FIX PROTAP INTERCOSTAL YULINAR

advertisement
i
PROTAP
MANAJEMAN FISIOTERAPI AKTIVITAS FUNGSIONAL,
PEMELIHARAAN DIRI DAN REKREASI
PADA KASUS INTERCOSTAL NEURITIS
OLEH :
Yulinar Anwar
C 131 15 302
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan protap ini sebagai syarat unruk mengikuti ujian praktik mata
kuliah Manajemen Fisioterapi Terapi Fungsional. Protap ini berjudul “Manajemen
Fisioterapi Aktivitas Fungsional, Pemeliharaan Diri, dan Rekreasi pada Kasus
Intercostal Neuritis”.
Sholawat dan taslim semoga tercurah atas Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan protap ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan
kemampuan penulis. Namun berkat do’a, bimbingan, dan arahan dari berbagai
pihak, penulis mampu menyelesaikan satu tahapan menyelesaikan ujian praktik
mata kuliah terapi fungsional ini.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada penulis dan
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun protap ini. Besar
harapan dan do’a penulis agar kiranya protap ini dapat diterima.
Makassar, Desember 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
A. Definisi Intercostal Neuritis .......................................................................... 5
B. Patofisiologi Intercostal Neuritis................................................................... 5
C. Penyebab Intercostal Neuritis........................................................................ 7
D. Gambaran Klinis/ Tanda dan Gejala Klinis ................................................... 7
E. Penatalaksanaan Fisioterapi ........................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24
A. Kesimpulan .................................................................................................. 24
B. Saran ............................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intercostal neuralgia adalah suatu kondisi yang menyebabkan nyeri
sepanjang area persarafan intercostal nerves. Intercostal nerve ini terletak di
antara rib (ruang antar costa). Pada Area intercostal terdapat otot-otot
intercostal dan saraf intercostal. Intercostal nerve ini dapat mengalami
kerusakan atau inflamasi yang disebabkan oleh berbagai penyakit, gangguan
dan kondisi sehingga terjadi intercostal neuralgia (Essentials of Physical
Medicine and Rehabilitation, 2008).
Intercostal Neuritis mengacu pada kondisi neuropatik melibatkan saraf
intercostal dan bermanifestasi dengan nyeri yang intens, misalnya, tajam, rasa
tertembak, atau rasa terbakar Rasa sakit itu mungkin melibatkan salah satu
saraf interkostalis dan saraf sub kosta dari ke-12 tulang rusuk. Nyeri biasanya
dimulai pada garis aksila posterior dan memancarkan ke anterior dan
berdistribusi ke intercostal yang terkena. Inspirasi dalam atau gerakan
dinding dada dapat meningkatkan rasa sakit pada penderita intercostal
neuritis (Dureja, 2016)
Blok saraf interkostal dapat digunakan untuk menentukan asal nyeri
(membedakan antara nyeri yang berasal dari dada atau dinding perut dan
nyeri dengan asal visceral), karena saraf interkostal mempersarafi hanya
struktur luar.
2
Intercostal neuritis terjadi karena sejumlah alasan, seperti jebakan saraf,
neuroma traumatik atau iatrogenik, iritasi saraf persisten, atau herpes zoster
Rasa sakit karena Intercostal neuritis adalah hasil dari kerusakan atau
peradangan saraf interkostal dan dapat dilokalisasi pada satu atau lebih ruang
interkostal. Meskipun paling sering terlihat dan dikeluhkan pada pasien
dengan nyeri dinding dada kronis setelahnya torakotomi (Roger, 2000).
Gejala yang ditimbulkan akibat intercostal neuritis ini mengakibatkan
berbagai masalah, seperti gangguan fungsi pernapasan dan gangguan postur..
Masalah yang dihadapi tersebut kemudian menyebabkan penurunan kapasitas
fisik dan kemampuan fungsional pada penderita intercostal neuritis yang
pada akhirnya akan berdampak pada gerak dan fungsi gerak orang tersebut.
Dalam menghadapi masalah tersebut, fisioterapi sebagai salah satu penyedia
layanan kesehatan memiliki fungsi untuk mengembalikan gerak dan fungsi
gerak penderita intercostal neuritis. Upaya perbaikan kualitas gerak dan
fungsi dapat dicapai dengan rehabilitasi. Program rehabilitasi tidak hanya
terbatas pada pemulihan kondisi semata, tetapi juga mencakup rehabilitasi
yang bersifat psikososial, penuh dengan kasih sayang serta empati yang luas,
guna membangkitkan penderita. Rehabilitasi medik meliputi tiga hal, yaitu
rehabilitasi medikal, sosial, dan vokasional. (Ibrahim, 2011).
Latihan fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa bergantung
penuh kepada orang lain. Latihan fungsional berupa latihan yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jika latihan fungsional dilakukan
3
berulang-ulang akan menjadikan pengalaman yang relatif permanen atau
menetap dan akhirnya akan menjadi sebuah pengalaman gerak yang otomatis.
Dalam upaya perbaikan gerak dan fungsi gerak yang dilakukan
fisioterapi, salah satu bentuk desain latihan fungsional yang diberikan adalah
melalui terapi fungsional yang dikenal dengan desain Aktivitas Fungsional,
Pemeliharaan diri, dan Rekreasi (AFPR). Kemajuan yang didapatkan dari
terapi yang diiberikan diharapkan dapat berpengaruh untuk memandirikan
penderita hemiplegi dengan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang
dimilikinya dalam upaya untuk mempertahankan hidupnya. AFPR merupakan
bentuk aktivitas terapi yang dilakukan dengan desain terapi sedemikian rupa
hingga dapat memiliki efek kesenangan pada pasian tanpa meninggalkan
makna terapi yang sesungguhnya.
B. Rumusan Masalah
Pendekatan yang dilakukan oleh fisioterapi sehubungan dengan perbaikan
kualitas gerak dan fungsi menimbulkan beberapa pertanyaan, yaitu :
1. Apakah
pemberian
AFPR
memberikan
peningkatan
kemampuan
fungsional pada pasien intercostal neuritis?
2. Bagaimana pengaruh pemberian AFPR untuk pasien intercostal neuritis?
C. Tujuan
Dalam penulisan protap ni, ada tujuan yang hendap dicapai, yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen fisioterapi pada kasus intercostal neuritis.
4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui manajemen fisioterapi AFPR pada kasus
intercostal neuritis.
b. Untuk
mengetahui
mengoptimalkan
neuritis.
manfaat
pemberian
terapi
AFPR
kemampuan
fungsional
penderita
dalam
intercostal
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Intercostal Neuritis
Intercostal neuritis adalah nyeri di daerah thorax yang berasal dari saraf
intercostal. Nyeri tersebut disebabkan karena peradangan saraf antara rusuk
sehingga menyebabkan nyeri menjalar sepanjang tulang rusuk ke depan dada.
(Dureja, 2016)
Intercostal neuritis adalah suatu kondisi yang langka yang menyebabkan
rasa sakit sepanjang saraf intercostal. Saraf intercostal terletak diantara costa.
Saraf intercostal ini dapat rusak atau meradang karena berbagai penyakit,
atau trauma. Intercostal neuritis menghasilkan rasa sakit yang spasmodik dan
sering digambarkan seperti rasa sakit yang menusuk dan rasa sakit ini akan
bertambah saat batuk atau tertawa.
B. Patofisiologi Intercostal Neuritis
Intercostal neuralgia dapat disebabkan oleh suatu luka, kerusakan saraf
atau sebagai akibat dari penyakit degeneratif. Kondisi yang terkait dengan
intercostal neuritis termasuk trauma bedah, tumor dada, dan herpes zoster.
Rasa sakit intercostal neuralgia dapat konstan atau intermitten. Ini dapat
digambarkan dengan rasa menusuk, merobek, tajam, menggerogoti. Penderita
mungkin mengalami rasa sakit sementara bernapas, batuk, dan tertawa.
Intercostal neuralgia juga dapat merasakan kesemutan, mati rasa atau gatal.
6
Rasa sakit ini dapat dirasakan sakit membungkus seperti sebuah band di
sekitar dada bagian atas.
Penderita mungkin juga merasa sakit di bawah lengan atau sekitar hingga
ke belakang bahu. Bahkan jika rasa sakit intermiten, itu dapat membuat
sentuhan kain, tekanan pada kulit dan kegiatan sehari-hari yang normal
seperti duduk atau berbaring sulit dan menyakitkan.
Saraf menanggapi trauma ditentukan oleh tingkat keparahan cedera,
diklasifikasikan oleh Seddon's Clasification. Dalam klasifikasi Seddon's,
cedera
saraf
digambarkan
sebagai
neurapraxia,
axonotmesis,
atau
neurotmesis. Sementara berlangsung hanya beberapa menit, kejadian ini telah
dikaitkan dengan timbulnya nyeri neuropatik.
Ketika ingin menilai neuralgia pemeriksaan eksperimental dan klinis
diperlukan untuk menemukan mekanisme yang mendasari, sejarah rasa sakit,
deskripsi sakit. Karena rasa sakit subyektif kepada pasien, sangat penting
untuk menggunakan skala penilaian sakit. Kualifikasi tingkat keparahan rasa
sakit penting dalam diagnosis dan dalam mengevaluasi efektivitas
pengobatan. Pemeriksaan klinis biasanya melibatkan pengujian tanggapan
terhadap rangsangan seperti sentuhan, suhu, dan getaran. Neuralgia dapat
digolongkan lebih lanjut oleh jenis rangsangan yang memunculkan respons:
mekanis, panas atau kimia. Respon untuk sesi pengobatan adalah alat akhir
yang diguna kan untuk menentukan mekanisme rasa sakit.
7
C. Penyebab Intercostal Neuritis
Intercostal neuritis adalah peradangan saraf antara tulang iga sehingga
menyebabkan nyeri menjalar sepanjang tulang rusuk ke depan dada.
Penyebab intercostal neuritis antara lain:
1. Lesi saraf akibat trauma (fraktur rib,luka tikam)
2. Surgery (thoracotomy,mastectomy)
3. Infeksi neuropatik (herpes zoster)
4. Infeksi tulang rusuk
5. Degenerasi saraf
6. Tumor di dada dan perut
D. Gambaran Klinis/ Tanda dan Gejala Klinis
Menurut Djohan Aras, 2017, tanda dan gejala klinis intercostal neuritis
adalah sebagai berikut:
1. Intercostal neuritis menghasilkan nyeri sepanjang distribusi saraf. Kirakira sejajar tulang rusuk atau saraf yang terkena.
2. Kadang-kadang disertai nyerti punggung
3. Dalam kasus infeksi herpes, ruam cepat berkembang dalam distribusi
nyeri. Ruam bisa pecah terbuka dan menjadi infeksi sekunder dengan
bakteri.
4. Kasus tumor tulang belakang dan diskus yang dapat menghasilkan gejala
yang disebabkan oleh kompresi sumsum tulang belakang. Setiap
gangguan ini mungkin memiliki gejala yang diperburuk dengan
membungkuk dan memutar dada.
8
E. Penatalaksanaan Fisioterapi
1.
Chief of Complain (Body Scheme)
Nyeri dada di sebelah kiri,.
2.
History Taking
1. Anamnesis Umum
Nama
: Tn.Daniel
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: BTP
Pekerjaan
: Mahasiswa dan atlet basket Unhas
Hobi
: Olahraga
2. Anamnesis Khusus
Fisioterapi
Pasien
Apa keluhan anda?
Nyeri dada sebelah kiri.
Sejak kapan anda merasakan Sejak 1 bulan yang lalu
nyeri? (Kognitif)
Bagaimana
kronologinya? Saat itu saya sedang naik motor
(Kognitif)
dan tiba-tiba-tiba ada begal yang
hendak merampok saya.
mencoba
menghentikan
Dan
motor
saya. sebagai perlindungan dri
9
saya, saya berkelahi dengan begal
tersebut. Dan begal itu berhasil
meninju dada kiri saya
Bagaimana
nyeri
yang anda sangat nyeri, dada saya seperti
rasakan? (Body scheme)
terikat dan tertusuk. Nyerinya
datang-datangan.
Apa nyeri yang anda rasakan Menjalar dari tulang rusuk ke
menjalar? (Body scheme)
bagian dada depan.
Gerakan apa yang memperparah Bernafas
sakitnya? (Body scheme)
terutama
terasa
saat
agak
sakit,
menghembuskan
nafas
Apakah anda merasakan sakit Iya.
pada pagi hari? (Body scheme)
Apa anda sudah ke dokter? Iya saya sudah ke dokter setelah
mengalami kejadian tersebut, dan
(Atensi)
diberi obat kata dokter saya
mengalami cedera pada saraf saya
Apa ada rasa sesak yang anda Tidak ada
rasakan? (Body scheme)
Bagaimana
dengan
aktivitas Aktivitas
keseharian anda?
terganggu,
seperti
menyisir, berpakaian.
bagaimana perasaan anda setelah Saya merasa cemas dan khawatir
mendapatkan
penyakit
ini? dengan penyakit saya, saya takut
10
penyakit
(Body image)
saya
tidak
dapat
disembuhkan.
Apa anda pernah foto x-ray? Iya.
(Atennsi)
Apa anda juga pernah memeriksa Iya.
lab? (Atennsi)
Bagaimana tanggapan keluarga Keluarga mendukung saya untuk bisa
anda dengan penyakit anda? sembuh dan kembali berprestasi.
(Body image)
Apakah hobi dan pekerjaan anda Iya. Saya tidak bisa lagi berolahraga
dan berlatih basket
terganggu? (Body image)
Apa ada keluhan lain? (Body Tidak ada
scheme))
3.
Asymmetric
Inspeksi Statis
Inspeksi Dinamis
Tes Orientasi
Palpasi (Body
(Body language)
(Body language)
(Body language)
scheme)
Anterior
Pasien memegang • Pasien diminta
Suhu
• Bahu kanan
dada
dengan
menarik napas
Hasil: Normal
wajah
meringis
dalam dan
Kontur kulit
dan
gerakan
hembuskan.
Hasil: Normal
lebih tinggi.
• Wajah terlihat
meringis.
lambat,
serta • Pasien disuruh
Oedem
11
• Tidak ada
pasien
inflamasi atau
saat
bengkak
baju.
Posterior
• Kurva tubuh
skoliosis
Lateral
• Perut buncit
kesulitan
menunduk
Hasil: (-)
membuka
menyentuh
Tenderness
lantai.
Hasil: (+)
• Pasien diminta
mengambil
sesuatu diatas
lemari.
• Pasien diminta
untuk memutar
badan (rotasi
trunk)
Hasil : Pasien
merasakan nyeri
dada saat
menghembuskan
nafas dalam dan
pasien tidak dapat
mengambil
sesuatu diatas
lemari.
M. Intercotalis V
12
Pemeriksaan Gerak Fungsi Dasar (Body scheme)
PFGD
Regio
Gerakan
Aktif
Dextra
Fleksi
Ekstensi
Abduksi
Eksorotasi
Endorotasi
Dextra
Sinistra
TIMT
Dextra
Sinistra
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas,
terbatas,
terbatas,
terbatas
sedikit
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas,
terbatas,
terbatas,
terbatas
sedikit
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas,
terbatas,
terbatas,
terbatas
sedikit
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas,
terbatas,
terbatas,
terbatas
sedikit
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas,
terbatas,
terbatas,
terbatas
sedikit
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
T
Tidak
terbatas,
terbatas,
terbatas,
Mampu,
Mampu,
terbatas
sedikit
tidak
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
nyeri
nyeri
Shoulder
Adduksi
Sinistra
Pasif
Mampu,
tidak
nyeri
Mampu,
tidak
nyeri
Mampu,
tidak
nyeri
Mampu,
tidak
nyeri
Mampu,
tidak
nyeri
Mampu,
nyeri
Mampu,
nyeri
Mampu,
nyeri
Mampu,
nyeri
Mampu,
nyeri
13
Protraksi
Retraksi
Elevasi
Depresi
Tidak
Tidak
terbatas
terbatas,
terbatas,
terbatas,
, tidak
tidak
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas
terbatas,
terbatas,
terbatas,
, tidak
tidak
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas
terbatas,
terbatas,
terbatas,
, tidak
tidak
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
nyeri
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terbatas
terbatas,
terbatas,
terbatas,
, tidak
tidak
tidak
tidak
nyeri
nyeri
nyeri
nyeri
Dapat digerakan, full
tidak full ROM
ROM
Dapat digerakan,
Dapat digerakan,
Tidak full ROM
Full ROM
Lateral
Dapat digerakan,
Dapat digerakan, full
Fleksi
Tidak full ROM
ROM
Dapat digerakan,
Dapat digerakan,
Tidak full ROM
Full ROM
Ekstensi
Rotasi
4.
Tidak
Dapat digerakan,
Fleksi
Trunk
Tidak
Mampu,
tidak
nyeri
nyeri
Mampu
Mampu,
tidak
tidak
nyeri
nyeri
Mampu
Mampu,
tidak
tidak
nyeri
nyeri
Mampu
Mampu,
tidak
tidak
nyeri
nyeri
Mampu
Mampu
Mampu
Mampu
Restrictive (Body scheme)
Limitasi ROM
: Keterbatasan gerak regio trunk
Limitasi Pekerjaan
: Kesulitan melakukan tugas kuliah dan tidak dapat
lagi berlatih basket.
Mampu,
14
Limitasi Rekreasi
: Keterbatasan pasien untuk melakukan olahraga dan
bermain musik
Limitasi ADL
5.
6.
: Dressing dan self-care.
Tissue Impairment and Psychogenic Prediction (Body scheme)
a. Musculotendinogen
: Weakness dan spasme M. intercostalis.V-VII
b. Neurogen
: gangguan N. Intercostalis V-VII
c. Osteoarthrogen
:-
d. Psikogen
: Kecemasan
Spesific Test (Body scheme)
a. Vital Sign
• Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
• Suhu Tubuh
: 36 oC
• Denyut Nadi
: 88 kali/menit
• Pernapasan
: 20 kali/menit
b. Palpasi
• Tenderness : (+) pada M.Intercostalis V-VII
• Skin Adhesi : (+)
• Oedem : (-)
• Suhu : normal
• Spasme : (+)
c. Mobilisasi Thorax
1) Lingkar Thorax
•
Upper chest
15
Hasil : selisih 1 cm (96  97cm)
Interpretasi : normal (normal = selisih 1-3cm)
•
Middle chest
Hasil :selisih 2 cm (93  95 cm)
Interpretasi : tidak normal (normal = selisih 3-5 cm)
•
Lower chest
Hasil : selisih 4 cm (86  90 cm)
Interpretasi: tidak normal (selisih 5-7 cm)
2) Bucket Handle Movement
Hasil : tidak normal
3) Pump Handle Movement
Hasil : tidak normal
d. Tes Sensorik
Sensasi Suhu
: Normal
Sensasi Sikap
: Normal
Sensasi Raba
: Normal
Intepretasi : Tidak terdapat gangguan sensorik
e. VAS
Nyeri tekan : 8 (nyeri berat)
Nyeri diam : 1 (nyeri ringan)
16
Nyeri gerak : 7 (nyeri berat)
f. HRS-A
Hasil : 16
Interpretasi : Kecemasan sedang
g. Indeks Barthel (ADL)
Hasil : 18
Interpretasi : Ketergantungan ringan
h. ROM
Shoulder
1) Dextra
: S: 55o – 0o – 165o
F: 180o – 0o – 75o
T: 45o – 0o – 135o
2) Sinistra
: S: 50o – 0o – 150o
F: 1700o – 0o – 70o
T: 45o – 0o – 130o
7.
Diagnosa Fisioterapi
“Gangguan aktivitas fungsional dressing dan self care e.c. intercostal neuritis
sejak 1 bulan yang lalu”
8.
Problem Fisioterapi
a. Problem primer
Nyeri
b. Problem sekunder
1) Gangguan pernapasan
17
2) Spasme M.Intercostalis
3) Gangguan postur
4) Kecemasan
c. Problem kompleks
Gangguan ADL dan pekerjaan (dressing dan self-care)
9.
Program Fisioterapi
Setelah diketahui problem fisioterapi, maka fisioterapis perlu menentukan
rencana intervensi yang akan diberikan nantinya.
a.
Program jangka panjang
Mengembalikan dan mengoptimalkan kemampuan fungsional yang
berkaitan dengan ADL dan pekerjaan
b.
Program jangka pendek
1) Menurunkan nyeri
2) Mencegah gangguan postur
3) Mengatasi gangguan fungsi pernapasan
4) Mengurangi kecemasan
10. Intervensi Fisioterapi
No
1.
Problem FT
Kecemasan
Dosis
Modalitas Terpilih
Komunikasi
F : 3 x per hari
terapeutik
I : Pasien fokus
T : Motivasi
T : selama intervensi
18
2.
Nyeri
Elektro Therapy IRR
F : 3 x per minggu
(Pre-Eleminary
I : 35-45cm
Exercise)
T : local
T : 10 menit
Interferensi
F : 3 x per minggu
I : 38 mA
T : segmental
T : 5 menit
3.
Spasme
Manual Therapy
M.Intercostalis
F : 1 x per hari
I : 8x hit, 3x rep
T : Friction
T : 3 menit
4.
Gangguan
Breating Exercise
F : 1x / hari
pernapasan
I : 8x hit, 3x repetisi
T : Deep breating
T : 3 menit
Stretching grup otot
F : 1x / hari
respirasi
I : 8x hit, 3x repetisi
T : Hold Relax
T : 3 menit
5.
Gangguan
Bugnet Exercise
postur
F : 1 x / hari
I : 3x1 / 3 kali repetisi
T : kontraksi isometrik
T : 3 menit
5.
Gangguan
ADL Exercise
F : 1x / hari
ADL
I : 8x hit, 3x repetisi
19
T : positioning, PNF
T : 3 menit
11. Home Program (Penenaman memori)
Pasien diajarkan agar tetap melakukan latihan di rumah. Latihan tersebut
dapat berupa latihan finger ladder maupun self stretching.
12. Program AFPR
a. Berenang gaya punggung. Aspek yang diperoleh dari latihan ini adalah :
1) Apek fisik: Renang gaya punggung diharapkan dapat mengatasi
gangguan pernapasan (ekspansi thorax) dengan akan membuat rib
cage terbuka sehingga secara tidak langsung mengulur otot-otot
intercostal. Selain itu, berenang menggunakan pernapasan dalam yang
juga dapat mengakibatkan otot intercostal terulur.
2) Aspek emosi: Mengurangi kecemasan. Olahraga dapat mengurangi
kecemasan pada penderita Intercostal Neuritis dengan meningkatkan
produksi hormone baik di otak, seperti serotonin, dopamin, dan
endorphin.
3) Aspek sosial : Pasien dapat bersosialisasi dengan orang sekitar
meskipun memilki hambatan gerak
b. Mendayung di danau. Aspek yang diperoleh dalam latihan ini adalah :
1) Aspek fisik : Gerakan shoulder mendayung dapat mengatasi rasa nyeri
dan kekakuan yang dirasakan pada penderita intercostal neuritis
20
karena dengan gerakan tersebut secara tidak langsung otor akan terstretch.
2) Aspek emosi : suasana dan suara alam dapat mengubah respon otak
dan mengurangi tekanan dengan penurunan respon strres oleh sistem
saraf di otak.
3) Aspek sosial : Pasien dapat bersosialisasi dengan orang sekitar.
c. Bermain voli di pantai. Aspek yang diperoleh dalam latihan ini adalah :
1) Aspek fisik : gerakan smash dan passing pada permainan bole voli
secara tidak langsung mmebuka rib cage sehingga otot intercostal
terulur. Dalam satu jenis olahraga gerakan tersebut juga terjadi
penguluran dan penguatan otot. Permainan voli juga dapat
mengembalikan kapasitas paru karena pasien tersebut adalah seorang
atlet tetapi harus berhenti latihan karena penyakitnya
2) Aspek emosi : Berada di pinggir pantai dan mendengarkan suara air
bisa mendatangkan ketenangan dengan begitu dapat menurunkan
kecemasan yang dirasakan pasien.
3) Aspek sosial : Pasien dapat berinteraksi dengan orang sekitarnya
ataupun dengan orang yang menjadi lawannya dalam bermain voli.
13. Atensi
Pasien telah melakukan pengobatan sesuai dengan informasi yang telah ia
dapatkan dari sekitarnya mulai dari keluarganya, rumah sakit hingga ke
fisioterapi. Pasien mudah diajak kerjasama dalam melakukan intervensi
21
terkait penyakitnya karena keinginannya untuk sembuh dan kembali
berprestasi sangat kuat.
14. Persepsi
Awalnya pasien ini tidak mau melakukan pengobatan fisioterapi karena ia
menganggap bahwa penyakitnya akan sembuh sendiri, akan tetapi pasien
mendapat saran dan dorongan dari keluarganya, dan akhirnya memutuskan
untuk ke fisioterapis karena nyeri yang mulai menganggu aktivitasnya.
Setelah menjalani beberapa rangkaan terapi, pasien akhirnya menyadari
bahwa dengan fisioterapi ia mengalami perubahan yang signifikan.
15. Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk membandingkan kondisi awal pasien sebelum
diintervensi dan kondisi setelah pasien diintervensi.
No
Problem AFPR
Alat ukur
5 x Terapi
Pre
1
Gangguan Pernapasan
(Ekspansi thorax)
Meteran
Post
Middle
chest :
Middle
chest
93  95
cm
93  96 cm
Lower
chest :
Keterangan
Normal
Lower chest
:
86  92 cm
86  90
cm
2
Nyeri
VAS
Nyeri
Tekan : 8
Nyeri Tekan
:3
Nyeri diam
:1
Nyeri diam
::0
Nyeri
berkurang
22
Nyeri
Gerak: 7
Nyeri
Gerak: 3
2
Kecemasan
HRS-A
16
11
Kecemasan
menurun
3
ADL
Indeks
barthel
17
20
Kemandirian
meningkat
16. Dokumentasi
Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan klinis,
program intervensi fisioterapi yang telah dilaksanakan pada klien dan
catatan penting tentang hasil perkembangan terapi, dapat dilihat dan
tercantum pada kartu kontrol pemeriksaan kesehatan klien.
17. Modifikasi
Dalam modifikasi, fisioterapis melakukan modifikasi pada program
intervensinya apabila tidak terdapat peningkatan kondisi yang baik pada
pasien dengan melihat hasil evaluasi.
18. Kemitraan
Pengembangan kemitraan dapat dilakukan dengan profesi kesehatan lainnya
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya terhadap kondisi
klien. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan perkembangan
patofisiologinya. Dalam memberikan intervensi kliens tersebut, fisioterapis
dapat bermitra dengan dokter spesialis saraf, dokter spesialis patologi klinik,
ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli gizi, dan pekerja sosial medis
lainnya.
23
24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemberian latihan pada pasien Intercostal Neuritis, ini sangat bermanfaat
karena dapat membantu dalam proses penyembuhan sehingga pemberian
latihan harus diberikan sedini mungkin agar tujuan dapat tercapai lebih
optimal. Intercostal Neuritis ini menimbulkan nyeri yang dirasakan
disepanjang distribusi saraf tersebut. Intercostal Neuritis ini tidak hanya
menimbulkan nyeri tetapi juga menyebabkan masalah yang mengganggu
aktivitas penderita, seperti gangguan postur, gangguan pernapasan, dan
meningkatnya kecemasan.
Fisioterapis dalam melakukan intervensi memandang individu sebagai
manusia utuh dengan berbagai aspek dengan berbagai komponen-komponen
dan kebutuhan dalam melakukan aktivitas. Cara yang dapat dilakukan dalam
melakukan intervensi untuk memenuhi dua hal tersebut diatas dapat
dilakukan dengan aktivitas fungsional, pemeliharaan diri, dan rekreasi
(AFPR) yang sesuai dilakukan untuk mengembalikan kapasitas fisik dan
mengembalikan pasien agar bisa kembali beraktivitas.
. Latihan dengan aktivitas fungsional rekreasi dapat dimulai dengan
memilih latihan yang sesuai dengan hobi pasien agar pasien dapat lebih
termotivasi untuk melakukan latihan yang diberikan dan agar hasil yang
dicapai lebih maksimal. Selanjutnya arahkan latihan susuai dengan pekerjaan
25
pasien. AFPR diberikan sebagai bentuk modifikasi yang dilakukan agar
pasien tidak merasakan kebosanan dengan intervensi yang sudah ada.
B. Saran
Dalam menangani permasalahan pada pasien Intercostal Neuritis, sangat
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik itu tim medis, keluarga pasien
serta pasien itu sendiri agar dapat tercapai hasil yang optimal dalam proses
penyembuhannya. Dalam hal ini pasien disarankan untuk tetap semangat
melakukan latihan secara rutin agar dapat kembali beraktivitas dan berprestasi
seperti semula. Kepada keluarga pasien disarankan untuk tetap memberikan
dukungan dan motivasi kepada pasien.
AFPR pada kasus Intercostal Neuritis harus segera diberikan disela
program intervensi yang telah dibuat untuk mencegah terjadinya penurunan
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dan terlebih jika pasien tersebut
adalah seorang atlet dan memiliki aktivitas sehari-hari yang padat agar hasil
yang diharapkan lebih cepat tercapai. Modifikasi sesuai hobi dan pekerjaan
pasien sangat perlu diperhatikan karena AFPR dilakukan untuk tujuan
mengembalikan kemampuan fungsional dan kapasitas fisik seperti sebelum
mengalami Intercostal Neuritis.
26
DAFTAR PUSTAKA
Aras, Djohan. (2017). Manajemen Fisioterapi Neuromuscular dan Psikiatri.
Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
(2013). Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar: Program
Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Carnett, J. B., & Bates, W. (n.d.). The Treatment of Intercostal Neuralgia of the
Abdominal Wall. 820-827.
Dimitrios, B., & dkk. (2013). Τhe effect of beach volleyball training on running
economy and VO2max of. Journal of Physical Education and Sport , 3338.
Dureja. (2016). Intercostal Neuritis. Journal of Neurology & Translational
Neuroscience , 1-8.
Ibrahim , A. S. (2001). Stroke. Medika (Feb). vol XVIII no 2: 80-82
Kim, H. K., Choi, Y. H., Cho, Y. H., Shon, Y.-S., & Kim, H. J. (2006). Intercostal
Neuralgia Caused by a. Korea: Department of Thoracic and
Cardiovascular Surgery, University Medical Center.
Tewari, S., Agarwal, A., Gautam, S. K., & Madabushi, R. (2017). Intercostal
Neuralgia Occurring as a Complication of Splanichnic Nerve
Radiofrequency Ablation in a patient with chronic Pankreatiti. Pain
Phycisian Journal , E748-E750.
Thoma, M. V., Mewes, R., & Nater, U. M. (2018). Preliminary Evidence: The
Stress-Reducing Effect of Listening to Water Sounds Depends on
Somatic Complaints. Experimental Study , 1-5.
Download