 4 kg membutuhkan 90 Ml 6 kg membutuhkan 100 ml 8 kg membutuhkan 150 ml 10 kg membutuhkan 175 ml *) perlu diingat untuk jumlah cairan yang dibutuhkan setiap frekuensi makan berada dalam bilangan bilangan bulat kelipatan 5 **) sari buah diberika sebesar 100 ml untuk setiap kali pemberian(kira-kira setengah dari air mineral gelasan) Monitoring evaluasi Jika berat badan pada akhir fase atau setiap minggu tidak mengalami kenaikan > 5 g/kgBB/hari atau >50 g/kgBB/ hari maka pola diet yang diberikan harus di ubah dengan meningkatkan ke jumlah maksimalnya karna mungkin asupan gizi yang diberikan kurang atau karna masalah GI tract (Gunakan formula rendah laktosa) maka bisa mengganti menu diet karna ada lebih dari satu kriteria menu diet yang tersedia Berdasarkan scenario: Umur anak: 4 tahun dengan berat 10 kg tinggi badan 0,95 Meter dan ditemukan edema tapi bukan edema berat masih merupakan edema ringan(+) a. Jumlah Kalori yang dibutuhkan: Fase stabilisasi : 10 x 100 kkal/kgBB/hari = 1000 kkal/hari Fase transisi : 10 x 150 kkal/kgBB/hari = 1500 kkal/hari Fase Rehabilitasi : 10 x 220 kkal/kgBB/hari = 2200 kkal/hari b. Jumlah Protein: Fase stabilisasi : 10 x 1.5 gr/kgBB/hari = 15 gram/hari Fase transisi : 10 x 3 gr/kgBB/hari = 30 gram/hari Fase Rehabilitasi : 10 x 4 gr/kgBB/har i= 40 gram/hari c. Jumlah cairan: Fase stabilisasi : Jumlah minimal : 80% x 1300 ml/hari = 1040 ml/ hari Jumlah maksimal : 10 x 130 ml/ kgBB/ hari = 1300 ml/ hari Jumlah perfrekuensi : Hari 1 – 2 : 1300 / 12 ml = 108.33 dibulatkan 110 ml Hari 3 – 4 : 1300/ 8 ml = 162.5 dibulatkan 160 ml Hari 5 - 7 : 1300/ 6 ml = 216.67 dibulatkan 220 ml Fase transisi : Jumlah minimal : 10 x 150 ml/ kgBB/ hari = 1500 ml/ hari Jumlah maksimal : 10 x 220 ml/ kgBB/ hari = 2200 ml/ hari Jumlah perfrekuensi : Maksimal : 2200/ 6 ml = 366.67 dibulatkan 365 ml Minimal : 1500/ 6 ml = 250 ml Fase rehabilitasi : BB 10 kg maka jumlah cairan harus 175 ml d. Perbaikan gizi mikro terutama Vit. A: 200.000 SI Maka, Pola diet yang harus dijalani anak tersebut (dianggap setiap selesai fase menunjukan perbaikan yang bagus): 1. Fase stabilisasi Hari 1-2 = F-75 : 12 x 110 ml Hari 3-4 = F-75 : 8 x 160 ml Hari 5-7 = F-75 : 6 x 220 ml Pemberian Vit. A sebesar 200.000 SI Pemberian cairan, jangan berikan obat diuretic untuk mengurangi edema 2. Fase Transisi F-100 : 6 x 250 ml Pemberian Vit. A dilanjutkan jika bitot spot tidak hilang Pemberian cairan, jangan berikan obat diuretic untuk mengurangi edema 3. Fase rehabilitasi F-135: 3 x 175 ml =135 x 3 kkal = 405 kkal sedangkan jarak antara kalori harian yang dibutuhkan dengan Formula yang ada tidak sesuai maka makanan tambahan harus mengandung kalori sisahnya= 2200 – 405 kkal= 1795 kkal serta pemberian sari buah 100 ml setiap harinya Lanjutkan jika memang penyakit mata tidak sembuh rujuk pasien ke dokter mata tanpa melepas pola dietnya. Kriteria pasien yang boleh dipulangkan: 1. Selera makan membaik 2. Perbaikan kondisi mental 3. Aktifitas motorik anak membaik 4. Suhu tubuh normal 5. Tidak mengalami muntah atau diare 6. Tidak ada edema 7. BB membaik 8. Status gizi > 3 SD 9. Ibu atau keluarga pasien mampu membuat dan member makan kepada bayi dengan benar Hal- hal penting yang harus diperhatikan: 1. Jangan berikan Fe sebelum minggu ke-2. 2. Jangan berikan cairan IV kecuali syok atau dehidrasi berat 3. Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi 4. Jangan berikan diuretic pada pasien kwashiorkor Penindakan Lanjut agar pasien tidak terjangkit lagi: a. Rumah tangga Berikan makan yang beragam dengan porsi yang sedikit tapi dengan frekuensi sering, pastikan pasien rutin melakukan imunisasi dasar dan konsumsi vit. A setiap 6 bulan dengan penyesuaian dosis terhadap umurkemudian sarankan kunjungan kembali: Bulan I : 1x /mgg Bulan II : 1x/ 2 mgg Bulan III-VI :1x/bulan b. Posyandu Pasien yang malnutrisi yang telah pulih dalam tindak lanjut harus secara runtin dibawa ke Posyandu untuk ditimbang dan mengisi KMS jika terjadi tanda-tada gizi buruk dapat diberi PMT-P(Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan) yang mengandung 350 kkal, dan 15gramprotein yang dibut dari makanan sehari-hari. Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2011. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk Buku I. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI. 2011. Bagan Tatalaksana Gizi Buruk Buku II. Jakarta: Direktorat Bina Gizi