TUGAS AKHIR SEMESTER KAPITA SELEKTA ; REVIEW JURNAL OLEH : LISDA AMELIA NIM. 17176022 Dosen Pengampu : Dr. Fajriah Azra, S.Pd, M.Si PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga review jurnal dapat diselesaikan. Terima kasih kepada Ibu Dr. Fajriah Azra, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Kapita Selekta Program Studi Magister Pendidikan Kimia FMIPA UNP. Disadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan review jurnal selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Padang, Mei 2018 Penulis Lisda Amelia-17176022 Page 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................. 1 DAFTAR ISI ............................................................................................... 2 I. PENDAHULUAN ............................................................................. 3 II. IDENTIFIKASI JURNAL ................................................................. 5 A. JURNAL 1 ........................................................................................... 5 B. JURNAL 2 ........................................................................................... 5 RINGKASAN JURNAL .......................................................................... 6 3.1. JURNAL 1................................................................................... 6 3.1.1 Abstrak ............................................................................... 6 3.1.2 Pendahuluan ....................................................................... 6 3.1.3 Metodologi ......................................................................... 10 3.1.4 Hasil Temuan ..................................................................... 14 3.1.5 Penutup............................................................................... 18 3.2. JURNAL 2................................................................................... 20 3.2.1 Abstrak ............................................................................... 20 3.2.2 Pendahuluan ....................................................................... 20 3.2.3 Metodologi ......................................................................... 21 3.2.4 Hasil Temuan ..................................................................... 27 3.2.5 Penutup............................................................................... 34 IV. PEMBAHASAN ................................................................................ 33 V. KESIMPULAN .................................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 40 III. Lisda Amelia-17176022 Page 2 I. PENDAHULUAN Topik yang akan dibahas pada review jurnal ini adalah metakognitif, Moore (2004) menyatakan bahwa metakognisi merupakan kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri baik tentang apa yang diketahui maupun apa yang akan dilakukan. Dengan demikian metakognisi melibatkan kesadaran seseorang untuk berpikir dan bertindak. Hal ini berarti bahwa keterampilan metakognisi ada kaitannya dengan kemampuan kognitif seseorang. Sedangkan menurut Kuhn dalam Heru (2011) mendefinisikan metakognisi sebagai kesadaran dan menajemen dari proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang, atau secara sederhana disebut sebagai “berpikir mengenai berpikir”. Secara umum, metakognisi dianggap sebagai suatu konstruk multidimensi. Desmita dalam yanti (2015) mengemukakan bahwa metakognitif atau metakognisi adalah sebuah konstruksi psikologi yang kompleks yang meliputi pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Metakognitif terbagi menjadi dua, yaitu kesadaran metakognitif dan pengetahuan metakognitif. Kesadaran metakognitif berkembang dari hanya sekedar pengetahuan (knowledge) dan pengaturan pengetahuan (regulation of cognition) menjadi strategi dan keterampilan yang mendorong peserta didik memecahkan permasalahan Dennison,1994). dan Berdasarkan berpikir tingkat perkembangan tinggi kesadaran (Schraw & metakognitif didefinisikan kemampuan dalam melakukan refleksi, memahami, dan mengontrol pembelajaran. Adapun pengetahuan metakognitif (Rampoyam dalam yanti) terdiri atas pengetahuan untuk mencari informasi/sumber informasi yang dibutuhkan sebagai usaha dari tugas yang diberikan (pengetahuan deklaratif), pengetahuan mengenai pendapat pribadi terhadap tugas yang diberikan (pengetahuan prosedural), dan pengetahuan mengenai kapan serta mengapa menggunakan strategi tersebut untuk memecahkan suatu masalah (pengetahuan kondisional). Menurut Borich dalam Ninik (2015) metakognisi dapat diajarkan. Ia melaporkan bahwa siswa yang telah diajarkan keterampilan metakognitif hasil belajarnya lebih baik dan juga mampu mengembangkan bentuk-bentuk yang lebih tinggi dari pemikirannya. Lisda Amelia-17176022 Dengan demikian, keterampilan metakognitif Page 3 berhubungan dengan hasil belajar kognitif siswa. Pemberdayaan keterampilan metakognitif akan berdampak kepada meningkatnya hasil belajar kognitif. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan keterampilan metakogni6tif siswa. Bahkan lebih baik memperhatikan metakognitif siswa daripada hasil belajar lainnya karena siswa yang telah memiliki keterampilan metakognitif maka hasil belajar yang lain dapat dikelolanya dengan baik. Siswa yang demikian merupakan self regulated learner sehingga hasil belajarnya dapat terkelola karena kemandiriannya tersebut. Dalam review jurnal ini akan dibahas 2 buah jurnal mengenai metakognitif, dimana dalam jurnal pertama membahas tentang pengaruh strategi metakognitif terhadap keefektifan metakognitif guru dan kepercayaan diri guru sedangkan pada jurnal kedua membahas bagaimana pelatihan metakognitif berbasis pekerjaan rumah secara online dapat meningkatkan kinerja pembelajaran general chemistry. Kedua jurnal diterbitkan pada tahun 2017 sehingga kajian dan temuan yang disajikan adalah kajian-kajian yang mengangkat isu terbaru dan bisa diterapkan pada sistem pendidikan saat sekarang. Lisda Amelia-17176022 Page 4 II. IDENTIFIKASI JURNAL A. Jurnal 1. Judul Jurnal : The Effect Of Metacognitive Strategies On Prospective Teachers’ Metacognitive Awareness And Self Efficacy Belief Pengaruh Strategi Metakognitif Terhadap Keefektifan Metakognitif Guru dan Kepercayaan Diri Sendiri (klik disini , untuk melihat jurnal) Penulis : Hatice Yildiz, Mustafa Akdag Institusi : 1. Education Faculty, Department of Educational Sciences, Cumhuriyet University, Sivas, Turkey 2. Education Faculty, Department of Educational Sciences, Inonu University, Malatya, Turkey Tahun Penerbitan : 2017 Penerbit : Journal of Education and Training Studies Vol. 5, No. 12; Penebit Published by Redfame Publishing B. Jurnal 2. Judul Jurnal Penulis : Improving General Chemistry Course Performance through Online Homework-Based Metacognitive Training Meningkatkan Kinerja Pembelajaran General Chemistry melalui Pelatihan Metakognitif Berbasis Pekerjaan Rumah secara online : Brock L. Casselman dan Charles H. Atwood Institusi : Chemistry Department, University of Utah, United States Tahun Penerbitan : 2017 Penerbit : Journal of Chemical Education. American Chemical Society and Division of Chemical Education, Inc. (Klik disini, untuk melihat jurnal) Lisda Amelia-17176022 Page 5 III. RINGKASAN JURNAL JURNAL 1 3.1. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek dari strategi metakognitif yang digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi InstruksiII pada kesadaran metakognitif calon guru, keyakinan self efficacy pengajaran ilmu dan keyakinan self efficacy guru. Kelompok penelitian terdiri dari 87 siswa kelas tiga dari Departemen Pendidikan Dasar di Fakultas Pendidikan di Universitas Cumhuriyet di Sivas, Turki. Metode eksperimental dengan kelompok kontrol pre-test dan post-test digunakan dalam penelitian ini. Inventarisasi Kesadaran Metakognitif, Pengetahuan Pengajaran Ilmu Efektivitas Beliefs Inventory-B (STEBI-B) dan Inventaris Beliefs Efektivitas Diri Guru digunakan sebagai pre-test dan post-test. Jurnal dan pertanyaan metakognitif digunakan dalam pelatihan kelompok eksperimental. Temuan penelitian menunjukkan bahwa strategi metakognitif meningkatkan kesadaran metakognitif calon guru dan keyakinan self efficacy guru tetapi mereka tidak meningkatkan keyakinan self efficacy pengajaran sains siswa sehingga merupakan perbedaan yang signifikan antara pre-test. 3.2. PENDAHULUAN Bersamaan dengan perkembangan dalam informasi dan teknologi, perubahan dalam teori psikologi, penelitian yang dilakukan pada tahun 1960 dan pergeseran dari pendekatan perilaku ke pendekatan kognitif membuat kita perlu mempertimbangkan kembali konsep-konsep pembelajaran manusia, motivasi dan kesuksesan. Teori kognitif mengarahkan perhatian orang-orang dari variabel lingkungan ke fitur pembelajar seperti bagaimana peserta didik mengodekan, memproses, menyimpan, dan mengatur informasi. Kurikulum berdasarkan pendekatan pengajaran konstruktivis dilaksanakan di tingkat sekolah dasar pada 2005 di Turki dengan tujuan mengubah teori-teori kognitif ini menjadi praktek dalam lingkungan pengajaran. Program-program ini sangat penting untuk mempersiapkan siswa dengan keterampilan metakognitif untuk mengembangkan pembelajaran mereka. Demikian pula, National Academy of Sciences (NAS 2000) melakukan studi untuk pengembangan pembelajaran anak-anak dan menetapkan Lisda Amelia-17176022 Page 6 tiga prinsip penting sebagai berikut: 1. Membuat siswa berpikir tentang tatanan dunia, 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman isi yang mendalam, dan 3. Mengajar siswa keterampilan metakognitif agar mereka untuk menentukan tujuan pembelajaran dan memantau tingkat mereka mencapai tujuan-tujuan ini. Dalam tingkat pembelajaran yang disebut metakognisi, ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan dalam memantau dan mengamati aktivitas kognitif mereka sendiri, dan mencapai pengendalian diri. Metakognisi adalah "pengetahuan orang tentang proses kognitifnya sendiri dan penggunaan pengetahuan ini untuk mengontrol proses kognitif". Studi pertama pada metakognisi terungkap sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Flavell pada kecerdasan anak-anak. Meskipun kata metakognisi belum digunakan umum sampai saat itu atau sebelumnya, itu menegaskan bahwa itu mencerminkan pendapat individu. Piaget berfokus pada bagaimana individu tersebut tahu apa yang dia ketahui dan berkonsentrasi pada pendapat individu dalam studi awal yang dia lakukan sehubungan dengan perkembangan kognitif dan teori informasi individu. Jean Piaget dan Lev Vygotsky mendefinisikan pentingnya metakognisi dalam perkembangan kognitif. Piaget menjelaskan proses yang digunakan oleh anak-anak saat menyelesaikan tugas dan kemampuan mereka mengekspresikan cara-cara mereka mengetahui pendapat mereka dalam penelitian yang dilakukan pada anak-anak antara usia 7 dan 11. Piaget menamakan kesadaran ini yang berhubungan dengan konsep metakognisi. sebagai "kesadaran persepsi". Kemudian, Vygotsky menamakan pendapat-pendapat ini sebagai “suara batin” si anak atau mengungkapkan pendapat-pendapat batin sebagai cara memberikan sesuatu yang berarti dalam penelitiannya. Ekspresi verbal dari opini internal tidak hanya membantu siswa belajar, tetapi juga menunjuk pada kesadaran proses belajar (dua aspek penting dari metakognisi yang didefinisikan saat ini). Berbagai definisi diperkenalkan dalam literatur mengenai metakognisi. Misalnya, Jacobs dan Paris (1987, p. 258) mendefinisikan metakognisi sebagai "informasi apa pun tentang status atau proses kognitif yang dapat dibagi di antara individu", sementara Kapa (2001) sebagai "operasi mental yang mengarahkan tugas kognitif individu dan mendukung konseptualisasi pembelajaran ”. Menurut Lisda Amelia-17176022 Page 7 Hacker (1998, p. 11), metakognisi dapat didefinisikan sebagai “informasi tentang pengetahuan, proses, status kognitif dan emosional individu” dan “ bertujuan untuk pemantauan dan pengaturan pengetahuan seseorang, proses, status kognitif dan emosional seseorang”. Dengan mempertimbangkan definisi-definisi ini, dapat disimpulkan metakognisi sebagai pengetahuan individu tentang proses kognitifnya dan kemampuannya untuk mengatur proses-proses ini. Selama lebih dari dua dekade terakhir, psikolog dan pendidik telah mengakui bahwa metakognisi memiliki pengaruh besar dalam menjelaskan dan mendefinisikan proses pembelajaran dan memiliki peran sentral dalam pembelajaran yang sukses. Metakognisi dapat dikembangkan menggunakan beragam strategi dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini, Costa (1984) menyarankan strategi berikut: perencanaan strategi, mengajukan pertanyaan, seleksi sadar, penilaian dengan beberapa kriteria, menjelaskan pendapat siswa dengan kata lain atau mencerminkan kembali, mendefinisikan perilaku siswa, menjelaskan istilah siswa, akting dan analogi, membuat jurnal dan menjadi model. Selain strategi Costa, strategi pengembangan metakognisi berikut juga disarankan: menentukan "apa yang diketahui dan tidak diketahui", pemanduan metakognitif (pengarahan), PQ4R (melihat pratinjau, mempertanyakan, membaca, merefleksi, membaca dan meninjau), saling mengajar dan skematik penyelenggara. Dalam penelitian ini, strategi mempertanyakan dan menyimpan jurnal digunakan dari strategi yang disarankan oleh Costa (1984). Strategi tanya jawab memfasilitasi persepsi siswa; Hal ini diperhatikan dengan seringnya beristirahat apakah mereka tahu kasusnya dan dapat mencocokkannya dengan pengetahuan mereka, dan itu membantu mereka berpikir tentang contoh yang berbeda. Kemudian, para siswa memutuskan bagaimana faktor-faktor yang mencegah pembelajaran mereka dapat dihilangkan. Semua ini meningkatkan kesadaran siswa dan memberikan kendali sadar atas pembelajaran mereka sendiri. Membuat jurnal memungkinkan siswa untuk menyintesis pendapat atau tindakan dan mengubahnya menjadi ekspresi simbolik. Merekam pendapat memungkinkan meninjau pemahaman sebelumnya, perbandingan perubahan dalam pemahaman ini, menunjukkan pemikiran strategis dan proses pengambilan keputusan dan mengingat keberhasilan dan kegagalan. Lisda Amelia-17176022 Page 8 Sesuai dengan perkembangan zaman maka tekonologi juga berubah, sehingga sulit untuk memprediksi informasi mana yang diperlukan untuk masa depan. Selain itu tidak mungkin untuk mendapatkan informasi yang tersedia untuk semua individu. Oleh karena itu, kebutuhan untuk memasukkan metakognisi dalam kurikulum sambil mengembangkan kurikulum pengajaran tampaknya masuk akal. Gunstone dan Northfield mengembangkan pandangan ini dan menyarankan bahwa pengajaran metakognisi harus memiliki peran sentral dalam pendidikan guru. Karena harapan masyarakat dan zaman juga diversifikasi terhadap peran dan tanggung jawab para guru. Self-efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang mengatur kegiatan yang diperlukan untuk menunjukkan kinerja tertentu dan kapasitas untuk latihan mereka. Persepsi self-efficacy, apakah benar atau salah, mempengaruhi preferensi individu untuk tindakan dan pengaturan lingkungan. Seseorang takut untuk melakukan hal-hal yang melebihi kemampuan mereka untuk mencapainya, sebaliknya mereka melakukan hal-hal dengan percaya diri yang mereka yakini dapat mereka lakukan. Pada saat yang sama keyakinan self-efficacy mempengaruhi pemikiran individu dan reaksi emosional. Orang dengan efisiensi diri yang rendah percaya bahwa segala sesuatunya lebih sulit. Menurut Bandura (1997), mereka yang meragukan kompetensi mereka sendiri di daerah tertentu melarikan diri dari tugas yang sulit di bidang ini. Mereka mengalami kesulitan memotivasi diri sendiri dan mereka cepat menyerah dalam menghadapi kesulitan kecil. Pada saat yang sama, orang-orang ini sangat sulit untuk memotivasi diri lagi setelah kegagalan. Sebaliknya, mereka yang memiliki keyakinan self-efficacy positif merasakan tugas-tugas yang sulit sebagai situasi yang dapat dicapai, mereka tidak menganggap mereka sebagai ancaman. Orang-orang ini menetapkan tujuan yang dapat meyakinkan diri mereka sendiri dan melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Mereka melakukan upaya dalam pekerjaan yang mereka lakukan dan mereka bertujuan untuk mencapai sukses dengan meningkatkan upaya terhadap rintangan yang mereka hadapi. Keyakinan self-efficacy guru, mengekspresikan keyakinan tentang kompetensi profesional guru, dapat didefinisikan sebagai keyakinan pada kemampuan seorang guru untuk memperoleh produk yang diinginkan, seperti Lisda Amelia-17176022 Page 9 minat dan pembelajaran, bahkan untuk siswa yang kurang dan sulit termotivasi. Efficacy belief dalam Ilmu pengajaran, merupakan area khusus dari self-efficacy akademik, dapat didefinisikan sebagai guru menilai kemampuan mereka untuk mengajar sains secara efektif dan efisien dan untuk meningkatkan keberhasilan siswa. Pengetahuan guru dan ilmu yang mengajarkan keyakinan self-efficacy memainkan peran penting dalam kualitas pembelajaran sains. Namun, penelitian yang dilakukan di bidang pendidikan sains mengungkapkan bahwa tingkat pengetahuan guru dan calon guru tidak mencukupi. Selain itu, keyakinan selfefficacy guru tentang pendidikan sains memainkan peran penting dalam realisasi pengajaran sains yang efektif. Ilmu pengajaran self-efficacy sebagai faktor self-efficacy guru memiliki pengaruh besar dan menonjol di lingkungan kelas. Karena self-efficacy adalah persepsi individu tentang diri sendiri, sains calon guru yang terlatih dengan baik persepsi self-efficacy harus tinggi. Jika tingkat self-efficacy dari calon guru yang lulus dari program gelar guru sekolah dasar dianggap dipengaruhi oleh kurikulum yang diterapkan, penting untuk menentukan efektivitas kurikulum yang didukung oleh pendekatan pembelajaran kontemporer dalam praktek. Dalam penelitian ini, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek dari strategi metakognitif pada kesadaran metakognitif calon guru, sains yang mengajarkan self-efficacy dan keyakinan self-efficacy guru 3.3. METODOLOGI 3.3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan dengan metode eksperimental. Dua kelompok metode eksperimental dengan desain pre test-post test digunakan untuk menentukan apakah strategi metakognitif memiliki efek pada kesadaran metakognitif calon guru, keyakinan self-efficacy pengajaran sains dan keyakinan self-efficacy guru. Dalam hal ini, pengukuran dibuat untuk variabel dependen baik sebelum dan sesudah studi eksperimental. 3.3.2. Populasi dan Sampel Lisda Amelia-17176022 Page 10 87 calon guru yang belajar di Jurusan Pendidikan Dasar Universitas Cumhuriyet, Fakultas Pendidikan. Kelompok eksperimen terdiri dari 44 dan kelompok kontrol dari 43 siswa. 3.3.3. Instrumen Pengumpulan Data a. Inventarisasi Kesadaran Metakognitif Untuk menentukan tingkat kesadaran metakognitif siswa digunakan Inventarisasi Kesadaran metakognitif (MAI) yang dikembangkan oleh Schraw dan Dennison (1994). ( klik disini , untuk melihat instrumen yang digunakan) https://services.viu.ca/sites/default/files/metacognitive-awareness-inventory.pdf MAI adalah inventaris yang terdiri dari 52 item pada jenis likert 5-point. Interval skor dari skala adalah 52-60. koefisien reliabilitas, yang diperoleh dengan nilai alpha Cronbach dan metode test-retest, dihitung sebagai 0,95 skala reliabilitas selama investigasi . Sebagai hasil dari studi ekivalensi linguistik, koefisien korelasi antara bentuk asli dan skala yang disesuaikan ditemukan sebagai 0,89 dan koefisien validitas konkuren sebesar 0,93. Hasil dari Confirmatory Factor Analysis (CFA), yang dilakukan dengan data akhir dari penelitian ini untuk konfirmasi struktur dua faktor MAI, menunjukkan bahwa indeks goodness of fit (χ / sd = 1.61; RMSEA = .07 ; RMR = .08) dari model dua-faktor berada pada tingkat yang dapat diterima. Dengan kata lain, struktur dua faktor dari skala dikonfirmasi. Koefisien reliabilitas Cronbach Alpha, yang dihitung untuk faktor skala. Faktor pengetahuan kognisi sebesar 0, 74, faktor regulasi kognisi sebesar 0,86 dan skala umum sebesar 0,89. b. Inventaris kesadaran efikasi Pengajaran Ilmiah (STEBI-B) Digunakan instrumen Science Teaching Efficacy Belief Inventory (STEBI-B) yang dikembangkan oleh Riggs and Enochs (1989) dengan tujuan mengukur keyakinan self-efficacy sains para calon guru. ( klik disini , untuk melihat instrumen yang digunakan) https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:JkrISlYXojgJ:https://www.spri nger.com/cda/content/document/cda_downloaddocument/9783319424644c2.pdf%3FSGWID%3D0-0-45-1581490-p180150824+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id Lisda Amelia-17176022 Page 11 STEBI-B terdiri dari 23 item dan dua faktor sebagai Personal Science Teaching Efficacy Belief dan Science Teaching Outcome Expectancy. Koefisien realibilitas Cronbach Alpha untuk Personal Science Teaching Efficacy Belief ditemukan 0.76 dan untuk Pengajaran Sains Outcome Expectancy ditemukan 0.90 oleh Riggs dan Enochs (1989). Özkan, Tekkaya dan Çakıroğlu (2002) menemukan koefisien realibilitas Cronbach Alpha 0.79 untuk Personal Science Teaching Efficacy Belief dan 0.86 untuk Science Teaching Outcome Expectancy. Confirmatory Factor Analysis (CFA) dilakukan untuk mengkonfirmasi struktur dua-faktor STEBI-B dengan data akhir dari penelitian ini. Hasil CFA menunjukkan bahwa indeks goodness-of-fit dua faktor model dapat diterima (χ2 / sd = 1,43; RMSEA = 0.05; RMR = 0.07). Koefisien reliabilitas dihitung untuk faktor-faktor skala dalam penelitian ini. Koefisien reliabilitas Cronbach Alpha ditemukan sebagai 0.82 untuk Personal Science Teaching Efficacy Belief dan 0.76 untuk Science Teaching Outcome Expectancy dan 0.73 untuk STEBI-B secara keseluruhan. c. Skala Efikasi Guru Skala Efikasi Guru (TES) dilakukan berdasarkan skala efikasi guru yang dikembangkan oleh Tschannen-Moran dan Hoy (2001) untuk menentukan persepsi self-efficacy guru dan calon guru. TES terdiri dari 24 item dan tiga faktor (Efikasi untuk keterlibatan siswa, kemanjuran untuk strategi pembelajaran dan kemanjuran untuk manajemen kelas). Confirmatory Factor Analysis (CFA) dilakukan untuk mengkonfirmasi struktur tiga faktor TES dengan data akhir dari penelitian. Hasil CFA menunjukkan bahwa indeks goodness-of-fit model tiga faktor dapat diterima (χ / sd = 2,17; RMSEA = .12; SRMR = .08). Koefisien reliabilitas dihitung untuk faktor-faktor skala. Koefisien reliabilitas Cronbach Alpha yang ditemukan adalah 0,87 untuk Efikasi Keterlibatan Siswa, 0,90 untuk Keampuhan Strategi Instruksional, 0,90 untuk Efikasi Manajemen Kelas dan 0,96 untuk TES keseluruhan. Lisda Amelia-17176022 Page 12 d. Pengumpulan data investigasi eksperimental dilakukan dalam lingkup Sains dan Teknologi Pengajaran-II termasuk dalam program sarjana dari Departemen Pengajaran Kelas. Sementara pengajaran dilakukan dengan strategi metakognitif dalam kelompok eksperimen, strategi metakognitif tidak digunakan dalam kelompok kontrol. Dalam penelitian, MAI, STEBI-B dan TES diterapkan pada kedua kelompok sebagai pre-test sebelum penyelidikan eksperimental dan post-test setelah penyelidikan eksperimental. Kursus di kedua kelompok eksperimen dan kontrol diberikan oleh peneliti. Kursus diberikan tiga jam seminggu sealma 10 minggu. Pada periode ini, pendidikan metakognitif diberikan kepada kelompok eksperimen setelah penerapan pre-test. Pelajaran diajarkan sesuai dengan rencana yang sama dalam eksperimen dan kelompok kontrol dan kegiatan yang sama dilakukan dalam kaitannya dengan subjek. Selain itu, kelompok eksperimen diminta untuk menyimpan jurnal terstruktur pada awal dan akhir kursus, dan pertanyaan metakognitif dimasukkan dalam beberapa kegiatan. Lisda Amelia-17176022 Page 13 e. Analisis data Saat menganalisis data kuantitatif penelitian, tes parametrik digunakan ketika data normal, dan tes nonparametrik digunakan ketika data tidak normal. Sampel t-test bebas diterapkan untuk membandingkan nilai pre-test dan post-test dari kelompok eksperimen dan kontrol, dan sampel t-test terikat dilakukan untuk membandingkan nilai pre-test dan post-test dalam kelompok eksperimen dan kontrol. diri. Juga Wilcoxon signed rank test diterapkan untuk TES untuk membandingkan nilai pre-test dan post-test dari eksperimen dan kelompok kontrol itu sendiri. Tingkat signifikansi dianggap sebagai 0.05 selama perbandingan. 3.4. HASIL TEMUAN 3.4.1. Perbandingan Skor Post-Tes Terkait Kesadaran Metakognitif Siswa dalam Kelas Eksperimen dan Kontrol Hasil uji t variabel bebas, yang dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara skor post-tes MAI dari siswa dalam kelompok eksperimen dan kontrol pada akhir penyelidikan eksperimental, lihat pada Tabel 1. Skor post-tes Pengetahuan kognisis Itu terlihat pada Tabel 1, Peraturan Kognisi dan keseluruhan MAI dari calon guru lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebagai hasil dari t-test, perbedaan yang signifikan secara statistik ditemukan antara skor post-test kelompok yang terkait dengan keseluruhan MAI [t (85) = 3,25, p <.05]. Selain itu, perbedaan yang signifikan juga diamati antara skor post-test dari kelompokkelompok pada faktor “Pengetahuan tentang Kognisi” dan “Pengaturan Kognisi” dari MAI. Ini menunjukkan bahwa penyelidikan eksperimental yang diterapkan meningkatkan kesadaran metakognitif dari calon guru dalam kelompok eksperimen. Lisda Amelia-17176022 Page 14 Data tentang kesadaran metakognitif yang diperoleh dari pre-test dan posttest yang dilakukan pada kelompok yang berbeda disajikan pada Tabel 2. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2, dipahami bahwa tingkat kesadaran metakognitif pada kelompok eksperimen siswa umumnya meningkat dalam posttest. Hal ini terlihat sebagai hasil dari uji-t yang diterapkan pada kelompokkelompok dependen bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara alat tes pra-uji dan post-tes pengetahuan kognisi, regulasi komponen kognisi dan keseluruhan MAI (t (43). ) = 2.85, p = .05). Hasil ini menunjukkan bahwa strategi metakognitif meningkatkan kesadaran calon guru dalam kelompok eksperimen yang berkaitan dengan keseluruhan dan faktor MAI. Namun, penurunan diamati pada sarana post-test dari kelompok kontrol. Tetapi tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara pre-test dan post-test pada kelas kontrol. Itu disimpulkan dari temuan ini bahwa tidak ada perubahan yang terjadi dalam kesadaran metakognitif siswa ketika strategi metakognitif tidak digunakan. 3.4.2. Perbandingan Skor Post-tes yang Terkait dengan Kepercayaan Pengajaran Ilmu Pengetahuan (STEBI-B) Siswa dalam Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hasil uji t variabel bebas, dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara skor post-tes STEBI-B siswa dalam kelompok eksperimen dan kontrol pada akhir penelitian eksperimental, terlihat dalam Tabel 3 Lisda Amelia-17176022 Page 15 Ketika nilai post tes STEBI-B dievaluasi, terlihat bahwa skor dari selfefficacy pengajaran sains pada kelas eksperimental dan kontrol hampir sama satu sama lain. Sebagai hasil dari uji-t, perbedaan yang signifikan secara statistik tidak ditemukan antara skor post-test kelompok yang terkait dengan STEBI keseluruhan [t (85) =. 13, p> .05]. Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwa strategi metakognitif tidak berpengaruh pada persepsi efektivitas pengajaran sains guru prospektif. Ketika tingkat efikasi faktor STEBI-B, Personal Science Teaching Efficacy Persepsi dari kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Sebagai hasil dari uji-t, perbedaan yang signifikan secara statistik tidak ditemukan antara skor post-test kelompok yang terkait dengan Ilmu Pengetahuan Pribadi Efikasi [t (85) = 1,81, p> 0,05]. Pengajaran Sains Hasil Persepsi persepsi kelompok kontrol lebih tinggi dari kelompok eksperimen. Menurut hasil uji-t, perbedaan ini secara statistik signifikan [85t (85) = 2,88, p <.05]. Data tentang STEBI-B yang diperoleh dari pre-test dan post-test yang dilakukan dalam kelompok yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Menurut Tabel 4, skor Kepercayaan personal Science Teaching Efficacy dan STEBI-B dari kelompok eksperimen meningkat pada post-test. Namun, perbedaan ini tidak signifikan secara statistik sebagai hasil dari uji-t. Skor Outcome Pengajaran Sains dari kelompok eksperimen tidak berbeda dalam post-test. Dalam faktor ini, persepsi kemanjuran kelompok eksperimen dekat satu sama lain di kedua tes. Ketika skor pre-test STEBI-B dan post-test dari kelompok kontrol Lisda Amelia-17176022 Page 16 dievaluasi, terlihat bahwa tidak ada perubahan dalam persepsi dari dua faktor dan skala keseluruhan, dan tingkat kemahiran yang sama [t (42) = .23, p> .05]. 3.4.3. Perbandingan Skor Pasca Ujian Terkait dengan Teacher Efficacy Beliefs dari kelas Eksperimen dan Kontrol Hasil uji t variabel bebas yang dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan yang signifikan antara skor post-test Teacher Efficacy Beliefs dalam kelas eksperimen dan kontrol pada akhir penyelidikan eksperimental, diberikan dalam Tabel 5. Ketika skor post-test TES dievaluasi, terlihat bahwa nilai skor post-test kelompok eksperimental lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Sebagai hasil dari t-test, perbedaan yang signifikan secara statistik ditemukan antara skor posttest kelompok yang terkait dengan STEBI keseluruhan [t (85) = 2,14, p <.05]. Temuan ini menunjukkan bahwa strategi metakognitif meningkatkan persepsi self-efficacy guru calon guru. Pada Tabel 5 terlihat bahwa keyakinan self-efficacy dari calon guru dalam kelompok eksperimen untuk Efikasi untuk Keterlibatan Siswa, Efikasi untuk Manajemen Kelas dan Keampuhan untuk Strategi Instruksional lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Sebagai hasil dari t-test, perbedaan yang signifikan secara statistik ditemukan antara skor post-test kelompok yang terkait dengan Efikasi untuk Keterlibatan Siswa [t (85) = 2,12, p <.05] dan Keampuhan untuk Strategi Instruksional [t ( 85) = 1,98, p≤.05] tetapi perbedaan yang signifikan secara statistik tidak ditemukan antara skor post-test kelompok yang terkait dengan Efikasi untuk Manajemen Kelas [t (85) = 1,76, p> .05]. Hasil skor TES dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda signifikan. Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa nilai rata-rata median post-test Lisda Amelia-17176022 Page 17 secara statistik lebih tinggi daripada skor median pre-tes untuk TES, z = 2.27, p <.05.Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa nilai median rata-rata posttest secara statistik lebih tinggi daripada skor median pra-tes untuk Efikasi untuk Pelibatan Siswa, z = 2.37, p <.05 dan Efikasi untuk Manajemen Kelas, z = 2.29, p < .05. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi metakognitif meningkatkan persepsi self-efficacy dari calon guru dalam kelas eksperimen dalam Efikasi untuk Keterlibatan Siswa dan Efikasi untuk Manajemen Kelas. Ketika skor dari calon guru untuk Keampuhan untuk Strategi Instruksional diperiksa, terlihat bahwa nilai Efikasi meningkat pada post-test. Tetapi menurut Wilcoxon Signed Rank Test skor rata-rata post-tes secara statistik tidak lebih tinggi secara signifikan daripada skor median pra-tes, z = 1,72, p> 0,05. Ketika data TES dari kelompok kontrol, terlihat bahwa nilai rata-rata post-test median secara statistik tidak lebih tinggi dari skor pra-tes median, z = 1.044, p> .05. Juga Wilcoxon Signed-Rank Tests menunjukkan bahwa median nilai post-test dari Efikasi untuk Pelibatan Siswa (z = .739, p> .05), Keampuhan untuk Manajemen Kelas (z = .437, p> .05), dan Keampuhan untuk Strategi Instruksional (z = 1.033, p> .05) secara statistik tidak lebih tinggi dari skor pra-ujian median. Tes Wilcoxon signed-ranks dilakukan untuk menentukan apakah perbedaan antara pre-test dan post-test 3.5. PENUTUP Strategi metakognitif meningkatkan kesadaran metakognitif dari masing-masing guru. Guru, yang memiliki tingkat kesadaran tingkat tinggi, dapat memecahkan masalah mereka yang mungkin mereka hadapi dalam kehidupan profesional mereka dengan lebih mudah. Penting untuk menentukan metakognisi dan persepsi guru tentang kompetensi profesional mereka dan memberikan pendidikan yang sesuai sebelum mengajar. Keterampilan metakognitif dapat dikembangkan dengan mengajar. Calon guru, yang mempelajari strategi metakognitif selama pendidikan pra-layanan, juga akan menerapkan strategi pembelajaran ini di kelas mereka sendiri. Memasukkan strategi dan metode tersebut ke dalam program pendidikan guru dan penyertaan mereka dalam lingkup mata kuliah. Prinsip dan Metode Lisda Amelia-17176022 Page 18 Pengajaran atau Metode Pengajaran Khusus akan menjadikan pendidikan guru lebih efisien. Lisda Amelia-17176022 Page 19 JURNAL 2 3.1. ABSTRAK Dalam pembelajaran kimia umum semester pertama, pelatihan metakognitif dilaksanakan sebagai bagian dari sistem pekerjaan rumah online. Siswa menyelesaikan kuis mingguan dan beberapa tes latihan secara rutin untuk menilai kemampuan mereka pada prinsip kimia. Sebelum melakukan penilaian ini, siswa memprediksi skor mereka, menerima umpan balik setelah menyelesaikan penilaian pada akurasi prediksi mereka. Mereka juga menerima informasi terperinci mengenai kemampuan mereka untuk setiap topik penilaian dan menggunakan informasi ini untuk membuat rencana studi masa depan.Selama rencana belajar ini, para siswa menunjukkan kemampuan umum mereka berdasarkan topik kimia dan bidang-bidang tertentu yang akan mereka fokuskan untuk dipelajari. pada kelas kontrol menyelesaikan penilaian yang sama dan menerima umpan balik yang sama tentang kemampuan menurut topik, tetapi siswa tidak memprediksi skor atau membuat rencana belajar. Hasil menunjukkan kinerja penilaian awal yang identik antara dua bagian mata kuliah kimia. Namun, pelatihan metakognitif menghasilkan peningkatan kinerja penilaian pada setiap ujian tengah semester berikutnya dan pada ujian akhir kimia umum American Chemical Society (ACS). Setelah memfaktorkan pengaruh perbedaan guru, pelatihan metakognitif meningkatkan kinerja rata-rata ujian ACS akhir siswa sekitar 4% jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Selain itu, pelatihan metakognitif menargetkan kuartil bawah pembelajaran dengan meningkatkan kinerja rata-rata ujian ACS akhir mereka sekitar 10% jika dibandingkan dengan kelas kontrol. 3.2. PENDAHULUAN Penelitian ini menunjukkan sejumlah strategi yang dapat meningkatkan kemampuan metakognitif selama persiapan untuk penilaian pembelajaran: memiliki beberapa penilaian praktik sebelum ujian yang sebenarnya, prediksi kemampuan siswa, menerima umpan balik tentang akurasi prediksi, penilaian diri terhadap kemampuan untuk setiap topik dengan umpan baliknya, dan membuat rencana untuk meningkatkan kemampuan berdasarkan topik. Lisda Amelia-17176022 Page 20 Penelitian dirancang untuk melatih siswa dalam metakognisi melalui latihan kesadaran dan kontrol metakognitif secara teratur. Dua bagian kursus dianalisis: bagian "metakognitif", yang menerima pelatihan metakognitif reguler dan yang hasilnya dibandingkan dengan bagian kontrol. Siswa di kedua bagian menyelesaikan asesmen reguler dan menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka dalam topik penilaian. Di bagian metakognitif, siswa juga memprediksi skor mereka pada setiap penilaian, menerima umpan balik mengenai keakuratan prediksi mereka, dan menggunakan umpan balik topik yang diberikan untuk membuat rencana belajar dengan mencatat kemampuan topik mereka dan memilih topik yang akan mereka fokuskan untuk belajar di masa depan. Kedua perubahan, skor prediksi dan memiliki siswa membuat rencana belajar, mewakili kondisi eksperimental utama dari penelitian. Berikut ini adalah pertanyaan yang mewakili dari penelitian : 1. Apakah prediksi reguler skor penilaian meningkatkan kesadaran metakognitif, yang diukur dengan ketepatan prediksi skor yang ditingkatkan dari waktu ke waktu? 2. Apakah prediksi skor reguler, ditambah dengan analisis kemampuan, umpan balik kemampuan, dan rencana studi, meningkatkan kontrol metakognitif, yang diukur dengan peningkatan nilai tes jika dibandingkan dengan bagian kontrol? Meskipun bukan fokus dari studi ini, perlu dicatat bahwa kursus menggunakan flipped metodologi kelas sebagai bagian dari kurikulum kursus secara keseluruhan. Dalam struktur Flipped classroom, "kuliah" bergeser di luar kelas dalam bentuk video yang ditonton oleh siswa. Selama kelas, siswa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, dengan instruktur memberikan dukungan selama proses ini. Flipped classroom telah terbukti meningkatkan kinerja pada pekerjaan rumah dan ujian tanpa menambah waktu yang dihabiskan siswa untuk pelajaran kimia. 3.3. METODOLOGI Dalam persiapan untuk semester eksperimen, perincian percobaan diajukan ke Badan Tinjauan Kelembagaan Universitas (IRB) untuk disetujui. Status Lisda Amelia-17176022 Page 21 pengecualian IRB diterima untuk prosedur eksperimental. Penelitian ini dilakukan di lembaga penelitian mata kuliah kimia umum semester pertama. Isi kelas di kedua bagian itu besar, masing-masing memiliki sekitar 300 siswa yang terdaftar. Selain itu, kursus sebagian besar terdiri dari mahasiswa baru dan mahasiswi yang terutama mencari gelar di bidang teknik atau ilmu alam atau yang mengambil kursus sebagai prasyarat untuk gelar kesehatan profesional. Semua pekerjaan rumah, kuis, tes praktek, dan ujian tengah semester dibutuhkan dan diselesaikan dalam sistem online menggunakan sistem Madra Learning. Pada akhir semester, para siswa mengambil ujian kimia umum ACS 2009 termen pertama. Penelitian ini membandingkan kinerja para siswa di dua bagian kursus profesor di dua semester. Selama dua semester, dua profesor yang sama mengajar di kelas "kontrol" dan "metakognitif". Selain itu, hasil semester kedua, yang akan direferensikan sebagai "semester eksperimental", dibandingkan dengan hasil di semester sebelumnya, yang akan disebut sebagai "semester kontrol". Rincian dan perubahan professor pada kelas kontrol dan metakognitif, selama kedua semester, dirangkum di bawah ini dan di Tabel 1. Lisda Amelia-17176022 Page 22 Semester Kontrol Selama semester kontrol, profesor mengajar bagian kursus “metakognitif” dan “kontrol”. Struktur kursus di kedua bagian ini menerapkan flipped classroom, di mana para siswa diarahkan untuk menonton video ceramah yang relevan dan membaca bagian buku ajar sebagai persiapan sebelum masuk kelas. Selama kelas, sebagian besar waktu dihabiskan siswa untuk bekerja melalui pertanyaan kimia menggunakan perangkat clicker respon penonton. Pada setiap akhir minggu, siswa menyelesaikan tugas pekerjaan rumah menjawab beberapa pertanyaan terkait materi minggu sebelumnya secara online. Pengaturan kursus untuk kedua sesi sama. Kedua profesor menggunakan silabus kursus yang sama, menggunakan slide kelas yang sama, memberikan tugas pekerjaan rumah yang sama, dan menilai siswa dengan ujian yang sama. Perlu dicatat bahwa seorang profesor memiliki kecenderungan lebih besar untuk ceramah singkat topik dari yang lain. Selain itu, kursus diajarkan pada waktu yang berbeda pada hari itu, dan hasil survei menunjukkan perbedaan umum dalam demografi dan faktor lain antara dua bagian: di antaranya adalah persentase yang lebih besar dari siswa baru di bagian kontrol dan persentase yang lebih besar dari siswa yang sudah menikah di bagian metakognitif. Hasil dari semester kontrol menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara rata-rata kinerja siswa pada ujian tengah semester atau ujian akhir. Hasil survei akhir semester menunjukkan penggunaan buku teks kursus dan video ceramah yang relatif buruk selama semester ini, yang menunjukkan bahwa siswa umumnya tidak cukup memanfaatkan sumber daya kelas yang fluktuasi dari kursus. Semester Percobaan Selama semester eksperimental, para profesor juga mengajar dikelas "kontrol" dan "metakognitif". Ada beberapa perubahan kursus umum dilakukan pada semester eksperimental bila dibandingkan dengan semester kontrol. Selama semester eksperimental, siswa menyelesaikan tiga pekerjaan rumah yang dijadwalkan sepanjang minggu bukan hanya satu tugas utama pada akhir minggu. Siswa di kedua bagian kontrol dan metakognitif menyelesaikan tes latihan sebelum setiap ujian tengah semester dan sebelum ujian akhir untuk membantu mereka dalam persiapan ujian. Tes-tes latihan ini dirancang setelah peninjauan Lisda Amelia-17176022 Page 23 draf ujian awal, dengan topik-topik pada setiap tes praktik yang mencerminkan tes yang dibahas pada paruh semester dan ujian akhir. Namun jenis pertanyaan berbeda pada tes praktek bila dibandingkan dengan ujian tengah semester. Dengan demikian, tes praktek ini dimaksudkan untuk mendorong siswa untuk mempelajari topik dan bukannya menghafal jenis masalah. Selain tes latihan ini, siswa di kedua bagian menyelesaikan kuis mingguan untuk menilai kemampuan mereka pada materi minggu sebelumnya. Kuis ini diselesaikan setiap minggu kursus kecuali selama minggu di mana tes latihan sedang dilakukan. Setiap nilai kuis mingguan dan tugas pekerjaan rumah diperlukan dan termasuk dalam nilai pekerjaan rumah mereka secara keseluruhan. Selain itu, meskipun siswa dapat mengambil hingga tiga versi tes latihan, mereka diberitahu bahwa nilai tes latihan mereka untuk setiap unit akan didasarkan pada skor terbaik yang mereka terima pada set tes latihan. Karena pemanfaatan sumber daya flipped Classrooom buruk selama semester kontrol, struktur yang lebih besar diimplementasikan dalam model flipped class selama semester eksperimental. Sebagai bagian dari tugas pekerjaan rumah biasa, siswa menyelesaikan pertanyaan "pratinjau" yang mengarahkan mereka ke bagian buku teks yang relevan, menghubungkannya ke video ceramah online, dan meminta siswa mengerjakan serangkaian pertanyaan singkat tentang tutorial. Pertanyaan-pertanyaan "pratinjau" ini diselesaikan sebelum kuliah untuk mempersiapkan siswa untuk topik hari berikutnya. Kondisi yang diterapkan pada semester eksperimen sama dengan semester kontrol. Silabus yang digunakan juga sama , disajikan dengan slide kelas yang sama , menyelesaikan tugas pekerjaan rumah yang sama, dan dinilai dengan kuis mingguan, tes praktek, dan ujian yang sama. Selain itu, waktu yang diajarkan profesor selama semester kontrol dipertahankan selama semester eksperimental. Dengan demikian, gaya mengajar yang sama dan perbedaan demografi selama semester kontrol umumnya dipertahankan selama semester eksperimental. Pelatihan Metakognitif Selain perubahan umum yang dilakukan selama semester eksperimental, perubahan eksperimental khusus adalah untuk melatih siswa dalam kemampuan metakognitif. Secara khusus, tiga intervensi dibuat di bagian metakognitif untuk Lisda Amelia-17176022 Page 24 melatih siswa dalam metakognisi: prediksi skor penilaian, umpan balik kemampuan topik, dan rencana studi topik. Dua intervensi pertama dimasukkan ke dalam setiap kuis mingguan dan selama setiap tes latihan, sementara rencana studi dimasukkan ke dalam pekerjaan rumah berikutnya setelah selesainya kuis atau tes praktek. Intervensi ini dilakukan sebagai berikut, dengan cuplikan sampel dari setiap langkah yang termasuk dalam informasi pendukung 1. Siswa membuka kuis mingguan atau tes latihan online. Sebelum diizinkan untuk melihat pertanyaan penilaian, mereka diminta untuk memprediksi skor mereka pada penilaian. Untuk tes latihan, siswa diberitahu bahwa mereka akan menerima peningkatan kecil dalam nilai pekerjaan rumah mereka, dari empat poin yang mungkin, berdasarkan keakuratan prediksi skor terdekat mereka. Skor ini diberikan sebagai bagian dari tugas terpisah, independen dari skor penilaian, untuk memastikan bahwa metode tes latihan penilaian antara dua bagian itu identik. Selain itu, untuk setiap kuis mingguan dan tes praktek, siswa memprediksi kemampuan konsep umum mereka sesuai skala Likert, perhitungan, kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan umum dari penilaian yang akan datang sebagai berikut: jauh di bawah rata-rata, di bawah rata-rata, rata-rata, di atas rata-rata , dan jauh di atas rata-rata. 2. Siswa kemudian mengambil penilaian, “mendikte” skor kemampuan mereka sesuai skala likert setelah menyelesaikan penilaian. 3. Setelah penilaian, siswa menerima umpan balik terperinci mengenai kemampuan mereka dalam penilaian. Umpan balik ini termasuk skor mereka pada penilaian dan akurasi prediksi skor mereka. Mereka juga diberikan umpan balik mengenai kemampuan mereka pada setiap topik penilaian, seperti yang dihitung oleh persen pertanyaan penilaian dalam topik kimia tertentu yang mereka jawab dengan benar. Akhirnya, sistem pekerjaan rumah memberi siswa daftar topik studi potensial yang dapat mereka fokuskan untuk belajar di masa depan. 4. Setelah penilaian ditutup, siswa diizinkan untuk meninjau hasil mereka pada pertanyaan kuis yang spesifik. Pada tugas pekerjaan rumah berikutnya, yang jatuh tempo 2 hari setelah penilaian ditutup, siswa menjawab pertanyaan Lisda Amelia-17176022 Page 25 pekerjaan rumah yang diperlukan untuk membantu mereka dalam membangun rencana studi. Untuk rencana ini, siswa menunjukkan seberapa baik konsep kimia umum mereka (baik, rata-rata, atau miskin) yang tercakup dalam penilaian. Selain itu, untuk rencana belajar setelah setiap tes latihan, siswa juga diberikan daftar topik spesifik, dipisah oleh area kimia utama, yang tercakup dalam penilaian. Dari daftar ini, mereka memilih topik spesifik yang akan mereka pelajari. Ketika membandingkan dua bagian saja, ada dua perbedaan kunci antara bagian: skor dan prediksi kemampuan dan pembuatan rencana studi (lihat Tabel 1). Akibatnya, hasil penelitian ini mengisolasi efek dari kedua intervensi pada kinerja siswa dan kemampuan prediktif. Untuk menguji efek dari pelatihan metakognitif, peneliti pertama kali tertarik pada apakah pemantauan metakognitif meningkat di bagian metakognitif sebagai hasil dari prediksi skor reguler untuk setiap penilaian. Secara khusus, para peneliti tertarik pada efek Dunning − Kruger, dapat diatasi dengan prediksi skor reguler. Dua prediksi kuis dibandingkan dalam analisis ini: kuis awal, yang diselesaikan minggu pertama semester, dan kuis akhir yang diselesaikan oleh siswa di semester. Peneliti membandingkan nilai aktual siswa dengan skor yang diprediksi, menghitung “skor prediksi” dengan mengurangi skor aktual mereka dari skor prediksi mereka. Rata-rata "skor prediksi" kemudian dibandingkan antara kuis awal dan kuis akhir untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan prediksi secara umum di seluruh semester. Selanjutnya, siswa secara retroaktif dibagi menjadi "kemampuan" kuartil berdasarkan skor mereka pada ujian akhir. Akhirnya, setelah dibagi menjadi kuartil, “nilai prediksi” siswa dirata-ratakan dan dibandingkan antara kuis awal dan kuis akhir dalam kursus. Ini memungkinkan peneliti untuk melihat pengaruh dari waktu ke waktu, dari prediksi skor pada akurasi prediksi untuk subset yang sama dari siswa. Secara khusus, perbandingan ini membantu peneliti untuk melacak perubahan potensial dalam efek Dunning − Kruger di antara siswa berprestasi rendah sepanjang semester. Perhatikan bahwa untuk perbandingan ini hanya siswa yang mengikuti kuis dan ujian akhir yang dimasukkan dalam perbandingan. Selain itu, peneliti tertarik pada bagaimana skor asesmen Lisda Amelia-17176022 Page 26 dibandingkan antara bagian kontrol dan metakognitif sepanjang semester. Peneliti terlebih dahulu menentukan siswa di kedua bagian yang telah mengambil masing-masing lima penilaian utama: kuis awal, ujian tengah semester, dan ujian akhir Kimia Umum ACS. Karena setiap distribusi dalam perbandingan ini secara signifikan condong negatif, maka uji Mann − Whitney U nonparametrik diterapkan untuk membandingkan nilai median dari bagian kontrol dan metakognitif untuk setiap penilaian. Hasil ini digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam penilaian kinerja antara bagian kontrol dan metakognitif. Peneliti menyimpulkan bahwa jika bagian metakognitif lebih baik daripada kontrol, perbedaan ini dapat dikaitkan dengan peningkatan kontrol metakognitif sebagai hasil dari pelatihan metakognitif biasa. Akhirnya, sebagai profesor yang berbeda mengajar kursus yang berbeda, pada waktu yang berbeda, dengan gaya mengajar yang berbeda, peneliti tertarik untuk memisahkan perbedaan apa pun karena gaya mengajar dan demografi antara dua bagian. Dengan demikian, regresi interaksi dihitung dengan membandingkan rata-rata ujian akhir untuk masing-masing bagian eksperimental ke rata-rata akhir dari ujian yang diberikan profesor yang sama selama semester kontrol. Interaksi yang dihasilkan memisahkan efek dari pelatihan metakognitif pada akhir ujian rata-rata dari pengaruh umum gaya mengajar dan demografi antara kedua bagian. Regresi interaksi juga dihitung untuk setiap kuartil ujian akhir untuk mengisolasi pengaruh pelatihan metakognitif oleh tingkat kemampuan siswa. 3.4. HASIL TEMUAN Prediksi Skor Di bagian metakognitif, siswa memprediksi nilai mereka sebelum mengambil setiap kuis mingguan dan tes latihan. Untuk menentukan apakah prediksi mereka menjadi lebih akurat dari waktu ke waktu, kuis aktual atau skor tes praktik siswa dikurangi dari skor prediksi mereka. "Nilai prediksi" ini mewakili akurasi prediksi skor siswa sebelum mengambil assesmen, dengan nol sebagai prediksi sempurna dan nilai positif yang merepresentasikan kelebihan kemampuan. Nilai prediksi ini dihitung untuk kuis awal, yang diambil selama minggu pertama kursus, dan untuk kuis terakhir yang diambil mahasiswa pada semester tersebut. Untuk setiap kuis, skor prediksi kelas dirata-ratakan secara keseluruhan, dan skor prediksi rata-rata dibandingkan untuk dua kuis untuk Lisda Amelia-17176022 Page 27 menentukan perubahan siswa dalam kemampuan prediksi keseluruhan dari waktu ke waktu. Perlu dicatat bahwa masing-masing perbandingan ini hanya melibatkan siswa yang mengikuti kuis awal, kuis tengah semester, dan ujian akhir. Hasil keseluruhan dari kuis awal, yang diberikan pada akhir minggu pertama kursus, menunjukkan bahwa siswa dalam kursus cenderung melebihi skor mereka sebesar 11%, rata-rata. Sebagai perbandingan, pada kuis akhir siswa cenderung menilai lebih rendah skor mereka rata-rata 4%. Selanjutnya, para siswa secara retroaktif dibagi menjadi "kuartil kemampuan" berdasarkan nilai mereka pada ujian kimia umum ACS. Sekali lagi, nilai prediksi siswa dirata-ratakan untuk kedua penilaian, kali ini dengan “kemampuan kuartil” berdasarkan pada nilai ujian akhir. Hasil dari menempatkan siswa ke dalam “kemampuan kuartil ”secara surut dengan skor ujian akhir memungkinkan peneliti untuk melacak perubahan dalam kemampuan prediksi dari kelompok siswa yang sama di seluruh semester. Ketika dibagi dengan ujian akhir "kemampuan" kuartil, hasil skor prediksi untuk kuis awal hampir sempurna berdasarkan efek Dunning − Kruger: Siswa yang tampil di bagian bawah 25% dari kursus pada ujian akhir secara dramatis meningkat kemampuan kuis awal mereka dengan 22 %, sementara siswa yang mendapat nilai 25% teratas dari kursus pada ujian akhir hampir secara sempurna memprediksi skor kuis awal mereka. Sebagai perbandingan, selama kuis akhir semester, siswa di semua kuartil kemampuan, rata-rata, meremehkan skor mereka. Memperhatikan bahwa skor prediksi nol mewakili prediksi sempurna, Hasilnya menunjukkan bahwa para siswa yang mendapat nilai di bawah 25% dan 25% teratas pada ujian akhir, rata-rata, memiliki prediksi skor yang hampir sempurna, dengan dua kuartil tengah sedikit di bawah nilai kuis akhir mereka (lihat Gambar 1). Tujuan dari memiliki siswa memprediksi skor mereka adalah untuk meningkatkan kesadaran metakognitif siswa dan mengatasi efek Dunning − Kruger. Secara khusus, peneliti berharap untuk mengurangi kecenderungan terhadap overprediction di antara siswa yang berkinerja buruk. Hasil kuis pertama semester menunjukkan, rata-rata, perkiraan rata-rata skor umum rata-rata, dengan overprediction paling dramatis terjadi di antara siswa yang nilainya buruk pada ujian akhir. Hasil ini mencerminkan kecenderungan umum dalam kemampuan prediksi yang buruk dicatat oleh Dunning dan Kruger. Selain itu, hasil ini menunjukkan temuan yang Lisda Amelia-17176022 Page 28 menarik bahwa siswa yang pada akhirnya buruk dalam kursus memulai kursus dengan penilaian skor yang berlebihan dalam minggu pertama kursus. Sebagai perbandingan, hasil kuis akhir menunjukkan bahwa kecenderungan awal siswa buruk untuk menambahkan skor mereka benar-benar diatasi. Dengan kata lain, efek Dunning − Kruger dari overprediction di antara siswa berkemampuan rendah dieliminasi melalui proses prediksi skor reguler pada interval reguler sepanjang kursus. Meskipun tidak diukur secara kuantitatif, profesor telah mencatat metakognitif murid-muridnya, sebelum studi ini, akan sering datang ke kantornya setelah ujian mengatakan mereka berharap untuk melakukan jauh lebih baik daripada yang sebenarnya mereka lakukan pada ujian. Sejak penggabungan pelatihan metakognitif, profesor ini telah mencatat bahwa praktik ini pada dasarnya telah menghilang: Tidak ada siswa yang datang ke kantornya setelah ujian mempertanyakan kinerja mereka. Meskipun anekdot, ini merupakan efek yang menarik dari pelatihan metakognitif: Apakah siswa melakukannya dengan baik atau buruk dalam ujian, mereka memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana mereka akan melakukannya sebelum mengambil tes. Penilaian Skor selama Semester Selain proses memprediksi skor, siswa di bagian metakognitif membuat rencana belajar dengan mencatat kelemahan dan kekuatan pada kuis dan tes latihan. Selain itu, setelah setiap tes latihan, para siswa ini memilih topik spesifik yang akan mereka fokuskan untuk dipelajari. Untuk menguji efek kumulatif dari Lisda Amelia-17176022 Page 29 semua pelatihan metakognitif, termasuk prediksi skor dan pembuatan rencana studi, skor bagian pada penilaian kunci di semester, termasuk kuis awal, ujian tengah semester, dan ujian Kimia Umum ACS, dibandingkan antara kontrol dan bagian metakognitif. Semua penilaian identik untuk kedua bagian. Selain itu, analisis hanya membandingkan bagian dari siswa yang mengambil setiap penilaian selama semester. Peneliti tertarik pada apakah pelatihan dalam metakognisi, melalui prediksi skor dan studi reguler rencana, akan meningkatkan skor penilaian bagian metakognitif dari waktu ke waktu dibandingkan dengan bagian kontrol. Untuk kejelasan representasi dari waktu ke waktu, skor Z dihitung untuk membandingkan perbedaan dalam skor penilaian dari waktu ke waktu antara bagian saja. Ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengurangi rata-rata keseluruhan dari kedua bagian siswa dari individu rata-rata penilaian masingmasing sesi. Setelah, perbedaan ini dibagi dengan standar deviasi keseluruhan dari kedua bagian pada penilaian. Hasil ini, kemudian, mewakili jumlah standar deviasi, skor rata-rata setiap bagian jauh dari rata-rata keseluruhan. Hasil dari kelima penilaian ini pertama menunjukkan hasil penting bahwa bagian metakognitif dan kontrol dinilai hampir identik pada kuis intro. Namun, hasil pada semua ujian tengah semester berikutnya dan ujian akhir menunjukkan bahwa bagian metakognitif secara konsisten mengungguli bagian kontrol pada ujian saja sisa semester (lihat Gambar 2). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik dalam kinerja median antara bagian metakognitif dan kontrol pada intro quiz. Namun, median bagian metakognitif secara signifikan lebih tinggi daripada Lisda Amelia-17176022 Page 30 bagian kontrol pada setiap ujian tengah semester berikutnya dan pada ujian ACS akhir. Selain itu, meskipun pada dasarnya ada efek ukuran nol pada kuis awal, perbandingan setiap median ujian tengah dan akhir semester menunjukkan efek yang kecil dalam perbedaan antara kontrol dan bagian metakognitif (lihat Tabel 2). Ketika membandingkan hasil histogram dari formulir 2009 dari ujian akhir Kimia Umum ACS, hasil menunjukkan penurunan besar di antara siswa di bagian metakognitif, dibandingkan dengan bagian kontrol, yang mendapat skor di bawah 50% pada akhir. Selain itu, ada peningkatan yang sesuai di antara siswa di bagian metakognitif yang mencetak skor di atas 70% pada ujian kimia umum ACS bila dibandingkan dengan bagian kontrol (lihat Gambar 3). Hasil ini pertama menunjukkan hasil penting bahwa bagian kontrol dan metakognitif dilakukan secara identik pada kuis awal, penilaian pertama semester. Namun, hasil ujian tengah semester dan akhir menunjukkan bahwa bagian metakognitif secara konsisten dan secara signifikan mengungguli kursus kontrol pada setiap ujian tengah semester berikutnya dan di ACS General Chemistry akhir. Pada ujian ACS akhir, siswa di bagian metakognitif secara dramatis lebih sedikit siswa yang melakukan di bawah 50% pada ujian ACS akhir bila dibandingkan dengan bagian kontrol, dengan peningkatan yang sesuai dalam jumlah siswa yang mendapat skor di atas 70% pada ujian ACS. ACS akhir dibandingkan dengan bagian kontrol. Karena perbedaan utama antara kontrol dan bagian metakognitif adalah penggabungan pelatihan metakognitif, termasuk prediksi skor dan pembuatan rencana studi, peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan kinerja bagian metakognitif, relatif terhadap bagian kontrol, kemungkinan merupakan hasil langsung dari pelatihan metakognitif. Lisda Amelia-17176022 Page 31 Perhitungan untuk Faktor Lain: Kemampuan Masuk dan Tingkat Attrisi Untuk mengisolasi efek karena pelatihan metakognitif, sejumlah perbandingan lain dibuat antara dua kelas. Seperti telah dicatat, kinerja rata-rata siswa pada kuis pertama tidak berbeda secara statistik (p = 0,962) antara dua bagian. Kinerja siswa di kuis ini cukupberkorelasi dengan kinerja mereka pada ujian akhir (r2 = 0,27, p <0,001), menunjukkan bahwa kuis pertama adalah ukuran kemampuan siswa. Hasil gabungan ini menunjukkan bahwa kemampuan masuk siswa tidak secara signifikan berbeda antara dua bagian. Selain itu, para peneliti tertarik pada apakah pelatihan reguler di bagian metakognitif menyebabkan siswa miskin menjadi sangat sadar akan kemampuan mereka, berpotensi menyebabkan tingkat erosi yang lebih besar dalam pendaftaran di kalangan siswa di bagian metakognitif daripada di bagian kontrol. Untuk mengukur tingkat peralihan pendaftaran di setiap bagian, jumlah siswa yang awalnya terdaftar dalam pekerjaan rumah online dibandingkan dengan jumlah siswa yang mengambil ujian akhir. Dalam kursus kontrol, dari 390 siswa yang awalnya terdaftar di PR, 313 mengambil ujian akhir, tingkat penurunan 19,3%. Sebagai perbandingan, 22,5% dari bagian metakognitif menurun antara pendaftaran awal (n = 355) dan partisipasi ujian akhir (n = 275). Siswa-siswa ini mengundurkan diri, atau tetap terdaftar di kelas sementara tidak lagi berpartisipasi dalam materi pelajaran. Untuk membandingkan nilai-nilai ini, nilai pendaftaran kursus awal dan akhir dikonversi ke persentase pendaftaran awal. Analisis menggunakan tes χ-kuadrat menunjukkan bahwa perubahan persentase dalam Lisda Amelia-17176022 Page 32 pendaftaran bagian metakognitif tidak signifikan berbeda dari perubahan dalam pendaftaran bagian kontrol (p = 0,548). Perhitungan untuk Faktor-faktor Lain: Interaksi Sebagaimana dicatat dalam Bagian Metode dan Kerangka Kerja, guru yang berbeda mengajarkan dua bagian pada waktu yang berbeda dalam satu hari. Profesor-profesor ini memiliki gaya mengajar yang berbeda, dan bagian cenderung memiliki perbedaan umum dalam demografi siswa. Selain itu, profesor bagian kontrol umumnya memiliki kecenderungan lebih besar untuk menjelaskan dibandingkan dengan profesor metakognitif. Meskipun hasil semester sebelumnya menunjukkan bahwa profesor dari bagian ini melakukan statistik identik pada formulir 2009 dari ujian ACS Kimia Umum I (p = 0,42), siswa mengambil kursus dari profesor yang mengajar bagian metakognitif dilakukan sedikit lebih baik daripada siswa guru kontrol pada ujian akhir. Dengan demikian, para peneliti tertarik untuk memfaktorkan pengaruh apa pun karena gaya pengajaran dan demografi yang berbeda di antara bagian-bagian tersebut. Untuk mencapai hal ini, regresi interaksi dilakukan, membandingkan kinerja ujian akhir antara dua bagian pada semester ini hingga semester sebelumnya di mana kedua guru sebelumnya mengajar. Dalam regresi interaksi, "dua variabel dikatakan berinteraksi dalam akuntansi mereka untuk varians dalam [variabel independen] ketika melebihi dan di atas setiap kombinasi aditif dari efek mereka yang terpisah, mereka memiliki efek bersama" (cetak miring dalam teks asli). Dalam kasus variabel biner (dua tingkat), "efek gabungan" mewakili "yang melebihi dan di atas berapa pun rata-rata efek kedua faktor penelitian memiliki sumber variabel ketiga [variabel independen], yaitu efek gabungan atau interaksi mereka. beroperasi dalam dua set data terakhir. ”Dari sudut pandang praktis, efek interaksi adalah perubahan dalam perbedaan rata-rata satu efek ketika diukur pada efek kedua. Untuk menghitung regresi, rata-rata akhir ujian pada semester eksperimental untuk kedua bagian dibandingkan dengan kinerja ujian akhir profesor yang sama dalam semester kontrol sebelumnya. Mengenai interaksi ini, jika dua profesor memiliki perbedaan 1,0% pada skor rata-rata ujian akhir selama semester kontrol dan 6,0% rata-rata perbedaan selama semester eksperimental, efek interaksi akan menjadi perubahan dalam rata-rata perbedaan dari waktu ke waktu: 5,0%. Regresi mengevaluasi dua efek utama: efek "semester" dan "bagian" . efek "semester" Lisda Amelia-17176022 Page 33 mewakili perbedaan umum dalam kinerja siswa antara kontrol dan semester eksperimen, dan efek "sesi" mewakili perbedaan umum antara bagian karena perbedaan dalam gaya mengajar dan demografi bagian antara bagian kontrol dan metakognitif. Selain itu, sebagai bagian dari regresi interaksi, "interaksi" antara semester dan efek bagian merupakan efek tambahan dari pelatihan metakognitif . Setelah memperhitungkan kemampuan siswa, gaya mengajar bagian dan demografi, dan tingkat erosi bagian, siswa di bagian metakognitif dilakukan sekitar 4% lebih baik rata-rata pada rata-rata ujian umum Kimia ACS daripada bagian kontrol. Yang penting, kuartil bawah di bagian metakognitif dilakukan sekitar 10% lebih baik, rata-rata, daripada bagian kontrol pada akhir. Ini adalah pendapat para peneliti bahwa pelatihan metakognitif adalah penyebab utama untuk peningkatan siswa ini pada ujian akhir di bagian metakognitif. 3.5. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan temuan baru bahwa, dengan pelatihan metakognitif biasa, efek Dunning − Kruger dapat diatasi rata-rata untuk siswa berkinerja rendah. Yang paling penting, hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kinerja pada ujian Kimia Umum ACS dengan menargetkan bagian bawah kelas. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi paling rendah cenderung lebih percaya diri, seperti yang diprediksi oleh efek Dunning − Kruger. Overprediction kemampuan ini dapat mengabadikan kinerja ujian siswa yang buruk dari waktu ke waktu. Sebagai perbandingan, hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa pelatihan metakognisi biasa dapat mengatasi overconvidence ini pada siswa yang berkinerja buruk, dengan peningkatan yang signifikan terkait dalam kinerja siswa pada ujian ACS Kimia Umum. Lisda Amelia-17176022 Page 34 IV. PEMBAHASAN Topik yang diangkat dari kedua jurnal adalah tentang metakognitif, dimana pada jurnal pertama membahas bagaimana cara meningkatkan metakognitif calon guru dan pada jurnal kedua membahas tentang bagaimana penerapan tugas secara online dapat meningkatkan metakognitif siswa. Kajian metakognitif adalah suatu topik yang sangat penting untuk dibahas karena sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan berpengaruh juga terhadap masa depan siswa, karena metakognitif adalah kesadaran dan menajemen dari proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang yang tidak hanya berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang didalam kelas tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupannya yang akan mampu mendorongnya untuk lebih mengetahui dan memahami dirinya sendiri. Tujuan utama menulis tulisan ilmiah adalah supaya karangan itu dibaca oleh orang lain. Sebelum pembaca beralih membaca isi tulisan, yang pertama kali dibaca adalah judulnya. Judul artikel diharapkan mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas dalam artikel. Oleh karena itu pilihan kata-kata harus tepat, mengandung unsur-unsur utama yang dibahas, jelas, dan setelah disusun dalam bentuk judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca. Judul artikel hasil penelitian harus menggambarkan keterkaitan variabel yang digunakan dalam penelitian, walaupun tidak harus sepanjang judul penelitian yang sebenarnya. artikel (bahasa Indonesia) hasil penelitian lazimnya berkisar 10-12 kata. Ciri-ciri Judul : sebagai solusi masalah; mencerminkan sikap penulis; terdapat action (kata pencermin tindakan); terdiri dari 10 s/d 15 kata hanya mempunyai satu arti tidak memihak (tanpa iklan) ; tidak diberi titik ditulis huruf kapital semua, kecuali standar int'L, kg; menarik pembaca untuk diikuti (Pedoman Penulisan Artikel Publikasi Ilmiah Rogram Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang-2010). Judul yang diberikan pada kedua jurnal juga ringkas dan jelas, dari judul kita bisa mengetahui apa yang ingin digali dan ingin disampaikan oleh peneliti. Pada jurnal pertama dengan judul The Effect Of Metacognitive Strategies On Prospective Teachers’ Metacognitive Awareness And Self Efficacy Belief atau dalam bahasa Indonesia yaitu Pengaruh Strategi Metakognitif Terhadap Lisda Amelia-17176022 Page 35 Keefektifan Metakognitif Guru dan Kepercayaan Diri Sendiri, tergambar dari judul bahwa peneliti ingin melihat bagaimana penggunaan strategi metakognitif dalam pembelajaran bisa meningkatkan metakognisi guru dan kepercayaan diri seorang guru. Tidak ada makna ganda dalam judul yang diberikan. Begitupun pada jurnal yang kedua dengan judul Improving General Chemistry Course Performance through Online Homework-Based Metacognitive Training atau dalam bahasa indonesia yaitu Meningkatkan Kinerja Pembelajaran General Chemistry melalui Pelatihan Metakognitif Berbasis Pekerjaan Rumah secara online. Abstrak merupakan kondensasi singkat dari isi karangan yang dapat memberikan informasi mengenai isi keseluruhan karangan. dengan membaca abstrak atau ringkasan, pembaca akan mendapatkan gambaran umum mengenai hasil-hasil dan kesimpulan penelitian. Oleh karena itu abstrak atau ringkasan harus ditulis secara ringkas meskipun tidak memakai bahasa telegram, yang mengorbankan kejelasan demi singkatnya. Abstrak biasanya berisi : (1) tujan penelitian, (2) metode penelitian secara ringkas, dan (3) hasil penelitian. (Pedoman Penulisan Artikel Publikasi Ilmiah Rogram Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang-2010) sehingga jelas bahwa didalam abstrak seharusnya juga menggambarkan hasil dari penelitian yang dilakukan. Dalam jurnal pertama membahas tentang bagaimana pengaruh dari strategi metakognitif yang digunakan dalam pembelajaran terhadap kesadaran metakognitif calon guru, keyakinan self efficacy pengajaran ilmu dan keyakinan self efficacy guru. Didalam abstrak terlihat bagaimana peneliti melakukan penelitian sehingga didapatkan data dan hasil penelitian yaitu temuan penelitian menunjukkan bahwa strategi metakognitif meningkatkan kesadaran metakognitif calon guru dan keyakinan self efficacy guru tetapi mereka tidak meningkatkan keyakinan self efficacy pengajaran sains siswa sehingga merupakan perbedaan yang signifikan antara pre-test. Didalam abstrak sudah tergambar isi jurnal secara umum sehingga pembaca akan lebih mudah memahami isi jurnal saat membaca jurnal secara lengkap, karena informasi yang dibutuhkan telah tergambar secara jelas didalam abstrak. Pada jurnal kedua penulis menjelaskan tentang bagaimana penelitian dilakukan dan bagaimana cara memperoleh data tetapi untuk hasil penelitian belum dijelaskan didalam abstrak. Lisda Amelia-17176022 Page 36 Pendahuluan merupakan bagian penting untuk memberikan gambaran yang ringkas tetapi jelas mengenai masalah dan menghadapkan pembaca pada beberapa pustaka yang relevan. Isi pendahuluan diharapkan mampu secara mulus dan tepat menuntun pembaca menuju kepada pemikiran logis yang berakhir pada pernyataan mengenai penelitian yang dilakukan dan hasil-hasil yang diharapkan. Apabila pendahuluan telah berfungsi sebagaimana mestinya, pembaca tidak akan menjadi penerima yang pasif tetapi sebaliknya akan menjadi pencari informasi yang penuh semangat dan kreatif. Dari kedua jurnal didalam pendahuluan terdapat beberapa teori yang mendasari penelitian mereka dan beberapa penelitian sebelumnya yang mendukung alasan mengapa penelitian tersebut perlu untuk dilakukan. Metodologi penelitian merupakan bagian yang paling gamblang untuk ditulis tetapi dapat menjadi kabur apabila penulis menceriterakan terlalu banyak rincian. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah justru bagaimana penulis mengetahui apa yang tidak perlu dicantumkan. Jadi perlu pertimbangan mana yang perlu dijelaskan (diuraikan) dan apa yang tidak perlu dicantumkan tanpa mengurangi makna dan arti tulisan. Salah satu kriteria utama dalam penulisan metode penelitian yang baik adalah apabila peneliti lain dapat mengulangi penelitian itu setelah membaca uraian tersebut. Aplikasi teknik baru atau modifikasi lama sebaiknya diuraikan dengan lengkap, ringkas, dan tepat. Jika teknik ini telah (pernah) diuraikan selengkapnya, penulis cukup mengacu pada pustaka tersebut. Demikian pula dengan teknik statistik. Apabila teknik itu telah dijelaskan selengkapnya dalam publikasi atau buku pengajaran (texbook) tertentu maka cukup diacu saja. Analisis statistik, dan juga analisis kimia , umumnya merupakan alat bantu yang digunakan oleh para peneliti, bukan tujuan akhirnya. Namun demukian, apabila penulis melakukan proses derivasi matematika maka perlu dijelaskan meskipun meskipun satu atau dua acuan dapat meringankan tugas penulis. Didalam kedua jurnal dijelaskan bagaimana penelitian didesain dan dilaksanakan dan apa saja instrumen yang digunakan untuk memperoleh data. Semua instrumen yang digunakan dijelaskan secara rinci dan teknik pengolahan data juga dijelaskan dengan rinci. Sehingga apabila ada yang ingin menerapkan Lisda Amelia-17176022 Page 37 metode yang sama untuk proses pembelajaran bisa diikuti berdasarkan jurnal yang tersebut karena semua penjelasan diberikan dengan rinci. Hasil temuan dalam kedua jurnal yang dibahas adalah pada jurnal pertama Strategi metakognitif meningkatkan kesadaran metakognitif dari masing-masing guru. Guru yang memiliki tingkat kesadaran tingkat tinggi, dapat memecahkan masalah mereka yang mungkin mereka hadapi dalam kehidupan profesional mereka dengan lebih mudah. Penting untuk menentukan metakognisi dan persepsi guru tentang kompetensi profesional mereka dan memberikan pendidikan yang sesuai sebelum mengajar. Keterampilan metakognitif dapat dikembangkan dengan mengajar. Calon guru, yang mempelajari strategi metakognitif selama pendidikan pra-layanan, juga akan menerapkan strategi pembelajaran ini di kelas mereka sendiri. Memasukkan strategi dan metode tersebut ke dalam program pendidikan guru dan penyertaan mereka dalam lingkup mata kuliah. Prinsip dan Metode Pengajaran atau Metode Pengajaran Khusus akan menjadikan pendidikan guru lebih efisien. Dan hasil pada jurnal kedua menunjukkan temuan baru bahwa, dengan pelatihan metakognitif biasa, efek Dunning − Kruger dapat diatasi rata-rata untuk siswa berkinerja rendah. Yang paling penting, hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kinerja pada ujian Kimia Umum ACS dengan menargetkan bagian bawah kelas. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi paling rendah cenderung lebih percaya diri, seperti yang diprediksi oleh efek Dunning − Kruger. Overprediction kemampuan ini dapat mengabadikan kinerja ujian siswa yang buruk dari waktu ke waktu. Sebagai perbandingan, hasil penelitian saat ini menunjukkan bahwa pelatihan metakognisi biasa dapat mengatasi overconvidence ini pada siswa yang berkinerja buruk, dengan peningkatan yang signifikan terkait dalam kinerja siswa pada ujian ACS Kimia Umum. Lisda Amelia-17176022 Page 38 V. KESIMPULAN Strategi Metakognitif berkaitan dengan cara untuk meningkatkan kesadaran tentang proses berpikir dan pembelajaran yang berlangsung. Apabila kesadaran itu ada, seseorang dapat mengontrol pikirannya. Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meliputi tiga tahap berikuti, yaitu : merancang apa yang hendak dipelajari; memantau perkembangan diri dalam belajar; dan menilai apa yang dipelajari. Strategi metakognitif dapat digunakan untuk setiap pembelajaran bidang studi apapun. Hal ini penting untuk mengarahkan siswa agar bisa secara sadar mengontrol proses berpikir dan pembelajaran yang dilakukan siswa. Dengan menggunakan strategi metakognitif, siswa akan mampu mengontrol kelemahan diri dalam belajar dan kemudian memperbaiki kelemahan tersebut ; siswa dapat menentukan cara belajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya sendiri ; siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar baik yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh guru atau masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran ; dan siswa dapat memahami sejauhmana keberhasilan yang telah ia capai dalam belajar. Pembahasan tentang metakognitif dalam kedua jurnal yang telah direview menunjukkan bahwa metakognitif seseorang bisa dikembangkan dan metakognitif akan berpengaruh kepada hasil belajar dan juga rasa kepercayaan diri selain itu strategi metakognitif meningkatkan kesadaran metakognitif guru. Guru yang memiliki tingkat kesadaran tingkat tinggi, dapat memecahkan masalah mereka yang mungkin mereka hadapi dalam kehidupan profesional mereka dengan lebih mudah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk memperolah hasil yang baik dalam proses belajar mengajar, tidak hanya metakognitif siswa saja yang harus ditingkatkan, tetapi juga metakognitif dari guru. Kedua jurnal memberikan informasi yang baru dan masih segar sehingga informasi ini dapat memberikan tambahan ilmu bagi pembaca, dan bisa diimplementasikan untuk meningkatkan metakognitif siswa dan guru. Lisda Amelia-17176022 Page 39 DAFTAR PUSTAKA Hatice Yildiz, Mustafa Akdag. 2017. The Effect of Metacognitive Strategies on Prospective Teachers’ Metacognitive Awareness and Self Efficacy Belief. Journal of Education and Training Studies Brock L. Casselman, Charles H. Atwood. 2017. Improving General Chemistry Course Performance through Online Homework-Based Metacognitive Training. Journal Of Chemical education Davld m. Moore , francis m. Dwyer . 2001. Relationship of field dependence and color coding to female students' achievement '. Perceptual and motor skills Heru astikasari setya murti. 2011. Metakognisi dan theory of mind (TOM). Jurnal psikologi pitutur Gregory Schraw and rayne Sperling Dennison. 1994. Assessing Metacognitive Awareness. Contemporary Educational Psychologi Yanti herlanti. 2015. Kesadaran metakognitif dan pengetahuan metakognitif peserta didik sekolah menengah atas dalam mempersiapkan ketercapaian standar kelulusan pada kurikulum 2013. Cakrawala pendidikan Ninik kristiani. The correlation between metakognitive skill and cognitive learning result of students in scientific learnings in the subject biology high school curriculum 2013. Seminar nasional XII pendidikan biologi FKIP UNS 2015 Pedoman penulisan artikel publikasi ilmiah program pascasarjana universitas brawijaya malang. 2010 https://services.viu.ca/sites/default/files/metacognitive-awareness-inventory.pdf https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:JkrISlYXojgJ:https://w ww.springer.com/cda/content/document/cda_downloaddocument/9783319 424644-c2.pdf%3FSGWID%3D0-0-45-1581490p180150824+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id Lisda Amelia-17176022 Page 40