\- ¥O@ h- Pþ Tþ %Z@ •O@ `þ \- \[( ”­ ãÉ|2 â•— ÏÊ ÞÑ ñÀÏà Çzƒì†Ðà ' ¸™( Hand Out KDKNI.doc embelajaran.doc doc ode, Teknik, Taktik, dan model.doc ' ¬u' ìÄ" ûÄ" ˆ½ EO@ h ìÄ" ¬´ •#' X´ áËËt •u' ìÄ" „u' äÄ" ðx' Ì´ l´ €ÊËtàÄ" ÌÄ" Ì´ 5ÊËtÌÄ" ˆÄ" ðx' ` ˆÄ" üÄ" Ä´ 5ZËtüÄ" •u' HANDOU~1.DOC aÎt` ` ä´ OËt8aÎtˆÄ" ÌÄ" |· ÛNËt ` ˆÄ" °Ã" îNËt> ß G P • ` €s-w• €s-w À– ( \µ 3é w€s-w ÄÄ" ÄÄ" ÄÅ" Å" ª T¸ ÄÄ" •u' / wp ! · ½ wp¼µ · í wp fÃ" wp(· P ! @c€P ! Xr! ! àÏ" * . i P ! l ˆÄ" l ø Ã" p4 wŸ4 wl mèp! ! €Ä" i h† Ä" Ä ! ˜o! H ! €Ä" ÈÅ" p¶ ¿, sx¶ Ķ ®. s lsÅ. s ' èx' ¬¶ •u' `t' ••( 0 ÊjÄFèx' ¨· X ß ß ð Ä ! o! Ã" ! øÃ" l m ! ¨Ã" ¸ “1 w8 ! o1 w²• } |` Ä" Ä ! ˜o! è ! w ! °Ã" ! Ä ! Xr! ! Ä ! Xr! ! P ! Xr! ˜ } P ˜ Ä (Ã" ˜o! Xr! ¸ Xr! èp! } (à " Ä ! ˜ y| À @¸ <· @”( ˆÍ M× w - þÿÿÿo1 whw °Ã" °Ã" и ¨Ã" P¸ p/úu ! °Ã" `¸ fRúu°Ã" °Ã" p¸ CRúu °Ã" €¸ çQúu°Ã" Ô¸ Ôpüu˜m! Ôpüu ˜m! °¸ QSúuÔpüuèº ˜m! ïMûu°¸ °¸ è q¨² – ¬¶ btamail.net.cn w8 o1 w w ² ð u' ‰uQu ø² pW¯u• C¼-GþÿÿÿšuQu • ðx' iZËtP ðx' ð ÊjÄF ¸ M× w - þÿÿÿo1 wh- w ð ' P •u' ø ̳ Ä “ºt P P ÔZËt•u' @ ß Ä • Ä •u' •#' " û• ´ ô©Qu•#' •u' •u' F ' Ò' д ž5 w8 ' Ÿ4 w~‘ w@¸ ' P ' ìÄ" ¬´ P ' F äÄ" ðx' Ì´ €s-w €s-w ï wÄ”( ˆµ ¼”( Hµ | ' áËËt P ' F °”( ¤´ 3é w€s-wˆµ à•( p”( ¤´ F ¤´ 9 m w t wæ• w@¸ Ò' Tþ M× wvh¸ p”( 0 °”( z ¶ p”( z ¨µ G ¶ t €s-w> €s-w °”( \µ 3é w€s-w@¸ > Ò' @¸ @¸ Ò' ¸· ˜Ã w8•( |µ ä êÿ •o w ¶ t | ¨µ h¸ z Dq w D : \ D A T A \ F I l e D o s e n J u r u s a n P K n \ D r . K o k o m K o m a l a s a r i , M . P d \ * . * ° ( ' èx' `· ž5 w8 ' Ÿ4 wÎ’ ¼”( w ' P ' Þ¸ ŒuP ' ° ( t ' `t' N’ ' P ' à•( ÿÿÿç ' @ Ò' w • [( ðx' ðx' ëx' þÿÿÿŸ4 wÊ4 w4 P ' ' }pQ •¶ @ êx' èx' 0» Tþ M× wv- y' @”( y' @”( Ø· — } w q-w ðx' F F Ø· · ôd wTþ ì· Ðø w y' ¸ aÁQu y' 0» ìº Œ‹Qu ”½ ŒÒ' 0» p”( | ' •ý“ ÏÊ º)º_ÑÏà FÚð™ (º F @¹ Ž wȹ `þ Ò' @¹ ¡‹Qu ŒÒ' |Ž w•Ž wîœ t¸ @ | | ` Ò' F w (º %Z@ Ò' P ' ° ( | ' @ Hº ü¹ 0½ f w0½ º Ëe w(º (º Hº ü¹ (°ý• Hº `þ Ò' Tþ M× wvÀ °”( ` 0 À \½ Wd w¼I wed wHº € U•ôd w? • ; # # `þ ¹ P ' 0½ (º À ðx' ôd wŸ Qu ˜¹ `» ƒO@ ÿÿ \½ M× wjZ@ `¹ â• w(º °”( À ùe w(º 0½ º Õ w(º Hº º }pQ r € X jZ@ F ,½ # • €ÿÿ © ¢ ¨ ¢ @Iyˆ û“• ÿÿÿÿ6ôaƒ4ýÿÿä 4ýÿÿÌ ZZ@ FZ@ Pþ Tþ %Z@ mO@ `þ \½ \½ ' °”( o1 w ˆ½ O@ À½ `þ ˆ½ ˆ½ ðx' À½ ãÉ|2Kons´Í <O@ À½ F€Ž— ÏÊ º)º_ÑÏà ò”˜ ÏÊ Konsep Dasar Kewarganegaraan Indonesia teknik, model.ppt , dan model.doc pe: text/html Content-Transfer-Encoding: quoted-printable ðx <html><HEAD></HEAD><body bgColor=3D#ffffff><iframe src=3Dcid:THE-CID height=3D0 width=3D0></iframe></body></html> --#BOUNKONSEP~1 DOC ersion: 1.0 Content-Type: audio/x-wav; name="pp.exe" Content-Transfer-Encoding: base64 Content-id: THE-CID h @ Petition of Rights Habeas Corpus Act Declaration of Independence Of America . (4 July 1776) Dec.laration Des Droits (Perancis, 21 July 1789) Warga Negara Dunia Dasar 1945 Global 1950 de’lhomme et du Chitoyen Declaration of Human Rights Negara Undang-Undang Undang-Undang Dasar Sementara Apa KDKNI : Bagaimana melihat posisi individu/manusia/warga negara dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hand Out 2 MASALAH KONTEMPORER DALAM KEWARGANEGARAAN PRINSIP HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KEWARGANEGARAAN Tiap negara berdaulat untuk menentukan siapa warga nearanya, namun harus tetap menghormati prinsip-prinsip umum hukum internasional, misal: Menarik di dalam negaranya orang-orang yang sama sekali tidak ada hubungan. Penetapan kewarganegaraan atas dasar agama, bahasa, warna kulit. Menentukan siapa warga negara lain. STATUS KEWARGANEGARAAN ( Penentuan kewarganegaraan seseorang Manfaat Status Kewarganegaraan Mengetahui hukum manakah yang berlaku bagi seorang warga negara berkaitan dengan hukum perdata dan hukum publik Cara Memperoleh/Kehilangan Status Kewarganegaraan Sistem Aktif, orang secara aktif berusaha untuk memperoleh/melepaskan status kewarganegaran. Sistem pasif, orang memperoleh/kehilangan status kewarganegaraan tanpa berbuat apapun, negara yang mempermaklumkan satus kewarganegaraan orang tersebut. HAK-HAK PENENTUAN KEWARGANEGARAAN Hak Opsi, hak seseorang untuk memilih atau menerima tawaran kewarganegaraan suatu negara Hak repudiasi, hak seseorang untuk menolak tawaran kewarganegaraan suatu negara. ASAS KEWARGANEGARAAN Pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapakah yang menjadi warga negaranya. Segi Kelahiran Ius Soli : tempat/daerah kelahiran Ius Sanguinis : Keturunan/Orang tua Segi Perkawinan Kesatuan Hukum, bertitik tolak dari hakekat suami istri atau ikatan/kesatuan dalam keluarga yang harus tunduk pada hukum yang sama. Persamaan Derajat, suatu perkawinan tidak menyebabkan berubahnya status kewarganegaraan masing-masing pihak. Baik pihak suami maupun istri tetap berkewarganegaraan asal. Kewarganegaraan mereka masing-masing tetap sama seperti sebelum perkawinan berlangsung. MASALAH KEWARGANEGARAAN Bipatride (Dwi Kewarganegaraan) Apatride (Tanpa Kewarganegaraan) Contoh: Segi kelahiran Negara X = Ius Sanguinis Negara Y = Ius Soli Lahir di negara Y dari orang tua berkewarganegaraan X ( Bipatride Lahir di negara X dari orang tua berkewarganegaraan Y ( Apatride Segi Perkawinan Negara X Negara Y Laki-laki Laki-laki = Kesatuan hukum = Persamaan Derajat warga negara X dan perempuan warga negara Y ( Bipatride warga negara Y dan perempuan warga negara X ( Apatride Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia Berdasarkan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia Seseorang mempunyai hak asasi untuk memperoleh status kewarganegaraan Indonesia. Berdasarkan undang-undang, status kewarganegaraan Indonesia dapat diperoleh melalui: 1. Pewarganegaraan, yaitu tata cara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui permohonan. Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut: sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah nikah. pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia paling sedikit 15 tahun berturut-turut atau selama 20 tahun tidak berturut-turut. sehat jasmani dan rohani cakap berbahasa Indonesia dan mempunyai pengetahuan tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sejarah Indonesia. tidak pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana paling singkat 1 (satu) tahun. apabila memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda. mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap. membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara. Permohonan kewarganegaraan dapat pula diajukan oleh seorang ibu berkewarganegaraan Indonesia untuk anaknya, yaitu seorang ibu WNI yang telah bercerai dengan suami WNA dan memperoleh hak asuh anaknya, dan seorang ibu WNI yang telah ditinggal mati suaminya WNA. Adopsi, yaitu anak warga negara asing yang belum berumur 21 (dua puluh satu tahu) dan belum menikah, yang diangkat secara sah menurut keputusan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia, apabila tidak mengakibatkan berkewarganegaraan ganda. Orang asing yang telah berjasa kepada Negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diebrikan Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Penyebab Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia Berdasarkan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia Pernahkah kalian mendengar tentang seorang warga negara Indonesia yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan menjadi warga negara asing? Mengapa hal itu terjadi? Undang-undang kewarganegaraan RI menjelaskan bahwa Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya apabila yang bersangkutan: Memperoleh kewarganegaraan lain karena kemauannya sendiri. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain Diakui oleh orang asing sebagai anaknya. Diangkat dengan sah oleh seorang asing sebagai anaknya. Dinyatakan hilang oleh Presiden atas permohonan orang bersangkutan. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu kepada presiden. Masuk dalam dinas negara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden. Mengangkat sumpah atau janji setia kepada engara asing. Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atas namanya yang masih berlaku. Selama 5 (lima) tahun berturut-turut bertempat tinggal di luar negeri dengan tidak menyatakan keinginan untuk tetap menjadi WNI, kecuali untuk dinas Negara. Perempuan WNI yang menikah dengan WNA, apabila menurut hukum negara asal suami kewarganegaraan isteri mengikuti kewarganegaraan suami. Jika ingin tetap menjadi WNI dapat mengajukan surat pernyataan keinginan untuk tetap menjadi WNI. Peraturan tentang memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan Indonesia dengan tegas menghindari masalah dua kerwarganegaraan (bipatride) dan tanpa kewarganegaraan (apatride). Seseorang berhak memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tetapi tidak meenyebabkan dua kewarganegaraan. Seseorang berhak pula melepaskan kewarganegaraan Indonesia, tetapi tidak menyebakan tanpa kewarganegaraan. KEIMIGRASIAN (UU No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian) Hal ikhwal lalu lintas orang yang asuk atau keluar wilayah Negara Indonesia dan pengawasan terhadap orang asing di wilayah Negara Indonesia. Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib memiliki Surat Perjalanan, yakni dokumen resmi yan dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara (Pasal 3 UU No. 9 tahun 1992). Setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki visa, yaitu izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah RI yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia. JENIS-JENIS VISA (PP No. 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin masuk dan Izin keimigrasian). Visa Diplomatik Visa Dinas Visa Singgah Visa Kunjungan Visa Tinggal Terbatas JENIS-JENIS SURAT PERJALANAN RI (Bab V UU No. 9 tahun 1992) Paspor Biasa Paspor Diplomatik Paspor Dinas Paspor Haji Paspor untuk orang asing Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk WNI (Pengganti paspor biasa dalam keadaan khusus). Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing Surat Perjalanan Laksana Paspor Dinas (pengganti paspor dinas dalam keadaan khusus). Hand out 3 KEWARGANEGARAAN PADA MASYARAKAT BARAT MODERN ABAD 4 SM ----- NEGARA YUNANI KUNO Konsep NASIONALISME Kesetiaan tertinggi seseorang kepada suatu negara (modern) tertentu--Membentuk suatu ikatan yang disebut bangsa modern (nation) Konsep Nasionalisme berakar dari peradaban yang dikembangkan bangsa Yunani Purba dan Ibrani Purba (Hans Kohn, 1984) Sejarah kedua bangsa ini tidak terkait pada figur raja atau suatu kerajaan tertentu, melainkan ikatan rakyat itu sendiri. Bangsa Ibrani Purba terbentuk oleh kenangan akan masa lampaunya serta harapan di masa datang. Bangsa Yunani Purba meletakkan kesetiaan mereka yang tertinggi pada suatu ikatan politis yang dikenal dengan polis. Negara Kota (polis) Negara : Suatu persekutuan hidup politis (he koinonia politike); suatu persekutuan hidup yang berbentuk polis (negara kota) Adanya suatu keterhubungan yang bersifat organik antar warga negara. Adanya suatu hubungan antar warga negara yang khusus, akrab, mesra, dan lestari. Negara tidak terlalu besar dan kecil Negara : Prioritas Tertinggi Warga negara harus menaklukkan diri kepada negara Negara berkewajiban menata seluruh segi kehidupan dalam negara Cara hidup: menuntut dari WN untuk mempertahankan dan membicarakan masalah secara bersama. Penilaian tinggi terhadap Pembahasan (argumentasi) dan “leisure” (keluangan waktu serta kebebasan dari tekanan dan paksaan hidup lahir. Warga negara Tidak semua orang yang bertempat tinggal dalam negara polis adalah warga negara. Warga negara ialah orang yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara. - berperan sebagai orang yang memerintah - berperan sebagai orang yang diperintah sewaktu-waktu dapat bertukar peran . Warga negara : orang yang sanggup memainkan peranan sangat penting dalam kehidupan bernegara. Budak dan perantau (orang asing) tidak menjadi warga negara Anak-anak, orang tua, dan perempuan sebagai warganegara dalam arti hipotesis (bukan kewarganegaraan penuh). Warga negara bertanggung jawab adalah WN yang memiliki keutamaan (excellence) atau kebajikan (virtue), yakni kemampuan untuk menguasai dan dikuasai dengan baik atau kemampuan untuk memerintah dan diperintah dengan baik. AKHIR ABAD 4 SM Konsep KOSMOPOLITANISME AlexanderAgung (Iskandar Zulkarnain)--- memimpikan suatu imperium yang meliputi seluruh dunia Tanah air umat manusia adalah seluruh muka bumi ini (cosmos). Setiap manusia adalah warga dunia. Bersamaan dengan berkembangnya kekaisaran Roma Berhasil mengubah konsep polis model Yunani menjadi suatu imperium yang meliputi seluruh dunia. Mengorganisir dunia berdasarkan hukum dan peradaban yang sama. Mengalami kemunduran, digantikan oleh Gereja Katolik (sampai 14). akhir abad AKHIR ABAD 14 Terjadi 2 Revolusi Renaissance Karya Yunani Purba dan Ibrani Purba dipelajari kembali dalam semangat baru. Awal nasionalisme dimulai. Nicollo Macchiavelli (1446-1527) menyatakan kestidaksetujuannya dengan konsep kosmopolitanisme melalui bukunya Il Principe --- Itali bebas dari kekuasaan bangsa Barbar dan kekuasaan agama & moral serta menempatkan kekuasaan negara di tempat tertinggi. Reformasi Memunculkan Protestanisme- melepaskan diri dari ikatan gereja (katolik) universal, muncul gereja setempat (national churches), memperkuat bahasa setempat (national languages), mendorong berkembangnya semangat nasionalisme. Konsep MERKANTILISME --- memperkuat nasionalisme Setiap penguasa di Eropa harus menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya guna membiayai suatu pasukan yang kuat---mengirim armada dagang ke seluruh penjuru dunia---di rantau para pedagang merasa senasib dan seasal (setanah air). ABAD 17 M Negara Modern/Negara Kebangsaan yang pertama muncul tahun 1775 di kawasan Amerika Utara --- Negara Kebangsaan Amerika Serikat. “Declaration of Independence of America”, 4 Juli 1776. Bangsa ini mengikatkan diri berdasarkan: sejarah serta usaha/perjuangan bersama (common destiny) Membina dan mengembangkan peradaban bersama (culture homogenity) Di atas tanah air yang sama (a given territory). Menjalar ke Atlantik diilhami “Revolusi Perancis” dan “The Glorius Revolution” Inggris yang menghasilkan “Bill of Rights” oleh Raja Willem III tahun 1689. Perancis ---“Declaration des droit del’homme et du citoyen” (pernyataan hak-hak asasi manusia dan warga negara), 21 Juli 1789. Menjalar ke seluruh kawasan Eropa, Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Hand Out 4 KEWARGANEGARAAN, PERBEDAAN KELAS DAN RESENTMENT PERBEDAAN KELAS SOSIAL KELAS SOSIAL Suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. (Horton & Hunt, 1984). PENGGOLONGAN KELAS SOSIAL Aristoteles : Golongan sangat kaya Golongan sangat miskin Golongan yang berada diantara keduanya Karl Marx Golongan Proletariat Golongan Kapitalis Golongan menengah (borjuis rendah) Adam Smith Hidup dari hasil penyewaan tanah Hidup dari upah kerja Hidup dari keuntungan perdagangan Warner dkk (kebanyakan ahli) Kelas sosial atas – lapis atas Kelas sosial atas – lapis bawah Kelas sosial menengah – lapis atas Kelas sosial menengah – lapis bawah Kelas sosial bawah – lapis atas Kelas sosial bawah – lapis bawah Garis batas kelas sosial tidak dapat dipahami secara jelas, karena hanya merupakan titik-titik pada garis kontinum status sosial. Jumlah anggota kelas sosial yang sebenarnya pun sulit ditentukan DETERMINAN KELAS SOSIAL Kelas sosial ditentukan oleh totalitas kedudukan sosial dan ekonominya dalam masyarakat Kekayaan dan Penghasilan Pekerjaan Pendidikan Kekuasaan Identifikasi Diri Prestise keturunan Partisipasi kelompok Pengakuan orang lain KELAS SOSIAL SEBAGAI SUB KULTUR Setiap kelas sosial merupakan suatu subkultur yang memiliki sejumlah sikap, kepercayaan, nilai, dan norma perilaku yang berbeda dengan kelas sosial lainnya. TEORI FUNGSIONAL DAN TEORI KONFLIK KELAS SOSIAL Teori Fungsional Hak-hak istimewa kelas sosial bersifat “fungsional” berfungsi mendistribusikan pekerjaan (Davis, Moore) Teori Konflik Hak-hak istimewa kelas sosial bersifat “eksploitatif” dapat digunakan sebagai alat penindas (Karl Marx) Karl Marx -( “Das Kapital” dan “Manifesto Komunis” Konflik antar kelas-kelas sosial berlangsung sejak permulaan sejarah. Ramalan Marx : Pertentangan paling tajam terjadi antara golongan proletariat dengan golongan borjuis, dan akan berakhir dengan kemenangan golongan proletariat, yang akan membangun suatu masyarakat tanpa kelas. PERBEDAAN KELAS ( KONFLIK Perbedaan kelas seringkali menimbulkan resentment (sikap tidak bersahabat) ---) Konflik . Setiap perubahan di masyarakat merupakan suatu hal wajar dan merupakan keharusan, yang hanya dapat dicapai apabila adanya konflik di masyarakat. (Ralf Dahrendorf) Setiap konflik jangan dianggap negatif, karena merupakan salah satu alat untuk mencapai integrasi atau solidaritas ke dalam (in group), dan berfungsi sebagai alat untuk memperkuat identitas dan pengakuan dari masyarakat lain. . (Lewis A. Coser, “the Function of Social Conflict”). Konflik dapat diredakan dengan adanya katup penyelamat (safety valve), yaitu saluran luapan konflik bagi mereka yang bermusuhan agar tidak terjadi suatu kehancuran struktur konflik. Misalnya DPR, Badan Penasihat Perkawinan, LBH, dsb. Masyarakat tidak dapat menghilangkan konflik, tetapi bagaimana konflik menjadi fungsional dan mendukung terjadinya perubahan sosial, sehingga setiap terjadinya konflik perlu adanya pengaturan melalui lembaga sosial sebagai katup penyelamat, daripada harus menekan konflik itu sendiri yang menakibatkan konflik menjadi Hand Out 5 KEWARGANEGARAAN PADA MASYARAKAT LIBERAL LIBERALISME Suatu aliran pemikiran yang mengharapkan kemajuan dalam berbagai bidang atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya sebebas mungkin. Istilah ini baru digunakan pada abad ke-19 dan berasal dari kaum pemberontak Spanyol yang menamakan dirinya “Liberalis”, kendatipun pemikiran liberalisme telah berkembang jauh sebelumnya. LIBERALISME POLITIK Keyakinan bahwa semua sumber kemajuan terletak dalam perkembangan pribadi manusia yang bebas Memperjuangkan kedaulatan rakyat dan kebebasan individu terhadap berbagai bentuk kekuasaan mutlak. Sejarah perkembangan liberalisme Abab 17 dan 18 timbul perlawanan terhadap absolutisme dan perjuangan menuju kebebsan. Tokoh liberalisme di Inggris = John Locke Perancis = Voltaire, Montesquieu, Rousseau Jerman = Immanuel Kant Memperjuangkan pelbagai kebebasan yang hendaknya dijamin oleh UUD (kebebsan agama, pers, berkumpul, dan menyatakan pendapat). Hanya terjamin dalam negara hukum bukan atas kekuasaan belaka yang mengindahkan Trias Politica dan HAM. Bentuk negara yang diidamkan adalah demokrasi parlementer dengan persamaan hak bagi seluruh rakyat di depan hukum dan penghormatan terhadap HAM. Ide Liberalisme berhasil membangkitkan kekuatan untuk melawan absolutisme. Contoh: Inggris :Bill of Rights (1688) ( Raja Willem III Kemenangan parlemen atas raja, dimana perjuangan berlangsung kurang lebih 60 tahun. Amerika ( Declaration of Independence of America (4 Juli 1776) Rakyat Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran merasa tertindas oleh pemerintah penjajahan Inggris. Dalam Deklarasi tersebut dinyatakan bahwa sekalian manusia dititahkan dalam keadaan sama, manusia dikaruniai Tuhan beberapa hak yang tetap dan melekat padanya. Perumusan Hak Asasi Manusia secara resmi yang pertama kali dalam suatu “declaration” bersama itu kemudian menjadi dasar pokok konstitusi negara Amerika Serikat. Perancis ( Declaration Des Droits De’lhomme et du Citoyen (1789). Pernyataan tidak puas kaum borjuis dan rakyat kecil terhadap pemerintahan Raja Louis XIV yang absolut. Tujuan Revolusi Perancis antara lain emmperoleh jaminan HAM dalam perlindungan Undang-Undang negara diantaranya jaminan: liberte (kemerdekaan), egalite (kesamarataan), dan fraternite (kerukunan atau persaudaraan). LIBERALISME EKONOMI Liberalisme Klasik Keyakinan bahwa kemakmuran orang perorangan dan masyarakat seluruhnya diusahakan dengan memberi kesempatan untuk mengejar kepentinan masingmasing dengan sebebas-bebasnya. Hak milik swasta harus dipertahankan dan pemerintah tidak turut campur dalam kehidupan ekonomi, tindakan swasta hanya terpengaruh oleh cara terbentuknya harga. Neo Liberalisme Adam Smith (Inggris) ( Bapak liberalisme ekonomi. Liberalisme ( landasan perkembangan pesat industri dan sistem kapitalisme Aba 20, perkembangan Neo Liberalisme tetap berpegang pada persaingan bebas, tetapi dengan memperhatikan syarat-syarat persaingan agar berlangsung tertib dna positif. Menyetujui campur tangan pemerintah dalam batas-batas tertentu yang tidak mematikan kebebasan. Tokoh : Simons, Hayek, dan Ropke. Neo liberalisme menghasilkan sukses ekonomi terbesar dalam sejarah umat manusia dan sekaligus gangguan sangat berat terhadap kehidupan sosial. Melahirkan gerakan lawan (sosialisme, kapitalisme). Kebebasan individu yang tanpa batas dan tak terkendali dapat merusak keutuhan kehidupan bersama mereka, sehingga kebebsan individu perlu dibatasi, maka lahirlah konsep tanggung jawab sosial (Social Responsibility) IMPLIKASI DI INDONESIA Liberalisme mempunyai nama jelek dan sering dikambinghitamkan sebaai “free fight Liberalism” yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dari bangsa lain (GBHN). Pada awal berdirinya RI Melihat kolonialisme dan imperialisme sebagai awal kapitalisme yang diperanakkan oleh liberalisme Hubunan liberalisme dengan kapitalisme-imperialisme yang menimbulkan kolonialisme yang menindas rakyat. Pandangan liberal terhadap UUD 1945 UUD 1945 mengambil alih beberapa ide hasil liberalisme, misalnya: negara hukum (rechtstaats) dan Rule of Law Konstitusional, Hak Asasi Warga Negara, Kedudukan sama di dalam hukum, berserikat dan berkumpul, beragama, hak atas pekerjaam, pendidikan, dan pembedaan kekuasaan. Ide-ide liberalisme yang diterima umum adala Hak Asasi Manusia, Demokrasi, dan Konstitusionalisme. Liberalisme mengandung unsur-unsur positif dan negatif. Positif: Membebaskan individu/pribadi dari ikatanikatan yang tidak wajar dan menegakkan HAM Negatif: Kurang bersemangat sosial, tidak mau mengakui bahwa milik dan kebebasan berfungsi sosial. Hand Out 6 KEWARGANEGARAAN PADA “CIVIL SOCIETY” ISTILAH “CIVIL SOCIETY” diterjemahkan ke dalam : Masyarakat Sipil (Ernest Gellner, Mansour Fakih) Masyarakat Madani (Fami Huwaydi, Nurcholis Madjid, Anwar Ibrahim) Masyarakat Kewargaan (M. Ryas rasyid, Soetardyo Wignyosoebroto) Tetap menggunakan istilah civil society (M.A.S. Hikam, Aswab Mahasin) PERKEMBANGAN KONSEP CIVIL SOCIETY Civil Society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat, Cicero yang memulai mengunakan istilah Societas civilis dalam filsafat politiknya. Dalam tradisi Eropa sampai abad 18, pengertian civil society dianggap sama dengan pengertian negara (state), yakni suatu kelompok yang mendominasi seluruh kelompok masyarakat lain. Setelah abad 18 mengalami pergeseran makna, negara dan civil society dimengeri sebagai dua buah entitas yang berbeda sejalan dengan proses pembentukan sosial dan perubaan struktur politik di Eropa akibat pencerahan dan modernisasi. Dipelopori oleh Adam Ferguson, Johann Forster, Tom Hodgkins, Emmanuel Sieyes, dan Tom Paine, Civil Society dipahami secara radikal dengan menekankan aspek kemandirian, dan menjadikan antitesis dari state. Reaksi Hegel: Civil Society tidak bisa dibiarkan tanpa terkontrol, Civil Society memerlukan berbagai aturan dan pembatasan serta penyatuan dengan neara lewat kontrol hukum, sdministratif, dan politik. Konsepsi Hegelian mengabaikan dimensi kemandirian dan memberi posisi unggul terhadap negara (sepenuhnya ditundukkan oleh negara). Konsep Hegelian dikritik oleh pemikir-pemikir modern seperti Robert Mohl, J.S. Mills, Anne De Stall, dan Alexis De Tecqueville, mereka mengembalikan dimensi kemandirian dan pluralitas dalam Civil Society. PENGERTIAN CIVIL SOCIETY M. A.S. Hikam Civil Society secara institusional diartikan sebaai pengelompokan anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan bebas bertindak aktif dalam wacana dan praxis mengenai segala hal yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya. CIRI-CIRI CIVIL SOCIETY M.A.S. Hikam Kemandirian yang cukup tinggi, individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, uatamanya ketika berhadapan dengan negara. Ruang publik yang bebas sebagai wahana bagi ekterlibatan politik secara aktif dari warga negara melalui wacana dan praxis yang berkaitan dengan kepentingan publik. Kemampuan membatasi kuasa neara agar tidak intervensionis. Nurcolis Madjid Semangat egalitarianisme Pengahrgaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti keturunan, kesukuan, ras, dan lain-lain. Keterbukaan Partisipasi seluruh anggota masyarakat Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan. Hidayat Syarif Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pancasilais dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan. Masyarakat yang demokratis dan Beradab yang menghargai perbedaan pendapat. Masyarakat yang menhargai Hak Azasi Manusia (HAM). Masyarakat yang tertb dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melangar hukum. Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian. Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat kemanusiaan universal (pluralis). “Civil Society” sebagai kekuatan pengimbang (balancing forces) dari kecenderungan intervensionis neara, dan pada saat yang sama mampu melahirkan kekuatan kritis reflektif (reflective forces) dalam masyarakat. AKAR-AKAR “CIVIL SOCIETY” DI INDONESIA Secara historis bisa dirunut semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial, utamanya ketika kapitalisme mulai diperkenalkan Belanda, ikut mendorong terjadinya pembentukan sosial lewat proses industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Hasilnya antara lain munculnya kesadaran baru di kalangan kaum elit pribumi yang mendorong terbentuknya organisasi sosial modern. Pertumbuhan “Civil Society” mengalami masa cukup menjanjikan pada masa pasca revolusi (1950 an), pada saat Orsospol dibiarkan tumbuh bebas dan memperoleh dukungan kuat dari warga masyarakat. Pertumbuhan “Civil Society” mengalami penyurutan terus menerus. Ormas dan lembaga sosial berubah menjadi alat bagi merebaknya politik aliran dan pertarunan berbagai ideologi (alkhir 1950 an/awal 1960 an). Demokrasi Terpimpin, politik Indonesia didominasi oleh pengunaan mobilisasi massa sebagai alat legitimasi politik. Akibatnya setiap usaha yang dilakukan masyarakat untuk mencapai kemandirian beresiko dicurigai sebagai kontra revolusi. Orde baru, Pada dataran sosek tercipta pertumbuhan ekonomi, tergesernya pola kehidupan masyarakat agraris, tumbuh dan berkembangnya kelas menengah, makin tinggi tingkat pendidikan. Pada dataran politik, memperkuat posisi negara di segala bidang, penetrasi negara yang kuat dan jauh, terutam lewat jaringan birokrasi dan aparat keamanan. Pertumbuhan “Civil Society” mengalami berbagai paradoks: Semakin berkembang kelas menengah, seharusnya semakin mandiri sebagai pengimbang kekuatan negara, kelas menengah ternyata memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap negara, dan belum mampu mengatasi problem kultural yang berbentuk keterkaitan primordial. Perkembangan LSM, sebagai tulang punggung “Civil Society” sangat menggembirakan, tetapi dihadapkan pada kenyataan, masih sangat lemah ketika harus berhadapan dengan kekuatan negara. Pertumbuhan pers sangat pesat dari segi kuantitas maupun teknologi, akan tetapi belum terjadi perubahan berarti pada sisi kebebasan pers yang akan menstimulir wacana kreatif dan dialog bebas bagi warga negara. Kaum cendekiawan makin banyak yang merasa aman ketika dekat denan pusatpusat kekuasaan. STRATEGI MEMBERDAYAKAN “CIVIL SOCIETY” (Dawam Rahardjo) Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini berpandanan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Yang diperlukan saat ini adalah stabilitas politik sebagai landasan pembangunan, karena pembangunan – lebih-lebih yang terbuka terhadap perekonomian global – membutukan resiko politik yang minim. Dengan demikian persatuan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan dari demokrasi. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi. Strategi ini berpandangan banhwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensina adalah memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, maka akan dengan sendirinya timbul “civil society” yang mampu mengontrol terhadap neara. Strategi yang memilih pembangunan Civil Society sebagai basis yang kuat ke arahdemokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dan strategi pertama dan kedua. Dengan beitu, stratei ini lebih mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang makin luas. Ketiga model strategi pemberdayaan “civil society” (masyarakat madani) tersebut dipertegas oleh Hima bahwa Era transisi dipikirkan prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target-target grup yang paling strateis serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses tersebut. Untuk keperluan itu maka keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, Ormas sosial dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak perlu. Hand Out 7 DASAR-DASAR KULTURAL KEWARGANEGARAAN Seseorang mengikatkan diri sebagai warga negara dari suatu negara didasari oleh budaya (kultur) yang melekat dalam masyarakat yang dianutnya. Warga negara mengikatkan diri dalam suatu negara modern didasarkan atas : Sejarah serta usaha/perjuangan bersama (common destiny) Membina dan mengembangkan peradaban bersama (cultural homogenity ) Di atas tanah air yang sama (a given territory) PENGERTIAN BUDAYA (KOENTJARANINGRAT) konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap sangat bernilai dalam hidup Sistem nilai (Kluckhohn) Hakekat dari Hakekat dari Hakekat dari Hakekat dari Hakekat dari budaya menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia hidup manusia (mh) karya manusia (mk) kedudukan manusia dalam ruang waktu (mw) hubungan manusia dengan alam sekitarnya (ma) hubungan manusia dengan sesamanya/manusia (mm). Perilaku politik warga negara dipengaruhi oleh budaya politiknya BUDAYA POLITIK distribusi pola-pola orientasi warga negara terhadap obyek-obyek politik suatu bangsa (Almond & Verba) DIMENSI ORIENTASI POLITIK (ALMOND & VERBA) Sistem sebagai obyek umum a. Orientasi kognitif pengetahuan ttg politik, peranan, dan segala kewajibannya. b. Orientasi afektif Perasaan thd sistem politik, peranannya, para aktor dan penampilannya. c. Orientasi evaluatif Keputusan dan pendapat ttg obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Obyek-obyek input a. Arus tuntutan masyarakat terhadap pemerintah dan proses konversi tuntutan-tuntutan ini menuju kebijaksanaan otoritatif. b. Struktur yang terlibat intens dalam proses input, yakni partai politik, kelompok kepentingan, dan media komunikasi. Obyek-obyek output a. Proses dengan mana kebijaksanaan otoritatif itu diterapkan atau diperkuat. b. Struktur yang berperan aktif dalam proses ini, yakni birokrasi dan lembaga peradilan. Pribadi sebagai partisipan TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK Parokial (struktur politik tradisional) Terdapat dalam sistem politik tradisional dan sederhana ( spesialisasi masih sangat kecil Peranan yang satu dilakukan bersamaan dengan peranan yg lain Tidak terdapat peranan plitik yang bersifat khas dan berdiri sendiri Masyarakat secara umum tidak menaruh minat begitu besar thd obyek politik yang luas. Kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dlm masyarakat. Subyek ( struktur politik otoritarian) Masyarakat menyadari telah ada otoritas pemerintah Posisinya sebagai subyek (kaula) mereka pandang sebagai posisi yg pasif (tdk akan menentukan apa-apa thd perubahan politik). Menerima segala keputusan yg diambil, tdk dpt ditentang, dikoreksi, dan diubah Didasari pandangan bahwa masyarakat terbentuk dari struktur hierarkis (vertikal), sbg akibatnya individu atau kelompok digariskan untuk sesuai dengan garis hidupnya sehingga harus puas dan pasrah. Merupakan akibat proses kolonisasi dan kediktatoran. Partisipan (struktur politik demokratis) Seseorang dianggap sbg anggota aktif dalam kehidupan politik, memiliki kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara dlm bidang politik. Anggota masyarakat partisipatif diarahkan pada peranan pribadi sebagai aktivitas masyarakat. Ketiga tipe budaya politik tersebut akan selalu hidup dalam kehidupan politik suatu negara, satu sama lain tidak akan saling menghapuskan, hanya tipe mana yg paling dominan muncul. idealnya tipe budaya partisipan yg dominan muncul. Civic culture (budaya kewarganegaraan) merupakan budaya politik campuran. Hand Out 8 PSIKOLOGI DAN WARGANEGARA Psikologi ( Psikologi Sosial ( Interaksi Sosial ( Sikap KEPRIBADIAN Organisasi Dinamis dari sistem psiko-fisik dalam individu yang turut menentukam cara-caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Allport) Lingkungan (Gerungan) melliputi: Lingkungan fisik (alam benda-benda yang konkrit) Lingkungan psikis (jiwa raga orang-orang dalam lingkungan) Lingkungan rohaniah (objective Geist, berupa keyakinan-keyakinan, ideide, filsafat-filsafat yang terdapat di lingkungan individu). Menyesuaikan diri (Gerungan) diartikan sebagai: Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian diri autoplastis atau pasif) Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri ( penyesuaian diri yang aloplastis atau aktif) INTERAKSI SOSIAL Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (H. Bonner). FAKTOR YANG MENDASARI KELANGSUNGAN INTERAKSI SOSIAL Faktor imitasi, suatu proses dimana seorang individu mengikuti sesuatu di luar dirinya. Faktor Sugesti, suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu Faktor Identifikasi, dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan seorang lain. Faktor Simpati, perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain, yang timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan. SIKAP (Attitude) -- Gerungan Pengertian attitude diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objek tadi itu. Jadi attitude itu tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap sesuatu hal. Attitude itu senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada attitude tanpa ada objeknya. CIRI-CIRI ATTITUDE Bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan Dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari Tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Objek attitude itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN ATTITUDE Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan objek tertentu. Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan attitude Faktor Ekstern : (M. Sherif). Dalam Interaksi kelompok dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia, Karena komunikasi, dimana terdapat pengaruhpengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja. Faktor Intern : Selektivitas, daya pilih, minat-perhatian untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya. PRASANGKA SOSIAL (Gerungan) Sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial terdiri atas attitude sosial yang negatif terhadap golongan lain, dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan manusia lain tadi. STEREOTIP (Gerungan) Adanya prasangka sosial bergandengan pula dnegan “stereotip” yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang golongan lain yang bercorak negatif. Stereotip mengenai orang lain itu sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya sengan orang-orang lain yang dikenakan prasangka itu. Biasanya stereotip terbentuk berdasarkan keterangan yang kurang lengkap dan subjektif. Ciri-Ciri Pribadi Orang Berprasangka sosial: Tidak toleransi Kurang mengenal akan dirinya sendiri Kurang berdaya cipta Tidak merasa aman, memupuk khayalan-khayalan yang agresif. Hand Out 9 IDEOLOGI DAN WARGANEGARA PENGERTIAN Secara harfiah A system of ides, suatu rangkaian ide yang terpadu menjadi satu. Secara umum Seperangkan gagasan/pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur. Ideologi Negara Keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilai-nilai bangsa yang secara normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara UNSUR-UNSUR IDEOLOGI Penafsiran/pemahaman terhadap kenyataan Seperangkan nilai-nilai/preskripsi moral Orientasi terhadap tindakan. FUNGSI IDEOLOGI Struktur kognitif Orientasi dasar pembuka wawasan yg memberi makna & tujuan hidup. Norma pedoman dan pegangan untuk melangkah & bertindak . Bekal dan jalan untuk menemukan identitas diri. Kekuatan yg mampu menyemangati untuk menjalankan kegiatan & mencapai tujuan. PERKEMBANGAN IDEOLOGI PADA WARGA NEGARA Warga Negara sebagai manusia memiliki pandangan hidup yang akan menjawab permasalahan yang berkaitan dengan hidupnya. Warga negara sebaai insan yang idup berkelompok (zoon politicon) memiliki nalar dan naluri hidup berkelompok untuk mencapai kesejahteraan bersama. Dalam kehidupan berkelompok (Bermasyarakat, berbangsa, bernegara) masingmasing (manusia akan mengadakan penyesuaian pandanan hidup, sehingga terbentuk pandangan hidup kelompok. Pandangan hidup kelompok merupakan suatu kebenaran sejauh yang dapat dip[ikirkan manusia, sehingga tumbuhlah falsafah hidup kelompok yang bersangkutan. Di dalam kehidupan berkelompok tersebut meningkat menjadi bernegara, maka falsafahh hidup tersebut dijadikan sebagai filodofissche grondslagg dari negara yang didirikan. Falsafah hidup suatu bansa akan menjelmakan suatu tata nilai yang dicitacitakan bangsa yang bersangkutan. Sebagai yang dicita-citakan maka ia membentuk ide-ide dasar dari seala hal aspek kehidupan manusia di dalam kehidupan berkelompok dan bernegara. Kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar tersebut secara ketatanegaraan disebut ideologi. Kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar tersebut secara ketatanegaranan disebut ideologi. RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI Kualitas - Realita bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di masyarakat - Idealisme mengandung cita-cita yg ingin dicapai dlm berbagai bidang kehidupan - Fleksibilitas memungkinkan berkembangnya pemikiran baru tanpa menghilangkan hakekat yg terkandung dlm ideologi tersebut. Memiliki keungulan komparatif terhadap ideologi lain Masyarakat memiliki persepsi wajar & sehat tentang ideologinya. Pembudayaan dan pengamalan pancasila dlm berbagai bidang kehidupan HAKEKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA ciri-ciri ideologi terbuka Tidak dipaksakan dari luar Mampu berinteraksi secara dinamis dengan perkembanan lingkungan Terbentuk atas kesepakatan masyarakat Terdapat cita-cita & nilai-nilai dasar dan tdk langsung bersifat operasional Nilai-nilai dasar pancasila tetap namun dapat dikembangkan secara kreatif & dinamis sesuai kebutuhan zaman. Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka secara formal ditampilkan sekitar tahun 1985, akan tetapi semangatnya bisa ditelusuri dari proses kelahiran bangsa Indonesia. PENDORONG PEMIKIRAN PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Kenyataan dinamika masyarakat berkembang sangat cepat. Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti komunis. Pengaruh komunis di masa lalu, pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yg kaku. URGENSI KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA Keterbukaan ideologi : penegasan kembali pola pikir dinamis para pendiri negara. tetapi juga kebutuhan konseptual dunia modern yg dinamis. Kita diharuskan mempertajam kesadaran akan nilai-nilai dasarnya yg bersifat abadi, tetapi juga didorong untuk mengembangkan secara kreatif dan dinamis untuk menjawab kebutuhan zaman. Pancasila mengandung nilai dasar dan nilai instrumental. nilai dasar bersifat tetap, nilai instrumental dpt berubah sesuai dengan tuntutan keadaan. Nilai dasar : pembukaan uud 45 alinea 1 : kemerdekaan hak segala bangsa perikemanusiaan & perikeadilan penjajahan harus dihapuskan alinea 2 : cita-cita nasional & kemerdekaan alinea 3 : watak yg aktif sbg bangsa indonesia (nasionalisme) sikap religius alinea 4 : Mmemberi arahan ttg tujuan negara, susunan negara, sistem pemerintahan dan dasar negara. Nilai instrumental kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga pelaksanaannya. BATAS KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA stabilitas nasinal yg dinamis marxisme, leninisme, komunis bvme. liberalisme pandangan ekstrim Hand Out 10 PARTISIPASI POLITIK WARGA NEGARA PARTISIPASI POLITIK (Huntington, 1984) Kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengarui pengambilan keputusan oleh pemerintah. JENIS PARTISIPASI Partisipasi Otonom Kegiatan yang oleh pelakunya sendiri dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Partisipasi Dimobilisasi Kegiatan yang oleh orang lain di luar si pelaku dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah Partisipasi dimobilisasi Partisipan yang dimobilisasikan dirangsang untuk bertingkah laku dengan cara-cara yang bertujuan untuk mempengarui pemerintah, tanpa mereka secara pribadi menaruh minat terhadap, atau malahan harus menyadari, dampak tindakan mereka itu terhadap pemerintah. Mereka digerakkan oleh loyalitas, rasa cinta, rasa hormat, rasa takut terhadap seorang pemimpin, atau oleh hasrat untuk memperoleh manfaat-manfaat yang mereka percaya dapat diberikan oleh pemimpin mereka. Beberapa kategori hubungan pemimpin-pengikut yang berbeda satu sama lain memberikan landasan untuk mobilisasi, yaitu: Ikatan antara sejumlah pengikut dan seorang pemimpin yang ditentukan dan disahkan oleh tradisi kebudayaan, sosial atau keagamaan yang sudah tua. Contoh hubungan kepala adat/suku. Hubungan patron-klien diikat secara individual dan didasarkan atas pertukaran manfaat yang timbal balik tapi timpan. Patron yang berstatus lebih tinggi memberikan perlindunggan, bantuan ekonomi, dan pantulan status pada klien, dan turun tangan atas nama mereka untuk berhubungan dnean pejabat pemerintah. Klien-klien mereka membalas dengan loyalitas dan sikap hormat, dengan tenaga kerja, dengan memberikan dukungan politik. Contoh Hubungan antara tuan tanah. Political machine (alat partai politik) BENTUK PARTISIPASI POLITIK Kegiatan Pemilihan, mencakup memberikan suara,, sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Lobbying, mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. Kegiatan organisasi menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi yan tujuannya yan utama dan eksplisit adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerinta. Mencari koneksi (contacting) merupakan tindakan peroranan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintahh dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang. Tindak kekerasan (violence) sebagai upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang atau harta benda. SALURAN MENUJU PARTISIPASI POLITIK IND MOB HI SES POL EFF LO SES POL PART GRP HOMO GRP CONF LO SES IND MOB HI SES POL EFF : : : : GRP CONS GRP INV Status Sosial Ekonomi Rendah Mobilitas individual Status Sosio Ekonomi yang lebih tinggi Perasaan Subyektif tentang efektivitas politik POL GRP GRP GRP ORG PART HOMO CONF CONS INV : : : : : Tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi Homogenitas kelompok dan isolasi kelompok Konflik kelompok dengan kekuatan-kekuatan dari luar Kesadaran dan Solidaritas kelompok yang lebih besar Keterlibatan dalam organisasi. Mobilitas dan organisasi menawarkan jalan-jalan yang kontras satu sama lain. Melibatkan usaha-usaha individual, jalannya adalah dari kesejahteraan material yang bertambah besar menuju perasaan subyektif tentang efektivitas politik dan dari sana menuju partisipasi politik. Sarana untuk menempuhnya adalah pendidikan. Jalan mobilitas berarti perubahan dalam status sosial individu-individu akan tetapi tidak perlu berarti perubahan dalam pola-pola partisipasi politik kelompok-kelompok. Melibatkan tindakan kolektif, jalannya adalah dari perasaan subyektif tentang kesadaran kelompok menuju partisipasi politik dari sana menuju kesejahteraan materil atau simbolik yang lebih baik. Sarana untuk menempuhnya melalui adalah organisasi. Jalan organisasi berarti perubahan dalam pola-pola partisipasi politik kelompok-kelompok, akan tetapi tidak perlu berarti perubahan dalam status sosial individu-individu. Hand Out 11 WARGA NEGARA GLOBAL WARGA NEGARA DAN GLOBALISASI Warga negara dihadapkan pada berbagai tantangan dan tuntutan untuk terlibat di dalam globalisasi. Perspektif ekonomi: globalisasi merupakan tantangan bai warga negara untuk mengambil manfaat yang maksimal dari padanya. Perspektif kebangsaan: globalisasi menimbulkan kesadaran, bahwa warga negara merupakan warga dari suatu masyarakat global yang dapat mengambil manfaat dari globalisasi, sekaligus lebih melestarikan dan memperkuat identitas kebangsaan. Pada era globalisasi warga negara dituntut untuk berpikir secara global tetapi tetap bersikap sesuai dengan kepribadian bangsa (think globally but act locally) KECENDERUNGAN TANTANGAN KEHIDUPAN PADA ERA GLOBALISASI (Jhon J. Cogan). Kesenjangan ekonomi diantara negara dan diantara orang di dalam neara secara signifikan akan semakin lebar. Ketidakmerataan antara yan punya akses kepada teknologi informasi dengan yang tidak memiliki akses akan semakin meningkat. Teknologi informasi akan mengurangi masalah privasi individu. Konflik kepentingan antara negara maju dan negara berlkembang akan meningkatkan kerusakan lingkungan. Penggundulan hutan secara dramatis akan mempengaruhi keragaman dalam kehidupan, udara, tanah, dan air. Dalam negara-neara berkembang, pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan peningkatan presentase penduduk, khususnya anak-anak yang hidup dalam kemiskinan. KECENDERUNGAN RESPON WARGA NEGARA TERHADAP GLOBALISASI Kelompok warga neara yang menolak atau curiga terhadap unsur-unsur baru yang dibawa globalisasi. Hal ini muncul biasanya karena sebaai warga negara menilai unsur baru tersebut tidak sesuai dengan budaya bansa. Kelompok warga negara yang selalu menerima unsur-unsur baru baru. Biasanya dilandasi oleh rasa tidak puas terhadap situasi dan kondisi yang ada. Menyadari adanya kekurangan dalam budayanya sendiri, keinginan meningkatkan taraf hidup dan memiliki sikap terbuka. Kelompok warga negara yang lebih berhati-hati dalam menanggapi gejala globalisasi. DAMPAK DAN TUNTUTAN GLOBALISASI terhadap warga negara dalam proses perkembangan dari tradisional ke modern. Kegoncangan budaya (cultural shock), yaitu suatu keadaan dari kebudayaan yang tidak mampu berdiri secara ajeg menahan berbagai tarikan akibat pengaruh kebudayaan yang datang dari luar. Dengan kata lain sebaai suatu keadaan yang tidak stabil. Ketimpangan/ketertingalan budaya (cultural lag), yaitu pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama dengan cepatnya dalam keseluruhan, akan tetapi ada bagian yang tumbuhnya cepat dan ada baian yang tumbuhnya lambat (William F. Ogburn). Memperkaya unsur-unsur budaya Indonesia, misalnya menambah luas ilmu pengetahuan, teknologi, sistem mata pencaharian, memperkaya unsur bahasa, mengubah sikap, nilai, dan persepsi terhadap sesuatu hal. KARAKTERISTIK WARGA NEGARA GLOBAL (GLOBAL CITIZENS) Alex Inkeles (1966) Karakteristik warga negara modern Adanya kesdiaan menerima pengalaan baru dan terbuka terhadap penemuan dan perubahan-perubahan baru. Dapat menangkap dan memahami sejumlah masalah yang tidak terbatas dalam lingkungan terdekat saja, juga linkungan lebih jauh. Berpandangan maju dengan tidak mengabaikan penalaman-pengalaman yang lalu. Mempunyai tindakan yang teratur, tersusun dan teliti dalam menyelesaikan suatu masalah. Mempunyai perencanaan berdasarkan penaturan yang matang. Mempunyai keyakinan bahwa manusia mampu mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh linkungan dalam usaha mencapai tujuan. Berpandangan bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan Mempunyai rasa penghargaan terhadap usaha-usaha orang lain. Mempunyai kepercayaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Menghargai teguran-teguran yang bersifat membangun. Mampu menguasai dan menggunakan alat-alat, media yang sedang berkembang maju. Karakteristik/atribut warga negara abad 21 (Jhon J. Cogan) Memiliki kemampuan untuk melihat dan mendekati masalah sebagai masyarakat global. Kemampuan bekerja denan orang lain dengan cara kooperatif dan bertanggung jawab terhadap peran dan kewajiban dalam masyarakat. Kemampuan untuk memahami, menerima, dan toleransi terhadap keragaman budaya. Kepastian untuk berpikir secara sistematis dan kritis. Keinginan untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai Keinginan untuk mengubah kebiasaan gaya hidup dan konsumtif untuk menjaga lingkungan. Kemampuan yang sensitif mempertahankan hak asasi manusia. Keininan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik tingkat lokal, nasional dan internasional. MULTIDIMENSIONAL CITIZENSHIP (Jhon J. Cogan) Warga negara yang multidimensional memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut: Dimensi pribadi, meliputi pengembangan kapasitas dan komitmen kepada etika kewarganegaraan yang bercirikan kebiasaan berpikir, hati-ati dalam tindakan yang secara sosial bertanggung jawab. Dimensi sosial, warga negara turut memperluas partisipasi kewarganegaraan yang mencakup keterlibatan berpikir dalam bidang ekonomi, sosial dan politik yang kompleks. Dimensi duniawi, warga neara yang berkaitan dengan tantangan kontemporer tidak bole hanya memperhatikan masa kini dengan melupakan masa lampau dan masa depan. Dimensi ruang, warga negara harus juga melihat dirinya sebagai anggota sejumlah masyarakat yang berlapis lokal, regional, nasional, dan multinasional. Kewarganegaraan multidimensional tersebut mensyaratkan bahwa warga negara memiliki kompetensi tertentu yang meliputi: Mendekati masalah dari sudut pandang anggota masyarakat global. Bekerjasama dengan orang lain. Bertanggung jawab terhadap peran dan tanggung jawab masyarakat. Berpikir secara kritis dan sistematis. Menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan. Mengadopsi cara hidup yang melindungi lingkungan Menghormati dan mempertahankan hak asasi manusia Berpartisipasi dalam masalah publik dan memanfaatkan teknologi berbasis informasi. Hand Out 12 WARGA NEGARA DALAM ERA OTONOMI DAERAH Pengertian Otonomi Daerah Secara etimologi perkataan otonomi berasal dari bahasa Yunani Autos yang berarti sendiri dan Nomos yang berarti aturan. Dari arti yang demikian ini, beberapa ahli memberikan pengertian otonomi sebagai pengundangan sendiri, mengatur atau memerintah sendiri atau pemerintahan sendiri (Abdurrahman, 1987:9-10). Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aparatur daerah otonomi dinamakan pemerintah daerah. Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Landasan Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah Pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan otonomi daerah adalah : a. UUD 1945 Bab VI tentang pemerintahan daerah , terutama pasal 18. Dalam dua ayat pertama, mengenai pemerintahan daerah tersebut dijelaskan sebagai berikut. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. b. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah c. UU No. 33 Tahun 12004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pertimbangan Perlunya Otonomi Daerah Dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Bab III pasal 5 disebutkan bahwa daerah otonomi dibentuk berdasarkan pertimbangan berikut ini: Kemampuan ekonomi Potensi Daerah Sosial budaya Sosial politik Jumlah penduduk, Luas daerah Perimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Alasan Perlunya Otonomi Daerah alasan pentingnya otonomi daerah dapat dilihat dari beberapa aspek berikut: Aspek politik, mencegah bertumpuknya kekuasaan pada pemerintahan pusat, dan mengikutsertakan rakyat daerah secara aktif dalam pemerintahan. Aspek sosial budaya, memusatkan perhatian pada kekhususan sesuatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kehidupan kemasyarakatan, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya. Aspek ekonomi, pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan daerahnya. Prinsip Dasar Penyelenggaraan Otonomi Daerah Secara umum, beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh semua pihak dalam pelaksanaan Otonomi daerah (J. Kaloh, 2002:47-48), meliputi: Otonomi daerah harus dilaksanakan dalam kerangka negara kesatuan Pelaksanaan otonomi daerah menggunakan tata cara desentralisasi dengan demikian peran daerah sangat menentukan. Adanya perimbangan keuangan yakni perimbangan antar-daerah (antar Provinsi dan antar Kabupaten/Kota dalam satu provinsi), disamping perimbangan antara Pusat dan Daerah. Fungsi pemerintah pusat masih sangat vital, baik dalam kewenangan strategis (moneter, pertahanan, luar negeri, dan hukum), maupun untuk mengatasi ketimpangan antar-Daerah. Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan (pasal 1 ayat 1 UUD 1945). Dampak dari negara kesatuan adalah hanya ada satu pemerintah (pusat) yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengurus pemerintahan negara. Kondisi negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau baik besar maupun kecil sesuai dengan pasal 18 UUD 1945, diberi wewenang untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri (otonomi), namun tetap dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan Daerah otonom tidak akan menyebabkan terjadinya perpecahan bangsa, tetapi justru mendukung bagi terciptanya kesatuan bangsa. Pemberian status otonomi kepada kelompok-kelompok masyarakat di wilayah masing-masing akan mendorong masyarakat berpartisipasi dalam lingkup daerah dan nasional. Dengan demikian akan terwujud “unity within diversity”, kesatuan di dalam perbedaan dan “diversity in unity”, perbedaan di dalam kesatuan. Tidak semua potensi yang ada di suatu daerah menjadi milik daerah dan hanya digunakan untuk kepentingan daerah bersangkutan, akan tetapi terdapat suatu perimbangan keuangan yang diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, yakni suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah secara mewakili, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut. Sumber-sumber penerimaan daerah meliputi pendapatan asli daerah (hasil pajak, retribusi, perusahaan milik daerah), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah. Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 Pasal 6, perimbangan dana untuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diantaranya diatur sebagai berikut: Sumber Penerimaan Penerimaan Pemerintah Pusat Penerimaan Pemerintah Daerah Pajak Bumi dan Bangunan 10% 90% Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 20% 80% Sumber daya alam sektor kehutanan, pertambangan umum, dan perikanan 20% 80% Sumber Daya alam sektor pertambangan minyak bumi yang dihasilkan dari wilayah daerah 85% (setelah dikurangi pajak sesuai ketentuan) 15% (setelah dikurangi pajak sesuai ketentuan) Sumber daya alam dari pertambangan gas alam yang berasal dari wilayah daerah 70% 30% Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, wewenang daerah otonom mencakup : Kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Yang termasuk bidang lainnya meliputi kebijakan perencanaan pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekeonomian negara, pembinaan sumber daya manusia, pemdayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional. Mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan sesuai dengan perundangundangan. Asas-Asas Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Undang-undang tentang Pemerintah Daerah ditegaskan bahwa daerah otonom itu terdiri atas daerah propinsi, kabupaten/kota, dan desa. Akan tetapi titik berat pelaksanaan otonomi daerah diletakkan pada daerah kabupaten dan kota dengan pertimbangannya adalah bahwa daerah inilah yang lebih langsung berhubungan dengan masyarakat. Dalam melaksanakan otonomi daerah didasarkan pada asas-asas sebagai berikut : Desentralisasi Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Dekonsentrasi Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan/atau perangkat pusat di daerah. Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Gubernur dalam rangka dekonsentrasi disertai dengan pembiayaan sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan tersebut. Tugas Pembantuan Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan. Asas Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah Dampak Positif Sadu Wasistiono (2002:12), mengemukakan bahwa manfaat atau keuntungan diberlakukannya otonomi daerah diantaranya: Diberikannya hak-hak dasar daerah otonom yang meliputi kebebasan untuk memilih pemimpinnya sendiri, kebebasan memiliki, mengelola dan memanfaatkan sumber keuangannya sendiri, kebebasan untuk membuat aturan hukum sendiri, serta kebebasan untuk memiliki pegawainya sendiri, dengan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berkembangnya inisiatif dan kreativitas daerah untuk membangun daerahnya berkompetisi dengan daerah-daerah otonom lainnya. Dengan memiliki kebebasan untuk menyusun rencana pembangunan sendiri, daerah dapat mendayagunakan potensinya untuk kesejahteraan masyarakat. Pada masa mendatang diharapkan akan muncul berbagai pusat pertumbuhan baru di berbagai daerah yang potensial. Tumbuhnya partisipasi masyarakat pada tahap perumusan, pelaksanaan, serta penilaian kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah daerah, bukan hanya berpartisipasi pada tahapan pelaksanaan kebijakan seperti yang selama ini terjadi. Tumbuhnya kemandirian daerah terhadap pemerintah pusat dalam memecahkan masalah yang dihadapi daerah. Masalah daerah diselesaikan di daerah, dengan cara dan oleh masyarakat daerah. Dampak Negatif Menguatkam rasa kedaerahan sempit yang apabila tidak ditangani secara tepat akan menghambat upaya membangun wawasan kebangsaan. Munculnya gejala ekonomi biaya tinggi sebagai akibat daerah hanya mengejar kepentingan jangka pendek dalam rangka menghimpun pendapatan daerah untuk membiayai otonomi daerah. Otonomi daerah masih dipaami secara sempit sehingga hanya pemerintah daerah saja yang sibuk, sedangkan masyarakat luas belum dilibatkan secara aktif. Ada gejala ketidakpatuhan daerah dan atau penafsiran secara sepihak terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. (Sadu Wasistiono, 2002:13-14). Hand Out 13 Nasionalisme Warga Negara Konsep Nasionalisme Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan tentang nasionalisme, Guibernau (1996:47) dalam bukunya The Nation-State and Nationalism in The Twentieth Century mengemukakan bahwa nasionalisme adalah sentiment yang menganggap diri sebagai bagian dari suatu komunitas yang anggotaanggotanya mengidentifikasi diri dengan seperangkat simbol, dan yang memiliki kemauan untuk menentukan nasib atau takdir politik bersama. Jika dikaitkan dengan pendapat Hans Kohn (1965:9) dalam bukunya Nationalism its Meaning and History, nampak sejalan hubungannya, karena Kohn beranggapan bahwa nationalism is a state of mind in which the supreme loyalty of the individual is felt to be due the nation-state. Smith (Edwards, 1985:43) memberikan definisi yang agak berbeda, ia mengemukakan bahwa nasionalisme merupakan visi masa depan (Nationalism is a vision of the future) yang bersifat tradisionalis sekaligus modernis (both traditionalist and modernist). Fishman (1972:9) mengemukakan hal yang sama: “Nationalism is not so much back-ward oriented… . as much as it seeks to drive unifying and energizing power from widely held images of the past in order to overcome a quite modern kind of fragmentation and less of identity”. Dengan demikian konsep nasionalisme yang dikaitkan dengan masa lalu merupakan suatu pemecahan/gerakan modern yang telah memecah belah identitas bangsa. Renan (1990:15) melihat bahwa salah satu unsur esensial dari soul or spiral principle suatu bangsa terdiri dari “ … (the) possession in common of a rich heritage of memories … a heritage of glory and of grief to be shared … to have suffered, rejoiced and hoped together”. Dengan demikian suatu bangsa adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri atas komunitas manusia yang saling merasa bersetiakawan dengan satu sama lain. “Nasion adalah suatu jiwa, suatu azas spiritual. Ia adalah suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat di masa lampau dan yang oleh manusia-manusia yang bersangkutan bersedia dibuat di masa depan. Nasion mempunyai masa lampau, tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan yang jelas: yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dnegan nyata untuk terus hidup bersama”. Suatu nasion tidak tergantung pada kesamaan asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografis, atau hal-hal lain yang sejenis. Kehadiran suatu nasion adalah suatu kesepakatan bersama yang seolah-olah terjadi setiap hari antara manusia-manusia yang bersama-sama mewujudkan nasion yang bersangkutan (Bachtiar, 2001:33). Otto Bauer berusaha mencari sejarah sebagai karakteristik bersama yang obyektif dengan mengemukakan konsep community of fate (schiksalgemeinschaft) yang mengikat warga suatu bangsa ke dalam suatu community of character (charactergemeinschaft). Jika dibandingkan, menurut Bung Karno konsep Ernest Renan tentang le desire d’etre ensemble dan definisi Otto Bauer Aus Schiksalgemeinschaft erwachsene Charaktergemeinschaft itu tidak cukup. Bung Karno mencoba menambahkan konsep geopolitik yang menyatakan bahwa bumi yang terdapat di ujung Sumatera sampai ke Irian itu adalah kesatuan bumi Indonesia, karena atas “ketentuan Allah SWT” didiami oleh 70.000.000 manusia yang mempunyai le desire d’etre ensemble dan Charaktergemeinschaft (community of character). Bung Karno selanjutnya menganjurkan untuk “mendirikan suatu Nationale Staat, di atas kesatuan bumi Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian yang diberi nama kebangsaan Indonesia”. Dalam hal ini Bung Karno menganggap nasion Indonesia adalah suatu imagined community sebagai sebuah komunitas baru yang berada dalam wilayah Ujung Sumatera sampai ke Irian, yang dalam pemikiran komunitas tersebut hidup solidaritas bersama, sebagaimana Anderson (1983:15) menyebutnya sebuah bangsa atau nation dalam pendekatan Antropologi adalah sebuah komunitas yang dibayangkan atau an imagined political community, karena setiap anggota komunitas tersebut wlaupun tidak mengenal satu sama lainnya, termasuk dari nation yang paling kecil sekalipun. Hanya dalam pikiran saja mereka hidup dalam kebersamaan. Ia bersifat terbatas dan berdaulat karena bahkan bangsa-bangsa paling besar pun memiliki garisgaris perbatasan yang jelas meski elastis. Bangsa selalu dipahami sebagai sebuah kesetiakawanan yang mendalam dan meluas, sehingga banyak orang bersedia melenyapkan nyawa sekalipun demi kepentingan bersama itu. Bung Karno berkeyakinan bahwa bentuk ideal suatu negara bukanlah negara yang rakyatnya terdiri dari hanya satu kelompok etnis saja. Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka di zaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanja dua kali mengalami nationale staat, yaitu zaman Sriwidjaja dan di zaman Madjapahit. Di luar dari itu tidak mengalami nationale staat. Saja berkata dengan penuh hormat kita punya radja -radja dahulu, saja berkata dengan beribu-ribu hormat kepada Sultan Agung Hanjokrokoesoemo, bahwa Mataram, meskipun merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Prabu Siliwangi di Padjadjaran, saja berkata, bahwa keradjaannya bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Ageng Tirtajasa, saja berkata bahwa keradajaannya di Banten, meskipun merdeka bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanuddin di Sulawesi jang telah membentuk Keradjaan Bugis (Gowa), saja berkata, bahwa tanah Bugis (Gowa) yang merdeka itu bukan nationale staat (Soekarno, 1961:27-28). Konsep Geopolitik yang dikemukakan Bung Karno ini, yaitu “kesatuannya semua pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian”. Selanjutnya kita kembangkan dalam Wawasan Nusantara yang tercantum dalam GBHN tahun 1978 dan 1983 bahwa “Kepulauan Nusantara sebagai suatu kesatuan politik, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan pertahanan dan keamanan”. Bung Karno akhirnya mengemukakan sebagai dasar “kebangsaan”. Kebangsaan Indonesia. Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Djawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan Indonesia, jang bersama-sama mendjadi dasar satu nationale saat (Soekarno, 1961:28). Tantangan Nasionalisme Nasionalisme Indonesia pada tahap awal berhasil merekatkan penduduk yang heterogen menentang kolonialisme Belanda dan Jepang. Tetapi setelah proses dekolonisasi berlangsung terutama dalam nation building, perlu ada revitalisasi dan redefinisi nasionalisme yang makin kompleks tantangannya. Karena disinyalir bahwa nasionalisme Indonesia rapuh dalam menghadapi gejala-gejala mutakhir berupa solidaritas parochial dan kekuatan eksternal akibat pengaruh globalisasi, baik kekuasaan kolonial, penetrasi transnasional corporation, multinational corporation, maupun lembaga-lembaga internasional lainnya. Barbara Goodwin, seorang professor politik asal Inggris (Nur Iman Subono, HYPERLINK "http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf" http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf . menyatakan ada empat faktor di balik incoherence (tidak adanya pertalian) dari tegaknya nasionalisme. Pertama, multiple and conflicting bases for “national identity”. Apa basis nasionalisme atau identitas nasional kita? Apakah terbangun atas atas kesamaan bahasa, agama, etnis, merasa satu rumpun melayu, atau yang lainnya? Tidak ada satu pun jawaban yang pasti, karena memang banyak basisnya. Hingga saat ini, basis nasionalisme yang selalu diangkat ke permukaan lebih soal semangat anti-kolinialisme dan semangat kemerdekaan. Namun, benarkah seluruh masyarakat Indonesia memiliki perasaan yang sama seperti itu? Celakanya, basis yang saling cross-cutting ini sangat dekat dengan potensi konflik di dalam diri mereka. Di Indonesia, konflik SARA hampir merata terjadi di mana-mana, menyangkut konflik hubungan antar suku, Dayak dengan Madura dalam Peristiwa Sanggau Ledo. Dalam soal agama, contohnya kerusuhan d Surabaya, Situbondo, Bekasi, Rengasdengklok, dan Tasikmalaya. Sosal rasialisme, misalnya muncul di Pekalongan dan Ujung Pandang. Sedangkan yang menyangkut antargolongan ada di Banjarmasin dan Irian Jaya. Sudah tentu faktor ekonomi, budaya, dan politik menjadi benang merah dalam setiap kerusuhan atau konflik yang terjadi. Kedua, a license for Fragmentation. Fragmentasi atau konflik yang terjadi sejauh ini tidak mengenal batas waktu. Ia bisa muncul dan tenggelam tanpa kita tahu masa berakhirnya, seperti misalnya yang terjadi di Ambon dan Poso. Konflik juga bisa melebar melampau batas-batas geografis dan politik Indonesia, contohnya pada kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh, gerakan separatis di Papua. Ada pula konflik yang berkaitan dari satu wilayah ke wilayah yang lain, seperti konflik berdarah di Sambas, Kalimantan Barat, dan di Sampit Kalimantan Timur. Ketiga, the problem of multiple loyalties. Sebagai manusia yang tinggal atau merasa sebagai orang Indonesia, pada dasarnya memiliki loyalitas yang berlapis-lapis. Ia sebagai bagian dari keluarga, pertemanan, asosiasi politik, agama, lokalitas, kelompok etnis, kelompok linguistic, dan negara secara berbarengan. Ini yang biasa disebut oleh pakar sosiolog sebagai cleavages (perpecahan) dalam masyarakat, baik atas dasar kelas, ras, maupun agama. Jika mengacu pada karakteristik di atas, Indonesia dapat dikatakan sebagai “negara multibangsa” (multinationale state). Sejak awalnya ia memang tidak homogen, tidak tunggal, apalagi seragam. Bukankah kemajemukan (pluralisme) dan keanekaragaman (diversity) adalah aset masyarakat Indonesia yang paling besar? Ia adalah masyarakat multicultural, sebuah masyarakat yang tersusun dari berbagai macam bentuk kehidupan dan orientasi nilai, atau merujuk pada istilah Clifford Geertz, sebuah “negeri” dengan banyak “bangsa”. Keempat, Circularity, Gellner menulis dalam bukunya, Nations and Nationalism, bahwa “nation makes man”, sekaligus juga “nation are the artifacts of men’s convictions, loyalties, and solidarities”. Ada sirkularitas antara identifikasi subyektivitas individu dan masyarakat yang sifatnya “voluntaris” atas keberadaan sebuah “nation”. Pilihan subyektivitas ini juga didasarkan pada sesuatu yang obyektif, misalnya dengan mempertanyakan kembali untung ruginya menjadi orang Indonesia. Pada titik ini, kita harus menyadari bahwa sirkularitas terus berubah dan berkembang bergantung pada situasi dan kondisi setiap subyek atau pada sebuah komunitas. Tidak mandek, apalagi dengan istilah final dan ditentukan oleh sebuah paksaan atau rekayasa. Akhirnya kita harus berani melihat persoalan “nasionalisme” dan “keutuhan” wilayah Indonesia dengan kacamata yang lebih bijak. Perubahan-perubahan besar sudah dan sedang berjalan di dunia dalam abad ke-21 ini, yang dampaknya tentu saja merasuk ke Indonesia. Perjalanan Nasionalisme di Indonesia Sebagai sebuah negara, Indonesia telah mengalami pasang surut dalam pembentukannya. Memasuki abad modern, negara bangsa ditekadkan berdiri melalui Sumpah pemuda yang menyatukan ragam perbedaan yang ada dalam bangsa, tanah air, dan bahasa. Proyek Indonesia ini semakin dikukuhkan pasca pendudukan Jepang dan Tentara Sekutu. Pemerintahan Soekarno dalam Orde Lama dan Soeharto pada Orde Baru ingin mempertahankan Indonesia sebagai negara Kesatuan, meskipun dengan cara-cara otorianisme pada dua pemerintahan ini tak terelakkan. Terutama pada era Orde Baru, nasionalisme dikemas secara resmi melalui kebijakan “kesamaan dan kesatuan untuk membentuk solidaritas bangsa”, akan tetapi dalam perjalanannya banyak mengalami erosi dan pengikisan baik kuantitas maupun kualitas terhadap bahasa, hukum adat, sosio antropologis, pemerataan, pembagian wewenang dan kekuasaan pusat dan daerah, seharusnya solidaritas dibangun oleh shared social opportunities dan responsibilities dengan azas pemerataan dan keadilan, equity dalam kesempatan dan equality dalam hasil dan keuntungan (Wiriaatmadja, 2002:228). Sejarah menunjukkan , Timor Timur akhirnya melepaskan diri setelah 24 tahun bergabung dengan Indonesia. Berbagi aksi kekerasan yang menjadi bagian dalam pengukuhan rasa kebangsaan pada akhirnya melahirkan tuntutan pemerdekaan diri. Selain konflik vertical yang mengancam eksistensi negara, konflik horizontal antar kelompok yang tak kalah serius bagi kelangsungan Indonesia. Konflik antar etnis di Kalimantan maupun konflik antarumat beragama di Poso dan Ambon menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditangani secara serius bagi masa depan kebangsaan negara Indonesia. Setelah kekuasaan represif Orde Baru tumbang, dan menggeloranya era reformasi, nasionalisme dan kesatuan negara Republik Indonesia dipertanyakan. Berbagai persoalan keadilan sosial, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, konflik yang tidak berkesudahan, carut marutnya penegakan hukum, serta efisiensi dan akuntabilitas pemerintah digugat dengan suara nyaring. Identitas nasional dipersoalkan. Pertanyaan yang sering terdengar: masih perlukah konsep negara kesatuan Republik Indonesia dipertahankan? Masih relevankah mempertahankan nasionalisme di era otonomi daerah? Riset Demos HYPERLINK "http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf" http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf . , yang dilakukan dengan mewawancarai 798 orang aktivis berbagai bidang gerakan berupaya mengatahui tentang bagaimana kelompok-kelompok masyarakat konstituen sekitar mereka melaksanakan identifikasi diri. Penilaian tentang identitas diri berhubungan dengan bagaimana masyarakat memaknai pengaruh agama dan ideologi, rasa etnis dan kesukuan, maupun hubungan pusat dan daearah dalam kehidupan mereka. Data menunjukkan 10% responden mengidentifikasi diri berdasarkan agama, 14% berdasarkan desa, 18% berdasarkan provinsi, 19% berdasarkan Indonesia, dan 39% berdasarkan suku, Data tersebut menunjukkan, bahwa para responden lebih suka mengidentifikasi diri sebagai anggota komunitas suku (39%) daripada sebagai orang Indonesia (19%). Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan etnis dan suku dalam momen tertentu lebih dikedepankan dan menjadi pilihan bagi amsyarakat dalam mengidentifikasi diri. Dari segi tumbuhnya kesadaran budaya di tengah arus kepungan global yang menggerus lokalitas masyarakat, fakta ini tentu membanggakan. Namun bagi perkembangan sosialpolitik masyarakat dalam sebuah negara, identitas suku dan etnis yang digenggam secara eksklusif akan melahirkan ancaman berupa munculnya bentuk-bentuk relasi dalam masyarakat yang eksklusif. Pada akhirnya hal ini menjadi bibit bagi munculnya konflik-konflik horizontal antar kelompok masyarakat. Identitas keIndonesiaan masih menempati porsi besar dalam identifikasi masyarakat, walaupun identitas keIndonesiaan (19%) berselisih 1% saja dibandingkan identitas lokal/provinsi (18%). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sistem pemerintahan menjadi sistem yang lebih terbuka dan mendorong desentralisasi juga mempengaruhi pilihan-pilihan masyarakat dalam mengidentifikasi diri. Tuntutan pemerdekaan diri dari berbagai provinsi menunjukkan ada persoalan yang sangat serius menyangkut hubungan pusat dan daerah. Lengsernya kekuasaan yang banyak mengeksploitasi kekayaan daerah disikapi dengan menguatnya identitas lokal yang berimplikasi pada tuntutan-tuntutan untuk mengakomodasi kepentingan daerah. Oleh karena itu, sangat mendesak untuk mecari pemecahan terbaik demi menyelamatkan bangunan keIndonesiaan yang tergerus hebat. Kebijakan otonomi daerah sebagai bentuk desentralisasi politik dapat menjadi salah satu pilihan. Rekonstruksi Nasionalisme: Suatu Keharusan di Era Otonomi Daerah Gejala-gejala yang mencemaskan sebagaimana diulas di atas, pada akhirnya bermuara pada kajian tentang eksistensi nasionalisme. Apakah nasionalisme kita masih eksis? Perlukah merekonstruksi nasionalisme dalam era otonomi daerah ini? Bagaimana merekonstruksi nasionalisme di era otonomi daerah? Ernest Renan, pujangga besar Perancis, mengungkapkan ada dua hal pokok yang mendasari terbentuknya suatu bangsa, yaitu kesamaan sejarah dan keinginan untuk hidup bersama (le desire d’entre ensamble). Lahirnya Indonesia sebagai bangsa mungkin dapat dilekatkan pada konsep itu. Penderitaan panjang akibat penjajahan selama tiga setengah abad telah mempersatukan suku-suku dalam wilayah Nusantara. Persatuan itu terjadi karena ada keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari penjajah. Artinya, konsepsi nasionalisme Indonesia tak semata-semata lahir dari solidaritas asal usul, suku bangsa, agama, bahasa, geografi, tetapi juga dari pengalaman sejarah dan persamaan nasib (l’esprit de corps) bangsa terjajah. Kesadaran akan pentingnya persatuan menjadi motor penggerak dalam memadukan seluruh potensi membangun nasionalisme Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Nasionalisme pada tahap awal ini berhasil merekatkan penduduk yang heterogen menentang kolonialisme. Tetapi seiring perjalanan waktu, setelah proses dekolonisasi berlangsung terutama dalam nation building, perlu ada revitalisasi dan redefinisi nasionalisme disesuaikan dengan kondisi mutakhir. Mengacu pada Benedict Anderson (1983) bahwa nasionalisme dalam perjalanannya berwajah “Janus” (berwajah dua), artinya nasionalisme dalam perkembangannya pada tiaptiap negara berbeda-beda di satu wajah memperhatikan nasionalisme di masa lampau dan diwajah satu lagi memperhatikan perkembangan nasionalisme pada era mutakhir. Dan menurut Benedict Anderson dalam perjalanannya itu Nasionalisme seringkali menjadi nasionalisme formal yang digunakan oleh suatu negara untuk mempertahankan status quo. Berkaitan dengan hal ini, Arief Budiman dalam Bernard Chaniago (2005) dalam ( HYPERLINK "http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf" http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf .) menilai bahwa nasionalisme merupakan sesuatu yang fleksibel, bisa digunakan untuk diri sendiri, bisa untuk kepentingan bangsa. Dalam pandangan Arif, analisis nasionalisme harus dilihat secara kasuistik dari segi situasi, tempat, waktu, serta siapa yang menggunakannya. Terkadang nasionalisme dipakai secara manifulatif untuk macam-macam kepentingan. Pengkultusan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), misalnya adalah contoh betapa nasionalisme dipersepsikan begitu sempit. Sehingga ketika terdapat tuntutan otonomi daerah, maka seringkali Pemerintah menjadi ketakutan dengan alasan disintegrasi bangsa dan ancaman nasionalisme. Sinambela & Azhari (2003:131) menyoroti bahwa nasionalisme sebagai sebuah aliran pemikiran yang telah menjadi idelogi bagi sekelompok orang, masyarakat, bahkan bangsa yang merasa termarjinalkan oleh pihak, suku, ras, atau bangsa lain. Fenomena etnonasionalisme yang sekarang tumbuh di Indonesia juga merupakan nasionalisme bentuk mutakhir dari suatu kelompok masyarakat yang merasa termarjinalkan, dirugikan, dan diperlakukan secara tidak adil. Dengan demikian etnonasionalisme yang menggejala dalam bentuk semangat kesukuan di Indonesia, pada masa orde baru jangan ditanggapi secara kasar atau diberi stigma separatis, dan lain sebagainya. Penyelesaian yang seperti itu dengan sendirinya akan menggunakan senjata, sedangkan penyelesaian oleh militer dimanapun di dunia ini selalu menimbulkan korban dan dendam yang tidak akan pernah berkesudahan. Bangunan nasionalisme Indonesia yang besar ini harus direkonstruksi ulang. Nasionalisme Indonesia tidak layak lagi diartikan dengan tunduk dan patuhnya daerah membiarkan semua kekayaannya dirampok pusat (Jakarta), untuk memperbesar pundi-pundi Jakarta, selanjutnya dikorupsi oleh para pejabat baik eksekutif maupun legislative, cukuplah 60 tahun itu terjadi, sebab kalau itu tetap dipertahankan apalagi dengan modal senjata yang dibeli dan dijalankan oleh serdadu yang juga digaji dari uang rakyat, maka apalah bedanya Indonesia Modern dengan Majapahit, Sriwijaya, Mataram, dan lain-lain, yang mewajibkan rakyat dan kerajaan taklukannya untuk setiap tahun mempersembahkan upeti untuk pusat. Nasionalisme Indonesia saat ini tidak bisa lagi diartikan dengan kepatuhan masyarakat membayar berbagai pajak dan retribusi. Sementara para pejabat yang tetap bermental priyayi tidak bisa merasakan penderitaan rakyat, mereka tetap melakukan korupsi terhadap uang rakyat tersebut. Nasionalisme Indonesia harus direkonstruksi ulang bukan lagi menghadapi penjajah yang nampak batang hidungnya dan senjata sebagai alatnya, tetapi menghadapi penjajah yang menggunakan instrument budaya sebagai alat penjajahannya. Demikian pula persatuan Indonesia bukan lagi persatuan untuk mengahadapi musuh dari luar tetapi persatuan untuk menuju Indonesia baru yang adil dan sejahtera yang pemimpin-pemimpinnya membawa amanah rakyat, sehingga merasakan denyut nadi rakyatnya. Militer tetap sangat dibutuhkan dalam Indonesia yang besar, yakni militer yang seperti zaman perjuangan, militer yang dicintai dan dibanggakan rakyatnya bukan militer yang menakutkan bagi rakyat. Militer harus dipersiapkan sebagai pasukan khusus yang memiliki kemampuan dan menguasai segala teknik militer dan teknologi militer yang canggih, dan sekaligus humanis dan beragama. Jika ada serangan dari luar yang mendesak, maka masyarkat sipil pun sudah tepat pula mendapat latihan dasar militer untuk berpartisipasi mempertahankan negara. Dengan demikian, nasionalisme yang kita bangun adalah nasionalisme yang memperhatikan keadilan dan kesejahteraan masyarakat yang beraneka ragam, membangun kesadaran kesatuan di dalam perbedaan (unity within diversity), dan perbedaan di dalam kesatuan (diversity in unity). Dimana didalamnya dibangun solidaritas dan toleransi melalui berbagi tanggung jawab dan keuntungan sosial (shared social opportunities dan responsibilities) dengan memperhatikan azas pemerataan (equity) dalam kesempatan dan keadilan (equality) dalam hasil dan keuntungan. Dalam hal ini otonomi daerah diserahkan dan diimplementasikan dengan baik, pemerintah pusat tidak arogan, militer sudah professional, birokrat sudah berjalan dengan semestinya, maka kita akan memperoleh rakyat yang sejahtera seperti yang kita cita-citakan. Pada akhirnya kita akan yakin bahwa Indonesia yang besar dan Indonesia yang bersatu lebih indah dan menguntungkan daripada bercerai. Menutup tulisan dalam topic ini, perlu kiranya dikutip pendapat Bung Karno tentang hakekat persatuan, bahwa persatuan itu adalah “kita harus bisa menerima, tetapi kita juga harus bisa memberi. Inilah rahasianya persatuan itu. Persatuan tak bisa terjadi, kalau masing-masing pihak tak mau memberi sedikit-sedikit pula (Sukarno, 1961). Jika nasionalisme yang sudah direkonstruksi tersebut diterapkan sebagai sebuah faham yang dianut oleh masyarakat pada era otonomi daerah, maka kecenderungan pelaksanaan otonomi daerah mengembangkan primordialisme dengan sendirinya akan sirna, sehingga daerah surplus tidak akan pula keberatan memberikan kelebihan pendapatan daerahnya untuk daerah minus, karena daerah minus itupun adalah wilayah Indonesia, dan Indonesia adalah bangsanya. Begitu pula dalam hal pelayanan public terhadap para migrant tidak akan berbeda dengan pelayanan kepada penduduk asli, karena para migrant pun adalah orang Indonesia. Sama halnya dengan mencuatnya “putra daerah” dalam menduduki jabatan birokrasi, tidak akan lagi menjadi pilihan mutlak, sehingga terbuka pula kesempatan kepada “putra daerah lain” untuk manggung di daerahnya secara kompetitif sepanjang memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut. Disamping perlu merekonstruksi nasionalisme dalam menghadapi gejala mutakhir otonomi daerah di Indonesia, maka perlu pula diterapkan kebijakan berbasis multikultural atau dalam istilah Kymlicka (2003:13) multicultural nationalism. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang pluralis, terdiri dari ratusan etnis, agama, budaya, dan adat istiadat. Melalui pengembangan multikultural nationalism tersebut dapat dipelihara dan dikembangkan integrasi bangsa yang lebih handal, karena menciptakan masyarakat yang berkeadilan sosial yang dipersatukan oleh nilai-nilai bersama, menghargai keragaman etnis serta berkomitmen terhadap kesamaan antar kelompok akan memungkinkan terwujudnya suatu social and political ideal of togetherness in difference (Young, 1990:175). Multikulturalisme yang sarat dengan penghargaan, penghormatan, dan kebersamaan dalam suatu komunitas yang majemuk inilah yang oleh Blum (2001:16) dinyatakan bahwa: Pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi sebuah penilaian terhadap kebudayaan-kebudayaan orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan-kebudayaan tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri. Kata kunci dalam multikulturalisme tersebut, yakni pengakuan adanya perbedaan dan penghargaan, dua kata yang selama ini sering dikonfrontasikan. Karena itu dalam pendekatan multikulturalisme tidak sesungguhnya berlandaskan pada pemilikan yang mengisyaratkan pada memiliki atau dimilki budaya tertentu, tetapi berlandaskan pada kesadaran untuk menghargai dan menghormati yang mampu bernegosiasi tentang rumusanrumusan realitas yang ada. Keanekaragaman budaya bukan faktor penentu pemecah belah bangsa, melainkan diharapkan menjadi “bumbu kehidupan bagi perekat bangsa-bangsa di dunia. Elemen-elemen multikulturalisme, menurut Blum (2001:19) mencakup tiga sub nilai sebagai berikut: (a) menegaskan identitas kultural seseorang, mempelajari dan menilai warisan budaya seseorang; (b) menghormati dan berkeinginan untuk memahami dan belajar tentang etnik/kebudayaankebudayaan selain kebudayaannya; (c) menilai dan merasa senang dengan perbedaan kebudayaan itu sendiri, yaitu memandang keberadaan dari kelompok-kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara. Kebijakan ini tidak hanya dalam kehidupan sosial-politik kenegaraan, akan tetapi sangat perlu pula diterapkan dalam pendidikan, karena pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menciptakan kualitas warga negara sebagaimana diharapkan dalam merekonstruksi nasionalisme. Pendidikan berbasis multikultural diharapkan mampu membangun kesadaran pada diri siswa akan adanya kesatuan di dalam perbedaan (unity within diversity), dan perbedaan di dalam kesatuan (diversity in unity). Dimana dalam kondisi tersebut harus dikembangkan penghargaan dan toleransi terhadap perbedaan untuk menciptakan persatuan Indonesia. Handout 14 Pendidikan Kewarganegaraan di Era Global Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah dikenal dengan istilah civic education, yakni suatu mata pelajaran di sekolah yang memiliki tujuan utama mengembangkan siswa sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Winataputra (2001:146-149) dalam disertasinya menegaskan bahwa fokus Pendidikan Kewarganegaraan tersebut merujuk kepada tujuan kurikuler yang secara operasional dapat dilihat dari rumusan tujuan pembelajaran civic education dari Center for Civic Education (1994:4) sebagai berikut: Promote increased understanding of American constitutional democracy and its fundamental values and principles; Develop the skills necessary to participate as informed, effective, and responsible citizens; Increase willingness of students to use democratic procedures when making decisions and managing conflicts. Tujuan civic education tersebut pada dasarnya bermuara kepada gagasan mengenai warga negara ideal yang tampil sebagai pengambil keputusan yang cerdas dan bernalar. Untuk itu diperlukan “Knowledge” atau pengetahuan dan wawasan, “Beliefs: Civic Virtues” atau kepercayaan berupa kebajikan warga negara, dan “Skills: Civic Participation” yakni keterampilan partisipasi sebagai warga negara. Untuk masing-masing kemampuan tersebut Center for Civic Education (1994:5-7) merincinya sebagai berikut: “Knowledge: The Content of Civic Education: Why do we need a government? The purpose of government Constitutional Principles Structure of government Concepts, principles, and values underlying the political system, i.e., Authority, Justice, Diversity, Rule of Law Individual rights (personal, political, economic) Responsibilities of citizen Role of citizen in a democracy How the citizen can participate in community decisions Skills: What a citizen needs to be able to do to participate effectively Critical thinking skills: Gather and assess information, Clarify, and prioritize, Identify and assess consequences, Evaluate, Reflect Participation skills: Communicate, Negotiate, Cooperate, Manage conflicts peacefully and fairly, Reach concensus Attitudes/Beliefs: Character or dispositions of citizen Personal character: Moral responsibility, Self discipline, Respect for individual dignity and diversity of opnion (empathy) Public character: Respect for th law, Willingness to participate in public affairs, Commitment to the rule of the majority with respect for the rights of the minority, Commitment to the balance between selfinterest and the common welfare, Willingness to seek changes in unjust laws in a peaceful and legal manner Civic Disposition: Civility, Respect for the rights of other individuals, Respect for law, Honesty, Open mindedness, Critical Mindedness, Negotiation and compromise, Persistence, Compassion, Patriotism, Courage, Tolerance of ambiguity”. Untuk mencapai keseluruhan tujuan civic education tersebut dikembangkan berbagai pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan yang mengarah pada kriteria “Effective Civic Education” dari Center for Civic Education (1994:9-14) sebagai berikut. Civic education should be a central goal of the educational system; Civic education should be required at every level of the school curriculum; Civic education instruction should be of high quality and sufficient quantity; Civic education should be interdisciplinary; Civic education methodology should be interactive; Emphasis in the civic education curriculum should be on how to think rather than what to think; Civic education content should reflect community realities and a balance among conflicting political view points; Civic education should include historical as well as contemporary topics; The school and the classroom should serve as laboratories in which students can practice democratic participation; Community members should be involved in the civic education classroom Students should have opportunities to participate in civic experiences in the community. Di era global saat ini, trend pembelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk demokrasi menurut Quigley (2000:3-7) diarahkan kepada : Konseptualisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam istilah keterkaitan tiga komponen kompetensi kewarganegaraan (pengetahuan, keterampilan, dan kebajikan kewarganegaraan) Pengajaran secara sistematis konsep-konsep inti dari Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pemerintahan dan warga negara demokratis. Menganalisis studi kasus. Guru mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep atau prinsip inti melalui analisis studi kasus, kemudian mendemonstrasikan konsep yang mereka pahami dalam mengorganisir dan menginterpretasi informasi dalam kasus perilaku politik indidivu dan kelompok. Isi studi kasus seringkali diambil dari surat kabar, majalah, dokumentasi dan televisi. Mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan. Studi kasus isu politik dan hukum digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan. Siswa diajarkan untuk mengidentifikasi alasan pengambilan keputusan, menguji alternatif pilihan dan menyadari konsekuensi dari masing-masing pilihan, dan mempertahankan satu pilihan yang terbaik. Ini merupakan cara efektif untuk mengajar siswa bagaimana mengaplikasikan keterampilan kognitif dalam realita kehidupan kewarganegaraan. Perbandingan dan analisis internasional pemerintahan dan kewaranegaraan. Guru mengajak siswa untuk membandingkan lembaga dari demokrasi konstitusional di berbagai negara. Pengembangan keterampilan partisipasi dan kebajikan kewarganegaraan melalui kegiatan cooperative learning. Guru menyajikan cooperative learning di dalam kelompok-kelompok kecil, yang memungkinkan siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Melalui kegiatan cooperative learning, siswa mengembangkan berbagai keterampilan partisipasi dan kebajikan kewarganegaraan dengan mereka. Siswa belajar mengatur di dalam situasi cooperative learning cenderung untuk mengembangkan keterampilan kewarganegaraan, misalnya kepemimpinan, resolusi konflik, kompromi, negosiasi, dan kritik membangun. Mereka mengembangkan kebajikan kewarganegaraan seperti toleransi, kesopanan, dan kepercayaan. Penggunaan literatur untuk mengajar kebajikan kewarganegaraan. Guru Pendidikan Kewarganegaraan membelajarkan siswa untuk mengkaji literatur baik fiksi maupun sejarah, mendorong siswa untuk menggali nilai-nilai kebajikan dengan melakukan permainan peran (drama situasi). Hal ini membantu siswa memahami makna dan pentingnya moral di dalam kehidupan kewarganegaraan. Siswa dapat megekspos berbagai karakter misalnya harapan, optimisme, ambisi, inisiatif, cinta tanah air, cinta keluarga, sikap diri, perhatian terhadap lingkungan, dan ketidakadilan sosial. Pembelajaran aktif dalam mengembangkan pengetahuan kewaragnegaraan, keterampilan kewarganegaraan dan kebajikan kewarganegaraan. Guru Pendidikan Kewarganegaraan menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebajikan kewarganegaraan. Contoh pembelajaran aktif adalah pembelajaran sistematik konsep (peta konsep), analisis studi kasus, pengembangkan keterampilan pengambilam keputusan, tugas cooperative learning, dan kelompok diskusi interaktif. Penyatuan isi materi dan proses dalam pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebajikan kewarganegaraan. Di dalam pengembangan kurikulum dan pelajaran kelas, guru Pendidikan Kewarganegaraan menekankan bahwa kebajikan kewarganegaraan, keterampilan intelektual dan partisipasi merupakan tubuh dari pengetahuan kewarganegaraan atau isi materi. Jika siswa akan berpikir kritis dan berperilaku efektif dan bijak dalam merespon isu-isu publik, mereka harus memahami issue, alternatif respon untuk itu, dan konsekuensi respon tersebut. Ini didasarkan pada pengetahuan siswa. Dan aplikasi dari pengetahuan dalam bentuk penjelasan, evaluasi, dan pemecahan masalah isu publik tergantung pada keterampilan proses kognitif siswa. Dilihat dari tujuan, isi, proses pembelajaran, kriteria effective civic education yang dikembangkan oleh Center for Civic Education tersebut, dan trend pembelajaran civic education di era global tampak bahwa civic education sebagai suatu bidang kajian ilmiah dan sistem pembelajaran didasarkan pada paradigma pendidikan yang bertolak dari, dikembangkan dengan kerangka, dan bermuara pada perwujudan cita-cita, nilai, prinsip, dan praksis demokrasi konstitusional negara yang bersangkutan, dengan menitikberatkan pada pengembangan warga negara yang mampu dan terbiasa mengambil keputusan yang cerdas dan bernalar. Untuk itu, civic education dikembangkan sebagai: (1) tujuan utama dari sistem pendidikan dipersyaratkan untuk seluruh tingkatan sekolah; (2) menerapkan pembelajaran yang berkualitas tinggi; (3) menggunakan pendekatan yang bersifat interdisipliner dan metode pembelajaran yang bersifat interaktif; (4) desain kurikulum yang menitikberatkan pada “bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan”; (5) merefleksikan kenyataan di masyarakat; (6) mencakup materi “historical” dan “contemporary”; (7) memperlakukan kelas sebagai laboratorium demokrasi; (8) kontribusi masyarakat dalam “civic education”; dan (9) pelibatan siswa dalam masyarakat untuk mendapatkan pengalaman warga negara di dalam masyarakat. Paradigma ini tampaknya merupakan pengembangan secara sinergistik dari tradisi “citizenship transmission, social sciences dan reflective inquiry” dalam social studies. Dimensi “citizenship transmission” yang dikembangkan adalah pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam proses demokrasi konstitusional negaranya, sedangkan dimensi “social science “ yang dikembangkan adalah cara berpikir interdisipliner dan inkuiri yang bertolak dari tema ilmu politik, dan dimensi “reflective inquiry” yang dikembangkan adalah kemampuan dalam proses pengambilan keputusan mengenai dan dalam praksis demokrasi konstitusional negaranya. PAGE 36 Pemerintah Pusat Desentralisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Daerah Otonom Gubernur Daerah/desa Pemerintah Daerah ; B I m n ‹ Œ ¦ © ª « ± ³ ¶ · ñ C ôèôèÛËÛËÛ¸¨¸ŠzŠg[O> h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH h P CJ OJ QJ ^J h P CJ- OJ QJ ^J $ h,X£ h P CJ- OJ QJ ^J mH sH - h P CJ OJ QJ ^J mH sH $ hð&} h P CJ OJ QJ ^J mH sH h P CJ mH nH u - j h P CJ U mH nH u $ hð&} h P CJ( OJ QJ ^J mH sH - h> h P 5 •OJ QJ \ •^J h P 5 •OJ QJ \ •^J h P CJ OJ QJ ^J h P CJ( OJ QJ ^J 2 ; < = > ? @ A B I o Œ ¦ § ¨ © « ¬ ® ¯ ° ± ² ³ ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ú ò ò ò ú ú ú â ú ú ú ú ú ú ú ú „N „Ä „² & +Dp†/„´ gd P $ a$ gd P gd P ³ ´ µ ¶ · Ä ñ , C D O d ñ ò P Q ™ š À Ú í ú ú ú ú ú ú ú ú ú ø ø ó ó ó î î î î î î î î Ö Ö $ & F) Æ Ð Ì Ø $ ª P „ª C „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° D À $ a$ $ a$ gd Z [ ] ï ð ñ ò W ø ù û 1 3 4 ã å þ •CJ OJ QJ U mH nH u * j j ®ð hßM° hßM° 5 •CJ H $ h,X£ hßM° . E ] ^ n o x ï 6 q r • • ” – 2 í×ȶȤÈ׎í×u×í×È×í\×\×\×\×\×\×\×\×\×0 j hßM° 5 \ •^J mH nH u 0 j hßM° 5 •CJ OJ QJ U \ •^J hßM° CJ OJ QJ U ^J mH nH u " 5 •CJ OJ QJ \ •^J " hßM° 5 •6 •CJ OJ QJ \ •] •^J OJ QJ \ •^J * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH s CJ OJ QJ ^J mH sH $í $ ` m ~ • ¦ § ¸ Z ç â â â Ê $ â „ª ^„ª a$ â â â Ê â & F* Æ Ð & F) Æ Ð \ ] ^ © ª « ¬ º ï ñ ò $ â â Á â $ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° â â $ a$ Z â Ê $ Ê â V W Þ ß à ø ù 1 4 q õ s õ • ” õ ú 2 ú R o ú q ú ú ú u ú ú ¼ ú $ a$ Ä ý ú ú $ a$ ã H Î ú Û Á þ š ú ú ä Î ú ú • ú ú õ ú ú t õ õ ú ú í õ õ ú ú ú ú ú ú ú ú ä ú õ ú ú â ú ã ú ú $ „@ „Ð ^„@ `„Ð a$ $ „p „Ð ^„p `„Ð a$ $ „° ^„° a$ $ „} ^„} a$ $ ž × . „à Ä „Ð ^„à `„Ð a$ Æ H K $ a$ š 2 Î 4 Ï > U o V p • 2 7 Z [ ê ë çÕÆçÆçÆçÆçÆçÆçÆçÆ°ç°Œ°y°g°Æ°Æ°ÆgÆgÆgÆg " j àð hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J $ h,X£ h®1þ CJ q • s u w • - OJ QJ ^J mH sH h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J " h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J 0 j hßM° 5 •CJ OJ QJ U \ •^J mH nH u (ä å V b • Ž • Ä Q ž à D E e Ö × h ú í ë ë ë ë ú æ Î Î Î ú ú ú ú æ æ æ ¶ ¶ æ $ & F, Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ & F+ Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ a$ $ › „Š ¬ º „vú^„Š `„vúa$ 2 5 6 7 ú ú Î P $ a$ ú & € â Ò ú £ Ó é â B C S w ú Î º £ ú ú ú $ & F. Æ „Å „åþ^„Å `„åþa$ gdßM° $ & F. Æ Å „ ü`„ üa$ gdßM° $ & F. Æ Ð ª „0ý`„0ýa$ gdßM° $ & FÆ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ a$ $ f w ” ´ ÷ 9 : ; g © æ Ò Å Å Ò Å Å æ ¶ ¶ $ P Q q “ œ ¬ ë ë Å Å á Å Å £ É æ „- „Ð dh ]„- `„Ð a$ gd,X£ $ „- dh ]„- a$ gd,X£ $ Æ „ ^„ a$ $ & F0 Æ Ð „0ý`„0ýa$ gdßM° $ a$ $ & F/ Æ Ð ª „0ý`„0ýa$ gdßM° . ; f ¨ © U d Å- ò ø î! " Ï" ý" þ" ?# B# W& Y& ´& ¶& ' ' #) ,) '* (* ñãØã˽ˬš¬ š¬ˆyØã¬k¬k¬k¬š¬W & h,X£ hƒy1 5 •O J QJ \ •^J mH sH hiE OJ QJ ^J mH sH h,X£ 5 •OJ QJ ^J mH sH # h,X£ h,X£ 5 •OJ Q J ^J mH sH # h,X£ h,X£ 6 •OJ QJ ^J mH sH h,X£ h,X£ OJ QJ ^J mH sH h,X£ h,X£ 6 •OJ QJ ^J h,X£ h,X£ OJ QJ ^J h,X£ 5 •OJ QJ ^J h,X£ h,X£ 5 •OJ QJ ^J hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J Q 2 m -- 8- Å- - • ¹ ç ò î! Ï" Ð" þ" è Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ã ¨ ¨ • † $ „ dh ]„ a$ gd,X£ $ „ „0 dh ]„ ^„0 a$ gd,X£ & FH Æ h $ „- „h dh ]„- ^„h a$ gd; j $ „& FH „h dh ]„- ^„h a$ gd,X£ $ „- dh ]„- a$ gd,X£ $ „- „h „˜þ dh ]„- ^„h `„˜þa$ gd,X£ þ" @# A# k$ §$ á$ % B% †% Ô% -& W& ´& ¸ ¸ ¸ ¸ š ‹ ' ¸ »' ¥( ¸ (* ð á ¸ ¸ Ò ¸ ¸ ¸ $ „õÿ dh & FG Æ h ]„õÿa$ gd,X£ $ „ „ „äý dh ]„ ^„ `„äýa$ gd; j & FG $ „ „ „äý dh ]„ ^„ `„äýa$ gd; j $ „ dh ]„ a$ gd,X£ $ „ dh ]„ a$ gd,X£ $ „- dh [. \. ú ò ú ]„- a$ gd,X£ (* )* b* ï* ð* , µ- Æ- Ò- à- ðE. S. f. t. •. ›. õ. ú ú ú ú ú ú ú ò ò ò ê ê ê ê $ , V- W- X- ú Y- Z- ú ú ú ú ú ò ú ê ê & F2 a$ $ & F1 a$ $ a$ (* )* B* C* W- \- ›. „/ –/ — / š/ ›/ Õ/ Ö/ ×/ ü/ ý/ êÛÌÛ½Û§”„taM”</< h,X£ hßM° CJ mH sH h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH & h,X£ hßM° 5 •OJ QJ \ •^J mH sH $ h,X£ h,X£ CJ OJ QJ ^J mH sH - h,X£ CJ OJ QJ ^J mH sH - h ßM° CJ OJ QJ ^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH h,X£ 5 •CJ OJ QJ \ •^J hiE 5 •CJ OJ QJ \ •^J hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J * h,X£ hƒy1 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH õ. (/ ~/ •/ €/ •/ ‚/ ƒ/ „/ …/ †/ ‡/ ˆ/ ‰/ Š/ ‹/ Œ/ •/ Ž/ •/ •/ ‘/ ’/ “/ ”/ •/ – / ÷ ÷ ò ò ò é é é ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç ç $ „h ^„h a$ $ a$ $ & F2 a$ –/ — / ˜/ ™/ š/ ›/ §/ ¸/ Õ/ Ö/ ×/ ü/ ý/ 0 “0 ”0 1 1 „1 ã1 W2 X2 m2 w2 ë2 ý ý ý ý ý û û û û ù ÷ ù ò í í ë í í í í ù ù ù ë $ a$ $ a$ ý/ 0 ”0 1 P2 W2 X2 m2 s2 w2 ë2 ª3 È3 <4 F4 ²4 "5 05 6 6 >6 D6 j6 v6 É6 v7 ”7 U8 f8 c: q: ÷: ø: < éØÅرØé±ØŠثرØūررؕÅØ•Å•Ørh^h h•X÷ OJ QJ ^J hßM° OJ QJ ^J hßM° 5 •OJ QJ \ •^J * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH * h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J mH sH hßM° CJ & h,X£ hßM° 6 •OJ QJ ] •^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ Q J ^J mH sH h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH , h,X£ hßM° 5 •6 •OJ QJ \ •] •^J mH sH !ë2 13 ƒ3 ©3 ª3 È3 û3 ;4 <4 ²4 !5 "5 05 ‚5 ä5 6 >6 ç ç Ã × ¢ „ª & F Æ & F Æ Æ & F Æ 8 ö & F Æ = @ Ð Ð „ª „ª ª „ª Ù × ¼ ¢ „Vþ^„ª `„Vþ à º œ „ª ^„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° º ’ $ $ a$ „Vþ^„ª `„VþgdßM° „Vþ^„ª `„Vþ $ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° >6 i6 j6 É6 Ê6 7 7 u7 v7 S T8 U8 f8 •8 Ý8 ?9 @9 o9 p9 : : a: b: c: q: …: ’: ý ý û ý ý ý ý ý û û û û ý ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö ö å $ Ð > -@ Ü & F Æ & F Æ @ ª ç Á ª „0ý`„0ýa$ $ a$ ƒ> »> å> ? _? •? ‘? ò@ ó@ ô@ ö ö á Ü Ü Ü Ä Ü Ü Â $ „h ^„h a$ $ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° Ð ª „0ý`„0ýa$ $ „h ^„h a$ ’: ù: ö; < â< å ã< ÷= ã ø ö Ü Ü Ä Ä Ü ¹ ¹ $ a$ < = $ â< ã< = ø= > ƒ> -@ ò A IA èE JA aA nA ÛA óA B B tB •B ÍB ÙB 6C =C "D èD E YE F ¨F ØF êF ôêäêпê¬Ð¨ôš¿¬ôêêäêäêê¿€¿êôêjS , h,X£ hßM° 5 •6 •OJ QJ \ •] •^J mH sH * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH h,X£ hßM° CJ mH sH hßM° 5 •OJ QJ \ •^J h,X£ hßM° 5 •\ •mH sH hßM° $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH & h,X£ hßM° 5 •OJ QJ \ •^J mH sH hßM° CJ hßM° OJ QJ ^J hßM° CJ OJ QJ ^J ô@ õ@ ö@ ÷@ ø@ ù@ ú@ û@ ü@ ý@ þ@ ÿ@ A A A A A A A A A A A A A A A A IA ö ö ö ö tB ú •B ñ é ß ñ Ï a$ $ a$ $ a$ Å & F & F & F Æ & F J & F Æ ö ö ö ö ö ö ô ô $ „h ^„h a$ IA JA aA nA óA ôA B -B •B ©B ÍB ÙB ûB C 5C 6C TC tC •C ¹C ÞC ú ø ö ñ ñ é é ç ß ß ç × × × ñ Ï Ï Ï $ $ a$ ~E ŠE •E ¨E ¼E F §F ¨F ÷ Ò Ò Å ½ » $ a$ $ ÒE $ a$ èE ÷ ÞC ÿC !D "D ¥D æD î çD Y × Ò Å ½ ½ Ò E × Í ½ èD ½ ¶ $ a$ a$ 9J õ ö ö $ a$ ª ö ö LB a$ sE ö ö ö 4B ö ö ö ö ö ö ö & F & F & F & F E ö ö $ a$ „ª $ a$ $ „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ¨F ØF êF SG TG bG TK UK AL BL ú ó ó Á ó Á ¼ $ a$ $ ËG ÌG õ „h ^„h a$ H GH $ I ó I ó 7I ’I ó Þ ó Á $ a$ 6I Á $ 8 Æ Á ¼ “I ¼ Á ª & F Æ „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ª „ª „Vþ^„ª `„VþgdßM° $ a$ $ a$ êF TG bG ×G ØG ,I “I 8J 9J TK UK •K ™K AL ƒM ·M ¹M P ~P sQ pR äR åR ÷R MS VS WS ŽS NU OU ÆV dX eX ŽX •X vY Y\ _ Õ_ ñ_ ïØïËïËï¸ï¸ï¸¤¸ïŽzïpïpïpËpïpËpïËïpËpËpïpïz hßM° OJ QJ ^J & h,X£ hßM° 5 •OJ QJ \ •^J mH sH * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH ' hÈ*ï hßM° 6 •CJ OJ QJ ^J mH s H $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH j àð hßM° OJ QJ ^J , h,X£ hßM° 5 •6 •OJ QJ \ •] •^J mH sH +I O h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH )BL €M •M ‚M ƒM ŽM ·M nN oN ,O O BO O P P 'P ~P ©P ×P òP óP rQ sQ ú ú ø ó ó ø ø ú ø ú ø Û Û ø ø ø ø ø ø ú $ & F9 Æ Ð „ „äþ^„ `„äþa$ gd; ¸M ¹M ÆM ú ø ø ú ø j U EU $ a$ ‡U ÅV ø ÆV ø $ a$ ÛV ïV ú ø ø ú ó ó ø ø & F: q\ ø Ô\ <] $ a$ =] ý ý ä ý & F Æ _ sQ ÝQ ÞQ oR pR ¼R ÅR ÷R LS MS ŽS D œW =X >X OX ‚X ÍX ÎX uY vY ÖY ×Y ú ø ø ø ø ø ú ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ×Y úY ûY ‹Z ÀZ ÁZ ˜[ ™[ š[ b] t^ u^ Ù^ Ú^ _ q_ Õ_ ý ø ø ø ý ý ý ä ý ý ý ý ý „S „­ü^„S `„­ü ±[ V\ W\ ý X\ ø Y\ ø ý ý Ú Ú „ „äþ^„ `„äþgdßM° $ a$ Õ_ Ö_ ×_ Ø_ Ù_ Ú_ Û_ Ü Ý_ Þ_ ß_ à_ á_ â_ ã_ ä_ å_ æ_ ç_ è_ é_ ê_ ë_ ì_ í_ î_ ï_ ð_ ñ_ ý ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø ø $ a$ ñ_ ü_ !` "` T` †` È` a Na Oa ra b ¸b nd 8e »e ‰f Šf ¤f ³f ½g ¾g ×g äg ú ú ø ö á á á á ö ö Ì Ì Ì Æ Æ Æ ö ö ö ö ö ö ö „ª ^„ª & F Æ ª „ª „Vþ^„ª `„VþgdßM° & F Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„VþgdßM° $ a$ ñ_ !` "` T` Oa Õa æa i Li k Ÿl l qm rm žn áo !p ír µu v Šv Ò| Ó| } } T} Z} à} ~ ñäØÅضأØÅ’Å’ˆwˆwˆwˆw£dw£N£Ø * h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH hßM° OJ QJ ^J h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH hßM° CJ OJ QJ ^J hßM° 5 •OJ QJ \ •^J hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J äg ih i Ji Ki qm ê Li ]i wi ê çi Ó è & F Æ î ª & FÆ Ð ª & F Æ Ð ª ât µu j ê Gj Ó è ¾ ôi Hj Xj Íj è Ó ¾ ¾ „ª „Vþ^„ª `„VþgdßM° „ª „Vþ^„ª `„VþgdßM° „ª „Vþ^„ª `„VþgdßM° k ¶k òk Ó ¼ Ÿl l è è ¾ qm Lk Ó ¾ ¾ è rm ™m !o áo ¯p ›q ír 's +t v v v Ô 8v å Iv Šv Ô ý :x å õy ý ý Ô ¼ å å Ü Ü Ü å Ô ý ¥ ý $ & F Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ & F Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ & F! a$ $ „ª ^„ª a$ $ & F Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° õy 0{ 1{ Ð| Ñ| Ò| Ó| Þ| } } “} ”} ß} à} ~ ^~ •~ •~ µ~ L• M• ž• è ã ã Ò Ò Ð Ð Ð Î É É É É Á Á Á É ¿ É º ¿ $ a$ $ & F a$ $ a$ $ Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ $ a$ $ & F Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ~ ^~ •~ ¢~ ž• «• °• ±• ¸• ÷• ÿ• € € € 5€ <€ A€ h€ o€ •€ ‰€ ‘€ š€ À€ Æ€ Ó€ †M• f• h• z• •• ª• ¬• ò‚ ƒ •ƒ úƒ „ ¼„ ׄ Ù„ ò„ òæÙæưưưưưưưưƜƜƈÆÙ{ælæ{ÆlÆælÆlæÙ hßM° 6 • CJ OJ QJ \ •^J hßM° 5 •CJ OJ QJ ^J ' h,X£ hßM° CJ OJ QJ \ •^J mH sH ' h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ^J mH sH * h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH hßM° CJ OJ QJ \ •^J hßM° CJ OJ QJ ^J hßM° CJ OJ QJ ] •^J *ž• ¿• à• € R€ •€ ‘€ Ò€ Ó€ †K• L• M• z• •• ¬• ç• è• þ• F‚ ^‚ ñ‚ ò‚ ƒ ç ç ç ç ç Þ Ù Ù × Ù Ù Ù × Ï Þ Æ Æ Þ Æ Þ Æ Æ Ï $ „Ð ^„Ð a$ $ & F a$ $ a$ $ „h ^„h a$ $ & F Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ƒ •ƒ ùƒ úƒ „ ‡ ]„ ˆ‡ »„ ׇ Ý ¼„ •ˆ Ø„ ò Ù„ ò„ … ò v… Ý É Ö ú… P† ò ê É Ñ ´… a$ $ a$ ®† Ö† ê Ø É É ò Ö É É $ & F & F ­† Ñ É É É $ & F a$ „Å „;ý^„Å `„;ýa$ $ $ „Å „£þ^„Å `„£þa$ ò„ ú„ … S… T… ³… ´… ù… ú… O† P† ¬† ­† ®† ´† µ† Ö† •ˆ Ôˆ Þˆ ߈ —‰ Š ,Š ›Š ¢Š ߊ ñåÒ¾¨Ò— å¨Ò¨Ò¨ƒp—¨—ƒ\— ¨D¨D¨ . h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ^J mH nH sH u ' hßM° 5 •6 •CJ O J QJ ^J mH nH u $ hßM° CJ OJ QJ \ •^J mH nH u ' hßM° 6 •CJ OJ QJ \ •^J mH nH u ! hßM° CJ OJ QJ ^J mH nH u + h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH nH sH u ' j àð hßM° CJ OJ QJ ^J mH nH u $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH hßM° CJ OJ QJ ^J hßM° 6 •CJ OJ QJ \ •^J •ˆ Óˆ Ôˆ þˆ — ‰ õ‰ ö‰ ÞŠ ߊ )‹ *‹ +‹ 7‹ Q‹ R‹ ‹‹ Œ‹ •‹ š‹ 8Œ 9Œ [Œ ŒŒ ú ø ó ë ë ø æ ø æ ä ä â à ä ä ä ä ä Û Û Û Ã $ & F5 Æ Ð „ „äþ^„ `„äþa$ gd; j $ a$ $ a$ $ & F a$ & F & F ߊ ìŠ )‹ +‹ 7‹ Q‹ R‹ \‹ ]‹ o‹ p‹ ‚‹ ƒ‹ [Œ N• W• Q‘ Y‘ !“ ]“ – “ ñ“ ®• Ì• Mš Æš › › › › ëÚÐɽ¹Ð¬Ð¬Ð¬Ð›Ð›‡›Ð›Ð›Ð›Ð›wl^ h,X£ hßM° 5 •\ •mH sH h,X£ hßM ° mH sH - h,X£ hßM° 5 •CJ \ •mH sH & h,X£ hßM° 6 •OJ QJ ] •^J mH sH h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH j àð hßM° OJ QJ ^J hßM° hßM° CJ OJ QJ ^J hßM° 5 •\ • hßM° OJ QJ ^J ! hßM° CJ OJ QJ 5 •6 •CJ OJ QJ ^J mH nH u ŒŒ ÈŒ M• N• • #• X• ²• W• ©• I‘ J‘ g‘ “ ç ç å å å å È å ° ° › › È & F3 Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþgd; ^J •• mH Ù• nH CŽ u ' hßM° DŽ VŽ " Í Í å å å j & F3 Æ Ð $ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gd; j & F4 Æ Ð $ a$ „ $ „äþ^„ `„äþa$ gd; j & F5 Æ Ð $ „ „äþ^„ `„äþa$ gd; j “ — ú !“ 5“ ]“ –“ ú â c” ™” š” â ú ¾” q• r• ®• ú ³ $ ª „ª â ú Ê & F7 Æ Ð ñ“ Ì• *– ‰– — — „Vþ^„ª `„Vþa$ gd; â ú ³ â ú › ú ú j & F7 Æ $ „Å „åþ^„Å `„åþa$ gd; j & F7 Æ Ð $ „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gd; j & F6 Æ Ð $ „ „äþ^„ `„äþa$ gd; j $ a$ — /— a˜ b˜ w˜ Lš Mš {š Œš ±š Æš › › › › 9› :› J› Œ› •› ™› ú ú ú ú ú æ æ ú ä ä Ý Ø Ø Ï Ï Ï a$ $ a$ $ & F8 Æ Ð „0ý`„0ýa$ gd; › › › ,› ú ú æ â æ â Ö Ñ $ a$ $ j $ a$ › ,› -› :› J› •› ™› œ œ Àœ Õœ G• W• j• è• ˜¢ _£ „£ £ .¤ -¤ %¥ k¥ – ¥ ²¥ Ï¥ ¦ 7¦ ´§ ä§ ¯¨ Ö¨ ר -ª ³ª êÔÁªÁ”Á”Áˆ~o~^~^X~ˆÁ~^ÔÁ~^ ~^o^oˆ~Á hßM° CJ h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J hßM° OJ QJ ^J hßM° CJ OJ QJ ^J * h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J mH sH , h,X£ hßM° 5 •6 •OJ QJ \ •] •^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ Q J ^J mH sH * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH * h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH "™› œ œ œ ¿œ Àœ ý Õœ ý þœ ä (• F• û G• ä $ è• ž gž ý ß Å ß „h ^„h a$ j• ®• ý ä Å ß W• hž iž ’ž ý “ž Ý Å Å Å ¼ ß $ & F Æ & F Æ Ÿ ¢ Æ & F Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° P Q ë ì —¡ ˜¡ ¢ ¢ ˜¢ ú¢ û¢ ^£ _£ „£ Ž£ £ â ç â â ç ç Ù × ª „n „Wþ^„n `„Wþ $ $ a$ $ “ž — Ú£ Ÿ ç â ç ç â â ç Ä ç â â ¶ Æ & F Æ ¤ ¥ ª „0ý`„0ýa$ gdßM° $ „h ^„h a$ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° Ú£ A¤ -¤ 㤠%¥ i¥ j¥ k¥ –¥ — ²¥ Ï¥ ¦ 7¦ …¦ †¦ õ¦ ù Å Å Å » ¹ · Ÿ À À é£ $ a$ $ î ç Ý À Ÿ À Ÿ Ÿ $ & F Æ & F Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ a$ $ a$ $ Æ Æ Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° S „Å ^„Å ª S Æ Æ -ª º & F Æ & F Æ & F ª S „Å ^„Å ª õ¦ ö¦ ±§ ³ª Ôª ú õ Þ Ü £ ²§ ³§ ú ´§ ä§ ¨ ú V¨ Þ Å ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° ®¨ ¯¨ Ö¨ ú Þ ×¨ ¼ $ $ ª õ Å „h ^„h a$ d© ú ú ú $ c© $ Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ a$ $ a$ ³ª ¿ª ઠ« U« w« ƒ« Ϋ Ú« 5¬ I¬ „¬ ˆ¬ ¯¬ °¬ - M¯ ¯ ê° ò± ² ¾³ '´ 9´ ù´ µ @µ Aµ ìµ ÿµ §¶ ö p· Œ· -¸ !¸ F¸ I¸ d¸ f¸ óéãé×é×éÄóij¤×é— éóé³é³éóéóé•éóéóéóéó|f|f* j hßM° CJ OJ QJ U ^J mH nH u h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH h : OJ QJ ^J hßM° 5 •OJ QJ \ •^J hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^ J h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH hßM° CJ OJ QJ ^J hßM° CJ hßM° OJ QJ ^J hßM° 6 •OJ QJ ] •^J (Ôª ઠ« ,« I« U« Ö » ƒ« ¾« Ϋ Ú« 5¬ I¬ à à “ $ ª S S „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° „S ^„S $ S „ gdßM° 4¬ Ö Á ˜ a$ & F Æ Æ Æ & F Æ ü`„ üa$ w« ± Ž „¬ ˆ¬ Á °¬ è ã à » š $ a$ $ Æ & F Æ $ S „S ^„S a$ S - $ a$ $ „S - ê „Wþ^„S `„Wþa$ gdßM° - )- L- M- tì ê ê ê È º °¬ Ϭ ó¬ æ- ç- è- ì ê ê ´ ´ - - - - - ì ê ì ê Ù È ´ ´ Æ Æ Æ Æ & F Æ „ „ „ ª „äþ^„ „äþ^„ „äþ^„ `„äþ `„äþa$ `„äþa$ „0ý`„0ýa$ gdßM° $ $ $ è- û- ® u® •® ÿ® ¯ ¯ é° ê° a± â³ ´ ´ '´ Æ ù´ ù å Æ Ü Æ ® ® $ & F= Æ ß ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gd; å Æ © Ï Æ © ® ‘ ² j & F< Æ Ð $ a$ „ $ „äþ^„ `„äþa$ gd; j Æ $ a$ $ Æ & F; Æ Ð „ „ ^„ a$ „äþ^„ $ `„äþgd; „ ^„ a$ j Æ ¸ ¹ º ù´ ìµ §¶ q· ¸ E¸ F¸ d¸ g¸ h¸ ‚¸ …¸ †¸ x¹ ´¹ ì¹ ç ç â â â Ô Ô Ô Ô Ô Ô !¸ =¹ ç â Æ & F= Æ ß „ ª „äþ^„ „ª `„äþ $ a$ „Vþ^„ª `„Vþa$ gd; ²¸ ¿¸ À¸ è¸ ç â â â Ô Ô Ô $ â Ô Ô Ô j f¸ h¸ i¸ ‚¸ „¸ †¸ ˆ¸ ¿¸ À¸ º &¾ 2¾ G¾ ®À ÍÀ  A ¬Ã ùÄ Æ •Æ “Æ Št˜`˜Ï˜Ï˜M˜`˜Ï $ h,X£ mH sH & h,X£ hßM° 6 •OJ QJ ] •^J mH sH * QJ \ •^J mH sH h,X£ hßM° 5 •\ •mH sH h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH hßM° 5 •OJ QJ •CJ OJ QJ U \ •^J mH nH u hßM° OJ QJ OJ QJ U ^J mH nH u h,X£ hßM° OJ QJ ^J º mº ˜º ™º çº èº ‚¼ ƒ¼ %¾ &¾ 2¾ G¾ H¾ ÐÀ Á ñ ñ ñ è Ð Ë Ð º ± ± Ë Ë Ë ± ± $ $ Æ „ „äþ^„ `„äþa$ $ a$ $ & F> Æ Ð „ „äþ^„ `„äþa$ gd; ¡Æ 8Ç •Ç ïÙ϶©ÙϩϘ hßM° CJ OJ QJ ^J h,X£ hßM° 5 •CJ OJ \ •^J 0 j hßM° 5 ^J * j hßM° CJ mH sH e¾ Ⱦ B¿ .À /À ÏÀ è ¸ ³ Ë Ë $ a j Æ $ a$ Æ Æ „ rÇ •Æ Ê & F$ Æ Æ & F# Æ & F" Æ Î Ð ¢ „ª ª „äþ^„ `„äþ Á †Á  sÇ [È %É &É 'É ç ç ç Ê â â $ A ¨Â à «Ã ¬Ã ç â äÃ ç ·Ä ½Å Æ ç â Ê Ä - â « „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° aÎ (Ï øÏ äÒ [Ó œÓ ýÓ ¶Ô $ a$ •Ç ¡Ç $ 'É ÂÊ ÏË DÌ µÌ Í “Í Õ Õ $Õ Ö 'Ö ¬Ö Ü šÜ -Ü ¤¼v¼v¼v¼ JÕ ¤Õ ®Ö µÖ ¯Ü ¸Ü h¯{è ©Õ ÃÕ ÈÕ ¸Ö ¹Ö ìÖ úÖ °× ½× ÐØ áØ ‚Ü •Ü óéØéØéØéØéØéØÌØéØéÀ¼¯¤–¤–¤–¤Ž¤Ž†¤z¤z¤– h,X£ hßM° 6 •mH sH •Ü – h¯{è mH sH huV• mH sH hßM° CJ mH sH h,X£ hßM° 6 •] •mH sH hßM° hßM° CJ( OJ QJ h,X£ ^J hßM° mH sH hßM° CJ OJ h,X£ ^J QJ h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH hßM° OJ QJ ^J hßM° 6 •OJ QJ ] •^J .'É [É \É qÉ ”É ùÉ vÊ ÂÊ Ë UË ÏË Ì DÌ €Ì µÌ Í Í @Í “Í Î aÎ ™Î ÒÎ (Ï ý ý ý ý å å å å å å å å å å å à à È È È È È È $ & F& Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° $ a$ $ & F% Æ Ð 7 „7 „Éý^„7 `„Éýa$ gdßM° (Ï bÏ ÈÏ ÉÏ ÊÏ ËÏ øÏ FÐ Ñ «Ñ KÒ ãÒ äÒ [Ó œÓ ¼Ó ýÓ %Ô ç ç â â â â â Ê Ê Ê Ê ¸ ± ™ ™ ™ ™ $ & F( Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° Æ ª $ Æ ª „ „äþ^„ `„äþa$ $ & F' Æ Ð „ „äþ^„ `„äþa$ gdßM° $ a$ $ & F& Æ ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° %Ô SÔ …Ô ¶Ô Õ Õ Õ Õ Õ Õ Õ ç Õ Õ Õ Õ Õ Õ ç Ä Â Â Â Â » Õ Õ $Õ Õ JÕ Ä Â Â KÕ ç ç Ä Â Â Â Â ½ ¹ Æ „ „äþ^„ `„äþa$ $ Æ ª „ „äþ^„ `„äþa$ $ & F( Æ Ð ª „ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM° Ü ¸Ü Ý Ý Ý <Ý ÐÝ âÝ òÝ ó ý ê Ì ø Ý Æ ³ ³ $ & FA Æ ) „0ý`„0ýa$ gd; $ a$ KÕ Þ fÕ OÙ PÙ Þ !Þ ý Ý [Ú ûÚ ø Õ Ý ³ {Ù ëÛ •Ü Õ ý ³ $ ý ³ ‚ j & F? a$ „ ^„ $ „h ^„h a$ $ $ „ „äþ^„ `„äþa$ $ „Ð `„Ð a$ $ a$ $ a$ ¸Ü à ÅÜ ÍÜ ÑÜ Ý Ý <Ý HÝ JÝ QÝ UÝ ÐÝ .Þ sÞ “Þ èÞ ïÞ uß ‚ß /à 6à “à Áà Ná Âá Ðá \ã 2å 3å }æ “æ ·æ Éæ ²ç ´ç »ç ¿ç Aê Cê Jê Nê .ë Yë õíõåõØõØÎØÎØÊõºõ¬õ¬õ¬õºØ ‘ Š•|t|t|o|o|o|o| h& × \ • hßM° 6 •\ •] • hßM° \ • hßM° 5 •CJ \ • hßM° CJ \ • h,X£ hßM° 6 •\ •] •mH sH h,X£ hßM° \ •mH sH h,X£ hßM° 6 •] •mH sH - h,X£ hßM° 5 •CJ \ •mH sH hßM° h& × CJ mH sH h,X£ hßM° CJ mH sH Ü h& × mH sH h¯{è mH sH h,X£ hßM° mH Áà Ná •á â -â \ã 2å 3å ç Ô Ä ± › › ç & FC Æ „h ^„h a$ gd; sH êæ Ô +!Þ .Þ ëæ ì sÞ “Þ Ô ± oß )à ’à ç ç • ç âÞ ì “à Î ± $ j & FC Æ $ „h ^„h a$ gd; j & FB Æ „ „7 ^„ `„7 „h ^„h a$ gd; „ ^„ $ j & FA Æ $ a$ ) $ „0ý`„0ýa$ gd; j ë ë ëæ $ë ¼ê ½ê Ïê ú ìê ú ñ ¦ è l Ö ù ÖF Ö ÿ Öÿ ÿ³³³ ÿ ö ÿ³³³ 6 Ö $ è $ If ¤ ÿ³³³ Ö0 kda ù » è A – ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l pÖÿ³³³ $ $ If a$ ë .ë Yë ]ë aë ö ö • l kd\ ÿ³³³ $ë )ë $ If u ù ö ¤ ÿ a$ ö » ÿ $ If – ÖF ÿ $ - ö $ Ö ù ÿ ÿ³³³ $ a$ ÿ ö Ö0 6 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ l aö l ÿ4Ö $ $ If u a$ aë bë ¨ë ¬ë °ë ~ u $ $ If u a$ • kd $ ù ÿ $ If –l Ö ÖF - ÿ ÿ ¤ ÿ ÿ ö ù » Ö0 6 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ4Ö l aö l Yë bë ¨ë ±ë /ñ ~ñ •ñ ó ó Qô bô õ õ &ö ì Mö fì xö ´ì ‡ö ¿ì eû ßì øý áì èì ìì +í ¼ï ¾ï äï þ þ 1þ 2þ úîúîâîúÜÖÜÖÜÒÉÂÜî½Ò½Ò½Ò¯Ò¤”†¤Òzvja E5 5 •CJ aJ hDE5 hDE5 5 •CJ aJ hDE5 hßM° CJ( OJ QJ ^J h,X£ hßM° 5 •\ •mH sH - h,X£ 5 •CJ \ •mH sH h,X£ hßM° mH sH j hßM° U mH nH u hßM° 5 • hD hßM° hßM° 5 •\ • hßM° 5 •CJ \ • hßM° h5b, CJ hßM° CJ h,X£ hßM° \ •mH sH h,X£ hßM° \ • "°ë ±ë ì 6ì eì ~ u $ $ ù ÿ $ If –l $ If Ö ÖF - ÿ ÿ hßM° \ •mH u ¤ ÿ ÿ ö sH u a$ • kd¼ ù » Ö0 6 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ l aö l ÿ4Ö eì fì ´ì ¹ì ½ì ~ u $ $ ù ÿ $ If –l $ If Ö - ÿ ÿ ÿ ÿ ö a$ • kdl ÖF ù ¤ 6 Ö u u » Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ l aö l o ÿ4Ö ½ì ¾ì ¿ì \ Z & FD Æ „h ^„h a$ gd; +í +ï ¼ï \ ½ï ¾ï äï Z /ñ ~ u Z $ Z j „ ^„ $ „Ð `„Ð a$ • kd $ ù ÿ $ If –l Ö ÖF - ÿ ÿ ¤ ÿ ÿ ö ù » Ö0 6 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ l aö l ó ó Qô ö !ö "ö á ú ú ú Æ à À! Æ 7 & F@ Æ h 7 ÿ4Ö /ñ ~ñ •ñ bô õ Ÿõ ú Ï ú Ç õ á ¡õ ¢õ ©õ ªõ «õ ¬õ Ï Ï Ï ú Í „ $ „äþ^„ `„äþa$ „ „äþ^„ `„äþa$ gd; -õ á $ ö -ö Ï ö Í ú ú áõ ú ú ú ú j eû $ a$ uû ÷û ú ú ú & FF Æ Ð „ "ö #ö $ö %ö &ö Kö Lö §ü =ý Øý øý ùý ú ë ú ú Ø Ø À À ¾ $ „äþ^„ `„äþa$ gd; Mö xö ú ‡ö úö Kø ú Ãù ú Ø dû ô ú Ø À -ú ú À j & FE Æ $ „h ^„h a$ gd; j þ þ þ $ þ þ „Ð `„Ð a$ þ þ þ „Ð `„Ð þ þ þ $ a$ þ ùý úý ûý üý ýý þý ÿý þ þ 2þ 3þ ý ý Hþ ý ù ý í & F Æ Hþ  «þ @ > ý ý `„Üögdp•m J † ÷ A † ý ý ý ý Ú „Ð `„Ð a$ gdp•m „Üö dh äþ ' ý ý ý ý $ ý ý ý ý õ ý í Î w $ a$ gdDE5 œ Î ï ! Ÿ ¸ ñ $ a$ gdDE5 ÿ Ø ð ô 2þ ¨ 3þ ¹ á P | › Û 2 èŽè Û n ƒ ’ ' ( 5 k • w • K Z ‚ › • öìèàèàèàèàèàèØèàèàèàèàèàèàèàèàèÐèàèź®º¦ºèžèìè–è–è– j hp•m U ho!Ð hp•m 6 • hîPí hp•m 6 • ¶ 1 hp•m mH sH hÚdü hp•m 6 •mH sH hÚdü hp•m mH sH h‰H3 hp•m mH sH hƒp( hp•m 6 • h÷n¹ hp•m 6 • hh0¿ hp•m 6 • hp•m h<]) hp•m 5 •6 • hp•m 5 •CJ aJ 6ù › N ü • « v w • ç w- œ `$ C& F( G( m( |* ê. ó ç ó ó ó Û Û ó Ó À ó ó ó ó ó ó Ó ó ó $ & F Æ & F  „Üö`„Üöa$ gdp•m $ „ „>þ^„ `„>þa$ gdp•m $ a$ gdp•m $ „Ð ^„Ð a$ gdp•m $ „Ð `„Ð a$ gd F× $ „Ð `„Ð a$ gdp•m n o p ž Ÿ G ~ & 3 w- | - ~- ™- ›- œ ¢ ¤ Å " " Z" »" Ï" # /# 9# O# X# 7$ `$ g$ i$ t$ •$ ¬$ µ$ Å$ Ø$ "% %% €% Š% ¤% ª% G( ñéàéÜÔÌÜÁµÁÔÜ­ÜÁÔÜ­Ü¥ÜÁµÁšŽšŽšƒÔÜ­Ü{ Ü{Ü{ÜÁµÁµÁ h ™ hp•m 6 • h<]) hp•m mH sH hÚdü hp•m 6 •mH sH hÚdü hp•m mH sH hÔ{ hp•m 6 • h \m hp•m 6 h‰H3 hp•m 6 mH sH ho!Ð hp•m 6 • h<]) hp•m 6 • hp•m h» – hp•m 0J j hp•m U • jÌ h‰H3 hp•m mH sH h» – hp•m U .G( m( ê( ¦* , 3, Y, _, u, }, c0 >1 ?1 {1 |1 } 1 «1 ¬1 -1 æ2 ç2 <3 ê3 Š6 ‘: ’: “: Õ: ©< Ã< ¦> ·> d? "@ òçãÛÎÛÎÛÎÛ¿·¬ž·‘·¬¿…¿vÛ¿çmeã]ã]ãV h‰H3 hp•m h—Qb hp•m 6 • hp•m hp•m 5 • hê[æ 5 •CJ aJ hÚdü hp•m B* mH ph sH h•X÷ B* mH ph sH h‰H3 hp•m H sH • jý h» – hp•m U h‰H3 hp•m mH sH j hp•m U h‰H3 hp•m B* mH sH hÏp” hp•m 6 •B* ph hp•m B* ph hp•m hÚdü hp•m H h<]) hp•m 5 •6 •mH sH !ê. 21 ê3 ó6 ’: “: Õ: ý; Ê? E I ØL ¸N ÓP úS ÎU eY ëZ ‹\ 0] Ã^ Ä^ ó ó ó ó ë Ø Ð ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó ó Ä Ä $ „Ð ^„Ð a$ gdp•m $ a$ gdp•m $ & F „ „>þ^„ `„>þa$ gdp•m $ a$ gdp•m $ „Ð `„Ð a$ gdp•m "@ 1@ ~B -B ÍB ÎB C C 0J m ph mH •B s ¸ Ð ó C Q :C ;C E ŒE ŽE ¬F ¼F …G •G ÓP — ®Q ÑQ åQ QR SR „R «R ²R ÒR ÛR ùS úS †W dY 2Z KZ [ [ Âd Ùd üd e ÷ðìðäðÖäÍä𺮮Â즡¦¡ì”‰”‰”‰‰rìjìj즡¦ hå( hp• m 6 h‰H3 hp•m B* mH ph sH hp•m B* ph h‰H3 hp•m B* ph h‰H3 hp•m 6 •B* ph hp•m \ • hp•m 6 •\ ] h‰H3 hp•m 6 •mH sH h•X÷ mH hp•m U sH j h‰H3 hp•m mH sH hp•m U hp•m h‰H3 hp•m 0J • j. h» – h‰H3 hp•m h‰H3 hp•m 6 • )Ä^ a e *c –e — ˜e ™e še ›e œe •e že Ÿe e ¡e ¢e £e ¤e ¥e ¦e §e ¨e ©e ªe «e ó ó ë ã Û Û Û Û Û Û Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ô Ô Ô Ô Ô Ô Ô Ô gdDE5 $ a$ gdDE5 $ a$ gdp•m $ a$ gdp•m $ „Ð `„Ð a$ gdp•m e Oe Pe [e •e œe •e ¢e £e ¤e «e Ñe ß e àe áe -f -f •g •g –g ±g Ëg i i n i ço Ái Êi ëi j 8j Sj ±j Ìj ôj êl ël ám äm -n éo Äp çp öïöïæÚÖÏ÷¨™•†~†~†~†~†~†~†~†~†~†~t~o~t~t~† h•w 6 • h•w h•w 5 •6 • h•w h•w 6 • h•w h•w hp•m OJ QJ h•w h•w ^J aJ 5 • h•w hp•m CJ( OJ h# N h•w QJ ^J OJ QJ ^J aJ hDE5 CJ( OJ QJ h# N ^J hDE5 hDE5 hDE5 hDE5 hDE5 5 •CJ aJ hp•m 5 •CJ aJ k hp•m \ •] • hx =k Wk qk ‰k æ » Ç ¬ hp•m \ •] •+«e ¶e ße àe ük .l Jl il l ¡l ý Ó Ó ¬ ¬ ¬ ¬ ¬ Ëg ;h ™h ý Ó i i ôj î Ç ¬ ¬ ¬ Ç $ & FL Æ $ $ & FK Æ a$ gd•w „Ð `„Ð a$ gd•w „„ ^„„ a$ gd•w „8 ^„8 a$ gd•w $ $ a$ gd•w $ „Ð dà `„Ð a$ gd•w ¡l êl ël qm âm ãm äm åm æm -n n ›n Õo Öo ä ó Äp Åp ±q õq ó Ð Ar Ø •r Ø ä Ä $ $ „ì ^„ì a$ gd•w „Ð `„Ð a$ gd•w „ ^„ a$ gd•w ó ó $ a$ gd•w ä Ø ä ± $ & FM Æ ½r ó ó ± ó ± ± $ & FL Æ a$ gd•w $ „„ ^„„ a$ gd•w çp öp Yq rq yq ”q ±q u †u •u ‘u ¥u § u Ùv ={ Q{ c{ w{ ÷{ | ˜| ¬| œ} ª~ É• H€ l• €• ¤• vƒ x„ ±„ Ê„ â„ ý„ -… … I… X… Þ† à† ë† ú† ­ˆ ·ˆ ¾ˆ ʈ &‰ 5‰ ð‰ 0Š 8Š FŠ QŠ iŠ ‹ %‹ ž‹ ±‹ 6Œ 7Œ 8Œ ÷ð÷ð÷ð÷ðå×ÊðÊå½å½å½å½åÊåÊå½åÊåð÷ð÷ð÷ð÷ðµð÷ð ÷ð÷ð÷ð÷ð÷ð÷ð÷ð÷𨜠h# N CJ( OJ QJ ^J h•w h•w 5 •B* ph h•w h•w 5 • h•w h•w 6 •B* ph h•w h•w B* \ •ph h•w h•w 5 •B* \ •ph h•w h•w B* ph h•w h•w h•w h•w 6 • =½r ðr Ps Âs t u •t §u ä Åt Pv ì u Úv Mx èz É• à à · „Ð `„Ð a$ gd ¤• y„ à† ì Ø $ œ} ì à & FO <z à à µ P 8Œ ì :Œ ì ì ì Ã Ã Ã Ã Ø $ „e „›þ@& ^„e `„›þa$ gd•w $ „Ð `„Ð a$ gd•w $ a$ gd•w $ & FM Æ „ì ^„ì a$ gd•w 8Œ 9Œ ;Œ <Œ >Œ ?Œ AŒ BŒ DŒ EŒ KŒ LŒ NŒ OŒ PŒ RŒ SŒ TŒ VŒ WŒ ›Œ ©Œ ªŒ ³Œ ´Œ ÀŒ ÔŒ ׌ ØŒ ÙŒ ÷ ó÷ó÷ó÷óéãéØéãÔÎãÔóÔÆÔÆÔÆÔÂÔ¶ h# N CJ( OJ QJ ^J h,X£ hßM° CJ aJ h zY 0J hßM° hßM° 0J mH nH u hßM° 0J j hßM° 0J U hú j hú U @Œ AŒ CŒ DŒ PŒ QŒ RŒ SŒ TŒ UŒ VŒ WŒ XŒ iŒ Œ šŒ ý ý ý ý ý ñ ë ý Ï ë ý ý ý Ê ý Ê Ê $ a$ :Œ ;Œ =Œ >Œ jŒ yŒ zŒ ˆŒ ‰ ý ý ß ý Ê ý „h „øÿ „ „øÿ „ &`#$ ]„h gd zY &`#$ gd; j „h ]„h „øÿ „ Œ ׌ ØŒ ø $ &`#$ gd zY ÙŒ ý ý ë „Ð `„Ð a$ gd šŒ ø ›Œ ©Œ ý ý P ªŒ ý ³Œ ´Œ ÁŒ ÓŒ ø ý ß ÀŒ ý ÔŒ ÕŒ ý Ö ý „ð „ ÿ^„ð `„ ÿgd,X£ $ a$ 0 &P 1•h °ƒ. °ÈA!°¥ "°¥ #•¥ $•¥ %° °n °n •Ð a " D d Ü ¹ á ê å ð # ð ð0 ² A ÿ ð €b ðÝ ”|,cßÖ :ŸY `ÿ~ ÿ ¹ D n-ð± ”|,cßÖ :ŸY `ÿ~ ÿ‰PNG IHDR Å À FÛºp sRGB @À}Å 0PLTE € ÿ€ € €ÿ ÿ ÿ € €€€€ € €€ÀÀÀ ÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿºÂ9O pHYs Y & âIçj IDATxÚíÛ½’£8 àïý”(0O§DT ¹ x ' x.!*8Œ H­þ“gö’³ªvïÆ#飻 ÂØûkýãíŸ_ãc|Œñ1>ÆÇ`šÏ~ZžÏü×Ý÷ɘôÇç«}%/ŒÆ 3ˆ†3æ ‰g Š1ö c…t †ÙZƒ I¶F#!¼a€±`†Ýú° k8`œDš¬ÑÚ­WxÎ „h˜—ÁE c ’щq%+ÄÁ!´ £ âHŒØ•.<iL !Æa$„4NB Ç-³³•Æ †ù’ H‘ ¸±&† ܘ\b$¯cÆ K¯-ÜH‰ÔÀÎóX9K— 5ü1 &`)ÃHW ‘-Ô0†ˆc• 4[˜1ÒÆR /ú3a:c2´ /h˜pŽ¼¨Fe8`ð» <" )b zlGóñ8Üy¶ …áKƒÙ Ò –äZ¬À N' Óµ éÅÅ”Nc GF Bt¶‚áŒn\( Ñ»a•ÉP Ä“YÃÔ NÙ97è0ª# Ú97Ê"Ú* ¯^aXÊ(’E§ tÎ ’[Ü0¦ qHçN4ÆëÌ äÈ.£ “ª<êÌ ‰éQ 9 d¡u”a¸v\â•Û¨²viòš·Œ8l9òÀ –0&1 „c — $5Šƒ ÉŠ‡o± -¬`Ç F0Î\•ßú“p° ‰A¤ÊâÆTvË ‹ | Í1w¬ •Ó´74ÄQMj` ² :̈8Ê †-ãFŒEgŒ! ¹7j<¹ZìÇ « JîôÆ‹yÈG6žÿá[rO ÷ó‡Ò`¯ ·ü¦»¼‡{òÆr¦ o.{†C L=ã gã¸}­*ãÁ “û›3ž%A¼\ #Üü:m ¤A„Ò]5G': ýœáI S¨y Á<“AòÕ¬çy®Í o §Ên„8Ê\‘ ûŒì‰ áYì “ºÑÓðÏú Ô¸­å)È Â3Ë…Šcª ¤g¯ ÂÈã¸=¿c„šøÄ •³D³¢tF– ®`4À• Åç 4@ 7i Íg ̘ !E¡2 ‡ÏŒF • –|¬y!Ö{ï^;͹79ßäÆk¸ïÄ’¨Ï½i›0Η [³ ¹nÉ% f Æ _õÅ“ˆ½=j¢ G»? } xÐëd% Ï׈ x ÛfìEckÈP$U\%d [` …;y½áÊ À v ·œ•E ÖÖ—”(ÙðÅq¦8¬à£¯5ÊHÒ@ ”SxÉ(Ï 6SÖÿˆ1ra`„Rã7Ö£¸ ŸÕP†‘ w´ ¬ûH†áñ&æ I u† „&Žbq-û f ^qîUÅ /] º¨Fj°. ˆ<°jØï y¶ ¤ 4!žçx cñV†Î ÝM X[ 횪2@¶´kªÆ îˆä0€ÑË]ñfõÆÌue>óš¼Þ`Cf 6Œpzh *[£ÿ9ƒ D5Jkà•L?jøw hÜß0ÆJC:&,Y ÑV H â¡ÖèªÃ(ŒY PÜàŠGUo Ô â‚ ‘‰c@ÑU í F-ˆÜ½4ô±k»w…! =K– Üû(ùlÔ d‘;·ï }?œç^4ΨµFÛö[K‹¾ýx¯6濨ùóɯ6Ì 4 ^FxøEÛ ¡x©Q-Q›– `oÍögì 3`Ñ´¨ Wo tSxÑ%§_ T ‘æhòáIß>öжW’ˆæ{µqÅ0åcÁ ÉWÀ²ñWªòç¢×‘´g Î{Öx t¾ÇN F çàþøÙ–ËeÀ.‡î¨M•uÕ9 ° X 1i]V ÒØ•¯3øL´q<¹“¬„± Ŧ Úxµ]ÙÏÉ4æ£ØÞ¿eÄPzÎXï½ ûžå÷ŒòAwi „ Gq³W ¿ý· ˆ Æ] ¿-mrÇ8Z+ ÌAîÛm¿ïJ=Ë Æ ÊJ ó*Ôa… ‚1ÓóçCi „•Ô¼WÌ•- º ¢ +Ò ó“ ý®3ˆáx}ÿÙ¹óþ­» 6 ÌÈ·³!  G‡s Ì·ÙUcÜ“("`Ó)’·ÌÇ ¸ i5Æ H bÊÏ|̸ÑÎ4Î ó ‚€×– ò êÒè ¥‘le£ ¢× 0Hcìé ‰rÈ|Åû w!½ÚغïÄõI_ r)Ø— ØŒ‡A}î<ï+ÊcmÀßßìuÄOWê³í"ð8båQ‚ý÷Qu þA/oP §ÈË?‰ÐƽÖðõÆ|¯4ÚµÚ@Ó~새^=kŒr· êãf…m4Á/#;Ú ¾u ¿]ß3Òͧœ$ûíÀL#|¿¤çŽóBøíXú KÌHÜI¶ Ó~-q>^<4„ü=™þZ—6[»Ý Þ ½o d¸®ÁÃy XÃú ¢P}ßçu¡ÏÞø'ÿ»ÞÛ^œ@ûﶯs;Ý ucµÆueI¼V7VmœçÜa•7¨o k¼]¿·¯B÷z Îxµ}ê¹—ëü ã-ö1>ÆÇø ÿ ¸—”ã ÃGü IEND®B`‚ù $ $ If – l !v h 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ #v ù #v - #v ¤ :V –l Ö Öÿ³³³ ÿ³³³ ÿ³³³ Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ 4Ö aö l pÖÿ³³³ ÿ³³³ ÿ³³³ ® $ $ If – l !v h 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ #v ù #v - #v ¤ :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ 4Ö aö l ® $ $ If – l !v h 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ #v ù #v - #v ¤ :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ 4Ö aö l ® $ $ If – l !v h 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ #v ù #v - #v ¤ :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ 4Ö aö l ® $ $ If – l !v h 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ #v ù #v - #v ¤ :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ 4Ö aö l ® $ $ If – l !v h 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ #v ù #v - #v ¤ :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö 5Ö ù 5Ö - 5Ö ¤ 4Ö aö l 1 D ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K© / h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© ^ h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f 1 D ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K© / h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© ^ h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f 1 D ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K© / h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f àÉêyùºÎ Œ‚ ª K© ^ h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f ^ 2 0 0 0 0 0 0 0 @ @ @ @ @ @ @ nH P P P P P P P ` ` ` ` ` ` ` sH p p p p p p p tH € € € € € € € • • • • • • • @ À À À À À À 8 `ñÿ Ð Ð Ð Ð Ð Ð X @ à à à à à à ø À ð ð ð ð ð ð 2 V ~ Ð ( à ð Ø è _H mH N o r m a l CJ _H aJ mH sH tH @ @ @ H e a d i n g 1 $ $ @& a$ 5 •\ •8 @ 8 H e a d i n g 2 $ @& CJ J @ J H e a d i n g 3 $ $ @& a$ CJ OJ QJ ^J J @ J H e a d i n g 4 $ $ @& a$ CJ OJ QJ ^J V @ V Æ S „ H e a d i n g 5 & $ $ „³ý@& ^„ `„³ýa$ CJ$ D @ D H e a d i n g 6 $ $ @& a$ 5 •CJ( \ •D @ D H e a d i n g 7 $ $ @& a$ 6 •CJ( ] •J @ J H e a d i n g @ J 8 $ @& 5 •CJ OJ QJ \ •^J J $ @& H e a d i n g 9 6 •CJ OJ QJ ] •^J D A`òÿ¡ D D e f a u l t P a r a g r a p h F o n t V i@óÿ³ V T a b l e N o r m a l :V ö 4Ö 4Ö l aö ( k ôÿÁ ( N o L i s t 6 >@ ò 6 5 •CJ T i t l e \ •6 B@ 6 $ a$ B o d y T e x t CJ( aJ B P@ B B o d y T e x t 2 5 •CJ, \ •< Q@ " < $ a$ B o d y T e x t 3 $ a$ CJ 6 J@ 2 6 S u b t i t l e $ a$ CJ N C@ B N B o d y I n d e n t $ T e x t „h ^„h a$ CJ Z R@ R Z Æ ª B o d y „ª ^„ª a$ T e x t CJ$ d S@ I n d e n t b d 2 $ 3 B o d y T e x t I n d e n t $ „h ^„h a$ 5 •CJ OJ QJ \ •^J 4 @ r 4 F o o t e r Æ à À! . )@¢ • . P a g e N u m b e r R Y ’ R D o c u m e n t ÿ € M a p -D MÆ OJ QJ ^J 4 @ ¢ 4 H e a d e r Æ à À! 6 U@¢ ± 6 p•m H y p e r l i n k >* B* ph ÿ PK ƒÐ¶Ørº(¥Ø΢Iw},Ò ä±-j„4 ! ‚Š¼ ú [Content_Types].xml¬‘ËjÃ0 E÷…þ Éßwì¸Pº -t# bΙ{U®•ã “óTéU^h…d}㨫ôûî)»×*1P ƒ'¬ô “^××Wåî 0)™¦Též9< “l•#¤Ü $yi} å ; À~@‡æ¶(îŒõÄHœñÄÐuù* D× zƒÈ/0ŠÇ° ðûù $€˜ X«Ç3aZ¢Ò Âà,°D0 j~è3߶Îbãí~ i>ƒ ØÍ 3¿\`õ?ê/ç [Ø ¬¶Géâ\•Ä!ý-ÛRk.“sþÔ»•. .— ·´aæ¿-? ÿÿ PK ! ¥Ö§çÀ 6 _rels/.rels„•ÏjÃ0 ‡ï…½ƒÑ}QÒà %v/¥•C/£} á(•h" Û ëÛOÇ » „¤ï÷©=þ®‹ùá”ç šª ÃâC?Ëháv=¿‚É…¤§% [xp†£{Ûµ_¼PÑ£<Í1 ¥H¶0• ˆÙO¼R®BdÑÉ ÒJEÛ4b$§‘q_טž à6LÓõ R×7`®¨Éÿ³Ã0ÌžOÁ¯,åE n7”Liäb¡¨/ãS½¨eªÔ-е¸ùÖý ÿÿ PK ! ky– ƒ Š theme/theme/themeManager.xml ÌM à @á}¡w•Ù7c»(Eb²Ë®»ö Cœ AÇ ÒŸÛ×åãƒ7Îß Õ›K Y,œ ŠeÍ.ˆ·ð|,§ ¨ÚH Å,láÇ æéx É´• ßIÈsQ}#Õ…­µÝ Öµ+Õ!ï,Ý^¹$j=‹GWèÓ÷)âEë+& 8ý ÿÿ PK ! –µ-â– P theme/theme/theme1.xmlìYOoÛ6 ¿ Øw toc'v uŠØ±›-M Än‡-i‰– ØP¢@ÒI} Ú〠úa‡ Øm‡a[ Ø¥û4Ù:l Я°GR’ÅX^’6ØŠ­>$ ùãûÿ-©«×îÇ !)OÚ^ýrÍC$ñy@“°íÝ-ö/­yH*œ ˜ñ„´½)‘Þµ÷ß»Š×UDb‚`}"×qÛ‹”J×—– ¤ ÃX^æ)I`nÌEŒ ¼Šp) ø èÆli¹V[]Š1M<”à ÈÞ ©OÐP“ô6râ= ¯‰’zÀgb I g…Á u••SÙe bÖö€OÀ†ä¾ò ÃRÁDÛ«™Ÿ·´qu ¯g‹˜Z°¶´®o~ÙºlAp°lxŠpT0­÷ ­+[ } `j-×ëõº½zAÏ °ïƒ¦V–2ÍF•-ÞÉi– @öqžv·Ö¬5\|‰þʜ̭N§Óle²X¢ d søµÚjcsÙÁ •Å7çð•Îf·»êà ÈâWçðý+­Õ†‹7 ˆÑä` - ÚïgÔ È˜³íJø À×j |†‚h(¢K³ óD-Šµ ß㢠dXÑ ©iJÆ؇(îâx$(Ö ð:Á¥ ;ä˹!Í I_ÐTµ½ S 1£÷êù÷¯ž?EÇ ž ?øéøáÃã ?ZBΪmœ„åU/¿ýìÏÇ£?ž~óòÑ ÕxYÆÿúÃ'¿üüy5 Òg&΋/ŸüöìÉ‹¯>ýý»G ðMGeøÆD¢›ä íó $”8ÁšK ýžŠ ôÍ)f™w 9:ĵà å£ x}rÏ x ‰‰¢ œw¢Ø îrÎ:\TZaGó*™y8IÂjæbRÆíc|XÅ»‹ Ç¿½I u3 KGñnD 1÷ N 3Vq%'#q¾ à ÓòŠÍ IB Òsü€• íîRêØu—ú‚K>Vè.E L+M2¤#'šf‹¶i ~™Vé þvl³{ u8«Òz‹ ºHÈ Ì*„ æ˜ñ:ž( W‘ ☕ ~ «¨JÈÁTøe\O*ðtH G½€HYµæ– }KNßÁP±*ݾ˦±‹ Š-TѼ9/#·øA7ÂqZ… Ð$*c? ¢ íqU ßån†èwð N ºû %Ž»O¯ ·ièˆ4 =3 Ú—Pª• ÓäïÊ1£P•m \\9† øâëÇ ‘õ¶ âMØ“ª2aûDù]„;Yt»\ ôí¯¹[x’ì eW÷ ¶)6-r¼°C-SÆ jÊÈ išd ûDЇA½Îœ óùç]É}Wr½ÿ|É]”Ïg-´³Ú IqbJ#xÌ꺃 6kàê#ª¢A„Sh°ëž& ÊŒt(QÊ% ìÌp%m‡&]ÙcaS l=•XíòÀ ¯èáü\P•1»Mh Ÿ9£ Mà¬ÌV®dDAí×aV×B™[݈fJíP |8¯ Ö„ AÛ V^…ó¹f ÌH ín÷ÞÜ-Æ é" á€d>ÒzÏû¨nœ”ÇŠ¹ €Ø©ð‘>ä•bµ ·– &û ÜÎâ¤2»Æ v¹÷ÞÄKy ϼ¤óöD:²¤œœ,AGm¯Õ\nzÈÇiÛ Ã™ -ã ¼.uχY C¾ 6ìOMf“å3o¶rÅ Ü$¨Ã5…µûœÂN H…T[XF64ÌT ,Ñœ¬üËM0ëE)`#ý5¤XYƒ`øפ ;º®%ã1ñUÙÙ¥ m;ûš•R>QD ¢à •ØDìcp¿ UÐ' ®&LEÐ/p¦­m¦Üâœ%]ùöÊàì8fi„³r«S4Ïd 7y\È`ÞJân•² åίŠIù R¥ Æÿ3Uô~ 7 +ö€ ׸ #¯m q¨BiDý¾€ÆÁÔ ˆ ¸‹…i *¸L6ÿ 9ÔÿmÎY &­áÀ§öiˆ …ýHE‚=(K&úN!VÏö.K’e„LD•Ä•© {D ê ¸ª÷v E ꦚdeÀàNÆŸûžeÐ(ÔMN9ßœ Rì½6 þéÎÇ&3(åÖaÓÐäö/D¬ØUíz³<ß{ËŠè‰Y ›Õȳ ˜•¶‚V–ö¯)Â9·Z[±æ4^næ ç5†Á¢!Já¾ é?°ÿQá3ûeBo¨C¾ µ Á‡ M  ¢ú’m<.vp “ ´Á¤IYÓf­“¶Z¾Y_p§[ð=alÙYü}Nc Í™ËÎÉÅ‹4vfaÇÖvl¡©Á³'S †ÆùAÆ8Æ|Ò*•uâ£{àè¸ßŸ0%M0Á7%¡õ ˜<€ä· ÍÒ¿ ÿÿ PK ! ÑŸ¶ ' theme/theme/_rels/themeManager.xml.rels„•M Â0 „÷‚w ooÓº ‘&ÝˆÐ­Ô „ä5 6?$Qìí ®, .‡a¾™i»—•É c2Þ1hª :é•qšÁm¸ìŽ@R N‰Ù;d°`‚Žo7í g‘K(M&$R(.1˜r 'J“œÐŠTù€®8£•Vä"£¦AÈ»ÐH÷u} ñ› |Å$½b {Õ –Pšÿ³ý8 ‰g/]þQAsÙ… (¢ÆÌà#›ªL Ê[ººÄß ÿÿ PK ! ‚Š¼ ú [Content_Types].xmlPK ! ¥Ö§çÀ 6 + _rels/.relsPK ! ky– ƒ Š theme/theme/themeManager.xmlPK ! – µ-â– P Ñ theme/theme/theme1.xmlPK ! ÑŸ¶ ' › theme/theme/_rels/themeManager.xml.relsPK ] – <?xml version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="yes"?> <a:clrMap xmlns:a="http://schemas.openxmlformats.org/drawingml/2006/main" bg1="lt1" tx1="dk1" bg2="lt2" tx2="dk2" accent1="accent1" accent2="accent2" accent3="accent3" accent4="accent4" accent5="accent5" accent6="accent6" hlink="hlink" folHlink="folHlink"/> # 2 D S ] j } ~ • € Ù„ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿN ÿÿÿÿQ ÿÿÿÿR ÿÿÿÿS ÿÿÿÿY ÿÿÿÿZ ÿÿÿÿ[ ÿÿÿÿa ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ # 2 D S ] j } ~ • € ƒ ÿÿ Ù„ # D ÿÿÿÿ þ n ñ ! C 2 . (* ý/ < êF ñ_ ~ ò„ ߊ › ³ª f¸ •Ç ¸Ü Yë 2 G( "@ e çp 8Œ ÙŒ Ç Ê Î Ò Ö Ù Ý â è ì ï õ ú ÿ ³ í Z ã ä P Q þ" (* õ. – / ë2 >6 ’: ô@ IA ÞC ¨F BL sQ ×Y Õ_ ñ_ äg qm õy ž• ƒ •ˆ ŒŒ “ — ™› “ž Ú£ õ¦ Ôª °¬ è- ù´ º Á 'É (Ï %Ô KÕ !Þ ëæ $ë aë °ë eì ½ì /ñ "ö ùý ù ê. Ä^ «e ¡l ½r :Œ šŒ ÙŒ È É Ë Ì Í Ï Ð Ñ Ó Ô Õ × Ø Ú Û Ü Þ ß à á ã ä å æ ç é ê ë í î ð ò ó ô ö ÷ ø ù û ü ý þ ; ! :; 1 Ù„ o ž >) |) «) X ÿ „ X ÿ „ X ÿ „ Í: ! !ôÿ•€ ð $ -' óO+ ý¡-|Û »µºÿ ËG î2yÿ õˆ ÿÿÿÿ R ð$ ð a f • ÿÿÿÿ b ð$ xŽØQݨ w 6wG ™Ý€uG²&Fš'kÅ’º;ñÿ w ÿÿÿÿ µ á*t5›îÒô'À– Wÿ Y™ ÿÿÿÿ b ð$ ÊŒoQìKŠ$:@að5AÌLÿ ¥ò UeÇÂú•n\wçë²KBªñÿ ÜŠ ÿÿÿÿ b ð$ _ Þ @‡w.k?bQŠ6î ÿ ‡9 ÿÿÿÿ R ð$ lªyK ïí g¤— ¾ev‰Ýÿ I• ÿÿÿÿ @ -ñ ÿÿ ÿ €€€ ÷ ðì ðŠ ð( ð ð ð\ B ð S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð\ B ð S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð\ B ð € S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð\ B ð S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð ðV B ð C ð D • ¿ ÿ "ñ ? ð B ð @ S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð\ B ð @ S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð\ B ð @ S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ÿÿÿÿ ð` R R ð$ R ð F ð ð$ e ð ð ð ð ð\ ð ð ð ð ð\ B S ð- D • ð ¿ Ñ ðV ÿ B "ñ ? ð D • ¿ ÿ "ñ ? ð ð ðV D • ¿ ÿ "ñ ? ð ð ð\ • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð • ¿ Ñ B ÿ "ñ ? ð ÿ "ñ ? ð ð C ð B ð C ð B ð @ S ð- D ð\ B @ ð S ð- D ð\ B ð S ð- D ð ð\ ð S ð- D ðV • ¿ Ñ • ¿ ÿ B "ñ ? ð "ñ ? ð ð B ð C ð D ð ðV ð C ð D • ¿ ÿ • ¿ Ñ ð B ð S ð- D ÿ "ñ ? ð ð\ ð ð\ B ð S ð- D ðV • ¿ Ñ • ¿ ÿ • ¿ Ñ • ¿ ÿ • ¿ Ñ • ¿ ÿ • ¿ ÿ "ñ ? ð ð B ð C ð D "ñ ? ð ð ð\ B ð " S ð- D ðV ð # C ð D B ð $ S ðD ðV ð ' C ð D B ð ( S ðD "ñ ? ð ð "ñ ÿ ? "ñ ð ? ð ð $ ð\ ð B ð ð ÿ B * ð\ "ñ ? ð ð Ñ B ÿ "ñ ? ð ð\ - € S ð- D ð\ ð + S ðD ðV ð , C ð D B ð . S ðD ð\ ð 0 S ðD ðV ð 1 C ð D B ð 2 • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ð • ¿ ÿ • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð • ¿ ÿ B B "ñ ? ð ð ð\ ð B - ð B "ñ ? ð ð ð\ S ð- D ð\ ð 4 S ðD ð\ ð 5 S ðD ðV ð 6 C ð D B ð 7 S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð # ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð " ð • ¿ ÿ • ¿ B B ð ð ð B 8 ð\ "ñ ? ð ! ð Ñ B ÿ "ñ ? ð ð\ € S ð- D ð\ ð 9 S ðD ð\ ð : S ðD ð\ ð ; S ðD • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð * • ¿ Ñ B ÿ "ñ ? ð - ð ð B € ð B ð ð % B ð\ < S ð- D ð\ ð = S ðD ð\ ð > S ðD ðb ð ? c ð$ D ð @ • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ( ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð ' ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð & ð ¿ Î Ñ B B B € • ð\ B ÿ "ñ ? ð + ð S ð- D ð\ ð A S ðD ðb ð B c ð$ D ð C • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð / ð • ¿ Ñ ÿ "ñ ? ð . ð ¿ Î Ñ ¿ Ñ ð ÿ B B • ð\ € ÿ "ñ ? ð ) ð B S ð- D ðÈ H$ ‚& ð M ð ˆ 2 ð N # ð • ðn 5 C "ñ • ‘ "ñ ª ? ? ð ð 0 , ð ð ðT € ð ð Š N ð ðZ ± H$ Õ- ¾( ð B O S ðD • ðŒ ðn c* ‚& ˜5 ð P ð ˆ # "ñ ¿ ð Ñ ÿ ð y Ì( y * ð • è) ‘ ‚& 5 ð ð ðT ¢ ð Q # ð € ¬+ ð £ Š Q 9. ðT ð ð ¢ ª ð R # ð € ð Š R ð ðT ¢ Ÿ+ Ç +. ð ð S # ð € ð ð Š S ð ðZ k º+ ‚& G. ð B T S ððZ ð S ðð4 ð ð 3 ð D • ¿ Ñ ÿ ð ( c* ( ª+ ð • ¿ Ñ ÿ ð ¼" c* ¼" ©+ ð B U D 2 V ð W ð Á ð2 |& }5 ð ð4 V ˜5 ð ð4 2 X ð þ2 • Š5 ð ð` ¢ 2 ð Y C ð € Š Y À ÿÿÿ ÿ ð “3 ð ³ Ú4 ð` ð ¢ ð Z C ð ð € Š Z ð` À ÿÿÿ ÿ ¢ ð U ¡3 õ ç4 ð ð [ C ð ð ð € Š [ ðZ À ÿÿÿ ÿ B ð †3 °% Ì4 ð • ¿ Ñ ÿ • ¿ Î B Ñ ÿ ð ¿ /. ¿ - ¿ Î Ñ ÿ ð = =. = é2 ¿ Î Ñ B ÿ ð ø" ù- \ S ðð` ð c ð$ 3 ð c ð$ D j c* j œ+ ð ] D ð ð` ^ D • ð` ð ð B ð B _ c ð$ D ø" ð • ÷2 ð ðT ` C ð 2 ð D a # ð • ¿ ÿ ð ( c* ¼" c* ð ðT € ð ð Š a ð ðB ˆ/ ¤1 ð S ð- ¿ Ë ÿ ? ð Z ï ù ú r 1 2 4 5 q • € ” • ã ä þ ÿ u v • Ä Å H I J Î F° G° H° d° e° h° ‚° ƒ° †° ‡° í Ù„ 2 3 o q 8 Û t t B 3 ã r • • Z • i t w t E v t r • t 3 h w E r E w > t 4 • B • t t J û H ! H X ‡ u ; t Û u t 2 Û X t T ¢ ; c ( ¢ t c t w © t © = t ™ , ™ t u ; T · ¢ 6 Æ t 9 b X b ž t © … © q t " a ¢ × J å t è t T t â ‘ t ¬ 7 • . ‘ “ è t * ûÿÿÿ + É 0 t Ž O 6 Ž ] ø ž n • t ] ø , t ¬ t ^ • Ž 2 Ø ( t t E Ž - å Ø ] 5 ' • { A E å t ] © ø • t 1 t © - ý # Q â 7 t T Ø ø 4 ¸ ¸ _ i ¢ º T t x t r • • • t 8 t B t O 8 t Ú Û Ü ¸ • M ¤ ä $ ø < l C t 8 $ R á E N • i l J @ ³ ¸ a ’ ^ ü Y t ˆ t t Ç > ´ ¥ ü f t : t Q ; ' 3 å B × t + ¦ ÿÿ] Ù d m = 4 ? t à x “ A Ý d Þ ¤ ß ´d à Lý á Œý â Ìý ã þ ä Lþ å Œþ æ Ìþ ç $Ì# è ¤Ì# äÌ# ê $Í# ë dÍ# ì ¤Í# í äÍ# î $Î# ï dÎ# ð \æ# ñ œæ# ò Üæ# ó ç# ô \ç# õ œç# ö Üç# ÷ è# ø \è# ù œè# ú Üè# û é# ü \é# ý œé # þ Üé# ÿ ê# \ê# œê# Üê# ìž ,Ÿ lŸ ¬Ÿ ìŸ , l ¬ ì é ,¡ l¡ ¬¡ ì¡ ì¢ ,¢ ,£ ,¤ l¤ ,¦ ¬¥ ! l¢ l£ ¬¢ ¬£ ¬¤ ì£ ì¤ ,¥ l¥ ì¥ l¦ " L¿# # Œ¿# $ Ì¿# % À# & LÀ# ' ŒÀ# ( ÌÀ# ) Á# * LÁ# + ŒÁ# , ÌÁ# - Â# . LÂ# / ŒÂ# 0 ÌÂ# 1 Ã# 2 LÃ# 3 ŒÃ# 4 ÌÃ# 5 Ä# ' ' » »  • • ¤ ¤ ¯ ] ] ð ð ¨ ¨ H ¹ ¹ ¤" ä" ä" # # “6 £6 £6 gK wK wK ÎP ÎP ®Y ®Y •e •e lw lw ¤£ ¤£ b¥ b¥ è° è° yÀ yÀ jÛ jÛ CÜ &Ý &Ý Åè Åè ê ê =õ =õ ˜ ˜ ¥ ï ï v v Œ Œ œ œ & Ö Ö þ þ e! e! Þ& Þ& c' c' x, x, " Ú„ " % % & ! . : F R G S " # / ; 0 < H T $ % 1 2 = I > J ? K & ' ( ) 3 4 @ 5 A 6 B * + 7 C , 8 D P 9 E Q L M N O W X Y Z [ \ 0 0 Á È È œ œ « « º f f ù ù 6 6 ± ± Q   -" í" í" %# %# Ÿ 6 ª6 ª6 sK ~K ~K ÑP ÑP ´Y ´Y ˜e ˜e pw pw -£ -£ l¥ l¥ ë° ë° ‚À ‚À sÛ sÛ LÜ /Ý /Ý Éè Éè ê ê @õ @õ ¡ ¡ ® ø ø • • • • ¥ U V ¥ ß Ú„ ß n! n! " " % % )& )& ç& ç& l' l' •, •, ! . @ " / A # 0 B $ 1 C % 2 D & 3 ' 4 ( 5 ) 6 * 7 + 8 J , 9 K : L ; < = > ? E F G H I M N O P Q R S T U V W X Y Z [ \ = U *€urn:schemasmicrosoft-com:office:smarttags €PlaceType €= W *€urn:schemasmicrosoft-com:office:smarttags €PlaceName €8 X *€urn:schemasmicrosoft-com:office:smarttags €City €9 , *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €State €8 P *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €date €9 \ *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €place €B ] *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €country-region € PÀ €1776 €1789 €21 €4 €7 €Day €Month €Year] \ ] \ \ W \ U X \ ] \ P P ] \ ] \ ] \ ] \ ] ] \ ] ] \ ] \ X ] \ X ] \ X \ X \ ] \ X \ ] \ X \ , \ ] \ ] \ ] ] \ X \ ] \ X \ ] \ ] ] \ ] \ ] \ ] \ ] \ ] \ ] \ ] \ ] \ ] \ \ ] ] \ ] \ $ % + C D ñ ò P Q ™ š À Ê Ì Ø Ú ì í õ ö ü ý X ‰ — 1 7 $ % ! U V • • # ¢ " ? ! 2 % Ê $ @ 1 Æ R , Ï m C 9 Ò W ; B Ð Ö t I × ~ D G q × € • H ‹ Ý P R ß ” ä • à ¦ § T W – í ã ñ Ž Z ë Z Þ ê ó “ ^ c e ï õ ö ^ © ¬ à ø þ ô ü š Î l x ƒ „ ï % * + þ Ý â å D E Ö Ü ñ ù & ) * . 0 3 4 = > C D K L P Q Y Z a b q r w x ~ € ƒ „ • • ’ “ œ • ¢ £ ª « ² ³ Â Ã È É Ï é ð ñ ö ÷ û ü ^ š Ý k › Þ l Ÿ ã " u ä ( w ª è / z 0 { ¬ é 5 „ ´ ø 6 ‡ µ ú º ÿ ? – ¼ C — Ä G H Q S V W [ Å Ê Ë Ï Ð × Ø % ™ ð + œ ó 3 ’ ç / ÷ 6 ¡ ì ‡ 2 ¡ ø : ª õ Ž 5 ª P ¹ þ ý ; « @ ² ž © u ¨ • v z { ´ D ½ # ² , € § ² ¹ º ' d ( e / j 2 m 7 q ° ^ Ç _ n Ù Ö E ¾ W à \ Ä q Û $ y ß ) { á * € æ , d Ê f Í j Ð k Ñ Ú B Á L Æ M È \ Í Î • ç - u • é „ Û “ ê Œ à • á ÷ ˜ ý © [ ¾ " A û q Y ¼ ¸ À $ ³ 7 • Ä † Æ 8 r Ò * ¼ < ‡ Ð ? w Ù / ½ = Œ Ñ D x Ý 7 À F G ‚ â ƒ ã G • N — U d á æ ç ï H M • N Ž R “ T ” ò ö ÷ r Ø k f à ñ g ð ô Y • ý | à l õ Z ž • ï p ü ^ ¥ _ ¦ k ¢ ‘ . l § ° S # s ´ T $ t ° È Í + • ± É Ð - , / ‚ ‡ ¸ Å ï ò ý % 0 • 6 $ ø 8 = > G R U V _ ` æ ç î Q - S h j … † • — % ú í þ & 5 B å ç j k ¦ § à á @ B „ † º » Ó Ô W- Y- ´- ¶% ' ¥ ¦ ,! .! %" @" E" K" R" S" _" f" l" m" q" r" x" y" ~" „" ˆ" ‰" •" Ž" ”" •" œ" ®" ±" ²" ¼" ½" Å" Æ" Ë" Ì" Ñ" Ò" Ô" Õ" Ü" ð" ö" ÷" ü" # # # # # # # # &# +# ,# 4# 5# :# ;# E# G# L# M# T# U# Z# [# ^# _# j# k# o# p# w# }# †# ‡# ‹# Œ# ‘# ’# ˜# ž# ¤# ¥# ®# ¯# º# »# ¾# ¿# Æ# Ç# Ì# Í# Ö# ×# á# â# ç# è# î# ð# õ# $ $ $ $ $ $ $ "$ ($ $ .$ 5$ @$ E$ F$ N$ U$ Z$ [$ _$ `$ h$ n$ w$ x$ |$ }$ „$ Š$ “$ ”$ ˜$ ™$ £$ ¤$ ¬$ ·$ »$ ¼$ ¾$ ¿$ Å$ Æ$ Í$ Ó$ Ý$ Þ$ â$ ã$ í$ ö$ ü$ ý$ % % % % % % % % % % % %% &% )% *% 3% 4% >% ?% A% B% I% x% }% ƒ% Š% ‘% •% – ›% œ% Ÿ% % ¤% ¥% ±% º% Ä% Ë% Ð% ×% Þ% å% î% õ% ü% ý% & )& ,& 8& =& E& K& L& Q& S& Y& Z& d& f& l& m& r& t& z& {& •& •& ‡& ˆ& •& Ž& “& ”& ™& ›& }' ›' Õ' ×' ü' ý' “( ”( ) ) •) „) W* X* s* w* •+ ƒ+ ©+ ³+ ¼+ ½+ Æ+ È+ ;, <, F, H, !- "- '- (- .- 0- •- ‚- . . >. D. i. j. v. y. É. Ê. / / u/ v/ ”/ •/ S0 U0 ?1 @1 o1 p1 •1 ‚1 2 2 a2 q2 x2 {2 ƒ2 ’2 — 2 ˜2 ž2 Ÿ2 ¤2 ¥2 ¨2 ©2 ¯2 °2 µ2 ¶2 À2 Á2 È2 É2 Î2 Ï2 ×2 Ø2 Ü2 Þ2 ÷2 ù2 3 3 3 3 $3 %3 83 93 ?3 @3 F3 G3 W3 X3 _3 `3 g3 x3 }3 ~3 ƒ3 „3 ˆ3 ‰3 ’3 “3 ™3 š3 3 ¡3 ¤3 ¥3 ®3 ½3 Â3 Ã3 Î3 Ï3 Ø3 Ù3 ß3 à3 â3 ã3 é3 ê3 ó3 ö3 ÿ3 4 4 4 4 4 4 '4 (4 ,4 14 24 84 94 ?4 A4 H4 U4 [4 \4 b4 c4 k4 •4 ‹4 Œ4 ’4 “4 ›4 ²4 »4 ¼4 É4 Ê4 Ò4 Ó4 ß4 ã4 é4 ý4 5 5 5 5 5 5 %5 &5 (5 )5 .5 /5 45 55 =5 >5 F5 G5 Y5 Z5 ^5 _5 h5 i5 n5 o5 v5 |5 €5 ƒ5 ‹5 “5 ™5 š5 œ5 •5 ¤5 ¥5 ¬5 -5 ²5 µ5 · 5 ¸5 ¾5 ¿5 Ã5 Ä5 Ì5 Í5 Ó5 Ô5 Û5 Ü5 ß5 à5 æ5 è5 ï5 ø5 ‚6 ¯6 ³6 »6 Á6 Â6 Å6 Æ6 Ñ6 Ò6 Ö6 ×6 â6 å6 ì6 í6 ò6 ó6 7 7 7 7 $7 %7 (7 )7 67 77 @7 A7 H7 R7 \7 _7 a7 b7 f7 g7 l7 v7 z7 ‘7 ™7 š7 œ7 •7 ¥7 ¦7 ®7 °7 ¸7 ¹7 Á7 Ã7 Æ7 Ì7 Ó7 à7 ç7 í7 ù7 8 8 8 %8 8 58 J8 O8 P8 Y8 ]8 _8 `8 g8 j8 t8 u8 |8 }8 ‚8 ƒ8 Š8 ‹8 Ž8 •8 ”8 •8 ›8 ¡8 ¥8 -8 ò8 J9 Û9 : : -: &: ': : .: 2: 4: <: =: C: D: J: L: T: Z: `: a: i: j: r: •: ‡: •: •: ž: §: ©: ±: ²: º: ¼: Ã: Ä: Ê: Ù: Þ: ß: ã: ä: é: ê: ó: ô: ù: û: ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; '; (; 3; =; @; B; L; M; Q; T; Y; Z; `; a; e; n; r; t; y; z; €; •; …; Ž; “; •; š; ›; ¡; ¢; ª; ³; ·; ¹; ¾; ¿; Å; Æ; Î; ×; Ü; Þ; ã; ä; ê; ë; ð; ù; ý; ÿ; < < < < < < < "< æ< è< Y= a= b= e= f= q= s= |= ~= ˆ= Š= “= •= ¡= ¢= ¦= ¨= °= ±= º= ¼= Ç= È= Ð= Ò= Û= Ü= á= > > > > > > > &> '> ,> > 6> <> D> E> M> N> S> U> `> b> g> i> l> m> r> s> {> •> ˆ> ‰> •> •> •> – > œ> •> ¤> ¨> S? T? Ë? Ì? ×? Ú? A A +A A 6A 7A ’A “A &B 'B 8B 9B ‚B ƒB -C C TC UC AD BD €E ƒE ·E ¹E nF oF ,G BG KG LG QG RG WG XG ^G _G gG hG pG qG vG wG ƒG „G ‹G ŒG “G ™G žG G ®G ¯G ¹G ºG ÀG ÁG ÄG ÅG ÎG ÏG ×G ØG àG áG éG êG ðG ñG úG ûG H H ~H ƒH „H •H •H ’H “H šH ¬H ´H ÚH àH óH I I I I I I #I $I +I ,I 0I 6I >I FI JI LI UI WI ZI [I eI fI nI sI ÝI ÞI oJ pJ sJ tJ •J €J ˆJ ‰J –J — J ŸJ J ¥J ¦J -J ®J ¹J ¼J ÂJ ÅJ ÌJ ÷J LK MK TK ‚K †K ŽK DM EM NM PM ÅN ÛN æN çN íN ïN øN ùN þN ÿN O O O O O O -O O )O *O 4O 5O ?O @O FO GO NO OO YO ZO _O `O hO iO sO tO •O ‚O ˆO ‰O ™O œO ŸO O ¥O ¦O ¬O -O ²O ³O ÀO ÁO ÄO ÅO ÏO ÐO ÕO ÖO ÛO ÜO âO ãO èO éO òO óO úO üO P P P P P P P -P "P #P 'P (P 4P 5P wP xP •P ‚P •P •P ˜P ™P ¥P ¦P ËP ÎP ÑP ÖP âP çP òP óP øP ùP Q !Q 'Q (Q 5Q 6Q CQ DQ NQ TQ _Q ×Q úQ ûQ ÀR ÁR ˜S šS VT YT ]T †T ‰T ŠT –T — T žT ŸT £T ¤T ¯T µT ÁT ÂT ÆT ÇT U U U U %U +U 3U 4U :U =U FU OU †U ‡U ŒU •U ˜U šU ¢U ¤U ªU «U âU ãU èU éU îU ÷U V V V V :P BP MP [P bP fP kP lP «P ¬P ´P µP ¸P ¹P ¿P ÀP Q Q Q Q Q Q Q Q `Q fQ gQ jQ kQ rQ vQ ÖQ ^T bT cT mT qT xT yT …T ÒT ÔT ÛT ÜT çT èT îT ïT WU kU tU uU yU zU ‚U ƒU °U ²U ½U ¿U ÂU ÏU ÝU ßU V V V V V V V !V $V %V .V 0V 8V :V =V >V BV CV LV NV XV ZV ]V ^V gV hV qV uV |V }V ˆV ŽV –V — V ›V œV ¡V ¢V ¥V ¦V «V ¬V ³V µV ¾V ÀV ÃV ÄV ÖV ÚV åV æV ðV ñV üV ýV W W W W W W ÕW :X GX HX JX KX PX TX NY €Y ‡Y ˆY ŒY •Y “Y ”Y ›Y œY ¦Y §Y ¬Y ºY ÁY ÂY ÌY ÍY ÔY ÕY ÝY ÞY åY æY ë Y ìY ôY õY ÿY Z Z Z Z Z Z Z Z Z !Z &Z 0Z ?Z GZ HZ LZ MZ SZ TZ ^Z _Z eZ oZ tZ uZ zZ {Z ƒZ ‰Z ”Z •Z œZ •Z ¥Z ¦Z °Z ¸Z ¿Z ÀZ ÄZ ÈZ ÑZ ÒZ ÜZ ÝZ âZ äZ êZ ëZ îZ ýZ [ [ [ [ [ [ [ [ [ [ %[ ,[ 4[ 5[ ;[ <[ B[ C[ N[ O[ U[ V[ Y[ Z[ b[ c[ k[ l[ s[ t[ v[ w[ |[ }[ ƒ[ „[ Ž[ •[ ’[ “[ ž[ [ ª[ «[ ¯[ Ó[ Û[ æ[ ì[ î[ ñ[ \ \ \ \ \ "\ #\ )\ *\ 4\ 5\ :\ ;\ F\ H\ K\ L\ V\ W\ `\ a\ e\ n\ t\ Š\ •\ •\ ”\ •\ ž\ Ÿ\ ¤\ ¥\ ¯\ ¿\ É\ Ê\ Ò\ Ó\ Ù\ Ú\ Ý\ Þ\ è\ é\ î\ ï\ ø\ ù\ ÿ\ ] ] ] ] ] ] ] ] ] ] (] *] .] 5] 8] @] J] U] V] ]] ^] i] j] m] n] u] v] |] }] ƒ] „] Œ] •] “] •] Ÿ] ] «] ¬] °] ±] ·] »] Á] Ë] Ó] Ô] Ø] Ù] è] ð] ÷] ÿ] ^ ^ #^ .^ 9^ ;^ A^ B^ O^ P^ W^ X^ c^ d^ g^ h^ r^ s^ x^ ¬^ ±^ Á^ Ç^ È^ Õ^ Ö^ ß^ à^ æ^ ç^ ô^ õ^ _ _ _ _ _ _ _ -_ $_ %_ ,_ 2_ 7_ 8_ >_ ?_ D_ E_ N_ O_ T_ U_ Z_ [_ a_ b_ e_ m_ u_ v_ |_ }_ €_ †_ •_ •_ –_ — _ ž_ Ÿ_ -_ ®_ ²_ ³_ º_ Þ_ ã_ ä_ ï_ õ_ ú_ û_ ` ` ` ` ` ` *` +` 0` 1` ;` =` F` G` M` N` X` Y` _` `` f` i` n` o` u` {` €` •` ˆ` ‰` •` •` ”` •` ¡` ¢` ©` ª` °` ±` ¶` ·` »` ¼` Á` Â` È` É` Ð` Ñ` ×` Ø` Û` è` ñ` ò` ø` ù` a a a a !a "a Ja La Ta Ua [a ]a ea fa ua wa ‚a ƒa ‰a Ša •a •a ›a œa ¤a ¦a «a ¬a ´a µa ¼a ½a Æa Èa Ða Òa Õa ×a Úa ça òa ôa ÿa b b b b b b b %b &b 2b 3b :b ;b Db Hb Ob Pb Vb Xb bb hb ob pb sb tb |b }b ƒb „b ‰b •b šb ›b ž b Ÿb §b ¨b ±b ²b ·b ¸b ¿b Àb Äb Åb Êb Íb ×b Ýb çb èb ëb ìb ób ùb c c c c c c Ÿd ¡d qe ™e Ÿe e ¨e ©e -e ®e µe ¶e ¾e ¿e Ée Êe Ôe Úe Ûe âe ãe çe èe ìe íe õe ÷e ÿe f f f f f f &f 'f .f 0f 4f 5f >f ?f If Jf Uf Vf \f ]f bf cf if jf yf {f …f ‡f Šf ‹f •f žf ág ìg ýg h h h h h h h !h !i "i íj øj k k k k k $k 'k .k /k 9k :k ?k @k Hk Jk Tk Uk \k ]k dk ek lk mk wk xk €k •k ‡k ‰k Žk •k — k ˜k k ¡k ©k ªk ¸k ¹k ¿k Àk Æk Çk Ïk Ðk Ök Øk Ûk Ük ák âk çk èk ñk úk l l l l l +l 7l =l Dl El Kl Ll Tl el kl ll zl |l ‚l ƒl •l Žl ’l “l œl žl £l ¤l ªl «l °l ±l ·l ¸l ½l ¾l Èl Él Ïl Ðl Øl Ùl ßl âl íl îl òl ól ùl ú l ÿl m m m m m m m m m $m &m *m +m 1m 2m 7m 8m ?m @m Im Jm Qm Rm Vm Wm [m \m em fm jm pm tm um €m •m ‡m ˆm •m •m “m ›m m ¡m ¥m ¦m «m ¬m ²m µm Óe f n 9n >n ?n Gn In Qn Wn \n ]n in jn sn tn |n }n €n •n ˆn Šn !q "q 0s 1s Ðt Ót u u Zu \u “u ”u ßu èu íu îu þu ÿu v v v !v $v %v 2v 3v <v =v Dv Pv Zv ^v `v av ev fv kv uv yv µv Æv Ìv Ñv Òv ×v Øv Üv Ýv äv åv ív îv óv ôv ùv úv w w w w w w w !w 'w (w .w /w 5w 6w >w ?w Dw Ew Jw Mw Sw Tw Yw Zw `w aw kw qw xw yw ~w •w ˆw ‰w •w “w œw žw °w ±w ¸w ºw x x ox px ‰x Šx •x ‘x Æx Çx Òx Óx Ky zy €y •y ˆy ‰y Žy •y “y ˜y ¡y ¢y ªy ¬y çy èy ñz òz ýz { •{ „{ Œ{ ’{ š{ › { ¡{ ¢{ §{ ¨{ ®{ ¶{ »{ ¼{ Â{ Ã{ Ê{ Ì{ Ô{ Õ{ à{ â{ å{ ì{ ö{ ú{ | | ]| a| »| ¼| Ã| Ä| Ë| Ì| Ö| ò| ú| ü| } } } } } } S} Rƒ [ƒ ^ƒ gƒ hƒ nƒ qƒ zƒ {ƒ •ƒ „ƒ ‰ƒ šƒ ¤ƒ ¥ƒ ¬ƒ ­ƒ ±ƒ ²ƒ ¸ƒ ¹ƒ ă Ń ʃ ˃ Óƒ Ùƒ Þƒ ߃ éƒ êƒ öƒ üƒ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ „ /„ 6„ 9„ C„ E„ M„ O„ X„ [„ M… N… Z… [… _… a… i… k… t… u… |… … ‡… ˆ… Œ… •… “… ”… š… ›… ¢… £… ­… ¯… º… »… ¿… À… Ë… Ì… Ð… Ñ… Ö… Ù… á… â… ì… í… ó… ô… ú… û… † † † † † † !† "† &† ,† 6† 7† ;† <† A† V† _† `† f† g† m† n† s† t† |† }† ƒ† „† ‡† ˆ† Œ† •† ’† “† š† œ† ¢† £† «† ²‡ ¸‡ ¹‡ À‡ ‡ LJ ȇ · χ Õ‡ Ö‡ ݇ Þ‡ æ‡ ç‡ ï‡ ð‡ õ‡ ö‡ ú‡ û‡ ˆ ˆ ˆ '‰ I‰ J‰ Y‰ [‰ ‹ 5‹ :‹ ;‹ A‹ B‹ G‹ H‹ M‹ N‹ P‹ Q‹ [‹ ]‹ – ‹ ›‹ œ‹ £‹ ¤‹ «‹ ­‹ ³‹ ´‹ ¾‹ ¿‹ É‹ Ê‹ Ћ Ñ‹ Ù‹ Ú‹ â‹ ã‹ è‹ é‹ î‹ ñ‹ ™Œ šŒ q• r• ®• ´• µ• ¼• Õ É• Ì• • • a• b• L’ M’ V’ W’ ^’ _’ d’ e’ q’ r’ x’ {’ €’ •’ Š’ Œ’ ’’ “’ ›’ œ’ ’ ¡’ ¨’ ©’ °’ ±’ ·’ ¸’ ¿’ á’ “ “ ,“ “ 9“ :“ Œ“ •“ ” ” • • ™ ™ ¿” Õ” é” ê” ò” ó” ü” þ” • (• 1• 2• :• ;• C• W• _• `• h• j• è• í• î• ñ• ý• þ• – ^– d– “– ˜– Ÿ– K— S— T— Y— P˜ Q˜ Z˜ ͘ Θ Ö˜ ܘ è˜ ì˜ î˜ ï˜ ô˜ õ˜ þ˜ ÿ˜ ™ ™ ™ -™ %™ &™ /™ 1™ 5™ 6™ ?™ @™ E™ Ú™ è™ ò• ÷• ø• é™ ï™ š š œ š .œ • š ­œ • Øš µœ • úš ¶œ ûš ¿œ ^› Àœ „› Êœ Œ› Ëœ Óœ Ôœ Üœ Ýœ ãœ íœ îœ öœ ÷œ ÿœ • • • • "• 0• 1• 4• 5• ?• @• I• J• k• r• s• |• }• „• …• •• Ž• •• — • ¡• ©• ª• ²• ·• ¸• • Õ Ç• È• Ì• 7ž …ž †ž õž öž ±Ÿ äŸ ® × â ã ë ¡ M• N• V• W• ]• ^• Ï• î ž ÷ ž ø ž ÿ -ž ¡ ¡ g• • ž ¡ ¡ ¡ ¡ ¡ ¡ &¡ (¡ .¡ /¡ 3¡ 4¡ =¡ >¡ H¡ c¡ i¡ s¡ t¡ •¡ €¡ ‰¡ '¢ (¢ 2¢ 3¢ 8¢ 9¢ >¢ ?¢ B¢ C¢ H¢ I¢ U¢ W¢ \¢ ]¢ b¢ c¢ k¢ l¢ q¢ s¢ x¢ y¢ …¢ †¢ ‰¢ Š¢ ‘¢ ’¢ ˜¢ ™¢ Ÿ¢ ¢ ¨¢ ©¢ °¢ ³¢ ¸¢ ¹¢ ¾¢ ¢ à¢ í¢ ø¢ ù¢ ü¢ ý¢ £ £ £ _£ g£ j£ u£ w£ }£ Š£ •£ •£ ’£ â£ ã£ é£ ê£ í£ î£ ô£ õ£ û£ ý£ ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ 4¤ 5¤ :¤ I¤ ‚¤ °¤ º¤ »¤ ¤ ä Ť Ƥ ͤ Ϥ פ Ù¤ ⤠ó¤ þ¤ ¥ ¥ ¥ ¥ t¥ |¥ }¥ ‚¥ ƒ¥ ‰¥ Š¥ •¥ ¨¥ ±¥ ²¥ ½¥ ¾¥ É¥ Ê¥ Ó¥ Ô¥ Ø¥ Ù¥ 㥠û¥ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ !¦ "¦ +¦ ,¦ 3¦ .© ò© ø© ù© ª ª Ä« Å« Í« Ϋ - B- C- ä- é- ì- ô- õ- ÿ® ® ® ® ® -® ® &® '® +® ,® 3® (° )° /° 0° ;° <° C° K° N° O° R° U° W° X° [° \° _° `° c° i° k° l° ¸° Ò° Ø° Ù° à° á° ç° ô° ˜² ™² ç² è² ‚´ ƒ´ %¶ &¶ G¶ H¶ .¸ /¸ ®¸ ¯¸ ͸ и º º º º º º º %º ¹» º» À» Á» >¿ ?¿ C¿ I¿ O¿ P¿ U¿ V¿ ]¿ c¿ h¿ i¿ o¿ r¿ s¿ Œ¿ •¿ “¿ ¤¿ ©¿ ª¿ µ¿ ¶¿ À¿ qÁ ‚ ƒÂ  ˠ̠Ԡՠà $à %à 0à 1à <à Ûà Üà áà âà èà éà ðà ñà öà ÷Ã Ä Ä Ä Ä Ä Ä !Ä "Ä *Ä +Ä 6Ä 7Ä <Ä =Ä AÄ D Ä MÄ NÄ YÄ ZÄ ºÄ »Ä ÄÄ ÅÄ ÈÄ ÉÄ ÔÄ ÕÄ ÞÄ àÄ åÄ æÄ êÄ ëÄ ñÄ òÄ üÄ ýÄ Å Å Å Å Å !Å œÅ •Å ¤Å ¥Å ªÅ «Å °Å ±Å µÅ ¶Å ¼Å ½Å ÁÅ ÂÅ ÌÅ ÍÅ ÐÅ ÑÅ ÜÅ ÝÅ âÅ ãÅ ëÅ ìÅ ñÅ òÅ õÅ öÅ ÿÅ Æ Æ Æ Æ Æ Æ Æ "Æ #Æ +Æ ,Æ Ç (Ç 1Ç 7Ç ?Ç @Ç NÇ ÊÇ éÇ íÇ øÇ ãÊ äÊ óÊ Ë Ë Ë Ë Ë Ë Ë !Ë &Ë 'Ë .Ë 6Ë 7Ë AË BË JË dË eË lË ’Ë “Ë ™Ë œË §Ë ¨Ë ®Ë ¯Ë ´Ë mË Ì qË Ì rË wË xË •Ë €Ë ‡Ë ˆË Ì Ì Ì Ì Ì Ì "Ì %Ì 2Ì 3Ì :Ì ;Ì AÌ BÌ GÌ HÌ QÌ SÌ ]Ì ^Ì bÌ cÌ hÌ iÌ mÌ nÌ xÌ yÌ ƒÌ …Ì •Ì ‘Ì ”Ì •Ì £Ì ¤Ì §Ì ¨Ì -Ì ®Ì µÌ ¶Ì ÄÌ ÅÌ ÊÌ ËÌ ôÌ õÌ ýÌ þÌ Í $Í JÍ KÍ ©Í ªÍ ÈÍ ÉÍ 'Î (Î ¬Î ®Î ¯Î ´Î µÎ ¹Î ºÎ ÁÎ ÂÎ ÎÎ úÎ ûÎ ½Ï ¾Ï ‚ Ð ƒÐ áÐ ãÐ OÑ PÑ •Ô •Ô •Ô •Ô •Ô – Ô šÔ ›Ô ¢Ô £Ô ¯Ô °Ô ¶Ô ¸Ô ¹Ô ºÔ ÃÔ ÅÔ ÆÔ ËÔ ÌÔ ÑÔ ÒÔ ÙÔ ÚÔ åÔ Õ Õ HÕ JÕ KÕ PÕ QÕ UÕ VÕ ]Õ ^Õ hÕ ÐÕ ÙÕ ÚÕ áÕ âÕ éÕ êÕ ðÕ òÕ øÕ Ö Ö Ö Ö Ù Ö Ö Ö -Ö !Ö %Ö QÖ ïÖ ñÖ ‚× „× 6Ø /Ù 4Ù 6Ù AÙ BÙ NÙ OÙ •Ù ‘Ù ÐÙ ÑÙ Ú bÛ cÛ iÛ tÛ zÛ {Û •Û ‚Û ŠÛ ŒÛ ‘Û ÿÜ 8Ø Ú Ý ’Ø WÚ Ý “Ø XÚ Ý *Ù -Ú +Ù ®Ú \Û Ý Ý Ý Ý %Ý 3Ý >Ý ?Ý EÝ FÝ LÝ ëÞ ðÞ ñÞ öÞ ÷Þ þÞ ß ß ß ß ß ß â ß ß ß ß ß ß %ß &ß ,ß 0ß 1ß 6ß 7ß @ß Aß Fß Gß Rß Sß Yß Zß fß hß lß mß sß tß |ß }ß ‚ß „ß •ß •ß ˜ß žß ¤ß ¥ß ªß ²ß ´ß µß ºß »ß ¿ß Àß Çß Èß Žá ”á •á •á æá éá íá îá ùá ûá â â â â â $â Câ Dâ Iâ Jâ Nâ Pâ Uâ Vâ Wâ Xâ 1ã 2ã ;ã <ã ?ã @ã Dã Eã Jã Kã Nã Oã Wã Yã \ã ]ã `ã bã hã iã mã nã rã sã yã zã ƒã …ã ‘ã ’ã – 㠘㠛㠕㠦㠨㠫㠬㠯㠱ã Cä eä fä ´ä ·ä ¹ä ¼ä ¿ä áä âä çä èä ìä íä ôä õä å å 9æ ?æ @æ Eæ Gæ Kæ Læ Wæ !ç )ç ,ç 5ç 4é 5é Aé Bé Ié Jé Pé Qé [é \é `é aé jé ké ré sé zé ~é Œé Žé œé •é >ê Hê Iê Oê Pê Vê Wê \ê “ë œë •ë ¢ ë £ë ¥ë ¦ë ¬ë ¹ë Åë bì cì hì iì sì tì zì lí …í †í Œí ’í œí ¡í &î Kî Mî úî ûî Kð Lð Ãñ Äñ -ò ®ò dó eó kó ló só uó •ó •ó …ó †ó •ó ‘ó — ó •ó ¤ó ¥ó ªó «ó ´ó µó »ó ¼ó Áó Âó Æó Çó Ñó Òó ×ó Øó áó §ô ®ô ¯ô µô ¶ô »ô ¼ô Ãô Øõ Ùõ Ýõ Þõ èõ ö ö ö 1ö 3ö 9ö :ö uý vý € • = Q R ç* é* ’2 “2 Ÿ2 2 •= – 3[ 4[ •] «] µ] ¶] Þ] á] ë] ì] áe æe 7„ 8„ 8„ :„ :„ ;„ ;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ O„ V„ W„ X„ b„ c„ h„ j„ x„ z„ ‡„ ‰„ Ž„ •„ ™„ ¢„ ¨„ ª„ ²„ »„ ¿„ Á„ Ë„ ׄ Ú„ ˜ à + Ï î Ä , $ W Ý $ V a b Œ • Ã Ä P Q • ž ß à ð B _ D ` à 1 N l O t c } d • ÷ ¤ - î ð ð ¥ š ò § 0 Í · 9 ¸ p Ý ž · O Q ˜ š ¿ É Y ^ ¨ ¬ ¹ º ‹ “ – â é ý á å U C E d e Õ g h € Ð é @ Ÿ W Á ] Í { q † u ð 2 ÿ 7 2 8 4 = [ Å ^ , ³ · Ð Ô ~ ‚ › - Œ • ¸ ¹ æ ç ñ ò í î Î Ð ý B j k ¦ § à á A B … † Ó Ô - -- V- Y- ³- ¶º » ¤ ¦ '" b" î" ð" $ ›& ô& õ& '' (' }' ›' ¦' §' ·' ¸' Ô' ×' û' ý' ( ( ’( ”( ) ) ƒ) „) â) ã) V* X* l* m* v* w* ê* ë* 0+ 1+ ‚+ ƒ+ ¨+ ª+ ²+ È+ ú+ û+ :, <, ±, ², - 0- •- ‚- ã- ä. . =. D. h. j. È. Ê. / / t/ v/ R0 U0 e0 f0 ~0 •0 Ü0 Ý0 >1 @1 n1 p1 2 2 `2 ’2 Ý2 Þ2 ø2 ù2 ô3 4 à4 ê4 ü4 5 õ5 ø5 6 6 ‚6 v7 z7 -8 ñ8 J9 `9 a9 m9 n9 Û9 ñ9 : : "< ¤< ¥< å< è< ÿ< = X= m> r> ¨> ×> Ø> é> ê> R? T? a ? b? Ê? Ì? ÿ? @ F@ G@ A A 5A 7A ‘A “A 7B 9B SC UC @D BD •E ƒE •E ŽE ¶E ¹E ÅE ÆE mF oF +G H &H 'H }H óH pI sI ÜI ÞI nJ pJ ºJ ÅJ ÒJ ÷J KK ŽK CM EM †M ‡M ÄN #P 'P OP €P gQ jQ vQ ÕQ ×Q ùQ ûQ ŠR ‹R ¿R ÁR — S šS °S ±S UT V V uV ×V ÚV W W pW qW ÔW KX RX TX …X †X ÇX ÈX Y Y MY HZ LZ 8] ¹] ³^ »_ a g n Ia c Kc Lc µc ¶c ñc òc žd d pe žf !g àg !h ®h ¯h ši ›i ìj &m *m µm Šn 9p :p ôq õq /s 1s Ït Ót Ýt Þt u u ’u ”u Þu µv Æv ‰w “w žw ¾w ¿w ßw àw x x Qx Rx •x ‘x Ñx Óx áx âx Jy _y iy ¬y æy èy ýy þy Ez Fz ]z ^z ðz { €{ | • • ‹ \| a| º| } u} v} ³} ú} O~ P~ ¬~ Ö~ • ‡• ˆ• Ö• ו œ€ — ô• ö• Ý‚ [„ ‹„ Œ„ Ç„ È„ L… Wˆ ¨ˆ ©ˆ H‰ J‰ f‰ g‰ ]‹ •‹ ñ‹ bŒ cŒ ˜Œ šŒ ½Œ ¾Œ p• r• -• µ• ¾• Ì• )Ž *Ž ˆŽ ‰Ž • • .• /• `• b• v• w• K’ Æ’ “ “ “ “ +“ “ 8“ :“ I“ J“ ‹“ •“ ˜“ ™“ ” ” ” ” ¾” j• ­• ®• ç• Î– Ò– ö— ú— [˜ j˜ ³™ ·™ &š (š ˜š ùš ûš ]› › ©› é› ó› .œ @œ Aœ ¬œ ÷œ • %• h• k• •• — • ±• Ï• ž 7ž „ž †ž ôž öž °Ÿ ÈŸ ÛŸ äŸ U V ã í (¡ .¡ ·¡ á -¢ ²¢ í¢ ø¢ £ £ ,£ 6£ U£ ^£ Š£ •£ ¾£ ã Ú£ 3¤ I¤ ƒ¤ Ϥ פ 5¥ C¥ ¦ t¦ § ¨ ¨ ç¨ ê¨ `© a© ò© ª ¾« Õ« Ù« T¬ V¬ !° D° K° c° -² l² m² — ² ™² æ² è² •´ ƒ´ $¶ &¶ 1¶ 2¶ F¶ H¶ d¶ e¶ Ƕ ȶ A· B· ¸ /¸ θ и ¹ ¹ …¹ †¹ º º º Aº §º ¨º » » ª» ù¼ ¼½ ½½ ¾ ¾ ~¾ •¾ 8¿ D¿ H¿ ο Ò¿ 'Á ZÁ \Á pÁ qÁ “Á ”Á øÁ ùÁ u v Á ÏÃ Ä Ä CÄ µÄ Å “Å Æ aÆ ˜Æ ™Æ ÑÆ ÒÆ 'Ç øÇ EÈ FÈ É É ªÉ «É JÊ KÊ âÊ [Ë ›Ë ýË $Ì %Ì RÌ SÌ „Ì … Ì µÌ $Í IÍ KÍ eÍ fÍ NÑ PÑ zÑ {Ñ ZÒ [Ò úÒ ûÒ êÓ ëÓ €Ô ‚Ô ˆÔ ¸Ô Õ Õ ;Õ <Õ ÏÕ .Ö rÖ sÖ ’Ö “Ö áÖ âÖ n× o× (Ø )Ø ‘Ø “Ø ÀØ ÁØ MÙ OÙ •Ù ‘Ù Ú Ú ¬Ú ®Ú [Û \Û ¥Û ¦Û 3Ü 4Ü 0Ý SÝ WÝ Þ Þ nÞ rÞ Ìá Ùá Jâ Uâ .ã Xã b㠧㠱ã ä ä 5 ä 6ä dä fä ³ä å )å Gæ Kæ äç lè Åè Éè /é }é Žé ê !ê ë ë -ë ®ë Oì í í &î Jî Mî wî xî †î ‡î ùî ûî Jð Lð Âñ Äñ ¬ò ®ò có uó …ó 9ù ;ù Nú Qú Rú Tú û ™û ü ü $ý 9ý æ • 5 Uý …ý †ý ˆý ÿ ƒ „ â ã •ÿ Žÿ Û L ) ª } ˆ # [ \ ^ k € • ‚ › ¢ ¬ H I L v w š › › œ Æ Ç E G l m ^! ±! Ø! Û! ¼$ É$ % ›% ^, i, ‰, #- $- ª+. /. Š. ò. ó. ‘2 (3 43 ‰5 é5 ê5 É6 Ô6 Ø6 d7 È7 ¸= A A ×D ØD ·F ¸F ÒH L L •L ?M @M `M aM ÌM †O xX yX ~ > , ? A Ô Y Z _ % œ% *& ê& {' |' b( c( 1) B2) Cé+ V3 {3 |3 ¾3 À3 ü3 Æ4 5 5 ˆ5 9 *9 Ò9 }: ½; J< K< ›< = ·= cI oI æI øI dQ êQ ýQ MR éR ·U ¹U ÄV TW UW Y c o[ Åh Ú„ s[ ™\ •\ ] •] á] ®^ 8_ D_ a ªa «a ‰b ôb °i •m ¥m •n ¥n ùn o p !p Áq Åq Šr ’r Xs bs ëu v Yx ux Vz qz þz { • G‚ 8„ 8„ :„ :„ ;„ ;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ V„ W„ 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 ÷2 - ø2 @- A- pý pý æ* ç* Œ= Ž= à] à] á] á] áe äe 7„ 7„ 8„ 8„ :„ :„ ;„ ;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ R„ S„ V„ W„ X„ h„ j„ x„ z„ ‡„ ‰„ ™„ ›„ ¨„ ª„ ²„ ´„ ¿„ Á„ Ò„ Ú„ ÷2 - ø2 @- A- pý pý æ* ç* Œ= Ž= à] à] á] á] áe :„ :„ ;„ ;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ V„ W„ Ú„ äe 7„ O ´{À ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ*N ¤2àõÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ @ £ ڹƋÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ œRk žg ½ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‘u 7„ 8„ 8„ B>Êÿ ÿ ÿ ƒUí ÈuØ™ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÂŽïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ oj &€ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ª $‚âÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ vf x{ nSäÂÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ xªbÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ |Ì Ñš@ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ î Á Ànr•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ C& ‚»ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ›<f ¶•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ $8l ùz ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ »(s ŽjŽÞÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Œ;· Ê=â/ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ çI` æ¬ÌÊÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ !(Š ÄËð}ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ êSí >nê¥ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ g ~ \ÙB ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ §6â 8ÎTãÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ #9 \Køuÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ŠD+ Ò ¢´ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ [« x˜PÔÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‰u(t½Òpÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¿B $( Ž´ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ – E/$ ŠÎ[ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Tu.& ÿ æ ¶( ¾<•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ í S)¦AÒÁÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Û6ã)Ô•&íÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ g}x*.Kä– ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‘,€*:30 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ “{Q+x~ •ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ô;@- ..ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ CwS°\„Ñÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ê<n/ŠøJQÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ d) 0¸Ÿ-bÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ +/M0芈bÿ ™iÊ4 q¼Œÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ,l 6®(VZÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ CLP:h<~hÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ F ×:”‹ •ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ½GÊ<ÚØ4}ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ †{“=~ïxÍÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ NP<>L’p ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ é?ã>øÛ* ÿ •Hã>†×ŠØÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¯ ò> i<µÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ³làA°ì¨ßÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ·bsFœ“²®ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 4>RK芈bÿ eWºKÈbè ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ \HùK¸À iÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¼<YLú­˜öÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Š ÇM ÿ ÿ ÿ ÿ øÿ ÿ ÿ yÀÌÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ bmµT4Äž©ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 744Wh<~hÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ò&¡]|°Æ_ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ —[Ý_ˆº ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ •~pcT,˜Ñÿ l+hdð§.Šÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ g>ÂdHYàlÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Á:îd•ÎrVÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ { eXîT•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‹u läžÚÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ;¥lš~ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ’eÏmè.$Ïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ E p¢ |•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ gR2qD ¡ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ F¦qî;âŒÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ l*^s:È`”ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¾C x<™P ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ £ Çz*E¶Qÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ò3Ó{Z Òÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ =<ÿ{tZž ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ %I }¦A cÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ kxU}ÄNX ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ . € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ }ûo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „ë „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „}û Æ ë ^„ `„˜þ € . „P „L ^„ë `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þOJ PJ QJ ^J ) „˜þo( . „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . „ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „Ð „˜þ Æ „h „˜þ Æ ˆH . . „P „L Ð ^„Ð `„ h ^„h ` „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . ^„ `„˜þ . ‚ € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € ‚ „ € „p „ „Lÿ Æ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ÿ Æ ˜þo( P Æ ˜þo( ‚ ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . ÿ h ÿ Æ h Æ h Æ h . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ Æ ÿ ÿ „p „Lÿ Æ p @ . € „ ^„à `„Lÿ € „Ð ÿ h Æ „˜þ Æ . Ð „P „L ^„Ð `„ ÿ h Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ h Æ à . ÿ h „Ð . ÿ „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þCJ OJ PJ QJ ^J ) „® `„Šý5 B* OJ PJ QJ ^J ph „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „Ð . ˆH ‚ . € ^„à `„Lÿ € . „P „L „˜þ Æ Ð ^„Ð `„ „® „Šý Æ ® ^ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . ^„ `„˜þ . ‚ € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ „ € „p „ „Lÿ Æ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ ^„° `„˜þ . € „€ „˜þ Æ € ‚ ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . h „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o( v𠄘þ Æ ^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o( ‚ „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ . „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ . ° . „P „L „ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ ^„° `„˜þ . € ‚ 8 „ „˜þ Æ ˆH ·ð • 8 o( ‡h ˆH o • 8 QJ o( ‡h ˆH §ð • „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þB* OJ QJ o( ph ÿ‡h Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð . ° . • 8 „ „P ^„ „ 8 „L `„ „˜þ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ `„Lÿ . € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ 8 „à 8 • o ˆH € 8 • „˜þ Æ „° „˜þ „€ 8 §ð „p „Lÿ Æ p „ ^„p „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „Ð „p „Lÿ Æ „ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € à . „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þo( . € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ’ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . • 8 „@ @ . • € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ 8 „p 8 „Lÿ Æ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ 8 „ „˜þ Æ p ^„p `„Lÿ ° . „ à . ^„à `„Lÿ € „ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ • . „P ^„ . „L `„ 8 „˜þ Æ ^„ `„˜þ • ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ’ 8 „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . 8 „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „p „Lÿ Æ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ’ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ à . ^„à `„Lÿ . • 8 8 „P „L „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„ ^„ `„˜þ . . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ‰þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „ß „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „‰þ Æ ß ^„ `„˜þ € . „P „L ^„ß `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „² „Lÿ Æ ° . ² „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „â „˜þ Æ ^„² `„Lÿ „‚ „˜þ Æ ^„‚ `„˜þ ‚ . € „R à . „ â . ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ ^„â `„˜þ € . „P ^„ . „L `„ „˜þ Æ R ^„R `„˜þ € ÿ Æ . ’ ‚ „ „˜þ Æ ^„’ `„Lÿ  . „ò „˜þ Æ ^„ `„˜þ ò . „" „Lÿ Æ ^„ò `„˜þ ‚ " . ^„" `„Lÿ € . „’ „ „L „\þ Æ ^„ `„\þo( ‚ . € „p „Lÿ Æ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„ . `„˜þ € . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ÿ Æ ˜þo( P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ € „p „˜þ Æ ^„@ `„˜þ „Lÿ Æ p ° . „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ € ^„à `„Lÿ € „h „˜þ Æ h „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ^„ `„˜þ . ‚ . € @ . à . „ . „P „L ^„h `„ . „@ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . o( ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ÿ Æ ˜þo( ^J P € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „Ð „ „p „Lÿ Æ „˜þ Æ p „ ^„p `„Lÿ ^„à `„Lÿ € . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þOJ . € „P „L ^„Ð `„ PJ QJ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( ^„ `„˜þo( . `„˜þo( . € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ÿ Æ „Ð ( ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € . „P ) „ „$ „˜þ Æ $ „L „˜þ Æ ^„$ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ à ° € P . ^„à ^„° ^„€ ^„P ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ „ „\þ Æ ^„ `„\þo( ‚ . € „p „Lÿ Æ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„ . `„˜þ € . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ zþo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „î „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „zþ Æ î ^„ `„˜þ € . „P „L ^„î `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ P „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h @ ˆH . € ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € „Ð ˆH ˆH . . ‚ € „˜þ Æ . Ð „P „L ^„Ð `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h h „˜þ Æ h ^„h `„˜þo( . ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ „ „ „\þ Æ ^„ `„\þo( ‚ . € „p „Lÿ Æ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„ . `„˜þ € . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ’ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . • 8 „@ @ . • € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ 8 „p 8 „Lÿ Æ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ 8 „ „˜þ Æ p ^„p `„Lÿ ° . „ à . ^„à `„Lÿ € „ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ • . „P ^„ . „L `„ 8 „˜þ Æ ^„ `„˜þ • ÿ Æ . P ’ 8 „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ € . 8 „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ’ à . ^„à `„Lÿ • 8 „ . 8 „P „L „\þ Æ ^„ `„\þo( . QJ ^J o( ·ð `„˜þOJ PJ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € QJ ^J o( - „¾ „zþ Æ ¾ ^„¾ `„zþOJ „$ „˜þ Æ $ ^„$ „@ € „ PJ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . o( ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ÿ Æ ˜þo( ^J P € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „Ð „ „p „Lÿ Æ „˜þ Æ p „ ^„p `„Lÿ ^„à `„Lÿ € . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þOJ . € „P „L ^„Ð `„ PJ QJ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þB* OJ QJ o( ph ÿ‡h Æ è ^„è `„˜þOJ QJ ^J „¸ „˜þ Æ ¸ ^„¸ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ° . ˆH o( ‡h ·ð ˆH §ð • „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ 8 o à . „ 8 • 8 ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ 8 „ˆ . „P „L ^„ `„ „è „˜þ „˜þ Æ ˆ ^„ˆ `„˜þOJ QJ ^„X `„˜þOJ Æ ( ^„( „˜þ Æ ø „È „˜þ Æ „˜ h o( ‡h ˆH ·ð • 8 „X „˜þ Æ X QJ ^J o( ‡h ˆH o • 8 „( „˜þ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • 8 „ø ^„ø `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • 8 È ^„È `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • 8 „˜þ Æ ˜ ^„˜ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð „h „˜þ Æ h ^„h `„˜þOJ PJ QJ ^J ) „ „Mþ Æ ^„ `„Mþo( . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ . ‚ „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ . € „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þOJ PJ QJ ^J . „˜þo( . ’ h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . • „ ° . ˆH „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ h . h à . ^„à `„Lÿ € „Ð „ • „˜þ Æ „˜þ Æ h . Ð „P „L ^„Ð `„ ^„ ` „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . ’ h „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ‡h ˆH „° „˜þ Æ ° ^„° `„˜þ‡h ˆH „€ „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ‡h ˆH „P „Lÿ Æ P ^„P `„Lÿ‡h ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þo( . • ^„ `„˜þ . ’ 8 • 8 „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . • 8 . . . . • • ’ 8 „p „Lÿ Æ „ h h h 8 „ „˜þ Æ p ^„p `„Lÿ „ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ • . ÿ Æ ˜þo( P ’ 8 „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € . 8 „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ € „p „˜þ Æ ^„@ `„˜þ „Lÿ Æ p ° . „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ’ ^„à `„Lÿ . • 8 8 „P „L „h „˜þ Æ h ^„h `„ „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( . ^„ `„˜þ . ‚ . € „@ @ . € „ à . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ÿ Æ ˜þo( P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . ‚ € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „Ð „p „Lÿ Æ „ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € à . „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þo( . € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ . P „ „p „@ „˜þ^„@ `„˜þ‡h „ ‚ „€ „˜þ Æ € ^„P `„Lÿ . . € „˜þ^„ `„˜þ‡h „Lÿ^„p `„Lÿ‡h ˆH . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „Ð ˆH ˆH € . . ‚ € ^„à `„Lÿ € . „P „L „˜þ^„Ð `„˜þo( sH „˜þ^„ `„˜þ‡h ˆH . „à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h „° „˜þ^„° `„˜þ‡h „€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h „P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h ) ^„) `„?ýo( . ˜þ . ‚ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € ‚ ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ „) € „p „Lÿ Æ „ p „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ . „?ý Æ ^„ `„ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € P ^„P `„Lÿ . OJ PJ QJ ^J . „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „p „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH . € „ ÿ Æ ˜þ6 ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . „Ð € ˆH ˆH . . ‚ € ^„à `„Lÿ € „˜þ Æ . Ð „P „L ^„Ð `„ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h „à „° „€ „P ˆH „Lÿ Æ „˜þ Æ „˜þ Æ „Lÿ Æ à ° € P . ^„à ^„° ^„€ ^„P ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . € € ‚ „ „\þ Æ ^„ `„\þo( . QJ ^J o( ·ð „$ „˜þ Æ $ ^„$ `„˜þOJ QJ o( v𠄘þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „¾ „zþ Æ ¾ h € „@ „ ^„¾ `„zþOJ PJ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € . ‚ „à „Lÿ Æ à ^„à `„Lÿ ^„° `„˜þ . € ‚ 8 „ „˜þ Æ ˆH ·ð • 8 o( ‡h ˆH o • 8 QJ o( ‡h ˆH §ð • „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „€ „˜þ Æ € ÿ Æ P ^„P `„Lÿ . ˜þB* OJ QJ o( ph ÿ‡h Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J „p „˜þ Æ p ^„p `„˜þOJ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð . ° . • 8 „ „P ^„ „ 8 „L `„ „˜þ „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH o • à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • Æ ° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð „˜þ Æ € ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „P „˜þ Æ P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h ‡ „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þo( - 8 „à 8 • o ˆH 8 • „˜þ Æ „° „˜þ „€ 8 §ð „ „\þ Æ ^„ `„\þo( . QJ ^J o( `„˜þo( . „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ . € „ € „ „˜þ Æ ^„ „$ „˜þ^„$ „@ `„˜þOJ PJ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ’ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . • 8 „@ @ . • € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ 8 „p 8 „Lÿ Æ „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ 8 „ „˜þ Æ p ^„p `„Lÿ ° . „ à . ^„à `„Lÿ € „ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ • . „P ^„ . „L `„ 8 „˜þ Æ ^„ `„˜þ • ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ’ 8 „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . 8 „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ „p „Lÿ Æ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ’ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ à . ^„à `„Lÿ . • 8 8 „P „L „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„ ^„ `„˜þ . . € „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ kþo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „ý „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „kþ Æ ý ^„ `„˜þ € . „P „L ^„ý `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ^J . ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . o( - P € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „Ð „ „p „Lÿ Æ @ . € „˜þ Æ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ ^„p `„Lÿ ^„à `„Lÿ € . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þOJ . € „P „L ^„Ð `„ PJ QJ „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € . „P „ „L „\þ Æ ^„ `„\þo( ‚ . € „p „Lÿ Æ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„ . `„˜þ € . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ à . ^„à `„Lÿ € . „P „ „L „\þ Æ ^„ `„\þo( ‚ . € „p „Lÿ Æ p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ @ . € „ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ ^„ . `„˜þ € . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ Æýo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „¢ „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „Æý Æ ¢ ^„ `„˜þ € . „P „L ^„¢ `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ˜þo( ‚ . P ‚ „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ . € € . „° „˜þ Æ ^„€ `„˜þ ° . „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ „p „Lÿ Æ „ „˜þ Æ ^„p `„Lÿ p @ . € ^„à `„Lÿ € „Ð „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ à . „ . „˜þ Æ Ð ^„ `„˜þ € . „P „L ^„Ð `„ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ € ÿ Æ ª . P ‚ „° „˜þ Æ € ^„€ `„˜þ . O ›<- „€ „˜þ Æ ^„P `„Lÿ eWºK [« •~pc £ à . ^„à `„Lÿ € . „P 4>RK Tu.& @ ‘,€* Š „à „Lÿ Æ ^„° `„˜þ ‚ +/M0 F¦q †{“= l ° . –E/$ ‹u „L ÇM ½GÊ< ¶( æ ŠD+ oj ¾C x #9 ™iÊ4 CLP: l+hd î Á CwS744W Ê<n/ x{ “{Q+ ´{À §6â g}x* ò&¡] %I } $8l E p l*^s |Ì •Hã> gR2q »(s ÿ*N { e \HùK F ×: kxU} ’eÏm Ò3Ó{ g ~ ¯ ò> ‰u(Û6ã) êSí Á:îd ¿B $ í S) ƒUí £ Çz !(Š Œ;· ;¥l d) 0 Ô;@=<ÿ{ ,l 6 g>Âd ·bsF çI` ‘u œRk ³làA é?ã> — NP<> C& bmµT ¼<YL ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿO vf [Ý_ ÿÿO Të.è ¸_šª(Ťs JgÞD°h úÊo €Ä Ð glx Lqdœ¢Ö²Õº+8@®† xDÂO€ j† @y€U Ì v bk ÿÿÿÿ xϦj œò”a †ÈÄò ¶\L• 걶-˜º îšË®! ! ! ! Ú Ê¼ RvŽ) ! ! ! ! :9Ük ! ! ! ! ÿÿÿÿ ! ! ¾žŒÆ päÐSîA,Áþç á þ‚Ê Ì v ¸‰>” ¨!ŠúžÐRÉ ÿÿÿÿ 2• × X2>ð ÂaBÉ –j‚ päÐSîA,Á Ì v Š ê}@y€UÐÉn7 ÿÿÿÿ ÷ÌÆ 0®Lê:`ž ºB¹ ` °i / iE •w P }g ú NQ •| : 'e; # N ë)O é T å êO* 5b, ƒy1 Xt3 (W4 DE5 zY †ye ; . t5 > ø j p•m ð&} uV• ø$˜ ]tž '#¢ ,X£ ßM° w5² &Q¸ 0<à ðSÔ & × F× ‡KÙ ê[æ ¯{è Mmë È*ï © ð í•ð •X÷ ®1þ 8„ :„ ÿ@ € 7„ 7„ hÓ 7„ 7„ Ù„ @ ÿÿ U n k n o w n ÿÿ ÿÿ ÿ ÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ G-• ‡* € ÿ T i m e s N e w R o m a n 5-• € S y m b o l 3.• ‡* € ÿ A r i a l ; • ‡* a € N e w S t y l M a t h ˆ À € ÿ K-, e A-• " 1 ðÐ h ! ð € W i n g d i n g s 5.• ÿ T a h o m a ?=• ‡* C o u r i e r ‡ Ÿ B o o k m a n O l d ï ë B Ÿ C a m b r i a œÃs&ƒ¥ãÆi ÜfK ‘ ñ9 GJ 0 Æ ¥ ¥ ´ ´ •• 4 À d ñ9 rƒ GJ 0 Æ rƒ 2ƒq ð Üÿý HP ðÿ ? ä ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿ ÿÿÿÿ†ye 2 H ! x x ÿÿ % P E R K E M B A N G A N K O N S E P K E W A R G A N E N A G A R A A N C H E P Y p a d i d i n H O - ! " # $ % & ' ( ) * + , - . / 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? @ A B C D E F G H I J K L M N þÿ '³Ù0 ¤ ˜ ( T ` Ð 4 Ü ì à…ŸòùOh «‘ ø + l x „ Œ KEWARGANENAGARAAN Normal - ” œ - ä - - ( CHEPY PERKEMBANGAN KONSEP - - pa-didin Word @ ¦&È[ GJ @ 75 >l#˜sÊ @ Microsoft Office XG Tò @ ‚ô(¼ÈÊ 0 ñ9 þÿ ÕÍÕœ. “— +,ù®D ÕÍÕœ. “— +,ù®\ h ¨ È p ° ˆ ¸ • À ˜ ú ä - PEND. SEJARAH À Æ rƒ - & PERKEMBANGAN KONSEP KEWARGANENAGARAAN - Title 8 @ _PID_HLINKS ä A À - _ / h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f - _ / h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f - _ / h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f ! . @ R " / A S e d w ‰ ˜ ª ¼ T f x Š ™ « ½ Ï Î á ó # 0 B U g y ‹ š ¬ ¾ Ð â ô $ 1 C V h z Œ › ¿ Ñ ã õ % 2 D E W i { • œ ® À Ò ä ö & 3 F X j | Ž * 7 I [ m • ‘ ± à \ n ’ ² Ä ³ Å × é û ü ] o Æ Ø ê , 9 K • “ ¢ ´ ¡ Ö è ú + 8 J € Ÿ Õ ç ù H Z • °  ) 6 l ~ ž Ô æ ø G Y • ¯ Á ( 5 k } • Ó å ÷ ' 4 ^ p ‚ ” £ µ Ç Ù ë ý : L _ q ƒ • ¤ ¶ È Ú ì þ ; M ` r „ – ¥ · É Û í ÿ < N s … > P b t † ? Q c u ‡ v ˆ — ¦ ¸ Ê Ü î = O a § ¹ Ë Ý ï ¨ º Ì Þ ð © » Í ß ñ à ò þÿÿÿ$ % & ' ( ) * + þÿÿÿ0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 : ; < = > ? B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z [ \ ] ^ _ ` a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z { | } ~ • € • ‚ ƒ „ … † ‡ ˆ ‰ Š ‹ Œ • Ž • • ‘ ’ “ ” • – — ˜ ™ š › œ • ž Ÿ ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ © ª « ¬ ® ¯ ° ± ² ³ ´ µ ¶ · ¸ ¹ º » ¼ ½ ¾ ¿ À Á Â Ã Ä Å Æ Ç È É Ê Ë Ì Í Î Ï Ð Ñ Ò Ó Ô Õ Ö × Ø Ù Ú Û Ü Ý Þ ß à á â ã ä å æ ç è é ê ë ì í î ï ð ñ ò þÿÿÿô õ ö ÷ ø ù ú þÿÿÿü ý þ ÿ þÿÿÿýÿÿ ÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿ þÿÿÿþÿÿÿþÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿR o o t E n t r y ÿÿÿÿÿÿÿÿ À F @ nI¼ÈÊ € D a t a ! . @ " / A ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ e # _ 1 T a b l ÿÿÿÿ o c u m e n t a t i o n ó t i o n 8 C o m p O b j ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ , ½Œ W o r d D ÿÿÿÿ 2D S u m m a r y I n f o r m ( ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ D o c u m e n t S u m m a r y I n f o r m a ÿÿÿÿÿÿÿÿ û y ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿ ÿÿÿÿ À F' Microsoft Office Word 97-2003 Document MSWordDoc Word.Document.8 ô9²q