Call For Paper Pancasila - Yosua

advertisement
4
TANTANGAN DAN PERAN MAHASISWA
SEBAGAI BASIS PENGAWAL PANCASILA
Yosua Krishandova Wilis
Program Diploma III Akuntansi 2018
Politeknik Keuangan Negara STAN
(yosuakrishwilis@gmail.com)
PENDAHULUAN
Mahasiswa merupakan elemen yang penting bagi perkembangan
Bangsa Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus
1945, kaum pemuda telah menunjukkan perannya dalam
menegaskan kembali komitmen persatuan bangsa Indonesia dalam
perjuangan untuk meraih kemerdekaan dalam Sumpah Pemuda. Para
pemuda, khususnya mahasiswa memiliki peran yang strategis dalam
menentukan langkah perjalanan bangsa kedepan. Hal tersebut
dikarenakan mahasiswa memiliki pandangan dan prinsip yang idealis,
masih tidak tersandera oleh kepentingan – kepentingan tertentu.
Namun belakangan ini, ada sebagian mahasiswa kerap kali
melakukan hal hal yang berimplikasi negatif bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ada sebagian generasi muda yang telah
terdoktrin paham yang salah, dan mereka ingin mengganti ideologi
Pancasila. Hal tersebut ditengarai akibat minimnya pendidikan moral
dan etika yang ditanamkan bagi generasi muda. Selain itu, Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia, tidak tertanam kuat pada generasi
muda saat ini. Oleh karena itu, diperlukan penanaman kembali nilai
nilai Pancasila pada generasi muda saat ini agar bangsa ini kembali
menemukan jati diri yang sesungguhnya sudah dimiliki, tanpa
terpengaruh atau bahkan mengikuti bangsa bangsa dengan ideologi
selain Pancasila
Mahasiswa merupakan elemen bangsa yang memegang tongkat
estafet perjalanan bangsa Indonesia. Masa depan bangsa Indonesia
ditentukan oleh kualitas para pemuda khususnya para mahasiswa. Di
era modern yang semakin menekankan kebebasan dalam setiap
sendi kehidupan ini, memunculkan permasalahan baru yang dihadapi
generasi penerus bangsa Indonesia ini. Keterbukaan itu
memunculkan ideologi global yang diartikan sebagai ideologi yang
dapat digunakan oleh seluruh bangsa di dunia ini dalam menghadapi
perkembangan zaman. Di sisi lain, Indonesia telah memiliki ideologi
Pancasila yang digali dari nilai nilai bangsa Indonesia sendiri.
Permasalahan bagi generasi muda saat ini, Pancasila sebagai
ideologi bangsa Indonesia ini tidak tertanam kuat dalam generasi
muda bangsa Indonesia. Semenjak reformasi tahun 1998, Pancasila
kerapkali dianggap sebagai alat propaganda orde baru – antitesis dari
orde reformasi. Sehingga Pancasila tidak ditanamkan dengan
sungguh sungguh pada generasi muda. Hal tersebut menjadikan
generasi muda, khususnya mahasiswa mudah terpengaruh oleh
paham atau ideologi selain Pancasila. Ironisnya lagi, ada beberapa
mahasiswa yang ingin mengganti Pancasila sebagai Ideologi dan
dasar negara, dengan ideologi lain yang tentunya tidak sesuai dengan
kondisi bangsa Indonesia. Tentu hal tersebut merupakan
permasalahan yang serius dan harus menjadi tanggung jawab kita
sebagai bangsa Indonesia untuk turut serta dalam menjaga dan
mempertahankan Pancasila agar tetap eksis hingga masa mendatang
FAKTA FAKTA
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme mengklaim mahasiswa
di tujuh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) hampir terpapar dengan
paham radikalisme. BNPT merinci kampus-kampus dicurigai sebagai
tempat persemaian bibit radikalisme adalah Universitas Indonesia
(UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB),
Universitas Diponegoro (Undip), hingga Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas
Brawijaya (UB). Hasil penelitian itu diungkapkan oleh Direktur
Penanggulangan BNPT, Brigjend Pol. Hamli pada Kamis 31 Mei 2018.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti)
Mohamad Nasir juga tak menampik sampai saat ini kampus-kampus
masih kesulitan membendung penyebaran paham anti-Pancasila di
kalangan dosen dan mahasiswa. Bahkan Deklarasi Kebangsaan
Perguruan Tinggi Lawan Radikalisme dicanangkan tahun lalu juga
belum efektif memberantas penyebaran ideologi radikal. Mantan
Rektor Universitas Diponegoro itu menegaskan Kemenristekdikti
melarang segala bentuk radikalisme dan intoleransi yang ada di
kampus. Khususnya, setelah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dinyatakan
sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah.
Dosen dan mahasiswa yang tak ingin berpedoman pada empat pilar
kebangsaan Indonesia pun dipersilakan angkat kaki dari kampus.
Nasir menyebut rektor bertanggung jawab penuh untuk menindak hal
itu. "Siapapun dari keluarga besar perguruan tinggi tersebut, apakah
dosen atau mahasiswa yang terpapar radikalisme terkait HTI dan
sebagainya, harus menyatakan diri kembali kepada NKRI, Pancasila
sebagai ideologi negara, UUD 1945 sebagai dasar negara, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika," kata Nasir.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila merupakan salah satu upaya penting untuk
mempertahankan Pancasila sebagai falsafah sekaligus dasar
negara Indonesia. Saat ini banyak tantangan yang mengancam
eksistensi Pancasila itu sendiri. Jika Pancasila itu terkoyak
bahkan tergantikan oleh ideologi lain, maka Indonesia terancam
menelan pil pahit perpecahan bangsa. Salah satu tantangan yang
dihadapi saat ini yaitu adanya golongan masyarakat yang ingin
mengubah kedudukan Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara Indonesia. Saat ini juga tengah menguat isu yang
merencanakan akan mengganti ideologi Pancasila dengan
ideologi komunis dan juga akan mengganti Indonesia dengan
bentuk khilafah dan ideologi islam.
Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya pemahaman generasi
muda akan Pancasila. Generasi muda yang berpotensi menjadi
pemimpin di masa depan, lebih mudah disusupi oleh oknum
dengan kepentingan tertentu karena pemahaman tentang
Pancasila yang minim. Pendidikan Pancasila tentu harus dibenahi
untuk mendorong generasi muda semakin menanamkan nilai
Pancasila dalam dirinya untuk tetap menjaga eksistensi Pancasila
di masa mendatang
Radikalisme
Dalam kamus politik kontemporer Indonesia, kata “radikalisme”
adalah salah satu dari sekian istilah yang disalahartikan dan
disalahgunakan. Media massa dan tokoh publik mengalamatkan
para pelaku teror dan pihak yang ingin mengganti sistem negara
Indonesia dengan latar belakang agama kepada satu sebab:
radikalisme. Sedangkan cara untuk mengatasinya yaitu
deradikalisasi. Belakangan, perang melawan “radikalisme”
melebar luas ke sejumlah wilayah lain, seperti sekolah, perguruan
tinggi,dan rumah ibadah yang dianggap telah terpapar
radikalisme.
Kamus Oxford Dictionary memahami radikal sebagai orang yang
mendukung suatu perubahan politik atau sosial. Artinya bisa
disimpulkan radikalisme tidak melulu tentang agama. Menurut
Bartol (2017) radikalisasi adalah proses indoktrinisasi sehingga
satu individu dapat menerima misi atau ideologi dari kelompok
tertentu. Tidak semua radikalisme beserta prosesnya akan
melahirkan kekerasan karena dinamika kehidupan akan berbeda
tiap personal dan akan berbeda pula dalam situasi yang dihadapi.
Dengan kata lain, radikal tidak dapat secara langsung
dihubungkan dengan kekerasan
PEMBAHASAN
Generasi Muda yang Terpapar Paham Anti-Pancasila
Hasil penelitian dari Wahid Institute (Majalah Tempo, 19-25 Juni
2017), terhadap 1.626 murid di beberapa wilayah Indonesia, 41
persen murid setujui Indonesia diubah menjadi negara Islam dan
menggunakan konsep Khilafah. Pemerintahan Khilafah adalah
pemerintahan lintas negara yang dipimpin oleh
seorang
pemimpin Islam. Selain itu, menurut Yenny Wahid, Direktur
Wahid Institute, yang lebih memprihatinkan dari hasil penelitian
ini, bahwa 60 % murid menyatakan siap berjihad di masa
mendatang untuk menegakkan negara islam di Indonesia. Di
kalangan mahasiswa, belakangan juga beredar video yang
menampilkan pernyataan perwakilan dari beberapa mahasiswa
dari perguruan tinggi di Indonesia yang menyatakan siap berjuang
mengganti ideologi Pancasila dan siap mengubah Indonesia
menjadi negara islam. Dalam video tersebut juga ditampilkan
pendapat para veteran yang berjuang dalam meraih
kemerdekaan. Dalam video tersebut para veteran berpendapat
bahwa jika Indonesia diubah menjadi negara islam, maka mereka
tidak sepakat. Alasannya karena Indonesia memiliki beragam
suku bangsa, beragam agama dan latar belakang, dan yang
berjuang merebut kemerdekaan Indonesia juga bukan hanya
orang islam saja. Dari beberapa kasus tersebut dapat kita lihat
bahwa sebagian generasi muda Indonesia telah terpapar paham
paham yang ingin mengganti posisi Pancasila sebagai ideologi
dan dasar negara indonesia. Tentu apabila tidak ditangani, akan
menimbulkan masalah yang berdampak serius bagi
keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila memiliki nilai nilai kehidupan yang digali sendiri dari
bangsa Indonesia, sehingga dapat diterapkan dengan baik dan
tentunya sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang
majemuk. Apabila kita menggunakan ideologi lain selain
Pancasila, bisa dipastikan justru hal tersebut akan menimbulkan
masalah bagi bangsa Indonesia sendiri, karena tidak sesuai
dengan kondisi bangsa Indonesia. Jika dipaksakan kita
mengadopsi ideologi lain selain Pancasila, maka ada
kemungkinan akan terjadi perpecahan dalam bangsa Indonesia.
Restorasi Pendidikan Pancasila
Pancasila merupakan falsafah bangsa yang dicetuskan oleh Bung
Karno pada 1 Juni 1945 sebagai welstanchauung (pandangan
hidup) untuk mengimajinasikan bangsa indonesia yang kala itu
hendak merdeka. Negara yang hendak lahir mesti memiliki dasar
falsafah untuk merumuskan tatanan bangsa yang konkret.
Selanjutnya, 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila, yang
sekaligus diharapkan menjadi sarana masyarakat untuk
merefleksikan nilai Pancasila dalam kehidupan. Tuduhan bahwa
pendidikan kita telah melupakan Pancasila sebagai ideologi yang
diajarkan sejak sekolah kini telah berkembang menjadi paradigma
masyarakat yang melupakan Pancasila. Kita ingat bagaimana
orde baru yang melakukan indoktrinasi kepada pelajar untuk
menghafal Pancasila lengkap dengan butir butir Pancasila.
Namun sayangnya, kebanyakan hasilnya ialah Pancasila hanya
sekedar dihafal teksnya, tapi tidak diresapi
makna dan
semangatnya. Di perguruan tinggi, terdapat mata kuliah Pancasila
dan Kewarganegaraan (civic-education). Pancasila harus
diletakkan sebagai nilai nilai yang membumi, idealitas, ideologi,
yang mempengaruhi karakter dan tindak tanduk, dan menjadi
paradigma dalam melihat situasi disekitarnya. Intinya, pendidikan
Pancasila harus lebih substantif, bukan pada praksis. Restorasi
pendidikan Pancasila kita harus mengubah haluan pendidikan
untuk tak hanya mengejar nilai kognitif, tapi harus lebih
menekankan karakter dan identitas sebagai bangsa Indonesia.
Nilai Pancasila harus kembali ditanamkaan melalui pendidikan
dan keteladanan yang konkret, buka lagi terpancang gagah hanya
di
buku
buku
tulis.
Pendidikan
merupakan
ruang
termanifestasikan Pancasila dalam pikiran dan perilaku
masyarakat Indonesia. Pancasila mengandung nilai yang selalu
relevan bagi masyarakat Indonesia, karena sejatinya Pancasila
tersebut berasal dari nilai kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
Indonesia merupakan anugerah karean perbedaan perbedaan
yang ada, menjadi tantangan karena perbedaan tersebut selalu
memiliki potensi terjadinya gesekan gesekan dalam masyarakat.
Pancasila adalah ide bagaimana Indonesia dikelola di masa
sekarang dan masa depan.
Peran Mahasiswa dalam Mengimplementasikan Pancasila
Mahasiswa merupakan elemen yang penting bagi perkembangan
Bangsa Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka pada 17 Agustus
1945, kaum pemuda telah menunjukkan perannya dalam
menegaskan kembali komitmen persatuan bangsa Indonesia
dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan dalam Sumpah
Pemuda. Para pemuda, khususnya mahasiswa memiliki peran
yang strategis dalam menentukan langkah perjalanan bangsa
kedepan. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa memiliki
pandangan dan prinsip yang idealis, masih tidak tersandera oleh
kepentingan – kepentingan tertentu. Oleh karena itu, nilai nilai
Pancasila harus ditanamkan pada mahasiswa saat ini. Pancasila
bukan hanya ditanamkan sebagai suatu konsep saja, melainkan
betul betul harus dipahami sebagai suatu nilai dalam kehidupan
dan dasar dalam berperilaku. Mahasiswa juga harus berperan
sebagai agen perubahan untuk menularkan nilai nilai Pancasila
itu kepada lingkungannya. Keteladanan dari orang tua, dosen,
atau tokoh tokoh masyarakat juga berperan besar dalam
membentuk karakter. Dalam era globalisasi saat ini, sedang
gencar disuarakan mengenai ideologi global, artinya bangsa
bangsa dalam dunia internasional ini memiliki ideologi yang sama.
Tentu hal tersebut tidak sesuai jika diterapkan pada bangsa
Indonesia, karena bisa dipastikan hal tersebut tidak sesuai
dengan bangsa Indonesia dan akan berimplikasi buruk bagi
bangsa ini kedepan. Mahasiswa harus cermat dalam memilah dan
memilih setiap pengaruh yang masuk ke indonesia saat ini.
Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya dapat menyesuaikan
dengan kondisi terkini masyarakat. Namun hal tersebut tidak
berarti semua pengaruh dapat diterima. Pengaruh dan nilai yang
masuk haruslah nilai nilai yang sesuai dengan Pancasila dan
sesuai dengan kondisi masyarakat di Indonesia.
Mahasiswa merupakan penggerak utama bangsa ini, masa depan
bangsa ini juga ada dipundak para mahasiswa, oleh karena itu
mahasiswa harus tetap mengimplementasikan Pancasila, tetap
setia pada Pancasila, dan menjaga keutuhan NKRI. Jangan
sampai mahasiswa yang merupakan harapan bangsa Indonesia
kedepan, malah menyimpang dan justru ingin mengganti
Pancasila dengan dasar negara dan ideologi yang lainnya.
KESIMPULAN
Mahasiswa memiliki peran yang strategis dalam proses membangun
bangsa dan negara Indonesia di masa yang akan datang. Pemuda
khususnya mahasiswa merupakan motor penggerak perubahan suatu
bangsa, oleh karena itu, mahasiswa harus memiliki nilai nilai positif
yang tertanam dalam dirinya agar dapat menjadikan bangsa Indonesia
ini menjadi lebih baik. Pancasila merupakan ideologi maupun sebagai
dasar negara Indonesia, oleh karena itu, sudah seharusnya generasi
muda memiliki nilai nilai yang sesuai dengan nilai nilai Pancasila.
Mahasiswa juga harus berperan sebagai agen perubahan dalam
masyarakat. Mahasiswa juga diharapkan dapat menanamkan dan
menyebarkan nilai nilai Pancasila kepada masyarakat, juga kepada
generasi berikutnya, agar Pancasila tetap terjaga eksistensinya. Di sisi
lain, ada juga tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga
eksistensi Pancasila. Tantangan ini muncul dari generasi muda saat
ini yang kurang memahami dan menghayati nilai nilai Pancasila, dan
juga era globalisasi dimana ideologi global dan keterbukaan arus
informasi semakin terbuka lebar. Untuk menjawab tantangan tersebut,
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memperkuat
penanaman nilai nilai Pancasila melalui Pendidikan Pancasila.
Diharapkan pendidikan Pancasila saat ini betul betul mendidik dan
menjadikan pancasila sebagai dasar bersikap dan bertindak, menjadi
paradigma dalam menghadapi persoalan persoalan di sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
CNN Indonesia.”BNPT Klaim Data Mahasiswa 'Radikal' Dari
Penelitian”. 21 November 2018.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/bnpt-klaim-data-mahasiswaradikal-dari-penelitian
CNN Indonesia.”BNPT Klaim Data Mahasiswa 'Radikal' Dari
Penelitian”. 21 November 2018.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180531091337-20302410/menristekdikti-akui-kampus-kesulitan-tangkal-paham-radikal
Munif, Junaidi Abdul.“Restorasi Pendidikan Pancasila”. 21 November
2018.http://mediaindonesia.com/read/detail/164331-restorasi
pendidikan-pancasila
Susetyo,Heru.”Sudah Tepatkah Kita Menggunakan Istilah
Radikalisme? ” 21 November 2018. https://tirto.id/sudah-tepatkahkita-menggunakan-istilah-radikalisme-cPHG
The Wahid Institue. “Intoleransi Kaum Pelajar.” 21 November 2018.
http://www.wahidinstitute.org/wi-id/indeks-opini/280-intoleransi-kaumpelajar.html
Download