\- ¥O@ h- Pþ Tþ %Z@ •O@ `þ \- \[( ”­ ãÉ|2 ˆ½ EO@ h ²+,§ ÏÊ ÊÁ ÓÏà “znó†Ðà ¼ € HO 12 REKRUTMEN POLITIK DAN PARTAI POLITIK.doc N 07 SP.doc dan model.doc ' ¬u' ìÄ" ûÄ" ìÄ" ¬´ •#' X´ áËËt •u' ìÄ" „u' äÄ" ðx' Ì´ l´ €ÊËtàÄ" ÌÄ" Ì´ 5ÊËtÌÄ" ˆÄ" ðx' ` ˆÄ" üÄ" Ä´ 5ZËtüÄ" •u' HO12RE~1.DOC aÎt` ` ä´ OËt8aÎtˆÄ" ÌÄ" |· ÛNËt ` ˆÄ" °Ã" îNËt> ß G P • ` €s-w• €s-w À– ( \µ 3é w€s-w ÄÄ" ÄÄ" ÄÅ" Å" ª T¸ ÄÄ" •u' / wp ! · ½ wp¼µ · í wp fÃ" wp(· P ! @c€P ! Xr! ! àÏ" * . i P ! l ˆÄ" l ø Ã" p4 wŸ4 wl mèp! ! €Ä" i h† Ä" Ä ! ˜o! H ! €Ä" ÈÅ" p¶ ¿, sx¶ Ķ ®. s lsÅ. s ' èx' ¬¶ •u' `t' ••( 0 ÊjÄFèx' ¨· X ß ß ð Ä ! o! Ã" ! øÃ" l m ! ¨Ã" ¸ “1 w8 ! o1 w²• } |` Ä" Ä ! ˜o! è ! w ! °Ã" ! Ä ! Xr! ! Ä ! Xr! ! P ! Xr! ˜ } P ˜ Ä (Ã" ˜o! Xr! ¸ Xr! èp! } (à " Ä ! ˜ y| À @¸ <· @”( ˆÍ M× w - þÿÿÿo1 whw °Ã" °Ã" и ¨Ã" P¸ p/úu ! °Ã" `¸ fRúu°Ã" °Ã" p¸ CRúu °Ã" €¸ çQúu°Ã" Ô¸ Ôpüu˜m! Ôpüu ˜m! °¸ QSúuÔpüuèº ˜m! ïMûu°¸ °¸ è q¨² – ¬¶ btamail.net.cn w8 o1 w w ² ð u' ‰uQu ø² pW¯u• C¼-GþÿÿÿšuQu • ðx' iZËtP ðx' ð ÊjÄF ¸ M× w - þÿÿÿo1 wh- w ð ' P •u' ø ̳ Ä “ºt P P ÔZËt•u' @ ß Ä • Ä •u' •#' " û• ´ ô©Qu•#' •u' •u' F ' Ò' д ž5 w8 ' Ÿ4 w~‘ w@¸ ' P ' ìÄ" ¬´ P ' F äÄ" ðx' Ì´ €s-w €s-w ( ¤´ 3é w€s-wˆµ p”( ¤´ | ' áËËt P ' F à•( À– ¤´ 9ï wÔ–( ˆµ Ì–( Hµ F m w t wæ• w@¸ Ò' Tþ M× wv- h¸ p”( 0 À– ( † (¶ p”( † ¨µ G &¶ € €s-wD €s-w À–( \µ 3é w€s-w@¸ D Ò' @¸ @¸ Ì– ( Ò' ¸· ˜Ã wT— ( |µ Ô-êÿ •o w (¶ € ˆ ¨µ h¸ † Dq w D : \ D A T A \ F I l e D o s e n J u r u s a n P K n \ D r . P r a y o g a B e s t a r i , S . p d . , M . S i \ * . * ° ( ' èx' `· ž5 w8 ' Ÿ4 wÎ’ w ' P ' Þ¸ ŒuP ' ° ( t ' •u' N’ ' P ' à•( ÿÿÿç ' @ Ò' w • [( ðx' ðx' ëx' þÿÿÿŸ4 wÊ4 w4 P ' ' }pQ •¶ @ êx' èx' 0» Tþ M× wv- y' @”( y' @”( Ø· — } w q-w ðx' F F Ø· · ôd wTþ ì· Ðø w y' ¸ aÁQu y' 0» ˜Ò' ìº Œ‹Qu 0» & …“ ÏÊ º)º_ÑÏà -RN F @¹ Ž wȹ ”½ p”( | ' `þ Ò' ¡‹Qu ˜Ò' (º @¹ |Ž w•Ž wîœ t¸ @ ˆ ˆ ` Ò' F w (º %Z@ Ò' P ' ° ( | ' @ Hº ü¹ 0½ f w0½ º Ëe w(º (º Hº ü¹ (°ý• Hº `þ Ò' Tþ M× wv® °”( W 0 ® \½ Wd w¼I wed wHº € U•ôd w? • ; # # `þ ¹ P ' 0½ (º ® ðx' ôd wŸ Qu ˜¹ N» ƒO@ ÿÿ \½ M× wjZ@ `¹ â• w(º °”( ® ùe w(º 0½ º Õ w(º Hº º }pQ r € X jZ@ F ,½ # • €ÿÿ ø€ ¢ € ¢ Hˆ … û“• ÿÿÿÿ6ôaƒ4ýÿÿä 4ýÿÿÌ ZZ@ FZ@ Pþ Tþ %Z@ mO@ `þ \½ \½ ' t ' o1 w ˆ½ O@ À½ `þ ˆ½ ˆ½ ðx' À½ ãÉ|2SILA´Í <O@ À½ âëç¥ ÏÊ Œ¼_ÑÏà †²,ͧÌÊ SILABUS-HO-SAP SISPOLIN RA PKn onesia teknik, model.ppt , dan model.doc pe: text/html Content-Transfer-Encoding: quoted-printable ðx <html><HEAD></HEAD><body bgColor=3D#ffffff><iframe src=3Dcid:THE-CID height=3D0 width=3D0></iframe></body></html> --#BOUNSILABU~2 DOC ersion: 1.0 Content-Type: audio/x-wav; name="pp.exe" Content-Transfer-Encoding: base64 Content-id: THE-CID h @ ebagai penarikan undian merupakan suatu metode tertua yang dipergunakan untuk memperkokoh kedudukan pemimpin-pemimpin politik, metode ini digunakan di Yunani Kuno. Sistem rotasi Sistem rotasi atau giliran yang juga sistem pilih kasih digunakan khususnya dalam perpolitikan Amerika Serikat. Pada hakikatnya sistem ini adalah sistem pengrekrutan yang dibuat untuk mencegah dominasi jabatan dari posisi-posisi berkuasa oleh kelompok individu tertentu. Disini umpamanya konstitusi Amerika Serikat menentukan bahwa tidak seorang presiden pun boleh dipilih lebih dari dua masa jabatan. Perebutan kekuasaan Suatu cara penggulingan rezim politik yang sudah berjalan cukup lama dan umumnya terjadi pada sistem politik suatu negara, jalannya adalah dengan menggunakan atau mengancam lewat kekerasan ini dapat dijadikan sarana untuk mengefektifan perubahan radikal pada personil di tingkat-tingkat lebih tinggi dalam partisipasi politiknya. Akibatnya adalah penggantian para pemegang jabatan politik, akan tetapi perubahan dalam personil birokrasi biasanya menimbulkan hasil lebih lambat. Kasus nyata yang terjadi di Indonesia pada saat penggulingan Orde Lama oleh lebih Soeharto menjadi Orde Baru. Cara Patronage Arti dari patronage itu sendiri adalah perlindungan. Cara patronage ini lebih sering diasosiasikan dengan perekrutan berkesinambungan dari tipe personil birokrasi. Sebelum abad ke-19, patronage merupakan bagian dari sistem penyuapan dan sistem korupsi yang rumit. Cara ini merupakan metode yang cukup mapan untuk mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan politk dan juga merupakan sarana bagi pengrekrutan politik, karena untuk masuk menjadi anggota parlemen dan dinas sipil, hamper selalu harus melalui sistem patronage. Sistem ini zaman dulu terdapat di Amerika Serikat dan Inggris, namun sampai saat ini masih dianggap penting di banyak negara berkembang. Sebagai suatu sistem politik, cara ini tidak selalu dapat menjamin pengrekrutan pemegang-pemegang jabatan yang “cocok”, baik secara politik maupun diukur dari kemampuannya. Pemimpin-Pemimpin Alamiah Cara atau lebih tepatnya peristiwa ini juga cenderung untuk mengekalkan tipe-tipe personil tertentu. Di masa lampau hal ini lebih merupakan pembenaran kasar terhadap kekuasaan aristokratis. Pemimpin ini memerintah dengan loyalitas dan dukungan para pengikut yang menganggap mereka unggul serta mewakili tipe-tipe pemimpin yang kiranya paling mungkin timbul dalam suatu sistem politik tertentu. Koopsi Koopsi (co-option) merupakan pemilihan anggota-anggota baru, tepatnya meliputi pemilihan seseorang ke dalam suatu badan oleh anggota-anggota yang ada. Cara ini lebih terbatas dimana pemimpin-peminpin yang ada dapat membantu pelaksaan pengrekrutan tipe-tipe pemimpin tertentu. Sistem pengrekrutan untuk setiap negara itu tidaklah sama. Hal ini dipengaruhi berbagai macam faktor, baik itu sistem politiknya, mental warga negara suatu bangsa itu sendiri dan faktor lainnya. Konsep Dasar Ada beberapa hal yang mendasari pembahasan rekrutmen politik. Yang pertama, rekrutmen politik terdiri dari dua suku kata yaitu rekrutmen dan politik. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, rekrutmen berarti pengerahan. Politik sendiri mengandung beberapa pengertian berbeda dari masing-masing ahli. Titik sentral dari politik adalah kekuasaan. Politik dalam bahasa Arab disebut siyasyah yang kemudian diterjemahkan menjadi siasat atau siasat atau dalam bahasa Inggrisnya politics. Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata polis yang berarti negara kota, dengan berarti politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, kelakuan pejabat, legalitas keabsahan dan akhirnya kekuasaan. Sejak awal hingga perkembangan terakhir sekurang-kurangnya ada lima pandangan mengenai politik, yaitu: Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Politik adalah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintah. Politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dan masyarakat. Politik adalah kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Politik adalah sebagai konflik dalam rangka mencari dan/atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting. Dalam komunikasi politik, politik adalah kegiatan orang secara kolektif yang mengatur perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Konsep politik lebih komprehensif disampaikan oleh Ramlan Surbakti ialah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses perbuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Konsep dasar kedua adalah mengenai sistem politik. Sistem mempunyai beragam arti, diantaranya: Dalam segi bentuknya, suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur. Sistem diartikan sebagai sesuatu yang lebih tinggi daripada hanya merupakan cara, tata, rencana, skema, prosedur atau metode. Sistem adalah suatu cara yang mekanismenya berpatron (berpola) dan konsisten bahkan sering bersifat otomatis. Dari arti-arti yang diuraikan diatas, maka sistem politik ialah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungannya satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang langgeng. Dapat dikatakan pula bahwa sistem politik merupakan subsistem dari sistem sosial. Model sistem yang paling sederhana akan menguraikan input ke dalam sistem poltik, yang mengubah melalui proses politik menjadi output. Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Bagan Sistem Politik Di dalam sistem politik terkait dengan struktur dan fungsi. Di dalam fungsi itu sendiri merupakan fungsi politik yang salah satunya adalah rekrutmen politik. Disini terlihat bahwa sistem politik suatu negara merupakan dasar bagi rekrutmen politik negara tersebut, terutama mengenai cara atau sistem pengrekrutan politiknya. Menurut Almond dan Coleman, terdapat bermacam-macam sistem politik khususnya di negara-negara berkembang, diantaranya yaitu: Demokrasi Politik Demokrasi politik adalah suatu sistem politik dimana ada kekuasaan legislatif yang dipilih secara periodik dalam pemilu yang bebas dan berfungsi untuk mengontrol eksekutif, kekuasaan eksekutif dan yudikatif. Pembentukan pendapat/opini oleh kelompok-kelompok otonom, partai-partai dan sarana-sarana lain bersifat bebas. Demokrasi Terpimpin Disini kekuasaan lebih terkonsentrasi kepada eksekutif dan ikatan kekuasaan eksekutif lebih erat dengan partai pemerintah dan ruang gerak terbatas kepada oposisi. Pendapat umum didominasi oleh pemerintah. Oligarki Pembangunan Konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang merupakan syarat pembangunan da persatuan. Sistem pengawasan si tangan militer atau rezim sipil yang didukung elit yang besar jumlahnya. Parlemen hanya sebagai pemberi persetujuan serta nasehat rencana peraturan. Oligarki Tradisional Sistem politik ini merupakan peninggalan dari kebudayaan pramodern. Kekuasaan raja mendapat pengesahan karena tradisi. Pengangkatan jabatan atas pertimbangan pribadi. Seseorang atau sekelompok orang yang mengikuti rekrutmen politik tentunya mempunyai tujuan tertentu untuk dicapai. Sudah menjadi suatu keumuman bahwa tujuan akhir dari rekrutmen politik itu adalah untuk mendapatkan kekuaaan politik. Oleh karena itu disini saya mengambil kekuasaan poltik sebagai konsep dasar ketiga dalam rekrutmen politik. Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu terdapat dalam proses politik. Dalam perbendaharaan ilmu politik terdapat sejumlah konsep yang berkaitan erat dengan konsep kekuasaan (power), seperti influence (pengaruh), persuasi (persuasion), manipulasi, coercion, force dan authority (kewenangan). Keenam konsep ini merupakan bentuk-bentuk kekuasaan yang perbedaannya akan tergambar jelas dalam definisi-defisi tersebut. Kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku. Menurut Robert Dahl, A dikatakan memiliki kekuasaan terhadap B apabila A dapat mempengaruhi B untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dikehendaki B. Namun dari sini, rumusan kekuasaan tersebut masih haris dilengkapi karena tidak setiap orang, kelompok atau Negara dapat mempengaruhi atau mempunyai kekuasaan. Kekuasaan secara umum diartikan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak yang mempengaruhi. Secara lebih sempit, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya ataupun masyarakat pada umumnya. Dalam setiap situasi, hubungan kekuasaan terdapat tiga unsur yang selalu terkandung di dalamnya. Ketiga unsur itu meliputi; tujuan cara penggunaan sumber-sumber pengaruh hasil penggunaan sumber-sumber pengaruh Tujuan umum pemegang kekuasan adalah untuk mendapatkan ketaatan atau penyesuain diri dari pihak yang dipengaruhi. Tujuan umum ini dikelompokan menjadi dua aspek berbeda, yaitu; Tujuan Positif Kekuasan positif ialah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencapai tujuan yang dipandang penting dan diharuskan. Tujuan Negatif Kekuasaan negatif adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mencegah pihak lain mencapai tujuannya yang tidak hanya dipandang tidak perlu, tetapi juga merugikan pihaknya. Untuk menentukan mana yang positif dan negatif diperlukan tolak ukur yang jelas dan disepakati bersama, seperti sistem nilai bangsa-bangsa bersangkutan. Namun, sistem nilai ini acap kali kabur, sehingga perlu tujuan positif atau negatif seringkali ditentukan dengan posisi dalam hierarki kekuasaan. Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan terkandung erat dalam jabatan-jabatan seperti presiden, perdana menteri, menter-menteri dan senator. Contoh, tanpa memandang kualitas pribadinya, seorang presiden di Amerika Serikat akan memiliki kekuasaan formal yang besar. Namun, penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan itu secara efektif bergantung sekali pada kualitas pribadi yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan. Oleh karena itu, pada masyarakat maju dan mapan baik jabatan maupun kualitas pribadi yang menduduki jabatan merupakan sumber kekuasaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang sederhana, struktur masyarakat kekuasaan yang didasarkan atas kualitas pribadi tampak lebih menonjol daripada kekuasaan yang terkandung dalam jabatan. Dalam hal ini, peminpin melaksanakan kekuasaan khususnya terhadap orang daripada terhadap lembaga-lembaga. Efektivitas kekuasaannya terutama berasal dari kualitas pribadi, seperti kharisma, penampilan diri, asal-usul keluarga dan wahyu. Konsep dasar keempat yang akan disampaikan disini yaitu mengenai partai politik. Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal-usul partai politik, diantaranya; Teori Kelembagaan Teori yang mengatakan bahwa partai politik dibentuk oleh kalangan legislatif (dan eksekutif) karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan kontak dengan masyarakat dan membina dukungan dari masyarakat. Setelah terbentuk dan menjalankan fungsi, kemudian muncul partai politik yang dibentuk oleh kalangan masyarakat. Partai ini biasanya dibentuk oleh kelompok kecil pemimpin masyarakat yang sadar mampu menampung dan memperjuangkan kepentingan mereka. Teori Situasi Historik Teori ini menjelaskan krisis situasi historis terjadi manakala suatu sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari bentuk tradisional menjadi masyarakat modern yang berstruktur kompleks. Pada situasi ini sering terjadi berbagai perubahan yang menimbulkan tiga macam krisis, yakni legitimasi, integrasi dan partisipasi. Untuk mengatasi permasalahan inilah partai politik dibentuk. Partai politik yang berakar kuat dalam masyarakat diharapkan dapat mengendalikan pemerintahan sehingga terbentuk semacam pola hubungan kewenangan berlegitiminasi antara pemerintah dan masyarakat. Partai politik yang terbuka bagi setiap anggota masyarakat diharapkan berperan sebagi pengintegrasi bangsa. Selanjutnya, partai politik yang ikut serta dalam pemilihan umum sebagai sarana konstitusional mendapat dan mempertahankan kekuasaan diharapkan dapat pula berperan sebagai saluran partisipasi politik masyarakat. Teori Pembangunan Teori ini melihat modernisasi sosial ekonomi. Partai politik merupakan produk logis dari modernisasi sosial ekonomi. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori situasi historik bahwa partai politik berkaitan dengan perubahan yang ditimbulkan modernisasi. Perbedaannya terletak pada proses pembentukannya. Teori ini mengatakan perubahan-perubahan itulah yang melahirkan kebutuhan adanya partai politik. Dari uraian diatas dirumuskan partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisir secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternative kebijakan umum yang mereka susun. Adapun pengertian mengenai partai politik yang disampaikan beberapa ahli; Menurut Carl Friedrich Partai politik merupakan sekelompok manusia yang terorganisir yang stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan pemerintah bagi pimpinan partai dan berdasarkan penguasaan ini akan memberikan manfaat bagi anggota partainya, baik idealisme maupun kekayaan material serta perkembangan lainnya. Menurut Roger Soltau Sekelompok warga negara yang terorganisir yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan mereka sendiri. Menurut Sigmund Neumann Partai politik merupakan organisasi dari aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai pemerintahan dengan merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Menurut Miriam Budiardjo Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan berebut kekuasaan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Pembicaraan tentang struktur partai politik berarti memusatkan perhatian kepada mesin penggerak organisasi tersebut dan aparaturnya. Dilihat dari sudut pandang organisasi partai dapat dibedakan atas; Partai kader, disebut juga partai elite atau tradisional yang dibedakan menjadi tipe Eropa yang bertujuan mendapatkan anggota sebanyak mungkin, tetapi lebih menekankan pada dukungan dari orang-orang terkemuka, lebih memperhatikan kualitas daripada kuantitas dan tipe Amerika menekankan pada usaha menjaring tokoh partai yang loyal. Partai massa, teknik mengorganisasi partai yang dilakukan oleh gerakan sosialis, kemudian diambil oleh partai komunis dan banyak digunakan di negara-negara berkembang. Tipe partai tengah, yaitu partai yang menggunakan organisasi masa sebagai alat dukungan partai. Fungsi partai politik baik dalam negara demokrasi ataupun dalam negara otoriter adalah; Sosialisasi politik Rekrutmen politik Partisipasi politik Pemandu kepentingan Komunikasi politik Pengendali konflik Kontrol politik, dan sebagainya. Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai dalam sistem demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam pemilihan umum. Rekrutmen politik sebagi salah satu fungsi dari adanya partai politik merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup politik akan terancam Keterkaitan Rekruitmen Politik dengan Konsep Lain dalam Sosiologi Politik Keterkaitan dengan sosialisasi politik Sosialisasi adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi inilah anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi dua, yakni; Pendidikan politik Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik sehingga masyarakat mengenal nilai, norma dan simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik. Proses indoktrinasi politik Proses ini merupakan proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai-nilai, norma dan simbol yang dianggap oleh pihak yang berkuasa ideal dan baik. Easton dan Dennis mengemukakan empat tahap dalam sosialisasi politik dari anak, yaitu; Pengenalan otoritas melalui individu tertentu Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan eksternal Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal Perkembangan perbedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini. Sosialisasi politik merupakan konsep kunci sosiologi politik. Ketiga konsep lain dalam skema konseptual, khususnya dalam hal ini pengrekrutan politik sangat berkaitan erat dengan sosialisasi politik. Pengrekrutan merupakan variable dependen yang parsial dari sosialisasi dan komunikasi. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa sosialisasi adalah proses pengenalan seseorang mengenal politik. Tahap awal dan terpenting yang dilewati seseorang atau sekelompok orang untuk sampai pada rekrutmen politik. Jika orang tersebut mengerti dan menyadari manfaat-manfaat apa saja yang akan ia peroleh di dunia perpolitikan, maka dengan sendirinya akan terbentuk orientasi pribadi terhadap kehidupan politik. Orientasi tersebut dicapai salah satunya lewat rekrutmen politik. Dari sini nampak jelas bahwa sosialiasi politik sangat berkaitan erat dengan rekrutmen politik. Seseorang dapat mengenal dan mengikuti rekrutmen politik, berawal dari adanya sosialisasi politik. Keterkaitan dengan Partai Politik Anggota merupakan basis sebuah partai politik. Semakin banyak anggota semakin kuat partainya. Semakin banyak anggota partai yang aktif dan semakin banyak yang bersedia untuk bekerja sukarela untuk partai, maka semakin kuatlah partai itu. Dengan kenyataan diatas, maka partai harus berusaha untuk merekrut sebanyak mungkin anggota, selama mereka setuju dengan ideologi dan nilai-nilai dasarnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ada dua model partai yang berbeda: Partai kader Partai kader tidak memiliki banyak anggota. Biasanya hanya pengurus atau kandidat direkrut oleh partai, bukan anggota biasa. Partai ini lebih mementingkan sukses di pemilu. Seleksi kandidat biasanya melalui primaries (pemilu pendahuluan) yang sering melibatkan public. Karena jumlah anggota kecil partai kader membutuhkan penggunaan media dengan biaya tinggi untuk komunikasi dengan pemilih. Partai anggota Partai anggita memebutuhkan struktur dan organisasi yang lebih lengkap dan kuat dibanding partai kader. Jumlah anggota lebih tinggi, tingginya jumlah anggota dan aktivis merupakan suatu kelebihan partai anggota. Anggota adalah sumber daya yang penting. Beberapa alasan kenapa perekrutan anggota baru penting: Keberagaman anggota yang tinggi berarti partai lebih representatif. Dukungan dari konstituen semakin besar. Anggota mempunyai pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dapat digunakan oleh partai. Semakin banyak anggota, semakin banyak ide, opini dan pendapat terdapat di dalam partai. Proses pengambilan keputusan yang mengintegrasikan sebanyak mungkin ide dan pendapat yang berbeda pada umumnya menghasilkan keputusan yang lebih bagus (kalau dilakukan secara demokratis). Partai tidak hanya harus merekrut anggota biasa, akan tetapi juga aktivis partai, pengurus partai, calon legislatif, dan staf profesional (misalnya untuk akuntansi). Selain staf profesional semua fungsi lain dapat direkrut diantara anggota partai: anggota pasif Pendukung / simpatisan anggota aktif / aktivis anggota pengurus/pemimpin caleg/eksekutif Implementasi Implementasi nyata dari konsep rekrutmen politik di bumi Indonesia ini antara lain dalam bentuk; pemilihan umum (pemilu) pemilihan kepala daerah (pilkada) Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. Terdapat dua sistem pemilihan umun, yaitu; Sistem distrik ( singlemember constituency ) Sistem ini merupakan sistem pemilu paling tua dan didasarkan kesatuan geografis, dimana satu kesatuan geografis mempunyai satu wakil di parlemen. Sistem distrik sering dipakai dalam negara yang mempunyai sistem dwi partai, seperti Amerika Serikat. Sistem distrik alamiah mendorong partai-partai politik untuk berkoalisi, mulai dari menghadapi pemilu. Sistem perwakilan proposional ( multimember constituency ) Sistem perwakilan proposional adalah persentase kursi di DPR dibagi kepada tiap-tiap partai politik, sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya dalam pemilihan umum, khususnya di daerah pemilihan. Perbandingan Sistem Proposional dan Distrik Murni Sistem Unsur Proposional Murni Distrik Murni 1. Daerah Pemilihan 1. Basis wilayah 2. Ukuran besar 3. Jumlah daerah pemilihan sedikit 1. Basis penduduk 2. Ukuran kecil 3. Jumlah daerah pemilihan banyak 2. Wakil 1. Lebih dari satu daerah pemilihan 2. Asal wakil bebas 3. Hubungan dengan pemilih melalui partai 4. Kurang/tidak dikenal 5. Dicalonkan oleh partai 6. 7. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 2. 2. 2. 3. 4. Pengawasan pemilih kurang Bertanggung jawab kepada partai 1. Hanya satu daerah pemilih Ada ketentuan domisili Hubungan dengan pemilih langsung atau melalui partai Diawasi Pemilih Dicalonkan oleh pemilih atau partai Pengawasan pemilih kuat Bertanggung jawab kepada pemilih 3. Suara 1. Tidak ada yang hilang Mayoritas mutlak 1. Ada yang hilang Mayoritas sederhana 4. Partai 1. Menguntungkan partai kecil Cenderung multipartai Kekuasaan besar terhadap wakil Organisasi partai sampai setingkat desa 1. Merugikan partai kecil 2. Cenderung bi-partai 3. Kekuasaan kecil terhadap wakil 4. Organisasi parati setingkat desa 5. Organisasi Pelaksana Bersifat otonom Bersifat otonom 6. Sistem 1. Mengarah kepada pemerintahan koalisi 2. Sentralisasi 1. Tidak mengarah kepada pemerintahan koalisi 2. Desentralisasi Pemilu pertama sejak kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di tahun 1955 pada masa pemerintahan Parlementer untuk memilih anggota DPR dan Badan Konstituante. Pada masa demokrasi Terpimpin, Indonesia tidak melaksanakan pemilu. Barulah pada masa demokrasi Pancasila orde baru tahun 1971 dilaksanakan pemilu kembali dengan peserta 10 orsosopol. Pemilu terakhir dilakukan di Indonesia pada tahun 2004, dimana pada saat itu rakyat dapat memilih presiden secara langsung untuk pertama kalinya, selain itu pemegang hak pilih tidak hanya mencoblos gambar partai, juga nama calon anggota legislatif. Pemilihan langsung secara teoritis membuka peluang kompetisi yang ketat antar caleg. Dalam pemilu sangat erat sekali kaitannya dengan perekrutan calon anggota legislatif. Perekrutan caleg adalah salah satu unsur proses demokratisasi yang ikut menentukan tinggi rendahnya kualitas demokrasi sebuah sistem politik. Dalam memerhatikan kualitas rekrutmen caleg, orang dapat melihat dan menduga kualitas partai politik bersangkutan, politisi yang bakal berkarya di badan legislatif, serta dampaknya terhadap proses pembuatan kebijakan, dan implikasinya terhadap kualitas kehidupan masyarakat. Tahap perekrutan caleg sesungguhnya merupakan tahap yang amat vital perannya dalam keseluruhan proses demokratisasi. Dalam prekrutan caleg untuk pemilihan tahun 2004 persoalan-persoalan yang muncul lebih beragam mulai dari isu penentuan nomor urut, money politics, ijazah palsu, kuota perempuan dan berbagai isu lain. Pemilihan kepala daerah ( pilkada ) dilaksanakan untuk memilih pejabat pemimpin daerah di kota-kota dan kabupaten Indonesia. Pilkada di Indonesia untuk pertama kalinya terjadi pada bulan Juni 2005. Seperti pemilihan presiden, proses pilkada dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum. Rekrutmen kepemimpinan melalui pilkada langsung merupakan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, sangat wajar ketika masih ada kelompok dalam masyarakat yang sampai saat ini belum mengetahui dan memahami sistem tersebut. Kondisi tersebut disebabkan oleh sistem pemilihan kepala daerah selama ini menggunakan sistem perwakilan, yakni dipilih oleh DPRD. Salah satu tahapan yang tak boleh dilewatkan yang karenanya harus dimonitoring sungguh-sungguh oleh semua pihak adalah tahap pencalonan. Pasal 59 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 telah memberikan aturan dalam hal pencalonan ini, yaitu; (1) Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik. (2) Pasangan calon diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik (bukan oleh fraksi di DPRD) yang telah memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15 persen dari jumlah kursi di DPRD atau 15 persen dari akumulasi suara sah dalam pemilu anggota DPRD yang bersangkutan. Parpol mandiri atau gabungan parpol yang memiliki kursi sekurangkurangnya 15 persen kursi di DPRD dapat saja mendaftarkan calonnya kalau mereka telah melakukan kesepakatan baru di antara mereka. Namun, pencalonan itu harus diserta kontrak baru (sebagai kontrak internal sesama mereka). Dan kesepakatan itulah yang menjadi dasar bagi KPUD untuk menerima pencalonan mereka. (3) Awalnya partai politik atau gabungan partai politik boleh yang mencalonkan adalah yang memiliki kursi di DPRD. Tapi setelah MK membatalkan penjelasan Pasal 59 ayat 1 UU No. 32 Tahun 2004, semua parpol, termasuk partai "nol koma" bisa mencalonkan diri. Hanya mereka harus bergabung dengan partai lain untuk memenuhi ketentuan suara 15 persen. (4) Partai politik atau gabungan partai politik wajib membuka kesempatan seluas-luasnya bagi bakal calon perseorangan melalui mekanisme yang demokratis dan transparan. Di sinilah kesempatan bagi calon-calon independen/tokoh non-parpol untuk masuk dan berkompetisi dalam pilkada nanti. Paling kurang ada dua pola rekrutmen, yakni terbuka dan tertutup. Rekrutmen terbuka, jika syarat dan prosedur untuk menampilkan seorang tokoh dapat diketahui secara luas. Cirinya: mekanismenya demokratis, tingkat kompetensi politiknya tinggi, tingkat akuntabilitas pimpinan tinggi. Sedangkan rekrutmen tertutup, syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elite yang berasal dari dalam tubuh partai itu sendiri. Pola ini membuat masyarakat tak dapat melihat dan menilai kemampuan elite (calon pemimpin) yang ditampilkan. ANALISIS Analisis yang akan saya lakukan disini mungkin tidaklah begitu terperinci seperti analisis SWOT, hanya sekilas mengenai rekrutmen politik itu sendiri lebih jelasnya tentang fakta yang ada sekarang dan situasi partai-partai di Indonesia terkait dengan partai politik sebagai konsep dasar dari rekrutmen politik yang telah dibahas sebelumnya. Mengenai rekrutmen politik, tidak ada satu pun negara yang tidak mengadakan rekrutmen politik untuk mengisi berbagai jabatan di bidang politik atau pemerintahan. Bila hal ini terjadi, maka akan terjadi kekosongan dalam jabatan-jabatan tersebut, karena tidak adanya alih generasi di kalangan ahli jabatan. Perkembangan seperti ini tentu saja akan menghancurkan negara yang bersangkutan. Yang menjadi persoalan dalam rekrutmen politik adalah, kapan rekrutmen itu dilakukan serta cara seperti apa yang harus dilaksanakan? Cara yang ideal dalam melakukan rekrutmen adalah digunakannya penilaian terhadap kemampuan sebagai tolak ukur utama dalam rekrutmen. Tujuannya untuk menghasilkan pemangku jabatan yang benar-benar layak memegang jabatan tersebut. Persaingan diantara para calon atas dasar kemampuan, menjadi penting disini. Di mana pun juga, rekrutmen politik didasarkan atas persamaan nilai-nilai budaya politik antara yang merekrut dan yang direkrut. Pihak yang merekrut hanyalah akan merekrut orang-orang yang dianggap mempunyai nilai yang sama dengannya dan orang yang akan tetap mempertahankan nilai-nilai yang mereka anut bersama. Nampaknya disini kaderisasi sangat penting untuk membantu menghasilkan rekrutmen yang ideal. Rekrutmen calon anggota legislatif sedikit berbeda dengan jenis-jenis rekrutmen politik lainnya. Perbedaannya terletak pada perlunya seorang caleg mengenal dan dikenal oleh rakyat di darah pemilihannya. Faktor yang menyebabkan pentingnya hubungan yang dekat antara caleg dengan rakyat di daerah pemilihannya adalah konsep representativeness (keterwakilan). Konsep ini tentu saja tidak begitu penting dalam rekrutmen untuk birokrasi pemerintahan ataupun pengisian jabatan lainnya dalam partai politik. Fungsi utama lembaga perwakilan rakyat adalah mewakili rakyat. Oleh karena itu, ada baiknya bila setiap orsospol mengadakan seleksi terhadap para caleg berdasarkan pemahaman mereka terhadap daerah pemilihan masing-masing, dengan melihat riwayat hidup mereka dan pengetahuan mereka tentang masyarakat di daerah pemilihan. Mengenai partai politik, persoalan yang cukup menyerap perhatian partai politik adalah proses perekrutan untuk menjadi calon anggota legislatif. Masih terkait dengan analisis diatas, proses ini tidak gampang dilakukan, bahkan seperti yang pernah saya baca di berita bahwa partai seperti Partai Kebangkitan Bangsa yang pada pemilu lalu berhasil lolos dari electoral threshold, juga sempat mengalami kesulitan untuk merekrut caleg yang berkualitas dan kompeten. Kita semua pasti mengharapkan perekrutan caleg dilakukan oleh parpol dapat diterapkan secara terbuka. Untuk mendapatkan caleg yang berkualitas dan kompeten, hendaknya tidak lagi memberi tempat bagi caleg bermental korup. Apalagi sekedar memilih caleg yang dianggap punya nilai jual untuk mencari dukungan suara. Dari hasil perekrutan parpol untuk caleg, ternyata kualitasnya masih rendah. Jika diteliti, ada beberapa penyebab terjadinya hal ini, yaitu; Terkait proses kaderisasi partai politik yang tidak berjalan dengan baik. Banyak simpatisan partai berkualitas itu mayoritas pegawai negeri sipil. Namun yang menjadi persoalan adalah mereka belum tentu mau melepas status PNS dan ter terjun ke dunia politik. Partai politik umumnya mengalami kesulitan dana yang membuat partai dalam situasi limbung. Dari situasi partai-partai poltik yang terjadi di Indonesia sendiri dapat diambil beberapa analisanya; Di dalam partai-partai Indonesia tidak berorientasi terhadap anggota. Parai terfokus pada memenangkan pemilu dan memenangkan suara. Banyak partai belum menyadari anggota merupakan salah satu sumber daya yang paling penting bagi keberlangsungan partai politik. Banyak partai di Indonesia merekrut pengurus atau calon legislatif/eksekutif tidak diantara anggotanya, melainkan dari luar seperti pengusaha atua birokrasi. Mereka dapat menjadi pengurus secara instan. Strategi ini dapat menimbulkan kekecewaan bagi anggota yang merasa diabaikan. Banyak partai tidak mempunyai ideologi dan visi yang jelas. Maka, dari itu sangat sulit merekrut anggota. Dalam perekrutan diperlukan pesan yang menarik dan meyakinkan orang untuk mau begabung dalam partai. Tanpa dasar ideologi yang kuat, pesan yang meyakinkan sangat sulit dikembangkan. Ketergantungan partai pada orang yang mempunyai uang sangat tinggi. Sering ada hubungan langsung antara kekayaan dan sukses di partai. Partai di Indonesia tidak mempunyai strategi dan sistematika perekrutan yang jelas. Tidak ada perencanaan yang lengkap, misalnya jumlah anggota yang mau direkrut, dan lain-lain. Sering terjadi dimana orang menjadi anggota parati karena faktor pertemanan, bukan karena ada proses rekrutmen yang jelas. Satu hal yang menarik disini, problem kaderisasi partai secara umum adalah adalanya pertentangan antara kader yang meniti karier kepartaian sejak awal dengan kader yang memiliki sumber daya yang sangat dibutuhkan partai seperti massa atau dana. Kaderisasi atau rekrutmen bisa diartikan dari sisi dana. Banyak partai merekrut caleg atas dasar pertimbangan sumber daya keuangan ’kader’ bersangkutan. Tapi memang perlu dipahami bahwa pembiayaan kegiatan partai politik sangat sulit dengan mengandalkan dana rutin dari iuran para anggotanya semata. Ketika partai politik menjadikan sumber dana sebagi pertimbangan menyusun caleg, maka kaderisasi partai menjadi bias fungsinya. KESIMPULAN dan REKOMENDASI Ada beberapa rekomendasi terkait rekrutmen dan keanggotaan dalam partai politik di Indonesia, beberapa diantaranya yaitu; Segera membuat pola rekrutmen yang sistematis dengan tindakan yang diambil misalkan; membentuk tim rekrutmen, menentukan kelompok sasaran, menyiapkan saran dan prasarana untuk rekrutmen dan hal lainnya. Menentukan standar pola rekrutmen yang khusus untuk anggota biasa, pengurus partai, calon anggota legislatif, dan lain-lain. Memperkuat sayap partai. Melalui organisasi tersebut rekrutmen kalangan tertentu seperti pemuda dipermudah. Membangun sistem dan databas keanggotaan. Menjaga supaya anggota tetap aktif dan termotivasi tinggi. Membuat anggota merasa puas dan merasa memiliki partai. Demikian anggota baru secara otomatis akan dilakukan oleh anggota. Untuk calon anggota legislatif, pola rekrutmen caleg menentukan Dewan Perwakilan Rakyat yang akan dihasilakan setelah pemilu. Oleh sebab itu, pimpinan organisasi sosial politik juga bertanggung jawab terhadap hadirnya DPR yang berbobot. Namun disini juga anggota masyarakat pun ikut terkait dengan segala proses yang ada didalamnya. Semoga untuk kedepannya, rekrutmen politik yang terjadi di Indonesia akan semakin membaik dan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kehidupan politik yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Kantaprawira,Rusadi,Sistem Politik Indonesia,Sinar Baru,Bandung,1985. Alfian,Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia,Gramedia,Jakarta,1986. Almond G.A. dan Sidney Verba,Budaya Politik,Bumi Aksara,Jakarta,1990. Surbakti,Ramlan,Memahami Ilmu Politik,Grasindo,Jakarta,1999. Kencana S.,Inu,Sistem Politik Indonesia,Refika Aditama,Bandung,2002. Rush Michael dan Allthoff Phillip,Pengantar Sosiologi Politik,PT RajaGrafindo Persada,Jakarta,2003. Syarbaini,Syahrial,dkk,Sosiologi dan Politik,Ghalia Indonesia,Bogor,2004. Nimmo, Dan,Komunikasi Politik:komunikator,pesan dan media,Remaja Rosdakarya,Bandung,2005. HYPERLINK "http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0305/28/teropong/lainnya01.htm" http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0305/28/teropong/lainnya01.htm HYPERLINK "http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/24/opi06.htm" http://www.suaramerdeka.com/harian/0502/24/opi06.htm HYPERLINK "http://www.suaramerdeka.com/harian/0209/03/kha2.htm" http://www.suaramerdeka.com/harian/0209/03/kha2.htm HYPERLINK "http://www.forum-politisi.org" http://www.forumpolitisi.org HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_politik" http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_politik BAGAN TEORI PARTAI POLITIK Sejarah Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu fihak dan pemerintah di fihak lain. Partai politik umumnya dianggap sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang dalam proses memodernisasikan diri. Di negara-negara yang menganut faham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijaksanaan umum (public policy). Di negara-negara totaliter gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pandangan elit politiknya bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang lenggeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik. Pada permulaan perkembangannya di negara-negara barat seperti Inggris dan Perancis, kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di luar parlemen dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh karena dirasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat , kelompok-kelompok politik dalam parlemen lambat laun berusaha memperkembangkan organisasi massa, dan dengan demikian terjalinlah suatu hubungan tetap antara kelompok-kelompok politik dalam parlemen dengan panitia-panitia pemilihan yang sefaham dan sekepentingan, dan lahirlah partai politik. Dalam perkembangan selanjutnya di dunia barat timbul pula partai yang lahir di luar parlemen. Partai-partai ini bersandar pada pada suatu pandangan hidup atau ideologi tertentu seperti Sosialisme, Kristen Demokrat, dan sebagainya. Di negara-negara jajahan partai-partai politik sering didirikan dalam rangka pergerakan nasional di luar dewan perwakilan rakyat kolonial. Bahkan parta-partai kadang menolak untuk duduk dalam badan itu. Setelah kemerdekaan dicapai dan dengan meluasnya proses urbanisasi, komunikasi massa serta pendidikan umum, maka bertambah kuatlah kecenderungan untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui partai. Pengertian & Tujuan Partai Politik Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang umumnya dilakukan secara konstitutionil untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Guna mencapai tujuan-tujuannya tersebut, partai-partai politik perlu melakukan beberapa hal. Pertama, partai-partai politik merekrut pengikutpengikut mereka, menominasikan kandidat-kandidat mereka, mencari dana untuk mendukung pilihan-pilihan mereka untuk memegang jabatan publik. Kedua, partai-partai politik merumuskan dan mempromosikan kebijakankebijakan yang merupakan cerminan opini publik. Ketiga, partai-partai politik membantu pengorganisasian institusi-institusi utama pemerintah. Posisi-posisi kepemimpinan dalam badan legislatif dan komisi-komisinya dibagi berdasarkan partai yang memiliki anggota paling besar di parlemen. Selain pemaparan mengenai pengertian umum di atas, di bawah ini disampaikan pula beberapa definisi mengenai partai politik menurut pandangan beberapa ahli politik: Carl J. Friederich: Partai politik adalah “sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil” (A politcal party is a group of human beings, stably organized with the objective of securing or maintaining for its leaders the control of a government, with the further objective of giving to members of the party, through such control ideal and material benefits and advantages). R.H Soltau: Partai politik adalah “sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasannya untuk memilih dengan tujuan untuk menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka” (A group of citizens more or less organized, who act as a political unit and who, by the use of their voting power, aim to control the government and carry out their general policies). Sigmund Neumann dalam karangannya Modern Political Parties mengemukakan definisi sebagai berikut: “Partai politik adalah organisasi dari aktivisaktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda” (A political party is the articulate organization of society’s active political agents, those who are concerned with the control of governmental power and who compete for popular support with another group or groups holding divergent views). Fungsi Partai Politik Dalam negara demokrasi partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi: Partai sebagai sarana komunikasi politik. Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Sebagai contoh; dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas bilamana tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan “penggabungan kepentingan” (interest aggregation). Sesudah digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan “perumusan kepentingan” (interrest articulation). Semua kegiatan di atas dilakukan oleh partai. Partai politik selanjutnya merumuskannya sebagai usulan kebijaksanaan. Usul kebijaksanaan ini dimasukkan ke dalam program partai untuk diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan kebijaksanaan umum (public policy). Dengan demikian tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik. Partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai politik juga memainkan peranan sebagai sarana sosialisasi politik (instrument of political socialization). Di dalam ilmu politik sosialisasi politik diartikan sebagai proses melalui mana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Disamping itu sosialisasi politik juga mencakup proses melalui mana masyarakat menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam hubungannya ini, partai politik berfungsi sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum, partai harus memiliki “image” bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment). Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lainlain. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik (conflict management). Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar. Perbedaan dan persaingan dalam bentuk apapun bisa menjadi sumber konflik, baik antar individu maupun antar kelompok. Jika terjadi konflik, maka merupakan tugas partai politik untuk mengatasinya. Klasifikasi Partai Klasifikasi partai dapat dilakukan dengan berbagai cara. Bila dilihat dari segi komposisi dan fungsi keanggtaannya, secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai massa dan partai kader. Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota. Oleh karena itu ia biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk bernaung di bawahnya dalam memperjuangkan suatu program yang biasanya luas dan agak kabur. Kelemahan dari partai massa ialah bahwasannya masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai massa cenderung untuk memaksakan kepentingan masing-masing, teruatama pada saat-saat krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat menjadi lemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru. Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja dari anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan. Klasifikasi lainnya dapat dilakukan dari segi sifat dan orientasi, dalam hal mana partai-partai dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai lindungan (patronage party) dan partai ideologi atau partai azas (Weltanschauungs Partei atau programmatic party). Partai lindungan umumnya memiliki organisasi nasional yang kendor, disiplin yang lemah dan biasanya tidak terlalu mementingkan pemungutan iuran secara teratur. Maksud utamanya ialah memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggota yang dicalonkannya. Maka dari itu mereka hanya giat menjelang masa-masa pemilihan. Partai Demokrat dan Partai Republik di Amerika Serikat merupakan contoh dari partai semacam ini. Partai ideologi atau partai azas (Sosialisme, Fasisme, Komunisme, Kristen- Demokrat) biasanya mempunyai pandangan hidup yang digariskan dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang kuat dan mengikat. Terhadap calon anggota diadakan saringan, sedangkan untuk menjadi anggota pimpinan disarankan lulus melalui beberapa tahap percobaan. Untuk memperkuat ikatan batin dan kemurnian ideologi maka dipungut iuran secara teratur dan disebarkan organ-organ partai yang memuat ajaran-ajaran serta keputusan-keputusan yang telah dicapai oleh pimpinan. Sistim Partai Tunggal Istilah sistim ini digunakan untuk partai yang benar-benar merupakan satu-satunya partai dalam suatu negara, maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan di antara beberapa partai lainnya. Dalam kategori terakhir terdapat banyak variasi. Pola partai tunggal terdapat di beberapa negara Afrika, Eropa Timur dan RRC. Suasana kepartaian dinamakan non-kompetitif oleh karena partaipartai yang ada harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan bersaing secara merdeka melawan partai itu. Kecenderungan untuk mengambil pola sistim partai tunggal disebabkan karena di negara-negara baru pemimpin sering dihadapkan dengan masalah bagaimana mengintegrasikan pelbagai golongan, daerah serta suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya. Sistim Dwi Partai Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistim dwi partai biasanya diartikan adanya dua partai atau adanya beberapa partai tetapi dengan peranan dominan dari dua partai. Dalam sistim ini partai-partai dengan jelas dibagi kedalam partai yang berkuasa dan partai oposisi. Dengan demikian jelaslah dimana letaknya tanggung jawab mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi. Dalam sistim ini partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia (loyal opposition) terhadap kebijaksanaan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian bahwa peranan ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang-orang yang ada di tengah dua partai dan yang sering dinamakan pemilih terapung (floating vote). Pada kenyataannya, sistim dwi partai dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga syarat, yaitu komposisi masyarakat adalah homogen (social homogenity), konsensus dalam masyarakat mengenai azas dan tujuan sosial yang pokok (political consensus) adalah kuat, dan adanya kontinuitas sejarah (historical continuity). Sistim dwi partai umumnya diperkuat dengan digunakannya sistim pemilihan single member constituency (Sistim Distrik) dimana dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja. Sistim pemilihan ini mempunyai kecenderungan untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan partai kecil, sehingga memperkokoh sistim dwi partai dimana ada. Sistim Multi Partai Umumnya dianggap bahwa keanekaragaman dalam komposisi masyarakat menjurus ke arah berkembangnya sistim multi partai. Dianggap bahwa pola multi partai lebih mencerminkan keanekaragaman budaya dan politik daripada pola dwi partai. Sistim multi partai diketemukan di Indonesia, Malaysia, Negeri Belanda, Perancis, Swedia, dan sebagainya. Sistim multi partai jika digandengkan dengan sistim pemerintahan parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada badan legislatif sehingga peranan badan eksekutif seringkali lemah. Hal ini disebabkan oleh karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang berkoalisi harus selalu mengadakan musyawarah dan kompromi dengan partaipartai lainnya dan menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai koalisi lainnya dapat ditarik kembali. Pola multi partai umumnya diperkuat oleh sistim pemilihan Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) yang memberi kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan-golongan kecil. Melalui sistim Perwakilan Berimbang partai-partai kecil dapat menarik keuntungan dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang diperolehnya di suatu daerah pemilihan dapat ditarik ke daerah pemilihan lain untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna memenangkan satu kursi. Implementasi Partai Politik di Indonesia Partai politik pertama-tama lahir dalam zaman kolonial sebagai manifestasi bangkitnya kesadaran nasional. Dalam suasana itu semua organisasi, baik yang bertujuan sosial (seperti Budi Utomo dan Muhammadiah) maupun yang secara terang-terangan menganut azas politik/agama (seperti Sarikat Islam dan Partai Katolik) atau azas politik/sekuler (PNI dan PKI), memainkan peranan penting dalam berkembangnya pergerakan nasional. Pola kepartaian masa ini menunjukkan keanekaragaman, pola mana diteruskan dalam masa kemerdekaan dalam bentuk sistim multi partai. Dengan didirikannya Volksraad maka beberapa partai dan organisasi bergerak melalui badan ini. Pada tahun 1939 terdapat beberapa fraksi dalam Volksraad, yakni Fraksi nasional di bawah pimpinan Husni Thamrin, PPBB (Perhimpunan Pegawai Bestuur Bumi-Putera) di bawah kepemimpinan Prawoto dan “Indonesische Nationale Groep” di bawah pimpinan Muhammad Yamin. Di luar Volksraad ada usaha untuk mengadakan gabungan dari partaipartai politik dan menjadikannya semacam dewan perwakilan nasional. Pada tahun 1939 dibentuk K.R.I (Komite Rakyat Indonesia) yang terdiri dari GAPI (Gabungan Politik Indonesia, yang merupakan gabungan dari partaipartai beraliran nasional), MIAI (Majelisul Islamil a’laa Indonesia, yang merupakan gabungan partai-partai beraliran Islam yang terbentuk pada tahun 1937) dan MRI (Majelis Rakyat Indonesia, yang merupakan gabungan organisasi buruh). Dengan demikian kepartaian kembali ke pola multi partai yang telah dimulai pada zaman kolonial. Banyaknya partai tidak menguntungkan berkembangnya pemerintahan yang stabil. Pemilihan umum yang diadakan pada tahun 1955 membawa penyederhanaan dalam jumlah partai dalam arti bahwa dengan jelas telah muncul empat partai besar, yakni Masyumi, PNI, NU dan PKI. Namun, partai-partai tetap tidak menyelenggarakan fungsinya sebagaimana yang diharapkan. Akhirnya, pada masa Demokrasi Terpimpin partai-partai dipersempit ruang geraknya. Pada tahun 1973 terjadi penyederhanaan partai. Empat partai Islam, yaitu Nahdatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Syarikat Indonesia dan Perti bergabung menjadi Partai Perstuan Pembangunan. Selain itu dari lima partai, yaitu Partai Nasional Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba dan Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) bergabung menjadi Partai Demokrasi Pembangunan. Dengan demikian dalam pemilihan umum yang akan diadakan pada tahun 1977 akan diikutsertakan dua partai politik dan Golkar. ANALISIS Pemilihan umum (Pemilu) adalah unsur penting dalam disain demokrasi perwakilan (representative democracy). Pemilu merupakan proses kompetisi antar warga negara yang sengaja dilembagakan untuk menentukan siapa-siapa saja diantara semua warga negara yang sama-sama punya hak untuk menjabat sebagai pejabat publik. Pemilu telah dianggap sebagai salah satu ukuran penerapan sistem demokrasi, sebab di dalam proses pemilu jutaan rakyat berpartisipasi untuk menentukan sikapnya bagi penyelenggaraan pemerintahan dan negaranya. Di saat pemilu, rakyat dianggap telah ikut menyusun pejabat negara, dan lebih dari itu dianggap pula ikut mempengaruhi pembuatan program negara. Dengan kata lain, pemilu juga merupakan proses pemberian amanah kepada orang-orang yang secara normatif bisa menentukan kebaikan untuk seluruh negeri, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Persoalan-persoalan yang senantiasa muncul dalam penyelenggaraan pemilihan umum berakar dari hakekatnya sebagai pelembagaan kompetisi. Perlu dicamkan bahwa dalam penyelenggaraan pemilu, kompetisi diikuti oleh kontestan dan pendukung kontestan yang mati-matian ingin menduduki jabatan publik, setidaknya mati-matian untuk tampil sebagai pemenang. Dalam situasi seperti ini, kompetisi dengan mudah berubah menjadi konflik, bahkan berkembang menjadi tindak kekerasan. Misi dari pemilu adalah mencapai kesepakatan tentang orang atau orangorang yang diberi amanah sebagai pejabat publik, mengembangkan sistim yang kompetitif dalam rekrutmen pejabat publik, serta memastikan rakyat mengekspresikan nilai-nilai demokrasi melalui tindakan-tindakannya. Berbicara mengenai misi pemilu yang terakhir disebutkan, yakni “memastikan rakyat mengekspresikan nilai-nilai demokrasi melalui tindakan-tindakannya”, menurut saya hal tersebut akan sulit terlaksana jikalau rakyat itu sendiri tidak memahami atau bahkan kurang begitu mengetahui nilai-nilai demokrasi. Pun pada misi pemilu yang kedua, yaitu “mengembangkan sistim yang kompetitif dalam rekrutmen pejabat publik”. Mungkin perlu lebih diperjelas mengenai makna dari sistim yang kompetitif bersangkutan. Seperti apa sistim yang benar-benar kompetitif itu?, dimana letak keabsahan dalam pencapaian tujuan yang kompetitif tersebut?. Menurut saya sangat perlu dibuat aturan-aturan/batasan-batasan yang lebih mengikat bagi partai-partai politik dalam menjalankan fungsi-fungsinya.. Hal ini lebih dikarenakan kualitas output dari pemilihan umum dalam penyelenggaraannya. Hal ini juga dikarenakan pandangan dan kesadaran masyarakat yang masih rendah akan pentingnya informasi sehingga segala informasi yang mereka dapatkan akan diterima dengan mudahnya tanpa respon pemikiran yang benar-benar matang. Dengan aturan-aturan yang lebih mengikat para partsipan politik untuk lebih concern terhadap aturan-aturan tersebut, maka para pejabat publik hasil dari pemilihan umum akan lebih berkualitas dan kemungkinan besar akan lebih mewakili aspirasi rakyat. Jika kita amati mengenai partisipasi politik di dalam pemilu, kondisinya tidak terlalu menggembirakan. Sebagai contoh ialah pemenang Pemilu legislatif 2004 dimana pada waktu itu yang keluar sebagai pemenang adalah golongan putih (Golput) alias warganegara yang tidak menggunakan hak pilihnya, ditambah suara tidak sah. Golput juga meraih peringkat kedua pada Pilpres putaran pertama. Hal ini membuktikan masih rendahnya partsipasi politik masyarakat terhadap pemilihan umum yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Menurut Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of Political Science: “Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat negara dan/atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka”. (By political participation we refer to those legal activities by private citizens which are more or less directly aimed at influencing the selection of governmental personnel and/or the actions they take) Partisipasi politik merupakan Hak Asasi Manusia, dan pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik ialah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orangorang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Melalui partisipasi politik dan kompetisi politik, masyarakat yang ada dalam partai politik dan kelompok kepentingan melakukan dukungan kepada sistem politik. Dari proses ini pula mereka kemudian memperoleh jabatanjabatan politik yang diinginkan. KESIMPULAN & REKOMENDASI Partai mempekerjakan orang-orang profesional dalam menangani masalah operasional partai. Seperti kebutuhan akan adanya direktur politik yang bekerja secara profesional, ia bertugas untuk merangkum isu-isu politik yang penting, kemudian para penguruslah yang akan menentukan kebijakannya. Dengan dibentuknya lembaga penyelesaian konflik internal partai, konflik internal partai dapat diselesaikan secara internal dan tidak dapat diintervensi dari luar. Sebagai salah satu contohnya adalah pendirian Badan Arbitrase di dalam partai, anggota badan ini dipilih dan diberi mandat penuh oleh konggres partai. Seluruh problem konflik internal partai dapat diserahkan ke badan ini, sehingga pengurus terlepas dari beban konflik. Dan sekaligus dapat meminimalisir besaran konflik internal. Untuk mendirikan partai politik tidak usah dipersulit, tetapi yang dipersulit adalah persyaratan untuk menjadi peserta pemilu. Dengan demikian, UU pemilu perlu ditata lagi. Sebagai contohnya, partai politik diperbolehkan mengambil bagian sebagai peserta pemilu bilamana partai tersebut sudah berdiri paling tidak 5 tahun. Begitu pula calonnya, minimal sudah 5 tahun menjadi anggota partai. Untuk militer, sudah selama 2 tahun ia tidak aktif dinas di kemiliteran. Undang-undang tentang pemilu idealnya tidak terlalu sering berganti, dan perumusannya harus sinkron dengan undang-undang politik yang terkait dengan pemilu utamanya undang-undang partai politik. Peningkatan kualitas pemilu dalam arti minimalisasi pelanggaran dalam pemilu bisa dan perlu dilakukan dengan modifikasi lembaga pengawas pemilu. Yang jelas, ada banyak instrumen dan rancangan operasional yang harus difikirkan untuk menunjang gagasan itu. Daftar pustaka Raga Maran, Rafael. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001, Cetakan pertama. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 1986. PAGE PAGE 1 Hand Out Sospol tgl 23 Mei 06, Prayoga Bestari, M.Si. REKRUTMEN POLITIK IMPLEMENTASI KONSEP DASAR PENGERTIAN RAMLAN SURBAKTI MIRIAM BUDIARDJO REKRUTMEN POLITIK SISTEM POLITIK KEKUASAAN POLITIK PARTAI POLITIK PILKADA PEMILU PHILLIP ALTHOFF INPUT DUKUNGAN TUNTUTAN UMPAN BALIK OUTPUT SISTEM POLITIK KEBIJAKAN KEPUTUSAN Definisi Secara Umum Implementasi/Penerapan Definisi Menurut Para Ahli Klasifikasi Partai Fungsi Partai Konsep Dasar Definisi Partai politik & • € ¸ a „ • • Ÿ G H S e f g h y F j íÛ̺¨º—x—j\º—J—8—8—8— # hµ ž h •Ê >* CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h •Ê 6 •CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž CJ OJ QJ ^J aJ h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ < j hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ mH nH sH tH u hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hµ ž 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h •Ê 5 •CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h; @ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h; @ 5 •CJ( OJ QJ ^J aJ & ' E F G H f g i j k l m n o p q r s t v w x ÷ ÷ ì ì ì ì ì ì á á á á á á á á á á á á á Ò Ò Ò $ Æ y dh $ $ a$ gd •Ê dh a$ gd •Ê dh a$ gd •Ê $ a$ gd; @ • ‚ 4 Éõ x ƒ „ ð • ð ð ¾ ² „h `„h a$ gd •Ê & F Æ Ð h y ] z K Ú÷ þþþ { | ð ð Ô ² } ~ ð ð ¾ $ y p ð ð ä $ I $ö € ð ð ¾ • ð ¾ Æ „h ^„h a$ gd •Ê y $ „h `„h a$ gd •Ê $ Æ y a$ gd •Ê $ Æ y dh ¸ a a$ gd •Ê y F l ö Ø æ y • ó Í Ü Ý Ý ½ ½ ½ Ð Ð y „h ^„h a$ gd •Ê „h ^„h a$ gd •Ê $ $ í ó & ó ó ó ó ª ½ $ & F Æ Æ Æ Þ ó Ý ½ ª ª ½ „h ^„h a$ gd •Ê & F Æ Ð h y $ Æ „h ^„h a$ gd •Ê $ y a$ gd •Ê Û Ü Ý Þ å î © ¶ ù 3 ; • ™ Ï Ô £" ©" ~% „% É% Ð% Ì& Í& Ñ& Ó& Ø& ñ& ñ- øÇ. Ì. ×. à. ÷. / / / / / $/ -/ ; ; oO •O íÜÎÀ¯ÜíÜÜíÜíÜíÜíÜíÜíÜíÜ‚Ü‚ÜÜíÜíÜíÜíÜíÜíÜíÜíÜ 4 j hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ mH nH u # hµ ž h •Ê 5 •CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž h"C CJ OJ QJ ^J aJ h"C CJ OJ QJ ^J aJ h •Ê CJ O J QJ ^J aJ hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h •Ê 6 •CJ OJ QJ ^J aJ /& @ Ê Ñ å ¨ © ¶ ±| Ó < • ! ë Û È Û ¸ ¬ • ¬ • • • • • $ & F Æ y Æ a$ gd •Ê y $ „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ Æ y a$ gd •Ê $ Æ y Æ & F Æ Æ & F Æ a$ gd •Ê $ Ð „Ð `„Ð a$ gd •Ê Ð Ð Ð „h ^„h a$ gd •Ê „h ^„h a$ gd •Ê h „h ^„h a$ gd •Ê $ $ $ ! " — ö" ?# ½# +$ Ú& Û& Ü& ï ï Ì Ì Ì $ Æ y K% Ä& Ô Å& ï Ì& Î& Ï& à Ô Ì Ñ& Ô& Õ& à Ô Ì Ä $ a$ gd •Ê Ð& Ö& ×& Ø& Ì Ì Ä $ a$ gd •Ê Ì Ì Ä Ù& à Ä a$ gd •Ê & F Æ y $ Æ a$ gd •Ê y $ . & F Æ Æ & F Æ Æ & F 4 ; Æ & F Æ Æ Æ „Ð `„Ð a$ gd •Ê ·/ 3 ‘3 ˜3 È ¹ È š Ü& ñ& Ð Ð a$ gd •Ê $ „Ð `„Ð a$ gd •Ê Ð Ð $ a$ gd •Ê $ „Ð ^„Ð a$ gd •Ê „¸ü`„¸üa$ gd •Ê „Ð `„Ð a$ gd •Ê „ 6( ï ³( ¹ a$ gd •Ê $ „Ð `„Ð a$ gd •Ê -5 -5 Þ5 7 Þ8 ¬; ¿; •= ¦= @A RA Å Õ µ ¢ ¢ Ð „Ð ^„Ð a$ gd •Ê Ð Ð Ð ò& ÷ Å( * ã È * å* ú* ÿ+ ¼, Ø ¹ © , ï È © © © $ $ $ a$ gd •Ê $ a$ gd •Ê ð ð Å $ $ $ ¿3 ç3 ä µ Å $ ˜3 § Õ µ ¢ ˜4 µ ’ ^„ a$ gd •Ê & F Æ Æ & F Æ D & F & F Æ Æ Æ Æ O S S Ð $ Ð $ a$ gd •Ê a$ gd •Ê Ð a$ gd •Ê RA äB wD ŽD ÀE ÕE ¨F ÀF «G ÄG þH ÿH ÇI K »K ®L ï ß Ó Ä ï Ä ï Ä Ó ß Ä Ä Ó ¹ ¹ ¹ $ a$ gd •Ê Ð $ Ð Ð Ð ºO Ð $ L tL ˆL ï ï Ä Ó $ a$ gd •Ê $ „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ „Ð ^„Ð a$ gd •Ê ®L ÂL áO %Q pQ ƒQ 'R CR ô ± L a$ gd •Ê ô Ø Æ $ ÕL èL ô Ì ¦ Ø „Ð ^„Ð a$ gd •Ê M /N nO ô Ì oO ä Ø Á – – ä ¦ – $ & F Æ a$ gd •Ê Ð „ $ ^„ $ a$ gd •Ê & F a$ gd •Ê $ Æ Ð a$ gd; @ $ Æ Ð a$ gd •Ê $ Æ Ð „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ & F a$ gd •Ê •O –O ¹O ºO áO iX ŒX ?[ ` 6` 8` ’` ”` œ` ¯` À` Ì` Yb rb õc d Ùd 8e Uo co £u Tv Tw ªz { { _‚ å… íÛÊÛÊÛʸʣˆ£ˆ£ˆ£sÊÛʸʸÊÛʸʣʣs]s£ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ mH I[ ] ` + hµ ž h •Ê 5 •CJ šL Ä sH 4 j hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ mH nH u ( hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ mH sH # hµ ž h •Ê 6 •CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h •Ê 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h; @ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # S dS ’S ÐS T §T ¨T ÇU iX jX ŒX Z cZ pZ ø[ ï ä ä ä ä Ô Ä Ä Ô ¹ Ä Ä ¥ • $ Æ Ð „Ð ^„Ð a$ gd •Ê $ & F Æ 8 $ Ð „äý`„äýa$ gd •Ê & F Æ Æ a$ gd •Ê $ Ð „Ð `„Ð a$ gd •Ê Ð „h ^„h a$ gd •Ê $ & F Æ a$ gd •Ê Ð „ ^„ $ a$ gd •Ê $ ø[ \ ] ] >] -] ^ ` %_ 6` &_ ’` à -` ¯` À` Í` Ã Ò .a ê Ò Æ Æ Ð „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ Ð a$ gd •Ê $ Ú a$ gd •Ê $ „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ $ „tÿ`„tÿa$ gd •Ê $ a$ gd •Ê Ð „Ð ^„Ð a$ gd •Ê $ $ Ò · « & F Æ & F Ò Ò Ò • Æ Ú Ã Ò Ÿ Æ e Ð V e *e º „äý`„äýa$ gd •Ê 8e ô É š .a Fa ô ª ha Hb ä vb Õc d Ù Ød É ª š $ Æ Æ & F Æ Æ & F Æ & F Ð Ð Ð Ð $ $ If a$ gd •Ê „Ð ^„Ð a$ gd •Ê a$ gd •Ê $ „Ð ^„Ð a$ gd •Ê a$ gd •Ê $ Ð „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ $ $ Ùd š a$ gd •Ê 8e 9e Ne _e Æ Ð $ If l Ö Ž ‹ ý oe L ? gd •Ê ³ kd ? $ $ If ÖF ”ÿ‘ ? – ý ý Ö t à ÿ Ö- ÿààà ÿ ö ÿààà 6 ö ÿààà ö Ö0 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö l Ö Ž ‹ ÿ ÿ4Ö 4Ö pÖÿààà ÿààà Ý Ý • kd¤ $ $ If ÖF ÿààà È – ”ÿ‘ oe ’e ¤e : ´e Öe ×e Ý àe ê ý ý ý t à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö Æ Ð Æ Æ Ð Ð zg Ý ÿ ÿ4Ö „† 4Ö „Lÿ $ If $ If „÷ „ ÿgd •Ê žg ê È Æ Ð „: Æ Æ Ð Ð $ If „÷ „ ÿgd •Ê d gd •Ê ÿ $ If àe f f Ý Ý Ý „Æþ $ If Æ Ð $ If l Ö Ž ‹ ý ^„† `„Lÿgd •Ê uf vf “f ¶f Óf íf Ý ê %g Ý 8g È _g Ý È È ^„: `„Æþgd •Ê gd •Ê ÿ $ If žg Ÿg ¨g d gd •Ê ^„÷ `„ Bf Cf [f ê ê È • ^„÷ `„ Ág Õg èg d kdý ÖF ÿg q $ $ If ”ÿ‘ d d – ý ý t à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö h (h Æ Ð ÿ ÿ4Ö ÿg h Ah ch Žh O „÷ „ Æ Ð $ If l Ö Ž ‹ ý 4Ö ¨h ©h O ÿ $ If gd •Ê • Àh q d d O d d d ^„÷ `„ ÿgd •Ê kdV ÖF $ $ If ”ÿ‘ – ý ý t à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö i /i O ÿ ?i ÿ4Ö Àh âh ê Æ Ð $ If l Ö Ž ‹ ý 4Ö i i ê gd •Ê • \ kd¯ ÖF O $ $ If ”ÿ‘ O – ý ý t à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö Æ Ð Æ Æ Ð Ð ÿ ÿ4Ö 4Ö „: d „Æþ $ If „: „÷ „Æþ $ If ^„: `„Æþgd •Ê „ ÿ $ If ^„÷ `„ ÿgd •Ê O Æ Ð $ If l Ö Ž ‹ ý gd •Ê ^„: `„Æþgd •Ê d • kd ÖF ?i @i Ji ri ‚i : $ $ If ”ÿ‘ °i d Âi q – ý ý t à Ö Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ l aö ÿ ÿ4Ö Âi Ãi U 4Ö el Im \n šo ´p r M U $ a$ gd •Ê $ „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ Æ Ð „Ð ^„Ð a$ gd •Ê • kda $ $ If l Ö ÖF ”ÿ‘ Ž ‹ ý ý ý t à Ö Ö0 ÿ Äi ÿ ÿ ÿ ÿ q a U U U – ÿ ö 6 ö ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ l aö { w| ù} ÈŽ ÷ ÿ4Ö 4Ö r s «s ßt Tv ¯w Íx { €~ ²• I• ‚„ N† †‡ ˆ ]ˆ ‰ p‰ ׉ ÛŠ ô‹ • ›• MŽ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ï ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ $ a$ gd; @ $ a$ gd; @ å… ø… i‘ j‘ m‘ n‘ ‰‘ Í“ Õ“ ” ” ’– ¡– µ– Ζ î– — L— Z— …— ›— Á— Ú— ˜ 5˜ r˜ ˆ˜ °˜ ߘ ÿ˜ éÔ°›…ÔéÔpÔXÔéÔéÔéÔéÔéÔéÔéÔéÔ . hµ ž h •Ê 5 •6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hµ ž h; @ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH + hµ ž h •Ê 5 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hµ ž h"C CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " h"C CJ OJ QJ ^J aJ mH sH " h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ( hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ mH sH + hµ ž h •Ê 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH ÈŽ j‘ k‘ l‘ m‘ n‘ ‰‘ ’ Î’ K“ ¸“ â“ ” ˜” ’– ¡– ç– /— u— ²— ÷— ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ë ß Ì Ì Ì Ì Ì Ì À ¸ ³ ³ ³ ³ ³ gd; @ $ a$ gd •Ê $ „Ð `„Ð a$ gd •Ê $ & F Æ Ø „Ð ^„Ð a$ gd •Ê $ „Ð `„Ð a$ gd; @ $ „h ^„h a$ gdµ ž $ a$ gd; @ ÷— [˜ ¥˜ ÿ˜ ™ š ”š âš K› L› M› N› O› P› Q› l› m› o› p› q› r› s› t› u› v› w› x› ú ú ú ú ú ú ú ú õ õ õ õ ð ð è ð ð ð à à à à à à à à $ a$ gd^d¿ $ a$ gdµ ž gd •Ê gd •Ê gd; @ ÿ ˜ ™ U™ V™ W™ ž™ Ÿ™ ™ ¡™ ã™ ä™ å™ š š š š ]š ^š _š ’š “š ”š •š êÙÁê®êÙêÙ– ê®êÙê•iêRêÙ< + hµ ž h •Ê 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH , hµ ž h • Ê 0J CJ OJ QJ ^J aJ mH sH / j˜ hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ ( hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ mH sH / • jO hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ $ hµ ž h •Ê 0J CJ OJ QJ ^J aJ / • jº hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ ) j hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ •š – š Áš š Ú àš áš âš ãš › › -› I› J› M› N› O› P› Q› æÑ µæžæÑæÑ‚æžæÑoYH7 hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž h% CJ OJ QJ ^J aJ + hµ ž hµ ž 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH % h •Ê 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH sH 7 • jÌ hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ mH sH , hµ ž h •Ê 0J CJ OJ QJ ^J aJ mH sH 7 • jÝ hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ mH sH ( hµ ž h •Ê CJ OJ QJ ^J aJ mH sH 1 j hµ ž h •Ê CJ OJ QJ U ^J aJ mH sH Q› k› l› m› n› Œ› ”› [ž hž Ö¤ ù¤ Àª ׫ í¬ ¢- ¯ ø¯ ý¯ ° ]° †° ]² q² ³ ³ $´ 1´ Ÿ´ É´ µ 9µ ¡· Ñ· `¸ u¸ ·¸ ü¸ )º *º +º >º íÛÊ®Êí‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹}l‹ hµ ž h"C 6 •CJ OJ CJ QJ OJ ^J QJ aJ ^J aJ hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h^d¿ h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ 6 j h & CJ OJ QJ U ^J aJ mH nH sH tH u hµ ž hµ ž CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h^d¿ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hµ ž 5 •CJ OJ QJ ^J aJ (x› y› z› {› |› }› ~› › €› •› ‚› ƒ› „› …› †› ‡› ˆ› ‰› Š› ‹› Œ› ”› s• t• cŸ dŸ S¢ U¢ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ë ë ë ë ÷ $ „Ð `„Ð a$ gd^d¿ $ a$ gd^d¿ U¢ =£ >£ Õ¤ Ö¤ ù¤ d¦ e¦ â ¨ ä¨ ˆ© Š© Ú« Ü« ¥- §- û¯ ü¯ ý¯ ° ° \° ]° ó ó ó ó î æ ó ó æ ó æ ó æ ó æ ó æ æ æ æ æ Ú $ h a$ gd^d¿ $ a$ gd^d¿ gd^d¿ $ „Ð `„Ð a$ gd^d¿ ]° ³ ³ ž´ Ÿ´ «¶ -¶ · ¡· ¶¸ ·¸ 'º ) º *º +º >º ?º °¾ ²¾ °¿ ²¿ NÁ ç ß Ó ß » ß Ó ß » ß » ß ß ß ß ß ß ß ß ß ß $ & F Æ Ð h „ „ ^„ `„ a$ gd^d¿ $ „Ð `„Ð a$ gd^d¿ $ a$ gd^d¿ $ & F Æ Ð h „ „ ^„ `„ a$ gd^d¿ >º ?º âº îº óº ÿº H¿ W¿ •¿ • ¿ ›¿ -¿ ‰Ã à ŠŠ¬Æ -Æ ®Æ ¯Æ ÁÆ ËÉ ØÉ `Ê qÊ ýÊ Ë yÌ ŽÌ šÐ µÐ )Ò RÒ SÒ üÛ Ü Ü UÜ íÜÊÜÊÜÊÜÊÜÊܸÜÊÜ©šˆ¸ÜÊÜÊÜÊܸÜÊÜ ÊíܸÜs ( hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^ J aJ mH! sH! # hµ ž h & Æ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ h & 5 •CJ OJ QJ ^J aJ h^d¿ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h^d¿ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h^d¿ 6 •CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h^d¿ >* CJ OJ QJ ^J aJ %NÁ OÁ ‡Ã ˆÃ ‰Ã ŸÃ à –Ä — Ä «Æ ¬Æ -Æ ®Æ ¯Æ ÁÆ ÂÆ ÛÉ ÜÉ Ë Ë wÌ xÌ yÌ •Ì ŽÌ ÝÍ ÞÍ HÐ IÐ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ $ a$ gd^d¿ IÐ 'Ò (Ò )Ò RÒ SÒ {Ô ÜÕ ÝÕ Þ× ß× ïÙ ðÙ úÛ ûÛ üÛ Ü Þ Þ \ß ]ß .á /á »ä ¼ä Žæ • æ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ë ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ë ë ß ÷ ë ë ë ë ÷ ë ë ë ë $ „Ð `„Ð a$ gd^d¿ $ „Ð `„Ð a$ gd^d¿ $ a$ gd^d¿ UÜ mÜ ä ,ä Ûæ âæ Èç §é ° é ½é ¾é Áé Âé Îé Ïé Ôé óé Áê Œë •ë Žë @î Aî Bî [î $ð ºð »ð ¼ð Bó õ õ éÔéÔéÔÃÔ«éÔé«éÔéÔéÔÃÔœŠxcÃcÃcÔc ( hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ mH sH # hµ ž h^d¿ 5 •CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž h & 5 •CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž 5 •CJ OJ QJ ^J aJ . hµ ž h^d¿ 5 •6 • CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ ( hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! + hµ ž h^d¿ 6 •CJ OJ QJ ^J aJ mH! sH! •æ ‰ç Šç §é ¨é Žë •ë Gí Hí @î Aî Bî [î \î |ï }ï »ð ¼ð p ñ qñ @ó Aó õ ó ó ê ó ó ó ó â ó Ú Ú Ú Î Î Î Î Î Á â ó â â $ Æ ´ €a$ gd^d¿ $ Æ ´ €a$ gd^d¿ $ a$ gd^d¿ $ a$ gd^d¿ „Ð `„Ð gd^d¿ $ „Ð `„Ð a$ gd^d¿ õ õ õ xõ ¾õ ¿õ Àõ Áõ Âõ Ãõ Äõ Åõ Æ õ Çõ Èõ Éõ Ëõ Ìõ Îõ Ïõ Ñõ Òõ Ôõ ð á Ö Ö Ö Ç Ç Ç Ç Ç Ç Ç Ç Ç Â À À À À À À À gd •Ê $ $ „Ð dh dh `„Ð a$ gd^d¿ a$ gdµ ž $ „Ð dh `„Ð a$ gdµ ž $ Æ õ ´ € dh a$ gd^d¿ õ õ *õ Eõ ‹õ ¥õ ¿õ Éõ Êõ Ìõ Íõ Òõ Óõ Õõ Öõ Üõ Ýõ Þõ àõ áõ çõ èõ éõ êõ ëõ ìõ ö !ö "ö $ö íÜÊÜÊܹ±-±-±-±-££­££’£{ofZ­ h •Ê hG{' 5 •6 •CJ h •Ê 5 •6 •CJ h •Ê h •Ê 5 •6 •CJ , h •Ê 5 •6 •CJ U mH nH sH tH u h"C 0J mH nH u hG{' 0J j hG{' 0J U hG{' j hG{' U hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hµ ž 6 •CJ OJ QJ ^J aJ hµ ž hµ ž CJ OJ QJ ^J aJ # hµ ž hµ ž 5 •CJ OJ QJ ^J aJ Ôõ Õõ Þõ ßõ àõ ëõ "ö #ö $ö 6ö 7ö Dö Eö Rö Sö ^ö _ö ö •ö ‚ö ”ö •ö ¤ö ¥ö ·ö ¸ö ý ñ è ý ñ è ý ý à ý à ý à ý ý à ý à ý à ý à ý à $ a$ gd •Ê Ïõ Ð j oö p à ý „h ]„h gdG{' „øÿ „ &`#$ gdG{' $ö 6ö Sö ^ö @÷ I÷ J÷ O÷ P÷ Q÷ U÷ V ÷ W÷ m÷ n÷ o÷ w÷ y÷ €÷ †÷ Š÷ ‹÷ Œ÷ ™÷ Ÿ÷ ÷ ¨÷ ®÷ ¯÷ ·÷ ¼÷ ½÷ Æ÷ È÷ ×÷ Ù÷ Ú÷ Û÷ õñêñÝÓÝÅÓݺ¶ÓݶÝÓÝÓݯ¶ÓݶÓݶÓݶݶݶ«š hµ ž h^d¿ CJ OJ QJ ^J aJ hG{' h¿R hµ ž hµ ž OJ QJ hµ ž hm ¦ hµ ž CJ aJ ^J h¿R hµ ž OJ QJ ^J h¿R hµ ž 6 •OJ QJ ^J h1X§ h •Ê êö ðö ñö V÷ ÷ ÷ õ õ h •Ê úö ûö õ ÷ ÷ õ hP/´ h •Ê CJ aJ %¸ö Çö Èö Ðö Ñö Øö Ùö éö ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ ÷ )÷ *÷ 4÷ 5÷ ?÷ @÷ U÷ ÷ õ ÷ õ õ ÷ õ ÷ õ ÷ õ ÷ õ ÷ õ ÷ í à „ „øø^„ `„øøgdµ ž $ a$ gdµ ž o÷ Š÷ ‹÷ Œ÷ Ÿ÷ ÷ ®÷ ¯÷ ¼÷ ½÷ Æ÷ Ç÷ ý õ ý õ õ ý õ ý õ ã ý ý ý Þ $ a$ gd •Ê È÷ ×÷ Ø÷ è õ õ V÷ W÷ n÷ Ù÷ Ú÷ Û÷ ý ý ã g d •Ê gdµ ž „ „øø^„ `„øøgdµ ž °ÂA!°¥ "°Š #¥ $Š %° °n $ a$ gdµ ž °n 6 &P 1•h :p •Ê °…. •Ð ¢ $ $ If – !v h 5Ö 5Ö ý 5Ö ý #v ý :V –l Ö t à Öÿààà ÿààà ÿààà ö 6 ö pÖÿààà ÿààà ÿààà W $ $ If – 5Ö ý 5Ö ý #v ý :V –l t à ö 6 ö 5Ö ý W $ $ If – !v h 5Ö ý 5Ö ý 5Ö ý #v ý :V –l t à ö 6 ö 5Ö ý W $ $ If – !v h 5Ö ý 5Ö ý 5Ö ý #v ý :V –l t à ö 6 ö 5Ö ý W $ $ If – !v h 5Ö ý 5Ö ý 5Ö ý #v ý :V –l t à ö 6 ö 5Ö ý W $ $ If – !v h 5Ö ý 5Ö ý 5Ö ý #v ý :V –l t à ö 6 ö 5Ö ý W $ $ If – !v h 5Ö ý 5Ö ý 5Ö ý #v ý :V –l t à ö 6 ö 5Ö ý • D ùºÎ Œ‚ ª K© H h t t p : / / w w w . p i k i r a n r a k y a t . c o m / c e t a k / 2 0 0 5 / 0 3 0 n g / l a i n n y a 0 1 . h t m àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© • h t t p : / / w w w . p i k i r a n - ý 5Ö !v ý h 5Ö ý ÐÉêy 5 / 2 8 / t e r o p o r a k y a t . c o m / c e t a k / 2 0 0 5 / 0 3 0 5 / 2 8 / t e r o p o n g / l a i n n y a 0 1 . h t m I D ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K© 5 h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r i a n / 0 5 0 2 / 2 4 / o p i 0 6 . h t m àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© j h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r i a n / 0 5 0 2 / 2 4 / o p i 0 6 . h t m E D ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K© 4 h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r i a n / 0 2 0 9 / 0 3 / k h a 2 . h t m àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© h h t t p : / / w w w . s u a r a m e r d e k a . c o m / h a r i a n / 0 2 0 9 / 0 3 / k h a 2 . h t m ï D ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K© h t t p : / / w w w . f o r u m p o l i t i s i . o r g àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© > h t t p : / / w w w . f o r u m p o l i t i s i . o r g / % D ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K© , h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / s i s t e m _ p o l i t i k àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© X h t t p : / / i d . w i k i p e d i a . o r g / w i k i / s i s t e m _ p o l i t i k † œ @ @ `ñÿ •Ê N o r m a l CJ _H D A@òÿ¡ D aJ mH sH tH D e f a u l t P a r a g r a p h F o n t R i@óÿ³ R T a b l e N o r m a l l 4Ö aö ( k@ôÿÁ ( N o ö 4Ö L i s t j š`³ ó j •Ê T a b l e G r i d 7 :V B ^` B Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •Ê N o r m a l ( W e b ) ¤d ¤d [$ \$ 4 ` 4 •Ê Æ à À! F o o t e r . )`¢ ! . •Ê P a g e N u m b e r 4 ` 2 4 •Ê Æ à À! H e a d e r 6 U`¢ A 6 •Ê H y p e r l i n k >* B* ph ÿ 4 B` R 4 ^d¿ T e x t Æ Í B o d y $ a$ × á î ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ! ÿÿÿÿ$ ÿÿÿÿ' ! / ; 3 L K ¤ ¤ µ µ Ûï ÿÿÿÿ# ÿÿÿÿ& ÿÿÿÿ) ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ • ” ‹ ™ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ" ÿÿÿÿ% ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ q | ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ( * ^ h ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿE ÿÿÿÿD ÿÿÿÿB ÿÿÿÿ? ; L ^ 3 K h q | ÿÿÿÿC ÿÿÿÿA • ‹ ” ™ ÿÿÿÿ> ¤ ¤ µ µ ¸ ÿÿÿÿ@ ÿÿÿÿ Æ Í ! × á î ö / f g { z 4 • Ü i | I Ø ÿÿ k ~ j } ] æ p y l • K Ûï R ÿÿÿÿ m n o p q r € • ‚ ƒ „ • ¸ a y F l & s - ' t ö E v F w G x H y Ý Þ í & @ ö ? Ú- Û" " Þ3 ¬3 ¿3 < w< Ž< ®D ÂD K K dK ’K -U Ê ½ Üå" / •5 À= ÕD ÐK Ñ å ¨ © ¶ ± | Ó < • — + K Ä- Å- Ì- Î- Ï- Ð- Ñ- Ô- Õ- Ö- ×- Ø- Ùñ- ò- 6 ³ Å ú" ÿ# $ ¼$ & ·' + ‘+ ˜+ ¿+ ç+ ˜, §, -- -Þ0 ¦5 @9 R9 ä: Õ= ¨> À> «? Ä? þ@ ÿ@ ÇA C »C D D tD ˆD šD èD E /F nG oG –G ºG áG %I pI ƒI 'J CJ L §L ¨L ÇM iP jP ŒP R cR pR øS T U U >U V X ] ` a %W &W -X 6X ’X ¯X ÀX ÍX .Y FY hY HZ vZ Õ[ \ Ø\ Ù\ ] *] 8] 9] N] _] o] ’] ¤] ´] Ö] ×] à] ^ ^ B^ C^ u^ v^ “^ ¶^ Ó^ í^ %_ 8_ __ z_ ž_ Ÿ_ ¨_ Á_ Õ_ è_ ÿ_ [^ ` (` A` c` Ž` ¨` ©` À` â` a a /a ?a @a Ja ra ‚a °a Âa Ãa Äa ed Ie \f šg ´h j k «k ßl Tn ¯o Íp s s wt ùu €v ²w Iy ‚| N~ †• € ]€ • p• ו Û‚ ôƒ … ›… M† Ȇ j‰ k‰ l‰ m‰ n‰ ‰‰ Š Ί K‹ ¸‹ â‹ Œ ˜Œ ’Ž ¡Ž çŽ /• u• ²• ÷• [• ¥• ÿ• ‘ ’ ”’ â’ K“ L“ M“ N“ O“ P“ Q“ l“ m“ o“ p“ q“ r“ s“ t“ u“ v“ w“ x“ y“ z“ {“ |“ }“ ~“ “ € “ •“ ‚“ ƒ“ „“ …“ †“ ‡“ ˆ“ ‰“ Š“ ‹“ Œ“ ”“ s• t• c— d— Sš Uš =› >› Õœ Öœ ùœ dž ež â ä ˆ¡ Š¡ Ú£ Ü£ ¥¥ §¥ û§ ü§ ý§ ¨ ¨ \¨ ]¨ « « ž¬ Ÿ¬ «® -® ¯ ¡¯ ¶° ·° '² )² *² +² >² ?² °¶ ²¶ °· ²· N¹ O¹ ‡» ˆ» ‰» Ÿ» » –¼ — ¼ «¾ ¬¾ -¾ ®¾ ¯¾ Á¾ ¾ ÛÁ ÜÁ à à wÄ xÄ yÄ •Ä ŽÄ ÝÅ ÞÅ HÈ IÈ 'Ê (Ê )Ê RÊ SÊ {Ì ÜÍ ÝÍ ÞÏ ßÏ ïÑ ðÑ úÓ ûÓ üÓ Ô Ö Ö \× ]× .Ù /Ù »Ü ¼Ü ŽÞ •Þ ‰ß Šß §á ¨á Žã •ã Gå Hå @æ Aæ Bæ [æ \æ |ç }ç »è ¼è pé qé @ë Aë í í í xí ¾í ¿ í Àí Áí Âí Ãí Äí Åí Æí Çí Èí Éí Ëí Ìí Îí Ïí Ñí Òí Ôí Õí Þí ßí àí ëí "î #î $î 6î 7î Dî Eî Rî Sî ^î _î oî pî •î ‚î ”î •î ¤î ¥î ·î ¸î Çî Èî Ðî Ñî Øî Ùî éî êî ðî ñî úî ûî ï ï ï ï ï ï )ï *ï 4ï 5ï ?ï @ï Uï Vï Wï nï oï Š ï ‹ï Œï Ÿï ï ®ï ¯ï ¼ï ½ï Æï Çï Èï ×ï Øï Ùï Üï ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € 0 0 0 ˜ € € € € € € 0 € ˜ € ˜ € 0 € € € € ˜ 0 0 0 0 ˜ € € ˜ 0 0 0 € € € ˜ € 0 0 ˜ € 0 € ˜ € 0 € 0 0 ˜ € 0 ˜ € 0 € 0 € 0 ˜ € 0 € ˜ € € 0 € 0 € ˜ € ˜ € ˜ € 0 ˜ € € € € € ˜ ˜ ˜ € ˜ € 0 ˜ € € ˜ € € 0 € ˜ ˜ ˜ ˜ € 0 ˜ ˜ ˜ ˜ € 0 0 0 0 ˜ ˜ ˜ € ˜ ˜ ˜ ˜ € ˜ ˜ 0 0 0 € € € € € ˜ € 0 0 0 € € € € 0 € ˜ ˜ ˜ ˜ € € ˜ ˜ ˜ € 0 € ˜ € 0 ˜ € € € ˜ € € € 0 0 € ˜ € 0 ˜ € € € € 0 0 ˜ € 0 € € € 0 € ˜ € € € € 0 € € € € 0 € € 0 € € € 0 ˜ 0 0 0 0 € ˜ ˜ ˜ € 0 ˜ € € € € € € ˜ ˜ € € 0 0 0 0 € € € € 0 € € € € ˜ € 0 € € € € € 0 0 0 ˜ € € € € € 0 ˜ € 0 0 0 0 € € € € € € 0 0 0 € € ˜ € € ˜ € 0 ˜ ˜ ˜ € € € € € € € € € € € ˜ ˜ ˜ € € € € € € € € 0 ˜ ˜ ˜ ˜ € 0 € € € € € ˜ € ˜ 0 0 0 0 ˜ 0 € ˜ € ˜ ˜ ˜ € € 0 0 0 € 0 € € € € € € ˜ 0 0 ˜ ˜ € € 0 € ˜ ˜ ˜ € 0 € ˜ 0 € € 0 € € ˜ € 0 ˜ € € ˜ 0 € € ˜ 0 € 0 € € 0 ˜ 0 0 0 € € € € ˜ € € € € ˜ € 0 € 0 € ˜ ˜ ˜ ˜ € € ˜ ˜ 0 € ˜ 0 € ˜ € 0 € € ˜ € 0 ˜ 0 € ˜ € € 0 € € ˜ € 0 ˜ 0 € € € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € ˜ 0 € € 0 ˜ 0 0 € € 0 € € ˜ ˜ € 0 € ˜ € € € € € € € 0 ˜ 0 ˜ € 0 € € ˜ ˜ ˜ € 0 € € 0 ˜ € ˜ € 0 0 ˜ € € ˜ 0 € € ˜ € 0 € € ˜ ˜ € € 0 0 € € ˜ 0 € 0 0 € € ˜ 0 0 0 © ™ © € © € © € ˜ € € € € 0 0 0 ˜ ˜ € € € € Ð Ô Ð € Ð € € € € € € 0 © © © © 0 0 0 © € © € 0 Ô 0 Ð ˜ ˜ ˜ € € € € € € € € Ð Ð Ð € Ð 0 Ð € € © 0 € © € © € 0 0 Ð 0 Ð € © € 0 Ð © 0 € © € 0 Ð € ˜ € 0 0 Ð 0 € Ð ™ 0 © € € © 0 © € 0 0 0 0 0 0 ˜ € € € ˜ € ˜ € € € ˜ € 0 ˜ € 0 0 ˜ € ˜ € € € € € € Ð Ð Ð Ð Ð € Ð € € ˜ € 0 € ˜ € 0 € ˜ € 0 0 € € € € € € 0 ˜ € 0 € € ˜ € 0 € ˜ € € ˜ € € ˜ € 0 € € € 0 0 ˜ € Ð © ˜ € 0 € ˜ € € ˜ € 0 € ˜ € € ˜ € € © € Ð Ð Ð Ð Ð € 0 € 0 € 0 € € Ð € € € € € € ˜ € © 0 € € € € € 0 € € € 0 0 Ð 0 Ð © ˜ € 0 ˜ € € € € € € ˜ € € 0 Ð € € ˜ € € © € 0 € ˜ ˜ ˜ ˜ € 0 € € 0 0 € © € € ˜ € € € © ˜ € 0 € ˜ € € € € € 0 € 0 0 0 0 0 Ð 0 Ð 0 0 0 0 0 € ˜ € 0 € © © © © © € © € © © © © © ˜ € 0 € ˜ € 0 Ð 0 0 0 € € € € € ˜ € ˜ € 0 0 0 0 0 € € ˜ € 0 Ô Ð Ô Ð Ð Ô ˜ € 0 € € € € ˜ € 0 ˜ € 0 € Ð € € € € € € € © € 0 € 0 € € © Ô Ð Ð Ô Ð € 0 0 € 0 € € € € € € € 0 Ð Ð € € € € € € ˜ € © € 0 © 0 0 0 0 0 0 0 € 0 Ð © Ð Ð € € € € € € € Ð 0 € € © € € ™ © © ™ © € © € ™ © ™ © © ™ ˜ € € 0 Ð 0 Ð 0 0 € Ð 0 ˜ € € € 0 0 0 ˜ € 0 € ˜ € 0 € € 0 ˜ € ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ € € € ˜ € 0 0 € ˜ € € ˜ 0 € 0 € € 0 ˜ € € ˜ € € ˜ € 0 0 ˜ € 0 0 ˜ € 0 € ˜ € € € ˜ 0 € ˜ 0 0 € € ˜ € 0 € ˜ € 0 € ˜ € € 0 0 € € ˜ € ˜ € € ˜ € 0 € ˜ € € 0 ˜ € € 0 ˜ ˜ 0 € € € € ˜ 0 € € € € € € 0 ˜ ˜ € 0 ˜ € ˜ € 0 0 ˜ € 0 ˜ € 0 0 € € ˜ € ˜ € 0 ˜ € 0 € ˜ ˜ € 0 0 0 0 ˜ € 0 € € € ˜ € € ˜ € € € € € ˜ € 0 € 0 0 € ˜ € 0 ˜ € 0 € ˜ € € 0 0 ˜ € € € ˜ € € € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € € ˜ € 0 € € ˜ € € 0 0 € 0 0 ˜ € 0 € € ˜ € ˜ € € € € € ˜ € 0 ˜ € 0 € € € ˜ € 0 € 0 0 0 ˜ € ˜ € 0 € ˜ € € € ˜ € € ˜ € 0 0 0 ˜ € 0 0 0 0 ˜ € 0 ˜ € € ˜ € € 0 0 ˜ € 0 ˜ € € € ˜ € ˜ ˜ € ˜ € 0 ˜ € 0 € ˜ 0 ˜ € 0 € ˜ € € € ˜ € 0 € ˜ € 0 ˜ € 0 € ˜ € 0 € € 0 0 0 0 ˜ € 0 0 ˜ € € € € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 € € € ˜ € 0 0 € € ˜ € € ˜ € € € € € ˜ € ˜ € ˜ ˜ € 0 € € ˜ € 0 € ˜ € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 € 0 0 € ˜ € € 0 € 0 € € 0 ˜ ˜ € 0 € € € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € ˜ € € ˜ € € ˜ € € € € € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 € € € € € ˜ € 0 € 0 0 0 0 € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 € € ˜ € € ˜ € 0 € 0 € ˜ € € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € ˜ € 0 € € 0 € € ˜ € 0 ˜ € 0 € ˜ € 0 0 ˜ € € ˜ € € € ˜ € 0 ˜ € 0 0 € € ˜ € ˜ € 0 € € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € € € € € ˜ € € 0 0 ˜ € € € € € € ˜ € 0 € ˜ € ˜ € 0 ˜ € 0 € € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € € € ˜ € 0 ˜ € 0 0 € ˜ € € ˜ € € ˜ € 0 0 ˜ € 0 € ˜ € € IÈ 0 0 X Iˆ 0 0 0 0 › • € € 0 0 € Iˆ 0 0 0 ˜ € 0 ˜ € 0 € ˜ Ÿ ˜@ € € IÈ 0 0 € › • 0 ˜@ 0 0 ˜ € ˜ € 0 0 € € € ˜ € ˜ € 0 Ÿ ˜@ € € Iˆ 0 0 0 ˜ € ˜ € € ˜ € 0 ˜ € 0 € 0 € € Iˆ 0 0 0 0 € € € ˜ € € ˜ € € 0 ˜ € 0 € € ˜ € 0 ˜ € 0 € ˜ € 0 0 0 € € € ˜ € € € › • € € IÈ 0 0 0 ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € € € € € 0 € 0 0 ˜ € € ˜ € € € € € € ˜ € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € 0 0 0 0 € ˜ € 0 Ÿ ˜@ @ ˜ € € ˜ € 0 € € ˜ € € ˜ € 0 ˜ € 0 ˜ € € € € ˜ € 0 € € 0 0 0 0 ˜ € € ˜ € ˜ € 0 ˜ € 0 € € ˜ € 0 Iˆ 0 0 Ÿ IÈ 0 0 € IÈ 0 0 € • 0 € € @ 0 0 Ÿ • 0 € € IÈ 0 0 € € IÈ 0 0 IÈ 0 0 › • 0 › • 0 € € IÈ € € IÈ 0 0 › • 0 € € IÈ 0 0 › • € € @ 0 0 › • 0 € € IÈ 0 0 f² € • 0 € € IÈ 0 0 0 € € IÈ 0 0 4 ÍP › • € € IÈ 0 0 \ • € € IÈ 0 0 ! \ • 0 € € \ ˜ 0 0 Iˆ 0/0 0 € X ˜ X ˜ € € IÈ 0 0 0 IÈ 0 0 › • € € IÈ 0 0 › • € IÈ 0 0 0 › • 0 › • € € IÈ 0 0 0 IÈ 0 0 \ • 0 € € IÈ 0 0 € ˜ 0 € € 0 € € 0 € › ˜ € 0 › • € € IÈ 0 0 0 € \ • 0 € € Iˆ 0˜ 0 Iˆ 0,0 € € X ˜ 0 € € Iˆ 000 X ˜ X ˜ € € X ˜ 0 0 0 € € € ˜ € 0 € € 0 Iˆ 010 Iˆ 020 € € ˜ 0 X ˜ € Iˆ 040 € 0 0 Z Z Z ] •O å… ÿ˜ •š Q› >º UÜ õ $ö Û÷ | • ˆ • ˜ ™ š ž ¡ ¤ ¦ x & ! Ü& ˜3 RA ®L S ø[ .a 8e oe àe žg ÿg Àh ?i Âi r ÈŽ ÷— x› U¢ ]° NÁ IÐ •æ õ Ôõ ¸ö V÷ Û÷ } • € ‚ ƒ „ … † ‡ ‰ Š ‹ Œ • Ž • • ‘ ’ “ ” – — › œ • Ÿ ¢ £ ¥ § ¨ Ú÷ ~ ÿ• V‘ ž‘ ‘ ä‘ ’ ’ ^’ ’’ •’ Â’ à’ â’ “ I“ Ûï X ÿ „ X ÿ „ X ÿ „ X ÿ „ X ÿ „ - ] !• ! ÿ•€ ð@ ð U O ð ð ð Q ñ P ðH @ -ñ ðR ÿÿ ð( ÿ €€€ ÷ ð ð(- B @ C ð ð D • ¿ D ð • ¥ ˆ # "ñ ÿ ð ð ðH ÿ Q- ð ð ð B C ð ð ð õ ¿ •) ðb • •) ð ð ð ˆ # ð ‘ ð ð ð: ðZ Qð ¥ õ •) Q- ð ðT ð ¥ õ- € Š ð ð ¥ õ Á ±' ð ðZ ð 3 ð •% Z € ±' ð ð Š ð ð ‘ Š ð ð ‘ ðZ 3 ð © Z € Å" ð ð ðZ 3 ð ð ð Z € # ð Š ðT ð µ 5+ % Q- ð € Š ð ð ð # ð e' õ ðT •) ±' ð € Š ð ð ð Å" ð& ½ •% ðZ ð ð Ù " I% I& ð ð ˆ ð Ù " I% I& 3 ð ð ð ð Z € Ù Š -$ I% ðZ I& ð ð ðZ 3 ð Z € Š ð Ù ð ð " I% B ðT -$ ð C ð D • ]! ¿ ÿ ð ðT ð Á ]! ‘ ð Á I& ‘ B ð C ð D • I& ¿ ÿ ð ðT B ð C ð $ ð D • ¿ ð ðT ÿ B ð " - ‚ C ð $ ð D • I& ¿ ÿ ð ðT ð B - C ð B ð D • ¿ ÿ ð ! D • ¿ ÿ ð % D • ¿ ÿ ð É I& ! •, ð ðT •, ! •, ð ðT B C ð B ð C ð •, µ ð •, ð • ¿ ðT B ‚ C ð D ÿ ð É ±' É •, ð ðN B ð S ðð D • ¿ Ñ ÿ ð ð ðN B D • ¿ Ñ ÿ ð ð ðN B D • ¿ Ñ ÿ ð ð ðN B D • ¿ Ñ ÿ ð ð ðN B D • ¿ Ñ ÿ ð ð ð† € S ðð S ðð S ðð S ð- ý% ð ðT N+ < ð # "ñ ) ö • ‘ ð ð ðT B ð C ð D ðZ ý% ã+ ð ð ˆ ý% ð N+ • ¿ ð ð ð ÿ ) ) ð õ þ ] ð ) O ™ ‘ ö ð` C ð € Š - • ™Ìÿ ¿ þ ð ðÆ Ó ð ð ð ð` C ð ð ð € Š • ™Ìÿ ¿ ð } «' ¡ Ç) ð ð` C ð ð ð € Š • ™Ìÿ ¿ ð } • ™Ìÿ ¿ ð i ¡ ð` ! C ð € Š ! [ ð • ð ð w ð ð` " C ð € Š " • ™Ìÿ ¿ ð q a ý% } ð ð ð ð` # C ð ð ð € Š # ð` • ™Ìÿ ¿ ð q å ý% ð Š $ ð` • ™Ìÿ ¿ ð q Ñ ý% ¡ ð Š % ð` • ™Ìÿ ¿ ð q U ý% q ð $ C ð ð ð € % C ð ð ð € & C ð ð ð € Š & • ™Ìÿ ¿ ð q % ý% ð` ' C ð € Š ' • ™Ìÿ ¿ ð q © ý% Å" ð • ™Ìÿ ¿ ð q Ç) ý% ã+ ð ð ð` ( ð C ð € Š ( ð ð` ) ð C ð € õ ð Š ) ð • ™Ìÿ ¿ ð q •% ý% «' ð ð` * ð C ð € Š * ý% • ™Ìÿ ¿ - ð q ‘ ð ð ðT + ð B C ð D • ¿ ÿ ð _( ð ð ðT B , C ð D • ¿ ÿ ð E ™ ð ð ðT B ð B 9 ðT ð B C& ðT C ð D • ]! ð ¿ ÿ ð . C ð D • /+ ð ¿ ÿ ð / C ð D • ¿ ÿ ð ™ · ð i · ð ðT B 0 C ð D • ¿ ÿ ð } ð ð ðT B 1 C ð D • ¿ ÿ ð _( ð } _( ð ðT B 2 C ð D • · ð ¿ ÿ ð ðT ð B ¡ · 3 C ð B ð D • ¿ ÿ ð • • ¿ ÿ ð õ ] 4 C ð D E ð ðT ] E ð 5 ð ðT B C ð D • 9 ð ¿ 9 ÿ ð ð q ¿ ½ ÿ ð ð q ¿ •- ÿ ð ð q ¿ ]! ÿ ð ð q ¿ ÿ ðT B ðT B ðT B ðT B 6 C ð D • ½ ð 7 C ð D • •- ð 8 C ð D • ]! ð 9 C ð D • _( ð ð ðT ð B ¡ _( : C ð D • C& ð q ¿ C& ÿ ð ð ¿ /+ ÿ ð ð ðT B ; C ð ð D P • /+ q ) ´# ð ð ð ð@ ðZ ð ¢ ¥ À ð > 3 ð € Š > ˆ ð ¥ í K ð ð ðZ ¢ ð ? 3 ð € å ð } Š ? ð ðZ ˆ ¢ ð ` R ð @ 3 ð ð € Š @ ðZ ˆ ¢ ð ` í — ð ð A 3 ð ð € Š A ðZ ˆ ¢ ð î- í µ% ð ð B 3 ð ð € Š B ðZ ˆ ¢ ð î- í µ% ð ð C 3 ð ð € Š C ðZ ˆ ¢ ð î- ) E ð ð D 3 ð ð € Š D ðZ ˆ ¢ ð ` u í ´# ð ð E 3 ð € Š E ˆ ð æ- À _' ï ð ð ð ðT F B C ð Ð ÿ ˆ ð K è ` ð … G ð ðT B C ð Ð ÿ ˆ ð K … ð ` H … ð ðT  C ð Ð ÿ ˆ ð K … ð ` I •! ð • ¿ ðZ B B S ð- D ÿ ˆ ð Ù ˆ B ð Î îð J ð ðZ B B S ð- D Î ð • ¹ ¿ ÿ ð ðZ K S ððZ ð S ð- D • ¿ ÿ ˆ ð Ù · • ¿ ÿ ˆ ð å Œ B L D î- ¹ ð Ù Ž ð M ð ðZ B S ð- D „ ð î- • † ¿ • ¿ • ¿ ÿ ð ˆ ðZ ð — B N S ððZ ð S ðÜ ð D ÿ ˆ ð U • U ÿ ˆ ð F Ü 2- B O D ð ðB Í ð S ð- ¿ Ë ÿ ð ? @ > ð ð G ð€ ðH ? ð( B ð` ð ð ð D > ? H > F ð ð ð˜ C ð X D 6X 7X t t Ì † † t t" • ¿ ÿ ð ð ’X “X m“ Ûï < „þÿÿ X j t <- X ° Ì t à x t $ † \ à ; Ì ; t à ï t " ] ðÿÿÿà ðÿÿÿu & 'ß ¬ (ß ¤Ì# )ß ô§Ÿ *ß ¬# +ß œ+ ,ß Ô& .ß 4ý” /ß ä=# 0ß 4Y# 2ß ôí“ 3ß $ 4ß g Ì Ì- јþÿÿ8 û t Ì Ž ÿÿ0 t 4, <4 tÿ” -ß 1ß 5ß Òt" ” à P † $ &ß Ü # 6ß ,Ó# 7ß l “ 8ß <ß Sß $–“ 9ß »“ =ß * Aß \) Eß ÌûŸ Iß Ü6 Lß „ù# Oß µ“ Tß ,¶ , F T\# < T% TS# :ß >ß Bß Fß Jß Mß Pß Ôª” Uß œ• ;ß tw– ¬ – ?ß Ü™“ ¼û“ Cß ¤ Dß ôëŸ Gß 9 Hß \0 Kß Ü Nß Y Qß <O# Rß Œµ“ ‡ @ß L¹– ‡ ¶ K K ¶ Y k Y Ö^ k Ö^ ð Ø_ ð \3 Ø_ åa \3 åa C C sb sb ~b 4c 4c h h Å ‰™ ¡Å ‰™ ¡Å Xœ Gí Xœ Gí é² ¥í é² ¥í ³ €ï ³ Üï :´ “´ “´ – ! - " . # / $ • % & ' ( ) * + , • ¹ C ¹ K Ž™ ³ ³ ?´ t K ]œ ˜´ t Y ]œ ˜´ Y î² ŸÅ ô ô _3 _3 C Ù^ Ù^ Û_ Û_ îa îa î² ©Å ©Å Ní Ní ¬í ¬í |b ‡b „ï Üï ‡b =c =c h h Ž™ ! " # $ % & ' ( ) * + , . / V / *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €place €http://www.5iantlavalamp.com/_ chemas-microsoft-com:office:smarttags 0 *€urn:s €country-region €http://www.5iantlavalamp.com/h *€urn:schemasmicrosoft-com:office:smarttags €City0€http://www.5iamas-microsoftcom:office:smarttags Ô ØT; / / / 0 / Õ Ö 0 0 / Ú „ ã Ž ê * ~ 2 … 4 † @ Ž + • Õ Û / / / / 0 Ü à / / • ë / 0 / ” ô A Ÿ á • õ H © å / 0 / / Ÿ þ I ª æ 0 / 0 - / 0 - / / ¥ - ® ³ ´ U \ ³ ] ¹ g ¼ h ½ - ½ ¾ Å Ë ÿ T ® ñ / / / ¯ ò ö ÷ o à p Ä w Í x Ï ' w ° e ™ æ . ~ ˜ ß f ž ÷ 5 ƒ œ ç n ø 7 „ • è C Œ ¥ ð D • ¦ ñ h i o p # x ú « ¬ û M [ ¨ ð 6 ³ ? ‡ „ í ´ d ¯ ö ° ÷ u ´ þ G • ¦ ô ) x § ö ¸ G 5 R X Y \ I — Ó ] ¹ ¼ ¾ Ã Ä Ì ? D • E ‘ L ˜ M ™ … Ä H « ø 6 9 Š Í † Å Q ² ù % y ¸ Q – + Ì : • Ò K Ù ' a T U \ ] à á å b h i } Ô Ù Ú Þ Ú ( - þ , ƒ Å ~ ¹ R — ¯ ¸ ý ‚ Ä } ¸ µ ® ÿ 0 } — v H ‘ / | · · l @ ˆ ¡ ï o § ¶ 4 Š Î ‹ Ï Ó Ô Þ ß Q œ R • å ä _ ¦ ñ a § ò $ % ( ) 5 6 : ; D F „ … ‹ Œ “ ” ˜ ™ Ÿ § Á Â Ç Í Õ Ö Û Ü é ê ï $ % * + / 0 5 [ \ e f j k u v { | ƒ ¸ ¾ ¿ Ë Ð × Ø ß à è é $ b ž Ú % c Ÿ Û 2 • ˜ ß 3 ‚ © å D p § Ù ! " , 2 3 8 9 @ A I N S T [ \ a b f g j k o p w y ‚ ƒ Œ • ’ “ — ( g ¥ ä " : • ª æ ) h ¦ å # ; Ž ± ì E q ¨ Ú . q ¯ è ' D — ³ í L w ° â / 7 r w ± 8 x · é ò ( E ¸ ó , K ¹ ô M x ± ã ? ¼ C † Á K ‡  R • Æ S ‘ Ç U V [ \ b ¾ Ç È Ê Ë ƒ » ÷ L º ó > ‚ ½ ø T ~ ¸ ë V W \ ] Ê Ë Ó Ô c i o { | Ñ Ò Ö Ø Þ – — ø ù V • ¹ ì ' Z ‹ ½ ô ( [ ’ ¾ ö 1 e ˜ Ë ü 2 f ™ Ì ý 7 l ž Ô 8 m Ÿ Õ ˜ ¤ ¥ ª « ² ¸ ½ ¾ Æ Ç Ì Ò Õ Ö Ý Þ å æ ê ë ñ ò ù ú ÿ * + / 0 9 : ? @ I J M N S T ] ^ d e j k x y ‚ ƒ Š ‹ • • ˜ ™ › œ « ¬ ± ² ¸ ¹ ¾ ¿ Ê Ë Õ × à á ç è ó ô ø ù - ( ) . / 7 8 A B J K V W \ ] b c i k p q v | ƒ „ † ‘ • – š › § ¨ ¬ ² ¶ · ¼ ½ Å Æ Í Î Ò Ó × í ñ ò ö 1 4 5 : ; A B O P V W a b r s w x | } … † • ‘ ˜ ™ • ¯ ¸ ¹ ¿ À Ä Å Ë Ì Õ Ö Ù Ú à á è î ó ú ý þ % & 2 3 > ? H I O P S T X Y b c i j n o { | ƒ … ‹ Œ ‘ ’ — ˜ Ÿ § ¨ ° ± ´ µ º » À É Ï Ð Õ Ö Ý Þ ä ð ö ÷ ú û / f › î 4 l œ ñ 5 m Ÿ õ ; w ö < y ¥ ü ! @ € • ¦ ý " A % D † ¬ & E ‡ - J • ² ³ K Ž » S • ¼ T — È [ \ ^ _ e É Ú Û â é f ¬ g ð ï _ • í k ³ ü ` ž î ´ þ e ¤ ÷ $ u l · f ¥ ø & n ª & v ¸ 7 { » ' o * x « 8 | ¼ + y ° ? ‡ Á 3 • ± E ˆ Â Ë 4 ‡ · I ‘ ¸ J ’ Ì 8 Ž ¿ O š Ö 9 – À P › × X £ Y ¥ Ý Ü b § å c ¨ æ A G Q R X Y È Ê Ð Ñ × ä ) p Ç * q È 3 v Ñ 4 w Ò 6 • Ú 7 € Û < † ã = ‡ å B ˜ ë C ž ì H ¡ ø I ¢ ù M § þ N ¨ ÿ ] ° c ± f º m » S T Z [ e ˜ á ž ê Ÿ ë ¦ ò © ù $ n ' s ( t 3 z 4 { < € = • B ‡ C ˆ º Â Ã Æ I ‹ K Œ O “ P ” — ¯ ° µ ¶ ¹ Ì Õ Ö à ! ^ ¸ $ c  % d à ) j Ê * v Ë . • Ï / € Ð ÿ % w ¼ + x ½ 2 } Ä 3 ~ Å ; „ É I A … Ê 4 ‡ Ý • Î 5 ˆ Þ J š Ú > ’ â W ž á ? ” ä X Ÿ â B › é _ £ è C œ ê ` ¤ é J £ ñ f ¨ í L ¤ ò g © ï W ® ö k ° õ X ¯ ÷ l ± ö ] · þ r ´ ý s µ þ W ¥ X ¦ ÿ þ & r  ^ ¯ ' s à ± , z Æ ! e _ ¶ 2 | Ç : ƒ Ñ " g · ( q » ; „ Ó ) s ¼ @ Š Ú 0 {  A ‹ Û 6 | à G ‘ á ; ƒ Ï H ’ â < … Ð M • è C Ž Ø N › é E • Ù Z ¤ ñ K ™ ì ë [ ¥ ÷ J ˜ ^ « S œ ï _ ¬ T • õ i » j ¼ c ¬ i ³ ! s j ´ ¹ " t º + w À , x Á / ƒ È 0 „ É : • Ñ < Ž Ò C ’ à D • á J œ î K • ô S £ ü Y ¤ ý b « ' o » . u ( p ¼ À / v Á 7 } Ç 8 ~ È = … Ð > † Ñ D Œ Ö E Ž × M ” à S • á [ œ ç \ • è e ¢ ò f £ ó l ¯ ö m ° ÷ # ~ • â $ • ž ã / „ £ ç 0 … ¤ é 9 Œ © ô ? • G • ª ö ° û H O P X Y ` a k q x y ± ¹ º À Á È Ê Ð Ñ Ú Û — ü ¾ ) q ž ç * r ! u  è . z ¥ ñ / { § ó 7 € ¯ ú ) € 0 • 9 ‡ ? ˆ Ã Ç Ò 8 • = Š ° ü ´ E • µ F ‘ » ½ O • à P — Ä W X _ e j k Ê Ë Ð Ñ Õ Û V › \ £ ] ¤ d « ÿ H Œ Ü ? ‹ I • Ý O ” â Q • ã U š é ï ÷ ù þ e ¬ ÿ j ± k ² t ½ 6 • á - 7 Ž ã ; ” ê " B › < • ë ó # C ¢ ô , I ª ý Q « þ W ² - d ³ - m ¹ n º r Á s  ~ É … Ò ‡ × ˆ Þ - - #- (- )- /- 0- 4- 5- ;- <- C- D- I- J- R- S\- ]- `- a- j- k- q- w- €- •- …- †- •- ‘- –- —- ›- œ¨- ©- ¶- ·- »- ¼- Â- Ü- á- â- è- é- ð- ò- ô- õ- ú- ûb Á h  m Ë n Ì ! u Ñ " v Ò % | Ö & } × , † à . ‡ á 0 Ž è 1 • é 6 – ï 7 — ð = Ÿ ø > ú A ¥ B ¦ I ¬ J - S ´ T µ Z º [»- ) * 4 6 = E H R Z [ i j p q x y ‚ ƒ … † “ ” ž « ¬ ± ³ ¼ ½ Ä Å Î Ï Ö × Ý Þ ã ä ê ë ò ó ù ú ý þ ! ! ! ! ! ! &! '! /! 0! 5! 6! <! B! G! H! K! L! U! V! [! \! f! g! p! r! {! |! …! †! ‰! Š! “! •! ! ¡! ¯! °! ´! µ! Æ! Ç! Í! Ï! Ü! Ý! à! á! î! ô! ü! ý! " " " " " " " -" (" )" ." /" =" >" D" E" N" O" R" S" Y" Z" c" d" m" n" s" t" x" y" •" €" †" ‡" ‘" ’" •" – " ›" œ" ¡" ¢" ª" «" ±" ²" ¹" »" Ã" Ä" È" É" Ó" Ô" Ø" Ù" ã" å" í" î" ù" ú" # # # # # # # # $# *# 3# 4# :# ;# F# G# I# J# S# U# [# \# f# g# i# j# p# q# x# y# }# ~# ƒ# „# ‰# •# — # ˜# œ# ¢# §# ¨# ±# ³# »# ¼# Á# Â# É# Ê# Ñ# Ò# Ý# Þ# ã# ä# ë# ì# ó# ô# ý# ÿ# $ $ $ $ $ $ #$ $$ '$ ($ 1$ 2$ =$ >$ B$ C$ M$ N$ W$ Y$ b$ h$ p$ q$ {$ |$ ‚$ ƒ$ Š$ Œ$ ˜$ ™$ $ ¡$ ¥$ ¦$ ²$ ³$ º$ ¼$ Å$ Æ$ Ê$ Ë$ Õ$ Ö$ Û$ á $ ê$ ë$ ô$ õ$ ü$ ý$ % % % % % % % % %% &% % /% 4% 5% <% =% B% C% K% L% Q% R% X% Y% ^% _% c% d% m% n% u% v% y% z% €% •% †% ‡% ’% “% ›% œ% £% ¥% ©% ª% °% ±% ´% µ% »% ¼% À% Á% Ê% Ë% Ô% Õ% Û% Ü% ã% ä% ê% ë% ð% ñ% ÷% ø% ý% þ% & & & & & & $& ×( Ü( Ý( ã( ä( é( ë ( ó( ô( ø( ) ) ) ) + + - ¡- ¦- §- °- ±- ¶- ·- ¼¾- Ä- Å- É- Ê- Ó- Ô- Ü- ¿0 Æ0 Ì0 Ô0 Õ0 Ü0 õ1 þ1 2 2 l5 z5 {5 †5 ‡5 •5 Ü5 ä5 å5 ê5 ë5 ñ5 k; u; v; |; }; …; ¸; ¹; Â; Ã; È; É; Õ; Ÿ> ¦> ¨> ¯> À> Æ> ‰? ’? “? œ? ©A ªA °A ±A ¶A ·A ÀA ôA ÿA B B B B »C ¿C ÀC ÆC ÇC ÍC ÏC ÔC VD [D \D bD cD kD lD rD tD •D €D ‡D ˆD ‘D ’D ™D šD ¥D ¦D -D ®D µD ¶D ÁD ÂD ÌD ÍD ÔD ÕD ßD àD çD èD ïD ðD ÷D ùD üD ýD E E E E E E E E $E %E *E +E 2E 3E 6E 7E EE FE OE PE TE UE _E uE ˆE ‰E ‘E ÏE ØE ÙE ÞE ßE êE ëE îE F F ^F F •F æF G &G {G G œG óG F _F žF çF +G …G ¢G ôG F eF ¡F îF ,G †G §G úG F -F /F 8F 9F @F AF GF HF MF NF RF SF fF lF mF tF uF ~F •F ‰F ŠF ŽF •F •F – ¢F °F ±F ºF ¼F ÂF ÃF ÆF ÇF ÍF ÎF ×F ØF ïF óF ôF G G G G G G G G G G 8G 9G CG EG QG RG WG XG _G `G dG eG mG •G ŽG ”G – ¨G ±G ²G ¹G ºG ÅG ÆG ÌG ÍG ØG ÙG àG áG ûG H H YF ZF ßF àF oG zG ìG íG H H H H H H "H #H 'H (H /H 0H :H <H CH DH JH KH VH WH ]H ^H eH fH pH qH {H |H •H ‚H …H †H •H •H ˜H ™H ¢H £H ªH °H »H ¼H ÁH ÂH ÌH ÎH ÔH ÕH ØH ÙH äH åH ëH ìH ñH òH ùH dI gI iI nI pI zI {I ‚I ƒI •I ŽI •I – I ŸI I ¥I ¦I ¬I -I µI ¶I ¾I ¿I ÉI ÊI ÒI ÓI ØI ÚI ßI àI ãI äI êI ëI òI óI üI ýI J J J J J J J J J -J %J 'J J .J :J ;J BJ CJ IJ JJ MJ NJ WJ XJ ^J _J fJ gJ mJ nJ vJ wJ ƒJ „J ‡J ˆJ ”J •J šJ œJ ¦J §J ¬J -J µJ ¶J ÁJ ÃJ ÈJ N N N N !N )N *N 1N 3N 8N 9N =N «O ¯O °O ¶O ·O ¼O ½O èS îS ïS öS øS þS ãT éT êT ðT •U -U ®U ôU ÷U ÂO ÃO ÍO V V ZV [V %W &W 8W 9W -X (X 6X 8X aX yX ‘X œX -X °X ¿X ÀX ÌX ÍX ÙX ÚX ßX àX äX åX ëX ìX õX öX ýX þX Y Y Y Y Y Y Y Y %Y &Y ,Y .Y 7Y 8Y <Y >Y DY FY OY PY VY WY ]Y _Y fY hY qY rY vY wY }Y ~Y ƒY „Y ˆY ‰Y •Y ‘Y œY •Y £Y ©Y -Y ®Y ³Y ´Y ¶Y ·Y ¾Y ¿Y ÉY ÊY ÐY ÑY ÖY ×Y ÜY ÝY áY âY ëY ìY óY ôY ùY úY ÿY Z Z Z Z Z Z *Z 0Z 1Z :Z ;Z ?Z AZ FZ HZ NZ OZ VZ YZ eZ vZ |Z }Z €Z •Z ŠZ ‹Z ‘Z ’Z ˜Z Z £Z ¤Z §Z ¨Z ²Z ³Z »Z ¼Z ÅZ ÇZ ÍZ ÎZ ÒZ ÓZ ÛZ ÜZ åZ æZ ïZ ðZ ôZ õZ úZ ûZ ýZ þZ [ [ [ [ [ [ [ -[ %[ &[ +[ ,[ 2[ 8[ A[ B[ H[ I[ L[ M[ S[ U[ \[ ][ d[ e[ l[ n[ t[ u[ |[ }[ „[ …[ Ž[ •[ œ[ •[ ¤[ ¥[ ª[ Z\ [\ d\ e\ k\ l\ s\ u\ {\ |\ ‚\ ƒ\ ‰\ Š\ •\ •\ ¡\ ¹\ Â\ Ã\ Å\ Æ\ Ì\ Í\ Ö\ Ù\ å\ æ\ ì\ í\ ø\ ù\ ü\ ý\ ] ] ] ] ] ] ] ] #] $] )] *] 1] 2] 7] <] B] C] L] W] ^] b] h] i] n] r] x] y] •] €] ‰] Š] ‘] ›] £] §] -] ®] ³] ·] ½] ¾] Ä] Å] Î] Ï] Õ] Ú] ß] ã] è] é] í] î] ò] ó] ù] ú] ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ #^ $^ *^ +^ 2^ 3^ :^ ;^ A^ F^ R^ S^ Z^ ^^ h^ i^ m^ n^ t^ y^ ƒ^ „^ ‹^ Œ^ ’^ – ^ ¡^ ¢^ §^ ¨^ ®^ ¯^ µ^ ¹^ ¾^ ¿^ Ã^ Ä^ Ê^ Ë^ Ò^ Ö^ Ù^ Ú^ ã^ ä^ ì^ ð^ ø^ ù^ ÿ^ _ _ _ _ _ _ _ _ -_ $_ (_ /_ 0_ 7_ ;_ E_ F_ J_ K_ R_ S_ W_ X_ ^_ b_ l_ m_ t_ u_ y_ }_ ˆ_ ‰_ Ž_ •_ •_ – _ •_ ¢_ §_ «_ °_ ±_ ´_ º_ À_ Ä_ Í_ Î_ Ô_ Ø_ Û_ á_ ç_ ë_ ô_ õ_ þ_ ` ` ` ` ` !` "` '` +` 4` 5` @` D` M` N` S` T` \` ]` b` f` p` q` w` x` ~` •` ˆ` ‰` •` ‘` š` ›` ¡` ¢` §` ¬` µ` ¹` ¿` Ã` Ì` Í` Ò` Ó` Û` Ü` á` å` ï` ð` ö` ÷` a a a a a a -a a 'a (a .a /a 7a 8a >a Ca Ia Ma Ua Va \a ]a ia ja qa ua •a …a Ša ‹a “a ”a ša ›a §a ¨a ¯a ³a Áa Äa Êa Ëa Òa Óa Øa Ùa äa ïa ûa üa þa ÿa b b b b >c Bc Cc Hc Oc Uc Vc Zc [c _c äh íh îh õh ûh ÿh ßl ål æl íl îl òl ¹m Tn Xn _n `n fn gn nn on sn tn |n }n ƒn „n ‹n Œn ‘n — n ¢n £n ©n ¯n ·n ¸n ½n ¾n Àn Çn Ën Ìn Ón ×n ân ãn ín în ón ÷n ûn o o o o o o "o *o +o 1o 3o 6o 7o ;o =o Ao Bo Mo No Ro To ¯o °o Ìp Íp )r *r s s s s vt wt $y %y Gy Iy ky ly -z ®z >{ ?{ }{ ~{ •{ •{ $| %| •| ‚| ø} ú} wƒ yƒ óƒ ôƒ L† M† Ɔ Ȇ i‰ n‰ x‰ y‰ |‰ ˆ‰ ‰‰ •‰ –‰ ¬Š ­Š ÍŠ Ί — Œ ˜Œ È• É• 6Ž 7Ž ‘Ž ’Ž Ž ¡Ž æŽ çŽ • !• Z• [• _• `• ÿ• _’ ’’ Ã’ à’ -“ I“ Q“ V“ W“ \“ Œ“ ““ ”“ š“ ›“ ¢“ £“ ª“ °“ µ“ ¶“ ¸“ ¹“ Æ“ Ç“ Ì“ Í“ Ò“ Ô“ Ú“ Ü“ å“ æ“ í“ î“ ó“ ô“ ú“ û“ ” ” ” ” ” ” %” &” +” ,” :” ;” @” A” G” H” O” Q” U” V” \” ]” d” e” j” k” p” q” w” x” ” €” ƒ” „” Ž” •” –” — ” ¡” ¢” ¨” ©” ¯” °” ²” ³” ·” ¸” ½” ¾” Á” ” Ì” Í” Ï” Д Õ” Ü” â” ã” ê” ë” ò” ó” û” ü” • • • • • • • 5˜ <˜ =˜ A˜ B˜ L˜ Å™ Ë™ Žž ›ž œž £ž ¤ž ©ž ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ #¤ $¤ *¤ +¤ 7¤ >¤ G¤ §¥ ·¥ ¼¥ ½¥ È¥ â¥ î¥ ï¥ ÷¥ ø¥ ÿ¥ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ *¦ +¦ /¦ 0¦ ?¦ @¦ G¦ M¦ U¦ V¦ [¦ \¦ e¦ f¦ n¦ o¦ {¦ |¦ •¦ ‚¦ ‰¦ \¨ ]¨ c¨ d¨ k¨ l¨ r¨ s¨ }¨ ~¨ …¨ òª ýª « « « « !« )« *« ,« « 1« 2« ;« *° +° 0° 1° 6° ² %² +² 6² 7² =² ?² J² ó ȳ ɳ ѳ Ò³ Ô³ Õ³ ݳ Þ³ ã³ ä³ ò³ ó³ ø³ =· F· Y· \· ]· c· q¹ r¹ |¹ ~¹ …¹ » §» ¨» ®» ¯» ²» ³» ¼» ½» » û É» Ï» Ú» Û» ä» å» ñ» ò» ø» ù» þ» ÿ» ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ ¼ &¼ /¼ 0¼ 9¼ :¼ A¼ B¼ D¼ E¼ K¼ L¼ T¼ ‹¾ ‘¾ ’¾ •¾ – ¾ Ÿ¾ ¾ ¨¾ ¯¾ µ¾ ¶¾ ¹¾ º¾ À¾ ¾ Ǿ Ⱦ Ó¾ Ô¾ ؾ Ù¾ à¾ á¾ ë¾ ó¿ û¿ ü¿ À À À À À ô û à à -à !à mÄ pÄ yÄ •Ä †Ä ŒÄ ŽÄ •Ä – Ä žÄ ŸÄ ¤Ä ¥Ä ³Ä _Ç dÇ eÇ lÇ Ê Ê Ê Ê Ê Ê -Ê $Ê )Ê 5Ê 6Ê <Ê ‹Ë •Ë •Ë ”Ë •Ë ¤Ë ªË -Ë ´Ë ½Ë ZÎ hÎ iÎ nÎ DÑ IÑ KÑ XÑ YÑ ^Ñ _Ñ dÑ ðÑ ñÑ õÑ öÑ ûÑ Ò Ò Ò -Ò Ò %Ò &Ò ,Ò 4Ò 9Ò ÜÓ âÓ ãÓ êÓ òÕ bÎ Ò dÎ Ò Ö éÙ Ö -Ö Ö Ö ¡Ö ÈÖ ÉÖ ÙÖ ÚÖ × × Q× R× Z× ]× OØ PØ .Ù /Ù 3Ù 4Ù 8Ù 9Ù ?Ù @Ù ëÙ FÚ GÚ QÛ RÛ sÛ tÛ +Ü ,Ü QÜ RÜ ºÜ ¼Ü êÜ ëÜ ¤Ù ¦Ù Ý Ý àß ;Ý <Ý LÝ PÝ ‹Þ •Þ áß ïß ñß øß ùß ÿß âÞ à ãÞ à Qß à Rß ˆß Šß Èß Òß Óß Øß Ùß à à à °à ¸à ¹à ¾à p㠌㠕㠢㠣㠾ã Àã #ä %ä Eå Hå cå då yå {å >æ \æ Žæ •æ Ëæ Ìæ {ç •ç ¿ç Áç ûç üç $è +è ,è 1è 2è 6è 7è @è Aè Gè Hè Qè Rè Wè Xè aè bè dè eè jè kè qè sè zè ¼è ¾è pé qé fê gê ~ê •ê @ë Bë …ë ‡ë í í í í í í í í í *í 3í 4í — ›í œí £í ûí üí ÿí î î î î î #î $î @ï ï ˜ï žï ï =í >í Eí Sí Yí Zí _í gí ní oí ví xí •í ‹í – ®í î î Hï ¦ï ¶í î Éí Éí Ëí Ëí Ìí Ìí Îí Ïí Ñí Òí Ôí Õí õí Iï §ï Oï -ï Pï ¯ï Tï µï Wï ¶ï mï »ï oï ½ï wï Åï xï Èï •ï Îï …ï Ïï ‰ï Öï Œï Üï — ' ¯ $ “ — ³  á Æ å ù × ý æ y U E • · ‘ é ö í x ² ¶ í ! " • ‘ ô µ º ð x § É @ ¶ ‹ ¤ ó • ¥ ô Ñ ý K Õ þ É L Ã Ñ “ Ç g ” ù h ã J ä ä n r Þ ™ ê ð ò- ô - • . • — Å ”! •! " " º" »" ä" ú" T# U# ²# ³# þ# $ X$ Y$ ‹$ Œ$ »$ ¼$ .% /% ¤% ¥% & ‚' †' ·' ñ' + u+ ç+ X, §, - ~‚- Þ- v. w. / / £/ õ/ ù/ 0 Ý0 Þ0 e1 f1 2 -2 ˆ2 ‰2 3 %3 )3 p3 „3 ¿3 –4 — 4 5 5 Ž5 ¦5 z6 {6 þ6 ÿ6 ;7 <7 ÿ7 8 k8 l8 ?9 R9 •9 €9 È9 É9 P: ƒ: ã: ä: ,< L= P= Õ= §> •? ƒ? G@ K@ »@ ¿@ ÿ@ ƒA C C E ›E œE .F /F »F `G dG ÚI ßI •J ¦J †L — L ¨L åL ôL øL pM ÆM 3N ŸN ÛN ÞN dO ¥O ¦O P P hP ŒP ºP »P éP êP yQ zQ R pR ›R œR ìR íR S S |S }S ÷S T nT oT ÚT ÛT U U =U ?U ¬U ®U V V $W &W X (X 5X 8X ‘X œX ®X °X ¿X Y Y „Y ˆY vZ [ I[ L[ n[ Ô[ ¶\ Â\ Äa ^b _b ¢b £b c ñc õc d dd ed ºd ²g »g h _h `h ³h ´h i ?i Oi •i j j j ßl ¢m £m Sn To ®o ¯o Ìp Íp s s s s vt wt øu ùu •v €v ±w ²w Hy Iy •| ‚| M~ N~ …• †• € € \€ ]€ • • o• p• Ö• ו Ú‚ Û‚ óƒ ôƒ … … š… ›… L† M† dž Ȇ i‰ n‰ ˆ‰ ‰‰ Š Š ÍŠ Ί J‹ K‹ ·‹ ¸‹ á‹ â‹ Œ Œ — Œ ˜Œ ‘Ž ’Ž Ž ¡Ž æŽ çŽ .• /• t• u• ±• ²• ö• ÷• Z• [• ¤• ¥• þ• _’ “’ Ã’ á’ -“ J“ ”“ Ó“ Ô“ å“ – – k– — -— a— d— ˜ e˜ z˜ "™ .™ Uš ²š ³š ;› >› È› É› œ Xœ ]œ ž• ¢• ¤• bž ež Áž 4Ÿ 8Ÿ Ÿ òŸ óŸ P Q á ¸© ¼© ¶ª ê « H« I« •« •« 3¬ 4¬ •¬ ý- ÿ- -® ¯ |¯ ~¯ r² v² é² î² ³ ³ [³ ]³ :´ ?´ …µ ßµ ൠ¯¶ ³¶ ¯· ³· R¸ S¸ -¸ ®¸ ì¸ í¸ M¹ P¹ 0º •º ”º ·º †» » d¼ e¼ •¼ ˜¼ ä¼ å¼ ¥½ ¦½ ©¾ ¶¾ ¹¾ U¿ b¿ o¿ Ò¿ Ó¿ .À lÀ wÀ Á ÚÁ ÷Á úÁ -à !à [Ä ^Ä ŽÄ Å gÅ jÅ ßÅ -Æ Ç -Ç _Ç GÈ JÈ É ÔÉ ØÉ SÊ ¼Ê ½Ê öË ÷Ë yÌ {Ì ØÌ ÞÍ cÎ àÏ ?Ð @Ð ŒÐ •Ð CÑ DÑ œÑ •Ñ îÑ ñÑ Ò ¦Ó ªÓ Ô Ö á Ö [× ]× -Ù /Ù ºÜ ¼Ü •Þ •Þ ˆß Šß ñß çà òà ¦á ¨á •ã •ã Få Hå ?æ \æ {ç •ç $è ºè ¾è oé qé ?ë Bë í í )í ‹í ¤í Éí Éí Ëí Ëí Ìí Ìí Îí Ïí Ñí Òí Ôí Õí #î $î Üï 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Û 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Ý oG oG i‰ m‰ P“ P“ )² *² ¯¾ ¯¾ Äí Äí Èí Éí Ëí Ìí êí ëí !î "î "î $î @ï Vï Wï nï oï ‹ï Œï žï Ÿï Ÿï ®ï ®ï ¯ï »ï ¼ï ¼ï ½ï Æï Çï Çï Èï ×ï Øï Øï Üï Õí àí ï -ï Éí Éí Ëí Ëí Ìí Ìí Îí Ïí Ñí Òí Ôí Õí # î $î Üï œF) Þ rÙÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ô3 ZÈ Kÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ë?j ª Ê ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ †Yt'ìq8àÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‡••.¬°\ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ %d`1ØJ†`ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ á6Y:žË2Mÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Z ¬;ØhœDÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •(½LjŠx³ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÏSvQ œ"Œÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ³@\ZVh2£ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ *[(hZ\ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Œ t ^Ž¹<dÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ êg´^4IxZÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ y'Îcší åÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ >4ÊidJ¾Yÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ± jÈQÎ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ + sš§8sÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ¨ð ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð h „Ð € o ˆH € € §ð € „˜þ Æ Ð ^„Ð „ „˜þ Æ „p „˜þ „@ „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o € à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð € Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ Ð p ^„Ð `„˜þ‡h ^„ `„˜þ‡h ^„p `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH . . . @ ˆH . • h „à € o ˆH „˜þ Æ „° „˜þ „€ € §ð ’ • h h h h „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „° „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ . ^„à ^„° ^„€ ^„P ^„° ^„ p ^„p à ° € P ° ’ h `„Lÿ‡h ˆH `„˜þ‡h ˆH `„˜þ‡h ˆH `„Lÿ‡h ˆH `„˜þo( ‡h ˆH `„˜þ‡h ˆH `„Lÿ‡h ˆH @ ˆH . • H . . . . • • ’ . . . h h h H • ’ • H H H „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ „° „˜þ Æ „€ „˜þ Æ „P „Lÿ Æ „Ð „˜þ Æ „ „˜þ Æ . ’ à ^„à `„Lÿ‡h ° ^„° `„˜þ‡h € ^„€ `„˜þ‡h P ^„P `„Lÿ‡h Ð ^„Ð `„˜þo( ‡h ^„ `„˜þOJ QJ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ p „Lÿ Æ ^„p `„Lÿ‡h H ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . ˆH o( ‡h ˆH ˆH . • h H H H h . ˆH . @ • • ’ h ¨ð • ’ h h „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( „ „˜þ Æ ^„ `„˜þo( ‡h „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð h ˆH ˆH ˆH ˆH ‡h ˆH o( ‡h • . . . . ˆH • • ’ ¨ð . ˆH „ h • §ð h h h h h h • h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ¨ð h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH h „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h • h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „ „à „˜þ Æ „° „˜þ „€ h h • o ˆH • §ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h „Ø „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ¨ð • h „à h • o ˆH h • §ð h „˜þ Æ „° „˜þ „€ h h „¨ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h „è „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h „¸ „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „ˆ „˜þ Æ ˆ ^„ˆ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h „X „˜þ Æ X ^„X `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð h „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ¨ð • h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „¨ „åþ Æ ¨ ^„¨ `„åþOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH • „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ QJ o( ‡h • • „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • • „ „à „˜þ Æ „° „˜þ „€ h • • o ˆH • §ð „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • • à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • • Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . „åþ Æ S ^„S `„åþOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð ‚ „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h ˆH . € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ „à • • „˜þ Æ „° „˜þ „€ • „S „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ . ^„à ^„° ^„€ ^„P ^„Ð ^„ p ^„p ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h . • à ° € P Ð ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . . . . @ ˆH h € € ‚ • ’ • h h h h „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . • • ’ . . ‚ € „ € ˆH ˆH h h h „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH . „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH . „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH . „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH . 8 „˜þ Æ 8 ^„8 `„˜þB* OJ QJ o( ph ÿ‡h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J h „Ø „˜þ Æ Ø ^„Ø `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • € € ‚ h ˆH o( ‡h h ·ð ˆH • o „ h • „¨ „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „x „˜þ Æ x ^„x `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h „H „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „è „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • h „¸ „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð h „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ¨ð ’ h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h ˆH . • h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . • h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P „ ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ à ° € P . ^„à ^„° ^„€ ^„P ’ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . • • ’ h h h h „˜þ Æ ^„ `„˜þo( ‡h ˆH ) • „Ü „˜þ Æ Ü ^„Ü `„˜þ‡h „¬ „Lÿ Æ ¬ ^„¬ `„Lÿ‡h „| „˜þ Æ | ^„| `„˜þ‡h ˆH . • „L h . . ˆH ˆH h ’ • h h „˜þ Æ L ^„L `„˜þ‡h ˆH . ’ h „ „Lÿ Æ ^„ `„Lÿ‡h ˆH . • „ì „˜þ Æ ì ^„ì `„˜þ‡h ˆH . • „¼ „˜þ Æ ¼ ^„¼ `„˜þ‡h ˆH . ’ „Œ „Lÿ Æ Œ ^„Œ `„Lÿ‡h ˆH . H „˜þ Æ H ^„H `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ¨ð „ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „è „˜þ Æ è ^„è `„˜þOJ QJ o( ‡h h „¸ „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h h h h h „ h o ˆH • §ð „ˆ h • „˜þ Æ ˆ ^„ˆ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • X ^„X `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • Æ ( ^„( `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ ø ^„ø `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „È „˜þ Æ È ^„È `„˜þOJ QJ o( ‡h „Ð „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ „Lÿ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ Ð p ^„Ð `„Lÿ‡h ^„ `„˜þ‡h ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH . • ˆH ˆH ˆH . . . h „X h • o ˆH h • §ð • ’ • „˜þ Æ „( „˜þ „ø h „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . • • ’ . . ‚ € „ € ˆH ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ + à ° € P . ^„à ^„° ^„€ ^„P ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ ‡••. *[ s †Yt' >4Êi ³@\Z %d`1 y'Îc ± j ë?j Z ¬; Œt ^ •(½L ÏSvQ œF) êg´^ á6Y: Ô3 ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿ ¤•LT PÝ- àeXæ àeXæ àeXæ ¤•LT âªT¿ àeXæ 6 ˆ=âªT¿ ‚œê¨ 6 ˆ=¤•LT àeXæ å "C % & ] ` a G{' ; @ µ ž ^d¿ •Ê þaÑ ] *] 8] 9] N] ’] Ö] Ž` a a /a ?a @a Ja ‚a Âa Ãa ž ž – ÿ@ € Üí… U n k n o w n ÿÿ ‡z € ÿ R o m a n 5 • ‡z N e w ‡z ; • € ÿ € ÿ ×] à] @æ ¶^ ž_ Ÿ_ Õ_ Üï ÿ_ ` ž ž ÿÿ ¨_ ž ž @„À{ Ûï p @ ÿÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ T i m e s N e w € S y m b o l ÿÿ G • 3&• A r i a l G „ B o d o n i M T B l a c k ?5• C o u r i e r € W i n g d i n g s " 1 ˆ ¯ ðÐ h ! ð «´¥&Ö´¥& $ }# LÊ y ¯ ¥ ¥ ´ ´ •• 4 }# Pí LÊ y Pí 2ƒq ð ÿÿ HP ðÿ ? ä ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ• •Ê R E K R U T M E N P O L I T I K D A N c o m p c o m p T 2 þÿ à…ŸòùOh «‘ à ì +'³Ù0 ü | • ˜ ¸ Ä Ô 8 D P \ comp Word @ d l Øu t ä REKRUTMEN POLITIK DAN comp Normal 3 Microsoft Office @ ªÿ*Ç}Æ @ T¿•Ì}Æ }# LÊ - +,ù®D ÕÍÕœ. “— þÿ +,ù®D ÕÍÕœ. “— h œ ¼ p ¤ | ¬ „ ´ Œ ” ß ä - - ¯ y REKRUTMEN POLITIK DAN Pí æ - Title L 8 @ _PID_HLINKS ä A - ' F , h t t p : / / i d . w i k i p e d e m _ p o l i t i k ‘ i : h t t p : / / w w w . f o r u m - p o ‘ 0 v 4 h t t p : / / w w w . s u a r a m n / 0 2 0 9 / 0 3 / k h a 2 . h t m ‘ 5 h t t p : / / w w w . s u a r a m n / 0 5 0 2 / 2 4 / o p i 0 6 . h t m ‘ e ( H h t t p : / / w w w . p i k i r a r a k y a t . c o m / c e t a k / 2 0 0 n g / l a i n n y a 0 1 . h t m ‘ i a . o r g / w i k i / s i s t l i t i s i . o r g / e r d e k a . c o m / h a r i a e r d e k a . c o m / h a r i a n 5 / 0 3 0 5 / 2 8 / t e r o p o ! . @ R d " / A S e # 0 B T f $ 1 C U g % 2 D V h & 3 E W i ' 4 F X j | ( 5 G Y k } ) 6 H Z l ~ * 7 I [ m • + 8 J \ n , 9 K ] o : L ^ p ; M _ q < N ` r = O a > P b ? Q c s t u v w x y z { € • ‚ ƒ „ … † ‡ ˆ ‰ Š ‹ Œ • Ž • • ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š › œ • ž Ÿ ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ © þÿÿÿ« ¬ ® ¯ ° ± þÿÿÿ³ ´ µ ¶ · ¸ ¹ º » ¼ ½ ¾ ¿ À Á Â Ã Ä Å Æ Ç È É Ê Ë Ì Í Î Ï Ð Ñ Ò Ó Ô Õ Ö × Ø Ù Ú Û Ü Ý Þ ß à á â ã ä å æ ç è é ê ë ì í î ï ð ñ ò ó ô õ ö ÷ ø ù ú û ü ý þ ÿ % & ' ( ) * + , 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? D E þÿÿÿG H I J K L M þÿÿÿO P Q R S T U þÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿZ þÿÿÿþÿÿÿþÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿR o o t E n t r y ÿÿÿÿÿÿÿÿ À F p‰ ¦Ì}Æ \ € D a t a ! . @ " / A # 0 B $ 1 C ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ e ª 1 T a b l ÿÿÿÿ o c u m e n t a t i o n F t i o n 8 C o m p O b j ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ² …' W o r d D ÿÿÿÿ 8R S u m m a r y I n f o r m ( ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ D o c u m e n t S u m m a r y I n f o r m a ÿÿÿÿÿÿÿÿ N q ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿ ÿÿÿÿ À F Microsoft Office Word Document MSWordDoc Word.Document.8 ô9²q