Stephani Lidya N. 15/381986/EK/20567 Manajemen Keuangan Publik BAB 1 MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK: SEBUAH PENGANTAR PENDAHULUAN Manajemen keuangan: bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan dana yang didapat. Manajemen: pengelolaan; Manajer: satu atau beberapa orang yang mengelola sebuah organisasi; Organisasi: sekumpulan orang yang bersama-sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi yang sukses dipimpin oleh manajemen yang baik. Jenis organisasi berdasar tujuannya: o Organisasi bisnis/privat: berusaha maksimal untuk memperoleh laba (contoh: perusahaan). o Organisasi nirlaba/publik: bukan untuk memperoleh laba (contoh: organisasi pemerintah). NEGARA DAN PEMERINTAH SEBAGAI ORGANISASI PUBLIK Pemerintah merupakan organisasi nirlaba/publik atau bisa juga disebut yang menjalankan organisasi negara (pelaksana pemerintahan negara). Sehingga tujuan pemerintah merupakan tujuan negara. Pemerintah (eksekutif) dijalankan dan dipimpin oleh presiden yang dibantu oleh wakil beserta kabinetnya. Berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi NKRI, Pemerintah Indonesia memiliki suborganisasi yakni pemerintah daerah yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Semua jenis pemerintahan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum (masyarakat). MASALAH KEUANGAN DALAM ORGANISASI PUBLIK PEMERINTAH Pemerintah dalam menjalani tugasnya untuk mencapai tujuan negara harus melalui sebuah manajemen pemerintahan yang ideal. Salah satu masalah penting dalam sebuah organisasi yakni maslaah keuangan. Persoalan mendasar dalam masalah keuangan adalah bagaimana mendapatkan uang/dana dan bagaimana penggunaanya. Pengelolaan masalah tersebut dikenal dengan istilah “corporate financial management”. Pada organisasi publik, sumber dana umumnya berasal dari anggota organisasi dan juga donatur yang nantinya akan digunakan untuk memenuhi pelayanan kepada para anggotanya. Pemerintah sebagai organisasi publik memiliki dana yang bersumber dari iuran anggota masyarakatnya, yakni pendapatan pajak. Ada juga dana yang bersumber dari pendapatan bukan pajak dan juga hibah. Penggunaannya sudah pasti untuk pelayanan kepada masyarakat yang dapat ditemui di bidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan, keamanan, dll. Mikro: Manajemen keuangan public merupakan masalah manajemen pendapatan/penerimaan dana dan masalah manajemen belanja/ pengeluaran dana. Makro: keuangan public merupakan masalah manajemen fiscal negara atau manajemen belanja negara yang tercermin dari manajemen anggaran pendapatan dan belanja (APBN & APBD). Masalah pembiayaan: masalah keuangan public/pemerintah terkait pendapatan, belanja, penangan kelebihan pendapatan (surplus), dan penanganan kelebihan belanja (defisit). Penanganannya tercermin mulai dari perencanaan (APBN), kemudian perubahan atas rencana awal (APBN-P), hingga bentuk laporan realisasinya (Laporan Realisasi APBN/LKPP). PROBLEMATIKA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH Optimalisasi pendapatan baik yang berasal dari pajak ataupun bukan pajak di pemerintah pusat maupun daerah merupakan problematika yang dihadapi oleh pemerintah. Karena optimalisasi pendapatan akan mendukung pencapaian tujuan/program yang direncanakan pemerintah. Problematikanya secara umum adalah komposisi belanja dalam rangka mencapai tujuan bernegara sesuai amanat UUD 1945. Proporsi yang benar dan tepat sasaran maka akan mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah pusat harus membagi proporsi belanja untuk pusat dan daerah, yang mana alokasi dana untuk daerah dikelola dalam DAK dan DAU. Problematika lainnya adalah terkait penyerapan anggaran, pencarian dana untuk menutupi defisit (masalah pembiayaan), penanganan pinjaman atau utang negara/daerah, serta surplus anggaran. Negara berkembang umunya menghadapi problematika terkait subsidi yang harus dialokasikan dalam belanja atau pengeluaran pemerintah untuk mencapai tujuan pemerataan pelayanan. Problematika lainnya yakni terkait perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan/perbendaharaan, pelaporan, serta pengawasan/pengendalian. PENUTUP Seluruh problematika yang dihadapi pemerintah harus dikelola sebaik mungkin, sehingga dapat dinyatakan bahwa ilmu/pengetahuan terkait manajemen keuangan public menjadi suatu keharusan, mulai dari manajemen terhadap APBN maupun APBD. Problematika di APBN biasanya terkait dengan tidak tercapainya penerimaan pajak, rendahnya penyerapan anggaran. Problematika di APBD biasanya terkait pajak daerah yang mendistorsi kegiatan perekonomian karena pemerintah ingin menggenjot pendapat daerahnya, belanja pegawai yang lebih tinggi dari belanja modal. BAB 2 TINJAUAN HISTORIS UNDANG-UNDANG KEUANGAN NEGARA INDONESIA PENDAHULUAN Keuangan negara memegang peranan penting terhadap jalannya pemerintahan. Sehingga pemerintah yang mengelola keuangan negara harus paham dan mempelajari aspek-aspek terkait pengelolaan keuangan negaranya. Aspek paling penting yang harus dipahami yakni aspek hukum dan peraturan karena dalam setiap pelaksanaan pemerintahan harus berdasarkan pada hukum dan aturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga apabila ingin mempelajari keuangan negara, sebelumnya harus mengenal hukum keuangan negara dan menguasai aspek hukum dan perundangan terkait keuangan negara. Paket UU bidang keuangan negara: UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Yang mana lahirnya paket UU tersebut menandai adanya reformasi du bidang keuangan negara. SEJARAH KEUANGAN INDONESIA Sebelum lahirnya paket UU tentang Keuangan Negara, terdapat UU Perbendaharaan Indonesia (UUPI) yang merupakan produk warisan dari pemerintah kolonial HindiaBelanda, yakni ICW (Indische Compatabiliteits Wet) yang mengatur tata pembukuan yang harus dilakukan pejabat yang mengurus keuangan dan RAB (Reglement voor het Admiistratief Beheer) yang mengatur kewenangan pengelolaan keuangan, khususnya di bidang pengelolaan administratif. ICW dibagi dalam daub ab (boofdstak). Bab 1 memuat ketentuann tentang badan hukum dan cara pengurusan kuangan yang teridiri atas 10 bagian. Sementara Bab 2 memuat ketentuan pertanggung-jawab Keuangan yang terdiri atas 5 bagian. ICW telah mengalami 3 tahap perubahan, yakni perubahan sebelum masa kemerdekaan dan perubahan setelah masa kemerdekaan. Pemerintah Indonesia terus mengupayakan perbaikan UU di bidang keuangan negara, tercata sebanyak 14 tim telah dibentuk untuk menyusun UU Keuangan Negara dan RUU Perbendaharaan Negara. Tim yang ke-14, Komite Penyempurnaan Manajemen Keuangan pada akhirnya berhasil membuat UU Keuangan Negara (UU No. 17 Tahun 2003, UU No. 1 Tahun 2004, UU No. 15 Tahun 2004) yang kemudian disahkan oleh DPR RI. Setelah diberlakukannya paket UU Keuangan Negara, terdapat beberapa perubahan mendasar dalam pengelolaan keuangan negara. Perubahan tersebut antara lain dapt dilihat dari segi pendekatan system, pendekatan legalitas, klasifikasi anggaranm dan dokumen. PENUTUP Penting bagi pihak yang berkecimpung di bidang keuangan negara utuk memahami aspek hukum, peraturan, dan perundang-undangan. Ketentuan menganai keuangan negar sejatinya telah diatur sejak zaman kolonial HindiaBelanda. Anmun seiring berjalannya wkatu, ditengah pengelolaan keuangan negara yang dinamis pemerintah juga berupaya untuk melakukan perbaikan sejak berdirinya NKRI. Pada tahun 2003 – 2004 akhirnya Indonesia melahirkan paket UU tentang Keuangan Negara yang menggantikan ICW atau UUPI, hal ini menandai adanya reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia. BAB 3 PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENDAHULUAN Manajemen merupakan serangkaian aktivitas (perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, pembimbingan, dan pengendalian) yang diarahkan terhadap sumber daya organisasi (manusia, keuangan, asset, dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Proses perencanaan meliputi menetapkan tujun dn menyusun strategi atau rencana untuk mencapai tujuan organisasi. Negara dan pemerintah sebagai organisasi public juga memerlukan manajemen untuk emcapai tujuan negara. Pemerintah menjalankan serangkaian strategi, program, dan kegiatan, yang secara menyeluruh dapat dikatakan sebagai “pembangunan”. Sehingga proses manajemen dalam pemerintah dapat disebut sebagai manajemen pembangunan yang didalamnya mencakup perencanaan pembangunan. MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dengan diterbitkannya UU 17/2003 dan UU 25/2004 yang menandakan era reformasi keuangan negara, pemerintah memberikan garis pembeda antara proses perencanaan (UU 25/2004) dengan proses penganggaran (UU 17/2003). Perencanaan meliputi penetapan tujuan, yang mana pada pemerintah Indonesa tujuannya sudah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Namun dalam UU 25/2004 sistem perencanaan pembangunan nasional mencakup tata cara perencanaan pembangunan untuk menghsailkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan. Sehingga kemudian dalam dokumen perencanaan yang dihasilkan terdapat visi, misi, tujuan, dan arah kebijakan. Dokumen-dokumen perencanaan pembangunan (UU 25/2004) terdiri atas: Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-LK), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-LK), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (RenjaSKPD) Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan selalu dimulai dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang terlaksana mulai dari Musrenbang desa hingga nasional. PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dokumen perencanaan yang lemah akan menyebabkan pembangunan tidak dapat tercapai. Suparjan dan Nurwita (2011) meneliti problematika perencanaan pembangunan pada pemerintah daerah dan menyimpulkan bahwa meskipun sudah tersedia peraturan yang mengatur secara teknis mengenai penyusunan dokumen perencanaan pembangunan di daerah, namun pada kenyataannya masih banyak daerah yang memiliki keterbatasan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan permasalahan tersebut. Permasalahan tersebut dapat dibagi menjadi permasalahan non-teknis dan teknis. Permasalahan non-teknis meliputi lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan, keterbatasan data dari SKPD, serta lemahnya kapasistas SD perencanaan di daerah. Sementara permasalahan teknis meliputi lemahnya konsistensi antara visi, misi, tujun, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan, serta tidak jelasnya indicator sasaran untuk masing-masing program dan kegiatan. Lemahnya komitmen pemerintah daerah berkaitan dengan komitmen para pemimpin daerah (kepala daerah). Proses perencanaan pembangunan juga melibatkan pihak legislative (DPRD) yang mewakili berbagai kepentingan politik di daerah, kepentingan politik ini menjadi risiko yang mempengaruhi komitmen kepala daerah dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan. Pengukuran kinerja yang masih berdasarkan output juga menjadi problematika bagi pemerintah, karena sejatinya belum dapat mengukur pencapaian outcome. Sinergitas perencanaan pembangunan dan penganggaran di pemerintahan Indonesia masih terdapat permasalahan yang berdampak pada tidak efektifnya perencanaan pembangunan dan tidak efisiennya belanja negara, padahal seperti yang diketahui, tujuan dari manajemen adalah mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Kementerian PPN/Bappenas (2011), permasalahan sinergitas perencanaan pembangunan dan penganggaran disebabkan oleh: legal structure, legal substance, dan legal culture. Perencanaan pembangunan nasional disusun berdasarkan kerangka jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan serta telah diatur secara teknis melalui UU 25/2004 dan beberapa peraturan turunan lainnnya seperti PP 20/2004 (RKP), PP 8/2008 (Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah), Permendagri 54/2010 tentang Pelaksanaan PP 8/2008.