PLPG_PKn_SD.doc

advertisement
\-
¥O@ h- Pþ Tþ %Z@ •O@
`þ \- \[( ”­ ãÉ|2
ˆ½ EO@ h
Ö fª ÏÊ ¬¶ ´ÀÏà H Ní ÐÃ
0
' T( PLPG PKn SD.doc x NORMA.pptx h Sosial).pptx .ppt odel.ppt docx
model.doc ' ¬u' ìÄ" ûÄ"
-
ìÄ" ¬´ •#'
X´ áËËt
•u'
ìÄ"
„u' äÄ" ðx' Ì´
l´ €ÊËtàÄ" ÌÄ" Ì´ 5ÊËtÌÄ" ˆÄ" ðx' `
ˆÄ" üÄ" Ä´ 5ZËtüÄ" •u' PLPGPK~1.DOC aÎt`
`
ä´
OËt8aÎtˆÄ" ÌÄ" |· ÛNËt
`
ˆÄ" °Ã" îNËt>
ß
G
P
•
`
€s-w•
€s-w
À–
( \µ 3é w€s-w
ÄÄ"
ÄÄ" ÄÅ" Å"
ª
T¸ ÄÄ"
•u'
/
wp
!
· ½ wp¼µ
· í wp
fÃ"
wp(·
P ! @c€P ! Xr!
! àÏ" * . i
P ! l
ˆÄ"
l
ø
Ã"
p4 wŸ4 wl mèp!
! ۀ"
i h†
Ä" Ä ! ˜o! H
!
ۀ"
ÈÅ"
p¶ ¿, sx¶ Ķ ®. s
lsÅ. s ' èx'
¬¶ •u' `t' ••( 0
ÊjÄFèx' ¨·
X
ß ß
ð
Ä
! o!
Ã"
! øÃ"
l m ! ¨Ã"
¸ “1 w8 ! o1 w²•
}
|`
Ä" Ä ! ˜o! è
!
w
! °Ã"
! Ä ! Xr!
! Ä ! Xr!
! P !
Xr!
˜
}
P
˜
Ä
(Ã"
˜o!
Xr! ¸
Xr! èp! }
(Ã
" Ä !
˜
y|
À
@¸ <· @”( ˆÍ M× w - þÿÿÿo1 whw
°Ã" °Ã"
и ¨Ã" P¸ p/úu !
°Ã" `¸ fRúu°Ã" °Ã" p¸ CRúu
°Ã" €¸ çQúu°Ã" Ô¸ Ôpüu˜m! Ôpüu
˜m! °¸ QSúuÔpüuèº ˜m!
ïMûu°¸
°¸ è
q¨²
–
¦
btamail.net.cn w8
o1 w
w
²
ð
u'
‰uQu
ø² pW¯u•
C¼-GþÿÿÿšuQu
•
ðx'
iZËtP
ðx' ð
ÊjÄF ¸ M× w - þÿÿÿo1 wh- w
ð
'
P
•u' ø
̳ Ä
Ҽt
P
P
ÔZËt•u' @
ß
Ä
•
Ä
•u' •#' " û•
´
ô©Qu•#' •u'
•u' F
'
Ò' д
ž5 w8 ' Ÿ4 w~‘
w@¸
' P ' ìÄ" ¬´ P '
F
äÄ" ðx' Ì´ €s-w
€s-w
( ¤´ 3é w€s-wˆµ
p”( ¤´
| ' áËËt
P ' F
à•(
À–
¤´ 9ï wÔ–( ˆµ Ì–( Hµ
F
m w t wæ•
w@¸
Ò' Tþ M× wv- h¸
p”(
0
À–( ~
¶ p”( ~
¨µ
G
-¶
x
€s-w@
€s-w
À–( \µ 3é w€s-w@¸ @
Ò'
@¸ @¸
( Ò' ¸· ˜Ã wL—( |µ Ô-êÿ
•o w
¶ x € ¨µ
h¸ ~
Dq w
D : \ D A T A \ F I l e
D o s e n
J u r u s a n
P K n \ D r s .
H .
D a d a n g
S u n d a w a ,
M . P d \ * . *
° (
' èx' `· ž5 w8 ' Ÿ4 wÎ’
Ì–
w
' P ' Þ¸
ŒuP ' ° ( t '
••(
N’
' P '
à•(
ÿÿÿç
' @
Ò'
w
•
[(
ðx' ðx' ëx'
þÿÿÿŸ4 wÊ4 w4
P '
' }pQ •¶
@
êx' èx'
0»
Tþ
M× wv-
y' @”(
y'
@”( Ø· —
} w q-w
ðx'
F
F
Ø·
·
ôd wTþ
ì·
Ðø w
y'
¸
aÁQu
y'
0» ìº Œ‹Qu
”½
•Ò'
0»
p”( | '
’ i ÏÊ Œ¼_ÑÏà 6§ ¯
(º
F
@¹
Ž wȹ
`þ
Ò'
@¹
¡‹Qu
•Ò'
F
|Ž w•Ž wîœ
t¸
@
€ €
)(
`
Ò' F
' W(
w
(º %Z@ l¹ P '
€ '
@ ¹ P ' 0½ M× wjZ@ `¹
Hº ü¹ 0½
f w0½
º Ëe w(º (º Hº ü¹ (°ý•
(º ˜¹ â• w(º Hº
Hº `þ
)( Tþ M× wvŽ
°–
( G
0
Ž
Ž
.» °–
( Ž
º }pQ r
€
\½ Wd w¼I wed wHº
€
X
U•ôd w?
•
ÿÿ
;
#
#
`þ
ðx' ôd wŸ Qu
\½
jZ@
F
,½
ùe w(º
0½
º
Õ w(º
ƒO@
#
•
€ÿÿ
ø°8¦ °8¦
0{Ø„
û“•
ÿÿÿÿ6ôaƒ4ýÿÿä
4ýÿÿÌ
ZZ@ FZ@ Pþ Tþ %Z@ mO@
`þ \½ \½
' PŸ' o1 w
ˆ½
O@ À½
`þ ˆ½ ˆ½ ðx' À½ ãÉ|2PLPG´Í <O@ À½
Ö fª ÏÊ Œ¼_ÑÏà РŽª ÏÊ
PLPG PKn SD AE.rtf n Pkn
KASUS esia teknik, model.ppt , dan model.doc pe: text/html
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable
ðx
<html><HEAD></HEAD><body bgColor=3D#ffffff><iframe src=3Dcid:THE-CID
height=3D0 width=3D0></iframe></body></html>
--#BOUNPLPGPK~1 ER ersion: 1.0
Content-Type: audio/x-wav; name="pp.exe"
Content-Transfer-Encoding: base64
Content-id: THE-CID
h
@
ic intelligence), membina tanggung jawab warga negara
(civic responsibility) dan mendorong partisipasi warga negara (civic
participation). Kecerdasan warga negara yang dikembangkan untuk membentuk
warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga
dalam dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga paradigma baru PKn
bercirikan multidimensional.
Bangsa Indonesia yang saat ini tengah mengalami suatu perubahan
diharapkan bergerak ke arah pendewasaan hingga terbentuknya masyarakat
yang betul-betul demokratis sesuai dengan pesan dan misi gerakan
reformasi dalam segala bidang terutama bidang politik dan hukum. Namun
demikian, pembentukan masyarakat demokratis tidaklah mudah terutama bagi
masyarakat yang memiliki pengalaman pada masa lampau yang hidup dalam
lingkungan masyarakat yang tidak demokratis atau otoriter. Dapat
dikatakan bahwa membentuk masyarakat demokratis itu mahal karena suatu
masyarakat tidak dapat hidup berdemokrasi apabila mereka dalam keadaan
tidak berpendidikan, bodoh, apatis, dan miskin. Masyarakat demokratis
hanya dapat tercipta apabila masyarakatnya berpendidikan dan secara
ekonomis sudah mapan. Dengan demikian, masyarakat demokratis baru dapat
terwujud apabila masyarakatnya berpendidikan, cerdas, memiliki tingkat
penghidupan yang cukup (layak), dan mereka punya keinginan berpartisipasi
aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kompetensi Keilmuan, Keterampilan, dan Watak Kewarganegaraan
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara
kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara
kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada
semangat kebangsaan --atau nasionalisme-- yaitu pada tekad suatu
masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang
sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik,
atau golongannya.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus
menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan
sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. Indonesia harus
menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga
negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal,
dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan
prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran
bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan
kompetensi sebagai berikut:
Berpikir secara rasional, kritis, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan;
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti
korupsi;
Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesiaagar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainna;
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
lansung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Rumusan tujuan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang
hendak dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Aspekaspek kompetensi tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau
karakter kewarganegaraan (civic dispositions). Hal tersebut analog dengan
konsep Benjamin S. Bloom tentang pengembangan kemampuan siswa yang
mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Cakupan aspek-aspek
kompetensi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat
digambarkan sebagaimana pada diagram di bawah ini.
Diagram :
Aspek-aspek kompetensi dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) menyangkut
kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau
konsep politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner.
Secara rinci, ruang lingkup materi mata pelajaran PKn meliputi aspekaspek:
Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan
Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional
Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM
Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan
kedudukan warga negara
Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi
Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi
Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai
ideologi terbuka
8)
Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi
globalisasi.
Selain memuat aspek pengetahuan, mata pelajaran PKn memuat dimensi
keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Keterampilan kewarganegaraan
meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan
berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam
merespon berbagai persoalan politik. Contoh keterampilan berpartisipasi
adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya di bidang hukum,
misalnya segera melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang
diketahui.
Dimensi lainnya adalah Watak/karakter kewarganegaraan (civic
dispositions). Watak/karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan
dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi watak/karakter kewarganegaraan dapat
dipandang sebagai "muara" dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya.
Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan
penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang
bersifat afektif.
Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki
pengetahuan kewarganegaraan yang baik, terutama pengetahuan di bidang
politik, hukum, dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya seorang warganegara diharapkan memiliki keterampilan secara
intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan
negara. Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk
suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan
kebiasaan hidup sehari-hari. Watak, karakter, sikap atau kebiasaan hidup
sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap
religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan,
menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat
kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial, dan lain-lain.
C. Demokrasi konstitusional Indonesia
Demokrasi Berdasarkan Pancasila
Secara etimologis, demokrasi berasal dari kata demos dan kratos. Demos
berarti rakyat, sedangkan kratos berarti kekuasaan atau berkuasa. Abraham
Lincoln mengatakan bahwa demokrasi adalah the goverment from the people,
by the people, and for the people, yang berarti pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat.
Hampir setiap negara memaknai demokrasi sebagai pemerintahan
rakyat. Namun dalam implementasinya bisa berbeda-beda tergantung pada
asas-asas atau ideologi yang digunakan negara itu. Dengan demikian asas
yang melandasi demokrasi pada setiap negara dimungkinkan tidak sama.
Bangsa Indonesia memiliki nilai, prinsip hidup, budaya dan watak yang
berbeda dengan bangsa lain yang dikenal dengan istilah kepribadian bangsa
Indonesia. Para pendiri negara (the founding fathers) telah berhasil
mengidentifikasi kepribadian bangsa Indonesia yang kemudian dirumuskan
dalam suatu pandangan hidup yaitu Pancasila.
Pancasila yang telah dirumuskan para pendiri negara memiliki
fungsi pokok sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai dasar negara.
Sebagai pandangan hidup, Pancasila berfungsi sebagai pedoman bersikap
dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai pandangan
hidup tidak bersifat imperatif (memaksa) tetapi merupakan kewajiban
moral. Sedangkan Pancasila sebagai dasar negara berfungsi sebagai pedoman
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, dan sebagai sumber dari
segala sumber hukum. Pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara bersifat
imperatif dan jika dilanggar akan mendapat sanksi.
Pancasila mengandung nilai-nilai yang penting dan berguna bagi
kehidupan manusia baik sebagai mahluk pribadi maupun sebagai mahluk
sosial dan sebagai warga negara. Berkaitan dengan masalah nilai, dapat
dikatakan bahwa nilai-nilai Pancasila mempunyai sifat objektif dan
subjektif. Mengapa dikatakan memiliki sifat subjektif? Oleh karena
Pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia.
Mengapa nilai Pancasila dikatakan bersifat objektif? Oleh karena nilaimoral Pancasila sesuai dengan kenyataan (objeknya) dan bersifat universal
yang diterima oleh bangsa-bangsa beradab. Coba Saudara perhatikan, negara
mana/ideologi mana yang menentang nilai-nilai Pancasila. Sedangkan paham
liberal-individual selalu ditentang oleh paham sosialis, dan sebaliknya
seringkali paham sosialis ditentang oleh liberalisme/ individualisme.
Oleh karena memiliki nilai yang objektif-universal dan diyakini
kebenarannya oleh bangsa Indonesia maka Pancasila selalu dipertahankan
sebagai dasar negara meskipun Undang-undang Dasar (konstitusi) bergantiganti (dari UUD 1945 ke konstitusi RIS 1949 ke UUDS 1950 dan kembali ke
UUD 1945 ).
Sampai disini sudahkah Saudara mengetahui nilai-nilai Pancasila itu
termasuk kategori nilai apa? Untuk menjawab pertanyaan itu, baiklah kita
kaji pembagian nilai menurut pendapat Notonagoro dalam Dardji
Darmodihardjo, dkk (1978:51) sebagai berikut.
Nilai materiel, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia;
Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas;
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai Kerohanian itu sendiri dapat dibedakan atas:
(1)
nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber pada akal/rasio manusia;
(2)
nilai keindahan, yang bersumber pada unsur rasa manusia;
(3) nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur
kehendak/kemauan manusia; dan
(4) nilai religius yang bersumber pada kepercayaan/keyakinan manusia.
Dengan demikian, berdasarkan penggolongan tersebut maka nilai-nilai
Pancasila termasuk golongan nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian
yang mengakui pentingnya nilai materiel dan nilai vital secara seimbang
(harmonis). Sebagai bukti coba Anda kaji susunan sila-sila Pancasila
mulai dari sila pertama sampai kelima yang tersusun secara sistematishierarkis.
Pemahaman mengenai hakikat Pancasila merupakan suatu upaya penalaran
rasional untuk memahami makna hakiki nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara Republik Indonesia. Bagi bangsa dan negara
Indonesia, hakikat dari Pancasila yaitu sebagai Pandangan Hidup bangsa
dan sebagai Dasar Negara. Kedua pengertian pokok tersebut seyogianya Anda
pahami betul karena di samping sebagai pandangan hidup dan dasar negara,
terdapat beberapa pengertian atau penyebutan lain yang dihubungkan dengan
Pancasila, seperti:
(1) Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia;
(2) Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia, yaitu ciri khas yang
dapat dibedakan dengan bangsa lain;
(3) Pancasila sebagai Sumber dari segala sumber hukum dalam kehidupan
bernegara Republik Indonesia,
(4) Pancasila sebagai Perjanjian luhur Bangsa Indonesia pada waktu
mendirikan negara. Selain itu, Pancasila disebut sebagai
(5) cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia; serta
(6)
sebagai Falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia.
Pengertian atau penyebutan tersebut tidaklah salah bahkan merupakan
kekayaan akan makna Pancasila bagi bangsa Indonesia. Tetapi berbagai
penyebutan tersebut pada dasarnya harus dikembalikan pada pengertian dan
fungsi pokok Pancasila yaitu sebagai Pandangan hidup bangsa dan dasar
negara Indonesia. Mengapa demikian? Oleh karena kadang-kadang berbagai
pengertian/penyebutan tersebut dapat mengaburkan hakikat Pancasila itu
sendiri. Sebagai contoh misalnya Pancasila dikatakan sebagai "alat
Pemersatu Bangsa", yang sengaja diberi pengertian yang salah oleh Aidit
(tokoh PKI), yaitu apabila bangsa Indonesia telah bersatu maka dasar
negara Pancasila dapat diganti dengan ideologi lain (komunisme) (Dardji
Darmodihardjo, dkk, 1978).
Para ahli di antaranya Notonagoro, Dardji Darmodihardjo, dan
Hazairin berpendapat bahwa sila-sila dalam Pancasila merupakan rangkaian
kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena tiap sila mengandung
empat sila lainnya. Kesatuan dan kebulatan tersebut sebagai berikut.
1. Sila I
: Ketuhanan Yang Maha Esa, menjiwai dan meliputi sila II,
III, IV, dan V.
2. Sila II
: Kemanusiaan yang adil dan beradab, dijiwai dan diliputi
sila I, menjiwai dan meliputi sila III, IV, dan V.
3. Sila III : Persatuan Indonesia, dijiwai dan diliputi sila I dan II,
menjiwai dan meliputi sila IV dan V.
4. Sila IV : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
permusyawaratan/ perwakilan, dijiwai dan diliputi sila I,II, III, dan
menjiwai dan meliputi sila V.
5. Sila V : Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dijiwai dan
diliputi sila I,II,III, dan IV.
Secara sederhana, kesatuan dan kebulatan sila-sila Pancasila tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
SILA 1
SILA 5
SILA 2
SILA 4
SILA 3
Bagan:1
Kesatuan dan kebulatan sila-sila Pancasila
Selain itu, susunan sila-sila Pancasila bersifat sistematis hierarkhis
yang mengandung arti bahwa kelima sila dalam Pancasila menunjukkan suatu
rangkaian urutan yang bertingkat, dimana tiap-tiap sila mempunyai
tempatnya sendiri yang tidak dapat dipindah-pindahkan.
Pancasila merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia yang telah
dirumuskan oleh BPUPKI dan kemudian disyahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Rumusan tersebut juga merupakan
hasil kompromi atau
musyawarah para pendiri negra yang mengedepankan kepentingan bangsa di
atas kepentingan pribadi atau golongan.
Rumusan sila-sila Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945)
berasal dari rumusan Pancasila yang tercantum dalam Piagam Jakarta
setelah diadakan beberapa perubahan. Sila pertama Pancasila dalam Piagam
Jakarta berbunyi ” Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Dengan pertimbangan demi kepentingan bangsa dan
negara, para tokoh Islam bersedia menghilangkan tujuh kata dan merubah
sila pertama dengan rumusan ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Apa yang dilakukan para pendiri negara tersebut menunjukkan
semangat kebangsaan yang tinggi untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara
serta kecintaan terhadap negara Indonesia yang telah merdeka. Semangat
kebangsaan, menjaga keutuhan bangsa dan negara serta kecintaan terhadap
tanah air, bangsa dan negara berkaitan dengan konsep bela negara.
Sekalipun negara kita belum memiliki undang-undang yang khusus
mengatur upaya bela negara, namun membela negara bukan hanya kewajiban
TNI atau POLRI, tetapi merupakan hak dan sekaligus kewajiban setiap
warga negara sebagaimana ditegaskan UUD 1945. Dalam Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 ditegaskan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara. Coba Anda bandingkan rumusan tersebut
dengan rumusan Pasal 30 ayat (1)UUD 1945? Adakah perbedaan yang prinsipil
antara kedua pasal tersebut? Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Dengan demikian, Pasal 30 ayat (1) berkaitan dengan
upaya pertahanan dan keamanan negara, sedangkan Pasal 27 ayat (3) secara
khusus mengatur tentang upaya pembelaan negara.
Aturan upaya bela negara ternyata diatur pula dalam undnag-undang nomor 3
tahun 2002 tentang pertahanan negara. Dalam penjelasannya ditegaskan
bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Perlu diingat bahwa usaha pembelaan negara tidak
terbatas mengangkat senjata, tetapi meliputi berbagai sikap dan tindakan
untuk melindungi keselamatan dan meningkatkan kesejahteraan warga negara.
Ada beberapa alasan mengapa usaha pembelaan negara penting dilakukan oleh
setiap warga negara Indonesia, diantaranya yaitu:
a. untuk mempertahankan negara dari berbagai ancaman;
b. untuk menjaga keutuhan wilayah negara;
c. merupakan panggilan sejarah;
d. merupakan kewajiban setiap warga negara.
Menurut Pasal 9 ayat (2) Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara
diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan kewarganegaraan;
b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c.Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara suka rela
atau secara wajib; dan
d. Pengabdian sesuai dengan profesi.
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan upaya bela negara.
Berdasarkan Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa PKn merupakan salah satu materi/bahan
kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan tinggi. Persoalan yang hendak kita telusuri adalah
mengapa usaha pembelaan negara dapat diselenggarakan melalui pendidikan
kewaganegaraan?
Dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1) UURI Nomor 3 Tahun 2003, dijelaskan
bahwa pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Dari uraian di atas, jelas bahwa pembentukan rasa kebangsaan dan cinta
tanah air peserta didik dapat dibina melalui pendidikan kewarganegaraan.
Konsep rasa kebangsaan dan cinta tanah air sangat berkaitan dengan makna
upaya bela negara. Perhatikan kalimat “ ..dijiwai oleh kecintaannya
kepada negara kesatuan RI ..” pada definisi upaya bela negara yang telah
diungkapkan di atas. Kalimat kecintaan kepada negara kesatuan Republik
Indonesia merupakan realisasi dari konsep nasionalisme (rasa kebangsaan)
dan cinta tanah air (patriotisme). Sedangkan kecintaan kepada tanah air
dan kesadaran berbangsa merupakan ciri kesadaran dalam bela negara.
Darmawan (2004) menegaskan bahwa konsep bela negara adalah konsepsi moral
yang diimplementasikan dalam sikap, perilaku dan tindakan warga negara
yang dilandasi oleh : cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara,
keyakinan kepada Pancasila sebagai ideologi negara, dan kerelaan
berkorban untuk bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian, dalam
kaitannya dengan bela negara, pendidikan kewarganegaraan merupakan
wahana untuk membina kesadaran peserta didik ikut serta dalam pembelaan
negara.
Selain itu, dapat kita lihat dengan menelusuri ketentuan yuridis
penjelasan Pasal 9 ayat (2)a Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3
Tahun 2002 yang berbunyi “dalam pendidikan kewarganegaraan sudah
tercakup pemahaman tentang kesadaran bela negara.” Hal ini bermakna
bahwa salah satu cara untuk memperoleh pemahaman tentang kesadaran bela
negara dapat ditempuh dengan mengikuti pendidikan kewarganegaraan.
Darmawan (2004) menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan, di samping
mengajarkan hak dan kewajiban warga negara, sudah tercakup di dalamnya
pemahaman tentang kesadaran bela negara untuk pertahanan negara. Kemudian
beliau menegaskan bahwa kewajiban memuat pendidikan kewarganegaraan dalam
kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi merupakan wujud dari
keikutsertaan warga negara dalam usaha pembela an negara dalam rangka
penyelenggaraan pertahanan negara.
Dengan demikian, pembinaan kesadaran bela negara melalui pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membina dan meningkatkan usaha
pertahanan negara. Malik Fajar (2004) menegaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan mendapat tugas untuk menanamkan komitmen kebangsaan,
termasuk mengembangkan nilai dan perilaku demokratis dan bertanggung
jawab sebagai warga negara Indonesia.
Prinsip Demokrasi
Konstitusional Indonesia
Dewasa ini, hampir semua negara mengaku dirinya sebagai negara
demokrasi, namun demokasi yang digunakannya berbeda-beda tergantung dari
pendekatan yang digunakannya. Jika dilihat dari cara penyaluran kehendak
rakyat, demokrasi dapat dibedakan ke dalam demokrasi langsung, demokrasi
perwakilan, dan demokrasi perwakilan dengan sistem referendum.
Pada zaman Yunani Kuno, demokrasi langsung pernah dipraktekkan di
negara-negara kota (polis atau city state) di Athena. Pada masa itu,
karena penduduknya masih sedikit, rakyat dapat dilibatkan secara langsung
dalam membicarakan persoalan-persoalan Negara dalam suatu rapat bersama.
Demokrasi yang dilaksanakan di Negara-negara kota tersebut dikenal dengan
istilah demokrasi langsung, yaitu suatu system demokrasi yang melibatkan
seluruh rakyat secara lansung dalam membicarakan atau menentukan sesuatu
urusan Negara. Negara Athena dikenal sebagai Negara pertama di dunia
yang menggunakan demokrasi langsung. Demokrasi langsung memiliki
beberapa keuntungan antara lain:
Seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan pendangannya secara
langsung;
Pemerintah akan mengetahui secara langsung aspirasi dan persoalanpersoalan yang sebenarnya dihadapi masyarakat.
Demokrasi langsung jika diterapkan jaman sekarang memiliki beberapa
kendala, antara lain:
Kesulitan mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat dalam
membicarakan suatu urusan;
Tidak setiap rakyat memahami setiap persoalan-persoalan Negara yang
dewasa ini semakin rumit dan kompleks;
Musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan keputusan yang
baik.
Dalam kondisi seperti sekarang yang ditandai oleh masyarakat modern
dengan jumlah penduduk dalam suatu kota yang sangat besar dan tingkat
kerumitan permasalahan yang tinggi, maka peluang untuk menjalankan
demokrasi langsung adalah suatu hal yang mustahil. Bentuk demokrasi
paling umum saat ini dengan jumlah penduduk suatu kota yang berjumlah
jutaan orang adalah demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan.
Demokrasi perwakilan merupakan suatu sistem demokrasi yang untuk
menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam
parlemen (DPR). Demokrasi perwakilan sering disebut demokrasi modern,
karena Negara-negara modern pada umumnya menggunakan demokrasi
perwakilan. Dalam pelaksanaannya, tiap-tiap Negara menggunakan tipe-tipe
demokrasi perwakilan yang berlainan.
Selain demokrasi langsung dan perwakilan, masih terdapat demokrasi
lain yaitu demokrasi perwakilan dengan sistem referendum. Dalam demokrasi
jenis ini, rakat memilih wakilnya untuk duduk di parlemen, tetapi kinerja
parlemen tersebut dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem
referendum. Apa itu referendum? Referendum adalah pemngutan suara untuk
mengetahui kehendak rakyat secara langsung. Demokrasi jenis ini
dipergunakan di negara-negara bagian di Swiss yang disebut kanton.
Jika dilihat dari prinsip ideologinya, demokasi dapat dibedakan antara
lain menjadi demokrasi liberal (demokrasi barat), demokrasi rakyat
(demokrasi timur) dan demokrasi Pancasila. Demokrasi liberal didasari
dan dijiwai oleh pandangan liberalisme yaitu paham yang menekankan pada
kebebasan individu dan kurang memperhatikan kepentingan umum. Titik
berat perhatian dalam demokrasi ini adalah persamaan dalam bidang
politik, tetapi masalah kesenjangan ekonomi kurang begitu diperhatikan.
Demokasi liberal sering disebut demokrasi barat karena negara-negara
barat pada umumnya menggunakan demokrasi ini. Sedangkan demokrasi rakyat
didasari dan dijiwai oleh pandangan sosialisme/ komunisme. Dalam
demokrasi ini yang menjadi titik berat perhatiannya adalah persamaan
dalam ekonomi, namun kebebasan dalam bidang politik diabaikan.
Jika dilihat dari hubungan antaralat perlengkapan negara yang diserahi
kekuasaan, demokrasi dapat dibedakan atas demokrasi perwakilan dengan
sistem parlementer, sistem pemisahan kekuasaan, dan sistem referendum dan
inisiatif rakyat. Pembagian demokrasi ketiga jenis tersebut sering pula
disebut demokrasi modern, karena ketiga jenis demokrasi tersebut banyak
digunakan oleh negara-negara modern sekarang ini.
Demokrasi dengan sistem Parlementer
Ciri khas demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer adalah
adanya hubungan yang erat antara badan eksekutif dengan badan perwakilan
rakyat atau legislatif. Para menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif
diangkat atas usul suara terbanyak dalam sidang badan perwakilan rakyat.
Oleh karena itu, dewan menteri atau kabinet harus bertanggung jawab
kepada legislatif (parlemen) atas segala kebijakan dalam menjalankan
tugasnya. Dalam dedmokrasi ini kedudukan raja/ratu berkedudukan sebagai
kepala negara yang tidak menjalankan pemerintahan, sehingga raja/ratu
tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan. Di
negara yang menganut sistem ini terdapat asas ” The King/Queen can do no
wrong” yang berarti raja/ratu tidak dapat dipersalahkan atau dimintai
pertanggungjawaban pemerintahan.
Dalam demokrasi parlemeter ini, badan eksekutif dalam menjalankan
pemerintahannya harus sesuai dengan program kerja yang telah disetujui
oleh legislatif. Selama eksekutif menjalankan tugasnya sesuai dengan
kebijakan program yang telah disetujui parlemen, maka kedudukan eksekutif
akan stabil. Namun apabila parlemen menganggap bahwa eksekutif telah
menyimpang, maka parlemen dapat menjatuhkan kabinet dengan mengajukan
mosi tidak percaya, yang berarti para menteri harus meletakkan
jabatannya. Hal ini berarti kedudukan eksekutif berada di bawah parlemen
dan sangat tergantung pada dukungan parlemen.
Demokrasi jenis ini memiliki kelebihan yaitu:
Mudah tercapai penyesuaian pendapat antara badan eksekutif dengan badan
legislatif;
Menteri-menteri yang diangkat merupakan kehendak dari suara terbanyak di
parlemen, sehingga secara tidak langsung merupakan kehendak rakyat;
Menteri-menteri akan lebih hati-hati menjalankan tugasnya karena setiap
saat dapat dijatuhkan oleh parlemen.
Di samping memiliki kelebihan, demokrasi ini memiliki beberapa kelemahan
yaitu antara lain:
Kedudukan badan eksekutif tidak stabil, karena dapat diberhentikan setiap
saat oleh parlemen karena mosi tidak percaya;
Sering terjadi pergantian kabinet, sehingga kebijakan politik negara
menjadi labil;
Karena adanya pergantian eksekutif yang mendadak, seringkali eksekutif
tidak dapat menyelesaikan program kerja yang telah disusunnya.
Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan
Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan ini berpangkal pada teori
pemisahan kekuasaan dari John Locke yang kemudian dikembangkan oleh
Montesquieu. Menurut John Locke untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan oleh penguasa, kekuasaan dalam negara harus
dipisahkan satu sama lain ke dalam tiga kekuasaan yaitu eksekutif,
legislatif, dan federatif. Sedangkan menurut Montesquieu, ketiga bidang
kekuasaan itu adalah eksekutif, legislatif dan yudikatif, yang harus
dipisahkan baik organ (lembaganya) maupun fungsinya. Teori ini terkenal
dengan sebutan Trias Politika.
Dalam demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, kedudukan
legislatif terpisah dari kekuasaan eksekutif sehingga kedua badan
tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem
parlementer. Dalam demokrasi ini, kedudukan Presiden bukan hanya sebagai
kepala negara, tetapi juga sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Dengan
demikian tangung jawab pemerintahan berada di tangan Presiden
(concentration of power and responsibility upon the President).
Bagaimanakah kedudukan menteri? Menteri-menteri merupakan pembantu
presiden yang diangkat dan diberhentikan serta harus bertanggung jawab
kepada Presiden.
Seperti halnya dalam sistem parlementer, demokrasi dengan sistem
pemisahan kekuasaan pun memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya
antara lain:
Badan eksekutif lebih stabil;
Penyusunan program kerja mudah disesuaikan dengan lama masa jabatan yang
dipegang eksekutif;
System check and balances dapat menghindari pertumbuhan kekuasaan yang
terlampau besar pada setiap badan;
Mencegah terjadinya kekuasaan yang absolute (terpusat pada satu orang).
Sedangkan kelemahannya antara lain:
Umumnya keputusan yang diambil merupakan hasil tawar menawar antara badan
legislative dengan eksekutif sehingga seringkali ini keputusan tidak
tegas;
Proses pengambilan keputusan memakan waktu yang lama.
Demokrasi dengan system referendum dan inisiatif rakyat
Demokrasi dengan system referendum dan inisiatif rakyat merupakan
gabungan antara demokrasi perwakilan dan demokrasi langsung. Ciri khas
demokrasi ini adalah bahwa tugas-tugas legislatif selalu berada di
bawah pengawasan seluruh rakyat. Dalam hal-hal tertentu, keputusan badan
legislatif dapat langsung berlaku bagi seluruh rakyat apabila rakyat
menerimanya. Namun dalam hal lain, keputusan badan legislative tidak
dapat langsung berlaku atau dilaksanakan sebelum ada persetujuan dari
rakyat.
Demokrasi yang dikemukakan banyak ahli lebih menonjolkan demokrasi
sebagai sistem politik. Oleh Mayo dikemukakan lebih lanjut bahwa
demokrasi juga menyangkut gaya hidup serta tatanan masyarakat. Dalam
pengertian yang demikian, suatu masyarakat demokratis mempunyai nilainilai sebagai berikut :
Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga. Dalam alam
demokrasi, perselisihan pendapat dan kepentingan dianggap sebagai hal
yang wajar. Perselisihan harus diselesaikan dengan perundingan dan
dialog, untuk mencapai kompromi, konsensus, atau mufakat. Apabila
kompromi tidak dapat dicapai akan berbahaya, sebab dapat mengundang
campur tangan luar dan pemaksaan kehendak dengan kekerasan.
Menjamin terselenggaranya perubahan dalam masyarakat secara damai atau
tanpa gejolak. Perubahan sosial terjadi karena beberapa fakor, antara
lain karena kemajuan teknologi, kepadatan penduduk, dan pola perdagangan.
Pemerintah harus dapat menyesuaikan kebijaksanaannya terhadap perubahanperubahan tersebut dan mampu mengendalikannya.
Menyelenggarakan pergantian kepemimpinan secara teratur. Dalam masyarakat
demokratis, pergantian kepemimpinan atas dasar keturunan, pengangangkatan
diri sendiri, dan coup d’etat (perebutan kekuasaan) dianggap sebagai
cara-cara yang tidak wajar.
Menekan penggunaan kekerasan seminimal mungkin. Golongan minoritas yang
biasanya akan terkena paksaan akan lebih menerimanya apabila diberi
kesempatan untuk ikut merumuskan kebijaksanaan.
Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman. Untuk itu perlu
terciptanya masyarakat yang terbuka dan kebebasan politik dan tersedianya
berbagai alternatif dalam tindakan politik. Namun demikian,
keanekaragaman itu tetap berada dalam kerangka persatuan bangsa dan
negara.
Menjamin tegaknya keadilan. Dalam masyarakat demokratis, keadilan
merupakan cita-cita bersama, yang menjangkau seluruh anggota masyarakat.
Pada awalnya, penerapan demokrasi lebih terfokus pada bidang politik
atau dalam sistem pemerintahan. Bentuk penerapannya antara lain dengan
penyelenggaraan pemilihan umum, pergantian pemegang kekuasaan
pemerintahan, kebebasan menyatakan pendapat dan lain-lain. Dalam
perkembangannya, konsep demokrasi juga diterapkan dalam berbagai bidang
kehidupan, yakni dalam kehidupan ekonomi, pendidikan, sosial-budaya, dan
bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Dengan demikian, demokrasi tidak
hanya diterapkan dalam kehidupan bernegara, tetapi juga dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa.
Hidup secara demokratis ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan
yang sejalan dengan unsur-unsur rule of law atau syarat-syarat demokrasi.
Hidup secara demokratis adalah menjadikan demokrasi dengan segala cirinya
itu sebagai suatu kenyataan hidup dalam bidang apapun juga. Selanjutnya,
siapa yang harus membiasakan hidup demokratis? Jawabannya adalah semua
warga negara tanpa kecuali, baik penguasa maupun rakyat biasa.
Sekalipun demokrasi itu berbeda-beda, namun terdapat dua prinsip
atau asas utama demokrasi yaitu pertama adanya pengakuan atas partisipasi
rakyat dalam pemerintahan, dan kedua adanya pengakuan terhadap hak-hak
asasi manusia. Artinya, suatu negara dapat dikatakan negara demokrasi
jika adanya pengakuan dan jaminan terhadap kedua prinsip/asas tersebut.
Sehubungan dengan itu, Alamudi mengemukakan soko guru demokrasi
sebagai berikut:
kedaulatan rakyat.
Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah
Kekuasaan mayoritas
Hak-hak minoritas
Jaminan HAM
Pemilihan yang bebas dan jujur
Persamaan di depan hukum
Proses hukum yan wajar
Pembatasan pemerintah secara konstitusiomal
Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik
Nilaip-nilai toleransi, kerjasama, dan mufakat.
Pengakuan dan jaminan terhadap hak dan kebebasan rakyat tersebut
harus dicantumkan atau dimuat dalam suatu UUD atau konstitusi. Artinya,
penguasa dalam menjalankan pemerintahannya dibatasi oleh konsitusi,
sehingga demokrasi yang demikian disebut demokrasi konstitusional.
Budiardjo mengidentifikasi demokrasi konstitusional sebgai suatu gagasan
pemerintahan demokratis yang kekuasaannya terbatas dan pemerintahannya
tidak diperkenankan bertindak sewenang-wenang. Mengapa kekuasaan
pemerintah harus dibatasi? Seorang ahli berkebangsaan Inggris yaitu Lord
Acton pernah mengatakan ”Power tends to corrupt, but absolute power
corrupts absolutely”, yang berarti orang yang berkuasa cenderung untuk
menyalahgunakan kekuasaannya, namun orang yang berkuasa tidak terbatas
sudah pasti akan menyalahgunakan kekuasaannya itu.
Dewasa ini, pengaturan dan jaminan terhadap demokrasi banyak dimuat dalam
konstitusi setiap negara termasuk di negara kita. Bangsa dan negara kita
memiliki ciri khas dalam menyelenggarakan dedmokrasi konstitusional.
Menurut Achmad Sanusi (1999), terdapat sepuluh pilar demokrasi
konstitusional Indonesia berdasakan Pancasila dan UUD 1945 sebagai
berikut.
Demokrasi berdasarkan Ketuhanan YME
Demokrasi berdasarkan HAM
Demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat
Demokrasi berdasarkan kecerdasan rakyat
Demokrasi berdasarkan pemisahan kekuasaan negara
Demokrasi berdasarkan otonomi daerah
Demokrasi berdasarkan supremasi hukum (rule of law)
Demokrasi berdasarkan peradilan yang bebas
Demokrasi berdasarkan kesejahteraan rakyat
Demokrasi berdasarkan keadilan sosial.
3. Sistem Pemerintahan
Setiap negara selain memiliki bentuk negara dan bentuk pemerintahan, juga
memiliki sistem pemerintahan yang berbeda-beda. Para ahli mengelompokkan
sistem pemerintahan ke dalam sistem pemerintahan parlementer,
presidensial, dan sistem campuran.
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah yaitu
sistem dan pemerintahan. Menurut Pamudji (1994), sistem diartikan sebagai
“Suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, dimana di dalamnya terdapat
komponen-komponen yang pada gilirannya merupakan sistem tersendiri, yang
mempunyai fungsi masing-masing saling berhubungan satu dengan yang lain
menurut pola, tata atau norma tertentu dalam rangka mencapai suatu
tujuan”.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Shore dan Voich dalam Kaelan
(2001:155) bahwa sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Suatu sistem
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
suatu kesatuan bagian-bagian
bagian bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
saling berhubungan dan saling ketergantungan
keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu
terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pendekatan sistem memandang bahwa komponen-komponen suatu
organisasi memiliki hubungan fungsional, pengaruh, dan keterikatan.
Setiap pengaruh terhadap berfungsinya suatu sistem disebut infut yang
terdiri dari tuntutan (demands) dan dukungan (support) terhadap sistem.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sistem adalah suatu
keseluruhan, terdiri dari berbagai bagian yang mempunyai hubungan
fungsional baik antara bagian maupun hubungan fungsional terhadap
keseluruhannya, sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan
antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja
dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya.
Sedangkan istilah pemerintahan berasal dari perkataan pemerintah.
Pemerintah itu sendiri berasal dari kata perintah. Dalam bahasa Inggris,
kata pemerintah dikenal dengan istilah government. Istilah Government
menurut Samuel Edward Finer dalam Pamudji (1994) paling sedikit
mampunyai 4 arti, yaitu:
menunjukkan kegiatan atau proses memerintah, yaitu melaksanakan kontrol
atas pihak lain (The Activity or the process of governing).
menunjukkan masalah-masalah (hal ikhwal) negara dalam mana kegiatan atau
proses diatas dijumpai (State of affairs).
menunjukkan orang-orang (maksudnya pejabat-pejabat) yang dibebani tugastugas untuk memerintah (People charged with the duty of governing).
menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat
tertentu diperintah (The Manner, methode or system by which a particular
siciety of governed).
Lajimnya pemerintah dapat dibedakan atas pemerintah dalam arti
sempit dan dalam arti luas. Pemerintah dalam arti sempit adalah perbuatan
memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif dan jajarannya dalam
rangka mencapai tujuan pemerintahan negara. Di negara kita yang dimaksud
eksekutif yaitu Presiden dan wakil Presiden yang dibantu oleh para
menteri. Sedangkan pemerintahan dalam arti luas adalah perbuatan
memerintah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga eksekutif (Presiden),
legislatif (MPR, DPR, DPD), dan yudikatif (MA, Mahkamah Konstitusi,
Komisi Yudisial) serta lembaga-lembaga negara lainnya dalam rangka
mencapai tujuan pemerintahan negara (tujuan nasional).
Berdasarkan pengertian sistem dan pengertian pemerintahan di atas,
maka yang dimasud dengan keseluruhan yang utuh dan bulat yaitu
“Pemerintah”, yang komponen-komponennya adalah lembaga-lembaga
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yang masing-masing mempunyai fungsi
sendiri dan satu sama lain saling berkaitan, berhubungan untuk mencapai
tujuan pemerintahan negara.
Suatu sistem akan dapat bekerja efektif apabila didasarkan pada
aturan main yang termuat dalam konstitusi, hukum lainnya dan etika yang
disepakati dan diterima, juga memiliki lembaga-lembaga pendukung yang
berwenang melaksanakan aturan main tersebut, serta pelaku atau para
penyelenggara yang setia melaksanakan kewenangan yang diembannya. Sebagai
ciri dari suatu sistem adalah adanya hubungan saling bergantung antara
komponen satu dengan yang lainnya, sehingga perubahan pada satu komponen
(sub-sistem) akan berpengaruh pada sub-sistem lain dan sistem itu
sendiri.
Ryas Rasyid (2002:29) mengemukakan bahwa pemerintahan sebagai suatu
sistem mencakup tiga komponen utama yaitu:
Aturan main (konstitusi, hukum, etika).
Lembaga-lembaga (yang berwenang melaksanakan aturan main) sebagai
pengelola serangkaian kekuasaan (eksekutif, legislatif, yudikatif).
Pelaku (khususnya pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kewenangan-kewenangan yang melekat pada lembaga-lembaga),
sejumlah birokrat dan pejabat politik sebagai pelaku dan penanggung jawab
atas pelaksanaan kewenangan-kewenangan tadi.
Berkaiatan dengan jenis sistem pemerintahan, Jimly Ashidiqie (2006)
mengemukakan terdapat 4 (empat) model sistem pemerintahan yang
diterapkan di beberapa negara sekarang ini, yaitu sistem parlementer
(model Inggris), sistem presidensial ( model Amerika Serikat), sistem
pemerintahan Swis yang sering disebut “collegial system”, dan sistem
gabungan/campuran atau sering disebut semi parlementer atau semi
presidensial.
3.1 Sistem Pemerintahan Parlementer
Sistem ini sering disebut model Inggris. Dalam model ini jabatan dan
fungsi kepala pemerintahan terpisah dari jabatan dan fungsi kepala
negara. Jabatan kepala negara berada di tangan ratu/raja Inggris,
sedangkan kepala pemerintahan berada di tangan perdana menteri. Sistem
pemerintahan seperti itu disebut sistem parlementer. Model ini banyak
dianut oleh negara-negara di Eropa dan sebagian negara Asia.
Sistem pemerintahan parlementer yaitu sistem pemerintahan yang
tugas-tugas pemerintahannya dipertanggungjawabkan oleh para menteri
kepada parlemen. Oleh karena itu dalam sistem ini terdapat hubungan yang
erat antara eksekutif dan legislatif (parlemen). Parlemen, apabila
beranggapan kabinet telah menyimpang dari kebijakan-kebijakan yang telah
disepakati dan tidak dapat mempertanggungjawabkan kebijakan tersebut
dapat menjatuhkan kabinet melalui mosi tidak percaya. Sedangkan Raja/Ratu
yang berkedudukan sebagai kepala Negara tidak dapat diganggu gugat atau
dimintai pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan yang dikenal
dengan istilah The king can do no wrong.
Dalam Sistem pemerintahan parlementer yang memiliki tanggung
jawab dalam melaksanakan pemerintahan Negara adalah para menteri
(kabinet). Kabinet yang dibentuk harus memperoleh dukungan kepercayaan
dengan suara terbanyak dari parlemen. Ini berarti bahwa kebijaksanaan
pemerintah atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki
oleh parlemen.
Sistem pemerintahan Parlementer memiliki ciri-ciri pokok
sebagai berikut.
perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen
pembentukan kabinet didasarkan pada kekuatan-kekuatan yang menguasai
parlemen;
para anggota kabinet mungkin seluruhnya atau sebagian merupakan anggota
parlemen;
kabinet dapat dijatuhkan setiap saat oleh parlemen, dan sebaliknya kepala
negara dengan saran Perdana Menteri dapat membubarkan parlemen dan
memerintahkan diadakannya pemilihan umum;
lamanya masa jabatan kabinet tidak dapat ditentukan secara pasti;
kedudukan kepala negara tidak dapat diganggu gugat atau diminta
pertanggungjawaban atas jalannya pemerintahan.
Hampir sama dengan ciri-ciri di atas, Sri Soemantri (1976:35)
mengemukakan ciri-ciri sistem parlementer sebagai berikut.
a) Kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau berdasarkan
atas kekuatan-kekuatan politik yang menguasai parlemen;
b) Anggota kabinet seluruhnya atau sebagian adalah anggota parlemen;
c) Perdana menteri bersama kabinet bertanggungjawab kepada parlemen;
d) Kepala negara (raja/ratu atau presiden) dengan saran perdana menteri
dapat membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum.
Dalam pelaksanaannya sistem parlementer ini di ikuti dengan sistem
dua atau banyak partai. Yang dimaksud dengan dua partai yaitu bila dalam
satu negara terdapat dua atau lebih partai, tetapi yang selalu menguasai
kursi di parlemen secara mayoritas hanya dua partai secara bergantian.
Sedangkan yang dimaksud banyak partai adalah apabila disuatu negara
terdapat beberapa partai dan tidak ada satu partai pun yang menguasai
secara mayoritas kursi di parlemen.
Pada sistem parlementer dengan dua partai, partai yang memenangkan
pemilihan umum akan memegang pemerintahan, sehingga hubungan kabinet
dengan parlemen harmonis, karena kabinet dan parlemennya dikuasai oleh
partai yang sama. Kebijakan parlemen akan didukung oleh parlemen,
sehingga dalam sistem parlementer seperti ini kesetabilan pemerintah
lebih terjamin. Sebaliknya dalam sistem parlementer dengan banyak partai,
pembentukan kabinet selalu didasarkan pada koalisi (gabungan beberapa
partai politik), agar kabinet mendapat kepercayaan dari parlemen. Dalam
sistem banyak partai, apabila salah satu partai politik menarik
dukungannya, maka akan menyebabkan jatuhnya kabinet. Disini kesetabilan
pemerintah kurang terjamin, hal ini pernah terjadi di Indonesia di era
1950-1959 yang pernah mengalami pergantian kabinet tidak kurang dari 7
kali.
Negara Inggris merupakan negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan
kerajaan (Monarkhi) dan sistem pemerintahan parlementer. Setelah
runtuhnya kerajaan Romawi, negara Inggris merupakan negara pertama di
dunia Barat yang menciptakan suatu parlemen atau dewan perwakilan yang
dipilih rakyat untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sosial dan
ekonomi. Oleh karena itu negara Inggris dikenal sebagai Induk
Parlementaria (Mother of Parliaments), yang tiada lain menerapkan sistem
pemerintahan Parlementer. Sebagai induk parlementaria, model Inggris
banyak diikuti oleh negara-negara lain termasuk negara yang tergabung
dalam negara Commonwealth. Mereka mengikuti cara atau sistem badan
legislatif yang bebas dan badan eksekutif yang bertanggung jawab.
Menurut Pamudji (1994:44-48) Pemerintahan di negara Inggris
memiliki ciri-ciri penting antara lain:
negara kesatuan (unitary state) dengan sebutan United Kingdom;
konstitusinya bersifat tidak tertulis dan terus menerus berevolusi;
kekuasaan tidak dipisahkan, tetapi bercampur baur terutama antara
kekuasaan eksekutif dan legislatif. Badan legislatif (parlemen) secara
hukum dan politik adalah penguasa dan ”tuan” dari kabinet (eksekutif),
sedangkan raja (mahkota) adalah merajai tetapi tidak memerintah dalam
arti tidak membuat keputusan-keputusan pemerintah;
parlemen berbentuk dua kamar (bicameral) yang terdiri dari House of
Commons dan House of Lords.
Kabinet adalah kelompok inti menteri-menteri yang dikepalai oleh Perdana
Menteri. Kabinet hanya terdiri dari pemimpin-pemimpin partai mayoritas
yang masa jabatannya tergantung pada kepercayaan yang diberikan oleh
House of Commons kepadanya;
Terdapat partai oposisi yang biasanya diperankan oleh partai terbesar
kedua;
Mahkota hanyalah tituler, yaitu merupakan simbol keagungan, kedaulatan,
dan kesatuan nasional, artinya tidak menjalankan pemerintahan karena yang
sebenarnya memerintah adalah menteri-menteri.
Menteri-menteri di Inggris dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.
Siapakah atau dari manakah Perdana Menteri itu?
Perdana menteri adalah pimpinan partai mayoritas dalam house of
commons dan juga sebagai pimpinan house of commons. Kedudukannya sebagai
perdana menteri hanya bisa digantikan apabila kedudukannya sebagai
pimpinan partai mayoritas digantikan. Jika perdana menteri mundur maka
pemerintah/kabinet bubar. Selain itu, perdana menteri merupakan
penghubung antara raja dan kabinet; merupakan wakil bangsa dalam
konperensi-konperensi internasional yang kritis dan juga wakil bangsa
pada upacara perayaan dan dalam diskusi-diskusi dengan negara-negara
persemakmuran.
3.2 Sistem Pemerintahan Presidensiil
Negara-negara yang ada di dunia ini selain menggunakan sistem
pemerintahan parlementer banyak juga yang menggunakan sistem
presidensial. Sistem pemerintahan presidensial yaitu suatu sistem
pemerintahan yang tugas-tugas eksekutifnya dijalankan dan
dipertanggungjawabkan oleh presiden. Presiden merupakan satu-satunya
organ yang menjalankan dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas
pemerintahan yang dikenal dengan istilah concentration of governing power
and responsibility upon the president. Namun demikian, dalam menjalankan
tugas-tugas tersebut presiden dibantu oleh wakil presiden dan oleh
menteri-menteri. Perlu diingat bahwa wakil prsiden dan menteri-menteri
hanya sebagai pembantu presiden yang harus bertanggung jawab kepada
presiden.
Sistem pemerintahan presidensial sering pula disebut model Amerika
Serikat. Dalam model ini, tidak lajim membedakan apalagi memisahkan
antara kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan, sebab kepala
pemerintahan dan kepala kepala negara dijabat oleh satu organ yaitu
Presiden. Model Amerika Serikat ini banyak dianut oleh negara-negara di
benua Amerika (kecuali Kanada) dan negara Republik Indonesia berdasarkan
UUD Negara RI Tahun 1945.
Dalam sistem presidensial kedudukan eksekutif tidak tergantung pada badan
Perwakilan Rakyat (legislatif), karena pemegang kekuasaan eksekutif tidak
dipilih dan tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif. Lalu,
siapakah yang memilih eksekutif? Presiden sebagai pemegang kekuasaan
eksekutif dipilih oleh rakyat secara langsung atau oleh dewan pemilih
seperti di Amerika Serikat. Kepada siapakah presiden harus bertanggung
jawab? Mengingat Presiden dipilih oleh rakyat, maka presiden bertanggung
jawab langsung kepada rakyat.
Kedudukan menteri-menteri sebagai pembantu presiden, diangkat dan
diberhentikan serta harus bertanggung jawab kepada Presiden. Pengangkatan
menteri-menteri (kabinet) merupakan hak prerogratif presiden. Karena
pembentukan kabinet tidak memerlukan dukungan legislatif (Badan
Perwakilan Rakyat), maka menteri pun tidak bisa diberhentikan oleh Badan
Perwakilan Rakyat.
Secara umum, sistem presidensiil memiliki ciri-ciri pokok sebagai
berikut:
Presiden mempunyai kekuasaan sebagai Kepala Negara dan juga berkedudukan
sebagai Kepala Pemerintahan.
Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi
dipilih langsung oleh rakyat atau oleh dewan pemilih seperti berlaku di
Amerika Serikat.
Biasanya Presiden dipilih untuk masa jabatan tertentu
Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif
Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif, dan
sebaliknya parlemen juga tidak bisa menjatuhkan Presiden dan membubarkan
kabinet sebagaimana dalam praktik sistem parlementer. ( C.F.Strong, dalam
Sri Soemantri, 1987:65).
Hampir sejalan dengan ciri-ciri di atas, Jimly Ashidiqie (2006)
mengemukakan ciri-ciri penting sistem pemerintahan Presidensiil sebagai
berikut.
Masa jabatan Presiden tertentu misalnya 4 tahun, 5 tahun, 6 atau 7 tahun,
sehingga Presiden dan wakil Presiden tidak dapat diberhentikan di tengah
masa jabatannya karena alasan politik. Selain itu, ada kalanya periode
masa jabatan Presiden atau wakil Presiden dibatasi secara tegas misalnya
hanya 1 kali atau 2 kali masa jabatan berturut-turut.
Presiden dan Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada lembaga
politik tertentu yang biasa dikenal sebagai parlemen, melainkan langsung
kepada rakyat. Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat diberhentikan dari
jabatannya karena alasan pelanggaran hukum yang biasanya dibatasi pada
kasus-kasus tindak pidana tertentu yang jika dibiarkan tanpa
pertanggungjawaban dapat menimbulkan masalah hukum yang serius seperti
penghianatan pada negara, pelanggaran yang nyata terhadap konstitusi, dan
sebagainya.
Lajimnya ditentukan bahwa Presiden dan wakil Presiden itu dipilih oleh
rakyat secara langsung ataupun melalui perantara mekanisme tertentu yang
tidak bersifat perwakilan permanen sebagaimana hakikat lembaga parlemen.
Presiden tidak tunduk kepada parlemen, tidak dapat membubarkan parlemen,
dan sebaliknya parlemen juga tidak dapat menjatuhkan Presiden dan
membubarkan kabinet sebagaimana dalam praktek sistem parlementer.
Tidak dikenal adanya pembedaan antara fungsi kepala negara dan kepala
pemerintahan.
Tanggungjawab pemerintahan berada di pundak Presiden, dan oleh karena itu
presidenlah pada prinsipnya yang berwenang membentuk pemerintahan,
menyusun kabinet, mengangkat dan memberhentikan para menteri serta
pejabat-pejabat publik yang pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan
berdasarkan political appointment. Dalam sistem ini biasa dikatakan
concentration of governing power and responsibility upon the president.
Secara politik, presiden bertanggung jawab kepada rakyat, sedangkan
secara hukum ia bertanggung jawab kepada konstitusi.
Dalam sistem ini kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan
diorganisasikan dalam satu kekuasaan, yakni Presiden. Namun kewenangannya
tetap dibatasi oleh hukum. Dalam sistem Presidensiil tidak relevan dan
tidak penting mengadakan pemisahaan kekuasaan antara kepala negara dan
kepala pemerintahan, karena tugas kedua kekuasaan tersebut dijalankan
oleh Presiden.
Pada uraian di atas ditegaskan bahwa sistem pemerintahan parlementer
dikenal sebagai model Amerika Serikat. Amerika Serikat merupakan negara
super power yang mendapatkan kemerdekaannya melalui revolusi Amerika pada
tahun 1776. Sistem pemerintahan tidak meniru sistem parlementer Inggris,
tetapi menggunakan sistem Presidensial yang kekuasaan menjalankan
pemerintahannya berada di tangan presiden. Presiden Amerika serikat
berkedudukan sebagai kepala negara dan juga sebagai kepala pemerintahan
(eksekutif) yang dipilih oleh dewan pemilih yang tidak bersifat
perwakilan permanen.
Ciri-ciri penting pemerintahan Amerika Serikat terpancar dari
prinsip-prinsip berikut.
merupakan Negara republik federasi;
sebagai Negara federasi, terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah
federal dan pemerintah Negara-negara bagian. Oleh karena itu, ada
kekuasaan yang jelas-jelas diserahkan kepada pemerintah federal, dan ada
kekuasaan yang menjadi kekuasaan pemerintah Negara bagian;
adanya pemisahan kekuasaan yang tegas antara legislatif, eksekutif dan
yudikatif baik mengenai organ pelaksana maupun mengenai fungsi-fungsinya
dengan menggunakan prinsip checks and balances.
keadilan ditegakkan melalui badan Yudikatif yaitu Mahkamah Agung (Supreme
Court) yang bebas dari pengaruh legislative dan eksekutif.
Supra-struktur politik ditopang infra struktur politik yang menganut
sistem bipartisan. Di sini terdapat dua partai politik yaitu partai
democrat dan partai republik.
Kekuasaan membuat undang-undang ada di tangan kongres yang terdiri dari
Senat dan Badan Perwakilan (House of Representatif). Dengan demikian,
badan legislatif bersifat bikameral (dua kamar).
Senat mewakili Negara-negara bagian yang masing-masing diwakili dua orang
senator yang dipilih langsung oleh rakyat pemilih dari masing-masing
Negara bagian untuk masa jabatan 6 tahun. Senat diketuai oleh wakil
presiden Amerika Serikat tetapi tanpa hak suara.
Badan perwakilan (House of Representatif) merupakan lembaga yang
mewakili rakyat (Amerika Serikat) yang dipilih langsung oleh rakyat
untuk masa jabatan 2 tahun;
Badan eksekutif diketuai oleh Presiden yang berkedudukan sebagai kepala
Negara dan juga kepala pemerintahan. Presiden dibantu oleh wakil presiden
yang dipilih dalam satu paket untuk masa jabatan 4 (empat) tahun.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Kongres tetapi kepada rakyat
pemilih;
Menteri-menteri merupakan pembantu presiden, dan mereka bergabung dalam
sebuah kabinet. Mereka diangkat dan bertanggung jawab kepada Presiden.
3.3 Sistem Gabungan/ Campuran
Model ini menggabungkan sistem parlementer dan sistem
presidensial, sehingga sering disebut model gabungan/campuran (hybrid
system) antara sistem Predensial dan Parlementer. Penggabungan tersebut
ada yang lebih menekankan pada sistem parlementernya sehingga disebut
sistem semi-parlementer (quasi parlementer), dan ada pula yang lebih
dominan pada sistem presidensialnya yang sering disebut semi-presidensial
(quasi presidensial).
Negara yang mempraktekan sistem quasi parlementer diantaranya
adalah negara Perancis. Model campuran sistem quasi parlementer ini
sering disebut model Perancis, karena negara inilah yang mengawali
menggagas sistem ini.
Perancis dikatakan menganut predensial karena kepala negaranya dipegang
oleh Presiden, sedangkan dikatakan menganut sistem Parlementer karena
mempunyai Perdana Menteri yang bertangggung jawab kepada Parlemen. Di
negara Perancis ada Kepala Negara yang dipegang oleh Presiden; sedangkan
kepala pemerintahannya dijalankan oleh Perdana Menteri (Prime minister).
Model gabungan / campuran ini banyak dianut negara-negara Afrika bekas
jajahan Perancis.
Sistem gabungan tersebut ternyata dianut juga oleh negara Indonesia
pada masa berlakunya UUD 1945 sebelum perubahan. Para ahli Hukum Tata
Negara, diantaranya Sri Soemantrie (1976) dan Jimly Asshiddiqie (2006)
menyatakan sistem pemerintahan kita pada masa itu dapat dikelompokan
sebagai sistem campuran/gabungan. Ciri presidensial pada masa itu lebih
menonjol (dominan) dibandingkan ciri parlementer, sehingga tepatlah jika
dikatakan menganut sistem semi-presidensial (quasi-presidensiil).
Dikatakan demikian karena terdapat ciri-ciri presidensial (paling
dominan) tetapi juga terdapat ciri-ciri parlementer.
Ciri menganut sistem presidensial di negara kita sebelum perubahan
UUD 1945 nampak dengan adanya Presiden yang berkedudukan sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan, menteri-menteri diangkat dan harus
bertanggung jawab kepada presiden, dan DPR tidak dapat membubarkan
kabinet (menteri-mernteri). Sedangkan ciri menganut sistem parlementer
nampak dengan adanya pertanggungjawaban presiden kepada MPR.
3.4 Sistem Pemerintahan Swiss
Sistem pemerintahan yang keempat adalah model Swiss. Presiden di Swiss
dipilih oleh tujuh orang anggota Dewan Federal untuk masa jabatan
tertentu. Pada hakikatnya, ketujuh orang tersebutlah yang secara bersamasama memimpin negara dan pemerintahan Swiss. Oleh karena itu, sistem
pemerintahan Swiss sering disebut “collegial system”.
Dalam sistem sistem pemerintahan di Swiss, tugas pembuat undangundang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih.
Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk rederendum yang terdiri dari
referendum obligatori (referendum wajib) dan fakultatif. Dikatakan
referendum Obligatoir jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan
dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan yang sangat penting
yang mengikat rakyat seluruhnya. Dalam referendum ini suatu peraturan
perundang-undangan dapat berlaku jika telah mendapat persetujuan dari
rakyat. Contoh dari referendum obligatoir adalah persetujuan yang
diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan UUD. Sedangkan referendum
fakultatif dilakukan terhadap UU biasa yang kurang begitu penting. Dalam
referendum jenis ini, suatu undang-undang yang dibuat parlemen baru
diminta persetujuan rakyat apabila dalam waktu tertentu setelah undangundang diumumkan sejumlah rakyat memintanya.
D. HAM dan Penegakan Hukum.
1. Upaya Perlindungan dan Pemajuan HAM Di Indonesia
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia ditegaskan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sekalipun HAM merupakan hak kodrat dari Tuhan, namun dalam pelaksanaannya
tidak dapat dipertahankan secara mutlak, karena setiap hak yang kita
miliki akan berbatasan dengan hak orang lain. Pelaksanaan HAM harus
disesuaikan dan memperhatikan hak-hak yang dimiliki orang lain. Selain
harus memperhatikan hak orang lain, pelaksanaan HAM juga harus
memperhatikan kepentingan dan keselamatan negara. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa setiap orang mempunyai hak dasar yang dibawa sejak
lahir, tetapi dalam pelaksanaannya tidak dapat dipertahankan secara
mutlak, karena pertama, pelaksanaan HAM harus memperhatikan hak-hak orang
lain; kedua, pelaksanaan HAM harus disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku, ketiga, pelaksanaan HAM tidak mengancam keselamatan dan
kepentingan negara.
Mengapa HAM sangat penting dilindungi, dilaksanakan, dan ditegakkan
dalam kehidupan bernegara? Karena HAM merupakan:
salah satu syarat atau unsur dari negara hukum;
salah satu muatan yang harus ada dalam dalam UUD/konstitusi;
salah satu ciri dari negara demokrasi;
hak yang paling dasar yang harus dilindungi oleh negara.
Dilihat dari aspek-aspek kehidupan, HAM dapat dikelompokan secara rinci
ke dalam enam bagian yaitu :
a) Hak asasi pribadi (personal rights)
b) Hak asasi ekonomi (proverty rights)
c) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (rights of legal quality)
d)
Hak asasi politik (political rights)
e) Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and cultural rights)
f) Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan
(procedural rights)
Mengingat HAM menyangkut berbagai aspek kehidupan dan berlaku dalam
berbagai lingkungan kehidupan, maka penghormatan dan penegakan HAM bukan
semata-mata tanggung jawab pemerintah, melainkan juga diperlukan
partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam
penghormatan dan penegakan HAM, karena setiap orang memiliki kewajiban
menghormati hak asasi yang dimiliki orang lain. Tanpa adanya penghormatan
dari setiap orang terhadap hak-hak asasi maka akan terjadi berbagai
pelanggaran HAM sehingga penegakan HAM yang jujur dan memenuhi rasa
keadilan akan sulit terwujud.
Agar pelaksanaan HAM berjalan dengan tertib dan tidak
mengganggu hak orang lain, UUD 1945 menegaskan bahwa setiap orang wajib
menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Pasal 28J ayat 1). Selanjutnya
dalam ayat (2) ditegaskan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya,
setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Dalam UUD 1945 Pasal 28I ayat (4) ditegaskan bahwa perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah. Kemudian dalam Pasal 71 UU RI No. 39
tahun 1999 ditegaskan bahwa ” pemerintah wajib dan bertanggung jawab
menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang
diatur dalam UU ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum
internasional tentang HAM yang diterima oleh negara RI”. Kewajiban dan
tanggung jawab tersebut meliputi langkah implementasi yang efektif dalam
bidang hukum, politik, ekonomi, sodial, budaya, pertahanan keamanan
negara, dan bidang lain (Pasal 72).
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa dalam hak asasi manusia
terdapat pembatasan yaitu :
dibatasi oleh hak yang dimiliki orang lain;
dibatasi oleh peraturan perundang-undangan;
pembatasan dimaksudkan untuk menjamin pengakuan dan penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain serta memenuhi keadilan ;
pembatasan tersebut mempertimbangkan moral, nilai-nilai agama, keamanan,
dan ketertiban umum.
Pengaturan tentang jaminan dan pembatasan-pembatasan tertentu
mengenai hak asasi manusia akan mudah diketahui, disadari, dan dipatuhi
oleh masyarakat jika ada upaya yang sungguh-sungguh untuk melindungi,
memajukan dan menegakkan HAM.
Perlindungan HAM ditujukan agar warga negara terlindungi serta membatasi
wewenang penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Sedangkan pemajuan HAM
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, wawasan, dan kesadaran kepada
warga atau masyarakat akan hak-hak asasi dan kewajiban dasarnya yang
dalam pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara (pemerintah). Sementara
itu, penegakan HAM merupakan kewajiban pemerintah untuk merumuskan
hukum, melaksanakan hukum, dan menegakkannya secara jujur, adil dan
konsisten.
Sejak negara kita merdeka sampai sekarang ini, telah banyak yang
upayakan pemerintah (negara) dalam penghormatan, perlindungan, pemajuan,
dan penegakan HAM baik dalam bentuk penataan dan penguatan aturan
(instrumen) hukum tentang HAM maupun dalam membentuk institusi yang
khusus tentang HAM.
a. Perlindungan, Pemajuan dan Penegakan HAM melalui Peraturan
Untuk mengetahui jaminan Hak asasi manusia di negara kita, pertama-tama
kita telusuri muatan HAM dalam UUD 1945, kemudian dalam ketetapan MPR,
undang-undang, dan peraturan di bawahnya, serta dalam hukum tidak
tertulis.
1) UUD 1945
Dalam kaitannya dengan HAM, UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis yang
dijadikan landasan konstitusional pelaksanaan HAM di Indonesia. Setelah
UUD 1945 diubah, jaminan hak asasi manusia dalam UUD Negara RI Tahun 1945
lebih tegas, lengkap dan luas. Jaminan tersebut dirumuskan dalam Bab
tersendiri yaitu Bab XA yang mencakup 10 Pasal (28A – 28J) yang terdiri
atas
26 ayat. Rumusan HAM dalam UUD 1945 tersebut dapat dibagi ke
dalam beberapa aspek, yaitu :
HAM yang berkaitan dengan hak hidup dan mempertahankan hidup dan
kehidupan;
HAM yang berkaitan dengan hak membentuk keluarga dan hak-hak anak dalam
kehidupan keluarga;
HAM yang berkaitan dengan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi;
HAM yang berkaitan dengan pekerjaan;
HAM yang berkaitan dengan kebebasan beragama dan meyakini kepercayaan,
kebebasan bersikap, berpendapat, dan berserikat;
HAM yang berkaitan dengan informasi dan komunikasi;
HAM yang berkaitan dengan rasa aman dan perlindungan dari perlakuan yang
merendahkan derajat dan martabat manusia;
HAM yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial;
HAM yang berkaitan dengan persamaan dan keadilan;
HAM yang berkaitan dengan kewajiban menghargai hak orang dan pihak lain
(Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006).
Pemuatan HAM dalam UUD 1945 merupakan suatu penegasan konstitusional
sekaligus memberikan kewajiban kepada penyelenggara Negara untuk
melakukan perlindungan, pemenuhan, dan pemajuan serta penegakan HAM.
Untuk melindungi, memajukan dan menjamin terlaksananya hak asasi manusia,
setiap negara modern sekarang ini merumuskan dan mencantumkan HAM dalam
UUD yang berlaku di negaranya. Dengan demikian, salah satu materi yang
diatur dalam UUD (konsitusi) suatu negara adalah mengenai jaminan
terhadap perlindungan hak-hak asasi manusia.
Mengapa konstitusi harus memuat materi tentang jaminan hak asasi
manusia? Ada pandangan dari Lord Acton yang mendekati kebenaran bahwa
penguasa negara sebagai pemegang organisasi kekuasaan cenderung untuk
menyalahgunakan kekuasaan tersebut. Dalam sejarah pemikiran negara dan
hukum menunjukkan bahwa negara selalu dikonotasikan sebagai suatu lembaga
yang mempunyai keabsahan untuk memaksakan kehendak kepada warga
negaranya. Oleh karena itu, untuk memberikan jaminan perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia , maka dalam setiap UUD negara perlu
memuat kekuatan jaminan mengenai HAM.
2) Ketetapan MPR
Setelah keluarnya undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan, ketetapan MPR tidak lagi
merupakan jenis peraturan perundang-undangan. Namun demikian, eksistensi
ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia masih dapat
dijadikan rujukan dalam menjamin dan melindungi HAM.
Dalam ketetapan MPR tersebut dimuat tentang penugasan kepada lembagalembaga tinggi negara dan seluruh aparatur pemerintah untuk menghormati,
menegakkan, dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia
kepada seluruh masyarakat. Kemudian menugaskan pula kepada Presiden dan
DPR untuk meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentak hak asasi manusia sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945.
Selain itu, Ketetapan tersebut memuat antara lain hak untuk hidup,
hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak atas kebebasan informasi, hak keamanan,
dan hak kesejahteraan.
3)
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 Tentang HAM
Selain dalam UUD 1945 dan TAP MPR, jaminan HAM dirumuskan
pula dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-undang
ini merupakan undang-undang yang dibentuk dengan cara mempersatukan
pemahaman sifat universitas dan sifat kontekstualitas dari HAM.
Sifat universalitas mengandung dimensi individualistik, sedangkan sifat
kontekstualitas mengandung dimensi budaya yang berlaku di suatu
komunitas masyarakat. Hal ini nampak dalam Pasal 6 yang menyatakan:
dalam rangka penegakan HAK, perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat
hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, dan
pemerintah (ayat 1). Kemudian dalam ayat (2) dinyatakan bahwa identitas
budaya masyarakat hukum adat, termasuk hak atas ulayat dilindungi,
selaras dengan perkembangan jaman.
Dalam undang-undang ini ditegaskan pula tentang pengertian hak
asasi manusia dan pengertian pelanggaran
hak asasi manusia.
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan
tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang benar.
Selanjutnya, dalam pasal 104 ayat (1) ditegaskan bahwa untuk mengadili
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan hak asasi
manusia di lingkungan Peradilan Umum. Untuk menindaklanjuti ketentuan
tersebut, pemerintah bersama DPR berhasil menetapkan Undang-undang nomor
26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM
Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hask
asasi manusia yang berat (Pasal 1 angka 3). Berdasar pasal ini, jelaslah
bahwa yang diadili dalam pengadilan HAM hanyalah terhadap pelanggaran HAM
berat. Apa saja yang termasuk pelanggaran HAM berat tersebut?
Menurut pasal 7, yang termasuk pelanggaran hak asasi manusia yang
berat yaitu: kejahatan Genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kejahatan genosida yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara:
membunuh anggota kelompok ;
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok;
Menciptakan kondisi kehidupan
kemusnahan secara fisik, baik
Memakasakan tindakan-tindakan
kelompok;
e)
Memindahkan secara paksa
kelompok lain.
kelompok yang akan mengakitbatkan
seluruh atau sebagiannya;
yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
anak-anak dari kelompok tertentu ke
Adapun yang dimaksud kejahatan terhadap kemanusiaan dalam undangundang ini adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistemik yang diketahui bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
Pembunuhan;
Pemusnahan;
Perbudakan;
Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar ketentuan pokok hukum internasional;
Penyiksaan;
Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentukbentuk
kekerasan seksual lain yang setara
Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai
hal dilarang menurut hukum internasional.
b.
Perlindungan dan Penegakan HAM melalui Pembentukan Lembaga
Untuk melindungi dan menegakkan hak-hak asasi manusia tidak cukup
dengan hanya dibentuk berbagai aturan jaminan HAM, melainkan diperlukan
pula suatu lembaga atau institusi khusus yang berkaitan dengan HAM.
Lembaga apa saja yang telah dibentuk untuk itu? Diantara lembaga-lembaga
yang dibentuk berkaitan dengan HAM adalah Komnas HAM, Pengadilan HAM,
Komnas Anti kekerasan terhadap perempuan.
1) Pembentukan KOMNAS HAM
Komisi Nasional Hak Aasasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk pada tahun
1993 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 tahun 1993
tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Menurut UU No. 39 tahun 1999,
Komnas HAM bertujuan :
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia
sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, Piagam PBB, serta Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia;
meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
2) Pembentukan Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap Perempuan
Komisi ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 181 tahun 1998.
Dalam Pasal 1 dinyatakan alasan pembentukan komisi ini yaitu dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan masalah kekerasan terhadap perempuan serta
penghapusan segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan terhadap
perempuan, dibentuk Komisi yang bersifat nasional yang diberi nama Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Adapun tujuan dari Komnas Anti kekerasan terhadap perempuan ini
adalah uan untuk :
penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
yang berlangsung di Indonesia;
mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan di Indonesia;
peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan perlindungan hak asasi manusia perempuan.
3) Pengadilan HAM
Dalam upaya penegakan hak asasi manusia, DPR bersama Presiden telah
menetapkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia. Pengadilan hak asasi manusia adalah pengadilan khusu terhadap
pelanggaran hak asasi manusia berat yang berada di lingkungan peradilan
umum. Undang-Undang No. 26 tahun 2000 pada Pasal 4 dinyatakan bahwa :
“Pengadilan hak asasi manusia bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat.” Maksud
dengan memeriksa dan memutus dalam ketentuan ini termasuk menyelesaikan
perkara yang menyangkut kompensasi, restitusi, dan rehabilitasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Terkait dengan pelanggaran terhadap HAM yang berat tersebut, maka
lembaga atau organ yang memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan adalah sebagai berikut.
a) Penyelidik perkara, dilakukan Komnas HAM. Dalam rangka melaksanakan
proses penyelidikan, Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri
dari Komnas HAM dan unsur masyarakat;
b) Penyidik perkara, dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam rangka
melaksanakan proses penyidikan, Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad
hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan atau masyarakat;
c) Penuntut perkara, dilakukan oleh Jaksa Agung (Pasal 23 ayat 1). Dalam
melaksanakan tugas penuntutan, Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut ad
hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan atau masyarakat.
Sekali lagi, perlu disadari bahwa dalam pelaksanaan hak asasi manusia
harus diimbangi dengan kewajiban kewajiban dasar manusia sebagai upaya
untuk menghormati hak-hak asasi orang lain. Dalam undang-undang nomor 39
tahun 1999 disebut dengan istilah kewajiban dasar manusia. Adapun
kewajiban dasar manusia tersebut antara lain:
wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tidak tertulis, dan
hukum internasional mengenai HAM yang telah diterima oleh negara RI;
wajib menghormati HAM orang lain, moral, etika, dan tata tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Berdasarkan uraian di atas perlu ditegaskan kembali bahwa:
negara, terutama pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menghormati,
melindungi, memajukan, dan menegakkan HAM;
penghormatan, perlindungan, pemajuan, dan penegakan HAM yang menjadi
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah yaitu yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan (termasuk UUD 1945) dan hukum internasional tentang
HAM yang diterima negara RI;
meliputi bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan negara, dan bidang lain.
Adanya penegasan tentang tanggung jawab pemerintah dalam perlindungan,
penghormatan, pemajuan, dan penegakan HAM, menunjukkan betapa pentingnya
peran pemerintah dalam perlindungan, pemajuan, dan penegakan HAM.
Pemberian tanggung jawab tersebut sesuai dengan makna keberadaan negara
yang tidak lain adalah untuk memenuhi hak-hak warga negaranya. Dalam hal
ini negara diberi kekuasaan oleh rakyat sebagai pemegang kedaulatan tiada
lain untuk melindungi, memenuhi, memajukan, dan menegakkan hak-hak asasi
rakyat.
2. Negara hukum
Seorang filosof Rumawi kuno yang bernama Cicero (106 – 43 SM) pernah
menyatakan “Ubi societas ibi ius”, yang berarti “dimana ada masyarakat di
situ ada hukum”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa setiap manusia
dimanapun berada selalu terikat oleh aturan atau norma kehidupan. Setiap
aktivitas manusia baik pemerintah maupun rakyat terikat oleh aturan atau
hukum. Hukum dibuat untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan
aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika
setiap orang (baik pemerintah atau rakyat) yang melakukan pelanggaran
hukum diberi sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, maka negara
tersebut dapat dikatakan negara hukum.
Rumusan negara hukum yang dikemukakan para ahli berbeda-beda, hal ini
disebabkan perbedaan azas negara hukum yang dianut maupun karena kondisi
masyarakat dan zaman pada waktu perumusan negara hukum itu ditampilkan.
Menurut B.R. Saragih negara hukum ialah negara dimana tindakan pemerintah
maupun rakyatnya didasarkan atas hukum untuk mencegah adanya tindakan
sewenang-wenang dari pihak pemerintah (penguasa) dan tindakan rakyat yang
dilakukan menurut kehendaknya sendiri.
Wirjono Prodjodikoro (1981), menyatakan bahwa istilah negara hukum,
berarti suatu negara yang di dalam wilayahnya:
a) semua alat-alat perlengkapan Negara, khususnya alat-alat perlengkapan
dari pemerintah dalam tindakan-tindakannya baik terhadap warga negara
maupun dalam saling berhubungan masing-masing tidak boleh sewenangwenang, melainkan harus memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang
berlaku; dan
b) semua orang-orang penduduk dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk
pada peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa negara hukum
adalah negara yang segala kegiatan untuk menyelenggarakan pemerintahannya
didasarkan atas hukum yang berlaku di negara tersebut dan apabila
dilanggar akan mendapat sanksi hukum. Demikian pula rakyat sebagai
anggota negara harus tunduk pada hukum dan apabila tindakannya melanggar
hukum dapat diminta pertanggungjawaban secara hukum. Dalam negara hukum,
rakyat dan pejabat (pemerintah) dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya
tidak boleh sewenang-wenang tetapi mesti berdasarkan hukum yang telah
disepakati rakyat atau lembaga yang mewakili rakyat. Dengan demikian,
Hakekat Negara hukum yaitu segala tindakan penguasa dan rakyat harus
berdasarkan pada hukum, menjunjung tinggi hukum, dan berani
mempertanggungjawabkan segala tindakannya secara hukum.
Persoalan kita sekarang, apakah negara kita merupakan negara hukum?
Para pendiri negara (the founding fathers) ternyata sudah memikirkan
gagasan konsep negara hukum sebelum kemerdekaan, yang kemudian dirumuskan
dengan tegas dalam Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950. Apakah dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdapat rumusan yang menegaskan
bahwa negara kita merupakan negara hukum? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, mari kita kaji beberapa ketentuan dalam UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 antara lain sebagai berikut.
( Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat (3))
( Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tiada
kecualinya”.
( Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
(pasal 4 ayat (1)).
Para ahli hukum menggunakan istilah negara hukum yang berbeda-beda. Para
ahli hukum Eropa Kontinental (antara lain Jerman) menggunakan istilah
Rechtsstaat, sedangkan di negara Anglo Saxon (antara lain Inggris)
menggunakan istilah The Rule of Law. Istilah rechtsstaat mulai populer di
Eropa sejak abad XIX, sedangkan istilah the rule of law mulai populer
dengan terbitnya sebuah buku ”Introduction to the study of the law of the
constitution” yang ditulis A.V.Dicey (1885).
Bagaimanakah perbedaan kedua konsep negara hukum tersebut?. Untuk
mengetahui perbedaan keduanya, simaklah uraian berikut.
a. Dilihat dari perkembangannya, konsep rechtsstaat lahir dari suatu
perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya revolusioner,
sedangkan konsep the rule of law berkembang secara evolusioner.
b. Dilihat dari sitem hukum yang menopangnya, konsep rechtsstaat
bertumpu atas sistem hukum kontinental yang disebut Civil Law atau Modern
Roman Law, sedangkan konsep the rule of law bertumpu atas sistem hukum
yang disebut Common Law.
c. Karakteristik Civil Law adalah administratif, sedangkan karakteristik
Common Law adalah judicial.
Menurut Jimly Asshiddiqie (2005), ide negara hukum selain berkaitan
dengan konsep rechtsstaat dan the rule of law, juga berkaitan dengan
konsep nomocracy yang berasal dari kata nomos berarti norma, dan cratos
yang berarti kekuasaan. Hal ini mengandung arti bahwa sebagai faktor
penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Dengan
demikian, isitlah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan
hukum atau prinsip hukum sebagai keuasaan tertinggi.
Selain dipengaruhi oleh kedua konsepsi negara hukum tersebut, negara
hukum di negara kita memiliki ciri khas sesuai filsapat dan budaya bangsa
kita. Oemar Seno Adji menjelaskan bahwa negara hukum Indonesia memiliki
ciri-ciri khas Indonesia. Pancasila harus diangkat sebagai dasar pokok
dan sumber hukum, maka negara hukum Indonesia dapat dinamakan negara
hukum Pancasila. Salah satu ciri pokoknya adalah adanya jaminan terhadap
kebebasan beragama (freedom of religion) dalam konotasi yang positif.
Artinya tiada tempat bagi ateisme atau propaganda anti agama. Ciri
berikutnya adalah tiadanya pemisahan yang rigid dan mutlak antara agama
dan negara. Sementara Padmo Wahyono menyatakan, bahwa negara hukum
Pancasila bertitik pangkal pada asas kekeluargaan sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945.
Konsepsi negara hukum ternyata mengalami perkembangan sesuai dengan
dinamika tuntutan jaman yang semakin berkembang. Pada abad ke-19, muncul
konsepsi negara hukum dari Immanuel Kant yang kemudian disebut negara
hukum dalam arti sempit. Dalam negara hukum dalam arti sempit, negara
dianggap dan berfungsi sebagai negara penjaga malam (Nachtwachterstaat),
yakni negara akan bertindak apabila terjadi pelanggaran terhadap hak-hak
manusia atau ketertiban dan keamanan terancam. Oleh karena itu, fungsi
negara bersifat pasif dan tidak aktif menyejahterakan rakyat, yang
berarti bahwa menyejahterakan rakyat bukan merupakan tugas negara tetapi
tugas masing-masing individu.
Pada abad ke-20 muncul gagasan bahwa negara atau pemerintah harus
bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat, sehingga negara harus aktif
dan turut campur dalam mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. Negara yang
turat campur dan aktif dalam menyejahterakan masyarakat dikenal dengan
sebutan negara hukum dalam arti luas atau negara hukum materiil atau
disebut juga welfarestate (negara kesejahteraan). Dengan demikian dalam
negara hukum materiil, negara berfungsi bukan hanya menjaga hukum dan
ketertiban tetapi juga aktif menyejahterakan rakyat. Dalam negara hukum
dalam arti luas, fungsi negara bukan sebagai penjaga malam, tetapi negara
berfungsi sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat (social service
state).
Para ahli hukum Eropa Kontinental dan Anglo Saxon memandang
bahwa suatu negara dapat dikatakan negara hukum apabila memenuhi
persyaratan atau unsur-unsur tertentu. Unsur-unsur negara hukum
(rechtsstaat) menurut pendapat F.J. Stahl (Eropa Kontinental) adalah
sebagai berikut:
adanya jaminan hak asasi manusia:
b. adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.
c. pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan;
d. adanya peradilan administrasi.
Unsur-unsur negara hukum menurut Stahl tidak sama dengan pendapat Dicey.
Menurut Dicey negara yang berdasarkan The rule of law harus memenuhi
tiga unsur yaitu:
Supremasi aturan hukum (supremacy of the law), artinya yang berdaulat
atau yang mempunyai kekuasaan tertinggi adalah hukum.
Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law), artinya
setiap orang tanpa memandang statusnya mempunyai derajat yang sama dalam
menghadapi hukum.
Terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam undang-undang atau UUD.
Dalam perkembangan selanjutnya, konsep The Rule of Law
tidak hanya
sebatas pada apa yang dikemukakan oleh Dicey, tetapi diperluas meliputi
berbagai aspek kehidupan seperti hak politik, ekonomi, dan sosial.
Menurut komisi para ahli hukum Internasional (International Commission of
Jurists) dalam konferensinya di Bangkok 1965, bahwa pemerintah yang
demokratis di bawah rule of law harus memenuhi syarat-syarat:
adanya perlindungan konstitusional;
adanya pemilihan umum yang bebas;
adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat;
adanya kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi;
adanya pendidikan kewarganegaraan (civic education).
Dengan memperhatikan perkembangan negara hukum jaman sekarang ini,
Jimly Asshiddiqie (2006) merumuskan dua belas prinsip pokok negara hukum
yang merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya Negara
hukum modern. Mari kita simak kedua belas prinsip tersebut!
Supremasi Hukum ( Supremacy of law);
Persamaan dalam Hukum ( Equality before the law);
Asas Legalitas ( Due Process of law );
d.
Pembatasan kekuasaan;
e.
Organ-organ pemerintahan yang Independen;
f.
Peradilan bebas dan tidak memihak;
g.
Peradilan Tata Usaha Negara;
h.
Peradilan Tata Negara ( Constitutional Court);
i.
Perlindungan Hak Asasi Manusia;
j.
Bersifat Demokratis ( Democratische Rechtsstaat );
k.
Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare
rechsstaat);
l.
Tranparansi dan kontrol sosial;
Lembaga lembaga penegak hukum
Dalam upaya penataan sistem hukum, hendaknya hukum dapat
dipahami dan dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem. Dalam hukum
sebagai satu kesatuan sistem, terdapat tiga unsur sistem hukum yaitu
unsur kelembagaan, unsur kaedah aturan, dan unsur perilaku subjek hukum.
Ketiga unsur tersebut mencakup kegiatan : a) pembuatan hukum (law
making), b) pelaksanaan dan penerapan hukum (law administrating), c)
peradilan atas pelanggaran hukum yang biasa disebut penegakkan hukum
dalam arti sempit (law inforcement), d) pemasyarakatan dan pendidikan
hukum (law socialization and law education), dan e) pengelolaan informasi
hukum (law information management).
Dalam pembahasan kita pada bagian ini, akan dibicarakan tentang
upaya penegakkan hukum (law inforcement). Penegakkan hukum dalam arti
luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta
melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan
hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan
ataupun melalui prosedur arbitrase (perwasitan) dan mekanisme
penyelesaian sengketa lainnya (Jimly Asshiddiqie, 2005). Dengan demikian,
terdapat dua kegiatan yang dilakukan dalam penegakkan hukum yaitu
melaksanakan/menerapkan hukum dan menindak pelanggar hukum.
Dalam penegakan hukum terdapat empat aktor utama yang berperan sangat
menonjol dalam proses penegakkan hukum (pidana) yaitu polisi, jaksa,
advokat, dan hakim. Pihak-pihak yang berperan dalam penegakkan hukum
pidana berbeda dengan hukum perdata. Menurut Jimly Asshiddiqie,
penegakkan hukum dalam bidang hukum pidana melibatkan peran kepolisian,
kejaksaan, advokat, dan kehakiman, sedangkan dalam bidang hukum perdata
melibatkan peran advokat dan kehakiman.
a. Kehakiman
Kehakiman merupakan lembaga yang mengemban tugas untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Menurut UUD Negara RI tahun
1945, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (pasal 24
ayat (2)). Untuk memahami kewenangan masing-masing lembaga dan badan
peradilan tersebut, Kalian dipersilakan mempelajari Bab 9 buku ini.
Dalam proses pengadilan, hakim bertugas untuk memeriksa dan memutus
perkara terhadap pelaku pelanggaran atau penyimpangan hukum. Dalam
melaksanakan tugasnya, hakim mengadili yang berperkara menurut hukum
dengan tidak membeda-bedakan orang. Oleh karena itu dalam pasal 8 UU RI
No.4 tahun 2004 dikemukakan bahwa “ Setiap orang yang disangka,
ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan pengadilan
wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.
b. Kepolisian
Kepolisian diatur dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun
2002 tentang Kepolisian. Pada pasal 2 undang-undang tersebut ditegaskan
bahwa Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di
bidang :pemeliharaan keamanan dan ketertiban di masyarakat; penegakkan
hukum; perlindungan; pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas Pokok Kepolisian RI berdasarkan pasal 13, yaitu :memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayan an kepada masyarakat. Dalam rangka
melaksanakan tugas pokok tersebut, salah satu tugas kepolisian negara
Republik Indonesia adalah melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya.
c. Kejaksaan
Pelaksanaan kekuasaan negara di bidang penuntutan dilaksanakan oleh
Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan diatur
dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1991 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia. Pasal 1 ayat (1) undang-undang tersebut
menyatakan, bahwa Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh UndangUndang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap .
d. Advokat
Undang-undang RI nomor 4 tahun 2004 pada pasal 37 menegaskan bahwa
“Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”.
Lembaga yang berprofesi memberikan bantuan hukum adalah Advokat. Dalam
memberikan bantuan hukum, advokat wajib membantu penyelesaian perkara
dengan menjunjung tinggi hukum dan keadilan.
Apa yang dimaksud advokat? Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor
18 tahun 2003 tentang Advokat disebutkan advokat adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang (Pasal 1
ayat (1). Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum klien.
E. Nilai dan Norma Kewarganegaraan Indoensia Demokratis
Warga negara
demokratis
Menurut Prof. Udin S. Winataputra, Indikator Warga Negara yang demokratis
dan bertanggung jawab yaitu:
Pro bono publico-res publica
Pro patria primus patrialis
Toleran
Terbuka
Tanggap dan berani dengan benar
Kritis dan argumentatif
Selanjutnya beliau mengemukakan indikator lainnya yaitu:
Cerdas dan penuh pertimbangan
Hormat pada hak orang lain
Hormat pada kekuasaan yang syah
Adil dan tidak diskriminatif
Menjaga amanah dengan penuh tanggung jawab
dll
Dalam kaitannya dengan warga negara yang demokratis, Cogan(1988)
mengidentifikasi delapan karakteristik yang perlu dimiliki warga negara
sebagai berikut.
Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global;
kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas
peran atau kewajibannya dalam masyarakat;
kemampuan untuk memahami, menerima, dan menhormati perbedaan-perbedaan
budaya;
kemampuan berpikir kritis dan sistematis;
kemauan menyelesaikan konflik secara damai tanpa kekerasan;
kemauan menubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna
melndungi lingkungan;
memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan HAM
kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada
tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional.
Kehidupan berdemokrasi bukan hanya harus dilakukan dalam tatanan
kehidupan bernegara, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Untuk membangun masyarakat atau siswa demokratis tidak cukup
hanya dibekali dengan pengetahuan tetapi juga melalui pembinaan sikap
yang seyogianya dilakukan sejak dini. Sikap demokratis tersebut antara
lain menghargai kegiatan musyawarah, mengahrgai suara terbanyak
(mayoritas), kejujuran, dan sikap mau menerima kekalahan.
2. Norma Hukum
Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu norma yang mengatur
pergaulan hidup manusia. Norma termasuk peratuan perundang-undangan
mempunyai fungsi sangat penting. Menurut J.P. Glastra van Loan
sebagaimana dikutip Duswara M. (2001:51) bahwa dalam menjalankan
peranannya kaidah atau hukum mempunyai fungsi sangat penting, yaitu :
Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup
Menyelesaikan pertikaian
Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan, jika perlu dengan
kekerasan
Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan
kebutuhan masyarakat
Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasikan
fungsi hukum sebagaimana disebutkan di atas.
Adapun ciri Peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
Keputusan yang dikeluarkan oleh yang berwewenang,
Isinya mengikat secara umum, tidak hanya mengikat orang tertentu, dan
Bersifat abstrak (mengatur yang belum terjadi).
Tata urutan peraturan perundang-undangan negara RI yang berlaku sekarang
ini mengacu pada Undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Dalam pasal 7 ayat (1) undang-undang
tersebut dicantumkan mengenai Jenis dan Hirarki Peraturan Perundangundangan, sebagai berikut:
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Idonesia Tahun 1945
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan Daerah (Perda )
Peraturan daerah Provinsi
Peraturan daerah Kabupaten
Peraturan desa
Untuk memahami materi muatan setiap jenis Peraturan Perundang-undangan di
atas, perhatikanlah uraian di bawah ini!
Materi muatan Undang-undang berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut
ketentuan UUD 1945.
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sama dengan
materi muatan Undang-undang.
Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan
Undang-undang sebagaimana mestinya.
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh
Undang-undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung
kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi.
Materi muatan Peraturan Desa/Kelurahan adalah seluruh materi dalam rangka
penyelenggaraan urusan desa/kelurahan serta penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
memiliki kedudukan tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan negara
RI. Dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara, terdapat aturan
tertinggi yang disebut konstitusi atau UUD. Konstitusi atau UUD berisi
ketentuan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan cara menjalankan
pemerintahan negara yang bersifat mendasar.
Konstitusi merupakan perwujudan dari kesadaran politik rakyat yang
diformulasikan dalam bentuk hukum tertinggi pada suatu negara. Para ahli
mem-berikan pandangan yang berbeda-beda mengenai muatan konstitusi
tergantung pada sudut pandangnya masing-masing. Sri Soemantri (1987:51)
mengemukakan bahwa suatu konstitusi biasanya memuat atau mengatur halhal pokok berikut:
adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara;
ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental;
adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental.
Pandangan lain dikemukan oleh Solly Lubis, bahwa Undang Undang Dasar
adalah sumber utama dari norma-norma yang mengatur hukum tata negara.
Secara terperinci, undang-undang dasar mengatur: a) bentuk dan susunan
negara, b) alat-alat perlengkapan dipusat dan daerah, c) mengatur tugastugas alat pelengakapan negara serta hubungannya satu sama lain.
Sedangkan Friedrich dalam Asshiddiqie (2006) mengatakan bahwa persoalan
yang dianggap terpenting dalam setiap konstitusi adalah pengaturan
mengenai pengawasan atau pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konstitusi
memuat seperangkat aturan yang mendasar dasar suatu negara yang dijadikan
pegangan atau pedoman dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Aturanaturan dasar tersebut dimaksudkan untuk memberikan batas-batas tertentu
terhadap hak warga negara dan pembatasan terhadap kekuasaan pemerintahan.
Konstitusi atau UUD sering pula disebut hukum dasar. Hukum dasar
dapat dibedakan antara hukum dasar tertulis dengan hukum dasar tidak
tertulis. Hukum dasar tertulis biasanya disebut UUD, sedangkan hukum
dasar tidak tertulis disebut konvensi ketatanegaraan yaitu kebiasaankebiasaan yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan
negara tetapi tidak tertulis. Dengan demikian, keseluruhan hukum dasar
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis disebut konstitusi.
3. Perubahan UUD 1945 dan
Negara RI Tahun 1945
Lembaga-lembaga negara setelah Perubahan UUD
Istilah lain dari kata perubahan yang sering digunakan adalah amandemen.
Kata amandemen berasal dari bahasa Inggris yaitu “amendment”, yang
berarti perubahan atau to amend, to alter dan to revise. Dalam bahasa
Indonesia perubahan berasal dari kata “ubah” yang mendapat awalan Perdan akhiran -an.
Secara etimologis, kata “perubahan” berarti hal (keadaan) berubah,
peralihan, pergantian atau pertukaran. Perubahan ini dapat berupa
pencabutan (repeal), penambahan (addition) dan perbaikan (revision).
Istilah lain perubahan adalah pembaruan (reform). Jadi “perubahan
konstitusi” dapat juga mencakup 2 pengertian yaitu :
amandemen konstitusi (constitutional amendement XE "constitutional
amendement" )
pembaruan konstitusi (constitutional reform XE "(constitutional reform"
).
Namun demikian secara khusus, dilihat dari segi sistem dan bentuk
perubahan konstitusi secara teori, istilah amandemen konstitusi memiliki
makna tersendiri untuk membedakannya dengan sistem perubahan konstitusi
lain. Secara umum sistem yang dianut oleh negara-negara dalam mengubah
konstitusinya dapat digolongkan ke dalam 2 sistem perubahan yaitu :
Pertama, jika suatu konstitusi diubah, maka yang berlaku adalah
konstitusi yang baru secara keseluruhan, sehingga tidak ada lagi
kaitannya dengan konstitusi yang lama. Sistem ini masuk ke dalam katagori
constitutional reform (pembaruan konstitusi). Sistem ini dianut hampir
semua negara di dunia, di antaranya Belanda, Jerman dan Perancis.
Kedua, sistem perubahan konstitusi di mana konstitusi yang asli tetap
berlaku, sementara bagian perubahan atas konstitusi tersebut merupakan
adendum XE "adendum"
atau sisipan dari konstitusi tadi. Dengan kata
lain bagian yang diamandemen menjadi bagian dari konstitusinya. Sistem
perubahan ini dianut di Amerika Serikat dan Republik XE "Republik"
Indonesia mulai dari perubahan tahun 1999 hingga tahun 2002. Dengan
demikian, jelaslah bahwa MPR melakukan perubahan UUD 1945 dengan cara
Adendum, yang berarti naskah perubahan UUD 1945 diletakan melekat pada
naskah asli UUD 1945.
Perubahan UUD 1945 yang telah dilakukan tahun 1999-2002 berpedoman pada
dasar yuridis yaitu pasal 37 UUD 1945. Pasal 37 UUD 1945 mengatur tentang
syarat dan prosedur perubahan UUD 1945. Rumusan Pasal 37 tersebut
selengkapnya sebagai berikut.
Usul perubahan pasal-pasal UUD, dapat diagendakan dalam sidang MPR
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR;
Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD, diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya;
Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR;
Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah 1 anggota dari seluruh anggota MPR;
Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
Perubahan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut:
UUD 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan
tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat;
UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan
eksekutif (Presiden);
UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat
menimbulkan multitafsir;
UUD 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan UU;
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup
didukung ketentuan konstitusi.
Melakukan perubahan atas sesuatu tentu saja memiliki tujuan.
Demikian pula halnya dengan perubahan UUD 1945 memiliki beberapa tujuan
sebagaimana dikemukakan Setjen MPR RI (2005), yaitu antara lain:
menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan
nasional dan memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan
rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan
perkembangan paham demokrasi;
menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM agar
sesuai dengan perkembangan paham HAM dan peradaban umat manusia yang
merupakan syarat bagi suatu negara hukum yang tercantum dalam UUD 1945;
menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern.
melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara
bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi,
seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum;
menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara
sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan bangsa dan negara.
Dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945, terdapat beberapa
kesepakatan dasar yang penting kita pahami. Kesepakatan tersebut disusun
oleh Panitia Ad Hoc I yang melahirkan lima butir kesepakatan yaitu:
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945;
tetap mempertahankan NKRI;
mempertegas sistem pemerintahan presidensial;
penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan ke dalam
pasal-pasal (batang tubuh); dan
melakukan perubahan dengan cara adendum.
Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap karena
mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi di MPR,
kemudian dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih
sulit memperoleh kesepakatan.
Perubahan UUD Negara RI 1945 dimaksudkan untuk menyempurnakan UUD
itu sendiri bukan untuk mengganti. Oleh karena itu yang dilakukan oleh
MPR adalah mengubah, membuat rumusan baru, menghapus atau menghilangkan,
memindahkan tempat pasal atau ayat sekaligus mengubah penomoran pasal
atau ayat.
Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap melalui
mekanisme sidang MPR yaitu:
Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14-21 oktober 1999
Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000
Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1-9 November 2001
Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.
Perubahan Pertama terhadap UUD 1945 dapat dikatakan sebagai tonggak
sejarah yang berhasil mematahkan semangat konservatisme dan romantisme
dikalangan masyarakat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD
1945 sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide
perubahan.
Perubahan UUD 1945 bukan hanya menyangkut perubahan jumlah bab,
pasal, dan ayat tetapi juga adanya perubahan sistem ketatanegaraan RI,
diantaranya sebagai berikut.
MPR yang semula sebagai lembaga tertinggi Negara dan berada di atas
lembaga Negara lain, berubah menjadi lembaga Negara biasa yang sejajar
dengan lembaga Negara lainnya seperti DPR, Presiden, BPK, MA, MK, DPD,
dan Komisi Yudisial;
pemegang kekuasaan membentuk undang-undang yang semula dipegang oleh
Presiden (Pasal 5 ayat 1), beralih ke tangan DPR (perubahan Pasal 20
ayat 1);
Presiden dan wakil Presiden yang semula dipilih oleh MPR berubah menjadi
dipilih oleh rakyat secara langsung dalam satu pasangan (perubahan Pasal
6A ayat 1);
periode masa jabatan Presiden dan wakil Presiden yang semula tidak
dibatasi, berubah menjadi maksimal dua kali masa jabatan (Perubahan Pasal
7),
adanya lembaga Negara yang berwenang menguji undang-undang terhadap UUD
1945 yaitu Mahkamah Konstitusi.
Presiden dalam hal mengangkat dan menerima duta dari Negara lain harus
memperhatikan pertimbangan DPR (perubahan Pasal 13 ayat 2 dan 3),
Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR dalam hal memberi amnesti
dan rehabilitasi (Perubahan Pasal 14 ayat 2).
Secara umum hasil perubahan yang dilakukan secara bertahap MPR
adalah sebagai berikut.
Perubahan Pertama (ditetapkan 19 Oktober 1999), meliputi 9
pasal,
16 ayat, yaitu :
No. Pasal/Ayat yang diubah Isi Perubahan 1 5 ayat 1 Hak Presiden untuk
mengajukan RUU kepada DPR 2 Pasal 7 Pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden 3 Pasal 9 ayat 1
dan 2 Sumpah Presiden dan Wakil Presiden 4 Pasal 13 ayat 2
dan 3 Pengangkatan dan penerimaan Duta oleh Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR 5 Pasal 14 ayat 1 Presiden memberikan Grasi dan
Rehabilitasi dengan pertimbangan MA 6 Pasal 14 ayat 2 Pemberian amnesti
dan abolisi memperhatikan pertimbangan DPR 7 Pasal 15 Pemberian gelar,
tanda jasa dan kehormatan lain diatur dengan UU. 8 Pasal 17 ayat 2
dan 3 Pengangkatan dan pemberhentian Menteri 9 Pasal 20 ayat 1 4 Pembentukan UU oleh DPR dan Presiden 10 Pasal 21 Hak DPR untuk
mengajukan RUU
Perubahan Pertama terhadap UUD 1945 dapat dikatakan sebagai tonggak
sejarah yang berhasil mematahkan semangat konservatisme dan romantisme
dikalangan masyarakat yang cenderung mensakralkan atau menjadikan UUD
1945 sebagai sesuatu yang suci yang tidak boleh disentuh oleh ide
perubahan.
Dari perubahan pertama tersebut, ada beberapa hal penting yang
menunjukkan di satu pihak mengurangi dominasi kekuasaan Presiden dan
dilain pihak menambah kekuasaan DPR sebagai lembaga legislatif yang juga
mewakili rakyat. Hal-hal tersebut di antaranya adalah:
Pemegang kekuasaan membentuk Undang-undang yang semula dipegang oleh
Presiden (Pasal 5 ayat 1), beralih ke tangan DPR (amendemen Pasal 20 ayat
1);
periode masa jabatan presiden dan wakil presiden dalam jabatan yang sama
yang semula tidak dibatasi, berubah (dibatasi) menjadi maksimal dua kali
masa jabatan (amendemen Pasal 7);
dalam hal Presiden mengangkat dan menerima duta, yang semula tidak ada
ketentuan untuk melibatkan DPR, berubah bahwa dalam mengangkat duta,
presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR (amendemen Pasal 13 ayat 2
dan 3);
Dalam hal presiden memberi amnesti dan rehabilitasi, presiden harus
memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14 ayat 2).
Perubahan Kedua (ditetapkan 18 Agustus 2000): meliputi 27 pasal
yang tersebar dalam 7 Bab, yang isinya mencakup 59 butir ketentuan
yaitu:
No. Bab Yang Diubah Materi Perubahan 1 Bab VI Pemerintahan Daerah 2
Bab VII Dewan Perwakilan Daerah
3 Bab IXA Wilayah Negara 4 Bab
X Warga Negara dan Penduduk 5 Bab XA
Hak Asasi Manusia 6 Bab XII
Pertahanan dan Keamanan Negara 7 Bab XV Bendera, Bahasa, Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaan
Pada tanggal 18 Agustus tahun 2000 MPR menetapkan perubahan kedua UUD
1945 dengan mengubah/menambah: Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 19,
Pasal 20 ayat 5, Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab
X, Pasal 26 ayat 2 dan 3, Pasal 27 ayat 3, Bab XA, Pasal 28A-28J, Bab
XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A - 36C. Hal-hal yang diubah tersebut
menyangkut, antara lain:
Pengaturan tentang pemerintahan daerah dalam rangka melaksanakan otonomi
daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab (mengubah Pasal 18, dan
menambahkan Pasal 18A dan 18B);
penegasan tentang pengisian keanggotaan DPR, yaitu melalui pemilihan umum
(amendemen Pasal 19);
penegasan tentang fungsi DPR dan hak-hak DPR (Pasal 20A ayat 1-4);
pengaturan secara tegas tentang hak asasi manusia (amendemen Pasal 28A 28J);
penegasan tentang pertahanan dan Keamanan Negara (amendemen Pasal 30 ayat
1-5);
penegasan tentang lambang negara (Pasal 36A) dan lagu kebangsaan (Pasal
36B).
Perubahan Ketiga, ditetapkan 9 November 2001, meliputi 23 pasal
yang tersebar 7 Bab dan 68 butir ketentuan/ayat yaitu:
Bab yang Diubah Isi Perubahan ( Bab I
( Bab II
( Bab III
( Bab V
( Bab VIIA
( Bab VIIB
( Bab VIIIA ( Bentuk dan Kedaulatan
( MPR
( Kekuasaan Pemerintahan Negara
(
(
(
(
Kementerian Negara
DPR
Pemilihan Umum
BPK
Perubahan Keempat, ditetapkan 10 Agustus 2002, meliputi 19 pasal
yang terdiri atas 31 butir ketentuan ditambah 1 butir yang dihapuskan.
Dalam naskah perubahan keempat ini ditetapkan bahwa:
UUD 1945 yang telah mengalami perubahan melalui 4 tahap memiliki
sistimatika yang berbeda dengan naskah aslinya. Dalam pasal II Aturan
Tambahan Perubahan keempat UUD 1945 ditegaskan “Dengan ditetapkannya
Perubahan UUD ini, UUD 1945 terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasal”.
Dengan demikian, jelaslah bahwa sejak 10 Agustus 2002, status Penjelasan
UUD 1945 yang selama ini dijadikan lampiran tak terpisahkan dari naskah
UUD 1945, tidak lagi dijadikan sebagai bagian dari naskah UUD Negara
Republik XE "Republik"
Indonesia tahun 1945.
Dilihat dari jumlah bab, pasal, dan ayat, hasil perubahan UUD 1945
adalah sebagai berikut.
Sebelum Perubahan
Hasil Perubahan 1. Jumlah bab 16 1. Jumlah bab 21 2. Jumlah pasal 37 2.
Jumlah pasal 73 3. Terdiri dari 49 ayat 3. Terdiri dari 170 ayat. 4. 4
pasal aturan peralihan 4. 3 pasal aturan peralihan
5. 2 ayat Aturan
Tambahan 5. 2 Pasal Aturan Tambahan. 6. Dilengkapi dengan penjelasan. 6.
Tanpa penjelasan
Adapun rangkaian dan hal-hal pokok perubahan UUD Negara RI tahun
1945 dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Apa saja Lembaga Negara RI setelah perubahan?
Perubahan UUD 1945 membawa perubahan terhadap lembaga negara baik
jumlahnya maupun kewenangannya. Lembaga negara tersebut nampak dalam
diagram di bawah ini.
SHAPE \* MERGEFORMAT
Berdasarkan diagram di atas, terdapat lembaga negara baru yaitu
antara lain: Mahkamah konstitusi, DPD, dan Komisi Yudisial, selain
hilangnya lembaga DPA.
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga negara yang memiliki
kewenangan menyelenggarakan kekuasaan kehakiman. Dalam melaksanakan
tugasnya Mahkamah Konstitusi dibantu oleh sekretariat jenderal yang
dipimpin oleh sekretaris jenderal dan kepaniteraan. Pasal 12 Undang-
Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2003 dinyatakan bahwa Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk :
a.
menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945,
b.
memutus sengketa kewenangran lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945,
c.
memutus pembubaran partai politik,
d.
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Selain kewenangan sebagaimana disebutkan di atas Mahkamah Konstitusi
wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah
diadakan perubahan, memuat badan baru yang bernama Komisi Yudisial.
Komisi Yudisial (KY) diatur dalam Pasal 24B UUD 1945, yaitu :
1.
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
2.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman
di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tak
tercela.
3.
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
4.
Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan
undang-undang.
Lembaga negara lain yang muncul setelah perubahan UUD 1945 adalah DPD.
Dalam UUD 1945 Pasal 22D ditegaskan bahwa:
Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemakaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan
pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah;
serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas
rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama.
Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil
pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang
syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.
Sebagai sebuah lembaga perwakilan rakyat, DPD memiliki hak, antara lain:
mengajukan rancangan undang-undang tertentu kepada DPR dan ikut membahas
rancangan undang-undang tertentu.
Sebaliknya, setiap anggota DPD juga memiliki hak, antara lain:
menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri,
imunitas, protokoler, keuangan dan administratif. Selain hak sebagai
lembaga dan individu, anggota DPD juga mempunyai kewajiban yang harus
dijalankannya. Kewajiban anggota-anggota DPD, antara lain:
mengamalkan Pancasila;
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
menaati segala peraturan perundang-undangan;
melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraap pemerintahan;
mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara
kesatuan Republik Indonesia;
memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;
menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
dan daerah;
mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan golongan;
memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan
daerah pemilihannya;
menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPD;
menjaga etika dan norma adat daerah yang diwakilinya.
Lembaga Negara lain seperti MPR, DPR, Presiden, MA, dan BPK masih tetap
ada,
tetapi mengalami sedikit perubahan kewenangan.
Dalam Bidang Eksekutif, ada beberapa kewenangan Presiden yang berubah
setelah UUD 1945 perubahan antara lain :
Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan oleh rakyat
secara langsung (pasal 6A ayat 1).
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (pasal 5 ayat 1).
Masa jabatan presiden dibatasi hanya sampai dua kali periode (pasal 7).
Presiden tidak dapat membubarkan/membekukan DPR (pasal 7C).
Dalam mengangkat duta dan konsul serta menerima duta negara lain, harus
mempertimbangkan DPR (pasal 13 ayat 2-3).
Dalam memberikan grasi dan rehabiliatasi harus memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung (pasal 14 ayat 1)
Dalam memberikan amnesti dan abolisi memperhatikan pertimbangan DPR
(pasal 14 ayat 2).
Dalam memberikan gelar, tanda jasa dan gelar lainnya diatur oleh undangundang (pasal 15)
Penyataan perang atau membuat perjanjian internasional yang menyangkut
akibat yang luas harus disetujui oleh DPR (pasal 11).
Dalam bidang Yudikatif selain ada Mahkamah Konstitusi, terdapat lembaga
Mahkamah Agung. Mahkamah Agung adalah lembaga negara (sebagaimana
dimaksud dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No.III/MPA/1978). Mahkamah Agung adalah Pengadilan negara
tertinggi dari semua lingkungan peradilan yang dalam melaksanakan
tugasnya harus bebas terlepas dari pengaruh pemerintah maupun pengaruhpengaruh lainnya.
Setelah dilakukan perubahan, Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 memuat ketentuan mengenai Mahkamah Agung yaitu dalam
Pasal 24A yang terdiri atas 5 ayat. Pasal 24A ayat (1) menyatakan, bahwa
Mahkamah Agung berwewenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undangundang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan undang-undang.
Untuk menjabarkan lebih lanjut mengenai Mahkamah Agung diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung. Dalam UndangUndang Republik lndonesia No.5 Tahun 2004 dinyatakan, bahwa Mahkamah
Agung adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung
merupakan pengadilan negara tertinggi dari keempat lingkungan peradilan
(sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2). Dalam melaksanakan
tugasnya Mahkamah Agung terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh
pengaruh lain. Mahkamah Agung berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia, yaitu Jakarta.
Secara organisatoris, Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang ketua, 2 (dua)
orang wakil ketua, dan beberapa orang ketua muda. Wakil ketua terdiri
atas wakil ketua bidang yudisial dan wakil ketua bidang non yudisial.
Wakil ketua bidang yudisial membawahi; ketua muda perdata, ketua muda
pidana, ketua muda agama, ketua muda militer, dan ketua muda tata usaha
negara. Pada setiap pembidangan Mahkamah Agung dapat melakukan
pengkhususan bidang hukum tertentu yang diketuai oleh ketua muda.
Sedangkan Wakil ketua non yudisial membawahi ketua muda pembinaan dan
ketua muda pengawasan. Masa jabatan Ketua, Wakil Ketua, dan Ketua Muda
Mahkamah Agung adalah selama 5(lima) tahun.
Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung adalah
pejabat negara yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman. Syarat dan
tata cara pengangkatan dan pemberhentian mereka ditetapkan oleh UndangUndang Nomor 5 Tahun 2004. Bagaimana persyaratan untuk dapat diangkat
menjadi Hakim Agung?
Pasal 24A ayat (2) UUD RI Tahun 1945 menyatakan bahwa; Hakim Agung harus
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.
Pasal 24A ayat (3) UUD RI Tahun 1945, menyatakan bahwa; Calon Hakim Agung
diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim oleh
Presiden.
Adapun wewenang Mahkamah Agung, sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat
(2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 meluputi :
a.
Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada
tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang
berada dibawah MA.
b.
Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang
terhadap, undang-undang, dan
c.
kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.
Lembaga Negara lain yang mengalami perubahan cukup mendasar antara lain
adalah MPR. Diantara perubahan mendasar tersebut yaitu tidak memilih
Presidedn dan wakil Presiden (kecuali dalam hal tertentu), dan MPR bukan
lagi sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, sehingga tidak
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Adapun tugas dan wewenang
yang dimiliki MPR setelah perubahan yaitu:
a.
Mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar;
b.
Melantik Presiden dan Wakil Presiden berdasar-kan hasil pemilihan
umum, dalam Sidang Paripuma MPR;
c.
Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
setelah Presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan dalam Sidang Paripuma MPR;
d.
Melantik Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;
e.
Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalarri masa jabatan
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari;
f.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti
secara bersamaan dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan
Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik atau gabungan Partai
Politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara
tebanyak pertama dan kedua dalam pemilihan sebelumnya, sampai habis masa
jabatan, selambat-lambatnya dalam waktu tiga puluh hari.
g.
Menetapkan peraturan tata tertib dan kode etik MPR.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak,
yaitu: mengajukan usul perubahan pasal-pasal dalam undang-undang dasar,
menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan putusan, memilih dan
dipilih, membela diri, imunitas, protokoler, serta keuangan dan
administrasi.
Selain memiliki hak, anggota MPR juga mempunyai kewajiban yang harus
dilaksanakannya, yaitu:
a)
mengamalkan Pancasila;
b)
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tabun
1945 dan peraturan perundang-undangan;
c)
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kerukunan
nasional;
d)
mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan;
e)
melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
Adakah perubahan kewenangan DPR?
Salah satu perubahan penting yang berkaitan dengan kewenangan DPR
adalah ketentuan UUD 1945 Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1). Pasal
20 ayat (1) menegaskan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undangundang. Sedangkan Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.
Berdasarkan perubahan tersebut, presiden tidak lagi disebut sebagai
pemegang kekuasaan membentuk undang-undang. Presiden hanya berhak
mengajukan rancangan undang-undang. Kekuasaan untuk membentuk undangundang tersebut beralih ke tangan DPR. Walaupun demikian, tidak berarti
meniadakan prinsip bahwa pembentukan undang-undang dilakukan bersama oleh
DPR dan Presiden (pemerintah). Presiden yang diwakili menteri ikut
membahas rancangan undang-undang di DPR.
Dengan demikian, maka sangat jelas bahwa setiap rancangan undang-undang
itu sebelum diundangkan tentunya harus dibahas oleh kedua lembaga negara
yaitu Dewan Perwakilan Rakyat dan eksekutif (Presiden) untuk mendapat
persetujuan bersama. Secara konstitusional disebutkan demikian, namun
dalam prakteknya presiden diwakili oleh menteri yang membidangi yang
diatur dalam rancangan undang-undang.
Dalam UUD 1945 Pasal 20 Ayat (3) Jika rancangan undang-undang itu tidak
mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan. Persetujuan bersama antara Dewan
perwakilan rakyat dengan presiden tentunya sangat penting dilakukan.
Keikutsertaan ini mencerminkan bahwa undang-undang itu sebagai produk
bersama antara DPR dan Presiden.
Undang-undang dibentuk oleh DPR bersama Presiden, bukan dibentuk oleh
Presiden dengan persetujuan DPR. Dalam pembahasan itu dimungkinkan
terjadi berbagai perubahan-perubahan dalam arti perubahan yang disepakati
oleh DPR dan Presiden, usulan penyelesaian terhadap perbaikan isi undangundang bisa datang dari DPR bahkan dari pemerintah. Namun, apabila
rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari ketegangan antara kedua lembaga
negara (DPR dan Presiden) mengenai ketidak sepakatan terhadap rancangan
undang-undang itu. Tentunya dalam pembahasan untuk mendapat persetujuan
bersama itu dilakukan dengan menampung berbagai pendapat, alasan mengenai
disetujui ataui tidaknya undang undang itu, baik dari DPR maupun
Presiden.
Sesuai dengan peraturan tata tertib DPR terdapat empat masa persidangan
dalam satu tahun. Suatu rancangan undang-undang (RUU) yang tidak
memperoleh persetujuan bersama dalam masa sidang pertama tidak boleh
diajukan kembali dalam masa sidang pertama tersebut. Demikian juga
seterusnya.
Selanjutnya Pasal 20 Ayat (4) Persidangan mengesahkan Rancangan UndangUndang yang telah disetujui bersama untuk menjadi Undang-Undang. Apabila
di dalam persidangan itu rancangan undang-undang yang dibahas mendapat
perstujuan dari DPR dan Presiden, maka persidangan mengesahkannya menjadi
undang-undang.
Pasal 20 Ayat (5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari
semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undangundang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.
Secara hukum pengesahan itu mengandung makna bahwa sejak saat itu suatu
rancangan undang-undang berubah menjadi undang-undang. Dengan kata lain
sejak disahkannya undang-undang itu maka undang-undang sudah terbentuk.
Tetapi tidak berarti bahwa undang-undang itu berlaku, ketentuan berlaku
undang-undang yang bersangkutan dan kedudukan lembaran negara.
Selain fungsi tersebut di atas, dalam Pasal 20A Ayat (1) Dewan
Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi
pengawasan.
Fungsi pengawasan DPR adalah suatu fungsi yang dilakukan oleh DPR dalam
mengawasi eksekutif dalam pelaksanaan undang-undang, antara lain berupa
pengawasan pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) dan
pengawasan terhadap berbagai kebijakan pemerintah. UUD 1945 memberikan
kedudukan yang kuat kepada DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan
DPR tidak dapat dibuatkan oleh Presiden.
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan ini, selain dilakukan rapat kerja,
rapat dengar pendapat, rapat dengar pendapat umum, dan kunjungan kerja,
dilakukan juga oleh DPR melalui penggunaan hak-hak DPR antara lain untuk
meminta keterangan kepada Presiden. Hak DPR untuk meminta keterangan ini
berlandaskan pada UU No. 22 Tahun 2003, yang mencantumkan salah satu hak
DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya adalah mengenai meminta
keterangan kepada Presiden yang selanjutnya diatur dalam tata tertib DPR,
yang mengatur mengenai prosedur penggunaan hak dimaksud sebagai berikut
dalam rapat paripurna berikutnya setelah usul permintaan kepada Presiden
diterima oleh pimpinan DPR, ketua rapat memberitahukan kepada anggota
tentang masuknya usul permintaan keterangan kepada Presiden. Kemudian
usul tersebut dibagikan kepada para anggota. Dalam rapat badan musyawarah
yang diadakan untuk menentukan waktu pembicaran usul permintaan
keterangan kepada Presiden tersebut dalam rapat paripurna, kepada para
pengusul diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan tentang usul
tersebut. Rapat paripurna sebagaimana dalam pasal (3), atau rapat
paripurna yang lain memutuskan untuk menyetujui atau menolak usul
tersebut. Dalam menjalankan fungsi pengawasan, DPR antara lain
menggunakan hak meminta keterangan kepada Presiden.
Pasal 20A Ayat (2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur
dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat
mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Memang fungsi-fungsi tersebut sangat penting dilakukan oleh DPR supaya
roda pemerintahan yang sesuai dengan demokrasi dapat berjalan dengan
tanpa menghadapi masalah yang berarti. Mengenai pentingnya fungsi DPR,
menurut Bagir Manan, bahwa fungsi kontrol yang dilakukan DPR dalam
kekuasannya membentuk undang-undang, hak budget, dan berbagai hak DPR
lainnya, yaitu hak interpelasi, angket, dan hak menyatakan pendapat dan
hak bertanya bagi anggota”.
Pasal 20A Ayat (3) selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain UndangUndang Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak
imunitas. Selanjutnya Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan
Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam
undang-undang.
Pasal 21 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul Rancangan
Undang-Undang. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas, memberikan dasar
konstitusional bagi DPR dalam mengemban amanat demokrasi dan kedaulatan
rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat yang demikian strategis tentunya harus
diimbangi dengan kualitas dari anggota Dewan itu sendiri. Oleh sebab itu
dalam rangka meningkatkan kualitas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
tentunya pelu dilengkapi dengan staf ahli di bidang tertentu.
Staf ahli ini sangat dibutuhkan, mengingat pada hakikatnya anggota DPR
itu sifatnya adalah generalis. Artinya pemahaman masing-masing anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dalam suatu bidang tertentu sifatnya adalah umum
dan politis. Oleh sebab itulah untuk memahami bidang pekerjaan yang
biasanya dirangkum dalam komisi perlu dilengkapi dengan staf ahli yang
mempunyai kemampuan di bidang masing-masing.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa: Dewan Perwakilan
Rakyat terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang
dipilih berdasarkan hasil pemilu; Anggota DPR berjumlah lima ratus lima
puluh orang; DPR mempunyai kedudukan dan fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan.
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 20 ayat (1),
Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang.
Ketentuan ini tidak ada dalam naskah asli UUD 1945. Naskah asli justeru
memuat, Presiden yang memegang kekuasaan membentuk undang-undang dan DPR
memberikan persetujuan. Berdasarkan bunyi naskah asli tersebut, Hamid
Attamimi berpendapat, kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif
power) ada pada Presiden bukan pada DPR. Ketentuan dalam naskah asli
bukan saja membingungkan tetapi mengandung anomali. Presiden adalah
pemegang dan menjalankan kekuasan eksekutif. Telah menjadi sesuatu yang
diterima umum dalam sistem ketatanegaraan apapun kekuasaan membentuk
undang-undang ada pada badan perwakilan rakyat sebagai pemegang kekuasaan
legislatif. Memang dalam kenyatan kekuasaan eksekutif menjalankan juga
fungsi pembentukan undang-undang.
Dalam ajaran dari Montesquieu mengenai pemisahan kekuasaan,
kekuasaan membentuk undang-undang adalah kekuasaan legislatif (DPR).
Badan atau pemerintah (eksekutif) tidak mempunyai kekuasaan dalam
membentuk undang-undang. Mengenai pemisahan kekuasaan ini misalnya
diterapkan antara lain dalam Undang-Undang Amerika Serikat pada tahun
1787. Congress merupakan satu-satunya pemegang kekuasaan membentuk
undang-undang. Dengan demikian Presiden hanya sekedar menjalankan
kekuasaan eksekutif dan tidak mempunyai kekuasaan dalam membentuk atau
tidak mempunyai hak inisiatif serta tidak berhak ikut serta dalam
membahas undang-undang. Namun, di Amerika presiden mempunyai hak veto
untuk menolak mengesahkan undang-undang yang telah disetujui oleh
kongres. Apabila dalam pemungutan suara ulang disetujui oleh 2/3 atau
lebih anggota kongres, maka hak veto presiden itu tidak berlaku dan
rancangan undang-undang tersebut akan menjadi undang-undang meskipun
tanpa disetujui oleh Presiden.
Adapun tugas dan wewenang DPR adalah:
membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama;
membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang;
menerima dan membahas usulan rancangan undang-undang yang diajukan DPD
yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikut-sertakannya dalam
pembahasan;
memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan
rancagan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama,
menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, anggaran
pendapatan dan belanja negara serta kebijakan pemerintah;
membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD
terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumberdaya
alam, sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pendidikan, dan
agama;
memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan
pertimbangan DPD;
membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan pertanggungjawaban
keuangan negara yang disampaikan Badan Pemeriksa Keuangan;
memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan, pemberhentian
anggota Komisi Yudisial;
memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial
untuk ditetapkan sebagai hakim agung;
Presiden memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi, mengajukannya
kepada Presiden untuk ditetapkan;
memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima
penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian
amnesti dan abolisi;
memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian dan pemjanjian dengan negara lain, serta membuat perjanjian
intemasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara dan/atau
pembentukan undang-undang;
menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam undangundang.
Sebagai lembaga perwakilan, DPR mempunyai hak, antara lain interpelasi,
angket, dan menyatakan pendapat. Sebaliknya, setiap anggota DPR juga
memiliki hak yang sama dalam beberapa hal. Hak yang dimiliki setiap
anggota DPR yaitu: mengajukan rancangan undang-undang; mengajukan
pertanyaan; menyampaikan usul dan pendapat; memilih dan dipilih; membela
diri; imunitas; protokoler; keuangan dan administratif.
Selain memiliki hak sebagai lembaga ataupun individu, anggota DPR juga
mempunyai kewajiban. Kewajiban anggota DPR, antara lain:
mengamalkan Pancasila;
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
menaati segala peraturan perundang-undangan;
melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat;
menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok,
dan golongan;
memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan
daerah pemilihannya;
menaati kode etik dan peraturan tata tertib DPR;
menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait
4. Pemerintahan Daerah
Salah satu perubahan penting lainnya adalah adanya perubahan tentang
kewenangan pemerintahan daerah. Seiring dengan perubahan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan tersebut
dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah
dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah. Sebelumnya,
pemerintah pusat sangat dominan (sentralistis) dalam mengatur dan
mengendalikan daerah. Pada masa sekarang, daerah diberi keleluasaan untuk
mengurus urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) secara
demokratis dan bertanggungjawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Perhatikan bagan di bawah ini dengan saksama!
SHAPE \* MERGEFORMAT
Bagan di atas merupakan aturan tentang pemerintahan daerah yang dimuat
pada pasal 18 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dari bagan di
atas dapat kita sarikan sebagai berikut.
a. adanya pembagian daerah otonom yang bersifat berjenjang (Provinsi dan
Kabupaten/ kota;
b. daerah otonom mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas
oto-nomi dan tugas pembantuan;
c.
secara eksplisit tidak disinggung mengenai asas dekonsentrasi;
d. pemerintah daerah otonom memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih
secara demokratis;
e.
kepala daerah dipilih secara demokratis;
f. pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat.
Apa saja yang menjadi urusan pemerintah pusat? Pada Pasal 10 ayat
(3) undang-undang nomor 32 tahun 2004 ditegaskan bahwa urusan
pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi:
politik luar negeri
pertahanan
keamanan
yustisi
moneter dan fiskal nasional, dan
agama
Dengan demikian selain keenam urusan tersebut merupakan urusan
pemerintahan daerah, sehingga daerah memiliki kewenangan yang seluasluasnya untuk mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan daerah dalam
upaya mensejahterakan rakyat di daerah.
Selanjutnya mari kita bicarakan tentang asas-asas yang digunakan
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Namun sebelum itu, ada baiknya
pahami dulu beberapa istilah yang berkaitan dengan sistem pemerintahan
daerah, yaitu antara lain pemerintahan daerah, pemerintah daerah, otonomi
daerah, dan daerah otonom.
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan pemerintah daerah adalah Gubernur
(untuk provinsi), Bupati (untuk kabupaten), Walikota (untuk Kota) dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setelah Kalian mengetahui arti beberapa istilah di atas, mari kita
bahas asas-asas apa yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah? Dalam pasal 18 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
ditegaskan bahwa
“ pemerintah daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Dengan demikian terdapat dua
asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu asas
otonomi dan tugas pembantuan.
Asas otonomi dalam ketentuan tersebut memiliki makna bahwa pelaksanaan
urusan pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara langsung
oleh pemerintahan daerah itu sendiri. Sedangkan asas tugas pembantuan
dimaksudkan bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut dapat
dilaksanakan melalui penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah
kabupaten/kota dan desa atau penugasan dari pemerintah kabupaten/kota ke
desa (penjelasan UU RI No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah).
Berdasarkan uraian di atas, asas otonomi sering disebut asas
desentralisasi. Apa yang dimaksud desentralisasi? Desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah (pusat) kepada Daerah
otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32 tahun 2004). Perlu Kalian
ingat bahwa sekalipun daerah diberi keleluasaan untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahannya sendiri, tetapi tetap berada dalam
bingkai dan kedaulatan negara kesatuan Republik Indonesia. Artinya,
pemerintah daerah berkewajiban untuk patuh dan menghormati kewenangan
yang dimiliki pemerintah pusat.
Berkaitan dengan pengertian desentralisasi di atas, Litvack & Seddon
(1999:2), sebagaimana dikutip oleh Wasistiono (2002:17-18) menyatakan
bahwa desentralisasi adalah transfer kewenangan dan tanggungjawab fungsifungsi publik yang dilakukan dari pemerintah pusat ke pihak lain, baik
kepada daerah bawahan, organisasi pemerintah yang semi bebas ataupun
kepada sektor swasta.
Asas yang kedua adalah tugas pembantuan yaitu penugasan dari Pemerintah
(pusat) kepada daerah dan/atau desa, dan dari pemerintah provinsi kepada
kabupaten /kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada
desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Jadi urusan pemerintahan dalam
tugas pembantuan bukan merupakan atas inisiatif dan prakarsa sendiri
tetapi merupakan penugasan dari pemerintah yang ada di atasnya.
Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan diberikannya otonomi daerah,
pemerintahan daerah dituntut lebih kreatif dan inisiatif menggali dan
memanfaatkan segenap potensi daerah untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, dalam UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan bahwa pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan (UUD 1945 pasal 18 ayat (6).
Dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan sebagai
berikut.
(
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah, yang diatur dengan undang-undang (pasal 18 ayat (1)
( Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pe- merintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintah pusat (pasal 18 ayat (5)
Ketentuan di atas menegaskan bahwa di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia terdapat pembagian daerah ke dalam daerah provinsi dan dalam
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota. Masing-masing daerah
provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang bersifat
otonom.
Sekalipun masing-masing daerah bersipat otonom, namun untuk daerah
provinsi disamping memiliki status sebagai daerah otonom, juga
berkedudukan sebagai wilayah administrasi. Sedangkan daerah kabupaten dan
daerah kota sepenuhnya berkedudukan sebagai daerah otonom. Apa yang
dimaksud daerah otonom? daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia (UU RI No. 32/2004).
Sekalipun pemerintah daerah memiliki hak otonomi, namun tetap memiliki
hubungan dengan pemerintahan yang di atasnya. Dalam Pasal 18A ayat (1)
ditegaskan bahwa hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau antara provinsi
dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah. Kemudian, pada Pasal Pasal 18 A (2)
ditegaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.
Berdasarkan kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa:
a.
Antarsusunan pemerintahan memiliki hubungan yang bersifat hierakhis
b.
Pengaturan hubungan pemerintahan tersebut memperhatikan kekhususan
dan keragaman daerah
c. Pengaturan hubungan sebagaimana disebutkan pasal 18A ayat (1) diatur
lebih lanjut dalam UU RI No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah;
d. Antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah memiliki hubungan
keuangan, pelayanan umum, dan pemanfaatan sumber daya.
e. Pengaturan hubungan sebagaimana disebutkan pasal 18A ayat (2) diatur
lebih lanjut dalam UU RI No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah.
Akhir-akhir ini di negara kita banyak bermunculan daerah
(pemerintahan daerah) baru baik dalam pada tingkatan pemerintahan
provinsi maupun pemerintahan kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan adanya
perkembangan dan dinamika tuntutan masyarakat terhadap layanan
pemerintahan daerah.
Bagiamana cara pembentukan daerah ? Pembentukan daerah dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah
yang bersandingan, dan melalui pemekaran dari satu daerah menjadi
beberapa daerah (UU RI No. 32 tahun 2004). Pertanyaan selanjutnya,
mengapa terjadi penggabungan daerah?
Pertanyaan tersebut berkaitan dengan kemampuan daerah bersangkutan
dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pada pasal 6 UU RI No. 32 tahun
2004 disebutkan bahwa daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah
lain apabila daerah yang bersangkutan tidak mampu menyelenggarakan
otonomi daerah. Penghapusan dan penggabungan daerah otonom dilakukan
setelah melalui proses evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Penghapusan atau penggabungan daerah di negara kita jarang terjadi.
Sedangkan pemekaran daerah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota
sering terjadi. Contoh pemekaran provinsi: Provinsi Banten merupakan
pemekaran dari provinsi Jawa Barat; dan Sulawesi Barat merupakan
pemekaran dari provinsi SulawesiSelatan. Contoh pemekaran Kabupaten/Kota:
Kota Banjar merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Perlu diingat bahwa pembentukan suatu daerah memerlukan perjuangan,
waktu, dan persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
pembentukan daerah meliputi persyaratan administratif, teknis, dan fisik
kewilayahan.
Menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004 persyaratan administratif
untuk pembentukan provinsi meliputi:
a. adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang akan
menjadi
cakupan wilayah provinsi;
b. adanya persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur;
c. adanya rekomendasi menteri dalam negeri.
Sedangkan persyaratan administratif untuk pembentukan Kabupaten/Kota
yaitu:
a. adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan Bupati/Walikota yang
bersangkutan
b. adanya persetujuan DPRD provinsi dan Gubernur;
c.
adanya
rekomendasi menteri dalam negeri.
Adapun persyaratan teknis pembentukan daerah mencakup: faktor
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Sementara itu syarat fisik
mencakup :
a. Untuk provinsi paling sedikit meliputi 5 (lima) kabupaten/kota, dan
untuk Kabupaten paling sedikit meliputi 5 (lima) kecamatan; serta untuk
Kota paling sedikit meliputi 4 (empat) kecamatan
b. lokasi calon ibu kota
c. sarana dan prasarana pemerintahan.
Dilihat dari susunannya, pada pemerintahan daerah terdapat dua lembaga
yaitu pemerintah daerah dan DPRD. Pemerintah daerah provinsi dipimpin
oleh Gubernur, sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota dipimpin oleh
bupati/walikota. Gubernur/Bupati/Walikota yang biasa disebut kepala
daerah memiliki kedudukan yang sederajat dan seimbang dengan DPRD masingmasing daerah. Kepala daerah dan DPRD memiliki tugas/wewenang dan
mekanisme pemilihan yang berbeda.
Kepala Daerah memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan
yang
ditetapkan bersama DPRD;
b. mengajukan rancangan Perda;
c. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD
d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD
untuk dibahas dan ditetapkan bersama;
e.
mengupauakan terlaksananya kewajiban daerah;
f. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat
menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundangundangan; dan
g. melaksnakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Salah satu perubahan yang mendasar setelah tumbangnya orde baru
yaitu mekanisme pemilihan kepala daerah. Semula kepala daerah diajukan
oleh DPRD dan ditetapkan dan sangat tergantung kehendak pemerintah pusast
(Presiden). Setelah reformasi pemilihan kepala daerah baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota dilakukan secara demokratis dan
transparan. Mekanisme pemilihan kepala daerah dikenal dengan istilah
PILKADA langsung. Coba perhatikan ketentuan berikut ini.
Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis (UUD NRI 1945
pasal 18 ayat (4).
b. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan
calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (UU RI No.32/2004 pasal 56 ayat
(5).
Setelah kita membahas tugas dan wewenang serta mekanisme pemilihan
pemerintah daerah (khususnya kepala daerah), mari kita bicarakan tugas
dan wewenang serta mekanisme pemilihan DPRD.
DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai
unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam kedudukannya seperti
itu, DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
Fungsi legislasi berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah,
yang meliputi pembahasan dan memberikan persetujuan terhadap Raperda,
serta hak anggota DPRD mengajukan Rapenda. Fungsi anggaran berkaitan
dengan kewenangannya dalam hal anggaran daerah (APBD). Sedangkan fungsi
pengawasan berkaitan dengan mengontrol pelaksanaan Perda dan peraturan
lainnya serta kebijakan pemerintah daerah.
Dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 ditegaskan bahwa
pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan (UUD 1945
pasal 18 ayat (6). Pemerintahan daerah yang dimaksud dalam ketentuan
tersebut adalah pemerintah daerah dan DPRD, sehingga yang berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain di daerah adalah kedua
lembaga tersebut.
Berdasarkan ketentuan tersebut, DPRD memiliki tugas dan
kewenangan yang berkaitan dengan pembentukan Perda dan peraturan lainnya
diantaranya sebagai
a.
membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat
persetujuan bersama;
b. membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan
kepala daerah;
c.
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan
perundang-undangan lainya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan
pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah, dan kerja sama
internasional di daerah.
Bagaimana cara pemilihan anggota DPRD? dalam pasal 18 ayat (3) UUD
1945 ditegaskan bahwa ”pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum”.
Pemilihan umum untuk memilih anggota DPRD waktu pelaksanaannya
bersamaan dengan pemilihan umum untuk anggota DPR dan DPD. Demikian pula
peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah sama
yaitu partai politik.
Daerah khusus dan daerah istimewa
Di wilayah negara kita terdapat daerah provinsi yang dikenal daerah
khusus dan daerah istimewa seperti Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam.
Pasal 18B ayat (1) menegaskan bahwa negara mengakui dan menghormati
satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang”. Kemudian pada pasal 18 B ayat
(2) ditegaskan pula bahwa ”Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”.
Selain dikenal daerah khusus dan daerah istimewa, akhir-akhir ini
dikenal pula istilah otonomi khsusus yang diberikan kepada Provinsi Papua
dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal itu semua bermakna bahwa
konsep negara kesatuan Republik Indonesia dimungkinkan adanya pola-pola
pengaturan yang bersifat pluralis.
Pemerintahan Desa
Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Perkataan nama lain dalam pernyataan di atas maksudnya adalah di
daerah-daerah terdapat nama-nama lain yang melembaga untuk menyebut
istilah desa. Misalnya di Sumatera Barat dikenal Nagari, di provinsi NAD
dikenal istilah Gampong, di Sulawesi Selatan dikenal Lembang, di
Kalimantan Selatan dan Papua dikenal Kampung, dan di Maluku dikenal
negeri.
Undang-undang nomor 32 tahun 2004, menegaskan bahwa dalam pemerintahan
daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari
pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa (Pasal 200 ayat (1).
Kemudian pada ayat (2) disebutkan pembentukan, penghapusan, dan/atau
penggabungan desa dengan memperhatikan asal usulnya atau prakarsa
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dalam pemerintahan desa terdapat
pemerintah desa dan lembaga lain sebagai mitra pemerintah desa yaitu
Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pemerintah desa terdiri atas kepala
desa dan perangkat desa. Sedangkan perangkat desa terdiri dari
sekretaris desa dan perangkat lainnya.
Aspirasi masyarakat desa memegang peranan penting baik dalam
pemilihan kepala desa dan BPD maupun dalam pembentukan, penghapusan, dan/
atau penggabungan desa.
5. Peraturan Perundang-undangan
Dewasa ini kita memiliki jenis dan hierarki Peraturan Perundangundangan yang baru berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, yaitu
sebagai berikut.
UUD 1945.
Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
Peraturan Pemerintah.
Peraturan Presiden.
Peraturan Daerah.
Agar lebih memahami materi muatan setiap jenis Peraturan Perundangundangan di atas, perhatikanlah uraian di bawah ini!
Materi muatan Undang-undang berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut
ketentuan UUD 1945.
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang sama dengan
materi muatan Undang-undang.
Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan
Undang-undang sebagaimana mestinya.
Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh
Undang-undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah.
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung
kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi.
Materi muatan Peraturan Desa/Kelurahan adalah seluruh materi dalam rangka
penyelenggaraan urusan desa/kelurahan serta penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Soal Latihan
A. Petunjuk: kerjakan soal-soal ters formatif dengan cara membubuhkan
tanda silang (X) pada
alternatif jawaban yang paling benar.
1. Kemampuan siswa dalam merespon berbagai persoalan politik yang
terjadinya di lingkungannya merupakan contoh ...
keterampilan intelektual warga negara
keterampilan berpartisipasi warga negara
watak kewarganegaraan
pengetahuan kewarganegaraan
2. Jika dilihat dari hubungan antar alat perlengkapan negara, demokrasi
terbagi atas demokrasi ...
A. langsung, perwakilan, parlementer
B. parlementer, perwakilan, langsung
C. parlementer, pemisahan kekuasaan, sistem referendum
D. parlementer, sistem referendum, liberal
3. Pembatasan hak, kewenangan, dan kekuasaan para penguasa dirumuskan
dengan jelas dan tegas dalam statu UUD (konstitusi) negara tersebut. Hal
tersebut dikenal dengan istilah...
A. demokrasi yang bertanggung jawab
B. demokrasi modern
C. demokrasi perwakilan
D. demokrasi konstitusional
4. Di bawah ini yang merupakan ciri khas demokrasi konstitusional
Indonesia menurut Ahmad Sanusi yaitu ....Kecuali
A. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
B. Berdasarkan Hak Asasi Manusia
C. berdasarkan musyawarah
D. berdasar kecerdasan rakyat
5. Di bawah ini merupakan alasan pelaksanaan HAM tidak dapat
dipertahankan secara mutlak, Kecuali ...
A. HAM harus memperhatikan hak-hak orang lain;
B. HAM harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
C. HAM tidak mengancam keselamatan dan kepentingan negara.
D. HAM setiap warga negara diberikan oleh penguasa
Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama merupakan ....
Kejahatan Genosida
Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan berencana
Kejahatan berat
7. Kewenangan menguji undang-undang terhadap UUD 1945 berada di tangan
...
A. Mahkamah Konstitusi
B. Mahkamah Agung
C. Komisi Yudisial
D. Komisi Konstitusi
8.
Konsep “rechtsstaat” memiliki perbedaan dengan konsep “rule of law,
antara lain..
konsep rechtsstaat sifatnya evolusioner, sedangkan konsep the rule of law
berkembang secara revolusioner.
konsep rechtsstaat bertumpu atas sistem hukum Civil Law, sedangkan konsep
the rule of law bertumpu atas sistem hukum Common Law.
karakteristik Civil Law adalah judicial, sedangkan karakteristik Common
Law adalah administratif.
rule of law berkembang di negara eropa kontinental, sedangkan rechtsstaat
di negara anglo saxon.
Lembaga penegak hukum yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan
keputusan hakim adalah ..
kepolisian
kejaksaan
kehakiman
advokat
10. Berdasarkan Pasal 18 ayat (2) UUD 1945, asas yang digunakan
pemerintahan daerah dalam mengurus urusan pemerintahannya yaitu …
otonomi dan desentralisasi
desentralisasi dan dekonsentrasi
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan
otonomi dan tugas pembantuan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
Jelaskan perbedaan penekanan mata pelajaran PMP dengan PKn di SD?
Proses pembelajaran yang bagaimana agar watak kewarganegaraan siswa
terbina dan berkembang?
Jelaskan latar belakang (dasar pemikiran) dilakukannya perubahan UUD
1945?
Jelaskan perbedaan kewenangan MA dan Mahkamah Konstitusi?
Dalam upaya penegakan HAM, setiap orang harus memperhatikan kewajiban
asasi. Mengapa demikian?
BAB II
METODOLOGI PEMBELAJARAN
Pendahulun
Pembaharuan, dan inovasi dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) serta
keterkaitan dan aplikasinya menjadi sebuah pembelajaran yang kreatif,
produktif yang bersifat kooperatif dan kolaboratif, menuntut konsep
pembelajaran terpadu melalui pengkajian dan pelatihan yang berwawasan
demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu bidang kajian
(Undang-Undang Sistem Pendidikan No 20 Tahun 2003) dan program studi,
yang fungsi dan perannya antara lain adalah sebagai pendidikan hukum,
pendidikan politik dan pendidikan kewarganegaraan sendiri. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagaimana diketahui sejak diberlakukannya melalui
kurikulum sekolah tahun 1975 adalah Mata Pelajaran yang berdiri sendiri
yang tujuan umumnya adalah membentuk warganegara yang baik. Kemudian
dalam perkembangannya menjadi bidang studi Pendidikan Moral Pancasila
(PMP) yang lebih menekankan pada penanaman nilai-nilai moral Pancasila
yang selama ini telah dikenal lewat Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) dan BP7 untuk masyarakat.
Sebagaimana lazimnya semua mata pelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki visi, Misi, Tujuan, dan struktur keilmuan mata pelajaran. Visi
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran
yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and
character building) dan pemberdayaan warga negara. Misi mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik yakni
warga negara yang sanggup melaksanakan Hak dan Kewajibannya dalam
kehidupan bernegara ,dilandasi oleh kesadaran politik, kesadaran hukum,
dan kesadaran moral. Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut ;
Memiliki kemampuan berfikir secara rasional,kritis, dan kreatif sehingga
mampu memahami berbagai wacana Kewarganegaraan.
Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara
demokratis dan bertanggung jawab.
Memiliki watak dan kepribaian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara .
Struktur keilmuan mata pelajaran pada umumnya mencakup dimensi
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values).
Sejalan dengan hal tersebut, telah berkembang wacana tentang pendidikan
Kewarganegaraan paradigma baru (new civic education) yang menyatakan
bahwa struktur keilmuan / mata pelajaran Kewarganegaraan mencakup dimensi
pengetahuan Kewarganegaraan (civic Knowldge ), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills),dan watak atau karakter kewarganegaraan (
disposition).
Adapun struktur keilmuan mata pelajaran kewarganegaraan dapat dilihat
pada tabel berikut di bawah ini.
NO
DIMENSI
BIDANG KAJIAN 1 Politik Manusia sebagai Zoon Politikon (mahkluk sosial)
Proses terbentuknya masyarakat politik
Proses terbentuknya bangsa
Asal usul negara
Unsur-unsur negara, tujuan negara, dan bentuk-bentuk negara
Kewarganegaraan
Lembaga politik
Model-model sistem politik
Lembaga-lembaga tinggi dan lembaga tertinggi negara.
Demokrasi pancasila
Indonesia dalam hubungan internasional 2 Hukum Rule of law (Negara
Hukum)
Konstitusi
System hukum
Subyek hukum
Subyek hukum, Objek hukum peristiwa dan sangsi hukum.
Pembidangan hukum
Proses hukum
Peradilan
3. Moral Poengertian nilai, norma, dan norma moral,
Hubungan antara nilai, norma dan moral
Sumber-sumber ajaran moral
Norma-norma dalam masyarakat
Implementasi nilai-nilai, moral pancasila 4. Keterampilan dan watak
kewarganegaraan Pengembangan keterampilan intelektual kewarganegaraan
Pengembangan keterampilan posisi diri
Pengembangan keterampilan partisipasi
Pengembangan
Guru adalah tenaga profesional yang menggunakan keahliannya untuk
membantu perkembangan para peserta didiknya, karena guru berperan sebagai
agen pembaharu, pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat. Guru juga
harus merancang program pembelajaran atas dasar kebutuhan umum maupun
kebutuhan perorangan peserta didiknya.
Oleh karenanya dalam proses pembelajaran PKn di persekolahan diperlukan
guru inkuiri. Guru inkuiri menurut A. Kosasih Djahiri (1985: 7-8 )
mempunyai ciri-ciri sebagai perencana/programer, pelaksana pengajaran,
fasilitator, administrator, evaluator, rewarder, manajer, pengarah dan
pemberi keputusan. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa guru yang baik
adalah guru yang mau melihat dan menyerap perasaan siswanya, mempunyai
pengertian tinggi atas hal tersebut, percaya siswa memiliki kemampuan,
mampu berperan sebagai fasilitator (pemberi kemudahan, kelancarankeberhasilan ) dan mampu melaksanakan peran sebagai guru inkuiri.
Hal ini berkaitan dengan karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dengan paradigma baru, yaitu bahwa PKn merupakan suatu bidang kajian
ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana
utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan
melalui :
Civic Intellegence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik
dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial.
Civic Responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara yang bertanggung jawab.
Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas
dasar tanggungjawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai
pemimpin hari depan.
Sejalan dengan itu kompetensi-kompetensi yang hendak diwujudkan melalui
mata pelajaran Kewarganegaraan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu :
Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan.
memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi
pemerintahan republik Indonesia
mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintahan daerah dan nasional
serta bagaimana keterlibatan warga negara membentuk kebijaksanaan publik
mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan negara-negara dan
bangsa-bangsa lain beserta masalah-masalah dunia dan/atau internasional
Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan
mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui proses pemecahan
masalah dan inkuiri
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu
menentukan atau mengambil sikap guna mencapai suatu posisi tertentu
membela atau mempertahankan posisi dengan mengemukakan argumen yang
kritis, logis dan rasional
memaparkan suatu informasi yang penting kepada khalayak umum
membangun koalisi, kompromi, negoisasi dan consensus.
Kompetensi untuk menguasai karakter kewarganegaraan
memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang independen, aktif, kritis,
well-informed, dan bertanggungjawab untuk berpartisipasi secara efektif
dan efisien dalam berbagai aktivitas masyarakat, politik, dan
pemerintahan pada semua tingkatan ( daerah dan nasional ).
Memahami bagaimana warganegara melaksanakan peranan, hak dan tanggung
jawab personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat pada semua
tingkatan ( daerah dan nasional ).
Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti, demokrasi,
hak asasi manusia dan nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD 1945.
Sedangkan fungsi PKn adalah 1) mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai
dan moral Pancasila secara dinamis dan terbuka. 2) mengembangkan dan
membina manusia Indonesia seutuhnya yang sadar politik dan konstitusi
negara kesatuan RI berlandaskan Pancasila dan UUD 1945; 3) membina
pemahaman dan kesadaran terhadap hubungan antar warganegara dengan
negara, antarwarga negara, dan pendidikan pendahuluan bela negara agar
mengetahui dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara.
Metode Pembelajaran PKn
Berbagai jenis teknik atau metode pembelajaran yang dapat dipilih untuk
digunakan dalam kegiatan pembelajaran PPKn. Berikut disajikan jenis-jenis
metode pembelajaran yang dimaksud:
Demonstrasi (Demonstration).
Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan demonstrasi, Guru atau instruktur
memperagakan atau menunjukkan cara mengerjakan suatu prosedur, cara
bekerjanya suatu prinsip, cara menggunakan suatu peralatan, dsb. Misalnya
demonstrasi cara melaksanakan pemungutan suara dalam pemilihan umum. Cara
mengadili perkara perdata.
Observasi (Pengamatan).
Metode pembelajaran yang menghendaki siswa mengamati secara teliti obyek
studi atau materi yang dipelajari dengan tujuan agar siswa mendapatkan
gambaran dan pengertian yang jelas. Misalnya mengamati proses pengambilan
keputusan dalam sidang DPR/DPRD, mengamati perilaku kehidupan anak
jalanan, mengamati cara membuka dan menutup persidangan di Pengadilan
Negeri, dsb.
Diskusi.
Metode diskusi adalah metode mengajar yang menghendaki sekelompok siswa (
3 orang atau lebih) membahas suatu masalah ditinjau dari berbagai segi
atau sudut pandang. Misalnya masalah pemilihan pemilihan presiden (secara
langsung oleh rakyat atau melalui MPR?), otonomi daerah (berada di
tingkat kabupaten atau propinsi?), hukuman mati (bagaimana hubungannya
dengan hak azasi manusia?), dsb.
Debat.
Metode pembelajaran di mana siswa baik secara individual atau kelompok
dilatih, di satu pihak untuk mengemukakan suatu pendapat, proposisi,
atau posisi terhadap suatu persoalan, sedangkan sekelompok siswa di pihak
lain diminta untuk mengemukakan bantahan, sanggahan, atau pendapat yang
berbeda disertai alasan atau argumentasi. Misalnya terhadap persoalan UUD
1945. Di satu pihak sekelompok siswa mengajukan pendapat bahwa UUD 1945
tidak boleh diganti, tetapi cukup diadakan amandemen atau perubahan
dengan alsan tertentu. Di pihak lain menyanggah, bahwa sebaiknya UUD 1945
diganti dengan UUD baru dengan alsan tertentu pula.
Dramatisasi.
Metode mengajar di mana sekelompok siswa ditugasi memerankan atau
membawakan suatu ceritera atau drama baik ceritera fiktif maupun ceritera
sejarah. Misalnya dramatisasi ceritera yang bertemakan kejujuran.
Dramatisasi ceritera Malin Kundang untuk meresapi akibat buruk atau
hukuman bagi anak yang durhaka kepada ibunya.
Latihan (Drill).
Kegiatan belajar dengan berlatih secara teratur, berulangkali, dan
intensif dengan maksud membantu siswa menguasai keterampilan (skills)
tertentu. Misalnya berlatih mengucapkan lafal Sumpah Pemuda, pembacaan
Pembukaan UUD 1945, berlatih bagi petugas pengibar bendera merah putih,
berlatih menjadi panitia penyelenggara pemilihan pengurus OSIS, barisberbaris, dsb. Metode latihan (drill) cocok untuk mempelajari materi
pelajaran yang berisikan keterampilan fisik atau gerakan anggota badan.
Percobaan (eksperimen).
Kegiatan belajar yang menghendaki siswa memberikan perlakuan (treatment)
yang berbeda-beda terhadap suatu obyek atau subyek untuk diamati ada
tidaknya pengaruh atau ada tidaknya perbedaan pengaruh perlakuan tadi.
Dalam PPKn misalnya, eksperimen untuk mengetahui pengaruh media massa
terhadap sikap politik masyarakat.
Pengalaman Lapangan (Field Experience).
Kegiatan belajar secara langsung, praktek di lapangan kerja yang
sesungguhnya. Siswa yang ingin mempelajari pelaksanan demokrasi dalam
pemilihan kepala desa terjun langsung ke masyarakat, mulai membantu
mencatat jumlah pemilih, mengirimkan undangan, membantu panitia
menghitung suara, dsb.
Permainan (gaming).
Kegiatan belajar yang menghendaki siswa berkompetisi atau berlomba baik
secara fisik maupun mental sesuai dengan aturan permainan yang telah
ditetapkan. Dalam metode permainan ini harus ada unsur menang atau
kalah. Misalnya tebak tepat menghafalkan nama-nama propinsi, lambang
negara, nama-nama pahlawan, dsb.
Studi Independen (Independent Study).
Metode pembelajaran di mana siswa melakukan kegiatannya bukan dalam
bentuk pembelajaran di kelas secara klasikal, melainkan dengan jalan
melakukan berbagai kegiatan seperti konsultasi dengan Guru, instruktur,
nara sumber, dalam rangka menyelesaikan tugas belajarnya. Misalnya tugas
mandiri dalam membuat makalah tentang kehidupan demokrasi pada masyarakat
pedesaan.
Pengalaman Laboratorium (Laboratory Experience).
Kegiatan belajar yang dilaksanakan dalam suatu laboratorium direncanakan
untuk seseorang atau suatu kelompok siswa yang mempelajari suatu bidang
studi tertentu termasuk mempraktekkan teori-teori dengan melalui
pengamatan, percobaan, riset, mempelajari bahasa asing, termasuk di
dalamnya belajar dengan jalan demonstrasi, drill (latihan) dan praktikum.
Misalnya belajar cara memimpin sidang DPR/DPRD di Lab PPKn.
Kuliah atau ceramah (Lecturing).
Suatu metode pembelajaran di mana guru atau instruktur menyajikan materi
pelajaran (presentasi) secara lisan mengenai suatu fakta, atau dalildalil atau prinsip. Siswa mengikuti pelajaran dengan mendengarkan, dan
mencatat. Kegiatan belajar ceramah biasa diikuti dengan tanya jawab atau
diskusi sebagai tambahan variasi kegiatan (metode ceramah bervariasi).
Misalnya ceramah tentang Hasil-hasil Sidang Umum MPR, Perubahan UUD 1945,
Otonomi Daerah, dsb.
Mendengarkan (Listening).
Kegiatan belajar di mana dengan menggunakan alat bantu dengar siswa
belajar dengan cara mendengarkan. Misalnya dalam belajar menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan , kepada siswa diputarkan
kaset tape untuk didengarkan.
Manipulasi dan Meraba.
Kegiatan belajar di mana siswa menggunakan gerakan berbagai anggota badan
dan saraf peraba untuk mengembangkan keterampilan membentuk dan melatih
kepekaan syaraf perabanya. Misalnya menggunakan potongan-potongan benda
untuk membuat lambang Garuda Pancasila, miniatur gedung DPR, Istana
Negara, dsb.
Model dan tiruan (Modelling and Imitation).
Suatu kegiatan belajar di mana kepada siswa ditunjukkan suatu model yang
baik untuk dijadikan contoh atau teladan untuk ditiru perilakunya. Metode
model dan tiruan cocok untuk mengajarkan sikap atau perilaku yang baik.
Model yang dijadikan contoh, teladan atau panutan dapat berupa manusia
yang nyata-nyata ada dalam kehidupan sehari-hari ( misalnya para Nabi
atau Rasul, tokoh pahlawan perjuangan kemerdekaan, tokoh pengusaha yang
sukses lagi dermawan, pemuka masyarakat yang baik budi), bisa juga tokoktokoh dalam ceritera atau legenda ( misalnya tokoh-tokoh dalam ceritera
wayang, ceritera kepahlawanan, ceritera rakyat, karya sastera berupa
novel, ceritera pendek, dsb.). Syarat pokok untuk ditampilkan sebagai
model yang digarapkan ditiru perilakunya yang baik-baik adalah model
tersebut hendaknya dapat menjadi idola dan dikagumi oleh siswa.
Diskusi Panel (Panel discussion).
Metode pembelajaran di mana materi pelajaran disampaikan oleh beberapa
orang yang memiliki keahlian di bidang masing-masing dalam suatu forum.
Seusai penyajian materi, siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada para
penyaji materi. Misalnya topik Tertib Lalulintas. Pembicara dapat
dihadirkan dari Polisi Lulintas, Petugas Asuransi Kecelakaan Lullintas,
Pihak Penjual Kendaraan Bermotor, Ahli Hukum, Pemerintah Kota, Ahli
Kesehatan, dsb.
Praktikum.
Kegiatan belajar di mana siswa diberi kesempatan untuk mempraktekkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang telah diperoleh di kelas.
Misalnya setelah mendapatkan teori tentang cara menafsirkan peraturan
perundang-undangan, siswa ditugasi praktek menafsirkan peraturan yang
diberikan oleh Guru.
Pemecahan masalah (problem solving).
Metode pembelajaran di mana siswa diminta untuk berlatih memecahkan
masalah secara sistematis. Langkah-langkah pemecahan masalah secara
sistematis meliputi: Identifikasi masalah, menentukan alternatif
pemecahan masalah, memilih alternatif pemecahan masalah, melaksanakan
alternatif yang telah dipilih, mengevaluasi pelaksanaan pemecahan
masalah, dan merevisi atau memperbaiki. Contoh permasalahan yang layak
disajikan untuk melatih siswa memilki keterampilan memecahkan masalah,
misalnya: Adakah pengaruh tingkat pendidikan terhadap keikutsertaan dalam
kegiatan politik? Adakah hubungan antara pemahaman terhadap peraturan
lalulintas dengan perilaku tertib berlalulintas, dsb?
Pengajaran terprogram (Programmed Instruction).
Metode pembelajaran di mana materi pelajaran disajikan sedikit demi
sedikit menurut urutan yang sistematis. Contoh: Untuk mengajarkan Topik
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Guru memberikan Stimulus berupa tulisan
pada kartu berwarna “Kepanjangan dari singkatan MPR adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat”. Anak-anak disuruh mengamati, mencamkan, kalau
perlu mencatat atau menggambar. Kemudian Guru memancing respon siswa
dengan mengajukan pertanyaan “Anak-anak, apakah singkatan dari Majelis
Permusyawaratan Rakyat?” Jika murid menjawab MPR, maka diberi fedback
“Betul”. Jika salah dibetulkan.
Tutorial (tutoring).
Teknik mengajar di mana pelajaran diberikan kepada siswa secara
individual dalam bentuk bantuan belajar. Misalnya tutorial dalam
mempelajari Piagam Hak-hak Azasi Manusia yang aslinya dalam bahasa
Inggris.
Pengajaran melalui TV (Instructional Television)
Teknik mengajar di mana materi pelajaran disajikan dengan menggunakan
siaran TV, siswa menerima pelajaran dengan jalan menonton siaran TV
Pendidikan. Contoh penyajian pelajaran PPKn pada SLTP Terbuka melalui
TV Siaran Sekolah.
Pengajaran melalui program radio (Radio Instruction)
Teknik mengajar di mana materi pelajaran disajikan dengan menggunakan
program siaran radio pendidikan. Misalnya siswa SLTP Terbuka mempelajari
materi pelajaran PPKn dengan jalan mendengarkan siaran melalui pesawat
radio.
Seminar.
Teknik mengajar di mana siswa baik secara individual maupun dalam bentuk
kelompok menyajikan hasil penelitian atau kajian terhadap suatu masalah.
Misalnya siswa melaporkan hasil penelitiannya tentang persamaan dan
perbedaan UUD yang pernah berlaku di Indonesia (UUD 1945, Konstitusi RIS,
dan UUDS 1950).
Simulasi (Simulation).
Kegiatan belajar di mana siswa ditugasi untuk memerankan atau menirukan
perilaku tokoh-tokoh dalam suatu situasi atau kejadian yang senyatanya.
Misalnya berperan sebagai hakim, jaksa, pembela, atau nara pidana dalam
simulasi persidangan perkara pidana.
Proyek.
Suatu metode mengajar di mana siswa baik secara individual atau kelompok
diberi tugas untuk menyelesaikan kegiatan yang hasilnya dapat diamati dan
diukur. Misalnya proyek membuat maket gedung MPR/DPR, membuat peta timbul
Indonesia, membuat miniatur tempat ibadat, maket ruang sidang pengadilan,
dsb.
Resitasi (recitation).
Kegiatan pembelajaran berupa penyajian kepada teman sekelas atau kelompok
mengenai keterampilan yang telah dikuasai dari hasil studi individual
atau kelompok. Misalnya menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu-lagu
perjuangan, bacaan sholat, bacaan kitab suci, dsb.
Portofolio.
Metode mengajar di mana siswa ditugasi mengumpulkan hasil penulisan,
hasil pengamatan, hasil kunjungan lapangan, pengumpulan benda-benda yang
relevan dengan tujuan pembelajaran, dsb. Misalnya mengumpulkan bahanbahan hasil kunjungan pada panti asuhan anak yatim piatu.
Magang (internship).
Metode mengajar dengan menugasi siswa mempraktekkan pengetahuan yang
telah diperoleh di sekolah dalam kehidupan nyata di lapangan. Misalnya
menugasi siswa magang di kantor Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah agar
setelah lulusa mampu bekerja di kantor notaris.
Media Pembelajaran PKn
Media pengajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong
terjadinya proses kegiatan pada diri siswa. Di samping itu media dapat
membawakan pesan atau informasi belajar dengan keandalan yang tinggi
yaitu dapat diulang tanpa mengalami perubahan isi.
Permasalahan kita sekarang, jenis-jenis media pembelajaran manakah yang
bisa digunakan dalam pembelajaran materi PKn? Penggunaan media
pembelajaran pada dasarnya untuk membantu mempermudah pemahaman siswa
terhadap suatu ide atau teori. Artinya, jenis-jenis media tersebut dapat
digunakan dalam pembelajaran materi kewarganegaraan dengan memperhatikan
prinsip relevansi dan konsistensi antara tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, kondisi siswa dan lingkungannya serta karakteristik media yang
akan digunakan.
Perlu diingat bahwa tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk
semua siswa dan semua pokok bahasan atau mata pelajaran. Oleh karena itu,
sangatlah diperlukan kecermatan guru dalam memilih media pembelajaran
pengetahuan sosial khususnya dalam materi kewarganegaraan yang memiliki
ciri khas mengemban misi sebagai pendidikan politik dan pendidikan nilaimoral. Dilihat dari sumber pengadaannya, media yang lebih banyak
digunakan dalam pembelajaran materi kewarganegaraan merupakan media yang
dibuat atau direkayasa sendiri oleh guru seperti transparansi, Flif
Chart, flannel/magnetic board, kliping, gambar, dan media stimulus
seperti cerita kasus dan media VCT daftar.
Hal lain yang perlu Saudara perhatikan adalah materi kewarganegaraan
sangat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa aktual dinamika politik dan
ketatanegaraan yang sedang berubah. Peristiwa-peristiwa tersebut
seyogianya dikaitkan dengan proses pembelajaran sesuai dengan materi
pokok yang sedang dibahas. Dalam kaitan ini, media televisi, film, tape
recorder, video recorder, dan manusia sebagai model (tokoh) sangatlah
membantu keberhasilan proses pembelajaran.
Televisi yang menayangkan siaran langsung sidang MPR atau debat publik
tokoh politik sangat relevan dijadikan media dan sekaligus sumber
pembelajaran ketika mambahas materi pokok kemerdekaan mengemukakan
pendapat dan budaya demokrasi . Demikian pula materi pokok
perlindungan hukum dan peradilan nasional dapat menggunakan media
televisi yang sedang menyiarkan atau mendiskusikan proses peradilan
terhadap pejabat yang diduga melakukan penyimpangan. Waktu penayangan
tersebut seringkali tidak berbarengan dengan pembahasan materi pokok yang
relevan. Oleh karena itu, guru dapat merekam dengan menggunakan tape
recorder atau video recorder sehingga hasilnya bisa diputar kembali
setiap waktu.
Berdasarkan uraian di atas, jenis media yang bisa dikembangkan dalam
pembelajaran materi PPKn (kewarganegaraan) yaitu:
Suara (audio) baik suara guru ataupun suara kaset
Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar, flip chart,
flannel, data dan lain-lain
Suara yang disertai visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi,
film, video, dan sebagainya
Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model, benda contoh dan
lain-lain
Gerak, sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, role playing,
dan lain-lain.
Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, dan brosur.
Peristiswa atau ceritera kasus yang mengandung dilema moral.
Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah ketapatan
memilih media pembelajaran. Mengapa demikian? Karena memilih media yang
tepat diyakini akan meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajarnya. Sebaliknya, ketidaktepatan memilih media
akan melahirkan kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran. Media yang
paling baik adalah media yang paling sesuai dengan tujuan
pembelajaran/karakter bahan ajar, metode yang akan digunakan, dan keadaan
siswa, serta kemampuan guru/sekolah. Untuk itu, sebelum Saudara memilih
media pembelajaran sebaiknya pahami dahulu bebarapa hal yang perlu
diperhatikan berkenaan dengan pemilihan media seperti dikemukakan
Jarolimek (Kosasih Djahiri, 1979:76) berikut ini.
tujuan instruksional yang ingin dicapai
tingkat usia dan kematangan siswa
kemampuan baca siswa
tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran tersebut
keadaan/latar belakang pengertahuan atau pengalaman siswa
Selanjutnya S.Winataputra (1989:163) menegaskan bahwa hal yang harus
diperhatikan dalam menetapkan media yang akan dipakai dalam PPKn (PMP)
adalah bahwa media itu harus dapat memberikan rangsangan kognitif atau
cognitive simulation sehingga media tersebut dapat menimbulkan cognitive
dissonance. Dengan terciptanya kondisi psikologis tersebut maka para
siswa akan ditantang untuk bisa meningkatkan taraf moralitasnya.
Pemberian rangsangan moral kognitif tersebut bisa melalui kliping surat
kabar atau media yang bersifat auditif seperti radio dan kaset yang
berkaitan dengan masalah aktual.
Persoalan kita sekarang, bagaimanakah teknik pembuatan media yang kita
inginkan? Dalam hal ini guru dituntut untuk mahir dan kreatif membuat
media sesuai dengan jenis media yang telah dipilih atau ditentukan
sebelumnya. Sebelum membuat media terlebih dahulu harus dianalisis
materi apa yang akan disampaikan kepada peserta didik; kemudian
menetapkan media apa yang akan dikembangkan; setelah itu kemudian
menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengembangkan media itu;
baru setelah itu membuat media yang kita kehendaki.
Pembelajaran materi PPKn sebagai pendidikan nilai moral memerlukan
media tertentu yang dapat berperan sebagai stimulus (perangsang) bagi
potensi afektual siswa. Untuk keperluan tersebut, kualifikasi media
stimulus hendaknya: a) terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual
siswa; b) memuat nilai/moral yang dilematis; c) diambil dari kehidupan
atau peristiwa nyata, dan d) menarik perhatian dan minat siswa untuk
melibatkan diri.
Kosasih Djahiri (1992) mengemukan ada dua pertimbangan yang dijadikan
landasan bahwa media stimulus sangat penting dalam pengajaran PPKn
sebagai pendidikan nilai, moral, norma yaitu pertama, dunia dan potensi
serta proses afektual peserta didik hanya dapat bergetar dan terlibatkan
apabila ada media stimulus (perangsang) yang menggetarkan. Kedua, proses
afektual sukar terjadi melalui bahan ajar yang konsepsional, teoritik dan
normatif. Bahan ajar ini masih harus diolah dan dimanipulasi oleh guru
menjadi media stimulus afektif berkadar tinggi.
Salah satu media stimulus yang sering digunakan dalam pembelajaran materi
pendidikan nilai adalah lembaran VCT daftar dan lembaran cerita kasus
baik kisah nyata maupun fiktif yang direkayasa oleh guru. Contoh cerita
kasus (fiktif) “tabrak lari”. Ceritera tersebut dapat dibuat sendiri atau
mengutif dari media massa.
Penilaian dalam Pkn
Penilaian merupakan bagian yang integral dalam keseluruhan proses belajar
mengajar, ia merupakan subsistemnya. Penilaian harus dipandang sebagai
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses dan hasil
pembelajaran, bukan hanya sebagai cara untuk menilai keberhasilan belajar
siswa. Sebagai sub-sistem dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan penilaian
harus mampu memberikan informasi yang membatu guru meningkatkan kemampuan
mengajarnya dan membantu siswa mencapai perkembangan pendidikannya secara
optimal. Hal ini membawa implikasi bahwa kegiatan penilaian harus
dipandang dan digunakan sebagai cara atau teknik pendidikan, bukan hanya
sebagai cara untuk menilai keberhasilan siswa dalam menguasai materi
pelajaran. Oleh karena itu, penilaian harus direncanakan sedini mungkin
bersama-sama dengan perencananaan pembelajaran secara keseluruhan.
Pada pelaksanaannya, informasi yang akan dijadikan dasar menentukan nilai
dapat diperoleh melalui berbagai cara sesuai dengan tujuan dari penilaian
itu sendiri. Secara umum cara-cara mengumpulkan data yang dianggap sahih
adalah melalui teknik tes atau teknik bukan-tes. Teknik tes bisa berupa
tes tulisan, tes lisan, atau tes perbuatan. Adapun teknik bukan-tes bisa
berupa wawancara, pengamatan, studi kasus, atau inventori. Melalui
teknik-teknik tersebut dikumpulkan data sebanyak mungkin agar informasi
yang diperoleh cukup komprihensip menggambarkan keberadaan subjek yang
dinilai, sehingga kita cukup beralasan menentukan nilai tentang subjek
yang bersangkutan berdasarkan kriteria yang telah kita tetapkan.
Pada kurikulum 2006 yang biasa disebut Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) kedudukan, fungsi dan peranan penilaian dalam
pembelajaran tidak mengalami perubahan. Hanya saja orientasi dan objek
penilaian yang mengalami sedikit perubahan yang membedakan dengan
penilaian pada kurikulum sebelumnya. Orientasi penilaian dalam KTSP lebih
ditekankan kepada penilaian berbasis kelas, yaitu menilai semua aktivitas
yang terjadi di kelas baik proses maupun hasilnya. Kemudian yang menjadi
objek penilaiannya didasarkan kepada kompetensi apa yang diharapkan pada
setiap level dan kecakapan hidup (life skills) yang diperlukan oleh
setiap siswa.
Oleh karena kemajuan belajar siswa adalah salah satu indikator
keberhasilannya dalam memberikan pengajaran, maka penilaian merupakan
komponen yang penting. Hal ini disebabkan pula, penilaian merupakan salah
satu bahan pertimbangan seorang guru dalam memberikan keputusan terhadap
pencapaian kompetensi dasar. Dalam pembelajaran, tidak terkecuali
Pendidikan Kewarganegaraan, guru harus memiliki kompetensi dalam
melaksanakan penilaian dengan segala karakteristik mata pelajaran
tersebut.
Arti Penting Mempelajari Penilaian Pendidikan Kewarganegaraan
Penilaian berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena itu
penilaian tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran belajar dan
mengajar. Hal ini disebabkan pada dasarnya penilaian pembelajaran
memiliki tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
penilaian, guru dapat mengetahui sampai di mana penguasaan siswa atau
kecakapan masing-masing siswa atas kompetensi dasar. Selain itu penilaian
juga dapat digunakan guru sebagai alat untuk memperbesar motivasi belajar
siswa, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
Penilaian dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengambil
keputusan-keputusan yang epektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru
dapat membuat keputusan yang berkaitan dengan proses penilaian yaitu: (1)
keputusan pada permulaan pengajaran (2) keputusan pada saat pengajaran
berlangsung, dan (3) keputusan pada akhir pembelajaran (Gronlund, 1985).
Keputusan pada awal pengajaran berkaitan dengan informasi mengenai sejauh
mana kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk memulai
pelajaran (entering behavior), dan sejauh mana bahan pelajaran yang akan
diberikan telah diketahui siswa (pre-test). Keputusan pada saat
pengajaran berlangsung berkaitan dengan tugas-tugas belajar mana yang
dapat dilakukan oleh siswa dengan baik, dan tugas-tugas mana yang
memerlukan pertolongan (perlu dibantu), siswa mana yang menghadapi
kesulitan dalam belajarnya sehingga memerlukan program remedial.
Keputusan pada akhir pengajaran berkaitan dengan informasi tentang siswa
manakah yang telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan serta dapat
melanjutkan kepada program pengajaran berikutnya, dan nilai apa yang
harus diberikan kepada setiap murid.
Selain itu pula penilaian dapat membantu siswa: (1) memperkuat motivasi
belajarnya, (2) memperbesar daya ingat dan transfer belajarnya, (3)
memperbesar pemahaman siswa terhadap keberadaan dirinya, dan (4)
memberikan bahan unpan balik tentang keefektifan pembelajaran. Oleh
sebab itu fungsi utama penilaian pembelajaran dapat dikelompokan ke dalam
empat fungsi yaitu: (1) Formatif yang merupakan umpan balik bagi guru
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang
dipelajari; (2) Sumatif, yaitu dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan
kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar siswa, serta dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Diagnostik, yaitu dapat
mengetahui latar belakang siswa (psikologis, pisik, dan lingkungan), yang
mengalami kesulitan belajar; dan (4) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil
penilaian dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa
sesuai dengan minat dan kemampuannya
Dengan demikian, penilaian pembelajaran memiliki beberapa tujuan antara
lain: (1) Melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar
mengajar, (2) Memperbaiki, dan menyempurnakan kegiatan guru, (3)
Memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar,
(4) Mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama
kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan (5) Menempatkan
siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan
kemampuannya.
Tujuan
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam bahan ajar pelatihan ini adalah agar
para guru memiliki kemampuan untuk melaksanakan penilaian pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Secara khusus yang ingin dicapai dalam bahan
ajar ini adalah agar para guru memiliki kemampuan sebagai berikut:
Memahami konsep dasar penilaian termasuk di dalamnya pengertian,
penilaian berbasis kelas, penilaian otentik, dan manfaat penilaian.
Mempu mengidentifikasi bentuk dan jenis penilaian
Mampu mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan baik aspek kognitif, afeksi, maupun psikomotor.
Mampu melaksanakan penilaian secara otentik dan obyektif.
Konsep Dasar Penilaian Pendidikan Kewarganegaraan
Penilaian sering disamartikan dengan evaluasi. Sebenarnya istilah
penilaian adalah alih-bahasa dari istilah assessment, bukan alih-bahasa
dari istilah evaluation (evaluasi). Kedua istilah ini
(penilaian/assessment dan evaluasi/ evaluation) sebenarnya memiliki
kesamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian
menilai, atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaanya terletak pada
konteks penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks
yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh
orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang
bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau Supervisor
menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi
bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks
yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti
konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program baik pada level
terbatas maupun pada level yang luas.
Istilah penilaian diartikan sebagai kegiatan menentukan nilai suatu
objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak efektif, berhasil-tidak
berhasil, dan semacamnya, sesuai dengan kriteria atau tolok ukur yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penilaian ada empat unsur pokok
yaitu; (a) objek yang akan dinikai, (b) kriteria sebagai tolok ukur (c)
data tentang objek yang dinilai, dan (d) pertimbangan keputusan
(judgement). Dengan demikian proses penilaian meliputi menentukan objek
yang akan dinilai, membuat/menentukan kriteria ukuran, mengumpulkan data
baik melalui tes maupun non-tes, dan membuat keputusan.
Ada tiga hal yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi, yaitu
penilaian, pengukuran dan tes. Ketiga istilah itu sering disalah artikan
sehingga tidak jelas makna dan kedudukannya. Gronlund (1985) mengemukakan
bahwa penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan,
analisis dan intrepretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana
siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah suatu proses
yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciriciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa). Penilaian adalah
pemeriksaan secara terus menerus untuk mendapatkan informasi yang
meliputi siswa, guru, program pendidikan dan proses belajar mengajar
untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang
gambaran siswa dan efektivitas program. Sementara itu, pengukuran adalah
suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan
hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (atribute) tentang suatu obyek,
orang atau peristiwa (Hopkins & Antes, 1990).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian lebih
bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, dan tes merupakan salah
satu alat atau bentuk dari pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada
gambaran yang bersifat kuantitatif (berupa angka-angka) tentang kemajuan
belajar siswa (learning progress) sedangkan penilaian atau penilaian
bersifat kualitatif. Di samping itu, penilaian pada hakikatnya
merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.
Keputusan penilaian (value judgement) tidak hanya didasarkan kepada hasil
pengukuran (quantitative description), melainkan dapat pula didasarkan
kepada hasil pengamatan (qualitative description). Keduanya pada akhirnya
menghasilkan keputusan tentang suatu objek yang dinilai.
Hasil dari usaha belajar nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku, baik
secara subtantif yaitu terkait langsung dengan mata-mata pelajaran,
maupun secara komprehensip yaitu perubahan prilaku yang menyeluruh.
Perubahan itu ada yang dapat diamanati secara langsung ada pula yang
tidak dapat diamati secara langsung. Perubahan itu juga ada yang terjadi
dalam jangka pendek ada pula yang terjadi dalam jangka panjang. Namun
demikian, bagaimanapun baiknya alat penilaian yang digunakan hanya
mungkin dapat mengungkap sebagian tingkah laku dari keseluruhan
hasil
belajar yang sebenarnya. Penilaian yang baik harus menilai hasil-hasil
yang autentik dan hal ini dilakukan dengan mengetes hingga manakah hal
itu dapat ditransferkan. Penilaian harus dilakukan dengan tepat, teliti
dan objektif terhadap hasil belajar sehingga dapat menjadi alat untuk
mengecek kemampuan siswa dalam belajarnya dan mempertinggi prestasi
belajarnya. Di samping itu penilaian dapat menjadi alat pengontrol bagi
cara mengajar guru, serta dapat membimbing murid untuk memahami dirinya
(keunggulan dan kelemahannya).
PenilainBerbasis Kelas
Pengertian
Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan,pelaporan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti
otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabitas publik. Penilaian
berbasis kelas mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar
yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus
dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan
pelaporan.
Penilaian berbasis kelas menggunakan arti penilaian sebagai assessment
yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan
informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan
setelah kegiatan belajar mengajar (KBM). Data atau informasi selama dari
penilaian berbasis kelas merupakan salah satu bukti yang dapat digunkana
untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.
Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan termasuk
perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan
penilaian (assessment) dan pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan
kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara
keseluruhan. Penilaian berbasis kelas mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut: (1) pengumpulan informasi tentang pencapaian belajar siswa, dan
(2) pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi
tersebut.
Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak
resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus untuk
penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau nontes atau terintegrasi
dalam seluruh kegiatan belajar mengajar (di awal, tengah dan akhir).
Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam jumlah
yang memadai, maka guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa:
Apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah
ditetapkan?
Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tinkat lebih lanjut?
Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu?
Apakah siswa perlu memperoleh cara lain sebagai pendalaman?
Apakah siswa perlu menerima pengayaan serta pengayaan apa yang perlu
diberikan?
Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran,
pemilihan bahan atau buku ajar, danpenyusunan silabus telah memadai?
Tujuan Penilaian berbasis Kelas
Secara umum penilaian berbasis kelas bertujuan untuk memberikan
penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa serta memperbaiki program
dan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu penilaian berbasis kelas
menekankan pencapaian hasil belajar siswa sekaligus mencakup seluruh
proses mengajar dan balajar yang menilai karakteristik siswa, metode
mengajar dan belajar, pencapaian kurikulum, alat dan bahan belajar, dan
administrasi sekolah.
Secara rinci tujuan penilaian berbasis kelas adalah untuk memberikan:
Informasi tentang kemajuan hasil belajar siswa secara individual dalam
mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang dilakukannya.
Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegaitan belajar lebih
lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupupn terhadap siswa seluruh
kelas.
Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui
tinkat kemampuan siswa, menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk
melaksanakan kegiatan remedial, pendalaman atau pengayaan.
Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi tentang
kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau
perbaikan.
Informasi semua aspek kemajuan setiap siswa dan pada gilirannya guru
dapat membantu pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota
masyarakat dan pribadi yang utuh.
Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah atau jabatan yang sesuai
dengan keterampilan, minat, dan kemampuannya.
Fungsi Penilaian Berbasis Kelas
Fungsi penilaian berbasis kelas bagi siswa dan guru adalah untuk
membantu:
siswa dalam mewujudkan dirinya dengan mengubah atau mengembangkan
perilakunya ke arah yang lebih baik dan maju.
Siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
Guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakan telah
memadai.
Guru membuat pertimbangan dan keputusan administrasi.
Prinsip-prinsip
Sebagaimana penilaian pada umumnya, secara umum prinsip-prinsip penilaian
berbasis kelas adalah sebagai berikut:
Valid; penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur
dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya, tepat atau sahih. Sebagai
contoh apabila dalam pelaksanaan kurikulum digunakan pendekatan salah
satu obyek yang dinilai. Ketika merencanakan penilaian, guru memerlukan
jaminan bahwa semua kegiatan telah berorientasi pada usaha untuk
menyediakan informasi yang relevan dengan kompetensi dasar..
Mendidik; penilaian harus memberik sumbangan positif terhadap pencapaian
hasil belajar siswa. Oleh karena itu penilaian harus dinyatakan dan dapat
dirasakan sebagai penghargaan yang memotivasi bagi siswa yang berhasil
dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang
kurang berhasil.
Berorientasi pada kompetensi; penalaian harus menilai pencapaian
kompetensi dasar yang dimaksud dalam kurikulum.
Adil dan obyektif; penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak
membeda-bedakan latar belakang siswa yang tidak berkaitan dengan
pencapaian hasil belajar. Obyektivitas penilaian tergantung dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk skoring dan
pembuatan keputusan pencapaian hasil belajar. Suatu tugas harus adil dan
obyektif untuk laki-laki dan perempuan, siswa dengan atar belakang budaya
yang berbeda, menggunakan bahasa yang dapat dipahami serta mempunyai
kriteria yang jelas dalam mebuat keputusan atau menerapkan angka atau
nilai.
Terbuka; kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan
sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Berkesinambungan; penilaian dilakukan secara berencana, bertahap,
teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran
tentang perkembangan kemajuan belajar siswa. Hasil penilaian perlu
dianalisis dan ditindaklanjuti. Penilaian hendaknya merupakan bagian
integral dari proses pembelajaran.
Menyeluruh; oenilaian terhadap hasil belajar siswa harus dilaksanakan
menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakkup aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif serta berdasarkan pada berbagai teknik dan prosedur penilaian
dengan berbagai bukti hasil belajar siswa. Penilaian terhadap hasil
belajar siswa meliputi aspek penegtahuan, sikap dan nilai
danketerampilan, serta materi secara representatif sehingga hasilnya
dapat diintegrasikan sengan baik.
Bermakna; penilaian hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti
oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian mencerminkan
gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi
keunggulan dankelemahan, minat, dan tingkat penguasaan siswa dalam
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Secara khusus dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas senantiasa harus
memegang prinsip-prinsip sebagai berikut:
Apapun jenis penilaiannya harus memungkinkan adanya kesempatan yang
terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui danpahami,
serta mendemonstrasikan kemampuannya. Implikasi dari prinsip ini adalah
sebagai berikut:
pelaksanaan penilaian berbasis kelas hendaknya dalam suasana yang
bersahabat dan tidak mengancam
semua siswa mempunyai kesempatan dan perlakuan yang sama dalam menerima
program pembelajaran sebelumnya yang sama dalam menerima program
pembelajaran sebelumnya dan selama proses penilaian
siswa memahami secara jelas apa yang dimaksud dalam penilaian berbasis
kelas
kriteria untuk membuat keputusan atas hasil [enilaian berbasis kelas
hendaknya disepakati dengan siswa dan orang tua/wali.
Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur penilaian berbasis kelas
dan pencatatan secara tepat. Implikasi dari prinsip ini adalah:
prosedur penilaian berbasis kelas harus dapat diterima oleh guru dan
dipahami secara jelas
prosedur penilaian berbasis kelas dan catatan haria hasil belajar siswa
hendaknya mudah dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan belajar
mengajar dan tidak harus mengambil waktu yang berlebihan
catatan harian harus mudah dibuat, jelas, mudah dipahami, dan bermanfaat
untuk perencanaan pembelajaran
informasi yang diperoleh untuk menilai semua pencapaian belajar siswa
dengan berbagai cara harus digunakan sebagaimana mestinya
penilaian pencapaian belajar siswa yang bersifat positif untuk
pembelajaran selanjtunya perlu direncanakan oleh guru dan sisw
klasifikasi dan kesulitan belajar harus ditentukan sehingga siswa
mendapatkan bimbingan dan bantuan belajar yang sewajarnya
hasil penilaian hendaknya menunjukkan kemajuan dan keberlanjutan
pencapaian belajar siswa
penilaian semua aspek yang berkaitan dengan pembelajaran misalnya
efektifitas kegiatan belajar mengajar dan kurikulum perlu dilaksanakan
peningkatan keahlian guru sebagai konsekuensi dari diskusi pengalaman dan
membandingkan metode dan hasil penilaian perlu dipertimbangkan
pelaporan penampilan siswa kepada orang tua/wali dan atasannya (kepala
sekolah, kepala dinas, dan instansi lain yang terkait) harus dlaksanakan.
Sedangkan prinsip khusus dalam pelaksanaan penilaian PKn meliputi :
Penilaian PKn lebih banyak untuk kepentingan siswa, dibandingkan untuk
kepentingan guru.
Maksud pernyataan ini adalah, bahwa dalam pelaksanaan penilaian di kelas,
perhatian dan tekanan harus ditujukan untuk kepentingan siswa. Oleh
karena itu pembuatan soal harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa, termasuk bahasa yang digunakan harus mempunyai keterbacaan, dalam
arti bias dimengerti oleh siswa dan yang lebih penting pelaksaan
penilaian harus dijadikan motivator oleh siswa untuk meningkatkan
kualitas belajarnya.
Hasil penilaian PKn bukan merupakan sesuatu yang final, akan tetapi hanya
bersifat sementara
Sebagaimana lajimnya dalam suatu pelaksanaan penilaian ada siswa yang
telah siap benar-benar untuk melaksanakan penilaian, namun ada kalanya
ada siswa yang karena sesuatu hal tidak siap, sehingga dapat dipastikan
hasil yang diperolehnya tidak akan memuaskan. Oleh karena itu jangan
sekali-kali setelah selesai melaksanakan pemeriksaan terhadap hasil
penilaian, kemudian kita mendapatkan siswa yang nilanya kurang bagus,
kemudian kita simpulkan, bahwa siswa tersebut anak bodoh.
Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Penilaian otentik merupakan implikasi dari pemberlakuan kurikulum
berbasis kompetensi terhadap pola penilaian hasil pembelajaran di
persekolahan. Sekolah dalam hal ini guru dan kepala sekolah menjadi
menjadi pengambil keputusan (decision making) dalam perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran. Sekolah menyusun silabus
yang menjamin terlaksananya proses pembelajaran yang terarah. Selain itu,
sekolah melakukan continous-authentic assessment yang menjamin ketuntasan
belajar dan pencapaian kompetensi oleh siswa
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar
dikuasai dan dicapai.
Tujuan Penilaian otentik itu sendiri adalah untuk: (1) Menilai Kemampuan
Individual melalui tugas tertentu; (2) Menentukan kebutuhan pembelajaran;
(3) Membantu dan mendorong siswa; (4) Membantu dan mendorong guru untuk
mengajar yang lebih baik; (5) Menentukan strategi pembelajaran; (6)
Akuntabilitas lembaga; dan (7) Meningkatkan kualitas pendidikan.
Prinsip dari penilaian otentik adalah sebagai berikut:
Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
Checking Up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Finding Out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan dan
mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan
dalam proses pembelajaran.
Summing Up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik
telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.
Beberapa karakteristik penilaian otentik adalah sebagai berikut:
Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran, bukan terpisah dari
proses pembelajaran
Penilain mencerminkan hasil proses belajar pada kehidupan nyata, tidak
berdasarkan pada kondisi yang ada di sekolah
Menggunakan bermacam-macam instrumen, pengukuran dan metode yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaaman belajar
Penilaian harus bersifat komprehensif dan holistik yang mencakup semua
aspek dari tujuan pembelajaran (multi dominan).
Pada pelaksanaannya penilaian otentik ini dapat menggunakan berbagai
jenis penilaian di antaranya adalah: (1) Tes Standar Prestasi; (2) Tes
Buatan Guru; (3) Catatan Kegiatan; (4) Catatan Anekdot; (5) Skala Sikap;
(6) Catatan Tindakan; (7) Koleksi Pekerjaan; (8) Tugas individu; (9)
Tugas kelompok atau kelas; (10) Diskusi; (11) Wawancara; (12) Catatan
Pengamatan; (13) Peta Perilaku; (14) Portofolio; (15) Kuesioner; dan
(16) Pengukuran Sosiometri.
Manfaat Penilaian
Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta unuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Dalam kerangka
penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti
otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Lalu apa
manfaat dari penilaian tersebut?
Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga
menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya.
Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga
memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi
kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.
Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya
di kelas.
Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun
dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang
efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya
di bidang pendidikan.
Lebih jauh lagi penilaian bermanfaat untuk:
Diagnosis hasil belajar siswa; siswa yang membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan dengan siswa normal dalam mencapai kemampuan dasar yang
telah ditetapkan dalamkurikulum harus diberi bantuan untuk mencapai
kemampuan dasar tersebut. Penilaian berguna untuk mendeteksi kebutuhan
siswa yang membutuhkan bantuan remediasi atau pun pengayaan.
Prediksi masa depan siswa; penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk
mengetahui aspek-aspek mana siswa menonjol, berbakat, dengan melihat
indikator keunggulannya. Kemajuan hasil belajar siswa dari guru mata
pelajaran dikirim ke guru bimbingan dan penyuluhan untuk dianalisis leih
lanjut bakat dan minatnya yang dapat dijadikan dasar untuk pengembngan
siswa dalam meilih jenjang profesi/karir di masa depan.
Seleksi dan sertifikasi; penilaian berguna sebagai dasar untuk penentuan
promosi (kenaikan kelas) dan sertifikasi bagi siswa yang menamatkan
pendidikannya. Penentuan promosi (kenaikan kelas) didasarkan pada
kriteria kenaikan kelas. Komponen kreteria kenaikan kelas berdasarkan
aspek ketercapaian kompetensi dasar mata pelajaran yang telah ditetapkan
dalam kurikulum. Siswa yang dinyatakan naik kelas adalah siswa yang
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memadai
pada tingkatan kelas itu yang direfleksikan dalamkebiasaan berpikir dan
bertindak setelah menyelesaikan aspek atau subaspek mata-mata pelajaran
pada tingkatan kelas tertentu.
Umpan balik kegiatan belajar mengajar dan kurikulum sekolah; penilaian
berupa catatan kemajuan belajar siswa secara keseluruha dapat digunakan
sebagai umpan balik bagi para guru untuk mengevaluasi program-program
pembelajaran yang telah disusun dan direvisi untuk keperluan pembelajaran
yang akan datang. Bagi sekolah atau penanggung jawab kurikulum, catatan
kemajuan dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi kurikulum sekolah yang
telah dilaksanakan dan menyempurnakannya agar lebih sesuai dengan
kurikulum nasional dan aspirasi masyarakatnya.
7.
Fungsi Penilaian
A. Azis Wahab ( 1989 : 43-44 ) menyatakan, bahwa penilaian dalam PKn
mempunyai fungsi sebagai berikut :
Sebagai tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan atau kekurangan siswa,
guru ataupun program pengajaran yang telah disampaikan dengan melalui
kegiatan proses belajar mengajar.
Mengacu kepada fungsi penilaian sebagaimana diuraikan tersebut jelas,
bahwa pelaksanaan penilaian pertama-tama berfungsi sebagai tolok ukur
untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Sudah barang
tentu yang dijadikan indicator disini bukan hanya keberhasilan atau
kegagalan siswa dilihat dari nilai yang diperolehnya. Tetapi juga
sekaligus keberhasilan atau kegagalan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas, apakah materi yang disampaikan bias dimengerti dan
difahami oleh siswa atau sebaliknya, apakah penentuan metode, media dan
pola evaluasi sudah tepat dengan misi dan tujuan bahan pelajaran yang
disajikannya. Kesemuanya itu merupakan suatu sistem yang satu sama lain
dsaling menunjang.
Sebagai media klarifikasi, identifikasi serta penalaran diri, nilai,
moral dan masalah.
Penilaian juga berfungsi sebagai media klarifikasi, identifikasi serta
penalaran diri, nilai, moral dan masalah. Jadi melalui pelaksanaan
evaluasi PPKn, guru dapat mengklarifikasi dan mengidentifikasi berbagai
nilai moral yang menjadi pesan pokok bahasan tersebut.
Sebagai media edukasi ( re-edukasi ) nilai-nilai moral
Fungsi ketiga dari pelaksanaan penilaian adalah sebagai media reedukasi
nilai-nilai moral, dalam arti guru dapat melakukan penanaman kembali
nilai moral apa yang belum difahami oleh siswa.
8.
Bentuk dan Jenis Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi dilakukan melalui
penilaian berbasis kelas. Sebagaimana halnya penilaian pada umumnya,
penilaian berbasis kelas termasuk di dalamnya pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai
meliputi tiga ranah yakni kognitif, afeksi dan psikomotor. Oleh karena
ketiga ranah tersebut tidak dapat diukur oleh satu bentuk penilaian saja,
maka dalam hal ini berbagai bentuk penilaian dapat dikembangkan. Bukankah
anda sudah mengetahuai secara garis besar bentuk penilaian yang dapat
dilaksanakan di kelas?
Ya, pengumpulan informasi prestasi atau kemajuan belajar siswa dapat
dilakukan melalui tes maupun non-tes. Bentuk penilaian tes dapat
dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk
penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis,
kuesioner, studi kasus, dan portofolio.
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, rangkaian penilaian
ini seyogiayanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap
jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain
keunggulan. Jika kita hanya menggunakan salah satu bentuk saja, maka
dikhawatirkan tidak memperoleh informasi yang komprehensif mengenai
pencapaian kompetensi. Dengan demikian, semakin banyak teknik pengumpulan
informasi dan pengukuran yang dilakukan oleh seorang guru, maka
diharapkan akan semakin obyektif dalam melaksanakan penilaian pencapaian
kompetensi dasar siswa. Secara ringkas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Ikhtisar Teknik Pengumpulan Informasi (Puskur Balitbang, 2002)
Gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Penilaian Bentuk Tes
Tes Tertulis (Paper and Penci testl)
Penilaian berbentuk tes uraian ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar
yang bersifat kompleks. Tes tertulis biasanya dilaksanakan secara
kelompok dengan mengambil tempat di suatu ruangan tertentu. Guru dalam
hal ini berperan sebagai penyusun tes, pelaksana ujian, pengawas,
korektor, pengolah hasil dan sekaligus penentu keputusan. Biasanya dalam
pelaksanaan bentuk tertulis ini siswa lebih tenang dan yakin, karena
merasa tidak berhadapan atau tidak ditanya secara langsung oleh guru
penguji yang bersangkutan. Keuntungan lain dalam tes tertulis ini adalah
penilaian dapat lebih bersifat obyektif karena tulisan merupakan bukti
otentik yang dapat dijamin akuntabilitasnya.
Dalam unjian tertulis dapat digunakan soal-soal berbentuk essai,
obyektif, atau gabungan di antara keduanya. Terdiri atas uraian terbatas
dan bebas. Nitko (1996) mengatakan bahwa tes uraian terbatas tepat
dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang berupa
kemampuan-kemampuan:
menjelaskan hubungan sebab akibat
melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip
mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan
merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat
merumuskan asumsi-asumsi yang tepat
melukiskan keterbatasan-keterbatasan data
merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat
menjelaskan metoda dan prosedur
dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa untuk melengkapi
jawabannya.
Tes uraian bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
yang bersifat kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan:
menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide
memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi
Merekayasa bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah eksperimen
mengevaluasi nilai suatu ide
Tes tertulis yang lainnya adalah berupa tes tertulis obyektif yang
terdiri atas pilihan ganda, benas-salah, menjodohkan, dan isian singkat.
Tes obyektif tepat digunakan untuk menilai hasil belajar berupa
kemampuan-kemampuan mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta, memahami
hubungan antara dua hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
Pro dan kontra terhadap tes bentuk obyektif sangat menonjol beberapa
tahun terakhir ini. Sebagian bahkan menuduh bahwa tes ini menjadi biang
keladi rendahnya mutu pendidikan kita. Namun demikian, tes ini lebih
praktis dan dapat digunakan untuk jumlah peserta didik yang cukup besar,
serta mutunya dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ini berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan dari bentuk tes
obyektif, seperti halnya dengan bentuk dan jenis tes lainnya. Beberpa
kelemahan tes obyektif antara lain adalah:
Pada umumnya soal tes obyektif hanya tepat digunakan untuk menilai
kemampuan-kemampuan mengingat kembali, mengenal kembali, mengasosiasikan
antara dua hal, memahami hubungan, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
Soal tes bentuk obyektif dapat membuat siswa tidak terbiasa mengemukakan
ide secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Kemungkinan untuk menebak besar sekali dan sukar untuk dilacak.
Proses berpikir siswa tidak daapt diikuti sebab yang dilihat hanyalah
pilihan-pilihan jawaban yang dipilih.
Memungkinkan saling menyontek dengan mudah. Hal ini disebabkan jawaban
siswa hanya berupa lingkaran, silang atau penghitaman atas huruf-huruf
yang terletak di depan alternatif-alternatif jawaban.
Sementara itu beberapa keunggulan dapat dijabarkan antara lain sebagai
berikut:
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa sudah pasti seperti
memilikih, menjodohkan, mengisi, atau memberikan jawaban singkat,
Dalamhal ini petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan siswa dan
bagaimana cara melakukannya juga sudah diberikan secara khusus tertulis.
Jumlah soal cukup besar sehingga dapat mewakili semua kompetensi yang
diukur. Hal yang demikian sangat mungkin karena dalam menjawab soal tes
bentuk obyektif ini dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah dari
pada soal-soal bentuk uraian.
Kunci jawaban dapat dipersiapkan secara pasti dengan soal-soal yang
disusun secara sistematis. Di samping pasti juga kunci jawaban tersebut
bersifat mutal, sehingga hasil nya dapat dikoreksi oleh siapa pun asal
kunci jawabannya disiapkan terlebih dahulu.
Tidak ada kemungkinan bagi siswa untuk mengemukakan hal-hal yang tidak
relevan dengan persoalannya karena tugas siswa dalam hal ini sudah jelas.
Tes Perbuatan (Performance test)
Penilaian Perbuatan atau Performance assessment adalah penilaian tindakan
atau tes praktik yang secara efektif dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk perilaku yang
diharapkan muncul dalam diri siswa (keterampilan). Alat yang dipergunakan
adalah Lembar Pengamatan. Tes perbuatan dapat dipergunakan untuk menilai
mutu suatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakan, keterampilan dan
ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan
merencanakan sesuatu pekerjaan, dan mengidentifikasikan bagian-bagian
sesuatu piranti, mesin mobil misalnya. Dengan kata lain, tes perbuatan
ini tepat dipergunakan untuk mengevaluasi perilaku seseorang atau
sekelompok orang. Penilaian pada tes perbuatan ini seyogianya dilakukan
sejak persiapan, proses sampai pada produk.
Manfaat ujian tindakan ini adalah untuk memperbaiki kemampuan siswa. Hal
ini dosebabkan secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa
dapat diamati, terukur, dan dapat dijadikan dasar untuk praktek
selanjutnya.
Tak ubahnya dengan bentuk ujian yang lain maka ujian tindakan juga
mempunyai keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan. Keunggulankeunggulannya adalah sebagai berikut :
Salah satu perwujudan hasil belajar adalah terampil melakukan suatu
pekerjaan. Sebagai contohnya misalnya, terampil mengemukakan pendapat,
terampil membuat diagram, terampil membuat peta, dan sejenisnya.
Keterampilan-keterampilan seperti itu tidak dapat dinilai dengan tes yang
lainnya kecuali dengan tes perbuatan.
Tes perbuatan dapat digunakan untuk mencocokan kesesuaian antara
pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktek sehingga
informasi penilaian menjadi lengkap.
Dalam pelaksanaan tes perbuatan tidak ada peluang untuk menyontek oleh
karena tes tersebut dilakukan secara langsung dan individual walaupun
mungkin pelaksanaannya secara kelompok. Keunggulan ini tentu tidak akan
terjadi apabila yang dinilai produknya saja tetapi prosesnya tidak
diamati atau dinilai. Sekiranya hal yang seperti itu terjadi maka tes
tersebut tak pantas lagi dinamakan sebagai tes tindakan atau perbuatan.
Dengan ujian tindakan guru dapat mengenal lebih dalam lagi tentang
karakteristik-karateristik masing-masing siswa, hal itu sangat penting
untuk dijadikan dasar tindak lanjut dari evaluasi hasil belajar, untuk
memberikan pengajaran remidial misalnya.
Selain memiliki beberapa keunggulan, tes perbuatan memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut:
Tes perbuatan dapat memakan waktu yang lama, biaya yang besar, dan
membosankan.
Jika Tes perbuatan itu susah menjadi sesuatu yang rutin maka ia tidak
mempunyai arti apa-apa lagi.
Tes perbuatan itu harus dilakukan secara penuh dan lengkap. Artinya,
bahwa sarana perlengkapan, sarana waktu, sarana biaya, dan persyaratan
penguji harus dipenuhi sebagaimana seharusnya. Kalau karena satu dan lain
sarana-sarana dan syarat ujian tindakan tersebut dikurangi,
disederhanakan, atau dirubah, maka hasilnya sukar untuk
dipertanggungjawabkan oleh karena mungkin sama dengan ‘bohong’.
Keterampilan yang dinilai melalui tes tindakan mungkin sekali belum
sebanding mutunya dengan keterampilan yang dituntut oleh lapangan karena
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu lebih cepat dari pada apa
yang dapat diberikan di sekolah.
c.
Tes Lisan
Untuk apa kita mengadakan penilaian dengan menggunakan tes lisan?
Penilaian berbentuk lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
dalam bentuk kemampuan mengemukakan ide-ide dan pendapat-pendapat secara
lisan. Bagi bidang-bidang studi yang menuntut ketrampilan-keterampilan
untuk berhubungan dengan orang lain, seperti Pengetahuan Sosial misalnya,
tes lisan masih memiliki kedudukan yang cukup penting. Untuk melaksanakan
tes lisan diperlukan alat-alat tes berupa soal-soal lisan. Tes lisan jika
disusun dengan baik maka ia tidak hanya dapat berfungsi sebagai alat
evaluasi belajar akan tetapi dapat juga berfungsi sebagai alat bantu
mengajar. Sebagai alat evaluasi hasil belajar soal-soal tes lisan itu
biasanya berbentuk uraian.
Bagaimana tipe penilaian tes lisan? Bukankah kita pernah mengalaminya?
Pada umumnya tes lisan memerlukan jawaban yang harus dijawab secara lisan
pula, bukankan demikian? Tetapi ternyata ada pula pertanyaan lisan yang
harus dijawab secara tertulis, seperti misalnya dikte dan mencongkak.
Jadi dalam hal ini kita sebagai guru bisa memilih sesuai dengan
kepentingan dan tujuan penilaian itu sendiri.
Penilaian Non Tes
Tes merupakan salah satu bentuk pengukuran, karena hasil tes selalu dapat
dinyatakan dengan angka/skala. Pengukuran dapat juga dilakukan dengan
teknik non-tes, bila teknik non-tes itu menghasilkan skor berupa
angka/skala. Sebagai instrumen yang dapat mengggali data non-kognitif,
teknik dan alat non-tes sangat diperlukan untuk pelengkap dalam upaya
menilai perkembangan siswa secara keseluruhan.
Beberapa teknik non-tes dapat dipergunakan oleh para guru agar dapat
melakukan evaluasi lebih obyektif dan adil. Guru perlu memiliki
keterampilan menggunakan teknik-non-tes, di samping kemampuan dalam
teknik tes. Pengetahuan tentang teknik non-tes dalam evaluasi
memungkinkan guru memiliki wawasan yang lebih luas, sehingga hasil
belajar tidak hanya diketahui lewat tes/ulangan saja. Dan yang dievaluasi
tidak hanya penguasaan bahan pelajaran saja. Sebagian guru tentu sudah
melakukan evaluasi non-tes, diharapkan lebih banyak guru yang menggunakan
teknik ini secara terarah dan efektif. Bagi yang belum melakukan,
sebaiknya mau mencoba dan melihat manfaatnya. Teknik dan alat non-tes
antara lain: (1) observasi, (2) catatan kejadian, (3) angket atau daftar
isian, (4) wawancara/interviu, (4) daftar cek, atau skala-pilihan, (5)
sosiometri, (6) kumpulan catatan pribadi peserta didik, dan (7) studi
kasus.
Observasi
Teknik ini baik untuk mengevaluasi hasil belajar aspek psikomotor,
misalnya dalam praktek keterampilan, diskusi, bermain, atletik, dan lainlain. Beberapa sifat kadang-kadang hanya dapat dievaluasi dengan
observasi, seperti: sifat menyendiri, ulet, rajin, agresif, kepemimpinan,
kegotongroyongan. Agar observasi lebih efektif dan terarah hendaknya :
Dilakukan dengan tujuan yang jelas dan direncanakan sebelumnya.
Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek atau skala, atau modelmodel pencatatan lainnya.
Pencatatan dilakukan selekas mungkin tanpa diketahui oleh peserta didik
yang diobservasi.
Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai dilaksanakan
seluruhnya.
Kuesioner
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi hal-hal yang bersifat umum di
kalangan peserta didik. Antara lain: identitas peserta didik
selengkapnya, keadaan sosial ekonomi orang tuanya, minat-minatnya,
pendapatnya dalam beberapa hal, dan untuk melihat kecenderungan peserta
didik pada suatu saat. Agar efektif teknik angket hendaknya:
Dilaksanakan dengan tujuan dan program yang jelas
Isinya tidak menyimpang dari tujuan yang diinginkan.
Bahasanya sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan peserta didik.
Penarikan kesimpulan harus hati-hati, bila perlu dengan pengecekan
terlebih dahulu.
Wawancara
Wawancara tidak berbeda jauh dengan angket. Hanya di sini pertanyaan
dijawab langsung oleh peserta didik yang bersangkutan, sehingga terjadi
hubungan timbal balik. Perbedaan wawancara dengan ujian lisan terletak
pada jawaban yang diinginkan. Pada ujian lisan, informasi yang digali
adalah kemampuan dalam bidang yang diujikan, lalu dinyatakan benar atau
salah atau keputusan lulus dan tidak lulus. Sedang pada wawancara,
informasi yang digali meliputi berbagai aspek yang menggambarkan keadaan
siswa saat itu. Jadi, bukan semata-mata untuk memberi nilai atau untuk
menetapkan lulus dan tidak lulus.
Wawancara hampir sama dengan angket, jawaban peserta didik berupa
informasi tentang dirinya maupun orang lain yang bersangkutan. Pedoman
wawancara sebaiknya disusun dalam bentuk pertanyaan, isian, daftar cek,
maupun skala-pilihan. Cara pencatatan hasil wawancara juga perlu
dirancang sebelum pelaksanaan wawancara.
Daftar Cek
Daftar cek lebih menunjukkan sebagai alat dari pada sebagai teknik
evaluasi. Dapat digunakan dalam observasi, wawancara, maupun dalam
angket. Daftar cek adalah daftar aktivitas, sifat-sifat, masalah, jenis
kesukaan, dan lain-lain. Di depan setiap butir disediakan kolom cek
(....) yang diisi oleh peserta didik bersangkutan, atau oleh guru,
tergantung pada tujuannya.
Kegunaannya adalah untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsur,
komponen, trait, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas
atau satu kesatuan yang kompleks. Serta sangat bermanfaat untuk mengukur
hasil belajar baik yang berupa produk maupun proses yang dapat dirinci ke
dalam komponen-komponen yang lebih kecil. Selain itu keuntungan daftar
cek adalah sangat fleksibel untuk mencek kemampuan semua jenis dan
tingkat hasil belajar serta berbagai jenis mata pelajaran. Daftar cek
makin besar manfaatnya bila disusun dengan komponen yang lengkap dan
utuh, baik komponen yang penting maupun yang remeh (trivial).
Skala-pilihan
Skala-pilihan (rating scales) sifatnya hampir sama dengan daftar cek.
Pada daftar cek hanya ada 2 alternatif (ya atau tidak, memberi tanda atau
mengosongkan), sedang pada skala disediakan 3, 4, atau 5 pilihan. Skalapilihan dapat digunakan untuk: observasi, wawancara, angket, juga untuk
mengukur sikap, kebiasaan, ataupun minat.
Dikenal ada beberapa konstruksi skala sikap, yaitu; skala Likert, skala
Thurstone dan skala Guttmann. Di dalam pendidikan nilai khususnya, skala
sikap yang sering dipergunakan adalah skala sikap Likert. Demikian halnya
untuk kepentingan evaluasi sikap di sekolah dasar juga menggunakan skala
sikap model Likert. Oleh karena itu penjelasan hanya difokuskan pada
uraian akan penggunaan skala sikap Likert dalam evaluasi hasil belajar.
Studi Kasus
Studi kasus kadang-kadang diperlukan untuk mempelajari peserta didik yang
bertingkah laku ekstrim. Misalnya peserta didik yang agresif luar biasa,
terlibat peristiwa khusus, atau peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar yang serius. Dilakukan oleh staf BK dan hasilnya dirapatkan di
antara staf sekolah. Di sekolah menengah studi kasus dilakukan terhadap
siswa yang bertingkah ekstrim, mengganggu, atau perlu bantuan khusus.
Portofolio
Pendekatan penilaian portofolio berbeda dengan pendekatan penilaian yang
lain. Pendekatan penilaian portofolio adalah suatu penilaian yang
bertujuan mengukur sejauhmana kemampuan siswa dalam mengkonstruksi dan
merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau karya dengan mengoleksi atau
mengumpulkan bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang
dikonstruksi oleh siswa, sehingga hasil konstruksi tersebut dapat dinilai
dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi penilaian
portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja siswa atau
digunakan untuk menilai kinerja.
Secara operasional, penilaian portofolio merupakan penilaian secara
berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara
sistematik atas hasil pekerjaan siswa dalam kurun waktu tertentu (Popham,
1994). Dalam sistem penilaian portofolio, guru membuat file untuk masingmasing siswa, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar
mereka selama mengikuti proses pendidikan.
Selain dapat digunakan untuk memantau perkembangan siswa dan mendiagnosa
kesulitan belajar mereka, penilaian portofolio juga banyak memiliki
keunggulan lain. Sistem penilaian ini sangat bermanfaat bagi guru untuk
mengevaluasi kebutuhan (need), minat (interest), kemampuan akademik
(abilities), dan karakteristik siswa secara individual. Hal tersebut
penting karena seharusnya dalam suatu sistem atau cara evaluasi,
eksistensi siswa secara individual tidak boleh dieliminasikan sebagaimana
yang sering terjadi dalam tes standar, seperti ebtanas.
9. Pengembangan Instrumen Penilaian Pendidikan Kewarganegaraan
Menyusun Penilaian Tes
Sebagaimana dinyatakan pada bagian terdahulu, terutama yang berkenaan
dengan pengertian penilaian, yaitu berupa serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data yang akan diolah dengan
cara-cara tertentu sebagai bahan informasi guna pengambilan keputusan
yang akan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsekwensinya dalam merumuskan soal-soal sebelumnya guru harus mengkaji
langkah-langkahnya terlebih dahulu. Adapun langkah-langkah dalam
perumusan soal sebagaimana dinyatakan oleh h A. Azis Wahab ( 1989 : 115127 ) pada intinya sbb :
Analisis terhadap kurikulum,
Kegiatan analisis terhadap kurikulum dilakjukan oleh guru untuk mencari
pokok bahasan/sub pokok bahasan/topik mana saja yang akan dievaluasikan.
Dengan demikian guru akan dapat melaksanakan salah satu prinsip evaluasi,
yaitu representatif.
Analisis terhadap Buku Paket/Buku Teks/Buku Ilmiah lainnya,
Melakukan suatu analisis terhadap sumber-sumber yang digunakan, apakah
dalam bentuk Buku Paket; Buku teks ataupun Buku-Buku ilmiah lainnya tiada
lain adalah untuk mencari materi yang akan dikembangkan dalam soal-soal.
Sudah barang tentu materi yang dikembangkan di sini harus sesuai dengan
Kompetensi Dasar atau topik bahasan yang telah diseleksi dari hasil
analisis kurikulum.
Menentukan target nilai,
Penentuan target nilai atau indikator apa yang akan dievaluasi merupakan
suatu langkah yang strategis dan mutlak harus dilakukan guru. Hal ini
dilakukan agar alat penilaian yang digunakan benar-benar mempunyai
tingkat validitas yang tinggi artinya kalau hendak mengukur pengetahuan (
civic intellegence ) digunakan tes, namun sebaliknya bila yang hendak
diukur adalah aspek sikap ( civic responsibility dan civic participation
), digunakan non tes.
Mengembangkan indikator
Salah satu tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
proses pembelajaran atau untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu soal-soal yang dikembangkan guru hendaknya mengacu kepada
rumusan tujuan pembelajaran khusus.
Mengembangkan kisi-kisi
Kisi-kisi mempunyai fungsi untuk mengarahkan pembuat soal dalam
mengembangkan soal-soal yang hendak diujikan. Hal ini dikarenakan dalam
kisi-kisi secara umutm termuat hal-hal sebagai berikut : Pokok
Bahasan/Sub Pokok Bahasan yang akan dievaluasikan; Derajat Kesukaran,
dalam arti apakah soal yang dikembangkan tersebut termasuk mudah, sedang
atau sukar; Aspek yang akan dievaluasi, apakah mengenai pengetahuan ( C1,
C2, C3, C4, C5 dan C6 ), sikap ( A1, A2, A3, A4, dan A5 ) atau
keterampilan ( P1,P2,P3,P4 dan P5 ); Selain itu dalam kisi-kisi termuat
juga mengenai jenis soal apa yang hendak dievalusikan serta bobot
persentase dari masing-masing aspek tersebut.
Dengan demikian apabila soal-soal yang dikembangkan tersebut mengacu
kepada kisi-kisi, maka soal yang dihasilkannya jauh akan lebih baik
sesuai dengan target harapan yang direncanakan.
Mengembangkan Butir Soal
Dengan mengacu kepada rambu-rambu yang telah dikembangkan dalam kisikisi, pembuat soal mengembangkan soal-soal tersebut.
Melakukan uji coba soal
Soal-soal yang telah dirakit, terutama bila keperluan soal itu untuk tes
standar yang akan digunakan dalam lingkup yang luas, maka sebelum soal
itu benar-benar dirakit harus dilakukan uji coba untuk melihat tingkat
reliabilitas dan validitas soal tersebut.
Mengadakan revisi terhadap soal yang telah diujicobakan
Hasil uji coba terhadap soal-soal yang dikembangkan, terutama bila
dijumpai hal-hal yang kurang bagus, baik dalam rumusan stem, option
ataupun struktur soal, maka harus dilakukan revisi sesuai dengan
kelamahan tersebut.
Merakit soal yang siap pakai.
Sedangkan untuk soal buatan guru yang digunakan sehari-hari di sekolah,
langkah-langkah yang dikembangkan meliputi analisis kurikulum, analisis
buku paket, penentuan target harapan, pengembangan TIK, pengembangan
kisi-kisi dan perumusan soal-soal yang akan dievaluasikan.
Menyusun Tes Tertulis
1) Uraian
Seperti pada tes lain, untuk mendapatkan soal tes uraian yang baik, perlu
direncanakan secara matang. Paling tidak si penyusun soal harus memahami
atau mengingat kembali prinsip-prinsip penilaian, dan mengingat kembali
prosedur pengembangan tes secara umum. Secara umum perencanaan itu
mencakup:
Merumuskan tujuan tes, untuk apa tes itu dilakukan.
Mengkaji/menganalisis kurikulum: kompetensi dasar, indikator, dan materi
pokok.
Membuat kisi-kisi
Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran
Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain)
Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran
tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang
diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang
mungkin diberikan oleh siswa. Dengan adanya batasan ruang lingkup,
kemungkinan terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari, serta dapat
mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penyekoran. Karena itu kaidah
umum yang terpenting dalam menulis soal bentuk uraian adalah, segera
tulis kunci jawaban atau pokok-pokok jawaban yang mungkin diberikan oleh
siswa beserta kriteria atau rentang skor yang mungkin diberikan, begitu
selesai menulis soal. Kaidah khusus penulisan soal bentuk uraian adalah
sebagai berikut:
Materi:
Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi. Artinya soal harus
menyatakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan
indikator.
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus
jelas.
Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan
tingkat kelas.
Konstruksi:
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai; seperti : mengapa, uraikan,
jelaskan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah, dsb. Jangan
menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya:
siapa, dimana, kapan. Demikian juga kalimat tanya yang menuntut jawaban
“ya” atau “tidak”, jangan digunakan.
Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
Buatlah pedoman penyekoran segera setelah soal selesai ditulis dengan
cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya,
besarnya skor bagi setiap komponen, serta rentang skor yang dapat
diperoleh untuk soal yang bersangkutan.
Hal-hal lain yang menyertai soal (grafik, tabel, gambar, peta, atau yang
sejenisnya) harus jelas dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda.
Bahasa:
Rumusan kalimat soal harus komunikatif, yaitu menggunakan bahasa yang
sederhana, dan menggunakan kata-kata yang sudah dikenal siswa, serta baik
dari segi kaidah bahasa Indonesia.
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran
yang berbeda (salah pengertian).
Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal peserta
berasal dari berbagai daerah.
Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan
testee.
Untuk memastikan apakah soal itu sesuai dengan aturan atau tidak, gunakan
kartu telaah berikut untuk menelaah setiap soal.
Tabel 1. Kartu Telaah Soal Uraian
NOMOR SOAL :
PERANGKAT :
No
ASPEK YANG DITELAAH
YA
TIDAK
A. MATERI
1
Soal sesuai dengan indikator
2 Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan jelas
3 Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran
4 Isi
materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau
tingkat kelas
B. KONSTRUKSI
5
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai
6 Ada petunjuk yang jelas
tentang cara mengerjakan soal
7 Ada pedoman penskoran
8 Gambar,
Grafik, tabel, diagram dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
C. BAHASA 9 Rumusan kalimat soal komunikatif
10 Butir soal
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
11 Rumusan soal tidak
menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian
12 Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat
13 Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan siswa
Catatan:
Obyektif
Tes bentuk obyektif tepat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
berupa kemampuan-kemampuan mengingat dan mengenal kembali fakta-fakta,
memahami hubungan antara dua hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsipprinsip. Kriteria tes obyektif yang baik harus memiliki dan memenuhi
syarat-syarat seperti berikut:
Memiliki validitas yang tinggi. Artinya mampu mengungkapkan aspek hasil
belajar tertentu secara tepat. Misalnya dalam mengukur pencapaian
kompetensi dasar yang berkaitan dengan kemampuan mendeskripsikan proses
sosialisasi, harus mampu mengungkap secara tepat tentang kemampuan murid
dalam mendeskripsikan proses tersebut.
Memiliki reliabilitas yang tinggi, artinya mampu memberikan gambaran yang
relatif tetap dan konsisten tentang kemampuan yang dimiliki seorang
peserta didik. Suatu tes yang hasilnya tidak konsisten (dapat berubah
dari waktu ke waktu, atau berubah dari satu siswa ke siswa lainnya) akan
menimbulkan kesalahan atau bias dalam penarikan kesimpulan hasil
penilaian. Seperti meteran yang terbuat dari karet, tidak konsisten untuk
mengukur panjang. Menggunakan alat ukur panjang yang terbuat dari karet
sangat menyesatkan!
Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai. Artinya tiap butir
dalam tes itu dapat membedakan peserta didik yang belajar/menguasai bahan
dan peserta didik yang kurang menguasai bahan. Tes yang buruk bisa
sebaliknya, anak yang kurang menguasai dapat nilai tinggi dan anak yang
mampu/mengusai bahan justru dapat nilai rendah.
Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30%
mudah 50% sedang dan 20% sukar.
Mudah diadministrasikan, artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang
bagaimana cara pelaksanaannya, cara mengerjakannya, dan cara
mengoreksinya.
Memiliki norma atau patokan penafsiran data. Apakah norma mutlak
(ditentukan sebelum ada skor) ataukah norma relatif (ditentukan setelah
pemberian skor).
Pilihan Ganda
Pilihan ganda merupakan salah satu bentuk soal tes obyektif yang paling
populer dan luwes karena dapat digunakan untuk mengukur berbagai tataran
pengetahuan.
Ada 5 (lima) ragam soal pilihan ganda yakni: (1) melengkapi pilihan
(bentuk biasa/asli), (2) hubungan antar soal atau hubungan sebab akbiat,
(3) tinjauan kasus, (4) asosiasi pilihan ganda atau pilihan ganda
bertingkat, dan (5) membaca diagram. Penggunaan kelima ragam itu
memungkinkan soal pilihan ganda dapat mengukur aspek kognitif tingkat
tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi).
Melengkapi/menjawab Pokok Soal dengan 4-5 Pilihan.
Ragam ini paling banyak digunakan. Pokok soal dapat berupa pertanyaan
atau kalimat yang belum selesai. Kekeliruan penggunaan ragam ini umumnya
pada segi kaidah bahasa dan penempatan pilihan (option). Contoh dari
bentuk pilihan ganda ini antara lain:
Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, bukan berdasarkan atas
kekuasaan belaka.Pernyataan tersebut terdapat dalam….
Pembukaan UUD 1945
Batang Tubuh UUD 1945
Peraturan Peralihan UUD 1945
Penjelasan Umum UUD 1945
Lembaga yang mengesahkan UUD 1945 untuk pertama kalinya adalah….
MPR
Konstituante
BPUPKI
PPKI
Hubungan sebab-akibat atau hubungan antar hal
Soal dengan ragam ini terdiri atas dua pernyataan yang dihubungkan oleh
kata ‘sebab’. Kedua pernyataan tersebut dapat benar atau salah, dapat
memiliki hubungan atau tidak. Ragam ini cenderung sulit atau sangat
sulit, lebih-lebih di SMP Oleh sebab itu kepada siswa perlu
diperkenalkan dengan baik, dilatihkan, dan para guru membiasakan
penggunaan ragam ini walau hanya 2-3 soal dalam satu tes. Rumusan
kalimat tentang petunjuk penyerjaannya adalah sebagai berikut:
Pilihlah:
jika kedua pernyataan betul dan mempunyai hubungan sebab akibat
jika kedua pernyataan betul tapi tidak mempunyai hubungan sebab akibat.
Jika salah satu dari kedua pernyataan salah
Jika kedua pernyataan salah
Contoh:
Pemilihan Umum pertama di Indonesia pada tahun 1955 merupakan pemilihan
umum yang paling demokratis sepanjang sejarah penyelengaraan Pemilu di
Indonesia
SEBAB
Pemilau tahun 1955 melahirkan tiga partai politik besar yaitu PNI,
Masyumi, dan Partai Komunis Indonesia.
Sistem perekonomian pasar bebas bersumber dari perekonomian liberal
SEBAB
Ciri perekonomian liberal adalah alat-alat produksi bebas dimiliki dan
digunakan oleh warga negara
Tinjauan kasus.
Bentuk ragam tinjauan kasus sama dengan ragam butir 1 (melengkapi atau
menjawab pertanyaan), hanya isi yang terkandung dalam pokok soal berupa
kasus. Peristiwa khusus, hasil kerja di laboratorium, atau kejadian di
sekitar kita dapat dijadikan kasus. Bentuk ini sangat bagus untuk
mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Perumusan butirbutir soal juga disediakan teks yang harus dibaca terlebih dahulu sebelum
siswa mengerjakan soal.
Contoh:
Pertanyaan Soal:
Departemen yang paling bertanggung jawab dalam menangani hal-hal
sebagaimana yang tersirat dalam bacaan di atas adalah departemen …
Pertanian
Perdagangan dan Energi
Perdagangan dan Industri
Eksplorasi Kelautan
Jika wilayah potensi ikan di Perairan Nusantara dan Laut Wilayah per-km2
adalah 1,25 kali potensi ikan wilayah ZEE, maka potensi ikan di perairan
nusantara dan laut wilayah adalah sebesar ….
a. 3 juta ton per-tahun
3,8 juta ton per-tahun
4 juta ton per-tahun
4,2 juta ton per-tahun
Jika populasi penduduk Indonesia adalah 200 juta dan konsumsi ikan
adalah 16,75 kg-per-kapita per-tahun, maka itu berarti bahwa potensi ikan
di Indonesia yang telah dikonsumsi penduduk baru sebesar …
60%
50%5
5%
45%
(4) Asosiasi Pilihan Ganda
Soal dengan ragam asosiasi mengharuskan siswa berpikir lebih komprehensif
sebab pilihan jawaban yang benar bisa 3, 2, 1 atau semua salah. Di SMP,
soal dengan 4 pilihan adalah:
Jika (1), (2), dan (3) betul;
Jika (1) dan (3) betul;
Jika (2) dan (4) betul;
Jika hanya (4) yang betul.
Contoh:
Negara Republik Indonesia Serikat dan Konstitusi Republik Indonesia
Serikat adalah konsekuensi dari ....
Perjanjian Renville
Perjanjian Lingarjati
Perjanjian Roem Royen
Konferensi Meja Bundar (KMB)
Meskipun masyarakat Bali mayoritas beragama Hindu, namun mereka tidak
mudah melepaskan kepercayaan asli yang telah ada sebelumnya. Hal ini
daapt dilihat dari ....
adanya kepercayaan pada Dewa Pancering Jagad
bangunan pura
tindakan mengkeramatkan benda-benda prasejarah
kepercayaan kepada Dewa Trimurti
Benar-Salah (B-S)
Bentuk tes B-S tepat digunakan untuk mengukur kemampuan
mengidentifikasikan kebenaran pernyataan fakta, pernyataan prinsipprinsip, dan sejenisnya. Dalam hal ini siswa mengisi B jika memang
pernyataan yang diajukan benar, dan menjawab S jika pernyataan salah.
Contoh:
B-S Minyak bumi adalah sumber daya yang dapat diperbaharui
B-S Bangsa Amerika menjadi bangkit dan mengumumkan perang kepada bangsa
Jepang karena Jepang telah membom Pearl Harbour
B-S Untuk pulau Jawa, bulan Desember merupakan salah satu dari bulanbulan musim pengujan.
Jawaban Singkat
Tes bentuk jawaban singkat merupakan tes bentuk melengkapi yang dapat
dijawab dengan satu kata, bagian kalimat, angka, atau simbol. Pada
penyajiannya dapat berbentuk pertanyaan atau isian dalam arti kalimat
tidak lengkap. Bentuk tes ini sangat cocok untuk mengukur hasil belajar
yang relatif sederhana. Contoh:
Jawaban singkat : Di manakah letak ibu kota Indonesia?
Isian: Ibu kota Indonesia terletak di kota .....
Menjodohkan
Tes bentuk ini tepat untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi hubungan
antara dua hal atau lebih. Butir soal bentuk menjodohkan ini terdiri atas
dua bagian, yaitu yang dijodohkan dan bagian yang dijodohi.
Contoh 1:
Petunjuk: Masukan huruf yang ada di muka kolom 1 ke dalam titik-titik
pada kolom 2 yang merupakan pasangannya. Terdapat lebih banyak huruf pada
kolom 1 daripada titik-titik pada kolom 2.
KOLOM 1
KOLOM 2
A. James Watt
B. Robert Stephenson
C. Samuel Crompton
D. Thomas Telford
E. Samuel Coke ...... menemukan mesin uap
...... mengembangkan cara baru pem buatan jalan raya
...... membangun mesin kereta api yang pertama
Menyusun Tes Lisan
Dalam mengembangkan tes lisan ini pada dasarnya sama dengan tes turaian.
Perbedaannya selain dalam pelaksanaannya, juga keragaman dari soal yang
diberikan kepada siswa. Pada tes uraian satu format soal dapat diberikan
pada satu kelas siswa, sementara pada tes lisan sat format soal hanya
dapat diberikan pada seorang atau paling banyak tiga orang siswa saja.
Hal ini dilakukan untuk menghindari siswa berikutnya dapat menebak soal
yang akan diberikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
soal tes lisan adalah sebagai berikut:
Buatlah format soal dengan beberapa kemungkinan jawaban serta bobot
skornya. Sebaga contoh dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 2. Format Soal Tes Lisan
NO.
PERTANYAAN
KEMUNGKINAN JAWABAN
SKOR 1.
2.
Siapkan siapkan beberapa format soal yang paralel untuk beberapa orang
siswa, kalau pun sama hanya diperuntukan maksimal tiga orang siswa saja.
Untuk memenuhi persyaratan paralel, maka setiap format soal harus
memiliki isi, derajat kesukaran, dan waktu untuk menjawab yang sama.
Dalam mengajukan pertanyaan, penguji dapat melakukan pendalaman untuk
mengetahui tingkat penguasaan yang sebenarnya.
Menyusun Tes Perbuatan
Ujian tindakan dapat digunakan untuk menilai mutu suatu pekerjaan yang
telah selesai di kerjakan, keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu
pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan, dan
mengidentifikasi suatu piranti, mesin mobil misalnya. Singkatnya, ujian
tindakan tepat dipergunakan untuk mengevaluasi perilaku seseorang atau
sekelompok orang. Yang dievaluasi dapat prosesnya, produknya, atau
keduanya.
Tes perbuatan ini sama pentingnya sebagai tes obyektif kalau tidak dapat
dikatakan lebih, dalam menilai hasil pendidikan moral. Tes perbuatan
dapat diberikan baik dalam situasi yang dimanipulasi maupun dalam situasi
yang sebenarnya.
Berikut ini adalah beberapa contoh tes perbuatan sebagaimana dinyatakan
oleh A.Azis Wahab ( 1989 : 147 – 148 ) yang mungkin dapat digunakan dalam
menilai pertumbuhan ke arah tujuan-tujuan yang telah dipilih :
Laksanakan sebuah karya wisata untuk mengamati apakah siswa :
melapor tepat pada waktunya
menunggu giliran pada saat mereka naik dan turun dari bus
tidak memetik bunga atau buah di taman
tidak melakukan aksi corat-coret atau menuliskan identitas (nama dan
sekolah) di tempat yang dilarang
menghindari membuang sampah di sembarang tempat
mematuhi peraturan-peraturan, hukum, tata tertib dan perintah
Meminta siswa untuk berpartisipasi dalam permainan yang sifatnya bersaing
/pertandingan untuk melihat siapa di antara mereka yang :
bermain secara jujur
mematuhi peraturan, ketentuan dan perintah uyang diberikan
bertaruh
mengucapkan kata-kata makian bila kesakitan
Meminta kepada siswa untuk melaporkan apa yang mereka lakukan selama
seminggu sehingga diketahui sispa yang :
mengikuti jadwal kegiatan sehari-hari yang sudah ditetapkan
melakukan sesuatu secara sistematik
melakukan tugas-tugas sebelum beristirahat
memahami peraturan,ketentuan dan perintah
Melaksanakan beberapa permainan rekrasi termasuk beberapa bentuk dari
pada kesempatan untuk menetapkan siapa yang :
dapat bermain kartu, rolet atau permainan kemungkinan
merasa sedih bila kalah
mematuhi peraturan,ketentuan dan perintah
mengucapkan kata-kata yang tidak pantas kepada teman
Untuk kepentingan pelaksanaan tes perbuatan atau tes tindakan dapat
digunakan format sebagai berikut : Guru memeriksa /memberi tanda cek ( V
) berdasarkan perilaku siswa pada format penilaian yang sudah disiapkan.
Salah satu contoh format penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
FORMAT PENILAIAN JENIS EVALUASI TINDAKAN
BENTUK
PERILAKU
SISWA
MELAPORKAN TEPAT PADA WAKTUNYA
MENUNGGU
GILIRAN SA AT NAIK & TURUN BUS
TIDAK ME METIK BU NGA&BUAH DI TAMAN
TDK MEMBU ANG SAM PAH SEMBA RANGAN
MEMATUHI PER & KETEN SERTA PERINTAH
A
B
C
D
Model A.Azis Wahab, dalam Modul UT No.5 Tahun 1999
Mengembangkan Penilaian Non Tes
Skala Sikap
Dikenal ada beberapa konstruksi skala sikap, yaitu; skala Likert, skala
Thurstone dan skala Guttmann. Di dalam pendidikan nilai khususnya, skala
sikap yang sering dipergunakan adalah skala sikap Likert. Demikian halnya
untuk kepentingan evaluasi sikap di sekolah dasar juga menggunakan skala
sikap model Likert. Oleh karena itu penjelasan hanya difokuskan pada
uraian akan penggunaan skala sikap Likert dalam evaluasi hasil belajar.
Prinsip pokok skala sikap Likert ialah menentukan lokasi kedudukan
seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap suatu objek sikap, mulai
dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi ini
dilakukan dengan mengkuantifikasi pernyataan seseorang terdapat butir
pernyataan yang disediakan. Untuk skala sikap Likert digunakan skala
dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5
(lima) berarti sangat positif.
Bagian terpenting dalam mengkonstruksi skala Likert ialah menyusun
pernyataan atau butir soalnya. Secara umum ada beberapa jenis butir soal
yang dapat dikontruksi, yaitu:
Pernyataan kognitif (kepercayaan atau opini terhadap suatu objek sikap).
Misalnya: Mobil bermesin disel lebih ekonomis untuk dipakai.
Pernyataan afektif (pernyataan yang secara langsung menyatakan perasaan
terhadap suatu objek sikap). Misalnya: Saya menyukai kendaraan bermesin
bensin.
Pernyataan psikomotor (pernyataan pilihan tingkah laku atau maksud
tingkah laku yang berkenaan dengan suatu objek sikap tertentu). Ada dua
macam pernyataan psikomotor, yaitu pernyataan yang menyatakan apa yang
akan dilakukan terhadap suatu objek sikap tertentu itu. Misalnya: Bila
saya boleh memilih maka saya akan membeli mobil bermesin disel. Kedua,
pernyataan yang menyatakan kecenderungan tindakan sosial. Misalnya:
Pemerintah seharusnya meringankan pajak bagi kendaraan bermesin disel.
Setiap pernyataan dalam skala Likert harus menunjukkan sikap positif
atau negatif. Pernyataan yang menunjukkan sikap netral tidak bermakna.
Karena itu dalam skala Likert pernyataan netral terutama yang berupa
pernyataan faktual harus pula dihindari. Misalnya: Kopor dibuat di
Sidoarjo. Ini adalah pernyataan faktual.
Contoh Skala Likert:
No
Butir Pernyataan
SS
S
R
TS
STS 1. Siswa yang nakal akan dipukul guru
2 Guru yang baik selalu
memperhatikan siswa
3 Guru yang suka menghukum siswa akan dihormati
siswanya
4 Mendisiplinkan siswa tidak harus dengan
pukulan
5 Memukul siswa dibolehkan asal dalam batas tertentu
Untuk kepentingan di sekolah, pernyataan dapat dimodifikasi sedemikian
rupa sehingga dapat dimengerti siswa. Demikian halnya dengan kategori
jawabannya, kalau perlu dengan menggunakan bentuk gambar untuk
menyebutkan kelima kategori jawaban tersebut, seperti yang di adaptasi
dari Hopkins, 1985 ( 69 ) di bawah ini:
Sementara itu untuk kepentingan pengembangan alat penilaian non tes,
terutama yang berkaitan dengan penyusunan skala sikap, hendaknya
diperhatikan dan dicermati kaidah-kaidah sebagai berikut :
Kaidah-Kaidah Penulisan Skala Sikap
No
Kaidah
Contoh yang kurang baik
Contoh yang baik 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Hindari pernyataan faktual
Hindari pernyataan sikap yang mengacu pada sikap masa lalu
Hindari hal-hal yang tidak relevan
Hindari pernyataan yang sifatnya tmembedakan
Sederhana, jelas, terarah
Singkat(pernyataan sebaiknya kurang dari 20 kata )
Gunakan hanya satu dasar pemikiran untuk satu pernyataan
Hindari penggunaan kata-kata “Semua”, “Selalu” ,”Tdk Satupun”, Tdk
Pernah”
Hindari penggunaan kata-kata Hanya, Baru saja, Belaka.
Gunakan pernyataan yang sederhana
Hindari penggunaan dua kata negatif dalam satu kalimat Guru saya
menghukum anak-anal yang nakal
Saya selalu memperoleh nilai yang baik bila saya kehendaki
Bersepeda ke sekolah setiap pagi amat menyenangkan
Saya lebih senang pergi ke sekolah dari pada melaku kan sesuatu yang lain
Sebagai bidang studi PMP mendorong keterlibatan saya
Apabila seseorang menyadari bah wa dia dapat mengambil keuntu ngan dari
orang lain, dia akan senantiasa berharap demikian
Guru yang baik adalah guru yang mengetahui mata pela jarannya dengan baik
dan memperlakukan sendiri siswa nya secara adil
Saya tidak pernah menemui orang yang tidak saya sukai
Hanya dengan melalui agama yang terorganisasilah, orang da pat mengemu
kakan kepercaya annya
Apabila semuanya adalah sama, nasib seseorang adalah ditentu kan oleh
bagaimana kerasnya ia bekerja
Tidak ada guru di sekolah ini yang tidak menghargai hak-hak muridnya Saya
takut dihukum oleh guru saya
Saya dapat memperoleh nilai yang baik bila saya mau
Saya mengharapkan untuk pergi ke sekolah setiap pagi
Sekolah adalah salah satu pengalaman saya yang menyenangkan
Saya menyenangi bidang studi PMP
Pada dasarnya orang tidak dapat dipercaya
Guru yang baik adalah yang memperlakukan siswa nya secara adil
Saya menyadari bahwa saya menyenangi
orang yang saya jumpai
Agama yang terorganisasi adalah cara yang terbaik bagi seseorang untuk
menyerta kan kepercayaannya
Kerja keras menjamin nasib seseorang
Guru-guru di sekolah ini menghargai hak-hak siswa nya
Sumber: Edwards (1957) sebagaimana dikutip Wahab (1989 : 87)
Catatan: Seseorang yang menulis pernyataan sikap haruslah sederhana dan
dapat dibaca, hanya mengacu kepada satu arah dengan menghindari adanya
kesesuaian jawaban ( walaupun mungkin jawaban siswa sama, karena berasal
dari latar belakang yang sama ). Pernyataan harus jelasdan dapat dipahami
serta mencakup rentangan yang luas dan sikap yang ada pada para
responden.
Observasi atau Pengamatan
Alat penilaian non tes yang berjenis observasi atau pengamatan diisi
sendiri oleh guru kelas yang bersangkutan. Karena itu tidak menutup
kemungkinan terjadinya bias akibat subyektifitas guru. Hal ini adalah
suatu hal yang wajar, tetapi sebaiknya guru harus bisa dengan sendirinya
mengurangi bias tersebut seminimal mungkin. Menurut Zaenul (1993 : 67 ),
beberapa pedoman yang bisa dilakukan guru untuk menghindari hal tersebut
adalah:
Rencanakan terlebih dahulu apa yang akan diamati, untuk menghindari
tertariknya pengamat pada hal lain yang menarik perhatiannya. Selain itu
juga ditetapkan tingkah laku apa yang akan diamati, kriterianya, yaitu
yang paling besar kontribusinya untuk menjelaskan hasil belajar siswa.
Untuk itu pada waktu merencanakan alat observasi harus senantiasa diingat
tujuan observasi dan kebermaknaan tingkah laku yang akan diamatai dalam
kerangka pengukuran hasil belajar serta bagaimana mencatatnya.
Agar observasi dapat dilakukan secara cermat dan kontinyu untuk
memperoleh data yang seobjektif mungkin, maka diperlukan alat perekam
data observasi yang mudah dan jelas untuk dilaksanakan. Dengan alat
tersebut gejala yang akan diobservasi akan muncul dan dapat direkam.
Harus disadari kemungkinan terjadinya kesalahan sampel. Misalnya bila
mengamati seseorang di pagi hari kemungkinan besar akan menghasilkan
informasi yang lain sama sekali bila mengamatinya di sore hari.
Setiap hasil observasi harus segera ditulis laporannya segera setelah
observasi dilakukan. Penulisan laporan dengan segera akan mengurangi
penyimpangan dari kenyataannya, karena ingatan pengamat akan mudah sekali
terkontaminasi oleh hal-hal lain yang diamati setelah observasi.
Interpretasi harus dilakukan setelah pengamat mengendapkan informasi yang
telah diperoleh melalui observasi, sehingga interpretasi tidak menjadi
terlalu subyektif.
Sebaiknya melibatkan orang lain selain guru sebagai pengamat dalam
melakukan pengamatan, misalnya saja orang tua murid, konselor, wali
murid, guru lain, teman sebaya dan sejenisnya. Dengan demikian orang tua
siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Stigins (1994:375) memperkenalkan bentuk performance assessment yaitu
suatu bentuk tes dimana siswa diminta untuk melakukan aktivitas khusus
dibawa pengawasan penguji, yang akan mengobservasi penampilannya dan
membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan.
Performance assessment dapat menjadi dasar dalam observasi dari proses
kemampuan yang sedang didemonstrasikan oleh siswa atau sebagai evaluasi
atas hasil/produk yang diciptakan siswa. Untuk memudahkan guru dalam
memberikan skor atas performance yang telah ditampilkan siswa, sebaiknya
guru menetapkan terlebih dahulu kriteria penskoran yang dipergunakan
serta menggunakan berbagai alat pencatat atau pengumpul data dalam
observasi.
Performance Assessment sangat tepat dipergunakan guru untuk mengetahui
sejauh mana tujuan belajar atau target belajar telah dicaai siswa. Target
belajar tersebut meliputi bidang keterampilan yang telah dimiliki siswa,
hasil karya yang bisa ditunjukkan siswa serta sikap siswa terhadap suatu
peristiwa.
Contoh Format Pengamatan:
Nama peserta
: ……………………………….
Kelas : ................................................
Kriteria
Diskusi 1
Diskusi 2
Diskusi 3
Dst.
1.
2.
3.
4.
SIKAP
. Kerja sama
. Semangat
Urunan
. Masuk akal
. Teliti
. Jelas
. Relevan
. Berdasarkan pada urunan sebelumnya
Bahasa
. Kejelasan
. Ketelitian
. Ketepatan
. Menarik
. Kewajaran
Kesopanan
. Menggunakan bahasa
yang sopan dan alasan
yang tulus
. Membantu kelompok pada
arah yang benar
. Meluruskan penyimpangan
. Menunjukkan sikap yang
terpuji
3) Daftar Cocok
Daftar cocok adalah suatu daftar yang berisi pernyataan-pernyataan
tentang suatu permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan/sub pokok
bahasan yang disampaikan pada siswa. Pernyataan-pernyataan ini hendaknya
bersifat singkat, tapi jelas. Alat ini dapat digunakan untuk kepentingan
individu guru, siswa atau kelompok.
Contoh:
4) Numerical Rating Scale
Skala bertingkat atau numerical scaling adalah alat evaluasi non tes
untuk mengukur karakteristik tertentu sebagaimana diharapkan muncul dalam
diri siswa. Tipe ini merupakan rating scale yang paling sederhana baik
bentuk maupun pengadiministrasiannya dalam pelaksanannya diikuti oleh
angka yang menunjukkan kualitas keberadaan tersebut.
Untuk mengembangkan alat penilaian ini ada sejumlah kaidah yang harus
diperhatikan dan dicermati oleh pengembang alat evaluasi. Kaidah-kaidah
tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Zaenul (1993:76) adalah sebagai
berikut :
Jumlah pertanyaan atau pernyataan haruslah terbatas, tetapi tetap dapat
memberi gambaran yang utuh dari keseluruhan hal yang diukur.
Angka untuk perangkat rating scale haruslah mempunyai arti yang sama.
Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna,
tetapi tidak terlalu renik sehingga tidak jelas lagi perbedaan arti satu
angka dengan angka lainnya. Sebagai patokan jangan lebih dari 7 kategori.
Setiap pernyataan atau pertanyaan hendaknya hanya mengukur satu
karakteristik atau satu komponen.
Bila digunakan untuk mengukur suatu prosedur, sebaiknya pertanyaan atau
pernyataan disusun secara urut berdasarkan urutan pelaksanaan prosedur.
Bila digunakan untuk mengukur suatu hasil, sebaiknya pertanyaan atau
pernyataan disusun secara urut dari yang termudah ke yang lebih sukar.
Contoh:
Catatan Singkat
Catatan singkat adalah jenis alat non tes yang dilakukan dengan cara
mencatat segala peristiwa atau kejadian tentang diri siswa, khususnya
selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan ini akan sangat
bermanfaat, manakala dicatat secara tersendiri dalam Buku Harian Siswa.
Contoh :
6) Sosiometri
Sosiometri adalah teknik untuk mendapatkan informasi tentang struktur
hubungan sosial anggota kelompok dalam suatu kelompok formal (kelas,
kantor, organisasi) atau kelompok non formal (kelompok bermain, regu
olahraga, kesenian, dsb). Proses ini didasarkan pada perasaan pribadi
seorang anggota kelompok, terhadap anggota kelompok lain, yang
dinyatakan dengan pilihan yang disukai atau yang tidak disukai oleh
masing-masing anggota kelompok. Hasilnya digunakan untuk menyusun suatu
kelompok yang baru.
Proses pengumpulan data dengan menggunakan sosiometri dilakukan dengan
cara sebagai berikut: setiap anggota kelompok diberi kesempatan memilih
dua atau tiga anggota kelompok yang paling disukai dan yang paling tidak
disukai dalam suatu kerja sama tertentu, dinyatakan dalam kartu pilihan
yang disediakan.Setiap pilihan diberi bobot, misalnya pilihan pertama
dengan bobot 3, pilihan kedua dengan bobot 2 dan pilihan ketiga diberi
bobot 1.
Data yang diperoleh dirangkum dalam dalam suatu dan kemudian digambarkan
dalam bentuk sosiogram. Siswa yang banyak dipilih oleh kelompoknya
disebut bintang (star), sedang yang sama sekali tidak terpilih disebut
terisolasi (isolated). Bagi siswa yang saling memilih, pola hubungan
tersebut dinyatakan sebagai hubungan timbal balik (mutual relation).
Sedang tiga siswa yang saling memilih disebut hubungan segi tiga
(triangle relation).
F
G
B
E
C
A
D
Gambar 2. Visualisasi Sosiometri Ke Dalam Sosiogram (Model : Pratiknyo
Prawironegoro, 1984 )
7). Bagan Partisipasi (Participation Charts)
Particapation Chart adalah suatu alat untuk mengetahui/mengukur tingkat
partisipasi atau keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas. Tujuan kegiatan pembelajaran salah satunya adalah membelajarkan
siswa, artinya bagaimana caranya menciptakan suasana sehingga siswa
secara sukarela berpartisipasi atau terlibat dalam kegiatan belajar.
Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas bisa menggunakan bagan partisipasi.
Penggunakan alat ini agar lebih mudah sebaiknya bagan partisipasi
disusun sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Serta
diharapkan tidak mengganggu tugas utama guru, yaitu membelajarkan anak
didik bukan mengisi bagan partisipasi.
Kelemahan alat ini adalah tidak bisa memberikan informasi tentang
alasan seorang siswa terlibat dalam suatu kegiatan pembelajaran serta
subyektifitas guru memiliki peran besar. Sedangkan keuntungannya sangat
baik untuk mengamati kegiatan diskusi kelas dan mengukur ranah sikap
(afektif) siswa.
Agar kegiatan utama guru tidak terganggu dan pengamatan bisa dilakukan
seobyektif mungkin, sebaiknya kegiatan pengamatan dilakukan oleh orang
lain selain guru yang bersangkutan. Tentu saja pihak lain ini terlebih
dahulu telah diberikan penjelasan akan tujuan kegiatan ini.
Contoh:
Bagan
Partisipasi
SD
:
…......................................................
Kelas
:
..…....................................................
Mata Pelajaran
:
..…...................................................
Tanggal
:
.........................................................
Waktu
:
..........................................................
Tujuan
:
..........................................................
No
Nama
Sangat berarti
Penting
Meragu kan
Tidak relevan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ina
Puspa
Amin
Rudi
Dewi
Dedi
Anto
Bella
Dendri
Ninies
V
V
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
V
V
V
V
V
V
V
v
v
V
V
V
V
Keterangan :
Sangat berarti
: Siswa mengemukakan gagasan baru yang penting
dalam
diskusi
Penting
: Siswa mengemukakan
alasan - alasan
penting
dalam pendapatnya
Meragukan
: Siswa mengemukakan pendapat yang tak didukung oleh
data
atau informasi lebih lanjut.
Tidak Relevan
: Siswa mengemukakan gagasan yang
dengan masalalah yang disukai.
tidak
relevan
8)
Check List (daftar cek ):
Daftar cekt adalah suatu alat pengukuran non tes yang menggunakan suatu
prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang
diobservasi. Kegunaannya adalah untuk menyatakan ada atau tidak adanya
suatu unsur, komponen, trait, karakteristik atau kejadian dalam suatu
peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Serta sangat
bermanfaat untuk mengukur hasil belajar baik yang berupa produk maupun
proses yang dapat dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil.
Selain itu keuntungan daftar cek adalah sangat fleksibel untuk mencek
kemampuan semua jenis dan tingkat hasil belajar serta berbagai jenis mata
pelajaran.
Daftar cek makin besar manfaatnya bila disusun dengan komponen yang
lengkap dan utuh, baik komponen yang penting maupun yang remeh (trivial).
Suatu daftar cek terdiri dari dua komponen, yaitu komponen yang akan
diamati dan tanda cek (û) yang menyatakan ada tidaknya komponen tersebut
pada diri salah seorang siswa dalam suatu observasi yang diselenggarakan
guru.
Contoh;
DAFTAR CEK
SD
: ..................
Kelas
: ..................
Nama Siswa
: ..................
Tanggal
: ..................
Waktu
: ..................
Tujuan
: mengukur ketaatan siswa kelas IV
No
Aspek yang diamati
Cek
1.
2.
3.
4.
5.
Selalu berjalan di sebelah kiri
Selalu datang tepat waktu
Mengerjakan Pekerjaan Rumah dengan baik
Mengikuti pelajaran dengan tekun
Mengerjakan ibadah sesuai agama yang dianutny
……
……
……
……
…… 9)
Pedoman Wawancara (interview)
Terdapat perbedaan pokok antara kuesioner dengan interviw, untuk
kuesioner pertanyaan diajukan secara tertulis sedangkan pada interview
pertanyaan diajukan secara lisan. Dengan demikian interview merupakan
teknik pengumpulan data akan kemampuan belajar siswa yang dilakukan
secara lisan. Dalam interview ini dikenal dengan dua cara yaitu secara
langsung dan tak langsung. Interviw langsung adalah wawancara yang
dilakukan dengan sumber utama atau siswa yang diselidiki untuk menggali
data tentang dirinya. Jika pertanyaan diajukan kepada siswa lain dan
diminta untuk memberikan informasi tentang seorang siswa, maka interview
tersebut dikatakan sebagai interview tak langsung.
Alat ini sangat tepat dipergunakan untuk mengukur kemampuan (pengetahuan)
siswa pada kelas awal, penalaran (reasoning) serta keterampilan dan sikap
yang dimiliki siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara
adalah; pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan harus sudah
dipersiapkan dengan baik. Ada dua cara yang biasa dilakukan yaitu; (1)
guru mempersipkan pokok-pokok permasalahan yang akan diajukan (interview
terstruktur) dan (2) guru tidak perlu mempersiapkan pertanyaan yang akan
diajukan, model ini dikenal dengan istilah interview bebas.
Guru dalam interview memerlukan pendekatan tersendiri, dengan
kemahirannya guru dapat melakukan interview tanpa dirasakan oleh siswa,
dan tanya jawab yang dilakukan sudah dapat mengenai materi yang
diperlukan. Dalam interview pertanyaan yang telah disusun secara
terstruktur tidak harus dikemukakan secara berurutan, situasi pada saat
interviewlah yang dapat menentukan ketepatan dalam mengajukan pertanyaan.
Bisa jadi pertanyaan yang diajukan oleh guru melompat-lompat, namun yang
paling penting adalah semua data yang diperlukan dapat diperoleh
semuanya.
Kelemahan alat ini memakan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif besar
dibanding dengan alat lain, sangat tergantung pada siswa yang
diinterview, dan kemahiran guru melakukan pendekatan serta subjektifitas
guru akan mempengaruhi data yang diperoleh. Kelebihannya dapat mengungkap
data yang bersifat pribadi, siswa yang belum dapat membaca dan menulis
dapat digali kemampuan belajarnya dengan menggunakan cara ini. Selain
bentuk-bentuk evaluasi non tes sebagaimana diuraikan di atas, kita juga
dapat mengembangkan bentuk lain yang biasa digunakan dalam
pelaksanaanevaluasi PPKn. Bentuk-bentuk evaluasi non tes tersebut memang
sifatnya tidak formal, namun penting untuk dilaksanakan. Adapun bentukbentuk evaluasi non tes yang sifatnya tidak formal, sebagaimana
dinyatakan oleh Wahab (1989:149) sebagai berikut :
Mempelajari laporan orang tua dan guru lainnya tentang sikap dan
kebiasaan belajar, bekerja dan rekreasi siswa
Mengambil reaksi siswa pada saat timbul kesulitan
Mengambil reaksi siswa pada saat diperkenalkan pada peraturan baru di
sekolah
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bereaksi terhadap kejadian-kejadian
di masyarakat
Mengamati dan mencatat perilaku siswa proses pembelajaran berlangsung
Mendengarkan diskusi siswa tentang perilaku yang disenangi dan yang tidak
disenangi.
Bentuk dan jenis evaluasi non tes dalam penerapannya di kelas amat
bergantung pada karakter materi atau pokok bahasan/sub pokok bahasan yang
akan diajarkan. Jadi tidak setiap materi dapat menggunakan alat penilaian
non tes. Oleh karena itu kecermatan dan ketelitian guru untuk
mengembangkan bentuk penilaian non tes yang tepat amat diperlukan. Namun
demikian sebagai pegangan dalam menentukan bentuk dan jenis evcaluasi
kita dapat mengkaji pendapat Wayan Wida ( 1984 : 18 ) yang mengemukakan
tentang pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan jenis alat penilaian,
yaitu :
Aspek kemampuan yang akan dinilai, seperti kognitif, afektif dan
psikomotor
Sifat bahan yang akan kita sajikan
Besar kecilnya kelompok yang akan diuji
Frekuensi penggunaan alat penilaian
Kesempatan guru untuk koreksi.
Model-model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli. Bahkan
beberapa orang guru telah mencoba mengembangkannya dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Ahli-ahli yang telah mengembangkan model-model pembelajaran antara lain
Joyce dan Weil. Mereka mengklasifikasikan model-model pembelajaran
tersebut sebagai berikut.
Social Interaction Models (Model-model Interaksi Sosial)
Information Processing Models (Model-model Pemprosesan Informasi)
Personal Models (Model-model Pribadi)
Behavior Modification Models (Model-model Modifikasi Tingkah Laku)
Sementara itu Adrianne Bank, Marlene Henerson dan Laurel Eu (1981)
mengungkapkan 5 (lima) Model Pembelajaran dalam konteks perencanaan
program. Model-model pembelajaran dimaksud sebagai berikut.
Concept Analysis Model (Model Analisis Konsep)
Model ini digunakan untuk membelajarkan siswa mengenai bagaimana
memproses informasi yang berkaitan dengan pelajaran. Hal ini berdasarkan
asumsi bahwa siswa-siswa harus mempelajari semua konsep dasar yang
terkandung dalam suatu mata pelajaran dan mereka harus diberi kesempatan
praktik yang terarah mengenai klasifikasi dan diskriminasi. Semua ini
diperlukan agar mereka mempunyai landasan yang kokoh bagi belajar
selanjutnya.
Agar guru-guru dapat menggunakan model ini dengan berhasil, mereka harus
mampu:
memilih konsep-konsep yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
bersangkutan, yang sesuai dengan tingkat perkembangan atau kemampuan
siswa-siswa mereka;
menganalisis konsep-konsep tersebut untuk menentukan kadar dan jenis
kesulitannya;
memantau pemahaman siswa-siswa mengenai masing-masing konsep; dan
mengatur waktu pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip belajar
dan teori perkembangan yang telah diterima.
Adapun langkah-langkah pokok penggunaan model ini, yaitu:
memilih dan menelaah konsep-konsep yang akan diajarkan;
mengembangkan dan menggunakan strategi-strategi yang tepat dan materimateri yang berhubungan; dan
mengembangkan dan menggunakan prosedur penilaian yang tepat.
Akhirnya perlu diketahui bahwa model ini menekankan pada isi mata
pelajaran dan pemprosesan informasi. Model ini paling cocok untuk mata
pelajaran IPS, Matematika, dan IPA, tetapi pada dasarnya dapat digunakan
untuk sebagian besar pelajaran yang ada dalam kurikulum. Model ini juga
dapat digunakan untuk pembelajaran anak-anak di TK hingga siswa-siswa
SLTP.
Creative Thinking Model (Model Berpikir Kreatif)
Model ini dirancang untuk meningkatkan kefasihan, fleksibilitas, dan
orisinilitas yang digunakan siswa-siswa untuk mendekati benda-benda,
peristiwa-peristiwa, konsep-konsep, dan perasaan-perasaan. Hal ini
berdasarkan asumsi bahwa siswa-siswa dapat dan harus mempelajari teknikteknik yang menstimulasi kreativitas mereka. Suasana kelas harus kondusif
bagi adanya respons-respons yang berbeda agar respons yang berbeda-beda
tersebut dihargai dan diberi imbalan (reward). Siswa-siswa yang
mempelajari teknik-teknik kreatif diharapkan akan dapat memanfaatkannya
secara efektif untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam
mata pelajaran tertentu.
Agar guru-guru berhasil dalam menggunakan model ini, maka mereka harus
mampu:
membangun suasana yang memungkinkan bagi diterimanya semua ide atau
pendapat, yang tidak hanya karena bermanfaat untuk saat itu saja, tetapi
juga karena keaslian ide-ide dari siswa-siswa serta potensi mereka untuk
menuju ke ide-ide dan arah baru;
membantu siswa-siswa agar menyadari kekurangan-kekurangan dan
kesenjangan-kesenjangan pada penjelasan-penjelasan dan keyakinankeyakinan yang biasa terjadi;
membantu siswa-siswa agar menjadi lebih terbuka dan lebih peka terhadap
lingkungan mereka;
menjamin tiadanya suasana yang formal atau seperti sedang dites, yang
biasanya dapat mengganggu kreativitas dan berpikir orisinil siswa; dan
memberikan stimuli (rangsang) yang akan menawarkan praktik untuk berpikir
yang jernih.
Langkah-langkah pokok dalam menggunakan model ini sebagai berikut.
membangun suatu suasana yang dapat membina berpikir kreatif;
mengajar siswa-siswa untuk menggunakan teknik-teknik yang menuju ke arah
ide-ide dan produk-produk baru; dan
mengevaluasi dan mengetes ide-ide yang telah ditawarkan.
Selanjutnya perlu dicatat bahwa model ini menitikberatkan pada
pemprosesan informasi dan keterampilan-keterampilan pertumbuhan pribadi.
Model ini paling sesuai untuk IPA, IPS, dan Seni Bahasa, akan tetapi
dapat diterapkan pula untuk mata pelajaran lainnya. Model ini paling
cocok untuk siswa-siswa kelas III SD hingga SLTP.
Experiential Learning Model (Model Belajar melalui Pengalaman)
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk memperlakukan
lingkungan mereka dengan keterampilan-keterampilan berpikir yang tidak
berhubungan dengan suatu bidang studi atau mata pelajaran khusus. Model
ini didasarkan pada temuan-temuan Piaget bahwa perkembangan kognitif
terjadi ketika anak-anak berinteraksi dengan aspek-aspek lingkungan
mereka yang membingungkan atau nampak bertentangan. Oleh sebab itu,
apabila model ini digunakan, waktu belajar harus diisi dengan kegiatankegiatan yang dapat menumbuhkembangkan rasa ingin tahu siswa-siswa, dan
yang mampu menyedot seluruh perhatian mereka. Hal ini misalnya berupa
kegiatan bermain dengan atau melakukan suatu terhadap benda-benda konkrit
atau bahan-bahan yang memungkinkan mereka melihat apa yang terjadi pada
benda atau bahan tersebut.
Sementara itu agar guru dapat menggunakan model ini secara efektif, ia
harus mampu:
menyediakan benda-benda atau bahan-bahan konkrit untuk digunakan,
ditelaah, atau diteliti oleh siswa-siswa;
menyediakan serangkaian kegiatan yang cukup luas sehingga menjamin
pemenuhan minat siswa dan menumbuhkan rasa keterlibatan mereka;
mengatur kegiatan-kegiatan sehingga siswa-siswa yang berbeda tingkat
perkembangan kognitifnya akan belajar satu sama lain;
mengembangkan teknik-teknik bertanya untuk mengungkap alasan-alasan siswa
yang mendasari respons-respons mereka; dan
menciptakan lingkungan kelas yang dapat meningkatkan perkembangan prosesproses kognitif.
Group Inquiry Model (Model Kelompok Inkuiri)
Model ini mengajar anak-anak untuk bekerja dalam kelompok untuk
mengivestigasi topik-topik yang kompleks. Model ini beranggapan bahwa
kemampuan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas dalam lingkungan
kelompok adalah penting baik dalam situasi dalam kelas maupun yang bukan
di ruangan kelas. Anak-anak yang dapat berpartisipasi dalam kegiatankegiatan pemecahan masalah dalam kelompok demikian ini akan memiliki
keterampilan-keterampilan sosial yang diperlukan untuk mendekati berbagai
mata pelajaran dengan cara yang produktif.
Mengingat model ini menekankan pada keterampilan-keterampilan interaksi
sosial yang berorientasi pada tugas, maka model ini paling sesuai dengan
mata pelajaran IPA dan IPS bagi siswa-siswa SD kelas IV hingga SLTP.
Apabila guru-guru ingin menggunakan model ini secara efektif, maka mereka
harus mampu:
membantu siswa-siswa merumuskan situasi-situasi yang menarik atau
mengandung teka-teki, yang dapat diterima untuk penelitian atau yang
layak untuk diteliti;
mengajarkan keterampilan-keterampilan untuk melakukan penelitian dan
evaluasi tingkat dasar yang diperlukan bagi inkuiri yang berhasil;
membantu siswa-siswa mempelajari keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk kerja kelompok yang berhasil; dan
memberi kesempatan kepada siswa-siswa untuk menyelenggarakan kegiatankegiatan kelompok dan mengambil keputusan-keputusan kelompok mereka
sendiri.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh guru dalam menggunakan Model Kelompok
Inkuiri ini sebagai berikut.
menyajikan situasi dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan inkuiri
merencanakan investigasi (penelitian)
melaksanakan investigasi
menyajikan temuan-temuan
mengevaluasi investigasi
The Role-Playing Model (Model Bermain Peran)
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa-siswa untuk praktik
menempatkan diri mereka di dalam peran-peran dan situasi-situasi yang
akan meningkatkan kesadaran mereka terhadap nilai-nilai dan keyakinankeyakinan mereka sendiri dan orang lain. Bermain peran dapat membantu
mereka untuk memahami, mengapa mereka dan orang lain berpikir dan
bertindak sebagaimana yang mereka lakukan. Dalam proses “mencobakan”
peran orang-orang yang berbeda dari mereka sendiri, siswa-siswa dapat
mempelajari baik perbedaan maupun persamaan tingkah laku manusia dan
dapat menerapkan hasil belajar ini dalam situasi-situasi kehidupan yang
nyata.
Agar guru-guru dapat menggunakan model ini secara efektif, mereka harus
mampu:
menyajikan atau membantu siswa-siswa memilih situasi-situasi bermain
peran yang tepat;
membangun suasana yang mendukung, yang mendorong siswa-siswa untuk
bertindak “seolah-olah” tanpa perasaan malu;
mengelola situasi-situasi bermain peranan dengan cara yang sebaik-baiknya
untuk mendorong timbulnya spontanitas dan belajar; dan
mengajarkan keterampilan-keterampilan mengobservasi dan mendengarkan
sehingga siswa-siswa dapat mengobservasi dan mendengarkan satu sama lain
secara efektif dan kemudian menafsirkan dengan tepat apa yang mereka
lihat dan dengarkan.
Adapun langkah-langkah pokok dalam penggunaan model ini sebagai berikut.
memilih situasi bermain peran
mempersiapkan kegiatan bermain peran
memilih peserta/pemain peran
mempersiapkan penonton
memainkan peran (melaksanakan kegiatan bermain peran)
mendiskusikan dan mengevaluasi kegiatan bermain peran
Demikianlah 5 (lima) model pembelajaran yang dikemukakan oleh ketiga ahli
tersebut di atas. Model-model tersebut hanya diuraikan secara sekilas
dalam tuisan ini, sekedar untuk memperluas wawasan Pembaca mengenai
pembelajaran. Erat hubungannya dengan hal ini, ada satu lagi model
pembelajaran yang relatif baru yaitu Quantum Teaching.
Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Dengan
demikian, Quantum Teaching berarti suatu orkestrasi dari berbagai macam
interaksi yang terjadi di dalam dan di sekitar momen atau peristiwa
belajar. Interaksi-interaksi ini membangun landasan dan kerangka untuk
belajar yang dapat mengubah kemampuan dan bakat siswa menjadi cahaya yang
bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
Quantum Teaching ini juga menerapkan percepatan belajar dengan
menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah
dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pengajaran yang sesuai, cara penyajian yang efektif, dan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar. Di samping itu, Quantum Teaching
juga memudahkan segala hal untuk menyingkirkan hambatan belajar dan
mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah dan alami.
Quantum Teaching memiliki asas utama yang dijadikan landasan yaitu
“Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita,
dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka.”
Di samping itu, ada beberapa prinsip yang dijadikan pedoman baginya,
yaitu sebagai berikut.
Segalanya berbicara
Maksudnya, bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan kelas mengandung
dan menyampaikan pesan tentang belajar.
Segalanya bertujuan
Hal ini mengandung arti bahwa semua kreasi Anda terutama mengenai belajar
mempunyai tujuan yang terukur.
Pengalaman sebelum pemberian nama
Prinsip ini menghendaki agar siswa belajar dengan mengalami sesuatu yang
terkait dengan informasi yang sedang dipelajarinya sebelum mereka
memperoleh nama tentang apa yang mereka pelajari atau dengan perkataan
lain, sebelum mereka menemukan dan merumuskan konsep atau prinsip.
Akui setiap usaha
Belajar merupakan suatu rangkaian usaha siswa dalam mencapai tujuan-
tujuan belajar, dan usaha itu sendiri mengandung risiko. Oleh sebab itu,
siswa-siswa patut memperoleh pengakuan terutama dari guru atas usaha,
kerja keras, kecakapan, dan kepercayaan diri mereka.
Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan
“Perayaan” ini dimaksudkan sebagai ungkapan pengakuan atas partisipasi,
penyelesaian tugas, dan prestasi siswa-siswa.
Dengan demikian, proses belajar yang digubah melalui Quantum Teaching
akan melahirkan suasana yang meriah dan menyenangkan (joyful). Dengan
demikian, yang akan terjadi adalah sebuah momen Quantum Learning yang
dipraktikkan di kelas melalui Quantum Teaching.
Pengembangkan model pembelajaran berbasis portofolio untuk pembelajaran
PKn. Model ini secara adaptif menerapkan konsep dan prinsip pedagogis
Problem Solving dan Project (Dewey: 1920) Inquiry-oriented citizenship
transmission (Barr, Barth, dan Shermis:1978), social involvement
(Newmann:1977), yang bersifat fasilitatif, empirik dan simulatif.
Kompetensi Nilai yang dikembangkan
Peserta didik mampu melaksanakan nilai-nilai nilai-nilai yang terkandung
atau melekat dalam hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif,
kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif dan prospektif dalam
konteks kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh
pemahaman dan pengenalannya secara utuh, dalam praksis kehidupan seharihari di lingkungannya.
Sintaksmatik
Model ini mempunyai urutan langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
Langkah 1. Pendahuluan
Pada langkah ini guru membuka pelajaran dan memberi ilustrasi mengenai
nilai-nilai yang terkandung sebagai hak, kewajiban dan tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis,
kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif dan
prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat dengan memberi ilustrasi
empirik mengenai berbagai isu dan trend dalam kehidupan masyarakat saat
ini, khsusunya dalam proses pembangunan masyarakat. Sebagai triger
kegiatan lebih lanjut, selanjutnya guru mengajak siswa untuk merenungkan
sebuang pertanyaan ”Bagaimana seharusnya kita sebagai anggota masyarakat
memahami dan menjalankan nilai, konsep dan prinsip kehidupan
bermasyarakat yang baik dalam konteks pembangunan masyarakat Indonesia?”
Langkah 2. Kegiatan Inti
Strategi instruksional lebih lanjut yang digunakan dalam model ini, pada
dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning,
problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam
model “Project” ala John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah
sebagai berikut:
Mengidentifikasi Masalah Kebijakan Publik dalam Masyarakat
Memilih suatu Masalah untuk dikaji oleh kelas
Mengumpulkan Informasi yang terkait pada Masalah itu
Mengembangkan Portofolio kelas
Menyajikan Portofolio
Melakukan Refleksi Pengalaman Belajar
Pada keseluruhan Langkah ini guru mengorganisasikan kelas ke dalam
sejumlah kelompok kecil 3-5 dan 2 kelompok besar sekitar 20 orang yang
masing-masing terdiri atas 4 subkelompok yang masing-masing sekitar 5
orang. Setiap kelompok ditugasi untuk mencari jawaban atas pertanyaan
tersebut dengan cara mempelajari sumber kepustakaan yang ada, mengamati
masyarakat sekitar, bertanya kepada nara sumber. Informasi yang diperoleh
dari semua sumber didiskusikan dalam kelompok kecil itu. Kesimpulan
diskusi kelompok kecil dituliskan dalam buku kerja siswa masing-masing
dan selembar kertas koran atau manila karton siap dipajang di depan kelas
pada saat pertemuan tatap muka untuk diskusi kelas stelah masing-masing
kelompok kecil menyelesaikan tugasnya dan siap memasuki diskusi kelas.
Di dalam setiap langkah siswa belajar secara mandiri dalam kelompok kecil
dengan fasilitasi dari guru dan menggunakan aneka ragam sumber belajar di
sekolah dan di luar sekolah (masyarakat, bahan tertulis, bahan terrekam,
bahan tersiar, alam sekitar, artifak, situs sejarah, dll). Di situlah
berbagai keterampilan dikembangkan seperti: membaca, mendengar pendapat
orang lain, mencatat, bertanya, menjelaskan, memilih, merumuskan,
menimbang, mengkaji, merancang perwajahan, menyepakati, memilih pimpinan,
membagi tugas, menarik perhatian, berargumentasi, dll.
Portofolio adalah tampilan visual yang disusun secara sistimatis yang
melukiskan proses berfikir yang didukung oleh seluruh data yang relevan,
yang secara utuh melukiskan “integrated learning experiences” atau
pengalaman belajar yang terpadu yang dialami oleh siswa dalam kelas
sebagai suatu kesaatuan.
Portofolio terbagi dalam dua bagian yakni “Portofolio tampilan”, dan
“Portofolio dokumentasi”
Portofolio Tampilan berbentuk papan empat muka berlipat yang secara
berurutan menyajikan:
Rangkuman Permasalahan yang dikaji
Berbagai alternatif Kebijakan Pemecahan Masalah
Usulan Kebijakan untuk Memecahkan Masalah
Pengembangan Rencana Kerja/Tindakan
Sedangkan Portofolio Dokumentasi dikemas dalam Map Ordner atau sejenisnya
yang disusun secara sistematis mengikuti urutan Portofolio Tampilan.
Portofolio tampilan dan Dokumentasi selanjutnya disajikan dalam suatu
simulasi “Public Hearing” atau dengar pendapat yang menghadirkan pejabat
setempat yang terkait dengan masalah portofolio tersebut. Acara dengar
pendapat dapat dilakukan di masing-masing kelas atau dalam suatu acara
“Show Case” atau “Gelar Kemampuan” bersama dalam suatu acara sekolah,
misalnya di akhir semester. Bila dikehendaki arena “Show case” tersebut
dapat pula dijadikan arena “contest” atau kompetisi untuk memilih kelas
portofolio terbaik untuk selanjutnya dikirim ke dalam “Show case and
Contest” antar sekolah dalam lingkungan Kabupaten/Kota atau malah untuk
acara regional propinsi atau nasional. Tujuan semua itu antara lain untuk
saling berbagi ide dan pengalam belajar antar “young citizens” yang
secara psiko-sosial dan sosial-kultural pada gilirannya akan dapat
menumbuhkembangkan “ethos” demokrasi dalam konteks “harmony in
diversity”.
Setelah acara dengan pendapat, dengan fasilitasi guru diadakan kegiatan
“refleksi” yang bertujuan untuk secara individual dan bersama merenungkan
dan mengendapkan dampak perjalanan panjang proses belajar bagi
perkembangan pribadi siswa sebagai warganegara. Ajaklah siswa untuk
menjawab pertanyaan Apa yang kalian peroleh dari keterlibatan dalam
keselutuhan proses pembelajaran itu? Topik Inti yang dapat dikembangkan
dalam model tersebut adalah “Kebijakan Publik” sebagai suatu konsep
politik yang bersifat “generik” yang didalamnya “embedded” sejumlah
nilai, konsep, dan prinsip demokrasi.
Langkah 3. Penutup
Sepuluh menit dari pertemuan tatap muka kedua digunakan oleh guru untuk
memberi debriefing atau penegasan dan penguatan terhadap nilai yang
implisit melekat dalam pertanyaan triger, yakni nilai-nilai yang
terkandung dalam hak, kewajiban dan tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif,
kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif dan prospektif dalam
konteks kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh
pemahaman dan pengenalannya secara utuh, dalam praksis kehidupan seharihari di lingkungannya.
Model Tematik
Di lihat dari perkembangan psikologisnya seperti diteorikan oleh Piaget
peserta didik SD/MI dengan rentang usia 6 s.d 12 tahun berada pada
tingkat operasi konkrit (concrete operation) dan awal dari operasi
formal (formal operation) yang ditandai dengan mulai berkembangnya
abstraksi dalam pemikiran. Dilihat dari lingkungan kehidupannya seperti
dikonsepsikan oleh Paul R. Hanna dalam model lingkup kehidupan semakin
meluas (expanding environment), peserta didik di SD/MI berada dalam
lingkup komunitas dan sosial budaya, rumah, sekolah dan lingkungan
sekitar (lingkungan desa sampai dengan lingkungan negara).
Dengan mempertimbangkan perkembangan psikologis dan lingkup interaksi
sosial budaya peserta didik telah ditetapkan bahwa pelaksanaan kegiatan
kurikuler di SD/MI dibagi dalam 2 penggalan. Penggalan pertama terdiri
atas kelas-kelas rendah (I, II dan III), dan penggal kedua terdiri atas
kelas-kelas yang lebih tinggi (IV, V dan VI). Untuk kelas-kelas rendah
kegiatan kurikuler diorganisasikan dalam bentuk pembelajaran tematis,
sedangkan untuk kelas-kelas yang lebih tinggi diorganisasikan dalam
bentuk pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema
tertentu sebagai titik sentral pembelajaran yang mengakomodasikan
berbagai kompetensi dasar yang harus dicapai dari satu mata pelajaran
atau beberapa mata pelajaran. Sedangkan pembelajaran terpadu adalah
proses pembelajaran yang mengkaitkan atau menghubungkan tema atau topik
yang berkaitan dalam satu mata pelajaran atau antarmata pelajaran pada
suatu kurikulum sekolah.
Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistik, bermakna,
otentik, dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran terpadu sangat
diperlukan terutama untuk Sekolah Dasar, karena pada jenjang ini siswa
dalam menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit
menghadapi pemilahan yang artificial
Pemaduan dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pertimbangan
rasional antara lain: 1) kebanyakan masalah dan pengalaman termasuk di
dalamnya pengalaman belajar bersifat interdisipliner; 2) untuk memahami,
mempelajari, dan memecahkannya diperlukan multiskill; 3) adanya tuntutan
interaksi kolaboratif yang tinggi dalam pemecahan masalah; 4) memudahkan
siswa membuat hubungan antarskematika dan transfer pemahaman
antarkonteks; 5) demi efisiensi; 6) adanya tuntutan keterlibatan siswa
yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tematis adalah bentuk pengorganisasian pembelajaran terpadu.
Dalam pembelajaran bentuk ini peserta didik belajar melalui pemahaman dan
pembiasaan perilaku yang terkait pada kehidupannya. Peserta didik belum
secara formal diperkenalkan pada mata pelajaran. Tujuan akhir dari
pembelajaran tematik adalah berkembangnya potensi peserta didik secara
alami sesuai dengan usia dan lingkungannya. Dalam pembelajaran berbasis
mata pelajaran peserta didik sudah secara formal diperkenalkan kepada
mata pelajaran yang ada dalam kurikulum SD/MI.
Dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu:
pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan utuh;
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan antara lain
alokasi waktu setiap tema, memperhitungkan banyak dan sedikitnya bahan
yang ada di lingkungan;
usahakan pilihan tema yang terdekat dengan anak;
lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema
(Ahman, Dkk, 2004).
Pembelajaran tematik memiliki kekuatan/keunggulan antara lain:
pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa;
menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan
bermakna;
mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahannya yang
dihadapi;
menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi
dan tanggap terhadap gagasan porang lain.
Secara umum langkah-langkah menyusun pembelajaran tematik antarmata
pelajaran sebagai berikut.
mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari
setiap mata pelajaran;
membuat/memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelas dan semester;
membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi dasar dengan tema/topik;
membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk matrik atau jaringan
tema;
menyusun silabus berdasarkan matrik/jaringan tema pembelajaran tematik;
menyusun rencana pembelajaran tematik
Matrik 1.
Indikator
Contoh
Jaringan
Gambar/ matrik di atas menunjukkan contoh hubungan tema dari mata
pelajaran PKn dengan indikator-indikator mata pelajaran bahasa
Indonesia, matematika, IPA, Kertakes, dan PKn. Setelah membuat jaringan
Indikator, kemudian buatlah pemetaan pembelajaran tematik dalam bentuk
jaringan tema model jaring laba-laba (webbed) sesuai dengan jaringan
indikator tersebut di atas.
A
E
B
D
C
Matrik 2
Jaringan Laba-laba tema Bangga bertanah air Indonesia
(Kelas III SD)
Matrik di atas menggambarkan jaringan tema Bangga bertanah air
Indonesia dengan sub tema (anak tema) mata pelajaran lain. Kode ”A”
yaitu cerita pendek tentang alam atau peristiwa alam Indonesia merupakan
anak tema yang diambil dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Anak tema
tersebut dibagi menjadi beberapa anak tema diantaranya menyimak dan
membuat cerita pendek tentang peristiwa alam yang pernah terjadi di
daerahnya.
Kode ”B” yaitu menjumlah merupakan anak tema yang diambil dari mata
pelajaran matematika yang kemudian dapat dibagi menjadi beberapa anak
tema diantaranya menjumlah peristiwa alam di daerahnya seperti longsor
atau gunung meletus yang pembelajarannya diarahkan kepada kesadaran
menjaga kelestarian lingkungan.
Kode ”C” yaitu pencemaran merupakan anak tema yang diambil dari
mata pelajaran IPA, yang kemudian memiliki anak tema faktor penyebab dan
dampak pencemaran lingkungan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
manusia dan lingkungan alam sekitar. Dalam hal ini target hasil
belajarnya adalah kesadaran untuk mencintai lingkungan alam di daerahnya
seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencemari hutan, dan
sebagainya.
Kode” D” yaitu karya seni rupa merupakan anak tema mata pelajaran
kerajinan tangan dan kesenian, yang memiliki anak tema diantaranya
membuat lukisan keindahan alam Indonesia dan membuat kolase yang
dikembangkan dari obyek dan bahan di alam sekitar.
Terakhir kode ”E” yaitu cinta tanah air merupakan anak tema yang
diambil dari mata pelajaran PKn dengan harapan siswa memiliki sikap dan
perilaku cinta dan bangga terhadap kekayaan dan keindahan alam Indonesia.
Dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik ini ada
beberapa tahapan kegiatan yang mesti dilakukan guru yaitu tahap
perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian. Tahap perencanaan meliputi
langkah-langkah perencanaan pembelajaran terpadu sebagaimana telah
diuraikan di atas atau kegiatan belajar 1 yaitu: menetapkan pembelajaran
yang akan dipadukan, mempelajari kompetensi dasar setiap mata pelajaran;
membuat/memilih tema; membuat matrik atau bagan hubungan kompetensi
dasar dengan tema/topik; membuat pemetaan pembelajaran tematik dalam
bentuk matrik atau jaringan tema; menyusun silabus, dan menyusun rencana
pembelajaran tematik.
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan guru dalam membelajarkan siswa
dengan menggunakan pendekatan, metode, dan pola pembelajaran tertentu
yang dapat dipilah menjadi kegiatan persiapan, pembukaan, kegiatan inti,
dan penutup. Tahap penilaian merupakan kegiatan guru untuk menilai proses
dan hasil belajar siswa yang meliputi prosedur, jenis, bentuk, dan alat
penilaian.
Kegiatan guru dalam tahap pelaksanaan dan penilaian biasanya sudah
dirumuskan secara rinci dalam Rencana Pembelajaran. Oleh karena itu,
untuk mengetahui kegiatan-kegiatan guru dalam pembelajaran tematis dapat
Anda lihat dalam rencana pembelajaran yang akan ditampilkan pada uraian
berikut.
Pengembangan Silabus dan RPP
Pengembangan Silabus Pembelajaran
Tahun 2005 telah terjadi suatu reformasi dalam dunia pendidikan,
khususnya mengenai peraturan perundang-undangan yang melandasi
pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Dua peraturan perundangundangan yang sangat strategis untuk yang lahir tahun 2005 adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Peraturan perundang-undangan tersebut kemudian ditindaklanjuti
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 Guru,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses, Peraturan Menteri Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Konsekwensi dikeluarkannya berbagai
peraturan tersebut diperlukan dikeluarkannya rambu-rambu bimbingan teknis
bagi guru untuk pengembangan profesionalisme yang berkelanjutan.
Pemberlakuan peraturan dan perundangan-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan otonomi pendidikan menuntut adanya upaya pembagian kewenangan
dalam berbagai bidang pemerintahan. Hal tersebut membawa implikasi
terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum. Tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian,
yaitu:
Diversifikasi Kurikulum yang merupakan proses penyesuaian, perluasan,
pendalaman materi pembelajaran agar dapat melayani keberagaman kebutuhan
dan tingkat kemampuan peserta didik serta kebutuhan daerah/lokal dengan
berbagai kompleksitasnya.
Penetapan Standar Kompetensi (SK), dimaksudkan untuk menetapkan ukuran
minimal atau secukupnya, mencakup kemampuan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan, dan mahir dilakukan
oleh peserta didik pada setiap tingkatan secara maju dan berkelanjutan
sebagai upaya kendali dan jaminan mutu.
Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Provinsi/ Kabupaten/Kota
sebagai Daerah Otonomi merupakan pijakan utama untuk lebih memberdayakan
daerah dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan potensi daerah yang
bersangkutan.
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam
mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses
pembelajaran yang terjadi di kelas. Sesuai dengan prinsip otonomi dan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), pelaksana
pembelajaran, dalam hal ini guru, perlu diberi keleluasaan dan diharapkan
mampu menyiapkan silabus, memilih strategi pembelajaran, dan penilaiannya
sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik dan lingkungan masingmasing. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dibuat buku pedoman
cara mengembangkan silabus berbasis kompetensi. Pedoman pengembangan
silabus yang meliputi dua macam, yaitu pedoman umum dan pedoman khusus
untuk setiap mata pelajaran.
Pasal 39 Ayat 1 UUSPN Tahun 2003 menyatakan, bahwa: ”Tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan”. Ayat 2. ”Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,melakukan
pembimbingan dan pelatihan........”. Sebagai tenaga profesional guru
mempunyai tugas utama melaksanakan pembelajaran di kelas yang merupakan
tuntutan pengembangan kompetensi paedagogik dan profesioal.
Salah satu butir dalam kompetensi paedagogik menyatakan, bahwa seorang
guru harus mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu. Artinya guru sebagai pengembang kurikulum di
persekolahan harus mempunyai kemampuan untuk menjabarkan apa-apa yang
telah digariskan dalam standar nasional, khususnya standar isi, standat
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam rencana pembelajaran dalam
bentuk silabus.
Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai "Garis besar, ringkasan,
ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran" (Salim, 1987: 98).
Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan
kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari SK dan KD yang ingin
dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari
peserta didik dalam rangka mencapai SK dan KD. Seperti diketahui, dalam
pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan
SK yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang
harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian SK.
Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajaran menjawab
pertanyaan (1) Apa yang akan diajarkan (SK, KD, dan Materi Pembelajaran);
(2) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan pembelajaran, metode, media);
(3) Bagaimana dapat diketahui bahwa SK dan KD telah tercapai (indikator
dan penilaian).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih
lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan
pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber
pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran
untuk satu SK maupun satu KD. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman
untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan
belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara
individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan
sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi
sistem penilaian selalu mengacu pada SK, KD, dan indikator yang terdapat
di dalam silabus.
Pengembangan silabus dilakukan oleh kelompok guru mata pelajaran sejenis
pada satu sekolah atau beberapa sekolah pada kelompok Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (KKG ) sejenis pada setiap sekolah apabila guru-guru di
sekolah yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik peserta didik,
kondisi sekolah/ madrasah dan lingkungannya. Untuk menghasilkan silabus
yang bermutu, sekolah bersama komite sekolah dapat meminta
bantuan/bimbingan teknis dari perguruan tinggi, LPMP, P3G, dan lembaga
terkait seperti Balitbang Depdiknas.
Sekolah/madrasah yang belum mampu mengembangkan silabus secara mandiri,
sebaiknya bergabung dengan sekolah/madrasah lain melalui forum KKG untuk
bersama-sama mengembangkan silabus yang akan digunakan oleh sekolahsekolah/madrasah-madrasah dalam lingkup KKG setempat. Dapat pula
mengadaptasi atau mengadopsi contoh model yang dikeluarkan oleh BSNP.
Adapun Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus adalah sebagai berikut:
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan/ akademik.
Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,
emosional, dan spiritual peserta didik.
Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional (korelasi)
dalam mencapai kompetensi.
Konsisten
Ada hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan sistem penilaian. Untuk memudahkan melihat konsistensi,
silabus dapat ditampilkan dalam suatu matriks.
Memadai
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapain
kompetensi dasar.
Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir/kontemporer dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik,
pendidikan, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat. Sementara itu, materi ajar ditentukan berdasarkan dan atau
memperhatikan kultur daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar
kehidupan peserta didik tidak asing atau tidak jauh dari lingkungannya.
Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
Guru atau kelompok Kerja Guru dalam mengembangkan silbuas dapat
melakukannya dengan menggunakan Tahap-tahap sebagai berikut
Perencanaan: Tim yang ditugaskan untuk menyusun silabus terlebih dahulu
perlu mengumpulkan informasi dan mempersiapkan kepustakaan atau referensi
yang sesuai untuk mengembangkan silabus. Pencarian informasi dapat
dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi seperti
multi media dan internet.
Pelaksanaan: Dalam melaksanakan penyusunan silabus, penyusun silabus
perlu memahami semua perangkat yang berhubungan dengan penyusunan
silabus, seperti Standar Isi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang
bersangkutan dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Perbaikan: Buram silabus perlu dikaji ulang sebelum digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Pengkajian dapat melibatkan para spesialis
kurikulum, ahli mata pelajaran, ahli didaktik-metodik, ahli penilaian,
psikolog, guru/instruktur, kepala sekolah, pengawas, staf profesional
dinas pendidikan, perwakilan orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.
Pemantapan: Masukan dari pengkajian ulang dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk memperbaiki buram awal. Apabila telah memenuhi
kriteria rancangan silabus dapat segera disampaikan kepada Kepala Dinas
Pendidikan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Penilaian silabus: Penilaian pelaksanaan silabus perlu dilakukan secara
berkala dengan mengunakaan model-model penilaian kurikulum.
Komponen dan langkah-langkah pengembangan silabus
Komponen silabus
Silabus memuat sekurang-kurangnya komponen-komponen berikut ini.
Identitas Silabus
Standar Kompentensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok/Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Komponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan dalam
contoh format silabus, baik secara horisontal atau vertikal sebagai
berikut.
SILABUS
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
:....................................
:....................................
:....................................
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3.Materi Pokok/Pembelajaran
4. Kegiatan Pembelajaran
5. Indikator
6. Penilaian
7. Alokasi Waktu
8. Sumber Belajar
: .......................
: .......................
: .......................
: .......................
: .......................
: .......................
: .......................
: .......................
Catatan:
* Kegiatan Pembelajaran: kegiatan-kegiatan yang spesifik yang dilakukan
siswa untuk mencapai SK dan KD
* Alokasi waktu: termasuk alokasi penilaian yang terintegrasi dengan
pembelajaran (n x 40 menit)
* Sumber belajar: buku teks, alat, bahan, nara sumber, dan atau lainnya.
Langkah-langkah Pengembangan Silabus
a. Mengisi identitas Silabus
Identitas terdiri atas nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan semester.
Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.
b. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi
diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata
Pelajaran.
Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji
Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut:
urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD;
keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran;
keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Standar Kompetensi dituliskan di atas matrik silabus di bawah tulisan
semester.
c. Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki
peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.
Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.
Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih
dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan Kompetensi Dasar;
keterkaitan antar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata
pelajaran; dan
keterkaitan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar antar mata pelajaran.
d. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Dalam mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran harus dipertimbangkan:
relevansi materi pokok dengan SK dan KD;
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik;
kebermanfaatan bagi peserta didik;
struktur keilmuan;
kedalaman dan keluasan materi;
relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;
alokasi waktu.
Selain itu, juga harus diperhatikan:
kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan
kesahihannya;
tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benarbenar diperlukan oleh siswa;
kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;
layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek
tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi
setempat;
menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya
untuk mempelajari lebih lanjut.
e. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud
dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi
dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan
hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Kriteria dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
Kegiatan pembelajaran disusun bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar mereka dapat bekerja dan melaksanakan
proses pembelajaran secara profesional sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan tuntutan kompetensi dasar
secara utuh.
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
Kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Guru harus
selalu berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki
kompetensi yang telah ditetapkan.
Materi kegiatan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
Perumusan kegiatan pembelajaran harus jelas memuat materi yang harus
dikuasai untuk mencapai Kompetensi Dasar.
Penentuan urutan langkah pembelajaran sangat penting artinya bagi KD-KD
yang memerlukan prasyarat tertentu.
Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan
pembelajaran materi tertentu).
Rumusan pernyataan dalam Kegiatan Pembelajaran minimal mengandung dua
unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembeljaran siswa,
yaitu kegiatan dan objek belajar.
Pemilihan kegiatan pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan
sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru;
mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata pelajaran;
disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana yang
tersedia;
bervariasi dengan mengombinasikan kegiatan individu/ perorangan,
berpasangan, kelompok, dan klasikal; dan
memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti:
bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan
budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.
f. Merumuskan Indikator
Untuk mengembangkan instrumen penilaian, terlebih dahulu diperhatikan
indikator. Oleh karena itu, di dalam penentuan indikator diperlukan
kriteria-kriteria berikut ini. Kriteria indikator adalah sebagai berikut.
Sesuai tingkat perkembangan berpikir siswa.
Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Memperhatikan aspek manfaat dalam kehidupan sehari-hari (life skills).
Harus dapat menunjukkan pencapaian hasil belajar siswa secara utuh
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
Memperhatikan sumber-sumber belajar yang relevan.
Dapat diukur/dapat dikuantifikasikan/dapat diamati.
Menggunakan kata kerja operasional.
g. Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen
penting, yang meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan
(c) contoh instrumen.
Teknik Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis
dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan pendidikan untuk menentukan tingkat
keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan. Adapun yang
dimaksud dengan teknik penilaian adalah cara-cara pengukuran yang
ditempuh untuk memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang
dihasilkan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka pengukuran, yang
secara garis besar dapat dikategorikan sebagai teknik tes dan teknik
nontes.Teknik tes merupakan cara untuk memperoleh informasi melalui
serangkaian pertanyaan dan penugasan yang memerlukan jawaban. Alat yang
digunakan dalam pengukuran tes dapat berupa soal dan atau tugas.
Sedangkan teknik pengukuran nontes merupakan suatu cara untuk memperoleh
data/informasi melalui pedoman observasi.
Dalam melaksanakan penilaian, kiranya perlu memperhatikan prinsipprinsip berikut ini.
Pemilihan jenis penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan
dinilai sehingga memudahkan penyusunan soal.
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian indikator.
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan siswa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang
belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa
program remedi. Apabila siswa belum menguasai suatu kompetensi dasar, ia
harus mengikuti proses pembelajaran lagi, dan bila telah menguasai
kompetensi dasar, ia diberi tugas pengayaan.
Siswa yang telah menguasai semua atau hampir semua kompetensi dasar dapat
diberi tugas untuk mempelajari kompetensi dasar berikutnya.
Dalam sistem penilaian berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi
penilaian dan rancangan penilaian secara menyeluruh untuk satu semester
dengan menggunakan teknik penilaian yang tepat.
Penilaian dilakukan untuk menyeimbangkan berbagai aspek pembelajaran:
kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan berbagai model
penilaian, baik formal maupun nonformal secara berkesinambungan.
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip berkelanjutan,
bukti-bukti outentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.
Penilaian merupakan proses identifikasi pencapaian kompetensi dan hasil
belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan hasil belajar
siswa.
Penilaian berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Indikator. Dengan demikian, hasilnya akan memberikan gambaran mengenai
perkembangan pencapaian kompetensi.
Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan
terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan
penguasaan kompetensi siswa, baik sebagai efek langsung (main effect)
maupun efek pengiring (nurturant effect) dari proses pembelajaran.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan, penilaian harus
diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil dengan melakukan observasi lapangan yang
berupa informasi yang dibutuhkan.
Bentuk Alat/Instrumen
Bentuk instrumen yang dipilih harus disesuaikan dengan teknik
penilaiannya. Oleh karena itu, bentuk instrumen yang dikembangkan dapat
berupa tehnik :
Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian,
menjodohkan dsb
Tes lisan, yaitu berbentuk daftar pertanyaan.
Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji
petik kerja produk, uji petik kerja prosedur, atau uji petik kerja
prosedur dan produk.
Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah.
Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara
Portofolio dengan menggunakan dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi
siswa.
Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri
Sesudah penentuan instrumen tes dipandang tepat, selanjutnya
instrumen itu dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang tersedia.
Berikut ini disajikan contoh ragam teknik penilaian beserta bentuk
instrumen yang dapat digunakan.
Tabel 1. Ragam Teknik Penilaian beserta Ragam Bentuk Instrumennya
Teknik Bentuk Instrumen
Tes tulis Tes isian
Tes uraian
Tes pilihan ganda
Tes menjodohkan Tes lisan Daftar garis-garis besar pertanyaan Tes unjuk
kerja Tes identifikasi
Tes simulasi
Uji petik kerja produk
Uji petik kerja prosedur
Uji petik kerja prosedur dan produk Penugasan Tugas proyek
Tugas rumah Observasi Lembar observasi Wawancara Pedoman
wawancara Portofolio Dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi
siswa Penilaian diri Lembar penilaian diri
Contoh Instrumen
Setelah ditetapkan bentuk instrumennya, selanjutnya dibuat contohnya.
Contoh instrumen dapat dituliskan di dalam kolom matriks silabus yang
tersedia. Namun, apabila dipandang hal itu menyulitkan karena kolom yang
tersedia tidak mencukupi, contoh instrumen penilaian dapat diletakkan
pada lampiran.
h. Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian
suatu Kompetensi Dasar tertentu, dengan memperhatikan:
minggu efektif per semester,
alokasi waktu mata pelajaran, dan
jumlah kompetensi per semester.
i. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa: buku teks, media cetak, media
elektronika, nara sumber dan tokoh, lingkungan alam dan sosial-budaya
sekitar, dan sebagainya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp)
PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses
mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan
pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran
yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), khususnya pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal, baik yang menerapkan
sistem paket maupun sistem kredit semester (SKS).
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang
berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat
kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan
pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan
kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran secara
memadai.
Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor
25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen
Mandikdasmen bahwa rincian tugas Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA
(yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan
penyusunan pedoman dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk
penyusunan pedoman pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun
panduan bagi guru SMA sehingga dapat dijadikan salah satu referensi dalam
pengembangan RPP.
Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru
akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih
terbantu dan mudah dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, mata
pelajaran, dsb.
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Implementasi pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus,
guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan
pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh
karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung
berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan
suatu Kompetensi Dasar.
RPP yang dikembangkan guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang
memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP
secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen-komponen yang harus ada dalam suatu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran meliputi :
Identitas mata pelajaran, meliputi:
a.
satuan pendidikan,
b.
kelas,
c.
semester,
d.
program studi,
e.
mata pelajaran atau tema pelajaran,
f.
jumlah pertemuan.
standar kompetensi
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai
pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
kompetensi dasar,
adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam
suatu pelajaran.
indikator pencapaian kompetensi,
adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
tujuan pembelajaran,
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
materi ajar,
memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
alokasi waktu,
ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
metode pembelajaran,
digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik
dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran.
kegiatan pembelajaran :
Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar
Penilaian.
Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
Adapun Prinsip-Prinsip dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
adalah sebagai berikut :
Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal,
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi,
kemandirian, dan semangat belajar.
Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,
KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran,
Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan
pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai
arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.
1. Mencantumkan Identitas
Terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu. Hal yang perlu
diperhatikan adalah :
RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus.
(Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator adalah suatu alur
pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan)
Indikator merupakan:
ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa
peserta didik telah mencapai kompetensi dasar
penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku
yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan
pendidikan, dan potensi daerah.
rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi.
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar,
dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45
menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat
diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada
kompetensi dasarnya.
2.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran. Misalnya:
Kegiatan pembelajaran: ”Mendapat informasi tentang sistem peredaran
darah pada manusia”.Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau
keseluruhan tujuan pembelajaran, misalnya peserta didik dapat:
mendeskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia.
menyebutkan bagian-bagian jantung.
merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman
sekelasnya.
mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah
disampaikan oleh guru.
Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya
tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap
pertemuan dapat memberikan hasil.
3. Menetukan Materi Pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari
indikator.
Contoh:
Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan.
Materi pembelajaran:
Ciri-Ciri Kehidupan:
Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas,
bernapas, dan ekskresi.
4. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula
diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode
yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:
Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses,
kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.
Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi,
tanya jawab, e-learning dan sebagainya.
5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah
kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat
unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan
Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan
dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan
illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan
sebagainya.
Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi
yang akan diajarkan.
Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi,
bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb.
Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan
dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi
pelajaran secara garis besar.
Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
Kegiatan Inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat
mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing.
Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan
pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja
Siswa (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk
pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkahlangkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses
dan alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh
jika koneksi mengalami kegagalan.
Kegiatan penutup
Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.
Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes
tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang
kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan
mengambil ± 25% peserta didik sebagai sampelnya.
Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di
luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh
rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang
dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena
itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
6. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan,
media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih
operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan.
Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam
RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut,
pengarang, dan halaman yang diacu.
Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file,
folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat
website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.
7. Menentukan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai.
Contoh minimal Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
sebagai berikut:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Identitas
Nama Sekolah
: ...................................
Mata Pelajaran
: ...................................
Kelas, Semester
: ...................................
Standar Kompetensi
: ...................................
Kompetensi Dasar
: ...................................
Indikator
: ...................................
Alokasi Waktu
: ..... x ... menit (… pertemuan)
B. Tujuan Pembelajaran
C. Materi Pembelajaran
D. Metode Pembelajaran
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah :
Pertemuan 1
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
Pertemuan 2
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
Pertemuan 3. dst
F. Sumber Belajar
G. Penilaian
Mengetahui
Kepala Sekolah...................,
Guru Mata
Pelajaran,
..................................
............................
NIP.
NIP.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Contoh
Format Silabus Dan Cara Mengisinya
Nama sekolah
:
Diisi nama sekolah tempat peserta didik belajar
Mata Pelajaran
:
Diisi nama mata pelajaran
Kelas/Program
:
Diisi kelas berapa SK tersebut harus dicapai
melalui proses pembelajaran
Semester
:
Diisi semester berapa SK tersebut harus dicapai melalui
proses pembelajaran
SK
:
Diisi rumusan SK
No. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
Memuat KD hasil penjabaran dari SK yang telah dirumuskan dalam SI.
Memuat materi pembelajaran hasil penjabaran masing-masing KD yang telah
dirumuskan.
Memuat alternatif pengalaman belajar peserta didik yang terpilih yang
dapat dipakai untuk mencapai penguasaan KD.
Memuat Indikasi ketercapaian KD yang telah dirumuskan dalam SI.
Memuat Jenis, bentuk, dan macam penilaian yang akan digunakan untuk
melihat hasil belajar.
Memuat alokasi waktu yang diperlukan untuk menguasai masing-masing KD
Memuat jenis sumber bahan/alat yang digunakan.
Tabel 1. Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional
No Klasifikasi Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional yang
Digunakan 1 Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with
retrieval)
Mendeskripsikan (describe)
Menyebutkan kembali (recall)
Melengkapi (complete)
Mendaftar (list)
Mendefinisikan (define)
Menghitung (count)
Mengidentifikasi (identify)
Menceritakan (recite)
Menamai (name) 2 Memproses (processing)
Mensintesis (synthesize)
Mengelompokkan (group)
Menjelaskan (explain)
Mengorganisasikan (organize)
Meneliti/melakukan eksperimen (experiment)
Menganalogikan (make analogies)
Mengurutkan (sequence)
Mengkategorikan (categorize)
Menganalisis (analyze)
Membandingkan (compare)
Mengklasifikasi (classify)
Menghubungkan (relate)
Membedakan (distinguish)
Mengungkapkan sebab (state causality) 3 Menerapkan dan mengevaluasi
Menerapkan suatu prinsip (applying a principle)
Membuat model (model building)
Mengevaluasi (evaluating)
Merencanakan (planning)
Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan (extrapolating)
Memprediksi (predicting)
Menduga/Mengemukakan pendapat/ mengambil kesimpulan (inferring)
Meramalkan kejadian alam/sesuatu (forecasting)
Menggeneralisasikan (generalizing)
Mempertimbangkan /memikirkan kemungkinan-kemungkinan (speculating)
Membayangkan /mengkhayalkan/ mengimajinasikan (Imagining)
Merancang (designing)
Menciptakan (creating)
Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan awal (hypothezing)
Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan
aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan.
Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi
yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka
indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang
diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek kognitif, Afektif
dan Psikomotorik disajikan dalam tabel 2, 3, dan 4.
Tabel 2 : Kata Kerja Ranah Kognitif
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Mengutip
Membilang
Mengidentifikasi
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indeks
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahankan
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Melatih
Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Memproses
Meramalkan Menganalisis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Merinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengombinasikan
Menyusun
Mengarang
Membangun
Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi
Membandingkan
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur
Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan
Tabel 3. Kata Kerja Ranah Afektif
Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk Mengubah perilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
Memilih
Memecahkan
Tabel 4. Kata Kerja Ranah Psikomotorik
Menirukan Memanipulasi Pengalamiahan Artikulasi
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengonstruksi Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mengemas
Membungkus
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Menseketsa
Melonggarkan
Menimbang
Mengaktifkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab ( 1989 ), Evaluasi Belajar PMP, Bandung, LPPMP IKIP
Bandung
....... ( 1989 ), Beberapa Pengalaman tentang Pelaksanaan Evaluasi di
FPIPS IKIP Bandung, Bandung, FPIPS.
……. (1999). Bentuk dan Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran IPS ( Modul 5 ):
Jakarta. Universitas Terbuka.
Alamudi, Abdullah (Ed.). (1991). Apakah Demokrasi Itu? Jakarta: USIA.
Asshiddiqie, Jimly (2005), Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,
Jakarta: Setjen Mahkamah Konstitusi
Asshiddiqie, Jimly (2005), Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid I,
Jakarta: Setjen Mahkamah Konstitusi
Asshiddiqie, Jimly (2005), Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi,
Jakarta: Konpress
Asshiddiqie, Jimly (2006), Perihal Undang-Undang Di Indonesia, Jakarta:
Setjen Mahkamah Konstitusi
Asmawi Zaenul (1995 ), Pengukuran Hasil Belajar dan Studi Sosial,
Bandung, FPIPS IKIP Bandung.
Bank, James A. ( 1980 ), Teaching Strategis for the Social Studies,
California, Addison- Wesley Pub. Co.
Budiardjo, Miriam (1989). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Bahmuller,C.E.(1996). The Future of democracy and Education for
Democracy. Calabasas: Center for Civic Education (CCE).
Bistok Sirait ( 1985 ), Menyusun Tes Hasil Belajar (terjemahan),
Semarang, IKIP Semarang Press.
Cynthia Szymanskisunal Marry E, Haas ( 1993 ), Social Studies and the
Elementary/Midlle School Student, Harcourt Brace Jovanovich College
Publishers.
Dadang Sundawa ( 1999 ). Evaluasi Dalam Pembelajaran IPS ( Modul nomor
1,2,3,4, dan 6 ): Jakarta. Universitas Terbuka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989). Pedoman Penelaahan,
Perbaikan, dan Perakitan Soal. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sistem Pengujian.
Dikdasmen. (2003). Materi Pelatihan: Peningkatan Kemampun Guru dalam
Penyusunan dan Penggunaan Alat Evaluasi serta Pengembangan Sistem
Penghargaan terhadap Siswa, Jakarta: Dir. PLP-Dikdasmen-Diknas.
Gable K, Robert. (1966). Instrument Development in The Affective Domain.
Boston: Kluwer-Nijhoff Pub.
Gronlund, N.E. ( 1974 ), Measurment and Evaluation in Teaching, N.Y. ,The
Macmillan.
Hendarman. (2000). Integrasi Konsep-konsep Hak Asasi Manusia. Makalah.
Unpublished.
John Jarolimek and Walter C Parker ( 1993 ), Social Study for Elementary
New York; School, Mcmillan Publishing,.
Kosasih, A. Djahiri (1985), Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT
dan Games dalam VCT. Bandung: PMPKN FPIPS IKIP Bandung.
Kansil. (1983). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.
Kelsen, Hans. (1995). Teori Hukum Murni: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif
Sebagai Ilmu Hukum Empirik-Deskriptif. (Alih Bahasa Drs. Somardi).
Bandung: Rimdi Press.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (2007), Panduan Pemasyarakatan UUD Negara
RI Tahun 1945, Jakarta: Setjen MPR RI
Republik Indonesia. (1989). Undang-undang No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta
Sanusi, Achmad .(1998). Sepuluh Pilar Demokrasi Konstitusional Menurut
UUD 1945. (Unpublished).
Tolchah, Moh. Mansoer. (1983). Teks Resmi dan Beberapa Soal Tentang UUD
1945. Bandung: Alumni.
Uman, A. Rofiqul (2008), Membangun Jalan Demokrasi, Kumpulan Pemikiran
Jakob Tobing tentang Perubahan UUD 1945, Jakarta: Konpress
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta:
Setjen MK.
Udin S. Winataputra. (1999). Apa dan Bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan
menuju Suatu Paradigma Baru. (Makalah). Jakarta: Dirjen Dikdasmen,
Depdiknas.
PAGE
PAGE
5
Cerita pendek
Dst
Pengetahuan
kewarganegaraan
Warga negara yang
baik (berpengetahuan, terampil, dan berwatak)
Keterampilan kewarganegaraan
Watak kewarganegaraan
Perilaku
membuat
Sikap
PUSAT
Bupati/
Walikota
DPRD
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Gubernur
DPRD
Pemerintahan Daerah
Provinsi
Perwakilan BPK Provinsi
Lingkungan Peradilan Umum
Lingkungan Peradilan Agama
Lingkungan Peradilan Militer
Lingkungan Peradilan TUN
Presiden
MK
MA
BPK
MPR
DPD
DPR
bank sentral
kpu
UUD 1945
KY
badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
kementerian negara
dewanpertimbangan
TNI/POLRI
UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua,
ketiga, dan keempat adalah UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 dan diberlakukan dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 serta
dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh DPR.
menyimakkk
Mata pelajaran lainnya
Pengetahuan Alam:
(membedakan lingkungan sehat dan tidak sehat
( mengidentifikasi penyebab pencemaran lingkungan
(menjelaskan pengaruh ling-kungan terhadap kesehatan
Kertakes:
( menyanyikan lagu-lagu kecintaan pada tanah air dengan benar
( membuat kolase dari berbagai objek dan bahan dari alam
BANGGA BERTANAH AIR INDONESIA
Matematika:
Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pen-jumlahan dan
pengurangan
PKn
( mencintai kekayaan alam Indonesia
( bangga memiliki alam Indonesia
( bangga sebagai anak Indonesia
Bahasa Indonesia:
( menceritakan peristiwa alam yang pernah dilihat,dialami, di dengar
( Menjelaskan isi gambar seri tentang peristiwa alam
Hari Senin27 Oktober 2008, Faris tidak mengerjakan PR dan tugas-tugas
lainnya, di dalam kelas kelihatan murung terus, sesekali mengusap air
mata yang keluar tanpa disadarinya.
Bandung,27-10- 2008 R.Kl.I2-A
Pukul : 10.00 - 11.20
NUMERICAL RATING SCALE
SLTP
Kelas
Nama Siswa
Tanggal
Waktu
Tujuan
Petunjuk:
Nyatakanlah tingkatan
tanda cek (V) di bawah
1 = tidak memuaskan
2 = dibawah rata-rata
3 = rata-rata
4 = di atas rata-rata
5 = sempurna
: .........................................
: .........................................
: ..........................................
: .........................................
: ..........................
:mengetahui tingkat ketaatan siswa
dari setiap pernyataan berikut ini dengan memeri
angka- angka yang ada di depan pernyataan.
No.
Aspek yang diukur
1
2
3
4
5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Cara berjalan
Ketepatan datang ke sekolah
Keseriusan mengikuti pelajaran
Kelengkapan atribut sekolah
Keseriusan mengerjakan PR
Melaksanakan piket di kelas
Membersihkan papan tulis
Ketepatan mengerjakan tugas
Menolong orang lain
Memungut sampah berserakan
DAFTAR COCOK GURU DALAM PENDIDIKAN MORAL
Nama siswa
:...................
Hari/Tgl/Jam
:...................
Kelas
:...................
Guru
:...................
NO
PERNYATAAN
YA
TDK
1.
2.
3.
4.
5.
Menghentikan kendaraan, ketika lampu merah menyala, sekalipun tidak ada
petugas lalu lintas.
Tidak meludah di sembarang tempat, sekalipun tidak ada tanda larangan
Datang ke sekolah tepat ewaktu, sekalipun jam pertama bebas
Membuang sampah pada tempatnya, ketika ada guru atau kepala sekolah
Sholat tepat waktu, karena akan diberi hadiah oleh ayah atau ibu
…
…
…
…
…
……
……
……
……
…….
FORMAT LEMBAR OBSERVASI
PENGUKURAN KEEFEKTIFAN PESERTA DISKUSI
Petunjuk:
Lembaran ini diisi oleh guru atau pengamat waktu istirahat ataupun
setelah diskusi berakhir. Lembaran ini mencatat keefektifan setiap
peserta diskusi dalam 4 kriteria. Tulislah angka-angka yang tepat di
belakang pernyataan-pernyataan di bawah ini.
5 = baik sekali
4 = baik
3 = cukup
2 = kurang
1 = kurang sekali
Nama siswa
Hari/Tgl/Jam
Kelas
Guru
:...................
:...................
:...................
:...................
No Butir Pernyataan SS S R TS STS 1. Bagaimana pendapatmu ketika gurumu
bercerita dengan suara keras?
2 Bagaimana perasaanmu ketika
seseorang memberimu hadiah buku?
3 Guru yang suka menghukum siswa
akan dihormati siswanya
4 Bagaimana perasaanmu ketika membaca buku
lucu ketika di rumah?
Sikap terhadap penggunaan hukuman di sekolah
Petunjuk:
Jawablah semua butir soal di bawah ini dengan katagori jawaban sebagai
berikut:
SS jika sangat setuju terhadap pernyataan
S
jika setuju terhadap pernyataan
R
jika ragu-ragu terhadap pernyataa
TS jika tidak setuju terhadap pernyataan
STS jika sangat tidak setuju terhadap pernyataan
TEKS
Perairan ZEE Indonesia meliputi luas 2,7 juta km2 sepanjang tahun 1998
telah terjadi pencurian ikan laut oleh kapal-kapal asing di wilayah ZEE,
diaksir merugikan negara sebesar 4 miliar dolar AS. Ironisnya, Indonesia
yang menguasai perikanan Perairan Nusantara, laut Wilayah, dan ZEE sengan
luas 5,9 juta km2, nilai ekspor ikan lautnya hanya 1,92 miliar dolar AS.
Dari survey terakhir potensi ikan seluruh perairan mencapai 6,7 juta ton
per-tahun. Di antara jenis-jenis ikan yang mempunyai potensi ikan seluruh
perairan Indonesia mencapai 6,7 juta ton per-tahun. Di antara jenis-jenis
ikan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi adalah ikan tuna 166.000 ton
per-tahun, ikan cakalang 275.000 ton per-tahuan, dan udang laut 69.000
ton per-tahun. Laut Banda saja menyimpan potensi ikan karang sebanyak
30.000 ton per-tahun.
Negara-negara tujuan ekspor ikan Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan,
dan negara-negara Eropa Barat seperti Belanda, Perancis, Jerman, dan
Inggris. Dengan dibentuknya Departemen Eksplorasi Lut diharapkan produksi
ikan laut Indonesia meningkat tajam (Sumber: IPS Terpadu, SPMB 5 juli
2000).
Tes Tertulis Uraian:
Terbatas/ tertutup/ terstruktur
Bebas/terbuka
Tes Tertulis Obyektif:
Pilihan Ganda
Benar-Salah
Mnjodohkan
Isian Sinkat
Tes Lisan
Tes Tertulis
Tes Perbuatan
Skala Sikap
Cek Lis
Kuesioner
Studi Kasus
Portofolio
Non-Tes
Tes
PENILAIAN
Diskusikan perbedaan-perbedaan pemerintahan
desa dengan kelurahan?
Diskusikan kelebihan dan kekurangan (dampak yang ditimbulkan) dari
pelaksanaan Pilkada secara langsung?
PEMERINTAHAN DAERAH
Gubernur, Bupati, Walikota dipilih secara demokratis
[Pasal 18 (4)**]
anggota DPRD dipilih melalui pemilu
[Pasal 18 (3) **]
DPRD
KEPALA PEMERINTAH DAERAH
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang [Pasal 18 (1)]
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan [Pasal 18 (6)]
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
UU ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5)]
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan [Pasal 18 (2)]
PEPPPPPMERINTAHAN DAERAH
Hasil Perubahan
Jumlah :
21 bab
73 pasal
170 ayat
3 pasal Aturan Peralihan
2 Pasal Aturan Tambahan
Tanpa Penjelasan.
Sidang
Sidang
Sidang
Sidang
Sidang
MPR
Umum
Umum
Umum
Umum
MPR
MPR
MPR
MPR
1999
2000
2001
2002
tgl
tgl
tgl
tgl
14-21 Okt 1999.
7-18 Ags 2000
1-9 Nov 2001
1-11 Ags 2002
Kesepakatan Dasar
Tidak mengubah Pembu-kaan UUD 1945.
Tetap mempertahankan NKRI.
Mempertegas sistem pre-sidensiil
Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukan ke dalam
pasal-pasal
Perubahan dilakukan dengan cara adendum
Sebelum Perubahan
Jumlah :
16 bab.
37 pasal
49 ayat
4 pasal Aturan Peralihan.
2 ayat Aturan Tambahan
Penjelasan.
Dasar Yuridis
Pasal 3 UUD 1945.
Pasal 37 UUD 1945
TAP MPR No IX/MPR/1999
TAP MPR No IX/MPR/2000
TAP MPR No XI/MPR/2001
Tujuan Perubahan
Menyempurnakan aturan dasar :
Tatanan negara.
Kedaulatan rakyat
HAM
Pembagian Kekuasaan
Kesejahteraan Sosial
Eksistensi negara demokrasi dan negara hokum.
Sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Tuntutan Reformasi
1. amandemen UUD 1945
2. Penghapusan doktrin dwi fungsi ABRI.
1. Penegakan hukum, HAM, dan pemberantasan KKN.
Otonomi daerah.
Kekebasan pers.
mewujudkan
kehidupan
demokrasi.
Dasar Pemikiran Perubahan
Kekuasaan tertinggi ditangan MPR.
Kekuasaan yang sangat besar pada presiden
Pasal-pasal multitafsir.
Pengaturan lembaga negara oleh presiden melalui pengajuan UU
Praktik ketatanegaraan tidak sesuai dengan jiwa Pembukaan UUD 1945.
Pengubahan dan atau penambahan pasal 2 ayat 1, pasal 6A ayat 4, pasal 8
ayat 3, pasal 11 ayat 1, pasal 16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24 ayat 3:
Bab XIII, pasal 31 ayat1-5, pasal 32 ayat 1-2 : Bab XIV, pasal 33 ayat 45, pasal 34 ayat1-4, pasal 37 ayat 1-5, Aturan Peralihan Pasal I,II dan
III. Aturan Tambahan Pasal I dan II UUD 1945.
d. Penghapusan judul Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dan
pengubahan substansi pasal 16 serta penempatannya kedalam Bab III tentang
“Kekuasaan Pemerintahan Negara”.
c.
Pengubahan penomoran pasal 3 ayat 2 dan ayat 4. Perubahan ketiga UUD
1945 menjadi pasal 3 ayat 2 dan 3. Pasal 25E Perubahan kedua UUD 1945
menjadi pasal 25A.
Penambahan bagian akhir pada perubahan kedua UUD 1945 dengan kalimat
“Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal
18 Agustus 2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan”.
Cinta tanah air
Peristiwa
alam
Dst
Bangga Bertanah air Indonesia
melukis
alam
Menjumlah/ Mengurang
Karya seni rupa lagu
Gunung,
pantai wisata
Pulau
Dst
Dst
membuat
kolase
Pence-maran
Dst
Penyebab
Dampak
.
±
I
/
0
;
<
A
«
O
›
¨
•
š
•
d
¡
1
C
k
•
©
h& Ø h& Ø 6 •CJ
h& Ø h& Ø CJ mH
¼
mH
sH
«
¯
sH
¿
ë×yžqdZdZdLdLdZdLdLdLdZ
h& Ø CJ mH
sH
h& Ø mH
sH
! h& Ø 5 •CJ
sH
' h"
h& Ø 5 •CJ OJ QJ aJ
sH
! hÛ o 5 •CJ OJ QJ aJ mH
sH
' h"
hÛ o 5 •CJ OJ QJ aJ
sH
' h"
hŸhR 5 •CJ OJ QJ aJ
sH
' hV:Ý h¦ o 5 •CJ OJ QJ aJ
sH
' hV:Ý hþ
5 •CJ OJ QJ aJ
sH
/
0
<
=
ª
I
OJ
mH
mH
mH
mH
mH
QJ
aJ
mH
•
ª
á
¿
À
ý
Ü
Ô
Æ
5
¹
Ô
-
ò
ò
Ô
µ
ò
Ì
¦
Ì
¦
—
$
„h
dh
`„h a$ gdÛ o
$
&
F
Æ Ð
& Ø
&
F
Æ Ð
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gdÛ o
„h @& ^„h gdÓR©
„h @& ^„h gd& Ø
„ @& ^„ a$ gdÛ o
@& gd& Ø
¿
À
dh
Ê
Ó
gd& Ø
ü
ý
dh
º
5
gd& Ø
Ö
ð
gd
ö
i
Ÿ
-
!
"
-
K
q
r
- ïÞʶʧ—
§„§„§„§„§|p|§d\M>
H!
hV:Ý
hGl• CJ
aJ
mH! sH!
h˜|½
h .C CJ
aJ
mH! s
h˜|½ CJ
aJ
h˜|½ CJ
aJ
mH! sH!
hGl• CJ
aJ
mH! sH!
hGl• CJ aJ
% h"
h .C B* CJ aJ mH! ph
sH! h"
h .C 5 •CJ aJ mH! sH!
h"
h .C CJ aJ mH! sH! ' h"
h Ý
5 •CJ OJ QJ aJ mH sH ' h"
h .C 5 •CJ OJ QJ aJ mH sH ! hþ
5 •CJ OJ QJ aJ mH sH
h& Ø h& Ø 5 •CJ OJ QJ aJ
r
- ³- L-! ®! °! ±! ³! µ! ¶! ·! ¹! º! »! ½! ¾! À! Á! Â! ñ
ñ
ñ
ñ
à
à
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
¼
¼
¼
¼
¼
¼
$
Æ
Å
„
„° ^„ `„° a$ gd .C
$ „8 „° ^„8 `„° a$ gd .C
$ „
Ð dh
¤x `„Ð a$ gdh î
$
&
F
dh
a$ gd˜|½
-
²- ³- K L M ¿ Þ ß
(
I
U
•
“
¬! -! ®! ¯! ±! ²! ³! ´! ·! ¸! »! ¼! ¾! ¿! Ä! Î! ñâÓâį
”â „ „ „ u ` ` ` ¯ ` ` P h"
h .C 5 •CJ aJ mH! sH! ( j
h"
hÅX¾ CJ U aJ mH nH u
hV:Ý hh î CJ aJ mH! sH! h"
h .C 6 •CJ aJ mH! sH!
hGl• CJ aJ mH! sH!
h"
h .C CJ a
J mH! sH! ( j
h"
hGl• CJ U aJ mH nH u
h"
hGl• CJ aJ
mH! sH!
hGl• hGl• CJ aJ mH! sH!
hV:Ý hGl• CJ aJ mH! sH!
hGl• h˜|½ CJ aJ mH! sH! Â! Ã! Ä! Î!
" k# ¥$ À% q& W'
(
)
ò)
¾
„Ð
&
F
&
F
&
F
Å*
ë
®
„˜þ dh
„Ê
ë
ã
®
„›þ dh
®
‚
¤x ^„Ð `„˜þgdÛ o
¤x a$ gdÓR©
dh
¤x a$ gdÅX¾
$
$
Î
®
$
¤x 1$ ^„Ê `„›þa$ gdÓR©
dh
ã
®
$
”
„A
Æ
Î!
(
„h dh
¤x ]„A ^„h a$ gdÛ o
Å
„
„Ð ^„ `„Ð a$ gd .C
"
" 3" D" -# j# k# “%
( k( m(
$ a$ gd .C
”%
'
4'
a'
$
)
J
) ñ) ò) ó) ô) Å* &+ 5+ 6+ ëÖǷǨǙ‰™}™n™n^n™n™OCO™‰™ hÅX¾ C
aJ mH sH
h"
h Ý CJ aJ mH sH
h"
h Ý 7 •CJ aJ mH sH
h"
h Ý CJ aJ mH sH
hh î CJ a
J mH! sH! h"
h Ý 6 •CJ aJ mH! sH!
h"
h Ý CJ aJ mH! sH!
h"
hÁnE
CJ aJ mH! sH! h"
h .C 6 •CJ aJ mH! sH!
h"
h .C CJ aJ mH! sH! ( hV:Ý h .C
5 •B* CJ aJ mH! ph
sH! ( h"
h .C 5 •B* CJ aJ mH! ph
sH! 6
+ v+ ˆ+ «+ ¿+ (, H,
- 9- K- L- M- N- n4/ 9/
0 x2 z2 {2 |2 Ÿ2 ¡2 ¢2 ñáñáñÒñÃñáñÃñÃñ´ñ¥–
‰yiZK
h"
hð
§ CJ aJ mH sH
h"
h`-± CJ aJ mH sH
h"
h`-± 5 •CJ aJ mH sH h"
h pÖ 5 •CJ aJ mH sH
h& Ø 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý h Ý CJ
aJ mH! sH!
hV:Ý h .C CJ aJ mH! sH!
h"
hð
§ CJ aJ mH! sH!
h"
h Ý CJ aJ mH! sH!
h"
hÛ o CJ aJ mH!
sH!
h"
h .C 6 •CJ aJ mH! sH!
h"
h .C CJ aJ mH! sH! Å*
4/ y2 z2
2 ¡2 Ã2
4
5 f6 Ë8 î
Ý
Ì
Â
º
®
‘
‚
o
g
dh
gd$
$ „H „ˆ dh
^„H `„ˆ a$ gd^lÌ
$
„H
dh
^„H a$ gdÒ6
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gd^lÌ
$
&
F
dh
a$ gdÓR©
$ „h ^„h a$ gd`-±
$ a$ gd`-±
$ ¤x a$ gd Ý
$ „h dh
¤x `„h a$ gdð
§
$ „Ð dh
¤x `„Ð a$ gdð
§
$ „h dh
¤x `„h a$ gdÛ o
¢2 ¸2 ¾2 Á2 Â2 Ã2 ó2 ø2 ý2
3 •3 ¿3 Œ4
5 Ë5 ß5 d6 e6 f
6 g6 h6 r6 œ6 Ê8 ñâÓÄâñ´ñ´ñ´ñ¥–†–
wÄj]PCP
h"
h!TÙ CJ mH sH
h"
h].Ù CJ mH sH
h"
htHÄ CJ mH sH
h"
h®Wy CJ mH sH
h"
hð
§ CJ aJ mH sH
h"
hÖ Ý 6 •CJ aJ mH sH
h"
hÖ Ý CJ aJ mH sH
h"
hY
• CJ aJ mH sH
h"
h^lÌ 6 •CJ aJ mH sH
h"
h®Wy CJ aJ mH sH
h"
hI Á
CJ aJ mH sH
h"
hÒ6
=
CJ aJ mH sH
o= 3> x> y>
‘@ “@ ýA ÿA
D
D 4D 5D
wjwjwjw
h"
h^lÌ CJ
/? 0? Z? c?
D
D
dD „D ¢D £D
hV:Ý hÅX¾ CJ
§D
mH
¨D
aJ
g?
E
mH
i?
sH
ª?
Ê8 q9
; +; 9= W= c
«? ¯? ±? ê? ð? J@ K@
óæÙæÙæÌæÅÁ¶«ž‘ž‘ž‘ž‘ž‘ž‘ž„ž„ž„wjwj
sH
hV:Ý
h'xì CJ
mH
sH
hV:Ý hÅX¾ CJ mH
sH
hV:Ý hh î CJ mH
sH
hV:Ý h'xì CJ mH
sH
hV:Ý hh î mH sH
hV:Ý
h'xì mH
sH
h'xì
hh î h'xì
hV:Ý hh î CJ mH sH
h'xì CJ mH sH
h"
h'xì CJ mH
? «? ë? K@ ‘@ üA
D 5D £D
E †E ¹E úE ÛH ñI ÷
ò
ò
æ
Ö
æ
÷
Æ
Æ
Æ
hV:Ý h$
sH )Ë8 9=
CJ
3>
÷
mH
y>
sH
å>
/?
ò
ò
æ
÷
æ
Æ
Æ
hV:Ý
0? c
Æ
÷
·
$
„H dh
`„H a$ gdI Á
„Â „>þ dh
^„Â `„>þgdÅX¾
„S „£þ
^„S `„£þgdh î
„ö dh
`„ö gd'xì
gdÑu[
dh
gd'xì
E
E …E †E ŠE ‹E ¸E ¹E ½E ¾E úE þE ÛH ÜH ñI ÂJ ÅJ .K
1K ÔK ÕK ;L <L CL DL -L ®L ±L ¸L ¼L ¿L ÁL ÂL ÅL ÕL ×L Ý
L ßL àL áL
M óæóæóæóæóæóæ×Ƚ²½²½²½¬¦••{•n{n{n{n{n{n{n
h"
hI Á CJ mH
sH
( j
h"
hI Á CJ U mH nH sH
u
hV:Ý hI Á CJ mH sH
h !û h !û CJ
h !û CJ
h37q CJ
hV:Ý h37q mH
dh
sH
hV:Ý
hI Á mH
sH
hV:Ý
hI Á CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý
htHÄ CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý
h'xì CJ
mH
sH
hV:Ý
hÅX¾ CJ
mH
sH
(ñI HJ ÂJ .K ÒK ;L <L
½L ¾L ¿L ÂL ÕL ØL ÷
÷
ï
ï
ï
ê
à
×
Ê
Ê
=L
>L
?L
÷
@L
ï
AL
BL
÷
CL
¯L
ï
ï
×
-L
¸L
÷
ï
ï
DL
ï
ï
×
×
Æ
e
F
Æ
n
gdI Á
gdI Á
Æ
@& gdI Á
gdI Á
dh
ÝL àL ñL
M #M NM OM
O ¿Q
S OV ‹X ò
ò
å
Ò
Ã
¡
gdI Á
YN —
ò
dh
ØL
ò
à
´
gd !û
ÚL
ÛL
ò
Û
´
ÙL
ò
Û
´
$
ÜL
´
„ÿÿ „Ð
dh
]„ÿÿ`„Ð a$ gd xŽ
$
„H
dh
`„H a$ gdO\v
$
Æ
„Ð dh
gdI Á
`„Ð a$ gdI Á
gdI Á
gdI Á
Æ
e
¸
3
gdI Á
Æ
e n
F
gdI Á
M "M NM OM XN YN ZN ÜO "P CR —
R ÂR ÕR àR
S
S
S {S ÚS ùS
T
T 2T âT ïÞѳ¤•†•whwhw•YJY
Jh†h†
hV:Ý hž= CJ aJ mH
sH
hV:Ý h?{é CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÅX¾ CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÛ o CJ aJ mH
sH
hV:Ý hìy¾ CJ aJ mH
sH
hV:Ý hO\v CJ aJ mH
sH
hV:Ý hFRš CJ aJ mH
sH
hV:Ý h].Ù CJ aJ mH
sH
hV:Ý hYe§ CJ aJ mH
sH
h"
hI Á CJ mH
sH
h"
hI Á CJ OJ QJ mH
sH
h"
hˆ
CJ OJ QJ mH
sH
âT U
U ¡U NV OV ¤V ¥V ¾V ÀV ÐV ØV þV
W
W
W 1W =W –
W ÃW ÄW FX aX ‹X ³Y ¡Z £Z ([ ñâÓñĸ©š¸‹¸‹{‹{‹{‹{‹l¸l\‹P‹
h37q CJ aJ mH sH
h"
håXî CJ \ •aJ mH sH
h"
h xŽ CJ aJ mH sH
hÈ.½ håXî 5 •CJ aJ mH sH
h"
håXî CJ aJ mH sH
h"
hÈ.½
CJ aJ mH sH
h"
hO\v CJ aJ mH sH
hÈ.½ CJ aJ mH sH
hV:Ý h?{é CJ aJ mH
sH
hV:Ý hPmà CJ aJ mH
sH
hV:Ý hìy¾ CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÈ.½ CJ aJ mH
sH
‹X
Y =Y gY ‡Y ³Y UZ tZ ¡Z
[ ([ #] ‹^ tb
d ãe \g ð
å
å
å
å
Ô
Ä
Ä
±
±
œ
œ
œ
œ
œ
œ
$
Æ
8
„ã dh
WD4 `„ã a$ gdEd¢
$ „h „˜þ dh
^„h `„˜þa$ gdåXî
$
Æ
h H €€ dh
a$ gdåXî
$ „ã dh
WD4 `„ã a$ gdíuÇ
$ dh
a$ gdåXî
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdåXî
([ •[ ˆ[ «[ ·[ ¸[ Ô[ Õ[ %\ •\ Ÿ\
Ó] ö] ’^ ¢^ ¦^ ¶^ ¡_ ©_ ª_ ²_ Ôb Úb Ûb áb âb êb ëb õb
\g ]g eg fg ng og pg •g ‰g ñåñÖñÖÊÖñÖñºñºñºñÖñÖñÖñÖñÖñÖñ«›‹{k{k{
h"
h9iê 5 •CJ aJ mH sH h"
h`-± 5 •CJ aJ mH sH
h"
h al 5 •CJ aJ mH sH h"
h^lÌ 5 •CJ aJ mH sH
h"
híuÇ CJ aJ mH sH
h"
hEd¢ 5 •CJ aJ mH sH
h. • CJ aJ mH sH
h"
h rì CJ a
J mH sH
h37q CJ aJ mH sH
h"
hEd¢ CJ aJ mH sH %\g ]g
‰g åh ‡k Ôk Fl Gl ¢l
m km ¼m ð
â
×
Ì
¾
°
¡
’
„
v
v
$
&
F!
dh
a$ gdÓR©
$
&
F!
dh
a$ gd. •
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gd -Å
$
„
dh
^„
a$ gdØÍ
$
&
F
dh
a$ gdÓR©
$
&
F
dh
a$ gd. •
$ dh
a$ gdosú
$ dh
a$ gd‰ ’
$
&
F
dh
a$ gdÓR©
$ „H dh
`„H a$ gdÖ Ý
‰g ¾h Éh äh æh <i Ai Gi Qi ®i ìj Hk Rk Sk †k ‡k Fl Gl ¢
l ¼m în ñâñÓÄ´Ä´¥–
‡xixiZK@Zi
h"
h -Å CJ aJ
hV:Ý hØÍ CJ aJ mH sH
hV:Ý h -Å CJ aJ mH sH
hV:Ý hÕ!í CJ aJ mH
sH
hV:Ý h` ¿ CJ aJ mH sH
hV:Ý hÅ § CJ aJ mH sH
hV:Ý
hƒ=® CJ aJ mH sH
hV:Ý hHv¦ CJ aJ mH sH
h"
hHv¦ 6 •CJ aJ mH sH
h"
hHv¦ CJ aJ mH sH
h"
h xŽ
CJ aJ mH sH
h"
h< ® CJ aJ mH sH
h"
h‰ ’ CJ aJ mH
sH
în
o \o Úp Ûp 4q ?q Wq Xq Yq tq þq µr »r ½r ¾r Ðr
Ør ãr îr ÿr
s
s
s
s 0s 5s 8s Bs Ts Ys [s us ñâñÓÄÓÄÓĵӦ–
¦‡x¦x¦xixZx¦x¦x¦x¦x
h"
hó?á CJ aJ mH sH
h"
híuÇ CJ aJ mH sH
h"
h‰ ’ CJ aJ mH sH
h"
h xŽ CJ aJ
mH sH
h"
hº t 5 •CJ aJ mH sH
h"
hº t CJ aJ mH sH
h"
htb¾
CJ aJ mH sH
h"
hb ð CJ aJ mH sH
h"
h< ® CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÕ!í CJ aJ mH sH
hV:Ý h< ® CJ aJ mH sH
¼m Ûp ¾r üu •w ¹w éz D} r} Æ} S~ À~
• ”• è• o€ ð
å
Ö
Ö
Ä
µ
µ
µ
§
§
§
˜
Š
Š
Š
$
&
F*
dh
a$ gdÓR©
$
„h
dh
`„h a$ gd¾ ‰
$
&
F)
dh
a$ gdÓR©
$
&
F(
„ª
„ª
dh
dh
`„ª a$ gdosú
^„ª a$ gdRs›
$
$
$
„Ð
dh
dh
`„Ð a$ gd²{Y
a$ gd‰ ’
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdÕ!í
us vs ës ¨t
u üu Xv åv ”w •w ¹w
_x hz ‡z èz éz êz C} D} Æ} S~ ñâÓâÓĵ©••©•q•©eYeJ>
hkBY CJ aJ mH sH
hV:Ý hkBY CJ aJ mH
sH
hC
CJ aJ mH sH
h p1 CJ aJ mH sH
hØÍ h S; 6 •CJ aJ mH sH
h S; CJ aJ mH sH
h·1š hosú 5 •CJ aJ mH sH
h HÆ CJ aJ mH sH
hosú CJ aJ mH
sH
h"
hC>± CJ aJ mH sH
h"
hcS• CJ aJ mH sH
h"
h˜"t CJ aJ mH sH
h"
hº t CJ aJ mH sH
h"
h^lÌ CJ aJ
mH sH
S~ ¿~ À~
•
• o€ ›€ Ü€ û€ ü€
• 1• à• ÷• ú•
‚ H‚ ^‚ a‚ k‚ Ï‚ Ý‚ Þ‚ ß‚ â‚ ®ƒ ôèÙÊÙº®¢®¢
®¢’ƒ’¢’ƒ’¢q¢eYM
h™
µ CJ aJ mH sH
h 2 CJ aJ mH sH
h
CJ aJ mH sH
" hØh‰l€ 5 •6 •CJ aJ mH sH
h‰l€ h‰l€ 5 •CJ aJ mH sH
sH
h 2
h
Í
h‰l€ h‰l€ CJ aJ mH
h‰l€ CJ aJ mH sH
sH
h× Z CJ
aJ
mH
5 •CJ aJ
sH
hV:Ý h¾
sH
hkBY CJ
a† ˆ
‡
´
Ž
$
&
F,
&
F+
mH
sH
‰ CJ
aJ
7‡
aJ
mH
͇
Ž
„• dh
hV:Ý
sH
ˆ
´
h^aÔ CJ
aJ
mH
mH
ˆ
h„1ö CJ
é
´
aJ
mH
Ú
sH
´
{
7$ 8$ H$ ^„• a$ gde>
o€
›€
Ç
ß‚
N…
æ…
Ç
†
¡
$
dh
7$ 8$ H$ a$ gdÓR©
$
„Å
dh
7$ 8$ H$ ^„Å a$ gd 2
dh
7$ 8$ H$ a$ gdÓR©
$
„]
dh
7$ 8$ H$ `„] a$ gd 2
$
$
&
F(
„
„Å
dh
„äþ dh
`„Å a$ gd× Z
^„
$
`„äþa$ gdRs›
®ƒ -„ q„ r„ s„ ¯„ É„ ͇
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ <ˆ =ˆ
Š 2Š 4Š F• >Ž äŽ ôéâ×Ë×ô¥´¥™‘‰•y•×ncnTE
h‰ ’ CJ aJ mH
sH
h"
h‰ ’ CJ aJ mH sH
hV:Ý haJ3 CJ aJ
,‰
ö‰
hV:Ý
Š
,Š
h"
h‰ ’ CJ
-
aJ
h pf CJ
aJ
hQ Ì CJ
aJ
hT7ö CJ
aJ
he>
sH
CJ
hV:Ý
sH
aJ
h 2
he>
CJ
aJ
he>
mH
5 •CJ
aJ
hV:Ý
he>
CJ
aJ
mH
h 2
CJ
aJ
h 2
h 2
6 •CJ
aJ
h 2
h 2
CJ
aJ
h 2
\‹
ì
Š
h 2
ðŒ >Ž
²
Î
hV:Ý h
3• ð•
Ù
²
‘
CJ aJ
“‘ à“
Î
h
Υ
²
Ž
CJ aJ mH
ò– D— W—
À
œ
sH
ˆ
²
<ˆ
²
Î
Î
$
&
F
dh
a$ gd. •
$
„Ð
dh
¤
¤
[$ \$ `„Ð a$ gd‰ ’
$
&
F
dh
a$ gdÓR©
$
&
F
dh
$
&
F(
dh
a$ gd. •
dh
a$ gd‰ ’
$
7$ 8$ H$ a$ gdÓR©
„Å
dh
7$ 8$ H$ `„Å a$ gde>
$
äŽ
ïŽ “‘ à“ H” S” ‘• D—
f˜ Üš
› È› É› Eœ ,•
ž 7ž Bž Dž nž ož ™ž šž Àž ïàÕƶƧ
˜àïà‰zk\QEQ\Q\Q\
h"
h^$ 6 •CJ aJ
h"
h^$
CJ aJ
h"
h^$ CJ aJ mH sH
h"
h^$
CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h^$ CJ aJ mH
sH
h"
h al CJ aJ mH
sH
h"
h‰ ’ CJ aJ mH sH
hV:Ý h‰ ’ CJ aJ mH! sH! h"
h‰ ’ 6 •CJ aJ mH! sH!
h"
h‰ ’ CJ aJ mH! sH!
h"
h‰ ’
mH! sH!
h"
h‰ ’ CJ aJ mH
sH
h"
h‰ ’ 6 •CJ aJ mH
sH
W— ‘— ¥— ·— × â— û—
˜ >˜ f˜ –
˜ É› ,• P• j• ’• º• ë•
ž Dž ož šž Áž ñ
ñ
ñ
ñ
ñ
ñ
ñ
ñ
ñ
ñ
æ
Ñ
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
Ã
$
&
F
dh
a$ gdÓR©
$ dh
a$ gdMD¯
$
„Ð
dh
1$ 7$ 8$ H$ `„Ð a$ gd^$
$
&
F
¢
dh
à¢
a$ gdÓR©
Àž Áž ž Åž Ùž æž ÌŸ C
D
ƒ¡
£
£ D£ E£ F£ •£ ¬£ õéÙƳ¤³‘¤‘¤~oé`é`éQB`
hV:Ý haJ3 CJ aJ mH
„¡
’¢
â
ß
sH
hV:Ý
h. • CJ
aJ
mH
sH
h. • haJ3 CJ aJ mH sH
h"
haJ3 CJ aJ mH sH
$ h"
haJ
3 CJ OJ QJ aJ mH sH
% hV:Ý haJ3 B* CJ OJ QJ aJ ph3™f
hV:Ý
haJ3 CJ OJ QJ aJ
% hV:Ý haJ3 B* CJ OJ QJ aJ ph
$ haJ3 haJ3
5 •B* CJ PJ aJ ph
- haJ3 5 •B* CJ PJ aJ ph
haJ3 CJ aJ m
H sH
haJ3 h^$
CJ aJ
Áž ž Ùž ÍŸ „¡ â à¢
£ E£ •£ ¬£ º¤ C¦ o§ ó§ ô
æ
Ý
Ý
Ô
Â
Â
Â
Â
Â
¯
¢
“
ƒ
$
&
F$ dh
¤ a$ gd. •
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gdaJ3
„
&
FD
„
^„
`„
gd. •
„Ð dh
^„Ð a$ gdRs›
$ dh
*$ 1$ a$ gdaJ3
$ dh
a$ gdaJ3
-
$
„
„h
dh
„h `„h gdaJ3
^„
`„h a$ gdaJ3
„
`„
gdaJ3
$
¬£ -£ g¤ l¤ ‰¤ ‘¤
¤ §¤ º¤ A¦ C¦ ¹¦ ÷¦
§
§
§
§ 0§ o§ ȧ ð§ ó§ ô§ =¨ >¨ V¨ f¨ ɨ ò¨
© òçÛçÛçÛçÄ­ž•••••o•dXdPdPdXdXdXd
L©
“©
—
h. • CJ aJ
h"
haJ3 6 •CJ aJ
h"
haJ3 CJ aJ
hV:Ý haJ3 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH sH
hV:Ý haJ3 CJ aJ mH sH
h"
CJ aJ mH sH
- h"
haJ3 B* CJ OJ QJ aJ mH ph3™f sH h"
haJ3 B* CJ OJ QJ aJ mH ph
sH
h"
haJ3 6 •mH sH
haJ3 mH sH
h"
haJ3 5 •\ •mH sH ó§ i¨ õ¨ –
© 7¬ ¨- ᯠQ° y° ÿ° ü± £³ ¤³ ɳ ã
ã
Ô
Ç
¸
•
•
~
~
s
s
$ dh
a$ gdaJ3
haJ3
h"
ã
$
&
F#
&
F"
„Ð
dh
dh
$ dh
dh
¤
`„Ð a$ gdaJ3
a$ gdÓR©
¤ a$ gdÓR©
a$ gdaJ3
$
$
$
„
dh
`„
a$ gdaJ3
„
„
^„
`„
gdaJ3
$
Æ
&
F$
Æ °
dh
„
a$ gdaJ3
$
„åþ dh
¤
^„
`„åþa$ gd. •
—©
ª
ª 4¬ 7¬ 8¬ ”¬ ¨- ©- ⯠Q° 3³ C³ ¤³ ¨³ ɳ Y´ ä· ü· f¹
õæ×æı¢æõ“„t„_J„“:“
h"
haJ3 6 •CJ aJ mH sH ( hV:Ý haJ3 5 •B* CJ aJ mH ph
sH
( hV:Ý h *^ 5 •B* CJ aJ mH ph
sH
hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH sH
hV:Ý haJ3 CJ aJ mH sH
h"
haJ3
CJ aJ mH sH
hV:Ý haJ3 CJ OJ QJ aJ
% hV:Ý haJ3 B* CJ OJ Q
J aJ ph
% hV:Ý haJ3 B* CJ OJ QJ aJ ph3™f
hV:Ý haJ3 B* CJ aJ
ph
hV:Ý haJ3 B* CJ aJ ph3™f
hV:Ý haJ3 CJ aJ
ɳ ^µ þ· f
¹ ³¹ õ¹ Dº –
º M» •» þ» y¼ ù¼ @½ ‡½
¾ ä¿ ð
á
á
Ð
¸
¸
¸
¸
¸
¸
¥
Ž
Ž
Ž
Ž
á
$ „h „˜þ dh
7$ 8$ H$ ^„h `„˜þ
a$ gdaJ3
$ „Ð dh
7$ 8$ H$ `„Ð a$ gdaJ3
$
&
F"
Æ
„h dh
¤ ^„h a$ gdÓR©
$
Æ
dh
¤ a$ gdaJ3
$
Æ
dh
a$ gdaJ3
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdaJ3
f¹ g¹ h¹ y¼
qÈ zÈ ‰È ŸÈ ¢È ³È ´È 9É :É
Ê
Ê YÍ ]Í ëÒðÃÃÃ‚v‚v‚v‚gWgWgB
*^ 5 •B* CJ aJ mH
ph
sH
hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH
sH
hV:Ý haJ3 CJ aJ mH
sH
h"
haJ3 6 •CJ aJ
h"
haJ3 CJ aJ
h"
haJ3 6 •CJ aJ mH sH % h"
haJ3 B*
haJ3 B* CJ aJ mH ph
sH
h"
haJ3
aJ3 B* CJ PJ aJ mH nH ph
sH tH ( h"
sH tH
ä¿ /Ã Æ „Æ ÃÆ
Ç QÈ ´È ¥É òÉ ²Ê &Ë XÍ YÍ
Ê
²
²
²
²
²
Û
§
˜
¾
¾
ÕÄ
( hV:Ý
êÄ
§Å
µÅ
SÈ
h
CJ aJ mH phÿf sH % h"
CJ aJ mH sH
1 h"
h
haJ3 CJ PJ aJ mH nH
~Í
²
iÐ
ð
Û
²
Ê
Ê
$
$
&
F&
Æ Ð
„
„e
dh
dh
`„e a$ gdaJ3
a$ gdaJ3
$
„h dh
„Ð dh
¤ ^„h a$ gdRs›
¤ ^„ `„Ð a$ gdaJ3
$
„
dh
¤
^„
a$ gdaJ3
$
$
Æ
dh
a$ gdaJ3
]Í ~Í %Ï kÏ ªÕ óÕ õÕ 2× +Ø CÚ DÚ <Ü =
Ü
Ý
Ý äÝ åÝ 8Þ 9Þ ]ß sß vß —ß ëÜÇܸ¨•‚•r_r_r_r_r_J_;
h
*^ haJ3 B* CJ aJ ph
( h *^ haJ3 6 •B* CJ aJ mH ph
sH
% h
*^ haJ3 B* CJ aJ mH ph
sH haJ3 B* CJ aJ mH ph
sH % hV:Ý haJ3 B* CJ aJ mH ph
sH % h"
haJ3 B* CJ aJ mH ph
sH h"
haJ3 5 •CJ aJ mH sH
h"
haJ3 CJ aJ mH sH
( hV:Ý haJ3
6 •B* CJ aJ mH
ph
sH
hV:Ý haJ3 CJ aJ mH
sH
( hV:Ý haJ3 5 •B* CJ aJ mH
ph
sH
iÐ &Ò 9Ô ©Õ õÕ \Ö üÖ 2× h× XØ éØ DÚ =Ü
Ý åÝ 9Þ Yà Éá
ä ð
á
á
Ö
È
º
º
º
º
ð
¬
¬
¬
¬
¬
¬
ð
•
$
„7
dh
`„7 a$ gdaJ3
$
&
FE
dh
a$ gd *^
$
&
F%
dh
a$ gdÓR©
$
&
F%
dh
a$ gd *^
$ dh
a$ gdaJ3
$
„
dh
`„
a$ gdaJ3
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gdaJ3
—ß
Þß
àß
Yà
Éá
ïã
ä
ä
ä gä ‹ä Eæ Læ Oæ Xæ œæ ©æ ëç
è
è Gè
é ]é sé
kë £ë ïàÑÆ·¤·¤€ÆtÆtÆtÆtÆiÆZJZ·i
hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ mH
sH
hV:Ý haJ3 CJ aJ mH
sH
h"
haJ3 CJ aJ
hV:Ý haJ3 6 •CJ aJ
h"
haJ3 B* CJ aJ
h
( h"
haJ3 5 •B* CJ aJ mH ph3fÿ sH
% h"
haJ3 B* CJ aJ
ph
sH
h"
haJ3 CJ aJ mH sH
hV:Ý haJ3 CJ aJ
hV:Ý
aJ3 B* CJ aJ ph
h *^ haJ3 B* CJ aJ ph
h
*^ haJ3 6 •B* CJ aJ ph
ä gä ‹ä ™å Zæ àæ ‡ç Gè Ké îé
£ë Áë zí Wî
ð {ò
ô
ô 8ô …õ 3ù ô
Þ
Þ
Þ
Þ
Þ
Þ
Þ
Þ
Þ
ô
ô
ô
Ï
ô
ô
ô
Ä
Ï
ô
$ dh
a$ gdaJ3
îé
p
mH
h
ë
Þ
$
&
F'
Æ
„Ð
dh
`„Ð a$ gdaJ3
$
„Å dh
^„Å a$ gdRs›
$ dh
a$ gdaJ3
£ë §ë Áë ?ì Lì Nì xì íì þì
í dí ví ¬ï
ºï ½ï zð ‹ð •ð ìñ ÿñ
ô
ô
ô
ô 8ô rõ ‚õ /ö 9ö Wö aö
yö ƒö 1ù 2ù 3ù òâÓÃÓ°ÓÃÓ°›°›°ÓâÓ°›°‹xòhÓÃÓÃÓÃÓÃÓ\Ó
haJ3 CJ aJ
mH sH
hP ¨ haJ3 5 •CJ aJ mH sH % h"
hP ¨ B* CJ aJ mH ph
sH haJ3 B* CJ aJ mH ph
sH ( h"
haJ3 6 •B* CJ aJ mH ph
sH
% h"
haJ3 B* CJ aJ mH ph
sH h"
haJ3 6 •CJ aJ mH sH
h"
haJ3 CJ aJ mH sH
h"
haJ3 5 •CJ aJ mH sH
hL"
5 •CJ
&
•
Ö
aJ
ô
mH
sH
À
•
•
^„h `„˜þa$ gdÝ8þ
$ dh
a$ gdÝ8þ
#3ù
ô
4ù
Pù
ª
„ù
ô
û
,þ
Óþ
ÿ
7ÿ
pÿ
å
$
„h
å
ª
}
£þ
ª
Õÿ
ýÿ
›
„˜þ dh
$
&
F
Æ
&
F
Æ
„Ð
dh
`„Ð a$ gdÝ8þ
„h
dh
^„h a$ gdÓR©
„h
dh
^„h a$ gdL"
$
$
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gd7wO
$
$
„Ð
dh
dh
`„Ð a$ gdÊ"â
a$ gd7wO
3ù 4ù 5ù Nù Pù „ù
û
û Ëû Ûû 0ü Vý ]ý —
ý œý ßý åý ,þ •þ £þ Óþ
ÿ ïâÒô¥–
¥´¥‡w‡w‡w‡hYJ;
hV:Ý h7wO CJ aJ mH sH
h"
h7wO CJ
mH
sH
h"
h7wO CJ aJ mH sH
hV:Ý h7wO CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÊ"â 5 •CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÊ"â CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÔ3¸ CJ aJ mH sH
hV:Ý hÊ"â CJ aJ mH sH
hV:Ý
O CJ aJ mH sH
hV:Ý h`-± CJ aJ mH sH
hV:Ý h`-± 5 •CJ aJ mH sH
h·1š 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý h^$
5 •CJ aJ mH sH
ÿ pÿ Õÿ üÿ ýÿ %
ž
º
ê
û
O
a
b
°
µ
º
3
>
V
‚
w
ƒ
ü
aJ
h7w
å
î
<
T
n
•
•
Ü
ñâÓĹ®¹®¹®¹®¹£˜˜˜rcScScScScScS h"
hÎ\I 5 •CJ aJ mH sH
h"
CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÎ\I 5 •CJ aJ
hV:Ý hL"
hÎ\I CJ
aJ
mH
sH
h"
hÎ\I
CJ
aJ
h"
J mH sH
•
»
ü
Š
w
ô
«
hV:Ý hÎ\I CJ aJ
hV:Ý hÝ8þ CJ aJ
h"
hÔ3¸ CJ aJ
hÝ8þ CJ aJ
h"
hÔ3¸ CJ aJ mH sH
h"
hÝ8þ CJ a
hV:Ý hÝ8þ CJ aJ mH sH
h"
h7wO CJ aJ mH sH
b
c
°
Z
õ
V
‚
®
,
ô
á
Ø
Š
$
&
F
Æ
&
F
Æ
„h
dh
^„h a$ gdÓR©
„h
dh
^„h a$ gdL"
$
É
t
º
t
t
$
dh
a$ gdÎ\I
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gdÎ\I
Æ
$
h
dh
a$ gdL"
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdÝ8þ
˜þa$ gdÝ8þ
$ dh
a$ gdÝ8þ
w
u
•
„Ð ^„Ð gdÝ8þ
$
„h
„˜þ dh
^„h `„
Ü
¸
T
Å
Ç
’
÷
ß
)
<
¦
å
ƒ
¨
»
b
ð
Ï
Ï
Ï
ð
3
$
„h dh
^„h a$ gdÓR©
dh
a$ gdÎ\I
ð
å
Ï
Ï
Ï
$
&
F
Æ
L
ð
Ï
Ï
å
(
å
Ï
ð
å
Ï
å
å
å
å
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gdÎ\I
Ü
¸
$
0
Å
@$
¼
²%
º%
Ò%
Ý%
L
¤&
è
L)
é
â+
",
¬-
Ç-
•.
0
N0
3 ˜3 «3 Í4 Î4
7 .7 Í7 â7 •8 ¥8 *< ô?
£”ÒñáñáñÒ³ÂÒñáñ…ñáñÂÒÂÒ”v”
aJ mH
sH
h"
h›
` CJ aJ mH sH
hV:Ý hÎ\I CJ aJ mH
sH
hV:Ý hÎ\I 5 •CJ aJ mH
sH
h"
hÔ3¸ CJ aJ mH
sH
h"
hÎ\I 5 •CJ aJ mH
sH
h"
hÎ\I CJ aJ mH
sH
h"
hÎ\I 5 •CJ aJ mH sH
h"
hÎ\I CJ
¯"
$
$ A$ X% ¤& À&
' •' é' :( ;(
ô
Ö
Ö
ô
À
À
À
¨
ô
’
&
F
Æ Ð
„h dh
^„h a$ gdÓR©
$ a$ gdÎ\I
Î\I
$
&
F
Æ Ð
„h dh
^„h a$ gdÓR©
õ?
aJ
L)
ô
ö?
mH
X)
sH
ô
(L
a-
l
å
ô
À
$
ñáñÒÂÒÂÒ³Ò£”£”
hV:Ý hn"á CJ
„h
°
$
„˜þ^„h `„˜þa$ gd
$
„
dh
`„
a$ gdÎ\I
$
$
´.
0
„Ð
dh
Y/
dh
`„Ð a$ gdÎ\I
a$ gdÎ\I
X) d)
p)
¢)
)*
5*
ß*
à+
â+
",
¬-
--
Ç-
0
N0
é
é
é
Ö
é
á
Ë
é
Ö
³
é
Ö
³
é
Ö
¦
Ö
&
F
Æ
&
F
Æ
$
dh
ß
$
$
„h
dh
dh
Ð
„h
¤
a$ gdÔ3¸
$
dh
¤ ^„h a$ gdÓR©
a$ gdÔ3¸
a$ gdÎ\I
$ a$ gdÎ\I
dh
^„h a$ gdÓR©
N0
$
ä1
82
2
3
3
Ð
—
˜3
«3
Y6
Ð
±
$
Í7
•8
^9
„h
±
Œ
dh
©:
Ð
±
Œ
&
F
Æ
7
^„h a$ gdÓR©
7;
ª;
Ë
í;
ð
è
Ë
±
$
¼
¢
Œ
$
$
„e
dh
dh
`„e a$ gdÎ\I
a$ gdÎ\I
$
`
&
F
Æ
t
„Ð dh
gdÎ\I
„h
dh
`„Ð a$ gd›
$
¤
^„h a$ gdÓR©
dh
gdÎ\I
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdÔ3¸
í; *< •< •= ö= õ? ö?
@
.F ¤F ØI ð
Ú
Ú
Ú
Ë
Ã
´
¥
–
ƒ
ƒ
x
$ dh
a$ gdÂ#o
$ „h „˜þ dh
^„h `„˜þa$ gdÂ#o
µB
•D
Ë
E
$
„h
dh
`„h a$ gdÂ#o
$
„
dh
`„
a$ gdÂ#o
$
„
dh
`„
a$ gd
â
dh
gd
â
$
&
F
Æ
`
„Ð
„h
dh
dh
`„Ð a$ gdÎ\I
^„h a$ gdÓR©
$
$
Æ
h
dh
a$ gdÎ\I
ö? ù? ú?
@ W@ k@ ÚI 3J GJ øK ùK 3L 4L ÊL ËL
N N )N 4N oN ~N «N ãN
O ïßÏÀ°À¡‘¡•p•p•paQaQaQaQaQa
hV:Ý hÂ#o 6 •CJ aJ mH
)M
¹M
ÄM
sH
hV:Ý
hÂ#o CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý
hÓ5Š CJ
aJ
mH
sH
"
j sð hÓ5Š hÓ5Š CJ aJ mH sH
h"
hÂ#o 6 •CJ aJ
sH
h"
hÂ#o CJ aJ mH
sH
h"
hÂ#o 6 •CJ aJ mH! sH!
h"
hÂ#o CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h`-± 5 •CJ aJ mH
sH
hV:Ý h al 5 •CJ aJ mH
sH
hV:Ý h‘;U 5 •CJ aJ mH
sH
ØI øK 3L ÊL )M *M
O •O GP 5Q ›Q uS •V +Y û[
å
Ò
Ò
Ã
´
¡
¡
¡
ð
’
ð
‡
$ dh
a$ gdÂ#o
mH
-
]
ð
ð
ð
$
`
„X
$
dh
„h
`„X a$ gd›
„˜þ dh
^„h `„˜þa$ gdÂ#o
$
`
„Ð
dh
`„Ð a$ gd›
$
$
„Ð
dh
dh
`„Ð a$ gdÓ5Š
a$ gdÓ5Š
$
„´
„Lÿ dh
^„´ `„Lÿa$ gdÓ5Š
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdÂ#o
O ¨O ³O
P &P }P ˆP ½P ÆP ÌP ÜP
ïP ÿP )Q 3Q GQ PQ •Q ‰Q îQ ùQ þQ
R R 6R NR SR gR mR 6U IU
W ÝW îW +Y ,Y ˜Z ¤Z ã[ ÷[ Å\ Ð\
]
^ 3^ B^ |^ •^
_
_ ë_ ú_ Ã` æ` 7a Ba ñáñáñáñáñáñáñáñáñáñáñá
ñáñáñáñáñÒÂÒ³ÒÂÒÂÒÂÒ¤™™™™™™
h"
hÂ#o 6 •CJ aJ
h"
hÂ#o
CJ aJ
h"
hÂ#o CJ aJ mH
sH
h"
h›
` CJ aJ mH sH
h"
hÂ#o 6 •CJ aJ mH sH
h"
hÂ#o CJ aJ mH sH
hV:Ý hÂ#o 6 •CJ aJ mH sH
hV:Ý hÂ#o CJ aJ mH sH 7 ] =] l]
Ÿ] Â] d^ á^ ƒ_ Ã_ aa ß
Æ
±
±
¢
‚
‚
‚
s
$
&
F
Æ
H
„
„
dh
`„
„˜þ dh
a$ gdÂ#o
$
1$ 7$ 8$ H$ ^„
`„˜þa$ gdÓR©
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdÂ#o
$ „‡ dh
1$ 7$ 8$ H$ ^„‡ a$ gdÂ#o
$ „h „ÿ dh
1$ 7$ 8$ H$ ^„h `„ÿa$ gdÂ#o
$
&
F
Æ
¡
„h
„ÿ dh
1$ 7$ 8$ H$ ^„h `„ÿa$ gdÓR©
aa
†a
©a
ßa
b
Mb
‚b
—c
½c
ïc
d
2d
ad
‹d
°d
æd
e
Je
œe
ß
Äe
ß
ß
ß
Ð
§
§
Ð `„˜þa$ gdÂ#o
&
F
Æ D
„Ð dh
º
§
§
§
§
$
^„Ð a$ gdÓR©
ß
º
ß
º
§
$
„Ð
§
§
„˜þ dh
^„
$
&
F
Æ
Ì
âd
þj
h"
CJ
h"
CJ
h"
CJ
æe
„h
dh
`„h a$ gdÂ#o
$
„
„Ôþ dh
1$ 7$ 8$ H$ ^„ `„Ôþa$ gdÓR©
Ba ©a ßa Mb Œd Îd
•e Æe Çe Èe åe æe =g Gg Þg ìg bh |h ßh îh •j ¬j éj
¶l õêÛõ̼̭žŽ~o`P`P`P`P`A`A`
h"
huH- CJ aJ mH! sH! hÂ#o 6 •CJ aJ mH! sH!
h"
hÂ#o CJ aJ mH! sH!
h"
huHaJ mH sH
h"
h`-± 5 •CJ aJ mH sH h al 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý h al CJ aJ mH sH
hV:Ý hÂ#o
aJ mH sH
hÂ#o 6 •CJ aJ mH sH
h"
hÂ#o CJ aJ mH sH
h"
hÂ#o
aJ mH sH
hV:Ý hÂ#o CJ aJ
h"
hÂ#o CJ aJ
Äe Çe åe
•h éj ²l Àl ÷n
q
q (q Šr Gt It Vt 8v ô
é
á
Ò
Ò
Ã
¸
Ã
Ã
°
¸
¡
¡
Ž
¸
¡
$
Æ
„
„X dh
`„X a$ gdÂ#o
$
$
„X
dh
dh
`„X a$ gdÂ#o
a$ gdÂ#o
$ a$ gdÂ#o
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gdÂ#o
$
Æ
"
dh
$
a$ gdÂ#o
&
F
$ a$ gduH-
a$ gdÓR©
$ dh
a$ gduH¶l ¿l ÷l cm dn %o .o 3o :o
q
q 'q Ãs Ïs Ôs Þs Gt It
Jt Vt ×u äu ëu
v 8v 9v :v Dv
w „y …y †y ïàÐàооÐàïà®à®
ஞŽŽŽpžŽàaT
h·1š 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý h`-± CJ aJ m
H! sH!
h"
huH- CJ aJ mH
sH
h"
hÂ#o CJ aJ mH
sH
h"
hÂ#o 5 •CJ aJ mH
sH
h"
huH- 5 •CJ aJ mH
sH
h"
hÂ#o 5 •CJ aJ mH! sH! " h"
hÂ#o 5 •CJ \ •aJ mH! sH! h"
hÂ#o CJ \ •aJ mH! sH!
h"
hÂ#o CJ aJ mH! sH! hÓ5Š hÂ#o 5 •CJ aJ mH! sH! 8v 9v Dv Šw „y …y ½y ¾y ×y Øy ?z \z xz €z ˆz ¨z Àz
{ ð
å
ð
ð
Ý
Ý
Ø
È
Ã
´
¦
¦
¦
¦
¦
¦
›
$
dh
a$ gd‰ ’
$
&
F
dh
a$ gdÓR©
&
F
Æ
$
„h
dh
`„h a$ gd‰ ’
Ð
$
„° ^„° gdÓR©
dh
a$ gdÂ#o
gd`-±
gd‰ ’
$ a$ gd`-±
$ „X dh
`„X a$ gdÂ#o
†y ’y ¼y ½y ¾y
z 3z ?z \z Àz
{
x{ £{ §{
|
| Ä~ x€ –€ —
€ ˜€ ™€ ›€ ¡€ ïßïÐÁ²Á£˜Á˜‰˜ÁzÁkÁk\zL< hÓ5Š h`-± 5 •CJ aJ mH! sH! hÓ5Š hMD¯ 5 •CJ aJ mH! sH!
h"
hMD¯ CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h‰ ’
CJ aJ mH sH
h"
h !Þ CJ aJ mH! sH!
h"
h‰ ’ CJ aJ mH
sH
h"
h‰ ’ CJ aJ
h"
h‰ ’ CJ aJ mH sH
h"
huHCJ aJ mH! sH!
h"
h‰ ’ CJ aJ mH! sH!
h"
h`-± CJ aJ mH
sH
h"
h !Þ 5 •CJ aJ mH sH
h"
h`-± 5 •CJ aJ mH sH
{
{ ;{ [{ x{ £{ §{ C| •|
} O} y} µ}
~ F~ Ã~ Ä~ —
€ ä
ä
ä
ä
ä
ä
Ó
¿
¿
§
§
§
§
§
§
¢
—
$
&
F
Æ
dh
a$ gd‰ ’
gd‰ ’
$
Œ
dh
&
F
&
F
Æ
1$ 7$ 8$ H$ a$ gdÓR©
dh
€
1$ 7$ 8$ H$ a$ gdÓR©
$
$
dh
1$ 7$ 8$ H$ a$ gd‰ ’
$
Ä
€
€ dh
1$ 7$ 8$ H$ a$ gdÓR©
—
˜€ §€ ¨€ ú• 0‚ I‚ ›‚ ÷‚ nƒ ²ƒ äƒ
ñ
Û
Î
¼
¼
¼
—
’
ƒ
*„
—
[„
\„
¼
•…
ö
¼
—
$
&
F
Æ
„¬
„h
dh
dh
`„¬ a$ gdMD¯
^„h a$ gdÓR©
gdC}Ê
$
$
„ì
„h
dh
dh
`„ì a$ gdC}Ê
&
F
^„h a$ gdÓR©
$
„
l
Æ
„
$
^„
`„
gdë
Œ
„h 1$ 7$ 8$ H$ ^„h a$ gd‰ ’
gdMD¯
„H ^„H gd al
¡€ ¦€ §€ ¨
€
• ]• ˆ• œ• ú• 0‚ I‚ nƒ ²ƒ *„ [„ \„ ¶„ é„ ïàѽ©½˜½ƒrƒcXc
H9c
h"
hë
l CJ aJ mH sH
h"
hC}Ê 5 •CJ aJ mH sH
h"
hC}Ê CJ aJ
h"
hC}Ê CJ aJ
mH sH
h"
hC}Ê B* CJ aJ h ph
( h"
hC}Ê B* CJ aJ h mH ph
sH
! hÓ5Š CJ OJ QJ aJ h mH! sH! ' h"
hë
l CJ OJ QJ aJ h mH! sH! ' h"
hC}Ê CJ OJ QJ aJ h mH! sH!
h"
h<C? CJ aJ mH! sH!
h"
h`-± CJ aJ mH! sH! hÓ5Š h al 5 •CJ aJ mH! sH!
é„
…
^… … W† X† œ† ͇ ­‰ ˉ kŠ lŠ mŠ …Š †Š ŠŠ ŒŠ ‘Š
™Š ¡Š ¢Š ªŠ ±Š \‹ f‹ l‹ ñâÓâÇ»¬¡™¡ŽƒteteteVeVeVetFt h"
|Å 5 •CJ aJ mH! sH!
hV:Ý hP ¨ CJ aJ mH! sH!
h"
h/Ç CJ aJ mH! sH!
h"
h—
|Å CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h-5_ CJ aJ
hV:Ý hÓ5Š CJ aJ
’Š
˜Š
h—
h-5_ CJ aJ
h-5_ h-5_ CJ aJ
hV:Ý h-5_ CJ aJ mH sH
hÓ5Š
CJ aJ mH sH
hC}Ê CJ aJ mH sH
h"
hMD¯ CJ aJ mH sH
h"
hC}Ê CJ aJ mH sH
h"
h/Ç CJ aJ mH sH
•… Ó…
† +† >† X† r† •† œ†
‡ i‡ ͇ 4ˆ ¾ˆ
®‰ lŠ é
Ï
Ï
Ï
Ï
Á
Á
Á
®
œ
œ
œ
œ
œ
‚
$
&
F.
Æ Ð
„•
&
F.
„Å
dh
]„• ^„Å a$ gdRs›
$
„•
dh
]„• a$ gdÓR©
$
„•
„Ð
dh
]„• `„Ð a$ gd-5_
$
&
F&
F
dh
Æ
&
F
™
Æ
™
É“
†
Æ
€
a$ gdÓR©
„h
„ªþ dh
$
^„h `„ªþa$ gdÓR©
„h dh
^„h a$ gdÓR©
Ê“ Ë“ Ì“ ì
«
œ
†
†
lŠ
Ì
mŠ
$
Œ
Á
t•
Á
´•
Á
†
Ž
QŽ ••
«
ç‘
Ç“
È“
«
†
¤P
¤P 1$ 7$ 8$ H$ gdC}Ê
&
F
Æ
$
„î
Ð
$
„ì
dh
Æ
€
dh
`„î a$ gd—|Å
dh
^„ì a$ gdÓR©
a$ gd—|Å
$
$
„
dh
¤P
¤P 1$ 7$ 8$ H$ `„
a$ gd¿ €
$
„•
„8
dh
]„• ^„8 a$ gd-5_
l‹ o‹ ˆŒ ‰Œ ‘Œ ’Œ
“ ïàÑàÑ೤”¤ˆ|m]M=
t•
0Ž
PŽ
ÜŽ
Ð’
Ø’
Ç“ È“
h"
Ë“ Ì“
h¾j
Ï“
Ü“
æ
5 •CJ aJ
h"
hÔk
J mH! sH!
mH! sH! h"
h×nM 5 •CJ aJ mH! sH! 5 •CJ aJ mH! sH!
h !û h !û CJ aJ mH! sH!
h¿ € CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h—|Å 6 •CJ aJ mH
h !û CJ
a
sH
hV:Ý
h—|Å CJ
aJ
mH
sH
h"
h/Ç CJ
aJ
mH
sH
h"
h—|Å CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý hÓ5Š CJ aJ mH! sH!
h"
h—|Å CJ aJ mH! sH!
h"
h—
|Å 5 •CJ aJ mH! sH!
æ“ ç“ è“
”
”
”
”
” $” (” )” *”
” ¦” ¯” Δ á” ä” î” ?• C• P• S• ç• í• ü•
–
–
– I–
ïßϿϯŸ¯Ï••p^K^K^K^K^K^K^K^K^ % hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH
t
sH
" hV:Ý
h]]| CJ
\ •] •aJ
mH
sH
hV:Ý
h]]| CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý
h]]| 5 •CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý
hd}b 5 •CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý
h-5_ 5 •CJ
aJ
mH
sH
h"
h"
h"
˜ ê™
Î
h€[j 5 •CJ
h×nM 5 •CJ
hd}b 5 •CJ
7œ )• ²•
©
›
aJ
aJ
aJ
Ež
¸
mH!
mH!
mH!
®ž
›
©
sH! h"
hÔk 5 •CJ aJ mH! sH! sH! h"
hC}Ê 5 •CJ aJ mH! sH! sH!
Ì“ )” *” V• —– ê– 7— –
6Ÿ ‘Ÿ ËŸ á
á
¸
Î
Î
›
›
›
Î
Î
$
&
F/
dh
a$ gdÓR©
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gd¾j
$
&
F0
Æ
Æ
Æ
Lÿ€ „0ý dh
Lÿ€ „Ð dh
€
`„0ýa$ gdRs›
`„Ð a$ gd]]|
$
„° „Pþ ¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ ^„° `„Pþgdd}b
I– O– —– -– Æ– Ç– Ì–
å– ç– è–
—
—
—
—
— 1— 3— 4— –
˜ •˜ >™ a™ w™ ê™ ï™ 0š 7š ìÚ̽¨œ‹œ¨Ì½¨œ|‹œ¨Ì½ÌjXjEjE
% hV:Ý
h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH sH " hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •aJ mH sH
" hV:Ý
h]]| CJ \ •] •aJ mH sH
• h]]| h]]| CJ \ •] •aJ
• h]]| h]]| 6 •CJ \ •] •aJ
• h]]| h]]| CJ aJ ) • j
h]]|
h]]| 6 •CJ U \ •] •aJ
h]]| h]]| 6 •CJ \ •] •aJ
h]]| h]]| CJ
\ •] •aJ
" hV:Ý h]]| CJ \ •] •aJ mH
sH
% hV:Ý
h]]| 6 •CJ
\ •] •aJ
mH
sH
7š xš š €š …š Œš Žš
nœ ñœ îÛƶ¡¶Æî•w¶w•d•UE5E
•š
´š ;›
h"
<› K›
h¾j
L›
Ù›
à›
6œ
7œ
^œ
CJ \ •aJ mH! sH! h"
h×nM CJ \ •aJ mH! sH!
h]]| h]]| CJ aJ mH sH
% h]]| h]]|
6 •CJ \ •] •aJ mH sH . • j
h]]| h]]| CJ U \ •] •aJ mH sH
" h]]| h]]| CJ \ •] •aJ mH sH
( • hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH
sH
• hV:Ý h]]| CJ aJ mH sH ) • j
h]]| h]]| 6 •CJ U \ •] •aJ
% hV:Ý h]]| 6 •CJ \ •] •aJ mH sH " hV:Ý h]]| CJ \ •] •aJ mH sH
ñœ (• )• TŸ UŸ ‘Ÿ »
¡
¡ ì¡ í¡ ´¢ O¦ ®¦ ²¦ »¦ æ¦ î¦
-§ õ§ ïßïÏ￯¿¯Ÿ••o_oßMß=
h"
h×nM CJ \ •aJ mH sH " hV:Ý h×nM 6 •CJ \ •aJ mH! sH! h"
h¾j
CJ
\ •aJ
mH! sH!
h"
h×nM CJ
\ •aJ
mH! sH!
h"
h”
Ü CJ
\ •aJ
mH
sH
h"
h”
Ü CJ \ •aJ
sH
hV:Ý h”
mH
Ü CJ \ •aJ
h"
h€[j
hV:Ý h×nM
hV:Ý h-5_
¥ Æ¥ O¦
&
F
Æ
Ð
Lÿ€ „h
mH! sH! h"
h¸[Ù CJ \ •aJ mH! sH! CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý h±G CJ \ •aJ mH! sH! CJ \ •aJ mH! sH! CJ \ •aJ mH! sH!
ËŸ [
»
¡ Š¡ ì¡ ´¢ ;£ ߣ
-§ A§ é
é
é
é
Ú
Ã
Ã
Ã
Ã
ž
‡
$
dh
^„h a$ gdÓR©
³¤
é
$
Æ
Lÿ€ dh
a$ gd×nM
$
&
FÆ T
„Å dh
^„Å a$ gdÓR©
&
FÆ T Lÿ€ „Å dh
^„Å a$ gdÓR©
$
Æ
$
Lÿ€ dh
a$ gd”
Ü
&
F
Æ
$
„Å
dh
^„Å a$ gdÓR©
A§
¨
\§ Š§ õ§ -¨
© .ª Šª ºª ìª
é
Ú
§
-«
§
Q«
p¬
Ú
-
é
é
Ú
§
é
Ë
Ë
¹
˜
Æ
&
F
Æ
&
F
$
Lÿ€ dh
a$ gdÐ/<
$
Lÿ€ dh
a$ gdÓR©
$
Æ
Lÿ€ dh
a$ gdÓR©
Æ
$
Lÿ€ dh
a$ gd”
Ü
Æ
&
F
Æ
$
Lÿ€ dh
Ð
„h
a$ gd×nM
dh
$
^„h a$ gdÓR©
õ§
¨
¨ ¨ !¨
©
©
© .ª /ª \ª eª Šª
e•u•YPK?
ºª
Q« R« n¬ o¬ p¬ q¬
hÐ/< hÐ/< CJ \ •aJ
µ° ïÝïÐïÀ-•••u•
hÐ/< \  h”
Ü CJ
\ •aJ
h"
h£K
CJ
\ •aJ
hV:Ý
h”
Ü CJ
\ •aJ
mH
sH
h"
h(vª CJ
\ •aJ
h"
h”
Ü CJ
\ •aJ
hV:Ý
h”
Ü CJ
\ •aJ
mH
sH
hV:Ý
h×nM CJ
\ •aJ
mH
sH
% h"
h×nM 6 •CJ
\ •] •aJ
mH
sH
h"
hMD¯ CJ
\ •aJ
mH
sH
hê4. CJ
\ •aJ
mH
sH
" h"
h×nM 6 •CJ
\ •aJ
mH
sH
h"
h×nM CJ
\ •aJ
mH
sH
-
ÿä
“®
1¯
Lÿ€ dh
*°
µ°
,±
ä
Õ
Æ
¯
Â
$ If
$
a$ gdÓR©
„±
ä
ݱ
Â
á±
ø±
ä
²
ä
ä
ä
Â
Õ
$
Æ
Lÿ€ dh
&
F3
Æ Ð Lÿ€ „
a$ gdÞF˜
„äþ dh
$
^„
`„äþa$ gdRs›
µ°
,± -± „± …± Ž± •± —± ³±
²
²
² ?² C² J² K² €² ‚² ‘² ’² —
² ˜² ïßϺ®®’†vfV†v†F†v9v†
h !û CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH
sH
hÞF˜
hÞF˜
hÞF˜ CJ
hÞF˜ CJ
\ •aJ
\ •aJ
mH
mH
sH
h !û
hÞF˜ CJ
\ •aJ
mH! sH! -
sH
hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ
hÞF˜ hÞF˜ CJ aJ
hÞF˜
CJ aJ phÀ
hÞF˜ hÞF˜ 5 •CJ aJ ( hV:Ý hÞF˜ 5
CJ aJ mH phÀ
sH
hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH
hV:Ý h]]| CJ \ •aJ mH sH
hÐ/< hÐ/< CJ \ •aJ
²
² @² n
[
[
Æ
Æ
l
Lÿ€ „" „Þÿ dh
Lÿ€ dh
$ If
Ö
=
t
Ö0
ÿ
ÿ
Ö
$ If
^„" `„Þÿa$ gdÓR©
$
a$ gdÓR© • kd
$ $ If
ÖF ”ÿÑ ø
'
&
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
hÞF˜ 5 •B*
•B*
mH sH
²
@
$
²
–
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
[
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
4Ö
A² C²
@²
K²
•²
n
[
[
$
Æ
l
Lÿ€ dh
Ö
=
t
Ö0
ÿ
Ö
$ If
ÿ
a$ gdÓR© • kd®
ÖF ”ÿÑ ø
'
ÿ
ÿ
$
$ If
–
&
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
ÿ
[
ÿ4Ö
yt !û
4Ö
€² ‚²
•²
’²
˜²
»²
n
[
[
@
$
Æ
Æ
l
Lÿ€ „ü „ ÿ dh
Lÿ€ dh
$ If
Ö
=
t
Ö0
ÿ
ÿ
Ö
$ If
^„ü `„ ÿa$ gdÓR©
$
a$ gdÓR© • kd\
$ $ If
ÖF ”ÿÑ ø
'
&
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
–
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
yt !û
˜² º² ¾² β ϲ #³ '³ 7³ {³ }³ ʳ ͳ ׳
´
´ ,´ ´ 4´ Z´ ^´ s´ ™´ œ´ ¤´ ¥´ äµ åµ Ä¶ ê¶ ë¶ ïãÓÆÓãÓ¶ãÓãÓ¦ãÓÆÓ¦
㦖㦆–xk^T
hÞF˜ CJ mH
sH
hÞF˜ hÞF˜ CJ mH
sH
hV:Ý hÞF˜ CJ mH
sH
hV:Ý hÞF˜ CJ \ •mH
sH
h !û hÞF˜ CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH
sH
hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH hV:Ý hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH
h !û CJ \ •aJ mH! sH! hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH
sH
hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH
[
[
$
Æ
Lÿ€ dh
$ $ If
=
Ö0
ÿ
t
Ö
$ If
–l
sH
»²
¼²
¾²
a$ gdÓR©
•
Õ²
$³
n
[
kd
Ö
ÖF
'
ÿ
ϲ
[
ÿ
”ÿÑ ø
&
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
yt !û
$³ %³ '³ 7³ z³ n
[
@
$
Æ
Lÿ€ „" „Þÿ dh
$ If
^„" `„Þÿa$ gdÓR©
$
Æ
Lÿ€ dh
$ If
a$ gdÓR© • kd¸
$ $ If
l Ö
ÖF ”ÿÑ ø
=
'
&
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
[
–
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
yt !û
z³ {³ }³ •³ ʳ n
[
@
$
Æ
Lÿ€ „" „Þÿ dh
$ If
^„" `„Þÿa$ gdÓR©
$
Æ
Lÿ€ dh
$ If
a$ gdÓR© • kdf
$ $ If
l Ö
ÖF ”ÿÑ ø
=
'
&
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
[
–
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
yt !û
ʳ ˳ ͳ ׳
´ n
[
@
$
Æ
Lÿ€ „" „Þÿ dh
$ If
^„" `„Þÿa$ gdÓR©
$
Æ
Lÿ€ dh
$ If
a$ gdÓR© • kd
$ $ If
l Ö
ÖF ”ÿÑ ø
=
'
&
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
[
–
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
´ 4´
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
[´ n
´
4Ö
´
´
[
[
[
@
$
Æ
Æ
l
Lÿ€ „ü „ ÿ dh
Lÿ€ dh
$ If
Ö
=
t
Ö0
ÿ
ÿ
Ö
$ If
^„ü `„ ÿa$ gdÓR©
$
a$ gdÓR© • kdÂ
$ $ If
ÖF ”ÿÑ ø
'
&
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
–
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
yt !û
[´ \´ ^´ s´ ˜´ n
[
@
$
Æ
Lÿ€ „ü „ ÿ dh
$ If
^„ü `„ ÿa$ gdÓR©
$
Æ
Lÿ€ dh
$ If
a$ gdÓR© • kdp
$ $ If
l Ö
ÖF ”ÿÑ ø
=
'
&
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
[
–
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
[
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
4Ö
™´ œ´
˜´
¥´
´
n
[
[
$
Æ
l
Lÿ€ dh
Ö
=
t
Ö0
ÿ
Ö
$ If
ÿ
a$ gdÓR© • kdÖF ”ÿÑ ø
'
ÿ
ÿ
$
$ If
–
&
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö
yt !û
_
&
F4
dh
gdÓR©
4Ö
ô Ŵ
´
äµ
W
dh
gdÞF˜
ë¶
L
~·
3¸
¹
L
†¹
n
_
L
L
$
Lÿ€ dh
a$ gdÞF˜
Ö
=
t
Ö0
ÿ
ÿ
Ö
Æ
l
•
kdÌ
ÖF
'
ÿ
$ $ If
”ÿÑ ø
–
&
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
yt !û
ë¶ ô¶ …¹ †¹ ‡¹
º J» ‘¼ Ƽ Ǽ Ó¼ w½ x½ y½
ylbUL?UL
h¡-G hÞF˜ CJ mH
G CJ mH
sH
hÞF˜ CJ mH
hV:Ý hÞF˜ CJ mH sH
ˆ¹ ‰¹ ˜¹ ™¹ µ¹
º ¢º ¼º
ؽ óêãÜÑɽ±¦±–†–†–
sH
h¡-G hÞF˜ CJ
h¡-G
sH
hÞF˜ hÞF˜ CJ mH
sH
hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH
ʺ
h¡-
Û
sH
hÞF˜ hÞF˜ CJ \ •aJ mH sH
hV:Ý hÞF˜ CJ aJ
aJ
hV:Ý hÞF˜ 5 •CJ aJ
hV:Ý hÞF˜ 5  hÞF˜
hV:Ý
hÞF˜ CJ
hÞF˜ CJ
aJ
\ •
hÞF˜
hÞF˜
hÞF˜
hÐ/<
hÐ/< hÐ/< CJ
hÐ/< hÐ/< CJ mH sH
†¹ ˆ¹
º
º
º )º :º ;º =º ú
Ø
Ø
Ø
G
• kdz
$ $ If
–l Ö
:
÷
Y
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
t
Ö
ë
ë
ÖF
ö
Ø
”ÿÎ Å
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö
yt !û
$
Æ
Lÿ€ dh
$ If
4Ö
a$ gdÓR©
Æ
$
Lÿ€ dh
ì
a$ gdÞF˜
[
gdÑu[
ì
=º
Dº
Xº
Yº
[º
ì
dº
ì
}º
ì
•
kd(
t
$
$ If
–l
:
Ö0
Ö
ÿ
ÿ
Ö
÷
ÖF
”ÿÎ Å
Y
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
yt !û
$
Æ
Lÿ€ dh
$ If
a$ gdÓR©
[
[
$
Æ
l
t
Lÿ€ dh
Ö
:
Ö0
ÿ
Ö
$ If
ÿ
}º
~º
ۼ
a$ gdÓR© • kdÖ
ÖF ”ÿÎ Å
÷
ÿ
ÿ
$
Šº
™º
$ If
n
[
–
Y
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
[
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
4Ö
šº œº
™º
¢º
¼º
n
[
[
$
Æ
l
t
Lÿ€ dh
Ö
:
Ö0
ÿ
Ö
$ If
ÿ
a$ gdÓR© • kd„
ÖF ”ÿÎ Å
÷
ÿ
ÿ
$
$ If
–
Y
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
[
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
4Ö
½º ¿º
¼º
ʺ
ܺ
n
[
[
$
Æ
Lÿ€ dh
$ $ If
:
t
Ö0
ÿ
Ö
$ If
–l Ö
a$ gdÓR©
•
kd2
ÖF
Y
÷
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
”ÿÎ Å
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
[
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
4Ö
ݺ ߺ
ܺ
èº
»
n
[
[
$
Æ
Lÿ€ dh
$ $ If
:
t
Ö0
ÿ
Ö
$ If
–l Ö
a$ gdÓR©
•
kdà
ÖF
Y
÷
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
”ÿÎ Å
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
»
»
Æ
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
H» n
Lÿ€ dh
$ $ If
:
t
Ö0
ÿ
Ö
4Ö
»
»
[
$ If
–l Ö
[
a$ gdÓR©
$
•
[
kdŽ
ÖF
Y
÷
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
”ÿÎ Å
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
W
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
H»
4Ö
I» J»
H
Ǽ
H
x½
ؽ
gdÑu[
&
F5
„Å
dh
^„Å gdRs›
dh
gdÞF˜
¾
H
j¾
n
_
C
Æ
$
Lÿ€ d
a$ gdÞF˜
•
kd<
t
$ $ If
:
Ö0
ÿ
Ö
–l
Ö
ÖF
Y
÷
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
”ÿÎ Å
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
¿
¿
À
ÿ
ÿ4Ö
yt !û
¿ 9¿
ì¿ í¿
‚¿
À
ؽ
¿
À
4Ö
¾ j¾
¡¿
¢¿
¿
ª¿
«¿
´¿
µ¿
À¿
Á¿
È¿
É¿
Ô¿
Õ¿
à¿
á¿
À
,À
h]]|
sH
%
-À AÀ BÀ GÀ
h]]| CJ \ •aJ
HÀ
mH
XÀ
÷ìáÑÁ±¢’€’m’m’m’m’m’m’m’m]m]m]m’m’m’
j Øð h]]| h]]| CJ \ •aJ mH
sH
h]]| h]]| CJ \ •aJ mH sH
h]]| h]]| 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý
sH " h]]| h]]| 5 •CJ \ •aJ
h]]| h]]| CJ aJ mH sH
h]]| 5 •CJ aJ mH
-
mH
sH
hV:Ý
h]]| CJ
\ •aJ
mH
sH
h¡-G
hÞF˜ mH
sH
h¡-G
h¡-G mH
sH
¿
h¡-G h¡-G CJ $j¾
‚¿ ’¿
¿ ¡¿ ú
Ø
º¾
¿
ú
C
ë
ë
”
kdê
Ø
$
‰
$ If
–l
Ö
”Á
Ö0
”ÿ
ø
Ö
t
à
ÿ
Ö
ö
ÿÀÀÀ
6 ö
ÿÀÀÀ
Ö
ÿ
Ö0
ÿ Ö
ÿ
ÿ
Ö
Æ
l aö
pÖ
Lÿ€ dh
ÿÀÀÀ
$ If
ÿÀÀÀ
a$ gd]]|
$
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4
Æ
À
$
Lÿ€ dh
a$ gd]]|
,À AÀ GÀ XÀ ^À
ì
ì
ì
ì
gdÑu[
ì
¡¿ ª¿
ì
ì
´¿
À¿
È¿
ì
ì
ì
Ñ
$
Æ
Æ
Lÿ€ „ü
Lÿ€ dh
„ ÿ dh
$ If
Ô¿
ì
$ If
^„ü `„ ÿa$ gd]]|
a$ gd]]|
$
à¿
ì¿
ì
À
ì
XÀ YÀ `À rÀ •À -Á Á %Á (Á )Á .Á /Á 2Á
̽ܧܚ„Ì„Ì„ÌÜ„Üt^N^t>
• hV:Ý h]]| CJ aJ mH
3Á 5Á 7Á 8Á °Á /Ã 0Ã ?Ã @Ã WÃ
hV:Ý h×nM CJ \ •aJ mH sH sH + • j
h]]| h]]| CJ U \ •aJ
²Ã
mH
ìÜ
sH
hV:Ý h]]| CJ \ •aJ mH sH + j
h]]| h]]| 5 •CJ U aJ mH nH u
h !û 5 •CJ aJ mH! sH! + j
h]]| h !û CJ U \ •aJ mH nH u
h]]| h]]| CJ aJ mH sH
h]]| h]]| 5 •CJ aJ mH sH h]]| h]]| CJ \ •aJ mH sH %
j Øð h]]| h]]| CJ \ •aJ mH sH
^À _À `À -Á
Á !Á "Á #Á $Á %Á &Á 'Á ‡
x
x
x
x
x
x
x
x
e
e
$
Æ
Lÿ€ „´ dh
^„´ a$ gd]]|
Æ
‰
t
$
Lÿ€ dh
$ $ If
ø
a$ gd]]| x
–l Ö
kd°
Ö0
”ÿ
à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
'Á (Á *Á +Á ,Á Á .Á 0Á 1Á 2Á 4Á 5Á 7Á 9Á :Á ;Á <Á =Á >Á
ì
ì
ì
ì
ì
ì
ì
ì
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ê
»
ö
?Á
6
WÃ
ì
ö
³Ã
Ö
ì
ì
Ý
Ý
Ý
Æ
Æ
$
Lÿ€ dh
Lÿ€ „Ð
a$ gd×nM
$
dh
`„Ð a$ gd]]|
$
Lÿ€ dh
a$ gd]]|
$
Lÿ€ „´ dh
^„´ a$ gd]]|
²Ã ³Ã ¶Ã ·Ã ¸Ã ÜÃ
Å (Å )Å /Å
AÅ •Å žÅ
Å ¥Å òåÕŹ­¡•­••v•Z>
6 j
h\mø hê4. 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u
6 j
h\mø h !û 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u
h®XD hê4. CJ aJ
h®XD hê4. CJ \ •aJ
Æ
Æ
Å
0
hê4. CJ aJ
h"
hë
l CJ \ •aJ
h"
h×nM CJ \ •aJ
h"
h(vª CJ \ •aJ
h"
5 •CJ aJ
hV:Ý h(vª 5 •CJ aJ mH sH h !û h !û CJ \ •aJ mH! sH!
h !û CJ \ •aJ mH! sH!
h]]| CJ
mH! sH!
³Ã ´Ã µÃ ¶Ã ·Ã ¸Ã Êà Ëà Ûà Üà ð
ð
ð
ð
Ö
Ö
Ö
T
‚ kd=
h(vª
\ •aJ
Ö
$
$ If
–l
Ö
Ö0
”ÿ
Æ
x
º
t à
6` ”[ ”´ Ö0
ÿ
ö
Ö
ÿ
ÿ Ö
l aö
$
Æ
Lÿ€ dh
$ „[
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
&`#$ /„´ If
ÿ
ÿ
ÿ Ö
a$ gd(vª
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ-”´ 4Ö
ö
6
4Ö
ö
Æ
$
Lÿ€ dh
a$ gd×nM
Üà íà þà ÿÃ
å
Ä
%Ä
å
å
c
å
‚
kdÞ
$
$ If
–l
Ö
Ö0
”ÿ
Æ
x
º
t à
6` ”[ ”´ Ö0
ÿ
ö
Ö
ÿ
ÿ Ö
l aö
$
Æ
Lÿ€ dh
$ „[
c
c
Æ
l
Lÿ€ dh
Ö
$
„[
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
&`#$ /„´ If
a$ gd(vª
$
&`#$ /„´ If
Ö0
a$ gd(vª ‚
”ÿ
ÿ
ÿ
ÿ-”´ 4Ö
%Ä
&Ä
kd•
ö
6
4Ö
?Ä
YÄ
$
$ If
}
–
ö
Æ
x
º
t à
6` ”[
ö
l aö
”´
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ Ö
YÄ ZÄ vÄ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
“Ä }
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
c
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ-”´ 4Ö
c
ö
6
4Ö
$
Æ
l
Lÿ€ dh
Ö
$
„[
&`#$ /„´ If
Ö0
a$ gd(vª ‚
”ÿ
kd
$
$ If
–
ö
Æ
x
º
t à
6` ”[
ö
l aö
”´
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ Ö
“Ä ”Ä ®Ä
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÊÄ }
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
c
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ-”´ 4Ö
c
ö
6
4Ö
$
Æ
l
Lÿ€ dh
Ö
$
„[
&`#$ /„´ If
Ö0
a$ gd(vª ‚
”ÿ
kdÁ
$
$ If
–
ö
Æ
x
º
t à
6` ”[
ö
l aö
”´
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÊÄ ËÄ ìÄ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
Å }
ÿ
$
&`#$ /„´ If
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ Ö
c
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ-”´ 4Ö
c
ö
6
4Ö
$
Æ
l
Lÿ€ dh
Ö
„[
a$ gd(vª ‚
”ÿ
kdb
$
$ If
–
ö
Æ
x
º
t à
6` ”[
ö
l aö
Å .Å
n
”´
Ö
/Å
Ö0
ÿ
Å
}
ÿ
ÿ Ö
Å 'Å
n
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
(Å )Å *Å +Å ,Å n
n
n
n
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ-”´ 4Ö
n
ö
6
4Ö
n
n
ö
Æ
l
$
Lÿ€ dh
Ö
a$ gd×nM ‚
kd
$ $ If
Ö0 ”ÿ
–
Æ
x
º
t à
6` ”[ ”´ Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
ö
Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ-”´ 4Ö
4Ö
l aö
/Å žÅ §Å ¨Å ©Å ªÅ -Å ®Å ¯Å °Å ±Å ²Å ³Å µÅ ¶Å
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ -Æ Æ
Æ é
Ï
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
„Å ^„Å gdÉpm
„Å „7 dh
¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ ^„Å `„
7 gd !û
„7 dh
¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ `„7 gd®XD
¥Å ¦Å ªÅ «Å ¬Å
³Å ´Å ¶Å ¸Å
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ "Æ iÆ jÆ —
Æ ˜Æ
Ç äÕä¹Õ Õ„Õx„x„xÕiYI:
h"
h-OS CJ aJ mH! s
H!
h"
h×nM 5 •CJ aJ mH! sH! h"
h¾j
5 •CJ
aJ
mH! sH!
h"
h¾j
CJ aJ mH! sH!
hê4. CJ OJ QJ aJ
6 j
h\mø h !û 5 •CJ OJ Q
U \ •aJ mH nH u
0 j
h\mø h !û CJ OJ QJ U aJ mH nH u
6 j
h\mø hê4. 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u
h,>¶ hê4. CJ
OJ QJ aJ
6 j
h\mø hÉpm 5 •CJ OJ QJ U \ •aJ mH nH u
Æ !Æ "Æ cÆ dÆ eÆ fÆ gÆ hÆ iÆ ˜Æ =Ç ZÇ öÇ ¬É ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
Ø
¿
©
˜
‰
J
$
„7 dh
`„7 a$ gd
FK
$ dh
1$ 7$ 8$ H$ a$ gdóQ‡
$ „´
`„´ a$ gdoFø
$ „
dh
¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$ `„
Æ
€
¤x ¤x 1$ 7$ 8$ H$
a$ gd]]|
„°
„Pþ ¤x
¤x 1$ 7$ 8$ H$ ^„° `„Pþgdd}b
„Å ^„Å gdÉpm
Ç
Ç <Ç =Ç >Ç UÇ VÇ WÇ XÇ YÇ ZÇ öÇ ÷Ç îÊ ïÊ |Í ŽÍ ¼Ï ñ
âÓÀñÀª—Àˆyj[L[<[
h"
h
FK 5 •CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h
FK CJ aJ mH
sH
h"
h
FK CJ aJ mH! sH!
h"
h‹^7 CJ aJ mH! sH!
h"
há ë CJ
aJ mH! sH!
h"
h-OS CJ aJ mH! sH! % j¤
h"
hRI‚ CJ U aJ
mH! sH! + j
h"
hoFø CJ U \ •aJ mH nH u % j
h"
hoFø CJ
U aJ mH! sH!
h"
h×nM CJ aJ mH! sH!
h"
hë
l CJ aJ mH! sH!
h"
hoFø CJ aJ mH! sH! ¬É
Ê “Ê ¹Ê ïÊ ÓÌ
˜Í fÎ øÎ hÏ ¼Ï 0Ð ‡Ñ rÓ 5Õ ºÕ pÖ è
è
è
è
Ù
Î
è
è
è
è
¼
¢
¢
¢
¢
•
$ „Ð dh
*$ 1$ `„Ð a
$ gdK }
$
&
F
Æ Ð h
„h dh
*$ 1$ ^„h a$ gdÓR©
$ „Ð dh
*$ 1$ `„Ð a$ gd{o(
$
dh
a$ gd FK
$
„7 dh
`„7 a$ gd
FK
$
„
„äþ dh
^„ `„äþa$ gd
FK
¼Ï
Ð
Ð
Ð 0Ð ¹Õ ºÕ Œ× ¸× FØ xÙ ,Ú “Ú ÃÚ ñâñ˶¡
’‡r]rH3
) hV:Ý hX¿ B* CJ PJ aJ mH ph
sH ( hV:Ý hK } CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
( hV:Ý hK } CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
( hK } hK } CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
hK } hK } CJ aJ
hV:Ý hK } CJ aJ mH! sH! ) hK } hh.¥
B* CJ PJ aJ mH! ph
sH! ) h"
h{o( B* CJ PJ aJ mH! ph
sH! ,
h"
h{o( B* CJ PJ \ •aJ mH! ph
sH!
hV:Ý hMc; CJ aJ mH! sH!
h"
h{o( CJ aJ mH! sH!
pÖ ¸× Ï× FØ ‹Ø íØ #Ù xÙ ÍÙ ,Ú ]Ú “Ú
Û
Û †Û íÛ RÜ šÜ Ö
Ü í
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Ã
Ã
²
›
›
›
›
$
&
F?
Æ p h
„h dh
^„h a$ gdRs›
$ „h dh
¤ð `„h a$ gd«
R
$ „Ð dh
*$ 1$ `„Ð a$ gdX-¿
&
F@
Æ
T Ð h
„h dh
*$ 1$ ^„h gdRs›
$ „Ð dh
*$ 1$ `„Ð a$ gd
K }
ÃÚ ÇÚ ÞÚ àÚ
Û
Û
Û
Û +Û Û 2Û …Û †Û RÜ šÜ áÞ âÞ ;ß ?ß Yß Žà êÕêÕÀ« ‘†‘w wlw ]NBN
hK } CJ aJ mH! sH!
hMc; hMc; CJ aJ mH! sH
!
hV:Ý hMc; CJ aJ mH sH
hX-¿ hX-¿ CJ aJ
hV:Ý hX¿ CJ aJ mH sH
hV:Ý h*nM mH sH
hV:Ý h*nM CJ aJ mH sH
hV:Ý hX-¿ mH sH
) hV:Ý h«
R B* CJ PJ aJ mH ph
sH ) hV:Ý hâ_» B* CJ PJ aJ mH ph
sH
) hV:Ý hX¿ B* CJ PJ aJ mH ph
sH ) hV:Ý hK } B* CJ PJ aJ mH ph
sH
ÖÜ HÝ ³Ý
Þ dÞ áÞ âÞ •à â pä Gå
ç @è ÷è Ðé è
è
è
Í
Í
Â
³
³
³
³
•
z
$
Æ
„ÿÿ „Å
dh
]„ÿÿ`„Å a$ gd¶G
$
„ÿÿ „S
dh
]„ÿÿ`„S a$ gd®XD
$
„ÿÿ „S
dh
]„ÿÿ`„S a$ gdMc;
$
$
&
F?
Æ p
&
F?
Æ p
„7
dh
dh
`„7 a$ gdMc;
a$ gdX-¿
$
h
„e
„›þ dh
h
„h
dh
^„e `„›þa$ gdRs›
^„h a$ gdRs›
$
Žà
á
á
•à
á
–
ë ›ë
©à
$á
«à
)á
ˆ
+á
Àà
,á
Çà
1á
äà
5á
=á
>á
³ä
´ä
ÿç
è
Fè
dè
eè
…ë
†ë
Ûë tì ~ì úì þì
í
í ñâñâÓñÇÓ»¬Ç¬ÇñӬӝӬӬӻ¬ÓŽpp`pp
hV:Ý h®XD 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý h®XD CJ aJ mH sH
hV:Ý h§"]
CJ aJ mH sH
hV:Ý hMc; CJ aJ mH sH
hV:Ý hMc; CJ aJ mH!
sH!
hV:Ý h®XD CJ aJ mH! sH!
h®XD CJ aJ mH! sH!
hK } CJ aJ
mH! sH!
hMc; hMc; CJ aJ mH! sH!
hMc; hK } CJ aJ mH! sH!
h
V:Ý hK } CJ aJ mH! sH! $Ðé Zê ÷ê Rë †ë ‡ë
í Hí ®í ®î 8ï ïï
ˆñ ¿ñ Þò ;ó Uó Àó
ô ð
Ù
Ù
Ù
Ù
Ê
»
»
»
»
»
»
»
©
©
ž
ž
ž
dh
*$ 1$ gd§"]
$ „Ð dh
*$ 1$ `„Ð a$ gd§"]
!
„T
dh
*$ 1$ ^„T gd§"]
Æ
$ „7 dh
`„7 a$ gd§"]
$
S
„S „äþ dh
^„S `„äþa$ gdMc;
$ „7 dh
`„7 a$ gdMc;
í ¿ñ ;ó ¦ô §ô ¨ô Èô Éô Ëô
õ sõ
ö
ö
ö %ö &ö 0ö •ö ëÜë;®ž®€qZC/ZC
& h‰`P B* CJ PJ \ •a
J mH! ph
sH! , hð-X hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph
sH! , hV:Ý h
‰`P B* CJ PJ \ •aJ mH ph
sH
hV:Ý h‰`P CJ aJ mH sH
hV:Ý
hc0Z CJ aJ mH sH
hV:Ý h0Mf CJ aJ mH sH
hV:Ý h*nM 5 •CJ aJ mH sH hV:Ý h0Mf 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý hÉpm CJ aJ mH sH
hV:Ý h*nM
CJ aJ mH sH
hV:Ý h§"] CJ aJ mH sH
( hV:Ý h§"] CJ OJ QJ
^J aJ mH sH
ô gô ¦ô ¨ô Êô
ö Ú÷ cù àú Ìü 6þ Tÿ …
Ÿ
ÿ
“
%
K
L
á
O
8
Ç
×
ñ
×
b
ô
ô
×
×
é
×
×
×
é
×
×
×
×
é
×
×
×
×
×
$ „Ð
×
×
×
×
dh
*$ 1
$ `„Ð a$ gdð-X
$ dh
a$ gdÉpm
dh
*$ 1$ gd§"]
•ö —
ö ¹ö ¼ö ãö þö ä÷
ø
ø Lø jø qø ˆø •ø
ú
ú ßú ãú Bû Jû
Kû Ëü Ìü Ûÿ Üÿ „
…
ý
þ
éÒéÒéÒ¾§Ò“é“éÒéÒéÒ“éÒéÒé~i~X
! h†JB hð-X B* PJ mH! ph
sH! ) hV:Ý h‰`P B
* CJ PJ aJ mH! ph
sH! ) hð-X hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph
sH! & h
‰`P B* CJ PJ \ •aJ mH! ph
sH! , hV:Ý hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! p
h
sH! & hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph
sH! , hð-X hð-X B* CJ PJ
\ •aJ mH! ph
sH! , hV:Ý h‰`P B* CJ PJ \ •aJ mH! ph
sH! þ
ÿ
9
“
Ü
Ý
J
K
L
_
f
ô
õ
O
ü
ñ
&
7
îÙÄÙ³¢‘¢‘€¢‘¢‘¢qbM6
, h0Mf hð-X B* CJ PJ \ •
aJ mH! ph
sH! ) h0Mf hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph
sH!
hV:Ý hð-X
CJ aJ mH! sH!
h0Mf hð-X CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h‰`P CJ PJ aJ mH! sH!
hV:Ý hð-X CJ PJ aJ mH! sH!
h0Mf hð-X CJ PJ aJ mH! sH!
hð-X hð-X CJ PJ aJ mH! sH! ) hV:Ý hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph
sH
! ) hð-X hð-X B* CJ PJ aJ mH! ph
sH! ! hV:Ý hð-X B* PJ mH! ph
sH!
7
9
}
~
µ
½
3
Y
ó
- â- ú! D" ‘" •$ éÒéÒºÒ
«–•–
jU@1
hV:Ý hð-X CJ aJ mH sH
( hV:Ý hð-X CJ
OJ QJ ^J aJ mH sH
( hŒlF hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
, hV:Ý hð-X @ˆüÿCJ OJ QJ ^J aJ mH sH
( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ
^J aJ mH sH
hV:Ý hð-X CJ aJ mH sH
/ h0Mf hð-X 6 •B* CJ PJ
\ •aJ mH! ph
sH! , h0Mf hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph
sH! , hV:
Ý hð-X B* CJ PJ \ •aJ mH! ph
sH!
b
3
ú!
Y
D"
²
‘"
Ç
œ
%$
Ç
Ç
¥$
,
t
ó
ñ
-
Ç
Ç
Ç
e-
â-
ß
C
Ç
±
Ç
Ç
Ç
Ç
Ã
Ç
Ç
ß
Ç
Ç
Ç
ß
!
&
FA
Æ
¨
ð-X
$
dh
h
„h
dh
*$ 1$ ^„h gdRs›
*$ 1$ a$ gdð-X
•$
¥$
3%
$
Z&
„Ð
dh
*$ 1$ `„Ð a$ gd
'
?'
ˆ'
‰'
‹'
Œ'
•' £' +) \* |* ƒ* õàËට›€qaRC7C
h½?† CJ aJ mH sH
h³W• h³W• CJ aJ mH sH
hV:Ý h³W• CJ aJ mH sH
hV:Ý hÉpm 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý hÉpm CJ aJ mH sH
hóQ‡ hóQ‡
CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
hP ¨ CJ aJ mH! sH!
hV:Ý
hð-X CJ aJ mH sH
( hV:Ý hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
( hV:Ý
hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
( h½?† hð-X CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
h½?† hð-X CJ aJ
¥$ ¼$ 3% x% Ú%
& Z& ¯&
'
?'
ˆ' ‰'
ç
ç
Š'
‹'
ç
Ñ
$
dh
Œ'
£'
ƒ*
ç
Ü
Â
a$ gd³W•
¢*
ç
ç
ç
Ü
½
gd³W•
*
ç
Ü
²
ç
ç
Ü
$
$
$
„Ð
dh
dh
dh
`„Ð a$ gd³W•
a$ gdÉpm
a$ gdð-X
&
FB
Æ
T 8 h
„h dh
*$ 1$ ^„h gdRs›
ƒ* „* ›* œ* •* ž* Ÿ* ¡*
¤*
, ¾, „- …r. ’. “. Œ/ •/ Ž/ ¥/ W4 D6 P6 ìÝìȵìÝ©Ýš‹sgsgX‹g‹I9hV:Ý h³W• 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý h³W• CJ aJ mH sH
h³W• hI W
CJ aJ mH sH
hI W CJ aJ mH sH
h E¤ CJ aJ mH sH
h³W•
CJ aJ mH sH
h³W• h³W• CJ aJ mH sH
hV:Ý h³W• CJ aJ mH s
H
h E¤ CJ aJ mH
sH
% j4
h³W• h³W• CJ U aJ mH
sH
( j
h³W• h³W• CJ U aJ mH nH u
h³W• h³W• CJ aJ mH
sH
% j
h³W• h³W• CJ U aJ mH
sH
¢* [+ µ+
, a, ¾, ì, …B. V. a. j. r. “. ™. •/ Å0 h2 V4 i6 ð
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ç
Ç
Ç
Ç
Ç
Ç
¸
$
dh
a$ gd³W•
$
&
F
Æ
p
„Å
„Å
dh
dh
`„Å a$ gdI W
^„Å a$ gd E¤
$
$
„h
„˜þ dh
^„h `„˜þa$ gd³W•
$ „h dh
`„h a$ gd E¤
P6 V6 f6 i6 Ý: U< V< n<
ÿ= >? ?? ß? à? ,@ -@ 3@ A !A 4A 5A ¦B
D
D cE ñáñ;®š„š„šqšq¾bTb®¾bTbñáñ
~<
ƒ<
„<
j ®ð h³W• h³W• CJ aJ
hV:Ý h³W• CJ aJ mH! sH! $ hV:Ý h³W
• CJ OJ QJ aJ mH! sH! * hV:Ý h³W• 5 •CJ OJ QJ \ •aJ mH! sH! '
hV:Ý h³W• CJ OJ QJ \ •aJ mH! sH! h³W• h³W• CJ \ •aJ mH! sH!
h³W• h³W• CJ aJ mH! sH! ' hV:Ý h³W•
CJ OJ QJ \ •aJ mH sH hV:Ý h³W• 5 •CJ aJ mH sH
hV:Ý h³W• CJ aJ mH sH
i6 S8 Ý:
V< ÿ= ß? +@ ,@ 4A äA
C
cE
ìG
ã
„˜þ dh
Æ
u
$H
ã
mH
ò
ž
^„h `„˜þgd³W•
ò
Û
ã
È
Ž
„
~
„÷þ dh
ò
µ
ò
ã
„h
^„
`„÷þgd³W•
$
„Éÿ „
$ „ª
dh
]„Éÿ`„ a$ gd³W•
„Vþ dh
^„ª `„Vþa$ gd³W•
$
„
„äþ dh
$ a$ gd³W•
^„
`„äþa$ gd³W•
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gd³W•
„
„Ð ^„
`„Ð gd³W•
cE
F ìF øF
G
G
G éG ëG ìG íG šJ ›J CK 8U UU VU ñW Œ
Y µ[ &] 5` u` ïßÏÀ±ÏßϱÀ±¡’ƒthtYƒJ;J
h·^« h×h_ CJ aJ mH sH
hV:Ý h×h_ CJ aJ mH sH
hV:Ý h×h_ CJ aJ mH
sH
h×h_ CJ aJ mH
sH
h×h_ h×h_ CJ aJ mH
sH
h×h_ h×h_ CJ aJ mH sH
hV:Ý h×h_ CJ aJ mH! sH! hV:Ý h×h_ 5 •CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h³W• CJ aJ mH! sH!
h³W• h³W•
CJ aJ mH! sH!
hV:Ý h³W• CJ \ •aJ mH! sH! h³W• h³W• CJ \ •aJ mH! sH! hV:Ý h³W• CJ \ •aJ mH sH
mH ËH [I ØI šJ ²K ìL “N 2P
Q
•Q ÑQ ïQ 'R UR ¡R òR $S RS xT 8U RU ì
ì
ì
ì
á
Ò
á
á
á
á
Ê
á
á
á
á
á
á
á
á
·
·
$ „h „˜þ dh
^„h `„˜þa$ gd×h_
dh
gd×h_
$ „Ð dh
`„Ð a$ gd×h_
$ dh
a$ gd×h_
$ „h „˜þ dh
^„h `„˜þa$ gd E¤
W ñW
X UX ÀX òX ŒY àY µ[ Q\ &] Ý] -^ ì
Õ
ì
ì
ì
ì
ì
ì
Ê
´
’
ƒ
RU
yU
Ý
@W
ì
¡
‰
$
„Ð
dh
`„Ð a$ gd×h_
&
F
Æ
$
„Ð
ì
$
„ª
dh
dh
`„Ð a$ gd·^«
dh
^„ª a$ gd×h_
a$ gd×h_
dh
$
gd×h_
„
„äþ dh
^„
`„äþa$ gd×h_
$
`
j
$ „
dh
åa „b Ýb
1j rk Ðl
á
Ô
¯
`„
4c
ô
ô
a$ gd×h_
d
e üe
ô
ô
Ä
$ „h
þe ÿe
ô
„˜þ dh
^„h `„˜þa$ gd×h_
f
f #f âh ô
á
ô
ô
ô
ô
¼
-^
4
á
ô
„
„h ^„ `„h gd×h_
`„÷þgd×h_
dh
gd×h_
„
„÷þ dh
^„
„
„÷þ^„
`„÷þgd×h_
$ „h „˜þ dh
^„h `„˜þa$ gd×h_
$ dh
a$ gd×h_
u` v` „b üe ýe þe
f #f $f èg j 1j 2j rk
p
p
p
p ïàѼѱ¡±Ñ‘•vbSE=- hV:Ý h×h_ 5 •CJ aJ mH! sH!
h×h_ mH! sH!
j
h×h_ U mH nH u
h·^« h×h_ CJ aJ mH! sH!
' hV:Ý h×h_ CJ OJ QJ \ •aJ mH! sH!
hV:Ý h×h_ mH! sH! h·^« h×h_ 5 •CJ aJ mH! sH! h·^« h×h_ CJ \ •aJ mH! sH! h·^« h×h_ 5 •CJ aJ mH sH
hÀ5t h×h_ mH sH
( j
h·^« h×h_ C
J U aJ mH nH u
h·^« h×h_ CJ aJ mH sH
hV:Ý h×h_ CJ aJ
mH sH
hV:Ý h×h_ CJ \ •aJ mH sH
Ðl 5n go
p
p
p
p
p 3p Ðp
Úp
q ,q @q Rq Êq %r ð
å
å
å
å
å
å
×
Ç
´
´
´
´
´
¡
‹
$
&
F
„ÿÿ „ª
dh
]„ÿÿ^„ª a$ gdä!™
$
„ÿÿ „Ð
&
FC
Æ
dh
]„ÿÿ`„Ð a$ gdä!™
„•
dh
]„• gd s
„ÿÿ „Ð
dh
]„ÿÿ`„Ð gd™yÖ
Æ
T
$
dh
dh
*$ 1$ gd·^«
a$ gd×h_
$ „Ð dh
q Êq Ëq $r
¡°™°m[SH@
`„Ð a$ gd×h_
,r ‰r ðr jt
p
‡t
p 3p 7p Ðp Úp
(u )u 6u 9u ’u
q Rq Wq •q —
”u ïÙÊ»°¡°™°™°™¡Š
h¿'
CJ
aJ
h& À
h¿'
CJ
aJ
hU7ð CJ aJ
" hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH
" h·^« CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
hä!™ h™yÖ CJ aJ
hV:Ý hä!™ CJ
sH
aJ
mH
sH
hä!™ CJ aJ
hV:Ý h™yÖ CJ
h™yÖ CJ aJ mH! sH!
hV:Ý
OJ QJ ^J aJ mH! sH! hV:Ý h™yÖ 5 •CJ aJ mH! sH!
.v Vv •v é
é
œ
œ
Œ
k
&
FF 1$ 7$ 8$ H$ a$ gd¿'
$
8 `„Èûa$ gd¿'
Æ T -
aJ mH sH
h·^« CJ aJ
%r
‰r
Î
ðr
h™yÖ h™yÖ CJ
mH! sH! + hV:Ý
zs
jt (u
°
Œ
)u
aJ
hV:Ý
h×h_ 5 •CJ
6u
ºu
»u
°
|
k
$
„h
„˜þ^„h `„˜þa$ gd¿'
$
„8
„Èû^„
„ÿÿ dh
&
F
Æ H
*$ 1$ ]„ÿÿgd™yÖ
$
„ÿÿ „ª
&
F
Æ H
„Vþ dh
]„ÿÿ^„ª `„Vþa$ gdä!™
„ÿÿ „ª
&
F
„Vþ dh
]„ÿÿ^„ª `„Vþgdä!™
$
„ÿÿ „ª
dh
]„ÿÿ^„ª a$ gdä!™
”u
¹u
ºu
.v
7v
yy
€y
ˆy
!z
{z
‚z
|
n|
}
}
B^B
e} l} w} x} •} Ÿ} ®} Á} Â} Ï} ×} õíõÞÏ¿Ï°¡‘¡Ï¡•m^N^B^N^
hÐ á CJ aJ mH
sH
hÐ á hÐ á 6 •CJ aJ mH
sH
hÐ á hÐ á CJ aJ mH
sH
" hc_ CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
" hV:Ý CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
h& À h¿' 5 •CJ aJ mH! sH!
h& À h¿' CJ aJ mH! sH!
h& À h¿'
CJ aJ mH
sH
h& À h¿' 5 •CJ aJ mH sH
h& À h¿' CJ aJ mH sH
hU7ð h¿'
CJ aJ mH sH
h¿' CJ aJ
Úw Œx µx Îx
y
h& À
ëx
h¿'
CJ
aJ
•v
•v
±v
²v
w
Aw
lw
©w
Ùw
y
z
‚y
!z
°y
‡z
Ö
Ùy
¼z
ûy
î
î
Æ
Æ
Þ
Ö
Þ
Ö
Æ
Æ
Æ
Æ
¼z
÷z
7{
p{
q{
|
+|
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Ö
$ „v „Šþ^„v `„Šþa$ gd¿'
„h „˜þ^„h `„˜þa$ gd¿'
$
$
&
FF 1$ 7$ 8$ H$ a$ gd¿'
Ô| æ| ù|
Ö
Ö
Æ
Þ
$ a$ gd¿'
J|
^|
n|
o|
»|
}
}
e}
Ð}
Í
÷
R~
÷
÷
Á
°
$
&
FI a$ gdU7ð
Æ T -
÷
Í
Í
Á
¥
Á
¥
ë
Í
Ø
÷
Á
°
„ÿÿ*$ 1$ ]„ÿÿgdU7ð
$ „v ^„v a$ gd¿'
$
&
FG a$ gd¿'
$
&
FH
Æ Ð
„h ^„h a$ gdRs›
$
Æ
h a$ gd¿'
$ a$ gd¿'
×} â} þ}
~
~ *~ F~ P~ Q~ R~
S~ `~ i~ p~ y~ “~ •~ ²~ ³~ ´~
• q• r• ™• š•
€ §€ ¨€
©€ ª€ ä€ å€ ïàïàïàïàÔÈàïàÈàïàÈÔȼȼ°¡°’°ƒq_
" hc_ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
" hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
hÐ
á hU7ð CJ aJ mH
sH
hU7ð h˜ ´ CJ aJ mH
sH
hÛ•P hU7ð CJ aJ mH sH
hU7ð CJ aJ mH sH
h˜ ´ CJ
aJ mH
sH
h--H CJ aJ mH
sH
hÐ
á CJ aJ mH
sH
hÐ
á hÐ á CJ aJ mH
sH
hÐ á hÐ
á 6 •CJ aJ mH
sH
R~ ´~
•
• r• }• ‡• ‘• ™• š•
€ 7€ X€ ‹€ ¨€ ©€ ª€ ô
ô
ì
Ù
Î
Î
Î
Î
ì
¾
«
”
”
”
ì
ì
$
&
F
Æ @
„h „ ^„h `„ a$ gdU7ð
$
&
F
Æ @
„Ð ^„Ð a$ gdU7ð
$ „h „˜þ^„h `„˜þa$ gdU7ð
$
&
FJ a$ gdwV:
$
&
FI
Æ d
„h ^„h a$ gdU7ð
$ a$ gdU7ð
$
&
FI a$ gdU7ð
ª€ å€ '• ƒ• Ε
‚ h‚ i‚ j‚ k‚ l‚ m‚ n‚ o‚ p‚
q‚ r‚ s‚ t‚ u‚ v‚ ì
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
À
À
À
À
À
À
À
À
À
À
À
À
À
À
Æ
T
-
„ÿÿ dh
&
F%
Æ T Ø
*$ 1$ ]„ÿÿgd™yÖ
„ÿÿ „Ð *$ 1$ ]„ÿÿ^„Ð gdU7ð
&
FÆ
-
„ÿÿ*$ 1$ ]„ÿÿgdU7ð
å€ '• g‚ h‚ j‚ p‚ q‚ v‚
‚ ˜‚ ¢‚ ëÙëį‹u_I7! + h–@| hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ
" hóQ‡ CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
+ hMXs hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH
+ hóQ‡ hYvn 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! +
QJ ^J aJ mH! sH! " hYvn CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
" hÑu[ CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
( hU7ð hÑu[ CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
( hU7ð hg ( CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
" hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
( hU7ð hU7ð CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
|‚
^J
sH
hóQ‡
}‚
aJ
–
mH
hóQ‡ 5 •CJ
sH
OJ
v‚ }‚ –‚ —
‚ ˜‚ £‚ რņ
è
~
~
s‰
ì‰
WŠ
¹
~
ÕŠ
Ì
ª
*•
è
Ð
›
Œ
è
Œ
Œ
$
&
Fv
dh
a$ gdwV:
$
„b
dh
`„b a$ gdóQ‡
$
„„
dh
`„„ a$ gdóQ‡
$
&
FJ
Æ T
„„
-
dh
`„„ a$ gdóQ‡
„ÿÿ dh
Æ T Æ T -
*$ 1$ ]„ÿÿgdwV:
$
„Z „¦þ*$ 1$ ^„Z `„¦þa$ gdóQ‡
$
„ÿÿ dh
*$ 1$ ]„ÿÿa$ gdóQ‡
¢‚ £‚ რĆ ņ *• F• G• ¼Ž ½Ž ÅŽ
•
’ ,“ .“ 5“ ½• Ï• @– T– ª– ½– Û— ì—
éÞÏǸ¨¡¸¡¸Þ¸¡¸¡¸¡¸•¸•¸{h{h{hU
QJ aJ mH
sH
$ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ mH sH
' h_\Ž
H sH " h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ ] •aJ mH sH
f•
g•
(•
$ h_\Ž
hóQ‡ 6 •CJ
)•
ä•
hóQ‡ CJ
OJ
QJ
å•
ý
OJ
aJ
m
h_\Ž
h_\Ž
hóQ‡ hóQ‡ 5 •CJ
aJ
mH
sH
h_\Ž
hóQ‡ CJ
aJ
mH
sH
hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH
*• +• .• /• 7• 8• F•
ð
ð
ð
Y
$ If
gdóQ‡ Ž kdÄ
$
l Ö
ÖF
Å
N
mH! sH!
sH
G• I•
ð
t
ÿ
à
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
$ If
Å
h_\Ž
Q•
hóQ‡ CJ
ð
aJ
+ hóQ‡
ð
b
Y
–
ÿ
ÿ
ö -
6
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö l ytóQ‡
$ dh
Ž 0Ž KŽ €Ž •Ž ¼Ž ç
ç
ç
ç
$ If
ç
a$ gdóQ‡
ç
ç
&
Fw
Æ Ð
„3 „Íþ $ If
^„3 `„ÍþgdwV:
¼Ž ½Ž ¿Ž ÅŽ àŽ ëŽ øŽ
• ;• N•
P
P
P
&
Fx
Æ Ð
„
„öþ $ If
`„öþgdwV:
l Ö
Å
t
à
Ö0
^„
$ If
gdóQ‡ Ž
kdr
$
ÖF
Å
Q•
••
ç
¨•
Õ
Ô•
ç
Ž
ç
q
ç
h
P
$ If
h
P
P
–
N
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö -
6
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö l ytóQ‡
N• [• f• g• k• r• ž• ç
P
P
8
&
Fy
Æ Ð
„
„öþ $ If
^„
`„öþgdwV:
$ If
gdóQ‡ Ž kd
$
l Ö
ÖF
Å
Å
N
t
à
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ç
$ If
ÿ
Y
–
ÿ
ö -
6
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l ytóQ‡
&
Fx
Æ Ð
„
„öþ $ If
`„öþgdwV:
4Ö
^„
ž• Å•
ç
l
-
Ö
Å
t
à
à•
þ•
(•
)•
,•
P
Y
$ If
ÖF
Å
S•
ç
gdóQ‡ Ž
ç
P
kdÎ
$
ç
$ If
–
N
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö -
6
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l ytóQ‡
&
Fy
Æ Ð
„
„öþ $ If
`„öþgdwV:
^„
S• Š•
ç
4Ö
°•
Ö•
Y
ä•
å•
æ•
N
(’
ç
ç
?
ç
l
-
$ „Ð
$ dh
Ö
Å
t
à
Ö0
dh
`„Ð a$ gdóQ‡
a$ gdóQ‡ Ž kd|
$ $ If
ÖF
Å
–
N
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö -
6
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l ytóQ‡
4Ö
&
Fz
Æ Ð
„
„öþ $ If
^„
`„öþgdwV:
(’ š” ½• @– ª– L— Û—
˜
™ Ï™ +š bš ¦š
› B› x› ¬› ð
à
à
Ó
Ã
³
Ã
£
£
£
Ã
&
FQ
Æ
„Ð ^„Ð gdwV:
&
FO
Æ
„Ð ^„Ð gdwV:
&
FQ
Æ Ð
„h ^„h gdwV:
u˜
™
—
ð
à
³
£
³
£
£
„
&
FP
Æ Ð
„Ð ^„
`„Ð gdóQ‡
„h ^„h gdwV:
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdóQ‡
ì—
˜
˜ u˜ ¨™ ¾™ +š bš ¦š B› ‰› ›› gž ~¡ •¡ —
¡ ˜¡ M¢ 2¥ 4¥ 5¥ ëØŶ¦¶“Ø“¶¦¶„th\ÅQE6
hóQ‡ hóQ‡ CJ aJ mH! s
H!
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h}CÖ hóQ‡ 5 •mH! sH!
h}CÖ hóQ‡ 5 •mH sH h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH! $ h_\Ž hóQ‡
CJ OJ QJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ
$ h_\Ž hóQ‡
CJ OJ QJ aJ mH sH
$ h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ mH
sH
' h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ mH
sH
¬› ·œ j•
ž
gž
ï
•Ÿ
~¡
•¡ ˜¡
ï
§
‚
M¢
©£
£
à
‘
‚
k¢
‚
3¥
4¥
Ñ
5¥
ï
ï
Æ
‘
¸
‚
$
&
FN
Æ T
„h
„h
dh
dh
^„h a$ gdóQ‡
^„h a$ gdwV:
$
„0
„
„Ð ]„0 ^„
`„Ð gdóQ‡
B $
&
FJ dh
a$ gdwV:
$ dh
a$ gdóQ‡
$
„
dh
`„
a$ gdóQ‡
$ „„ dh
`„„ a$ gdóQ‡
&
FQ
Æ
„Ð ^„Ð gdwV:
5¥ ?¥ Ŧ ͦ
8¯ M¯ „° «°
² M² é³ ê³ ë³
´ Òµ íµ Ý¶ é
Ú
Ú
é
Ú
é
Ú
Ú
é
Ú
Ú
é
Ú
D©
R©
һ
¥ª
é
’¬
“¬
¬¬
Ú
é
Ú
Ú
®
é
Ú
é
í-
Ú
é
Ú
é
$
&
FN
Æ
«
°
´
„h
dh
^„h a$ gdóQ‡
$
T
„h dh
^„h a$ gdwV:
5¥ ’ª “ª ¤ª ¥ª &« ‘¬ ’¬ “¬ «¬ ¬¬ é¬ ô¬ ì- í®
® B¯ J¯ L¯ –
§° 4² I² L² -³ è³ ê³ ë³ ÿ³
ѵ Òµ ßµ ëµ 4¸ K¸ ¯» » »¼ ̼ ɾ Û¾ šÁ ±Á
Ä
Ä
Ä †Ä
êÄ ëÄ
Å
Å
Å ´Å
Æ õæõÚõÚõξõÚõÚõÚõÚõÚõ¯Ÿ¯Ÿ¯õ¯Î•õÚõ毟¯Ÿ¯Ÿ¯Ÿ¯Ÿ
¯Ÿ¯Ÿ¯õ¯õ¯Ÿ¯õ¯
hóQ‡ hóQ‡ CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH
hóQ‡ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ
aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ 8ݶ õ¶ !¸ O¸
¡» Ä» {½ ‡½ ·¾ ݾ „Á µÁ
Ä
Ä ëÄ -Å
Æ :Æ
Ç !Ç QÈ iÈ
hÉ pÉ žÊ ¶Ê é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
Ú
é
$ „h dh
^„h a$ gdóQ‡
$
&
FN
Æ T
„h dh
^„h a$ gdwV:
Æ &Æ 7Æ
Ç ZÈ fÈ §Ê ´Ê µÊ UË ÉË •Ì ØÌ ßÌ ìÌ õÍ öÍ
Î RÏ »Ð ‡Ó ªÓ VÕ sÕ 2Ø 6Ø 7Ø ?Ø EØ SØ ›Ù
Ú RÚ ŽÚ ’Ú “Ú
šÚ ôÚ
Þ ìÞ õéõÚÊÚÊÚõÚõÚõéõ»¯ÚŸÚÊÚÊÚÊÚÊÚÊÚ•õ•q•q•Úe
h_\Ž hóQ‡
CJ \ •aJ
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH
sH
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH
sH
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ CJ \ •aJ mH sH
h}CÖ hóQ‡ 5 •mH sH
h_\Ž hóQ‡ CJ a
J mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡
6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ '¶Ê ¼Ë ÊË ØÌ îÌ õÍ öÍ
Î RÏ SÑ üÓ ÍÕ ŠØ
Ù 5Ù ›Ù
Ú ð
Ú
ð
Ú
ð
Ë
½
®
®
®
®
®
®
•
•
•
$
&
FL
Æ Ð
„h dh
5$ 7$ 8$ 9D H$ ^„h a$ gdwV:
$
„
dh
`„
a$ gdóQ‡
B $
&
FJ dh
a$ gdwV:
$
&
FN
Æ T
„|ü dh
„h
dh
`„|üa$ gdóQ‡
^„h a$ gdwV:
$
$ „h
=á Sã
Ò
dh
^„h a$ gdóQ‡
å ,ç kè lè á
°
Ò
Ò
Ú
RÚ
°
¬Ú
á
ôÚ
1Û
Þ
á
°
¥
EÞ
gÞ
°
Ò
•
dh
$
&
FK
Æ Ð
dh
„v
a$ gdóQ‡
„òþ dh
!
$
5$ 7$ 8$ 9D
|Þ ²Þ
á
H$ ^„v `„òþa$ gdwV:
ìÞ
°
Ò
gdóQ‡
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdóQ‡
$
&
FL
Æ Ð
„h dh
5$ 7$ 8$ 9D H$ ^„h a$ gdwV:
<á =á kè lè •è £î µî ¶î ·î õî Ðï
ó Ló =
E
b
Ô
s
}
ž
©
Ò
•
˜
ìÞ Àß Éß Êß Ôß
îï ñï Öð õð öð
Ý
ë
õ
À
Ì
ÿß
Ã
à
”
©
i
x
ª
Â
þ
©
õçõçõçõçõÜÔŹ-Å-Ź-Ź-ÅÔÅÔÅõÔõ¡õ¡õ¡õ¡õ¡õÅ‘Å
‘Å‘Å‘Å‘Å‘Å
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ
h 7ΠCJ aJ mH!
sH!
h 7ΠCJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH sH
h}CÖ hóQ‡
5 • hl
hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ ] •aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
5lè •è ×ë £î &ñ
ó Ló äö
ú Rþ =
E
b
ç
š
è
Õ
º
º
º
£
º
º
º
º
•
º
ƒ
ƒ
ƒ
$
&
F‰ dh
¤< ¤< a$ gdwV:
B $
&
FO dh
&
FO
Æ
a$ gdwV:
B
$
h
„Ð dh
^„Ð a$ gdwV:
$
Æ
Ð
„h „Ð dh
¤< ¤< ^„h `„Ð a$ gdóQ‡
8 a$ gdóQ‡
B
&
FJ
Æ
„ª „Vþ dh
^„ª `„VþgdwV:
š
Ô
h
©
ª
«
Â
Í
À
í
Þ
Ç
Ç
Ç
¡
†
o
¤< ¤< ^„Ð `„8 a$ gdóQ‡
&
FÆ T
„Å „åþ dh
¤< ¤< ^„Å `„åþgd 7Œ
&
FO
Æ Ð
„h dh
¤< ¤< ^„h gdwV:
$
ù
„8
dh
\
¤<
¤< `„
f
Ç
¸
Ç
¸
$ „Ð
„8
dh
$
B
&
FO
&
F‰
dh
¤<
¤< a$ gdóQ‡
dh
¤<
¤< gdwV:
dh
¤<
¤< a$ gdwV:
$
$
„Ð
„Ð
dh
¤<
¤< ^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡
©
ª
«
²
³
·
º
Á
Â
Ã
Í
ë
õ
Ø
ø
« ¬ ƒ
„
!
! Û! Ü! j" k"
#
# ‡# §# ò# a$ b$ œ$ •$ ç$ è$ -%
/% Û/ Ü/ O0 ôåÜÏÜÏ÷ÏÃå§å—å‹å‹å‹å‹å‹å‹å—å|m|m|m|—
åôå
h 7Πh 7ΠCJ aJ mH sH
h 7Œ hóQ‡ CJ aJ mH s
H
h 7ΠCJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH
h 7Œ hóQ‡ 5 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ
aJ
h 7Œ 5 •CJ aJ mH! sH!
h 7Œ 5 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH
sH
hóQ‡ CJ aJ mH sH (À
U
S
ù
H
Ž
Ã
ÿ
O
Ø
ø
¬ ò „
! è
è
è
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
»
¤
¤
‘
z
$ „Å „Å dh
¤< ¤<
^„Å `„Å a$ gd 7Œ
$ „Å dh
¤< ¤< ^„Å a$ gd 7Œ
$ „Ð „Ð dh
¤< ¤< ^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡
$
&
FÆ T h
„Ð dh
¤< ¤< ^„Ð a$ gd 7Œ
$
&
F‹ dh
¤< ¤< a$ gdwV:
$ „Ð „8 dh
¤< ¤< ^„Ð `„8 a$ gdóQ‡
!
è
Ü!
k"
#
‡#
§#
ò#
è
˜
b$
Í
˜
•$
è$
-%
¶
/%
è
è
˜
˜
}
$
&
FÆ T
&
F‰
Æ $
h
„Vû dh
„n „Wþ dh
< ^„Å `„s a$ gd 7Œ
&
FÆ T h
„Vû dh
`„Å a$ gd 7Œ
/%
% >' p( á(
1 S2
2 è
Î
Î
¤<
¤< `„Vûa$ gd[ +
¤<
$
¤<
+
¤< ^„n `„Wþa$ gdwV:
¤< `„Vûa$ gd 7Œ
²+
Î
æ,
£.
Î
†
$
Û/
Î
Ü/
$
$
„Å
P0
51
„Å
„s
dh
dh
¤<
¤
¤<
¤< ^„Å
–
Î
Î
†
„Å
Î
·
†
$
&
F]
Æ
„8 dh
¤< ¤< ^„8 a$ gdwV:
$ „h „„ dh
¤<
a$ gd[ +
$ „h „„ dh
¤< ¤< ^„h `„„ a$ gdóQ‡
$
&
FŒ „n „Wþ dh
¤< ¤< ^„n `„Wþa$ gdwV:
$ „Å „s dh
Å `„s a$ gd[ +
O0 P0 Ÿ8 ©8 ·8 = /= 0= C= W= Y= @> O> Û@ >B LB ¿B ÊB &C 2C ÉC
H #H WT XT ôåÚÉڽ屣±å“åÚ~o~]~]~]~o±ÚU
¤< ^„h `„„
¤<
ÖC
¤< ^„
ID
JD
hóQ‡ CJ aJ
" h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ \ •] •aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ OJ
aJ
( h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ OJ QJ \ •] •aJ
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡
•CJ aJ
hóQ‡ CJ aJ mH sH
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ
J mH sH
h[ + CJ aJ mH! sH!
2
3 ¢3 ý3 À4 (5 ¨5 &6 ¢6
6 …7
Q
J
5
a
ü
8
Ÿ8
ã8
¸
<9
å
Î
¸
¸
¸
¸
¦
Œ
$
&
Ff
Æ ¼
&
„;
„ ÿ dh
^„; `„ ÿa$ gdwV:
¸
¸
$
¸
¸
¸
F
&
Ff
Æ
+
&
F]
Æ
„Å
dh
„
dh
$
„8
^„Å a$ gdóQ‡
¤<
dh
¤< a$ gdwV:
¤<
$
$
¤< ^„8 a$ gdwV:
„ª
„R
dh
¤<
¤< ^„ª `„R a$ gd[
<9 ñ: O; = .= /= 0= Y= q?
é
¸
†
†
¤@
B
>B
¸
†
¿B
'C
¸
ÊC
é
Ï
•
~
&
F^ gdwV:
$ „h „„ dh
¤< ¤< ^„h `„„ a$ gdóQ‡
&
FO
Æ Ð
„ª „Vþ dh
¤< ¤< ^„ª `„VþgdwV:
$
Æ
„
„Ð dh
¤< ¤< ^„Ð a$ gdóQ‡
$
&
Ff
Æ ¼
„t „ãþ dh
^„t `„ãþa$ gdwV:
$
&
†
~
~
F
„;
„¿
dh
^„; `„¿ a$ gdóQ‡
ÊC JD ‹D èD \E
K sK åK ŠL ÷
Ú
•
ØE
OF
H
#H
ßI
bJ
Ú
ê
Ñ
º
•
Ú
£
Ú
•
•
•
$
&
F_
Æ Ð
‡
&
FO
Æ Ð
&
FM
Æ h
dh
„h
¤<
dh
¤< a$ gdwV:
¤<
„Ð ^„Ð gdwV:
¤< ^„h gdwV:
$
„h
„
dh
¤<
„Ð `„Ð gdóQ‡
¤< ^„h `„
a$ gdóQ
„
„ì ^„
&
F^ gdwV:
`„ì gdóQ‡
ŠL ¶L
N ŸO 7R XT pT ØT ˆU YX ±X ì
Ö
Ö
Ö
Ö
Ã
³
™
†
l
$
&
Fu
Æ Ð
„t „qþ dh
^„t `„qþa$ gdwV:
$ „t „å dh
^„t `„å a$ gdóQ
‡
$
&
Fu
Æ Ð
„; „ªþ dh
^„; `„ªþa$ gdwV:
- „® „® dh
^„® `„® gdóQ‡
$ „h „¦ÿ dh
^„h `„¦ÿa$ gdóQ‡
$
&
F`
Æ Ð
dh
¤< ¤< a$ gdwV:
$ „Ð dh
¤< ¤< `„Ð a$ gdóQ‡
XT pT ØT àT êT aX sX ±X »Y ÃY ÐY òY ®Z ¯Z ²Z µZ ßZ ì` í
` î` ð` ò` ó` ô` ÷` ø` ú` ü` þ`
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a
a ga òëàòàòàëàòàëÜÌ¿³à¤œ‡àqàqàqàq³q³q³q³q³q³q³
+ j
h• p hóQ‡ 5 •CJ U aJ mH nH u ( j
h• p
aJ mH nH u
hóQ‡ CJ
U
hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ
+ 5 •CJ aJ mH! sH! h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH!
aJ
mH! sH!
hóQ‡
h_\Ž
h_\Ž
hóQ‡ 5 •CJ
hóQ‡ CJ
aJ
aJ
h[
h_\Ž hóQ‡
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ
î` ñ` ò` ô` ø` û` ü` ÿ`
a
a
Ä
±
±
±
±
±
•
•
•
Æ
h
„h „' ^„h `„' a$ gdóQ‡
$
„h „˜þ dh
¤< ¤< ^„h `„˜þgd[ +
&
Fu
Æ Ð
„t „qþ dh
^„t `„qþa$ gdwV:
)±X
ò
»Y
òY
±
„„
$
ßZ
0]
l^
ò
±
±
„h
¯Z
Ø
dh
í`
±
±
$ a$ gdóQ‡
$
^„h `„„ a$ gdóQ‡
a
a
„t
„¬ ^„t `„¬ gdóQ‡
a
a
a
a
a
a
a
a
a
÷
÷
÷
a
÷
a
÷
÷
÷
a
-a
ga
÷
÷
÷
a
÷
÷
Ø
ha
÷
ša
›a
÷
ï
±a
÷
Öa
÷
÷
÷
Å
&
F
„Zÿ dh
&
Fe „
„äþ
ga ha ™a
ƒ ýƒ þƒ
¤<
¤< `„Zÿgd[ +
dh
¤< ¤< ^„ `„äþgdwV:
$ a$ gdóQ‡
$ a$ gdóQ‡
ša ›a ¿a Ôa Öa }r Œr œr žr ·r Ír •• „• Ž• ûƒ ü
„ .‰ /‰ 9‰ á‹ ë‹ 6• öëßÐĶīĶīŸ«’Ä«ƒÄvÄ«eU«U«
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ ! hâbÎ 5 •CJ OJ QJ aJ mH! sH!
hâbÎ 5
•CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h[ + 5 •CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ
hâbÎ hâbÎ CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ aJ mH
! sH!
hÔ=
hóQ‡ CJ aJ
hóQ‡ 5 •CJ aJ
Öa {d
e Âe ìe
f Hf lf –
f Äf äf 4g ²g àg
h €h $k ×k «l .m ì
ì
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
ì
À
À
À
ì
ì
¦
¦
$
&
F•
Æ
„á „äþ dh
^„á `„äþa$ gdwV:
$
&
FŽ „n „Wþ dh
^„n `„Wþa$ gdwV:
$
&
F• „n „Wþ dh
^„n `„Wþa$ gdwV:
$ „Ð „„ dh
^„Ð `„„ a$ gdóQ‡
.m nm Úm žn în ûo íp ìq }r žr Òu ²v `w œx Hy å
å
å
Ò
¸
¸
¸
¸
Ò
Ò
Ò
Ž
€
$
&
F‘
&
F‘
Æ
&
F
Æ
&
F•
Æ Ð
‡
&
F•
Æ
dh
a$ gdwV:
h
dh
h
$
a$ gdwV:
„Zÿ dh
¤<
¤< `„Zÿgd[ +
$
$
„á
$
„äþ dh
^„á `„äþa$ gdwV:
„á
„äþ dh
^„á `„äþa$ gdwV:
„Ð
„„
dh
^„Ð `„„ a$ gdóQ
Hy
îz
è{
Þ
é{
Ð
Æ
Æ
Æ
h
h
$
h
dh
„h
I|
š| ý|
Þ
‡~
~•
••
Ð
Ä
°
¤<
¤< gdóQ‡
$ „Ð
¤< ¤< ^„h gd[ +
dh
a$ gdóQ‡
Ž•
o‚
•
„Ð
üƒ
Ð
ýƒ
ñ
ñ
Ð
•
dh
^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡
•
$
&
F’
dh
a$ gdwV:
$
„Ð
„„
dh
^„Ð `„„ a$ gdóQ‡
$
&
F‘ dh
a$ gdwV:
ýƒ
„ Ÿ… -‰ .‰ 9‰ —
Š ׊ 8‹ ’‹ ß‹ á‹ è
Õ
Õ
É
±
ž
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
s
$ „h „Ð
^„h `„Ð a$ gdóQ‡
$
&
F“
Æ @
h
„n „Wþ dh
^„n `„Wþa$ gdwV:
$ „Ð „Ð dh
^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡
. $
&
F•
Æ
h
„šó dh
¤x `„šóa$ gdwV:
$ „h ^„h a$ gdóQ‡
$ „h „
dh
^„h `„ a$ gdóQ‡
&
Fe „
„äþ dh
¤< ¤< ^„ `„äþgdwV:
á‹ ë‹ 6• h• •• Ü• 0Ž :Ž ’• Ò‘ Ó‘ ß‘ P“ É• ו ë
Ø
¾
¾
¾
¾
ª
Ø
Ø
š
~
Ø
Ø
~
. $
&
F
Æ
.
h
$
„h
„
dh
¤x ^„h `„
a$ gdâbÎ
$
„h
„Ð ^„h `„Ð a$ gdóQ‡
&
F
„èÿ dh
¤x `„èÿa$ gdâbÎ
.
&
F•
Æ @
„n „Wþ dh
^„n `„Wþa$ gdwV:
$
&
F• „šó dh
¤x `„šóa$ gdwV:
$
$
„Ð
„Ð
dh
^„Ð `„Ð a$ gdóQ‡
.
6• 0Ž :Ž Ó‘ ß‘ É• ו Ô˜ à˜ ‘š œš œ
•
¡
õ
§ ñ¨ ò¨
© ¡« s¬ î¬
® @®
¯ P¯ [¯ K° n° p± —
± á± ê±
² 1² w² ·² Žµ ñáÖáÖáÖáÖáÖÇ·ªžÖ—Ö—ŒÖ—Ö—Ö—Ö—
Ö~ÖžÇÖÇÖÇÖÇÖq
h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ
h_\Ž
J \ •aJ
h_\Ž hóQ‡ mH! sH!
¦
Ù§
ñ
hóQ‡ 5 •C
h_\Ž
h_\Ž
hóQ‡
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ
hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH!
aJ
h_\Ž
hâbÎ 5 •CJ aJ mH! sH! hóQ‡ CJ aJ mH
sH
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ
Ô˜ à˜ ‘š œš íœ {ž œ
•
ì
Ð
½
©
“
$
&
F^
„á „äþ dh
$ „h „h
h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ aJ )ו #—
Þ
õ
8£ ì
ì
ì
ì
ì
€
$ „å „¬ dh
^„å `„¬ a$ gdóQ‡
^„á `„äþa$ gdwV:
„Å
dh
^„h `„h a$ gdóQ‡ .
„£þ dh
$
¤<
Ð
¤< ^„Å `„£þgdóQ‡
&
F
Æ
h
gdóQ‡
„h
„
dh
¤x ^„h `„
a$ gdâbÎ
$
„Ð
„„
dh
^„Ð `„„ a$
8£ U£ F¤ ƒ¤ ý¥
¦ Ù§ ñ§
© ¡« Z¬ s¬ î¬ å
½
å
Ò
‰
t
^„­ `„: a$ gdóQ‡
$
&
Fq
Æ
„­ „ÿý dh
^„­ `„ÿýa$
&
Fp
Æ …
„t „qþ dh
^„t `„qþa$
gdóQ‡
$ „t „s dh
^„t
&
Fo
Æ …
„t „qþ dh
^„t `„qþa$
î¬
® @®
¯ ;¯ K° L°
Ð
œ
‰
ò¨
Ò
å
Ò
½
£
-
gdwV:
å
½
$
„­
„:
dh
¤
$
gdwV:
- $
`„s a$ gdóQ‡
„t
„s
$
gdwV:
c° å
dh
¤
Ð
^„t `„s a$
¶
v
\
$
&
Fp
Æ ò
Æ
h
$
&
Ft
Æ
&
Fs
Æ
gdóQ‡
&
Fr
Æ
± ˱
µ 0¶
„n „Wþ dh
^„n `„Wþa$ gdwV:
„h dh
^„h a$ gdóQ‡
$
„æ
„Æý dh
^„æ `„Æýa$ gdwV:
„t
„8þ dh
$
^„t `„8þa$ gdwV:
„­
²
|¶
„ÿý dh
1² w²
¨¶ û¶
Ç
‰
2
‰
&
FW
Æ Ð
2 „
„
dh
dh
`„
„­
$
„:
dh
^„­ `„: a$ gdóQ‡
$
-
$
„­
„:
^„­ `„ÿýa$ gdwV:
c° n° —
¶² ·² Žµ –
ð
Ý
Ç
Ç
¸
‰
‰
^„ gdwV:
gdóQ‡
2
„
„
dh
^„
`„
dh
¤
^„­ `„: a$
Ç
¨
gdóQ‡
Ç
œ
$
&
FY
Æ 8
„<
„
dh
dh
`„< a$ gdóQ‡
^„
a$ gdwV:
$
$
„
„
dh
^„
`„
a$ gdóQ‡
$
„8
dh
^„8 a$ gdóQ‡
Žµ –µ |¶ û¶ ý¶ þ¶
· ]º eº î¼ ð¼ ñ¼
½
½ 0½ 1½ V½ W½ X½ b½ c½ †½ ‡½ À½ Á½
ý ð½ ñ½ O¾ P¾ _¾ `¾ Ô¾ Õ¾
¿
¿ *¿ +¿ }¿ •¿ •¿ ‚¿ •¿
Ž¿ ³¿ ´¿ õ¿ ö¿ _À `À ”À •À éÀ êÀ õÀ öÀ ñäÓÅÓñäñä»äñ䫤ä¤ä«¤
ä¤ä¤äӤ䤫¤ä¤ä¤ä¤ä“䤫¤ä¤ä¤ä¤ä¤ä¤ä¤
h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ mH! sH!
J
h_\Ž
QJ
hóQ‡ - h_\Ž
aJ mH
hóQ‡ 5 •OJ
QJ
\ •aJ
hóQ‡ OJ
QJ
aJ
hóQ‡ O
sH
h_\Ž
hóQ‡ OJ
QJ
aJ
mH
sH
h_\Ž
·
ˆ¸
ó
hóQ‡ OJ
ø
»¹
QJ
aJ
]º eº
â
»
â
¨
„
&
FX
Æ
&
FX
Æ
&
F”
Æ
Æ
2
½
gdóQ‡
Ð
„
Ð
„
Ð
W»
À»
^„
dh
!¼
Ë
¸
2
hóQ‡ 5 •OJ
r¼
s¼
Ë
QJ
î¼
2
^„
gdwV:
7û¶
ü¶
ó
ý¶
þ¶
ó
Ë
¸
Ÿ
•
„h ^„h gdóQ‡
2
gdwV:
aJ
Ë
¸
¸
2
„
„
dh
^„
`
1½
â
2
2
„åþ dh
^„¥ `„åþgdwV:
2
¤x ¤x `„ gdóQ‡
„
^„ gdóQ‡
î¼ ï¼ ð¼ ñ¼
½
ó
ó
ó
î
â
â
â
â
v kd*
$ $ If
–
l Ö
Ö0
à 8" à
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ4Ö
l aö l ytóQ‡
h
„¥
„
dh
h_\Ž
½
½
"½
#½
$½
0½
ó
â
k
ÿ
ÿ
4Ö
X
ö 8" ö
Ö
2
2
$
$
$ If
a$ gdóQ‡
„Ð `„Ð a$ gdóQ‡
2 gdóQ‡
2½
5½
6½
J½
K½
ó
L½
Ÿ
l
4
O½
P½
ó
kd¹
Ö
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
l aö l f4 ytóQ‡
ÿ
ÿ Ö
V½ W½ ó
ó
ó
$ $ If
–
Ö\
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ó
ó
ó
S
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
2
$
$ If
W½ X½
a$ gdóQ‡
b½ c½ d½
f½
ó
ó
g½
„½
…½
ƒ
†½
ó
ó
ƒ
Œ
ó
ó
l
2 $ If
gdóQ‡
4 Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö l f4 ytóQ‡
f
kdz
ÿ
$
Ö
ÿ
$ If
–
8" 8"
ö 8" ö
Ö
ÿ Ö
Ö0
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
2
$
$ If
a$ gdóQ‡
†½ ‡½ ‰½ ¾½ ¿½ À½
S
2 $ If
gdóQ‡
_
S
J
S
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kdù
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
À½ Á½ ý
S
S
2 $ If
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
î½ ï½ ð½ _
gdóQ‡
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
S
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
J
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kdº
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
ð½ ñ½ ó½
S
S
2 $ If
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
M¾ N¾ O¾ _
gdóQ‡
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
S
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
J
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kd{
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
O¾ P¾ Q¾
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
_¾ _
S
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
ÿ
ÿ Ö
S
ÿ
ÿ
ÿ
2
l
$
4
$ If
Ö
$ If
–
Ð l <-8" Ð
Ð
ü
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö l f4 ytóQ‡
_¾ `¾ a¾ c¾ d¾ Ò¾ Ó¾ Ô¾ ˜
Œ
ƒ
ƒ
Œ
Œ
2
$ If
a$ gdóQ‡
gdóQ‡
Ÿ
kd<
$
Ö\
œ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
Œ
ÿ
2
l
¿
$ $ If
a$ gdóQ‡ f kdý
4 Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö l f4 ytóQ‡
Ô¾ Õ¾ ×¾
$
Ö
ÿ
$ If
–
8" 8"
ö 8" ö
Ö
ÿ Ö
Ö0
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
¿
¿
_
2
S
$ If
gdóQ‡
J
S
S
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kd|
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
¿
¿
¿
S
S
2 $ If
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
(¿ )¿ *¿ _
gdóQ‡
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
S
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
J
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kd=
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
*¿ +¿ ¿ ~¿ •¿ €¿ •¿ _
S
2 $ If
gdóQ‡
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
S
J
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
ÿ
ÿ Ö
J
ÿ
ÿ
ÿ
S
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kdþ
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
•¿ ‚¿ ƒ¿
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
•¿ _
S
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
ÿ
ÿ Ö
S
ÿ
ÿ
ÿ
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kd¿-
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
•¿ Ž¿ •¿
Œ
Œ
2
$ If
gdóQ‡
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
±¿ ²¿ ³¿ ˜
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
Œ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ƒ
2
l
$ $ If
a$ gdóQ‡ f kd€
$ $ If
–
4 Ö
Ö
8" 8"
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö 8" ö
ÿ4Ö
4Ö
l aö l f4 ytóQ‡
³¿ ´¿ ·¿ ó¿ ô¿ õ¿ _
S
S
2 $ If
gdóQ‡
Ö
ÿ Ö
S
Ö0
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
J
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kdÿ
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
õ¿ ö¿ ù¿
S
S
2 $ If
$ $ If
–
Ö\
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
]À ^À _À _
gdóQ‡
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
S
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
J
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kdÀ
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
_À `À cÀ
S
S
2 $ If
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
’À “À ”À _
gdóQ‡
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
S
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
J
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kd•!
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
Ð
ü
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l f4 ytóQ‡
”À •À ˜À æÀ çÀ èÀ éÀ _
J
J
S
S
2 $ If
gdóQ‡
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
ÿ
ÿ Ö
S
ÿ
ÿ
ÿ
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kdB"
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö l f4 ytóQ‡
éÀ êÀ ëÀ
S
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
ü
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ôÀ õÀ _
œ
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
S
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
S
ÿ
2
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdóQ‡
Ÿ
kd #
$
Ö\
$ If
–
Ð l <-8" Ð
œ
Ð
ü
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö 8" ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö l f4 ytóQ‡
õÀ öÀ ÷À øÀ ùÀ úÀ ûÀ üÀ ýÀ
Á BÂ ˜
Œ
„
„
„
„
„
„
m
]
2 „
„
d
h
^„ `„ gdóQ‡
$
&
FW
Æ @
h
„
dh
^„ a$ gdwV:
$ a$ gdóQ‡
$ „h ^„h a$ gdóQ‡ f kdÄ#
$ $ If
–
l 4 Ö
Ö
8" 8"
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö 8" ö
Ö
ÿ Ö
ÿ Ö
ÿ Ö
ÿ4Ö
4Ö
l aö l f4 ytóQ‡
öÀ øÀ üÀ
Á mÈ {È
Ê ÓÊ ÎË
Í 9Í
Ï éÏ êÏ üÐ ÿÐ -Ñ ¾Ñ ‚Ó ‰Ó ŠÓ ‹Ó ’Ó “Ó ”Ó •Ó ¦Ó ÀÔ ÁÔ nÖ
‰Ö pØ rØ
Ù ¡Ù ¢Ù ´Ù óêóÙÇٹٮ¹Ù§Ÿ§Ÿ§¹Ù§”‰§Ÿvn§f§¹®^®^®¹
hóQ‡ CJ
aJ
h_\Ž
hóQ‡ H*
h_\Ž
hóQ‡ 5 •
h_\Ž
hâbÎ mH! sH!
hóQ‡ mH! sH!
j
h• p
hóQ‡ U
h_\Ž
hóQ‡ mH! sH!
hâbÎ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ ] •aJ
# h_\Ž hó
Q‡ 5 •OJ QJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ OJ QJ aJ mH! sH!
hóQ‡ 5 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ
$B …à ŠÅ ×Æ >Ç ÒÇ lÈ mÈ {È
É
Ê ÓÊ ÎË KÌ ì
ì
ì
ì
ì
ì
à
Í
½
½
¢
’
{
$
&
Fl
Æ F
„Z
„ ÿ^„Z
`„ ÿa$ gdwV:
2 „p „h dh
^„p `„h gdóQ‡ 0 $
&
Fb
Æ
h
„p dh
¤x ¤ ^„p a$ gdwV:
2 „
„h dh
^„ `„h gdóQ‡
2
&
FZ
Æ Ð
„
dh
^„ gdwV:
2
Æ
Ð
dh
gdóQ‡
2
&
Fb
Æ 8
„
dh
^„ gdwV:
KÌ ^Ì tÌ ‘Ì ªÌ «Ì ¬Ì íÌ òÌ ÿÌ
Í
Í 9Í
Ï
Ï è
è
è
è
Ü
Ü
Å
®
®
®
®
˜
ˆ
•
- „
`„
gdóQ‡
2 „v „• dh
^„v `„ gdóQ‡ 0
&
Fb „€ dh
¤x ¤ `„€ a$ gdwV:
$
&
Fk
Æ 4
„é
„ªþ^„é
`„ªþa$ gdwV:
$
&
Fk
Æ
„“
„ãþ^„“
`„ãþa$ gdwV:
$ „Z
^„Z
a$ gdóQ‡
$
&
Fk
Æ ”
„>
„ ÿ^„>
`„ ÿa$ gdwV:
$
Ï
WÏ
î
Ï
ÌÏ
î
èÏ
µ
©
„
„ ÿ dð
Æ
9
êÏ
òÏ ‹Ð
î
‘Ð
ûÐ
ýÐ
þÐ
ÿÐ
á
™
™
^„Y `„ ÿa$ gdóQ‡
-
IÑ
$
„Y
î
Å
™
-
¤
CÑ
á
™
„Z
- „Z
&
Fa
Æ
dð
dð
„Z
^„Z
^„Z
gdóQ‡
gdóQ‡
„ ÿ dð
¤
$
„Z
„ ÿ^„Z
^„Z `„ ÿa$ gdwV:
`„ ÿa$ gdóQ‡
-
$
-
„Z
„ ÿ^„Z
`„ ÿgdóQ‡
-
$
„•
dð
¤
^„• a$ gdâbÎ
IÑ
„
-
-Ñ
å
¾Ñ
‚Ó
ŠÓ
Ë
-
ŒÓ
•Ó
ŽÓ •Ó
»
-
•Ó
’Ó
“Ó
²
-
-
‘Ó
-
”Ó
•Ó
-
¦Ó
-
ñ
-
„
„ ^„ `„
`„È gdóQ‡ 0 $
&
Fb
Æ
h
- „Z
- „Y
ã
&
F\
Æ
„
`„
&
FW
„
`„
&
F
gdóQ‡
- gdóQ‡
-
„Õ `„Õ gdóQ‡
„€ dh
¤x ¤ `„€ a$ gdwV:
dð
^„Z gdóQ‡
dð
¤ ^„Y
gdóQ‡
¦Ó *Ô 4Ô KÔ dÔ xÔ yÔ 8Õ PÕ
Ë
Ë
Ë
ã
¯
—
—
¯
ã
{
$
„>
ÿ dð
¤
ÿa$ gdwV:
2
gÕ
|Õ
Ë
„v
„È
“Õ
”Õ
dh
]Ö
»
—
-
$
^„>
- $
„>
ÿ dð
¤ ^„>
ÿa$ gdwV:
„Z dð
^„Z gdóQ‡
„>
„ ÿ dð
¤ ^„>
`„ ÿa$ gdâbÎ
- $
&
Fa
Æ
„Z
„ãþ dð
-
¤
„Z
„ãþ dð
^„Z `„ãþa$ gdwV:
^„Z
`„ãþgdóQ‡
-
$
^„v
aÖ
aÖ
fÖ
ã
iÖ
mÖ
nÖ
‰Ö
:×
Ò
˜
˜
X×
p×
Â
ˆ×
£×
«×
¯
Ø
ã
ã
˜
…
˜
m
$
&
Fc
Æ
&
FW
Æ
h
„“
„ãþ^„“
`„ãþa$ gdóQ‡
$
`„ãþa$ gdwV:
$
„“
„ãþ dh
^„“
„
„sþ^„
`„sþa$ gdwV:
$
„Æý dh
^„Z
dð
¤ ^„>
a$ gdóQ‡
- $
&
F\
Æ $
„>
„ ÿ dð
¤ ^„>
`„ ÿa$ gdwV:
„v „V dh
`„ÆýgdóQ‡
^„v `„V a$ gdóQ‡
- $ „>
0
„Z
Ø
(Ø
ì
>Ø
TØ
qØ
rØ
Ù
ì
±
š
BÙ
PÙ
à
•Ù
†
Ù
¡Ù
È
¢Ù
ì
ì
±
†
$
Æ
Ð
„“ „ãþ^„“
`„ãþa$ gdóQ‡
$
&
F[
Æ
Ð
„“ „ ^„“
`„ a$ gdwV:
$
&
F[
Æ
Ð
„
„Wþ^„
`„Wþa$ gdwV:
$
&
Fc
Æ
h
„“
„ãþ^„“
`„ãþa$ gdwV:
$ „“
^„“
a$ gdóQ‡
$
&
F
Æ
Ð
„Í `„Í a$ gdâbÎ
±
¢Ù
´Ù
ÀÚ
üÚ
tÛ
º
Š
$
l
ÏÛ
ßÛ
º
Ý
NÝ
•Ý
á
‹Ý
á
Ñ
ª
º
š
0
&
FZ
Æ Ð
„ç „ªþ dh
¤x ¤ ^„ç `„ªþa$ gdwV:
2 „b „Ñó dh
^„b `„Ñógd
óQ‡
2 „F „Úô dh
^„F `„ÚôgdóQ‡
2 „
„• dh
^„ `„ gdóQ‡
2
&
Fc
Æ
„v „ªþ dh
^„v `„ªþgdwV:
2 „
„
dh
^„ `„ gdóQ‡
0 $
&
FZ
Æ Ð
„
„qþ dh
¤x ¤ ^„ `„qþa$ gdwV:
´Ù ÏÛ ßÛ •Ý ‹Ý ZÞ dÞ ß
ß (ß )ß 2ß 3ß 4ß
à
à
à
à ½â ¾â ¿â Àâ Áâ àâ
ã
ã
ã
ã
ã
ã
ã ïáïáïÏïÅÏïÏï¾ï¾ï²§Ÿ“‡xj\¾O¾O¾O
QJ aJ
h_\Ž hóQ‡ OJ QJ \ •aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •OJ
hâbÎ CJ aJ mH! sH!
hâbÎ CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ
h_\Ž hóQ‡ OJ
QJ aJ
hâbÎ
aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ
aJ
h_\Ž
hóQ‡ CJ
aJ
h_\Ž
hóQ‡ 5 •CJ
aJ
h_\Ž hóQ‡
hóQ‡ OJ QJ aJ
\Ž hóQ‡ 5 •CJ ] •aJ
h_\Ž
ß !ß )ß *ß 2ß 3ß ï
Ã
©
©
Æ
Æ
Æ
2
ß
# h_\Ž
hóQ‡ OJ
ã
hóQ‡ 5 •OJ QJ aJ mH! sH!
QJ aJ mH! sH! -‹Ý ZÞ dÞ
Ó
Ã
Ã
2 $
8 \
„8 „Èû $ If
^„8 `„Èûa$ gdóQ‡ 2 $
8
$ If
a$ gdóQ‡
2
8
„ç dh
^„ç gdóQ‡
„ç dh
^„ç gdóQ‡
2 „ç „È dh
^„ç `„È gdóQ‡
3ß
|ß ‹ß ¦ß ‡
w
h
h
w
Y
4ß
Bß
Wß
w
h_
j
2
Æ
8 ¨
Æ
l
$ If
gdóQ‡ 2
8
dh
$ If
Ö
$ dh
$ If
a$ gdóQ‡
gdóQ‡ x kdC$
$ $ If
Ö0 ç z n “
2
–
ô
6
à
à
ö
Ö
ÿ
l aö S ytóQ‡
Ö0
ÿ
ÿ Ö
ÿ
¦ß Ûß
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ÿ
4Ö
ö
à
à
ê
Ö
^
N
9
2
Æ
Æ
l
8 \
„8 „Èû dh
8
„ç dh
Ö
^„8 `„ÈûgdóQ‡
2
^„ç gdóQ‡ x kdÕ$
$ $ If
Ö0 ç z n “
–
ô
Ö0
ö
Ö
ÿ
ÿ Ö
l aö S ytóQ‡ 2 „Æ
Æ
¨
6
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
„:þ dh
$ If
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ4Ö
^„Æ `„:þgdóQ‡ 2
ÿ
4Ö
ö
„•
à
à
„kþ $ If
^„• `„kþgdóQ‡
@⠾⠿â Àâ Áâ àâ áâ
åâ
æâ
ñâ
òâ
ã
ã
ã
å
Ò
™
‰
Æ
¸
‰
‰
Ð
$ If
©
‰
‰
a$ gdóQ‡
2
„h
„)
©
‰
‰
dh
©
‰
2
^„h `„) gdóQ‡
$
$
&
Fp
Æ …
‡
&
Fp
Æ ò
„‘
dh
^„‘ a$ gdóQ‡
$
„‘
$
„qþ dh
^„‘ `„qþa$ gdwV:
„
„ãþ dh
^„
`„ãþa$ gdwV:
$
„
„
dh
^„
`„
a$ gdóQ
ã
ã
ã
ã
ã
ã
^
N
N
N
N
2
Æ
l
t
Ö
Æ
l
t
Ð
Ö
•
à
ÿ
dh
$ If
à
ÿ
kdg%
Ö\ ‘
$ $ If
„ w N
ó
„
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
4Ö
l aö ý ytóQ‡
N
Ð
Ö
•
gdóQ‡ ¡
dh
×
ÿ
ÿ Ö
ã
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ã
ã
ã
ã
2
gdóQ‡ ¡
$ If
ÿ
ÿ
4Ö
l aö ý ytóQ‡
D
gdóQ‡
ÿ
ÿ
ã
ÿ
ÿ
ÿ
ö
ÿ Ö
^
6
ÿ
ö
ÿ
N
Ö
ÿ
ÿ4
N
N
kd+&
Ö\ ‘
$ $ If
„ w N
ó
„
Ö0
ÿ
–
×
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ã
®ã
ÿ
ÿ Ö
–
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
«ä
^
ÿ
ö
ÿ Ö
6
ÿ
ö
ÿ
Ö
ÿ
ÿ4
Ö
ã
ã
D
5ä
ªä
<
R
D
$ a$
$
&
Fp dh
2
Æ
Ð
l Ö
•
t
à
ÿ
a$ gdwV:
dh
gdóQ‡ ¡
kdï&
$ $ If
Ö\ ‘
„
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
×
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
–
„ w N
ó
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
ÿ Ö
4Ö
l aö ý ytóQ‡
ã ªä ¬ä Ää nè ‰è Šè Äè €é •é
í *î +î Uî \î ]î /ï 0ï >ï ?ï sï tï ”ï
ï
õåÙõÒËÄõ¹®¹®õ¦õ¦õ›†›ÒõÒwgÙYÒõÒÙå
h_\Ž
h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ ] •aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ OJ QJ
hóQ‡ OJ
QJ
U mH nH u
h*$Â hóQ‡ OJ
QJ
6
ÿ
ö
ÿ
Ö
ÿ
ÿ4
Ö
¾é ¿é Cê
¼ó Åö
ø
hóQ‡ 5 •CJ
aJ
( j
}í ˜
ø
ø
\ •aJ
h• p
hóQ‡ CJ
aJ
hµ ¿
hóQ‡ CJ
aJ
hµ ¿
hµ ¿ CJ
aJ
hµ ¿
hóQ‡
hµ ¿
hµ ¿
h_\Ž hóQ‡
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
«ä ¬ä Ää væ _ç 0è nè Šè Äè ëè Qé •é ¿é
Ý
Ê
Ê
Ê
ª
œ
œ
œ
œ
‚
‚
$
&
F[
Æ à
„ø
„äþ dh
^„ø
`„äþa$ gdwV:
Cê
Yê
¸
•ê
÷
ª
œ
$
&
F•
dh
a$ gdwV:
B $
&
F• dh
a$ gdwV:
$
&
F• „ž dh
`„ž a$ gdwV:
$ „; „: dh
^„; `„: a$ gdóQ‡
&
Fp
Æ ò
„; „ªþ dh
^„; `„ªþa$ gdwV:
$ a$ gdóQ‡
•ê Ÿê Ëê
™ë Äë îë bì ˜ì °ì Úì
í +î ,î Uî å
å
½
½
½
½
×
£
£
£
£
•
…
$ dh
a$ gdóQ‡
$ „v „v dh
^„v `„v a$ gdóQ‡
$
&
Fn
Æ Ð
„ø
„äþ dh
^„ø
`„äþa$ gdwV:
$
&
Fm
Æ Ð
„ø
„äþ dh
^„ø
`„äþa$ gdwV:
$
9ë
uë
×
•
$
&
F• dh
a$ gdwV:
$
&
F[
Æ à
„ø
„äþ dh
^„ø
`„äþa$ gdwV:
î ˜î ™î ¢î Áî Âî æî çî
ï
ï /ï î
Ý
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
$ If
gdóQ‡
^„= `„ÃþgdóQ‡
/ï
-
0ï
-
Uî
\î
pî
qî
Ô
wî
Ô
—
Ô
Ô
Ô
xî
Ô
Ô
„H „Qÿ $ If
^„H `„QÿgdóQ‡
1ï 3ï 5ï 7ï 9
-
„=
„Ãþ $ If
-
dh
$ If
l 4 Ö
˜ ` ( ð- ’
gdóQ‡
Å
kd³'
$
Öˆ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö â f4 ytóQ‡
ó
ó
–
È
È
È
È
ÿ
ÿ
$ If
v
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
7ï
9ï
:ï
ó
ö z ö
ÿ
ÿ
ÿ
;ï
<ï
=ï
ó
Ö
ÿ
>ï
ÿ
ÿ
ó
ÿ
ÿ Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ó
ÿ
ÿ
È
ÿ
ÿ Ö
ÿ
dh
$ If
gdóQ‡
>ï
?ï
sï
tï
9
4
4
Å
gdóQ‡
(
$ $ If
˜ ` ( ð- ’
–l
Ö
Öˆ
È
È
È
ÿ
4
È
v
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö z ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö â f4 ytóQ‡
tï ”ï
ï Qñ
ó ¼ó Bô Úô Åö
ø
ø
ø å
Õ
À
À
À
ª
ª
À
›
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
„z „†ÿ dh
^„z `„†ÿa$ gdóQ‡
ÿ
kdh
Ð
ÿ
ÿ
ÿ
ø
È
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ø
ø
-ø
ª
ˆ
$
$
&
Fe
Q‡
&
F•
&
F•
Æ
„•
dh
`„ a$ gdóQ‡
„Š
„Wþ dh
„n
„þ^„n `„þgdwV:
$
^„Š `„Wþa$ gdwV:
-
$
„
„:
dh
¤
^„ `„: a$ gdó
$
„7 „åþ dh
^„7 `„åþa$ gdwV:
ø
ø "ø %ø 'ø )ø +ø ,ø =ø
>ø Aø Bø Dø Eø Gø Hø Kø Lø Pø Qø |ø }ø ®ø ¯ø íø îø %ù
&ù `ù aù bù •ú žú ¦ú ªú ¬ú ’û Éû Êû Îû Ðû Ôû ×û Üû Þû
ãû æû ëû ìû ñû õû ûû ýû
ü
ü
ü ëàØàØÌØàÃÌÃÌÃÌÃÌÃ̼à¼à¼à¼à¼à¼
à¼ëà­à¼Ÿ¼à­à­à­à­à­à­à­à­“
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž
hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž
hóQ‡
hóQ‡ 5 •CJ
aJ
h_\Ž
hóQ‡ 5 •CJ
aJ
hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
( j
h• p hóQ‡ CJ U
u 7
ø !ø "ø #ø $ø %ø (ø +ø ,ø =ø >ø Aø Bø Dø Eø Gø
Pø ì
ì
ì
ì
ì
Ñ
Ä
´
à
à
à
à
à
à
à
à
¤
¤
$ If
a$ gdóQ‡
¤
¤
$ If
gdóQ‡
$ dh
$ If
a$ gdóQ‡
aJ
mH
nH
Hø
Kø
Lø
à
à
à
$
dh
"
$ If
gdóQ‡
$
„z
„†ÿ dh
^„z `„†ÿa$ gdóQ‡
Pø
Qø
Tø
l
dh
Ö
-
$ If
§
t
ÿ
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö ü ytóQ‡
ó
gdóQ‡
Ü
kd )
Öž
$ $ If
–
• ® Ò Ë ) Ð ê n$
ù
„
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
Tø wø xø yø zø {ø |ø ó
ó
ó
„ú
dh
$ If
^
ö
ÿ
6 ö
ÿ Ö
4Ö
ã
^„ú gdóQ‡
ö
ÿ
ó
dh
$ If
gdóQ‡
|ø
}ø
•ø
"
l
dh
Ö
-
$ If
§
t
ÿ
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö ü ytóQ‡
ó
gdóQ‡
Ü
kd(*
Öž
$ $ If
–
• ® Ò Ë ) Ð ê n$
ù
„
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
•ø ©ø ªø «ø ¬ø -ø ®ø ó
ó
ó
^
ö
ÿ
ó
6 ö
ÿ Ö
4Ö
ö
ÿ
ó
dh
$ If
gdóQ‡
®ø
¯ø
±ø
"
l
dh
Ö
-
$ If
§
t
ÿ
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö ü ytóQ‡
ó
gdóQ‡
Ü
kd3+
Öž
$ $ If
–
• ® Ò Ë ) Ð ê n$
ù
„
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
±ø èø éø êø ëø ìø íø ó
ó
ó
^
ö
ÿ
ó
6 ö
ÿ Ö
4Ö
ö
ÿ
ó
dh
$ If
gdóQ‡
íø
îø
ðø
"
l
dh
Ö
-
$ If
gdóQ‡
Ü
kd>,
Öž
$
§
t
ÿ
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö ü ytóQ‡
ù !ù "ù #ù
ó
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ðø
$ù %ù ó
ó
ÿ
ÿ
ÿ
$ $ If
–
• ® Ò Ë ) Ð ê nù
„
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ó
ó
^
ö
ÿ
6 ö
ÿ Ö
4Ö
ó
ö
ÿ
dh
$ If
gdóQ‡
%ù
&ù
(ù
"
l
dh
Ö
-
$ If
§
t
ÿ
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö ü ytóQ‡
ó
gdóQ‡
Ü
kdIÖž
$ $ If
–
• ® Ò Ë ) Ð ê n$
ù
„
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
(ù [ù \ù ]ù ^ù _ù `ù ó
ó
ó
^
ö
ÿ
ó
6 ö
ÿ Ö
4Ö
ö
ÿ
ó
dh
$ If
gdóQ‡
`ù
aù
bù
"
Ü kdT.
$ $ If
–
Öž • ® Ò Ë ) Ð ê n$
ù
^
§
„
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö ü ytóQ‡
bù •ú Ÿú
ú ¡ú ¢ú £ú ¤ú ¥ú ¦ú §ú ¨ú ©ú
ú ¬ú mû ‘û ’û “û –
û ð
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Î
Å
¹
°
°
$ If
gdóQ‡
; $ „W `„W a$ gdóQ‡
; „W `„W gd N`
l
$
Ö
-
„Þ
dh
^„Þ a$ gdóQ‡
ö
ÿ
ªú
Ý
«
-
$
„X
dh
^„X a$ gdóQ‡
$
„ú
„”ý dh
^„ú `„”ýa$ gdóQ‡
û
$ „‘ dh
žû Ÿû ·û
ö
$ If
&
l
»
4
Ö
^„‘ a$ gdóQ‡
¸û Éû ö
ö
gdóQ‡
Éû
–û
—
ö
Êû
ö
Íû Îû Ïû /
$ If
gdóQ‡ Ð kd_/
Ö\ W [ }
>
ö
$
&
$ If
&
–
"
F
Ö
Ö(
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö Ã pÖ(
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
ytóQ‡
Ïû Ðû Óû
Õû Öû ×û Úû Ûû Üû Ýû Þû áû âû ãû äû åû æû éû êû ëû
ïû ðû ñû òû óû ôû õû ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
$ If
gdóQ‡
õû øû ùû úû ûû üû ýû þû
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
Ö
Ôû
ìû
ö
ü
ü
ü
ü
ü
ö
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü
ö
ö
ö
ö
ö
$ If
ü
ü
ü
ü
åý éý
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ü
ö
ö
ö
ö
gdóQ‡
!ü #ü >ü
ö
ö
ö
ö
ö
ü
ö
ö
ö
ö
ü
@ü
¡ü
£ü
Ðü
Óü
#ý
%ý
`ý
bý
¬ý
-ý
®ý
þ
þ
nþ pþ ¬þ -þ ,ÿ .ÿ Y
[
“
”
•
ô
õ
ö
ö
ø
¹
¼
û
ý
:
;
<
=
¡
Ç
É
þ
?
@
J
{
ñæ×æ×æ×æ×æ×æ×æ×æ×æ˼æ×æ×æ×æ×æ×æ×æËñæ×Ëæ×æ×æ×æ×Ëñ
µ×æ×æ×µ¦æ¦˜æ h_\Ž hóQ‡ CJ \ •] •aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •] •aJ
h_\Ž hóQ‡
h N` h N` CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž h N` CJ aJ mH! sH
! < ü -ü ü
ü !ü "ü #ü >ü ?ü @ü |ü }ü
ü ¡ü ¢ü £ü Ðü Ñü Òü Óü íü îü
ïü "ý #ý $ý %ý ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
í
â
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
¤
éý
þ
$ If
$ If
gdóQ‡
gdóQ‡
$ If
%ý &ý
gdóQ‡
_ý `ý
aý
bý
-ý
®ý
åý
æý
çý
èý
þ
þ
þ
ÿ
Eþ
ö
nþ
oþ
pþ
ö
«þ
¬þ
-þ
àþ
ö
ö
ö
ö
ö
áþ
âþ
ö
ö
ö
ö
,ÿ
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
$ If
gdóQ‡
ÿ .ÿ cÿ dÿ Þÿ ßÿ Z
[
‘
’
“
”
•
ó
ô
õ
ö
Z
[
Â
Ã
÷
ø
.
j
k
Œ
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
$ If
gdóQ‡
Œ
•
Ž
¸
¹
º
»
¼
û
ü
ý
:
;
<
=
¡
Æ
Ç
È
É
ÿ
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ê
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
-
ö
9
Æ
dð
„
$ If
$ If
3
„„ „
gdóQ‡
gdóQ‡
@
A
®
a
X
G
$
^„„ `„
Æ
l
»
a$ gdóQ‡
„
„„
Ö
ÿ
„|ü^„„ `„|ügdóQ‡
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
l aö Ã ytóQ‡
„W `„W gdóQ‡ ž kd•0
W [ }
"
>
F
Ö0
ÿ
ÿ
ö
6 ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
{
„
‰
•
•
µ
T
b
¯
Ê
$
$ If
–
Ö\
ÿ
ÿ
ÿ
|
(
ÿ
ÿ Ö
ÿ
?
$
'
*
.
/
†
¸
¹
˜
™
œ
ž
Ÿ
º
»
ñ
ô
ïäïäïäïäÖÏäÁ䲚Öä²’‡ä{ÏäÏälÖlÖä`äW hóQ‡ 5 •CJ aJ
c7 CJ aJ mH! sH!
h¥c7 5 •CJ \ •aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ
hÔ=
hóQ‡ CJ aJ
h¥
aJ
hóQ‡ CJ aJ
. j
Q‡ CJ aJ mH! sH!
h• p hóQ‡ 5 •CJ U \ •aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ
mH
nH
u
h_\Ž
hó
h_\Ž
h_\Ž
B
X
hóQ‡
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ
hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ "®
¯
Ê
h_\Ž
|
hóQ‡ CJ
h
w
aJ
ü
ÿ
Ë
û
÷
¸
¸
¥
¥
Š
$
Æ
ç
a$ gdóQ‡
ç
¸
Ò
¸
–
Š
Š
¸
¸
Š
$ „W dh
`„W a$ gdóQ‡
$ „W „s dh
^„W `„s a$ gdóQ‡
$
&
Fg
Æ …
„­ „ªþ dh
^„­ `„ªþa$ gdwV:
- $ „X „Æ dh
¤ ^„X `„Æ a$
gdóQ‡
&
F• „S „äþ^„S `„äþgdwV:
dh
gdóQ‡
!
"
#
$
(
)
*
+
,
.
/
M
†
‡
•
‘
›
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ê
Ý
Ý
Ð
Ð
Ð
Ð
Æ
ç
$ If
gdóQ‡
Æ
Æ
ç
ç
„W `„W gdóQ‡
gdóQ‡
$
Æ
ç
a$ gdóQ‡
ò
Æ
›
œ
¦
§
ò
ò
±
²
·
ò
¸
ò
ò
ò
ç
$ If
•-,"
$ If
–l
@
4
gdóQ‡
Ö
¸
¹
ì
Ör
W —
kd?1
$
t
t
«
Ö2
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿóóó
ÿ
Ö
ÿóóó
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿóóó
ÿ
ÿ
ÿ
ÿóóó
ö Õ- ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
4Ö
l aö Ã pÖ2
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
º
Ä
×
ç
ò
/
Z
e
v
ˆ
™
©
º
È
â
ÿ
ò
ò
ò
ò
ò
ò
ò
á
ò
ò
ò
ò
ò
ò
á
á
á
ò
„U `„«ýgdóQ‡
Æ
ç
˜
Æ
l
ç
$ If
™
›
9
gdóQ‡
Ö
•-,"
@
¯
gdóQ‡
ò
”
kdŠ2
$
•
ò
–
$ If
Ör
ÿóóó
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
ÿ
ÿóóó
/
G
ò
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ytóQ‡
f
„
¹
“
ò
ò
ò
ò
ò
á
„U
á
„«ý $ If
—
ò
–
W —
”
ò
B
^
t
«
ö Õ- ö
Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö Ã ytóQ‡
Æ
ÿ
ÿ
t
ÿ
ÿ
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
ÿ
ÿ
ó
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ô
ü
þ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ç
$ If
gdóQ‡
ô
¬
a$ gdóQ‡
œ
á
-
ñ
ò
Î
¿
¬
›
¿
¬
¬
¬
¬
¬
¿
¬
¿
¬
¬
¬
ÿ
$
¬
„*
„hÿ dh
¬
^„* `„hÿ
$ „W dh
`„W a$ gdóQ‡
„W „ ÿ dh
^„W `„ ÿa$ gdóQ‡
$ dh
a$ gdóQ‡
ô
û
ü
$
ý
„W
„
dh
^„W `„
a$ gdóQ‡
$
)
|
}
…
Ž
‘
—
ª
¼
½
Æ
Ç
Î
Ð
Ý
*! .! k! t! Ø! ç! " >" W" Z" ³" ¸" ð" ø" x# |# Ê# Í# 7$ 8$
% o% q% s% ‰%
•% ¬% ¿% È* óèÓèȹ«èÓóè«È«èœ«Ó蹫è•è•è•è•èÓèÓèÓèÓèÓèÓèó蹫•«•è
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •aJ
h_\Ž hóQ‡ 6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ
h¥c7 5 •CJ \ •aJ mH! sH!
hóQ
‡ 5 •CJ \ •aJ
( j
h• p hóQ‡ CJ U aJ mH nH u
h_\Ž hóQ‡ C
J aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ
2
)
{
Y
Þ
Ù
¬
•
$
þ
`
Ù
¬
Ž
ð
|
Ù
¬
Ž
…
†
Æ
‡
ì
ì
Æ
¬
¬
¬
$
„Ê
dh
^„Ê a$ gdóQ‡
$
&
Fh
Æ …
‡
dóQ‡
˜
„É
Ñ
&
F[
dh
`„É a$ gdóQ‡
$
„æ „ãþ dh
^„æ `„ãþa$ gdwV:
$ „É „È dh
^„É `„È a$ gdóQ
$ „É „ªþ dh
^„É `„ªþa$ gdóQ‡
$ „* „hÿ dh
^„* `„hÿa$ g
‡
ˆ
‰
Š
‹
Œ
•
Ž
•
•
‘
’
“
”
•
–
—
™
ª
ð
ð
ð
ð
ð
ð
ä
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
»
$
„ü „Wþ dh
^„ü `„Wþa$ gdwV:
$ „Ð `„Ð a$ gdóQ‡
$
„v
„<ÿ dh
^„v `„<ÿa$ gdóQ‡
$ „Ê
Ô- Œ
A" ³"
Ê
dh
ð"
^„Ê a$ gdóQ‡
x#
Ê#
Ê
¨
•
$
dh
•
a$ gdóQ‡
7$
ª
½
Æ
ì
É
Ê
Ý
Ê
¨
$
È
•
„
„:
Ë
Ì
Í
Ê
Ê
Î
Ý
Ê
Ê
¨
•
dh
^„ `„: a$ gdóQ‡
»
•
$
„s
dh
`„s a$ gdóQ‡
$
„
„
dh
^„
`„
a$ gdóQ‡
$
$ „• dh
‡$ ì$
%
ô
ã
²
ª
`„ a$ gdóQ‡
o% p% q% ¬%
ô
ô
Ô
ô
ª
$ „ „È dh
^„ `„È a$ gdóQ‡
‰' •( ¶) È* Ð* $+ u+ ×+ 5,
ô
è
Á
Á
Á
ª
ª
ª
$ a$ gdóQ‡
7$ n
š, ÿ,
ã
Á
$
„É
dh
`„É a$ gdóQ‡
$
„É
„:
dh
^„É `„: a$ gdóQ‡
$ „s dh
`„s a$ gdóQ‡
gdóQ‡
$ „ ^„ a$ gdóQ‡
$ dh
a$ gdóQ‡
È* Ï* Ð* $+ 5+ 6+ 7+ 8+ t+ u+ †+
×+ é+ 4, 5, G, ™, š, þ, ÿ, c- e- ¦- §.
. q. r. •. Ÿ. Þ. æ. 5/ @/ Ÿ/ ¬/
0
0 "0
4
ÜÍŹÜÍÜÍÜÍÅÜÍÅÜÍÜÍÜÍó²ÜªÜ²çœÜœÜœÜœÜ••Ü•
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ
h¥c7 5 •CJ \ •aJ mH! sH!
óQ‡ 5 •6 •CJ aJ
‡+
4
Ö+
óçó
h_\Ž
h
hóQ‡ CJ
aJ
h_\Ž
hóQ‡
h¥c7 CJ
aJ
mH! sH!
h¥c7 CJ aJ
hóQ‡ 6 •CJ
p- q- €÷
ë
aJ
•÷
ë
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ aJ
*ÿ, d- e- f- i- j- o‰- Š- ‹- –- —- ˜- ¦ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
$
7
$ If
a$ gdóQ‡
.
$ a$ gdóQ‡
"
¦-
§-
¨-
«-
$ $ If
l 4 Ö
¸ ´ Ë U" 1
ÿ
a$ gdóQ‡
$ If
gdóQ‡ Ç
”c Öˆ
3 ¡
kd[3
$
$ If
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
n
Š
ö S- ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö n f4 ytóQ‡
«- ®- ±- ´- ·- º- ½- À- Ã- Ç- Èð- ö- û.
.
.
.
.
.
. -.
. ". $. ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ê
ó
ó
ó
ó
ó
$ If
gdóQ‡
ÿ
–
ü
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
á-
å-
ó
ê
ó
ë-
$
:.
<.
$ If
>.
ó
@.
ó
a$ gdóQ‡
B. D.
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
$. &. (. *. ,. .. /. 0. 2. 4. 6. 8.
E. F. H. J. L. N. P. R. T. V. X. ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
$
n.
p.
ó
$ If
q.
a$ gdóQ‡
ó
ó
ó
X.
ó
Z.
[.
\.
ó
ó
ó
^.
ó
ó
`.
b. d.
ó
f.
h.
j.
l.
ó
ó
ó
$
$ If
a$ gdóQ‡
q.
r.
‚.
•.
9
.
$
$
l 4
¸ ´ Ë
„É
dh
Ö
U"
dh
`„É a$ gdóQ‡
a$ gdóQ‡ Å kdL4
1
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö n f4 ytóQ‡
•.
Ü4 ï
Û
¢
|
|
$ „8 `„8 a$ gdóQ‡
$ dh
a$ gdóQ‡
$ If
–
Öˆ
3 ¡
n
ÿ
ÿ
$
Š
ö S- ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
Þ.
ÿ
5/
Ÿ/
Û
¢
0
0
“
|
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
Ö0
ÿ
ÿ
4
4
"0 §2
Û
ÿ
ÿ
ÿ
%4
ÿ
ÿ
J4
È
ˆ
ü
ÿ
ÿ Ö
ÿ
|
}4
«4
µ
$ „É dh
`„É a$ gdóQ‡
„W „ ÿ dh
^„W `„ ÿa$ gdóQ‡
`„pùa$ gdóQ‡
$
Æ
$
„"
„§ø^„"
`„§øa$ gdóQ‡
$ „"
„§ø^„"
`„§øa$ gdóQ‡
$
„É „s
$ „„
dh
^„É `„s a$ gdóQ‡
„pù dh
^„„
$
4
4 %4 34 +5 L5 O5 m5 n5 }5 ~5 06 16 A6 B6 D6 Z6 c6 d
6 e6 ŸE ¡E »E
G 1G QG nG “G ¢G ¹G ÕG ¾H ¿H ÕH îâÚÏÚÏâÈϽ
ϽÏÈ® ‘ ‚Ïâv½h½h½h½h½ÚY
hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ \ •] •aJ
hb~¬ hóQ
‡ 6 •CJ ] •aJ
hb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ
hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ
h¥c7 5 •CJ \ •
aJ mH! sH!
hb~¬ hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž
hóQ‡
h_\Ž
hóQ‡ CJ
aJ
hóQ‡ CJ aJ
!Ü4
5 N5 O5 P5
ê
ê
h_\Ž
S5
T5
ê
hóQ‡ 5 •CJ
aJ
" h_\Ž
g5
m5
ó
h5
i5
ê
m5
„8 `„8 a$ gdóQ‡
n5 o5 r5 u5 x5
A
{5
A
~5
\ •aJ
ó
ê
$ If
$
hóQ‡ 5 •CJ
mH! sH!
ó
ê
ê
gdóQ‡
M
A
A
A
A
l
dh
4 Ö
H
Ö
ÿ
$ If
gdóQ‡ ²
Ö-
ÿ
¥
ÿæææ
ÿ
kd95
ö
$ $ If
–
ÖF É
¶ n¸
ÿæææ
ÿæææ
6 ö
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö 5 pÖÿæææ
16 26 56 86 ;6
ó
ó
4Ö
>6
ó
ÿæææ
A6 ó
ÿæææ
ó
ó
ytóQ‡
ó
~5
ó
•5
ó
Ÿ5
¹5
á5
6
ó
ó
ó
dh
$ If
gdóQ‡
A6 B6 e6
9 ?; l= ˜@
U
„s
l Ö
H
ÿ
dh
t
h
$ „ „¬ dh
`„s gdóQ‡ ‹ kd/6
¥
ÿ
ÿ
ÿ
U
^„ `„¬ a$ gdóQ‡
$ $ If
–
ÖF É
¶ n¸
ÿ
ö
6 ö
U
U
Ö0
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö 5 ytóQ‡
E »E å
Ò
¸
4Ö
A FA
˜@
¸
-
ìA
å
2B
‡B
ÆD
E
5E
å
¸
$
&
FW
Æ
”A
å
¸
“
]E
•E
å
E
¸
¡E
¢
å
„ª
$
„Vþ dh
^„ª `„Vþa$ gdwV:
dh
a$ gdóQ‡
$
&
Fj
Æ Ù
„­ „ãþ dh
^„­ `„ãþa$ gdwV:
$ „ „
dh
^„ `„
a$ gdóQ‡
$
&
Fi
Æ Ù
„­ „ãþ dh
^„­ `„ãþa$ gdwV:
»E sF
G QG “G ¹G üG
™J éJ ‚K ÕK î
î
×
×
¾
î
¡
Œ
Œ
o
o
$
&
F•
Æ B
„
„˜þ dh
¤x ^„ `„˜þa$ gdwV:
$ „ª „Ž dh
`„Ž a$ gdº Ï
$
&
Fi
Æ õ
8
„ª „Vþ dh
¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV:
$
&
F•
Æ Ð 8
„8 dh
¤x ^„8 a$ gdwV:
$
&
F•
Æ Ð 8
„8 dh
^„8 a$ gdwV:
$ „Ð dh
¤x `„Ð a$ gdóQ‡
¿H
îH
×
¤x ^„ª
ÕH
îH
I bI ˜J ™J
O
O 3O
Q
Q
Q ¿Q ÀQ ÁQ LW gW ‹W ÄW YX ¯Z °Z =] >] ?] @] S] m]
ó] •^ ƒ_ „_ Y` Z` ¿a Æa &c -c {c ‚c õc
d "d [d
e •f –f ~k Žk •k •k —
k àk ðk ùk il "m #m 3m rn ‚n
o
o Lo ˜o óèóèÜèÍóè¿èóèÜèÍóè
óèÜè³Ü¤ÍóèóèÜèÜè¿è¿è¿èÍóèóèÜèÍèÜ¿è¿èóèÜ¿è¿èÍóÍ
hº Ï hº Ï CJ aJ mH
! sH!
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ ] •aJ
hb~¬ hóQ‡ 6
•CJ \ •] •aJ
hº Ï CJ aJ mH! sH!
hb~¬ hóQ‡ CJ aJ
hb~¬ hóQ
‡ CJ \ •aJ
@ÕK
L ŠL ÄL üL _M œM
O 3O ÁQ
R
S £S â
â
Ñ
¸
¸
¸
Ñ
›
†
†
m
m
$
&
F}
Æ ô
„
dh
¤x ^„ a$ gdwV:
$ „ª „Ž dh
¤x ^„ª `„Ž a$ gdº Ï
$
&
Fi
Æ õ
8
„ª „Vþ dh
¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV:
$
&
F~
Æ Œ
„
dh
¤x ^„ a$ gdwV:
$ „8 dh
¤x ^„8 a$ gdóQ‡
$
&
F•
Æ B
„
„˜þ dh
¤x ^„ `„˜þa$ gdwV:
£S
þS
æ
‹T
âT
%U
bU
—
&
F•
Æ Ð
dº Ï
&
Fi
Æ õ
8
„ª
$
&
F€ dh
&
F}
Æ ô
„
ÏU
V
Õ
„
$
‚
dh
„Vþ dh
¤x ^„
‹W
¤x ^„
°Z
[
Å
‚
a$ gdwV:
¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV:
¤x a$ gdwV:
dh
LW
Å
$
„8
a$ gdwV:
dh
p[
æ
æ
Å
´
i
$
„ª
$
„7
„S
$
dh
dh
¤x ^„8 a$ gdóQ‡
¤x ^„ª `„7 a$ g
¤x `„S a$ gdº Ï
$
p[
ó[
æ
n\
ã\
=]
æ
¸
“
>]
?]
@] m]
æ
£
“
„_
Z`
±`
Na
Öa
Ib
Õ
Õ
£
Üb
æ
Õ
£
“
“
$
&
F‚ dh
¤x a$ gdwV:
$ 㻠〠dh
&
Fi
Æ õ
8
„ª „Vþ dh
¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV:
$
&
F•
Æ Ð
„
dh
¤x ^„ a$ gdwV:
Üb
–f åf <g ¬g h
i ^i ð
â
â
â
Ï
²
•
•
•
$
&
F„ dh
¤x a$ gdwV:
$ 㻠〠dh
&
Fi
Æ õ
8
„ª „Vþ dh
¤x ^„ª `„Vþa$ gdwV:
óQ‡
¤x ^„ª `„Ä a$ gdº Ï
$
Cc
„8
ƒc
dh
©c
¤x ^„8 a$ gdóQ‡
Âc
Ûc
ôc
â
•
$
õc
"d
â
•
•
ð
¤x ^„ª `„Ä a$ gdº Ï
$
„8
„„
dh
$
^„8 `„„ a$ gd
$
&
Fƒ
dh
a$ gdwV:
j
$ „8 dh
Aj Bj •k
^„8 a$ gdóQ‡
^i |i ¡i ¾i Õi
#m
o qo ›o œo •o žo úo
p
ñ
ñ
â
ñ
Ñ
À
ñ
Ñ
¯
¯
ñ
Ñ
¯
ñ
À
¯
–
$
&
F•
Æ $
$
8
„Ð
„8
dh
dh
¤x ^„8 a$ gdwV:
¤x ^„Ð a$ gdóQ‡
$
$ „Å
„S dh
dh
¤x `„Å a$ gdº Ï
¤x `„S a$ gdº Ï
$
„
dh
^„
a$ gdóQ‡
$
&
F… dh
a$ gdwV:
˜o ›o žo 1r 2r Ks Ls ús /t ?t vt |t ¶t Æ
t êt út üt Ju Šu ¥u ´u Ýu ÿu
v Uv 6x 7x Á{ *| †| ô| ’}
í} ù€ Õƒ õƒ Y„
… a‡ óçÜÔÜÔÜÌÁÌÁÌÁÌÁÌܲ¢²¢²¢²•‹•ƒyƒmƒ•ƒyƒaƒ hb~
¬ hóQ‡ 5 •mH sH
hb~¬ hóQ‡ 5 •mH
sH
hb~¬ hóQ‡ 5 •6 •
hb~¬ hóQ‡ 5  hóQ‡ OJ QJ ^J
hb~¬ hóQ‡ OJ
QJ ^J
hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH
hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH
hb~¬ hóQ‡
6 •\ •] • hb~¬ hóQ‡ \ •
hóQ‡ CJ aJ
CJ \ •aJ
&
hb~¬
hóQ‡ CJ
aJ
hº Ï CJ
aJ
mH! sH!
hb~¬
hóQ‡
p
~p
’p
Õ
ûp
q
2r
î
î
¡
•
$ „Ð dh
¤ð ^„Ð
&
F†
Æ
„Ð dh
¤ð
- $ dh
a$ gdº Ï
&
F•
Æ $
8
„8 dh
Žx ¥x ¨{ Á{ ô|
„
… î
É
ß
ß
º
Dr
Ls
Ms
„s
ús
üt
Õ
Õ
î
¡
a$ gdóQ‡
Uv
î
xv
Ê
7x
Dx
Õ
Žx
î
¹
•
C
^„Ð a$ gdwV:
$
î
C
$
$
„Ð
dh
¤x `„Ð a$ gdóQ‡
¤x ^„8 a$ gdwV:
$ „8 dh
¤x ^„8 a$ gdóQ‡
/} ]} ’} ±} Ç} í} ù€ ú€ (ƒ )ƒ X„ Y„ ·„
î
î
ß
É
É
É
É
î
ß
ß
ß
ß
º
¸
É
; $
&
F‡
Æ h
„Ð
„8
dh
dh
^„Ð a$ gdóQ‡
^„8 a$ gdwV:
;
$
;
…
Ž
Æ
&
Fˆ
$ „Ð dh
•… ³… ´…
ú•
“ é
Ú
º
ª
„Ð
^„Ð a$ gdóQ‡
C $ „Ð dh
¤ð ^„Ð a$ gdóQ‡
C† D† à‰ á‰ 2Œ EŒ †Ž ‡Ž –
é
é
é
Ú
Ë
Ú
Ë
¯
¤
‘
‘
$
dh
`„Ð a$ gdóQ‡
dh
gdwV:
$ dh
a$ gdóQ‡
C
$
„Ð
dh
¤ð ^„Ð a$ gdóQ‡
…
5…
Ú
º
e
;
$
„Ð
dh
^„Ð a$ gdóQ‡
;
&
Fˆ
Æ
ˆ
‹
Ž
$
„Ð
h
ˆ
`‹
)•
é’
– )˜
hb~¬
6 •CJ
hb~¬
hóQ‡
dh
^„Ð a$ gdóQ‡
;
$
„8 dh
^„8 a$ gdwV:
a‡ l‡
mˆ „ˆ ɉ à‰
÷‹
Œ 2Œ •Œ ŸŒ †Ž ‡Ž –
8• :• M• ]• k• m• }•
• =• ?• T• Ô‘ ß‘ à‘ æ‘
’ 5’
“
“ ÿ•
Nš öîöîöîöîöîöîáÓá̼-­‹­­‹­­‹­­­­­|l|­ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH
hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH
" hb~¬ hóQ‡
] •aJ mH sH
hóQ‡ CJ \ •aJ mH sH
hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH
hÔ=
5 •CJ aJ mH sH
hb~¬
hóQ‡
– )˜
› ¶›
Ò
˜
hóQ‡
hb~¬ hóQ‡ 6 •OJ QJ ^J
5 • hb~¬ hóQ‡ 5 •6 •* “ Д
Nš ¤š
ç› ?œ ~œ Øœ
• `• °• $ž ð
Ã
µ
¦
˜
˜
hb~¬
hóQ‡ OJ
QJ
^J
ð
µ
å
µ
˜
hb~¬
µ
˜
$
&
F|
dh
a$ gdwV:
$
„Ð
dh
^„Ð a$ gdóQ‡
$
&
F{
dh
a$ gdwV:
Æ
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdóQ‡
ª
„Ð dh
`„Ð a$ gdóQ‡
$ dh
a$ gdóQ‡
$
$ „
dh
`„ a$ gdóQ‡
Nš $ž ƒž Q
R
‡
Š
¤
¥
§
ª
«
¬
®
¯
³
µ
¶
·
¸
¹
º
½
¿
å¡ õ¡ ÷¡ ý¡ 2¢
3¢ ;¢ ñæÛÓÇÓ»²¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó¡Ó•ñ…ñuñi]
h
º Ï CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ aJ mH! sH! hb~¬ hóQ‡ 6 •CJ aJ mH sH hb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH
hóQ‡ CJ aJ mH sH
j
h• p hóQ‡ U mH nH u
hóQ‡ 5 •mH sH
hä : hóQ‡ 5 •mH sH
háOç hóQ‡ 5 •mH sH
hóQ‡ mH sH
hóQ‡ mH sH
ž Þž LŸ ”Ÿ
Ú
“
hÔ=
hb~¬ hóQ‡ mH sH
㟠+
Q
R
¥
¨
Ú
Ú
¢
“
“
©
hb~¬
ª
¢
“
hóQ‡ CJ
¬
¯
À
“
aJ
´
mH
µ
Ú
sH
·
ƒ
Ú
“
“
-$ž
ð
$
Æ
Ü
dh
$
&
FŠ
Æ
&
FŠ
a$ gdóQ‡
dh
a$ gdóQ‡
8
„8
„òþ dh
„8
„òþ dh
$
„8
„Åþ dh
^„8 `„òþa$ gdwV:
^„8 `„òþa$ gdwV:
^„8 `„Åþa$ gdóQ‡
B
$
B
$
B
$ „ý dh
^„ý a$ gdóQ‡
8¢ 9¢ :¢ ;¢ <¢ >¢ A¢
ð
ð
Ò
Ò
Ò
Ò
Ç
Ç
$ dh
a$ gdóQ‡
·
G¢
¹
q¢
»
È¢
¼
Í¢
á
½
Т
Ò
Ò
Ç
3¢
5¢
6¢
ð
Ò
7¢
Ò
Ò
Ç
Ç
4¢
ð
Ò
Ç
Ç
¿
Ò¢
Ç
$
„#
dh
`„# a$ gdóQ‡
$
„
dh
`„
a$ gdóQ‡
$
Æ
Ü
dh
a$ gdóQ‡
;¢ <¢ =¢ >¢ @¢ A¢ B¢ F¢ G¢ H¢ o¢ q¢ r¢ u¢
Æ¢ È¢ Ì¢ Í¢ Ï¢ Т Ñ¢ Ò¢ Õ¢ é¢ ë¢ ì¢ í¢ ï¢ F£ G£ H£ M£
N£ O£ P£ ‚£ ‡£ ˆ£ Š£ Õ£ öª
«
«
«
«
« %« ñÜͼ´£¼´¼´—£¼´—¼´¼´¼´…—¼´¼…´—´¼´¼´—¼´¼´ÍuÍuÍuÍhb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH # j
h• p hóQ‡ 5 •U mH nH
hóQ‡ 5 •mH sH
j
h• p hº Ï U mH nH u
u
hÂEÄ
hóQ‡ mH sH
j
h• p hóQ‡ U mH nH u
hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH
( j
h•
p hóQ‡ CJ U aJ mH nH u
hº Ï hº Ï CJ aJ mH! sH! .Ò¢ é¢ ì¢
H£ N£ P£ ‚£ ˆ£ ‹£ Œ£ Ê£ Ë£ Ì£ Õ£
¤
¤
¤ Å¥ ü¦ §¨ ¢© xª ù¬ k® •¯ ô
ô
ô
ô
ô
ô
ô
ô
ô
ì
ä
ä
ä
ä
ä
ô
ô
ô
ô
ô
ô
ô
ô
ô
$ a$ gdóQ‡
$ a$ gdóQ‡
$ dh
a$ gdóQ‡
%« 0«
- à- é- •¯ •¯ ‘¯ ’¯ ¯¯ ѯ Ò¯ Ó¯ Ø° %± *± c± é± @² q² r²
±² ²² Ʋ ײ ïàïàïàÓƶ¦šŠ~rcrcrcQBcrcr
h©vè h Zn CJ aJ mH sH
" hÍ ™ h Zn 6 •CJ ] •aJ mH sH
hÍ ™ h Zn CJ aJ mH sH
h
Zn CJ aJ mH sH
h Zn CJ aJ mH! sH! h Zn h Zn 5 •CJ aJ mH! sH!
h Zn h Zn 5 •CJ aJ h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ aJ h_\Ž hº Ï 5 •CJ aJ mH! sH!
hº Ï 5 •CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ 5 •CJ aJ
mH! sH!
hb~¬ hóQ‡ CJ aJ mH sH
hb~¬ hóQ‡ 5 •CJ aJ mH sH
•¯ •¯ ‘¯ ’¯ ¯¯ Ò¯ Û³ Eµ 6¶ {·
f¸ g¸ >» ì
ì
ì
Ø
Å
²
²
•
•
•
•
n
$ „ª „& dh
^„ª `„& a$ gd Zn
$ „C dh
`„C a$ gd Zn "
&
F§
Æ Ø
„Å „äþ dh
-D MÆ
ÿÿÿÿ
^„Å `„äþa$ gdwV:
&
Ft
Æ Ø
„Ò÷ dh
`„Ò÷gdwV:
&
FW
Æ
$
$
„ª
„™
dh
^㻠`㪠a$ gd Zn
„ª
Æ
h
„Vþ^„ª `„VþgdwV:
$
„h dh
^„h a$ gdóQ‡
ײ
ز
ñ²
ò²
ü²
ý²
³
)³
+³
b³
m³
|³
Ú³
Û³
µ
f¸ g¸ ³¸ ¼¹
º =» >» ?» _»
ñâÖâÖâÄñ·âÖâ«œ‘â„‘w‘«ÖâÖâÄâeâÖZR
k»
s»
"¼
E¼
P¼
¾¼
ܼ
à¼
e½
h Zn CJ aJ
hÍ ™ h Zn CJ aJ
" hÍ ™ h Zn 5 •CJ \ •aJ mH sH
hO … h Zn @ˆüÿCJ aJ
hO … h Zn @ˆúÿCJ aJ
hO … h Zn CJ aJ
hO … h Zn CJ aJ mH
sH
h Zn CJ aJ mH! sH!
h Zn CJ ] •aJ mH sH " hÍ ™ h Zn 6 •CJ ]
•aJ mH sH
h Zn CJ aJ mH sH
hÍ ™ h Zn CJ aJ mH sH
h
Zn 6 •CJ ] •aJ mH sH
>» f½
¿ ý íà ÆÆ ÓÈ 0Ê 1Ê 2Ê 3Ê xÊ •Ê
Ë
Ë ÇË ÒË 8Ì B
Ì AÍ ì
ì
ì
ì
ì
ì
ì
Ý
Ý
Ý
Ê
´
¥
´
¥
´
¥
´
¥
$ „Ð dh
^„Ð a$ gd Zn
&
Fn
Æ
„
ü dh
`„
üa$ gdwV:
$
Æ
„C dh
`„C a$ gd Zn
$
½
$ „C dh
`„C a$ gd Zn
$ „ª „& dh
^„ª `„& a$ gd Zn
e½ f
¾½
¾
¿
¿
À
À 6À =À ˜À šÀ > @ } ’ ü ý ìà íÃ
ÅÆ ÆÆ JÇ lÇ
È ÒÈ ÓÈ >É ]É ´É ÓÉ /Ê :Ê AÊ JÊ _Ê wÊ xÊ
•Ê
Ë
Ë
ÇË
h´Iå
´Iå h
hO …
J mH
ÑË 8Ì AÌ AÍ HÍ ôìÝÑô²²²²²ÂôÂôÂô£ô£˜ô£ô£ô£ôŒƒŒƒŒu˜u˜u˜u˜u
h Zn 5 •CJ \ •aJ
h Zn 5 •CJ aJ
h´Iå h Zn 5 •CJ aJ
h
Zn CJ aJ
hO … h Zn CJ aJ mH! sH! h Zn CJ \ •aJ mH sH
hO … h Zn CJ aJ mH sH
h Zn CJ a
sH
h©vè h Zn CJ aJ mH sH
h Zn CJ
ªÐ 'Ñ
aJ
^Ò
eÓ
h Zn CJ
½Ô ¿Õ
Ú
Ò
Ã
´
$
dh
Ú
a$ gd Zn
aJ
CÖ
é
mH! sH! .AÍ IÍ åÍ
DÖ vÖ ‡Ö ÈÖ é
Ú
´
´
©
´
üÍ
ÓÎ
ÞÎ
Ú
FÐ
é
QÐ
©Ð
é
Ú
´
´
Ú
$
„,
dh
^„, a$ gdønÁ
$
„Å
dh
`„Å a$ gdønÁ
dh
gd Zn
$ „Ð dh
^„Ð a$ gd Zn
$
&
Fn
Æ
„
ü dh
`„
üa$ gdwV:
HÍ åÍ ûÍ ÓÎ ÝÎ ÞÎ ßÎ FÐ PÐ ªÐ
Ñ
Ñ 'Ñ 4Ñ ]Ò ^Ò lÒ dÓ eÓ nÓ ¼Ô ½Ô ÈÔ ¾Õ ¿Õ ÑÕ DÖ vÖ ‡Ö
ô× ü×
Ø ©Ø ïØ ðØ ÿÙ
Ú $Ú ,Ú AÛ fÛ iÛ ƒÛ
Ü
Ü #Ü ?Ý
@Ý ùÞ üÞ
ß âß ãß ™á œá Çá
â õçõçõÛõçõÒÆÒçõ¾çõ¾çõ¾çõ¾çõÆçõ¯çõ
Û¢ÛçÛ–
õÆÒÆõÒÆõ¾õÒÆõ¾õÒÆõ
h´Iå h Zn >* CJ aJ
h”T• CJ \ •a
J mH! sH!
h”T• 5 •CJ \ •aJ mH! sH!
h Zn CJ aJ
h´Iå h Zn 5 •CJ aJ
h Zn 5 •CJ
\ •aJ
h´Iå h Zn 5 •CJ \ •aJ
h´Iå h Zn CJ
× /× 9× C× Q× `× ó× ô× õ× ö× ÷× ø× ù×
í
í
í
í
í
í
í
Þ
¼
¼
¼
¼
¼
¼
aJ
aJ
ú×
Ë
h´Iå h Zn CJ
8ÈÖ ÚÖ îÖ ÿÖ
û× ü×
Ø í
í
¼
¼
¼
Æ
$ „
dh
`„ a$ gd Zn
h
„h dh
^„h a$ gd Zn
$
$ „Ð dh
^„Ð a$ gd Zn
$
&
FS
Æ 8
dh
a$ gdwV:
Ø
Ø :Ø qØ ¨Ø ©Ø ÚØ
Ù @Ù uÙ ŸÙ ÉÙ öÙ $Ú %Ú /Ú –
Ú øÚ AÛ fÛ ƒÛ ó
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
Û
Ë
Ë
Ë
¿
¬
$ „Ð „
\þ dh
^„Ð `„\þa$ gd Zn
„, dh
^„, gdønÁ
„Ð „Lÿ dh
^„Ð `„Lÿgd Zn
„Ð dh
^„Ð gd Zn
„* dh
^„* gd Zn
„
dh
`„ gd Zn
ƒÛ
Ü
Ü #Ü @Ý ÊÝ
Þ _Þ ©Þ ùÞ
ß ãß •
à ûà Oá ™á ð
Ý
Ý
Î
Î
´
´
´
ð
Ý
¥
¥
—
—
—
$
&
F©
dh
a$ gdwV:
$
&
F¨
Æ @
„Å
„ô
dh
„rÿ dh
^„ô a$ gd Zn
^„Å `„rÿa$ gdwV:
$
$
„X
dh
^„X a$ gd Zn
$
„Ð
„\þ dh
^„Ð `„\þa$ gd Zn
$
¯ã
„Ð dh
^„Ð a$ gd Zn
ä Šä ì
Ù
µ
£
v
v
&
F«
Æ Ð
Æ
´
&
Fª
Æ
´
&
Fª
Æ
´
™á
Çá
a$ gdwV:
B
$
8â
’â
µâ
Èâ
çâ
Ë
£
„Š „äþ dh
^„Š `„äþa$ gdwV:
„Ð dh
`„Ð a$ gd Zn B $
dh
â
Ë
£
•
$
$
(ã
7ã
Ë
\ã
v
„:
dh
]„: a$ gdwV:
B $
&
Fª dh
a$ gdwV:
$ „Ð „ˆÿ dh
^„Ð `„ˆÿa$ gd Zn
$ „¼ „pþ d
h
^„¼ `„pþa$ gd Zn
â 7ã gã qã Äã Ñã #ä +ä ›ä ©ä .å 6å ‰å •å ±å Žç •ç -é ¾
é ñî òî õî
ï }ð Šð %ñ &ñ Yñ Zñ }ñ ~ñ •ñ ‚ñ Œñ àñ vò ˆò §ô ¨ô tö uö
yÿ †ÿ •ÿ ¯ÿ <
R
è
ùîâîâîâîâîâî×ɺ®îâîÉ×Éîâî¦î¦î›‡{ºî{î¦î¦îâîâî{îº
h´Iå h Zn 5 •CJ
aJ
h Zn 5 •CJ aJ
h´Iå h”T• CJ aJ
h”T• h Zn CJ aJ
h Zn CJ aJ
h Zn B* CJ aJ ph
Iå h Zn 5 •CJ \ •aJ
h Zn 5 •CJ
´Iå h Zn CJ aJ
h´Iå
\ •aJ
h Zn B* CJ aJ ph
h´Iå h Zn 6 •CJ aJ
h´
h
h´Iå
‰å
å
°
h Zn 0Šä ±å •ç Óç ¯è
é ‚é 2ê
Ù
Ê
°
°
°
¡
Đ
òê
^ë
Ê
°
¼ë
lì
°
¶ì
å
å
°
°
°
$
&
F¬
Æ Ð
„Ð
„á
dh
^„Ð a$ gd Zn
„äþ dh
$
^„á `„äþa$ gdwV:
$ „X dh
^„X a$ gd Zn
„, dh
`„, gd Zn
$
&
F«
Æ Ð
ï ßï
ð Eð
„Š
Œð
¯
ôð
å
&ñ
^„Š `„äþa$ gdwV:
Zñ
~ñ
Ù
•ñ
‘
dh
^„Ð gd”T•
„$ÿ dh
`„$ÿa$ gdwV:
„$ÿ dh
`„$ÿgdwV:
¶ì
å
•
$
)í
kí
¸í
"î
å
Í
¯
„Ð
&
F
&
F
„äþ dh
òî
å
¾
¯
ñî
å
¯
¯
¯
$ „ô dh
^„ô a$ gd Zn
„, dh
`„, gd Zn
„h dh
`„h gd Zn
$
&
FŸ
Æ Ð
?ø
¢
$
&
F¢
Æ Ð
„„ „8ÿ dh
^„„ `„8ÿa$ gdwV:
Aù Aú Çú ‚û Nü #ý
þ ²þ
¼
¼
¼
¢
¢
¢
¢
¢
„L
„Ôþ dh
^„L `„Ôþa$ gdwV:
•ñ Œñ
Êÿ ì
vò
ˆò
¢
¢
uö
Íö
A÷
Ë
¢
¢
¢
¨ô
Ý
¢
z÷
$
&
F¡
„
„$ÿ dh
dh
^„
a$ gd Zn
`„$ÿa$ gdwV:
$
$
R
„ô
è
dh
8
Ä
ª
~
„Ð dh
^„ô a$ gd Zn
f
7
l
ª
ª
ª
^„Ð gd Zn
$
„Ð „\þ dh
^„Ð `„\þa$ gd Zn
ò
*
V
^
å
ª
ª
ª
ª
›
•
„
„üÿ $ If
^„ `„üÿgdwV:
¡
Êÿ
Ó
<
$
&
F£
Æ
„Ð
„è
dh
^„Ð a$ gd Zn
„Ôþ dh
$
^„è `„Ôþa$ gdwV:
$ „¼ dh
^„¼ a$ gd Zn
$
&
F¢ „$ÿ dh
`„$ÿa$ gdwV:
$
&
F¢
Æ Ð
„L „Ôþ dh
^„L `„Ôþa$ gdwV:
-
V
p
q
z
{
|
³
´
â
ã
ò
ó
ø
(
)
A
e
f
‰
Š
Œ
¥
¦
Ã
Ä
Ð
(
)
*
;
h
i
j
õçõçÕÃÕõçõÕ±Õ±Õ±Õ±Õ±Õõ±õ±çõçõçŸõçõ„õxi
h”T• h”T• CJ aJ mH! sH!
h Zn CJ aJ mH! sH!
h´Iå h
Zn 5 •CJ aJ
h´Iå h Zn CJ aJ mH
sH
# h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH
sH
# h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH sH # h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH sH
# h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ •mH sH
h´Iå h Zn CJ OJ QJ \ • h´Iå h
Zn CJ aJ '^
p
q
|
†
‘
£
³
ö
{
`
E
E
E
E
$
&
FT
Æ
„ü „ ÿ $ If
^„ü `„ ÿa$ gdwV:
$
&
FT
Æ
„¸ „Hÿ $ If
^„¸ `„Hÿa$ gdwV: z kd×6
$ $ If
–
l Ö
Ö0 Ð \
!
Œ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö < ytwV:
$ If
gdwV:
ö
ö
³
´
Ö
Ö0
ÿ
¾
â
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
•
ÿ
ÿ
ÿ Ö
d
I
$
&
FT
Æ
&
FT
Æ
l 4
„ü
„ ÿ $ If
^„ü `„ ÿa$ gdwV:
$
„¸
Ö
„Hÿ $ If
^„¸ `„Hÿa$ gdwV:
”2 Ö0
• kd|7
Ð \
$
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
â
K
K
ö
ã
ö
Ö
Ö0
ÿ
ó
ÿ
ÿ Ö
(
K
A
K
ÿ
ÿ
e
ÿ
ÿ Ö
ÿ
•
ÿ
ÿ Ö
f
K
$
&
FT
Æ
&
FT
Æ
l 4
„ü
„ ÿ $ If
^„ü `„ ÿa$ gdwV:
$
„¸
Ö
„Hÿ $ If
^„¸ `„Hÿa$ gdwV: }
Ö0 Ð \
kd+8
$
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
I
e
ö
f
ö
p
Ö0
ÿ
Ö
}
‰
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
•
ÿ
ÿ
ÿ Ö
d
I
$
&
FT
Æ
&
FT
Æ
l 4
„ü
„ ÿ $ If
^„ü `„ ÿa$ gdwV:
$
„¸
Ö
„Hÿ $ If
^„¸ `„Hÿa$ gdwV:
”à Ö0
• kdÖ8
Ð \
$
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
&
FT
Æ
&
FT
Æ
l 4
‰
ö
Š
ö
”
Ö0
ÿ
Ö
¥
ÿ
ÿ Ö
•
„ü
„ ÿ $ If
^„ü `„ ÿgdwV:
„¸
Ö
„Hÿ $ If
^„¸ `„HÿgdwV: •
”ª Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
g
kd…9
Ð \
$
ÿ
ÿ Ö
ÿ
O
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
¥
ö
¦
ö
±
Ö0
ÿ
Ö
Ã
ÿ
ÿ Ö
•
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
d
ÿ
ÿ Ö
ÿ
I
$
&
FU
Æ
&
FU
Æ
l 4
„ü
„ ÿ $ If
^„ü `„ ÿa$ gdwV:
$
„Ø
Ö
„(ÿ $ If
^„Ø `„(ÿa$ gdwV:
”« Ö0
• kd4:
Ð \
$
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
Ã
ö
Ä
ö
Ð
Ö0
ÿ
Ö
ÿ
ÿ Ö
•
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
d
ÿ
ÿ Ö
ÿ
I
$
&
FU
Æ
&
FU
Æ
l 4
Ö0
„ü
„ ÿ $ If
^„ü `„ ÿa$ gdwV:
„Ø
Ö
Ð \
„(ÿ $ If
^„Ø `„(ÿa$ gdwV:
”
$
•
kdã:
$
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
ÿ
°
ö <- 6
ö
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
ö
Ö0
ÿ
Ö
(
ÿ
ÿ Ö
•
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
d
ÿ
ÿ Ö
ÿ
I
$
&
FU
Æ
&
FU
Æ
l 4
Ö0
„ü
„ ÿ $ If
^„ü `„ ÿa$ gdwV:
„Ø
Ö
Ð \
„(ÿ $ If
^„Ø `„(ÿa$ gdwV:
”
$
•
kd’;
$
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
d
Q
$
&
F¤
Æ
l 4
Ö0
dh
(
ö
)
*
Ö0
ÿ
Ö
;
h
F
a$ gd Zn
„ìú dh
Ö
Ð \
ö
`„ìúgdwV:
$
„¼
„|
dh
dh
ÿ
ÿ Ö
i
F
j
ÿ
ÿ Ö
ÿ
•
ÿ
ÿ Ö
w
^„¼ `„| a$ gd Zn
gd Zn
”
ÿ
ÿ
•
kdA<
$
$ If
–
ÿ
!
Œ
ÿ
ÿ
°
ö <- 6
ÿ4Ö
4Ö
l aö < f4 ytwV:
u
›
œ
•
ì
j
ö
m
ö
†
Ö
e
Ö0
ÿ
h
ÿ
ÿ Ö
‚
ÿ
ÿ
t
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
í
1
8
=
G
m
w
y
ƒ
…
‘
“
œ
ž
¨
À
Ë
Ì
Ñ
ú
s
t
h
i
{
öêßöêßÒ²¢•••j•j•j•j•j•j•j•j•j•j•j•j•••••
( h´Iå h Zn B*
CJ \ •aJ mH ph
sH
h Zn B* CJ aJ mH ph
sH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph
sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH
h”T• h Zn 5 •CJ aJ mH! sH! h”T• h Zn 5 •CJ aJ mH sH
h Zn 5 •CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn CJ
aJ
h´Iå h Zn 5 •CJ aJ
h Zn 5 •CJ aJ
)j
†
"
D
d
e
„
t
u
œ
•
í
t
i
ð
á
¸
z
Ç
á
z
Ç
¬
z
Ç
•
¸
‰
$ „¼ dh
`„¼ a$ gd Zn
„h dh
`„h gd Zn
&
FW
Æ
„ª
Æ
„Vþ dh
h
dh
^„ª `„VþgdwV:
gd”T•
$
&
F¥
Æ
„h
„
dh
^„h a$ gd Zn
„Ôþ dh
^„
$
`„Ôþa$ gdwV:
$
„X
dh
^„X a$ gd Zn
$
„,
dh
`„, a$ gd Zn
{
`
¨
_
`
Ó
Ô
â
å
m
£
Ü
Ý
J
ƒ
ô
ì×ìÇ´¤•´•…•teTCTt2e
h´Iå h Zn @ˆüÿCJ aJ mH sH
h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH
h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH
sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH
sH
h Zn B* CJ aJ mH ph
sH % h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph
h Zn B* CJ aJ mH! ph
sH! ) h´Iå h Zn @ˆüÿB* CJ aJ mH! ph
% h´Iå h Zn B* CJ aJ mH! ph
sH!
i
`
Ô
sH
sH!
å
©
+
Ó
î
ê
ð
Ë
å
ì
>
c
ð
ð
°
°
$
Æ
ä
ð
ý
‡
–
ð
ð
°
Ë
{
Ý
ð
°
ð
ð
°
°
„
&
F›
„ì
„äý dh
]„
^„ì `„äýa$ gd Zn
$
„
dh
]„
a$ gdwV:
$
„Ð
„„
dh
^„Ð `„„ a$ gd Zn
$ „¼ dh
`„¼ a$ gd Zn
ô
*
+
7
>
í
î
˜
Â
P
…
»
ä
>
•
·
ïáÓ·ÂÓ¬›¬Œ{l[
lO@/
h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH!
h Zn B*
CJ aJ ph
hs\£ h Zn @ˆûÿCJ aJ mH sH
hs\£ h Zn CJ aJ mH sH
hs\£ h Zn @ˆüÿCJ aJ mH sH
hs\£ h Zn B* CJ aJ ph
hs\£ h Zn B* CJ \ •aJ ph
hs\£ h Zn CJ aJ
h´Iå h Zn CJ a
J
h´Iå h Zn B* CJ \ •aJ ph
h Zn B* CJ \ •aJ ph
h Zn @ˆüÿC
J aJ mH sH
h´Iå h Zn @ˆüÿCJ aJ mH sH
·
ê
o- ”- È’
Ú
! D! ®! â! þ!
" #" M" |" ïàϾ௞¯•¯|k¯ZG2
) h´Iå
h Zn @ˆÿÿB* CJ aJ mH
ph
ÿsH
% h´Iå
h Zn B* CJ
aJ
mH
ph
ÿsH
h´Iå
h Zn @ˆÿÿCJ
aJ
mH
sH
h´Iå
h Zn @ˆüÿCJ
aJ
mH
sH
h´Iå
h Zn @ˆ
CJ
aJ
mH
sH
h´Iå
h Zn @ˆùÿCJ
aJ
mH
sH
h´Iå
h Zn @ˆ
CJ
aJ
mH
sH
h´Iå
h Zn CJ
aJ
mH
sH
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH! sH! ý
Î
â
…
§
îx ‡
|
’
ÿ!
" #" õ" ú" ì
Ú
ì
Ú
ì
Ú
ì
Ú
ì
ì
Ú
ì
Ú
½
½
Æ
ì
0
Ú
©
F
„
&
F›
Æ
„ì
„ ì
dh
]„
^„ì gd Zn
$
„
&
F›
„0ý dh
]„
`„0ýa$ gdwV:
$
„
dh
]„
a$ gdwV:
$
„
'
„Ð dh
]„ ^„Ð a$ gd Zn
|" §" Ú" õ" ¤% ¼% î% "& P&
' d
“' Ä' ê×±¢•xcTC2!
h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
hs\£ h Zn @ˆüÿCJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH! ) h´Iå h
Zn @ˆ B* CJ aJ mH! ph
ÿsH! ) h´Iå h Zn @ˆûÿB* CJ aJ mH! ph
ÿsH!
) h´Iå h Zn @ˆ B* CJ aJ mH! ph
ÿsH!
h´Iå h Zn CJ aJ mH
sH
h´Iå
h Zn @ˆÿÿCJ
aJ
mH
sH
) h´Iå
h Zn @ˆÿÿB* CJ
aJ
mH
ph
ÿsH
% h´Iå
h Zn B* CJ
aJ
mH
ph
ÿsH
) h´Iå
h Zn @ˆ
B* CJ
aJ
mH
ph
ÿsH
ú"
Õ$
Ý$
£%
è
{
D
¤%
¼%
P&
¹
k
_&
'
'
©
d'
è
Ë
¹
è
–
„
Æ
„¼
dh
]„
`„¼ gd Zn
$
„
„
„òþ dh
]„
^„
`„òþa$ gd Zn
$
„
„Ð
dh
]„
^„Ð a$ gd Zn
F
„
&
F›
„Ð
dh
]„
^„Ð gd Zn
$
„
&
F›
Æ
dh
„ ì
]„
a$ gdwV:
$
„
Æ
„0ý dh
ì
]„
`„0ýa$ gdwV:
$
„
d'
„ì dh
]„ ^„ì a$ gd Zn
“' ¯( Ù( ‚) ;* d* Â* Þ* I, w,
}. ™. é
Õ
é
Õ
é
Õ
é
½
é
²
£
“
„Ð „0ý dh
^„Ð `„0ýgd Zn
é
½
Æ
$ „¼
$ dh
Ð *
dh
`„¼ a$ gd Zn
a$ gd Zn
$
„
Æ
„Ð
Ð
dh
]„
^„Ð a$ gd Zn
F
„
&
Fš
Æ
„Ð
dh
]„
^„Ð gd Zn
E
$
„
dh
]„
a$ gdwV:
Ä' ù' -( ^( •( ¯( Ù( ‚) d* Â* Þ*
+
+ B+ u+ «+ ¿+ Ú+
, ïÞͼ­ïœïœï‹zi­X¼G6
h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆüÿCJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ
CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆûÿCJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
, A, I, w, ¥, Ú,
- ”- ª- }. ˜. §.
/ >/ ?/ n/ ¹/ 0 /0 S0 ñàϾñடŸñlWlHñ8ñH
h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH
sH
( h´Iå h Zn >* B* CJ aJ mH ph
sH
% h´Iå h Zn B* CJ aJ mH p
h
sH
h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn CJ \ •aJ mH
sH
h´Iå
h Zn CJ
aJ
mH
sH
h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn @ˆ CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn @ˆÿÿCJ aJ mH sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH sH
™. ?/ n/
/0 D0 ¶0 G1 §1 ù1 02 `3 ƒ3 ì
Ö
¼
Ö
¡
‹
‹
‹
u
¼
e
„, „Ôþ dh
^„, `„Ôþg
d Zn
$
&
F— „
„äþ dh
^„ `„äþa$ gdwV:
$
&
F— „
„åþ dh
^„ `„åþa$ gdwV:
$
&
F—
Æ ^
„
„åþ dh
^„ `„åþa$ gdwV:
$
&
F—
Æ 8
„¼ „pþ dh
^„¼ `„pþa$ gdwV:
$
&
F—
Æ 8
„ôü dh
`„ôüa$ gdwV:
$ „, „¤ dh
^„, `„¤ a$ gd Zn
S0 `0 §1 `3 ƒ3 ‹3 ™3 Â3 Ê3 •4 •4 L6 P6 n6 »6 Á6 Ã6 Ì6
7
7 .7 •7 °7 ß9 é9 û9 : h; †; [< d< ïàÑÁѱѱÑÁѤÁѱÑÁÑÁÑ•…•u•ÁÑÁÑ`
( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH ph
sH
h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH! sH! h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH!
h Zn 5 •CJ
aJ mH sH
h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn
CJ aJ mH
sH
h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH
sH
-ƒ3 Í3 •4 É4 ì4 B5 ˜5 L6 n6 »6 Ã6
7
7 .7 •7 °7 t8 ð
á
Ê
±
±
±
ž
Ž
ð
ð
ð
ð
ð
ð
Ž
ð
„
„äþ dh
^„ `„äþgd Zn
$ „, „¼ dh
^„, `„¼ a$ gd Zn
$
&
F¦
Æ
H
„àü dh
`„àüa$ gdwV:
$
&
F¦
Æ
„àü dh
`„àüa$ gdwV:
$
„,
dh
^„, a$ gd Zn
:
$ „Ð dh
û: ü: h;
Ë
y
$
^„Ð a$ gd Zn
t8
}; [< ¸< 5= Ý=
»
y
9 •9
h> ð
„¬þ dh
„L
^„
„pþ dh
û9
Þ
ð
y
`„¬þa$ gdwV:
^„L `„pþa$ gdwV:
$
Þ
ð
y
&
F˜
Æ
„
&
F˜
Æ •
ú9
“
y
$
&
F˜
Æ
&
F™
Æ
dh
Ð
a$ gdwV:
„
„äþ dh
^„
„h dh
^„h a$ gd Zn
$
Ð
dh
a$ gdwV:
`„äþgd Zn
$
$
„Ð
dh
^„Ð a$ gd Zn
d< ¸< Â< 4= D= Ý= 2> i> w> ë> õ> P@ S@ Ô@ Û@ 2A 3A DA Š
B
C
C [D uD
F £F ½F ÁF ÃF ÉF çF ðF
G
G AG YG éG
H
H
H ì×ì×ì×ì×ìÂìÂìÂì²×ì£ì£“£ƒ£ƒ£ƒ£ƒ£ƒ£“£w£k
h Zn CJ a
J mH! sH!
h Zn CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn 6 •CJ aJ mH sH h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH sH
h Zn B* CJ aJ mH ph
sH ( h´Iå h Zn 6 •B* CJ aJ mH ph
sH
( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH ph
sH
% h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph
sH
&h> i> w> ®? 2A 3A DA …A ŠB
C
C ZD [D uD ð
Ù
Æ
Æ
Æ
Ù
¯
¯
¯
ð
•
ð
…
„
„äþ dh
^„ `„äþgd Zn
$
&
F˜
Æ À
„„ „Ôþ dh
^„„ `„Ôþa$ gdwV:
$
&
F˜
Æ
„
dh
^„ a$ gdwV:
$
Æ
8
„8 dh
^„8 a$ gd Zn
$
&
F˜
Æ • 8
„8 dh
^„8 a$ gdwV:
$
uD
H
H
„Ð
F
dh
^„Ð a$ gd Zn
{F @G AG YG ´G µG
H
H
H
H
H
H
Â
·
2H
Ý
8H
Ý
·
·
•
ì
Ý
·
·
Î
·
·
·
·
¬
$
$
$
„
„
dh
^„ a$ gd Zn
dh
a$ gd Zn
dh
a$ gd Zn
dh
^„ gd Zn
$
„
dh
^„
a$ gd Zn
$ „
dh
^„ a$ gd Zn
$ „, „ð dh
^„, `„ð a$ gd Zn
H
H EH üH ÒI ÝI ÞI ÷I øI
J VJ ÚJ ùJ
K 0K \K dK ¢K
´K ÑK âK ãK èK éK ôåÕÆ·Æ¢Õ¢Õ¢•zj[ÆLÆLÆ@LÆÕ
h Zn CJ aJ mH
sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH! sH!
h´Iå h Zn CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH sH ( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH ph
sH
% h´Iå h Zn B* CJ aJ mH ph
sH ( h´Iå h Zn 5 •B* CJ aJ mH
ph
sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH sH
h´Iå h Zn CJ aJ mH
sH
h´Iå h Zn 5 •CJ aJ mH
sH
h”T• h”T• CJ aJ mH! sH!
h”T• CJ aJ mH! sH! 8H EH ‚H ¿H üH
5I nI ¡I ÝI ÷I
J +J DJ VJ bJ pJ ~J •J œJ ªJ ¸J î
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ñ
Ñ
Ñ
Ñ
Å
Å
²
²
²
Å
²
²
&
F–
Æ
„á dh
^„á gdwV:
„7 dh
^„7 gd Zn
„
dh
^„ gd Zn
Æ
è `
„
dh
^„ gd Zn
Æ
è `
„
dh
^„ gd Zn
¸J ÉJ ÚJ øJ
K 0K |K ÑK èK éK êK
ýK þK
L
L
L 5L ì
à
Ô
Ô
Ì
Ì
Ì
Ì
Ì
´
¤
”
•
”
”
”
gd Zn
$ -D MÆ
ÿÿÿÿ
a$ gd Zn
$ -D MÆ
ÿÿÿÿ
a$ gd Zn
$ „Œ „tü-D MÆ
ÿÿÿÿ
^„Œ `„tüa$ gd Zn
dh
gd Zn
„
dh
^„ gd Zn
„7 dh
^„7 gd Zn
&
F–
Æ
„á dh
^„á gdwV:
éK êK ëK ýK þK
L
L
L
L 5L 6L uL ÃL ëÓ»£’}k\kK6! ( h[j¯ h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ mH sH
( hj(b h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ mH sH
h[j¯ h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ
h Zn 5 •CJ OJ
QJ
^J aJ # h[j¯ h Zn 5 •CJ OJ
QJ
^J aJ ( hO<ó h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ mH sH
hO<ó h Zn CJ ^J aJ mH sH
. hO<ó h Zn 5 •CJ OJ
QJ
H
\ •^J
QJ
\ •^J
QJ
\ •^J
QJ
\ •^J
aJ
mH
sH
. h¾%
h Zn 5 •CJ
aJ
mH
sH
. h R
aJ
mH
sH
( h”T• 5 •CJ
aJ
mH! sH!
h Zn 5 •CJ
OJ
OJ
OJ
5L
6L
Ù
uL
L
ùL
Ù
PM
fM
gM kM
»
|M
•M
¦M
°M
ºM
»
ÈM
®
×M
ï
¦
–
Š
Š
Š
Š
Š
Š
Š
$
$ If
a$ gdwV:
$
„”ÿ $ If
]„”ÿa$ gdwV:
$ a$ gd Zn
$
Æ
p $
a$ gd Zn
$
Æ
p $
„p „•÷-D MÆ
ÿÿÿÿ
^„p `„•÷a$ gd Zn
$
Æ
p $
-D MÆ
ÿÿÿÿ
a$ gd Zn
$ -D MÆ
ÿÿÿÿ
a$ gd Zn
ÃL ÅL
M
M PM RM cM eM gM {M |M •M •M
¥M ¦M ÇM ÈM ×M ÙM ÚM áM ãM
N
N
N N YN [N uN ‡N šN §N îÙîÙ˺˺¦º¦º¦º¦º”ºƒvlvlvƒºËº]Pl
h[j¯ h Zn C
J ^J aJ
h[j¯ h Zn @ˆþÿCJ ^J aJ
h Zn CJ ^J aJ
hO<ó h Z
n CJ ^J aJ
hO<ó h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ
# h[j¯ h Zn 5 •CJ OJ
QJ
^J aJ & h[j¯ h Zn 5 •CJ OJ
QJ
\ •^J aJ
h[j¯ h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ
h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ
( h[j¯ h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ mH sH
" h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ mH sH ×M ØM ÙM ÚM
N -N N tN uN èN éN êN *O +O ,O ‡O ˆO ‰O ÏO ÐO ÿO
P
P ú
ñ
ä
×
ä
ä
ä
ä
×
ä
ä
×
ä
ä
×
ä
ä
ä
ä
ä
Ò
Â
$ „p „÷^„p `„÷a$ gd Zn
Ff B
„œÿ $ If
]„œÿgdwV:
„œÿ $ If
]„œÿgdwV:
$ If
gdwV:
O &O (O *O ,O
äóÇó½ó½óÇóǬǞŒzežPC
‡O
Ffn>
‰O
§N
ÐO
hE
©N
P
»N
P
äN æN çN èN êN
O
P
P
P
P IP kP óäóØ
•
h Zn OJ
QJ
^J
( hE
•
P
P
h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ mH sH
( h”T• h”T• CJ OJ
QJ
^J
aJ mH! sH! " h”T• CJ OJ
QJ
^J
aJ mH! sH! " h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ mH! sH!
h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ
hù © h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ
h Zn CJ ^J aJ
h[j¯ h Zn CJ OJ
QJ
^J aJ
h Zn @ˆþÿCJ ^J aJ
h[j¯ h Zn @ˆþÿCJ
Zn CJ ^J aJ
P
P
P
P
P
P
P
P
P
^J
aJ
h[j¯
h
P
P
P
÷
P
P
P
÷
P
P
P
HP
IP
÷
÷
÷
÷
÷
P
÷
÷
ë
LP
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
â
kP
÷
÷
Ö
÷
÷
Ö
$
$
$ If
a$ gdwV:
„h ^„h a$ gd Zn
W
K
„Æ ^„Æ gd Zn
$ a$ gd Zn
kP ‘P
B
6
’P
”P
ÓP
ÔP
ë
$
$ If
a$ gdwV:
$ If
gdwV:
l
$
4
$ If
Ö
a$ gdwV: ”
kd$D
$
”
$ If
–
ÖF
€
t
h t £‰
€ T
Ö0
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
€ è
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö Ô ytwV:
$ „V „ªþ $ If
^„V `„ªþa$ gdwV:
kP ’P ”P »P Ñ
P ÔP åP íP
Q
Q
Q !Q .Q 2Q DQ JQ LQ XQ ]Q qQ yQ ‰Q •Q šQ žQ ŸQ £Q ºQ
»Q ÈQ ÒQ äQ éQ øQ ÿQ
R
R =R GR YR gR vR ~R ‘R ›R «R
ïâѽѬ˜¬˜¬˜¬˜¬˜¬Ñ½Ñ½Ñ½Ñ½Ñâ‡â‡s‡s‡s‡s‡s‡s‡s‡s‡ & hE
•
h Zn 6 •OJ
QJ
] •^J
mH sH
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH sH
& hE
•
h Zn 6 •OJ
QJ
] •^J
mH sH
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH sH
& hE
•
h Zn 6 •OJ
QJ
] •^J
mH sH
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH sH
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH
sH
-ÔP ïP
Q
#Q
4Q
LQ
ç
_Q
{Q
‘Q
ç
Q
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
$
&
F•
„Æ
Q
T
&
Fœ
Æ
°
„:þ $ If
¡Q £Q
8
„°
ºQ
„Pþ $ If
^„Æ `„:þa$ gdwV:
»Q ÔQ ëQ l
8
^„° `„Pþa$ gdwV:
`
T
$
$
$ If
a$ gdwV:
l
$
Ö
$ If
a$ gdwV:
’
kdòD
”J
T
t
Ö0
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
$ $ If
ÖF h t £
è
ÿ
ÿ
–
‰
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö Ô ytwV:
ã
ã
®
&
F•
Æ
°
ëQ
4Ö
R -R IR
Ê
®
iR €R
ã
•R
´R
ÌR
çR
ã
®
þR
S
=S
ã
®
‘
ã
„”ÿ
&
F•
Æ
&
Fœ
Æ
&
Fœ
Æ
„°
„Pþ $ If
]„”ÿ^„° `„PþgdwV:
°
„°
„Pþ $ If
^„° `„Pþa$ gdwV:
°
„°
„Pþ $ If
^„° `„PþgdwV:
°
„°
„Pþ $ If
^„° `„Pþa$ gdwV:
$
$
«R ²R ÃR ÊR ÝR åR öR üR
S
S ,S ;S <S @S \S wS ‹S œS ªS ºS ÄS ÕS ÝS
T
T /T dT mT oT ‘T œT ³T ¿T ÷T
U 3U <U IU QU aU
£U ìÛìÛìÛìÛìÛìÛÎÛξξξξξξέ™­ˆtˆtˆtˆtˆtˆtˆtˆ
& hE
T
iU
#T
”U
ŸU
•
h Zn 6 •OJ
QJ
] •^J
mH sH
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH sH
& hE
•
h Zn 6 •OJ
QJ
] •^J
mH sH
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH sH
- hE
•
h Zn 6 •OJ
QJ
] •^J
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH sH
& hE
•
h Zn 6 •OJ
QJ
] •^J
mH sH =S >S @S \S
]S
n
b
Q
E
$
$ If
a$ gdwV:
„îÿ „
$ If
^„îÿ`„
gdwV:
l
$
Ö
$ If
a$ gdwV:
•
kd·E
ÖF
$ $ If
h t £ ‰
T
t
Ö0
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
–
è
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö Ô ytwV:
U ¢U æ
æ
æ
4Ö
•S ¬S
æ
æ
]S
ÇS
l
°
$
$
$
Ö
„°
b
T
V
„h ^„h a$ gd Zn
„Æ ^„Æ a$ gd Zn
„h ^„h a$ gd Zn
Ö0
Ö
ÿ
ÿ
U
>U
æ
TU
kU
æ
gdwV:
kdjF
$ $ If
ÖF h t £ ‰
ÿ
ÁT
Ý
^„° `„PþgdwV:
¢U
J
$ a$ gd Zn
•
žT
æ
æ
„Pþ $ If
oT
æ
T
t
/T
æ
æ
$ If
&
Fž
Æ
ßS
æ
ÿ
£U
¤U
•W
€W
B
•W
B
¥W
n
–
è
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
¡
æ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö Ô ytwV:
£U
W €W •W ¥W áW âW hX ØX
Y ?Z ÚZ èZ 3[ B[ 5\ ëÖÈ·§™ŠwdQdQd>ŠdQdQd
*Y
:Y
ŽY
•Y
²Y ú
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH sH
$ hE
•
h Zn @ˆôÿOJ
QJ
^J
mH
sH
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH
sH
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH sH
hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
hE
•
h Zn 5 •OJ
QJ
^J
hE
•
h Zn 5 @ˆöÿOJ
QJ
^J
hE
•
h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ
h Zn CJ
QJ
^J
aJ
( hE
OJ
•
h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ mH sH
( hE
•
h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ mH sH
¥W
ó
±W
»W
ó
ÅW
ÎW
×W
ó
áW
ó
ó
ó
$
$ If
a$ gdwV:
áW
âW
ëW
÷W
2
!
!
„ÿ „Öÿ $ If
l 4 Ö
Ö S Ý Ò"€ ­
]„ÿ^„ÖÿgdwV: Í
€ õ
€ Š
t
ÿ
à
Ö
ÿ
l aö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ytwV:
kd G
$ $ If
”I Öˆ ”ÿA 6
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
÷W
ÿ
ÿ
X
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
–
€
€ õ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ÿ
ÿ
ÿ
4Ö
€ }
ÿ
ÿ
ö ># 6
ÿ Ö
ÿ
ö
ÿ
ö
ÿ
X
X )X 3X ?X
ØX äX ðX ýX
î
î
î
î
î
î
MX
Y
\X hX pX
Y -Y î
î
yX
•X
‹X
î
î
¥X
î
¯X
ÅX
ÍX
î
î
î
î
¼X
î
î
î
î
œX
î
î
î
•X
î
î
î
î
î
„ÿ „Öÿ $ If
]„ÿ^„ÖÿgdwV:
-Y *Y :Y EY MY ]Y kY vY …Y ŽY •
Y ©Y ²Y ½Y ËY ÔY áY íY úY
Z
Z
Z (Z 2Z >Z ?Z JZ VZ î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
„ÿ „Öÿ $ If
]„ÿ^„ÖÿgdwV:
VZ aZ lZ yZ ‡Z
Z ÚZ èZ ôZ üZ
[
[
[ '[ 3[ B[ P[ ^[ k[ v[ ‚[ Œ[ —
[ î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
”Z
¤Z
¯Z
ºZ
î
ÆZ
î
î
î
î
î
î
Ï
„ÿ „Öÿ $ If
]„ÿ^„ÖÿgdwV:
—
[
[ ¯[ º[ Ä[ Ð[ Ú[ å[ ò[ ü[
\
v\ ~\ Š\ •\ ¡\ ®\ ¸\ Á\ Ï\ î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
\
\
*\
î
î
5\
=\
K\
î
Y\
î
î
î
î
î
î
h\
î
î
î
„ÿ „Öÿ $ If
^ ç^ ,_ ;_
hE
]„ÿ^„ÖÿgdwV:
œ_ •_ ž_ À_
5\ K\ Y\ ¡\ Á\ Ï\
ñ_ íÚíÇ´Ç¡Ç펕ǴÇraL<
_]
o]
Í]
f^
‰
•
h Zn 5 @ˆöÿOJ
QJ
^J
( hE
•
h Zn CJ
QJ
^J
aJ mH
sH
hE
OJ
•
h Zn CJ
QJ
^J
aJ
hE
OJ
•
h Zn OJ
QJ
^J
hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH sH
$ hE
•
h Zn @ˆòÿOJ
QJ
^J
mH
sH
$ hE
•
h Zn @ˆôÿOJ
QJ
^J
mH
sH
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH
sH
$ hE
•
h Zn @ˆôÿOJ
QJ
^J
mH sH
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH sH
Ï\ Ý\ æ\ ñ\ ù\
]
]
] $] ] 9] F] V] _] o] x] ‚] Œ] š] ¨] ´] Â]
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
Í]
×]
î
ä]
í]
ú]
î
^
î
î
î
î
î
î
„ÿ „Öÿ $ If
^ “^ ¢^ £^
_ ,_ ;_ E_
î
î
î
î
]„ÿ^„ÖÿgdwV:
^
^ -^ )^ :^ H^ R^ [^
±^ ¾^ Æ^ Ò^ Ý^ ç^ ò^ ý^
_
_
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
î
f^
r^
‰
î
î
î
î
„ÿ „Öÿ $ If
_ î
î
]„ÿ^„ÖÿgdwV:
î
î
î
E_
N_
X_
d_
p_
î
î
y_
ƒ_
î
î
‹_
š_
›_
î
œ
„ÿ „Öÿ $ If
œ_ •_ ž_ À_
$ a$ gd Zn
l Ö
Ö S Ý Ò" t
à
Ö
ÿ
ÿ
l aö
I
Ö0
ÿ
$
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ytwV:
ó
$ If
]„ÿ^„ÖÿgdwV:
5
,
$
„Æ ^„Æ gd Zn É kd H
$ $ If
–
Öˆ ”ÿA 6
õ
Š
õ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö ># 6 ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
À_ É_ Ô_ Ü_ æ_ ñ_ ò_ ó
ó
ó
:
¸ kd
–l Ö
”W Ör ”ÿ
}
ö
ÿ
ó
€ l ¼"€ t
€
€ p
€ ì
€ P
t
à
Ö
Ö0
Ö
4Ö
l aö
ytwV:
Ö
4Ö
ÿ
ö (# 6
ÿ
ÿ
ö
ÿ
ö
ÿ Ö
$ $ If
a$ gdwV:
ñ_ ò_ ` Úa [b \b ]b „b ´b µb ×c ¤d äd åd æd òd ód öd ïÜÍÜﻦ–
ïÜ̓rfZK<
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h
_\Ž h”T• CJ aJ mH! sH!
h”T• CJ aJ mH! sH!
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH sH
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH sH
hE
•
h Zn 5 @ˆöÿOJ
QJ
^J
( hE
•
h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ mH
sH
" h Zn CJ OJ
QJ
^J
aJ mH
sH
hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
$ hE
•
h Zn @ˆöÿOJ
QJ
^J
mH
sH
hE
•
h Zn OJ
QJ
^J
mH
sH
ò_ ú_
`
`
` $` ` 6` 7` @` I` T` c` n` x` ‚` •` ™` ¤` ¬` ·` ¿` Ç` Õ` Þ`
é` ô`
a
a ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
$ If
gdwV:
a
a "a 0a <a Ga Ra [a da ka ~a Ža •a §a ºa Äa Îa Úa ãa
õa
b
b b /b 8b Db Pb [b ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
$ If
=
gdwV:
1
[b
\b
1
]b
„b
Žb
›b
H
=
J
$ $ If
a$ gdwV:
$ dh
a$ gd Zn ¶
$ $ If
–l Ö
kd
Ör
”ÿ
€ l ¼"
t
p
ì
P
t
à
Ö
Ö0
ÿ
l aö
M
l
t
ö (# 6
ÿ
ÿ
ytwV:
›b
D
$ If
Ö
à
Ö
ÿ
ÿ Ö
4Ö
©b
4Ö
µb Âb Ïb Ýb åb ó
D
D
D
gdwV: ¥ kd K
$ $ If
–
”¥ Ö\
Z ( ‰ € Û
€ §
€ P
´b
Ö0
4Ö
4Ö
l aö l ytwV:
Ö
ö
ö
Ö
ö
ö
Ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ó
€ î
ö
ÿ Ö
6
$
$ If
a$ gdwV:
{c ƒc •c £c «c
d !d ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
sc
d
ö
œd
$ If
-d ¹d
ö
¤d
gdwV:
Âd Íd
ö
ö
ö
ö
$ If
$ If
!d )d 5d
Úd äd ö
ö
ö
ö
gdwV:
S
S
S
–l
åb îb ûb
c
c
c $c 1c >c Lc Wc ic
·c ¿c Ìc ×c ác íc úc
d
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
äd
à
Ö
Ö0
ÿ
æd
S
Nd
Wd
ö
bd
ö
Ö
cd
od
ö
{d
…d
•d
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
çd
èd
éd
S
êd
S
§
t
åd
?d
Ö\
P
ëd
ìd íd
S
dh
gdóQ‡ £
Z ( ‰
Û
S
kdïK
$
î
ö
ÿ
ÿ Ö
Ö
4Ö
4Ö
l aö l ytwV:
íd îd ïd ðd ñd òd ód ôd õd öd
e
nf Úf Ûf Dg ÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
Ý
É
¶
¶
¬
¬
¬
¬
dÜ ý
$ „Þ „"ü dh
^„Þ `„"üa$ gdóQ‡
. $
Æ
7
„7 „Éý^„7 `„Éýa$ gdóQ‡
[
ÿ
6
ö
ö
Ö
e
e
Ue
¿e
'f
÷
mf
÷
ì
¶
±
gdÜ ý
g
$ „h dh
^„h a$ gdóQ‡
$ dh
a$ gdóQ‡
dh
gdóQ‡
öd
e
e
e #e 7e ge ¥e Ëe
ûe &f 'f Hf \f mf ‰f ´f Ûf öf g `g ‹g »g Ýg
h
h
h Dh |h ¥h Ëh òçØçÊçÊç¹ç- ’ ƒsƒh\h\h\hMç
ÊçÊç hÜ ý hÜ ý CJ aJ mH! sH!
hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ
hå(% hÜ ý CJ
aJ
hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ mH
sH
hå(% hÜ ý CJ aJ mH
sH
hå(% hÜ ý 6 •CJ mH
sH
hå(% hÜ ý CJ mH
sH
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡
CJ OJ QJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •CJ ] •aJ -Dg E
g Ÿg
g
h
h ch Ìh
i
i Œi •i íi ƒj ûj ™k `l Ål
m nm
om ú
ú
ú
ú
ç
ç
ç
ú
ú
×
ç
ç
ç
ç
Ã
¯
¯
ç
ú
ç
7 $ „É „7ü ¤x
¤x ^„É `„7üa$ gdÜ ý > $
Æ à À! „É „7ü^„É `„7üa$ gdÜ ý
Æ e
„Ð „0ý^„Ð `„0ýgdÜ ý
$ „Þ „"ü dh
^„Þ `„"üa$ gdóQ‡
gdÜ
ý
Ëh Ìh æh þh
i *i ^i Œi •i ¥i ¿i
j Uj œj »j új ûj
(k Zk [k ™k ¬k ôåÕƹ«¹œ‘ƒ‘ƒ‘r‘ôeRBe7
h_\Ž hÜ ý CJ aJ
- h_\Ž h
Ü ý 5 •OJ QJ \ •aJ
$ h_\Ž hÜ ý 5 •6 •OJ QJ \ •] •aJ
h_\Ž hÜ ý
OJ QJ aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ \ •] •aJ
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡
CJ aJ
hÜ ý hÜ ý CJ aJ mH! sH!
hå(% hÜ ý 6 •CJ mH sH
hå(% hÜ ý CJ mH
sH
hå(% hÜ ý CJ aJ mH sH
hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ mH sH
hå(% hÜ ý CJ aJ mH
sH
hóQ‡ CJ aJ mH! sH! ¬k :l yl ¨l Ål Þl
m
m
m Vm am nm om œm ¸m Ám Èm ßm àm ým <n `n an bn rn Ÿn Ðn
(o [o \o ]o „o ³o Ío ðåÙåÎÀ䥕¥Š~ÎÀÎÀδŠrŠ~cŠrŠrŠ~cŠrŠ
hÜ ý hÜ ý CJ aJ mH! sH!
hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ
hÜ
ý CJ aJ mH! sH!
hå(% hÜ ý CJ aJ
hå(% hÜ ý 6 •CJ aJ mH
sH
hå(% hÜ ý CJ aJ mH
sH
hóQ‡ CJ aJ mH! sH!
h_\Ž hóQ‡ 5 •6 •CJ aJ
h_\Ž hóQ‡ CJ aJ
h_\Ž hÜ ý 6 •CJ aJ
h_\Ž hÜ ý CJ aJ
h_\Ž hÜ ý 5 •6 •CJ \
•aJ
"om àm an bn ¹n ºn \o ]o Ìo Ío /p 0p ‘p ’p òp óp u
q vq µq ¶q Nr Or Pr Qr Rr Sr ì
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
â
Ý
â
Ý
â
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
Ý
gdÑu[
gdå(%
gdÜ ý
$ „Þ „"ü dh
^„Þ `„"üa$
gdóQ‡
Ío éo %p /p 0p Ip •p ‘p ’p ±p Þp òp óp ûp üp
m
q
J
aq
tq
] •aJ
mH sH
uq
vq
´q
µq ¶q Óq
r
r ñáñÖñáñÇñáñ¼±Ö±¥’±ƒwñl^N
- hå(% hg ( 0J 6 •CJ ] •aJ
hå(% hg ( 6 •CJ
hå(% hg ( CJ aJ
hg ( CJ aJ mH sH
hå(% hg ( CJ a
hå(% hÑu[ CJ aJ
hå(% CJ aJ
hå(% hðB
CJ aJ
hå(% hå(% CJ
{ CJ aJ mH sH
hå(%
{ CJ aJ
hå(% hå(% 6 •CJ aJ mH
Nr Or tr ur vr wr yr
r ”r •r –r —
r ˜r šr ›r •r ¨r ªr
6 •CJ
aJ
h
sH
zr
®r
aJ
hå(%
hå(%
h
hðB-
hå(% hå(% CJ
|r }r •r €r
¯r
°r
aJ
‚r
mH
ƒr
sH
‰r
r
r Mr
Šr ‹r •r Ž
óäØÌÀ¯À§£§£§£§£™“™“™“™„™“£yqyj
h•C¸
hóQ‡
hóQ‡ CJ aJ
hÒO% hóQ‡ CJ aJ
hÜ ý 0J mH nH u
hóQ‡
hóQ‡ 0J
j
hóQ‡ 0J U
hwV:
j
hwV: U
jÔL
hÄsÒ hwV: < •U mH sH
h33ë CJ aJ mH! sH!
hYvn CJ aJ m
H! sH!
hg ( CJ aJ mH! sH!
hå(% hg ( CJ aJ mH! sH!
hå(% hg
( 0J CJ aJ "Sr Tr Ur Vr Wr Xr Yr Zr [r \r ]r ^r _r `r ar
br cr dr er fr gr hr ir jr kr lr mr nr or pr ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
gdÑu[
pr qr rr sr tr vr xr yr {r |r ~r •r •r ‚r ‹
r Œr •r ˜r ™r šr ›r ©r ªr «r ¯r °r ú
ú
ú
ú
ú
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ì
ã
ø
ì
ã
ø
ø
Þ
Þ
ø
Þ
ø
gdóQ‡
„h ]„h gdíuÇ
„øÿ „
&`#$ gd¤p†
gdÑu[
°r Ír Îr
s .s Ds Es Ns Os Ws Xs ^s _s es fs ns
õ
÷
ð
à
Û
Ò
õ
Ò
õ
Á
õ
õ
µ
õ
s
ws
s xs }s
ð
Í
~s
÷
÷
õ
µ
µ
$ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø
$ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø
gdóQ‡
„œÿ]„œÿgdóQ‡
$ a$
$
„ãÿ „ªÿ]„ãÿ`„ªÿa$ gd .C
s
$ a$
$ a$ gd .C
°r
Ír
Îr
s
s
s
s .s Ds Os Ps Vs Ws _s es fs ws xs }s ~s ¡s ¢s «s ¬s ±s
²s Ðs Ñs és ês ÿs
t
t
t
t !t 6t >t ?t Tt ïëÜÐÜëïëïëÉëÉë²ë›ë›ë›ë›ë›ë›ë›ë‚fë‚fë‚fë‚7 hãd¸ hó
Q‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph
sH! 1 hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ
^J aJ mH! ph
sH! - hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J mH! ph
sH! hãd¸ hóQ‡ B* OJ QJ ^J aJ mH! ph
sH!
h•C¸
hóQ‡
hóQ‡ B* mH
ph
sH
hð_Ë
hóQ‡ B* mH
ph
h:6Z hóQ‡ 5 •B* CJ aJ ph
(~s ¡s ¢s «s ¬s ±s ²s
ês
t
t
t !t >t ?t Xt Yt bt ct ft gt jt kt ot ó
ó
ñ
ó
ñ
ó
ó
ñ
ó
ñ
ñ
ó
ñ
ó
ñ
ñ
Ü
ñ
Ü
ñ
$ -D 7$ 8$ H$ MÆ
ÿæææ
a$ gdP À
sH
Ðs
hóQ‡
Ñs
és
ñ
ñ
ó
Ü
Ü
$ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø
Tt Xt Yt bt
ut yt zt ~t •t Œt •t ‘t ’t ›t
ßMß
7 hãd¸
$ mH! ph
sH! . hP À hóQ‡ 5 •CJ OJ
hãd¸ hóQ‡ B* OJ QJ ^J aJ mH! ph
hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J mH! ph
\ •^J aJ$ mH! sH! . hP À hóQ‡ 5 •CJ
‡ 7 hãd¸ hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J
ut yt zt ~t •t Œt •t ‘t ’t ›t
è
ý
è
ý
Ó
ý
ý
è
ý
ý
²
ý
ct ft gt jt kt ot pt tt
œt Ÿt
t ãßÇ߯߯߯߯߯߯ߘߕßi
hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ
QJ \ •^J aJ( mH! sH! sH! sH! . hP À hóQ‡ 5 •CJ OJ QJ
OJ QJ \ •^J aJ mH! sH!
hóQ
aJ mH! ph
sH!
ot pt tt
œt Ÿt
t ¡t æt çt èt ét ý
ý
è
Ó
ý
¾
²
Ó
$ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø
$ -D 7$ 8$ H$ MÆ
ÿààà
a$ gdP À
$ -D 7$ 8$ H$ MÆ
ÿæææ
a$ gdPKZ
$ -D 7$ 8$ H$ MÆ
ÿæææ
a$ gdP À
t åt æt çt èt ét êt ýt
u
u -u +v v 5v Qv bv cv dv •v ‘v æÍÉÍɯ™É}d}É}ÉXÉQÉID=É=
þt
ÿt
u
u
j
·ð hóQ‡
hóQ‡ 5 •
h»eá
hóQ‡ 5 •
h•C¸ hóQ‡
h]]| hóQ‡ CJ
OJ QJ \ •^J aJ mH! ph
OJ QJ \ •^J aJ mH! ph
\ •aJ 1 hóQ‡ 5 •B* CJ
sH! 7 hãd¸ hóQ‡ 5 •B* CJ
sH! + hVN) hóQ‡ 5 •B* CJ
\ •aJ
mH! ph
sH! 3 hãd¸ hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J mH! ph
sH!
hóQ‡
1 hãd¸ hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ$ mH! ph
sH! 1 hãd¸ hóQ‡ B* CJ
OJ QJ ^J aJ mH! ph
sH!
ét êt ýt þt ÿt
u
u
u
u -u
+v ,v v 8v 9v Pv Qv cv ó
Þ
Ü
ó
Ê
Ü
ó
Þ
Ü
¸
³
Ü
ª
Ü
¥
Ü
˜
„´
„Lÿ^„´ `„LÿgdóQ‡
gdóQ‡
„œÿ]„œÿgdóQ‡
gd]]|
&
F1
Æ
Lÿ€ dh
a$ gdÓR©
ÿæææ
gdPKZ
ÿæææ
a$ gdPKZ
$
-D 7$ 8$ H$ MÆ
$ -D 7$ 8$ H$ MÆ
ów
$ 7$ 8$ H$ a$ gdoFø
cv •v Âv ÷v øv
w
ôw øw
x ?x _x `x rx ·x ìx íx ï
í
è
Û
è
í
Û
Ó
Û
Û
è
í
Û
í
$ a$ gdóQ‡
@w
{w
|w
ï
šw
Û
›w
§w
ï
í
í
Û
è
Û
„´ „Lÿ^„´ `„LÿgdóQ‡
gdóQ‡
$ „´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdóQ‡
‘
Âv Ãv öv ÷v øv
w
w @w Aw Bw Cw yw zw {w |w šw ›w §w
òw ów ôw øw ùw
x -x ?x @x _x `x px rx sx ·x ¸x ìx íx
•y Ây Ôy Õy Üy Ýy
z z 6z ›{ üõüíüíõüõâÓâÓâüÇüíüÀü´õâõâõâü´âõâõâü¨ü ” ” ü‹•
hóQ‡ CJ OJ
v
QJ
aJ
hóQ‡ 5 •CJ
aJ
hóQ‡ OJ
QJ
mH! sH!
hóQ‡ OJ
QJ
hóQ‡ CJ
QJ
aJ
h”dq
OJ
hóQ‡ 5 •mH
sH
h$*•
hóQ‡
mH sH
hä : hóQ‡ 5 •CJ
h”dq hóQ‡ mH
aJ
sH
h”dq hóQ‡ OJ
h»eá hóQ‡ 5 •
QJ
j
z
6z
{
·ð hóQ‡
sz ±z ôz
”
{
hóQ‡ .íx •y
4{ d{ ›{ ä
’
{
ày
z
z
-z
-
Ì
‡
$ „Ð `„Ð a$ gdóQ‡
$ dh
a$ gdóQ‡
-D MÆ
ÿóóó
gdóQ‡
$ „
dh
-D MÆ
ÿóóó
^„ a$ gdóQ‡
$ „ -D MÆ
ÿóóó
^„ a$ gdóQ‡
$ „
„8 -D
ÿóóó
^„ `„8 a$ gdóQ‡
$ „´ „
¸
{
{
MÆ
¡
{
dh
-D MÆ
ÿóóó
^„´ `„
a$ gdóQ‡
›{ ¦{ 1| E| [|
| °| ±| ³| à
Í
Ç
Ç
Ç
i|
•|
Œ|
Ø
Í
•|
‘|
’|
Í
¤|
§|
¨|
Ç
Ç
Ç
ª|
«|
Í
Ç
Ç
¥|
Ç
Ç
Ç
-|
Í
®
Ç
Ç
Ç
$ If
$
&
Fd a$ gdwV:
$ a$ gdóQ‡
$
Æ
8
„8 „Èû dh
-D MÆ
ÿóóó
^„8 `„Èûa$ gdóQ‡
›{ ¦{ Œ| •| •| ’| £| ¥| ¦| ¨| ©|
«| ¬| ®| ¯| ±| ²| ³| µ| ·| ¸| º| »| ½| ¾| À| Á| Ã| Ä| Æ
| Ç| É| Ê| Ì| Í| Ï| Ð| Ó| Õ| â| ã| þ| ÿ|
} -} :} ;} U}
V} q} r} Š} ‹} ¦} §} º} »} Ö} Þ} ß} à}
~ ¡~ ¢~ ¤~ ¦~ °~ ²~ ´~ ¶~ ¹~ º~ ¼~ ðäßÖßÖßÖßÖßÖßÖßÖßÒÊÒ
ÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒÊÒßÁߺߺߺߺßÒ
hóQ‡ 5 •CJ
hóQ‡ 5 •OJ
QJ
hóQ‡ CJ
aJ
hóQ‡
hóQ‡ 5 •CJ
aJ
hóQ‡ 5 
hóQ‡ CJ
OJ
QJ
aJ
hóQ‡ 5 •CJ
OJ
QJ
^J
l
4
Ó Ô
aJ
H³| ´|
$ If
µ|
Õ
¸| )
kdãN
Ö
Ð
K
$
#
$ If
–
Öž ´ „ Ï
#
:
È
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö
f4
¸| »| ¾| Á| Ä| Ç| Ê| Í| Ð| Ô| Õ| ã| ÿ| -} ;} V} r}
‹} §} »} ×} Ø} Ù} Ú} Û} Ü} Ý} ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
î
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
Æ
à À!
$ If
$ If
Ý}
Þ}
ß}
$
Æ
l
ç
4
Ó Ô
a$ gdóQ‡
Ö
Ð
Õ
kdÒO
$
K
$ If
Öž
–
´ „ Ï
)
:
È
ÿ
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ö
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö
f4
ß} à}
~ *~ O~ x~ ¡~ ¢~ ¥~ ¦~ ±~ ²~ µ~ ¶~ º~ ý
Ý
Ý
Ý
Ð
Ê
Ê
Ê
Ê
Ê
Ê
ÿ
ÿ
$ If
-D MÆ
ÿæææ
ÿæææ
$ dh
gdóQ‡
„j „”ý-D
^„j `„”ýgdóQ‡
a$ gdóQ‡
MÆ
ÿ
ÿ Ö
4Ö
ò
Ê
Ê
º~
»~
¼~
¿~
À~
_
_
f
l
Ä~
_
Å~
Æ~
É~
_
Ê~
e
_
_
$ If
_
™
_
_
kdÁP
$
$ I
–
Ö
Ö\
s
ÿ
Á~
: } ð Õ
å
:
Ö0
ÿ
ÿ
4Ö
ÿ
ÿ Ö
C
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö Õ ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l
¼~ ¾~ Á~ Ã~ Æ~ È~ Ë~ Í~ Ð~ Ò~ Õ~ 1• 3• x• z• µ• ·• ú• ü
• <€ B€ C€ F€ G€ J€ K€ N€ O€ R€ T€ W€ Y€ \€ ^€ a€ c€ f€
i€ n€ †€ ­€ ¹€ ²• ÷• ø• †‚ ‡‚ ©‚ à ñƒ üƒ … !… &… W… X… Z† [† ‚‰ ʼn Ɖ
Š
Š
Š
Š (Š )Š 7Š 8Š úö
úöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöúöëãØãÐöÇöÂö¹ØãöÂö´ö´ö¬ö¬ö¬ö¬ö¬ö
hóQ‡ CJ aJ
QJ
hóQ‡ 5 
hóQ‡ H*
hóQ‡ 5 •OJ
hóQ‡ 5 •OJ
QJ
hóQ‡ OJ
QJ
hóQ‡ 5 •OJ
QJ
^J
hóQ‡ OJ
QJ
hóQ‡ 5 •OJ
QJ
\ •
hóQ‡
hóQ‡ CJ DÊ~ Ë~ Î~ Ï~ Ð~ Ó~ Ô~ Õ~ 2• 3• y• z• ¶• ·• û• ü•
=€ >€ @€ A€ B€ D€ E€ F€ H€ I€ J€ L€ M€ ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ó
ó
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
0 $ If
$ If
M€ N€ P€ Q€ R€ U€ V€ W€ Z€ [€ \€ _€ `€ a€ d€ e
€ f€ j€ ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
$ If
j€
T
gdóQ‡
$
Æ
ç a$ gdóQ‡
-D MÆ
ÿæææ
gdóQ‡
l Ö
k€
l€
m€
n€
H
›
s
kdvQ
$
­€
$ If
”ø Ö\
c
V
V
–
: } ð Õ
:
Ö0
ÿ
ÿ
ö Õ ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
Õ Í• Ø• ä• ÷• ø•
‚ ?‚ i‚ †‚
È
È
È
µ
•
•
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
l aö l
­€ ®€ ¹€ ²•
à
Ô
È
·
•
€
-D MÆ
ÿæææ
gdóQ‡
dh
-D MÆ
ÿæææ
gdóQ‡
„l „”ý dh
ÿæææ
^„l `„”ýgdóQ‡
&
FR -D MÆ
ÿóóó
gdwV:
†€
C
C
ÿ
å
-D
MÆ
ÿ
‡‚
•
ÿ
à
&
FR
Æ
ç
gdwV:
$
Æ
Æ
ç a$ gdóQ‡
$
8
„8 „Èû dh
-D MÆ
ÿóóó
^„8 `„Èûa$ gdóQ‡
‡‚
Š‚
›‚
ž‚
‚
¢‚
í
¥‚
í
©‚
í
×
í
í
í
„ú
dh
$ -D If
MÆ
ÿæææ
^„ú
dh
$ -D
ÿæææ
©‚ ª‚ ­‚ (
D If
MÆ
ÿæææ
× kd/R
$ $ If
ì ` ï ð t
t
•
t
à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö l
È
ÿ
ÿ
ÿ
­‚
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
î‚ ï‚
È
ÿ
ÿ
ð‚
If
MÆ
dh
–l
Ö
Öž
ã
„
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ñ‚ ò‚ ó‚ ð
È
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ÿ
„ú
^„ú
dh
$ -D
If
MÆ
ö t
ÿ Ö
4Ö
Ú
dh
ÿæææ
ÿæææ
$ -
6
ö
ÿ
Ö
ÿ
È
$ -D
If
MÆ
ÿ
D
t
$ -D If
MÆ
ÿæææ
ó‚ ô‚
If
MÆ
ÿæææ
× kd/S
ì ` ï ð t
t
à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö l
Þ
ÿ
ÿ
ÿ
ö‚
ö‚
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
3ƒ 4ƒ
Þ
$
(
$ If
–l
Ö
$ Öž
ã
•
ÿ
ÿ
5ƒ
dh
ÿæææ
dh
„
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
6ƒ 7ƒ 8ƒ ð
Þ
$ -D
If
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ÿ
Þ
MÆ
ö t
ÿ Ö
4Ö
6
ö
ÿ
Þ
Ö
ÿ
ÿ
D
t
$ -D If
MÆ
ÿæææ
8ƒ 9ƒ
If
MÆ
ÿæææ
× kd/T
ì ` ï ð t
t
à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö l
í
ÿ
ÿ
ÿ
;ƒ
;ƒ
$
(
dh
$ If
–l
Ö
Öž
ã
•
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
rƒ sƒ
í
ÿ
ÿ
tƒ
„
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
uƒ vƒ wƒ í
í
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ÿ
t
ÿæææ
wƒ xƒ
If
MÆ
ÿæææ
× kd/U
ì ` ï ð t
t
à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö l
Þ
ÿ
ÿ
ÿ
zƒ
zƒ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
»ƒ ¼ƒ
Þ
$
6
ö
ÿ
$ -D
If
–l
ÿ
MÆ
$ -
dh
$ If
Ö
ÿ
í
(
Ö
Öž
ã
•
ÿ
ÿ
½ƒ
dh
ÿæææ
ö t
ÿ Ö
4Ö
í
dh
D
$ -
„
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
¾ƒ ¿ƒ Àƒ ð
Þ
$ -D
If
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ÿ
Þ
MÆ
ö t
ÿ Ö
4Ö
6
ö
ÿ
Þ
Ö
ÿ
ÿ
$ -D If
MÆ
ÿæææ
Àƒ Áƒ ƒ (
-D MÆ
ÿæææ
gdóQ‡ × kd/V
$
l Ö
ì ` ï ð t
t
•
t
$ If
Öž
–
ã
„
à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö t 6 ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
l aö l
ƒ à ă ñƒ üƒ M„ x„ •„ Ä í„ …
… !… &… ý
â
â
Ã
³
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
’
ý
‚
$ -D MÆ
ÿæææ
a$ gdóQ‡
-D MÆ
ÿóóó
gdóQ‡
$
Æ
8 -D MÆ
ÿóóó
a$ gdóQ‡
$ -D MÆ
ÿóóó
a$ gdóQ‡
$
Æ
8
„8 „Èû dh
-D MÆ
ÿóóó
^„8 `„Èûa$ gdóQ‡
$ „z „†ÿ dh
-D MÆ
ÿóóó
^„z `„†ÿa$ gdóQ‡
&… '… “† [ˆ €‰ •‰ ‚‰ —
‰ ·‰ ʼn Ɖ ݉ ë‰ ÷‰
Š
Š
Š
Š
Š (Š )Š 7Š ë
×
×
×
×
Õ
Ð
À
À
Õ
Ð
À
À
À
À
Õ
Ð
Õ
¸
Õ
Ð
$ a$ gdóQ‡
&
FV
Æ Ð
„h ^„h gdwV:
gdóQ‡
$ „Ð -D MÆ
ÿæææ
`„Ð a$ gdóQ‡
$ „Ð -D MÆ
ÿæææ
`„Ð a$ gdóQ‡
7Š 8Š DŠ LŠ VŠ bŠ mŠ nŠ vŠ wŠ {Š |Š
†Š ‡Š ËŠ ÌŠ ÍŠ 6‹ 7‹ 8‹ 9‹ M‹ N‹ ý
í
í
í
í
í
ý
è
ý
à
ý
è
ý
Û
ý
ý
Ó
ý
ý
ý
Î
ý
gd³W•
$ a$ gd×h_
gd×h_
$ a$ gdóQ‡
gdóQ‡
&
FV
Æ Ð
„h ^„h gdwV:
8Š mŠ nŠ vŠ wŠ {Š |Š †Š ‡Š ËŠ ÍŠ 6‹
9‹ M‹ N‹ ƒ‹ ”‹ •‹ –
‹ ¹‹ Ë‹ Ì‹ Ћ Ñ‹ Ò‹ ê‹ ë‹ øôøôøôøôåôÖôÆôª‘ôyª‘ô]Dô]D 1 h" ú hó
Q‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ$ mH! ph
sH! 7 h" ú hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \
•^J aJ mH! ph
sH! / hD í hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ
ph
1 hD í hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J aJ mH! ph
sH! 7 hD í hóQ‡ 5 •
B* CJ OJ QJ \ •^J aJ mH! ph
sH! høS
hóQ‡ 5 •CJ OJ
QJ
aJ
sH
h·^«
hóQ‡
hóQ‡ CJ
aJ
mH
sH
hV:Ý
hóQ‡ CJ
aJ
mH
hóQ‡ CJ
ó• ô•
aJ
`Ž
ó
ñ
ñ
Ù
$ a$ gdê4.
N‹ ƒ‹ ”‹ •‹ ¹‹ Ë‹ Ì‹ Ñ‹ Ò‹ ë‹ ì‹ ëŒ ìŒ k• l•
aŽ zŽ {Ž ‹Ž ”Ž ó
ó
ñ
ó
ñ
ó
ñ
ó
Þ
ñ
ó
ñ
ó
ó
ñ
ó
ñ
Ñ
gdê4.
$ dÀ
¤< ¤< 7$ 8$ H$ a$ gd³W•
$ 7$ 8$ H$ a$ gd³W•
ä• ñ• ó• ô• õ• ö•
5 •B* CJ OJ
ë‹ ì‹ ÛŒ ëŒ ìŒ íŒ
QŽ üæÑü¹‡nü¹¹‡nüR6R
\•
i•
k•
l• m• ã•
7 hV:Ý hóQ‡
QJ
\ •^J
aJ
mH! ph
sH! 7 ha~-
hóQ‡ 5 •B* CJ
OJ
QJ
\ •^J
aJ
mH! ph
sH! 1 høS
hóQ‡ B* CJ
OJ
QJ
^J
aJ
mH! ph
sH! + hóQ‡ B* CJ
OJ
QJ
^J
aJ
mH! ph
sH! 7 høS
hóQ‡ 5 •B* CJ
OJ
QJ
\ •^J
aJ
mH! ph
sH! / høS
hóQ‡ 5 •B* CJ
OJ
QJ
\ •^J aJ ph
( ha~- hóQ‡ 5 •B* CJ aJ mH! ph
sH! + ha~- hóQ‡
5 •B* CJ \ •aJ mH! ph
sH!
hóQ‡ QŽ `Ž aŽ cŽ hŽ yŽ zŽ {Ž ‹Ž
ðŽ ñŽ üŽ $• %• K• L• q• r• Š• ‹• ˜• ™• åáŬœá„yá„jXjXI7jX
jX " h "
hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH sH
h "
hóQ‡ CJ aJ mH sH
" h
"
hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH sH
h "
hóQ‡ CJ aJ mH sH
h "
hóQ
‡ CJ aJ
h "
hóQ‡ CJ OJ QJ aJ
1 hµ%O hóQ‡ B* CJ OJ QJ ^J
aJ$ mH! ph
sH! 1 hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ
mH! ph
sH! 7 hµ%O hóQ‡ 5 •B* CJ OJ QJ \ •^J aJ
mH! ph
sH!
hóQ‡ 4 ha~- hóQ‡ 5 •B* CJ OJ
QJ
^J aJ mH! ph
sH! ”Ž ›Ž ¤Ž ­Ž ÆŽ ÞŽ ðŽ ñŽ üŽ %• L• r• ™
š• ›• -• Ñ• ì•
è
è
è
è
è
è
æ
á
Ê
Ê
Ê
Ê
Å
æ
¸
¡
¡
¡
$
&
F<
Æ Ð
„´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs›
$d$
NÆ
ÿ$
gdê4.
gdê4.
$
&
F>
Æ Ð
„´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs›
gdê4.
$
&
F=
Æ h
„´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs›
™• ›• -• ‹• Œ• ž• ý• 2‘ `‘ x‘
§‘ ö‘ Q’ R’ d’ ¤’ Ô’
“ -“ 8“ Z“ „“ •“ Ì“ Í“
” -” ” q• s• üíâüÔâüÉü¾ü³ü¡’ƒ’üÔâtâteteüYü
h]
]| hóQ‡ CJ \ •aJ
hÇFç hóQ‡ OJ QJ mH sH
h "
hóQ‡ CJ aJ mH
sH
h^@W hóQ‡ CJ aJ mH sH
h^@W hóQ‡ CJ aJ mH sH
" h^@W
hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ mH sH
hÉÁ hóQ‡ mH sH
h,>¶ hóQ‡ mH
sH
hyI—
hóQ‡ mH sH
h "
hóQ‡ 5 •CJ \ •aJ
h "
hóQ‡ CJ aJ
h "
hóQ‡ CJ OJ QJ aJ
hóQ‡
• c• ‹• Œ• ž• §• ¯• ¸• À• Ú• ñ• ý• þ• ÿ•
‘
•
•
‘
‘
2‘
á
I‘
`‘
Í
w‘
Í
x‘
è
è
á
µ
æ
Í
á
µ
$
&
F: a$ gdÓR©
&
F; gdÓR©
gdê4.
&
F7
Æ
„h „Lÿ^„h `„LÿgdRs›
&
F<
Æ Ð
„´ „Lÿ^„´ `„Lÿa$ gdRs›
R’ f’ |’ ¤’ Ô’ ä’ ô’
“
á
Í
Í
µ
È
À
µ
gdê4.
x‘
Í
æ
æ
$
‰‘
§‘
·‘
É‘
Í‘
á‘
ö‘
$’
Q’
“
“
ú
ò
ç
ç
Ô
ç
Ç
¥
Ç
¥
ç
ç
ç
å
²
ç
Ý
²
²
Æ
h
„´ ^„´ gdê4.
&
F6
Æ Ð h
„´ „ ^„´ `„
gdRs›
„h
$
„Lÿ^„h `„Lÿgdê4.
&
F9 a$ gdÓR©
” ” q• r•
ú
Õ
s•
ø
¦
„´ ^„´ gdê4.
$ a$ gdê4.
gdê4.
"– #– Æ– Ç– §—
ì
Õ
ø
ø
¦
$
&
F1
Æ
Lÿ€ dh
a$ gdÓR©
$ „h
$
&
F2
Æ Ð Lÿ€ „h dh
^„h a$ gdRs›
&
F8
Æ Ð
„˜þ dh
$
“
$ a$ gdê4.
“
-“
8“
Õ
Z“
„“
•“
Õ
¾
Ú“
Õ
¹
ø
^„h `„˜þa$ gd]]|
ø
”
gd]]|
„ˆ
„ª ]„ˆ ^„ª a$ gdRs›
$
„ˆ ]„ˆ a$ gdê4.
gdê4.
s• w• !– "– #– (– •– Å– Æ– Ç–
— §— ©— ¹— »— Ì— Í— Ñ— Ò— þ— ÿ—
˜
˜
˜
˜
˜ &˜ *˜ ,˜ I˜ J˜ N˜ O˜ S˜ T˜ c˜ d˜ e˜ p˜ r˜
v˜ w˜ €˜ •˜ ˆ˜ ‰˜ Š˜ ‹˜ Œ˜ òæÛ×óæÛ×æÛ׫ יייגג׋« ×™×™×™×
™×« יייׇ{
h33ë CJ aJ mH! sH!
h R7
hC ù
hóQ‡
hžcŠ
hóQ‡
h•C¸
hóQ‡
hÒO%
hóQ‡ CJ
aJ
hóQ‡ CJ
aJ
h]]|
hóQ‡ CJ
\ •aJ
mH
sH
' hyI—
hóQ‡ CJ
OJ
QJ
\ •aJ
mH
sH
hóQ‡
h]]| hóQ‡ CJ
\ •aJ
0§— ¨— ©— º—
˜
˜
˜ +˜ ,˜ ˜ 5˜ ú
ø
ç
ø
Ó
ß
ó
$
aJ
»—
¼—
h]]| hóQ‡ CJ \ •aJ
hóQ‡ CJ
Ç— Í— Η Ò— Ó— ñ— ò— ú—
ó
ó
ø
ø
ø
ø
QJ
ø
ó
Ë
OJ
ÿ—
Â
¶
ç
ß
ø
„¶þ]„¶þa$ gdóQ‡
„$ÿ]„$ÿgdóQ‡
$
$ a$ gdóQ‡
„$ÿ]„$ÿa$ gdóQ‡
$
$ a$ gdóQ‡
„èþ]„èþa$ gdóQ‡
gdóQ‡
]˜ d˜ e˜ q˜ r˜ s˜ w˜ x˜
ñ
ì
ó
ó
ñ
ì
ñ
ñ
ç
gd]]|
•˜ ‚˜
ñ
ó
5˜ D˜ J˜ K˜ O˜
‰˜ Š˜ ‹˜ Œ˜ ó
ì
ì
ì
ñ
ó
P˜
T˜
U˜
ó
ñ
ñ
ñ
gdÑ
u[
gdóQ‡
$
„¶þ]„¶þa$ gdóQ‡
6 &P
1•h :p !û °ƒ. °ÈA!°Á "°¥ #•Á $•¥ %°
°Ð
°Ð
•Ð
!v
–l
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
t
h 5Ö
= 5Ö
¬ $ $ If
' 5Ö
& #v
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
!v h 5Ö
= 5Ö
' 5Ö
–l
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
= 5Ö
' 5Ö
& yt !û ¬
5Ö
Y #v : #v ÷
–l
–
= #v
' #v
& :V
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
& #v = #v ' #v
ÿ
$ $ If
#v Y :V
ÿ
–
!v
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
6
ö
5Ö
ö
5Ö
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
& :V
ÿ
h 5Ö
ö
: 5Ö
6
÷
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û ¬ $ $ If
– !v h
5Ö
Y #v : #v ÷
#v Y :V
–l
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û ¬ $ $ If
– !v h
5Ö
Y #v : #v ÷
#v Y :V
–l
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û ¬ $ $ If
– !v h
5Ö
Y #v : #v ÷
#v Y :V
–l
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û ¬ $ $ If
– !v h
5Ö
Y #v : #v ÷
#v Y :V
–l
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û ¬ $ $ If
– !v h
5Ö
Y #v : #v ÷
#v Y :V
–l
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û ¬ $ $ If
– !v h
5Ö
Y #v : #v ÷
#v Y :V
–l
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û ¬ $ $ If
– !v h
5Ö
Y #v : #v ÷
#v Y :V
–l
t
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
: 5Ö
÷ 5Ö
Y yt !û Ä $ $ If
– !v h
5Ö
v #v •
#v v :V
–l ”Á
Ö
t à Ö
ÿÀÀÀ
ÿÀÀÀ
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 5Ö
ø
5Ö
pÖ
ÿÀÀÀ
ÿÀÀÀ
‹ $ $ If
–
5Ö
v #v •
#v v :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
5Ö
Ÿ $ $ If
– !v h 5Ö
x 5Ö
º
ÿ
5Ö
ö
: 5Ö
6
ÿ
5Ö
ö
: 5Ö
6
ÿ
5Ö
ö
: 5Ö
6
ÿ
5Ö
ö
: 5Ö
6
ÿ
5Ö
ö
: 5Ö
6
ÿ
5Ö
ö
: 5Ö
6
ÿ
5Ö
ö
: 5Ö
6
ÿ
5Ö
ö
6
•
ÿ
!v
ÿ
ö
5Ö
ö
5Ö
ö
5Ö
ö
5Ö
ö
5Ö
ö
5Ö
ö
5Ö
ö
5Ö
÷
÷
÷
÷
÷
÷
ÿ
h 5Ö
ö
÷
ÿ
•
6 5Ö
ø
#v
x #v
º
:V
–l
t à
6` ”[ ”´
-”´ 5Ö
Ö0
ÿ
x 5Ö
ÿ
º
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
Ÿ
$
$ If
–
!v
h 5Ö
x 5Ö
º
#v
x #v
º
:V
–l
t à
6` ”[ ”´
-”´ 5Ö
Ö0
ÿ
x 5Ö
ÿ
º
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
Ÿ
$
$ If
–
!v
h 5Ö
x 5Ö
º
#v
x #v
º
:V
–l
t à
6` ”[ ”´
-”´ 5Ö
Ö0
ÿ
x 5Ö
ÿ
º
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
Ÿ
$
$ If
–
!v
h 5Ö
x 5Ö
º
#v
x #v
º
:V
–l
t à
6` ”[ ”´
-”´ 5Ö
Ö0
ÿ
x 5Ö
ÿ
º
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
Ÿ
$
$ If
–
!v
h 5Ö
x 5Ö
º
#v
x #v
º
:V
–l
t à
6` ”[ ”´
-”´ 5Ö
Ö0
ÿ
x 5Ö
ÿ
º
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
Ÿ
$
$ If
–
!v
h 5Ö
x 5Ö
º
#v
x #v
º
:V
–l
t à
6` ”[ ”´
-”´ 5Ö
Ö0
ÿ
x 5Ö
ÿ
º
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
Ÿ
$
$ If
–
!v
h 5Ö
x 5Ö
º
#v
x #v
º
:V
–l
t à
6` ”[ ”´
-”´ 5Ö
Ö0
ÿ
x 5Ö
ÿ
º
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
•
D d
à ° â
ðD
²
ð
3
ð
• @ @
à ‚
ÿÿ
ðÿ
"ñ
?
ð
ۥ
D d
ðD
²
ð
3
ð
• @ @
ÿÿ ðÿ
"ñ
?
l !v h 5Ö
Å 5Ö
N 5Ö
#v Å #v N #v
:V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
N 5Ö
aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If
–l !v h 5Ö
#v Å #v N #v
:V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
N 5Ö
aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If
–l !v h 5Ö
#v Å #v N #v
:V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
N 5Ö
aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If
–l !v h 5Ö
#v Å #v N #v
:V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
N 5Ö
aö l ytóQ‡ ¬ $ $ If
–l !v h 5Ö
#v Å #v N #v
:V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
N 5Ö
aö l ytóQ‡ • $ $ If
–l !v h 5Ö
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
aö l ytóQ‡ ¿ $ $ If
–
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ } $
l !v h 5Ö
8"#v 8":V
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
f4 ytóQ‡ ¿ $ $ If
–
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ $
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿ $
ð
€¬
$
ÿ
ÿ
Å 5Ö
N 5Ö
ÿ
ÿ
Å 5Ö
N 5Ö
ÿ
ÿ
Å 5Ö
N 5Ö
ÿ
ÿ
Å 5Ö
N 5Ö
ÿ
à 5Ö
ÿ
Ð #v
ÿ
$ If
–
ö -
6 5Ö
Å 5
ö -
6 5Ö
Å 5
ö -
6 5Ö
Å 5
ö -
6 5Ö
Å 5
ÿ
ö -
6 5Ö
Å 5
X #v
à #v
X :V
ÿ
#v
$ If
ö 8"5Ö
œ #v
Ð #v
à 5Ö
X
ü :V
ÿ
ö 8"5Ö
Ð 5Ö
ÿ
ö 8"5Ö
8"aö l
–
ÿ
#v
Ð #v
œ #v
ÿ
ÿ
$ If
–
#v Ð #v œ #v
ÿ
$ If
ÿ
–
Ð #v
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
Ð 5Ö
ü :V
ö 8"5Ö
Ð 5Ö
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ }
l !v h 5Ö
8"#v 8":V
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
f4 ytóQ‡ ¿ $ $ If
–
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ }
l !v h 5Ö
8"#v 8":V
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
f4 ytóQ‡ ¿ $ $ If
–
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ ¿
l !v h 5Ö
Ð 5Ö
œ 5Ö
Ð 5Ö
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
œ 5Ö
Ð 5Ö
ü aö l f4 ytóQ‡ }
l !v h 5Ö
8"#v 8":V
–
ü #v
Ð #v
œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
$
ÿ
$ If
ü #v
ö 8"5Ö
Ð #v
Ð 5Ö
ü :V
ÿ
ö 8"5Ö
Ð 5Ö
ÿ
ö 8"5Ö
8"aö l
Ð #v
œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
ÿ
$ If
Ð #v
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
Ð 5Ö
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
Ð 5Ö
Ð 5Ö
ü :V
ÿ
ö 8"5Ö
Ð 5Ö
ÿ
ö 8"5Ö
8"aö l
–
ÿ
ü #v
Ð #v
œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
ÿ
ÿ
$ $ If
–
ü #v Ð #v œ #v
$
ü :V
–
ÿ
$
Ð #v
ÿ
$ If
ÿ
–
Ð #v
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
Ð 5Ö
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
Ð 5Ö
ü :V
ö 8"5Ö
Ð #v
Ð 5Ö
Ð 5Ö
ü :V
ö 8"5Ö
Ð 5Ö
l
4 Ö0
ÿ
f4 ytóQ‡ • $
ÿ
$ If
ÿ
–S !v
ÿ
h 5Ö
ÿ
“
5Ö
ÿ
ô
ö 8"5Ö
8"aö l
#v
“ #v
ô
:V
–l
Ö0
5Ö
ÿ
ô
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 5Ö
“
aö S ytóQ‡ •
$
$ If
–S !v
h 5Ö
“
5Ö
ô
#v
“ #v
ô
:V
–l
Ö0
5Ö
ÿ
ô
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 5Ö
“
aö S ytóQ‡ Â $ $ If
5Ö
× #v o #v „ #v
#v × :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
Ö
„ 5Ö
ó
5Ö
× aö ý ytóQ‡ Â $
5Ö
× #v o #v „ #v
#v × :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
Ö
„ 5Ö
ó
5Ö
× aö ý ytóQ‡ Â $
5Ö
× #v o #v „ #v
#v × :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
Ö
„ 5Ö
ó
5Ö
× aö ý ytóQ‡ ³ $
â !v h 5Ö
’ 5Ö
È
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
È aö â f4 ytóQ‡ ³ $
â !v h 5Ö
’ 5Ö
È
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
È aö â f4 ytóQ‡
ü !v h 5Ö
- 5Ö
$
$ #v ù #v ^ #v § #v
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
- 5Ö
$ 5Ö
ù 5Ö
$ $ If
–
ü !v h 5Ö
- 5Ö
$
$ #v ù #v ^ #v § #v
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
- 5Ö
$ 5Ö
ù 5Ö
$ $ If
–
ü !v h 5Ö
- 5Ö
$
$ #v ù #v ^ #v § #v
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
- 5Ö
$ 5Ö
ù 5Ö
$ $ If
–
ü !v h 5Ö
- 5Ö
$
$ #v ù #v ^ #v § #v
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
- 5Ö
$ 5Ö
ù 5Ö
$ $ If
–
ü !v h 5Ö
- 5Ö
$
$ #v ù #v ^ #v § #v
–l
–ý !v
h 5Ö
o 5Ö
„ 5Ö
ó
ÿ
ÿ
ö
h 5Ö
o 5Ö
ÿ
ÿ
h 5Ö
o 5Ö
ÿ
ÿ
ó
ÿ
ÿ
$ If
–ý !v
6 5Ö
„ 5Ö
• 5
ó
ó
ÿ
ÿ
$ If
–ý !v
ö
6 5Ö
„ 5Ö
• 5
ó
ó
ÿ
ÿ
$ If
–
5Ö
È 5Ö
ÿ
$ If
5Ö
$
5Ö
È 5Ö
ÿ
–
È 5Ö
È 5Ö
ÿ
È 5Ö
ÿ
ÿ
ÿ
$ If
–
ù 5Ö
^ 5Ö
#v „ :V
ÿ
^ 5Ö
5Ö
#v
ù 5Ö
„ :V
ÿ
^ 5Ö
5Ö
#v
#v
ù 5Ö
„ :V
ÿ
^ 5Ö
5Ö
#v
ÿ
5Ö
^ 5Ö
’ #v
’ #v
5Ö
ÿ
5Ö
5Ö
ÿ
5Ö
5Ö
5Ö
5Ö
’ 5Ö
ö
ö
„ #v
ö
„ #v
ÿ
ö
6
„ aö ü ytóQ‡
§ 5Ö
È :V
„ #v
ÿ
ö
6
„ aö ü ytóQ‡
§ 5Ö
’ 5Ö
„ #v
ÿ
ö
6
„ aö ü ytóQ‡
• 5
È :V
ö z 5Ö
ÿ
ö
6
„ aö ü ytóQ‡
§ 5Ö
^ 5Ö
ÿ
§ 5Ö
ù 5Ö
„ :V
§ 5Ö
^ 5Ö
ÿ
§ 5Ö
§ 5Ö
6 5Ö
ö z 5Ö
È #v
ÿ
ÿ
5Ö
^ 5Ö
ÿ
§ 5Ö
ù 5Ö
„ :V
ÿ
^ 5Ö
5Ö
ÿ
§ 5Ö
È #v
ÿ
È 5Ö
ö
ö
„ #v
- #v
5Ö
- #v
5Ö
- #v
5Ö
- #v
5Ö
- #v
t
à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
- 5Ö
$ 5Ö
ù 5Ö
^ 5Ö
§ 5Ö
5Ö
„ aö ü ytóQ‡
$ $ If
–
ü !v h 5Ö
- 5Ö
$ 5Ö
ù 5Ö
^ 5Ö
§ 5Ö
5Ö
„ #v - #v
$ #v ù #v ^ #v § #v
#v „ :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
- 5Ö
$ 5Ö
ù 5Ö
^ 5Ö
§ 5Ö
5Ö
„ aö ü ytóQ‡
$ $ If
–Ã !v h 5Ö
5Ö
" 5Ö
>
5Ö
F #v
#v " #v >
#v F :V
–l 4
Ö
Ö(
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 5Ö
5Ö
" 5Ö
>
5Ö
F aö Ã pÖ(
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
ÿóóó
ytóQ‡ ¼ $ $ If
–Ã !v h 5Ö
5Ö
" 5Ö
>
5Ö
F #v
#v " #v >
#v F :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 5Ö
5Ö
" 5Ö
>
5Ö
F aö Ã ytóQ‡ I $ $ If
–Ã !v h 5Ö
@
5Ö
t 5Ö
5Ö
t 5Ö
« #v
@
#v
t #v
–l 4
ÿ
#v
Ö
Ö2
ÿ
t #v
« :V
ÿóóó
ÿ
ÿóóó
ÿ
ÿóóó
ÿ
ÿóóó
ö Õ-5Ö
ÿóóó
@
Ö0
ÿ
5Ö
ÿóóó
t 5Ö
ÿóóó
5Ö
t 5Ö
ytóQ‡ Ï $
« aö Ã pÖ2
ÿóóó
$ If
–Ã !v h 5Ö
ÿóóó
@
ÿóóó
5Ö
t 5Ö
5Ö
t 5Ö
« #v
@
#v
t #v
–l Ö0
#v
ÿ
t #v
ÿ
« :V
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö Õ-5Ö
@
5Ö
t 5Ö
5Ö
t 5Ö
« aö Ã ytóQ‡ ï $ $ If
–
n !v h 5Ö
1 5Ö
n 5Ö
5Ö
ü 5Ö
5Ö
Š #v 1 #v n #v
#v ü #v
#v Š :V
–
l 4 ”c Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö S-5Ö
1
5Ö
n 5Ö
5Ö
ü 5Ö
5Ö
Š aö n f4 ytóQ‡ ë $ $ If
–
n !v h 5Ö
1 5Ö
n 5Ö
5Ö
ü 5Ö
5Ö
Š #v 1 #v n #v
#v ü #v
#v Š :V
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö S-5Ö
1 5Ö
n 5Ö
5Ö
ü 5Ö
5Ö
Š aö n f4 ytóQ‡ ô $ $ If
–
5 !v h 5Ö
H 5Ö
¥ 5Ö
¸ #v H #v ¥ #v ¸ :V
–l 4
Ö
Öÿæææ
ÿæææ
ÿæææ
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 5Ö
H 5Ö
¥ 5Ö
¸ aö 5 pÖÿæææ
ÿæææ
ÿæææ
ytóQ‡ ¦ $ $ If
–
5 !v h 5Ö
H 5Ö
¥ 5Ö
¸ #v H #v ¥ #v ¸ :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 5Ö
H 5Ö
¥ 5Ö
¸ aö 5 ytóQ‡ £ $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
5Ö
° #v Œ
#v ° :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö <- 6 ö
5Ö
Œ
5Ö
° /Ö
ÿ
aö < ytwV: - $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
5Ö
° #v Œ
#v ° :V
–
l 4 ”2 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö <- 6 ö
5Ö
Œ
5Ö
° /Ö
ÿ
aö < f4 ytwV: © $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
5Ö
° #v Œ
#v ° :V
–
l 4 Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö <- 6 ö
5Ö
Œ
5Ö
° /Ö
ÿ
aö < f4 ytwV: - $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
5Ö
° #v Œ
#v ° :V
–
l 4 ”à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö <- 6 ö
5Ö
Œ
5Ö
° /Ö
ÿ
aö < f4 ytwV: - $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
5Ö
° #v Œ
#v ° :V
–
l 4 ”ª Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö <- 6 ö
5Ö
Œ
5Ö
° /Ö
ÿ
aö < f4 ytwV: - $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
5Ö
#v
° #v
° :V
Œ
–
l 4
5Ö
5Ö
”« Ö0
ÿ
ÿ
Œ
° /Ö
ÿ
aö < f4 ytwV: 5Ö
° #v Œ
#v ° :V
–l 4 ”
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
5Ö
° /Ö
ÿ
ÿ
$
ÿ
$ If
ÿ
–< !v
ÿ
ÿ
ÿ
h 5Ö
Œ
ÿ
ö <- 6
ö <- 6
ö
5Ö
ö
Œ
aö < f4 ytwV: - $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
° #v Œ
° :V
–l 4 ”
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö <- 6 ö
5Ö
Œ
5Ö
° /Ö
ÿ
aö < f4 ytwV: - $ $ If
–< !v h 5Ö
Œ
5Ö
° #v Œ
#v ° :V
–l 4 ”
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö <- 6 ö
5Ö
Œ
5Ö
° /Ö
ÿ
aö < f4 ytwV: | $ $ If
–l !v h 5Ö
5Ö
S 5Ö
$
5Ö
A
5Ö
p 5Ö
7 5Ö
T 5Ö
T #v
#v S #v $
#v A #v p #v 7 #v T :V
–
l ”Z Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö #8 ö
,Ö
5Ö
5Ö
S 5Ö
$
5Ö
A
5Ö
p 5Ö
7 5Ö
T /Ö
ÿ
4Ö
aö l pÖP
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ ytwV: ! kdð<
$ $ If
–
l Ö
”Z Ö´
o
“ Ô D%{+Ï1#8€
€ S
€ $
€ A
€ p
€ 7
€ T
€ T
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö #8 ö
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l pÖP
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ ytwV: r $ $ If
–l !v h 5Ö
5Ö
S 5Ö
$
5Ö
A
5Ö
p 5Ö
7 5Ö
T 5Ö
T #v
#v S #v $
#v A #v p #v 7 #v T :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö #8 ö
5Ö
5Ö
S 5Ö
$
5Ö
A
5Ö
p 5Ö
7 5Ö
T /Ö
ÿ
4Ö
aö l pÖP
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ ytwV:
kd‘@
$ $ If
–
l Ö
Ö´
o
“ Ô D%{+Ï1#8
S
$
A
p
7
T
5Ö
#v
T
ÿ
ö #8 ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
l aö l pÖP
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ytwV: Ì
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
$ $ If
–Ô !v h 5Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
5Ö
/ 5Ö
æ #v
#v / #v æ :V
–l 4 ”
t
Ö0
5Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
5Ö
T 5Ö
è /Ö
aö Ô ytwV: Ã $ $ If
ÿ
ÿ
–Ô !v
ÿ
h 5Ö
ö
6
ö
,Ö
5Ö
/ 5Ö
æ #v
#v / #v æ :V
–l ”J
t
Ö0
ÿ
ÿ
5Ö
T 5Ö
è /Ö
ÿ
aö Ô ytwV: ±
ÿ
$
$ If
ÿ
ÿ
–Ô !v
ÿ
h 5Ö
ö
6
ö
5Ö
5Ö
/ 5Ö
æ #v
#v / #v æ :V
–l
t
Ö0
ÿ
5Ö
T 5Ö
ÿ
ÿ
è aö Ô ytwV: ±
ÿ
$
ÿ
$ If
ÿ
ö
–Ô !v h 5Ö
6
ö
5Ö
5Ö
/ 5Ö
æ #v
#v / #v æ :V
–l
t
Ö0
ÿ
5Ö
T 5Ö
!v h 5Ö
#v } #v Š #v
–l 4 ”I
t à Ö0
ÿ
5Ö
- 5Ö
!v h 5Ö
#v } #v Š #v
–l
t à Ö0
ÿ
- 5Ö
õ 5Ö
!v h 5Ö
t
v P :V
–l ”W
t à Ö0
5Ö
t 5Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
è aö Ô ytwV: û $ $ If
5Ö
õ 5Ö
5Ö
} 5Ö
õ :V
ÿ
ÿ
õ 5Ö
5Ö
5Ö
õ 5Ö
õ :V
ÿ
5Ö
5Ö
ÿ
} 5Ö
5Ö
ÿ
Š 5Ö
} 5Ö
ÿ
–
Š 5Ö
ö
õ #v
6
- #v
5Ö
õ #v
ÿ
ö ># 6 ö
,Ö
õ ytwV: î $ $ If
–
Š 5Ö
õ #v - #v õ #v
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö ># 6 ö
5Ö
} 5Ö
Š 5Ö
õ ytwV: þ $ $ If
–
5Ö
p 5Ö
ì 5Ö
P #v t #v
#v p #v ì #
ö (# 6
5Ö
ö
p 5Ö
ì 5Ö
ö
,Ö
P /Ö
/Ö
ÿ
ytwV: ô $ $ If
–
!v h 5Ö
t 5Ö
5Ö
p 5Ö
ì 5Ö
v P :V
–l
t à Ö0
t 5Ö
5Ö
p 5Ö
ì 5Ö
P /Ö
ÿ
/Ö
P #v
t #v
#v
ö (# 6
p #v
ö
ì #
5Ö
–l
t à
5Ö
ytwV: í $
R 5Ö
5Ö
Ӵ
Ö0
$ If
Î 5Ö
–l !v
a #v
h 5Ö
#v
R #v
Î #v
a :V
ö
Û
5Ö
§ 5Ö
P 5Ö
6
ö
,Ö
6
ö
5Ö
î /Ö
/Ö
–l
t à
Û
ÿ
5Ö
aö l ytwV: ã $
R 5Ö
Î 5Ö
$ If
a #v
Ö0
5Ö
ÿ
§ 5Ö
/Ö
î /Ö
–l !v
#v
h 5Ö
R #v
Î #v
a :V
ö
P 5Ö
aö l ytwV:
ðf
D d
´ ´ è è
²
ð
C
ð4
ð
A
n-ð)
IHDR
Á
ÿ
c l i p _ i m a g e 0 0 1
€b ðU
/ypfßÌ}×ÑI[‡ ÀeÉÿ 1
M
/ypfßÌ}×ÑI[‡ ÀeÉÿ‰PNG
"ñ
¿
@ @
a«¬Õ
sRGB ®Î é
`PLTEÀÀÀÿ¿Àÿ¿¿ÿªªÿ••ÿ•”ÿ”•ÿ””ÿ€€ÿ€ÿ€ÿÿkjÿjjÿ
UUÿ@@ÿ@?ÿ?@ÿ??ÿ++ÿ+*ÿ*+ÿ**ÿ ÿ ÿ ÿ
à#g¿
cmPPJCmp0712 8
I
±
Ã0
tRNS @æØf
AIDAT
Á•
ì~±ÿ¯œš¸ â·÷¿{î»[„8( [Pz-2S82(Š§¢ìÖ\”d² XÈP<ãÆ €
-
•z
IEND®B`‚í
$
$ If
–
!v
h 5Ö
Ð 5Ö
K
5Ö
: 5Ö
5Ö
5Ö
È 5Ö
#v
Ð #v
K
#v
: #v
#v È #v
–l 4 Ö0
ÿ
5Ö
Ð 5Ö
K
:V
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
5Ö
!v
: 5Ö
h 5Ö
5Ö
Ð 5Ö
È 5Ö
K
aö
f4 í
$
$ If
–
5Ö
: 5Ö
5Ö
5Ö
È 5Ö
#v
Ð #v
K
#v
: #v
#v È #v
–l 4 Ö0
ÿ
5Ö
Ð 5Ö
K
:V
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
5Ö
: 5Ö
5Ö
È 5Ö
aö
f4 ³
l !v h 5Ö
: 5Ö
C 5Ö
s 5Ö
å #v
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
5Ö
s 5Ö
å aö l · $ $ If
–
l !v h 5Ö
: 5Ö
C 5Ö
s 5Ö
å #v
–
l ”ø Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
C 5Ö
s 5Ö
å aö l þ $ $ If
–
l !v h 5Ö
5Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
#v ã #v t #v • #v
#v „ :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
• 5Ö
5Ö
l !v h 5Ö
5Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
#v ã #v t #v • #v
#v „ :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
• 5Ö
5Ö
l !v h 5Ö
5Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
#v ã #v t #v • #v
#v „ :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
• 5Ö
5Ö
l !v h 5Ö
5Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
#v ã #v t #v • #v
#v „ :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
• 5Ö
5Ö
l !v h 5Ö
5Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
#v ã #v t #v • #v
#v „ :V
–l
t à Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Ö
5Ö
ã 5Ö
t 5Ö
• 5Ö
5Ö
$ $ If
–
: #v C #v s #v
ÿ
: #v
ö Õ 5Ö
C #v
ÿ
ÿ
• 5Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
s #v
å :V
: 5Ö
å :V
ö Õ 5Ö
5Ö
: 5Ö
„ #v
ÿ
„ aö l þ
• 5Ö
ö t 6 5Ö
$ $ If
–
5Ö
„ #v
ÿ
„ aö l þ
• 5Ö
ö t 6 5Ö
$ $ If
–
5Ö
„ #v
ÿ
„ aö l þ
• 5Ö
ö t 6 5Ö
$ $ If
–
5Ö
„ #v
ÿ
„ aö l þ
• 5Ö
ö t 6 5Ö
$ $ If
–
5Ö
„ #v
ÿ
„ aö l
^ G
ö t
C
6 5Ö
#v
5
#v
5
#v
5
#v
5
#v
5
0
0
0
@
0
@
0
@
0
@
0
@
0
@
0
@
! sH! tH!
P
P
P
P
P
P
P
`
p
`
p
`
p
`
p
`
p
`
p
`
p
8 `ñÿ
€
€
€
€
€
€
€
8
•
•
•
•
•
•
•
À
À
À
À
À
À
8
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
X
2
à
à
à
à
à
à
ø
À
ð
ð
ð
ð
ð
ð
2
V
~
Ð
(
à
ð
Ø
è
_H
mH! nH
¦ o
N o r m a l
_H
mH
sH
tH
f
`
f
" óQ‡
1
$
`
$
H e a d i n g
$ „8 „“ dh
@& ^„8 `„“ a$
5 •CJ
] •aJ
mH! sH! `
@
ê4.
H e a d i n g
2
$
¤ð
¤< @& $ 5 •6 •CJ
OJ
PJ
QJ
\ •] •^J
aJ
f
`
f
# óQ‡
3
$
J
$
H e a d i n g
$ „8 „Z dh
@& ^„8 `„Z a$
5 •CJ
] •aJ
mH! sH! J
`
$ óQ‡
H e a d i n g
4
$
¤ð
¤< @&
5 •CJ
\ •aJ
D
@
D
) PJ$
H e a d i n g
5
$ @&
5 •CJ
OJ
QJ
d
`
d
% óQ‡
H e a d i n g
6
$
$
¤È @&
' 6 •B* CJ
OJ
PJ
QJ
] •^J
aJ
ph$?`
\
`
\
& óQ‡
7
$
H e a d i n g
$ „• dh
@& `„• a$
5 •CJ
aJ
mH! sH!
P
`
P
' óQ‡
8
$
H e a d i n g
„­ @& `„­
5 •CJ
aJ
mH! sH!
V
`
V
( óQ‡
$
$
H e a d i n g
„æ @& ^„æ a$
9
5 •CJ
aJ
mH! sH!
D A`òÿ¡ D
D e f a u l t
P a r a g r a p h
F o n t
R i@óÿ³ R
T a b l e
N o r m a l
l 4Ö
aö
( k`ôÿÁ (
0
N o
ö
4Ö
L i s t
\ C@
ò \
* ¦ o
B o d y
T e x t
I n d e n t
$
„h
dh
^„h a$
CJ
OJ
QJ
2 B@
2
+ PJ$
B o d y
T e x t
¤x
T S@
T
, C}Ê
B o d y
T e x t
I n d e n t
3
„h
¤x ^„h
CJ
aJ
6 þO
" 6
×nM
a 3
¤d
¤d [$ \$
CJ
aJ
j š@³ 3 j
×nM
T a b l e
G r i d
7 :V
f þoñÿB f
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
Æ
@
{o(
T
R 4
„T
N u m
)
$
„¬þ7$ 8$ H$ ^„T `„¬þa$
OJ
QJ
^J
_H
mH
sH
tH
4
- íuÇ
Æ
à À!
F o o t e r
. )@¢ a .
íuÇ
P a g e
N u m b e r
N þO
r N
I Á
B o d y - t e k s
$
„h
d
`„h a$
aJ
mH! sH! H þO
‚ H
Æ
I Á
e
d
P a r a - 0
a$
$
aJ mH! sH! > þO ’ >
Ñu[
P a r a - 1
$
„Ð
„0ý^„Ð `„0ýa$
F þO
¢ F
I Á
G a m b a r
QJ
aJ mH! sH! : þ ¢ ± :
$ a$
CJ
OJ
I Á
P a r a - 0
C h a r
aJ
mH! sH! @ þ ¢ Á @
I Á
B o d y - t e k s
C h a r
aJ
mH! sH! > þO¢ Ñ >
Ñu[
P a r a - 1
C h a r
_H
mH
sH
tH
Z R@
â Z
â_»
2
-
B o d y
„h dà
T e x t
¤x ^„h
I n d e n t
CJ aJ N þ ¢ ñ N
- â_»
C h a r
B o d y
CJ aJ
T e x t
I n d e n t
X þ ¢
X
2
ê4.
H e a d i n g
2
C h a r
$ 5
6
CJ
OJ
PJ
QJ
\
]
^J
aJ
p þoñÿ
p
Æ
§"]
¨
N u m
l e v 1
) ! $
„¨ „¬þ7$ 8$ H$ ^„¨ `„¬þa$
F þ/¢ ! F
OJ
QJ
^J
_H
mH
sH
tH
óQ‡
H e a d i n g
1
C h a r
5
CJ
]
aJ
tH
F þ/¢ 1 F
óQ‡
H e a d i n g
3
C h a r
5
CJ
]
aJ
tH
N þ/¢ A N
óQ‡
H e a d i n g
4
h þ/¢ Q h
C h a r
5
CJ
\
aJ
mH
sH
tH
óQ‡
H e a d i n g
6
C h a r
3 6
B* CJ
OJ
PJ
QJ
]
^J
aJ
mH
ph$?` sH
tH
D þ/¢ a D
óQ‡
H e a d i n g
7
C h a r
5
CJ
aJ
tH
D þ/¢ q D
óQ‡
H e a d i n g
8
C h a r
5
CJ
aJ
tH
D þ/¢ • D
óQ‡
H e a d i n g
9
C h a r
5
CJ
aJ
tH
P þ/¢ ‘ P
óQ‡
H e a d i n g
5
Z þ/¢ ¡ Z
C h a r
5
CJ
OJ
QJ
mH
sH
tH
óQ‡
sH
B o d y
T e x t
tH
@ þ/¢ ± @
I n d e n t
C h a r
CJ
OJ
QJ
mH
óQ‡
B o d y
T e x t
C h a r
mH
sH
tH
Z þ/¢ Á Z
óQ‡
sH
B o d y
T e x t
tH
: þ/¢ Ñ :
I n d e n t
3
C h a r
CJ
aJ
mH
óQ‡
F o o t e r
C h a r
mH
sH
tH
8 Z`
â 8
/ óQ‡
P l a i n
T e x t
.
OJ
QJ
J þ/¢ ñ J
. óQ‡
> Q`
P l a i n
>
T e x t
C h a r
OJ
QJ
mH
sH
tH
1 óQ‡
B o d y
T e x t
3
0
¤x
CJ
aJ
L þ/¢
L
0 óQ‡
> J`
B o d y
" >
T e x t
3
C h a r
CJ
aJ
mH sH
tH
3 óQ‡
S u b t i t l e
2
$ a$
CJ
OJ
QJ
J þ/¢ 1 J
2 óQ‡
S u b t i t l e
C h a r
CJ
OJ
QJ
mH
sH
tH
F V ¢ A F
óQ‡
F o l l o w e d H y p e r l i n k
>* B*
ph€ € J "`
J
óQ‡
5
C a p t i o n
„:ý]„:ý
5 •CJ
OJ
QJ
^J
aJ
@ & ¢ a @
óQ‡
F o o t n o t e
R e f e r e n c e
H*
6
`
r 6
8 óQ‡
F o o t n o t e
T e x t
7
H þ/¢ • H
7 óQ‡
F o o t n o t e
T e x t
C h a r
mH
sH
tH
L P`
’ L
: óQ‡
B o d y
T e x t
2
9
dà
¤x
CJ
aJ
mH! sH! D þ/¢ ¡ D
9 óQ‡
B o d y
T e x t
2
C h a r
CJ
aJ
tH B >`
² B
< óQ‡
T i t l e
;
$ a$
5 •CJ
\ •aJ
mH! sH! > þ/¢ Á >
; óQ‡
T i t l e
C h a r
5
CJ
\
aJ
tH
6 U ¢ Ñ 6
óQ‡
H y p e r l i n k
>* B* ph
ÿ @ `
â @
? óQ‡
>
Æ
à À!
H e a d e r
CJ
OJ
QJ
F þ/¢ ñ F
> óQ‡
H e a d e r
C h a r
CJ
OJ
QJ
mH
sH
tH
H ™`
H
A óQ‡ 0
B a l l o o n
T e x t
@
CJ
OJ
QJ
^J
aJ
Z þ/¢
Z
@ óQ‡ 0
sH
B a l l o o n
T e x t
tH
L ³` " L
C h a r
CJ
OJ
QJ
^J
aJ
mH
óQ‡
L i s t
P a r a g r a p h
B „Ð ^„Ð m$
CJ aJ 4 þo
2 4
óQ‡
a 4
C
CJ
OJ
QJ
^J
aJ
N þo
B N
Zn
S t y l e
B* ph
@ þo
1 5
R @
D
$
„h
d,
1$ `„h a$
E
Zn
d,
S t y l e
1 3
1$
B* ph
N þo
b N
Zn
S t y l e
B* ph
PK
E÷…þƒÐ¶Ørº(¥Ø΢Iw},Ò
1 0
F $ „ˆ d,
1$ ^„ˆ a$
! ‚Š¼ ú
[Content_Types].xml¬‘ËjÃ0
ä±-j„4
Éßwì¸Pº -t# bΙ{U®•ã
“óTéU^h…d}㨫ôûî)»×*1P ƒ'¬ô
“^××Wåî 0)™¦Též9< “l•#¤Ü $yi} å ; À~@‡æ¶(îŒõÄHœñÄÐuù*
D× zƒÈ/0ŠÇ° ðûù
$€˜
X«Ç3aZ¢Ò Âà,°D0 j~è3߶Îbãí~ i>ƒ ØÍ 3¿\`õ?ê/ç [Ø ¬¶Géâ\•Ä!ý-ÛRk.“sþÔ»•. .—
·´aæ¿-?
ÿÿ PK
! ¥Ö§çÀ
6
_rels/.rels„•ÏjÃ0
‡ï…½ƒÑ}QÒà %v/¥•C/£} á(•h" Û ëÛOÇ
» „¤ï÷©=þ®‹ùá”ç
šª ÃâC?Ëháv=¿‚É…¤§% [xp†£{Ûµ_¼PÑ£<Í1 ¥H¶0• ˆÙO¼R®BdÑÉ ÒJEÛ4b$§‘q_טž à6LÓõ R×7`®¨Éÿ³Ã0ÌžOÁ¯,åE n7”Liäb¡¨/ãS½¨eªÔ-е¸ùÖý
ÿÿ PK
! ky– ƒ
Š
theme/theme/themeManager.xml
ÌM
à @á}¡w•Ù7c»(Eb²Ë®»ö Cœ AÇ ÒŸÛ×åãƒ7Îß Õ›K
Y,œ
ŠeÍ.ˆ·ð|,§ ¨ÚH Å,láÇ æéx É´ ßIÈsQ}#՝…­µÝ Öµ+Õ!ï,Ý^¹$j=‹GWèÓ÷)âEë+&
8ý
ÿÿ PK
! –µ-â–
P
theme/theme/theme1.xmlìYOoÛ6 ¿ Øw
toc'v uŠØ±›-M Än‡-i‰–
ØP¢@ÒI} Ú〠úa‡ Øm‡a[ Ø¥û4Ù:l Я°GR’ÅX^’6ØŠ­>$ ùãûÿ-©«×îÇ
!)OÚ^ýrÍC$ñy@“°íÝ-ö/­yH*œ ˜ñ„´½)‘Þµ÷ß»Š×UDb‚`}"×qÛ‹”J×—–
¤ ÃX^æ)I`nÌEŒ ¼Šp) ø èÆli¹V[]Š1M<”à ÈÞ ©OÐP“ô6râ= ¯‰’zÀgb I g…Á u••SÙe
bÖö€OÀ†ä¾ò ÃRÁDÛ«™Ÿ·´qu
¯g‹˜Z°¶´®o~ÙºlAp°lxŠpT0­÷ ­+[ } `j-×ëõº½zAÏ °ïƒ¦V–2ÍF•-ÞÉi–
@öqžv·Ö¬5\|‰þʜ̭N§Óle²X¢ d søµÚjcsÙÁ •Å7çð•Îf·»êà
ÈâWçðý+­Õ†‹7 ˆÑä`
- ÚïgÔ
Ș³íJø À×j |†‚h(¢K³ óD-Šµ ßã¢
dXÑ ©iJÆ؇(îâx$(Ö
ð:Á¥ ;ä˹!Í
I_ÐTµ½ S
1£÷êù÷¯ž?EÇ ž ?øéøáÃã ?ZBΪmœ„åU/¿ýìÏÇ£?ž~óòÑ ÕxYÆÿúÃ'¿üüy5 Òg&΋/ŸüöìÉ‹¯>ýý»G ðMGeøÆD¢›ä íó
$”8ÁšK ýžŠ ôÍ)f™w 9:ĵà å£
x}rÏ x ‰‰¢ œw¢Ø îrÎ:\TZaGó*™y8IÂjæbRÆíc|XÅ»‹ Ç¿½I
u3 KGñnD 1÷ N
3Vq%'#q¾ Ã ÓòŠÍ
IB Òsü€•
íîRêØu—ú‚K>Vè.E L+M2¤#'šf‹¶i
~™Vé
þvl³{ u8«Òz‹ ºHÈ
Ì*„ æ˜ñ:ž( W‘ ☕
~ «¨JÈÁTøe\O*ðtH G½€HYµæ–
}KNßÁP±*ݾ˦±‹ Š-TѼ9/#·øA7ÂqZ… Ð$*c?
¢ íqU ßån†èwð N ºû
%Ž»O¯ ·ièˆ4
=3 Ú—Pª•
ÓäïÊ1£P•m
\\9† øâëÇ ‘õ¶ âMØ“ª2aûDù]„;Yt»\ ôí¯¹[x’ì
eW÷
¶)6-r¼°C-SÆ jÊÈ
išd
ûDЇA½Îœ
óùç]É}Wr½ÿ|É]”Ïg-´³Ú
IqbJ#xÌ꺃
6kàê#ª¢A„Sh°ëž& ÊŒt(QÊ% ìÌp%m‡&]ÙcaS l=•XíòÀ
¯èáü\P•1»Mh
Ÿ9£ Mà¬ÌV®dDAí×aV×B™[݈fJÃ­P |8¯
Ö„ AÛ V^…ó¹f
ÌH ín÷ÞÜ-Æ
é" á€d>ÒzÏû¨nœ”ÇŠ¹
€Ø©ð‘>ä•bµ ·–
&û ÜÎâ¤2»Æ v¹÷ÞÄKy ϼ¤óöD:²¤œœ,AGm¯Õ\nzÈÇiÛ Ã™ -ã ¼.uχY C¾ 6ìOMf“å3o¶rÅ
Ü$¨Ã5…µûœÂN H…T[XF64ÌT ,Ñœ¬üËM0ëE)`#ý5¤XYƒ`øפ ;º®%ã1ñUÙÙ¥ m;ûš•R>QD
¢à •ØDìcp¿
UÐ' ®&LEÐ/p¦­m¦Üâœ%]ùöÊàì8fi„³r«S4Ïd
7y\È`ÞJâ•n•² åίŠIù
R¥ Æÿ3Uô~ 7 +ö€ ׸ #¯m
q¨BiDý¾€ÆÁÔ
ˆ ¸‹…i *¸L6ÿ 9ÔÿmÎY &­áÀ§öiˆ …ýHE‚=(K&úN!VÏö.K’e„LD•Ä•© {D
ê ¸ª÷v E ꦚdeÀàNÆŸûžeÐ(ÔMN9ßœ Rì½6 þéÎÇ&3(åÖaÓÐäö/D¬ØUíz³<ß{ËŠè‰Y
›Õȳ ˜•¶‚V–ö¯)Â9·Z[±æ4^næ ç5†Á¢!Já¾ é?°ÿQá3ûeBo¨C¾ µ Á‡ M
 ¢ú’m<.vp “ ´Á¤IYÓf­“¶Z¾Y_p§[ð=alÙYü}Nc Í™ËÎÉÅ‹4vfaÇÖvl¡©Á³'S †ÆùAÆ8Æ|Ò*•uâ£{àè¸ßŸ0%M0Á7%¡õ ˜<€ä· Íҝ¿
ÿÿ PK
!
ѝŸ¶
'
theme/theme/_rels/themeManager.xml.rels„•M
Â0 „÷‚w ooÓº ‘&ÝˆÐ­Ô „ä5
6?$Qìí
®, .‡a¾™i»—•É c2Þ1hª :é•qšÁm¸ìŽ@R N‰Ù;d°`‚Žo7í g‘K(M&$R(.1˜r
'J“œÐŠTù€®8£•Vä"£¦AÈ»ÐH÷u} ñ› |Å$½b {Õ –Pšÿ³ý8 ‰g/]þQAsÙ… (¢ÆÌà#›ªL Ê[ººÄß
ÿÿ PK ! ‚Š¼ ú
[Content_Types].xmlPK ! ¥Ö§çÀ
6
+
_rels/.relsPK ! ky–
ƒ
Š
theme/theme/themeManager.xmlPK ! –
µ-â–
P
Ñ
theme/theme/theme1.xmlPK !
ѝŸ¶
'
›
theme/theme/_rels/themeManager.xml.relsPK
]
–
<?xml version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="yes"?>
<a:clrMap xmlns:a="http://schemas.openxmlformats.org/drawingml/2006/main"
bg1="lt1" tx1="dk1" bg2="lt2" tx2="dk2" accent1="accent1"
accent2="accent2" accent3="accent3" accent4="accent4" accent5="accent5"
accent6="accent6" hlink="hlink"
folHlink="folHlink"/>
3
u
“
ª
´
½
Ä
Ë
Ý
ã
6
O
j
†
¤
¾
È
Ì
Ð
Õ
Ú
ß
ä
ò
÷
L
N
c
w
ƒ
’
ž
¶
]
á
Y
Å
R
„
E
Ó
]
(
†
ç
+
u
€
Ž
•
Ó
Ü
á
ì
1
2
œ
•
ž
³
ú
1
7
Q
Q
Ñ
Y
Æ
à
V
ñ
e- Ý- · ƒ
„! Ø" ˆ# ,$
%
!% 3%
ÿÿÿÿ
8%
W%
e%
{%
’% °%
ÿÿÿÿ9
ÿÿÿÿ
µ%
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ#
Ê%
Ø% Ý%
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿE
ÿÿÿÿC
ÿÿÿÿ<
ÿÿÿÿ8
ÿÿÿÿ6
ÿÿÿÿ4
ÿÿÿÿ2
ÿÿÿÿ1
ÿÿÿÿ&
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿ
ÿÿÿÿ5
ÿÿÿÿ3
ÿÿ
ÿÿÿÿ?
ÿÿÿÿ=
ÿÿÿÿ9
ÿÿÿÿ0
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ@
ÿÿÿÿ>
ÿ7
Υ
ÿÿÿÿF
ÿÿÿÿD
ÿÿÿÿA
ÿÿÿÿ:
ï%
ÿÿÿÿ"
ÿÿÿÿG
B
ç%
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ!
ÿÿÿÿH
ÿÿÿÿ
º%
ÿÿÿÿ
ÿÿ
ÿÿÿÿ§
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿä
ÿÿÿÿý
ÿÿÿÿÚ
×
ÿÿÿÿÛ
ÿÿÿÿÙ
ÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÏ
ÿÿÿÿÇ
ÿÿÿÿ²
ÿÿÿÿ-
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ$
ÿÿÿÿ%
ÿÿÿÿ(
ÿÿÿÿ>
(
ú
†
1
Ø"
ç
7
ˆ#
ÿÿÿÿ¨
ÿÿÿÿ;
ÿÿÿÿ)
O
c
+
Q
,$
j
w
†
ƒ
u
Q
¤
’
€
Ñ
ÿ
ÿÿÿÿ©
ÿÿÿÿ
„!
ÿÿÿÿ³
ÿÿÿÿ®
ÿÿÿÿ«
Ó
]
ÿÿÿÿ±
ÿÿÿÿ¬
ÿÿÿÿ
6
L
N
ÿÿ
ÿÿÿÿ°
ÿÿÿÿ¯
³
ÿÿÿÿÆ
ÿÿÿÿÁ
ÿÿÿÿ¾
ÿÿÿª
ÿÿÿ
ÿÿÿÿË
ÿÿÿÿÂ
ÿÿÀ
ÿÿÿÿÒ
?
ÿÿÿÿÌ
ÿÿÿÿÄ
B
ÿÿÿÿÖ
ÿÿÿÿÕ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÊ
ÿÿÿÿ-
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿØ
ÿÿÿÿÔ
ÿÿÿÿÑ
A
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿþ
Ž
Y
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ:
ÿÿÿÿ=
ÿÿÿÿÿÿÿÿ&
ÿÿÿÿ'
3
u
“
ª
´
½
Ä
Ë
Ý
ã
¾
È
Ì
Ð
Õ
Ú
ß
ä
ò
÷
ž
¶
]
á
Y
Å
R
„
E
•
Æ
Ó
à
Ü
V
á
ì
ñ
1
e-
2
Ý-
œ
•
· ƒ
ž
%
!%
3%
8%
W%
e%
{%
’%
°%
µ%
º%
Ê%
Ø%
Ý%
ç%
ï%
ò%
!
.
:
F
R
^
"
#
/
;
0
<
G
S
_
$
1
2
=
I
H
T
`
%
U
a
>
J
V
b
&
'
(
)
3
4
@
5
A
6
B
?
K
W
c
L
X
d
M
Y
e
*
7
O
[
g
,
8
C
N
Z
f
+
9
D
P
\
ÿÿ
E
Q
]
Υ
"
ÿÿÿÿ
$
$
$
'
¿
©
Î!
f¹
6+
]Í
¢2
—ß
Ê8
£ë
E
3ù
M
ÿ
âT
Ü
([
‰g
în
us
S~
®ƒ
äŽ
Àž
£
—
ö?
O Ba ¶l †y ¡€ é„ l‹ æ“ I–
7š ñœ õ§ µ° ˜² ë¶ Ø½ XÀ ²Ã ¥Å
Ç ¼Ï ÃÚ Žà
í •ö þ
7
•$ ƒ* P6 cE u`
p ”u ×} å€ ¢‚ ì—
5¥
Æ ìÞ ©
O0 XT ga 6• Žµ öÀ ´Ù
ã
ø
ü {
ô
È*
4
ÕH ˜o a‡ Nš ;¢ %« ײ e½ HÍ
â j
{
ô
·
|" Ä'
, S0 d<
H éK ÃL §N kP «R £U 5\ ñ_ öd Ëh ¬k Ío
r °r Tt
t ‘v ›{
¼~ 8Š ë‹ QŽ ™• s• Œ˜ Í
Ï
Ñ
Ó
Ô
Ö
×
Ù
Ü
Ý
ß
á
â
ä
å
ç
é
ë
í
ï
ñ
ó
õ
÷
ù
ú
ý
)
]
¿
2
_
Ñ
5
b
×
8
e
A
g
C
o
ì
E
r
ó
G
t
ù
I
w
ý
K
z
ÿ
M
~
N
ƒ
O
†
Q
Œ
S
‘
U
¦
W
¯
[
·
ß
ä
"
#
%
(
)
+
.
1
4
6
8
;
?
C
J
P
Y
[
\
^
_
c
e
g
j
m
s
…
‡
ˆ
Š
Ž
Â! Å*
Ë8 ñI ØL ‹X \g ¼m o€
ˆ W— Áž ó§ ɳ ä¿ iÐ
ä 3ù •
w
L
X) N0 í; ØI
] aa Äe 8v
{ —
€ •… lŠ Ì“ ËŸ A§
² @² •² »² $³ z³ ʳ
´ [´ ˜´ ´ †¹
=º }º ™º ¼º ܺ
» H» j¾ ¡¿ ^À 'Á ³Ã Üà %Ä YÄ “Ä ÊÄ
Å
/Å
Æ ¬É pÖ ÖÜ Ðé
ô b
¥$ ¢* i6 mH RU -^ Ðl %r •v ¼z R~ ª€
v‚ *• Q• ¼Ž N• ž• S• (’ ¬› 5¥ ݶ ¶Ê
Ú lè š
À
! /%
2 <9 ÊC ŠL ±X
a Öa .m Hy ýƒ ዠו 8£ î¬ c° û¶ î¼ 2½
W½ †½ À½ ð½ O¾ _¾ Ô¾
¿ *¿ •¿ •¿ ³¿ õ¿ _À ”À éÀ õÀ B K
Ì
Ï IÑ ¦Ó aÖ
Ø ¢Ù ‹Ý 3ß ¦ß
à
ã
ø
û
ã
ã «ä •ê Uî /ï 7ï >ï tï
Pø Tø |ø •ø ®ø ±ø íø ðø %ù (ù `ù bù –
Éû Ïû õû
ü %ý -ÿ Œ
®
›
¸
¹
‡
ª
7$ ÿ, ¦- «$. X. q. •. Ü4 m5 ~5 A6 ˜@ »E ÕK £S p[
”
›
Üb
^i
p
Žx
…
“ $ž ·
Ò¢ •¯ >» AÍ ÈÖ
Ø ƒÛ ™á Šä ¶ì •ñ Êÿ ^
³
â
e
‰
¥
Ã
(
j
i
ý
ú" d' ™. ƒ3 t8 h> uD
8H ¸J 5L ×M
P kP ÔP
Q ëQ =S ]S ¢U ¥W áW ÷W -Y VZ —
[ Ï\
^ E_ œ_ À_ ò_
a [b ›b åb !d äd íd Dg om Sr pr °r ~s ot ét cv íx ›{ ³|
¸| Ý} ß} º~ Ê~ M€ j€ ­€ ‡‚ ©‚ ­‚ ó‚ ö‚ 8ƒ ;ƒ wƒ zƒ Àƒ
ƒ &… 7Š N‹ ”Ž
• x‘
“ §—
5˜ Œ˜ Î
Ð
Ò
Õ
Ø
Ú
Û
Þ
à
ã
æ
è
ê
ì
î
ð
ò
ô
ö
ø
û
ü
þ
ÿ
!
.
F
h
"
/
H
i
•
€
—
˜
«
À
j
‚
™
¬
Á
Ô
Ó
é
#
0
J
k
„
š
Â
Õ
ê
$
1
L
l
…
›
®
Ã
Ö
ë
%
3
P
R
m
‡
œ
°
Ä
Ø
í
&
4
ˆ
V
p
‰
•
Ù
î
T
n
±
Å
X
q
+
:
Y
s
¡
´
È
Ü
ñ
,
;
Z
u
•
‹
Ÿ
³
Ç
Û
ð
*
9
Š
ž
²
Æ
Ú
ï
(
7
'
6
µ
É
Ý
ò
v
Ž
¢
¶
Ê
Þ
ô
<
\
x
•
£
¸
Ë
à
õ
=
^
y
•
¤
¹
Ì
á
ö
>
`
{
’
¥
º
Í
â
÷
?
a
“
–
©
½
Ð
æ
û
D
f
•
•
¨
¼
Ï
å
ú
B
d
}
”
§
»
Î
ã
ø
@
c
|
ª
¾
Ò
ç
ü
è
þ
!
/
H
a
y
$
0
I
&
2
K
'
3
L
*
5
M
b
d
f
h
z
{
|
}
~
=¿ U¿ X¿ ƒ" ›"
,
7
N
i
9
O
k
•
ž"
:
Q
l
€
Υ
<
R
n
=
S
o
>
T
p
q
•
‚
ƒ
„
“_ ÿ œ“_ ÿ œ
@
U
A
V
r
†
B
W
t
‰
D
X
u
‹
E
Z
v
Œ
F
]
w
•
G
`
x
•
•
'
!• ! ÿ•€
ðl
ð,
R ð$
&
º0 ^À¬‰Æ zÕÊÿ Ƹ
ð
B
C
-
ÿÿÿÿ
ð(
ð
@ -ñ
ÿÿ™
ÿ €€€ ÷
ðØa
ð
æ
B
ðva
ð
ðº
9
ð’
ð
Ä
8
b+
ð
ð
¼
3
• À À ˆ
¿
ƒ "ñ0
•
•
‘
’
ð`
²
ð
½
c
ð$
•
X
• 9 9 ¿
ÿ
9 b+
ð
ð„
¢
ª
¿
?
?
ð
Ä
ð
8
,
ð
ð
¾
£
ð<
€
M • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ –
g Š ¾
¿
À ÿÿÿ Ë Ÿo ÿ
ð
M
ð4
ð
¿
ð
Ä
8
Å8 b+
ð
ð’
¢
ð
u
N
o-
D
ð
ð
À
£
ð<
€
L • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ –
g Š À
‚ 3³ ¿
Ë jJ ÿ
ð
ð
L
ð’
¢
"ñ
¿
`
ð
S
V
6-
ð
Á
£
ð<
€
K • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ –
g Š Á
‚ 3³ ¿
Ë jJ ÿ
÷$
ð
ð
K
ð’
¢
"ñ
¿
`
ð
S
ž
9-
ð
Â
£
ð<
g Š
Q*
ð
ð
c
ð$
€
Â
J • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ –
‚ 3³ ¿
Ë jJ ÿ
ð
J
ð`
B
"ñ
¿
`
ð
S
÷$
<-
Ã
D
•
ð„
¿
¢
Ë Ÿo
ÿ
?
ð
þ
µ
r
µ
ð
ð
Ä
£
ð<
€
g Š Ä
I • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ –
‚ 3³ ¿
Ë œ1 ÿ
ð
\
‰0
ð
ð
ð
Ù
I
Å
ð
ðº
#
ðt
ð
î
¦.
R
ˆ
# "ñ
•
‘
ð
S
!
L-
#
ð
ð•
¢
ð
Æ
Ã
ðH
€
H • +Ï ‚ –g ƒ +Ï „ –
g Š Æ
• ÀÀÀ ¿
À ÿÿÿ Ë jJ Î
R
ð
ð
H
ðž
¢
ÿ
ð
î
¦
ð
Ç
Ã
ðH
€
g ‡
î
¦.
ð
G
ð
È
c
ð$
D
µ
}.
ð
É
c
ð$
D
H
ð
Ê
£
ð<
€
¿
`
ð
F
ð
Ë
£
ð<
€
¿
`
ð
E
ð
Ì
C
ð
€
ð
D
r7 ×'
ð
J
ð
G • +Ï
Š Ç
•
R
ð`
B
‚ –g ƒ +Ï „ –
ÀÀÀ ¿
À ÿÿÿ Ë Ÿo
ð
B
•
µ
¿
ð
•
¿
Ë Ÿo
ð
ð’
F •
ð
‚
t.
ð’
E •
ð
Ë Ÿo
2
ƒ
9
#
ÿ
ð`
"ñ
?
ð
b-
?
ð
Ö
¿
`
Ù
×
¦
„
‡
Š Ê
¿
Ë œ1
ÿ
"ñ
‡
Š Ë
¿
Ë œ1
ÿ
"ñ
ð
2
‚
Ä
ƒ
þ
„
e!
ð
ð`
D Š Ì
ð¼&
#
ð
B
ÿ
!
ÿ
Ë œ1 ÿ
ðŒ
ð
ð
_
ß
ë
Œ
Z,
!
ð
• À À ¿
ƒ "ñ0
•
•
ð`
ð
‘
’
ª
¿
?
ð
+
²
I
c
ð$
•
r7
X
×'
• 9 9 ¿
ð
ðZ
ÿ
B
?
ð
ß
Œ
ð
S
ðð
ð
D
•
¿
Ë jJ
ÿ
•
‚
ƒ
„
…
ð
$
2
$
ð
c
ðR
‡
ˆ
‰
¿
ð
ô
B @
†Á
C p
‡Á
“
D
ˆ
”
EÁ
‰
•
FÁ
Š
–
•
‹
—Á
€
Œ
˜
• ÿÿÿ ‚
•
Ž
™
š
ƒ ÿÿÿ „
•
•
›
œ
…
‘
@¿
’
- À
Ä
Á
ÅÁ
ÿ - -
Ã
ÆÁ
Ç
–––
È
É
ËËË
Ê
Ë jJ
8c
Ì
8c
Í
Î
ÏÁ
×
?
÷
¿
€
•
‚
ƒ œ1
„
… ðù
†
‡
ˆ
Ð
N
À
Á
 d
Ã
Ä
Å
Æ
Ç
Ì 0íìÿÍ @T‰ Î € Ï €ÿÿÐ
yÿÑ 2
Ò
Ó PÃ Ô
Õ ' Ö p” × °<ÿÿØ
Ù ' Ú p” ÿ
A ¨) B
C
D |¾ E
•
„ |¾ …
ðÿ p
@
@
È
† |¾
É
Ê 0u
‡
ˆ
Ë
@ ¬
¬
¬
¬ €s
"ñ
Œ
¥Á
àÁ
Â
ŒÂ
D
\Å
„
ρ
Ä
ÜÅ
5%
• 0e •
@ ž ÿÿÿÿŸ ÿÿÿÿ
¡Á
¢ ÿÿÿÿ£ ÿÿÿÿ¤
¦ ÿÿÿÿ§ ÿÿÿÿ¿
Ù ÿÿÿÿÚ ÿÿÿÿÛ
ÜÁ
Ý ÿÿÿÿÞ ÿÿÿÿß
á ÿÿÿÿâ ÿÿÿÿÿ
€
ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ
Â
ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ‰ ÿÿÿÿŠ ÿÿÿÿ‹
• ÿÿÿÿ•
•
‘
’
¿
@
A
B ÿÿÿ C
EÅ
FÅ
G
H
I
J
K 5% L
M
N
OÅ
Q
R
S
T
U
W
Y ÿÿÿÿZ ÿÿÿÿ[
] ÿÿÿÿ^ ÿÿÿÿ_
`Å
a ÿÿÿÿb ÿÿÿÿ•
N €
•
‚ ÿÿÿ ƒ
…Å
†Å
‡
ˆ
‰
Š
‹ 5% Œ
•
Ž
•Å
‘
’
“
”
•
—
™ ÿÿÿÿš ÿÿÿÿ›
• ÿÿÿÿž ÿÿÿÿŸ
Å
¡ ÿÿÿÿ¢ ÿÿÿÿ¿
N À
Á
 ÿÿÿ Ã
ÅÅ
ÆÅ
Ç
È
É
Ê
Ë 5% Ì
Í
Î
ÏÅ
Ñ
Ò
Ó
Ô
Õ
×
Ù ÿÿÿÿÚ ÿÿÿÿÛ
Ý ÿÿÿÿÞ ÿÿÿÿß
àÅ
á ÿÿÿÿâ ÿÿÿÿÿ
N
ÿÿÿ
Æ
Æ
P
•
Ð
Æ
Æ
D
\Æ
ÿÿÿÿ- ÿÿÿÿ
EÆ
FÆ
G
Q
R
S
] ÿÿÿÿ^ ÿÿÿÿ_
Æ
H
T
`Æ
ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ
! ÿÿÿÿ" ÿÿÿÿ?
N @
A
B ÿÿÿ C
I
J
K 5% L
M
N
OÆ
U
W
Y ÿÿÿÿZ ÿÿÿÿ[
a ÿÿÿÿb ÿÿÿÿ•
P
ð
<
²
~5
Ü
ð
ðn
¢
ð
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
µ
¾
¥
´
ð
ð’
¢
ð
£
ð<
¿
ð
€
`
% •
ð
%
‚
*
ð˜
8
¢
v
ƒ ºn
,
„ ºn
‡
ð
• ™ÿ3 ¿
Ë jJ
ÿ
"ñ
ð
³
ðB
"ñ
ð
€
¿
$
$ •
`
‚
ð
ð˜
7
¢
ƒ
D
½
„ ºn
j
‡
Š
ð
• ™ÿ3 ¿
Ë jJ
ÿ
ð
³
ðB
"ñ
ð
ð
€
¿
#
# •
`
‚
ð
ðZ
D
ƒ ºn „ ºn
V
û
§
‡
Š
• ™ÿ3 ¿
ð
B
S
ð-
D
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
3
<
3
Ë jJ
ÿ
!
ð
ð
ðn
¢
• ÿ
¿
c
ð$
…
‡
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
É
³
¸
ª
ð
ð
ðZ
B
B
S
ððZ
ð
S
ððZ
ð
S
ððZ
ð
S
ððZ
ð
S
ððZ
ð
S
ððZ
ð
S
ððZ
ð
S
ðÎ!
ð
S
ð+
L
ð
S
ðð
D
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
u1
+
u1
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
ž-
0
ò$
0
ð
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
Ã
3
Ã
U
ð
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
F
3
F
ð
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
c&
3
c&
ð
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
>/
Ê
>/
ð
•
¿
Ë jJ
ÿ
ð
÷
8
÷
¿
Ë jJ
ðZ
ÿ
B
ð
Î!
¿
Ë jJ
ÿ
ð
Ë jJ
B
ÿ
ð
J-
8
J-
Ë jJ
ÿ
ð
ó
B
D
B
D
B
D
B
B
D
B
D
B
D
B
D
•
(
ð
!
D
•
ð
"
D
#
ðZ
B
B
•
¿
ð
B
ðZ
S
ð-
ð
B
D
•
¿
F
ð
(
ó
ç
ð
ð
ðn
¢
$
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
ï%
¾
Þ&
ð
´
ð
ðn
¢
%
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
Y!
¾
I"
´
ð
&
Ã
ðH
–––
€
"ñ
ð
ðž
" • uÝ ‚ ºn ƒ uÝ
¿
`
ð
‹
¢
„ ºn
¾
…
‡
¿
• ÿ
¿
ÿ
¾ð
ð
³
"
ð
ðn
¢
'
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
f
¾
U
ð
´
ð
ðn
¢
(
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
}
Ä
m
ð
»
ð
ðn
¢
)
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
5
·
ó5
ð
®
ð
ðn
¢
*
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
ù0
¾
é1
ð
´
ð
ðn
¢
+
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
Ù,
¾
Éð
´
ð
ðn
¢
,
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
ˆ
·
x
ð
®
ð
ðn
¢
c
ð$
…
±
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
=
-
§
ð
ð
ðn
¢
.
c
ð$
…
‡
• ÿ
¿
ÿ
–––
"ñ
¿
`
ð
•
Q
ð
}
G
ð
ðn
¢
/
c
ð$
…
"ñ
‡
¿
`
• ÿ
ð
¿
Í.
ÿ
J
–––
½/
A
ð
ð„
¢
ð
0
£
ð<
þ(
ð
€
Ê
! • uÝ
Œ.
!
ðž
‚ ºn
ð
¢
ƒ uÝ
„ ºn
Š 0
• ™ÿ3 ¿
Ë jJ
ÿ
ð
ð
1
Ã
ðH
•
€
‚ 0W ƒ
`
ð
ð¤
¿
ð
ð
²3
B
„ 0W ‡
p
r7
Š 1
Ù
¿
• ™ÿ3 ¿
Ë jJ
Ë jJ
C "ñ
ÿ
"ñ
ð
2
£
ð<
€
• uÝ ‚ ºn
ÿ
?
¡& U
ƒ uÝ „ ºn
ð
Ü
Š 2
†
• $$’ ¿
ÿ
•
¿
ð
ð
ð˜
¢
ð
3
³
ðB
"ñ
€
¿
- • uÝ ‚ ºn
`
ð
ß
ƒ uÝ
O
„ ºn
×
‡
Š 3
• ™ÿ3 ¿
Ë jJ
ÿ
D
ð
ð
-
ð’
¢
ð
4
£
ð<
¿
ð
ð
€
`
‚ ºn ƒ uÝ
S
R
0
„ ºn
h €
S "ñð
ð¼
•
h €
S "ñ-
•
ð
• uÝ
2
ð¼
Š 4
• ™ÿ3 ¿
Ë jJ
ÿ
"ñ
¿
• ÿ3
¿
4-
• ÿ3
¿
<(
ð
5
Ó
ðN
jJ
ÿ
k
ð
ð
‚
` •
ƒ
¿
„
ÿ
‡
¿
‚
` •
ƒ
¿
„
ÿ
‡
¿
ƒ
„
Š 5
?
ð
s
Ë
6
Ó
ðN
jJ
ÿ
Š 6
?
¿
ð
|$
Ë
k
ð
ð
ð
ðž
7
Ã
ðH
€
•
"ñ
ð
¿
ðž
‚
`
¢
ð
‡
Ã#
Š 7
k
¿
ð
• ÿ3
¿
Ë jJ
ÿ
ð
8
Ã
ðH
€
•
"ñ
ç
ð
¿
k
ðž
‚
`
ð
¢
ƒ
ð
„
&
‡
Š 8
¿
• ÿ3
¿
Ë jJ
ÿ
ð
9
Ã
ðH
€
•
"ñ
ð
¿
ðž
‚
`
¢
ƒ
ð
„
º+
‡
{/
Š 9
k
¿
ð
• ÿ3
¿
Ë jJ
ÿ
ð
:
Ã
ðH
€
•
"ñ
ð
ð
¿
ðn
‚
`
¢
ƒ
ð
„
‡
G3
‡/
Š :
k
¿
• ÿ3
¿
Ë jJ
ÿ
¿
Ë jJ
ÿ
ð
;
c
ð$
…
"ñ
ð
<
Ã
ðH
€
‡
¿
•
"ñ
ð
`
¿
ð˜
• ÿ
ð
¿
É
‚ ºn ƒ
`
ð
¢
ÿ
Õ
„
ª
–––
¸
Ì
ð
‡
ðž
Š <
~
¿
ð
• ÿ3
ð
=
³
ðB
"ñ
ð
€
¿
• uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn ‡
`
ð
ñ- û
]5 º#
ð˜
¢
Š =
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
ð
>
³
ðB
"ñ
ð
€
¿
• uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn ‡
`
ð
- £- s4 b!
ð˜
¢
Š >
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
ð
?
³
ðB
"ñ
ð
€
¿
• uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn
`
ð
/, \
›3
ð˜
¢
‡
Š ?
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
ð
@
³
ðB
"ñ
ð
€
¿
• uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn
`
ð
V+
Â2 Ô
ð„
¢
‡
Š @
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
ð
A
£
ð<
•
€
• uÝ
‚ ºn
ƒ uÝ
„ ºn
Š A
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
ð
/
ð
E
‡
ð„
ð
¢
ð
B
£
ð<
•
ð
€
8
ü
• uÝ
:
ð’
‚ ºn
ð
¢
ƒ uÝ
„ ºn
Š B
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
ð
ð
C
£
ð<
¿
ð
€
`
ð
• 0W
3
ð’
‚ 0W ƒ 0W
:
ü
Ú
¢
„ 0W
Š C
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
"ñ
ð
D
£
ð<
€
• 0W
•
ð
‚ 0W ƒ 0W
:
3
Ú
„ 0W Š D
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
"ñ
¿
`
ð
ð˜
¢
ð
E
³
ðB
€
• 0W ‚ 0W
`
ð
„
ð
ð˜
¢
ƒ 0W
„ 0W ‡
õ"
Š E
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
"ñ
¿
ð
F
³
ðB
€
`
ð
• 0W ‚ 0W
ð
4
ƒ 0W
¬"
„ 0W ‡
²%
Š F
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
"ñ
¿
ð˜
¢
ð
G
³
ðB
€
• 0W ‚ 0W
`
ð
„
ð
ð˜
¢
ƒ 0W „ 0W ‡
¬" 4
²%
Š G
ð
• ÿÿ™ ¿
Ë jJ
ÿ
"ñ
¿
ð
H
ƒ
ð0
€
• uÝ ‚ ºn ƒ uÝ „ ºn
ð
!1 š
a7 œ
ð
ðJ
2
ð
#
ð
Š H
¿
ð
ÿ
C "ñ
•
¿
ÿ
?
¿
ð
#
ð
ÿ
"ñ
?
ð
ð
ðJ
2
¿
ð
#
ð
ÿ
"ñ
?
ð
ð
ðJ
2
¿
ÿ
"ñ
?
ð
ð
ðn
¢
ð
S
ð-
€
Š
¿
À ÿÿÿ ÿ
# "ñ
¿
ð
` ?
ð
ðb
¢
ð
ð
C
ð
ð
€
Š
À ÿÿÿ ÿ
ðh
¢
"ñ
?
ð
ð
ð
S
ð-
€
¿
ð
Š
À ÿÿÿ ÿ
ðh
¢
"ñ
?
ð
ð
ð
S
ð-
€
¿
ð
ð
˜
ð
¿
Š
À ÿÿÿ ÿ
ðJ
# "ñ
"ñ
?
ð
ð
¿
€?
ð
ðJ
ð
ð
™
ð
¿
# "ñ
¿
€?
ð
š
ð
¿
ð
# "ñ
ð
ðJ
¿
€?
ð
ð
ð
›
ð
¿
ðJ
# "ñ
¿
€?
ð
œ
ð
¿
ð
# "ñ
ð
ðJ
¿
ð
•
€?
@
ð
ð
ðn
B
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
€?
ð
ðn
ð
ð
B
ž
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
€?
ð
ðn
ð
ð
Ÿ
B
@
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
€ €?
ð
ð
ðn
ð
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
B
¿
ð
¡
€ €?
À
ð
ð
ðn
B
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
ð
¢
€?
@
ð
ð
ðn
B
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
ð
£
€ €?
@
ð
ð
ðn
B
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
ð
¤
€?
À
ð
ð
ðn
B
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
ð
¥
€?
À
ð
ð
ðn
B
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
€ €?
ð
ð
ð
¦
ðn
B
À
s
ð*
D
•
¿
Ñ
Ô
Õ
ÿ
# "ñ
¿
ð
€ €?
ð
ð
ð\
§
3
ð
ð
ð
€
& Ë Ÿo
ðb
ÿ
&
"ñ
?
ð
ð
Y Š ¨
ð\
Ë Ÿo
Y
X Ë Ÿo
ð\
ÿ
"ñ
?
ð
ð
X
V Ë Ÿo
ðb
ÿ
"ñ
?
ð
ð
V
W
W Š «
ðV
Ë Ÿo
¢
¨
C
ð
ð
ð
€
ÿ
"ñ
?
ð
ð
©
3
ð
ð
ð
€
ª
3
ð
ð
ð
€
«
C
ð
ð
€
ÿ
"ñ
?
ð
ð
ð
¬
#
ð
€
ð
T Š ¬
T
ðV
"ñ
¢
?
ð
ð
ð
#
ð
€
ð
Q Š Q
ðV
"ñ
¢
?
ð
"
ð
ð
®
#
ð
€
ð
U Š ®
U
ðV
"ñ
¢
?
ð
ð
ð
¯
#
ð
€
ð
S Š ¯
S
ðV
"ñ
¢
?
ð
ð
ð
°
#
ð
€
ð
N Š °
N
ðV
"ñ
¢
?
ð
(
ð
ð
±
#
ð
€
ð
O Š ±
O
ðV
"ñ
¢
?
ð
&
ð
ð
²
#
ð
€
ð
P Š ²
P
ðV
"ñ
¢
?
ð
'
ð
ð
³
#
ð
€
ð
ð
´
#
ð
R Š ³
R
ðJ
"ñ
Ò
?
ð
-
ð
•
ð
#
ð
€ ¿
µ
"ñ
?
ð
#
ð
ðJ
Ò
•
ð
#
ð
€ ¿
¶
"ñ
?
ð
$
ð
ðJ
Ò
•
ð
#
ð
€ ¿
·
"ñ
?
ð
!
ð
ðJ
2
•
ð
#
ð
€ ¿
¸
"ñ
?
ð
ð
ðJ
"
•
ð
#
ð
€ ¿
¹
"ñ
?
ð
ð
ðJ
"
•
ð
#
ð
€ ¿
º
"ñ
?
ð
*
ð
ðJ
"
•
ð
S
ð-
€ ¿
»
"ñ
?
ð
)
ð
ð\
"
G L
H
•
€ ¿
"ñ
?
ð
%
ð
ð\
¢
ð
Ï
3
ð
ð
€
A
A Ë œ1
ð\
ÿ
¢
"ñ
?
ð
-
ð
ð
Ñ
3
ð
ð
€
?
? Ë œ1
ðN
ÿ
¢
"ñ
?
ð
.
ð
ð
Ò
3
ð
ð
ð
€
ð
¿
>
> Š Ò
ð6
ÿ
2
ð
/
ð
Ó
ð
0
ð
ðH
¢
ð
Ô
#
ð
€
ð
< Š Ô
<
ðH
ð
¢
6
ð
ð
Õ
#
ð
€
ð
= Š Õ
=
ðH
ð
¢
5
ð
ð
Ö
#
ð
€
ð
; Š Ö
;
ðH
ð
¢
9
ð
ð
×
#
ð
€
ð
8 Š ×
8
ðH
ð
¢
@
ð
ð
Ø
#
ð
€
ð
: Š Ø
:
ðH
ð
¢
>
ð
ð
Ù
#
ð
€
ð
9 Š Ù
9
ðH
ð
¢
?
ð
ð
Ú
#
ð
€
ð
6 Š Ú
6
ðH
ð
¢
F
ð
ð
Û
#
ð
€
ð
ð
ð
ð
7 Š Û
7
ð6
ð
E
ð
B
Ü
ð
Ñ
Ý
ð
Þ
ð
ð
Ñ
ß
ð
8
ð
ð6
B
ð
ð
Ñ
à
ð
á
ð
7
ð
ð(
B
ð(
B
ð
ð
ð
ð
Ñ
â
ð
ã
ð
ð
4
1
ð
ð
D
ð6
ð
ð
ð6
A
ð(
B
B
B
ð
C
ð
ð(
B
B
ð
ðH
¢
ð
ä
#
ð
€
ð
ð
å
#
ð
5 Š ä
5
ðJ
ð
2
G
ð
¿
ð
#
ð
Ë œ1
æ
"ñ
¿
€
ð
Q
ð
ðJ
2
¿
ð
#
ð
Ë œ1
ç
"ñ
¿
€
ð
P
ð
ðJ
¿
ð
#
ð
Ë œ1
è
"ñ
¿
€
ð
^
ð
ðJ
¿
ð
#
ð
Ë œ1
é
"ñ
¿
€
ð
]
ð
ðJ
¿
ð
#
ð
Ë œ1
ê
"ñ
¿
€
ð
\
ð
ðJ
¿
ð
#
ð
Ë œ1
ë
"ñ
¿
€
ð
[
ð
ðJ
¿
ð
Ë œ1
"ñ
¿
€
ð
Z
ð
ðb
B
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
Y
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
X
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
V
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
b
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
U
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
T
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
e
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
d
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
a
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
`
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
S
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
f
ð
Ò
Ó
Ô
ì
c
ð$
Ð
ð
Ñ
ðb
B
Ñ
ðb
B
í
c
ð$
Ð
ð
î
c
ð$
Ð
ð
ï
Ñ
ðb
€
B
c
ð$
Ð
ð
Ñ
ð\
B
ð
S
ð-
Ñ
ð\
ð
ñ
S
ðÐ
ð\
ð
ò
S
ðÑ
ð\
ð
ó
S
ðÑ
ð\
ð
ô
S
ðÑ
ð\
ð
õ
S
ðÑ
ð\
ð
ö
S
ðÐ
ð\
ð
÷
S
ðÐ
ðb
ð
ø
c
ð$
Ð
ð
ù
B
B
@
B
€
B
B
@
B
B
@
B
€
Ñ
ð\
@
B
Õ
"ñ
¿
€
ð
O
ð
S
ð-
Ñ
ð\
ð
ú
S
ðÐ
ð\
ð
û
S
ðÑ
ð\
ð
ü
S
ðÐ
ðH
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
R
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
W
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
_
ð
Ò
Ó
Ô
Õ
"ñ
¿
€
ð
c
ð
B
B
@
B
¢
ð
ý
#
ð
€
ð
4 Š ý
4
ðH
ð
¢
I
ð
ð
þ
#
ð
€
ð
3 Š þ
3
ðH
ð
¢
J
ð
ð
ÿ
#
ð
€
ð
2 Š ÿ
2
ðH
ð
¢
K
ð
ð
#
ð
€
ð
1 Š
1
ð
ðH
¢
L
ð
ð
#
ð
€
ð
0 Š
0
ð
ðH
¢
M
ð
ð
#
ð
€
/ Š
/
ð
ð
ð
ðN
N
ð
B
S
ðð
Ë œ1
Ò
Ó
Ô
ð
ð
Ñ
ð
3
ð
ð
Ñ
ð
2
Õ
ð
H
ð
ð6
B
ð
ð(
B
ð
=
ð
ð(
B
ð
<
ð
ð(
B
ð
;
ð
ð(
B
ð
:
ð
ðN
¢
ð
ð
ð
ð
ð6
B
ð
3
ð
€
. Š
ð
Ë œ1
.
ð
ðN
g
¢
ð
ð
3
ð
ð
€
, Š
,
ðN
Ë œ1
¢
ð
j
ð
ð
3
ð
ð
€
) Š
)
ðH
Ë œ1
¢
ð
p
ð
ð
#
ð
€
ð
- Ë œ1
ðN
ð
¢
h
ð
ð
3
ð
ð
€
* Š
*
ðN
Ë œ1
¢
ð
l
ð
ð
3
ð
ð
ð
€
ð
ð
Ñ
ð
ð
Ñ
ð
ð
Ñ
ð
ð
ð
+ Š
Ë œ1
B
ð
ð
q
ð
ð6
B
ð
m
ð
ð6
B
ð
o
ð
ð6
B
Ñ
ð
i
ð
ð6
B
Ñ
ð
n
ð
ðH
¢
+
ð6
k
ð
À
@
@
€
ð
#
ð
€
ð
ð
#
ð
( Ë œ1
(
ðH
ð
2
r
ð
€
ð
ð
ð
ðH
#
ð
Š
2
z
ð
€
ð
ð
#
ð
] Š
]
ð
ðH
2
ƒ
ð
€
ð
ð
#
ð
_ Š
_
ð
ðH
2
†
ð
€
ð
ð
#
ð
Z Š
Z
ð
ðH
2
{
ð
€
ð
ð
#
ð
` Š `
ðH
ð
2
‰
ð
€
ð
ð
#
ð
e Š
e
ðH
ð
2
”
ð
€
ð
ð
!
#
ð
' Š
'
ð
ðH
2
s
ð
€
ð
ð
ð
ðH
"
#
ð
Š !
2
u
ð
€
ð
ð
ð
ðH
#
#
ð
Š "
2
t
ð
€
ð
ð
ð
ðH
$
#
ð
Š #
2
w
ð
€
ð
ð
%
#
ð
[ Š $
[
ðH
ð
2
}
ð
€
ð
ð
&
#
ð
a Š %
a
ðH
ð
2
Œ
ð
€
ð
ð
'
#
ð
g Š &
g
ðH
ð
2
™
ð
€
ð
ð
(
#
ð
h Š '
h
ðH
ð
2
›
ð
€
ð
ð
)
#
ð
d Š (
d
ðH
ð
2
“
ð
ð
ð
€
^ Š )
^
ð6
*
À
ð
ð
Ñ
+
ð
ð
Ñ
,
€
ð
ð
Ñ
-
@
ð
ð
Ñ
.
ð
ð
Ñ
/
€
ð
ð
Ñ
0
À
ð
ð
Ñ
1
À
ð
ð
Ñ
2
@
ð
ð
Ñ
3
@
ð
ð
ð
„
ð
B
ð
|
ð
ð6
B
ð
‹
ð
ð6
B
ð
‚
ð
ð6
B
ð
ˆ
ð
ð6
B
ð
’
ð
ð6
B
ð
•
ð
ð6
B
ð
y
ð
ð6
B
ð
…
ð
ð6
B
ð
Š
ð
ð6
B
Ñ
4
ð
˜
ð
ð6
B
ð
ð
Ñ
5
ð
—
ð
ð6
B
ð
ð
Ñ
6
ð
‘
ð
ð6
B
€
ð
ð
Ñ
7
ð
‡
ð
ð6
B
€
ð
ð
Ñ
8
ð
v
ð
ð6
B
ð
ð
Ñ
9
ð
•
ð
ðH
2
#
ð
€
ð
ð
ð
ðH
:
#
ð
Š 9
2
x
ð
€
ð
ð
;
#
ð
b Š :
b
ðH
ð
2
Ž
ð
ð
ð
€
\ Š ;
\
ð6
<
€
ð
ð
Ñ
=
#
ð
ð
~
ð
B
ð
€
ð
ðH
2
€
ð
ð
>
#
ð
c Š =
c
ðH
ð
2
•
ð
ð
ð
€
f Š >
f
ð6
?
À
ð
–
ð
ð
ð
Ñ
@
ð
š
ð
ð6
B
ð
ð
Ñ
A
ð
•
ð
ð6
B
ð
ð
Ñ
B
ð
•
ð
ð6
B
ð
ð
Ñ
ð
•
ð
ðB
B
@
S
ð-
¿
Ë
ÿ
ð
L
®
±
³
·
»
¾
-D ¸D ¹D ºD »D
¿D ÀD ÂD ÃD ÄD ÕD ÖD ÝD ÞD àD -¹ (¹ .¹ 2¹ 7¹ ž½ Ÿ½
½
¡½ ¢½ £½ ¤½ ¥½ ª½ «½ ³½ ¶½ ·½
¾
¾
¾ V¿ œ" ü]
h îX
ïX òX ôX õX öX øX ùX üX ýX
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
Y
?
Y
Y
ü
|
Y
Y
Y
ŠË
\æ
ð
•ò
Æ
W
X
Y
³
´
µ
¶
·
ð
ñ
ò
ó
ô
õ
ö
÷
x
y
z
{
Ê
Ë
Ì
7
¥˜ ¦˜ ª˜ ¬˜ ­˜ ¯˜ °˜ ±˜ ²˜ µ˜
·˜ ¹˜ <š >š ?š Aš Bš Cš Dš Eš Gš qš rš sš tš Èš Éš Êš Ë
š Íš Κ К Òš Óš Ôš éš êš ìš íš îš H› I› J› K› L› N› ‚›
ƒ› „› …› †› ˆ› ‰› Œ•
a
¹
©
§
t
ú
”
€
t
k
¬
ê
à
t
t
6
ß
2
ò
´
²
6
¯
ö
t
D
t
Ú
õ
t
t
™
¨
†
D
ð
t@
þ
t@
‚
÷
™
Þ
þ
Ÿ
¼
ž
î
t@
ü
ð
ô
ò
÷
t@
•
c
‚
A
š
ˆ
¹
9
·
t
˜
t@
£
´
…
p
t@
ü
È
ü
Â
t@
¤
‚
n
Û
I
›
„
´
5
²
t
¦
)
¤
,
´
t@
§
!
À! S
t
©
>
À! (
t
•
À!
t
¬
èÿÿÿç
Ï
Ï
Ã
¡
t@
t
«
ª
S
t
‡
œ
¨
«
¨
”
ò
À!
t
¥
¨
¥
£
À!
t
¥
t@
£
Y
ô
¢
t
ª
t
®
í
ý
º
”
t
¼
@
ý
¯
ô8
t
2
˜+
·
”
H
t
ì1
Œ7
¸
Ü
0*
$6
t
Ð
³
t
´¶
ä*
t
L,
¬
t
-
7
t
÷
t
´
t
¾
²
Ï
µ
A
s
2
/
·
7
s
{
t
m é
°
±
t
Ï
s
»
‘
t
t
!
Ï
´
!
`
°
3
õ
•
º
¸
Ÿ
t€
¼
´
•
X
C
Ð
t
Ó
„
t@
Ü
z
!
â
z
è
z
t
t
ß
è
%
õ
t
Ö
S
‹
t
u
t
ô
|
t
H
õ
Í
‘
ê
|
Ý
`
Õ
è
¹
t‚
´
Ì
Ñ
¨
¤
C
s
4
L
Þ
t
t
t
$
D
t
H
Ó
`
$
t
%
Ô
$
J
Ò
ï
z
Ó
¨
À
â
D
t
”
!
t
m
t
Ó
m
Ó
!
t
,m
t
Ø
ø
L" h
t
Ù
T
d
h
t
á
è
T
è
p
t
ã
H
H
H
d
t
à
H
H
<- H
t
Ú
x
<
€
¬
t
ä
ä
À! r
t
ý
•
Æ
,
t
þ
W
h
ž
6
t
×
t
•
K
•- Ð! t
î
t
ø
p
*
•
û
t
æ
°
Á
û
!
m
,
m
,
!
t
ô
h
t
×
<- H
<- d
t
Û
l
<
t" ¬
t
€ÿÿÿ€
í
t
ÿ
W
¢
•
Ú
~
ñ-
t
å
x
â
t
Š
ž€
º
t
ù
•
•
P
t
ö
t
ñ
`
/
Á
p
t
ð
`
Ÿ
4
Á
à
t
±
5
t
±
t
ë
•
t
é
P
ÔýÿÿÑ
…ÿÿÿt
û
p
©
•
Z
t
î
À
Á
í
Ä
$üÿÿQ
4
‘
±
ï
`
•
•
u
t
t
ú
ì
Õýÿÿt
å
t
ê
è
•
Z
õ
P
t
°
Ü
Ñ
ä
á
•
t
ç
©
Ñ
Ú
t
ô
•
9
Á
z
t
ü
•
ž
t
ó
`
=
•
î
t
ò
ð
Q
^
t
÷
0
"
Á
Ó
t
m
°
t
Œ
•
t
ý
°
{
\
/
t
{
\
ƒ
t
c
t
ùÿÿ\
¡üÿÿt
Œ
Ì
Ù
À!
u
t
°
•
Ì
\
•
t
Ì
°
{
Ì
[
Œ
£
À!
À!
g
t
Œ
ã
t
Œ
¿
t
¨
Œ
Ì
·
t
I
ê
¼
2
H
t
N
t
t
7
t
"
d
€
€
0
Ø
~
Ø ~
Ä
t
x
Œ
t
#
P
!
~
ð-
š
@
t
9
ì
2
¶
å
t
°
H
P
€
t
*
\
i
t
$
t
ûÿÿ
z
<
¼
è
J
|üÿÿP
t
;
0ýÿÿt
Ô
/
\
.
t
8
P
Èûÿÿt
Ð
ý
,
t
Æ
”
D
d
`
t
õ
Û
)
ð-
“
t
1
T
w
t
„
Œ
J
t
W
€
t
6
Ø
-
t
!
ë
t
€
%
W
W
W
l
ô
l
´
•
t
ë
o
2
t
ì
@
!
¼
7
‰
¼
t
ë
+
t
ü
m
:
Ø
t
µ
¸
¸
i
B
t
€
4
.
Ä
i
t
=
d
i
4
…
t
5
Ä
x
Ç
{
K
t
à
{
ô
t
t
(
G
,
œ
t
ã
&
?
i
A
ˆ
à
t
¼
9
Ç
3
{
@
•íÿÿØ
t
H
Ç
ô
t
>
Œ
Iîÿÿt
'
Ä
H
/
t
4
E
••
°
t
ÿÿ
_ P i c t u r e B u l l e t s tj ••
uj
ÿÿ4
»‘
lŽO
¼‘
¬’O
½‘
ì˜O
¾‘
,™O
¿‘
¬ŽO
À‘
l”O
Á‘
l˜O
‘
l“O
Ñ
¬˜O
Ä‘
l›O
Å‘
lšO
Æ‘
¬œO
Ç‘
ì“O
È‘
l™O
É‘
ìš
O
Ê‘
,šO
Ë‘
¥O
Ì‘
,”O
Í‘
ì™O
Α
l•O
Ï‘
lœO
Б
¬šO
Ñ‘
¬“O
Ò‘
|¨•
Ó‘
|¦•
Ô‘
|›•
Õ‘
üŸ•
Ö‘
|¤•
ב
ü¢•
Ø‘
|ž•
Ù‘
ü••
Ú‘
¼¥•
Û‘
<Ÿ•
Ü‘
¼©•
Ý‘
¼ž•
Þ‘
ü¡•
ß‘
ü©•
à‘
ü›•
á‘
¼¢•
â‘
| •
ã‘
|¢•
ä‘
<ϥ
å‘
ü¨•
æ‘
|¥•
ç‘
¼œ•
è‘
<£•
é‘
ü¥•
ê‘
<¡•
ë‘
|ª•
ì‘
¼••
í‘
üž•
î‘
|Ÿ• c
c
‘
‘
¶
¶
Ò‚ Ò‚ S—
ª™ ª™ ¯™ ÿX ÿX Ö¥ Ö¥ Û¥ a½ a½ h½ BÄ BÄ "Ó "Ó ¨ì ¨ì !
!
_
_ •_ •_ ß_ ß_ >f Xf Xf –
f ¡f ¡f Fg Fg Ÿg ¦g µg µg ci ci •o •o ç• ç• ••
"
#
$
%
&
'
(
)
*
+
,
.
/
0
1
2
3
l
l
š
š
¿
¿
Ö‚ Ö‚ W—
®™ ´™ ´™
Y
Y Ù¥ Ý¥ Ý¥ g½ j½ j½ EÄ EÄ &Ó &Ó «ì «ì %
%
'_ '_ ”_ ”_ æ_ æ_ Ef _f _f Ÿf ¨f ¨f Mg Mg ¥g ¨g ¼g
¼g ji ji ™o ™o ð• ð• ••
!
-
!
"
#
$
%
&
'
(
)
*
+
,
.
/
0
1
2
3
8
. . *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €City €9
4 4 *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €place €B
3 3 *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags
€country-region €9
$ $ *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €State €=
+ + *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags
€PlaceName €=
) ) *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags
€PlaceType €
›„
)
4
4
4
4
4
.
.
3
K
J
n
o
Ô
Ó
.
¡
ü
3
.
.
3
«
z
Ù
2
§
3
µ
±
€
Ý
#
:
±
3
$
;
²
.
4
¿
‡
¶
•
Þ
â
E
½
3
.
.
4
4
y
Ø
1
¦
4
4
4
À
ˆ
I
’
™
ï
í
Q
Æ
.
T
O
“
R
Ç
Y
Ï
4
$
.
.
.
ì
K
.
4
4
4
ã
Á
4
.
$
.
0
U
«
ð
[
Ð
4
$
;
Y
µ
ü
a
Ù
4
<
Z
.
.
4
>
b
n
á
4
E
A
c
Æ
Å
m
à
4
4
4
.
.
¶
ý
b
Û
+
.
g
Í
v
ï
F
h
Î
w
õ
}
û
.
€
Þ
8
…
å
.
|
Ä
æ
„
…
ø
<
o
µ
Þ
ì
%
@
‹
?
Š
Ü
"
Ž
ï
*
+
5
;
F
G
Q
R
X
Y
_
`
e
f
i
j
n
o
v
w
€
•
†
‡
•
Ž
”
ë
Ò
#
@
?
•
8
†
7
…
Ñ
î
9
†
Ý
#
•
ù
=
p
¶
ß
(
š
þ
A
x
¿
ä
)
K
«
ó
&
L
¬
õ
-
I
”
æ
T
µ
ú
O
•
ç
)
U
™
ð
/
›
ÿ
[
»
V
¡
ñ
F
¡
B
y
À
å
U
¶
û
G
‚
Ä
î
^
¦
õ
M
¿
H
ƒ
Å
ï
f
Å
g
Æ
o
Ï
Ð
_
§
b
ª
c
«
k
±
²
\
Ï
]
Ð
Ö
ö
N
§
\
¼
ü
V
É
!
O
‡
É
ù
p
t
u
Ó
l
Ô
v
•
Ý
w
»
¼
{
Ã
ý
W
Ê
"
[
ˆ
Ê
ú
)
d
‹
Í
b
c
i
Ü
*
e
Œ
Î
è
2
h
–
Ô
•
é
3
i
¯
Õ
•
•
ž
¤
¥
¬
°
±
¶
¸
½
¾
Æ
È
Ó
Ô
Þ
ß
é
ê
ò
ó
ø
ù
*
+
/
0
4
5
;
A
F
G
L
M
W
X
b
–
£
¥
®
¯
²
³
¼
À
Ê
Ë
Ó
Õ
ü
ý
•
•
Ž
Ð
Ï
‘
Ý
‘
’
ß
Ÿ
•
è
¡
ž
ê
&
•
œ
ð
'
‚
•
ñ
*
‡
ª
÷
+
ˆ
«
ø
5
•
±
ÿ
Þ
ß
é
ê
'
ò
¹
£
í
î
6
Ž
1
–
&
²
þ
ù
'
³
ÿ
p
¹
r
º
€
•
Á
À
‡
Æ
ˆ
Ç
<
E
F
J
K
V
W
h
i
s
t
À
Æ
Ç
Ô
Õ
Ù
Ú
ß
à
ê
ë
<
?
Î
@
Ú
J
M
T
U
l
Ó
–
¿
(
©
¨
÷
;
•
³
ó
¼
¥
2
«
;
Ä
Ë
6
!
O
a
2
b
3
4
D
k
E
m
‰
Š
j
ì
k
î
t
u
‰
“
”
4-
!
ñ! ò!
4' 9'
* ¢* ¸*
, ›, ¤,
ô! ÷! Å" Æ" &# '# 3#
( {* }* †* ‡* •* –
Ä* =+ C+ •+ ƒ+ ¿+ Á+
©, ¿, À, Á, Ç, ô, ú,
6#
,
ˆ#
Š#
,
O,
¿#
T,
Á#
–
H$
I$
K%
N%
-
- ß- ád. h. 30 50 Ê0 Í0 q1 86 96 A6 C6 O6 P6 W6 ]6 w6 y6 ;D
DD JD KD ®D ±D µD ¶D ·D ¸D ËD ÍD ÓD ÕD çD ñD
E "E ,E
DE OE UN VN [N \N ¾N ÀN ÞN ßN ïN ÄO ÅO ÙO ßO
P
P 3P mP nP ‰P iQ jQ ³Q ºQ »Q ÇQ ¡R -R ®R ÆR )S 4S lS —
S ˜S ªS ¬S ¸S ÆS ×S ØS æS ðS ôS
T
T
$T
*T
‡T
ŒT
•T
ŸT
U
U
#U
)U
V
V
W
Y
W
Z
¡W ©W ªW ³W
X
X
Y #Z tZ {Z ÔZ áZ âZ êZ ëZ ôZ õZ úZ 8[ ?[ 8\ <\ 8] =]
ã] ê] 8^ C^ 8_ ;_ \_ ]_ e_ p_ •_ Š_ ¾` É` ä` æ` <a Ba
Ga La Gd Pd Qd Yd Zd ^d _d id jd od pd xd yd •d ‚d Šd
‹d ’d ”d šd ¢d Úh Üh âh ãh ìh ?i Fi Wi Yi Zi _i ÿi
j
j
j gj pj ½j ¾j Ðj Øj ãj åj îj ïj ÿj
k
k
k
k %k &k 0k 5k 8k Hk Tk Yk \k uk vk wk €k ëk ñk
l
-l Œl “l ©l ±l
m %m rm wm ûm üm 4n :n Ln Nn Øn Ýn ån
“o •o žo Ÿo ¸o ½o ]p _p Øp Úp lq nq 3r 5r ær ér ƒs …s
t
t ×t Ùt Bu Du Mu Nu Su Tu Wu Xu `u au ju ku pu ru wu
xu €u •u Œu •u •u –
u œu •u ¢u £u ¬u -u ³u ´u ¹u ºu Äu Æu Õu Öu Úu Ûu Qv Sv
¾v Àv xx yx šx ›x þx ÿx 0y 2y Ãy Äy
z
z «z -z Ýz ßz
çz èz ¬{ ¯{ +| | 3| 4| <| =| D| E| J| K| W| X| ^| _| a| b| h| i| q| r|
€| •| °| ²| Ð| Ò| K} N} Ê} Ì} ä} æ}
~
~ _~ a~ É~ Ë~
Ó~ Ô~ Þ~ ß~ è~ ø~
•
•
•
•
•
•
•
•
•
• )• *• 0• 7• >• ?• H• N• U• V• _• `• e• f•
k• l• s• t• z• {• €• •• “• ”• •• ž• ¦• §• ±• ²• µ• ¶•
¿• À• Å• Æ• Ë• Í• Ó• Ô• ß• à• é• ê• ñ• ò• ÷• ø• ü• ý•
€
€
€
€
•
•
€
€
€ '€ *€ +€ 4€ 5€ ;€ =€ F€ G€ M€ `€ c€ d€ m€ n€
t€ u€ ~€ € ‡€ ˆ€ Ž€ •€ ˜€ ™€ £€ ¤€ §€ ¨€ ±€ ²€ º€ ¼€
À€ Á€ Å€ Æ€ Ï€ Ñ€ Ô€ Õ€ Û€ Ü€ á€ â€ í€ î€ ø€ ù€ ÿ€
•
•
•
•
•
•
• #• $• *• ,• 1• 2• 9• :• B• D• M• N• S• T•
^• _• d• e• m• n• u• v• z• {• ‚• ƒ• ‰• Š• ‘• ’• ˜• ™•
¤• ¦• «• ¬• ±• ²• µ• ¼• Å• Æ• Ë• Ø• Ý• Þ• ã• ä• ì• í•
ô• õ• ù• ú•
‚
‚
‚
‚
‚
‚
‚ -‚ ‚ #‚ $‚ *‚ O… P… V… W… ^… ï† ñ† ’‰ ˜‰
‘• N• O• U• W• •• —
•
“ -“ È“ É“ Ï“ Г Ó“ Õ“ ß“
”
”
ß‹
é‹
SŒ
TŒ
>•
?•
m•
n•
Υ
à“
ã“
ä“
ë“
ì“
ô“
õ“
þ“
ÿ“
”
”
”
”
” -” $” %” +” ,” 4” 5” 7” 8” >” ?” C” E” K” L”
O” P” V”
–
–
– %– &– /– 0– 5– D– n– o– ™– š– À– –
Ö Å– Ë– Ì– Ø– Ù– —š ˜š žš Ÿš ßš àš æš çš
›
› -› › D› E› S› T› _› `› e› f› n› o› u› v› ~› › †› ‡› Œ› •›
½ž ¾ž Äž Åž Ìž Ξ Òž Ôž Þž ßž æž çž íž îž õž öž
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ #Ÿ $Ÿ *Ÿ +Ÿ 0Ÿ 1Ÿ 6Ÿ 7Ÿ >Ÿ ?Ÿ EŸ GŸ MŸ NŸ
UŸ VŸ _Ÿ `Ÿ aŸ bŸ fŸ hŸ mŸ oŸ zŸ {Ÿ ƒŸ „Ÿ ÿŸ
D
E
æ§ ç§ í§ î§ `¬ a¬ g¬ h¬ ‡µ Šµ ‘µ ³µ ¹µ
¶ -¶ ä· å· ô·
ý·
¸
¸ ³¸ »¸ Ú¸ Þ¸ ú¸ ÿ¸
¹
¹ #¹ 0¹ ³¹ ¸¹ í¹ ò¹ º 1º Cº Kº ³º ·º ̺ κ
»
» "» '» » /» }» ‡» ³» µ» ³¼ ¸¼ Õ¼ ܼ ê¼ í¼ §½ µ½ ¸½ ¼½ -¾ (¾ þ
Ò¾
¿
¿ „¿ Š¿ QÀ SÀ [À \À eÀ fÀ iÀ jÀ oÀ •À ˆÀ ‰À •À
ŸÀ ¢À ´À °Í ±Í µÍ ·Í óÍ õÍ ýÍ þÍ
Î \Î eÎ õÎ üÎ 2Ï ,Ð
Ð 7Ð 9Ð XÐ _Ð ‘Ð ˜Ð éÐ íÐ îÐ
Ñ õÑ ýÑ CÒ DÒ LÒ MÒ _Ò õÒ
ûÒ õÓ øÓ <Ô =Ô EÔ FÔ _Ô õÔ üÔ
Õ
Õ Õ
Õ 3Õ äÕ åÕ êÕ ëÕ
Ö
Ö 7Ö 9Ö FÖ GÖ ]Ö õÖ ûÖ ]× f× ÍÙ ÎÙ
ÔÙ ÕÙ ×Ù 5Ú >Ú FÚ PÚ 6Û <Û ïÛ ùÛ
Ü
à
Ü
6Ü
?Ü
gÜ
pÜ
xÜ
ۆ
•Ü
‰Ü
‹Ü
à
à
à
à
à
à &à 'à /à 0à 9à ;à >à ?à Dà Gà óá ôá ýá þá
â gâ mâ gã kã qã rã zã {ã ~ã •ã Šã ‹ã •ã ‘ã —
ã ˜ã
ã £ã -ã ®ã Àã Áã Ðã ëã õã
ä -ä ?ä Fä Lä Nä eä gä
kä xä íä óä þä
å då jå kå {å kæ sæ |æ ~æ -æ ¸æ 'ç +ç
kç tç ¬ç ²ç ºç ½ç Ãç Ìç ×ç Ûç
è
è kè qè zè ‚è ‹è •è
é
é Eé Pé ké pé ìé
ê %ê 0ê ;ê =ê cê mê oê |ê kë së
ì
ì
ì -ì 7ì nì vì ¿ì Áì Þì äì `í bí ní qí rí |í ‚í †í
“í ší ±í ·í Íí Ôí /î :î Wî bî nî uî yî …î šî ¥î ùî
ï
ï
%ï nï yï ´ï »ï 9ð
”ö —
ö ˜ö ¡ö ¢ö £ö ¨ö ©ö
ðö óö ôö ùö úö ÿö
<ð
]ð
dð
nð
tð
1ñ
3ñ
5ñ
7ñ
:ñ
;ñ
“ö
¹ö
÷
Òö
Óö
Øö
Ùö
Ýö
Þö
äö
åö
éö
êö
ïö
÷
÷
ø
ø
ø
÷
÷
÷
÷
÷ ÷ 6÷ 7÷ p÷ w÷ x÷ |÷ }÷ ˆ÷ ‰÷ ’÷ ”÷ —
˜÷ •÷ ž÷ ª÷ «÷ ±÷ ²÷ ·÷ ¸÷ º÷ »÷ À÷ Á÷ Å÷ Æ÷ Ì÷ Í÷ Ò÷
Õ÷ ×÷ Ù÷ Ü÷ Ý÷ â÷ ü÷
ø
ø
ø
ø
ø
ø )ø ,ø 2ø 3ø 8ø 9ø Dø Eø Nø Tø Xø Yø ^ø _ø dø eø hø iø uø •ø
˜ø ™ø žø Ÿø ¦ø ¿ø Âø Ãø Èø Éø Ïø Ðø Óø Ôø Þø
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù
ù %ù &ù *ù +ù /ù 0ù 9ù :ù =ù >ù Jù bù ^
_
c
d
l
Ó
Ô
Š
‹
ƒ
„
Ó
Ö
î
ï
u
v
T
U
•
‚
•
ž
¡
¯
·
¸
œ
•
o
q
°
±
»
¼
K!
$
¬L!
-V!
´X!
µß#
(
½â#
)
ò
‡ ˆ ì
ä# æ#
ó
î
?
-
8
@
<
K
X
l
m
$
(
!$
#$
«%
-%
Ç%
È%
V'
Y'
—'
˜'
(
8
(
( •( —( â) å) 6* 8* â* ã* —+
X. Z. $/ %/ ^1 b1 „2 …2 í3 ï3 *4
˜+
Í,
Î,
Ž-
•-
³-
´-
8
D
8
8
8 k8
IB øC ùC úC
n8
D
²:
D
·:
•<
”<
¤>
°>
„?
…?
„A
…A
ØA
ÚA
GB
D
D
O
D
D
D
D D
D &D 'D (D )D .D 2D 3D 4D 5D ;D <D AD BD HD ID RD SD _D `D bD cD hD
iD nD oD rD sD •D €D ƒD „D ‰D ŠD ”D •D šD ›D žD ŸD «D
¬D ¯D °D ¶D ·D ¼D ½D ÈD ÊD ËD ÌD ÔD ÕD
O O
O
O
O •O ŽO °O
ÎS ÏS ÖS ×S ÷S
±O ¾O ¿O ÛO ÝO îO ñO
T ÃT ÅT ÐT ÒT îT ïT
¶P
·P
¤R
¦R
•S
ŽS
V
V
V
V
&V 1V CV HV IV QV RV VV WV \V ]V bV dV mV nV tV uV zV
“V šV
V ©V ªV ®V ´V ½V ¾V ÇV ÈV ÑV ÒV ØV ÙV ÞV áV êV
ðV ôV õV ÷V øV ýV þV
W
W 'W (W .W /W 4W 5W :W ;W DW EW NW OW XW YW `W fW jW kW
pW qW {W |W •W ƒW ŽW •W –W —
W œW •W ¤W ¥W ªW «W ¸W ¹W ½W ÃW ÈW ÉW ÕW ÖW áW ãW éW ýW
X
X
X
X
X
X
X
X
X X *X +X /X 7X =X ?X HX IX QX RX ZX [X `X aX jX kX rX sX
vX wX ~X €X ‡X ‰X ŒX •X “X •X œX •X £X ¤X ¨X ©X -X ®X
³X ´X ÁX èX íX îX ûX üX þX
Y
Y
Y
Y #Y Y .Y 0Y 1Y 6Y CY HY IY QY RY _Y aY gY hY tY uY ƒY †Y ŒY
•Y –Y —
Y ›Y ¡Y ¦Y ©Y ¯Y °Y µY ¶Y ¿Y ÀY ÄY ÅY ÊY ËY ÎY ÏY ÔY ÕY
ÜY ßY åY æY ïY ðY õY MZ SZ TZ ^Z _Z nZ „Z ŠZ ‹Z ˜Z ™Z
¥Z ¦Z ¬Z -Z ²Z ³Z ¸Z ¹Z ÁZ ÂZ ÅZ ÇZ ÌZ ÍZ ØZ áZ ëZ ìZ
ïZ ðZ õZ öZ ýZ þZ
[
[
[
[
[
[ [
[ +[ ,[ 1[ 7[ @[ A[ H[ I[ Q[ Y[ ^[ m[ q[ r[ w[ x[ }[ ~[
ƒ[ „[ ‹[ Œ[ ”[ —
[
[ ¡[ ¦[ ½[ Æ[ Ç[ Ì[ Í[ Ò[ ï[ ó[ ô[ ý[
\ %\ &\ /\ C\
O\ U\ _\ g\ p\ q\ v\ w\ z\ {\ €\ •\ ˆ\ Œ\ •\ ‘\ ¬\ ±\
´\ ¶\ â\ ç\ ê\ í\
]
] F] K] N] P] ™] •] ž] ¢] -] ®] ±] ²] ¹] º] À] Ç] Î]
Ï] Ö] ×] Þ] ä] ò] G_ J_ |` ‡` î` ò` Ra Sa ¬b -b þb ÿb
±d ²d
e
e 4e 6e ©e ªe .g /g :g ;g ©g ªg
i
i Ði Ñi
\j ]j Ïk Ðk Þk ßk Gl Il Jl Ll äm åm 7n 9n :n <n .o 0o ¥
o ¦o ©p ªp „q …q †q ˆq •q Žq ‘q ¼q ¾q ×q Øq \r nr wr xr
•r ˆr •r •r “r ”r šr ›r ¡r ¢r §r ¨r ®r ¯r ²r ³r ¿r Ér
s
s
s
s
s
s
s
s s
&s 's +s ,s /s 0s 5s ;s As Bs Fs Gs Ps Vs Zs [s _s `s
cs ds is js ws xs £s ¦s ©s
t
t Œt •t µu ¶u .v /v Âv
Äv }x ~x •x ‚x Šx ”x ˜x ™x ›x ¦x ¨x ’y ¡y ¢y ¾y /z 0z
=z >z Hz Iz šz ›z öz ÷z ²{ »{ Á{ Ì{ Í{ Ñ{ ×{ â{ ä{ ê{ ë
{ ó{ ô{ ú{ û{ ÿ{
|
|
|
|
|
}
}
|
|
|
|
$|
&|
)|
*|
[|
\|
†} ‡} Ò} Ó} W~ X~ q~ r~ Œ~ •~ ›~ œ~ Ó• Ô• Ú• Û• ¬• ®•
Ô• Õ• j‚ p‚ {‚ |‚ —
‚ ˜‚
‚ ¡‚ ª‚ «‚
ƒ fƒ gƒ oƒ qƒ
„
„ ƒ„ „„ ˆ„ ‰„ •„ Ž„
™„ š„ µ„ t… z… {… ‚… ƒ… ‹… Œ… “… ”… ™… š… ¡… ¦… «… ´…
Á… Â… É… Ê… Ø… Ù… Þ… ë… ó…
†
†
†
†
†
† '† 5† ;† C† Q† Z† [† _† `† i† j† n† o† t† u† z† |† •†
‚† ˆ† ‰† •† •† •† –
† œ† •† £† ¤† ©† À† Ȇ Ɇ Ά ܆ Ç‹ Ì‹ Í‹ Ï‹ Ø‹ Ù‹
Œ
Œ
Œ -Œ #Œ $Œ
Ž ¡Ž «Ž ¬Ž •’ •’ ”’ •’ œ’ •’ ¡’ ¢’ ¬’ ­’
±’ ´’ º’ »’ ¿’ À’ L“ M“ V“ W“ @” A” N” ^” _” n” o” ñ”
š— ›— ž— Ÿ— ´— Ý— Þ— æ— ç— õ— ö— ú— û—
˜
˜
˜
˜
˜
˜
˜
˜ ˜
˜ &˜ '˜ *˜ +˜ /˜ 0˜ :˜ ;˜ G˜ H˜ R˜ S˜ Y˜ [˜ ^˜ _˜ c˜ d˜
n˜ o˜ x˜ y˜ }˜ ~˜ „˜ …˜ Š˜ ‹˜ ‘˜ ’˜ š˜ ›˜ ¤˜ ¥˜ ®˜ °˜
¸˜ »˜ ¾˜ ¿˜ Ø Ę Θ Ϙ Ú˜ Û˜ ߘ à˜ ç˜ é˜ î˜ ð˜ ø˜ ù˜
þ˜ ÿ˜
™
™
™
™ ë™ í™ ö™ ÷™
š
š
š :› ;› ²œ ³œ ê• ë•
ž
ž
Nž Pž ²ž ³ž »ž Æž Çž Ïž О מ Øž Üž Þž åž æž èž éž ìž
íž îž ïž óž ôž þž ÿž
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ -Ÿ #Ÿ $Ÿ ,Ÿ -Ÿ 6Ÿ õŸ þŸ ÿŸ
*
+
<
=
F
N
V
X
^
_
k
l
w
}
‡
ˆ
Œ
•
’
“
™
¢
ª
«
¶
·
½
¾
Ç
È
Ð
Ñ
Ü
â
ç
è
í
î
ø
ù
¡
¡ /¢ 8¢ 9¢ A¢ B¢ E¢ K¢ T¢ U¢ [¢ \¢ d¢ f¢ m¢ n¢ w¢
x¢ ~¢ ƒ¢ ˆ¢ Š¢ •¢ ‘¢ •¢ –
¢ ™¢ š¢ ž¢ Ÿ¢ ¦¢ §¢ ¬¢ -¢ ´¢ µ¢ ¹¢ º¢ À¢ Á¢ È¢ É¢ Ì¢ Ò¢
Ù¢ ߢ æ¢ ì¢ ò¢ ó¢ ú¢
£
£ -£ $£ %£ ,£ 6£ =£ C£ J£ R£ [£ \£ c£ d£ l£ v£ {£ |£ …£
†£ •£ Ž£ •£ –
£ •£ ££ «£ ¬£ ¶£ ·£ ¿£ À£ Í£ Σ Ñ£ Ò£ Ü£ Ý£ ç£ è£ ò£ ø£
¤
¤
¤
©
©
ª
¬
¬
¤
{¤
3©
r©
ª
‡ª
Ϊ
y«
0¬
™¬
3°
¤
,©
4©
s©
ª
ˆª
Ϫ
{«
1¬
›¬
8°
¤ -¤ (¤ /¤ 0¤ 7¤ =¤ A¤
8© 9© >© ?© H© I© M© N©
z© {© ‚© …© Ž© •© –© —
Uª Vª Zª [ª bª cª kª lª
‘ª ’ª •ª –
Òª Óª ?« @« J« L« Q« R«
|« }« ‚« ƒ« ,¬ ~¬ •¬ •¬ ‚¬ †¬ ‡¬ Š¬ ‹¬
œ¬ ¤¬ ¥¬ ¨¬ ©¬ Ë® Ì® Ô®
9°
G¤
L¤
M¤
R¤
S¤
n¤
p¤
z¤
W©
X©
^©
_©
g©
h©
k©
l©
oª
pª
uª
vª
~ª
ۻ
•ª
‚ª
U«
V«
b«
c«
i«
j«
v«
w«
Ž¬
Õ®
•¬
ê®
—
ë®
ý®
þ®
|¯
•¯
1°
±
±
±
± „± ‰± ’± “± ˜± ™± ¤± ¥± §± ¨± ¯± °± µ± ·± ¿±
À± ± ñ ȱ ɱ ͱ α Ö± ×± ܱ ݱ Þ± ß± â± å± é± ê± ð±
ñ± ù± ú± ü± ý±
²
²
²
²
²
²
²
²
²
² ˜´ ™´ •´ ž´ Å´ Ç´ Ù´ Ú´ vµ xµ
Öµ ص áµ âµ
¶
¶ %¶ &¶ h¶ j¶ s¶ t¶ ¸¶ º¶ ö Ķ
·
·
·
·
· ¹ (¹ )¹ 7¹ 8¹ ?¹ @» A» J» K» P» Q» U» X» _» `» d»
l» o» q» v» x» {» |» €» ‚» ‡» ˆ» ‘» ’» •» –
» ±» ¸» ¿» À» É» Ë» л Ñ» Ú» ß» å» æ» é» ð» ö» ÷»
¼
¼
•µ ‚µ
·
e»
k»
ú»
¼
¼
¼
¼
¼ !¼ )¼ 0¼ 1¼ 5¼ :¼ >¼ B¼ I¼ J¼ N¼ S¼ W¼ _¼ d¼
e¼ k¼ l¼ u¼ {¼ €¼ •¼ ‡¼ ˆ¼ ‘¼ ™¼ •¼ ž¼ ¤¼ ¥¼ -¼ ³¼ ¸¼
¹¼ ¿¼ À¼ ȼ μ ؼ Ù¼ ß¼ à¼ ê¼ ï¼ ô¼ õ¼ ÿ¼ /½ 6½ 7½ œ½
ž½ ¦½
¾
¾ j¾ —
¾ Ÿ¾
¿
¿ <¿ =¿ Y¿ Z¿ f¿ g¿ w¿ ö¿ ÷¿ Ñ í ï õ öÂ
Ã
Ã
à ÓÄ ÔÄ XÅ ZÅ ŽÅ •Å
È
È
È
È
È
Í
Ï
Ù
È
È
È
¸Í ºÍ •Ï
¥Ï ¦Ï ©Ï
•Ø –Ø ŸØ
-È /È 0È wÈ xÈ wË xË 4Í 5Í yÍ zÍ
–
ªÏ „Ñ …Ñ •Ñ ‘Ñ VÔ WÔ ^Ô _Ô C× D×
Ø ©Ø ¬Ø ²Ø ³Ø ÆØ ÇØ ÏØ ÐØ ÙØ ÚØ
–
I×
J×
_×
`×
Ù
Ù
Ù
Ù
Ù
(Ù )Ù 0Ù
¿Ü ÀÜ þß
à
à
à dà
î ¡î ¢î «î
ï
ï
ï
Ù
1Ù
à
eà
”
Ù
5Ù
oà
¹î
6Ù
à
pà
Ȕ
<Ù
>Ù
CÙ
DÙ
GÙ
HÙ
[Ù
]Ù
³Ü
´Ü
¹Ü
ºÜ
uà
Äî
wà
Åî
Öá
Êî
×á
Ëî
%î
ëî
&î
ìî
.î
óî
1î
ôî
–î
öî
—
֔
ýî
þî
ï
ð
ð
ï
ï ð
ð
ð jð kð pð qð vð wð •ð ‚ð ˆð ‰ð Œð •ð –ð —
¡ð ¢ð ³ñ ´ñ
ò
ò
ò -ò %ò &ò ßò ãò ðò ñò ùò úò Oó Pó
Zó [ó Ëô Ìô Ïô Ðô Óô Ôô 5ö 6ö Ú÷ Ü÷ ã÷ ä÷ æ÷ ç÷ „ø …ø
Šø ‹ø •ø Žø ¥ù ¦ù þú ÿú
û
û
û
û
û
û
%û &û åû æû ïû ðû I
à
á
ú
û
þ
ÿ
Ò
ý
7
:
?
@
|
~
‡
ˆ
‹
Œ
b
L
Ó
Q
R
ü
U
V
_
`
f
g
k
l
c
.
¼
6
È
7
É
A
Ö
D
×
P
Ü
Q
ä
V
ì
W
÷
Š
ü
‹
’
“
–
—
1
3
†
‡
Z- f- g- r- s- y- z- |- }- •- ‚- •- Ž- •—- Ÿ- ¡- ¤- ¥- -- ¯- ¹- º- Ì- Í- Ó- Ú- Ý- Þ- å- æ- ìí- ô- õ- ø- ù- ÿ-
> ? ˆ Œ • •ƒ" ¤" „% †% ‰% Š% ’& “& Œ' Ž' Å( Æ( h* i* V, W, ‰, Š,
P. R. f. i. ‰/ Š/ U4 V4 ƒ4 …4 ‰5 Š5 ß7 à7 +8 08 9 !9 49 79 ‰; ‹;
<
< ‰> Š> ì> í>
?
? é? í? ™B ›B ìD
íD “F ”F 2H 3H
I
I ˆI ‰I ÑI ÕI RK \K UM VM @O LO ˆO
‰O ˆP ‰P àQ áQ -V ®V 4X 5X ˆX ‰X åY îY
\ !\
]
] ü]
^ #^ $^ â` ã` b +b ,b 0b 1b 2b rc sc Ðd Ñd 5f 6f gg hg
h
h 2h 7h Ðh
Úh
i i
i *i ,i 5i 6i >i @i Ii Ji Pi Wi \i ]i ei fi li mi si ti
zi {i €i •i Ši ‹i •i ži
i ¡i ¥i §i ´i µi »i ¼i ¾i ¿i
Äi Åi Èi Ëi $j %j ‡j ‰j •j •j –j —
j
j ¡j «j ¬j ²j ³j ¹j ºj ¿j Àj Ëj Ìj Ùj Új åj æj îj ðj
öj ÷j ýj þj
k
k
k
k
k
k -k $k 1k 2k 6k 7k Dk Ek
Ik Jk Pk Qk Vk Wk ck dk mk nk xk zk €k •k ‡k ˆk ‘k ’k
˜k ™k Ÿk
k §k ¨k ®k ¯k µk ¶k »k ¼k Âk Ãk Òk Ók Úk Ûk á
k âk åk æk ëk ìk ök øk ûk ük
l
l
l
l
l
l
l
l
l !l
2l 3l 9l :l Cl
•l ‘l —
l ˜l Ÿl
l ¦l §l
ël ðl ñl ÷l øl
m .m 5m 6m 7m 9m
st }t ~t
"l
Dl
,l
Vl
\l
al
ql
wl
xl
•l
‚l
¬l
m
Am
-l
m
Cm
³l
m
Km
´l Ãl Äl Êl Ël Ùl
m m
m &m )m Lm ¸m »m ¼m ¾m :n
Úl
ßl
àl
êl
;n
Fn
Gn
pt
bl
hl
jl
pl
u
u
u
u
u
u 'u (u 0u 1u :u ;u Au Bu Hu Iu Nu Ou Qu
Ru Uu Wu ]u ^u bu eu ku lu wu xu €u •u Œu Žu —
u ˜u Íu Ðu Öu ×u âu ãu ëu ìu
v
v
v
v
v
v Lv Mv Pv Rv _v `v ev fv pv qv yv {v „v …v
²v ´v ¸v ¹v »v ¼v ¿v Àv Êv Ëv Ív Îv Ôv Õv Úv Ûv æv èv ñ
v òv ýv þv
w
w
w
w
w
w
w
w
w -w %w &w +w ,w 0w 1w 9w :w Dw Ew Jw Kw
aw bw gw hw nw rw |w }w †w ‡w •w ‘w ˜w šw œw žw
'x (x 6x 7x Ex Fx Ix Jx Šx ‹x ’x “x –x —
x §x ªx ²x ³x ½x ¾x Àx Áx Æx Çx Êx Ëx Ñx Òx Ùx Úx
ãx åx íx îx ÷x øx
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y
y "y #y %y 'y y .y :y ;y ?y @y Iy Jy Ny Oy Ty Uy dy ey jy ky ry
wy •y ƒy ‹y Œy ‘y ’y šy ›y ¡y ¢y ¬y -y ¹y ºy Ãy
Èy Ìy Îy Öy ×y ày áy ëy ìy îy ïy òy óy ûy üy
z
z
Ww Xw
#x $x
Ýx
Þx
y
sy vy
Äy Çy
z
z
z
z
z -z !z #z )z *z /z 0z 5z 6z Cz Dz
\z ]z ez vz |z }z –
z ˜z ¢z £z ®z °z Ð~ Ñ~ „ Ä
…
… êˆ ëˆ …™
?• ‘¤ “¤ œ¤ •¤ ç« ë« ñ« ò« ûÅ üÅ uà và þæ
ûè »
Mz
Nz
Sz
Uz
†™ 1• 5• <•
ç ñç òç úè
¼
Á
Â
Ì
Í
ÿ
ä
ª
å
i
¬
k
²
t
³
u
û
ü
‚
-
„
-
•
Ž
!
"
Ú
Ü
•
Ž
÷
ø
`
b
g
h
›
•
¡
¢
æ
è
ì
í
/
¥
§
Û' Ü' N( P( V( W( !+ "+ 95 :5 ²R µR »R ¼R ðX
-Y ˜Y ›Y ¤Y ¥Y ´Y µY «] ¬] Ì] Í] ¾_ À_ €j •j €w „w ‡w
ˆw “w ”w
|
| 8• 9• êƒ ëƒ 9† :†
˜ ¡˜ ­˜ ®˜ æ˜ ç˜ T¨
U¨
Ç
Ç [Ç \Ç ¤Ç ¥Ç ÐÇ ÑÇ éÇ êÇ ðÇ òÇ üÈ ÿÈ
É
É ’Ë •
Ë ¾Ú ÁÚ ÆÚ ÇÚ ‰à Šà ’à “à \á ]á €á •á ‰á Šá ¾á ¿á Æá Çá
Òâ Óâ úã ûã +æ ,æ •ç ‚ç ™ç šç Æë Çë
ð
ð
%ð (ð zó {ó •ó
;û =û ¯ý °ý ¦
“ó
ô
ô
¬õ
®õ
µõ
¶õ
“ø
•ø
õø
öø
ýø
þø
§
º
¼
™
m.
G
G
š
n.
Ð
¡=
Ò
¢=
s
-=
v
®=
8# =# í# î# N$ «$
Æ@ Ç@ —B ™B •B žB
(
(
D.
G.
d.
e.
¿I ÁI ÅI ÆI XO YO ®R °R ¹R ºR =U @U EU FU ‚W „W •W ŽW
XX ZX aX bX ø[ ù[ ”^ –^ š^ ›^ Žc •c —
c ˜c "e #e *e +e ›g žg
g ¡g Æl Çl ál âl Œ† •† 2š <š =š
oš uš Æš M› €› ‡› Ì› •§ ’§ ž§ Ÿ§ »§ ¼§ ק ا Ú« Û« ç«
è« R- S- ?® @® „¯ …¯ <³ >³ C³ D³ eµ fµ kµ lµ
·
·
·
· üº ýº
»
» ì» í» ô» õ» ľ ƾ Ò¾ Ó¾ ÑÀ ÓÀ ãÀ äÀ v x
 ~ •Â
Ã
à Ñà Òà AÄ BÄ HÅ IÅ ëÅ ìÅ ÜÆ ÞÆ PÈ
pË ÇÌ ÉÌ ÈÍ ÉÍ ~Î •Î ôÏ üÏ
Ð
Ð ïÐ
Ñ PÓ QÓ |é •é h
j
k
m
t
u
|
}
~& •& a+ d+ M. P. ;9 <9
@
@
@
@
%^ '^ >^ @^ F^ H^ \^ ^^ k^ n^
`
`
`
` Ê` Ì` ä` æ` þ`
a
a
a (a *a ]a _a
ed fd pd qd wd yd §d ©d Ãd Åd Íd Ïd
e Ve Xe _e ae le oe se te Ýe àe êe íe
Zg ]g dg eg Ëg Íg Õg Ög àg ág çg ég
h
h
h
h
h
h %h 'h .h 0h 6h 8h >h @h
žh
h §h ©h ¯h ±h µh ¶h »h ¼h ¿h Àh
Ùh Úh Þh áh èh êh ðh óh ÷h ùh úh üh
i
QÈ
éC
2É
ëC
4É
iÊ
H
H
lÊ
å\
nË
ö\
Ša •a “a ”a úb ûb
e
e #e %e +e <f >f _f bf hf jf
ög ÷g ùg ûg
h
h
Fh Gh •h ’h ™h ›h
Èh Éh Íh Îh Õh Öh
i
i
i
i
i
i
i %i 'i /i 0i 9i :i ?i @i Fi Gi Ni Oi Xi Yi
\i ]i ai ci ji li ti vi yi zi €i •i ³i ¶i ºi »i ¼i ¾i
Éi Êi Ñi Ói Öi ×i Úi Ûi äi åi ïi ði ÿi
j
j
j
j
j
j
j
j
j &j (j /j 0j Lj tj uj vj vj xj xj yj yj {j
|j ~j •j •j ‚j Šj •j —
j šj ›j ªj «j ¯j °j »j ½j Ìj Îj Új Ûj
k
k
k
k ,k .k 3k 4k Ck Ek Nk Ok Wk Xk ^k _k ek fk wk
xk }k ~k ¡k ¢k «k ¬k ±k ²k Ðk Ñk ék êk
l
l
l !l >l ?l Xl Yl bl cl fl gl jl kl ol pl tl ul yl zl ~l
•l Œl •l ‘l ’l ›l œl Ÿl ¡l ål êl ýl ÿl
m
m
m 'm 2m
3m 8m 9m ?m @m Fm Gm Pm Qm Xm Zm _m am gm im lm mm tm
um {m Šm ”m •m ™m šm ¡m ¥m ¬m ²m µm ¶m Âm Ãm Ém Êm Ðm Ñ
m Ùm Üm àm æm ëm ìm öm ÷m ým þm
n
n
n
n
n
r
}
n
n
n !n %n 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{
!} •• ‚• Å• Æ•
‚
‚
‚
‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚
|‚ †‚ ‡‚ Ë‚ Ì‚ Ì‚ Í‚ 6ƒ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ Nƒ ƒƒ Šƒ ”ƒ –
ƒ ¹ƒ Àƒ ˃ Òƒ êƒ óƒ !„ *„ Û„ ã„ ë„ í„ !… '… \… c… i… m…
ã… ë… ñ… õ… Q† R† `† a† y† {† €† •† Š† ‹† ‘† —
† š† ž† £† ¨† ¬† ¯† ´† µ† »† ¼† ņ Ȇ ͆ Ά Ô† Õ† ݆ Þ†
ã† ä† î† ñ† ÷† ü† $‡ ,‡ 8‡ :‡ K‡ L‡ q‡ r‡ Š‡ •‡ ˜‡ ›‡
¦‡ §‡ ¬‡ ­‡ ²‡ ³‡ »‡ ¼‡ Ƈ ч Ö‡ ׇ å‡ ì‡ ÷‡ ø‡ þ‡
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
‰
ˆ &ˆ ,ˆ 4ˆ 5ˆ =ˆ >ˆ Bˆ Cˆ Lˆ Mˆ Oˆ Pˆ Uˆ Vˆ aˆ cˆ lˆ mˆ vˆ wˆ
}ˆ ~ˆ ‚ˆ ƒˆ Šˆ Œˆ “ˆ ”ˆ •ˆ žˆ ¤ˆ ªˆ ­ˆ ²ˆ ·ˆ »ˆ ¿ˆ ˆ
Lj Ȉ Έ ψ ؈ ܈ àˆ áˆ çˆ èˆ ðˆ ñˆ ûˆ
‰
‰
‰
‰
‰
‰
%‰ 2‰ I‰ M‰ `‰ x‰ ‰‰ ˜‰ §‰ ®‰ ¯‰ µ‰ ·‰ Á‰ ‰ ȉ ͉
׉ à‰ á‰ î‰ ï‰ õ‰ ö‰ $Š +Š QŠ [Š dŠ iŠ |Š Š ’Š —
Š äŠ îŠ ôŠ
‹
Ö‰
‹
‹
-‹ #‹ $‹ .‹ 7‹ 8‹ A‹ B‹ K‹ L‹ T‹ Z‹ _‹ d‹ „‹ •‹ •‹ ›‹ •‹ Ì‹ ׋
Ú‹ â‹
Œ Œ )Œ *Œ Œ .Œ 2Œ 3Œ =Œ >Œ CŒ FŒ JŒ NŒ SŒ WŒ [Œ _Œ dŒ gŒ kŒ oŒ tŒ
xŒ |Œ €Œ …Œ ŠŒ •Œ •Œ šŒ
Œ ¥Œ ©Œ ­Œ ±Œ ´Œ »Œ ÀŒ ÍŒ ÒŒ
ÖŒ ÚŒ áŒ äŒ êŒ ïŒ óŒ ÷Œ ýŒ
•
•
•
•
• #• )• *• 3•
4• 9• ?• B• H• N• O• W• X• ]• `• c• w• ‚• ƒ• ˆ• ‰• Œ• •
• —
• ™• ž• Ÿ• «• ¬• ±• ³• ¶• ·• Á• • Ë• Ì• Ñ• Õ• Ú• Û• è•
é• ð• ñ• ô• ù•
Ž
Ž
Ž
Ž
•
•
•
Ž (Ž 2Ž 3Ž <Ž =Ž BŽ EŽ IŽ PŽ TŽ XŽ aŽ bŽ hŽ rŽ yŽ zŽ
Ž ‚Ž †Ž •Ž •Ž šŽ £Ž ¤Ž ©Ž ³Ž ºŽ »Ž ÀŽ ÇŽ ÑŽ ÒŽ ØŽ ÙŽ
ÞŽ ߎ ãŽ äŽ íŽ îŽ óŽ ýŽ
•
•
•
• •
*• +• 0• 1• 6• 7• @• M• T• X• _• e•
„• …• Œ• •• ‘• ’• ™• š• ¤• ©• Š• ••
k•
l•
s•
{•
~•
••
.
¯
·
0
;
A
ì
Œ
˜
¡
¾
¿
¨
¸
‡
ˆ
K
•
›
½
½
À
ü
ý
4
5
¸
¼
r
²
³
V W
!
K
M
¬
Ä
Í
Î
j
k
¤
¥
¿
À
p-
q-
!
ñ!
ò! Ä" Æ"
%
% 3' 9' x* z* Ÿ* ¢* Â* Ä*
,
,
e. h. Ê0 Í0 85 95 26 y6 ä6 å6 .7 07 b7 c7 ª7 ¬7 ê7 ì7
J8 K8 •8 “8 û9
:
< ÊB ÏB 6C :C ÛC ßC DD ¬D ±D ·D ÆD
ÔD âD ðD
E "E #E ME OE XF ZF –
G ˜G ¾I ÀI
K
K NN ON ŠP ‹P
Q
Q <Q =Q fQ gQ †Q ‡Q ²Q
³Q TR UR sR tR
R ¡R
S
S 'S (S "U #U ŠV ‹V sZ tZ
\
\ â] ã] [_ ]_ ˆ_ Š_ ä` æ` †c ‡c Óc Ôc Ed ¢d ÿd
e je
ke »e ¼e Úh Üh ½j ¾j ûm üm ”o •o ¸o ½o èr ër Cu Du qu r
u Åu Æu Rv Sv ¿v Àv
w
w “w ”w çw èw nx ox šx ›x Þz âz
| ±| ²| Ñ| Ò| L} Q} Ë} Í•
€ =€ »€ Æ€ Ô€ ,• ¥• ¶• º• 4‚
Ž‚ Ò‚ Ö‚ Qƒ Zƒ Z„ ^„ •„ ‘„ F… =† >† 2‡ 3‡ ï‡ ð‡
‰
‰
’‰ ˜‰ ß‹ é‹ ‹• ’• ñŽ óŽ C• D• V• W• •• ‘• ¤• ¥• ¶• ·•
• Õ á• â• ú• û•
•
• =• >• e• f• •• —
• È“ É“ +• ,• O• P• i• j• ‘• ’• ¹• º• ê• ë•
– D– n– o–
™– š– À– Ù– R— S— Ì— Í—
+˜ ^˜ n˜ ™™ •™ ’š š Ú ßš àš
›
› D› E› ~› › «› ®›
¹œ ºœ Bž Cž nŸ oŸ zŸ ôŸ ÿŸ i
t
õ
¡ —
¡ ñ¡ ò¡ •¢ •¢ ø¢ ¢§ ¦§ ⧠P¨ Q¨ x¨ y¨ þ¨ ÿ¨ û© ü© ¢« ¤«
È« É« ]- _- ý¯
° e± i± ²± ³± ô± õ± C² D² •² –
² L³ M³ Ž³ •³ ý³ þ³ x´ y´ ø´ ù´ ?µ @µ †µ ‡µ
¶
¶ ã· å·
.» /» -¾
¾ ƒ¾ „¾ ¾ ľ
¿
¿ PÀ SÀ [À ´À ¤Á ¥Á ñÁ òÁ ±Â ²Â %à 'Ã
WÅ YÅ }Å ‚Å hÈ iÈ %Ê &Ê 8Ì :Ì ¨Í ªÍ ôÍ õÍ [Î \Î ûÎ üÎ
1Ï 2Ï gÏ hÏ WÐ XÐ èÐ éÐ CÒ DÒ <Ô =Ô
Õ
Õ äÕ åÕ 8Ö 9Ö
v× 1Ø 3Ø YØ ÏØ ÐØ þØ 9Ù OÙ ÉÙ
Ü
Ü fÜ ‹Ü ’Ü ™Ý ŸÝ ZÞ bÞ
á Já Ká íá îá
ã
ã kã £ã Àã
Êã yå {å Væ Wæ
è
è zê |ê
ì
ì 7ì 8ì „í †í 2ñ 4ñ Oñ
Pñ ƒñ „ñ
ó
ó +ö ,ö ¢ö £ö Òö Óö
÷
÷ 6÷ 7÷ o÷ p÷ Ô÷
Õ÷ ü÷ Tø Xø +ù /ù cù Hú 7û ;û Zþ
ÿ M
T
V
•
‚
®
+
,
‰
‹
v
w
t
v
œ
•
Û
Ü
·
¸
Ä
Å
‘
’
Þ
ß
;
<
‚
ƒ
§
¨
S
T
Æ
Ç
ö
÷
(
)
¥
¦
º
¼
a
b
'
)
Y
£- ¤- ¿- ÀK! L! W! X! c! d! o! p! ¡! ¢!
!$ #$ «% -% Æ% È% ³& ´& X' Y'
@
(
B
K
W
("
X
”
)"
`
a
k
• è é 9
4" 5" Þ"
m
®
¯
<
ß"
ß#
â#
(
+
M(
N(
ã)
å)
7*
8*
Ÿ*
*
+
>
–+ ˜+ ª+ «+ •- •X. Z.
/
/ Ì/ Í/ •0 •0 ]1 b1
)4 *4 œ4 •4 •5 •5 õ5 ö5 ô7 ö7
.> £> °> ×A ÚA ÷C
uK ŽN •N *Q +Q úS
¥F
T
«F
U
¨2
8
©2 63 73 ©3 ª3
8 ´: ·: •< ”<
ì3
=
G ~G •G FH GH 4I 5I šI ›I
U <U =U kU lU žU ŸU ÁU ÂU
ï3
=
tK
V
Z
&V
6V
W
'W
ãW
îW
ßY
Z
]
LZ MZ SZ ÍZ ÛZ Œ\ ¯\ ±\ å\ ç\
] I] K] ›] •] Ã] Ç] ä] ò] ~` ‡` èb éb ±d ²d ¿d Àd öf
÷f
i
i 'i (i ‰j Šj Fl Il Ul Vl 7n 9n Cn Dn ‰o Šo ƒq
…q ¼q ¾q Öq Øq >r ?r [r Ér
s xs ¢s ©s Bt Ct Œt •t ÿt
u Nu Ou xu yu ´u ¶u
v
v Ev Fv Âv Åv –
x ˜x ¦x ¨x ùy úy /z Iz šz ›z öz ÷z m{ n{ ±{ *| Z| \| •}
•} Ò} Ó}
~
~ *~ +~ =~ >~ W~ X~ q~ r~ Œ~ •~ ›~ œ~
•
Ž
• h• i• Ì• p‚
„
„ s… Ì‹ (Œ •Ž –
êŽ óŽ š• ¤• Ž• •• –• =‘ >‘ é‘ ê‘ 6” 7” (• )• ±• ²• D–
E– -– ®– 5— 6— •— ‘— Ê— Ë—
Z˜ [˜ º˜ »˜
™
™ ‰™ Š™ ë™ í™ ³š ´š :› ;› Þ› ß› ²œ ³œ
•
• Å• Æ• Nž Pž
Ÿ -Ÿ @Ÿ AŸ [Ÿ \Ÿ ‰Ÿ ŠŸ ôŸ \¢ m¢ Š¢
¹¢
¥
¥ § ȧ µ¨ +© © ƒ© ³© ¾©
ª ?ª ˜ª ºª 7« y« ׫
¬ 4¬ Z¬ ^¬ r¬ s¬ —
¬ œ¬ ¤¬ ¥¬ Á¬ Ƭ ã- å- Ä® •¯ 2° 3°
±
± …± â± é±
²
²
² (² )² 9² ;² C² D² W² Y² [² \² c² d² |² ~² €² •² ‰²
Š² ˜² š² ¡² ½² ɲ ݲ ç² è²
³
³
³
³ G³ J³ ‘´ ص
¶
¶ %¶ j¶ s¶ º¶ ö
· •· ‚· ‘· ’· Ÿ· £· ©· ¬· ³· ¶· ¿· · Ç· Ê· Ó· Ö· ß· â·
ë· î·
¸
¸
¸
¸ +¸ .¸ @¸ C¸ F¸ I¸ W¸ Z¸ ]¸ a¸
¹ ?¹ V» X» ²» 0½ •½ j¾
—
¾ Ÿ¾ <¿ [¿ õ¿ ÷¿ «Á ¬Á
Â
 ’ “ ¸Â ¹Â î ï ÒÄ ÔÄ —
Å ˜Å eÆ fÆ ÷Æ øÆ gÇ hÇ »Ç ¼Ç /È 0È †É ‡É qË rË 4Í 5Í ¹Í
ºÍ oÎ pÎ ŒÏ FÐ ŠÐ ‹Ð ìÐ íÐ "Ñ #Ñ wÑ ,Ò \Ò ]Ò ’Ò “Ò
Ó
Ó …Ó †Ó ìÓ íÓ QÔ šÔ ÕÔ ÖÔ GÕ HÕ ²Õ ³Õ
Ö
Ö cÖ dÖ àÖ âÖ ŒØ ŽØ ,Ú -Ú oÜ pÜ FÝ GÝ
ß
ß ?à @à öà ÷à Ïá Ðá Yâ Zâ öâ ÷â Qã Rã …ã ‡ã
å
å Gå
Hå -å ®å -æ ®æ 7ç 8ç îç ïç ‡é ˆé ¾é ¿é Ýê Þê :ë ;ë Të
Uë ¿ë Àë
ì
ì fì gì ¥ì ¨ì Éì Ëì
î
î Ùï Úï bñ cñ ßò ãò
6ö S÷ T÷ „ø …ø žù Ÿù þú ÿú ’û ”û $ý %ý J
L
à
á
N
O
7
8
Æ
Ç
ð
ñ
a
Ëô
Ìô
5ö
c
2
d
$
3
e
%
X
á
•
Y
â
3
±
B
w
²
C
x
›
°
Ù
œ
±
Ú
-
-
+
Â
Y-
,
Ã
s
ù
t
ú
ò
C
ó
D
•
‘
> ? ‡ Œ ¢ £‚" ¤" Z# [# ´# µ#
$
$ `$ a$ ½$ ¾$ ë$ ì$ „% †% A& B&
U& V& `& a& i& j& q& r& ’& “& ˜& ™& Œ' Ž' Ä( Æ( g* i*
U, W, h. i. R0 S0 Ü2 Ý2 U4 V4 þ5 ÿ5 Þ7 à7 *8 08 39 79 ã
9 ä9
;
;
b= c= ë? í? #@ $@ l@ m@ Ê@ Ë@ ZA [A ×A ØA ™B ›B ±C ²C
ëD íD ’F ”F 1H 3H
I
I ~I •I ÐI ÕI îI ïI &J 'J TJ UJ
J ¡J ñJ òJ #K $K QK \K wL xL 7M 8M QM RM xM yM ?O LO
ˆO ‰O ðO ñO
P
P TP UP ¿P ÀP ñP òP ‹Q ŒQ ßQ áQ ´S µS P
T QT %U &U ÜU ÝU ¬V ®V 3X 5X äY îY ƒZ „Z ÜZ ÝZ 3[ 4[ \ !\
]
] û]
^ "^ $^ á` ã` -b b 0b 2b qc sc Ïd Ñd 4f 6f fg hg
h
h 2h 7h Ïh Úh
i Ëi
$j %j ˆj km om #n n Vn ~n •n ”n •n °n ²n
o
o @o Fo ko qo ¨o ®o Øo Úo ‹p
‘p ´p ºp Íp Óp êp ðp
q
q
r
•q ˆq ¯q ¶q Øq ßq úq
r !r †r ‹r »r Àr ör ûr 6s ;s os qs
t
t *t +t It Jt ]t
^t mt ot ºt ¼t Ót Ôt åt æt øt ùt
u bu du eu ku Ðu Öu Rv _v ´v ¸v hw qw šw
x
x 6x 7x Wx
Xx Šx ‹x §x åx &y 'y ‚y ƒy Íy Îy
z
z gz vz |z á{ Ä~
Å~ r• s• ë• ì• V‚ W‚ Ô‚ Õ‚ „ Ä )… +… … /… 6… 8… E… G… P… Q… €… •… §… ¨… Â… Ã… Ó… Ô…
†
† †
† /† 0† J† K† † €† ”† •† »† ½† Ć
‡ :‡ ;‡ M‡ N‡ Z‡ [‡
e‡ g‡ j‡ k‡ q‡ r‡ •‡ ž‡ ć Ň ߇ à‡ ý‡ þ‡ 'ˆ )ˆ +ˆ ,ˆ
Rˆ Sˆ ‰ˆ Šˆ ¯ˆ °ˆ Õˆ Öˆ ãˆ æˆ 'Š (Š ™Œ šŒ ¼• ½• ?Ž @Ž
©Ž ªŽ K• M• Ú• Û•
•
• t• +’ a’ b’ ¥’ ¦’
“
“ A“ B“ K
“ ¬“ ¹“ Q• Y• g– Ž— •— }™ ™ —
™ ˜™ Lš ªš š P› T› ‰› ¨› › uœ ¬œ ·œ ‡• Š• ä• Äž %Ÿ 1Ÿ
<
=
Ù
¡
¡ R¡ æ¡ ç¡ ¢ ,¢ ;¢ ¥¢ 7£ ‡£ ’£
¤ •¤ ¬¤ €¥ ”¥ ¡¥
¦ d¦ e¦ 7§ M§ ƒ¨
„¨ ª¨ «¨
ª
ª Lª -« è«
¬ ®¬ ¯¬ ë¬
- - s- Ñ- Ò- ì- í- Ü® Ý® ô® õ®
° "° N° O°
³ ¡³ ó ij zµ {µ †µ ‡µ ¶¶ ·¶ ܶ ݶ ƒ¹ „¹ ´¹
µ¹
¼
¼
¼
¼ „¼ †¼ ê¼ ì¼
½ -½ ³½ ´½
¾ :¾
¾ ¡¾
¿
!¿ PÀ QÀ hÀ iÀ gÁ hÁ oÁ qÁ •Â žÂ µÂ ¶Â Tà Uà »Ã ½Ã ÉÃ
Êà €Ä •Ä ×Ä
Å .Å ¹Å ÄÅ öÅ
Æ
Æ
QÇ RÇ RÉ SÉ ûË üË ÌÍ ÍÍ ‰Ð ŠÐ
Ñ
Ñ 4Ñ 5Ñ šÑ ›Ñ
Ò SÒ
«Ò ¬Ò óÒ ôÒ 0Ó 1Ó
Ö º× É× TØ XØ ÒØ ×Ø =Ù •Ù •Ù
Ú FÚ
XÚ UÛ õÛ ]Þ ¾Þ ¿Þ +ß ¢ß ¯ß øß #à dà ià •à Öã ×ã ¢æ £æ
%é &é
ë
Lë ãî äî
ò
ò Qö Rö <ø Eø aù Yú nú
û 4û Hû Yû
#ü |ü }ü ´ü Lý Zý Ãý øþ ùþ [
\
e
f
g
h
¨
µû
"ü
Â
Ì
Í
¿
À
T
÷
¦
U
ø
§
R
«
ñ
S
¬
ò
ø
ñ
a
ù
ò
G
ƒ
H
„
•
Ž
Â
Û
Ã
Ü
-
þ
j
.
ÿ
k
/
N
O
b
œ
•
ç
è
Ÿ
=
p
à
á
#
# ±# ²# å$ æ$ ¢& £& Ú' Ü' O( P( 4) 5) •) –
) R* S* Ÿ*
*
+
+ ¡+ ¢+ ü+ ý+ ¿, À, '- (- §- ¨%. &. ¡. ¢. û. ü. „/ …/
0
×
†
Ø
‡
> o
0
ž0 Ø0 â0 <1 Ä1 r2 |2 B4 F4 R4 ,5 Y5 p7 q7 £8 ¤8
: #@
™@ ºA ½A [K _K ~L „L NN ÔN <P @P ±P !Q "Q ¹Q ‹R ŽR ¯R
µR ßR @S AS 1T 2T ÈT ÉT .U 0U šU œU çU èU jV äV QW RW
åW qX €X »X ìX -Y 'Y •Y ™Y ÖY 7Z 8Z •Z £Z ¨Z %[ Ø[ ä[ è
[ {\ ç\ è\
] ä^ ç^ ?_ K_ €`
a
a
Ýa Þa 6b 7b ‘b
Gk ©k Ùk Úk ûl
’b
m
#c
$c
£c
Êc
Îc
vf
~f
Øf
Üf
•g
’g
2k
m
pm Ñm Òm
n
n ±n ×n Ûn Vo _o
r
r
Yw \w •w „w ”w —
w Ðw dx Äx Èx &y sy œy žy
z nz oz ’z
Ž{ û{
| y| z| î| ï| •} Ÿ}
~
~
~
• `• a• í• î• 6€ ^€ j€ 9• Ê• ‹‚ –
‚ ëƒ H„ :† e† f† ݆ Þ† ,‡ ²‡ ·‡ ɇ 8ˆ
~‰ щ ߉ +Š ,Š lŠ mŠ ÅŠ ÉŠ Ί }‹ Š‹
Ž
Ž ¨Ž #• ˆ• ‰• í• “• —
• à• B‘ C‘ Ï‘ Б
’
’ •’ ë’ s” t” ì”
˜
˜ •˜ ¡˜ ¶™ º™ Lš ¸š ¹š Èš Ò› Ö› û›
Až 2Ÿ 9Ÿ „
ñ
¡ w¡
¤ -¤ s¤ ì¤ \¥ `¥ @¦
§ 7¨ ;¨ ˆ©
J- –- È- É- /® 0® {® y¯ ‚¯ ç¯ ì¯ G°
± »± \² e²
³ 1³ 7³ W³ ¿³ À³
´ !´ q´ s´ í´ ñ´ ù´
µ !µ $µ /µ
¶ ¥¶
Bº „» …» ‰½ Š½ Ö¾ ×¾ =¿ >¿ Ñ¿ Ò¿ kÀ
ÓÂ ÍÃ 9Å
|t
‡t
±t
¶t
qv
uv
“z µz
u~ •
¶z
{
{
•{
{ˆ €ˆ £ˆ §ˆ
¼Œ ÇŒ ;• È•
‰
Ž
|‰
ü•
>ž
M¬
í”
ÿ›
Ç•
:•
—
>•
Ë—
]•
•© ·ª §«
L° ¬° °°
¨«
±
L¬
÷¶ û¶ η
mÀ zÀ {À
Ô·
Á
¹ Aº
Á •Â
Ç
Ð
Ñ
Ç
Ç WÇ [Ç ‘È úÈ ¾É •Ë ‰Î
Ï
Ï
Ï
Ð
Ñ ´Ñ ¿Ò ÀÒ ûÒ üÒ sÓ tÓ ÎÓ àÓ
Õ
Õ MÕ NÕ ~Õ ‹Õ YÖ ZÖ
cÖ dÖ × !× (× *× 1× 4× A× B× V× W× i× j× {× |× Š× ‹× ¥× ¦× Ú×
Û×
Ø PØ TØ iØ ÈØ ÕÙ ÙÙ ~Ú ŒÚ ÁÚ ÉÚ uÛ yÛ /Ü 3Ü ÄÜ ÏÝ
ÐÝ :Þ ;Þ uÞ ˆÞ ŒÞ öÞ ^ß ¹ß ¿ß lå uå !æ *æ
ç
è
è jè
é
é Qé
ê
ê
ƒê ´ê ¸ê óê ÷ê
ë rë £í ¦í
î
î
ð bñ Îñ ˆò Œò có ló mó •ó =û Ÿû
9þ -ÿ $ÿ —
ÿ šÿ &
)
G
K
ð
ô
½
Á
ú
œ
Èî
ï
ï Sï Tï Áï æï
ü $ü ãü íü :ý -ý Êý
¬
°
Ò
É
×
é
W
¬
µ
Â
`
¡
¢
ð
(
)
Ã
*
-
@
,
ª
¬
{
ú
c
R-
•
e-
N
W
-
"
ê
î
i
m
½
Å
Î
Ü
h
n
—
P
A-
í
=
A
w
é
!
G
N
q
v
{
ˆ
‹
~
ç
ö
3! §! »! Ê! ®" ²" ‡# ¡# î#
$ ƒ& •& ð&
' I'
( !( "( »( é( ö( (* 3* §* 4+ u+ y+ B. d. e.
_'
Ë'
Ö'
/
1
8
K/ O/ ¬/ °/ Ù/ ^0 …0 ‰0
µ1
2
2 K2 O2 É3 Î3
4 ×4 Ø4 k5 ?6 C6
7
7 •8 –
˜: ¥: &; h; i; à; U< [< »= ü= ý= r> ¶> º> Ë>
? P@ T@
Œ@ ¾@ î@ cA dA ?B @B ˜B
D D _E lE œE
F
F ¦F §F
G 3G ÷G øG tH uH
I GI KI ‹L •L
âL $M ÏM ÛM
N •N ÉN ÍN
O KO ‹O ZP [P
Q -Q êQ •R ‚R ôR öR ãT îT mU ÖU ×U
–V
W
W „W YX IZ PZ ÜZ B[ ©\ -\ ` 8`
a ]a Qb Ub žb #c $c •c •c Îc Ïc jd qg tg žg ùg
h
}h ’h úh ³i ·i Dj Àj Áj Kk „k ùk @l Dl •l ™l ÷m üm Dp
•p Žp ˜p ár ír ¨s ²s Ás ót ôt .u /u \u ]u ‘u ’u °u ±u
Æu Çu ìu
w
w |w Íw úx '{ ){ W| Y| ¶| ¸|
}
} 4} 5}
d} e} Ž} •} ²} ´} B~ D~ ß• á• 1„ 2„ <„ ‡† •† –
† ùˆ úˆ
‹
‹ ÏŒ ÐŒ
Ž
Ž (• )• M’ N’ £’ ¤’
“
“
œ
œ
µ“ ¶“ æ“ ç“ >” ?” }” ~” ×” Ø”
•
• _• `• ¯• °• #– $–
‚– ƒ– Ý– Þ– K— L— “— ”— â— ã—
*˜ +˜ P˜ ~˜ ¤˜ ¿˜ 2š oš qš Æš Èš çš éš F› H› €› ‚› Ì›
Ô› Õ›
œ
œ
Ú« Û«
Ä•
Æ•
ûž
ýž
¦
¨
¡¡
£¡
v¢
y¢
ø¤
ú¤
j¦
l¦
Ž§
Ò§
-
•² ™² Ų =³ >³ eµ fµ
¶
¶
·
· üº ýº ì» í» Å¾ ƾ
À
ÒÀ ÓÀ / 3 w •Â
Ã
à ÆÃ
Ä "Ä BÄ ëÄ ìÄ @Å IÅ äÅ üÅ
ÒÆ ÞÆ {Ç ÆÇ ÌÇ &È 1È QÈ ¨È ¯È ³È âÉ ]Ê xÌ }Ì (Í ¾Í ‡Î
ÇÎ ¼Ï ÈÏ üÏ
Ð
Ð 9Ð IÐ pÐ €Ð §Ð ÝÐ
Ñ
Ñ
Ñ ÛÒ êÒ "Ó &Ó šÓ žÓ ÎÓ
Ô
Ô
Ô #Ô ÙÔ ÚÔ ?Õ _Ö jÖ ©Ö
øÖ ùÖ úÖ
× ¢× £× â× “Ø œØ OÙ ZÙ ™Ù šÙ (Û /Û Ý &Ý ‰Ý šÝ ¯Þ =ß >ß •ß •ß Òß äá çá 2â Bâ ^ã tã "æ /æ òæ
óæ
ç Zç \ç ³ç ´ç Þç Œé àé Pí Tí ¶í
î 4î 8î vî Ìî $ï :ï ²ï
µï Îñ Ðñ
ô #ô lö pö K÷ \÷ ðø
ù Rù •ù ßù çù ü °ü ±ü
ý
ý
ý |ý …ý †ý •ý ‘ý ¢ý £ý ²ý ãý òý óý
þ
þ
þ
þ 'þ (þ @þ Aþ dþ fþ oþ pþ |þ }þ ˆþ Šþ “þ Ðþ
ÿ ;ÿ
€ÿ •ÿ Ðÿ Òÿ g
h
m
D
J
e
f
„
Ø
!
%
u
›
•
ì
í
s
t
h
i
_
`
Ó
Ô
ä
å
*
f
+
g
¯
z
°
{
>
~
P
•
S
†
4
‡
I
Š
«
‹
²
•
ã
3
=
>
b
c
–
™
š
¨
©
¬
Ò
Ó
Ö
×
é
ê
ü
ý
Í
Î
á
â
„
…
¦
§
í
î
w
x
†
‡
0
:
’
›
¼
O- P- ^- _c d ’ “ ®
¯
Ø
Ù
d" Á" Â" Ý" Þ" H$ I$ v$ w$
% }& •& ˜& ™& >' ?' m' n'
.( /( C( D( µ( ¶( F) G) ¦) §) ø) ù) /* 0* _+ `+ c+ d+
‚+ ƒ+ Ì+ Í+ •, •, È, É, ë, ì, A- B- —- ˜K. L. P. m. n. º. ». Â. Ã.
/
/
/
/ / ./ Œ/ •/ ¯/ °/ s0 t0
1
1 Œ1 •1 ù1 û1 -2 2 ú2 ü2 g3 h3 |3 }3 Z4 [4 ·4 ¸4 45 55 Ü5 Ý5 g6 i6 v6 w6
-7 ®7 19 39 C9 D9 „9 …9 ‰: Š:
;
; Y< [< t< u<
>
>
z> {> ?? A? X? Y? ³? µ?
@
@ 1@ 2@ 7@ 8@ D@ E@ •@ ‚@ ¾@ ¿@ û@ ü@ 4A 5A mA nA
A
¡A ÜA ÝA öA ÷A
B
B
B •W žW ¿W òW •X ÚY âY ãY ôY õY
Z
Z
Z
Z -Z Z .Z /Z 7Z 8Z CZ DZ OZ PZ ZZ ]Z ƒZ µZ ÁZ ÂZ ÎZ ÏZ ÜZ ÝZ
äZ åZ íZ îZ úZ ûZ
[
[
[
[
[
[ #[ $[ 0[ 1[ =[ >[
K[ L[ V[ W[ h[ i[ r[ s[ z[ {[ ‚[ ƒ[ Ž[ •[ ¢[ £[ ª[ «[
¶[ ·[ ¾[ ¿[ Ë[ Ì[ Ö[ ¤\ ¬\ -\ ¸\ ¹\ Á\ Â\ Ì\ Í\ Ù\ Ú\ ã
\ í\ î\ ò\ ó\
] ] ]] c] ü]
^ '^ l^ n^ Ù^
`
` r` x` È` Ë` æ`
a
a !a
*a ^a ›a ¡a
b
b ’b ˜b ¼b Ãb ûb 'c ™c £c Øc Ýc “d –
d Ôd Úd
e ae me ’e ˜e àe ëe íe =f bf if *g Eg Íg .h 0h
•h ’h ñh vi ´i Ói Öi
j Mj tj uj vj vj xj xj yj yj {j
|j ~j •j •j ‚j šj ›j ªj «j ¯j °j Ìj Îj
k
Ek Nk Ok Wk Xk ^k _k dk fk mk nk vk xk |k ~k
k ¢k ªk
¬k °k ²k Ïk Ñk èk êk
l
l l !l =l ?l Wl Yl al cl el gl il kl nl pl sl ul xl zl }l
•l ‹l •l •l ’l šl œl žl ¡l ål êl ül ÿl
m
m
m n 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{
} !} •• ‚• Å• Æ•
‚
‚
‚
‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚
|‚ †‚ ‡‚ Ê‚ Ì‚ Ì‚ Í‚ 5ƒ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ Nƒ ‚ƒ ƒƒ “ƒ •ƒ œƒ
¹ƒ ʃ ̃ Ѓ Òƒ êƒ ìƒ ê„ ì„ ò„ l… w… õ… _† a† y† ‹† “†
ü† $‡ %‡ K‡ L‡ q‡ r‡ ˜‡ žˆ ¦ˆ ªˆ ­ˆ 2‰ H‰ I‰ _‰ x‰ ˆ‰ ‰
‰ ¦‰ ö‰ #Š $Š PŠ RŠ eŠ fŠ {Š |Š £Š ¤Š ÓŠ ÔŠ ãŠ äŠ óŠ ôŠ
ÿŠ
‹
‹
‹
‹ Z‹ ƒ‹ •‹ Ù‹ Ú‹
Œ s• ‚• •Ž ÅŽ ©• Š• ••
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
î\ ò\ &^
` Ë` Œa úb Åd
e oe ße Íg tj uj vj vj
xj xj yj yj {j |j ~j •j •j ‚j šj ›j ªj «j ¯j °j Ìj
k
,k .k Ck Ek Nk Ok Wk Xk ^k _k dk fk vk xk |k ~k
k ¢k ª
k ¬k °k ²k Ïk Ñk èk êk
l
l l !l =l ?l Wl Yl al cl el gl il kl nl pl sl ul xl zl }l
•l ‹l •l •l ’l šl œl žl ¡l ål êl ül ÿl
m
m
m n 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{
} !} •• ‚• Å• Æ•
‚
‚
‚
‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚
|‚ †‚ Ì‚ Ì‚ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ 9ƒ Lƒ ƒƒ “ƒ ̃ Ѓ Òƒ êƒ a† y†
{† ï† ñ† ™‡ ›‡ ­‡ ч
ˆ cˆ Šˆ Œˆ þˆ
‰ 2‰ `‰ v‰ §‰ PŠ ÔŠ
‹ -‹ Z‹ „‹ Ú‹ H• q•
•Ž ÅŽ ©• Š• ••
Åd
j
n
r
}
î\ ò\ &^
` Ë` Œa úb
e oe ße Íg tj uj vj vj xj xj yj yj {j |j ~j •j •j ‚
šj ›j ªj «j ¯j Ek Nk Ok Wk Xk ^k 8n 9n Pn Qn ÷n øn {o |o šo ›o óo ôo _p `p ìp íp -r ßu àu mx nx ÷y øy Â{ Ã{
!} •• ‚• Å• Æ•
‚
‚
‚
‚ (‚ )‚ 7‚ 8‚ m‚ n‚ v‚ w‚ {‚
|‚ †‚ Ì‚ Ì‚ 7ƒ 7ƒ 8ƒ 8ƒ ©• Š• ••
¬ ‡ ~ „Ñzòÿ
™w# ÆŸ^õÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
•@F h^xGÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
-Rç ºÉì¢ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
u M N‚@Lÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ
•bj "’ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
.xu Ø
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¨'µ T
âÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
vf šŒV®ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ôB
hÒvmÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
/A
š¸²ùÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Kp@ CN•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
€dJ À׎
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
V ¨ \ê¦ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ƒT÷ X 4eÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
•zl D Ð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
;1´ (q Sÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
$f
Rî”›ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ü
ú,Ìíÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
-
!P&ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
X
˜’xcÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
l-.
øÛ8Ëÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ûwç
v´.Ýÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¯
© R²Økÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
qä ž»Üõÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
³ > Œš´£ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
,Ó t îLÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Yx& fViÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
V
© ,püHÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
9 © Æï:Oÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
å$Q ¼£ž+ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
•;ƒ æ•*
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
³?‡ ô^þÿ
Ô H 4vteÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
D1• þRرÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
†o– \¯Þ:ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
v<
–e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ü
e
¬ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ä 3 :ñägÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
W}= ýîyÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ
T 敶Èÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
0~W –e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Dmo ŠùVuÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
x-ö <ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ
( Œ-öÀ-Zÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
nYL–e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
<?»!
–
ø‡ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Y> " Å„žÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Íz~"üœ¢Þÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ
È Ï"ìrž«ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
HÇ#¸ÄÆŽÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
£.c' Ö˜ˆÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
±@­(†ªê³ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ
|×(–e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
‘X¥)8Ç`‰ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
y:û)"ú˜ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ
U8-*:VN|ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
†>+Ú„NÝÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
-},Ò•*·ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Å•},HVð ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
{N….f6úÚÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
O%Ð.È•´ßÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
4Q–
/D`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÊaÙ/<ˆx•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¶
E0„ Úÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
= F0 ‘ú{ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
II 2òÆð>ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
Î 72 b0Žÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Í \3¶lrÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
€mû3 cþäÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
z'´4–e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¿ ú4BÊ®@ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Þ$5º›D
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ê7 6
a¶‹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Rlþ6¾˜j%ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
L É9¾¯üdÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
B ³;–e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
B&Õ;tù”‚ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
cR<f•f§ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ
u~t<ˆF !ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¬ i>
Ò¼¹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¸Hk>¸˜~Hÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÏR|> 4ø(ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
w =@ð˜b
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
´Nå@vø 6ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
†q“AȸTùÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ªM BNqγÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
5UCB¸°ö×ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
aK±BÖ
25ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Š
ÙDÈÉØfÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
CªE¦Ñ˜ëÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
‹d±EÐý€
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
&@"FÂkÒ‹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
}gbFNÚBxÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
õD«F:™:_ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ñ
|Hê4 ÿÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
G ¦I
·ÆZÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ïq¢J¼‘ œÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
`3ÅJ.§šyÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
F,¯KÆ øuÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Í
¶M2 h'ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ŒTáNÄ\þ§ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Æ+ÞO$üà÷ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
® P ‹Ðìÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
n )PØ} [ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÌcáQBËlÆ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
,n R‚ûD×ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ò•WSXª- ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ô8+THï|ÿÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
=oRU ”¸jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
R ØUN0nlÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
qzçW¶Gn*ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
l} XŠh8Ýÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
v Ž
Xè³ «ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
9cýZhàx3ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
iNð[L$š¬ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
\ç\xU cÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
kì\
ÿ
ha ^Hmz9ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ú š^" ‚Üÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ
iiQ_.ð†3ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
L ©_ð öÖÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
•Gß_Lûæ
¾ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Y¥`nfèâÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
tO
a‚²•·ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
j
‚a®“J¸ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
w-žaö}ò)ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
š
,b<R$uÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¼ TbôŒFÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
·ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
t<{c:•î¹ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ
}?˜b
ÌTYeÚ BÂÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
þe ð®;ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
>ˆfÌÁ ¿ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ý+âf íÖgÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ
o _gæ‰8ñÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¸dÉg–e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
+;&hà+˜Öÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ã Ûjn{âÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
?#òj ³š»ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
úIkD`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¥ Sk
¸ïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
@ Œl £
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
i*
m¦)>´ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
îYªm^£²mÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
y
•n¶„¶ùÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¹*6oþRÞ–
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Þ••olàêVÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ß2“ot
дÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
†<•qØò”ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
IMrt/
ïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
R[r
ËÜIÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¯ ÊrŠ5̨ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
62asÌÿÆ÷ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
´q¦s&•†êÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ô^ tà½îƒÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
±y
uºx &ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
bFuD`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
*
v^Y¼bÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
>
1v,Öª4ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ï+PvüµžØÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
 ³vjež ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
ÛqVwòw†Bÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ó^Ïxb¼iÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¤,gyÞ:™
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ËyC{D`†ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
[ |ì•l,ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
•]Õ|’¾.8ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
}ðéŽVÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
îU1•–e
jÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
JΕ
ÿ
l\ìÌ“À£ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
„T „˜þ Æ
T ^„T `„˜þo(
.
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o(
·ð
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
€
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o(
§ð
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o(
·ð
€
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ
„à „˜þ
„° „˜þ
„˜þ Æ
€
„P „˜þ
„˜þ Æ
Ð
„
„˜þ
„p „˜þ Æ
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ
^J o(
o
€
Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ o(
§ð
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o(
·ð
^„€ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o(
§ð
^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
Æ
^„ `„˜þo( ‡h
ˆH
p ^„p `„˜þo(
.
•
o( ‡h
ˆH
·ð
•
€
€
„€
€
h
·ð
.
h
h
• „Ð
h
„@
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„h „˜þ Æ
h ^„h `„˜þOJ PJ QJ ^J
)
„8 „˜þ Æ
8 ^„8 `„˜þo(
)
‚
„
„Lÿ Æ
^„ `„Lÿ‡h
ˆH
.
„Ø
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þo( ‡h
ˆH
.
€
„¨
„à
h
h
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
h
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ‡h
ˆH
„x „Lÿ Æ
x
„H „˜þ Æ
H
„
„˜þ Æ
„è „Lÿ Æ
è
„˜þ Æ
^„
„
„˜þ Æ
„Ø
`„˜þOJ QJ
.
‚
^„x `„Lÿ‡h
ˆH
^„H `„˜þ‡h
ˆH
^„ `„˜þ‡h
ˆH
^„è `„Lÿ‡h
ˆH
`„˜þOJ QJ o( ‡h
^„ `„˜þOJ QJ ^J
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
o( ‡h
ˆH
§ð
.
.
.
.
ˆH
o( ‡h
•
€
€
‚
Ð
·ð
ˆH
•
o
Ð
„
Ð
•
Ð
„¨
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
Ð
„x „˜þ Æ
x
^„x `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
Ð
„H „˜þ
Æ
H ^„H `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
Ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
Ð
„è „˜þ Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
Ð
„¸ „˜þ Æ
¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
h
„8 „˜þ^„8 `„˜þ‡h
ˆH
)
•
h
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
.
’
h
„Ø
„Lÿ^„Ø
`„Lÿ‡h
ˆH
.
•
h
„¨
„˜þ^„¨
`„˜þ‡h
ˆH
.
„x „˜þ^„x `„˜þ‡h
„H „Lÿ^„H `„Lÿ‡h
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
„è „˜þ^„è `„˜þ‡h
„¸ „Lÿ^„¸ `„Lÿ‡h
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
˜þ
.
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
h
.
.
.
.
.
’
•
•
’
h
h
h
h
„Ð
€
„p
„Lÿ Æ
„
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„˜þ Æ
^„ `„
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
QJ ^J
)
( ‡h
ˆH
o
„˜þ^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
€
.
•
•
ˆH
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
h
h
§ð
•
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ
.
^„° `„˜þ
.
€
‚
„P „L
h
„
„˜þ^„ `„˜þOJ PJ
„p „˜þ^„p `„˜þOJ QJ ^J o
„@
h
„
„˜þ^„
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
OJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
OJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
^J o( ‡h
ˆH
o
•
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
^„Ð `„˜þCJ OJ PJ QJ ^J
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
•
•
h
h
h
h
h
)
ˆH
ˆH
„P
„
€
.
.
‚
€
„à „˜þ^„à `„˜þ
„° „˜þ^„° `„˜þ
„€ „˜þ^„€ `„˜þOJ
„˜þ^„P `„˜þOJ QJ
„˜þ^„
„Ð „˜þ Æ
Ð
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
)
^„p `„˜þ
.
‚
„Lÿ Æ
@
^„@
`„Lÿ
.
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
€
„p
„@
„
„˜þ Æ
„
p
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
‚
.
€
„€ „˜þ Æ
€
þ Æ
P ^„P `„˜þ
.
`„Lÿ
.
• „h „˜þ Æ
h ^„h
„8 „˜þ Æ
8 ^„8
„
„˜þ Æ
^„
„Ø
„˜þ Æ
Ø
„¨
„à „˜þ Æ
„° „Lÿ Æ
° ^„° `„Lÿ
^„€ `„˜þ
.
€
‚
h
`„˜þOJ QJ o(
§ð
•
`„˜þOJ QJ o(
o
•
`„˜þOJ QJ o(
§ð
•
^„Ø `„˜þOJ QJ o(
·ð
à
.
^„à `„˜þ
€
„
.
„P
^„
„Lÿ Æ
h
h
h
•
h
„˜
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ o(
o
•
h
„x „˜þ Æ
x ^„x `„˜þOJ QJ o(
§ð
„H „˜þ Æ
H ^„H `„˜þOJ QJ o(
·ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
o
„è „˜þ Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
„Ø
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
•
•
•
·ð
h
h
h
Ð
„
•
ˆH
Ð
o
Ð
•
Ð
„¨
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ
^„x `„˜þOJ
Æ
H ^„H
„˜þ Æ
„è „˜þ Æ
„¸
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
o( ‡h
ˆH
·ð
•
Ð
„x „˜þ Æ
x
QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
Ð
„H „˜þ
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
Ð
„
^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
Ð
è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
Ð
„˜þ Æ
¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
)
€
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
.
€
@
ˆH
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
„à „Lÿ Æ
à
„° „˜þ Æ
°
„€ „˜þ Æ
€
„P „Lÿ Æ
P
„˜þ Æ
^„
„
„˜þ Æ
„Ø
„˜þ Æ
„¨
.
‚
^„à `„Lÿ‡h
ˆH
.
^„° `„˜þ‡h
ˆH
.
^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
^„P `„Lÿ‡h
ˆH
.
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
^„ `„˜þo(
.
€
Ø ^„Ø `„˜þOJ QJ o(
€
€
‚
Ð
·ð
§ð
€
„
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ o(
·ð
€
QJ ^J o(
o
€
„H „˜þ Æ
H ^„H `„˜þOJ QJ o(
§ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„¸ „˜þ Æ
¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
^„ `„˜þo(
)
‚
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
.
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
„x
„˜þ Æ
x
^„x `„˜þOJ
€
€
„è
€
„Ð
„
€
„˜þ Æ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
„à „Lÿ Æ
„° „˜þ Æ
„€ „˜þ Æ
„P „Lÿ Æ
„h „˜þ Æ
„
„˜þ Æ
„p „Lÿ Æ
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
„
.
‚
à ^„à `„Lÿ‡h
° ^„° `„˜þ‡h
€ ^„€ `„˜þ‡h
P ^„P `„Lÿ‡h
h ^„h `„˜þo( ‡h
^„ `„˜þOJ PJ
p ^„p `„Lÿ‡h
.
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
QJ
ˆH
.
.
.
.
ˆH
^J
€
€
‚
)
)
.
’
•
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ PJ QJ ^J
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
ˆH
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
.
.
.
.
•
•
’
„
)
.
.
€
‚
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
„à „Lÿ Æ
à ^„à
„° „˜þ Æ
° ^„°
„€ „˜þ Æ
€ ^„€
„P „Lÿ Æ
P ^„P
8 „˜þ Æ
8 ^„8 `„˜þ
„ `„˜þ
.
‚
`„Lÿ
.
€
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
.
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
€
.
.
.
.
€
€
‚
„
„Ø
„Lÿ Æ
„¨
Ø
„˜þ Æ
^„Ø
„
^
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ
‚
þ Æ
Lÿ
QJ
.
€
„H
^„
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
„
„˜þ Æ
è ^„è `„˜þ
.
.
^J
.
„… „˜þ Æ
… ^„… `„˜þOJ
H
.
„ò
QJ
o(
„x „˜þ Æ
^„H `„Lÿ
€
„˜þ Æ
o
x
.
ò
^„x `„˜þ
€
„¸ „Lÿ Æ
^„ò `„˜þ5
.
„è „˜
¸ ^„¸ `„
6 OJ PJ
„¨
„Lÿ Æ
¨
^„¨
`„Lÿ
€
þ Æ
˜þ
.
è
.
„F
„˜þ Æ
^„F
`„˜þOJ
„
€
„
„Lÿ Æ
^„è `„˜þ
‚
„H
^„
.
o(
·ð
H
.
„ˆ
F
QJ
„˜þ Æ
`„Lÿ
€
€
„x „˜þ Æ
^„H `„˜þ
€
„Lÿ Æ
x
.
ˆ
^„x `„˜þ
‚
„¸ „˜þ Æ
^„ˆ `„Lÿ
.
¸
.
„è „˜
^„¸ `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ
„æ „˜þ
„¶ „˜þ
„† „˜þ
„V „˜þ
„& „˜þ
„ö- „˜þ
„Æ! „˜þ
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
o(
o
€
Æ
æ ^„æ `„˜þOJ
Æ
¶ ^„¶ `„˜þOJ
Æ
† ^„† `„˜þOJ
Æ
V ^„V `„˜þOJ
Æ
& ^„& `„˜þOJ
Æ
ö- ^„ö-`„˜þOJ
Æ
Æ! ^„Æ!`„˜þOJ
^„Ð `„˜þo(
.
.
‚
QJ
QJ
QJ
QJ
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
o(
o(
o(
o(
€
§ð
·ð
o
§ð
·ð
o
§ð
„Ð
„p
„@
€
€
€
€
€
€
€
„
„Lÿ Æ
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
^J
)
•
„p „˜þ^„p `„˜þ‡h
„@
„Lÿ^„@
`„Lÿ‡h
ˆH
.
„
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
ÿ Æ
QJ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
à
.
„
h
ˆH
•
.
’
h
^„à `„Lÿ
€
h
„˜þ^„
.
„P
`„˜þOJ
„L
PJ
„˜þ^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„
„„ý
„Í
„•
ˆH
.
„˜þ^„à `„˜þ‡h
„Lÿ^„° `„Lÿ‡h
„˜þ^„€ `„˜þ‡h
„˜þ^„P `„˜þ‡h
„Lÿ^„ `„Lÿ‡h
„˜þ^„- `„˜þ‡h
„˜þ^„ý `„˜þ‡h
„Lÿ^„Í
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
`„Lÿ‡h
h
.
.
.
.
.
)
.
ˆH
’
•
•
’
•
’
.
h
h
h
h
h
h
h
•
h
„˜þ^„•
`„˜þ‡h
ˆH
.
„m „˜þ^„m `„˜þ‡h
„= „Lÿ^„= `„Lÿ‡h
„
„˜þ^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
„Ý „˜þ^„Ý `„˜þ‡h
„­ „Lÿ^„­ `„Lÿ‡h
Ì ^„Ì `„lýo(
.
˜þB* o( ph
‡h
ˆH
„Lÿ Æ
@
^„@
`„Lÿ
.
•
ˆH
ˆH
.
.
h
•
ˆH
ˆH
.
.
’
•
h
h
’
h
8
h
h
.
h
„p
h
„
„˜þ Æ
„@
„Ì „lý Æ
p ^„p `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
.
þ Æ
P
`„Lÿ
h
„€ „˜þ Æ
^„P `„˜þ
.
€
.
h
„° „Lÿ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „˜þ Æ
^„° `„Lÿ
à
.
^„à `„˜þ
h
h
h
„h „˜þ Æ
„8 „˜þ Æ
8 ^„8 `„˜þo(
„¼ „˜þ Æ
¼ ^„¼ `„˜þ
)
€
„˜þ Æ
Ø ^„Ø `„˜þ
.
€
„
h
.
„Lÿ Æ
^„h `„˜þ
)
„P
^„
.
„˜
„Ø
„¨
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ
€
.
ÿ Æ
˜þo(
è
‚
„
„˜þ Æ
^„è `„Lÿ
.
‚
„H
^„
„˜þ Æ
`„˜þ
H
.
.
„p
„Lÿ Æ
„x „Lÿ Æ
^„H `„˜þ
‚
@
.
€
^„x `„Lÿ
€
„Ð „˜þ Æ
Ð
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
p ^„p `„Lÿ
.
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
x
.
„
.
„è „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
‚
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
p
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„ „kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
)
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
p
„
.
p
„
„L
„˜þ^„
`„˜þOJ PJ QJ ^J
)
€
p
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
€
^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
€ ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
o
€
þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„˜þ^„8 `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
þ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
„˜þ^„Ø
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
„à
p
p
p
h
h
h
„˜þ Æ
à ^„à
„° „˜þ Æ
°
„€ „˜þ Æ
„P „˜
h
„8
„
„˜
„Ø
„¨
„˜þ^„¨
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
OJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
OJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„è
^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
„¸
o( ‡h
ˆH
§ð
„Ð „˜þ
QJ ^J o(
o
„ì „Lÿ Æ
.
„$ „˜þ Æ
$ ^„$
`„˜þ
.
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
„x „˜þ^„x `„˜þ
„H „˜þ^„H `„˜þ
„
„˜þ^„ `„˜þOJ
„˜þ^„è `„˜þOJ QJ
„˜þ^„¸ `„˜þOJ QJ
Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ
ì ^„ì `„Lÿo(
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
P
„8
„
„Ø
„¨
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
.
€
„˜þ Æ
8 ^„8 `„˜þ‡h
ˆH
„Lÿ Æ
^„ `„Lÿ‡h
ˆH
„˜þ Æ
Ø ^„Ø `„˜þ‡h
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„h
.
.
ˆH
‚
€
.
€
„˜þ Æ
.
h
„P „L
^„h `„
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„x „Lÿ Æ
x ^„x `„Lÿ‡h
„H „˜þ Æ
H ^„H `„˜þ‡h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„è „Lÿ Æ
è ^„è `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ ^J
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
‚
`„Lÿ
.
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
o(
.
.
.
.
o
€
€
‚
€
„p
„@
„
„Lÿ Æ
p
„
„
^„p
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
QJ ^J o(
o
.
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ÿ Æ
˜þOJ
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„p
„Lÿ Æ
„
p
.
„P „L
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
^„p `„Lÿ
.
€
„Ð
€
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þOJ PJ QJ ^J
)
„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
„ `„˜þ
.
‚
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
·ð
€
„p
„@
„
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P „L
„8 „˜þ Æ
8 ^„8 `„
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `
„
„˜þ Æ
^
„Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
„h „˜þ Æ
h ^„h `„˜þo( ‡h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þo( ‡h
„$
„˜þ Æ
$ ^„$ `„˜þo(
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„P
ÿ Æ
ˆH
ˆH
)
)
.
€
.
8
„L
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
(
^„ `„˜þ
)
‚
.
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
„
)
„p
„@
„
„Lÿ Æ
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
‚
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
p
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„ „kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
)
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
p
„
.
p
„
„L
„˜þ^„
`„˜þo(
)
•
p
o( ‡h
ˆH
§ð
•
p
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
•
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
^„t `„\þo(
)
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
ˆH
„Ø
„Lÿ Æ
Ø ^„Ø `„Lÿ‡h
„¨
„à
p
p
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
„P „˜þ Æ
P ^„P
„t „\þ Æ
t
.
ˆH
‚
.
€
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„x „˜þ Æ
x ^„x `„˜þ‡h
„H „Lÿ Æ
H ^„H `„Lÿ‡h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„è „˜þ Æ
è ^„è `„˜þ‡h
„¸ „Lÿ Æ
¸ ^„¸ `„Lÿ‡h
À „˜þ Æ
À ^„À `„˜þo(
.
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J
)
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ o(
§ð
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
.
‚
€
€
‚
„
„0
„˜þ Æ
„
•
„˜þ Æ
0
^„0
`„˜þ
‚
þ Æ
Lÿ
.
€
„Ð
^„
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
„
„˜þ Æ
p ^„p `„˜þ
.
.
h
„h „˜þ^„h `„˜þ‡h
ˆH
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
„Ø
„Lÿ^„Ø
`„Lÿ‡h
„¨
.
.
ˆH
Ð
.
„
„˜þ Æ
^„Ð `„Lÿ
€
^„
.
„@
•
’
.
`„˜þ
€
„Lÿ Æ
h
h
•
h
.
@
„p „˜
^„@ `„
„˜þ^„¨
`„˜þ‡h
ˆH
„x „˜þ^„x
„H „Lÿ^„H
„
„˜þ^„
„è „˜þ^„è
„¸ „Lÿ^„¸
Ð ^„Ð `„˜þ
.
.
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
.
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
h
.
.
.
.
.
„p
’
•
•
’
„˜þ Æ
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
„
h
h
h
h
p
„
„˜þ Æ
^„p `„˜þ
„Ð
^„
.
„˜þ Æ
`„˜þ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „˜þ Æ
^„° `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„˜þ
.
p
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h
„ „kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
à
.
^„à `„˜þ
.
„P
„˜
þ Æ
p
ˆH
„
.
)
p
„
„˜þ^„
`„˜þo(
)
€
p
o( ‡h
ˆH
§ð
€
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
€
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
^„Ü `„˜þo(
.
.
„$
„˜þ Æ
$ ^„$
`„˜þOJ QJ o(
·ð
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„à
p
p
p
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
„P „˜þ Æ
P ^„P
„Ü „˜þ Æ
Ü
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
„@
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
„h „˜þ Æ
h ^„h `„˜þ5 CJ
„
„˜þ Æ
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
„Lÿ Æ
p
^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
.
•
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„P
OJ QJ aJ o( ‡h
ˆH
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J
ˆH
.
.
•
.
)
„L
’
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„8
„
„Ø
„¨
ˆH
.
„Lÿ Æ
à ^„à
„˜þ Æ
° ^„°
„˜þ Æ
€ ^„€
„Lÿ Æ
P ^„P
„˜þ^„8 `„˜þ‡h
„˜þ^„ `„˜þ‡h
„Lÿ^„Ø
’
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
)
.
ˆH
.
.
.
.
•
’
.
•
•
’
h
h
h
•
h
„˜þ^„¨
`„˜þ‡h
„x
„H
„
„è
„¸
„Ð
„˜þ Æ
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
ˆH
.
•
h
„˜þ^„x `„˜þ‡h
ˆH
.
„Lÿ^„H `„Lÿ‡h
ˆH
.
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
.
„˜þ^„è `„˜þ‡h
ˆH
.
„Lÿ^„¸ `„Lÿ‡h
ˆH
.
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o(
„ „kþ Æ
 ^„ `„kþo(
’
•
•
’
·ð
‡h
(
h
h
h
h
p
p
ˆH
)
p
@
QJ
o( ‡h
ˆH
·ð
„
.
„
„˜þ^„
`„˜þo(
)
•
o( ‡h
ˆH
§ð
•
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
^„Ð `„˜þo(
.
€
.
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
p
„à
p
•
p
•
p
§ð
„p
„Lÿ Æ
„
p
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
„P „˜þ Æ
P ^„P
„Ð „˜þ Æ
Ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
^„p `„Lÿ
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þOJ PJ QJ ^J
.
€
„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
„p `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
°
.
à
.
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„
€
.
„P „L
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„
„˜þ Æ
^„ `
„p „˜þ Æ
p ^
„@
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
„˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„µ „˜þ Æ
µ ^„µ `„˜þOJ QJ o(
·ð
„… „˜þ Æ
… ^„… `„˜þOJ QJ o(
o
€
„U
„˜þ Æ
U
^„U
`„˜þOJ QJ o(
§ð
€
„%
„à
„˜þ Æ
à
„° „˜þ Æ
„€ „˜þ
„P
„˜þ Æ
%
^„%
`„˜þOJ
„õ
„Å
„•
„e
„5
„Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
QJ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„Lÿ
o(
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
·ð
õ ^„õ
Å ^„Å
• ^„•
e ^„e
5 ^„5
Ð ^„Ð
^„
p ^„p
€
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
.
•
QJ
QJ
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
o(
o(
ˆH
ˆH
ˆH
@
ˆH
h
o
§ð
·ð
o
§ð
)
.
.
€
€
€
€
h
•
’
•
h
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
^„ `„˜þ
.
‚
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
•
•
’
h
h
h
„
€
„p
„
„Lÿ Æ
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
)
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
ÿ Æ
˜þo(
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
‚
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„Ð
„p
„Lÿ Æ
„
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
à
.
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þo(
.
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
˜þ5 6 OJ QJ o(
˜þOJ PJ QJ ^J o(
Æ
 ^„ `„kþo(
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
€
.
·ð
‡h
(
ˆH
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
ˆH
)
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
p
p
„Ð
„
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
„˜þ Æ
.
p
·ð
à
.
„@
„
.
Ð
„P „L
^„Ð `„
^„ `„
„ „kþ
„˜þ^„
`„˜þo(
)
€
o( ‡h
ˆH
§ð
€
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
^„ `„˜þo(
)
€
.
‚
„Lÿ Æ
@
^„@
`„Lÿ
.
€
p
„à
p
€
p
€
p
§ð
„@
„
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
„P „˜þ Æ
P ^„P
„
„˜þ Æ
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
‚
þ Æ
P
`„Lÿ
.
€
„€ „˜þ Æ
^„P `„˜þ
.
€
.
„° „Lÿ Æ
^„€ `„˜þ
‚
p
°
.
„à „˜þ Æ
^„° `„Lÿ
€
à
.
„
„¨
^„à `„˜þ
€
„Lÿ Æ
.
„P
^„
„˜
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ PJ QJ
PJ QJ ^J
„@
„Lÿ^„@
`„Lÿ‡h
ˆH
„
^J
)
.
’
.
p
p
•
p
„p
„˜þ^„p `„˜þOJ
„˜þ^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„
`„Lÿ‡h
€
„
„p
„@
„˜þ^„@
`„˜þ‡h
„
ˆH
„˜þ^„à
„Lÿ^„°
„˜þ^„€
„˜þ^„P
„Lÿ^„
ˆH
.
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
p
.
.
.
.
’
•
•
’
.
„˜þ^„ `„˜þ‡h
„Lÿ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
p
p
p
p
„h
ˆH
ˆH
€
.
.
‚
€
„˜þ^„h `„˜þo(
.
„˜þ^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
.
€
„° „˜þ^„° `„˜þ‡h
ˆH
.
€
„€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
.
8 ^„8 `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
h
€
o
ˆH
„8
€
§ð
€
„
„˜þ Æ
„
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
€
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
€
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
„öú Æ
B ^„B `„öúo(
)
„˜þ Æ
$ ^„$ `„˜þo(
.
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
„à
€
o
ˆH
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
€
§ð
„B
„$
„@
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
QJ
o(
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ
„˜þ Æ
h ^„h `„˜þo(
.
^„$ `„˜þ
)
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„L
„˜þ Æ
„h
$
ÿ Æ
·ð
„$
„@
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
PJ QJ ^J
)
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
ÿ Æ
PþOJ
„°
ˆH
ˆH
.
.
‚
€
^„à `„Lÿ
€
„Pþ Æ
.
°
„P „L
^„° `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
• „Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
„
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
.
^„à
^„°
^„€
^„P
^„Ð
^„
p ^„p
à
°
€
P
Ð
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
@
QJ
o(
·ð
•
h
.
.
.
.
·ð
o
§ð
€
€
‚
h
•
•
•
h
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ
„à
„°
„€
„P
„
QJ o(
o
•
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ
„˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ PJ QJ ^J
.
h
o(
o(
o(
o(
o(
§ð
·ð
o
§ð
o
•
•
•
h
h
h
„Ø
„¨
„Lÿ Æ
¨
^„¨
`„Lÿ
€
.
€
„
„Lÿ Æ
^„è `„˜þ
‚
h
„˜þ^„ `„˜þ
.
h
„˜þ^„@
`„˜þ
.
þ Æ
˜þ
è
.
„H
^„
.
„˜þ Æ
`„Lÿ
€
H
.
„x „˜þ Æ
^„H `„˜þ
€
„ˆ
„Ð
„Lÿ Æ
.
„˜þ^„Ð `„˜þ
h
„@
h
„
x
.
^„x `„˜þ
‚
„¸ „˜þ Æ
¸
ˆ ^„ˆ `„Lÿ
.
h
„p „Lÿ^„p `„Lÿ
.
„è „˜
^„¸ `„
„
.
„˜þ^„
`„˜þ
.
h
„°
^„€ `„˜þ
.
Ð
€
„Ø „Lÿ Æ
h
„˜þ^„° `„˜þ
h
„Ð „˜þ Æ
Ð
„
„˜þ Æ
Ø ^„Ø `„Lÿ
„à
„Lÿ^„à `„Lÿ
.
h
„P „Lÿ^„P `„Lÿ
.
^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
^„ `„˜þ
.
‚
.
€
.
„€
·ð
„¨
„˜þ
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ
‚
.
þ Æ
Lÿ
è
.
€
„
„˜þ Æ
^„è `„˜þ
„H
^„
.
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
h
ˆH
·ð
„x „˜þ Æ
^„H `„Lÿ
€
H
.
„Ð
„˜þ Æ
Ð
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
€
‚
„p
„Lÿ Æ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
x
.
^„x `„˜þ
€
.
„è „˜
„¸ „Lÿ Æ
¸ ^„¸ `„
^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h
^„ `„˜þ
.
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
P
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
.
€
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
.
€
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„Ð
ˆH
ˆH
.
.
‚
€
„˜þ Æ
.
Ð
„P „L
^„Ð `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
(
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
)
.
.
.
.
€
€
‚
.
.
‚
€
„
€
ˆH
ˆH
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
(
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
)
.
.
.
.
€
€
‚
.
.
‚
€
„
€
ˆH
ˆH
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ß „˜þ Æ
ß ^„ß `„˜þo(
)
„¯ „˜þ Æ
¯ ^„¯ `„˜þ‡h
„ „Lÿ Æ
 ^„ `„Lÿ‡h
„O
„˜þ Æ
O
^„O
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
.
.
‚
€
„
€
ˆH
ˆH
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„ï
„¿
„
„_
„Ð
„˜þ Æ
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
^„
„
.
‚
ï ^„ï `„Lÿ‡h
ˆH
.
¿ ^„¿ `„˜þ‡h
ˆH
.
 ^„• `„˜þ‡h
ˆH
.
_ ^„_ `„Lÿ‡h
ˆH
.
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
`„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h
„kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
€
€
‚
p
p
ˆH
)
p
@
QJ
o( ‡h
ˆH
·ð
„
.
„
„˜þ^„
`„˜þo(
)
p
o( ‡h
ˆH
§ð
€
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
€
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
^„Ð `„˜þo(
.
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
„à
p
p
p
ˆH
ˆH
.
.
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
„P „˜þ Æ
P ^„P
„Ð „˜þ Æ
Ð
‚
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
„à „Lÿ Æ
à ^„à
„° „˜þ Æ
° ^„°
„€ „˜þ Æ
€ ^„€
„P „Lÿ Æ
P ^„P
Ð „˜þ^„Ð `„˜þo(
)
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
„
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
•
ˆH
ˆH
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
h
h
.
.
’
•
h
h
h
„
„˜þ^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
„à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
„° „˜þ^„° `„˜þ‡h
ˆH
„€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
„P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
8 `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
h
.
.
.
.
•
•
’
•
•
§ð
h
h
h
h
h
h
•
„
„Ø
h
„8 „˜þ^„
„˜þ^„ `„
„˜þ^„Ø
„¨
„˜þ^„¨
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
OJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
OJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
o( ‡h
ˆH
§ð
.
h
„
„˜þ Æ
„$
„˜þ Æ
$ ^„$
`„˜þ
)
„1ü Æ
§
^„§
`„1üOJ PJ QJ ^J o(
·ð
h
h
„Ð
^„
„x „˜þ^„x `„˜þ
„H „˜þ^„H `„˜þ
„
„˜þ^„ `„˜þOJ
„è „˜þ^„è `„˜þOJ QJ
„¸ „˜þ^„¸ `„˜þOJ QJ
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þ
`„˜þ
.
„§
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„˜þ
.
PJ QJ ^J
)
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
°
.
„à „˜þ Æ
^„° `„˜þ
à
.
þ Æ
˜þOJ
„Ð
ˆH
ˆH
.
.
‚
€
^„à `„˜þ
„˜þ Æ
.
Ð
„P „˜
^„Ð `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„Ð
„˜þ Æ
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
^„
„
.
‚
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
.
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
.
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
.
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
`„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h
„kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
€
€
‚
p
p
ˆH
)
p
@
QJ
o( ‡h
ˆH
·ð
„
.
„
„˜þ^„
`„˜þo(
)
€
p
o( ‡h
ˆH
§ð
€
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
€
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
^„Ð `„˜þo(
.
.
`„˜þo(
.
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„à
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
p
„P „˜þ Æ
P ^„P
„Ð „˜þ Æ
Ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
„˜þ Æ
$ ^„$
„@
p
p
„$
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
P
• „Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
„
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ
„˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ
@
QJ
o(
·ð
•
h
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
·ð
•
o
•
§ð
•
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
h
h
h
„L
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ
„à
„°
„€
„P
„˜þ Æ
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
QJ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
Ð
„˜þ
„Lÿ
o(
o
•
Æ
à ^„à `„˜þOJ
Æ
° ^„° `„˜þOJ
Æ
€ ^„€ `„˜þOJ
Æ
P ^„P `„˜þOJ
^„Ð `„˜þo(
)
Æ
^„ `„˜þ‡h
Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
.
€
h
o(
o(
o(
o(
€
QJ
QJ
QJ
QJ
ˆH
ˆH
§ð
·ð
o
§ð
.
.
•
•
•
h
h
h
„Ð
‚
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
° „Pþ Æ
° ^„° `„PþB* o( ph
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
‡h
)
ˆH
.
.
.
.
ˆH
€
€
‚
„
.
‚
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
(
^„ `„˜þo(
(
)
Lÿ
.
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
)
„
„p
„@
„
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
p ^„p `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þOJ PJ QJ ^J
)
„˜þo(
.
‚
„
„Lÿ Æ
^„ `„Lÿ‡h
ˆH
„Ø
„˜þ Æ
Ø ^„Ø `„˜þ‡h
„¨
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„h „˜þ Æ
„8 „˜þ Æ
.
ˆH
€
.
€
.
„P „L
h ^„h `„
8 ^„8 `
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„x „Lÿ Æ
x ^„x `„Lÿ‡h
„H „˜þ Æ
H ^„H `„˜þ‡h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„è „Lÿ Æ
è ^„è `„Lÿ‡h
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
)
^„p `„˜þ
.
‚
„Lÿ Æ
@
^„@
`„Lÿ
.
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
€
„p
„@
„
„˜þ Æ
„
p
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
‚
.
€
„° „Lÿ Æ
^„€ `„˜þ
‚
°
.
QJ
QJ
o(
^J
„€ „˜þ Æ
€
þ Æ
P ^„P `„˜þ
.
`„Lÿ
.
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ
„˜þ Æ
Ø ^„Ø `„˜þOJ
„¨
„à „˜þ Æ
^„° `„Lÿ
€
à
.
„
§ð
o(
€
o
^„à `„˜þ
€
„Lÿ Æ
.
„P
^„
„˜
„Ø
€
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ o(
§ð
€
„x „˜þ Æ
x ^„x `„˜þOJ QJ o(
·ð
€
„˜þ Æ
H ^„H `„˜þOJ QJ ^J o(
o
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
§ð
€
„è „˜þ Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ o(
·ð
€
„˜þ Æ
¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
€
„ˆ „˜þ Æ
ˆ ^„ˆ `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ Æ
8 ^„8 `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o(
·ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
(
)
„zþ Æ
B ^„B `„zþo(
(
)
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
„H
„¸
„8
„B
„@
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o(
·ð
€
^„ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
€
„Ø
„˜þ Æ
Ø ^„Ø `„˜þOJ QJ
„¨
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„
o(
§ð
€
„˜þ Æ
„
.
„P
^„
„˜þ Æ
„L
`„
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ o(
·ð
€
QJ ^J o(
o
€
„H „˜þ Æ
H ^„H `„˜þOJ QJ o(
§ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„¸ „˜þ Æ
¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o(
§ð
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J
.
p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þo(
(
)
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þo(
)
„
„x
„˜þ Æ
x
^„x `„˜þOJ
€
€
„è
€
„
„
„@
„˜þ Æ
^„
`„˜þo(
.
€
„à „˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ
„˜þ Æ
8 ^„8 `„˜þo(
.
„^ „˜þ Æ
^ ^„^ `„˜þOJ
„Lÿ Æ
Ø ^„Ø `„Lÿ
QJ
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
o(
QJ
.
o(
€
§ð
·ð
o
§ð
€
€
€
§ð
‚
„8
„Ø
„¨
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ
‚
.
þ Æ
Lÿ
è
.
„
„¨
€
„
„˜þ Æ
^„è `„˜þ
„˜þ^„
„˜þ^„Ø
„H
^„
.
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
`„˜þOJ QJ o(
·ð
`„˜þOJ QJ ^J o(
H
.
„x „˜þ Æ
^„H `„Lÿ
€
x
.
„¸
€
o
^„x `„˜þ
€
„Lÿ Æ
.
¸
„Ø
€
„è „˜
^„¸ `„
„˜þ^„¨
`„˜þOJ
„x
`„˜þOJ
„
„è
`„˜þOJ
„ˆ
„Ð
„
„Ù
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
„
QJ o(
§ð
€
„˜þ^„x `„˜þOJ QJ o(
·ð
QJ ^J o(
o
€
„˜þ^„ `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ^„è `„˜þOJ QJ o(
·ð
QJ ^J o(
o
€
„˜þ^„ˆ `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
Ù ^„Ù `„˜þOJ QJ o(
@
QJ
o(
·ð
€
€
„H
„˜þ^„H
€
€
„¸
„˜þ^„¸
vð
o
·ð
€
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ
„à
„°
„€
„P
„˜þ Æ
U `„˜þ
€
„˜þ Æ
^„õ
`„˜þ
„˜þ Æ
^„Å
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
QJ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
…
.
o(
o
Æ
à ^„à
Æ
° ^„°
Æ
€ ^„€
Æ
P ^„P
^„… `„˜þ
‚
€
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
)
QJ
QJ
QJ
QJ
€
o(
o(
o(
o(
§ð
·ð
o
§ð
„%
„Lÿ Æ
%
„U „˜þ Æ
^„% `„Lÿ
U
.
„…
^„
„õ
õ
.
Å
€
.
‚
„5
^„
.
„˜þ Æ
`„Lÿ
€
„Å
5
.
„e „˜þ Æ
^„5 `„˜þ
e
.
„• „Lÿ Æ
^„e `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
•
.
^„• `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
€
€
€
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„
„L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
P
• „Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
„
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ
„˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ
@
QJ
o(
·ð
€
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
·ð
€
o
€
§ð
€
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„L
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ
„à
„°
„€
„P
„˜þ Æ
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
„
QJ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
Ð
„˜þ
„˜þ
o(
o
€
Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ o(
§ð
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o(
·ð
Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ o(
o
Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o(
§ð
^„Ð `„˜þCJ OJ QJ o(
qð
Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
o
Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o(
§ð
@
QJ
o(
·ð
•
h
€
€
€
h
•
h
•
•
h
h
… „Ð
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ o(
o
•
h
„à „˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ o(
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o(
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ o(
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o(
„h „˜þ Æ
h ^„h `„˜þo( ‡h
ˆH
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
.
„\þ Æ
` ^„` `„\þo(
)
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
§ð
·ð
o
§ð
•
•
•
h
h
h
)
„`
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
„à „Lÿ Æ
à ^„à
„° „˜þ Æ
° ^„°
„€ „˜þ Æ
€ ^„€
„P „Lÿ Æ
P ^„P
8 „˜þ^„8 `„˜þo( sH
.
„p
„˜þ^„@
`„˜þ
.
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
„
„Lÿ^„p `„Lÿ
.
€
€
‚
Ð
„˜þ^„
`„˜þ
„
.
„@
„
„˜þ^„
`„˜þ
.
„à
„°
^„€ `„˜þ
„Lÿ Æ
^„
`„Lÿ
.
„¡ „kþ Æ
¡
D ^„D `„˜þ
„P
^„¡ `„kþo(
.
.
„D
.
„˜þ Æ
„Lÿ^„à `„Lÿ
„˜þ^„° `„˜þ
.
„€
„ä
„Lÿ^„P `„Lÿ
.
.
„
„˜þ
„˜þ Æ
ä
^„ä
`„˜þ
þ Æ
$
Lÿ
.
QJ aJ
.
„˜þ Æ
^„Œ
`„˜þo(
.
„T „˜þ Æ
^„$ `„˜þ
T
.
„„ „Lÿ Æ
^„T `„˜þ
„
.
„8
o(
·ð
„´ „˜þ Æ
^„„ `„Lÿ
„˜þ Æ
„
„Œ
Œ
)
„¨
´
.
^„´ `„˜þ
.
„$ „˜
„ô „Lÿ Æ
ô ^„ô `„
8 ^„8 `„˜þ5 6 CJ OJ
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þo(
.
(
„è „˜þ Æ
^„¸ `„Lÿ
)
€
)
è
.
„
„˜þ Æ
^„è `„˜þ
„H
^„
.
„p
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
„˜þ Æ
„@
„Lÿ Æ
^„@
`„Lÿ
@
.
€
„
„x „˜þ Æ
x
H ^„H `„Lÿ
.
€
„
p
„˜þ Æ
^„p `„˜þ
^„x `„˜þo(
.
€
„¸
^„
.
„Lÿ Æ
`„˜þo(
‚
¸
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
‚
.
€
„€ „˜þ Æ
þ Æ
P ^„P `„˜þ
`„Lÿ
.
‡h
ˆH
·ð
‚
„Lÿ Æ
@
^„@
`„Lÿ
.
€
€
.
„° „Lÿ Æ
^„€ `„˜þ
‚
Ð
°
.
„à „˜þ Æ
^„° `„Lÿ
€
„Ð
€
„@
„
à
.
„
„˜þ Æ
Ð
„p „˜þ Æ
^„à `„˜þ
€
.
„P
„Lÿ Æ
^„
^„Ð `„˜þOJ QJ
p ^„p `„˜þ
„˜
o(
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
‚
þ Æ
P
`„Lÿ
„Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
„
.
€
„° „Lÿ Æ
^„€ `„˜þ
‚
°
.
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„˜þ
.
.
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ
„˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ
@
QJ
o(
·ð
€
„à „˜þ Æ
^„° `„Lÿ
€
à
.
„
·ð
o
§ð
€
€
€
^„à `„˜þ
€
„Lÿ Æ
.
„P
^„
„˜
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ
„à
„°
„€
„P
„˜þ Æ
U `„˜þ
€
„˜þ Æ
^„õ
`„˜þ
„˜þ Æ
^„Å
`„˜þ
€
QJ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
„˜þ
…
.
o(
o
Æ
à ^„à
Æ
° ^„°
Æ
€ ^„€
Æ
P ^„P
^„… `„˜þ
‚
€
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
`„˜þOJ
)
QJ
QJ
QJ
QJ
€
o(
o(
o(
o(
§ð
·ð
o
§ð
„%
€
€
€
„Lÿ Æ
%
„U „˜þ Æ
^„% `„Lÿ
U
.
„…
^„
„õ
õ
.
Å
€
.
‚
„Å
„• „Lÿ Æ
^„e `„˜þ
„5 „˜þ Æ
5
‚
ÿ Æ
^„ `„Lÿ
.
h
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo( ‡h
ˆH
)
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h
h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„e „˜þ Æ
^„5 `„˜þ
e
.
•
.
^„• `„Lÿ
€
.
„
•
h
o
ˆH
„L
•
§ð
h
•
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
„8
„
„Ø
„¨
„˜þ^„8 `„˜þ‡h
„˜þ^„ `„˜þ‡h
„Lÿ^„Ø
ˆH
ˆH
`„Lÿ‡h
.
.
ˆH
•
’
.
h
„à
h
•
o
ˆH
h
•
§ð
h
h
•
h
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
h
h
„˜þ^„¨
`„˜þ‡h
„x
„H
„
„è
„¸
„˜þ Æ
^„Œ
`„˜þo(
„˜þ Æ
^„ô
`„˜þo(
ˆH
„˜þ^„x
„Lÿ^„H
„˜þ^„
„˜þ^„è
„Lÿ^„¸
Œ
.
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
.
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
h
.
.
.
.
.
’
•
•
’
h
h
h
h
„Œ
„ô
ô
)
‚
„Ä
„Lÿ Æ
Ä
^„Ä
`„Lÿ
€
.
€
„4
þ Æ
^„
˜þ
.
`„Lÿ
.
„Aû Æ
^„
`„Aûo(
.
„˜þ Æ
Œ
^„Œ
`„˜þo(
)
„Lÿ Æ
\
^„\
`„Lÿ
.
€
„Ì
þ Æ
œ ^„œ
˜þ
.
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
d
.
„” „˜þ Æ
^„d `„˜þ
€
„¤ „Lÿ Æ
„
”
.
^„” `„˜þ
‚
„Ô
¤ ^„¤-
„˜þ Æ
‚
„
„˜
^„Ô `„
Ô
„\
€
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
„˜þ Æ
„@
Ì
.
„ü „˜þ Æ
^„Ì `„Lÿ
€
„Ð
„
p
ü
.
„, „˜þ Æ
^„ü `„˜þ
€
„<„˜þ Æ
Ð ^„Ð
„˜þ Æ
^„
^„p `„˜þOJ QJ
,
.
^„, `„˜þ
‚
„l „˜þ Æ
„Lÿ Æ
<- ^„<-`„Lÿ
`„˜þOJ PJ QJ ^J
`„˜þo(
.
€
o( ‡h
ˆH
·ð
@
QJ
.
„Œ
„p
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
4
.
„d „˜þ Æ
^„4 `„Lÿ
€
o( ‡h
ˆH
·ð
€
„
.
„œ „˜
^„l `„
l
.
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
„˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
o
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ PJ QJ ^J
.
„à
„˜þ Æ
à
„° „˜þ Æ
„€ „˜þ
„P
h
„Ø
„¨
„Lÿ Æ
¨
^„¨
`„Lÿ
€
.
€
„H
^„
„˜þ Æ
`„Lÿ
€
H
.
„x „˜þ Æ
^„H `„˜þ
€
„
„Lÿ Æ
^„è `„˜þ
.
‚
„ˆ „Lÿ Æ
ˆ
h
• „Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
„@ü Æ
ø ^„ø `„@üOJ PJ QJ ^J o(
•
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o(
§ð
•
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o(
·ð
•
h
„
þ Æ
˜þ
è
.
x
.
^„x `„˜þ
‚
„¸ „˜þ Æ
^„ˆ `„Lÿ
.
¸
.
„è „˜
^„¸ `„
„ø
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ o(
o
•
h
„à „˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ o(
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o(
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ o(
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
… ^„… `„˜þo(
.
^„U `„˜þOJ PJ QJ ^J
(
)
„Ù „˜þ Æ
Ù ^„Ù `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
õ
^„õ
`„˜þ
.
„˜þ Æ
Å
^„Å
`„˜þo(
.
‚
€
„e „˜þ Æ
„5 „˜þ Æ
5 ^„5 `„˜þ
„Lÿ Æ
^„ `„Lÿ
.
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J
• „kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
)
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
„
§ð
·ð
o
§ð
•
•
•
h
h
h
„U
„…
U
„˜þ Æ
·ð
„õ
„Å
e
.
„• „Lÿ Æ
^„e `„˜þ
‚
•
.
^„• `„Lÿ
€
.
„
·ð
.
„
„
h
„@
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ
„à „˜þ
„° „˜þ
„€ „˜þ
„P „˜þ
„˜þ Æ
Ð
^„h `„˜þo(
`„˜þ
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
o(
o
€
Æ
à ^„à `„˜þOJ
Æ
° ^„° `„˜þOJ
Æ
€ ^„€ `„˜þOJ
Æ
P ^„P `„˜þOJ
^„Ð `„˜þo(
.
.
)
€
QJ
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
o(
§ð
·ð
o
§ð
€
€
€
„$
„@
„
„h „˜þ Æ
„˜þ Æ
$ ^„$
„Ð
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
OJ QJ o(
qð
•
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o(
·ð
•
„
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
°
.
ÿ Æ
˜þCJ
à
.
… „Ð
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
h
QJ
QJ
o(
o(
h
o
§ð
•
•
h
h
.
Ð
„P „L
^„Ð `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ
„à „˜þ
„° „˜þ
„€ „˜þ
„P „˜þ
„˜þ Æ
8
^„ `„˜þo(
`„Lÿ
o(
o
•
Æ
à ^„à `„˜þOJ
Æ
° ^„° `„˜þOJ
Æ
€ ^„€ `„˜þOJ
Æ
P ^„P `„˜þOJ
^„8 `„˜þo(
.
.
‚
.
€
QJ
QJ
QJ
QJ
h
o(
o(
o(
o(
§ð
·ð
o
§ð
•
•
•
h
h
h
„8
„
„Ø
„¨
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ
‚
þ Æ
è
Lÿ
.
(
o
.
€
„
„˜þ Æ
^„è `„˜þ
„H
^„
.
€
„p
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
€
„Lÿ Æ
p
H
.
„x „˜þ Æ
^„H `„Lÿ
€
x
.
^„x `„˜þ
€
.
„è „˜
„¸ „Lÿ Æ
¸ ^„¸ `„
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ ^J o
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
‚
^„p `„Lÿ
.
€
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
„h „˜þ^„h `„˜þ‡h
ˆH
Ð `„˜þOJ PJ QJ ^J
)
„8 „˜þ^„8 `„˜þ‡h
ˆH
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
„p „˜þ^„p `„˜þ‡h
ˆH
„Ø
„˜þ^„Ø
`„˜þ‡h
„@
„˜þ^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
„¨
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„L
ÿ Æ
)
„Ð
)
(
(
(
)
)
)
ˆH
.
„˜þ^„
„˜þ^„¨
`„˜þ‡h
.
ˆH
.
„8
h
„
‚
„˜þ Æ
„p „Lÿ Æ
„h
„0ý Æ
8 ^„8
^„ `„˜þOJ QJ
p ^„p `„Lÿ
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
„˜þ Æ
`„0ýo(
o( ‡h
.
h
^„h `„˜þ
.
ˆH
·ð
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
€
`„˜þ
.
„Lÿ Æ
ô
^„ô
`„Lÿ
.
€
ÿ Æ
˜þ
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„$
‚
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„˜þ Æ
„ô
„Ä
à
.
$
^„à `„Lÿ
€
„T „˜þ Æ
^„$
.
T
„P „L
^„T `„
„˜þ Æ
Ä
^„Ä
`„˜þ
.
„”
„
„˜þ Æ
^„
„˜þ Æ
4 ^„4 `„˜þ
`„˜þ
.
‚
`„˜þOJ
.
„h
„€
„P
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„ð
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
ˆH
€
P
^„€ `„˜þ‡h
^„P `„Lÿ‡h
.
€
QJ
€
o(
„˜þ Æ
ˆH
ˆH
„˜þ Æ
”
^„” `„˜þ
.
·ð
h
„Ô „Lÿ Æ
^„h `„˜þo(
.
.
‚
€
Ô
„
„˜þ Æ
^„Ô `„Lÿ
.
€
„4
^„
.
„˜þ Æ
ð
^„ð
`„˜þ‡h
ˆH
.
„À „Lÿ Æ
À ^„À
„ „˜þ Æ
 ^„
„` „˜þ Æ
` ^„`
„0 „Lÿ Æ
0 ^„0
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þ
„ `„˜þ
.
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
.
„h
„
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
„˜þ Æ
.
.
.
.
h
€
€
‚
„8 „˜þ Æ
^„h `„˜þ
8
.
„
„˜þ Æ
^„8 `„˜þ
„
^
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
.
„€ „˜þ Æ
€
þ Æ
P ^„P `„˜þ
.
˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
`„˜þ
.
‚
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „˜þ Æ
^„° `„˜þ
Ð
·ð
à
.
^„à `„˜þ
„
€
„p
„@
„
„Lÿ Æ
p
„˜þ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„P
^„
.
„˜
`„
^„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„”
„d
„˜þ Æ
d
„˜þ Æ
^„d `„˜þo(
„4 „Lÿ Æ
4 ^„4 `„Lÿ‡h
ˆH
.
€
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„Ô
„˜þ Æ
Ô
^„Ô
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„¤ „Lÿ Æ
¤ ^„¤ `„Lÿ‡h
ˆH
.
€
„t „˜þ Æ
t ^„t `„˜þ‡h
ˆH
.
€
„D „˜þ Æ
D ^„D `„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„
„Lÿ Æ
^„ `„Lÿ‡h
ˆH
.
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o(
·ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o(
§ð
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o(
·ð
€
„
.
”
.
„P „L
^„” `„
‚
„
€
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ
„à
„°
„˜þ Æ
„P
„˜þ^„
„p
„@
„Lÿ^„@
`„Lÿ‡h
„
QJ ^J o(
o
€
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o(
·ð
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o(
§ð
`„˜þOJ PJ QJ ^J
)
•
„˜þ^„p `„˜þ‡h
ˆH
.
’
ˆH
.
•
h
€
€
„€
€
h
h
h
„
„˜þ^„
`„˜þ‡h
ˆH
„à „˜þ^„à
„° „Lÿ^„°
„€ „˜þ^„€
„P „˜þ^„P
„
„Lÿ^„
`„Lÿ‡h
ˆH
o(
.
„
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
.
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
•
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
h
.
.
.
.
’
•
•
’
.
$
€
^„
^„$
h
h
h
h
„Ð
`„˜þOJ
`„˜þo(
QJ
o(
·ð
€
)
„
„˜þ Æ
Ð
^„Ð `„˜þ
„$
„@
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
P ^„P `„Lÿ
o(
.
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ÿ Æ
˜þCJ
€
.
€
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„p
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„Lÿ Æ
p
„
à
.
„Ð
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
^„
.
.
„P „L
Ð ^„Ð `„
`„˜þ
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
„€
ÿ Æ
P ^„P
˜þOJ QJ o(
`„˜þo(
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
‚
„˜þ Æ
€
`„Lÿ
.
‡h
ˆH
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
^„à `„Lÿ
€
„Ð
·ð
„p
„@
€
à
.
„
„Lÿ Æ
.
„P
„˜þ Æ
Ð ^„Ð
„
„˜þ Æ
p ^„p `„Lÿ
„L
`„
^„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
0ýo(
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
ˆH
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„8
„$
`„˜þo(
.
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
°
.
·ð
„
„˜þ Æ
h
€
„˜þ Æ
$ ^„$
„@
^„à `„Lÿ
€
„0ý Æ
8
^„ `„˜þo(
„
.
„P „L
^„8 `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„
„Ø
`„˜þ
.
„˜þ Æ
€
Ø
„Lÿ Æ
^„Ø
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„8
^„
„˜þ Æ
`„Lÿ
„¨
à
.
^„à `„Lÿ
€
„h „˜þ Æ
h
8 ^„8 `„˜þ
.
€
.
„P „L
^„h `„
.
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þ
€
ÿ Æ
è
• „Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
„
.
‚
„H
^„
„˜þ Æ
`„˜þ
H
.
QJ
QJ
QJ
o(
o(
o(
„
„˜þ Æ
^„è `„Lÿ
.
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ
„˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ
@
QJ
o(
·ð
•
h
„x „Lÿ Æ
^„H `„˜þ
‚
h
·ð
•
o
•
§ð
•
x
.
^„x `„Lÿ
€
.
„è
h
h
h
„L
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ
„à „˜þ
„° „˜þ
„€ „˜þ
„P „˜þ
„˜þ Æ
^„p `„˜þ
„Lÿ Æ
@
^„@
`„Lÿ
.
o(
Æ
Æ
Æ
Æ
^„
.
€
o
•
à ^„à `„˜þOJ
° ^„° `„˜þOJ
€ ^„€ `„˜þOJ
P ^„P `„˜þOJ
`„˜þo(
)
‚
QJ
QJ
QJ
QJ
h
o(
o(
o(
o(
€
§ð
·ð
o
§ð
•
•
•
h
h
h
„p
„@
„
„˜þ Æ
„
p
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
‚
þ Æ
P
`„Lÿ
.
€
„€ „˜þ Æ
^„P `„˜þ
.
€
.
„° „Lÿ Æ
^„€ `„˜þ
‚
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
„Lÿ Æ
p
^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
.
€
°
.
„˜þ Æ
ˆH
„à „˜þ Æ
^„° `„Lÿ
€
à
.
„
„Ð „˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þo(
.
^„à `„˜þ
€
.
„P „˜
„Lÿ Æ
^„
^„Ð `„˜þo(
.
.
‚
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ú „˜þ^„ú `„˜þOJ QJ o( ‡h
˜þ^„Ê `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
„˜þ^„š
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
·ð
o
•
€
€
‚
h
•
•
h
h
h
„Ê
„š
„j
„
„
„˜þ^„j
`„˜þOJ
OJ QJ
„˜þ^„
`„˜þOJ
þOJ QJ
QJ ^J
QJ o(
þo(
‚
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
QJ
^J
o( ‡h
o( ‡h
ˆH
ˆH
QJ o( ‡h
ˆH
o( ‡h
ˆH
·ð
o( ‡h
ˆH
o
‡h
ˆH
§ð
.
€
„p
„@
@
.
€
·ð
o
•
•
§ð
h
h
•
h
•
•
„Lÿ Æ
„:
„
h
h
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
„
„˜þ^„: `„˜þ
„Ú „˜þ^„Ú `„˜
„ª „˜þ^„ª `„˜þOJ
„z „˜þ^„z `„˜þOJ
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜
^„ `„˜þ
.
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
‚
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
p
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„ „kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
)
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
p
„
.
p
„
„L
„˜þ^„
`„˜þo(
)
•
o( ‡h
ˆH
§ð
•
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
^„Ð `„˜þ
.
€
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
p
„à
p
•
p
•
§ð
„p
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
p
„P „˜þ Æ
P ^„P
„Ð „˜þ Æ
Ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
p ^„p `„Lÿ
.
€
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o(
·ð
^„ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o(
·ð
€
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„
€
o(
§ð
€
„
„˜þ Æ
„
.
„P
^„
„˜þ Æ
„L
`„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ
„à
„°
„˜þ Æ
„P
„•
„e
„5
„Lÿ^„5
`„Lÿ‡h
„
QJ ^J o(
o
€
„˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o(
·ð
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ^„• `„˜þ‡h
ˆH
)
•
„˜þ^„e `„˜þ‡h
ˆH
.
’
ˆH
.
•
h
€
€
„€
€
h
h
h
„˜þ^„
`„˜þ‡h
„Õ
„¥
„u
„E
„
„
ˆH
.
•
h
„˜þ^„Õ `„˜þ‡h
ˆH
.
„Lÿ^„¥ `„Lÿ‡h
ˆH
.
„˜þ^„u `„˜þ‡h
ˆH
.
„˜þ^„E `„˜þ‡h
ˆH
.
„Lÿ^„ `„Lÿ‡h
ˆH
.
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ PJ QJ ^J
.
’
•
•
’
h
h
h
h
o
„Ø
„¨
„Lÿ Æ
¨
^„¨
`„Lÿ
€
þ Æ
˜þ
.
è
.
€
„
„Lÿ Æ
^„è `„˜þ
‚
p
„H
^„
.
„˜þ Æ
`„Lÿ
€
H
.
„ˆ
„¨
„x „˜þ Æ
^„H `„˜þ
€
„Lÿ Æ
x
.
ˆ
^„x `„˜þ
‚
„¸ „˜þ Æ
^„ˆ `„Lÿ
.
¸
.
„è „˜
^„¸ `„
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ PJ QJ
PJ QJ ^J
„@
„Lÿ^„@
`„Lÿ‡h
ˆH
„
^J
)
.
’
.
p
p
•
p
„p
„˜þ^„p `„˜þOJ
„˜þ^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
•
„à „˜þ^„à `„˜þ‡h
ˆH
.
„° „Lÿ^„° `„Lÿ‡h
ˆH
.
„€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
„P „˜þ^„P `„˜þ‡h
ˆH
.
„
„Lÿ^„
`„Lÿ‡h
ˆH
.
CJ OJ QJ o(
qð
•
„ì „˜þ Æ
ì ^„ì `„˜þOJ QJ
„¼ „˜þ Æ
¼ ^„¼ `„˜þOJ QJ
„Œ
„˜þ Æ
Œ
^„Œ
`„˜þOJ QJ o(
·ð
•
„\
„˜þ Æ
\
^„\
`„˜þOJ QJ o(
o
•
„, „˜þ Æ
, ^„, `„˜þOJ QJ
„ü „˜þ Æ
ü ^„ü `„˜þOJ QJ
„Ì „˜þ Æ
Ì ^„Ì `„˜þOJ QJ
„œ „˜þ Æ
œ ^„œ `„˜þOJ QJ
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
^„ `„˜þ
.
‚
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
p
’
•
•
’
p
p
p
p
h
… „
h
o(
o(
„˜þ Æ
o
§ð
•
•
h
h
§ð
·ð
o
§ð
•
•
•
h
h
h
^„
`„˜þ
h
h
o(
o(
o(
o(
€
„Ð
„p
„
„Lÿ Æ
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
p `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
·ð
°
.
•
ˆH
§ð
o
•
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
Ð
Ð
•
Ð
à
.
„
Ð
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„˜þ Æ
^„
„p „˜þ Æ
p
„@
„
„L
`„
^„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
Ð
^„à `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
h
þo(
(
)
•
h
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
.
’
„p „Lÿ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
.
•
„@
„˜þ^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
•
h
„
„à
Ð
„˜þ Æ
„°
Ð
•
o
Ð
•
Ð
„Ð
h
h
à
„˜þ
„€
„˜þ^„Ð `„˜
„˜þ^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
h
„à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
.
•
„° „˜þ^„° `„˜þ‡h
ˆH
.
•
„€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
’
„P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
.
™ ^„™ `„˜þOJ PJ QJ ^J
)
•
„i
„˜þ Æ
i ^„i `„˜þ‡h
ˆH
„9
h
h
h
h
„™
h
.
’
h
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
9
^„9
`„Lÿ‡h
„
„Ù
„©
„y
„I
„
„Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
ˆH
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
.
Ù
©
y
I
Ð
p
^„
^„Ù
^„©
^„y
^„I
^„
^„Ð
^„
^„p
•
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
.
.
.
.
.
@
ˆH
.
•
h
•
’
•
•
’
•
’
•
h
h
h
h
h
h
h
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„°
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„Pþ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
.
^„à
^„°
^„€
^„P
^„°
^„
p ^„p
à
°
€
P
°
’
h
`„Lÿ‡h
ˆH
`„˜þ‡h
ˆH
`„˜þ‡h
ˆH
`„Lÿ‡h
ˆH
`„Pþo( ‡h
ˆH
`„˜þ‡h
ˆH
`„Lÿ‡h
ˆH
@
ˆH
.
€
.
.
.
.
•
•
’
.
.
.
h
h
h
€
‚
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
.
€
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
.
€
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
.
„˜þ Æ
^„ `„˜þ5 6 CJ OJ QJ aJ o(
·ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o(
§ð
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o(
·ð
€
„
„
€
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o(
o
€
„à „˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ o(
§ð
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o(
·ð
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o(
o
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o(
§ð
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
)
^„ `„˜þo(
)
‚
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
.
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
€
€
„€
€
„Ð
„
€
„˜þ Æ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
à
°
€
P
.
^„à
^„°
^„€
^„P
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
„
„\þ Æ
^„
`„\þo(
)
8
.
`„‰þo(
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
„
„3
)
€
.
€
„‰þ Æ
„
3
„˜þ Æ
^„3
^„
`„˜þo(
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
p ^„p `„Lÿ
.
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
‡h
.
.
.
.
ˆH
€
€
‚
Ð
·ð
‚
„
€
„p
„@
„
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
ÿ Æ
)
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
P
„
„Ø
„¨
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
•
h
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
„Lÿ^„Ø
`„Lÿ‡h
.
ˆH
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
’
.
à
.
„8
^„à `„Lÿ
€
„P
„˜þ^„8 `„˜þo(
h
•
.
h
„L
(
„˜þ^„¨
`„˜þ‡h
ˆH
.
•
„x „˜þ^„x `„˜þ‡h
ˆH
„H „Lÿ^„H `„Lÿ‡h
ˆH
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
„è „˜þ^„è `„˜þ‡h
ˆH
„¸ „Lÿ^„¸ `„Lÿ‡h
ˆH
Ð ^„Ð `„˜þo(
(
)
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
h
.
.
.
.
.
ˆH
ˆH
’
•
•
’
h
h
h
h
„Ð
.
.
‚
€
„˜þ Æ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
„Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ
.
€
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
.
.
.
.
·ð
€
€
‚
„
‚
„p
„@
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
)
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„
„˜þ^„$
.
^J
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„Ð
„$
`„˜þo(
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ PJ QJ
„
°
.
„˜þ Æ
„@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þo(
.
„P „L
^„Ð `„
)
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„
ˆH
.
‚
„Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
„˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
„Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ PJ QJ ^J
.
.
.
.
.
o
€
€
‚
„Ø
„¨
„Lÿ Æ
¨
^„¨
`„Lÿ
€
þ Æ
˜þ
.
è
.
€
„
„Lÿ Æ
^„è `„˜þ
‚
Ð
„p
„H
^„
.
„Ð
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
`„Lÿ
€
H
.
„x „˜þ Æ
^„H `„˜þ
€
@
.
€
^„x `„˜þ
‚
„¸ „˜þ Æ
¸
„ˆ „Lÿ Æ
ˆ ^„ˆ `„Lÿ
.
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
.
‚
p ^„p `„Lÿ
.
€
@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
x
.
„
.
„è „˜
^„¸ `„
·ð
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
.
h
„ì „˜þ Æ
ì ^„ì `„˜þ‡h
ˆH
¼ „Lÿ Æ
¼ ^„¼ `„Lÿ
.
„˜þ Æ
Œ
^„Œ
`„˜þ
.
„˜þ Æ
\
^„\
`„˜þ
.
„ü „˜þ Æ
„Ì „˜þ Æ
Ì ^„Ì `„˜þ
ÿ Æ
œ ^„œ `„Lÿ
.
„( „˜þ^„( `„˜þ‡h
ˆH
)
„ø „˜þ^„ø `„˜þ‡h
ˆH
.
„È
„Lÿ^„È
`„Lÿ‡h
ˆH
.
•
„˜
„˜þ^„˜
`„˜þ‡h
ˆH
.
•
„h „˜þ^„h `„˜þ‡h
ˆH
.
„8 „Lÿ^„8 `„Lÿ‡h
ˆH
.
„
„˜þ^„ `„˜þ‡h
ˆH
.
„Ø „˜þ^„Ø `„˜þ‡h
ˆH
.
„¨ „Lÿ^„¨ `„Lÿ‡h
ˆH
.
ý ^„ý `„kþo(
)
€
˜þ
.
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ÿ Æ
lýo(
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
P
„H
^„à `„Lÿ
€
„lý Æ
.
„P „L
^„H `„
H
.
„
„Œ
„\
ü
.
„, „Lÿ Æ
^„ü `„˜þ
,
.
^„, `„Lÿ
.
„œ
„L
h
•
’
h
h
’
•
•
’
h
h
h
h
h
h
„ý
„p
„Lÿ Æ
„
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„kþ Æ
^„ `„
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
ÿ Æ
P
„
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
Ø
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„L
„˜þ Æ
^„
`„˜þo( ‡h
ˆH
)
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þ‡h
„@
„Lÿ Æ
@
^„@
`„Lÿ‡h
ˆH
.
•
„
Ø
ˆH
.
Ø
’
Ø
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
„à „˜þ Æ
à ^„à
„° „Lÿ Æ
° ^„°
„€ „˜þ Æ
€ ^„€
„P „˜þ Æ
P ^„P
„
„Lÿ Æ
^„
„h „˜þ Æ
h ^„h
8 „˜þ^„8 `„˜þo(
.
h
`„˜þ
.
•
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
Ø
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
.
.
’
•
•
’
h
„˜þ^„Ø
„Ø
h
„
„¨
Ø
Ø
Ø
Ø
h
h
„Lÿ^„
`„Lÿ
„
.
„˜þ^„¨
`„˜þ
.
h
^„ `„˜þ
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
h
„˜þ^„H `„˜þ
h
„Ð „˜þ Æ
Ð
„H
.
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
p
^„ `„˜þ‡h
^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
.
€
„x
„Lÿ^„x `„Lÿ
.
h
„è „Lÿ^„è `„Lÿ
^„Ð `„˜þo(
.
€
.
ˆH
ˆH
.
.
‚
€
„
.
„˜þ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„
ˆH
.
‚
„Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
„˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
„Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ o(
„˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ PJ QJ ^J
.
.
.
.
.
o
€
€
‚
„Ø
„¨
„Lÿ Æ
¨
^„¨
`„Lÿ
€
þ Æ
˜þ
.
è
.
„H
^„
„
„Lÿ Æ
^„è `„˜þ
‚
.
„Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
p
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
„˜þ Æ
`„Lÿ
€
.
€
H
.
„x „˜þ Æ
^„H `„˜þ
€
Ð
„ˆ „Lÿ Æ
^„Ð `„˜þo(
ˆH
ˆH
.
.
x
.
ˆ
‚
€
^„x `„˜þ
‚
„¸ „˜þ Æ
^„ˆ `„Lÿ
.
€
.
¸
.
„è „˜
^„¸ `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
h „˜þ Æ
h ^„h `„˜þo(
.
^„T `„˜þo(
.
‚
„$
„Lÿ Æ
$ ^„$ `„Lÿ‡h
„ô
„˜þ Æ
ô
^„ô
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„Ä
.
.
.
.
€
€
‚
„T
ˆH
.
€
„˜þ Æ
„
T
„˜þ Æ
Ä
^„Ä
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„” „Lÿ Æ
” ^„” `„Lÿ‡h
„d „˜þ Æ
d ^„d `„˜þ‡h
„4 „˜þ Æ
4 ^„4 `„˜þ‡h
„
„Lÿ Æ
^„ `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
.
.
‚
€
„
€
ˆH
ˆH
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„Ð
„˜þ Æ
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þOJ
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
^„
„
.
‚
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
.
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
.
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
.
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
·ð
`„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‡h
„kþ Æ
 ^„ `„kþo(
(
€
€
‚
p
p
ˆH
)
p
@
QJ
o( ‡h
ˆH
·ð
„
.
„
„˜þ^„
`„˜þo(
)
€
p
„à „˜þ Æ
à ^„à `„˜þOJ QJ
o( ‡h
ˆH
§ð
€
p
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þOJ
QJ o( ‡h
ˆH
·ð
€
p
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
OJ QJ o( ‡h
ˆH
o
€
p
„P „˜þ Æ
P ^„P
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„h „˜þ Æ
h
^„h `„˜þ
.
„ý „kþ Æ
ý ^„ý `„kþo(
)
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
‚
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ
.
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„à
„° „˜þ Æ
° ^„°
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
.
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
. ¬
vf
¤,gy
Ò•WS
Y> "
±y
u
B ³;
¹*6o
=oRU
¿ ú4
iiQ_
Ñ
|H
D1•
xR[r
€dJ
È Ï"
ïq¢J
>
„Lÿ Æ
`„˜þ
‚
³?‡
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„L
}
L É9
ÏR|>
;1´
•@F
ƒT÷
€mû3
•zl
e
1v
¯
©
•]Õ|
Î 72
l-.
j
‚a
¬ i>
u~t<
*
ß2“o
IMr
Þ$•5
{N….
U8-
( Œ-
Ûwç
-Rç
?#òj
Þ••o
•n
W}=
62as
9 ©
n )P
v ŽX
Í \3
II 2
.xu
}gbF
y
[
|
@ Œl
ÌTYe
õD«F
cR<
/A
O%Ð.
ÛqVw
®
P
u M
†>+
´q¦s
o _g
Ï+Pv
š
•bj
±@-(
,b
HÇ#
€"Ù
Y¥`
t<{c
T 4Y= €,Ù
w-ža€C= ÀsÙ
5UCB
a
z'´4
>ˆf
‡ ~
†<•q
tO
ŒTáN
l} X
|×(
†q“A
ú š^
-
L ©_è
Ô^ t o= p-Ù
9cýZ
`3ÅJ
¸Hk>
†o–
&@"F
™w#
Æ+ÞO
i* m
Rlþ6
<?»!
ã Ûj
‹d±E
ªM B
,Ó
R ØU
q•ä
CªE
Ik
X
V
0~W
bFu
ËyC{
îU1•
4Q–/
Íz~"
ú-
Ü
+;&h
å$Q
iNð[
•;ƒ
©
l\ì•
-}-,
 ³v
‘X¥)
ÌcáQ
£.c'
,n R
þe
ôB
F,¯K
ì\
JΕ
w =@
Å•},
Dmo
Š
k-
ÙD
¨'µ
v<
\ç\
y:û)
¥ Sk
Ô H
ê7 6
Yx&
qzçW
nYL¸dÉg
$f
¦I
E0
´Nå@
³ >
ÊaÙ/
Í
aK±B
B&Õ;
¯ Êr
Ä 3
ó^Ïx
¶
G
¶M
v
*
Kp@
îYªm
ô8+T
•Gß_
}?˜b
ha ^
V ¨
ý+âf
= F0
¼
Tb
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ½•
Û•
ÿÿÿÿÿÿÿÿqý
¦þ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ-
ÿÿî—¤O
ˆ êu
лp›àUL
¼ ¼Õ
!
!
!
!
!
!
´äÐ^
!
!
° Þ˜
ê‡ø„
Øh¦ß
pC„<Oš?
PYî£
ÀvœÕ
vÊ
9
V
L¬-Fí
®~Úo
›˜(
4K¤ß–
Íî–
!
-šfË
!
à¡$§ DèäªøjL
!
!
!
PŠðÁ
!
!
!
!
!
¤‡
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ°ÊÀƒÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
˜g>¬z â
4šº¶
¤× ¹°Ñ&ºì¾ªe:·â…L"‚w
ú=®†
Rxlñ„Œúñ
ÚÒx•
,Ã ·pi šöÀ0PŠÙº36
ˆ~ÈÉ
ò d¹ —ŽŽ¼Æð…LG
¨©
xªžÂ ƒî®
€-4{
ƒî®RN›
!
!
!
!
!
!
!
RÙ C8šÒ
p“è
üB
ƒî®
!
¾Vâ[
D J_
l ôÎ
Þ•þ»
¬v„Ô² pvªJR–ª ~hp 2*x `P
ÿÿÿÿ
!
!
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ¤œ>ª
0¿ú¢¤ï¨r
!
!
!
!
!
!
!
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
â—þ!
á 0
ï˜LFà"r
!
ˆ êuªn
ˆ êu
!
!
!
!
!
!
!
®>À¢`žF9
!
!
!
Dä
ŽÑÆL
!
!
!
!
¦~`–
!
ºY ’
ðæ^% DèäH#lu
~NLÒ
~; Ó
ˆ êuF°²¼.8H?’ªÆ0º¤8á
XÞøS
~pŒ JŒþ$~ ŽY"£ 8ÂkìÅ¢¶tf)ŒØdÌâ›
NpbÏD¯„3
ꤜº ت‰báVrúy
Ö¶´•`Ö w
¸–ö
žš`À4úâGH+2i
BÛ
Ä- :
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
\ ] Ë&m
! ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
„RV4
è¬Pt
–
•t4p“è
`–: œÛò¨
Å
ö
!
ܯ´
˜^ž'˜Á†ç
ˆ êu
¬šD
”¨ ‹
LÛj_
! À@ ½
þt:Šy& ö3RÇ
ªJ•
!
´Ì§
šrS
!
!
!
!
!
!
!
!
!
ˆ êu
ƒî®
ƒî®Xÿ^Ä
!
!
!
!
!
!
!
·8„
® Þl
îñdð
ˆ êu
jÐ~ö
žh[VÒþ•tÑrð
â ,Ã
l ôÎ
”¨ ‹
ö³$,$©DÉPŠ ò
V
ƒî®
L
2|"f¸Äv褉øêÊt’µÒµf´ @Σ°)hŒ„®
è÷€õ
Ü7ÜkÊ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ƒî®
tYP
L"Uº´P•
&f²•
ï M
‹ 5Jpq¨u
ž=
s
P
²P
Ò6
.U
pq¨u
¿' e> c_
.U
kH
¦sñA§Q=B
å
§Q=B
Ga ±G
ÄH
‘i
L"
¾j
þ
–c
Ùd
ˆ
?
ù.
Ôk
¦
$
"
2 £K ðB ^$ A " PJ$ ·b$ ‰ % å(% Vn' g ( {o( VN) [ + uHê4. ¢x0 p1
3 aJ3 ’f3 .4 Y{5 ¡ 7 R7 ‹^7 ¥c7 wV: S; Mc; Ð/< -}= <C?
.C ®XD #E õ_E ÁnE ŒlF ¶G ¡-G « H --H Î\I íaI Q+J
FK *nM ×nM 7wO ‰`P ö R « R ŸhR -OS K9T ‘;U I W •
X ð-X kBY ²{Y × Z c0Z PKZ B [ • [ Ñu[ §"] *^ š•^ -5_ ×h_ Æ
` ›
` N` g&b d}b Ô e
]e 0Mf pf 1Ei €[j ë
l al B m Épm Zn Yvn ¦ o Û o Â#o ×0o 37q º t ˜"t O\v ®Wy
{ ]]| K } ¿ € ‰l€ . • cS•
‚ RI‚ ‘s‚ ¶
ƒ 1]„ õ … ½?† ¤p† ¾ ‡ ß
‡ óQ‡ ½$ˆ ëoˆ ¾ ‰ Ó5Š _ ‹ 7Œ ¸ • xŽ Y
• ‰ ’ •^” ÞF˜ ä!™ ·1š FRš Rs› ”T• ³W• òa• Gl• ƒ:ž BIž ¬iŸ ènŸ C
vm
Ed¢ 8 ¤ E¤ h.¥ ôt¦ Hv¦ Å § ð
§ Ye§ P ¨ v © ÓR© (vª ·^« ê"¬ < ® ƒ=® MD¯ `-± C>± ˜ ´ ™
µ Y µ Ô3¸ &¹ ¯\¹ ð(» â_» È.½ ˜|½ ÅX¾ tb¾ ìy¾ ` ¿ µ ¿ X¿ P À I Á ønÁ tHÄ -Å —|Å HÆ /Ç íuÇ C}Ê Q Ì ^lÌ „zÌ ØÍ Ç,Î âbÎ º Ï ˜ Ñ ”_Ñ ^aÔ pÖ ™yÖ & Ø ].Ù U:Ù !TÙ ¸[Ù ¿\Ú ·EÛ ”
ÔV¢
Ü
Ý Ö Ý V:Ý !Þ ™ ß Pmà Ð á n"á ó?á
â Ê"â Àå ?{é 9iê á ë Q ë 33ë rì 'xì Õ!í h î åXî ¦dï b ð U7ð ÔFñ t)ó nfõ „1ö T7ö
dv÷ oFø osú !û >4ü qLü Ü ý Ô ý Ý8þ ‚Jþ Œ ÿ
vj xj
ÿ@
Υ p
@ ÿÿ
U n k n o w n ÿÿ
ÿÿ
ÿÿ
ÿÿ
ÿÿ
ÿÿ
G-•
ï* àAx À
ÿ
T i m e s
N e w
R o m a n
5-•
€
S y m b o l
3.•
ÿ* àCx À
ÿ àûýÇj
ÿ
Ÿ
A r i a l
=. €
M S
P G o t h i c
;
• †
•(
S i m S u n
‹[SO
;
•
‡
Ÿ
S t y l e
?-•
2
5.•
ÿ* á[` À)
‡
‡
M S
IN•
C o r s i v a
A-•
A n t i q u a
CN•
S a n s
M S
7-•
B T
B
ˆ
ðÐ
€
W i n g d i n g s
K-,
B o o k m a n
O l d
€
W i n g d i n g s
ÿ
Ÿ
Ÿ
‡
ï
T a h o m a
A.•
A r i a l
N a r r o w
A.•
T r e b u c h e t
Ÿ
M o n o t y p e
‡
Ÿ
B o o k
‡
Ÿ
C o m i c
K
@
Ÿ
C a m b r i a
U •
S o u v e n i r
L t
G e o r g i a
?=•
ÿ* àCx À
ÿ
C o u r i e r
N e w
A-•
ï
ë
Ÿ
C a m b r i a
M a t h
"
0
h
ú”ØF •ØF
ïÎ ‡› Î Ä
Ô ïÎ ‡› Î Ä
Ô
± ð
Á Á d ´ •‚ 4
d
²g
²g
2ƒq ð
üý
ðÿ
?
ä
tj
!
I N D I K A T O R
1
A N D E S
HP
ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•¦ o
x
x
2
D a d a n g
¼
¬
ÿÿ
¬
-
!
"
#
$
%
&
'
(
)
*
+
,
-
.
/
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
:
;
<
=
>
?
@
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
[
\
]
^
_
`
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
{
|
}
~
•
€
•
‚
ƒ
„
…
†
‡
ˆ
‰
Š
‹
Œ
•
Ž
•
•
‘
’
“
”
•
–
—
˜
™
š
›
œ
•
ž
Ÿ
¡
¢
£
¤
¥
¦
§
¨
©
ª
«
þÿ
+'³Ù0
4
à…ŸòùOh «‘
x
ð
€
”
¤
´
Ä
Ð
ü
$
,
ä
-
INDIKATOR
1 ANDES
rosoft Office Word
Ê
Î
ïÎ
@
‡›
Normal 2~§
@
¼²ƒ
Dadang
Ê @
`FZ
3
-
Mic
þÿ
ÕÍÕœ.
“—
+,ù®0
ô
h
œ
¼
p
¤
|
¬
„
´
Œ
”
Ô
ä
-
Ô
Ä
²g
-
INDIKATOR 1
-
Title
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
w
‰
˜
ª
¼
T
f
x
Š
™
«
½
Ï
Î
á
ó
#
0
B
U
g
y
‹
š
¬
¾
Ð
â
ô
$
1
C
V
h
z
Œ
›
¿
Ñ
ã
õ
%
2
D
E
W
i
{
•
œ
®
À
Ò
ä
ö
&
3
F
X
j
|
Ž
*
7
I
[
m
•
‘
±
Ã
\
n
’
²
Ä
³
Å
×
é
û
ü
]
o
Æ
Ø
ê
,
9
K
•
“
¢
´
¡
Ö
è
ú
+
8
J
€
Ÿ
Õ
ç
ù
H
Z
•
°
Â
)
6
l
~
ž
Ô
æ
ø
G
Y
•
¯
Á
(
5
k
}
•
Ó
å
÷
'
4
^
p
‚
”
£
µ
Ç
Ù
ë
ý
:
L
_
q
ƒ
•
¤
¶
È
Ú
ì
þ
;
M
`
r
„
–
¥
·
É
Û
í
ÿ
<
N
s
…
>
P
b
t
†
?
Q
c
u
‡
v
ˆ
—
¦
¸
Ê
Ü
î
=
O
a
§
¹
Ë
Ý
ï
¨
º
Ì
Þ
ð
©
»
Í
ß
ñ
à
ò
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
w
‰
˜
ª
¼
T
f
x
Š
™
«
½
Ï
Î
á
ó
#
0
B
U
g
y
‹
š
¬
¾
Ð
â
ô
$
1
C
V
h
z
Œ
›
¿
Ñ
ã
õ
%
2
D
E
W
i
{
•
œ
®
À
Ò
ä
ö
&
3
F
X
j
|
Ž
*
7
I
[
m
•
‘
±
Ã
\
n
’
²
Ä
³
Å
×
é
û
ü
]
o
Æ
Ø
ê
,
9
K
•
“
¢
´
¡
Ö
è
ú
+
8
J
€
Ÿ
Õ
ç
ù
H
Z
•
°
Â
)
6
l
~
ž
Ô
æ
ø
G
Y
•
¯
Á
(
5
k
}
•
Ó
å
÷
'
4
^
p
‚
”
£
µ
Ç
Ù
ë
ý
:
L
_
q
ƒ
•
¤
¶
È
Ú
ì
þ
;
M
`
r
„
–
¥
·
É
Û
í
ÿ
<
N
s
…
>
P
b
t
†
?
Q
c
u
‡
v
ˆ
—
¦
¸
Ê
Ü
î
=
O
a
§
¹
Ë
Ý
ï
¨
º
Ì
Þ
ð
©
»
Í
ß
ñ
à
ò
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
w
‰
˜
ª
¼
T
f
x
Š
™
«
½
Ï
Î
á
ó
#
0
B
U
g
y
‹
š
¬
¾
Ð
â
ô
$
1
C
V
h
z
Œ
›
¿
Ñ
ã
õ
%
2
D
E
W
i
{
•
œ
®
À
Ò
ä
ö
&
3
F
X
j
|
Ž
*
7
I
[
m
•
‘
±
Ã
\
n
’
²
Ä
³
Å
×
é
û
ü
]
o
Æ
Ø
ê
,
9
K
•
“
¢
´
¡
Ö
è
ú
+
8
J
€
Ÿ
Õ
ç
ù
H
Z
•
°
Â
)
6
l
~
ž
Ô
æ
ø
G
Y
•
¯
Á
(
5
k
}
•
Ó
å
÷
'
4
^
p
‚
”
£
µ
Ç
Ù
ë
ý
:
L
_
q
ƒ
•
¤
¶
È
Ú
ì
þ
;
M
`
r
„
–
¥
·
É
Û
í
ÿ
<
N
s
…
>
P
b
t
†
?
Q
c
u
‡
v
ˆ
—
¦
¸
Ê
Ü
î
=
O
a
§
¹
Ë
Ý
ï
¨
º
Ì
Þ
ð
©
»
Í
ß
ñ
à
ò
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
w
‰
˜
ª
¼
T
f
x
Š
™
«
½
Ï
Î
á
ó
#
0
B
U
g
y
‹
š
¬
¾
Ð
â
ô
$
1
C
V
h
z
Œ
›
¿
Ñ
ã
õ
%
2
D
E
W
i
{
•
œ
®
À
Ò
ä
ö
&
3
F
X
j
|
Ž
*
7
I
[
m
•
‘
±
Ã
\
n
’
²
Ä
³
Å
×
é
û
ü
]
o
Æ
Ø
ê
,
9
K
•
“
¢
´
¡
Ö
è
ú
+
8
J
€
Ÿ
Õ
ç
ù
H
Z
•
°
Â
)
6
l
~
ž
Ô
æ
ø
G
Y
•
¯
Á
(
5
k
}
•
Ó
å
÷
'
4
^
p
‚
”
£
µ
Ç
Ù
ë
ý
:
L
_
q
ƒ
•
¤
¶
È
Ú
ì
þ
;
M
`
r
„
–
¥
·
É
Û
í
ÿ
<
N
s
…
>
P
b
t
†
?
Q
c
u
‡
v
ˆ
—
¦
¸
Ê
Ü
î
=
O
a
§
¹
Ë
Ý
ï
¨
º
Ì
Þ
ð
©
»
Í
ß
ñ
à
ò
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
#
0
B
T
f
$
1
C
U
g
%
2
D
V
h
&
3
E
W
F
X
x
Š
™
«
j
|
(
5
G
Y
k
}
)
6
H
Z
l
~
*
7
I
[
m
•
+
8
J
\
n
,
9
K
]
o
:
L
^
p
;
M
_
q
<
N
`
r
=
O
a
>
P
b
?
Q
c
s
t
u
v
y
z
{
€
•
‚
ƒ
„
…
†
‡
ˆ
‹
Œ
•
Ž
•
•
‘
þÿÿÿ“
”
•
–
—
š
›
œ
•
ž
Ÿ
¡
¢
£
¤
¥
¦
§
¨
©
¬
®
¯
°
±
²
³
´
µ
¶
·
¸
¹
º
»
¼
½
þÿÿÿ¿
À
Á
Â
Ã
Ä
Å
Æ
Ç
È
É
Ê
Ë
Ì
Í
Î
Ï
Ð
Ñ
Ò
Ó
Ô
Õ
Ö
×
Ø
Ù
Ú
Û
Ü
Ý
Þ
ß
à
á
â
ã
ä
å
æ
ç
è
é
ê
ë
ì
í
î
ï
ð
ñ
ò
ó
ô
õ
ö
÷
ø
ù
ú
û
ü
ý
þ
ÿ
w
‰
˜
ª
i
'
4
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
w
‰
˜
ª
¼
T
f
x
Š
™
«
½
Ï
Î
á
ó
#
0
B
U
g
y
‹
š
¬
¾
Ð
â
ô
$
1
C
V
h
z
Œ
›
¿
Ñ
ã
õ
%
2
D
E
W
i
{
•
œ
®
À
Ò
ä
ö
&
3
F
X
j
|
Ž
*
7
I
[
m
•
‘
±
Ã
\
n
’
²
Ä
³
Å
×
é
û
ü
]
o
Æ
Ø
ê
,
9
K
•
“
¢
´
¡
Ö
è
ú
+
8
J
€
Ÿ
Õ
ç
ù
H
Z
•
°
Â
)
6
l
~
ž
Ô
æ
ø
G
Y
•
¯
Á
(
5
k
}
•
Ó
å
÷
'
4
^
p
‚
”
£
µ
Ç
Ù
ë
ý
:
L
_
q
ƒ
•
¤
¶
È
Ú
ì
þ
;
M
`
r
„
–
¥
·
É
Û
í
ÿ
<
N
s
…
>
P
b
t
†
?
Q
c
u
‡
v
ˆ
—
¦
¸
Ê
Ü
î
=
O
a
§
¹
Ë
Ý
ï
¨
º
Ì
Þ
ð
©
»
Í
ß
ñ
à
ò
!
.
@
"
/
A
#
0
B
$
1
C
%
2
D
&
3
'
4
(
5
)
6
*
7
+
8
J
,
9
K
:
L
=
>
?
O
P
Q
R
S
T
U
V
\
]
^
_
`
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
þÿÿÿt
u
v
w
x
y
z
þÿÿÿ|
}
~
•
€
•
‚
þÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿ
ÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿ’
“
þÿÿÿþÿÿÿ–
þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿR o o t
E n t r y
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
À
F
àv¢u
Ê •
D a t a
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
e
E
W
F
X
G
Y
H
Z
I
[
’
;
M
/W
<
N
1 T a b l
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
¾
Li
W o r d D
o c u m e n t
ÿÿÿÿ
8"
S u m m a r y I n f o r m a t i o n
(
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
s
D o c
u m e n t S u m m a r y I n f o r m a t i o n
8
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
{
M s o D a t a S t o r e
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
©Šu Ê ðJ›u
Ê
H Á Ã B S Û H Þ ß Ä Î S J X Â Ò U J U Ñ L Ð = =
2
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
©Šu Ê ðJ›u
Ê
I t e m
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
Í
t i e s
U
P r o p e r
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
C o m p O b j
ÿÿÿÿ
y
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
þÿÿÿ
þÿÿÿ
þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ<b:Sources
xmlns:b="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/bibliograp
hy"
xmlns="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/bibliography
" SelectedStyle="\APA.XSL"
StyleName="APA"/>
<?xml
version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="no"?>
<ds:datastoreItem ds:itemID="{4BC1181E-FEB1-4BFE-9225-78B25095312F}"
xmlns:ds="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/customXml
"><ds:schemaRefs><ds:schemaRef
ds:uri="http://schemas.openxmlformats.org/officeDocument/2006/bibliograph
y"/></ds:schemaRefs></ds:datastoreItem>
þÿ
ÿÿÿÿ
À
F'
Microsoft Office Word 97-2003 Document
MSWordDoc
Word.Document.8 ô9²q
Download