ARTIKEL PENELITIAN PROGRAM PENELITIAN FUNDAMENTAL TA 2008 ISOLASI DAN KARAKTERISASI RHIZOBAKTERIA PENGHASIL IAA DARI RHIZOSFIR TITONIA (Tithonia diversifolia) (ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF IAA PRODUCING RHIZOBACTERIA FROM Tithonia diversifolia RHIZOSPHERE) Agustian*) *) Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Kampus Limau Manis, Padang (25163) telp. 0751-72773, Fax. 0751-777061 *Alamat korespondensi, email: agusti_an@yahoo.fr ABSTRACT The rhizosphere is an area where the intense interaction between root and soil microorganisms occurs. The total population and biodiversity of soil microorganism vary among the plants and highly be influenced by root exudate. Indole Acetic Acid (IAA) producing rhizobacteria in this research were isolated from Tithonia diversifolia (a plant that has a potential to use as a green manure) rhizosphere. Tithonia diversifolia withstands well in acid soil that has poor nutrient. This experiment was conducted to isolate the rhizobacteria capable producing IAA and characterize the capability of the isolate in producing IAA to several media conditions i.e the several degrees of acidity, temperatures, triptophan and C, N and P sources in media. The isolation had conducted in King’B agar. The isolates had shown the ability to produce IAA were purified by using the same media before being characterized. The pH, the temperatures of culture incubation, the addition of triptophan, and C, N and P sources into media were used in characterization. Results revealed that IAA producing isolates obtained could be distinguished into two groups according to their colony characteristics. We obtained two isolates belonging to milky white and platy round colony (Ti.1a, Ti.3a) and two isolates belonging to transparent and platy round colony (Ti.1b, Ti.2b). The Ti.2b isolate exhibited as an acid tolerant and could grow in pH 4.0 agar media. The presence L-triptophan in broth medium culture could enhance IAA production of four isolates. If these isolates are grown in soil extract broth culture, the addition of C,N and P sources are needed for IAA production. The optimum temperature for the growth of four isolates was 300C. According to IAA production ability we can state that although the four isolates have the similarity in colony chararacteristics but they most probably come from different species. Key words: Rhizobacteria, IAA, Tithonia diversifolia Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 1 PENDAHULUAN Pengaruh jazad renik tanah (rhizobakteria) terhadap pertumbuhan tanaman sangat penting dalam meningkatkan poduktivitas tanaman dan mempertahankan kesuburan tanah karena dapat membawa perubahan pada pertumbuhan tanaman, terutama yang bersifat mendorong pertumbuhan (Kloepper,1994; Glick, 1995). Rhizobakteria pemacu tumbuh dapat bereaksi secara langsung terhadap tanaman dengan menghasilkan fitohormon, vitamin atau molekul organik yang mudah diserap akar atau secara tidak langsung melalui ameliorasi nutrisi mineral dengan cara pelarutan dan mineralisasi unsur hara tertentu (Dommergues et Mangenot, 1970). Beberapa kelompok jazad renik tanah baik bakteri, fungi maupun alga sangat aktif dalam menghasilkan fitohormon. Barea et al. (1976) menyatakan bahwa dari 50 isolat bakteri yang di peroleh dari rhizosfir beberapa tanaman, sebanyak 86% adalah penghasil auksin, 58% penghasil gibberelin dan 90% penghasil substansi kinetin. Beberapa bakteri diketahui mampu menghasilkan dan mensintesis Indole Acetic Acid (IAA) seperti Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, Serratia dan Pseudomonas, dengan atau tanpa kehadiran precursor TRP. Frankenberger and Arshad (1995), menambahkan bahwa produksi IAA sangat bervariasi antar spesies dan strain dalam genera yang sama dan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, tingkat pertumbuhan dan ketersediaan substrat seperti asam amino. Pertumbuhan populasi rhizobakteria pada rhizosfir erat kaitannya dengan perkembangan akar tanaman (Fuhrmann, 1998), adanya populasi jazad renik yang meningkat menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup dan kondisi ekologis lain yang mendukung bagi kehidupan rhizobakteria tersebut (Cattelan, et al.,1999). Eksudat merupakan sumber nutrisi dan dapat berperan sebagai penghambat dan stimulator terhadap populasi rhizobakteria (Lebuhn et al. 1997) dan seringkali menjadi pembeda dan penentu keragaman dan jumlah populasi pada masing-masing rhizosfir tanaman (Broekling (2008). Pada tanaman pangan seperti jagung dan kacang-kacangan bulu-bulu akarnya mampu mengeluarkan zat-zat organik terutama dioksida karbon, asam-asam organik dan garam-garam mineral yang berasal dari asam-asam organik. Sanchez dan Jama (2000), menemukan asam sitrat sebagai eksudat pada titonia (Titonia Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 2 diversifolia). Menurut Camargo-Ricalde dan Dhillon (2003), dengan adanya perbedaan komunitas jazad renik pada setiap rhizosfir tanaman akan memberikan keuntungan lain karena dapat menjadi sumber alami rhizobakteria (resources islands) bagi tanaman lainnya. Titonia (Tithonia diversifolia) merupakan tumbuhan semak famili Asteraceae yang mempunyai keunggulan sebagai tanaman pupuk hijau. Titonia dapat memperbanyak diri secara vegetatif dan generatif (Jama et al. 2000), dan dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang agak ekstrim seperti tanah yang miskin hara (Nurhajati Hakim dan Agustian, 2003) dapat dijadikan pagar lorong (Nurhajati Hakim dan Agustian, 2004, 2005a,b). Peranan rhizobakteria penghasil IAA agaknya berperan besar dalam mendukung pertumbuhan titonia yang cepat pada tanah yang miskin hara dan sangat menarik untuk diteliti. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi rhizobakteria penghasil IAA dari rhizosfir titonia dan mengkarakterisasi secara fisiologis kemampuan isolat tersebut menghasilkan IAA pada berbagai kondisi lingkungan tumbuh. BAHAN DAN METODA Pengambilan contoh tanah Contoh tanah dari rhizosfir titonia diambil dari titonia yang tumbuh secara alami disekitar Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, kampus Limau Manis Padang. Bongkahan kecil tanah yang masih melekat pada perakaran halus tanaman digunakan dalam penelitian ini dan diambil secara komposit. Prosedur pengambilan contoh tanah merujuk pada Wollum (1994). Analisis kimia tanah Analisis kimia tanah dilakukan untuk contoh tanah rhizosfir meliputi pH tanah penetapan C-organik, penetapan P-tersedia, N-total, penetapan KTK dan Kation basa (Kdd, Na-dd, Ca-dd, Mg-dd) dengan metode pencucian dengan ammonium asetat pH 7. Penetapan Populasi Bakteri Pada Rhizosfir Tanaman Media yang digunakan dalam penetapan populasi bakteri ini adalah media nutrient agar (NA).Total populasi bakteri rhizosfir tanaman ditentukan dengan metoda Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 3 pengenceran. Koloni yang tumbuh pada media agar dihitung dengan colony counter untuk mendapatkan total populasi bakteri. Bakteri yang memiliki warna dan bentuk koloni yang sama kemudian disubkulturkan lagi ke dalam media yang sama untuk mendapatkan kultur murninya yang selanjutnya digunakan untuk karakterisasi isolat. Uji kemampuan produksi IAA Untuk mendapatkan isolat rhizobakteria hasil isolasi sebelumnya yang mampu menghasilkan IAA digunakan metoda Colorimetric Bric et al. (1991). Satu koloni isolat rhizobakteria yang tumbuh pada media King’s B agar dimasukkan ke dalam 5 ml media King’s B cair dengan menggunakan jarum ose, kemudian dikocok selama 24 jam pada temperatur 27°C, setelah itu disentrifus selama 7 menit dengan kecepatan 7000 rpm. Sebanyak 1 ml supernatan (cairan bening) dari masing-masing isolat dimasukkan ke dalam test tube dan ditambahkan dengan 2 ml pereaksi Salkowsky (1 ml of 0.5 M FeCl3 in 50 ml of 35% HClO4). Setelah 20-25 menit warna merah muda yang muncul diukur nilai absorbannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 530 nm. Konsentrasi IAA dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi standar dengan bahan IAA murni. Pengaruh pH media tumbuh isolat terhadap produksi IAA Isolat rhizobakteria yang mampu menghasilkan IAA kemudian diuji kemampuannya dalam memproduksi IAA pada media cair King’s B dengan rentang pH 4,0 ; 4,5 ; 5,0 ; 5,5 ; 6,0 ; 6,5 dan 7,0. Rentang pH media cair King’s B tersebut diperoleh dengan menambahkan larutan HCl (untuk menurunkan pH) dan NaOH (untuk menaikkan pH). Prosedur kerja yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam menguji kemampuan dalam menghasilkan IAA. Pengujian pengaruh Triptophan dalam produksi IAA Selanjutnya dilakukan uji kemampuan isolat dalam menghasilkan IAA dengan penambahan triptophan (L-TRP) sebagai prekursor ke dalam media King’s B cair. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah dengan penambahan triptophan produksi IAA akan meningkat. Koloni isolat rhizobakteria yang tumbuh pada media King’s B agar dimasukkan ke dalam test tube yang berisi 3 ml King’s B cair dan 2 ml L-TRP (5,3 g L- Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 4 TRP/1 L H2O ) dengan menggunakan jarum ose. Pengukuran kadar IAA yang dihasilkan mengikuti prosedur kerja dalam pegukuran IAA sebelumnya. Media ekstrak tanah dan penambahan sumber C, N dan P terhadap produksi IAA Uji berikutnya adalah uji kemampuan isolat rhizobakteria dalam memproduksi IAA pada media agar ekstrak tanah. Prosedur kerja pembuatan ekstrak tanah selengkapnya berpedoman pada Anas (1985). Pada larutan ekstrak tanah ditambahkan 2 g gliserol sebagai sumber C, 1 g protease pepton sebagai sumber N, dan 0,12 g KH2PO4 sebagai sumber P. Jumlah bahan yang dipakai disetarakan dengan komposisinya dalam 1 liter media. Pengaruh temperatur inkubasi terhadap pertumbuhan isolat Uji selanjutnya adalah uji kemampuan tumbuh isolat pada media King’s B agar dengan suhu inkubasi 20°C ;25°C ;30°C ;35°C secara bergantian. Selama inkubasi diamati pertumbuhan harian isolat dengan mengukur diameter koloni setiap hari dengan menggunakan kertas milimeter selama 4 hari kultur. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Tanah Rhizosfir Titonia Dari ciri kimia tanah pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa tanah tempat tumbuh titonia bukanlah tanah yang subur karena memiliki pH yang termasuk kriteria masam serta memiliki kandungan kation basa yang dapat dipertukarkan terbilang rendah sampai sedang. Tabel 1. Data hasil analisis berbagai sifat kimia tanah pada rhizosfir jagung dan titonia Ciri kimia tanah pH H2O (1:1) C (%) N (%) C/N P Bray II (ppm) KTK (me/100 g) K-dd (me/100 g) Na-dd (me/100 g) Ca-dd (me/100 g) Mg-dd (me/100 g) Rhizosfir titonia 5,42 m 3,96 t 0,17 r 24,43 t 56,43 t 11,73 r 0,35 s 0,55 s 2,43 r 1,09 s Keterangan : am = agak masam, m = masam, t = tinggi, s = sedang, r = rendah, st= sangat tinggi. Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 5 Ciri kimia tanah ini mencerminkan ciri kimia Ultisol, tanah dimana titonia ini tumbuh dan diambil contoh tanah rhizosfirnya. Ultisol merupakan tanah yang masam sebagai akibat telah mengalami pelapukan yang lanjut dan pencucian yang intensif. Total populasi bakteri rhizosfir titonia dan karakteristik isolat-isolat rhizobakteria Setelah dilakukan isolasi bakteri pada media agar King’s B didapatkan total populasi rhizosfir titonia seperti yang terlihat pada Tabel 2. Total populasi bakteri ratarata sebesar 8,57 x 107 cfu. Berdasarkan warna dan bentuk koloninya diperoleh 11 isolat rhizobakteria dari tiga sampel ulangan rhizosfir titonia yaitu : 1) berwarna putih susu dengan bentuk koloni bergelombang 3 isolat Ti.1a, Ti.2a, Ti.3a, 2) berwarna putih susu dengan bentuk koloni bulat datar 3 isolat Ti.1b, Ti.2b, Ti.3b, 3) berwarna bening dengan bentuk koloni bulat datar 3 isolat Ti.1c, Ti.2c, Ti.3c), 4) berwarna bening dengan bentuk koloni bergelombang 1 isolat (Ti.1d), 5) berwarna kuning dengan bentuk koloni bergelombang 1 isolat (Ti.2e). Dari 11 isolat yang didapatkan kemudian diuji kemampuannya dalam memproduksi fitohormon IAA. Tabel 2. Hasil penghitungan jumlah populasi bakteri pada rhizosfir titonia dan isolat yang diperoleh Rhizosfir Ulangan Titonia Keterangan : Ti. 1 Ti. 2 Ti. 3 Populasi bakteri (x 107 cfu) Rata-rata populasi Bakteri (x 107cfu ) 8,9 8,6 8,2 8,57 Isolat yang diperoleh Isolat Penghasil IAA Ti.1a, Ti.1b, Ti.1c, Ti.1d Ti.2a, Ti.2b, Ti.2c, Ti.2e Ti.3a, Ti.3b, Ti.3c Ti.1a, Ti.1b Ti.2b Ti.3a Ti = Rhizosfir titonia 1, 2, 3 = ulangan, a = putih susu bergelombang, b = putih susu bulat datar, c = bening bulat datar, d = bening bergelombang, e = kuning bergelombang Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap 11 isolat rhizobakteria didapatkan 4 isolat yang mampu memproduksi IAA. Empat isolat dari rhizosfir titonia dengan warna dan bentuk koloni putih susu bergelombang 2 isolat (Ti.1a, Ti.3a) dan putih susu bulat datar 2 isolat (Ti.1b, Ti.2b). Keempat isolat tersebut memperlihatkan perubahan warna larutan menjadi merah setelah penambahan pereaksi Salkowsky. Dari hasil pengujian terlihat isolat Ti.2a walaupun memiliki karakteristik koloni yang sama dengan Ti.1a ternyata tidak mampu memproduksi IAA. Kemungkinan lain adalah isolat tersebut berasal dari spesies yang berbeda meskipun warna dan bentuk koloninya sama. Dari total Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 6 populasi rhizobakteria titonia terdapat 20,17 % yang dapat menghasilkan IAA. Hasil yang ditemukan pada titonia masih lebih rendah dari apa yang ditemukan oleh Barea et.al. (1976) dimana 86% dari populasi adalah penghasil auksin, namun demikian tidak ada informasi yang terukur tentang kemampuan isolat yang mereka peroleh dalam memproduksi IAA. Tabel 3. Persentase populasi isolat penghasil IAA terhadap total bakteri dari rhizosfir Titonia Rhizosfir Titonia Ulangan 1 2 3 Rata-rata Populasi isolat penghasil IAA (x107 cfu) 2,0 1,7 1,5 1,73 Total populasi bakteri (x 107 cfu) 8,9 8,6 8,2 8,57 Persentase (%) perbandingan isolat penghasil IAA dengan total bakteri 22,47 19,76 18,29 20,17 Pengaruh pH media terhadap produksi IAA isolat Pengukuran aktivitas isolat terhadap pH media menentukan dalam memprediksi kemampuan isolat bereaksi terhadap perubahan pH. Pengaruh perubahan pH media cair King’s B terhadap produksi fitohormon IAA dari 4 isolat rhizobakteria disajikan pada Tabel 4. Umumnya rhizobakteria tidak dapat hidup pada pH dibawah 3,76 dan diatas pH 8,5. Bakteria sebagaimana makhluk lainnya tidak tahan terhadap pH yang ekstrim. Pada pH rendah sebagian besar enzim yang terlibat dalam proses metabolisme bakteri menjadi tidak aktif (Paul and Clark, 1996). Tingkat kemasaman (pH) optimal media King’s B cair bagi produksi IAA bagi isolat rhizobakteria berkisar dari pH 6,0 sampai 7,0. Isolat Ti.1a pada pH dibawah 6.0 sudah tidak mempunyai aktivitas lagi. Hanya isolat Ti.2b yang masih mampu memproduksi IAA pada pH 4,0. Pada pH 7,0 isolat rhizobakteria lebih aktif dalam memproduksi IAA. Ini dapat dilihat dari kadar IAA yang dihasilkan oleh seluruh isolat rhizosfir titonia mendekati 10 ppm, kecuali isolat Ti.1b yang menghasilkan IAA sebanyak 13,7 ppm pada pH 6,0. Satusatunya isolat dari rhizosfir titonia yang mampu memproduksi IAA pada pH 4,0 adalah isolat Ti.2b dengan kadar IAA 4,26 ppm sedangkan produksi maksimum isolat ini yaitu Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 7 9,89 ppm ditemukan pada pH 6,5. Isolat yang diperoleh dapat dikategorikan pada kelompok moderate acidophilic bacteria. Kemampuan isolat untuk menghasilkan IAA pada pH rendah menunjukkan isolat T1.2b berpotensi digunakan sebagai inokulan pada tanah masam seperti Ultisol yang mempunyai sebaran luas di Indonesia. Tabel 4. Kadar fitohormon IAA yang dihasilkan oleh 4 isolat penghasil fitohormon IAA pada media cair King’s B dengan pengaturan pH dari 4,0-7,0 Isolat Kadar Fitohormon IAA ( ppm) pH 5,0 pH 5,5 pH 6,0 pH 4,0 pH 4,5 pH 6,5 pH 7,0 Ti.1a 0 0 0 0 4,96 7,66 9,89 Ti.1b 0 4,42 6,54 7,25 13,7 8,75 8,64 Ti.2b 4,26 4,39 7,38 7,97 9,46 9,89 8,84 Ti.3a 0 5,4 5,95 6,27 6,45 7,59 9,18 Hasil uji kemampuan isolat dalam memproduksi IAA dengan penambahan Triptophan (TRP) Setelah dilakukan pengujian didapatkan bahwa keempat isolat menunjukkan peningkatan kadar fitohormon IAA yang dihasilkan dengan penambahan triptophan (LTRP) dibandingkan kadar IAA yang dihasilkan tanpa penambahan L-TRP seperti yang terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi IAA keempat isolat dengan dan tanpa penambahan L-TRP Isolat Ti.1a Ti.1b Ti.2b Ti.3a Kadar IAA (ppm) dengan L-TRP tanpa L-TRP 12,8 10,5 7,39 5,9 10,19 5,62 11,35 7,06 Isolat dari rhizosfir titonia menampakkan peningkatan produksi IAA dengan penambahan L-TRP . Respon tertinggi dengan penambahan L-TRP diperlihatkan oleh isolat Ti.1a dengan produksi IAA sebesar 12,8 ppm, tertinggi dari 3 isolat lainnya. Namun demikian respon yang dperlihatkan oleh ke-4 isolat rhizosfir titonia dengan keberadaan L-TRP tidak terlalu signifikan terhadap kadar IAA yang dihasilkan, walaupun dari hasil penelitian (Kloepper, 1993), dan Lebuhn et al. (1997) menunjukkan Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 8 triptophan untuk kebanyakan spesies yang diteliti merupakan prekursor dalam sintesis IAA. Pada percobaan yang dilakukan (Sarwar et al., 1992) jumlah IAA yang ditemukan dalam tanah berkorelasi positif dengan jumlah TRP yang ditambahkan. Produksi IAA pada media agar ekstrak tanah dengan dan tanpa penambahan sumber C, N, P Dari hasil pengujian didapatkan bahwa keempat isolat tidak mampu memproduksi IAA pada media kultur ekstrak tanah tanpa penambahan C, N, dan P. Keempat isolat memperlihatkan respon yang tinggi dengan penambahan sumber C, N dan P ke dalam media kultur untuk memproduksi IAA. Respon tertinggi diperlihatkan oleh isolat Ti.1b dengan kadar IAA yang dihasilkan melebihi besaran peningkatan kadar IAA dengan penambahan triptophan. Hal ini menunjukkan dari keempat isolat titonia ini memiliki mekanisme síntesis yang berbeda dari yang ditemukan Frankenberger dan Arshad (1995), tidak tergantung keberadaan TRP dalam media. Tabel 6. Kadar IAA yang dihasilkan oleh isolat rhizobakteria pada media cair ekstrak tanah dengan atau tanpa penambahan sumber C, N, dan P. Kode isolat Ti.1a Ti.1b Ti.2b Ti.3a Kadar IAA (ppm ) Tanpa (C,N dan P) 0 0 0 0 Penambahan C,N dan P 5,60 11,58 5,70 6,11 Pengaruh suhu inkubasi terhadap pertumbuhan isolat Suhu berperan dalam mempercepat atau memperlambat reaksi biokimia dalam sel. Suhu yang rendah menjadikan enzim tidak aktif tetapi terlalu tinggi mengakibatkan enzim terdenaturasi. Keempat isolat terlihat memberikan respon yang berbeda terhadap suhu inkubasi. Isolat Ti.1b dan Ti.2b mencapai pertumbuhan optimum pada suhu 30oC sedangkan isolat Ti.1a dan Ti.3a mencapai pertumbuhan optimum pada suhu 35oC. Pada suhu 200C isolat Ti.3a dan Ti.2b mempunyai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan 2 isolat lainnya. Dari pertumbuhan keempat isolat terlihat hanya isolat Ti.3a yang relatif toleran terhadap perubahan suhu (Gambar 1). Keempat isolat dari kemampuan tumbuh dan menghasilkan IAA dapat dikategorikan pada kelompok mesofilik. Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 9 Sama halnya dengan pengujian sebelumnya (uji kemampuan isolat dalam memproduksi IAA pada beberapa kondisi pH media dan penambahan triptophan) keempat isolat juga merespon berbeda dalam produksi IAA walaupun isolat yang dicobakan memiliki ciri dan bentuk koloni yang sama. Ini tambah menguatkan 200C 250C 10 10 Ukuran koloni (mm) Ukuran koloni (mm) (mm) pendugaan bahwa keempat isolat merupakan spesies yang berbeda. 8 6 4 2 T1.1a Ti.1b Ti.2b T1.3a 8 6 4 2 0 2 3 4 1 T1.3a 2 300C 14 4 350C Ukuran koloni (mm) 12 10 8 6 4 2 3 Waktu inkubasi (hari) Waktu Inkubasi (hari) Ukuran koloni (mm) Ti.1b Ti.2b 0 1 T1.1a Ti.1b Ti.2b T1.3a 0 14 12 10 8 6 4 2 T1.1a Ti.1b Ti.2b T1.3a 0 1 2 3 4 Waktu inkubasi (hari) Gambar 1. T1.1a 1 2 3 4 Waktu inkubasi (hari) Pertumbuhan isolat pada media King’s B agar pada beberapa inkubasi.20350C Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 10 Interaksi antara tanaman, mikroorganisme dan tanah berlangsung secara intensif dan efektif pada daerah rhizosfir. Mikrobia umumnya dapat bertahan hidup dalam tanah karena adanya fraksi organik tanah dan keberadaannya di rhizosfir sangat ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis tanaman, sifat dan ciri tanah, adanya bakteri pemacu tumbuh atau pathogen penghambat pertumbuhan akar. Dari segi tanaman Broeckling (2008) mengemukakan bahwa eksudat akar menentukan jumlah dan keragaman rhizobakteria yang berkembang. Jenis dan jumlah eksudat akar yang diekskresikan dipengaruhi oleh banyak faktor terutama kondisi lingkungan (cahaya, temperatur, kelembaban dan pH), jenis tanaman, umur tanaman, jenis tanah dan mikrobia tanah. Perubahan terhadap salah satu faktor tersebut menyebabkan perubahan juga terhadap keragaman mikrobia rhizosfir. Kokalis-Burelle (2006) menggambarkan hal ini adalah penyebab adanya perbedaan stimulasi pertumbuhan tanaman setelah inokulasi rhizobakteria dan mencatat bahwa IAA merupakan hormon pengatur yang berperan dalam hal ini. Berbagai kelompok bakteri (rhizobakteria) ditemukan dan tumbuh berkembang di rhizosfir tanaman dan seperti dilaporkan Akbari et al. (2007) Azospirillum, Lee et al. (1970) untuk Azotobakter dan Pseudomonas, Bacillus (Thakuria, 2004) dapat memproduksi IAA. Keberadaan kelompok bakteri ini menurut Barea et.al. (2005) mencerminkan fungsi ekologis penting dari bakteri tersebut terhadap mikrohabitatnya yang sangat dominan ditentukan oleh jenis tanaman. Penelitian ini menunjukkan bahwa isolat dari rhizosfir yang diperoleh dapat merupakan isolat yang termasuk spesifik bagi titonia. Namun demikian penelitian lebih lanjut dalam identifikasi spesies, interaksinya dengan tanaman lain terutama tanaman pangan perlu dilakukan untuk pemanfaatannya dalam sistem produksi tanaman. Hasil penelitian adanya perbaikan pertumbuhan tanaman (Jeon et al., 2003) dan interaksi inokulan rhizobakteria dengan rhizobakteria alami (indigenous) (Burelle, et al., 2006) perlu dijadikan pertimbangan dan dikaji dengan seksama sebelum diintrodusir. Ucapan Terimakasih Tulisan ini merupakan bahagian dari hasil penelitian fundamental yang dibiayai DP2M Dikti tahun anggaran 2008. Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 11 DAFTAR PUSTAKA Akbari, A., S.M. Arab, H.A Alikhani, I. Allahdadi dan M.H. Arzanesh. 2007. Isolation and Selection of Indigenous Azospirillum spp and the IAA of Superior Strains Effect on Wheat Roots. World Journal of Agricultural Sciences 3(4): 523-529 Barea, J. M., E. Navarro, and E. Montoya. 1976. Production of plant growth regulators by rhizosphere phosphate-solubilizing bacteria. J. Appl. Bacteriol. 40: 129-134 Barea, J.M., M.J. Pozo, R. Azcón and C. Azcón-Aguilar. 2005. Microbial co-operation in the rhizosphere. J.of Exp. Bot., Vol. 56, No. 417, pp. 1761–1778 Brick, J.M., R.M. Bostock, S.E Silvertone. 1991. Rapid in situ assay for indoleacetic acid production by bacteria immobilized on a nitrocellulose membrane. Appl. Env. Microbiol. 57: 535-538 Broeckling, C.D., A.K Broz, J. Bergelson, D.K. Manter, and J. M. Vivanco. 2008. Root Exudates Regulate Soil Fungal Community Composition and Diversity. Appl. and Env. Microbiol, p. 738–744 Burelle, N.K., J.W. Kloepper, and M.S. Reddy. 2006. Plant growth-promoting rhizobacteria as transplant amendments and their effects on indigenous rhizosphere microorganisms. Appl. Soil Ecol. 31 : 91–100 Camargo-Ricalde, S.L., and S.S. Dhillon. 2003, Endemic mimosa species can serve as mycorrhizal “resource islands” within semiarid communities of the TehuacanCuicatlan Valley, Mexico. Mycorrhiza. 13(3): 129-136 Cattelan, A.J., P.G. Hartel, and J.J. Fuhrmann. 1999, Screening for plant growthpromoting rhizobacteria to promote early soybean growth. SSSAJ 63; Dommergues, Y. and F. Mangenot. 1970. Ecologie Microbienne du Sol. Paris Masson et Cie. pp 796 Frankenberger, Jr.,W.T., and M. Arshad. 1995. Phytohormones in soils. Microbial production and function. Marcel Dekker, Inc. New York. pp. 503 Fuhrmann, J. J. 1998. Microbial metabolisms. In Principles and Applications of Soil Microbiology (Editors: Sylvia D.M., JJ Fuhrmann, P.G. Hartel, D.A Zuberer) Prentice Hall, New Jersey, pp 189-217 Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant growth by free-living bacteria. Can J. Microbiol. 41: 109-117 Hakim, N dan Agustian. 2003. Gulma Titonia dan Pemanfaatannya Sebagai Unsur Hara untuk Tanaman Hortikultura. Laporan Penelitian Hibah Bersaing XI/I Perguruan Tinggi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. 62 hal. __________________________,. Oksana. E.Fitra., and R. Zamora,. 2004. Amelioration of acid soil infertility by (Titonia diversifolia) green manure and lime application. In Proceeding 6th International Symposium Plant-Soil Interaction at low pH (PSILPH) on 1-5 August 2004 in Sendai Japan. pp 366-367 Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 12 ________________________. 2005a. Cultivation of (Titonia diversifolia) as a sources of organic matter and plant nutrients. In Proceeding 15th International Plant Nutrition Colloquium on 14-19 September, 2005. C.J.Li et al (eds). Plant Nutrion for Food Security, Human Health and Environmental Protection.. Tsinghua University Press. Beijing-China. pp 996-997 _________________________. 2005b. Budidaya titonia dan pemanfaatannya dalam usaha tani tanaman hortikultura dan tanaman pangan secara berkelanjutan pada Ultisol. Laporan Penelitian Tahun III Hibah Bersaing XI/III. Proyek Peningkatan Penelitian Perguruan Tinggi DP3M Ditjen Dikti. Lembaga Penelitian Unand. Padang Jama, B.A., C.A. Palm, R.J. Buresh, A.I. Niang, C. Gachengo, G. Nziguheba, and B. Amadalo. 2000. Titonia diversifolia as a green manure for soil fertility improvement in western Kenya : a review. Agroforestry Systems. 49; 201-221 Jeon, J.S., S.S. Lee, H.Y. Kim1, T.S Ahn, and H.G. Song1. 2003. Plant growth promotion in soil by some inoculated microorganisms. The J. of Microbiol. , 41(4) p.271-276 Kloepper, J. W. 1993. Plant growth-promoting rhizobacteria as biological control agents. In Soil microbial ecology. (Editor: Metting, F. B. Jr.). Marcel Dekker, Inc. New York. pp. 255-274. Kloepper, J.W., M.S.Reddy, D.S. Kenney, C. Vavrina, N. Kokalis-Burelle, and N. Martinez-Ochoa. 2004. Applications for rhizobacteria in transplant production and yield enhancement. Acta Hort. 631: 219-229 Lauriks, R., R. De Wulf, S.E. Carter and A.I. Niang. 1999. A methodology for the description of boder hedges and the analysis of variables influencing their distribution: a case study in Western Kenya. Agroforestry Systems 44: 69-86 Lebuhn,M., T. Heulin, and A. Hartmann. 1997. Production of auxin and other indolic and phenolic compounds by Phaenibacillus polymixa strains isolated from different proximity to plants root. FEMS Microbiol. Ecol. 22:325-334 Lee, M., C. Breckenridge, R. Knowless. 1970. Effect of some culture conditions on the production of indole acetic acid and gibberellin like substances by Azotobacter vinelandii. Can. J. Microbiol.16: 1325-1330 Narula, N., A. Deubel, W. Gans, R.K. Behl, W. Merbach. Paranodules and colonization of wheat roots by phytohormone producing bacteria in soil. Plant Soil Environ. 52, 2006 (3): 119–129 Paul, E.A., and F.E Clark. 1996. Soil Microbiology and Biochemistry. Academic Press. New York. pp 340 Rutunga, V., N.K. Karanja, C.K.K. Gachene; and C.A. Palm.1999. Biomass production and nutrient accumulation by Tephrosia vogelli and Titonia diversifolia fallows during six month growth at Maseno. Biotechnology, Agronomy, Soc. and Environment.3: 237-246. Sanchez, P.A. and B.A. Jama. 2000. Soil fertility replenishment takes off in East and Southern Africa. Intenational Symposium on Balanced Nutrient Management Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 13 Systems for the Moist Savanna and Humid Forest zones of Africa.Held on 9 Oct 2000 in Benin, Africa. 32 pp Sarwar, M., M. Arshad, D.A Martens, dan W.T. Frankenberger Jr.1992. Tryptophandependent biosynthesis of auxins in soil. Plant and Soil 147: 207-215 Thakuria, D., N.C. Talukdar, C. Goswami, S. Hazarika, R.C. Boro and M.R. Khan. 2004. Characterization and screening of bacteria from rhizosphere of rice grown in acidic soils of Assam. Current Science, VOL. 86. p. 978-985 Wollum, A.G. 1994. Soil sampling for microbiological analysis in Methods of Soil Analysis Part 2 Microbiological and Biochemical Properties ed R.W. Weaver et.al. Soil Sci. Soc. Am. Inc Artikel Penelitian Fundamental tahun 2008 a.n Agustian 14