DUKUNGAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROGRAM SENJATA NUKLIR ISRAEL SKRIPSI Oleh : INGRIT AGUSTIN WULLUR NIM.1302045027 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2018 DUKUNGAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROGRAM SENJATA NUKLIR ISRAEL Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjan Ilmu Politik (S.IP) Disusun oleh : INGRIT AGUSTIN WULLUR NIM.1302045027 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2018 ii LEMBAR PENGESAHAN Nama : Ingrit Agustin Wullur NIM : 1302045027 Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul : Dukungan Amerika Serikat Terhadap Program Senjata Nuklir Israel Samarinda, 26 Januari 2018 Menyetujui, Pembimbing Yuniarti, S.IP, M.Si NIP. 19780623 200501 2 003 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman DR. H. Muhammad Noor, M.Si NIP. 19600817 198601 1 001 Lulus tanggal : 26 Januari 2018 iii HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI Telah diterima oleh Tim Penguji Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional pada 26 Januari 2018. Samarinda, 26 Januari 2018 TIM PENGUJI Ketua : Yuniarti, S.IP, M.Si NIP. 19780623 200501 2 003 ........................ Anggota : 1. Chairul Aftah, S.IP, MIA NIP. 19730615 200312 1 002 ........................ 2. Frentika Wahyu R, S.IP, MA NIP. 19790320 200604 2 003 ........................ iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia skripsi ini digugurkan, dan gelar akademik yang telah saya peroleh (sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Samarinda, 26 Januari 2018 Mahasiswa, Ingrit Agustin Wullur NIM. 1302045027 v RIWAYAT HIDUP Ingrit Agustin Wullur, lahir pada tanggal 14 Agustus 1995, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Frans Tangkudung Wullur dan Ibu Adolfina Toding Allo. Menempuh pendidikan Taman Kanakkanak pada tahun 2000 di TK. Bethel Balikpapan dan lulus pada tahun 2001. Lalu melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Negeri 006 Balikpapan Tengah dan lulus pada tahun 2007. Di tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menegah pertama di SMP Negeri 12 Balikpapan dan lulus pada tahun 2010. Setelah lulus pada jenjang SMP, kemudian melanjutkan di jenjang sekolah menegah kejuruan di SMK Negeri 2 Balikpapan jurusan Akuntansi dan lulus pada tahun 2013. Selanjutnya menempuh pendidikan strata 1 di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda pada tahun 2013 melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada saat kuliah sempat melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Bina Mitra angkatan XLII mulai tanggal 15 Juli 2016 sampai dengan 31 Agustus 2016, di Kelurahan Klandasan Ulu, Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. vi ABSTRAK Ingrit Agustin Wullur, NIM 1302045027, dengan Skripsi berjudul “Dukungan Amerika Serikat Terhadap Program Senjata Nuklir Israel”, di bawah bimbingan Ibu Yuniarti, S.IP, M.Si. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan yang melatarbelakangi Amerika Serikat dalam mendukung program senjata nuklir Israel. Alat analisis ialah menggunakan teori Decision Making oleh Richard Snyder. Menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik. Jenis data yang digunakan yakni data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah pustaka. Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis data kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan Amerika Serikat terhadap program senjata nuklir Israel merupakan keputusan yang dibuat berdasarkan faktor internal yaitu masyarakat AS; dan faktor eksternal yaitu lingkungan budaya dan manusia. Faktor-faktor internal dan ekternal yang menjadi alasan Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel ialah antara lain karena Israel merupakan aliansi yang kredibel, adanya lobi dari AIPAC, dan Amerika Serikat dan Israel memiliki nilai yang sama. Kata Kunci : Pembuatan Keputusan, dukungan program senjata nuklir, Amerika Serikat, Israel. vii ABSTRACT Ingrit Agustin Wullur, NIM 1302045027, with a thesis title “United States’ Assistance Towards Israeli Nuclear Weapons Program”, under the guidance of Yuniarti, S.IP, M.Si, Department of International Relations, Faculty of Social and Political Sciences, University of Mulawarman, Samarinda, 2018. This study explains the reason why United States assist Israeli nuclear weapons program. The analysis uses the theory of Decision Making by Richard Snyder. The method which used in this research is analytics descriptive. For the method of collecting data is using study literature and secondary data. The analytical data method which used is qualitative analytics. The result shows that United States’ Assistance towards Israeli nuclear weapons program is a decision based on internal factor such as US society; and external factors such as societies and cultures. Those internal and external factors that cause the US assistance on Israeli nuclear weapons program are, Israeli is a credible alliance for US, existence of AIPAC lobby in US, and shared values between US and Israel. Keywords: Decision making, assistance on nuclear weapons program, United States, Israel. viii KATA PENGANTAR Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Dukungan Amerika Serikat Terhadap Program Senjata Nuklir Israel” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam proses serta penulisannya, skripsi ini masih banyak kekurangan serta perlu banyak perbaikan, dikarenakan kurangnya pengalaman serta pengetahuan penulis. Namun, karena bantuan dari banyak pihak, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dan berperan penting dalam proses penyusunan skripsi, terutama kepada: 1. Rektor Universitas Mulawarman Prof. Dr. H. Masjaya atas kesempatan yang telah diberikan pada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Mulawarman, Samarinda. 2. Bapak DR. H. Muhammad Noor, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memberikan fasilitas dan kesempatan menempuh pendidikan di fakultas ini. 3. Ibu Enny Fathurrachmi, S.IP, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Hububungan Internasional yang memberi berbagai kemudahan bagi penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. ix 4. Ibu Yuniarti, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing utama, terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga, serta memberikan ilmu dan saran yang bermanfaat dalam setiap bimbingan kepada penulis. 5. Bapak Chairul Aftah, S.IP, MIA dan Ibu Frentika Wahyu R, S.IP, MA, selaku dosen penguji terima kasih telah memberikan saran serta masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Hubungan Internasional: Ibu Etha, Ibu Aisyah, Ibu Rahma, Ibu Unis, Kak Frisca, Ibu Lala, Bapak Sonny, Bapak Andi, Bapak Dadang, Bapak Nizar, Bapak Faisal, Bapak Edi, dan Bapak Hambali yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses belajar di program studi ini. 7. Orang tua tercinta yaitu Adolfina dan Frans Wullur, Tian, ka Yopi, ka Novi, Nenek, ka Alex, ka Gita, endless thank you atas dukungan doa dan dananya. Keponakan tersayang Nadine, Pierre, dan Arthur yang tambah bikin semangat. Keluarga terkasih tante Bertha dan mama Vita, oma dan opa, terima kasih banyak. 8. TKP Boom crew (with no particular order): Nongke jombe-riro ku , onyet Ratna Ana my gabut partners; Diana dan Dhita bubble and blossom to my buttercup; Mbapit babi! ku; Inop Ibong my sisters satu rahim beda mama, Sanny salam pesisir; Atuy my only buddy; Dyna dan Yunita salam lestari. God didn’t give me sister, but He gave me you all. Going to miss spending time with y’all di kost, like a lot. Nanti liburan bareng ya kita kemana kek (amin). x 9. Temen-temen kampus antara lain temen sejawatku Caca , acing Gusma, Ikko, Alpian, Dio, Hamdi, Dede, Agus, hais bakalan kangen ngumpul bareng kalian. Dan Santi terima kasih atas pelajaran yang telah diberikan, you’re still a friend to me. Last but not least temen aku yang walaupun jauh di mata tapi deket di hati Rahel dan Devi, good luck for both of you. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak dalam meningkatkan kualitas kemampuan berfikir dan keterampilan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.............................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iii LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................v RIWAYAT HIDUP.............................................................................................vi ABSTRAK..........................................................................................................vii ABSTRACT...................................................................................................... viii KATA PENGANTAR........................................................................................ ix DAFTAR ISI...................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 A...Latar Belakang........................................................................................... 1 B...Identifikasi Masalah...................................................................................5 1....Batasan Masalah............................................................................ 5 2....Rumusan Masalah..........................................................................5 C...Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 5 D...Kerangka Teori.......................................................................................... 6 1....Decision Making Theory................................................................6 E... Metode Penelitian...................................................................................... 9 1....Jenis Penelitian.............................................................................. 9 2....Jenis Data.......................................................................................9 3....Teknik Pengumpulan Data...........................................................10 4....Teknik Analisis Data................................................................... 10 5....Definisi Operasional.................................................................... 10 F... Sistematika Penulisan.............................................................................. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 13 A...Inti Penelitian...........................................................................................13 B...Pandangan Kritis......................................................................................17 C...Perbandingan Penelitian.......................................................................... 18 BAB III GAMBARAN UMUM ....................................................................... 20 A...Keamanan Israel...................................................................................... 20 B...Program Senjata Nuklir Israel..................................................................26 C...Reaksi Masyarakat Internasional............................................................. 34 D...Dukungan Amerika Serikat..................................................................... 37 xii BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ....................................................46 A...Israel sebagai Aliansi yang Kredibel....................................................... 48 B...Lobi American Israel Public Affairs Committee..................................... 52 C...Memiliki Nilai yang Sama....................................................................... 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................61 A...Kesimpulan.............................................................................................. 61 B...Saran........................................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................63 xiii DAFTAR GAMBAR NO Tubuh Utama Gambar 1.1 Kerangka Decision Making oleh Richard Snyder Halaman 7 Gambar 3.2 Reaktor Nuklir Dimona 30 Gambar 3.3 Foreign Assistance Act 1961 43 Grafik 3.1 Sikap Masyarakat Israel Terhadap bantuan Militer ke Israel 44 xiv DAFTAR TABEL NO Tabel 3.1 Tubuh Utama Bantuan Luar Negeri AS Kepada Israel xv Halaman 41 DAFTAR SINGKATAN 1. AECA : Arms Export Control Act 2. AIPAC : American Israel Public Affairs Committee 3. AS : Amerika Serikat 4. CIA : Central Intelligence Agency 5. CPD : Committee on the Present Danger 6. CSP : Center for Security Policy 7. DK PBB : Dewan Kemanan Persekutuan Bangsa Bangsa 8. FAA : Foreign Assistance Act 9. FEMA : Federal Emergency Management Agency 10. GNP : Gross National Product 11. HAM : Hak Asasi Manusia 12. IAEA : International Atomic Energy Agency 13. IAEC : Israel Atomic Energy Commission 14. IDF : Israel Defense Forces 15. IPFM : International Panel in Fissile Materials 16. IRGC : Iran’s Islamic Revolutionary Guard Corps 17. IS : Islamic State 18. ISIS : Iraq Suriah Islamic State 19. JCPOA : Joint Comprehensive Plan of Action 20. JINSA : Jewish Institute for National Security Affairs 21. LGBT : Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender 22. NPT : Non Proliferation Treaty xvi 23. NSSM : National Security Study Memorandums 24. NWG : Nuclear Weapons Group 25. PBB : Persekutuan Bangsa Bangsa 26. PE : Prolonged Exposure 27. PLO : Palestinian Liberation Organization 28. PLTN : Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir 29. PM : Perdana Menteri 30. SIPRI : Stockholm International Peace Institute 31. USAID : United States Agency for International Development 32. USD : United States Dollars xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Israel merupakan sebuah negara yang terletak di Timur Tengah. Sejak deklarasi kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948, Israel telah mengalami peperangan dengan negara-negara Arab di sekitarnya yang menolak rencana pembagian sebagian wilayah Palestina menjadi negara Yahudi. Seorang ilmuwan sekaligus teman dan penasehat bagi Perdana Menteri Ben Gurion yaitu Ernst David Bergmann, menyarankan Gurion untuk membangun program nuklir. Menurut Bergmann energi nuklir dapat mengimbangi sumber daya alam Israel yang kecil dan anggota militer yang sedikit. Dengan begitu nuklir dapat dijadikan sebagai alat pertahanan. Pada tahun 1952 Bergmann membentuk Israel Atomic Energy Commission (IAEC). IAEC kemudian memulai membangun reaktor nuklir Dimona yang terletak di gurun Negev sebelah selatan dekat kota Beersheba pada tahun 1956. Pembangunan reaktor tersebut dirahasiakan. Kepada publik, Gurion berdalih bahwa reaktor Dimona merupakan pabrik tekstil. Pada tahun 1958 Amerika Serikat (AS) menangkap gambar reaktor nuklir Israel melalui pesawat mata-mata U-2.1 Temuan Amerika Serikat tersebut dipublikasikan pada tanggal 16 Desember 1960 oleh New York Times. Lalu pada tanggal 21 Desember 1960 di hadapan publik Gurion menyatakan bahwa “The Third Temple’s Holy of Hollies: Israel’s Nuclear Weapons”, tersedia dalam https://fas.org/nuke/guide/israel/nuke/farr.htm, diakses pada tanggal 01 Desember 2016. 1 2 ia memang sedang membangun reaktor nuklir, namun untuk tujuan damai. Setelah publikasi dari New York Times tersebut, hubungan antara AS – Israel menjadi tegang atas reaktor Dimona. Presiden Kennedy khawatir akan nuklir Israel, sehingga pada tahun 1961 ia meminta Israel untuk menerima inspeksi dari Amerika Serikat terhadap reaktor nuklirnya dua kali setahun, mulai dari tahun 1962-1969. Israel di bawah PM baru yaitu Levi Eshkol menerima usulan yang ditawarkan oleh AS tersebut. Usaha Amerika Serikat untuk mendorong Israel mempublikasikan program nuklirnya juga berlanjut di pemerintahan Presiden Johnson. Presiden Johnson berjanji mengirimkan 50 pesawat tempur F-4 Phantom, apabila Israel bersedia untuk bergabung dengan Nuclear Non Proliferation Ttreaty (NPT).2 Namun ternyata Israel konsisten dengan keinginannya untuk tidak menandatangani NPT. Tujuan didirikannya NPT yaitu untuk menghambat proliferasi nuklir global. Alasan Israel tidak menandatangani NPT ialah ia tidak ingin menyerahkan program senjata nuklirnya, yang mana merupakan satusatunya alat pertahanan Israel. Amerika Serikat di bawah pemerintahan baru yaitu Presiden Nixon, menanggapi program nuklir Israel dengan cara yang berbeda. Amerika Serikat akhirnya berhenti untuk memaksa Israel menandatangani NPT. PM Israel Golda Meir menganggap Nixon sebagai “my president” karena hal tersebut.3 Pada September 1969, Presiden Nixon menerima National Security Study Memorandums (NSSM) 40 yang berjudul Israeli Nuclear Weapons Program Seymour M. Hersh, “The Samson Option”, Washington D.C, 1991, pg. 102. “Israel, India and Pakistan: Engaging the non-NPT States in the Nonproliferation Regime”, tersedia dalam https://www.armscontrol.org/print/1431, diakses pada tanggal 21 Januari 2017. 2 3 3 dari Henry Kissinger, National Security Adviser. Kissinger menggunakan NSSM 40 untuk mengontrol usaha para pejabat kunci Amerika Serikat dalam mengambil tindakan atas nuklir Israel. Dokumen NSSM 40 tergolong rahasia dan hanya dipublikasikan sebagian saja. Setelah dikeluarkannya NSSM 40, Amerika Serikat berjanji untuk berlaku seperti tidak mengetahui apakah Israel memiliki senjata nuklir atau tidak (opacity), sepanjang Israel tidak melakukan uji coba senjata nuklir dan aktivitas nuklirnya tidak menarik perhatian publik.4 Sikap “opacity” yang diberikan Amerika Serikat kepada publik mengenai program senjata nuklir Israel, tidak berhenti di pemerintahan Nixon saja, namun terus berlanjut hingga pemerintahan Obama. Pada tahun 2008 mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter pernah mengatakan bahwa Israel memiliki 150 senjata nuklir. Pernyataan tersebut ia berikan pada saat konferensi pers acara tahunan Hay-on-Wye Festival di Wales, Inggris.5 Dalam pemerintahan Amerika Serikat tidak ada presiden yang terlihat begitu kontras berlawanan dengan Israel. Walaupun pernah terjadi ketegangan politik dan perbedaan sikap yang cukup serius antara Amerika Serikat dengan Israel, namun bantuan luar negeri dan dukungan diplomatik terus diberikan Amerika Serikat kepada Israel, dan tak pernah sekalipun Amerika Serikat menyinggung perihal nuklir Israel. Kepemilikan senjata nuklir Israel sekarang sudah menjadi rahasia publik. Negara-negara Arab berulang kali merancang resolusi di IAEA untuk “Israel’s Nuclear Weapons: The White House Factor”, tersedia dalam http://eresources.perpusnas.go.id, diakses pada tanggal 23 Oktober 2016. 5 “Report: Jimmy Carter Says Israel Has 150 Nuclear Weapons”, tersedia dalam http://www.foxnews.com/story/2008/05/27/report-jimmy-carter-says-israel-has-150-nuclearweapons.html, diakses pada 17 April 2017. 4 4 mengutuk senjata nuklir Israel dan memintanya untuk bergabung dengan NPT. Namun rancangan resolusi tersebut gagal karena veto AS. Pada Konferensi NPT Mei 2015 di New York, Mesir mengusulkan agar segera dibentuknya kawasan Timur Tengah yang bebas senjata nuklir, namun usulan tersebut diveto oleh AS, Kanada, dan Inggris. Selama bertahun-tahun pemerintah AS mengetahui bahwa Israel mengembangkan persenjataan nuklir, namun Presiden dan Kongres tidak pernah sekali pun mengambil langkah untuk menghentikan bantuan, sebagaimana yang ditetapkan dalam hukum, atau bahkan menguranginya.6 Bantuan luar negeri AS yang diberikan selama kurang lebih 60 tahun kepada Israel sebenarnya menyalahi hukum AS sendiri. Dalam The Foreign Assistance Act 1961 yang diamandemenkan dalam Symington Amandment dan Glenn Amandment 1977,7 berisi larangan untuk memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada negara yang memperoleh atau mentransfer teknologi pengayaan nuklir tanpa pengawasan IAEA. Hal ini menunjukkan standar ganda AS dalam politik globalnya karena di satu sisi AS memberikan sanksi kepada negara yang mengembangkan program nuklir, seperti Iran, Korea Utara dan India, namun di sisi lain AS membiarkan Israel untuk membangun program senjata nuklir. Walaupun akhirnya pada bulan Juli 2015 negara P5+1 mencapai kesepakatan terkait nuklir Iran. 6 Paul Findley, “Diplomasi Munafik Ala Yahudi”, 1995, Bandung: Penerbit Mizan – Anggota IKAPI, hal. 166. 7 “Israeli Nukes, US Foreign Aid and the Symingotn Amandment”, tersedia dalam http://www.israellobby.org/nukes/default.asp, diakses pada tanggal 10 Januari 2017. 5 B. Identifikasi Masalah 1. Batasan Masalah Pada penelitian ini penulis akan membahas alasan di balik dukungan AS terhadap senjata nuklir Israel mulai dari Pemerintahan Presiden AS Richard Nixon hingga Presiden Barrack Obama. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat ditarik pokok permasalahan : Mengapa Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Merujuk pada pertanyaan dalam rumusan masalah, dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan alasan yang melatarbelakangi Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan Studi Ilmu Hubungan Internasional di masa mendatang dan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. 6 D. Kerangka Teori Decision Making Theory Politik internasional didefinisikan sebagai proses interaksi antar negara dalam level pemerintahan dan non pemerintahan. Dalam politik internasional terdapat 3 esensi utama yaitu aksi, reaksi dan interaksi antar negara. Aksi merupakan sebuah usaha negara untuk mencapai tujuan tertentu. Aksi negara merupakan sebuah aksi yang diambil oleh seseorang yang mengatasnamakan negara.8 Dengan begitu, berarti negara merupakan decision maker. Keputusan adalah komitmen, berdasar pada analisis tentang informasi yang ada dan kemampuan yang di punyai, untuk melakukan tindakan terhadap lingkungan.9 Output dari pembuatan keputusan adalah aksi negara atau biasa disebut kebijakan luar negeri. Teoritisi yang mempelopori penerapan pendekatan pembuatan keputusan dalam analisis politik luar negeri ialah Richard C. Snyder. Snyder memandang masyarakat bukan hanya kompleks tetapi juga dinamis. Pengetahuan tentang dinamika masyarakat dibutuhkan untuk formulasi pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Masyarakat selalu berubah setiap saat, karena itu bisa saja kebijakan sekarang ini menjadi tidak relavan di kemudian hari. 8 James N. Rosenau, “International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory”, 1969, New York: The Free Press, pg. 202. 9 Mohtar Mas’oed, “Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi”, 1991, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial- Universitas Gajah Mada, hal. 119. 7 Gambar 1.1 Kerangka Decision Making oleh Richard Snyder Sumber: International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. Gambar di atas adalah kerangka pendekatan decision making yang dibuat oleh Snyder. Garis panah dua arah BD mengimplikasikan bahwa struktur dan perilaku sosial dengan proses pembuatan keputusan saling mempengaruhi. Sedangkan garis satu arah EB mengindikasikan bahwa sebuah tindakan atau keputusan didesain untuk mengubah struktur dan perilaku sosial. Kesimpulannya ialah pengaruh dari faktor sosial domestik yaitu garis BDE, harus dilihat sebagai sebuah kesatuan yang lebih besar yaitu garis BDEBD. Sebuah kesatuan yang lain juga terlihat dari garis AB-F. Garis AB-F mengindikasikan bahwa faktor internal dan eksternal saling berhubungan satu 8 sama lain. Faktor internal dan eksternal tersebut yang kemudian membentuk interaksi antar negara. Garis dua arah DE merupakan suatu kesatuan. Sebuah tindakan atau keputusan negara tentunya melalui proses pembuatan keputusan oleh decision maker. Garis EF mewakili konsekuensi atau dampak dari tindakan/keputusan negara terhadap eksternal. Garis FD mewakili kondisi atau dorongan untuk sebuah tindakan baru. Dengan begitu DEFDE mewakili rangkaian aksireaksi-interaksi. Ada dua faktor yang mempengaruhi tindakan/keputusan sebuah negara dalam politik internasional, yaitu eksternal dan internal setting. Internal setting serta struktur sosial dan perilaku, berjalan beriringan dan saling mempengaruhi. Internal setting terdiri dari tiga unsur yaitu Non Human Environment, Society dan Human Environment. Unsur pertama yaitu Non Human Environment terdiri dari letak geografi dan sumber daya alam. Unsur kedua yaitu Society terdiri dari organisasi pemerintahan dan non pemerintahan, partai politik, media dan opini publik. Unsur ketiga yaitu Human Environment terdiri dari Culture dan Population. Culture sendiri terdiri atas ideologi, sistem pemerintahan, gaya kepemimpinan, budaya, kegiatan ekonomi dan militer. Sedangkan Population terdiri atas jumlah penduduk dan sumber daya manusia. External setting terdiri atas 4 unsur yaitu Non Human Environment, Other Societies, Other Cultures, dan Societies Organized. Unsur pertama yaitu Non Human Environment terdiri dari geopolitik dan wilayah perbatasan. 9 Unsur kedua yaitu Other Societies merupakan organisasi internasional non pemerintahan. Unsur ketiga yaitu Other Cultures merupakan globalisasi. Unsur keempat yaitu Societies Organized terdiri dari negara lain, organisasi internasional baik pemerintahan maupun non pemerintahan. Satu-satunya kritik terhadap teori Decision Making oleh Richard Snyder yaitu, mengharuskan kita untuk memperhatikan hampir semua aspek dari apa yang terjadi. Ini berarti menuliskan kembali seluruh kejadian yang berkaitan dengan politik luar negeri yang dianalisis itu, dan kalau perlu membeberkan kejadian itu perhari-hari.10 E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini Penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik, yaitu metode penelitian dalam membuat suatu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan. 2. Jenis Data Jenis data yang Penulis gunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder, yaitu berasal dari buku, jurnal, peta dan situs internet yang relavan. 10 Ibid, hal. 142. 10 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah telaah pustaka atau library research. Yaitu pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur baik berupa buku, artikel, jurnal, surat kabar, skripsi atau tesis, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam proposal. 4. Teknik Analisis Data Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif yaitu analisa yang digunakan untuk menafsirkan dan menggambarkan persoalan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dianalisis. Data kualitatif diperoleh dari berbagai literatur yang dikumpulkan dan kemudian permasalahan dijelaskan dan dianalisis berdasarkan faktafakta yang ada dan disusun dalam suatu tulisan. Data yang diperoleh lalu diolah kemudian dianalisis secara kualitatif yaitu dilakukan dengan menggambarkan data yang dihasilkan dalam bentuk uraian kalimat atau penjelasan. 5. Definisi Operasional a) Dukungan Amerika Serikat terhadap program senjata nuklir Israel merupakan keputusan yang dibuat atas dasar faktor internal dan eksternal. Dukungan tersebut diambil sejak pemerintahan Presiden Nixon hingga Barrack Obama. b) Program senjata nuklir Israel adalah program pengembangan nuklir untuk kebutuhan pertahanan Israel. Program ini dimulai sejak 03 Oktober 11 1957 dan bertujuan untuk mencegah serangan dari negara-negara Arab di sekitarnya. F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Terdiri dari Latar Belakang; Identifikasi Masalah yaitu Batasan Masalah dan Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian yaitu Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis; Kerangka Pemikiran; Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan terhadap pustaka atau penelitian terdahulu, yaitu Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India yang ditulis oleh Meidita. BAB III : Gambaran Umum Pada bab ini berisikan gambaran umum penelitian yaitu meliputi kemanan Israel, program nuklir Israel, reaksi masyarakat internasional terhadap program nuklir Israel serta dukungan Amerika Serikat terhadap program nuklir Israel. BAB IV : Pembahasan dan Analisis Bab ini berisikan pembahasan secara detail dan analisis masalahmasalah yang terjadi, menganalisis alasan Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel berdasarkan fakta-fakta yang ada. 12 BAB V : Penutup Berisikan kesimpulan dari keseluruhan tiap bab yang dijelaskan dan juga berisikan saran-saran yang konstruktif bagi penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan ditinjau penelitian Meidita yang berjudul Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India tahun 2012.11 Penelitian tersebut memiliki tema yang serupa dengan penelitian yang diangkat oleh peneliti yaitu tentang kerjasama dua negara dalam pengembangan program nuklir suatu negara. A. Inti Penelitian India memulai program nuklirnya pada tahun 1967 dibawah pemerintahan Perdana Menteri, Indira Gandhi. Pembangunan program nukir India satu tahun lebih awal dari dibentuknya NPT tahun 1968. India bukan negara penandatangan NPT dan tidak menerima pengawasan IAEA terhadap program nuklirnya. Sejak tanggal 18 Juli 2005 Presiden Bush dan Perdana Menteri Singh sudah mengumumkan akan melakukan kerjasama nuklir antara Amerika Serikat dan India, yaitu The 123 Agreement. Penandatangan The 123 Agreement dilakukan pada tanggal 02 Maret 2006 di New Delhi. India menggunakan atom untuk tujuan konstruktif, namun jika merasa terancam India tidak akan ragu menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk membela diri. Kebutuhan untuk melindungi kemanan negaranya merupakan tujuan utama dibangunnya program nuklir, terutama perlindungan dari Meidita, “Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India”, Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, 2012. 11 14 serangan negara tetangganya yaitu Pakistan, yang juga merupakan negara dengan kekuatan senjata nuklir. Sejak mulai berjalannya program nuklir yaitu tahun 1967, India sudah melakukan uji coba nuklir sebanyak 6 kali. Setelah itu secara regular India mengadakan percobaan nuklir untuk tujuan damai seperti PLTN dan teknologi radiasi yang menghasilkan isotop-isotop untuk diaplikasikan dalam bidang kesehatan, pertanian dan industri. Industri nuklir di India sedang mempersiapkan ekspansi besar-besaran terkait rencana pembangunan beberapa PLTN di India. Sampai 10 tahun kedepan, sumbangan nuklir untuk listrik di India diharapkan meningkat dari sekitar 4.000 MWe menjadi 20.000 MWe pada tahun 2020. Selain digunakan sebagai PLTN, pemanfaatan nuklir juga digunakan dalam bidang kesehatan. India menggunakan teknik radiasi nuklir dalam kajian penelitian untuk lebih memahami proses anatomi, fisiologi, patofisiologi, dan metabolik dari kelainan, mulai dari tingkat selluler sampai dengan molekuler yang terjadi pada organ tubuh manusia. Sebagai negara dengan banyak pemukiman penduduk, penyakit yang banyak diderita oleh rakyat India yaitu malaria. Teknologi radiasi nuklir sangat potensial untuk mengendalikan vector malaria. Kerjasama nuklir dengan India dapat memperbaiki hubungan bilateral Amerika Serikat dengan India. Amerika Serikat dan negara anggota Nuclear Weapons Group (NSG) pernah memberikan embargo kepada India akibat uji coba nuklir pertama India yaitu “Smiling Buddha” pada Mei 1998. Embargo 15 tersebut berdasarkan ketentuan The 1994 Nuclear Proliferation Act pada tahun 2001. Dengan ditandatanganinya The 123 Agreement juga menandakan berakhirnya rezim isolasi nuklir terhadap India yang sudah berlangsung selama 3 dekade. Dalam kerjasama The 123 Agreement diatur beberapa hal antara lain kerjasama tersebut diharapkan dapat membawa program nuklir India kedalam pengawasan internasional yaitu oleh International Atomic Energy Agency (IAEA). Melalui kerjasama The 123 Agreement, juga diharapkan Amerika Serikat dapat membantu India untuk lebih memaksimalkan program nuklir untuk tujuan konstruktif yaitu kebutuhan energi. India sebagai negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua didunia, membutuhkan energi dalam jumlah yang besar. Akibat sanksi yang diberikan kepada India atas uji coba senjata nuklirnya, membuat India hanya dapat mengandalkan industri nuklir domestik sampai pada tahun 2006, dimana terjadi penurunan kemampuan produksi listrik sebesar 12,83%. Sebelum kerjasama nuklir tersebut ditandangani, pasokan energi listrik India sebesar 70% berasal dari batubara, sehingga meyebabkan polusi, hujan asam dan meningkatnya pemanasan global. PLTN dikenal lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan energi fosil batubara. Limbah radioaktif yang dihasilkan PLTN berupa elemen padat. Limbah tersebut untuk sementara dapat disimpan di PLTN sebelum akhirnya disimpan secara lestari. 16 Pembangunan lokasi PLTN pun berada jauh dari pemukiman padat penduduk, yaitu di timur laut India. Kerjasama nuklir dengan Amerika Serikat juga meningkatkan perekonomian India. Tercatat kuantitas ekspor-impor antara India dan Amerika Serikat dalam produksi nuklir meningkat sebesar 47%. Peningkatan ekspor tersebut dapat berimbas pada sektor lain misalnya hasil tambang seperti nikel dan batu bara, maka industri kecil didalam negeri pun akan merasakan dampak keuntungan dari kerjasama tersebut. Dengan demikian akan banyak menyerap tenaga kerja sehingga menekan angka pengangguran dan kemiskinan di India. Kerjasama The 123 Agreement juga membawa keuntungan bagi Amerika Serikat dalam bidang ekonomi. Melalui kerjasama tersebut juga membuka peluang pasar baru bagi ekonomi Amerika Serikat dengan melakukan investasi dalam indsutri nuklir India. Selain membawa keuntungan dalam bidang ekonomi, Amerika Serikat juga diuntungkan karena dapat memenuhi kepentingannya dalam membendung hegemoni China di Asia. India dan China pernah terlibat konflik militer dalam perebutan wilayah di Arucnachal Pradesh (Tibet Selatan bagi China) dan Perukitan Aksai Chin pada tahun 1962. Melalui hubungan dingin India dengan China, memberikan kesempatan bagi Amerika Serikat untuk menjadikan India sebagai aliansi di Asia melawan kekuatan China. Pemilihan India sebagai mitra oleh Amerika Serikat juga didukung oleh persamaan pandangan politik. Dimana pada awal tahun 1990an India 17 meninggalkan sistem politik sosialnya dan berlaih kepada sistem politik demokrasi liberal. Secara militer Amerika Serikat melihat India mampu mengendalikan kawasan Samudera Hindia dan Terusan Suez, karena kedua kawasan tersebut merupakan jalur pelayaran yang penting bagi perekonomian Amerika Serikat. Posisi strategis India yang berdekatan dengan Afghanistan dan Pakistan juga dapat membantu Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme. India juga dapat membantu Amerika Serikat dalam pengawasan nuklir Pakistan dan China. B. Pandangan Kritis Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Meidita yang berjudul Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India tahun 2012, maka terdapat hal penting yang harus diperhatikan ialah Meidita menjelaskan alasan India melakukan kerjasama nuklir The 123 Agreement bersama Amerika Serikat. Dalam penelitian Meidita ditemukan pola penulisan yang sistematis dan terorganisir yang dapat mengarahkan pembaca untuk sama-sama mengerti tujuan akhir penelitian tersebut. Dalam penelitian Meidita memiliki alur berpikir yang baik yaitu penulis menggunakan teori rational choice dan neoliberalisme untuk menjelaskan kepentingan India menjalin kerjasama nuklir dengan Amerika Serikat. Namun terdapat hal yang seharusnya dijelaskan Meidita secara rinci, yaitu mengenai pengertian teori neoliberalisme. Dalam penelitian Meidita justru membahas 18 mengenai peningkatan ekspor-impor India sebesar 47% dalam produksi nuklir akibat menjalin kerjasama nuklir dengan Amerika Serikat. Dalam hal ini Meidita sebaiknya menjelaskan lebih dulu mengenai pengertian teori neoliberalisme secara spesifik, sebelum menjelaskan korelasi antara teori neoliberalisme dengan fokus penelitian. Lebih lanjut, penelitian ini dapat memberikan informasi sekaligus mengajak pembaca untuk sama-sama memahami bahwa India memiliki kepentingan dalam melakukan kerjasama nuklir The 123 Agreement bersama Amerika Serikat. C. Perbandingan Penelitian Setelah melihat kelebihan dan kekurangan dalam penelitian Meidita yang berjudul Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India tahun 2012. Penulis juga merasa perlu untuk menentukan persamaan dan perbedaan dalam penelitian Meidita dengan penelitian penulis. Dalam penelitian Meidita terdapat beberapa persamaan dengan penelitian penulis. Persamaan penelitian Meidita dengan Penulis yaitu kesamaan tema dimana kedua penelitian sama-sama membahas program nuklir yang dimiliki oleh sebuah negara. Persamaan yang kedua ialah pola kepentingan Amerika Serikat dalam program nuklir India dan Israel. Kepentingan tersebut yaitu untuk membendung kekuatan yang dimiliki lawannya, yaitu Rusia dan China. Persamaan yang ketiga terlihat dari teori yang digunakan oleh Meidita dan penulis, yaitu teori rational choice dan decision making. Kedua teori 19 tersebut memiliki pandangan yang sama, yaitu sama-sama menjelaskan tindakan aktor atau individu dalam mengambil kebijakan luar negeri suatu negara. Selain persamaan, dalam penelitian Meidita dan penulis juga terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat dalam fokus penelitian dimana dalam penelitian Meidita membahas mengenai alasan India menjalin kerjasama nuklir The 123 Agreement bersama Amerika Serikat. Sedangkan dalam penelitian penulis membahas mengenai kepentingan Amerika Serikat dibalik dukungannya terhadap program senjata nuklir Israel. Perbedaan yang kedua ialah dalam penelitian Meidita membahas mengenai program nuklir yang dimiliki oleh India, sedangkan dalam penelitian penulis membahas program senjata nuklir yang dimiliki oleh Israel. Perbedaan yang ketiga terlihat dari teori yang digunakan. Dalam penelitian terdahulu Meidita menggunakan teori rational choice dan teori neoliberalisme, sedangkan dalam penelitian penulis hanya menggunakan teori decision making. BAB III GAMBARAN UMUM A. Keamanan Israel Bangsa Yahudi mengalami serangkaian penindasan dan pembantaian selama mereka berada di Eropa, seperti peristiwa Pogrom23, Pogrom Chisinau24 dan Holocaust.25 Pembantaian tersebut dilakukan oleh masyarakat Christian anti-semit Eropa. Berdasarkan pengalaman buruk tersebut, Theodore Herzl seorang Yahudi sekuler terinspirasi untuk membentuk gerakan Zionisme, dengan cita-cita mendirikan sebuah negara Yahudi yang independen. PBB kemudian mengeluarkan keputusan pada tanggal 29 November 1947 untuk membagi wilayah Palestina menjadi dua negara, satu negara Arab yaitu Palestina dan satu negara Yahudi yaitu Israel. Israel baru berdiri sebagai negara merdeka pada tanggal 14 Mei 1948, tepat sehari setelah mandat Britania Raya atas Palestina berakhir. Deklarasi kemerdekaan 1948 mendapat penolakan dari beberapa negara seperti Mesir, Suriah, Iraq, Yordania dan Lebanon. Pengalaman sejarah Israel pernah berperang dengan negara-negara tersebut. Perang pertama yaitu perang Arab-Israel tahun 1948 tepat sehari setelah kemerdekaan Israel, kedua yaitu Krisis Suez tahun 1956, perang ketiga yaitu perang Enam hari tahun 1967, dan yang keempat yaitu perang Yom Kippur tahun 1973. (bahasa Rusia) Kekerasan terhadap warga Yahudi di Ukraina dan Rusia tahun 1881. Kekerasan terhadap warga Yahudi yang terjadi di kota Chisinau di Kekaisaran Rusia tahun 1904-1914. 25 (bahasa Yunani) Genosida terhadap jutaan warga Yahudi di Eropa oleh Jerman Nazi tahun 1930. 23 24 21 Israel sebagai negara yang baru berdiri tentunya tidak memiliki kekuatan militer yang mumpuni seperti sekarang, namun dapat memenangkan perang melawan negara Arab. Kemenangan tersebut berkat PBB yang memfasilitasi perjanjian damai. Apabila ada peran PBB, tentunya Amerika Serikat dan negara Barat lainnya turut ikut campur. Kemenangan Israel juga tidak lepas dari bantuan Barat atas persenjataan militer Israel. Arab sebenarnya tidak menyangkal kepercayaan Yahudi terhadap “holy land”, namun mereka menolak misi gerakan Zionisme yang membentuk negara independen Yahudi di Palestina. Pembagian wilayah yang dilakukan PBB, dianggap oleh negara Arab sangat tidak adil bagi Palestina. Berdasarkan pembagian wilayah oleh PBB, masyarakat Yahudi yang hanya terdiri dari 37% populasi Palestina mendapatkan wilayah sebesar 55%, sedangkan masyarakat Arab yang terdiri dari 63% hanya mendapatkan wilayah sebesar 42%.26 Gagasan Nasionalisme Arab yang dipimpin oleh Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser menyerukan penghancuran Israel selama bertahun-tahun. Gagasan tersebut memiliki visi agar negara-negara di Timur Tengah dapat menangkal pengaruh Barat. Untuk mencapai visi gagasan tersebut Mesir membuat keputusan yang besar yaitu dengan menasionalisasi Terusan Suez. Keputusan tersebutlah yang kemudian menimbulkan Krisis Suez yang terjadi tahun 1956 antara Mesir melawan Israel, Perancis dan Britania. Hingga tahun 1970 Anwar Sadat menjadi Presiden ketiga Mesir. Peralihan Presiden tersebut juga mengubah haluan politik luar negeri Mesir terhadap Israel. “Causes of the Israel-Arab Conflict”, tersedia dalam https://ocw.mit.edu/courses/politicalscience/17-42-causes-and-prevention-of-war-spring-2009/lecturenotes/MIT17_42S09_lec22_23 .pdf, diakses pada tanggal 14 Desember 2017. 26 22 Anwar Sadat menandatangani perjanjian damai antara Israel dan Mesir yang disahkan di Camp David, Amerika Serikat pada bulan Maret 1979. Setelah perjanjian Camp David dengan Mesir, giliran negara Arab lainnya yang berdamai dengan Israel. Pada tanggal 30 Oktober 1991 diadakan konferensi di Madrid, Spanyol. Konferensi ini dihadiri oleh Israel, Lebanon, Yordania, dan Suriah. Hasil dari rangkaian konferensi tersebut ialah perjanjian damai antara Israel dengan Yordania yang ditandatangani pada tanggal 26 Oktober 1994 di Lembah Areva, Israel. Mesir dan Yordania menanggapi dengan baik perjanjian damai tersebut, namun tidak dengan Lebanon dan Suriah. Bahkan 20 menit sebelum penandatanganan perjanjian damai tersebut, Hezbollah menyerang Galilea, wilayah Utara Israel. Meskipun perjanjian damai dengan Mesir dan Yordania tercapai, keamanan Israel masih terancam dengan kehadiran kelompok-kelompok radikal. Kelompok tersebut antara lain Hamas, Palestinian Liberation Organization (PLO), dan Hezbollah. Kelompok-kelompok radikal tersebut terbentuk akibat peperangan yang terjadi antara Arab dan Israel di Palestina. Tujuan utama kelompok radikal tersebut dibentuk ialah untuk menghancurkan negara Israel. Dari sebelah Utara, Israel menghadapi ancaman serangan yang berasal dari kelompok bersenjata Hezbollah. Pangkalan utama Hezbollah berada di sebelah Selatan Lebanon dekat dengan perbatasan Lebanon-Israel dan mereka juga berada di Bukit Golan, untuk membantu regim Bashar al-Ashad dalam perang sipil Suriah. Pada tanggal 12 Juli 2006 Hezbollah telah membunuh 8 tentara patroli 23 IDF dan menculik 2 orang, hal tersebut menyebabkan perang selama 34 hari antara Hezbollah dan tentara Israel.27 Padahal PBB telah mengeluarkan Resolusi 1701 yang melarang kekuatan militer di Selatan Lebanon selain tentara Lebanon, Hezbollah justru meningkatan kekuatan militer yang dimilikinya untuk melawan Israel. Hezbollah diperkirakan memiliki sekitar 30.000 personil tentara dan 150.000 roket dan misil, yang semuanya dapat diluncurkan kapan saja ke setiap sudut negara Israel. Hezbollah termotivasi oleh ideologi politik dan agama Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi Islam Iran tahun 1979 dan pendiri Republik Islam Iran. Tindakan Hezbollah merupakan sebuah tindakan proxy dari Iran’s Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC). Hezbollah menerima dukungan politik, ekonomi, dan diplomatik dari Iran, termasuk dukungan dalam persenjataan dan latihan militer. Iran meningkatkan dukungan terhadap Hezbollah sejak dijatuhkannya sanksi ekonomi atas program nuklir Iran.28 Iran juga diketahui memberikan bantuan dana dan persenjataan kepada Hamas. Dari sebelah Selatan, Israel menerima ancaman keamanan dari Hamas. Hamas merupakan sebuah kelompok radikal yang berbasis di Jalur Gaza. Bagi Israel dan Amerika Serikat serta sekutunya, Hamas dianggap sebuah kelompok teroris. Kekhawatiran atas serangan teroris memaksa IDF (Israel Defense Forces) untuk membangun sebuah pagar sepanjang 200 km yang terbentang di perbatasan Israel-Mesir. Hamas merupakan cabang dari Egyptian Muslim Brotherhood yang 27 “Hezbollah”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/issues/issue-display?issueid= {E01BC8E4-1162-46F1-A9A4-69E26E64FB80}, diakses pada tanggal 29 Agustus 2017. 28 “Mounting Threats to Israel: Hezbollah”, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issue-memos/2016/mountingthreats \toisrae lhezbollah.pdf, dikases pada tanggal 29 Agustus 2017. 24 sengaja dibentuk pada tahun 1987. Hamas telah mengambil alih Jalur Gaza dan menyebabkan 3 kali perang dengan Israel. Sejak awal terbentuknya, Hamas telah membunuh sekitar 500 lebih warga Israel.29 Sebanyak 100 pekerja Hamas telah menggali 50 lubang menuju wilayah Israel, 32 lubang diantaranya berhasil dihancurkan oleh IDF.30 Lubang tersebut dibuat agar memudahkan mereka untuk dapat masuk ke wilayah Israel. Selain Hamas, beberapa kelompok bersenjata lainnya yang berbasis di Gaza tercatat telah menembakkan sekitar 17.000 roket lebih kearah Israel sejak tahun 2001. Setelah mundurnya Israel dari Gaza pada tahun 2006, lebih dari 11.200 roket dan mortir telah ditembakkan kearah pusat populasi Israel yaitu ditahun 2008-2009, 2012, dan 2014. Pada tahun 2017 sendiri terhitung 9 roket telah ditembakkan oleh Hamas ke wilayah Israel.31 Ancaman keamanan Israel hampir 80% berasal dari Iran, Netanyahu mengatakan hal tersebut pada peringatan peristiwa bom yang terjadi di Kedutaan Besar Israel untuk Argentina pada tahun 1992.32 Republik Islam Iran berkomitmen untuk kehancuran negara Israel, hal ini tentu saja membuat kepemilikan program nuklir Iran menjadi ancaman besar bagi keamanan Israel. Kelompok bersenjata yang didanai oleh Iran seperti Hamas dan Hezbollah, sengaja dibentuk untuk menyerang warga Israel. “The 5 Major Threats Facing Israel”, tersedia dalam https://www.idfblog.com/2015/04/06/5major-threats-facing-israel/, diakses pada tanggal 30 Agustus 2017. 30 “Hamas”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/issues/issue-display?issueid={4399EDFB3F50-4744-819A-CD491B3FA7DC}, diakses pada tanggal 30 Agustus 2017. 31 “New Hamas Document Calls for Israel Destruction”, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issue-memos/2017/new-hamas-documentcalls-for-israels-destruction.pdf, diakses pada tanggal 31 Agustus 2017. 32 “Netanyahu: 80% of security threats against Israel emanate from Iran”, tersedia dalam http://www.timesofisrael.com/netanyahu-80-of-security-threats-against-israel-emanate-from-iran/, diakses pada tanggal 29 Agustus 2017. 29 25 Iran mengklaim telah membantu mempersenjatai kembali Hamas dan merekonstruksi terowongan sejak tahun 2014. Setiap tahunnya Iran juga mengirimkan dukungan dana ke Hezbollah sebesar 800 juta USD hingga 1 miliar USD dan membantu menimbun hampir 150.000 roket dan rudal.33 Iran juga telah mengerahkan sebanyak 2.000 tentara IRGC ke Suriah, untuk membantu tentara Suriah, Hebzollah, dan militan Syiah.34 Beberapa dari tentara tersebut beroperasi didekat perbatasan Israel dibukit Golan, hal tersebut dilakukan agar IRGC dapat lebih dekat dan mudah untuk menyerang Israel. Serangan dari negara Arab dan berbagai kelompok radikal, membuat pertahanan dan keamanan negara Israel sangat terancam. Serangan tersebut mayoritas timbul dari konflik berkepenjangan yang terjadi di Palestina. Kedua belah pihak yaitu negara Arab dan Israel memiliki tujuan ekstrim yang sangat mereka perjuangkan, yang membuat berbagai resolusi perdamaian tidak berhasil hingga kini. Negara Arab menolak pendirian negara Israel dan berkeinginan untuk menghancurkan negara Israel. Sedangkan Israel memiliki misi untuk memperluas wilayahnya di Palestina dengan cara kekerasan. Hal tersebut dapat merusak karakter Yahudi di mata masyarakat internasional. Perluasan wilayah yang dilakukan oleh Israel dengan cara kekerasan dapat memicu kebangkitan gerakan Pan-Arabism yang dipimpin oleh negara Arab. Hal tersebut akan sangat membahayakan keamanan Israel. “Mounting Threats to Israel: Iran”, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issue-memos/2016/mountingthreatstoisrael iran.pdf, diakses pada tanggal 31 Agustus 2017. 34 Ibid. 33 26 B. Program Senjata Nuklir Israel Pengalaman penindasan dan pembantaian bangsa Yahudi serta peperangan yang dihadapi Israel dengan negara-negara tetangganya dan beberapa kelompok bersenjata lainnya, semakin meyakinkan Israel untuk membangun sebuah ultimate detterent, yaitu senjata nuklir. Pada tahun 1949 sekelompok special unit dari Israeli Defense Force Science Corps dikirim untuk melakukan survey di dataran Negev untuk melacak potensi uranium. Pada tahun 1950 mereka menemukan sedikit uranium dekat Beersheba dan Sidon. Lalu pada tahun 1952 Israeli Atomic Energy Commission (IAEC) dibentuk. Banyak ilmuwan Yahudi yang berimigrasi ke Palestina selama tahun 1930an dan 1940an, termasuk salah satunya ialah Ernst David Bergmann. Ia kemudian menjadi direktur IAEC dan merupakan founding father program nuklir Israel. Program nuklir tersebut ditujukan untuk mengimbangi sumber daya alam Israel yang kecil dan anggota militer yang sedikit. Bergmann mengatakan bahwa dengan nuklir "we shall never again be led as lambs to the slaughter". Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa dengan memiliki senjata nuklir, Israel tidak akan lagi mengalami penindasan, melainkan dapat menjadi negara yang kuat di Timur Tengah. Menurut Sholomo Brom seorang veteran Israel Defense Force, alasan lain yang membuat Israel semakin yakin untuk mengembangkan senjata nuklir karena adanya asimetris antara kekuatan militer Israel dengan kekuatan militer yang 27 dimiliki oleh negara tetangganya.35 Israel yakin bahwa negara tetangganya tersebut memiliki senjata kimia dan biologi. Suriah diketahui memulai program chemical warfare sejak pertengahan tahun 1970an. Program tersebut berhasil memproduksi VX, sarin nerve agents, dan mustard blister agents. Produksi senjata kimia tersebut dibantu oleh Iran. Suriah juga diyakini memiliki kapabilitas untuk memproduksi senjata biologi. Awal pembangunan program nuklir Israel tidak lepas dari campur tangan Perancis. Pada tanggal 07 November 1956 diadakan sebuah pertemuan rahasia antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Israel yaitu Golda Meir dan Shimon Peres; serta Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Perancis yaitu Christian Pineau dan Maurice Bourges-Manoury. Perancis membuat perjanjian untuk membantu Israel dalam membangun program nuklir, dan perjanjian tersebut ditandatangani pada bulan Oktober 1957. Perancis berjanji akan membangun 18 MWth reaktor riset tipe EL-3 beserta teknologi pemisahan plutonium. Kemudian seiring berjalannya waktu reaktor nuklir tersebut ditingkatkan menjadi 24 MWth. Para ahli Perancis secara rahasia membangun reaktor bawah tanah di Dimona. Ratusan insinyur dan teknisi asal Perancis memenuhi kota Beersheba, yang merupakan kota terbesar di Negev, Israel. Banyak dari mereka merupakan kontraktor yang sama yang membangun reaktor nuklir di Marcoule, Perancis. Alasan bantuan Perancis terhadap program nuklir Israel bukan hanya karena kekalahan dalam Krisis Suez, tetapi Perancis melihat bahwa militer Israel dapat 35 “Israel’s Nuclear Program and Middle East Peace”, tersedia dalam http://www.cfr.org/israel/israels-nuclear-program-middle-east-peace/p9822, diakses pada tanggal 29 Januari 2017. 28 digunakan sebagai kekuatan untuk melawan Mesir, dalam peperangannya di Algeria. Mesir terus menambahkan jumlah pemberontak di Algeria, sehingga menyusahkan Perancis. Setelah pesawat mata-mata Amerika Serikat berhasil menangkap gambar reaktor nuklir Israel, pada tahun 1960 sebelum reaktor mulai dioperasikan, Perancis memutuskan untuk menghentikan proyek tersebut. Tekanan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran Perancis terhadap reaksi internasional atas bantuan Perancis kepada program nuklir Israel. Setelah beberapa bulan negosiasi, pada bulan November mereka mencapai sebuah kesapakatan dimana proyek tersebut dapat dilanjutkan apabila Israel berjanji untuk tidak membuat senjata nuklir dan mengumumkan program nuklir tersebut ke publik. Namun Israel mengabaikan tekanan dari Perancis tersebut. Pada tahun 1964 para kontraktor Perancis menyelesaikan pekerjaannya di reaktor Dimona, hal ini juga menandakan berakhirnya kerjasama Israel – Perancis dalam program nuklir. Kerjasama dengan Perancis memberikan Israel beberapa unsur untuk pembangunan senjata nuklir, dengan extra uranium dan heavy water akan membuat reaktor beroperasi pada level tinggi. Sejak beroperasinya reaktor Dimona, pengumpulan uranium sudah dilakukan, namun masih disimpan secara terpisah. Lalu pada awal tahun 1968 Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan memulai produksi senjata nuklir. Israel mulai memproduksi senjata nuklir 3 hingga 5 bom per tahunnya. Pemerintah Israel beberapa kali hampir mengekspos senjata nuklirnya. Pada perang Yom Kippur, Perdana Menteri Golda Meir memutuskan untuk 29 menyiapkan 13 bom atom dengan berat 20 kiloton per bom untuk menyerang Mesir dan Suriah. Namun keputusan tersebut dibatalkan oleh Meir dengan melakukan gencatan senjata. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh pendapat Amerika Serikat yang mengatakan bahwa bantuan militer Uni Soviet kepada Mesir dan Suriah dapat mengalahkan kekuatan militer yang dimiliki Israel. Pada tanggal 22 September 1979, satelit Amerika Serikat menangkap dua buah cahaya terang di Samudera India. Cahaya tersebut dipercaya merupakan sebuah uji coba nuklir gabungan antara Israel dan Afrika Selatan. Ketika ditanyai perihal kebenaran hal tersebut, pemerintah Israel menyangkal bahwa pernah melakukan uji coba nuklir. Publikasi program nuklir Israel yang menarik banyak perhatian publik berasal dari seorang mantan teknisi reaktor nuklir di Dimona yaitu Mordechai Vanunu. Vanunu bekerja sebagai teknisi di Dimona sejak tahun 1976 dan berhenti pada bulan Oktober 1985. Selama bekerja disana, secara diam-diam ia mengambil banyak gambar reaktor Dimona. Ia kemudian pergi meninggalkan Israel pada awal tahun 1986, berkeliling Eropa hingga akhirnya menetap di Sydney, Australia. Dokumentasi reaktor nuklir Israel ia beberkan kepada London’s Sunday Times. Pada bulan September 1986, Vanunu terbang ke London untuk melakukan wawancara langsung. London Sunday Times kemudian mempublikasikan program senjata nuklir Israel pada tanggal 05 Oktober 1986.36 Pemerintah Israel ingin “Mordechai Vanunu: Israel’s Nuclear Whistle Blower and Hostage”, tersedia dalam http://www.countercurrents.org/2016/08/10/mordechai-vanunu-israels-nuclear-whistle-blowerand-hostage/, diakses pada tanggal 06 Mei 2017. 36 30 menuntut Vanunu karena membocorkan rahasia besar Israel. Vanunu dihukum 18 tahun penjara atas pengkhianatan dan spionase pada tahun 1988.37 Jantung produksi senjata nuklir Israel ialah 24 MWth reaktor Dimona yang biasa disebut Negev Nuclear Research Centre yang berada dekat dengan kota Beersheba. Situs tersebut memuat beberapa fasilitas nuklir rahasia untuk memproduksi plutonium, termasuk reaktor air berat, pabrik pembuatan bahan bakar, dan pabrik pemisahan plutonium, semuanya disediakan oleh Perancis. Situs tersebut juga memuat fasilitas penyaringan dan pemurnian tritium, fasilitas produksi lithium, dan fasilitas pengayaan uranium. Gambar 3.2 Reaktor Nuklir Dimona Sumber: Israeli Nuclear Forces, 2002 – SAGE Journals. “Israeli nuclear whistleblower Mordechai Vanunu convicted again over meetings with US citizens”, tersedia dalam http://www.telegraph.co.uk/news/2017/01/23/israeli-nuclearwhistleblower-mordechai-vanunu-convicted-meetings/, diakses pada tanggal 06 Mei 2017. 37 31 Reaktor Dimona meningkat dari 24 MWth menjadi 40 MWth setelah mulai dioperasikan pada akhir tahun 1963. Pada awal tahun 1968, Central Inteligence Agency (CIA) melaporkan bahwa Israel telah berhasil membuat senjata nuklir.38 Kekuatan reaktor kemudian meningkat, tetapi tidak melebihi dari 70 MWth. Namun menurut bukti foto yang diambil oleh Vanunu, tertulis kekuatan reaktor ialah 150 MWth. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh International Panel in Fissile Materials (IPFM) pada tahun 2010, kekuatan reaktor 150 MWth sedikit meragukan, mereka mengansumsi bahwa 150 MWth merupakan operasi multidekade reaktor selama 7 tahun.39 Hulu ledak nuklir Israel dapat diluncurkan melalui dua skwadron pesawat F16 dan F-15E dari udara. Israel mulai membeli dan menerima pesawat F16 dari Amerika Serikat. Dari darat hulu ledak nuklir Israel dapat diluncurkan melalui dua lusin rudal balistik jarak menengah seperti Jericho II. Israel mendapatkan Jericho II melalui perjanjian dengan perusahaan Perancis yaitu Dassault, namun setelah perang tahun 1967 Perancis menjatuhkan embargo kepada Israel, hal tersebut membuat Israel mulai memproduksi Jericho secara independen. Sedangkan dari laut hulu ledak nuklir dapat diluncurkan melalui beberapa kapal selam rudal Dolphin. Israel mengontrak perusahaan Jerman yaitu Thyssen Nordseewerke di Emden dan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel untuk membangun kapal “Israel’s Millitary Plutonium Stock”, tersedia dalam http://isis-online.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_2015_Final.pdf, diakses pada tanggal 22 Oktober 2017. 39 “Israel’s Millitary Plutonium Inventory”, teresedia dalam http://isis-online.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_2015_Final.pdf, diakses pada tanggal 20 Juli 2017. 38 32 selam bagi IDF. Kapal selam Dolphin yang pertama tiba di Israel pada 27 Juli 1999.40 Rudal Israel dapat mencapai Libya, Iran hingga ke Rusia. Tidak ada yang tau pasti berapa tepatnya jumlah senjata nuklir yang dihasilkan oleh reaktor nuklir Israel. Vanunu mengatakan ia tidak pernah melihat wujud dari senjata nuklir Israel, karena komponen tersebut dipindahkan dibawah kemanan yang ketat ke sebuah fasilitas di Haifa. Selama beberapa dekade beberapa analis, penulis, para pemikir dan pemberitaan media menerka jumlah senjata nuklir yang dimiliki oleh Israel. mulai dari 75 hulu ledak nuklir hingga lebih dari 400 hulu ledak nuklir. Tetapi menurut Bulletin of The Atomic Scientists, estimasi yang mengatakan bahwa Israel memiliki lebih dari ratusan hulu ledak nuklir mengansumsi bahwa material fisil yang diproduksi oleh reaktor Dimona semuanya digunakan untuk membangun senjata nuklir. Mereka percaya bahwa total produksi plutonium merupakan sebuah indikator yang kurang tepat untuk menghitung ukuran arsenal.41 Tujuan utama pembangunan program senjata nuklir Israel bukanlah untuk digunakan sebagai strategi dalam berperang, namun untuk kepentingan pertahanan.42 Israel dapat meluncurkan serangan nuklir selama berperang melawan negara Arab, namun tidak pernah menggunakannya karena dapat menimbulkan dampak yang sangat destruktif. Namun apabila dalam keadaan yang sangat terancam, Israel tidak segan untuk menggunakan senjata nuklirnya sebagai opcit, diakses pada tanggal 12 Januari 2017. “Israel’s Nuclear Arsenal Might Be Smaller and More Strategic Than Everyone Thinks”, tersedia dalam http://www.businessinsider.com/israels-nuclear-arsenal-may-be-different-thaneveryone-thinks-2014-11, diakses pada tanggal 21 Juli 2017. 42 “Bulletin of the Atomic Sciencetists: Global Nuclear Weapons Inventories 1945-2013”, tersedia dalam http://goodtimesweb.org/overseas-war/2014/Bulletin-of-the-Atomic-Scientists-2013Kristensen-75-81.pdf, diakses pada tanggal 21 Juli 2017. 40 41 33 upaya terakhir. Jadi, sebenarnya Israel hanya memiliki sekitar 80 hulu ledak nuklir.43 Pada bulan Januari 2009 Stockholm International Peace Institute (SIPRI) menggolongkan Israel sebagai negara ke-6 dengan kekuatan nuklir setelah 5 negara DK-PBB.44 Reaktor nuklir Dimona merupakan salah satu reaktor tertua didunia. Jika dihitung dari sejak dilakukan pembangunan, reaktor yang terletak di Gurun Negev tersebut sekarang sudah berumur 54 tahun. Terdapat banyak reaktor di dunia yang juga dibangun sekitar tahun 1960an ditutup dengan alasan keamanan. Reaktor Dimona terancam ditutup setelah melalui inspeksi dengan menggunakan teknologi ultrasound ditemukan 1.537 kerusakan pada inti alumunium reaktor.45 Inti reaktor terbuat dari semen yang dilapisi dengan logam. Reaktor yang dibangun dengan bantuan Perancis tersebut dimaksudkan hanya beroperasi selama 40 tahun. Batang bahan bakar diselipkan kedalam inti reaktor dimana peleburan nuklir terjadi. Selama bertahun-tahun, inti reaktor menyerap panas dan radiasi dalam jumlah yang besar, dimana secara perlahan menyebabkan degenarasi material reaktor. Bagaimanapun juga Israel akan berusaha untuk tidak menutup reaktor Dimona. Apabila reaktor Dimona ditutup, Israel tidak akan bisa membangun sebuah reaktor nuklir baru ataupun merenovasinya tanpa bantuan internasional. Israel yang bukan merupakan penandatangan NPT, akan menyulitkannya untuk Ibid. “Nuclear Age Peace Foundation: Israel’s Nuclear Program”, tersedia dalam http://nuclearfiles.org/menu/key-issues/nuclear-weapons/issues/proliferation/israel/charnysh_israel _analysis.pdf, diakses pada tanggal 25 Januari 2017. 45 “Shut Dimona Nuclear Reactor, Urges Founding Scientist”, tersedia dalam https://www.timesofisrael.com/shut-dimona-nuclear-reactor-founding-scientist-urges-israel/, diakses pada tanggal 09 Oktober 2017. 43 44 34 mendapatkan bantuan dari negara lain dalam hal reaktor nuklir, kecuali Israel bersedia menandatanganinya. Para ilmuwan Israel mengatakan bahwa tidak ada kebocoran pada reaktor sejak awal pembangunan hingga sekarang. Reaktor Dimona lebih kecil dibandingkan dengan reaktor Fukushima dan Chernobyl, jikapun ada kebocoran, hanya dalam skala kecil. C. Reaksi Masyarakat Internasional Kepemilikan senjata nuklir oleh Israel banyak memperoleh kontra dari berbagai negara, terutama dari negara-negara yang secara geografis berdekatan dengan Israel. Bahaya senjata nuklir Israel tidak hanya terbatas pada produksi dan penyimpanan hulu ledak-hulu ledak nuklir, dan secara praktis pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas reaktor nuklir Israel yang radius pencemarannya bisa menjangkau jarak yang cukup jauh, membawa dampakdampak yang berbahaya bagi kawasan. Sejak deklarasi kemerdekaannya pada tahun 1948, Israel sudah mulai mengembangkan program nuklir secara rahasia. Rezim non proliferasi nuklir internasional yang pertama baru dibentuk pada tahun 1957 yaitu IAEA, dan yang kedua yaitu NPT yang diaktifkan pada tahun 1970.46 Kedua institusi tersebut mengatur negara dalam hal kepemilikan program nuklir. Israel menolak untuk bergabung dan patuh terhadap rezim non proliferasi nuklir internasional tersebut. Hal itulah yang menimbulkan berbagai kecaman dari dunia internasional atas program senjata nuklir Israel. Evelyn Adisa, “Rezim Non-Proliferasi Nuklir Internasional dan Program Nuklir Iran”, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012, hal.2-3. 46 35 Dalam kerangka NPT sudah diatur bahwa setiap negara dilarang membantu atau mentransfer teknologi nuklir kepada negara lain dan semaksimal mungkin berusaha untuk mengurangi kepemilikan senjata nuklirnya, dan bagi negara non nuklir dilarang mengembangkan nuklir, kecuali untuk teknologi nuklir dan wajib menerima inspeksi dari IAEA.47 Namun seperti diketahui Perancis membantu Israel di awal pembangunan program nuklir Israel. Amerika Serikat yang walaupun pada awalnya memaksa Israel untuk bergabung dengan NPT, kini justru bertindak seperti tidak mengetahui bahwa negara tersebut sedang membangun senjata nuklir, bahkan memberikan bantuan luar negeri yang jumlahnya terbilang besar. Utusan tetap Iran di IAEA, Reza Najafi menilai senjata-senjata nuklir rezim Zionis Israel sebagai ancaman bagi perdamaian dan kemanan global, serta menuntut investigasi serius IAEA atas program senjata nuklir Israel. Menurut pernyataan Liga Arab, Negara-negara Arab mengancam akan keluar dari NPT, apabila Israel menolak untuk menerima inspeksi internasional dari IAEA terhadap program senjata nuklirnya dan menolak untuk menghancurkan arsenal senjata nuklirnya. Mesir memimpin negara-negara Non Blok dalam mendesak diselenggarakan sebuah konferensi untuk membicarakan usaha agar Timur Tengah menjadi zona bebas senjata nuklir, seperti yang tercantum dalam resolusi NPT tahun 1995. Negara-negara Non Blok menginginkan Israel secara resmi mengumumkan “The Nuclear Non-Proliferation Treaty”, tersedia dalam http://www.basicint.org/sites/ default/files/basic_npt_briefing_april2015.pdf, diakses pada tanggal 04 Oktober 2016. 47 36 senjata nuklirnya dan dengan segera menandatangani NPT untuk melucuti senjata nuklirnya. Negara-negara Arab seperti Mesir, Turki, Suriah, Iran Libya dan Iraq serta Rusia, China dan Afrika Selatan, sering kali mendorong IAEA untuk membahas program senjata nuklir Israel dalam setiap general conference IAEA.48 Namun proposal pembahasan tersebut tenyata dikalahkan dengan voting oleh sekutu Israel seperti Amerika Serikat, negara Uni Eropa, Korea Selatan, Australia dan Kanada. Negara-negara Arab menuduh Amerika Serikat telah memberlakukan double standard, karena berani mengecam program nuklir Iran sementara mengabaikan kepemilikan senjata nuklir oleh Israel. Sanksi yang dijatuhkan kepada Iran antara lain pembekuan asset perusahaan dan perorangan yang memiliki hubungan dengan program nuklir, embargo ekspor dan impor senjata konvensional, larangan bepergian bagi pejabat Iran, embargo bantuan keuangan internasional dan larangan perdagangan dengan Iran. Selain Iran, negara yang juga terkena sanksi akibat pengembangan program senjata nuklir ialah Korea Utara, India dan Pakistan. Pada tahun 1981 Israel melancarkan serangan udara ke reaktor nuklir Osirak di Irak dan reaktor nuklir Al-Kibar milik Suriah pada tahun 2007. Bukannya menempatkan program nuklirnya dibawah pengawasan internasional dan menandatangani NPT, Israel justru menarget program nuklir milik negara lain. Israel juga mengutuk keras pengembangan program nuklir yang dilakukan Iran, Israel menganggap bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman bagi “Provisional Agenda – International Atomic Energy Comission”, tersedia dalam https://www.iaea.org/About/Policy/GC/GC61/GC61Documents/English/gc61-1-add1_en.pdf, diakses pada tanggal 07 Oktober 2017. 48 37 keamanan internasional khusunya wilayah Timur Tengah, padahal Iran mengikuti inspeksi dari IAEA terhadap program nuklirnya. Harapan besar dari masyarakat internasional dan sebagian besar negaranegara Arab dari IAEA, adalah agar IAEA tidak terpengaruh tekanan-tekanan Barat dan dengan segera mengagendakan investigasi serius atas program senjata nuklir Israel yang membahayakan dunia serta berusaha melindungi keamanan dan perdamaian internasional dari bahaya nuklir Israel. D. Dukungan Amerika Serikat Sejak penemuan reaktor nuklir Israel oleh pesawat mata-mata U2 milik Amerika Serikat, Amerika Serikat sudah menyadari bahwa Israel sedang mengembangkan teknologi program nuklir. Beberapa presiden Amerika Serikat sempat berusaha untuk mendesak Israel agar menempatkan program nuklirnya dibawah pengawasan IAEA dan mempublikasikan program nuklirnya. Namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil, karena Israel bersikeras dengan kebijakannya untuk mengembangkan program senjata nuklir dan merahasiakannya. Sebelumnya, pada tahun 1968 Amerika Serikat sempat memberikan bantuan fisik kepada program nuklir Israel, yaitu berupa 2 komputer CDC 6400 dan sebuah komputer IBM 360/65.49 Super komputer tersebut merupakan alat yang penting bagi penelitian dan pengembangan senjata nuklir, karena didalamnya terdapat simulator untuk uji coba senjata nuklir. Sebelumnya pada pemerintahan “Israel’s Nuclear Weapons: The White house Factor”, tersedia dalam tersedia dalam http://eresources.perpusnas.go.id, diakses pada tanggal 23 OKtober 2016. 49 38 Johnson Amerika Serikat juga pernah mengirimkan Pesawat F-4 Phantom kepada Israel. Pesawat tersebut dapat digunakan untuk mengangkut bom/rudal/misil. Pada tahun 1980an Amerika Serikat pernah mendakwa Richard Smith atas penyelundupan 810 krytons (ultra high speed electronic switching tubes that are “dual-use”) kepada Israel. Ia menghilang sebelum sempat dibawa ke pengadilan. Israel meminta maaf kepada AS serta mengembalikan 469 krytons, dan mengatakan bahwa sisanya sudah dihancurkan pada saat uji coba senjata konvensional. Penerimaan Amerika Serikat terhadap program nuklir Israel pertama kali dimulai pada masa pemerintahan Presiden Richard Nixon pada tahun 1969 ketika dikeluarkannya NSSM 40.50 Sejak saat itu Amerika Serikat berhenti untuk mendesak Israel bergabung dengan NPT dan kemudian mengadopsi kebijakan “opacity” milik Israel perihal program senjata nuklir Israel. Pembangunan program nuklir Israel memang dilakukan sebelum pembentukan NPT, namun hal tersebut seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak bergabung. Setiap negara dengan kekuatan nuklir harus bersedia menerima pengawasan internasional dari IAEA atas program nukirnya dan bergabung dengan NPT. Program senjata nuklir Israel sekarang sudah menjadi rahasia publik, namun Israel dan Amerika Serikat akan tetap menyangkal keberadaan program senjata nuklir Israel. Dukungan Amerika Serikat atas program senjata nuklir Israel juga terlihat dalam pemberian bantuan luar negeri setiap tahunnya. Walaupun Amerika Serikat “NSSM No. 40 : Israeli Nuclear Weapons Program”, tersedia dalam http://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/121095, diakses pada tanggal 06 Mei 2017. 50 39 tidak secara langsung menyatakan bahwa bantuan tersebut digunakan untuk pengembangan program senjata nuklir Israel, namun bantuan luar negeri tersebut diberikan kepada kekuatan militer Israel. Pada tahun 2007, Pemerintah AS dan Israel menyepakati sebuah perjanjian bantuan militer, yaitu sebesar USD 30 miliar untuk 10 tahun mulai dari tahun 2009 hingga 2018.51 Mantan Under Secretary State for Political Affairs, Nicholas Burns, mengatakan bahwa bantuan tersebut merupakan sebuah investasi untuk perdamaian jangka panjang. Perdamaian tersebut tidak akan tercapai apabila Israel tidak menjadi sebuah negara yang kuat, dan agar rakyat Palestina dapat hidup berdampingan dengan Israel. Pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa bantuan luar negeri yang mereka berikan kepada Israel ialah untuk tujuan moral. Beberapa bahkan mengatakan bahwa Israel ialah sebuah negara demokrasi yang sedang berjuang untuk kelangsungan hidupnya. Namun apabila hal tersebut merupakan alasan utama, seharusnya bantuan dana tersebut diberikan ditahun-tahun awal pembentukan negara Israel dan menurun saat Israel berkembang menjadi negara yang lebih maju seperti sekarang. Pada tanggal 14 Juli 2015, IAEA melaporkan bahwa Iran telah mencapai komitmen nuklir dibawah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Dengan demikian negara P5+1 mencabut sanksi terkait nuklir terhadap Iran. Israel mengecam PBB atas kesepakatan tersebut terutama terhadap Amerika Serikat. Sebagai cara untuk menebus kekecewaan Israel terhadap Amerika Serikat, “US Foreign Aid to Israel”, tersedia dalam https://fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf, diakses pada tanggal 28 Desember 2016. 51 40 Menteri Pertahanan AS Ashton Carter menawarkan bantuan kepada Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya’alon, yaitu sebesar USD 38 miliar per tahun, menggantikan sebelumnya.52 Bantuan luar negeri tersebut bahkan memecahkan rekor sebagai bantuan luar negeri terbesar yang pernah diberikan oleh sebuah negara kepada sekutunya. Bantuan baru tersebut akan diberlakukan pada tahun 2018 dan akan berlangsung selama satu dekade. Total bantuan Amerika Serikat ke Israel sekitar 1/3 total anggaran bantuan luar negeri Amerika Serikat. Padahal Israel hanya terdiri dari 0,001% populasi dunia dan telah menjadi salah negara dengan pendapatan per kapita tertinggi. GNP Israel lebih tinggi daripada GNP negara Mesir, Lebanon, Suriah, Yordania, Tepi Barat dan Gaza jika dijumlahkan. Israel menempati urutan ke-16 sebagai negara terkaya didunia dengan pendapatan per kapita sekitar 14.000 USD.53 Berikut adalah tabel bantuan luar negeri yang diberikan Amerika Serikat kepada Israel mulai tahun 1949 hingga 2016. “Bantuan Militer AS Bagi Israel Pecahkan Rekor”, tersedia dalam http://www.dw.com/id/bantuan-militer-as-bagi-israel-pecahkan-rekor/a-19549453, diakses pada tanggal 20 November 2016. 53 “The Strategic Functions of US Aid to Israel”, tersedia dalam http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.-financial-aid-to-israel-figuresfacts-and-impact.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2017. 52 41 Tabel 3.1 Bantuan Luar Negeri AS kepada Israel Sumber: Congressional Research Service report Hukum dalam negeri Amerika Serikat sudah mengatur perihal bantuan luar negeri yang diberikan untuk negara lain, yaitu The Foreign Assistance Act. Pada tanggal 3 November 1961 Presiden John F. Kennedy menandatangani undangundang tersebut54 dan mengeluarkan Perintah Eksekutif 10973 terkait reorganisasi tersebut.55 Foreign Assistance Act 1961 menata ulang struktur program bantuan luar negeri AS dan memisahkan antara bantuan militer dan non militer. Undangundang tersebut juga membentuk sebuah agensi baru yaitu USAID (United States “Statement by The President Upon Signing The Foreign Assistance Act”, tersedia dalam http://www.presidency.ucsb.edu/ws/index.php?pid=8307, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017. 55 “Executive Order 10973”, tersedia dalam http://www.thecre.com/fedlaw/legal20/eo10973.htm, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017. 54 42 Agency for International Development) untuk mengelola program bantuan non militer dan ekonomi tersebut. Foreign Assistance Act 1961 bagian 669 kemudian pada tahun 1976 diamendemen dengan Symington Amendment. Symington Amendment diperkenalkan oleh Stuart Symington, seorang senator Demokrat, dan disahkan oleh kongres AS untuk menetapkan posisi AS dalam teknologi non-proliferasi senjata nuklir. 56 Symington Amendment terkandung dalam Arms Export Control Act (AECA) bagian 101. 57 Pada tahun 1977, Foreign Assistance Act 1961 bagian 670, kemudian diamendemen dengan Glenn Amendment. Glenn Amendment berisi sanksi-sanksi yang berlaku untuk berbagai macam jenis bantuan luar negeri, pinjaman dan perdagangan. DOD Appropriations Act of 2000 ditandatangani pada tanggal 25 oktober 1999 untuk memberikan wewenang kepada Presiden untuk membebaskan sanksi Glenn Amendment.58 Glenn Amendment terkandung dalam Arms Export Control Act bagian 102(b).59 56 “Context of June 1976: Symington Amendment Passed Restricting Aid to Nuclear Proliferators”, tersedia dalam http://www.historycommons.org/context.jsp?item=a0676symington amendment , diakses pada tanggal 24 September 2017. “The Arms Export Control Act”, tersedia dalam https://fas.org/asmp/resources/ govern/aeca00.pdf, diakses pada tanggal 21 Oktober 2017. 58 “The President’s Trip to South Asia”, tersedia dalam https://clintonwhitehouse4 .archives.gov/textonly/WH/New/SouthAsia/fact_sheets/india3.html, diakses pada tanggal 24 September 2017. 59 Op.cit. 57 43 Gambar 3.3 Foreign Assistance Act 1961 Sumber: House Office of the Legislative Counsel, Arms Control Association. Mayoritas masyarakat AS sendiri mendukung bantuan luar negeri yang diberikan kepada Israel. Hal tersebut terlihat dalam grafik 3.2 survey yang dilakukan oleh ROPER Center kepada masyarakat AS. Grafik tersebut menanyakan sikap masyarakat AS terhadap bantuan luar negeri yang diberikan untuk kekuatan militer Israel, apakah harus ditambahkan, dikurangkan, atau tetap. 44 Grafik 3.1 Sikap Masyarakat AS Terhadap Bantuan Militer ke Israel Sumber: ROPER Center, Cornell University. Pada Februari 2015, Pew Research Center juga melakukan survey kepada masyarakat AS, sebesar 48% responden menyatakan bahwa dukungan AS kepada Israel sudah benar, dan sebesar 29% responden menyatakan bahwa bantuan AS ke Israel kurang suportif, sedangkan sebesar 18% mengatakan bahwa bantuan tersebut terlalu suportif.60 Alasan utama mengapa mayoritas masyarakat AS keberatan dengan bantuan luar negeri AS kepada Israel ialah karena mereka percaya bahwa Israel tengah “More View Netanyahu Favorably Than Unfavorably; Many Unaware of Israeli Leader”, tersedia dalam http://www.people-press.org/2015/02/27/more-view-netanyahu-favorably-thanunfavorably-many-unaware-of-israeli-leader/, diakses pada tanggal 2 Desember 2017. 60 45 mengembangkan program senjata nuklir. Pada tahun 2014 Institute for Research: Middle Estern Policy melakukan survey terkait kepercayaan masyarakat Amerika Serikat terhadap kepemilikan program senjata nuklir Israel. Sebesar 63.9% masyarakat Amerika Serikat yakin bahwa Israel tengah mengembangkan program senjata nuklir, dan sebesar 36.1% mengatakan tidak percaya.61 “American Public Opinion on US Aid to Israel”, www.irmep.org/09302014_usfati, diakses pada tanggal 18 DEsember 2017. 61 tersedia dalam BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Selain negara P5+1 terdapat juga beberapa negara yang diketahui memiliki senjata nuklir antara lain India, Pakistan, Korea Utara, Iran, Israel dan Suriah. Perbedaan Israel dengan kelima negara nuklir tersebut ialah Israel tidak mengikuti inspeksi IAEA dan tidak pernah mengakui bahwa memiliki program senjata nuklir, sedangkan kelima negara tersebut secara terang-terangan mengakui memiliki senjata nuklir bahkan beberapa berani untuk melakukan uji coba nuklir. Dalam merespon program senjata nuklir dari negara-negara tersebut, terlihat jelas bahwa Amerika Serikat melakukan double standard. Disatu sisi AS mengutuk program senjata nuklir yang dimiliki oleh Iran dan Korea Utara serta menjatuhkan sanksi internasional, namun disisi lain AS justru tidak pernah membahas program senjata nuklir yang dimiliki oleh sekutunya yaitu Israel. Dengan kekuatan yang dimilikinya di PBB, AS selalu memveto usulan pembahasan program senjata nuklir Israel dalam setiap general conference IAEA. Setiap kali ditanya perihal kepemilikian senjata nuklir Israel, AS tidak pernah secara tegas menyatakan apakah Israel memiliki ataupun tidak memiliki senjata nuklir. Selain melakukan double standard, Amerika Serikat juga menciderai prinsip utama NPT dan The Foreign Assistance Act. Dewan Keamanan PBB seharusnya dengan segera mengambil tindakan untuk mengadopsi resolusi yang mengikat negara yang mengundurkan diri dari keanggotan rezim non proliferasi nuklir. Dengan begitu resolusi tersebut dapat memperkuat otoritas IAEA dan NPT. PBB juga seharusnya dapat bertindak tegas 47 terhadap program senjata nuklir Israel. Walaupun tidak menandatangani NPT, namun Israel mempunyai kewajiban sebagai sebuah entitas negara untuk turut serta menjaga perdamaian dan keamanan dunia terutama dari proliferasi nuklir. Kelemahan lain dari rezim non proliferasi nuklir ialah, hak veto yang dimiliki oleh negara sebagai anggota DK-PBB dapat memblok resolusi PBB terkait ketidakpatuhan negara anggota NPT. Dukungan Amerika Serikat terhadap program nuklir Israel bukan tanpa alasan. Alasan yang pertama ialah, Amerika Serikat melihat Israel sebagai aliansi yang kredibel di Timur Tengah. Amerika Serikat merasa dengan kapabilitas yang di miliki oleh Israel, dapat membantu untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Alasan kedua Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel, ialah karena adanya lobby dari kelompok kepentingan Israel yang ada di Amerika Serikat yaitu American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Kelompok kepentingan tersebut selalu berhasil untuk melobi kongres terkait kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah dan selalu melancarkan bantuan luar negeri kepada Israel. Alasan yang ketiga ialah hubungan Israel dan Amerika Serikat yang berdasarkan pada nilai yang sama, yaitu demokrasi, pengalaman yang sama dalam merebut kemerdekaan, dan komitmen dalam hak asasi manusia.99 “Israel: A Strategic Asset for the United States”, tersedia dalam i.cfr.org/content/publications/attachments/Israel_strategic_US_assest_report.pdf, diakses pada tanggal 03 Januari 2017. 99 48 A. Israel sebagai Aliansi yang Kredibel Walaupun hubungan strategi negara-negara Arab dengan Amerika Serikat semakin menguat, namun negara-negara Arab tersebut tidak memiliki stabilitas politik, teknologi canggih dan kekuatan militer yang terlatih seperti yang dimiliki Israel. Banyak pihak yang melihat hubungan antara Israel dan AS sebagai one way street, namun hal tersebut tidaklah benar. Sementara AS banyak memberikan banyak bantuan dana kepada Israel, Israel juga memberikan keuntungan yang signifikan kepada AS dalam beberapa bidang. Aliansi yang kredibel mengacu kepada cangkupan bidang kerjasama antara Amerika Serikat dan Israel. Israel menjadi negara model/panutan bagi AS berkat kemampuan inovasi di beberapa bidang seperti militer, keamanan dalam dan luar negeri, teknologi, dan ekonomi. Jika dilihat dari konsep Decision Making oleh Richard Snyder, Israel sebagai aliansi yang kredibel bagi Amerika Serikat merupakan external setting yang termasuk kedalam kategori societies organized. Israel selalu melahirkan beberapa inovasi teknologi yang canggih, salah satunya dalam hal medis. Setiap harinya inovasi tersebut membantu menyelamatkan tentara Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak. Keahlian medis medan perang Israel telah meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasukan militer Amerika Serikat yang mengalami luka parah melalui pelatihan dan produk medis yang tidak dimiliki oleh Amerika Serikat. Dr. Edna Foa seorang professor berkebangsaan Israel di Universitas Pennsylvania telah menemukan sebuah metode penyembuhan yang disebut 49 Prolonged Exposure (PE). Metode tersebut diciptakan Foa selama Palestinian Intifada tahun 2000 ketika pasukan Israel terkena trauma perang. Pemerintah AS Departemen Urusan Veteran berinisiatif untuk menerapkan PE secara luas dan mengajarkannya diberbagai angkatan bersenjata Amerika Serikat. Sejauh ini sekitar 1200 dokter di sistem veteran Amerika Serikat telah dilatih menggunakan metode PE.100 Pengalaman militer Israel dalam hal pengembangan senjata konvensional telah banyak membantu kekuatan militer AS. Kedua negara bekerjasama dalam pengembangan teknologi militer yang canggih seperti counter-rocket David’s Sling dan sistem pertahanan rudal Arrow, dan akan dengan segera diekspor ke sekutu AS yang lainnya. Inovasi teknologi militer Israel juga telah memberikan wajah baru bagi alat persenjataan yang modern, seperti pengembangan cyberweapons, kendaraan tanpa awak (robot dan drone), serta sistem peperangan sensor dan elektronik. Selain memiliki kekuatan militer yang maju, badan inteligensi Israel juga banyak membantu militer Amerika Serikat. Amerika Serikat bersyukur penduduknya dapat merasa aman dari serangan terorisme berkat kemampuan badan inteligensi Israel dalam memperoleh informasi mengenai kelompok radikal di Timur Tengah. Amerika Serikat dan Israel memiliki visi yang sama yaitu menyatakan perang terhadap terorisme. Israel menjadi model dalam mendesain teknik dan teknologi homeland security dan anti terorisme. Hal “Protecting Our Troops”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/us-and-israel/militarypartnership/protecting-our-troops, diakses pada tanggal 25 Juli 2017. 100 50 tersebut menjadikan Israel sebagai counterweight bagi AS terhadap kelompok radikal di Timur Tengah. Administrasi Keamanan Transportasi Amerika Serikat bekerjasama dengan pakar kemanan di Bandara Internasional Ben Gurion, Israel untuk mempelajari bagaimana meningkatkan standar keamanan bandara. Pada bulan Maret 2010 Amerika Serikat dan Israel menandatangani sebuah kesepakatan untuk meningkatkan keamanan penerbangan.101 Kedua negara akan melakukan prosedur latihan peninjauan ulang jika terjadi serangan dan menciptakan kode yang dengan segera mengirimkan peringatan apabila penumpang mencoba untuk melakukan tindakan terror. Pengamat Amerika Serikat dari Federal Emergency Management Agency (FEMA) dan garda nasional sering berangkat ke Israel untuk berpartisipasi dalam latihan homeland security. 102 Pada bulan Januari 2010 Israel melakukan latihan bio-terorisme skala besar yang mensimulasikan wabah cacar yang disebabkan oleh serangan terorisme. Sejak saat itu FEMA dan Israeli National Emergency Authority menandatangani sebuah kesepakatan formal untuk melakukan lebih banyak latihan gabungan.103 Sebagian besar bantuan dana militer Israel yang diberikan oleh Amerika Serikat, digunakan untuk membeli senjata dari Amerika Serikat. Sehingga permintaan akan senjata Amerika Serikat semakin meningkat. Meningkatnya “United States and Israel Announce Agreement to Enhance Joint Aviation Security”, tersedia dalam https://www.dhs.gov/news/2010/03/02/us-israel-agree-enhance-joint-aviation-security, diakses pada tanggal 22 Oktober 2017. 102 “Fighting Terrorism”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/us-and-israel/fightingterrorism, diakses pada tanggal 25 Juli 2017. 103 “Israel and US to Train Together for Emergency Response”, tersedia dalam http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/137572, diakses pada tanggal 22 Oktober 2017. 101 51 permintaan akan persenjataan, otomatis akan memberikan dampak yang baik bagi perekonomian Amerika Serikat. Selain itu Israel dapat menjadi akses bagi Amerika Serikat untuk menyalurkan senjata kepada negara-negara dunia ketiga seperti Afrika Selatan dan Guatemala, dimana Amerika Serikat sendiri tidak bisa menyalurkan senjata-senjata tersebut secara langsung. Bahkan pada tahun 1991, Israel sempat menyetujui gagasan pembekuan transfer senjata di Timur Tengah, namun Amerika Serikatlah yang menolak ide tersebut.104 Israel juga berkontribusi sebagai arena uji coba senjata Amerika Serikat yang murah. Meskipun Israel hanya terbentuk sebesar 3% dari populasi Timur Tengah, pada tahun 2011 Israel menjadi destinasi bagi 25% seluruh ekspor AS ke Timur Tengah, dan mengalahkan Arab Saudi sebagai pasar utama produk Amerika.105 Selain itu, perusahaan Israel yang sedang mencari pasar global melihat AS sebagai mitra yang tepat untuk memasarkan produk mereka. Inovasi teknologi masyarakat Israel membantu AS untuk mempertahankan daya saing ekonominya, mempromosikan pembangunan berkelanjutan, dan menciptakan ribuan lapangan pekerjaan bagi masyarakat AS. Keuntungan dari aliansi dengan Israel tidak hanya terlihat dalam inovasi teknologi, militer, keamanan serta ekonomi, namun juga terlihat dalam dukungan Israel terhadap semua tindakan AS di dunia internasional. Dari paparan diatas terbukti bahwa hubungan yang terjalin antara AS dengan Israel 104 “US Aid to Israel: Interpreting the Strategic Relationship”, tersedia dalam http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.-financial-aid-to-israel-figuresfacts-and-impact.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2017. “Friends With Benefits: Why the US-Israeli Alliance is Good for America”, tersedia dalam http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/friends-with-benefits-why-the-u.s.israeli-alliance-is-good-for-america, diakses pada tanggal 05 Desember 2017. 105 52 merupakan hubungan timbal balik. Israel diuntungkan dengan bantuan luar nergeri yang banyak, sedangkan AS dapat menikmati beberapa inovasi teknologi dan pengetahuan yang didapatnya langsung dari Israel. Kemajuan Israel dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan sudah diakui oleh dunia. B. Lobby American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) Lobi dari kelompok Yahudi di Amerika Serikat juga merupakan salah satu faktor yang membuat Amerika Serikat selalu mendukung Israel. Kelompok lobi tersebut sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan negara Israel melalui bantuan luar negeri Amerika Serikat. Lobi AIPAC merupakan faktor dalam negeri AS yang berasal dari masyarakat. Ada dua kunci kekuatan Israel yaitu jaringan organisasi Zionis diseluruh dunia dan kekuatan lobi. Lobi Israel sangat melekat dalam pemerintahan Amerika Serikat. Terdapat banyak organisasi Yahudi di Amerika Serikat yang dapat menentukan sikap luar negeri AS, diantaranya ialah Jewish Institute for National Security Affairs (JINSA) dan Center for Security Policy (CSP). Kedua organisasi tersebut memiliki hubungan yang erat dengan Committee on the Present Danger (CPD), sebuah wadah berkumpulnya para Hawkish106 Gedung Putih dan Pentagon seperti Paul Wolfowitz, Dick Cheney, Karl Rove, dan Richard Perle.107 Namun terdapat sebuah organisasi yang sangat berperan Kaum neo-konservatif AS, seperti Dick Cheney dan Paul Wolfowitz. Dewi Mustofiah, “Dahsyatnya Lobi-lobi Gila Internasional Israel”, 2011, Jogjakarta: IRCiSoD, hal 152. 106 107 53 dalam mempengaruhi kongres AS untuk melancarkan dukungan AS ke Israel, yaitu American Israel Public Affairs Committee (AIPAC).108 Lobi utama yang mendukung Israel di Amerika Serikat sejak tahun 1951 adalah AIPAC. AIPAC merupakan kelompok pro Israel yang paling aktif dan lebih kuat daripada kelompok lainnya. Hampir semua kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah dipengaruhi oleh AIPAC. AIPAC memiliki kantor pusat di Washington D.C dan 10 kantor regional, dengan 10.000 anggota resmi. AIPAC terdaftar secara resmi sebagai pelobi domestik yang didukung oleh donator privat. AIPAC tidak menerima dana dari pemerintahan Israel, Amerika Serikat, organisasi nasional maupun organisasi luar negeri lainnya. Jika hal itu berubah, AIPAC harus mendaftar pada Departemen Peradilan Amerika Serikat sebagai sebuah agen asing. Setiap tahunnya AIPAC mengirimkan daftar tujuan berkelanjutan mereka kepada setiap anggota Kongres dan White House. Tujuan berkelanjutan tersebut diantaranya ialah peningkatan bantuan luar negeri dan peralatan militer, mencegah perdagangan peralatan militer kepada negara Arab, pemindahan keduataan AS dari Tel Aviv ke Jerusalem, dan menghentikan semua bentuk anti-semit.109 Mereka juga memiliki konsep yang mereka coba yakinkan kepada masyarakat dan pemimpin AS, untuk melancarkan dukungan AS kepada Israel. Konsep tersebut tertuang dalam Virginia Quarterly Review: “Jewish Institute for National Security Affairs”, tersedia dalam http://vincentjamesabramo.com/papers/JinsaFinal6.htm, diakses pada tanggal 22 Oktober 2017. 109 “Hijacking American Foreign Policy in the Middle East: An Analysis of the Power of the American Israel Public Affairs Committee”, tersedia dalam https://pol.illinoisstate.edu/downloads/conferences/2006/AustinTanyaAIPAC05.pdf, diakses pada tanggal 10 Desember 2017. 108 54 a) kesan Israel sebagai Daud melawan Goliat (negara Arab); b) Israel sebagai sebuah benteng demokrasi dan keegaliteran di tengah autokrasi; c) hubungan sosiokultural antara Israel dengan negara Barat khusunya AS; d) keperluan menjaga kekuatan Israel untuk melawan pemerintahan Arab yang radikal dan kehadiran Uni Soviet di Timur Tengah; f) penerimaan orang Yahudi sebagai sebuah kelompok etnik Amerika yang produktif dan positif; g) kekhawatiran AS dan negara Barat bila dianggap anti-semit; h) perasaan bersalah dan simpati yang timbul dari peristiwa pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman; i) keperluan untuk membuktikan komitmen AS.110 AIPAC memiliki 4 pelobi di Capitol Hill dan sejumlah member yang bekerja pada anggota Kongres dan Senator. Salah satu contoh anggota kunci Kongres yang merupakan Christian-Zionist ialah Dick Armey. Sebagai anggota Kongres AS, seharusnya mereka menomorsatukan kepentingan AS, namun Dick Armey justru mengatakan bahwa prioritas utamanya ialah Israel. Tidak seperti kelompok pelobi lainnya, AIPAC dapat mengorganisir anggotanya untuk melakukan apapun. Dalam bekerja AIPAC menggunakan ancaman pelabelan anti-semit kepada setiap anggota kongres dan eksekutif yang dipandangnya kontra terhadap Israel. Mereka akan melakukan segala cara agar anggota kongres dan eksekutif tersebut turun dari jabatannya atau bahkan berpihak kepada Israel. Bagi para anggota Kongres dan eksekutif yang pro Israel, maka AIPAC akan membantu mereka dalam setiap kampanye bahkan mendorong media agar mempromosikan mereka. Lembaga untuk Transformasi Sosial (Indonesia), “WACaNA Vol. 6”, 2004, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 184. 110 55 Pengaruh AIPAC di dalam Capitol Hill jauh lebih besar. Sudah menjadi hal yang lumrah apabila para anggota dan staf Kongres untuk memanggil AIPAC ketika mereka membutuhkan informasi, sebelum memanggil Library of Congress atau Congressional Research Service. Bahkan AIPAC sering diminta untuk menyusun naskah pidato, turut serta dalam pekerjaan legislasi, menyarankan setiap taktik atau tindakan Kongres, melakukan penelitian, serta mengumpulkan co-sponsor dan dukungan para pemimpin. Dalam setiap kampanye pemilihan calon Presiden AS, semua kandidat selalu menyatakan dukungan penuh kepada Israel dengan mengatakan bahwa Israel merupakan sekutu terdekat AS. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat AS sangat mendukung hubungan yang terjalin dengan Israel. Walaupun jumlah Jewish hanya sekitar 3% dari populasi AS, namun pengaruhnya dalam pemilihan Presiden sangat besar. Mereka menyokong dana yang besar kepada kampanye pemilihan presiden dari kedua partai. Partai Demokratik sendiri mengandalkan sebesar 60% sokongan dana dari masyarakat Jewish. Salah satu contoh keberhasilan AIPAC lainnya terbukti pada tahun 2007 ketika terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat, hal ini memaksa Amerika Serikat untuk memangkas anggaran federal Amerika Serikat. Bantuan luar negeri Amerika Serikat untuk Israel juga terancam mengalami pemotongan. AIPAC tidak tinggal diam, AIPAC berusaha melobi Amerika Serikat melalui AIPAC Policy Conference 2013. Dalam konferensi tersebut AIPAC berhasil melobi kongres dengan mendeklarasikan Israel sebagai Major Strategic Ally 56 bagi Amerika Serikat. Sehingga AIPAC dapat meloloskan bantuan 3 miliar dollar AS per-tahun kepada Israel, jumlah terbesar yang pernah diberikan Amerika Serikat kepada negara-negara sahabatnya. Dalam konferensi yang diadakan setiap tahun tersebut berhasil mendatangkan anggota eksekutif Amerika Serikat seperti Barrack Obama pada tahun 2011 dan 2012. Joe Biden pada tahun 2009 dan 2013, serta Hillary Clinton pada tahun 2010.111 Ketiga anggota eksekutif tersebut dalam pidatonya menyatakan dukungan terhadap Israel. AIPAC juga berhasil mempengaruhi Amerika Serikat dalam setiap forum PBB, yaitu dengan memveto setiap usulan yang merugikan Israel. Sejak tahun 1982 AS sudah memveto 32 resolusi DK PBB. Veto resolusi tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah veto yang dikeluarkan 4 anggota DK PBB lainnya jika dijumlahkan. Melalui AIPAC, Amerika Serikat juga pernah menggagalkan usaha negara Arab untuk memaksa Israel mengikuti inspeksi internasional dari IAEA. Pada tanggal 27 Juli 2017 AIPAC berhasil meyakinkan Amerika serikat untuk meluluskan Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act. Dan pada tanggal mengesahkannya 2 Agustus menjadi 2017 Presiden undang-undang.112 secara resmi Undang-undang telah tersebut memperkuat sanksi yang menargetkan program rudal balistik Iran, tindakan I Putu Yahya Priyatna, “Strategi AIPAC Dalam Menjaga Keberlanjutan Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Untuk Israel”, Denpasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana. 112 “Counter Iran’s Regional Agression”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/legislativeagenda/agenda-display?agendaid={109F35BE-5BAA-4B28-A16F-CD0C01E50BE0}, diakses pada tanggal 25 September 2017. 111 57 yang tidak stabil di Timur Tengah, pelanggaran hak asasi manusia dan perdagangan senjata konvensional yang tidak sah.113 C. Memiliki Nilai yang Sama Selain memiliki kepentingan dalam menjalin kerjasama dengan Israel, dan adanya lobi dari kelompok Yahudi di Amerika Serikat yaitu AIPAC, dukungan yang diberikan oleh Amerika serikat kepada Israel juga didasarkan pada pendekatan idealist. Pendekatan idealist yang dimaksud ialah pendekatan yang menekankan pada faktor soft atau intangible, yaitu nilai yang sama (shared values). Berdasarkan teori Decision Making oleh Snyder, memiliki nilai yang sama merupakan faktor luar negeri AS yang berasal dari lingkungan budaya. Hubungan antara Amerika Serikat dan Israel tidak terbatas pada kepentingan yang sama, tetapi juga berdasarkan nilai yang sama. Nilai yang sama itu adalah demokrasi, kebebasan, sejarah dalam merebut kemerdekaan, dan komitmen dalam hak asasi manusia.114 Ketika dua negara memiliki nilai yang sama, mereka dapat disebut sebagai “ally”. Amerika Serikat merupakan negara demokrasi tertua didunia. Mempromosikan demokrasi ke seluruh dunia sudah menjadi kebijakan baginya.115 Amerika Serikat mempunyai hubungan yang dekat dengan Israel “Congress Overwhemingly Adopts Iran sanctions Legislations”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/resources/aipac-publications/publication?pubpath=PolicyPolitics/Press/ AIPAC%20Statements/2017/07/Congress%20Overwhelmingly%20Adopts%20Iran%20Sanctions %20Legislation, diakses pada tanggal 25 September 2017. 114 “Shared Values”, tersedia dalam https://www.aipac.org/learn/us-and-israel/shared-values, 113 diakses pada tanggal 23 Oktober 2017. “Democracy”, tersedia dalam https://www.state.gov/j/drl/democ/, diakses pada tanggal 22 Oktober 2017. 115 58 karena satu-satunya negara yang mengadopsi nilai-nilai demokrasi di Timur Tengah yang membentang dari India hingga Italia ialah Israel. Demokrasilah yang membuat Israel memiliki kemajuan ekonomi, walaupun dikelilingi oleh banyak musuh. Israel dapat membantu Amerika Serikat mempromosikan demokrasi terutama di wilayah Timur Tengah. Dalam hal peradilan Israel berbeda dengan negara Timur Tengah lainnya, Israel memiliki sistem peradilan independen yang melindungi hakhak individu dan beroperasi dengan prinsip “tidak bersalah sampai terbukti bersalah”, sama halnya dengan sistem peradilan yang ada di Amerika Serikat. Terkait pembiayaan dalam kampanye, Amerika Serikat dan Israel dapat menerima pendanaan dari partai dan donator privat. Pendanaan dari donator privat hanya diperbolehkan dari individu warga negara, dan terdapat pembatasan jumlah pendanaan. Di Israel pendanaan dari setiap warga negara dibatasi sebesar 2.300 shekel (US$ 600) dan di Amerika Serikat sebesar US$2500 ke satu kandidat setiap satu kali putaran.116 Dalam lingkungan masyarakat, Amerika Serikat dan Israel juga melarang diskriminasi hukum berdasarkan orientasi seksual (LGBT). Bahkan pada tahun 2006 Israel merupakan tuan rumah sebuah event yang diorganisir oleh aktivis LGBT dari seluruh dunia, dan dalam Tel Aviv dinobatkan sebagai “Comparing the Israel and US Electoral Systems”, tersedia dalam http://www.israelemb.org/washington/NewsAndEvents/Pages/Israel-Elections-2013-Differencesbetween-Israeli-and-US-Electoral-System.aspx, diakses pada tanggal 11 Januari 2018. 116 59 kota penerima LGBT no 1 didunia mengalahkan New York dan San Fransisco.117 Sebagai negara demokrasi Amerika Serikat dan Israel juga merupakan negara yang menjunjung tinggi kebebasan, persamaan dan toleransi tanpa memperhatikan agama, ras ataupun gender. Sama seperti Amerika Serikat Israel juga merupakan negara immigrant yang menghasilkan masyarakat multicultural dengan penduduk yang berasal dari 100 bangsa, seperti Yahudi, Arab, Druze dan Circassians.118 Kedua negara juga memiliki akar sejarah yang sama dalam merebut kemerdekaan. Kedua negara sama-sama didirikan oleh pengungsi yang mencari kebebasan berpolitik dan beragama. Keduanya terpaksa berperang untuk mendapatkan kemerdekaan melawan kekuatan asing. Kedua negara juga menerima masuknya imigran yang mencari kesejahteraan ekonomi. Kesepakatan Israel dengan AS terkait program senjata nuklir Israel, sebenarnya menciderai nilai-nilai demokrasi. Sebagai negara domokrasi tertua, AS seharusnya paham betul bagaimana legitimasi hukum, secara spesifik Glenn Amendment dan Symington Amendment yang tercantum dalam Arms Export Control Act (AECA). Secara sadar, Amerika Serikat telah menciderai hukum dalam negerinya sendiri dan tentunya tidak menghormati nilai-nilai demokrasi. Dalam prinsip demokrasi, tidak ada satupun yang berada di atas “Fact Sheets: Israel’s Liberal Democracy”, tersedia dalam http://www.jewishvirtuallibrary.org/israel-rsquo-s-liberal-democracy, diakses pada tanggal 11 Januari 2017. 118 “Israel and the United States: Friends, Partners, and Allies”, tersedia dalam http://www.mfa.gov.il/mfa/foreignpolicy/bilateral/pages/israel%20and%20the%20united%20states -%20friends%20partners%20allies%20-%20jan%202007.aspx, diakses pada tanggal 23 Oktober 2017. 117 60 hukum, semuanya sama di mata hukum, namun AS justru melakukan double standard, ketika memberikan sanksi kepada Iran, namun melupakan program senjata nuklir Israel. Prinsip demokrasi juga harus dipratikkan dalam dimensi internasional. Negara harus memastikan bahwa setiap tindakkannya tidak bertentangan dengan hukum internasional. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan tindakan AS yang melanggar konsep NPT. Sebagai anggota tetap PBB, AS seharusnya menunjukkan sikap yang tegas terkait proliferasi nuklir yang dilakukan oleh Israel. Israel sebagai sebuah negara, harusnya turut serta mendukung ketertiban dan keamanan dunia. Israel membuat banyak negara khawatir akan reaktor nuklir yang dimilikinya. Seperti diketahui bahwa reaktor nuklir dapat membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Serta kepemilikan senjata nuklir dapat mengancam keamanan regional. Seharusnya Israel dapat dengan bijak menempatkan program nuklirnya di bawah inspeksi internasional, apabila program nuklirnya memang ditujukan untuk kepentingan sipil. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Israel merupakan aliansi utama Amerika Serikat di Timur Tengah. Melalui Israel, Amerika Serikat dapat memenuhi kepentingan nasionalnya terutama di wilayah Timur Tengah. Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel karena Israel menguntungkan dalam kerjasama di berbagai bidang seperti militer, keamanan dalam dan luar negeri, teknologi, serta ekonomi. Setiap keputusan yang dibuat Amerika Serikat di Timur Tengah harus menguntungkan Israel. Hal tersebut dikarenakan adanya kelompok lobi kepentingan Yahudi di Amerika Serikat, yaitu AIPAC. Kelompok lobi tersebutlah yang meloloskan bantuan luar negeri sebesar USD 3 juta setiap tahunnya ke Israel, dan akan ditingkatkan menjadi USD 38 juta pada tahun 2018. Selain itu, Israel dan Amerika Serikat juga memiliki nilai yang sama, seperti demokrasi, kebebasan, sejarah dalam merebut kemerdekaan, dan HAM. B. Saran 1. Untuk mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir, negara dunia harus patuh terhadap rezim proliferasi nuklir internasional, yaitu NPT dan IAEA. Amerika Serikat sebagai anggota DK-PBB dan negara dengan kekuatan nuklir, yang juga merupakan penandatangan NPT, seharusnya 62 patuh terhadap NPT, yang melarang negara dengan kekuatan nuklir untuk mentransfer teknologi nuklir ke negara lain, dalam hal ini Israel. 2. Jika saja Amerika Serikat patuh terhadap NPT dan The Foreign Assistance Act, maka Amerika Serikat tidak akan mendapatkan banyak kecaman dari masyarakat internasional karena telah melakukan double standard terhadap program nuklir Iran serta Israel. 3. Israel juga sebaiknya menempatkan program senjata nuklirnya dibawah inspeksi dan regulasi internasional dari IAEA, serta menandatangani perjanjian NPT. Dengan begitu masyarakat internasional percaya bahwa program senjata nuklir tersebut memang ditujukan untuk kepentingan damai. DAFTAR PUSTAKA Buku: Findley, Paul, Diplomasi Munafik Ala Yahudi, 1995, Bandung: Penerbit Mizan – Anggota IKAPI. Hersh, Seymour M., The Samson Option, 1991, Washington D.C. Mas’oed, Mohtar, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi, 1991, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial- Universitas Gajah Mada. Mustofiah, Dewi, Dahsyatnya Lobi-lobi Gila Internasional Israel, 2011, Jogjakarta: IRCiSoD. Rosenau, James N, International Politics and foreign Policy: A Reader in Research and Theory, 1969, New York: The Free Press. Setiawan, Agus, Perkembangan Lobi Yahudi dan Pengaruhnya terhadap Politik Luar Negeri dan Kongres Amerika Serikat dalam WACaNA Vol, 6, 2004, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Skripsi: Adisa, Evelyn, Rezim Non-Proliferasi Nuklir Internasional Dan Program Nuklir Iran, 2012, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Meidita, Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India, 2012, Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Priyatna, I Putu Yahya, Strategi AIPAC Dalam Menjaga Keberlanjutan Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Untuk Israel, Denpasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana. Jurnal : Bulletin of the Atomic Sciencetists: Global Nuclear Weapons Inventories 19452013, tersedia dalam http://goodtimesweb.org/overseaswar/2014/Bulletin-of-the-Atomic-Scientists-2013-Kristensen-75-81.pdf Causes of the Israel-Arab Conflict, tersedia https://ocw.mit.edu/courses/political-science/17-42-causes-and- dalam 64 prevention-of-war-spring-2009/lecturenotes/MIT17_42S09_lec22_23 .pdf, diakses pada tanggal 14 Desember 2017. Executive Order 10973, tersedia http://www.thecre.com/fedlaw/legal20/eo10973.htm Foreign dalam Assistance Act of 1961, tersedia dalam https://legcounsel.house.gov/Comps/Foreign%20Assistance%20Act%20 Of%201961.pdf, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 Hijacking American Foreign Policy in the Middle East: An Analysis of the Power of the American Israel Public Affairs Committee, tersedia dalam https://pol.illinoisstate.edu/downloads/conferences/2006/AustinTanyaAI PAC05.pdf Israel: A Strategic Asset for the United States, tersedia dalam i.cfr.org/content/publications/attachments/Israel_strategic_US_assest_rep ort.pdf Israel’s Millitary Plutonium Inventory, teresedia dalam http://isisonline.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_201 5_Final.pdf Israel’s Millitary Plutonium Stock, tersedia dalam http://isisonline.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_201 5_Final.pdf Israel’s Nuclear Arsenal Might Be Smaller and More Strategic Than Everyone Thinks, tersedia dalam http://www.businessinsider.com/israels-nucleararsenal-may-be-different-than-everyone-thinks-2014-11 Israel’s Nuclear Weapons: The White House Factor, tersedia dalam http://eresources.perpusnas.go.id Israeli Nuclear Forces, 2002, tersedia dalam http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.2968/058005020, diakses pada tanggal 17 Maret 2017. Jewish Institute for National Security Affairs, tersedia http://vincentjamesabramo.com/papers/JinsaFinal6.htm dalam Mounting Threats to Israel: Hezbollah, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issuememos/2016/mountingthreats \toisrae lhezbollah.pdf 65 Mounting Threats to Israel: Iran, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issuememos/2016/mountingthreatstoisrael iran.pdf New Hamas Document Calls for Israel Destruction, tersedia dalam http://www.aipac.org/-/media/publications/policy-and-politics/aipacanalyses/issue-memos/2017/new-hamas-document-calls-for-israelsdestruction.pdf NSSM No. 40 : Israeli Nuclear Weapons Program, tersedia dalam http://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/121095 Nuclear Age Peace Foundation: Israel’s Nuclear Program, tersedia dalam http://nuclearfiles.org/menu/key-issues/nuclearweapons/issues/proliferation/israel/charnysh_israel _analysis.pdf Provisional Agenda – International Atomic Energy Comission, tersedia dalam https://www.iaea.org/About/Policy/GC/GC61/GC61Documents/English/ gc61-1-add1_en.pdf The Arms Export Control Act, tersedia dalam https://fas.org/asmp/resources/ govern/aeca00.pdf The Nuclear Non-Proliferation Treaty, http://www.basicint.org/sites/ default/files/basic_npt_briefing_april2015.pdf tersedia dalam The Third Temple’s Holy of Hollies: Israel’s Nuclear Weapons, tersedia dalam https://fas.org/nuke/guide/israel/nuke/farr.htm US Foreign Aid to Israel, https://fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf tersedia dalam Internet : Bantuan Militer AS Bagi Israel Pecahkan Rekor, tersedia dalam http://www.dw.com/id/bantuan-militer-as-bagi-israel-pecahkan-rekor/a19549453 Comparing the Israel and US Electoral Systems, tersedia dalam http://www.israelemb.org/washington/NewsAndEvents/Pages/IsraelElect ions-2013-Differences-between-Israeli-and-US-Electoral-System.aspx, diakses pada tanggal 11 Januari 2018. Confrontation and Retreat: The US Congress and the South Asian Nuclear Tests, tersedia dalam https://www.armscontrol.org/act/2000_01-02/rhchart, diakses pada tanggal 05 Desember 2017. 66 Congress Overwhemingly Adopts Iran sanctions Legislations, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/resources/aipac-publications/publication?pub path=PolicyPolitics/Press/ AIPAC%20Statements/2017/07/Congress%20 Overwhelmingly%20Adopts%20Iran%20Sanctions%20Legislation Context of June 1976: Symington Amendment Passed Restricting Aid to Nuclear Proliferators, tersedia dalam http://www.historycommons.org/context .jsp?item=a0676symington amendment Counter Iran’s Regional Agression, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/legislative-agenda/agenda-display?agendaid= {109F35BE-5BAA-4B28-A16F-CD0C01E50BE0} Democracy, tersedia dalam https://www.state.gov/j/drl/democ/, Fact Sheets: Israel’s Liberal Democracy, tersedia dalam http://www.jewishvirtuallibrary.org/israel-rsquo-s-liberal-democracy, diakses pada tanggal 11 Januari 2017. Fighting Terrorism, tersedia israel/fighting-terrorism dalam http://www.aipac.org/learn/us-and- Friends With Benefits: Why the US-Israeli Alliance is Good for America, tersedia dalam http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/friendswith-benefits-why-the-u.s.-israeli-alliance-is-good-for-america Hamas, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/issues/issuedisplay?issueid={4399EDFB-3F50-4744-819A-CD491B3FA7DC} Hezbollah, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/issues/issuedisplay?issueid= {E01BC8E4-1162-46F1-A9A4-69E26E64FB80} Israel’s Nuclear Program and Middle East Peace, tersedia http://www.cfr.org/israel/israels-nuclear-program-middle-eastpeace/p9822 dalam Israel and the United States: Friends, Partners, and Allies, tersedia dalam http://www.mfa.gov.il/mfa/foreignpolicy/bilateral/pages/israel%20and% 20the%20united%20states-%20friends%20partners%20allies%20%20jan%202007.aspx Israel and US to Train Together for Emergency Response, tersedia dalam http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/137572 Israel, India and Pakistan: Engaging the non-NPT States in the Nonproliferation Regime, tersedia dalam https://www.armscontrol.org/print/1431. Israeli nuclear whistleblower Mordechai Vanunu convicted again over meetings with US citizens, tersedia dalam http://www.telegraph.co.uk 67 /news/2017/01/23/israeli-nuclear-whistleblower-mordechai-vanunuconvicted-meetings/ Israeli Nukes, US Foreign Aid and the Symingotn Amandment, tersedia dalam http://www.israellobby.org/nukes/default.asp More View Netanyahu Favorably Than Unfavorably; Many Unaware of Israeli Leader, tersedia dalam http://www.people-press.org/2015/02/27/moreview-netanyahu-favorably-than-unfavorably-many-unaware-of-israelileader/, Mordechai Vanunu: Israel’s Nuclear Whistle Blower and Hostage, tersedia dalam http://www.countercurrents.org/2016/08/10/mordechai-vanunu-israelsnuclear-whistle-blower-and-hostage/ Netanyahu: 80% of security threats against Israel emanate from Iran, tersedia dalam http://www.timesofisrael.com/netanyahu-80-of-security-threatsagainst-israel-emanate-from-iran/, Protecting Our Troops, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/us-andisrael/military-partnership/protecting-our-troops Report: Jimmy Carter Says Israel Has 150 Nuclear Weapons, tersedia dalam http://www.foxnews.com/story/2008/05/27/report-jimmy-carter-saysisrael-has-150-nuclear-weapons.html Shared Values, tersedia dalam https://www.aipac.org/learn/us-and-israel/sharedvalues Shut Dimona Nuclear Reactor, Urges Founding Scientist, tersedia dalam https://www.timesofisrael.com/shut-dimona-nuclear-reactor-foundingscientist-urges-israel/ Statement by The President Upon Signing The Foreign Assistance Act, tersedia dalam http://www.presidency.ucsb.edu/ws/index.php?pid=8307 The 5 Major Threats Facing Israel, tersedia dalam https://www.idfblog.com/2015/04/06/5-major-threats-facing-israel/ The American Public and Israel, tersedia dalam https://ropercenter.cornell.edu/american-public-israel/, diakses pada tanggal 04 Desember 2017. The President’s Trip to South Asia, tersedia dalam https://clintonwhitehouse4 .archives.gov/textonly/WH/New/SouthAsia/fa ct_sheets/india3.html The Strategic Functions of US Aid to Israel, tersedia http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.financial-aid-to-israel-figures-facts-and-impact.html dalam 68 United States and Israel Announce Agreement to Enhance Joint Aviation Security, tersedia dalam https://www.dhs.gov/news/2010/03/02/us-israel-agreeenhance-joint-aviation-security US Aid to Israel: Interpreting the Strategic Relationship, tersedia dalam http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.financial-aid-to-israel-figures-facts-and-impact.html