INDIKATOR IMPLEMENTASI SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2018/2019 NO 1 STANDAR PENDIDIKAN STANDAR ISI IMPLEMENTASI INDIKATOR 1.1 Kerangka dasar dan struktur 1.1.1 kurikulum berlandaskan konsep perlindungan anak Adanya dokumen dasar penyusunan KTSP yang berlandaskan konsep perlindungan anak 1.2 Beban belajar mempertim- 1.2.1 bangkan usia dan kemampuan anak Adanya dokumen pengaturan beban belajar yang mempertimbangkan usia dan kemampuan anak 1.3 Muatan kurikulum mengintegra- 1.3.1 sikan perlindungan anak Jumlah mata pelajaran yang mengintegrasikan hak dan perlindungan anak 1.3.2 Adanya pengintegrasian pendidikan kecakapan hidup sosial ke dalam mata pelajaran 1.4 Kalender pendidikan memper- 1.4.1 timbangkan kepentingan terbaik bagi anak Adanya alokasi waktu dalam kalender pendidikan untuk pengembangan minat dan bakat anak 2.1 Pembelajaran di kelas menggu- 2.1.1 nakan pendekatan saintifik yang berbasis PAKEM 2.1.2 Guru menggunakan pendekatan saintifik berbasis PAKEM dalam pembelajaran. 1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2. Beban belajar 3. Muatan Kurikulum 4. Kalender Pendidikan/akademik 2 STANDAR PROSES Proses pembelajaran, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berperan aktif, mem Guru melayani kebutuhan peserta didik secara individu atau kelompok NO STANDAR PENDIDIKAN berikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,dan keman dirian sesuai dengan bakat, minat, perkem bangan fisik serta psikologis peserta didik. IMPLEMENTASI INDIKATOR 2.1.3 Guru memberi kesempatan menerima haknya secara layak. anak untuk 2.1.4 Guru tidak memberi ancaman dan kekerasan yang berupa hukuman fisik atau non fisik kepada anak 2.1.5 Guru memberi rasa aman dan kasih sayang kepada semua anak. 2.1.6 Guru berperilaku toleransi dan tidak ada diskriminasi 2.1.7 Guru memfasilitasi pendidikan ABH dan ABK 2.1.8 Guru memberikan kebebasan dan kesempatan anak untuk melaksanakan kegiatan peringatan hari besar keagamaan 2.1.9 Guru mengembangkan budaya lokal dan kecakapan hidup sosial dalam pembelajaran 2.1.10 Guru membiasakan anak meminta maaf jika melakukan kesalahan 2.1.11 Guru membiasakan anak untuk bersikap empati dan saling menghormati sesama teman 2.1.12 Guru tidak memotong ketika siswa sedang memberikan pendapat keberlangsungan NO 3 STANDAR PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. IMPLEMENTASI 3.1 INDIKATOR 2.1.13 Guru membiasakan budaya mengangkat tangan ketika akan berbicara dan setelah dipersilakan baru berbicara 2.1.14 Guru membiasakan anak berbicara dengan sopan 2.1.15 Guru membiasakan anak mendengar-kan pendapat teman dan tidak menertawakan jawaban anak yang kurang tepat 2.1.16 Siswa mendapat peluang untuk berprestasi tanpa diskriminasi 2.1.17 Memberikan reward bagi anak berprestasi baik akademik maupun non akademik 2.1.18 Adanya dokumen berupa angket siswa tentang proses pembelajaran di sekolah 2.1.19 Adanya dokumen berupa angket orang tua tentang proses pembelajaran di sekolah 2.1.20 Tersedianya kotak saran di tempat strategis dan adanya dokumen tindak lanjut secara periodik. Penilaian sikap, pengetahuan, 3.1.1 dan ketrampilan sebagai domain dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan 3.1.2 Perilaku tidak melakukan kekerasan sebagai salah satu syarat kelulusan. Perilaku toleransi terhadap sesama sebagai salah satu syarat kelulusan NO STANDAR PENDIDIKAN IMPLEMENTASI pendidikan. 4 STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA 4.1 PENDIDIKAN (PTK) Pendidik harus memiliki kompetensi akademik dan kompetensi sebagai agen 4.2 pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. INDIKATOR 3.1.3 Perilaku setiakawan pada sesama sebagai salah satu syarat kelulusan. teman 3.1.4 Perilaku memiliki rasa tanggung jawab menjaga kesehatan diri dan orang lain sebagai salah satu syarat kelulusan 3.1.5 Pencapaian pengetahuan siswa menjadi syarat kelulusan. 3.1.6 Pencapaian ketrampilan individu siswa menjadi syarat kelulusan. Pendidik harus memiliki 4.1.1 kompetensi akademik. Pendidik memiliki kualifikasi akade-mik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan. Pendidik sebagai agen pembe- 4.2.1 lajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan 4.2.2 nasional (SRA) Pendidik memahami karakteristik, potensi dan kemampuan peserta didik Pendidik bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat 4.2.3 Pendidik dinyatakan sehat jasmani dan rohani 4.2.4 Pendidik tidak melakukan ancaman ataupun kekerasan terhadap anak 4.2.5 Pendidik tidak melakukan penelantaran kepada anak. NO 5. STANDAR PENDIDIKAN STANDAR PRASARANA SARANA IMPLEMENTASI DAN 5.1 Persyaratan minimal tentang sarana : perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, Bahan habis pakai. Persyaratan minimal tentang prasarana : ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat INDIKATOR 4.2.6 Pendidik tidak melakukan penghinaan terhadap harga diri anak 4.2.7 Pendidik memberi perlindungan, rasa aman dan nyaman terhadap anak 4.2.8 Pendidik memfasilitasi makanan sehat melalui kantin sekolah 4.2.9 Pendidik memfasilitasi kebutuhan kesehatan anak di sekolah 4.2.10 Pendidikan dan tenaga kependidikan mendapatkan kesempatan untuk berprestasi Ketersediaan sarana sekolah 5.1.1 yang memadai bagi kebutuhan anak 5.1.2 Guru melibatkan anak dalam penataan tempat duduk dan aransi kelas. 5.1.3 Guru melibatkan anak dalam pemasangan pajangan dan penataan sudut baca. 5.1.4 Tersedianya alat kebersihan yang cukup dan tersedianya tempat sampah organik dan non organik yang memadai 5.1.5 Tersedianya tempat cuci tangan beserta sabun cair Guru melibatkan anak dalam pemilihan warna dinding kelas NO STANDAR PENDIDIKAN IMPLEMENTASI berekreasi. 5.2 INDIKATOR 5.1.6 Sekolah tidak menyediakan asbak 5.1.7 Tersedianya fasilitas air bersih 5.1.8 Tersedianya alat-alat olah raga dan permainan sekolah 5.1.9 Warga Sekolah tidak merokok di sekolah 5.1.10 Adanya peringatan kawasan tanpa rokok. 5.1.11 Adanya larangan menjual rokok di lingkungan sekolah 5.1.12 Adanya satuan tugas (satgas) anti rokok 5.1.13 Tersediannya peralatan sekolah yang hygienis di kantin,UKS dan toilet Ketersediaan prasarana sekolah 5.2.1 yang memadai bagi kebutuhan anak 5.2.2 Tersedianya ruang kelas yang cukup ventilasi dan pencahayan 5.2.3 Tersedianya fasilitas kesehatan (UKS) yang memadai bagi anak 5.2.4 Tersedianya perpustakaan sekolah perangkat yang memadai bagi anak Tersedianya tempat bermain dan olah raga untuk anak dengan NO 6 STANDAR PENDIDIKAN STANDAR PENGELOLAAN Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, Pemda, dan pemerintah. Dikdasmen : Menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan, partispasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. IMPLEMENTASI 6.1 INDIKATOR 5.2.5 Tersedianya laboratorium yang cukup memadai 5.2.6 Tersedianya taman sekolah yang rapi dan indah 5.2.7 Tersedianya sanitasi di sekolah yang lancar Penerapkan manajemen berbasis 6.1.1 sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian, kemitraan, partispasi, keterbukaan, dan 6.1.2 akuntabilitas. Adanya pajangan tata tertib guru dan siswa yang dapat dibaca anak 6.1.3 Adanya sosialisasi dokumen sanksi tata tertib yang disepakati guru, anak dan orang tua 6.1.4 Adanya dokumen daftar anak yang memiliki dan belum memiliki akte kelahiran 6.1.5 Adanya penerapkan konsekuensi logis bagi pelanggar tata tertib dan memberi reward kepada anak yang mentaati tata tertib. 6.1.6 Adanya data siswa miskin yang valid dan lengkap 6.1.7 Adanya data anak penerima bantuan 6.1.8 Adanya dokumen penerima bantuan Adanya sanksi pelanggaran tata tertib yang telah disepakati bersama antara anak dan guru serta orangtua rapat penentuan anak NO 7 STANDAR PENDIDIKAN IMPLEMENTASI 7.1 INDIKATOR 6.1.9 Adanya dokumen bukti penerimaan bantuan 6.1.10 Adanya dokumen program untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan keragaman kondisi siswa Pembiayaan operasional sekolah 7.1.1 dan penggunaannya bagi kebutuhan anak Adanya dokumen kesepakatan pembiayaaan sekolah di awal tahun ajaran antara sekolah dan orangtua 7.1.2 Adanya laporan penggunaan dana secara transparan dan akuntabel (dipajang) 7.1.3 Adanya dokumen pemberitahuan tanggungan keuangan pada orangtua siswa 7.1.4 Adanya dokumen pemberitahuan kekurangan tanggungan keuangan kepada orangtua 7.1.5 Tersedianya dokumen pembeayaan tambahan yang telah disetujui. - Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji 7.1.6 Adanya dokumen perencanaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan bakat yang sudah disepakati bersama. - Bahan atau peralatan pendidik habis pakai 7.1.7 Tidak adanya tagihan keuangan sekolah pada anak STANDAR PEMBIAYAAN Persyaratan investasi: minimal tentang biaya Meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia dan modal tetap Persyaratan minimal biaya personal : Meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Persyaratan minimal tentang biaya operasi meliputi : Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang NO STANDAR PENDIDIKAN IMPLEMENTASI INDIKATOR lembur, transportasi, komsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya. 8 STANDAR DIKAN PENILAIAN PENDI- 8.1 . Standar penilaian pendidikan merupakan standar nasional penilaian pendidikan tentang mekanisme prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik Pelaksanaan penilaian pendidik- 8.1.1 an yang mengakomodir seluruh kebutuhan anak Adanya dokumen tentang penilaian sikap spiritual : ketaatan beribadah, perperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, dan toleransi dalam beribadah 8.1.2 Adanya dokumen tentang penilaian sikap sosial : jujur, disiplin, tanggung jawab, santun peduli dan percaya diri 8.1.3 Adanya dokumen tentang penilaian aspek pengetahuan berupa tes tulis, tes lisan dan penugasan. 8.1.4 Adanya dokumen tentang penilaian aspek sikap yang dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. 8.1.5 Adanya dokumen penilaian otentik untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran 8.1.6 Adanya dokumen penilaian diri yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. NO STANDAR PENDIDIKAN IMPLEMENTASI 8.2 INDIKATOR 8.1.7 Adanya dokumen penilaian berbasis portofolio dari keseluruhan proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu. 8.1.8 Adanya dokumen ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester 8.1.9 Adanya dokumen yang menjelaskan tentang penentuan KKM setiap mata pelajaran dalam setiap kelas 8.1.10 Adanya dokumen penilaian kecakapan hidup sosial bagi setiap anak Sekolah mempunyai dokumen 8.2.1 tindak lanjut hasil penilaian terhadap siswa Adanya dokumen tentang program perbaikan dan pelaksanaan perbaikan bagi anak yang belum mencapai KKM 8.2.2 Adanya dokumen tentang program pengayaan dan pelaksanaan pengayaan bagi anak yang sudah mencapai KKM BAB III PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH RAMAH ANAK A. Manajemen Pelaksanaan Sekolah Ramah Anak Manajemen sebagai salah satu pilar kunci dalam pelaksanaan Sekolah Ramah Anak pada dasarnya terkait dengan kapasitas kelembagaan sekolah dalam mengelola pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA). Tujuan dari manajemen pelaksanaan Sekolah Ramah Anak untuk menjamin tersedianya dan meningkatnya kapasitas kelembagaan dan menjamin keberlanjutan pelaksanaan Sekolah Ramah Anak. Strategi manajemen pelaksanaan Sekolah Ramah Anak adalah sebagai berikut. 1. Pembentukan atau penguatan forum koordinasi antar sekolah dalam pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) yang terpadu dalam implementasi Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SDBS). 2. Pembentukan atau penguatan Tim Pelaksana Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SDBS) yang bernuansa Sekolah Ramah Anak (SRA), terdiri atas Kepala sekolah, Guru, Komite Sekolah, Pengawas, Orang Tua, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, dan Warga; B. Penyediaan Sarana dan Prasarana Sekolah Ramah Anak Tujuan dari penyediaan sarana yang layak dan terjangkau adalah menjamin tersedianya akses warga sekolah terhadap sarana penunjang pelaksanaan perilaku hidup Ramah Anak. Sarana Sekolah Ramah Anak (SRA) yang layak dan terjangkau secara ekonomis antara lain: 1. Menyediakan sarana sekolah yang memenuhi standar Sekolah Ramah Anak (SRA); 2. Mengalokasikan dana perawatan dan operasionalisasi fasilitas dalam RKAS. 3. Memfasilitasi warga sekolah dalam penentuan pilihan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat; 4. Meningkatkan kontribusi warga sekolah dan pihak luar (termasuk orang tua murid) dalam pembangunan sarana/teknologi terpilih. C. Kegiatan Sekolah Ramah Anak Kegiatan untuk mewujudkan Sekolah Ramah Anak mencakup hal sebagai berikut. 1. Internal sekolah Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain : a. Dokumentasi pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) di sekolah. b. Pemasangan slogan/himbauan tentang perilaku hidup ramah anak di tempat yang strategis, misalnya “Perlakukan Anak dengan Ramah, Layani Anak dengan Ramah, dsb. c. Kampanye perilaku hidup Ramah Anak dalam penggunaan fasilitas umum. d. Melibatkan peserta didik dalam kegiatan “Sekolah Ramah Anak”. 2. Eksternal Sekolah Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain : a. Membuat program kemitraan pendidikan ramah anak dengan instansi terkait (Puskesmas, Kepolisian, PMI, Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian, dan lainlain). b. Menyebarluaskan pembelajaran pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) dalam forum KKKS. c. Menyebarluaskan pembelajaran pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) dalam forum KKG. D. Penciptaan Kondisi Ideal Sekolah Ramah Anak (SRA) sebagai subprogram dari Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SDBS) diharapkan memperoleh hasil yang maksimal, pelaksanaan kegiatan Sekolah Ramah Anak (SRA) harus didukung oleh semua pemangku kepentingan terkait. Tanpa dukungan tersebut keberhasilan tujuan kegiatan Sekolah Ramah Anak (SRA) sulit tercapai. Penciptaan kondisi yang ideal sebagai salah satu pilar pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan salah satu hal penting yang harus menjadi perhatian. Tujuan penciptaan kondisi yang ideal ini adalah menjamin meningkatnya dukungan (advokasi, regulasi, pendanaan, dan fasilitasi) berbagai pihak dalam pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak (SRA). Beberapa kegiatan utama dalam penciptaan kondisi ideal adalah sebagai berikut. 1. Melakukan advokasi dan sosialisasi mengenai pentingnya pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) kepada warga sekolah untuk menyamakan persepsi dan mendapatkan dukungan/partisipasi dalam pelaksanaan program. Contohnya, dalam pertemuan dengan komite dan orang tua peserta didik, sekolah menyosialisasikan rencana kerja pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak (SRA) atau kondisi lingkungan sekolah. 2. Memfasilitasi pengembangan kebijakan atau peraturan yang dapat mendukung pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) di sekolah yaitu: a. Sekolah memberikan kebijakan terkait pelaksanaan kebersihan di sekolah dengan memberikan sanksi bagi warga sekolah yang membuang sampah sembarangan. b. Sekolah mencanangkan Hari Jumat Bersih. Setiap hari Jumat dilaksanakan kegiatan kebersihan lingkungan sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan perilaku gotong-royong dan menjaga kebersihan serta keindahan sekolah. c. Sekolah mengadakan lomba ruang bersih antarkelas. 3. Menentukan kebijakan terhadap dukungan pendanaan pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak (SRA) yaitu: a. Kepala sekolah mengeluarkan kebijakan penggunaan dana BOS untuk membiayai pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak (SRA), sesuai aturan penggunaan dana BOS yang ada. b. Sekolah menyediakan rencana pembangunan dan pengembangan media informasi yang dapat diketahui oleh warga sekolah dan umum. 4. Memfasilitasi kemitraan dengan pemerintah daerah (UPTD), swasta, donor, LSM, warga, akademisi, dan pelaku lainnya dalam pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) yaitu: a. Sekolah bekerjasama dengan pihak lain dalam mendukung pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA). b. Sekolah berkoordinasi dengan UPTD atau dinas terkait untuk mendapatkan fasilitas dan bimbingan teknis dalam pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak (SRA). c. Mendorong terciptanya ruang publik atau jejaring sosial sebagai forum diskusi dan koordinasi pemangku kepentingan baik individu maupun lembaga yang memiliki komitmen terkait pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak (SRA). Contohnya, sekolah membuka peluang untuk memfasilitasi proses pembelajaran pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak (SRA) dengan berbagai pihak terkait (sekolah lain, warga sekitar, pihak lainnya). C. Pelibatan Berbagai Pihak Terkait Pelaksanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) yang terpadu dalam implementasi Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SDBS) melibatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, dan pihak swasta sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya. https://visiuniversal.blogspot.com/2015/09/mengenal-dan-mengembangkan-sekolah.html 1. Kebijakan SRA a. Memiliki kebijakan antikekerasan terhadap peserta didik: 1) Komitmen tertulis dalam bentuk ikrar untuk mencegah kekerasan terhadap anak berbentuk seperti pakta integritas 2) Kebijakan antikekerasan berbentuk SK internal sekolah dasar (SK Tim Pelaksana dan Tim Pengembang SRA) disusun secara bersama-sama dan melibatkan semua warga satuan pendidikan: a) peserta didik b) pendidik c) tenaga kependidikan 3) Tersedianya kebijakan antikekerasan, meliputi: a) adanya larangan: kependidikan (TU, satpam, penjaga sekolah dan pegawai kebersihan) dengan peserta didik; sik (contohnya memukul, menampar dengan tangan/cambuk/tongkat/ikat pinggang/sepatu/balok kayu, menendang, melempar peserta didik, mencakar, mencubit, menggigit, menjambak rambut, menarik telinga, memaksa peserta didik untuk tinggal di posisi yang tidak nyaman dan panas, dll.) menghina, meremehkan, mengejek, dan menyakiti perasaan dan harga diri peserta didik, dll.) oleh pendidik terhadap peserta didik b) adanya mekanisme pengaduan dan penanggulangan kasus kekerasan, serta penanganan khusus kejahatan seksual b. Melakukan berbagai upaya untuk melaksanakan kebijakan antikekerasan terhadap peserta didik, melalui: 1) Pencegahan, penanggulangan, dan sanksi terhadap semua bentuk kekerasan (fisik, mental, perlakuan salah, penelantaran, perlakuan menelantarkan, atau eksploitasi) dan kejahatan seksual terhadap peserta didik 2) peningkatan kesadaran dan kampanye pendidikan kepada seluruh warga sekolah dasar untuk: a. pencegahan dan penghapusan diskriminasi terhadap anak penyandang disabilitas, anak dengan HIV/AIDS, anak korban kejahatan seksual, anak korban Napza, dll. b. penjaminan kepada peserta didik untuk menikmati kondisi yang layak atas layanan pendidikan yang inklusi; c. langkah-langkah dari sekolah dasar untuk memerangi bullying dan memberikan pelatihan khusus bagi anak penyandang disabilitas dalam melindungi diri 3) penegakan disiplin dengan nonkekerasan a) melakukan pelatihan disiplin positif b) pemantauan, pengawasan, dan tindakan pemulihan pelaksanaan disiplin positif c) memberikan konsekuensi sesuai dengan perbuatan yang dilakukan c. Melakukan upaya untuk mencegah peserta didik putus sekolah d. Memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip SRA dalam manajemen berbasis sekolah dan RKAS setiap tahun e. Melakukan pelatihan tentang hak anak dan SRA bagi pendidik dan tenaga kependidikan f. Tersedia tenaga pendidik yang terlatih tentang gender, hak anak, dan peserta didik yang memerlukan perlindungan khusus (misalnya: anak penyandang disabilitas) g. Terdapat proses penyadaran dan dukungan bagi warga sekolah untuk memahami gender, hak anak, dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus (misalnya: anak penyandang disabilitas) h. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok i. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kawasan tanpa napza j. Memiliki komitmen untuk menerapkan sekolah/madrasah aman dari bencana secara struktural dan nonstruktural k. Menjamin, melindungi, dan memenuhi hak peserta didik untuk menjalankan ibadah dan memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama masing-masing l. Memastikan pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) di dalam proses pembelajaran m. Mengintegrasikan materi kesehatan di dalam proses pembelajaran n. Mengintegrasikan materi kesehatan reproduksi dalam materi pembelajaran o. Mengintegrasikan materi lingkungan hidup di dalam proses pembelajaran p. Memiliki mekanisme rujukan kepada sekolah lain yang sudah siap melaksanakan pendidikan inklusi q. Pelaksanaan Kebijakan Pemantauan rutin perlindungan anak, dengan memfungsikan guru piket, duta anak sebagai pelapor dan pelopor, dan komite sekolah r. ada kebijakan sekolah yang membuka kelas layanan khusus bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus dan/atau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Anak (PMKSA) s. Memperhatikan peserta didik dari kondisi dehidrasi dan kelaparan pada saat pembelajaran berlangsung t. POS untuk tindak lanjut bagi tenaga pendidik yang melakukan kekerasan u. sekolah mewajibkan orang tua untuk melaporkan riwayat medis anaknya pada saat penerimaan peserta didik baru dan di update setiap tahun untuk deteksi dini dan pencegahan v. Membiasakan gerakan penanaman budi pekerti 2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran yang Ramah Anak a. Pelaksanaan Proses pembelajaran: 1) Proses Pembelajaran: a) dilakukan dengan cara yang menyenangkan, inklusif, penuh kasih sayang dan bebas dari perlakuan diskriminasi terhadap peserta didik baik di dalam dan di luar kelas b) memberikan gambaran yang adil, akurat, informatif mengenai masyarakat dan budaya lokal c) memperhatikan hak anak d) memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak 2) Dengan menyediakan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang mengembangkan keragaman karakter dan potensi peserta didik 3) Dapat mengembangkan minat, bakat, dan inovasi serta kreativitas peserta didik melalui kegiatan esktrakurikuler secara individu maupun kelompok 4) Peserta didik terlibat dalam kegiatan bermain, berolahraga dan beristirahat 5) Memotivasi dan memberikan kesempatan Peserta didik untuk menyelenggarakan, mengikuti dan mengapresiasi kegiatan seni budaya turut serta dalam kegiatan seni budaya 6) Menerapkan kebiasaan untuk peduli dan berbudaya lingkungan hidup dalam pembelajaran 7) Menumbuhkan wawasan dan rasa kebangsaan pada peserta didik b. Penilaian hasil belajar mengacu pada hak anak : 1) Penilaian pembelajaran dilaksanakan berbasis proses dan mengedepankan penilaian otentik 2) Menerapkan penilaian pembelajaran tanpa membandingkan satu peserta didik dengan peserta didik yang lain c. Bahan Ajar yang aman dan bebas dari unsur pornografi, kekerasan, dan radikalisme serta SARA. 3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Terlatih Hak-Hak Anak a. Pelatihan Hak-hak Anak bagi : Kepala sekolah Guru Petugas perpustakaan Penjaga sekolah (petugas keamanan satuan pendidikan) Petugas kebersihan Petugas kebersihan Komite sekolah Pembimbing kegiatan ekstrakurikuler Orangtua/wali b. Pendidik dan tenaga kependidikan terlatih tentang: 1) Hak-hak anak 2) Pengurangan resiko bencana 3) Penanganan di kondisi darurat 4) Lingkungan hidup 4. Sarana dan Prasarana SRA a. Persyaratan Keselamatan : baik (sutet) b. Persyaratan Kesehatan -kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi kolah menggunakan pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat bangunan sekolah memiliki sumber air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan dan mengalir lancar bangunan sekolah memiliki sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor yang berfungsi dengan baik dan tidak mencemari lingkungan sekitar terpelihara dengan baik tersedia tempat pembuangan sampah terpilah dan tertutup pengguna bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan c. Persyaratan Kenyamanan melebihi 32 peserta didik), dan aktivitas murid temperatur dan kelembaban ruang kelas nyaman untuk kegiatan belajar mengajar -ruang pada bangunan sekolah terutama ruang kelas terhindar dari gangguan silau dan pantulan sinar -ruang pada bangunan sekolah terutama ruang kelas terhindar dari kebisingan d. Persyaratan Kemudahan ukuran lebar koridor mampu dilewati dua orang berpapasan Lebar pintu kelas minimal 80 cm, mudah dibuka dan membuka ke arah luar tersedia sarana evakuasi berupa sistem peringatan bahaya dan jalur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu pengarah menuju ke tempat berkumpul yang aman tersedia toilet dengan jumlah unit menyesuaikan jumlah murid, yang terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan kondisi toilet bersih, lantai tidak licin, memiliki pencahayaan dan penghawaan yang baik dan sarana pelengkap yang lain seperti perangkat kebersihan pemisahan jarak akses pintu masuk antara toilet bagi murid laki-laki dan perempuan perabot toilet menggunakan ukuran yang sesuai dengan pengguna tersedia toilet bagi penyandang disabilitas tersedia wastafel yang layak untuk anak dengan air bersih yang mengalir dengan sabun cuci tangan tersedia ram dengan kemiringan landai maksimal 1:10 atau 6° dan memiliki dua lapis pegangan rambat atas dan bawah di kedua sisi dengan ketinggian 65-80 cm untuk bangunan sekolah lebih dari satu lantai menyediakan tangga dengan kemiringan tidak lebih dari 60° lebar tangga minimal mampu dilewati dua orang sekaligus lebar anak tangga paling sedikit 30 cm, tinggi anak tangga maksimal 18 cm, dan memiliki dua lapis pegangan rambat atas dan bawah di kedua sisi dengan ketinggian 65-80 cm tersedia ruang ibadah pengguna e. Persyaratan Keamanan struktur bangunan tidak memiliki sudut yang tajam dan kasar -ruang kosong dan gelap perabot tidak memiliki sudut yang tajam dan membahayakan pengguna sekolah yang rawan f. Ruang UKS memiliki peralatan berikut: 1) tempat tidur 2) alat ukur tinggi badan dan berat badan 3) alat ukur ketajaman mata dan telinga dilengkapi dengan rambu pengarah menuju ke tempat berkumpul yang aman , yang terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan baik dan sarana pelengkap yang lain seperti perangkat kebersihan -laki dan perempuan dengan sabun cuci tangan pegangan rambat atas dan bawah di kedua sisi dengan ketinggian 65-80 cm tidak lebih dari 60° memiliki dua lapis pegangan rambat atas dan bawah di kedua sisi dengan ketinggian 6580 cm e. Persyaratan Keamanan -ruang kosong dan gelap yang rawan f. Ruang UKS memiliki peralatan berikut: 1) tempat tidur 2) alat ukur tinggi badan dan berat badan 3) alat ukur ketajaman mata dan telinga 4) perlengkapan Pertolongan Pertama pada Kondisi Darurat (P3KD) g. Sekolah memiliki ruang pembelajaran individu yang nyaman dan memperhatikan privasi untuk peserta didik inklusi h. Sekolah memiliki lapangan olahraga yang bisa diakses oleh seluruh anak i. Sekolah memiliki ruang kreativitas (ruang keterampilan, pojok membaca, tempat peserta didik mengekspresikan diri, dst.) j. Sekolah memiliki area/ruang bermain (lokasi dan desain dengan perlindungan yang memadai, sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua peserta didik, termasuk anak penyandang disabilitas) k. Sekolah memiliki ruang perpustakaan l. Tersedia alat permainan edukatif (APE) yang memenuhi SNI m. Sekolah memiliki kantin sehat dengan kriteria: 1) tersedia tempat dan peralatan yang bersih (pengolahan dan persiapan penyajian makanan) 2) lokasi tidak dekat tempat pembuangan sampah 3) ada tempat cuci tangan 4) makanan dan minuman aman, sehat, dan halal 5) pengolah dan penyaji pangan bersih dan sehat n. Sekolah memiliki simbol/tanda/rambu terkait dengan SRA (misal: simbol - dilarang merokok, dilarang bullying; tanda–titik berkumpul, laki-perempuan, disabilitas, dll) o. Sekolah menyediakan media sosialisasi (materi Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang terkait dengan SRA (misal poster langkah-langkah cuci tangan pakai sabun, buanglah sampah pada tempatnya, slogan yang bermakna himbauan untuk perilaku hidup bersih dan sehat, dll.) p. Sekolah menyediakan “Kotak Curhat” bagi peserta didik 5. Partisipasi Anak a. Peserta didik bisa memilih kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat b. Melibatkan peserta didik dalam menyusun kebijakan dan tata tertib sekolah c. Mengikutsertakan perwakilan peserta didik sebagai anggota Tim Penyelenggara SRA d. Pendidik, tenaga kependidikan, dan komite sekolah mendengarkan dan mempertimbangkan usulan peserta didik untuk memetakan pemenuhan hak dan perlindungan anak, dan rekomendasi untuk RKAS guna mewujudkan SRA e. Peserta didik aktif memberikan penilaian terhadap kondisi sekolah f. Peserta didik mampu menjadi pelopor dan pelapor g. Peserta didik berani dan mampu mengungkapkan pendapat dalam seluruh kegiatan sekolah 6. Partisipasi Orang Tua/Wali, Komite Sekolah, Lembaga Masyarakat, Dunia Usaha, Pemangku Kepentingan Lainnya, dan Alumni 1. Orang tua/wali a) menyekolahkan anak dekat dengan orangtua (rumah/kantor) b) menyediakan waktu berkualitas sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) menit sehari secara rutin untuk mendengarkan dan menanggapi anak c) menyediakan waktu berkegiatan bersama secara rutin d) menyediakan waktu, pikiran, tenaga, dan materi sesuai kemampuan untuk memastikan tumbuh kembang, minat, bakat, dan kemampuan anak e) memberikan persetujuan untuk setiap kegiatan peserta didik di sekolah yang sesuai dengan prinsip-prinsip SRA f) mengawasi keamanan, keselamatan, dan kenyamanan peserta didik, termasuk memastikan penggunaan internet sehat dan media sosial yang ramah anak g) bersikap proaktif melalui komite sekolah untuk memastikan SRA masuk ke dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban RKAS h) berkomunikasi secara intensif dengan guru, misalnya melalui media sosial i) berkomunikasi dengan pihak sekolah mengenai riwayat kesehatan anak 2. Komite Sekolah a) aktif mengikuti pertemuan koordinasi penyelenggaraan SRA b) memberikan masukan terkait penyusunan, penyelenggaraan, dan pertanggungjawaban SRA di dalam RKAS c) memfasilitasi mediasi ke pihak luar sekolah terkait mekanisme penanganan kasus kekerasan terhadap peserta didik d) berperan aktif dalam memobilisasi sumber daya untuk peningkatan penyelenggaraan SRA 3. Lembaga masyarakat a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan SRA b) Mengawasi keamanan, keselamatan, dan kenyamanan peserta didik c) Bersikap proaktif dalam mendukung upaya penerapan prinsip-prinsip SRA d) Memberi akses kepada peserta didik dan pendidik untuk karyawisata, kegiatan seni dan budaya, kegiatan pelayanan sosial, dll. 4. Dunia usaha dalam bentuk Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility (CSR) a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan SRA b) Membangun sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan SRA c) Memberi akses kepada peserta didik dan pendidik untuk karyawisata, kegiatan seni dan budaya, kegiatan pelayanan sosial, dll. 5. Pemangku kepentingan lainnya a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan SRA yang tidak mengikat b) Menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan SRA c) Bersikap proaktif untuk mendukung upaya-upaya dalam memastikan keselamatan, keamanan, kenyamanan anak termasuk pengaruh buruk dari media sosial dan media massa 6. Alumni a) Ikatan alumni memberi dukungan penyelenggaraan kegiatan SRA b) Turut serta dalam kepengurusan komite sekolah .