MENYEIMBANGKAN ORIENTASI PELANGGAN DAN PESAING MAKALAH Tugas Uas Mata Kuliah Manajemen Pelayanan Publik Dosen pengampu Prof. Drs. Ec. H Thantawi AS., M.S. Cakti indra gunawan, SE., MM., Ph. D Oleh: Yohanes handrianus laka 2018420009 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU ADMINISTRASI NEGARA SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2018 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Birokrasi selalu menjadi sebuah diskursus yang tidak pernah membosankan. Karena hingga saat ini birokrasi di Indonesia masih problematik dan jauh dari apa yang menjadi harapan. Birokrasi yang buruk menjadi salah satu masalah akut di Indonesia. Rendahnya kinerja pelayanan publik dan minimnya kualitas sumberdaya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya. Mulai dari KKN sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi hambatan dalam mewujudkan birokrasi yang pro terhadap kepentingan rakyat banyak. Tercanangnya reformasi birokrasi mulai didengungkan kembali sejak 1998, yang memicu tonggak dimulainya era reformasi di Indonesia. Reformasi dipicu dengan terjadinya kriris multidimensi yang memengaruhi seluruh segi kehidupan masyarakat. Kondisi itu mendorong masyarakat menuntut diwujudkannya pemerintahan yang adil dan demokratis dengan melakukan reformasi dibidang politik, hukum, ekonomi, dan birokrasi. Humas merupakan bagian yang berperan penting dalam mengawasi setiap perkembangan yang ingin dicapai. Memiliki peran penting dalam mengawasi setiap langkah kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sehingga sanggat diperlukannya manajemen pengawasan yang baik, sebagai alat kontrol. Tujuan dari diawasinya SKPD adalah agar semua pekerjaan dan pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang seharusnya dilakukan oleh pegawai. Berlandaskan dari hal tersebut sehingga penulis melakukan penelitian tentang “peran humas dalam manajemen organisasi pengawas pelayanan publik, studi pada Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. 3 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peran humas dalam manajemen organisasi pengawas pelayanan publik pada Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat peran humas dalam manajemen organisasi pengawas pelayanan publik pada Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat? 1.3 Manfaat Kegunaan Penelitian, hasil apa yang akan disumbangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan merupakan follow up kesimpulan. (Arikonto, 2010). Manfaat penelitian dibagi menjadi: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamtan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain diperguruan tinggi. b. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti berikutnya dalam topik yang relavan. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna meningkatkan kualitas pelayanan publik. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai input bagi pegawai negri sipil dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik. 1.4 Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian ditengah lapangan. 4 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Peran Humas Peran humas atau yang lebih dikenal dengan publik relation tentu sangat krusial bagi sebuah organisasi. Humas memiliki peran dalam menciptakan citra baik organisasi, mengkomunikasikan segala bentuk informasi tentang organisasi baik kepada publik, klien ataupun para investor. Bisa dikatakan bahwa seorang humas adalah wajah dari organisasi itu sendiri. Ia harus memahami secara detail seluk beluk dan segala informasi yang terkait dengan organisasi. Selain itu ia juga membawa citra dari sebuah organisasi sehingga ini harus tercermin dari tampilan dan tata bahasa yang teratur. Seorang humas harus mampu menciptakan poin positif sehingga akan dapat meningkatkan penjualan atau citra positif sebuah organisasi di mata publik. Bagian kehumasan selalu berkaitan dengan dunia luar sehingga ia akan lebih banyak menghabiskan kegiatan di luar ruangan atau di lapangan. Ia bertugas mengedukasikan kepada khalayak serta memperkenalkan kelebihan serta keunggulan sebuah organisasi. Yang pada akhirnya akan menarik minat sehingga akan banyak yang bergabung ke dalam organisasi atau membeli produk hasil buatan para anggota yang tergabung dalam organisasi itu sendiri. Peran humas sangat penting dalam menjaga hubungan antara organisasi denga stakeholder dan masyarakat terkait. Berikut kami rangkum 7 peran humas dalam organisasi yang perlu diketahui . 1. Strategi Komunikasi Publik Seperti yang telah di uraikan sebelumnya bahwa humas atau publik relations merupakan wajah dari sebuah organisasi. Humas memiliki tugas penting dalam menyampaikan informasi mengenai organisasi kepada stakeholder yang terkait dan kepada publik. Setiap bagian humas akan dilengkapi dengan contact center yang memungkinkan untuk menerima keluhan dan merupakan tempat dimana masyarakat atau publik dapat memperoleh informasi lengkap mengenai organisasi. Bagian humas akan 5 selalu berhubungan dengan media baik media televisi, iklan atau cetak yang memungkinkan untuk bisa mengabarkan perihal kondisi terkini dari sebuah organisasi. 2. Mengelola Keadaan Darurat Ketika sebuah kondisi menhampiri yang terkadang dapat merusak bahkan meruntuhkan citra sebuah organisasi. Maka, disinilah peran penting humas dibutuhkan. Kondisi yang demikian tentu sangat tidak diharapkan namun, bisa terjadi kapan saja. Hal ini bisa terjadi karena adanya isu isu negatif yang berkembang baik di dalam organisasi hingga merebak di masyarakat. Tentunya jika dibiarkan hal ini akan bisa merusak citra organisasi di mata publik. Oleh karenanya bagian peran humas dalam organisasi salah satunya adalah meredam dan mengatasi kondisi darurat agar tidak semakin berkembang kearah perpecahan dalam organisasi. Dan tentunya mengembalikan citra positif organisasi di mata publik. 3. Sarana Marketing Yang Handal Humas juga menjadi bagian penting dalam strategi marketing sebuah organisasi. Terutama bagi organisasi yang bergerak di bidang produksi produk. Tentu bagian humas bisa menjadi motor peggerak dalam meningkatkan penjualan produk. Selain ini juga citra positif organisasi di mata masyarakat akan meningkat. Dimana akan ada banyak orang yang mungkin ingin tergabung didalamnya. Karena melihat bahwa organisasi yang di kelola memiliki kegiatan yang jelas. Bahkan kegiatan tersebut bisa menjadi bagian dari jenis usaha mikro kecil dan menengah yang bisa membantu roda perekonomian bangsa ini. 4. Hubungan Media Bagian humas atau publik relations haruslah memiliki hubungan yang baik dengan awak media. Humas dan media akan selalu bersinggungan. Apalagi jika ada perkembangan terbaru mengenai jalannya organisasi sudah tentu para awak media akan terlibat. Untuk itu humas memegang peranan dalam mengelola hubungan dengan para media. Humas harus bekerja sama dengan media untuk bisa menyiarkan perkembangan organisasi seluas luasnya. 6 Dengan demikian tentu nama organisasi yang di kelola akan lebih di kenal banyak orang. 5. Menjangkau Kegiatan Humas profesional terkadang melibatkan diri dalam sebuah kegiatan dengn membawa brand organisasi. Hal semacam ini tentu akan semakin memberikan pengaruh positif pada citra organisasi. Banyak organisasi yang menjadi sponsor sponsor kegiatan sekelas olimpiade. Tentunya hal ini juga merupakan bagian dari kegiatan organisasi agar lebih dikenal masyarakat luas. Sehingga organisasi bisa berkembang menjadi ciri-ciri usaha menengah . 6. Mengelola Media Sosial Medsos atau media sosial saat ini memang tengah banyak digandrungi. Media sosial merupakan hal yang paling akrab dengan keseharian kita. Medsos juga merupakan sebuah sarana bagi humas untuk bisa menjaring pihak massa yang lebih luas dan kompleks. Dengan didukung teknologi dan jaringan internet yang stabil tentu membuat sebuah akum medsos untuk dikelola tidaklah sulit. Sebuah fanpage di twitter atau facebook akan membantu bagian humas untuk lebih bisa berinteraksi dengan pengguna dunia maya. Oleh karenanya kita harus memaksimalkan media sosial secara bijak agar citra dan karakter positif organisasi yang di kelola akan lebih bisa diterima publik. 7. Mengetahui Dan Mengevaluasi Opini Publik Sering kali opini publik yang digiring ke arah negatif issue akan bisa membawa dampak buruk bagi citra sebuah organisasi. Oleh karenanya bagian humas memiliki peran penting sebagai pihak yang harus mengetahui, issue issue yang sedang berkembang dan hangat menjadi perbincangan terutama yang berkaitan dengan organisasi yang dikelola. Ada berbagai kepentingan yang bisa menggiring opini publik menjadi sebuah sinyal bahwa organisasi tersebut sedang dalam kondisi yang tidak stabil. Tentunya peran humas harus secara sigap cepat tanggap dalam menganalisis dan mengevaluasi issue yang berkembang. Humas harus berasal dari sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya serta harus didukung dengan sarana dan prasarana yang lengkap. 7 Selain itu juga yang tidak boleh diabaikan adalah anggaran yang ada harus mampu mendukung kinerja bagian humas. Sehingga kinerja humas tidak melemah seperti penyebab ekonomi melemah . Dengan dukungan dari semua pihak maka kinerja bagian humas akan lebih cepet, efektif serta efisien. 2.2 Manajemen Organisasi Pengawasan Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan. Kesimpulannya, pengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Donnelly, et al. (Zuhad, 1996) mengelompokkan pengawasan menjadi 3 Tipe pengawasan yaitu : (1) Pengawasan Pendahuluan (preliminary control). (2) Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control). (3) Pengawasan Feed Back (feed back control). Suatu prganisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa proses pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan 8 kegiatan organisasi, oleh karena itu setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana, sehingga pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu rencana. 2.3 Pelayanan Publik Pelayanan publik tidak terlepas dari masalah kepentingan umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan publik. Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai pelayanan publik, maka peneliti akan menguraikan terlebih dahulu pengertian pelayanan publik. Pengertian pelayanan administrasi publik telah didefinisikan oleh banyak pakar. Salah satunya yang dikemukan oleh Agus Dwiyanto (2006) mendefisinikan pelayanan publik adalah; Pendapat lain dari Ratminto & Atik Septi Winarsih (2006) Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan. 9 2.3.1 Asas Pelayanan Publik Pelayanan publik harus selalu berubah mengikuti perkembangan masyarakat, karena masyarakat itu bersifat dinamis. Dalam hal ini pemerintah harus melakukan negosiasi dan mengkolaborasi berbagai kepentingan masyarakat. Sehingga pelayanan publik memiliki kualitas yang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan pengguna jasa, penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang profesional, kemudian Lijan Poltak Sinambela, dkk (2011) mengemukakan asas-asas dalam pelayanan publik tercermin dari: a) Transparansi Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b) Akuntabilitas Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. c) Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas. d) Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. e) Kesamanan Hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, gender dan status ekonomi. f) Keseimbangan Hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing- masing pihak. Asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik juga diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang dikutip oleh Eny Kusdarini (2011: 190) yakni yang terdiri dari 12 asas: a. Asas kepentingan umum, 10 b. Asas kepastian hukum, c. Asas kesamaan hak, d. Keseimbangan hak dan kewajiban, e. Asas keprofesionalan, f. Asas partisipasif, g. Asas persamaan perlakuan/tidak deskriminatif, h. Asas keterbukaan, i. Asas akuntabilitas, j. Asas fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. Asas ketepatan waktu, l. Asas kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Berdasarkan pengertian di atas, maka pelayanan publik akan berkualias apabila memenuhi asas-asas diantaranya: transparansi, akuntabilitas, partisipasif, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, fasilitas, ketepatan waktu dan kemudahan. 2.3.2 Standar Pelayanan Publik Kualitas pelayanan pada masyarakat merupakan salah satu masalah yang mendapatkan perhatian serius oleh aparatur pemerintah. Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Hal ini dibuktikan dengan diterbitkannya Standar Pelayanan Publik Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004, sekurang-kurangnya meliputi: a) Prosedur pelayanan Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengadaan. b) Waktu penyelesaian Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. c) Biaya pelayanan Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang dititipkan dalam proses pemberian pelayanan. d) Produk Pelayanan Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 11 e) Sarana dan prasarana Penyedia sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. f) Kompetensi petugas pemberi pelayanan Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan. Penyusunan standar pelayanan dilakukan dengan pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam UU No.25 tahun 2009, adapun komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi: a) Dasar hukum Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar. b) Persyaratan Syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan baik persyaratan teknis maupun administratif. c) Sistem, mekanisme dan prosedur Tata cara pelayanan yang dibekukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan. d) Jangka waktu penyelesaian Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan. e) Biaya/tarif Ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat. f) Produk pelayanan Hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. g) Sarana, prasarana, dan / atau fasilitas Peralatan dan fasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan pelayanan termasuk peralatan dan fasilitas pelayanan bagi kelompok rentan. h) Kompetensi pelaksanaan Kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi pengetahuan keahlian, keterampilan dan pengalaman. i) Pengawasan internal Pengendalian yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan langsung pelaksana. j) Penanganan pengaduan, saran dan masukan Tata cara pelaksanaan pengamanan pengaduan dan tindak lanjut. k) Jumlah pelaksana Tersedianya pelaksanaan sesuai dengan beban kerjanya. 12 l) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan. m) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu-raguan, dan n) Evaluasi kinerja Pelaksana Penilaian untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar pelayanan. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan standar pelayanan publik tersebut dipakai sebagai pedoman dalam pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan dapat dijadikan indikator penilaian terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan. Dengan adanya standar dalam kegiatan pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapat pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan proses yang memuaskan serta tidak menyulitkan masyarakat sebagai pengguna pelayanan. 2.3.3 Jenis- jenis Pelayanan Membicarakan tentang pelayanan tidak dapat dilepaskan dengan manusia, karena pelayanan mempunyai kaitan erat dengan kebutuhan hidup manusia, baik itu sebagai nidividu maupun sebagai makluk sosial. Keanekaragaman dan perbedaan kebutuhan hidup manusia menyebabkan adanya bermacam-macam jenis pelayanan pula, dalam upaya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia tersebut. Timbulnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam- macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang dilakukan juga ada beberapa macam. Berdasarkan keputusan MENPAN No.63/KEP/MENPAN/7/2003 dalam Ratminto & Atik Septi Winarsih (2006) kegiatan pelayanan umum atau publik antara lain: a. Pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalny status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumendokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan (KTP), akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku 13 Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya. b. Pelayanan barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya. c. Pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya. Selain itu, bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat menurut Lembaga Administrasi Negara (1998) di dalam dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis pelayanan yaitu : a. Pelayanan Pemerintahan, yaitu merupakan pelayanan masyarakat yang erat dalam tugas-tugas umum pemerintahan seperti pelayanan Kartu Keluarga/KTP, IMB, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Imigrasi. b. Pelayanan Pembangunan, merupakan pelayanan masyarakat yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam aktifitasnya sebagai warga masyarakat, seperti penyediaan jalan, jembatan, pelabuhan dan lainnya. c. Pelayanan Utilitas merupakan penyediaan utilitas seperti listrik, air, telepon, dan transportasi. d. Pelayanan Kebutuhan Pokok, merupakan pelayanan yang menyediaan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan murah. e. Pelayanan Kemasyarakatan, merupakan pelayanan yang berhubungan dengan sifat dan kepentingan yang lebih ditekankan kepada kegiatankegiatan sosial kemasyarakatan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim piatu dan lainnya Dari berbagai pendapat tentang pembagian jenis-jenis pelayanan umum yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat terlihat bahwa pelayanan umum mencakup lingkup kegiatan dan jenis-jenis yang sangat luas. Dengan 14 kata lain, persoalan pelayanan umum dalam satu pemerintahan merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan karena itu membutuhkan perhatian semua kalangan, baik dari pemerintah sebagai pihak pemberi layanan maupun dari masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan. 15 BAB III STUDI KASUS 3.1 Kabupaten Sanggau Kabupaten Sanggau adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengah-tengah dan berada di bagian utara provinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah 12.857,70 km² dengan kepadatan 29 jiwa per km². Dilihat dari letak geografisnya kabupaten sanggau terletak di antara 1° 10" Lintang Utara dan 0° 35" Lintang Selatan serta di antara 109° 45", 111° 11" Bujur Timur. Disahkannya UU No.14 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) oleh Pemerintah pada Kamis 3 April 2008, membawa konsekuensi terhadap ketentuan-ketentuan hukum yang melindungi hak atas informasi bagi warga negara Indonesia. Badan publik—dalam hal ini adalah lembaga-lembaga negara, lembaga publik non pemerintah, dan perusahaan-perusahaan publik yang mendapat dana alokasi dari APBN, APBD, bantuan luar negeri, dan himpunan masyarakat—mempunyai kewajiban untuk memberikan akses informasi yang terbuka dan efisien kepada publik dalam rangka transparansi, akuntabilitas, dan pengelolaan pemerintahan yang semakin baik di Indonesia. Undang-undang ini mendefinisikan informasi publik sebagai informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Sementara itu, badan publik yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi 16 nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Sebagai garda terdepan dalam penyampaian informasi kepada publik, humas memiliki peranan yang cukup penting dalam pengimplementasian undang-undang tersebut. Terlebih lagi undang-undang ini mewajibkan setiap badan publik untuk menjamin tersedianya informasi publik yang terbuka untuk public dan dapat diakses secara cepat, tepat waktu, biaya ringan dan dengan cara sederhana dandengan adanya undang-undang keterbukaan informasi publik, humas dituntut bisa bekerja profesional. Terutama dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat, tentang kegiatan apa yang dilakukan pemerintah, baik melalui dokumentasi internal maupun penyampaikan ke publik melalui media. Humas adalah menilai sikap masyarakat (public) agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi/instansi. Karena mulai dari aktivitas, program Humas, tujuan (goal) hingga sasaran (target) yang hendak dicapai oleh organisasi/ instansi tersebut tidak terlepas dari dukungan serta keprcayaan citra positif dari pihak publiknya. Pada prinsipnya, secara structural, fungsi Humas/PR dalam organisasi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kelembagaan atau organisasi.Menurut John Tondowijoyo (2004: 9) kedudukan Humas terkait langsung dengan fungsi top managemen.Fungsi kehumasan dapat berhasil secara optimal apabila langsung berada dibawah pimpinan atau mempunyai hubungan langsung dengan pemimpin tertinggi (pengambil keputusan) pada organisasi/instansi bersangkutan. Sedangkan menurut Renald Khasali, public relations merupakan fungsi manajemen yang sama pentingnya dengan pemasaran, produksi, keuangan, dan SDM. Hal tersebut sesuai dengan definisi kerja Humas menurut RexHarlow, San Fransisco, Amerika yang kemudian menjadi acuan para anggota IPRA (International Public Relations Association) yang berbunyi:“ Hubungan masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan public 17 secara timbale balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerasame serta pemenuhan kepentingan bersama”. Jika dikaitkan dengan definisi Humas tersebut maka kegiatan PR di mulai dari pembenahan organisasi internal Humas/PR hingga kegiatan bersifat image corporate building. Secara operatif, maka Humas/PR merupakan fungsi khusus manajemen, artinya Humas/PR membatu memelihara aturan main bersama melalui saluran komunikasi kedalam dan keluar, agar tercpai saling pengertian atau kerjasama anatara organisasi dan publiknya. Sesungguhnya fungsi kehumasan dapat bertindak sebagai tanda bahaya (early warning system) yang berfungsi mendukung atau membantu pihak manajemen organisasi berjaga-jaga menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi pada organisasi. Mulai dari timbulnya isi berita negatife (negative news) di berbagai media masa, meluasnya isu negates yang kurang menguntungkan terhdap produk atau nama organisasi/badan instansi yang bermaslah hingga penurunan citra, bahkan kahilangan citra (lost of image) yang dapat menimbulkan berbagai resiko yang menyakut krisis kepercayaan maupun krisis manajemen. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka Humas/PR akan menjalankan fungsinya yaitu kepentiangan menjaga nama baik dan citra organisasi/badan intanst agar organisasi/badan selalu dalam posisi menguntungkan. Salah satu metode yang dipergunakan adalah melalui caracara edukatif dan informatif secara persuatif yang mendukung arti suatu ajakan atau imbauan, bukan merupakan paksaan. Humas Pemerintah mempunyai peran penting dalam membuka ruang bagi publik untuk mendapatkan akses informasi publik. Adanya UU KIP, merupakan momentum bagi Humas Pemerintah untuk menjalankan fungsi dan tugasnya dalam memberikan informasi, penerangan, dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, aktivitas, dan langkah-langkah pemerintah secara terbuka, transparan, jujur dan objektif. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat, termasuk media, bila tidak akurat, cepat, dan mudah, dapat 18 menyebabkan kebijakan pemerintah dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak informatif, dan tidak membumi. Disinilah tantangan Humas Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi dalam memperoleh keterbukaan informasi, khususnya menyangkut pelayanan terhadap publik. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk merubah perilaku pemberi informasi (dalam hal ini adalah pejabat publik), yang semula mereka “lebih senang” dilayani, kini dengan adanya UU KIP mereka harus melayani informasi kepada masyarakat yang membutuhkan informasi. Humas Pemerintah mempunyai peran penting dalam membuka ruang bagi publik untuk mendapatkan akses informasi publik. Adanya UU KIP, merupakan momentum bagi Humas Pemerintah untuk menjalankan fungsi dan tugasnya dalam memberikan informasi, penerangan, dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, aktivitas, dan langkah-langkah pemerintah secara terbuka, transparan, jujur dan objektif. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat, termasuk akurat, cepat, dan mudah, dapat media, bila tidak menyebabkan kebijakan pemerintah dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak informatif, dan tidak membumi. Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan dan pengambil kebijakan membutuhkan corong penyampaian informasi.Begitu juga masyarakat sebagai objek yang menikmati pembangunan dan pelaksana kebijakan juga harus mengetahui sumber informasi yang tepat.Sesuai dengan program yang dijalankan. Prof. Onong Uchjana Effendy, guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, dalam bukunya berjudul Ilmu Komunikasi, menjelaskan ada tiga fungsi yang dimiliki oleh pemraktek hubungan masyarakat. Fungsi pertama, mengetahui secara pasti dan mengevaluasi opini publik yang berkaitan dengan organisasinya. Fungsi kedua, menasihati para eksekutif (dalam hal ini pengambil kebijakan) mengenai cara-cara menangani opini publik yang timbul. 19 Sedangkan fungsi yang ketiga, menggunakan komunikasi untuk mempengaruhi opini publik. Secara universal, humas adalah corong informasi bagi sebuah lembaga, artinya, informasi yang dikeluarkan oleh lembaga hanya boleh keluar dari satu pintu, yaitu humas. Hal ini untuk menjaga bias dan keambiguan atas informasi yang dikeluarkan oleh lembaga. Dengan demikian, setiap pengambil kebijakan dalam lembaga harus memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada humas atas kebijakan yang dikeluarkannya, yang kemudian akan diinformasikan kepada publik. Sikap membuka diri terhadap kritik dari masyarakat, termasuk membuka dialog, melakukan komunikasi persuasif, dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan Humas merupakan “is a must”. Kata kunci dari hubungan dua arah ini adalah informasi dan komunikasi. Keterbukaan informasi publik merupakan langkah strategis dalam mengawal dan mewujudkan tata kelola negara yang bersih, profesional dan berwibawa, serta mengembangan tatanan masyarakat informasi yang sehat. Dengan demikian, humas peran tidak hanya sebagai corong lembaga semata, akan tetapi ia juga menjadi media komunikatif yang menghubungkan lembaga dan masyarakat, sehingga menghasilkan timbal-balik yang positif dan saling menguntungkan. Seiring dengan perkembangan era reformasi dan keterbukaan informasi publik, peran humas semakin strategis.Sebagai komunikator publik, fungsi humas pemerintah harus mensosialisasikan kebijakan lembaganya, memberikan pelayanan, menyebarluaskan pesan atau informasi serta mengedukasi masyarakat mengenai kebijakan hingga program-program kerja lembaganya kepada masyarakat.Humas juga bertindak sebagai mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan menampung aspirasi serta memperhatikan keinginan-keinginan publiknya dilain pihak, dan berperan menciptakan iklim yang kondusif. Manajemen komunikasi yang baik diharapkan mampu membangun ruang publik yang memberikan kanal bagi proses komunikasi dan interaksi 20 seimbang antara pemerintah dengan publik dan sebaliknya. Namun demikian, realita menunjukan sebagian besar humas pemerintah belum menjalankan tugas dan fungsinya. Masih banyak kendala yang dihadapi seperti kompetensi SDM, pola koordinasi, program kegiatan, kelembagaan, dan infrastruktur. Dalam perjalanannya Kabupaten Sanggau kembali meraih penghargaan di tingkat nasional. Kali ini melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau dengan Inovasi Pelayanan Publik tahun 2018, posduren (Posyandu Remaja Entikong). Penghargaan TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik diserahkan langsung Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin kepada Bupati Sanggau Paolus Hadi di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/9/2018).Selain mendapat penghargaan, Peserta TOP 99 mendapat kesempatan mempresentasikan Inovasi Pelayanan Publik dihadapan Panelis Independen menuju tahap 40 besar. Dan itu telah dipresentasikan oSekretaris Daerah Kabupaten Sanggau A L Leysandri di Kementerian PANRB, beberapa waktu lalu dan saat ini, masih menunggu hasil penyeleksian tersebut.Dari 2.824 inovasi yang diajukan dari seluruh Indonesia, 1.463 inovasi yang dinyatakan lolos ke tahap penyeleksian proposal. Dan sampailah ditentukan TOP 99 Inovasi oleh Tim Panelis Independen, termasuklah Inovasi Posduren. 21 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dari BAB I hingga BAB III penulis dapat merik kesimpulan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut: 1. Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar operasional yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. 2. Peran humas pada Kabupaten Sanggau dalam memanajemen pengawasan pelayanan publik bisa dikatakan berjalan dengan lancar, hal tersebut dibuktikannya dengan Kabupaten Sanggau nominasi nomor 99 dari 2.824 inovasi pelayanan publik di Indonesia. 3. Faktor pendukung berjalannya fungsi humas sebagai pengawas pelayanan publik pada Kabupaten Sanggau adalah kerjasama, dan kordinasi yang baik antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sedangkan faktor penghambat yang menjadi halangan pihak humas yaitu fasilitas dan koneksi jaringan signal dan internet yang kurang lancar sehingga mengakibatkan terkadang sulit untuk berkordinasi. 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka saran yang dapat diutarakan yaitu sebagai berikut: 1. Pengawasan sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan. 22 2. Menjalankan perannya sebagai humas di lingkup Kabupaten Sanggau sebagai salah satu wujud pengawasan terhadap SKPD dalam memberikan pelayanan publik perlu mengedepankan asas efektifitas dan efisiensi berdasarkan strandart operasional prosedure yang telah di tetapkan. 3. Disarankan dalam mengatasi masalah pada faktor penghambat, Kabupaten Sanggau sebaiknya merencanakan perencanaan pembangunan pada bidang tersebut. 4.3 Pendapat Pemakalah Berdasarkan hasil penulisan makalah maka, penulis menyampakan beberapa hal yaitu: 1. Perkembangan dunia yang semakin moderen sebagai tantangan zaman makalah ini disusun sebagai bentuk kepedulian terhadap peran humas dalam manajemen organisasi pengawasan pelayanan publik di Kabupaten Sanggau, makalah ini di harapkan menjadi bahan referensi dan pertimbangan di lingkup SKPD dalam memberikan pelayanaan publik. 2. Persoalan yang diangkat dalam makalah ini merupakan patologi organisasi yang perlu di selesaikan oleh pemerintah Kabupaten Sanggau dalam upaya meningkatkan pelayan publik. 3. Pelayanan publik yang dilakukan oleh SKPD Kabupaten Sanggau diharapkan dapat di tingkatkan, dengan mengedepankan asas-asas pelayanan publik. 23 DAFTAR PUSTAKA Dwiyanto, Agus, 2006, “Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik”. Prenada Media Group. Yogjakarta Sinambela,Lijan Poltak.Dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta:Bumi Aksara Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik http://pontianak.tribunnews.com/2018/09/20/sanggau-raih-penghargaan-top-99pelayanan-publik di akses pada 20 September 2018. Pontianak Tribunnews. Pontianak.