Prosiding Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan Yogyakarta, 13 Desember 2018 SENATIK 2018, Vol. IV, ISBN 978-602-52742-0-6 NUMERICAL ANALYSIS DISCONTINUITY OF THIN WALLED TUBE SUBJECTED LOW VELOCITY IMPACT Bismil Rabeta1), Sahril Afandi Sitompul2) Fakultas Teknologi Dirgantara Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma Jl.Protokol Halim Perdanakusuma Komplek Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta,13610 PENDAHULUAN 1 2 3 4 5 DASAR TEORI SET UP PEMODELAN NUMERIK HASIL DAN PEMBAHASAN KESIMPULAN Pendahuluan menunjukkan bahwa negara yang memiliki pendapatan perkapita tinggi mengalami perkiraan peningkatan jumlah kecelakaan terbesar. Gambar 1.1 Kurva perkiraan peningkatan kecelakaan lalu lintas di dunia[1] World Health Organization; World report on road traffic injury prevention; 2004 Pendahuluan Gambar 1.2. menunjukkan persentase tingkat kecelakaan berdasarkan pendapatan perkapita negara dan jenis kendaraan. Pada umumnya, kecelakaan terbesar terjadi di negara yang memiliki pendapatan perkapita tinggi seperti USA, Australia, Norway, dan Netherlands dengan jenis kecelakaankendaraan roda empat.[1] Gambar 1.2 Persentase kecelakaan berdasarkan pendapatan negara dan jeniskendaraan[1] Pendahuluan Di Indonesia, menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) menyebutkan pada 2015, jumlah kecelakaan lalu lintas mencapi 98.000 kasus. Angka ini meningkat 3,19 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 95.000 ribu kasus. Jumlah kecelakaan lalu lintas dalam 10 tahun terakhir mengalami fluktuasi, peningkatan paling tinggi terjadi pada tahun 2012, mencapai lebih kurang 118.000 kasus.[2] Gambar 1.3 Jumlah kecelakaan angkutan darat 2007-2015 menurut data BPS[2] Pendahuluan Gambar 1.4 Distribusi kecelakaan mobil di dunia berdasarkan tipe tabrakan[4] Tingkat persentase kecelakaan mobil yang tinggi tersebut terjadi berdasarkan berbagai jenis variasi tabrakan. Tabrakan dari arah bagian depan memiliki persentase paling tinggi hingga mencapai sekitar 60%. Gambar 1.4, menunjukkan persentase dari tiap jenis tabrakan dimana jenis tabrakan ini sering terjadi karena kepadatan arus lalu lintas yang tinggi. Jenis tabrakan ini terjadi akibat tabrakan dengan mobil lain maupun tabrakan dengan benda-benda lain.[3] Pendahuluan Crushing box adalah struktur yang didesain untuk menyerap energi tumbukan menjadi deformasi plastis berupa wrinkling dan buckling terutama pada kasus tumbukan longitudinal. Apabila terjadi tumbukan dan crushing box tidak berdeformasi, maka beban tumbukan ini akan langsung diteruskan ke daerah kabin penumpang, dan dapat diperkirakan penumpang akan langsung merasakan beban tumbukannya, keselamatan penumpang pun terancam Oleh karena itu, diharapkan seluruh energi tumbukan dapat diserap menjadi kerusakan plastis pada struktur crushing box. Gambar 1.5 Struktur bumper kendaraan[4] Dasar teori Impact (Tubrukan) Beradasarkan Salah Faik dan Witteman ada empat aspek penting dalam masalah tubrukan yaitu : Mekanika Klasik Propagasi Gelombang Elastik Mekanika Kontak Deformasi Plastis Dasar teori Sebuah tabung aluminium diberi beban aksial / Tubrukan (gambar 2.2) Maka deformasi pada tabung akan didapatkan dalam bentuk kurva gaya (crushing force) terhadap perpindahan (crushing length) yang diperlihatkan pada gambar 2.3. Gambar 2.2 Tabung aluminium diberi pembebanan aksial Gambar 2.3 Kurva gaya (curshing force)-perpindahan (crushing length) tabung aluminium yang diberi beban aksial DASAR Software Abaqus 6.14 Benda Rigid Lebar = 120 mm Tebal = 35 mm Massa = 65 kg V tubrukan = 5 m/s (a)=tebal 0,8 mm; (b)=tebal 1,0 mm; (c)=tebal 1,2 mm; (d)=tebal 1,4 mm; (e)=tebal 1,6 mm; (f)=tebal 1,8 mm Material Tabung Tujuan Penelitian Memodelkan dan mensimulasikan tumbukan tabung diskontinuitas elips dengan variasi D/b 0.0, 0.2, 0.3 dan 0,5 dengan Mengetahui harga crushing force terhadap displacement untuk masingmasing variasi Membandingkan harga peak crushing force untuk tiap variasi. Geometri dan Variasi D/b Ratio, serta variasi kecepatan tubrukan Tabel 1. Geometri simulasi tabung persegi panjang dengan efek diskontinuitas elips Lebar, Ketebalan, Tinggi b t L (mm) (mm) (mm) 38 1.15 180 Kecepatan Jumlah D/b Lubang Tabrakan (m/s) 0.0 4.3684 0.2 4.3812 0.3 4.3602 2 0.5 4.4024 Massa Tabrak (kg) 45.5 (a) (D) Gambar 3. Geometri struktur Crush Box Gambar 4. Perbandingan diameter sumbu utama (D) dengan diameter sumbu minor (a) pada variasi lubang elips Set-up Pemodelan Numerik Software Abaqus 6.14 Rigid Rigid Hasil dan Pembahasan Gambar 5. Hasil mode deformasi dan grafik crushing force dari tabung crush box dengan D/b = 0.0 Hasil dan Pembahasan Gambar 6. Hasil mode deformasi dan grafik crushing force dari tabung crush box dengan D/b = 0.2 Hasil dan Pembahasan Gambar 7. Hasil mode deformasi dan grafik crushing force dari tabung crush box dengan D/b = 0.3 Hasil dan Pembahasan Gambar 8. Hasil mode deformasi dan grafik crushing force dari tabung crush box dengan D/b = 0.5 Perbandingan grafik deformasi pada tabung crush box dengan lubang elips untuk rasio D/b 0.0, 0.2, 0.3, dan 0.5. Grafik Peak Crushing Force (P max) variasi rasio D/b pada tabung crush box dengan lubang berbentuk elips. Kesimpulan • Hasil dari simulasi numerik didapatkan nilai peak force tertinggi dihasilkan oleh tabung dengan D/b =0.0, sedangkan peak force terendah dihasilkan oleh tabung dengan D/b = 0.5. Sehingga dapat ditarik simpulan bahwasannya dengan D/b yang semakin besar maka nilai peak force yang dihasilkan semakin kecil. • Sehingga dengan menggunakan disain crush box dengan efek kontinuitas elips D/b yang semakin besar dapat memperlambat terjadinya efek tubrukan terhadap tubuh penumpang yang mengendarai mobil. Progress Selanjutnya • Hasil peak crushing force untuk tabung yang memiliki lubang elips dapat dibandingkan dengan hasil peak crushing force untuk tabung yang memiliki lubang lingkaran dengan ratio D/b yang sama.