Sanksi Ekonomi terhadap Rusia dan dampak Boomerang bagi Uni Eropa dalam Kasus Krimea oleh: Angga Gumilar Pada tahun 2014, Rusia berusaha menganeksasi wilayah Krimea yang merupakan bagian dari kedaulatan teritori Ukraina melalui intervensi militer Rusia di Krimea. Hal ini mengundang kecaman dari dunia internasional karena aneksasi Krimea oleh rusia merupakan tindakan illegal dan telah melanggar memorandum 1994 mengenai kedaulatan dan integrasi teritori Ukraina yang pada saat itu ditandatangani oleh rusia. Akan tetapi Rusia membantah tuduhan aneksasi dan mempertahankan argumennya bahwa Rusia menghormati hasil referendum Krimea dan hal itu dianggap legal dalam hukum internasional. Hal ini mendapat kecaman dari berbagai pihak seperti NATO, Uni Eropa, Majelis Umum PBB dan Amerika Serikat. Sebagai konsekuensinya, keanggotaan Rusia dalam G-8 dibekukan dan Amerika Serikat mulai menerapkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, diikuti oleh Uni Eropa, Kanada, Norwedia, Jepang, Australia dan negara lainnya (Schepp & Schemrgal, 2014). Sanksi Ekonomi pertama diterapkan oleh Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Eropa pada 17 Maret 2014, melarang kunjungan bagi beberapa elit politik Rusia dan membekukan asset-aset Rusia di luar negeri (U.S Dept of State, 2014). Sanksi ini disusul oleh Jepang yang menunda pembicaraan mengenai militer kedua negara, investasi dan pembebasan visa. Hal ini diharapkan dapat mendorong Rusia untuk mengembalikan Krimea pada Ukraina. Akan tetapi, sanksi pada putaran pertama tidak terlalu berpengaruh bagi Rusia yang secara ekonomi terintegrasi penuh dengan ekonomi global dan memiliki hubungan yang sangat erat dengan Eropa. Oleh karena itu, Amerika Serikat merilis daftar nama-nama elit politik Rusia dan 17 perusahaan yang dikenakan sanksi (U.S Dept of State, 2014). Pada hari yang sama, Uni Eropa merilis 15 nama elit politik Rusia yang terkena sanksi dan menyatakan bahwa tujuan dari sanksi ini bukanlah untuk menghukum rusia, akan tetapi digunakan sebagai cara untuk mengubah kebijakan Rusia di Krimea. Seiring berjalannya waktu dan kondisi di krimea yang semakin rawan, sanksi yang diberikan pada Rusia terus bertambah dan daftar para elit politik dan petinggi milter serta perusahaan yang disinyalir berkaitan dengan aneksasi Rusia terhadap Krimea terus bertambah. Pemberlakuan sanksi ekonomi terhadap Rusia tidak hanya berdampak bagi perekonomian Rusia, tetapi juga berdampak langsung pada perekonomian beberapa negara yang bahkan merupakan negara pemberi sanksi, meskipun tidak secara langsung seperti yang dialami Jerman. Bagi Rusia, sanksi ekonomi terkait krisis Krimea menyebabkan para investor memindahkan sahamnya ke luar negeri dan mencapai jumlah yang sangat besar yaitu $ 60 miliar dalam periode Januari- Maret 2015 (Yueh, 2015). Sebagai salah satu raksasa supplier energy Eropa dan salah satu dari tiga raksasa produsen minyak dunia, Sanksi ekonomi yang diberikan Rusia berdampak langsung pada perekonomian di Uni Eropa. Dalam kasus ini, sanksi ekonomi dapat menjadi boomerang bagi Uni Eropa yang secara tegas akan tetap memberlakukan sanksi bahkan lebih keras terhadap Rusia apabila krisis Krimea tidak segera di selesaikan. Jerman sebagai mitra perekonomian utama Rusia di Eropa terkena dampak langsung akibat dari sanksi ekonomi yang diberikan AS dan Uni Eropa. Sekitar 6200 perusahaan Jerman sangat erat hubungannya dengan Rusia mengalami kemunduran (Schepp & Schemergal, 2014). Tak hanya itu, negara-negara Uni Eropa lainnya yang memiliki hubungan perdagangan dengan Rusia mengalami dampak secara langsung seperti Perancis yang menjual alat-alat militernya pada Rusia terpaksa menghentikan penjualan tersebut, Italia yang sangat tergantung pada pasokan gas Rusia muali berfikir untuk mencari alternative pasokan gas untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Instumen ekonomi yang digunakan untuk mendorong Rusia keluar dari Krimea tidak serta merta menjadi cara yang efektif. Banyak pertimbangan yang harus dilakukan ketika suatu negara atau pun organsasi internasional menggunakan instrument ekonomi sebagai cara untuk mempengaruhi negara lain seperti pertimbangan dampak terhadap perekonomia domestic dan efektivitas penggunaan instrument ekonomi. Kita dapat bercermin dari sanksi ekonomi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Iraq ketika Iraq menginvasi Kuwait. Amerika Serikat dapat dikatakan meghancurkan Iraq dengan mengembargo Iraq dan memutuskan segala bentuk perdagangan terutama komoditas yang sangat vital seperti obat-obatan (Simons, 1999). Hal ini benar-benar melumpuhkan Iraq terlebih Iraq harus membayar semua kerugian pasca invasi Kuwait dan harus menghadapi tentara Amerika di negaranya sendiri. Instrument ekonomi yang digunakan Amerika dapat dikatakan terlalu berlebihan dan mengabaikan sisi kemanusiaan dan membahayakan keberlangsunagn hidup rakyat Iraq. Tercatat bahwa pada periode sanksi AS terkait invasi Kuwait, jumlah kematian di Iraq bertambah cepat dan anak-anak di Iraq menderita kekurangan nutrisi yang sangat parah (Drezner, 1999). Dari kasus sanksi ekonomi terhadap Rusia, dapat dipastikan dampak yang dihasilkan tidak hanya berpengaruh bagi Rusia akan tetapi pada negara-negara lain dan bahkan negara yang memberlakukan sanksi tersebut. Uni Eropa sebagai suatu badan supranasional mempertaruhkan perekonomian negara-negara anggotanya seperti Jerman yang secara langsung terkena dampak yang cukup parah dalam mengupayakan dikembalikannya Krimea pada Ukraina. Bahkan jika Rusia bersikeras menganeksasi Krimea, maka Uni Eropa berencana untuk memperberat sanksi ekonomi bagi Rusia. Hal ini memunculkan banyak pertentangan dikalangan elit politik Eropa karena akan berakibat fatal bagi perekonomian negara-negara Eropa. Yunani secara tegas akan menolak penambahan sanksi terhadap Rusia. Dapat disimpulkan bahwa sanksi ekonomi yang diberikan pada Rusia terkait krisis Krimea merupakan suatu cara untuk mengubah kebijakan Rusia terhadap wilayah tersebut. Akan tetapi dampak yang dihasilkan tidak hanya mempengaruhi Rusia melainkan memberikan dampak cukup parah bagi perekonomian negara lain seperti Jerman yang memiliki hubungan perekonomian yang sangat erat dengan Rusia. Instrument ekonomi dapat menjadi boomerang bagi negara ataupun organisasi internasional yang memberlakukannya. Perlukan suatu perhitungan yang rasional mengenai dampak, kerugian, peluang keberhasilan dan tujuan dari pemberlakuannya sanksi ekonomi. Daftar Pustaka Drezner, Daniel W.1999.The sanctions paradox: economic statecraft and international relations Simons, G.L.1999. Imposing economic sanctions: legal remedy or genocidal tool? Ukraine and Russia Sanctions http://www.state.gov/e/eb/tfs/spi/ukrainerussia/ diakses pada 27/04/2015 Yueh, Linda. 2015. The impact of economic sanctions on Russia http://www.bbc.com/news/business-26680182 diakses pada 27/04/2015 Matthias Schepp and Cornelia Schmergal .2014. The Boomerang Effect: Sanctions on Russia Hit German Economy Hard http://www.spiegel.de/international/business/german-economy-hit-by-useu-sanctions-on-russia-a-982075.html diakses pada 27/04/2015