i PROTAP MANAJEMAN FISIOTERAPI AKTIVITAS FUNGSIONAL, PEMELIHARAAN DIRI DAN REKREASI PADA KASUS INTERCOSTAL NEURITIS OLEH : Yulinar Anwar C 131 15 302 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 ii KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan protap ini sebagai syarat unruk mengikuti ujian praktik mata kuliah Manajemen Fisioterapi Terapi Fungsional. Protap ini berjudul “Manajemen Fisioterapi Aktivitas Fungsional, Pemeliharaan Diri, dan Rekreasi pada Kasus Intercostal Neuritis”. Sholawat dan taslim semoga tercurah atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan protap ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis. Namun berkat do’a, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan satu tahapan menyelesaikan ujian praktik mata kuliah terapi fungsional ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatnya kepada penulis dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun protap ini. Besar harapan dan do’a penulis agar kiranya protap ini dapat diterima. Makassar, Desember 2018 Penulis iii DAFTAR ISI SAMPUL ................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3 C. Tujuan ............................................................................................................ 3 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5 A. Definisi Intercostal Neuritis .......................................................................... 5 B. Patofisiologi Intercostal Neuritis................................................................... 5 C. Penyebab Intercostal Neuritis........................................................................ 7 D. Gambaran Klinis/ Tanda dan Gejala Klinis ................................................... 7 E. Penatalaksanaan Fisioterapi ........................................................................... 8 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 24 A. Kesimpulan .................................................................................................. 24 B. Saran ............................................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intercostal neuralgia adalah suatu kondisi yang menyebabkan nyeri sepanjang area persarafan intercostal nerves. Intercostal nerve ini terletak di antara rib (ruang antar costa). Pada Area intercostal terdapat otot-otot intercostal dan saraf intercostal. Intercostal nerve ini dapat mengalami kerusakan atau inflamasi yang disebabkan oleh berbagai penyakit, gangguan dan kondisi sehingga terjadi intercostal neuralgia (Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation, 2008). Intercostal Neuritis mengacu pada kondisi neuropatik melibatkan saraf intercostal dan bermanifestasi dengan nyeri yang intens, misalnya, tajam, rasa tertembak, atau rasa terbakar Rasa sakit itu mungkin melibatkan salah satu saraf interkostalis dan saraf sub kosta dari ke-12 tulang rusuk. Nyeri biasanya dimulai pada garis aksila posterior dan memancarkan ke anterior dan berdistribusi ke intercostal yang terkena. Inspirasi dalam atau gerakan dinding dada dapat meningkatkan rasa sakit pada penderita intercostal neuritis (Dureja, 2016) Blok saraf interkostal dapat digunakan untuk menentukan asal nyeri (membedakan antara nyeri yang berasal dari dada atau dinding perut dan nyeri dengan asal visceral), karena saraf interkostal mempersarafi hanya struktur luar. 2 Intercostal neuritis terjadi karena sejumlah alasan, seperti jebakan saraf, neuroma traumatik atau iatrogenik, iritasi saraf persisten, atau herpes zoster Rasa sakit karena Intercostal neuritis adalah hasil dari kerusakan atau peradangan saraf interkostal dan dapat dilokalisasi pada satu atau lebih ruang interkostal. Meskipun paling sering terlihat dan dikeluhkan pada pasien dengan nyeri dinding dada kronis setelahnya torakotomi (Roger, 2000). Gejala yang ditimbulkan akibat intercostal neuritis ini mengakibatkan berbagai masalah, seperti gangguan fungsi pernapasan dan gangguan postur.. Masalah yang dihadapi tersebut kemudian menyebabkan penurunan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pada penderita intercostal neuritis yang pada akhirnya akan berdampak pada gerak dan fungsi gerak orang tersebut. Dalam menghadapi masalah tersebut, fisioterapi sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan memiliki fungsi untuk mengembalikan gerak dan fungsi gerak penderita intercostal neuritis. Upaya perbaikan kualitas gerak dan fungsi dapat dicapai dengan rehabilitasi. Program rehabilitasi tidak hanya terbatas pada pemulihan kondisi semata, tetapi juga mencakup rehabilitasi yang bersifat psikososial, penuh dengan kasih sayang serta empati yang luas, guna membangkitkan penderita. Rehabilitasi medik meliputi tiga hal, yaitu rehabilitasi medikal, sosial, dan vokasional. (Ibrahim, 2011). Latihan fungsional dimaksudkan untuk melatih pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa bergantung penuh kepada orang lain. Latihan fungsional berupa latihan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jika latihan fungsional dilakukan 3 berulang-ulang akan menjadikan pengalaman yang relatif permanen atau menetap dan akhirnya akan menjadi sebuah pengalaman gerak yang otomatis. Dalam upaya perbaikan gerak dan fungsi gerak yang dilakukan fisioterapi, salah satu bentuk desain latihan fungsional yang diberikan adalah melalui terapi fungsional yang dikenal dengan desain Aktivitas Fungsional, Pemeliharaan diri, dan Rekreasi (AFPR). Kemajuan yang didapatkan dari terapi yang diiberikan diharapkan dapat berpengaruh untuk memandirikan penderita hemiplegi dengan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang dimilikinya dalam upaya untuk mempertahankan hidupnya. AFPR merupakan bentuk aktivitas terapi yang dilakukan dengan desain terapi sedemikian rupa hingga dapat memiliki efek kesenangan pada pasian tanpa meninggalkan makna terapi yang sesungguhnya. B. Rumusan Masalah Pendekatan yang dilakukan oleh fisioterapi sehubungan dengan perbaikan kualitas gerak dan fungsi menimbulkan beberapa pertanyaan, yaitu : 1. Apakah pemberian AFPR memberikan peningkatan kemampuan fungsional pada pasien intercostal neuritis? 2. Bagaimana pengaruh pemberian AFPR untuk pasien intercostal neuritis? C. Tujuan Dalam penulisan protap ni, ada tujuan yang hendap dicapai, yaitu: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui manajemen fisioterapi pada kasus intercostal neuritis. 4 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui manajemen fisioterapi AFPR pada kasus intercostal neuritis. b. Untuk mengetahui mengoptimalkan neuritis. manfaat pemberian terapi AFPR kemampuan fungsional penderita dalam intercostal 5 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Intercostal Neuritis Intercostal neuritis adalah nyeri di daerah thorax yang berasal dari saraf intercostal. Nyeri tersebut disebabkan karena peradangan saraf antara rusuk sehingga menyebabkan nyeri menjalar sepanjang tulang rusuk ke depan dada. (Dureja, 2016) Intercostal neuritis adalah suatu kondisi yang langka yang menyebabkan rasa sakit sepanjang saraf intercostal. Saraf intercostal terletak diantara costa. Saraf intercostal ini dapat rusak atau meradang karena berbagai penyakit, atau trauma. Intercostal neuritis menghasilkan rasa sakit yang spasmodik dan sering digambarkan seperti rasa sakit yang menusuk dan rasa sakit ini akan bertambah saat batuk atau tertawa. B. Patofisiologi Intercostal Neuritis Intercostal neuralgia dapat disebabkan oleh suatu luka, kerusakan saraf atau sebagai akibat dari penyakit degeneratif. Kondisi yang terkait dengan intercostal neuritis termasuk trauma bedah, tumor dada, dan herpes zoster. Rasa sakit intercostal neuralgia dapat konstan atau intermitten. Ini dapat digambarkan dengan rasa menusuk, merobek, tajam, menggerogoti. Penderita mungkin mengalami rasa sakit sementara bernapas, batuk, dan tertawa. Intercostal neuralgia juga dapat merasakan kesemutan, mati rasa atau gatal. 6 Rasa sakit ini dapat dirasakan sakit membungkus seperti sebuah band di sekitar dada bagian atas. Penderita mungkin juga merasa sakit di bawah lengan atau sekitar hingga ke belakang bahu. Bahkan jika rasa sakit intermiten, itu dapat membuat sentuhan kain, tekanan pada kulit dan kegiatan sehari-hari yang normal seperti duduk atau berbaring sulit dan menyakitkan. Saraf menanggapi trauma ditentukan oleh tingkat keparahan cedera, diklasifikasikan oleh Seddon's Clasification. Dalam klasifikasi Seddon's, cedera saraf digambarkan sebagai neurapraxia, axonotmesis, atau neurotmesis. Sementara berlangsung hanya beberapa menit, kejadian ini telah dikaitkan dengan timbulnya nyeri neuropatik. Ketika ingin menilai neuralgia pemeriksaan eksperimental dan klinis diperlukan untuk menemukan mekanisme yang mendasari, sejarah rasa sakit, deskripsi sakit. Karena rasa sakit subyektif kepada pasien, sangat penting untuk menggunakan skala penilaian sakit. Kualifikasi tingkat keparahan rasa sakit penting dalam diagnosis dan dalam mengevaluasi efektivitas pengobatan. Pemeriksaan klinis biasanya melibatkan pengujian tanggapan terhadap rangsangan seperti sentuhan, suhu, dan getaran. Neuralgia dapat digolongkan lebih lanjut oleh jenis rangsangan yang memunculkan respons: mekanis, panas atau kimia. Respon untuk sesi pengobatan adalah alat akhir yang diguna kan untuk menentukan mekanisme rasa sakit. 7 C. Penyebab Intercostal Neuritis Intercostal neuritis adalah peradangan saraf antara tulang iga sehingga menyebabkan nyeri menjalar sepanjang tulang rusuk ke depan dada. Penyebab intercostal neuritis antara lain: 1. Lesi saraf akibat trauma (fraktur rib,luka tikam) 2. Surgery (thoracotomy,mastectomy) 3. Infeksi neuropatik (herpes zoster) 4. Infeksi tulang rusuk 5. Degenerasi saraf 6. Tumor di dada dan perut D. Gambaran Klinis/ Tanda dan Gejala Klinis Menurut Djohan Aras, 2017, tanda dan gejala klinis intercostal neuritis adalah sebagai berikut: 1. Intercostal neuritis menghasilkan nyeri sepanjang distribusi saraf. Kirakira sejajar tulang rusuk atau saraf yang terkena. 2. Kadang-kadang disertai nyerti punggung 3. Dalam kasus infeksi herpes, ruam cepat berkembang dalam distribusi nyeri. Ruam bisa pecah terbuka dan menjadi infeksi sekunder dengan bakteri. 4. Kasus tumor tulang belakang dan diskus yang dapat menghasilkan gejala yang disebabkan oleh kompresi sumsum tulang belakang. Setiap gangguan ini mungkin memiliki gejala yang diperburuk dengan membungkuk dan memutar dada. 8 E. Penatalaksanaan Fisioterapi 1. Chief of Complain (Body Scheme) Nyeri dada di sebelah kiri,. 2. History Taking 1. Anamnesis Umum Nama : Tn.Daniel Umur : 20 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : BTP Pekerjaan : Mahasiswa dan atlet basket Unhas Hobi : Olahraga 2. Anamnesis Khusus Fisioterapi Pasien Apa keluhan anda? Nyeri dada sebelah kiri. Sejak kapan anda merasakan Sejak 1 bulan yang lalu nyeri? (Kognitif) Bagaimana kronologinya? Saat itu saya sedang naik motor (Kognitif) dan tiba-tiba-tiba ada begal yang hendak merampok saya. mencoba menghentikan Dan motor saya. sebagai perlindungan dri 9 saya, saya berkelahi dengan begal tersebut. Dan begal itu berhasil meninju dada kiri saya Bagaimana nyeri yang anda sangat nyeri, dada saya seperti rasakan? (Body scheme) terikat dan tertusuk. Nyerinya datang-datangan. Apa nyeri yang anda rasakan Menjalar dari tulang rusuk ke menjalar? (Body scheme) bagian dada depan. Gerakan apa yang memperparah Bernafas sakitnya? (Body scheme) terutama terasa saat agak sakit, menghembuskan nafas Apakah anda merasakan sakit Iya. pada pagi hari? (Body scheme) Apa anda sudah ke dokter? Iya saya sudah ke dokter setelah mengalami kejadian tersebut, dan (Atensi) diberi obat kata dokter saya mengalami cedera pada saraf saya Apa ada rasa sesak yang anda Tidak ada rasakan? (Body scheme) Bagaimana dengan aktivitas Aktivitas keseharian anda? terganggu, seperti menyisir, berpakaian. bagaimana perasaan anda setelah Saya merasa cemas dan khawatir mendapatkan penyakit ini? dengan penyakit saya, saya takut 10 penyakit (Body image) saya tidak dapat disembuhkan. Apa anda pernah foto x-ray? Iya. (Atennsi) Apa anda juga pernah memeriksa Iya. lab? (Atennsi) Bagaimana tanggapan keluarga Keluarga mendukung saya untuk bisa anda dengan penyakit anda? sembuh dan kembali berprestasi. (Body image) Apakah hobi dan pekerjaan anda Iya. Saya tidak bisa lagi berolahraga dan berlatih basket terganggu? (Body image) Apa ada keluhan lain? (Body Tidak ada scheme)) 3. Asymmetric Inspeksi Statis Inspeksi Dinamis Tes Orientasi Palpasi (Body (Body language) (Body language) (Body language) scheme) Anterior Pasien memegang • Pasien diminta Suhu • Bahu kanan dada dengan menarik napas Hasil: Normal wajah meringis dalam dan Kontur kulit dan gerakan hembuskan. Hasil: Normal lebih tinggi. • Wajah terlihat meringis. lambat, serta • Pasien disuruh Oedem 11 • Tidak ada pasien inflamasi atau saat bengkak baju. Posterior • Kurva tubuh skoliosis Lateral • Perut buncit kesulitan menunduk Hasil: (-) membuka menyentuh Tenderness lantai. Hasil: (+) • Pasien diminta mengambil sesuatu diatas lemari. • Pasien diminta untuk memutar badan (rotasi trunk) Hasil : Pasien merasakan nyeri dada saat menghembuskan nafas dalam dan pasien tidak dapat mengambil sesuatu diatas lemari. M. Intercotalis V 12 Pemeriksaan Gerak Fungsi Dasar (Body scheme) PFGD Regio Gerakan Aktif Dextra Fleksi Ekstensi Abduksi Eksorotasi Endorotasi Dextra Sinistra TIMT Dextra Sinistra Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas, terbatas, terbatas, terbatas sedikit tidak tidak nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas, terbatas, terbatas, terbatas sedikit tidak tidak nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas, terbatas, terbatas, terbatas sedikit tidak tidak nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas, terbatas, terbatas, terbatas sedikit tidak tidak nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas, terbatas, terbatas, terbatas sedikit tidak tidak nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak T Tidak terbatas, terbatas, terbatas, Mampu, Mampu, terbatas sedikit tidak tidak tidak nyeri nyeri nyeri nyeri nyeri Shoulder Adduksi Sinistra Pasif Mampu, tidak nyeri Mampu, tidak nyeri Mampu, tidak nyeri Mampu, tidak nyeri Mampu, tidak nyeri Mampu, nyeri Mampu, nyeri Mampu, nyeri Mampu, nyeri Mampu, nyeri 13 Protraksi Retraksi Elevasi Depresi Tidak Tidak terbatas terbatas, terbatas, terbatas, , tidak tidak tidak tidak nyeri nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas terbatas, terbatas, terbatas, , tidak tidak tidak tidak nyeri nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas terbatas, terbatas, terbatas, , tidak tidak tidak tidak nyeri nyeri nyeri nyeri Tidak Tidak Tidak Tidak terbatas terbatas, terbatas, terbatas, , tidak tidak tidak tidak nyeri nyeri nyeri nyeri Dapat digerakan, full tidak full ROM ROM Dapat digerakan, Dapat digerakan, Tidak full ROM Full ROM Lateral Dapat digerakan, Dapat digerakan, full Fleksi Tidak full ROM ROM Dapat digerakan, Dapat digerakan, Tidak full ROM Full ROM Ekstensi Rotasi 4. Tidak Dapat digerakan, Fleksi Trunk Tidak Mampu, tidak nyeri nyeri Mampu Mampu, tidak tidak nyeri nyeri Mampu Mampu, tidak tidak nyeri nyeri Mampu Mampu, tidak tidak nyeri nyeri Mampu Mampu Mampu Mampu Restrictive (Body scheme) Limitasi ROM : Keterbatasan gerak regio trunk Limitasi Pekerjaan : Kesulitan melakukan tugas kuliah dan tidak dapat lagi berlatih basket. Mampu, 14 Limitasi Rekreasi : Keterbatasan pasien untuk melakukan olahraga dan bermain musik Limitasi ADL 5. 6. : Dressing dan self-care. Tissue Impairment and Psychogenic Prediction (Body scheme) a. Musculotendinogen : Weakness dan spasme M. intercostalis.V-VII b. Neurogen : gangguan N. Intercostalis V-VII c. Osteoarthrogen :- d. Psikogen : Kecemasan Spesific Test (Body scheme) a. Vital Sign • Tekanan Darah : 120/80 mmHg • Suhu Tubuh : 36 oC • Denyut Nadi : 88 kali/menit • Pernapasan : 20 kali/menit b. Palpasi • Tenderness : (+) pada M.Intercostalis V-VII • Skin Adhesi : (+) • Oedem : (-) • Suhu : normal • Spasme : (+) c. Mobilisasi Thorax 1) Lingkar Thorax • Upper chest 15 Hasil : selisih 1 cm (96 97cm) Interpretasi : normal (normal = selisih 1-3cm) • Middle chest Hasil :selisih 2 cm (93 95 cm) Interpretasi : tidak normal (normal = selisih 3-5 cm) • Lower chest Hasil : selisih 4 cm (86 90 cm) Interpretasi: tidak normal (selisih 5-7 cm) 2) Bucket Handle Movement Hasil : tidak normal 3) Pump Handle Movement Hasil : tidak normal d. Tes Sensorik Sensasi Suhu : Normal Sensasi Sikap : Normal Sensasi Raba : Normal Intepretasi : Tidak terdapat gangguan sensorik e. VAS Nyeri tekan : 8 (nyeri berat) Nyeri diam : 1 (nyeri ringan) 16 Nyeri gerak : 7 (nyeri berat) f. HRS-A Hasil : 16 Interpretasi : Kecemasan sedang g. Indeks Barthel (ADL) Hasil : 18 Interpretasi : Ketergantungan ringan h. ROM Shoulder 1) Dextra : S: 55o – 0o – 165o F: 180o – 0o – 75o T: 45o – 0o – 135o 2) Sinistra : S: 50o – 0o – 150o F: 1700o – 0o – 70o T: 45o – 0o – 130o 7. Diagnosa Fisioterapi “Gangguan aktivitas fungsional dressing dan self care e.c. intercostal neuritis sejak 1 bulan yang lalu” 8. Problem Fisioterapi a. Problem primer Nyeri b. Problem sekunder 1) Gangguan pernapasan 17 2) Spasme M.Intercostalis 3) Gangguan postur 4) Kecemasan c. Problem kompleks Gangguan ADL dan pekerjaan (dressing dan self-care) 9. Program Fisioterapi Setelah diketahui problem fisioterapi, maka fisioterapis perlu menentukan rencana intervensi yang akan diberikan nantinya. a. Program jangka panjang Mengembalikan dan mengoptimalkan kemampuan fungsional yang berkaitan dengan ADL dan pekerjaan b. Program jangka pendek 1) Menurunkan nyeri 2) Mencegah gangguan postur 3) Mengatasi gangguan fungsi pernapasan 4) Mengurangi kecemasan 10. Intervensi Fisioterapi No 1. Problem FT Kecemasan Dosis Modalitas Terpilih Komunikasi F : 3 x per hari terapeutik I : Pasien fokus T : Motivasi T : selama intervensi 18 2. Nyeri Elektro Therapy IRR F : 3 x per minggu (Pre-Eleminary I : 35-45cm Exercise) T : local T : 10 menit Interferensi F : 3 x per minggu I : 38 mA T : segmental T : 5 menit 3. Spasme Manual Therapy M.Intercostalis F : 1 x per hari I : 8x hit, 3x rep T : Friction T : 3 menit 4. Gangguan Breating Exercise F : 1x / hari pernapasan I : 8x hit, 3x repetisi T : Deep breating T : 3 menit Stretching grup otot F : 1x / hari respirasi I : 8x hit, 3x repetisi T : Hold Relax T : 3 menit 5. Gangguan Bugnet Exercise postur F : 1 x / hari I : 3x1 / 3 kali repetisi T : kontraksi isometrik T : 3 menit 5. Gangguan ADL Exercise F : 1x / hari ADL I : 8x hit, 3x repetisi 19 T : positioning, PNF T : 3 menit 11. Home Program (Penenaman memori) Pasien diajarkan agar tetap melakukan latihan di rumah. Latihan tersebut dapat berupa latihan finger ladder maupun self stretching. 12. Program AFPR a. Berenang gaya punggung. Aspek yang diperoleh dari latihan ini adalah : 1) Apek fisik: Renang gaya punggung diharapkan dapat mengatasi gangguan pernapasan (ekspansi thorax) dengan akan membuat rib cage terbuka sehingga secara tidak langsung mengulur otot-otot intercostal. Selain itu, berenang menggunakan pernapasan dalam yang juga dapat mengakibatkan otot intercostal terulur. 2) Aspek emosi: Mengurangi kecemasan. Olahraga dapat mengurangi kecemasan pada penderita Intercostal Neuritis dengan meningkatkan produksi hormone baik di otak, seperti serotonin, dopamin, dan endorphin. 3) Aspek sosial : Pasien dapat bersosialisasi dengan orang sekitar meskipun memilki hambatan gerak b. Mendayung di danau. Aspek yang diperoleh dalam latihan ini adalah : 1) Aspek fisik : Gerakan shoulder mendayung dapat mengatasi rasa nyeri dan kekakuan yang dirasakan pada penderita intercostal neuritis 20 karena dengan gerakan tersebut secara tidak langsung otor akan terstretch. 2) Aspek emosi : suasana dan suara alam dapat mengubah respon otak dan mengurangi tekanan dengan penurunan respon strres oleh sistem saraf di otak. 3) Aspek sosial : Pasien dapat bersosialisasi dengan orang sekitar. c. Bermain voli di pantai. Aspek yang diperoleh dalam latihan ini adalah : 1) Aspek fisik : gerakan smash dan passing pada permainan bole voli secara tidak langsung mmebuka rib cage sehingga otot intercostal terulur. Dalam satu jenis olahraga gerakan tersebut juga terjadi penguluran dan penguatan otot. Permainan voli juga dapat mengembalikan kapasitas paru karena pasien tersebut adalah seorang atlet tetapi harus berhenti latihan karena penyakitnya 2) Aspek emosi : Berada di pinggir pantai dan mendengarkan suara air bisa mendatangkan ketenangan dengan begitu dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien. 3) Aspek sosial : Pasien dapat berinteraksi dengan orang sekitarnya ataupun dengan orang yang menjadi lawannya dalam bermain voli. 13. Atensi Pasien telah melakukan pengobatan sesuai dengan informasi yang telah ia dapatkan dari sekitarnya mulai dari keluarganya, rumah sakit hingga ke fisioterapi. Pasien mudah diajak kerjasama dalam melakukan intervensi 21 terkait penyakitnya karena keinginannya untuk sembuh dan kembali berprestasi sangat kuat. 14. Persepsi Awalnya pasien ini tidak mau melakukan pengobatan fisioterapi karena ia menganggap bahwa penyakitnya akan sembuh sendiri, akan tetapi pasien mendapat saran dan dorongan dari keluarganya, dan akhirnya memutuskan untuk ke fisioterapis karena nyeri yang mulai menganggu aktivitasnya. Setelah menjalani beberapa rangkaan terapi, pasien akhirnya menyadari bahwa dengan fisioterapi ia mengalami perubahan yang signifikan. 15. Evaluasi Evaluasi adalah proses untuk membandingkan kondisi awal pasien sebelum diintervensi dan kondisi setelah pasien diintervensi. No Problem AFPR Alat ukur 5 x Terapi Pre 1 Gangguan Pernapasan (Ekspansi thorax) Meteran Post Middle chest : Middle chest 93 95 cm 93 96 cm Lower chest : Keterangan Normal Lower chest : 86 92 cm 86 90 cm 2 Nyeri VAS Nyeri Tekan : 8 Nyeri Tekan :3 Nyeri diam :1 Nyeri diam ::0 Nyeri berkurang 22 Nyeri Gerak: 7 Nyeri Gerak: 3 2 Kecemasan HRS-A 16 11 Kecemasan menurun 3 ADL Indeks barthel 17 20 Kemandirian meningkat 16. Dokumentasi Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan klinis, program intervensi fisioterapi yang telah dilaksanakan pada klien dan catatan penting tentang hasil perkembangan terapi, dapat dilihat dan tercantum pada kartu kontrol pemeriksaan kesehatan klien. 17. Modifikasi Dalam modifikasi, fisioterapis melakukan modifikasi pada program intervensinya apabila tidak terdapat peningkatan kondisi yang baik pada pasien dengan melihat hasil evaluasi. 18. Kemitraan Pengembangan kemitraan dapat dilakukan dengan profesi kesehatan lainnya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya terhadap kondisi klien. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan perkembangan patofisiologinya. Dalam memberikan intervensi kliens tersebut, fisioterapis dapat bermitra dengan dokter spesialis saraf, dokter spesialis patologi klinik, ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli gizi, dan pekerja sosial medis lainnya. 23 24 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pemberian latihan pada pasien Intercostal Neuritis, ini sangat bermanfaat karena dapat membantu dalam proses penyembuhan sehingga pemberian latihan harus diberikan sedini mungkin agar tujuan dapat tercapai lebih optimal. Intercostal Neuritis ini menimbulkan nyeri yang dirasakan disepanjang distribusi saraf tersebut. Intercostal Neuritis ini tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga menyebabkan masalah yang mengganggu aktivitas penderita, seperti gangguan postur, gangguan pernapasan, dan meningkatnya kecemasan. Fisioterapis dalam melakukan intervensi memandang individu sebagai manusia utuh dengan berbagai aspek dengan berbagai komponen-komponen dan kebutuhan dalam melakukan aktivitas. Cara yang dapat dilakukan dalam melakukan intervensi untuk memenuhi dua hal tersebut diatas dapat dilakukan dengan aktivitas fungsional, pemeliharaan diri, dan rekreasi (AFPR) yang sesuai dilakukan untuk mengembalikan kapasitas fisik dan mengembalikan pasien agar bisa kembali beraktivitas. . Latihan dengan aktivitas fungsional rekreasi dapat dimulai dengan memilih latihan yang sesuai dengan hobi pasien agar pasien dapat lebih termotivasi untuk melakukan latihan yang diberikan dan agar hasil yang dicapai lebih maksimal. Selanjutnya arahkan latihan susuai dengan pekerjaan 25 pasien. AFPR diberikan sebagai bentuk modifikasi yang dilakukan agar pasien tidak merasakan kebosanan dengan intervensi yang sudah ada. B. Saran Dalam menangani permasalahan pada pasien Intercostal Neuritis, sangat diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik itu tim medis, keluarga pasien serta pasien itu sendiri agar dapat tercapai hasil yang optimal dalam proses penyembuhannya. Dalam hal ini pasien disarankan untuk tetap semangat melakukan latihan secara rutin agar dapat kembali beraktivitas dan berprestasi seperti semula. Kepada keluarga pasien disarankan untuk tetap memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien. AFPR pada kasus Intercostal Neuritis harus segera diberikan disela program intervensi yang telah dibuat untuk mencegah terjadinya penurunan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dan terlebih jika pasien tersebut adalah seorang atlet dan memiliki aktivitas sehari-hari yang padat agar hasil yang diharapkan lebih cepat tercapai. Modifikasi sesuai hobi dan pekerjaan pasien sangat perlu diperhatikan karena AFPR dilakukan untuk tujuan mengembalikan kemampuan fungsional dan kapasitas fisik seperti sebelum mengalami Intercostal Neuritis. 26 DAFTAR PUSTAKA Aras, Djohan. (2017). Manajemen Fisioterapi Neuromuscular dan Psikiatri. Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. (2013). Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Carnett, J. B., & Bates, W. (n.d.). The Treatment of Intercostal Neuralgia of the Abdominal Wall. 820-827. Dimitrios, B., & dkk. (2013). Τhe effect of beach volleyball training on running economy and VO2max of. Journal of Physical Education and Sport , 3338. Dureja. (2016). Intercostal Neuritis. Journal of Neurology & Translational Neuroscience , 1-8. Ibrahim , A. S. (2001). Stroke. Medika (Feb). vol XVIII no 2: 80-82 Kim, H. K., Choi, Y. H., Cho, Y. H., Shon, Y.-S., & Kim, H. J. (2006). Intercostal Neuralgia Caused by a. Korea: Department of Thoracic and Cardiovascular Surgery, University Medical Center. Tewari, S., Agarwal, A., Gautam, S. K., & Madabushi, R. (2017). Intercostal Neuralgia Occurring as a Complication of Splanichnic Nerve Radiofrequency Ablation in a patient with chronic Pankreatiti. Pain Phycisian Journal , E748-E750. Thoma, M. V., Mewes, R., & Nater, U. M. (2018). Preliminary Evidence: The Stress-Reducing Effect of Listening to Water Sounds Depends on Somatic Complaints. Experimental Study , 1-5.