No. Prosedur Hasil 6.1 Preparasi Larutan Buffer (Fase Gerak-A) 1. Melarutkan 1,36 gram mg dalam 1 L akuabides, lalu menyaring larutan dengan kertas saring 0,45 mikron (Narayanan & Austin, 2016). 6.2 Preparasi larutan standar 1. Membuat larutan stok standar parasetamol dan kafein dengan konsentrasi 100 ppm dengan cara melarutkan masing-masing 10 mg standar dalam 100 mL fase gerak 2. Mengencerkan larutan standar parasetamol sehingga didapat larutan standar konsentrasi 250, 200, 150, 100 dan 50 ppm. Mengencerkan larutan standar kafein sehingga didapat larutan standar konsentrasi 25, 20, 15, 10 dan 5 ppm (Sharma et al., 2011) 6.3 Preparasi Sampel 1. Menggerus 20 tablet hingga homogen lalu menimbang bobotnya. 2. Menimbang serbuk tablet sehingga ekuivalen dengan 500 mg parasetamol dan 65 mg kafein (panadol merah), lalu melarutkannya dalam 250 mL metanol (HPLC grade). Mensonikasi larutan sampel selama 30 menit. 3. Mengencerkan larutan sampel menjadi konsentrasi 50 ppm parasetamol dan 20 ppm kafein. Menyaring larutan dengan kertas saring 0,45 mikron (Sharma et al., 2011) 6.4 Validasi linearitas 1. Menginjeksikan seri konsentrasi larutan standar parasetamol (50 sampai 250 ppm) dan kafein (5 sampai 25 ppm) yang telah dibuat pada sistem KCKT. 2. Membuat plot garis hubungan antara AUC terhadap konsentrasi dan melihat hasil koefisien korelasinya (Sharma et al., 2011) 6.5 Validasi akurasi 1. Mengukur larutan standar parasetamol pada konsentrasi 150, 100 dan 50 ppm dengan 3 kali pengulangan. Mengukur larutan standar kafein pada konsentrasi 15, 10 dan 5 ppm dengan 3 kali pengulangan. 2. Memasukkan data AUC yang diperoleh ke persamaan regresi yang didapat dari kurva kalibrasi sehingga Menghitung hasil didapat konsentrasinya. perolehan kembali (% recovery) dengan rumus : % πππππ£πππ¦ = ππππ πππ‘πππ π π‘πππ’ππ’π ππππ πππ‘πππ π π ππππππππ¦π π₯ 100% 6.6 Validasi presisi 1. Menginjeksikan larutan standar parasetamol pada konsentrasi 50 ppm (n=6) dan standar kafein pada konsentrasi 5 ppm (n=6) pada sistem KCKT. Pengujian dilakukan secara intraday (pada hari yang sama) dan interday (pada hari yang berbeda, selama 3 hari) (Sharma et al., 2011) 2. Menghitung standar deviasi relatif (%RSD) dengan rumus : % π ππ· = ππ· π₯Μ π₯ 100% 6.7 Validasi LOD 1. LOD dihitung berdasarkan pendekatan standar deviasi (SD) dan slope dari hasil kurva kalibrasi menggunakan rumus πΏππ· = 3,3 π₯ ππ· π ππππ (ICH, 2005) 6.8 Validasi LOQ 1. LOQ dihitung berdasarkan pendekatan standar deviasi (SD) dan slope dari hasil kurva kalibrasi menggunakan rumus πΏππ = 10 π₯ ππ· π ππππ (ICH, 2005) 6.9 Validasi spesifisitas 1. Menginjeksikan larutan blanko (tanpa sampel) pada sistem KCKT untuk melihat ada atau tidaknya interference yang ditimbulkan. Menginjeksikan larutan obat 20 ppm pada sistem KCKT untuk melihat keterpisahan puncak parasetamol dan kafein dari impurities jika ada 2. Jika tidak ada interference dan perubahan waktu retensi maka metode dapat dikatakan spesifik (Sharma et al., 2011) 6.10 Validasi ketegaran/robustness 1. Uji ketegaran dilakukan dengan mengubah komposisi, pH dan laju alir fase gerak, lalu mengevaluasi karakteristik kromatogram seperti waktu retensi, tailing factor, faktor kapasitas, jumlah plat teoritis dan resolusi (Sharma et al., 2011) 6.11 Penetapan kadar parasetamol dan kafein dalam tablet 1. Menginjeksikan larutan sampel tablet yang disiapkan pada sistem KCKT (n=3) (Sharma et al., 2011) 2. Menghitung kadar parasetamol dan kafein dalam sampel dengan substitusi nilai AUC sampel pada persamaan kurva kalibrasi yang telah didapat