HO_13_REKRUTMEN_POLITIK_DAN_partisipol_07.doc

advertisement
\- ¥O@ h- Pþ Tþ %Z@ •O@
`þ \- \[( ”­ ãÉ|2
ˆ½ EO@ h
Ö(j§ ÏÊ ÊÁ ÓÏà <E¸ó†ÐÃ
Š
€ HO 13 REKRUTMEN POLITIK DAN
partisipol 07.doc N 07 SP.doc dan model.doc ' ¬u' ìÄ" ûÄ"
ìÄ" ¬´ •#'
X´ áËËt
•u'
ìÄ"
„u' äÄ" ðx' Ì´
l´ €ÊËtàÄ" ÌÄ" Ì´ 5ÊËtÌÄ" ˆÄ" ðx' `
ˆÄ" üÄ" Ä´ 5ZËtüÄ" •u' HO13RE~1.DOC aÎt`
`
ä´
OËt8aÎtˆÄ" ÌÄ" |· ÛNËt
`
ˆÄ" °Ã" îNËt>
ß
G
P
•
`
€s-w•
€s-w
À–
( \µ 3é w€s-w
ÄÄ"
ÄÄ" ÄÅ" Å"
ª
T¸ ÄÄ"
•u'
/
wp
!
· ½ wp¼µ
· í wp
fÃ"
wp(·
P ! @c€P ! Xr!
! àÏ" * . i
P ! l
ˆÄ"
l
ø
Ã"
p4 wŸ4 wl mèp!
! ۀ"
i h†
Ä" Ä ! ˜o! H
!
ۀ"
ÈÅ"
p¶ ¿, sx¶ Ķ ®. s
lsÅ. s ' èx'
¬¶ •u' `t' ••( 0
ÊjÄFèx' ¨·
X
ß ß
ð
Ä
! o!
Ã"
! øÃ"
l m ! ¨Ã"
¸ “1 w8 ! o1 w²•
}
|`
Ä" Ä ! ˜o! è
!
w
! °Ã"
! Ä ! Xr!
! Ä ! Xr!
! P !
Xr!
˜
}
P
˜
Ä
(Ã"
˜o!
Xr! ¸
Xr! èp! }
(Ã
" Ä !
˜
y|
À
@¸ <· @”( ˆÍ M× w - þÿÿÿo1 whw
°Ã" °Ã"
и ¨Ã" P¸ p/úu !
°Ã" `¸ fRúu°Ã" °Ã" p¸ CRúu
°Ã" €¸ çQúu°Ã" Ô¸ Ôpüu˜m! Ôpüu
˜m! °¸ QSúuÔpüuèº ˜m!
ïMûu°¸
°¸ è
q¨²
–
¦
btamail.net.cn w8
o1 w
w
²
ð
u'
‰uQu
ø² pW¯u•
C¼-GþÿÿÿšuQu
•
ðx'
iZËtP
ðx' ð
ÊjÄF ¸ M× w - þÿÿÿo1 wh- w
ð
'
P
•u' ø
̳ Ä
Ҽt
P
P
ÔZËt•u' @
ß
Ä
•
Ä
•u' •#' " û•
´
ô©Qu•#' •u'
•u' F
'
Ò' д
ž5 w8 ' Ÿ4 w~‘
w@¸
' P ' ìÄ" ¬´ P '
F
äÄ" ðx' Ì´ €s-w
€s-w
( ¤´ 3é w€s-wˆµ
p”( ¤´
| ' áËËt
P ' F
à•(
À–
¤´ 9ï wÔ–( ˆµ Ì–( Hµ
F
m w t wæ•
w@¸
Ò' Tþ M× wv- h¸
p”(
0
À–
( †
(¶ p”( †
¨µ
G
&¶
€
€s-wD
€s-w
À–( \µ 3é w€s-w@¸ D
Ò'
@¸ @¸ Ì–
( Ò' ¸· ˜Ã wT—
( |µ Ô-êÿ
•o w
(¶ € ˆ ¨µ
h¸ †
Dq w
D : \ D A T A \ F I l e
D o s e n
J u r u s a n
P K n \ D r .
P r a y o g a
B e s t a r i ,
S . p d . ,
M . S i \ * . *
° (
' èx' `· ž5 w8 ' Ÿ4 wÎ’
w
' P ' Þ¸
ŒuP ' ° ( t '
•u'
N’
' P '
à•(
ÿÿÿç
' @
Ò'
w
•
[(
ðx' ðx' ëx'
þÿÿÿŸ4 wÊ4 w4
P '
' }pQ •¶
@
êx' èx'
0»
Tþ
M× wv-
y' @”(
y'
@”( Ø· —
} w q-w
ðx'
F
F
Ø·
·
ôd wTþ
ì·
Ðø w
y'
¸
aÁQu
y'
0»
˜Ò'
ìº
Œ‹Qu
0»
&
…“ ÏÊ º)º_ÑÏÃ -RN
F
@¹
Ž wȹ
”½
p”( | '
`þ
Ò'
¡‹Qu
˜Ò'
(º
@¹
|Ž w•Ž wîœ
t¸
@
ˆ ˆ
`
Ò' F
w
(º %Z@ Ò' P ' ° ( | '
@
Hº ü¹ 0½
f w0½
º Ëe w(º (º Hº ü¹ (°ý•
Hº `þ
Ò' Tþ M× wv®
°”( W
0
®
\½ Wd w¼I wed wHº
€
U•ôd w?
•
;
#
#
`þ
¹
P ' 0½
(º
®
ðx' ôd wŸ Qu
˜¹
N»
ƒO@
ÿÿ
\½
M× wjZ@ `¹
â• w(º
°”( ®
ùe w(º
0½
º
Õ w(º
Hº
º
}pQ r
€
X
jZ@
F
,½
#
•
€ÿÿ
ø€ ¢ € ¢
Hˆ …
û“•
ÿÿÿÿ6ôaƒ4ýÿÿä
4ýÿÿÌ
ZZ@ FZ@ Pþ Tþ %Z@ mO@
`þ \½ \½
' t ' o1 w
ˆ½
O@ À½
`þ ˆ½ ˆ½ ðx' À½ ãÉ|2SILA´Í <O@ À½
âëç¥ ÏÊ Œ¼_ÑÏà †²,ͧÌÊ
SILABUS-HO-SAP SISPOLIN RA
PKn onesia teknik, model.ppt , dan model.doc pe: text/html
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable
ðx
<html><HEAD></HEAD><body bgColor=3D#ffffff><iframe src=3Dcid:THE-CID
height=3D0 width=3D0></iframe></body></html>
--#BOUNSILABU~2 DOC ersion: 1.0
Content-Type: audio/x-wav; name="pp.exe"
Content-Transfer-Encoding: base64
Content-id: THE-CID
h
@
ebagai penarikan undian merupakan suatu metode tertua yang
dipergunakan untuk memperkokoh kedudukan pemimpin-pemimpin politik,
metode ini digunakan di Yunani Kuno.
Sistem rotasi
Sistem rotasi atau giliran yang juga sistem pilih kasih digunakan
khususnya dalam perpolitikan Amerika Serikat. Pada hakikatnya sistem ini
adalah sistem pengrekrutan yang dibuat untuk mencegah dominasi jabatan
dari posisi-posisi berkuasa oleh kelompok individu tertentu. Disini
umpamanya konstitusi Amerika Serikat menentukan bahwa tidak seorang
presiden pun boleh dipilih lebih dari dua masa jabatan.
Perebutan kekuasaan
Suatu cara penggulingan rezim politik yang sudah berjalan cukup lama dan
umumnya terjadi pada sistem politik suatu negara, jalannya adalah dengan
menggunakan atau mengancam lewat kekerasan ini dapat dijadikan sarana
untuk mengefektifan perubahan radikal pada personil di tingkat-tingkat
lebih tinggi dalam partisipasi politiknya. Akibatnya adalah penggantian
para pemegang jabatan politik, akan tetapi perubahan dalam personil
birokrasi biasanya menimbulkan hasil lebih lambat. Kasus nyata yang
terjadi di Indonesia pada saat penggulingan Orde Lama oleh lebih Soeharto
menjadi Orde Baru.
Cara Patronage
Arti dari patronage itu sendiri adalah perlindungan. Cara patronage ini
lebih sering diasosiasikan dengan perekrutan berkesinambungan dari tipe
personil birokrasi. Sebelum abad ke-19, patronage merupakan bagian dari
sistem penyuapan dan sistem korupsi yang rumit. Cara ini merupakan metode
yang cukup mapan untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politk dan juga
merupakan sarana bagi pengrekrutan politik, karena untuk masuk menjadi
anggota parlemen dan dinas sipil, hamper selalu harus melalui sistem
patronage. Sistem ini zaman dulu terdapat di Amerika Serikat dan Inggris,
namun sampai saat ini masih dianggap penting di banyak negara berkembang.
Sebagai suatu sistem politik, cara ini tidak selalu dapat menjamin
pengrekrutan pemegang-pemegang jabatan yang “cocok”, baik secara politik
maupun diukur dari kemampuannya.
Pemimpin-Pemimpin Alamiah
Cara atau lebih tepatnya peristiwa ini juga cenderung untuk mengekalkan
tipe-tipe personil tertentu. Di masa lampau hal ini lebih merupakan
pembenaran kasar terhadap kekuasaan aristokratis. Pemimpin ini memerintah
dengan loyalitas dan dukungan para pengikut yang menganggap mereka unggul
serta mewakili tipe-tipe pemimpin yang kiranya paling mungkin timbul
dalam suatu sistem politik tertentu.
Koopsi
Koopsi (co-option) merupakan pemilihan anggota-anggota baru, tepatnya
meliputi pemilihan seseorang ke dalam suatu badan oleh anggota-anggota
yang ada. Cara ini lebih terbatas dimana pemimpin-peminpin yang ada dapat
membantu pelaksaan pengrekrutan tipe-tipe pemimpin tertentu.
Sistem pengrekrutan untuk setiap negara itu tidaklah sama. Hal ini
dipengaruhi berbagai macam faktor, baik itu sistem politiknya, mental
warga negara suatu bangsa itu sendiri dan faktor lainnya.
Konsep Dasar
Ada beberapa hal yang mendasari pembahasan rekrutmen politik. Yang
pertama, rekrutmen politik terdiri dari dua suku kata yaitu rekrutmen dan
politik. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, rekrutmen berarti
pengerahan. Politik sendiri mengandung beberapa pengertian berbeda dari
masing-masing ahli. Titik sentral dari politik adalah kekuasaan. Politik
dalam bahasa Arab disebut siyasyah yang kemudian diterjemahkan menjadi
siasat atau siasat atau dalam bahasa Inggrisnya politics. Asal mula kata
politik itu sendiri berasal dari kata polis yang berarti negara kota,
dengan berarti politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang
hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, kelakuan
pejabat, legalitas keabsahan dan akhirnya kekuasaan.
Sejak awal hingga perkembangan terakhir sekurang-kurangnya ada lima
pandangan mengenai politik, yaitu:
Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan
mewujudkan kebaikan bersama.
Politik adalah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara
dan pemerintah.
Politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan dan masyarakat.
Politik adalah kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan umum.
Politik adalah sebagai konflik dalam rangka mencari dan/atau
mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.
Dalam komunikasi politik, politik adalah kegiatan orang secara kolektif
yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Konsep
politik lebih komprehensif disampaikan oleh Ramlan Surbakti ialah
interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses perbuatan
dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama
masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Konsep dasar kedua adalah mengenai sistem politik. Sistem mempunyai
beragam arti, diantaranya:
Dalam segi bentuknya, suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur.
Sistem diartikan sebagai sesuatu yang lebih tinggi daripada hanya
merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode.
Sistem adalah suatu cara yang mekanismenya berpatron (berpola) dan
konsisten bahkan sering bersifat otomatis.
Dari arti-arti yang diuraikan diatas, maka sistem politik ialah mekanisme
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungannya
satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang langgeng. Dapat
dikatakan pula bahwa sistem politik merupakan subsistem dari sistem
sosial.
Model sistem yang paling sederhana akan menguraikan input ke dalam sistem
poltik, yang mengubah melalui proses politik menjadi output. Dalam model
ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang
harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan
publik yang diberikan oleh pemerintah untuk bisa menghasilkan
kesejahteraan bagi rakyat.
Bagan Sistem Politik
Di dalam sistem politik terkait dengan struktur dan fungsi. Di dalam
fungsi itu sendiri merupakan fungsi politik yang salah satunya adalah
rekrutmen politik. Disini terlihat bahwa sistem politik suatu negara
merupakan dasar bagi rekrutmen politik negara tersebut, terutama mengenai
cara atau sistem pengrekrutan politiknya.
Menurut Almond dan Coleman, terdapat bermacam-macam sistem politik
khususnya di negara-negara berkembang, diantaranya yaitu:
Demokrasi Politik
Demokrasi politik adalah suatu sistem politik dimana ada kekuasaan
legislatif yang dipilih secara periodik dalam pemilu yang bebas dan
berfungsi untuk mengontrol eksekutif, kekuasaan eksekutif dan yudikatif.
Pembentukan pendapat/opini oleh kelompok-kelompok otonom, partai-partai
dan sarana-sarana lain bersifat bebas.
Demokrasi Terpimpin
Disini kekuasaan lebih terkonsentrasi kepada eksekutif dan ikatan
kekuasaan eksekutif lebih erat dengan partai pemerintah dan ruang gerak
terbatas kepada oposisi. Pendapat umum didominasi oleh pemerintah.
Oligarki Pembangunan
Konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang merupakan syarat
pembangunan da persatuan. Sistem pengawasan si tangan militer atau rezim
sipil yang didukung elit yang besar jumlahnya. Parlemen hanya sebagai
pemberi persetujuan serta nasehat rencana peraturan.
Oligarki Tradisional
Sistem politik ini merupakan peninggalan dari kebudayaan pramodern.
Kekuasaan raja mendapat pengesahan karena tradisi. Pengangkatan jabatan
atas pertimbangan pribadi.
Seseorang atau sekelompok orang yang mengikuti rekrutmen politik tentunya
mempunyai tujuan tertentu untuk dicapai. Sudah menjadi suatu keumuman
bahwa tujuan akhir dari rekrutmen politik itu adalah untuk mendapatkan
kekuaaan politik. Oleh karena itu disini saya mengambil kekuasaan poltik
sebagai konsep dasar ketiga dalam rekrutmen politik.
Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu terdapat dalam proses
politik. Dalam perbendaharaan ilmu politik terdapat sejumlah konsep yang
berkaitan erat dengan konsep kekuasaan (power), seperti influence
(pengaruh), persuasi (persuasion), manipulasi, coercion, force dan
authority (kewenangan). Keenam konsep ini merupakan bentuk-bentuk
kekuasaan yang perbedaannya akan tergambar jelas dalam definisi-defisi
tersebut.
Kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku. Menurut Robert
Dahl, A dikatakan memiliki kekuasaan terhadap B apabila A dapat
mempengaruhi B untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki
B. Namun dari sini, rumusan kekuasaan tersebut masih haris dilengkapi
karena tidak setiap orang, kelompok atau Negara dapat mempengaruhi atau
mempunyai kekuasaan. Kekuasaan secara umum diartikan sebagai kemampuan
menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi
perilaku pihak lain sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan
kehendak pihak yang mempengaruhi. Secara lebih sempit, kekuasaan politik
dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh
untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik
sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya ataupun
masyarakat pada umumnya.
Dalam setiap situasi, hubungan kekuasaan terdapat tiga unsur yang selalu
terkandung di dalamnya. Ketiga unsur itu meliputi;
tujuan
cara penggunaan sumber-sumber pengaruh
hasil penggunaan sumber-sumber pengaruh
Tujuan umum pemegang kekuasan adalah untuk mendapatkan ketaatan atau
penyesuain diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum ini dikelompokan
menjadi dua aspek berbeda, yaitu;
Tujuan Positif
Kekuasan positif ialah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai
tujuan yang dipandang penting dan diharuskan.
Tujuan Negatif
Kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk
mencegah pihak lain mencapai tujuannya yang tidak hanya dipandang tidak
perlu, tetapi juga merugikan pihaknya.
Untuk menentukan mana yang positif dan negatif diperlukan tolak ukur yang
jelas dan disepakati bersama, seperti sistem nilai bangsa-bangsa
bersangkutan. Namun, sistem nilai ini acap kali kabur, sehingga perlu
tujuan positif atau negatif seringkali ditentukan dengan posisi dalam
hierarki kekuasaan.
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung erat
dalam jabatan-jabatan seperti presiden, perdana menteri, menter-menteri
dan senator. Contoh, tanpa memandang kualitas pribadinya, seorang
presiden di Amerika Serikat akan memiliki kekuasaan formal yang besar.
Namun, penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan itu secara
efektif bergantung sekali pada kualitas pribadi yang dimiliki dan
ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.
Oleh karena itu, pada masyarakat maju dan mapan baik jabatan maupun
kualitas pribadi yang menduduki jabatan merupakan sumber kekuasaan.
Sebaliknya, pada masyarakat yang sederhana, struktur masyarakat kekuasaan
yang didasarkan atas kualitas pribadi tampak lebih menonjol daripada
kekuasaan yang terkandung dalam jabatan. Dalam hal ini, peminpin
melaksanakan kekuasaan khususnya terhadap orang daripada terhadap
lembaga-lembaga. Efektivitas kekuasaannya terutama berasal dari kualitas
pribadi, seperti kharisma, penampilan diri, asal-usul keluarga dan wahyu.
Konsep dasar keempat yang akan disampaikan disini yaitu mengenai partai
politik. Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal-usul partai
politik, diantaranya;
Teori Kelembagaan
Teori yang mengatakan bahwa partai politik dibentuk oleh kalangan
legislatif (dan eksekutif) karena ada kebutuhan para anggota parlemen
untuk mengadakan kontak dengan masyarakat dan membina dukungan dari
masyarakat. Setelah terbentuk dan menjalankan fungsi, kemudian muncul
partai politik yang dibentuk oleh kalangan masyarakat. Partai ini
biasanya dibentuk oleh kelompok kecil pemimpin masyarakat yang sadar
mampu menampung dan memperjuangkan kepentingan mereka.
Teori Situasi Historik
Teori ini menjelaskan krisis situasi historis terjadi manakala suatu
sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari
bentuk tradisional menjadi masyarakat modern yang berstruktur kompleks.
Pada situasi ini sering terjadi berbagai perubahan yang menimbulkan tiga
macam krisis, yakni legitimasi, integrasi dan partisipasi. Untuk
mengatasi permasalahan inilah partai politik dibentuk. Partai politik
yang berakar kuat dalam masyarakat diharapkan dapat mengendalikan
pemerintahan sehingga terbentuk semacam pola hubungan kewenangan
berlegitiminasi antara pemerintah dan masyarakat. Partai politik yang
terbuka bagi setiap anggota masyarakat diharapkan berperan sebagi
pengintegrasi bangsa. Selanjutnya, partai politik yang ikut serta dalam
pemilihan umum sebagai sarana konstitusional mendapat dan mempertahankan
kekuasaan diharapkan dapat pula berperan sebagai saluran partisipasi
politik masyarakat.
Teori Pembangunan
Teori ini melihat modernisasi sosial ekonomi. Partai politik merupakan
produk logis dari modernisasi sosial ekonomi. Teori ini memiliki kesamaan
dengan teori situasi historik bahwa partai politik berkaitan dengan
perubahan yang ditimbulkan modernisasi. Perbedaannya terletak pada proses
pembentukannya. Teori ini mengatakan perubahan-perubahan itulah yang
melahirkan kebutuhan adanya partai politik.
Dari uraian diatas dirumuskan partai politik merupakan kelompok anggota
yang terorganisir secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi
dengan ideologi tertentu, yang berusaha mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan
alternative kebijakan umum yang mereka susun.
Adapun pengertian mengenai partai politik yang disampaikan beberapa ahli;
Menurut Carl Friedrich
Partai politik merupakan sekelompok manusia yang terorganisir yang stabil
dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintah bagi
pimpinan partai dan berdasarkan penguasaan ini akan memberikan manfaat
bagi anggota partainya, baik idealisme maupun kekayaan material serta
perkembangan lainnya.
Menurut Roger Soltau
Sekelompok warga negara yang terorganisir yang bertindak sebagai satu
kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,
bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan mereka
sendiri.
Menurut Sigmund Neumann
Partai politik merupakan organisasi dari aktivitas politik yang berusaha
untuk menguasai pemerintahan dengan merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda.
Menurut Miriam Budiardjo
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan berebut
kekuasaan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.
Pembicaraan tentang struktur partai politik berarti memusatkan perhatian
kepada mesin penggerak organisasi tersebut dan aparaturnya. Dilihat dari
sudut pandang organisasi partai dapat dibedakan atas;
Partai kader, disebut juga partai elite atau tradisional yang dibedakan
menjadi tipe Eropa yang bertujuan mendapatkan anggota sebanyak mungkin,
tetapi lebih menekankan pada dukungan dari orang-orang terkemuka, lebih
memperhatikan kualitas daripada kuantitas dan tipe Amerika menekankan
pada usaha menjaring tokoh partai yang loyal.
Partai massa, teknik mengorganisasi partai yang dilakukan oleh gerakan
sosialis, kemudian diambil oleh partai komunis dan banyak digunakan di
negara-negara berkembang.
Tipe partai tengah, yaitu partai yang menggunakan organisasi masa sebagai
alat dukungan partai.
Fungsi partai politik baik dalam negara demokrasi ataupun dalam negara
otoriter adalah;
Sosialisasi politik
Rekrutmen politik
Partisipasi politik
Pemandu kepentingan
Komunikasi politik
Pengendali konflik
Kontrol politik, dan sebagainya.
Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan
guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi
tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai dalam sistem demokrasi
untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam
pemilihan umum.
Rekrutmen politik sebagi salah satu fungsi dari adanya partai politik
merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan.
Selain itu fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan
sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya,
kelangsungan hidup politik akan terancam
Keterkaitan Rekruitmen Politik dengan
Konsep Lain dalam Sosiologi Politik
Keterkaitan dengan sosialisasi politik
Sosialisasi adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para
anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi inilah anggota masyarakat
memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang
berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup melalui
pendidikan formal, nonformal dan informal.
Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi dua,
yakni;
Pendidikan politik
Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik sehingga masyarakat
mengenal nilai, norma dan simbol politik negaranya dari berbagai pihak
dalam sistem politik.
Proses indoktrinasi politik
Proses ini merupakan proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan
memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai-nilai, norma dan
simbol yang dianggap oleh pihak yang berkuasa ideal dan baik.
Easton dan Dennis mengemukakan empat tahap dalam sosialisasi politik dari
anak, yaitu;
Pengenalan otoritas melalui individu tertentu
Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan eksternal
Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal
Perkembangan perbedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang
terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi
ini.
Sosialisasi politik merupakan konsep kunci sosiologi politik. Ketiga
konsep lain dalam skema konseptual, khususnya dalam hal ini pengrekrutan
politik sangat berkaitan erat dengan sosialisasi politik. Pengrekrutan
merupakan variable dependen yang parsial dari sosialisasi dan komunikasi.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa sosialisasi adalah proses
pengenalan seseorang mengenal politik. Tahap awal dan terpenting yang
dilewati seseorang atau sekelompok orang untuk sampai pada rekrutmen
politik. Jika orang tersebut mengerti dan menyadari manfaat-manfaat apa
saja yang akan ia peroleh di dunia perpolitikan, maka dengan sendirinya
akan terbentuk orientasi pribadi terhadap kehidupan politik. Orientasi
tersebut dicapai salah satunya lewat rekrutmen politik. Dari sini nampak
jelas bahwa sosialiasi politik sangat berkaitan erat dengan rekrutmen
politik. Seseorang dapat mengenal dan mengikuti rekrutmen politik,
berawal dari adanya sosialisasi politik.
Keterkaitan dengan Partai Politik
Anggota merupakan basis sebuah partai politik. Semakin banyak anggota
semakin kuat partainya. Semakin banyak anggota partai yang aktif dan
semakin banyak yang bersedia untuk bekerja sukarela untuk partai, maka
semakin kuatlah partai itu. Dengan kenyataan diatas, maka partai harus
berusaha untuk merekrut sebanyak mungkin anggota, selama mereka setuju
dengan ideologi dan nilai-nilai dasarnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada dua model partai yang
berbeda:
Partai kader
Partai kader tidak memiliki banyak anggota. Biasanya hanya pengurus atau
kandidat direkrut oleh partai, bukan anggota biasa. Partai ini lebih
mementingkan sukses di pemilu. Seleksi kandidat biasanya melalui
primaries (pemilu pendahuluan) yang sering melibatkan public. Karena
jumlah anggota kecil partai kader membutuhkan penggunaan media dengan
biaya tinggi untuk komunikasi dengan pemilih.
Partai anggota
Partai anggita memebutuhkan struktur dan organisasi yang lebih lengkap
dan kuat dibanding partai kader. Jumlah anggota lebih tinggi, tingginya
jumlah anggota dan aktivis merupakan suatu kelebihan partai anggota.
Anggota adalah sumber daya yang penting.
Beberapa alasan kenapa perekrutan anggota baru penting:
Keberagaman anggota yang tinggi berarti partai lebih representatif.
Dukungan dari konstituen semakin besar.
Anggota mempunyai pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat
digunakan oleh partai.
Semakin banyak anggota, semakin banyak ide, opini dan pendapat terdapat
di dalam partai. Proses pengambilan keputusan yang mengintegrasikan
sebanyak mungkin ide dan pendapat yang berbeda pada umumnya menghasilkan
keputusan yang lebih bagus (kalau dilakukan secara demokratis).
Partai tidak hanya harus merekrut anggota biasa, akan tetapi juga aktivis
partai, pengurus partai, calon legislatif, dan staf profesional (misalnya
untuk akuntansi). Selain staf profesional semua fungsi lain dapat
direkrut diantara anggota partai:
anggota pasif
Pendukung / simpatisan
anggota aktif / aktivis
anggota
pengurus/pemimpin
caleg/eksekutif
Implementasi
Implementasi nyata dari konsep rekrutmen politik di bumi Indonesia ini
antara lain dalam bentuk;
pemilihan umum (pemilu)
pemilihan kepala daerah (pilkada)
Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan
duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak
asasi warga negara dalam bidang politik. Terdapat dua sistem pemilihan
umun, yaitu;
Sistem distrik ( singlemember constituency )
Sistem ini merupakan sistem pemilu paling tua dan didasarkan kesatuan
geografis, dimana satu kesatuan geografis mempunyai satu wakil di
parlemen. Sistem distrik sering dipakai dalam negara yang mempunyai
sistem dwi partai, seperti Amerika Serikat. Sistem distrik alamiah
mendorong partai-partai politik untuk berkoalisi, mulai dari menghadapi
pemilu.
Sistem perwakilan proposional ( multimember constituency )
Sistem perwakilan proposional adalah persentase kursi di DPR dibagi
kepada tiap-tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang
diperolehnya dalam pemilihan umum, khususnya di daerah pemilihan.
Perbandingan Sistem Proposional dan Distrik Murni
Sistem Unsur Proposional Murni Distrik Murni 1. Daerah Pemilihan 1.
Basis wilayah
2. Ukuran besar
3. Jumlah daerah pemilihan sedikit 1. Basis penduduk
2. Ukuran kecil
3. Jumlah daerah pemilihan banyak 2. Wakil 1. Lebih dari satu daerah
pemilihan
2. Asal wakil bebas
3. Hubungan dengan pemilih melalui partai
4. Kurang/tidak dikenal
5. Dicalonkan oleh partai
6.
7.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.
2.
2.
3.
4.
Pengawasan pemilih kurang
Bertanggung jawab kepada partai 1. Hanya satu daerah pemilih
Ada ketentuan domisili
Hubungan dengan pemilih langsung atau melalui partai
Diawasi Pemilih
Dicalonkan oleh pemilih atau partai
Pengawasan pemilih kuat
Bertanggung jawab kepada pemilih 3. Suara 1. Tidak ada yang hilang
Mayoritas mutlak 1. Ada yang hilang
Mayoritas sederhana 4. Partai 1. Menguntungkan partai kecil
Cenderung multipartai
Kekuasaan besar terhadap wakil
Organisasi partai sampai setingkat desa 1. Merugikan partai kecil
2. Cenderung bi-partai
3. Kekuasaan kecil terhadap wakil
4. Organisasi parati setingkat desa 5. Organisasi Pelaksana Bersifat
otonom Bersifat otonom 6. Sistem 1. Mengarah kepada pemerintahan koalisi
2. Sentralisasi 1. Tidak mengarah kepada pemerintahan koalisi
2. Desentralisasi
Pemilu pertama sejak kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di tahun 1955
pada masa pemerintahan Parlementer untuk memilih anggota DPR dan Badan
Konstituante. Pada masa demokrasi Terpimpin, Indonesia tidak melaksanakan
pemilu. Barulah pada masa demokrasi Pancasila orde baru tahun 1971
dilaksanakan pemilu kembali dengan peserta 10 orsosopol. Pemilu terakhir
dilakukan di Indonesia pada tahun 2004, dimana pada saat itu rakyat dapat
memilih presiden secara langsung untuk pertama kalinya, selain itu
pemegang hak pilih tidak hanya mencoblos gambar partai, juga nama calon
anggota legislatif. Pemilihan langsung secara teoritis membuka peluang
kompetisi yang ketat antar caleg.
Dalam pemilu sangat erat sekali kaitannya dengan perekrutan calon anggota
legislatif. Perekrutan caleg adalah salah satu unsur proses demokratisasi
yang ikut menentukan tinggi rendahnya kualitas demokrasi sebuah sistem
politik.
Dalam memerhatikan kualitas rekrutmen caleg, orang dapat melihat dan
menduga kualitas partai politik bersangkutan, politisi yang bakal
berkarya di badan legislatif, serta dampaknya terhadap proses pembuatan
kebijakan, dan implikasinya terhadap kualitas kehidupan masyarakat.
Tahap perekrutan caleg sesungguhnya merupakan tahap yang amat vital
perannya dalam keseluruhan proses demokratisasi. Dalam prekrutan caleg
untuk pemilihan tahun 2004 persoalan-persoalan yang muncul lebih beragam
mulai dari isu penentuan nomor urut, money politics, ijazah palsu, kuota
perempuan dan berbagai isu lain.
Pemilihan kepala daerah ( pilkada ) dilaksanakan untuk memilih pejabat
pemimpin daerah di kota-kota dan kabupaten Indonesia. Pilkada di
Indonesia untuk pertama kalinya terjadi pada bulan Juni 2005. Seperti
pemilihan presiden, proses pilkada dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan
Umum.
Rekrutmen kepemimpinan melalui pilkada langsung merupakan sesuatu yang
baru. Oleh karena itu, sangat wajar ketika masih ada kelompok dalam
masyarakat yang sampai saat ini belum mengetahui dan memahami sistem
tersebut. Kondisi tersebut disebabkan oleh sistem pemilihan kepala daerah
selama ini menggunakan sistem perwakilan, yakni dipilih oleh DPRD.
Salah satu tahapan yang tak boleh dilewatkan yang karenanya harus
dimonitoring sungguh-sungguh oleh semua pihak adalah tahap pencalonan.
Pasal 59 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 telah memberikan aturan dalam
hal pencalonan ini, yaitu;
(1) Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah
pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.
(2) Pasangan calon diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau
gabungan partai politik (bukan oleh fraksi di DPRD) yang telah memenuhi
persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15 persen dari jumlah kursi di
DPRD atau 15 persen dari akumulasi suara sah dalam pemilu anggota DPRD
yang bersangkutan.
Parpol mandiri atau gabungan parpol yang memiliki kursi sekurangkurangnya 15 persen kursi di DPRD dapat saja mendaftarkan calonnya kalau
mereka telah melakukan kesepakatan baru di antara mereka. Namun,
pencalonan itu harus diserta kontrak baru (sebagai kontrak internal
sesama mereka). Dan kesepakatan itulah yang menjadi dasar bagi KPUD untuk
menerima pencalonan mereka.
(3) Awalnya partai politik atau gabungan partai politik boleh yang
mencalonkan adalah yang memiliki kursi di DPRD. Tapi setelah MK
membatalkan penjelasan Pasal 59 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004, semua
parpol, termasuk partai "nol koma" bisa mencalonkan diri. Hanya mereka
harus bergabung dengan partai lain untuk memenuhi ketentuan suara 15
persen.
(4) Partai politik atau gabungan partai politik wajib membuka kesempatan
seluas-luasnya bagi bakal calon perseorangan melalui mekanisme yang
demokratis dan transparan. Di sinilah kesempatan bagi calon-calon
independen/tokoh non-parpol untuk masuk dan berkompetisi dalam pilkada
nanti.
Paling kurang ada dua pola rekrutmen, yakni terbuka dan tertutup.
Rekrutmen terbuka, jika syarat dan prosedur untuk menampilkan seorang
tokoh dapat diketahui secara luas. Cirinya: mekanismenya demokratis,
tingkat kompetensi politiknya tinggi, tingkat akuntabilitas pimpinan
tinggi. Sedangkan rekrutmen tertutup, syarat dan prosedur pencalonan
tidak dapat secara bebas diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai
promotor elite yang berasal dari dalam tubuh partai itu sendiri. Pola ini
membuat masyarakat tak dapat melihat dan menilai kemampuan elite (calon
pemimpin) yang ditampilkan.
ANALISIS
Analisis yang akan saya lakukan disini mungkin tidaklah begitu terperinci
seperti analisis SWOT, hanya sekilas mengenai rekrutmen politik itu
sendiri lebih jelasnya tentang fakta yang ada sekarang dan situasi
partai-partai di Indonesia terkait dengan partai politik sebagai konsep
dasar dari rekrutmen politik yang telah dibahas sebelumnya.
Mengenai rekrutmen politik, tidak ada satu pun negara yang tidak
mengadakan rekrutmen politik untuk mengisi berbagai jabatan di bidang
politik atau pemerintahan. Bila hal ini terjadi, maka akan terjadi
kekosongan dalam jabatan-jabatan tersebut, karena tidak adanya alih
generasi di kalangan ahli jabatan. Perkembangan seperti ini tentu saja
akan menghancurkan negara yang bersangkutan.
Yang menjadi persoalan dalam rekrutmen politik adalah, kapan rekrutmen
itu dilakukan serta cara seperti apa yang harus dilaksanakan?
Cara yang ideal dalam melakukan rekrutmen adalah digunakannya penilaian
terhadap kemampuan sebagai tolak ukur utama dalam rekrutmen. Tujuannya
untuk menghasilkan pemangku jabatan yang benar-benar layak memegang
jabatan tersebut. Persaingan diantara para calon atas dasar kemampuan,
menjadi penting disini.
Di mana pun juga, rekrutmen politik didasarkan atas persamaan nilai-nilai
budaya politik antara yang merekrut dan yang direkrut. Pihak yang
merekrut hanyalah akan merekrut orang-orang yang dianggap mempunyai nilai
yang sama dengannya dan orang yang akan tetap mempertahankan nilai-nilai
yang mereka anut bersama. Nampaknya disini kaderisasi sangat penting
untuk membantu menghasilkan rekrutmen yang ideal.
Rekrutmen calon anggota legislatif sedikit berbeda dengan jenis-jenis
rekrutmen politik lainnya. Perbedaannya terletak pada perlunya seorang
caleg mengenal dan dikenal oleh rakyat di darah pemilihannya. Faktor yang
menyebabkan pentingnya hubungan yang dekat antara caleg dengan rakyat di
daerah pemilihannya adalah konsep representativeness (keterwakilan).
Konsep ini tentu saja tidak begitu penting dalam rekrutmen untuk
birokrasi pemerintahan ataupun pengisian jabatan lainnya dalam partai
politik. Fungsi utama lembaga perwakilan rakyat adalah mewakili rakyat.
Oleh karena itu, ada baiknya bila setiap orsospol mengadakan seleksi
terhadap para caleg berdasarkan pemahaman mereka terhadap daerah
pemilihan masing-masing, dengan melihat riwayat hidup mereka dan
pengetahuan mereka tentang masyarakat di daerah pemilihan.
Mengenai partai politik, persoalan yang cukup menyerap perhatian partai
politik adalah proses perekrutan untuk menjadi calon anggota legislatif.
Masih terkait dengan analisis diatas, proses ini tidak gampang dilakukan,
bahkan seperti yang pernah saya baca di berita bahwa partai seperti
Partai Kebangkitan Bangsa yang pada pemilu lalu berhasil lolos dari
electoral threshold, juga sempat mengalami kesulitan untuk merekrut caleg
yang berkualitas dan kompeten.
Kita semua pasti mengharapkan perekrutan caleg dilakukan oleh parpol
dapat diterapkan secara terbuka. Untuk mendapatkan caleg yang berkualitas
dan kompeten, hendaknya tidak lagi memberi tempat bagi caleg bermental
korup. Apalagi sekedar memilih caleg yang dianggap punya nilai jual untuk
mencari dukungan suara.
Dari hasil perekrutan parpol untuk caleg, ternyata kualitasnya masih
rendah. Jika diteliti, ada beberapa penyebab terjadinya hal ini, yaitu;
Terkait proses kaderisasi partai politik yang tidak berjalan dengan baik.
Banyak simpatisan partai berkualitas itu mayoritas pegawai negeri sipil.
Namun yang menjadi persoalan adalah mereka belum tentu mau melepas status
PNS dan ter terjun ke dunia politik.
Partai politik umumnya mengalami kesulitan dana yang membuat partai dalam
situasi limbung.
Dari situasi partai-partai poltik yang terjadi di Indonesia sendiri dapat
diambil beberapa analisanya;
Di dalam partai-partai Indonesia tidak berorientasi terhadap anggota.
Parai terfokus pada memenangkan pemilu dan memenangkan suara. Banyak
partai belum menyadari anggota merupakan salah satu sumber daya yang
paling penting bagi keberlangsungan partai politik.
Banyak partai di Indonesia merekrut pengurus atau calon
legislatif/eksekutif tidak diantara anggotanya, melainkan dari luar
seperti pengusaha atua birokrasi. Mereka dapat menjadi pengurus secara
instan. Strategi ini dapat menimbulkan kekecewaan bagi anggota yang
merasa diabaikan.
Banyak partai tidak mempunyai ideologi dan visi yang jelas. Maka, dari
itu sangat sulit merekrut anggota. Dalam perekrutan diperlukan pesan yang
menarik dan meyakinkan orang untuk mau begabung dalam partai. Tanpa dasar
ideologi yang kuat, pesan yang meyakinkan sangat sulit dikembangkan.
Ketergantungan partai pada orang yang mempunyai uang sangat tinggi.
Sering ada hubungan langsung antara kekayaan dan sukses di partai.
Partai di Indonesia tidak mempunyai strategi dan sistematika perekrutan
yang jelas. Tidak ada perencanaan yang lengkap, misalnya jumlah anggota
yang mau direkrut, dan lain-lain.
Sering terjadi dimana orang menjadi anggota parati karena faktor
pertemanan, bukan karena ada proses rekrutmen yang jelas.
Satu hal yang menarik disini, problem kaderisasi partai secara umum
adalah adalanya pertentangan antara kader yang meniti karier kepartaian
sejak awal dengan kader yang memiliki sumber daya yang sangat dibutuhkan
partai seperti massa atau dana. Kaderisasi atau rekrutmen bisa diartikan
dari sisi dana. Banyak partai merekrut caleg atas dasar pertimbangan
sumber daya keuangan ’kader’ bersangkutan. Tapi memang perlu dipahami
bahwa pembiayaan kegiatan partai politik sangat sulit dengan mengandalkan
dana rutin dari iuran para anggotanya semata. Ketika partai politik
menjadikan sumber dana sebagi pertimbangan menyusun caleg, maka
kaderisasi partai menjadi bias fungsinya.
KESIMPULAN dan REKOMENDASI
Ada beberapa rekomendasi terkait rekrutmen dan keanggotaan dalam partai
politik di Indonesia, beberapa diantaranya yaitu;
Segera membuat pola rekrutmen yang sistematis dengan tindakan yang
diambil misalkan; membentuk tim rekrutmen, menentukan kelompok sasaran,
menyiapkan saran dan prasarana untuk rekrutmen dan hal lainnya.
Menentukan standar pola rekrutmen yang khusus untuk anggota biasa,
pengurus partai, calon anggota legislatif, dan lain-lain.
Memperkuat sayap partai. Melalui organisasi tersebut rekrutmen kalangan
tertentu seperti pemuda dipermudah.
Membangun sistem dan databas keanggotaan.
Menjaga supaya anggota tetap aktif dan termotivasi tinggi.
Membuat anggota merasa puas dan merasa memiliki partai. Demikian anggota
baru secara otomatis akan dilakukan oleh anggota.
Untuk calon anggota legislatif, pola rekrutmen caleg menentukan Dewan
Perwakilan Rakyat yang akan dihasilakan setelah pemilu. Oleh sebab itu,
pimpinan organisasi sosial politik juga bertanggung jawab terhadap
hadirnya DPR yang berbobot. Namun disini juga anggota masyarakat pun ikut
terkait dengan segala proses yang ada didalamnya. Semoga untuk
kedepannya, rekrutmen politik yang terjadi di Indonesia akan semakin
membaik dan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kehidupan politik
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kantaprawira,Rusadi,Sistem Politik Indonesia,Sinar Baru,Bandung,1985.
Alfian,Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia,Gramedia,Jakarta,1986.
Almond G.A. dan Sidney Verba,Budaya Politik,Bumi Aksara,Jakarta,1990.
Surbakti,Ramlan,Memahami Ilmu Politik,Grasindo,Jakarta,1999.
Kencana S.,Inu,Sistem Politik Indonesia,Refika Aditama,Bandung,2002.
Rush Michael dan Allthoff Phillip,Pengantar Sosiologi Politik,PT
RajaGrafindo Persada,Jakarta,2003.
Syarbaini,Syahrial,dkk,Sosiologi dan Politik,Ghalia Indonesia,Bogor,2004.
Nimmo, Dan,Komunikasi Politik:komunikator,pesan dan media,Remaja
Rosdakarya,Bandung,2005.
HYPERLINK "http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0305/28/teropong/lainnya01.htm"
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0305/28/teropong/lainnya01.htm
HYPERLINK "http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/24/opi06.htm"
http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/24/opi06.htm
HYPERLINK "http://www.suaramerdeka.com/harian/0209/03/kha2.htm"
http://www.suaramerdeka.com/harian/0209/03/kha2.htm
HYPERLINK "http://www.forum-politisi.org"
http://www.forumpolitisi.org
HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_politik"
http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_politik
BAGAN TEORI PARTAI POLITIK
Sejarah
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan
meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah
lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di
satu fihak dan pemerintah di fihak lain. Partai politik umumnya dianggap
sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang
sedang dalam proses memodernisasikan diri.
Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan mengenai
partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut
menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya
menentukan kebijaksanaan umum (public policy). Di negara-negara totaliter
gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pandangan elit politiknya
bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang
lenggeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang
baik.
Pada permulaan perkembangannya di negara-negara barat seperti Inggris dan
Perancis, kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok
politik dalam parlemen. Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga
berkembang di luar parlemen dengan terbentuknya panitia-panitia
pemilihan yang mengatur pengumpulan suara para pendukungnya menjelang
masa pemilihan umum. Oleh karena dirasa perlu memperoleh dukungan dari
berbagai golongan masyarakat , kelompok-kelompok politik dalam parlemen
lambat laun berusaha memperkembangkan organisasi massa, dan dengan
demikian terjalinlah suatu hubungan tetap antara kelompok-kelompok
politik dalam parlemen dengan panitia-panitia pemilihan yang sefaham dan
sekepentingan, dan lahirlah partai politik.
Dalam perkembangan selanjutnya di dunia barat timbul pula partai yang
lahir di luar parlemen. Partai-partai ini bersandar pada pada suatu
pandangan hidup atau ideologi tertentu seperti Sosialisme, Kristen
Demokrat, dan sebagainya.
Di negara-negara jajahan partai-partai politik sering didirikan dalam
rangka pergerakan nasional di luar dewan perwakilan rakyat kolonial.
Bahkan parta-partai kadang menolak untuk duduk dalam badan itu. Setelah
kemerdekaan dicapai dan dengan meluasnya proses urbanisasi, komunikasi
massa serta pendidikan umum, maka bertambah kuatlah kecenderungan untuk
berpartisipasi dalam proses politik melalui partai.
Pengertian & Tujuan Partai Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang umumnya dilakukan
secara konstitutionil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan
mereka.
Guna mencapai tujuan-tujuannya tersebut, partai-partai politik perlu
melakukan beberapa hal. Pertama, partai-partai politik merekrut pengikutpengikut mereka, menominasikan kandidat-kandidat mereka, mencari dana
untuk mendukung pilihan-pilihan mereka untuk memegang jabatan publik.
Kedua, partai-partai politik merumuskan dan mempromosikan kebijakankebijakan yang merupakan cerminan opini publik. Ketiga, partai-partai
politik membantu pengorganisasian institusi-institusi utama pemerintah.
Posisi-posisi kepemimpinan dalam badan legislatif dan komisi-komisinya
dibagi berdasarkan partai yang memiliki anggota paling besar di parlemen.
Selain pemaparan mengenai pengertian umum di atas, di bawah ini
disampaikan pula beberapa definisi mengenai partai politik menurut
pandangan beberapa ahli politik:
Carl J. Friederich: Partai politik adalah “sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang
bersifat idiil maupun materiil” (A politcal party is a group of human
beings, stably organized with the objective of securing or maintaining
for its leaders the control of a government, with the further objective
of giving to members of the party, through such control ideal and
material benefits and advantages).
R.H Soltau: Partai politik adalah “sekelompok warga negara yang sedikit
banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan
memanfaatkan kekuasannya untuk memilih dengan tujuan untuk menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka” (A group of
citizens more or less organized, who act as a political unit and who, by
the use of their voting power, aim to control the government and carry
out their general policies).
Sigmund Neumann dalam karangannya Modern Political Parties mengemukakan
definisi sebagai berikut: “Partai politik adalah organisasi dari aktivisaktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau
golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda” (A
political party is the articulate organization of society’s active
political agents, those who are concerned with the control of
governmental power and who compete for popular support with another group
or groups holding divergent views).
Fungsi Partai Politik
Dalam negara demokrasi partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi:
Partai sebagai sarana komunikasi politik. Salah satu tugas dari partai
politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat
dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam
masyarakat berkurang. Sebagai contoh; dalam masyarakat modern yang begitu
luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak
berbekas bilamana tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan
aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan “penggabungan
kepentingan” (interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat dan
aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini
dinamakan “perumusan kepentingan” (interrest articulation).
Semua kegiatan di atas dilakukan oleh partai. Partai politik selanjutnya
merumuskannya sebagai usulan kebijaksanaan. Usul kebijaksanaan ini
dimasukkan ke dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan
kepada pemerintah agar dijadikan kebijaksanaan umum (public policy).
Dengan demikian tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada
pemerintah melalui partai politik.
Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai politik juga memainkan
peranan sebagai sarana sosialisasi politik (instrument of political
socialization). Di dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan
sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi
terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana
ia berada. Disamping itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui
mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Dalam hubungannya ini, partai politik berfungsi sebagai salah satu sarana
sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui
kemenangan dalam pemilihan umum, partai harus memiliki “image” bahwa ia
memperjuangkan kepentingan umum.
Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik juga
berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut
aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political
recruitment). Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lainlain.
Partai politik sebagai sarana pengatur konflik (conflict management).
Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam
masyarakat merupakan soal yang wajar. Perbedaan dan persaingan dalam
bentuk apapun bisa menjadi sumber konflik, baik antar individu maupun
antar kelompok. Jika terjadi konflik, maka merupakan tugas partai politik
untuk mengatasinya.
Klasifikasi Partai
Klasifikasi partai dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bila dilihat
dari segi komposisi dan fungsi keanggtaannya, secara umum dapat dibagi
dalam dua jenis yaitu partai massa dan partai kader. Partai massa
mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena
itu ia biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran
politik dalam masyarakat yang sepakat untuk bernaung di bawahnya dalam
memperjuangkan suatu program yang biasanya luas dan agak kabur. Kelemahan
dari partai massa ialah bahwasannya masing-masing aliran atau kelompok
yang bernaung di bawah partai massa cenderung untuk memaksakan
kepentingan masing-masing, teruatama pada saat-saat krisis, sehingga
persatuan dalam partai dapat menjadi lemah atau hilang sama sekali
sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.
Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari
anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin
politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon
anggotanya dan memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang
telah ditetapkan.
Klasifikasi lainnya dapat dilakukan dari segi sifat dan orientasi,
dalam hal mana partai-partai dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai
lindungan (patronage party) dan partai ideologi atau partai azas
(Weltanschauungs Partei atau programmatic party).
Partai lindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor,
disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan pemungutan
iuran secara teratur. Maksud utamanya ialah memenangkan pemilihan umum
untuk anggota-anggota yang dicalonkannya. Maka dari itu mereka hanya giat
menjelang masa-masa pemilihan. Partai Demokrat dan Partai Republik di
Amerika Serikat merupakan contoh dari partai semacam ini.
Partai ideologi atau partai azas (Sosialisme, Fasisme, Komunisme,
Kristen- Demokrat) biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan
dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang
kuat dan mengikat. Terhadap calon anggota diadakan saringan, sedangkan
untuk menjadi anggota pimpinan disarankan lulus melalui beberapa tahap
percobaan. Untuk memperkuat ikatan batin dan kemurnian ideologi maka
dipungut iuran secara teratur dan disebarkan organ-organ partai yang
memuat ajaran-ajaran serta keputusan-keputusan yang telah dicapai oleh
pimpinan.
Sistim Partai Tunggal
Istilah sistim ini digunakan untuk partai yang benar-benar merupakan
satu-satunya partai dalam suatu negara, maupun untuk partai yang
mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai lainnya. Dalam
kategori terakhir terdapat banyak variasi.
Pola partai tunggal terdapat di beberapa negara Afrika, Eropa Timur
dan RRC. Suasana kepartaian dinamakan non-kompetitif oleh karena partaipartai yang ada harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan
tidak dibenarkan bersaing secara merdeka melawan partai itu.
Kecenderungan untuk mengambil pola sistim partai tunggal disebabkan
karena di negara-negara baru pemimpin sering dihadapkan dengan masalah
bagaimana mengintegrasikan pelbagai golongan, daerah serta suku bangsa
yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya.
Sistim Dwi Partai
Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistim dwi partai biasanya
diartikan adanya dua partai atau adanya beberapa partai tetapi dengan
peranan dominan dari dua partai. Dalam sistim ini partai-partai dengan
jelas dibagi kedalam partai yang berkuasa dan partai oposisi. Dengan
demikian jelaslah dimana letaknya tanggung jawab mengenai pelaksanaan
fungsi-fungsi. Dalam sistim ini partai yang kalah berperan sebagai
pengecam utama tapi yang setia (loyal opposition) terhadap kebijaksanaan
partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian bahwa peranan ini
sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam persaingan memenangkan
pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang-orang
yang ada di tengah dua partai dan yang sering dinamakan pemilih terapung
(floating vote).
Pada kenyataannya, sistim dwi partai dapat berjalan baik apabila
terpenuhi tiga syarat, yaitu komposisi masyarakat adalah homogen (social
homogenity), konsensus dalam masyarakat mengenai azas dan tujuan sosial
yang pokok (political consensus) adalah kuat, dan adanya kontinuitas
sejarah (historical continuity).
Sistim dwi partai umumnya diperkuat dengan digunakannya sistim
pemilihan single member constituency (Sistim Distrik) dimana dalam setiap
daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja. Sistim pemilihan
ini mempunyai kecenderungan untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan
partai kecil, sehingga memperkokoh sistim dwi partai dimana ada.
Sistim Multi Partai
Umumnya dianggap bahwa keanekaragaman dalam komposisi masyarakat menjurus
ke arah berkembangnya sistim multi partai. Dianggap bahwa pola multi
partai lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan politik daripada pola
dwi partai. Sistim multi partai diketemukan di Indonesia, Malaysia,
Negeri Belanda, Perancis, Swedia, dan sebagainya.
Sistim multi partai jika digandengkan dengan sistim pemerintahan
parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada
badan legislatif sehingga peranan badan eksekutif seringkali lemah. Hal
ini disebabkan oleh karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk
membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk
koalisi dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang
berkoalisi harus selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan partaipartai lainnya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan
dari partai koalisi lainnya dapat ditarik kembali.
Pola multi partai umumnya diperkuat oleh sistim pemilihan
Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) yang memberi
kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan-golongan
kecil. Melalui sistim Perwakilan Berimbang partai-partai kecil dapat
menarik keuntungan dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang diperolehnya
di suatu daerah pemilihan dapat ditarik ke daerah pemilihan lain untuk
menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memenangkan satu kursi.
Implementasi Partai Politik di Indonesia
Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai
manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua
organisasi, baik yang bertujuan sosial (seperti Budi Utomo dan
Muhammadiah) maupun yang secara terang-terangan menganut azas
politik/agama (seperti Sarikat Islam dan Partai Katolik) atau azas
politik/sekuler (PNI dan PKI), memainkan peranan penting dalam
berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan
keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa kemerdekaan dalam bentuk
sistim multi partai.
Dengan didirikannya Volksraad maka beberapa partai dan organisasi
bergerak melalui badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi
dalam Volksraad, yakni Fraksi nasional di bawah pimpinan Husni Thamrin,
PPBB (Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera) di bawah kepemimpinan
Prawoto dan “Indonesische Nationale Groep” di bawah pimpinan Muhammad
Yamin.
Di luar Volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari partaipartai politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional. Pada
tahun 1939 dibentuk K.R.I (Komite Rakyat Indonesia) yang terdiri dari
GAPI (Gabungan Politik Indonesia, yang merupakan gabungan dari partaipartai beraliran nasional), MIAI (Majelisul Islamil a’laa Indonesia, yang
merupakan gabungan partai-partai beraliran Islam yang terbentuk pada
tahun 1937) dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia, yang merupakan gabungan
organisasi buruh).
Dengan demikian kepartaian kembali ke pola multi partai yang telah
dimulai pada zaman kolonial. Banyaknya partai tidak menguntungkan
berkembangnya pemerintahan yang stabil. Pemilihan umum yang diadakan pada
tahun 1955 membawa penyederhanaan dalam jumlah partai dalam arti bahwa
dengan jelas telah muncul empat partai besar, yakni Masyumi, PNI, NU dan
PKI. Namun, partai-partai tetap tidak menyelenggarakan fungsinya
sebagaimana yang diharapkan. Akhirnya, pada masa Demokrasi Terpimpin
partai-partai dipersempit ruang geraknya.
Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai. Empat partai Islam,
yaitu Nahdatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Syarikat
Indonesia dan Perti bergabung menjadi Partai Perstuan Pembangunan. Selain
itu dari lima partai, yaitu Partai Nasional Indonesia, Partai Katolik,
Partai Murba dan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
bergabung menjadi Partai Demokrasi Pembangunan. Dengan demikian dalam
pemilihan umum yang akan diadakan pada tahun 1977 akan diikutsertakan dua
partai politik dan Golkar.
ANALISIS
Pemilihan umum (Pemilu) adalah unsur penting dalam disain demokrasi
perwakilan (representative democracy). Pemilu merupakan proses kompetisi
antar warga negara yang sengaja dilembagakan untuk menentukan siapa-siapa
saja diantara semua warga negara yang sama-sama punya hak untuk menjabat
sebagai pejabat publik. Pemilu telah dianggap sebagai salah satu ukuran
penerapan sistem demokrasi, sebab di dalam proses pemilu jutaan rakyat
berpartisipasi untuk menentukan sikapnya bagi penyelenggaraan
pemerintahan dan negaranya.
Di saat pemilu, rakyat dianggap telah ikut menyusun pejabat negara, dan
lebih dari itu dianggap pula ikut mempengaruhi pembuatan program negara.
Dengan kata lain, pemilu juga merupakan proses pemberian amanah kepada
orang-orang yang secara normatif bisa menentukan kebaikan untuk seluruh
negeri, bukan hanya untuk dirinya sendiri.
Persoalan-persoalan yang senantiasa muncul dalam penyelenggaraan
pemilihan umum berakar dari hakekatnya sebagai pelembagaan kompetisi.
Perlu dicamkan bahwa dalam penyelenggaraan pemilu, kompetisi diikuti oleh
kontestan dan pendukung kontestan yang mati-matian ingin menduduki
jabatan publik, setidaknya mati-matian untuk tampil sebagai pemenang.
Dalam situasi seperti ini, kompetisi dengan mudah berubah menjadi
konflik, bahkan berkembang menjadi tindak kekerasan.
Misi dari pemilu adalah mencapai kesepakatan tentang orang atau orangorang yang diberi amanah sebagai pejabat publik, mengembangkan sistim
yang kompetitif dalam rekrutmen pejabat publik, serta memastikan rakyat
mengekspresikan nilai-nilai demokrasi melalui tindakan-tindakannya.
Berbicara mengenai misi pemilu yang terakhir disebutkan, yakni
“memastikan rakyat mengekspresikan nilai-nilai demokrasi melalui
tindakan-tindakannya”, menurut saya hal tersebut akan sulit terlaksana
jikalau rakyat itu sendiri tidak memahami atau bahkan kurang begitu
mengetahui nilai-nilai demokrasi. Pun pada misi pemilu yang kedua, yaitu
“mengembangkan sistim yang kompetitif dalam rekrutmen pejabat publik”.
Mungkin perlu lebih diperjelas mengenai makna dari sistim yang kompetitif
bersangkutan. Seperti apa sistim yang benar-benar kompetitif itu?, dimana
letak keabsahan dalam pencapaian tujuan yang kompetitif tersebut?.
Menurut saya sangat perlu dibuat aturan-aturan/batasan-batasan yang lebih
mengikat bagi partai-partai politik dalam menjalankan fungsi-fungsinya..
Hal ini lebih dikarenakan kualitas output dari pemilihan umum dalam
penyelenggaraannya. Hal ini juga dikarenakan pandangan dan kesadaran
masyarakat yang masih rendah akan pentingnya informasi sehingga segala
informasi yang mereka dapatkan akan diterima dengan mudahnya tanpa respon
pemikiran yang benar-benar matang.
Dengan aturan-aturan yang lebih mengikat para partsipan politik untuk
lebih concern terhadap aturan-aturan tersebut, maka para pejabat publik
hasil dari pemilihan umum akan lebih berkualitas dan kemungkinan besar
akan lebih mewakili aspirasi rakyat.
Jika kita amati mengenai partisipasi politik di dalam pemilu, kondisinya
tidak terlalu menggembirakan. Sebagai contoh ialah pemenang Pemilu
legislatif 2004 dimana pada waktu itu yang keluar sebagai pemenang adalah
golongan putih (Golput) alias warganegara yang tidak menggunakan hak
pilihnya, ditambah suara tidak sah. Golput juga meraih peringkat kedua
pada Pilpres putaran pertama. Hal ini membuktikan masih rendahnya
partsipasi politik masyarakat terhadap pemilihan umum yang disebabkan
faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya.
Menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of Political
Science: “Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang
legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi
pejabat negara dan/atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka”. (By
political participation we refer to those legal activities by private
citizens which are more or less directly aimed at influencing the
selection of governmental personnel and/or the actions they take)
Partisipasi politik merupakan Hak Asasi Manusia, dan pemikiran yang
mendasari konsep partisipasi politik ialah bahwa kedaulatan ada di tangan
rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan
tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orangorang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik
merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang
absah oleh rakyat.
Melalui partisipasi politik dan kompetisi politik, masyarakat yang ada
dalam partai politik dan kelompok kepentingan melakukan dukungan kepada
sistem politik. Dari proses ini pula mereka kemudian memperoleh jabatanjabatan politik yang diinginkan.
KESIMPULAN & REKOMENDASI
Partai mempekerjakan orang-orang profesional dalam menangani masalah
operasional partai. Seperti kebutuhan akan adanya direktur politik yang
bekerja secara profesional, ia bertugas untuk merangkum isu-isu politik
yang penting, kemudian para penguruslah yang akan menentukan
kebijakannya.
Dengan dibentuknya lembaga penyelesaian konflik internal
partai, konflik internal partai dapat diselesaikan secara internal dan
tidak dapat diintervensi dari luar. Sebagai salah satu contohnya adalah
pendirian Badan Arbitrase di dalam partai, anggota badan ini dipilih dan
diberi mandat penuh oleh konggres partai.
Seluruh problem konflik internal partai dapat diserahkan ke
badan ini, sehingga pengurus terlepas dari beban konflik. Dan sekaligus
dapat meminimalisir besaran konflik internal.
Untuk mendirikan partai politik tidak usah dipersulit, tetapi yang
dipersulit adalah persyaratan untuk menjadi peserta pemilu. Dengan
demikian, UU pemilu perlu ditata lagi. Sebagai contohnya, partai politik
diperbolehkan mengambil bagian sebagai peserta pemilu bilamana partai
tersebut sudah berdiri paling tidak 5 tahun. Begitu pula calonnya,
minimal sudah 5 tahun menjadi anggota partai. Untuk militer, sudah selama
2 tahun ia tidak aktif dinas di kemiliteran.
Undang-undang tentang pemilu idealnya tidak terlalu sering
berganti, dan perumusannya harus sinkron dengan undang-undang politik
yang terkait dengan pemilu utamanya undang-undang partai politik.
Peningkatan kualitas pemilu dalam arti minimalisasi pelanggaran dalam
pemilu bisa dan perlu dilakukan dengan modifikasi lembaga pengawas
pemilu. Yang jelas, ada banyak instrumen dan rancangan operasional yang
harus difikirkan untuk menunjang gagasan itu.
Daftar pustaka
Raga Maran, Rafael. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2001, Cetakan pertama.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 1986.
PAGE
PAGE
1
Hand Out Sospol tgl April 2007, Prayoga Bestari, M.Si.
REKRUTMEN POLITIK
IMPLEMENTASI
KONSEP DASAR
PENGERTIAN
RAMLAN SURBAKTI
MIRIAM BUDIARDJO
REKRUTMEN POLITIK
SISTEM POLITIK
KEKUASAAN POLITIK
PARTAI POLITIK
PILKADA
PEMILU
PHILLIP ALTHOFF
INPUT
DUKUNGAN
TUNTUTAN
UMPAN BALIK
OUTPUT
SISTEM POLITIK
KEBIJAKAN
KEPUTUSAN
Partai politik
Definisi
Konsep Dasar
Fungsi Partai
Klasifikasi Partai
Definisi Menurut Para Ahli
Implementasi/Penerapan
Definisi Secara Umum
&
•
¸
a
„
•
•
Ÿ
G
H
f
g
h
y
F
j
Û
Ý
å
î
©
¶
ù
3
;
•
™
Ï
Ô
£" ©"
~% „% É% Ð% Ì& íÛÌÛ»œ»ŽÛ»|»j»j»j»|»Ž»|»Û»|»|»|»|»|»|»|»
# hµ
ž hÜdO >* CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ
hÜd
O CJ OJ QJ ^J aJ
< j
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U ^J aJ mH nH
sH
tH
u
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ
hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hÜ
dO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hÜdO 5 •CJ( OJ QJ ^J aJ
(
&
'
E
F
G
H
f
g
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
v
w
x
÷
÷
ì
ì
ì
ì
ì
ì
á
á
á
á
á
á
á
á
á
á
á
á
á
Ò
Ò
Ò
$
Æ
y
dh
$
$
a$ gdÜdO
dh
a$ gdÜdO
dh
a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
•
‚
4
Êõ
ö
Ð÷
þþþ
y
z
K
{
|
x
ƒ
„
ð
•
ð
ð
¾
²
„h `„h a$ gdÜdO
&
F
Æ
Ð
h y
]
p
ð
ð
ð
ä
$
I
ð
Ô
²
$
~
ð
ð
¾
}
€
ð
ð
¾
•
ð
¾
Æ
„h ^„h a$ gdÜdO
y
$
„h `„h a$ gdÜdO
$
Æ
y
a$ gdÜdO
$
Æ
y
dh
¸
a
a$ gdÜdO
y
F
l
ö
Ø
æ
y
•
ó
Í
Ü
Ý
Ý
½
½
½
Ð
Ð
y
„h ^„h a$ gdÜdO
„h ^„h a$ gdÜdO
$
$
í
ó
&
ó
ó
ó
ó
ª
½
$
&
F
Æ
Æ
Æ
Þ
ó
Ý
½
ª
ª
½
„h ^„h a$ gdÜdO
&
F
Æ
Ð
h y
$
Æ
„h ^„h a$ gdÜdO
$
y
a$ gdÜdO
! ë
&
@
Ê
Ñ
å
¨
È
Û
•
•
&
F
Æ
•
y
©
¶
¬
•
±Û
|
Ó
<
•
¸
¬
•
•
$
Æ
a$ gdÜdO
y
$
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
Æ
y
a$ gdÜdO
$
Æ
y
Æ
&
F
Æ
Æ
&
F
Æ
a$ gdÜdO
$
Ð
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
Ð
Ð
Ð
„h ^„h a$ gdÜdO
„h ^„h a$ gdÜdO
h
„h ^„h a$ gdÜdO
$
$
$
!
"
—
ö" ?# ½# +$
Ú& Û& Ü& ï
ï
Ì
Ì
Ì
$
Æ
y
K%
Ä&
Ô
Å&
ï
Ì&
Î&
Ï&
à
Ô
Ì
Ñ&
Ô& Õ&
à
Ô
Ì
Ä
$ a$ gdÜdO
Ð&
Ö&
×&
Ø&
Ì
Ì
Ä
$ a$ gdÜdO
Ì
Ì
Ä
Ù&
à
Ä
a$ gdÜdO
&
F
Æ
y
$
Æ
a$ gdÜdO
y
$
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
Ì& Í& Ñ& Ó& Ø& ñ& ñ- øÇ. Ì. ×. à. ÷.
/
/
/
/ / $/ -/
; ; oO ¹O ºO áO iX ŒX ?[ I[
] `
` 6` 8` ’` ”` œ` ¯` À` Ì` Yb rb õc
d Ùd 8e Uo co £u Tv Tw ªz åÔåÔÂÔ°Ô°Ô°Ô°Ô°Ô°Ô°Ô°ÔÂÔÂÔÂÔ°Ô›å›å›å›†
ÔÂÔ°Ô°ÔÂÔ°Ô›Ô›
( hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
( hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
# hµ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^
J aJ # hµ ž hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ
4 j
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U ^J aJ
mH nH u 4Ü& ñ& ò& 6( ³( Å(
*
* å* ú* ÿ+
, ¼,
. ·/
3 ‘3 ˜3 ÷
ï
ã
ï
Ø
È
¹
È
¹
È
¹
È
©
©
©
©
š
$
&
F
Æ
Ð a$ gdÜdO
$
Æ
Ð
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
&
F
Æ
Ð a$ gdÜdO
$
Æ
Ð
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
$
&
F a$ gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
˜3 ¿3 ç3 ˜4 §
4 -5 -5 Þ5
7 Þ8
; ¬; ¿; •= ¦= @A RA ð
ð
ä
Õ
Å
Õ
Å
µ
µ
µ
µ
¢
Å
¢
’
¢
$
Æ
Ð
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
$
&
F
Æ
Ð
„¸ü`„¸üa$ gdÜdO
$
Æ
Ð
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
Æ
Ð
„
^„
a$ gdÜdO
&
F
Æ
Æ
&
F
Æ
D
&
F
&
F
Æ
Æ
Æ
Æ
O
S
S
Ð
$
Ð
$
a$ gdÜdO
a$ gdÜdO
Ð a$ gdÜdO
RA äB wD ŽD ÀE ÕE ¨F ÀF «G ÄG þH ÿH ÇI
K »K
®L ï
ß
Ó
Ä
ï
Ä
ï
Ä
Ó
ß
Ä
Ä
Ó
¹
¹
¹
$
a$ gdÜdO
Ð
$
Ð
Ð
Ð
ºO
Ð
$
L
tL
ˆL
šL
Ä
ï
ï
Ä
Ó
$
a$ gdÜdO
$
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
®L ÂL
áO %Q pQ ƒQ 'R CR
ô
±
L
a$ gdÜdO
ô
Ø
Æ
$
ÕL
èL
ô
Ì
¦
Ø
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
M
/N
nO
ô
oO
ä
Ì
Ø
Á
–
–
¦
ä
–
$
&
F
Æ
a$ gdÜdO
Ð
„
$
^„
$
a$ gdÜdO
&
F
a$ gdÜdO
$
Æ
Ð a$ gdÜdO
$
Æ
Ð a$ gdÜdO
$
Æ
Ð
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
&
F
a$ gdÜdO
S dS ’S ÐS
T §T ¨T ÇU iX
ä
ä
Ä
Ô
¹
•
$
Æ
Ð
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
$
jX
ŒX
Z
ä
Ä
cZ
pZ
Ô
ø[
ï
ä
Ä
Ä
¥
&
F
Æ
8
$
Ð
„äý`„äýa$ gdÜdO
&
F
Æ
Æ
a$ gdÜdO
$
Ð
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
Ð
„h ^„h a$ gdÜdO
$
&
F
Æ
a$ gdÜdO
Ð
„
^„
$
a$ gdÜdO
$
ø[
\
]
]
>]
-]
^
`
%_
6`
&_
’`
Ã
-`
¯`
À`
Í`
Ã
Ò
.a
ê
Ò
Æ
Æ
Ð
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
Ð a$ gdÜdO
$
Ú a$ gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
$
„tÿ`„tÿa$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
Ð
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
$
$
Ò
·
«
&
F
Æ
&
F
Ò
Ò
Ò
•
Æ
Ú
Ã
Ò
Ÿ
Æ
e
Ð V
e *e
º
„äý`„äýa$ gdÜdO
8e ô
É
š
.a
Fa
ô
ª
ha
Hb
ä
vb
Õc
d
Ù
Ød
É
ª
š
$
Æ
Æ
&
F
Æ
Æ
&
F
Æ
&
F
Ð
Ð
Ð
Ð
$
$ If
a$ gd³N¨
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
a$ gdÜdO
$
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
a$ gdÜdO
$
Ð
„Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
$
$
Ùd
š
a$ gdÜdO
8e
9e
Ne
_e
Æ
Ð
$ If
l Ö
Ž ‹
ý
oe
L
?
gd³N¨ ³
kd
?
$ $ If
ÖF ”ÿ‘
?
–
ý
ý
Ö
t
à
ÿ
Ö-
ÿààà
ÿ
ö
ÿààà
6 ö
ÿààà
ö
Ö0
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
l Ö
Ž ‹
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
pÖÿààà
ÿààà
Ý
Ý
• kd¤
$ $ If
ÖF
ÿààà
È
–
”ÿ‘
oe
’e
¤e
:
´e
Öe
×e
Ý
àe
ê
ý
ý
ý
t
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
Æ
Ð
Æ
Æ
Ð
Ð
zg
Ý
ÿ
ÿ4Ö
„†
4Ö
„Lÿ $ If
$ If
„÷ „
ÿgd³N¨
žg ê
È
Æ
Ð
„:
Æ
Æ
Ð
Ð
$ If
„÷ „
ÿgd³N¨
d
gd³N¨
ÿ $ If
àe
f
f
Ý
Ý
Ý
„Æþ $ If
Æ
Ð
$ If
l Ö
Ž ‹
ý
^„† `„Lÿgd³N¨
uf
vf
“f
¶f
Óf
íf
Ý
ê
%g
Ý
8g
È
_g
Ý
È
È
^„: `„Æþgd³N¨
gd³N¨
ÿ $ If
žg Ÿg ¨g
d
gd³N¨
^„÷ `„
Bf Cf [f
ê
ê
È
•
^„÷ `„
Ág Õg èg
d
kdý
ÖF
ÿg
q
$ $ If
”ÿ‘
d
d
–
ý
ý
t
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
h (h
Æ
Ð
ÿ
ÿ4Ö
ÿg
h
Ah ch Žh
O
„÷
„
Æ
Ð
$ If
l Ö
Ž ‹
ý
4Ö
¨h
©h
O
ÿ $ If
gd³N¨
•
Àh
q
d
d
O
d
d
d
^„÷ `„ ÿgd³N¨
kdV
ÖF
$ $ If
”ÿ‘
–
ý
ý
t
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
i /i
O
ÿ
?i
ÿ4Ö
Àh âh
ê
Æ
Ð
$ If
l Ö
Ž ‹
ý
4Ö
i
i
ê
gd³N¨
•
\
kd¯
ÖF
O
$ $ If
”ÿ‘
O
–
ý
ý
t
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
Æ
Ð
Æ
Æ
Ð
Ð
ÿ
ÿ4Ö
4Ö
„:
d
„Æþ $ If
„:
„÷
„Æþ $ If
^„: `„Æþgd³N¨
„
ÿ $ If
^„÷ `„ ÿgd³N¨
O
Æ
Ð
$ If
l Ö
Ž ‹
ý
gd³N¨
^„: `„Æþgd³N¨
d
•
kd
ÖF
?i
@i
Ji
ri
‚i
:
$ $ If
”ÿ‘
°i
d
Âi
q
–
ý
ý
t
à
Ö
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
l aö
ÿ
ÿ4Ö
Âi Ãi
U
4Ö
el
Im \n šo ´p
r
M
U
$ a$ gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
$
Æ
Ð
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO • kda
$ $ If
l Ö
ÖF ”ÿ‘
Ž ‹
ý
ý
ý
t
à
Ö
Ö0
ÿ
Äi
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
q
a
U
U
U
–
ÿ
ö
6
ö
ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
l aö
{ w| ù}
ÈŽ ÷
ÿ4Ö
4Ö
r
s «s ßt Tv ¯w Íx
{
€~ ²• I• ‚„ N† †‡
ˆ ]ˆ
‰ p‰ ׉ ÛŠ ô‹
• ›• MŽ
÷
÷
÷
÷
÷
÷
ï
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
$ a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
ªz
{
{ _‚ å… ø… i‘ m‘ n‘ ‰‘ Í“ Õ“ ’– ¡– µ– Ζ î–
— L— Z— …—
›— Á— Ú—
˜ 5˜ r˜ ˆ˜ °˜ ߘ ÿ˜
™ ëÕëÀªÀ˜À‚ÀªÀjÀªÀªÀªÀªÀªÀªÀªÀªÀU
) j
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U ^J aJ . hµ ž hÜdO 5 •6 •CJ OJ Q
J ^J aJ mH sH
+ hµ ž hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " hÜdO CJ
OJ QJ ^J aJ mH sH
+ hµ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH (
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
+ hµ ž hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J a
J mH
sH
( hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
ÈŽ j‘ k‘ l‘ m‘ n‘ ‰‘
’ Î’ K“ ¸“ â“
” ˜” ’– ¡– ç– /—
u— ²— ÷—
[˜ ¥˜ ÷
÷
÷
÷
÷
ë
ß
Ì
Ì
Ì
Ì
Ì
Ì
ß
Ä
¿
¿
¿
¿
¿
¿
¿
gdÜdO
$ a$ gdÜdO
$
&
F
Æ Ø
„Ð ^„Ð a$ gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
$ „h ^„h a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
¥˜ ÿ˜
™
š ”š âš K› L› M
› N› O› P› Q› l› m› o› p› q› r› s› t› u› v› w› x› y› z›
ú
ú
ú
ú
ú
ú
õ
õ
õ
õ
ú
ú
í
ú
ú
ú
å
å
å
å
å
å
å
å
å
å
$ a$ gdÜ
dO
$ a$ gdÜdO
gdÜdO
gdÜdO
™ U™ V™ W™ ž™ Ÿ™
™ ¡™
ã™ ä™ å™
š
š
š
š ]š ^š _š ’š “š ”š ëÓ¾§¾ë¾ë•¾§¾ë¾zb¾K¾ë
, hµ ž hÜdO 0J CJ OJ QJ
^J aJ mH sH
/  j˜
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U ^J aJ ( hµ ž
hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
/ • jO
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U
^J aJ , h
S hÜdO 0J CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
) j
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U
^J aJ / • jº
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U ^J aJ ( h
S hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
”š •š –
š Áš š Ú àš áš âš ãš
›
› -› I› J› M› N› O› Q› l› éÐ
»ŸÐˆÐ»Ð»lЈлYéD2 # hµ ž hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ ( h
S hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
% hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
7 • jÌ
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U ^J aJ mH sH , hµ ž hÜdO 0J
CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
7 • jÝ
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ U ^J
aJ mH sH ( hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
1 j
hµ ž hÜd
O CJ OJ QJ U ^J aJ mH sH + hµ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH
sH
l› m› n› Œ› ”› [ž hž Ö¤ ù¤ Àª ׫ í¬ ¢¯ ø¯ ý¯
° ]° †° ]² q²
³
³ $´ 1´ Ÿ´ É´
µ 9µ ¡· Ñ· `¸
u¸ ·¸ ü¸ )º *º +º >º ?º âº îº óº ÿº H¿ W¿ •¿ •¿ ›¿ -¿
‰Ã
Ã
Å
Å ¬Æ ïÓïÁï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ï¡ï¯•ï¯ï¯ï¯ï¯ï¯ïÁï
¯ï
# hµ ž hÜdO >* CJ OJ QJ ^J aJ
hÜdO CJ OJ QJ ^J
aJ
# hµ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J
aJ 6 j
hÜdO CJ OJ QJ U ^J aJ mH nH sH tH
u
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ 6z› {› |› }› ~› › €› •› ‚› ƒ›
„› …› †› ‡› ˆ› ‰› Š› ‹› Œ› ”› s• t• cŸ dŸ S¢ U¢ =£ >£ ÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
ë
ë
ë
ë
÷
ë
ë
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
>£ Õ¤ Ö¤ ù¤ d¦ e¦ â¨ ä¨ ˆ
© Š© Ú« Ü« ¥- §- û¯ ü¯ ý¯
°
° \° ]°
³
³ ó
ó
î
æ
ó
ó
æ
ó
æ
ó
æ
ó
æ
ó
æ
æ
æ
æ
æ
Ú
Â
æ
$
&
F
Æ Ð h
„
„ ^„ `„ a$ gdÜdO
$
Æ
h a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
³ ž´ Ÿ´ «¶ -¶
· ¡· ¶¸ ·¸ 'º )º *º +
º >º ?º °¾ ²¾ °¿ ²¿ NÁ OÁ ‡Ã ˆÃ ‰Ã ŸÃ ó
ë
Ó
ë
ó
ë
Ó
ë
Ó
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
ë
$
&
F
Æ Ð h
„
„ ^„ `„ a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
ŸÃ
à –Ä —
Ä «Æ ¬Æ -Æ ®Æ ¯Æ ÁÆ ÂÆ ÛÉ ÜÉ
Ë
Ë wÌ xÌ yÌ •Ì ŽÌ ÝÍ ÞÍ
HÐ IÐ 'Ò (Ò )Ò RÒ SÒ ÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
÷
$ a$ gdÜdO
¬Æ ®Æ ÁÆ
ËÉ ØÉ `Ê qÊ ýÊ
Ë yÌ ŽÌ šÐ µÐ )Ò RÒ SÒ üÛ
Ü
Ü UÜ mÜ
ä ,ä Ûæ âæ Èç §é °é ½é ¾é Áé Âé Îé Ïé Ôé óé Áê Œë •ë Žë
@î ðÞͻͻͻÍÞͻͻ©ÍÞÍ”~”~”~”Í”f~”~f~”~”~”Í”. hµ ž hÜdO 5 •6 •CJ OJ
QJ ^J aJ mH! sH! + hµ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! ( hµ ž
hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! # hµ ž hÜdO >* CJ OJ QJ ^J aJ # h
µ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ
# hµ ž hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ
hÜ
dO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ
(SÒ {Ô ÜÕ ÝÕ Þ× ß× ïÙ ðÙ úÛ ûÛ üÛ
Ü
Þ
Þ \ß ]ß .á /á »ä ¼ä Žæ •æ ‰ç Šç §é ÷
ë
÷
÷
÷
÷
÷
÷
ë
ë
ë
ë
ë
ß
÷
ë
÷
ë
ë
„Ð `„Ð gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
î [î \î |ï }ï »ð ¼ð
ó
ó
ã
×
×
Ê
»
$ a$ gdÜdO
pñ qñ @ó
ë
×
ë
ë
ë
ë
§é
Aó
¨é
õ
Žë •ë
õ ó
ó
Gí
Hí
@î
ó
ã
×
ó
ë
Ö
ã
×
ë
Aî
ë
B
$
Æ
´ € dh
a$ gdÜdO
$
Æ
´
€a$ gdÜdO
$
Æ
´ €a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
$ „Ð `„Ð a$ gdÜdO
@î Aî [î $ð ºð »ð ¼ð Bó
õ
õ
õ *õ E
õ ‹õ ¥õ Éõ Êõ Ëõ Ñõ Òõ Óõ Õõ Öõ Üõ Ýõ Þõ ßõ àõ áõ õõ ðÞ
ɸɸɣÉÞ¸‘¸‘¸ƒ}ƒ}yƒ}ƒnƒ}WK
h •Ê h³N¨ 5 •6 •CJ
, j
h³N¨ 5 •6 •CJ
U mH nH sH
tH
u
hV&¦ 0J mH nH u
h³N¨
h³N¨ 0J
j
h³N¨ 0J U
hÜdO # hµ ž hÜdO 6 •CJ OJ QJ ^J aJ
( hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH!
hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ
( hµ ž hÜdO CJ OJ QJ ^J aJ mH sH
# hµ ž hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ
hÜdO 5 •CJ OJ QJ ^J aJ
õ
õ xõ ¾õ ¿õ Àõ Áõ Âõ Ãõ Äõ Åõ Æõ Çõ Èõ Éõ Êõ Óõ Ôõ Õõ
àõ
ö
ö ð
å
å
å
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ñ
Ï
Ã
º
Ï
Ã
º
Ï
„h ]„h gd³N¨
„øÿ „
&`#$ gd³N¨
gdÜdO
$
$
„Ð
dh
dh
`„Ð a$ gdÜdO
a$ gdÜdO
$ „Ð dh
`„Ð a$ gdÜdO
õõ úõ ÿõ
ö
ö
ö ,ö Iö Tö 6÷ E÷
G÷ P÷ R÷ Z÷ _÷ `÷ h÷ n÷ o÷ |÷ ‚÷ ƒ÷ ‹÷ •÷ ”÷ š÷ ž÷ Ÿ÷
÷ ¶÷ ·÷ ¸÷ Á÷ Â÷ Ç÷ È÷ É÷ Í÷ Î÷ Ï÷ Ð÷ Ñ÷ ÷îåÙÕÊƿƲƲƨ²Æ¨
²Æ¨²Æ²¨²¨²¡Æ¨²Æ²¨²“¨²ˆÆÕÆ
hm ¦ hÜdO CJ aJ
h¿R
hÜdO 6 •OJ QJ ^J
h¿R
hÜdO
hÜdO OJ
QJ
^J
h¿R
hÜdO OJ
QJ
^J
h1X§ hÜdO
hÜdO
hP/´ hÜdO CJ aJ
h³N¨
h •Ê h³N¨ 5 •6 •CJ
h³N¨ 5 •6 •CJ
hÜdO 5 •6 •CJ
hV&¦ 5 •6 •CJ * ö
ö ,ö ö :ö ;ö Hö Iö Tö Uö eö fö wö xö Šö ‹ö šö ›ö -ö ®ö ½ö ¾ö
Æö Çö Îö Ïö ßö àö æö ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
$ a$ gdÜdO
æö çö ðö
ñö úö ûö
÷
÷
÷
÷ ÷
÷ *÷ +÷ 5÷ 6÷ E÷ F÷ G÷ P÷ Q÷ R÷ _÷ `÷ n÷ o÷ ‚÷ ƒ÷ ž÷ ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ð
ý
õ
ð
ý
õ
ý
õ
ý
õ
ý
õ
gdÜdO
$ a$ gdÜdO
ž÷ Ÿ÷
÷ ·÷ ¸÷ Í÷ Î÷ Ï÷ Ð÷ Ñ÷ ò
ð
è
ð
à
ò
ð
ð
ð
$ a$ gdÜdO
$ a$ gdÜdO
„
„øø^„ `„øøgdÜdO
°ÂA!°¥ "°Š #¥ $Š %°
°n
2 &P
°n
1•h :p³N¨ °….
¢
!v
h 5Ö
ý
ý
$
$ If
–
ý
5Ö
5Ö
#v ý
:V
–l
Ö
t à Öÿààà
ÿààà
ÿààà
ö
6 ö
5Ö
ý
pÖÿààà
ÿààà
ÿààà
W $ $ If
– !v h 5Ö
ý
5Ö
ý
5Ö
ý
#v ý
:V
–l
t à ö
6 ö
5Ö
ý
W $ $ If
– !v h 5Ö
ý
5Ö
ý
5Ö
ý
#v ý
:V
–l
t à ö
6 ö
5Ö
ý
W $ $ If
– !v h 5Ö
ý
5Ö
ý
5Ö
ý
#v ý
:V
–l
t à ö
6 ö
5Ö
ý
W $ $ If
– !v h 5Ö
ý
5Ö
ý
5Ö
ý
#v ý
:V
–l
t à ö
6 ö
5Ö
ý
W $ $ If
– !v h 5Ö
ý
5Ö
ý
5Ö
ý
#v ý
:V
–l
t à ö
6 ö
5Ö
ý
W $ $ If
– !v h 5Ö
ý
5Ö
ý
5Ö
ý
#v ý
:V
–l
t à ö
6 ö
5Ö
ý
•
D
ÐÉêy
ùºÎ Œ‚ ª K©
H
h t t p : / / w w w . p i k i r a n r a k y a t . c o m / c e t a k / 2 0 0 5 / 0 3 0 5 / 2 8 / t e r o p o
n g / l a i n n y a 0 1 . h t m
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
•
h t t p : / / w w w . p i k i r a n r a k y a t . c o m / c e t a k / 2 0 0 5 / 0 3 0 5 / 2 8 / t e r o p o
n g / l a i n n y a 0 1 . h t m
I
D
ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
5
h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r
i a n / 0 5 0 2 / 2 4 / o p i 0 6 . h t m
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
j
h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r i a n /
0 5 0 2 / 2 4 / o p i 0 6 . h t m
E
D
ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
4
h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r
i a n / 0 2 0 9 / 0 3 / k h a 2 . h t m
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
h
h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r i a n /
0 2 0 9 / 0 3 / k h a 2 . h t m
ï
D
ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
h t t p : / / w w w . f o r u m p o l i t i s i . o r g
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
>
h t t p : / / w w w . f o r u m p o l i t i s i . o r g /
%
D
ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
,
h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / s i
s t e m _ p o l i t i k
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
X
h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / s i s t e m
_ p o l i t i k
œ
@
`ñÿ
@
ÜdO
N o r m a l
CJ _H
D A@òÿ¡ D
aJ
mH
sH
tH
D e f a u l t
P a r a g r a p h
F o n t
R i@óÿ³ R
T a b l e
N o r m a l
l 4Ö
aö
( k ôÿÁ (
N o
ö
4Ö
L i s t
j š`³ ó j
ÜdO
T a b l e
G r i d
7 :V
B ^`
B
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÜdO
N o r m a l
( W e b )
¤d
¤d [$ \$
4
`
4
ÜdO
Æ
à À!
F o o t e r
. )`¢ ! .
ÜdO
P a g e
N u m b e r
6 U`¢ 1 6
ÜdO
H y p e r l i n k
>* B* ph
ÿ 4 B`
B 4
ÜdO
B o d y
T e x t
$ a$
4 @
R 4
ÜdO
Æ
×
à À!
á
î
8
F
H e a d e r
!
ö
U
i
†
ž
ÿÿÿÿ!
/
;
µ
L
^
q
Ñï
”
ÿÿÿÿ%
µ
Æ
ÿÿÿÿ&
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
Í
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ#
ÿÿÿÿ)
ÿÿÿÿ+
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
-
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ(
ÿÿÿÿ
¤
ÿÿÿÿ"
ÿÿÿÿ$
ÿÿÿÿ'
*
•
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ>
ÿÿÿÿ?
ÿÿÿÿA
ÿÿÿÿD
;
L
^
q
•
ÿÿÿÿE
¤
-
”
F
U
i
†
ž
µ
ÿÿÿÿC
!
µ
8
ÿÿÿÿ@
ÿÿÿÿB
¸
Æ
Í
×
á
î
ö
/
ÿÿ
ÿÿÿÿ
&
p
q
r
s
‚
ƒ
„
•
4
I
]
p
K
Ø
æ
y
•
Ü
N
o
'
t
Ñï
E
v
¸
F
w
G
x
a
H
y
y
F
f
z
l
g
{
i
|
ö
j
}
k
~
l
•
m
€
n
•
Ý
Þ
í
&
@
ö
?
Ú- Û"
"
Þ3 ¬3 ¿3
< w< Ž<
®D ÂD
K
K dK ’K
-U
Ê
½
Üå"
/
•5
À=
ÕD
ÐK
Ñ
å
¨
©
¶
±
|
Ó
<
•
—
+
K
Ä- Å- Ì- Î- Ï- Ð- Ñ- Ô- Õ- Ö- ×- Ø- Ùñ- ò- 6
³
Å
ú" ÿ#
$ ¼$
& ·'
+ ‘+ ˜+ ¿+ ç+ ˜, §, -- -Þ0
¦5 @9 R9 ä: Õ= ¨> À> «? Ä? þ@ ÿ@ ÇA
C »C
D
D tD ˆD šD
èD
E /F nG oG –G ºG áG %I pI ƒI 'J CJ
L
§L
¨L
ÇM
iP
jP
ŒP
R
cR
pR
øS
T
U
U
>U
V
X
]
`
a
%W &W -X 6X ’X ¯X ÀX ÍX .Y FY hY HZ vZ Õ[
\ Ø\ Ù\
] *] 8] 9] N] _] o] ’] ¤] ´] Ö] ×] à]
^
^ B^ C^
u^ v^ “^ ¶^ Ó^ í^ %_ 8_ __ z_ ž_ Ÿ_ ¨_ Á_ Õ_ è_ ÿ_
[^
`
(` A` c` Ž` ¨` ©` À` â`
a
a /a ?a @a Ja ra ‚a °a Âa Ãa Äa ed Ie \f šg ´h
j
k «k
ßl Tn ¯o Íp
s
s wt ùu €v ²w Iy ‚| N~ †•
€ ]€
• p• ו Û‚ ôƒ
… ›… M†
Ȇ j‰ k‰ l‰ m‰ n‰ ‰‰
Š Ί K‹ ¸‹ â‹
Œ ˜Œ ’Ž ¡Ž çŽ /•
u• ²• ÷• [• ¥• ÿ•
‘
’ ”’ â’ K“ L“ M“ N“ O“ P“ Q“ l“
m“ o“ p“ q“ r“ s“ t“ u“ v“ w“ x“ y“ z“ {“ |“ }“ ~“ “ €
“ •“ ‚“ ƒ“ „“ …“ †“ ‡“ ˆ“ ‰“ Š“ ‹“ Œ“ ”“ s• t• c— d—
Sš Uš =› >› Õœ Öœ ùœ dž ež â
ä
ˆ¡ Š¡ Ú£ Ü£ ¥¥ §¥ û§
ü§ ý§
¨
¨ \¨ ]¨
«
« ž¬ Ÿ¬ «® -®
¯ ¡¯ ¶° ·° '² )²
*² +² >² ?² °¶ ²¶ °· ²· N¹ O¹ ‡» ˆ» ‰» Ÿ»
» –¼ —
¼ «¾ ¬¾ -¾ ®¾ ¯¾ Á¾ ¾ ÛÁ ÜÁ
Ã
à wÄ xÄ yÄ •Ä ŽÄ ÝÅ ÞÅ
HÈ IÈ 'Ê (Ê )Ê RÊ SÊ {Ì ÜÍ ÝÍ ÞÏ ßÏ ïÑ ðÑ úÓ ûÓ üÓ
Ô
Ö
Ö \× ]× .Ù /Ù »Ü ¼Ü ŽÞ •Þ ‰ß Šß §á ¨á Žã •ã Gå Hå
@æ Aæ Bæ [æ \æ |ç }ç »è ¼è pé qé @ë Aë
í
í
í xí ¾í ¿
í Àí Áí Âí Ãí Äí Åí Æí Çí Èí Éí Êí Óí Ôí Õí àí
î
î ,î
î :î ;î Hî Iî Tî Uî eî fî wî xî Šî ‹î šî ›î -î ®î ½î ¾î
Æî Çî Îî Ïî ßî àî æî çî ðî ñî úî ûî
ï
ï
ï
ï ï
ï *ï +ï 5ï 6ï Eï Fï Gï Pï Qï Rï _ï `ï nï oï ‚ï ƒï žï Ÿï
ï ·ï ¸ï Íï Îï Ïï Òï ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€
˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€
˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€
˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
€
€
0
0
0
0
€
€
€
€
€
€
0
€
€ ˜
˜
€
€
˜
€
€
˜
€
0
€
€
€
€
˜
0
0
0
0
˜
€
0
€
€
€
€ ˜
€
€
€
€
˜
0
0
€
€
˜
0
0
0
€
€
€
˜
€
0
˜
€
0
€
€
€
€
0
€
˜
€
0
€
€
€
€
0
˜
€
0
€
˜
€ ˜
€ ˜
€ ˜
€
€
€
0
˜
€
0
˜
€
0
0
˜
€
0
˜
€
0
€
0
€
0
˜
€
0
€
˜
€
€
0
€
0
€
˜
€
˜
€
€
€
€
€
˜
€
€
€
˜
€
0
˜
€
0
€ ˜
˜
€
0
˜
€
€
˜
€
€
0
˜
˜
€ ˜
€ ˜
€ ˜
€
€
€ ˜
0
€
€ ˜
€
€ ˜
€
€ ˜
€
€ ˜
0
€
€
€ ˜
€
€ ˜
€
€ ˜
€
€ ˜
0
€
€
€
€ ˜
€
˜
€
˜
€
˜
0
€
€
€
˜
€
˜
0
€
€
€
˜
€
˜
€
˜
0
€
€
˜
€ ˜
€
€
0
0
0
0
0
0
0
0
€
€
€
€
€
0
0
0
˜
€
˜
€
€
€
€
€
€
0
€ ˜
€
€
0
0
0
0
€
€
€
€
€
0
˜
€ ˜
€ ˜
€
€
€
0
0
0
€
€
˜
˜
0
0
0
0
€
€
€
€
€ ˜
€
€
0
0
0
€
€
€
€
€
˜
˜
˜
˜
€
0
€
€ ˜
€
0
€ ˜
€
€
€
€
€
€
0
€ ˜
€ ˜
€ ˜
€
€
€
€
€
€
€
€
€ ˜
€ ˜
€ ˜
€
€
€
€
€
€
€
€
0
˜
˜
˜
˜
€
€ ˜
0
0
0
€
€
€
€
0
0
€
€ ˜
0
€
0
€
€
€
€
€
˜
€
€ ˜
0
0
0
0
˜
0
€
€
˜
0
0
0
€
0
€
€
€
€
€
€
˜
0
0
€
€
0
˜
˜
€
€
0
€
˜
˜
˜
€
0
€
€ ˜
0
€
€
0
€
€
˜
€
0
€ ˜
0
€
0
€
€
0
˜
0
0
0
€
€
€
€
€ ˜
€
€
€
€
˜
€
0
€
0
€
˜
˜
˜
˜
€
€
˜
˜
0
€
˜
0
€
€ ˜
€
0
€
€
˜
€
0
˜
0
€
˜
€
€
0
€
€
˜
€
0
€ ˜
0
€
€
€
€
˜
0
€
€
€ ˜
0
€
€
˜
0
€
€
0
˜
0
0
€
€
0
€
€
˜
˜
€
0
€
˜
€
€
€
€
€
€
€
0
˜
0
˜
€
0
€
€
˜
˜
˜
€
0
€
€
0
˜
€
˜
€
0
0
˜
€
€
˜
0
€
€
˜
€
0
€
€
˜
˜
€
€
0
0
€
€
˜
0
€
0
0
€
€
˜
0
0
0
©
™
©
€
©
€
©
€
0
€
€
©
0
0
€
˜
€
˜
€
˜
€
0
€
€
€
€
€
€
€
0
0
0
0
˜
€
0
€
˜
€
0
©
©
©
©
©
€
©
€
©
©
©
©
©
0
0
0
0
0
˜
€
0
˜
€
˜
€
€
˜
€
˜
€
˜
€
€
€
0
©
€
©
€
0
0
€
©
€
0
©
0
€
©
€
0
€
˜
€
0
0
0
€
©
€
€
€
©
€
€
˜
€
€
˜
€
0
€
€
˜
€
0
˜
€
0
˜
€
€
˜
€
0
€
€
€
€
0
0
˜
€
€
€
0
€
˜
€
0
€
€
©
˜
€
€
€
˜
€
0
0
˜
€
0
˜
€
0
0
0
0
€
€
€
€
€
€
€
€
€
0
˜
€
0
€
0
€
0
€
0
€
€
€
€
€
€
€
€
€
€
€
€
€
˜
€
€
€
0
€
˜
€
0
€
©
©
0
˜
€
€
€
€
€
€
0
0
0
0
0
€
0
€
€
˜
€
€
©
€
€
€
˜
˜
˜
˜
€
0
€
0
€
0
€
©
€
€ ˜
˜
˜
€
€
€
€
€
0
0
0
€
€
€
€
0
€
©
€
˜
€
€
€
€
€
0
€
˜
€
€
€
€
0
©
€
˜
€
0
0
0
˜
€
0
€
˜
€
©
€
©
€
0
0
€
˜
€
0
˜
€
˜
€
0
€
€
€
€
˜
€
0
˜
€
0
€
0
€
€
€
€
€
€
€
€
€
€
0
0
€
€
€
€
€
€
€
€
€
€
€
0
0
0
0
0
€
€
€
€
€
€
©
˜
€
€
0
©
©
©
0
©
©
0
0
0
0
0
0
0
©
€
0
€
€
€
€
€
0
€
€
€
€
©
€
0
0
0
0
0
0
€
0
€
™
©
©
™
©
€
©
€
™
©
™
©
©
™
˜
€
€
0
€
€
€
©
€
0
©
€
0
0
0
€
€
€
€
™
©
€
€ ˜
€ ˜
˜
€
€
€
€
€
0
0
˜
€
€
€
0
0
0
˜
€
0
€
˜
€
0
€
€
0
˜
€
˜
˜
˜
˜
˜
€
€
€
˜
€
0
0
€
˜
€
€
˜
0
€
0
€
€
0
˜
€
€
˜
€
€
˜
€
0
0
˜
€
0
0
˜
€
0
€
€
€
˜
0
€ ˜
€
€ ˜
0
0
€
€
€
0
€
0
€
€
0
˜
€
0
˜
€
˜
€
˜
€
€
€ ˜
€
€
€ ˜
€ ˜
€
€
˜
0
€
°
˜
€
0
˜
€
0
€
€
˜
€
0
0
˜
€
€
˜
€
€
˜
€
0
€
€
˜
€
˜
€
0
0
0
0
0
0
€
€
˜
€
˜
€
€
˜
€
€
€
˜
€
€
€
˜
€
0
€
˜
€
0
˜
€
0
€
˜
€
0
€
€
0
0
0
0
˜
€
0
0
˜
€
€
˜
0
˜
€
€
˜
€
0
€
€
˜
€
0
€
€
˜
€
0
0
0
0
€
€
€
0
˜
€
0
˜
€
˜
€
€
˜
€
€
˜
€
€
€
€
€
˜
€
0
˜
€
0
˜
€
0
€
€
€
€
€
˜
€
0
0
0
0
0
€
0
˜
€
0
˜
€
0
˜
€
0
€
€
˜
€
€
˜
€
0
€
0
€
˜
€
€
˜
€
0
˜
€
0
˜
€
˜
€
0
€
€
0
€
€
˜
€
0
˜
€
0
€
˜
€
0
0
€
˜
€
€
˜
€
€
€
˜
€
0
˜
€
0
0
€
€
˜
€
˜
€
0
€
€
˜
€
0
˜
€
0
˜
€
0
˜
€
0
˜
€
€
€
€
€
˜
€
€
0
0
˜
€
€
€
€
€
€
˜
€
0
€
˜
€
˜
€
0
˜
€
0
€
€
0
˜
€
0
€
€
€ ˜
˜
0
€
€
€
€
€ ˜
0
€
€
€
€
€
€
0
€ ˜
0
€ ˜
0
0
€ ˜
˜
0
€
€
ˆ
˜
ˆ
˜
€
€
˜
0
€
€
°
€
€
°
˜
0
€
€
°
˜
0
€
˜
0
€
€
°
˜
0
€
€
°
˜
0
€
€
°
˜
0
€
€
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
¸
˜
0
€
€
À
˜
0
€
€
À
˜
0
€
€
À
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
À
˜
0
€
€
˜
0
€
€
À
˜
0
€
€
˜
0
€
€
˜
0
€
€
À
˜
0
€
€
˜
0
€
€
È
˜
0
€
€
˜
0
€
€
È
˜
0
€
€
ˆ
˜
0
€
€
ˆ
˜
0
€
€
p
˜
0
€
€
È
˜
0
€
€
È
˜
0
€
€
È
˜
0
€
€
È
˜
0
€
€
È
˜
0
€
€
Ð
˜
0
€
€
˜
0
€
€
Ð
˜
0
€
€
Ð
°
˜
€
0
0
˜
€
€
Ø
˜
€
€
˜
€
0
˜
€
0
€
€
˜
€
0
€
0
ˆ
˜
0
ˆ
˜
€
˜
€
˜
€
0
€
˜
€
0
€
è
€
˜
€
è
€
My 0 0
˜
€
0
€
è
€
˜
€
˜
€
0
˜
€
€
˜
0
˜
0
à
0
è
€
˜
€
0
€
˜
€
0
€
è
˜
€
€
˜
€
€
˜
€
0
€
à
0
à
€
€
ˆ
˜
€
˜
€
€
˜
€
0
˜
€
0
€
0
è
0
è
0
0
€
˜
€
0
Ð
Ø
à
€
€
€
˜
€
0
˜
€
0
à
˜
€
˜
€
€
˜
€
0
à
0
è
0
0
ˆ
˜
€
0
€
Ð
€
€
˜
€
€
0
Ø
0
Ø
à
€
€
€
˜
€
0
€
à
€
˜
€
€
˜
€
0
˜
€
0
0
è
€
€
˜
€
0
Ð
0
Ø
€
€
€
˜
€
0
˜
€
0
à
˜
€
€
˜
€
˜
€
0
à
˜
€
€
€
€
˜
€
0
€
0
p
0
Ø
0
à
à
˜
€
€
Ð
ˆ
ˆ
€
è
€
˜
€
0
è
› ¸-E My 0 0
My 0 0
•@
0
€
€
˜@
0
€
€
0
b
ÔUG
˜
0
€
€
H
My 0 0
¢ •
0
€
€
My 0 0
¢ •
0
€
€
My 0 0
¢ •
0
€
€
My 0 0
¢ •
0
€
€
My 0
0
¢ •
0
€
€
My 0
0
P •
0
€
€
My 0
0
D •
0
€
€
My 0 0
Q •
0
€
€
My 0 0
Q •
0
€
€
My 0 0
P •
0
€
€
My 0 0
P •
0
€
€
My 0 0
P •
0
€
€
My 0 0
P •
0
€
€
H
My 0 0
P •
0
€
€
My 0 0
P •
0
€
€
My 00
G ˜
0
€
€
My 0!0
G ˜
0
€
€
My 0#0
G •
0
€
€
My 0%0
8 •
0
€
€
My 0'0
8 •
0
€
€
My 0)0
8 •
0
€
€
H
˜
0
€
€
•@
0
€
€
•
0
€
€
˜
0
€
€
My 0)0
8 •
0
€
€
My 0)0
8 •
0
€
€
My 0)0
8 •
0
€
€
My 0)0
8 •
0
€
€
˜
0
€
€
p
My 0)0
8 •
0
€
€
My 0)0
8 •
0
€
€
˜
0
€
€
My 0)0
8
0
´BD >
O
O
O
R
Ì& ªz
™ ”š l› ¬Æ @î õõ Ñ÷ |
ƒ
”
—
˜
™
ž
¡
£
x
&
! Ü& ˜3 RA ®L
S ø[ .a 8e oe àe žg ÿg Àh ?i Âi
r ÈŽ ¥˜ z› >£
³ ŸÃ SÒ
§é
õ
ö æö ž÷ Ñ÷ }
•
€
•
‚
„
…
†
‡
ˆ
‰
Š
‹
Œ
•
Ž
•
•
‘
’
“
•
–
š
›
œ
•
Ÿ
¢
¤
¥
¦
Ð÷ ~
ÿ• V‘ ž‘
‘ ä‘
’
’ ^’ ’’ •’ Â’ à’ â’
“ I“ Ñï
X ÿ „ X ÿ „ X ÿ „ X ÿ „ X
ÿ „
R
!• ! ÿ•€
ð@
ð
Q
O
ð
ð
ð
P
ð
O
ðH
@ -ñ
ð(
ÿÿ
ÿ €€€ ÷
ðÌ
ð
B
@
C
ð
ð
D
•
¿
D
ð
•
¥
ˆ
# "ñ
ÿ
ð
ð
ðH
ÿ
Q-
ð
ð
ð
B
C
ð
ð
ð
õ
¿
•)
ðb
•
•)
ð
ð
ð
ˆ
#
ð
‘
ð
ð
ð:
ðZ
Qð
¥
õ
•)
Q-
ð
ðT
ð
¥
õ-
€
Š
ð
ð
¥
õ
Á
±'
ð
ðZ
ð
3
ð
•%
Z €
±'
ð
ð
Š
ð
ð
‘
Š
ð
ð
‘
ðZ
3
ð
©
Z €
Å"
ð
ð
ðZ
3
ð
ð
ð
Z €
#
ð
Š
ðT
ð
µ
5+
%
Q-
ð
€
Š
ð
ð
ð
#
ð
e' õ
ðT
•)
±'
ð
€
Š
ð
ð
ð
Å"
ð&
½
•%
ðZ
ð
ð
Ù
"
I%
I&
ð
ð
ˆ
ð
Ù
"
I%
I&
3
ð
ð
ð
ð
Z €
Ù
Š
-$ I%
ðZ
I&
ð
ð
ðZ
3
ð
Z €
Š
ð
Ù
ð
ð
" I%
B
ðT
-$
ð
C
ð
D
•
]!
¿
ÿ
ð
ðT
ð
Á
]!
‘
ð
Á
I&
‘
B
ð
C
ð
D
•
I&
¿
ÿ
ð
ðT
B
ð
C
ð
$
ð
D
•
¿
ð
ðT
ÿ
B
ð
"
-
‚
C
ð
$
ð
D
•
I&
¿
ÿ
ð
ðT
ð
B
-
C
ð
B
ð
D
•
¿
ÿ
ð
!
D
•
¿
ÿ
ð
%
D
•
¿
ÿ
ð
É
I&
!
•,
ð
ðT
•,
!
•,
ð
ðT
B
C
ð
B
ð
C
ð
•,
µ
ð
•,
ð
•
¿
ðT
B
‚
C
ð
D
ÿ
ð
É
±'
É
•,
ð
ðN
B
ð
S
ðð
D
•
¿
Ñ
ÿ
ð
ð
ðN
B
D
•
¿
Ñ
ÿ
ð
ð
ðN
B
D
•
¿
Ñ
ÿ
ð
ð
ðN
B
D
•
¿
Ñ
ÿ
ð
ð
ðN
B
D
•
¿
Ñ
ÿ
ð
ð
ð”
€
S
ðð
S
ðð
S
ðð
S
ð-
ý%
ð
ð
ðb
N+
ˆ
ð
# "ñ
)
ö
•
‘
ð
ð
ðT
B
ð
C
ð
D
ðZ
ý% ã+
ð
ð
ˆ
ý% N+
ð
C
ð
€
•
¿
ð
ð
ð
Š
ÿ
)
)
ð
õ
þ
]
‘
ö
ð`
• ™Ìÿ ¿
ð
)
O
™
þ
ð
ðÆ
Ó
ð
ð
ð
ð`
C
ð
ð
ð
€
Š
• ™Ìÿ ¿
ð
}
Š !
ð`
• ™Ìÿ ¿
ð
}
Š "
• ™Ìÿ ¿
ð
i
«'
¡
Ç)
ð
ð`
!
C
ð
ð
ð
€
¡
"
C
ð
€
[
ð
•
ð
ð
w
ð
ð`
#
C
ð
€
Š #
• ™Ìÿ ¿
ð
q
a
ý%
}
ð
ð
ð
ð`
$
C
ð
ð
ð
€
Š $
ð`
• ™Ìÿ ¿
ð
q
å
ý%
ð
Š %
ð`
• ™Ìÿ ¿
ð
q
Ñ
ý%
¡
ð
Š &
ð`
• ™Ìÿ ¿
ð
q
U
ý%
q
ð
%
C
ð
ð
ð
€
&
C
ð
ð
ð
€
'
C
ð
ð
ð
€
Š '
• ™Ìÿ ¿
ð
q
%
ý%
ð`
(
C
ð
€
Š (
• ™Ìÿ ¿
ð
q
©
ý%
Å"
ð
• ™Ìÿ ¿
ð
q
Ç)
ý%
ã+
ð
ð
ð`
)
ð
C
ð
€
Š )
ð
ð`
*
ð
C
ð
€
õ
ð
Š *
ð
• ™Ìÿ ¿
ð
q
•%
ý%
«'
ð
ð`
+
ð
C
ð
€
Š +
ý%
• ™Ìÿ ¿
-
ð
q
‘
ð
ð
ðT
,
ð
B
C
ð
D
•
¿
ÿ
ð
_(
ð
ð
ðT
B
C
ð
D
•
¿
ÿ
ð
E
™
ð
ð
ðT
B
ð
B
9
ðT
ð
B
C&
ðT
.
C
ð
D
•
]!
ð
¿
ÿ
ð
/
C
ð
D
•
/+
ð
¿
ÿ
ð
0
C
ð
D
•
¿
ÿ
ð
™
·
ð
i
·
ð
ðT
B
1
C
ð
D
•
¿
ÿ
ð
}
ð
ð
ðT
B
2
C
ð
D
•
¿
ÿ
ð
_(
ð
}
_(
ð
ðT
B
3
C
ð
D
•
·
ð
¿
ÿ
ð
ðT
ð
B
¡
·
4
C
ð
B
ð
D
•
¿
ÿ
ð
•
•
¿
ÿ
ð
õ
]
5
C
ð
D
E
ð
ðT
]
E
ð
6
ð
ðT
B
C
ð
D
•
9
ð
¿
9
ÿ
ð
ð
q
¿
½
ÿ
ð
ð
q
¿
•-
ÿ
ð
ð
q
¿
]!
ÿ
ð
ð
q
¿
ÿ
ðT
B
ðT
B
ðT
B
ðT
B
7
C
ð
D
•
½
ð
8
C
ð
D
•
•-
ð
9
C
ð
D
•
]!
ð
:
C
ð
D
•
_(
ð
ð
ðT
ð
B
¡
_(
;
C
ð
D
•
C&
ð
q
¿
C&
ÿ
ð
ð
¿
/+
ÿ
ð
ð
ðT
B
<
C
ð
ð
ð
D
=
ˆ
•
/+ q
) ´#
ð
ð¼
ð
ðN
ðT
ð
¢
¥
À
ð
>
#
ð
€
Š >
ð
¥
í
K
ð
ð
ðT
¢
ð
?
#
ð
€
å
ð
Š ?
}
ð
ð
ðT
¢
`
R
ð
@
#
ð
€
ð
Š @
ð
ðT
¢
`
í
—
ð
ð
A
#
ð
€
ð
Š A
ð
ðT
¢
î-
í
µ%
ð
ð
B
#
ð
€
ð
Š B
ð
ðT
¢
î-
í
µ%
ð
ð
C
#
ð
€
ð
Š C
ð
ðT
¢
î-
)
E
ð
ð
D
#
ð
€
ð
Š D
ð
ðT
¢
`
u
í
´#
ð
ð
E
#
ð
€
Š E
ð
æ-
À
_'
ï
ð
ð
ð
ðN
F
B
3
ð
Ð
ÿ
ð
K
è
`
ð
…
G
ð
ðN
B
3
ð
Ð
ÿ
ð
K
…
ð
`
H
…
ð
ðN
Â
3
ð
Ð
ÿ
ð
K
…
ð
`
I
•!
ð
•
¿
ðT
B
B
C
ð
D
ÿ
ð
Ù
ð
Î
îð
J
ð
ðT
B
B
C
ð
D
Î
ð
•
¹
¿
ÿ
ð
ðT
B
K
C
ð
B
ð
D
•
¿
ÿ
ð
Ù
·
•
¿
ÿ
ð
å
Œ
L
C
ð
D
î-
¹
ð
ðT
Ù
Ž
ð
M
ð
ðT
B
C
ð
D
„
ð
î-
•
†
¿
•
¿
•
¿
ÿ
ð
ð
ðT
—
B
N
C
ð
B
ð
D
ÿ
ð
U
•
U
ÿ
ð
F
Ü
2-
O
C
ð
D
Ü
ð
ð
ðB
Í
ð
ðT
S
ð-
¿
Ë
ÿ
ð
?
@
ð
ð
>
G
ð€
ðH
?
ð(
B
ð`
ð
ð
ð
D
?
H
>
>
F
ð
ð
ð˜
C
ð
X
D
6X 7X
t
t
Ì
†
†
t
t"
ÍÕ0
ò
•
¿
ÿ
’X “X m“ Ñï
<- X
°
Ì
t
$
†
à
;
Ì
t
R
ÎÕ0
dŠ
ð
„þÿÿ
\
;
ÏÕ0
t
ð
X
j
à
t
ðÿÿÿà
ÌÐ"
g
Ì- јþÿÿ8
t
x
à
ï
ðÿÿÿu
ÐÕ0
Ì
û
t
Ì
Ž
ÿÿ2
t
Òt"
”
à
=
ÌÕ0
†
$
\„"
û
ÑÕ0
Ìú
ÒÕ0
¬›
ÓÕ0
4v
ÔÕ0
|G
ÖÕ0
LÐ"
×Õ0
òØÕ0
„ð
ÙÕ0
¤“
ÚÕ0
¼¾!
ÛÕ0
l$!
ÝÕ0
l›
ÞÕ0
ì$!
ßÕ0
œ„"
àÕ0
ìzáÕ0
¬$!
âÕ0
,$!
ãÕ0
ì
0
äÕ0
ÕÕ0
ÜÕ0
ì½!
Ü„"
Ð"
åÕ0
ŒÐ"
æÕ0
„e
çÕ0
,v
èÕ0
êÕ0
Ôñ
ëÕ0
Ô™#
ìÕ0
<—#
íÕ0
"
ïÕ0
TG#
ðÕ0
ÄŸ
ñÕ0
”G#
òÕ0
óÕ0
ÌoôÕ0
ôK
õÕ0
¬š
öÕ0
øÕ0
|
ùÕ0
ä“
úÕ0
Lª
ûÕ0
|-üÕ0
œ<ýÕ0
<å ‡
´ø
éÕ0
|—#
îÕ0
λ
T^
÷Õ0
Dð
„”(!
‡
¶
K
K
¶
Y
k
Y
Ö^
k
Ö^
ð
Ø_
ð
\3
Ø_
åa
\3
åa
C
C
sb
sb
~b
4c
4c
h
h
Å
‰™
¡Å
‰™
¡Å
Xœ
Gí
Xœ
Gí
é²
¥í
é²
¥í
³
ӕ
³
Òï
:´
:´
“´
“´
–Å
–
!
-
"
.
#
/
$
0
%
1
&
•
'
(
)
*
+
,
•
¹
C
¹
K
Ž™
³
³
?´
t
K
]œ
?´
t
Y
]œ
˜´
Y
î²
˜´
ô
ô
_3 _3 C Ù^ Ù^ Û_ Û_ îa îa
î²
ŸÅ
ŸÅ
©Å
©Å
Ní
Ní
|b
‡b
‡b
=c
’
’
˜ï
Òï
=c
h
h
Ž™
!
"
#
$
%
&
'
(
)
*
+
,
.
/
0
1
V
2
*€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €place €http://www.5iantlavalamp.com/h
/
*€urn:s
chemas-microsoft-com:office:smarttags €City0€http://www.5iamas-microsoftcom:office:smarttags_
1
*€urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags
€country-region €http://www.5iantlavalamp.com/
2
2
/
/
2
1
/
2
Ô
1
/
2
2
2
Å
Õ
Ö
Ú
*
~
+
•
2
…
4
†
@
Ž
Û
Ü
„
à
ã
A
Ÿ
á
/
•
Ž
ê
ë
H
©
å
1
/
2
1
2
2
2
1
2
/
/
Ë
Õ
/
2
1
2
/
1
2
”
ô
I
ª
æ
2
2
Ÿ
þ
¥
ÿ
U
\
³
]
¹
õ
T
®
ñ
•
¯
ò
ö
÷
/
/
2
/
2
2
2
-
®
g
¼
h
½
/
1
2
/
2
³
/
½
´
o
Ã
2
1
2
p
Ä
¾
w
Í
x
Ï
'
w
°
e
™
æ
.
~
˜
ß
f
ž
÷
5
ƒ
œ
ç
n
ø
7
„
•
è
C
Œ
¥
ð
D
•
¦
ñ
h
i
o
p
#
x
ú
«
¬
û
M
[
¨
ð
6
³
?
‡
„
í
´
d
¯
ö
°
÷
u
´
þ
G
•
¦
ô
)
x
§
ö
¸
G
5
R
X
Y
\
I
—
Ó
]
¹
¼
¾
Ã
Ä
Ì
?
D
•
E
‘
L
˜
M
™
…
Ä
H
«
ø
6
9
Š
Í
†
Å
Q
²
ù
%
y
¸
Q
–
+
Ì
:
•
Ò
K
Ù
'
a
T
U
\
]
à
á
å
b
h
i
}
Ô
Ù
Ú
Þ
Ú
(
-
þ
,
ƒ
Å
~
¹
R
—
¯
¸
ý
‚
Ä
}
¸
µ
®
ÿ
0
}
—
v
H
‘
/
|
·
·
l
@
ˆ
¡
ï
o
§
¶
4
Š
Î
‹
Ï
Ó
Ô
Þ
ß
Q
œ
R
•
å
ä
_
¦
ñ
a
§
ò
$
%
(
)
5
6
:
;
D
F
„
…
‹
Œ
“
”
˜
™
Ÿ
§
Á
Â
Ç
Í
Õ
Ö
Û
Ü
é
ê
ï
$
%
*
+
/
0
5
[
\
e
f
j
k
u
v
{
|
ƒ
¸
¾
¿
Ë
Ð
×
Ø
ß
à
è
é
$
b
ž
Ú
%
c
Ÿ
Û
2
•
˜
ß
3
‚
©
å
D
p
§
Ù
!
"
,
2
3
8
9
@
A
I
N
S
T
[
\
a
b
f
g
j
k
o
p
w
y
‚
ƒ
Œ
•
’
“
—
(
g
¥
ä
"
:
•
ª
æ
)
h
¦
å
#
;
Ž
±
ì
E
q
¨
Ú
.
q
¯
è
'
D
—
³
í
L
w
°
â
/
7
r
w
±
8
x
·
é
ò
(
E
¸
ó
,
K
¹
ô
M
x
±
ã
?
¼
C
†
Á
K
‡
Â
R
•
Æ
S
‘
Ç
U
V
[
\
b
¾
Ç
È
Ê
Ë
ƒ
»
÷
L
º
ó
>
‚
½
ø
T
~
¸
ë
V
W
\
]
Ê
Ë
Ó
Ô
c
i
o
{
|
Ñ
Ò
Ö
Ø
Þ
–
—
ø
ù
V
•
¹
ì
'
Z
‹
½
ô
(
[
’
¾
ö
1
e
˜
Ë
ü
2
f
™
Ì
ý
7
l
ž
Ô
8
m
Ÿ
Õ
˜
¤
¥
ª
«
²
¸
½
¾
Æ
Ç
Ì
Ò
Õ
Ö
Ý
Þ
å
æ
ê
ë
ñ
ò
ù
ú
ÿ
*
+
/
0
9
:
?
@
I
J
M
N
S
T
]
^
d
e
j
k
x
y
‚
ƒ
Š
‹
•
•
˜
™
›
œ
«
¬
±
²
¸
¹
¾
¿
Ê
Ë
Õ
×
à
á
ç
è
ó
ô
ø
ù
-
(
)
.
/
7
8
A
B
J
K
V
W
\
]
b
c
i
k
p
q
v
|
ƒ
„
†
‘
•
–
š
›
§
¨
¬
²
¶
·
¼
½
Å
Æ
Í
Î
Ò
Ó
×
í
ñ
ò
ö
1
4
5
:
;
A
B
O
P
V
W
a
b
r
s
w
x
|
}
…
†
•
‘
˜
™
•
¯
¸
¹
¿
À
Ä
Å
Ë
Ì
Õ
Ö
Ù
Ú
à
á
è
î
ó
ú
ý
þ
%
&
2
3
>
?
H
I
O
P
S
T
X
Y
b
c
i
j
n
o
{
|
ƒ
…
‹
Œ
‘
’
—
˜
Ÿ
§
¨
°
±
´
µ
º
»
À
É
Ï
Ð
Õ
Ö
Ý
Þ
ä
ð
ö
÷
ú
û
/
f
›
î
4
l
œ
ñ
5
m
Ÿ
õ
;
w
ö
<
y
¥
ü
!
@
€
•
¦
ý
"
A
%
D
†
¬
&
E
‡
-
J
•
²
³
K
Ž
»
S
•
¼
T
—
È
[
\
^
_
e
É
Ú
Û
â
é
f
¬
g
ð
ï
_
•
í
k
³
ü
`
ž
î
´
þ
e
¤
÷
$
u
l
·
f
¥
ø
&
n
ª
&
v
¸
7
{
»
'
o
*
x
«
8
|
¼
+
y
°
?
‡
Á
3
•
±
E
ˆ
Â
Ë
4
‡
·
I
‘
¸
J
’
Ì
8
Ž
¿
O
š
Ö
9
–
À
P
›
×
X
£
Y
¥
Ý
Ü
b
§
å
c
¨
æ
A
G
Q
R
X
Y
È
Ê
Ð
Ñ
×
ä
)
p
Ç
*
q
È
3
v
Ñ
4
w
Ò
6
•
Ú
7
€
Û
<
†
ã
=
‡
å
B
˜
ë
C
ž
ì
H
¡
ø
I
¢
ù
M
§
þ
N
¨
ÿ
]
°
c
±
f
º
m
»
S
T
Z
[
e
˜
á
ž
ê
Ÿ
ë
¦
ò
©
ù
$
n
'
s
(
t
3
z
4
{
<
€
=
•
B
‡
C
ˆ
º
Â
Ã
Æ
I
‹
K
Œ
O
“
P
”
—
¯
°
µ
¶
¹
Ì
Õ
Ö
à
!
^
¸
$
c
Â
%
d
Ã
)
j
Ê
*
v
Ë
.
•
Ï
/
€
Ð
ÿ
%
w
¼
+
x
½
2
}
Ä
3
~
Å
;
„
É
I
A
…
Ê
4
‡
Ý
•
Î
5
ˆ
Þ
J
š
Ú
>
’
â
W
ž
á
?
”
ä
X
Ÿ
â
B
›
é
_
£
è
C
œ
ê
`
¤
é
J
£
ñ
f
¨
í
L
¤
ò
g
©
ï
W
®
ö
k
°
õ
X
¯
÷
l
±
ö
]
·
þ
r
´
ý
s
µ
þ
W
¥
X
¦
ÿ
þ
&
r
Â
^
¯
'
s
Ã
±
,
z
Æ
!
e
_
¶
2
|
Ç
:
ƒ
Ñ
"
g
·
(
q
»
;
„
Ó
)
s
¼
@
Š
Ú
0
{
Â
A
‹
Û
6
|
Ã
G
‘
á
;
ƒ
Ï
H
’
â
<
…
Ð
M
•
è
C
Ž
Ø
N
›
é
E
•
Ù
Z
¤
ñ
K
™
ì
ë
[
¥
÷
J
˜
^
«
S
œ
ï
_
¬
T
•
õ
i
»
j
¼
c
¬
i
³
!
s
j
´
¹
"
t
º
+
w
À
,
x
Á
/
ƒ
È
0
„
É
:
•
Ñ
<
Ž
Ò
C
’
à
D
•
á
J
œ
î
K
•
ô
S
£
ü
Y
¤
ý
b
«
'
o
»
.
u
(
p
¼
À
/
v
Á
7
}
Ç
8
~
È
=
…
Ð
>
†
Ñ
D
Œ
Ö
E
Ž
×
M
”
à
S
•
á
[
œ
ç
\
•
è
e
¢
ò
f
£
ó
l
¯
ö
m
°
÷
#
~
•
â
$
•
ž
ã
/
„
£
ç
0
…
¤
é
9
Œ
©
ô
?
•
G
•
ª
ö
°
û
H
O
P
X
Y
`
a
k
q
x
y
±
¹
º
À
Á
È
Ê
Ð
Ñ
Ú
Û
—
ü
¾
)
q
ž
ç
*
r
!
u
Â
è
.
z
¥
ñ
/
{
§
ó
7
€
¯
ú
)
€
0
•
9
‡
?
ˆ
Ã
Ç
Ò
8
•
=
Š
°
ü
´
E
•
µ
F
‘
»
½
O
•
Ã
P
—
Ä
W
X
_
e
j
k
Ê
Ë
Ð
Ñ
Õ
Û
V
›
\
£
]
¤
d
«
ÿ
H
Œ
Ü
?
‹
I
•
Ý
O
”
â
Q
•
ã
U
š
é
ï
÷
ù
þ
e
¬
ÿ
j
±
k
²
t
½
6
•
á
-
7
Ž
ã
;
”
ê
"
B
›
<
•
ë
ó
#
C
¢
ô
,
I
ª
ý
Q
«
þ
W
²
-
d
³
-
m
¹
n
º
r
Á
s
Â
~
É
…
Ò
‡
×
ˆ
Þ
-
- #- (- )- /- 0- 4- 5- ;- <- C- D- I- J- R- S\- ]- `- a- j- k- q- w- €- •- …- †- •- ‘- –- —- ›- œ¨- ©- ¶- ·- »- ¼- Â- Ü- á- â- è- é- ð- ò- ô- õ- ú- ûb
Á
h
Â
m
Ë
n
Ì
!
u
Ñ
"
v
Ò
%
|
Ö
&
}
×
,
†
à
.
‡
á
0
Ž
è
1
•
é
6
–
ï
7
—
ð
=
Ÿ
ø
>
ú
A
¥
B
¦
I
¬
J
-
S
´
T
µ
Z
º
[»-
)
*
4
6
=
E
H
R
p
q
x
y
‚
ƒ
…
†
“
”
ž
«
¬
Ä
Å
Î
Ï
Ö
×
Ý
Þ
ã
ä
ê
ë
ò
ó
!
!
!
! !
! &! '! /! 0! 5! 6! <! B! G! H! K! L! U! V!
p! r! {! |! …! †! ‰! É" Ó" Ô" Ø" Ù" ã" å"
#
#
# p# q# x# y# }# Š# •# —
# ˜# œ# ¢# §# ¨# ±# ³# »# ¼# Á# b$ h$ p$ q$
Š$ Œ$ ˜$ ™$
$ •' ¬' -' µ' ÿ(
)
)
)
)
") +) -) 6) &, ', +, ,, 6, 7, ;, ð, ö, ü,
-
Z
±
ù
[
³
ú
i
¼
ý
j
½
þ
[! \! f! g!
í" î" ù" ú"
{$
)
-
|$
)
-
‚$ ƒ$
) !)
-
-
Þ-
ã-
ä-
î-
ï-
ó-
ù-
.
.
.
.
.
.
.
1
.
..
ÿ0
.
1.
1
.
2.
1
-.
<.
1
".
=.
1
(.
D.
20
;0
A0
K0
ã0
é0
ê0
í0
ï0
ó0
ô0
þ0
1
1
1
1
1 !1 o2 w2 x2 ‡2 ‰2 ”2 ‡5 •5 •5 ”5 •5 œ5 •5
¥5 ¦5 «5 ¬5 ¯5 °5 »5 ä6 í6 î6 ñ6 ò6 ý6 •; •; •; ž; ¥;
¦; ©; À> Æ> Ç> Î> Ï> Ø> Ù> ã> ä> è> é> ò> ó> ú>
?
?
?
?
í
¢?
í
©?
í
«?
²?
º?
Ã?
Ä?
Ê?
Ë?
Ò?
Ó?
Ù?
Ú?
ß?
à?
è?
Aë
Bë
í
í
í
í
*í
—í
í
3í
ݒ
4í
¥í
=í
®í
>í
¶í
Eí
Êí
Sí Yí Zí _í gí ní oí ví xí •í ‹í –
êí ðí ñí ôí õí úí
î
î
î
î
î
î
î
î 6ï <ï =ï Dï Gï Oï Rï Xï Yï ^ï `ï
fï gï mï oï zï {ï •ï ƒï ‹ï Œï “ï ™ï •ï
ï ¶ï ¸ï Àï Áï Ç
ï Èï Ìï Òï
'
¯
$
“
—
³
Â
á
Æ
å
ù
×
ý
æ
y
U
E
•
·
‘
é
ö
í
x
-
²
¶
í
!
"
•
‘
ô
µ
º
ð
x
§
É
@
¶
‹
¤
ó
•
¥
ô
Ñ
ý
K
Õ
þ
É
L
Ã
Ñ
“
Ç
g
”
ù
h
ã
J
ä
ä
n
r
Þ
™
ê
ð
ò-
ô
-
•
.
•
—
Å
”! •!
"
" º" »" ä" ú" T# U# ²# ³# þ#
$ X$ Y$ ‹$ Œ$
»$ ¼$ .% /% ¤% ¥%
& ‚' †' ·' ñ'
+ u+ ç+ X, §,
- ~‚- Þ- v. w.
/
/ £/ õ/ ù/
0 Ý0 Þ0 e1 f1
2 -2 ˆ2 ‰2
3 %3 )3 p3 „3 ¿3 –4 —
4
5
5 Ž5 ¦5 z6 {6 þ6 ÿ6 ;7 <7 ÿ7
8 k8 l8 ?9 R9 •9 €9
È9 É9 P: ƒ: ã: ä: ,< L= P= Õ= §> •? ƒ? G@ K@ »@ ¿@ ÿ@
ƒA
C C
E ›E œE .F /F »F `G dG ÚI ßI •J ¦J †L —
L ¨L åL ôL øL pM ÆM 3N ŸN ÛN ÞN dO ¥O ¦O
P
P hP ŒP ºP
»P éP êP yQ zQ
R pR ›R œR ìR íR
S
S |S }S ÷S
T nT
oT ÚT ÛT
U
U =U ?U ¬U ®U
V
V $W &W
X (X 5X 8X ‘X œX ®X °X ¿X
Y Y „Y ˆY vZ
[ I[ L[ n[ Ô[ ¶\ Â\ Äa ^b _b ¢b £b
c ñc õc
d dd ed ºd ²g »g
h _h `h ³h ´h
i ?i Oi •i
j
j
j
ßl ¢m £m Sn To ®o ¯o Ìp Íp
s
s s
s vt wt øu ùu •v €v ±w ²w Hy Iy •| ‚| M~ N~ …• †•
€
€
\€ ]€
•
• o• p• Ö• ו Ú‚ Û‚ óƒ ôƒ
…
… š… ›… L† M†
dž Ȇ i‰ n‰ ˆ‰ ‰‰
Š
Š ÍŠ Ί J‹ K‹ ·‹ ¸‹ á‹ â‹
Œ
Œ
—
Œ ˜Œ ‘Ž ’Ž
Ž ¡Ž æŽ çŽ .• /• t• u• ±• ²• ö• ÷• Z• [• ¤•
¥• þ• W‘ Ÿ‘ å‘
’ _’ “’ Ã’ á’ -“ J“ ”“ Ó“ Ô“ å“
–
–
k–
— -— a— d—
˜ e˜ z˜ "™ .™ Uš ²š ³š ;› >› È› É›
œ Xœ ]œ ž• ¢• ¤•
bž ež Áž 4Ÿ 8Ÿ Ÿ òŸ óŸ P
Q
á
¸© ¼© ¶ª ê
« H« I«
•« •« 3¬ 4¬ •¬ ý- ÿ- -®
¯ |¯ ~¯ r² v² é² î²
³
³ [³ ]³ :´ ?´ …µ ßµ ൠ¯¶ ³¶ ¯· ³· R¸ S¸ -¸ ®¸ ì¸ í¸ M¹
P¹ 0º •º ”º ·º †»
» d¼ e¼ •¼ ˜¼ ä¼ å¼ ¥½ ¦½ ©¾ ¶¾ ¹¾
U¿ b¿ o¿ Ò¿ Ó¿ .À lÀ wÀ
Á ÚÁ ÷Á úÁ -à !à [Ä ^Ä ŽÄ
Å
gÅ jÅ ßÅ -Æ
Ç -Ç _Ç GÈ JÈ
É ÔÉ ØÉ SÊ ¼Ê ½Ê öË ÷Ë yÌ {Ì ØÌ ÞÍ
cÎ àÏ ?Ð @Ð ŒÐ •Ð CÑ DÑ œÑ •Ñ îÑ ñÑ Ò ¦Ó ªÓ
Ô
Ö
á
Ö [× ]× -Ù /Ù ºÜ ¼Ü •Þ •Þ ˆß Šß ñß çà òà
¦á ¨á •ã •ã Få Hå ?æ \æ {ç •ç $è ºè ¾è oé qé ?ë Bë
í
í )í ‹í ¤í Êí
î
î Òï
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
p
•
Þ
3
3
3
3
3
¸
Ø
3
3
3
3
3
æ
3
3
3
y
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
-
í
&
-3
@
Ê
Ñ
³
Å
"
" »" ú" ³#
$ v+ ç+ Y, §, -- -¿3 •5 ¦5 @9 R9 w< Ž< À= Õ= ¨> À> «? Ä? „A ÇA tD
E ºG áG pI ƒI 'J CJ dK ’K jP ŒP cR pR øS
T „U -U
.Y hY
Z vZ
] N] ×] à] “^ ¶^ Ÿ_ ¨_
`
`
a Ja Òª
« x° ·° ¥í Éí Êí
î
î +î î 9î ;î Gî Iî Sî Uî dî fî vî xî ‰î ‹î ™î ›î ¬î ®î ¼î ¾î
Åî Çî Íî Ïî Þî àî åî çî ïî ñî ùî ûî
ï
ï
ï
ï
ï -ï
)ï +ï
Íï Òï
4ï
6ï
Eï
Gï
Pï
Rï
^ï
`ï
mï
oï
•ï
ĕ
žï
ï
¶ï
¸ï
Éí Êí Êí Òí Õí ßí õí ÿí Òï
ÿÿ
P R A Y O G A
œF)
Þ rÙÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ô3 ZÈ Kÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ë?j ª Ê ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
†Yt'ìq8àÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
‡••.¬°\ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
%d`1ØJ†`ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
á6Y:žË2Mÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ
Z ¬;ØhœDÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
•(½LjŠx³ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÏSvQ œ"Œÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
³@\ZVh2£ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
*[(hZ\ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Œ
t ^Ž¹<dÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
y'Îcší åÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
>4ÊidJ¾Yÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ
± jÈQÎ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
+
sš§8sÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
¨ð
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
h
„Ð
€
o
ˆH
€
€
§ð
€
„˜þ Æ
Ð ^„Ð
„
„˜þ Æ
„p „˜þ
„@
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
€
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
€
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
„Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
Ð
p
^„Ð `„˜þ‡h
^„ `„˜þ‡h
^„p `„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
@
ˆH
.
•
h
„à
€
o
ˆH
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
€
§ð
’
•
h
h
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„°
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
.
^„à
^„°
^„€
^„P
^„°
^„
p ^„p
à
°
€
P
°
’
h
`„Lÿ‡h
ˆH
`„˜þ‡h
ˆH
`„˜þ‡h
ˆH
`„Lÿ‡h
ˆH
`„˜þo( ‡h
ˆH
`„˜þ‡h
ˆH
`„Lÿ‡h
ˆH
@
ˆH
.
•
H
.
.
.
.
•
•
’
.
.
.
h
h
h
H
•
’
•
H
H
H
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
„à „Lÿ Æ
„° „˜þ Æ
„€ „˜þ Æ
„P „Lÿ Æ
„Ð „˜þ Æ
„
„˜þ Æ
.
’
à ^„à `„Lÿ‡h
° ^„° `„˜þ‡h
€ ^„€ `„˜þ‡h
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð ^„Ð `„˜þo( ‡h
^„ `„˜þOJ QJ
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
p
„Lÿ Æ
^„p `„Lÿ‡h
H
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
ˆH
o( ‡h
ˆH
ˆH
.
•
h
H
H
H
h
.
ˆH
.
@
•
•
’
h
¨ð
•
’
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þo( ‡h
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
‡h
ˆH
o( ‡h
•
.
.
.
.
ˆH
•
•
’
¨ð
.
ˆH
„
h
•
§ð
h
h
h
h
h
h
•
h
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
¨ð
h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
h
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h
•
h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„
„à
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
h
h
•
o
ˆH
•
§ð
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
„Ø „˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
¨ð
•
h
„à
h
•
o
ˆH
h
•
§ð
h
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
h
h
„¨
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
„x „˜þ Æ
x ^„x `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
„H „˜þ
Æ
H ^„H `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
„è „˜þ Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
„¸ „˜þ Æ
¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„ˆ „˜þ Æ
ˆ ^„ˆ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
„X „˜þ Æ
X ^„X
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
h
„Ð „˜þ Æ
Ð
^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
¨ð
•
h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
„p
„˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
h
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
h
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„¨ „åþ Æ
¨ ^„¨ `„åþOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
•
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h
•
•
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
•
„
„à
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
h
•
•
o
ˆH
•
§ð
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
•
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
•
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
„åþ Æ
S ^„S `„åþOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
‚
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
.
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
„à
•
•
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
•
„S
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
„Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
.
^„à
^„°
^„€
^„P
^„Ð
^„
p ^„p
à
°
€
P
Ð
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
.
.
.
@
ˆH
.
•
h
€
€
‚
•
’
•
h
h
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
•
•
’
.
.
‚
€
„
€
ˆH
ˆH
h
h
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
.
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
.
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
.
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
.
8 „˜þ Æ
8 ^„8 `„˜þB* OJ QJ o( ph
ÿ‡h
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J
h
„Ø „˜þ Æ
Ø ^„Ø
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
€
€
‚
h
ˆH
o( ‡h
h
·ð
ˆH
•
o
„
h
•
„¨
„˜þ Æ
¨
^„¨
`„˜þOJ QJ
^„x `„˜þOJ
Æ
H ^„H
„˜þ Æ
„è „˜þ Æ
„¸
h
„
o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„˜þ Æ
¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h
„x
h
„˜þ Æ
„H
h
•
o
ˆH
x
„˜þ
„
h
•
§ð
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þo( ‡h
ˆH
)
•
„Ü „˜þ Æ
Ü ^„Ü `„˜þ‡h
„¬ „Lÿ Æ
¬ ^„¬ `„Lÿ‡h
„|
„˜þ Æ
|
^„|
`„˜þ‡h
ˆH
.
•
„L
h
.
.
ˆH
ˆH
h
’
•
h
h
„˜þ Æ
L
^„L
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
h
„
„Lÿ Æ
^„ `„Lÿ‡h
ˆH
.
•
„ì „˜þ Æ
ì ^„ì `„˜þ‡h
ˆH
.
•
„¼ „˜þ Æ
¼ ^„¼ `„˜þ‡h
ˆH
.
’
„Œ „Lÿ Æ
Œ ^„Œ `„Lÿ‡h
ˆH
.
H „˜þ Æ
H ^„H `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
¨ð
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„è „˜þ Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ o( ‡h
h
„¸
„˜þ Æ
¸
^„¸
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
h
h
h
h
h
„
h
o
ˆH
•
§ð
„ˆ
h
•
„˜þ Æ
ˆ
^„ˆ
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
X ^„X `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
Æ
( ^„( `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
ø ^„ø `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„È „˜þ Æ
È ^„È `„˜þOJ QJ o( ‡h
„Ð
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
Ð
p
^„Ð `„Lÿ‡h
^„ `„˜þ‡h
^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
.
•
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
h
„X
h
•
o
ˆH
h
•
§ð
•
’
•
„˜þ Æ
„( „˜þ
„ø
h
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
•
•
’
.
.
‚
€
„
€
ˆH
ˆH
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
+
à
°
€
P
.
^„à
^„°
^„€
^„P
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
॥.
*[
s
†Yt'
>4Êi
³@\Z
y'Îc
%d`1
±
j
•(½L
ÏSvQ
á6Y:
Ô3
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿ
¤•LT
ë?j
Z ¬;
Œt ^
œF)
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
PÝ-
àeXæ
àeXæ
àeXæ
¤•LT
àeXæ
âªT¿
6
ˆ=âªT¿
‚œê¨
àeXæ
]
`
a
]
Ž`
/a
*]
a
?a
ž
8]
a
@a
9]
Ja
å
N]
‚a
’]
Ö]
‘9
×]
Âa
Ãa
³ê
ÜdO ÓNƒ ~4¢ V&¦ ³N¨ ôhÜ
à] ¶^ ž_ Ÿ_ ¨_ Õ_ ÿ_
í
ž
ÿ@ €
´•'
Ñï °
ÿÿ
ÿÿ
N e w
h h
€
R o m a n
ÿÿ
ÿ
5 •
‡z
€
Òï
ž
ž
–
ÿÿ
ÿÿ
T i m e s
ž
@
ÿÿ
G •
€
ÿ
A r i a l
B o d o n i
?5•
‡z
C o u r i e r
N e w
R o m a n
€
ÿ
N e w
; •
1 ˆ ðÐ
h
ŽÙ³FÊÙ³FÄÙ³F
Y ð
8
}#
`
MÊ
¥ ¥ ´ ´ ••24
g „
M T
€
y
ž
U n k n o w n ÿÿ
‡z
S y m b o l
B l a c k
T i m e s
W i n g d i n g s
¯
}# MÊ
y
d
3ƒq ð
H
ðÿ
? ä
ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÜdO ÿÿ
T M E N
P O L I T I K
D A N
P R A Y O G A
P R A Y O G A
Qí
3&•
"
¯
Qí
R E K R U
P
þÿ
à…ŸòùOh «‘
è
ô
<
H
+'³Ù0
Œ
˜
À
Ì
Ü
T
`
l
-
t
EKRPRAYOGA 10.0 @
P·Ò
MÊ
|
@
„
PRAYOGA 5 AYð[&•pÇ @
ä
REKRUTMEN POLITIK DAN
RAYRAYNormal
Microsoft Word
D8*zpÇ @
”ïü•pÇ
}#
-
þÿ
+,ù®L
ÕÍÕœ.
“—
+,ù®D
ÕÍÕœ.
“—
h
¤
Ä
p
¬
„
´
Œ
¼
”
œ
ç
ä
-
BUKIT GRAHA
-
¯
y
Qí
REKRUTMEN POLITIK DAN
A
-
Title
L
8
@
_PID_HLINKS
ä
A
-
' F
,
h t t p : / / i d . w i k i p
e m _ p o l i t i k
h t t p : / / w w w . f o r u m 0 v
4
h t t p : / / w w w . s u a r
n / 0 2 0 9 / 0 3 / k h a 2 . h t m
e d i a .
i :
p o l i t
a m e r d
5
h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d
n / 0 5 0 2 / 2 4 / o p i 0 6 . h t m
e (
H
h t t p : / / w w w . p i k i r a n r a k y a t . c o m / c e t a k / 2 0 0 5 / 0
n g / l a i n n y a 0 1 . h t m
-
o r g / w i k i / s i s t
i s i . o r g /
e k a . c o m / h a r i a
e k a . c o m / h a r i a
3 0 5 / 2 8 / t e r o p o
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
w
‰
˜
ª
#
0
B
T
f
x
Š
™
«
$
1
C
U
g
y
‹
š
¬
%
2
D
V
h
z
Œ
›
-
&
3
E
W
i
{
•
œ
®
'
4
F
X
j
|
Ž
G
Y
k
}
•
(
5
)
6
H
Z
l
~
*
7
I
[
m
•
+
8
J
\
n
€
,
9
K
]
o
•
“
¢
´
:
L
^
p
‚
”
£
µ
;
M
_
q
ƒ
•
¤
¶
<
N
`
r
„
–
¥
·
=
O
a
s
…
>
P
b
t
†
?
Q
c
u
‡
v
ˆ
•
‘
’
—
ž
Ÿ
¡
¦
§
þÿÿÿ©
¯
þÿÿÿ±
²
³
¸
¹
º
»
¼
½
¾
¿
À
Á
Â
Ã
Ä
Å
Æ
Ç
È
É
Ê
Ë
Ì
Í
Î
Ï
Ð
Ñ
Ò
Ó
Ô
Õ
Ö
×
Ø
Ù
Ú
Û
Ü
Ý
Þ
ß
à
á
â
ã
ä
å
æ
ç
è
é
ê
ë
ì
í
î
ï
ð
ñ
ò
ó
ô
õ
ö
÷
ø
ù
ú
û
ü
ý
þ
ÿ
•
!
"
#
$
%
&
'
(
)
*
+
,
þÿÿÿ.
/
0
1
2
3
4
þÿÿÿ6
7
8
9
:
;
<
þÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿA
þÿÿÿþÿÿÿþÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿR o o t
E n t r y
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
À
F
°)•
‚pÇ C
€
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
e
D a t a
¨
1 T a b l
ÿÿÿÿ
o c u m e n t
a t i o n
°
‡ù
W o r d D
ÿÿÿÿ
4N
S u m m a r y I n f o r m
(
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
D o c u m e n t S u m m a r y I n f o r m a t i o n
8
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
5
C o m
p O b j
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
j
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿ
ÿÿÿÿ
À
F
Microsoft Word Document
MSWordDoc
Word.Document.8 ô9²q
Download