Uploaded by Nova Lailatul Rizkiyah

Habibie Award

advertisement
Prof.Mikrajuddin Abdullah Penerima Habibie Award 2018
Habibie Award merupakan penghargaan kepada perseorangan yang aktif berjasa dalam penemuan,
pengembangan, penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bermanfaat secara nyata dalam
peningkatan kesejahteraan, keadilan dan perdamaian yang diselenggarakan oleh Yayasan Sumber Daya
Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi(SDM IPTEK) dengan ketua Pembina Prof.Dr-Ing. Dr. Sc.
H.c. Bacharuddin Jusuf Habibie. Terdapat 5 bidang keilmuan yakni bidang Ilmu dasar, bidang ilmu
kedokteran dan bioteknologi,bidang ilmu rekayasa, bidang ilmu sosial ekonomi, politik, hukum, dan
bidang ilmu filsafat, agama dan kebudayaan. Tahun ini hanya 3 bidang yang memenuhi kualifikasi dari
para pakar ilmu yang tergabung dalam panitia seleksi Habibie Award.
Bertempat di Hotel Le Meridien Jakarta(13/11/2018), Yayasan SDM Iptek menetapkan tiga orang
penerima Habibie Award tahun 2018 yaitu Prof.Dr.Eng Mikrajuddin Abdullah (Ilmu Dasar), Prof.Rovina
Ruslami, dr.,Sp.PD,Ph.D (Ilmu Kedokteran) dan Prof.Dr.Ervin Aldrian, B.Eng., M.Sc (Ilmu Rekayasa).
Penghargaan B.J Habibie (Habibie Award) diberikan dalam bentuk medali, sertifikat, uang sebesar US
$25,000.
Prof.Mikrajuddin Abdullah merupakan penerima Habibie Award ke-9 sejak 1999-2018 dari Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA ITB). Secara khusus, Prof.Mikrajuddin adalah penerima
Habibie Award ke-6 dari Program Studi Fisika ITB, dimana 5 dari 6 penerima berasal dari Kelompok
Keahlian Fisika Material Elektronik.
Dalam pidato Penganugerahan Habibie Award periode XX-tahun 2018, Prof.Mikrajuddin Abdullah
menyampaikan pentingnya menjadi ilmuwan yang mengandalkan sumber daya agar tidak bergantung
pada pihak luar meskipun dukungan kegiatan riset dalam negeri masih belum maksimal seperti di negara
maju. Jika memiliki kendala dalam riset, Prof Mikrajuddin memberikan ide-ide kreatif dalam riset yaitu
membuat alat dari barang rumah tangga jika tidak bisa membeli alat mahal. Tetapi, secara keseluruhan
berfungsi sebagai peralatan standar seperti alat di laboratorium luar negeri.
“Riset yang saya lakukan tanpa harus datang ke pusat riset luar negeri, melakukan pengukuran di tempat
tersebut, atau menghasilkan makalah bersama dengan peneliti dari negara lain. Memang masih ada
keraguan sejumlah peneliti tanah air bahwa tanpa bekerja sama dengan peneliti luar, menggunakan alat
disana sangat sulit untuk menghasilkan makalah yang diterima di jurnal internasional. Saya ingin
membuktikan bahwa hal tersebut tidak selamanya benar. Memang sangat sulit, tetapi dengan kerja keras
kita bisa lakukan. Impian saya adalah generasi peneliti mendatang akan dapat melakukan hal yang sama.
Jika bergantung terus pada orang luar maka akan sulit sekali kita bersaing dengan mereka, kita akan selalu
berada dibawah bayang-bayang mereka. Tetapi untuk berada dalam kondisi tersebut kita harus punya
ketangguhan dan kerja keras luar biasa”pungkasnya.
Menurut pandangan Prof.Mikrajuddin, riset frontier yang dilakukam oleh lembaga riset terkenal di Negara
maju lebih banyak bertujuan menjawab permasalahan umat manusia di masa datang, terutama masalah
di negara maju. Riset frontier kadang tidak berkaitan langsung dengan permasalahan di negara
berkembang. Lebih lanjut, keterlibatan para peneliti hebat dari negara berkembang disana hanya
memberi sedikit konstribusi bagi negara asalnya. Bagi Prof.Mikrajuddin, riset dengan tujuan
menyelesaikan permasalahan bangsa harus menjadi fokus utama para peneliti Indonesia. Topik riset tidak
jauh dari permasalahan bangsa ini meliputi bidang pangan, air bersih, energi, penyakit tropis.
Tak hanya itu, Prof.Mikrajuddin menekankan bahwa periset harus menulis buku. Hal ini karena buku akan
dibaca dan dipelajari oleh generasi mendatang. Ilmuwan secara khusus memiliki wewewang dalam
keilmuan agar mencerdaskan jutaan orang di masa kini dan masa depan. Bagi Prof.Mikrajuddin, menulis
buku lebih sulit daripada menulis makalah ilmiah, hal ini karena menulis buku membutuhkan waktu yang
lama, tidak bisa memastikan kapan buku selesai, mengedit berkali kali, mencari penerbit yang mau
menerbitkan dengan keuntungan yang mungkin sedikit. Menulis buku khususnya sains artinya tidak ada
keuntungan ekonomi, hanya keinginan menyumbang ilmu pengetahuan untuk kecerdasan bangsa.
Prof.Mikrajuddin telah menghasilkan 49 buku, dengan 6 buku diantaranya dalam proses penerbitan,
dengan target 100 buku selama hidupnya, bukunya meliputi buku perkuliahan seperti pengantar
nanosains, mekanika statistik, pengantar fisika statistik, buku ajar anak SD, SMP, SMA, buku tentang
letusan tambora 1815, dll.
Ditulis oleh: Nova Lailatul Rizkiyah
Download