ARTIKEL HIBAH FUNDAMENTAL RESPON SUPLEMENTASI MINERAL TERHADAP SINTESIS PROTEIN MIKROBA PADA TERNAK SAPI LOKAL DI SUMATERA BARAT Maramis dan Evitayani Abstract An experiment was carried out to evaluate the effect of Ca, P, Mg and S supplementation on digestibility and characteristics of rumen fluid. In the present experiment, the highest quality of ammoniated-rice straw as assesed by in vitro methods in the previous experiment, was combined with various levels concentrate . The concentrate consisted of 25% rice bran, 8% cassava waste, 5 % tofu waste dan 2 % blood meal and 60% rice straw. For experimental rations were allocated according to completely randomized design, its treatment was replicated in four replications. One rumen cannulated cattle has been used as source as rumen fluid for in vitro digestion trials. The following experimental diets : 60% ammoniated-rice straw + 40 concentrate (ration A); 60% ammoniated-rice straw + 40 concentrate and Ca, P suplementation (ration B), 60% ammoniated-rice straw + 40 concentrateand Ca, P, Mg suplementation (ration C) 60% ammoniated-rice straw + 40 concentrate and Ca, P, Mg and S Supplementation (ration D). Objective of the present experiment was to find the best the combination of mineral suplementation consist it Ca, P, Mg and S of rice straw. The result showed that ratio of ammoniated rice straw and concentrate in ration significantly (p<0.05) affect the digestibility of nutrients. Digestibility of dry matter, organic matter, crude protein, NDF and ADF were significantly higher (P<0.05) in ration D than those A, B and C rations. However, the characteristiks of ruminal condition were not significantly affected by any treatment rations, in which the ruminal pH, concentrations of ruminal NH3-N and total VFA were almost constant for all the treatment rations. The concentrations of NH3-N ranged from 7.77-8.88 mg/100ml, total VFA from 56.13-80.43 mM and ruminal pH ranged from 7.23-7.56. From these results it could be concluded that ration D of ammoniated rice straw and concentrate in the ration with supplemmentation of Ca, P, Mg and S affected nutrient digestibility and characteristics of ruminal condition. Key Words : mineral supplementation, rumen fluid, digestibility Pendahuluan Salah satu penyumbang protein hewani yang paling potensial melalui produknya berupa daging dan susu yaitu ternak ruminansia. Peningkatan produksi ternak ruminansia saat sekarang ini mengalami kendala karena ketersediaan hijauan yang tidak mencukupi dimana semakin meluasnya areal pemukiman penduduk dan perkembangan industri yang menyebabkan areal penanaman rumput semakin sedikit Oleh karena itu diperlukan integrasi usaha ternak ruminansia dengan pertanian tanaman pangan berupa hasil ikutan jerami padi yang dapat memainkan perananya sebagai sumber hijauan pngganti rumput unggul. Faktor pembatas utama pemanfaatan jerami padi yaitu tingginya kadar lignin dan silika sehingga sumber energi utama terutama lignin-selulosa dan ligno-hemiselulosa akan kurang bermanfaat Perlakuan jerami padi dengan urea (CO(NH2)2 ) sebagai sumber amonia dapat meningkatkan kadar protein kasar jerami padi sampai 9% (Komar, 1984), meningkatkan konsumsi, daya cerna dan bobot badan sapi (Wanapat,1986) dan kambing (Dyness,dkk, 1993) . Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun ransum ternak ruminansia adalah bagaimana ransum tersebut mampu menunjang pertumbuhan mikroba dalam rumen secara maksimal. Hal ini penting karena selain berperan dalam proses pencernaan zat-zat makanan, mikroba rumen juga merupakan sumber utama asam amino yang diserap dalam usus halus. Penambahan konsentrat pada ternak ruminansia yang memperoleh ransum basal jerami padi amoniasi dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan menutupi kekurangan zat-zat makanan yang esensial pada jerami meskipun amoniasi itu sendiri meningkatkan nilai nutrisi jerami padi (Warly dkk, 1994). Lebih lanjut dilaporkan bahwa penambahan bungkil kedele dan gandum (sebagai sumber energi), jerami padi dapat jauh dicerna lebih tinggi dibandingkan dengan hanya pemberian bungkil kedelei atau gandum saja. Konsentrat berupa campuran dari tepung darah, dedak halus dan ampas tahu. Mineral kalsium (Ca), posfor (P), magnesium (Mg) dan sulfur (S) sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel mikroba rumen dan mencerna serat secara maksimal oleh bakteri selulolitik serta menstimulir produksi VFA (Chuch, 1988; Ruckebush and Stivend, 1980). Mineral Ca juga berperan dalam menjaga stabilitas struktur dinding sel, defisiensi mineral ini dapat menyebabkan kerusakan pertumbuhan dan proses-proses metabolisme yang membutuhkan Ca. Selanjutnya Ruckebusch dan Stivend (1980) menjelaskan bahwa mineral P esensial untuk semua mikroorganisme karena merupakan bagian integral dari nukleotida dan beberapa koenzim. Sekitar 80 % dari total P dalam bakteri rumen terdapat dalam asam nukleat dan 10 % pada posfolipid. Level 100 mg/liter darsi P yang tersedia dalam rumen mencukupi untuk pertumbuhan bakteri dan aktivitas selulolitik. Mineral Mg sangat penting untuk berbagai proses seluler sehingga diperlukan oleh semua mikroorganisme. Sejumlah besar mineral S terdapat dalam asam amino yang mengandung S dalam protein mikroba. . Selain itu, mineral S juga esensial bagi bakteri selulolitik, dimana untuk memperoleh kecernaan serat yang optimal diperlukan 10 – 20 ppm S dalam cairan rumen. Relatif kurangnya ketersediaan informasi yang membahas pengaruh suplementasi mineral terhadap kondisi rumen dan mikroorganismenya . Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi suplemntasi mineral Ca, P, Mg dan S yang terbaik ditinjau dari kecernaan zat-zat makanan secara in vitro dan karakteristik fermentasinya dan karakteristik pada ransum basal jerami padi amoniasi. Metode penelitian Hewan percobaan yang digunakan adalah 1 ekor sapi berfistula rumen sebagai sumber donor cairan rumen. Adapun ransum percobaan dibagi dalam 4 kelompok yaitu: 1. Ransum A (60% jerami padi + 40% konsentrat) tanpa suplementasi mineral (kontrol). 2. Ransum B (60% jerami padi + 40% konsentrat) + (Ca, P) 3. Ransum C (60% jerami padi + 40% konsentrat) + (Ca, P, Mg) 4. Ransum D (60% jerami padi + 40% konsentrat) + (Ca, P, Mg dan S) Sumber mineral Ca dan P digunakan CaCO3 dan CaHPO42H2O, untuk Mg digunakan MgO dan sebagai sumber mineral S digunakan Na2SO3. Bahan penyusun terdiri dari 25% dedak halus, 8% onggok, 5 % ampas tahu dan 2 % tepung darah dan 60% jerami padi amoniasi . ransum penelitian mengandung Bahan Kering 81.39, Bahan Organik 85.35, Protein Kasar 11.09, Lemak Kasar 2.58, Serat kasar; 22.72; Abu 14.22; BETN 48.94; NDF; 59.70; ADF 40.78; Sellulosa 26.18; Hemiselulosa 13.12 dan Lignin 8.89%. Pelaksanaan penelitian invitro yang dilakukan ini mengacu pada metode Tilley dan Terry (1963), yang pelaksanaannya ; Pengambilan cairan rumen dari sapi berfistula rumen dimana cairan rumen dimasukan ke dalam termos yang telah dipanaskan dengan air panas untuk mempertahankan suhu 390C agar mikroba dalam cairan rumen tidak mati, kondisi tetap anaerob. Cairan rumen disaring dengan menggunakan 4 lapis chess cloth. Larutan ini sebagai saliva buatan dipersiapkan sebelum fermentasi dilaksanakan, larutan ini diletakkan dalam shaker whaterbath dengan suhu 390C dan dialiri gas CO2 secara terusmenerus sehingga kondisinya anaerob dan pH diatur dengan HCL sampai pH mendekati netral. Inokulum dipersiapkan dengan mencampur 4 bagian larutan Mc Dougall’s dengan 1 bagian cairan cairan. Semua data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis keragaman sedangkan perbedaan nilai tengah tiap perlakuan iuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) menurut metode Steel and Torrie (1993). Hasil dan Pembahasan Kecernaan zat-zat makanan ransum penelitian secara in vitro Data kecernaan bahan kering dan daya cerna zat-zat makanan penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini. Rataan nilai Bahan kering, bahan organik, protein kasar dan serat kasar yang memperoleh ransum perlakuan terlihat bahwa suplemntasi mineral Ca, P, Mg dan S memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01). Rataan nilai BK, BO, PK dan SK berkisar dari 62.72-68.45; 68.21-71.25; 62.45-69.45 dan 52.42 -69.45. Konsumsi terendah didapat pada ransum kontrol dimana tanpa penambahan suplemen. Meningkatnya kecernaan pada bahan kering, bahan organik, protein kasar dan serat kasar pada ransum D dimana Sulfur dan Phospor merupakan mineral yang penting untuk pertumbuhan mikroba dan untuk menjaga integritas membran sel dan dinding sel (Komisarckzuk dan Durand, 1991). Peningkatan ini juga disebabkan tingginya kandungan N pada bahan sehingga meningkatkan kecernaan makanan. Tabel 5. Kecernaan zat-zat makanan ransum penelitian secara in vitro (%) Zat makanan Ransum A Ransum B Ransum C Ransum D SE Bahan kering 62.72a 65.67ab 65.21ab 68.45c 2.4 Bahan organik 68.21a 69.01ab 69.10ab 71.25b 1.7 Protein kasar 62.45 a 64.70 a 65.08ab 69.45b 1.6 Serat kasar 52.42 a 51.55 ab 53.55 ab 56.89 c 2.2 Ket : a,b,c : berbeda sangat nyata (P<0.01) Kecernaan fraksi serat pada ransum penelitian secara in vitro Rataan nilai fraksi serat (NDF, ADF, Selulosa dan hemiselulosa dapat kita lihat pada tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Kecernaan fraksi serat ransum penelitian secara in vitro (%) Fraksi serat Ransum A Ransum B Ransum C Ransum D SE NDF 57.29 a 58.45 ab 58.60 ab 61.36 c 2.08 ADF 54.11 a 56.70 ab 57.25 b 59.77 c 1.09 Selulosa 64.65 a 65.98 ab 65.40 ab 68.45b 0.07 Hemiselulosa 68.14 a 69.85 ab 69.99 ab 70.17 b 2.3 Ket : a,b,c : berbeda sangat nyata (P<0.01) Rataan nilai NDF, ADF, Selulosa dan hemiselulosa terhadap suplementasi mineral Ca, P, Mg dan S sangat berperan dalam pencernaan fraksi serat. Hasil analisi menunjukkan terdapat interaksi yang nyata (P<0.05) terhadap ransum A terhdapa ransum B, C dan E. Kecernaan fraksi serta NDF berkisar dari 57.29-61.36, ADF berkisar 54.11-59.77, dan selulosa 64.65-68.45 sedangkan hemiselulosa 68.14-70.17. Peningkatan kecernaan fraksi serat pada ransum D mencerminkan suplemntasi mineral Ca, P, S dan Mg berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan aktifitas mikroba pencerna dalam rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Komisarczuk dan Durand (1991) menjelaskan bahwa sulfur penting bagi pencernaan serat dalam rumen, suplai sulfur yang cukup mengoptimalkan degradasi selulosa melalui stimulasi spesifik bakteri selulolitik, aktifitas protozoa ciliata dan fungi anaerob rumen. Tabel 7 menunjukkan bahwa rataan nilai pH, konsentrasi NH3-N dan total VFA cairan rumen dari ternak sapi yang memperoleh ransum perlakuan. Terlihat bahwa suplementasi mineral Ca, P, Mg dan S tidak mempengaruhi pH dan konsetrasi NH3-N (p>0.05), namun memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap konsentrasi total VFA (P<0.05). Rataan nilai pH7.23-7.56 dan konsentrasi NH3-N berkisar 7.77-8.88 mg/100ml. Konsentrasi total VFA pada ransum yng di suplemntasi Ca dan P serta Ca, P dan S (ransum c) menurunkan konsenetrasi VFA masing-masing men jadi 80.00 dan 70.02mM. Tabel 7. Karakteristik cairan rumen yang diberi suplemen Ca, P, Mg dan S Zat makanan pH NH3-N (mg/100ml) VFA (mM) Ransum A Ransum B Ransum C Ransum D SE 7.23 a 7.44 a 7.46 a 0.07 8.02 8.43 ab 7.56 a 8.88b b 80.43c 7.77 a 56.13 a ab 80.00 bc 70.02 0.56 2.31 Ket : a,b,c : berbbeda sangat nyata (P<0.01) Meskipun demikian, konsentrasi NH3-N dan total VFA yang tertinggi diperoleh pada ransum D yaitu 8.88 mg/100ml dan 80.43 mM. Hal ini mengindikasikan bahwa ransum D relatif lebih fermentable dibandingkan dengan ransum lainnya. Secara keseluruhan, konsentrasi NH3-N beada diatas konsentrasi optimal untuk pertumbuhan mikroba rumen seperti dilaporkan oleh Satter dan Sllyter (1974). Kesimpulan dan saran Dari serangkaian penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa suplementasi mineral Ca, P, Mg dan S pada ransum D dengan 60% jerami padi amoniasi dan 40% konsentrat memiliki kecernaan zat-zat makanan dan karakteristik cairan rumen yang tertinggi. Saran, sebaiknya dilanjutkan penelitian secara langsung pada ternak dengan mengukur penampilan produksi ternak DAFTAR PUSTAKA Church, D.C. 1988. Ruminant Animal Digestive Physiology and Nutrition. A Reston Book, New –Jersey. Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian Granita, Indonesia Komisarczuk, S., and Durrand, M. 1991. Effect of Mineral on Microbial Metabolism. In. Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. J.P. Journal (Ed) INRA publ. Versailes, France. Ruckebusch, Y and P. Thivend, 1980. Digestive Physiologi and Metabolism in in Ruminant. Avi Publishing Co. Westport, Connecticut. Wanapat, M.,1986.Effects of concentration of urea, addition of salt and form of ureatreated rice straw on intake and digestibility. In : Ruminant feeding systems utilizing fibrous agricultural residue. Ed.by R.M. Dixon. School of Agriculture and forestry, University of Melbourne, Australia : 177-179. Warly, L., 1994. Study on improving nutritive value of rice straw and physico-chemical aspects of its digestion in sheep. Ph.D. Thesis. The United Graduated School of Agriculture Sciences, Tottori University, Japan.