PENENTUAN TINGKAT JABATAN (JOB GRADING) 1.1 Penentuan tingkat jabatan (Job Grading) Pangkat dan Jabatan Pegawai, Yang dimaksud dengan pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang pegawai dalam susunan kepegawaian dan yang digunakan sebagai dasar penggajian. Oleh karena itu setiap pegawai diangkat dengan pangkat tertentu. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas pengabdian pegawai yang bersangkutan terhadap instansi tertentu. Sedangkan penentuan tingkat jabatan pada hakikatnya adalah suatu tekhnik untuk mementukan perbedaan diantara jabatan-jabatan dan tingkat pembayaran dalam organisasi-organisasi yang besar.Penetuan tingkat jabatan ini terdiri atas suatu penyelidikan secara ilmiah dari semua jabatan. (penilaina jabatan) dan kemungkinan menempatkan jabatan-jabatan tersebut dalam kategori-kategori yang luas yang disebut tingkat jabatan (job grades). Apabila sampai kepada skala gaji atau penyusunan rencana pelatian, maka adalah berguna sekali memiliki penenetuan tingkat jabatan, dimana jabatan-jabatan yang berlainan, maka penentuan tingkat jabatan dapat membantunya. Pennetuan tingkat jabatan memberi bantuan, apabila menyusun skala-skala gaji; apabila memilih dalam memperkejakan pegawai-pegawai antar Departemen : untuk pekerjaan daftar pembayaran; dan bahkan apabila memperkirakan biaya dan menghitung anggaran. Penting bahwa penentuan tingkat jabatan itu dilakukan secara obyektif dan dipisahkan dari sifat-sifat atau ciri-ciri perseorangan dari orang yang melakukan pekerjaan itu, atau yang memangku jabatan itu. Dengan demikian, apabila seorang kepala bagian keuangan melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh pegawai bawahannya, maka hal-hal demikian patut dicela dalam penentuan tingkat jabatan, karena perusahaan membayar untuk pekerjaan yang dilakukan, dan bukannya untuk kemampuan pegawai yang mengerjakannya. Dalam menilai pekerjaan untuk memberikan tingkatan-tingkatan yang berlainan tidak ada standart yang sama, dan dalam suatu perusahaan hal ini mungkin hanya merupakan masalah menentukan tingkat-tingkat dari pegawai pembukuan, pegawai seksi, pembantu akuntan, dan sebagainya. 1.2 Menentukan Job Grading Sering kita melihat di Koran atau di media cetak maupun elektronik lainnya perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan. Untuk pekerjaan tertentu biasanya memiliki persyaratan yang khusus. Penentuan tingkat jabatan diperlukan untuk membantu penerimaan pegawai atau menyederhanakan penyusunan tenaga kerja. Penentuan tingkat jabatan memuat penyelidikan ilmiah mengenai penilaian jabatan dan mengkategorikan jabatan-jabatan tersebut secara luas. Ketika individu berbicara masalah gaji, atau peyusunan rencana pelatihan, penentuan tingkat jabatan sangat berguna. Penentuan tingkat jabatan berguna dalam menyusun skala gaji, memilih dan memperkerjakan pegawai, memindahkan pegawai antar departemen, bahkan dalam memperkirakan biaya serta menghitung anggaran. 1.2.1 Pengertian Penentuan Tingkat Jabatan Penentuan tingkat jabatan sebagai teknik untuk menentukan perbedaan di antara jabatan-jabatan dan tingkat pembayaran dalam organisasi-organisasi yang besar. Penentuan tingkat jabatan perlu dilakukan secara objektif dan dipisahkan dari sifatsifat atau ciri-ciri perseorangan dari orang yang melakukan pekerjaan tersebut. 1.2.2 Penentuan Tingkat Jabatan Apabila perusahaan bertambah besar, maka bertambah pula perlunya memperkembangkan beberapa bentuk penentuan tingkat jabatan. Terdapat sebuah metode ilmiah yang dapat melakukan hal tersebut. Awalnya harus dipersiapkan uraian-uraian jabatan yang merupakan keterangan tentang: 1. Nama jabatan 2. Ikhtisar jabatan 3. Rincian tentang pekerjaan yang diselesaikan dan waktu yang dipergunakan 4. Alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan 5. Lingkungan fisik, khususnya risiko dan kondisi pekerja 6. Sifat-sifat atau ciri-ciri pegawai yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Ketika seluruh hal di atas telah selesai dilakukan, lalu ikhtisar jabatan dipersiapkan dan hal ini dapat digambarkan sebagai suatu daftar yang menunjukkan isi pekerjaan seluruhnya dari Departemen secara keseluruhan. Setelah dibuat daftar tentang semua jabatan dan diadakan penyelidikan secara seksama, maka jabatanjabatan tersebut ditempatkan dalam sejumlah tingkat yang diperlukan. Jumlah tingkatan jabatn yang dibentuk tidak memiliki batasan umum, tetapi bila terlalu banyak tingkat jabatan akan membingungkan dan bila terlalu sedikit mungkin tidak adil bagi pegawai. Dua atau tiga metode untuk menempatkan jabatan-jabatan dalam bermacammacam tingkat yang berlainan, tetapi yang paling lazim adalah metode nilai atau angka. Proses dalam metode angka atau nilai adalah sebagai berkut: 1. Jabatan-jabatan diselidiki dan dibuat persyaratan jabatan untuk semua jabatan. 2. Kemudian dipersiapkan suatu daftar standar dari semua kecakapan yang diperlukan untuk melaksanakan semua jabatan (pendidikan, pengalaman, dan sebagainya). 3. Suatu jumlah yang dipertimbangkan dari nilai-nilai maksimum diberikan kepada masing-masing kualitas/kecakapan menurut kepentingannya yang diperlukan. 4. Tiap jabatan dinilai menurut kecakapan-kecakapan atau kualitas-kualitas ini dan diberikan sejumlah nilai untuk masing-masing kecakapan atau kualitas yang diperlukan untuk mngerjakan jabatan. 5. Jumlah total dari nilai-nilai untuk masing-masing jabatan dihubungkan dengan suatu skala nilai, misalnya di bawah 20 adalah tingkat A, 20 sampai 30 adalahtingkat B, dan seterusnya. 6. Selanjutnya untuk masing-masing tingkat jabatan ditetapkan skala pembayaran yang berlainan. 1.3 Keuntungan dan Kekurangan Job Grading 1.3.1 Keuntungan Job Grading Dalam menentukan suatu hal, pasti memiliki keuntungan dan dan kekurangan. Seperti contohnya pada Job Grading, walaupun telah dilakukan dengan berbagai prosedur, akan tetapi job grading pun memiliki keuntungan dan kekurangan. Adapun keuntungan dari Job Grading, yaitu : 1. Merupakan dasar untuk rencana gaji, pelatihan, dan kenaikan jabatan 2. Berguna dalam memilih pegawai 3. Perbaikan hubungan antara manajemen dan pegawai 4. Menunjukkan isi pekerjaan dan jabatan-jabatan dan perbedaan-perbedaannya 5. Pengurangan dalam perpindahan tenaga kerja 6. Penambahan hasil pekerjaan 7. Perbaikan dalam moril 8. Pengurangan perdebatan-perdebatan tentang upah 9. Pengurangan dalam keganjilan-keganjilan upah dan gaji 10. Perlengkapan data untuk perundingan mengenai perjanjian kerja bersama 1.3.2 Kekurangan Job Grading Adanya keuntungan yang lebih banyak seperti yang dikemukakan diatas, tentulah sangat sulit untuk menemukan kekurangan dari job grading ini. Akan tetapi job grading masih belum merupakan suatu penilaian secara ilmiah dan penerapannya juga masih jauh dari sempurna walaupun telah tersusun secara sistematis. Kekurangan dari job grading meliputi : a. Job grading tidak dapat mempertimbangkan prestasi atau kecakapan perseorangan. b. Job grading tidak dapat menetapkan skala pembayaran tanpa adanya keterangan tentang jondisi pasar, persetujuan Serikat Dagang, dan sebagainya. c. Job grading tergantung pada penilaian manusia yang relatif tidak sama. d. Hampir tidak mungkin menilai sebagian besar dari pekerjaan tata usaha. e. Job grading mungkin tidak berhubungan dengan isi pekerjaan sebenarnya, karena isi pekerjaan bersifat dinamis, kecuali penilaian dilakaukan secara berkala. f. Penilaian mungkin tidak dilaksanakan atas keputusan dan kepentingan dasar yang sama oleh seluruh organisasi, karena isi pekerjaan yang berbeda dari masingmasing jabatan. g. Umumnya masing-masing jabatan diletakkan dalam tingkat yang terbatas. Berbeda dengan mayoritas jabatan yang memiliki sifat berbeda kemungkinan berada pada tingkat yang sama. h. Terdapat kecenderungan untuk menilai bahwa pegawai merupakan faktor yang dinilai. Padahal pegawai sebenarnya hanyalah orang yang berhubungan dengan jabatan. i. Kualitas-kualitas yang tidak jelas seperti kesetiaan dan inisiatif ditafsirkan dengan cara-cara yang berlainan oleh masing-masing orang. j. Penilaian jabatan, sulit mengukur pekerjaan tata usaha. 1.4 Ikhtisar Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lukito, dkk (2014) dengan tujuan untuk mengetahui Penentuan Job Grading di PT X. PT X merupakan salah satu produsen sekering terbesar di dunia. PT X memproduksi berbagai macam pelindungan alat kelistrikan mulai dari mobil, kapal, hingga pesawat luar angkasa. Departemen HRD, PT X ingin meningkatkan kinerja karyawannya. Beberapa cara untuk meningkatkan kinerja adalah dengan memperhatikan key performance indicator (KPI), competency (kompetensi), dan insentive (dorongan). KPI merupakan indikator yang memberikan informasi sejauh mana keberhasilan perwujudan target kerja yang telah ditetapkan. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas. Dorongan merupakan penghargaan yang diberikan ke karyawan dalam bentuk uang sebagai apresiasi atas kinerja dengan standar yang telah ditentukan. Penelitian ini akan melakukan evaluasi terhadap insentive karyawan dengan menerapkan job grading. Departemen HRD ingin mengetahui apakah gaji dan fasilitas yang sekarang sudah sesuai dengan pembobotan pekerjaan yang dilakukan para karyawannya. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penentuan job grading yang sesuai di PT X. Penelitian di lakukan hanya untuk level manajer ke bawah dan penelitian juga tidak menghitung besarnya gaji yang akan diterima. Job analysis dan job description telah dibuat untuk tahun 2014 sehingga tidak perlu ada pembaharuan. Penelitian juga dibatasi hanya yang terdapat karyawan dan terdapat job description, yaitu 72 posisi. Menentukan Faktor, Sub faktor, dan Leve Penentuan faktor, sub faktor, dan level yang akan mempengaruhi besarnya gaji yang akan ditentukan. Menurut Poels, faktor yang mempengaruhi sistem penggajian adalah know-how, area of responsibility, problem solving, dan working condition. Faktor tersebut akan didefinisikan oleh masing-masing perusahaan. Tahap berikutnya adalah menentukan sub faktor yang akan dipakai oleh perusahaan. Penentuan sub faktor dan level dilakukan oleh peneliti dan pihak internal HRD dan disesuaikan dengan job description yang ada di PT X. Faktor, sub faktor, dan level dalam PT X dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Faktor, sub faktor, dan level Faktor Sub Faktor Level SMA Pendidikan D3 S1 S2 < 1 tahun Know-how 1-2 tahun Pengalaman 3-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun 0 1-4 orang 5-10 orang Jumlah bawahan 11-50 orang 51-100 orang 101-300 orang > 300 orang Tidak ada bawahan Area of Tingkat 1 responsibility Jenis bawahan Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4 Tingkat 5 Internal (informasi dan Hubungan kerja koordinasi) Internal (negosiasi dan perdebatan) Eksternal (informasi dan koordinasi) Eksternal (negosiasi dan perdebatan) Pengawasan terus-menerus Pemeriksaan jangka pendek Problem solving Pengukuran pelaksanaan tugas Pemeriksaan check poin Pemeriksaan akhir pekerjaan Pencapaian tujuan perusahaan Rutin dan mudah Sedikit sulit, petunjuk tersedia Sedang, diperlukan analisa Tingkat kesulitan pemecahan masalah Sulit, masalah harus didefinisikan dan dianalisa Sangat sulit, melibatkan beberapa departemen Teramat sulit, memerlukan beberapa perusahaan Tidak perlu pengembangan Peningkatan dengan teknik yang ada Memerlukan pengertian antar Tanggung jawab inovasi fungsi Meningkatkan efisiensi perusahaan Menciptakan metode dan cara kerja baru Pengembangan konsep baru Pengaruh pengambilan keputusan Sie Departemen Perusahaan Tempat nyaman 1 faktor nyaman tidak terpenuhi 2 faktor nyaman tidak terpenuhi Lingkungan kerja 3 faktor nyaman tidak terpenuhi 4 faktor nyaman tidak Working condition terpenuhi Semua faktor nyaman tidak terpenuhi Resiko tidak ada Resiko kecil Resiko kerja Resiko sedang Resiko tinggi Pemberian bobot dan total nilai poin Pemberian bobot dan total nilai poin akan disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Tahap pemberian bobot dilakukan peneliti dan internal HRD kemudian manajer HRD yang menyebarkan ke semua manajer. Persentase tiap faktor dan sub faktor dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase faktor dan sub faktor Faktor evaluasi Bobot Nilai maks 13% 130 Tingkat pendidikan 6% 60 Pengalaman 7% 70 25% 250 Jumlah bawahan 7% 70 Jenis bawahan 8% 80 Know-how Area of responsibility Hubungan kerja 10% 100 Problem solving 50% 500 Pengukuran pelaksanaan tugas 10% 100 Tingkat kesulitan pemecahan masalah 9% 90 Tanggung jawab inovasi 15% 150 Pengaruh pengambilan keputusan 16% 160 Working condition 12% 120 Lingkungan kerja 6% 60 Resiko kerja 6% 60 100% 1000 Total Awal dari tahap ini adalah menentukan persentase dari tiap faktor, kemudian menentukan pula total nilai poin yang akan dipakai. Total nilai poin yang diinginkan PT X adalah 1000, sehingga nilai 1000 akan dikalikan dengan persentase yang telah disepakati bersama. Setelah mengetahui nilai pada masing-masing sub faktor langkah selanjutnya adalah membagi nilai tersebut untuk tiap level yang terdapat pada tiap sub faktor. Contohnya jika di sub faktor pendidikan memiliki 4 level dan memiliki total nilai poin 60, maka nilai level SMA adalah 15, nilai D3 adalah 30, nilai S1 adalah 45, dan nilai S2 adalah 60. Hal ini berlaku untuk menentukan semua nilai level. Membuat dan Mengisi Lembar Penilaian Posisi yang akan dinilai berjumlah 72 posisi. Setelah membuat lembar penilaian langkah selanjutnya adalah mengisi lembar penilaian. Pengisian lembar penilaian ini seharusnya diisi oleh orang yang mengetahui posisi tersebut, seperti manajer dari tiap departemen. Setelah mengisi lembar penilaian, maka akan didapatkan nilai pada masing-masing posisi dari tiap departemen. Nilai ini nantinya akan digunakan untuk menentukan tingkatan (grade) jabatan di PT X. Posisi yang memiliki nilai tertinggi adalah Manager of QSCM, yaitu 737 dan posisi yang memiliki nilai terendah adalah Cleaning Service, yaitu 215. Penentuan Jumlah Grade Awalnya jumlah grade yang akan digunakan berjumlah 3, akan tetapi hal itu tidak akan sesuai dengan keadaan di PT X karena hanya akan terdapat 3 macam gaji. Oleh karena itu, akan dilakukan oleh cara kedua, yaitu trial and error. Cara kedua yang digunakan adalah dengan mencoba pembagian dari 4 grade sampai 9 grade. Hal ini disebabkan karena PT X mempunyai sistem mutasi karyawan dan PT X tidak ingin mengubah grade jika pekerjaan dianggap sama berat dari sebelumnya. Cara kedua ini menghasilkan 8 grade yang sesuai dengan keadaan di PT X, karena memiliki posisi tidak sesuai yang paling sedikit, yaitu 2 posisi. Cara ketiga merupakan langkah dengan menggunakan rumus perhitungan kelas menurut Pearson yaitu sebagai berikut: k = 1 + 3,3 log 72. Penggunaan rumus tersebut ternyata menghasilkan 8 kelas atau grade. Ternyata hal ini sudah sesuai dengan cara kedua yaitu trial and error. Langkah berikutnya adalah menentukan range antar grade yang dipakai dengan rumus: r = 522 . Range kelas yang dihasilkan adalah 8 sebesar 65,25 dan akan dilakukan pembuatan keatas menjadi 66. Jadi range antar grade berjumlah 66. Setelah range diketahui maka dapat diketahui pula grade pada masing-masing posisi di PT X. Tabel 3 merupakan pembagian posisi di tiap range. Tabel 3. Pembagian posisi di tiap range. Tabel 3. Pembagian posisi di tiap range Range Jumlah posisi 215-281 3 282-348 14 349-415 11 416-482 12 483-549 14 550-616 7 617-683 7 684-750 4 Analisa Hasil Grading Terdapat 2 posisi dari 72 posisi yang tidak sesuai dengan grade yang telah dibuat, yaitu Departemen Engineering dan Departemen Sales and Marketing. Posisi yang tidak sesuai di Departemen Engineering adalah Head of Engineering dan di Departemen Sales and Marketing adalah Head of Sales and Marketing. Posisi Head of Engineering tidak sesuai karena jabatan tersebut memiliki tanggung jawab inovasi yang tinggi dibanding dengan posisi head di departemen lainnya. Posisi Head of Sales and Marketing memiliki pengaruh pengambilan keputusan yang tinggi dibanding dengan head di departemen lainnya. Tindak lanjut dari 2 posisi yang tidak sesuai adalah mengganti nama jabatan dari Head of Engineering menjadi Manager of Engineering dan Head of Sales and Marketing menjadi Manager of Sales and Marketing. Penggantian nama tersebut dilakukan karena secara umum job description 2 posisi head tersebut sederajat atau setingkat dengan pekerjaan manajer. Jika tidak ingin mengganti nama jabatan mungkin tingkat kesulitan pekerjaan pada masingmasing head tersebut dapat dikurangi sehingga nilai pada faktor dimasing-masing posisi tidak tinggi. Review hasil grading bersama GM, manajer HRD, dan manajer Finance Setelah langkah berikutnya adalah review bersama dengan GM, manajer HRD, dan manajer finance. Review ini hanya dihadiri oleh manager finance dan internal HRD. Hasil dari penelitian ini manajer finance menyetujui hasil grading yang sudah dibuat dan akan dibuat bahan perbandingan dengan proyek konsultan yang akan dilakukan pada beberapa bulan mendatang. BAB III PENUTUP 1.1 Simpulan Penentuan tingkat jabatan pada hakikatnya adalah suatu tekhnik untuk mementukan perbedaan diantara jabatan-jabatan dan tingkat pembayaran dalam organisasi-organisasi yang besar.Penetuan tingkat jabatan ini terdiri atas suatu penyelidikan secara ilmiah dari semua jabatan. (penilaina jabatan) dan kemungkinan menempatkan jabatan-jabatan tersebut dalam kategori-kategori yang luas yang disebut tingkat jabatan (job grades). Penentuan tingkat jabatan sebagai teknik untuk menentukan perbedaan di antara jabatan-jabatan dan tingkat pembayaran dalam organisasi-organisasi yang besar. Dalam menentukan suatu hal, pasti memiliki keuntungan dan dan kekurangan. Seperti contohnya pada Job Grading, walaupun telah dilakukan dengan berbagai prosedur, akan tetapi job grading pun memiliki keuntungan dan kekurangan. Metode job evaluation yang menghasilkan job grading menghasilkan 8 grade untuk masing-masing layer. Penggunaan job grading menghasilkan 2 posisi yang tidak sesuai, yaitu head of engineering dan head of sales and marketing. Posisi head of engineering memiliki nilai yang tinggi dalam sub faktor tanggung jawab inovasi dan posisi head of sales and marketing memiliki nilai tinggi dalam sub faktor pengaruh pengambilan keputusan. Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah job grading hingga saat ini hanya digunakan untuk jabatan di bawah level general manager. Job grading dapat dikembangkan lagi untuk menilai posisi general manager. 1.2 Saran Dari tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar makalah ini dapat membantu bagi penulis maupun pembaca untuk memahami tentang Job Grading. Penulis berharap agar parapembaca dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik, dengan tidak menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya referensi baik dalam hal apapun, sehingga selalu membandingkan dengan referensi lainnya. Serta para pembaca dan penulis sendiri harus memiliki rasa kurang puas dengan hasil yang dicapai selama menggali ilmu, karena ilmu itu tidak hanya kita dapat di satu tempat dan di satu waktu, tapi ilmu itu harus kita gali dan kita dapatkan dimanapun, kapanpun kita berada dan berusaha. DAFTAR PUSTAKA Lukito, dkk., (2014). Penentuan job grading di PT X. Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, 71-74. Moekijat. 1998. Analisis Jabatan. Bandung: Mandar Maju. http://debluesearching.blogspot.com/2010/08/anajab-penentuan-tingkat-jabatan.html