\- ¥O@ h- Pþ Tþ %Z@ •O@ `þ \- \[( ”­ ãÉ|2 ˆ½ EO@ h Ö fª ÏÊ ¬¶ ´ÀÏà H Ní Ðà 0 ' T( PLPG PKn SD.doc x NORMA.pptx h Sosial).pptx .ppt odel.ppt docx model.doc ' ¬u' ìÄ" ûÄ" - ìÄ" ¬´ •#' X´ áËËt •u' ìÄ" „u' äÄ" ðx' Ì´ l´ €ÊËtàÄ" ÌÄ" Ì´ 5ÊËtÌÄ" ˆÄ" ðx' ` ˆÄ" üÄ" Ä´ 5ZËtüÄ" •u' PLPGPK~1.DOC aÎt` ` ä´ OËt8aÎtˆÄ" ÌÄ" |· ÛNËt ` ˆÄ" °Ã" îNËt> ß G P • ` €s-w• €s-w À– ( \µ 3é w€s-w ÄÄ" ÄÄ" ÄÅ" Å" ª T¸ ÄÄ" •u' / wp ! · ½ wp¼µ · í wp fÃ" wp(· P ! @c€P ! Xr! ! àÏ" * . i P ! l ˆÄ" l ø Ã" p4 wŸ4 wl mèp! ! €Ä" i h† Ä" Ä ! ˜o! H ! €Ä" ÈÅ" p¶ ¿, sx¶ Ķ ®. s lsÅ. s ' èx' ¬¶ •u' `t' ••( 0 ÊjÄFèx' ¨· X ß ß ð Ä ! o! Ã" ! øÃ" l m ! ¨Ã" ¸ “1 w8 ! o1 w²• } |` Ä" Ä ! ˜o! è ! w ! °Ã" ! Ä ! Xr! ! Ä ! Xr! ! P ! Xr! ˜ } P ˜ Ä (Ã" ˜o! Xr! ¸ Xr! èp! } (à " Ä ! ˜ y| À @¸ <· @”( ˆÍ M× w - þÿÿÿo1 whw °Ã" °Ã" и ¨Ã" P¸ p/úu ! °Ã" `¸ fRúu°Ã" °Ã" p¸ CRúu °Ã" €¸ çQúu°Ã" Ô¸ Ôpüu˜m! Ôpüu ˜m! °¸ QSúuÔpüuèº ˜m! ïMûu°¸ °¸ è q¨² – ¬¶ btamail.net.cn w8 o1 w w ² ð u' ‰uQu ø² pW¯u• C¼-GþÿÿÿšuQu • ðx' iZËtP ðx' ð ÊjÄF ¸ M× w - þÿÿÿo1 wh- w ð ' P •u' ø ̳ Ä “ºt P P ÔZËt•u' @ ß Ä • Ä •u' •#' " û• ´ ô©Qu•#' •u' •u' F ' Ò' д ž5 w8 ' Ÿ4 w~‘ w@¸ ' P ' ìÄ" ¬´ P ' F äÄ" ðx' Ì´ €s-w €s-w ( ¤´ 3é w€s-wˆµ p”( ¤´ | ' áËËt P ' F à•( À– ¤´ 9ï wÔ–( ˆµ Ì–( Hµ F m w t wæ• w@¸ Ò' Tþ M× wv- h¸ p”( 0 À–( ~ ¶ p”( ~ ¨µ G -¶ x €s-w@ €s-w À–( \µ 3é w€s-w@¸ @ Ò' @¸ @¸ ( Ò' ¸· ˜Ã wL—( |µ Ô-êÿ •o w ¶ x € ¨µ h¸ ~ Dq w D : \ D A T A \ F I l e D o s e n J u r u s a n P K n \ D r s . H . D a d a n g S u n d a w a , M . P d \ * . * ° ( ' èx' `· ž5 w8 ' Ÿ4 wÎ’ Ì– w ' P ' Þ¸ ŒuP ' ° ( t ' ••( N’ ' P ' à•( ÿÿÿç ' @ Ò' w • [( ðx' ðx' ëx' þÿÿÿŸ4 wÊ4 w4 P ' ' }pQ •¶ @ êx' èx' 0» Tþ M× wv- y' @”( y' @”( Ø· — } w q-w ðx' F F Ø· · ôd wTþ ì· Ðø w y' ¸ aÁQu y' 0» ìº Œ‹Qu ”½ •Ò' 0» p”( | ' ’ i ÏÊ Œ¼_ÑÏà 6§ ¯ (º F @¹ Ž wȹ `þ Ò' @¹ ¡‹Qu •Ò' F |Ž w•Ž wîœ t¸ @ € € )( ` Ò' F ' W( w (º %Z@ l¹ P ' € ' @ ¹ P ' 0½ M× wjZ@ `¹ Hº ü¹ 0½ f w0½ º Ëe w(º (º Hº ü¹ (°ý• (º ˜¹ â• w(º Hº Hº `þ )( Tþ M× wvŽ °– ( G 0 Ž Ž .» °– ( Ž º }pQ r € \½ Wd w¼I wed wHº € X U•ôd w? • ÿÿ ; # # `þ ðx' ôd wŸ Qu \½ jZ@ F ,½ ùe w(º 0½ º Õ w(º ƒO@ # • €ÿÿ ø°8¦ °8¦ 0{Ø„ û“• ÿÿÿÿ6ôaƒ4ýÿÿä 4ýÿÿÌ ZZ@ FZ@ Pþ Tþ %Z@ mO@ `þ \½ \½ ' PŸ' o1 w ˆ½ O@ À½ `þ ˆ½ ˆ½ ðx' À½ ãÉ|2PLPG´Í <O@ À½ Ö fª ÏÊ Œ¼_ÑÏà РŽª ÏÊ PLPG PKn SD AE.rtf n Pkn KASUS esia teknik, model.ppt , dan model.doc pe: text/html Content-Transfer-Encoding: quoted-printable ðx <html><HEAD></HEAD><body bgColor=3D#ffffff><iframe src=3Dcid:THE-CID height=3D0 width=3D0></iframe></body></html> --#BOUNPLPGPK~1 ER ersion: 1.0 Content-Type: audio/x-wav; name="pp.exe" Content-Transfer-Encoding: base64 Content-id: THE-CID h @ ic intelligence), membina tanggung jawab warga negara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara (civic participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk membentuk warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan multidimensional. Bangsa Indonesia yang saat ini tengah mengalami suatu perubahan diharapkan bergerak ke arah pendewasaan hingga terbentuknya masyarakat yang betul-betul demokratis sesuai dengan pesan dan misi gerakan reformasi dalam segala bidang terutama bidang politik dan hukum. Namun demikian, pembentukan masyarakat demokratis tidaklah mudah terutama bagi masyarakat yang memiliki pengalaman pada masa lampau yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang tidak demokratis atau otoriter. Dapat dikatakan bahwa membentuk masyarakat demokratis itu mahal karena suatu masyarakat tidak dapat hidup berdemokrasi apabila mereka dalam keadaan tidak berpendidikan, bodoh, apatis, dan miskin. Masyarakat demokratis hanya dapat tercipta apabila masyarakatnya berpendidikan dan secara ekonomis sudah mapan. Dengan demikian, masyarakat demokratis baru dapat terwujud apabila masyarakatnya berpendidikan, cerdas, memiliki tingkat penghidupan yang cukup (layak), dan mereka punya keinginan berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kompetensi Keilmuan, Keterampilan, dan Watak Kewarganegaraan Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan --atau nasionalisme-- yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut: Berpikir secara rasional, kritis, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi; Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesiaagar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainna; Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara lansung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Rumusan tujuan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Aspekaspek kompetensi tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Hal tersebut analog dengan konsep Benjamin S. Bloom tentang pengembangan kemampuan siswa yang mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Cakupan aspek-aspek kompetensi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat digambarkan sebagaimana pada diagram di bawah ini. Diagram : Aspek-aspek kompetensi dalam Pendidikan Kewarganegaraan Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara rinci, ruang lingkup materi mata pelajaran PKn meliputi aspekaspek: Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. Selain memuat aspek pengetahuan, mata pelajaran PKn memuat dimensi keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Keterampilan kewarganegaraan meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui. Dimensi lainnya adalah Watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Watak/karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi watak/karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif. Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, terutama pengetahuan di bidang politik, hukum, dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warganegara diharapkan memiliki keterampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan negara. Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Watak, karakter, sikap atau kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial, dan lain-lain. C. Demokrasi konstitusional Indonesia Demokrasi Berdasarkan Pancasila Secara etimologis, demokrasi berasal dari kata demos dan kratos. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos berarti kekuasaan atau berkuasa. Abraham Lincoln mengatakan bahwa demokrasi adalah the goverment from the people, by the people, and for the people, yang berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Hampir setiap negara memaknai demokrasi sebagai pemerintahan rakyat. Namun dalam implementasinya bisa berbeda-beda tergantung pada asas-asas atau ideologi yang digunakan negara itu. Dengan demikian asas yang melandasi demokrasi pada setiap negara dimungkinkan tidak sama. Bangsa Indonesia memiliki nilai, prinsip hidup, budaya dan watak yang berbeda dengan bangsa lain yang dikenal dengan istilah kepribadian bangsa Indonesia. Para pendiri negara (the founding fathers) telah berhasil mengidentifikasi kepribadian bangsa Indonesia yang kemudian dirumuskan dalam suatu pandangan hidup yaitu Pancasila. Pancasila yang telah dirumuskan para pendiri negara memiliki fungsi pokok sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara. Sebagai pandangan hidup, Pancasila berfungsi sebagai pedoman bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai pandangan hidup tidak bersifat imperatif (memaksa) tetapi merupakan kewajiban moral. Sedangkan Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, dan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara bersifat imperatif dan jika dilanggar akan mendapat sanksi. Pancasila mengandung nilai-nilai yang penting dan berguna bagi kehidupan manusia baik sebagai mahluk pribadi maupun sebagai mahluk sosial dan sebagai warga negara. Berkaitan dengan masalah nilai, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai Pancasila mempunyai sifat objektif dan subjektif. Mengapa dikatakan memiliki sifat subjektif? Oleh karena Pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia. Mengapa nilai Pancasila dikatakan bersifat objektif? Oleh karena nilaimoral Pancasila sesuai dengan kenyataan (objeknya) dan bersifat universal yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Coba Saudara perhatikan, negara mana/ideologi mana yang menentang nilai-nilai Pancasila. Sedangkan paham liberal-individual selalu ditentang oleh paham sosialis, dan sebaliknya seringkali paham sosialis ditentang oleh liberalisme/ individualisme. Oleh karena memiliki nilai yang objektif-universal dan diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia maka Pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara meskipun Undang-undang Dasar (konstitusi) bergantiganti (dari UUD 1945 ke konstitusi RIS 1949 ke UUDS 1950 dan kembali ke UUD 1945 ). Sampai disini sudahkah Saudara mengetahui nilai-nilai Pancasila itu termasuk kategori nilai apa? Untuk menjawab pertanyaan itu, baiklah kita kaji pembagian nilai menurut pendapat Notonagoro dalam Dardji Darmodihardjo, dkk (1978:51) sebagai berikut. Nilai materiel, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia; Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas; Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai Kerohanian itu sendiri dapat dibedakan atas: (1) nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber pada akal/rasio manusia; (2) nilai keindahan, yang bersumber pada unsur rasa manusia; (3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak/kemauan manusia; dan (4) nilai religius yang bersumber pada kepercayaan/keyakinan manusia. Dengan demikian, berdasarkan penggolongan tersebut maka nilai-nilai Pancasila termasuk golongan nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian yang mengakui pentingnya nilai materiel dan nilai vital secara seimbang (harmonis). Sebagai bukti coba Anda kaji susunan sila-sila Pancasila mulai dari sila pertama sampai kelima yang tersusun secara sistematishierarkis. Pemahaman mengenai hakikat Pancasila merupakan suatu upaya penalaran rasional untuk memahami makna hakiki nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia. Bagi bangsa dan negara Indonesia, hakikat dari Pancasila yaitu sebagai Pandangan Hidup bangsa dan sebagai Dasar Negara. Kedua pengertian pokok tersebut seyogianya Anda pahami betul karena di samping sebagai pandangan hidup dan dasar negara, terdapat beberapa pengertian atau penyebutan lain yang dihubungkan dengan Pancasila, seperti: (1) Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia; (2) Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia, yaitu ciri khas yang dapat dibedakan dengan bangsa lain; (3) Pancasila sebagai Sumber dari segala sumber hukum dalam kehidupan bernegara Republik Indonesia, (4) Pancasila sebagai Perjanjian luhur Bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara. Selain itu, Pancasila disebut sebagai (5) cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia; serta (6) sebagai Falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia. Pengertian atau penyebutan tersebut tidaklah salah bahkan merupakan kekayaan akan makna Pancasila bagi bangsa Indonesia. Tetapi berbagai penyebutan tersebut pada dasarnya harus dikembalikan pada pengertian dan fungsi pokok Pancasila yaitu sebagai Pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Mengapa demikian? Oleh karena kadang-kadang berbagai pengertian/penyebutan tersebut dapat mengaburkan hakikat Pancasila itu sendiri. Sebagai contoh misalnya Pancasila dikatakan sebagai "alat Pemersatu Bangsa", yang sengaja diberi pengertian yang salah oleh Aidit (tokoh PKI), yaitu apabila bangsa Indonesia telah bersatu maka dasar negara Pancasila dapat diganti dengan ideologi lain (komunisme) (Dardji Darmodihardjo, dkk, 1978). Para ahli di antaranya Notonagoro, Dardji Darmodihardjo, dan Hazairin berpendapat bahwa sila-sila dalam Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena tiap sila mengandung empat sila lainnya. Kesatuan dan kebulatan tersebut sebagai berikut. 1. Sila I : Ketuhanan Yang Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila II, III, IV, dan V. 2. Sila II : Kemanusiaan yang adil dan beradab, dijiwai dan diliputi sila I, menjiwai dan meliputi sila III, IV, dan V. 3. Sila III : Persatuan Indonesia, dijiwai dan diliputi sila I dan II, menjiwai dan meliputi sila IV dan V. 4. Sila IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan/ perwakilan, dijiwai dan diliputi sila I,II, III, dan menjiwai dan meliputi sila V. 5. Sila V : Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dijiwai dan diliputi sila I,II,III, dan IV. Secara sederhana, kesatuan dan kebulatan sila-sila Pancasila tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. SILA 1 SILA 5 SILA 2 SILA 4 SILA 3 Bagan:1 Kesatuan dan kebulatan sila-sila Pancasila Selain itu, susunan sila-sila Pancasila bersifat sistematis hierarkhis yang mengandung arti bahwa kelima sila dalam Pancasila menunjukkan suatu rangkaian urutan yang bertingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri yang tidak dapat dipindah-pindahkan. Pancasila merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia yang telah dirumuskan oleh BPUPKI dan kemudian disyahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan tersebut juga merupakan hasil kompromi atau musyawarah para pendiri negra yang mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Rumusan sila-sila Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945) berasal dari rumusan Pancasila yang tercantum dalam Piagam Jakarta setelah diadakan beberapa perubahan. Sila pertama Pancasila dalam Piagam Jakarta berbunyi ” Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Dengan pertimbangan demi kepentingan bangsa dan negara, para tokoh Islam bersedia menghilangkan tujuh kata dan merubah sila pertama dengan rumusan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”. Apa yang dilakukan para pendiri negara tersebut menunjukkan semangat kebangsaan yang tinggi untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara serta kecintaan terhadap negara Indonesia yang telah merdeka. Semangat kebangsaan, menjaga keutuhan bangsa dan negara serta kecintaan terhadap tanah air, bangsa dan negara berkaitan dengan konsep bela negara. Sekalipun negara kita belum memiliki undang-undang yang khusus mengatur upaya bela negara, namun membela negara bukan hanya kewajiban TNI atau POLRI, tetapi merupakan hak dan sekaligus kewajiban setiap warga negara sebagaimana ditegaskan UUD 1945. Dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 ditegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Coba Anda bandingkan rumusan tersebut dengan rumusan Pasal 30 ayat (1)UUD 1945? Adakah perbedaan yang prinsipil antara kedua pasal tersebut? Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Dengan demikian, Pasal 30 ayat (1) berkaitan dengan upaya pertahanan dan keamanan negara, sedangkan Pasal 27 ayat (3) secara khusus mengatur tentang upaya pembelaan negara. Aturan upaya bela negara ternyata diatur pula dalam undnag-undang nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara. Dalam penjelasannya ditegaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Perlu diingat bahwa usaha pembelaan negara tidak terbatas mengangkat senjata, tetapi meliputi berbagai sikap dan tindakan untuk melindungi keselamatan dan meningkatkan kesejahteraan warga negara. Ada beberapa alasan mengapa usaha pembelaan negara penting dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia, diantaranya yaitu: a. untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman; b. untuk menjaga keutuhan wilayah negara; c. merupakan panggilan sejarah; d. merupakan kewajiban setiap warga negara. Menurut Pasal 9 ayat (2) Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui: a. Pendidikan kewarganegaraan; b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c.Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara suka rela atau secara wajib; dan d. Pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan upaya bela negara. Berdasarkan Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa PKn merupakan salah satu materi/bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi. Persoalan yang hendak kita telusuri adalah mengapa usaha pembelaan negara dapat diselenggarakan melalui pendidikan kewaganegaraan? Dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1) UURI Nomor 3 Tahun 2003, dijelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dari uraian di atas, jelas bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta tanah air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan. Konsep rasa kebangsaan dan cinta tanah air sangat berkaitan dengan makna upaya bela negara. Perhatikan kalimat “ ..dijiwai oleh kecintaannya kepada negara kesatuan RI ..” pada definisi upaya bela negara yang telah diungkapkan di atas. Kalimat kecintaan kepada negara kesatuan Republik Indonesia merupakan realisasi dari konsep nasionalisme (rasa kebangsaan) dan cinta tanah air (patriotisme). Sedangkan kecintaan kepada tanah air dan kesadaran berbangsa merupakan ciri kesadaran dalam bela negara. Darmawan (2004) menegaskan bahwa konsep bela negara adalah konsepsi moral yang diimplementasikan dalam sikap, perilaku dan tindakan warga negara yang dilandasi oleh : cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan kepada Pancasila sebagai ideologi negara, dan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan bela negara, pendidikan kewarganegaraan merupakan wahana untuk membina kesadaran peserta didik ikut serta dalam pembelaan negara. Selain itu, dapat kita lihat dengan menelusuri ketentuan yuridis penjelasan Pasal 9 ayat (2)a Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2002 yang berbunyi “dalam pendidikan kewarganegaraan sudah tercakup pemahaman tentang kesadaran bela negara.” Hal ini bermakna bahwa salah satu cara untuk memperoleh pemahaman tentang kesadaran bela negara dapat ditempuh dengan mengikuti pendidikan kewarganegaraan. Darmawan (2004) menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan, di samping mengajarkan hak dan kewajiban warga negara, sudah tercakup di dalamnya pemahaman tentang kesadaran bela negara untuk pertahanan negara. Kemudian beliau menegaskan bahwa kewajiban memuat pendidikan kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi merupakan wujud dari keikutsertaan warga negara dalam usaha pembela an negara dalam rangka penyelenggaraan pertahanan negara. Dengan demikian, pembinaan kesadaran bela negara melalui pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membina dan meningkatkan usaha pertahanan negara. Malik Fajar (2004) menegaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mendapat tugas untuk menanamkan komitmen kebangsaan, termasuk mengembangkan nilai dan perilaku demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga negara Indonesia. Prinsip Demokrasi Konstitusional Indonesia Dewasa ini, hampir semua negara mengaku dirinya sebagai negara demokrasi, namun demokasi yang digunakannya berbeda-beda tergantung dari pendekatan yang digunakannya. Jika dilihat dari cara penyaluran kehendak rakyat, demokrasi dapat dibedakan ke dalam demokrasi langsung, demokrasi perwakilan, dan demokrasi perwakilan dengan sistem referendum. Pada zaman Yunani Kuno, demokrasi langsung pernah dipraktekkan di negara-negara kota (polis atau city state) di Athena. Pada masa itu, karena penduduknya masih sedikit, rakyat dapat dilibatkan secara langsung dalam membicarakan persoalan-persoalan Negara dalam suatu rapat bersama. Demokrasi yang dilaksanakan di Negara-negara kota tersebut dikenal dengan istilah demokrasi langsung, yaitu suatu system demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat secara lansung dalam membicarakan atau menentukan sesuatu urusan Negara. Negara Athena dikenal sebagai Negara pertama di dunia yang menggunakan demokrasi langsung. Demokrasi langsung memiliki beberapa keuntungan antara lain: Seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan pendangannya secara langsung; Pemerintah akan mengetahui secara langsung aspirasi dan persoalanpersoalan yang sebenarnya dihadapi masyarakat. Demokrasi langsung jika diterapkan jaman sekarang memiliki beberapa kendala, antara lain: Kesulitan mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat dalam membicarakan suatu urusan; Tidak setiap rakyat memahami setiap persoalan-persoalan Negara yang dewasa ini semakin rumit dan kompleks; Musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan keputusan yang baik. Dalam kondisi seperti sekarang yang ditandai oleh masyarakat modern dengan jumlah penduduk dalam suatu kota yang sangat besar dan tingkat kerumitan permasalahan yang tinggi, maka peluang untuk menjalankan demokrasi langsung adalah suatu hal yang mustahil. Bentuk demokrasi paling umum saat ini dengan jumlah penduduk suatu kota yang berjumlah jutaan orang adalah demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Demokrasi perwakilan merupakan suatu sistem demokrasi yang untuk menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam parlemen (DPR). Demokrasi perwakilan sering disebut demokrasi modern, karena Negara-negara modern pada umumnya menggunakan demokrasi perwakilan. Dalam pelaksanaannya, tiap-tiap Negara menggunakan tipe-tipe demokrasi perwakilan yang berlainan. Selain demokrasi langsung dan perwakilan, masih terdapat demokrasi lain yaitu demokrasi perwakilan dengan sistem referendum. Dalam demokrasi jenis ini, rakat memilih wakilnya untuk duduk di parlemen, tetapi kinerja parlemen tersebut dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem referendum. Apa itu referendum? Referendum adalah pemngutan suara untuk mengetahui kehendak rakyat secara langsung. Demokrasi jenis ini dipergunakan di negara-negara bagian di Swiss yang disebut kanton. Jika dilihat dari prinsip ideologinya, demokasi dapat dibedakan antara lain menjadi demokrasi liberal (demokrasi barat), demokrasi rakyat (demokrasi timur) dan demokrasi Pancasila. Demokrasi liberal didasari dan dijiwai oleh pandangan liberalisme yaitu paham yang menekankan pada kebebasan individu dan kurang memperhatikan kepentingan umum. Titik berat perhatian dalam demokrasi ini adalah persamaan dalam bidang politik, tetapi masalah kesenjangan ekonomi kurang begitu diperhatikan. Demokasi liberal sering disebut demokrasi barat karena negara-negara barat pada umumnya menggunakan demokrasi ini. Sedangkan demokrasi rakyat didasari dan dijiwai oleh pandangan sosialisme/ komunisme. Dalam demokrasi ini yang menjadi titik berat perhatiannya adalah persamaan dalam ekonomi, namun kebebasan dalam bidang politik diabaikan. Jika dilihat dari hubungan antaralat perlengkapan negara yang diserahi kekuasaan, demokrasi dapat dibedakan atas demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer, sistem pemisahan kekuasaan, dan sistem referendum dan inisiatif rakyat. Pembagian demokrasi ketiga jenis tersebut sering pula disebut demokrasi modern, karena ketiga jenis demokrasi tersebut banyak digunakan oleh negara-negara modern sekarang ini. Demokrasi dengan sistem Parlementer Ciri khas demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer adalah adanya hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan badan perwakilan rakyat atau legislatif. Para menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif diangkat atas usul suara terbanyak dalam sidang badan perwakilan rakyat. Oleh karena itu, dewan menteri atau kabinet harus bertanggung jawab kepada legislatif (parlemen) atas segala kebijakan dalam menjalankan tugasnya. Dalam dedmokrasi ini kedudukan raja/ratu berkedudukan sebagai kepala negara yang tidak menjalankan pemerintahan, sehingga raja/ratu tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan. Di negara yang menganut sistem ini terdapat asas ” The King/Queen can do no wrong” yang berarti raja/ratu tidak dapat dipersalahkan atau dimintai pertanggungjawaban pemerintahan. Dalam demokrasi parlemeter ini, badan eksekutif dalam menjalankan pemerintahannya harus sesuai dengan program kerja yang telah disetujui oleh legislatif. Selama eksekutif menjalankan tugasnya sesuai dengan kebijakan program yang telah disetujui parlemen, maka kedudukan eksekutif akan stabil. Namun apabila parlemen menganggap bahwa eksekutif telah menyimpang, maka parlemen dapat menjatuhkan kabinet dengan mengajukan mosi tidak percaya, yang berarti para menteri harus meletakkan jabatannya. Hal ini berarti kedudukan eksekutif berada di bawah parlemen dan sangat tergantung pada dukungan parlemen. Demokrasi jenis ini memiliki kelebihan yaitu: Mudah tercapai penyesuaian pendapat antara badan eksekutif dengan badan legislatif; Menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak dari suara terbanyak di parlemen, sehingga secara tidak langsung merupakan kehendak rakyat; Menteri-menteri akan lebih hati-hati menjalankan tugasnya karena setiap saat dapat dijatuhkan oleh parlemen. Di samping memiliki kelebihan, demokrasi ini memiliki beberapa kelemahan yaitu antara lain: Kedudukan badan eksekutif tidak stabil, karena dapat diberhentikan setiap saat oleh parlemen karena mosi tidak percaya; Sering terjadi pergantian kabinet, sehingga kebijakan politik negara menjadi labil; Karena adanya pergantian eksekutif yang mendadak, seringkali eksekutif tidak dapat menyelesaikan program kerja yang telah disusunnya. Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan ini berpangkal pada teori pemisahan kekuasaan dari John Locke yang kemudian dikembangkan oleh Montesquieu. Menurut John Locke untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh penguasa, kekuasaan dalam negara harus dipisahkan satu sama lain ke dalam tiga kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif, dan federatif. Sedangkan menurut Montesquieu, ketiga bidang kekuasaan itu adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif, yang harus dipisahkan baik organ (lembaganya) maupun fungsinya. Teori ini terkenal dengan sebutan Trias Politika. Dalam demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, kedudukan legislatif terpisah dari kekuasaan eksekutif sehingga kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem parlementer. Dalam demokrasi ini, kedudukan Presiden bukan hanya sebagai kepala negara, tetapi juga sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Dengan demikian tangung jawab pemerintahan berada di tangan Presiden (concentration of power and responsibility upon the President). Bagaimanakah kedudukan menteri? Menteri-menteri merupakan pembantu presiden yang diangkat dan diberhentikan serta harus bertanggung jawab kepada Presiden. Seperti halnya dalam sistem parlementer, demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain: Badan eksekutif lebih stabil; Penyusunan program kerja mudah disesuaikan dengan lama masa jabatan yang dipegang eksekutif; System check and balances dapat menghindari pertumbuhan kekuasaan yang terlampau besar pada setiap badan; Mencegah terjadinya kekuasaan yang absolute (terpusat pada satu orang). Sedangkan kelemahannya antara lain: Umumnya keputusan yang diambil merupakan hasil tawar menawar antara badan legislative dengan eksekutif sehingga seringkali ini keputusan tidak tegas; Proses pengambilan keputusan memakan waktu yang lama. Demokrasi dengan system referendum dan inisiatif rakyat Demokrasi dengan system referendum dan inisiatif rakyat merupakan gabungan antara demokrasi perwakilan dan demokrasi langsung. Ciri khas demokrasi ini adalah bahwa tugas-tugas legislatif selalu berada di bawah pengawasan seluruh rakyat. Dalam hal-hal tertentu, keputusan badan legislatif dapat langsung berlaku bagi seluruh rakyat apabila rakyat menerimanya. Namun dalam hal lain, keputusan badan legislative tidak dapat langsung berlaku atau dilaksanakan sebelum ada persetujuan dari rakyat. Demokrasi yang dikemukakan banyak ahli lebih menonjolkan demokrasi sebagai sistem politik. Oleh Mayo dikemukakan lebih lanjut bahwa demokrasi juga menyangkut gaya hidup serta tatanan masyarakat. Dalam pengertian yang demikian, suatu masyarakat demokratis mempunyai nilainilai sebagai berikut : Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga. Dalam alam demokrasi, perselisihan pendapat dan kepentingan dianggap sebagai hal yang wajar. Perselisihan harus diselesaikan dengan perundingan dan dialog, untuk mencapai kompromi, konsensus, atau mufakat. Apabila kompromi tidak dapat dicapai akan berbahaya, sebab dapat mengundang campur tangan luar dan pemaksaan kehendak dengan kekerasan. Menjamin terselenggaranya perubahan dalam masyarakat secara damai atau tanpa gejolak. Perubahan sosial terjadi karena beberapa fakor, antara lain karena kemajuan teknologi, kepadatan penduduk, dan pola perdagangan. Pemerintah harus dapat menyesuaikan kebijaksanaannya terhadap perubahanperubahan tersebut dan mampu mengendalikannya. Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur. Dalam masyarakat demokratis, pergantian kepemimpinan atas dasar keturunan, pengangangkatan diri sendiri, dan coup d’etat (perebutan kekuasaan) dianggap sebagai cara-cara yang tidak wajar. Menekan penggunaan kekerasan seminimal mungkin. Golongan minoritas yang biasanya akan terkena paksaan akan lebih menerimanya apabila diberi kesempatan untuk ikut merumuskan kebijaksanaan. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman. Untuk itu perlu terciptanya masyarakat yang terbuka dan kebebasan politik dan tersedianya berbagai alternatif dalam tindakan politik. Namun demikian, keanekaragaman itu tetap berada dalam kerangka persatuan bangsa dan negara. Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokratis, keadilan merupakan cita-cita bersama, yang menjangkau seluruh anggota masyarakat. Pada awalnya, penerapan demokrasi lebih terfokus pada bidang politik atau dalam sistem pemerintahan. Bentuk penerapannya antara lain dengan penyelenggaraan pemilihan umum, pergantian pemegang kekuasaan pemerintahan, kebebasan menyatakan pendapat dan lain-lain. Dalam perkembangannya, konsep demokrasi juga diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, yakni dalam kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Dengan demikian, demokrasi tidak hanya diterapkan dalam kehidupan bernegara, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Hidup secara demokratis ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan yang sejalan dengan unsur-unsur rule of law atau syarat-syarat demokrasi. Hidup secara demokratis adalah menjadikan demokrasi dengan segala cirinya itu sebagai suatu kenyataan hidup dalam bidang apapun juga. Selanjutnya, siapa yang harus membiasakan hidup demokratis? Jawabannya adalah semua warga negara tanpa kecuali, baik penguasa maupun rakyat biasa. Sekalipun demokrasi itu berbeda-beda, namun terdapat dua prinsip atau asas utama demokrasi yaitu pertama adanya pengakuan atas partisipasi rakyat dalam pemerintahan, dan kedua adanya pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia. Artinya, suatu negara dapat dikatakan negara demokrasi jika adanya pengakuan dan jaminan terhadap kedua prinsip/asas tersebut. Sehubungan dengan itu, Alamudi mengemukakan soko guru demokrasi sebagai berikut: kedaulatan rakyat. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah Kekuasaan mayoritas Hak-hak minoritas Jaminan HAM Pemilihan yang bebas dan jujur Persamaan di depan hukum Proses hukum yan wajar Pembatasan pemerintah secara konstitusiomal Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik Nilaip-nilai toleransi, kerjasama, dan mufakat. Pengakuan dan jaminan terhadap hak dan kebebasan rakyat tersebut harus dicantumkan atau dimuat dalam suatu UUD atau konstitusi. Artinya, penguasa dalam menjalankan pemerintahannya dibatasi oleh konsitusi, sehingga demokrasi yang demikian disebut demokrasi konstitusional. Budiardjo mengidentifikasi demokrasi konstitusional sebgai suatu gagasan pemerintahan demokratis yang kekuasaannya terbatas dan pemerintahannya tidak diperkenankan bertindak sewenang-wenang. Mengapa kekuasaan pemerintah harus dibatasi? Seorang ahli berkebangsaan Inggris yaitu Lord Acton pernah mengatakan ”Power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely”, yang berarti orang yang berkuasa cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaannya, namun orang yang berkuasa tidak terbatas sudah pasti akan menyalahgunakan kekuasaannya itu. Dewasa ini, pengaturan dan jaminan terhadap demokrasi banyak dimuat dalam konstitusi setiap negara termasuk di negara kita. Bangsa dan negara kita memiliki ciri khas dalam menyelenggarakan dedmokrasi konstitusional. Menurut Achmad Sanusi (1999), terdapat sepuluh pilar demokrasi konstitusional Indonesia berdasakan Pancasila dan UUD 1945 sebagai berikut. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan YME Demokrasi berdasarkan HAM Demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat Demokrasi berdasarkan kecerdasan rakyat Demokrasi berdasarkan pemisahan kekuasaan negara Demokrasi berdasarkan otonomi daerah Demokrasi berdasarkan supremasi hukum (rule of law) Demokrasi berdasarkan peradilan yang bebas Demokrasi berdasarkan kesejahteraan rakyat Demokrasi berdasarkan keadilan sosial. 3. Sistem Pemerintahan Setiap negara selain memiliki bentuk negara dan bentuk pemerintahan, juga memiliki sistem pemerintahan yang berbeda-beda. Para ahli mengelompokkan sistem pemerintahan ke dalam sistem pemerintahan parlementer, presidensial, dan sistem campuran. Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah yaitu sistem dan pemerintahan. Menurut Pamudji (1994), sistem diartikan sebagai “Suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, dimana di dalamnya terdapat komponen-komponen yang pada gilirannya merupakan sistem tersendiri, yang mempunyai fungsi masing-masing saling berhubungan satu dengan yang lain menurut pola, tata atau norma tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Shore dan Voich dalam Kaelan (2001:155) bahwa sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Suatu sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut: suatu kesatuan bagian-bagian bagian bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri saling berhubungan dan saling ketergantungan keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks Pendekatan sistem memandang bahwa komponen-komponen suatu organisasi memiliki hubungan fungsional, pengaruh, dan keterikatan. Setiap pengaruh terhadap berfungsinya suatu sistem disebut infut yang terdiri dari tuntutan (demands) dan dukungan (support) terhadap sistem. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari berbagai bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya. Sedangkan istilah pemerintahan berasal dari perkataan pemerintah. Pemerintah itu sendiri berasal dari kata perintah. Dalam bahasa Inggris, kata pemerintah dikenal dengan istilah government. Istilah Government menurut Samuel Edward Finer dalam Pamudji (1994) paling sedikit mampunyai 4 arti, yaitu: menunjukkan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak lain (The Activity or the process of governing). menunjukkan masalah-masalah (hal ikhwal) negara dalam mana kegiatan atau proses diatas dijumpai (State of affairs). menunjukkan orang-orang (maksudnya pejabat-pejabat) yang dibebani tugastugas untuk memerintah (People charged with the duty of governing). menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu diperintah (The Manner, methode or system by which a particular siciety of governed). Lajimnya pemerintah dapat dibedakan atas pemerintah dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pemerintah dalam arti sempit adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif dan jajarannya dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara. Di negara kita yang dimaksud eksekutif yaitu Presiden dan wakil Presiden yang dibantu oleh para menteri. Sedangkan pemerintahan dalam arti luas adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga eksekutif (Presiden), legislatif (MPR, DPR, DPD), dan yudikatif (MA, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial) serta lembaga-lembaga negara lainnya dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan negara (tujuan nasional). Berdasarkan pengertian sistem dan pengertian pemerintahan di atas, maka yang dimasud dengan keseluruhan yang utuh dan bulat yaitu “Pemerintah”, yang komponen-komponennya adalah lembaga-lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri dan satu sama lain saling berkaitan, berhubungan untuk mencapai tujuan pemerintahan negara. Suatu sistem akan dapat bekerja efektif apabila didasarkan pada aturan main yang termuat dalam konstitusi, hukum lainnya dan etika yang disepakati dan diterima, juga memiliki lembaga-lembaga pendukung yang berwenang melaksanakan aturan main tersebut, serta pelaku atau para penyelenggara yang setia melaksanakan kewenangan yang diembannya. Sebagai ciri dari suatu sistem adalah adanya hubungan saling bergantung antara komponen satu dengan yang lainnya, sehingga perubahan pada satu komponen (sub-sistem) akan berpengaruh pada sub-sistem lain dan sistem itu sendiri. Ryas Rasyid (2002:29) mengemukakan bahwa pemerintahan sebagai suatu sistem mencakup tiga komponen utama yaitu: Aturan main (konstitusi, hukum, etika). Lembaga-lembaga (yang berwenang melaksanakan aturan main) sebagai pengelola serangkaian kekuasaan (eksekutif, legislatif, yudikatif). Pelaku (khususnya pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan-kewenangan yang melekat pada lembaga-lembaga), sejumlah birokrat dan pejabat politik sebagai pelaku dan penanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan-kewenangan tadi. Berkaiatan dengan jenis sistem pemerintahan, Jimly Ashidiqie (2006) mengemukakan terdapat 4 (empat) model sistem pemerintahan yang diterapkan di beberapa negara sekarang ini, yaitu sistem parlementer (model Inggris), sistem presidensial ( model Amerika Serikat), sistem pemerintahan Swis yang sering disebut “collegial system”, dan sistem gabungan/campuran atau sering disebut semi parlementer atau semi presidensial. 3.1 Sistem Pemerintahan Parlementer Sistem ini sering disebut model Inggris. Dalam model ini jabatan dan fungsi kepala pemerintahan terpisah dari jabatan dan fungsi kepala negara. Jabatan kepala negara berada di tangan ratu/raja Inggris, sedangkan kepala pemerintahan berada di tangan perdana menteri. Sistem pemerintahan seperti itu disebut sistem parlementer. Model ini banyak dianut oleh negara-negara di Eropa dan sebagian negara Asia. Sistem pemerintahan parlementer yaitu sistem pemerintahan yang tugas-tugas pemerintahannya dipertanggungjawabkan oleh para menteri kepada parlemen. Oleh karena itu dalam sistem ini terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif (parlemen). Parlemen, apabila beranggapan kabinet telah menyimpang dari kebijakan-kebijakan yang telah disepakati dan tidak dapat mempertanggungjawabkan kebijakan tersebut dapat menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya. Sedangkan Raja/Ratu yang berkedudukan sebagai kepala Negara tidak dapat diganggu gugat atau dimintai pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan yang dikenal dengan istilah The king can do no wrong. Dalam Sistem pemerintahan parlementer yang memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan pemerintahan Negara adalah para menteri (kabinet). Kabinet yang dibentuk harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Ini berarti bahwa kebijaksanaan pemerintah atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen. Sistem pemerintahan Parlementer memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut. perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen pembentukan kabinet didasarkan pada kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen; para anggota kabinet mungkin seluruhnya atau sebagian merupakan anggota parlemen; kabinet dapat dijatuhkan setiap saat oleh parlemen, dan sebaliknya kepala negara dengan saran Perdana Menteri dapat membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum; lamanya masa jabatan kabinet tidak dapat ditentukan secara pasti; kedudukan kepala negara tidak dapat diganggu gugat atau diminta pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan. Hampir sama dengan ciri-ciri di atas, Sri Soemantri (1976:35) mengemukakan ciri-ciri sistem parlementer sebagai berikut. a) Kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau berdasarkan atas kekuatan-kekuatan politik yang menguasai parlemen; b) Anggota kabinet seluruhnya atau sebagian adalah anggota parlemen; c) Perdana menteri bersama kabinet bertanggungjawab kepada parlemen; d) Kepala negara (raja/ratu atau presiden) dengan saran perdana menteri dapat membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum. Dalam pelaksanaannya sistem parlementer ini di ikuti dengan sistem dua atau banyak partai. Yang dimaksud dengan dua partai yaitu bila dalam satu negara terdapat dua atau lebih partai, tetapi yang selalu menguasai kursi di parlemen secara mayoritas hanya dua partai secara bergantian. Sedangkan yang dimaksud banyak partai adalah apabila disuatu negara terdapat beberapa partai dan tidak ada satu partai pun yang menguasai secara mayoritas kursi di parlemen. Pada sistem parlementer dengan dua partai, partai yang memenangkan pemilihan umum akan memegang pemerintahan, sehingga hubungan kabinet dengan parlemen harmonis, karena kabinet dan parlemennya dikuasai oleh partai yang sama. Kebijakan parlemen akan didukung oleh parlemen, sehingga dalam sistem parlementer seperti ini kesetabilan pemerintah lebih terjamin. Sebaliknya dalam sistem parlementer dengan banyak partai, pembentukan kabinet selalu didasarkan pada koalisi (gabungan beberapa partai politik), agar kabinet mendapat kepercayaan dari parlemen. Dalam sistem banyak partai, apabila salah satu partai politik menarik dukungannya, maka akan menyebabkan jatuhnya kabinet. Disini kesetabilan pemerintah kurang terjamin, hal ini pernah terjadi di Indonesia di era 1950-1959 yang pernah mengalami pergantian kabinet tidak kurang dari 7 kali. Negara Inggris merupakan negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan kerajaan (Monarkhi) dan sistem pemerintahan parlementer. Setelah runtuhnya kerajaan Romawi, negara Inggris merupakan negara pertama di dunia Barat yang menciptakan suatu parlemen atau dewan perwakilan yang dipilih rakyat untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu negara Inggris dikenal sebagai Induk Parlementaria (Mother of Parliaments), yang tiada lain menerapkan sistem pemerintahan Parlementer. Sebagai induk parlementaria, model Inggris banyak diikuti oleh negara-negara lain termasuk negara yang tergabung dalam negara Commonwealth. Mereka mengikuti cara atau sistem badan legislatif yang bebas dan badan eksekutif yang bertanggung jawab. Menurut Pamudji (1994:44-48) Pemerintahan di negara Inggris memiliki ciri-ciri penting antara lain: negara kesatuan (unitary state) dengan sebutan United Kingdom; konstitusinya bersifat tidak tertulis dan terus menerus berevolusi; kekuasaan tidak dipisahkan, tetapi bercampur baur terutama antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Badan legislatif (parlemen) secara hukum dan politik adalah penguasa dan ”tuan” dari kabinet (eksekutif), sedangkan raja (mahkota) adalah merajai tetapi tidak memerintah dalam arti tidak membuat keputusan-keputusan pemerintah; parlemen berbentuk dua kamar (bicameral) yang terdiri dari House of Commons dan House of Lords. Kabinet adalah kelompok inti menteri-menteri yang dikepalai oleh Perdana Menteri. Kabinet hanya terdiri dari pemimpin-pemimpin partai mayoritas yang masa jabatannya tergantung pada kepercayaan yang diberikan oleh House of Commons kepadanya; Terdapat partai oposisi yang biasanya diperankan oleh partai terbesar kedua; Mahkota hanyalah tituler, yaitu merupakan simbol keagungan, kedaulatan, dan kesatuan nasional, artinya tidak menjalankan pemerintahan karena yang sebenarnya memerintah adalah menteri-menteri. Menteri-menteri di Inggris dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Siapakah atau dari manakah Perdana Menteri itu? Perdana menteri adalah pimpinan partai mayoritas dalam house of commons dan juga sebagai pimpinan house of commons. Kedudukannya sebagai perdana menteri hanya bisa digantikan apabila kedudukannya sebagai pimpinan partai mayoritas digantikan. Jika perdana menteri mundur maka pemerintah/kabinet bubar. Selain itu, perdana menteri merupakan penghubung antara raja dan kabinet; merupakan wakil bangsa dalam konperensi-konperensi internasional yang kritis dan juga wakil bangsa pada upacara perayaan dan dalam diskusi-diskusi dengan negara-negara persemakmuran. 3.2 Sistem Pemerintahan Presidensiil Negara-negara yang ada di dunia ini selain menggunakan sistem pemerintahan parlementer banyak juga yang menggunakan sistem presidensial. Sistem pemerintahan presidensial yaitu suatu sistem pemerintahan yang tugas-tugas eksekutifnya dijalankan dan dipertanggungjawabkan oleh presiden. Presiden merupakan satu-satunya organ yang menjalankan dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas pemerintahan yang dikenal dengan istilah concentration of governing power and responsibility upon the president. Namun demikian, dalam menjalankan tugas-tugas tersebut presiden dibantu oleh wakil presiden dan oleh menteri-menteri. Perlu diingat bahwa wakil prsiden dan menteri-menteri hanya sebagai pembantu presiden yang harus bertanggung jawab kepada presiden. Sistem pemerintahan presidensial sering pula disebut model Amerika Serikat. Dalam model ini, tidak lajim membedakan apalagi memisahkan antara kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan, sebab kepala pemerintahan dan kepala kepala negara dijabat oleh satu organ yaitu Presiden. Model Amerika Serikat ini banyak dianut oleh negara-negara di benua Amerika (kecuali Kanada) dan negara Republik Indonesia berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945. Dalam sistem presidensial kedudukan eksekutif tidak tergantung pada badan Perwakilan Rakyat (legislatif), karena pemegang kekuasaan eksekutif tidak dipilih dan tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif. Lalu, siapakah yang memilih eksekutif? Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dipilih oleh rakyat secara langsung atau oleh dewan pemilih seperti di Amerika Serikat. Kepada siapakah presiden harus bertanggung jawab? Mengingat Presiden dipilih oleh rakyat, maka presiden bertanggung jawab langsung kepada rakyat. Kedudukan menteri-menteri sebagai pembantu presiden, diangkat dan diberhentikan serta harus bertanggung jawab kepada Presiden. Pengangkatan menteri-menteri (kabinet) merupakan hak prerogratif presiden. Karena pembentukan kabinet tidak memerlukan dukungan legislatif (Badan Perwakilan Rakyat), maka menteri pun tidak bisa diberhentikan oleh Badan Perwakilan Rakyat. Secara umum, sistem presidensiil memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut: Presiden mempunyai kekuasaan sebagai Kepala Negara dan juga berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau oleh dewan pemilih seperti berlaku di Amerika Serikat. Biasanya Presiden dipilih untuk masa jabatan tertentu Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif, dan sebaliknya parlemen juga tidak bisa menjatuhkan Presiden dan membubarkan kabinet sebagaimana dalam praktik sistem parlementer. ( C.F.Strong, dalam Sri Soemantri, 1987:65). Hampir sejalan dengan ciri-ciri di atas, Jimly Ashidiqie (2006) mengemukakan ciri-ciri penting sistem pemerintahan Presidensiil sebagai berikut. Masa jabatan Presiden tertentu misalnya 4 tahun, 5 tahun, 6 atau 7 tahun, sehingga Presiden dan wakil Presiden tidak dapat diberhentikan di tengah masa jabatannya karena alasan politik. Selain itu, ada kalanya periode masa jabatan Presiden atau wakil Presiden dibatasi secara tegas misalnya hanya 1 kali atau 2 kali masa jabatan berturut-turut. Presiden dan Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada lembaga politik tertentu yang biasa dikenal sebagai parlemen, melainkan langsung kepada rakyat. Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan dari jabatannya karena alasan pelanggaran hukum yang biasanya dibatasi pada kasus-kasus tindak pidana tertentu yang jika dibiarkan tanpa pertanggungjawaban dapat menimbulkan masalah hukum yang serius seperti penghianatan pada negara, pelanggaran yang nyata terhadap konstitusi, dan sebagainya. Lajimnya ditentukan bahwa Presiden dan wakil Presiden itu dipilih oleh rakyat secara langsung ataupun melalui perantara mekanisme tertentu yang tidak bersifat perwakilan permanen sebagaimana hakikat lembaga parlemen. Presiden tidak tunduk kepada parlemen, tidak dapat membubarkan parlemen, dan sebaliknya parlemen juga tidak dapat menjatuhkan Presiden dan membubarkan kabinet sebagaimana dalam praktek sistem parlementer. Tidak dikenal adanya pembedaan antara fungsi kepala negara dan kepala pemerintahan. Tanggungjawab pemerintahan berada di pundak Presiden, dan oleh karena itu presidenlah pada prinsipnya yang berwenang membentuk pemerintahan, menyusun kabinet, mengangkat dan memberhentikan para menteri serta pejabat-pejabat publik yang pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan berdasarkan political appointment. Dalam sistem ini biasa dikatakan concentration of governing power and responsibility upon the president. Secara politik, presiden bertanggung jawab kepada rakyat, sedangkan secara hukum ia bertanggung jawab kepada konstitusi. Dalam sistem ini kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan diorganisasikan dalam satu kekuasaan, yakni Presiden. Namun kewenangannya tetap dibatasi oleh hukum. Dalam sistem Presidensiil tidak relevan dan tidak penting mengadakan pemisahaan kekuasaan antara kepala negara dan kepala pemerintahan, karena tugas kedua kekuasaan tersebut dijalankan oleh Presiden. Pada uraian di atas ditegaskan bahwa sistem pemerintahan parlementer dikenal sebagai model Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara super power yang mendapatkan kemerdekaannya melalui revolusi Amerika pada tahun 1776. Sistem pemerintahan tidak meniru sistem parlementer Inggris, tetapi menggunakan sistem Presidensial yang kekuasaan menjalankan pemerintahannya berada di tangan presiden. Presiden Amerika serikat berkedudukan sebagai kepala negara dan juga sebagai kepala pemerintahan (eksekutif) yang dipilih oleh dewan pemilih yang tidak bersifat perwakilan permanen. Ciri-ciri penting pemerintahan Amerika Serikat terpancar dari prinsip-prinsip berikut. merupakan Negara republik federasi; sebagai Negara federasi, terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah Negara-negara bagian. Oleh karena itu, ada kekuasaan yang jelas-jelas diserahkan kepada pemerintah federal, dan ada kekuasaan yang menjadi kekuasaan pemerintah Negara bagian; adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara legislatif, eksekutif dan yudikatif baik mengenai organ pelaksana maupun mengenai fungsi-fungsinya dengan menggunakan prinsip checks and balances. keadilan ditegakkan melalui badan Yudikatif yaitu Mahkamah Agung (Supreme Court) yang bebas dari pengaruh legislative dan eksekutif. Supra-struktur politik ditopang infra struktur politik yang menganut sistem bipartisan. Di sini terdapat dua partai politik yaitu partai democrat dan partai republik. Kekuasaan membuat undang-undang ada di tangan kongres yang terdiri dari Senat dan Badan Perwakilan (House of Representatif). Dengan demikian, badan legislatif bersifat bikameral (dua kamar). Senat mewakili Negara-negara bagian yang masing-masing diwakili dua orang senator yang dipilih langsung oleh rakyat pemilih dari masing-masing Negara bagian untuk masa jabatan 6 tahun. Senat diketuai oleh wakil presiden Amerika Serikat tetapi tanpa hak suara. Badan perwakilan (House of Representatif) merupakan lembaga yang mewakili rakyat (Amerika Serikat) yang dipilih langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 2 tahun; Badan eksekutif diketuai oleh Presiden yang berkedudukan sebagai kepala Negara dan juga kepala pemerintahan. Presiden dibantu oleh wakil presiden yang dipilih dalam satu paket untuk masa jabatan 4 (empat) tahun. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Kongres tetapi kepada rakyat pemilih; Menteri-menteri merupakan pembantu presiden, dan mereka bergabung dalam sebuah kabinet. Mereka diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden. 3.3 Sistem Gabungan/ Campuran Model ini menggabungkan sistem parlementer dan sistem presidensial, sehingga sering disebut model gabungan/campuran (hybrid system) antara sistem Predensial dan Parlementer. Penggabungan tersebut ada yang lebih menekankan pada sistem parlementernya sehingga disebut sistem semi-parlementer (quasi parlementer), dan ada pula yang lebih dominan pada sistem presidensialnya yang sering disebut semi-presidensial (quasi presidensial). Negara yang mempraktekan sistem quasi parlementer diantaranya adalah negara Perancis. Model campuran sistem quasi parlementer ini sering disebut model Perancis, karena negara inilah yang mengawali menggagas sistem ini. Perancis dikatakan menganut predensial karena kepala negaranya dipegang oleh Presiden, sedangkan dikatakan menganut sistem Parlementer karena mempunyai Perdana Menteri yang bertangggung jawab kepada Parlemen. Di negara Perancis ada Kepala Negara yang dipegang oleh Presiden; sedangkan kepala pemerintahannya dijalankan oleh Perdana Menteri (Prime minister). Model gabungan / campuran ini banyak dianut negara-negara Afrika bekas jajahan Perancis. Sistem gabungan tersebut ternyata dianut juga oleh negara Indonesia pada masa berlakunya UUD 1945 sebelum perubahan. Para ahli Hukum Tata Negara, diantaranya Sri Soemantrie (1976) dan Jimly Asshiddiqie (2006) menyatakan sistem pemerintahan kita pada masa itu dapat dikelompokan sebagai sistem campuran/gabungan. Ciri presidensial pada masa itu lebih menonjol (dominan) dibandingkan ciri parlementer, sehingga tepatlah jika dikatakan menganut sistem semi-presidensial (quasi-presidensiil). Dikatakan demikian karena terdapat ciri-ciri presidensial (paling dominan) tetapi juga terdapat ciri-ciri parlementer. Ciri menganut sistem presidensial di negara kita sebelum perubahan UUD 1945 nampak dengan adanya Presiden yang berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, menteri-menteri diangkat dan harus bertanggung jawab kepada presiden, dan DPR tidak dapat membubarkan kabinet (menteri-mernteri). Sedangkan ciri menganut sistem parlementer nampak dengan adanya pertanggungjawaban presiden kepada MPR. 3.4 Sistem Pemerintahan Swiss Sistem pemerintahan yang keempat adalah model Swiss. Presiden di Swiss dipilih oleh tujuh orang anggota Dewan Federal untuk masa jabatan tertentu. Pada hakikatnya, ketujuh orang tersebutlah yang secara bersamasama memimpin negara dan pemerintahan Swiss. Oleh karena itu, sistem pemerintahan Swiss sering disebut “collegial system”. Dalam sistem sistem pemerintahan di Swiss, tugas pembuat undangundang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk rederendum yang terdiri dari referendum obligatori (referendum wajib) dan fakultatif. Dikatakan referendum Obligatoir jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan yang sangat penting yang mengikat rakyat seluruhnya. Dalam referendum ini suatu peraturan perundang-undangan dapat berlaku jika telah mendapat persetujuan dari rakyat. Contoh dari referendum obligatoir adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan UUD. Sedangkan referendum fakultatif dilakukan terhadap UU biasa yang kurang begitu penting. Dalam referendum jenis ini, suatu undang-undang yang dibuat parlemen baru diminta persetujuan rakyat apabila dalam waktu tertentu setelah undangundang diumumkan sejumlah rakyat memintanya. D. HAM dan Penegakan Hukum. 1. Upaya Perlindungan dan Pemajuan HAM Di Indonesia Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ditegaskan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Sekalipun HAM merupakan hak kodrat dari Tuhan, namun dalam pelaksanaannya tidak dapat dipertahankan secara mutlak, karena setiap hak yang kita miliki akan berbatasan dengan hak orang lain. Pelaksanaan HAM harus disesuaikan dan memperhatikan hak-hak yang dimiliki orang lain. Selain harus memperhatikan hak orang lain, pelaksanaan HAM juga harus memperhatikan kepentingan dan keselamatan negara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap orang mempunyai hak dasar yang dibawa sejak lahir, tetapi dalam pelaksanaannya tidak dapat dipertahankan secara mutlak, karena pertama, pelaksanaan HAM harus memperhatikan hak-hak orang lain; kedua, pelaksanaan HAM harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, ketiga, pelaksanaan HAM tidak mengancam keselamatan dan kepentingan negara. Mengapa HAM sangat penting dilindungi, dilaksanakan, dan ditegakkan dalam kehidupan bernegara? Karena HAM merupakan: salah satu syarat atau unsur dari negara hukum; salah satu muatan yang harus ada dalam dalam UUD/konstitusi; salah satu ciri dari negara demokrasi; hak yang paling dasar yang harus dilindungi oleh negara. Dilihat dari aspek-aspek kehidupan, HAM dapat dikelompokan secara rinci ke dalam enam bagian yaitu : a) Hak asasi pribadi (personal rights) b) Hak asasi ekonomi (proverty rights) c) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal quality) d) Hak asasi politik (political rights) e) Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and cultural rights) f) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights) Mengingat HAM menyangkut berbagai aspek kehidupan dan berlaku dalam berbagai lingkungan kehidupan, maka penghormatan dan penegakan HAM bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah, melainkan juga diperlukan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam penghormatan dan penegakan HAM, karena setiap orang memiliki kewajiban menghormati hak asasi yang dimiliki orang lain. Tanpa adanya penghormatan dari setiap orang terhadap hak-hak asasi maka akan terjadi berbagai pelanggaran HAM sehingga penegakan HAM yang jujur dan memenuhi rasa keadilan akan sulit terwujud. Agar pelaksanaan HAM berjalan dengan tertib dan tidak mengganggu hak orang lain, UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Pasal 28J ayat 1). Selanjutnya dalam ayat (2) ditegaskan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Dalam UUD 1945 Pasal 28I ayat (4) ditegaskan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Kemudian dalam Pasal 71 UU RI No. 39 tahun 1999 ditegaskan bahwa ” pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam UU ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang HAM yang diterima oleh negara RI”. Kewajiban dan tanggung jawab tersebut meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sodial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain (Pasal 72). Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa dalam hak asasi manusia terdapat pembatasan yaitu : dibatasi oleh hak yang dimiliki orang lain; dibatasi oleh peraturan perundang-undangan; pembatasan dimaksudkan untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta memenuhi keadilan ; pembatasan tersebut mempertimbangkan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum. Pengaturan tentang jaminan dan pembatasan-pembatasan tertentu mengenai hak asasi manusia akan mudah diketahui, disadari, dan dipatuhi oleh masyarakat jika ada upaya yang sungguh-sungguh untuk melindungi, memajukan dan menegakkan HAM. Perlindungan HAM ditujukan agar warga negara terlindungi serta membatasi wewenang penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Sedangkan pemajuan HAM dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, wawasan, dan kesadaran kepada warga atau masyarakat akan hak-hak asasi dan kewajiban dasarnya yang dalam pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara (pemerintah). Sementara itu, penegakan HAM merupakan kewajiban pemerintah untuk merumuskan hukum, melaksanakan hukum, dan menegakkannya secara jujur, adil dan konsisten. Sejak negara kita merdeka sampai sekarang ini, telah banyak yang upayakan pemerintah (negara) dalam penghormatan, perlindungan, pemajuan, dan penegakan HAM baik dalam bentuk penataan dan penguatan aturan (instrumen) hukum tentang HAM maupun dalam membentuk institusi yang khusus tentang HAM. a. Perlindungan, Pemajuan dan Penegakan HAM melalui Peraturan Untuk mengetahui jaminan Hak asasi manusia di negara kita, pertama-tama kita telusuri muatan HAM dalam UUD 1945, kemudian dalam ketetapan MPR, undang-undang, dan peraturan di bawahnya, serta dalam hukum tidak tertulis. 1) UUD 1945 Dalam kaitannya dengan HAM, UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang dijadikan landasan konstitusional pelaksanaan HAM di Indonesia. Setelah UUD 1945 diubah, jaminan hak asasi manusia dalam UUD Negara RI Tahun 1945 lebih tegas, lengkap dan luas. Jaminan tersebut dirumuskan dalam Bab tersendiri yaitu Bab XA yang mencakup 10 Pasal (28A – 28J) yang terdiri atas 26 ayat. Rumusan HAM dalam UUD 1945 tersebut dapat dibagi ke dalam beberapa aspek, yaitu : HAM yang berkaitan dengan hak hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupan; HAM yang berkaitan dengan hak membentuk keluarga dan hak-hak anak dalam kehidupan keluarga; HAM yang berkaitan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi; HAM yang berkaitan dengan pekerjaan; HAM yang berkaitan dengan kebebasan beragama dan meyakini kepercayaan, kebebasan bersikap, berpendapat, dan berserikat; HAM yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi; HAM yang berkaitan dengan rasa aman dan perlindungan dari perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat manusia; HAM yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial; HAM yang berkaitan dengan persamaan dan keadilan; HAM yang berkaitan dengan kewajiban menghargai hak orang dan pihak lain (Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006). Pemuatan HAM dalam UUD 1945 merupakan suatu penegasan konstitusional sekaligus memberikan kewajiban kepada penyelenggara Negara untuk melakukan perlindungan, pemenuhan, dan pemajuan serta penegakan HAM. Untuk melindungi, memajukan dan menjamin terlaksananya hak asasi manusia, setiap negara modern sekarang ini merumuskan dan mencantumkan HAM dalam UUD yang berlaku di negaranya. Dengan demikian, salah satu materi yang diatur dalam UUD (konsitusi) suatu negara adalah mengenai jaminan terhadap perlindungan hak-hak asasi manusia. Mengapa konstitusi harus memuat materi tentang jaminan hak asasi manusia? Ada pandangan dari Lord Acton yang mendekati kebenaran bahwa penguasa negara sebagai pemegang organisasi kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan tersebut. Dalam sejarah pemikiran negara dan hukum menunjukkan bahwa negara selalu dikonotasikan sebagai suatu lembaga yang mempunyai keabsahan untuk memaksakan kehendak kepada warga negaranya. Oleh karena itu, untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia , maka dalam setiap UUD negara perlu memuat kekuatan jaminan mengenai HAM. 2) Ketetapan MPR Setelah keluarnya undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, ketetapan MPR tidak lagi merupakan jenis peraturan perundang-undangan. Namun demikian, eksistensi ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia masih dapat dijadikan rujukan dalam menjamin dan melindungi HAM. Dalam ketetapan MPR tersebut dimuat tentang penugasan kepada lembagalembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati, menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat. Kemudian menugaskan pula kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa tentak hak asasi manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Selain itu, Ketetapan tersebut memuat antara lain hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak atas kebebasan informasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan. 3) Undang-Undang No. 39 tahun 1999 Tentang HAM Selain dalam UUD 1945 dan TAP MPR, jaminan HAM dirumuskan pula dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang ini merupakan undang-undang yang dibentuk dengan cara mempersatukan pemahaman sifat universitas dan sifat kontekstualitas dari HAM. Sifat universalitas mengandung dimensi individualistik, sedangkan sifat kontekstualitas mengandung dimensi budaya yang berlaku di suatu komunitas masyarakat. Hal ini nampak dalam Pasal 6 yang menyatakan: dalam rangka penegakan HAK, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan pemerintah (ayat 1). Kemudian dalam ayat (2) dinyatakan bahwa identitas budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas ulayat dilindungi, selaras dengan perkembangan jaman. Dalam undang-undang ini ditegaskan pula tentang pengertian hak asasi manusia dan pengertian pelanggaran hak asasi manusia. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang benar. Selanjutnya, dalam pasal 104 ayat (1) ditegaskan bahwa untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan hak asasi manusia di lingkungan Peradilan Umum. Untuk menindaklanjuti ketentuan tersebut, pemerintah bersama DPR berhasil menetapkan Undang-undang nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. 4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hask asasi manusia yang berat (Pasal 1 angka 3). Berdasar pasal ini, jelaslah bahwa yang diadili dalam pengadilan HAM hanyalah terhadap pelanggaran HAM berat. Apa saja yang termasuk pelanggaran HAM berat tersebut? Menurut pasal 7, yang termasuk pelanggaran hak asasi manusia yang berat yaitu: kejahatan Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan genosida yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara: membunuh anggota kelompok ; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok; Menciptakan kondisi kehidupan kemusnahan secara fisik, baik Memakasakan tindakan-tindakan kelompok; e) Memindahkan secara paksa kelompok lain. kelompok yang akan mengakitbatkan seluruh atau sebagiannya; yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam anak-anak dari kelompok tertentu ke Adapun yang dimaksud kejahatan terhadap kemanusiaan dalam undangundang ini adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistemik yang diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa: Pembunuhan; Pemusnahan; Perbudakan; Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan pokok hukum internasional; Penyiksaan; Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal dilarang menurut hukum internasional. b. Perlindungan dan Penegakan HAM melalui Pembentukan Lembaga Untuk melindungi dan menegakkan hak-hak asasi manusia tidak cukup dengan hanya dibentuk berbagai aturan jaminan HAM, melainkan diperlukan pula suatu lembaga atau institusi khusus yang berkaitan dengan HAM. Lembaga apa saja yang telah dibentuk untuk itu? Diantara lembaga-lembaga yang dibentuk berkaitan dengan HAM adalah Komnas HAM, Pengadilan HAM, Komnas Anti kekerasan terhadap perempuan. 1) Pembentukan KOMNAS HAM Komisi Nasional Hak Aasasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk pada tahun 1993 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Menurut UU No. 39 tahun 1999, Komnas HAM bertujuan : mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, Piagam PBB, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan. 2) Pembentukan Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap Perempuan Komisi ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 181 tahun 1998. Dalam Pasal 1 dinyatakan alasan pembentukan komisi ini yaitu dalam rangka pencegahan dan penanggulangan masalah kekerasan terhadap perempuan serta penghapusan segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan, dibentuk Komisi yang bersifat nasional yang diberi nama Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Adapun tujuan dari Komnas Anti kekerasan terhadap perempuan ini adalah uan untuk : penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan yang berlangsung di Indonesia; mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan di Indonesia; peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak asasi manusia perempuan. 3) Pengadilan HAM Dalam upaya penegakan hak asasi manusia, DPR bersama Presiden telah menetapkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pengadilan hak asasi manusia adalah pengadilan khusu terhadap pelanggaran hak asasi manusia berat yang berada di lingkungan peradilan umum. Undang-Undang No. 26 tahun 2000 pada Pasal 4 dinyatakan bahwa : “Pengadilan hak asasi manusia bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat.” Maksud dengan memeriksa dan memutus dalam ketentuan ini termasuk menyelesaikan perkara yang menyangkut kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terkait dengan pelanggaran terhadap HAM yang berat tersebut, maka lembaga atau organ yang memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan adalah sebagai berikut. a) Penyelidik perkara, dilakukan Komnas HAM. Dalam rangka melaksanakan proses penyelidikan, Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri dari Komnas HAM dan unsur masyarakat; b) Penyidik perkara, dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam rangka melaksanakan proses penyidikan, Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan atau masyarakat; c) Penuntut perkara, dilakukan oleh Jaksa Agung (Pasal 23 ayat 1). Dalam melaksanakan tugas penuntutan, Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut ad hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan atau masyarakat. Sekali lagi, perlu disadari bahwa dalam pelaksanaan hak asasi manusia harus diimbangi dengan kewajiban kewajiban dasar manusia sebagai upaya untuk menghormati hak-hak asasi orang lain. Dalam undang-undang nomor 39 tahun 1999 disebut dengan istilah kewajiban dasar manusia. Adapun kewajiban dasar manusia tersebut antara lain: wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tidak tertulis, dan hukum internasional mengenai HAM yang telah diterima oleh negara RI; wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Berdasarkan uraian di atas perlu ditegaskan kembali bahwa: negara, terutama pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menghormati, melindungi, memajukan, dan menegakkan HAM; penghormatan, perlindungan, pemajuan, dan penegakan HAM yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab pemerintah yaitu yang diatur dalam peraturan perundang-undangan (termasuk UUD 1945) dan hukum internasional tentang HAM yang diterima negara RI; meliputi bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang lain. Adanya penegasan tentang tanggung jawab pemerintah dalam perlindungan, penghormatan, pemajuan, dan penegakan HAM, menunjukkan betapa pentingnya peran pemerintah dalam perlindungan, pemajuan, dan penegakan HAM. Pemberian tanggung jawab tersebut sesuai dengan makna keberadaan negara yang tidak lain adalah untuk memenuhi hak-hak warga negaranya. Dalam hal ini negara diberi kekuasaan oleh rakyat sebagai pemegang kedaulatan tiada lain untuk melindungi, memenuhi, memajukan, dan menegakkan hak-hak asasi rakyat. 2. Negara hukum Seorang filosof Rumawi kuno yang bernama Cicero (106 – 43 SM) pernah menyatakan “Ubi societas ibi ius”, yang berarti “dimana ada masyarakat di situ ada hukum”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa setiap manusia dimanapun berada selalu terikat oleh aturan atau norma kehidupan. Setiap aktivitas manusia baik pemerintah maupun rakyat terikat oleh aturan atau hukum. Hukum dibuat untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika setiap orang (baik pemerintah atau rakyat) yang melakukan pelanggaran hukum diberi sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, maka negara tersebut dapat dikatakan negara hukum. Rumusan negara hukum yang dikemukakan para ahli berbeda-beda, hal ini disebabkan perbedaan azas negara hukum yang dianut maupun karena kondisi masyarakat dan zaman pada waktu perumusan negara hukum itu ditampilkan. Menurut B.R. Saragih negara hukum ialah negara dimana tindakan pemerintah maupun rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang dari pihak pemerintah (penguasa) dan tindakan rakyat yang dilakukan menurut kehendaknya sendiri. Wirjono Prodjodikoro (1981), menyatakan bahwa istilah negara hukum, berarti suatu negara yang di dalam wilayahnya: a) semua alat-alat perlengkapan Negara, khususnya alat-alat perlengkapan dari pemerintah dalam tindakan-tindakannya baik terhadap warga negara maupun dalam saling berhubungan masing-masing tidak boleh sewenangwenang, melainkan harus memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku; dan b) semua orang-orang penduduk dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa negara hukum adalah negara yang segala kegiatan untuk menyelenggarakan pemerintahannya didasarkan atas hukum yang berlaku di negara tersebut dan apabila dilanggar akan mendapat sanksi hukum. Demikian pula rakyat sebagai anggota negara harus tunduk pada hukum dan apabila tindakannya melanggar hukum dapat diminta pertanggungjawaban secara hukum. Dalam negara hukum, rakyat dan pejabat (pemerintah) dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya tidak boleh sewenang-wenang tetapi mesti berdasarkan hukum yang telah disepakati rakyat atau lembaga yang mewakili rakyat. Dengan demikian, Hakekat Negara hukum yaitu segala tindakan penguasa dan rakyat harus berdasarkan pada hukum, menjunjung tinggi hukum, dan berani mempertanggungjawabkan segala tindakannya secara hukum. Persoalan kita sekarang, apakah negara kita merupakan negara hukum? Para pendiri negara (the founding fathers) ternyata sudah memikirkan gagasan konsep negara hukum sebelum kemerdekaan, yang kemudian dirumuskan dengan tegas dalam Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950. Apakah dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdapat rumusan yang menegaskan bahwa negara kita merupakan negara hukum? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita kaji beberapa ketentuan dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 antara lain sebagai berikut. ( Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat (3)) ( Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tiada kecualinya”. ( Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (pasal 4 ayat (1)). Para ahli hukum menggunakan istilah negara hukum yang berbeda-beda. Para ahli hukum Eropa Kontinental (antara lain Jerman) menggunakan istilah Rechtsstaat, sedangkan di negara Anglo Saxon (antara lain Inggris) menggunakan istilah The Rule of Law. Istilah rechtsstaat mulai populer di Eropa sejak abad XIX, sedangkan istilah the rule of law mulai populer dengan terbitnya sebuah buku ”Introduction to the study of the law of the constitution” yang ditulis A.V.Dicey (1885). Bagaimanakah perbedaan kedua konsep negara hukum tersebut?. Untuk mengetahui perbedaan keduanya, simaklah uraian berikut. a. Dilihat dari perkembangannya, konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, sedangkan konsep the rule of law berkembang secara evolusioner. b. Dilihat dari sitem hukum yang menopangnya, konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum kontinental yang disebut Civil Law atau Modern Roman Law, sedangkan konsep the rule of law bertumpu atas sistem hukum yang disebut Common Law. c. Karakteristik Civil Law adalah administratif, sedangkan karakteristik Common Law adalah judicial. Menurut Jimly Asshiddiqie (2005), ide negara hukum selain berkaitan dengan konsep rechtsstaat dan the rule of law, juga berkaitan dengan konsep nomocracy yang berasal dari kata nomos berarti norma, dan cratos yang berarti kekuasaan. Hal ini mengandung arti bahwa sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Dengan demikian, isitlah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai keuasaan tertinggi. Selain dipengaruhi oleh kedua konsepsi negara hukum tersebut, negara hukum di negara kita memiliki ciri khas sesuai filsapat dan budaya bangsa kita. Oemar Seno Adji menjelaskan bahwa negara hukum Indonesia memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Pancasila harus diangkat sebagai dasar pokok dan sumber hukum, maka negara hukum Indonesia dapat dinamakan negara hukum Pancasila. Salah satu ciri pokoknya adalah adanya jaminan terhadap kebebasan beragama (freedom of religion) dalam konotasi yang positif. Artinya tiada tempat bagi ateisme atau propaganda anti agama. Ciri berikutnya adalah tiadanya pemisahan yang rigid dan mutlak antara agama dan negara. Sementara Padmo Wahyono menyatakan, bahwa negara hukum Pancasila bertitik pangkal pada asas kekeluargaan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Konsepsi negara hukum ternyata mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika tuntutan jaman yang semakin berkembang. Pada abad ke-19, muncul konsepsi negara hukum dari Immanuel Kant yang kemudian disebut negara hukum dalam arti sempit. Dalam negara hukum dalam arti sempit, negara dianggap dan berfungsi sebagai negara penjaga malam (Nachtwachterstaat), yakni negara akan bertindak apabila terjadi pelanggaran terhadap hak-hak manusia atau ketertiban dan keamanan terancam. Oleh karena itu, fungsi negara bersifat pasif dan tidak aktif menyejahterakan rakyat, yang berarti bahwa menyejahterakan rakyat bukan merupakan tugas negara tetapi tugas masing-masing individu. Pada abad ke-20 muncul gagasan bahwa negara atau pemerintah harus bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat, sehingga negara harus aktif dan turut campur dalam mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. Negara yang turat campur dan aktif dalam menyejahterakan masyarakat dikenal dengan sebutan negara hukum dalam arti luas atau negara hukum materiil atau disebut juga welfarestate (negara kesejahteraan). Dengan demikian dalam negara hukum materiil, negara berfungsi bukan hanya menjaga hukum dan ketertiban tetapi juga aktif menyejahterakan rakyat. Dalam negara hukum dalam arti luas, fungsi negara bukan sebagai penjaga malam, tetapi negara berfungsi sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat (social service state). Para ahli hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon memandang bahwa suatu negara dapat dikatakan negara hukum apabila memenuhi persyaratan atau unsur-unsur tertentu. Unsur-unsur negara hukum (rechtsstaat) menurut pendapat F.J. Stahl (Eropa Kontinental) adalah sebagai berikut: adanya jaminan hak asasi manusia: b. adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan. c. pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan; d. adanya peradilan administrasi. Unsur-unsur negara hukum menurut Stahl tidak sama dengan pendapat Dicey. Menurut Dicey negara yang berdasarkan The rule of law harus memenuhi tiga unsur yaitu: Supremasi aturan hukum (supremacy of the law), artinya yang berdaulat atau yang mempunyai kekuasaan tertinggi adalah hukum. Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law), artinya setiap orang tanpa memandang statusnya mempunyai derajat yang sama dalam menghadapi hukum. Terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam undang-undang atau UUD. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep The Rule of Law tidak hanya sebatas pada apa yang dikemukakan oleh Dicey, tetapi diperluas meliputi berbagai aspek kehidupan seperti hak politik, ekonomi, dan sosial. Menurut komisi para ahli hukum Internasional (International Commission of Jurists) dalam konferensinya di Bangkok 1965, bahwa pemerintah yang demokratis di bawah rule of law harus memenuhi syarat-syarat: adanya perlindungan konstitusional; adanya pemilihan umum yang bebas; adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak; adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat; adanya kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi; adanya pendidikan kewarganegaraan (civic education). Dengan memperhatikan perkembangan negara hukum jaman sekarang ini, Jimly Asshiddiqie (2006) merumuskan dua belas prinsip pokok negara hukum yang merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya Negara hukum modern. Mari kita simak kedua belas prinsip tersebut! Supremasi Hukum ( Supremacy of law); Persamaan dalam Hukum ( Equality before the law); Asas Legalitas ( Due Process of law ); d. Pembatasan kekuasaan; e. Organ-organ pemerintahan yang Independen; f. Peradilan bebas dan tidak memihak; g. Peradilan Tata Usaha Negara; h. Peradilan Tata Negara ( Constitutional Court); i. Perlindungan Hak Asasi Manusia; j. Bersifat Demokratis ( Democratische Rechtsstaat ); k. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare rechsstaat); l. Tranparansi dan kontrol sosial; Lembaga lembaga penegak hukum Dalam upaya penataan sistem hukum, hendaknya hukum dapat dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem. Dalam hukum sebagai satu kesatuan sistem, terdapat tiga unsur sistem hukum yaitu unsur kelembagaan, unsur kaedah aturan, dan unsur perilaku subjek hukum. Ketiga unsur tersebut mencakup kegiatan : a) pembuatan hukum (law making), b) pelaksanaan dan penerapan hukum (law administrating), c) peradilan atas pelanggaran hukum yang biasa disebut penegakkan hukum dalam arti sempit (law inforcement), d) pemasyarakatan dan pendidikan hukum (law socialization and law education), dan e) pengelolaan informasi hukum (law information management). Dalam pembahasan kita pada bagian ini, akan dibicarakan tentang upaya penegakkan hukum (law inforcement). Penegakkan hukum dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase (perwasitan) dan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya (Jimly Asshiddiqie, 2005). Dengan demikian, terdapat dua kegiatan yang dilakukan dalam penegakkan hukum yaitu melaksanakan/menerapkan hukum dan menindak pelanggar hukum. Dalam penegakan hukum terdapat empat aktor utama yang berperan sangat menonjol dalam proses penegakkan hukum (pidana) yaitu polisi, jaksa, advokat, dan hakim. Pihak-pihak yang berperan dalam penegakkan hukum pidana berbeda dengan hukum perdata. Menurut Jimly Asshiddiqie, penegakkan hukum dalam bidang hukum pidana melibatkan peran kepolisian, kejaksaan, advokat, dan kehakiman, sedangkan dalam bidang hukum perdata melibatkan peran advokat dan kehakiman. a. Kehakiman Kehakiman merupakan lembaga yang mengemban tugas untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Menurut UUD Negara RI tahun 1945, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (pasal 24 ayat (2)). Untuk memahami kewenangan masing-masing lembaga dan badan peradilan tersebut, Kalian dipersilakan mempelajari Bab 9 buku ini. Dalam proses pengadilan, hakim bertugas untuk memeriksa dan memutus perkara terhadap pelaku pelanggaran atau penyimpangan hukum. Dalam melaksanakan tugasnya, hakim mengadili yang berperkara menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Oleh karena itu dalam pasal 8 UU RI No.4 tahun 2004 dikemukakan bahwa “ Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”. b. Kepolisian Kepolisian diatur dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian. Pada pasal 2 undang-undang tersebut ditegaskan bahwa Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang :pemeliharaan keamanan dan ketertiban di masyarakat; penegakkan hukum; perlindungan; pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Tugas Pokok Kepolisian RI berdasarkan pasal 13, yaitu :memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayan an kepada masyarakat. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut, salah satu tugas kepolisian negara Republik Indonesia adalah melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. c. Kejaksaan Pelaksanaan kekuasaan negara di bidang penuntutan dilaksanakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan diatur dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Pasal 1 ayat (1) undang-undang tersebut menyatakan, bahwa Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh UndangUndang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap . d. Advokat Undang-undang RI nomor 4 tahun 2004 pada pasal 37 menegaskan bahwa “Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”. Lembaga yang berprofesi memberikan bantuan hukum adalah Advokat. Dalam memberikan bantuan hukum, advokat wajib membantu penyelesaian perkara dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan. Apa yang dimaksud advokat? Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat disebutkan advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang (Pasal 1 ayat (1). Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. E. Nilai dan Norma Kewarganegaraan Indoensia Demokratis Warga negara demokratis Menurut Prof. Udin S. Winataputra, Indikator Warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab yaitu: Pro bono publico-res publica Pro patria primus patrialis Toleran Terbuka Tanggap dan berani dengan benar Kritis dan argumentatif Selanjutnya beliau mengemukakan indikator lainnya yaitu: Cerdas dan penuh pertimbangan Hormat pada hak orang lain Hormat pada kekuasaan yang syah Adil dan tidak diskriminatif Menjaga amanah dengan penuh tanggung jawab dll Dalam kaitannya dengan warga negara yang demokratis, Cogan(1988) mengidentifikasi delapan karakteristik yang perlu dimiliki warga negara sebagai berikut. Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global; kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat; kemampuan untuk memahami, menerima, dan menhormati perbedaan-perbedaan budaya; kemampuan berpikir kritis dan sistematis; kemauan menyelesaikan konflik secara damai tanpa kekerasan; kemauan menubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melndungi lingkungan; memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan HAM kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional. Kehidupan berdemokrasi bukan hanya harus dilakukan dalam tatanan kehidupan bernegara, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Untuk membangun masyarakat atau siswa demokratis tidak cukup hanya dibekali dengan pengetahuan tetapi juga melalui pembinaan sikap yang seyogianya dilakukan sejak dini. Sikap demokratis tersebut antara lain menghargai kegiatan musyawarah, mengahrgai suara terbanyak (mayoritas), kejujuran, dan sikap mau menerima kekalahan. 2. Norma Hukum Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu norma yang mengatur pergaulan hidup manusia. Norma termasuk peratuan perundang-undangan mempunyai fungsi sangat penting. Menurut J.P. Glastra van Loan sebagaimana dikutip Duswara M. (2001:51) bahwa dalam menjalankan peranannya kaidah atau hukum mempunyai fungsi sangat penting, yaitu : Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup Menyelesaikan pertikaian Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan, jika perlu dengan kekerasan Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasikan fungsi hukum sebagaimana disebutkan di atas. Adapun ciri Peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut: Keputusan yang dikeluarkan oleh yang berwewenang, Isinya mengikat secara umum, tidak hanya mengikat orang tertentu, dan Bersifat abstrak (mengatur yang belum terjadi). Tata urutan peraturan perundang-undangan negara RI yang berlaku sekarang ini mengacu pada Undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam pasal 7 ayat (1) undang-undang tersebut dicantumkan mengenai Jenis dan Hirarki Peraturan Perundangundangan, sebagai berikut: Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Idonesia Tahun 1945 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Daerah (Perda ) Peraturan daerah Provinsi Peraturan daerah Kabupaten Peraturan desa Untuk memahami materi muatan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan di atas, perhatikanlah uraian di bawah ini! Materi muatan Undang-undang berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sama dengan materi muatan Undang-undang. Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi. Materi muatan Peraturan Desa/Kelurahan adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan urusan desa/kelurahan serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Berdasarkan uraian di atas, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 memiliki kedudukan tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan negara RI. Dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara, terdapat aturan tertinggi yang disebut konstitusi atau UUD. Konstitusi atau UUD berisi ketentuan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan cara menjalankan pemerintahan negara yang bersifat mendasar. Konstitusi merupakan perwujudan dari kesadaran politik rakyat yang diformulasikan dalam bentuk hukum tertinggi pada suatu negara. Para ahli mem-berikan pandangan yang berbeda-beda mengenai muatan konstitusi tergantung pada sudut pandangnya masing-masing. Sri Soemantri (1987:51) mengemukakan bahwa suatu konstitusi biasanya memuat atau mengatur halhal pokok berikut: adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara; ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental; adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental. Pandangan lain dikemukan oleh Solly Lubis, bahwa Undang Undang Dasar adalah sumber utama dari norma-norma yang mengatur hukum tata negara. Secara terperinci, undang-undang dasar mengatur: a) bentuk dan susunan negara, b) alat-alat perlengkapan dipusat dan daerah, c) mengatur tugastugas alat pelengakapan negara serta hubungannya satu sama lain. Sedangkan Friedrich dalam Asshiddiqie (2006) mengatakan bahwa persoalan yang dianggap terpenting dalam setiap konstitusi adalah pengaturan mengenai pengawasan atau pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi memuat seperangkat aturan yang mendasar dasar suatu negara yang dijadikan pegangan atau pedoman dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Aturanaturan dasar tersebut dimaksudkan untuk memberikan batas-batas tertentu terhadap hak warga negara dan pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan. Konstitusi atau UUD sering pula disebut hukum dasar. Hukum dasar dapat dibedakan antara hukum dasar tertulis dengan hukum dasar tidak tertulis. Hukum dasar tertulis biasanya disebut UUD, sedangkan hukum dasar tidak tertulis disebut konvensi ketatanegaraan yaitu kebiasaankebiasaan yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan negara tetapi tidak tertulis. Dengan demikian, keseluruhan hukum dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis disebut konstitusi. 3. Perubahan UUD 1945 dan Negara RI Tahun 1945 Lembaga-lembaga negara setelah Perubahan UUD Istilah lain dari kata perubahan yang sering digunakan adalah amandemen. Kata amandemen berasal dari bahasa Inggris yaitu “amendment”, yang berarti perubahan atau to amend, to alter dan to revise. Dalam bahasa Indonesia perubahan berasal dari kata “ubah” yang mendapat awalan Perdan akhiran -an. Secara etimologis, kata “perubahan” berarti hal (keadaan) berubah, peralihan, pergantian atau pertukaran. Perubahan ini dapat berupa pencabutan (repeal), penambahan (addition) dan perbaikan (revision). Istilah lain perubahan adalah pembaruan (reform). Jadi “perubahan konstitusi” dapat juga mencakup 2 pengertian yaitu : amandemen konstitusi (constitutional amendement XE "constitutional amendement" ) pembaruan konstitusi (constitutional reform XE "(constitutional reform" ). Namun demikian secara khusus, dilihat dari segi sistem dan bentuk perubahan konstitusi secara teori, istilah amandemen konstitusi memiliki makna tersendiri untuk membedakannya dengan sistem perubahan konstitusi lain. Secara umum sistem yang dianut oleh negara-negara dalam mengubah konstitusinya dapat digolongkan ke dalam 2 sistem perubahan yaitu : Pertama, jika suatu konstitusi diubah, maka yang berlaku adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan, sehingga tidak ada lagi kaitannya dengan konstitusi yang lama. Sistem ini masuk ke dalam katagori constitutional reform (pembaruan konstitusi). Sistem ini dianut hampir semua negara di dunia, di antaranya Belanda, Jerman dan Perancis. Kedua, sistem perubahan konstitusi di mana konstitusi yang asli tetap berlaku, sementara bagian perubahan atas konstitusi tersebut merupakan adendum XE "adendum" atau sisipan dari konstitusi tadi. Dengan kata lain bagian yang diamandemen menjadi bagian dari konstitusinya. Sistem perubahan ini dianut di Amerika Serikat dan Republik XE "Republik" Indonesia mulai dari perubahan tahun 1999 hingga tahun 2002. Dengan demikian, jelaslah bahwa MPR melakukan perubahan UUD 1945 dengan cara Adendum, yang berarti naskah perubahan UUD 1945 diletakan melekat pada naskah asli UUD 1945. Perubahan UUD 1945 yang telah dilakukan tahun 1999-2002 berpedoman pada dasar yuridis yaitu pasal 37 UUD 1945. Pasal 37 UUD 1945 mengatur tentang syarat dan prosedur perubahan UUD 1945. Rumusan Pasal 37 tersebut selengkapnya sebagai berikut. Usul perubahan pasal-pasal UUD, dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR; Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD, diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya; Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR; Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 50% ditambah 1 anggota dari seluruh anggota MPR; Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan. Perubahan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut: UUD 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat; UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden); UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat menimbulkan multitafsir; UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan UU; Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi. Melakukan perubahan atas sesuatu tentu saja memiliki tujuan. Demikian pula halnya dengan perubahan UUD 1945 memiliki beberapa tujuan sebagaimana dikemukakan Setjen MPR RI (2005), yaitu antara lain: menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional dan memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia; menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi; menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM agar sesuai dengan perkembangan paham HAM dan peradaban umat manusia yang merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang tercantum dalam UUD 1945; menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern. melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum; menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan bangsa dan negara. Dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945, terdapat beberapa kesepakatan dasar yang penting kita pahami. Kesepakatan tersebut disusun oleh Panitia Ad Hoc I yang melahirkan lima butir kesepakatan yaitu: tidak mengubah Pembukaan UUD 1945; tetap mempertahankan NKRI; mempertegas sistem pemerintahan presidensial; penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan ke dalam pasal-pasal (batang tubuh); dan melakukan perubahan dengan cara adendum. Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi di MPR, kemudian dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih sulit memperoleh kesepakatan. Perubahan UUD Negara RI 1945 dimaksudkan untuk menyempurnakan UUD itu sendiri bukan untuk mengganti. Oleh karena itu yang dilakukan oleh MPR adalah mengubah, membuat rumusan baru, menghapus atau menghilangkan, memindahkan tempat pasal atau ayat sekaligus mengubah penomoran pasal atau ayat. Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap melalui mekanisme sidang MPR yaitu: Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14-21 oktober 1999 Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001 Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002. Perubahan Pertama terhadap UUD 1945 dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang berhasil mematahkan semangat konservatisme dan romantisme dikalangan masyarakat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD 1945 sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide perubahan. Perubahan UUD 1945 bukan hanya menyangkut perubahan jumlah bab, pasal, dan ayat tetapi juga adanya perubahan sistem ketatanegaraan RI, diantaranya sebagai berikut. MPR yang semula sebagai lembaga tertinggi Negara dan berada di atas lembaga Negara lain, berubah menjadi lembaga Negara biasa yang sejajar dengan lembaga Negara lainnya seperti DPR, Presiden, BPK, MA, MK, DPD, dan Komisi Yudisial; pemegang kekuasaan membentuk undang-undang yang semula dipegang oleh Presiden (Pasal 5 ayat 1), beralih ke tangan DPR (perubahan Pasal 20 ayat 1); Presiden dan wakil Presiden yang semula dipilih oleh MPR berubah menjadi dipilih oleh rakyat secara langsung dalam satu pasangan (perubahan Pasal 6A ayat 1); periode masa jabatan Presiden dan wakil Presiden yang semula tidak dibatasi, berubah menjadi maksimal dua kali masa jabatan (Perubahan Pasal 7), adanya lembaga Negara yang berwenang menguji undang-undang terhadap UUD 1945 yaitu Mahkamah Konstitusi. Presiden dalam hal mengangkat dan menerima duta dari Negara lain harus memperhatikan pertimbangan DPR (perubahan Pasal 13 ayat 2 dan 3), Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR dalam hal memberi amnesti dan rehabilitasi (Perubahan Pasal 14 ayat 2). Secara umum hasil perubahan yang dilakukan secara bertahap MPR adalah sebagai berikut. Perubahan Pertama (ditetapkan 19 Oktober 1999), meliputi 9 pasal, 16 ayat, yaitu : No. Pasal/Ayat yang diubah Isi Perubahan 1 5 ayat 1 Hak Presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR 2 Pasal 7 Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden 3 Pasal 9 ayat 1 dan 2 Sumpah Presiden dan Wakil Presiden 4 Pasal 13 ayat 2 dan 3 Pengangkatan dan penerimaan Duta oleh Presiden memperhatikan pertimbangan DPR 5 Pasal 14 ayat 1 Presiden memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan MA 6 Pasal 14 ayat 2 Pemberian amnesti dan abolisi memperhatikan pertimbangan DPR 7 Pasal 15 Pemberian gelar, tanda jasa dan kehormatan lain diatur dengan UU. 8 Pasal 17 ayat 2 dan 3 Pengangkatan dan pemberhentian Menteri 9 Pasal 20 ayat 1 4 Pembentukan UU oleh DPR dan Presiden 10 Pasal 21 Hak DPR untuk mengajukan RUU Perubahan Pertama terhadap UUD 1945 dapat dikatakan sebagai tonggak sejarah yang berhasil mematahkan semangat konservatisme dan romantisme dikalangan masyarakat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD 1945 sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide perubahan. Dari perubahan pertama tersebut, ada beberapa hal penting yang menunjukkan di satu pihak mengurangi dominasi kekuasaan Presiden dan dilain pihak menambah kekuasaan DPR sebagai lembaga legislatif yang juga mewakili rakyat. Hal-hal tersebut di antaranya adalah: Pemegang kekuasaan membentuk Undang-undang yang semula dipegang oleh Presiden (Pasal 5 ayat 1), beralih ke tangan DPR (amendemen Pasal 20 ayat 1); periode masa jabatan presiden dan wakil presiden dalam jabatan yang sama yang semula tidak dibatasi, berubah (dibatasi) menjadi maksimal dua kali masa jabatan (amendemen Pasal 7); dalam hal Presiden mengangkat dan menerima duta, yang semula tidak ada ketentuan untuk melibatkan DPR, berubah bahwa dalam mengangkat duta, presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR (amendemen Pasal 13 ayat 2 dan 3); Dalam hal presiden memberi amnesti dan rehabilitasi, presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat 2). Perubahan Kedua (ditetapkan 18 Agustus 2000): meliputi 27 pasal yang tersebar dalam 7 Bab, yang isinya mencakup 59 butir ketentuan yaitu: No. Bab Yang Diubah Materi Perubahan 1 Bab VI Pemerintahan Daerah 2 Bab VII Dewan Perwakilan Daerah 3 Bab IXA Wilayah Negara 4 Bab X Warga Negara dan Penduduk 5 Bab XA Hak Asasi Manusia 6 Bab XII Pertahanan dan Keamanan Negara 7 Bab XV Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan Pada tanggal 18 Agustus tahun 2000 MPR menetapkan perubahan kedua UUD 1945 dengan mengubah/menambah: Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20 ayat 5, Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 ayat 2 dan 3, Pasal 27 ayat 3, Bab XA, Pasal 28A-28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A - 36C. Hal-hal yang diubah tersebut menyangkut, antara lain: Pengaturan tentang pemerintahan daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab (mengubah Pasal 18, dan menambahkan Pasal 18A dan 18B); penegasan tentang pengisian keanggotaan DPR, yaitu melalui pemilihan umum (amendemen Pasal 19); penegasan tentang fungsi DPR dan hak-hak DPR (Pasal 20A ayat 1-4); pengaturan secara tegas tentang hak asasi manusia (amendemen Pasal 28A 28J); penegasan tentang pertahanan dan Keamanan Negara (amendemen Pasal 30 ayat 1-5); penegasan tentang lambang negara (Pasal 36A) dan lagu kebangsaan (Pasal 36B). Perubahan Ketiga, ditetapkan 9 November 2001, meliputi 23 pasal yang tersebar 7 Bab dan 68 butir ketentuan/ayat yaitu: Bab yang Diubah Isi Perubahan ( Bab I ( Bab II ( Bab III ( Bab V ( Bab VIIA ( Bab VIIB ( Bab VIIIA ( Bentuk dan Kedaulatan ( MPR ( Kekuasaan Pemerintahan Negara ( ( ( ( Kementerian Negara DPR Pemilihan Umum BPK Perubahan Keempat, ditetapkan 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal yang terdiri atas 31 butir ketentuan ditambah 1 butir yang dihapuskan. Dalam naskah perubahan keempat ini ditetapkan bahwa: UUD 1945 yang telah mengalami perubahan melalui 4 tahap memiliki sistimatika yang berbeda dengan naskah aslinya. Dalam pasal II Aturan Tambahan Perubahan keempat UUD 1945 ditegaskan “Dengan ditetapkannya Perubahan UUD ini, UUD 1945 terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasal”. Dengan demikian, jelaslah bahwa sejak 10 Agustus 2002, status Penjelasan UUD 1945 yang selama ini dijadikan lampiran tak terpisahkan dari naskah UUD 1945, tidak lagi dijadikan sebagai bagian dari naskah UUD Negara Republik XE "Republik" Indonesia tahun 1945. Dilihat dari jumlah bab, pasal, dan ayat, hasil perubahan UUD 1945 adalah sebagai berikut. Sebelum Perubahan Hasil Perubahan 1. Jumlah bab 16 1. Jumlah bab 21 2. Jumlah pasal 37 2. Jumlah pasal 73 3. Terdiri dari 49 ayat 3. Terdiri dari 170 ayat. 4. 4 pasal aturan peralihan 4. 3 pasal aturan peralihan 5. 2 ayat Aturan Tambahan 5. 2 Pasal Aturan Tambahan. 6. Dilengkapi dengan penjelasan. 6. Tanpa penjelasan Adapun rangkaian dan hal-hal pokok perubahan UUD Negara RI tahun 1945 dapat digambarkan seperti di bawah ini. Apa saja Lembaga Negara RI setelah perubahan? Perubahan UUD 1945 membawa perubahan terhadap lembaga negara baik jumlahnya maupun kewenangannya. Lembaga negara tersebut nampak dalam diagram di bawah ini. SHAPE \* MERGEFORMAT Berdasarkan diagram di atas, terdapat lembaga negara baru yaitu antara lain: Mahkamah konstitusi, DPD, dan Komisi Yudisial, selain hilangnya lembaga DPA. Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang memiliki kewenangan menyelenggarakan kekuasaan kehakiman. Dalam melaksanakan tugasnya Mahkamah Konstitusi dibantu oleh sekretariat jenderal yang dipimpin oleh sekretaris jenderal dan kepaniteraan. Pasal 12 Undang- Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk : a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, b. memutus sengketa kewenangran lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, c. memutus pembubaran partai politik, d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Selain kewenangan sebagaimana disebutkan di atas Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah diadakan perubahan, memuat badan baru yang bernama Komisi Yudisial. Komisi Yudisial (KY) diatur dalam Pasal 24B UUD 1945, yaitu : 1. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. 2. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tak tercela. 3. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 4. Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang. Lembaga negara lain yang muncul setelah perubahan UUD 1945 adalah DPD. Dalam UUD 1945 Pasal 22D ditegaskan bahwa: Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemakaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama. Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang. Sebagai sebuah lembaga perwakilan rakyat, DPD memiliki hak, antara lain: mengajukan rancangan undang-undang tertentu kepada DPR dan ikut membahas rancangan undang-undang tertentu. Sebaliknya, setiap anggota DPD juga memiliki hak, antara lain: menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri, imunitas, protokoler, keuangan dan administratif. Selain hak sebagai lembaga dan individu, anggota DPD juga mempunyai kewajiban yang harus dijalankannya. Kewajiban anggota-anggota DPD, antara lain: mengamalkan Pancasila; melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan; melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraap pemerintahan; mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia; memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat; menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan daerah; mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya; menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD; menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya. Lembaga Negara lain seperti MPR, DPR, Presiden, MA, dan BPK masih tetap ada, tetapi mengalami sedikit perubahan kewenangan. Dalam Bidang Eksekutif, ada beberapa kewenangan Presiden yang berubah setelah UUD 1945 perubahan antara lain : Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan oleh rakyat secara langsung (pasal 6A ayat 1). Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (pasal 5 ayat 1). Masa jabatan presiden dibatasi hanya sampai dua kali periode (pasal 7). Presiden tidak dapat membubarkan/membekukan DPR (pasal 7C). Dalam mengangkat duta dan konsul serta menerima duta negara lain, harus mempertimbangkan DPR (pasal 13 ayat 2-3). Dalam memberikan grasi dan rehabiliatasi harus memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung (pasal 14 ayat 1) Dalam memberikan amnesti dan abolisi memperhatikan pertimbangan DPR (pasal 14 ayat 2). Dalam memberikan gelar, tanda jasa dan gelar lainnya diatur oleh undangundang (pasal 15) Penyataan perang atau membuat perjanjian internasional yang menyangkut akibat yang luas harus disetujui oleh DPR (pasal 11). Dalam bidang Yudikatif selain ada Mahkamah Konstitusi, terdapat lembaga Mahkamah Agung. Mahkamah Agung adalah lembaga negara (sebagaimana dimaksud dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.III/MPA/1978). Mahkamah Agung adalah Pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan peradilan yang dalam melaksanakan tugasnya harus bebas terlepas dari pengaruh pemerintah maupun pengaruhpengaruh lainnya. Setelah dilakukan perubahan, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 memuat ketentuan mengenai Mahkamah Agung yaitu dalam Pasal 24A yang terdiri atas 5 ayat. Pasal 24A ayat (1) menyatakan, bahwa Mahkamah Agung berwewenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undangundang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan undang-undang. Untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai Mahkamah Agung diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung. Dalam UndangUndang Republik lndonesia No.5 Tahun 2004 dinyatakan, bahwa Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari keempat lingkungan peradilan (sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2). Dalam melaksanakan tugasnya Mahkamah Agung terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh pengaruh lain. Mahkamah Agung berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, yaitu Jakarta. Secara organisatoris, Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, dan beberapa orang ketua muda. Wakil ketua terdiri atas wakil ketua bidang yudisial dan wakil ketua bidang non yudisial. Wakil ketua bidang yudisial membawahi; ketua muda perdata, ketua muda pidana, ketua muda agama, ketua muda militer, dan ketua muda tata usaha negara. Pada setiap pembidangan Mahkamah Agung dapat melakukan pengkhususan bidang hukum tertentu yang diketuai oleh ketua muda. Sedangkan Wakil ketua non yudisial membawahi ketua muda pembinaan dan ketua muda pengawasan. Masa jabatan Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda Mahkamah Agung adalah selama 5(lima) tahun. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung adalah pejabat negara yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman. Syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian mereka ditetapkan oleh UndangUndang Nomor 5 Tahun 2004. Bagaimana persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Hakim Agung? Pasal 24A ayat (2) UUD RI Tahun 1945 menyatakan bahwa; Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. Pasal 24A ayat (3) UUD RI Tahun 1945, menyatakan bahwa; Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim oleh Presiden. Adapun wewenang Mahkamah Agung, sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 meluputi : a. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada dibawah MA. b. Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap, undang-undang, dan c. kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang. Lembaga Negara lain yang mengalami perubahan cukup mendasar antara lain adalah MPR. Diantara perubahan mendasar tersebut yaitu tidak memilih Presidedn dan wakil Presiden (kecuali dalam hal tertentu), dan MPR bukan lagi sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, sehingga tidak berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Adapun tugas dan wewenang yang dimiliki MPR setelah perubahan yaitu: a. Mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar; b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasar-kan hasil pemilihan umum, dalam Sidang Paripuma MPR; c. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripuma MPR; d. Melantik Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya; e. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalarri masa jabatan selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari; f. Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai Politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara tebanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatan, selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari. g. Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak, yaitu: mengajukan usul perubahan pasal-pasal dalam undang-undang dasar, menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, memilih dan dipilih, membela diri, imunitas, protokoler, serta keuangan dan administrasi. Selain memiliki hak, anggota MPR juga mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakannya, yaitu: a) mengamalkan Pancasila; b) melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tabun 1945 dan peraturan perundang-undangan; c) menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan nasional; d) mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; e) melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah. Adakah perubahan kewenangan DPR? Salah satu perubahan penting yang berkaitan dengan kewenangan DPR adalah ketentuan UUD 1945 Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1). Pasal 20 ayat (1) menegaskan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undangundang. Sedangkan Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Berdasarkan perubahan tersebut, presiden tidak lagi disebut sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Presiden hanya berhak mengajukan rancangan undang-undang. Kekuasaan untuk membentuk undangundang tersebut beralih ke tangan DPR. Walaupun demikian, tidak berarti meniadakan prinsip bahwa pembentukan undang-undang dilakukan bersama oleh DPR dan Presiden (pemerintah). Presiden yang diwakili menteri ikut membahas rancangan undang-undang di DPR. Dengan demikian, maka sangat jelas bahwa setiap rancangan undang-undang itu sebelum diundangkan tentunya harus dibahas oleh kedua lembaga negara yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan eksekutif (Presiden) untuk mendapat persetujuan bersama. Secara konstitusional disebutkan demikian, namun dalam prakteknya presiden diwakili oleh menteri yang membidangi yang diatur dalam rancangan undang-undang. Dalam UUD 1945 Pasal 20 Ayat (3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan. Persetujuan bersama antara Dewan perwakilan rakyat dengan presiden tentunya sangat penting dilakukan. Keikutsertaan ini mencerminkan bahwa undang-undang itu sebagai produk bersama antara DPR dan Presiden. Undang-undang dibentuk oleh DPR bersama Presiden, bukan dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Dalam pembahasan itu dimungkinkan terjadi berbagai perubahan-perubahan dalam arti perubahan yang disepakati oleh DPR dan Presiden, usulan penyelesaian terhadap perbaikan isi undangundang bisa datang dari DPR bahkan dari pemerintah. Namun, apabila rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketegangan antara kedua lembaga negara (DPR dan Presiden) mengenai ketidak sepakatan terhadap rancangan undang-undang itu. Tentunya dalam pembahasan untuk mendapat persetujuan bersama itu dilakukan dengan menampung berbagai pendapat, alasan mengenai disetujui ataui tidaknya undang undang itu, baik dari DPR maupun Presiden. Sesuai dengan peraturan tata tertib DPR terdapat empat masa persidangan dalam satu tahun. Suatu rancangan undang-undang (RUU) yang tidak memperoleh persetujuan bersama dalam masa sidang pertama tidak boleh diajukan kembali dalam masa sidang pertama tersebut. Demikian juga seterusnya. Selanjutnya Pasal 20 Ayat (4) Persidangan mengesahkan Rancangan UndangUndang yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang. Apabila di dalam persidangan itu rancangan undang-undang yang dibahas mendapat perstujuan dari DPR dan Presiden, maka persidangan mengesahkannya menjadi undang-undang. Pasal 20 Ayat (5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undangundang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. Secara hukum pengesahan itu mengandung makna bahwa sejak saat itu suatu rancangan undang-undang berubah menjadi undang-undang. Dengan kata lain sejak disahkannya undang-undang itu maka undang-undang sudah terbentuk. Tetapi tidak berarti bahwa undang-undang itu berlaku, ketentuan berlaku undang-undang yang bersangkutan dan kedudukan lembaran negara. Selain fungsi tersebut di atas, dalam Pasal 20A Ayat (1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Fungsi pengawasan DPR adalah suatu fungsi yang dilakukan oleh DPR dalam mengawasi eksekutif dalam pelaksanaan undang-undang, antara lain berupa pengawasan pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan pengawasan terhadap berbagai kebijakan pemerintah. UUD 1945 memberikan kedudukan yang kuat kepada DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan DPR tidak dapat dibuatkan oleh Presiden. Dalam melaksanakan fungsi pengawasan ini, selain dilakukan rapat kerja, rapat dengar pendapat, rapat dengar pendapat umum, dan kunjungan kerja, dilakukan juga oleh DPR melalui penggunaan hak-hak DPR antara lain untuk meminta keterangan kepada Presiden. Hak DPR untuk meminta keterangan ini berlandaskan pada UU No. 22 Tahun 2003, yang mencantumkan salah satu hak DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya adalah mengenai meminta keterangan kepada Presiden yang selanjutnya diatur dalam tata tertib DPR, yang mengatur mengenai prosedur penggunaan hak dimaksud sebagai berikut dalam rapat paripurna berikutnya setelah usul permintaan kepada Presiden diterima oleh pimpinan DPR, ketua rapat memberitahukan kepada anggota tentang masuknya usul permintaan keterangan kepada Presiden. Kemudian usul tersebut dibagikan kepada para anggota. Dalam rapat badan musyawarah yang diadakan untuk menentukan waktu pembicaran usul permintaan keterangan kepada Presiden tersebut dalam rapat paripurna, kepada para pengusul diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan tentang usul tersebut. Rapat paripurna sebagaimana dalam pasal (3), atau rapat paripurna yang lain memutuskan untuk menyetujui atau menolak usul tersebut. Dalam menjalankan fungsi pengawasan, DPR antara lain menggunakan hak meminta keterangan kepada Presiden. Pasal 20A Ayat (2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Memang fungsi-fungsi tersebut sangat penting dilakukan oleh DPR supaya roda pemerintahan yang sesuai dengan demokrasi dapat berjalan dengan tanpa menghadapi masalah yang berarti. Mengenai pentingnya fungsi DPR, menurut Bagir Manan, bahwa fungsi kontrol yang dilakukan DPR dalam kekuasannya membentuk undang-undang, hak budget, dan berbagai hak DPR lainnya, yaitu hak interpelasi, angket, dan hak menyatakan pendapat dan hak bertanya bagi anggota”. Pasal 20A Ayat (3) selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain UndangUndang Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas. Selanjutnya Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang. Pasal 21 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul Rancangan Undang-Undang. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas, memberikan dasar konstitusional bagi DPR dalam mengemban amanat demokrasi dan kedaulatan rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat yang demikian strategis tentunya harus diimbangi dengan kualitas dari anggota Dewan itu sendiri. Oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan kualitas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat tentunya pelu dilengkapi dengan staf ahli di bidang tertentu. Staf ahli ini sangat dibutuhkan, mengingat pada hakikatnya anggota DPR itu sifatnya adalah generalis. Artinya pemahaman masing-masing anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam suatu bidang tertentu sifatnya adalah umum dan politis. Oleh sebab itulah untuk memahami bidang pekerjaan yang biasanya dirangkum dalam komisi perlu dilengkapi dengan staf ahli yang mempunyai kemampuan di bidang masing-masing. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa: Dewan Perwakilan Rakyat terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilu; Anggota DPR berjumlah lima ratus lima puluh orang; DPR mempunyai kedudukan dan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 20 ayat (1), Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. Ketentuan ini tidak ada dalam naskah asli UUD 1945. Naskah asli justeru memuat, Presiden yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang dan DPR memberikan persetujuan. Berdasarkan bunyi naskah asli tersebut, Hamid Attamimi berpendapat, kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif power) ada pada Presiden bukan pada DPR. Ketentuan dalam naskah asli bukan saja membingungkan tetapi mengandung anomali. Presiden adalah pemegang dan menjalankan kekuasan eksekutif. Telah menjadi sesuatu yang diterima umum dalam sistem ketatanegaraan apapun kekuasaan membentuk undang-undang ada pada badan perwakilan rakyat sebagai pemegang kekuasaan legislatif. Memang dalam kenyatan kekuasaan eksekutif menjalankan juga fungsi pembentukan undang-undang. Dalam ajaran dari Montesquieu mengenai pemisahan kekuasaan, kekuasaan membentuk undang-undang adalah kekuasaan legislatif (DPR). Badan atau pemerintah (eksekutif) tidak mempunyai kekuasaan dalam membentuk undang-undang. Mengenai pemisahan kekuasaan ini misalnya diterapkan antara lain dalam Undang-Undang Amerika Serikat pada tahun 1787. Congress merupakan satu-satunya pemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Dengan demikian Presiden hanya sekedar menjalankan kekuasaan eksekutif dan tidak mempunyai kekuasaan dalam membentuk atau tidak mempunyai hak inisiatif serta tidak berhak ikut serta dalam membahas undang-undang. Namun, di Amerika presiden mempunyai hak veto untuk menolak mengesahkan undang-undang yang telah disetujui oleh kongres. Apabila dalam pemungutan suara ulang disetujui oleh 2/3 atau lebih anggota kongres, maka hak veto presiden itu tidak berlaku dan rancangan undang-undang tersebut akan menjadi undang-undang meskipun tanpa disetujui oleh Presiden. Adapun tugas dan wewenang DPR adalah: membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama; membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undang-undang; menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikut-sertakannya dalam pembahasan; memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan rancagan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama, menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD; melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, anggaran pendapatan dan belanja negara serta kebijakan pemerintah; membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumberdaya alam, sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pendidikan, dan agama; memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD; membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan Badan Pemeriksa Keuangan; memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan, pemberhentian anggota Komisi Yudisial; memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung; Presiden memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi, mengajukannya kepada Presiden untuk ditetapkan; memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi; memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan pemjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian intemasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau pembentukan undang-undang; menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undangundang. Sebagai lembaga perwakilan, DPR mempunyai hak, antara lain interpelasi, angket, dan menyatakan pendapat. Sebaliknya, setiap anggota DPR juga memiliki hak yang sama dalam beberapa hal. Hak yang dimiliki setiap anggota DPR yaitu: mengajukan rancangan undang-undang; mengajukan pertanyaan; menyampaikan usul dan pendapat; memilih dan dipilih; membela diri; imunitas; protokoler; keuangan dan administratif. Selain memiliki hak sebagai lembaga ataupun individu, anggota DPR juga mempunyai kewajiban. Kewajiban anggota DPR, antara lain: mengamalkan Pancasila; melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan; melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat; menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya; menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPR; menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait 4. Pemerintahan Daerah Salah satu perubahan penting lainnya adalah adanya perubahan tentang kewenangan pemerintahan daerah. Seiring dengan perubahan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah. Sebelumnya, pemerintah pusat sangat dominan (sentralistis) dalam mengatur dan mengendalikan daerah. Pada masa sekarang, daerah diberi keleluasaan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) secara demokratis dan bertanggungjawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perhatikan bagan di bawah ini dengan saksama! SHAPE \* MERGEFORMAT Bagan di atas merupakan aturan tentang pemerintahan daerah yang dimuat pada pasal 18 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dari bagan di atas dapat kita sarikan sebagai berikut. a. adanya pembagian daerah otonom yang bersifat berjenjang (Provinsi dan Kabupaten/ kota; b. daerah otonom mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas oto-nomi dan tugas pembantuan; c. secara eksplisit tidak disinggung mengenai asas dekonsentrasi; d. pemerintah daerah otonom memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih secara demokratis; e. kepala daerah dipilih secara demokratis; f. pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Apa saja yang menjadi urusan pemerintah pusat? Pada Pasal 10 ayat (3) undang-undang nomor 32 tahun 2004 ditegaskan bahwa urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi: politik luar negeri pertahanan keamanan yustisi moneter dan fiskal nasional, dan agama Dengan demikian selain keenam urusan tersebut merupakan urusan pemerintahan daerah, sehingga daerah memiliki kewenangan yang seluasluasnya untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan daerah dalam upaya mensejahterakan rakyat di daerah. Selanjutnya mari kita bicarakan tentang asas-asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Namun sebelum itu, ada baiknya pahami dulu beberapa istilah yang berkaitan dengan sistem pemerintahan daerah, yaitu antara lain pemerintahan daerah, pemerintah daerah, otonomi daerah, dan daerah otonom. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan pemerintah daerah adalah Gubernur (untuk provinsi), Bupati (untuk kabupaten), Walikota (untuk Kota) dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah Kalian mengetahui arti beberapa istilah di atas, mari kita bahas asas-asas apa yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah? Dalam pasal 18 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan bahwa “ pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Dengan demikian terdapat dua asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu asas otonomi dan tugas pembantuan. Asas otonomi dalam ketentuan tersebut memiliki makna bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara langsung oleh pemerintahan daerah itu sendiri. Sedangkan asas tugas pembantuan dimaksudkan bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut dapat dilaksanakan melalui penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan desa atau penugasan dari pemerintah kabupaten/kota ke desa (penjelasan UU RI No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah). Berdasarkan uraian di atas, asas otonomi sering disebut asas desentralisasi. Apa yang dimaksud desentralisasi? Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah (pusat) kepada Daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32 tahun 2004). Perlu Kalian ingat bahwa sekalipun daerah diberi keleluasaan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri, tetapi tetap berada dalam bingkai dan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia. Artinya, pemerintah daerah berkewajiban untuk patuh dan menghormati kewenangan yang dimiliki pemerintah pusat. Berkaitan dengan pengertian desentralisasi di atas, Litvack & Seddon (1999:2), sebagaimana dikutip oleh Wasistiono (2002:17-18) menyatakan bahwa desentralisasi adalah transfer kewenangan dan tanggungjawab fungsifungsi publik yang dilakukan dari pemerintah pusat ke pihak lain, baik kepada daerah bawahan, organisasi pemerintah yang semi bebas ataupun kepada sektor swasta. Asas yang kedua adalah tugas pembantuan yaitu penugasan dari Pemerintah (pusat) kepada daerah dan/atau desa, dan dari pemerintah provinsi kepada kabupaten /kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Jadi urusan pemerintahan dalam tugas pembantuan bukan merupakan atas inisiatif dan prakarsa sendiri tetapi merupakan penugasan dari pemerintah yang ada di atasnya. Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan diberikannya otonomi daerah, pemerintahan daerah dituntut lebih kreatif dan inisiatif menggali dan memanfaatkan segenap potensi daerah untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan bahwa pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan (UUD 1945 pasal 18 ayat (6). Dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan sebagai berikut. ( Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang (pasal 18 ayat (1) ( Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pe- merintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat (pasal 18 ayat (5) Ketentuan di atas menegaskan bahwa di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat pembagian daerah ke dalam daerah provinsi dan dalam daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota. Masing-masing daerah provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang bersifat otonom. Sekalipun masing-masing daerah bersipat otonom, namun untuk daerah provinsi disamping memiliki status sebagai daerah otonom, juga berkedudukan sebagai wilayah administrasi. Sedangkan daerah kabupaten dan daerah kota sepenuhnya berkedudukan sebagai daerah otonom. Apa yang dimaksud daerah otonom? daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No. 32/2004). Sekalipun pemerintah daerah memiliki hak otonomi, namun tetap memiliki hubungan dengan pemerintahan yang di atasnya. Dalam Pasal 18A ayat (1) ditegaskan bahwa hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Kemudian, pada Pasal Pasal 18 A (2) ditegaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang. Berdasarkan kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa: a. Antarsusunan pemerintahan memiliki hubungan yang bersifat hierakhis b. Pengaturan hubungan pemerintahan tersebut memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah c. Pengaturan hubungan sebagaimana disebutkan pasal 18A ayat (1) diatur lebih lanjut dalam UU RI No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah; d. Antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah memiliki hubungan keuangan, pelayanan umum, dan pemanfaatan sumber daya. e. Pengaturan hubungan sebagaimana disebutkan pasal 18A ayat (2) diatur lebih lanjut dalam UU RI No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Akhir-akhir ini di negara kita banyak bermunculan daerah (pemerintahan daerah) baru baik dalam pada tingkatan pemerintahan provinsi maupun pemerintahan kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan dan dinamika tuntutan masyarakat terhadap layanan pemerintahan daerah. Bagiamana cara pembentukan daerah ? Pembentukan daerah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan, dan melalui pemekaran dari satu daerah menjadi beberapa daerah (UU RI No. 32 tahun 2004). Pertanyaan selanjutnya, mengapa terjadi penggabungan daerah? Pertanyaan tersebut berkaitan dengan kemampuan daerah bersangkutan dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pada pasal 6 UU RI No. 32 tahun 2004 disebutkan bahwa daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain apabila daerah yang bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah. Penghapusan dan penggabungan daerah otonom dilakukan setelah melalui proses evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penghapusan atau penggabungan daerah di negara kita jarang terjadi. Sedangkan pemekaran daerah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota sering terjadi. Contoh pemekaran provinsi: Provinsi Banten merupakan pemekaran dari provinsi Jawa Barat; dan Sulawesi Barat merupakan pemekaran dari provinsi SulawesiSelatan. Contoh pemekaran Kabupaten/Kota: Kota Banjar merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Perlu diingat bahwa pembentukan suatu daerah memerlukan perjuangan, waktu, dan persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembentukan daerah meliputi persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004 persyaratan administratif untuk pembentukan provinsi meliputi: a. adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi; b. adanya persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur; c. adanya rekomendasi menteri dalam negeri. Sedangkan persyaratan administratif untuk pembentukan Kabupaten/Kota yaitu: a. adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang bersangkutan b. adanya persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur; c. adanya rekomendasi menteri dalam negeri. Adapun persyaratan teknis pembentukan daerah mencakup: faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Sementara itu syarat fisik mencakup : a. Untuk provinsi paling sedikit meliputi 5 (lima) kabupaten/kota, dan untuk Kabupaten paling sedikit meliputi 5 (lima) kecamatan; serta untuk Kota paling sedikit meliputi 4 (empat) kecamatan b. lokasi calon ibu kota c. sarana dan prasarana pemerintahan. Dilihat dari susunannya, pada pemerintahan daerah terdapat dua lembaga yaitu pemerintah daerah dan DPRD. Pemerintah daerah provinsi dipimpin oleh Gubernur, sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota dipimpin oleh bupati/walikota. Gubernur/Bupati/Walikota yang biasa disebut kepala daerah memiliki kedudukan yang sederajat dan seimbang dengan DPRD masingmasing daerah. Kepala daerah dan DPRD memiliki tugas/wewenang dan mekanisme pemilihan yang berbeda. Kepala Daerah memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut: a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b. mengajukan rancangan Perda; c. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama; e. mengupauakan terlaksananya kewajiban daerah; f. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan g. melaksnakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan. Salah satu perubahan yang mendasar setelah tumbangnya orde baru yaitu mekanisme pemilihan kepala daerah. Semula kepala daerah diajukan oleh DPRD dan ditetapkan dan sangat tergantung kehendak pemerintah pusast (Presiden). Setelah reformasi pemilihan kepala daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dilakukan secara demokratis dan transparan. Mekanisme pemilihan kepala daerah dikenal dengan istilah PILKADA langsung. Coba perhatikan ketentuan berikut ini. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis (UUD NRI 1945 pasal 18 ayat (4). b. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (UU RI No.32/2004 pasal 56 ayat (5). Setelah kita membahas tugas dan wewenang serta mekanisme pemilihan pemerintah daerah (khususnya kepala daerah), mari kita bicarakan tugas dan wewenang serta mekanisme pemilihan DPRD. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam kedudukannya seperti itu, DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi legislasi berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah, yang meliputi pembahasan dan memberikan persetujuan terhadap Raperda, serta hak anggota DPRD mengajukan Rapenda. Fungsi anggaran berkaitan dengan kewenangannya dalam hal anggaran daerah (APBD). Sedangkan fungsi pengawasan berkaitan dengan mengontrol pelaksanaan Perda dan peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah. Dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan bahwa pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan (UUD 1945 pasal 18 ayat (6). Pemerintahan daerah yang dimaksud dalam ketentuan tersebut adalah pemerintah daerah dan DPRD, sehingga yang berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain di daerah adalah kedua lembaga tersebut. Berdasarkan ketentuan tersebut, DPRD memiliki tugas dan kewenangan yang berkaitan dengan pembentukan Perda dan peraturan lainnya diantaranya sebagai a. membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama; b. membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan kepala daerah; c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah. Bagaimana cara pemilihan anggota DPRD? dalam pasal 18 ayat (3) UUD 1945 ditegaskan bahwa ”pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum”. Pemilihan umum untuk memilih anggota DPRD waktu pelaksanaannya bersamaan dengan pemilihan umum untuk anggota DPR dan DPD. Demikian pula peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah sama yaitu partai politik. Daerah khusus dan daerah istimewa Di wilayah negara kita terdapat daerah provinsi yang dikenal daerah khusus dan daerah istimewa seperti Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam. Pasal 18B ayat (1) menegaskan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang”. Kemudian pada pasal 18 B ayat (2) ditegaskan pula bahwa ”Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”. Selain dikenal daerah khusus dan daerah istimewa, akhir-akhir ini dikenal pula istilah otonomi khsusus yang diberikan kepada Provinsi Papua dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal itu semua bermakna bahwa konsep negara kesatuan Republik Indonesia dimungkinkan adanya pola-pola pengaturan yang bersifat pluralis. Pemerintahan Desa Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia Perkataan nama lain dalam pernyataan di atas maksudnya adalah di daerah-daerah terdapat nama-nama lain yang melembaga untuk menyebut istilah desa. Misalnya di Sumatera Barat dikenal Nagari, di provinsi NAD dikenal istilah Gampong, di Sulawesi Selatan dikenal Lembang, di Kalimantan Selatan dan Papua dikenal Kampung, dan di Maluku dikenal negeri. Undang-undang nomor 32 tahun 2004, menegaskan bahwa dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa (Pasal 200 ayat (1). Kemudian pada ayat (2) disebutkan pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan desa dengan memperhatikan asal usulnya atau prakarsa masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dalam pemerintahan desa terdapat pemerintah desa dan lembaga lain sebagai mitra pemerintah desa yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Sedangkan perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat lainnya. Aspirasi masyarakat desa memegang peranan penting baik dalam pemilihan kepala desa dan BPD maupun dalam pembentukan, penghapusan, dan/ atau penggabungan desa. 5. Peraturan Perundang-undangan Dewasa ini kita memiliki jenis dan hierarki Peraturan Perundangundangan yang baru berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut. UUD 1945. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang. Peraturan Pemerintah. Peraturan Presiden. Peraturan Daerah. Agar lebih memahami materi muatan setiap jenis Peraturan Perundangundangan di atas, perhatikanlah uraian di bawah ini! Materi muatan Undang-undang berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sama dengan materi muatan Undang-undang. Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi. Materi muatan Peraturan Desa/Kelurahan adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan urusan desa/kelurahan serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Soal Latihan A. Petunjuk: kerjakan soal-soal ters formatif dengan cara membubuhkan tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang paling benar. 1. Kemampuan siswa dalam merespon berbagai persoalan politik yang terjadinya di lingkungannya merupakan contoh ... keterampilan intelektual warga negara keterampilan berpartisipasi warga negara watak kewarganegaraan pengetahuan kewarganegaraan 2. Jika dilihat dari hubungan antar alat perlengkapan negara, demokrasi terbagi atas demokrasi ... A. langsung, perwakilan, parlementer B. parlementer, perwakilan, langsung C. parlementer, pemisahan kekuasaan, sistem referendum D. parlementer, sistem referendum, liberal 3. Pembatasan hak, kewenangan, dan kekuasaan para penguasa dirumuskan dengan jelas dan tegas dalam statu UUD (konstitusi) negara tersebut. Hal tersebut dikenal dengan istilah... A. demokrasi yang bertanggung jawab B. demokrasi modern C. demokrasi perwakilan D. demokrasi konstitusional 4. Di bawah ini yang merupakan ciri khas demokrasi konstitusional Indonesia menurut Ahmad Sanusi yaitu ....Kecuali A. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa B. Berdasarkan Hak Asasi Manusia C. berdasarkan musyawarah D. berdasar kecerdasan rakyat 5. Di bawah ini merupakan alasan pelaksanaan HAM tidak dapat dipertahankan secara mutlak, Kecuali ... A. HAM harus memperhatikan hak-hak orang lain; B. HAM harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku C. HAM tidak mengancam keselamatan dan kepentingan negara. D. HAM setiap warga negara diberikan oleh penguasa Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama merupakan .... Kejahatan Genosida Kejahatan terhadap kemanusiaan Kejahatan berencana Kejahatan berat 7. Kewenangan menguji undang-undang terhadap UUD 1945 berada di tangan ... A. Mahkamah Konstitusi B. Mahkamah Agung C. Komisi Yudisial D. Komisi Konstitusi 8. Konsep “rechtsstaat” memiliki perbedaan dengan konsep “rule of law, antara lain.. konsep rechtsstaat sifatnya evolusioner, sedangkan konsep the rule of law berkembang secara revolusioner. konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum Civil Law, sedangkan konsep the rule of law bertumpu atas sistem hukum Common Law. karakteristik Civil Law adalah judicial, sedangkan karakteristik Common Law adalah administratif. rule of law berkembang di negara eropa kontinental, sedangkan rechtsstaat di negara anglo saxon. Lembaga penegak hukum yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan keputusan hakim adalah .. kepolisian kejaksaan kehakiman advokat 10. Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, asas yang digunakan pemerintahan daerah dalam mengurus urusan pemerintahannya yaitu … otonomi dan desentralisasi desentralisasi dan dekonsentrasi desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan otonomi dan tugas pembantuan Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas! Jelaskan perbedaan penekanan mata pelajaran PMP dengan PKn di SD? Proses pembelajaran yang bagaimana agar watak kewarganegaraan siswa terbina dan berkembang? Jelaskan latar belakang (dasar pemikiran) dilakukannya perubahan UUD 1945? Jelaskan perbedaan kewenangan MA dan Mahkamah Konstitusi? Dalam upaya penegakan HAM, setiap orang harus memperhatikan kewajiban asasi. Mengapa demikian? BAB II METODOLOGI PEMBELAJARAN Pendahulun Pembaharuan, dan inovasi dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta keterkaitan dan aplikasinya menjadi sebuah pembelajaran yang kreatif, produktif yang bersifat kooperatif dan kolaboratif, menuntut konsep pembelajaran terpadu melalui pengkajian dan pelatihan yang berwawasan demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu bidang kajian (Undang-Undang Sistem Pendidikan No 20 Tahun 2003) dan program studi, yang fungsi dan perannya antara lain adalah sebagai pendidikan hukum, pendidikan politik dan pendidikan kewarganegaraan sendiri. Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana diketahui sejak diberlakukannya melalui kurikulum sekolah tahun 1975 adalah Mata Pelajaran yang berdiri sendiri yang tujuan umumnya adalah membentuk warganegara yang baik. Kemudian dalam perkembangannya menjadi bidang studi Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang lebih menekankan pada penanaman nilai-nilai moral Pancasila yang selama ini telah dikenal lewat Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan BP7 untuk masyarakat. Sebagaimana lazimnya semua mata pelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi, Misi, Tujuan, dan struktur keilmuan mata pelajaran. Visi Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik yakni warga negara yang sanggup melaksanakan Hak dan Kewajibannya dalam kehidupan bernegara ,dilandasi oleh kesadaran politik, kesadaran hukum, dan kesadaran moral. Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut ; Memiliki kemampuan berfikir secara rasional,kritis, dan kreatif sehingga mampu memahami berbagai wacana Kewarganegaraan. Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab. Memiliki watak dan kepribaian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara . Struktur keilmuan mata pelajaran pada umumnya mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values). Sejalan dengan hal tersebut, telah berkembang wacana tentang pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru (new civic education) yang menyatakan bahwa struktur keilmuan / mata pelajaran Kewarganegaraan mencakup dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (civic Knowldge ), keterampilan kewarganegaraan (civic skills),dan watak atau karakter kewarganegaraan ( disposition). Adapun struktur keilmuan mata pelajaran kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini. NO DIMENSI BIDANG KAJIAN 1 Politik Manusia sebagai Zoon Politikon (mahkluk sosial) Proses terbentuknya masyarakat politik Proses terbentuknya bangsa Asal usul negara Unsur-unsur negara, tujuan negara, dan bentuk-bentuk negara Kewarganegaraan Lembaga politik Model-model sistem politik Lembaga-lembaga tinggi dan lembaga tertinggi negara. Demokrasi pancasila Indonesia dalam hubungan internasional 2 Hukum Rule of law (Negara Hukum) Konstitusi System hukum Subyek hukum Subyek hukum, Objek hukum peristiwa dan sangsi hukum. Pembidangan hukum Proses hukum Peradilan 3. Moral Poengertian nilai, norma, dan norma moral, Hubungan antara nilai, norma dan moral Sumber-sumber ajaran moral Norma-norma dalam masyarakat Implementasi nilai-nilai, moral pancasila 4. Keterampilan dan watak kewarganegaraan Pengembangan keterampilan intelektual kewarganegaraan Pengembangan keterampilan posisi diri Pengembangan keterampilan partisipasi Pengembangan Guru adalah tenaga profesional yang menggunakan keahliannya untuk membantu perkembangan para peserta didiknya, karena guru berperan sebagai agen pembaharu, pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat. Guru juga harus merancang program pembelajaran atas dasar kebutuhan umum maupun kebutuhan perorangan peserta didiknya. Oleh karenanya dalam proses pembelajaran PKn di persekolahan diperlukan guru inkuiri. Guru inkuiri menurut A. Kosasih Djahiri (1985: 7-8 ) mempunyai ciri-ciri sebagai perencana/programer, pelaksana pengajaran, fasilitator, administrator, evaluator, rewarder, manajer, pengarah dan pemberi keputusan. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa guru yang baik adalah guru yang mau melihat dan menyerap perasaan siswanya, mempunyai pengertian tinggi atas hal tersebut, percaya siswa memiliki kemampuan, mampu berperan sebagai fasilitator (pemberi kemudahan, kelancarankeberhasilan ) dan mampu melaksanakan peran sebagai guru inkuiri. Hal ini berkaitan dengan karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan paradigma baru, yaitu bahwa PKn merupakan suatu bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui : Civic Intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial. Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggungjawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin hari depan. Sejalan dengan itu kompetensi-kompetensi yang hendak diwujudkan melalui mata pelajaran Kewarganegaraan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu : Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan. memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi pemerintahan republik Indonesia mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintahan daerah dan nasional serta bagaimana keterlibatan warga negara membentuk kebijaksanaan publik mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan negara-negara dan bangsa-bangsa lain beserta masalah-masalah dunia dan/atau internasional Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui proses pemecahan masalah dan inkuiri mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu menentukan atau mengambil sikap guna mencapai suatu posisi tertentu membela atau mempertahankan posisi dengan mengemukakan argumen yang kritis, logis dan rasional memaparkan suatu informasi yang penting kepada khalayak umum membangun koalisi, kompromi, negoisasi dan consensus. Kompetensi untuk menguasai karakter kewarganegaraan memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang independen, aktif, kritis, well-informed, dan bertanggungjawab untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam berbagai aktivitas masyarakat, politik, dan pemerintahan pada semua tingkatan ( daerah dan nasional ). Memahami bagaimana warganegara melaksanakan peranan, hak dan tanggung jawab personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat pada semua tingkatan ( daerah dan nasional ). Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti, demokrasi, hak asasi manusia dan nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan fungsi PKn adalah 1) mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai dan moral Pancasila secara dinamis dan terbuka. 2) mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan konstitusi negara kesatuan RI berlandaskan Pancasila dan UUD 1945; 3) membina pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antar warganegara dengan negara, antarwarga negara, dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Metode Pembelajaran PKn Berbagai jenis teknik atau metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran PPKn. Berikut disajikan jenis-jenis metode pembelajaran yang dimaksud: Demonstrasi (Demonstration). Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan demonstrasi, Guru atau instruktur memperagakan atau menunjukkan cara mengerjakan suatu prosedur, cara bekerjanya suatu prinsip, cara menggunakan suatu peralatan, dsb. Misalnya demonstrasi cara melaksanakan pemungutan suara dalam pemilihan umum. Cara mengadili perkara perdata. Observasi (Pengamatan). Metode pembelajaran yang menghendaki siswa mengamati secara teliti obyek studi atau materi yang dipelajari dengan tujuan agar siswa mendapatkan gambaran dan pengertian yang jelas. Misalnya mengamati proses pengambilan keputusan dalam sidang DPR/DPRD, mengamati perilaku kehidupan anak jalanan, mengamati cara membuka dan menutup persidangan di Pengadilan Negeri, dsb. Diskusi. Metode diskusi adalah metode mengajar yang menghendaki sekelompok siswa ( 3 orang atau lebih) membahas suatu masalah ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Misalnya masalah pemilihan pemilihan presiden (secara langsung oleh rakyat atau melalui MPR?), otonomi daerah (berada di tingkat kabupaten atau propinsi?), hukuman mati (bagaimana hubungannya dengan hak azasi manusia?), dsb. Debat. Metode pembelajaran di mana siswa baik secara individual atau kelompok dilatih, di satu pihak untuk mengemukakan suatu pendapat, proposisi, atau posisi terhadap suatu persoalan, sedangkan sekelompok siswa di pihak lain diminta untuk mengemukakan bantahan, sanggahan, atau pendapat yang berbeda disertai alasan atau argumentasi. Misalnya terhadap persoalan UUD 1945. Di satu pihak sekelompok siswa mengajukan pendapat bahwa UUD 1945 tidak boleh diganti, tetapi cukup diadakan amandemen atau perubahan dengan alsan tertentu. Di pihak lain menyanggah, bahwa sebaiknya UUD 1945 diganti dengan UUD baru dengan alsan tertentu pula. Dramatisasi. Metode mengajar di mana sekelompok siswa ditugasi memerankan atau membawakan suatu ceritera atau drama baik ceritera fiktif maupun ceritera sejarah. Misalnya dramatisasi ceritera yang bertemakan kejujuran. Dramatisasi ceritera Malin Kundang untuk meresapi akibat buruk atau hukuman bagi anak yang durhaka kepada ibunya. Latihan (Drill). Kegiatan belajar dengan berlatih secara teratur, berulangkali, dan intensif dengan maksud membantu siswa menguasai keterampilan (skills) tertentu. Misalnya berlatih mengucapkan lafal Sumpah Pemuda, pembacaan Pembukaan UUD 1945, berlatih bagi petugas pengibar bendera merah putih, berlatih menjadi panitia penyelenggara pemilihan pengurus OSIS, barisberbaris, dsb. Metode latihan (drill) cocok untuk mempelajari materi pelajaran yang berisikan keterampilan fisik atau gerakan anggota badan. Percobaan (eksperimen). Kegiatan belajar yang menghendaki siswa memberikan perlakuan (treatment) yang berbeda-beda terhadap suatu obyek atau subyek untuk diamati ada tidaknya pengaruh atau ada tidaknya perbedaan pengaruh perlakuan tadi. Dalam PPKn misalnya, eksperimen untuk mengetahui pengaruh media massa terhadap sikap politik masyarakat. Pengalaman Lapangan (Field Experience). Kegiatan belajar secara langsung, praktek di lapangan kerja yang sesungguhnya. Siswa yang ingin mempelajari pelaksanan demokrasi dalam pemilihan kepala desa terjun langsung ke masyarakat, mulai membantu mencatat jumlah pemilih, mengirimkan undangan, membantu panitia menghitung suara, dsb. Permainan (gaming). Kegiatan belajar yang menghendaki siswa berkompetisi atau berlomba baik secara fisik maupun mental sesuai dengan aturan permainan yang telah ditetapkan. Dalam metode permainan ini harus ada unsur menang atau kalah. Misalnya tebak tepat menghafalkan nama-nama propinsi, lambang negara, nama-nama pahlawan, dsb. Studi Independen (Independent Study). Metode pembelajaran di mana siswa melakukan kegiatannya bukan dalam bentuk pembelajaran di kelas secara klasikal, melainkan dengan jalan melakukan berbagai kegiatan seperti konsultasi dengan Guru, instruktur, nara sumber, dalam rangka menyelesaikan tugas belajarnya. Misalnya tugas mandiri dalam membuat makalah tentang kehidupan demokrasi pada masyarakat pedesaan. Pengalaman Laboratorium (Laboratory Experience). Kegiatan belajar yang dilaksanakan dalam suatu laboratorium direncanakan untuk seseorang atau suatu kelompok siswa yang mempelajari suatu bidang studi tertentu termasuk mempraktekkan teori-teori dengan melalui pengamatan, percobaan, riset, mempelajari bahasa asing, termasuk di dalamnya belajar dengan jalan demonstrasi, drill (latihan) dan praktikum. Misalnya belajar cara memimpin sidang DPR/DPRD di Lab PPKn. Kuliah atau ceramah (Lecturing). Suatu metode pembelajaran di mana guru atau instruktur menyajikan materi pelajaran (presentasi) secara lisan mengenai suatu fakta, atau dalildalil atau prinsip. Siswa mengikuti pelajaran dengan mendengarkan, dan mencatat. Kegiatan belajar ceramah biasa diikuti dengan tanya jawab atau diskusi sebagai tambahan variasi kegiatan (metode ceramah bervariasi). Misalnya ceramah tentang Hasil-hasil Sidang Umum MPR, Perubahan UUD 1945, Otonomi Daerah, dsb. Mendengarkan (Listening). Kegiatan belajar di mana dengan menggunakan alat bantu dengar siswa belajar dengan cara mendengarkan. Misalnya dalam belajar menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan , kepada siswa diputarkan kaset tape untuk didengarkan. Manipulasi dan Meraba. Kegiatan belajar di mana siswa menggunakan gerakan berbagai anggota badan dan saraf peraba untuk mengembangkan keterampilan membentuk dan melatih kepekaan syaraf perabanya. Misalnya menggunakan potongan-potongan benda untuk membuat lambang Garuda Pancasila, miniatur gedung DPR, Istana Negara, dsb. Model dan tiruan (Modelling and Imitation). Suatu kegiatan belajar di mana kepada siswa ditunjukkan suatu model yang baik untuk dijadikan contoh atau teladan untuk ditiru perilakunya. Metode model dan tiruan cocok untuk mengajarkan sikap atau perilaku yang baik. Model yang dijadikan contoh, teladan atau panutan dapat berupa manusia yang nyata-nyata ada dalam kehidupan sehari-hari ( misalnya para Nabi atau Rasul, tokoh pahlawan perjuangan kemerdekaan, tokoh pengusaha yang sukses lagi dermawan, pemuka masyarakat yang baik budi), bisa juga tokoktokoh dalam ceritera atau legenda ( misalnya tokoh-tokoh dalam ceritera wayang, ceritera kepahlawanan, ceritera rakyat, karya sastera berupa novel, ceritera pendek, dsb.). Syarat pokok untuk ditampilkan sebagai model yang digarapkan ditiru perilakunya yang baik-baik adalah model tersebut hendaknya dapat menjadi idola dan dikagumi oleh siswa. Diskusi Panel (Panel discussion). Metode pembelajaran di mana materi pelajaran disampaikan oleh beberapa orang yang memiliki keahlian di bidang masing-masing dalam suatu forum. Seusai penyajian materi, siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada para penyaji materi. Misalnya topik Tertib Lalulintas. Pembicara dapat dihadirkan dari Polisi Lulintas, Petugas Asuransi Kecelakaan Lullintas, Pihak Penjual Kendaraan Bermotor, Ahli Hukum, Pemerintah Kota, Ahli Kesehatan, dsb. Praktikum. Kegiatan belajar di mana siswa diberi kesempatan untuk mempraktekkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang telah diperoleh di kelas. Misalnya setelah mendapatkan teori tentang cara menafsirkan peraturan perundang-undangan, siswa ditugasi praktek menafsirkan peraturan yang diberikan oleh Guru. Pemecahan masalah (problem solving). Metode pembelajaran di mana siswa diminta untuk berlatih memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis meliputi: Identifikasi masalah, menentukan alternatif pemecahan masalah, memilih alternatif pemecahan masalah, melaksanakan alternatif yang telah dipilih, mengevaluasi pelaksanaan pemecahan masalah, dan merevisi atau memperbaiki. Contoh permasalahan yang layak disajikan untuk melatih siswa memilki keterampilan memecahkan masalah, misalnya: Adakah pengaruh tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan dalam kegiatan politik? Adakah hubungan antara pemahaman terhadap peraturan lalulintas dengan perilaku tertib berlalulintas, dsb? Pengajaran terprogram (Programmed Instruction). Metode pembelajaran di mana materi pelajaran disajikan sedikit demi sedikit menurut urutan yang sistematis. Contoh: Untuk mengajarkan Topik Majelis Permusyawaratan Rakyat, Guru memberikan Stimulus berupa tulisan pada kartu berwarna “Kepanjangan dari singkatan MPR adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Anak-anak disuruh mengamati, mencamkan, kalau perlu mencatat atau menggambar. Kemudian Guru memancing respon siswa dengan mengajukan pertanyaan “Anak-anak, apakah singkatan dari Majelis Permusyawaratan Rakyat?” Jika murid menjawab MPR, maka diberi fedback “Betul”. Jika salah dibetulkan. Tutorial (tutoring). Teknik mengajar di mana pelajaran diberikan kepada siswa secara individual dalam bentuk bantuan belajar. Misalnya tutorial dalam mempelajari Piagam Hak-hak Azasi Manusia yang aslinya dalam bahasa Inggris. Pengajaran melalui TV (Instructional Television) Teknik mengajar di mana materi pelajaran disajikan dengan menggunakan siaran TV, siswa menerima pelajaran dengan jalan menonton siaran TV Pendidikan. Contoh penyajian pelajaran PPKn pada SLTP Terbuka melalui TV Siaran Sekolah. Pengajaran melalui program radio (Radio Instruction) Teknik mengajar di mana materi pelajaran disajikan dengan menggunakan program siaran radio pendidikan. Misalnya siswa SLTP Terbuka mempelajari materi pelajaran PPKn dengan jalan mendengarkan siaran melalui pesawat radio. Seminar. Teknik mengajar di mana siswa baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok menyajikan hasil penelitian atau kajian terhadap suatu masalah. Misalnya siswa melaporkan hasil penelitiannya tentang persamaan dan perbedaan UUD yang pernah berlaku di Indonesia (UUD 1945, Konstitusi RIS, dan UUDS 1950). Simulasi (Simulation). Kegiatan belajar di mana siswa ditugasi untuk memerankan atau menirukan perilaku tokoh-tokoh dalam suatu situasi atau kejadian yang senyatanya. Misalnya berperan sebagai hakim, jaksa, pembela, atau nara pidana dalam simulasi persidangan perkara pidana. Proyek. Suatu metode mengajar di mana siswa baik secara individual atau kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan kegiatan yang hasilnya dapat diamati dan diukur. Misalnya proyek membuat maket gedung MPR/DPR, membuat peta timbul Indonesia, membuat miniatur tempat ibadat, maket ruang sidang pengadilan, dsb. Resitasi (recitation). Kegiatan pembelajaran berupa penyajian kepada teman sekelas atau kelompok mengenai keterampilan yang telah dikuasai dari hasil studi individual atau kelompok. Misalnya menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu perjuangan, bacaan sholat, bacaan kitab suci, dsb. Portofolio. Metode mengajar di mana siswa ditugasi mengumpulkan hasil penulisan, hasil pengamatan, hasil kunjungan lapangan, pengumpulan benda-benda yang relevan dengan tujuan pembelajaran, dsb. Misalnya mengumpulkan bahanbahan hasil kunjungan pada panti asuhan anak yatim piatu. Magang (internship). Metode mengajar dengan menugasi siswa mempraktekkan pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah dalam kehidupan nyata di lapangan. Misalnya menugasi siswa magang di kantor Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah agar setelah lulusa mampu bekerja di kantor notaris. Media Pembelajaran PKn Media pengajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses kegiatan pada diri siswa. Di samping itu media dapat membawakan pesan atau informasi belajar dengan keandalan yang tinggi yaitu dapat diulang tanpa mengalami perubahan isi. Permasalahan kita sekarang, jenis-jenis media pembelajaran manakah yang bisa digunakan dalam pembelajaran materi PKn? Penggunaan media pembelajaran pada dasarnya untuk membantu mempermudah pemahaman siswa terhadap suatu ide atau teori. Artinya, jenis-jenis media tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran materi kewarganegaraan dengan memperhatikan prinsip relevansi dan konsistensi antara tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kondisi siswa dan lingkungannya serta karakteristik media yang akan digunakan. Perlu diingat bahwa tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk semua siswa dan semua pokok bahasan atau mata pelajaran. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan kecermatan guru dalam memilih media pembelajaran pengetahuan sosial khususnya dalam materi kewarganegaraan yang memiliki ciri khas mengemban misi sebagai pendidikan politik dan pendidikan nilaimoral. Dilihat dari sumber pengadaannya, media yang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran materi kewarganegaraan merupakan media yang dibuat atau direkayasa sendiri oleh guru seperti transparansi, Flif Chart, flannel/magnetic board, kliping, gambar, dan media stimulus seperti cerita kasus dan media VCT daftar. Hal lain yang perlu Saudara perhatikan adalah materi kewarganegaraan sangat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa aktual dinamika politik dan ketatanegaraan yang sedang berubah. Peristiwa-peristiwa tersebut seyogianya dikaitkan dengan proses pembelajaran sesuai dengan materi pokok yang sedang dibahas. Dalam kaitan ini, media televisi, film, tape recorder, video recorder, dan manusia sebagai model (tokoh) sangatlah membantu keberhasilan proses pembelajaran. Televisi yang menayangkan siaran langsung sidang MPR atau debat publik tokoh politik sangat relevan dijadikan media dan sekaligus sumber pembelajaran ketika mambahas materi pokok kemerdekaan mengemukakan pendapat dan budaya demokrasi . Demikian pula materi pokok perlindungan hukum dan peradilan nasional dapat menggunakan media televisi yang sedang menyiarkan atau mendiskusikan proses peradilan terhadap pejabat yang diduga melakukan penyimpangan. Waktu penayangan tersebut seringkali tidak berbarengan dengan pembahasan materi pokok yang relevan. Oleh karena itu, guru dapat merekam dengan menggunakan tape recorder atau video recorder sehingga hasilnya bisa diputar kembali setiap waktu. Berdasarkan uraian di atas, jenis media yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran materi PPKn (kewarganegaraan) yaitu: Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart, flannel, data dan lain-lain Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film, video, dan sebagainya Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan lain-lain Gerak, sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, role playing, dan lain-lain. Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur. Peristiswa atau ceritera kasus yang mengandung dilema moral. Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah ketapatan memilih media pembelajaran. Mengapa demikian? Karena memilih media yang tepat diyakini akan meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya. Sebaliknya, ketidaktepatan memilih media akan melahirkan kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran. Media yang paling baik adalah media yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran/karakter bahan ajar, metode yang akan digunakan, dan keadaan siswa, serta kemampuan guru/sekolah. Untuk itu, sebelum Saudara memilih media pembelajaran sebaiknya pahami dahulu bebarapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan media seperti dikemukakan Jarolimek (Kosasih Djahiri, 1979:76) berikut ini. tujuan instruksional yang ingin dicapai tingkat usia dan kematangan siswa kemampuan baca siswa tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran tersebut keadaan/latar belakang pengertahuan atau pengalaman siswa Selanjutnya S.Winataputra (1989:163) menegaskan bahwa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan media yang akan dipakai dalam PPKn (PMP) adalah bahwa media itu harus dapat memberikan rangsangan kognitif atau cognitive simulation sehingga media tersebut dapat menimbulkan cognitive dissonance. Dengan terciptanya kondisi psikologis tersebut maka para siswa akan ditantang untuk bisa meningkatkan taraf moralitasnya. Pemberian rangsangan moral kognitif tersebut bisa melalui kliping surat kabar atau media yang bersifat auditif seperti radio dan kaset yang berkaitan dengan masalah aktual. Persoalan kita sekarang, bagaimanakah teknik pembuatan media yang kita inginkan? Dalam hal ini guru dituntut untuk mahir dan kreatif membuat media sesuai dengan jenis media yang telah dipilih atau ditentukan sebelumnya. Sebelum membuat media terlebih dahulu harus dianalisis materi apa yang akan disampaikan kepada peserta didik; kemudian menetapkan media apa yang akan dikembangkan; setelah itu kemudian menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengembangkan media itu; baru setelah itu membuat media yang kita kehendaki. Pembelajaran materi PPKn sebagai pendidikan nilai moral memerlukan media tertentu yang dapat berperan sebagai stimulus (perangsang) bagi potensi afektual siswa. Untuk keperluan tersebut, kualifikasi media stimulus hendaknya: a) terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa; b) memuat nilai/moral yang dilematis; c) diambil dari kehidupan atau peristiwa nyata, dan d) menarik perhatian dan minat siswa untuk melibatkan diri. Kosasih Djahiri (1992) mengemukan ada dua pertimbangan yang dijadikan landasan bahwa media stimulus sangat penting dalam pengajaran PPKn sebagai pendidikan nilai, moral, norma yaitu pertama, dunia dan potensi serta proses afektual peserta didik hanya dapat bergetar dan terlibatkan apabila ada media stimulus (perangsang) yang menggetarkan. Kedua, proses afektual sukar terjadi melalui bahan ajar yang konsepsional, teoritik dan normatif. Bahan ajar ini masih harus diolah dan dimanipulasi oleh guru menjadi media stimulus afektif berkadar tinggi. Salah satu media stimulus yang sering digunakan dalam pembelajaran materi pendidikan nilai adalah lembaran VCT daftar dan lembaran cerita kasus baik kisah nyata maupun fiktif yang direkayasa oleh guru. Contoh cerita kasus (fiktif) “tabrak lari”. Ceritera tersebut dapat dibuat sendiri atau mengutif dari media massa. Penilaian dalam Pkn Penilaian merupakan bagian yang integral dalam keseluruhan proses belajar mengajar, ia merupakan subsistemnya. Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran, bukan hanya sebagai cara untuk menilai keberhasilan belajar siswa. Sebagai sub-sistem dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan penilaian harus mampu memberikan informasi yang membatu guru meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu siswa mencapai perkembangan pendidikannya secara optimal. Hal ini membawa implikasi bahwa kegiatan penilaian harus dipandang dan digunakan sebagai cara atau teknik pendidikan, bukan hanya sebagai cara untuk menilai keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Oleh karena itu, penilaian harus direncanakan sedini mungkin bersama-sama dengan perencananaan pembelajaran secara keseluruhan. Pada pelaksanaannya, informasi yang akan dijadikan dasar menentukan nilai dapat diperoleh melalui berbagai cara sesuai dengan tujuan dari penilaian itu sendiri. Secara umum cara-cara mengumpulkan data yang dianggap sahih adalah melalui teknik tes atau teknik bukan-tes. Teknik tes bisa berupa tes tulisan, tes lisan, atau tes perbuatan. Adapun teknik bukan-tes bisa berupa wawancara, pengamatan, studi kasus, atau inventori. Melalui teknik-teknik tersebut dikumpulkan data sebanyak mungkin agar informasi yang diperoleh cukup komprihensip menggambarkan keberadaan subjek yang dinilai, sehingga kita cukup beralasan menentukan nilai tentang subjek yang bersangkutan berdasarkan kriteria yang telah kita tetapkan. Pada kurikulum 2006 yang biasa disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kedudukan, fungsi dan peranan penilaian dalam pembelajaran tidak mengalami perubahan. Hanya saja orientasi dan objek penilaian yang mengalami sedikit perubahan yang membedakan dengan penilaian pada kurikulum sebelumnya. Orientasi penilaian dalam KTSP lebih ditekankan kepada penilaian berbasis kelas, yaitu menilai semua aktivitas yang terjadi di kelas baik proses maupun hasilnya. Kemudian yang menjadi objek penilaiannya didasarkan kepada kompetensi apa yang diharapkan pada setiap level dan kecakapan hidup (life skills) yang diperlukan oleh setiap siswa. Oleh karena kemajuan belajar siswa adalah salah satu indikator keberhasilannya dalam memberikan pengajaran, maka penilaian merupakan komponen yang penting. Hal ini disebabkan pula, penilaian merupakan salah satu bahan pertimbangan seorang guru dalam memberikan keputusan terhadap pencapaian kompetensi dasar. Dalam pembelajaran, tidak terkecuali Pendidikan Kewarganegaraan, guru harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan penilaian dengan segala karakteristik mata pelajaran tersebut. Arti Penting Mempelajari Penilaian Pendidikan Kewarganegaraan Penilaian berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu penilaian tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran belajar dan mengajar. Hal ini disebabkan pada dasarnya penilaian pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian, guru dapat mengetahui sampai di mana penguasaan siswa atau kecakapan masing-masing siswa atas kompetensi dasar. Selain itu penilaian juga dapat digunakan guru sebagai alat untuk memperbesar motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Penilaian dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengambil keputusan-keputusan yang epektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat membuat keputusan yang berkaitan dengan proses penilaian yaitu: (1) keputusan pada permulaan pengajaran (2) keputusan pada saat pengajaran berlangsung, dan (3) keputusan pada akhir pembelajaran (Gronlund, 1985). Keputusan pada awal pengajaran berkaitan dengan informasi mengenai sejauh mana kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memulai pelajaran (entering behavior), dan sejauh mana bahan pelajaran yang akan diberikan telah diketahui siswa (pre-test). Keputusan pada saat pengajaran berlangsung berkaitan dengan tugas-tugas belajar mana yang dapat dilakukan oleh siswa dengan baik, dan tugas-tugas mana yang memerlukan pertolongan (perlu dibantu), siswa mana yang menghadapi kesulitan dalam belajarnya sehingga memerlukan program remedial. Keputusan pada akhir pengajaran berkaitan dengan informasi tentang siswa manakah yang telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan serta dapat melanjutkan kepada program pengajaran berikutnya, dan nilai apa yang harus diberikan kepada setiap murid. Selain itu pula penilaian dapat membantu siswa: (1) memperkuat motivasi belajarnya, (2) memperbesar daya ingat dan transfer belajarnya, (3) memperbesar pemahaman siswa terhadap keberadaan dirinya, dan (4) memberikan bahan unpan balik tentang keefektifan pembelajaran. Oleh sebab itu fungsi utama penilaian pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam empat fungsi yaitu: (1) Formatif yang merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari; (2) Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, pisik, dan lingkungan), yang mengalami kesulitan belajar; dan (4) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya Dengan demikian, penilaian pembelajaran memiliki beberapa tujuan antara lain: (1) Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar, (2) Memperbaiki, dan menyempurnakan kegiatan guru, (3) Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar, (4) Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan (5) Menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Tujuan Tujuan umum yang ingin dicapai dalam bahan ajar pelatihan ini adalah agar para guru memiliki kemampuan untuk melaksanakan penilaian pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Secara khusus yang ingin dicapai dalam bahan ajar ini adalah agar para guru memiliki kemampuan sebagai berikut: Memahami konsep dasar penilaian termasuk di dalamnya pengertian, penilaian berbasis kelas, penilaian otentik, dan manfaat penilaian. Mempu mengidentifikasi bentuk dan jenis penilaian Mampu mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan baik aspek kognitif, afeksi, maupun psikomotor. Mampu melaksanakan penilaian secara otentik dan obyektif. Konsep Dasar Penilaian Pendidikan Kewarganegaraan Penilaian sering disamartikan dengan evaluasi. Sebenarnya istilah penilaian adalah alih-bahasa dari istilah assessment, bukan alih-bahasa dari istilah evaluation (evaluasi). Kedua istilah ini (penilaian/assessment dan evaluasi/ evaluation) sebenarnya memiliki kesamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai, atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaanya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau Supervisor menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program baik pada level terbatas maupun pada level yang luas. Istilah penilaian diartikan sebagai kegiatan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya, sesuai dengan kriteria atau tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penilaian ada empat unsur pokok yaitu; (a) objek yang akan dinikai, (b) kriteria sebagai tolok ukur (c) data tentang objek yang dinilai, dan (d) pertimbangan keputusan (judgement). Dengan demikian proses penilaian meliputi menentukan objek yang akan dinilai, membuat/menentukan kriteria ukuran, mengumpulkan data baik melalui tes maupun non-tes, dan membuat keputusan. Ada tiga hal yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi, yaitu penilaian, pengukuran dan tes. Ketiga istilah itu sering disalah artikan sehingga tidak jelas makna dan kedudukannya. Gronlund (1985) mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan intrepretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciriciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa). Penilaian adalah pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektivitas program. Sementara itu, pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (atribute) tentang suatu obyek, orang atau peristiwa (Hopkins & Antes, 1990). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, dan tes merupakan salah satu alat atau bentuk dari pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (berupa angka-angka) tentang kemajuan belajar siswa (learning progress) sedangkan penilaian atau penilaian bersifat kualitatif. Di samping itu, penilaian pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian (value judgement) tidak hanya didasarkan kepada hasil pengukuran (quantitative description), melainkan dapat pula didasarkan kepada hasil pengamatan (qualitative description). Keduanya pada akhirnya menghasilkan keputusan tentang suatu objek yang dinilai. Hasil dari usaha belajar nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku, baik secara subtantif yaitu terkait langsung dengan mata-mata pelajaran, maupun secara komprehensip yaitu perubahan prilaku yang menyeluruh. Perubahan itu ada yang dapat diamanati secara langsung ada pula yang tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan itu juga ada yang terjadi dalam jangka pendek ada pula yang terjadi dalam jangka panjang. Namun demikian, bagaimanapun baiknya alat penilaian yang digunakan hanya mungkin dapat mengungkap sebagian tingkah laku dari keseluruhan hasil belajar yang sebenarnya. Penilaian yang baik harus menilai hasil-hasil yang autentik dan hal ini dilakukan dengan mengetes hingga manakah hal itu dapat ditransferkan. Penilaian harus dilakukan dengan tepat, teliti dan objektif terhadap hasil belajar sehingga dapat menjadi alat untuk mengecek kemampuan siswa dalam belajarnya dan mempertinggi prestasi belajarnya. Di samping itu penilaian dapat menjadi alat pengontrol bagi cara mengajar guru, serta dapat membimbing murid untuk memahami dirinya (keunggulan dan kelemahannya). PenilainBerbasis Kelas Pengertian Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan,pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabitas publik. Penilaian berbasis kelas mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. Penilaian berbasis kelas menggunakan arti penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). Data atau informasi selama dari penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapat digunkana untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Penilaian berbasis kelas mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) pengumpulan informasi tentang pencapaian belajar siswa, dan (2) pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi tersebut. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus untuk penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau nontes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar (di awal, tengah dan akhir). Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam jumlah yang memadai, maka guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa: Apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan? Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tinkat lebih lanjut? Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu? Apakah siswa perlu memperoleh cara lain sebagai pendalaman? Apakah siswa perlu menerima pengayaan serta pengayaan apa yang perlu diberikan? Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan bahan atau buku ajar, danpenyusunan silabus telah memadai? Tujuan Penilaian berbasis Kelas Secara umum penilaian berbasis kelas bertujuan untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa serta memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu penilaian berbasis kelas menekankan pencapaian hasil belajar siswa sekaligus mencakup seluruh proses mengajar dan balajar yang menilai karakteristik siswa, metode mengajar dan belajar, pencapaian kurikulum, alat dan bahan belajar, dan administrasi sekolah. Secara rinci tujuan penilaian berbasis kelas adalah untuk memberikan: Informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegaitan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupupn terhadap siswa seluruh kelas. Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tinkat kemampuan siswa, menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan. Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau perbaikan. Informasi semua aspek kemajuan setiap siswa dan pada gilirannya guru dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan pribadi yang utuh. Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya. Fungsi Penilaian Berbasis Kelas Fungsi penilaian berbasis kelas bagi siswa dan guru adalah untuk membantu: siswa dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju. Siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya. Guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah memadai. Guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi. Prinsip-prinsip Sebagaimana penilaian pada umumnya, secara umum prinsip-prinsip penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut: Valid; penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat atau sahih. Sebagai contoh apabila dalam pelaksanaan kurikulum digunakan pendekatan salah satu obyek yang dinilai. Ketika merencanakan penilaian, guru memerlukan jaminan bahwa semua kegiatan telah berorientasi pada usaha untuk menyediakan informasi yang relevan dengan kompetensi dasar.. Mendidik; penilaian harus memberik sumbangan positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu penilaian harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil. Berorientasi pada kompetensi; penalaian harus menilai pencapaian kompetensi dasar yang dimaksud dalam kurikulum. Adil dan obyektif; penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan pencapaian hasil belajar. Obyektivitas penilaian tergantung dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk skoring dan pembuatan keputusan pencapaian hasil belajar. Suatu tugas harus adil dan obyektif untuk laki-laki dan perempuan, siswa dengan atar belakang budaya yang berbeda, menggunakan bahasa yang dapat dipahami serta mempunyai kriteria yang jelas dalam mebuat keputusan atau menerapkan angka atau nilai. Terbuka; kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Berkesinambungan; penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa. Hasil penilaian perlu dianalisis dan ditindaklanjuti. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Menyeluruh; oenilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakkup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian terhadap hasil belajar siswa meliputi aspek penegtahuan, sikap dan nilai danketerampilan, serta materi secara representatif sehingga hasilnya dapat diintegrasikan sengan baik. Bermakna; penilaian hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dankelemahan, minat, dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Secara khusus dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas senantiasa harus memegang prinsip-prinsip sebagai berikut: Apapun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui danpahami, serta mendemonstrasikan kemampuannya. Implikasi dari prinsip ini adalah sebagai berikut: pelaksanaan penilaian berbasis kelas hendaknya dalam suasana yang bersahabat dan tidak mengancam semua siswa mempunyai kesempatan dan perlakuan yang sama dalam menerima program pembelajaran sebelumnya yang sama dalam menerima program pembelajaran sebelumnya dan selama proses penilaian siswa memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam penilaian berbasis kelas kriteria untuk membuat keputusan atas hasil [enilaian berbasis kelas hendaknya disepakati dengan siswa dan orang tua/wali. Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian berbasis kelas dan pencatatan secara tepat. Implikasi dari prinsip ini adalah: prosedur penilaian berbasis kelas harus dapat diterima oleh guru dan dipahami secara jelas prosedur penilaian berbasis kelas dan catatan haria hasil belajar siswa hendaknya mudah dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar dan tidak harus mengambil waktu yang berlebihan catatan harian harus mudah dibuat, jelas, mudah dipahami, dan bermanfaat untuk perencanaan pembelajaran informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar siswa dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya penilaian pencapaian belajar siswa yang bersifat positif untuk pembelajaran selanjtunya perlu direncanakan oleh guru dan sisw klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga siswa mendapatkan bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan pencapaian belajar siswa penilaian semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran misalnya efektifitas kegiatan belajar mengajar dan kurikulum perlu dilaksanakan peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan membandingkan metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan pelaporan penampilan siswa kepada orang tua/wali dan atasannya (kepala sekolah, kepala dinas, dan instansi lain yang terkait) harus dlaksanakan. Sedangkan prinsip khusus dalam pelaksanaan penilaian PKn meliputi : Penilaian PKn lebih banyak untuk kepentingan siswa, dibandingkan untuk kepentingan guru. Maksud pernyataan ini adalah, bahwa dalam pelaksanaan penilaian di kelas, perhatian dan tekanan harus ditujukan untuk kepentingan siswa. Oleh karena itu pembuatan soal harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa, termasuk bahasa yang digunakan harus mempunyai keterbacaan, dalam arti bias dimengerti oleh siswa dan yang lebih penting pelaksaan penilaian harus dijadikan motivator oleh siswa untuk meningkatkan kualitas belajarnya. Hasil penilaian PKn bukan merupakan sesuatu yang final, akan tetapi hanya bersifat sementara Sebagaimana lajimnya dalam suatu pelaksanaan penilaian ada siswa yang telah siap benar-benar untuk melaksanakan penilaian, namun ada kalanya ada siswa yang karena sesuatu hal tidak siap, sehingga dapat dipastikan hasil yang diperolehnya tidak akan memuaskan. Oleh karena itu jangan sekali-kali setelah selesai melaksanakan pemeriksaan terhadap hasil penilaian, kemudian kita mendapatkan siswa yang nilanya kurang bagus, kemudian kita simpulkan, bahwa siswa tersebut anak bodoh. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) Penilaian otentik merupakan implikasi dari pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi terhadap pola penilaian hasil pembelajaran di persekolahan. Sekolah dalam hal ini guru dan kepala sekolah menjadi menjadi pengambil keputusan (decision making) dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran. Sekolah menyusun silabus yang menjamin terlaksananya proses pembelajaran yang terarah. Selain itu, sekolah melakukan continous-authentic assessment yang menjamin ketuntasan belajar dan pencapaian kompetensi oleh siswa Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Tujuan Penilaian otentik itu sendiri adalah untuk: (1) Menilai Kemampuan Individual melalui tugas tertentu; (2) Menentukan kebutuhan pembelajaran; (3) Membantu dan mendorong siswa; (4) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik; (5) Menentukan strategi pembelajaran; (6) Akuntabilitas lembaga; dan (7) Meningkatkan kualitas pendidikan. Prinsip dari penilaian otentik adalah sebagai berikut: Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan. Checking Up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran. Finding Out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan dan mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. Summing Up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. Beberapa karakteristik penilaian otentik adalah sebagai berikut: Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran, bukan terpisah dari proses pembelajaran Penilain mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata, tidak berdasarkan pada kondisi yang ada di sekolah Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaaman belajar Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (multi dominan). Pada pelaksanaannya penilaian otentik ini dapat menggunakan berbagai jenis penilaian di antaranya adalah: (1) Tes Standar Prestasi; (2) Tes Buatan Guru; (3) Catatan Kegiatan; (4) Catatan Anekdot; (5) Skala Sikap; (6) Catatan Tindakan; (7) Koleksi Pekerjaan; (8) Tugas individu; (9) Tugas kelompok atau kelas; (10) Diskusi; (11) Wawancara; (12) Catatan Pengamatan; (13) Peta Perilaku; (14) Portofolio; (15) Kuesioner; dan (16) Pengukuran Sosiometri. Manfaat Penilaian Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta unuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Dalam kerangka penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Lalu apa manfaat dari penilaian tersebut? Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya. Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas. Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. Lebih jauh lagi penilaian bermanfaat untuk: Diagnosis hasil belajar siswa; siswa yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan siswa normal dalam mencapai kemampuan dasar yang telah ditetapkan dalamkurikulum harus diberi bantuan untuk mencapai kemampuan dasar tersebut. Penilaian berguna untuk mendeteksi kebutuhan siswa yang membutuhkan bantuan remediasi atau pun pengayaan. Prediksi masa depan siswa; penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk mengetahui aspek-aspek mana siswa menonjol, berbakat, dengan melihat indikator keunggulannya. Kemajuan hasil belajar siswa dari guru mata pelajaran dikirim ke guru bimbingan dan penyuluhan untuk dianalisis leih lanjut bakat dan minatnya yang dapat dijadikan dasar untuk pengembngan siswa dalam meilih jenjang profesi/karir di masa depan. Seleksi dan sertifikasi; penilaian berguna sebagai dasar untuk penentuan promosi (kenaikan kelas) dan sertifikasi bagi siswa yang menamatkan pendidikannya. Penentuan promosi (kenaikan kelas) didasarkan pada kriteria kenaikan kelas. Komponen kreteria kenaikan kelas berdasarkan aspek ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Siswa yang dinyatakan naik kelas adalah siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memadai pada tingkatan kelas itu yang direfleksikan dalamkebiasaan berpikir dan bertindak setelah menyelesaikan aspek atau subaspek mata-mata pelajaran pada tingkatan kelas tertentu. Umpan balik kegiatan belajar mengajar dan kurikulum sekolah; penilaian berupa catatan kemajuan belajar siswa secara keseluruha dapat digunakan sebagai umpan balik bagi para guru untuk mengevaluasi program-program pembelajaran yang telah disusun dan direvisi untuk keperluan pembelajaran yang akan datang. Bagi sekolah atau penanggung jawab kurikulum, catatan kemajuan dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi kurikulum sekolah yang telah dilaksanakan dan menyempurnakannya agar lebih sesuai dengan kurikulum nasional dan aspirasi masyarakatnya. 7. Fungsi Penilaian A. Azis Wahab ( 1989 : 43-44 ) menyatakan, bahwa penilaian dalam PKn mempunyai fungsi sebagai berikut : Sebagai tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan atau kekurangan siswa, guru ataupun program pengajaran yang telah disampaikan dengan melalui kegiatan proses belajar mengajar. Mengacu kepada fungsi penilaian sebagaimana diuraikan tersebut jelas, bahwa pelaksanaan penilaian pertama-tama berfungsi sebagai tolok ukur untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Sudah barang tentu yang dijadikan indicator disini bukan hanya keberhasilan atau kegagalan siswa dilihat dari nilai yang diperolehnya. Tetapi juga sekaligus keberhasilan atau kegagalan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, apakah materi yang disampaikan bias dimengerti dan difahami oleh siswa atau sebaliknya, apakah penentuan metode, media dan pola evaluasi sudah tepat dengan misi dan tujuan bahan pelajaran yang disajikannya. Kesemuanya itu merupakan suatu sistem yang satu sama lain dsaling menunjang. Sebagai media klarifikasi, identifikasi serta penalaran diri, nilai, moral dan masalah. Penilaian juga berfungsi sebagai media klarifikasi, identifikasi serta penalaran diri, nilai, moral dan masalah. Jadi melalui pelaksanaan evaluasi PPKn, guru dapat mengklarifikasi dan mengidentifikasi berbagai nilai moral yang menjadi pesan pokok bahasan tersebut. Sebagai media edukasi ( re-edukasi ) nilai-nilai moral Fungsi ketiga dari pelaksanaan penilaian adalah sebagai media reedukasi nilai-nilai moral, dalam arti guru dapat melakukan penanaman kembali nilai moral apa yang belum difahami oleh siswa. 8. Bentuk dan Jenis Penilaian Berbasis Kelas Penilaian dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi dilakukan melalui penilaian berbasis kelas. Sebagaimana halnya penilaian pada umumnya, penilaian berbasis kelas termasuk di dalamnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai meliputi tiga ranah yakni kognitif, afeksi dan psikomotor. Oleh karena ketiga ranah tersebut tidak dapat diukur oleh satu bentuk penilaian saja, maka dalam hal ini berbagai bentuk penilaian dapat dikembangkan. Bukankah anda sudah mengetahuai secara garis besar bentuk penilaian yang dapat dilaksanakan di kelas? Ya, pengumpulan informasi prestasi atau kemajuan belajar siswa dapat dilakukan melalui tes maupun non-tes. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, rangkaian penilaian ini seyogiayanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain keunggulan. Jika kita hanya menggunakan salah satu bentuk saja, maka dikhawatirkan tidak memperoleh informasi yang komprehensif mengenai pencapaian kompetensi. Dengan demikian, semakin banyak teknik pengumpulan informasi dan pengukuran yang dilakukan oleh seorang guru, maka diharapkan akan semakin obyektif dalam melaksanakan penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa. Secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Ikhtisar Teknik Pengumpulan Informasi (Puskur Balitbang, 2002) Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : Penilaian Bentuk Tes Tes Tertulis (Paper and Penci testl) Penilaian berbentuk tes uraian ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat kompleks. Tes tertulis biasanya dilaksanakan secara kelompok dengan mengambil tempat di suatu ruangan tertentu. Guru dalam hal ini berperan sebagai penyusun tes, pelaksana ujian, pengawas, korektor, pengolah hasil dan sekaligus penentu keputusan. Biasanya dalam pelaksanaan bentuk tertulis ini siswa lebih tenang dan yakin, karena merasa tidak berhadapan atau tidak ditanya secara langsung oleh guru penguji yang bersangkutan. Keuntungan lain dalam tes tertulis ini adalah penilaian dapat lebih bersifat obyektif karena tulisan merupakan bukti otentik yang dapat dijamin akuntabilitasnya. Dalam unjian tertulis dapat digunakan soal-soal berbentuk essai, obyektif, atau gabungan di antara keduanya. Terdiri atas uraian terbatas dan bebas. Nitko (1996) mengatakan bahwa tes uraian terbatas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan: menjelaskan hubungan sebab akibat melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat merumuskan asumsi-asumsi yang tepat melukiskan keterbatasan-keterbatasan data merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat menjelaskan metoda dan prosedur dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa untuk melengkapi jawabannya. Tes uraian bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang bersifat kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan: menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi Merekayasa bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah eksperimen mengevaluasi nilai suatu ide Tes tertulis yang lainnya adalah berupa tes tertulis obyektif yang terdiri atas pilihan ganda, benas-salah, menjodohkan, dan isian singkat. Tes obyektif tepat digunakan untuk menilai hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta, memahami hubungan antara dua hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Pro dan kontra terhadap tes bentuk obyektif sangat menonjol beberapa tahun terakhir ini. Sebagian bahkan menuduh bahwa tes ini menjadi biang keladi rendahnya mutu pendidikan kita. Namun demikian, tes ini lebih praktis dan dapat digunakan untuk jumlah peserta didik yang cukup besar, serta mutunya dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan dari bentuk tes obyektif, seperti halnya dengan bentuk dan jenis tes lainnya. Beberpa kelemahan tes obyektif antara lain adalah: Pada umumnya soal tes obyektif hanya tepat digunakan untuk menilai kemampuan-kemampuan mengingat kembali, mengenal kembali, mengasosiasikan antara dua hal, memahami hubungan, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Soal tes bentuk obyektif dapat membuat siswa tidak terbiasa mengemukakan ide secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Kemungkinan untuk menebak besar sekali dan sukar untuk dilacak. Proses berpikir siswa tidak daapt diikuti sebab yang dilihat hanyalah pilihan-pilihan jawaban yang dipilih. Memungkinkan saling menyontek dengan mudah. Hal ini disebabkan jawaban siswa hanya berupa lingkaran, silang atau penghitaman atas huruf-huruf yang terletak di depan alternatif-alternatif jawaban. Sementara itu beberapa keunggulan dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut: Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa sudah pasti seperti memilikih, menjodohkan, mengisi, atau memberikan jawaban singkat, Dalamhal ini petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan siswa dan bagaimana cara melakukannya juga sudah diberikan secara khusus tertulis. Jumlah soal cukup besar sehingga dapat mewakili semua kompetensi yang diukur. Hal yang demikian sangat mungkin karena dalam menjawab soal tes bentuk obyektif ini dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah dari pada soal-soal bentuk uraian. Kunci jawaban dapat dipersiapkan secara pasti dengan soal-soal yang disusun secara sistematis. Di samping pasti juga kunci jawaban tersebut bersifat mutal, sehingga hasil nya dapat dikoreksi oleh siapa pun asal kunci jawabannya disiapkan terlebih dahulu. Tidak ada kemungkinan bagi siswa untuk mengemukakan hal-hal yang tidak relevan dengan persoalannya karena tugas siswa dalam hal ini sudah jelas. Tes Perbuatan (Performance test) Penilaian Perbuatan atau Performance assessment adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku yang diharapkan muncul dalam diri siswa (keterampilan). Alat yang dipergunakan adalah Lembar Pengamatan. Tes perbuatan dapat dipergunakan untuk menilai mutu suatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakan, keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan sesuatu pekerjaan, dan mengidentifikasikan bagian-bagian sesuatu piranti, mesin mobil misalnya. Dengan kata lain, tes perbuatan ini tepat dipergunakan untuk mengevaluasi perilaku seseorang atau sekelompok orang. Penilaian pada tes perbuatan ini seyogianya dilakukan sejak persiapan, proses sampai pada produk. Manfaat ujian tindakan ini adalah untuk memperbaiki kemampuan siswa. Hal ini dosebabkan secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa dapat diamati, terukur, dan dapat dijadikan dasar untuk praktek selanjutnya. Tak ubahnya dengan bentuk ujian yang lain maka ujian tindakan juga mempunyai keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan. Keunggulankeunggulannya adalah sebagai berikut : Salah satu perwujudan hasil belajar adalah terampil melakukan suatu pekerjaan. Sebagai contohnya misalnya, terampil mengemukakan pendapat, terampil membuat diagram, terampil membuat peta, dan sejenisnya. Keterampilan-keterampilan seperti itu tidak dapat dinilai dengan tes yang lainnya kecuali dengan tes perbuatan. Tes perbuatan dapat digunakan untuk mencocokan kesesuaian antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktek sehingga informasi penilaian menjadi lengkap. Dalam pelaksanaan tes perbuatan tidak ada peluang untuk menyontek oleh karena tes tersebut dilakukan secara langsung dan individual walaupun mungkin pelaksanaannya secara kelompok. Keunggulan ini tentu tidak akan terjadi apabila yang dinilai produknya saja tetapi prosesnya tidak diamati atau dinilai. Sekiranya hal yang seperti itu terjadi maka tes tersebut tak pantas lagi dinamakan sebagai tes tindakan atau perbuatan. Dengan ujian tindakan guru dapat mengenal lebih dalam lagi tentang karakteristik-karateristik masing-masing siswa, hal itu sangat penting untuk dijadikan dasar tindak lanjut dari evaluasi hasil belajar, untuk memberikan pengajaran remidial misalnya. Selain memiliki beberapa keunggulan, tes perbuatan memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut: Tes perbuatan dapat memakan waktu yang lama, biaya yang besar, dan membosankan. Jika Tes perbuatan itu susah menjadi sesuatu yang rutin maka ia tidak mempunyai arti apa-apa lagi. Tes perbuatan itu harus dilakukan secara penuh dan lengkap. Artinya, bahwa sarana perlengkapan, sarana waktu, sarana biaya, dan persyaratan penguji harus dipenuhi sebagaimana seharusnya. Kalau karena satu dan lain sarana-sarana dan syarat ujian tindakan tersebut dikurangi, disederhanakan, atau dirubah, maka hasilnya sukar untuk dipertanggungjawabkan oleh karena mungkin sama dengan ‘bohong’. Keterampilan yang dinilai melalui tes tindakan mungkin sekali belum sebanding mutunya dengan keterampilan yang dituntut oleh lapangan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu lebih cepat dari pada apa yang dapat diberikan di sekolah. c. Tes Lisan Untuk apa kita mengadakan penilaian dengan menggunakan tes lisan? Penilaian berbentuk lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar dalam bentuk kemampuan mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapat secara lisan. Bagi bidang-bidang studi yang menuntut ketrampilan-keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain, seperti Pengetahuan Sosial misalnya, tes lisan masih memiliki kedudukan yang cukup penting. Untuk melaksanakan tes lisan diperlukan alat-alat tes berupa soal-soal lisan. Tes lisan jika disusun dengan baik maka ia tidak hanya dapat berfungsi sebagai alat evaluasi belajar akan tetapi dapat juga berfungsi sebagai alat bantu mengajar. Sebagai alat evaluasi hasil belajar soal-soal tes lisan itu biasanya berbentuk uraian. Bagaimana tipe penilaian tes lisan? Bukankah kita pernah mengalaminya? Pada umumnya tes lisan memerlukan jawaban yang harus dijawab secara lisan pula, bukankan demikian? Tetapi ternyata ada pula pertanyaan lisan yang harus dijawab secara tertulis, seperti misalnya dikte dan mencongkak. Jadi dalam hal ini kita sebagai guru bisa memilih sesuai dengan kepentingan dan tujuan penilaian itu sendiri. Penilaian Non Tes Tes merupakan salah satu bentuk pengukuran, karena hasil tes selalu dapat dinyatakan dengan angka/skala. Pengukuran dapat juga dilakukan dengan teknik non-tes, bila teknik non-tes itu menghasilkan skor berupa angka/skala. Sebagai instrumen yang dapat mengggali data non-kognitif, teknik dan alat non-tes sangat diperlukan untuk pelengkap dalam upaya menilai perkembangan siswa secara keseluruhan. Beberapa teknik non-tes dapat dipergunakan oleh para guru agar dapat melakukan evaluasi lebih obyektif dan adil. Guru perlu memiliki keterampilan menggunakan teknik-non-tes, di samping kemampuan dalam teknik tes. Pengetahuan tentang teknik non-tes dalam evaluasi memungkinkan guru memiliki wawasan yang lebih luas, sehingga hasil belajar tidak hanya diketahui lewat tes/ulangan saja. Dan yang dievaluasi tidak hanya penguasaan bahan pelajaran saja. Sebagian guru tentu sudah melakukan evaluasi non-tes, diharapkan lebih banyak guru yang menggunakan teknik ini secara terarah dan efektif. Bagi yang belum melakukan, sebaiknya mau mencoba dan melihat manfaatnya. Teknik dan alat non-tes antara lain: (1) observasi, (2) catatan kejadian, (3) angket atau daftar isian, (4) wawancara/interviu, (4) daftar cek, atau skala-pilihan, (5) sosiometri, (6) kumpulan catatan pribadi peserta didik, dan (7) studi kasus. Observasi Teknik ini baik untuk mengevaluasi hasil belajar aspek psikomotor, misalnya dalam praktek keterampilan, diskusi, bermain, atletik, dan lainlain. Beberapa sifat kadang-kadang hanya dapat dievaluasi dengan observasi, seperti: sifat menyendiri, ulet, rajin, agresif, kepemimpinan, kegotongroyongan. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya : Dilakukan dengan tujuan yang jelas dan direncanakan sebelumnya. Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala, atau modelmodel pencatatan lainnya. Pencatatan dilakukan selekas mungkin tanpa diketahui oleh peserta didik yang diobservasi. Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilaksanakan seluruhnya. Kuesioner Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi hal-hal yang bersifat umum di kalangan peserta didik. Antara lain: identitas peserta didik selengkapnya, keadaan sosial ekonomi orang tuanya, minat-minatnya, pendapatnya dalam beberapa hal, dan untuk melihat kecenderungan peserta didik pada suatu saat. Agar efektif teknik angket hendaknya: Dilaksanakan dengan tujuan dan program yang jelas Isinya tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Bahasanya sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan peserta didik. Penarikan kesimpulan harus hati-hati, bila perlu dengan pengecekan terlebih dahulu. Wawancara Wawancara tidak berbeda jauh dengan angket. Hanya di sini pertanyaan dijawab langsung oleh peserta didik yang bersangkutan, sehingga terjadi hubungan timbal balik. Perbedaan wawancara dengan ujian lisan terletak pada jawaban yang diinginkan. Pada ujian lisan, informasi yang digali adalah kemampuan dalam bidang yang diujikan, lalu dinyatakan benar atau salah atau keputusan lulus dan tidak lulus. Sedang pada wawancara, informasi yang digali meliputi berbagai aspek yang menggambarkan keadaan siswa saat itu. Jadi, bukan semata-mata untuk memberi nilai atau untuk menetapkan lulus dan tidak lulus. Wawancara hampir sama dengan angket, jawaban peserta didik berupa informasi tentang dirinya maupun orang lain yang bersangkutan. Pedoman wawancara sebaiknya disusun dalam bentuk pertanyaan, isian, daftar cek, maupun skala-pilihan. Cara pencatatan hasil wawancara juga perlu dirancang sebelum pelaksanaan wawancara. Daftar Cek Daftar cek lebih menunjukkan sebagai alat dari pada sebagai teknik evaluasi. Dapat digunakan dalam observasi, wawancara, maupun dalam angket. Daftar cek adalah daftar aktivitas, sifat-sifat, masalah, jenis kesukaan, dan lain-lain. Di depan setiap butir disediakan kolom cek (....) yang diisi oleh peserta didik bersangkutan, atau oleh guru, tergantung pada tujuannya. Kegunaannya adalah untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, trait, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Serta sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar baik yang berupa produk maupun proses yang dapat dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil. Selain itu keuntungan daftar cek adalah sangat fleksibel untuk mencek kemampuan semua jenis dan tingkat hasil belajar serta berbagai jenis mata pelajaran. Daftar cek makin besar manfaatnya bila disusun dengan komponen yang lengkap dan utuh, baik komponen yang penting maupun yang remeh (trivial). Skala-pilihan Skala-pilihan (rating scales) sifatnya hampir sama dengan daftar cek. Pada daftar cek hanya ada 2 alternatif (ya atau tidak, memberi tanda atau mengosongkan), sedang pada skala disediakan 3, 4, atau 5 pilihan. Skalapilihan dapat digunakan untuk: observasi, wawancara, angket, juga untuk mengukur sikap, kebiasaan, ataupun minat. Dikenal ada beberapa konstruksi skala sikap, yaitu; skala Likert, skala Thurstone dan skala Guttmann. Di dalam pendidikan nilai khususnya, skala sikap yang sering dipergunakan adalah skala sikap Likert. Demikian halnya untuk kepentingan evaluasi sikap di sekolah dasar juga menggunakan skala sikap model Likert. Oleh karena itu penjelasan hanya difokuskan pada uraian akan penggunaan skala sikap Likert dalam evaluasi hasil belajar. Studi Kasus Studi kasus kadang-kadang diperlukan untuk mempelajari peserta didik yang bertingkah laku ekstrim. Misalnya peserta didik yang agresif luar biasa, terlibat peristiwa khusus, atau peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang serius. Dilakukan oleh staf BK dan hasilnya dirapatkan di antara staf sekolah. Di sekolah menengah studi kasus dilakukan terhadap siswa yang bertingkah ekstrim, mengganggu, atau perlu bantuan khusus. Portofolio Pendekatan penilaian portofolio berbeda dengan pendekatan penilaian yang lain. Pendekatan penilaian portofolio adalah suatu penilaian yang bertujuan mengukur sejauhmana kemampuan siswa dalam mengkonstruksi dan merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya dengan mengoleksi atau mengumpulkan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dikonstruksi oleh siswa, sehingga hasil konstruksi tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja siswa atau digunakan untuk menilai kinerja. Secara operasional, penilaian portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan siswa dalam kurun waktu tertentu (Popham, 1994). Dalam sistem penilaian portofolio, guru membuat file untuk masingmasing siswa, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selama mengikuti proses pendidikan. Selain dapat digunakan untuk memantau perkembangan siswa dan mendiagnosa kesulitan belajar mereka, penilaian portofolio juga banyak memiliki keunggulan lain. Sistem penilaian ini sangat bermanfaat bagi guru untuk mengevaluasi kebutuhan (need), minat (interest), kemampuan akademik (abilities), dan karakteristik siswa secara individual. Hal tersebut penting karena seharusnya dalam suatu sistem atau cara evaluasi, eksistensi siswa secara individual tidak boleh dieliminasikan sebagaimana yang sering terjadi dalam tes standar, seperti ebtanas. 9. Pengembangan Instrumen Penilaian Pendidikan Kewarganegaraan Menyusun Penilaian Tes Sebagaimana dinyatakan pada bagian terdahulu, terutama yang berkenaan dengan pengertian penilaian, yaitu berupa serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data yang akan diolah dengan cara-cara tertentu sebagai bahan informasi guna pengambilan keputusan yang akan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Konsekwensinya dalam merumuskan soal-soal sebelumnya guru harus mengkaji langkah-langkahnya terlebih dahulu. Adapun langkah-langkah dalam perumusan soal sebagaimana dinyatakan oleh h A. Azis Wahab ( 1989 : 115127 ) pada intinya sbb : Analisis terhadap kurikulum, Kegiatan analisis terhadap kurikulum dilakjukan oleh guru untuk mencari pokok bahasan/sub pokok bahasan/topik mana saja yang akan dievaluasikan. Dengan demikian guru akan dapat melaksanakan salah satu prinsip evaluasi, yaitu representatif. Analisis terhadap Buku Paket/Buku Teks/Buku Ilmiah lainnya, Melakukan suatu analisis terhadap sumber-sumber yang digunakan, apakah dalam bentuk Buku Paket; Buku teks ataupun Buku-Buku ilmiah lainnya tiada lain adalah untuk mencari materi yang akan dikembangkan dalam soal-soal. Sudah barang tentu materi yang dikembangkan di sini harus sesuai dengan Kompetensi Dasar atau topik bahasan yang telah diseleksi dari hasil analisis kurikulum. Menentukan target nilai, Penentuan target nilai atau indikator apa yang akan dievaluasi merupakan suatu langkah yang strategis dan mutlak harus dilakukan guru. Hal ini dilakukan agar alat penilaian yang digunakan benar-benar mempunyai tingkat validitas yang tinggi artinya kalau hendak mengukur pengetahuan ( civic intellegence ) digunakan tes, namun sebaliknya bila yang hendak diukur adalah aspek sikap ( civic responsibility dan civic participation ), digunakan non tes. Mengembangkan indikator Salah satu tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran atau untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu soal-soal yang dikembangkan guru hendaknya mengacu kepada rumusan tujuan pembelajaran khusus. Mengembangkan kisi-kisi Kisi-kisi mempunyai fungsi untuk mengarahkan pembuat soal dalam mengembangkan soal-soal yang hendak diujikan. Hal ini dikarenakan dalam kisi-kisi secara umutm termuat hal-hal sebagai berikut : Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan yang akan dievaluasikan; Derajat Kesukaran, dalam arti apakah soal yang dikembangkan tersebut termasuk mudah, sedang atau sukar; Aspek yang akan dievaluasi, apakah mengenai pengetahuan ( C1, C2, C3, C4, C5 dan C6 ), sikap ( A1, A2, A3, A4, dan A5 ) atau keterampilan ( P1,P2,P3,P4 dan P5 ); Selain itu dalam kisi-kisi termuat juga mengenai jenis soal apa yang hendak dievalusikan serta bobot persentase dari masing-masing aspek tersebut. Dengan demikian apabila soal-soal yang dikembangkan tersebut mengacu kepada kisi-kisi, maka soal yang dihasilkannya jauh akan lebih baik sesuai dengan target harapan yang direncanakan. Mengembangkan Butir Soal Dengan mengacu kepada rambu-rambu yang telah dikembangkan dalam kisikisi, pembuat soal mengembangkan soal-soal tersebut. Melakukan uji coba soal Soal-soal yang telah dirakit, terutama bila keperluan soal itu untuk tes standar yang akan digunakan dalam lingkup yang luas, maka sebelum soal itu benar-benar dirakit harus dilakukan uji coba untuk melihat tingkat reliabilitas dan validitas soal tersebut. Mengadakan revisi terhadap soal yang telah diujicobakan Hasil uji coba terhadap soal-soal yang dikembangkan, terutama bila dijumpai hal-hal yang kurang bagus, baik dalam rumusan stem, option ataupun struktur soal, maka harus dilakukan revisi sesuai dengan kelamahan tersebut. Merakit soal yang siap pakai. Sedangkan untuk soal buatan guru yang digunakan sehari-hari di sekolah, langkah-langkah yang dikembangkan meliputi analisis kurikulum, analisis buku paket, penentuan target harapan, pengembangan TIK, pengembangan kisi-kisi dan perumusan soal-soal yang akan dievaluasikan. Menyusun Tes Tertulis 1) Uraian Seperti pada tes lain, untuk mendapatkan soal tes uraian yang baik, perlu direncanakan secara matang. Paling tidak si penyusun soal harus memahami atau mengingat kembali prinsip-prinsip penilaian, dan mengingat kembali prosedur pengembangan tes secara umum. Secara umum perencanaan itu mencakup: Merumuskan tujuan tes, untuk apa tes itu dilakukan. Mengkaji/menganalisis kurikulum: kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Membuat kisi-kisi Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain) Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan adanya batasan ruang lingkup, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari, serta dapat mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penyekoran. Karena itu kaidah umum yang terpenting dalam menulis soal bentuk uraian adalah, segera tulis kunci jawaban atau pokok-pokok jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa beserta kriteria atau rentang skor yang mungkin diberikan, begitu selesai menulis soal. Kaidah khusus penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut: Materi: Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi. Artinya soal harus menyatakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkat kelas. Konstruksi: Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai; seperti : mengapa, uraikan, jelaskan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah, dsb. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, dimana, kapan. Demikian juga kalimat tanya yang menuntut jawaban “ya” atau “tidak”, jangan digunakan. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. Buatlah pedoman penyekoran segera setelah soal selesai ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya, besarnya skor bagi setiap komponen, serta rentang skor yang dapat diperoleh untuk soal yang bersangkutan. Hal-hal lain yang menyertai soal (grafik, tabel, gambar, peta, atau yang sejenisnya) harus jelas dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Bahasa: Rumusan kalimat soal harus komunikatif, yaitu menggunakan bahasa yang sederhana, dan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal siswa, serta baik dari segi kaidah bahasa Indonesia. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran yang berbeda (salah pengertian). Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal peserta berasal dari berbagai daerah. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan testee. Untuk memastikan apakah soal itu sesuai dengan aturan atau tidak, gunakan kartu telaah berikut untuk menelaah setiap soal. Tabel 1. Kartu Telaah Soal Uraian NOMOR SOAL : PERANGKAT : No ASPEK YANG DITELAAH YA TIDAK A. MATERI 1 Soal sesuai dengan indikator 2 Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas 3 Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran 4 Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas B. KONSTRUKSI 5 Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai 6 Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal 7 Ada pedoman penskoran 8 Gambar, Grafik, tabel, diagram dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca C. BAHASA 9 Rumusan kalimat soal komunikatif 10 Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar 11 Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian 12 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat 13 Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa Catatan: Obyektif Tes bentuk obyektif tepat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta, memahami hubungan antara dua hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsipprinsip. Kriteria tes obyektif yang baik harus memiliki dan memenuhi syarat-syarat seperti berikut: Memiliki validitas yang tinggi. Artinya mampu mengungkapkan aspek hasil belajar tertentu secara tepat. Misalnya dalam mengukur pencapaian kompetensi dasar yang berkaitan dengan kemampuan mendeskripsikan proses sosialisasi, harus mampu mengungkap secara tepat tentang kemampuan murid dalam mendeskripsikan proses tersebut. Memiliki reliabilitas yang tinggi, artinya mampu memberikan gambaran yang relatif tetap dan konsisten tentang kemampuan yang dimiliki seorang peserta didik. Suatu tes yang hasilnya tidak konsisten (dapat berubah dari waktu ke waktu, atau berubah dari satu siswa ke siswa lainnya) akan menimbulkan kesalahan atau bias dalam penarikan kesimpulan hasil penilaian. Seperti meteran yang terbuat dari karet, tidak konsisten untuk mengukur panjang. Menggunakan alat ukur panjang yang terbuat dari karet sangat menyesatkan! Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai. Artinya tiap butir dalam tes itu dapat membedakan peserta didik yang belajar/menguasai bahan dan peserta didik yang kurang menguasai bahan. Tes yang buruk bisa sebaliknya, anak yang kurang menguasai dapat nilai tinggi dan anak yang mampu/mengusai bahan justru dapat nilai rendah. Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30% mudah 50% sedang dan 20% sukar. Mudah diadministrasikan, artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang bagaimana cara pelaksanaannya, cara mengerjakannya, dan cara mengoreksinya. Memiliki norma atau patokan penafsiran data. Apakah norma mutlak (ditentukan sebelum ada skor) ataukah norma relatif (ditentukan setelah pemberian skor). Pilihan Ganda Pilihan ganda merupakan salah satu bentuk soal tes obyektif yang paling populer dan luwes karena dapat digunakan untuk mengukur berbagai tataran pengetahuan. Ada 5 (lima) ragam soal pilihan ganda yakni: (1) melengkapi pilihan (bentuk biasa/asli), (2) hubungan antar soal atau hubungan sebab akbiat, (3) tinjauan kasus, (4) asosiasi pilihan ganda atau pilihan ganda bertingkat, dan (5) membaca diagram. Penggunaan kelima ragam itu memungkinkan soal pilihan ganda dapat mengukur aspek kognitif tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi). Melengkapi/menjawab Pokok Soal dengan 4-5 Pilihan. Ragam ini paling banyak digunakan. Pokok soal dapat berupa pertanyaan atau kalimat yang belum selesai. Kekeliruan penggunaan ragam ini umumnya pada segi kaidah bahasa dan penempatan pilihan (option). Contoh dari bentuk pilihan ganda ini antara lain: Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka.Pernyataan tersebut terdapat dalam…. Pembukaan UUD 1945 Batang Tubuh UUD 1945 Peraturan Peralihan UUD 1945 Penjelasan Umum UUD 1945 Lembaga yang mengesahkan UUD 1945 untuk pertama kalinya adalah…. MPR Konstituante BPUPKI PPKI Hubungan sebab-akibat atau hubungan antar hal Soal dengan ragam ini terdiri atas dua pernyataan yang dihubungkan oleh kata ‘sebab’. Kedua pernyataan tersebut dapat benar atau salah, dapat memiliki hubungan atau tidak. Ragam ini cenderung sulit atau sangat sulit, lebih-lebih di SMP Oleh sebab itu kepada siswa perlu diperkenalkan dengan baik, dilatihkan, dan para guru membiasakan penggunaan ragam ini walau hanya 2-3 soal dalam satu tes. Rumusan kalimat tentang petunjuk penyerjaannya adalah sebagai berikut: Pilihlah: jika kedua pernyataan betul dan mempunyai hubungan sebab akibat jika kedua pernyataan betul tapi tidak mempunyai hubungan sebab akibat. Jika salah satu dari kedua pernyataan salah Jika kedua pernyataan salah Contoh: Pemilihan Umum pertama di Indonesia pada tahun 1955 merupakan pemilihan umum yang paling demokratis sepanjang sejarah penyelengaraan Pemilu di Indonesia SEBAB Pemilau tahun 1955 melahirkan tiga partai politik besar yaitu PNI, Masyumi, dan Partai Komunis Indonesia. Sistem perekonomian pasar bebas bersumber dari perekonomian liberal SEBAB Ciri perekonomian liberal adalah alat-alat produksi bebas dimiliki dan digunakan oleh warga negara Tinjauan kasus. Bentuk ragam tinjauan kasus sama dengan ragam butir 1 (melengkapi atau menjawab pertanyaan), hanya isi yang terkandung dalam pokok soal berupa kasus. Peristiwa khusus, hasil kerja di laboratorium, atau kejadian di sekitar kita dapat dijadikan kasus. Bentuk ini sangat bagus untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Perumusan butirbutir soal juga disediakan teks yang harus dibaca terlebih dahulu sebelum siswa mengerjakan soal. Contoh: Pertanyaan Soal: Departemen yang paling bertanggung jawab dalam menangani hal-hal sebagaimana yang tersirat dalam bacaan di atas adalah departemen … Pertanian Perdagangan dan Energi Perdagangan dan Industri Eksplorasi Kelautan Jika wilayah potensi ikan di Perairan Nusantara dan Laut Wilayah per-km2 adalah 1,25 kali potensi ikan wilayah ZEE, maka potensi ikan di perairan nusantara dan laut wilayah adalah sebesar …. a. 3 juta ton per-tahun 3,8 juta ton per-tahun 4 juta ton per-tahun 4,2 juta ton per-tahun Jika populasi penduduk Indonesia adalah 200 juta dan konsumsi ikan adalah 16,75 kg-per-kapita per-tahun, maka itu berarti bahwa potensi ikan di Indonesia yang telah dikonsumsi penduduk baru sebesar … 60% 50%5 5% 45% (4) Asosiasi Pilihan Ganda Soal dengan ragam asosiasi mengharuskan siswa berpikir lebih komprehensif sebab pilihan jawaban yang benar bisa 3, 2, 1 atau semua salah. Di SMP, soal dengan 4 pilihan adalah: Jika (1), (2), dan (3) betul; Jika (1) dan (3) betul; Jika (2) dan (4) betul; Jika hanya (4) yang betul. Contoh: Negara Republik Indonesia Serikat dan Konstitusi Republik Indonesia Serikat adalah konsekuensi dari .... Perjanjian Renville Perjanjian Lingarjati Perjanjian Roem Royen Konferensi Meja Bundar (KMB) Meskipun masyarakat Bali mayoritas beragama Hindu, namun mereka tidak mudah melepaskan kepercayaan asli yang telah ada sebelumnya. Hal ini daapt dilihat dari .... adanya kepercayaan pada Dewa Pancering Jagad bangunan pura tindakan mengkeramatkan benda-benda prasejarah kepercayaan kepada Dewa Trimurti Benar-Salah (B-S) Bentuk tes B-S tepat digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasikan kebenaran pernyataan fakta, pernyataan prinsipprinsip, dan sejenisnya. Dalam hal ini siswa mengisi B jika memang pernyataan yang diajukan benar, dan menjawab S jika pernyataan salah. Contoh: B-S Minyak bumi adalah sumber daya yang dapat diperbaharui B-S Bangsa Amerika menjadi bangkit dan mengumumkan perang kepada bangsa Jepang karena Jepang telah membom Pearl Harbour B-S Untuk pulau Jawa, bulan Desember merupakan salah satu dari bulanbulan musim pengujan. Jawaban Singkat Tes bentuk jawaban singkat merupakan tes bentuk melengkapi yang dapat dijawab dengan satu kata, bagian kalimat, angka, atau simbol. Pada penyajiannya dapat berbentuk pertanyaan atau isian dalam arti kalimat tidak lengkap. Bentuk tes ini sangat cocok untuk mengukur hasil belajar yang relatif sederhana. Contoh: Jawaban singkat : Di manakah letak ibu kota Indonesia? Isian: Ibu kota Indonesia terletak di kota ..... Menjodohkan Tes bentuk ini tepat untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi hubungan antara dua hal atau lebih. Butir soal bentuk menjodohkan ini terdiri atas dua bagian, yaitu yang dijodohkan dan bagian yang dijodohi. Contoh 1: Petunjuk: Masukan huruf yang ada di muka kolom 1 ke dalam titik-titik pada kolom 2 yang merupakan pasangannya. Terdapat lebih banyak huruf pada kolom 1 daripada titik-titik pada kolom 2. KOLOM 1 KOLOM 2 A. James Watt B. Robert Stephenson C. Samuel Crompton D. Thomas Telford E. Samuel Coke ...... menemukan mesin uap ...... mengembangkan cara baru pem buatan jalan raya ...... membangun mesin kereta api yang pertama Menyusun Tes Lisan Dalam mengembangkan tes lisan ini pada dasarnya sama dengan tes turaian. Perbedaannya selain dalam pelaksanaannya, juga keragaman dari soal yang diberikan kepada siswa. Pada tes uraian satu format soal dapat diberikan pada satu kelas siswa, sementara pada tes lisan sat format soal hanya dapat diberikan pada seorang atau paling banyak tiga orang siswa saja. Hal ini dilakukan untuk menghindari siswa berikutnya dapat menebak soal yang akan diberikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun soal tes lisan adalah sebagai berikut: Buatlah format soal dengan beberapa kemungkinan jawaban serta bobot skornya. Sebaga contoh dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 2. Format Soal Tes Lisan NO. PERTANYAAN KEMUNGKINAN JAWABAN SKOR 1. 2. Siapkan siapkan beberapa format soal yang paralel untuk beberapa orang siswa, kalau pun sama hanya diperuntukan maksimal tiga orang siswa saja. Untuk memenuhi persyaratan paralel, maka setiap format soal harus memiliki isi, derajat kesukaran, dan waktu untuk menjawab yang sama. Dalam mengajukan pertanyaan, penguji dapat melakukan pendalaman untuk mengetahui tingkat penguasaan yang sebenarnya. Menyusun Tes Perbuatan Ujian tindakan dapat digunakan untuk menilai mutu suatu pekerjaan yang telah selesai di kerjakan, keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan, dan mengidentifikasi suatu piranti, mesin mobil misalnya. Singkatnya, ujian tindakan tepat dipergunakan untuk mengevaluasi perilaku seseorang atau sekelompok orang. Yang dievaluasi dapat prosesnya, produknya, atau keduanya. Tes perbuatan ini sama pentingnya sebagai tes obyektif kalau tidak dapat dikatakan lebih, dalam menilai hasil pendidikan moral. Tes perbuatan dapat diberikan baik dalam situasi yang dimanipulasi maupun dalam situasi yang sebenarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh tes perbuatan sebagaimana dinyatakan oleh A.Azis Wahab ( 1989 : 147 – 148 ) yang mungkin dapat digunakan dalam menilai pertumbuhan ke arah tujuan-tujuan yang telah dipilih : Laksanakan sebuah karya wisata untuk mengamati apakah siswa : melapor tepat pada waktunya menunggu giliran pada saat mereka naik dan turun dari bus tidak memetik bunga atau buah di taman tidak melakukan aksi corat-coret atau menuliskan identitas (nama dan sekolah) di tempat yang dilarang menghindari membuang sampah di sembarang tempat mematuhi peraturan-peraturan, hukum, tata tertib dan perintah Meminta siswa untuk berpartisipasi dalam permainan yang sifatnya bersaing /pertandingan untuk melihat siapa di antara mereka yang : bermain secara jujur mematuhi peraturan, ketentuan dan perintah uyang diberikan bertaruh mengucapkan kata-kata makian bila kesakitan Meminta kepada siswa untuk melaporkan apa yang mereka lakukan selama seminggu sehingga diketahui sispa yang : mengikuti jadwal kegiatan sehari-hari yang sudah ditetapkan melakukan sesuatu secara sistematik melakukan tugas-tugas sebelum beristirahat memahami peraturan,ketentuan dan perintah Melaksanakan beberapa permainan rekrasi termasuk beberapa bentuk dari pada kesempatan untuk menetapkan siapa yang : dapat bermain kartu, rolet atau permainan kemungkinan merasa sedih bila kalah mematuhi peraturan,ketentuan dan perintah mengucapkan kata-kata yang tidak pantas kepada teman Untuk kepentingan pelaksanaan tes perbuatan atau tes tindakan dapat digunakan format sebagai berikut : Guru memeriksa /memberi tanda cek ( V ) berdasarkan perilaku siswa pada format penilaian yang sudah disiapkan. Salah satu contoh format penilaian tersebut adalah sebagai berikut : FORMAT PENILAIAN JENIS EVALUASI TINDAKAN BENTUK PERILAKU SISWA MELAPORKAN TEPAT PADA WAKTUNYA MENUNGGU GILIRAN SA AT NAIK & TURUN BUS TIDAK ME METIK BU NGA&BUAH DI TAMAN TDK MEMBU ANG SAM PAH SEMBA RANGAN MEMATUHI PER & KETEN SERTA PERINTAH A B C D Model A.Azis Wahab, dalam Modul UT No.5 Tahun 1999 Mengembangkan Penilaian Non Tes Skala Sikap Dikenal ada beberapa konstruksi skala sikap, yaitu; skala Likert, skala Thurstone dan skala Guttmann. Di dalam pendidikan nilai khususnya, skala sikap yang sering dipergunakan adalah skala sikap Likert. Demikian halnya untuk kepentingan evaluasi sikap di sekolah dasar juga menggunakan skala sikap model Likert. Oleh karena itu penjelasan hanya difokuskan pada uraian akan penggunaan skala sikap Likert dalam evaluasi hasil belajar. Prinsip pokok skala sikap Likert ialah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap suatu objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan seseorang terdapat butir pernyataan yang disediakan. Untuk skala sikap Likert digunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Bagian terpenting dalam mengkonstruksi skala Likert ialah menyusun pernyataan atau butir soalnya. Secara umum ada beberapa jenis butir soal yang dapat dikontruksi, yaitu: Pernyataan kognitif (kepercayaan atau opini terhadap suatu objek sikap). Misalnya: Mobil bermesin disel lebih ekonomis untuk dipakai. Pernyataan afektif (pernyataan yang secara langsung menyatakan perasaan terhadap suatu objek sikap). Misalnya: Saya menyukai kendaraan bermesin bensin. Pernyataan psikomotor (pernyataan pilihan tingkah laku atau maksud tingkah laku yang berkenaan dengan suatu objek sikap tertentu). Ada dua macam pernyataan psikomotor, yaitu pernyataan yang menyatakan apa yang akan dilakukan terhadap suatu objek sikap tertentu itu. Misalnya: Bila saya boleh memilih maka saya akan membeli mobil bermesin disel. Kedua, pernyataan yang menyatakan kecenderungan tindakan sosial. Misalnya: Pemerintah seharusnya meringankan pajak bagi kendaraan bermesin disel. Setiap pernyataan dalam skala Likert harus menunjukkan sikap positif atau negatif. Pernyataan yang menunjukkan sikap netral tidak bermakna. Karena itu dalam skala Likert pernyataan netral terutama yang berupa pernyataan faktual harus pula dihindari. Misalnya: Kopor dibuat di Sidoarjo. Ini adalah pernyataan faktual. Contoh Skala Likert: No Butir Pernyataan SS S R TS STS 1. Siswa yang nakal akan dipukul guru 2 Guru yang baik selalu memperhatikan siswa 3 Guru yang suka menghukum siswa akan dihormati siswanya 4 Mendisiplinkan siswa tidak harus dengan pukulan 5 Memukul siswa dibolehkan asal dalam batas tertentu Untuk kepentingan di sekolah, pernyataan dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti siswa. Demikian halnya dengan kategori jawabannya, kalau perlu dengan menggunakan bentuk gambar untuk menyebutkan kelima kategori jawaban tersebut, seperti yang di adaptasi dari Hopkins, 1985 ( 69 ) di bawah ini: Sementara itu untuk kepentingan pengembangan alat penilaian non tes, terutama yang berkaitan dengan penyusunan skala sikap, hendaknya diperhatikan dan dicermati kaidah-kaidah sebagai berikut : Kaidah-Kaidah Penulisan Skala Sikap No Kaidah Contoh yang kurang baik Contoh yang baik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Hindari pernyataan faktual Hindari pernyataan sikap yang mengacu pada sikap masa lalu Hindari hal-hal yang tidak relevan Hindari pernyataan yang sifatnya tmembedakan Sederhana, jelas, terarah Singkat(pernyataan sebaiknya kurang dari 20 kata ) Gunakan hanya satu dasar pemikiran untuk satu pernyataan Hindari penggunaan kata-kata “Semua”, “Selalu” ,”Tdk Satupun”, Tdk Pernah” Hindari penggunaan kata-kata Hanya, Baru saja, Belaka. Gunakan pernyataan yang sederhana Hindari penggunaan dua kata negatif dalam satu kalimat Guru saya menghukum anak-anal yang nakal Saya selalu memperoleh nilai yang baik bila saya kehendaki Bersepeda ke sekolah setiap pagi amat menyenangkan Saya lebih senang pergi ke sekolah dari pada melaku kan sesuatu yang lain Sebagai bidang studi PMP mendorong keterlibatan saya Apabila seseorang menyadari bah wa dia dapat mengambil keuntu ngan dari orang lain, dia akan senantiasa berharap demikian Guru yang baik adalah guru yang mengetahui mata pela jarannya dengan baik dan memperlakukan sendiri siswa nya secara adil Saya tidak pernah menemui orang yang tidak saya sukai Hanya dengan melalui agama yang terorganisasilah, orang da pat mengemu kakan kepercaya annya Apabila semuanya adalah sama, nasib seseorang adalah ditentu kan oleh bagaimana kerasnya ia bekerja Tidak ada guru di sekolah ini yang tidak menghargai hak-hak muridnya Saya takut dihukum oleh guru saya Saya dapat memperoleh nilai yang baik bila saya mau Saya mengharapkan untuk pergi ke sekolah setiap pagi Sekolah adalah salah satu pengalaman saya yang menyenangkan Saya menyenangi bidang studi PMP Pada dasarnya orang tidak dapat dipercaya Guru yang baik adalah yang memperlakukan siswa nya secara adil Saya menyadari bahwa saya menyenangi orang yang saya jumpai Agama yang terorganisasi adalah cara yang terbaik bagi seseorang untuk menyerta kan kepercayaannya Kerja keras menjamin nasib seseorang Guru-guru di sekolah ini menghargai hak-hak siswa nya Sumber: Edwards (1957) sebagaimana dikutip Wahab (1989 : 87) Catatan: Seseorang yang menulis pernyataan sikap haruslah sederhana dan dapat dibaca, hanya mengacu kepada satu arah dengan menghindari adanya kesesuaian jawaban ( walaupun mungkin jawaban siswa sama, karena berasal dari latar belakang yang sama ). Pernyataan harus jelasdan dapat dipahami serta mencakup rentangan yang luas dan sikap yang ada pada para responden. Observasi atau Pengamatan Alat penilaian non tes yang berjenis observasi atau pengamatan diisi sendiri oleh guru kelas yang bersangkutan. Karena itu tidak menutup kemungkinan terjadinya bias akibat subyektifitas guru. Hal ini adalah suatu hal yang wajar, tetapi sebaiknya guru harus bisa dengan sendirinya mengurangi bias tersebut seminimal mungkin. Menurut Zaenul (1993 : 67 ), beberapa pedoman yang bisa dilakukan guru untuk menghindari hal tersebut adalah: Rencanakan terlebih dahulu apa yang akan diamati, untuk menghindari tertariknya pengamat pada hal lain yang menarik perhatiannya. Selain itu juga ditetapkan tingkah laku apa yang akan diamati, kriterianya, yaitu yang paling besar kontribusinya untuk menjelaskan hasil belajar siswa. Untuk itu pada waktu merencanakan alat observasi harus senantiasa diingat tujuan observasi dan kebermaknaan tingkah laku yang akan diamatai dalam kerangka pengukuran hasil belajar serta bagaimana mencatatnya. Agar observasi dapat dilakukan secara cermat dan kontinyu untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin, maka diperlukan alat perekam data observasi yang mudah dan jelas untuk dilaksanakan. Dengan alat tersebut gejala yang akan diobservasi akan muncul dan dapat direkam. Harus disadari kemungkinan terjadinya kesalahan sampel. Misalnya bila mengamati seseorang di pagi hari kemungkinan besar akan menghasilkan informasi yang lain sama sekali bila mengamatinya di sore hari. Setiap hasil observasi harus segera ditulis laporannya segera setelah observasi dilakukan. Penulisan laporan dengan segera akan mengurangi penyimpangan dari kenyataannya, karena ingatan pengamat akan mudah sekali terkontaminasi oleh hal-hal lain yang diamati setelah observasi. Interpretasi harus dilakukan setelah pengamat mengendapkan informasi yang telah diperoleh melalui observasi, sehingga interpretasi tidak menjadi terlalu subyektif. Sebaiknya melibatkan orang lain selain guru sebagai pengamat dalam melakukan pengamatan, misalnya saja orang tua murid, konselor, wali murid, guru lain, teman sebaya dan sejenisnya. Dengan demikian orang tua siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Stigins (1994:375) memperkenalkan bentuk performance assessment yaitu suatu bentuk tes dimana siswa diminta untuk melakukan aktivitas khusus dibawa pengawasan penguji, yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan. Performance assessment dapat menjadi dasar dalam observasi dari proses kemampuan yang sedang didemonstrasikan oleh siswa atau sebagai evaluasi atas hasil/produk yang diciptakan siswa. Untuk memudahkan guru dalam memberikan skor atas performance yang telah ditampilkan siswa, sebaiknya guru menetapkan terlebih dahulu kriteria penskoran yang dipergunakan serta menggunakan berbagai alat pencatat atau pengumpul data dalam observasi. Performance Assessment sangat tepat dipergunakan guru untuk mengetahui sejauh mana tujuan belajar atau target belajar telah dicaai siswa. Target belajar tersebut meliputi bidang keterampilan yang telah dimiliki siswa, hasil karya yang bisa ditunjukkan siswa serta sikap siswa terhadap suatu peristiwa. Contoh Format Pengamatan: Nama peserta : ………………………………. Kelas : ................................................ Kriteria Diskusi 1 Diskusi 2 Diskusi 3 Dst. 1. 2. 3. 4. SIKAP . Kerja sama . Semangat Urunan . Masuk akal . Teliti . Jelas . Relevan . Berdasarkan pada urunan sebelumnya Bahasa . Kejelasan . Ketelitian . Ketepatan . Menarik . Kewajaran Kesopanan . Menggunakan bahasa yang sopan dan alasan yang tulus . Membantu kelompok pada arah yang benar . Meluruskan penyimpangan . Menunjukkan sikap yang terpuji 3) Daftar Cocok Daftar cocok adalah suatu daftar yang berisi pernyataan-pernyataan tentang suatu permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan/sub pokok bahasan yang disampaikan pada siswa. Pernyataan-pernyataan ini hendaknya bersifat singkat, tapi jelas. Alat ini dapat digunakan untuk kepentingan individu guru, siswa atau kelompok. Contoh: 4) Numerical Rating Scale Skala bertingkat atau numerical scaling adalah alat evaluasi non tes untuk mengukur karakteristik tertentu sebagaimana diharapkan muncul dalam diri siswa. Tipe ini merupakan rating scale yang paling sederhana baik bentuk maupun pengadiministrasiannya dalam pelaksanannya diikuti oleh angka yang menunjukkan kualitas keberadaan tersebut. Untuk mengembangkan alat penilaian ini ada sejumlah kaidah yang harus diperhatikan dan dicermati oleh pengembang alat evaluasi. Kaidah-kaidah tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Zaenul (1993:76) adalah sebagai berikut : Jumlah pertanyaan atau pernyataan haruslah terbatas, tetapi tetap dapat memberi gambaran yang utuh dari keseluruhan hal yang diukur. Angka untuk perangkat rating scale haruslah mempunyai arti yang sama. Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna, tetapi tidak terlalu renik sehingga tidak jelas lagi perbedaan arti satu angka dengan angka lainnya. Sebagai patokan jangan lebih dari 7 kategori. Setiap pernyataan atau pertanyaan hendaknya hanya mengukur satu karakteristik atau satu komponen. Bila digunakan untuk mengukur suatu prosedur, sebaiknya pertanyaan atau pernyataan disusun secara urut berdasarkan urutan pelaksanaan prosedur. Bila digunakan untuk mengukur suatu hasil, sebaiknya pertanyaan atau pernyataan disusun secara urut dari yang termudah ke yang lebih sukar. Contoh: Catatan Singkat Catatan singkat adalah jenis alat non tes yang dilakukan dengan cara mencatat segala peristiwa atau kejadian tentang diri siswa, khususnya selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan ini akan sangat bermanfaat, manakala dicatat secara tersendiri dalam Buku Harian Siswa. Contoh : 6) Sosiometri Sosiometri adalah teknik untuk mendapatkan informasi tentang struktur hubungan sosial anggota kelompok dalam suatu kelompok formal (kelas, kantor, organisasi) atau kelompok non formal (kelompok bermain, regu olahraga, kesenian, dsb). Proses ini didasarkan pada perasaan pribadi seorang anggota kelompok, terhadap anggota kelompok lain, yang dinyatakan dengan pilihan yang disukai atau yang tidak disukai oleh masing-masing anggota kelompok. Hasilnya digunakan untuk menyusun suatu kelompok yang baru. Proses pengumpulan data dengan menggunakan sosiometri dilakukan dengan cara sebagai berikut: setiap anggota kelompok diberi kesempatan memilih dua atau tiga anggota kelompok yang paling disukai dan yang paling tidak disukai dalam suatu kerja sama tertentu, dinyatakan dalam kartu pilihan yang disediakan.Setiap pilihan diberi bobot, misalnya pilihan pertama dengan bobot 3, pilihan kedua dengan bobot 2 dan pilihan ketiga diberi bobot 1. Data yang diperoleh dirangkum dalam dalam suatu dan kemudian digambarkan dalam bentuk sosiogram. Siswa yang banyak dipilih oleh kelompoknya disebut bintang (star), sedang yang sama sekali tidak terpilih disebut terisolasi (isolated). Bagi siswa yang saling memilih, pola hubungan tersebut dinyatakan sebagai hubungan timbal balik (mutual relation). Sedang tiga siswa yang saling memilih disebut hubungan segi tiga (triangle relation). F G B E C A D Gambar 2. Visualisasi Sosiometri Ke Dalam Sosiogram (Model : Pratiknyo Prawironegoro, 1984 ) 7). Bagan Partisipasi (Participation Charts) Particapation Chart adalah suatu alat untuk mengetahui/mengukur tingkat partisipasi atau keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Tujuan kegiatan pembelajaran salah satunya adalah membelajarkan siswa, artinya bagaimana caranya menciptakan suasana sehingga siswa secara sukarela berpartisipasi atau terlibat dalam kegiatan belajar. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas bisa menggunakan bagan partisipasi. Penggunakan alat ini agar lebih mudah sebaiknya bagan partisipasi disusun sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Serta diharapkan tidak mengganggu tugas utama guru, yaitu membelajarkan anak didik bukan mengisi bagan partisipasi. Kelemahan alat ini adalah tidak bisa memberikan informasi tentang alasan seorang siswa terlibat dalam suatu kegiatan pembelajaran serta subyektifitas guru memiliki peran besar. Sedangkan keuntungannya sangat baik untuk mengamati kegiatan diskusi kelas dan mengukur ranah sikap (afektif) siswa. Agar kegiatan utama guru tidak terganggu dan pengamatan bisa dilakukan seobyektif mungkin, sebaiknya kegiatan pengamatan dilakukan oleh orang lain selain guru yang bersangkutan. Tentu saja pihak lain ini terlebih dahulu telah diberikan penjelasan akan tujuan kegiatan ini. Contoh: Bagan Partisipasi SD : …...................................................... Kelas : ..….................................................... Mata Pelajaran : ..…................................................... Tanggal : ......................................................... Waktu : .......................................................... Tujuan : .......................................................... No Nama Sangat berarti Penting Meragu kan Tidak relevan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Ina Puspa Amin Rudi Dewi Dedi Anto Bella Dendri Ninies V V v v v v v v v v v v v v V V V V V V V V v v V V V V Keterangan : Sangat berarti : Siswa mengemukakan gagasan baru yang penting dalam diskusi Penting : Siswa mengemukakan alasan - alasan penting dalam pendapatnya Meragukan : Siswa mengemukakan pendapat yang tak didukung oleh data atau informasi lebih lanjut. Tidak Relevan : Siswa mengemukakan gagasan yang dengan masalalah yang disukai. tidak relevan 8) Check List (daftar cek ): Daftar cekt adalah suatu alat pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi. Kegunaannya adalah untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, trait, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Serta sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar baik yang berupa produk maupun proses yang dapat dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil. Selain itu keuntungan daftar cek adalah sangat fleksibel untuk mencek kemampuan semua jenis dan tingkat hasil belajar serta berbagai jenis mata pelajaran. Daftar cek makin besar manfaatnya bila disusun dengan komponen yang lengkap dan utuh, baik komponen yang penting maupun yang remeh (trivial). Suatu daftar cek terdiri dari dua komponen, yaitu komponen yang akan diamati dan tanda cek (û) yang menyatakan ada tidaknya komponen tersebut pada diri salah seorang siswa dalam suatu observasi yang diselenggarakan guru. Contoh; DAFTAR CEK SD : .................. Kelas : .................. Nama Siswa : .................. Tanggal : .................. Waktu : .................. Tujuan : mengukur ketaatan siswa kelas IV No Aspek yang diamati Cek 1. 2. 3. 4. 5. Selalu berjalan di sebelah kiri Selalu datang tepat waktu Mengerjakan Pekerjaan Rumah dengan baik Mengikuti pelajaran dengan tekun Mengerjakan ibadah sesuai agama yang dianutny …… …… …… …… …… 9) Pedoman Wawancara (interview) Terdapat perbedaan pokok antara kuesioner dengan interviw, untuk kuesioner pertanyaan diajukan secara tertulis sedangkan pada interview pertanyaan diajukan secara lisan. Dengan demikian interview merupakan teknik pengumpulan data akan kemampuan belajar siswa yang dilakukan secara lisan. Dalam interview ini dikenal dengan dua cara yaitu secara langsung dan tak langsung. Interviw langsung adalah wawancara yang dilakukan dengan sumber utama atau siswa yang diselidiki untuk menggali data tentang dirinya. Jika pertanyaan diajukan kepada siswa lain dan diminta untuk memberikan informasi tentang seorang siswa, maka interview tersebut dikatakan sebagai interview tak langsung. Alat ini sangat tepat dipergunakan untuk mengukur kemampuan (pengetahuan) siswa pada kelas awal, penalaran (reasoning) serta keterampilan dan sikap yang dimiliki siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara adalah; pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan harus sudah dipersiapkan dengan baik. Ada dua cara yang biasa dilakukan yaitu; (1) guru mempersipkan pokok-pokok permasalahan yang akan diajukan (interview terstruktur) dan (2) guru tidak perlu mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan, model ini dikenal dengan istilah interview bebas. Guru dalam interview memerlukan pendekatan tersendiri, dengan kemahirannya guru dapat melakukan interview tanpa dirasakan oleh siswa, dan tanya jawab yang dilakukan sudah dapat mengenai materi yang diperlukan. Dalam interview pertanyaan yang telah disusun secara terstruktur tidak harus dikemukakan secara berurutan, situasi pada saat interviewlah yang dapat menentukan ketepatan dalam mengajukan pertanyaan. Bisa jadi pertanyaan yang diajukan oleh guru melompat-lompat, namun yang paling penting adalah semua data yang diperlukan dapat diperoleh semuanya. Kelemahan alat ini memakan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif besar dibanding dengan alat lain, sangat tergantung pada siswa yang diinterview, dan kemahiran guru melakukan pendekatan serta subjektifitas guru akan mempengaruhi data yang diperoleh. Kelebihannya dapat mengungkap data yang bersifat pribadi, siswa yang belum dapat membaca dan menulis dapat digali kemampuan belajarnya dengan menggunakan cara ini. Selain bentuk-bentuk evaluasi non tes sebagaimana diuraikan di atas, kita juga dapat mengembangkan bentuk lain yang biasa digunakan dalam pelaksanaanevaluasi PPKn. Bentuk-bentuk evaluasi non tes tersebut memang sifatnya tidak formal, namun penting untuk dilaksanakan. Adapun bentukbentuk evaluasi non tes yang sifatnya tidak formal, sebagaimana dinyatakan oleh Wahab (1989:149) sebagai berikut : Mempelajari laporan orang tua dan guru lainnya tentang sikap dan kebiasaan belajar, bekerja dan rekreasi siswa Mengambil reaksi siswa pada saat timbul kesulitan Mengambil reaksi siswa pada saat diperkenalkan pada peraturan baru di sekolah Memberi kesempatan kepada siswa untuk bereaksi terhadap kejadian-kejadian di masyarakat Mengamati dan mencatat perilaku siswa proses pembelajaran berlangsung Mendengarkan diskusi siswa tentang perilaku yang disenangi dan yang tidak disenangi. Bentuk dan jenis evaluasi non tes dalam penerapannya di kelas amat bergantung pada karakter materi atau pokok bahasan/sub pokok bahasan yang akan diajarkan. Jadi tidak setiap materi dapat menggunakan alat penilaian non tes. Oleh karena itu kecermatan dan ketelitian guru untuk mengembangkan bentuk penilaian non tes yang tepat amat diperlukan. Namun demikian sebagai pegangan dalam menentukan bentuk dan jenis evcaluasi kita dapat mengkaji pendapat Wayan Wida ( 1984 : 18 ) yang mengemukakan tentang pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan jenis alat penilaian, yaitu : Aspek kemampuan yang akan dinilai, seperti kognitif, afektif dan psikomotor Sifat bahan yang akan kita sajikan Besar kecilnya kelompok yang akan diuji Frekuensi penggunaan alat penilaian Kesempatan guru untuk koreksi. Model-model Pembelajaran Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli. Bahkan beberapa orang guru telah mencoba mengembangkannya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Ahli-ahli yang telah mengembangkan model-model pembelajaran antara lain Joyce dan Weil. Mereka mengklasifikasikan model-model pembelajaran tersebut sebagai berikut. Social Interaction Models (Model-model Interaksi Sosial) Information Processing Models (Model-model Pemprosesan Informasi) Personal Models (Model-model Pribadi) Behavior Modification Models (Model-model Modifikasi Tingkah Laku) Sementara itu Adrianne Bank, Marlene Henerson dan Laurel Eu (1981) mengungkapkan 5 (lima) Model Pembelajaran dalam konteks perencanaan program. Model-model pembelajaran dimaksud sebagai berikut. Concept Analysis Model (Model Analisis Konsep) Model ini digunakan untuk membelajarkan siswa mengenai bagaimana memproses informasi yang berkaitan dengan pelajaran. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa siswa-siswa harus mempelajari semua konsep dasar yang terkandung dalam suatu mata pelajaran dan mereka harus diberi kesempatan praktik yang terarah mengenai klasifikasi dan diskriminasi. Semua ini diperlukan agar mereka mempunyai landasan yang kokoh bagi belajar selanjutnya. Agar guru-guru dapat menggunakan model ini dengan berhasil, mereka harus mampu: memilih konsep-konsep yang berkaitan dengan mata pelajaran yang bersangkutan, yang sesuai dengan tingkat perkembangan atau kemampuan siswa-siswa mereka; menganalisis konsep-konsep tersebut untuk menentukan kadar dan jenis kesulitannya; memantau pemahaman siswa-siswa mengenai masing-masing konsep; dan mengatur waktu pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip belajar dan teori perkembangan yang telah diterima. Adapun langkah-langkah pokok penggunaan model ini, yaitu: memilih dan menelaah konsep-konsep yang akan diajarkan; mengembangkan dan menggunakan strategi-strategi yang tepat dan materimateri yang berhubungan; dan mengembangkan dan menggunakan prosedur penilaian yang tepat. Akhirnya perlu diketahui bahwa model ini menekankan pada isi mata pelajaran dan pemprosesan informasi. Model ini paling cocok untuk mata pelajaran IPS, Matematika, dan IPA, tetapi pada dasarnya dapat digunakan untuk sebagian besar pelajaran yang ada dalam kurikulum. Model ini juga dapat digunakan untuk pembelajaran anak-anak di TK hingga siswa-siswa SLTP. Creative Thinking Model (Model Berpikir Kreatif) Model ini dirancang untuk meningkatkan kefasihan, fleksibilitas, dan orisinilitas yang digunakan siswa-siswa untuk mendekati benda-benda, peristiwa-peristiwa, konsep-konsep, dan perasaan-perasaan. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa siswa-siswa dapat dan harus mempelajari teknikteknik yang menstimulasi kreativitas mereka. Suasana kelas harus kondusif bagi adanya respons-respons yang berbeda agar respons yang berbeda-beda tersebut dihargai dan diberi imbalan (reward). Siswa-siswa yang mempelajari teknik-teknik kreatif diharapkan akan dapat memanfaatkannya secara efektif untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam mata pelajaran tertentu. Agar guru-guru berhasil dalam menggunakan model ini, maka mereka harus mampu: membangun suasana yang memungkinkan bagi diterimanya semua ide atau pendapat, yang tidak hanya karena bermanfaat untuk saat itu saja, tetapi juga karena keaslian ide-ide dari siswa-siswa serta potensi mereka untuk menuju ke ide-ide dan arah baru; membantu siswa-siswa agar menyadari kekurangan-kekurangan dan kesenjangan-kesenjangan pada penjelasan-penjelasan dan keyakinankeyakinan yang biasa terjadi; membantu siswa-siswa agar menjadi lebih terbuka dan lebih peka terhadap lingkungan mereka; menjamin tiadanya suasana yang formal atau seperti sedang dites, yang biasanya dapat mengganggu kreativitas dan berpikir orisinil siswa; dan memberikan stimuli (rangsang) yang akan menawarkan praktik untuk berpikir yang jernih. Langkah-langkah pokok dalam menggunakan model ini sebagai berikut. membangun suatu suasana yang dapat membina berpikir kreatif; mengajar siswa-siswa untuk menggunakan teknik-teknik yang menuju ke arah ide-ide dan produk-produk baru; dan mengevaluasi dan mengetes ide-ide yang telah ditawarkan. Selanjutnya perlu dicatat bahwa model ini menitikberatkan pada pemprosesan informasi dan keterampilan-keterampilan pertumbuhan pribadi. Model ini paling sesuai untuk IPA, IPS, dan Seni Bahasa, akan tetapi dapat diterapkan pula untuk mata pelajaran lainnya. Model ini paling cocok untuk siswa-siswa kelas III SD hingga SLTP. Experiential Learning Model (Model Belajar melalui Pengalaman) Model ini memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk memperlakukan lingkungan mereka dengan keterampilan-keterampilan berpikir yang tidak berhubungan dengan suatu bidang studi atau mata pelajaran khusus. Model ini didasarkan pada temuan-temuan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika anak-anak berinteraksi dengan aspek-aspek lingkungan mereka yang membingungkan atau nampak bertentangan. Oleh sebab itu, apabila model ini digunakan, waktu belajar harus diisi dengan kegiatankegiatan yang dapat menumbuhkembangkan rasa ingin tahu siswa-siswa, dan yang mampu menyedot seluruh perhatian mereka. Hal ini misalnya berupa kegiatan bermain dengan atau melakukan suatu terhadap benda-benda konkrit atau bahan-bahan yang memungkinkan mereka melihat apa yang terjadi pada benda atau bahan tersebut. Sementara itu agar guru dapat menggunakan model ini secara efektif, ia harus mampu: menyediakan benda-benda atau bahan-bahan konkrit untuk digunakan, ditelaah, atau diteliti oleh siswa-siswa; menyediakan serangkaian kegiatan yang cukup luas sehingga menjamin pemenuhan minat siswa dan menumbuhkan rasa keterlibatan mereka; mengatur kegiatan-kegiatan sehingga siswa-siswa yang berbeda tingkat perkembangan kognitifnya akan belajar satu sama lain; mengembangkan teknik-teknik bertanya untuk mengungkap alasan-alasan siswa yang mendasari respons-respons mereka; dan menciptakan lingkungan kelas yang dapat meningkatkan perkembangan prosesproses kognitif. Group Inquiry Model (Model Kelompok Inkuiri) Model ini mengajar anak-anak untuk bekerja dalam kelompok untuk mengivestigasi topik-topik yang kompleks. Model ini beranggapan bahwa kemampuan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas dalam lingkungan kelompok adalah penting baik dalam situasi dalam kelas maupun yang bukan di ruangan kelas. Anak-anak yang dapat berpartisipasi dalam kegiatankegiatan pemecahan masalah dalam kelompok demikian ini akan memiliki keterampilan-keterampilan sosial yang diperlukan untuk mendekati berbagai mata pelajaran dengan cara yang produktif. Mengingat model ini menekankan pada keterampilan-keterampilan interaksi sosial yang berorientasi pada tugas, maka model ini paling sesuai dengan mata pelajaran IPA dan IPS bagi siswa-siswa SD kelas IV hingga SLTP. Apabila guru-guru ingin menggunakan model ini secara efektif, maka mereka harus mampu: membantu siswa-siswa merumuskan situasi-situasi yang menarik atau mengandung teka-teki, yang dapat diterima untuk penelitian atau yang layak untuk diteliti; mengajarkan keterampilan-keterampilan untuk melakukan penelitian dan evaluasi tingkat dasar yang diperlukan bagi inkuiri yang berhasil; membantu siswa-siswa mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk kerja kelompok yang berhasil; dan memberi kesempatan kepada siswa-siswa untuk menyelenggarakan kegiatankegiatan kelompok dan mengambil keputusan-keputusan kelompok mereka sendiri. Langkah-langkah yang perlu ditempuh guru dalam menggunakan Model Kelompok Inkuiri ini sebagai berikut. menyajikan situasi dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan inkuiri merencanakan investigasi (penelitian) melaksanakan investigasi menyajikan temuan-temuan mengevaluasi investigasi The Role-Playing Model (Model Bermain Peran) Model ini memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk praktik menempatkan diri mereka di dalam peran-peran dan situasi-situasi yang akan meningkatkan kesadaran mereka terhadap nilai-nilai dan keyakinankeyakinan mereka sendiri dan orang lain. Bermain peran dapat membantu mereka untuk memahami, mengapa mereka dan orang lain berpikir dan bertindak sebagaimana yang mereka lakukan. Dalam proses “mencobakan” peran orang-orang yang berbeda dari mereka sendiri, siswa-siswa dapat mempelajari baik perbedaan maupun persamaan tingkah laku manusia dan dapat menerapkan hasil belajar ini dalam situasi-situasi kehidupan yang nyata. Agar guru-guru dapat menggunakan model ini secara efektif, mereka harus mampu: menyajikan atau membantu siswa-siswa memilih situasi-situasi bermain peran yang tepat; membangun suasana yang mendukung, yang mendorong siswa-siswa untuk bertindak “seolah-olah” tanpa perasaan malu; mengelola situasi-situasi bermain peranan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk mendorong timbulnya spontanitas dan belajar; dan mengajarkan keterampilan-keterampilan mengobservasi dan mendengarkan sehingga siswa-siswa dapat mengobservasi dan mendengarkan satu sama lain secara efektif dan kemudian menafsirkan dengan tepat apa yang mereka lihat dan dengarkan. Adapun langkah-langkah pokok dalam penggunaan model ini sebagai berikut. memilih situasi bermain peran mempersiapkan kegiatan bermain peran memilih peserta/pemain peran mempersiapkan penonton memainkan peran (melaksanakan kegiatan bermain peran) mendiskusikan dan mengevaluasi kegiatan bermain peran Demikianlah 5 (lima) model pembelajaran yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut di atas. Model-model tersebut hanya diuraikan secara sekilas dalam tuisan ini, sekedar untuk memperluas wawasan Pembaca mengenai pembelajaran. Erat hubungannya dengan hal ini, ada satu lagi model pembelajaran yang relatif baru yaitu Quantum Teaching. Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan demikian, Quantum Teaching berarti suatu orkestrasi dari berbagai macam interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar momen atau peristiwa belajar. Interaksi-interaksi ini membangun landasan dan kerangka untuk belajar yang dapat mengubah kemampuan dan bakat siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum Teaching ini juga menerapkan percepatan belajar dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara penyajian yang efektif, dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Di samping itu, Quantum Teaching juga memudahkan segala hal untuk menyingkirkan hambatan belajar dan mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah dan alami. Quantum Teaching memiliki asas utama yang dijadikan landasan yaitu “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.” Di samping itu, ada beberapa prinsip yang dijadikan pedoman baginya, yaitu sebagai berikut. Segalanya berbicara Maksudnya, bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan kelas mengandung dan menyampaikan pesan tentang belajar. Segalanya bertujuan Hal ini mengandung arti bahwa semua kreasi Anda terutama mengenai belajar mempunyai tujuan yang terukur. Pengalaman sebelum pemberian nama Prinsip ini menghendaki agar siswa belajar dengan mengalami sesuatu yang terkait dengan informasi yang sedang dipelajarinya sebelum mereka memperoleh nama tentang apa yang mereka pelajari atau dengan perkataan lain, sebelum mereka menemukan dan merumuskan konsep atau prinsip. Akui setiap usaha Belajar merupakan suatu rangkaian usaha siswa dalam mencapai tujuan- tujuan belajar, dan usaha itu sendiri mengandung risiko. Oleh sebab itu, siswa-siswa patut memperoleh pengakuan terutama dari guru atas usaha, kerja keras, kecakapan, dan kepercayaan diri mereka. Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan “Perayaan” ini dimaksudkan sebagai ungkapan pengakuan atas partisipasi, penyelesaian tugas, dan prestasi siswa-siswa. Dengan demikian, proses belajar yang digubah melalui Quantum Teaching akan melahirkan suasana yang meriah dan menyenangkan (joyful). Dengan demikian, yang akan terjadi adalah sebuah momen Quantum Learning yang dipraktikkan di kelas melalui Quantum Teaching. Pengembangkan model pembelajaran berbasis portofolio untuk pembelajaran PKn. Model ini secara adaptif menerapkan konsep dan prinsip pedagogis Problem Solving dan Project (Dewey: 1920) Inquiry-oriented citizenship transmission (Barr, Barth, dan Shermis:1978), social involvement (Newmann:1977), yang bersifat fasilitatif, empirik dan simulatif. Kompetensi Nilai yang dikembangkan Peserta didik mampu melaksanakan nilai-nilai nilai-nilai yang terkandung atau melekat dalam hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh pemahaman dan pengenalannya secara utuh, dalam praksis kehidupan seharihari di lingkungannya. Sintaksmatik Model ini mempunyai urutan langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut. Langkah 1. Pendahuluan Pada langkah ini guru membuka pelajaran dan memberi ilustrasi mengenai nilai-nilai yang terkandung sebagai hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat dengan memberi ilustrasi empirik mengenai berbagai isu dan trend dalam kehidupan masyarakat saat ini, khsusunya dalam proses pembangunan masyarakat. Sebagai triger kegiatan lebih lanjut, selanjutnya guru mengajak siswa untuk merenungkan sebuang pertanyaan ”Bagaimana seharusnya kita sebagai anggota masyarakat memahami dan menjalankan nilai, konsep dan prinsip kehidupan bermasyarakat yang baik dalam konteks pembangunan masyarakat Indonesia?” Langkah 2. Kegiatan Inti Strategi instruksional lebih lanjut yang digunakan dalam model ini, pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam model “Project” ala John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut: Mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik dalam Masyarakat Memilih suatu Masalah untuk dikaji oleh kelas Mengumpulkan Informasi yang terkait pada Masalah itu Mengembangkan Portofolio kelas Menyajikan Portofolio Melakukan Refleksi Pengalaman Belajar Pada keseluruhan Langkah ini guru mengorganisasikan kelas ke dalam sejumlah kelompok kecil 3-5 dan 2 kelompok besar sekitar 20 orang yang masing-masing terdiri atas 4 subkelompok yang masing-masing sekitar 5 orang. Setiap kelompok ditugasi untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut dengan cara mempelajari sumber kepustakaan yang ada, mengamati masyarakat sekitar, bertanya kepada nara sumber. Informasi yang diperoleh dari semua sumber didiskusikan dalam kelompok kecil itu. Kesimpulan diskusi kelompok kecil dituliskan dalam buku kerja siswa masing-masing dan selembar kertas koran atau manila karton siap dipajang di depan kelas pada saat pertemuan tatap muka untuk diskusi kelas stelah masing-masing kelompok kecil menyelesaikan tugasnya dan siap memasuki diskusi kelas. Di dalam setiap langkah siswa belajar secara mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitasi dari guru dan menggunakan aneka ragam sumber belajar di sekolah dan di luar sekolah (masyarakat, bahan tertulis, bahan terrekam, bahan tersiar, alam sekitar, artifak, situs sejarah, dll). Di situlah berbagai keterampilan dikembangkan seperti: membaca, mendengar pendapat orang lain, mencatat, bertanya, menjelaskan, memilih, merumuskan, menimbang, mengkaji, merancang perwajahan, menyepakati, memilih pimpinan, membagi tugas, menarik perhatian, berargumentasi, dll. Portofolio adalah tampilan visual yang disusun secara sistimatis yang melukiskan proses berfikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan, yang secara utuh melukiskan “integrated learning experiences” atau pengalaman belajar yang terpadu yang dialami oleh siswa dalam kelas sebagai suatu kesaatuan. Portofolio terbagi dalam dua bagian yakni “Portofolio tampilan”, dan “Portofolio dokumentasi” Portofolio Tampilan berbentuk papan empat muka berlipat yang secara berurutan menyajikan: Rangkuman Permasalahan yang dikaji Berbagai alternatif Kebijakan Pemecahan Masalah Usulan Kebijakan untuk Memecahkan Masalah Pengembangan Rencana Kerja/Tindakan Sedangkan Portofolio Dokumentasi dikemas dalam Map Ordner atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti urutan Portofolio Tampilan. Portofolio tampilan dan Dokumentasi selanjutnya disajikan dalam suatu simulasi “Public Hearing” atau dengar pendapat yang menghadirkan pejabat setempat yang terkait dengan masalah portofolio tersebut. Acara dengar pendapat dapat dilakukan di masing-masing kelas atau dalam suatu acara “Show Case” atau “Gelar Kemampuan” bersama dalam suatu acara sekolah, misalnya di akhir semester. Bila dikehendaki arena “Show case” tersebut dapat pula dijadikan arena “contest” atau kompetisi untuk memilih kelas portofolio terbaik untuk selanjutnya dikirim ke dalam “Show case and Contest” antar sekolah dalam lingkungan Kabupaten/Kota atau malah untuk acara regional propinsi atau nasional. Tujuan semua itu antara lain untuk saling berbagi ide dan pengalam belajar antar “young citizens” yang secara psiko-sosial dan sosial-kultural pada gilirannya akan dapat menumbuhkembangkan “ethos” demokrasi dalam konteks “harmony in diversity”. Setelah acara dengan pendapat, dengan fasilitasi guru diadakan kegiatan “refleksi” yang bertujuan untuk secara individual dan bersama merenungkan dan mengendapkan dampak perjalanan panjang proses belajar bagi perkembangan pribadi siswa sebagai warganegara. Ajaklah siswa untuk menjawab pertanyaan Apa yang kalian peroleh dari keterlibatan dalam keselutuhan proses pembelajaran itu? Topik Inti yang dapat dikembangkan dalam model tersebut adalah “Kebijakan Publik” sebagai suatu konsep politik yang bersifat “generik” yang didalamnya “embedded” sejumlah nilai, konsep, dan prinsip demokrasi. Langkah 3. Penutup Sepuluh menit dari pertemuan tatap muka kedua digunakan oleh guru untuk memberi debriefing atau penegasan dan penguatan terhadap nilai yang implisit melekat dalam pertanyaan triger, yakni nilai-nilai yang terkandung dalam hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh pemahaman dan pengenalannya secara utuh, dalam praksis kehidupan seharihari di lingkungannya. Model Tematik Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget peserta didik SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada tingkat operasi konkrit (concrete operation) dan awal dari operasi formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai berkembangnya abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin meluas (expanding environment), peserta didik di SD/MI berada dalam lingkup komunitas dan sosial budaya, rumah, sekolah dan lingkungan sekitar (lingkungan desa sampai dengan lingkungan negara). Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi sosial budaya peserta didik telah ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan kurikuler di SD/MI dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri atas kelas-kelas rendah (I, II dan III), dan penggal kedua terdiri atas kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis, sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran berbasis mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran. Sedangkan pembelajaran terpadu adalah proses pembelajaran yang mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada suatu kurikulum sekolah. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna, otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa dalam menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit menghadapi pemilahan yang artificial Pemaduan dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pertimbangan rasional antara lain: 1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di dalamnya pengalaman belajar bersifat interdisipliner; 2) untuk memahami, mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill; 3) adanya tuntutan interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah; 4) memudahkan siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer pemahaman antarkonteks; 5) demi efisiensi; 6) adanya tuntutan keterlibatan siswa yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu. Dalam pembelajaran bentuk ini peserta didik belajar melalui pemahaman dan pembiasaan perilaku yang terkait pada kehidupannya. Peserta didik belum secara formal diperkenalkan pada mata pelajaran. Tujuan akhir dari pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi peserta didik secara alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam pembelajaran berbasis mata pelajaran peserta didik sudah secara formal diperkenalkan kepada mata pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI. Dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu: pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh; dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan; usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak; lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema (Ahman, Dkk, 2004). Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan antara lain: pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa; menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna; mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahannya yang dihadapi; menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan porang lain. Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata pelajaran sebagai berikut. mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran; membuat/memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik; membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema; menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik; menyusun rencana pembelajaran tematik Matrik 1. Indikator Contoh Jaringan Gambar/ matrik di atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata pelajaran PKn dengan indikator-indikator mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, IPA, Kertakes, dan PKn. Setelah membuat jaringan Indikator, kemudian buatlah pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk jaringan tema model jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan jaringan indikator tersebut di atas. A E B D C Matrik 2 Jaringan Laba-laba tema Bangga bertanah air Indonesia (Kelas III SD) Matrik di atas menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air Indonesia dengan sub tema (anak tema) mata pelajaran lain. Kode ”A” yaitu cerita pendek tentang alam atau peristiwa alam Indonesia merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Anak tema tersebut dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya menyimak dan membuat cerita pendek tentang peristiwa alam yang pernah terjadi di daerahnya. Kode ”B” yaitu menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran matematika yang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya menjumlah peristiwa alam di daerahnya seperti longsor atau gunung meletus yang pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran menjaga kelestarian lingkungan. Kode ”C” yaitu pencemaran merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran IPA, yang kemudian memiliki anak tema faktor penyebab dan dampak pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi manusia dan lingkungan alam sekitar. Dalam hal ini target hasil belajarnya adalah kesadaran untuk mencintai lingkungan alam di daerahnya seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari hutan, dan sebagainya. Kode” D” yaitu karya seni rupa merupakan anak tema mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian, yang memiliki anak tema diantaranya membuat lukisan keindahan alam Indonesia dan membuat kolase yang dikembangkan dari obyek dan bahan di alam sekitar. Terakhir kode ”E” yaitu cinta tanah air merupakan anak tema yang diambil dari mata pelajaran PKn dengan harapan siswa memiliki sikap dan perilaku cinta dan bangga terhadap kekayaan dan keindahan alam Indonesia. Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada beberapa tahapan kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian. Tahap perencanaan meliputi langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu sebagaimana telah diuraikan di atas atau kegiatan belajar 1 yaitu: menetapkan pembelajaran yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar setiap mata pelajaran; membuat/memilih tema; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik; membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan tema; menyusun silabus, dan menyusun rencana pembelajaran tematik. Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa dengan menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu yang dapat dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Tahap penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses dan hasil belajar siswa yang meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat penilaian. Kegiatan guru dalam tahap pelaksanaan dan penilaian biasanya sudah dirumuskan secara rinci dalam Rencana Pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengetahui kegiatan-kegiatan guru dalam pembelajaran tematis dapat Anda lihat dalam rencana pembelajaran yang akan ditampilkan pada uraian berikut. Pengembangan Silabus dan RPP Pengembangan Silabus Pembelajaran Tahun 2005 telah terjadi suatu reformasi dalam dunia pendidikan, khususnya mengenai peraturan perundang-undangan yang melandasi pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Dua peraturan perundangundangan yang sangat strategis untuk yang lahir tahun 2005 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peraturan perundang-undangan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 Guru, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2008 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Konsekwensi dikeluarkannya berbagai peraturan tersebut diperlukan dikeluarkannya rambu-rambu bimbingan teknis bagi guru untuk pengembangan profesionalisme yang berkelanjutan. Pemberlakuan peraturan dan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi pendidikan menuntut adanya upaya pembagian kewenangan dalam berbagai bidang pemerintahan. Hal tersebut membawa implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, yaitu: Diversifikasi Kurikulum yang merupakan proses penyesuaian, perluasan, pendalaman materi pembelajaran agar dapat melayani keberagaman kebutuhan dan tingkat kemampuan peserta didik serta kebutuhan daerah/lokal dengan berbagai kompleksitasnya. Penetapan Standar Kompetensi (SK), dimaksudkan untuk menetapkan ukuran minimal atau secukupnya, mencakup kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan secara maju dan berkelanjutan sebagai upaya kendali dan jaminan mutu. Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi/ Kabupaten/Kota sebagai Daerah Otonomi merupakan pijakan utama untuk lebih memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Sesuai dengan prinsip otonomi dan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), pelaksana pembelajaran, dalam hal ini guru, perlu diberi keleluasaan dan diharapkan mampu menyiapkan silabus, memilih strategi pembelajaran, dan penilaiannya sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik dan lingkungan masingmasing. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dibuat buku pedoman cara mengembangkan silabus berbasis kompetensi. Pedoman pengembangan silabus yang meliputi dua macam, yaitu pedoman umum dan pedoman khusus untuk setiap mata pelajaran. Pasal 39 Ayat 1 UUSPN Tahun 2003 menyatakan, bahwa: ”Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”. Ayat 2. ”Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,melakukan pembimbingan dan pelatihan........”. Sebagai tenaga profesional guru mempunyai tugas utama melaksanakan pembelajaran di kelas yang merupakan tuntutan pengembangan kompetensi paedagogik dan profesioal. Salah satu butir dalam kompetensi paedagogik menyatakan, bahwa seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Artinya guru sebagai pengembang kurikulum di persekolahan harus mempunyai kemampuan untuk menjabarkan apa-apa yang telah digariskan dalam standar nasional, khususnya standar isi, standat kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam rencana pembelajaran dalam bentuk silabus. Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai "Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran" (Salim, 1987: 98). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari SK dan KD yang ingin dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai SK dan KD. Seperti diketahui, dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan SK yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian SK. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajaran menjawab pertanyaan (1) Apa yang akan diajarkan (SK, KD, dan Materi Pembelajaran); (2) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan pembelajaran, metode, media); (3) Bagaimana dapat diketahui bahwa SK dan KD telah tercapai (indikator dan penilaian). Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu SK maupun satu KD. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian selalu mengacu pada SK, KD, dan indikator yang terdapat di dalam silabus. Pengembangan silabus dilakukan oleh kelompok guru mata pelajaran sejenis pada satu sekolah atau beberapa sekolah pada kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG ) sejenis pada setiap sekolah apabila guru-guru di sekolah yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik, kondisi sekolah/ madrasah dan lingkungannya. Untuk menghasilkan silabus yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat meminta bantuan/bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, P3G, dan lembaga terkait seperti Balitbang Depdiknas. Sekolah/madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri, sebaiknya bergabung dengan sekolah/madrasah lain melalui forum KKG untuk bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolahsekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup KKG setempat. Dapat pula mengadaptasi atau mengadopsi contoh model yang dikeluarkan oleh BSNP. Adapun Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus adalah sebagai berikut: Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan/ akademik. Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional (korelasi) dalam mencapai kompetensi. Konsisten Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian. Untuk memudahkan melihat konsistensi, silabus dapat ditampilkan dalam suatu matriks. Memadai Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain kompetensi dasar. Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir/kontemporer dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan peserta didik tidak asing atau tidak jauh dari lingkungannya. Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Guru atau kelompok Kerja Guru dalam mengembangkan silbuas dapat melakukannya dengan menggunakan Tahap-tahap sebagai berikut Perencanaan: Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti multi media dan internet. Pelaksanaan: Dalam melaksanakan penyusunan silabus, penyusun silabus perlu memahami semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan silabus, seperti Standar Isi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang bersangkutan dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Perbaikan: Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pengkajian dapat melibatkan para spesialis kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian, psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional dinas pendidikan, perwakilan orang tua siswa, dan siswa itu sendiri. Pemantapan: Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi kriteria rancangan silabus dapat segera disampaikan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Penilaian silabus: Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara berkala dengan mengunakaan model-model penilaian kurikulum. Komponen dan langkah-langkah pengembangan silabus Komponen silabus Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini. Identitas Silabus Standar Kompentensi Kompetensi Dasar Materi Pokok/Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Komponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan dalam contoh format silabus, baik secara horisontal atau vertikal sebagai berikut. SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester :.................................... :.................................... :.................................... 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3.Materi Pokok/Pembelajaran 4. Kegiatan Pembelajaran 5. Indikator 6. Penilaian 7. Alokasi Waktu 8. Sumber Belajar : ....................... : ....................... : ....................... : ....................... : ....................... : ....................... : ....................... : ....................... Catatan: * Kegiatan Pembelajaran: kegiatan-kegiatan yang spesifik yang dilakukan siswa untuk mencapai SK dan KD * Alokasi waktu: termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan pembelajaran (n x 40 menit) * Sumber belajar: buku teks, alat, bahan, nara sumber, dan atau lainnya. Langkah-langkah Pengembangan Silabus a. Mengisi identitas Silabus Identitas terdiri atas nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus. b. Menuliskan Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran. Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut: urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD; keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. Standar Kompetensi dituliskan di atas matrik silabus di bawah tulisan semester. c. Menuliskan Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan Kompetensi Dasar; keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran; dan keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antar mata pelajaran. d. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan: relevansi materi pokok dengan SK dan KD; tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; kebermanfaatan bagi peserta didik; struktur keilmuan; kedalaman dan keluasan materi; relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan; alokasi waktu. Selain itu, juga harus diperhatikan: kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan kesahihannya; tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benarbenar diperlukan oleh siswa; kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya; layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat; menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut. e. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut. Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan tuntutan kompetensi dasar secara utuh. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah ditetapkan. Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar. Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi KD-KD yang memerlukan prasyarat tertentu. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran materi tertentu). Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembeljaran siswa, yaitu kegiatan dan objek belajar. Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru; mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata pelajaran; disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang tersedia; bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/ perorangan, berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan. f. Merumuskan Indikator Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu diperhatikan indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator diperlukan kriteria-kriteria berikut ini. Kriteria indikator adalah sebagai berikut. Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa. Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills). Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh (kognitif, afektif, dan psikomotor). Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan. Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati. Menggunakan kata kerja operasional. g. Penilaian Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen. Teknik Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan pendidikan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Adapun yang dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara pengukuran yang ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka pengukuran, yang secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik nontes.Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui serangkaian pertanyaan dan penugasan yang memerlukan jawaban. Alat yang digunakan dalam pengukuran tes dapat berupa soal dan atau tugas. Sedangkan teknik pengukuran nontes merupakan suatu cara untuk memperoleh data/informasi melalui pedoman observasi. Dalam melaksanakan penilaian, kiranya perlu memperhatikan prinsipprinsip berikut ini. Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga memudahkan penyusunan soal. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi. Apabila siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia harus mengikuti proses pembelajaran lagi, dan bila telah menguasai kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan. Siswa yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya. Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat. Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran: kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan. Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan, bukti-bukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar siswa. Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai perkembangan pencapaian kompetensi. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect) maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan. Bentuk Alat/Instrumen Bentuk instrumen yang dipilih harus disesuaikan dengan teknik penilaiannya. Oleh karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa tehnik : Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan dsb Tes lisan, yaitu berbentuk daftar pertanyaan. Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja produk, uji petik kerja prosedur, atau uji petik kerja prosedur dan produk. Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara Portofolio dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi siswa. Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri Sesudah penentuan instrumen tes dipandang tepat, selanjutnya instrumen itu dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Berikut ini disajikan contoh ragam teknik penilaian beserta bentuk instrumen yang dapat digunakan. Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya Teknik Bentuk Instrumen Tes tulis Tes isian Tes uraian Tes pilihan ganda Tes menjodohkan Tes lisan Daftar garis-garis besar pertanyaan Tes unjuk kerja Tes identifikasi Tes simulasi Uji petik kerja produk Uji petik kerja prosedur Uji petik kerja prosedur dan produk Penugasan Tugas proyek Tugas rumah Observasi Lembar observasi Wawancara Pedoman wawancara Portofolio Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi siswa Penilaian diri Lembar penilaian diri Contoh Instrumen Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya. Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang tersedia tidak mencukupi, contoh instrumen penilaian dapat diletakkan pada lampiran. h. Menentukan Alokasi Waktu Alokasi waktu merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan: minggu efektif per semester, alokasi waktu mata pelajaran, dan jumlah kompetensi per semester. i. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa: buku teks, media cetak, media elektronika, nara sumber dan tokoh, lingkungan alam dan sosial-budaya sekitar, dan sebagainya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal, baik yang menerapkan sistem paket maupun sistem kredit semester (SKS). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran secara memadai. Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan RPP. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, mata pelajaran, dsb. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Implementasi pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. RPP yang dikembangkan guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen-komponen yang harus ada dalam suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran meliputi : Identitas mata pelajaran, meliputi: a. satuan pendidikan, b. kelas, c. semester, d. program studi, e. mata pelajaran atau tema pelajaran, f. jumlah pertemuan. standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. kompetensi dasar, adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. materi ajar, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. kegiatan pembelajaran : Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Adapun Prinsip-Prinsip dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah sebagai berikut : Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan. 1. Mencantumkan Identitas Terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu. Hal yang perlu diperhatikan adalah : RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus. (Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan) Indikator merupakan: ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya. 2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran. Misalnya: Kegiatan pembelajaran: ”Mendapat informasi tentang sistem peredaran darah pada manusia”.Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau keseluruhan tujuan pembelajaran, misalnya peserta didik dapat: mendeskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia. menyebutkan bagian-bagian jantung. merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman sekelasnya. mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah disampaikan oleh guru. Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap pertemuan dapat memberikan hasil. 3. Menetukan Materi Pembelajaran Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari indikator. Contoh: Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan. Materi pembelajaran: Ciri-Ciri Kehidupan: Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi. 4. Menentukan Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik: Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya. 5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: Kegiatan Pendahuluan Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan sebagainya. Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan. Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb. Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar. Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran). Kegiatan Inti Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator. Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkahlangkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan. Kegiatan penutup Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan. Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil ± 25% peserta didik sebagai sampelnya. Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan. Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan. 6. Memilih Sumber Belajar Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya. Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran. 7. Menentukan Penilaian Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai. Contoh minimal Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Identitas Nama Sekolah : ................................... Mata Pelajaran : ................................... Kelas, Semester : ................................... Standar Kompetensi : ................................... Kompetensi Dasar : ................................... Indikator : ................................... Alokasi Waktu : ..... x ... menit (… pertemuan) B. Tujuan Pembelajaran C. Materi Pembelajaran D. Metode Pembelajaran E. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Pertemuan 1 Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Pertemuan 2 Kegiatan Awal Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Pertemuan 3. dst F. Sumber Belajar G. Penilaian Mengetahui Kepala Sekolah..................., Guru Mata Pelajaran, .................................. ............................ NIP. NIP. LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Contoh Format Silabus Dan Cara Mengisinya Nama sekolah : Diisi nama sekolah tempat peserta didik belajar Mata Pelajaran : Diisi nama mata pelajaran Kelas/Program : Diisi kelas berapa SK tersebut harus dicapai melalui proses pembelajaran Semester : Diisi semester berapa SK tersebut harus dicapai melalui proses pembelajaran SK : Diisi rumusan SK No. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Memuat KD hasil penjabaran dari SK yang telah dirumuskan dalam SI. Memuat materi pembelajaran hasil penjabaran masing-masing KD yang telah dirumuskan. Memuat alternatif pengalaman belajar peserta didik yang terpilih yang dapat dipakai untuk mencapai penguasaan KD. Memuat Indikasi ketercapaian KD yang telah dirumuskan dalam SI. Memuat Jenis, bentuk, dan macam penilaian yang akan digunakan untuk melihat hasil belajar. Memuat alokasi waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing KD Memuat jenis sumber bahan/alat yang digunakan. Tabel 1. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional No Klasifikasi Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional yang Digunakan 1 Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval) Mendeskripsikan (describe) Menyebutkan kembali (recall) Melengkapi (complete) Mendaftar (list) Mendefinisikan (define) Menghitung (count) Mengidentifikasi (identify) Menceritakan (recite) Menamai (name) 2 Memproses (processing) Mensintesis (synthesize) Mengelompokkan (group) Menjelaskan (explain) Mengorganisasikan (organize) Meneliti/melakukan eksperimen (experiment) Menganalogikan (make analogies) Mengurutkan (sequence) Mengkategorikan (categorize) Menganalisis (analyze) Membandingkan (compare) Mengklasifikasi (classify) Menghubungkan (relate) Membedakan (distinguish) Mengungkapkan sebab (state causality) 3 Menerapkan dan mengevaluasi Menerapkan suatu prinsip (applying a principle) Membuat model (model building) Mengevaluasi (evaluating) Merencanakan (planning) Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan (extrapolating) Memprediksi (predicting) Menduga/Mengemukakan pendapat/ mengambil kesimpulan (inferring) Meramalkan kejadian alam/sesuatu (forecasting) Menggeneralisasikan (generalizing) Mempertimbangkan /memikirkan kemungkinan-kemungkinan (speculating) Membayangkan /mengkhayalkan/ mengimajinasikan (Imagining) Merancang (designing) Menciptakan (creating) Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan awal (hypothezing) Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek kognitif, Afektif dan Psikomotorik disajikan dalam tabel 2, 3, dan 4. Tabel 2 : Kata Kerja Ranah Kognitif Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian Menyebutkan Menjelaskan Menggambar Mengutip Membilang Mengidentifikasi Mendaftar Menunjukkan Memberi label Memberi indeks Memasangkan Menamai Menandai Membaca Menyadari Menghafal Meniru Mencatat Mengulang Mereproduksi Meninjau Memilih Menyatakan Mempelajari Mentabulasi Memberi kode Menelusuri Menulis Memperkirakan Menjelaskan Mengkategorikan Mencirikan Merinci Mengasosiasikan Membandingkan Menghitung Mengkontraskan Mengubah Mempertahankan Menguraikan Menjalin Membedakan Mendiskusikan Menggali Mencontohkan Menerangkan Mengemukakan Mempolakan Memperluas Menyimpulkan Meramalkan Merangkum Menjabarkan Menugaskan Mengurutkan Menentukan Menerapkan Menyesuaikan Mengkalkulasi Memodifikasi Mengklasifikasi Menghitung Membangun Membiasakan Mencegah Menentukan Menggambarkan Menggunakan Menilai Melatih Menggali Mengemukakan Mengadaptasi Menyelidiki Mengoperasikan Mempersoalkan Mengkonsepkan Melaksanakan Meramalkan Memproduksi Memproses Mengaitkan Menyusun Mensimulasikan Memecahkan Melakukan Mentabulasi Memproses Meramalkan Menganalisis Mengaudit Memecahkan Menegaskan Mendeteksi Mendiagnosis Menyeleksi Merinci Menominasikan Mendiagramkan Megkorelasikan Merasionalkan Menguji Mencerahkan Menjelajah Membagankan Menyimpulkan Menemukan Menelaah Memaksimalkan Memerintahkan Mengedit Mengaitkan Memilih Mengukur Melatih Mentransfer Mengabstraksi Mengatur Menganimasi Mengumpulkan Mengkategorikan Mengkode Mengombinasikan Menyusun Mengarang Membangun Menanggulangi Menghubungkan Menciptakan Mengkreasikan Mengoreksi Merancang Merencanakan Mendikte Meningkatkan Memperjelas Memfasilitasi Membentuk Merumuskan Menggeneralisasi Menggabungkan Memadukan Membatas Mereparasi Menampilkan Menyiapkan Memproduksi Merangkum Merekonstruksi Membandingkan Menyimpulkan Menilai Mengarahkan Mengkritik Menimbang Memutuskan Memisahkan Memprediksi Memperjelas Menugaskan Menafsirkan Mempertahankan Memerinci Mengukur Merangkum Membuktikan Memvalidasi Mengetes Mendukung Memilih Memproyeksikan Tabel 3. Kata Kerja Ranah Afektif Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati Mempertanyakan Mengikuti Memberi Menganut Mematuhi Meminati Menjawab Membantu Mengajukan Mengompromikan Menyenangi Menyambut Mendukung Menyetujui Menampilkan Melaporkan Memilih Mengatakan Memilah Menolak Mengasumsikan Meyakini Melengkapi Meyakinkan Memperjelas Memprakarsai Mengimani Mengundang Menggabungkan Mengusulkan Menekankan Menyumbang Menganut Mengubah Menata Mengklasifikasikan Mengombinasikan Mempertahankan Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Menegosiasi Merembuk Mengubah perilaku Berakhlak mulia Mempengaruhi Mendengarkan Mengkualifikasi Melayani Menunjukkan Membuktikan Memilih Memecahkan Tabel 4. Kata Kerja Ranah Psikomotorik Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi Menyesuaikan Menggabungkan Melamar Mengatur Mengumpulkan Menimbang Memperkecil Membangun Mengubah Membersihkan Memposisikan Mengonstruksi Mengoreksi Mendemonstrasikan Merancang Memilah Melatih Memperbaiki Mengidentifikasikan Mengisi Menempatkan Membuat Memanipulasi Mereparasi Mencampur Mengalihkan Menggantikan Memutar Mengirim Memindahkan Mendorong Menarik Memproduksi Mencampur Mengoperasikan Mengemas Membungkus Mengalihkan Mempertajam Membentuk Memadankan Menggunakan Memulai Menyetir Menjeniskan Menempel Menseketsa Melonggarkan Menimbang Mengaktifkan DAFTAR PUSTAKA Abdul Azis Wahab ( 1989 ), Evaluasi Belajar PMP, Bandung, LPPMP IKIP Bandung ....... ( 1989 ), Beberapa Pengalaman tentang Pelaksanaan Evaluasi di FPIPS IKIP Bandung, Bandung, FPIPS. ……. (1999). Bentuk dan Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran IPS ( Modul 5 ): Jakarta. Universitas Terbuka. Alamudi, Abdullah (Ed.). (1991). Apakah Demokrasi Itu? Jakarta: USIA. Asshiddiqie, Jimly (2005), Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Setjen Mahkamah Konstitusi Asshiddiqie, Jimly (2005), Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I, Jakarta: Setjen Mahkamah Konstitusi Asshiddiqie, Jimly (2005), Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Konpress Asshiddiqie, Jimly (2006), Perihal Undang-Undang Di Indonesia, Jakarta: Setjen Mahkamah Konstitusi Asmawi Zaenul (1995 ), Pengukuran Hasil Belajar dan Studi Sosial, Bandung, FPIPS IKIP Bandung. Bank, James A. ( 1980 ), Teaching Strategis for the Social Studies, California, Addison- Wesley Pub. Co. Budiardjo, Miriam (1989). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Bahmuller,C.E.(1996). The Future of democracy and Education for Democracy. Calabasas: Center for Civic Education (CCE). Bistok Sirait ( 1985 ), Menyusun Tes Hasil Belajar (terjemahan), Semarang, IKIP Semarang Press. Cynthia Szymanskisunal Marry E, Haas ( 1993 ), Social Studies and the Elementary/Midlle School Student, Harcourt Brace Jovanovich College Publishers. Dadang Sundawa ( 1999 ). Evaluasi Dalam Pembelajaran IPS ( Modul nomor 1,2,3,4, dan 6 ): Jakarta. Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989). Pedoman Penelaahan, Perbaikan, dan Perakitan Soal. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian. Dikdasmen. (2003). Materi Pelatihan: Peningkatan Kemampun Guru dalam Penyusunan dan Penggunaan Alat Evaluasi serta Pengembangan Sistem Penghargaan terhadap Siswa, Jakarta: Dir. PLP-Dikdasmen-Diknas. Gable K, Robert. (1966). Instrument Development in The Affective Domain. Boston: Kluwer-Nijhoff Pub. Gronlund, N.E. ( 1974 ), Measurment and Evaluation in Teaching, N.Y. ,The Macmillan. Hendarman. (2000). Integrasi Konsep-konsep Hak Asasi Manusia. Makalah. Unpublished. John Jarolimek and Walter C Parker ( 1993 ), Social Study for Elementary New York; School, Mcmillan Publishing,. Kosasih, A. Djahiri (1985), Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung. Kansil. (1983). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Kelsen, Hans. (1995). Teori Hukum Murni: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Empirik-Deskriptif. (Alih Bahasa Drs. Somardi). Bandung: Rimdi Press. Majelis Permusyawaratan Rakyat (2007), Panduan Pemasyarakatan UUD Negara RI Tahun 1945, Jakarta: Setjen MPR RI Republik Indonesia. (1989). Undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta Sanusi, Achmad .(1998). Sepuluh Pilar Demokrasi Konstitusional Menurut UUD 1945. (Unpublished). Tolchah, Moh. Mansoer. (1983). Teks Resmi dan Beberapa Soal Tentang UUD 1945. Bandung: Alumni. Uman, A. Rofiqul (2008), Membangun Jalan Demokrasi, Kumpulan Pemikiran Jakob Tobing tentang Perubahan UUD 1945, Jakarta: Konpress UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Setjen MK. Udin S. Winataputra. (1999). Apa dan Bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan menuju Suatu Paradigma Baru. (Makalah). Jakarta: Dirjen Dikdasmen, Depdiknas. PAGE PAGE 5 Cerita pendek Dst Pengetahuan kewarganegaraan Warga negara yang baik (berpengetahuan, terampil, dan berwatak) Keterampilan kewarganegaraan Watak kewarganegaraan Perilaku membuat Sikap PUSAT Bupati/ Walikota DPRD Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Gubernur DPRD Pemerintahan Daerah Provinsi Perwakilan BPK Provinsi Lingkungan Peradilan Umum Lingkungan Peradilan Agama Lingkungan Peradilan Militer Lingkungan Peradilan TUN Presiden MK MA BPK MPR DPD DPR bank sentral kpu UUD 1945 KY badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman kementerian negara dewanpertimbangan TNI/POLRI UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh DPR. menyimakkk Mata pelajaran lainnya Pengetahuan Alam: (membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat ( mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan (menjelaskan pengaruh ling-kungan terhadap kesehatan Kertakes: ( menyanyikan lagu-lagu kecintaan pada tanah air dengan benar ( membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam BANGGA BERTANAH AIR INDONESIA Matematika: Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pen-jumlahan dan pengurangan PKn ( mencintai kekayaan alam Indonesia ( bangga memiliki alam Indonesia ( bangga sebagai anak Indonesia Bahasa Indonesia: ( menceritakan peristiwa alam yang pernah dilihat,dialami, di dengar ( Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam Hari Senin27 Oktober 2008, Faris tidak mengerjakan PR dan tugas-tugas lainnya, di dalam kelas kelihatan murung terus, sesekali mengusap air mata yang keluar tanpa disadarinya. Bandung,27-10- 2008 R.Kl.I2-A Pukul : 10.00 - 11.20 NUMERICAL RATING SCALE SLTP Kelas Nama Siswa Tanggal Waktu Tujuan Petunjuk: Nyatakanlah tingkatan tanda cek (V) di bawah 1 = tidak memuaskan 2 = dibawah rata-rata 3 = rata-rata 4 = di atas rata-rata 5 = sempurna : ......................................... : ......................................... : .......................................... : ......................................... : .......................... :mengetahui tingkat ketaatan siswa dari setiap pernyataan berikut ini dengan memeri angka- angka yang ada di depan pernyataan. No. Aspek yang diukur 1 2 3 4 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Cara berjalan Ketepatan datang ke sekolah Keseriusan mengikuti pelajaran Kelengkapan atribut sekolah Keseriusan mengerjakan PR Melaksanakan piket di kelas Membersihkan papan tulis Ketepatan mengerjakan tugas Menolong orang lain Memungut sampah berserakan DAFTAR COCOK GURU DALAM PENDIDIKAN MORAL Nama siswa :................... Hari/Tgl/Jam :................... Kelas :................... Guru :................... NO PERNYATAAN YA TDK 1. 2. 3. 4. 5. Menghentikan kendaraan, ketika lampu merah menyala, sekalipun tidak ada petugas lalu lintas. Tidak meludah di sembarang tempat, sekalipun tidak ada tanda larangan Datang ke sekolah tepat ewaktu, sekalipun jam pertama bebas Membuang sampah pada tempatnya, ketika ada guru atau kepala sekolah Sholat tepat waktu, karena akan diberi hadiah oleh ayah atau ibu … … … … … …… …… …… …… ……. FORMAT LEMBAR OBSERVASI PENGUKURAN KEEFEKTIFAN PESERTA DISKUSI Petunjuk: Lembaran ini diisi oleh guru atau pengamat waktu istirahat ataupun setelah diskusi berakhir. Lembaran ini mencatat keefektifan setiap peserta diskusi dalam 4 kriteria. Tulislah angka-angka yang tepat di belakang pernyataan-pernyataan di bawah ini. 5 = baik sekali 4 = baik 3 = cukup 2 = kurang 1 = kurang sekali Nama siswa Hari/Tgl/Jam Kelas Guru :................... :................... :................... :................... No Butir Pernyataan SS S R TS STS 1. Bagaimana pendapatmu ketika gurumu bercerita dengan suara keras? 2 Bagaimana perasaanmu ketika seseorang memberimu hadiah buku? 3 Guru yang suka menghukum siswa akan dihormati siswanya 4 Bagaimana perasaanmu ketika membaca buku lucu ketika di rumah? Sikap terhadap penggunaan hukuman di sekolah Petunjuk: Jawablah semua butir soal di bawah ini dengan katagori jawaban sebagai berikut: SS jika sangat setuju terhadap pernyataan S jika setuju terhadap pernyataan R jika ragu-ragu terhadap pernyataa TS jika tidak setuju terhadap pernyataan STS jika sangat tidak setuju terhadap pernyataan TEKS Perairan ZEE Indonesia meliputi luas 2,7 juta km2 sepanjang tahun 1998 telah terjadi pencurian ikan laut oleh kapal-kapal asing di wilayah ZEE, diaksir merugikan negara sebesar 4 miliar dolar AS. Ironisnya, Indonesia yang menguasai perikanan Perairan Nusantara, laut Wilayah, dan ZEE sengan luas 5,9 juta km2, nilai ekspor ikan lautnya hanya 1,92 miliar dolar AS. Dari survey terakhir potensi ikan seluruh perairan mencapai 6,7 juta ton per-tahun. Di antara jenis-jenis ikan yang mempunyai potensi ikan seluruh perairan Indonesia mencapai 6,7 juta ton per-tahun. Di antara jenis-jenis ikan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi adalah ikan tuna 166.000 ton per-tahun, ikan cakalang 275.000 ton per-tahuan, dan udang laut 69.000 ton per-tahun. Laut Banda saja menyimpan potensi ikan karang sebanyak 30.000 ton per-tahun. Negara-negara tujuan ekspor ikan Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa Barat seperti Belanda, Perancis, Jerman, dan Inggris. Dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Lut diharapkan produksi ikan laut Indonesia meningkat tajam (Sumber: IPS Terpadu, SPMB 5 juli 2000). Tes Tertulis Uraian: Terbatas/ tertutup/ terstruktur Bebas/terbuka Tes Tertulis Obyektif: Pilihan Ganda Benar-Salah Mnjodohkan Isian Sinkat Tes Lisan Tes Tertulis Tes Perbuatan Skala Sikap Cek Lis Kuesioner Studi Kasus Portofolio Non-Tes Tes PENILAIAN Diskusikan perbedaan-perbedaan pemerintahan desa dengan kelurahan? Diskusikan kelebihan dan kekurangan (dampak yang ditimbulkan) dari pelaksanaan Pilkada secara langsung? PEMERINTAHAN DAERAH Gubernur, Bupati, Walikota dipilih secara demokratis [Pasal 18 (4)**] anggota DPRD dipilih melalui pemilu [Pasal 18 (3) **] DPRD KEPALA PEMERINTAH DAERAH Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang [Pasal 18 (1)] berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (6)] menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5)] mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (2)] PEPPPPPMERINTAHAN DAERAH Hasil Perubahan Jumlah : 21 bab 73 pasal 170 ayat 3 pasal Aturan Peralihan 2 Pasal Aturan Tambahan Tanpa Penjelasan. Sidang Sidang Sidang Sidang Sidang MPR Umum Umum Umum Umum MPR MPR MPR MPR 1999 2000 2001 2002 tgl tgl tgl tgl 14-21 Okt 1999. 7-18 Ags 2000 1-9 Nov 2001 1-11 Ags 2002 Kesepakatan Dasar Tidak mengubah Pembu-kaan UUD 1945. Tetap mempertahankan NKRI. Mempertegas sistem pre-sidensiil Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan ke dalam pasal-pasal Perubahan dilakukan dengan cara adendum Sebelum Perubahan Jumlah : 16 bab. 37 pasal 49 ayat 4 pasal Aturan Peralihan. 2 ayat Aturan Tambahan Penjelasan. Dasar Yuridis Pasal 3 UUD 1945. Pasal 37 UUD 1945 TAP MPR No IX/MPR/1999 TAP MPR No IX/MPR/2000 TAP MPR No XI/MPR/2001 Tujuan Perubahan Menyempurnakan aturan dasar : Tatanan negara. Kedaulatan rakyat HAM Pembagian Kekuasaan Kesejahteraan Sosial Eksistensi negara demokrasi dan negara hokum. Sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Tuntutan Reformasi 1. amandemen UUD 1945 2. Penghapusan doktrin dwi fungsi ABRI. 1. Penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan KKN. Otonomi daerah. Kekebasan pers. mewujudkan kehidupan demokrasi. Dasar Pemikiran Perubahan Kekuasaan tertinggi ditangan MPR. Kekuasaan yang sangat besar pada presiden Pasal-pasal multitafsir. Pengaturan lembaga negara oleh presiden melalui pengajuan UU Praktik ketatanegaraan tidak sesuai dengan jiwa Pembukaan UUD 1945. Pengubahan dan atau penambahan pasal 2 ayat 1, pasal 6A ayat 4, pasal 8 ayat 3, pasal 11 ayat 1, pasal 16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24 ayat 3: Bab XIII, pasal 31 ayat1-5, pasal 32 ayat 1-2 : Bab XIV, pasal 33 ayat 45, pasal 34 ayat1-4, pasal 37 ayat 1-5, Aturan Peralihan Pasal I,II dan III. Aturan Tambahan Pasal I dan II UUD 1945. d. Penghapusan judul Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dan pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya kedalam Bab III tentang “Kekuasaan Pemerintahan Negara”. c. Pengubahan penomoran pasal 3 ayat 2 dan ayat 4. Perubahan ketiga UUD 1945 menjadi pasal 3 ayat 2 dan 3. Pasal 25E Perubahan kedua UUD 1945 menjadi pasal 25A. Penambahan bagian akhir pada perubahan kedua UUD 1945 dengan kalimat “Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan”. Cinta tanah air Peristiwa alam Dst Bangga Bertanah air Indonesia melukis alam Menjumlah/ Mengurang Karya seni rupa lagu Gunung, pantai wisata Pulau Dst Dst membuat kolase Pence-maran Dst Penyebab Dampak . ± I / 0 ; < A « O › ¨ • š • d ¡ 1 C k • © h& Ø h& Ø 6 •CJ h& Ø h& Ø CJ mH ¼ mH sH « ¯ sH ¿ ë×yžqdZdZdLdLdZdLdLdLdZ h& Ø CJ mH sH h& Ø mH sH ! h& Ø 5 •CJ sH ' h" h& Ø 5 •CJ OJ QJ aJ sH ! hÛ o 5 •CJ OJ QJ aJ mH sH ' h" hÛ o 5 •CJ OJ QJ aJ sH ' h" hŸhR 5 •CJ OJ QJ aJ sH ' hV:Ý h¦ o 5 •CJ OJ QJ aJ sH ' hV:Ý hþ 5 •CJ OJ QJ aJ sH / 0 < = ª I OJ mH mH mH mH mH QJ aJ mH • ª á ¿ À ý Ü Ô Æ 5 ¹ Ô - ò ò Ô µ ò Ì ¦ Ì ¦ — $ „h dh `„h a$ gdÛ o $ & F Æ Ð & Ø & F Æ Ð $ „Ð dh `„Ð a$ gdÛ o „h @& ^„h gdÓR© „h @& ^„h gd& Ø „ @& ^„ a$ gdÛ o @& gd& Ø ¿ À dh Ê Ó gd& Ø ü ý dh º 5 gd& Ø Ö ð gd ö i Ÿ - ! " - K q r - ïÞʶʧ— §„§„§„§„§|p|§d\M> H! hV:Ý hGl• CJ aJ mH! sH! h˜|½ h .C CJ aJ mH! s h˜|½ CJ aJ h˜|½ CJ aJ mH! sH! hGl• CJ aJ mH! sH! hGl• CJ aJ % h" h .C B* CJ aJ mH! ph sH! h" h .C 5 •CJ aJ mH! sH! h" h .C CJ aJ mH! sH! ' h" h Ý 5 •CJ OJ QJ aJ mH sH ' h" h .C 5 •CJ OJ QJ aJ mH sH ! hþ 5 •CJ OJ QJ aJ mH sH h& Ø h& Ø 5 •CJ OJ QJ aJ r - ³- L-! ®! °! ±! ³! µ! ¶! ·! ¹! º! »! ½! ¾! À! Á! Â! ñ ñ ñ ñ à à Ð Ð Ð Ð Ð Ð Ð Ð ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ $ Æ Å „ „° ^„ `„° a$ gd .C $ „8 „° ^„8 `„° a$ gd .C $ „ Ð dh ¤x `„Ð a$ gdh î $ & F dh a$ gd˜|½ - ²- ³- K L M ¿ Þ ß ( I U • “ ¬! -! ®! ¯! ±! ²! ³! ´! ·! ¸! »! ¼! ¾! ¿! Ä! Î! ñâÓâį ”â „ „ „ u ` ` ` ¯ ` ` P h" h .C 5 •CJ aJ mH! sH! ( j h" hÅX¾ CJ U aJ mH nH u hV:Ý hh î CJ aJ mH! sH! h" h .C 6 •CJ aJ mH! sH! hGl• CJ aJ mH! sH! h" h .C CJ a J mH! sH! ( j h" hGl• CJ U aJ mH nH u h" hGl• CJ aJ mH! sH! hGl• hGl• CJ aJ mH! sH! hV:Ý hGl• CJ aJ mH! sH! hGl• h˜|½ CJ aJ mH! sH! Â! Ã! Ä! Î! " k# ¥$ À% q& W' ( ) ò) ¾ „Ð & F & F & F Å* ë ® „˜þ dh „Ê ë ã ® „›þ dh ® ‚ ¤x ^„Ð `„˜þgdÛ o ¤x a$ gdÓR© dh ¤x a$ gdÅX¾ $ $ Î ® $ ¤x 1$ ^„Ê `„›þa$ gdÓR© dh ã ® $ ” „A Æ Î! ( „h dh ¤x ]„A ^„h a$ gdÛ o Å „ „Ð ^„ `„Ð a$ gd .C " " 3" D" -# j# k# “% ( k( m( $ a$ gd .C ”% ' 4' a' $ ) J ) ñ) ò) ó) ô) Å* &+ 5+ 6+ ëÖǷǨǙ‰™}™n™n^n™n™OCO™‰™ hÅX¾ C aJ mH sH h" h Ý CJ aJ mH sH h" h Ý 7 •CJ aJ mH sH h" h Ý CJ aJ mH sH hh î CJ a J mH! sH! h" h Ý 6 •CJ aJ mH! sH! h" h Ý CJ aJ mH! sH! h" hÁnE CJ aJ mH! sH! h" h .C 6 •CJ aJ mH! sH! h" h .C CJ aJ mH! sH! ( hV:Ý h .C 5 •B* CJ aJ mH! ph sH! ( h" h .C 5 •B* CJ aJ mH! ph sH! 6 + v+ ˆ+ «+ ¿+ (, H, - 9- K- L- M- N- n4/ 9/ 0 x2 z2 {2 |2 Ÿ2 ¡2 ¢2 ñáñáñÒñÃñáñÃñÃñ´ñ¥– ‰yiZK h" hð § CJ aJ mH sH h" h`-± CJ aJ mH sH h" h`-± 5 •CJ aJ mH sH h" h pÖ 5 •CJ aJ mH sH h& Ø 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h Ý CJ aJ mH! sH! hV:Ý h .C CJ aJ mH! sH! h" hð § CJ aJ mH! sH! h" h Ý CJ aJ mH! sH! h" hÛ o CJ aJ mH! sH! h" h .C 6 •CJ aJ mH! sH! h" h .C CJ aJ mH! sH! Å* 4/ y2 z2 2 ¡2 Ã2 4 5 f6 Ë8 î Ý Ì Â º ® ‘ ‚ o g dh gd$ $ „H „ˆ dh ^„H `„ˆ a$ gd^lÌ $ „H dh ^„H a$ gdÒ6 $ „Ð dh `„Ð a$ gd^lÌ $ & F dh a$ gdÓR© $ „h ^„h a$ gd`-± $ a$ gd`-± $ ¤x a$ gd Ý $ „h dh ¤x `„h a$ gdð § $ „Ð dh ¤x `„Ð a$ gdð § $ „h dh ¤x `„h a$ gdÛ o ¢2 ¸2 ¾2 Á2 Â2 Ã2 ó2 ø2 ý2 3 •3 ¿3 Œ4 5 Ë5 ß5 d6 e6 f 6 g6 h6 r6 œ6 Ê8 ñâÓÄâñ´ñ´ñ´ñ¥–†– wÄj]PCP h" h!TÙ CJ mH sH h" h].Ù CJ mH sH h" htHÄ CJ mH sH h" h®Wy CJ mH sH h" hð § CJ aJ mH sH h" hÖ Ý 6 •CJ aJ mH sH h" hÖ Ý CJ aJ mH sH h" hY • CJ aJ mH sH h" h^lÌ 6 •CJ aJ mH sH h" h®Wy CJ aJ mH sH h" hI Á CJ aJ mH sH h" hÒ6 = CJ aJ mH sH o= 3> x> y> ‘@ “@ ýA ÿA D D 4D 5D wjwjwjw h" h^lÌ CJ /? 0? Z? c? D D dD „D ¢D £D hV:Ý hÅX¾ CJ §D mH ¨D aJ g? E mH i? sH ª? Ê8 q9 ; +; 9= W= c «? ¯? ±? ê? ð? J@ K@ óæÙæÙæÌæÅÁ¶«ž‘ž‘ž‘ž‘ž‘ž‘ž„ž„ž„wjwj sH hV:Ý h'xì CJ mH sH hV:Ý hÅX¾ CJ mH sH hV:Ý hh î CJ mH sH hV:Ý h'xì CJ mH sH hV:Ý hh î mH sH hV:Ý h'xì mH sH h'xì hh î h'xì hV:Ý hh î CJ mH sH h'xì CJ mH sH h" h'xì CJ mH ? «? ë? K@ ‘@ üA D 5D £D E †E ¹E úE ÛH ñI ÷ ò ò æ Ö æ ÷ Æ Æ Æ hV:Ý h$ sH )Ë8 9= CJ 3> ÷ mH y> sH å> /? ò ò æ ÷ æ Æ Æ hV:Ý 0? c Æ ÷ · $ „H dh `„H a$ gdI Á „ „>þ dh ^„ `„>þgdÅX¾ „S „£þ ^„S `„£þgdh î „ö dh `„ö gd'xì gdÑu[ dh gd'xì E E …E †E ŠE ‹E ¸E ¹E ½E ¾E úE þE ÛH ÜH ñI ÂJ ÅJ .K 1K ÔK ÕK ;L <L CL DL -L ®L ±L ¸L ¼L ¿L ÁL ÂL ÅL ÕL ×L Ý L ßL àL áL M óæóæóæóæóæóæ×Ƚ²½²½²½¬¦••{•n{n{n{n{n{n{n h" hI Á CJ mH sH ( j h" hI Á CJ U mH nH sH u hV:Ý hI Á CJ mH sH h !û h !û CJ h !û CJ h37q CJ hV:Ý h37q mH dh sH hV:Ý hI Á mH sH hV:Ý hI Á CJ aJ mH sH hV:Ý htHÄ CJ aJ mH sH hV:Ý h'xì CJ mH sH hV:Ý hÅX¾ CJ mH sH (ñI HJ ÂJ .K ÒK ;L <L ½L ¾L ¿L ÂL ÕL ØL ÷ ÷ ï ï ï ê à × Ê Ê =L >L ?L ÷ @L ï AL BL ÷ CL ¯L ï ï × -L ¸L ÷ ï ï DL ï ï × × Æ e F Æ n gdI Á gdI Á Æ @& gdI Á gdI Á dh ÝL àL ñL M #M NM OM O ¿Q S OV ‹X ò ò å Ò Ã ¡ gdI Á YN — ò dh ØL ò à ´ gd !û ÚL ÛL ò Û ´ ÙL ò Û ´ $ ÜL ´ „ÿÿ „Ð dh ]„ÿÿ`„Ð a$ gd xŽ $ „H dh `„H a$ gdO\v $ Æ „Ð dh gdI Á `„Ð a$ gdI Á gdI Á gdI Á Æ e ¸ 3 gdI Á Æ e n F gdI Á M "M NM OM XN YN ZN ÜO "P CR — R ÂR ÕR àR S S S {S ÚS ùS T T 2T âT ïÞѳ¤•†•whwhw•YJY Jh†h† hV:Ý hž= CJ aJ mH sH hV:Ý h?{é CJ aJ mH sH hV:Ý hÅX¾ CJ aJ mH sH hV:Ý hÛ o CJ aJ mH sH hV:Ý hìy¾ CJ aJ mH sH hV:Ý hO\v CJ aJ mH sH hV:Ý hFRš CJ aJ mH sH hV:Ý h].Ù CJ aJ mH sH hV:Ý hYe§ CJ aJ mH sH h" hI Á CJ mH sH h" hI Á CJ OJ QJ mH sH h" hˆ CJ OJ QJ mH sH âT U U ¡U NV OV ¤V ¥V ¾V ÀV ÐV ØV þV W W W 1W =W – W ÃW ÄW FX aX ‹X ³Y ¡Z £Z ([ ñâÓñĸ©š¸‹¸‹{‹{‹{‹{‹l¸l\‹P‹ h37q CJ aJ mH sH h" håXî CJ \ •aJ mH sH h" h xŽ CJ aJ mH sH hÈ.½ håXî 5 •CJ aJ mH sH h" håXî CJ aJ mH sH h" hÈ.½ CJ aJ mH sH h" hO\v CJ aJ mH sH hÈ.½ CJ aJ mH sH hV:Ý h?{é CJ aJ mH sH hV:Ý hPmà CJ aJ mH sH hV:Ý hìy¾ CJ aJ mH sH hV:Ý hÈ.½ CJ aJ mH sH ‹X Y =Y gY ‡Y ³Y UZ tZ ¡Z [ ([ #] ‹^ tb d ãe \g ð å å å å Ô Ä Ä ± ± œ œ œ œ œ œ $ Æ 8 „ã dh WD4 `„ã a$ gdEd¢ $ „h „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gdåXî $ Æ h H €€ dh a$ gdåXî $ „ã dh WD4 `„ã a$ gdíuÇ $ dh a$ gdåXî $ „Ð dh `„Ð a$ gdåXî ([ •[ ˆ[ «[ ·[ ¸[ Ô[ Õ[ %\ •\ Ÿ\ Ó] ö] ’^ ¢^ ¦^ ¶^ ¡_ ©_ ª_ ²_ Ôb Úb Ûb áb âb êb ëb õb \g ]g eg fg ng og pg •g ‰g ñåñÖñÖÊÖñÖñºñºñºñÖñÖñÖñÖñÖñÖñ«›‹{k{k{ h" h9iê 5 •CJ aJ mH sH h" h`-± 5 •CJ aJ mH sH h" h al 5 •CJ aJ mH sH h" h^lÌ 5 •CJ aJ mH sH h" híuÇ CJ aJ mH sH h" hEd¢ 5 •CJ aJ mH sH h. • CJ aJ mH sH h" h rì CJ a J mH sH h37q CJ aJ mH sH h" hEd¢ CJ aJ mH sH %\g ]g ‰g åh ‡k Ôk Fl Gl ¢l m km ¼m ð â × Ì ¾ ° ¡ ’ „ v v $ & F! dh a$ gdÓR© $ & F! dh a$ gd. • $ „Ð dh `„Ð a$ gd -Å $ „ dh ^„ a$ gdØÍ $ & F dh a$ gdÓR© $ & F dh a$ gd. • $ dh a$ gdosú $ dh a$ gd‰ ’ $ & F dh a$ gdÓR© $ „H dh `„H a$ gdÖ Ý ‰g ¾h Éh äh æh <i Ai Gi Qi ®i ìj Hk Rk Sk †k ‡k Fl Gl ¢ l ¼m în ñâñÓÄ´Ä´¥– ‡xixiZK@Zi h" h -Å CJ aJ hV:Ý hØÍ CJ aJ mH sH hV:Ý h -Å CJ aJ mH sH hV:Ý hÕ!í CJ aJ mH sH hV:Ý h` ¿ CJ aJ mH sH hV:Ý hÅ § CJ aJ mH sH hV:Ý hƒ=® CJ aJ mH sH hV:Ý hHv¦ CJ aJ mH sH h" hHv¦ 6 •CJ aJ mH sH h" hHv¦ CJ aJ mH sH h" h xŽ CJ aJ mH sH h" h< ® CJ aJ mH sH h" h‰ ’ CJ aJ mH sH în o \o Úp Ûp 4q ?q Wq Xq Yq tq þq µr »r ½r ¾r Ðr Ør ãr îr ÿr s s s s 0s 5s 8s Bs Ts Ys [s us ñâñÓÄÓÄÓĵӦ– ¦‡x¦x¦xixZx¦x¦x¦x¦x h" hó?á CJ aJ mH sH h" híuÇ CJ aJ mH sH h" h‰ ’ CJ aJ mH sH h" h xŽ CJ aJ mH sH h" hº t 5 •CJ aJ mH sH h" hº t CJ aJ mH sH h" htb¾ CJ aJ mH sH h" hb ð CJ aJ mH sH h" h< ® CJ aJ mH sH hV:Ý hÕ!í CJ aJ mH sH hV:Ý h< ® CJ aJ mH sH ¼m Ûp ¾r üu •w ¹w éz D} r} Æ} S~ À~ • ”• è• o€ ð å Ö Ö Ä µ µ µ § § § ˜ Š Š Š $ & F* dh a$ gdÓR© $ „h dh `„h a$ gd¾ ‰ $ & F) dh a$ gdÓR© $ & F( „ª „ª dh dh `„ª a$ gdosú ^„ª a$ gdRs› $ $ $ „Ð dh dh `„Ð a$ gd²{Y a$ gd‰ ’ $ „Ð dh `„Ð a$ gdÕ!í us vs ës ¨t u üu Xv åv ”w •w ¹w _x hz ‡z èz éz êz C} D} Æ} S~ ñâÓâÓĵ©••©•q•©eYeJ> hkBY CJ aJ mH sH hV:Ý hkBY CJ aJ mH sH hC CJ aJ mH sH h p1 CJ aJ mH sH hØÍ h S; 6 •CJ aJ mH sH h S; CJ aJ mH sH h·1š hosú 5 •CJ aJ mH sH h HÆ CJ aJ mH sH hosú CJ aJ mH sH h" hC>± CJ aJ mH sH h" hcS• CJ aJ mH sH h" h˜"t CJ aJ mH sH h" hº t CJ aJ mH sH h" h^lÌ CJ aJ mH sH S~ ¿~ À~ • • o€ ›€ Ü€ û€ ü€ • 1• à• ÷• ú• ‚ H‚ ^‚ a‚ k‚ Ï‚ Ý‚ Þ‚ ß‚ â‚ ®ƒ ôèÙÊÙº®¢®¢ ®¢’ƒ’¢’ƒ’¢q¢eYM h™ µ CJ aJ mH sH h 2 CJ aJ mH sH h CJ aJ mH sH " hØh‰l€ 5 •6 •CJ aJ mH sH h‰l€ h‰l€ 5 •CJ aJ mH sH sH h 2 h Í h‰l€ h‰l€ CJ aJ mH h‰l€ CJ aJ mH sH sH h× Z CJ aJ mH 5 •CJ aJ sH hV:Ý h¾ sH hkBY CJ a† ˆ ‡ ´ Ž $ & F, & F+ mH sH ‰ CJ aJ 7‡ aJ mH ͇ Ž „• dh hV:Ý sH ˆ ´ h^aÔ CJ aJ mH mH ˆ h„1ö CJ é ´ aJ mH Ú sH ´ { 7$ 8$ H$ ^„• a$ gde> o€ ›€ Ç ß‚ N… æ… Ç † ¡ $ dh 7$ 8$ H$ a$ gdÓR© $ „Å dh 7$ 8$ H$ ^„Å a$ gd 2 dh 7$ 8$ H$ a$ gdÓR© $ „] dh 7$ 8$ H$ `„] a$ gd 2 $ $ & F( „ „Å dh „äþ dh `„Å a$ gd× Z ^„ $ `„äþa$ gdRs› ®ƒ -„ q„ r„ s„ ¯„ É„ ͇ ˆ ˆ ˆ ˆ <ˆ =ˆ Š 2Š 4Š F• >Ž äŽ ôéâ×Ë×ô¥´¥™‘‰•y•×ncnTE h‰ ’ CJ aJ mH sH h" h‰ ’ CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 CJ aJ ,‰ ö‰ hV:Ý Š ,Š h" h‰ ’ CJ - aJ h pf CJ aJ hQ Ì CJ aJ hT7ö CJ aJ he> sH CJ hV:Ý sH aJ h 2 he> CJ aJ he> mH 5 •CJ aJ hV:Ý he> CJ aJ mH h 2 CJ aJ h 2 h 2 6 •CJ aJ h 2 h 2 CJ aJ h 2 \‹ ì Š h 2 ðŒ >Ž ² Î hV:Ý h 3• ð• Ù ² ‘ CJ aJ “‘ à“ Î h Œ• ² Ž CJ aJ mH ò– D— W— À œ sH ˆ ² <ˆ ² Î Î $ & F dh a$ gd. • $ „Ð dh ¤ ¤ [$ \$ `„Ð a$ gd‰ ’ $ & F dh a$ gdÓR© $ & F dh $ & F( dh a$ gd. • dh a$ gd‰ ’ $ 7$ 8$ H$ a$ gdÓR© „Å dh 7$ 8$ H$ `„Å a$ gde> $ äŽ ïŽ “‘ à“ H” S” ‘• D— f˜ Üš › È› É› Eœ ,• ž 7ž Bž Dž nž ož ™ž šž Àž ïàÕƶƧ ˜àïà‰zk\QEQ\Q\Q\ h" h^$ 6 •CJ aJ h" h^$ CJ aJ h" h^$ CJ aJ mH sH h" h^$ CJ aJ mH! sH! hV:Ý h^$ CJ aJ mH sH h" h al CJ aJ mH sH h" h‰ ’ CJ aJ mH sH hV:Ý h‰ ’ CJ aJ mH! sH! h" h‰ ’ 6 •CJ aJ mH! sH! h" h‰ ’ CJ aJ mH! sH! h" h‰ ’ mH! sH! h" h‰ ’ CJ aJ mH sH h" h‰ ’ 6 •CJ aJ mH sH W— ‘— ¥— ·— × â— û— ˜ >˜ f˜ – ˜ É› ,• P• j• ’• º• ë• ž Dž ož šž Áž ñ ñ ñ ñ ñ ñ ñ ñ ñ ñ æ Ñ Ã Ã Ã Ã Ã Ã Ã Ã Ã Ã $ & F dh a$ gdÓR© $ dh a$ gdMD¯ $ „Ð dh 1$ 7$ 8$ H$ `„Ð a$ gd^$ $ & F ¢ dh ࢠa$ gdÓR© Àž Áž ž Åž Ùž æž ÌŸ C D ƒ¡ £ £ D£ E£ F£ •£ ¬£ õéÙƳ¤³‘¤‘¤~oé`é`éQB` hV:Ý haJ3 CJ aJ mH „¡ ’¢ â ß sH hV:Ý h. • CJ aJ mH sH h. • haJ3 CJ aJ mH sH h" haJ3 CJ aJ mH sH $ h" haJ 3 CJ OJ QJ aJ mH sH % hV:Ý haJ3 B* CJ OJ QJ aJ ph3™f hV:Ý haJ3 CJ OJ QJ aJ % hV:Ý haJ3 B* CJ OJ QJ aJ ph $ haJ3 haJ3 5 •B* CJ PJ aJ ph - haJ3 5 •B* CJ PJ aJ ph haJ3 CJ aJ m H sH haJ3 h^$ CJ aJ Áž ž Ùž ÍŸ „¡ â ࢠ£ E£ •£ ¬£ º¤ C¦ o§ ó§ ô æ Ý Ý Ô Â Â Â Â Â ¯ ¢ “ ƒ $ & F$ dh ¤ a$ gd. • $ „Ð dh `„Ð a$ gdaJ3 „ & FD „ ^„ `„ gd. • „Ð dh ^„Ð a$ gdRs› $ dh *$ 1$ a$ gdaJ3 $ dh a$ gdaJ3 - $ „ „h dh „h `„h gdaJ3 ^„ `„h a$ gdaJ3 „ `„ gdaJ3 $ ¬£ -£ g¤ l¤ ‰¤ ‘¤ ¤ §¤ º¤ A¦ C¦ ¹¦ ÷¦ § § § § 0§ o§ ȧ ð§ ó§ ô§ =¨ >¨ V¨ f¨ ɨ ò¨ © òçÛçÛçÛçÄ­ž•••••o•dXdPdPdXdXdXd L© “© — h. • CJ aJ h" haJ3 6 •CJ aJ h" haJ3 CJ aJ hV:Ý haJ3 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 CJ aJ mH sH h" CJ aJ mH sH - h" haJ3 B* CJ OJ QJ aJ mH ph3™f sH h" haJ3 B* CJ OJ QJ aJ mH ph sH h" haJ3 6 •mH sH haJ3 mH sH h" haJ3 5 •\ •mH sH ó§ i¨ õ¨ – © 7¬ ¨- ᯠQ° y° ÿ° ü± £³ ¤³ ɳ ã ã Ô Ç ¸ • • ~ ~ s s $ dh a$ gdaJ3 haJ3 h" ã $ & F# & F" „Ð dh dh $ dh dh ¤ `„Ð a$ gdaJ3 a$ gdÓR© ¤ a$ gdÓR© a$ gdaJ3 $ $ $ „ dh `„ a$ gdaJ3 „ „ ^„ `„ gdaJ3 $ Æ & F$ Æ ° dh „ a$ gdaJ3 $ „åþ dh ¤ ^„ `„åþa$ gd. • —© ª ª 4¬ 7¬ 8¬ ”¬ ¨- ©- ⯠Q° 3³ C³ ¤³ ¨³ ɳ Y´ ä· ü· f¹ õæ×æı¢æõ“„t„_J„“:“ h" haJ3 6 •CJ aJ mH sH ( hV:Ý haJ3 5 •B* CJ aJ mH ph sH ( hV:Ý h *^ 5 •B* CJ aJ mH ph sH hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 CJ aJ mH sH h" haJ3 CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 CJ OJ QJ aJ % hV:Ý haJ3 B* CJ OJ Q J aJ ph % hV:Ý haJ3 B* CJ OJ QJ aJ ph3™f hV:Ý haJ3 B* CJ aJ ph hV:Ý haJ3 B* CJ aJ ph3™f hV:Ý haJ3 CJ aJ ɳ ^µ þ· f ¹ ³¹ õ¹ Dº – º M» •» þ» y¼ ù¼ @½ ‡½ ¾ ä¿ ð á á Ð ¸ ¸ ¸ ¸ ¸ ¸ ¥ Ž Ž Ž Ž á $ „h „˜þ dh 7$ 8$ H$ ^„h `„˜þ a$ gdaJ3 $ „Ð dh 7$ 8$ H$ `„Ð a$ gdaJ3 $ & F" Æ „h dh ¤ ^„h a$ gdÓR© $ Æ dh ¤ a$ gdaJ3 $ Æ dh a$ gdaJ3 $ „Ð dh `„Ð a$ gdaJ3 f¹ g¹ h¹ y¼ qÈ zÈ ‰È ŸÈ ¢È ³È ´È 9É :É Ê Ê YÍ ]Í ëÒðÃÃÂv‚v‚v‚gWgWgB *^ 5 •B* CJ aJ mH ph sH hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 CJ aJ mH sH h" haJ3 6 •CJ aJ h" haJ3 CJ aJ h" haJ3 6 •CJ aJ mH sH % h" haJ3 B* haJ3 B* CJ aJ mH ph sH h" haJ3 aJ3 B* CJ PJ aJ mH nH ph sH tH ( h" sH tH ä¿ /Ã Æ „Æ ÃÆ Ç QÈ ´È ¥É òÉ ²Ê &Ë XÍ YÍ Ê ² ² ² ² ² Û § ˜ ¾ ¾ ÕÄ ( hV:Ý êÄ §Å µÅ SÈ h CJ aJ mH phÿf sH % h" CJ aJ mH sH 1 h" h haJ3 CJ PJ aJ mH nH ~Í ² iÐ ð Û ² Ê Ê $ $ & F& Æ Ð „ „e dh dh `„e a$ gdaJ3 a$ gdaJ3 $ „h dh „Ð dh ¤ ^„h a$ gdRs› ¤ ^„ `„Ð a$ gdaJ3 $ „ dh ¤ ^„ a$ gdaJ3 $ $ Æ dh a$ gdaJ3 ]Í ~Í %Ï kÏ ªÕ óÕ õÕ 2× +Ø CÚ DÚ <Ü = Ü Ý Ý äÝ åÝ 8Þ 9Þ ]ß sß vß —ß ëÜÇܸ¨•‚•r_r_r_r_r_J_; h *^ haJ3 B* CJ aJ ph ( h *^ haJ3 6 •B* CJ aJ mH ph sH % h *^ haJ3 B* CJ aJ mH ph sH haJ3 B* CJ aJ mH ph sH % hV:Ý haJ3 B* CJ aJ mH ph sH % h" haJ3 B* CJ aJ mH ph sH h" haJ3 5 •CJ aJ mH sH h" haJ3 CJ aJ mH sH ( hV:Ý haJ3 6 •B* CJ aJ mH ph sH hV:Ý haJ3 CJ aJ mH sH ( hV:Ý haJ3 5 •B* CJ aJ mH ph sH iÐ &Ò 9Ô ©Õ õÕ \Ö üÖ 2× h× XØ éØ DÚ =Ü Ý åÝ 9Þ Yà Éá ä ð á á Ö È º º º º ð ¬ ¬ ¬ ¬ ¬ ¬ ð • $ „7 dh `„7 a$ gdaJ3 $ & FE dh a$ gd *^ $ & F% dh a$ gdÓR© $ & F% dh a$ gd *^ $ dh a$ gdaJ3 $ „ dh `„ a$ gdaJ3 $ „Ð dh `„Ð a$ gdaJ3 —ß Þß àß Yà Éá ïã ä ä ä gä ‹ä Eæ Læ Oæ Xæ œæ ©æ ëç è è Gè é ]é sé kë £ë ïàÑÆ·¤·¤€ÆtÆtÆtÆtÆiÆZJZ·i hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 CJ aJ mH sH h" haJ3 CJ aJ hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ h" haJ3 B* CJ aJ h ( h" haJ3 5 •B* CJ aJ mH ph3fÿ sH % h" haJ3 B* CJ aJ ph sH h" haJ3 CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 CJ aJ hV:Ý aJ3 B* CJ aJ ph h *^ haJ3 B* CJ aJ ph h *^ haJ3 6 •B* CJ aJ ph ä gä ‹ä ™å Zæ àæ ‡ç Gè Ké îé £ë Áë zí Wî ð {ò ô ô 8ô …õ 3ù ô Þ Þ Þ Þ Þ Þ Þ Þ Þ ô ô ô Ï ô ô ô Ä Ï ô $ dh a$ gdaJ3 îé p mH h ë Þ $ & F' Æ „Ð dh `„Ð a$ gdaJ3 $ „Å dh ^„Å a$ gdRs› $ dh a$ gdaJ3 £ë §ë Áë ?ì Lì Nì xì íì þì í dí ví ¬ï ºï ½ï zð ‹ð •ð ìñ ÿñ ô ô ô ô 8ô rõ ‚õ /ö 9ö Wö aö yö ƒö 1ù 2ù 3ù òâÓÃÓ°ÓÃÓ°›°›°ÓâÓ°›°‹xòhÓÃÓÃÓÃÓÃÓ\Ó haJ3 CJ aJ mH sH hP ¨ haJ3 5 •CJ aJ mH sH % h" hP ¨ B* CJ aJ mH ph sH haJ3 B* CJ aJ mH ph sH ( h" haJ3 6 •B* CJ aJ mH ph sH % h" haJ3 B* CJ aJ mH ph sH h" haJ3 6 •CJ aJ mH sH h" haJ3 CJ aJ mH sH h" haJ3 5 •CJ aJ mH sH hL" 5 •CJ & • Ö aJ ô mH sH À • • ^„h `„˜þa$ gdÝ8þ $ dh a$ gdÝ8þ #3ù ô 4ù Pù ª „ù ô û ,þ Óþ ÿ 7ÿ pÿ å $ „h å ª } £þ ª Õÿ ýÿ › „˜þ dh $ & F Æ & F Æ „Ð dh `„Ð a$ gdÝ8þ „h dh ^„h a$ gdÓR© „h dh ^„h a$ gdL" $ $ $ „Ð dh `„Ð a$ gd7wO $ $ „Ð dh dh `„Ð a$ gdÊ"â a$ gd7wO 3ù 4ù 5ù Nù Pù „ù û û Ëû Ûû 0ü Vý ]ý — ý œý ßý åý ,þ •þ £þ Óþ ÿ ïâÒô¥– ¥´¥‡w‡w‡w‡hYJ; hV:Ý h7wO CJ aJ mH sH h" h7wO CJ mH sH h" h7wO CJ aJ mH sH hV:Ý h7wO CJ aJ mH sH hV:Ý hÊ"â 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý hÊ"â CJ aJ mH sH hV:Ý hÔ3¸ CJ aJ mH sH hV:Ý hÊ"â CJ aJ mH sH hV:Ý O CJ aJ mH sH hV:Ý h`-± CJ aJ mH sH hV:Ý h`-± 5 •CJ aJ mH sH h·1š 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h^$ 5 •CJ aJ mH sH ÿ pÿ Õÿ üÿ ýÿ % ž º ê û O a b ° µ º 3 > V ‚ w ƒ ü aJ h7w å î < T n • • Ü ñâÓĹ®¹®¹®¹®¹£˜˜˜rcScScScScScS h" hÎ\I 5 •CJ aJ mH sH h" CJ aJ mH sH hV:Ý hÎ\I 5 •CJ aJ hV:Ý hL" hÎ\I CJ aJ mH sH h" hÎ\I CJ aJ h" J mH sH • » ü Š w ô « hV:Ý hÎ\I CJ aJ hV:Ý hÝ8þ CJ aJ h" hÔ3¸ CJ aJ hÝ8þ CJ aJ h" hÔ3¸ CJ aJ mH sH h" hÝ8þ CJ a hV:Ý hÝ8þ CJ aJ mH sH h" h7wO CJ aJ mH sH b c ° Z õ V ‚ ® , ô á Ø Š $ & F Æ & F Æ „h dh ^„h a$ gdÓR© „h dh ^„h a$ gdL" $ É t º t t $ dh a$ gdÎ\I $ „Ð dh `„Ð a$ gdÎ\I Æ $ h dh a$ gdL" $ „Ð dh `„Ð a$ gdÝ8þ ˜þa$ gdÝ8þ $ dh a$ gdÝ8þ w u • „Ð ^„Ð gdÝ8þ $ „h „˜þ dh ^„h `„ Ü ¸ T Å Ç ’ ÷ ß ) < ¦ å ƒ ¨ » b ð Ï Ï Ï ð 3 $ „h dh ^„h a$ gdÓR© dh a$ gdÎ\I ð å Ï Ï Ï $ & F Æ L ð Ï Ï å ( å Ï ð å Ï å å å å $ „Ð dh `„Ð a$ gdÎ\I Ü ¸ $ 0 Å @$ ¼ ²% º% Ò% Ý% L ¤& è L) é â+ ", ¬- Ç- •. 0 N0 3 ˜3 «3 Í4 Î4 7 .7 Í7 â7 •8 ¥8 *< ô? £”ÒñáñáñÒ³ÂÒñáñ…ñáñÂÒÂÒ”v” aJ mH sH h" h› ` CJ aJ mH sH hV:Ý hÎ\I CJ aJ mH sH hV:Ý hÎ\I 5 •CJ aJ mH sH h" hÔ3¸ CJ aJ mH sH h" hÎ\I 5 •CJ aJ mH sH h" hÎ\I CJ aJ mH sH h" hÎ\I 5 •CJ aJ mH sH h" hÎ\I CJ ¯" $ $ A$ X% ¤& À& ' •' é' :( ;( ô Ö Ö ô À À À ¨ ô ’ & F Æ Ð „h dh ^„h a$ gdÓR© $ a$ gdÎ\I Î\I $ & F Æ Ð „h dh ^„h a$ gdÓR© õ? aJ L) ô ö? mH X) sH ô (L a- l å ô À $ ñáñÒÂÒÂÒ³Ò£”£” hV:Ý hn"á CJ „h ° $ „˜þ^„h `„˜þa$ gd $ „ dh `„ a$ gdÎ\I $ $ ´. 0 „Ð dh Y/ dh `„Ð a$ gdÎ\I a$ gdÎ\I X) d) p) ¢) )* 5* ß* à+ â+ ", ¬- -- Ç- 0 N0 é é é Ö é á Ë é Ö ³ é Ö ³ é Ö ¦ Ö & F Æ & F Æ $ dh ß $ $ „h dh dh Ð „h ¤ a$ gdÔ3¸ $ dh ¤ ^„h a$ gdÓR© a$ gdÔ3¸ a$ gdÎ\I $ a$ gdÎ\I dh ^„h a$ gdÓR© N0 $ ä1 82 2 3 3 Ð — ˜3 «3 Y6 Ð ± $ Í7 •8 ^9 „h ± Œ dh ©: Ð ± Œ & F Æ 7 ^„h a$ gdÓR© 7; ª; Ë í; ð è Ë ± $ ¼ ¢ Œ $ $ „e dh dh `„e a$ gdÎ\I a$ gdÎ\I $ ` & F Æ t „Ð dh gdÎ\I „h dh `„Ð a$ gd› $ ¤ ^„h a$ gdÓR© dh gdÎ\I $ „Ð dh `„Ð a$ gdÔ3¸ í; *< •< •= ö= õ? ö? @ .F ¤F ØI ð Ú Ú Ú Ë Ã ´ ¥ – ƒ ƒ x $ dh a$ gdÂ#o $ „h „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gdÂ#o µB •D Ë E $ „h dh `„h a$ gdÂ#o $ „ dh `„ a$ gdÂ#o $ „ dh `„ a$ gd â dh gd â $ & F Æ ` „Ð „h dh dh `„Ð a$ gdÎ\I ^„h a$ gdÓR© $ $ Æ h dh a$ gdÎ\I ö? ù? ú? @ W@ k@ ÚI 3J GJ øK ùK 3L 4L ÊL ËL N N )N 4N oN ~N «N ãN O ïßÏÀ°À¡‘¡•p•p•paQaQaQaQaQa hV:Ý hÂ#o 6 •CJ aJ mH )M ¹M ÄM sH hV:Ý hÂ#o CJ aJ mH sH hV:Ý hÓ5Š CJ aJ mH sH " j sð hÓ5Š hÓ5Š CJ aJ mH sH h" hÂ#o 6 •CJ aJ sH h" hÂ#o CJ aJ mH sH h" hÂ#o 6 •CJ aJ mH! sH! h" hÂ#o CJ aJ mH! sH! hV:Ý h`-± 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h al 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h‘;U 5 •CJ aJ mH sH ØI øK 3L ÊL )M *M O •O GP 5Q ›Q uS •V +Y û[ å Ò Ò Ã ´ ¡ ¡ ¡ ð ’ ð ‡ $ dh a$ gdÂ#o mH - ] ð ð ð $ ` „X $ dh „h `„X a$ gd› „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gdÂ#o $ ` „Ð dh `„Ð a$ gd› $ $ „Ð dh dh `„Ð a$ gdÓ5Š a$ gdÓ5Š $ „´ „Lÿ dh ^„´ `„Lÿa$ gdÓ5Š $ „Ð dh `„Ð a$ gdÂ#o O ¨O ³O P &P }P ˆP ½P ÆP ÌP ÜP ïP ÿP )Q 3Q GQ PQ •Q ‰Q îQ ùQ þQ R R 6R NR SR gR mR 6U IU W ÝW îW +Y ,Y ˜Z ¤Z ã[ ÷[ Å\ Ð\ ] ^ 3^ B^ |^ •^ _ _ ë_ ú_ Ã` æ` 7a Ba ñáñáñáñáñáñáñáñáñáñáñá ñáñáñáñáñÒÂÒ³ÒÂÒÂÒÂÒ¤™™™™™™ h" hÂ#o 6 •CJ aJ h" hÂ#o CJ aJ h" hÂ#o CJ aJ mH sH h" h› ` CJ aJ mH sH h" hÂ#o 6 •CJ aJ mH sH h" hÂ#o CJ aJ mH sH hV:Ý hÂ#o 6 •CJ aJ mH sH hV:Ý hÂ#o CJ aJ mH sH 7 ] =] l] Ÿ] Â] d^ á^ ƒ_ Ã_ aa ß Æ ± ± ¢ ‚ ‚ ‚ s $ & F Æ H „ „ dh `„ „˜þ dh a$ gdÂ#o $ 1$ 7$ 8$ H$ ^„ `„˜þa$ gdÓR© $ „Ð dh `„Ð a$ gdÂ#o $ „‡ dh 1$ 7$ 8$ H$ ^„‡ a$ gdÂ#o $ „h „ÿ dh 1$ 7$ 8$ H$ ^„h `„ÿa$ gdÂ#o $ & F Æ ¡ „h „ÿ dh 1$ 7$ 8$ H$ ^„h `„ÿa$ gdÓR© aa †a ©a ßa b Mb ‚b —c ½c ïc d 2d ad ‹d °d æd e Je œe ß Äe ß ß ß Ð § § Ð `„˜þa$ gdÂ#o & F Æ D „Ð dh º § § § § $ ^„Ð a$ gdÓR© ß º ß º § $ „Ð § § „˜þ dh ^„ $ & F Æ Ì âd þj h" CJ h" CJ h" CJ æe „h dh `„h a$ gdÂ#o $ „ „Ôþ dh 1$ 7$ 8$ H$ ^„ `„Ôþa$ gdÓR© Ba ©a ßa Mb Œd Îd •e Æe Çe Èe åe æe =g Gg Þg ìg bh |h ßh îh •j ¬j éj ¶l õêÛõ̼̭žŽ~o`P`P`P`P`A`A` h" huH- CJ aJ mH! sH! hÂ#o 6 •CJ aJ mH! sH! h" hÂ#o CJ aJ mH! sH! h" huHaJ mH sH h" h`-± 5 •CJ aJ mH sH h al 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h al CJ aJ mH sH hV:Ý hÂ#o aJ mH sH hÂ#o 6 •CJ aJ mH sH h" hÂ#o CJ aJ mH sH h" hÂ#o aJ mH sH hV:Ý hÂ#o CJ aJ h" hÂ#o CJ aJ Äe Çe åe •h éj ²l Àl ÷n q q (q Šr Gt It Vt 8v ô é á Ò Ò Ã ¸ à à ° ¸ ¡ ¡ Ž ¸ ¡ $ Æ „ „X dh `„X a$ gdÂ#o $ $ „X dh dh `„X a$ gdÂ#o a$ gdÂ#o $ a$ gdÂ#o $ „Ð dh `„Ð a$ gdÂ#o $ Æ " dh $ a$ gdÂ#o & F $ a$ gduH- a$ gdÓR© $ dh a$ gduH¶l ¿l ÷l cm dn %o .o 3o :o q q 'q Ãs Ïs Ôs Þs Gt It Jt Vt ×u äu ëu v 8v 9v :v Dv w „y …y †y ïàÐàооÐàïà®à® ஞŽŽŽpžŽàaT h·1š 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h`-± CJ aJ m H! sH! h" huH- CJ aJ mH sH h" hÂ#o CJ aJ mH sH h" hÂ#o 5 •CJ aJ mH sH h" huH- 5 •CJ aJ mH sH h" hÂ#o 5 •CJ aJ mH! sH! " h" hÂ#o 5 •CJ \ •aJ mH! sH! h" hÂ#o CJ \ •aJ mH! sH! h" hÂ#o CJ aJ mH! sH! hÓ5Š hÂ#o 5 •CJ aJ mH! sH! 8v 9v Dv Šw „y …y ½y ¾y ×y Øy ?z \z xz €z ˆz ¨z Àz { ð å ð ð Ý Ý Ø È Ã ´ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ › $ dh a$ gd‰ ’ $ & F dh a$ gdÓR© & F Æ $ „h dh `„h a$ gd‰ ’ Ð $ „° ^„° gdÓR© dh a$ gdÂ#o gd`-± gd‰ ’ $ a$ gd`-± $ „X dh `„X a$ gdÂ#o †y ’y ¼y ½y ¾y z 3z ?z \z Àz { x{ £{ §{ | | Ä~ x€ –€ — € ˜€ ™€ ›€ ¡€ ïßïÐÁ²Á£˜Á˜‰˜ÁzÁkÁk\zL< hÓ5Š h`-± 5 •CJ aJ mH! sH! hÓ5Š hMD¯ 5 •CJ aJ mH! sH! h" hMD¯ CJ aJ mH! sH! hV:Ý h‰ ’ CJ aJ mH sH h" h !Þ CJ aJ mH! sH! h" h‰ ’ CJ aJ mH sH h" h‰ ’ CJ aJ h" h‰ ’ CJ aJ mH sH h" huHCJ aJ mH! sH! h" h‰ ’ CJ aJ mH! sH! h" h`-± CJ aJ mH sH h" h !Þ 5 •CJ aJ mH sH h" h`-± 5 •CJ aJ mH sH { { ;{ [{ x{ £{ §{ C| •| } O} y} µ} ~ F~ Ã~ Ä~ — € ä ä ä ä ä ä Ó ¿ ¿ § § § § § § ¢ — $ & F Æ dh a$ gd‰ ’ gd‰ ’ $ Œ dh & F & F Æ 1$ 7$ 8$ H$ a$ gdÓR© dh € 1$ 7$ 8$ H$ a$ gdÓR© $ $ dh 1$ 7$ 8$ H$ a$ gd‰ ’ $ Ä € € dh 1$ 7$ 8$ H$ a$ gdÓR© — ˜€ §€ ¨€ ú• 0‚ I‚ ›‚ ÷‚ nƒ ²ƒ äƒ ñ Û Î ¼ ¼ ¼ — ’ ƒ *„ — [„ \„ ¼ •… ö ¼ — $ & F Æ „¬ „h dh dh `„¬ a$ gdMD¯ ^„h a$ gdÓR© gdC}Ê $ $ „ì „h dh dh `„ì a$ gdC}Ê & F ^„h a$ gdÓR© $ „ l Æ „ $ ^„ `„ gdë Œ „h 1$ 7$ 8$ H$ ^„h a$ gd‰ ’ gdMD¯ „H ^„H gd al ¡€ ¦€ §€ ¨ € • ]• ˆ• œ• ú• 0‚ I‚ nƒ ²ƒ *„ [„ \„ ¶„ é„ ïàѽ©½˜½ƒrƒcXc H9c h" hë l CJ aJ mH sH h" hC}Ê 5 •CJ aJ mH sH h" hC}Ê CJ aJ h" hC}Ê CJ aJ mH sH h" hC}Ê B* CJ aJ h ph ( h" hC}Ê B* CJ aJ h mH ph sH ! hÓ5Š CJ OJ QJ aJ h mH! sH! ' h" hë l CJ OJ QJ aJ h mH! sH! ' h" hC}Ê CJ OJ QJ aJ h mH! sH! h" h<C? CJ aJ mH! sH! h" h`-± CJ aJ mH! sH! hÓ5Š h al 5 •CJ aJ mH! sH! é„ … ^… … W† X† œ† ͇ ­‰ ˉ kŠ lŠ mŠ …Š †Š ŠŠ ŒŠ ‘Š ™Š ¡Š ¢Š ªŠ ±Š \‹ f‹ l‹ ñâÓâÇ»¬¡™¡ŽƒteteteVeVeVetFt h" |Å 5 •CJ aJ mH! sH! hV:Ý hP ¨ CJ aJ mH! sH! h" h/Ç CJ aJ mH! sH! h" h— |Å CJ aJ mH! sH! hV:Ý h-5_ CJ aJ hV:Ý hÓ5Š CJ aJ ’Š ˜Š h— h-5_ CJ aJ h-5_ h-5_ CJ aJ hV:Ý h-5_ CJ aJ mH sH hÓ5Š CJ aJ mH sH hC}Ê CJ aJ mH sH h" hMD¯ CJ aJ mH sH h" hC}Ê CJ aJ mH sH h" h/Ç CJ aJ mH sH •… Ó… † +† >† X† r† •† œ† ‡ i‡ ͇ 4ˆ ¾ˆ ®‰ lŠ é Ï Ï Ï Ï Á Á Á ® œ œ œ œ œ ‚ $ & F. Æ Ð „• & F. „Å dh ]„• ^„Å a$ gdRs› $ „• dh ]„• a$ gdÓR© $ „• „Ð dh ]„• `„Ð a$ gd-5_ $ & F& F dh Æ & F ™ Æ ™ É“ † Æ € a$ gdÓR© „h „ªþ dh $ ^„h `„ªþa$ gdÓR© „h dh ^„h a$ gdÓR© Ê“ Ë“ Ì“ ì « œ † † lŠ Ì mŠ $ Œ Á t• Á ´• Á † Ž QŽ •• « ç‘ Ç“ È“ « † ¤P ¤P 1$ 7$ 8$ H$ gdC}Ê & F Æ $ „î Ð $ „ì dh Æ € dh `„î a$ gd—|Å dh ^„ì a$ gdÓR© a$ gd—|Å $ $ „ dh ¤P ¤P 1$ 7$ 8$ H$ `„ a$ gd¿ € $ „• „8 dh ]„• ^„8 a$ gd-5_ l‹ o‹ ˆŒ ‰Œ ‘Œ ’Œ “ ïàÑàÑ೤”¤ˆ|m]M= t• 0Ž PŽ ÜŽ Ð’ Ø’ Ç“ È“ h" Ë“ Ì“ h¾j Ï“ Ü“ æ 5 •CJ aJ h" hÔk J mH! sH! mH! sH! h" h×nM 5 •CJ aJ mH! sH! 5 •CJ aJ mH! sH! h !û h !û CJ aJ mH! sH! h¿ € CJ aJ mH! sH! hV:Ý h—|Å 6 •CJ aJ mH h !û CJ a sH hV:Ý h—|Å CJ aJ mH sH h" h/Ç CJ aJ mH sH h" h—|Å CJ aJ mH sH hV:Ý hÓ5Š CJ aJ mH! sH! h" h—|Å CJ aJ mH! sH! h" h— |Å 5 •CJ aJ mH! sH! æ“ ç“ è“ ” ” ” ” ” $” (” )” *” ” ¦” ¯” Δ á” ä” î” ?• C• P• S• ç• í• ü• – – – I– ïßϿϯŸ¯Ï••p^K^K^K^K^K^K^K^K^ % hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH t sH " hV:Ý h]]| CJ \ •] •aJ mH sH hV:Ý h]]| CJ aJ mH sH hV:Ý h]]| 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý hd}b 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h-5_ 5 •CJ aJ mH sH h" h" h" ˜ ê™ Î h€[j 5 •CJ h×nM 5 •CJ hd}b 5 •CJ 7œ )• ²• © › aJ aJ aJ Ež ¸ mH! mH! mH! ®ž › © sH! h" hÔk 5 •CJ aJ mH! sH! sH! h" hC}Ê 5 •CJ aJ mH! sH! sH! Ì“ )” *” V• —– ê– 7— – 6Ÿ ‘Ÿ ËŸ á á ¸ Î Î › › › Î Î $ & F/ dh a$ gdÓR© $ „Ð dh `„Ð a$ gd¾j $ & F0 Æ Æ Æ Lÿ€ „0ý dh Lÿ€ „Ð dh € `„0ýa$ gdRs› `„Ð a$ gd]]| $ „° „Pþ ¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ ^„° `„Pþgdd}b I– O– —– -– Æ– Ç– Ì– å– ç– è– — — — — — 1— 3— 4— – ˜ •˜ >™ a™ w™ ê™ ï™ 0š 7š ìÚ̽¨œ‹œ¨Ì½¨œ|‹œ¨Ì½ÌjXjEjE % hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH sH " hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •aJ mH sH " hV:Ý h]]| CJ \ •] •aJ mH sH • h]]| h]]| CJ \ •] •aJ • h]]| h]]| 6 •CJ \ •] •aJ • h]]| h]]| CJ aJ ) • j h]]| h]]| 6 •CJ U \ •] •aJ h]]| h]]| 6 •CJ \ •] •aJ h]]| h]]| CJ \ •] •aJ " hV:Ý h]]| CJ \ •] •aJ mH sH % hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH sH 7š xš š €š …š Œš Žš nœ ñœ îÛƶ¡¶Æî•w¶w•d•UE5E •š ´š ;› h" <› K› h¾j L› Ù› à› 6œ 7œ ^œ CJ \ •aJ mH! sH! h" h×nM CJ \ •aJ mH! sH! h]]| h]]| CJ aJ mH sH % h]]| h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH sH . • j h]]| h]]| CJ U \ •] •aJ mH sH " h]]| h]]| CJ \ •] •aJ mH sH ( • hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH sH • hV:Ý h]]| CJ aJ mH sH ) • j h]]| h]]| 6 •CJ U \ •] •aJ % hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH sH " hV:Ý h]]| CJ \ •] •aJ mH sH ñœ (• )• TŸ UŸ ‘Ÿ » ¡ ¡ ì¡ í¡ ´¢ O¦ ®¦ ²¦ »¦ æ¦ î¦ -§ õ§ ïßïÏ￯¿¯Ÿ••o_oßMß= h" h×nM CJ \ •aJ mH sH " hV:Ý h×nM 6 •CJ \ •aJ mH! sH! h" h¾j CJ \ •aJ mH! sH! h" h×nM CJ \ •aJ mH! sH! h" h” Ü CJ \ •aJ mH sH h" h” Ü CJ \ •aJ sH hV:Ý h” mH Ü CJ \ •aJ h" h€[j hV:Ý h×nM hV:Ý h-5_ ¥ Æ¥ O¦ & F Æ Ð Lÿ€ „h mH! sH! h" h¸[Ù CJ \ •aJ mH! sH! CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý h±G CJ \ •aJ mH! sH! CJ \ •aJ mH! sH! CJ \ •aJ mH! sH! ËŸ [ » ¡ Š¡ ì¡ ´¢ ;£ ߣ -§ A§ é é é é Ú Ã Ã Ã Ã ž ‡ $ dh ^„h a$ gdÓR© ³¤ é $ Æ Lÿ€ dh a$ gd×nM $ & FÆ T „Å dh ^„Å a$ gdÓR© & FÆ T Lÿ€ „Å dh ^„Å a$ gdÓR© $ Æ $ Lÿ€ dh a$ gd” Ü & F Æ $ „Å dh ^„Å a$ gdÓR© A§ ¨ \§ Š§ õ§ -¨ © .ª Šª ºª ìª é Ú § -« § Q« p¬ Ú - é é Ú § é Ë Ë ¹ ˜ Æ & F Æ & F $ Lÿ€ dh a$ gdÐ/< $ Lÿ€ dh a$ gdÓR© $ Æ Lÿ€ dh a$ gdÓR© Æ $ Lÿ€ dh a$ gd” Ü Æ & F Æ $ Lÿ€ dh Ð „h a$ gd×nM dh $ ^„h a$ gdÓR© õ§ ¨ ¨ ¨ !¨ © © © .ª /ª \ª eª Šª e•u•YPK? ºª Q« R« n¬ o¬ p¬ q¬ hÐ/< hÐ/< CJ \ •aJ µ° ïÝïÐïÀ-•••u• hÐ/< \ h” Ü CJ \ •aJ h" h£K CJ \ •aJ hV:Ý h” Ü CJ \ •aJ mH sH h" h(vª CJ \ •aJ h" h” Ü CJ \ •aJ hV:Ý h” Ü CJ \ •aJ mH sH hV:Ý h×nM CJ \ •aJ mH sH % h" h×nM 6 •CJ \ •] •aJ mH sH h" hMD¯ CJ \ •aJ mH sH hê4. CJ \ •aJ mH sH " h" h×nM 6 •CJ \ •aJ mH sH h" h×nM CJ \ •aJ mH sH - ÿä “® 1¯ Lÿ€ dh *° µ° ,± ä Õ Æ Â¯  $ If $ a$ gdÓR© „± ä ݱ  ᱠø± ä ² ä ä ä Â Õ $ Æ Lÿ€ dh & F3 Æ Ð Lÿ€ „ a$ gdÞF˜ „äþ dh $ ^„ `„äþa$ gdRs› µ° ,± -± „± …± Ž± •± —± ³± ² ² ² ?² C² J² K² €² ‚² ‘² ’² — ² ˜² ïßϺ®®’†vfV†v†F†v9v† h !û CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH hÞF˜ hÞF˜ hÞF˜ CJ hÞF˜ CJ \ •aJ \ •aJ mH mH sH h !û hÞF˜ CJ \ •aJ mH! sH! - sH hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ hÞF˜ hÞF˜ CJ aJ hÞF˜ CJ aJ phÀ hÞF˜ hÞF˜ 5 •CJ aJ ( hV:Ý hÞF˜ 5 CJ aJ mH phÀ sH hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH hV:Ý h]]| CJ \ •aJ mH sH hÐ/< hÐ/< CJ \ •aJ ² ² @² n [ [ Æ Æ l Lÿ€ „" „Þÿ dh Lÿ€ dh $ If Ö = t Ö0 ÿ ÿ Ö $ If ^„" `„Þÿa$ gdÓR© $ a$ gdÓR© • kd $ $ If ÖF ”ÿÑ ø ' & ÿ ÿ ÿ ÿ hÞF˜ 5 •B* •B* mH sH ² @ $ ² – ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö [ ÿ ÿ4Ö yt !û 4Ö A² C² @² K² •² n [ [ $ Æ l Lÿ€ dh Ö = t Ö0 ÿ Ö $ If ÿ a$ gdÓR© • kd® ÖF ”ÿÑ ø ' ÿ ÿ $ $ If – & ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö ÿ [ ÿ4Ö yt !û 4Ö €² ‚² •² ’² ˜² »² n [ [ @ $ Æ Æ l Lÿ€ „ü „ ÿ dh Lÿ€ dh $ If Ö = t Ö0 ÿ ÿ Ö $ If ^„ü `„ ÿa$ gdÓR© $ a$ gdÓR© • kd\ $ $ If ÖF ”ÿÑ ø ' & ÿ ÿ ÿ ÿ – ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö yt !û ˜² º² ¾² β ϲ #³ '³ 7³ {³ }³ ʳ ͳ ׳ ´ ´ ,´ ´ 4´ Z´ ^´ s´ ™´ œ´ ¤´ ¥´ äµ åµ Ä¶ ê¶ ë¶ ïãÓÆÓãÓ¶ãÓãÓ¦ãÓÆÓ¦ 㦖㦆–xk^T hÞF˜ CJ mH sH hÞF˜ hÞF˜ CJ mH sH hV:Ý hÞF˜ CJ mH sH hV:Ý hÞF˜ CJ \ •mH sH h !û hÞF˜ CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH h !û CJ \ •aJ mH! sH! hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH [ [ $ Æ Lÿ€ dh $ $ If = Ö0 ÿ t Ö $ If –l sH »² ¼² ¾² a$ gdÓR© • Õ² $³ n [ kd Ö ÖF ' ÿ ϲ [ ÿ ”ÿÑ ø & ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö yt !û $³ %³ '³ 7³ z³ n [ @ $ Æ Lÿ€ „" „Þÿ dh $ If ^„" `„Þÿa$ gdÓR© $ Æ Lÿ€ dh $ If a$ gdÓR© • kd¸ $ $ If l Ö ÖF ”ÿÑ ø = ' & t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö [ – ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö yt !û z³ {³ }³ •³ ʳ n [ @ $ Æ Lÿ€ „" „Þÿ dh $ If ^„" `„Þÿa$ gdÓR© $ Æ Lÿ€ dh $ If a$ gdÓR© • kdf $ $ If l Ö ÖF ”ÿÑ ø = ' & t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö [ – ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö yt !û ʳ ˳ ͳ ׳ ´ n [ @ $ Æ Lÿ€ „" „Þÿ dh $ If ^„" `„Þÿa$ gdÓR© $ Æ Lÿ€ dh $ If a$ gdÓR© • kd $ $ If l Ö ÖF ”ÿÑ ø = ' & t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö [ – ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö ´ 4´ ÿ ÿ4Ö yt !û [´ n ´ 4Ö ´ ´ [ [ [ @ $ Æ Æ l Lÿ€ „ü „ ÿ dh Lÿ€ dh $ If Ö = t Ö0 ÿ ÿ Ö $ If ^„ü `„ ÿa$ gdÓR© $ a$ gdÓR© • kd $ $ If ÖF ”ÿÑ ø ' & ÿ ÿ ÿ ÿ – ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö yt !û [´ \´ ^´ s´ ˜´ n [ @ $ Æ Lÿ€ „ü „ ÿ dh $ If ^„ü `„ ÿa$ gdÓR© $ Æ Lÿ€ dh $ If a$ gdÓR© • kdp $ $ If l Ö ÖF ”ÿÑ ø = ' & t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö [ – ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö [ ÿ ÿ4Ö yt !û 4Ö ™´ œ´ ˜´ ¥´ ´ n [ [ $ Æ l Lÿ€ dh Ö = t Ö0 ÿ Ö $ If ÿ a$ gdÓR© • kdÖF ”ÿÑ ø ' ÿ ÿ $ $ If – & ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö yt !û _ & F4 dh gdÓR© 4Ö Ã´ Å´ ´ äµ W dh gdÞF˜ ë¶ L ~· 3¸ ¹ L †¹ n _ L L $ Lÿ€ dh a$ gdÞF˜ Ö = t Ö0 ÿ ÿ Ö Æ l • kdÌ ÖF ' ÿ $ $ If ”ÿÑ ø – & ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö yt !û ë¶ ô¶ …¹ †¹ ‡¹ º J» ‘¼ Ƽ Ǽ Ó¼ w½ x½ y½ ylbUL?UL h¡-G hÞF˜ CJ mH G CJ mH sH hÞF˜ CJ mH hV:Ý hÞF˜ CJ mH sH ˆ¹ ‰¹ ˜¹ ™¹ µ¹ º ¢º ¼º ؽ óêãÜÑɽ±¦±–†–†– sH h¡-G hÞF˜ CJ h¡-G sH hÞF˜ hÞF˜ CJ mH sH hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH ʺ h¡- Û sH hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH hV:Ý hÞF˜ CJ aJ aJ hV:Ý hÞF˜ 5 •CJ aJ hV:Ý hÞF˜ 5 hÞF˜ hV:Ý hÞF˜ CJ hÞF˜ CJ aJ \ • hÞF˜ hÞF˜ hÞF˜ hÐ/< hÐ/< hÐ/< CJ hÐ/< hÐ/< CJ mH sH †¹ ˆ¹ º º º )º :º ;º =º ú Ø Ø Ø G • kdz $ $ If –l Ö : ÷ Y Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ t Ö ë ë ÖF ö Ø ”ÿÎ Å 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö yt !û $ Æ Lÿ€ dh $ If 4Ö a$ gdÓR© Æ $ Lÿ€ dh ì a$ gdÞF˜ [ gdÑu[ ì =º Dº Xº Yº [º ì dº ì }º ì • kd( t $ $ If –l : Ö0 Ö ÿ ÿ Ö ÷ ÖF ”ÿÎ Å Y ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö yt !û $ Æ Lÿ€ dh $ If a$ gdÓR© [ [ $ Æ l t Lÿ€ dh Ö : Ö0 ÿ Ö $ If ÿ }º ~º €º a$ gdÓR© • kdÖ ÖF ”ÿÎ Å ÷ ÿ ÿ $ Šº ™º $ If n [ – Y ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö [ ÿ ÿ4Ö yt !û 4Ö šº œº ™º ¢º ¼º n [ [ $ Æ l t Lÿ€ dh Ö : Ö0 ÿ Ö $ If ÿ a$ gdÓR© • kd„ ÖF ”ÿÎ Å ÷ ÿ ÿ $ $ If – Y ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö [ ÿ ÿ4Ö yt !û 4Ö ½º ¿º ¼º ʺ ܺ n [ [ $ Æ Lÿ€ dh $ $ If : t Ö0 ÿ Ö $ If –l Ö a$ gdÓR© • kd2 ÖF Y ÷ ÿ ÿ ÿ ÿ ”ÿÎ Å ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö [ ÿ ÿ4Ö yt !û 4Ö Ýº ߺ ܺ èº » n [ [ $ Æ Lÿ€ dh $ $ If : t Ö0 ÿ Ö $ If –l Ö a$ gdÓR© • kdà ÖF Y ÷ ÿ ÿ ÿ ÿ ”ÿÎ Å ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö » » Æ ÿ ÿ4Ö yt !û H» n Lÿ€ dh $ $ If : t Ö0 ÿ Ö 4Ö » » [ $ If –l Ö [ a$ gdÓR© $ • [ kdŽ ÖF Y ÷ ÿ ÿ ÿ ÿ ”ÿÎ Å ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö W ÿ ÿ4Ö yt !û H» 4Ö I» J» H Ǽ H x½ ؽ gdÑu[ & F5 „Å dh ^„Å gdRs› dh gdÞF˜ ¾ H j¾ n _ C Æ $ Lÿ€ d a$ gdÞF˜ • kd< t $ $ If : Ö0 ÿ Ö –l Ö ÖF Y ÷ ÿ ÿ ÿ ÿ ”ÿÎ Å ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö ¿ ¿ À ÿ ÿ4Ö yt !û ¿ 9¿ ì¿ í¿ ‚¿ À ؽ ¿ À 4Ö ¾ j¾ ¡¿ ¢¿ ¿ ª¿ «¿ ´¿ µ¿ À¿ Á¿ È¿ É¿ Ô¿ Õ¿ à¿ á¿ À ,À h]]| sH % -À AÀ BÀ GÀ h]]| CJ \ •aJ HÀ mH XÀ ÷ìáÑÁ±¢’€’m’m’m’m’m’m’m’m]m]m]m’m’m’ j Øð h]]| h]]| CJ \ •aJ mH sH h]]| h]]| CJ \ •aJ mH sH h]]| h]]| 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý sH " h]]| h]]| 5 •CJ \ •aJ h]]| h]]| CJ aJ mH sH h]]| 5 •CJ aJ mH - mH sH hV:Ý h]]| CJ \ •aJ mH sH h¡-G hÞF˜ mH sH h¡-G h¡-G mH sH ¿ h¡-G h¡-G CJ $j¾ ‚¿ ’¿ ¿ ¡¿ ú Ø º¾ ¿ ú C ë ë ” kdê Ø $ ‰ $ If –l Ö ”Á Ö0 ”ÿ ø Ö t à ÿ Ö ö ÿÀÀÀ 6 ö ÿÀÀÀ Ö ÿ Ö0 ÿ Ö ÿ ÿ Ö Æ l aö pÖ Lÿ€ dh ÿÀÀÀ $ If ÿÀÀÀ a$ gd]]| $ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4 Æ À $ Lÿ€ dh a$ gd]]| ,À AÀ GÀ XÀ ^À ì ì ì ì gdÑu[ ì ¡¿ ª¿ ì ì ´¿ À¿ È¿ ì ì ì Ñ $ Æ Æ Lÿ€ „ü Lÿ€ dh „ ÿ dh $ If Ô¿ ì $ If ^„ü `„ ÿa$ gd]]| a$ gd]]| $ à¿ ì¿ ì À ì XÀ YÀ `À rÀ •À -Á Á %Á (Á )Á .Á /Á 2Á ̽ܧܚ„Ì„Ì„ÌÜ„Üt^N^t> • hV:Ý h]]| CJ aJ mH 3Á 5Á 7Á 8Á °Á /à 0à ?à @à Wà hV:Ý h×nM CJ \ •aJ mH sH sH + • j h]]| h]]| CJ U \ •aJ ²Ã mH ìÜ sH hV:Ý h]]| CJ \ •aJ mH sH + j h]]| h]]| 5 •CJ U aJ mH nH u h !û 5 •CJ aJ mH! sH! + j h]]| h !û CJ U \ •aJ mH nH u h]]| h]]| CJ aJ mH sH h]]| h]]| 5 •CJ aJ mH sH h]]| h]]| CJ \ •aJ mH sH % j Øð h]]| h]]| CJ \ •aJ mH sH ^À _À `À -Á Á !Á "Á #Á $Á %Á &Á 'Á ‡ x x x x x x x x e e $ Æ Lÿ€ „´ dh ^„´ a$ gd]]| Æ ‰ t $ Lÿ€ dh $ $ If ø a$ gd]]| x –l Ö kd° Ö0 ”ÿ à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö 'Á (Á *Á +Á ,Á Á .Á 0Á 1Á 2Á 4Á 5Á 7Á 9Á :Á ;Á <Á =Á >Á ì ì ì ì ì ì ì ì Ý Ý Ý Ý Ý Ê » ö ?Á 6 Wà ì ö ³Ã Ö ì ì Ý Ý Ý Æ Æ $ Lÿ€ dh Lÿ€ „Ð a$ gd×nM $ dh `„Ð a$ gd]]| $ Lÿ€ dh a$ gd]]| $ Lÿ€ „´ dh ^„´ a$ gd]]| ²Ã ³Ã ¶Ã ·Ã ¸Ã Üà Š(Å )Å /Å AÅ •Å žÅ Å ¥Å òåÕŹ­¡•­••v•Z> 6 j h\mø hê4. 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u 6 j h\mø h !û 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u h®XD hê4. CJ aJ h®XD hê4. CJ \ •aJ Æ Æ Å 0 hê4. CJ aJ h" hë l CJ \ •aJ h" h×nM CJ \ •aJ h" h(vª CJ \ •aJ h" 5 •CJ aJ hV:Ý h(vª 5 •CJ aJ mH sH h !û h !û CJ \ •aJ mH! sH! h !û CJ \ •aJ mH! sH! h]]| CJ mH! sH! ³Ã ´Ã µÃ ¶Ã ·Ã ¸Ã Êà Ëà Ûà Üà ð ð ð ð Ö Ö Ö T ‚ kd= h(vª \ •aJ Ö $ $ If –l Ö Ö0 ”ÿ Æ x º t à 6` ”[ ”´ Ö0 ÿ ö Ö ÿ ÿ Ö l aö $ Æ Lÿ€ dh $ „[ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö &`#$ /„´ If ÿ ÿ ÿ Ö a$ gd(vª ÿ ÿ ÿ ÿ-”´ 4Ö ö 6 4Ö ö Æ $ Lÿ€ dh a$ gd×nM Üà íà þà ÿà å Ä %Ä å å c å ‚ kdÞ $ $ If –l Ö Ö0 ”ÿ Æ x º t à 6` ”[ ”´ Ö0 ÿ ö Ö ÿ ÿ Ö l aö $ Æ Lÿ€ dh $ „[ c c Æ l Lÿ€ dh Ö $ „[ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ &`#$ /„´ If a$ gd(vª $ &`#$ /„´ If Ö0 a$ gd(vª ‚ ”ÿ ÿ ÿ ÿ-”´ 4Ö %Ä &Ä kd• ö 6 4Ö ?Ä YÄ $ $ If } – ö Æ x º t à 6` ”[ ö l aö ”´ Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ Ö YÄ ZÄ vÄ ÿ ÿ ÿ Ö “Ä } ÿ ÿ ÿ ÿ Ö c ÿ ÿ ÿ ÿ-”´ 4Ö c ö 6 4Ö $ Æ l Lÿ€ dh Ö $ „[ &`#$ /„´ If Ö0 a$ gd(vª ‚ ”ÿ kd $ $ If – ö Æ x º t à 6` ”[ ö l aö ”´ Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ Ö “Ä ”Ä ®Ä ÿ ÿ ÿ Ö ÊÄ } ÿ ÿ ÿ ÿ Ö c ÿ ÿ ÿ ÿ-”´ 4Ö c ö 6 4Ö $ Æ l Lÿ€ dh Ö $ „[ &`#$ /„´ If Ö0 a$ gd(vª ‚ ”ÿ kdÁ $ $ If – ö Æ x º t à 6` ”[ ö l aö ”´ Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ Ö ÊÄ ËÄ ìÄ ÿ ÿ ÿ Ö Å } ÿ $ &`#$ /„´ If Ö0 ÿ ÿ ÿ Ö c ÿ ÿ ÿ ÿ-”´ 4Ö c ö 6 4Ö $ Æ l Lÿ€ dh Ö „[ a$ gd(vª ‚ ”ÿ kdb $ $ If – ö Æ x º t à 6` ”[ ö l aö Å .Å n ”´ Ö /Å Ö0 ÿ Å } ÿ ÿ Ö Å 'Å n ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö (Å )Å *Å +Å ,Å n n n n ÿ ÿ ÿ ÿ-”´ 4Ö n ö 6 4Ö n n ö Æ l $ Lÿ€ dh Ö a$ gd×nM ‚ kd $ $ If Ö0 ”ÿ – Æ x º t à 6` ”[ ”´ Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ-”´ 4Ö 4Ö l aö /Å žÅ §Å ¨Å ©Å ªÅ -Å ®Å ¯Å °Å ±Å ²Å ³Å µÅ ¶Å Æ Æ Æ Æ Æ Æ -Æ Æ Æ é Ï Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ „Å ^„Å gdÉpm „Å „7 dh ¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ ^„Å `„ 7 gd !û „7 dh ¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ `„7 gd®XD ¥Å ¦Å ªÅ «Å ¬Å ³Å ´Å ¶Å ¸Å Æ Æ Æ Æ Æ "Æ iÆ jÆ — Æ ˜Æ Ç äÕä¹Õ Õ„Õx„x„xÕiYI: h" h-OS CJ aJ mH! s H! h" h×nM 5 •CJ aJ mH! sH! h" h¾j 5 •CJ aJ mH! sH! h" h¾j CJ aJ mH! sH! hê4. CJ OJ QJ aJ 6 j h\mø h !û 5 •CJ OJ Q U \ •aJ mH nH u 0 j h\mø h !û CJ OJ QJ U aJ mH nH u 6 j h\mø hê4. 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u h,>¶ hê4. CJ OJ QJ aJ 6 j h\mø hÉpm 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u Æ !Æ "Æ cÆ dÆ eÆ fÆ gÆ hÆ iÆ ˜Æ =Ç ZÇ öÇ ¬É ö ö ö ö ö ö ö ö ö Ø ¿ © ˜ ‰ J $ „7 dh `„7 a$ gd FK $ dh 1$ 7$ 8$ H$ a$ gdóQ‡ $ „´ `„´ a$ gdoFø $ „ dh ¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ `„ Æ € ¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ a$ gd]]| „° „Pþ ¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ ^„° `„Pþgdd}b „Å ^„Å gdÉpm Ç Ç <Ç =Ç >Ç UÇ VÇ WÇ XÇ YÇ ZÇ öÇ ÷Ç îÊ ïÊ |Í ŽÍ ¼Ï ñ âÓÀñÀª—Àˆyj[L[<[ h" h FK 5 •CJ aJ mH! sH! hV:Ý h FK CJ aJ mH sH h" h FK CJ aJ mH! sH! h" h‹^7 CJ aJ mH! sH! h" há ë CJ aJ mH! sH! h" h-OS CJ aJ mH! sH! % j¤ h" hRI‚ CJ U aJ mH! sH! + j h" hoFø CJ U \ •aJ mH nH u % j h" hoFø CJ U aJ mH! sH! h" h×nM CJ aJ mH! sH! h" hë l CJ aJ mH! sH! h" hoFø CJ aJ mH! sH! ¬É Ê “Ê ¹Ê ïÊ ÓÌ ˜Í fÎ øÎ hÏ ¼Ï 0Ð ‡Ñ rÓ 5Õ ºÕ pÖ è è è è Ù Î è è è è ¼ ¢ ¢ ¢ ¢ • $ „Ð dh *$ 1$ `„Ð a $ gdK } $ & F Æ Ð h „h dh *$ 1$ ^„h a$ gdÓR© $ „Ð dh *$ 1$ `„Ð a$ gd{o( $ dh a$ gd FK $ „7 dh `„7 a$ gd FK $ „ „äþ dh ^„ `„äþa$ gd FK ¼Ï Ð Ð Ð 0Ð ¹Õ ºÕ Œ× ¸× FØ xÙ ,Ú “Ú ÃÚ ñâñ˶¡ ’‡r]rH3 ) hV:Ý hX¿ B* CJ PJ aJ mH ph sH ( hV:Ý hK } CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hV:Ý hK } CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hK } hK } CJ OJ QJ ^J aJ mH sH hK } hK } CJ aJ hV:Ý hK } CJ aJ mH! sH! ) hK } hh.¥ B* CJ PJ aJ mH! ph sH! ) h" h{o( B* CJ PJ aJ mH! ph sH! , h" h{o( B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! hV:Ý hMc; CJ aJ mH! sH! h" h{o( CJ aJ mH! sH! pÖ ¸× Ï× FØ ‹Ø íØ #Ù xÙ ÍÙ ,Ú ]Ú “Ú Û Û †Û íÛ RÜ šÜ Ö Ü í Õ Õ Õ Õ Õ Õ Õ Õ Õ Õ Ã Ã ² › › › › $ & F? Æ p h „h dh ^„h a$ gdRs› $ „h dh ¤ð `„h a$ gd« R $ „Ð dh *$ 1$ `„Ð a$ gdX-¿ & F@ Æ T Ð h „h dh *$ 1$ ^„h gdRs› $ „Ð dh *$ 1$ `„Ð a$ gd K } ÃÚ ÇÚ ÞÚ àÚ Û Û Û Û +Û Û 2Û …Û †Û RÜ šÜ áÞ âÞ ;ß ?ß Yß Žà êÕêÕÀ« ‘†‘w wlw ]NBN hK } CJ aJ mH! sH! hMc; hMc; CJ aJ mH! sH ! hV:Ý hMc; CJ aJ mH sH hX-¿ hX-¿ CJ aJ hV:Ý hX¿ CJ aJ mH sH hV:Ý h*nM mH sH hV:Ý h*nM CJ aJ mH sH hV:Ý hX-¿ mH sH ) hV:Ý h« R B* CJ PJ aJ mH ph sH ) hV:Ý hâ_» B* CJ PJ aJ mH ph sH ) hV:Ý hX¿ B* CJ PJ aJ mH ph sH ) hV:Ý hK } B* CJ PJ aJ mH ph sH ÖÜ HÝ ³Ý Þ dÞ áÞ âÞ •à â pä Gå ç @è ÷è Ðé è è è Í Í Â ³ ³ ³ ³ • z $ Æ „ÿÿ „Å dh ]„ÿÿ`„Å a$ gd¶G $ „ÿÿ „S dh ]„ÿÿ`„S a$ gd®XD $ „ÿÿ „S dh ]„ÿÿ`„S a$ gdMc; $ $ & F? Æ p & F? Æ p „7 dh dh `„7 a$ gdMc; a$ gdX-¿ $ h „e „›þ dh h „h dh ^„e `„›þa$ gdRs› ^„h a$ gdRs› $ Žà á á •à á – ë ›ë ©à $á «à )á ¬à +á Àà ,á Çà 1á äà 5á =á >á ³ä ´ä ÿç è Fè dè eè …ë †ë Ûë tì ~ì úì þì í í ñâñâÓñÇÓ»¬Ç¬ÇñÓ¬ÓÓ¬Ó¬Ó»¬ÓŽpp`pp hV:Ý h®XD 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h®XD CJ aJ mH sH hV:Ý h§"] CJ aJ mH sH hV:Ý hMc; CJ aJ mH sH hV:Ý hMc; CJ aJ mH! sH! hV:Ý h®XD CJ aJ mH! sH! h®XD CJ aJ mH! sH! hK } CJ aJ mH! sH! hMc; hMc; CJ aJ mH! sH! hMc; hK } CJ aJ mH! sH! h V:Ý hK } CJ aJ mH! sH! $Ðé Zê ÷ê Rë †ë ‡ë í Hí ®í ®î 8ï ïï ˆñ ¿ñ Þò ;ó Uó Àó ô ð Ù Ù Ù Ù Ê » » » » » » » © © ž ž ž dh *$ 1$ gd§"] $ „Ð dh *$ 1$ `„Ð a$ gd§"] ! „T dh *$ 1$ ^„T gd§"] Æ $ „7 dh `„7 a$ gd§"] $ S „S „äþ dh ^„S `„äþa$ gdMc; $ „7 dh `„7 a$ gdMc; í ¿ñ ;ó ¦ô §ô ¨ô Èô Éô Ëô õ sõ ö ö ö %ö &ö 0ö •ö ëÜë;®ž®€qZC/ZC & h‰`P B* CJ PJ \ •a J mH! ph sH! , hð-X hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! , hV:Ý h ‰`P B* CJ PJ \ •aJ mH ph sH hV:Ý h‰`P CJ aJ mH sH hV:Ý hc0Z CJ aJ mH sH hV:Ý h0Mf CJ aJ mH sH hV:Ý h*nM 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h0Mf 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý hÉpm CJ aJ mH sH hV:Ý h*nM CJ aJ mH sH hV:Ý h§"] CJ aJ mH sH ( hV:Ý h§"] CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ô gô ¦ô ¨ô Êô ö Ú÷ cù àú Ìü 6þ Tÿ … Ÿ ÿ “ % K L á O 8 Ç × ñ × b ô ô × × é × × × é × × × × é × × × × × $ „Ð × × × × dh *$ 1 $ `„Ð a$ gdð-X $ dh a$ gdÉpm dh *$ 1$ gd§"] •ö — ö ¹ö ¼ö ãö þö ä÷ ø ø Lø jø qø ˆø •ø ú ú ßú ãú Bû Jû Kû Ëü Ìü Ûÿ Üÿ „ … ý þ éÒéÒéÒ¾§Ò“é“éÒéÒéÒ“éÒéÒé~i~X ! h†JB hð-X B* PJ mH! ph sH! ) hV:Ý h‰`P B * CJ PJ aJ mH! ph sH! ) hð-X hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph sH! & h ‰`P B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! , hV:Ý hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! p h sH! & hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! , hð-X hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! , hV:Ý h‰`P B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! þ ÿ 9 “ Ü Ý J K L _ f ô õ O ü ñ & 7 îÙÄÙ³¢‘¢‘€¢‘¢‘¢qbM6 , h0Mf hð-X B* CJ PJ \ • aJ mH! ph sH! ) h0Mf hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph sH! hV:Ý hð-X CJ aJ mH! sH! h0Mf hð-X CJ aJ mH! sH! hV:Ý h‰`P CJ PJ aJ mH! sH! hV:Ý hð-X CJ PJ aJ mH! sH! h0Mf hð-X CJ PJ aJ mH! sH! hð-X hð-X CJ PJ aJ mH! sH! ) hV:Ý hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph sH ! ) hð-X hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph sH! ! hV:Ý hð-X B* PJ mH! ph sH! 7 9 } ~ µ ½ 3 Y ó - â- ú! D" ‘" •$ éÒéÒºÒ «–•– jU@1 hV:Ý hð-X CJ aJ mH sH ( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hŒlF hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH , hV:Ý hð-X @ˆüÿCJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH hV:Ý hð-X CJ aJ mH sH / h0Mf hð-X 6 •B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! , h0Mf hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! , hV: Ý hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph sH! b 3 ú! Y D" ² ‘" Ç œ %$ Ç Ç ¥$ , t ó ñ - Ç Ç Ç e- â- ß C Ç ± Ç Ç Ç Ç Ã Ç Ç ß Ç Ç Ç ß ! & FA Æ ¨ ð-X $ dh h „h dh *$ 1$ ^„h gdRs› *$ 1$ a$ gdð-X •$ ¥$ 3% $ Z& „Ð dh *$ 1$ `„Ð a$ gd ' ?' ˆ' ‰' ‹' Œ' •' £' +) \* |* ƒ* õàËට›€qaRC7C h½?† CJ aJ mH sH h³W• h³W• CJ aJ mH sH hV:Ý h³W• CJ aJ mH sH hV:Ý hÉpm 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý hÉpm CJ aJ mH sH hóQ‡ hóQ‡ CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH! sH! hP ¨ CJ aJ mH! sH! hV:Ý hð-X CJ aJ mH sH ( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( h½?† hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH h½?† hð-X CJ aJ ¥$ ¼$ 3% x% Ú% & Z& ¯& ' ?' ˆ' ‰' ç ç Š' ‹' ç Ñ $ dh Œ' £' ƒ* ç Ü Â a$ gd³W• ¢* ç ç ç Ü ½ gd³W• * ç Ü ² ç ç Ü $ $ $ „Ð dh dh dh `„Ð a$ gd³W• a$ gdÉpm a$ gdð-X & FB Æ T 8 h „h dh *$ 1$ ^„h gdRs› ƒ* „* ›* œ* •* ž* Ÿ* ¡* ¤* , ¾, „- …r. ’. “. Œ/ •/ Ž/ ¥/ W4 D6 P6 ìÝìȵìÝ©Ýš‹sgsgX‹g‹I9hV:Ý h³W• 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h³W• CJ aJ mH sH h³W• hI W CJ aJ mH sH hI W CJ aJ mH sH h E¤ CJ aJ mH sH h³W• CJ aJ mH sH h³W• h³W• CJ aJ mH sH hV:Ý h³W• CJ aJ mH s H h E¤ CJ aJ mH sH % j4 h³W• h³W• CJ U aJ mH sH ( j h³W• h³W• CJ U aJ mH nH u h³W• h³W• CJ aJ mH sH % j h³W• h³W• CJ U aJ mH sH ¢* [+ µ+ , a, ¾, ì, …B. V. a. j. r. “. ™. •/ Å0 h2 V4 i6 ð Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ç Ç Ç Ç Ç Ç ¸ $ dh a$ gd³W• $ & F Æ p „Å „Å dh dh `„Å a$ gdI W ^„Å a$ gd E¤ $ $ „h „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gd³W• $ „h dh `„h a$ gd E¤ P6 V6 f6 i6 Ý: U< V< n< ÿ= >? ?? ß? à? ,@ -@ 3@ A !A 4A 5A ¦B D D cE ñáñ;®š„š„šqšq¾bTb®¾bTbñáñ ~< ƒ< „< j ®ð h³W• h³W• CJ aJ hV:Ý h³W• CJ aJ mH! sH! $ hV:Ý h³W • CJ OJ QJ aJ mH! sH! * hV:Ý h³W• 5 •CJ OJ QJ \ •aJ mH! sH! ' hV:Ý h³W• CJ OJ QJ \ •aJ mH! sH! h³W• h³W• CJ \ •aJ mH! sH! h³W• h³W• CJ aJ mH! sH! ' hV:Ý h³W• CJ OJ QJ \ •aJ mH sH hV:Ý h³W• 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h³W• CJ aJ mH sH i6 S8 Ý: V< ÿ= ß? +@ ,@ 4A äA C cE ìG ã „˜þ dh Æ u $H ã mH ò ž ^„h `„˜þgd³W• ò Û ã È Ž „ ~ „÷þ dh ò µ ò ã „h ^„ `„÷þgd³W• $ „Éÿ „ $ „ª dh ]„Éÿ`„ a$ gd³W• „Vþ dh ^„ª `„Vþa$ gd³W• $ „ „äþ dh $ a$ gd³W• ^„ `„äþa$ gd³W• $ „Ð dh `„Ð a$ gd³W• „ „Ð ^„ `„Ð gd³W• cE F ìF øF G G G éG ëG ìG íG šJ ›J CK 8U UU VU ñW Œ Y µ[ &] 5` u` ïßÏÀ±ÏßϱÀ±¡’ƒthtYƒJ;J h·^« h×h_ CJ aJ mH sH hV:Ý h×h_ CJ aJ mH sH hV:Ý h×h_ CJ aJ mH sH h×h_ CJ aJ mH sH h×h_ h×h_ CJ aJ mH sH h×h_ h×h_ CJ aJ mH sH hV:Ý h×h_ CJ aJ mH! sH! hV:Ý h×h_ 5 •CJ aJ mH! sH! hV:Ý h³W• CJ aJ mH! sH! h³W• h³W• CJ aJ mH! sH! hV:Ý h³W• CJ \ •aJ mH! sH! h³W• h³W• CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý h³W• CJ \ •aJ mH sH mH ËH [I ØI šJ ²K ìL “N 2P Q •Q ÑQ ïQ 'R UR ¡R òR $S RS xT 8U RU ì ì ì ì á Ò á á á á Ê á á á á á á á á · · $ „h „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gd×h_ dh gd×h_ $ „Ð dh `„Ð a$ gd×h_ $ dh a$ gd×h_ $ „h „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gd E¤ W ñW X UX ÀX òX ŒY àY µ[ Q\ &] Ý] -^ ì Õ ì ì ì ì ì ì Ê ´ ’ ƒ RU yU Ý @W ì ¡ ‰ $ „Ð dh `„Ð a$ gd×h_ & F Æ $ „Ð ì $ „ª dh dh `„Ð a$ gd·^« dh ^„ª a$ gd×h_ a$ gd×h_ dh $ gd×h_ „ „äþ dh ^„ `„äþa$ gd×h_ $ ` j $ „ dh åa „b Ýb 1j rk Ðl á Ô ¯ `„ 4c ô ô a$ gd×h_ d e üe ô ô Ä $ „h þe ÿe ô „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gd×h_ f f #f âh ô á ô ô ô ô ¼ -^ 4 á ô „ „h ^„ `„h gd×h_ `„÷þgd×h_ dh gd×h_ „ „÷þ dh ^„ „ „÷þ^„ `„÷þgd×h_ $ „h „˜þ dh ^„h `„˜þa$ gd×h_ $ dh a$ gd×h_ u` v` „b üe ýe þe f #f $f èg j 1j 2j rk p p p p ïàѼѱ¡±Ñ‘•vbSE=- hV:Ý h×h_ 5 •CJ aJ mH! sH! h×h_ mH! sH! j h×h_ U mH nH u h·^« h×h_ CJ aJ mH! sH! ' hV:Ý h×h_ CJ OJ QJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý h×h_ mH! sH! h·^« h×h_ 5 •CJ aJ mH! sH! h·^« h×h_ CJ \ •aJ mH! sH! h·^« h×h_ 5 •CJ aJ mH sH hÀ5t h×h_ mH sH ( j h·^« h×h_ C J U aJ mH nH u h·^« h×h_ CJ aJ mH sH hV:Ý h×h_ CJ aJ mH sH hV:Ý h×h_ CJ \ •aJ mH sH Ðl 5n go p p p p p 3p Ðp Úp q ,q @q Rq Êq %r ð å å å å å å × Ç ´ ´ ´ ´ ´ ¡ ‹ $ & F „ÿÿ „ª dh ]„ÿÿ^„ª a$ gdä!™ $ „ÿÿ „Ð & FC Æ dh ]„ÿÿ`„Ð a$ gdä!™ „• dh ]„• gd s „ÿÿ „Ð dh ]„ÿÿ`„Ð gd™yÖ Æ T $ dh dh *$ 1$ gd·^« a$ gd×h_ $ „Ð dh q Êq Ëq $r ¡°™°m[SH@ `„Ð a$ gd×h_ ,r ‰r ðr jt p ‡t p 3p 7p Ðp Úp (u )u 6u 9u ’u q Rq Wq •q — ”u ïÙÊ»°¡°™°™°™¡Š h¿' CJ aJ h& À h¿' CJ aJ hU7ð CJ aJ " hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH " h·^« CJ OJ QJ ^J aJ mH sH hä!™ h™yÖ CJ aJ hV:Ý hä!™ CJ sH aJ mH sH hä!™ CJ aJ hV:Ý h™yÖ CJ h™yÖ CJ aJ mH! sH! hV:Ý OJ QJ ^J aJ mH! sH! hV:Ý h™yÖ 5 •CJ aJ mH! sH! .v Vv •v é é œ œ Œ k & FF 1$ 7$ 8$ H$ a$ gd¿' $ 8 `„Èûa$ gd¿' Æ T - aJ mH sH h·^« CJ aJ %r ‰r Î ðr h™yÖ h™yÖ CJ mH! sH! + hV:Ý zs jt (u ° Œ )u aJ hV:Ý h×h_ 5 •CJ 6u ºu »u ° | k $ „h „˜þ^„h `„˜þa$ gd¿' $ „8 „Èû^„ „ÿÿ dh & F Æ H *$ 1$ ]„ÿÿgd™yÖ $ „ÿÿ „ª & F Æ H „Vþ dh ]„ÿÿ^„ª `„Vþa$ gdä!™ „ÿÿ „ª & F „Vþ dh ]„ÿÿ^„ª `„Vþgdä!™ $ „ÿÿ „ª dh ]„ÿÿ^„ª a$ gdä!™ ”u ¹u ºu .v 7v yy €y ˆy !z {z ‚z | n| } } B^B e} l} w} x} •} Ÿ} ®} Á} Â} Ï} ×} õíõÞÏ¿Ï°¡‘¡Ï¡•m^N^B^N^ hÐ á CJ aJ mH sH hÐ á hÐ á 6 •CJ aJ mH sH hÐ á hÐ á CJ aJ mH sH " hc_ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " hV:Ý CJ OJ QJ ^J aJ mH sH h& À h¿' 5 •CJ aJ mH! sH! h& À h¿' CJ aJ mH! sH! h& À h¿' CJ aJ mH sH h& À h¿' 5 •CJ aJ mH sH h& À h¿' CJ aJ mH sH hU7ð h¿' CJ aJ mH sH h¿' CJ aJ Úw Œx µx Îx y h& À ëx h¿' CJ aJ •v •v ±v ²v w Aw lw ©w Ùw y z ‚y !z °y ‡z Ö Ùy ¼z ûy î î Æ Æ Þ Ö Þ Ö Æ Æ Æ Æ ¼z ÷z 7{ p{ q{ | +| Æ Æ Æ Æ Æ Ö $ „v „Šþ^„v `„Šþa$ gd¿' „h „˜þ^„h `„˜þa$ gd¿' $ $ & FF 1$ 7$ 8$ H$ a$ gd¿' Ô| æ| ù| Ö Ö Æ Þ $ a$ gd¿' J| ^| n| o| »| } } e} Ð} Í ÷ R~ ÷ ÷ Á ° $ & FI a$ gdU7ð Æ T - ÷ Í Í Á ¥ Á ¥ ë Í Ø ÷ Á ° „ÿÿ*$ 1$ ]„ÿÿgdU7ð $ „v ^„v a$ gd¿' $ & FG a$ gd¿' $ & FH Æ Ð „h ^„h a$ gdRs› $ Æ h a$ gd¿' $ a$ gd¿' ×} â} þ} ~ ~ *~ F~ P~ Q~ R~ S~ `~ i~ p~ y~ “~ •~ ²~ ³~ ´~ • q• r• ™• š• € §€ ¨€ ©€ ª€ ä€ å€ ïàïàïàïàÔÈàïàÈàïàÈÔȼȼ°¡°’°ƒq_ " hc_ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH sH hÐ á hU7ð CJ aJ mH sH hU7ð h˜ ´ CJ aJ mH sH hÛ•P hU7ð CJ aJ mH sH hU7ð CJ aJ mH sH h˜ ´ CJ aJ mH sH h--H CJ aJ mH sH hÐ á CJ aJ mH sH hÐ á hÐ á CJ aJ mH sH hÐ á hÐ á 6 •CJ aJ mH sH R~ ´~ • • r• }• ‡• ‘• ™• š• € 7€ X€ ‹€ ¨€ ©€ ª€ ô ô ì Ù Î Î Î Î ì ¾ « ” ” ” ì ì $ & F Æ @ „h „ ^„h `„ a$ gdU7ð $ & F Æ @ „Ð ^„Ð a$ gdU7ð $ „h „˜þ^„h `„˜þa$ gdU7ð $ & FJ a$ gdwV: $ & FI Æ d „h ^„h a$ gdU7ð $ a$ gdU7ð $ & FI a$ gdU7𠪀 å€ '• ƒ• Ε ‚ h‚ i‚ j‚ k‚ l‚ m‚ n‚ o‚ p‚ q‚ r‚ s‚ t‚ u‚ v‚ ì Ô Ô Ô Ô Ô À À À À À À À À À À À À À À Æ T - „ÿÿ dh & F% Æ T Ø *$ 1$ ]„ÿÿgd™yÖ „ÿÿ „Ð *$ 1$ ]„ÿÿ^„Ð gdU7ð & FÆ - „ÿÿ*$ 1$ ]„ÿÿgdU7ð å€ '• g‚ h‚ j‚ p‚ q‚ v‚ ‚ ˜‚ ¢‚ ëÙëį‹u_I7! + h–@| hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ " hóQ‡ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH + hMXs hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH + hóQ‡ hYvn 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! + QJ ^J aJ mH! sH! " hYvn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " hÑu[ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hU7ð hÑu[ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hU7ð hg ( CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hU7ð hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH sH |‚ ^J sH hóQ‡ }‚ aJ – mH hóQ‡ 5 •CJ sH OJ v‚ }‚ –‚ — ‚ ˜‚ £‚ რņ è ~ ~ s‰ ì‰ WŠ ¹ ~ ÕŠ ÃŒ ª *• è Ð › Œ è Œ Œ $ & Fv dh a$ gdwV: $ „b dh `„b a$ gdóQ‡ $ „„ dh `„„ a$ gdóQ‡ $ & FJ Æ T „„ - dh `„„ a$ gdóQ‡ „ÿÿ dh Æ T Æ T - *$ 1$ ]„ÿÿgdwV: $ „Z „¦þ*$ 1$ ^„Z `„¦þa$ gdóQ‡ $ „ÿÿ dh *$ 1$ ]„ÿÿa$ gdóQ‡ ¢‚ £‚ რĆ ņ *• F• G• ¼Ž ½Ž ÅŽ • ’ ,“ .“ 5“ ½• Ï• @– T– ª– ½– Û— ì— éÞÏǸ¨¡¸¡¸Þ¸¡¸¡¸¡¸•¸•¸{h{h{hU QJ aJ mH sH $ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ mH sH ' h_\Ž H sH " h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ ] •aJ mH sH f• g• (• $ h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ )• ä• hóQ‡ CJ OJ QJ å• ý OJ aJ m h_\Ž h_\Ž hóQ‡ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH *• +• .• /• 7• 8• F• ð ð ð Y $ If gdóQ‡ Ž kdÄ $ l Ö ÖF Å N mH! sH! sH G• I• ð t ÿ à Ö0 ÿ ÿ ÿ $ If Å h_\Ž Q• hóQ‡ CJ ð aJ + hóQ‡ ð b Y – ÿ ÿ ö - 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l ytóQ‡ $ dh Ž 0Ž KŽ €Ž •Ž ¼Ž ç ç ç ç $ If ç a$ gdóQ‡ ç ç & Fw Æ Ð „3 „Íþ $ If ^„3 `„ÍþgdwV: ¼Ž ½Ž ¿Ž ÅŽ àŽ ëŽ øŽ • ;• N• P P P & Fx Æ Ð „ „öþ $ If `„öþgdwV: l Ö Å t à Ö0 ^„ $ If gdóQ‡ Ž kdr $ ÖF Å Q• •• ç ¨• Õ Ô• ç Ž ç q ç h P $ If h P P – N ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö - 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l ytóQ‡ N• [• f• g• k• r• ž• ç P P 8 & Fy Æ Ð „ „öþ $ If ^„ `„öþgdwV: $ If gdóQ‡ Ž kd $ l Ö ÖF Å Å N t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ç $ If ÿ Y – ÿ ö - 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l ytóQ‡ & Fx Æ Ð „ „öþ $ If `„öþgdwV: 4Ö ^„ ž• Å• ç l - Ö Å t à à• þ• (• )• ,• P Y $ If ÖF Å S• ç gdóQ‡ Ž ç P kdÎ $ ç $ If – N Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö - 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l ytóQ‡ & Fy Æ Ð „ „öþ $ If `„öþgdwV: ^„ S• Š• ç 4Ö °• Ö• Y ä• å• æ• N (’ ç ç ? ç l - $ „Ð $ dh Ö Å t à Ö0 dh `„Ð a$ gdóQ‡ a$ gdóQ‡ Ž kd| $ $ If ÖF Å – N ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö - 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l ytóQ‡ 4Ö & Fz Æ Ð „ „öþ $ If ^„ `„öþgdwV: (’ š” ½• @– ª– L— Û— ˜ ™ Ï™ +š bš ¦š › B› x› ¬› ð à à Ó Ã ³ à £ £ £ à & FQ Æ „Ð ^„Ð gdwV: & FO Æ „Ð ^„Ð gdwV: & FQ Æ Ð „h ^„h gdwV: u˜ ™ — ð à ³ £ ³ £ £ „ & FP Æ Ð „Ð ^„ `„Ð gdóQ‡ „h ^„h gdwV: $ „Ð dh `„Ð a$ gdóQ‡ ì— ˜ ˜ u˜ ¨™ ¾™ +š bš ¦š B› ‰› ›› gž ~¡ •¡ — ¡ ˜¡ M¢ 2¥ 4¥ 5¥ ëØŶ¦¶“Ø“¶¦¶„th\ÅQE6 hóQ‡ hóQ‡ CJ aJ mH! s H! hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h}CÖ hóQ‡ 5 •mH! sH! h}CÖ hóQ‡ 5 •mH sH h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! $ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ $ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ mH sH $ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ mH sH ' h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ mH sH ¬› ·œ j• ž gž ï •Ÿ ~¡ •¡ ˜¡ ï § ‚ M¢ ©£ £ à ‘ ‚ k¢ ‚ 3¥ 4¥ Ñ 5¥ ï ï Æ ‘ ¸ ‚ $ & FN Æ T „h „h dh dh ^„h a$ gdóQ‡ ^„h a$ gdwV: $ „0 „ „Ð ]„0 ^„ `„Ð gdóQ‡ B $ & FJ dh a$ gdwV: $ dh a$ gdóQ‡ $ „ dh `„ a$ gdóQ‡ $ „„ dh `„„ a$ gdóQ‡ & FQ Æ „Ð ^„Ð gdwV: 5¥ ?¥ Ŧ ͦ 8¯ M¯ „° «° ² M² é³ ê³ ë³ ´ Òµ íµ Ý¶ é Ú Ú é Ú é Ú Ú é Ú Ú é Ú D© R© “ª ¥ª é ’¬ “¬ ¬¬ Ú é Ú Ú ® é Ú é í- Ú é Ú é $ & FN Æ « ° ´ „h dh ^„h a$ gdóQ‡ $ T „h dh ^„h a$ gdwV: 5¥ ’ª “ª ¤ª ¥ª &« ‘¬ ’¬ “¬ «¬ ¬¬ é¬ ô¬ ì- í® ® B¯ J¯ L¯ – §° 4² I² L² -³ è³ ê³ ë³ ÿ³ ѵ Òµ ßµ ëµ 4¸ K¸ ¯» » »¼ ̼ ɾ Û¾ šÁ ±Á Ä Ä Ä †Ä êÄ ëÄ Å Å Å ´Å Æ õæõÚõÚõξõÚõÚõÚõÚõÚõ¯Ÿ¯Ÿ¯õ¯Î•õÚõ毟¯Ÿ¯Ÿ¯Ÿ¯Ÿ ¯Ÿ¯Ÿ¯õ¯õ¯Ÿ¯õ¯ hóQ‡ hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH hóQ‡ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ 8ݶ õ¶ !¸ O¸ ¡» Ä» {½ ‡½ ·¾ ݾ „Á µÁ Ä Ä ëÄ -Å Æ :Æ Ç !Ç QÈ iÈ hÉ pÉ žÊ ¶Ê é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é Ú é $ „h dh ^„h a$ gdóQ‡ $ & FN Æ T „h dh ^„h a$ gdwV: Æ &Æ 7Æ Ç ZÈ fÈ §Ê ´Ê µÊ UË ÉË •Ì ØÌ ßÌ ìÌ õÍ öÍ Î RÏ »Ð ‡Ó ªÓ VÕ sÕ 2Ø 6Ø 7Ø ?Ø EØ SØ ›Ù Ú RÚ ŽÚ ’Ú “Ú šÚ ôÚ Þ ìÞ õéõÚÊÚÊÚõÚõÚõéõ»¯ÚŸÚÊÚÊÚÊÚÊÚÊÚ•õ•q•q•Úe h_\Ž hóQ‡ CJ \ •aJ h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ \ •aJ mH sH h}CÖ hóQ‡ 5 •mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ a J mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ '¶Ê ¼Ë ÊË ØÌ îÌ õÍ öÍ Î RÏ SÑ üÓ ÍÕ ŠØ Ù 5Ù ›Ù Ú ð Ú ð Ú ð Ë ½ ® ® ® ® ® ® • • • $ & FL Æ Ð „h dh 5$ 7$ 8$ 9D H$ ^„h a$ gdwV: $ „ dh `„ a$ gdóQ‡ B $ & FJ dh a$ gdwV: $ & FN Æ T „|ü dh „h dh `„|üa$ gdóQ‡ ^„h a$ gdwV: $ $ „h =á Sã Ò dh ^„h a$ gdóQ‡ å ,ç kè lè á ° Ò Ò Ú RÚ ° ¬Ú á ôÚ 1Û Þ á ° ¥ EÞ gÞ ° Ò • dh $ & FK Æ Ð dh „v a$ gdóQ‡ „òþ dh ! $ 5$ 7$ 8$ 9D |Þ ²Þ á H$ ^„v `„òþa$ gdwV: ìÞ ° Ò gdóQ‡ $ „Ð dh `„Ð a$ gdóQ‡ $ & FL Æ Ð „h dh 5$ 7$ 8$ 9D H$ ^„h a$ gdwV: <á =á kè lè •è £î µî ¶î ·î õî Ðï ó Ló = E b Ô s } ž © Ò • ˜ ìÞ Àß Éß Êß Ôß îï ñï Öð õð öð Ý ë õ À Ì ÿß Ã à ” © i x ª  þ © õçõçõçõçõÜÔŹ-Å-Ź-Ź-ÅÔÅÔÅõÔõ¡õ¡õ¡õ¡õ¡õÅ‘Å ‘Å‘Å‘Å‘Å‘Å h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ h 7Œ CJ aJ mH! sH! h 7Œ CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH h}CÖ hóQ‡ 5 • hl hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ ] •aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ 5lè •è ×ë £î &ñ ó Ló äö ú Rþ = E b ç š è Õ º º º £ º º º º • º ƒ ƒ ƒ $ & F‰ dh ¤< ¤< a$ gdwV: B $ & FO dh & FO Æ a$ gdwV: B $ h „Ð dh ^„Ð a$ gdwV: $ Æ Ð „h „Ð dh ¤< ¤< ^„h `„Ð a$ gdóQ‡ 8 a$ gdóQ‡ B & FJ Æ „ª „Vþ dh ^„ª `„VþgdwV: š Ô h © ª « Â Í À í Þ Ç Ç Ç ¡ † o ¤< ¤< ^„Ð `„8 a$ gdóQ‡ & FÆ T „Å „åþ dh ¤< ¤< ^„Å `„åþgd 7Œ & FO Æ Ð „h dh ¤< ¤< ^„h gdwV: $ ù „8 dh \ ¤< ¤< `„ f Ç ¸ Ç ¸ $ „Ð „8 dh $ B & FO & F‰ dh ¤< ¤< a$ gdóQ‡ dh ¤< ¤< gdwV: dh ¤< ¤< a$ gdwV: $ $ „Ð „Ð dh ¤< ¤< ^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡ © ª « ² ³ · º Á Â Ã Í ë õ Ø ø « ¬ ƒ „ ! ! Û! Ü! j" k" # # ‡# §# ò# a$ b$ œ$ •$ ç$ è$ -% /% Û/ Ü/ O0 ôåÜÏÜÏ÷ÏÃå§å—å‹å‹å‹å‹å‹å‹å—å|m|m|m|— åôå h 7Œ h 7Œ CJ aJ mH sH h 7Œ hóQ‡ CJ aJ mH s H h 7Œ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH h 7Œ hóQ‡ 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ h 7Œ 5 •CJ aJ mH! sH! h 7Œ 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH hóQ‡ CJ aJ mH sH (À U S ù H Ž à ÿ O Ø ø ¬ ò „ ! è è è Ö Ö Ö Ö Ö Ö » ¤ ¤ ‘ z $ „Å „Å dh ¤< ¤< ^„Å `„Å a$ gd 7Œ $ „Å dh ¤< ¤< ^„Å a$ gd 7Œ $ „Ð „Ð dh ¤< ¤< ^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡ $ & FÆ T h „Ð dh ¤< ¤< ^„Ð a$ gd 7Œ $ & F‹ dh ¤< ¤< a$ gdwV: $ „Ð „8 dh ¤< ¤< ^„Ð `„8 a$ gdóQ‡ ! è Ü! k" # ‡# §# ò# è ˜ b$ Í ˜ •$ è$ -% ¶ /% è è ˜ ˜ } $ & FÆ T & F‰ Æ $ h „Vû dh „n „Wþ dh < ^„Å `„s a$ gd 7Œ & FÆ T h „Vû dh `„Å a$ gd 7Œ /% % >' p( á( 1 S2 2 è Î Î ¤< ¤< `„Vûa$ gd[ + ¤< $ ¤< + ¤< ^„n `„Wþa$ gdwV: ¤< `„Vûa$ gd 7Œ ²+ Î æ, £. Î † $ Û/ Î Ü/ $ $ „Å P0 51 „Å „s dh dh ¤< ¤ ¤< ¤< ^„Å – Î Î † „Å Î · † $ & F] Æ „8 dh ¤< ¤< ^„8 a$ gdwV: $ „h „„ dh ¤< a$ gd[ + $ „h „„ dh ¤< ¤< ^„h `„„ a$ gdóQ‡ $ & FŒ „n „Wþ dh ¤< ¤< ^„n `„Wþa$ gdwV: $ „Å „s dh Å `„s a$ gd[ + O0 P0 Ÿ8 ©8 ·8 = /= 0= C= W= Y= @> O> Û@ >B LB ¿B ÊB &C 2C ÉC H #H WT XT ôåÚÉڽ屣±å“åÚ~o~]~]~]~o±ÚU ¤< ^„h `„„ ¤< ÖC ¤< ^„ ID JD hóQ‡ CJ aJ " h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ \ •] •aJ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ aJ ( h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ OJ QJ \ •] •aJ h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ •CJ aJ hóQ‡ CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ J mH sH h[ + CJ aJ mH! sH! 2 3 ¢3 ý3 À4 (5 ¨5 &6 ¢6 6 …7 Q J 5 a ü 8 Ÿ8 ã8 ¸ <9 å Î ¸ ¸ ¸ ¸ ¦ Œ $ & Ff Æ ¼ & „; „ ÿ dh ^„; `„ ÿa$ gdwV: ¸ ¸ $ ¸ ¸ ¸ F & Ff Æ + & F] Æ „Å dh „ dh $ „8 ^„Å a$ gdóQ‡ ¤< dh ¤< a$ gdwV: ¤< $ $ ¤< ^„8 a$ gdwV: „ª „R dh ¤< ¤< ^„ª `„R a$ gd[ <9 ñ: O; = .= /= 0= Y= q? é ¸ † † ¤@ B >B ¸ † ¿B 'C ¸ ÊC é Ï • ~ & F^ gdwV: $ „h „„ dh ¤< ¤< ^„h `„„ a$ gdóQ‡ & FO Æ Ð „ª „Vþ dh ¤< ¤< ^„ª `„VþgdwV: $ Æ „ „Ð dh ¤< ¤< ^„Ð a$ gdóQ‡ $ & Ff Æ ¼ „t „ãþ dh ^„t `„ãþa$ gdwV: $ & † ~ ~ F „; „¿ dh ^„; `„¿ a$ gdóQ‡ ÊC JD ‹D èD \E K sK åK ŠL ÷ Ú • ØE OF H #H ßI bJ Ú ê Ñ º • Ú £ Ú • • • $ & F_ Æ Ð ‡ & FO Æ Ð & FM Æ h dh „h ¤< dh ¤< a$ gdwV: ¤< „Ð ^„Ð gdwV: ¤< ^„h gdwV: $ „h „ dh ¤< „Ð `„Ð gdóQ‡ ¤< ^„h `„ a$ gdóQ „ „ì ^„ & F^ gdwV: `„ì gdóQ‡ ŠL ¶L N ŸO 7R XT pT ØT ˆU YX ±X ì Ö Ö Ö Ö Ã ³ ™ † l $ & Fu Æ Ð „t „qþ dh ^„t `„qþa$ gdwV: $ „t „å dh ^„t `„å a$ gdóQ ‡ $ & Fu Æ Ð „; „ªþ dh ^„; `„ªþa$ gdwV: - „® „® dh ^„® `„® gdóQ‡ $ „h „¦ÿ dh ^„h `„¦ÿa$ gdóQ‡ $ & F` Æ Ð dh ¤< ¤< a$ gdwV: $ „Ð dh ¤< ¤< `„Ð a$ gdóQ‡ XT pT ØT àT êT aX sX ±X »Y ÃY ÐY òY ®Z ¯Z ²Z µZ ßZ ì` í ` î` ð` ò` ó` ô` ÷` ø` ú` ü` þ` a a a a a a a a a a a a ga òëàòàòàëàòàëÜÌ¿³à¤œ‡àqàqàqàq³q³q³q³q³q³q³ + j h• p hóQ‡ 5 •CJ U aJ mH nH u ( j h• p aJ mH nH u hóQ‡ CJ U hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ + 5 •CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH! aJ mH! sH! hóQ‡ h_\Ž h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ hóQ‡ CJ aJ aJ h[ h_\Ž hóQ‡ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ î` ñ` ò` ô` ø` û` ü` ÿ` a a Ä ± ± ± ± ± • • • Æ h „h „' ^„h `„' a$ gdóQ‡ $ „h „˜þ dh ¤< ¤< ^„h `„˜þgd[ + & Fu Æ Ð „t „qþ dh ^„t `„qþa$ gdwV: )±X ò »Y òY ± „„ $ ßZ 0] l^ ò ± ± „h ¯Z Ø dh í` ± ± $ a$ gdóQ‡ $ ^„h `„„ a$ gdóQ‡ a a „t „¬ ^„t `„¬ gdóQ‡ a a a a a a a a a ÷ ÷ ÷ a ÷ a ÷ ÷ ÷ a -a ga ÷ ÷ ÷ a ÷ ÷ Ø ha ÷ ša ›a ÷ ï ±a ÷ Öa ÷ ÷ ÷ Å & F „Zÿ dh & Fe „ „äþ ga ha ™a ƒ ýƒ þƒ ¤< ¤< `„Zÿgd[ + dh ¤< ¤< ^„ `„äþgdwV: $ a$ gdóQ‡ $ a$ gdóQ‡ ša ›a ¿a Ôa Öa }r Œr œr žr ·r Ír •• „• Ž• ûƒ ü „ .‰ /‰ 9‰ á‹ ë‹ 6• öëßÐĶīĶīŸ«’Ä«ƒÄvÄ«eU«U« h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ ! hâbÎ 5 •CJ OJ QJ aJ mH! sH! hâbÎ 5 •CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h[ + 5 •CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ hâbÎ hâbÎ CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH ! sH! hÔ= hóQ‡ CJ aJ hóQ‡ 5 •CJ aJ Öa {d e Âe ìe f Hf lf – f Äf äf 4g ²g àg h €h $k ×k «l .m ì ì Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö ì À À À ì ì ¦ ¦ $ & F• Æ „á „äþ dh ^„á `„äþa$ gdwV: $ & FŽ „n „Wþ dh ^„n `„Wþa$ gdwV: $ & F• „n „Wþ dh ^„n `„Wþa$ gdwV: $ „Ð „„ dh ^„Ð `„„ a$ gdóQ‡ .m nm Úm žn în ûo íp ìq }r žr Òu ²v `w œx Hy å å å Ò ¸ ¸ ¸ ¸ Ò Ò Ò Ž € $ & F‘ & F‘ Æ & F Æ & F• Æ Ð ‡ & F• Æ dh a$ gdwV: h dh h $ a$ gdwV: „Zÿ dh ¤< ¤< `„Zÿgd[ + $ $ „á $ „äþ dh ^„á `„äþa$ gdwV: „á „äþ dh ^„á `„äþa$ gdwV: „Ð „„ dh ^„Ð `„„ a$ gdóQ Hy îz è{ Þ é{ Ð Æ Æ Æ h h $ h dh „h I| š| ý| Þ ‡~ ~• •• Ð Ä ° ¤< ¤< gdóQ‡ $ „Ð ¤< ¤< ^„h gd[ + dh a$ gdóQ‡ Ž• o‚ • „Ð üƒ Ð ýƒ ñ ñ Ð • dh ^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡ • $ & F’ dh a$ gdwV: $ „Ð „„ dh ^„Ð `„„ a$ gdóQ‡ $ & F‘ dh a$ gdwV: ýƒ „ Ÿ… -‰ .‰ 9‰ — Š ׊ 8‹ ’‹ ß‹ á‹ è Õ Õ É ± ž ƒ ƒ ƒ ƒ s $ „h „Ð ^„h `„Ð a$ gdóQ‡ $ & F“ Æ @ h „n „Wþ dh ^„n `„Wþa$ gdwV: $ „Ð „Ð dh ^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡ . $ & F• Æ h „šó dh ¤x `„šóa$ gdwV: $ „h ^„h a$ gdóQ‡ $ „h „ dh ^„h `„ a$ gdóQ‡ & Fe „ „äþ dh ¤< ¤< ^„ `„äþgdwV: á‹ ë‹ 6• h• •• Ü• 0Ž :Ž ’• Ò‘ Ó‘ ß‘ P“ É• ו ë Ø ¾ ¾ ¾ ¾ ª Ø Ø š ~ Ø Ø ~ . $ & F Æ . h $ „h „ dh ¤x ^„h `„ a$ gdâbÎ $ „h „Ð ^„h `„Ð a$ gdóQ‡ & F „èÿ dh ¤x `„èÿa$ gdâbÎ . & F• Æ @ „n „Wþ dh ^„n `„Wþa$ gdwV: $ & F• „šó dh ¤x `„šóa$ gdwV: $ $ „Ð „Ð dh ^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡ . 6• 0Ž :Ž Ó‘ ß‘ É• ו Ô˜ à˜ ‘š œš œ • ¡ õ § ñ¨ ò¨ © ¡« s¬ î¬ ® @® ¯ P¯ [¯ K° n° p± — ± á± ê± ² 1² w² ·² Žµ ñáÖáÖáÖáÖáÖÇ·ªžÖ—Ö—ŒÖ—Ö—Ö—Ö— Ö~ÖžÇÖÇÖÇÖÇÖq h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ h_\Ž J \ •aJ h_\Ž hóQ‡ mH! sH! ¦ Ù§ ñ hóQ‡ 5 •C h_\Ž h_\Ž hóQ‡ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH! aJ h_\Ž hâbÎ 5 •CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ Ô˜ à˜ ‘š œš íœ {ž œ • ì Ð ½ © “ $ & F^ „á „äþ dh $ „h „h h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ )ו #— Þ õ 8£ ì ì ì ì ì € $ „å „¬ dh ^„å `„¬ a$ gdóQ‡ ^„á `„äþa$ gdwV: „Å dh ^„h `„h a$ gdóQ‡ . „£þ dh $ ¤< Ð ¤< ^„Å `„£þgdóQ‡ & F Æ h gdóQ‡ „h „ dh ¤x ^„h `„ a$ gdâbÎ $ „Ð „„ dh ^„Ð `„„ a$ 8£ U£ F¤ ƒ¤ ý¥ ¦ Ù§ ñ§ © ¡« Z¬ s¬ î¬ å ½ å Ò ‰ t ^„­ `„: a$ gdóQ‡ $ & Fq Æ „­ „ÿý dh ^„­ `„ÿýa$ & Fp Æ … „t „qþ dh ^„t `„qþa$ gdóQ‡ $ „t „s dh ^„t & Fo Æ … „t „qþ dh ^„t `„qþa$ î¬ ® @® ¯ ;¯ K° L° Ð œ ‰ ò¨ Ò å Ò ½ £ - gdwV: å ½ $ „­ „: dh ¤ $ gdwV: - $ `„s a$ gdóQ‡ „t „s $ gdwV: c° å dh ¤ Ð ^„t `„s a$ ¶ v \ $ & Fp Æ ò Æ h $ & Ft Æ & Fs Æ gdóQ‡ & Fr Æ ± ˱ µ 0¶ „n „Wþ dh ^„n `„Wþa$ gdwV: „h dh ^„h a$ gdóQ‡ $ „æ „Æý dh ^„æ `„Æýa$ gdwV: „t „8þ dh $ ^„t `„8þa$ gdwV: „­ ² |¶ „ÿý dh 1² w² ¨¶ û¶ Ç ‰ 2 ‰ & FW Æ Ð 2 „ „ dh dh `„ „­ $ „: dh ^„­ `„: a$ gdóQ‡ $ - $ „­ „: ^„­ `„ÿýa$ gdwV: c° n° — ¶² ·² Žµ – ð Ý Ç Ç ¸ ‰ ‰ ^„ gdwV: gdóQ‡ 2 „ „ dh ^„ `„ dh ¤ ^„­ `„: a$ Ç ¨ gdóQ‡ Ç œ $ & FY Æ 8 „< „ dh dh `„< a$ gdóQ‡ ^„ a$ gdwV: $ $ „ „ dh ^„ `„ a$ gdóQ‡ $ „8 dh ^„8 a$ gdóQ‡ Žµ –µ |¶ û¶ ý¶ þ¶ · ]º eº î¼ ð¼ ñ¼ ½ ½ 0½ 1½ V½ W½ X½ b½ c½ †½ ‡½ À½ Á½ ý ð½ ñ½ O¾ P¾ _¾ `¾ Ô¾ Õ¾ ¿ ¿ *¿ +¿ }¿ •¿ •¿ ‚¿ •¿ Ž¿ ³¿ ´¿ õ¿ ö¿ _À `À ”À •À éÀ êÀ õÀ öÀ ñäÓÅÓñäñä»äñ䫤ä¤ä«¤ ä¤ä¤äӤ䤫¤ä¤ä¤ä¤ä“䤫¤ä¤ä¤ä¤ä¤ä¤ä¤ h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ mH! sH! J h_\Ž QJ hóQ‡ - h_\Ž aJ mH hóQ‡ 5 •OJ QJ \ •aJ hóQ‡ OJ QJ aJ hóQ‡ O sH h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ mH sH h_\Ž · ˆ¸ ó hóQ‡ OJ ø »¹ QJ aJ ]º eº â » â ¨ „ & FX Æ & FX Æ & F” Æ Æ 2 ½ gdóQ‡ Ð „ Ð „ Ð W» À» ^„ dh !¼ Ë ¸ 2 hóQ‡ 5 •OJ r¼ s¼ Ë QJ î¼ 2 ^„ gdwV: 7û¶ ü¶ ó ý¶ þ¶ ó Ë ¸ Ÿ • „h ^„h gdóQ‡ 2 gdwV: aJ Ë ¸ ¸ 2 „ „ dh ^„ ` 1½ â 2 2 „åþ dh ^„¥ `„åþgdwV: 2 ¤x ¤x `„ gdóQ‡ „ ^„ gdóQ‡ î¼ ï¼ ð¼ ñ¼ ½ ó ó ó î â â â â v kd* $ $ If – l Ö Ö0 à 8" à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ4Ö l aö l ytóQ‡ h „¥ „ dh h_\Ž ½ ½ "½ #½ $½ 0½ ó â k ÿ ÿ 4Ö X ö 8" ö Ö 2 2 $ $ $ If a$ gdóQ‡ „Ð `„Ð a$ gdóQ‡ 2 gdóQ‡ 2½ 5½ 6½ J½ K½ ó L½ Ÿ l 4 O½ P½ ó kd¹ Ö Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ l aö l f4 ytóQ‡ ÿ ÿ Ö V½ W½ ó ó ó $ $ If – Ö\ Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ó ó ó S œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ 2 $ $ If W½ X½ a$ gdóQ‡ b½ c½ d½ f½ ó ó g½ „½ …½ ƒ †½ ó ó ƒ Œ ó ó l 2 $ If gdóQ‡ 4 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l f4 ytóQ‡ f kdz ÿ $ Ö ÿ $ If – 8" 8" ö 8" ö Ö ÿ Ö Ö0 ÿ Ö ÿ ÿ Ö 2 $ $ If a$ gdóQ‡ †½ ‡½ ‰½ ¾½ ¿½ À½ S 2 $ If gdóQ‡ _ S J S 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kdù Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ À½ Á½ ý S S 2 $ If $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö î½ ï½ ð½ _ gdóQ‡ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö S ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ J 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kdº Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ ð½ ñ½ ó½ S S 2 $ If $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö M¾ N¾ O¾ _ gdóQ‡ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö S ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ J 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kd{ Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ O¾ P¾ Q¾ $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö _¾ _ S œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö ÿ ÿ Ö S ÿ ÿ ÿ 2 l $ 4 $ If Ö $ If – Ð l <-8" Ð Ð ü Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l f4 ytóQ‡ _¾ `¾ a¾ c¾ d¾ Ò¾ Ó¾ Ô¾ ˜ Œ ƒ ƒ Œ Œ 2 $ If a$ gdóQ‡ gdóQ‡ Ÿ kd< $ Ö\ œ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Œ ÿ 2 l ¿ $ $ If a$ gdóQ‡ f kdý 4 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l f4 ytóQ‡ Ô¾ Õ¾ ×¾ $ Ö ÿ $ If – 8" 8" ö 8" ö Ö ÿ Ö Ö0 ÿ Ö ÿ ÿ Ö ¿ ¿ _ 2 S $ If gdóQ‡ J S S 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kd| Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ ¿ ¿ ¿ S S 2 $ If $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö (¿ )¿ *¿ _ gdóQ‡ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö S ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ J 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kd= Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ *¿ +¿ ¿ ~¿ •¿ €¿ •¿ _ S 2 $ If gdóQ‡ $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö S J œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö ÿ ÿ Ö J ÿ ÿ ÿ S 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kdþ Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ •¿ ‚¿ ƒ¿ $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö •¿ _ S œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö ÿ ÿ Ö S ÿ ÿ ÿ 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kd¿- Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ •¿ Ž¿ •¿ Œ Œ 2 $ If gdóQ‡ $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ±¿ ²¿ ³¿ ˜ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö Œ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ƒ 2 l $ $ If a$ gdóQ‡ f kd€ $ $ If – 4 Ö Ö 8" 8" ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 8" ö ÿ4Ö 4Ö l aö l f4 ytóQ‡ ³¿ ´¿ ·¿ ó¿ ô¿ õ¿ _ S S 2 $ If gdóQ‡ Ö ÿ Ö S Ö0 ÿ Ö ÿ ÿ Ö J 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kdÿ Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ õ¿ ö¿ ù¿ S S 2 $ If $ $ If – Ö\ Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ]À ^À _À _ gdóQ‡ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö S ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ J 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kdÀ Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ _À `À cÀ S S 2 $ If $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ’À “À ”À _ gdóQ‡ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö S ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ J 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kd•! $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð Ð ü ÿ ÿ ÿ ÿ ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l f4 ytóQ‡ ”À •À ˜À æÀ çÀ èÀ éÀ _ J J S S 2 $ If gdóQ‡ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö ÿ ÿ Ö S ÿ ÿ ÿ 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kdB" Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö l f4 ytóQ‡ éÀ êÀ ëÀ S $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð ü ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ôÀ õÀ _ œ Ö0 ÿ ÿ 4Ö S ÿ ÿ Ö ÿ ÿ S ÿ 2 l $ 4 $ If Ö a$ gdóQ‡ Ÿ kd # $ Ö\ $ If – Ð l <-8" Ð œ Ð ü Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 8" ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l f4 ytóQ‡ õÀ öÀ ÷À øÀ ùÀ úÀ ûÀ üÀ ýÀ Á B ˜ Œ „ „ „ „ „ „ m ] 2 „ „ d h ^„ `„ gdóQ‡ $ & FW Æ @ h „ dh ^„ a$ gdwV: $ a$ gdóQ‡ $ „h ^„h a$ gdóQ‡ f kdÄ# $ $ If – l 4 Ö Ö 8" 8" Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 8" ö Ö ÿ Ö ÿ Ö ÿ Ö ÿ4Ö 4Ö l aö l f4 ytóQ‡ öÀ øÀ üÀ Á mÈ {È Ê ÓÊ ÎË Í 9Í Ï éÏ êÏ üÐ ÿÐ -Ñ ¾Ñ ‚Ó ‰Ó ŠÓ ‹Ó ’Ó “Ó ”Ó •Ó ¦Ó ÀÔ ÁÔ nÖ ‰Ö pØ rØ Ù ¡Ù ¢Ù ´Ù óêóÙÇٹٮ¹Ù§Ÿ§Ÿ§¹Ù§”‰§Ÿvn§f§¹®^®^®¹ hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ H* h_\Ž hóQ‡ 5 • h_\Ž hâbÎ mH! sH! hóQ‡ mH! sH! j h• p hóQ‡ U h_\Ž hóQ‡ mH! sH! hâbÎ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ ] •aJ # h_\Ž hó Q‡ 5 •OJ QJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ mH! sH! hóQ‡ 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ $B …à ŠÅ ×Æ >Ç ÒÇ lÈ mÈ {È É Ê ÓÊ ÎË KÌ ì ì ì ì ì ì à Í ½ ½ ¢ ’ { $ & Fl Æ F „Z „ ÿ^„Z `„ ÿa$ gdwV: 2 „p „h dh ^„p `„h gdóQ‡ 0 $ & Fb Æ h „p dh ¤x ¤ ^„p a$ gdwV: 2 „ „h dh ^„ `„h gdóQ‡ 2 & FZ Æ Ð „ dh ^„ gdwV: 2 Æ Ð dh gdóQ‡ 2 & Fb Æ 8 „ dh ^„ gdwV: KÌ ^Ì tÌ ‘Ì ªÌ «Ì ¬Ì íÌ òÌ ÿÌ Í Í 9Í Ï Ï è è è è Ü Ü Å ® ® ® ® ˜ ˆ • - „ `„ gdóQ‡ 2 „v „• dh ^„v `„ gdóQ‡ 0 & Fb „€ dh ¤x ¤ `„€ a$ gdwV: $ & Fk Æ 4 „é „ªþ^„é `„ªþa$ gdwV: $ & Fk Æ „“ „ãþ^„“ `„ãþa$ gdwV: $ „Z ^„Z a$ gdóQ‡ $ & Fk Æ ” „> „ ÿ^„> `„ ÿa$ gdwV: $ Ï WÏ î Ï ÌÏ î èÏ µ © „ „ ÿ dð Æ 9 êÏ òÏ ‹Ð î ‘Ð ûÐ ýÐ þÐ ÿÐ á ™ ™ ^„Y `„ ÿa$ gdóQ‡ - IÑ $ „Y î Å ™ - ¤ CÑ á ™ „Z - „Z & Fa Æ dð dð „Z ^„Z ^„Z gdóQ‡ gdóQ‡ „ ÿ dð ¤ $ „Z „ ÿ^„Z ^„Z `„ ÿa$ gdwV: `„ ÿa$ gdóQ‡ - $ - „Z „ ÿ^„Z `„ ÿgdóQ‡ - $ „• dð ¤ ^„• a$ gdâbÎ IÑ ¬Ñ - -Ñ å ¾Ñ ‚Ó ŠÓ Ë - ŒÓ •Ó ŽÓ •Ó » - •Ó ’Ó “Ó ² - - ‘Ó - ”Ó •Ó - ¦Ó - ñ - „ „ ^„ `„ `„È gdóQ‡ 0 $ & Fb Æ h - „Z - „Y ã & F\ Æ „ `„ & FW „ `„ & F gdóQ‡ - gdóQ‡ - „Õ `„Õ gdóQ‡ „€ dh ¤x ¤ `„€ a$ gdwV: dð ^„Z gdóQ‡ dð ¤ ^„Y gdóQ‡ ¦Ó *Ô 4Ô KÔ dÔ xÔ yÔ 8Õ PÕ Ë Ë Ë ã ¯ — — ¯ ã { $ „> ÿ dð ¤ ÿa$ gdwV: 2 gÕ |Õ Ë „v „È “Õ ”Õ dh ]Ö » — - $ ^„> - $ „> ÿ dð ¤ ^„> ÿa$ gdwV: „Z dð ^„Z gdóQ‡ „> „ ÿ dð ¤ ^„> `„ ÿa$ gdâbÎ - $ & Fa Æ „Z „ãþ dð - ¤ „Z „ãþ dð ^„Z `„ãþa$ gdwV: ^„Z `„ãþgdóQ‡ - $ ^„v aÖ aÖ fÖ ã iÖ mÖ nÖ ‰Ö :× Ò ˜ ˜ X× p× Â ˆ× £× «× ¯ Ø ã ã ˜ … ˜ m $ & Fc Æ & FW Æ h „“ „ãþ^„“ `„ãþa$ gdóQ‡ $ `„ãþa$ gdwV: $ „“ „ãþ dh ^„“ „ „sþ^„ `„sþa$ gdwV: $ „Æý dh ^„Z dð ¤ ^„> a$ gdóQ‡ - $ & F\ Æ $ „> „ ÿ dð ¤ ^„> `„ ÿa$ gdwV: „v „V dh `„ÆýgdóQ‡ ^„v `„V a$ gdóQ‡ - $ „> 0 „Z Ø (Ø ì >Ø TØ qØ rØ Ù ì ± š BÙ PÙ à •Ù † Ù ¡Ù È ¢Ù ì ì ± † $ Æ Ð „“ „ãþ^„“ `„ãþa$ gdóQ‡ $ & F[ Æ Ð „“ „ ^„“ `„ a$ gdwV: $ & F[ Æ Ð „ „Wþ^„ `„Wþa$ gdwV: $ & Fc Æ h „“ „ãþ^„“ `„ãþa$ gdwV: $ „“ ^„“ a$ gdóQ‡ $ & F Æ Ð „Í `„Í a$ gdâbÎ ± ¢Ù ´Ù ÀÚ üÚ tÛ º Š $ l ÏÛ ßÛ º Ý NÝ •Ý á ‹Ý á Ñ ª º š 0 & FZ Æ Ð „ç „ªþ dh ¤x ¤ ^„ç `„ªþa$ gdwV: 2 „b „Ñó dh ^„b `„Ñógd óQ‡ 2 „F „Úô dh ^„F `„ÚôgdóQ‡ 2 „ „• dh ^„ `„ gdóQ‡ 2 & Fc Æ „v „ªþ dh ^„v `„ªþgdwV: 2 „ „ dh ^„ `„ gdóQ‡ 0 $ & FZ Æ Ð „ „qþ dh ¤x ¤ ^„ `„qþa$ gdwV: ´Ù ÏÛ ßÛ •Ý ‹Ý ZÞ dÞ ß ß (ß )ß 2ß 3ß 4ß à à à à ½â ¾â ¿â Àâ Áâ àâ ã ã ã ã ã ã ã ïáïáïÏïÅÏïÏï¾ï¾ï²§Ÿ“‡xj\¾O¾O¾O QJ aJ h_\Ž hóQ‡ OJ QJ \ •aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •OJ hâbÎ CJ aJ mH! sH! hâbÎ CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ hâbÎ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ hóQ‡ OJ QJ aJ \Ž hóQ‡ 5 •CJ ] •aJ h_\Ž ß !ß )ß *ß 2ß 3ß ï à © © Æ Æ Æ 2 ß # h_\Ž hóQ‡ OJ ã hóQ‡ 5 •OJ QJ aJ mH! sH! QJ aJ mH! sH! -‹Ý ZÞ dÞ Ó Ã Ã 2 $ 8 \ „8 „Èû $ If ^„8 `„Èûa$ gdóQ‡ 2 $ 8 $ If a$ gdóQ‡ 2 8 „ç dh ^„ç gdóQ‡ „ç dh ^„ç gdóQ‡ 2 „ç „È dh ^„ç `„È gdóQ‡ 3ß |ß ‹ß ¦ß ‡ w h h w Y 4ß Bß Wß w h_ j 2 Æ 8 ¨ Æ l $ If gdóQ‡ 2 8 dh $ If Ö $ dh $ If a$ gdóQ‡ gdóQ‡ x kdC$ $ $ If Ö0 ç z n “ 2 – ô 6 à à ö Ö ÿ l aö S ytóQ‡ Ö0 ÿ ÿ Ö ÿ ¦ß Ûß ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ÿ 4Ö ö à à ê Ö ^ N 9 2 Æ Æ l 8 \ „8 „Èû dh 8 „ç dh Ö ^„8 `„ÈûgdóQ‡ 2 ^„ç gdóQ‡ x kdÕ$ $ $ If Ö0 ç z n “ – ô Ö0 ö Ö ÿ ÿ Ö l aö S ytóQ‡ 2 „Æ Æ ¨ 6 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ „:þ dh $ If ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ4Ö ^„Æ `„:þgdóQ‡ 2 ÿ 4Ö ö „• à à „kþ $ If ^„• `„kþgdóQ‡ @⠾⠿â Àâ Áâ àâ áâ åâ æâ ñâ òâ ã ã ã å Ò ™ ‰ Æ ¸ ‰ ‰ Ð $ If © ‰ ‰ a$ gdóQ‡ 2 „h „) © ‰ ‰ dh © ‰ 2 ^„h `„) gdóQ‡ $ $ & Fp Æ … ‡ & Fp Æ ò „‘ dh ^„‘ a$ gdóQ‡ $ „‘ $ „qþ dh ^„‘ `„qþa$ gdwV: „ „ãþ dh ^„ `„ãþa$ gdwV: $ „ „ dh ^„ `„ a$ gdóQ ã ã ã ã ã ã ^ N N N N 2 Æ l t Ö Æ l t Ð Ö • à ÿ dh $ If à ÿ kdg% Ö\ ‘ $ $ If „ w N ó „ Ö0 ÿ ÿ ÿ 4Ö l aö ý ytóQ‡ N Ð Ö • gdóQ‡ ¡ dh × ÿ ÿ Ö ã ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ã ã ã ã 2 gdóQ‡ ¡ $ If ÿ ÿ 4Ö l aö ý ytóQ‡ D gdóQ‡ ÿ ÿ ã ÿ ÿ ÿ ö ÿ Ö ^ 6 ÿ ö ÿ N Ö ÿ ÿ4 N N kd+& Ö\ ‘ $ $ If „ w N ó „ Ö0 ÿ – × ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ã ®ã ÿ ÿ Ö – ÿ ÿ ÿ ÿ «ä ^ ÿ ö ÿ Ö 6 ÿ ö ÿ Ö ÿ ÿ4 Ö ã ã D 5ä ªä < R D $ a$ $ & Fp dh 2 Æ Ð l Ö • t à ÿ a$ gdwV: dh gdóQ‡ ¡ kdï& $ $ If Ö\ ‘ „ Ö0 ÿ ÿ ÿ × ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö – „ w N ó ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ÿ Ö 4Ö l aö ý ytóQ‡ ã ªä ¬ä Ää nè ‰è Šè Äè €é •é í *î +î Uî \î ]î /ï 0ï >ï ?ï sï tï ”ï ï õåÙõÒËÄõ¹®¹®õ¦õ¦õ›†›ÒõÒwgÙYÒõÒÙå h_\Ž h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ ] •aJ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ hóQ‡ OJ QJ U mH nH u h*$ hóQ‡ OJ QJ 6 ÿ ö ÿ Ö ÿ ÿ4 Ö ¾é ¿é Cê ¼ó Åö ø hóQ‡ 5 •CJ aJ ( j }í ˜ ø ø \ •aJ h• p hóQ‡ CJ aJ hµ ¿ hóQ‡ CJ aJ hµ ¿ hµ ¿ CJ aJ hµ ¿ hóQ‡ hµ ¿ hµ ¿ h_\Ž hóQ‡ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ «ä ¬ä Ää væ _ç 0è nè Šè Äè ëè Qé •é ¿é Ý Ê Ê Ê ª œ œ œ œ ‚ ‚ $ & F[ Æ à „ø „äþ dh ^„ø `„äþa$ gdwV: Cê Yê ¸ •ê ÷ ª œ $ & F• dh a$ gdwV: B $ & F• dh a$ gdwV: $ & F• „ž dh `„ž a$ gdwV: $ „; „: dh ^„; `„: a$ gdóQ‡ & Fp Æ ò „; „ªþ dh ^„; `„ªþa$ gdwV: $ a$ gdóQ‡ •ê Ÿê Ëê ™ë Äë îë bì ˜ì °ì Úì í +î ,î Uî å å ½ ½ ½ ½ × £ £ £ £ • … $ dh a$ gdóQ‡ $ „v „v dh ^„v `„v a$ gdóQ‡ $ & Fn Æ Ð „ø „äþ dh ^„ø `„äþa$ gdwV: $ & Fm Æ Ð „ø „äþ dh ^„ø `„äþa$ gdwV: $ 9ë uë × • $ & F• dh a$ gdwV: $ & F[ Æ à „ø „äþ dh ^„ø `„äþa$ gdwV: î ˜î ™î ¢î Áî Âî æî çî ï ï /ï î Ý Ô Ô Ô Ô Ô Ô Ô $ If gdóQ‡ ^„= `„ÃþgdóQ‡ /ï - 0ï - Uî \î pî qî Ô wî Ô — Ô Ô Ô xî Ô Ô „H „Qÿ $ If ^„H `„QÿgdóQ‡ 1ï 3ï 5ï 7ï 9 - „= „Ãþ $ If - dh $ If l 4 Ö ˜ ` ( ð- ’ gdóQ‡ Å kd³' $ Öˆ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö â f4 ytóQ‡ ó ó – È È È È ÿ ÿ $ If v Ð ÿ ÿ ÿ ÿ Ö 7ï 9ï :ï ó ö z ö ÿ ÿ ÿ ;ï <ï =ï ó Ö ÿ >ï ÿ ÿ ó ÿ ÿ Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ó ÿ ÿ È ÿ ÿ Ö ÿ dh $ If gdóQ‡ >ï ?ï sï tï 9 4 4 Å gdóQ‡ ( $ $ If ˜ ` ( ð- ’ –l Ö Öˆ È È È ÿ 4 È v Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö z ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö â f4 ytóQ‡ tï ”ï ï Qñ ó ¼ó Bô Úô Åö ø ø ø å Õ À À À ª ª À › ˆ ˆ ˆ ˆ „z „†ÿ dh ^„z `„†ÿa$ gdóQ‡ ÿ kdh Ð ÿ ÿ ÿ ø È ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ø ø -ø ª ˆ $ $ & Fe Q‡ & F• & F• Æ „• dh `„ a$ gdóQ‡ „Š „Wþ dh „n „þ^„n `„þgdwV: $ ^„Š `„Wþa$ gdwV: - $ „ „: dh ¤ ^„ `„: a$ gdó $ „7 „åþ dh ^„7 `„åþa$ gdwV: ø ø "ø %ø 'ø )ø +ø ,ø =ø >ø Aø Bø Dø Eø Gø Hø Kø Lø Pø Qø |ø }ø ®ø ¯ø íø îø %ù &ù `ù aù bù •ú žú ¦ú ªú ¬ú ’û Éû Êû Îû Ðû Ôû ×û Üû Þû ãû æû ëû ìû ñû õû ûû ýû ü ü ü ëàØàØÌØàÃÌÃÌÃÌÃÌÃ̼à¼à¼à¼à¼à¼ à¼ëà­à¼Ÿ¼à­à­à­à­à­à­à­à­“ hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ hóQ‡ 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ ( j h• p hóQ‡ CJ U u 7 ø !ø "ø #ø $ø %ø (ø +ø ,ø =ø >ø Aø Bø Dø Eø Gø Pø ì ì ì ì ì Ñ Ä ´ à à à à à à à à ¤ ¤ $ If a$ gdóQ‡ ¤ ¤ $ If gdóQ‡ $ dh $ If a$ gdóQ‡ aJ mH nH Hø Kø Lø à à à $ dh " $ If gdóQ‡ $ „z „†ÿ dh ^„z `„†ÿa$ gdóQ‡ Pø Qø Tø l dh Ö - $ If § t ÿ à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l aö ü ytóQ‡ ó gdóQ‡ Ü kd ) Öž $ $ If – • ® Ò Ë ) Ð ê n$ ù „ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö Tø wø xø yø zø {ø |ø ó ó ó „ú dh $ If ^ ö ÿ 6 ö ÿ Ö 4Ö ã ^„ú gdóQ‡ ö ÿ ó dh $ If gdóQ‡ |ø }ø •ø " l dh Ö - $ If § t ÿ à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l aö ü ytóQ‡ ó gdóQ‡ Ü kd(* Öž $ $ If – • ® Ò Ë ) Ð ê n$ ù „ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö •ø ©ø ªø «ø ¬ø -ø ®ø ó ó ó ^ ö ÿ ó 6 ö ÿ Ö 4Ö ö ÿ ó dh $ If gdóQ‡ ®ø ¯ø ±ø " l dh Ö - $ If § t ÿ à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l aö ü ytóQ‡ ó gdóQ‡ Ü kd3+ Öž $ $ If – • ® Ò Ë ) Ð ê n$ ù „ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ±ø èø éø êø ëø ìø íø ó ó ó ^ ö ÿ ó 6 ö ÿ Ö 4Ö ö ÿ ó dh $ If gdóQ‡ íø îø ðø " l dh Ö - $ If gdóQ‡ Ü kd>, Öž $ § t ÿ à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l aö ü ytóQ‡ ù !ù "ù #ù ó ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ðø $ù %ù ó ó ÿ ÿ ÿ $ $ If – • ® Ò Ë ) Ð ê nù „ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ó ó ^ ö ÿ 6 ö ÿ Ö 4Ö ó ö ÿ dh $ If gdóQ‡ %ù &ù (ù " l dh Ö - $ If § t ÿ à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l aö ü ytóQ‡ ó gdóQ‡ Ü kdIÖž $ $ If – • ® Ò Ë ) Ð ê n$ ù „ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö (ù [ù \ù ]ù ^ù _ù `ù ó ó ó ^ ö ÿ ó 6 ö ÿ Ö 4Ö ö ÿ ó dh $ If gdóQ‡ `ù aù bù " Ü kdT. $ $ If – Öž • ® Ò Ë ) Ð ê n$ ù ^ § „ t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö ü ytóQ‡ bù •ú Ÿú ú ¡ú ¢ú £ú ¤ú ¥ú ¦ú §ú ¨ú ©ú ú ¬ú mû ‘û ’û “û – û ð Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Î Å ¹ ° ° $ If gdóQ‡ ; $ „W `„W a$ gdóQ‡ ; „W `„W gd N` l $ Ö - „Þ dh ^„Þ a$ gdóQ‡ ö ÿ ªú Ý « - $ „X dh ^„X a$ gdóQ‡ $ „ú „”ý dh ^„ú `„”ýa$ gdóQ‡ û $ „‘ dh žû Ÿû ·û ö $ If & l » 4 Ö ^„‘ a$ gdóQ‡ ¸û Éû ö ö gdóQ‡ Éû –û — ö Êû ö Íû Îû Ïû / $ If gdóQ‡ Ð kd_/ Ö\ W [ } > ö $ & $ If & – " F Ö Ö( ÿóóó ÿóóó ÿóóó ÿóóó Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö à pÖ( ÿóóó ÿóóó ÿóóó ÿóóó ytóQ‡ Ïû Ðû Óû Õû Öû ×û Úû Ûû Üû Ýû Þû áû âû ãû äû åû æû éû êû ëû ïû ðû ñû òû óû ôû õû ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö $ If gdóQ‡ õû øû ùû úû ûû üû ýû þû ü ü ü ü ü ü ü ü Ö Ôû ìû ö ü ü ü ü ü ö ü ü ü ü ü ü ü ö ö ö ö ö $ If ü ü ü ü åý éý ö ö ö ö ö ö ö ö ö ü ö ö ö ö gdóQ‡ !ü #ü >ü ö ö ö ö ö ü ö ö ö ö ü @ü ¡ü £ü Ðü Óü #ý %ý `ý bý ¬ý -ý ®ý þ þ nþ pþ ¬þ -þ ,ÿ .ÿ Y [ “ ” • ô õ ö ö ø ¹ ¼ û ý : ; < = ¡ Ç É þ ? @ J { ñæ×æ×æ×æ×æ×æ×æ×æ×æ˼æ×æ×æ×æ×æ×æ×æËñæ×Ëæ×æ×æ×æ×Ëñ µ×æ×æ×µ¦æ¦˜æ h_\Ž hóQ‡ CJ \ •] •aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •] •aJ h_\Ž hóQ‡ h N` h N` CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž h N` CJ aJ mH! sH ! < ü -ü ü ü !ü "ü #ü >ü ?ü @ü |ü }ü ü ¡ü ¢ü £ü Ðü Ñü Òü Óü íü îü ïü "ý #ý $ý %ý ö ö ö ö ö ö ö ö ö í â ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ¤ éý þ $ If $ If gdóQ‡ gdóQ‡ $ If %ý &ý gdóQ‡ _ý `ý aý bý -ý ®ý åý æý çý èý þ þ þ ÿ Eþ ö nþ oþ pþ ö «þ ¬þ -þ àþ ö ö ö ö ö áþ âþ ö ö ö ö ,ÿ ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö $ If gdóQ‡ ÿ .ÿ cÿ dÿ Þÿ ßÿ Z [ ‘ ’ “ ” • ó ô õ ö Z [  à ÷ ø . j k Œ ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö $ If gdóQ‡ Œ • Ž ¸ ¹ º » ¼ û ü ý : ; < = ¡ Æ Ç È É ÿ ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ê ö ö ö ö ö ö ö ö ö - ö 9 Æ dð „ $ If $ If 3 „„ „ gdóQ‡ gdóQ‡ @ A ® a X G $ ^„„ `„ Æ l » a$ gdóQ‡ „ „„ Ö ÿ „|ü^„„ `„|ügdóQ‡ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö l aö à ytóQ‡ „W `„W gdóQ‡ ž kd•0 W [ } " > F Ö0 ÿ ÿ ö 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö { „ ‰ • • µ T b ¯ Ê $ $ If – Ö\ ÿ ÿ ÿ | ( ÿ ÿ Ö ÿ ? $ ' * . / † ¸ ¹ ˜ ™ œ ž Ÿ º » ñ ô ïäïäïäïäÖÏäÁ䲚Öä²’‡ä{ÏäÏälÖlÖä`äW hóQ‡ 5 •CJ aJ c7 CJ aJ mH! sH! h¥c7 5 •CJ \ •aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ hÔ= hóQ‡ CJ aJ h¥ aJ hóQ‡ CJ aJ . j Q‡ CJ aJ mH! sH! h• p hóQ‡ 5 •CJ U \ •aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ mH nH u h_\Ž hó h_\Ž h_\Ž B X hóQ‡ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ "® ¯ Ê h_\Ž | hóQ‡ CJ h w aJ ü ÿ Ë û ÷ ¸ ¸ ¥ ¥ Š $ Æ ç a$ gdóQ‡ ç ¸ Ò ¸ – Š Š ¸ ¸ Š $ „W dh `„W a$ gdóQ‡ $ „W „s dh ^„W `„s a$ gdóQ‡ $ & Fg Æ … „­ „ªþ dh ^„­ `„ªþa$ gdwV: - $ „X „Æ dh ¤ ^„X `„Æ a$ gdóQ‡ & F• „S „äþ^„S `„äþgdwV: dh gdóQ‡ ! " # $ ( ) * + , . / M † ‡ • ‘ › ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ê ê ê ê ê ê ê ê Ý Ý Ð Ð Ð Ð Æ ç $ If gdóQ‡ Æ Æ ç ç „W `„W gdóQ‡ gdóQ‡ $ Æ ç a$ gdóQ‡ ò Æ › œ ¦ § ò ò ± ² · ò ¸ ò ò ò ç $ If •-," $ If –l @ 4 gdóQ‡ Ö ¸ ¹ ì Ör W — kd?1 $ t t « Ö2 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿóóó ÿ Ö ÿóóó ÿ ÿ Ö ÿ ÿóóó ÿ ÿ ÿ ÿóóó ö Õ- ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ 4Ö l aö à pÖ2 ÿóóó ÿóóó ÿóóó ÿóóó º Ä × ç ò / Z e v ˆ ™ © º È â ÿ ò ò ò ò ò ò ò á ò ò ò ò ò ò á á á ò „U `„«ýgdóQ‡ Æ ç ˜ Æ l ç $ If ™ › 9 gdóQ‡ Ö •-," @ ¯ gdóQ‡ ò ” kdŠ2 $ • ò – $ If Ör ÿóóó ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿóóó / G ò Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ytóQ‡ f „ ¹ “ ò ò ò ò ò á „U á „«ý $ If — ò – W — ” ò B ^ t « ö Õ- ö Ö ÿ ÿ Ö ÿ l aö à ytóQ‡ Æ ÿ ÿ t ÿ ÿ Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ4Ö 4Ö ÿ ÿ ó ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ô ü þ ÿ ÿ ÿ ÿ ç $ If gdóQ‡ ô ¬ a$ gdóQ‡ œ á - ñ ò Î ¿ ¬ › ¿ ¬ ¬ ¬ ¬ ¬ ¿ ¬ ¿ ¬ ¬ ¬ ÿ $ ¬ „* „hÿ dh ¬ ^„* `„hÿ $ „W dh `„W a$ gdóQ‡ „W „ ÿ dh ^„W `„ ÿa$ gdóQ‡ $ dh a$ gdóQ‡ ô û ü $ ý „W „ dh ^„W `„ a$ gdóQ‡ $ ) | } … Ž ‘ — ª ¼ ½ Æ Ç Î Ð Ý *! .! k! t! Ø! ç! " >" W" Z" ³" ¸" ð" ø" x# |# Ê# Í# 7$ 8$ % o% q% s% ‰% •% ¬% ¿% È* óèÓèȹ«èÓóè«È«èœ«Ó蹫è•è•è•è•èÓèÓèÓèÓèÓèÓèó蹫•«•è h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •aJ h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ h¥c7 5 •CJ \ •aJ mH! sH! hóQ ‡ 5 •CJ \ •aJ ( j h• p hóQ‡ CJ U aJ mH nH u h_\Ž hóQ‡ C J aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ 2 ) { Y Þ Ù ¬ • $ þ ` Ù ¬ Ž ð | Ù ¬ Ž … † Æ ‡ ì ì Æ ¬ ¬ ¬ $ „Ê dh ^„Ê a$ gdóQ‡ $ & Fh Æ … ‡ dóQ‡ ˜ „É Ñ & F[ dh `„É a$ gdóQ‡ $ „æ „ãþ dh ^„æ `„ãþa$ gdwV: $ „É „È dh ^„É `„È a$ gdóQ $ „É „ªþ dh ^„É `„ªþa$ gdóQ‡ $ „* „hÿ dh ^„* `„hÿa$ g ‡ ˆ ‰ Š ‹ Œ • Ž • • ‘ ’ “ ” • – — ™ ª ð ð ð ð ð ð ä Ñ Ñ Ñ Ñ Ñ Ñ Ñ Ñ Ñ Ñ » $ „ü „Wþ dh ^„ü `„Wþa$ gdwV: $ „Ð `„Ð a$ gdóQ‡ $ „v „<ÿ dh ^„v `„<ÿa$ gdóQ‡ $ „Ê Ô- Œ A" ³" Ê dh ð" ^„Ê a$ gdóQ‡ x# Ê# Ê ¨ • $ dh • a$ gdóQ‡ 7$ ª ½ Æ ì É Ê Ý Ê ¨ $ È • „ „: Ë Ì Í Ê Ê Î Ý Ê Ê ¨ • dh ^„ `„: a$ gdóQ‡ » • $ „s dh `„s a$ gdóQ‡ $ „ „ dh ^„ `„ a$ gdóQ‡ $ $ „• dh ‡$ ì$ % ô ã ² ª `„ a$ gdóQ‡ o% p% q% ¬% ô ô Ô ô ª $ „ „È dh ^„ `„È a$ gdóQ‡ ‰' •( ¶) È* Ð* $+ u+ ×+ 5, ô è Á Á Á ª ª ª $ a$ gdóQ‡ 7$ n š, ÿ, ã Á $ „É dh `„É a$ gdóQ‡ $ „É „: dh ^„É `„: a$ gdóQ‡ $ „s dh `„s a$ gdóQ‡ gdóQ‡ $ „ ^„ a$ gdóQ‡ $ dh a$ gdóQ‡ È* Ï* Ð* $+ 5+ 6+ 7+ 8+ t+ u+ †+ ×+ é+ 4, 5, G, ™, š, þ, ÿ, c- e- ¦- §. . q. r. •. Ÿ. Þ. æ. 5/ @/ Ÿ/ ¬/ 0 0 "0 4 ÜÍŹÜÍÜÍÜÍÅÜÍÅÜÍÜÍÜÍó²ÜªÜ²çœÜœÜœÜœÜ••Ü• h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ h¥c7 5 •CJ \ •aJ mH! sH! óQ‡ 5 •6 •CJ aJ ‡+ 4 Ö+ óçó h_\Ž h hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ h¥c7 CJ aJ mH! sH! h¥c7 CJ aJ hóQ‡ 6 •CJ p- q- €÷ ë aJ •÷ ë h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ *ÿ, d- e- f- i- j- o‰- Š- ‹- –- —- ˜- ¦ë ë ë ë ë ë ë ë ë ë ë ë ë $ 7 $ If a$ gdóQ‡ . $ a$ gdóQ‡ " ¦- §- ¨- «- $ $ If l 4 Ö ¸ ´ Ë U" 1 ÿ a$ gdóQ‡ $ If gdóQ‡ Ç ”c Öˆ 3 ¡ kd[3 $ $ If Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ n Š ö S- ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö n f4 ytóQ‡ «- ®- ±- ´- ·- º- ½- À- Ã- Ç- Èð- ö- û. . . . . . . -. . ". $. ó ó ó ó ó ó ó ó ê ê ê ê ê ê ê ê ê ê ê ó ó ó ó ó $ If gdóQ‡ ÿ – ü ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ á- å- ó ê ó ë- $ :. <. $ If >. ó @. ó a$ gdóQ‡ B. D. ó ó ó ó ó ó ó $. &. (. *. ,. .. /. 0. 2. 4. 6. 8. E. F. H. J. L. N. P. R. T. V. X. ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó $ n. p. ó $ If q. a$ gdóQ‡ ó ó ó X. ó Z. [. \. ó ó ó ^. ó ó `. b. d. ó f. h. j. l. ó ó ó $ $ If a$ gdóQ‡ q. r. ‚. •. 9 . $ $ l 4 ¸ ´ Ë „É dh Ö U" dh `„É a$ gdóQ‡ a$ gdóQ‡ Å kdL4 1 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö n f4 ytóQ‡ •. Ü4 ï Û ¢ | | $ „8 `„8 a$ gdóQ‡ $ dh a$ gdóQ‡ $ If – Öˆ 3 ¡ n ÿ ÿ $ Š ö S- ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö Þ. ÿ 5/ Ÿ/ Û ¢ 0 0 “ | Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö Ö0 ÿ ÿ 4 4 "0 §2 Û ÿ ÿ ÿ %4 ÿ ÿ J4 È ˆ ü ÿ ÿ Ö ÿ | }4 «4 µ $ „É dh `„É a$ gdóQ‡ „W „ ÿ dh ^„W `„ ÿa$ gdóQ‡ `„pùa$ gdóQ‡ $ Æ $ „" „§ø^„" `„§øa$ gdóQ‡ $ „" „§ø^„" `„§øa$ gdóQ‡ $ „É „s $ „„ dh ^„É `„s a$ gdóQ‡ „pù dh ^„„ $ 4 4 %4 34 +5 L5 O5 m5 n5 }5 ~5 06 16 A6 B6 D6 Z6 c6 d 6 e6 ŸE ¡E »E G 1G QG nG “G ¢G ¹G ÕG ¾H ¿H ÕH îâÚÏÚÏâÈϽ ϽÏÈ® ‘ ‚Ïâv½h½h½h½h½ÚY hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ \ •] •aJ hb~¬ hóQ ‡ 6 •CJ ] •aJ hb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ h¥c7 5 •CJ \ • aJ mH! sH! hb~¬ hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ hóQ‡ CJ aJ !Ü4 5 N5 O5 P5 ê ê h_\Ž S5 T5 ê hóQ‡ 5 •CJ aJ " h_\Ž g5 m5 ó h5 i5 ê m5 „8 `„8 a$ gdóQ‡ n5 o5 r5 u5 x5 A {5 A ~5 \ •aJ ó ê $ If $ hóQ‡ 5 •CJ mH! sH! ó ê ê gdóQ‡ M A A A A l dh 4 Ö H Ö ÿ $ If gdóQ‡ ² Ö- ÿ ¥ ÿæææ ÿ kd95 ö $ $ If – ÖF É ¶ n¸ ÿæææ ÿæææ 6 ö Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö 5 pÖÿæææ 16 26 56 86 ;6 ó ó 4Ö >6 ó ÿæææ A6 ó ÿæææ ó ó ytóQ‡ ó ~5 ó •5 ó Ÿ5 ¹5 á5 6 ó ó ó dh $ If gdóQ‡ A6 B6 e6 9 ?; l= ˜@ U „s l Ö H ÿ dh t h $ „ „¬ dh `„s gdóQ‡ ‹ kd/6 ¥ ÿ ÿ ÿ U ^„ `„¬ a$ gdóQ‡ $ $ If – ÖF É ¶ n¸ ÿ ö 6 ö U U Ö0 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö 5 ytóQ‡ E »E å Ò ¸ 4Ö A FA ˜@ ¸ - ìA å 2B ‡B ÆD E 5E å ¸ $ & FW Æ ”A å ¸ “ ]E •E å E ¸ ¡E ¢ å „ª $ „Vþ dh ^„ª `„Vþa$ gdwV: dh a$ gdóQ‡ $ & Fj Æ Ù „­ „ãþ dh ^„­ `„ãþa$ gdwV: $ „ „ dh ^„ `„ a$ gdóQ‡ $ & Fi Æ Ù „­ „ãþ dh ^„­ `„ãþa$ gdwV: »E sF G QG “G ¹G üG ™J éJ ‚K ÕK î î × × ¾ î ¡ Œ Œ o o $ & F• Æ B „ „˜þ dh ¤x ^„ `„˜þa$ gdwV: $ „ª „Ž dh `„Ž a$ gdº Ï $ & Fi Æ õ 8 „ª „Vþ dh ¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV: $ & F• Æ Ð 8 „8 dh ¤x ^„8 a$ gdwV: $ & F• Æ Ð 8 „8 dh ^„8 a$ gdwV: $ „Ð dh ¤x `„Ð a$ gdóQ‡ ¿H îH × ¤x ^„ª ÕH îH I bI ˜J ™J O O 3O Q Q Q ¿Q ÀQ ÁQ LW gW ‹W ÄW YX ¯Z °Z =] >] ?] @] S] m] ó] •^ ƒ_ „_ Y` Z` ¿a Æa &c -c {c ‚c õc d "d [d e •f –f ~k Žk •k •k — k àk ðk ùk il "m #m 3m rn ‚n o o Lo ˜o óèóèÜèÍóè¿èóèÜèÍóè óèÜè³Ü¤ÍóèóèÜèÜè¿è¿è¿èÍóèóèÜèÍèÜ¿è¿èóèÜ¿è¿èÍóÍ hº Ï hº Ï CJ aJ mH ! sH! hóQ‡ CJ aJ mH! sH! hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ ] •aJ hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ \ •] •aJ hº Ï CJ aJ mH! sH! hb~¬ hóQ‡ CJ aJ hb~¬ hóQ ‡ CJ \ •aJ @ÕK L ŠL ÄL üL _M œM O 3O ÁQ R S £S â â Ñ ¸ ¸ ¸ Ñ › † † m m $ & F} Æ ô „ dh ¤x ^„ a$ gdwV: $ „ª „Ž dh ¤x ^„ª `„Ž a$ gdº Ï $ & Fi Æ õ 8 „ª „Vþ dh ¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV: $ & F~ Æ Œ „ dh ¤x ^„ a$ gdwV: $ „8 dh ¤x ^„8 a$ gdóQ‡ $ & F• Æ B „ „˜þ dh ¤x ^„ `„˜þa$ gdwV: £S þS æ ‹T âT %U bU — & F• Æ Ð dº Ï & Fi Æ õ 8 „ª $ & F€ dh & F} Æ ô „ ÏU V Õ „ $ ‚ dh „Vþ dh ¤x ^„ ‹W ¤x ^„ °Z [ Å ‚ a$ gdwV: ¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV: ¤x a$ gdwV: dh LW Å $ „8 a$ gdwV: dh p[ æ æ Å ´ i $ „ª $ „7 „S $ dh dh ¤x ^„8 a$ gdóQ‡ ¤x ^„ª `„7 a$ g ¤x `„S a$ gdº Ï $ p[ ó[ æ n\ ã\ =] æ ¸ “ >] ?] @] m] æ £ “ „_ Z` ±` Na Öa Ib Õ Õ £ Üb æ Õ £ “ “ $ & F‚ dh ¤x a$ gdwV: $ „ª „Ä dh & Fi Æ õ 8 „ª „Vþ dh ¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV: $ & F• Æ Ð „ dh ¤x ^„ a$ gdwV: Üb –f åf <g ¬g h i ^i ð â â â Ï ² • • • $ & F„ dh ¤x a$ gdwV: $ „ª „Ä dh & Fi Æ õ 8 „ª „Vþ dh ¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV: óQ‡ ¤x ^„ª `„Ä a$ gdº Ï $ Cc „8 ƒc dh ©c ¤x ^„8 a$ gdóQ‡ Âc Ûc ôc â • $ õc "d â • • ð ¤x ^„ª `„Ä a$ gdº Ï $ „8 „„ dh $ ^„8 `„„ a$ gd $ & Fƒ dh a$ gdwV: j $ „8 dh Aj Bj •k ^„8 a$ gdóQ‡ ^i |i ¡i ¾i Õi #m o qo ›o œo •o žo úo p ñ ñ â ñ Ñ À ñ Ñ ¯ ¯ ñ Ñ ¯ ñ À ¯ – $ & F• Æ $ $ 8 „Ð „8 dh dh ¤x ^„8 a$ gdwV: ¤x ^„Ð a$ gdóQ‡ $ $ „Å „S dh dh ¤x `„Å a$ gdº Ï ¤x `„S a$ gdº Ï $ „ dh ^„ a$ gdóQ‡ $ & F… dh a$ gdwV: ˜o ›o žo 1r 2r Ks Ls ús /t ?t vt |t ¶t Æ t êt út üt Ju Šu ¥u ´u Ýu ÿu v Uv 6x 7x Á{ *| †| ô| ’} í} ù€ Õƒ õƒ Y„ … a‡ óçÜÔÜÔÜÌÁÌÁÌÁÌÁÌܲ¢²¢²¢²•‹•ƒyƒmƒ•ƒyƒaƒ hb~ ¬ hóQ‡ 5 •mH sH hb~¬ hóQ‡ 5 •mH sH hb~¬ hóQ‡ 5 •6 • hb~¬ hóQ‡ 5 hóQ‡ OJ QJ ^J hb~¬ hóQ‡ OJ QJ ^J hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ 6 •\ •] • hb~¬ hóQ‡ \ • hóQ‡ CJ aJ CJ \ •aJ & hb~¬ hóQ‡ CJ aJ hº Ï CJ aJ mH! sH! hb~¬ hóQ‡ p ~p ’p Õ ûp q 2r î î ¡ • $ „Ð dh ¤ð ^„Ð & F† Æ „Ð dh ¤ð - $ dh a$ gdº Ï & F• Æ $ 8 „8 dh Žx ¥x ¨{ Á{ ô| „ … î É ß ß º Dr Ls Ms „s ús üt Õ Õ î ¡ a$ gdóQ‡ Uv î xv Ê 7x Dx Õ Žx î ¹ • C ^„Ð a$ gdwV: $ î C $ $ „Ð dh ¤x `„Ð a$ gdóQ‡ ¤x ^„8 a$ gdwV: $ „8 dh ¤x ^„8 a$ gdóQ‡ /} ]} ’} ±} Ç} í} ù€ ú€ (ƒ )ƒ X„ Y„ ·„ î î ß É É É É î ß ß ß ß º ¸ É ; $ & F‡ Æ h „Ð „8 dh dh ^„Ð a$ gdóQ‡ ^„8 a$ gdwV: ; $ ; … Ž Æ & Fˆ $ „Ð dh •… ³… ´… ú• “ é Ú º ª „Ð ^„Ð a$ gdóQ‡ C $ „Ð dh ¤ð ^„Ð a$ gdóQ‡ C† D† à‰ á‰ 2Œ EŒ †Ž ‡Ž – é é é Ú Ë Ú Ë ¯ ¤ ‘ ‘ $ dh `„Ð a$ gdóQ‡ dh gdwV: $ dh a$ gdóQ‡ C $ „Ð dh ¤ð ^„Ð a$ gdóQ‡ … 5… Ú º e ; $ „Ð dh ^„Ð a$ gdóQ‡ ; & Fˆ Æ ˆ ‹ Ž $ „Ð h ˆ `‹ )• é’ – )˜ hb~¬ 6 •CJ hb~¬ hóQ‡ dh ^„Ð a$ gdóQ‡ ; $ „8 dh ^„8 a$ gdwV: a‡ l‡ mˆ „ˆ ɉ à‰ ÷‹ Œ 2Œ •Œ ŸŒ †Ž ‡Ž – 8• :• M• ]• k• m• }• • =• ?• T• Ô‘ ß‘ à‘ æ‘ ’ 5’ “ “ ÿ• Nš öîöîöîöîöîöîáÓá̼-­‹­­‹­­‹­­­­­|l|­ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH " hb~¬ hóQ‡ ] •aJ mH sH hóQ‡ CJ \ •aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH hÔ= 5 •CJ aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ – )˜ › ¶› Ò ˜ hóQ‡ hb~¬ hóQ‡ 6 •OJ QJ ^J 5 • hb~¬ hóQ‡ 5 •6 •* “ Д Nš ¤š ç› ?œ ~œ Øœ • `• °• $ž ð à µ ¦ ˜ ˜ hb~¬ hóQ‡ OJ QJ ^J ð µ å µ ˜ hb~¬ µ ˜ $ & F| dh a$ gdwV: $ „Ð dh ^„Ð a$ gdóQ‡ $ & F{ dh a$ gdwV: Æ $ „Ð dh `„Ð a$ gdóQ‡ ª „Ð dh `„Ð a$ gdóQ‡ $ dh a$ gdóQ‡ $ $ „ dh `„ a$ gdóQ‡ Nš $ž ƒž Q R ‡ Š ¤ ¥ § ª « ¬ ® ¯ ³ µ ¶ · ¸ ¹ º ½ ¿ å¡ õ¡ ÷¡ ý¡ 2¢ 3¢ ;¢ ñæÛÓÇÓ»²¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó•ñ…ñuñi] h º Ï CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH! sH! hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH hóQ‡ CJ aJ mH sH j h• p hóQ‡ U mH nH u hóQ‡ 5 •mH sH hä : hóQ‡ 5 •mH sH háOç hóQ‡ 5 •mH sH hóQ‡ mH sH hóQ‡ mH sH ž Þž LŸ ”Ÿ Ú “ hÔ= hb~¬ hóQ‡ mH sH 㟠+ Q R ¥ ¨ Ú Ú ¢ “ “ © hb~¬ ª ¢ “ hóQ‡ CJ ¬ ¯ À “ aJ ´ mH µ Ú sH · ƒ Ú “ “ -$ž ð $ Æ Ü dh $ & FŠ Æ & FŠ a$ gdóQ‡ dh a$ gdóQ‡ 8 „8 „òþ dh „8 „òþ dh $ „8 „Åþ dh ^„8 `„òþa$ gdwV: ^„8 `„òþa$ gdwV: ^„8 `„Åþa$ gdóQ‡ B $ B $ B $ „ý dh ^„ý a$ gdóQ‡ 8¢ 9¢ :¢ ;¢ <¢ >¢ A¢ ð ð Ò Ò Ò Ò Ç Ç $ dh a$ gdóQ‡ · G¢ ¹ q¢ » È¢ ¼ Í¢ á ½ Т Ò Ò Ç 3¢ 5¢ 6¢ ð Ò 7¢ Ò Ò Ç Ç 4¢ ð Ò Ç Ç ¿ Ò¢ Ç $ „# dh `„# a$ gdóQ‡ $ „ dh `„ a$ gdóQ‡ $ Æ Ü dh a$ gdóQ‡ ;¢ <¢ =¢ >¢ @¢ A¢ B¢ F¢ G¢ H¢ o¢ q¢ r¢ u¢ Æ¢ È¢ Ì¢ Í¢ Ï¢ Т Ñ¢ Ò¢ Õ¢ é¢ ë¢ ì¢ í¢ ï¢ F£ G£ H£ M£ N£ O£ P£ ‚£ ‡£ ˆ£ Š£ Õ£ öª « « « « « %« ñÜͼ´£¼´¼´—£¼´—¼´¼´¼´…—¼´¼…´—´¼´¼´—¼´¼´ÍuÍuÍuÍhb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH # j h• p hóQ‡ 5 •U mH nH hóQ‡ 5 •mH sH j h• p hº Ï U mH nH u u hÂEÄ hóQ‡ mH sH j h• p hóQ‡ U mH nH u hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH ( j h• p hóQ‡ CJ U aJ mH nH u hº Ï hº Ï CJ aJ mH! sH! .Ò¢ é¢ ì¢ H£ N£ P£ ‚£ ˆ£ ‹£ Œ£ Ê£ Ë£ Ì£ Õ£ ¤ ¤ ¤ Å¥ ü¦ §¨ ¢© xª ù¬ k® •¯ ô ô ô ô ô ô ô ô ô ì ä ä ä ä ä ô ô ô ô ô ô ô ô ô $ a$ gdóQ‡ $ a$ gdóQ‡ $ dh a$ gdóQ‡ %« 0« - à- é- •¯ •¯ ‘¯ ’¯ ¯¯ ѯ Ò¯ Ó¯ Ø° %± *± c± é± @² q² r² ±² ²² Ʋ ײ ïàïàïàÓƶ¦šŠ~rcrcrcQBcrcr h©vè h Zn CJ aJ mH sH " hÍ ™ h Zn 6 •CJ ] •aJ mH sH hÍ ™ h Zn CJ aJ mH sH h Zn CJ aJ mH sH h Zn CJ aJ mH! sH! h Zn h Zn 5 •CJ aJ mH! sH! h Zn h Zn 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ h_\Ž hº Ï 5 •CJ aJ mH! sH! hº Ï 5 •CJ aJ mH! sH! hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH! hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH •¯ •¯ ‘¯ ’¯ ¯¯ Ò¯ Û³ Eµ 6¶ {· f¸ g¸ >» ì ì ì Ø Å ² ² • • • • n $ „ª „& dh ^„ª `„& a$ gd Zn $ „C dh `„C a$ gd Zn " & F§ Æ Ø „Å „äþ dh -D MÆ ÿÿÿÿ ^„Å `„äþa$ gdwV: & Ft Æ Ø „Ò÷ dh `„Ò÷gdwV: & FW Æ $ $ „ª „™ dh ^„ª `„™ a$ gd Zn „ª Æ h „Vþ^„ª `„VþgdwV: $ „h dh ^„h a$ gdóQ‡ ײ ز ñ² ò² ü² ý² ³ )³ +³ b³ m³ |³ Ú³ Û³ µ f¸ g¸ ³¸ ¼¹ º =» >» ?» _» ñâÖâÖâÄñ·âÖâ«œ‘â„‘w‘«ÖâÖâÄâeâÖZR k» s» "¼ E¼ P¼ ¾¼ ܼ ༠e½ h Zn CJ aJ hÍ ™ h Zn CJ aJ " hÍ ™ h Zn 5 •CJ \ •aJ mH sH hO … h Zn @ˆüÿCJ aJ hO … h Zn @ˆúÿCJ aJ hO … h Zn CJ aJ hO … h Zn CJ aJ mH sH h Zn CJ aJ mH! sH! h Zn CJ ] •aJ mH sH " hÍ ™ h Zn 6 •CJ ] •aJ mH sH h Zn CJ aJ mH sH hÍ ™ h Zn CJ aJ mH sH h Zn 6 •CJ ] •aJ mH sH >» f½ ¿ ý íà ÆÆ ÓÈ 0Ê 1Ê 2Ê 3Ê xÊ •Ê Ë Ë ÇË ÒË 8Ì B Ì AÍ ì ì ì ì ì ì ì Ý Ý Ý Ê ´ ¥ ´ ¥ ´ ¥ ´ ¥ $ „Ð dh ^„Ð a$ gd Zn & Fn Æ „ ü dh `„ üa$ gdwV: $ Æ „C dh `„C a$ gd Zn $ ½ $ „C dh `„C a$ gd Zn $ „ª „& dh ^„ª `„& a$ gd Zn e½ f ¾½ ¾ ¿ ¿ À À 6À =À ˜À šÀ > @ } ’ ü ý ìà íà ÅÆ ÆÆ JÇ lÇ È ÒÈ ÓÈ >É ]É ´É ÓÉ /Ê :Ê AÊ JÊ _Ê wÊ xÊ •Ê Ë Ë ÇË h´Iå ´Iå h hO … J mH ÑË 8Ì AÌ AÍ HÍ ôìÝÑô²²²²²ÂôÂôÂô£ô£˜ô£ô£ô£ôŒƒŒƒŒu˜u˜u˜u˜u h Zn 5 •CJ \ •aJ h Zn 5 •CJ aJ h´Iå h Zn 5 •CJ aJ h Zn CJ aJ hO … h Zn CJ aJ mH! sH! h Zn CJ \ •aJ mH sH hO … h Zn CJ aJ mH sH h Zn CJ a sH h©vè h Zn CJ aJ mH sH h Zn CJ ªÐ 'Ñ aJ ^Ò eÓ h Zn CJ ½Ô ¿Õ Ú Ò Ã ´ $ dh Ú a$ gd Zn aJ CÖ é mH! sH! .AÍ IÍ åÍ DÖ vÖ ‡Ö ÈÖ é Ú ´ ´ © ´ üÍ ÓÎ ÞÎ Ú FÐ é QÐ ©Ð é Ú ´ ´ Ú $ „, dh ^„, a$ gdønÁ $ „Å dh `„Å a$ gdønÁ dh gd Zn $ „Ð dh ^„Ð a$ gd Zn $ & Fn Æ „ ü dh `„ üa$ gdwV: HÍ åÍ ûÍ ÓÎ ÝÎ ÞÎ ßÎ FÐ PÐ ªÐ Ñ Ñ 'Ñ 4Ñ ]Ò ^Ò lÒ dÓ eÓ nÓ ¼Ô ½Ô ÈÔ ¾Õ ¿Õ ÑÕ DÖ vÖ ‡Ö ô× ü× Ø ©Ø ïØ ðØ ÿÙ Ú $Ú ,Ú AÛ fÛ iÛ ƒÛ Ü Ü #Ü ?Ý @Ý ùÞ üÞ ß âß ãß ™á œá Çá â õçõçõÛõçõÒÆÒçõ¾çõ¾çõ¾çõ¾çõÆçõ¯çõ Û¢ÛçÛ– õÆÒÆõÒÆõ¾õÒÆõ¾õÒÆõ h´Iå h Zn >* CJ aJ h”T• CJ \ •a J mH! sH! h”T• 5 •CJ \ •aJ mH! sH! h Zn CJ aJ h´Iå h Zn 5 •CJ aJ h Zn 5 •CJ \ •aJ h´Iå h Zn 5 •CJ \ •aJ h´Iå h Zn CJ × /× 9× C× Q× `× ó× ô× õ× ö× ÷× ø× ù× í í í í í í í Þ ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ aJ aJ ú× Ë h´Iå h Zn CJ 8ÈÖ ÚÖ îÖ ÿÖ û× ü× Ø í í ¼ ¼ ¼ Æ $ „ dh `„ a$ gd Zn h „h dh ^„h a$ gd Zn $ $ „Ð dh ^„Ð a$ gd Zn $ & FS Æ 8 dh a$ gdwV: Ø Ø :Ø qØ ¨Ø ©Ø ÚØ Ù @Ù uÙ ŸÙ ÉÙ öÙ $Ú %Ú /Ú – Ú øÚ AÛ fÛ ƒÛ ó ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç Û Ë Ë Ë ¿ ¬ $ „Ð „ \þ dh ^„Ð `„\þa$ gd Zn „, dh ^„, gdønÁ „Ð „Lÿ dh ^„Ð `„Lÿgd Zn „Ð dh ^„Ð gd Zn „* dh ^„* gd Zn „ dh `„ gd Zn ƒÛ Ü Ü #Ü @Ý ÊÝ Þ _Þ ©Þ ùÞ ß ãß • à ûà Oá ™á ð Ý Ý Î Î ´ ´ ´ ð Ý ¥ ¥ — — — $ & F© dh a$ gdwV: $ & F¨ Æ @ „Å „ô dh „rÿ dh ^„ô a$ gd Zn ^„Å `„rÿa$ gdwV: $ $ „X dh ^„X a$ gd Zn $ „Ð „\þ dh ^„Ð `„\þa$ gd Zn $ ¯ã „Ð dh ^„Ð a$ gd Zn ä Šä ì Ù µ £ v v & F« Æ Ð Æ ´ & Fª Æ ´ & Fª Æ ´ ™á Çá a$ gdwV: B $ 8â ’â µâ Èâ çâ Ë £ „Š „äþ dh ^„Š `„äþa$ gdwV: „Ð dh `„Ð a$ gd Zn B $ dh â Ë £ • $ $ (ã 7ã Ë \ã v „: dh ]„: a$ gdwV: B $ & Fª dh a$ gdwV: $ „Ð „ˆÿ dh ^„Ð `„ˆÿa$ gd Zn $ „¼ „pþ d h ^„¼ `„pþa$ gd Zn â 7ã gã qã Äã Ñã #ä +ä ›ä ©ä .å 6å ‰å •å ±å Žç •ç -é ¾ é ñî òî õî ï }ð Šð %ñ &ñ Yñ Zñ }ñ ~ñ •ñ ‚ñ Œñ àñ vò ˆò §ô ¨ô tö uö yÿ †ÿ •ÿ ¯ÿ < R è ùîâîâîâîâîâî×ɺ®îâîÉ×Éîâî¦î¦î›‡{ºî{î¦î¦îâîâî{îº h´Iå h Zn 5 •CJ aJ h Zn 5 •CJ aJ h´Iå h”T• CJ aJ h”T• h Zn CJ aJ h Zn CJ aJ h Zn B* CJ aJ ph Iå h Zn 5 •CJ \ •aJ h Zn 5 •CJ ´Iå h Zn CJ aJ h´Iå \ •aJ h Zn B* CJ aJ ph h´Iå h Zn 6 •CJ aJ h´ h h´Iå ‰å å ° h Zn 0Šä ±å •ç Óç ¯è é ‚é 2ê Ù Ê ° ° ° ¡ ƒê òê ^ë Ê ° ¼ë lì ° ¶ì å å ° ° ° $ & F¬ Æ Ð „Ð „á dh ^„Ð a$ gd Zn „äþ dh $ ^„á `„äþa$ gdwV: $ „X dh ^„X a$ gd Zn „, dh `„, gd Zn $ & F« Æ Ð ï ßï ð Eð „Š Œð ¯ ôð å &ñ ^„Š `„äþa$ gdwV: Zñ ~ñ Ù •ñ ‘ dh ^„Ð gd”T• „$ÿ dh `„$ÿa$ gdwV: „$ÿ dh `„$ÿgdwV: ¶ì å • $ )í kí ¸í "î å Í ¯ „Ð & F & F „äþ dh òî å ¾ ¯ ñî å ¯ ¯ ¯ $ „ô dh ^„ô a$ gd Zn „, dh `„, gd Zn „h dh `„h gd Zn $ & FŸ Æ Ð ?ø ¢ $ & F¢ Æ Ð „„ „8ÿ dh ^„„ `„8ÿa$ gdwV: Aù Aú Çú ‚û Nü #ý þ ²þ ¼ ¼ ¼ ¢ ¢ ¢ ¢ ¢ „L „Ôþ dh ^„L `„Ôþa$ gdwV: •ñ Œñ Êÿ ì vò ˆò ¢ ¢ uö Íö A÷ Ë ¢ ¢ ¢ ¨ô Ý ¢ z÷ $ & F¡ „ „$ÿ dh dh ^„ a$ gd Zn `„$ÿa$ gdwV: $ $ R „ô è dh 8 Ä ª ~ „Ð dh ^„ô a$ gd Zn f 7 l ª ª ª ^„Ð gd Zn $ „Ð „\þ dh ^„Ð `„\þa$ gd Zn ò * V ^ å ª ª ª ª › • „ „üÿ $ If ^„ `„üÿgdwV: ¡ Êÿ Ó < $ & F£ Æ „Ð „è dh ^„Ð a$ gd Zn „Ôþ dh $ ^„è `„Ôþa$ gdwV: $ „¼ dh ^„¼ a$ gd Zn $ & F¢ „$ÿ dh `„$ÿa$ gdwV: $ & F¢ Æ Ð „L „Ôþ dh ^„L `„Ôþa$ gdwV: - V p q z { | ³ ´ â ã ò ó ø ( ) A e f ‰ Š Œ ¥ ¦ Ã Ä Ð ( ) * ; h i j õçõçÕÃÕõçõÕ±Õ±Õ±Õ±Õ±Õõ±õ±çõçõçŸõçõ„õxi h”T• h”T• CJ aJ mH! sH! h Zn CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn 5 •CJ aJ h´Iå h Zn CJ aJ mH sH # h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH sH # h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH sH # h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH sH # h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH sH h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ • h´Iå h Zn CJ aJ '^ p q | † ‘ £ ³ ö { ` E E E E $ & FT Æ „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿa$ gdwV: $ & FT Æ „¸ „Hÿ $ If ^„¸ `„Hÿa$ gdwV: z kd×6 $ $ If – l Ö Ö0 Ð \ ! Œ ÿ ° ö <- 6 ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö < ytwV: $ If gdwV: ö ö ³ ´ Ö Ö0 ÿ ¾ â ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö • ÿ ÿ ÿ Ö d I $ & FT Æ & FT Æ l 4 „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿa$ gdwV: $ „¸ Ö „Hÿ $ If ^„¸ `„Hÿa$ gdwV: ”2 Ö0 • kd|7 Ð \ $ $ If – ÿ ! Œ ÿ ÿ ° ö <- 6 ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: â K K ö ã ö Ö Ö0 ÿ ó ÿ ÿ Ö ( K A K ÿ ÿ e ÿ ÿ Ö ÿ • ÿ ÿ Ö f K $ & FT Æ & FT Æ l 4 „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿa$ gdwV: $ „¸ Ö „Hÿ $ If ^„¸ `„Hÿa$ gdwV: } Ö0 Ð \ kd+8 $ $ If – ÿ ! Œ ÿ ÿ ° ö <- 6 ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: I e ö f ö p Ö0 ÿ Ö } ‰ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö • ÿ ÿ ÿ Ö d I $ & FT Æ & FT Æ l 4 „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿa$ gdwV: $ „¸ Ö „Hÿ $ If ^„¸ `„Hÿa$ gdwV: ”à Ö0 • kdÖ8 Ð \ $ $ If – ÿ ! Œ ÿ ÿ ° ö <- 6 ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: & FT Æ & FT Æ l 4 ‰ ö Š ö ” Ö0 ÿ Ö ¥ ÿ ÿ Ö • „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿgdwV: „¸ Ö „Hÿ $ If ^„¸ `„HÿgdwV: • ”ª Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö g kd…9 Ð \ $ ÿ ÿ Ö ÿ O $ If – ÿ ! Œ ÿ ÿ ° ö <- 6 ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: ¥ ö ¦ ö ± Ö0 ÿ Ö Ã ÿ ÿ Ö • ÿ ÿ ÿ ÿ Ö d ÿ ÿ Ö ÿ I $ & FU Æ & FU Æ l 4 „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿa$ gdwV: $ „Ø Ö „(ÿ $ If ^„Ø `„(ÿa$ gdwV: ”« Ö0 • kd4: Ð \ $ $ If – ÿ ! Œ ÿ ÿ ° ö <- 6 ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: à ö Ä ö Ð Ö0 ÿ Ö ÿ ÿ Ö • ÿ ÿ ÿ ÿ Ö d ÿ ÿ Ö ÿ I $ & FU Æ & FU Æ l 4 Ö0 „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿa$ gdwV: „Ø Ö Ð \ „(ÿ $ If ^„Ø `„(ÿa$ gdwV: ” $ • kdã: $ $ If – ÿ ! Œ ÿ ÿ ° ö <- 6 ö ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: ö Ö0 ÿ Ö ( ÿ ÿ Ö • ÿ ÿ ÿ ÿ Ö d ÿ ÿ Ö ÿ I $ & FU Æ & FU Æ l 4 Ö0 „ü „ ÿ $ If ^„ü `„ ÿa$ gdwV: „Ø Ö Ð \ „(ÿ $ If ^„Ø `„(ÿa$ gdwV: ” $ • kd’; $ $ If – ÿ ! Œ ÿ ° ö <- 6 ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: d Q $ & F¤ Æ l 4 Ö0 dh ( ö ) * Ö0 ÿ Ö ; h F a$ gd Zn „ìú dh Ö Ð \ ö `„ìúgdwV: $ „¼ „| dh dh ÿ ÿ Ö i F j ÿ ÿ Ö ÿ • ÿ ÿ Ö w ^„¼ `„| a$ gd Zn gd Zn ” ÿ ÿ • kdA< $ $ If – ÿ ! Œ ÿ ÿ ° ö <- 6 ÿ4Ö 4Ö l aö < f4 ytwV: u › œ • ì j ö m ö † Ö e Ö0 ÿ h ÿ ÿ Ö ‚ ÿ ÿ t ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ í 1 8 = G m w y ƒ … ‘ “ œ ž ¨ À Ë Ì Ñ ú s t h i { öêßöêßÒ²¢•••j•j•j•j•j•j•j•j•j•j•j•j••••• ( h´Iå h Zn B* CJ \ •aJ mH ph sH h Zn B* CJ aJ mH ph sH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH h”T• h Zn 5 •CJ aJ mH! sH! h”T• h Zn 5 •CJ aJ mH sH h Zn 5 •CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn CJ aJ h´Iå h Zn 5 •CJ aJ h Zn 5 •CJ aJ )j † " D d e „ t u œ • í t i ð á ¸ z Ç á z Ç ¬ z Ç • ¸ ‰ $ „¼ dh `„¼ a$ gd Zn „h dh `„h gd Zn & FW Æ „ª Æ „Vþ dh h dh ^„ª `„VþgdwV: gd”T• $ & F¥ Æ „h „ dh ^„h a$ gd Zn „Ôþ dh ^„ $ `„Ôþa$ gdwV: $ „X dh ^„X a$ gd Zn $ „, dh `„, a$ gd Zn { ` ¨ _ ` Ó Ô â å m £ Ü Ý J ƒ ô ì×ìÇ´¤•´•…•teTCTt2e h´Iå h Zn @ˆüÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h Zn B* CJ aJ mH ph sH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph h Zn B* CJ aJ mH! ph sH! ) h´Iå h Zn @ˆüÿB* CJ aJ mH! ph % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH! ph sH! i ` Ô sH sH! å © + Ó î ê ð Ë å ì > c ð ð ° ° $ Æ ä ð ý ‡ – ð ð ° Ë { Ý ð ° ð ð ° ° „ & F› „ì „äý dh ]„ ^„ì `„äýa$ gd Zn $ „ dh ]„ a$ gdwV: $ „Ð „„ dh ^„Ð `„„ a$ gd Zn $ „¼ dh `„¼ a$ gd Zn ô * + 7 > í î ˜  P … » ä > • · ïáÓ·ÂÓ¬›¬Œ{l[ lO@/ h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH! h Zn B* CJ aJ ph hs\£ h Zn @ˆûÿCJ aJ mH sH hs\£ h Zn CJ aJ mH sH hs\£ h Zn @ˆüÿCJ aJ mH sH hs\£ h Zn B* CJ aJ ph hs\£ h Zn B* CJ \ •aJ ph hs\£ h Zn CJ aJ h´Iå h Zn CJ a J h´Iå h Zn B* CJ \ •aJ ph h Zn B* CJ \ •aJ ph h Zn @ˆüÿC J aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆüÿCJ aJ mH sH · ê o- ”- È’ Ú ! D! ®! â! þ! " #" M" |" ïàϾ௞¯•¯|k¯ZG2 ) h´Iå h Zn @ˆÿÿB* CJ aJ mH ph ÿsH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph ÿsH h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆüÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆùÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH! sH! ý Î â … § îx ‡ | ’ ÿ! " #" õ" ú" ì Ú ì Ú ì Ú ì Ú ì ì Ú ì Ú ½ ½ Æ ì 0 Ú © F „ & F› Æ „ì „ ì dh ]„ ^„ì gd Zn $ „ & F› „0ý dh ]„ `„0ýa$ gdwV: $ „ dh ]„ a$ gdwV: $ „ ' „Ð dh ]„ ^„Ð a$ gd Zn |" §" Ú" õ" ¤% ¼% î% "& P& ' d “' Ä' ê×±¢•xcTC2! h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! hs\£ h Zn @ˆüÿCJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH! ) h´Iå h Zn @ˆ B* CJ aJ mH! ph ÿsH! ) h´Iå h Zn @ˆûÿB* CJ aJ mH! ph ÿsH! ) h´Iå h Zn @ˆ B* CJ aJ mH! ph ÿsH! h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH ) h´Iå h Zn @ˆÿÿB* CJ aJ mH ph ÿsH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph ÿsH ) h´Iå h Zn @ˆ B* CJ aJ mH ph ÿsH ú" Õ$ Ý$ £% è { D ¤% ¼% P& ¹ k _& ' ' © d' è Ë ¹ è – „ Æ „¼ dh ]„ `„¼ gd Zn $ „ „ „òþ dh ]„ ^„ `„òþa$ gd Zn $ „ „Ð dh ]„ ^„Ð a$ gd Zn F „ & F› „Ð dh ]„ ^„Ð gd Zn $ „ & F› Æ dh „ ì ]„ a$ gdwV: $ „ Æ „0ý dh ì ]„ `„0ýa$ gdwV: $ „ d' „ì dh ]„ ^„ì a$ gd Zn “' ¯( Ù( ‚) ;* d* Â* Þ* I, w, }. ™. é Õ é Õ é Õ é ½ é ² £ “ „Ð „0ý dh ^„Ð `„0ýgd Zn é ½ Æ $ „¼ $ dh Ð * dh `„¼ a$ gd Zn a$ gd Zn $ „ Æ „Ð Ð dh ]„ ^„Ð a$ gd Zn F „ & Fš Æ „Ð dh ]„ ^„Ð gd Zn E $ „ dh ]„ a$ gdwV: Ä' ù' -( ^( •( ¯( Ù( ‚) d* Â* Þ* + + B+ u+ «+ ¿+ Ú+ , ïÞͼ­ïœïœï‹zi­X¼G6 h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆüÿCJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! , A, I, w, ¥, Ú, - ”- ª- }. ˜. §. / >/ ?/ n/ ¹/ 0 /0 S0 ñàϾñடŸñlWlHñ8ñH h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH ( h´Iå h Zn >* B* CJ aJ mH ph sH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH p h sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ \ •aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH sH h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH ™. ?/ n/ /0 D0 ¶0 G1 §1 ù1 02 `3 ƒ3 ì Ö ¼ Ö ¡ ‹ ‹ ‹ u ¼ e „, „Ôþ dh ^„, `„Ôþg d Zn $ & F— „ „äþ dh ^„ `„äþa$ gdwV: $ & F— „ „åþ dh ^„ `„åþa$ gdwV: $ & F— Æ ^ „ „åþ dh ^„ `„åþa$ gdwV: $ & F— Æ 8 „¼ „pþ dh ^„¼ `„pþa$ gdwV: $ & F— Æ 8 „ôü dh `„ôüa$ gdwV: $ „, „¤ dh ^„, `„¤ a$ gd Zn S0 `0 §1 `3 ƒ3 ‹3 ™3 Â3 Ê3 •4 •4 L6 P6 n6 »6 Á6 Ã6 Ì6 7 7 .7 •7 °7 ß9 é9 û9 : h; †; [< d< ïàÑÁѱѱÑÁѤÁѱÑÁÑÁÑ•…•u•ÁÑÁÑ` ( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH ph sH h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH! h Zn 5 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH -ƒ3 Í3 •4 É4 ì4 B5 ˜5 L6 n6 »6 Ã6 7 7 .7 •7 °7 t8 ð á Ê ± ± ± ž Ž ð ð ð ð ð ð Ž ð „ „äþ dh ^„ `„äþgd Zn $ „, „¼ dh ^„, `„¼ a$ gd Zn $ & F¦ Æ H „àü dh `„àüa$ gdwV: $ & F¦ Æ „àü dh `„àüa$ gdwV: $ „, dh ^„, a$ gd Zn : $ „Ð dh û: ü: h; Ë y $ ^„Ð a$ gd Zn t8 }; [< ¸< 5= Ý= » y 9 •9 h> 𠄬þ dh „L ^„ „pþ dh û9 Þ ð y `„¬þa$ gdwV: ^„L `„pþa$ gdwV: $ Þ ð y & F˜ Æ „ & F˜ Æ • ú9 “ y $ & F˜ Æ & F™ Æ dh Ð a$ gdwV: „ „äþ dh ^„ „h dh ^„h a$ gd Zn $ Ð dh a$ gdwV: `„äþgd Zn $ $ „Ð dh ^„Ð a$ gd Zn d< ¸< Â< 4= D= Ý= 2> i> w> ë> õ> P@ S@ Ô@ Û@ 2A 3A DA Š B C C [D uD F £F ½F ÁF ÃF ÉF çF ðF G G AG YG éG H H H ì×ì×ì×ì×ìÂìÂìÂì²×ì£ì£“£ƒ£ƒ£ƒ£ƒ£ƒ£“£w£k h Zn CJ a J mH! sH! h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h Zn B* CJ aJ mH ph sH ( h´Iå h Zn 6 •B* CJ aJ mH ph sH ( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH ph sH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph sH &h> i> w> ®? 2A 3A DA …A ŠB C C ZD [D uD ð Ù Æ Æ Æ Ù ¯ ¯ ¯ ð • ð … „ „äþ dh ^„ `„äþgd Zn $ & F˜ Æ À „„ „Ôþ dh ^„„ `„Ôþa$ gdwV: $ & F˜ Æ „ dh ^„ a$ gdwV: $ Æ 8 „8 dh ^„8 a$ gd Zn $ & F˜ Æ • 8 „8 dh ^„8 a$ gdwV: $ uD H H „Ð F dh ^„Ð a$ gd Zn {F @G AG YG ´G µG H H H H H H  · 2H Ý 8H Ý · · • ì Ý · · Î · · · · ¬ $ $ $ „ „ dh ^„ a$ gd Zn dh a$ gd Zn dh a$ gd Zn dh ^„ gd Zn $ „ dh ^„ a$ gd Zn $ „ dh ^„ a$ gd Zn $ „, „ð dh ^„, `„ð a$ gd Zn H H EH üH ÒI ÝI ÞI ÷I øI J VJ ÚJ ùJ K 0K \K dK ¢K ´K ÑK âK ãK èK éK ôåÕÆ·Æ¢Õ¢Õ¢•zj[ÆLÆLÆ@LÆÕ h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH ( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH ph sH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph sH ( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH ph sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH h”T• h”T• CJ aJ mH! sH! h”T• CJ aJ mH! sH! 8H EH ‚H ¿H üH 5I nI ¡I ÝI ÷I J +J DJ VJ bJ pJ ~J •J œJ ªJ ¸J î Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ñ Ñ Ñ Ñ Å Å ² ² ² Å ² ² & F– Æ „á dh ^„á gdwV: „7 dh ^„7 gd Zn „ dh ^„ gd Zn Æ è ` „ dh ^„ gd Zn Æ è ` „ dh ^„ gd Zn ¸J ÉJ ÚJ øJ K 0K |K ÑK èK éK êK ýK þK L L L 5L ì à Ô Ô Ì Ì Ì Ì Ì ´ ¤ ” • ” ” ” gd Zn $ -D MÆ ÿÿÿÿ a$ gd Zn $ -D MÆ ÿÿÿÿ a$ gd Zn $ „Œ „tü-D MÆ ÿÿÿÿ ^„Œ `„tüa$ gd Zn dh gd Zn „ dh ^„ gd Zn „7 dh ^„7 gd Zn & F– Æ „á dh ^„á gdwV: éK êK ëK ýK þK L L L L 5L 6L uL ÃL ëÓ»£’}k\kK6! ( h[j¯ h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hj(b h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH h[j¯ h Zn CJ OJ QJ ^J aJ h Zn 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # h[j¯ h Zn 5 •CJ OJ QJ ^J aJ ( hO<ó h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH hO<ó h Zn CJ ^J aJ mH sH . hO<ó h Zn 5 •CJ OJ QJ H \ •^J QJ \ •^J QJ \ •^J QJ \ •^J aJ mH sH . h¾% h Zn 5 •CJ aJ mH sH . h R aJ mH sH ( h”T• 5 •CJ aJ mH! sH! h Zn 5 •CJ OJ OJ OJ 5L 6L Ù uL L ùL Ù PM fM gM kM » |M •M ¦M °M ºM » ÈM ® ×M ï ¦ – Š Š Š Š Š Š Š $ $ If a$ gdwV: $ „”ÿ $ If ]„”ÿa$ gdwV: $ a$ gd Zn $ Æ p $ a$ gd Zn $ Æ p $ „p „•÷-D MÆ ÿÿÿÿ ^„p `„•÷a$ gd Zn $ Æ p $ -D MÆ ÿÿÿÿ a$ gd Zn $ -D MÆ ÿÿÿÿ a$ gd Zn ÃL ÅL M M PM RM cM eM gM {M |M •M •M ¥M ¦M ÇM ÈM ×M ÙM ÚM áM ãM N N N N YN [N uN ‡N šN §N îÙîÙ˺˺¦º¦º¦º¦º”ºƒvlvlvƒºËº]Pl h[j¯ h Zn C J ^J aJ h[j¯ h Zn @ˆþÿCJ ^J aJ h Zn CJ ^J aJ hO<ó h Z n CJ ^J aJ hO<ó h Zn CJ OJ QJ ^J aJ # h[j¯ h Zn 5 •CJ OJ QJ ^J aJ & h[j¯ h Zn 5 •CJ OJ QJ \ •^J aJ h[j¯ h Zn CJ OJ QJ ^J aJ h Zn CJ OJ QJ ^J aJ ( h[j¯ h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ×M ØM ÙM ÚM N -N N tN uN èN éN êN *O +O ,O ‡O ˆO ‰O ÏO ÐO ÿO P P ú ñ ä × ä ä ä ä × ä ä × ä ä × ä ä ä ä ä Ò Â $ „p „÷^„p `„÷a$ gd Zn Ff B „œÿ $ If ]„œÿgdwV: „œÿ $ If ]„œÿgdwV: $ If gdwV: O &O (O *O ,O äóÇó½ó½óÇóǬǞŒzežPC ‡O Ffn> ‰O §N ÐO hE ©N P »N P äN æN çN èN êN O P P P P IP kP óäóØ • h Zn OJ QJ ^J ( hE • P P h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( h”T• h”T• CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! " h”T• CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! " h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! h Zn CJ OJ QJ ^J aJ hù © h Zn CJ OJ QJ ^J aJ h Zn CJ ^J aJ h[j¯ h Zn CJ OJ QJ ^J aJ h Zn @ˆþÿCJ ^J aJ h[j¯ h Zn @ˆþÿCJ Zn CJ ^J aJ P P P P P P P P P ^J aJ h[j¯ h P P P ÷ P P P ÷ P P P HP IP ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ P ÷ ÷ ë LP ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ â kP ÷ ÷ Ö ÷ ÷ Ö $ $ $ If a$ gdwV: „h ^„h a$ gd Zn W K „Æ ^„Æ gd Zn $ a$ gd Zn kP ‘P B 6 ’P ”P ÓP ÔP ë $ $ If a$ gdwV: $ If gdwV: l $ 4 $ If Ö a$ gdwV: ” kd$D $ ” $ If – ÖF € t h t £‰ € T Ö0 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ € è ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö Ô ytwV: $ „V „ªþ $ If ^„V `„ªþa$ gdwV: kP ’P ”P »P Ñ P ÔP åP íP Q Q Q !Q .Q 2Q DQ JQ LQ XQ ]Q qQ yQ ‰Q •Q šQ žQ ŸQ £Q ºQ »Q ÈQ ÒQ äQ éQ øQ ÿQ R R =R GR YR gR vR ~R ‘R ›R «R ïâѽѬ˜¬˜¬˜¬˜¬˜¬Ñ½Ñ½Ñ½Ñ½Ñâ‡â‡s‡s‡s‡s‡s‡s‡s‡s‡ & hE • h Zn 6 •OJ QJ ] •^J mH sH hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH & hE • h Zn 6 •OJ QJ ] •^J mH sH hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH & hE • h Zn 6 •OJ QJ ] •^J mH sH hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH hE • h Zn OJ QJ ^J hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH -ÔP ïP Q #Q 4Q LQ ç _Q {Q ‘Q ç Q ç ç ç ç ç ç ç $ & F• „Æ Q T & Fœ Æ ° „:þ $ If ¡Q £Q 8 „° ºQ „Pþ $ If ^„Æ `„:þa$ gdwV: »Q ÔQ ëQ l 8 ^„° `„Pþa$ gdwV: ` T $ $ $ If a$ gdwV: l $ Ö $ If a$ gdwV: ’ kdòD ”J T t Ö0 Ö ÿ ÿ ÿ $ $ If ÖF h t £ è ÿ ÿ – ‰ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö Ô ytwV: ã ã ® & F• Æ ° ëQ 4Ö R -R IR Ê ® iR €R ã •R ´R ÌR çR ã ® þR S =S ã ® ‘ ã „”ÿ & F• Æ & Fœ Æ & Fœ Æ „° „Pþ $ If ]„”ÿ^„° `„PþgdwV: ° „° „Pþ $ If ^„° `„Pþa$ gdwV: ° „° „Pþ $ If ^„° `„PþgdwV: ° „° „Pþ $ If ^„° `„Pþa$ gdwV: $ $ «R ²R ÃR ÊR ÝR åR öR üR S S ,S ;S <S @S \S wS ‹S œS ªS ºS ÄS ÕS ÝS T T /T dT mT oT ‘T œT ³T ¿T ÷T U 3U <U IU QU aU £U ìÛìÛìÛìÛìÛìÛÎÛξξξξξξέ™­ˆtˆtˆtˆtˆtˆtˆtˆ & hE T iU #T ”U ŸU • h Zn 6 •OJ QJ ] •^J mH sH hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH & hE • h Zn 6 •OJ QJ ] •^J mH sH hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH - hE • h Zn 6 •OJ QJ ] •^J hE • h Zn OJ QJ ^J hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH & hE • h Zn 6 •OJ QJ ] •^J mH sH =S >S @S \S ]S n b Q E $ $ If a$ gdwV: „îÿ „ $ If ^„îÿ`„ gdwV: l $ Ö $ If a$ gdwV: • kd·E ÖF $ $ If h t £ ‰ T t Ö0 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ – è ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö Ô ytwV: U ¢U æ æ æ 4Ö •S ¬S æ æ ]S ÇS l ° $ $ $ Ö „° b T V „h ^„h a$ gd Zn „Æ ^„Æ a$ gd Zn „h ^„h a$ gd Zn Ö0 Ö ÿ ÿ U >U æ TU kU æ gdwV: kdjF $ $ If ÖF h t £ ‰ ÿ ÁT Ý ^„° `„PþgdwV: ¢U J $ a$ gd Zn • žT æ æ „Pþ $ If oT æ T t /T æ æ $ If & Fž Æ ßS æ ÿ £U ¤U •W €W B •W B ¥W n – è ÿ ÿ ö 6 ö ö ¡ æ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö Ô ytwV: £U W €W •W ¥W áW âW hX ØX Y ?Z ÚZ èZ 3[ B[ 5\ ëÖÈ·§™ŠwdQdQd>ŠdQdQd *Y :Y ŽY •Y ²Y ú $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆôÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J hE • h Zn 5 •OJ QJ ^J hE • h Zn 5 @ˆöÿOJ QJ ^J hE • h Zn CJ OJ QJ ^J aJ h Zn CJ QJ ^J aJ ( hE OJ • h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hE • h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ¥W ó ±W »W ó ÅW ÎW ×W ó áW ó ó ó $ $ If a$ gdwV: áW âW ëW ÷W 2 ! ! „ÿ „Öÿ $ If l 4 Ö Ö S Ý Ò"€ ­ ]„ÿ^„ÖÿgdwV: Í € õ € Š t ÿ à Ö ÿ l aö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ytwV: kd G $ $ If ”I Öˆ ”ÿA 6 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÷W ÿ ÿ X ÿ ÿ Ö ÿ ÿ – € € õ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ÿ ÿ ÿ 4Ö € } ÿ ÿ ö ># 6 ÿ Ö ÿ ö ÿ ö ÿ X X )X 3X ?X ØX äX ðX ýX î î î î î î MX Y \X hX pX Y -Y î î yX •X ‹X î î ¥X î ¯X ÅX ÍX î î î î ¼X î î î î œX î î î •X î î î î î „ÿ „Öÿ $ If ]„ÿ^„ÖÿgdwV: -Y *Y :Y EY MY ]Y kY vY …Y ŽY • Y ©Y ²Y ½Y ËY ÔY áY íY úY Z Z Z (Z 2Z >Z ?Z JZ VZ î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î „ÿ „Öÿ $ If ]„ÿ^„ÖÿgdwV: VZ aZ lZ yZ ‡Z Z ÚZ èZ ôZ üZ [ [ [ '[ 3[ B[ P[ ^[ k[ v[ ‚[ Œ[ — [ î î î î î î î î î î î î î î î î î î î î ”Z ¤Z ¯Z ºZ î ÆZ î î î î î î Ï „ÿ „Öÿ $ If ]„ÿ^„ÖÿgdwV: — [ [ ¯[ º[ Ä[ Ð[ Ú[ å[ ò[ ü[ \ v\ ~\ Š\ •\ ¡\ ®\ ¸\ Á\ Ï\ î î î î î î î î î î î î î î î \ \ *\ î î 5\ =\ K\ î Y\ î î î î î î h\ î î î „ÿ „Öÿ $ If ^ ç^ ,_ ;_ hE ]„ÿ^„ÖÿgdwV: œ_ •_ ž_ À_ 5\ K\ Y\ ¡\ Á\ Ï\ ñ_ íÚíÇ´Ç¡Ç펕ǴÇraL< _] o] Í] f^ ‰ • h Zn 5 @ˆöÿOJ QJ ^J ( hE • h Zn CJ QJ ^J aJ mH sH hE OJ • h Zn CJ QJ ^J aJ hE OJ • h Zn OJ QJ ^J hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆòÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆôÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆôÿOJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH Ï\ Ý\ æ\ ñ\ ù\ ] ] ] $] ] 9] F] V] _] o] x] ‚] Œ] š] ¨] ´] Â] î î î î î î î î î î î î î î î î î î î Í] ×] î ä] í] ú] î ^ î î î î î î „ÿ „Öÿ $ If ^ “^ ¢^ £^ _ ,_ ;_ E_ î î î î ]„ÿ^„ÖÿgdwV: ^ ^ -^ )^ :^ H^ R^ [^ ±^ ¾^ Æ^ Ò^ Ý^ ç^ ò^ ý^ _ _ î î î î î î î î î î î î î î î î î î î f^ r^ ‰ î î î î „ÿ „Öÿ $ If _ î î ]„ÿ^„ÖÿgdwV: î î î E_ N_ X_ d_ p_ î î y_ ƒ_ î î ‹_ š_ ›_ î œ „ÿ „Öÿ $ If œ_ •_ ž_ À_ $ a$ gd Zn l Ö Ö S Ý Ò" t à Ö ÿ ÿ l aö I Ö0 ÿ $ ÿ ÿ ÿ Ö ytwV: ó $ If ]„ÿ^„ÖÿgdwV: 5 , $ „Æ ^„Æ gd Zn É kd H $ $ If – Öˆ ”ÿA 6 õ Š õ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ># 6 ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö À_ É_ Ô_ Ü_ æ_ ñ_ ò_ ó ó ó : ¸ kd –l Ö ”W Ör ”ÿ } ö ÿ ó € l ¼"€ t € € p € ì € P t à Ö Ö0 Ö 4Ö l aö ytwV: Ö 4Ö ÿ ö (# 6 ÿ ÿ ö ÿ ö ÿ Ö $ $ If a$ gdwV: ñ_ ò_ ` Úa [b \b ]b „b ´b µb ×c ¤d äd åd æd òd ód öd ïÜÍÜﻦ– ïÜ̓rfZK< h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h _\Ž h”T• CJ aJ mH! sH! h”T• CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH! sH! hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH hE • h Zn 5 @ˆöÿOJ QJ ^J ( hE • h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " h Zn CJ OJ QJ ^J aJ mH sH hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J $ hE • h Zn @ˆöÿOJ QJ ^J mH sH hE • h Zn OJ QJ ^J mH sH ò_ ú_ ` ` ` $` ` 6` 7` @` I` T` c` n` x` ‚` •` ™` ¤` ¬` ·` ¿` Ç` Õ` Þ` é` ô` a a ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö $ If gdwV: a a "a 0a <a Ga Ra [a da ka ~a Ža •a §a ºa Äa Îa Úa ãa õa b b b /b 8b Db Pb [b ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö $ If = gdwV: 1 [b \b 1 ]b „b Žb ›b H = J $ $ If a$ gdwV: $ dh a$ gd Zn ¶ $ $ If –l Ö kd Ör ”ÿ € l ¼" t p ì P t à Ö Ö0 ÿ l aö M l t ö (# 6 ÿ ÿ ytwV: ›b D $ If Ö à Ö ÿ ÿ Ö 4Ö ©b 4Ö µb Âb Ïb Ýb åb ó D D D gdwV: ¥ kd K $ $ If – ”¥ Ö\ Z ( ‰ € Û € § € P ´b Ö0 4Ö 4Ö l aö l ytwV: Ö ö ö Ö ö ö Ö Ö ÿ ÿ ÿ ó € î ö ÿ Ö 6 $ $ If a$ gdwV: {c ƒc •c £c «c d !d ö ö ö ö ö ö ö ö sc d ö œd $ If -d ¹d ö ¤d gdwV: Âd Íd ö ö ö ö $ If $ If !d )d 5d Úd äd ö ö ö ö gdwV: S S S –l åb îb ûb c c c $c 1c >c Lc Wc ic ·c ¿c Ìc ×c ác íc úc d ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö äd à Ö Ö0 ÿ æd S Nd Wd ö bd ö Ö cd od ö {d …d •d ö ö ö ö ö ö ö çd èd éd S êd S § t åd ?d Ö\ P ëd ìd íd S dh gdóQ‡ £ Z ( ‰ Û S kdïK $ î ö ÿ ÿ Ö Ö 4Ö 4Ö l aö l ytwV: íd îd ïd ðd ñd òd ód ôd õd öd e nf Úf Ûf Dg ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ Ý É ¶ ¶ ¬ ¬ ¬ ¬ dÜ ý $ „Þ „"ü dh ^„Þ `„"üa$ gdóQ‡ . $ Æ 7 „7 „Éý^„7 `„Éýa$ gdóQ‡ [ ÿ 6 ö ö Ö e e Ue ¿e 'f ÷ mf ÷ ì ¶ ± gdÜ ý g $ „h dh ^„h a$ gdóQ‡ $ dh a$ gdóQ‡ dh gdóQ‡ öd e e e #e 7e ge ¥e Ëe ûe &f 'f Hf \f mf ‰f ´f Ûf öf g `g ‹g »g Ýg h h h Dh |h ¥h Ëh òçØçÊçÊç¹ç- ’ ƒsƒh\h\h\hMç ÊçÊç hÜ ý hÜ ý CJ aJ mH! sH! hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ hå(% hÜ ý CJ aJ hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ mH sH hå(% hÜ ý CJ aJ mH sH hå(% hÜ ý 6 •CJ mH sH hå(% hÜ ý CJ mH sH hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ ] •aJ -Dg E g Ÿg g h h ch Ìh i i Œi •i íi ƒj ûj ™k `l Ål m nm om ú ú ú ú ç ç ç ú ú × ç ç ç ç à ¯ ¯ ç ú ç 7 $ „É „7ü ¤x ¤x ^„É `„7üa$ gdÜ ý > $ Æ à À! „É „7ü^„É `„7üa$ gdÜ ý Æ e „Ð „0ý^„Ð `„0ýgdÜ ý $ „Þ „"ü dh ^„Þ `„"üa$ gdóQ‡ gdÜ ý Ëh Ìh æh þh i *i ^i Œi •i ¥i ¿i j Uj œj »j új ûj (k Zk [k ™k ¬k ôåÕƹ«¹œ‘ƒ‘ƒ‘r‘ôeRBe7 h_\Ž hÜ ý CJ aJ - h_\Ž h Ü ý 5 •OJ QJ \ •aJ $ h_\Ž hÜ ý 5 •6 •OJ QJ \ •] •aJ h_\Ž hÜ ý OJ QJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ hÜ ý hÜ ý CJ aJ mH! sH! hå(% hÜ ý 6 •CJ mH sH hå(% hÜ ý CJ mH sH hå(% hÜ ý CJ aJ mH sH hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ mH sH hå(% hÜ ý CJ aJ mH sH hóQ‡ CJ aJ mH! sH! ¬k :l yl ¨l Ål Þl m m m Vm am nm om œm ¸m Ám Èm ßm àm ým <n `n an bn rn Ÿn Ðn (o [o \o ]o „o ³o Ío ðåÙåÎÀ䥕¥Š~ÎÀÎÀδŠrŠ~cŠrŠrŠ~cŠrŠ hÜ ý hÜ ý CJ aJ mH! sH! hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ hÜ ý CJ aJ mH! sH! hå(% hÜ ý CJ aJ hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ mH sH hå(% hÜ ý CJ aJ mH sH hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ CJ aJ h_\Ž hÜ ý 6 •CJ aJ h_\Ž hÜ ý CJ aJ h_\Ž hÜ ý 5 •6 •CJ \ •aJ "om àm an bn ¹n ºn \o ]o Ìo Ío /p 0p ‘p ’p òp óp u q vq µq ¶q Nr Or Pr Qr Rr Sr ì ç ç ç ç ç ç ç ç â Ý â Ý â Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý Ý gdÑu[ gdå(% gdÜ ý $ „Þ „"ü dh ^„Þ `„"üa$ gdóQ‡ Ío éo %p /p 0p Ip •p ‘p ’p ±p Þp òp óp ûp üp m q J aq tq ] •aJ mH sH uq vq ´q µq ¶q Óq r r ñáñÖñáñÇñáñ¼±Ö±¥’±ƒwñl^N - hå(% hg ( 0J 6 •CJ ] •aJ hå(% hg ( 6 •CJ hå(% hg ( CJ aJ hg ( CJ aJ mH sH hå(% hg ( CJ a hå(% hÑu[ CJ aJ hå(% CJ aJ hå(% hðB CJ aJ hå(% hå(% CJ { CJ aJ mH sH hå(% { CJ aJ hå(% hå(% 6 •CJ aJ mH Nr Or tr ur vr wr yr r ”r •r –r — r ˜r šr ›r •r ¨r ªr 6 •CJ aJ h sH zr ®r aJ hå(% hå(% h hðB- hå(% hå(% CJ |r }r •r €r ¯r °r aJ ‚r mH ƒr sH ‰r r r Mr Šr ‹r •r Ž óäØÌÀ¯À§£§£§£§£™“™“™“™„™“£yqyj h•C¸ hóQ‡ hóQ‡ CJ aJ hÒO% hóQ‡ CJ aJ hÜ ý 0J mH nH u hóQ‡ hóQ‡ 0J j hóQ‡ 0J U hwV: j hwV: U jÔL hÄsÒ hwV: < •U mH sH h33ë CJ aJ mH! sH! hYvn CJ aJ m H! sH! hg ( CJ aJ mH! sH! hå(% hg ( CJ aJ mH! sH! hå(% hg ( 0J CJ aJ "Sr Tr Ur Vr Wr Xr Yr Zr [r \r ]r ^r _r `r ar br cr dr er fr gr hr ir jr kr lr mr nr or pr ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú gdÑu[ pr qr rr sr tr vr xr yr {r |r ~r •r •r ‚r ‹ r Œr •r ˜r ™r šr ›r ©r ªr «r ¯r °r ú ú ú ú ú ø ø ø ø ø ø ø ø ì ã ø ì ã ø ø Þ Þ ø Þ ø gdóQ‡ „h ]„h gdíuÇ „øÿ „ &`#$ gd¤p† gdÑu[ °r Ír Îr s .s Ds Es Ns Os Ws Xs ^s _s es fs ns õ ÷ ð à Û Ò õ Ò õ Á õ õ µ õ s ws s xs }s ð Í ~s ÷ ÷ õ µ µ $ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø $ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø gdóQ‡ „œÿ]„œÿgdóQ‡ $ a$ $ „ãÿ „ªÿ]„ãÿ`„ªÿa$ gd .C s $ a$ $ a$ gd .C °r Ír Îr s s s s .s Ds Os Ps Vs Ws _s es fs ws xs }s ~s ¡s ¢s «s ¬s ±s ²s Ðs Ñs és ês ÿs t t t t !t 6t >t ?t Tt ïëÜÐÜëïëïëÉëÉë²ë›ë›ë›ë›ë›ë›ë›ë‚fë‚fë‚fë‚7 hãd¸ hó Q‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! 1 hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ mH! ph sH! - hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J mH! ph sH! hãd¸ hóQ‡ B* OJ QJ ^J aJ mH! ph sH! h•C¸ hóQ‡ hóQ‡ B* mH ph sH hð_Ë hóQ‡ B* mH ph h:6Z hóQ‡ 5 •B* CJ aJ ph (~s ¡s ¢s «s ¬s ±s ²s ês t t t !t >t ?t Xt Yt bt ct ft gt jt kt ot ó ó ñ ó ñ ó ó ñ ó ñ ñ ó ñ ó ñ ñ Ü ñ Ü ñ $ -D 7$ 8$ H$ MÆ ÿæææ a$ gdP À sH Ðs hóQ‡ Ñs és ñ ñ ó Ü Ü $ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø Tt Xt Yt bt ut yt zt ~t •t Œt •t ‘t ’t ›t ßMß 7 hãd¸ $ mH! ph sH! . hP À hóQ‡ 5 •CJ OJ hãd¸ hóQ‡ B* OJ QJ ^J aJ mH! ph hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J mH! ph \ •^J aJ$ mH! sH! . hP À hóQ‡ 5 •CJ ‡ 7 hãd¸ hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J ut yt zt ~t •t Œt •t ‘t ’t ›t è ý è ý Ó ý ý è ý ý ² ý ct ft gt jt kt ot pt tt œt Ÿt t ãßÇ߯߯߯߯߯߯ߘߕßi hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ QJ \ •^J aJ( mH! sH! sH! sH! . hP À hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ OJ QJ \ •^J aJ mH! sH! hóQ aJ mH! ph sH! ot pt tt œt Ÿt t ¡t æt çt èt ét ý ý è Ó ý ¾ ² Ó $ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø $ -D 7$ 8$ H$ MÆ ÿààà a$ gdP À $ -D 7$ 8$ H$ MÆ ÿæææ a$ gdPKZ $ -D 7$ 8$ H$ MÆ ÿæææ a$ gdP À t åt æt çt èt ét êt ýt u u -u +v v 5v Qv bv cv dv •v ‘v æÍÉÍɯ™É}d}É}ÉXÉQÉID=É= þt ÿt u u j ·ð hóQ‡ hóQ‡ 5 • h»eá hóQ‡ 5 • h•C¸ hóQ‡ h]]| hóQ‡ CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph OJ QJ \ •^J aJ mH! ph \ •aJ 1 hóQ‡ 5 •B* CJ sH! 7 hãd¸ hóQ‡ 5 •B* CJ sH! + hVN) hóQ‡ 5 •B* CJ \ •aJ mH! ph sH! 3 hãd¸ hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J mH! ph sH! hóQ‡ 1 hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ$ mH! ph sH! 1 hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ mH! ph sH! ét êt ýt þt ÿt u u u u -u +v ,v v 8v 9v Pv Qv cv ó Þ Ü ó Ê Ü ó Þ Ü ¸ ³ Ü ª Ü ¥ Ü ˜ „´ „Lÿ^„´ `„LÿgdóQ‡ gdóQ‡ „œÿ]„œÿgdóQ‡ gd]]| & F1 Æ Lÿ€ dh a$ gdÓR© ÿæææ gdPKZ ÿæææ a$ gdPKZ $ -D 7$ 8$ H$ MÆ $ -D 7$ 8$ H$ MÆ ów $ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø cv •v Âv ÷v øv w ôw øw x ?x _x `x rx ·x ìx íx ï í è Û è í Û Ó Û Û è í Û í $ a$ gdóQ‡ @w {w |w ï šw Û ›w §w ï í í Û è Û „´ „Lÿ^„´ `„LÿgdóQ‡ gdóQ‡ $ „´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdóQ‡ ‘ Âv Ãv öv ÷v øv w w @w Aw Bw Cw yw zw {w |w šw ›w §w òw ów ôw øw ùw x -x ?x @x _x `x px rx sx ·x ¸x ìx íx •y Ây Ôy Õy Üy Ýy z z 6z ›{ üõüíüíõüõâÓâÓâüÇüíüÀü´õâõâõâü´âõâõâü¨ü ” ” ü‹• hóQ‡ CJ OJ v QJ aJ hóQ‡ 5 •CJ aJ hóQ‡ OJ QJ mH! sH! hóQ‡ OJ QJ hóQ‡ CJ QJ aJ h”dq OJ hóQ‡ 5 •mH sH h$*• hóQ‡ mH sH hä : hóQ‡ 5 •CJ h”dq hóQ‡ mH aJ sH h”dq hóQ‡ OJ h»eá hóQ‡ 5 • QJ j z 6z { ·ð hóQ‡ sz ±z ôz ” { hóQ‡ .íx •y 4{ d{ ›{ ä ’ { ày z z -z - Ì ‡ $ „Ð `„Ð a$ gdóQ‡ $ dh a$ gdóQ‡ -D MÆ ÿóóó gdóQ‡ $ „ dh -D MÆ ÿóóó ^„ a$ gdóQ‡ $ „ -D MÆ ÿóóó ^„ a$ gdóQ‡ $ „ „8 -D ÿóóó ^„ `„8 a$ gdóQ‡ $ „´ „ ¸ { { MÆ ¡ { dh -D MÆ ÿóóó ^„´ `„ a$ gdóQ‡ ›{ ¦{ 1| E| [| | °| ±| ³| à Í Ç Ç Ç i| •| Œ| Ø Í •| ‘| ’| Í ¤| §| ¨| Ç Ç Ç ª| «| Í Ç Ç ¥| Ç Ç Ç -| Í ® Ç Ç Ç $ If $ & Fd a$ gdwV: $ a$ gdóQ‡ $ Æ 8 „8 „Èû dh -D MÆ ÿóóó ^„8 `„Èûa$ gdóQ‡ ›{ ¦{ Œ| •| •| ’| £| ¥| ¦| ¨| ©| «| ¬| ®| ¯| ±| ²| ³| µ| ·| ¸| º| »| ½| ¾| À| Á| Ã| Ä| Æ | Ç| É| Ê| Ì| Í| Ï| Ð| Ó| Õ| â| ã| þ| ÿ| } -} :} ;} U} V} q} r} Š} ‹} ¦} §} º} »} Ö} Þ} ß} à} ~ ¡~ ¢~ ¤~ ¦~ °~ ²~ ´~ ¶~ ¹~ º~ ¼~ ðäßÖßÖßÖßÖßÖßÖßÖßÒÊÒ ÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒßÁߺߺߺߺßÒ hóQ‡ 5 •CJ hóQ‡ 5 •OJ QJ hóQ‡ CJ aJ hóQ‡ hóQ‡ 5 •CJ aJ hóQ‡ 5 hóQ‡ CJ OJ QJ aJ hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ ^J l 4 Ó Ô aJ H³| ´| $ If µ| Õ ¸| ) kdãN Ö Ð K $ # $ If – Öž ´ „ Ï # : È Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö f4 ¸| »| ¾| Á| Ä| Ç| Ê| Í| Ð| Ô| Õ| ã| ÿ| -} ;} V} r} ‹} §} »} ×} Ø} Ù} Ú} Û} Ü} Ý} ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù î ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù Æ à À! $ If $ If Ý} Þ} ß} $ Æ l ç 4 Ó Ô a$ gdóQ‡ Ö Ð Õ kdÒO $ K $ If Öž – ´ „ Ï ) : È ÿ Ö0 ÿ ÿ ÿ ö ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö l aö f4 ß} à} ~ *~ O~ x~ ¡~ ¢~ ¥~ ¦~ ±~ ²~ µ~ ¶~ º~ ý Ý Ý Ý Ð Ê Ê Ê Ê Ê Ê ÿ ÿ $ If -D MÆ ÿæææ ÿæææ $ dh gdóQ‡ „j „”ý-D ^„j `„”ýgdóQ‡ a$ gdóQ‡ MÆ ÿ ÿ Ö 4Ö ò Ê Ê º~ »~ ¼~ ¿~ À~ _ _ f l Ä~ _ Å~ Æ~ É~ _ Ê~ e _ _ $ If _ ™ _ _ kdÁP $ $ I – Ö Ö\ s ÿ Á~ : } ð Õ å : Ö0 ÿ ÿ 4Ö ÿ ÿ Ö C ÿ ÿ ÿ ÿ ö Õ ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l ¼~ ¾~ Á~ Ã~ Æ~ È~ Ë~ Í~ Ð~ Ò~ Õ~ 1• 3• x• z• µ• ·• ú• ü • <€ B€ C€ F€ G€ J€ K€ N€ O€ R€ T€ W€ Y€ \€ ^€ a€ c€ f€ i€ n€ †€ ­€ ¹€ ²• ÷• ø• †‚ ‡‚ ©‚ à ñƒ üƒ … !… &… W… X… Z† [† ‚‰ ʼn Ɖ Š Š Š Š (Š )Š 7Š 8Š úö úöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöëãØãÐöÇöÂö¹ØãöÂö´ö´ö¬ö¬ö¬ö¬ö¬ö hóQ‡ CJ aJ QJ hóQ‡ 5 hóQ‡ H* hóQ‡ 5 •OJ hóQ‡ 5 •OJ QJ hóQ‡ OJ QJ hóQ‡ 5 •OJ QJ ^J hóQ‡ OJ QJ hóQ‡ 5 •OJ QJ \ • hóQ‡ hóQ‡ CJ DÊ~ Ë~ Î~ Ï~ Ð~ Ó~ Ô~ Õ~ 2• 3• y• z• ¶• ·• û• ü• =€ >€ @€ A€ B€ D€ E€ F€ H€ I€ J€ L€ M€ ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ó ó ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù 0 $ If $ If M€ N€ P€ Q€ R€ U€ V€ W€ Z€ [€ \€ _€ `€ a€ d€ e € f€ j€ ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù ù $ If j€ T gdóQ‡ $ Æ ç a$ gdóQ‡ -D MÆ ÿæææ gdóQ‡ l Ö k€ l€ m€ n€ H › s kdvQ $ ­€ $ If ”ø Ö\ c V V – : } ð Õ : Ö0 ÿ ÿ ö Õ ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö Ã• Í• Ø• ä• ÷• ø• ‚ ?‚ i‚ †‚ È È È µ • • ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ l aö l ­€ ®€ ¹€ ²• à Ô È · • € -D MÆ ÿæææ gdóQ‡ dh -D MÆ ÿæææ gdóQ‡ „l „”ý dh ÿæææ ^„l `„”ýgdóQ‡ & FR -D MÆ ÿóóó gdwV: †€ C C ÿ å -D MÆ ÿ ‡‚ • ÿ à & FR Æ ç gdwV: $ Æ Æ ç a$ gdóQ‡ $ 8 „8 „Èû dh -D MÆ ÿóóó ^„8 `„Èûa$ gdóQ‡ ‡‚ Š‚ ›‚ ž‚ ‚ ¢‚ í ¥‚ í ©‚ í × í í í „ú dh $ -D If MÆ ÿæææ ^„ú dh $ -D ÿæææ ©‚ ª‚ ­‚ ( D If MÆ ÿæææ × kd/R $ $ If ì ` ï ð t t • t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ l aö l È ÿ ÿ ÿ ­‚ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö î‚ ï‚ È ÿ ÿ ð‚ If MÆ dh –l Ö Öž ã „ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ñ‚ ò‚ ó‚ ð È ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ÿ „ú ^„ú dh $ -D If MÆ ö t ÿ Ö 4Ö Ú dh ÿæææ ÿæææ $ - 6 ö ÿ Ö ÿ È $ -D If MÆ ÿ D t $ -D If MÆ ÿæææ ó‚ ô‚ If MÆ ÿæææ × kd/S ì ` ï ð t t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ l aö l Þ ÿ ÿ ÿ ö‚ ö‚ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö 3ƒ 4ƒ Þ $ ( $ If –l Ö $ Öž ã • ÿ ÿ 5ƒ dh ÿæææ dh „ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 6ƒ 7ƒ 8ƒ ð Þ $ -D If ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ÿ Þ MÆ ö t ÿ Ö 4Ö 6 ö ÿ Þ Ö ÿ ÿ D t $ -D If MÆ ÿæææ 8ƒ 9ƒ If MÆ ÿæææ × kd/T ì ` ï ð t t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ l aö l í ÿ ÿ ÿ ;ƒ ;ƒ $ ( dh $ If –l Ö Öž ã • ÿ ÿ ÿ ÿ Ö rƒ sƒ í ÿ ÿ tƒ „ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ uƒ vƒ wƒ í í ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ÿ t ÿæææ wƒ xƒ If MÆ ÿæææ × kd/U ì ` ï ð t t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ l aö l Þ ÿ ÿ ÿ zƒ zƒ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö »ƒ ¼ƒ Þ $ 6 ö ÿ $ -D If –l ÿ MÆ $ - dh $ If Ö ÿ í ( Ö Öž ã • ÿ ÿ ½ƒ dh ÿæææ ö t ÿ Ö 4Ö í dh D $ - „ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¾ƒ ¿ƒ Àƒ ð Þ $ -D If ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ÿ Þ MÆ ö t ÿ Ö 4Ö 6 ö ÿ Þ Ö ÿ ÿ $ -D If MÆ ÿæææ Àƒ Áƒ ƒ ( -D MÆ ÿæææ gdóQ‡ × kd/V $ l Ö ì ` ï ð t t • t $ If Öž – ã „ à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö t 6 ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l ƒ à ă ñƒ üƒ M„ x„ •„ Ä í„ … … !… &… ý â â à ³ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ ’ ý ‚ $ -D MÆ ÿæææ a$ gdóQ‡ -D MÆ ÿóóó gdóQ‡ $ Æ 8 -D MÆ ÿóóó a$ gdóQ‡ $ -D MÆ ÿóóó a$ gdóQ‡ $ Æ 8 „8 „Èû dh -D MÆ ÿóóó ^„8 `„Èûa$ gdóQ‡ $ „z „†ÿ dh -D MÆ ÿóóó ^„z `„†ÿa$ gdóQ‡ &… '… “† [ˆ €‰ •‰ ‚‰ — ‰ ·‰ ʼn Ɖ ݉ ë‰ ÷‰ Š Š Š Š Š (Š )Š 7Š ë × × × × Õ Ð À À Õ Ð À À À À Õ Ð Õ ¸ Õ Ð $ a$ gdóQ‡ & FV Æ Ð „h ^„h gdwV: gdóQ‡ $ „Ð -D MÆ ÿæææ `„Ð a$ gdóQ‡ $ „Ð -D MÆ ÿæææ `„Ð a$ gdóQ‡ 7Š 8Š DŠ LŠ VŠ bŠ mŠ nŠ vŠ wŠ {Š |Š †Š ‡Š ËŠ ÌŠ ÍŠ 6‹ 7‹ 8‹ 9‹ M‹ N‹ ý í í í í í ý è ý à ý è ý Û ý ý Ó ý ý ý Î ý gd³W• $ a$ gd×h_ gd×h_ $ a$ gdóQ‡ gdóQ‡ & FV Æ Ð „h ^„h gdwV: 8Š mŠ nŠ vŠ wŠ {Š |Š †Š ‡Š ËŠ ÍŠ 6‹ 9‹ M‹ N‹ ƒ‹ ”‹ •‹ – ‹ ¹‹ Ë‹ Ì‹ Ћ Ñ‹ Ò‹ ê‹ ë‹ øôøôøôøôåôÖôÆôª‘ôyª‘ô]Dô]D 1 h" ú hó Q‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ$ mH! ph sH! 7 h" ú hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! / hD í hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ ph 1 hD í hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ mH! ph sH! 7 hD í hóQ‡ 5 • B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! høS hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ sH h·^« hóQ‡ hóQ‡ CJ aJ mH sH hV:Ý hóQ‡ CJ aJ mH hóQ‡ CJ ó• ô• aJ `Ž ó ñ ñ Ù $ a$ gdê4. N‹ ƒ‹ ”‹ •‹ ¹‹ Ë‹ Ì‹ Ñ‹ Ò‹ ë‹ ì‹ ëŒ ìŒ k• l• aŽ zŽ {Ž ‹Ž ”Ž ó ó ñ ó ñ ó ñ ó Þ ñ ó ñ ó ó ñ ó ñ Ñ gdê4. $ dÀ ¤< ¤< 7$ 8$ H$ a$ gd³W• $ 7$ 8$ H$ a$ gd³W• ä• ñ• ó• ô• õ• ö• 5 •B* CJ OJ ë‹ ì‹ ÛŒ ëŒ ìŒ íŒ QŽ üæÑü¹‡nü¹¹‡nüR6R \• i• k• l• m• ã• 7 hV:Ý hóQ‡ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! 7 ha~- hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! 1 høS hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ mH! ph sH! + hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ mH! ph sH! 7 høS hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! / høS hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ ph ( ha~- hóQ‡ 5 •B* CJ aJ mH! ph sH! + ha~- hóQ‡ 5 •B* CJ \ •aJ mH! ph sH! hóQ‡ QŽ `Ž aŽ cŽ hŽ yŽ zŽ {Ž ‹Ž ðŽ ñŽ üŽ $• %• K• L• q• r• Š• ‹• ˜• ™• åáŬœá„yá„jXjXI7jX jX " h " hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH sH h " hóQ‡ CJ aJ mH sH " h " hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH sH h " hóQ‡ CJ aJ mH sH h " hóQ ‡ CJ aJ h " hóQ‡ CJ OJ QJ aJ 1 hµ%O hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ$ mH! ph sH! 1 hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! 7 hµ%O hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph sH! hóQ‡ 4 ha~- hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ ^J aJ mH! ph sH! ”Ž ›Ž ¤Ž ­Ž ÆŽ ÞŽ ðŽ ñŽ üŽ %• L• r• ™ š• ›• -• Ñ• ì• è è è è è è æ á Ê Ê Ê Ê Å æ ¸ ¡ ¡ ¡ $ & F< Æ Ð „´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs› $d$ NÆ ÿ$ gdê4. gdê4. $ & F> Æ Ð „´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs› gdê4. $ & F= Æ h „´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs› ™• ›• -• ‹• Œ• ž• ý• 2‘ `‘ x‘ §‘ ö‘ Q’ R’ d’ ¤’ Ô’ “ -“ 8“ Z“ „“ •“ Ì“ Í“ ” -” ” q• s• üíâüÔâüÉü¾ü³ü¡’ƒ’üÔâtâteteüYü h] ]| hóQ‡ CJ \ •aJ hÇFç hóQ‡ OJ QJ mH sH h " hóQ‡ CJ aJ mH sH h^@W hóQ‡ CJ aJ mH sH h^@W hóQ‡ CJ aJ mH sH " h^@W hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH sH hÉÁ hóQ‡ mH sH h,>¶ hóQ‡ mH sH hyI— hóQ‡ mH sH h " hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ h " hóQ‡ CJ aJ h " hóQ‡ CJ OJ QJ aJ hóQ‡ • c• ‹• Œ• ž• §• ¯• ¸• À• Ú• ñ• ý• þ• ÿ• ‘ • • ‘ ‘ 2‘ á I‘ `‘ Í w‘ Í x‘ è è á µ æ Í á µ $ & F: a$ gdÓR© & F; gdÓR© gdê4. & F7 Æ „h „Lÿ^„h `„LÿgdRs› & F< Æ Ð „´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs› R’ f’ |’ ¤’ Ô’ ä’ ô’ “ á Í Í µ È À µ gdê4. x‘ Í æ æ $ ‰‘ §‘ ·‘ É‘ Í‘ á‘ ö‘ $’ Q’ “ “ ú ò ç ç Ô ç Ç ¥ Ç ¥ ç ç ç å ² ç Ý ² ² Æ h „´ ^„´ gdê4. & F6 Æ Ð h „´ „ ^„´ `„ gdRs› „h $ „Lÿ^„h `„Lÿgdê4. & F9 a$ gdÓR© ” ” q• r• ú Õ s• ø ¦ „´ ^„´ gdê4. $ a$ gdê4. gdê4. "– #– Æ– Ç– §— ì Õ ø ø ¦ $ & F1 Æ Lÿ€ dh a$ gdÓR© $ „h $ & F2 Æ Ð Lÿ€ „h dh ^„h a$ gdRs› & F8 Æ Ð „˜þ dh $ “ $ a$ gdê4. “ -“ 8“ Õ Z“ „“ •“ Õ ¾ Ú“ Õ ¹ ø ^„h `„˜þa$ gd]]| ø ” gd]]| „ˆ „ª ]„ˆ ^„ª a$ gdRs› $ „ˆ ]„ˆ a$ gdê4. gdê4. s• w• !– "– #– (– •– Å– Æ– Ç– — §— ©— ¹— »— Ì— Í— Ñ— Ò— þ— ÿ— ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ &˜ *˜ ,˜ I˜ J˜ N˜ O˜ S˜ T˜ c˜ d˜ e˜ p˜ r˜ v˜ w˜ €˜ •˜ ˆ˜ ‰˜ Š˜ ‹˜ Œ˜ òæÛ×óæÛ×æÛ׫ יייגג׋« ×™×™×™× ™×« יייׇ{ h33ë CJ aJ mH! sH! h R7 hC ù hóQ‡ hžcŠ hóQ‡ h•C¸ hóQ‡ hÒO% hóQ‡ CJ aJ hóQ‡ CJ aJ h]]| hóQ‡ CJ \ •aJ mH sH ' hyI— hóQ‡ CJ OJ QJ \ •aJ mH sH hóQ‡ h]]| hóQ‡ CJ \ •aJ 0§— ¨— ©— º— ˜ ˜ ˜ +˜ ,˜ ˜ 5˜ ú ø ç ø Ó ß ó $ aJ »— ¼— h]]| hóQ‡ CJ \ •aJ hóQ‡ CJ Ç— Í— Η Ò— Ó— ñ— ò— ú— ó ó ø ø ø ø QJ ø ó Ë OJ ÿ—  ¶ ç ß ø „¶þ]„¶þa$ gdóQ‡ „$ÿ]„$ÿgdóQ‡ $ $ a$ gdóQ‡ „$ÿ]„$ÿa$ gdóQ‡ $ $ a$ gdóQ‡ „èþ]„èþa$ gdóQ‡ gdóQ‡ ]˜ d˜ e˜ q˜ r˜ s˜ w˜ x˜ ñ ì ó ó ñ ì ñ ñ ç gd]]| •˜ ‚˜ ñ ó 5˜ D˜ J˜ K˜ O˜ ‰˜ Š˜ ‹˜ Œ˜ ó ì ì ì ñ ó P˜ T˜ U˜ ó ñ ñ ñ gdÑ u[ gdóQ‡ $ „¶þ]„¶þa$ gdóQ‡ 6 &P 1•h :p !û °ƒ. °ÈA!°Á "°¥ #•Á $•¥ %° °Ð °Ð •Ð !v –l t t t t t t t t t t t h 5Ö = 5Ö ¬ $ $ If ' 5Ö & #v Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ !v h 5Ö = 5Ö ' 5Ö –l Ö0 ÿ ÿ ÿ = 5Ö ' 5Ö & yt !û ¬ 5Ö Y #v : #v ÷ –l – = #v ' #v & :V ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ ÿ $ $ If – & #v = #v ' #v ÿ $ $ If #v Y :V ÿ – !v ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 6 ö 5Ö ö 5Ö & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ & :V ÿ h 5Ö ö : 5Ö 6 ÷ t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û ¬ $ $ If – !v h 5Ö Y #v : #v ÷ #v Y :V –l t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û ¬ $ $ If – !v h 5Ö Y #v : #v ÷ #v Y :V –l t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û ¬ $ $ If – !v h 5Ö Y #v : #v ÷ #v Y :V –l t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û ¬ $ $ If – !v h 5Ö Y #v : #v ÷ #v Y :V –l t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û ¬ $ $ If – !v h 5Ö Y #v : #v ÷ #v Y :V –l t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û ¬ $ $ If – !v h 5Ö Y #v : #v ÷ #v Y :V –l t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û ¬ $ $ If – !v h 5Ö Y #v : #v ÷ #v Y :V –l t Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ : 5Ö ÷ 5Ö Y yt !û Ä $ $ If – !v h 5Ö v #v • #v v :V –l ”Á Ö t à Ö ÿÀÀÀ ÿÀÀÀ Ö0 ÿ ÿ ÿ ö 6 5Ö ø 5Ö pÖ ÿÀÀÀ ÿÀÀÀ ‹ $ $ If – 5Ö v #v • #v v :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 5Ö Ÿ $ $ If – !v h 5Ö x 5Ö º ÿ 5Ö ö : 5Ö 6 ÿ 5Ö ö : 5Ö 6 ÿ 5Ö ö : 5Ö 6 ÿ 5Ö ö : 5Ö 6 ÿ 5Ö ö : 5Ö 6 ÿ 5Ö ö : 5Ö 6 ÿ 5Ö ö : 5Ö 6 ÿ 5Ö ö 6 • ÿ !v ÿ ö 5Ö ö 5Ö ö 5Ö ö 5Ö ö 5Ö ö 5Ö ö 5Ö ö 5Ö ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÿ h 5Ö ö ÷ ÿ • 6 5Ö ø #v x #v º :V –l t à 6` ”[ ”´ -”´ 5Ö Ö0 ÿ x 5Ö ÿ º ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ÿ $ $ If – !v h 5Ö x 5Ö º #v x #v º :V –l t à 6` ”[ ”´ -”´ 5Ö Ö0 ÿ x 5Ö ÿ º ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ÿ $ $ If – !v h 5Ö x 5Ö º #v x #v º :V –l t à 6` ”[ ”´ -”´ 5Ö Ö0 ÿ x 5Ö ÿ º ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ÿ $ $ If – !v h 5Ö x 5Ö º #v x #v º :V –l t à 6` ”[ ”´ -”´ 5Ö Ö0 ÿ x 5Ö ÿ º ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ÿ $ $ If – !v h 5Ö x 5Ö º #v x #v º :V –l t à 6` ”[ ”´ -”´ 5Ö Ö0 ÿ x 5Ö ÿ º ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ÿ $ $ If – !v h 5Ö x 5Ö º #v x #v º :V –l t à 6` ”[ ”´ -”´ 5Ö Ö0 ÿ x 5Ö ÿ º ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö Ÿ $ $ If – !v h 5Ö x 5Ö º #v x #v º :V –l t à 6` ”[ ”´ -”´ 5Ö Ö0 ÿ x 5Ö ÿ º ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö • D d à ° â ðD ² ð 3 ð • @ @ à ‚ ÿÿ ðÿ "ñ ? 𠀕 D d ðD ² ð 3 ð • @ @ ÿÿ ðÿ "ñ ? l !v h 5Ö Å 5Ö N 5Ö #v Å #v N #v :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö N 5Ö aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If –l !v h 5Ö #v Å #v N #v :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö N 5Ö aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If –l !v h 5Ö #v Å #v N #v :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö N 5Ö aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If –l !v h 5Ö #v Å #v N #v :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö N 5Ö aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If –l !v h 5Ö #v Å #v N #v :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö N 5Ö aö l ytóQ‡ • $ $ If –l !v h 5Ö – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ aö l ytóQ‡ ¿ $ $ If – l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö ü – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ } $ l !v h 5Ö 8"#v 8":V – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ f4 ytóQ‡ ¿ $ $ If – l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö ü – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ $ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö ü – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ $ 𠀬 $ ÿ ÿ Å 5Ö N 5Ö ÿ ÿ Å 5Ö N 5Ö ÿ ÿ Å 5Ö N 5Ö ÿ ÿ Å 5Ö N 5Ö ÿ à 5Ö ÿ Ð #v ÿ $ If – ö - 6 5Ö Å 5 ö - 6 5Ö Å 5 ö - 6 5Ö Å 5 ö - 6 5Ö Å 5 ÿ ö - 6 5Ö Å 5 X #v à #v X :V ÿ #v $ If ö 8"5Ö œ #v Ð #v à 5Ö X ü :V ÿ ö 8"5Ö Ð 5Ö ÿ ö 8"5Ö 8"aö l – ÿ #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ If – #v Ð #v œ #v ÿ $ If ÿ – Ð #v ü :V ö 8"5Ö Ð #v Ð 5Ö ü :V ö 8"5Ö Ð 5Ö l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ } l !v h 5Ö 8"#v 8":V – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ f4 ytóQ‡ ¿ $ $ If – l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ } l !v h 5Ö 8"#v 8":V – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ f4 ytóQ‡ ¿ $ $ If – l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ l !v h 5Ö Ð 5Ö œ 5Ö Ð 5Ö – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ œ 5Ö Ð 5Ö ü aö l f4 ytóQ‡ } l !v h 5Ö 8"#v 8":V – ü #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v $ ÿ $ If ü #v ö 8"5Ö Ð #v Ð 5Ö ü :V ÿ ö 8"5Ö Ð 5Ö ÿ ö 8"5Ö 8"aö l Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v ÿ $ If Ð #v ü :V ö 8"5Ö Ð #v ü :V ö 8"5Ö Ð #v Ð 5Ö ü :V ö 8"5Ö Ð #v Ð 5Ö Ð 5Ö ü :V ÿ ö 8"5Ö Ð 5Ö ÿ ö 8"5Ö 8"aö l – ÿ ü #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v ÿ ÿ $ $ If – ü #v Ð #v œ #v $ ü :V – ÿ $ Ð #v ÿ $ If ÿ – Ð #v ü :V ö 8"5Ö Ð #v ü :V ö 8"5Ö Ð #v Ð 5Ö ü :V ö 8"5Ö Ð #v Ð 5Ö ü :V ö 8"5Ö Ð #v Ð 5Ö Ð 5Ö ü :V ö 8"5Ö Ð 5Ö l 4 Ö0 ÿ f4 ytóQ‡ • $ ÿ $ If ÿ –S !v ÿ h 5Ö ÿ “ 5Ö ÿ ô ö 8"5Ö 8"aö l #v “ #v ô :V –l Ö0 5Ö ÿ ô ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 5Ö “ aö S ytóQ‡ • $ $ If –S !v h 5Ö “ 5Ö ô #v “ #v ô :V –l Ö0 5Ö ÿ ô ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 5Ö “ aö S ytóQ‡  $ $ If 5Ö × #v o #v „ #v #v × :V –l t à Ö0 ÿ ÿ Ö „ 5Ö ó 5Ö × aö ý ytóQ‡  $ 5Ö × #v o #v „ #v #v × :V –l t à Ö0 ÿ ÿ Ö „ 5Ö ó 5Ö × aö ý ytóQ‡  $ 5Ö × #v o #v „ #v #v × :V –l t à Ö0 ÿ ÿ Ö „ 5Ö ó 5Ö × aö ý ytóQ‡ ³ $ â !v h 5Ö ’ 5Ö È – l 4 Ö0 ÿ ÿ È aö â f4 ytóQ‡ ³ $ â !v h 5Ö ’ 5Ö È – l 4 Ö0 ÿ ÿ È aö â f4 ytóQ‡ ü !v h 5Ö - 5Ö $ $ #v ù #v ^ #v § #v –l t à Ö0 ÿ ÿ - 5Ö $ 5Ö ù 5Ö $ $ If – ü !v h 5Ö - 5Ö $ $ #v ù #v ^ #v § #v –l t à Ö0 ÿ ÿ - 5Ö $ 5Ö ù 5Ö $ $ If – ü !v h 5Ö - 5Ö $ $ #v ù #v ^ #v § #v –l t à Ö0 ÿ ÿ - 5Ö $ 5Ö ù 5Ö $ $ If – ü !v h 5Ö - 5Ö $ $ #v ù #v ^ #v § #v –l t à Ö0 ÿ ÿ - 5Ö $ 5Ö ù 5Ö $ $ If – ü !v h 5Ö - 5Ö $ $ #v ù #v ^ #v § #v –l –ý !v h 5Ö o 5Ö „ 5Ö ó ÿ ÿ ö h 5Ö o 5Ö ÿ ÿ h 5Ö o 5Ö ÿ ÿ ó ÿ ÿ $ If –ý !v 6 5Ö „ 5Ö • 5 ó ó ÿ ÿ $ If –ý !v ö 6 5Ö „ 5Ö • 5 ó ó ÿ ÿ $ If – 5Ö È 5Ö ÿ $ If 5Ö $ 5Ö È 5Ö ÿ – È 5Ö È 5Ö ÿ È 5Ö ÿ ÿ ÿ $ If – ù 5Ö ^ 5Ö #v „ :V ÿ ^ 5Ö 5Ö #v ù 5Ö „ :V ÿ ^ 5Ö 5Ö #v #v ù 5Ö „ :V ÿ ^ 5Ö 5Ö #v ÿ 5Ö ^ 5Ö ’ #v ’ #v 5Ö ÿ 5Ö 5Ö ÿ 5Ö 5Ö 5Ö 5Ö ’ 5Ö ö ö „ #v ö „ #v ÿ ö 6 „ aö ü ytóQ‡ § 5Ö È :V „ #v ÿ ö 6 „ aö ü ytóQ‡ § 5Ö ’ 5Ö „ #v ÿ ö 6 „ aö ü ytóQ‡ • 5 È :V ö z 5Ö ÿ ö 6 „ aö ü ytóQ‡ § 5Ö ^ 5Ö ÿ § 5Ö ù 5Ö „ :V § 5Ö ^ 5Ö ÿ § 5Ö § 5Ö 6 5Ö ö z 5Ö È #v ÿ ÿ 5Ö ^ 5Ö ÿ § 5Ö ù 5Ö „ :V ÿ ^ 5Ö 5Ö ÿ § 5Ö È #v ÿ È 5Ö ö ö „ #v - #v 5Ö - #v 5Ö - #v 5Ö - #v 5Ö - #v t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö - 5Ö $ 5Ö ù 5Ö ^ 5Ö § 5Ö 5Ö „ aö ü ytóQ‡ $ $ If – ü !v h 5Ö - 5Ö $ 5Ö ù 5Ö ^ 5Ö § 5Ö 5Ö „ #v - #v $ #v ù #v ^ #v § #v #v „ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö - 5Ö $ 5Ö ù 5Ö ^ 5Ö § 5Ö 5Ö „ aö ü ytóQ‡ $ $ If –à !v h 5Ö 5Ö " 5Ö > 5Ö F #v #v " #v > #v F :V –l 4 Ö Ö( ÿóóó ÿóóó ÿóóó ÿóóó Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 5Ö 5Ö " 5Ö > 5Ö F aö à pÖ( ÿóóó ÿóóó ÿóóó ÿóóó ytóQ‡ ¼ $ $ If –à !v h 5Ö 5Ö " 5Ö > 5Ö F #v #v " #v > #v F :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 5Ö 5Ö " 5Ö > 5Ö F aö à ytóQ‡ I $ $ If –à !v h 5Ö @ 5Ö t 5Ö 5Ö t 5Ö « #v @ #v t #v –l 4 ÿ #v Ö Ö2 ÿ t #v « :V ÿóóó ÿ ÿóóó ÿ ÿóóó ÿ ÿóóó ö Õ-5Ö ÿóóó @ Ö0 ÿ 5Ö ÿóóó t 5Ö ÿóóó 5Ö t 5Ö ytóQ‡ Ï $ « aö à pÖ2 ÿóóó $ If –à !v h 5Ö ÿóóó @ ÿóóó 5Ö t 5Ö 5Ö t 5Ö « #v @ #v t #v –l Ö0 #v ÿ t #v ÿ « :V ÿ ÿ ÿ ÿ ö Õ-5Ö @ 5Ö t 5Ö 5Ö t 5Ö « aö à ytóQ‡ ï $ $ If – n !v h 5Ö 1 5Ö n 5Ö 5Ö ü 5Ö 5Ö Š #v 1 #v n #v #v ü #v #v Š :V – l 4 ”c Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö S-5Ö 1 5Ö n 5Ö 5Ö ü 5Ö 5Ö Š aö n f4 ytóQ‡ ë $ $ If – n !v h 5Ö 1 5Ö n 5Ö 5Ö ü 5Ö 5Ö Š #v 1 #v n #v #v ü #v #v Š :V – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö S-5Ö 1 5Ö n 5Ö 5Ö ü 5Ö 5Ö Š aö n f4 ytóQ‡ ô $ $ If – 5 !v h 5Ö H 5Ö ¥ 5Ö ¸ #v H #v ¥ #v ¸ :V –l 4 Ö Öÿæææ ÿæææ ÿæææ Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 5Ö H 5Ö ¥ 5Ö ¸ aö 5 pÖÿæææ ÿæææ ÿæææ ytóQ‡ ¦ $ $ If – 5 !v h 5Ö H 5Ö ¥ 5Ö ¸ #v H #v ¥ #v ¸ :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 5Ö H 5Ö ¥ 5Ö ¸ aö 5 ytóQ‡ £ $ $ If –< !v h 5Ö Œ 5Ö ° #v Œ #v ° :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö <- 6 ö 5Ö Œ 5Ö ° /Ö ÿ aö < ytwV: - $ $ If –< !v h 5Ö Œ 5Ö ° #v Œ #v ° :V – l 4 ”2 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö <- 6 ö 5Ö Œ 5Ö ° /Ö ÿ aö < f4 ytwV: © $ $ If –< !v h 5Ö Œ 5Ö ° #v Œ #v ° :V – l 4 Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö <- 6 ö 5Ö Œ 5Ö ° /Ö ÿ aö < f4 ytwV: - $ $ If –< !v h 5Ö Œ 5Ö ° #v Œ #v ° :V – l 4 ”à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö <- 6 ö 5Ö Œ 5Ö ° /Ö ÿ aö < f4 ytwV: - $ $ If –< !v h 5Ö Œ 5Ö ° #v Œ #v ° :V – l 4 ”ª Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö <- 6 ö 5Ö Œ 5Ö ° /Ö ÿ aö < f4 ytwV: - $ $ If –< !v h 5Ö Œ 5Ö #v ° #v ° :V Œ – l 4 5Ö 5Ö ”« Ö0 ÿ ÿ Œ ° /Ö ÿ aö < f4 ytwV: 5Ö ° #v Œ #v ° :V –l 4 ” Ö0 ÿ ÿ ÿ 5Ö ° /Ö ÿ ÿ $ ÿ $ If ÿ –< !v ÿ ÿ ÿ h 5Ö Œ ÿ ö <- 6 ö <- 6 ö 5Ö ö Œ aö < f4 ytwV: - $ $ If –< !v h 5Ö Œ ° #v Œ ° :V –l 4 ” Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö <- 6 ö 5Ö Œ 5Ö ° /Ö ÿ aö < f4 ytwV: - $ $ If –< !v h 5Ö Œ 5Ö ° #v Œ #v ° :V –l 4 ” Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö <- 6 ö 5Ö Œ 5Ö ° /Ö ÿ aö < f4 ytwV: | $ $ If –l !v h 5Ö 5Ö S 5Ö $ 5Ö A 5Ö p 5Ö 7 5Ö T 5Ö T #v #v S #v $ #v A #v p #v 7 #v T :V – l ”Z Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö #8 ö ,Ö 5Ö 5Ö S 5Ö $ 5Ö A 5Ö p 5Ö 7 5Ö T /Ö ÿ 4Ö aö l pÖP ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ytwV: ! kdð< $ $ If – l Ö ”Z Ö´ o “ Ô D%{+Ï1#8€ € S € $ € A € p € 7 € T € T Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö #8 ö ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l pÖP ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ytwV: r $ $ If –l !v h 5Ö 5Ö S 5Ö $ 5Ö A 5Ö p 5Ö 7 5Ö T 5Ö T #v #v S #v $ #v A #v p #v 7 #v T :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö #8 ö 5Ö 5Ö S 5Ö $ 5Ö A 5Ö p 5Ö 7 5Ö T /Ö ÿ 4Ö aö l pÖP ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ytwV: kd‘@ $ $ If – l Ö Ö´ o “ Ô D%{+Ï1#8 S $ A p 7 T 5Ö #v T ÿ ö #8 ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l aö l pÖP ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ytwV: Ì Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ4Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ $ $ If –Ô !v h 5Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ 5Ö / 5Ö æ #v #v / #v æ :V –l 4 ” t Ö0 5Ö ÿ ÿ ÿ ÿ 5Ö T 5Ö è /Ö aö Ô ytwV: à $ $ If ÿ ÿ –Ô !v ÿ h 5Ö ö 6 ö ,Ö 5Ö / 5Ö æ #v #v / #v æ :V –l ”J t Ö0 ÿ ÿ 5Ö T 5Ö è /Ö ÿ aö Ô ytwV: ± ÿ $ $ If ÿ ÿ –Ô !v ÿ h 5Ö ö 6 ö 5Ö 5Ö / 5Ö æ #v #v / #v æ :V –l t Ö0 ÿ 5Ö T 5Ö ÿ ÿ è aö Ô ytwV: ± ÿ $ ÿ $ If ÿ ö –Ô !v h 5Ö 6 ö 5Ö 5Ö / 5Ö æ #v #v / #v æ :V –l t Ö0 ÿ 5Ö T 5Ö !v h 5Ö #v } #v Š #v –l 4 ”I t à Ö0 ÿ 5Ö - 5Ö !v h 5Ö #v } #v Š #v –l t à Ö0 ÿ - 5Ö õ 5Ö !v h 5Ö t v P :V –l ”W t à Ö0 5Ö t 5Ö ÿ ÿ ÿ ÿ è aö Ô ytwV: û $ $ If 5Ö õ 5Ö 5Ö } 5Ö õ :V ÿ ÿ õ 5Ö 5Ö 5Ö õ 5Ö õ :V ÿ 5Ö 5Ö ÿ } 5Ö 5Ö ÿ Š 5Ö } 5Ö ÿ – Š 5Ö ö õ #v 6 - #v 5Ö õ #v ÿ ö ># 6 ö ,Ö õ ytwV: î $ $ If – Š 5Ö õ #v - #v õ #v ÿ ÿ ÿ ÿ ö ># 6 ö 5Ö } 5Ö Š 5Ö õ ytwV: þ $ $ If – 5Ö p 5Ö ì 5Ö P #v t #v #v p #v ì # ö (# 6 5Ö ö p 5Ö ì 5Ö ö ,Ö P /Ö /Ö ÿ ytwV: ô $ $ If – !v h 5Ö t 5Ö 5Ö p 5Ö ì 5Ö v P :V –l t à Ö0 t 5Ö 5Ö p 5Ö ì 5Ö P /Ö ÿ /Ö P #v t #v #v ö (# 6 p #v ö ì # 5Ö –l t à 5Ö ytwV: í $ R 5Ö 5Ö ”¥ Ö0 $ If Î 5Ö –l !v a #v h 5Ö #v R #v Î #v a :V ö Û 5Ö § 5Ö P 5Ö 6 ö ,Ö 6 ö 5Ö î /Ö /Ö –l t à Û ÿ 5Ö aö l ytwV: ã $ R 5Ö Î 5Ö $ If a #v Ö0 5Ö ÿ § 5Ö /Ö î /Ö –l !v #v h 5Ö R #v Î #v a :V ö P 5Ö aö l ytwV: ðf D d ´ ´ è è ² ð C ð4 ð A n-ð) IHDR Á ÿ c l i p _ i m a g e 0 0 1 €b ðU /ypfßÌ}×ÑI[‡ ÀeÉÿ 1 M /ypfßÌ}×ÑI[‡ ÀeÉÿ‰PNG "ñ ¿ @ @ a«¬Õ sRGB ®Î é `PLTEÀÀÀÿ¿Àÿ¿¿ÿªªÿ••ÿ•”ÿ”•ÿ””ÿ€€ÿ€ÿ€ÿÿkjÿjjÿ UUÿ@@ÿ@?ÿ?@ÿ??ÿ++ÿ+*ÿ*+ÿ**ÿ ÿ ÿ ÿ à#g¿ cmPPJCmp0712 8 I ± Ã0 tRNS @æØf AIDAT Á• ì~±ÿ¯œš¸ â·÷¿{î»[„8( [Pz-2S82(Š§¢ìÖ\”d² XÈP<ãÆ € - •z IEND®B`‚í $ $ If – !v h 5Ö Ð 5Ö K 5Ö : 5Ö 5Ö 5Ö È 5Ö #v Ð #v K #v : #v #v È #v –l 4 Ö0 ÿ 5Ö Ð 5Ö K :V ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 5Ö !v : 5Ö h 5Ö 5Ö Ð 5Ö È 5Ö K aö f4 í $ $ If – 5Ö : 5Ö 5Ö 5Ö È 5Ö #v Ð #v K #v : #v #v È #v –l 4 Ö0 ÿ 5Ö Ð 5Ö K :V ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 5Ö : 5Ö 5Ö È 5Ö aö f4 ³ l !v h 5Ö : 5Ö C 5Ö s 5Ö å #v – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 5Ö s 5Ö å aö l · $ $ If – l !v h 5Ö : 5Ö C 5Ö s 5Ö å #v – l ”ø Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ C 5Ö s 5Ö å aö l þ $ $ If – l !v h 5Ö 5Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö #v ã #v t #v • #v #v „ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö • 5Ö 5Ö l !v h 5Ö 5Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö #v ã #v t #v • #v #v „ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö • 5Ö 5Ö l !v h 5Ö 5Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö #v ã #v t #v • #v #v „ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö • 5Ö 5Ö l !v h 5Ö 5Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö #v ã #v t #v • #v #v „ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö • 5Ö 5Ö l !v h 5Ö 5Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö #v ã #v t #v • #v #v „ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö 5Ö ã 5Ö t 5Ö • 5Ö 5Ö $ $ If – : #v C #v s #v ÿ : #v ö Õ 5Ö C #v ÿ ÿ • 5Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ s #v å :V : 5Ö å :V ö Õ 5Ö 5Ö : 5Ö „ #v ÿ „ aö l þ • 5Ö ö t 6 5Ö $ $ If – 5Ö „ #v ÿ „ aö l þ • 5Ö ö t 6 5Ö $ $ If – 5Ö „ #v ÿ „ aö l þ • 5Ö ö t 6 5Ö $ $ If – 5Ö „ #v ÿ „ aö l þ • 5Ö ö t 6 5Ö $ $ If – 5Ö „ #v ÿ „ aö l ^ G ö t C 6 5Ö #v 5 #v 5 #v 5 #v 5 #v 5 0 0 0 @ 0 @ 0 @ 0 @ 0 @ 0 @ 0 @ ! sH! tH! P P P P P P P ` p ` p ` p ` p ` p ` p ` p 8 `ñÿ € € € € € € € 8 • • • • • • • À À À À À À 8 Ð Ð Ð Ð Ð Ð X 2 à à à à à à ø À ð ð ð ð ð ð 2 V ~ Ð ( à ð Ø è _H mH! nH ¦ o N o r m a l _H mH sH tH f ` f " óQ‡ 1 $ ` $ H e a d i n g $ „8 „“ dh @& ^„8 `„“ a$ 5 •CJ ] •aJ mH! sH! ` @ ê4. H e a d i n g 2 $ ¤ð ¤< @& $ 5 •6 •CJ OJ PJ QJ \ •] •^J aJ f ` f # óQ‡ 3 $ J $ H e a d i n g $ „8 „Z dh @& ^„8 `„Z a$ 5 •CJ ] •aJ mH! sH! J ` $ óQ‡ H e a d i n g 4 $ ¤ð ¤< @& 5 •CJ \ •aJ D @ D ) PJ$ H e a d i n g 5 $ @& 5 •CJ OJ QJ d ` d % óQ‡ H e a d i n g 6 $ $ ¤È @& ' 6 •B* CJ OJ PJ QJ ] •^J aJ ph$?` \ ` \ & óQ‡ 7 $ H e a d i n g $ „• dh @& `„• a$ 5 •CJ aJ mH! sH! P ` P ' óQ‡ 8 $ H e a d i n g „­ @& `„­ 5 •CJ aJ mH! sH! V ` V ( óQ‡ $ $ H e a d i n g „æ @& ^„æ a$ 9 5 •CJ aJ mH! sH! D A`òÿ¡ D D e f a u l t P a r a g r a p h F o n t R i@óÿ³ R T a b l e N o r m a l l 4Ö aö ( k`ôÿÁ ( 0 N o ö 4Ö L i s t \ C@ ò \ * ¦ o B o d y T e x t I n d e n t $ „h dh ^„h a$ CJ OJ QJ 2 B@ 2 + PJ$ B o d y T e x t ¤x T S@ T , C}Ê B o d y T e x t I n d e n t 3 „h ¤x ^„h CJ aJ 6 þO " 6 ×nM a 3 ¤d ¤d [$ \$ CJ aJ j š@³ 3 j ×nM T a b l e G r i d 7 :V f þoñÿB f Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Æ @ {o( T R 4 „T N u m ) $ „¬þ7$ 8$ H$ ^„T `„¬þa$ OJ QJ ^J _H mH sH tH 4 - íuÇ Æ à À! F o o t e r . )@¢ a . íuÇ P a g e N u m b e r N þO r N I Á B o d y - t e k s $ „h d `„h a$ aJ mH! sH! H þO ‚ H Æ I Á e d P a r a - 0 a$ $ aJ mH! sH! > þO ’ > Ñu[ P a r a - 1 $ „Ð „0ý^„Ð `„0ýa$ F þO ¢ F I Á G a m b a r QJ aJ mH! sH! : þ ¢ ± : $ a$ CJ OJ I Á P a r a - 0 C h a r aJ mH! sH! @ þ ¢ Á @ I Á B o d y - t e k s C h a r aJ mH! sH! > þO¢ Ñ > Ñu[ P a r a - 1 C h a r _H mH sH tH Z R@ â Z â_» 2 - B o d y „h dà T e x t ¤x ^„h I n d e n t CJ aJ N þ ¢ ñ N - â_» C h a r B o d y CJ aJ T e x t I n d e n t X þ ¢ X 2 ê4. H e a d i n g 2 C h a r $ 5 6 CJ OJ PJ QJ \ ] ^J aJ p þoñÿ p Æ §"] ¨ N u m l e v 1 ) ! $ „¨ „¬þ7$ 8$ H$ ^„¨ `„¬þa$ F þ/¢ ! F OJ QJ ^J _H mH sH tH óQ‡ H e a d i n g 1 C h a r 5 CJ ] aJ tH F þ/¢ 1 F óQ‡ H e a d i n g 3 C h a r 5 CJ ] aJ tH N þ/¢ A N óQ‡ H e a d i n g 4 h þ/¢ Q h C h a r 5 CJ \ aJ mH sH tH óQ‡ H e a d i n g 6 C h a r 3 6 B* CJ OJ PJ QJ ] ^J aJ mH ph$?` sH tH D þ/¢ a D óQ‡ H e a d i n g 7 C h a r 5 CJ aJ tH D þ/¢ q D óQ‡ H e a d i n g 8 C h a r 5 CJ aJ tH D þ/¢ • D óQ‡ H e a d i n g 9 C h a r 5 CJ aJ tH P þ/¢ ‘ P óQ‡ H e a d i n g 5 Z þ/¢ ¡ Z C h a r 5 CJ OJ QJ mH sH tH óQ‡ sH B o d y T e x t tH @ þ/¢ ± @ I n d e n t C h a r CJ OJ QJ mH óQ‡ B o d y T e x t C h a r mH sH tH Z þ/¢ Á Z óQ‡ sH B o d y T e x t tH : þ/¢ Ñ : I n d e n t 3 C h a r CJ aJ mH óQ‡ F o o t e r C h a r mH sH tH 8 Z` â 8 / óQ‡ P l a i n T e x t . OJ QJ J þ/¢ ñ J . óQ‡ > Q` P l a i n > T e x t C h a r OJ QJ mH sH tH 1 óQ‡ B o d y T e x t 3 0 ¤x CJ aJ L þ/¢ L 0 óQ‡ > J` B o d y " > T e x t 3 C h a r CJ aJ mH sH tH 3 óQ‡ S u b t i t l e 2 $ a$ CJ OJ QJ J þ/¢ 1 J 2 óQ‡ S u b t i t l e C h a r CJ OJ QJ mH sH tH F V ¢ A F óQ‡ F o l l o w e d H y p e r l i n k >* B* ph€ € J "` J óQ‡ 5 C a p t i o n „:ý]„:ý 5 •CJ OJ QJ ^J aJ @ & ¢ a @ óQ‡ F o o t n o t e R e f e r e n c e H* 6 ` r 6 8 óQ‡ F o o t n o t e T e x t 7 H þ/¢ • H 7 óQ‡ F o o t n o t e T e x t C h a r mH sH tH L P` ’ L : óQ‡ B o d y T e x t 2 9 dà ¤x CJ aJ mH! sH! D þ/¢ ¡ D 9 óQ‡ B o d y T e x t 2 C h a r CJ aJ tH B >` ² B < óQ‡ T i t l e ; $ a$ 5 •CJ \ •aJ mH! sH! > þ/¢ Á > ; óQ‡ T i t l e C h a r 5 CJ \ aJ tH 6 U ¢ Ñ 6 óQ‡ H y p e r l i n k >* B* ph ÿ @ ` â @ ? óQ‡ > Æ à À! H e a d e r CJ OJ QJ F þ/¢ ñ F > óQ‡ H e a d e r C h a r CJ OJ QJ mH sH tH H ™` H A óQ‡ 0 B a l l o o n T e x t @ CJ OJ QJ ^J aJ Z þ/¢ Z @ óQ‡ 0 sH B a l l o o n T e x t tH L ³` " L C h a r CJ OJ QJ ^J aJ mH óQ‡ L i s t P a r a g r a p h B „Ð ^„Ð m$ CJ aJ 4 þo 2 4 óQ‡ a 4 C CJ OJ QJ ^J aJ N þo B N Zn S t y l e B* ph @ þo 1 5 R @ D $ „h d, 1$ `„h a$ E Zn d, S t y l e 1 3 1$ B* ph N þo b N Zn S t y l e B* ph PK E÷…þƒÐ¶Ørº(¥Ø΢Iw},Ò 1 0 F $ „ˆ d, 1$ ^„ˆ a$ ! ‚Š¼ ú [Content_Types].xml¬‘ËjÃ0 ä±-j„4 Éßwì¸Pº -t# bΙ{U®•ã “óTéU^h…d}㨫ôûî)»×*1P ƒ'¬ô “^××Wåî 0)™¦Též9< “l•#¤Ü $yi} å ; À~@‡æ¶(îŒõÄHœñÄÐuù* D× zƒÈ/0ŠÇ° ðûù $€˜ X«Ç3aZ¢Ò Âà,°D0 j~è3߶Îbãí~ i>ƒ ØÍ 3¿\`õ?ê/ç [Ø ¬¶Géâ\•Ä!ý-ÛRk.“sþÔ»•. .— ·´aæ¿-? ÿÿ PK ! ¥Ö§çÀ 6 _rels/.rels„•ÏjÃ0 ‡ï…½ƒÑ}QÒà %v/¥•C/£} á(•h" Û ëÛOÇ » „¤ï÷©=þ®‹ùá”ç šª ÃâC?Ëháv=¿‚É…¤§% [xp†£{Ûµ_¼PÑ£<Í1 ¥H¶0• ˆÙO¼R®BdÑÉ ÒJEÛ4b$§‘q_טž à6LÓõ R×7`®¨Éÿ³Ã0ÌžOÁ¯,åE n7”Liäb¡¨/ãS½¨eªÔ-е¸ùÖý ÿÿ PK ! ky– ƒ Š theme/theme/themeManager.xml ÌM à @á}¡w•Ù7c»(Eb²Ë®»ö Cœ AÇ ÒŸÛ×åãƒ7Îß Õ›K Y,œ ŠeÍ.ˆ·ð|,§ ¨ÚH Å,láÇ æéx É´ ßIÈsQ}#Õ…­µÝ Öµ+Õ!ï,Ý^¹$j=‹GWèÓ÷)âEë+& 8ý ÿÿ PK ! –µ-â– P theme/theme/theme1.xmlìYOoÛ6 ¿ Øw toc'v uŠØ±›-M Än‡-i‰– ØP¢@ÒI} Ú〠úa‡ Øm‡a[ Ø¥û4Ù:l Я°GR’ÅX^’6ØŠ­>$ ùãûÿ-©«×îÇ !)OÚ^ýrÍC$ñy@“°íÝ-ö/­yH*œ ˜ñ„´½)‘Þµ÷ß»Š×UDb‚`}"×qÛ‹”J×—– ¤ ÃX^æ)I`nÌEŒ ¼Šp) ø èÆli¹V[]Š1M<”à ÈÞ ©OÐP“ô6râ= ¯‰’zÀgb I g…Á u••SÙe bÖö€OÀ†ä¾ò ÃRÁDÛ«™Ÿ·´qu ¯g‹˜Z°¶´®o~ÙºlAp°lxŠpT0­÷ ­+[ } `j-×ëõº½zAÏ °ïƒ¦V–2ÍF•-ÞÉi– @öqžv·Ö¬5\|‰þʜ̭N§Óle²X¢ d søµÚjcsÙÁ •Å7çð•Îf·»êà ÈâWçðý+­Õ†‹7 ˆÑä` - ÚïgÔ È˜³íJø À×j |†‚h(¢K³ óD-Šµ ß㢠dXÑ ©iJÆ؇(îâx$(Ö ð:Á¥ ;ä˹!Í I_ÐTµ½ S 1£÷êù÷¯ž?EÇ ž ?øéøáÃã ?ZBΪmœ„åU/¿ýìÏÇ£?ž~óòÑ ÕxYÆÿúÃ'¿üüy5 Òg&΋/ŸüöìÉ‹¯>ýý»G ðMGeøÆD¢›ä íó $”8ÁšK ýžŠ ôÍ)f™w 9:ĵà å£ x}rÏ x ‰‰¢ œw¢Ø îrÎ:\TZaGó*™y8IÂjæbRÆíc|XÅ»‹ Ç¿½I u3 KGñnD 1÷ N 3Vq%'#q¾ à ÓòŠÍ IB Òsü€• íîRêØu—ú‚K>Vè.E L+M2¤#'šf‹¶i ~™Vé þvl³{ u8«Òz‹ ºHÈ Ì*„ æ˜ñ:ž( W‘ ☕ ~ «¨JÈÁTøe\O*ðtH G½€HYµæ– }KNßÁP±*ݾ˦±‹ Š-TѼ9/#·øA7ÂqZ… Ð$*c? ¢ íqU ßån†èwð N ºû %Ž»O¯ ·ièˆ4 =3 Ú—Pª• ÓäïÊ1£P•m \\9† øâëÇ ‘õ¶ âMØ“ª2aûDù]„;Yt»\ ôí¯¹[x’ì eW÷ ¶)6-r¼°C-SÆ jÊÈ išd ûDЇA½Îœ óùç]É}Wr½ÿ|É]”Ïg-´³Ú IqbJ#xÌ꺃 6kàê#ª¢A„Sh°ëž& ÊŒt(QÊ% ìÌp%m‡&]ÙcaS l=•XíòÀ ¯èáü\P•1»Mh Ÿ9£ Mà¬ÌV®dDAí×aV×B™[݈fJíP |8¯ Ö„ AÛ V^…ó¹f ÌH ín÷ÞÜ-Æ é" á€d>ÒzÏû¨nœ”ÇŠ¹ €Ø©ð‘>ä•bµ ·– &û ÜÎâ¤2»Æ v¹÷ÞÄKy ϼ¤óöD:²¤œœ,AGm¯Õ\nzÈÇiÛ Ã™ -ã ¼.uχY C¾ 6ìOMf“å3o¶rÅ Ü$¨Ã5…µûœÂN H…T[XF64ÌT ,Ñœ¬üËM0ëE)`#ý5¤XYƒ`øפ ;º®%ã1ñUÙÙ¥ m;ûš•R>QD ¢à •ØDìcp¿ UÐ' ®&LEÐ/p¦­m¦Üâœ%]ùöÊàì8fi„³r«S4Ïd 7y\È`ÞJâ•n•² åίŠIù R¥ Æÿ3Uô~ 7 +ö€ ׸ #¯m q¨BiDý¾€ÆÁÔ ˆ ¸‹…i *¸L6ÿ 9ÔÿmÎY &­áÀ§öiˆ …ýHE‚=(K&úN!VÏö.K’e„LD•Ä•© {D ê ¸ª÷v E ꦚdeÀàNÆŸûžeÐ(ÔMN9ßœ Rì½6 þéÎÇ&3(åÖaÓÐäö/D¬ØUíz³<ß{ËŠè‰Y ›Õȳ ˜•¶‚V–ö¯)Â9·Z[±æ4^næ ç5†Á¢!Já¾ é?°ÿQá3ûeBo¨C¾ µ Á‡ M  ¢ú’m<.vp “ ´Á¤IYÓf­“¶Z¾Y_p§[ð=alÙYü}Nc Í™ËÎÉÅ‹4vfaÇÖvl¡©Á³'S †ÆùAÆ8Æ|Ò*•uâ£{àè¸ßŸ0%M0Á7%¡õ ˜<€ä· ÍÒ¿ ÿÿ PK ! ÑŸ¶ ' theme/theme/_rels/themeManager.xml.rels„•M Â0 „÷‚w ooÓº ‘&ÝˆÐ­Ô „ä5 6?$Qìí ®, .‡a¾™i»—•É c2Þ1hª :é•qšÁm¸ìŽ@R N‰Ù;d°`‚Žo7í g‘K(M&$R(.1˜r 'J“œÐŠTù€®8£•Vä"£¦AÈ»ÐH÷u} ñ› |Å$½b {Õ –Pšÿ³ý8 ‰g/]þQAsÙ… (¢ÆÌà#›ªL Ê[ººÄß ÿÿ PK ! ‚Š¼ ú [Content_Types].xmlPK ! ¥Ö§çÀ 6 + _rels/.relsPK ! ky– ƒ Š theme/theme/themeManager.xmlPK ! – µ-â– P Ñ theme/theme/theme1.xmlPK ! ÑŸ¶ ' › theme/theme/_rels/themeManager.xml.relsPK ] – <?xml version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="yes"?> <a:clrMap xmlns:a="http://schemas.openxmlformats.org/drawingml/2006/main" bg1="lt1" tx1="dk1" bg2="lt2" tx2="dk2" accent1="accent1" accent2="accent2" accent3="accent3" accent4="accent4" accent5="accent5" accent6="accent6" hlink="hlink" folHlink="folHlink"/> 3 u “ ª ´ ½ Ä Ë Ý ã 6 O j † ¤ ¾ È Ì Ð Õ Ú ß ä ò ÷ L N c w ƒ ’ ž ¶ ] á Y Å R „ E Ó ] ( † ç + u € Ž • Ó Ü á ì 1 2 œ • ž ³ ú 1 7 Q Q Ñ Y Æ à V ñ e- Ý- · ƒ „! Ø" ˆ# ,$ % !% 3% ÿÿÿÿ 8% W% e% {% ’% °% ÿÿÿÿ9 ÿÿÿÿ µ% ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ# Ê% Ø% Ý% ÿÿÿÿ ÿÿÿÿE ÿÿÿÿC ÿÿÿÿ< ÿÿÿÿ8 ÿÿÿÿ6 ÿÿÿÿ4 ÿÿÿÿ2 ÿÿÿÿ1 ÿÿÿÿ& ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿ ÿÿÿÿ5 ÿÿÿÿ3 ÿÿ ÿÿÿÿ? ÿÿÿÿ= ÿÿÿÿ9 ÿÿÿÿ0 ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ@ ÿÿÿÿ> ÿ7 Œ• ÿÿÿÿF ÿÿÿÿD ÿÿÿÿA ÿÿÿÿ: ï% ÿÿÿÿ" ÿÿÿÿG B ç% ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ! ÿÿÿÿH ÿÿÿÿ º% ÿÿÿÿ ÿÿ ÿÿÿÿ§ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿä ÿÿÿÿý ÿÿÿÿÚ × ÿÿÿÿÛ ÿÿÿÿÙ ÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿÏ ÿÿÿÿÇ ÿÿÿÿ² ÿÿÿÿ- ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ$ ÿÿÿÿ% ÿÿÿÿ( ÿÿÿÿ> ( ú † 1 Ø" ç 7 ˆ# ÿÿÿÿ¨ ÿÿÿÿ; ÿÿÿÿ) O c + Q ,$ j w † ƒ u Q ¤ ’ € Ñ ÿ ÿÿÿÿ© ÿÿÿÿ „! ÿÿÿÿ³ ÿÿÿÿ® ÿÿÿÿ« Ó ] ÿÿÿÿ± ÿÿÿÿ¬ ÿÿÿÿ 6 L N ÿÿ ÿÿÿÿ° ÿÿÿÿ¯ ³ ÿÿÿÿÆ ÿÿÿÿÁ ÿÿÿÿ¾ ÿÿÿª ÿÿÿ ÿÿÿÿË ÿÿÿÿ ÿÿÀ ÿÿÿÿÒ ? ÿÿÿÿÌ ÿÿÿÿÄ B ÿÿÿÿÖ ÿÿÿÿÕ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿÊ ÿÿÿÿ- ÿÿÿÿ ÿÿÿÿØ ÿÿÿÿÔ ÿÿÿÿÑ A ÿÿÿÿ ÿÿÿÿþ Ž Y ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ: ÿÿÿÿ= ÿÿÿÿÿÿÿÿ& ÿÿÿÿ' 3 u “ ª ´ ½ Ä Ë Ý ã ¾ È Ì Ð Õ Ú ß ä ò ÷ ž ¶ ] á Y Å R „ E • Æ Ó à Ü V á ì ñ 1 e- 2 Ý- œ • · ƒ ž % !% 3% 8% W% e% {% ’% °% µ% º% Ê% Ø% Ý% ç% ï% ò% ! . : F R ^ " # / ; 0 < G S _ $ 1 2 = I H T ` % U a > J V b & ' ( ) 3 4 @ 5 A 6 B ? K W c L X d M Y e * 7 O [ g , 8 C N Z f + 9 D P \ ÿÿ E Q ] Œ• " ÿÿÿÿ $ $ $ ' ¿ © Î! f¹ 6+ ]Í ¢2 —ß Ê8 £ë E 3ù M ÿ âT Ü ([ ‰g în us S~ ®ƒ äŽ Àž ¬£ — ö? O Ba ¶l †y ¡€ é„ l‹ æ“ I– 7š ñœ õ§ µ° ˜² ë¶ Ø½ XÀ ²Ã ¥Å Ç ¼Ï ÃÚ Žà í •ö þ 7 •$ ƒ* P6 cE u` p ”u ×} å€ ¢‚ ì— 5¥ Æ ìÞ © O0 XT ga 6• Žµ öÀ ´Ù ã ø ü { ô È* 4 ÕH ˜o a‡ Nš ;¢ %« ײ e½ HÍ â j { ô · |" Ä' , S0 d< H éK ÃL §N kP «R £U 5\ ñ_ öd Ëh ¬k Ío r °r Tt t ‘v ›{ ¼~ 8Š ë‹ QŽ ™• s• Œ˜ Í Ï Ñ Ó Ô Ö × Ù Ü Ý ß á â ä å ç é ë í ï ñ ó õ ÷ ù ú ý ) ] ¿ 2 _ Ñ 5 b × 8 e A g C o ì E r ó G t ù I w ý K z ÿ M ~ N ƒ O † Q Œ S ‘ U ¦ W ¯ [ · ß ä " # % ( ) + . 1 4 6 8 ; ? C J P Y [ \ ^ _ c e g j m s … ‡ ˆ Š Ž Â! Å* Ë8 ñI ØL ‹X \g ¼m o€ ˆ W— Áž ó§ ɳ ä¿ iÐ ä 3ù • w L X) N0 í; ØI ] aa Äe 8v { — € •… lŠ Ì“ ËŸ A§ ² @² •² »² $³ z³ ʳ ´ [´ ˜´ ´ †¹ =º }º ™º ¼º ܺ » H» j¾ ¡¿ ^À 'Á ³Ã Üà %Ä YÄ “Ä ÊÄ Å /Å Æ ¬É pÖ ÖÜ Ðé ô b ¥$ ¢* i6 mH RU -^ Ðl %r •v ¼z R~ ª€ v‚ *• Q• ¼Ž N• ž• S• (’ ¬› 5¥ ݶ ¶Ê Ú lè š À ! /% 2 <9 ÊC ŠL ±X a Öa .m Hy ýƒ ዠו 8£ î¬ c° û¶ î¼ 2½ W½ †½ À½ ð½ O¾ _¾ Ô¾ ¿ *¿ •¿ •¿ ³¿ õ¿ _À ”À éÀ õÀ B K Ì Ï IÑ ¦Ó aÖ Ø ¢Ù ‹Ý 3ß ¦ß à ã ø û ã ã «ä •ê Uî /ï 7ï >ï tï Pø Tø |ø •ø ®ø ±ø íø ðø %ù (ù `ù bù – Éû Ïû õû ü %ý -ÿ Œ ® › ¸ ¹ ‡ ª 7$ ÿ, ¦- «$. X. q. •. Ü4 m5 ~5 A6 ˜@ »E ÕK £S p[ ” › Üb ^i p Žx … “ $ž · Ò¢ •¯ >» AÍ ÈÖ Ø ƒÛ ™á Šä ¶ì •ñ Êÿ ^ ³ â e ‰ ¥ à ( j i ý ú" d' ™. ƒ3 t8 h> uD 8H ¸J 5L ×M P kP ÔP Q ëQ =S ]S ¢U ¥W áW ÷W -Y VZ — [ Ï\ ^ E_ œ_ À_ ò_ a [b ›b åb !d äd íd Dg om Sr pr °r ~s ot ét cv íx ›{ ³| ¸| Ý} ß} º~ Ê~ M€ j€ ­€ ‡‚ ©‚ ­‚ ó‚ ö‚ 8ƒ ;ƒ wƒ zƒ Àƒ ƒ &… 7Š N‹ ”Ž • x‘ “ §— 5˜ Œ˜ Î Ð Ò Õ Ø Ú Û Þ à ã æ è ê ì î ð ò ô ö ø û ü þ ÿ ! . F h " / H i • € — ˜ « À j ‚ ™ ¬ Á Ô Ó é # 0 J k „ š Â Õ ê $ 1 L l … › ® Ã Ö ë % 3 P R m ‡ œ ° Ä Ø í & 4 ˆ V p ‰ • Ù î T n ± Å X q + : Y s ¡ ´ È Ü ñ , ; Z u • ‹ Ÿ ³ Ç Û ð * 9 Š ž ² Æ Ú ï ( 7 ' 6 µ É Ý ò v Ž ¢ ¶ Ê Þ ô < \ x • £ ¸ Ë à õ = ^ y • ¤ ¹ Ì á ö > ` { ’ ¥ º Í â ÷ ? a “ – © ½ Ð æ û D f • • ¨ ¼ Ï å ú B d } ” § » Î ã ø @ c | ª ¾ Ò ç ü è þ ! / H a y $ 0 I & 2 K ' 3 L * 5 M b d f h z { | } ~ =¿ U¿ X¿ ƒ" ›" , 7 N i 9 O k • ž" : Q l € Œ• < R n = S o > T p q • ‚ ƒ „ “_ ÿ œ“_ ÿ œ @ U A V r † B W t ‰ D X u ‹ E Z v Œ F ] w • G ` x • • ' !• ! ÿ•€ ðl ð, R ð$ & º0 ^À¬‰Æ zÕÊÿ Ƹ ð B C - ÿÿÿÿ ð( ð @ -ñ ÿÿ™ ÿ €€€ ÷ ðØa ð æ B ðva ð ðº 9 ð’ ð Ä 8 b+ ð ð ¼ 3 • À À ˆ ¿ ƒ "ñ0 • • ‘ ’ ð` ² ð ½ c ð$ • X • 9 9 ¿ ÿ 9 b+ ð ð„ ¢ ª ¿ ? ? ð Ä ð 8 , ð ð ¾ £ ð< € M • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ – g Š ¾ ¿ À ÿÿÿ Ë Ÿo ÿ ð M ð4 ð ¿ ð Ä 8 Å8 b+ ð ð’ ¢ ð u N o- D ð ð À £ ð< € L • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ – g Š À ‚ 3³ ¿ Ë jJ ÿ ð ð L ð’ ¢ "ñ ¿ ` ð S V 6- ð Á £ ð< € K • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ – g Š Á ‚ 3³ ¿ Ë jJ ÿ ÷$ ð ð K ð’ ¢ "ñ ¿ ` ð S ž 9- ð  £ ð< g Š Q* ð ð c ð$ €  J • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ – ‚ 3³ ¿ Ë jJ ÿ ð J ð` B "ñ ¿ ` ð S ÷$ <- à D • ð„ ¿ ¢ Ë Ÿo ÿ ? ð þ µ r µ ð ð Ä £ ð< € g Š Ä I • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ – ‚ 3³ ¿ Ë œ1 ÿ ð \ ‰0 ð ð ð Ù I Å ð ðº # ðt ð î ¦. R ˆ # "ñ • ‘ ð S ! L- # ð ð• ¢ ð Æ Ã ðH € H • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ – g Š Æ • ÀÀÀ ¿ À ÿÿÿ Ë jJ Î R ð ð H ðž ¢ ÿ ð î ¦ ð Ç Ã ðH € g ‡ î ¦. ð G ð È c ð$ D µ }. ð É c ð$ D H ð Ê £ ð< € ¿ ` ð F ð Ë £ ð< € ¿ ` ð E ð Ì C ð € ð D r7 ×' ð J ð G • +Ï Š Ç • R ð` B ‚ –g ƒ +Ï „ – ÀÀÀ ¿ À ÿÿÿ Ë Ÿo ð B • µ ¿ ð • ¿ Ë Ÿo ð ð’ F • ð ‚ t. ð’ E • ð Ë Ÿo 2 ƒ 9 # ÿ ð` "ñ ? ð b- ? ð Ö ¿ ` Ù × ¦ „ ‡ Š Ê ¿ Ë œ1 ÿ "ñ ‡ Š Ë ¿ Ë œ1 ÿ "ñ ð 2 ‚ Ä ƒ þ „ e! ð ð` D Š Ì ð¼& # ð B ÿ ! ÿ Ë œ1 ÿ ðŒ ð ð _ ß ë Œ Z, ! ð • À À ¿ ƒ "ñ0 • • ð` ð ‘ ’ ª ¿ ? ð + ² I c ð$ • r7 X ×' • 9 9 ¿ ð ðZ ÿ B ? ð ß Œ ð S ðð ð D • ¿ Ë jJ ÿ • ‚ ƒ „ … ð $ 2 $ ð c ðR ‡ ˆ ‰ ¿ ð ô B @ †Á C p ‡Á “ D ˆ ” EÁ ‰ • FÁ Š – • ‹ —Á € Œ ˜ • ÿÿÿ ‚ • Ž ™ š ƒ ÿÿÿ „ • • › œ … ‘ @¿ ’ - À Ä Á ÅÁ ÿ - - à ÆÁ Ç ––– È É ËËË Ê Ë jJ 8c Ì 8c Í Î ÏÁ × ? ÷ ¿ € • ‚ ƒ œ1 „ … ðù † ‡ ˆ Ð N À Á  d Ã Ä Å Æ Ç Ì 0íìÿÍ @T‰ Î € Ï €ÿÿÐ yÿÑ 2 Ò Ó PÃ Ô Õ ' Ö p” × °<ÿÿØ Ù ' Ú p” ÿ A ¨) B C D |¾ E • „ |¾ … ðÿ p @ @ È † |¾ É Ê 0u ‡ ˆ Ë @ ¬ ¬ ¬ ¬ €s "ñ Œ ¥Á àÁ  ŒÂ D \Å „ œÅ Ä ÜÅ 5% • 0e • @ ž ÿÿÿÿŸ ÿÿÿÿ ¡Á ¢ ÿÿÿÿ£ ÿÿÿÿ¤ ¦ ÿÿÿÿ§ ÿÿÿÿ¿ Ù ÿÿÿÿÚ ÿÿÿÿÛ ÜÁ Ý ÿÿÿÿÞ ÿÿÿÿß á ÿÿÿÿâ ÿÿÿÿÿ € ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ  ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ‰ ÿÿÿÿŠ ÿÿÿÿ‹ • ÿÿÿÿ• • ‘ ’ ¿ @ A B ÿÿÿ C EÅ FÅ G H I J K 5% L M N OÅ Q R S T U W Y ÿÿÿÿZ ÿÿÿÿ[ ] ÿÿÿÿ^ ÿÿÿÿ_ `Å a ÿÿÿÿb ÿÿÿÿ• N € • ‚ ÿÿÿ ƒ …Å †Å ‡ ˆ ‰ Š ‹ 5% Œ • Ž •Å ‘ ’ “ ” • — ™ ÿÿÿÿš ÿÿÿÿ› • ÿÿÿÿž ÿÿÿÿŸ Å ¡ ÿÿÿÿ¢ ÿÿÿÿ¿ N À Á  ÿÿÿ à ÅÅ ÆÅ Ç È É Ê Ë 5% Ì Í Î ÏÅ Ñ Ò Ó Ô Õ × Ù ÿÿÿÿÚ ÿÿÿÿÛ Ý ÿÿÿÿÞ ÿÿÿÿß àÅ á ÿÿÿÿâ ÿÿÿÿÿ N ÿÿÿ Æ Æ P • Ð Æ Æ D \Æ ÿÿÿÿ- ÿÿÿÿ EÆ FÆ G Q R S ] ÿÿÿÿ^ ÿÿÿÿ_ Æ H T `Æ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ! ÿÿÿÿ" ÿÿÿÿ? N @ A B ÿÿÿ C I J K 5% L M N OÆ U W Y ÿÿÿÿZ ÿÿÿÿ[ a ÿÿÿÿb ÿÿÿÿ• P ð < ² ~5 Ü ð ðn ¢ ð c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð µ ¾ ¥ ´ ð ð’ ¢ ð £ ð< ¿ ð € ` % • ð % ‚ * ð˜ 8 ¢ v ƒ ºn , „ ºn ‡ ð • ™ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ "ñ ð ³ ðB "ñ ð € ¿ $ $ • ` ‚ ð ð˜ 7 ¢ ƒ D ½ „ ºn j ‡ Š ð • ™ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ ð ³ ðB "ñ ð ð € ¿ # # • ` ‚ ð ðZ D ƒ ºn „ ºn V û § ‡ Š • ™ÿ3 ¿ ð B S ð- D • ¿ Ë jJ ÿ ð 3 < 3 Ë jJ ÿ ! ð ð ðn ¢ • ÿ ¿ c ð$ … ‡ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð É ³ ¸ ª ð ð ðZ B B S ððZ ð S ððZ ð S ððZ ð S ððZ ð S ððZ ð S ððZ ð S ððZ ð S ðÎ! ð S ð+ L ð S ðð D • ¿ Ë jJ ÿ ð u1 + u1 • ¿ Ë jJ ÿ ð ž- 0 ò$ 0 ð • ¿ Ë jJ ÿ ð à 3 à U ð • ¿ Ë jJ ÿ ð F 3 F ð • ¿ Ë jJ ÿ ð c& 3 c& ð • ¿ Ë jJ ÿ ð >/ Ê >/ ð • ¿ Ë jJ ÿ ð ÷ 8 ÷ ¿ Ë jJ ðZ ÿ B ð Î! ¿ Ë jJ ÿ ð Ë jJ B ÿ ð J- 8 J- Ë jJ ÿ ð ó B D B D B D B B D B D B D B D • ( ð ! D • ð " D # ðZ B B • ¿ ð B ðZ S ð- ð B D • ¿ F ð ( ó ç ð ð ðn ¢ $ c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð ï% ¾ Þ& ð ´ ð ðn ¢ % c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð Y! ¾ I" ´ ð & à ðH ––– € "ñ ð ðž " • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ ¿ ` ð ‹ ¢ „ ºn ¾ … ‡ ¿ • ÿ ¿ ÿ ¾ð ð ³ " ð ðn ¢ ' c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð f ¾ U ð ´ ð ðn ¢ ( c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð } Ä m ð » ð ðn ¢ ) c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð 5 · ó5 ð ® ð ðn ¢ * c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð ù0 ¾ é1 ð ´ ð ðn ¢ + c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð Ù, ¾ Éð ´ ð ðn ¢ , c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð ˆ · x ð ® ð ðn ¢ c ð$ … ± ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð = - § ð ð ðn ¢ . c ð$ … ‡ • ÿ ¿ ÿ ––– "ñ ¿ ` ð • Q ð } G ð ðn ¢ / c ð$ … "ñ ‡ ¿ ` • ÿ ð ¿ Í. ÿ J ––– ½/ A ð ð„ ¢ ð 0 £ ð< þ( ð € Ê ! • uÝ Œ. ! ðž ‚ ºn ð ¢ ƒ uÝ „ ºn Š 0 • ™ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ ð ð 1 à ðH • € ‚ 0W ƒ ` ð 𤠿 ð ð ²3 B „ 0W ‡ p r7 Š 1 Ù ¿ • ™ÿ3 ¿ Ë jJ Ë jJ C "ñ ÿ "ñ ð 2 £ ð< € • uÝ ‚ ºn ÿ ? ¡& U ƒ uÝ „ ºn ð Ü Š 2 † • $$’ ¿ ÿ • ¿ ð ð 𘠢 ð 3 ³ ðB "ñ € ¿ - • uÝ ‚ ºn ` ð ß ƒ uÝ O „ ºn × ‡ Š 3 • ™ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ D ð ð - ð’ ¢ ð 4 £ ð< ¿ ð ð € ` ‚ ºn ƒ uÝ S R 0 „ ºn h € S "ñð ð¼ • h € S "ñ- • ð • uÝ 2 ð¼ Š 4 • ™ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ "ñ ¿ • ÿ3 ¿ 4- • ÿ3 ¿ <( ð 5 Ó ðN jJ ÿ k ð ð ‚ ` • ƒ ¿ „ ÿ ‡ ¿ ‚ ` • ƒ ¿ „ ÿ ‡ ¿ ƒ „ Š 5 ? ð s Ë 6 Ó ðN jJ ÿ Š 6 ? ¿ ð |$ Ë k ð ð ð ðž 7 à ðH € • "ñ ð ¿ ðž ‚ ` ¢ ð ‡ Ã# Š 7 k ¿ ð • ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ ð 8 à ðH € • "ñ ç ð ¿ k ðž ‚ ` ð ¢ ƒ ð „ & ‡ Š 8 ¿ • ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ ð 9 à ðH € • "ñ ð ¿ ðž ‚ ` ¢ ƒ ð „ º+ ‡ {/ Š 9 k ¿ ð • ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ ð : à ðH € • "ñ ð ð ¿ ðn ‚ ` ¢ ƒ ð „ ‡ G3 ‡/ Š : k ¿ • ÿ3 ¿ Ë jJ ÿ ¿ Ë jJ ÿ ð ; c ð$ … "ñ ð < à ðH € ‡ ¿ • "ñ ð ` ¿ 𘠕 ÿ ð ¿ É ‚ ºn ƒ ` ð ¢ ÿ Õ „ ª ––– ¸ Ì ð ‡ ðž Š < ~ ¿ ð • ÿ3 ð = ³ ðB "ñ ð € ¿ • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn ‡ ` ð ñ- û ]5 º# 𘠢 Š = ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ ð > ³ ðB "ñ ð € ¿ • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn ‡ ` ð - £- s4 b! 𘠢 Š > ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ ð ? ³ ðB "ñ ð € ¿ • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn ` ð /, \ ›3 𘠢 ‡ Š ? ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ ð @ ³ ðB "ñ ð € ¿ • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn ` ð V+ Â2 Ô ð„ ¢ ‡ Š @ ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ ð A £ ð< • € • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn Š A • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ ð / ð E ‡ ð„ ð ¢ ð B £ ð< • ð € 8 ü • uÝ : ð’ ‚ ºn ð ¢ ƒ uÝ „ ºn Š B • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ ð ð C £ ð< ¿ ð € ` ð • 0W 3 ð’ ‚ 0W ƒ 0W : ü Ú ¢ „ 0W Š C ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ "ñ ð D £ ð< € • 0W • ð ‚ 0W ƒ 0W : 3 Ú „ 0W Š D ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ "ñ ¿ ` ð 𘠢 ð E ³ ðB € • 0W ‚ 0W ` ð „ ð 𘠢 ƒ 0W „ 0W ‡ õ" Š E ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ "ñ ¿ ð F ³ ðB € ` ð • 0W ‚ 0W ð 4 ƒ 0W ¬" „ 0W ‡ ²% Š F ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ "ñ ¿ 𘠢 ð G ³ ðB € • 0W ‚ 0W ` ð „ ð 𘠢 ƒ 0W „ 0W ‡ ¬" 4 ²% Š G ð • ÿÿ™ ¿ Ë jJ ÿ "ñ ¿ ð H ƒ ð0 € • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn ð !1 š a7 œ ð ðJ 2 ð # ð Š H ¿ ð ÿ C "ñ • ¿ ÿ ? ¿ ð # ð ÿ "ñ ? ð ð ðJ 2 ¿ ð # ð ÿ "ñ ? ð ð ðJ 2 ¿ ÿ "ñ ? ð ð ðn ¢ ð S ð- € Š ¿ À ÿÿÿ ÿ # "ñ ¿ ð ` ? ð ðb ¢ ð ð C ð ð € Š À ÿÿÿ ÿ ðh ¢ "ñ ? ð ð ð S ð- € ¿ ð Š À ÿÿÿ ÿ ðh ¢ "ñ ? ð ð ð S ð- € ¿ ð ð ˜ ð ¿ Š À ÿÿÿ ÿ ðJ # "ñ "ñ ? ð ð ¿ €? ð ðJ ð ð ™ ð ¿ # "ñ ¿ €? ð š ð ¿ ð # "ñ ð ðJ ¿ €? ð ð ð › ð ¿ ðJ # "ñ ¿ €? ð œ ð ¿ ð # "ñ ð ðJ ¿ ð • €? @ ð ð ðn B s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ €? ð ðn ð ð B ž s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ €? ð ðn ð ð Ÿ B @ s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ € €? ð ð ðn ð s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ B ¿ ð ¡ € €? À ð ð ðn B s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ ð ¢ €? @ ð ð ðn B s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ ð £ € €? @ ð ð ðn B s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ ð ¤ €? À ð ð ðn B s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ ð ¥ €? À ð ð ðn B s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ € €? ð ð ð ¦ ðn B À s ð* D • ¿ Ñ Ô Õ ÿ # "ñ ¿ ð € €? ð ð ð\ § 3 ð ð ð € & Ë Ÿo ðb ÿ & "ñ ? ð ð Y Š ¨ ð\ Ë Ÿo Y X Ë Ÿo ð\ ÿ "ñ ? ð ð X V Ë Ÿo ðb ÿ "ñ ? ð ð V W W Š « ðV Ë Ÿo ¢ ¨ C ð ð ð € ÿ "ñ ? ð ð © 3 ð ð ð € ª 3 ð ð ð € « C ð ð € ÿ "ñ ? ð ð ð ¬ # ð € ð T Š ¬ T ðV "ñ ¢ ? ð ð ð # ð € ð Q Š Q ðV "ñ ¢ ? ð " ð ð ® # ð € ð U Š ® U ðV "ñ ¢ ? ð ð ð ¯ # ð € ð S Š ¯ S ðV "ñ ¢ ? ð ð ð ° # ð € ð N Š ° N ðV "ñ ¢ ? ð ( ð ð ± # ð € ð O Š ± O ðV "ñ ¢ ? ð & ð ð ² # ð € ð P Š ² P ðV "ñ ¢ ? ð ' ð ð ³ # ð € ð ð ´ # ð R Š ³ R ðJ "ñ Ò ? ð - ð • ð # ð € ¿ µ "ñ ? ð # ð ðJ Ò • ð # ð € ¿ ¶ "ñ ? ð $ ð ðJ Ò • ð # ð € ¿ · "ñ ? ð ! ð ðJ 2 • ð # ð € ¿ ¸ "ñ ? ð ð ðJ " • ð # ð € ¿ ¹ "ñ ? ð ð ðJ " • ð # ð € ¿ º "ñ ? ð * ð ðJ " • ð S ð- € ¿ » "ñ ? ð ) ð ð\ " G L H • € ¿ "ñ ? ð % ð ð\ ¢ ð Ï 3 ð ð € A A Ë œ1 ð\ ÿ ¢ "ñ ? ð - ð ð Ñ 3 ð ð € ? ? Ë œ1 ðN ÿ ¢ "ñ ? ð . ð ð Ò 3 ð ð ð € ð ¿ > > Š Ò ð6 ÿ 2 ð / ð Ó ð 0 ð ðH ¢ ð Ô # ð € ð < Š Ô < ðH ð ¢ 6 ð ð Õ # ð € ð = Š Õ = ðH ð ¢ 5 ð ð Ö # ð € ð ; Š Ö ; ðH ð ¢ 9 ð ð × # ð € ð 8 Š × 8 ðH ð ¢ @ ð ð Ø # ð € ð : Š Ø : ðH ð ¢ > ð ð Ù # ð € ð 9 Š Ù 9 ðH ð ¢ ? ð ð Ú # ð € ð 6 Š Ú 6 ðH ð ¢ F ð ð Û # ð € ð ð ð ð 7 Š Û 7 ð6 ð E ð B Ü ð Ñ Ý ð Þ ð ð Ñ ß ð 8 ð ð6 B ð ð Ñ à ð á ð 7 ð ð( B ð( B ð ð ð ð Ñ â ð ã ð ð 4 1 ð ð D ð6 ð ð ð6 A ð( B B B ð C ð ð( B B ð ðH ¢ ð ä # ð € ð ð å # ð 5 Š ä 5 ðJ ð 2 G ð ¿ ð # ð Ë œ1 æ "ñ ¿ € ð Q ð ðJ 2 ¿ ð # ð Ë œ1 ç "ñ ¿ € ð P ð ðJ ¿ ð # ð Ë œ1 è "ñ ¿ € ð ^ ð ðJ ¿ ð # ð Ë œ1 é "ñ ¿ € ð ] ð ðJ ¿ ð # ð Ë œ1 ê "ñ ¿ € ð \ ð ðJ ¿ ð # ð Ë œ1 ë "ñ ¿ € ð [ ð ðJ ¿ ð Ë œ1 "ñ ¿ € ð Z ð ðb B Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð Y ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð X ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð V ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð b ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð U ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð T ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð e ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð d ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð a ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð ` ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð S ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð f ð Ò Ó Ô ì c ð$ Ð ð Ñ ðb B Ñ ðb B í c ð$ Ð ð î c ð$ Ð ð ï Ñ ðb € B c ð$ Ð ð Ñ ð\ B ð S ð- Ñ ð\ ð ñ S ðÐ ð\ ð ò S ðÑ ð\ ð ó S ðÑ ð\ ð ô S ðÑ ð\ ð õ S ðÑ ð\ ð ö S ðÐ ð\ ð ÷ S ðÐ ðb ð ø c ð$ Ð ð ù B B @ B € B B @ B B @ B € Ñ ð\ @ B Õ "ñ ¿ € ð O ð S ð- Ñ ð\ ð ú S ðÐ ð\ ð û S ðÑ ð\ ð ü S ðÐ ðH Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð R ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð W ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð _ ð Ò Ó Ô Õ "ñ ¿ € ð c ð B B @ B ¢ ð ý # ð € ð 4 Š ý 4 ðH ð ¢ I ð ð þ # ð € ð 3 Š þ 3 ðH ð ¢ J ð ð ÿ # ð € ð 2 Š ÿ 2 ðH ð ¢ K ð ð # ð € ð 1 Š 1 ð ðH ¢ L ð ð # ð € ð 0 Š 0 ð ðH ¢ M ð ð # ð € / Š / ð ð ð ðN N ð B S ðð Ë œ1 Ò Ó Ô ð ð Ñ ð 3 ð ð Ñ ð 2 Õ ð H ð ð6 B ð ð( B ð = ð ð( B ð < ð ð( B ð ; ð ð( B ð : ð ðN ¢ ð ð ð ð ð6 B ð 3 ð € . Š ð Ë œ1 . ð ðN g ¢ ð ð 3 ð ð € , Š , ðN Ë œ1 ¢ ð j ð ð 3 ð ð € ) Š ) ðH Ë œ1 ¢ ð p ð ð # ð € ð - Ë œ1 ðN ð ¢ h ð ð 3 ð ð € * Š * ðN Ë œ1 ¢ ð l ð ð 3 ð ð ð € ð ð Ñ ð ð Ñ ð ð Ñ ð ð ð + Š Ë œ1 B ð ð q ð ð6 B ð m ð ð6 B ð o ð ð6 B Ñ ð i ð ð6 B Ñ ð n ð ðH ¢ + ð6 k ð À @ @ € ð # ð € ð ð # ð ( Ë œ1 ( ðH ð 2 r ð € ð ð ð ðH # ð Š 2 z ð € ð ð # ð ] Š ] ð ðH 2 ƒ ð € ð ð # ð _ Š _ ð ðH 2 † ð € ð ð # ð Z Š Z ð ðH 2 { ð € ð ð # ð ` Š ` ðH ð 2 ‰ ð € ð ð # ð e Š e ðH ð 2 ” ð € ð ð ! # ð ' Š ' ð ðH 2 s ð € ð ð ð ðH " # ð Š ! 2 u ð € ð ð ð ðH # # ð Š " 2 t ð € ð ð ð ðH $ # ð Š # 2 w ð € ð ð % # ð [ Š $ [ ðH ð 2 } ð € ð ð & # ð a Š % a ðH ð 2 Œ ð € ð ð ' # ð g Š & g ðH ð 2 ™ ð € ð ð ( # ð h Š ' h ðH ð 2 › ð € ð ð ) # ð d Š ( d ðH ð 2 “ ð ð ð € ^ Š ) ^ ð6 * À ð ð Ñ + ð ð Ñ , € ð ð Ñ - @ ð ð Ñ . ð ð Ñ / € ð ð Ñ 0 À ð ð Ñ 1 À ð ð Ñ 2 @ ð ð Ñ 3 @ ð ð ð „ ð B ð | ð ð6 B ð ‹ ð ð6 B ð ‚ ð ð6 B ð ˆ ð ð6 B ð ’ ð ð6 B ð • ð ð6 B ð y ð ð6 B ð … ð ð6 B ð Š ð ð6 B Ñ 4 ð ˜ ð ð6 B ð ð Ñ 5 ð — ð ð6 B ð ð Ñ 6 ð ‘ ð ð6 B € ð ð Ñ 7 ð ‡ ð ð6 B € ð ð Ñ 8 ð v ð ð6 B ð ð Ñ 9 ð • ð ðH 2 # ð € ð ð ð ðH : # ð Š 9 2 x ð € ð ð ; # ð b Š : b ðH ð 2 Ž ð ð ð € \ Š ; \ ð6 < € ð ð Ñ = # ð ð ~ ð B ð € ð ðH 2 € ð ð > # ð c Š = c ðH ð 2 • ð ð ð € f Š > f ð6 ? À ð – ð ð ð Ñ @ ð š ð ð6 B ð ð Ñ A ð • ð ð6 B ð ð Ñ B ð • ð ð6 B ð ð Ñ ð • ð ðB B @ S ð- ¿ Ë ÿ ð L ® ± ³ · » ¾ -D ¸D ¹D ºD »D ¿D ÀD ÂD ÃD ÄD ÕD ÖD ÝD ÞD àD -¹ (¹ .¹ 2¹ 7¹ ž½ Ÿ½ ½ ¡½ ¢½ £½ ¤½ ¥½ ª½ «½ ³½ ¶½ ·½ ¾ ¾ ¾ V¿ œ" ü] h îX ïX òX ôX õX öX øX ùX üX ýX Y Y Y Y Y Y Y Y Y ? Y Y ü | Y Y Y ŠË \æ ð •ò Æ W X Y ³ ´ µ ¶ · ð ñ ò ó ô õ ö ÷ x y z { Ê Ë Ì 7 ¥˜ ¦˜ ª˜ ¬˜ ­˜ ¯˜ °˜ ±˜ ²˜ µ˜ ·˜ ¹˜ <š >š ?š Aš Bš Cš Dš Eš Gš qš rš sš tš Èš Éš Êš Ë š Íš Κ К Òš Óš Ôš éš êš ìš íš îš H› I› J› K› L› N› ‚› ƒ› „› …› †› ˆ› ‰› Œ• a ¹ © § t ú ” € t k ¬ ê à t t 6 ß 2 ò ´ ² 6 ¯ ö t D t Ú õ t t ™ ¨ † D ð t@ þ t@ ‚ ÷ ™ Þ þ Ÿ ¼ ž î t@ ü ð ô ò ÷ t@ • c ‚ A š ˆ ¹ 9 · t ˜ t@ £ ´ … p t@ ü È ü  t@ ¤ ‚ n Û I › „ ´ 5 ² t ¦ ) ¤ , ´ t@ § ! À! S t © > À! ( t • À! t ¬ èÿÿÿç Ï Ï Ã ¡ t@ t « ª S t ‡ œ ¨ « ¨ ” ò À! t ¥ ¨ ¥ £ À! t ¥ t@ £ Y ô ¢ t ª t ® í ý º ” t ¼ @ ý ¯ ô8 t 2 ˜+ · ” H t ì1 Œ7 ¸ Ü 0* $6 t Ð ³ t ´¶ ä* t L, ¬ t - 7 t ÷ t ´ t ¾ ² Ï µ A s 2 / · 7 s { t m é ° ± t Ï s » ‘ t t ! Ï ´ ! ` ° 3 õ • º ¸ Ÿ t€ ¼ ´ • X C Ð t Ó „ t@ Ü z ! â z è z t t ß è % õ t Ö S ‹ t u t ô | t H õ Í ‘ ê | Ý ` Õ è ¹ t‚ ´ Ì Ñ ¨ ¤ C s 4 L Þ t t t $ D t H Ó ` $ t % Ô $ J Ò ï z Ó ¨ À â D t ” ! t m t Ó m Ó ! t ,m t Ø ø L" h t Ù T d h t á è T è p t ã H H H d t à H H <- H t Ú x < € ¬ t ä ä À! r t ý • Æ , t þ W h ž 6 t × t • K •- Ð! t î t ø p * • û t æ ° Á û ! m , m , ! t ô h t × <- H <- d t Û l < t" ¬ t €ÿÿÿ€ í t ÿ W ¢ • Ú ~ ñ- t å x â t Š ž€ º t ù • • P t ö t ñ ` / Á p t ð ` Ÿ 4 Á à t ± 5 t ± t ë • t é P ÔýÿÿÑ …ÿÿÿt û p © • Z t î À Á í Ä $üÿÿQ 4 ‘ ± ï ` • • u t t ú ì Õýÿÿt å t ê è • Z õ P t ° Ü Ñ ä á • t ç © Ñ Ú t ô • 9 Á z t ü • ž t ó ` = • î t ò ð Q ^ t ÷ 0 " Á Ó t m ° t Œ • t ý ° { \ / t { \ ƒ t c t ùÿÿ\ ¡üÿÿt Œ Ì Ù À! u t ° • Ì \ • t Ì ° { Ì [ Œ £ À! À! g t Œ ã t Œ ¿ t ¨ Œ Ì · t I ê ¼ 2 H t N t t 7 t " d € € 0 Ø ~ Ø ~ Ä t x Œ t # P ! ~ ð- š @ t 9 ì 2 ¶ å t ° H P € t * \ i t $ t ûÿÿ z < ¼ è J |üÿÿP t ; 0ýÿÿt Ô / \ . t 8 P Èûÿÿt Ð ý , t Æ ” D d ` t õ Û ) ð- “ t 1 T w t „ Œ J t W € t 6 Ø - t ! ë t € % W W W l ô l ´ • t ë o 2 t ì @ ! ¼ 7 ‰ ¼ t ë + t ü m : Ø t µ ¸ ¸ i B t € 4 . Ä i t = d i 4 … t 5 Ä x Ç { K t à { ô t t ( G , œ t ã & ? i A ˆ à t ¼ 9 Ç 3 { @ •íÿÿØ t H Ç ô t > Œ Iîÿÿt ' Ä H / t 4 E •• ° t ÿÿ _ P i c t u r e B u l l e t s tj •• uj ÿÿ4 »‘ lŽO ¼‘ ¬’O ½‘ ì˜O ¾‘ ,™O ¿‘ ¬ŽO À‘ l”O Á‘ l˜O ‘ l“O Ñ ¬˜O Ä‘ l›O Å‘ lšO Æ‘ ¬œO Ç‘ ì“O È‘ l™O É‘ ìš O Ê‘ ,šO Ë‘ ¬•O Ì‘ ,”O Í‘ ì™O Α l•O Ï‘ lœO Б ¬šO Ñ‘ ¬“O Ò‘ |¨• Ó‘ |¦• Ô‘ |›• Õ‘ üŸ• Ö‘ |¤• ב ü¢• Ø‘ |ž• Ù‘ ü•• Ú‘ ¼¥• Û‘ <Ÿ• Ü‘ ¼©• Ý‘ ¼ž• Þ‘ ü¡• ß‘ ü©• à‘ ü›• á‘ ¼¢• â‘ | • ã‘ |¢• ä‘ <œ• å‘ ü¨• æ‘ |¥• ç‘ ¼œ• è‘ <£• é‘ ü¥• ê‘ <¡• ë‘ |ª• ì‘ ¼•• í‘ üž• î‘ |Ÿ• c c ‘ ‘ ¶ ¶ Ò‚ Ò‚ S— ª™ ª™ ¯™ ÿX ÿX Ö¥ Ö¥ Û¥ a½ a½ h½ BÄ BÄ "Ó "Ó ¨ì ¨ì ! ! _ _ •_ •_ ß_ ß_ >f Xf Xf – f ¡f ¡f Fg Fg Ÿg ¦g µg µg ci ci •o •o ç• ç• •• " # $ % & ' ( ) * + , . / 0 1 2 3 l l š š ¿ ¿ Ö‚ Ö‚ W— ®™ ´™ ´™ Y Y Ù¥ Ý¥ Ý¥ g½ j½ j½ EÄ EÄ &Ó &Ó «ì «ì % % '_ '_ ”_ ”_ æ_ æ_ Ef _f _f Ÿf ¨f ¨f Mg Mg ¥g ¨g ¼g ¼g ji ji ™o ™o ð• ð• •• ! - ! " # $ % & ' ( ) * + , . / 0 1 2 3 8 . . *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €City €9 4 4 *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €place €B 3 3 *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €country-region €9 $ $ *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €State €= + + *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €PlaceName €= ) ) *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €PlaceType € ›„ ) 4 4 4 4 4 . . 3 K J n o Ô Ó . ¡ ü 3 . . 3 « z Ù 2 § 3 µ ± € Ý # : ± 3 $ ; ² . 4 ¿ ‡ ¶ • Þ â E ½ 3 . . 4 4 y Ø 1 ¦ 4 4 4 À ˆ I ’ ™ ï í Q Æ . T O “ R Ç Y Ï 4 $ . . . ì K . 4 4 4 ã Á 4 . $ . 0 U « ð [ Ð 4 $ ; Y µ ü a Ù 4 < Z . . 4 > b n á 4 E A c Æ Å m à 4 4 4 . . ¶ ý b Û + . g Í v ï F h Î w õ } û . € Þ 8 … å . | Ä æ „ … ø < o µ Þ ì % @ ‹ ? Š Ü " Ž ï * + 5 ; F G Q R X Y _ ` e f i j n o v w € • † ‡ • Ž ” ë Ò # @ ? • 8 † 7 … Ñ î 9 † Ý # • ù = p ¶ ß ( š þ A x ¿ ä ) K « ó & L ¬ õ - I ” æ T µ ú O • ç ) U ™ ð / › ÿ [ » V ¡ ñ F ¡ B y À å U ¶ û G ‚ Ä î ^ ¦ õ M ¿ H ƒ Å ï f Å g Æ o Ï Ð _ § b ª c « k ± ² \ Ï ] Ð Ö ö N § \ ¼ ü V É ! O ‡ É ù p t u Ó l Ô v • Ý w » ¼ { à ý W Ê " [ ˆ Ê ú ) d ‹ Í b c i Ü * e Œ Î è 2 h – Ô • é 3 i ¯ Õ • • ž ¤ ¥ ¬ ° ± ¶ ¸ ½ ¾ Æ È Ó Ô Þ ß é ê ò ó ø ù * + / 0 4 5 ; A F G L M W X b – £ ¥ ® ¯ ² ³ ¼ À Ê Ë Ó Õ ü ý • • Ž Ð Ï ‘ Ý ‘ ’ ß Ÿ • è ¡ ž ê & • œ ð ' ‚ • ñ * ‡ ª ÷ + ˆ « ø 5 • ± ÿ Þ ß é ê ' ò ¹ £ í î 6 Ž 1 – & ² þ ù ' ³ ÿ p ¹ r º € • Á À ‡ Æ ˆ Ç < E F J K V W h i s t À Æ Ç Ô Õ Ù Ú ß à ê ë < ? Î @ Ú J M T U l Ó – ¿ ( © ¨ ÷ ; • ³ ó ¼ ¥ 2 « ; Ä Ë 6 ! O a 2 b 3 4 D k E m ‰ Š j ì k î t u ‰ “ ” 4- ! ñ! ò! 4' 9' * ¢* ¸* , ›, ¤, ô! ÷! Å" Æ" &# '# 3# ( {* }* †* ‡* •* – Ä* =+ C+ •+ ƒ+ ¿+ Á+ ©, ¿, À, Á, Ç, ô, ú, 6# , ˆ# Š# , O, ¿# T, Á# – H$ I$ K% N% - - ß- ád. h. 30 50 Ê0 Í0 q1 86 96 A6 C6 O6 P6 W6 ]6 w6 y6 ;D DD JD KD ®D ±D µD ¶D ·D ¸D ËD ÍD ÓD ÕD çD ñD E "E ,E DE OE UN VN [N \N ¾N ÀN ÞN ßN ïN ÄO ÅO ÙO ßO P P 3P mP nP ‰P iQ jQ ³Q ºQ »Q ÇQ ¡R -R ®R ÆR )S 4S lS — S ˜S ªS ¬S ¸S ÆS ×S ØS æS ðS ôS T T $T *T ‡T ŒT •T ŸT U U #U )U V V W Y W Z ¡W ©W ªW ³W X X Y #Z tZ {Z ÔZ áZ âZ êZ ëZ ôZ õZ úZ 8[ ?[ 8\ <\ 8] =] ã] ê] 8^ C^ 8_ ;_ \_ ]_ e_ p_ •_ Š_ ¾` É` ä` æ` <a Ba Ga La Gd Pd Qd Yd Zd ^d _d id jd od pd xd yd •d ‚d Šd ‹d ’d ”d šd ¢d Úh Üh âh ãh ìh ?i Fi Wi Yi Zi _i ÿi j j j gj pj ½j ¾j Ðj Øj ãj åj îj ïj ÿj k k k k %k &k 0k 5k 8k Hk Tk Yk \k uk vk wk €k ëk ñk l -l Œl “l ©l ±l m %m rm wm ûm üm 4n :n Ln Nn Øn Ýn ån “o •o žo Ÿo ¸o ½o ]p _p Øp Úp lq nq 3r 5r ær ér ƒs …s t t ×t Ùt Bu Du Mu Nu Su Tu Wu Xu `u au ju ku pu ru wu xu €u •u Œu •u •u – u œu •u ¢u £u ¬u -u ³u ´u ¹u ºu Äu Æu Õu Öu Úu Ûu Qv Sv ¾v Àv xx yx šx ›x þx ÿx 0y 2y Ãy Äy z z «z -z Ýz ßz çz èz ¬{ ¯{ +| | 3| 4| <| =| D| E| J| K| W| X| ^| _| a| b| h| i| q| r| €| •| °| ²| Ð| Ò| K} N} Ê} Ì} ä} æ} ~ ~ _~ a~ É~ Ë~ Ó~ Ô~ Þ~ ß~ è~ ø~ • • • • • • • • • • )• *• 0• 7• >• ?• H• N• U• V• _• `• e• f• k• l• s• t• z• {• €• •• “• ”• •• ž• ¦• §• ±• ²• µ• ¶• ¿• À• Å• Æ• Ë• Í• Ó• Ô• ß• à• é• ê• ñ• ò• ÷• ø• ü• ý• € € € € • • € € € '€ *€ +€ 4€ 5€ ;€ =€ F€ G€ M€ `€ c€ d€ m€ n€ t€ u€ ~€ € ‡€ ˆ€ Ž€ •€ ˜€ ™€ £€ ¤€ §€ ¨€ ±€ ²€ º€ ¼€ À€ Á€ Å€ Æ€ Ï€ Ñ€ Ô€ Õ€ Û€ Ü€ á€ â€ í€ î€ ø€ ù€ ÿ€ • • • • • • • #• $• *• ,• 1• 2• 9• :• B• D• M• N• S• T• ^• _• d• e• m• n• u• v• z• {• ‚• ƒ• ‰• Š• ‘• ’• ˜• ™• ¤• ¦• «• ¬• ±• ²• µ• ¼• Å• Æ• Ë• Ø• Ý• Þ• ã• ä• ì• í• ô• õ• ù• ú• ‚ ‚ ‚ ‚ ‚ ‚ ‚ -‚ ‚ #‚ $‚ *‚ O… P… V… W… ^… ï† ñ† ’‰ ˜‰ ‘• N• O• U• W• •• — • “ -“ È“ É“ Ï“ Г Ó“ Õ“ ß“ ” ” ß‹ é‹ SŒ TŒ >• ?• m• n• Œ• à“ ã“ ä“ ë“ ì“ ô“ õ“ þ“ ÿ“ ” ” ” ” ” -” $” %” +” ,” 4” 5” 7” 8” >” ?” C” E” K” L” O” P” V” – – – %– &– /– 0– 5– D– n– o– ™– š– À– – Ö Å– Ë– Ì– Ø– Ù– —š ˜š žš Ÿš ßš àš æš çš › › -› › D› E› S› T› _› `› e› f› n› o› u› v› ~› › †› ‡› Œ› •› ½ž ¾ž Äž Åž Ìž Ξ Òž Ôž Þž ßž æž çž íž îž õž öž Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ #Ÿ $Ÿ *Ÿ +Ÿ 0Ÿ 1Ÿ 6Ÿ 7Ÿ >Ÿ ?Ÿ EŸ GŸ MŸ NŸ UŸ VŸ _Ÿ `Ÿ aŸ bŸ fŸ hŸ mŸ oŸ zŸ {Ÿ ƒŸ „Ÿ ÿŸ D E æ§ ç§ í§ î§ `¬ a¬ g¬ h¬ ‡µ Šµ ‘µ ³µ ¹µ ¶ -¶ ä· å· ô· ý· ¸ ¸ ³¸ »¸ Ú¸ Þ¸ ú¸ ÿ¸ ¹ ¹ #¹ 0¹ ³¹ ¸¹ í¹ ò¹ º 1º Cº Kº ³º ·º ̺ κ » » "» '» » /» }» ‡» ³» µ» ³¼ ¸¼ Õ¼ ܼ ê¼ í¼ §½ µ½ ¸½ ¼½ -¾ (¾ þ Ò¾ ¿ ¿ „¿ Š¿ QÀ SÀ [À \À eÀ fÀ iÀ jÀ oÀ •À ˆÀ ‰À •À ŸÀ ¢À ´À °Í ±Í µÍ ·Í óÍ õÍ ýÍ þÍ Î \Î eÎ õÎ üÎ 2Ï ,Ð Ð 7Ð 9Ð XÐ _Ð ‘Ð ˜Ð éÐ íÐ îÐ Ñ õÑ ýÑ CÒ DÒ LÒ MÒ _Ò õÒ ûÒ õÓ øÓ <Ô =Ô EÔ FÔ _Ô õÔ üÔ Õ Õ Õ Õ 3Õ äÕ åÕ êÕ ëÕ Ö Ö 7Ö 9Ö FÖ GÖ ]Ö õÖ ûÖ ]× f× ÍÙ ÎÙ ÔÙ ÕÙ ×Ù 5Ú >Ú FÚ PÚ 6Û <Û ïÛ ùÛ Ü à Ü 6Ü ?Ü gÜ pÜ xÜ €Ü •Ü ‰Ü ‹Ü à à à à à à &à 'à /à 0à 9à ;à >à ?à Dà Gà óá ôá ýá þá â gâ mâ gã kã qã rã zã {ã ~ã •ã Šã ‹ã •ã ‘ã — ã ˜ã ã £ã -ã ®ã Àã Áã Ðã ëã õã ä -ä ?ä Fä Lä Nä eä gä kä xä íä óä þä å då jå kå {å kæ sæ |æ ~æ -æ ¸æ 'ç +ç kç tç ¬ç ²ç ºç ½ç Ãç Ìç ×ç Ûç è è kè qè zè ‚è ‹è •è é é Eé Pé ké pé ìé ê %ê 0ê ;ê =ê cê mê oê |ê kë së ì ì ì -ì 7ì nì vì ¿ì Áì Þì äì `í bí ní qí rí |í ‚í †í “í ší ±í ·í Íí Ôí /î :î Wî bî nî uî yî …î šî ¥î ùî ï ï %ï nï yï ´ï »ï 9ð ”ö — ö ˜ö ¡ö ¢ö £ö ¨ö ©ö ðö óö ôö ùö úö ÿö <ð ]ð dð nð tð 1ñ 3ñ 5ñ 7ñ :ñ ;ñ “ö ¹ö ÷ Òö Óö Øö Ùö Ýö Þö äö åö éö êö ïö ÷ ÷ ø ø ø ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ 6÷ 7÷ p÷ w÷ x÷ |÷ }÷ ˆ÷ ‰÷ ’÷ ”÷ — ˜÷ •÷ ž÷ ª÷ «÷ ±÷ ²÷ ·÷ ¸÷ º÷ »÷ À÷ Á÷ Å÷ Æ÷ Ì÷ Í÷ Ò÷ Õ÷ ×÷ Ù÷ Ü÷ Ý÷ â÷ ü÷ ø ø ø ø ø ø )ø ,ø 2ø 3ø 8ø 9ø Dø Eø Nø Tø Xø Yø ^ø _ø dø eø hø iø uø •ø ˜ø ™ø žø Ÿø ¦ø ¿ø Âø Ãø Èø Éø Ïø Ðø Óø Ôø Þø ù ù ù ù ù ù ù ù ù %ù &ù *ù +ù /ù 0ù 9ù :ù =ù >ù Jù bù ^ _ c d l Ó Ô Š ‹ ƒ „ Ó Ö î ï u v T U • ‚ • ž ¡ ¯ · ¸ œ • o q ° ± » ¼ K! $ ¬L! -V! ´X! µß# ( ½â# ) ò ‡ ˆ ì ä# æ# ó î ? - 8 @ < K X l m $ ( !$ #$ «% -% Ç% È% V' Y' —' ˜' ( 8 ( ( •( —( â) å) 6* 8* â* ã* —+ X. Z. $/ %/ ^1 b1 „2 …2 í3 ï3 *4 ˜+ Í, Î, Ž- •- ³- ´- 8 D 8 8 8 k8 IB øC ùC úC n8 D ²: D ·: •< ”< ¤> °> „? …? „A …A ØA ÚA GB D D O D D D D D D &D 'D (D )D .D 2D 3D 4D 5D ;D <D AD BD HD ID RD SD _D `D bD cD hD iD nD oD rD sD •D €D ƒD „D ‰D ŠD ”D •D šD ›D žD ŸD «D ¬D ¯D °D ¶D ·D ¼D ½D ÈD ÊD ËD ÌD ÔD ÕD O O O O O •O ŽO °O ÎS ÏS ÖS ×S ÷S ±O ¾O ¿O ÛO ÝO îO ñO T ÃT ÅT ÐT ÒT îT ïT ¶P ·P ¤R ¦R •S ŽS V V V V &V 1V CV HV IV QV RV VV WV \V ]V bV dV mV nV tV uV zV “V šV V ©V ªV ®V ´V ½V ¾V ÇV ÈV ÑV ÒV ØV ÙV ÞV áV êV ðV ôV õV ÷V øV ýV þV W W 'W (W .W /W 4W 5W :W ;W DW EW NW OW XW YW `W fW jW kW pW qW {W |W •W ƒW ŽW •W –W — W œW •W ¤W ¥W ªW «W ¸W ¹W ½W ÃW ÈW ÉW ÕW ÖW áW ãW éW ýW X X X X X X X X X X *X +X /X 7X =X ?X HX IX QX RX ZX [X `X aX jX kX rX sX vX wX ~X €X ‡X ‰X ŒX •X “X •X œX •X £X ¤X ¨X ©X -X ®X ³X ´X ÁX èX íX îX ûX üX þX Y Y Y Y #Y Y .Y 0Y 1Y 6Y CY HY IY QY RY _Y aY gY hY tY uY ƒY †Y ŒY •Y –Y — Y ›Y ¡Y ¦Y ©Y ¯Y °Y µY ¶Y ¿Y ÀY ÄY ÅY ÊY ËY ÎY ÏY ÔY ÕY ÜY ßY åY æY ïY ðY õY MZ SZ TZ ^Z _Z nZ „Z ŠZ ‹Z ˜Z ™Z ¥Z ¦Z ¬Z -Z ²Z ³Z ¸Z ¹Z ÁZ ÂZ ÅZ ÇZ ÌZ ÍZ ØZ áZ ëZ ìZ ïZ ðZ õZ öZ ýZ þZ [ [ [ [ [ [ [ [ +[ ,[ 1[ 7[ @[ A[ H[ I[ Q[ Y[ ^[ m[ q[ r[ w[ x[ }[ ~[ ƒ[ „[ ‹[ Œ[ ”[ — [ [ ¡[ ¦[ ½[ Æ[ Ç[ Ì[ Í[ Ò[ ï[ ó[ ô[ ý[ \ %\ &\ /\ C\ O\ U\ _\ g\ p\ q\ v\ w\ z\ {\ €\ •\ ˆ\ Œ\ •\ ‘\ ¬\ ±\ ´\ ¶\ â\ ç\ ê\ í\ ] ] F] K] N] P] ™] •] ž] ¢] -] ®] ±] ²] ¹] º] À] Ç] Î] Ï] Ö] ×] Þ] ä] ò] G_ J_ |` ‡` î` ò` Ra Sa ¬b -b þb ÿb ±d ²d e e 4e 6e ©e ªe .g /g :g ;g ©g ªg i i Ði Ñi \j ]j Ïk Ðk Þk ßk Gl Il Jl Ll äm åm 7n 9n :n <n .o 0o ¥ o ¦o ©p ªp „q …q †q ˆq •q Žq ‘q ¼q ¾q ×q Øq \r nr wr xr •r ˆr •r •r “r ”r šr ›r ¡r ¢r §r ¨r ®r ¯r ²r ³r ¿r Ér s s s s s s s s s &s 's +s ,s /s 0s 5s ;s As Bs Fs Gs Ps Vs Zs [s _s `s cs ds is js ws xs £s ¦s ©s t t Œt •t µu ¶u .v /v Âv Äv }x ~x •x ‚x Šx ”x ˜x ™x ›x ¦x ¨x ’y ¡y ¢y ¾y /z 0z =z >z Hz Iz šz ›z öz ÷z ²{ »{ Á{ Ì{ Í{ Ñ{ ×{ â{ ä{ ê{ ë { ó{ ô{ ú{ û{ ÿ{ | | | | | } } | | | | $| &| )| *| [| \| †} ‡} Ò} Ó} W~ X~ q~ r~ Œ~ •~ ›~ œ~ Ó• Ô• Ú• Û• ¬• ®• Ô• Õ• j‚ p‚ {‚ |‚ — ‚ ˜‚ ‚ ¡‚ ª‚ «‚ ƒ fƒ gƒ oƒ qƒ „ „ ƒ„ „„ ˆ„ ‰„ •„ Ž„ ™„ š„ µ„ t… z… {… ‚… ƒ… ‹… Œ… “… ”… ™… š… ¡… ¦… «… ´… Á… Â… É… Ê… Ø… Ù… Þ… ë… ó… † † † † † † '† 5† ;† C† Q† Z† [† _† `† i† j† n† o† t† u† z† |† •† ‚† ˆ† ‰† •† •† •† – † œ† •† £† ¤† ©† À† Ȇ Ɇ Ά ܆ Ç‹ Ì‹ Í‹ Ï‹ Ø‹ Ù‹ Œ Œ Œ -Œ #Œ $Œ Ž ¡Ž «Ž ¬Ž •’ •’ ”’ •’ œ’ •’ ¡’ ¢’ ¬’ ­’ ±’ ´’ º’ »’ ¿’ À’ L“ M“ V“ W“ @” A” N” ^” _” n” o” ñ” š— ›— ž— Ÿ— ´— Ý— Þ— æ— ç— õ— ö— ú— û— ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ &˜ '˜ *˜ +˜ /˜ 0˜ :˜ ;˜ G˜ H˜ R˜ S˜ Y˜ [˜ ^˜ _˜ c˜ d˜ n˜ o˜ x˜ y˜ }˜ ~˜ „˜ …˜ Š˜ ‹˜ ‘˜ ’˜ š˜ ›˜ ¤˜ ¥˜ ®˜ °˜ ¸˜ »˜ ¾˜ ¿˜ Ø Ę Θ Ϙ Ú˜ Û˜ ߘ à˜ ç˜ é˜ î˜ ð˜ ø˜ ù˜ þ˜ ÿ˜ ™ ™ ™ ™ ë™ í™ ö™ ÷™ š š š :› ;› ²œ ³œ ê• ë• ž ž Nž Pž ²ž ³ž »ž Æž Çž Ïž О מ Øž Üž Þž åž æž èž éž ìž íž îž ïž óž ôž þž ÿž Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ -Ÿ #Ÿ $Ÿ ,Ÿ -Ÿ 6Ÿ õŸ þŸ ÿŸ * + < = F N V X ^ _ k l w } ‡ ˆ Œ • ’ “ ™ ¢ ª « ¶ · ½ ¾ Ç È Ð Ñ Ü â ç è í î ø ù ¡ ¡ /¢ 8¢ 9¢ A¢ B¢ E¢ K¢ T¢ U¢ [¢ \¢ d¢ f¢ m¢ n¢ w¢ x¢ ~¢ ƒ¢ ˆ¢ Š¢ •¢ ‘¢ •¢ – ¢ ™¢ š¢ ž¢ Ÿ¢ ¦¢ §¢ ¬¢ -¢ ´¢ µ¢ ¹¢ º¢ À¢ Á¢ È¢ É¢ Ì¢ Ò¢ Ù¢ ߢ æ¢ ì¢ ò¢ ó¢ ú¢ £ £ -£ $£ %£ ,£ 6£ =£ C£ J£ R£ [£ \£ c£ d£ l£ v£ {£ |£ …£ †£ •£ Ž£ •£ – £ •£ ££ «£ ¬£ ¶£ ·£ ¿£ À£ Í£ Σ Ñ£ Ò£ Ü£ Ý£ ç£ è£ ò£ ø£ ¤ ¤ ¤ © © ª ¬ ¬ ¤ {¤ 3© r© ª ‡ª Ϊ y« 0¬ ™¬ 3° ¤ ,© 4© s© ª ˆª Ϫ {« 1¬ ›¬ 8° ¤ -¤ (¤ /¤ 0¤ 7¤ =¤ A¤ 8© 9© >© ?© H© I© M© N© z© {© ‚© …© Ž© •© –© — Uª Vª Zª [ª bª cª kª lª ‘ª ’ª •ª – Òª Óª ?« @« J« L« Q« R« |« }« ‚« ƒ« ,¬ ~¬ •¬ •¬ ‚¬ †¬ ‡¬ Š¬ ‹¬ œ¬ ¤¬ ¥¬ ¨¬ ©¬ Ë® Ì® Ô® 9° G¤ L¤ M¤ R¤ S¤ n¤ p¤ z¤ W© X© ^© _© g© h© k© l© oª pª uª vª ~ª €ª •ª ‚ª U« V« b« c« i« j« v« w« Ž¬ Õ® •¬ ê® — ë® ý® þ® |¯ •¯ 1° ± ± ± ± „± ‰± ’± “± ˜± ™± ¤± ¥± §± ¨± ¯± °± µ± ·± ¿± À± ± ñ ȱ ɱ ͱ α Ö± ×± ܱ ݱ Þ± ß± â± å± é± ê± ð± ñ± ù± ú± ü± ý± ² ² ² ² ² ² ² ² ² ² ˜´ ™´ •´ ž´ Å´ Ç´ Ù´ Ú´ vµ xµ Öµ ص áµ âµ ¶ ¶ %¶ &¶ h¶ j¶ s¶ t¶ ¸¶ º¶ ö Ķ · · · · · ¹ (¹ )¹ 7¹ 8¹ ?¹ @» A» J» K» P» Q» U» X» _» `» d» l» o» q» v» x» {» |» €» ‚» ‡» ˆ» ‘» ’» •» – » ±» ¸» ¿» À» É» Ë» л Ñ» Ú» ß» å» æ» é» ð» ö» ÷» ¼ ¼ •µ ‚µ · e» k» ú» ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ !¼ )¼ 0¼ 1¼ 5¼ :¼ >¼ B¼ I¼ J¼ N¼ S¼ W¼ _¼ d¼ e¼ k¼ l¼ u¼ {¼ €¼ •¼ ‡¼ ˆ¼ ‘¼ ™¼ •¼ ž¼ ¤¼ ¥¼ -¼ ³¼ ¸¼ ¹¼ ¿¼ À¼ ȼ μ ؼ Ù¼ ß¼ à¼ ê¼ ï¼ ô¼ õ¼ ÿ¼ /½ 6½ 7½ œ½ ž½ ¦½ ¾ ¾ j¾ — ¾ Ÿ¾ ¿ ¿ <¿ =¿ Y¿ Z¿ f¿ g¿ w¿ ö¿ ÷¿ Ñ í ï õ ö à à à ÓÄ ÔÄ XÅ ZÅ ŽÅ •Å È È È È È Í Ï Ù È È È ¸Í ºÍ •Ï ¥Ï ¦Ï ©Ï •Ø –Ø ŸØ -È /È 0È wÈ xÈ wË xË 4Í 5Í yÍ zÍ – ªÏ „Ñ …Ñ •Ñ ‘Ñ VÔ WÔ ^Ô _Ô C× D× Ø ©Ø ¬Ø ²Ø ³Ø ÆØ ÇØ ÏØ ÐØ ÙØ ÚØ – I× J× _× `× Ù Ù Ù Ù Ù (Ù )Ù 0Ù ¿Ü ÀÜ þß à à à dà î ¡î ¢î «î ï ï ï Ù 1Ù à eà ¬î Ù 5Ù oà ¹î 6Ù à pà »î <Ù >Ù CÙ DÙ GÙ HÙ [Ù ]Ù ³Ü ´Ü ¹Ü ºÜ uà Äî wà Åî Öá Êî ×á Ëî %î ëî &î ìî .î óî 1î ôî –î öî — ÷î ýî þî ï ð ð ï ï ð ð ð jð kð pð qð vð wð •ð ‚ð ˆð ‰ð Œð •ð –ð — ¡ð ¢ð ³ñ ´ñ ò ò ò -ò %ò &ò ßò ãò ðò ñò ùò úò Oó Pó Zó [ó Ëô Ìô Ïô Ðô Óô Ôô 5ö 6ö Ú÷ Ü÷ ã÷ ä÷ æ÷ ç÷ „ø …ø Šø ‹ø •ø Žø ¥ù ¦ù þú ÿú û û û û û û %û &û åû æû ïû ðû I à á ú û þ ÿ Ò ý 7 : ? @ | ~ ‡ ˆ ‹ Œ b L Ó Q R ü U V _ ` f g k l c . ¼ 6 È 7 É A Ö D × P Ü Q ä V ì W ÷ Š ü ‹ ’ “ – — 1 3 † ‡ Z- f- g- r- s- y- z- |- }- •- ‚- •- Ž- •—- Ÿ- ¡- ¤- ¥- -- ¯- ¹- º- Ì- Í- Ó- Ú- Ý- Þ- å- æ- ìí- ô- õ- ø- ù- ÿ- > ? ˆ Œ • •ƒ" ¤" „% †% ‰% Š% ’& “& Œ' Ž' Å( Æ( h* i* V, W, ‰, Š, P. R. f. i. ‰/ Š/ U4 V4 ƒ4 …4 ‰5 Š5 ß7 à7 +8 08 9 !9 49 79 ‰; ‹; < < ‰> Š> ì> í> ? ? é? í? ™B ›B ìD íD “F ”F 2H 3H I I ˆI ‰I ÑI ÕI RK \K UM VM @O LO ˆO ‰O ˆP ‰P àQ áQ -V ®V 4X 5X ˆX ‰X åY îY \ !\ ] ] ü] ^ #^ $^ â` ã` b +b ,b 0b 1b 2b rc sc Ðd Ñd 5f 6f gg hg h h 2h 7h Ðh Úh i i i *i ,i 5i 6i >i @i Ii Ji Pi Wi \i ]i ei fi li mi si ti zi {i €i •i Ši ‹i •i ži i ¡i ¥i §i ´i µi »i ¼i ¾i ¿i Äi Åi Èi Ëi $j %j ‡j ‰j •j •j –j — j j ¡j «j ¬j ²j ³j ¹j ºj ¿j Àj Ëj Ìj Ùj Új åj æj îj ðj öj ÷j ýj þj k k k k k k -k $k 1k 2k 6k 7k Dk Ek Ik Jk Pk Qk Vk Wk ck dk mk nk xk zk €k •k ‡k ˆk ‘k ’k ˜k ™k Ÿk k §k ¨k ®k ¯k µk ¶k »k ¼k Âk Ãk Òk Ók Úk Ûk á k âk åk æk ëk ìk ök øk ûk ük l l l l l l l l l !l 2l 3l 9l :l Cl •l ‘l — l ˜l Ÿl l ¦l §l ël ðl ñl ÷l øl m .m 5m 6m 7m 9m st }t ~t "l Dl ,l Vl \l al ql wl xl •l ‚l ¬l m Am -l m Cm ³l m Km ´l Ãl Äl Êl Ël Ùl m m m &m )m Lm ¸m »m ¼m ¾m :n Úl ßl àl êl ;n Fn Gn pt bl hl jl pl u u u u u u 'u (u 0u 1u :u ;u Au Bu Hu Iu Nu Ou Qu Ru Uu Wu ]u ^u bu eu ku lu wu xu €u •u Œu Žu — u ˜u Íu Ðu Öu ×u âu ãu ëu ìu v v v v v v Lv Mv Pv Rv _v `v ev fv pv qv yv {v „v …v ²v ´v ¸v ¹v »v ¼v ¿v Àv Êv Ëv Ív Îv Ôv Õv Úv Ûv æv èv ñ v òv ýv þv w w w w w w w w w -w %w &w +w ,w 0w 1w 9w :w Dw Ew Jw Kw aw bw gw hw nw rw |w }w †w ‡w •w ‘w ˜w šw œw žw 'x (x 6x 7x Ex Fx Ix Jx Šx ‹x ’x “x –x — x §x ªx ²x ³x ½x ¾x Àx Áx Æx Çx Êx Ëx Ñx Òx Ùx Úx ãx åx íx îx ÷x øx y y y y y y y y y y y "y #y %y 'y y .y :y ;y ?y @y Iy Jy Ny Oy Ty Uy dy ey jy ky ry wy •y ƒy ‹y Œy ‘y ’y šy ›y ¡y ¢y ¬y -y ¹y ºy Ãy Èy Ìy Îy Öy ×y ày áy ëy ìy îy ïy òy óy ûy üy z z Ww Xw #x $x Ýx Þx y sy vy Äy Çy z z z z z -z !z #z )z *z /z 0z 5z 6z Cz Dz \z ]z ez vz |z }z – z ˜z ¢z £z ®z °z Ð~ Ñ~ „ Ä … … êˆ ëˆ …™ ?• ‘¤ “¤ œ¤ •¤ ç« ë« ñ« ò« ûÅ üÅ uà và þæ ûè » Mz Nz Sz Uz †™ 1• 5• <• ç ñç òç úè ¼ Á Â Ì Í ÿ ä ª å i ¬ k ² t ³ u û ü ‚ - „ - • Ž ! " Ú Ü • Ž ÷ ø ` b g h › • ¡ ¢ æ è ì í / ¥ § Û' Ü' N( P( V( W( !+ "+ 95 :5 ²R µR »R ¼R ðX -Y ˜Y ›Y ¤Y ¥Y ´Y µY «] ¬] Ì] Í] ¾_ À_ €j •j €w „w ‡w ˆw “w ”w | | 8• 9• êƒ ëƒ 9† :† ˜ ¡˜ ­˜ ®˜ æ˜ ç˜ T¨ U¨ Ç Ç [Ç \Ç ¤Ç ¥Ç ÐÇ ÑÇ éÇ êÇ ðÇ òÇ üÈ ÿÈ É É ’Ë • Ë ¾Ú ÁÚ ÆÚ ÇÚ ‰à Šà ’à “à \á ]á €á •á ‰á Šá ¾á ¿á Æá Çá Òâ Óâ úã ûã +æ ,æ •ç ‚ç ™ç šç Æë Çë ð ð %ð (ð zó {ó •ó ;û =û ¯ý °ý ¦ “ó ô ô ¬õ ®õ µõ ¶õ “ø •ø õø öø ýø þø § º ¼ ™ m. G G š n. Ð ¡= Ò ¢= s -= v ®= 8# =# í# î# N$ «$ Æ@ Ç@ —B ™B •B žB ( ( D. G. d. e. ¿I ÁI ÅI ÆI XO YO ®R °R ¹R ºR =U @U EU FU ‚W „W •W ŽW XX ZX aX bX ø[ ù[ ”^ –^ š^ ›^ Žc •c — c ˜c "e #e *e +e ›g žg g ¡g Æl Çl ál âl Œ† •† 2š <š =š oš uš Æš M› €› ‡› Ì› •§ ’§ ž§ Ÿ§ »§ ¼§ ק ا Ú« Û« ç« è« R- S- ?® @® „¯ …¯ <³ >³ C³ D³ eµ fµ kµ lµ · · · · üº ýº » » ì» í» ô» õ» ľ ƾ Ò¾ Ó¾ ÑÀ ÓÀ ãÀ äÀ v x  ~ •Â à à Ñà Òà AÄ BÄ HÅ IÅ ëÅ ìÅ ÜÆ ÞÆ PÈ pË ÇÌ ÉÌ ÈÍ ÉÍ ~Î •Î ôÏ üÏ Ð Ð ïÐ Ñ PÓ QÓ |é •é h j k m t u | } ~& •& a+ d+ M. P. ;9 <9 @ @ @ @ %^ '^ >^ @^ F^ H^ \^ ^^ k^ n^ ` ` ` ` Ê` Ì` ä` æ` þ` a a a (a *a ]a _a ed fd pd qd wd yd §d ©d Ãd Åd Íd Ïd e Ve Xe _e ae le oe se te Ýe àe êe íe Zg ]g dg eg Ëg Íg Õg Ög àg ág çg ég h h h h h h %h 'h .h 0h 6h 8h >h @h žh h §h ©h ¯h ±h µh ¶h »h ¼h ¿h Àh Ùh Úh Þh áh èh êh ðh óh ÷h ùh úh üh i QÈ éC 2É ëC 4É iÊ H H lÊ å\ nË ö\ Ša •a “a ”a úb ûb e e #e %e +e <f >f _f bf hf jf ög ÷g ùg ûg h h Fh Gh •h ’h ™h ›h Èh Éh Íh Îh Õh Öh i i i i i i i %i 'i /i 0i 9i :i ?i @i Fi Gi Ni Oi Xi Yi \i ]i ai ci ji li ti vi yi zi €i •i ³i ¶i ºi »i ¼i ¾i Éi Êi Ñi Ói Öi ×i Úi Ûi äi åi ïi ði ÿi j j j j j j j j j &j (j /j 0j Lj tj uj vj vj xj xj yj yj {j |j ~j •j •j ‚j Šj •j — j šj ›j ªj «j ¯j °j »j ½j Ìj Îj Új Ûj k k k k ,k .k 3k 4k Ck Ek Nk Ok Wk Xk ^k _k ek fk wk xk }k ~k ¡k ¢k «k ¬k ±k ²k Ðk Ñk ék êk l l l !l >l ?l Xl Yl bl cl fl gl jl kl ol pl tl ul yl zl ~l •l Œl •l ‘l ’l ›l œl Ÿl ¡l ål êl ýl ÿl m m m 'm 2m 3m 8m 9m ?m @m Fm Gm Pm Qm Xm Zm _m am gm im lm mm tm um {m Šm ”m •m ™m šm ¡m ¥m ¬m ²m µm ¶m Âm Ãm Ém Êm Ðm Ñ m Ùm Üm àm æm ëm ìm öm ÷m ým þm n n n n n r } n n n !n %n 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{ !} •• ‚• Å• Æ• ‚ ‚ ‚ ‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚ |‚ †‚ ‡‚ Ë‚ Ì‚ Ì‚ Í‚ 6ƒ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ Nƒ ƒƒ Šƒ ”ƒ – ƒ ¹ƒ Àƒ ˃ Òƒ êƒ óƒ !„ *„ Û„ ã„ ë„ í„ !… '… \… c… i… m… ã… ë… ñ… õ… Q† R† `† a† y† {† €† •† Š† ‹† ‘† — † š† ž† £† ¨† ¬† ¯† ´† µ† »† ¼† ņ Ȇ ͆ Ά Ô† Õ† ݆ Þ† ã† ä† î† ñ† ÷† ü† $‡ ,‡ 8‡ :‡ K‡ L‡ q‡ r‡ Š‡ •‡ ˜‡ ›‡ ¦‡ §‡ ¬‡ ­‡ ²‡ ³‡ »‡ ¼‡ Ƈ ч Ö‡ ׇ å‡ ì‡ ÷‡ ø‡ þ‡ ˆ ˆ ˆ ˆ ‰ ˆ &ˆ ,ˆ 4ˆ 5ˆ =ˆ >ˆ Bˆ Cˆ Lˆ Mˆ Oˆ Pˆ Uˆ Vˆ aˆ cˆ lˆ mˆ vˆ wˆ }ˆ ~ˆ ‚ˆ ƒˆ Šˆ Œˆ “ˆ ”ˆ •ˆ žˆ ¤ˆ ªˆ ­ˆ ²ˆ ·ˆ »ˆ ¿ˆ ˆ Lj Ȉ Έ ψ ؈ ܈ àˆ áˆ çˆ èˆ ðˆ ñˆ ûˆ ‰ ‰ ‰ ‰ ‰ ‰ %‰ 2‰ I‰ M‰ `‰ x‰ ‰‰ ˜‰ §‰ ®‰ ¯‰ µ‰ ·‰ Á‰ ‰ ȉ ͉ ׉ à‰ á‰ î‰ ï‰ õ‰ ö‰ $Š +Š QŠ [Š dŠ iŠ |Š Š ’Š — Š äŠ îŠ ôŠ ‹ Ö‰ ‹ ‹ -‹ #‹ $‹ .‹ 7‹ 8‹ A‹ B‹ K‹ L‹ T‹ Z‹ _‹ d‹ „‹ •‹ •‹ ›‹ •‹ Ì‹ ׋ Ú‹ â‹ Œ Œ )Œ *Œ Œ .Œ 2Œ 3Œ =Œ >Œ CŒ FŒ JŒ NŒ SŒ WŒ [Œ _Œ dŒ gŒ kŒ oŒ tŒ xŒ |Œ €Œ …Œ ŠŒ •Œ •Œ šŒ Œ ¥Œ ©Œ ­Œ ±Œ ´Œ »Œ ÀŒ ÍŒ ÒŒ ÖŒ ÚŒ áŒ äŒ êŒ ïŒ óŒ ÷Œ ýŒ • • • • • #• )• *• 3• 4• 9• ?• B• H• N• O• W• X• ]• `• c• w• ‚• ƒ• ˆ• ‰• Œ• • • — • ™• ž• Ÿ• «• ¬• ±• ³• ¶• ·• Á• • Ë• Ì• Ñ• Õ• Ú• Û• è• é• ð• ñ• ô• ù• Ž Ž Ž Ž • • • Ž (Ž 2Ž 3Ž <Ž =Ž BŽ EŽ IŽ PŽ TŽ XŽ aŽ bŽ hŽ rŽ yŽ zŽ Ž ‚Ž †Ž •Ž •Ž šŽ £Ž ¤Ž ©Ž ³Ž ºŽ »Ž ÀŽ ÇŽ ÑŽ ÒŽ ØŽ ÙŽ ÞŽ ߎ ãŽ äŽ íŽ îŽ óŽ ýŽ • • • • • *• +• 0• 1• 6• 7• @• M• T• X• _• e• „• …• Œ• •• ‘• ’• ™• š• ¤• ©• Š• •• k• l• s• {• ~• •• . ¯ · 0 ; A ì Œ ˜ ¡ ¾ ¿ ¨ ¸ ‡ ˆ K • › ½ ½ À ü ý 4 5 ¸ ¼ r ² ³ V W ! K M ¬ Ä Í Î j k ¤ ¥ ¿ À p- q- ! ñ! ò! Ä" Æ" % % 3' 9' x* z* Ÿ* ¢* Â* Ä* , , e. h. Ê0 Í0 85 95 26 y6 ä6 å6 .7 07 b7 c7 ª7 ¬7 ê7 ì7 J8 K8 •8 “8 û9 : < ÊB ÏB 6C :C ÛC ßC DD ¬D ±D ·D ÆD ÔD âD ðD E "E #E ME OE XF ZF – G ˜G ¾I ÀI K K NN ON ŠP ‹P Q Q <Q =Q fQ gQ †Q ‡Q ²Q ³Q TR UR sR tR R ¡R S S 'S (S "U #U ŠV ‹V sZ tZ \ \ â] ã] [_ ]_ ˆ_ Š_ ä` æ` †c ‡c Óc Ôc Ed ¢d ÿd e je ke »e ¼e Úh Üh ½j ¾j ûm üm ”o •o ¸o ½o èr ër Cu Du qu r u Åu Æu Rv Sv ¿v Àv w w “w ”w çw èw nx ox šx ›x Þz âz | ±| ²| Ñ| Ò| L} Q} Ë} Í• € =€ »€ Æ€ Ô€ ,• ¥• ¶• º• 4‚ Ž‚ Ò‚ Ö‚ Qƒ Zƒ Z„ ^„ •„ ‘„ F… =† >† 2‡ 3‡ ï‡ ð‡ ‰ ‰ ’‰ ˜‰ ß‹ é‹ ‹• ’• ñŽ óŽ C• D• V• W• •• ‘• ¤• ¥• ¶• ·• • Õ á• â• ú• û• • • =• >• e• f• •• — • È“ É“ +• ,• O• P• i• j• ‘• ’• ¹• º• ê• ë• – D– n– o– ™– š– À– Ù– R— S— Ì— Í— +˜ ^˜ n˜ ™™ •™ ’š š Ú ßš àš › › D› E› ~› › «› ®› ¹œ ºœ Bž Cž nŸ oŸ zŸ ôŸ ÿŸ i t õ ¡ — ¡ ñ¡ ò¡ •¢ •¢ ø¢ ¢§ ¦§ ⧠P¨ Q¨ x¨ y¨ þ¨ ÿ¨ û© ü© ¢« ¤« È« É« ]- _- ý¯ ° e± i± ²± ³± ô± õ± C² D² •² – ² L³ M³ Ž³ •³ ý³ þ³ x´ y´ ø´ ù´ ?µ @µ †µ ‡µ ¶ ¶ ã· å· .» /» -¾ ¾ ƒ¾ „¾ ¾ ľ ¿ ¿ PÀ SÀ [À ´À ¤Á ¥Á ñÁ òÁ ±Â ²Â %à 'à WÅ YÅ }Å ‚Å hÈ iÈ %Ê &Ê 8Ì :Ì ¨Í ªÍ ôÍ õÍ [Î \Î ûÎ üÎ 1Ï 2Ï gÏ hÏ WÐ XÐ èÐ éÐ CÒ DÒ <Ô =Ô Õ Õ äÕ åÕ 8Ö 9Ö v× 1Ø 3Ø YØ ÏØ ÐØ þØ 9Ù OÙ ÉÙ Ü Ü fÜ ‹Ü ’Ü ™Ý ŸÝ ZÞ bÞ á Já Ká íá îá ã ã kã £ã Àã Êã yå {å Væ Wæ è è zê |ê ì ì 7ì 8ì „í †í 2ñ 4ñ Oñ Pñ ƒñ „ñ ó ó +ö ,ö ¢ö £ö Òö Óö ÷ ÷ 6÷ 7÷ o÷ p÷ Ô÷ Õ÷ ü÷ Tø Xø +ù /ù cù Hú 7û ;û Zþ ÿ M T V • ‚ ® + , ‰ ‹ v w t v œ • Û Ü · ¸ Ä Å ‘ ’ Þ ß ; < ‚ ƒ § ¨ S T Æ Ç ö ÷ ( ) ¥ ¦ º ¼ a b ' ) Y £- ¤- ¿- ÀK! L! W! X! c! d! o! p! ¡! ¢! !$ #$ «% -% Æ% È% ³& ´& X' Y' @ ( B K W (" X ” )" ` a k • è é 9 4" 5" Þ" m ® ¯ < ß" ß# â# ( + M( N( ã) å) 7* 8* Ÿ* * + > –+ ˜+ ª+ «+ •- •X. Z. / / Ì/ Í/ •0 •0 ]1 b1 )4 *4 œ4 •4 •5 •5 õ5 ö5 ô7 ö7 .> £> °> ×A ÚA ÷C uK ŽN •N *Q +Q úS ¥F T «F U ¨2 8 ©2 63 73 ©3 ª3 8 ´: ·: •< ”< ì3 = G ~G •G FH GH 4I 5I šI ›I U <U =U kU lU žU ŸU ÁU ÂU ï3 = tK V Z &V 6V W 'W ãW îW ßY Z ] LZ MZ SZ ÍZ ÛZ Œ\ ¯\ ±\ å\ ç\ ] I] K] ›] •] Ã] Ç] ä] ò] ~` ‡` èb éb ±d ²d ¿d Àd öf ÷f i i 'i (i ‰j Šj Fl Il Ul Vl 7n 9n Cn Dn ‰o Šo ƒq …q ¼q ¾q Öq Øq >r ?r [r Ér s xs ¢s ©s Bt Ct Œt •t ÿt u Nu Ou xu yu ´u ¶u v v Ev Fv Âv Åv – x ˜x ¦x ¨x ùy úy /z Iz šz ›z öz ÷z m{ n{ ±{ *| Z| \| •} •} Ò} Ó} ~ ~ *~ +~ =~ >~ W~ X~ q~ r~ Œ~ •~ ›~ œ~ • Ž • h• i• Ì• p‚ „ „ s… Ì‹ (Œ •Ž – êŽ óŽ š• ¤• Ž• •• –• =‘ >‘ é‘ ê‘ 6” 7” (• )• ±• ²• D– E– -– ®– 5— 6— •— ‘— Ê— Ë— Z˜ [˜ º˜ »˜ ™ ™ ‰™ Š™ ë™ í™ ³š ´š :› ;› Þ› ß› ²œ ³œ • • Å• Æ• Nž Pž Ÿ -Ÿ @Ÿ AŸ [Ÿ \Ÿ ‰Ÿ ŠŸ ôŸ \¢ m¢ Š¢ ¹¢ ¥ ¥ § ȧ µ¨ +© © ƒ© ³© ¾© ª ?ª ˜ª ºª 7« y« ׫ ¬ 4¬ Z¬ ^¬ r¬ s¬ — ¬ œ¬ ¤¬ ¥¬ Á¬ Ƭ ã- å- Ä® •¯ 2° 3° ± ± …± â± é± ² ² ² (² )² 9² ;² C² D² W² Y² [² \² c² d² |² ~² €² •² ‰² Š² ˜² š² ¡² ½² ɲ ݲ ç² è² ³ ³ ³ ³ G³ J³ ‘´ ص ¶ ¶ %¶ j¶ s¶ º¶ ö · •· ‚· ‘· ’· Ÿ· £· ©· ¬· ³· ¶· ¿· · Ç· Ê· Ó· Ö· ß· â· ë· î· ¸ ¸ ¸ ¸ +¸ .¸ @¸ C¸ F¸ I¸ W¸ Z¸ ]¸ a¸ ¹ ?¹ V» X» ²» 0½ •½ j¾ — ¾ Ÿ¾ <¿ [¿ õ¿ ÷¿ «Á ¬Á   ’ “ ¸Â ¹Â î ï ÒÄ ÔÄ — Å ˜Å eÆ fÆ ÷Æ øÆ gÇ hÇ »Ç ¼Ç /È 0È †É ‡É qË rË 4Í 5Í ¹Í ºÍ oÎ pÎ ŒÏ FÐ ŠÐ ‹Ð ìÐ íÐ "Ñ #Ñ wÑ ,Ò \Ò ]Ò ’Ò “Ò Ó Ó …Ó †Ó ìÓ íÓ QÔ šÔ ÕÔ ÖÔ GÕ HÕ ²Õ ³Õ Ö Ö cÖ dÖ àÖ âÖ ŒØ ŽØ ,Ú -Ú oÜ pÜ FÝ GÝ ß ß ?à @à öà ÷à Ïá Ðá Yâ Zâ öâ ÷â Qã Rã …ã ‡ã å å Gå Hå -å ®å -æ ®æ 7ç 8ç îç ïç ‡é ˆé ¾é ¿é Ýê Þê :ë ;ë Të Uë ¿ë Àë ì ì fì gì ¥ì ¨ì Éì Ëì î î Ùï Úï bñ cñ ßò ãò 6ö S÷ T÷ „ø …ø žù Ÿù þú ÿú ’û ”û $ý %ý J L à á N O 7 8 Æ Ç ð ñ a Ëô Ìô 5ö c 2 d $ 3 e % X á • Y â 3 ± B w ² C x › ° Ù œ ± Ú - - +  Y- , à s ù t ú ò C ó D • ‘ > ? ‡ Œ ¢ £‚" ¤" Z# [# ´# µ# $ $ `$ a$ ½$ ¾$ ë$ ì$ „% †% A& B& U& V& `& a& i& j& q& r& ’& “& ˜& ™& Œ' Ž' Ä( Æ( g* i* U, W, h. i. R0 S0 Ü2 Ý2 U4 V4 þ5 ÿ5 Þ7 à7 *8 08 39 79 ã 9 ä9 ; ; b= c= ë? í? #@ $@ l@ m@ Ê@ Ë@ ZA [A ×A ØA ™B ›B ±C ²C ëD íD ’F ”F 1H 3H I I ~I •I ÐI ÕI îI ïI &J 'J TJ UJ J ¡J ñJ òJ #K $K QK \K wL xL 7M 8M QM RM xM yM ?O LO ˆO ‰O ðO ñO P P TP UP ¿P ÀP ñP òP ‹Q ŒQ ßQ áQ ´S µS P T QT %U &U ÜU ÝU ¬V ®V 3X 5X äY îY ƒZ „Z ÜZ ÝZ 3[ 4[ \ !\ ] ] û] ^ "^ $^ á` ã` -b b 0b 2b qc sc Ïd Ñd 4f 6f fg hg h h 2h 7h Ïh Úh i Ëi $j %j ˆj km om #n n Vn ~n •n ”n •n °n ²n o o @o Fo ko qo ¨o ®o Øo Úo ‹p ‘p ´p ºp Íp Óp êp ðp q q r •q ˆq ¯q ¶q Øq ßq úq r !r †r ‹r »r Àr ör ûr 6s ;s os qs t t *t +t It Jt ]t ^t mt ot ºt ¼t Ót Ôt åt æt øt ùt u bu du eu ku Ðu Öu Rv _v ´v ¸v hw qw šw x x 6x 7x Wx Xx Šx ‹x §x åx &y 'y ‚y ƒy Íy Îy z z gz vz |z á{ Ä~ Å~ r• s• ë• ì• V‚ W‚ Ô‚ Õ‚ „ Ä )… +… … /… 6… 8… E… G… P… Q… €… •… §… ¨… Â… Ã… Ó… Ô… † † † † /† 0† J† K† † €† ”† •† »† ½† Ć ‡ :‡ ;‡ M‡ N‡ Z‡ [‡ e‡ g‡ j‡ k‡ q‡ r‡ •‡ ž‡ ć Ň ߇ à‡ ý‡ þ‡ 'ˆ )ˆ +ˆ ,ˆ Rˆ Sˆ ‰ˆ Šˆ ¯ˆ °ˆ Õˆ Öˆ ãˆ æˆ 'Š (Š ™Œ šŒ ¼• ½• ?Ž @Ž ©Ž ªŽ K• M• Ú• Û• • • t• +’ a’ b’ ¥’ ¦’ “ “ A“ B“ K “ ¬“ ¹“ Q• Y• g– Ž— •— }™ ™ — ™ ˜™ Lš ªš š P› T› ‰› ¨› › uœ ¬œ ·œ ‡• Š• ä• Äž %Ÿ 1Ÿ < = Ù ¡ ¡ R¡ æ¡ ç¡ ¢ ,¢ ;¢ ¥¢ 7£ ‡£ ’£ ¤ •¤ ¬¤ €¥ ”¥ ¡¥ ¦ d¦ e¦ 7§ M§ ƒ¨ „¨ ª¨ «¨ ª ª Lª -« è« ¬ ®¬ ¯¬ ë¬ - - s- Ñ- Ò- ì- í- Ü® Ý® ô® õ® ° "° N° O° ³ ¡³ ó ij zµ {µ †µ ‡µ ¶¶ ·¶ ܶ ݶ ƒ¹ „¹ ´¹ µ¹ ¼ ¼ ¼ ¼ „¼ †¼ ê¼ ì¼ ½ -½ ³½ ´½ ¾ :¾ ¾ ¡¾ ¿ !¿ PÀ QÀ hÀ iÀ gÁ hÁ oÁ qÁ •Â žÂ µÂ ¶Â Tà Uà »Ã ½Ã Éà Êà €Ä •Ä ×Ä Å .Å ¹Å ÄÅ öÅ Æ Æ QÇ RÇ RÉ SÉ ûË üË ÌÍ ÍÍ ‰Ð ŠÐ Ñ Ñ 4Ñ 5Ñ šÑ ›Ñ Ò SÒ «Ò ¬Ò óÒ ôÒ 0Ó 1Ó Ö º× É× TØ XØ ÒØ ×Ø =Ù •Ù •Ù Ú FÚ XÚ UÛ õÛ ]Þ ¾Þ ¿Þ +ß ¢ß ¯ß øß #à dà ià •à Öã ×ã ¢æ £æ %é &é ë Lë ãî äî ò ò Qö Rö <ø Eø aù Yú nú û 4û Hû Yû #ü |ü }ü ´ü Lý Zý Ãý øþ ùþ [ \ e f g h ¨ µû "ü Â Ì Í ¿ À T ÷ ¦ U ø § R « ñ S ¬ ò ø ñ a ù ò G ƒ H „ • Ž Â Û Ã Ü - þ j . ÿ k / N O b œ • ç è Ÿ = p à á # # ±# ²# å$ æ$ ¢& £& Ú' Ü' O( P( 4) 5) •) – ) R* S* Ÿ* * + + ¡+ ¢+ ü+ ý+ ¿, À, '- (- §- ¨%. &. ¡. ¢. û. ü. „/ …/ 0 × † Ø ‡ > o 0 ž0 Ø0 â0 <1 Ä1 r2 |2 B4 F4 R4 ,5 Y5 p7 q7 £8 ¤8 : #@ ™@ ºA ½A [K _K ~L „L NN ÔN <P @P ±P !Q "Q ¹Q ‹R ŽR ¯R µR ßR @S AS 1T 2T ÈT ÉT .U 0U šU œU çU èU jV äV QW RW åW qX €X »X ìX -Y 'Y •Y ™Y ÖY 7Z 8Z •Z £Z ¨Z %[ Ø[ ä[ è [ {\ ç\ è\ ] ä^ ç^ ?_ K_ €` a a Ýa Þa 6b 7b ‘b Gk ©k Ùk Úk ûl ’b m #c $c £c Êc Îc vf ~f Øf Üf •g ’g 2k m pm Ñm Òm n n ±n ×n Ûn Vo _o r r Yw \w •w „w ”w — w Ðw dx Äx Èx &y sy œy žy z nz oz ’z Ž{ û{ | y| z| î| ï| •} Ÿ} ~ ~ ~ • `• a• í• î• 6€ ^€ j€ 9• Ê• ‹‚ – ‚ ëƒ H„ :† e† f† ݆ Þ† ,‡ ²‡ ·‡ ɇ 8ˆ ~‰ щ ߉ +Š ,Š lŠ mŠ ÅŠ ÉŠ Ί }‹ Š‹ Ž Ž ¨Ž #• ˆ• ‰• í• “• — • à• B‘ C‘ Ï‘ Б ’ ’ •’ ë’ s” t” ì” ˜ ˜ •˜ ¡˜ ¶™ º™ Lš ¸š ¹š Èš Ò› Ö› û› Až 2Ÿ 9Ÿ „ ñ ¡ w¡ ¤ -¤ s¤ ì¤ \¥ `¥ @¦ § 7¨ ;¨ ˆ© J- –- È- É- /® 0® {® y¯ ‚¯ ç¯ ì¯ G° ± »± \² e² ³ 1³ 7³ W³ ¿³ À³ ´ !´ q´ s´ í´ ñ´ ù´ µ !µ $µ /µ ¶ ¥¶ Bº „» …» ‰½ Š½ Ö¾ ×¾ =¿ >¿ Ñ¿ Ò¿ kÀ Ó Íà 9Å |t ‡t ±t ¶t qv uv “z µz u~ • ¶z { { •{ {ˆ €ˆ £ˆ §ˆ ¼Œ ÇŒ ;• È• ‰ Ž |‰ ü• >ž M¬ í” ÿ› Ç• :• — >• Ë— ]• •© ·ª §« L° ¬° °° ¨« ± L¬ ÷¶ û¶ η mÀ zÀ {À Ô· Á ¹ Aº Á •Â Ç Ð Ñ Ç Ç WÇ [Ç ‘È úÈ ¾É •Ë ‰Î Ï Ï Ï Ð Ñ ´Ñ ¿Ò ÀÒ ûÒ üÒ sÓ tÓ ÎÓ àÓ Õ Õ MÕ NÕ ~Õ ‹Õ YÖ ZÖ cÖ dÖ × !× (× *× 1× 4× A× B× V× W× i× j× {× |× Š× ‹× ¥× ¦× Ú× Û× Ø PØ TØ iØ ÈØ ÕÙ ÙÙ ~Ú ŒÚ ÁÚ ÉÚ uÛ yÛ /Ü 3Ü ÄÜ ÏÝ ÐÝ :Þ ;Þ uÞ ˆÞ ŒÞ öÞ ^ß ¹ß ¿ß lå uå !æ *æ ç è è jè é é Qé ê ê ƒê ´ê ¸ê óê ÷ê ë rë £í ¦í î î ð bñ Îñ ˆò Œò có ló mó •ó =û Ÿû 9þ -ÿ $ÿ — ÿ šÿ & ) G K ð ô ½ Á ú œ Èî ï ï Sï Tï Áï æï ü $ü ãü íü :ý -ý Êý ¬ ° Ò É × é W ¬ µ  ` ¡ ¢ ð ( ) à * - @ , ª ¬ { ú c R- • e- N W - " ê î i m ½ Å Î Ü h n — P A- í = A w é ! G N q v { ˆ ‹ ~ ç ö 3! §! »! Ê! ®" ²" ‡# ¡# î# $ ƒ& •& ð& ' I' ( !( "( »( é( ö( (* 3* §* 4+ u+ y+ B. d. e. _' Ë' Ö' / 1 8 K/ O/ ¬/ °/ Ù/ ^0 …0 ‰0 µ1 2 2 K2 O2 É3 Î3 4 ×4 Ø4 k5 ?6 C6 7 7 •8 – ˜: ¥: &; h; i; à; U< [< »= ü= ý= r> ¶> º> Ë> ? P@ T@ Œ@ ¾@ î@ cA dA ?B @B ˜B D D _E lE œE F F ¦F §F G 3G ÷G øG tH uH I GI KI ‹L •L âL $M ÏM ÛM N •N ÉN ÍN O KO ‹O ZP [P Q -Q êQ •R ‚R ôR öR ãT îT mU ÖU ×U –V W W „W YX IZ PZ ÜZ B[ ©\ -\ ` 8` a ]a Qb Ub žb #c $c •c •c Îc Ïc jd qg tg žg ùg h }h ’h úh ³i ·i Dj Àj Áj Kk „k ùk @l Dl •l ™l ÷m üm Dp •p Žp ˜p ár ír ¨s ²s Ás ót ôt .u /u \u ]u ‘u ’u °u ±u Æu Çu ìu w w |w Íw úx '{ ){ W| Y| ¶| ¸| } } 4} 5} d} e} Ž} •} ²} ´} B~ D~ ß• á• 1„ 2„ <„ ‡† •† – † ùˆ úˆ ‹ ‹ ÏŒ ÐŒ Ž Ž (• )• M’ N’ £’ ¤’ “ “ œ œ µ“ ¶“ æ“ ç“ >” ?” }” ~” ×” Ø” • • _• `• ¯• °• #– $– ‚– ƒ– Ý– Þ– K— L— “— ”— â— ã— *˜ +˜ P˜ ~˜ ¤˜ ¿˜ 2š oš qš Æš Èš çš éš F› H› €› ‚› Ì› Ô› Õ› œ œ Ú« Û« Ä• Æ• ûž ýž ¦ ¨ ¡¡ £¡ v¢ y¢ ø¤ ú¤ j¦ l¦ Ž§ Ò§ - •² ™² Ų =³ >³ eµ fµ ¶ ¶ · · üº ýº ì» í» Å¾ ƾ À ÒÀ ÓÀ / 3 w •Â à à ÆÃ Ä "Ä BÄ ëÄ ìÄ @Å IÅ äÅ üÅ ÒÆ ÞÆ {Ç ÆÇ ÌÇ &È 1È QÈ ¨È ¯È ³È âÉ ]Ê xÌ }Ì (Í ¾Í ‡Î ÇÎ ¼Ï ÈÏ üÏ Ð Ð 9Ð IÐ pÐ €Ð §Ð ÝÐ Ñ Ñ Ñ ÛÒ êÒ "Ó &Ó šÓ žÓ ÎÓ Ô Ô Ô #Ô ÙÔ ÚÔ ?Õ _Ö jÖ ©Ö øÖ ùÖ úÖ × ¢× £× â× “Ø œØ OÙ ZÙ ™Ù šÙ (Û /Û Ý &Ý ‰Ý šÝ ¯Þ =ß >ß •ß •ß Òß äá çá 2â Bâ ^ã tã "æ /æ òæ óæ ç Zç \ç ³ç ´ç Þç Œé àé Pí Tí ¶í î 4î 8î vî Ìî $ï :ï ²ï µï Îñ Ðñ ô #ô lö pö K÷ \÷ ðø ù Rù •ù ßù çù ü °ü ±ü ý ý ý |ý …ý †ý •ý ‘ý ¢ý £ý ²ý ãý òý óý þ þ þ þ 'þ (þ @þ Aþ dþ fþ oþ pþ |þ }þ ˆþ Šþ “þ Ðþ ÿ ;ÿ €ÿ •ÿ Ðÿ Òÿ g h m D J e f „ Ø ! % u › • ì í s t h i _ ` Ó Ô ä å * f + g ¯ z ° { > ~ P • S † 4 ‡ I Š « ‹ ² • ã 3 = > b c – ™ š ¨ © ¬ Ò Ó Ö × é ê ü ý Í Î á â „ … ¦ § í î w x † ‡ 0 : ’ › ¼ O- P- ^- _c d ’ “ ® ¯ Ø Ù d" Á" Â" Ý" Þ" H$ I$ v$ w$ % }& •& ˜& ™& >' ?' m' n' .( /( C( D( µ( ¶( F) G) ¦) §) ø) ù) /* 0* _+ `+ c+ d+ ‚+ ƒ+ Ì+ Í+ •, •, È, É, ë, ì, A- B- —- ˜K. L. P. m. n. º. ». Â. Ã. / / / / / ./ Œ/ •/ ¯/ °/ s0 t0 1 1 Œ1 •1 ù1 û1 -2 2 ú2 ü2 g3 h3 |3 }3 Z4 [4 ·4 ¸4 45 55 Ü5 Ý5 g6 i6 v6 w6 -7 ®7 19 39 C9 D9 „9 …9 ‰: Š: ; ; Y< [< t< u< > > z> {> ?? A? X? Y? ³? µ? @ @ 1@ 2@ 7@ 8@ D@ E@ •@ ‚@ ¾@ ¿@ û@ ü@ 4A 5A mA nA A ¡A ÜA ÝA öA ÷A B B B •W žW ¿W òW •X ÚY âY ãY ôY õY Z Z Z Z -Z Z .Z /Z 7Z 8Z CZ DZ OZ PZ ZZ ]Z ƒZ µZ ÁZ ÂZ ÎZ ÏZ ÜZ ÝZ äZ åZ íZ îZ úZ ûZ [ [ [ [ [ [ #[ $[ 0[ 1[ =[ >[ K[ L[ V[ W[ h[ i[ r[ s[ z[ {[ ‚[ ƒ[ Ž[ •[ ¢[ £[ ª[ «[ ¶[ ·[ ¾[ ¿[ Ë[ Ì[ Ö[ ¤\ ¬\ -\ ¸\ ¹\ Á\ Â\ Ì\ Í\ Ù\ Ú\ ã \ í\ î\ ò\ ó\ ] ] ]] c] ü] ^ '^ l^ n^ Ù^ ` ` r` x` È` Ë` æ` a a !a *a ^a ›a ¡a b b ’b ˜b ¼b Ãb ûb 'c ™c £c Øc Ýc “d – d Ôd Úd e ae me ’e ˜e àe ëe íe =f bf if *g Eg Íg .h 0h •h ’h ñh vi ´i Ói Öi j Mj tj uj vj vj xj xj yj yj {j |j ~j •j •j ‚j šj ›j ªj «j ¯j °j Ìj Îj k Ek Nk Ok Wk Xk ^k _k dk fk mk nk vk xk |k ~k k ¢k ªk ¬k °k ²k Ïk Ñk èk êk l l l !l =l ?l Wl Yl al cl el gl il kl nl pl sl ul xl zl }l •l ‹l •l •l ’l šl œl žl ¡l ål êl ül ÿl m m m n 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{ } !} •• ‚• Å• Æ• ‚ ‚ ‚ ‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚ |‚ †‚ ‡‚ Ê‚ Ì‚ Ì‚ Í‚ 5ƒ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ Nƒ ‚ƒ ƒƒ “ƒ •ƒ œƒ ¹ƒ ʃ ̃ Ѓ Òƒ êƒ ìƒ ê„ ì„ ò„ l… w… õ… _† a† y† ‹† “† ü† $‡ %‡ K‡ L‡ q‡ r‡ ˜‡ žˆ ¦ˆ ªˆ ­ˆ 2‰ H‰ I‰ _‰ x‰ ˆ‰ ‰ ‰ ¦‰ ö‰ #Š $Š PŠ RŠ eŠ fŠ {Š |Š £Š ¤Š ÓŠ ÔŠ ãŠ äŠ óŠ ôŠ ÿŠ ‹ ‹ ‹ ‹ Z‹ ƒ‹ •‹ Ù‹ Ú‹ Œ s• ‚• •Ž ÅŽ ©• Š• •• 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 î\ ò\ &^ ` Ë` Œa úb Åd e oe ße Íg tj uj vj vj xj xj yj yj {j |j ~j •j •j ‚j šj ›j ªj «j ¯j °j Ìj k ,k .k Ck Ek Nk Ok Wk Xk ^k _k dk fk vk xk |k ~k k ¢k ª k ¬k °k ²k Ïk Ñk èk êk l l l !l =l ?l Wl Yl al cl el gl il kl nl pl sl ul xl zl }l •l ‹l •l •l ’l šl œl žl ¡l ål êl ül ÿl m m m n 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{ } !} •• ‚• Å• Æ• ‚ ‚ ‚ ‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚ |‚ †‚ Ì‚ Ì‚ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ 9ƒ Lƒ ƒƒ “ƒ ̃ Ѓ Òƒ êƒ a† y† {† ï† ñ† ™‡ ›‡ ­‡ ч ˆ cˆ Šˆ Œˆ þˆ ‰ 2‰ `‰ v‰ §‰ PŠ ÔŠ ‹ -‹ Z‹ „‹ Ú‹ H• q• •Ž ÅŽ ©• Š• •• Åd j n r } î\ ò\ &^ ` Ë` Œa úb e oe ße Íg tj uj vj vj xj xj yj yj {j |j ~j •j •j ‚ šj ›j ªj «j ¯j Ek Nk Ok Wk Xk ^k 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{ !} •• ‚• Å• Æ• ‚ ‚ ‚ ‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚ |‚ †‚ Ì‚ Ì‚ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ ©• Š• •• ¬ ‡ ~ „Ñzòÿ ™w# ÆŸ^õÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •@F h^xGÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ -Rç ºÉì¢ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ u M N‚@Lÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •bj "’ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ .xu Ø ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¨'µ T âÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ vf šŒV®ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ôB hÒvmÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ /A š¸²ùÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Kp@ CN•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ €dJ À׎ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ V ¨ \ê¦ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ƒT÷ X 4eÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •zl D Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ;1´ (q Sÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ $f Rî”›ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ü ú,Ìíÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ - !P&ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ X ˜’xcÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l-. øÛ8Ëÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ûwç v´.Ýÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¯ © R²Økÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ qä ž»Üõÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ³ > Œš´£ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ,Ó t îLÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Yx& fViÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ V © ,püHÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 9 © Æï:Oÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ å$Q ¼£ž+ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •;ƒ æ•* ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ³?‡ ô^þÿ Ô H 4vteÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ D1• þRرÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ †o– \¯Þ:ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ v< –e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ü e ¬ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ä 3 :ñägÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ W}= ýîyÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ T 敶Èÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 0~W –e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Dmo ŠùVuÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ x-ö <ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ( Œ-öÀ-Zÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ nYL–e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ <?»! – ø‡ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Y> " Å„žÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Íz~"üœ¢Þÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ È Ï"ìrž«ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ HÇ#¸ÄÆŽÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ £.c' Ö˜ˆÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ±@­(†ªê³ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ |×(–e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‘X¥)8Ç`‰ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ y:û)"ú˜ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ U8-*:VN|ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ †>+Ú„NÝÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ -},Ò•*·ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Å•},HVð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ {N….f6úÚÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ O%Ð.È•´ßÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 4Q– /D`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÊaÙ/<ˆx•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¶ E0„ Úÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ = F0 ‘ú{ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ II 2òÆð>ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Î 72 b0Žÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Í \3¶lrÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ €mû3 cþäÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ z'´4–e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¿ ú4BÊ®@ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Þ$5º›D ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ê7 6 a¶‹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Rlþ6¾˜j%ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ L É9¾¯üdÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ B ³;–e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ B&Õ;tù”‚ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ cR<f•f§ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ u~t<ˆF !ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¬ i> Ò¼¹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¸Hk>¸˜~Hÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÏR|> 4ø(ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ w =@ð˜b ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ´Nå@vø 6ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ †q“AȸTùÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ªM BNqγÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 5UCB¸°ö×ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ aK±BÖ 25ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Š ÙDÈÉØfÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ CªE¦Ñ˜ëÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‹d±EÐý€ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ &@"FÂkÒ‹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ }gbFNÚBxÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ õD«F:™:_ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ñ |Hê4 ÿÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ G ¦I ·ÆZÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ïq¢J¼‘ œÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ `3ÅJ.§šyÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ F,¯KÆ øuÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Í ¶M2 h'ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ŒTáNÄ\þ§ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Æ+ÞO$üà÷ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ® P ‹Ðìÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ n )PØ} [ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÌcáQBËlÆ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ,n R‚ûD×ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ò•WSXª- ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ô8+THï|ÿÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ =oRU ”¸jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ R ØUN0nlÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ qzçW¶Gn*ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l} XŠh8Ýÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ v Ž Xè³ «ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 9cýZhàx3ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ iNð[L$š¬ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ \ç\xU cÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ kì\ ÿ ha ^Hmz9ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ú š^" ‚Üÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ iiQ_.ð†3ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ L ©_ð öÖÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •Gß_Lûæ ¾ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Y¥`nfèâÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ tO a‚²•·ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ j ‚a®“J¸ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ w-žaö}ò)ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ š ,b<R$uÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¼ TbôŒFÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ·ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ t<{c:•î¹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ }?˜b ÌTYeÚ BÂÿ ÿ ÿ ÿ ÿ þe ð®;ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ >ˆfÌÁ ¿ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ý+âf íÖgÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ o _gæ‰8ñÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¸dÉg–e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ +;&hà+˜Öÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ã Ûjn{âÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ?#òj ³š»ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ úIkD`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¥ Sk ¸ïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ @ Œl £ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ i* m¦)>´ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ îYªm^£²mÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ y •n¶„¶ùÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¹*6oþRÞ– ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Þ••olàêVÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ß2“ot дÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ †<•qØò”ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ IMrt/ ïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ R[r ËÜIÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¯ ÊrŠ5̨ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 62asÌÿÆ÷ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ´q¦s&•†êÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ô^ tà½îƒÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ±y uºx &ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ bFuD`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ * v^Y¼bÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ > 1v,Öª4ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ï+PvüµžØÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ  ³vjež ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÛqVwòw†Bÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ó^Ïxb¼iÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¤,gyÞ:™ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ËyC{D`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ [ |ì•l,ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •]Õ|’¾.8ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ }ðéŽVÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ îU1•–e jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ JΕ ÿ l\ìÌ“À£ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ „T „˜þ Æ T ^„T `„˜þo( . „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o( ·ð € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( o € „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( §ð € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ·ð € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ „à „˜þ „° „˜þ „˜þ Æ € „P „˜þ „˜þ Æ Ð „ „˜þ „p „˜þ Æ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ ^J o( o € Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( §ð Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ·ð ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( o Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( §ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH Æ ^„ `„˜þo( ‡h ˆH p ^„p `„˜þo( . • o( ‡h ˆH ·ð • € € „€ € h ·ð . h h • „Ð h „@ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „h „˜þ Æ h ^„h `„˜þOJ PJ QJ ^J ) „8 „˜þ Æ 8 ^„8 `„˜þo( ) ‚ „ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ‡h ˆH . „Ø „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þo( ‡h ˆH . € „¨ „à h h „˜þ Æ „° „˜þ „€ h „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ‡h ˆH „x „Lÿ Æ x „H „˜þ Æ H „ „˜þ Æ „è „Lÿ Æ è „˜þ Æ ^„ „ „˜þ Æ „Ø `„˜þOJ QJ . ‚ ^„x `„Lÿ‡h ˆH ^„H `„˜þ‡h ˆH ^„ `„˜þ‡h ˆH ^„è `„Lÿ‡h ˆH `„˜þOJ QJ o( ‡h ^„ `„˜þOJ QJ ^J „˜þ Æ Ø ^„Ø o( ‡h ˆH §ð . . . . ˆH o( ‡h • € € ‚ Ð ·ð ˆH • o Ð „ Ð • Ð „¨ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • Ð „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • Ð „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • Ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • Ð „è „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • Ð „¸ „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð h „8 „˜þ^„8 `„˜þ‡h ˆH ) • h „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ h „Ø „Lÿ^„Ø `„Lÿ‡h ˆH . • h „¨ „˜þ^„¨ `„˜þ‡h ˆH . „x „˜þ^„x `„˜þ‡h „H „Lÿ^„H `„Lÿ‡h „ „˜þ^„ `„˜þ‡h „è „˜þ^„è `„˜þ‡h „¸ „Lÿ^„¸ `„Lÿ‡h Ð ^„Ð `„˜þo( . ˜þ . ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € • ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH h . . . . . ’ • • ’ h h h h „Ð € „p „Lÿ Æ „ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „˜þ Æ ^„ `„ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ ÿ Æ P ^„P `„Lÿ QJ ^J ) ( ‡h ˆH o „˜þ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h € . • • ˆH „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . h h §ð • „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ . ^„° `„˜þ . € ‚ „P „L h „ „˜þ^„ `„˜þOJ PJ „p „˜þ^„p `„˜þOJ QJ ^J o „@ h „ „˜þ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð OJ QJ ^J o( ‡h ˆH o OJ QJ o( ‡h ˆH §ð • QJ o( ‡h ˆH ·ð • ^J o( ‡h ˆH o • `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð ^„Ð `„˜þCJ OJ PJ QJ ^J „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ • • h h h h h ) ˆH ˆH „P „ € . . ‚ € „à „˜þ^„à `„˜þ „° „˜þ^„° `„˜þ „€ „˜þ^„€ `„˜þOJ „˜þ^„P `„˜þOJ QJ „˜þ^„ „Ð „˜þ Æ Ð „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h „˜þ Æ ^„ `„˜þo( ) ^„p `„˜þ . ‚ „Lÿ Æ @ ^„@ `„Lÿ . € ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ € „p „@ „ „˜þ Æ „ p „˜þ Æ ^„ `„˜þ ‚ . € „€ „˜þ Æ € þ Æ P ^„P `„˜þ . `„Lÿ . • „h „˜þ Æ h ^„h „8 „˜þ Æ 8 ^„8 „ „˜þ Æ ^„ „Ø „˜þ Æ Ø „¨ „à „˜þ Æ „° „Lÿ Æ ° ^„° `„Lÿ ^„€ `„˜þ . € ‚ h `„˜þOJ QJ o( §ð • `„˜þOJ QJ o( o • `„˜þOJ QJ o( §ð • ^„Ø `„˜þOJ QJ o( ·ð à . ^„à `„˜þ € „ . „P ^„ „Lÿ Æ h h h • h „˜ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ o( o • h „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þOJ QJ o( §ð „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ o( ·ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( o „è „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h „Ø „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • • • • ·ð h h h Ð „ • ˆH Ð o Ð • Ð „¨ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ ^„x `„˜þOJ Æ H ^„H „˜þ Æ „è „˜þ Æ „¸ „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ o( ‡h ˆH ·ð • Ð „x „˜þ Æ x QJ ^J o( ‡h ˆH o • Ð „H „˜þ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • Ð „ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • Ð è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • Ð „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ) € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h ˆH . € @ ˆH . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ à „° „˜þ Æ ° „€ „˜þ Æ € „P „Lÿ Æ P „˜þ Æ ^„ „ „˜þ Æ „Ø „˜þ Æ „¨ . ‚ ^„à `„Lÿ‡h ˆH . ^„° `„˜þ‡h ˆH . ^„€ `„˜þ‡h ˆH . ^„P `„Lÿ‡h ˆH . `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ^„ `„˜þo( . € Ø ^„Ø `„˜þOJ QJ o( € € ‚ Ð ·ð §ð € „ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ o( ·ð € QJ ^J o( o € „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ o( §ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( o „¸ „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . ^„ `„˜þo( ) ‚ „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h ˆH . „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þOJ € € „è € „Ð „ € „˜þ Æ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ „° „˜þ Æ „€ „˜þ Æ „P „Lÿ Æ „h „˜þ Æ „ „˜þ Æ „p „Lÿ Æ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH „ . ‚ à ^„à `„Lÿ‡h ° ^„° `„˜þ‡h € ^„€ `„˜þ‡h P ^„P `„Lÿ‡h h ^„h `„˜þo( ‡h ^„ `„˜þOJ PJ p ^„p `„Lÿ‡h . • ˆH ˆH ˆH ˆH QJ ˆH . . . . ˆH ^J € € ‚ ) ) . ’ • „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ PJ QJ ^J „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h ˆH „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ . . . . • • ’ „ ) . . € ‚ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . „à „Lÿ Æ à ^„à „° „˜þ Æ ° ^„° „€ „˜þ Æ € ^„€ „P „Lÿ Æ P ^„P 8 „˜þ Æ 8 ^„8 `„˜þ „ `„˜þ . ‚ `„Lÿ . € ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h . ˆH ˆH ˆH ˆH € . . . . € € ‚ „ „Ø „Lÿ Æ „¨ Ø „˜þ Æ ^„Ø „ ^ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ ‚ þ Æ Lÿ QJ . € „H ^„ „Lÿ Æ `„˜þ ‚ „ „˜þ Æ è ^„è `„˜þ . . ^J . „… „˜þ Æ … ^„… `„˜þOJ H . „ò QJ o( „x „˜þ Æ ^„H `„Lÿ € „˜þ Æ o x . ò ^„x `„˜þ € „¸ „Lÿ Æ ^„ò `„˜þ5 . „è „˜ ¸ ^„¸ `„ 6 OJ PJ „¨ „Lÿ Æ ¨ ^„¨ `„Lÿ € þ Æ ˜þ . è . „F „˜þ Æ ^„F `„˜þOJ „ € „ „Lÿ Æ ^„è `„˜þ ‚ „H ^„ . o( ·ð H . „ˆ F QJ „˜þ Æ `„Lÿ € € „x „˜þ Æ ^„H `„˜þ € „Lÿ Æ x . ˆ ^„x `„˜þ ‚ „¸ „˜þ Æ ^„ˆ `„Lÿ . ¸ . „è „˜ ^„¸ `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ „æ „˜þ „¶ „˜þ „† „˜þ „V „˜þ „& „˜þ „ö- „˜þ „Æ! „˜þ „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . o( o € Æ æ ^„æ `„˜þOJ Æ ¶ ^„¶ `„˜þOJ Æ † ^„† `„˜þOJ Æ V ^„V `„˜þOJ Æ & ^„& `„˜þOJ Æ ö- ^„ö-`„˜þOJ Æ Æ! ^„Æ!`„˜þOJ ^„Ð `„˜þo( . . ‚ QJ QJ QJ QJ QJ QJ QJ o( o( o( o( o( o( o( € §ð ·ð o §ð ·ð o §ð „Ð „p „@ € € € € € € € „ „Lÿ Æ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . ^J ) • „p „˜þ^„p `„˜þ‡h „@ „Lÿ^„@ `„Lÿ‡h ˆH . „ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ÿ Æ QJ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h à . „ h ˆH • . ’ h ^„à `„Lÿ € h „˜þ^„ . „P `„˜þOJ „L PJ „˜þ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „ „„ý „Í „• ˆH . „˜þ^„à `„˜þ‡h „Lÿ^„° `„Lÿ‡h „˜þ^„€ `„˜þ‡h „˜þ^„P `„˜þ‡h „Lÿ^„ `„Lÿ‡h „˜þ^„- `„˜þ‡h „˜þ^„ý `„˜þ‡h „Lÿ^„Í • ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH `„Lÿ‡h h . . . . . ) . ˆH ’ • • ’ • ’ . h h h h h h h • h „˜þ^„• `„˜þ‡h ˆH . „m „˜þ^„m `„˜þ‡h „= „Lÿ^„= `„Lÿ‡h „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . „Ý „˜þ^„Ý `„˜þ‡h „­ „Lÿ^„­ `„Lÿ‡h Ì ^„Ì `„lýo( . ˜þB* o( ph ‡h ˆH „Lÿ Æ @ ^„@ `„Lÿ . • ˆH ˆH . . h • ˆH ˆH . . ’ • h h ’ h 8 h h . h „p h „ „˜þ Æ „@ „Ì „lý Æ p ^„p `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . þ Æ P `„Lÿ h „€ „˜þ Æ ^„P `„˜þ . € . h „° „Lÿ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „˜þ Æ ^„° `„Lÿ à . ^„à `„˜þ h h h „h „˜þ Æ „8 „˜þ Æ 8 ^„8 `„˜þo( „¼ „˜þ Æ ¼ ^„¼ `„˜þ ) € „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þ . € „ h . „Lÿ Æ ^„h `„˜þ ) „P ^„ . „˜ „Ø „¨ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ € . ÿ Æ ˜þo( è ‚ „ „˜þ Æ ^„è `„Lÿ . ‚ „H ^„ „˜þ Æ `„˜þ H . . „p „Lÿ Æ „x „Lÿ Æ ^„H `„˜þ ‚ @ . € ^„x `„Lÿ € „Ð „˜þ Æ Ð „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( p ^„p `„Lÿ . „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ x . „ . „è „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ „€ „˜þ Æ € ‚ ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . p „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h ˆH „ „kþ Æ ^„ `„kþo( ( ) „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . à . ^„à `„Lÿ € . „P p „ . p „ „L „˜þ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J ) € p `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð € ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € € ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH o € þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „˜þ^„8 `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • þ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • „˜þ^„Ø `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • „à p p p h h h „˜þ Æ à ^„à „° „˜þ Æ ° „€ „˜þ Æ „P „˜ h „8 „ „˜ „Ø „¨ „˜þ^„¨ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h OJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h OJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „è ^J o( ‡h ˆH o • h „¸ o( ‡h ˆH §ð „Ð „˜þ QJ ^J o( o „ì „Lÿ Æ . „$ „˜þ Æ $ ^„$ `„˜þ . € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ „x „˜þ^„x `„˜þ „H „˜þ^„H `„˜þ „ „˜þ^„ `„˜þOJ „˜þ^„è `„˜þOJ QJ „˜þ^„¸ `„˜þOJ QJ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ ì ^„ì `„Lÿo( „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ P „8 „ „Ø „¨ „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . . € „˜þ Æ 8 ^„8 `„˜þ‡h ˆH „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ‡h ˆH „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þ‡h ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „h . . ˆH ‚ € . € „˜þ Æ . h „P „L ^„h `„ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „x „Lÿ Æ x ^„x `„Lÿ‡h „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þ‡h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „è „Lÿ Æ è ^„è `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ ^J „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ `„Lÿ . € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ˆH ˆH ˆH ˆH o( . . . . o € € ‚ € „p „@ „ „Lÿ Æ p „ „ ^„p „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . QJ ^J o( o . ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ÿ Æ ˜þOJ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „p „Lÿ Æ „ p . „P „L „˜þ Æ Ð ^„Ð `„ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ ^„p `„Lÿ . € „Ð € ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þOJ PJ QJ ^J ) „˜þOJ QJ o( ‡h ˆH „ `„˜þ . ‚ € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h ·ð € „p „@ „ à . ^„à `„Lÿ € . „P „L „8 „˜þ Æ 8 ^„8 `„ „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð ` „ „˜þ Æ ^ „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . „h „˜þ Æ h ^„h `„˜þo( ‡h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( ‡h „$ „˜þ Æ $ ^„$ `„˜þo( „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „P ÿ Æ ˆH ˆH ) ) . € . 8 „L „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ( ^„ `„˜þ ) ‚ . € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ „ ) „p „@ „ „Lÿ Æ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ „€ „˜þ Æ € ‚ ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . p „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h ˆH „ „kþ Æ ^„ `„kþo( ( ) „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . à . ^„à `„Lÿ € . „P p „ . p „ „L „˜þ^„ `„˜þo( ) • p o( ‡h ˆH §ð • p QJ o( ‡h ˆH ·ð • OJ QJ o( ‡h ˆH o • `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð ^„t `„\þo( ) € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „Ø „Lÿ Æ Ø ^„Ø `„Lÿ‡h „¨ „à p p „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ „P „˜þ Æ P ^„P „t „\þ Æ t . ˆH ‚ . € „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ‡h ˆH . € „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þ‡h „H „Lÿ Æ H ^„H `„Lÿ‡h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „è „˜þ Æ è ^„è `„˜þ‡h „¸ „Lÿ Æ ¸ ^„¸ `„Lÿ‡h À „˜þ Æ À ^„À `„˜þo( . ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J ) „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( §ð € ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . . ‚ € € ‚ „ „0 „˜þ Æ „ • „˜þ Æ 0 ^„0 `„˜þ ‚ þ Æ Lÿ . € „Ð ^„ „Lÿ Æ `„˜þ ‚ „ „˜þ Æ p ^„p `„˜þ . . h „h „˜þ^„h `„˜þ‡h ˆH „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH „Ø „Lÿ^„Ø `„Lÿ‡h „¨ . . ˆH Ð . „ „˜þ Æ ^„Ð `„Lÿ € ^„ . „@ • ’ . `„˜þ € „Lÿ Æ h h • h . @ „p „˜ ^„@ `„ „˜þ^„¨ `„˜þ‡h ˆH „x „˜þ^„x „H „Lÿ^„H „ „˜þ^„ „è „˜þ^„è „¸ „Lÿ^„¸ Ð ^„Ð `„˜þ . . `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h . • ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH h . . . . . „p ’ • • ’ „˜þ Æ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . „ h h h h p „ „˜þ Æ ^„p `„˜þ „Ð ^„ . „˜þ Æ `„˜þ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „˜þ Æ ^„° `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„˜þ . p „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h „ „kþ Æ ^„ `„kþo( ( „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð à . ^„à `„˜þ . „P „˜ þ Æ p ˆH „ . ) p „ „˜þ^„ `„˜þo( ) € p o( ‡h ˆH §ð € QJ o( ‡h ˆH ·ð € OJ QJ o( ‡h ˆH o € `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð ^„Ü `„˜þo( . . „$ „˜þ Æ $ ^„$ `„˜þOJ QJ o( ·ð € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „à p p p „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ „P „˜þ Æ P ^„P „Ü „˜þ Æ Ü „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ „@ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . „h „˜þ Æ h ^„h `„˜þ5 CJ „ „˜þ Æ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH . • ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „P OJ QJ aJ o( ‡h ˆH ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J ˆH . . • . ) „L ’ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „8 „ „Ø „¨ ˆH . „Lÿ Æ à ^„à „˜þ Æ ° ^„° „˜þ Æ € ^„€ „Lÿ Æ P ^„P „˜þ^„8 `„˜þ‡h „˜þ^„ `„˜þ‡h „Lÿ^„Ø ’ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h ˆH ˆH `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH ˆH ) . ˆH . . . . • ’ . • • ’ h h h • h „˜þ^„¨ `„˜þ‡h „x „H „ „è „¸ „Ð „˜þ Æ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ ˆH . • h „˜þ^„x `„˜þ‡h ˆH . „Lÿ^„H `„Lÿ‡h ˆH . „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . „˜þ^„è `„˜þ‡h ˆH . „Lÿ^„¸ `„Lÿ‡h ˆH . „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( „ „kþ Æ ^„ `„kþo( ’ • • ’ ·ð ‡h ( h h h h p p ˆH ) p @ QJ o( ‡h ˆH ·ð „ . „ „˜þ^„ `„˜þo( ) • o( ‡h ˆH §ð • QJ o( ‡h ˆH ·ð OJ QJ o( ‡h ˆH o `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ^„Ð `„˜þo( . € . ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € p „à p • p • p §ð „p „Lÿ Æ „ p „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ „P „˜þ Æ P ^„P „Ð „˜þ Æ Ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ ^„p `„Lÿ . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þOJ PJ QJ ^J . € „˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € „p `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ ° . à . ^„à `„Lÿ € „Ð „ € . „P „L „˜þ Æ Ð ^„Ð `„ „˜þ Æ ^„ ` „p „˜þ Æ p ^ „@ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „µ „˜þ Æ µ ^„µ `„˜þOJ QJ o( ·ð „… „˜þ Æ … ^„… `„˜þOJ QJ o( o € „U „˜þ Æ U ^„U `„˜þOJ QJ o( §ð € „% „à „˜þ Æ à „° „˜þ Æ „€ „˜þ „P „˜þ Æ % ^„% `„˜þOJ „õ „Å „• „e „5 „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ QJ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ „Lÿ o( Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ ·ð õ ^„õ Å ^„Å • ^„• e ^„e 5 ^„5 Ð ^„Ð ^„ p ^„p € `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h . • QJ QJ QJ QJ QJ o( o( o( o( o( ˆH ˆH ˆH @ ˆH h o §ð ·ð o §ð ) . . € € € € h • ’ • h h h „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . ^„ `„˜þ . ‚ € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . • • ’ h h h „ € „p „ „Lÿ Æ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ ) € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ÿ Æ ˜þo( P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . ‚ € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „Ð „p „Lÿ Æ „ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € à . „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þo( . € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ ÿ Æ P ^„P `„Lÿ ˜þ5 6 OJ QJ o( ˜þOJ PJ QJ ^J o( Æ ^„ `„kþo( „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h € . ·ð ‡h ( ˆH „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ˆH ) ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ p p „Ð „ ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ „˜þ Æ . p ·ð à . „@ „ . Ð „P „L ^„Ð `„ ^„ `„ „ „kþ „˜þ^„ `„˜þo( ) € o( ‡h ˆH §ð € QJ o( ‡h ˆH ·ð OJ QJ o( ‡h ˆH o `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ^„ `„˜þo( ) € . ‚ „Lÿ Æ @ ^„@ `„Lÿ . € p „à p € p € p §ð „@ „ „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ „P „˜þ Æ P ^„P „ „˜þ Æ „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þ „˜þ Æ ^„ `„˜þ ‚ þ Æ P `„Lÿ . € „€ „˜þ Æ ^„P `„˜þ . € . „° „Lÿ Æ ^„€ `„˜þ ‚ p ° . „à „˜þ Æ ^„° `„Lÿ € à . „ „¨ ^„à `„˜þ € „Lÿ Æ . „P ^„ „˜ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ PJ QJ PJ QJ ^J „@ „Lÿ^„@ `„Lÿ‡h ˆH „ ^J ) . ’ . p p • p „p „˜þ^„p `„˜þOJ „˜þ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „ `„Lÿ‡h € „ „p „@ „˜þ^„@ `„˜þ‡h „ ˆH „˜þ^„à „Lÿ^„° „˜þ^„€ „˜þ^„P „Lÿ^„ ˆH . `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h p . . . . ’ • • ’ . „˜þ^„ `„˜þ‡h „Lÿ^„p `„Lÿ‡h ˆH • ˆH ˆH ˆH ˆH . p p p p „h ˆH ˆH € . . ‚ € „˜þ^„h `„˜þo( . „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h ˆH . € „° „˜þ^„° `„˜þ‡h ˆH . € „€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h ˆH . 8 ^„8 `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð ˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € h € o ˆH „8 € §ð € „ „˜þ Æ „ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o € à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð € Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . „öú Æ B ^„B `„öúo( ) „˜þ Æ $ ^„$ `„˜þo( . € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ „à € o ˆH „˜þ Æ „° „˜þ „€ € §ð „B „$ „@ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . QJ o( „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ „˜þ Æ h ^„h `„˜þo( . ^„$ `„˜þ ) „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € . „P „L „˜þ Æ „h $ ÿ Æ ·ð „$ „@ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . PJ QJ ^J ) € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ÿ Æ PþOJ „° ˆH ˆH . . ‚ € ^„à `„Lÿ € „Pþ Æ . ° „P „L ^„° `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P • „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ „ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ . ^„à ^„° ^„€ ^„P ^„Ð ^„ p ^„p à ° € P Ð ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ ˆH ˆH ˆH ˆH QJ QJ QJ o( o( o( @ QJ o( ·ð • h . . . . ·ð o §ð € € ‚ h • • • h h h „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „à „° „€ „P „ QJ o( o • „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ PJ QJ ^J . h o( o( o( o( o( §ð ·ð o §ð o • • • h h h „Ø „¨ „Lÿ Æ ¨ ^„¨ `„Lÿ € . € „ „Lÿ Æ ^„è `„˜þ ‚ h „˜þ^„ `„˜þ . h „˜þ^„@ `„˜þ . þ Æ ˜þ è . „H ^„ . „˜þ Æ `„Lÿ € H . „x „˜þ Æ ^„H `„˜þ € „ˆ „Ð „Lÿ Æ . „˜þ^„Ð `„˜þ h „@ h „ x . ^„x `„˜þ ‚ „¸ „˜þ Æ ¸ ˆ ^„ˆ `„Lÿ . h „p „Lÿ^„p `„Lÿ . „è „˜ ^„¸ `„ „ . „˜þ^„ `„˜þ . h „° ^„€ `„˜þ . Ð € „Ø „Lÿ Æ h „˜þ^„° `„˜þ h „Ð „˜þ Æ Ð „ „˜þ Æ Ø ^„Ø `„Lÿ „à „Lÿ^„à `„Lÿ . h „P „Lÿ^„P `„Lÿ . ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ^„ `„˜þ . ‚ . € . „€ ·ð „¨ „˜þ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ ‚ . þ Æ Lÿ è . € „ „˜þ Æ ^„è `„˜þ „H ^„ . „Lÿ Æ `„˜þ ‚ h ˆH ·ð „x „˜þ Æ ^„H `„Lÿ € H . „Ð „˜þ Æ Ð „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ € ‚ „p „Lÿ Æ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ x . ^„x `„˜þ € . „è „˜ „¸ „Lÿ Æ ¸ ^„¸ `„ ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h ^„ `„˜þ . . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ P „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH . € ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „Ð ˆH ˆH . . ‚ € „˜þ Æ . Ð „P „L ^„Ð `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ( „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ˆH ˆH ˆH ˆH ) . . . . € € ‚ . . ‚ € „ € ˆH ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ( „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ˆH ˆH ˆH ˆH ) . . . . € € ‚ . . ‚ € „ € ˆH ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ß „˜þ Æ ß ^„ß `„˜þo( ) „¯ „˜þ Æ ¯ ^„¯ `„˜þ‡h „ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ‡h „O „˜þ Æ O ^„O `„˜þ‡h ˆH . € „ ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ . . ‚ € „ € ˆH ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „ï „¿ „ „_ „Ð „˜þ Æ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ ^„ „ . ‚ ï ^„ï `„Lÿ‡h ˆH . ¿ ^„¿ `„˜þ‡h ˆH . ^„• `„˜þ‡h ˆH . _ ^„_ `„Lÿ‡h ˆH . Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h „kþ Æ ^„ `„kþo( ( € € ‚ p p ˆH ) p @ QJ o( ‡h ˆH ·ð „ . „ „˜þ^„ `„˜þo( ) p o( ‡h ˆH §ð € QJ o( ‡h ˆH ·ð € OJ QJ o( ‡h ˆH o € `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð ^„Ð `„˜þo( . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ „à p p p ˆH ˆH . . „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ „P „˜þ Æ P ^„P „Ð „˜þ Æ Ð ‚ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . „à „Lÿ Æ à ^„à „° „˜þ Æ ° ^„° „€ „˜þ Æ € ^„€ „P „Lÿ Æ P ^„P Ð „˜þ^„Ð `„˜þo( ) „ „˜þ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ^„@ `„˜þ‡h ˆH . „ ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h • ˆH ˆH • ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ h h . . ’ • h h h „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ „à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h ˆH „° „˜þ^„° `„˜þ‡h ˆH „€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h ˆH „P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h ˆH 8 `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð ˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH h . . . . • • ’ • • §ð h h h h h h • „ „Ø h „8 „˜þ^„ „˜þ^„ `„ „˜þ^„Ø „¨ „˜þ^„¨ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • OJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • OJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h QJ o( ‡h ˆH ·ð • h ^J o( ‡h ˆH o • h o( ‡h ˆH §ð . h „ „˜þ Æ „$ „˜þ Æ $ ^„$ `„˜þ ) „1ü Æ § ^„§ `„1üOJ PJ QJ ^J o( ·ð h h „Ð ^„ „x „˜þ^„x `„˜þ „H „˜þ^„H `„˜þ „ „˜þ^„ `„˜þOJ „è „˜þ^„è `„˜þOJ QJ „¸ „˜þ^„¸ `„˜þOJ QJ „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þ `„˜þ . „§ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„˜þ . PJ QJ ^J ) € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ° . „à „˜þ Æ ^„° `„˜þ à . þ Æ ˜þOJ „Ð ˆH ˆH . . ‚ € ^„à `„˜þ „˜þ Æ . Ð „P „˜ ^„Ð `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „Ð „˜þ Æ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ ^„ „ . ‚ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH . ° ^„° `„˜þ‡h ˆH . € ^„€ `„˜þ‡h ˆH . P ^„P `„Lÿ‡h ˆH . Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h „kþ Æ ^„ `„kþo( ( € € ‚ p p ˆH ) p @ QJ o( ‡h ˆH ·ð „ . „ „˜þ^„ `„˜þo( ) € p o( ‡h ˆH §ð € QJ o( ‡h ˆH ·ð € OJ QJ o( ‡h ˆH o € `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð ^„Ð `„˜þo( . . `„˜þo( . € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „à „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ p „P „˜þ Æ P ^„P „Ð „˜þ Æ Ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( „˜þ Æ $ ^„$ „@ p p „$ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ P • „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ „ . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . QJ QJ QJ o( o( o( „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ @ QJ o( ·ð • h „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h ·ð • o • §ð • à . ^„à `„Lÿ € . „P h h h „L „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „à „° „€ „P „˜þ Æ „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ QJ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ Ð „˜þ „Lÿ o( o • Æ à ^„à `„˜þOJ Æ ° ^„° `„˜þOJ Æ € ^„€ `„˜þOJ Æ P ^„P `„˜þOJ ^„Ð `„˜þo( ) Æ ^„ `„˜þ‡h Æ p ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH . € h o( o( o( o( € QJ QJ QJ QJ ˆH ˆH §ð ·ð o §ð . . • • • h h h „Ð ‚ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ° „Pþ Æ ° ^„° `„PþB* o( ph „ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ˆH ˆH ˆH ˆH ‡h ) ˆH . . . . ˆH € € ‚ „ . ‚ . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ( ^„ `„˜þo( ( ) Lÿ . € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ ) „ „p „@ „ „Lÿ Æ „ „˜þ Æ p ^„p `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þOJ PJ QJ ^J ) „˜þo( . ‚ „ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ‡h ˆH „Ø „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þ‡h „¨ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „h „˜þ Æ „8 „˜þ Æ . ˆH € . € . „P „L h ^„h `„ 8 ^„8 ` „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „x „Lÿ Æ x ^„x `„Lÿ‡h „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þ‡h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „è „Lÿ Æ è ^„è `„Lÿ‡h „˜þ Æ ^„ `„˜þo( ) ^„p `„˜þ . ‚ „Lÿ Æ @ ^„@ `„Lÿ . € ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ € „p „@ „ „˜þ Æ „ p „˜þ Æ ^„ `„˜þ ‚ . € „° „Lÿ Æ ^„€ `„˜þ ‚ ° . QJ QJ o( ^J „€ „˜þ Æ € þ Æ P ^„P `„˜þ . `„Lÿ . „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ „¨ „à „˜þ Æ ^„° `„Lÿ € à . „ §ð o( € o ^„à `„˜þ € „Lÿ Æ . „P ^„ „˜ „Ø € „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ o( §ð € „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þOJ QJ o( ·ð € „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ ^J o( o € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( §ð € „è „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ o( ·ð € „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ ^J o( o € „ˆ „˜þ Æ ˆ ^„ˆ `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ Æ 8 ^„8 `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o( ·ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( ( ) „zþ Æ B ^„B `„zþo( ( ) „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ „H „¸ „8 „B „@ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o( ·ð € ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( o € „Ø „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ QJ „¨ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „ o( §ð € „˜þ Æ „ . „P ^„ „˜þ Æ „L `„ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ o( ·ð € QJ ^J o( o € „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ o( §ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( o „¸ „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( §ð „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J . p „˜þ Æ p ^„p `„˜þo( ( ) „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þo( ) „ „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þOJ € € „è € „ „ „@ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( . € „à „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ „˜þ Æ 8 ^„8 `„˜þo( . „^ „˜þ Æ ^ ^„^ `„˜þOJ „Lÿ Æ Ø ^„Ø `„Lÿ QJ QJ QJ QJ o( o( o( o( QJ . o( € §ð ·ð o §ð € € € §ð ‚ „8 „Ø „¨ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ ‚ . þ Æ Lÿ è . „ „¨ € „ „˜þ Æ ^„è `„˜þ „˜þ^„ „˜þ^„Ø „H ^„ . „Lÿ Æ `„˜þ ‚ `„˜þOJ QJ o( ·ð `„˜þOJ QJ ^J o( H . „x „˜þ Æ ^„H `„Lÿ € x . „¸ € o ^„x `„˜þ € „Lÿ Æ . ¸ „Ø € „è „˜ ^„¸ `„ „˜þ^„¨ `„˜þOJ „x `„˜þOJ „ „è `„˜þOJ „ˆ „Ð „ „Ù „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ „ QJ o( §ð € „˜þ^„x `„˜þOJ QJ o( ·ð QJ ^J o( o € „˜þ^„ `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ^„è `„˜þOJ QJ o( ·ð QJ ^J o( o € „˜þ^„ˆ `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ Ù ^„Ù `„˜þOJ QJ o( @ QJ o( ·ð € € „H „˜þ^„H € € „¸ „˜þ^„¸ vð o ·ð € € „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „à „° „€ „P „˜þ Æ U `„˜þ € „˜þ Æ ^„õ `„˜þ „˜þ Æ ^„Å `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ QJ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ … . o( o Æ à ^„à Æ ° ^„° Æ € ^„€ Æ P ^„P ^„… `„˜þ ‚ € `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ ) QJ QJ QJ QJ € o( o( o( o( §ð ·ð o §ð „% „Lÿ Æ % „U „˜þ Æ ^„% `„Lÿ U . „… ^„ „õ õ . Å € . ‚ „5 ^„ . „˜þ Æ `„Lÿ € „Å 5 . „e „˜þ Æ ^„5 `„˜þ e . „• „Lÿ Æ ^„e `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € • . ^„• `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ € € € „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „ „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ P • „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ „ . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . QJ QJ QJ o( o( o( „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ @ QJ o( ·ð € „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h ·ð € o € §ð € à . ^„à `„Lÿ € . „P „L „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „à „° „€ „P „˜þ Æ „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ „ QJ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ Ð „˜þ „˜þ o( o € Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( §ð Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ·ð Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ o( o Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( §ð ^„Ð `„˜þCJ OJ QJ o( qð Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( o Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( §ð @ QJ o( ·ð • h € € € h • h • • h h … „Ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( o • h „à „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ o( „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( „h „˜þ Æ h ^„h `„˜þo( ‡h ˆH „ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( . „\þ Æ ` ^„` `„\þo( ) „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ §ð ·ð o §ð • • • h h h ) „` € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . „à „Lÿ Æ à ^„à „° „˜þ Æ ° ^„° „€ „˜þ Æ € ^„€ „P „Lÿ Æ P ^„P 8 „˜þ^„8 `„˜þo( sH . „p „˜þ^„@ `„˜þ . ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . „ „Lÿ^„p `„Lÿ . € € ‚ Ð „˜þ^„ `„˜þ „ . „@ „ „˜þ^„ `„˜þ . „à „° ^„€ `„˜þ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ . „¡ „kþ Æ ¡ D ^„D `„˜þ „P ^„¡ `„kþo( . . „D . „˜þ Æ „Lÿ^„à `„Lÿ „˜þ^„° `„˜þ . „€ „ä „Lÿ^„P `„Lÿ . . „ „˜þ „˜þ Æ ä ^„ä `„˜þ þ Æ $ Lÿ . QJ aJ . „˜þ Æ ^„Œ `„˜þo( . „T „˜þ Æ ^„$ `„˜þ T . „„ „Lÿ Æ ^„T `„˜þ „ . „8 o( ·ð „´ „˜þ Æ ^„„ `„Lÿ „˜þ Æ „ „Œ Œ ) „¨ ´ . ^„´ `„˜þ . „$ „˜ „ô „Lÿ Æ ô ^„ô `„ 8 ^„8 `„˜þ5 6 CJ OJ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þo( . ( „è „˜þ Æ ^„¸ `„Lÿ ) € ) è . „ „˜þ Æ ^„è `„˜þ „H ^„ . „p „Lÿ Æ `„˜þ ‚ „˜þ Æ „@ „Lÿ Æ ^„@ `„Lÿ @ . € „ „x „˜þ Æ x H ^„H `„Lÿ . € „ p „˜þ Æ ^„p `„˜þ ^„x `„˜þo( . € „¸ ^„ . „Lÿ Æ `„˜þo( ‚ ¸ „˜þ Æ ^„ `„˜þ ‚ . € „€ „˜þ Æ þ Æ P ^„P `„˜þ `„Lÿ . ‡h ˆH ·ð ‚ „Lÿ Æ @ ^„@ `„Lÿ . € € . „° „Lÿ Æ ^„€ `„˜þ ‚ Ð ° . „à „˜þ Æ ^„° `„Lÿ € „Ð € „@ „ à . „ „˜þ Æ Ð „p „˜þ Æ ^„à `„˜þ € . „P „Lÿ Æ ^„ ^„Ð `„˜þOJ QJ p ^„p `„˜þ „˜ o( . „˜þ Æ ^„ `„˜þ ‚ þ Æ P `„Lÿ „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ „ . € „° „Lÿ Æ ^„€ `„˜þ ‚ ° . QJ QJ QJ o( o( o( „€ „˜þ Æ € ^„P `„˜þ . . „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ @ QJ o( ·ð € „à „˜þ Æ ^„° `„Lÿ € à . „ ·ð o §ð € € € ^„à `„˜þ € „Lÿ Æ . „P ^„ „˜ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „à „° „€ „P „˜þ Æ U `„˜þ € „˜þ Æ ^„õ `„˜þ „˜þ Æ ^„Å `„˜þ € QJ „˜þ „˜þ „˜þ „˜þ … . o( o Æ à ^„à Æ ° ^„° Æ € ^„€ Æ P ^„P ^„… `„˜þ ‚ € `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ `„˜þOJ ) QJ QJ QJ QJ € o( o( o( o( §ð ·ð o §ð „% € € € „Lÿ Æ % „U „˜þ Æ ^„% `„Lÿ U . „… ^„ „õ õ . Å € . ‚ „Å „• „Lÿ Æ ^„e `„˜þ „5 „˜þ Æ 5 ‚ ÿ Æ ^„ `„Lÿ . h „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ‡h ˆH ) „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „e „˜þ Æ ^„5 `„˜þ e . • . ^„• `„Lÿ € . „ • h o ˆH „L • §ð h • „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h „8 „ „Ø „¨ „˜þ^„8 `„˜þ‡h „˜þ^„ `„˜þ‡h „Lÿ^„Ø ˆH ˆH `„Lÿ‡h . . ˆH • ’ . h „à h • o ˆH h • §ð h h • h „˜þ Æ „° „˜þ „€ h h „˜þ^„¨ `„˜þ‡h „x „H „ „è „¸ „˜þ Æ ^„Œ `„˜þo( „˜þ Æ ^„ô `„˜þo( ˆH „˜þ^„x „Lÿ^„H „˜þ^„ „˜þ^„è „Lÿ^„¸ Œ . `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h . • ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH h . . . . . ’ • • ’ h h h h „Œ „ô ô ) ‚ „Ä „Lÿ Æ Ä ^„Ä `„Lÿ € . € „4 þ Æ ^„ ˜þ . `„Lÿ . „Aû Æ ^„ `„Aûo( . „˜þ Æ Œ ^„Œ `„˜þo( ) „Lÿ Æ \ ^„\ `„Lÿ . € „Ì þ Æ œ ^„œ ˜þ . „Lÿ Æ `„˜þ ‚ d . „” „˜þ Æ ^„d `„˜þ € „¤ „Lÿ Æ „ ” . ^„” `„˜þ ‚ „Ô ¤ ^„¤- „˜þ Æ ‚ „ „˜ ^„Ô `„ Ô „\ € „Lÿ Æ `„˜þ ‚ „˜þ Æ „@ Ì . „ü „˜þ Æ ^„Ì `„Lÿ € „Ð „ p ü . „, „˜þ Æ ^„ü `„˜þ € „<„˜þ Æ Ð ^„Ð „˜þ Æ ^„ ^„p `„˜þOJ QJ , . ^„, `„˜þ ‚ „l „˜þ Æ „Lÿ Æ <- ^„<-`„Lÿ `„˜þOJ PJ QJ ^J `„˜þo( . € o( ‡h ˆH ·ð @ QJ . „Œ „p „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ 4 . „d „˜þ Æ ^„4 `„Lÿ € o( ‡h ˆH ·ð € „ . „œ „˜ ^„l `„ l . . € „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( o „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ PJ QJ ^J . „à „˜þ Æ à „° „˜þ Æ „€ „˜þ „P h „Ø „¨ „Lÿ Æ ¨ ^„¨ `„Lÿ € . € „H ^„ „˜þ Æ `„Lÿ € H . „x „˜þ Æ ^„H `„˜þ € „ „Lÿ Æ ^„è `„˜þ . ‚ „ˆ „Lÿ Æ ˆ h • „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð „@ü Æ ø ^„ø `„@üOJ PJ QJ ^J o( • „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( §ð • „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ·ð • h „ þ Æ ˜þ è . x . ^„x `„˜þ ‚ „¸ „˜þ Æ ^„ˆ `„Lÿ . ¸ . „è „˜ ^„¸ `„ „ø h h „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( o • h „à „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ o( „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ … ^„… `„˜þo( . ^„U `„˜þOJ PJ QJ ^J ( ) „Ù „˜þ Æ Ù ^„Ù `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ õ ^„õ `„˜þ . „˜þ Æ Å ^„Å `„˜þo( . ‚ € „e „˜þ Æ „5 „˜þ Æ 5 ^„5 `„˜þ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ . „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J • „kþ Æ ^„ `„kþo( ( ) „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € „ §ð ·ð o §ð • • • h h h „U „… U „˜þ Æ ·ð „õ „Å e . „• „Lÿ Æ ^„e `„˜þ ‚ • . ^„• `„Lÿ € . „ ·ð . „ „ h „@ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ „à „˜þ „° „˜þ „€ „˜þ „P „˜þ „˜þ Æ Ð ^„h `„˜þo( `„˜þ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . o( o € Æ à ^„à `„˜þOJ Æ ° ^„° `„˜þOJ Æ € ^„€ `„˜þOJ Æ P ^„P `„˜þOJ ^„Ð `„˜þo( . . ) € QJ QJ QJ QJ o( o( o( o( §ð ·ð o §ð € € € „$ „@ „ „h „˜þ Æ „˜þ Æ $ ^„$ „Ð h „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . OJ QJ o( qð • „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ·ð • „ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h ° . ÿ Æ ˜þCJ à . … „Ð ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ h QJ QJ o( o( h o §ð • • h h . Ð „P „L ^„Ð `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ „à „˜þ „° „˜þ „€ „˜þ „P „˜þ „˜þ Æ 8 ^„ `„˜þo( `„Lÿ o( o • Æ à ^„à `„˜þOJ Æ ° ^„° `„˜þOJ Æ € ^„€ `„˜þOJ Æ P ^„P `„˜þOJ ^„8 `„˜þo( . . ‚ . € QJ QJ QJ QJ h o( o( o( o( §ð ·ð o §ð • • • h h h „8 „ „Ø „¨ „Lÿ Æ „˜þ Æ Ø ^„Ø „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ ‚ þ Æ è Lÿ . ( o . € „ „˜þ Æ ^„è `„˜þ „H ^„ . € „p „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . „Lÿ Æ `„˜þ ‚ € „Lÿ Æ p H . „x „˜þ Æ ^„H `„Lÿ € x . ^„x `„˜þ € . „è „˜ „¸ „Lÿ Æ ¸ ^„¸ `„ „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ ^J o „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ ^„p `„Lÿ . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . „h „˜þ^„h `„˜þ‡h ˆH Ð `„˜þOJ PJ QJ ^J ) „8 „˜þ^„8 `„˜þ‡h ˆH „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH „p „˜þ^„p `„˜þ‡h ˆH „Ø „˜þ^„Ø `„˜þ‡h „@ „˜þ^„@ `„˜þ‡h ˆH . „¨ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € . „P „L ÿ Æ ) „Ð ) ( ( ( ) ) ) ˆH . „˜þ^„ „˜þ^„¨ `„˜þ‡h . ˆH . „8 h „ ‚ „˜þ Æ „p „Lÿ Æ „h „0ý Æ 8 ^„8 ^„ `„˜þOJ QJ p ^„p `„Lÿ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ „˜þ Æ `„0ýo( o( ‡h . h ^„h `„˜þ . ˆH ·ð „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ P ^„P `„Lÿ . € `„˜þ . „Lÿ Æ ô ^„ô `„Lÿ . € ÿ Æ ˜þ € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „$ ‚ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „˜þ Æ „ô „Ä à . $ ^„à `„Lÿ € „T „˜þ Æ ^„$ . T „P „L ^„T `„ „˜þ Æ Ä ^„Ä `„˜þ . „” „ „˜þ Æ ^„ „˜þ Æ 4 ^„4 `„˜þ `„˜þ . ‚ `„˜þOJ . „h „€ „P „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „𠄘þ Æ „Lÿ Æ ˆH € P ^„€ `„˜þ‡h ^„P `„Lÿ‡h . € QJ € o( „˜þ Æ ˆH ˆH „˜þ Æ ” ^„” `„˜þ . ·ð h „Ô „Lÿ Æ ^„h `„˜þo( . . ‚ € Ô „ „˜þ Æ ^„Ô `„Lÿ . € „4 ^„ . „˜þ Æ ð ^„ð `„˜þ‡h ˆH . „À „Lÿ Æ À ^„À „ „˜þ Æ ^„ „` „˜þ Æ ` ^„` „0 „Lÿ Æ 0 ^„0 Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þ „ `„˜þ . ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h . „h „ ˆH ˆH ˆH ˆH „˜þ Æ . . . . h € € ‚ „8 „˜þ Æ ^„h `„˜þ 8 . „ „˜þ Æ ^„8 `„˜þ „ ^ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ . „€ „˜þ Æ € þ Æ P ^„P `„˜þ . ˜þOJ QJ o( ‡h ˆH `„˜þ . ‚ € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „˜þ Æ ^„° `„˜þ Ð ·ð à . ^„à `„˜þ „ € „p „@ „ „Lÿ Æ p „˜þ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „P ^„ . „˜ `„ ^„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „” „d „˜þ Æ d „˜þ Æ ^„d `„˜þo( „4 „Lÿ Æ 4 ^„4 `„Lÿ‡h ˆH . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . € „Ô „˜þ Æ Ô ^„Ô `„˜þ‡h ˆH . ‚ „¤ „Lÿ Æ ¤ ^„¤ `„Lÿ‡h ˆH . € „t „˜þ Æ t ^„t `„˜þ‡h ˆH . € „D „˜þ Æ D ^„D `„˜þ‡h ˆH . ‚ „ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ‡h ˆH . Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o( ·ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( o „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( §ð € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ·ð € „ . ” . „P „L ^„” `„ ‚ „ € € „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „à „° „˜þ Æ „P „˜þ^„ „p „@ „Lÿ^„@ `„Lÿ‡h „ QJ ^J o( o € „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ·ð € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( o „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( §ð `„˜þOJ PJ QJ ^J ) • „˜þ^„p `„˜þ‡h ˆH . ’ ˆH . • h € € „€ € h h h „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „˜þ^„à „° „Lÿ^„° „€ „˜þ^„€ „P „˜þ^„P „ „Lÿ^„ `„Lÿ‡h ˆH o( . „ „˜þ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . . `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h • ˆH ˆH ˆH ˆH h . . . . ’ • • ’ . $ € ^„ ^„$ h h h h „Ð `„˜þOJ `„˜þo( QJ o( ·ð € ) „ „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þ „$ „@ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ P ^„P `„Lÿ o( . ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ÿ Æ ˜þCJ € . € „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „p ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „Lÿ Æ p „ à . „Ð „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ ^„ . . „P „L Ð ^„Ð `„ `„˜þ . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . „€ ÿ Æ P ^„P ˜þOJ QJ o( `„˜þo( € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . ‚ „˜þ Æ € `„Lÿ . ‡h ˆH . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h ^„à `„Lÿ € „Ð ·ð „p „@ € à . „ „Lÿ Æ . „P „˜þ Æ Ð ^„Ð „ „˜þ Æ p ^„p `„Lÿ „L `„ ^„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ 0ýo( . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ˆH „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „8 „$ `„˜þo( . „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ° . ·ð „ „˜þ Æ h € „˜þ Æ $ ^„$ „@ ^„à `„Lÿ € „0ý Æ 8 ^„ `„˜þo( „ . „P „L ^„8 `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „ „Ø `„˜þ . „˜þ Æ € Ø „Lÿ Æ ^„Ø ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „8 ^„ „˜þ Æ `„Lÿ „¨ à . ^„à `„Lÿ € „h „˜þ Æ h 8 ^„8 `„˜þ . € . „P „L ^„h `„ . „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ € ÿ Æ è • „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ „ . ‚ „H ^„ „˜þ Æ `„˜þ H . QJ QJ QJ o( o( o( „ „˜þ Æ ^„è `„Lÿ . „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ @ QJ o( ·ð • h „x „Lÿ Æ ^„H `„˜þ ‚ h ·ð • o • §ð • x . ^„x `„Lÿ € . „è h h h „L „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ „à „˜þ „° „˜þ „€ „˜þ „P „˜þ „˜þ Æ ^„p `„˜þ „Lÿ Æ @ ^„@ `„Lÿ . o( Æ Æ Æ Æ ^„ . € o • à ^„à `„˜þOJ ° ^„° `„˜þOJ € ^„€ `„˜þOJ P ^„P `„˜þOJ `„˜þo( ) ‚ QJ QJ QJ QJ h o( o( o( o( € §ð ·ð o §ð • • • h h h „p „@ „ „˜þ Æ „ p „˜þ Æ ^„ `„˜þ ‚ þ Æ P `„Lÿ . € „€ „˜þ Æ ^„P `„˜þ . € . „° „Lÿ Æ ^„€ `„˜þ ‚ „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH . € ° . „˜þ Æ ˆH „à „˜þ Æ ^„° `„Lÿ € à . „ „Ð „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þo( . ^„à `„˜þ € . „P „˜ „Lÿ Æ ^„ ^„Ð `„˜þo( . . ‚ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ú „˜þ^„ú `„˜þOJ QJ o( ‡h ˜þ^„Ê `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h „˜þ^„š `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . ·ð o • € € ‚ h • • h h h „Ê „š „j „ „ „˜þ^„j `„˜þOJ OJ QJ „˜þ^„ `„˜þOJ þOJ QJ QJ ^J QJ o( þo( ‚ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ QJ ^J o( ‡h o( ‡h ˆH ˆH QJ o( ‡h ˆH o( ‡h ˆH ·ð o( ‡h ˆH o ‡h ˆH §ð . € „p „@ @ . € ·ð o • • §ð h h • h • • „Lÿ Æ „: „ h h p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ „ „˜þ^„: `„˜þ „Ú „˜þ^„Ú `„˜ „ª „˜þ^„ª `„˜þOJ „z „˜þ^„z `„˜þOJ „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜ ^„ `„˜þ . . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ „€ „˜þ Æ € ‚ ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . p „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h ˆH „ „kþ Æ ^„ `„kþo( ( ) „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . à . ^„à `„Lÿ € . „P p „ . p „ „L „˜þ^„ `„˜þo( ) • o( ‡h ˆH §ð • QJ o( ‡h ˆH ·ð OJ QJ o( ‡h ˆH o `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ^„Ð `„˜þ . € ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € p „à p • p • §ð „p „Lÿ Æ „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ p „P „˜þ Æ P ^„P „Ð „˜þ Æ Ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . p ^„p `„Lÿ . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o( ·ð ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( o „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ·ð € ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „ € o( §ð € „ „˜þ Æ „ . „P ^„ „˜þ Æ „L `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ „à „° „˜þ Æ „P „• „e „5 „Lÿ^„5 `„Lÿ‡h „ QJ ^J o( o € „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ·ð € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( o „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ^„• `„˜þ‡h ˆH ) • „˜þ^„e `„˜þ‡h ˆH . ’ ˆH . • h € € „€ € h h h „˜þ^„ `„˜þ‡h „Õ „¥ „u „E „ „ ˆH . • h „˜þ^„Õ `„˜þ‡h ˆH . „Lÿ^„¥ `„Lÿ‡h ˆH . „˜þ^„u `„˜þ‡h ˆH . „˜þ^„E `„˜þ‡h ˆH . „Lÿ^„ `„Lÿ‡h ˆH . „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ PJ QJ ^J . ’ • • ’ h h h h o „Ø „¨ „Lÿ Æ ¨ ^„¨ `„Lÿ € þ Æ ˜þ . è . € „ „Lÿ Æ ^„è `„˜þ ‚ p „H ^„ . „˜þ Æ `„Lÿ € H . „ˆ „¨ „x „˜þ Æ ^„H `„˜þ € „Lÿ Æ x . ˆ ^„x `„˜þ ‚ „¸ „˜þ Æ ^„ˆ `„Lÿ . ¸ . „è „˜ ^„¸ `„ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ PJ QJ PJ QJ ^J „@ „Lÿ^„@ `„Lÿ‡h ˆH „ ^J ) . ’ . p p • p „p „˜þ^„p `„˜þOJ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . • „à „˜þ^„à `„˜þ‡h ˆH . „° „Lÿ^„° `„Lÿ‡h ˆH . „€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h ˆH . „P „˜þ^„P `„˜þ‡h ˆH . „ „Lÿ^„ `„Lÿ‡h ˆH . CJ OJ QJ o( qð • „ì „˜þ Æ ì ^„ì `„˜þOJ QJ „¼ „˜þ Æ ¼ ^„¼ `„˜þOJ QJ „Œ „˜þ Æ Œ ^„Œ `„˜þOJ QJ o( ·ð • „\ „˜þ Æ \ ^„\ `„˜þOJ QJ o( o • „, „˜þ Æ , ^„, `„˜þOJ QJ „ü „˜þ Æ ü ^„ü `„˜þOJ QJ „Ì „˜þ Æ Ì ^„Ì `„˜þOJ QJ „œ „˜þ Æ œ ^„œ `„˜þOJ QJ „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . ^„ `„˜þ . ‚ € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € p ’ • • ’ p p p p h … „ h o( o( „˜þ Æ o §ð • • h h §ð ·ð o §ð • • • h h h ^„ `„˜þ h h o( o( o( o( € „Ð „p „ „Lÿ Æ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þOJ QJ o( ‡h ˆH p `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ·ð ° . • ˆH §ð o • „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ Ð Ð • Ð à . „ Ð ^„à `„Lÿ € . „P „˜þ Æ ^„ „p „˜þ Æ p „@ „ „L `„ ^„ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • Ð ^„à `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð h þo( ( ) • h „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ „p „Lÿ^„p `„Lÿ‡h ˆH . • „@ „˜þ^„@ `„˜þ‡h ˆH . • h „ „à Ð „˜þ Æ „° Ð • o Ð • Ð „Ð h h à „˜þ „€ „˜þ^„Ð `„˜ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ h „à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h ˆH . • „° „˜þ^„° `„˜þ‡h ˆH . • „€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h ˆH . ’ „P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h ˆH . ™ ^„™ `„˜þOJ PJ QJ ^J ) • „i „˜þ Æ i ^„i `„˜þ‡h ˆH „9 h h h h „™ h . ’ h „˜þ Æ „Lÿ Æ 9 ^„9 `„Lÿ‡h „ „Ù „© „y „I „ „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ ˆH „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ . Ù © y I Ð p ^„ ^„Ù ^„© ^„y ^„I ^„ ^„Ð ^„ ^„p • `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h h ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . . . . . . @ ˆH . • h • ’ • • ’ • ’ • h h h h h h h h h „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „° „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „Pþ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ . ^„à ^„° ^„€ ^„P ^„° ^„ p ^„p à ° € P ° ’ h `„Lÿ‡h ˆH `„˜þ‡h ˆH `„˜þ‡h ˆH `„Lÿ‡h ˆH `„Pþo( ‡h ˆH `„˜þ‡h ˆH `„Lÿ‡h ˆH @ ˆH . € . . . . • • ’ . . . h h h € ‚ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH . € „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH . € „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH . „˜þ Æ ^„ `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o( ·ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( o „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( §ð € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ·ð € „ „ € € „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( o € „à „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( §ð „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ·ð „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( o „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( §ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ) ^„ `„˜þo( ) ‚ „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h ˆH . „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ € € „€ € „Ð „ € „˜þ Æ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ à ° € P . ^„à ^„° ^„€ ^„P ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ „ „\þ Æ ^„ `„\þo( ) 8 . `„‰þo( „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH „ „3 ) € . € „‰þ Æ „ 3 „˜þ Æ ^„3 ^„ `„˜þo( „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . p ^„p `„Lÿ . € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ˆH ˆH ˆH ˆH ‡h . . . . ˆH € € ‚ Ð ·ð ‚ „ € „p „@ „ „Lÿ Æ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ ÿ Æ ) „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ P „ „Ø „¨ „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . • h „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH „Lÿ^„Ø `„Lÿ‡h . ˆH ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h ’ . à . „8 ^„à `„Lÿ € „P „˜þ^„8 `„˜þo( h • . h „L ( „˜þ^„¨ `„˜þ‡h ˆH . • „x „˜þ^„x `„˜þ‡h ˆH „H „Lÿ^„H `„Lÿ‡h ˆH „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH „è „˜þ^„è `„˜þ‡h ˆH „¸ „Lÿ^„¸ `„Lÿ‡h ˆH Ð ^„Ð `„˜þo( ( ) € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ h . . . . . ˆH ˆH ’ • • ’ h h h h „Ð . . ‚ € „˜þ Æ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ . € „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € . . . . ·ð € € ‚ „ ‚ „p „@ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ ) € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „ „˜þ^„$ . ^J „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „Ð „$ `„˜þo( „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ PJ QJ „ ° . „˜þ Æ „@ . € ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þo( . „P „L ^„Ð `„ ) „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „ ˆH . ‚ „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ PJ QJ ^J . . . . . o € € ‚ „Ø „¨ „Lÿ Æ ¨ ^„¨ `„Lÿ € þ Æ ˜þ . è . € „ „Lÿ Æ ^„è `„˜þ ‚ Ð „p „H ^„ . „Ð „Lÿ Æ „˜þ Æ `„Lÿ € H . „x „˜þ Æ ^„H `„˜þ € @ . € ^„x `„˜þ ‚ „¸ „˜þ Æ ¸ „ˆ „Lÿ Æ ˆ ^„ˆ `„Lÿ . „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH „ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( . ‚ p ^„p `„Lÿ . € @ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ x . „ . „è „˜ ^„¸ `„ ·ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . . h „ì „˜þ Æ ì ^„ì `„˜þ‡h ˆH ¼ „Lÿ Æ ¼ ^„¼ `„Lÿ . „˜þ Æ Œ ^„Œ `„˜þ . „˜þ Æ \ ^„\ `„˜þ . „ü „˜þ Æ „Ì „˜þ Æ Ì ^„Ì `„˜þ ÿ Æ œ ^„œ `„Lÿ . „( „˜þ^„( `„˜þ‡h ˆH ) „ø „˜þ^„ø `„˜þ‡h ˆH . „È „Lÿ^„È `„Lÿ‡h ˆH . • „˜ „˜þ^„˜ `„˜þ‡h ˆH . • „h „˜þ^„h `„˜þ‡h ˆH . „8 „Lÿ^„8 `„Lÿ‡h ˆH . „ „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . „Ø „˜þ^„Ø `„˜þ‡h ˆH . „¨ „Lÿ^„¨ `„Lÿ‡h ˆH . ý ^„ý `„kþo( ) € ˜þ . ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ÿ Æ lýo( ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . P „H ^„à `„Lÿ € „lý Æ . „P „L ^„H `„ H . „ „Œ „\ ü . „, „Lÿ Æ ^„ü `„˜þ , . ^„, `„Lÿ . „œ „L h • ’ h h ’ • • ’ h h h h h h „ý „p „Lÿ Æ „ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „kþ Æ ^„ `„ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ÿ Æ P „ ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ Ø à . ^„à `„Lÿ € . „P „L „˜þ Æ ^„ `„˜þo( ‡h ˆH ) „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þ‡h „@ „Lÿ Æ @ ^„@ `„Lÿ‡h ˆH . • „ Ø ˆH . Ø ’ Ø „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . „à „˜þ Æ à ^„à „° „Lÿ Æ ° ^„° „€ „˜þ Æ € ^„€ „P „˜þ Æ P ^„P „ „Lÿ Æ ^„ „h „˜þ Æ h ^„h 8 „˜þ^„8 `„˜þo( . h `„˜þ . • `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h Ø ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . . . ’ • • ’ h „˜þ^„Ø „Ø h „ „¨ Ø Ø Ø Ø h h „Lÿ^„ `„Lÿ „ . „˜þ^„¨ `„˜þ . h ^„ `„˜þ „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ h „˜þ^„H `„˜þ h „Ð „˜þ Æ Ð „H . „˜þ Æ „Lÿ Æ p ^„ `„˜þ‡h ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH . € „x „Lÿ^„x `„Lÿ . h „è „Lÿ^„è `„Lÿ ^„Ð `„˜þo( . € . ˆH ˆH . . ‚ € „ . „˜þ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „ ˆH . ‚ „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ PJ QJ ^J . . . . . o € € ‚ „Ø „¨ „Lÿ Æ ¨ ^„¨ `„Lÿ € þ Æ ˜þ . è . „H ^„ „ „Lÿ Æ ^„è `„˜þ ‚ . „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ „˜þ Æ „Lÿ Æ p „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH „˜þ Æ `„Lÿ € . € H . „x „˜þ Æ ^„H `„˜þ € Ð „ˆ „Lÿ Æ ^„Ð `„˜þo( ˆH ˆH . . x . ˆ ‚ € ^„x `„˜þ ‚ „¸ „˜þ Æ ^„ˆ `„Lÿ . € . ¸ . „è „˜ ^„¸ `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH h „˜þ Æ h ^„h `„˜þo( . ^„T `„˜þo( . ‚ „$ „Lÿ Æ $ ^„$ `„Lÿ‡h „ô „˜þ Æ ô ^„ô `„˜þ‡h ˆH . € „Ä . . . . € € ‚ „T ˆH . € „˜þ Æ „ T „˜þ Æ Ä ^„Ä `„˜þ‡h ˆH . ‚ „” „Lÿ Æ ” ^„” `„Lÿ‡h „d „˜þ Æ d ^„d `„˜þ‡h „4 „˜þ Æ 4 ^„4 `„˜þ‡h „ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ . . ‚ € „ € ˆH ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „Ð „˜þ Æ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þOJ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ ^„ „ . ‚ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH . ° ^„° `„˜þ‡h ˆH . € ^„€ `„˜þ‡h ˆH . P ^„P `„Lÿ‡h ˆH . Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ·ð `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h „kþ Æ ^„ `„kþo( ( € € ‚ p p ˆH ) p @ QJ o( ‡h ˆH ·ð „ . „ „˜þ^„ `„˜þo( ) € p „à „˜þ Æ à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð € p „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð € p „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ OJ QJ o( ‡h ˆH o € p „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „h „˜þ Æ h ^„h `„˜þ . „ý „kþ Æ ý ^„ý `„kþo( ) € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ . € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „à „° „˜þ Æ ° ^„° „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ . ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ¬ vf ¤,gy Ò•WS Y> " ±y u B ³; ¹*6o =oRU ¿ ú4 iiQ_ Ñ |H D1• xR[r €dJ È Ï" ïq¢J > „Lÿ Æ `„˜þ ‚ ³?‡ à . ^„à `„Lÿ € . „P „L } L É9 ÏR|> ;1´ •@F ƒT÷ €mû3 •zl e 1v ¯ © •]Õ| Î 72 l-. j ‚a ¬ i> u~t< * ß2“o IMr Þ$•5 {N…. U8- ( Œ- Ûwç -Rç ?#òj Þ••o •n W}= 62as 9 © n )P v ŽX Í \3 II 2 .xu }gbF y [ | @ Œl ÌTYe õD«F cR< /A O%Ð. ÛqVw ® P u M †>+ ´q¦s o _g Ï+Pv š •bj ±@-( ,b HÇ# €"Ù Y¥` t<{c T 4Y= €,Ù w-ža€C= ÀsÙ 5UCB a z'´4 >ˆf ‡ ~ †<•q tO ŒTáN l} X |×( †q“A ú š^ - L ©_è Ô^ t o= p-Ù 9cýZ `3ÅJ ¸Hk> †o– &@"F ™w# Æ+ÞO i* m Rlþ6 <?»! ã Ûj ‹d±E ªM B ,Ó R ØU q•ä CªE Ik X V 0~W bFu ËyC{ îU1• 4Q–/ Íz~" ú- Ü +;&h å$Q iNð[ •;ƒ © l\ì• -}-,  ³v ‘X¥) ÌcáQ £.c' ,n R þe ôB F,¯K ì\ JΕ w =@ Å•}, Dmo Š k- ÙD ¨'µ v< \ç\ y:û) ¥ Sk Ô H ê7 6 Yx& qzçW nYL¸dÉg $f ¦I E0 ´Nå@ ³ > ÊaÙ/ Í aK±B B&Õ; ¯ Êr Ä 3 ó^Ïx ¶ G ¶M v * Kp@ îYªm ô8+T •Gß_ }?˜b ha ^ V ¨ ý+âf = F0 ¼ Tb ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ½• Û• ÿÿÿÿÿÿÿÿqý ¦þ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ- ÿÿî—¤O ˆ êu лp›àUL ¼ ¼Õ ! ! ! ! ! ! ´äÐ^ ! ! ° Þ˜ ê‡ø„ Øh¦ß pC„<Oš? PYî£ ÀvœÕ vÊ 9 V L¬-Fí ®~Úo ›˜( 4K¤ß– Íî– ! -šfË ! à¡$§ DèäªøjL ! ! ! PŠðÁ ! ! ! ! ! ¤‡ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ°ÊÀƒÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ˜g>¬z â 4šº¶ ¤× ¹°Ñ&ºì¾ªe:·â…L"‚w ú=®† Rxlñ„Œúñ ÚÒx• ,à ·pi šöÀ0PŠÙº36 ˆ~ÈÉ ò d¹ —ŽŽ¼Æð…LG ¨© xªžÂ ƒî® €-4{ ƒî®RN› ! ! ! ! ! ! ! RÙ C8šÒ p“è üB ƒî® ! ¾Vâ[ D J_ l ôÎ Þ•þ» ¬v„Ô² pvªJR–ª ~hp 2*x `P ÿÿÿÿ ! ! ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ¤œ>ª 0¿ú¢¤ï¨r ! ! ! ! ! ! ! ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ â—þ! á 0 ï˜LFà"r ! ˆ êuªn ˆ êu ! ! ! ! ! ! ! ®>À¢`žF9 ! ! ! Dä ŽÑÆL ! ! ! ! ¦~`– ! ºY ’ ðæ^% DèäH#lu ~NLÒ ~; Ó ˆ êuF°²¼.8H?’ªÆ0º¤8á XÞøS ~pŒ JŒþ$~ ŽY"£ 8ÂkìÅ¢¶tf)ŒØdÌâ› NpbÏD¯„3 ꤜº ت‰báVrúy Ö¶´•`Ö w ¸–ö žš`À4úâGH+2i BÛ Ä- : ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ \ ] Ë&m ! ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ „RV4 è¬Pt – •t4p“è `–: œÛò¨ Å ö ! ܯ´ ˜^ž'˜Á†ç ˆ êu ¬šD ”¨ ‹ LÛj_ ! À@ ½ þt:Šy& ö3RÇ ªJ• ! ´Ì§ šrS ! ! ! ! ! ! ! ! ! ˆ êu ƒî® ƒî®Xÿ^Ä ! ! ! ! ! ! ! ·8„ ® Þl îñdð ˆ êu jÐ~ö žh[VÒþ•tÑrð â ,à l ôÎ ”¨ ‹ ö³$,$©DÉPŠ ò V ƒî® L 2|"f¸Äv褉øêÊt’µÒµf´ @Σ°)hŒ„® è÷€õ Ü7ÜkÊ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ƒî® tYP L"Uº´P• &f²• ï M ‹ 5Jpq¨u ž= s P ²P Ò6 .U pq¨u ¿' e> c_ .U kH ¦sñA§Q=B å §Q=B Ga ±G ÄH ‘i L" ¾j þ –c Ùd ˆ ? ù. Ôk ¦ $ " 2 £K ðB ^$ A " PJ$ ·b$ ‰ % å(% Vn' g ( {o( VN) [ + uHê4. ¢x0 p1 3 aJ3 ’f3 .4 Y{5 ¡ 7 R7 ‹^7 ¥c7 wV: S; Mc; Ð/< -}= <C? .C ®XD #E õ_E ÁnE ŒlF ¶G ¡-G « H --H Î\I íaI Q+J FK *nM ×nM 7wO ‰`P ö R « R ŸhR -OS K9T ‘;U I W • X ð-X kBY ²{Y × Z c0Z PKZ B [ • [ Ñu[ §"] *^ š•^ -5_ ×h_ Æ ` › ` N` g&b d}b Ô e ]e 0Mf pf 1Ei €[j ë l al B m Épm Zn Yvn ¦ o Û o Â#o ×0o 37q º t ˜"t O\v ®Wy { ]]| K } ¿ € ‰l€ . • cS• ‚ RI‚ ‘s‚ ¶ ƒ 1]„ õ … ½?† ¤p† ¾ ‡ ß ‡ óQ‡ ½$ˆ ëoˆ ¾ ‰ Ó5Š _ ‹ 7Œ ¸ • xŽ Y • ‰ ’ •^” ÞF˜ ä!™ ·1š FRš Rs› ”T• ³W• òa• Gl• ƒ:ž BIž ¬iŸ ènŸ C vm Ed¢ 8 ¤ E¤ h.¥ ôt¦ Hv¦ Å § ð § Ye§ P ¨ v © ÓR© (vª ·^« ê"¬ < ® ƒ=® MD¯ `-± C>± ˜ ´ ™ µ Y µ Ô3¸ &¹ ¯\¹ ð(» â_» È.½ ˜|½ ÅX¾ tb¾ ìy¾ ` ¿ µ ¿ X¿ P À I Á ønÁ tHÄ -Å —|Å HÆ /Ç íuÇ C}Ê Q Ì ^lÌ „zÌ ØÍ Ç,Î âbÎ º Ï ˜ Ñ ”_Ñ ^aÔ pÖ ™yÖ & Ø ].Ù U:Ù !TÙ ¸[Ù ¿\Ú ·EÛ ” ÔV¢ Ü Ý Ö Ý V:Ý !Þ ™ ß Pmà Ð á n"á ó?á â Ê"â Àå ?{é 9iê á ë Q ë 33ë rì 'xì Õ!í h î åXî ¦dï b ð U7ð ÔFñ t)ó nfõ „1ö T7ö dv÷ oFø osú !û >4ü qLü Ü ý Ô ý Ý8þ ‚Jþ Œ ÿ vj xj ÿ@ Œ• p @ ÿÿ U n k n o w n ÿÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ G-• ï* àAx À ÿ T i m e s N e w R o m a n 5-• € S y m b o l 3.• ÿ* àCx À ÿ àûýÇj ÿ Ÿ A r i a l =. € M S P G o t h i c ; • † •( S i m S u n ‹[SO ; • ‡ Ÿ S t y l e ?-• 2 5.• ÿ* á[` À) ‡ ‡ M S IN• C o r s i v a A-• A n t i q u a CN• S a n s M S 7-• B T B ˆ ðÐ € W i n g d i n g s K-, B o o k m a n O l d € W i n g d i n g s ÿ Ÿ Ÿ ‡ ï T a h o m a A.• A r i a l N a r r o w A.• T r e b u c h e t Ÿ M o n o t y p e ‡ Ÿ B o o k ‡ Ÿ C o m i c K @ Ÿ C a m b r i a U • S o u v e n i r L t G e o r g i a ?=• ÿ* àCx À ÿ C o u r i e r N e w A-• ï ë Ÿ C a m b r i a M a t h " 0 h ú”ØF •ØF ïÎ ‡› Î Ä Ô ïÎ ‡› Î Ä Ô ± ð Á Á d ´ •‚ 4 d ²g ²g 2ƒq ð üý ðÿ ? ä tj ! I N D I K A T O R 1 A N D E S HP ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•¦ o x x 2 D a d a n g ¼ ¬ ÿÿ ¬ - ! " # $ % & ' ( ) * + , - . / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? @ A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z [ \ ] ^ _ ` a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z { | } ~ • € • ‚ ƒ „ … † ‡ ˆ ‰ Š ‹ Œ • Ž • • ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š › œ • ž Ÿ ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ © ª « þÿ +'³Ù0 4 à…ŸòùOh «‘ x ð € ” ¤ ´ Ä Ð ü $ , ä - INDIKATOR 1 ANDES rosoft Office Word Ê Î ïÎ @ ‡› Normal 2~§ @ ¼²ƒ Dadang Ê @ `FZ 3 - Mic þÿ ÕÍÕœ. “— +,ù®0 ô h œ ¼ p ¤ | ¬ „ ´ Œ ” Ô ä - Ô Ä ²g - INDIKATOR 1 - Title ! . @ R " / A S e d w ‰ ˜ ª ¼ T f x Š ™ « ½ Ï Î á ó # 0 B U g y ‹ š ¬ ¾ Ð â ô $ 1 C V h z Œ › ¿ Ñ ã õ % 2 D E W i { • œ ® À Ò ä ö & 3 F X j | Ž * 7 I [ m • ‘ ± à \ n ’ ² Ä ³ Å × é û ü ] o Æ Ø ê , 9 K • “ ¢ ´ ¡ Ö è ú + 8 J € Ÿ Õ ç ù H Z • °  ) 6 l ~ ž Ô æ ø G Y • ¯ Á ( 5 k } • Ó å ÷ ' 4 ^ p ‚ ” £ µ Ç Ù ë ý : L _ q ƒ • ¤ ¶ È Ú ì þ ; M ` r „ – ¥ · É Û í ÿ < N s … > P b t † ? Q c u ‡ v ˆ — ¦ ¸ Ê Ü î = O a § ¹ Ë Ý ï ¨ º Ì Þ ð © » Í ß ñ à ò ! . @ R " / A S e d w ‰ ˜ ª ¼ T f x Š ™ « ½ Ï Î á ó # 0 B U g y ‹ š ¬ ¾ Ð â ô $ 1 C V h z Œ › ¿ Ñ ã õ % 2 D E W i { • œ ® À Ò ä ö & 3 F X j | Ž * 7 I [ m • ‘ ± à \ n ’ ² Ä ³ Å × é û ü ] o Æ Ø ê , 9 K • “ ¢ ´ ¡ Ö è ú + 8 J € Ÿ Õ ç ù H Z • °  ) 6 l ~ ž Ô æ ø G Y • ¯ Á ( 5 k } • Ó å ÷ ' 4 ^ p ‚ ” £ µ Ç Ù ë ý : L _ q ƒ • ¤ ¶ È Ú ì þ ; M ` r „ – ¥ · É Û í ÿ < N s … > P b t † ? Q c u ‡ v ˆ — ¦ ¸ Ê Ü î = O a § ¹ Ë Ý ï ¨ º Ì Þ ð © » Í ß ñ à ò ! . @ R " / A S e d w ‰ ˜ ª ¼ T f x Š ™ « ½ Ï Î á ó # 0 B U g y ‹ š ¬ ¾ Ð â ô $ 1 C V h z Œ › ¿ Ñ ã õ % 2 D E W i { • œ ® À Ò ä ö & 3 F X j | Ž * 7 I [ m • ‘ ± à \ n ’ ² Ä ³ Å × é û ü ] o Æ Ø ê , 9 K • “ ¢ ´ ¡ Ö è ú + 8 J € Ÿ Õ ç ù H Z • °  ) 6 l ~ ž Ô æ ø G Y • ¯ Á ( 5 k } • Ó å ÷ ' 4 ^ p ‚ ” £ µ Ç Ù ë ý : L _ q ƒ • ¤ ¶ È Ú ì þ ; M ` r „ – ¥ · É Û í ÿ < N s … > P b t † ? Q c u ‡ v ˆ — ¦ ¸ Ê Ü î = O a § ¹ Ë Ý ï ¨ º Ì Þ ð © » Í ß ñ à ò ! . @ R " / A S e d w ‰ ˜ ª ¼ T f x Š ™ « ½ Ï Î á ó # 0 B U g y ‹ š ¬ ¾ Ð â ô $ 1 C V h z Œ › ¿ Ñ ã õ % 2 D E W i { • œ ® À Ò ä ö & 3 F X j | Ž * 7 I [ m • ‘ ± à \ n ’ ² Ä ³ Å × é û ü ] o Æ Ø ê , 9 K • “ ¢ ´ ¡ Ö è ú + 8 J € Ÿ Õ ç ù H Z • °  ) 6 l ~ ž Ô æ ø G Y • ¯ Á ( 5 k } • Ó å ÷ ' 4 ^ p ‚ ” £ µ Ç Ù ë ý : L _ q ƒ • ¤ ¶ È Ú ì þ ; M ` r „ – ¥ · É Û í ÿ < N s … > P b t † ? Q c u ‡ v ˆ — ¦ ¸ Ê Ü î = O a § ¹ Ë Ý ï ¨ º Ì Þ ð © » Í ß ñ à ò ! . @ R " / A S e d # 0 B T f $ 1 C U g % 2 D V h & 3 E W F X x Š ™ « j | ( 5 G Y k } ) 6 H Z l ~ * 7 I [ m • + 8 J \ n , 9 K ] o : L ^ p ; M _ q < N ` r = O a > P b ? Q c s t u v y z { € • ‚ ƒ „ … † ‡ ˆ ‹ Œ • Ž • • ‘ þÿÿÿ“ ” • – — š › œ • ž Ÿ ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ © ¬ ® ¯ ° ± ² ³ ´ µ ¶ · ¸ ¹ º » ¼ ½ þÿÿÿ¿ À Á Â Ã Ä Å Æ Ç È É Ê Ë Ì Í Î Ï Ð Ñ Ò Ó Ô Õ Ö × Ø Ù Ú Û Ü Ý Þ ß à á â ã ä å æ ç è é ê ë ì í î ï ð ñ ò ó ô õ ö ÷ ø ù ú û ü ý þ ÿ w ‰ ˜ ª i ' 4 ! . @ R " / A S e d w ‰ ˜ ª ¼ T f x Š ™ « ½ Ï Î á ó # 0 B U g y ‹ š ¬ ¾ Ð â ô $ 1 C V h z Œ › ¿ Ñ ã õ % 2 D E W i { • œ ® À Ò ä ö & 3 F X j | Ž * 7 I [ m • ‘ ± à \ n ’ ² Ä ³ Å × é û ü ] o Æ Ø ê , 9 K • “ ¢ ´ ¡ Ö è ú + 8 J € Ÿ Õ ç ù H Z • °  ) 6 l ~ ž Ô æ ø G Y • ¯ Á ( 5 k } • Ó å ÷ ' 4 ^ p ‚ ” £ µ Ç Ù ë ý : L _ q ƒ • ¤ ¶ È Ú ì þ ; M ` r „ – ¥ · É Û í ÿ < N s … > P b t † ? Q c u ‡ v ˆ — ¦ ¸ Ê Ü î = O a § ¹ Ë Ý ï ¨ º Ì Þ ð © » Í ß ñ à ò ! . @ " / A # 0 B $ 1 C % 2 D & 3 ' 4 ( 5 ) 6 * 7 + 8 J , 9 K : L = > ? O P Q R S T U V \ ] ^ _ ` a b c d e f g h i j k l m n o p q r þÿÿÿt u v w x y z þÿÿÿ| } ~ • € • ‚ þÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿ ÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿ’ “ þÿÿÿþÿÿÿ– þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿR o o t E n t r y ÿÿÿÿÿÿÿÿ À F àv¢u Ê • D a t a ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ e E W F X G Y H Z I [ ’ ; M /W < N 1 T a b l ÿÿÿÿÿÿÿÿ ¾ Li W o r d D o c u m e n t ÿÿÿÿ 8" S u m m a r y I n f o r m a t i o n ( ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ s D o c u m e n t S u m m a r y I n f o r m a t i o n 8 ÿÿÿÿÿÿÿÿ { M s o D a t a S t o r e ÿÿÿÿÿÿÿÿ ©Šu Ê ðJ›u Ê H Á à B S Û H Þ ß Ä Î S J X Â Ò U J U Ñ L Ð = = 2 ÿÿÿÿÿÿÿÿ ©Šu Ê ðJ›u Ê I t e m ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ Í t i e s U P r o p e r ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ C o m p O b j ÿÿÿÿ y ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿÿÿ þÿÿÿ þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ<b:Sources xmlns:b="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/bibliograp hy" xmlns="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/bibliography " SelectedStyle="\APA.XSL" StyleName="APA"/> <?xml version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="no"?> <ds:datastoreItem ds:itemID="{4BC1181E-FEB1-4BFE-9225-78B25095312F}" xmlns:ds="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/customXml "><ds:schemaRefs><ds:schemaRef ds:uri="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/bibliograph y"/></ds:schemaRefs></ds:datastoreItem> þÿ ÿÿÿÿ À F' Microsoft Office Word 97-2003 Document MSWordDoc Word.Document.8 ô9²q