UTS Mata Kuliah Berpikir Kritis Kreatif pada Pembelajaran di Pendidikan Dasar-Hamdan Husein batubara

advertisement
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
Nama : Hamdan Husein Batubara
NIM : 9919917013
Prodi : S3 Pendidikan Dasar/Sem-III
Dosen
: Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D
Dr. Fakhrurrozi, M.Pd
Mata Kuliah : Berpikir Kritis dan
Kreatif dalam Pembel. PD
Soal :
Anda diminta menjadi konsultan oleh Pemerintah RI untuk meningkatkan tingkat
kecanggihan berfikir siswa Sekolah Dasar sehingga mencapai tingkat kecanggihan
berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS) sehingga mereka bisa
berfikir lebih kritis dan kreatif. Langkah-langkah apa yang Anda lakukan untuk
memperbaikinya, mulai dari evaluasi terhadap standar kompetensi lulusan, standar isi,
standar proses, dan standar penilaian yang ada sampai pada usulan perbaikannya serta
pendidikan dan pelatihan apa yang harus dilakukan pada guru, kepala sekolah dan
pengawas di Indonesia sehingga mereka bisa mencapai tujuan tersebut.
1. Analisis SKL
Rumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SD/ MI/ SDLB/ Paket A pada
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 telah tegas menyatakan pentingnya penguasaan
keterampilan berpikir tingkat tinggi sejak usia SD. Taksonomi Bloom sebagai rujukan
SKL telah mengelompokkan SKL pada tiga domain, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Adapun hasil evaluasi penulis terhadap SKL jenjang SD/ MI/ SDLB/ Paket A
adalah sebagai berikut.
a. Rumusan sikap dalam SKL merupakan pedoman siswa dalam berpikir dan
bertindak. Secara garis besar, rumusan sikap dalam SKL tersebut telah mencakup
sikap kepada Sang Pencipta (spiritual) dan sikap kepada Makhluk ciptaannya
(sosial). Di samping itu, sikap pembelajar sejati sepanjang hayat merupakan sikap
yang mendorong seseorang untuk berpikir kritis dan kreatif.
b. Rumusan pengetahuan dalam SKL mencakup pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar yang berkenaan dengan IPTEKS
dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, dan negara. Pengetahuan ini sangat penting bagi siswa sebagai
modal dasar dan/ atau alat untuk mengembangkan pengetahuannya melalui proses
1
penemuan, pemecahan masalah, penciptaan proyek, dan lainnya. Hasil penelitian
Puspitasari menyatakan bahwa semakin baik penguasaan konsep pengetahuan
seseorang maka akan semakin mudah ia untuk berpikir tingkat tinggi (Puspitasari,
Yuliati, & Kusairi, 2017).
c. Rumusan keterampilan di dalam SKL telah tegas menyatakan bahwa kritis dan
kreatif adalah salah satu keterampilan berpikir dan bertindak yang wajib dikuasai
siswa SD/MI di samping keterampilan lainnya, seperti: produktif, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif. Rumusan SKL tersebut telah mencakup
keterampilan abad 21 (Erstad & Voogt, 2018).
Implementasi rumusan SKL yang bersifat umum tersebut kemudian diperinci
dengan memperhatikan tahap perkembangan psikologi anak, kesinambungan kompetensi
pada setiap jenjang pendidikan, lingkup dan kedalaman materi, serta lingkungan siswa.
Oleh karena itu, kesesuaian rumusan SKL dengan HOTS dan kedudukannya sebagai
acuan standar proses dan penilaian akan secara otomatis mengharuskan guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis HOTS (Permendikbud Nomor 20 tahun
2016).
2. Analisis Standar Isi
Dalam rangka mencapai SKL, permendikbud Nomor 21 tahun 2016 telah
menetapkan standar isi yang terdiri dari tingkat kompetensi dan kompetensi inti. Adapun
tingkat kompetensi jenjang SD/ MI/ SDLB/ Paket A adalah tingkat Pendidikan Dasar,
yaitu sama tingkatannya dengan jenjang SMP/MTS/SMPLB/Paket B. Artinya
kompetensi yang ditetapkan pada jenjang SD dan SMP harus disadari setiap orang (guru,
siswa, orang tua) sebagai kompetensi yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang untuk
dapat bertahan hidup.
Adapun hasil evaluasi penulis terhadap standar isi pada tingkat kompetensi
SD/MI/SDLB adalah sebagai berikut.
a. Rumusan sikap pada standar isi masih kurang memenuhi kebutuhan SKL, yakni
sikap “pembelajar sejati sepanjang hayat” yang terdapat pada SKL belum
terwakili pada kompetensi inti. Oleh karena itu, penulis memandang perlu
penambahan rumusan sikap dalam standar isi, seperti sikap tangguh dan ulet.
Sikap tangguh ini merupakan ciri dari orang yang memiliki minat dan kemauan
yang tinggi dalam belajar dan menyelesaikan sebuah masalah secara tuntas.
2
Supriadi dalam Fauziah menjelaskan bahwa sikap positif dari dalam diri sendiri
merupakan salah satu faktor pendorong seseorang untuk berpikir kritis dan kreatif
(Fauziah, 2011).
b. Rumusan pengetahuan dalam standar isi cukup lengkap dalam menjelaskan SKL.
Selain rumusan pengetahuan, kompetensi inti juga telah merekomendasikan
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (mengamati, menanya, menalar, dan
mencoba) sebagai cara untuk mempelajari pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan meta kognitif. Tingkat penguasaan guru terhadap pengetahuan
tersebut akan sangat mempengaruhi kemampuan guru dalam berpikir dan
bertindak secara kritis dan kreatif (Madhuri, Kantamreddi, & Prakash Goteti,
2012; Storer, 2018).
c. Rumusan keterampilan dalam standar isi cukup baik dalam menjelaskan SKL dan
keduanya cukup tegas dalam menyatakan bahwa keterampilan berpikir dan
bertindak kritis dan kreatif sangat perlu dilatih dan dikembangkan sejak usia
Sekolah Dasar. Dengan keterampilan tersebut, siswa diharapkan dapat
menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
Hasil evaluasi penulis terhadap kompetensi dasar (KD) SD/MI adalah bahwa
ruang lingkup dan kedalaman materi dalam setiap Kompetensi Dasar (KD) telah tersusun
sistematis dari yang paling dekat dengan diri siswa hingga ke yang agak jauh, dan dari
yang sederhana ke arah yang lebih rumit. Adapun kata kerja yang digunakan dalam setiap
KD cenderung pada kegiatan mental yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan
kreatif. Misalnya, mengklasifikasi, menganalisis, meneliti, menalar, menyajikan, menarik
kesimpulan, dan membuat karya cipta.
Dengan demikian, rumusan standar isi dalam permendikbud nomor 21 cukup ideal
dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Namun di sisi lain, hasil
analisa terhadap hasil survei TIMSS tahun 2015 menyebutkan bahwa rendahnya nilai
siswa antara lain disebabkan oleh rendahnya kemampuan siswa dakam menerapkan
pengetahuan oada berbagai konteks permasalahan (Jones, Wheeler, & Centurino, 2015).
Oleh karena itu, penerjemahan KI dan KD ke dalam bahan ajar dan kegiatan pembelajaran
3
harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan banyak hal sehingga desain
pembelajaran yang diterapkan guru efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3. Analisis Standar Proses
Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun hasil evaluasi
penulis terhadap Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses adalah
sebagai berikut.
a. Perencanaan pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terdiri dari 13 komponen tampak
terlalu gemuk sehingga tidak efisien dari segi waktu dan kertas yang digunakan.
Oleh karena itu, penulis menyarankan agar format dan komponen rencana
pembelajaran itu dirampingkan agar tidak terjadi perulangan. Misalnya, identitas
sekolah, kelas dan semester cukup ditulis di halaman depan saja, tujuan
pembelajaran dihapus saja karena telah dapat diwakili oleh indikator pencapaian
kompetensi (IPK), media dan sumber belajar digabung. Contoh komponen yang
tersisa adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tema/Sub Tema
Alokasi Waktu
KD dan IPK
Peta Materi
Metode
Skenario belajar
Media & Bahan
Perangkat Penilaian
Gambar 1. Hasil perampingan komponen RPP
Saran penulis pada bidang perencanaan pembelajaran adalah: mewajibkan
sekolah untuk menjaga mutu RPP guru. Misalnya, penyusunan RPP harus
dilakukan guru secara bersama-sama dengan guru se-bidang di gugusnya,
kemudian draft RPP yang dihasilkan harus direviu dan divalidasi oleh koordinator
tim guru se-bidang dan pengawas sekolah sebelum ditandatangani oleh kepala
sekolah sehingga terjadi mutual learning antar guru, pengawas dan sistem
penjaminan mutu pembelajaran berjalan dengan baik.
4
b. Pelaksanaan pembelajaran
Penekanan pada model pembelajaran berbasis penemuan, penelitian, proyek, dan
pemecahan masalah secara teoritis dan menurut penelitian terdahulu dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. Namun, pelaksanaan
model pembelajaran tersebut tentu menuntut kompetensi profesional (content
knowledge) dan pedagogik yang baik. Oleh karena itu, LPTK, masyarakat, dan
swasta yang berada di sekitar sekolah harus bekerjasama dalam membuat dan
melaksanakan program peningkatan kompetensi profesional dan pedagogik yang
disesuaikan dengan kebutuhan guru dan dilaksanakan secara sistematis dan
berkelanjutan.
c. Evaluasi pembelajaran
Ragam instrumen evaluasi pembelajaran yang direkomendasikan dalam standar
proses cukup lengkap dalam menilai proses dan hasil belajar. Kebijakan tentang
model pemanfaatan hasil evaluasi untuk perbaikan pembelajaran juga masih
kurang jelas dalam standar proses sehingga guru masih jarang ditemukan
melakukan intropeksi diri (PTK) berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran.
d. Pengawasan proses pembelajaran
Sistem pengawasan dalam standar proses pembelajaran di Indonesia bertujuan
untuk membina guru dan meningkatkan mutu pembelajaran. Penjelasan tentang
pengawasan proses pembelajaran dalam standar proses meliputi sistem, entitas,
bentuk, dan prinsip. Namun, pelaksanaan pengawasan tersebut perlu didukung
dengan aturan dan sistem yang lebih kuat agar tujuan dari pengawasan sebagai
pembinaan guru dan peningkatan mutu pembelajaran dapat tercapai dengan lebih
baik. Misalnya, membangun sistem rekruitmen kepala sekolah dan pengawas
yang berintegritas, menggerakkan tim evaluasi dinas pendidikan, mengadakan
pemilihan pengawas dan guru teladan, berprestasi, dan kreatif.
4. Analisis Standar Penilaian Pendidikan
Standar penilaian pendidikan dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2016
mencakup kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar siswa yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian
hasil belajar. Hasil evaluasi penulis terhadap standar penilaian pendidikan adalah sebagai
berikut.
5
a. Standar penilaian pendidikan telah mengacu pada SKL/KI/KD/IPK, yakni
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penulis menyarankan
agar penyusunan instrumen penilaian tidak hanya terpaku pada indikator
pencapaian kompetensi, melainkan juga harus memperhatikan materi dan
skenario pembelajaran yang digunakan oleh guru.
b. Penulis menyarankan agar prinsip-prinsip penilaian yang telah ada ditambah
dengan prinsip edukatif dan autentik. Edukatif berarti memotivasi guru untuk
memperbaiki cara mengajarnya dan memotivasi siswa untuk memperbaiki cara
belajarnya sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
c. Prinsip terpadu dalam standar penilaian berarti bahwa kegiatan penilaian
merupakan bagian dari proses pembelajaran. Dalam perspektif penulis, prinsip
terpadu ini berdekatan makna dengan prinsip atau pendekatan otentik yang telah
dijelaskan pada standar proses, yaitu menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil
belajar secara utuh (LPTIK, 2016).
d. Sifat keterbukaan standar penilaian kepada bentuk-bentuk penilaian lain
memberikan ruang bagi guru untuk menerapkan bentuk penilaian yang kreatif.
Misalnya: pemberian masalah terbuka (open ended) atau kontekstual, pengajuan
pertanyaan beranak pinak, dan penugasan/ proyek (Noer & Gunowibowo, 2018).
e. Standar penilaian belum menjelaskan aturan khusus untuk siswa yang
berkebutuhan khusus (ABK) sehingga guru banyak bingung dalam menentukan
KKM suatu mata pelajaran.
f. Penulis menyarankan agar mekanisme analisis kualitas instrumen sebagai salah
satu bagian penting dalam prosedur penilaian perlu dijabarkan lebih rinci sehingga
para guru benar-benar menjamin kualitas suatu instrumen yang digunakannya.
5. Pendidikan dan Pelatihan bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas
Program pendidikan dan pelatihan yang penulis tawarkan untuk meningkatkan
kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas adalah: program pelatihan berbasis
komunitas. Artinya setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan tatap muka akan
dibimbing secara berkelanjutan dalam suatu komunitas yang terhubung ke dalam sistem
digital berupa web dan media sosial.
Bentuk pelatihan yang ditawarkan dalam program ini disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya, peningkatan kompetensi
6
pedagogik guru dilaksanakan melalui program micro teaching dan lesson study,
sedangkan peningkatan kompetensi profesional, manajerial, personal, dan interpersonal
guru dilaksanakan melalui program workshop, talk show, seminar, dan lain sebagainya.
Menurut Musfah, di antara penyebab kegagalan dari pelaksanaan pelatihan guru
selama ini adalah: isi materi tidak sesuai dengan bidang keahlian peserta, alokasi waktu
tidak cukup untuk mempelajari materi, motivasi peserta rednah, kompetensi instruktur
kurang baik, dan tidak tersedia kesempatan bagi peserta untuk berkolaborasi dengan
peserta yang lain pada saat kegiatan berlangsung (Musfah, 2016).
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, program pelatihan yang penulis tawarkan akan
dipersiapkan dengan memperhatikan beberapa poin berikut, yaitu:
a. Indikator capaian kompetensi yang dicapai dirumuskan dengan jelas dan sesuai
dengan kebutuhan dan bidang keahlian peserta pelatihan.
b. Materi pelatihan dirancang dalam berbagai format, yakni: buku cetak, video
tutorial, software android, dan laman e-learning berbasis aplikasi MOODLE.
c. Program pelatihan dilaunching dalam tiga bentuk, yakni: tatap muka, konferensi
video, dan kombinasi keduanya.
d. Metode pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta untuk berdiskusi
dalam forum offline dan online. Hal ini mengacu pada hasil penelitian Faris Ihsan
yang menyimpulkan bahwa peserta diklat yang belajar secara kolaboratif
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam hal berpikir kritis dan bekerja sama
di banding mereka yang belajar secara kompetitif (Ihsan, n.d.).
e. Instruktur pelatihan memiliki kualifikasi yang baik dan dipercaya orang banyak
f. Alokasi waktu pelatihan ditetapkan berdasarkan perhitungan yang matang
terhadap kedalaman dan keluasan materi, rata-rata kecepatan peserta dalam
mencapai kompetensi, dan batas waktu konsentrasi peserta.
g. Program pelatihan juga dirancang dengan tempat yang nyaman, seperti:
tersedianya jaringan internet, makanan dan minuman, doorprize bagi pemenang
kuis, dan lain sebagainya.
Demikian gambaran singkat tentang konsep pelatihan yang saya tawarkan untuk
meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas di tanah air Indonesia.
Saya yakin ide tersebut sangat mudah diwujudkan melalui kerjasama dengan akademisi,
praktisi, dan pemerintah. Salam hangat dan terima kasih. Wassalamu ‘alaikum.
7
DAFTAR PUSTAKA
Erstad, O., & Voogt, J. (2018). The twenty-first century curriculum: issues and
challenges. Second Handbook of Information Technology in Primary and
Secondary Education, 19-36.
Fauziah, Y. N. (2011). Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V pada Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam. Jurnal Edisi Khusus, 1(1), 98-106.
Ihsan, F. (n.d.). Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Peserta Diklat melalui
Pembelajaran Kolaboratif. NTB: BKD dan Diklat Prov. NTB.
Jones, L. R., Wheeler, G., & Centurino, V. A. (2015). TIMSS 2015 science framework.
TIMSS, 29-59.
LPTIK, L. (2016). Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Tahun 2016.
Madhuri, G., Kantamreddi, V., & Prakash Goteti, L. (2012). Promoting higher order
thinking skills using inquiry-based learning. European Journal of Engineering
Education, 37(2), 117-123.
Musfah, J. (2016). Menyoal Pelatihan Guru. Retrieved May 4, 2017, from
http://jejen.lec.uinjkt.ac.id/
home-1/menyoalpelatihanguru
Noer, S. H., & Gunowibowo, P. (2018). Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau
Dari Kemampuan Berpikir Kritis Dan Representasi Matematis. Jurnal Penelitian
dan Pembelajaran Matematika, 11(2).
Puspitasari, D. R., Yuliati, L., & Kusairi, S. (2017). Keterkaitan antara Pola Keterampilan
Berpikir dengan Penguasaan Konsep Siswa pada Pembelajaran Strategi
Metakognisi Berbantuan Thinking Map. Indonesian Journal of Applied Physics,
4(02), 142-148.
Storer, T. (2018). The Effect of Project Based Learning on the Creativity of Elementary
Students. Wilkes University.
8
Download