SKRIPSI

advertisement
DUKUNGAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP
PROGRAM SENJATA NUKLIR ISRAEL
SKRIPSI
Oleh :
INGRIT AGUSTIN WULLUR
NIM.1302045027
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
DUKUNGAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP
PROGRAM SENJATA NUKLIR ISRAEL
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjan Ilmu Politik (S.IP)
Disusun oleh :
INGRIT AGUSTIN WULLUR
NIM.1302045027
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
:
Ingrit Agustin Wullur
NIM
:
1302045027
Program Studi
:
Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas
:
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul
:
Dukungan Amerika Serikat Terhadap Program Senjata
Nuklir Israel
Samarinda, 26 Januari 2018
Menyetujui,
Pembimbing
Yuniarti, S.IP, M.Si
NIP. 19780623 200501 2 003
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman
DR. H. Muhammad Noor, M.Si
NIP. 19600817 198601 1 001
Lulus tanggal : 26 Januari 2018
iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
Telah diterima oleh Tim Penguji Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur untuk memenuhi
sebagian syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Ilmu
Hubungan Internasional pada 26 Januari 2018.
Samarinda, 26 Januari 2018
TIM PENGUJI
Ketua
:
Yuniarti, S.IP, M.Si
NIP. 19780623 200501 2 003
........................
Anggota
:
1. Chairul Aftah, S.IP, MIA
NIP. 19730615 200312 1 002
........................
2. Frentika Wahyu R, S.IP, MA
NIP. 19790320 200604 2 003
........................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan
saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan
oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia skripsi ini digugurkan, dan gelar akademik
yang telah saya peroleh (sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Samarinda, 26 Januari 2018
Mahasiswa,
Ingrit Agustin Wullur
NIM. 1302045027
v
RIWAYAT HIDUP
Ingrit Agustin Wullur, lahir pada tanggal 14 Agustus 1995, di
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Merupakan anak ketiga
dari pasangan Bapak Frans Tangkudung Wullur dan Ibu
Adolfina Toding Allo. Menempuh pendidikan Taman Kanakkanak pada tahun 2000 di TK. Bethel Balikpapan dan lulus
pada tahun 2001. Lalu melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Negeri 006
Balikpapan Tengah dan lulus pada tahun 2007. Di tahun yang sama melanjutkan
pendidikan ke jenjang sekolah menegah pertama di SMP Negeri 12 Balikpapan
dan lulus pada tahun 2010. Setelah lulus pada jenjang SMP, kemudian
melanjutkan di jenjang sekolah menegah kejuruan di SMK Negeri 2 Balikpapan
jurusan Akuntansi dan lulus pada tahun 2013. Selanjutnya menempuh pendidikan
strata 1 di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda pada tahun 2013 melalui jalur
SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada saat kuliah
sempat melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Bina Mitra angkatan XLII
mulai tanggal 15 Juli 2016 sampai dengan 31 Agustus 2016, di Kelurahan
Klandasan Ulu, Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan, Provinsi
Kalimantan Timur.
vi
ABSTRAK
Ingrit Agustin Wullur, NIM 1302045027, dengan Skripsi berjudul
“Dukungan Amerika Serikat Terhadap Program Senjata Nuklir Israel”, di bawah
bimbingan Ibu Yuniarti, S.IP, M.Si. Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman,
Samarinda pada tahun 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan yang melatarbelakangi
Amerika Serikat dalam mendukung program senjata nuklir Israel. Alat analisis
ialah menggunakan teori Decision Making oleh Richard Snyder. Menggunakan
jenis penelitian deskriptif analitik. Jenis data yang digunakan yakni data sekunder.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu telaah pustaka.
Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis data kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan Amerika Serikat
terhadap program senjata nuklir Israel merupakan keputusan yang dibuat
berdasarkan faktor internal yaitu masyarakat AS; dan faktor eksternal yaitu
lingkungan budaya dan manusia. Faktor-faktor internal dan ekternal yang menjadi
alasan Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel ialah antara lain
karena Israel merupakan aliansi yang kredibel, adanya lobi dari AIPAC, dan
Amerika Serikat dan Israel memiliki nilai yang sama.
Kata Kunci : Pembuatan Keputusan, dukungan program senjata nuklir,
Amerika Serikat, Israel.
vii
ABSTRACT
Ingrit Agustin Wullur, NIM 1302045027, with a thesis title “United
States’ Assistance Towards Israeli Nuclear Weapons Program”, under the
guidance of Yuniarti, S.IP, M.Si, Department of International Relations, Faculty
of Social and Political Sciences, University of Mulawarman, Samarinda, 2018.
This study explains the reason why United States assist Israeli nuclear
weapons program. The analysis uses the theory of Decision Making by Richard
Snyder. The method which used in this research is analytics descriptive. For the
method of collecting data is using study literature and secondary data. The
analytical data method which used is qualitative analytics.
The result shows that United States’ Assistance towards Israeli nuclear
weapons program is a decision based on internal factor such as US society; and
external factors such as societies and cultures. Those internal and external factors
that cause the US assistance on Israeli nuclear weapons program are, Israeli is a
credible alliance for US, existence of AIPAC lobby in US, and shared values
between US and Israel.
Keywords: Decision making, assistance on nuclear weapons program, United
States, Israel.
viii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus
yang telah memberikan hikmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Dukungan Amerika Serikat Terhadap
Program Senjata Nuklir Israel” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar
sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan
Timur.
Dalam proses serta penulisannya, skripsi ini masih banyak kekurangan serta
perlu banyak perbaikan, dikarenakan kurangnya pengalaman serta pengetahuan
penulis. Namun, karena bantuan dari banyak pihak, skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dan berperan penting dalam proses penyusunan
skripsi, terutama kepada:
1. Rektor Universitas Mulawarman Prof. Dr. H. Masjaya atas kesempatan yang
telah diberikan pada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas
Mulawarman, Samarinda.
2. Bapak DR. H. Muhammad Noor, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang memberikan fasilitas dan kesempatan menempuh
pendidikan di fakultas ini.
3. Ibu Enny Fathurrachmi, S.IP, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Hububungan Internasional yang memberi berbagai kemudahan bagi penulis
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
ix
4. Ibu Yuniarti, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing utama, terima kasih telah
meluangkan waktu, tenaga, serta memberikan ilmu dan saran yang
bermanfaat dalam setiap bimbingan kepada penulis.
5. Bapak Chairul Aftah, S.IP, MIA dan Ibu Frentika Wahyu R, S.IP, MA, selaku
dosen penguji terima kasih telah memberikan saran serta masukan yang
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Hubungan Internasional: Ibu Etha,
Ibu Aisyah, Ibu Rahma, Ibu Unis, Kak Frisca, Ibu Lala, Bapak Sonny, Bapak
Andi, Bapak Dadang, Bapak Nizar, Bapak Faisal, Bapak Edi, dan Bapak
Hambali yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis
selama proses belajar di program studi ini.
7. Orang tua tercinta yaitu Adolfina dan Frans Wullur, Tian, ka Yopi, ka Novi,
Nenek, ka Alex, ka Gita, endless thank you atas dukungan doa dan dananya.
Keponakan tersayang Nadine, Pierre, dan Arthur yang tambah bikin semangat.
Keluarga terkasih tante Bertha dan mama Vita, oma dan opa, terima kasih
banyak.
8. TKP Boom crew (with no particular order): Nongke jombe-riro ku , onyet
Ratna Ana my gabut partners; Diana dan Dhita bubble and blossom to my
buttercup; Mbapit babi! ku; Inop Ibong my sisters satu rahim beda mama,
Sanny salam pesisir; Atuy my only buddy; Dyna dan Yunita salam lestari.
God didn’t give me sister, but He gave me you all. Going to miss spending
time with y’all di kost, like a lot. Nanti liburan bareng ya kita kemana kek
(amin).
x
9. Temen-temen kampus antara lain temen sejawatku Caca , acing Gusma, Ikko,
Alpian, Dio, Hamdi, Dede, Agus, hais bakalan kangen ngumpul bareng kalian.
Dan Santi terima kasih atas pelajaran yang telah diberikan, you’re still a
friend to me. Last but not least temen aku yang walaupun jauh di mata tapi
deket di hati Rahel dan Devi, good luck for both of you.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis sendiri dan semua pihak dalam meningkatkan kualitas kemampuan
berfikir dan keterampilan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................v
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................vi
ABSTRAK..........................................................................................................vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR........................................................................................ ix
DAFTAR ISI...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A...Latar Belakang........................................................................................... 1
B...Identifikasi Masalah...................................................................................5
1....Batasan Masalah............................................................................ 5
2....Rumusan Masalah..........................................................................5
C...Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 5
D...Kerangka Teori.......................................................................................... 6
1....Decision Making Theory................................................................6
E... Metode Penelitian...................................................................................... 9
1....Jenis Penelitian.............................................................................. 9
2....Jenis Data.......................................................................................9
3....Teknik Pengumpulan Data...........................................................10
4....Teknik Analisis Data................................................................... 10
5....Definisi Operasional.................................................................... 10
F... Sistematika Penulisan.............................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 13
A...Inti Penelitian...........................................................................................13
B...Pandangan Kritis......................................................................................17
C...Perbandingan Penelitian.......................................................................... 18
BAB III GAMBARAN UMUM ....................................................................... 20
A...Keamanan Israel...................................................................................... 20
B...Program Senjata Nuklir Israel..................................................................26
C...Reaksi Masyarakat Internasional............................................................. 34
D...Dukungan Amerika Serikat..................................................................... 37
xii
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ....................................................46
A...Israel sebagai Aliansi yang Kredibel....................................................... 48
B...Lobi American Israel Public Affairs Committee..................................... 52
C...Memiliki Nilai yang Sama....................................................................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................61
A...Kesimpulan.............................................................................................. 61
B...Saran........................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................63
xiii
DAFTAR GAMBAR
NO
Tubuh Utama
Gambar 1.1 Kerangka Decision Making oleh Richard Snyder
Halaman
7
Gambar 3.2 Reaktor Nuklir Dimona
30
Gambar 3.3 Foreign Assistance Act 1961
43
Grafik 3.1
Sikap Masyarakat Israel Terhadap bantuan Militer
ke Israel
44
xiv
DAFTAR TABEL
NO
Tabel 3.1
Tubuh Utama
Bantuan Luar Negeri AS Kepada Israel
xv
Halaman
41
DAFTAR SINGKATAN
1.
AECA
: Arms Export Control Act
2.
AIPAC
: American Israel Public Affairs Committee
3.
AS
: Amerika Serikat
4.
CIA
: Central Intelligence Agency
5.
CPD
: Committee on the Present Danger
6.
CSP
: Center for Security Policy
7.
DK PBB
: Dewan Kemanan Persekutuan Bangsa Bangsa
8.
FAA
: Foreign Assistance Act
9.
FEMA
: Federal Emergency Management Agency
10. GNP
: Gross National Product
11. HAM
: Hak Asasi Manusia
12. IAEA
: International Atomic Energy Agency
13. IAEC
: Israel Atomic Energy Commission
14. IDF
: Israel Defense Forces
15. IPFM
: International Panel in Fissile Materials
16. IRGC
: Iran’s Islamic Revolutionary Guard Corps
17. IS
: Islamic State
18. ISIS
: Iraq Suriah Islamic State
19. JCPOA
: Joint Comprehensive Plan of Action
20. JINSA
: Jewish Institute for National Security Affairs
21. LGBT
: Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender
22. NPT
: Non Proliferation Treaty
xvi
23. NSSM
: National Security Study Memorandums
24. NWG
: Nuclear Weapons Group
25. PBB
: Persekutuan Bangsa Bangsa
26. PE
: Prolonged Exposure
27. PLO
: Palestinian Liberation Organization
28. PLTN
: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
29. PM
: Perdana Menteri
30. SIPRI
: Stockholm International Peace Institute
31. USAID
: United States Agency for International Development
32. USD
: United States Dollars
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Israel merupakan sebuah negara yang terletak di Timur Tengah. Sejak
deklarasi kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948, Israel telah mengalami
peperangan dengan negara-negara Arab di sekitarnya yang menolak rencana
pembagian sebagian wilayah Palestina menjadi negara Yahudi. Seorang
ilmuwan sekaligus teman dan penasehat bagi Perdana Menteri Ben Gurion
yaitu Ernst David Bergmann, menyarankan Gurion untuk membangun program
nuklir. Menurut Bergmann energi nuklir dapat mengimbangi sumber daya alam
Israel yang kecil dan anggota militer yang sedikit. Dengan begitu nuklir dapat
dijadikan sebagai alat pertahanan. Pada tahun 1952 Bergmann membentuk
Israel Atomic Energy Commission (IAEC). IAEC kemudian memulai
membangun reaktor nuklir Dimona yang terletak di gurun Negev sebelah
selatan dekat kota Beersheba pada tahun 1956. Pembangunan reaktor tersebut
dirahasiakan. Kepada publik, Gurion berdalih bahwa reaktor Dimona
merupakan pabrik tekstil.
Pada tahun 1958 Amerika Serikat (AS) menangkap gambar reaktor nuklir
Israel melalui pesawat mata-mata U-2.1 Temuan Amerika Serikat tersebut
dipublikasikan pada tanggal 16 Desember 1960 oleh New York Times. Lalu
pada tanggal 21 Desember 1960 di hadapan publik Gurion menyatakan bahwa
“The Third Temple’s Holy of Hollies: Israel’s Nuclear Weapons”, tersedia dalam
https://fas.org/nuke/guide/israel/nuke/farr.htm, diakses pada tanggal 01 Desember 2016.
1
2
ia memang sedang membangun reaktor nuklir, namun untuk tujuan damai.
Setelah publikasi dari New York Times tersebut, hubungan antara AS – Israel
menjadi tegang atas reaktor Dimona. Presiden Kennedy khawatir akan nuklir
Israel, sehingga pada tahun 1961 ia meminta Israel untuk menerima inspeksi
dari Amerika Serikat terhadap reaktor nuklirnya dua kali setahun, mulai dari
tahun 1962-1969. Israel di bawah PM baru yaitu Levi Eshkol menerima usulan
yang ditawarkan oleh AS tersebut.
Usaha Amerika Serikat untuk mendorong Israel mempublikasikan
program nuklirnya juga berlanjut di pemerintahan Presiden Johnson. Presiden
Johnson berjanji mengirimkan 50 pesawat tempur F-4 Phantom, apabila Israel
bersedia untuk bergabung dengan Nuclear Non Proliferation Ttreaty (NPT).2
Namun
ternyata
Israel
konsisten
dengan
keinginannya
untuk
tidak
menandatangani NPT. Tujuan didirikannya NPT yaitu untuk menghambat
proliferasi nuklir global. Alasan Israel tidak menandatangani NPT ialah ia tidak
ingin menyerahkan program senjata nuklirnya, yang mana merupakan satusatunya alat pertahanan Israel.
Amerika Serikat di bawah pemerintahan baru yaitu Presiden Nixon,
menanggapi program nuklir Israel dengan cara yang berbeda. Amerika Serikat
akhirnya berhenti untuk memaksa Israel menandatangani NPT. PM Israel
Golda Meir menganggap Nixon sebagai “my president” karena hal tersebut.3
Pada September 1969, Presiden Nixon menerima National Security Study
Memorandums (NSSM) 40 yang berjudul Israeli Nuclear Weapons Program
Seymour M. Hersh, “The Samson Option”, Washington D.C, 1991, pg. 102.
“Israel, India and Pakistan: Engaging the non-NPT States in the Nonproliferation Regime”,
tersedia dalam https://www.armscontrol.org/print/1431, diakses pada tanggal 21 Januari 2017.
2
3
3
dari Henry Kissinger, National Security Adviser. Kissinger menggunakan
NSSM 40 untuk mengontrol usaha para pejabat kunci Amerika Serikat dalam
mengambil tindakan atas nuklir Israel. Dokumen NSSM 40 tergolong rahasia
dan hanya dipublikasikan sebagian saja. Setelah dikeluarkannya NSSM 40,
Amerika Serikat berjanji untuk berlaku seperti tidak mengetahui apakah Israel
memiliki senjata nuklir atau tidak (opacity), sepanjang Israel tidak melakukan
uji coba senjata nuklir dan aktivitas nuklirnya tidak menarik perhatian publik.4
Sikap “opacity” yang diberikan Amerika Serikat kepada publik mengenai
program senjata nuklir Israel, tidak berhenti di pemerintahan Nixon saja,
namun terus berlanjut hingga pemerintahan Obama. Pada tahun 2008 mantan
Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter pernah mengatakan bahwa Israel
memiliki 150 senjata nuklir. Pernyataan tersebut ia berikan pada saat
konferensi pers acara tahunan Hay-on-Wye Festival di Wales, Inggris.5 Dalam
pemerintahan Amerika Serikat tidak ada presiden yang terlihat begitu kontras
berlawanan dengan Israel. Walaupun pernah terjadi ketegangan politik dan
perbedaan sikap yang cukup serius antara Amerika Serikat dengan Israel,
namun bantuan luar negeri dan dukungan diplomatik terus diberikan Amerika
Serikat kepada Israel, dan tak pernah sekalipun Amerika Serikat menyinggung
perihal nuklir Israel.
Kepemilikan senjata nuklir Israel sekarang sudah menjadi rahasia publik.
Negara-negara Arab berulang kali merancang resolusi di IAEA untuk
“Israel’s Nuclear Weapons: The White House Factor”, tersedia dalam http://eresources.perpusnas.go.id, diakses pada tanggal 23 Oktober 2016.
5
“Report: Jimmy Carter Says Israel Has 150 Nuclear Weapons”, tersedia dalam
http://www.foxnews.com/story/2008/05/27/report-jimmy-carter-says-israel-has-150-nuclearweapons.html, diakses pada 17 April 2017.
4
4
mengutuk senjata nuklir Israel dan memintanya untuk bergabung dengan NPT.
Namun rancangan resolusi tersebut gagal karena veto AS. Pada Konferensi
NPT Mei 2015 di New York, Mesir mengusulkan agar segera dibentuknya
kawasan Timur Tengah yang bebas senjata nuklir, namun usulan tersebut
diveto oleh AS, Kanada, dan Inggris.
Selama bertahun-tahun pemerintah AS mengetahui bahwa Israel
mengembangkan persenjataan nuklir, namun Presiden dan Kongres tidak
pernah sekali pun mengambil langkah untuk menghentikan bantuan,
sebagaimana yang ditetapkan dalam hukum, atau bahkan menguranginya.6
Bantuan luar negeri AS yang diberikan selama kurang lebih 60 tahun kepada
Israel sebenarnya menyalahi hukum AS sendiri. Dalam The Foreign Assistance
Act 1961 yang diamandemenkan dalam Symington Amandment dan Glenn
Amandment 1977,7 berisi larangan untuk memberikan bantuan ekonomi dan
militer kepada negara yang memperoleh atau mentransfer teknologi pengayaan
nuklir tanpa pengawasan IAEA. Hal ini menunjukkan standar ganda AS dalam
politik globalnya karena di satu sisi AS memberikan sanksi kepada negara yang
mengembangkan program nuklir, seperti Iran, Korea Utara dan India, namun di
sisi lain AS membiarkan Israel untuk membangun program senjata nuklir.
Walaupun akhirnya pada bulan Juli 2015 negara P5+1 mencapai kesepakatan
terkait nuklir Iran.
6
Paul Findley, “Diplomasi Munafik Ala Yahudi”, 1995, Bandung: Penerbit Mizan – Anggota
IKAPI, hal. 166.
7
“Israeli Nukes, US Foreign Aid and the Symingotn Amandment”, tersedia dalam
http://www.israellobby.org/nukes/default.asp, diakses pada tanggal 10 Januari 2017.
5
B. Identifikasi Masalah
1. Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan membahas alasan di balik dukungan
AS terhadap senjata nuklir Israel mulai dari Pemerintahan Presiden AS
Richard Nixon hingga Presiden Barrack Obama.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat ditarik pokok
permasalahan : Mengapa Amerika Serikat mendukung program senjata
nuklir Israel ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Merujuk pada pertanyaan dalam rumusan masalah, dapat diketahui
bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan alasan yang
melatarbelakangi Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan Studi Ilmu
Hubungan Internasional di masa mendatang dan dapat menjadi referensi
bagi penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
6
D. Kerangka Teori
Decision Making Theory
Politik internasional didefinisikan sebagai proses interaksi antar negara
dalam level pemerintahan dan non pemerintahan. Dalam politik internasional
terdapat 3 esensi utama yaitu aksi, reaksi dan interaksi antar negara. Aksi
merupakan sebuah usaha negara untuk mencapai tujuan tertentu. Aksi negara
merupakan sebuah aksi yang diambil oleh seseorang yang mengatasnamakan
negara.8 Dengan begitu, berarti negara merupakan decision maker. Keputusan
adalah komitmen, berdasar pada analisis tentang informasi yang ada dan
kemampuan yang di punyai, untuk melakukan tindakan terhadap lingkungan.9
Output dari pembuatan keputusan adalah aksi negara atau biasa disebut
kebijakan luar negeri.
Teoritisi
yang
mempelopori
penerapan
pendekatan
pembuatan
keputusan dalam analisis politik luar negeri ialah Richard C. Snyder. Snyder
memandang masyarakat bukan hanya kompleks tetapi juga dinamis.
Pengetahuan tentang dinamika masyarakat dibutuhkan untuk formulasi
pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Masyarakat selalu berubah
setiap saat, karena itu bisa saja kebijakan sekarang ini menjadi tidak relavan
di kemudian hari.
8
James N. Rosenau, “International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory”,
1969, New York: The Free Press, pg. 202.
9
Mohtar Mas’oed, “Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi”, 1991,
Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial- Universitas Gajah Mada, hal. 119.
7
Gambar 1.1
Kerangka Decision Making oleh Richard Snyder
Sumber: International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory.
Gambar di atas adalah kerangka pendekatan decision making yang
dibuat oleh Snyder. Garis panah dua arah BD mengimplikasikan bahwa
struktur dan perilaku sosial dengan proses pembuatan keputusan saling
mempengaruhi. Sedangkan garis satu arah EB mengindikasikan bahwa
sebuah tindakan atau keputusan didesain untuk mengubah struktur dan
perilaku sosial. Kesimpulannya ialah pengaruh dari faktor sosial domestik
yaitu garis BDE, harus dilihat sebagai sebuah kesatuan yang lebih besar yaitu
garis BDEBD.
Sebuah kesatuan yang lain juga terlihat dari garis AB-F. Garis AB-F
mengindikasikan bahwa faktor internal dan eksternal saling berhubungan satu
8
sama lain. Faktor internal dan eksternal tersebut yang kemudian membentuk
interaksi antar negara.
Garis dua arah DE merupakan suatu kesatuan. Sebuah tindakan atau
keputusan negara tentunya melalui proses pembuatan keputusan oleh decision
maker. Garis EF mewakili konsekuensi atau dampak dari tindakan/keputusan
negara terhadap eksternal. Garis FD mewakili kondisi atau dorongan untuk
sebuah tindakan baru. Dengan begitu DEFDE mewakili rangkaian aksireaksi-interaksi.
Ada dua faktor yang mempengaruhi tindakan/keputusan sebuah negara
dalam politik internasional, yaitu eksternal dan internal setting. Internal
setting serta struktur sosial dan perilaku, berjalan beriringan dan saling
mempengaruhi. Internal setting terdiri dari tiga unsur yaitu Non Human
Environment, Society dan Human Environment. Unsur pertama yaitu Non
Human Environment terdiri dari letak geografi dan sumber daya alam. Unsur
kedua yaitu Society terdiri dari organisasi pemerintahan dan non
pemerintahan, partai politik, media dan opini publik. Unsur ketiga yaitu
Human Environment terdiri dari Culture dan Population. Culture sendiri
terdiri atas ideologi, sistem pemerintahan, gaya kepemimpinan, budaya,
kegiatan ekonomi dan militer. Sedangkan Population terdiri atas jumlah
penduduk dan sumber daya manusia.
External setting terdiri atas 4 unsur yaitu Non Human Environment,
Other Societies, Other Cultures, dan Societies Organized. Unsur pertama
yaitu Non Human Environment terdiri dari geopolitik dan wilayah perbatasan.
9
Unsur kedua yaitu Other Societies merupakan organisasi internasional non
pemerintahan. Unsur ketiga yaitu Other Cultures merupakan globalisasi.
Unsur keempat yaitu Societies Organized terdiri dari negara lain, organisasi
internasional baik pemerintahan maupun non pemerintahan.
Satu-satunya kritik terhadap teori Decision Making oleh Richard Snyder
yaitu, mengharuskan kita untuk memperhatikan hampir semua aspek dari apa
yang terjadi. Ini berarti menuliskan kembali seluruh kejadian yang berkaitan
dengan politik luar negeri yang dianalisis itu, dan kalau perlu membeberkan
kejadian itu perhari-hari.10
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini Penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
analitik, yaitu metode penelitian dalam membuat suatu gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang
terjadi saat penelitian berjalan.
2. Jenis Data
Jenis data yang Penulis gunakan dalam penulisan proposal ini adalah
data sekunder, yaitu berasal dari buku, jurnal, peta dan situs internet yang
relavan.
10
Ibid, hal. 142.
10
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan proposal
ini adalah telaah pustaka atau library research. Yaitu pengumpulan data
dengan menelaah sejumlah literatur baik berupa buku, artikel, jurnal, surat
kabar, skripsi atau tesis, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
masalah yang diangkat dalam proposal.
4. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif
yaitu analisa yang digunakan untuk menafsirkan dan menggambarkan
persoalan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
dianalisis. Data kualitatif diperoleh dari berbagai literatur yang dikumpulkan
dan kemudian permasalahan dijelaskan dan dianalisis berdasarkan faktafakta yang ada dan disusun dalam suatu tulisan. Data yang diperoleh lalu
diolah kemudian dianalisis secara kualitatif yaitu dilakukan dengan
menggambarkan data yang dihasilkan dalam bentuk uraian kalimat atau
penjelasan.
5. Definisi Operasional
a) Dukungan Amerika Serikat terhadap program senjata nuklir Israel
merupakan keputusan yang dibuat atas dasar faktor internal dan eksternal.
Dukungan tersebut diambil sejak pemerintahan Presiden Nixon hingga
Barrack Obama.
b) Program senjata nuklir Israel adalah program pengembangan nuklir
untuk kebutuhan pertahanan Israel. Program ini dimulai sejak 03 Oktober
11
1957 dan bertujuan untuk mencegah serangan dari negara-negara Arab di
sekitarnya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang; Identifikasi Masalah yaitu Batasan
Masalah dan Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian yaitu
Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis; Kerangka Pemikiran; Metode
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan terhadap pustaka atau
penelitian terdahulu, yaitu Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam
Pengembangan Program Nuklir India yang ditulis oleh Meidita.
BAB III : Gambaran Umum
Pada bab ini berisikan gambaran umum penelitian yaitu meliputi
kemanan Israel, program nuklir Israel, reaksi masyarakat internasional
terhadap program nuklir Israel serta dukungan Amerika Serikat terhadap
program nuklir Israel.
BAB IV : Pembahasan dan Analisis
Bab ini berisikan pembahasan secara detail dan analisis masalahmasalah yang terjadi, menganalisis alasan Amerika Serikat mendukung
program senjata nuklir Israel berdasarkan fakta-fakta yang ada.
12
BAB V : Penutup
Berisikan kesimpulan dari keseluruhan tiap bab yang dijelaskan dan
juga berisikan saran-saran yang konstruktif bagi penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan ditinjau penelitian Meidita yang berjudul Kerjasama India
dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India tahun 2012.11
Penelitian tersebut memiliki tema yang serupa dengan penelitian yang diangkat
oleh peneliti yaitu tentang kerjasama dua negara dalam pengembangan program
nuklir suatu negara.
A. Inti Penelitian
India
memulai
program
nuklirnya
pada
tahun
1967
dibawah
pemerintahan Perdana Menteri, Indira Gandhi. Pembangunan program nukir
India satu tahun lebih awal dari dibentuknya NPT tahun 1968. India bukan
negara penandatangan NPT dan tidak menerima pengawasan IAEA terhadap
program nuklirnya. Sejak tanggal 18 Juli 2005 Presiden Bush dan Perdana
Menteri Singh sudah mengumumkan akan melakukan kerjasama nuklir antara
Amerika Serikat dan India, yaitu The 123 Agreement. Penandatangan The 123
Agreement dilakukan pada tanggal 02 Maret 2006 di New Delhi.
India menggunakan atom untuk tujuan konstruktif, namun jika merasa
terancam India tidak akan ragu menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk
membela diri. Kebutuhan untuk melindungi kemanan negaranya merupakan
tujuan utama dibangunnya program nuklir, terutama perlindungan dari
Meidita, “Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir India”,
Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, 2012.
11
14
serangan negara tetangganya yaitu Pakistan, yang juga merupakan negara
dengan kekuatan senjata nuklir.
Sejak mulai berjalannya program nuklir yaitu tahun 1967, India sudah
melakukan uji coba nuklir sebanyak 6 kali. Setelah itu secara regular India
mengadakan percobaan nuklir untuk tujuan damai seperti PLTN dan teknologi
radiasi yang menghasilkan isotop-isotop untuk diaplikasikan dalam bidang
kesehatan, pertanian dan industri.
Industri nuklir di India sedang mempersiapkan ekspansi besar-besaran
terkait rencana pembangunan beberapa PLTN di India. Sampai 10 tahun
kedepan, sumbangan nuklir untuk listrik di India diharapkan meningkat dari
sekitar 4.000 MWe menjadi 20.000 MWe pada tahun 2020.
Selain digunakan sebagai PLTN, pemanfaatan nuklir juga digunakan
dalam bidang kesehatan. India menggunakan teknik radiasi nuklir dalam kajian
penelitian untuk lebih memahami proses anatomi, fisiologi, patofisiologi, dan
metabolik dari kelainan, mulai dari tingkat selluler sampai dengan molekuler
yang terjadi pada organ tubuh manusia. Sebagai negara dengan banyak
pemukiman penduduk, penyakit yang banyak diderita oleh rakyat India yaitu
malaria. Teknologi radiasi nuklir sangat potensial untuk mengendalikan vector
malaria.
Kerjasama nuklir dengan India dapat memperbaiki hubungan bilateral
Amerika Serikat dengan India. Amerika Serikat dan negara anggota Nuclear
Weapons Group (NSG) pernah memberikan embargo kepada India akibat uji
coba nuklir pertama India yaitu “Smiling Buddha” pada Mei 1998. Embargo
15
tersebut berdasarkan ketentuan The 1994 Nuclear Proliferation Act pada tahun
2001. Dengan ditandatanganinya The 123 Agreement juga menandakan
berakhirnya rezim isolasi nuklir terhadap India yang sudah berlangsung selama
3 dekade.
Dalam kerjasama The 123 Agreement diatur beberapa hal antara lain
kerjasama tersebut diharapkan dapat membawa program nuklir India kedalam
pengawasan internasional yaitu oleh International Atomic Energy Agency
(IAEA). Melalui kerjasama The 123 Agreement, juga diharapkan Amerika
Serikat dapat membantu India untuk lebih memaksimalkan program nuklir
untuk tujuan konstruktif yaitu kebutuhan energi.
India sebagai negara berkembang yang sedang mengalami pertumbuhan
ekonomi dengan jumlah penduduk terbanyak kedua didunia, membutuhkan
energi dalam jumlah yang besar. Akibat sanksi yang diberikan kepada India
atas uji coba senjata nuklirnya, membuat India hanya dapat mengandalkan
industri nuklir domestik sampai pada tahun 2006, dimana terjadi penurunan
kemampuan produksi listrik sebesar 12,83%.
Sebelum kerjasama nuklir tersebut ditandangani, pasokan energi listrik
India sebesar 70% berasal dari batubara, sehingga meyebabkan polusi, hujan
asam dan meningkatnya pemanasan global. PLTN dikenal lebih ramah
lingkungan jika dibandingkan dengan energi fosil batubara. Limbah radioaktif
yang dihasilkan PLTN berupa elemen padat. Limbah tersebut untuk sementara
dapat disimpan di PLTN sebelum akhirnya disimpan secara lestari.
16
Pembangunan lokasi PLTN pun berada jauh dari pemukiman padat penduduk,
yaitu di timur laut India.
Kerjasama
nuklir
dengan
Amerika
Serikat
juga
meningkatkan
perekonomian India. Tercatat kuantitas ekspor-impor antara India dan Amerika
Serikat dalam produksi nuklir meningkat sebesar 47%. Peningkatan ekspor
tersebut dapat berimbas pada sektor lain misalnya hasil tambang seperti nikel
dan batu bara, maka industri kecil didalam negeri pun akan merasakan dampak
keuntungan dari kerjasama tersebut. Dengan demikian akan banyak menyerap
tenaga kerja sehingga menekan angka pengangguran dan kemiskinan di India.
Kerjasama The 123 Agreement juga membawa keuntungan bagi Amerika
Serikat dalam bidang ekonomi. Melalui kerjasama tersebut juga membuka
peluang pasar baru bagi ekonomi Amerika Serikat dengan melakukan investasi
dalam indsutri nuklir India.
Selain membawa keuntungan dalam bidang ekonomi, Amerika Serikat
juga diuntungkan karena dapat memenuhi kepentingannya dalam membendung
hegemoni China di Asia. India dan China pernah terlibat konflik militer dalam
perebutan wilayah di Arucnachal Pradesh (Tibet Selatan bagi China) dan
Perukitan Aksai Chin pada tahun 1962. Melalui hubungan dingin India dengan
China, memberikan kesempatan bagi Amerika Serikat untuk menjadikan India
sebagai aliansi di Asia melawan kekuatan China.
Pemilihan India sebagai mitra oleh Amerika Serikat juga didukung oleh
persamaan pandangan politik. Dimana pada awal tahun 1990an India
17
meninggalkan sistem politik sosialnya dan berlaih kepada sistem politik
demokrasi liberal.
Secara militer Amerika Serikat melihat India mampu mengendalikan
kawasan Samudera Hindia dan Terusan Suez, karena kedua kawasan tersebut
merupakan jalur pelayaran yang penting bagi perekonomian Amerika Serikat.
Posisi strategis India yang berdekatan dengan Afghanistan dan Pakistan juga
dapat membantu Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme. India juga
dapat membantu Amerika Serikat dalam pengawasan nuklir Pakistan dan China.
B. Pandangan Kritis
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Meidita yang berjudul
Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program Nuklir
India tahun 2012, maka terdapat hal penting yang harus diperhatikan ialah
Meidita menjelaskan alasan India melakukan kerjasama nuklir The 123
Agreement bersama Amerika Serikat. Dalam penelitian Meidita ditemukan pola
penulisan yang sistematis dan terorganisir yang dapat mengarahkan pembaca
untuk sama-sama mengerti tujuan akhir penelitian tersebut.
Dalam penelitian Meidita memiliki alur berpikir yang baik yaitu penulis
menggunakan teori rational choice dan neoliberalisme untuk menjelaskan
kepentingan India menjalin kerjasama nuklir dengan Amerika Serikat. Namun
terdapat hal yang seharusnya dijelaskan Meidita secara rinci, yaitu mengenai
pengertian teori neoliberalisme. Dalam penelitian Meidita justru membahas
18
mengenai peningkatan ekspor-impor India sebesar 47% dalam produksi nuklir
akibat menjalin kerjasama nuklir dengan Amerika Serikat.
Dalam hal ini Meidita sebaiknya menjelaskan lebih dulu mengenai
pengertian teori neoliberalisme secara spesifik, sebelum menjelaskan korelasi
antara teori neoliberalisme dengan fokus penelitian. Lebih lanjut, penelitian ini
dapat memberikan informasi sekaligus mengajak pembaca untuk sama-sama
memahami bahwa India memiliki kepentingan dalam melakukan kerjasama
nuklir The 123 Agreement bersama Amerika Serikat.
C. Perbandingan Penelitian
Setelah melihat kelebihan dan kekurangan dalam penelitian Meidita yang
berjudul Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program
Nuklir India tahun 2012. Penulis juga merasa perlu untuk menentukan
persamaan dan perbedaan dalam penelitian Meidita dengan penelitian penulis.
Dalam penelitian Meidita terdapat beberapa persamaan dengan penelitian
penulis. Persamaan penelitian Meidita dengan Penulis yaitu kesamaan tema
dimana kedua penelitian sama-sama membahas program nuklir yang dimiliki
oleh sebuah negara.
Persamaan yang kedua ialah pola kepentingan Amerika Serikat dalam
program nuklir India dan Israel. Kepentingan tersebut yaitu untuk
membendung kekuatan yang dimiliki lawannya, yaitu Rusia dan China.
Persamaan yang ketiga terlihat dari teori yang digunakan oleh Meidita
dan penulis, yaitu teori rational choice dan decision making. Kedua teori
19
tersebut memiliki pandangan yang sama, yaitu sama-sama menjelaskan
tindakan aktor atau individu dalam mengambil kebijakan luar negeri suatu
negara.
Selain persamaan, dalam penelitian Meidita dan penulis juga terdapat
beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat dalam fokus penelitian
dimana dalam penelitian Meidita membahas mengenai alasan India menjalin
kerjasama nuklir The 123 Agreement bersama Amerika Serikat. Sedangkan
dalam penelitian penulis membahas mengenai kepentingan Amerika Serikat
dibalik dukungannya terhadap program senjata nuklir Israel.
Perbedaan yang kedua ialah dalam penelitian Meidita membahas
mengenai program nuklir yang dimiliki oleh India, sedangkan dalam penelitian
penulis membahas program senjata nuklir yang dimiliki oleh Israel. Perbedaan
yang ketiga terlihat dari teori yang digunakan. Dalam penelitian terdahulu
Meidita menggunakan teori rational choice dan teori neoliberalisme,
sedangkan dalam penelitian penulis hanya menggunakan teori decision making.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Keamanan Israel
Bangsa Yahudi mengalami serangkaian penindasan dan pembantaian selama
mereka berada di Eropa, seperti peristiwa Pogrom23, Pogrom Chisinau24 dan
Holocaust.25 Pembantaian tersebut dilakukan oleh masyarakat Christian anti-semit
Eropa. Berdasarkan pengalaman buruk tersebut, Theodore Herzl seorang Yahudi
sekuler terinspirasi untuk membentuk gerakan Zionisme, dengan cita-cita
mendirikan sebuah negara Yahudi yang independen.
PBB kemudian mengeluarkan keputusan pada tanggal 29 November 1947
untuk membagi wilayah Palestina menjadi dua negara, satu negara Arab yaitu
Palestina dan satu negara Yahudi yaitu Israel. Israel baru berdiri sebagai negara
merdeka pada tanggal 14 Mei 1948, tepat sehari setelah mandat Britania Raya atas
Palestina berakhir.
Deklarasi kemerdekaan 1948 mendapat penolakan dari beberapa negara
seperti Mesir, Suriah, Iraq, Yordania dan Lebanon. Pengalaman sejarah Israel
pernah berperang dengan negara-negara tersebut. Perang pertama yaitu perang
Arab-Israel tahun 1948 tepat sehari setelah kemerdekaan Israel, kedua yaitu Krisis
Suez tahun 1956, perang ketiga yaitu perang Enam hari tahun 1967, dan yang
keempat yaitu perang Yom Kippur tahun 1973.
(bahasa Rusia) Kekerasan terhadap warga Yahudi di Ukraina dan Rusia tahun 1881.
Kekerasan terhadap warga Yahudi yang terjadi di kota Chisinau di Kekaisaran Rusia tahun
1904-1914.
25
(bahasa Yunani) Genosida terhadap jutaan warga Yahudi di Eropa oleh Jerman Nazi tahun 1930.
23
24
21
Israel sebagai negara yang baru berdiri tentunya tidak memiliki kekuatan
militer yang mumpuni seperti sekarang, namun dapat memenangkan perang
melawan negara Arab. Kemenangan tersebut berkat PBB yang memfasilitasi
perjanjian damai. Apabila ada peran PBB, tentunya Amerika Serikat dan negara
Barat lainnya turut ikut campur. Kemenangan Israel juga tidak lepas dari bantuan
Barat atas persenjataan militer Israel.
Arab sebenarnya tidak menyangkal kepercayaan Yahudi terhadap “holy
land”, namun mereka menolak misi gerakan Zionisme yang membentuk negara
independen Yahudi di Palestina. Pembagian wilayah yang dilakukan PBB,
dianggap oleh negara Arab sangat tidak adil bagi Palestina. Berdasarkan
pembagian wilayah oleh PBB, masyarakat Yahudi yang hanya terdiri dari 37%
populasi Palestina mendapatkan wilayah sebesar 55%, sedangkan masyarakat
Arab yang terdiri dari 63% hanya mendapatkan wilayah sebesar 42%.26
Gagasan Nasionalisme Arab yang dipimpin oleh Presiden Mesir, Gamal
Abdel Nasser menyerukan penghancuran Israel selama bertahun-tahun. Gagasan
tersebut memiliki visi agar negara-negara di Timur Tengah dapat menangkal
pengaruh Barat. Untuk mencapai visi gagasan tersebut Mesir membuat keputusan
yang besar yaitu dengan menasionalisasi Terusan Suez. Keputusan tersebutlah
yang kemudian menimbulkan Krisis Suez yang terjadi tahun 1956 antara Mesir
melawan Israel, Perancis dan Britania.
Hingga tahun 1970 Anwar Sadat menjadi Presiden ketiga Mesir. Peralihan
Presiden tersebut juga mengubah haluan politik luar negeri Mesir terhadap Israel.
“Causes of the Israel-Arab Conflict”, tersedia dalam https://ocw.mit.edu/courses/politicalscience/17-42-causes-and-prevention-of-war-spring-2009/lecturenotes/MIT17_42S09_lec22_23 .pdf, diakses pada tanggal 14 Desember 2017.
26
22
Anwar Sadat menandatangani perjanjian damai antara Israel dan Mesir yang
disahkan di Camp David, Amerika Serikat pada bulan Maret 1979. Setelah
perjanjian Camp David dengan Mesir, giliran negara Arab lainnya yang berdamai
dengan Israel.
Pada tanggal 30 Oktober 1991 diadakan konferensi di Madrid, Spanyol.
Konferensi ini dihadiri oleh Israel, Lebanon, Yordania, dan Suriah. Hasil dari
rangkaian konferensi tersebut ialah perjanjian damai antara Israel dengan
Yordania yang ditandatangani pada tanggal 26 Oktober 1994 di Lembah Areva,
Israel. Mesir dan Yordania menanggapi dengan baik perjanjian damai tersebut,
namun tidak dengan Lebanon dan Suriah. Bahkan 20 menit sebelum
penandatanganan perjanjian damai tersebut, Hezbollah menyerang Galilea,
wilayah Utara Israel.
Meskipun perjanjian damai dengan Mesir dan Yordania tercapai, keamanan
Israel masih terancam dengan kehadiran kelompok-kelompok radikal. Kelompok
tersebut antara lain Hamas, Palestinian Liberation Organization (PLO), dan
Hezbollah. Kelompok-kelompok radikal tersebut terbentuk akibat peperangan
yang terjadi antara Arab dan Israel di Palestina. Tujuan utama kelompok radikal
tersebut dibentuk ialah untuk menghancurkan negara Israel.
Dari sebelah Utara, Israel menghadapi ancaman serangan yang berasal dari
kelompok bersenjata Hezbollah. Pangkalan utama Hezbollah berada di sebelah
Selatan Lebanon dekat dengan perbatasan Lebanon-Israel dan mereka juga berada
di Bukit Golan, untuk membantu regim Bashar al-Ashad dalam perang sipil
Suriah. Pada tanggal 12 Juli 2006 Hezbollah telah membunuh 8 tentara patroli
23
IDF dan menculik 2 orang, hal tersebut menyebabkan perang selama 34 hari
antara Hezbollah dan tentara Israel.27 Padahal PBB telah mengeluarkan Resolusi
1701 yang melarang kekuatan militer di Selatan Lebanon selain tentara Lebanon,
Hezbollah justru meningkatan kekuatan militer yang dimilikinya untuk melawan
Israel. Hezbollah diperkirakan memiliki sekitar 30.000 personil tentara dan
150.000 roket dan misil, yang semuanya dapat diluncurkan kapan saja ke setiap
sudut negara Israel.
Hezbollah termotivasi oleh ideologi politik dan agama Ayatollah Ruhollah
Khomeini, pemimpin revolusi Islam Iran tahun 1979 dan pendiri Republik Islam
Iran. Tindakan Hezbollah merupakan sebuah tindakan proxy dari Iran’s Islamic
Revolutionary Guard Corps (IRGC). Hezbollah menerima dukungan politik,
ekonomi, dan diplomatik dari Iran, termasuk dukungan dalam persenjataan dan
latihan militer. Iran meningkatkan dukungan terhadap Hezbollah sejak
dijatuhkannya sanksi ekonomi atas program nuklir Iran.28 Iran juga diketahui
memberikan bantuan dana dan persenjataan kepada Hamas.
Dari sebelah Selatan, Israel menerima ancaman keamanan dari Hamas.
Hamas merupakan sebuah kelompok radikal yang berbasis di Jalur Gaza. Bagi
Israel dan Amerika Serikat serta sekutunya, Hamas dianggap sebuah kelompok
teroris. Kekhawatiran atas serangan teroris memaksa IDF (Israel Defense Forces)
untuk membangun sebuah pagar sepanjang 200 km yang terbentang di perbatasan
Israel-Mesir. Hamas merupakan cabang dari Egyptian Muslim Brotherhood yang
27
“Hezbollah”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/issues/issue-display?issueid=
{E01BC8E4-1162-46F1-A9A4-69E26E64FB80}, diakses pada tanggal 29 Agustus 2017.
28
“Mounting Threats to Israel: Hezbollah”, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issue-memos/2016/mountingthreats \toisrae
lhezbollah.pdf, dikases pada tanggal 29 Agustus 2017.
24
sengaja dibentuk pada tahun 1987. Hamas telah mengambil alih Jalur Gaza dan
menyebabkan 3 kali perang dengan Israel. Sejak awal terbentuknya, Hamas telah
membunuh sekitar 500 lebih warga Israel.29 Sebanyak 100 pekerja Hamas telah
menggali 50 lubang menuju wilayah Israel, 32 lubang diantaranya berhasil
dihancurkan oleh IDF.30 Lubang tersebut dibuat agar memudahkan mereka untuk
dapat masuk ke wilayah Israel.
Selain Hamas, beberapa kelompok bersenjata lainnya yang berbasis di Gaza
tercatat telah menembakkan sekitar 17.000 roket lebih kearah Israel sejak tahun
2001. Setelah mundurnya Israel dari Gaza pada tahun 2006, lebih dari 11.200
roket dan mortir telah ditembakkan kearah pusat populasi Israel yaitu ditahun
2008-2009, 2012, dan 2014. Pada tahun 2017 sendiri terhitung 9 roket telah
ditembakkan oleh Hamas ke wilayah Israel.31
Ancaman keamanan Israel hampir 80% berasal dari Iran, Netanyahu
mengatakan hal tersebut pada peringatan peristiwa bom yang terjadi di Kedutaan
Besar Israel untuk Argentina pada tahun 1992.32 Republik Islam Iran
berkomitmen untuk kehancuran negara Israel, hal ini tentu saja membuat
kepemilikan program nuklir Iran menjadi ancaman besar bagi keamanan Israel.
Kelompok bersenjata yang didanai oleh Iran seperti Hamas dan Hezbollah,
sengaja dibentuk untuk menyerang warga Israel.
“The 5 Major Threats Facing Israel”, tersedia dalam https://www.idfblog.com/2015/04/06/5major-threats-facing-israel/, diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.
30
“Hamas”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/issues/issue-display?issueid={4399EDFB3F50-4744-819A-CD491B3FA7DC}, diakses pada tanggal 30 Agustus 2017.
31
“New Hamas Document Calls for Israel Destruction”, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issue-memos/2017/new-hamas-documentcalls-for-israels-destruction.pdf, diakses pada tanggal 31 Agustus 2017.
32
“Netanyahu: 80% of security threats against Israel emanate from Iran”, tersedia dalam
http://www.timesofisrael.com/netanyahu-80-of-security-threats-against-israel-emanate-from-iran/,
diakses pada tanggal 29 Agustus 2017.
29
25
Iran mengklaim telah membantu mempersenjatai kembali Hamas dan
merekonstruksi terowongan sejak tahun 2014. Setiap tahunnya Iran juga
mengirimkan dukungan dana ke Hezbollah sebesar 800 juta USD hingga 1 miliar
USD dan membantu menimbun hampir 150.000 roket dan rudal.33 Iran juga telah
mengerahkan sebanyak 2.000 tentara IRGC ke Suriah, untuk membantu tentara
Suriah, Hebzollah, dan militan Syiah.34 Beberapa dari tentara tersebut beroperasi
didekat perbatasan Israel dibukit Golan, hal tersebut dilakukan agar IRGC dapat
lebih dekat dan mudah untuk menyerang Israel.
Serangan dari negara Arab dan berbagai kelompok radikal, membuat
pertahanan dan keamanan negara Israel sangat terancam. Serangan tersebut
mayoritas timbul dari konflik berkepenjangan yang terjadi di Palestina. Kedua
belah pihak yaitu negara Arab dan Israel memiliki tujuan ekstrim yang sangat
mereka perjuangkan, yang membuat berbagai resolusi perdamaian tidak berhasil
hingga kini. Negara Arab menolak pendirian negara Israel dan berkeinginan untuk
menghancurkan negara Israel. Sedangkan Israel memiliki misi untuk memperluas
wilayahnya di Palestina dengan cara kekerasan. Hal tersebut dapat merusak
karakter Yahudi di mata masyarakat internasional.
Perluasan wilayah yang dilakukan oleh Israel dengan cara kekerasan dapat
memicu kebangkitan gerakan Pan-Arabism yang dipimpin oleh negara Arab. Hal
tersebut akan sangat membahayakan keamanan Israel.
“Mounting Threats to Israel: Iran”, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issue-memos/2016/mountingthreatstoisrael
iran.pdf, diakses pada tanggal 31 Agustus 2017.
34
Ibid.
33
26
B. Program Senjata Nuklir Israel
Pengalaman penindasan dan pembantaian bangsa Yahudi serta peperangan
yang dihadapi Israel dengan negara-negara tetangganya dan beberapa kelompok
bersenjata lainnya, semakin meyakinkan Israel untuk membangun sebuah ultimate
detterent, yaitu senjata nuklir.
Pada tahun 1949 sekelompok special unit dari Israeli Defense Force Science
Corps dikirim untuk melakukan survey di dataran Negev untuk melacak potensi
uranium. Pada tahun 1950 mereka menemukan sedikit uranium dekat Beersheba
dan Sidon. Lalu pada tahun 1952 Israeli Atomic Energy Commission (IAEC)
dibentuk.
Banyak ilmuwan Yahudi yang berimigrasi ke Palestina selama tahun
1930an dan 1940an, termasuk salah satunya ialah Ernst David Bergmann. Ia
kemudian menjadi direktur IAEC dan merupakan founding father program nuklir
Israel. Program nuklir tersebut ditujukan untuk mengimbangi sumber daya alam
Israel yang kecil dan anggota militer yang sedikit. Bergmann mengatakan bahwa
dengan nuklir "we shall never again be led as lambs to the slaughter". Pernyataan
tersebut memiliki arti bahwa dengan memiliki senjata nuklir, Israel tidak akan lagi
mengalami penindasan, melainkan dapat menjadi negara yang kuat di Timur
Tengah.
Menurut Sholomo Brom seorang veteran Israel Defense Force, alasan lain
yang membuat Israel semakin yakin untuk mengembangkan senjata nuklir karena
adanya asimetris antara kekuatan militer Israel dengan kekuatan militer yang
27
dimiliki oleh negara tetangganya.35 Israel yakin bahwa negara tetangganya
tersebut memiliki senjata kimia dan biologi. Suriah diketahui memulai program
chemical warfare sejak pertengahan tahun 1970an. Program tersebut berhasil
memproduksi VX, sarin nerve agents, dan mustard blister agents. Produksi
senjata kimia tersebut dibantu oleh Iran. Suriah juga diyakini memiliki kapabilitas
untuk memproduksi senjata biologi.
Awal pembangunan program nuklir Israel tidak lepas dari campur tangan
Perancis. Pada tanggal 07 November 1956 diadakan sebuah pertemuan rahasia
antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Israel yaitu Golda Meir dan
Shimon Peres; serta Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Perancis yaitu
Christian Pineau dan Maurice Bourges-Manoury. Perancis membuat perjanjian
untuk membantu Israel dalam membangun program nuklir, dan perjanjian tersebut
ditandatangani pada bulan Oktober 1957. Perancis berjanji akan membangun 18
MWth reaktor riset tipe EL-3 beserta teknologi pemisahan plutonium. Kemudian
seiring berjalannya waktu reaktor nuklir tersebut ditingkatkan menjadi 24 MWth.
Para ahli Perancis secara rahasia membangun reaktor bawah tanah di
Dimona. Ratusan insinyur dan teknisi asal Perancis memenuhi kota Beersheba,
yang merupakan kota terbesar di Negev, Israel. Banyak dari mereka merupakan
kontraktor yang sama yang membangun reaktor nuklir di Marcoule, Perancis.
Alasan bantuan Perancis terhadap program nuklir Israel bukan hanya karena
kekalahan dalam Krisis Suez, tetapi Perancis melihat bahwa militer Israel dapat
35
“Israel’s
Nuclear
Program
and
Middle
East
Peace”,
tersedia
dalam
http://www.cfr.org/israel/israels-nuclear-program-middle-east-peace/p9822, diakses pada tanggal
29 Januari 2017.
28
digunakan sebagai kekuatan untuk melawan Mesir, dalam peperangannya di
Algeria. Mesir terus menambahkan jumlah pemberontak di Algeria, sehingga
menyusahkan Perancis.
Setelah pesawat mata-mata Amerika Serikat berhasil menangkap gambar
reaktor nuklir Israel, pada tahun 1960 sebelum reaktor mulai dioperasikan,
Perancis memutuskan untuk menghentikan proyek tersebut. Tekanan ini
dilatarbelakangi oleh kekhawatiran Perancis terhadap reaksi internasional atas
bantuan Perancis kepada program nuklir Israel. Setelah beberapa bulan negosiasi,
pada bulan November mereka mencapai sebuah kesapakatan dimana proyek
tersebut dapat dilanjutkan apabila Israel berjanji untuk tidak membuat senjata
nuklir dan mengumumkan program nuklir tersebut ke publik. Namun Israel
mengabaikan tekanan dari Perancis tersebut. Pada tahun 1964 para kontraktor
Perancis menyelesaikan pekerjaannya di reaktor Dimona, hal ini juga menandakan
berakhirnya kerjasama Israel – Perancis dalam program nuklir.
Kerjasama dengan Perancis memberikan Israel beberapa unsur untuk
pembangunan senjata nuklir, dengan extra uranium dan heavy water akan
membuat reaktor beroperasi pada level tinggi. Sejak beroperasinya reaktor
Dimona, pengumpulan uranium sudah dilakukan, namun masih disimpan secara
terpisah. Lalu pada awal tahun 1968 Menteri Pertahanan Israel Moshe Dayan
memulai produksi senjata nuklir. Israel mulai memproduksi senjata nuklir 3
hingga 5 bom per tahunnya.
Pemerintah Israel beberapa kali hampir mengekspos senjata nuklirnya. Pada
perang Yom Kippur, Perdana Menteri Golda Meir memutuskan untuk
29
menyiapkan 13 bom atom dengan berat 20 kiloton per bom untuk menyerang
Mesir dan Suriah. Namun keputusan tersebut dibatalkan oleh Meir dengan
melakukan gencatan senjata. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh pendapat
Amerika Serikat yang mengatakan bahwa bantuan militer Uni Soviet kepada
Mesir dan Suriah dapat mengalahkan kekuatan militer yang dimiliki Israel.
Pada tanggal 22 September 1979, satelit Amerika Serikat menangkap dua
buah cahaya terang di Samudera India. Cahaya tersebut dipercaya merupakan
sebuah uji coba nuklir gabungan antara Israel dan Afrika Selatan. Ketika ditanyai
perihal kebenaran hal tersebut, pemerintah Israel menyangkal bahwa pernah
melakukan uji coba nuklir.
Publikasi program nuklir Israel yang menarik banyak perhatian publik
berasal dari seorang mantan teknisi reaktor nuklir di Dimona yaitu Mordechai
Vanunu. Vanunu bekerja sebagai teknisi di Dimona sejak tahun 1976 dan berhenti
pada bulan Oktober 1985. Selama bekerja disana, secara diam-diam ia mengambil
banyak gambar reaktor Dimona. Ia kemudian pergi meninggalkan Israel pada
awal tahun 1986, berkeliling Eropa hingga akhirnya menetap di Sydney, Australia.
Dokumentasi reaktor nuklir Israel ia beberkan kepada London’s Sunday Times.
Pada bulan September 1986, Vanunu terbang ke London untuk melakukan
wawancara langsung. London Sunday Times kemudian mempublikasikan program
senjata nuklir Israel pada tanggal 05 Oktober 1986.36 Pemerintah Israel ingin
“Mordechai Vanunu: Israel’s Nuclear Whistle Blower and Hostage”, tersedia dalam
http://www.countercurrents.org/2016/08/10/mordechai-vanunu-israels-nuclear-whistle-blowerand-hostage/, diakses pada tanggal 06 Mei 2017.
36
30
menuntut Vanunu karena membocorkan rahasia besar Israel. Vanunu dihukum 18
tahun penjara atas pengkhianatan dan spionase pada tahun 1988.37
Jantung produksi senjata nuklir Israel ialah 24 MWth reaktor Dimona yang
biasa disebut Negev Nuclear Research Centre yang berada dekat dengan kota
Beersheba. Situs tersebut memuat beberapa fasilitas nuklir rahasia untuk
memproduksi plutonium, termasuk reaktor air berat, pabrik pembuatan bahan
bakar, dan pabrik pemisahan plutonium, semuanya disediakan oleh Perancis. Situs
tersebut juga memuat fasilitas penyaringan dan pemurnian tritium, fasilitas
produksi lithium, dan fasilitas pengayaan uranium.
Gambar 3.2
Reaktor Nuklir Dimona
Sumber: Israeli Nuclear Forces, 2002 – SAGE Journals.
“Israeli nuclear whistleblower Mordechai Vanunu convicted again over meetings with US
citizens”,
tersedia
dalam
http://www.telegraph.co.uk/news/2017/01/23/israeli-nuclearwhistleblower-mordechai-vanunu-convicted-meetings/, diakses pada tanggal 06 Mei 2017.
37
31
Reaktor Dimona meningkat dari 24 MWth menjadi 40 MWth setelah mulai
dioperasikan pada akhir tahun 1963. Pada awal tahun 1968, Central Inteligence
Agency (CIA) melaporkan bahwa Israel telah berhasil membuat senjata nuklir.38
Kekuatan reaktor kemudian meningkat, tetapi tidak melebihi dari 70 MWth.
Namun menurut bukti foto yang diambil oleh Vanunu, tertulis kekuatan reaktor
ialah 150 MWth. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh International Panel
in Fissile Materials (IPFM) pada tahun 2010, kekuatan reaktor 150 MWth sedikit
meragukan, mereka mengansumsi bahwa 150 MWth merupakan operasi multidekade reaktor selama 7 tahun.39
Hulu ledak nuklir Israel dapat diluncurkan melalui dua skwadron pesawat F16 dan F-15E dari udara. Israel mulai membeli dan menerima pesawat F16 dari
Amerika Serikat. Dari darat hulu ledak nuklir Israel dapat diluncurkan melalui dua
lusin rudal balistik jarak menengah seperti Jericho II. Israel mendapatkan Jericho
II melalui perjanjian dengan perusahaan Perancis yaitu Dassault, namun setelah
perang tahun 1967 Perancis menjatuhkan embargo kepada Israel, hal tersebut
membuat Israel mulai memproduksi Jericho secara independen. Sedangkan dari
laut hulu ledak nuklir dapat diluncurkan melalui beberapa kapal selam rudal
Dolphin. Israel mengontrak perusahaan Jerman yaitu Thyssen Nordseewerke di
Emden dan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel untuk membangun kapal
“Israel’s Millitary Plutonium Stock”, tersedia dalam http://isis-online.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_2015_Final.pdf, diakses pada
tanggal 22 Oktober 2017.
39
“Israel’s Millitary Plutonium Inventory”, teresedia dalam http://isis-online.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_2015_Final.pdf, diakses pada
tanggal 20 Juli 2017.
38
32
selam bagi IDF. Kapal selam Dolphin yang pertama tiba di Israel pada 27 Juli
1999.40 Rudal Israel dapat mencapai Libya, Iran hingga ke Rusia.
Tidak ada yang tau pasti berapa tepatnya jumlah senjata nuklir yang
dihasilkan oleh reaktor nuklir Israel. Vanunu mengatakan ia tidak pernah melihat
wujud dari senjata nuklir Israel, karena komponen tersebut dipindahkan dibawah
kemanan yang ketat ke sebuah fasilitas di Haifa. Selama beberapa dekade
beberapa analis, penulis, para pemikir dan pemberitaan media menerka jumlah
senjata nuklir yang dimiliki oleh Israel. mulai dari 75 hulu ledak nuklir hingga
lebih dari 400 hulu ledak nuklir. Tetapi menurut Bulletin of The Atomic Scientists,
estimasi yang mengatakan bahwa Israel memiliki lebih dari ratusan hulu ledak
nuklir mengansumsi bahwa material fisil yang diproduksi oleh reaktor Dimona
semuanya digunakan untuk membangun senjata nuklir. Mereka percaya bahwa
total produksi plutonium merupakan sebuah indikator yang kurang tepat untuk
menghitung ukuran arsenal.41
Tujuan utama pembangunan program senjata nuklir Israel bukanlah untuk
digunakan sebagai strategi dalam berperang, namun untuk kepentingan
pertahanan.42 Israel dapat meluncurkan serangan nuklir selama berperang
melawan negara Arab, namun tidak pernah menggunakannya karena dapat
menimbulkan dampak yang sangat destruktif. Namun apabila dalam keadaan yang
sangat terancam, Israel tidak segan untuk menggunakan senjata nuklirnya sebagai
opcit, diakses pada tanggal 12 Januari 2017.
“Israel’s Nuclear Arsenal Might Be Smaller and More Strategic Than Everyone Thinks”,
tersedia dalam http://www.businessinsider.com/israels-nuclear-arsenal-may-be-different-thaneveryone-thinks-2014-11, diakses pada tanggal 21 Juli 2017.
42
“Bulletin of the Atomic Sciencetists: Global Nuclear Weapons Inventories 1945-2013”, tersedia
dalam
http://goodtimesweb.org/overseas-war/2014/Bulletin-of-the-Atomic-Scientists-2013Kristensen-75-81.pdf, diakses pada tanggal 21 Juli 2017.
40
41
33
upaya terakhir. Jadi, sebenarnya Israel hanya memiliki sekitar 80 hulu ledak
nuklir.43 Pada bulan Januari 2009 Stockholm International Peace Institute (SIPRI)
menggolongkan Israel sebagai negara ke-6 dengan kekuatan nuklir setelah 5
negara DK-PBB.44
Reaktor nuklir Dimona merupakan salah satu reaktor tertua didunia. Jika
dihitung dari sejak dilakukan pembangunan, reaktor yang terletak di Gurun Negev
tersebut sekarang sudah berumur 54 tahun. Terdapat banyak reaktor di dunia yang
juga dibangun sekitar tahun 1960an ditutup dengan alasan keamanan. Reaktor
Dimona terancam ditutup setelah melalui inspeksi dengan menggunakan teknologi
ultrasound ditemukan 1.537 kerusakan pada inti alumunium reaktor.45
Inti reaktor terbuat dari semen yang dilapisi dengan logam. Reaktor yang
dibangun dengan bantuan Perancis tersebut dimaksudkan hanya beroperasi selama
40 tahun. Batang bahan bakar diselipkan kedalam inti reaktor dimana peleburan
nuklir terjadi. Selama bertahun-tahun, inti reaktor menyerap panas dan radiasi
dalam jumlah yang besar, dimana secara perlahan menyebabkan degenarasi
material reaktor.
Bagaimanapun juga Israel akan berusaha untuk tidak menutup reaktor
Dimona. Apabila reaktor Dimona ditutup, Israel tidak akan bisa membangun
sebuah reaktor nuklir baru ataupun merenovasinya tanpa bantuan internasional.
Israel yang bukan merupakan penandatangan NPT, akan menyulitkannya untuk
Ibid.
“Nuclear Age Peace Foundation: Israel’s Nuclear Program”, tersedia dalam
http://nuclearfiles.org/menu/key-issues/nuclear-weapons/issues/proliferation/israel/charnysh_israel
_analysis.pdf, diakses pada tanggal 25 Januari 2017.
45
“Shut Dimona Nuclear Reactor, Urges Founding Scientist”, tersedia dalam
https://www.timesofisrael.com/shut-dimona-nuclear-reactor-founding-scientist-urges-israel/,
diakses pada tanggal 09 Oktober 2017.
43
44
34
mendapatkan bantuan dari negara lain dalam hal reaktor nuklir, kecuali Israel
bersedia menandatanganinya. Para ilmuwan Israel mengatakan bahwa tidak ada
kebocoran pada reaktor sejak awal pembangunan hingga sekarang. Reaktor
Dimona lebih kecil dibandingkan dengan reaktor Fukushima dan Chernobyl,
jikapun ada kebocoran, hanya dalam skala kecil.
C. Reaksi Masyarakat Internasional
Kepemilikan senjata nuklir oleh Israel banyak memperoleh kontra dari
berbagai negara, terutama dari negara-negara yang secara geografis berdekatan
dengan Israel. Bahaya senjata nuklir Israel tidak hanya terbatas pada produksi dan
penyimpanan hulu ledak-hulu ledak nuklir, dan secara praktis pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas reaktor nuklir Israel yang radius
pencemarannya bisa menjangkau jarak yang cukup jauh, membawa dampakdampak yang berbahaya bagi kawasan.
Sejak deklarasi kemerdekaannya pada tahun 1948, Israel sudah mulai
mengembangkan program nuklir secara rahasia. Rezim non proliferasi nuklir
internasional yang pertama baru dibentuk pada tahun 1957 yaitu IAEA, dan yang
kedua yaitu NPT yang diaktifkan pada tahun 1970.46 Kedua institusi tersebut
mengatur negara dalam hal kepemilikan program nuklir. Israel menolak untuk
bergabung dan patuh terhadap rezim non proliferasi nuklir internasional tersebut.
Hal itulah yang menimbulkan berbagai kecaman dari dunia internasional atas
program senjata nuklir Israel.
Evelyn Adisa, “Rezim Non-Proliferasi Nuklir Internasional dan Program Nuklir Iran”, Jakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2012, hal.2-3.
46
35
Dalam kerangka NPT sudah diatur bahwa setiap negara dilarang membantu
atau mentransfer teknologi nuklir kepada negara lain dan semaksimal mungkin
berusaha untuk mengurangi kepemilikan senjata nuklirnya, dan bagi negara non
nuklir dilarang mengembangkan nuklir, kecuali untuk teknologi nuklir dan wajib
menerima inspeksi dari IAEA.47 Namun seperti diketahui Perancis membantu
Israel di awal pembangunan program nuklir Israel. Amerika Serikat yang
walaupun pada awalnya memaksa Israel untuk bergabung dengan NPT, kini justru
bertindak seperti tidak mengetahui bahwa negara tersebut sedang membangun
senjata nuklir, bahkan memberikan bantuan luar negeri yang jumlahnya terbilang
besar.
Utusan tetap Iran di IAEA, Reza Najafi menilai senjata-senjata nuklir rezim
Zionis Israel sebagai ancaman bagi perdamaian dan kemanan global, serta
menuntut investigasi serius IAEA atas program senjata nuklir Israel. Menurut
pernyataan Liga Arab, Negara-negara Arab mengancam akan keluar dari NPT,
apabila Israel menolak untuk menerima inspeksi internasional dari IAEA terhadap
program senjata nuklirnya dan menolak untuk menghancurkan arsenal senjata
nuklirnya.
Mesir memimpin negara-negara Non Blok dalam mendesak diselenggarakan
sebuah konferensi untuk membicarakan usaha agar Timur Tengah menjadi zona
bebas senjata nuklir, seperti yang tercantum dalam resolusi NPT tahun 1995.
Negara-negara Non Blok menginginkan Israel secara resmi mengumumkan
“The Nuclear Non-Proliferation Treaty”, tersedia dalam http://www.basicint.org/sites/
default/files/basic_npt_briefing_april2015.pdf, diakses pada tanggal 04 Oktober 2016.
47
36
senjata nuklirnya dan dengan segera menandatangani NPT untuk melucuti senjata
nuklirnya.
Negara-negara Arab seperti Mesir, Turki, Suriah, Iran Libya dan Iraq serta
Rusia, China dan Afrika Selatan, sering kali mendorong IAEA untuk membahas
program senjata nuklir Israel dalam setiap general conference IAEA.48 Namun
proposal pembahasan tersebut tenyata dikalahkan dengan voting oleh sekutu Israel
seperti Amerika Serikat, negara Uni Eropa, Korea Selatan, Australia dan Kanada.
Negara-negara Arab menuduh Amerika Serikat telah memberlakukan double
standard, karena berani mengecam program nuklir Iran sementara mengabaikan
kepemilikan senjata nuklir oleh Israel. Sanksi yang dijatuhkan kepada Iran antara
lain pembekuan asset perusahaan dan perorangan yang memiliki hubungan
dengan program nuklir, embargo ekspor dan impor senjata konvensional, larangan
bepergian bagi pejabat Iran, embargo bantuan keuangan internasional dan
larangan perdagangan dengan Iran. Selain Iran, negara yang juga terkena sanksi
akibat pengembangan program senjata nuklir ialah Korea Utara, India dan
Pakistan.
Pada tahun 1981 Israel melancarkan serangan udara ke reaktor nuklir Osirak
di Irak dan reaktor nuklir Al-Kibar milik Suriah pada tahun 2007. Bukannya
menempatkan program nuklirnya dibawah pengawasan internasional dan
menandatangani NPT, Israel justru menarget program nuklir milik negara lain.
Israel juga mengutuk keras pengembangan program nuklir yang dilakukan Iran,
Israel menganggap bahwa program nuklir Iran merupakan ancaman bagi
“Provisional Agenda – International Atomic Energy Comission”, tersedia dalam
https://www.iaea.org/About/Policy/GC/GC61/GC61Documents/English/gc61-1-add1_en.pdf,
diakses pada tanggal 07 Oktober 2017.
48
37
keamanan internasional khusunya wilayah Timur Tengah, padahal Iran mengikuti
inspeksi dari IAEA terhadap program nuklirnya.
Harapan besar dari masyarakat internasional dan sebagian besar negaranegara Arab dari IAEA, adalah agar IAEA tidak terpengaruh tekanan-tekanan
Barat dan dengan segera mengagendakan investigasi serius atas program senjata
nuklir Israel yang membahayakan dunia serta berusaha melindungi keamanan dan
perdamaian internasional dari bahaya nuklir Israel.
D. Dukungan Amerika Serikat
Sejak penemuan reaktor nuklir Israel oleh pesawat mata-mata U2 milik
Amerika Serikat, Amerika Serikat sudah menyadari bahwa Israel sedang
mengembangkan teknologi program nuklir. Beberapa presiden Amerika Serikat
sempat berusaha untuk mendesak Israel agar menempatkan program nuklirnya
dibawah pengawasan IAEA dan mempublikasikan program nuklirnya. Namun
usaha tersebut tidak membuahkan hasil, karena Israel bersikeras dengan
kebijakannya untuk mengembangkan program senjata nuklir dan
merahasiakannya.
Sebelumnya, pada tahun 1968 Amerika Serikat sempat memberikan bantuan
fisik kepada program nuklir Israel, yaitu berupa 2 komputer CDC 6400 dan
sebuah komputer IBM 360/65.49 Super komputer tersebut merupakan alat yang
penting bagi penelitian dan pengembangan senjata nuklir, karena didalamnya
terdapat simulator untuk uji coba senjata nuklir. Sebelumnya pada pemerintahan
“Israel’s Nuclear Weapons: The White house Factor”, tersedia dalam tersedia dalam http://eresources.perpusnas.go.id, diakses pada tanggal 23 OKtober 2016.
49
38
Johnson Amerika Serikat juga pernah mengirimkan Pesawat F-4 Phantom kepada
Israel. Pesawat tersebut dapat digunakan untuk mengangkut bom/rudal/misil.
Pada tahun 1980an Amerika Serikat pernah mendakwa Richard Smith atas
penyelundupan 810 krytons (ultra high speed electronic switching tubes that are
“dual-use”) kepada Israel. Ia menghilang sebelum sempat dibawa ke pengadilan.
Israel meminta maaf kepada AS serta mengembalikan 469 krytons, dan
mengatakan bahwa sisanya sudah dihancurkan pada saat uji coba senjata
konvensional.
Penerimaan Amerika Serikat terhadap program nuklir Israel pertama kali
dimulai pada masa pemerintahan Presiden Richard Nixon pada tahun 1969 ketika
dikeluarkannya NSSM 40.50 Sejak saat itu Amerika Serikat berhenti untuk
mendesak Israel bergabung dengan NPT dan kemudian mengadopsi kebijakan
“opacity” milik Israel perihal program senjata nuklir Israel.
Pembangunan program nuklir Israel memang dilakukan sebelum
pembentukan NPT, namun hal tersebut seharusnya tidak menjadi alasan untuk
tidak bergabung. Setiap negara dengan kekuatan nuklir harus bersedia menerima
pengawasan internasional dari IAEA atas program nukirnya dan bergabung
dengan NPT. Program senjata nuklir Israel sekarang sudah menjadi rahasia publik,
namun Israel dan Amerika Serikat akan tetap menyangkal keberadaan program
senjata nuklir Israel.
Dukungan Amerika Serikat atas program senjata nuklir Israel juga terlihat
dalam pemberian bantuan luar negeri setiap tahunnya. Walaupun Amerika Serikat
“NSSM No. 40 : Israeli Nuclear Weapons Program”, tersedia dalam
http://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/121095, diakses pada tanggal 06 Mei 2017.
50
39
tidak secara langsung menyatakan bahwa bantuan tersebut digunakan untuk
pengembangan program senjata nuklir Israel, namun bantuan luar negeri tersebut
diberikan kepada kekuatan militer Israel.
Pada tahun 2007, Pemerintah AS dan Israel menyepakati sebuah perjanjian
bantuan militer, yaitu sebesar USD 30 miliar untuk 10 tahun mulai dari tahun
2009 hingga 2018.51 Mantan Under Secretary State for Political Affairs, Nicholas
Burns, mengatakan bahwa bantuan tersebut merupakan sebuah investasi untuk
perdamaian jangka panjang. Perdamaian tersebut tidak akan tercapai apabila Israel
tidak menjadi sebuah negara yang kuat, dan agar rakyat Palestina dapat hidup
berdampingan dengan Israel.
Pemerintah Amerika Serikat menyatakan bahwa bantuan luar negeri yang
mereka berikan kepada Israel ialah untuk tujuan moral. Beberapa bahkan
mengatakan bahwa Israel ialah sebuah negara demokrasi yang sedang berjuang
untuk kelangsungan hidupnya. Namun apabila hal tersebut merupakan alasan
utama, seharusnya bantuan dana tersebut diberikan ditahun-tahun awal
pembentukan negara Israel dan menurun saat Israel berkembang menjadi negara
yang lebih maju seperti sekarang.
Pada tanggal 14 Juli 2015, IAEA melaporkan bahwa Iran telah mencapai
komitmen nuklir dibawah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Dengan
demikian negara P5+1 mencabut sanksi terkait nuklir terhadap Iran. Israel
mengecam PBB atas kesepakatan tersebut terutama terhadap Amerika Serikat.
Sebagai cara untuk menebus kekecewaan Israel terhadap Amerika Serikat,
“US Foreign Aid to Israel”, tersedia dalam https://fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf, diakses
pada tanggal 28 Desember 2016.
51
40
Menteri Pertahanan AS Ashton Carter menawarkan bantuan kepada Menteri
Pertahanan Israel Moshe Ya’alon, yaitu sebesar USD 38 miliar per tahun,
menggantikan sebelumnya.52 Bantuan luar negeri tersebut bahkan memecahkan
rekor sebagai bantuan luar negeri terbesar yang pernah diberikan oleh sebuah
negara kepada sekutunya. Bantuan baru tersebut akan diberlakukan pada tahun
2018 dan akan berlangsung selama satu dekade.
Total bantuan Amerika Serikat ke Israel sekitar 1/3 total anggaran bantuan
luar negeri Amerika Serikat. Padahal Israel hanya terdiri dari 0,001% populasi
dunia dan telah menjadi salah negara dengan pendapatan per kapita tertinggi.
GNP Israel lebih tinggi daripada GNP negara Mesir, Lebanon, Suriah, Yordania,
Tepi Barat dan Gaza jika dijumlahkan. Israel menempati urutan ke-16 sebagai
negara terkaya didunia dengan pendapatan per kapita sekitar 14.000 USD.53
Berikut adalah tabel bantuan luar negeri yang diberikan Amerika Serikat kepada
Israel mulai tahun 1949 hingga 2016.
“Bantuan
Militer
AS
Bagi
Israel
Pecahkan
Rekor”,
tersedia
dalam
http://www.dw.com/id/bantuan-militer-as-bagi-israel-pecahkan-rekor/a-19549453, diakses pada
tanggal 20 November 2016.
53
“The
Strategic
Functions
of
US
Aid
to
Israel”,
tersedia
dalam
http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.-financial-aid-to-israel-figuresfacts-and-impact.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2017.
52
41
Tabel 3.1
Bantuan Luar Negeri AS kepada Israel
Sumber: Congressional Research Service report
Hukum dalam negeri Amerika Serikat sudah mengatur perihal bantuan luar
negeri yang diberikan untuk negara lain, yaitu The Foreign Assistance Act. Pada
tanggal 3 November 1961 Presiden John F. Kennedy menandatangani undangundang tersebut54 dan mengeluarkan Perintah Eksekutif 10973 terkait reorganisasi
tersebut.55 Foreign Assistance Act 1961 menata ulang struktur program bantuan
luar negeri AS dan memisahkan antara bantuan militer dan non militer. Undangundang tersebut juga membentuk sebuah agensi baru yaitu USAID (United States
“Statement by The President Upon Signing The Foreign Assistance Act”, tersedia dalam
http://www.presidency.ucsb.edu/ws/index.php?pid=8307, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017.
55
“Executive Order 10973”, tersedia dalam http://www.thecre.com/fedlaw/legal20/eo10973.htm,
diakses pada tanggal 20 Oktober 2017.
54
42
Agency for International Development) untuk mengelola program bantuan non
militer dan ekonomi tersebut.
Foreign Assistance Act 1961 bagian 669 kemudian pada tahun 1976
diamendemen dengan Symington Amendment. Symington Amendment
diperkenalkan oleh Stuart Symington, seorang senator Demokrat, dan disahkan
oleh kongres AS untuk menetapkan posisi AS dalam teknologi non-proliferasi
senjata nuklir. 56 Symington Amendment terkandung dalam Arms Export Control
Act (AECA) bagian 101. 57
Pada tahun 1977, Foreign Assistance Act 1961 bagian 670, kemudian
diamendemen dengan Glenn Amendment. Glenn Amendment berisi sanksi-sanksi
yang berlaku untuk berbagai macam jenis bantuan luar negeri, pinjaman dan
perdagangan. DOD Appropriations Act of 2000 ditandatangani pada tanggal 25
oktober 1999 untuk memberikan wewenang kepada Presiden untuk membebaskan
sanksi Glenn Amendment.58 Glenn Amendment terkandung dalam Arms Export
Control Act bagian 102(b).59
56 “Context of June 1976: Symington Amendment Passed Restricting Aid to Nuclear
Proliferators”, tersedia dalam http://www.historycommons.org/context.jsp?item=a0676symington
amendment , diakses pada tanggal 24 September 2017.
“The Arms Export Control Act”, tersedia dalam https://fas.org/asmp/resources/
govern/aeca00.pdf, diakses pada tanggal 21 Oktober 2017.
58
“The
President’s
Trip
to
South
Asia”,
tersedia
dalam
https://clintonwhitehouse4
.archives.gov/textonly/WH/New/SouthAsia/fact_sheets/india3.html,
diakses pada tanggal 24 September 2017.
59
Op.cit.
57
43
Gambar 3.3
Foreign Assistance Act 1961
Sumber: House Office of the Legislative Counsel, Arms Control Association.
Mayoritas masyarakat AS sendiri mendukung bantuan luar negeri yang
diberikan kepada Israel. Hal tersebut terlihat dalam grafik 3.2 survey yang
dilakukan oleh ROPER Center kepada masyarakat AS. Grafik tersebut
menanyakan sikap masyarakat AS terhadap bantuan luar negeri yang diberikan
untuk kekuatan militer Israel, apakah harus ditambahkan, dikurangkan, atau tetap.
44
Grafik 3.1
Sikap Masyarakat AS Terhadap Bantuan Militer ke Israel
Sumber: ROPER Center, Cornell University.
Pada Februari 2015, Pew Research Center juga melakukan survey kepada
masyarakat AS, sebesar 48% responden menyatakan bahwa dukungan AS kepada
Israel sudah benar, dan sebesar 29% responden menyatakan bahwa bantuan AS ke
Israel kurang suportif, sedangkan sebesar 18% mengatakan bahwa bantuan
tersebut terlalu suportif.60
Alasan utama mengapa mayoritas masyarakat AS keberatan dengan bantuan
luar negeri AS kepada Israel ialah karena mereka percaya bahwa Israel tengah
“More View Netanyahu Favorably Than Unfavorably; Many Unaware of Israeli Leader”,
tersedia dalam http://www.people-press.org/2015/02/27/more-view-netanyahu-favorably-thanunfavorably-many-unaware-of-israeli-leader/, diakses pada tanggal 2 Desember 2017.
60
45
mengembangkan program senjata nuklir. Pada tahun 2014 Institute for Research:
Middle Estern Policy
melakukan survey
terkait kepercayaan masyarakat
Amerika Serikat terhadap kepemilikan program senjata nuklir Israel. Sebesar
63.9% masyarakat Amerika Serikat yakin bahwa Israel tengah mengembangkan
program senjata nuklir, dan sebesar 36.1% mengatakan tidak percaya.61
“American
Public
Opinion
on
US
Aid
to
Israel”,
www.irmep.org/09302014_usfati, diakses pada tanggal 18 DEsember 2017.
61
tersedia
dalam
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Selain negara P5+1 terdapat juga beberapa negara yang diketahui memiliki
senjata nuklir antara lain India, Pakistan, Korea Utara, Iran, Israel dan Suriah.
Perbedaan Israel dengan kelima negara nuklir tersebut ialah Israel tidak mengikuti
inspeksi IAEA dan tidak pernah mengakui bahwa memiliki program senjata nuklir,
sedangkan kelima negara tersebut secara terang-terangan mengakui memiliki
senjata nuklir bahkan beberapa berani untuk melakukan uji coba nuklir.
Dalam merespon program senjata nuklir dari negara-negara tersebut, terlihat
jelas bahwa Amerika Serikat melakukan double standard. Disatu sisi AS
mengutuk program senjata nuklir yang dimiliki oleh Iran dan Korea Utara serta
menjatuhkan sanksi internasional, namun disisi lain AS justru tidak pernah
membahas program senjata nuklir yang dimiliki oleh sekutunya yaitu Israel.
Dengan kekuatan yang dimilikinya di PBB, AS selalu memveto usulan
pembahasan program senjata nuklir Israel dalam setiap general conference IAEA.
Setiap kali ditanya perihal kepemilikian senjata nuklir Israel, AS tidak pernah
secara tegas menyatakan apakah Israel memiliki ataupun tidak memiliki senjata
nuklir. Selain melakukan double standard, Amerika Serikat juga menciderai
prinsip utama NPT dan The Foreign Assistance Act.
Dewan Keamanan PBB seharusnya dengan segera mengambil tindakan
untuk mengadopsi resolusi yang mengikat negara yang mengundurkan diri dari
keanggotan rezim non proliferasi nuklir. Dengan begitu resolusi tersebut dapat
memperkuat otoritas IAEA dan NPT. PBB juga seharusnya dapat bertindak tegas
47
terhadap program senjata nuklir Israel. Walaupun tidak menandatangani NPT,
namun Israel mempunyai kewajiban sebagai sebuah entitas negara untuk turut
serta menjaga perdamaian dan keamanan dunia terutama dari proliferasi nuklir.
Kelemahan lain dari rezim non proliferasi nuklir ialah, hak veto yang dimiliki oleh
negara sebagai anggota DK-PBB dapat memblok resolusi PBB terkait
ketidakpatuhan negara anggota NPT.
Dukungan Amerika Serikat terhadap program nuklir Israel bukan tanpa
alasan. Alasan yang pertama ialah, Amerika Serikat melihat Israel sebagai aliansi
yang kredibel di Timur Tengah. Amerika Serikat merasa dengan kapabilitas yang
di miliki oleh Israel, dapat membantu untuk mencapai kepentingan nasionalnya.
Alasan kedua Amerika Serikat mendukung program senjata nuklir Israel, ialah
karena adanya lobby dari kelompok kepentingan Israel yang ada di Amerika
Serikat yaitu American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Kelompok
kepentingan tersebut selalu berhasil untuk melobi kongres terkait kebijakan
Amerika Serikat di Timur Tengah dan selalu melancarkan bantuan luar negeri
kepada Israel. Alasan yang ketiga ialah hubungan Israel dan Amerika Serikat yang
berdasarkan pada nilai yang sama, yaitu demokrasi, pengalaman yang sama dalam
merebut kemerdekaan, dan komitmen dalam hak asasi manusia.99
“Israel: A Strategic Asset for the United States”, tersedia dalam
i.cfr.org/content/publications/attachments/Israel_strategic_US_assest_report.pdf, diakses pada
tanggal 03 Januari 2017.
99
48
A. Israel sebagai Aliansi yang Kredibel
Walaupun hubungan strategi negara-negara Arab dengan Amerika
Serikat semakin menguat, namun negara-negara Arab tersebut tidak memiliki
stabilitas politik, teknologi canggih dan kekuatan militer yang terlatih seperti
yang dimiliki Israel. Banyak pihak yang melihat hubungan antara Israel dan AS
sebagai one way street, namun hal tersebut tidaklah benar. Sementara AS
banyak memberikan banyak bantuan dana kepada Israel, Israel juga
memberikan keuntungan yang signifikan kepada AS dalam beberapa bidang.
Aliansi yang kredibel mengacu kepada cangkupan bidang kerjasama
antara Amerika Serikat dan Israel. Israel menjadi negara model/panutan bagi
AS berkat kemampuan inovasi di beberapa bidang seperti militer, keamanan
dalam dan luar negeri, teknologi, dan ekonomi. Jika dilihat dari konsep
Decision Making oleh Richard Snyder, Israel sebagai aliansi yang kredibel bagi
Amerika Serikat merupakan external setting yang termasuk kedalam kategori
societies organized.
Israel selalu melahirkan beberapa inovasi teknologi yang canggih, salah
satunya dalam hal medis. Setiap harinya inovasi tersebut membantu
menyelamatkan tentara Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak. Keahlian
medis medan perang Israel telah meningkatkan tingkat kelangsungan hidup
pasukan militer Amerika Serikat yang mengalami luka parah melalui pelatihan
dan produk medis yang tidak dimiliki oleh Amerika Serikat.
Dr. Edna Foa seorang professor berkebangsaan Israel di Universitas
Pennsylvania telah menemukan sebuah metode penyembuhan yang disebut
49
Prolonged Exposure (PE). Metode tersebut diciptakan Foa selama Palestinian
Intifada tahun 2000 ketika pasukan Israel terkena trauma perang. Pemerintah
AS Departemen Urusan Veteran berinisiatif untuk menerapkan PE secara luas
dan mengajarkannya diberbagai angkatan bersenjata Amerika Serikat. Sejauh
ini sekitar 1200 dokter di sistem veteran Amerika Serikat telah dilatih
menggunakan metode PE.100
Pengalaman militer Israel dalam hal pengembangan senjata konvensional
telah banyak membantu kekuatan militer AS. Kedua negara bekerjasama dalam
pengembangan teknologi militer yang canggih seperti counter-rocket David’s
Sling dan sistem pertahanan rudal Arrow, dan akan dengan segera diekspor ke
sekutu AS yang lainnya. Inovasi teknologi militer Israel juga telah memberikan
wajah baru bagi alat persenjataan yang modern, seperti pengembangan
cyberweapons, kendaraan tanpa awak (robot dan drone), serta sistem
peperangan sensor dan elektronik.
Selain memiliki kekuatan militer yang maju, badan inteligensi Israel juga
banyak membantu militer Amerika Serikat. Amerika Serikat bersyukur
penduduknya dapat merasa aman dari serangan terorisme berkat kemampuan
badan inteligensi Israel dalam memperoleh informasi mengenai kelompok
radikal di Timur Tengah. Amerika Serikat dan Israel memiliki visi yang sama
yaitu menyatakan perang terhadap terorisme. Israel menjadi model dalam
mendesain teknik dan teknologi homeland security dan anti terorisme. Hal
“Protecting Our Troops”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/us-and-israel/militarypartnership/protecting-our-troops, diakses pada tanggal 25 Juli 2017.
100
50
tersebut menjadikan Israel sebagai counterweight bagi AS terhadap kelompok
radikal di Timur Tengah.
Administrasi Keamanan Transportasi Amerika Serikat bekerjasama
dengan pakar kemanan di Bandara Internasional Ben Gurion, Israel untuk
mempelajari bagaimana meningkatkan standar keamanan bandara. Pada bulan
Maret 2010 Amerika Serikat dan Israel menandatangani sebuah kesepakatan
untuk meningkatkan keamanan penerbangan.101 Kedua negara akan melakukan
prosedur latihan peninjauan ulang jika terjadi serangan dan menciptakan kode
yang dengan segera mengirimkan peringatan apabila penumpang mencoba
untuk melakukan tindakan terror.
Pengamat Amerika Serikat dari Federal Emergency Management Agency
(FEMA) dan garda nasional sering berangkat ke Israel untuk berpartisipasi
dalam latihan homeland security. 102 Pada bulan Januari 2010 Israel melakukan
latihan bio-terorisme skala besar yang mensimulasikan wabah cacar yang
disebabkan oleh serangan terorisme. Sejak saat itu FEMA dan Israeli National
Emergency Authority menandatangani sebuah kesepakatan formal untuk
melakukan lebih banyak latihan gabungan.103
Sebagian besar bantuan dana militer Israel yang diberikan oleh Amerika
Serikat, digunakan untuk membeli senjata dari Amerika Serikat. Sehingga
permintaan akan senjata Amerika Serikat semakin meningkat. Meningkatnya
“United States and Israel Announce Agreement to Enhance Joint Aviation Security”, tersedia
dalam
https://www.dhs.gov/news/2010/03/02/us-israel-agree-enhance-joint-aviation-security,
diakses pada tanggal 22 Oktober 2017.
102
“Fighting Terrorism”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/us-and-israel/fightingterrorism, diakses pada tanggal 25 Juli 2017.
103
“Israel and US to Train Together for Emergency Response”, tersedia dalam
http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/137572, diakses pada tanggal 22 Oktober
2017.
101
51
permintaan akan persenjataan, otomatis akan memberikan dampak yang baik
bagi perekonomian Amerika Serikat. Selain itu Israel dapat menjadi akses bagi
Amerika Serikat untuk menyalurkan senjata kepada negara-negara dunia ketiga
seperti Afrika Selatan dan Guatemala, dimana Amerika Serikat sendiri tidak
bisa menyalurkan senjata-senjata tersebut secara langsung. Bahkan pada tahun
1991, Israel sempat menyetujui gagasan pembekuan transfer senjata di Timur
Tengah, namun Amerika Serikatlah yang menolak ide tersebut.104 Israel juga
berkontribusi sebagai arena uji coba senjata Amerika Serikat yang murah.
Meskipun Israel hanya terbentuk sebesar 3% dari populasi Timur Tengah,
pada tahun 2011 Israel menjadi destinasi bagi 25% seluruh ekspor AS ke Timur
Tengah, dan mengalahkan Arab Saudi sebagai pasar utama produk Amerika.105
Selain itu, perusahaan Israel yang sedang mencari pasar global melihat AS
sebagai mitra yang tepat untuk memasarkan produk mereka. Inovasi teknologi
masyarakat Israel membantu AS untuk mempertahankan daya saing
ekonominya, mempromosikan pembangunan berkelanjutan, dan menciptakan
ribuan lapangan pekerjaan bagi masyarakat AS.
Keuntungan dari aliansi dengan Israel tidak hanya terlihat dalam inovasi
teknologi, militer, keamanan serta ekonomi, namun juga terlihat dalam
dukungan Israel terhadap semua tindakan AS di dunia internasional. Dari
paparan diatas terbukti bahwa hubungan yang terjalin antara AS dengan Israel
104
“US
Aid
to
Israel:
Interpreting
the
Strategic
Relationship”,
tersedia
dalam
http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.-financial-aid-to-israel-figuresfacts-and-impact.html, diakses pada tanggal 31 Mei 2017.
“Friends With Benefits: Why the US-Israeli Alliance is Good for America”, tersedia dalam
http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/friends-with-benefits-why-the-u.s.israeli-alliance-is-good-for-america, diakses pada tanggal 05 Desember 2017.
105
52
merupakan hubungan timbal balik. Israel diuntungkan dengan bantuan luar
nergeri yang banyak, sedangkan AS dapat menikmati beberapa inovasi
teknologi dan pengetahuan yang didapatnya langsung dari Israel. Kemajuan
Israel dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan sudah diakui oleh dunia.
B. Lobby American Israel Public Affairs Committee (AIPAC)
Lobi dari kelompok Yahudi di Amerika Serikat juga merupakan salah
satu faktor yang membuat Amerika Serikat selalu mendukung Israel.
Kelompok lobi tersebut sengaja dibentuk untuk memenuhi kebutuhan negara
Israel melalui bantuan luar negeri Amerika Serikat. Lobi AIPAC merupakan
faktor dalam negeri AS yang berasal dari masyarakat.
Ada dua kunci kekuatan Israel yaitu jaringan organisasi Zionis diseluruh
dunia dan kekuatan lobi. Lobi Israel sangat melekat dalam pemerintahan
Amerika Serikat. Terdapat banyak organisasi Yahudi di Amerika Serikat yang
dapat menentukan sikap luar negeri AS, diantaranya ialah Jewish Institute for
National Security Affairs (JINSA) dan Center for Security Policy (CSP).
Kedua organisasi tersebut memiliki hubungan yang erat dengan Committee on
the Present Danger (CPD), sebuah wadah berkumpulnya para Hawkish106
Gedung Putih dan Pentagon seperti Paul Wolfowitz, Dick Cheney, Karl Rove,
dan Richard Perle.107 Namun terdapat sebuah organisasi yang sangat berperan
Kaum neo-konservatif AS, seperti Dick Cheney dan Paul Wolfowitz.
Dewi Mustofiah, “Dahsyatnya Lobi-lobi Gila Internasional Israel”, 2011, Jogjakarta: IRCiSoD,
hal 152.
106
107
53
dalam mempengaruhi kongres AS untuk melancarkan dukungan AS ke Israel,
yaitu American Israel Public Affairs Committee (AIPAC).108
Lobi utama yang mendukung Israel di Amerika Serikat sejak tahun 1951
adalah AIPAC. AIPAC merupakan kelompok pro Israel yang paling aktif dan
lebih kuat daripada kelompok lainnya. Hampir semua kebijakan Amerika
Serikat di Timur Tengah dipengaruhi oleh AIPAC. AIPAC memiliki kantor
pusat di Washington D.C dan 10 kantor regional, dengan 10.000 anggota
resmi. AIPAC terdaftar secara resmi sebagai pelobi domestik yang didukung
oleh donator privat. AIPAC tidak menerima dana dari pemerintahan Israel,
Amerika Serikat, organisasi nasional maupun organisasi luar negeri lainnya.
Jika hal itu berubah, AIPAC harus mendaftar pada Departemen Peradilan
Amerika Serikat sebagai sebuah agen asing.
Setiap tahunnya AIPAC mengirimkan daftar tujuan berkelanjutan
mereka kepada setiap anggota Kongres dan White House. Tujuan
berkelanjutan tersebut diantaranya ialah peningkatan bantuan luar negeri dan
peralatan militer, mencegah perdagangan peralatan militer kepada negara Arab,
pemindahan keduataan AS dari Tel Aviv ke Jerusalem, dan menghentikan
semua bentuk anti-semit.109 Mereka juga memiliki konsep yang mereka coba
yakinkan kepada masyarakat dan pemimpin AS, untuk melancarkan dukungan
AS kepada Israel. Konsep tersebut tertuang dalam Virginia Quarterly Review:
“Jewish
Institute
for
National
Security
Affairs”,
tersedia
dalam
http://vincentjamesabramo.com/papers/JinsaFinal6.htm, diakses pada tanggal 22 Oktober 2017.
109
“Hijacking American Foreign Policy in the Middle East: An Analysis of the Power of the
American
Israel
Public
Affairs
Committee”,
tersedia
dalam
https://pol.illinoisstate.edu/downloads/conferences/2006/AustinTanyaAIPAC05.pdf, diakses pada
tanggal 10 Desember 2017.
108
54
a) kesan Israel sebagai Daud melawan Goliat (negara Arab); b) Israel sebagai
sebuah benteng demokrasi dan keegaliteran di tengah autokrasi; c) hubungan
sosiokultural antara Israel dengan negara Barat khusunya AS; d) keperluan
menjaga kekuatan Israel untuk melawan pemerintahan Arab yang radikal dan
kehadiran Uni Soviet di Timur Tengah; f) penerimaan orang Yahudi sebagai
sebuah kelompok etnik Amerika yang produktif dan positif; g) kekhawatiran
AS dan negara Barat bila dianggap anti-semit; h) perasaan bersalah dan
simpati yang timbul dari peristiwa pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman; i)
keperluan untuk membuktikan komitmen AS.110
AIPAC memiliki 4 pelobi di Capitol Hill dan sejumlah member yang
bekerja pada anggota Kongres dan Senator. Salah satu contoh anggota kunci
Kongres yang merupakan Christian-Zionist ialah Dick Armey. Sebagai
anggota Kongres AS, seharusnya mereka menomorsatukan kepentingan AS,
namun Dick Armey justru mengatakan bahwa prioritas utamanya ialah Israel.
Tidak seperti kelompok pelobi lainnya, AIPAC dapat mengorganisir
anggotanya untuk melakukan apapun. Dalam bekerja AIPAC menggunakan
ancaman pelabelan anti-semit kepada setiap anggota kongres dan eksekutif
yang dipandangnya kontra terhadap Israel. Mereka akan melakukan segala
cara agar anggota kongres dan eksekutif tersebut turun dari jabatannya atau
bahkan berpihak kepada Israel. Bagi para anggota Kongres dan eksekutif yang
pro Israel, maka AIPAC akan membantu mereka dalam setiap kampanye
bahkan mendorong media agar mempromosikan mereka.
Lembaga untuk Transformasi Sosial (Indonesia), “WACaNA Vol. 6”, 2004, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, hal. 184.
110
55
Pengaruh AIPAC di dalam Capitol Hill jauh lebih besar. Sudah menjadi
hal yang lumrah apabila para anggota dan staf Kongres untuk memanggil
AIPAC ketika mereka membutuhkan informasi, sebelum memanggil Library
of Congress atau Congressional Research Service. Bahkan AIPAC sering
diminta untuk menyusun naskah pidato, turut serta dalam pekerjaan legislasi,
menyarankan setiap taktik atau tindakan Kongres, melakukan penelitian, serta
mengumpulkan co-sponsor dan dukungan para pemimpin.
Dalam setiap kampanye pemilihan calon Presiden AS, semua kandidat
selalu menyatakan dukungan penuh kepada Israel dengan mengatakan bahwa
Israel merupakan sekutu terdekat AS. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas masyarakat AS sangat mendukung hubungan yang terjalin dengan
Israel. Walaupun jumlah Jewish hanya sekitar 3% dari populasi AS, namun
pengaruhnya dalam pemilihan Presiden sangat besar. Mereka menyokong
dana yang besar kepada kampanye pemilihan presiden dari kedua partai. Partai
Demokratik sendiri mengandalkan sebesar 60% sokongan dana dari
masyarakat Jewish.
Salah satu contoh keberhasilan AIPAC lainnya terbukti pada tahun 2007
ketika terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat, hal ini memaksa Amerika
Serikat untuk memangkas anggaran federal Amerika Serikat. Bantuan luar
negeri Amerika Serikat untuk Israel juga terancam mengalami pemotongan.
AIPAC tidak tinggal diam, AIPAC berusaha melobi Amerika Serikat melalui
AIPAC Policy Conference 2013. Dalam konferensi tersebut AIPAC berhasil
melobi kongres dengan mendeklarasikan Israel sebagai Major Strategic Ally
56
bagi Amerika Serikat. Sehingga AIPAC dapat meloloskan bantuan 3 miliar
dollar AS per-tahun kepada Israel, jumlah terbesar yang pernah diberikan
Amerika Serikat kepada negara-negara sahabatnya.
Dalam konferensi yang diadakan setiap tahun tersebut berhasil
mendatangkan anggota eksekutif Amerika Serikat seperti Barrack Obama
pada tahun 2011 dan 2012. Joe Biden pada tahun 2009 dan 2013, serta Hillary
Clinton pada tahun 2010.111 Ketiga anggota eksekutif tersebut dalam
pidatonya menyatakan dukungan terhadap Israel.
AIPAC juga berhasil mempengaruhi Amerika Serikat dalam setiap
forum PBB, yaitu dengan memveto setiap usulan yang merugikan Israel. Sejak
tahun 1982 AS sudah memveto 32 resolusi DK PBB. Veto resolusi tersebut
lebih banyak dibandingkan jumlah veto yang dikeluarkan 4 anggota DK PBB
lainnya jika dijumlahkan. Melalui AIPAC, Amerika Serikat juga pernah
menggagalkan usaha negara Arab untuk memaksa Israel mengikuti inspeksi
internasional dari IAEA.
Pada tanggal 27 Juli 2017 AIPAC berhasil meyakinkan Amerika serikat
untuk meluluskan Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act.
Dan
pada
tanggal
mengesahkannya
2
Agustus
menjadi
2017
Presiden
undang-undang.112
secara
resmi
Undang-undang
telah
tersebut
memperkuat sanksi yang menargetkan program rudal balistik Iran, tindakan
I Putu Yahya Priyatna, “Strategi AIPAC Dalam Menjaga Keberlanjutan Bantuan Luar Negeri
Amerika Serikat Untuk Israel”, Denpasar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Udayana.
112
“Counter Iran’s Regional Agression”, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/legislativeagenda/agenda-display?agendaid={109F35BE-5BAA-4B28-A16F-CD0C01E50BE0},
diakses
pada tanggal 25 September 2017.
111
57
yang tidak stabil di Timur Tengah, pelanggaran hak asasi manusia dan
perdagangan senjata konvensional yang tidak sah.113
C. Memiliki Nilai yang Sama
Selain memiliki kepentingan dalam menjalin kerjasama dengan Israel,
dan adanya lobi dari kelompok Yahudi di Amerika Serikat yaitu AIPAC,
dukungan yang diberikan oleh Amerika serikat kepada Israel juga didasarkan
pada pendekatan idealist. Pendekatan idealist yang dimaksud ialah pendekatan
yang menekankan pada faktor soft atau intangible, yaitu nilai yang sama
(shared values). Berdasarkan teori Decision Making oleh Snyder, memiliki
nilai yang sama merupakan faktor luar negeri AS yang berasal dari lingkungan
budaya.
Hubungan antara Amerika Serikat dan Israel tidak terbatas pada
kepentingan yang sama, tetapi juga berdasarkan nilai yang sama. Nilai yang
sama itu adalah demokrasi, kebebasan, sejarah dalam merebut kemerdekaan,
dan komitmen dalam hak asasi manusia.114 Ketika dua negara memiliki nilai
yang sama, mereka dapat disebut sebagai “ally”.
Amerika
Serikat
merupakan
negara
demokrasi
tertua
didunia.
Mempromosikan demokrasi ke seluruh dunia sudah menjadi kebijakan
baginya.115 Amerika Serikat mempunyai hubungan yang dekat dengan Israel
“Congress Overwhemingly Adopts Iran sanctions Legislations”, tersedia dalam
http://www.aipac.org/learn/resources/aipac-publications/publication?pubpath=PolicyPolitics/Press/
AIPAC%20Statements/2017/07/Congress%20Overwhelmingly%20Adopts%20Iran%20Sanctions
%20Legislation, diakses pada tanggal 25 September 2017.
114
“Shared Values”, tersedia dalam https://www.aipac.org/learn/us-and-israel/shared-values,
113
diakses pada tanggal 23 Oktober 2017.
“Democracy”, tersedia dalam https://www.state.gov/j/drl/democ/, diakses pada tanggal 22
Oktober 2017.
115
58
karena satu-satunya negara yang mengadopsi nilai-nilai demokrasi di Timur
Tengah yang membentang dari India hingga Italia ialah Israel. Demokrasilah
yang membuat Israel memiliki kemajuan ekonomi, walaupun dikelilingi oleh
banyak musuh. Israel dapat membantu Amerika Serikat mempromosikan
demokrasi terutama di wilayah Timur Tengah.
Dalam hal peradilan Israel berbeda dengan negara Timur Tengah
lainnya, Israel memiliki sistem peradilan independen yang melindungi hakhak individu dan beroperasi dengan prinsip “tidak bersalah sampai terbukti
bersalah”, sama halnya dengan sistem peradilan yang ada di Amerika Serikat.
Terkait pembiayaan dalam kampanye, Amerika Serikat dan Israel dapat
menerima pendanaan dari partai dan donator privat. Pendanaan dari donator
privat hanya diperbolehkan dari individu warga negara, dan terdapat
pembatasan jumlah pendanaan. Di Israel pendanaan dari setiap warga negara
dibatasi sebesar 2.300 shekel (US$ 600) dan di Amerika Serikat sebesar
US$2500 ke satu kandidat setiap satu kali putaran.116
Dalam lingkungan masyarakat, Amerika Serikat dan Israel juga
melarang diskriminasi hukum berdasarkan orientasi seksual (LGBT). Bahkan
pada tahun 2006 Israel merupakan tuan rumah sebuah event yang diorganisir
oleh aktivis LGBT dari seluruh dunia, dan dalam Tel Aviv dinobatkan sebagai
“Comparing
the
Israel
and
US
Electoral
Systems”,
tersedia
dalam
http://www.israelemb.org/washington/NewsAndEvents/Pages/Israel-Elections-2013-Differencesbetween-Israeli-and-US-Electoral-System.aspx, diakses pada tanggal 11 Januari 2018.
116
59
kota penerima LGBT no 1 didunia mengalahkan New York dan San
Fransisco.117
Sebagai negara demokrasi Amerika Serikat dan Israel juga merupakan
negara yang menjunjung tinggi kebebasan, persamaan dan toleransi tanpa
memperhatikan agama, ras ataupun gender. Sama seperti Amerika Serikat
Israel juga merupakan negara immigrant yang menghasilkan masyarakat
multicultural dengan penduduk yang berasal dari 100 bangsa, seperti Yahudi,
Arab, Druze dan Circassians.118
Kedua negara juga memiliki akar sejarah yang sama dalam merebut
kemerdekaan. Kedua negara sama-sama didirikan oleh pengungsi yang
mencari kebebasan berpolitik dan beragama. Keduanya terpaksa berperang
untuk mendapatkan kemerdekaan melawan kekuatan asing. Kedua negara juga
menerima masuknya imigran yang mencari kesejahteraan ekonomi.
Kesepakatan Israel dengan AS terkait program senjata nuklir Israel,
sebenarnya menciderai nilai-nilai demokrasi. Sebagai negara domokrasi tertua,
AS seharusnya paham betul bagaimana legitimasi hukum, secara spesifik
Glenn Amendment dan Symington Amendment yang tercantum dalam Arms
Export Control Act (AECA). Secara sadar, Amerika Serikat telah menciderai
hukum dalam negerinya sendiri dan tentunya tidak menghormati nilai-nilai
demokrasi. Dalam prinsip demokrasi, tidak ada satupun yang berada di atas
“Fact
Sheets:
Israel’s
Liberal
Democracy”,
tersedia
dalam
http://www.jewishvirtuallibrary.org/israel-rsquo-s-liberal-democracy, diakses pada tanggal 11
Januari 2017.
118
“Israel and the United States: Friends, Partners, and Allies”, tersedia dalam
http://www.mfa.gov.il/mfa/foreignpolicy/bilateral/pages/israel%20and%20the%20united%20states
-%20friends%20partners%20allies%20-%20jan%202007.aspx, diakses pada tanggal 23 Oktober
2017.
117
60
hukum, semuanya sama di mata hukum, namun AS justru melakukan double
standard, ketika memberikan sanksi kepada Iran, namun melupakan program
senjata nuklir Israel.
Prinsip demokrasi juga harus dipratikkan dalam dimensi internasional.
Negara harus memastikan bahwa setiap tindakkannya tidak bertentangan
dengan hukum internasional. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan
tindakan AS yang melanggar konsep NPT. Sebagai anggota tetap PBB, AS
seharusnya menunjukkan sikap yang tegas terkait proliferasi nuklir yang
dilakukan oleh Israel.
Israel sebagai sebuah negara, harusnya turut serta mendukung ketertiban
dan keamanan dunia. Israel membuat banyak negara khawatir akan reaktor
nuklir yang dimilikinya. Seperti diketahui bahwa reaktor nuklir dapat
membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Serta kepemilikan senjata
nuklir dapat mengancam keamanan regional. Seharusnya Israel dapat dengan
bijak menempatkan program nuklirnya di bawah inspeksi internasional,
apabila program nuklirnya memang ditujukan untuk kepentingan sipil.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Israel merupakan aliansi utama Amerika Serikat di Timur Tengah.
Melalui Israel, Amerika Serikat dapat memenuhi kepentingan nasionalnya
terutama di wilayah Timur Tengah. Amerika Serikat mendukung program
senjata nuklir Israel karena Israel menguntungkan dalam kerjasama di
berbagai bidang seperti militer, keamanan dalam dan luar negeri, teknologi,
serta ekonomi.
Setiap keputusan yang dibuat Amerika Serikat di Timur Tengah harus
menguntungkan Israel. Hal tersebut dikarenakan adanya kelompok lobi
kepentingan Yahudi di Amerika Serikat, yaitu AIPAC. Kelompok lobi
tersebutlah yang meloloskan bantuan luar negeri sebesar USD 3 juta setiap
tahunnya ke Israel, dan akan ditingkatkan menjadi USD 38 juta pada tahun
2018. Selain itu, Israel dan Amerika Serikat juga memiliki nilai yang sama,
seperti demokrasi, kebebasan, sejarah dalam merebut kemerdekaan, dan HAM.
B. Saran
1. Untuk mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir, negara dunia
harus patuh terhadap rezim proliferasi nuklir internasional, yaitu NPT dan
IAEA. Amerika Serikat sebagai anggota DK-PBB dan negara dengan
kekuatan nuklir, yang juga merupakan penandatangan NPT, seharusnya
62
patuh terhadap NPT, yang melarang negara dengan kekuatan nuklir untuk
mentransfer teknologi nuklir ke negara lain, dalam hal ini Israel.
2. Jika saja Amerika Serikat patuh terhadap NPT dan The Foreign Assistance
Act, maka Amerika Serikat tidak akan mendapatkan banyak kecaman dari
masyarakat internasional karena telah melakukan double standard
terhadap program nuklir Iran serta Israel.
3. Israel juga sebaiknya menempatkan program senjata nuklirnya dibawah
inspeksi dan regulasi internasional dari IAEA, serta menandatangani
perjanjian NPT. Dengan begitu masyarakat internasional percaya bahwa
program senjata nuklir tersebut memang ditujukan untuk kepentingan
damai.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Findley, Paul, Diplomasi Munafik Ala Yahudi, 1995, Bandung: Penerbit Mizan –
Anggota IKAPI.
Hersh, Seymour M., The Samson Option, 1991, Washington D.C.
Mas’oed, Mohtar, Studi Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi,
1991, Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial- Universitas
Gajah Mada.
Mustofiah, Dewi, Dahsyatnya Lobi-lobi Gila Internasional Israel, 2011,
Jogjakarta: IRCiSoD.
Rosenau, James N, International Politics and foreign Policy: A Reader in
Research and Theory, 1969, New York: The Free Press.
Setiawan, Agus, Perkembangan Lobi Yahudi dan Pengaruhnya terhadap Politik
Luar Negeri dan Kongres Amerika Serikat dalam WACaNA Vol, 6, 2004,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Skripsi:
Adisa, Evelyn, Rezim Non-Proliferasi Nuklir Internasional Dan Program Nuklir
Iran, 2012, Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia.
Meidita, Kerjasama India dan Amerika Serikat Dalam Pengembangan Program
Nuklir India, 2012, Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman.
Priyatna, I Putu Yahya, Strategi AIPAC Dalam Menjaga Keberlanjutan Bantuan
Luar Negeri Amerika Serikat Untuk Israel, Denpasar: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Udayana.
Jurnal :
Bulletin of the Atomic Sciencetists: Global Nuclear Weapons Inventories 19452013,
tersedia
dalam
http://goodtimesweb.org/overseaswar/2014/Bulletin-of-the-Atomic-Scientists-2013-Kristensen-75-81.pdf
Causes
of
the
Israel-Arab
Conflict,
tersedia
https://ocw.mit.edu/courses/political-science/17-42-causes-and-
dalam
64
prevention-of-war-spring-2009/lecturenotes/MIT17_42S09_lec22_23 .pdf, diakses pada tanggal 14 Desember
2017.
Executive
Order
10973,
tersedia
http://www.thecre.com/fedlaw/legal20/eo10973.htm
Foreign
dalam
Assistance
Act
of
1961,
tersedia
dalam
https://legcounsel.house.gov/Comps/Foreign%20Assistance%20Act%20
Of%201961.pdf, diakses pada tanggal 20 Oktober 2017
Hijacking American Foreign Policy in the Middle East: An Analysis of the Power
of the American Israel Public Affairs Committee, tersedia dalam
https://pol.illinoisstate.edu/downloads/conferences/2006/AustinTanyaAI
PAC05.pdf
Israel:
A Strategic Asset for the United States, tersedia dalam
i.cfr.org/content/publications/attachments/Israel_strategic_US_assest_rep
ort.pdf
Israel’s
Millitary Plutonium Inventory, teresedia dalam http://isisonline.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_201
5_Final.pdf
Israel’s
Millitary
Plutonium
Stock,
tersedia
dalam
http://isisonline.org/uploads/isisreports/documents/Israel_Military_Plutonium_Stock_November_19_201
5_Final.pdf
Israel’s Nuclear Arsenal Might Be Smaller and More Strategic Than Everyone
Thinks, tersedia dalam http://www.businessinsider.com/israels-nucleararsenal-may-be-different-than-everyone-thinks-2014-11
Israel’s Nuclear Weapons: The White House Factor, tersedia dalam http://eresources.perpusnas.go.id
Israeli
Nuclear
Forces,
2002,
tersedia
dalam
http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.2968/058005020, diakses pada
tanggal 17 Maret 2017.
Jewish
Institute
for
National
Security
Affairs,
tersedia
http://vincentjamesabramo.com/papers/JinsaFinal6.htm
dalam
Mounting Threats to Israel: Hezbollah, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issuememos/2016/mountingthreats \toisrae lhezbollah.pdf
65
Mounting Threats to Israel: Iran, tersedia dalam http://www.aipac.org//media/publications/policy-and-politics/aipac-analyses/issuememos/2016/mountingthreatstoisrael iran.pdf
New
Hamas Document Calls for Israel Destruction, tersedia dalam
http://www.aipac.org/-/media/publications/policy-and-politics/aipacanalyses/issue-memos/2017/new-hamas-document-calls-for-israelsdestruction.pdf
NSSM No. 40 : Israeli Nuclear Weapons Program, tersedia dalam
http://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/121095
Nuclear Age Peace Foundation: Israel’s Nuclear Program, tersedia dalam
http://nuclearfiles.org/menu/key-issues/nuclearweapons/issues/proliferation/israel/charnysh_israel _analysis.pdf
Provisional Agenda – International Atomic Energy Comission, tersedia dalam
https://www.iaea.org/About/Policy/GC/GC61/GC61Documents/English/
gc61-1-add1_en.pdf
The Arms Export Control Act, tersedia dalam https://fas.org/asmp/resources/
govern/aeca00.pdf
The
Nuclear
Non-Proliferation
Treaty,
http://www.basicint.org/sites/
default/files/basic_npt_briefing_april2015.pdf
tersedia
dalam
The Third Temple’s Holy of Hollies: Israel’s Nuclear Weapons, tersedia dalam
https://fas.org/nuke/guide/israel/nuke/farr.htm
US
Foreign
Aid
to
Israel,
https://fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf
tersedia
dalam
Internet :
Bantuan
Militer AS Bagi Israel Pecahkan Rekor, tersedia dalam
http://www.dw.com/id/bantuan-militer-as-bagi-israel-pecahkan-rekor/a19549453
Comparing the Israel and US Electoral Systems, tersedia dalam
http://www.israelemb.org/washington/NewsAndEvents/Pages/IsraelElect
ions-2013-Differences-between-Israeli-and-US-Electoral-System.aspx,
diakses pada tanggal 11 Januari 2018.
Confrontation and Retreat: The US Congress and the South Asian Nuclear Tests,
tersedia dalam https://www.armscontrol.org/act/2000_01-02/rhchart,
diakses pada tanggal 05 Desember 2017.
66
Congress Overwhemingly Adopts Iran sanctions Legislations, tersedia dalam
http://www.aipac.org/learn/resources/aipac-publications/publication?pub
path=PolicyPolitics/Press/ AIPAC%20Statements/2017/07/Congress%20
Overwhelmingly%20Adopts%20Iran%20Sanctions%20Legislation
Context of June 1976: Symington Amendment Passed Restricting Aid to Nuclear
Proliferators,
tersedia
dalam
http://www.historycommons.org/context
.jsp?item=a0676symington
amendment
Counter
Iran’s
Regional
Agression,
tersedia
dalam
http://www.aipac.org/learn/legislative-agenda/agenda-display?agendaid=
{109F35BE-5BAA-4B28-A16F-CD0C01E50BE0}
Democracy, tersedia dalam https://www.state.gov/j/drl/democ/,
Fact
Sheets:
Israel’s
Liberal
Democracy,
tersedia
dalam
http://www.jewishvirtuallibrary.org/israel-rsquo-s-liberal-democracy,
diakses pada tanggal 11 Januari 2017.
Fighting
Terrorism, tersedia
israel/fighting-terrorism
dalam
http://www.aipac.org/learn/us-and-
Friends With Benefits: Why the US-Israeli Alliance is Good for America, tersedia
dalam http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/friendswith-benefits-why-the-u.s.-israeli-alliance-is-good-for-america
Hamas,
tersedia
dalam
http://www.aipac.org/learn/issues/issuedisplay?issueid={4399EDFB-3F50-4744-819A-CD491B3FA7DC}
Hezbollah,
tersedia
dalam
http://www.aipac.org/learn/issues/issuedisplay?issueid= {E01BC8E4-1162-46F1-A9A4-69E26E64FB80}
Israel’s
Nuclear Program and Middle East Peace, tersedia
http://www.cfr.org/israel/israels-nuclear-program-middle-eastpeace/p9822
dalam
Israel and the United States: Friends, Partners, and Allies, tersedia dalam
http://www.mfa.gov.il/mfa/foreignpolicy/bilateral/pages/israel%20and%
20the%20united%20states-%20friends%20partners%20allies%20%20jan%202007.aspx
Israel and US to Train Together for Emergency Response, tersedia dalam
http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/137572
Israel, India and Pakistan: Engaging the non-NPT States in the Nonproliferation
Regime, tersedia dalam https://www.armscontrol.org/print/1431.
Israeli nuclear whistleblower Mordechai Vanunu convicted again over meetings
with US citizens, tersedia dalam http://www.telegraph.co.uk
67
/news/2017/01/23/israeli-nuclear-whistleblower-mordechai-vanunuconvicted-meetings/
Israeli Nukes, US Foreign Aid and the Symingotn Amandment, tersedia dalam
http://www.israellobby.org/nukes/default.asp
More View Netanyahu Favorably Than Unfavorably; Many Unaware of Israeli
Leader, tersedia dalam http://www.people-press.org/2015/02/27/moreview-netanyahu-favorably-than-unfavorably-many-unaware-of-israelileader/,
Mordechai Vanunu: Israel’s Nuclear Whistle Blower and Hostage, tersedia dalam
http://www.countercurrents.org/2016/08/10/mordechai-vanunu-israelsnuclear-whistle-blower-and-hostage/
Netanyahu: 80% of security threats against Israel emanate from Iran, tersedia
dalam
http://www.timesofisrael.com/netanyahu-80-of-security-threatsagainst-israel-emanate-from-iran/,
Protecting Our Troops, tersedia dalam http://www.aipac.org/learn/us-andisrael/military-partnership/protecting-our-troops
Report: Jimmy Carter Says Israel Has 150 Nuclear Weapons, tersedia dalam
http://www.foxnews.com/story/2008/05/27/report-jimmy-carter-saysisrael-has-150-nuclear-weapons.html
Shared Values, tersedia dalam https://www.aipac.org/learn/us-and-israel/sharedvalues
Shut Dimona Nuclear Reactor, Urges Founding Scientist, tersedia dalam
https://www.timesofisrael.com/shut-dimona-nuclear-reactor-foundingscientist-urges-israel/
Statement by The President Upon Signing The Foreign Assistance Act, tersedia
dalam http://www.presidency.ucsb.edu/ws/index.php?pid=8307
The
5
Major
Threats
Facing
Israel,
tersedia
dalam
https://www.idfblog.com/2015/04/06/5-major-threats-facing-israel/
The
American
Public
and
Israel,
tersedia
dalam
https://ropercenter.cornell.edu/american-public-israel/, diakses pada
tanggal 04 Desember 2017.
The
President’s
Trip
to
South
Asia,
tersedia
dalam
https://clintonwhitehouse4 .archives.gov/textonly/WH/New/SouthAsia/fa
ct_sheets/india3.html
The
Strategic Functions of US Aid to Israel, tersedia
http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.financial-aid-to-israel-figures-facts-and-impact.html
dalam
68
United States and Israel Announce Agreement to Enhance Joint Aviation Security,
tersedia dalam https://www.dhs.gov/news/2010/03/02/us-israel-agreeenhance-joint-aviation-security
US Aid to Israel: Interpreting the Strategic Relationship, tersedia dalam
http://www.washingtonreport.me/congress-u.s.-aid-to-israel/u.s.financial-aid-to-israel-figures-facts-and-impact.html
Download