Pengertian Baik dan buruk

advertisement
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam
bahasa Arab, atau good dalam bahasa Inggris. Louis Ma’luf dalam
kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah
sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
Di dalam beberapa buah kamus dan ensiklopedi diperoleh
pengertian baik dan buruk ini sebagai berikut:
Baik (khair, bahasa Arab/good,
bahasa Inggris)
a. Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
b. Sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan,
kesenangan, persesuaian, dan
seterusnya.
c. Sesutu yang mempunyai nilai kebenran atau nilai yang
diharapkan, yang memberikan kepuasan.
d. Seuatu yang sesuai dengan keinginan.
e. Sesuatu hyal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat,
memberikan perasaan senang atau
bahagia. Jadi sesuatu yang dikatakan baik bila ia dihargai secara
positif
Buruk (syarr, bahasa Arab/bad,
bahasa Inggris)
a. Tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna
dalam kualitas, di bawah standar,
kurang dalam nilai, tak mencukupi.
b. Keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat
disetujui, tidak dapat di terima.
c. Adalah segala yang tercela, lawan baik, bagus dan
sebagainya. Perbuatan buruk berarti
perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat
yang berlaku.
Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumber wahyu Allah SWT
Islam adalah agama dakwah yang harus disampaikan dan tentu saja yang disampaikan
adalah baik dan dengan cara yang baik.
Yang kedua ialah wara, jiwa wara akan membuat seseorang senang melakukan apa
yang telah diketahui (ilmu)nya, istiqomah dalam menatapi undang-undang peraturan yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT. Kemudian seorang da’i itu harus berakhlak baik, sebab
orang yang buruk akhlaknya dia akan merusak apa yang banyak manfaatnya (lebih
banyak membawa madarat dalam dakwahnya daripada memberi manfaatnya). Seperti
yang tersebut dalam sebauah hadis yang diriwatkan Imam baihi, Rasulullah SAW
bersabda:
“Kemudian harus diketahui secara pasti
(hukumnya), bukan hasil ijtihad
(kemampuan mengambil kesimpulan
hukum), sebab jika hanya berdasarkan
ijtihad, belum tentu semua ulama sepakat
menyatakan haramnya. Jadi kemungkaran
itu harus dinyatakan secara pasti melalui
nas yang tidak dapat ditakwil ‘diartikan
dengan pengertian lain.”
Back to
Main Menu
Download