PENGARUH OCF, INFCF, CR DAN LTD TERHADAP ROE PERUSAHAAN KELOMPOK INDUSTRI SEMEN DAN KERAMIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Supinah1 Abstract: Decision-making is based on the company's financial reports issued by the company in a given period. This financial report contains important information about the company, and is a reflection of the performance has been achieved previously. One of the interesting things that are usually used as a guidance is the analysis of cash flow, debt ratios and profitability ratios. This study aims to examine and analyze the effect of cash flow and debt levels on the profitability of 11 cement companies and ceramics are listed in the Indonesia Stock Exchange. The analysis used was multiple regression and hypothesis testing using the R2 test, F test and t test to see relation between cash flow (operating, investing and financing) and the level of debt (current ratio and long-term debt ratio) in affecting the company's profitability is reflected in the return on equity. The hypothesis of this study is long-term debt has a significant effect to the profitability of the company. Sampling was done by using purposive sampling criteria and cement companies and ceramics listed on the Indonesia Stock Exchange for five consecutive years (2010-2014). Based on regression analysis derived from operating cash flow, investments cash flow, and the current ratio have positif correlation but not significant on ROE, while long-term debt negatively affect ROE of -1.5111 and significance values below 0:05 is 0.0096. Keywords: Cash Flow, Operating Cash Flow, Cash Flow Investments, Cash Flow Financing, Debt, Current Ratio, Long-term Debt Ratio, Return on Equity PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting bagi berbagai pihak sebagai dasar pengambilan keputusan, seperti bagi manajemen perusahaan dalam pengelolaan usaha di masa depan, bagi pemilik guna menentukan pengembalian modalnya, bagi kreditor untuk menilai kemampuan pengembalian pinjaman yang diberikan dan bagi pemerintah untuk menentukan pajak yang akan diperoleh. Ada beberapa alat ukur yang dapat digunakan oleh berbagai pihak tersebut sesuai kepentingan masing-masing, seperti melalui Laporan Pertanggungjawaban Manajemen Perusahaan, Analisa Rasio Keuangan, Analisa Titik Impas (Break Event Point Analysis), dan Analisa Laporan Arus Kas. Diantara beberapa alat ukur kinerja keuangan tersebut, analisa laporan arus kas dan juga analisa tingkat hutang lebih banyak digunakan mengingat analisa tersebut lebih pantas dan tepat, hal ini sesuai dengan PSAK No. 2 (revisi 2009), “Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas dapat 1 Alumnus Program Studi Magister Manajemen Universitas Tarumanagara supinahyusup@yahoo.com 202 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam asset bersih entitas, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah” (p.2.2). Untuk para pengguna laporan keuangan, laporan arus kas juga bermanfaat untuk menilai kinerja suatu perusahaan atas aktifitas operasi, investasi, dan pendanaan serta untuk mengetahui aktifitas mana yang menghasilkan dana terbesar bagi perusahaan. Selain itu, para pengguna laporan keuangan dapat juga menilai kinerja perusahaan dari perputaran kas dari aktifitas perusahaan. Dalam melakukan analisis terhadap suatu perusahaan penting untuk menilai arus kas bersih yang dihasilkan perusahaan selama satu periode tertentu. Melalui analisis ini dapat dinilai kemungkinan perusahaan dalam menghasilkan kas dimasa yang akan datang dan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, membayar dividen kepada para pemegang saham serta dapat pula menilai apakah investasi perusahaan memberikan arus kas dan return yang baik bagi perusahaan. Sedangkan hutang mempunyai andil besar dalam membentuk asset perusahaan karena dengan hutang, kemungkinan untuk mendapatkan asset yang lebih besar lebih bisa dipenuhi. Tetapi dengan semakin tingginya hutang yang dimiliki oleh perusahaan, maka resiko yang ditanggung akan semakin tinggi pula, karena tingkat hutang yang tinggi akan cenderung memperbesar beban bunga yang berarti mengurangi keuntungan. Jika perusahaan tidak dapat membayar beban bunga dan pokoknya bisa berdampak terhadap kesulitan keuangan (financial distress) dan akibatnya mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan. Adapun penelitian ini berfokus pada perusahaan kelompok industri semen dan keramik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hal ini disebabkan karena dengan semakin gencarnya usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah demi tercapainya kesejahteraan masyarakat, maka pembangunan fisik yang sedang berlangsung tersebut harus didukung oleh komponen-komponen yang menunjang. Pembangunan infrastruktur dinilai tidak dapat dipisahkan dari dukungan sektor jasa konstruksi yang menjadi faktor penentu dalam pembangunan infrastruktur. Sedangkan salah satu komponen yang terlibat langsung dan bisa dikatakan sebagai kebutuhan yang pokok dalam pembangunan fisik adalah tersedianya semen dan keramik. Perumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada: Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Operating Cash Flow (OCF) dan Return on Equity (ROE) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Investing Cash Flow (INFCF) dan Return on Equity (ROE) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Current Ratio (CR) dan Return on Equity (ROE) Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Long-term Debt (LTD) dan Return on Equity (ROE) 203 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui besarnya pengaruh Operating Cash Flow (OCF) terhadap Return on Equity (ROE) Mengetahui besarnya pengaruh Investing Cash Flow (INFCF) terhadap Return on Equity (ROE) Mengetahui besarnya pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return on Equity (ROE) Mengetahui besarnya pengaruh Long-term Debt (LTD) terhadap Return on Equity (ROE) Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat berguna: Bagi Penulis Dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai analisis arus kas dari aktivitas operasi (OCF) dan investasi (INFCF), tingkat hutang jangka pendek (Current Ratio) dan jangka panjang (Long-term Debt), untuk melihat kinerja perusahaan dan juga sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Strata-2 Magister Manajemen di Universitas Tarumanagara. Bagi Perusahaan Dengan melihat hasil analisis arus kas dari aktivitas operasi (OCF) dan investasi (INFCF), tingkat hutang jangka pendek (Current Ratio) dan jangka panjang (Long-term Debt) diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi keuangan dan dapat diketahui sejauh mana prestasi yang dicapai perusahaan dari tahun ke tahun sehingga dapat membantu pihak manajemen dalam menjalankan usahanya. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan analisis arus kas dan tingkat hutang untuk membandingkan kinerja perusahaan. LANDASAN TEORITIS KAS Pengertian Kas dan Setara Kas Keberadaan kas bagi perusahaan sangat penting untuk melakukan kegiatan operasi, investasi dan pendanaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kas merupakan akun (perkiraan) yang paling likuid keberadaannya jika dibandingkan dengan akun-akun lainnya dalam neraca perusahaan. Menurut S. Munawir (1983): Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan cek atau bilyet) (S. Munawir, 1983, p.14). Setara kas (cash equivalent) menurut PSAK No. 2 (revisi 2009), “adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam 204 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki resiko perubahan nilai yang tidak signifikan.” (p.2.3). Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan salah satu laporan keuangan pokok yang dibutuhkan dalam setiap laporan keuangan suatu perusahaan yang berguna untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar pada periode tertentu. Laporan arus kas menggambarkan aliran kas dan setara kas yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dan setara kas dalam periode yang bersangkutan. Kieso Weygandt (2001) menyebutkan bahwa: Menurut Harahap (2006), “Laporan arus kas adalah suatu laporan yang bertujuan memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu” (p.372). Jadi dalam penyajian laporan arus kas, harus dilaporkan kas selama suatu periode tertentu dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan, sehingga pemakai laporan keuangan dapat mengetahui dan menilai dari mana dan kemana kas dan setara kas perusahaan didapat dan digunakan selama periode tersebut. Sesuai dengan yang disebukan dalam PSAK No. 2 (revisi 2009) berikut: “Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan” (p.2.5). Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas Tujuan Laporan Arus Kas Laporan arus kas dinilai banyak sekali memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Beberapa tujuan dari laporan arus kas diidentifikasikan sebagai berikut: Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004) adalah “memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi” (p.2.1). Menurut PSAK No. 2 (revisi 2009), tujuan laporan arus kas adalah sebagai berikut: Tujuan Pernyataan ini adalah memberikan pengaturan atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan (financing) selama suatu periode. (PSAK, revisi 2009, p.2.1). Manfaat Laporan Arus Kas Adapun manfaat dari laporan arus kas adalah sebagai berikut: Menilai kemampuan perusahaan menghasilkan, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu. Menilai kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan pembayaran dividen. 205 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Menyajikan informasi bagi investor, kreditur, memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang. Menilai alasan perbedaan antara laba bersih dikaitkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. (Teori Akuntansi Laporan Keuangan, 1996, p.93), (Harahap, 2006, p.257). Klasifikasi Laporan Arus Kas Untuk mencapai tujuan dan manfaat laporan arus kas, maka arus kas diklasifikasikan menjadi 3 kelompok aktivitas, yaitu: 1. Aktifitas Operasi (Operating Activities) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Menurut PSAK No. 2 (revisi 2009): Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: (a) penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa; (b) penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan pendapatan lain; (c) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; (d) pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan; (e) penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya; (f) pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; penerimaan dan pembayaran kas dan kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing). (PSAK, revisi 2009, p.2.52.6). Aktifitas Investasi (Investing Activities) Yang termasuk dalam kelompok arus kas aktivitas investasi adalah perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas, antara lain: menerima dan menagih pinjaman, hutang, surat berharga atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang dipergunakan dalam proses produksi. Menurut PSAK No. 2 (revisi 2009): Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas inventasi adalah: pembayaran kas untuk membeli asset tetap, asset tidak berwujud, dan asset jangka panjang lainnya, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan asset tetap yang dibangun sendiri; 206 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta asset tidak berwujud dan asset jangka panjang lain; pembayaran kas untuk membeli instrumen hutang atau instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan); kas yang diterima dari penjualan instrumen hutang dan instrumen ekuitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjanjikan); uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan); penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan); pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan; dan pembayaran kas dari dengan futures contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan, atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. (PSAK, revisi 2009, p.2.7-2.8). Aktifitas Pendanaan (Financing Activities) Yang termasuk kelompok aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahaan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan sumber-sumber dana tersebut, meminjam dan membayar hutang kembali, atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar hutang tertentu. Menurut PSAK No. 2 (revisi 2009): Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya; pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas; penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya; pelunasan pinjaman; Pembayaran kas oleh oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease). (PSAK, revisi 2009, p.2.8). 207 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Analisis Arus Kas Analisis laporan arus kas yang dilakukan dalam penelitan ini adalah dengan menilai hubungan antara arus kas dari aktivitas operasi dan investasi dengan kinerja perusahaan. Dimana kinerja perusahaan merupakan variabel dependen yang diukur melalui Return on Equity (ROE), dan 2 variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Operating Cash Flow (OCF): diukur dari net cash flows dari operating activities Rumus: OCF Total Cash Flow Operating Cash Flow = Investing Cash Flow (INFCF): ditentukan oleh net cash flow dari investing activities Rumus: INFCF Total Cash Flow Investing Cash Flow = HUTANG Pengertian Hutang Berikut pengertian hutang menurut beberapa sumber: Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul di masa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer asset atau memberikan jasa ke pihak lain di masa mendatang, sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu. (Mamduh. M. Hanafi, 2004, p.29). Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. (S. Munawir, 2004, p.18). Penggolongan Hutang Penggolongan hutang, ada yang membagi hanya dalam 2 golongan yaitu hutang jangka pendek (kurang dari satu tahun) dan hutang jangka panjang (lebih dari satu tahun). Tetapi banyak asumsi yang membagi hutang dalam 3 golongan yaitu: Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt) Menurut S. Munawir (2004), “Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang perlunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan” (p.18). Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan barang/jasa, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya. Adapun jenis-jenis hutang jangka pendek diantaranya adalah: Rekening Koran Kredit dari Penjual Kredit dari Pembeli 208 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... Kredit Wesel Hutang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt) Hutang jangka menengah adalah hutang yang jangka waktu atau umumnya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Bentuk-bentuk utama dari hutang jangka menengah adalah: Term Loan Leasing Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt) Hutang jangka panjang adalah satu bentuk perjanjian antara peminjam dengan kreditur dimana kreditur bersedia memberikan pinjaman sejumlah tertentu dan peminjam bersedia untuk membayar secara periodik yang mencangkup bunga dan pokok pinjaman. Adapun jenis dan bentuk utama dari hutang jangka panjang antara lain: Pinjaman Obligasi Pinjaman Hipotik (Mortgage) Analisis Hutang Penelitian ini mengukur sejauh mana tingkat hutang jangka pendek dan jangka panjang mempengaruhi rasio profitabilitas perusahaan dalam hal ini ROE. Adapun tingkat hutang yang akan dianalisa adalah: Hutang Jangka Pendek (Current Ratio) Rumus: Current Assets Current Liabilities Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt Ratio) Current Ratio = Rumus: Long-term debts Total assets Long-term Debt = KINERJA PERUSAHAAN (PROFITABILITAS) Pengertian Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam mencari keuntungan dari penggunaan modalnya. Menurut Martono dan Harjito (2001), “Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut” (p.18). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba dengan menggunakan modal yang tersedia. 209 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Rasio Profitabilitas Rasio profitabiltas yang dipakai dalam penelitian adalah: Return on Equity (ROE). Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. ROE menjadi pusat perhatian para pemegang saham (shareholders) karena berkaitan dengan modal saham yang diinvestasikan untuk dikelola pihak manajemen dengan kata lain ROE memiliki arti penting untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam memenuhi harapan pemegang saham. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Rumus: Net Income ROE = x 100% Shareholders equity Pengaruh Arus Kas dan tingkat Hutang terhadap Profitabilitas Pengaruh Arus Kas terhadap Profitabilitas Penelitian yang mengeksplor pengaruh arus kas terhadap kinerja perusahaan sudah banyak dilakukan, juga terdapat argumentasi mengenai pengaruh arus kas terhadap kinerja perusahaan karena perbedaan pendapat mengenai hal ini. Dalam penelitian Bingilar Paymaster Frank dan Oyadongham Kereotu James (2014), Chikashi (2003), Ali, et.al (2013), Thanh and Nguyen (2013), Zhou, et.al (2012), Watson (2005) dan Ashtiani (2005) berpendapat bahwa arus kas secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan, hal ini disebabkan karena adanya pengelolaan arus kas yang lemah dalam perusahaan sehingga memungkinkan manajer untuk mengejar tujuan pribadi dan mengesampingkan kepentingan pemegang saham. Sesuai dengan Agency Theory, yang menyatakan bahwa konflik agency timbul karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Pendapat yang berlawanan disampaikan oleh Shahmoradi (2002), Khoshdel (2006), Adelegan (2003), Miar (1995) dan Brush, et al (2000), dan juga oleh Bingilar, et al (2014) yang menyatakan bahwa arus kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pendapat mereka didasarkan pada penelitan yang membuktikan bahwa peningkatan arus kas juga meningkatkan profit perusahaan. Menurut Zhou (2012), perbedaan hasil penelitian tersebut didasarkan pada latar belakang industri yang diteliti, lingkungan pasar, perspektif penelitian, penentuan sampel, dan variabel yang diteliti. Pengaruh Tingkat Hutang terhadap Profitabilitas Beberapa penelitian dilakukan perihal pengaruh tingkat hutang terhadap kinerja perusahaan, diantaranya: penelitian yang dilakukan oleh Tedi Rustendi dan Farid Jimmi (2008) dan Tawsan (2003) menyatakan bahwa tingkat hutang secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan kutipan Wahidahwati (sebagaimana dikutip dari Tedi Rustendi dan Farid Jimmi, 2008) bahwa pendanaan dengan 210 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dan manjemen. Di samping itu hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Sedangkan beberapa peneliti seperti yang disebutkan Nazia dalam penelitiannya, Ang Chua dan McConnell (1982), Gordon Donaldson (1961), Breadly (1984) dan Titman dan Wessels (1988) berpendapat bahwa tingkat hutang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan, dimana perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi, cenderung mengambil hutang yang lebih sedikit. Dimana perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang cukup tinggi sehingga perusahaan menghindari untuk menarik dana dari luar dalam mendanai aktivitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Muallim (2009) dan Anna Setiana (2013) juga menunjukkan bahwa tingkat hutang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan dalam hal ini ROA, ROE dan OPM. Hal ini disebabkan karena hutang memiliki resiko bagi perusahaan karena bisa berdampak pada kesulitan keuangan (financial distress). Tingkat hutang juga memiliki dampak buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat hutang yang tinggi akan cenderung memperbesar beban bunga, sehingga perusahaan harus menutupi beban tersebut melalui laba operasi yang didapatkan. Beban bunga yang besar akan mengurangi laba operasi sehingga mengakibatkan penurunan laba bersih, yang berarti mengurangi keuntungan. Menurut Kebewar (2012), perbedaan hasil penelitian hubungan tingkat hutang dengan profitabilitas, dikarenakan perbedaan jenis sampel yang diambil (negara, sektor, perusahaan dan periode). Lebih lanjut disebutkan bahwa adanya perbedaan penentuan variabel yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas sebagai variabel terikat dan rasio hutang sebagai variabel bebas, dan juga karena perbedaan penggunaan metodologi penelitian. Hipotesis Dari hasil penelitian terdahulu, latar belakang permasalahan, telaah pustaka dan kerangka teori yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya didapat hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1: Pengaruh OCF terhadap ROE perusahaan H01 = Tidak ada pengaruh signifikan antara OCF dan ROE perusahaan Ha1 = Ada pengaruh signifikan antara OCF dan ROE perusahaan Hipotesis 2: Pengaruh INFCF terhadap ROE perusahaan H02 = Tidak ada pengaruh signifikan antara INFCF dan ROE perusahaan Ha2 = Ada pengaruh signifikan antara INFCF dan ROE perusahaan Hipotesis 3: Pengaruh CR terhadap ROE perusahaan H03 = Tidak ada pengaruh signifikan antara CR dan ROE perusahaan Ha3 = Ada pengaruh signifikan antara CR dan ROE perusahaan 211 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Hipotesis 4: Pengaruh LTD terhadap ROE perusahaan H04 = Tidak ada pengaruh signifikan antara LTD dan ROE perusahaan Ha4 = Ada pengaruh signifikan antara LTD dan ROE perusahaan Kerangka Penelitian Dari uraian di atas, maka didapat kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Independen Arus Kas Operating Cash Flow Variabel Dependen Investing Cash Flow Kinerja Perusahaan Return on Equity (ROE) Tingkat Hutang Current Ratio Long-term Debt Ratio METODE PENELITIAN Objek Penelitian Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah perusahaan kelompok industri semen dan keramik yang terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian 2010 sampai 2014. Jumlah perusahaan industri semen dan keramik yang terdaftar pada periode tersebut dan mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap selama periode penelitian adalah 9 perusahaan. 3Jenis Penelitian Berdasarkan judul dan permasalahannya, maka jenis penelitian ini adalah penelitan kausatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh arus kas dari aktivitas operasi (OCF) dan investasi (INFCF), tingkat hutang jangka pendek (Current Ratio) dan jangka panjang (Long-term Debt) sebagai variabel independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROE) yang merupakan variabel dependen. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analistis, yaitu metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya sehinga dapat memberikan perbandingan yang cukup jelas mengenai obyek yang diteliti yang kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan emiten yang sudah terdaftar di BEI. Data penelitian ini merupakan gabungan dari sederet waktu (time series) dan satu waktu untuk suatu fenomena (cross section) selama kurun waktu 2010 sampai dengan 2014. Jenis Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, data yang diperoleh dari perusahaan yang tercatat di BEI tahun 2010-2014. Variabel yang diteliti tersedia dengan 212 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... lengkap dalam pelaporan keuangan tahun 2010-2014. Sumber data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, IDX statistics dan website IDX: http:www.idx.co.id. Tehnik Pengambilan Data Teknik penentuan sample yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan metode proporsional. Purposive Sampling artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: Perusahaan kelompok industri semen dan keramik di Indonesia. Perusahaan terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia sejak Januari 2010 sampai dengan Desember 2014. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan secara berturut-turut selama periode pengamatan 2010-2014. Model Penelitian Adapun model penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut: ROE = α + β1OCF + β2INFCF + β3CR + β4LTD + ε Tehnik Analisa Data Proses Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan sebagai berikut: Pemilihan perusahaan yang secara konsisten masuk BEI dan mempublikasikan laporan keuangannya secara berturut-turut selama periode penelitian 2010 – 2014 sehingga ditemukan 9 perusahaan. Pengumpulan data laporan keuangan tahunan perusahaan publik kelompok industri semen dan keramik tahun 2010 – 2014. Menghitung rasio profitabilitas perusahaan yang terdiri dari Return on Equity (ROE). Menghitung nilai rata-rata arus kas dari aktivitas operasi (OCF) dan investasi (INFCF). Menghitung rasio tingkat hutang jangka pendek (Current Ratio) dan jangka panjang (Long-term Debt Ratio). Menghitung penyebaran data dari mean (rata-rata) melalui deviasi standar (simpang baku) dan melakukan uji asumsi klasik untuk meminimalisir bias yang dihasilkan dari hasil pengolahan data. Melakukan analisis regresi linier sederhana untuk melihat pengaruh arus kas dan tingkat hutang terhadap kinerja perusahaan pada periode 2010 - 2014 dengan menggunakan software Eviews. 213 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan pengumpulan dan peringkasan data serta penyajian hasil peringkasan tersebut dalam bentuk tabel maupun presentasi grafis agar terorganisir dengan baik dan teratur. Analisis Kuantitatif Pemilihan Model Regresi Tahapan-tahapan model regresi dengan teknik data panel adalah: Membuat model Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled least Square/Common Effect Model) Membuat model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model) Membuat model Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model) Memilih model estimasi dalam panel data Pemilihan Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM Pemilihan Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM) Pemilihan Pooled Least Square/Common Effect Model, dapat langsung diteruskan ke dalam pengujian asumsi klasik yang meliputi: Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas Analisis Regresi Alat analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh dari gabungan variabel-variabel tersebut yang dirumuskan sebagai berikut: Y = α + β1OCF + β2INFCF + β3CR + β4LTD + ε Dimana: Y = Return on Equity (ROE) OCF = Operating Cash Flow INFCF = Investing Cash Flow CR = Current Ratio LTD = Long-term Debt α = Koefisien konstanta β1,2,3,4,5 = Koefisien regresi ε = variabel gangguan/error Pengujian Hipotesa/Uji Googness of Fit Model Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dengan Goodness of Fitnya. Secara statistik, dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya (R2). Perhitungan statistik disebut signifikansi secara statistik apabila nilai uji statistiknya barada dalam daerah kritis (daerah dimana H 0 ditolak), sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H 0 diterima. 214 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... ANALISIS DAN BAHASAN TEMUAN Pemilihan Model Regresi Karena data yang digunakan merupakan data panel, peneliti melakukan pengujian Likelihood Ratio (Chow Test) dan uji Hausman (Hausman Test) untuk menentukan model regresi yang dipilih. Pemilihan Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) Untuk melakukan pemilihan model data panel dengan Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM), digunakan uji Likelihood Ratio (Chow Test). Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan: H0 : Jika Prob Cross Section Chi-square ≥ 5%, maka pilih Pooled Least Square Ha : Jika Prob Cross Section Chi-square < 5%, maka pilih Fixed Effect Model Tabel 1 Hasil Uji Likelihood Ratio (Chow Test) Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F Cross-section Chi-square 0.703631 7.291820 (8,32) 8 0.6860 0.5055 Sumber: Hasil output Eview 9 peneliti Dari hasil pada Table 4.1 diketahui nilai Prob Section Chi-square yang diperoleh 0.5055 (> 5%) maka H0 gagal ditolak artinya model yang diterima adalah model Pooled Least Square karena lebih baik daripada Fixed Effect Model pada penelitian ini. Maka selanjutnya Hausman Test tidak perlu dilakukan. Tabel 4.2 di bawah ini hasil estimasi dengan menggunakan Pooled Least Square Model: 215 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Tabel 2 Hasil Uji Pooled Least Square Dependent Variable: ROE? Method: Pooled Least Squares Date: 05/24/16 Time: 05:34 Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections included: 9 Total pool (balanced) observations: 45 Variable C OCF? INFCF? CR? LTD? Coefficie nt Std. Error t-Statistic 64.33667 0.002635 0.000528 -0.066466 -2.360697 31.94242 0.034817 0.051830 0.080456 0.682628 2.014145 0.075682 0.010186 -0.826114 -3.458251 0.0508 0.9400 0.9919 0.4136 0.0013 8.05706 3 99.1610 0.160884 S.D. dependent var 8 Akaike info 11.9604 S.E. of regression 90.83481 criterion 0 12.1611 Sum squared resid 330038.5 Schwarz criterion 4 Hannan-Quinn 12.0352 Log likelihood -264.1090 criter. 4 2.10488 F-statistic 3.109030 Durbin-Watson stat 8 Prob(F-statistic) 0.025571 R-squared Adjusted Rsquared Mean dependent 0.237167 var Prob. Sumber: Hasil output Eviews 9 peneliti 216 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Tabel 3 Uji Multikolinearitas CR LTD CR 1.000000 -0.340311 LTD -0.340311 1.000000 INFCF -0.120896 0.017514 OCF 0.053067 -0.048195 Sumber: Hasil output Eviews 9 peneliti INFCF -0.120896 0.017514 1.000000 -0.920828 OCF 0.053067 -0.048195 -0.920828 1.000000 Dari output di atas dapat kita lihat bahwa tidak terdapat variabel yang memiliki nilai lebih dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi. 4.2.1 Uji Heteroskedastisitas Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Hasil output Eviews 9 peneliti Dengan hasil di atas kita menduga tidak terjadi heteroskedastisitas, karena residualnya tidak membentuk pola tertentu, dengan kata lainnya residualnya cenderung konstan. Hipotesis Model Regresi Setelah mendapatkan model regresi, selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian sesuai dengan hasil Tabel 4.2 Pooled Least Square. Uji t 1. Pengujian variabel OCF terhadap ROE Pengujian hipotesis dengan: H0 : β1 = 0 Ha : β1 > 0 Diketahui nilai prob variabel OCF 0.9400 (tabel 4.2) lebih besar dari 0.05 dengan tingkat signifikan 5% sehingga H0 gagal ditolak. 217 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Kesimpulan: OCF berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. Pengujian variabel INFCF terhadap ROE Pengujian hipotesis dengan: H0 : β2 = 0 Ha : β2 > 0 Diketahui nilai prob variabel INFCF 0.9919 (tabel 4.2) lebih besar dari 0.05 dengan tingkat signifikan 5% sehingga H0 gagal ditolak. Kesimpulan: INFCF berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. Pengujian variabel CR terhadap ROE Pengujian hipotesis dengan: H0 : β3 = 0 Ha : β3 > 0 Diketahui nilai prob variabel CR 0.4136 (tabel 4.2) lebih besar dari 0.05 dengan tingkat signifikan 5% sehingga H0 gagal ditolak. Kesimpulan: CR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE. Pengaruh variabel LTD terhadap ROE Pengujian hipotesis dengan: H0 : β4 = 0 Ha : β4 > 0 Diketahui nilai prob variabel LTD 0.0013 (tabel 4.2) lebih kecil dari 0.05 dengan tingkat signifikan 5% sehingga H0 ditolak. Kesimpulan: LTD berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Uji F Pengujian F-test untuk mengetahui apakah semua variabel independen berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE). H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 Ha : Paling sedikit ada satu variabel independen yang ≠ 0 H0 ditolak karena prob (F-statistic) yang didapat sebesar 0.025571 (Tabel 4.2) lebih kecil dari 0.05 dengan tingkat signifikan 5%. Kesimpulan: OCF, INFCF, CR, dan LTD secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROE. Koefisien Determinasi (R2) R-square yang diperoleh adalah sebesar 23.72% (Tabel 4.2) yang berarti variable Arus Kas Operasional (OCF), Arus Kas Investasi (INFCF), Current Ratio (CR), dan Long-term Debt Ratio (LTD) mampu menjelaskan variabel ROE sebesar 23.72% dan sisanya 76.28% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian. Analisis Regresi Berganda Dari tabel 4.2 didapatkan persamaaan umum: ROE = 0.0026 OCF + 0.0005 INFCF - 0.066 CR – 2.36 LTD Catatan: pada model PLS, intercept dan slope tetap antar waktu dan individu. 218 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... Pembahasan Hasil yang didapat oleh peneliti apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu, maka: Arus kas dari aktivitas operasi (OCF) Hasil yang didapat peneliti adalah tidak sejalan dengan penelitian Shahmoradi (2002), Khoshdel (2006), Adelegan (2003), Miar (1995) dan Brush, et al (2000), dan juga oleh Bingilar, et al (2014), dimana OCF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, menunjukkan bahwa peningkatan arus kas tidak berpengaruh terhadap peningkatan profit perusahaan. Hal ini terjadi pada perusahaan kelompok industri semen dan keramik dikarenakan peningkatan arus kas bersih dari aktivitas operasi perusahaan tidak diikuti dengan efisiensi pada biaya-biaya maupun peningkatkan pada penjualan. Arus kas dari aktivitas investasi (INFCF) Hasil yang didapat peneliti adalah tidak sejalan dengan penelitian Zhou Hong, Yang Shuting and Zhang Meng (2012), dimana INFCF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Perusahaan memperoleh tambahan dana dari penjualan asset yang kemudian dana tersebut dipakai untuk aktivitas lain perusahaan. Sehingga penambahan dana tersebut tidak dapat menaikkan jumlah penjualan dan tidak berpengaruh terhadap profit perusahaan. Current Ratio (CR) Hasil yang didapat oleh peneliti tidak sejalan dengan penelitian Nazia Safitri Kalia dan Erwansyah, dimana variabel CR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Terdapat jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan dengan tafsiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan yang rendah ini menunjukkan adanya over investment dalam persediaan atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit ditagih sehingga dapat menurunkan laba perusahaan. Long-term Debt Ratio (LTD) Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tharshiga Murugesu dan Muhammad Muallim (2009), yang menunjukkan hutang berpengaruh negatif terhadap ROE. LTD berpengaruh negatif terhadap ROE menandakan bahwa tingkat hutang memiliki dampak buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat hutang yang tinggi cenderung memperbesar beban bunga, sehingga perusahaan harus menutupi beban tersebut melalui laba operasi yang didapatkan, dalam hal ini mengurangi laba ditahan (retained earning). Beban bunga yang besar mengakibatkan penurunan laba bersih, yang berarti mengurangi keuntungan. Pada Trade-off Theory disebutkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentunya akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, rasio hutangnya cenderung rendah karena perusahaan memiliki sumber dana internal yang berlimpah yang dapat digunakan. Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Sehingga trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara hutang dan tingkat profitabilitas. 219 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Sedangkan Pecking Order Theory mendukung argumentasi pengaruh negatif antara hutang dan profitabiltas. Pecking Order Theory dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang rendah. Dalam pecking order theory terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memiliki sumber pendanaan dimana pendanaan dari internal lebih diutamakan ketimbang pendanaan dari eksternal sehingga tingkat hutang perusahaan lebih rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Arus kas dari aktivitas operasi (OCF) tidak berpengaruh terhadap ROE perusahaan kelompok industri semen dan keramik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yaitu nilai koefisien regresi sebesar 0.028 dan nilai signifikansi yang berada di atas 0.05 yaitu sebesar 0.411. Arus kas dari aktivitas investasi (INFCF) tidak berpengaruh terhadap ROE perusahaan kelompok industri semen dan keramik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yaitu nilai koefisien regresi sebesar 0.039 dan nilai signifikansi yang berada di atas 0.05 yaitu sebesar 0.440. Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap ROE perusahaan kelompok industri semen dan keramik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yaitu nilai koefisien regresi sebesar 0.066 dan nilai signifikansi yang berada di atas 0.05 yaitu sebesar 0.179. Long-term Debt Ratio (LTD) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE perusahaan kelompok industri semen dan keramik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yaitu nilai koefisien regresi sebesar -1.511 dan nilai signifikansi yang berada di bawah 0.05 yaitu sebesar 0.0096. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: Bagi Perusahaan Dari hasil penelitian didapat bahwa arus kas dari aktivitas operasi (OCF) dan investasi (INFCF), dan tingkat hutang jangka pendek (CR) tidak berpengaruh terhadap ROE. Sedangkan tingkat hutang jangka panjang (LTD) berpengaruh signifikan terhadap ROE. Dengan hasil ini perusahaan sebaiknya meningkatkan kas bersih terutama dari aktivitas operasi dan melakukan efisiensi pada biaya-biaya serta meningkatkan penjualan produk semen dan keramiknya. Peningkatan hutang seharusnya dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan penjualan. Perusahaan diharapkan juga dapat mengontrol agar peningkatan hutang tidak memperbesar beban bunga yang dapat mengurangi laba perusahaan. Bagi Investor Investor sebaiknya memperhatikan ROE perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan dalam pengujian kelayakan investasi saham. Sehingga informasi yang diperoleh akurat 220 Supinah : Pengaruh OCF, INFCF, CR dan LTD Terhadap ... terkait besarnya return dan risiko yang akan diterima investor dari kegiatan investasinya tersebut. Dari penelitian ini didapati bahwa hanya LTD yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE namun dengan arah negatif, sehingga bagi investor yang akan berinvestasi pada industri semen dan keramik, perlu memperhatikan perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang rendah dan retained earning yang tinggi. Bagi Peneliti Selanjutnya Memperpanjang periode penelitian agar dapat memberikan gambaran hasil penelitian dengan cakupan yang lebih luas. Menambah jumlah sampel perusahaan yang diteliti agar dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan akurat. Nilai R2 yang didapat dalam penelitian ini sangat kecil, sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian yang secara teori berpengaruh terhadap ROE seperti the scale of the company (SIZE), level of debt (Lev), Kepemilikan Manajerial, tangibility, tax dan growth. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki. (1997). Intermediate Accounting, Yogyakarta: BPFE. Brigham, Eugene F. & Ehrardt, Michael E. (2002). Financial Management Theory and Practice, United State of America: Dryder Press Harcourt Broce Colleage Publiser. Delaney, et al. (1995). Interpretation and Application of Generally Accepted Accounting Principles, 2000, New York: John Wiley and Sons, Inc. Erwansyah. (2003). Pengaruh Tingkat Hutang terhadap Kinerja Keuangan dan Rasio Harga Saham pada Perusahaan Publik Kelompok Jakarta Islamic Index (JII). Retrieved January 4, 2015, from http://core.ac.uk/download/pdf/12137019.pdf Frank, Bingilar Paymaster & James, Oyadonghan Kereotu. (2014). Cashflow and Corporate Performance: A Study of Selected Food and Beverage Companies in Nigeria, European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, 2 (2), 77-87. Harahap, Sofyan Syafri. (1996). Teori Akuntasi Laporan Keuangan, Jakarta: Bumi Aksara. Harahap, Sofyan Syafri. (2001). Teori Akuntansi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hendriksen, Eldon S. (1996). Terjemahan Teori Akuntasi Jilid 1, Jakarta: Erlangga. Hendriksen, Eldon S. (1997). Terjemahan Teori Akuntasi Jilid 2, Jakarta: Erlangga. Hanafi, Mamduh M. (2004). Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: UPP AMK YKPN. Hanafi, Mamduh M. (2004). Manajemen Keuangan, Yogyakarta: BPFE. Handoko, Difi. (2010). Analisis Laporan Arus Kas sebagai Alat Ukur Efektifitas Kinerja Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, Retrieved January 4, 2015, from http://repositor.usu.ac.id/handle/123456789/20424. Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan. (2002), Jakarta: Salemba Empat. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., & Warfield, Terry D. (2001). Intermediate Accounting, Canada: John Wiley and Sons, Inc. Kebewar, Mazen. (2012). The Effect of Debt on Corporate Profitabilty Evidence from French Service Sector, Retrieved January 4, 2015, from http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract id=2191075. Kalia, Nazia Safitri. (2013). Pengaruh Penggunaan Hutang terhadap Profitabilitas; Studi pada PT. Semen Gresik Tbk., Jurnal Ilmu dan Riset Managemen, 1 (1), 119-133. 221 JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 202-222 Murugesu, Tharshiga. (2013). Effect of Debt on Corporate Profitability (Listed Hotel Companies Sri Lanka), European Journal of Business and Management ISSN 22221905 (paper) ISSN 2222-2839 (online), 5 (30), 5 (30), 13-18. Muallim, Muhammad. (2009). Pengaruh Tingkat Hutang terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Kelompok Jakarta Islamic Index (JII), Digital Library, UIN Sunan Kalijaga, Retrieved January 4, 2015, from http://digilib.uin-suka.ac.id/5369/. Martono, D. Agus Harjito. (2001). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonosia. Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 revisi 2009, Laporan Arus Kas. Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 revisi 2009, Penyajian Laporan Keuangan. Plewa, Franklin J. & Friedlob, George T. (1995). Understanding Cash Flow, Toronto: John Wiley and Sons, Inc. Setiawan, Rifky Budi. (2007). Analisis Arus Kas pada PT Geoteknik, Retrieved January 4, 2015, from http://www.researchgate.net/publication/42352275_Analisis_Arus_Kas_pada_PT._Got eknik_Indonesia. Sugiyono. (2007), Metode Penelitian Pendidikan dan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. (2007), Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta. Smith, et al. (1995). Intermediate Accounting, Ohio: South-Western Publishing Co. S. Munawir. (2004). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Yogyakarta: Liberty. Setiana, Anna. (2012). Pengaruh Hutang Jangka Panjang terhadap Profitabilitas PT Ramayana Lestari Sentosa, Jurnal Ilmiah Kesatuan, 14 (1), 81-86. Rustendi, Tedi & Jimmi, Farid. (2008). Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi FE Unsil, ISSN:1907-9958, 3 (1), 411-422. White, Gerald I., Sodhi, Ashwinpaul C., & Fried, Dov. (1993). The Analysis and Use of Financial Statements, New York: John Wiley and Sons, Inc. Zhou, Hong, Yang, Shuting & Zhang, Meng. (2012). Relationship between Free Cash Flow and Financial Performance Evidence from the Listed Real Estate Companies in China. International Conference on Innovation and Information Management (ICIIM 2012), IPCSIT, 36 (64), 331-335. 222