MENENTUKAN PDM PROYEK CABLE CAR KOTA BANDUNG A. Gambaran Umum Proyek - Tujuan Proyek o Tujuan dari proyek cable car kota Bandung adalah sebagai salah satu solusi permasalahan transportasi di kota Bandung dan merupakan salah satu alat transportasi yang ramah lingkungan, aman, nyaman, cepat, tepat waktu, terjangkau, tingkat keselamatan tinggi dan memiliki kapasitas angkut yang cukup besar serta dapat dijadikan sebagai saran wisata. - Deskripsi singkat o Salah satu solusi kemacetan lalu lintas di kota Bandung adalah cable car (kereta gantung). Kereta gantung dapat mengatasi kemacetan karena penggunaan moda ini akan menguranfi pemakaian ruas jalan oleh warga maupun wisatawan. Kereta gantung memiliki banyak manfaat bagi pengunanya, yaitu: ramah lingkungan, aman, nyaman, cepat, tepat waktu, terjangkau, tingkat keselamatan tinggi dan memiliki kapasitas angkut yang cukup besar. Selain itu, kereta gantung ini cukup layak diterapkan di Bandung untuk konsep pengembangan kota berbasis TOD (Transit Oriented Development) karena dapat menghubungkan titik-titik lokasi pusat aktivitas di kota Bandung serta dapat berintegrai (feeder) dengan sistem transportasi yang sudah ada. - Perkiraan Biaya o Berikut perkiraan biaya dari proyek cable car kota Bandung. B. Penentuan PDM - PDM yang sesuai untuk proyek cable car kota Bandung adalah PDM Tradisional (Design-Bid-Build). PDM DBB merupakan PDM yang diterapkan oleh perundangundangan untuk pelaksanaan proyek pemerintah, namun di sisi lain owner swasta juga sering menggunakan PDM ini. - PDM DBB dapat digunakan jika owner membutuhkan perancang proyek maupun pelaksana konstruksi. PDM DBB dibutuhkan owner dalam rangka: o Pengendalian yang tinggi kepada pihak-pihak yang ada o Owner dari fasilitas publik dan harus akuntabel dalam pengeluaran dana milik publik o Ditetapkan oleh peraturan: menggunakan metoda seleksi perancang berbasis kualifikasi serta menggunakan metoda kompetisi untuk pemilihan kontraktor - Dengan PDM DBB ini, owner harus memastikan dana yang dibutuhkan tersedia, tujuan proyek, dan menentukan standar serta bentuk kontrak. Pada tahap ini, biasanya owner melakukan tahap planning dan conceptual design. C. Analisis AMDAL Prosedur AMDAL terdiri dari: Proses penapisan (screening) wajib AM DAL Proses pengumuman Proses pelingkupan (sopping) Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Persetujuan Kelayakan Lingkungan 1. Proses Penapisan. Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Dalam proyek cable car ini, sudah ditentukan bahwa perlu adanya penyusunan AMDAL sebelum proses pembangunan dimulai. Hal ini dikarenakan proyek tersebut akan dibangun melintasi kawasan-kawasan strategis di kota Bandung sehingga harus dibuat analisis AMDAL apakah proyek ini nantinya dapat berjalan tanpa mengganggu stabilitas kondisi lingkungan disekitarnya. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara LH Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL. 2. Proses Pengumuman. Setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa kegiatan. Pada proses ini, pemerintah kota Bandung yang bertindak sebagai owner wajib mempublikasikan planning project cable car ke seluruh warga kota Bandung. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran, pendapat dan tanggapan diatur dalam Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. 3. Proses Pelingkupan. Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi, mengidentifikasi dampak penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi, menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang dikaji. Hasil akhir dan proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan. 4. Proses penyusunan dan penilaian KA-ANDAL. Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya. 5. Proses penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya. D. Refrensi 1. http://ppid.bandung.go.id/wp-content/uploads/2016/08/bump-indo-full.pdf. Diakses tanggal 20 September 2016. 2. http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/faq/119-amdal/173-bagaimanaprosedur-amdal. Diakses tanggal 20 September 2016.