Uploaded by Andy Tangkilisan

Eksposisi Belgic Confession: Doktrin Gereja

advertisement
STT Reformed Indonesia
Ecumenical Creeds and Reformed Confessions
Yuzo Adhinarta, Ph. D
EKSPOSISI BELGIC CONFESSIONS:
DOKTRIN GEREJA
Oleh
Andy Tangkilisan
Jakarta
08 12 17
EKSPOSISI BELGIC CONFESSION:
DOKTRIN GEREJA
Belgic Confession (Confessio Belgica; selanjutnya disebut CB) yang disusun
dalam bahasa Perancis pada 1561 adalah ekspresi iman pribadi seorang pastor dan
teolog di masa tatkala gereja Reformed di Netherlands mengalami penganiayaan. Saat
itu kelompok Protestan menjadi minoritas dan berada dalam persekusi dan tekanan,
serta berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dari Spanyol. Sejarawan
menyebutkan Guido de Brès, seorang pelayan firman Allah di Valenciennes sebagai
penyusun awal naskah konfesi ini.1 Saat itu, Netherlands berada di bawah kekuasaan
Philip II dari Spanyol yang juga menjadi Kaisar Roma Suci. Akan tetapi, penduduk
Netherlands terbuka terhadap ajaran Reformasi. Di daerah ini, ada suara-suara yang
menentang misa, doa bagi orang mati, penjualan indulgensi, dan beberapa hal yang
menjadi topik sensitif dalam tulisan Luther. Secara umum CB merespons sikap
pemerintahan Kaisar Phillip, doktrin gereja Katolik, dan kaum Anabaptis. De Brès
mempersiapkan konfesi ini sebagai apologi untuk kelompok orang Reformed yang
dianiaya dan membentuk apa yang disebut gereja-gereja di bawah salib.2 Pada masamasa itu, CB hampir musnah. Namun, seiring waktu, konfesi ini secara perlahan
Di pertengahan abad XVI, Netherlands adalah area yang terdiri atas tujuh belas propinsi yang
saat ini mencakup Belanda, Prancis Utara, dan Belgia. Cornelius Plantinga, A Place to Stand: A Reformed
Study of Creeds and Confessions, Bible Way (Grand Rapids: Board of Publications of the Christian
Reformed Church, 1979), 35.
1
Joel R. Beeke dan Sinclair B. Ferguson, ed., Reformed Confessions Harmonized (Grand Rapids,
Michigan: Baker Books, 1999), ix.
2
1
memperoleh pengakuan oleh gereja-gereja Reformed setempat, lalu ke negara-negara
tetangga, dan tersebar di berbagai benua.3
Makalah ini merupakan commentary (eksposisi) terhadap beberapa artikel
terkait doktrin gereja dalam CB. Kita akan menelusuri latar belakang historis,
pandangan teolog dan konfesi sezaman, serta memikirkan aplikasinya untuk umat
Tuhan di masa kini.
Artikel 27: Gereja Kristen yang Am
Charles V mengeluarkan Edict of Blood pada 1550, sebelas tahun sebelum CB
disusun. Dekrit tersebut memberikan hak bagi otorita lokal untuk menerapkan penalti
bagi orang-orang yang dinilai ‘sesat’ oleh Kekaisaran Roma Suci.4 Dalam situasi
seperti itu de Brès menyatakan
We believe and profess one catholic or universal Church, which is a holy
congregation and assembly of true Christian believers, expecting all their
salvation in Jesus Christ, being washed by his blood, sanctified and sealed by
the Holy Ghost.5
Menyadari latar belakang penganiayaan gereja dan pemenjaraan de Brès,
kalimat “mengharapkan segenap keselamatan mereka dalam Yesus Kristus yang telah
dicuci oleh darah-Nya” di atas menjadi lebih dari sekedar makna spiritual. Peraturan
saat itu menetapkan hukuman mati, termasuk bagi mereka yang ‘bertobat’ kembali ke
Katolik dan ‘memohon ampun’. Mereka dipancung lalu dibuang ke api.6 De Brès
Lihat juga Christian Reformed Church, Ecumenical Creeds and Reformed Confessions (Grand
Rapids: Faith Alive Christian Resources, 1988), 78n. dan Nicolaas H. Gootjes, The Belgic Confession:
Its History and Sources (Grand Rapids: Baker Academic, 2007).
3
4
Victoria Christman, “Orthodoxy and Opposition: The Creation of a Secular Inquisition in Early
Modern Brabant” (dis. Ph.D., University of Arizona, 2005), 46,-47.
Guido de Brès, Belgic Confessions, XXVII,
https://www.crcna.org/welcome/beliefs/confessions/belgic-confession (diakses 24 November 2017)..
5
6
Christman, “Secular Inquisition in Early Modern Brabant,” 17, 46, 47.
2
sendiri harus hidup sebagai buron sebelum akhirnya ditangkap. Dalam CB ia
menerangkan
This church has existed from the beginning of the world and will last until the end, as
appears from the fact that Christ is eternal King who cannot be without subjects. And
this holy church is preserved by God against the rage of the whole world, even though
for a time it may appear very small to human eyes—as though it were snuffed out.7
Kristuslah Raja gereja, bukan Charles V yang lengser pada 1956. Kekaisaran
Roma Suci diwarisi oleh adiknya sedangkan kekaisaran Spanyol (termasuk
Netherlands) diwarisi oleh putranya, Phillip II. Charles V wafat di tahun 1958, tiga
tahun sebelum penyusunan CB. Ungkapan “Kristus adalah seorang Raja yang kekal”
dalam pernyataan iman ini menjadi begitu nyata bagi gereja Reformed di Netherlands
ketika menghadapi Phillip II. Bersama Kristus mereka telah bertahan melewati raja
sebelumnya dan mereka akan tetap bertahan dalam masa raja berikutnya.
Katekismus Heidelberg (selanjutnya HC) menjelaskan hal ini dalam
Pertanyaan dan Jawaban (P&J) 54: Anak Allah oleh Roh dan Firman-Nya, sejak awal
dunia ini sampai akhir zaman, mengumpulkan, melindungi, dan memelihara bagi diriNya dari segenap umat manusia, dalam kesatuan iman yang benar, satu jemaat yang
terpilih untuk beroleh hidup yang kekal. Kita perlu percaya bahwa diri kita adalah
anggota yang hidup jemaat itu dan akan tetap menjadi anggotanya untuk selamalamanya.
Umat Kristen di sepanjang masa juga dapat beroleh penghiburan ketika
menghadapi pemerintahan dunia dan menjadi minoritas. Kristen sejati tetap dapat
menjadi minoritas, di negara atau provinsi dengan jumlah Kristen nominal yang besar.
Namun, kita tetap menyadari bahwa Yesus akan memerintah untuk selama-lamanya
dan kerajaan-Nya takkan pernah berakhir (Lukas 1:32). Catatan kaki CB mengutip
Mazmur 110:2-4 yang menjanjikan, “. . . Aku menjadikan musuh-musuhmu pijakan
7
Belgic Confession, XXVII.
3
kakimu. TUHAN akan mengulurkan tongkat kekuatanmu dari Sion: "Memerintahlah
di tengah-tengah musuhmu."
Lebih lanjut, Artikel 28 menyatakan
. . . this holy Church is not confined, bound, or limited to a certain place or to certain
persons, but is spread and dispersed over the whole world; and yet is joined and united
with heart and will, by the power of faith, in one and the same spirit.8
Bangkitnya ajaran Protestan di Netherlands berbeda dengan negara-negara
sekitarnya. Tidak ada pemimpin luar biasa yang menggalang rakyat menurut standar
pribadinya. Reformasi di area itu tidak dimulai atau didorong oleh otoritas politik,
tetapi berkembang secara gradual di antara massa yang mendengarkan pengajaran dan
khotbah individu-individu yang tidak puas dengan kondisi gereja. Mereka yang
condong pada ajaran tersebut mencukupkan diri dengan permulaan-permulaan kecil
sehari lepas sehari. Bukannya menerima protestantisme dalam satu bentuk atau aksi
bersama, mereka menjadikan ini masalah keputusan pribadi. Pergerakan ini
berkembang dari individu ke individu, dari satu keluarga dan komunitas ke yang lain,
seringkali tidak mengganggu kesetiaan mereka pada doktrin dan praktik Roma
Katolik dalam area yang luas dan jangka waktu yang lama.9
Hal ini ditegaskan oleh Westminster Confession of Faith (selanjutnya WCF)
Artikel XXV.1 ketika menjelaskan bahwa gereja yang katolik atau universal, yang
tidak terlihat, terdiri dari keseluruhan jumlah orang pilihan, yang telah sedang, atau
akan dikumpulkan menjadi satu, di bawah Kristus. Demikian juga di XXV.2 ada
gereja yang terlihat yang juga am atau universal di bawah Injil (tidak dibatasi di
bawah satu negara ataupun di bawah hukum terdiri atas “all those throughout the
8
Belgic Confession, XXVII.
Peter Y. De Jong, “The Rise of the Reformed Churches in the Netherlands,” dalam Crisis in the
Reformed Churches, 17-38, Peter Y. De Jong, ed. (Grandville: Reformed Fellowship, 2008), 22.
9
4
world that profess the true religion, and of their children, and is the kingdom of the
Lord Jesus Christ, the house and family of God . . . .”10
Dalam ranah publik atau ketika dalam perjalanan kita dapat berpapasan
dengan orang lain tanpa menyadari apakah mereka anggota tubuh Kristus atau bukan.
Namun, kesaksian hidup dan percakapan, anak-anak Tuhan dapat menemukan bahwa
dunia ini telah disusupi oleh warga Kerajaan Surga di berbagai tempat. Allah telah
menempatkan kita di antara anak-anak dunia. Adalah tugas orang-orang percaya
untuk bertahan bersama-sama, saling menguatkan, dan berperang melawan kuasakuasa dunia dalam anugerah pertolongan Roh Kudus.
Artikel 28: Kewajiban Semua Orang untuk Bergabung dengan Gereja yang
Sejati
Persekusi membuat beberapa penduduk Netherlands mengusir kawan mereka
yang terbukti ‘sesat’ dari perkumpulan dagang. Kaum intelektual dan pujangga
menggubah karya literatur untuk menolak Reformasi. Penulis membuat drama yang
memuji-muji dekrit kaisar.11 Dalam konteks ini wajar jika jemaat ingin menarik diri.
De Brès menguatkan dengan berkata
We believe, since this holy congregation is an assemblage of those who are saved, and
out of it there is no salvation, that no person of whatsoever state or condition he may be,
ought to withdraw himself, to live in a separate state12 from it; but that all men are in
duty bound to join and unite themselves with it; maintaining the unity of the Church;
submitting themselves to the doctrine and discipline thereof; bowing their necks under
the yoke of Jesus Christ;
Kemudian de Brès menyatakan, “. . . as mutual members of the same body,
serving to the edification of the brethren, according to the talents God has given
them.” Dalam hidupnya, de Brès berkeliling dari satu gereja ke gereja yang lain dan
10
Westminster Confession of Faith, XXV, dalam Beeke, Reformed Confessions Harmonized. 189.
11
Christman, “Secular Inquisition in Early Modern Brabant,” 48.
12
état: condition, shape, way.
5
mengajar. Pada saat ia ditangkap ditemukan ratusan cetakan CB di bilik
persembunyiannya.13
Lebih lanjut CB menegaskan
And that this may be better observed, it is the duty of all believers, according to the
Word of God, to separate themselves from those who do not belong to the Church, and
to join themselves to this congregation, wheresoever God hath established it, even
though the magistrates and edicts of princes be against it; yea, though they should suffer
death or bodily punishment.14
Tampaknya de Brès membaca dari Gallican Confession (selanjutnya disebut
GC) yang disusun Yohanes Calvin untuk Charles IX , raja Perancis pada 1559 di
masa awal Perang Agama antara negara dengan kaum Huguenots (Reformed).15 GC
menyatakan hal yang sama dengan CB.
We believe that no one ought to seclude himself and be contented to be alone; but that all
jointly should keep and maintain the union of the Church, and submit to the public
teaching, and to the yoke of Jesus Christ, even if the magistrates and their edicts are
contrary to it. For if they do not take part in it, or if they separate themselves
from it, they do contrary to the Word of God ”16
Di Netherlands, Philip II berketetapan untuk menghapuskan setiap jejak gereja
Reformed dan memaksakan ortodoksi Katolik. Ia dibenci sebagai tiran dan tuan tanah
yang tidak merakyat. Ia disebut-sebut telah bersumpah akan membuat negeri itu
menjadi padang belantara daripada didiami kaum bidaah. Pada 1568 situasi telah
menjadi begitu serius sehingga banyak warga yang merasa yakin Philip ingin
menghapuskan mereka semua.17 Akibatnya, pribadi seperti de Brès selalu dalam
bahaya dan harus meninggalkan rumahnya ke kota yang lain. Namun, ia tetap di
Netherlands, melayani gereja-gereja di beberapa kota. Ia tidak meninggalkan imannya.
13
Gootjes, The Belgic Confession,
14
Belgic Confession, XXVII.
Philip Schaff, The Creeds of the Evangelical Protestant Churches (Grand Rapids, MI: Christian
Classics Ethereal Library, 2004), 302.
15
16
Gallican Confesson, XXVI.
17
Christman, “Secular Inquisition in Early Modern Brabant,” 46-47.
6
De Brès akhirnya menjadi satu dari kurang lebih seratus ribu warga Belanda yang
kehilangan nyawa karena persekusi.18
Di masa kini, tidak semua persekutuan orang percaya akan mengalami
penganiayaan. Namun, selalu ada tuntutan untuk mengambil sikap yang berbeda
dengan prinsip-prinsip dunia. Ketika kita berhadapan dengan sistem pemerintahan
yang korup, atau dituntut untuk mengkompromikan prinsip kebenaran dalam dunia
kerja, apakah kita akan memilih jalan yang lebar dan mudah atau jalan yang sempit
bersama Tuhan? De Brès setia menyampaikan Firman Tuhan meskipun situasi tidak
memungkinkan. Kita belum tentu dapat melakukan hal yang sama, tetapi kita dapat
bersandar pada karya Roh Kudus yang memberikan keberanian yang tidak kita miliki.
Artikel 29: Perbedaan antara Gereja yang Sejati dan Gereja yang Palsu serta
Ciri-Ciri Masing-masing
We believe that we ought to discern diligently and very carefully, by the Word of God,
what is the true church—for all sects in the world today claim for themselves the name
of “the church.” We are not speaking here of the company of hypocrites who are mixed
among the good in the church and who nonetheless are not part of it, even though they
are physically there.
Bagi Kekaisaran Roma Suci, gerakan Reformed dianggap bidaah, tetapi tidak
bersifat memecah belah seperti Lutheran.19 Meski demikian, bagi Raja Philip, bidaah
dan pemberontakan adalah sinonim. Hal ini memang beralasan. Kemanapun ia
melihat, orang-orang Calvinis mengubah tatanan yang sudah ditetapkan. Dalam
perspektif penguasa, pengkhotbah-pengkhotbah Calvinis ‘menghasut’ rakyat, literatur
Cornelius Plantinga, Jr., A Place to Stand: A Reformed Study of Creeds and Confessions (Grand
Rapids: Faith Alive Christian Resources, 1979), 35-37.
18
Karl Barth, The Theology of the Reformed Confessions, terj. Darrell L. Guder dan Judith J.
Guder (Louisville: Westminster John Knox, 2002), 8.
19
7
Calvinis ‘meracuni’ pikiran rakyat. Ini adalah konspirasi internasional di Netherlands
dan Perancis.20 Dalam situasi semacam itu, CB mengajarkan
But we are speaking of distinguishing the body and fellowship of the true church from
all sects that call themselves “the church.” The true church can be recognized if it has the
following marks: The church engages in the pure preaching of the gospel; it makes use
of the pure administration of the sacraments as Christ instituted them; it practices church
discipline for correcting faults. In short, it governs itself according to the pure Word of
God, rejecting all things contrary to it and holding Jesus Christ as the only Head.21
Lima tahun setelah CB, Heinrich Bullinger dalam Second Helvetic Confession
(selanjutnya SHC) ikut mengajarkan bahwa gereja tidak dapat memiliki kepala selain
Kristus. Gereja adalah tubuh spiritual, sehingga memerlukan kepala yang spiritual
(Efesus 5:1:22-23). Karena itu gereja Reformed tidak mengakui doktrin keuskupan
Roma yang membuat Paus sebagai gembala umum dan kepala tertinggi gereja di
bumi, dan sebagai satu-satunya wakil Yesus Kristus dengan segala kepenuhan kuasa
dan otoritas di gereja. Pemerintahan gereja yang ditetapkan para rasul cukup untuk
menata gereja.22
Gereja yang sejati ditandai dengan penyampaian firman Allah yang sah dan
tulus sebagaimana yang ditinggalkan oleh tulisan para nabi dan para rasul yang
menuntun kita kepada Kristus sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 10:5, 27:28.23
CB menambahkan
As for the false church, it assigns more authority to itself and its ordinances than to the
Word of God; it does not want to subject itself to the yoke of Christ; it does not
administer the sacraments as Christ commanded in his Word; it rather adds to them or
subtracts from them as it pleases; it bases itself on humans, more than on Jesus Christ; it
persecutes those who live holy lives according to the Word of God and who rebuke it for
its faults, greed, and idolatry. These two churches are easy to recognize and thus to
distinguish from each other.
John Huxtable Elliott, Imperial Spain 1469-1716, ed. ke-1 (London: Penguin, 2002), 229-30
dikutip dalam Naomi Barlaz, “A Product of Their Time: Analyzing The Role of Philip II in the Dutch
Revolt,” National Endowment for the Humanities Seminar for School Teachers, London dan Leiden,
2015.
20
21
Belgic Confessions, XXIX.
Lihat Henrich Bullinger, Second Helvetic Confession, XVII.6 dalam Beeke, Reformed
Confessions Harmonized, 190.
22
23
Second Helvetic Confession, XVII.9.
8
De Brès mengatakan kedua gereja ini dengan mudah dikenali dan di bedakan
satu sama lain. Namun, apakah gereja Reformed masa kini dapat mengatakan hal
yang sama? Apakah kita hidup kudus sesuai Firman Tuhan, menegur kesalahan,
keserakahan, dan penyembahan berhala? Apakah kita hidup kita membuat orang lain
bertanya-tanya, mengapa orang Reformed berbeda? Ada juga orang-orang yang tidak
pernah membaca Injil, tetapi memiliki kesempatan untuk terekspos kepada
manifestasi Kabar Baik itu melalui hidup kita.
Selain itu, bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang memegang
doktrin yang berbeda dengan kita? Jika kelompok Reformed menjadi mayoritas,
apakah kita lebih bertumpu pada Kristus dari pada manusia?
Artikel 30: Pemerintahan Gereja melalui Jabatan-Jabatan Gerejawi
Ketika berada di Frankfurt pada tahun 1939, Calvin menuliskan bahwa gereja
Reformed tidak bermaksud menghapuskan otoritas gereja, atau uskup dan pastor yang
mengawasi pemerintahan gereja. Ia mengakui bahwa mereka harus didengarkan
dengan hormat sejauh mereka mengajarkan firman Allah dan lebih lagi semua gereja
dan setiap gereja secara partikular memiliki kuasa untuk membuat hukum dan
peraturan untuk panduan bersama supaya semuanya harus dilakukan dengan sopan
dan teratur (1 Korintus 14:40). Perundang-undangan sedemikian harus dipatuhi
asalkan mereka tidak membatasi hati nurani atau menetapkan tahayul. Namun, ia
merasa perlu untuk membedakan gembala yang sejati dan sah dari mereka memegang
jabatan dengan sembrono. Karena terlalu jahat jika mereka yang menyebut dirinya
uskup dan ingin diakui demikian, tetapi tidak berusaha hidup sesuai jabatannya. Yang
lebih jahat lagi ialah, jika dengan berselubung status dan kehormatan, mereka
menuntun jiwa-jiwa yang malang kepada kehancuran, membelokkan orang dari
9
kebenaran Allah kepada kebodohan mereka. Karena itu, meskipun mereka harus
ditoleransi dan dihormati dalam hal-hal lain, tetapi jika mereka memberi makanan
atau doktrin yang salah dan sesat, kita harus mengikuti jawaban St. Petrus, “Kami
harus menaati Allah daripada manusia.”24
Dengan pemahaman yang sama CB mengungkapkan
We believe that this true Church must be governed by the spiritual policy which our
Lord has taught us in his Word—namely, that there must be Ministers or Pastors to
preach the Word of God, and to administer the Sacraments; also elders and deacons,
who, together with the pastors, form the council of the Church; that by these means the
true religion may be preserved, and the true doctrine every where propagated, likewise
transgressors punished and restrained by spiritual means; also that the poor and
distressed may be relieved and comforted, according to their necessities. By these means
every thing will be carried on in the Church with good order and decency, when faithful
men are chosen, according to the rule prescribed by St. Paul to Timothy.25
Dua kali kata spiritual ditekankan. Pertama bahwa gereja yang sejati harus
diperintah dengan kebijakan spiritual yang diajarkan Tuhan dalam firman-Nya
melalui khotbah dan sakramen. Yang kedua terkait sarana penghukuman orang-orang
yang melanggar.
Augsburg Confession, yang disusun Philip Melanchton berdasarkan draft dan
diskusi dengan Martin Luther dan Justus Jonas pada 1530 menentang percampuran
kekuasaan gerejawi dengan negara. Bagi mereka kuasa Uskup, melalui pemerintahan
Injil adalah kuasa atau perintah dari Allah untuk mengabarkan Injil (Markus 16:15,
mengampuni dosa (Yohanes 20:21-23), dan melayani sakramen. Kuasa pelayan
Firman tidak boleh menghalangi pemerintah politik karena administrasi politik
mengerjakan masalah selain Injil.26
24
John Calvin, Treaties on the Sacraments, terj. Henry Beveridge (Ross-shire: Christian Focus
Publications, 2002), 150. Konfesi ini disusun selama perang untuk dipresentasikan kepada kaisar, raja,
dan negara Jerman pada Diet of Frankfurt, tetapi tidak dapat mencapai mereka.
25
Belgic Confession, XXX. Cetak miring ditambahkan.
26
Lih Philip Melanchton, The Augsburg Confessions, VII, dalam Schaff , The Creeds, 56-57.
10
Artikel 31: Para Pelayan, Penatua, dan Diaken
Dalam Augsburg Confessions gereja Lutheran menyatakan,
But when they teach or determine any thing contrary to the Gospel, then have the
churches a commandment of God, which forbiddeth obedience to them: 'Beware of
false prophets' (Matt. vii. 15) . . . Neither must we subscribe to Catholic Bishops, if
they chance to err, or determine any thing contrary to the canonical divine Scriptures.”27
Pelayan Tuhan harus menjalankan tugas dengan berhati-hati dan bertanggung
jawab sebagai sebuah panggilan. Dalam CB Artikel XXXI dikatakan
We believe that ministers of the Word of God, elders, and deacons ought to be chosen to
their offices by a legitimate election of the church, with prayer in the name of the Lord,
and in good order, as the Word of God teaches. So all must be careful not to push
themselves forward improperly, but must wait for God’s call, so that they may be
assured of their calling and be certain that they are chosen by the Lord.
As for the ministers of the Word, they all have the same power and authority, no matter
where they may be, since they are all servants of Jesus Christ, the only universal bishop,
and the only head of the church. Moreover, to keep God’s holy order from being violated
or despised, we say that everyone ought, as much as possible, to hold the ministers of the
Word and elders of the church in special esteem, because of the work they do, and be at
peace with them, without grumbling, quarreling, or fighting.
Ketika di Frankfurt, Calvin menekankan hal yang serupa
We hold that the primacy which the Pope attributes to himself is an enormous usurpation.
For were we to admit the expediency of having some head in thr Church, (this however,
is completely repugnant to the word of God, Eph. I.22; iv.15; v. 23; Col i.18,) still it is
extravagantly absurd that he who is to be head over bishops should not be a bishop
himself. And when we examine all that they say of their hierarchy, we find that it ears no
resemblance to what our Lord Jesus and his apostles taught us, or rather it is a corruption
fitted to overturn the government of the Church.28
Calvin mengajarkan agar kita tidak memberontak melawan Allah, harus
menolak apa yang kita ketahui berlawanan dengan kemurnian pelayanan kepada-Nya.
For when there is a question as to the spiritual jurisdiction which god reserves to
himself, all human supremacy must give way.29
Lalu, bagaimana pemerintahan gereja yang baik? WCF secara pragmatis
dengan menetapkan perlunya suatu dewan yang secara umum disebut sinode atau
27
Augsburg Confession, VII. 60
28
Calvin, Treaties on the Sacraments, 150. Confession of Faith at the Diet of Frankfurt, XXI,
29
Calvin, Treaties on the , 150-51. Confession of Faith at the Diet of Frankfurt, XXII.
11
majelis sebagaimana dalam Kisah para Rasul 15:2, 4, 6.30 Para pelayan Firman, di
mana saja mereka berada, kuasa dan wewenang yang mereka miliki sama, karena
mereka semua adalah hamba Yesus Kristus, yang adalah satu-satunya Uskup Am dan
satu-satunya Kepala gereja. Setiap orang harus menghormati secara istimewa para
Pelayan Firman dan para Penatua Gereja, oleh karena pekerjaan yang mereka lakukan.
Sedapat mungkin jemaat memelihara damai dengan mereka, tanpa sungut,
pertengkaran atau perselisihan, supaya jangan peraturan Allah yang kudus dilanggar
atau dihina.31
Artikel 32: Tata Gereja dan Disiplin
We also believe that although it is useful and good for those who govern the churches to
establish and set up a certain order among themselves for maintaining the body of the
church, they ought always to guard against deviating from what Christ, our only Master,
has ordained for us. Therefore we reject all human innovations and all laws imposed on
us, in our worship of God, which bind and force our consciences in any way. So we
accept only what is proper to maintain harmony and unity and to keep all in obedience to
God. To that end excommunication, with all it involves, according to the Word of God,
is required.
Apa yang dimaksud CB dengan segala rekaan manusiawi dan semua undangundang yang hendak dimasukkan orang untuk melayani Allah, dan untuk mengikat
serta mengekang hati nurani? Kita dapat menerka situasi saat itu dari Augsburg
Confession yang mengungkapkan bahwa orang-orang yang membuat tradisi
melakukan hal yang bertentangan dengan perintah Allah ketika mereka mencari
kesalahan dalam soal makanan, hari-hari, dan hal-hal sejenisnya dan membebani
gereja dengan hukum-hukum, seolah-olah hal itu diwajibkan untuk memperoleh
pembenaran seperti dalam kitab Imamat. Ada hal-hal yang dianggap dosa, misalnya
jika kita bekerja di hari raya, mengabaikan Canonical Hours. Selain itu, ada ajaran
bahwa makanan tertentu yang menajiskan hati nurani. Juga ada konsep bahwa puasa
30
Westminster Confession of Faith, XXXI.1.
31
Belgic Confession, XXXI.
12
adalah amal yang menyenangkan Allah. Lalu da dosa-dosa yang hanya dapat
diampuni melalui pihak tertentu. Para uskup ini menambah beban bagi orang percaya
(Kisah Para Rasul 15:10) padahal kuasa yang diberikan padanya adalah untuk
mendidik bukannya merusak.32
SHC mengajarkan bahwa disiplin dibutuhkan secara absolut di gereja dan
ekskomunikasi pernah digunakan di masa awal gereja, juga ada ecclesiatical
judgments di antara umat Allah. Di mana disiplin ini dilaksanakan oleh orang-orang
yang berhikmat dan takut akan Allah. Para pelayan Tuhan juga harus mengatur
disiplin gereja untuk mendidik, sesuai kebutuhan, situasi, dan kondisi masyarakat.
Dalam segala kesempatan dan tempat peraturan harus dijalankan demi mendidik
secara pantas dan terhormat tanpa sikap menekan dan kepahitan. Paulus telah
memberi kesaksian bahwa otoritas di gereja diberikan kepadanya oleh Tuhan untuk
membangun dan bukan menghancurkan (2 Korintus 10:18). Tuhan sendiri melarang
ilalang dicabut dari ladang Tuhan karena ada bahaya gandum juga tercabut bersama
ilalang (Matius 13:29).33
Konfesi-konfesi menekankan pemupukan rohani, kerukunan dan kesatuan dan
menjaga semua orang dalam ketaatan bagi Allah. Apakah tanggung jawab ini ada
pada majelis dan sinode saja? Kita perlu memikirkan apa yang dapat kita perbuat
sebagai individu, sebagai salah satu organ tubuh gereja. Kita perlu mengutamakan
kepentingan saudara-saudara kita dan dalam kasih yang tulus serta pertolongan Roh
Kudus menegur orang yang bersalah, sungguh-sungguh mendoakan mereka, dan
32
Schaff, The Creeds, 61.
33
Second Helvetic Confession, XVIII.17. Di sini kita melihat ada perbedaan antara CB dengan
SHC. De Brès menyatakan perlunya ekskomunikasi, sedangkan SHC menghindari hal itu. HC 84
memberikan jalan tengah, dengan menyatakan larangan untuk mengikuti sakramen di mana orang yang
bersalah dikecualikan dari gereja, Allah, dan dari kerajaan Kristus. Jika berjanji dan menunjukkan
perubahan nyata, mereka dapat diterima lagi sebagai anggota Kristus dan gereja-Nya.
13
menginvestasikan hidup untuk membimbing saudara seiman yang terpisah dari tubuh
Kristus.
Artikel 33: Sakramen-Sakramen
Pada 3 Maret 1547 Konsili Trent periode I menetapkan
CANON IV.- If any one saith, that the sacraments of the New Law are not necessary
unto salvation, but superfluous; and that, without them, or without the desire thereof,
men obtain of God, through faith alone, the grace of justification;-though all (the
sacraments) are not indeed necessary for every individual; let him be anathema.
CANON V.-If any one saith, that these sacraments were instituted for the sake of
nourishing faith alone; let him be anathema
Artikel 33 CB tidak ditulis berlawanan secara frontal dengan kalimat-kalimat
di atas, tetapi ada ketegasan untuk mengambil sikap yang berbeda.
We believe that our good God, mindful of our crudeness and weakness, has
ordained sacraments for us to seal his promises in us, to pledge good will and
grace toward us, and also to nourish and sustain our faith.34
Kita dapat merasakan ada perbedaan antara Konsili Trent dengan CB. Namun,
de Brès menghindari nada polemik. Ketika Trent berkata dalam Canon V, “Jika ada
yang mengatakan bahwa sakramen hanya diinstitusikan untuk memupuk iman saja,
terkutuklah orang itu,” CB menyatakan bahwa memang sakramen tidak hanya untuk
memupuk iman saja.
God has added these to the Word of the gospel to represent better to our external
senses both what God enables us to understand by the Word and what he does
inwardly in our hearts, confirming in us the salvation he imparts to us. For they
are visible signs and seals of something internal and invisible, by means of which
God works in us through the power of the Holy Spirit. So they are not empty and
hollow signs to fool and deceive us, for their truth is Jesus Christ, without whom
they would be nothing. Moreover, we are satisfied with the number of sacraments
that Christ our Master has ordained for us. There are only two: the sacrament of
baptism and the Holy Supper of Jesus Christ.35
34
Belgic Confession, XXXIII.
35
Belgic Confession, XXXIII.
14
Bagi de Brès melalui sakramen- sakramen itu Allah bekerja di dalam diri kita,
oleh kuasa Roh Kudus. Tanda- tanda ini bukan hampa atau tak berisi, untuk menipu
kita, sebab kebenaran yang diungkapkan di dalamnya ialah Yesus Kristus, dan tanpa
Dia sakramen-sakramen itu tidak berarti sama sekali.
Lalu bagaimana kita menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan di masa kini?
Secara spesifik kita akan membahas hal ini dalam artikel 34 yang membahas baptisan
dan artikel 35 yang menguraikan sakramen perjamuan kudus.
Artikel 34: Baptisan Kudus
We believe and confess that Jesus Christ, in whom the law is fulfilled, has by his shed
blood put an end to every other shedding of blood, which anyone might do or wish to do
in order to atone or satisfy for sins. Having abolished circumcision, which was done with
blood, Christ established in its place
For this reason we believe that anyone who aspires to reach eternal life ought to be
baptized only once without ever repeating it—for we cannot be born twice. Yet this
baptism is profitable not only when the water is on us and when we receive it but
throughout our entire lives. For that reason we reject the error of the Anabaptists who are
not content with a single baptism once received and also condemn the baptism of the
children of believers.
Kaum Anabaptis menolak baptisan yang telah dilayani oleh pelayan yang
tidak layak. Calvin menyebut hal itu “kebodohan” dan kesalahan nyata. Baptisan
bergantung hanya pada Allah Tritunggal yang dalam nama-Nya baptisan itu
dilaksanakan. Jika sebuah surat dikirim dengan tulisan tangan dan meterai yang cukup
sebagai bukti, tidak masalah orang seperti apa yang mengantarkan. Hamba Tuhan
yang berdosa tidak membaptis kita ke dalam persekutuan mereka, tetapi ke dalam
iman dalam Yesus Kristus.36
Terkait baptisan anak, Michael Sattler, mantan biarawan Benedictine yang
bergabung dengan gerakan Anabaptis, menyusun salah satu konfesi yang disebut
Calvin, Institutes of the Christian Religion, terj. Ford Lewis Battles (Atlanta: John Knox Press,
1976), IV.15.16. Lihat juga Willem Balke, Calvin and the Anabaptist Radicals, terj. William Heynen
(Eugene, Oregon: Wipf and Stock Publishers, 1999), 55. 135
36
15
Schleitheim Articles pada tahun 1527. Di sana mereka menyatakan penolakan
terhadap semua baptisan anak.37 Pada 1530 Melanchton merespons dengan
menyatakan bahwa anak kecil harus dibaptis agar oleh kasih karunia mereka dapat
dibawa kepada Tuhan dan menjadi layak bagi-Nya. Katekismus Kecil Luther juga
telah membahas pemikiran ini.38 Lebih tiga dekade kemudian de Brès turut
menyatakan.
We believe our children ought to be baptized and sealed with the sign of the covenant, as
little children were circumcised in Israel on the basis of the same promises made to our
children. And truly, Christ has shed his blood no less for washing the little children of
believers than he did for adults. Therefore they ought to receive the sign and sacrament
of what Christ has done for them, By it we are received into God’s church.39
Haruskah anak-anak kecil juga dibaptis? HC menjawab, “Harus.” Mereka
termasuk dalam perjanjian Allah dan dalam jemaat-Nya, sama seperti orang-orang
dewasa. Allah memberikan janji kepada Abram dan keturunannya (Kejadian 17:7).
Petrus berkata janji pengampunan dosa dan karunia Roh Kudus adalah untukmu, dan
anak-anakmu, dan untuk semua orang yang masih jauh” (Kisah Para Rasul 2:39).
Yesus berkata, "Biarkanlah anak-anak kecil itu. Jangan menghalangi mereka datang
kepada-Ku sebab Kerajaan Surga adalah milik orang-orang yang seperti anak-anak
kecil ini" (Matius 19:14). Mereka pun perlu dimasukkan dalam Gereja Kristen dan
dibedakan dari anak-anak orang tidak percaya, melalui Baptisan, sebagai tanda
perjanjian.40
Jika kaum Anabaptis bertanya iman apa yang datang selama beberapa tahun
setelah baptisan, Calvin menjawab, meskipun kita buta dan tidak percaya selama
Michael Satter, “Schleitheim Articles/Brotherly Union (1527)” terj. John Howard Yoder dalam
Karl Koop ed., Confessions of Faith in the Anabaptist Tradition 1527-1660 (Kitchener: Pandora Press,
2006) 27.
37
Wilhelm Maurer, Historical Commentary on the Augsburg Confession, terj. H. George
Anderson (Minneapolis: Fortress Press, 1986), 397.
38
39
Belgic Confession, XXXIII.
40
Beeke, Reformed Confessions Harmonized, 220.
16
jangka waktu yang lama tanpa memahami janji yang diberikan dalam baptisan, tetap
saja janji itu dari Allah yang selalu tetap dan kukuh dan patut dipercaya.41
Meskipun demikian, kita dapat belajar dari kekhawatiran kaum Anabaptis.
Jika kita sudah dibaptis sidi atau baptis dewasa, kita perlu memeriksa diri apakah kita
memahami bagaimana hidup sebagai orang-orang yang telah mati bersama Kristus
dan dibangkitkan dalam kehidupan yang baru. Jika bertahun-tahun yang lalu kita
mengaku percaya kepada Kristus di hadapan jemaat dan dibaptis, berapa banyak
aspek dari manusia lama kita yang telah mati? Apakah ada perubahan dalam diri kita?
Artikel 35: Sakramen Perjamuan Kudus
Pada periode I Konsili Trent (1545-47) ditetapkan
If any one saith, that the sacraments of the New Law were not all instituted by Jesus
Christ, our Lord; or, that they are more, or less, than seven, to wit, Baptism,
Confirmation, the Eucharist, Penance, Extreme Unction, Order, and Matrimony; or even
that any one of these seven is not truly and properly a sacrament: let him be anathema.42
Dua belas tahun kemudian di Perancis Calvin menyusun GC yang
menekankan hanya dua perjamuan, yaitu baptisan dan perjamuan kudus.43 Setahun
berikutnya di Inggris, John Knox memperkenalkan Scotts Confession dengan
pengakuan serupa.44 Setelah itu CB menggemakan kebenaran yang sama dalam
Artikel XXX, “Moreover, we are satisfied with the number of Sacraments which
Christ our Lord hath instituted, which are two only, namely, the Sacrament of
Baptism, and the Holy Supper of our Lord Jesus Christ.”45 CB mendasarkan
pandangan ini pada Matius 26:26 dan 28:19.
41
Calvin, Institutes, VI.15.17.
Konsili Trent, Sesi 7, 3 Maret 1547, Decretum de Sacramentis,
https://www.ccel.org/ccel/schaff/creeds2.v.i.i.v.html (diakses 21 November 2017).
42
43
Gallican Confession, XXV dan XXVI.
44
Scottish Confession, XXI.
45
Belgic Confession, XXXIII.
17
Dua tahun kemudian HC menjelaskan hal yang selaras dalam Q&A 36 dengan
berlandaskan pada 1 Korintus 10:2-4. SHC yang menjelaskan bahwa kita mengakui
bahwa
Penance, Repentance, matrimony, and the ordination of ministers . . . are very profitable,
but no sacraments. As for confirmation and extreme unction, they are merely devices of
men, which the Church may very well spare.”46
Dari sejarah, kita dapat belajar perlunya kemampuan membedakan peraturanperaturan yang lahir dari tradisi dan bagaimana menempatkan tradisi di bawah
Alkitab. Secara lebih luas, kita perlu berhati-hati untuk tidak terjebak pada peraturan
gereja dan mengabaikan hukum yang terutama.
Selain itu, Konsili Trent periode II (1551-52) menekankan real presence of
Christ,
In the first place, the holy Synod teaches, and openly and simply professes, that, in the
august sacrament of the holy Eucharist, after the consecration of the bread and wine, our
Lord Jesus Christ, true God and man, is truly, really, and substantially contained under
the species of those sensible things. For neither are these things mutually repugnant,—
that our Saviour himself always sitteth at the right hand of the Father in heaven,
according to the natural mode of existing, and that, nevertheless, he be, in many other
places, sacramentally present to us in his own substance, by a manner of existing, which,
though we can scarcely express it in words, yet can we, by the understanding illuminated
by faith, conceive, and we ought most firmly to believe, to be possible unto God . . . .47
Dengan jarak waktu sembilan tahun, kemungkinan keputusan Konsili Trent periode II
telah sampai kepada jemaat di Netherlands. De Brès memberikan respons melalui CB,
sekaligus menunjukkan posisinya dalam perbedaan doktrin transubstantiation
Huldrych Zwingli, dan consubstantiation Luther.
In the mean time we err not when we say that what is eaten, and drunk by us is
the proper and natural body and the proper blood of Christ. But the manner of our
partaking of the same is not by the mouth, but by the Spirit through faith. Thus,
though Christ always sits at the right hand of his Father in the heavens, yet doth
he not, therefore, cease to make us partakers of himself by faith.48
46
Second Helvetic Confession, XIX.3.
Konsili Trent, Sesi 13, 11 Oktober 1551, DeCretum De Sanctissimo Eucharistiæ.
https://www.ccel.org/ccel/schaff/creeds2.v.i.i.vi.html (diakses 21 November 2017).
47
48
Belgic Confession, XXVIII.
18
Pada Institutes VI Calvin yang menyanggah pandangan yang mengatakan
Kristus hanya bersifat spiritual, tetapi juga menolak transubstantiation menurut Papist
dan Schoolmen, serta consubstantiation dan ubiquity.49
I say then, that in the mystery of the Supper, by the symbols of bread and wine, Christ,
his body and his blood, are truly exhibited to us, that in them he fulfilled all obedience,
in order to procure righteousness for us— first that we might become one body with him;
and, secondly, that being made partakers of his substance, we might feel the result of this
fact in the participation of all his blessings.50
Calvin juga pernah menulis kepada beberapa pastor, “We must guard
particularly against the idea of any local presence.” Meskipun sakramen sebagai tanda
hadir di dunia ini, tetapi Kristus hanya ada di surga dan hanya dicari dengan mata
pikiran dan mata iman. Lebih lanjut ia menyanggah transubstantiation di artikel 24
dan ubiquitous di artikel 25 surat tersebut.51
Terlepas dari perdebatan, kita dapat belajar aplikasi doktrin Perjamuan Kudus
dari salah satu konfesi Anabaptis, yaitu Congregational Order (1527). Mereka
mengatakan bahwa Perjamuan Kudus akan diadakan sesering para saudara berkumpul,
dan memproklamasikan kematian Tuhan, mengingatkan setiap orang untuk
mengenang, bagaimana Kristus memberikan hidup-Nya untuk kita dan menumpahkan
darah-Nya, sehingga kita juga mau memberikan tubuh dan hidup kita demi Kristus,
juga demi semua saudara seiman.52 Kita baru layak mengikuti perjamuan kudus jika
mengakui tubuh dan darah Kristus, menyatu dalam persekutuan orang percaya dan
siap meneladani pengorbanan Tuhan.
Di dalam orang-orang yang telah dilahirkan kembali ada kehidupan jasmani
dan rohani. Untuk memelihara kehidupan rohani orang percaya, Allah mengutus
49
Institutes, VI.XVIII.
50
Institutes, VI.XVIII.11.
John Calvin, “Heads of Agreement,” 28th November 1554, dalam John Calvin, Treaties on the
Sacraments, terj. Henry Beveridge (Ross-shire: Christian Heritage, 2002), 218-20..
51
Karl Koop, ed., Confessions of Faith in the Anabaptist Tradition 1527-1660 (Kitchener:
Pandora Press, 2006), 20.
52
19
kepada mereka Roti yang hidup, yang telah turun dari surga, yaitu Yesus Kristus.53
Setiap kali mengikuti perjamuan kudus kita perlu menerima roti dan anggur dengan
menyadari keberdosaan kita, datang dengan sikap yang hormat dan sungguh-sungguh,
serta dengan kasih kepada Tuhan. Kita harus datang dengan iman, menerima
sakramen sebagai anugerah Tuhan, dan menerima dengan penuh ucapan syukur.
Konklusi
Gereja Reformed yang baru bertumbuh di Netherlands ingin menegaskan dan
mengartikulasikan identitas dan prinsip-prinsipnya untuk membedakan diri dari
sistem dunia dan ajaran-ajaran yang berbeda sehingga kemurnian doktrin yang benar
dapat dipelihara. Dalam konteks CB, Tuhan mengizinkan penganiayaan yang secara
tidak langsung menjadi anugerah bagi umat-Nya. Gereja dimurnikan; orang percaya
ditantang untuk memilih antara jalan yang mudah atau jalan yang benar; persekutuan
orang percaya terdorong untuk saling melindungi; dan setiap anggota gereja
merasakan perlunya pemahaman dogma yang betul.
Saat ini mereka telah menjadi triumphant church yang bersama-sama Kristus
di surga. Tongkat estafet sebagai penyandang status militant church telah bergulir
pada kita. Gereja masa kini perlu menimba dan bercermin dari narasi yang Allah telah
sulam dalam sejarah. Ia mengizinkan kita turut berpartisipasi menggoreskan kisah
gereja di masa kini supaya kehidupan orang-orang percaya dibangun dalam
persekutuan dengan-Nya dan sesama.
53
Belgic Confession, XXXV.
20
BIBLIOGRAFI
Balke, Willem. Calvin and the Anabaptist Radicals. Diterjemahkan oleh William
Heynen. Eugene: Wipf and Stock Publishers, 1999.
Barlaz, Naomi. “A Product of Their Time: Analyzing The Role of Philip II in the
Dutch Revolt.” National Endowment for the Humanities Seminar for School
Teachers, London dan Leiden, 2015.
Barth, Karl. The Theology of the Reformed Confessions, terj. Darrell L. Guder dan
Judith J. Guder. Louisville, Kentucky: Westminster John Knox, 2002.
Beeke, Joel R. dan Sinclair B. Ferguson, ed. Reformed Confessions Harmonized.
Grand Rapids, Michigan: Baker Books, 1999.
Calvin, John. Institutes of the Christian Religion. Diterjemahkan oleh Ford Lewis
Battles. Atlanta: John Knox Press, 1976.
———. Treaties on the Sacraments. Diterjemahkan oleh Henry Beveridge. Ross-shire:
Christian Focus Publications, 2002.
Christian Reformed Church. Ecumenical Creeeds and Reformed Confessions. Grand
Rapids: Faith Alive Christian Resources, 1988.
Christman, Victoria. “Orthodoxy and Opposition: The Creation of a Secular
Inquisition in Early Modern Brabant.” Dis. Ph.D., University of Arizona, 2005.
De Brès, Guido. Belgic Confession. https://www.crcna.org/welcome/beliefs/
confessions/belgic-confession (diakses 24 November, 2011).
De Jong, Peter Y. “The Rise of the Reformed Churches in the Netherlands,” dalam
Crisis in the Reformed Churches, 17-38. Diedit oleh Peter Y. De Jong.
Grandville: Reformed Fellowship, 2008.
Gootjes, Nicolaas H. The Belgic Confession: Its History and Sources. Grand Rapids:
Baker Academic, 2007.
Konsili Trent, Sesi 7, 3 Maret 1547, Decretum de Sacramentis,
https://www.ccel.org/ccel/schaff/creeds2.v.i.i.v.html (diakses 21 November
2017).
Konsili Trent, Sesi 13, 11 Oktober 1551, DeCretum De Sanctissimo Eucharistiæ.
https://www.ccel.org/ccel/schaff/creeds2.v.i.i.vi.html (diakses 21 November
2017).
Koop, Karl, ed. Confessions of Faith in the Anabaptist Tradition 1527-1660.
Kitchener: Pandora Press, 2006.
Maurer, Wilhelm. Historical Commentary on the Augsburg Confession.
Diterjemahkan oleh H. George Anderson. Minneapolis: Fortress Press, 1986.
21
Plantinga, Cornelius, Jr. A Place to Stand: A Reformed Study of Creeds and
Confessions. Grand Rapids: Faith Alive Christian Resources, 1979.
Schaff, Philip. The Creeds of the Evangelical Protestant Churches. Grand Rapids:
Christian Classics Ethereal Library, 2004.
22
Download