Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 2014 KESETIMBANGAN CAIR-CAIR /LIQIUD-LIQUID EQUILIBRIUM (LLE) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini antara lain : 1. Mendapatkan data LLE sistem terner fenol (1) + metanol (2) + air (2) isobarik pada tekanan atmosfir. 2. Menghitung koefisien aktifitas dari masing-masing komponen yang terlibat dan membandingkan data yang diperoleh dengan model-model aktifitas koefisien Van Laar dan Three-Suffix Margules 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Kesetimbangan cair-cair Dalam termodinamika, suatu sistem termodinamik disebut berada dalam kesetimbangan termodinamik bila sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang mekanis, setimbang termal dan setimbang secara kimia. Dalam kesetimbangan termodinamik, tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan keadaan, baik untuk sistem maupun untuk lingkungannya. Kesetimbangan mekanis terjadi apabila tidak ada gaya yang tak berimbang di bagian dalam sistem, dan juga antara sistem dan lingkungannya. Dalam kesetimbangan termal, semua bagian sistem mempunyai suhu sama, dan sistem juga memiliki suhu yang sama dengan lingkungannya. Dalam kesetimbangan kimia, suatu sistem tidak mengalami perubahan spontan dalam struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem dalam kesetimbangan kimia juga tidak mengalami perpindahan materi dari satu bagian sistem ke bagian sistem lainnya, seperti difusi atau pelarutan. Bila ketiga syarat kesetimbangan tersebut tidak dipenuhi, maka sistem termodinamik disebut berada dalam keadaan tidak setimbang. Dua fasa cair-cair berada dalam kesetimbangan termodinamik apabila suhu dan tekanan kedua fasa sama serta potensial kimia masing-masing 45 Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 2014 komponen di kedua fasa bernilai sama. Dengan demikian, pada tekanan dan suhu tertentu, kriteria kesetimbangan cair-cair dapat dinyatakan sebagai (Prausnitz dkk, 1998): μi I = μi II (1) di mana i adalah potensial kimia komponen i yang pada esensinya adalah partial molar Gibbs Free Energi ĝ i dan superskrip I dan II masing-masing menyatakan fasa cair I dan fasa cair II. μi = 𝑔̅i (2) dg̅ i = RT d ln fi̅ (T = tetap) (3) dμi = dg̅ i = RT d ln fi̅ (T = tetap) (4) ̅ μ f ∫μ i0 d μi = RT ∫f i0 d ln fi̅ i i μi − μi 0 = RT ln f̅i fi 0 (5) (6) Potensial kimia adalah besaran yang tidak mudah dipahami dan juga sukar dihubungkan dengan variabel-variabel yang mudah diukur seperti tekanan, suhu, dan komposisi. Untuk mengatasi hal tersebut, Lewis mengemukakan sebuah konsep yang dikenal sebagai konsep fugasitas. Berdasarkan konsep ini, kesamaan potensial kimia dapat diartikan pula sebagai kesamaan fugasitas tanpa mengurangi arti yang terkandung di dalamnya (Prausnitz dkk, 1998). μi − μi 0 = RT ln fi fi 0 (7) Pada fase I, Persamaan (7) menjadi: μi I − μi 0I = RT ln fi I fi 0I (8) Pada fase II, Persamaan (7) menjadi: μi II − μi 0II = RT ln fi II fi 0II (9) Substitusi Persamaan (8) dan (9) pada kriteria kesetimbangan Persamaan (1), maka: 46 Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 μi 0I + RT ln fi I fi 0I = μi 0II + RT ln 2014 fi II fi 0II (10) Karena kondisi standar pada kedua fase adalah sama (fasa cair), maka: μi 0I = μi 0II (11) fi 0I = fi 0II (12) Dengan demikian dari Persamaan (10), (11), dan (12), kriteria kesetimbangan dapat pula dinyatakan sebagai berikut (Prausnitz dkk, 1998): I II fi̅ = fi̅ I (13) II di mana fi̅ = fi̅ dan dalah fugasitas parsial komponen i di fasa I dan fasa II. Dalam bentuk variabel-variabel terukur, fugasitas parsial suatu komponen dalam campuran fasa cair dapat diungkapkan sebagai (Prausnitz dkk, 1998): fi̅ = X i . γi . fi 0 (14) dimana Xi adalah fraksi mol komponen i (komponen tunggal), γi adalah koefisien aktifitas komponen i, dan fi 0 adalah fugasitas komponen i murni pada suhu dan tekanan sistem. Dari Persamaan (7), (8), dan (9), kriteria kesetimbangan cair-cair dapat dinyatakan sebagai (Prausnitz dkk, 1998): Pada fase I: γi I . X i I = Pada fase II: γi II . X i II = I f̅i fi I (15) 0I f̅i II (16) fi 0II II Jika fi̅ = fi̅ maka: γi I . X i I . fi oI = γi II . X i II . fi oII (17) X i I γi I = X i II γi II (18) Jika fi oI = fi oII maka: Fugasitas di fasa cair umumnya dinyatakan dalam bentuk koefisien aktifitas yang didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas di fasa cair dan hasil kali antara fraksi mol komponen di fasa cair dan fugasitas komponen pada keadaan standar dalam perhitungan-perhitungan koefisien aktifitas adalah kondisi cairan murni. 47 Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 2014 Koefisien aktivitas dapat dihitung berdasarkan data energi bebas Gibbs berlebih (excess Gibbs energy). Persamaan-persamaan untuk menghitung koefisien aktivitas antara lain Persamaan Van Laar, persamaan Margules, persamaan Wilson, persamaan NRTL, dan sebagainya. Koefisien aktivitas juga dapat dihitung dengan menggunakan metoda kelompok (group method) seperti dengan metoda UNIFAC dan metoda ASOG. 1.2.2 Model Termodinamika 1. Persamaan Wohl Merupakan persamaan empiris dengan faktor fraksi mol. Semakin panjang persamaan ini, semakin baik. Akan tetapi membutuhkan banyak parameter. Dalam percobaan ini hanya menggunakan tiga parameter untuk menyederhanakan proses perhitungan. Persamaan dinyatakan sebagai berikut : ln γA I = A12 XB 2 + A13 X C 2 + (A12 + A13 − A23 )XB XC ln γB I = A12 XA 2 + A23 XC 2 + (A12 + A23 − A13 )XA XC ln γC I = A13 XA 2 + A23 XB 2 + (A13 + A23 − A12 )X A XB (1) (2) (3) 2. Persamaan Three-Suffix Margules Ada beberapa persamaan Margules di mana perbedaan persamaan yang satu dengan yang lain tergantung pada jumlah suffix. Persamaan Three-suffix Margules mengandung 3 buah parameter yang merupakan karakteristik dari komponen 1, 2, dan 3, di mana parameter itu tidak tergantung pada suhu. Persamaan ini menjanjikan gambaran yang baik untuk campuran cair yang sederhana dengan kesamaan molar volum dari komponen penyusun. Persamaan dinyatakan sebagai berikut : ln γA I = A12 XB 2 (1 − 2X A ) + 2A21 XA XB (1 − X A ) + A13 XC 2 (1 − 2X A ) + 1 2 2A31 XA XC (1 − X A ) − 2A23 XB XC 2 − 2A32 XB 2 XC + [ (A12 + A21 + A13 + A23 + A32 − Q′] (X B XC − 2XA XB XC )(4) 48 Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 2014 ln γB I = A23 XC 2 (1 − 2X B ) + 2A23 XB XC (1 − X B ) + A21 XA 2 (1 − 2X B ) + 1 2A12 XB XA (1 − X B ) − 2A31 XC XA 2 − 2A13 XC 2 XA + [2 (A23 + A32 + A21 + A31 + A13 − Q′] (X C XA − 2XB XC XA ) (5) ln γC I = A31 XA 2 (1 − 2X C ) + 2A13 XC XA (1 − X C ) + A32 XB 2 (1 − 2X C ) + 1 2A23 XC XB (1 − X C ) − 2A12 X A XB 2 − 2A21 XA 2 XB + [2 (A31 + A13 + A32 + A12 + A21 − Q′] (X A XB − 2X C XA XB ) (6) BAB II METODE PERCOBAAN 2.1 Bahan dan Alat a. Alat dan Bahan Percobaan Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain : 1. Shaker Bath 2. Beaker glass 3. Erlenmeyer 4. Corong Pemisah 5. Pipet ukur 6. Termometer 7. Gelas ukur 8. Corong kaca b. Bahan : 1. Fenol 2. Kerosen 3. Metanol (p.a) 4. Aquades 2.3 Metode Percobaan a. Menyiapkan larutan fenol (92% kerosen dan 8% fenol v/v) sebanyak 50ml. 49 Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 2 2014 b. Menyiapkan larutan metanol (80% metanol dan 20% air v/v) sebanyak 50ml. c. Sebelum sampel dimasukkan ke dalam shaker, shaker juga dikondisikan pada suhu yang diinginkan d. Masing–masing larutan fenol dan larutan metanol (rasio 1:1) yang telah dikondisikan pada kondisi percobaan, dimasukkan ke dalam alat shaker. e. Proses berlangsung dengan kondisi operasi seperti pada Tabel 1. f. Sampel hasil ekstraksi (terdiri dari fase minyak dan air) dipisahkan dalam corong pemisah untuk memperoleh rafinat dan ekstrak, didiamkan selama 1 jam. g. Selanjutnya fase ekstrak yang diperoleh ditimbang dan diukur volumenya, dan fase ekstrak dianalisis konsentrasinya dengan menggunakan spektronik UV-Vis. Sampel dianalisis tiap 15 menit sampai konsentrasi yang diperoleh konstan yang menunjukkan bahwa proses ekstraksi sudah tercapai kondisi kesetimbangan. Tabel 1. Kondisi Percobaan dalam Ekstraksi Keterangan Umpan Volum umpan Solven Volum solven Frekuensi pengadukan Suhu Dimensi [mL] [mL] [rpm] [K] Unit Larutan fenol 2,5 Larutan metanol 2,5 35 298, 308, 318, 328 DAFTAR PUSTAKA Kondepudi., 2008. Introduction to Modern Thermodynamics. John Wiley & Sons, Ltd., England Smith, J.M, Van Ness, H.C., and Abbot, M.M., 2001. Chemical Engineering Thermodynamics 6thed. Singapore: McGraw-Hill International Edition. Praustnitz, J. M., Lichtenthaler, R. N., and de Azevedo, E. G. 1999. Molecular Thermodynamics of Fluid-Phase Equilibria, 3rd ed., Prentice Hall PTR. USA 50