PENYELESAIAN PENGUJIAN SIKLUS SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN : AUDIT AKUN PIUTANG DAGANG Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan metodologi untuk merancang uji rincian saldo dengan menggunakan model risiko audit 2. Merancang dan melakukan analitis prosedur untuk akun di siklus penjualan dan penagihan 3. Merancang dan melakukan uji rincian saldo akun piutang 4. Memperoleh dan mengevaluasi konfirmasi akun piutang 5. Merancang prosedur audit untuk audit piutang usaha, menggunakan perencanaan bukti lembar kerja sebagai panduan Tujuan 1: Metodologi untuk Merancang Pengujian Rincian Saldo Gambar 16-1 menunjukkan metodologi auditor mengikuti rancangan p engujian yang tepat rincian saldo piutang. Bukti yang tepat untuk memperoleh dari pengujian rincian saldo harus menentukan pada dasar tujuan. Karena beberapa interaksi mempengaruhi kebutuhan untuk bukti dari pengujian rincian saldo, keputusan audit ini bisa jadi rumit. Contohnya, auditor harus mengevaluasi potensi dari kecurangan dan juga mempertimbangkan yang menjadi sifatnya risiko, yang mungkin berbeda secara objektif, serta hasil uji kontrol dan penilaian risiko pengendalian terkait, yang juga mungkin berbeda secara objektif. Auditor harus juga pertimbangkan hasil uji substantif penjualan dan penerimaan. Dalam merancang tes rincian saldo piutang usaha, auditor harus memuaskan masing-masing dari delapan tujuan audit terkait dengan saldo. Delapan tujuan umum adalah sama untuk semua akun. Khusus diterapkan untuk piutang, 1. Piutang pada neraca saldo berkaitan dengan jumlah master file, dan total sebenarnya ditambahkan dengan buku besar (Detail tie-in) 6. Tercatat adanya piutang (Adanya) Rekening yang ada piutang disertakan. (Kelengkapan) Piutang akurat. (Ketepatan) Piutang benar diklasifikasikan. (Klasifikasi) Memotong untuk piutang usaha adalah benar. (Memotong) 7. Piutang dinyatakan sebesar nilai yang dapat direalisasi. (Nilai yang dapat direalisasikan) 8. Klien memiliki hak atas piutang dagang. (Hak) 2. 3. 4. 5. Auditor menggunakan faktor-faktor dalam baris untuk membantu dalam menilai risiko pendeteksian terencana untuk piutang usaha, secara obyektif. Siswa audit perlu memahami keseluruhan metodologi untuk merancang pengujian rincian saldo piutang dan semua akun lainnya. Pengujian piutang didasarkan pada prosedur penilaian risiko auditor itu memberikan pemahaman tentang bisnis dan industri klien. Sebagai bagian dari pemahaman ini, auditor mempelajari industri klien dan eksternal lingkungan dan mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk diidentifikasi risiko bisnis klien dimana dapat mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang. Sebagai bagian dari pemahaman ini, auditor juga melakukan prosedur analitis pendahuluan yang mengindikasikan adanya peningkatan risiko salah saji pada piutang. Risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang dianggap terjadi pada auditor evaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan untuk piutang usaha. Sebagai contoh, sebagai akibat dari perubahan yang merugikan dalam lingkungan ekonomi industri, auditor mungkin meningkatkan risiko inheren atas nilai realisasi bersih dari piutang usaha. Auditor pertama-tama memutuskan penetapan awal materialitas untuk keseluruhan laporan keuangan, dan kemudian mengalokasikan awal jumlah penilaian ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk akun piutang. Alokasi ini disebut pengaturan salah saji yang dapat diterima. Piutang adalah biasanya salah satu akun paling material dalam laporan keuangan perusahaan yang menjual secara kredit. Untuk saldo piutang usaha kecil sekalipun, transaksi di siklus penjualan dan penagihan yang mempengaruhi saldo piutang sebagian besar pasti sangat signifikan. Auditor menilai risiko inheren untuk setiap tujuan akun seperti akun piutang, mengingat risiko bisnis klien dan sifat klien dan industri. SAS 99 menunjukkan bahwa auditor biasanya harus mengidentifikasi risiko penipuan tertentu untuk pendapatan pengakuan. Hal ini mungkin mempengaruhi penilaian auditor terhadap risiko inheren untuk hal-hal berikut tujuan: eksistensi, potongan penjualan, dan hasil penjualan dan tunjangan potongan. Hal yang biasa terjadi bagi klien untuk salah melacak potongan baik dengan kesalahan atau melalui kecurangan. Hal ini juga umum bagi klien secara tidak sengaja atau curang salah menagih penyisihan penghapusan aktiva (nilai yangdapat direalisasikan) karena sulitnya penilaian untuk menentukan keseimbangan yang benar. Pengendalian internal atas penjualan dan penerimaan kas dan piutang lain - lain adalah sebagai berikut: paling tidak efektif bagi kebanyakan perusahaan karena manajemen berkepentingan menyimpan catatan akurat untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Auditor adalah menyangkut tiga aspek pengendalian internal: 1. Kontrol yang mencegah atau mendeteksi penggelapan 2. Kontrol atas cutoff 3. Kontrol terkait dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif Sebelumnya, kami mempelajari tujuan audit terkait transaksi dalam penjualan dan penagihan siklus. Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi yang terkait tujuan audit untuk menyeimbangkan tujuan audit yang terkait dalam menentukan risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan untuk pengujian rincian saldo. Gambar 16-2 menunjukkan hubungan untuk dua kelas utama dari transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan. Misalnya, asumsikan auditor menyimpulkan bahwa risiko pengendalian untuk transaksi penjualan dan penerimaan kas rendah untuk akurasi transaksi yang berhubungan dengan tujuan audit. Auditor dapat menyimpulkan hal tersebut kontrol untuk tujuan audit terkait akurasi saldo piutang adalah efektif karena satu-satunya transaksi yang mempengaruhi piutang adalah penjualan dan penerimaan uang tunai. Tentu saja, jika pengembalian penjualan dan tunjangan dan penghapusan dihapuskan piutang dagang signifikan, risiko pengendalian yang diperhitungkan juga harus dipertimbangkan dua kelas transaksi ini. Dua aspek hubungan pada Gambar 16-2 pantas disebutkan secara khusus: 1. Untuk penjualan, kejadian audit yang berhubungan dengan transaksi tersebut mempengaruhi eksistensi tujuan audit yang berhubungan dengan keseimbangan. Untuk penerimaan kas, bagaimanapun, kejadiannya tujuan audit terkait transaksi mempengaruhi kelengkapan keseimbangan yang terkait tujuan audit Hubungan yang sama ada untuk kelengkapan transaksi yang berhubungan dengan tujuan audit. Alasan untuk kesimpulan yang agak mengejutkan ini adalah bahwa peningkatan penjualan meningkatkan piutang, namun terjadi kenaikan penerimaan kas menurunkan piutang usaha. Misalnya, merekam penjualan yang tidak terjadi melanggar terjadinya transaksi yang berhubungan dengan tujuan audit dan adanya tujuan audit penyeimbang (both overstatement). Mencatat penerimaan uang tunai yang dilakukan tidak terjadi pelanggaran yang terjadi pada transaksi yang berkaitan dengan tujuan audit, tapi juga melanggar kelengkapan tujuan audit terkait saldo piutang karena piutang yang masih beredar tidak lagi termasuk dalam catatan. 2. Nilai realisasi dan audit piutang piutang dagang yang dapat direalisasikan tujuan, serta tujuan presentasi dan pengungkapan-terkait, tidak dipengaruhi oleh risiko pengendalian yang dinilai untuk kelas transaksi. Untuk menilai kontrol risiko di bawah maksimum untuk tujuan ini, auditor harus mengidentifikasi dan uji kontrol terpisah yang mendukung tujuan tersebut. Gambar 16-7 mencakup tiga baris untuk risiko pengendalian yang dinilai: satu untuk penjualan, satu untuk penerimaan kas, dan satu untuk kontrol tambahan terkait dengan piutang dagang keseimbangan. Sumber dari setiap risiko pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas adalah risiko pengendalian matriks mengasumsikan bahwa hasil tes kontrol mendukung penilaian awal. Itu auditor membuat penilaian terpisah terhadap risiko pengendalian untuk tujuan yang hanya terkait dengan saldo piutang atau tujuan audit presentasi dan pengungkapan. Hasil pengujian kontrol menentukan apakah pengendalian risiko dinilai penjualan dan penerimaan kas perlu direvisi. Auditor menggunakan hasil substantif tes transaksi untuk mengetahui sejauh mana risiko deteksi terencana terpenuhi untuk setiap rekening tujuan audit terkait dengan saldo piutang. Perencanaan bukti lembar kerja pada Gambar 16-7 menunjukkan tiga baris untuk risiko pengendalian dan dua untuk tes substantif transaksi, satu untuk penjualan, dan yang lainnya untuk penerimaan kas. Tujuan 2: Merancang dan melakukan analitis prosedur untuk akun di siklus penjualan dan penagihan Prosedur analisis sering dilakukan selama tiga tahap audit: selama perencanaan, saat melakukan tes terperinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Bab ini mencakup perencanaan prosedur analisis dan analisis substantif prosedur yang dilakukan saat melakukan tes terperinci untuk akun dalam penjualan dan siklus koleksi sebagian besar prosedur analitik yang dilakukan selama tahap pengujian rinci dilakukan setelah tanggal neraca tapi sebelum tes rincian saldo. Tidak masuk akal untuk itu Lakukan prosedur analisis yang ekstensif sebelum klien mencatat semua transaksi untuk tahun ini dan menyelesaikan laporan keuangan. Auditor melakukan prosedur analitis untuk seluruh siklus penjualan dan pengumpulan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini diperlukan karena adanya hubungan yang erat antara laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam penjualan atau pengembalian penjualan dan tunjangan dengan menggunakan prosedur analitik, piutang dagang kemungkinan akan menjadi salah mengimbangi salah saji. Tabel 16-1 menyajikan contoh rasio dan perbandingan untuk penjualan dan siklus pengumpulan dan salah saji potensial yang mungkin ditemukan oleh prosedur analitis. Meskipun Tabel 16-1 berfokus pada perbandingan hasil tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya, auditor juga mempertimbangkan hasil tahun berjalan dibandingkan dengan anggaran dan tren industri. Amati di kolom "kemungkinan salah saji" bagaimana neraca dan pendapatan akun pernyataan akan terpengaruh Misalnya, ketika auditor melakukan analitis pro - prosedur dijelaskan untuk penjualan, bukti sedang diperoleh tentang kedua penjualan dan piutang. Selain prosedur analitik pada Tabel 16-1, auditor juga harus meninjau ulang piutang untuk jumlah besar dan tidak biasa, seperti saldo besar, rekening yang telah beredar sejak lama, piutang dari perusahaan afiliasi, pejabat, direksi, dan pihak terkait lainnya, dan saldo kredit. Untuk mengidentifikasi ini jumlah auditor harus meninjau daftar akun (umur neraca saldo) di tanggal neraca untuk menentukan akun mana yang harus diselidiki lebih lanjut. Untuk menggambarkan penggunaan prosedur analitis selama tahap pengujian rinci, Tabel 16-2 menyajikan informasi keseimbangan percobaan komparatif untuk penjualan dan pengumpulan informasi siklus untuk Hillsburg Hardware Co. Membangun informasi tersebut, Tabel 16-3 menunjukkan beberapa prosedur analisis substantif. Satu-satunya potensi salah saji yang ditunjukkan dalam kedua tabel ini adalah dalam penyisihan penghapusan piutang. Ini adalah ditunjukkan dengan rasio penyisihan piutang tak tertagih, seperti yang dijelaskan pada bagian bawah Tabel 16-3. Kesimpulan auditor tentang prosedur analisis substantif untuk penjualan d an siklus koleksi yang tergabung dalam worksheet perencanaan bukti dalam Gambar 16-7 di baris ketiga dari bawah. Karena prosedur analitik bersifat substantif, mereka mengurangi ejauh mana auditor perlu melakukan tes terperinci dari saldo, jika hasil prosedur analitis menguntungkan. Bila prosedur analitis dalam siklus penjualan dan pengumpulan mengungkap hal yang tidak biasa Fluktuasi, bagaimanapun, auditor harus mengajukan pertanyaan tambahan mengenai manajemen. Tanggapan manajemen harus dievaluasi secara kritis untuk menentukan apakah mereka cukup jelaskan fluktuasi yang tidak biasa dan apakah itu didukung oleh bukti yang menguatkan . Tes yang tepat untuk rincian saldo bergantung pada faktor-faktor yang tercantum dalam bukti merencanakan lembar kerja pada Gambar 16-7. Risiko deteksi yang direncanakan untuk setiap piutang tujuan audit yang berhubungan dengan keseimbangan ditunjukkan pada baris kedua dari bawah. Ini adalah sebuah keputusan subjektif yang dibuat oleh auditor setelah mereka menggabungkan kesimpulan yang dicapai tentang masing-masing faktor yang tercantum di atas baris itu. Tugas penggabungan faktor-faktor yang menentukan risiko pendeteksian yang direncanakan adalah kompleks karena pengukuran untuk masing-masing faktor tidak tepat dan sesuai bobot yang diberikan pada masing-masing faktor sangat subjektif. Sebaliknya, hubungan antara setiap faktor dan risiko deteksi terencana sudah mapan. Misalnya, auditor tahu bahwa risiko inheren atau risiko pengendalian yang tinggi mengurangi risiko deteksi yang direncanakan dan meningkat uji substantif terencana, sedangkan hasil pengujian substantif yang baik meningkatkan risiko deteksi terencana dan mengurangi tes substantif terencana lainnya. Baris terbawah pada Gambar 16-7 menunjukkan bukti audit yang direncanakan untuk tes rincian saldo piutang secara obyektif. Seperti yang telah kita diskusikan, rencanakan Bukti audit adalah kebalikan dari risiko deteksi terencana. Setelah memutuskan apakah direncanakan bukti audit untuk tujuan tertentu tinggi, sedang, atau rendah, auditor harus melakukannya memutuskan prosedur audit yang tepat, ukuran sampel, item untuk dipilih, dan waktu. B.MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO Tujuan 3: Merancang dan melakukan uji rincian saldo akun piutang Walaupun lebih menekankan akun neraca ketika melakukan pengujian atas rincian saldo auditor tidak boleh mengabaikan akun –akun laporan laba rugi karena akun-akun itu di uji sebagai produk smapingan dari pengujian neraca.sebagai contoh jika auditor mengkorfirmasi saldo piutang usaha dan menemukan lebih saji yang disebabkan oleh kesalahan dalam menagih pelanggan ,maka baik piutang usaha maupun penjualan akan lebih saji. Konfirmasi piutang usaha merupakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha yang paling penting.sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih didasarkan pada aged trial balance.aged trial balance menyajikan daftar saldo –saldo dalam file induk piutang usaha pada tanggal neraca,termasuk saldo pelanggaran individual yang beredar dalam rincian saldo pada waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca. Piutang usaha yang dicatat memang ada ,Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas rincian saldo yang paling penting untuk menentukan keberadaan atau eksistensi piutang usaha yang dicatat jika pelanggan tidak merespon konfirmasi,auditor juga memeriksa dokumen pendukung guna menverfikasi pengiriman barang dan bukti penerimaan kas untuk menentukan apakah piutang tak tertagih. Piutang usaha yang telah dicantumkan ,sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun yang dihilangkan dari aged trial balance,kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan sendiri pada file induk piutang usaha. Piuang usaha sudah akurat ,konfirmasi akun yang sudah dipilih dari neraca saldo nmerupakan pengujian atas rincian saldo yang paling umum bagi keakuratan piutang usaha.jika pelanggan tidak merespon permintaan konfirmasi ,auditor akan memeriksa dokumen pendukung dengan cara yang sama seperti yang diuraikan untuk tujan keberadaan. Piutang usaha di klasifikasikan dengan benar ,biasanya auditor dapat mengevaluasi klasivikasi piutang usaha relative jauh lebih mudah dengan mereview aged trial balance untuk piutang yang material dari klasifikasi,dari pejabat ,direktur,atau pihak terkait lainnya. Salah saji pisah batas(cutoff misstatement),terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat dalam periode selanjutnya.tujuan dari pengujian pisah batas,tampa mem andang jenis transaksi,adalah untuk menverfikasi apakah transaksi yang mendekati akhir priode akuntansi telah dicatat pada periode yang tepat.salah saji pisah batas dapat terjadi untuk penjualan,retur dan pengurangan penjualan,dan penerimaan kas.bagi masing-masing pos tersebut,auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk menentukan kelayakan pisah batas: 1. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat 2. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk memastikan kelayakan pisah batas 3. Menguji apakah pisah batas sudah benar. Pisah batas penjualan, sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur mencatat penjualan berdasarkan criteria pengiriman barang akan dapat terjadi sebelum pengiriman (seperti pada kasus barang yang di buat secara maassal). Pisah batas retur dan pengurangan penjualan , prinsip –prinsip akuntansi yang diterima umum mengharuskan bahwa retur dan pengurangan penjualan ditandingkan dengan penjualan yang terkait jika jumlahnya material,akan tetapi bagi sebagian besar retur dan pengurangan penjualan dicatat pada periode aqkuntansi dimana hal itu terjadi. Pisah batas penerimaan kas ,untuk sebagian besar audit,pisah batas penerimaan yang benar kurang begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha.jauh lebih mudah menguji salah saji pisah batas penerimaan kas yang (yang sering disebut sebagai penyelenggaraan pembukuan penerimaan kas terbuka )dengan menelusuri penerimaan kas yang dicatat kesetoran bank periode selanjutnya pada laporan bank. Piutang usaha (realizable value of accounts receivable),sama dengan piutang usahakotor dikurangi penysihan piutang tak tertagih untuk menghitng penjualan mengestimasi total jumlah piutang usaha yang di perkirakan tidak dapat di tagih. Beban piutang tak tertagih , setelah auditor puas dengan penyisihan piutang tak tertagih ,akan jauh lebih mudah memverifikasi beban piutang tak tertagih .asumsikan bahwa: saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagai bagian dari pengujian subtansif atas transaksi saldo akhir akun penyisihan telah diverifikasi dengan berbagai cara. Klien memiliki hak atas piutang usaha ,pada umumnya hak klien atas piutang usahatidakmenimbulkan masalah karena biasanya piutang milik klien .akan tetapi dari beberapa kasus sebagian dar piutang mungkin telah digadaikan sebagai jaminan,dibebankan kepada orang lain.difaktorkanatau di jual dengan discon. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha , pengujian terhadap empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan umumnya dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit.akan tetapi beberapa pengujian atas penyajian dan pengungkapan sering kali dlakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. KonfirmasiPiutangDagang Tujuan 4: Memperoleh dan mengevaluasi konfirmasi akun piutang Persyaratan Standard Auditing Standard audit mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam kondisi normal. PSA 07 (SSA 330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan konfirmasi tersebut, yaitu : 1 Piutang dagang jumlahnya tidak material. Hal ini biasa terjadi pada perusahaan tertentu, misalnya totko diskon dengan penjualan tunai dan kartu kredit. 2 Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif karena tingkat respon yang rendah atau tidak dapat diandalkan. Dalam industry tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respon untuk konfirmasi itu sangat rendah. 3 Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti substantive lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang cukup. Jika klien memiliki pengendalian internal efektif dan risiko bawaan yang cukup rendah terhadap siklus penjualan dan penagihannya, maka auditor perlu memenuhi persyaratan dengan melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantive atas transaksi, dan prosedur analitis. Jenis-jenis Konfirmasi a Konfirmasi positif Konfirmasi positif adalah konfirmasi yang ditujukan kepada debitur untk meminta konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan dalam konfirmasi tersebut benar atau salah. Formulir konfirmasi kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyebutkan jumlah yang dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan penerima untuk mengisi jumlahnya atau memasukkan informasi lain. Formulir kosong ini jarang digunakan dalam praktik karena biasanya tingkat responnya lebih rendah. Konfirmasi tagihan adalah bentuk lain dari konfirmasi positif yang merupakan konfirmasi individual, bukan saldo keseluruhan piutang pelanggan. Banyak pelanggan menggunakan system voucher sehingga mereka bisa mengkonfirmasi tagihan individual, tetapi bukna informasi saldo keseluruhan. Akibatnya, penggunaan konfirmasi tagihan ini menaikkan tingkat respon. b Konfirmasi negative Konfirmasi negative juga ditujukan kepada debitur, tetapi hanya meminta respon jika debitur tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam konfirmasi. Konfirmasi positif merupakan bukti yang lebih dapat diandalkan karena auditor dapat melakukan prosedur lain jika respon tidak diperoleh dari debitur. Dengan konfirmasi negative, pelanggan bisa saja tidak merespon dan dianggap menyetujui jumlah yang dikonfirmasi, meskipun mungkin sebenarnya pelanggan mengabaikan permintaan konfirmasi. Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan, dan hal ini sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negative dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi. 1 Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil. 2 Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah. Kombinasi risiko tidak dapat dikatakan rendah jika pengendalian internal tidak efektif atau terdapat kemungkinan salah saji. Jika audit tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa piutang dagang sering tidak akurat, maka konfirmasi negative tidak tepat untuk dilakukan. 3 Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi yang diminta. Misalnya, jika tingkat respon konfirmasi positif tahun-tahun sebelumnya sangat tinggi atau jika terdapat tingkat respon yang tinggi pada klien yang sama. Biasanya, jika konfirmasi negative dilakukan, maka auditor akan memberikan penekanan pada efektifitas pengendalian internal, pengujian substantive dan prosedur analitis sebagai bukti kewajaran piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi akan membaca dengan seksama dan merespon permintaan konfirmasi. Konfirmasi negative biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan industry lain yang piutang dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum. Kombinasi konfirmasi negative dan konfirmasi positif juga biasa dilakukan dengan mengirimkan konfirmasi positif kepada debitur dengan saldo besar dan menggunakan konfirmasi negative kepada debitur bersaldo kecil. Pilihan konfirmasi oleh auditor dipengaruhi oleh materialitas dari total piutang dagang, jumlah dan ukuran setiap akun, risiko pengendalian, risiko yang tak terhindarkan, efektifitas dari konfirmasi sebagai bukti audit, dan ketersediaan bukti audit lain. Penetepan Waktu Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal neraca. Dengan ini auditor dapat secara langsung menguji saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu memperhatikan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Selain itu, untuk melakukan audit berbasis ketepatan waktu, biasanya diperlukan konfirmasi akun-akun selama tanggal intermin. Jika auditor memutuskan untuk mengkonfirmasi piutang dagang sebelum akhir tahun, maka auditor tersebut biasanya menyiapkan skedul ke depan u ntuk merekonsiliasi saldo piutang dagang pada tanggal neraca. Keputusan Pengambilan Sampel Jumlah sampel Factor utama yang mempengaruhi jumlah sampel dalam melakukan konfirmasi piutang dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu: Salah saji yang dapat diterima. Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relative dari total piutang dagang, jumlah akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspektasi salah saji). Risiko pengendalian. Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantive lainnya (perluasan dan hasil dari pengujian substantive atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detail lainnya). Tipe konfirmasi (konfirmasi negative biasanya membutuhkan sampel lebih ban yak). Pemilihan Sampel Pengujian Beberapa tingkatan sampel diperlukan bagi hamper seluruh jenis konfirmasi. Dalam melakukan pendekatan untuk memilih tingkatan sampel, auditor perlu mempertimbangkan besaran nominal akun per individu dan jangka waktu peredaran piutang dagang. Dalam banyak kasus, auditor mengambil sampel seluruh akun diatas jumlah nominal tertentu dan memilih sampel acak atas sisanya. Menjalankan Pengendalian Setelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor perlu melakukan pengendalian konfirmasi hingga dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu menyiapkan konfirmasi, seperti memasukkan surat konfirmasi ke dalam amplop tertutup, atau melekatkan cap pada amplop, auditor harus melakukan pengawasan ketat. Tindak Lanjut Bila Tidak Ada Tanggapan Surat konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak dap at dianggap sebagai bukti audit. Misalnya, tidak ada tanggapan atas konfirmasi positif bukan berarti merupakan bukti audit. Sama halnya dengan konfirmasi negative, jika tidak ada respon maka auditor tidak boleh menyimpulkan bahwa pelanggan menerima permintaan konfirmasi dan membenarkan permintaan informasi. Jika menggunakan konfirmasi positif, PS 07 mensyaratkan prosedur tindak lanjut bila terdapat konfirmasi yang tidak diatnggapi. Biasanya, tindak lanjut dilakukan dengan mengirimkan permintaan konfirmasi kedua atau bahkan ketiga. Jika pelanggan tetap tidak mengembalikan surat konfoirmasi, maka perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur alternative. Tujuan dari prosedur alternative adalah menentukan, tanpa konfirmasi, apakah akun yang tidak dijawab memang benar ada, dan disajikan dengan benar pada tanggal konfirmasi. Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumen untuk menguji keberadaan dan akurasi transaksi penjualan individu yang tercantum dalam saldo akhir piutang dagang. Analisis Perbedaan Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auidtor harus menentukan alasan jika ditemukan perbedaan. Dalam banyak kasus, perbedaan tersebut disebabkan oleh beda waktu antara pencatatan klien dan pelanggan. Beda waktu perlu dipisahkan dari pengecualian (exeption), yang merupakan salah saji atas saldo piutang dagang. Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil konfirmasi meliputi : Pembayaran yang dilakukan Perbedaanbiasanya terjadi ketika pelanggan sudah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembyaran saat pencatatan sebelum tanggal konfirmasi. Hal ini perlu diselidiki dengan saksama dengan seksama untuk mengetahui kemungkinan salah saji akibat pisah batas penerimaan kas, penggelapan dengan mengguhkan pencatatan penerimaan kas (lapping), atau pencurian kas. Barang Belum diterima Perbedaan ini biasanya timbul karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat pembelian pada saat barang diterima. Waktu ketika barang dalam masa pengiriman menyebabkan perbedaan pelaporan tanggal penerimaan barang atau salah saji akibat pisah batas pada catatan pelanggan. Pengembalian Barang Kesalahan klien dalam mencatat memo kredit dapat terjadi karena beda waktu atau kesalahan pencatatan retur dan cadangan penjualan. Sama halnya dengan perbedaan lain, hal ini perlu diselidiki. Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Dipertentangkan Perbedaan yang terjadi dalam laporan pencatatan klien biasanya terjadi ketika pelanggan menyatakan terjadinya kesalahanatas harga barang, kerusakan barang, jumlah barang yang tidak diterima, dan lain-lain. Perbedaan ini perlu diselidiki untuk menentukan apakah klien melakukan kesalahan dan berapa jumlah keslahan yang terjadi. Dalam banyak kasus, auditor akan meminta klien merekonsiliasi perebdaan tersebut, dan jika perlu, akan mengkomunikasikan dengan pelanggan untuk menyelesaikan perbedaan tersebut. Auditor perlu berhati-hati dalam melakukan verifikasi kesimpulan klien untuk setiap perbedaan yang signifikan. Pengambilan Kesimpulan Ketika masalah perbedaan sudah diselesaikan, termasuk perbedaan yang ditemukan saat melakukan prosedur alternatif, auditor harus melakukan evaluasi ualng terhadap pengendalian internal. Setiap salah saji harus harus dianalisis untuk menentukan apakah hal ini konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat yang ditetapkan dalam resiko pengendalian. Jika terdapat jumlah salah saji yang signifikan dan tidak konsisten dengan evaluasi resiko pengendalian, maka perlu dilakukan revisi terhadap evaluasi dan mempertimbangkan dampak revsisi tersebut terhadap audit. Auditor pada perusahaan publik harus juga mempertimbangkan implikasi dari audit pe ngendalian internal atas pelaporan keuangan. Selain itu, perlu dipastikan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi dengan benar. Meskipun jumlah salah saji dalam sampel tidak signifikan dalam mempengaruhi laporan keuangan, auditor perlu mempertimbangkan jika salah saji itu menjadi material dalam populasi. Generalisasi hasil sampel ke populasi dapat dialakukan melalui teknik pengambilan sampel sacara statistik atau non statistik. Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi kualitatif dan salah saji yang ditemukan dalam sampel, tampa memperhatikan nominal salah saji populasi yang diestimasi. Bahkan, jika salah saji yang diestimasi lebih kecil dari salah saji yang dapat diterima untuk piutang dagang, salah saji yang ditemukan dalam sampel bisa saja merupakan gejala dari masalah yang lebih serius. Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah mengenai apakah bukti memadai telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi , prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian subtantif lain untuk menguatkan pengambilan keputusan mengenai kebenaran saldo yang disajikan. Mengembangkan PengujianAtas Program Audit Perinci Tujuan 5: Merancang prosedur audit untuk audit piutang usaha, menggunakan perencanaan bukti lembar kerja sebagai panduan Untuk lebih mempermudah pemahaman maka dalam membahas subbab ini, maka akan digunakan contoh kasus pada PT Perkakas Prima guna mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk pengujian perincian dalam siklus penjualan dan penagihan. Prosedur ini ditentukan atas dasar pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi. Mira Abadi, seorang auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti sebagai panduan dalam memutuskan seberapa luas pengujian perincian saldo tersebut. Informasinya adalah sebagai berikut: Salah saji yang dapat diterima. Ketentuan awal atas materealitas adalah diatas Rp 442.000.000 (sekitar 6% dari laba operasi sebesar Rp 7.370.000.000). Ia mengalokasikan Rp 265.000.000 ke audit piutang dagang. Risiko audit yang bias diterima. Mira menentukan risiko audit yang dapat diterima adalah tinggi, karena perusahaan dalam kondisi keuangan yang bagus, stabilitas keuangan yang tinggi, dan pengguna laporan keuangan yang hanya sedikit. Risiko bawaan. Mira menentukan bahwa tingkatan risiko yang tak terhindarkan adalah medium untuk keberadaan dan pisah batas karena hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pengakuan pendapatan. Mira juga menentukan risiko yang tak terhindarkan adalah medium untuk nilai realisasi. Pada tahun-tahun sebelumnya, klien membuat penyesuaian audit atas cadangan piutang tak tertagih karena terbukti kurang saji. Risiko bawaan untuk tujuan lain ditetapkan rendah. Risiko pengendalian. Penentuan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit sesuai dengan standar yang ada. Pengujian substantive atas hasil transaksi. Penentuan pengujian substantive atas hasil transaksi untuk setiap tujuan audit sesuai dengan standar yang ada. Prosedur analitis. Risiko deteksi terencana dan bukti audit terencana. Dua baris ini ditujukan untuk setiap tujuan berdasarkan kesimpulan dari dua baris lainnya. Berikut ini adalah table kertas kerja perencanaan b ukti untuk menentukan pengujian saldo PT Perkakas Prima (berdasarkan contoh kasus diatas) n n a a a a n a c o c d c r e o ni e p e e al si ar g u el A e l a k a et H P al er K a h k b si s n K b a fi ki a at a s s s k ar s i i p ai k K i n K i i N Risiko audit yang dapat diterima Tingg i Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Risiko bawaan Renda h Menen gah Renda h Renda h Renda h Menen gah Menen gah Renda h Menen gah Renda h Renda h Renda h Menen gah Tinggi Renda h Menen gah Renda h Renda h Renda h Renda h Tidak berlak u Renda h Tidak berlak u Tidak berlak u Tidak ada hasil Tidak ada hasil Tidak ada hasil Tidak ada hasil Tidak ada hasil Tidak ada hasil Tidak ada hasil Renda h Tidak berlak u Tidak berlak u Risiko pengendalian penjualan Risiko pengendalian penerimaan kas Risiko pengendalian pengendalian tambahan Pengujian substantif atas transaksi penjualan Pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas Prosedur analitis Risiko deteksi terencana untuk pengujian perincian saldo Bukti audit terencana untuk penguijian perincian saldo Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil tidak diteri ma Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil baik Renda h Tidak berlak u Tidak berlak u Tidak berlak u Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil baik Hasil tidak diteri ma Tingg i Menen gah Tinggi Menen gah Tinggi Renda h Renda h Tinggi Renda h Menen gah Renda h Menen gah Renda h Tinggi Tinggi Renda h