JURNAL OPTIMASI SISTEM INDUSTRI BIAYA TRANSPORTASI TIDAK LINEAR DALAM MODEL SIKLUS PERSEDIAAN OPTIMAL GABUNGAN UNTUK PRODUK YANG MENGALAMI DETERIORASI Jonrinaldi1, Suprayogi2 1) 2) Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas Laboratorium POSI Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Bandung Abstract Traditional model of inventory management only considering one aspect that is supplier or buyer. This inventory policy will cause optimal lot size which obtained profiting just one of the parties, supplier or buyer. Thereby, to party owning bargaining position and strong negotiation, of course, will be profited with that policy so that not give good cooperation among both. Traditional Inventory model ( EOQ and of EMQ) assume that existing product in stock not experience of damage/ deterioration until the product accepted by consumer. In a few product type, this not applicable assumption like food product, photography films, medicine, chemical product, electronic component, etc. Damage/ natural deterioration by the product, of course, will result loss to buyer. Traditional inventory model also assume the ordering cost of each optimal lot size the obtained is remain to. This imprecise assumption if amount of big enough ordered lot which exceeds capacities of transportation. So that optimal lot size is very influenced by capacities of transportation. This study expense nonlinear transportation cost in joint optimal inventory cycle model for deteriorating product. Supplier produce product in certain time, later; sent to buyer with amount of optimal lot size which depended to capacities of transportation. During staying in inventory of supplier, on the way, and in stock buyer, the product experience of damage/ deterioration with fast assumption of constant damage. Matematical modelling conducted to get optimal inventory cycle ( t*), with minimal total joint inventory cost between supplier and buyer with definite transportation capacities. Numeric example given to illustrated that model. Keywords : joint optimal inventory cycle, deterioration, nonlinear transportation cost, joint optimal lot size, total inventory cost 1. Pendahuluan Pengelolaan persediaan traditional hanya memandang dari satu aspek saja, yaitu pemasok ataupun pembeli. Hal ini tidak menguntung bagi kedua belah pihak karena kebijakan optimal bagi pemasok belum tentu optimal bagi pembeli. Untuk itu dilakukan sistem pengelolaan persediaan yang melibatkan semua pihak agar diperoleh nilai optimal terhadap sistem secara keseluruhan. Sistem pengelolaan tersebut dikenal dengan Manajemen Rantai Pasok. Manajemen Rantai Pasok merupakan pendekatan untuk pengelolaan persediaan dan distribusi secara terintegrasi antara pemasok, produsen, distributor dan pengecer untuk meminimasi ongkos sistem secara keseluruhan [Levi dan Kaminsky, 2000]. Manajemen Rantai Pasok dapat dibedakan dalam tiga aspek yaitu : (1) aspek pemasok dan pembeli, (2) aspek produksi dan distribusi, dan (3) aspek Biaya Transportasi Tidak Linear…………. (Jonrinaldi) persediaan dan distribusi [Ongsakul dan Liman, 1998]. Dalam pengembangan model ini, aspek yang akan dibahas adalah pemasok dan pembeli. Dalam melakukan pengelolaan persediaan, jenis barang atau produk juga harus menjadi perhatian dalam menentukan kebijakan yang optimal. Hal ini disebabkan tidak semua jenis produk atau barang dapat tahan lama (tidak mengalami kerusakan) selama dalam persediaan sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi pemasok atau pembeli. Barang yang mengalami deteriorasi tersebut antara lain produk makanan, gasoline, obat-obatan, bank darah, dan bahan makanan. Bentuk deteriorasi yang terjadi bermacam-macam, seperti damage, spoilage atau dryness. Dalam kaitannya dengan biaya simpan yang dialami selama persediaan, model persediaan traditional menetapkan biaya simpan per unit produk adalah tetap baik 59 JURNAL OPTIMASI selama dalam persediaan maupun selama transportasi. Dalam beberapa kasus, biaya simpan selama tranportasi tidak bisa ditetapkan secara linear terhadap ukuran lot optimalnya. Hal ini disebabkan kapasitas sarana tranportasi yang terbatas dalam mengirim produk tersebut. Penelitian dalam bidang manajemen rantai pasok telah banyak dilakukan. Ongsakul dan Liman (1998) mengembangkan model Banerjee’ Joint Economic Lot Size (JELS) dengan mempertimbangkan biaya simpan selama periode pengiriman. Kosadat dan Liman (2000) mengembangkan Joint Economic Lot Size dengan kebijakan backorder. Modelmodel tersebut belum memperrtimbangkan faktor deteriorasi dalam analisisnya. Penelitian pengendalian persediaan dengan mempertimbangkan deteriorasi juga telah banyak dilakukan. Su dan Lin (2001) mengembangkan model persediaan produksi dengan mempertimbangkan laju produksi tergantung demand dan tingkat persediaan. Bhunia dan Maiti (1998) mengembangkan model dengan laju produksi tergantung tingkat persediaan. Wee dan Law (1999) mengembangkan model persediaan produksi dengan mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Chang, Hung dan Dye (2001) mengembangkan model dengan kondisi mengizinkan penundaan dalam pembayaran persediaan. Wee (1999) mengembangkan model dengan mempertimbangkan quantity discount, harga dan backorder parsial. Sarker, Jamal dan Wang (2000) mengembangkan model deteriorasi dengan mempertimbangkan faktor inflasi dan penundaan dalam pembayaran. Modelmodel yang dikembangkan tersebut hanya memperhatikan satu aspek saja, yaitu pembeli atau pemasok. Sedangkan penelitian yang mengembangkan biaya transportasi tidak linear dalam model persediaan antara lain Aucamp (1982) mengembangkan model persediaan EOQ dengan mempertimbangan biaya transportasi tidak linear. Makalah ini membahas pengembangan model siklus persediaan optimal gabungan untuk produk yang mengalami deteriorasi dengan mempertimbangkan biaya transportasi tidak linear. 60 60 SISTEM INDUSTRI 2. Formulasi Model 2.1 Hubungan Antara Pemasok dan Pembeli Pembeli membeli sejumlah unit produk dari pemasok untuk dijual kepada konsumen akhir. Produk yang dibeli tersebut mengalami deteriorasi selama dalam persediaan sehingga jumlah yang dipesan akan lebih besar dari jumlah permintaan dari konsumen. Produk yang mengalami deteriorasi tersebut tidak dapat diperbaiki atau ditukar sehingga akan mengakibatkan kerugian kepada pembeli. Kerugian tersebut digambarkan sebagai biaya deteriorasi yang harus ditanggung oleh pembeli. Untuk memenuhi permintaan pembeli, pemasok memproduksi sejumlah unit produk. Sebelum produk tersebut dikirim ke pembeli, akan terlebih dahulu disimpan dalam persediaan. Selama berada dalam persediaan, produk tersebut mengalami deteriorasi. Dengan demikian, untuk memenuhi jumlah permintaan tersebut maka jumlah yang diproduksi harus melebihi dari jumlah produk yang dibeli oleh pembeli. Produk yang telah diproduksi tersebut dikirim ke pembeli dalam selang waktu tertentu. Dalam perjalanan produk tersebut juga akan mengalami deteriorasi dan biaya simpan. Sehingga jumlah produk yang akan diproduksi oleh pemasok harus dapat menanggulangi deteriorasi yang terjadi selama dalam persediaan dan perjalanan untuk memenuhi sejumlah unit produk yang dibeli oleh pembeli. Pada penelitian ini dikembangkan dua kasus dimana pertama biaya simpan dan biaya deteriorasi ditanggung oleh pemasok dan kedua ditanggung oleh pembeli. Dalam kedua kasus tersebut dipertimbangkan biaya transportasi tidak linear. Hubungan antara pemasok dan pembeli lebih jelas dapat dilihat pada gambar 1. berikut. Optimasi Sistem Industri, Vol. 6 No. 1 Oktober 2006: 59– 68 JURNAL OPTIMASI Tingkat persediaan pada pembeli I(t) Im- Im(t2-t1) SISTEM INDUSTRI -D-I(t) dengan deteriorasi tanpa deteriorasi Tingkat persediaan pada pemasok I(t) P- I(t) Im t3 Im- Im(t2-t1) 0 t1 t2 Gambar 1. Hubungan Antara Pemasok dan Pembeli 2.2 Notasi dan Asumsi 2.2.1 Notasi : Notasi yang digunakan dalam penelitian ini : S : biaya setup produksi pada pemasok ( Rp/setup) A : biaya pesan pembeli kepada pemasok (Rp/pesan) I(t) : Tingkat persediaan pada saat t Im : Persediaan maksimum pada pemasok (unit) r : tingkat ongkos penanganan persediaan (% terhadap harga beli) D : laju permintaan produk (unit/periode) P : laju produksi produk (unit/periode), dimana P > D Cpm : harga beli pada pemasok (Rp/unit) Cp : harga beli pada pembeli (Rp/unit) : laju deteriorasi terhadap tingkat persediaan pada saat t ( /periode) TCpm : biaya total pada pemasok (Rp) TCp : biaya total pada pembeli (Rp) TCgab : Total biaya gabungan antara pemasok dan pembeli (Rp) Cd : biaya deteriorasi (Rp/unit) t1 : waktu saat dicapai persediaan maksimum pada pemasok (Im) (satuan periode) t2 : waktu saat produk sampai pada pembeli (satuan periode) t3 : waktu saat persediaan pada pembeli mencapai nol tr : lead time pengiriman (satuan periode) n : bilangan integer positif yang menyatakan jumlah sarana transportasi yang dibutuhkan. F : Biaya tetap transportasi (Rp/unit transportasi) Biaya Transportasi Tidak Linear…………. (Jonrinaldi) Ko : Kapasitas angkut sarana transportasi (unit/unit transportasi) q* : ukuran lot optimal yang dikirim ke pembeli (unit) 2.2.2 Asumsi : Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : laju permintaan, produksi dan deteriorasi bersifat deterministik dengan laju yang tetap shortages tidak diizinkan lead time pengiriman bersifat deterministik Kapasitas pada pemasok dan pembeli dapat memenuhi seluruh permintaan Seluruh komponen biaya diketahui dengan pasti dan konstan Model yang dikembangkan hanya untuk satu pemasok dan satu pembeli 2.3 Model Matematik Pada bagian ini dikembangkan model matematik dari biaya transportasi tidak linear dalam model siklus persediaan optimal gabungan untuk produk yang mengalami deteriorasi. Model matematik dikembangkan berdasarkan biaya total pada pemasok dan pembeli serta biaya total gabungan. Biaya total gabungan merupakan biaya total pada pemasok dijumlahkan dengan biaya total pada pembeli serta menambahkan faktor deteriorasi pada setiap persediaan. Model yang dikembangkan bertitik tolak pada model yang dikembangkan oleh Ongsakul dan Liman (1998), Su dan Lin (2001), Bhunia dan Maiti (1998) dan Aucamp (1982). 61 JURNAL OPTIMASI Biaya total gabungan = Biaya total pada pemasok + Biaya total pada pembeli Model yang dikembangkan dilakukan untuk dua kasus, dimana pertama biaya deteriorasi dan simpan selama perjalanan ditanggung pemasok, kedua ditanggung oleh pembeli. 2.3.1. Kasus 1 : Biaya deteriorasi dan simpan selama perjalanan ditanggung pemasok Biaya persediaan pada pemasok, Untuk memenuhi permintaan pembeli maka pada t = 0, pemasok mulai berproduksi sampai mencapai Im pada saat t = t1, selama dalam persediaan produk mengalami deteriorasi. Produk dikirim ke pembeli selama waktu (t2 – t1). selama dalam perjalanan timbul biaya simpan dan deteriorasi, Persediaan pada saat t, (I(t)), dapat digambarkan sebagai berikut. d I (t ) .I (t ) P dt 0 t t1 (1) d I (t ) .I (t ) 0 dt P t1 t t2 (3) I m (1 e .t1 ) I (t ) P P (4) (e ( t1 t ) e t ) t1 t t2 (5) Sehingga biaya total pada pemasok adalah total dari biaya setup produksi, biaya simpan selama persediaan dan perjalanan dan biaya deteriorasi selama persediaan dan perjalanan dengan biaya total masingmasing sebagai berikut. 1. Biaya simpan : t2 t2 t1 .t C d . P (1 e )dt (e (t1 t ) e t )dt t1 0 (7) 3. Biaya setup produksi : S t3 t 2 (8) Sehingga biaya total pada pemasok per satuan waktu adalah : TCpm (t1) = S t3 t 2 r.C pm . + t2 t1 P ( t t ) .t t (1 e )dt (e 1 e )dt (t 3 t 2 ) 0 t1 Cd . t t2 P 1 ( t t ) .t t (1 e )dt (e 1 e )dt t 3 t 2 0 t1 Biaya persediaan pada pembeli, Pada saat t = t2, produk sampai ke pembeli sebesar I(t2), kemudian produk tersebut dijual ke konsumen dengan laju permintaan sebesar D, pada saat berada di persediaan, produk juga mengalami deteriorasi, sehingga I(t2) akan lebih besar dari D.(t3 – t2). Persediaan setiap saat pada pembeli dapat digambarkan sebagai berikut : d I (t ) .I (t ) D dt t2 t t3 (10) dengan memakai batasan, I(t3) = 0 maka, D t2 t t3 (11) = t t2 P 1 .t r.C pm . (1 e )dt (e (t1 t ) e t )dt 0 t1 (6) 62 62 = I (t ) (e (t3 t ) 1) r.C pm . I (t )dt I (t )dt t1 0 t1 t2 t1 C d . .I (t )dt .I (t )dt t1 0 (9) 0 t t1 2. Biaya deteriorasi : + (2) dengan memakai batasan : I(0) = 0, I(t1) = Im , maka diperoleh I (t ) (1 e .t ) SISTEM INDUSTRI Sehingga biaya total pada pembeli adalah total dari biaya pesan, biaya transportasi , biaya simpan selama persediaan dan biaya deteriorasi selama persediaan dengan biaya total masingmasing sebagai berikut. Optimasi Sistem Industri, Vol. 6 No. 1 Oktober 2006: 59– 68 JURNAL OPTIMASI dengan mensubstitusikan nilai t2 dengan (t1 + tr) maka diperoleh persamaan sebagai berikut : t3 r.C p . I (t )dt 1. Biaya simpan : t2 : r.C p . D t3 . (e .( t3 t ) 1)dt SISTEM INDUSTRI (12) + t2 t3 C d . .I (t )dt 2. Biaya deteriorasi : r.C pm . t2 t3 : C d . D. (e .( t3 t ) 1)dt (13) t2 3. Biaya pesan : A t3 t 2 4. Biaya transportasi : (14) n.F t3 t 2 (15) Sehingga biaya total pada pembeli per satuan waktu adalah : TCp (t1) = A n.F t3 t 2 t3 t 2 3 D r.C p . . (e .( t3 t ) 1)dt (t 3 t 2 ) t2 D 3 .( t3 t ) Cd . . (e 1)dt t 3 t 2 t2 (16) Dari kedua biaya total tersebut maka dapat dimodelkan total biaya gabungan keduanya sebagai berikut : TCgab (t1) = S t3 t 2 + Cd . + ( t1 t r ) t1 P ( t t ) .t t (1 e )dt (e 1 e )dt t 3 (t1 t r ) 0 t1 A n.F + t 3 (t1 t r ) t 3 (t1 t r ) t r.C p . 3 D . (e .( t3 t ) 1)dt (t 3 (t1 t r )) (t1 tr ) t + 3 D Cd . . (e .( t3 t ) 1)dt t 3 (t1 t r ) (t1 tr ) Untuk memenuhi permintaan pembeli maka pada t = 0, pemasok mulai berproduksi sampai mencapai Im pada saat t = t1, selama dalam persediaan produk mengalami deteriorasi. Persediaan pada saat t, (I(t)), dapat digambarkan sebagai berikut : P ( t t ) .t t (1 e )dt (e 1 e )dt (t 3 t 2 ) 0 t1 t2 P I m (1 e .t1 ) + Cd . + P t3 t 2 t2 t1 ( t t ) .t t (1 e )dt (e 1 e )dt 0 t1 A n.F t3 t 2 t3 t 2 + Sehingga biaya total pada pemasok adalah total dari biaya setup produksi, biaya simpan selama persediaan dan biaya deteriorasi selama persediaan dengan biaya total masing-masing sebagai berikut. r.C pm . I (t )dt 0 t1 : t3 + P t1 3 D . (e .( t3 t ) 1)dt (t 3 t 2 ) t2 D Cd . . (e .( t3 t ) 1)dt t 3 t 2 t2 0 t t1 1. Biaya simpan : t r.C p . (18) Kasus 2 : Biaya deteriorasi dan simpan selama perjalanan ditanggung pembeli I (t ) (1 e .t ) t1 r.C pm . + Biaya persediaan pada pemasok, t + ( t1 t r ) t1 P ( t t ) .t t (1 e )dt (e 1 e )dt (t 3 (t1 t r )) 0 t1 2.3.2. t + S t 3 (t1 t r ) TCgab (t1) = (17) P r.C pm . . (1 e .t )dt (19) 0 t1 2. Biaya deteriorasi : C d . .I (t )dt 0 Biaya Transportasi Tidak Linear…………. (Jonrinaldi) 63 JURNAL OPTIMASI 2. t1 C d . P. (1 e .t )dt : Biaya deteriorasi : t2 t3 C d . .I (t )dt P. .I (t )dt t1 t2 (20) 0 3. Biaya setup produksi : SISTEM INDUSTRI S t3 t 2 = t3 t2 C d . D. (e .( t t ) 1)dt P. (e (t t ) e t )dt 3 Sehingga biaya total pada pemasok per satuan waktu adalah : TCpm (t1) = S t3 t 2 1 t2 (23) + r.C pm . P . (1 e .t )dt (t 3 t 2 ) 0 + P 1 . (1 e .t )dt t3 t 2 0 A t3 t 2 3. Biaya pesan : t1 t Cd . 4. Biaya transportasi : (21) Biaya persediaan pada pembeli, Produk dikirim ke pembeli dari pemasok selama waktu (t2 – t1). selama dalam perjalanan timbul biaya simpan dan deteriorasi. Pada saat t = t2, produk sampai ke pembeli sebesar I(t2), kemudian produk tersebut dijual ke konsumen dengan laju permintaan sebesar D, pada saat berada di persediaan, produk juga mengalami deteriorasi, sehingga I(t2) akan lebih besar dari D.(t3 – t2). Persediaan setiap saat pada pembeli dapat digambarkan sebagai berikut : I (t ) P (e (t1 t ) e t ) I (t ) (e (t3 t ) 1) D t1 t t2 A n.F t3 t 2 t3 t 2 + t2 t3 .( t t ) ( t t ) t D. (e 3 1)dt P. (e 1 e )dt (t 3 t 2 ) t2 t1 r.C p + Cd t3 t 2 t2 t3 .( t t ) ( t t ) t D. (e 3 1)dt P. (e 1 e )dt t2 t1 (24) Dari kedua biaya total tersebut maka dapat dimodelkan total biaya gabungan keduanya sebagai berikut : S t3 t 2 + t 1 P r.C pm . . (1 e .t )dt (t 3 t 2 ) 0 + t P 1 . (1 e .t )dt t3 t 2 0 A n.F + t3 t 2 t3 t 2 Cd . + t2 t3 .( t t ) ( t t ) t D. (e 3 1)dt P. (e 1 e )dt (t 3 t 2 ) t2 t1 r.C p : t2 r.C p t3 .( t3 t ) 1)dt P. (e (t1 t ) e t )dt D. (e t2 t1 (22) 64 64 TCp (t1) = TCgab (t1) = t2 t3 r.C p I (t )dt I (t )dt t2 t1 n.F t3 t 2 Sehingga biaya total pada pembeli per satuan waktu adalah : t2 t t3 Sehingga biaya total pada pembeli adalah total dari biaya pesan, biaya transportasi , biaya simpan selama persediaan dan perjalanan dan biaya deteriorasi selama persediaan dan perjalanan dengan biaya total masingmasing sebagai berikut. 1. Biaya simpan : t1 + Cd t3 t 2 t2 t3 .( t t ) 3 D . ( e 1 ) dt P . (e (t1 t ) e t )dt t2 t1 (25) Optimasi Sistem Industri, Vol. 6 No. 1 Oktober 2006: 59– 68 JURNAL OPTIMASI dengan mensubstitusikan nilai t2 dengan (t1 + tr) maka diperoleh persamaan sebagai berikut : TCgab (t1) = S t 3 (t1 t r ) + TCgab (t1) = + t3 ( t1 t r ) .( t t ) ( t t ) t D. (e 3 1)dt P. (e 1 e )dt (t 3 (t1 t r )) (t1 tr ) t1 r.C p + t3 ( t1 t r ) Cd .( t t ) ( t t ) t D. (e 3 1)dt P. (e 1 e )dt t 3 (t1 t r ) (t1 tr ) t1 (26) Dari persamaan (5) dan (11), diperoleh hubungan antara t1 dan t3 adalah : P exp t1 t1 tr P exp t1 tr D ln t1 tr D (27) 3.1 Kasus 1 Analisis dilakukan untuk menentukan nilai t1 optimal untuk menentukan siklus persediaan optimal gabungan antara pemasok dan pembeli dengan menguraikan terlebih dahulu biaya total gabungan (TCgab). S t 3 (t1 t r ) + P 1 t1 (e .t1 1).e .tr (t 3 (t1 t r )) P 1 t1 (e .t1 1).e .tr t 3 (t1 t r ) A n.F + t 3 (t1 t r ) t 3 (t1 t 2 ) + Cd . + + r.C p . + P 1 t1 (e .t1 1) (t 3 (t1 t r )) P 1 Cd . t1 (e .t1 1) t 3 (t1 t r ) + + A t 3 (t1 t r ) + n.F t 3 (t1 t 2 ) + 1 (t1 tr t3 ) (e 1) t 3 t1 t r (t 3 (t1 t r )) r.C p .D + r.C p .P 1 (t 3 (t1 t r )) (e (t1 tr ) e .tr e .t1 1) + 3. Analisis r.C pm . S t 3 (t1 t r ) r.C pm . TCgab (t1) = D 1 (1 e (t1 tr t3 ) ) t 3 t1 t r t 3 (t1 t r ) 3.2 Kasus 2 Analisis dilakukan untuk menentukan nilai t1 optimal untuk menentukan siklus persediaan optimal gabungan antara pemasok dan pembeli dengan menguraikan terlebih dahulu biaya total gabungan ( TCgab). t 1 P . (1 e .t )dt t 3 (t1 t r ) 0 A n.F + t 3 (t1 t 2 ) t 3 (t1 t r ) t3 Cd . (28) t Cd . + + 1 P r.C pm . . (1 e .t )dt (t 3 (t1 t r )) 0 + SISTEM INDUSTRI D 1 (1 e (t1 tr t3 ) ) t 3 t1 t r (t 3 (t1 t r )) Biaya Transportasi Tidak Linear…………. (Jonrinaldi) C d .D 1 (t1 tr t3 (e 1) t 3 t1 t r t 3 (t1 t r ) + C d .P 1 (t1 tr ) (e e .tr e .t1 1) t 3 (t1 t r ) (29) Untuk menentukan nilai t1 optimal dengan mempertimbangkan biaya transportasi tidak linear untuk kedua kasus tersebut dilakukan dengan mengembangkan suatu algoritma karena biaya transportasi merupakan fungsi yang tidak linear maka tidak dapat diperoleh nilai optimal dengan pendekatan metode analitik. Langkahlangkah algoritma selengkapnya adalah sebagai berikut. 1. Tentukan nilai lama produksi optimal (t1*) dengan menggunakan persamaan TCgab tanpa biaya transportasi dengan metode analitik.. 2. Tentukan ukuran lot yang dikirim ke pembeli dengan persamaan sebagai berikut. 65 JURNAL OPTIMASI I (t1 ) (1 e .t1 ) P 3. Tentukan nilai Xo, dimana : X o I (t1 ) (30) Ko 4. Tentukan nilai n-1 dan menggunakan persamaan: n dengan n Xo (31) Solusi contoh di atas dengan menggunakan algoritma yang dikembangkan adalah: 1. Tentukan nilai lama produksi optimal (t1*) dengan menggunakan persamaan TCgab tanpa biaya transportasi menggunakan metode analitik. Hasil selengkapnya untuk kedua kasus dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Nilai siklus produksi optimal dimana : Xo SISTEM INDUSTRI = nilai integer terdekat ≥ Xo 5. Tentukan ukuran lot optimal (q*) yang dipilih dari tiga kandidat berikut: q A (n 1).K o , dengan syarat n > 1 (32) q B n.K o qc , diperoleh (33) dari persamaan Kasus 1 Lama produksi optimal (t1*) (bulan) 0.132 Kasus 2 0.132 Kebijakan TCgab dengan biaya transportasi dengan menentukan terlebih dahulu siklus persediaan optimal (t1*) menggunakan metode analitik, dengan syarat q A qc q B . 6. Dari ketiga kandidat yang layak tersebut, pilih satu yang memiliki nilai TCgab paling minimum. 3. Conton Numerik Untuk memberikan ilustrasi solusi optimal dari model yang dikembangkan tersebut, digunakan parameter berikut ini: biaya setup produksi pada pemasok (S) = Rp. 50.000/setup biaya pesan pembeli kepada pemasok (A) = Rp. 60.000/pesan tingkat ongkos penanganan persediaan (r ) = 0.01 laju permintaan produk (D) = 5000 unit/bulan laju produksi produk (P) = 10000 unit/bulan harga beli pada pemasok (Cpm) = Rp. 10.000/unit harga beli pada pembeli (Cp) = Rp. 20.000/unit laju deteriorasi terhadap tingkat persediaan pada saat t () = 0.01/bulan biaya deteriorasi (Cd) = Rp. 25.000/unit lead time pengiriman (tr) = 0.1 bulan Kapasitas angkut sarana transportasi (Ko) = 500 unit Biaya tetap transportasi (F) = Rp. 100.000 2. Tentukan ukuran lot yang dikirim ke pembeli dengan persamaan sebagai berikut. Kasus 1 dan 2 : I (t1 ) (1 e .t1 ) P I (0,132) (1 e 0,01.0,132 ) = 1319, 129 unit 3. Tentukan nilai Xo, dimana : Kasus 1 dan 2 : X o I (t1 ) = Ko 1319,129 500 = 2,638 4. Tentukan nilai n-1 dan menggunakan persamaan: Kasus 1 dan 2 : n dengan n Xo n =3 (n-1) = 2 5. Tentukan ukuran lot optimal (q*) yang dipilih dari tiga kandidat berikut: Kasus 1 dan 2 : q A (n 1).K o = 2x500 = 1000 unit q B n.K o = 3x500 = 1500 unit qc , diperoleh dengan biaya 2556,726 unit. 66 66 10.000 0,01 dari persamaan transportasi TCgab adalah Optimasi Sistem Industri, Vol. 6 No. 1 Oktober 2006: 59– 68 JURNAL OPTIMASI SISTEM INDUSTRI 6. Dari ketiga kandidat yang layak tersebut, pilih satu yang memiliki nilai TCgab paling minimum. Kasus 1 dan 2: qA dan qB kandidat yang layak untuk solusi optimal, sedangkan qC tidak layak jadi solusi optimal karena syarat q A qc q B tidak tepenuhi. Sehingga dari dua kandidat tersebut, dipilih satu yang memiliki TCgab paling minimum yaitu: Dari hasil contoh numerik di atas, kedua kasus memiliki nilai variabel keputusan yang sama dengan biaya total persediaan optimal gabungan untuk kasus 2 selalu lebih kecil dibandingkan kasus 1. Hubungan antara lama produksi (t1) dengan biaya total persediaan gabungan (TCgab), untuk kedua kasus, dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Biaya Total Persediaan Gabungan (TCgab),(Rp) 3,800,000.00 3,300,000.00 2,800,000.00 TCgab, Kasus 2, 0.148, 2077151.852 2,300,000.00 TCgab, Kasus 1, 0.148, 2027052.972 1,800,000.00 0.03 0.06 0.09 0.12 0.15 0.18 0.21 0.24 0.27 0.3 0.33 0.36 0.39 Lam a Produksi (t1),(bulan) TCgab, Kasus 1 TCgab, Kasus 2 Gambar 2. Hubungan Lama produksi (t1) dengan Biaya total persediaan gabungan (TCgab) Kasus 1 : qB dengan nilai TCgab = Rp. 2.027.052,972. - Ukuran lot optimal yang diangkut (q*) = 1500 unit ( 3 unit angkutan) - Lama produksi optimal (t1*) = 0,148 bulan Kasus 2 : qB dengan nilai TCgab = Rp. 2.077.151,852. - Ukuran lot optimal yang diangkut (q*) = 1500 unit (3 unit angkutan) - Lama produksi optimal (t1*) = 0,148 bulan Biaya Transportasi Tidak Linear…………. (Jonrinaldi) 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model model siklus persediaan optimal gabungan untuk produk yang mengalami deteriorasi dengan mempertimbangkan biaya transportasi tidak linear. Model dikembangkan dalam dua kasus, dimana pertama pemasok bertanggungjawab terhadap biaya deteriorasi dan simpan selama perjalanan, kedua sebaliknya. Penentuan siklus persediaan optimal gabungan dilakukan dengan meminimasi 67 JURNAL OPTIMASI total biaya gabungan antara pemasok dan pembeli. 1. Dari hasil makalah dapat disimpulkan bahwa biaya transportasi tidak linear sangat berpengaruh terhadap penetapan ukuran lot optimal yang harus dikirim ke pembeli. Juga Biaya total gabungan pada kasus pertama selalu lebih besar dibandingkan kasus kedua. 4.2. Saran Pada model yang dikembangkan, laju deteriorasinya tetap, tidak mempertimbangkan faktor kuantitas diskon serta model supply chain yang lain seperti satu pemasok dan banyak pembeli, satu distributor dan banyak pembeli. Topik-topik tersebut merupakan pengembangan model lanjutannya. 5. Daftar Pustaka Aucamp, D.C , Nonlinear Freight Costs in The EOQ Problem, European Journal of The Operation Research , 9, 1982. Bhunia, A.K., Maiti, M., Deterministic Inventory Model for Deteriorating Items with Finite Rate of Replenishment Dependent on Inventory Level, Computers and Operation Research, Vol. 25 No. 11, pp. 997-1006, 1998. Chang, H.J, Hung, C.H, Dye, C.Y., An inventory Model for Deteriorating Items with Linear Trend Demand Under The Condition of Permissible Delay In Payments, Production Planning & Control, Vol. 12 No.3, pp. 274-282, 2001. Kosadat, A., Liman, S.D., Joint Economic Lot-Size With Backordering Policy, Thesis, Departement of Industrial Engineering, Texas Tech University, Lubbock, Texas, 2000. http:/webpages.acs.ttu.edu/vchatsir /images/JELS%20model%20with%2 0backordering%20policy%20(Arisa). pdf. Homepage of Center for Innovative Supply Chain Management, Industrial Engineering Department, Texas Tech University Levi, D. Simchi and Kaminsky, Philip, Design and Managing the Supply Chain, Mc Graw-Hill, Singapore, 2000. Ongsakul, V., Liman, S.D., Joint Economic Lot Size Problem with Pipeline Inventory Cost, Thesis, Department of Industrial Engineering, Texas Tech University, Lubbock, Texas, 2000. 60 68 60 SISTEM INDUSTRI http:/webpages.acs.ttu.edu/vchatsir /images/JELS%20model%20with%2 0backordering%20policy%20(Arisa). pdf. Homepage of Center for Innovative Supply Chain Management, Industrial Engineering Department, Texas Tech University. Sarker, Bhaba R., Jamal, A.M.M., Wang, Shaojun, Supply Chain Models for Perishable Products Under Inflation and Permissible Delay in Payment, Computers and Operation Research, Vol. 27, pp. 59-75, 2000. Su, Chao-Ton, Lin, Chang-Wang, A Production Inventory Model which Considers The Dependence of Production Rate on Demand and Inventory Level, Production Planning and Control, Vol. 12 No. 1, pp. 6975, 2001. Wee, Hui-Ming, Deteriorating Inventory Model with Quantity Discount, Pricing and Partial Backordering, International Journal Of Production Economics, Vol. 59, pp. 511-518, 1999. Wee, Hui-Ming, Law, Sh-Tyan, Economic Production Lot Size for Deteriorating Items Taking Account of The TimeValue of Money, Computers and Operation Research, Vol. 26, pp. 545-558, 1999. Optimasi Sistem Industri, Vol. 6 No. 1 Oktober 2006: 59– 68