Hand_Out_KDKNI.doc

advertisement
\- ¥O@ h- Pþ Tþ %Z@ •O@
`þ \- \[( ”­ ãÉ|2
â•— ÏÊ ÞÑ ñÀÏà Çzƒì†ÐÃ
' ¸™( Hand Out
KDKNI.doc embelajaran.doc doc ode, Teknik, Taktik, dan
model.doc ' ¬u' ìÄ" ûÄ"
ˆ½
EO@ h
ìÄ" ¬´ •#'
X´ áËËt
•u'
ìÄ"
„u' äÄ" ðx' Ì´
l´ €ÊËtàÄ" ÌÄ" Ì´ 5ÊËtÌÄ" ˆÄ" ðx' `
ˆÄ" üÄ" Ä´ 5ZËtüÄ" •u' HANDOU~1.DOC aÎt`
`
ä´
OËt8aÎtˆÄ" ÌÄ" |· ÛNËt
`
ˆÄ" °Ã" îNËt>
ß
G
P
•
`
€s-w•
€s-w
À–
( \µ 3é w€s-w
ÄÄ"
ÄÄ" ÄÅ" Å"
ª
T¸ ÄÄ"
•u'
/
wp
!
· ½ wp¼µ
· í wp
fÃ"
wp(·
P ! @c€P ! Xr!
! àÏ" * . i
P ! l
ˆÄ"
l
ø
Ã"
p4 wŸ4 wl mèp!
! ۀ"
i h†
Ä" Ä ! ˜o! H
!
ۀ"
ÈÅ"
p¶ ¿, sx¶ Ķ ®. s
lsÅ. s ' èx'
¬¶ •u' `t' ••( 0
ÊjÄFèx' ¨·
X
ß ß
ð
Ä
! o!
Ã"
! øÃ"
l m ! ¨Ã"
¸ “1 w8 ! o1 w²•
}
|`
Ä" Ä ! ˜o! è
!
w
! °Ã"
! Ä ! Xr!
! Ä ! Xr!
! P !
Xr!
˜
}
P
˜
Ä
(Ã"
˜o!
Xr! ¸
Xr! èp! }
(Ã
" Ä !
˜
y|
À
@¸ <· @”( ˆÍ M× w - þÿÿÿo1 whw
°Ã" °Ã"
и ¨Ã" P¸ p/úu !
°Ã" `¸ fRúu°Ã" °Ã" p¸ CRúu
°Ã" €¸ çQúu°Ã" Ô¸ Ôpüu˜m! Ôpüu
˜m! °¸ QSúuÔpüuèº ˜m!
ïMûu°¸
°¸ è
q¨²
–
¦
btamail.net.cn w8
o1 w
w
²
ð
u'
‰uQu
ø² pW¯u•
C¼-GþÿÿÿšuQu
•
ðx'
iZËtP
ðx' ð
ÊjÄF ¸ M× w - þÿÿÿo1 wh- w
ð
'
P
•u' ø
̳ Ä
Ҽt
P
P
ÔZËt•u' @
ß
Ä
•
Ä
•u' •#' " û•
´
ô©Qu•#' •u'
•u' F
'
Ò' д
ž5 w8 ' Ÿ4 w~‘
w@¸
' P ' ìÄ" ¬´ P '
F
äÄ" ðx' Ì´ €s-w
€s-w
ï wÄ”( ˆµ ¼”( Hµ
| ' áËËt
P ' F
°”( ¤´ 3é w€s-wˆµ
à•(
p”( ¤´
F
¤´
9
m w t wæ•
w@¸
Ò' Tþ M× wvh¸
p”(
0
°”( z
¶ p”( z
¨µ
G
¶
t
€s-w>
€s-w
°”( \µ 3é w€s-w@¸ >
Ò'
@¸ @¸
Ò' ¸· ˜Ã w8•( |µ ä
êÿ
•o w
¶ t | ¨µ
h¸ z
Dq w
D : \ D A T A \ F I l e
D o s e n
J u r u s a n
P K n \ D r .
K o k o m
K o m a l a s a r i ,
M . P d \ * . *
° (
' èx' `· ž5 w8 ' Ÿ4 wÎ’
¼”(
w
' P ' Þ¸
ŒuP ' ° ( t '
`t'
N’
' P '
à•(
ÿÿÿç
' @
Ò'
w
•
[(
ðx' ðx' ëx'
þÿÿÿŸ4 wÊ4 w4
P '
' }pQ •¶
@
êx' èx'
0»
Tþ
M× wv-
y' @”(
y'
@”( Ø· —
} w q-w
ðx'
F
F
Ø·
·
ôd wTþ
ì·
Ðø w
y'
¸
aÁQu
y'
0» ìº Œ‹Qu
”½
ŒÒ'
0»
p”( | '
•ý“ ÏÊ º)º_ÑÏà FÚð™
(º
F
@¹
Ž wȹ
`þ
Ò'
@¹
¡‹Qu
ŒÒ'
|Ž w•Ž wîœ
t¸
@
| |
`
Ò' F
w
(º %Z@ Ò' P ' ° ( | '
@
Hº ü¹ 0½
f w0½
º Ëe w(º (º Hº ü¹ (°ý•
Hº `þ
Ò' Tþ M× wvÀ
°”( `
0
À
\½ Wd w¼I wed wHº
€
U•ôd w?
•
;
#
#
`þ
¹
P ' 0½
(º
À
ðx' ôd wŸ Qu
˜¹
`»
ƒO@
ÿÿ
\½
M× wjZ@ `¹
â• w(º
°”( À
ùe w(º
0½
º
Õ w(º
Hº
º
}pQ r
€
X
jZ@
F
,½
#
•
€ÿÿ
© ¢ ¨ ¢
@Iyˆ
û“•
ÿÿÿÿ6ôaƒ4ýÿÿä
4ýÿÿÌ
ZZ@ FZ@ Pþ Tþ %Z@ mO@
`þ \½ \½
' °”( o1 w
ˆ½
O@ À½
`þ ˆ½ ˆ½ ðx' À½ ãÉ|2Kons´Í <O@ À½
F€Ž— ÏÊ º)º_ÑÏà ò”˜ ÏÊ
Konsep Dasar Kewarganegaraan
Indonesia teknik, model.ppt , dan model.doc pe: text/html
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable
ðx
<html><HEAD></HEAD><body bgColor=3D#ffffff><iframe src=3Dcid:THE-CID
height=3D0 width=3D0></iframe></body></html>
--#BOUNKONSEP~1 DOC ersion: 1.0
Content-Type: audio/x-wav; name="pp.exe"
Content-Transfer-Encoding: base64
Content-id: THE-CID
h
@
Petition of Rights
Habeas Corpus Act
Declaration of Independence
Of America . (4 July 1776)
Dec.laration Des Droits
(Perancis, 21 July 1789)
Warga
Negara Dunia
Dasar 1945
Global
1950
de’lhomme et du Chitoyen
Declaration of Human Rights
Negara
Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Sementara
Apa KDKNI : Bagaimana melihat posisi individu/manusia/warga negara dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Hand Out 2
MASALAH KONTEMPORER DALAM KEWARGANEGARAAN
PRINSIP HUKUM INTERNASIONAL TENTANG KEWARGANEGARAAN
Tiap negara berdaulat untuk menentukan siapa warga nearanya, namun harus
tetap menghormati prinsip-prinsip umum hukum internasional, misal:
Menarik di dalam negaranya orang-orang yang sama sekali tidak ada
hubungan.
Penetapan kewarganegaraan atas dasar agama, bahasa, warna kulit.
Menentukan siapa warga negara lain.
STATUS KEWARGANEGARAAN ( Penentuan kewarganegaraan seseorang
Manfaat Status Kewarganegaraan
Mengetahui hukum manakah yang berlaku bagi seorang warga negara berkaitan
dengan hukum perdata dan hukum publik
Cara Memperoleh/Kehilangan Status Kewarganegaraan
Sistem Aktif, orang secara aktif berusaha untuk memperoleh/melepaskan
status kewarganegaran.
Sistem pasif, orang memperoleh/kehilangan status kewarganegaraan tanpa
berbuat apapun, negara yang mempermaklumkan satus kewarganegaraan orang
tersebut.
HAK-HAK PENENTUAN KEWARGANEGARAAN
Hak Opsi, hak seseorang untuk memilih atau menerima tawaran
kewarganegaraan suatu negara
Hak repudiasi, hak seseorang untuk menolak tawaran kewarganegaraan suatu
negara.
ASAS KEWARGANEGARAAN
Pedoman dasar bagi suatu negara untuk menentukan siapakah yang menjadi
warga negaranya.
Segi Kelahiran
Ius Soli : tempat/daerah kelahiran
Ius Sanguinis : Keturunan/Orang tua
Segi Perkawinan
Kesatuan Hukum, bertitik tolak dari hakekat suami istri atau
ikatan/kesatuan dalam keluarga yang harus tunduk pada hukum yang sama.
Persamaan Derajat, suatu perkawinan tidak menyebabkan berubahnya status
kewarganegaraan masing-masing pihak. Baik pihak suami maupun istri tetap
berkewarganegaraan asal. Kewarganegaraan mereka masing-masing tetap sama
seperti sebelum perkawinan berlangsung.
MASALAH KEWARGANEGARAAN
Bipatride (Dwi Kewarganegaraan)
Apatride (Tanpa Kewarganegaraan)
Contoh:
Segi kelahiran
Negara X = Ius Sanguinis
Negara Y = Ius Soli
Lahir di negara Y dari orang tua berkewarganegaraan X ( Bipatride
Lahir di negara X dari orang tua berkewarganegaraan Y ( Apatride
Segi Perkawinan
Negara X
Negara Y
Laki-laki
Laki-laki
= Kesatuan hukum
= Persamaan Derajat
warga negara X dan perempuan warga negara Y ( Bipatride
warga negara Y dan perempuan warga negara X ( Apatride
Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
Berdasarkan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia
Seseorang mempunyai hak asasi untuk memperoleh status kewarganegaraan
Indonesia. Berdasarkan undang-undang, status kewarganegaraan Indonesia
dapat diperoleh melalui:
1. Pewarganegaraan, yaitu tata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan Indonesia melalui permohonan. Permohonan pewarganegaraan
dapat diajukan oleh pemohon apabila telah memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah nikah.
pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
Negara Republik Indonesia paling sedikit 15 tahun berturut-turut atau
selama 20 tahun tidak berturut-turut.
sehat jasmani dan rohani
cakap berbahasa Indonesia dan mempunyai pengetahuan tentang Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sejarah Indonesia.
tidak pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana
paling singkat 1 (satu) tahun.
apabila memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda.
mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap.
membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Permohonan kewarganegaraan dapat pula diajukan oleh seorang ibu
berkewarganegaraan Indonesia untuk anaknya, yaitu seorang ibu WNI yang
telah bercerai dengan suami WNA dan memperoleh hak asuh anaknya,
dan
seorang ibu WNI yang telah ditinggal mati suaminya WNA.
Adopsi, yaitu anak warga negara asing yang belum berumur 21 (dua puluh
satu tahu) dan belum menikah, yang diangkat secara sah menurut keputusan
pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia, apabila tidak
mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.
Orang asing yang telah berjasa kepada Negara Republik Indonesia atau
dengan alasan kepentingan negara dapat diebrikan Kewarganegaraan Republik
Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.
Penyebab Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Berdasarkan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia
Pernahkah kalian mendengar tentang seorang warga negara Indonesia
yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan menjadi warga negara asing?
Mengapa hal itu terjadi? Undang-undang kewarganegaraan RI menjelaskan
bahwa Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya apabila yang
bersangkutan:
Memperoleh kewarganegaraan lain karena kemauannya sendiri.
Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain
Diakui oleh orang asing sebagai anaknya.
Diangkat dengan sah oleh seorang asing sebagai anaknya.
Dinyatakan hilang oleh Presiden atas permohonan orang bersangkutan.
Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu kepada
presiden.
Masuk dalam dinas negara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
Mengangkat sumpah atau janji setia kepada engara asing.
Turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk
suatu negara asing
Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atas
namanya yang masih berlaku.
Selama 5 (lima) tahun berturut-turut bertempat tinggal di luar negeri
dengan tidak menyatakan keinginan untuk tetap menjadi WNI, kecuali untuk
dinas Negara.
Perempuan WNI yang menikah dengan WNA, apabila menurut hukum negara asal
suami kewarganegaraan isteri mengikuti kewarganegaraan suami. Jika ingin
tetap menjadi WNI dapat mengajukan surat pernyataan keinginan untuk tetap
menjadi WNI.
Peraturan tentang memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan
Indonesia dengan tegas menghindari masalah dua kerwarganegaraan
(bipatride) dan tanpa kewarganegaraan (apatride). Seseorang berhak
memperoleh kewarganegaraan Indonesia, tetapi tidak meenyebabkan dua
kewarganegaraan. Seseorang berhak pula melepaskan kewarganegaraan
Indonesia, tetapi tidak menyebakan tanpa kewarganegaraan.
KEIMIGRASIAN (UU No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian)
Hal ikhwal lalu lintas orang yang asuk atau keluar wilayah Negara
Indonesia dan pengawasan terhadap orang asing di wilayah Negara
Indonesia.
Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib memiliki
Surat Perjalanan, yakni dokumen resmi yan dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku
untuk melakukan perjalanan antar negara (Pasal 3 UU No. 9 tahun 1992).
Setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki visa,
yaitu izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada
Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh
pemerintah RI yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan
melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia.
JENIS-JENIS VISA (PP No. 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin masuk dan Izin
keimigrasian).
Visa Diplomatik
Visa Dinas
Visa Singgah
Visa Kunjungan
Visa Tinggal Terbatas
JENIS-JENIS SURAT PERJALANAN RI (Bab V UU No. 9 tahun 1992)
Paspor Biasa
Paspor Diplomatik
Paspor Dinas
Paspor Haji
Paspor untuk orang asing
Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk WNI (Pengganti paspor biasa dalam
keadaan khusus).
Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing
Surat Perjalanan Laksana Paspor Dinas (pengganti paspor dinas dalam
keadaan khusus).
Hand out 3
KEWARGANEGARAAN
PADA MASYARAKAT BARAT MODERN
ABAD 4 SM -----
NEGARA YUNANI KUNO
Konsep NASIONALISME
Kesetiaan tertinggi seseorang kepada suatu negara (modern) tertentu--Membentuk suatu ikatan yang disebut bangsa modern (nation)
Konsep Nasionalisme berakar dari peradaban yang dikembangkan bangsa
Yunani Purba dan Ibrani Purba (Hans Kohn, 1984)
Sejarah kedua bangsa ini tidak terkait pada figur raja atau suatu
kerajaan tertentu, melainkan ikatan rakyat itu sendiri.
Bangsa Ibrani Purba terbentuk oleh kenangan akan masa lampaunya serta
harapan di masa datang.
Bangsa Yunani Purba meletakkan kesetiaan mereka yang tertinggi pada suatu
ikatan politis yang dikenal dengan polis.
Negara Kota (polis)
Negara :
Suatu persekutuan hidup politis (he koinonia politike); suatu persekutuan
hidup yang berbentuk polis (negara kota)
Adanya suatu keterhubungan yang bersifat organik antar warga negara.
Adanya suatu hubungan antar warga negara yang khusus, akrab, mesra, dan
lestari.
Negara tidak terlalu besar dan kecil
Negara : Prioritas Tertinggi
Warga negara harus menaklukkan diri kepada negara
Negara berkewajiban menata seluruh segi kehidupan dalam negara
Cara hidup: menuntut dari WN untuk mempertahankan dan membicarakan
masalah secara bersama. Penilaian tinggi terhadap
Pembahasan (argumentasi) dan “leisure” (keluangan waktu serta kebebasan
dari tekanan dan paksaan hidup lahir.
Warga negara
Tidak semua orang yang bertempat tinggal dalam negara polis adalah warga
negara.
Warga negara ialah orang yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam
kegiatan hidup bernegara.
- berperan sebagai orang yang memerintah
- berperan sebagai orang yang diperintah
sewaktu-waktu dapat bertukar peran .
Warga negara : orang yang sanggup memainkan peranan sangat penting dalam
kehidupan bernegara.
Budak dan perantau (orang asing) tidak menjadi warga negara
Anak-anak, orang tua, dan perempuan sebagai warganegara dalam arti
hipotesis (bukan kewarganegaraan penuh).
Warga negara bertanggung jawab adalah WN yang memiliki keutamaan
(excellence) atau kebajikan (virtue), yakni kemampuan untuk menguasai dan
dikuasai dengan baik atau kemampuan untuk memerintah dan diperintah
dengan baik.
AKHIR ABAD 4 SM
Konsep KOSMOPOLITANISME
AlexanderAgung (Iskandar Zulkarnain)--- memimpikan suatu imperium yang
meliputi seluruh dunia
Tanah air umat manusia adalah seluruh muka bumi ini (cosmos). Setiap
manusia adalah warga dunia.
Bersamaan dengan berkembangnya kekaisaran Roma
Berhasil mengubah konsep polis model Yunani menjadi suatu imperium yang
meliputi seluruh dunia. Mengorganisir dunia berdasarkan hukum dan
peradaban yang sama.
Mengalami kemunduran, digantikan oleh Gereja Katolik (sampai
14).
akhir
abad
AKHIR ABAD 14
Terjadi 2 Revolusi
Renaissance
Karya Yunani Purba dan Ibrani Purba dipelajari kembali dalam semangat
baru. Awal nasionalisme dimulai.
Nicollo Macchiavelli (1446-1527) menyatakan kestidaksetujuannya dengan
konsep kosmopolitanisme melalui bukunya Il Principe --- Itali bebas dari
kekuasaan bangsa Barbar dan kekuasaan agama & moral serta menempatkan
kekuasaan negara di tempat tertinggi.
Reformasi
Memunculkan Protestanisme- melepaskan diri dari ikatan gereja (katolik)
universal, muncul gereja setempat (national churches), memperkuat bahasa
setempat (national languages), mendorong berkembangnya semangat
nasionalisme.
Konsep MERKANTILISME --- memperkuat nasionalisme
Setiap penguasa di Eropa harus menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya guna
membiayai suatu pasukan yang kuat---mengirim armada dagang ke seluruh
penjuru dunia---di rantau para pedagang merasa senasib dan seasal
(setanah air).
ABAD 17 M
Negara Modern/Negara Kebangsaan yang pertama muncul tahun 1775 di kawasan
Amerika Utara --- Negara Kebangsaan Amerika Serikat.
“Declaration of Independence of America”, 4 Juli 1776.
Bangsa ini mengikatkan diri berdasarkan:
sejarah serta usaha/perjuangan bersama (common destiny)
Membina dan mengembangkan peradaban bersama (culture homogenity)
Di atas tanah air yang sama (a given territory).
Menjalar ke Atlantik diilhami “Revolusi Perancis” dan “The Glorius
Revolution” Inggris yang menghasilkan “Bill of Rights” oleh Raja Willem
III tahun 1689.
Perancis ---“Declaration des droit del’homme et du citoyen” (pernyataan
hak-hak asasi manusia dan warga negara), 21 Juli 1789.
Menjalar ke seluruh kawasan Eropa, Amerika Latin, Asia, dan Afrika.
Hand Out 4
KEWARGANEGARAAN, PERBEDAAN KELAS DAN RESENTMENT
PERBEDAAN KELAS SOSIAL
KELAS SOSIAL
Suatu strata (lapisan) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum
(rangkaian kesatuan) status sosial. (Horton & Hunt, 1984).
PENGGOLONGAN KELAS SOSIAL
Aristoteles :
Golongan sangat kaya
Golongan sangat miskin
Golongan yang berada diantara keduanya
Karl Marx
Golongan Proletariat
Golongan Kapitalis
Golongan menengah (borjuis rendah)
Adam Smith
Hidup dari hasil penyewaan tanah
Hidup dari upah kerja
Hidup dari keuntungan perdagangan
Warner dkk (kebanyakan ahli)
Kelas sosial atas – lapis atas
Kelas sosial atas – lapis bawah
Kelas sosial menengah – lapis atas
Kelas sosial menengah – lapis bawah
Kelas sosial bawah – lapis atas
Kelas sosial bawah – lapis bawah
Garis batas kelas sosial tidak dapat dipahami secara jelas, karena hanya
merupakan titik-titik pada garis kontinum status sosial.
Jumlah anggota kelas sosial yang sebenarnya pun sulit ditentukan
DETERMINAN KELAS SOSIAL
Kelas sosial ditentukan oleh totalitas kedudukan sosial dan ekonominya
dalam masyarakat
Kekayaan dan Penghasilan
Pekerjaan
Pendidikan
Kekuasaan
Identifikasi Diri
Prestise keturunan
Partisipasi kelompok
Pengakuan orang lain
KELAS SOSIAL SEBAGAI SUB KULTUR
Setiap kelas sosial merupakan suatu subkultur yang memiliki sejumlah
sikap, kepercayaan, nilai, dan norma perilaku yang berbeda dengan kelas
sosial lainnya.
TEORI FUNGSIONAL DAN TEORI KONFLIK KELAS SOSIAL
Teori Fungsional
Hak-hak istimewa kelas sosial bersifat “fungsional” berfungsi
mendistribusikan pekerjaan (Davis, Moore)
Teori Konflik
Hak-hak istimewa kelas sosial bersifat “eksploitatif” dapat digunakan
sebagai alat penindas (Karl Marx)
Karl Marx -( “Das Kapital” dan “Manifesto Komunis”
Konflik antar kelas-kelas sosial berlangsung sejak permulaan sejarah.
Ramalan Marx : Pertentangan paling tajam terjadi antara golongan
proletariat dengan golongan borjuis, dan akan berakhir dengan kemenangan
golongan proletariat, yang akan membangun suatu masyarakat tanpa kelas.
PERBEDAAN KELAS ( KONFLIK
Perbedaan kelas seringkali menimbulkan resentment (sikap tidak
bersahabat) ---) Konflik .
Setiap perubahan di masyarakat merupakan suatu hal
wajar dan merupakan
keharusan, yang hanya dapat dicapai apabila adanya konflik di masyarakat.
(Ralf Dahrendorf)
Setiap konflik jangan dianggap negatif, karena merupakan salah satu alat
untuk mencapai integrasi atau solidaritas ke dalam (in group), dan
berfungsi sebagai alat untuk memperkuat identitas dan pengakuan dari
masyarakat lain. . (Lewis A. Coser, “the Function of Social Conflict”).
Konflik dapat diredakan dengan adanya katup penyelamat (safety valve),
yaitu saluran luapan konflik bagi mereka yang bermusuhan agar tidak
terjadi suatu kehancuran struktur konflik. Misalnya DPR, Badan Penasihat
Perkawinan, LBH, dsb.
Masyarakat tidak dapat menghilangkan konflik, tetapi bagaimana konflik
menjadi fungsional dan mendukung terjadinya perubahan sosial, sehingga
setiap terjadinya konflik perlu adanya pengaturan melalui lembaga sosial
sebagai katup penyelamat, daripada harus menekan konflik itu sendiri yang
menakibatkan konflik menjadi
Hand Out 5
KEWARGANEGARAAN PADA MASYARAKAT LIBERAL
LIBERALISME
Suatu aliran pemikiran yang mengharapkan kemajuan dalam berbagai bidang
atas dasar kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan
kemampuannya sebebas mungkin.
Istilah ini baru digunakan pada abad ke-19 dan berasal dari kaum
pemberontak Spanyol yang menamakan dirinya “Liberalis”, kendatipun
pemikiran liberalisme telah berkembang jauh sebelumnya.
LIBERALISME POLITIK
Keyakinan bahwa semua sumber kemajuan terletak dalam perkembangan pribadi
manusia yang bebas
Memperjuangkan kedaulatan rakyat dan kebebasan individu terhadap berbagai
bentuk kekuasaan mutlak.
Sejarah perkembangan liberalisme
Abab 17 dan 18 timbul perlawanan terhadap absolutisme dan perjuangan
menuju kebebsan.
Tokoh liberalisme di Inggris = John Locke
Perancis = Voltaire, Montesquieu, Rousseau
Jerman = Immanuel Kant
Memperjuangkan pelbagai kebebasan yang hendaknya dijamin oleh UUD
(kebebsan agama, pers, berkumpul, dan menyatakan pendapat).
Hanya terjamin dalam negara hukum bukan atas kekuasaan belaka yang
mengindahkan Trias Politica dan HAM.
Bentuk negara yang diidamkan adalah demokrasi parlementer dengan
persamaan hak bagi seluruh rakyat di depan hukum dan penghormatan
terhadap HAM.
Ide Liberalisme berhasil membangkitkan kekuatan untuk melawan
absolutisme.
Contoh:
Inggris :Bill of Rights (1688) ( Raja Willem III
Kemenangan parlemen atas raja, dimana perjuangan berlangsung kurang lebih
60 tahun.
Amerika ( Declaration of Independence of America (4 Juli 1776)
Rakyat Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran merasa
tertindas oleh pemerintah penjajahan Inggris. Dalam Deklarasi tersebut
dinyatakan bahwa sekalian manusia dititahkan dalam keadaan sama, manusia
dikaruniai Tuhan beberapa hak yang tetap dan melekat padanya. Perumusan
Hak Asasi Manusia secara resmi yang pertama kali dalam suatu
“declaration” bersama itu kemudian menjadi dasar pokok konstitusi negara
Amerika Serikat.
Perancis ( Declaration Des Droits De’lhomme et du Citoyen (1789).
Pernyataan tidak puas kaum borjuis dan rakyat kecil terhadap pemerintahan
Raja Louis XIV yang absolut. Tujuan Revolusi Perancis antara lain
emmperoleh jaminan HAM dalam perlindungan Undang-Undang negara
diantaranya jaminan: liberte (kemerdekaan), egalite (kesamarataan), dan
fraternite (kerukunan atau persaudaraan).
LIBERALISME EKONOMI
Liberalisme Klasik
Keyakinan bahwa kemakmuran orang perorangan dan masyarakat seluruhnya
diusahakan dengan memberi kesempatan untuk mengejar kepentinan masingmasing dengan sebebas-bebasnya.
Hak milik swasta harus dipertahankan dan pemerintah tidak turut campur
dalam kehidupan ekonomi, tindakan swasta hanya terpengaruh oleh cara
terbentuknya harga.
Neo Liberalisme
Adam Smith (Inggris) ( Bapak liberalisme ekonomi.
Liberalisme ( landasan perkembangan pesat industri dan sistem kapitalisme
Aba 20, perkembangan Neo Liberalisme tetap berpegang pada persaingan
bebas, tetapi dengan memperhatikan syarat-syarat persaingan agar
berlangsung tertib dna positif.
Menyetujui campur tangan pemerintah dalam batas-batas tertentu yang tidak
mematikan kebebasan.
Tokoh : Simons, Hayek, dan Ropke.
Neo liberalisme menghasilkan sukses ekonomi terbesar dalam sejarah umat
manusia dan sekaligus gangguan sangat berat terhadap kehidupan sosial.
Melahirkan gerakan lawan (sosialisme, kapitalisme).
Kebebasan individu yang tanpa batas dan tak terkendali dapat merusak
keutuhan kehidupan bersama mereka, sehingga kebebsan individu perlu
dibatasi, maka lahirlah konsep tanggung jawab sosial (Social
Responsibility)
IMPLIKASI DI INDONESIA
Liberalisme mempunyai nama jelek dan sering dikambinghitamkan sebaai
“free fight Liberalism” yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia
dari bangsa lain (GBHN).
Pada awal berdirinya RI
Melihat kolonialisme dan imperialisme sebagai awal kapitalisme yang
diperanakkan oleh liberalisme
Hubunan liberalisme dengan kapitalisme-imperialisme yang menimbulkan
kolonialisme yang menindas rakyat.
Pandangan liberal terhadap UUD 1945
UUD 1945 mengambil alih beberapa ide hasil liberalisme, misalnya: negara
hukum (rechtstaats) dan Rule of Law Konstitusional, Hak Asasi Warga
Negara, Kedudukan sama di dalam hukum, berserikat dan berkumpul,
beragama, hak atas pekerjaam, pendidikan, dan pembedaan kekuasaan.
Ide-ide liberalisme yang diterima umum adala Hak Asasi Manusia,
Demokrasi, dan Konstitusionalisme.
Liberalisme mengandung unsur-unsur positif dan negatif.
Positif: Membebaskan individu/pribadi dari ikatanikatan yang tidak wajar
dan menegakkan HAM
Negatif: Kurang bersemangat sosial, tidak mau mengakui bahwa milik dan
kebebasan berfungsi sosial.
Hand Out 6
KEWARGANEGARAAN PADA “CIVIL SOCIETY”
ISTILAH “CIVIL SOCIETY” diterjemahkan ke dalam :
Masyarakat Sipil (Ernest Gellner, Mansour Fakih)
Masyarakat Madani (Fami Huwaydi, Nurcholis Madjid, Anwar Ibrahim)
Masyarakat Kewargaan (M. Ryas rasyid, Soetardyo Wignyosoebroto)
Tetap menggunakan istilah civil society (M.A.S. Hikam, Aswab Mahasin)
PERKEMBANGAN KONSEP CIVIL SOCIETY
Civil Society berasal dari proses sejarah masyarakat Barat, Cicero yang
memulai mengunakan istilah Societas civilis dalam filsafat politiknya.
Dalam tradisi Eropa sampai abad 18, pengertian civil society dianggap
sama dengan pengertian negara (state), yakni suatu kelompok yang
mendominasi seluruh kelompok masyarakat lain.
Setelah abad 18 mengalami pergeseran makna, negara dan civil society
dimengeri sebagai dua buah entitas yang berbeda sejalan dengan proses
pembentukan sosial dan perubaan struktur politik di Eropa akibat
pencerahan dan modernisasi. Dipelopori oleh Adam Ferguson, Johann
Forster, Tom Hodgkins, Emmanuel Sieyes, dan Tom Paine, Civil Society
dipahami secara radikal dengan menekankan aspek kemandirian, dan
menjadikan antitesis dari state.
Reaksi Hegel: Civil Society tidak bisa dibiarkan tanpa terkontrol, Civil
Society memerlukan berbagai aturan dan pembatasan serta penyatuan dengan
neara lewat kontrol hukum, sdministratif, dan politik.
Konsepsi Hegelian mengabaikan dimensi kemandirian dan memberi posisi
unggul terhadap negara (sepenuhnya ditundukkan oleh negara).
Konsep Hegelian dikritik oleh pemikir-pemikir modern seperti Robert Mohl,
J.S. Mills, Anne De Stall, dan Alexis De Tecqueville, mereka
mengembalikan dimensi kemandirian dan pluralitas dalam Civil Society.
PENGERTIAN CIVIL SOCIETY
M. A.S. Hikam
Civil Society secara institusional diartikan sebaai pengelompokan
anggota-anggota masyarakat sebagai warga negara mandiri yang dapat dengan
bebas bertindak aktif dalam wacana dan praxis mengenai segala hal yang
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan pada umumnya.
CIRI-CIRI CIVIL SOCIETY
M.A.S. Hikam
Kemandirian yang cukup tinggi, individu-individu dan kelompok-kelompok
dalam masyarakat, uatamanya ketika berhadapan dengan negara.
Ruang publik yang bebas sebagai wahana bagi ekterlibatan politik secara
aktif dari warga negara melalui wacana dan praxis yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
Kemampuan membatasi kuasa neara agar tidak intervensionis.
Nurcolis Madjid
Semangat egalitarianisme
Pengahrgaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan prestise seperti
keturunan, kesukuan, ras, dan lain-lain.
Keterbukaan
Partisipasi seluruh anggota masyarakat
Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan.
Hidayat Syarif
Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, Pancasilais dan
memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
Masyarakat yang demokratis dan Beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
Masyarakat yang menhargai Hak Azasi Manusia (HAM).
Masyarakat yang tertb dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya
budaya malu apabila melangar hukum.
Masyarakat yang memiliki kepercayaan diri dan kemandirian.
Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan semangat
kemanusiaan universal (pluralis).
“Civil Society” sebagai kekuatan pengimbang (balancing forces) dari
kecenderungan intervensionis neara, dan pada saat yang sama mampu
melahirkan kekuatan kritis reflektif (reflective forces) dalam
masyarakat.
AKAR-AKAR “CIVIL SOCIETY” DI INDONESIA
Secara historis bisa dirunut semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi
pada masa kolonial, utamanya ketika kapitalisme mulai diperkenalkan
Belanda, ikut mendorong terjadinya pembentukan sosial lewat proses
industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Hasilnya antara lain
munculnya kesadaran baru di kalangan kaum elit pribumi yang mendorong
terbentuknya organisasi sosial modern.
Pertumbuhan “Civil Society” mengalami masa cukup menjanjikan pada masa
pasca revolusi (1950 an), pada saat Orsospol dibiarkan tumbuh bebas dan
memperoleh dukungan kuat dari warga masyarakat.
Pertumbuhan “Civil Society” mengalami penyurutan terus menerus. Ormas dan
lembaga sosial berubah menjadi alat bagi merebaknya politik aliran dan
pertarunan berbagai ideologi (alkhir 1950 an/awal 1960 an).
Demokrasi Terpimpin, politik Indonesia didominasi oleh pengunaan
mobilisasi massa sebagai alat legitimasi politik. Akibatnya setiap usaha
yang dilakukan masyarakat untuk mencapai kemandirian beresiko dicurigai
sebagai kontra revolusi.
Orde baru, Pada dataran sosek tercipta pertumbuhan ekonomi, tergesernya
pola kehidupan masyarakat agraris, tumbuh dan berkembangnya kelas
menengah, makin tinggi tingkat pendidikan. Pada dataran politik,
memperkuat posisi negara di segala bidang, penetrasi negara yang kuat dan
jauh, terutam lewat jaringan birokrasi dan aparat keamanan.
Pertumbuhan “Civil Society” mengalami berbagai paradoks:
Semakin berkembang kelas menengah, seharusnya semakin mandiri sebagai
pengimbang kekuatan negara, kelas menengah ternyata memiliki
ketergantungan sangat tinggi terhadap negara, dan belum mampu mengatasi
problem kultural yang berbentuk keterkaitan primordial.
Perkembangan LSM, sebagai tulang punggung “Civil Society” sangat
menggembirakan, tetapi dihadapkan pada kenyataan, masih sangat lemah
ketika harus berhadapan dengan kekuatan negara.
Pertumbuhan pers sangat pesat dari segi kuantitas maupun teknologi, akan
tetapi belum terjadi perubahan berarti pada sisi kebebasan pers yang akan
menstimulir wacana kreatif dan dialog bebas bagi warga negara.
Kaum cendekiawan makin banyak yang merasa aman ketika dekat denan pusatpusat kekuasaan.
STRATEGI MEMBERDAYAKAN “CIVIL SOCIETY”
(Dawam Rahardjo)
Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik.
Strategi ini berpandanan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung
dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara
yang kuat. Yang diperlukan saat ini adalah stabilitas politik sebagai
landasan pembangunan, karena pembangunan – lebih-lebih yang terbuka
terhadap perekonomian global – membutukan resiko politik yang minim.
Dengan demikian persatuan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan dari
demokrasi.
Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi.
Strategi ini berpandangan banhwa untuk membangun demokrasi tidak usah
menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara
bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensina adalah
memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan,
maka akan dengan sendirinya timbul “civil society” yang mampu mengontrol
terhadap neara.
Strategi yang memilih pembangunan Civil Society sebagai basis yang kuat
ke arahdemokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap
realisasi dan strategi pertama dan kedua. Dengan beitu, stratei ini lebih
mengutamakan pendidikan dan penyadaran politik, terutama pada golongan
menengah yang makin luas.
Ketiga model strategi pemberdayaan “civil society” (masyarakat madani)
tersebut dipertegas oleh Hima bahwa Era transisi dipikirkan prioritas
pemberdayaan dengan cara memahami target-target grup yang paling strateis
serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat di dalam proses
tersebut. Untuk keperluan itu maka keterlibatan kaum cendekiawan, LSM,
Ormas sosial dan keagamaan dan mahasiswa adalah mutlak perlu.
Hand Out 7
DASAR-DASAR KULTURAL KEWARGANEGARAAN
Seseorang mengikatkan diri sebagai warga negara dari suatu negara
didasari oleh budaya (kultur) yang melekat dalam masyarakat yang
dianutnya.
Warga negara mengikatkan diri dalam suatu negara modern didasarkan atas :
Sejarah serta usaha/perjuangan bersama (common destiny)
Membina dan mengembangkan peradaban bersama (cultural homogenity )
Di atas tanah air yang sama (a given territory)
PENGERTIAN BUDAYA (KOENTJARANINGRAT)
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga
masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap sangat bernilai
dalam hidup
Sistem nilai
(Kluckhohn)
Hakekat dari
Hakekat dari
Hakekat dari
Hakekat dari
Hakekat dari
budaya menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia
hidup manusia (mh)
karya manusia (mk)
kedudukan manusia dalam ruang waktu (mw)
hubungan manusia dengan alam sekitarnya (ma)
hubungan manusia dengan sesamanya/manusia (mm).
Perilaku politik warga negara dipengaruhi oleh budaya politiknya
BUDAYA POLITIK
distribusi pola-pola orientasi warga negara terhadap obyek-obyek politik
suatu bangsa (Almond & Verba)
DIMENSI ORIENTASI POLITIK (ALMOND & VERBA)
Sistem sebagai obyek umum
a. Orientasi kognitif
pengetahuan ttg politik, peranan, dan segala kewajibannya.
b. Orientasi afektif
Perasaan thd sistem politik, peranannya, para aktor dan penampilannya.
c. Orientasi evaluatif
Keputusan dan pendapat ttg obyek-obyek politik yang secara tipikal
melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan
perasaan.
Obyek-obyek input
a. Arus tuntutan masyarakat terhadap pemerintah dan proses konversi
tuntutan-tuntutan ini menuju kebijaksanaan otoritatif.
b. Struktur yang terlibat intens dalam proses input, yakni partai
politik, kelompok kepentingan, dan media komunikasi.
Obyek-obyek output
a. Proses dengan mana kebijaksanaan otoritatif itu diterapkan atau
diperkuat.
b. Struktur yang berperan aktif dalam proses ini, yakni birokrasi dan
lembaga peradilan.
Pribadi sebagai partisipan
TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK
Parokial (struktur politik tradisional)
Terdapat dalam sistem politik tradisional dan sederhana ( spesialisasi
masih sangat kecil
Peranan yang satu dilakukan bersamaan dengan peranan yg lain
Tidak terdapat peranan plitik yang bersifat khas dan berdiri sendiri
Masyarakat secara umum tidak menaruh minat begitu besar thd obyek politik
yang luas.
Kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan/kekuasaan
politik dlm masyarakat.
Subyek ( struktur politik otoritarian)
Masyarakat menyadari telah ada otoritas pemerintah
Posisinya sebagai subyek (kaula) mereka pandang sebagai posisi yg pasif
(tdk akan menentukan apa-apa thd perubahan politik).
Menerima segala keputusan yg diambil, tdk dpt ditentang, dikoreksi, dan
diubah
Didasari pandangan bahwa masyarakat terbentuk dari struktur hierarkis
(vertikal), sbg akibatnya individu atau kelompok digariskan untuk sesuai
dengan garis hidupnya sehingga harus puas dan pasrah.
Merupakan akibat proses kolonisasi dan kediktatoran.
Partisipan (struktur politik demokratis)
Seseorang dianggap sbg anggota aktif dalam kehidupan politik, memiliki
kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara dlm bidang
politik.
Anggota masyarakat partisipatif diarahkan pada peranan pribadi sebagai
aktivitas masyarakat.
Ketiga tipe budaya politik tersebut akan selalu hidup dalam kehidupan
politik suatu negara, satu sama lain tidak akan saling menghapuskan,
hanya tipe mana yg paling dominan muncul. idealnya tipe budaya partisipan
yg dominan muncul.
Civic culture (budaya kewarganegaraan) merupakan budaya politik campuran.
Hand Out 8
PSIKOLOGI DAN WARGANEGARA
Psikologi ( Psikologi Sosial ( Interaksi Sosial ( Sikap
KEPRIBADIAN
Organisasi Dinamis dari sistem psiko-fisik dalam individu yang turut
menentukam cara-caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Allport)
Lingkungan (Gerungan) melliputi:
Lingkungan fisik (alam benda-benda yang konkrit)
Lingkungan psikis (jiwa raga orang-orang dalam lingkungan)
Lingkungan rohaniah (objective Geist, berupa keyakinan-keyakinan, ideide, filsafat-filsafat yang terdapat di lingkungan individu).
Menyesuaikan diri (Gerungan) diartikan sebagai:
Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian diri
autoplastis atau pasif)
Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri ( penyesuaian
diri yang aloplastis atau aktif)
INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih manusia,
dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (H. Bonner).
FAKTOR YANG MENDASARI KELANGSUNGAN INTERAKSI SOSIAL
Faktor imitasi, suatu proses dimana seorang individu mengikuti sesuatu di
luar dirinya.
Faktor Sugesti, suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa
kritik terlebih dahulu
Faktor Identifikasi, dorongan untuk menjadi sama (identik) dengan seorang
lain.
Faktor Simpati, perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain,
yang timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian
perasaan.
SIKAP (Attitude) -- Gerungan
Pengertian attitude diterjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu,
yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap
tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap
yang objek tadi itu. Jadi attitude itu tepat diterjemahkan sebagai sikap
dan kesediaan beraksi terhadap sesuatu hal. Attitude itu senantiasa
terarahkan terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada attitude tanpa ada
objeknya.
CIRI-CIRI ATTITUDE
Bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan
Dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari
Tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu
terhadap suatu objek.
Objek attitude itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
Mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.
PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN ATTITUDE
Pembentukan attitude tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan
sembarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi
manusia, dan berkenaan dengan objek tertentu.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan attitude
Faktor Ekstern : (M. Sherif).
Dalam Interaksi kelompok dimana terdapat hubungan timbal balik yang
langsung antara manusia,
Karena komunikasi, dimana terdapat pengaruhpengaruh (hubungan) langsung
dari satu pihak saja.
Faktor Intern : Selektivitas, daya pilih, minat-perhatian untuk menerima
dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar dirinya.
PRASANGKA SOSIAL (Gerungan)
Sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan
ras atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan orang yang
berprasangka itu. Prasangka sosial terdiri atas attitude sosial yang
negatif terhadap golongan lain, dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap
golongan manusia lain tadi.
STEREOTIP (Gerungan)
Adanya prasangka sosial bergandengan pula dnegan “stereotip” yang
merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak
pribadi orang golongan lain yang bercorak negatif. Stereotip mengenai
orang lain itu sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia
mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya sengan orang-orang lain
yang dikenakan prasangka itu. Biasanya stereotip terbentuk berdasarkan
keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Ciri-Ciri Pribadi Orang Berprasangka sosial:
Tidak toleransi
Kurang mengenal akan dirinya sendiri
Kurang berdaya cipta
Tidak merasa aman, memupuk khayalan-khayalan yang agresif.
Hand Out 9
IDEOLOGI DAN WARGANEGARA
PENGERTIAN
Secara harfiah
A system of ides, suatu rangkaian ide yang terpadu menjadi satu.
Secara umum
Seperangkan gagasan/pemikiran yang berorientasi pada tindakan yang
diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur.
Ideologi Negara
Keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan dan nilai-nilai bangsa yang
secara normatif perlu diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara
UNSUR-UNSUR IDEOLOGI
Penafsiran/pemahaman terhadap kenyataan
Seperangkan nilai-nilai/preskripsi moral
Orientasi terhadap tindakan.
FUNGSI IDEOLOGI
Struktur kognitif
Orientasi dasar pembuka wawasan yg memberi makna & tujuan hidup.
Norma pedoman dan pegangan untuk melangkah & bertindak .
Bekal dan jalan untuk menemukan identitas diri.
Kekuatan yg mampu menyemangati untuk menjalankan kegiatan & mencapai
tujuan.
PERKEMBANGAN IDEOLOGI PADA WARGA NEGARA
Warga Negara sebagai manusia memiliki pandangan hidup yang akan menjawab
permasalahan yang berkaitan dengan hidupnya.
Warga negara sebaai insan yang idup berkelompok (zoon politicon) memiliki
nalar dan naluri hidup berkelompok untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam kehidupan berkelompok (Bermasyarakat, berbangsa, bernegara) masingmasing (manusia akan mengadakan penyesuaian pandanan hidup, sehingga
terbentuk pandangan hidup kelompok.
Pandangan hidup kelompok merupakan suatu kebenaran sejauh yang dapat
dip[ikirkan manusia, sehingga tumbuhlah falsafah hidup kelompok yang
bersangkutan.
Di dalam kehidupan berkelompok tersebut meningkat menjadi bernegara, maka
falsafahh hidup tersebut dijadikan sebagai filodofissche grondslagg dari
negara yang didirikan.
Falsafah hidup suatu bansa akan menjelmakan suatu tata nilai yang dicitacitakan bangsa yang bersangkutan.
Sebagai yang dicita-citakan maka ia membentuk ide-ide dasar dari seala
hal aspek kehidupan manusia di dalam kehidupan berkelompok dan bernegara.
Kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar tersebut secara
ketatanegaraan disebut ideologi.
Kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar tersebut secara
ketatanegaranan disebut ideologi.
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
Kualitas
- Realita
bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di masyarakat
- Idealisme
mengandung cita-cita yg ingin dicapai dlm berbagai bidang kehidupan
- Fleksibilitas
memungkinkan berkembangnya pemikiran baru tanpa menghilangkan hakekat yg
terkandung dlm ideologi tersebut.
Memiliki keungulan komparatif terhadap ideologi lain
Masyarakat memiliki persepsi wajar & sehat tentang ideologinya.
Pembudayaan dan pengamalan pancasila dlm berbagai bidang kehidupan
HAKEKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
ciri-ciri ideologi terbuka
Tidak dipaksakan dari luar
Mampu berinteraksi secara dinamis dengan perkembanan lingkungan
Terbentuk atas kesepakatan masyarakat
Terdapat cita-cita & nilai-nilai dasar dan tdk langsung bersifat
operasional
Nilai-nilai dasar pancasila tetap namun dapat dikembangkan secara
kreatif & dinamis sesuai kebutuhan zaman.
Gagasan pertama mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka secara formal
ditampilkan sekitar tahun 1985, akan tetapi semangatnya bisa ditelusuri
dari proses kelahiran bangsa Indonesia.
PENDORONG PEMIKIRAN PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA
Kenyataan dinamika masyarakat berkembang sangat cepat.
Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti komunis.
Pengaruh komunis di masa lalu, pancasila pernah merosot menjadi semacam
dogma yg kaku.
URGENSI KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA
Keterbukaan ideologi : penegasan kembali pola pikir dinamis para pendiri
negara. tetapi juga kebutuhan konseptual dunia modern yg dinamis.
Kita diharuskan mempertajam kesadaran akan nilai-nilai dasarnya yg
bersifat abadi, tetapi juga didorong untuk mengembangkan secara kreatif
dan dinamis untuk menjawab kebutuhan zaman.
Pancasila mengandung nilai dasar dan nilai instrumental. nilai dasar
bersifat tetap, nilai instrumental dpt berubah sesuai dengan tuntutan
keadaan.
Nilai dasar : pembukaan uud 45
alinea 1 :
kemerdekaan hak segala bangsa
perikemanusiaan & perikeadilan
penjajahan harus dihapuskan
alinea 2 :
cita-cita nasional & kemerdekaan
alinea 3 :
watak yg aktif sbg bangsa indonesia (nasionalisme)
sikap religius
alinea 4 :
Mmemberi arahan ttg tujuan negara, susunan negara, sistem pemerintahan
dan dasar negara.
Nilai instrumental
kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga pelaksanaannya.
BATAS KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA
stabilitas nasinal yg dinamis
marxisme, leninisme, komunis bvme.
liberalisme
pandangan ekstrim
Hand Out 10
PARTISIPASI POLITIK
WARGA NEGARA
PARTISIPASI POLITIK (Huntington, 1984)
Kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengarui
pengambilan keputusan oleh pemerintah.
JENIS PARTISIPASI
Partisipasi Otonom
Kegiatan yang oleh pelakunya sendiri dimaksudkan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan pemerintah.
Partisipasi Dimobilisasi
Kegiatan yang oleh orang lain di luar si pelaku dimaksudkan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah
Partisipasi dimobilisasi
Partisipan yang dimobilisasikan dirangsang untuk bertingkah laku dengan
cara-cara yang bertujuan untuk mempengarui pemerintah, tanpa mereka
secara pribadi menaruh minat terhadap, atau malahan harus menyadari,
dampak tindakan mereka itu terhadap pemerintah. Mereka digerakkan oleh
loyalitas, rasa cinta, rasa hormat, rasa takut terhadap seorang pemimpin,
atau oleh hasrat untuk memperoleh manfaat-manfaat yang mereka percaya
dapat diberikan oleh pemimpin mereka.
Beberapa kategori hubungan pemimpin-pengikut yang berbeda satu sama lain
memberikan landasan untuk mobilisasi, yaitu:
Ikatan antara sejumlah pengikut dan seorang pemimpin yang ditentukan dan
disahkan oleh tradisi kebudayaan, sosial atau keagamaan yang sudah tua.
Contoh hubungan kepala adat/suku.
Hubungan patron-klien diikat secara individual dan didasarkan atas
pertukaran manfaat yang timbal balik tapi timpan. Patron yang berstatus
lebih tinggi memberikan perlindunggan, bantuan ekonomi, dan pantulan
status pada klien, dan turun tangan atas nama mereka untuk berhubungan
dnean pejabat pemerintah. Klien-klien mereka membalas dengan loyalitas
dan sikap hormat, dengan tenaga kerja, dengan memberikan dukungan
politik. Contoh Hubungan antara tuan tanah.
Political machine (alat partai politik)
BENTUK PARTISIPASI POLITIK
Kegiatan Pemilihan, mencakup memberikan suara,, sumbangan untuk kampanye,
bekerja dalam pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap
tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.
Lobbying, mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi
pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud
mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan yang
menyangkut sejumlah besar orang.
Kegiatan organisasi menyangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat
dalam suatu organisasi yan tujuannya yan utama dan eksplisit adalah
mempengaruhi pengambilan keputusan pemerinta.
Mencari koneksi (contacting) merupakan tindakan peroranan yang ditujukan
terhadap pejabat-pejabat pemerintahh dan biasanya dengan maksud
memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang.
Tindak kekerasan (violence) sebagai upaya untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap
orang-orang atau harta benda.
SALURAN MENUJU PARTISIPASI POLITIK
IND MOB
HI SES
POL EFF
LO SES
POL PART
GRP HOMO
GRP CONF
LO SES
IND MOB
HI SES
POL EFF
:
:
:
:
GRP CONS
GRP INV
Status Sosial Ekonomi Rendah
Mobilitas individual
Status Sosio Ekonomi yang lebih tinggi
Perasaan Subyektif tentang efektivitas politik
POL
GRP
GRP
GRP
ORG
PART
HOMO
CONF
CONS
INV
:
:
:
:
:
Tingkat partisipasi politik yang lebih tinggi
Homogenitas kelompok dan isolasi kelompok
Konflik kelompok dengan kekuatan-kekuatan dari luar
Kesadaran dan Solidaritas kelompok yang lebih besar
Keterlibatan dalam organisasi.
Mobilitas dan organisasi menawarkan jalan-jalan yang kontras satu sama
lain.
Melibatkan usaha-usaha individual, jalannya adalah dari kesejahteraan
material yang bertambah besar menuju perasaan subyektif tentang
efektivitas politik dan dari sana menuju partisipasi politik. Sarana
untuk menempuhnya adalah pendidikan. Jalan mobilitas berarti perubahan
dalam status sosial individu-individu akan tetapi tidak perlu berarti
perubahan dalam pola-pola partisipasi politik kelompok-kelompok.
Melibatkan tindakan kolektif, jalannya adalah dari perasaan subyektif
tentang kesadaran kelompok menuju partisipasi politik dari sana menuju
kesejahteraan materil atau simbolik yang lebih baik. Sarana untuk
menempuhnya melalui adalah organisasi. Jalan organisasi berarti perubahan
dalam pola-pola partisipasi politik kelompok-kelompok, akan tetapi tidak
perlu berarti perubahan dalam status sosial individu-individu.
Hand Out 11
WARGA NEGARA GLOBAL
WARGA NEGARA DAN GLOBALISASI
Warga negara dihadapkan pada berbagai tantangan dan tuntutan untuk
terlibat di dalam globalisasi.
Perspektif ekonomi: globalisasi merupakan tantangan bai warga negara
untuk mengambil manfaat yang maksimal dari padanya.
Perspektif kebangsaan: globalisasi menimbulkan kesadaran, bahwa warga
negara merupakan warga dari suatu masyarakat global yang dapat mengambil
manfaat dari globalisasi, sekaligus lebih melestarikan dan memperkuat
identitas kebangsaan.
Pada era globalisasi warga negara dituntut untuk berpikir secara global
tetapi tetap bersikap sesuai dengan kepribadian bangsa (think globally
but act locally)
KECENDERUNGAN TANTANGAN KEHIDUPAN PADA ERA GLOBALISASI (Jhon J. Cogan).
Kesenjangan ekonomi diantara negara dan diantara orang di dalam neara
secara signifikan akan semakin lebar.
Ketidakmerataan antara yan punya akses kepada teknologi informasi dengan
yang tidak memiliki akses akan semakin meningkat.
Teknologi informasi akan mengurangi masalah privasi individu.
Konflik kepentingan antara negara maju dan negara berlkembang akan
meningkatkan kerusakan lingkungan.
Penggundulan hutan secara dramatis akan mempengaruhi keragaman dalam
kehidupan, udara, tanah, dan air.
Dalam negara-neara berkembang, pertumbuhan penduduk akan mengakibatkan
peningkatan presentase penduduk, khususnya anak-anak yang hidup dalam
kemiskinan.
KECENDERUNGAN RESPON WARGA NEGARA TERHADAP GLOBALISASI
Kelompok warga neara yang menolak atau curiga terhadap unsur-unsur baru
yang dibawa globalisasi. Hal ini muncul biasanya karena sebaai warga
negara menilai unsur baru tersebut tidak sesuai dengan budaya bansa.
Kelompok warga negara yang selalu menerima unsur-unsur baru baru.
Biasanya dilandasi oleh rasa tidak puas terhadap situasi dan kondisi yang
ada. Menyadari adanya kekurangan dalam budayanya sendiri, keinginan
meningkatkan taraf hidup dan memiliki sikap terbuka.
Kelompok warga negara yang lebih berhati-hati dalam menanggapi gejala
globalisasi.
DAMPAK DAN TUNTUTAN GLOBALISASI terhadap warga negara dalam proses
perkembangan dari tradisional ke modern.
Kegoncangan budaya (cultural shock), yaitu suatu keadaan dari kebudayaan
yang tidak mampu berdiri secara ajeg menahan berbagai tarikan akibat
pengaruh kebudayaan yang datang dari luar. Dengan kata lain sebaai suatu
keadaan yang tidak stabil.
Ketimpangan/ketertingalan budaya (cultural lag), yaitu pertumbuhan
kebudayaan tidak selalu sama dengan cepatnya dalam keseluruhan, akan
tetapi ada bagian yang tumbuhnya cepat dan ada baian yang tumbuhnya
lambat (William F. Ogburn).
Memperkaya unsur-unsur budaya Indonesia, misalnya menambah luas ilmu
pengetahuan, teknologi, sistem mata pencaharian, memperkaya unsur bahasa,
mengubah sikap, nilai, dan persepsi terhadap sesuatu hal.
KARAKTERISTIK WARGA NEGARA GLOBAL (GLOBAL CITIZENS)
Alex Inkeles (1966)
Karakteristik warga negara modern
Adanya kesdiaan menerima pengalaan baru dan terbuka terhadap penemuan dan
perubahan-perubahan baru.
Dapat menangkap dan memahami sejumlah masalah yang tidak terbatas dalam
lingkungan terdekat saja, juga linkungan lebih jauh.
Berpandangan maju dengan tidak mengabaikan penalaman-pengalaman yang
lalu.
Mempunyai tindakan yang teratur, tersusun dan teliti dalam menyelesaikan
suatu masalah.
Mempunyai perencanaan berdasarkan penaturan yang matang.
Mempunyai keyakinan bahwa manusia mampu mengatasi kesulitan yang
ditimbulkan oleh linkungan dalam usaha mencapai tujuan.
Berpandangan bahwa segala sesuatu dapat diperhitungkan
Mempunyai rasa penghargaan terhadap usaha-usaha orang lain.
Mempunyai kepercayaan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menghargai teguran-teguran yang bersifat membangun.
Mampu menguasai dan menggunakan alat-alat, media yang sedang berkembang
maju.
Karakteristik/atribut warga negara abad 21 (Jhon J. Cogan)
Memiliki kemampuan untuk melihat dan mendekati masalah sebagai masyarakat
global.
Kemampuan bekerja denan orang lain dengan cara kooperatif dan bertanggung
jawab terhadap peran dan kewajiban dalam masyarakat.
Kemampuan untuk memahami, menerima, dan toleransi terhadap keragaman
budaya.
Kepastian untuk berpikir secara sistematis dan kritis.
Keinginan untuk menyelesaikan konflik dengan cara damai
Keinginan untuk mengubah kebiasaan gaya hidup dan konsumtif untuk menjaga
lingkungan.
Kemampuan yang sensitif mempertahankan hak asasi manusia.
Keininan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik tingkat lokal,
nasional dan internasional.
MULTIDIMENSIONAL CITIZENSHIP (Jhon J. Cogan)
Warga negara yang multidimensional memiliki dimensi-dimensi sebagai
berikut:
Dimensi pribadi, meliputi pengembangan kapasitas dan komitmen kepada
etika kewarganegaraan yang bercirikan kebiasaan berpikir, hati-ati dalam
tindakan yang secara sosial bertanggung jawab.
Dimensi sosial, warga negara turut memperluas partisipasi kewarganegaraan
yang mencakup keterlibatan berpikir dalam bidang ekonomi, sosial dan
politik yang kompleks.
Dimensi duniawi, warga neara yang berkaitan dengan tantangan kontemporer
tidak bole hanya memperhatikan masa kini dengan melupakan masa lampau dan
masa depan.
Dimensi ruang, warga negara harus juga melihat dirinya sebagai anggota
sejumlah masyarakat yang berlapis lokal, regional, nasional, dan
multinasional.
Kewarganegaraan multidimensional tersebut mensyaratkan bahwa warga negara
memiliki kompetensi tertentu yang meliputi:
Mendekati masalah dari sudut pandang anggota masyarakat global.
Bekerjasama dengan orang lain.
Bertanggung jawab terhadap peran dan tanggung jawab masyarakat.
Berpikir secara kritis dan sistematis.
Menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan.
Mengadopsi cara hidup yang melindungi lingkungan
Menghormati dan mempertahankan hak asasi manusia
Berpartisipasi dalam masalah publik dan memanfaatkan teknologi berbasis
informasi.
Hand Out 12
WARGA NEGARA DALAM ERA OTONOMI DAERAH
Pengertian Otonomi Daerah
Secara etimologi perkataan otonomi berasal dari bahasa Yunani Autos yang
berarti sendiri dan Nomos yang berarti aturan. Dari arti yang demikian
ini, beberapa ahli memberikan pengertian otonomi sebagai pengundangan
sendiri, mengatur atau memerintah sendiri atau pemerintahan sendiri
(Abdurrahman, 1987:9-10). Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Aparatur daerah otonomi dinamakan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat otonomi yang
lain sebagai badan eksekutif daerah.
Landasan Hukum Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan
perundang-undangan yang menjadi landasan hukum pelaksanaan otonomi daerah
adalah :
a. UUD 1945 Bab VI tentang pemerintahan daerah , terutama pasal 18.
Dalam dua ayat pertama, mengenai pemerintahan daerah tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang.
Pemerintahan Daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
b. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
c. UU No. 33 Tahun 12004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah.
Pertimbangan Perlunya Otonomi Daerah
Dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Bab III pasal 5
disebutkan bahwa daerah otonomi dibentuk berdasarkan pertimbangan berikut
ini:
Kemampuan ekonomi
Potensi Daerah
Sosial budaya
Sosial politik
Jumlah penduduk,
Luas daerah
Perimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Alasan Perlunya Otonomi Daerah
alasan pentingnya otonomi daerah dapat dilihat dari beberapa aspek
berikut:
Aspek politik, mencegah bertumpuknya kekuasaan pada pemerintahan pusat,
dan mengikutsertakan rakyat daerah secara aktif dalam pemerintahan.
Aspek sosial budaya, memusatkan perhatian pada kekhususan sesuatu daerah,
seperti geografi, keadaan penduduk, kehidupan kemasyarakatan, watak
kebudayaan atau latar belakang sejarahnya.
Aspek ekonomi, pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung
membantu pembangunan daerahnya.
Prinsip Dasar Penyelenggaraan Otonomi Daerah
Secara umum, beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh semua pihak
dalam pelaksanaan Otonomi daerah (J. Kaloh, 2002:47-48), meliputi:
Otonomi daerah harus dilaksanakan dalam kerangka negara kesatuan
Pelaksanaan otonomi daerah menggunakan tata cara desentralisasi dengan
demikian peran daerah sangat menentukan.
Adanya perimbangan keuangan yakni perimbangan antar-daerah (antar
Provinsi dan antar Kabupaten/Kota dalam satu provinsi), disamping
perimbangan antara Pusat dan Daerah.
Fungsi pemerintah pusat masih sangat vital, baik dalam kewenangan
strategis (moneter, pertahanan, luar negeri, dan hukum), maupun untuk
mengatasi ketimpangan antar-Daerah.
Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan (pasal 1 ayat 1 UUD 1945).
Dampak dari negara kesatuan adalah hanya ada satu pemerintah (pusat) yang
memiliki kekuasaan untuk mengatur dan mengurus pemerintahan negara.
Kondisi negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau baik besar
maupun kecil sesuai dengan pasal 18 UUD 1945, diberi wewenang untuk
menyelenggarakan pemerintahannya sendiri (otonomi), namun tetap dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembentukan Daerah otonom tidak akan menyebabkan terjadinya perpecahan
bangsa, tetapi justru mendukung bagi terciptanya kesatuan bangsa.
Pemberian status otonomi kepada kelompok-kelompok masyarakat di wilayah
masing-masing akan mendorong masyarakat berpartisipasi dalam lingkup
daerah dan nasional. Dengan demikian akan terwujud “unity within
diversity”, kesatuan di dalam perbedaan dan “diversity in unity”,
perbedaan di dalam kesatuan.
Tidak semua potensi yang ada di suatu daerah menjadi milik daerah dan
hanya digunakan untuk kepentingan daerah bersangkutan, akan tetapi
terdapat suatu perimbangan keuangan yang diatur dalam UU No. 33 Tahun
2004 tentang perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, yakni suatu
sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang
mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta
pemerataan antar daerah secara mewakili, demokratis, adil dan transparan
dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan
kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan
kewenangan tersebut. Sumber-sumber penerimaan daerah meliputi pendapatan
asli daerah (hasil pajak, retribusi, perusahaan milik daerah), dana
perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah.
Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 Pasal 6, perimbangan dana untuk
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diantaranya diatur sebagai
berikut:
Sumber Penerimaan Penerimaan Pemerintah Pusat Penerimaan Pemerintah
Daerah
Pajak Bumi dan Bangunan 10% 90% Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan 20% 80% Sumber daya alam sektor kehutanan, pertambangan
umum, dan perikanan 20% 80% Sumber Daya alam sektor pertambangan
minyak bumi yang dihasilkan dari wilayah daerah 85% (setelah dikurangi
pajak sesuai ketentuan) 15% (setelah dikurangi pajak sesuai
ketentuan) Sumber daya alam dari pertambangan gas alam yang berasal dari
wilayah daerah 70% 30%
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
wewenang daerah otonom mencakup :
Kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam
bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Yang termasuk bidang lainnya
meliputi kebijakan perencanaan pembangunan nasional secara makro, dana
perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga
perekeonomian negara, pembinaan sumber daya manusia, pemdayagunaan sumber
daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan
standarisasi nasional.
Mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan
bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan sesuai dengan perundangundangan.
Asas-Asas Pelaksanaan Otonomi Daerah
Dalam Undang-undang tentang Pemerintah Daerah ditegaskan bahwa daerah
otonom itu terdiri atas daerah propinsi, kabupaten/kota, dan desa. Akan
tetapi titik berat pelaksanaan otonomi daerah diletakkan pada daerah
kabupaten dan kota dengan pertimbangannya adalah bahwa daerah inilah yang
lebih langsung berhubungan dengan masyarakat.
Dalam melaksanakan otonomi daerah didasarkan pada asas-asas sebagai
berikut :
Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh
Pemerintah Pusat kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
dalam rangka desentralisasi disertai dengan penyerahan dan pengalihan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan
kewenangan yang diserahkan tersebut.
Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat
kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan/atau perangkat pusat
di daerah. Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Gubernur dalam
rangka dekonsentrasi disertai dengan pembiayaan sesuai dengan kewenangan
yang dilimpahkan tersebut.
Tugas Pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada
daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu
yang disertai pembiayaan,
sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang
menugaskan.
Asas Penyelenggaraan Otonomi Daerah
Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah
Dampak Positif
Sadu Wasistiono (2002:12), mengemukakan bahwa manfaat atau keuntungan
diberlakukannya otonomi daerah diantaranya:
Diberikannya hak-hak dasar daerah otonom yang meliputi kebebasan untuk
memilih pemimpinnya sendiri, kebebasan memiliki, mengelola dan
memanfaatkan sumber keuangannya sendiri, kebebasan untuk membuat aturan
hukum sendiri, serta kebebasan untuk memiliki pegawainya sendiri, dengan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berkembangnya inisiatif dan kreativitas daerah untuk membangun daerahnya
berkompetisi dengan daerah-daerah otonom lainnya. Dengan memiliki
kebebasan untuk menyusun rencana pembangunan sendiri, daerah dapat
mendayagunakan potensinya untuk kesejahteraan masyarakat. Pada masa
mendatang diharapkan akan muncul berbagai pusat pertumbuhan baru di
berbagai daerah yang potensial.
Tumbuhnya partisipasi masyarakat pada tahap perumusan, pelaksanaan,
serta penilaian kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah daerah,
bukan hanya berpartisipasi pada tahapan pelaksanaan kebijakan seperti
yang selama ini terjadi.
Tumbuhnya kemandirian daerah terhadap pemerintah pusat dalam memecahkan
masalah yang dihadapi daerah. Masalah daerah diselesaikan di daerah,
dengan cara dan oleh masyarakat daerah.
Dampak Negatif
Menguatkam rasa kedaerahan sempit yang apabila tidak ditangani secara
tepat akan menghambat upaya membangun wawasan kebangsaan.
Munculnya gejala ekonomi biaya tinggi sebagai akibat daerah hanya
mengejar kepentingan jangka pendek dalam rangka menghimpun pendapatan
daerah untuk membiayai otonomi daerah.
Otonomi daerah masih dipaami secara sempit sehingga hanya pemerintah
daerah saja yang sibuk, sedangkan masyarakat luas belum dilibatkan secara
aktif.
Ada gejala ketidakpatuhan daerah dan atau penafsiran secara sepihak
terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat.
(Sadu Wasistiono, 2002:13-14).
Hand Out 13
Nasionalisme Warga Negara
Konsep Nasionalisme
Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan tentang nasionalisme,
Guibernau (1996:47) dalam bukunya The Nation-State and Nationalism in The
Twentieth Century mengemukakan bahwa nasionalisme adalah sentiment yang
menganggap diri sebagai bagian dari suatu komunitas yang anggotaanggotanya mengidentifikasi diri dengan seperangkat simbol, dan yang
memiliki kemauan untuk menentukan nasib atau takdir politik bersama. Jika
dikaitkan dengan pendapat Hans Kohn (1965:9) dalam bukunya Nationalism
its Meaning and History, nampak sejalan hubungannya, karena Kohn
beranggapan bahwa nationalism is a state of mind in which the supreme
loyalty of the individual is felt to be due the nation-state.
Smith (Edwards, 1985:43) memberikan definisi yang agak berbeda, ia
mengemukakan bahwa nasionalisme merupakan visi masa depan (Nationalism is
a vision of the future) yang bersifat tradisionalis sekaligus modernis
(both traditionalist and modernist). Fishman (1972:9) mengemukakan hal
yang sama: “Nationalism is not so much back-ward oriented… . as much as
it seeks to drive unifying and energizing power from widely held images
of the past in order to overcome a quite modern kind of fragmentation and
less of identity”. Dengan demikian konsep nasionalisme yang dikaitkan
dengan masa lalu merupakan suatu pemecahan/gerakan modern yang telah
memecah belah identitas bangsa.
Renan (1990:15) melihat bahwa salah satu unsur esensial dari soul or
spiral principle suatu bangsa terdiri dari “ … (the) possession in common
of a rich heritage of memories … a heritage of glory and of grief to be
shared … to have suffered, rejoiced and hoped together”. Dengan demikian
suatu bangsa adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri
atas komunitas manusia yang saling merasa bersetiakawan dengan satu
sama lain. “Nasion adalah suatu jiwa, suatu azas spiritual. Ia adalah
suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan pengorbanan
yang telah dibuat di masa lampau dan yang oleh manusia-manusia yang
bersangkutan bersedia dibuat di masa depan. Nasion mempunyai masa lampau,
tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan yang
jelas: yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dnegan nyata untuk
terus hidup bersama”. Suatu nasion tidak tergantung pada kesamaan asal
ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografis, atau hal-hal lain yang
sejenis. Kehadiran suatu nasion adalah suatu kesepakatan bersama yang
seolah-olah terjadi setiap hari antara manusia-manusia yang bersama-sama
mewujudkan nasion yang bersangkutan (Bachtiar, 2001:33).
Otto Bauer berusaha mencari sejarah sebagai karakteristik bersama yang
obyektif dengan mengemukakan konsep community of fate
(schiksalgemeinschaft) yang mengikat warga suatu bangsa ke dalam suatu
community of character (charactergemeinschaft). Jika dibandingkan,
menurut Bung Karno konsep Ernest Renan tentang le desire d’etre ensemble
dan definisi Otto Bauer Aus Schiksalgemeinschaft erwachsene
Charaktergemeinschaft itu tidak cukup. Bung Karno mencoba menambahkan
konsep geopolitik yang menyatakan bahwa bumi yang terdapat di ujung
Sumatera sampai ke Irian itu adalah kesatuan bumi Indonesia, karena atas
“ketentuan Allah SWT” didiami oleh 70.000.000 manusia yang mempunyai le
desire d’etre ensemble dan Charaktergemeinschaft (community of
character). Bung Karno selanjutnya menganjurkan untuk “mendirikan suatu
Nationale Staat, di atas kesatuan bumi Indonesia dari ujung Sumatera
sampai ke Irian yang diberi nama kebangsaan Indonesia”.
Dalam hal ini Bung Karno menganggap nasion Indonesia adalah suatu
imagined community sebagai sebuah komunitas baru yang berada dalam
wilayah Ujung Sumatera sampai ke Irian, yang dalam pemikiran komunitas
tersebut hidup solidaritas bersama, sebagaimana Anderson (1983:15)
menyebutnya sebuah bangsa atau nation dalam pendekatan Antropologi adalah
sebuah komunitas yang dibayangkan atau an imagined political community,
karena setiap anggota komunitas tersebut wlaupun tidak mengenal satu sama
lainnya, termasuk dari nation yang paling kecil sekalipun. Hanya dalam
pikiran saja mereka hidup dalam kebersamaan. Ia bersifat terbatas dan
berdaulat karena bahkan bangsa-bangsa paling besar pun memiliki garisgaris perbatasan yang jelas meski elastis. Bangsa selalu dipahami sebagai
sebuah kesetiakawanan yang mendalam dan meluas, sehingga banyak orang
bersedia melenyapkan nyawa sekalipun demi kepentingan bersama itu.
Bung Karno berkeyakinan bahwa bentuk ideal suatu negara bukanlah negara
yang rakyatnya terdiri dari hanya satu kelompok etnis saja.
Demikian pula bukan semua negeri-negeri di tanah air kita yang merdeka di
zaman dahulu, adalah nationale staat. Kita hanja dua kali mengalami
nationale staat, yaitu zaman Sriwidjaja dan di zaman Madjapahit. Di luar
dari itu tidak mengalami nationale staat. Saja berkata dengan penuh
hormat kita punya radja -radja dahulu, saja berkata dengan beribu-ribu
hormat kepada Sultan Agung Hanjokrokoesoemo, bahwa Mataram, meskipun
merdeka, bukan nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Prabu
Siliwangi di Padjadjaran, saja berkata, bahwa keradjaannya bukan
nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Ageng Tirtajasa,
saja berkata bahwa keradajaannya di Banten, meskipun merdeka bukan
nationale staat. Dengan perasaan hormat kepada Sultan Hasanuddin di
Sulawesi jang telah membentuk Keradjaan Bugis (Gowa), saja berkata,
bahwa tanah Bugis (Gowa) yang merdeka itu bukan nationale staat
(Soekarno, 1961:27-28).
Konsep Geopolitik yang dikemukakan Bung Karno ini, yaitu “kesatuannya
semua pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian”.
Selanjutnya kita kembangkan dalam Wawasan Nusantara yang tercantum dalam
GBHN tahun 1978 dan 1983 bahwa “Kepulauan Nusantara sebagai suatu
kesatuan politik, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan ekonomi,
satu kesatuan pertahanan dan keamanan”. Bung Karno akhirnya mengemukakan
sebagai dasar “kebangsaan”. Kebangsaan Indonesia. Kebangsaan Indonesia
yang bulat! Bukan kebangsaan Djawa, bukan kebangsaan Sumatera, bukan
kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain, tetapi kebangsaan
Indonesia, jang bersama-sama mendjadi dasar satu nationale saat
(Soekarno, 1961:28).
Tantangan Nasionalisme
Nasionalisme Indonesia pada tahap awal berhasil merekatkan penduduk yang
heterogen menentang kolonialisme Belanda dan Jepang. Tetapi setelah
proses dekolonisasi berlangsung terutama dalam nation building, perlu ada
revitalisasi dan redefinisi nasionalisme yang makin kompleks
tantangannya. Karena disinyalir bahwa nasionalisme Indonesia rapuh dalam
menghadapi gejala-gejala mutakhir berupa solidaritas parochial dan
kekuatan eksternal akibat pengaruh globalisasi, baik kekuasaan kolonial,
penetrasi transnasional corporation, multinational corporation, maupun
lembaga-lembaga internasional lainnya.
Barbara Goodwin, seorang professor politik asal Inggris (Nur Iman Subono,
HYPERLINK "http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf"
http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf . menyatakan ada empat
faktor di balik incoherence (tidak adanya pertalian) dari tegaknya
nasionalisme. Pertama, multiple and conflicting bases for “national
identity”. Apa basis nasionalisme atau identitas nasional kita? Apakah
terbangun atas atas kesamaan bahasa, agama, etnis, merasa satu rumpun
melayu, atau yang lainnya? Tidak ada satu pun jawaban yang pasti, karena
memang banyak basisnya.
Hingga saat ini, basis nasionalisme yang
selalu diangkat ke permukaan lebih soal semangat anti-kolinialisme dan
semangat kemerdekaan. Namun, benarkah seluruh masyarakat Indonesia
memiliki perasaan yang sama seperti itu? Celakanya, basis yang saling
cross-cutting ini sangat dekat dengan potensi konflik di dalam diri
mereka. Di Indonesia, konflik SARA hampir merata terjadi di mana-mana,
menyangkut konflik hubungan antar suku, Dayak dengan Madura dalam
Peristiwa Sanggau Ledo. Dalam soal agama, contohnya kerusuhan d Surabaya,
Situbondo, Bekasi, Rengasdengklok, dan Tasikmalaya. Sosal rasialisme,
misalnya muncul di Pekalongan dan Ujung Pandang. Sedangkan yang
menyangkut antargolongan ada di Banjarmasin dan Irian Jaya. Sudah tentu
faktor ekonomi, budaya, dan politik menjadi benang merah dalam setiap
kerusuhan atau konflik yang terjadi.
Kedua, a license for Fragmentation. Fragmentasi atau konflik yang terjadi
sejauh ini tidak mengenal batas waktu. Ia bisa muncul dan tenggelam tanpa
kita tahu masa berakhirnya, seperti misalnya yang terjadi di Ambon dan
Poso. Konflik juga bisa melebar melampau batas-batas geografis dan
politik Indonesia, contohnya pada kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di
Aceh, gerakan separatis di Papua. Ada pula konflik yang berkaitan dari
satu wilayah ke wilayah yang lain, seperti konflik berdarah di Sambas,
Kalimantan Barat, dan di Sampit Kalimantan Timur.
Ketiga, the problem of multiple loyalties. Sebagai manusia yang tinggal
atau merasa sebagai orang Indonesia, pada dasarnya memiliki loyalitas
yang berlapis-lapis. Ia sebagai bagian dari keluarga, pertemanan,
asosiasi politik, agama, lokalitas, kelompok etnis, kelompok linguistic,
dan negara secara berbarengan. Ini yang biasa disebut oleh pakar sosiolog
sebagai cleavages (perpecahan) dalam masyarakat, baik atas dasar kelas,
ras, maupun agama. Jika mengacu pada karakteristik di atas, Indonesia
dapat dikatakan sebagai “negara multibangsa” (multinationale state).
Sejak awalnya ia memang tidak homogen, tidak tunggal, apalagi seragam.
Bukankah kemajemukan (pluralisme) dan keanekaragaman (diversity) adalah
aset masyarakat Indonesia yang paling besar? Ia adalah masyarakat
multicultural, sebuah masyarakat yang tersusun dari berbagai macam bentuk
kehidupan dan orientasi nilai, atau merujuk pada istilah Clifford Geertz,
sebuah “negeri” dengan banyak “bangsa”.
Keempat, Circularity, Gellner menulis dalam bukunya, Nations and
Nationalism, bahwa “nation makes man”, sekaligus juga “nation are the
artifacts of men’s convictions, loyalties, and solidarities”. Ada
sirkularitas antara identifikasi subyektivitas individu dan masyarakat
yang sifatnya “voluntaris” atas keberadaan sebuah “nation”. Pilihan
subyektivitas ini juga didasarkan pada sesuatu yang obyektif, misalnya
dengan mempertanyakan kembali untung ruginya menjadi orang Indonesia.
Pada titik ini, kita harus menyadari bahwa sirkularitas terus berubah dan
berkembang bergantung pada situasi dan kondisi setiap subyek atau pada
sebuah komunitas. Tidak mandek, apalagi dengan istilah final dan
ditentukan oleh sebuah paksaan atau rekayasa. Akhirnya kita harus berani
melihat persoalan “nasionalisme” dan “keutuhan” wilayah Indonesia dengan
kacamata yang lebih bijak. Perubahan-perubahan besar sudah dan sedang
berjalan di dunia dalam abad ke-21 ini, yang dampaknya tentu saja merasuk
ke Indonesia.
Perjalanan Nasionalisme di Indonesia
Sebagai sebuah negara, Indonesia telah mengalami pasang surut dalam
pembentukannya. Memasuki abad modern, negara bangsa ditekadkan berdiri
melalui Sumpah pemuda yang menyatukan ragam perbedaan yang ada dalam
bangsa, tanah air, dan bahasa. Proyek Indonesia ini semakin dikukuhkan
pasca pendudukan Jepang dan Tentara Sekutu. Pemerintahan Soekarno dalam
Orde Lama dan Soeharto pada Orde Baru ingin mempertahankan Indonesia
sebagai negara Kesatuan, meskipun dengan cara-cara otorianisme pada dua
pemerintahan ini tak terelakkan.
Terutama pada era Orde Baru, nasionalisme dikemas secara resmi melalui
kebijakan “kesamaan dan kesatuan untuk membentuk solidaritas bangsa”,
akan tetapi dalam perjalanannya banyak mengalami erosi dan pengikisan
baik kuantitas maupun kualitas terhadap bahasa, hukum adat, sosio
antropologis, pemerataan, pembagian wewenang dan kekuasaan pusat dan
daerah, seharusnya solidaritas dibangun oleh shared social opportunities
dan responsibilities dengan azas pemerataan dan keadilan, equity dalam
kesempatan dan equality dalam hasil dan keuntungan (Wiriaatmadja,
2002:228). Sejarah menunjukkan , Timor Timur akhirnya melepaskan diri
setelah 24 tahun bergabung dengan Indonesia. Berbagi aksi kekerasan yang
menjadi bagian dalam pengukuhan rasa kebangsaan pada akhirnya melahirkan
tuntutan pemerdekaan diri. Selain konflik vertical yang mengancam
eksistensi negara, konflik horizontal antar kelompok yang tak kalah
serius bagi kelangsungan Indonesia. Konflik antar etnis di Kalimantan
maupun konflik antarumat beragama di Poso dan Ambon menjadi pekerjaan
rumah yang perlu ditangani secara serius bagi masa depan kebangsaan
negara Indonesia.
Setelah kekuasaan represif Orde Baru tumbang, dan menggeloranya era
reformasi, nasionalisme dan kesatuan negara Republik Indonesia
dipertanyakan. Berbagai persoalan keadilan sosial, pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, konflik yang tidak berkesudahan,
carut marutnya penegakan hukum, serta efisiensi dan akuntabilitas
pemerintah digugat dengan suara nyaring. Identitas nasional dipersoalkan.
Pertanyaan yang sering terdengar: masih perlukah konsep negara kesatuan
Republik Indonesia dipertahankan? Masih relevankah mempertahankan
nasionalisme di era otonomi daerah?
Riset Demos
HYPERLINK "http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf"
http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf . , yang dilakukan
dengan mewawancarai 798 orang aktivis berbagai bidang gerakan berupaya
mengatahui tentang bagaimana kelompok-kelompok masyarakat konstituen
sekitar mereka melaksanakan identifikasi diri. Penilaian tentang
identitas diri berhubungan dengan bagaimana masyarakat memaknai pengaruh
agama dan ideologi, rasa etnis dan kesukuan, maupun hubungan pusat dan
daearah dalam kehidupan mereka. Data menunjukkan 10% responden
mengidentifikasi diri berdasarkan agama, 14% berdasarkan desa, 18%
berdasarkan provinsi, 19% berdasarkan Indonesia, dan 39% berdasarkan
suku,
Data tersebut menunjukkan, bahwa para responden lebih suka
mengidentifikasi diri sebagai anggota komunitas suku (39%) daripada
sebagai orang Indonesia (19%). Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan etnis
dan suku dalam momen tertentu lebih dikedepankan dan menjadi pilihan bagi
amsyarakat dalam mengidentifikasi diri. Dari segi tumbuhnya kesadaran
budaya di tengah arus kepungan global yang menggerus lokalitas
masyarakat, fakta ini tentu membanggakan. Namun bagi perkembangan sosialpolitik masyarakat dalam sebuah negara, identitas suku dan etnis yang
digenggam secara eksklusif akan melahirkan ancaman berupa munculnya
bentuk-bentuk relasi dalam masyarakat yang eksklusif. Pada akhirnya hal
ini menjadi bibit bagi munculnya konflik-konflik horizontal antar
kelompok masyarakat.
Identitas keIndonesiaan masih menempati porsi besar dalam identifikasi
masyarakat, walaupun identitas keIndonesiaan (19%) berselisih 1% saja
dibandingkan identitas lokal/provinsi (18%). Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan sistem pemerintahan menjadi sistem yang lebih terbuka dan
mendorong desentralisasi juga mempengaruhi pilihan-pilihan masyarakat
dalam mengidentifikasi diri. Tuntutan pemerdekaan diri dari berbagai
provinsi menunjukkan ada persoalan yang sangat serius menyangkut hubungan
pusat dan daerah. Lengsernya kekuasaan yang banyak mengeksploitasi
kekayaan daerah disikapi dengan menguatnya identitas lokal yang
berimplikasi pada tuntutan-tuntutan untuk mengakomodasi kepentingan
daerah. Oleh karena itu, sangat mendesak untuk mecari pemecahan terbaik
demi menyelamatkan bangunan keIndonesiaan yang tergerus hebat. Kebijakan
otonomi daerah sebagai bentuk desentralisasi politik dapat menjadi salah
satu pilihan.
Rekonstruksi Nasionalisme: Suatu Keharusan di Era Otonomi Daerah
Gejala-gejala yang mencemaskan sebagaimana diulas di atas, pada
akhirnya bermuara pada kajian tentang eksistensi nasionalisme. Apakah
nasionalisme kita masih eksis? Perlukah merekonstruksi nasionalisme dalam
era otonomi daerah ini? Bagaimana merekonstruksi nasionalisme di era
otonomi daerah?
Ernest Renan, pujangga besar Perancis, mengungkapkan ada dua hal
pokok yang mendasari terbentuknya suatu bangsa, yaitu kesamaan sejarah
dan keinginan untuk hidup bersama (le desire d’entre ensamble). Lahirnya
Indonesia sebagai bangsa mungkin dapat dilekatkan pada konsep itu.
Penderitaan panjang akibat penjajahan selama tiga setengah abad telah
mempersatukan suku-suku dalam wilayah Nusantara. Persatuan itu terjadi
karena ada keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari
penjajah. Artinya, konsepsi nasionalisme Indonesia tak semata-semata
lahir dari solidaritas asal usul, suku bangsa, agama, bahasa, geografi,
tetapi juga dari pengalaman sejarah dan persamaan nasib (l’esprit de
corps) bangsa terjajah. Kesadaran akan pentingnya persatuan menjadi motor
penggerak dalam memadukan seluruh potensi membangun nasionalisme
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Nasionalisme pada tahap awal ini
berhasil merekatkan penduduk yang heterogen menentang kolonialisme.
Tetapi seiring perjalanan waktu, setelah proses dekolonisasi berlangsung
terutama dalam nation building, perlu ada revitalisasi dan redefinisi
nasionalisme disesuaikan dengan kondisi mutakhir. Mengacu pada Benedict
Anderson (1983) bahwa nasionalisme dalam perjalanannya berwajah “Janus”
(berwajah dua), artinya nasionalisme dalam perkembangannya pada tiaptiap negara berbeda-beda di satu wajah memperhatikan nasionalisme di masa
lampau dan diwajah satu lagi memperhatikan perkembangan nasionalisme pada
era mutakhir. Dan menurut Benedict Anderson dalam perjalanannya itu
Nasionalisme seringkali menjadi nasionalisme formal yang digunakan oleh
suatu negara untuk mempertahankan status quo.
Berkaitan dengan hal ini, Arief Budiman dalam Bernard Chaniago (2005)
dalam ( HYPERLINK "http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf"
http://www.demos.or.id/TEMPO/4Demos_6Mar05.pdf .) menilai bahwa
nasionalisme merupakan sesuatu yang fleksibel, bisa digunakan untuk diri
sendiri, bisa untuk kepentingan bangsa. Dalam pandangan Arif, analisis
nasionalisme harus dilihat secara kasuistik dari segi situasi, tempat,
waktu, serta siapa yang menggunakannya. Terkadang nasionalisme dipakai
secara manifulatif untuk macam-macam kepentingan. Pengkultusan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), misalnya adalah contoh betapa
nasionalisme dipersepsikan begitu sempit. Sehingga ketika terdapat
tuntutan otonomi daerah, maka seringkali Pemerintah menjadi ketakutan
dengan alasan disintegrasi bangsa dan ancaman nasionalisme.
Sinambela & Azhari (2003:131) menyoroti bahwa nasionalisme sebagai sebuah
aliran pemikiran yang telah menjadi idelogi bagi sekelompok orang,
masyarakat, bahkan bangsa yang merasa termarjinalkan oleh pihak, suku,
ras, atau bangsa lain. Fenomena etnonasionalisme yang sekarang tumbuh di
Indonesia juga merupakan nasionalisme bentuk mutakhir dari suatu kelompok
masyarakat yang merasa termarjinalkan, dirugikan, dan diperlakukan secara
tidak adil. Dengan demikian etnonasionalisme yang menggejala dalam bentuk
semangat kesukuan di Indonesia, pada masa orde baru jangan ditanggapi
secara kasar atau diberi stigma separatis, dan lain sebagainya.
Penyelesaian yang seperti itu dengan sendirinya akan menggunakan senjata,
sedangkan penyelesaian oleh militer dimanapun di dunia ini selalu
menimbulkan korban dan dendam yang tidak akan pernah berkesudahan.
Bangunan nasionalisme Indonesia yang besar ini harus direkonstruksi
ulang. Nasionalisme Indonesia tidak layak lagi diartikan dengan tunduk
dan patuhnya daerah membiarkan semua kekayaannya dirampok pusat
(Jakarta), untuk memperbesar pundi-pundi Jakarta, selanjutnya dikorupsi
oleh para pejabat baik eksekutif maupun legislative, cukuplah 60 tahun
itu terjadi, sebab kalau itu tetap dipertahankan apalagi dengan modal
senjata yang dibeli dan dijalankan oleh serdadu yang juga digaji dari
uang rakyat, maka apalah bedanya Indonesia Modern dengan Majapahit,
Sriwijaya, Mataram, dan lain-lain, yang mewajibkan rakyat dan kerajaan
taklukannya untuk setiap tahun mempersembahkan upeti untuk pusat.
Nasionalisme Indonesia saat ini tidak bisa lagi diartikan dengan
kepatuhan masyarakat membayar berbagai pajak dan
retribusi. Sementara
para pejabat yang tetap bermental priyayi tidak bisa merasakan
penderitaan rakyat, mereka tetap melakukan korupsi terhadap uang rakyat
tersebut.
Nasionalisme Indonesia harus direkonstruksi ulang bukan lagi menghadapi
penjajah yang nampak batang hidungnya dan senjata sebagai alatnya, tetapi
menghadapi penjajah yang menggunakan instrument budaya sebagai alat
penjajahannya. Demikian pula persatuan Indonesia bukan lagi persatuan
untuk mengahadapi musuh dari luar tetapi persatuan untuk menuju Indonesia
baru yang adil dan sejahtera yang pemimpin-pemimpinnya membawa amanah
rakyat, sehingga merasakan denyut nadi rakyatnya.
Militer tetap sangat dibutuhkan dalam Indonesia yang besar, yakni militer
yang seperti zaman perjuangan, militer yang dicintai dan dibanggakan
rakyatnya bukan militer yang menakutkan bagi rakyat. Militer harus
dipersiapkan sebagai pasukan khusus yang memiliki kemampuan dan menguasai
segala teknik militer dan teknologi militer yang canggih, dan sekaligus
humanis dan beragama. Jika ada serangan dari luar yang mendesak, maka
masyarkat sipil pun sudah tepat pula mendapat latihan dasar militer untuk
berpartisipasi mempertahankan negara.
Dengan demikian, nasionalisme yang kita bangun adalah nasionalisme yang
memperhatikan keadilan dan kesejahteraan masyarakat yang beraneka ragam,
membangun kesadaran kesatuan di dalam perbedaan (unity within diversity),
dan perbedaan di dalam kesatuan (diversity in unity). Dimana didalamnya
dibangun solidaritas dan toleransi melalui berbagi tanggung jawab dan
keuntungan sosial (shared social opportunities dan responsibilities)
dengan memperhatikan azas pemerataan (equity) dalam kesempatan dan
keadilan (equality) dalam hasil dan keuntungan. Dalam hal ini otonomi
daerah diserahkan dan diimplementasikan dengan baik, pemerintah pusat
tidak arogan, militer sudah professional, birokrat sudah berjalan dengan
semestinya, maka kita akan memperoleh rakyat yang sejahtera seperti yang
kita cita-citakan.
Pada akhirnya kita akan yakin bahwa Indonesia yang besar dan Indonesia
yang bersatu lebih indah dan menguntungkan daripada bercerai. Menutup
tulisan dalam topic ini, perlu kiranya dikutip pendapat Bung Karno
tentang hakekat persatuan, bahwa persatuan itu adalah “kita harus bisa
menerima, tetapi kita juga harus bisa memberi. Inilah rahasianya
persatuan itu. Persatuan tak bisa terjadi, kalau masing-masing pihak tak
mau memberi sedikit-sedikit pula (Sukarno, 1961).
Jika nasionalisme yang sudah direkonstruksi tersebut diterapkan sebagai
sebuah faham yang dianut oleh masyarakat pada era otonomi daerah, maka
kecenderungan pelaksanaan otonomi daerah mengembangkan primordialisme
dengan sendirinya akan sirna, sehingga daerah surplus tidak akan pula
keberatan memberikan kelebihan pendapatan daerahnya untuk daerah minus,
karena daerah minus itupun adalah wilayah Indonesia, dan Indonesia adalah
bangsanya. Begitu pula dalam hal pelayanan public terhadap para migrant
tidak akan berbeda dengan pelayanan kepada penduduk asli, karena para
migrant pun adalah orang Indonesia. Sama halnya dengan mencuatnya “putra
daerah” dalam menduduki jabatan birokrasi, tidak akan lagi menjadi
pilihan mutlak, sehingga terbuka pula kesempatan kepada “putra daerah
lain” untuk manggung di daerahnya secara kompetitif sepanjang memiliki
kualifikasi yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut.
Disamping perlu merekonstruksi nasionalisme dalam menghadapi gejala
mutakhir otonomi daerah di Indonesia, maka perlu pula diterapkan
kebijakan berbasis multikultural atau dalam istilah Kymlicka (2003:13)
multicultural nationalism. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang pluralis, terdiri dari ratusan
etnis, agama, budaya, dan adat istiadat.
Melalui pengembangan multikultural nationalism tersebut dapat dipelihara
dan dikembangkan integrasi bangsa yang lebih handal, karena menciptakan
masyarakat yang berkeadilan sosial yang dipersatukan oleh nilai-nilai
bersama, menghargai keragaman etnis serta berkomitmen terhadap kesamaan
antar kelompok akan memungkinkan terwujudnya suatu social and political
ideal of togetherness in difference (Young, 1990:175).
Multikulturalisme yang sarat dengan penghargaan, penghormatan, dan
kebersamaan dalam suatu komunitas yang majemuk inilah yang oleh Blum
(2001:16) dinyatakan bahwa:
Pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, dan sebuah
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia
meliputi sebuah penilaian terhadap kebudayaan-kebudayaan orang lain,
bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan-kebudayaan
tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat
mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri.
Kata kunci dalam multikulturalisme tersebut, yakni pengakuan adanya
perbedaan dan penghargaan, dua kata yang selama ini sering
dikonfrontasikan. Karena itu dalam pendekatan multikulturalisme tidak
sesungguhnya berlandaskan pada pemilikan yang mengisyaratkan pada
memiliki atau dimilki budaya tertentu, tetapi berlandaskan pada kesadaran
untuk menghargai dan menghormati yang mampu bernegosiasi tentang rumusanrumusan realitas yang ada. Keanekaragaman budaya bukan faktor penentu
pemecah belah bangsa, melainkan diharapkan menjadi “bumbu kehidupan bagi
perekat bangsa-bangsa di dunia.
Elemen-elemen multikulturalisme, menurut Blum (2001:19) mencakup tiga sub
nilai sebagai berikut: (a) menegaskan identitas kultural seseorang,
mempelajari dan menilai warisan budaya seseorang; (b) menghormati dan
berkeinginan untuk memahami dan belajar tentang etnik/kebudayaankebudayaan selain kebudayaannya; (c) menilai dan merasa senang dengan
perbedaan kebudayaan itu sendiri, yaitu memandang keberadaan dari
kelompok-kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai
kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara.
Kebijakan ini tidak hanya dalam kehidupan sosial-politik kenegaraan, akan
tetapi sangat perlu pula diterapkan dalam pendidikan, karena pendidikan
merupakan aspek yang sangat penting dalam menciptakan kualitas warga
negara sebagaimana diharapkan dalam merekonstruksi nasionalisme.
Pendidikan berbasis multikultural diharapkan mampu membangun kesadaran
pada diri siswa akan adanya kesatuan di dalam perbedaan (unity within
diversity), dan perbedaan di dalam kesatuan (diversity in unity). Dimana
dalam kondisi tersebut harus dikembangkan penghargaan dan toleransi
terhadap perbedaan untuk menciptakan persatuan Indonesia.
Handout 14
Pendidikan Kewarganegaraan di Era Global
Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah dikenal dengan istilah civic
education, yakni suatu mata pelajaran di sekolah yang memiliki tujuan
utama mengembangkan siswa sebagai warga negara yang cerdas dan baik.
Winataputra (2001:146-149) dalam disertasinya menegaskan bahwa fokus
Pendidikan Kewarganegaraan tersebut merujuk kepada tujuan kurikuler yang
secara operasional dapat dilihat dari rumusan tujuan pembelajaran civic
education dari Center for Civic Education (1994:4) sebagai berikut:
Promote increased understanding of American constitutional democracy and
its fundamental values and principles;
Develop the skills necessary to participate as informed, effective, and
responsible citizens;
Increase willingness of students to use democratic procedures when making
decisions and managing conflicts.
Tujuan civic education tersebut pada dasarnya bermuara kepada gagasan
mengenai warga negara ideal yang tampil sebagai pengambil keputusan yang
cerdas dan bernalar. Untuk itu diperlukan “Knowledge” atau pengetahuan
dan wawasan, “Beliefs: Civic Virtues” atau kepercayaan berupa kebajikan
warga negara, dan “Skills: Civic Participation” yakni keterampilan
partisipasi sebagai warga negara. Untuk masing-masing kemampuan tersebut
Center for Civic Education (1994:5-7) merincinya sebagai berikut:
“Knowledge: The Content of Civic Education:
Why do we need a government?
The purpose of government
Constitutional Principles
Structure of government
Concepts, principles, and values underlying the political system, i.e.,
Authority, Justice, Diversity, Rule of Law
Individual rights (personal, political, economic)
Responsibilities of citizen
Role of citizen in a democracy
How the citizen can participate in community decisions
Skills: What a citizen needs to be able to do to participate effectively
Critical thinking skills: Gather and assess information, Clarify, and
prioritize, Identify and assess consequences, Evaluate, Reflect
Participation skills: Communicate, Negotiate, Cooperate, Manage conflicts
peacefully and fairly, Reach concensus
Attitudes/Beliefs: Character or dispositions of citizen
Personal character: Moral responsibility, Self discipline, Respect for
individual dignity and diversity of opnion (empathy)
Public character: Respect for th law, Willingness to participate in
public affairs, Commitment to the rule of the majority with respect for
the rights of the minority, Commitment to the balance between selfinterest and the common welfare, Willingness to seek changes in unjust
laws in a peaceful and legal manner
Civic Disposition: Civility, Respect for the rights of other individuals,
Respect for law, Honesty, Open mindedness, Critical Mindedness,
Negotiation and compromise, Persistence, Compassion, Patriotism, Courage,
Tolerance of ambiguity”.
Untuk mencapai keseluruhan tujuan civic education tersebut dikembangkan
berbagai pendekatan Pendidikan Kewarganegaraan yang mengarah pada
kriteria “Effective Civic Education” dari Center for Civic Education
(1994:9-14) sebagai berikut.
Civic education should be a central goal of the educational system;
Civic education should be required at every level of the school
curriculum;
Civic education instruction should be of high quality and sufficient
quantity;
Civic education should be interdisciplinary;
Civic education methodology should be interactive;
Emphasis in the civic education curriculum should be on how to think
rather than what to think;
Civic education content should reflect community realities and a balance
among conflicting political view points;
Civic education should include historical as well as contemporary topics;
The school and the classroom should serve as laboratories in which
students can practice democratic participation;
Community members should be involved in the civic education classroom
Students should have opportunities to participate in civic experiences in
the community.
Di era global saat ini, trend pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
untuk demokrasi menurut Quigley (2000:3-7) diarahkan
kepada :
Konseptualisasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam istilah keterkaitan tiga
komponen kompetensi kewarganegaraan (pengetahuan, keterampilan, dan
kebajikan kewarganegaraan)
Pengajaran secara sistematis konsep-konsep inti dari Pendidikan
Kewarganegaraan yang meliputi pemerintahan dan warga negara demokratis.
Menganalisis studi kasus. Guru mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan
konsep atau prinsip inti melalui analisis studi kasus, kemudian
mendemonstrasikan konsep yang mereka pahami dalam mengorganisir dan
menginterpretasi informasi dalam kasus perilaku politik indidivu dan
kelompok. Isi studi kasus seringkali diambil dari surat kabar, majalah,
dokumentasi dan televisi.
Mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan. Studi kasus isu politik
dan hukum digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengambil keputusan. Siswa diajarkan untuk mengidentifikasi alasan
pengambilan keputusan, menguji alternatif pilihan dan menyadari
konsekuensi dari masing-masing pilihan, dan mempertahankan satu pilihan
yang terbaik. Ini merupakan cara efektif untuk mengajar siswa bagaimana
mengaplikasikan keterampilan kognitif dalam realita kehidupan
kewarganegaraan.
Perbandingan dan analisis internasional pemerintahan dan kewaranegaraan.
Guru mengajak siswa untuk membandingkan lembaga dari demokrasi
konstitusional di berbagai negara.
Pengembangan keterampilan partisipasi dan kebajikan kewarganegaraan
melalui kegiatan cooperative learning. Guru menyajikan cooperative
learning di dalam kelompok-kelompok kecil, yang memungkinkan siswa
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Melalui kegiatan
cooperative learning, siswa mengembangkan berbagai keterampilan
partisipasi dan kebajikan kewarganegaraan dengan mereka. Siswa belajar
mengatur di dalam situasi cooperative learning cenderung untuk
mengembangkan keterampilan kewarganegaraan, misalnya kepemimpinan,
resolusi konflik, kompromi, negosiasi, dan kritik membangun. Mereka
mengembangkan kebajikan kewarganegaraan seperti toleransi, kesopanan, dan
kepercayaan.
Penggunaan literatur untuk mengajar kebajikan kewarganegaraan. Guru
Pendidikan Kewarganegaraan membelajarkan siswa untuk mengkaji literatur
baik fiksi maupun sejarah, mendorong siswa untuk menggali nilai-nilai
kebajikan dengan melakukan permainan peran (drama situasi). Hal ini
membantu siswa memahami makna dan pentingnya moral di dalam kehidupan
kewarganegaraan. Siswa dapat megekspos berbagai karakter misalnya
harapan, optimisme, ambisi, inisiatif, cinta tanah air, cinta keluarga,
sikap diri, perhatian terhadap lingkungan, dan ketidakadilan sosial.
Pembelajaran aktif dalam mengembangkan pengetahuan kewaragnegaraan,
keterampilan kewarganegaraan dan kebajikan kewarganegaraan. Guru
Pendidikan Kewarganegaraan menempatkan siswa aktif dalam pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebajikan kewarganegaraan. Contoh
pembelajaran aktif adalah pembelajaran sistematik konsep (peta konsep),
analisis studi kasus, pengembangkan keterampilan pengambilam keputusan,
tugas cooperative learning, dan kelompok diskusi interaktif.
Penyatuan isi materi dan proses dalam pembelajaran pengetahuan,
keterampilan, dan kebajikan kewarganegaraan. Di dalam pengembangan
kurikulum dan pelajaran kelas, guru Pendidikan Kewarganegaraan
menekankan bahwa kebajikan kewarganegaraan, keterampilan intelektual dan
partisipasi merupakan tubuh dari pengetahuan kewarganegaraan atau isi
materi. Jika siswa akan berpikir kritis dan berperilaku efektif dan
bijak dalam merespon isu-isu publik, mereka harus memahami issue,
alternatif respon untuk itu, dan konsekuensi respon tersebut. Ini
didasarkan pada pengetahuan siswa. Dan aplikasi dari pengetahuan dalam
bentuk penjelasan, evaluasi, dan pemecahan masalah isu publik tergantung
pada keterampilan proses kognitif siswa.
Dilihat dari tujuan, isi, proses pembelajaran, kriteria effective civic
education yang dikembangkan oleh Center for Civic Education tersebut, dan
trend pembelajaran civic education di era global tampak bahwa civic
education sebagai suatu bidang kajian ilmiah dan sistem pembelajaran
didasarkan pada paradigma pendidikan yang bertolak dari, dikembangkan
dengan kerangka, dan bermuara pada perwujudan cita-cita, nilai, prinsip,
dan praksis demokrasi konstitusional negara yang bersangkutan, dengan
menitikberatkan pada pengembangan warga negara yang mampu dan terbiasa
mengambil keputusan yang cerdas dan bernalar.
Untuk itu, civic education dikembangkan sebagai: (1) tujuan utama dari
sistem pendidikan dipersyaratkan untuk seluruh tingkatan sekolah; (2)
menerapkan pembelajaran yang berkualitas tinggi; (3) menggunakan
pendekatan yang bersifat interdisipliner dan metode pembelajaran yang
bersifat interaktif; (4) desain kurikulum yang menitikberatkan pada
“bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan”; (5) merefleksikan
kenyataan di masyarakat; (6) mencakup materi “historical” dan
“contemporary”; (7) memperlakukan kelas sebagai laboratorium demokrasi;
(8) kontribusi masyarakat dalam “civic education”; dan (9) pelibatan
siswa dalam masyarakat untuk mendapatkan pengalaman warga negara di dalam
masyarakat. Paradigma ini tampaknya merupakan pengembangan secara
sinergistik dari tradisi “citizenship transmission, social sciences dan
reflective inquiry” dalam social studies. Dimensi “citizenship
transmission” yang dikembangkan adalah pemahaman, penghayatan, dan
pelaksanaan hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam proses demokrasi
konstitusional negaranya, sedangkan dimensi “social science “ yang
dikembangkan adalah cara berpikir interdisipliner dan inkuiri yang
bertolak dari tema ilmu politik, dan dimensi “reflective inquiry” yang
dikembangkan adalah kemampuan dalam proses pengambilan keputusan mengenai
dan dalam praksis demokrasi konstitusional negaranya.
PAGE
36
Pemerintah Pusat
Desentralisasi
Dekonsentrasi
Tugas Pembantuan
Daerah Otonom
Gubernur
Daerah/desa
Pemerintah Daerah
;
B
I
m
n
‹
Œ
¦
©
ª
«
±
³
¶
·
ñ
C
ôèôèÛËÛËÛ¸¨¸ŠzŠg[O>
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
h
P CJ OJ QJ ^J
h
P CJ- OJ QJ ^J
$ h,X£ h
P CJ- OJ QJ ^J mH sH
- h
P CJ OJ QJ ^J mH sH
$ hð&} h
P CJ OJ QJ ^J mH sH
h
P CJ mH nH u - j
h
P CJ U mH nH u
$ hð&} h
P CJ( OJ QJ ^J mH sH
- h>
h
P 5 •OJ QJ \ •^J
h
P 5 •OJ QJ \ •^J
h
P CJ OJ QJ ^J
h
P CJ( OJ QJ ^J
2
;
<
=
>
?
@
A
B
I
o
Œ
¦
§
¨
©
«
¬
®
¯
°
±
²
³
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ò
ò
ò
ú
ú
ú
â
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
„N „Ä „² & +Dp†/„´ gd
P
$ a$ gd P
gd
P
³
´
µ
¶
·
Ä
ñ
,
C
D
O
d
ñ
ò
P
Q
™
š
À
Ú
í
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ø
ø
ó
ó
ó
î
î
î
î
î
î
î
î
Ö
Ö
$
&
F)
Æ Ð
Ì
Ø
$
ª
P
„ª
C
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
D
À
$ a$
$ a$
gd
Z
[
]
ï
ð
ñ
ò
W
ø
ù
û
1
3
4
ã
å
þ
•CJ OJ QJ U
mH nH u
* j
j ®ð hßM°
hßM° 5 •CJ
H
$ h,X£ hßM°
.
E
]
^
n
o
x
ï
6
q
r
•
•
”
–
2
í×ȶȤÈ׎í×u×í×È×í\×\×\×\×\×\×\×\×\×0 j
hßM° 5
\ •^J mH nH u
0 j
hßM° 5 •CJ OJ QJ U \ •^J
hßM° CJ OJ QJ U ^J mH nH u
"
5 •CJ OJ QJ \ •^J
" hßM° 5 •6 •CJ OJ QJ \ •] •^J
OJ QJ \ •^J
* h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH s
CJ OJ QJ ^J mH sH $í
$
`
m
~
•
¦
§
¸
Z
ç
â
â
â
Ê
$
â
„ª ^„ª a$
â
â
â
Ê
â
&
F*
Æ Ð
&
F)
Æ Ð
\
]
^
©
ª
«
¬
º
ï
ñ
ò
$
â
â
Á
â
$
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
â
â
$ a$
Z
â
Ê
$
Ê
â
V
W
Þ
ß
à
ø
ù
1
4
q
õ
s
õ
•
”
õ
ú
2
ú
R
o
ú
q
ú
ú
ú
u
ú
ú
¼
ú
$ a$
Ä
ý
ú
ú
$ a$
ã
H
Î
ú
Û
Á
þ
š
ú
ú
ä
Î
ú
ú
•
ú
ú
õ
ú
ú
t
õ
õ
ú
ú
í
õ
õ
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ä
ú
õ
ú
ú
â
ú
ã
ú
ú
$ „@
„Ð ^„@
`„Ð a$
$
„p
„Ð ^„p `„Ð a$
$
„° ^„° a$
$
„} ^„} a$
$
ž
×
.
„à
Ä
„Ð ^„à `„Ð a$
Æ
H
K
$ a$
š
2
Î
4
Ï
>
U
o
V
p
•
2
7
Z
[
ê
ë
çÕÆçÆçÆçÆçÆçÆçÆçư簝Œ°y°g°Æ°Æ°ÆgÆgÆgÆg "
j àð hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J
$ h,X£ h®1þ CJ
q
•
s
u
w
•
-
OJ QJ ^J mH
sH
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
*
h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH
hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J
"
h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J
0 j
hßM° 5 •CJ OJ QJ U \ •^J
mH nH u (ä
å
V
b
•
Ž
•
Ä
Q
ž
à
D
E
e
Ö
×
h
ú
í
ë
ë
ë
ë
ú
æ
Î
Î
Î
ú
ú
ú
ú
æ
æ
æ
¶
¶
æ
$
&
F,
Æ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$
&
F+
Æ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$ a$
$
›
„Š
¬
º
„vú^„Š `„vúa$
2
5
6
7
ú
ú
Î
P
$ a$
ú
&
€
â
Ò
ú
£
Ó
é
â
B
C
S
w
ú
Î
º
£
ú
ú
ú
$
&
F.
Æ
„Å „åþ^„Å `„åþa$ gdßM°
$
&
F.
Æ
Å
„
ü`„
üa$ gdßM°
$
&
F.
Æ Ð ª
„0ý`„0ýa$ gdßM°
$
&
FÆ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$ a$
$
f
w
”
´
÷
9
:
;
g
©
æ
Ò
Å
Å
Ò
Å
Å
æ
¶
¶
$
P
Q
q
“
œ
¬
ë
ë
Å
Å
á
Å
Å
£
É
æ
„-
„Ð
dh
]„- `„Ð a$ gd,X£
$
„-
dh
]„- a$ gd,X£
$
Æ
„ ^„ a$
$
&
F0
Æ Ð
„0ý`„0ýa$ gdßM°
$ a$
$
&
F/
Æ Ð ª
„0ý`„0ýa$ gdßM°
.
;
f
¨
©
U
d
Å- ò
ø
î! " Ï" ý" þ" ?# B# W& Y& ´& ¶&
'
' #) ,) '* (* ñãØã˽ˬš¬
š¬ˆyØã¬k¬k¬k¬š¬W
& h,X£ hƒy1 5 •O
J QJ \ •^J mH sH
hiE
OJ QJ ^J mH sH
h,X£ 5 •OJ QJ ^J mH sH # h,X£ h,X£ 5 •OJ Q
J ^J mH sH # h,X£ h,X£ 6 •OJ QJ ^J mH sH
h,X£ h,X£ OJ QJ ^J mH sH
h,X£ h,X£ 6 •OJ QJ ^J
h,X£ h,X£
OJ QJ ^J
h,X£ 5 •OJ QJ ^J
h,X£ h,X£ 5 •OJ QJ ^J
hßM° 5
•CJ OJ QJ \ •^J
Q
2
m
-- 8- Å- - • ¹ ç ò
î! Ï" Ð" þ" è
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ã
¨
¨
•
†
$
„
dh
]„
a$ gd,X£
$
„
„0
dh
]„
^„0
a$ gd,X£
&
FH
Æ
h
$
„-
„h
dh
]„- ^„h a$ gd;
j
$
„&
FH
„h
dh
]„- ^„h a$ gd,X£
$
„-
dh
]„- a$ gd,X£
$
„-
„h
„˜þ dh
]„- ^„h `„˜þa$ gd,X£
þ" @# A# k$ §$ á$
% B% †% Ô% -& W& ´&
¸
¸
¸
¸
š
‹
'
¸
»'
¥(
¸
(*
ð
á
¸
¸
Ò
¸
¸
¸
$
„õÿ dh
&
FG
Æ h
]„õÿa$ gd,X£
$
„
„
„äý dh
]„
^„
`„äýa$ gd;
j
&
FG
$
„
„
„äý dh
]„
^„
`„äýa$ gd;
j
$
„
dh
]„
a$ gd,X£
$
„
dh
]„
a$ gd,X£
$
„-
dh
[.
\.
ú
ò
ú
]„- a$ gd,X£
(* )* b* ï* ð*
,
µ- Æ- Ò- à- ðE. S. f. t. •. ›. õ. ú
ú
ú
ú
ú
ú
ú
ò
ò
ò
ê
ê
ê
ê
$
,
V-
W-
X-
ú
Y-
Z-
ú
ú
ú
ú
ú
ò
ú
ê
ê
&
F2 a$
$
&
F1 a$
$ a$
(* )* B* C* W- \- ›. „/ –/ —
/ š/ ›/ Õ/ Ö/ ×/ ü/ ý/ êÛÌÛ½Û§”„taM”</<
h,X£ hßM° CJ
mH sH
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
& h,X£ hßM° 5 •OJ QJ \ •^J mH sH
$ h,X£ h,X£ CJ OJ QJ ^J mH sH
- h,X£ CJ OJ QJ ^J mH sH
- h
ßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
* h,X£
hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH
h,X£ 5 •CJ OJ QJ \ •^J
hiE
5 •CJ OJ QJ \ •^J
hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J
* h,X£ hƒy1 5 •CJ
OJ QJ \ •^J mH sH
õ. (/ ~/ •/ €/ •/ ‚/ ƒ/ „/ …/ †/ ‡/
ˆ/ ‰/ Š/ ‹/ Œ/ •/ Ž/ •/ •/ ‘/ ’/ “/ ”/ •/ –
/ ÷
÷
ò
ò
ò
é
é
é
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
ç
$ „h ^„h a$
$ a$
$
&
F2 a$
–/ —
/ ˜/ ™/ š/ ›/ §/ ¸/ Õ/ Ö/ ×/ ü/ ý/
0 “0 ”0
1
1 „1 ã1 W2 X2 m2 w2 ë2 ý
ý
ý
ý
ý
û
û
û
û
ù
÷
ù
ò
í
í
ë
í
í
í
í
ù
ù
ù
ë
$ a$
$ a$
ý/
0 ”0
1 P2 W2 X2 m2 s2 w2 ë2 ª3 È3 <4 F4 ²4
"5 05
6
6 >6 D6 j6 v6 É6 v7 ”7 U8 f8 c: q: ÷: ø:
< éØÅرØé±ØÅ
ثرØūررؕÅØ•Å•Ørh^h
h•X÷ OJ QJ ^J
hßM° OJ
QJ ^J
hßM° 5 •OJ QJ \ •^J
* h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH
sH
* h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J mH sH
hßM° CJ
& h,X£ hßM° 6 •OJ QJ ] •^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ Q
J ^J mH sH
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
, h,X£ hßM° 5 •6 •OJ QJ \ •] •^J mH
sH !ë2 13 ƒ3 ©3 ª3 È3 û3 ;4 <4 ²4 !5 "5 05 ‚5 ä5
6
>6
ç
ç
Ã
×
¢
„ª
&
F
Æ
&
F
Æ
Æ
&
F
Æ
8
ö
&
F
Æ
=
@
Ð
Ð
„ª
„ª
ª
„ª
Ù
×
¼
¢
„Vþ^„ª `„Vþ
Ã
º
œ
„ª ^„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
º
’
$
$ a$
„Vþ^„ª `„VþgdßM°
„Vþ^„ª `„Vþ
$
Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
>6 i6 j6 É6 Ê6
7
7 u7 v7 S
T8 U8 f8 •8 Ý8 ?9 @9 o9 p9
:
: a: b: c: q: …: ’: ý
ý
û
ý
ý
ý
ý
ý
û
û
û
û
ý
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
å
$
Ð
>
-@
Ü
&
F
Æ
&
F
Æ
@
ª
ç
Á
ª
„0ý`„0ýa$
$ a$
ƒ> »> å>
? _? •? ‘? ò@ ó@ ô@ ö
ö
á
Ü
Ü
Ü
Ä
Ü
Ü
Â
$ „h ^„h a$
$
Ð
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
Ð
ª
„0ý`„0ýa$
$
„h ^„h a$
’:
ù:
ö;
<
â<
å
ã<
÷=
ã
ø
ö
Ü
Ü
Ä
Ä
Ü
¹
¹
$ a$
<
=
$
â<
ã<
=
ø=
>
ƒ>
-@
ò
A
IA
èE
JA
aA
nA
ÛA
óA
B
B
tB
•B
ÍB
ÙB
6C
=C
"D
èD
E
YE
F ¨F ØF êF ôêäêпê¬Ð¨ôš¿¬ôêêäêäêê¿€¿êôêjS , h,X£ hßM° 5 •6
•OJ QJ \ •] •^J mH sH
* h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH
h,X£ hßM° CJ mH sH
hßM° 5 •OJ QJ \ •^J
h,X£ hßM° 5 •\ •mH
sH
hßM° $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
& h,X£ hßM° 5 •OJ QJ \ •^J mH sH
hßM° CJ
hßM° OJ QJ ^J
hßM° CJ OJ QJ ^J
ô@ õ@ ö@ ÷@ ø@ ù@ ú@ û@ ü@ ý@ þ@ ÿ@
A
A
A
A
A
A
A
A
A A
A
A
A
A
A
A
IA
ö
ö
ö
ö
tB
ú
•B
ñ
é
ß
ñ
Ï
a$
$
a$
$
a$
Å
&
F
&
F
&
F
Æ
&
F
J
&
F
Æ
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ô
ô
$ „h ^„h a$
IA JA aA nA óA ôA
B -B
•B ©B ÍB ÙB ûB
C 5C 6C TC tC •C ¹C ÞC ú
ø
ö
ñ
ñ
é
é
ç
ß
ß
ç
×
×
×
ñ
Ï
Ï
Ï
$
$ a$
~E ŠE •E ¨E ¼E
F §F ¨F ÷
Ò
Ò
Å
½
»
$ a$
$
ÒE
$ a$
èE
÷
ÞC
ÿC
!D
"D
¥D
æD
î
çD
Y
×
Ò
Å
½
½
Ò
E
×
Í
½
èD
½
¶
$
a$
a$
9J
õ
ö
ö
$
a$
ª
ö
ö
LB
a$
sE
ö
ö
ö
4B
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
&
F
&
F
&
F
&
F
E
ö
ö
$ a$
„ª
$ a$
$
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
¨F ØF êF SG TG bG
TK UK AL BL ú
ó
ó
Á
ó
Á
¼
$ a$
$
ËG
ÌG
õ
„h ^„h a$
H
GH
$
I
ó
I
ó
7I ’I
ó
Þ
ó
Á
$ a$
6I
Á
$
8
Æ
Á
¼
“I
¼
Á
ª
&
F
Æ
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
ª
„ª „Vþ^„ª `„VþgdßM°
$ a$
$ a$
êF TG bG ×G ØG
,I “I 8J 9J TK UK •K ™K AL ƒM ·M ¹M P ~P sQ pR äR åR ÷R MS VS WS ŽS NU OU ÆV dX eX ŽX •X
vY Y\
_ Õ_ ñ_ ïØïËïËï¸ï¸ï¸¤¸ïŽzïpïpïpËpïpËpïËïpËpËpïpïz
hßM° OJ QJ ^J
& h,X£ hßM° 5 •OJ QJ \ •^J mH sH
* h,X£
hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH
' hÈ*ï hßM° 6 •CJ OJ QJ ^J mH s
H $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
j àð hßM° OJ QJ ^J
, h,X£ hßM° 5 •6 •OJ QJ \ •] •^J mH sH
+I
O
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH )BL €M •M ‚M ƒM ŽM ·M
nN oN ,O O BO
O
P
P 'P ~P ©P ×P òP óP rQ sQ ú
ú
ø
ó
ó
ø
ø
ú
ø
ú
ø
Û
Û
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ú
$
&
F9
Æ Ð
„
„äþ^„ `„äþa$ gd;
¸M
¹M
ÆM
ú
ø
ø
ú
ø
j
U
EU
$ a$
‡U ÅV
ø
ÆV
ø
$ a$
ÛV ïV
ú
ø
ø
ú
ó
ó
ø
ø
&
F:
q\
ø
Ô\
<]
$ a$
=]
ý
ý
ä
ý
&
F
Æ
_
sQ ÝQ ÞQ oR pR ¼R ÅR ÷R LS MS ŽS D
œW =X >X OX ‚X ÍX ÎX uY vY ÖY ×Y ú
ø
ø
ø
ø
ø
ú
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
×Y úY ûY ‹Z ÀZ ÁZ ˜[ ™[ š[
b] t^ u^ Ù^ Ú^
_ q_ Õ_ ý
ø
ø
ø
ý
ý
ý
ä
ý
ý
ý
ý
ý
„S „­ü^„S `„­ü
±[
V\
W\
ý
X\
ø
Y\
ø
ý
ý
Ú
Ú
„
„äþ^„ `„äþgdßM°
$ a$
Õ_ Ö_ ×_ Ø_ Ù_ Ú_ Û_ Ü
Ý_ Þ_ ß_ à_ á_ â_ ã_ ä_ å_ æ_ ç_ è_ é_ ê_ ë_ ì_ í_ î_
ï_ ð_ ñ_ ý
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
ø
$ a$
ñ_ ü_ !` "` T` †` È`
a Na Oa ra
b ¸b nd 8e »e ‰f Šf ¤f ³f ½g ¾g ×g äg ú
ú
ø
ö
á
á
á
á
ö
ö
Ì
Ì
Ì
Æ
Æ
Æ
ö
ö
ö
ö
ö
ö
ö
„ª ^„ª
&
F
Æ
ª
„ª „Vþ^„ª `„VþgdßM°
&
F
Æ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„VþgdßM°
$ a$
ñ_ !` "` T` Oa Õa
æa
i
Li
k Ÿl
l qm rm žn áo !p ír µu
v Šv Ò| Ó|
}
} T}
Z} à}
~ ñäØÅضأØÅ’Å’ˆwˆwˆwˆw£dw£N£Ø
* h,X£ hßM° 6 •CJ
OJ QJ ] •^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
hßM° OJ QJ ^J
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J
$ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
hßM°
CJ OJ QJ ^J
hßM° 5 •OJ QJ \ •^J
hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J
äg ih
i
Ji Ki
qm ê
Li
]i
wi
ê
çi
Ó
è
&
F
Æ î ª
&
FÆ Ð ª
&
F
Æ Ð ª
ât µu
j
ê
Gj
Ó
è
¾
ôi
Hj
Xj Íj
è
Ó
¾
¾
„ª
„Vþ^„ª `„VþgdßM°
„ª
„Vþ^„ª `„VþgdßM°
„ª
„Vþ^„ª `„VþgdßM°
k
¶k
òk
Ó
¼
Ÿl
l
è
è
¾
qm
Lk
Ó
¾
¾
è
rm
™m
!o
áo
¯p
›q
ír
's
+t
v
v
v
Ô
8v
å
Iv
Šv
Ô
ý
:x
å
õy
ý
ý
Ô
¼
å
å
Ü
Ü
Ü
å
Ô
ý
¥
ý
$
&
F
Æ
ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$
&
F
Æ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$
&
F! a$
$ „ª ^„ª a$
$
&
F
Æ
ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
õy 0{ 1{ Ð| Ñ| Ò| Ó| Þ|
}
} “} ”} ß} à}
~ ^~ •~ •~ µ~ L• M• ž• è
ã
ã
Ò
Ò
Ð
Ð
Ð
Î
É
É
É
É
Á
Á
Á
É
¿
É
º
¿
$ a$
$
&
F a$
$ a$
$
Æ
ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$
$ a$
$
&
F
Æ
ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
~ ^~ •~ ¢~ ž• «• °• ±• ¸• ÷•
ÿ•
€
€ € 5€ <€ A€ h€ o€ •€ ‰€ ‘€ š€ À€ Æ€ Ó€ †M• f• h• z• ••
ª• ¬• ò‚
ƒ •ƒ úƒ
„ ¼„ ׄ Ù„ ò„ òæÙæưưưưưưưưƜƜƈÆÙ{ælæ{ÆlÆælÆlæÙ
hßM° 6 •
CJ OJ QJ \ •^J
hßM° 5 •CJ OJ QJ ^J ' h,X£ hßM° CJ OJ QJ \
•^J mH sH ' h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ^J mH sH * h,X£ hßM° 6 •CJ
OJ QJ ] •^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
hßM° CJ
OJ QJ \ •^J
hßM° CJ OJ QJ ^J
hßM° CJ OJ QJ ] •^J
*ž• ¿•
à•
€ R€ •€ ‘€ Ò€ Ó€ †K• L• M• z• •• ¬• ç• è• þ• F‚
^‚ ñ‚ ò‚
ƒ ç
ç
ç
ç
ç
Þ
Ù
Ù
×
Ù
Ù
Ù
×
Ï
Þ
Æ
Æ
Þ
Æ
Þ
Æ
Æ
Ï
$ „Ð ^„Ð a$
$
&
F a$
$ a$
$ „h ^„h a$
$
&
F
Æ
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
ƒ
•ƒ
ùƒ
úƒ
„
‡
]„
ˆ‡
»„
ׇ
Ý
¼„
•ˆ
Ø„
ò
Ù„
ò„
…
ò
v…
Ý
É
Ö
ú… P†
ò
ê
É
Ñ
´…
a$
$ a$
®†
Ö†
ê
Ø
É
É
ò
Ö
É
É
$
&
F
&
F
­†
Ñ
É
É
É
$
&
F
a$
„Å
„;ý^„Å `„;ýa$
$
$ „Å „£þ^„Å `„£þa$
ò„ ú„
… S… T… ³… ´… ù… ú… O† P† ¬†
­† ®† ´† µ† Ö† •ˆ Ôˆ Þˆ ߈ —‰ Š ,Š ›Š ¢Š ߊ ñåÒ¾¨Ò—
å¨Ò¨Ò¨ƒp—¨—ƒ\—
¨D¨D¨ . h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ^J mH nH sH u
' hßM° 5 •6 •CJ O
J QJ ^J mH nH u $ hßM° CJ OJ QJ \ •^J mH nH u
' hßM° 6 •CJ
OJ QJ \ •^J mH nH u ! hßM° CJ OJ QJ ^J mH nH u + h,X£ hßM°
CJ OJ QJ ^J mH nH sH u '
j àð hßM° CJ OJ QJ ^J mH nH u $ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J
mH sH
hßM° CJ OJ QJ ^J
hßM° 6 •CJ OJ QJ \ •^J
•ˆ Óˆ Ôˆ
þˆ —
‰ õ‰ ö‰ ÞŠ ߊ )‹ *‹ +‹ 7‹ Q‹ R‹ ‹‹ Œ‹ •‹ š‹ 8Œ 9Œ [Œ ŒŒ
ú
ø
ó
ë
ë
ø
æ
ø
æ
ä
ä
â
à
ä
ä
ä
ä
ä
Û
Û
Û
Ã
$
&
F5
Æ Ð
„
„äþ^„ `„äþa$ gd;
j
$ a$
$ a$
$
&
F a$
&
F
&
F
ߊ ìŠ )‹ +‹ 7‹ Q‹ R‹ \‹ ]‹ o‹ p‹ ‚‹ ƒ‹ [Œ N• W• Q‘
Y‘ !“ ]“ –
“ ñ“ ®• Ì• Mš Æš
›
›
›
› ëÚÐɽ¹Ð¬Ð¬Ð¬Ð›Ð›‡›Ð›Ð›Ð›Ð›wl^
h,X£ hßM° 5 •\ •mH sH
h,X£ hßM
° mH sH
- h,X£ hßM° 5 •CJ \ •mH sH
& h,X£ hßM° 6 •OJ QJ ] •^J
mH sH
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
j àð hßM° OJ QJ ^J
hßM°
hßM° CJ OJ QJ ^J
hßM° 5 •\ •
hßM° OJ QJ ^J
! hßM° CJ OJ QJ
5 •6 •CJ OJ QJ ^J mH nH u
ŒŒ ÈŒ M• N•
• #• X• ²• W• ©• I‘ J‘ g‘
“ ç
ç
å
å
å
å
È
å
°
°
›
›
È
&
F3
Æ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþgd;
^J
••
mH
Ù•
nH
CŽ
u ' hßM°
DŽ VŽ "
Í
Í
å
å
å
j
&
F3
Æ Ð
$
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gd;
j
&
F4
Æ Ð
$ a$
„
$
„äþ^„
`„äþa$ gd;
j
&
F5
Æ Ð
$
„
„äþ^„
`„äþa$ gd;
j
“
—
ú
!“
5“
]“
–“
ú
â
c”
™”
š”
â
ú
¾”
q•
r•
®•
ú
³
$
ª
„ª
â
ú
Ê
&
F7
Æ Ð
ñ“
Ì•
*–
‰–
—
—
„Vþ^„ª `„Vþa$ gd;
â
ú
³
â
ú
›
ú
ú
j
&
F7
Æ
$
„Å
„åþ^„Å `„åþa$ gd;
j
&
F7
Æ Ð
$
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gd;
j
&
F6
Æ Ð
$
„
„äþ^„
`„äþa$ gd;
j
$ a$
— /—
a˜ b˜ w˜ Lš Mš {š Œš ±š Æš
›
›
›
› 9› :› J› Œ› •› ™› ú
ú
ú
ú
ú
æ
æ
ú
ä
ä
Ý
Ø
Ø
Ï
Ï
Ï
a$
$ a$
$
&
F8
Æ Ð
„0ý`„0ýa$ gd;
›
›
›
,›
ú
ú
æ
â
æ
â
Ö
Ñ
$ a$
$
j
$ a$
› ,› -› :› J› •› ™›
œ
œ Àœ Õœ G• W• j• è• ˜¢ _£ „£
£ .¤ -¤ %¥ k¥ –
¥ ²¥ Ï¥
¦ 7¦ ´§ ä§ ¯¨ Ö¨ ר -ª ³ª êÔÁªÁ”Á”Áˆ~o~^~^X~ˆÁ~^ÔÁ~^
~^o^oˆ~Á
hßM° CJ
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J
hßM° OJ
QJ ^J
hßM° CJ OJ QJ ^J
* h,X£ hßM° 6 •CJ OJ QJ ] •^J mH
sH
, h,X£ hßM° 5 •6 •OJ QJ \ •] •^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ Q
J ^J mH sH
* h,X£ hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH
* h,X£ hßM°
5 •CJ OJ QJ \ •^J mH sH "™›
œ
œ
œ
¿œ
Àœ
ý
՜
ý
þœ
ä
(•
F•
û
G•
ä
$
è•
ž
gž
ý
ß
Å
ß
„h ^„h a$
j• ®•
ý
ä
Å
ß
W•
hž
iž
’ž
ý
“ž
Ý
Å
Å
Å
¼
ß
$
&
F
Æ
&
F
Æ
Ÿ
¢
Æ
&
F
Ð
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
P
Q
ë
ì
—¡ ˜¡
¢
¢
˜¢ ú¢ û¢ ^£ _£ „£ Ž£
£
â
ç
â
â
ç
ç
Ù
×
ª
„n
„Wþ^„n `„Wþ
$
$ a$
$
“ž
—
Ú£
Ÿ
ç
â
ç
ç
â
â
ç
Ä
ç
â
â
¶
Æ
&
F
Æ
¤
¥
ª
„0ý`„0ýa$ gdßM°
$
„h ^„h a$
Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
Ú£
A¤ -¤ 㤠%¥ i¥ j¥ k¥ –¥ —
²¥ Ï¥
¦ 7¦ …¦ †¦ õ¦ ù
Å
Å
Å
»
¹
·
Ÿ
À
À
é£
$ a$
$
î
ç
Ý
À
Ÿ
À
Ÿ
Ÿ
$
&
F
Æ
&
F
Ð
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$ a$
$ a$
$
Æ
Æ
Æ
Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
S
„Å ^„Å
ª S
Æ
Æ
-ª
º
&
F
Æ
&
F
Æ
&
F
ª S
„Å ^„Å
ª
õ¦ ö¦ ±§
³ª Ôª ú
õ
Þ
Ü
£
²§
³§
ú
´§
ä§
¨
ú
V¨
Þ
Å
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
®¨
¯¨ Ö¨
ú
Þ
ר
¼
$
$
ª
õ
Å
„h ^„h a$
d©
ú
ú
ú
$
c©
$
Æ
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$ a$
$ a$
³ª
¿ª
àª
«
U« w« ƒ« Ϋ Ú« 5¬ I¬ „¬ ˆ¬ ¯¬ °¬
- M¯
¯ ê° ò±
²
¾³ '´ 9´ ù´
µ @µ Aµ ìµ ÿµ §¶ ö p· Œ· -¸ !¸ F¸ I¸ d¸
f¸ óéãé×é×éÄóij¤×é—
éóé³é³éóéóé•éóéóéóéó|f|f* j
hßM° CJ OJ QJ U ^J mH nH u
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
h
: OJ QJ ^J
hßM° 5 •OJ QJ \ •^J
hßM° 5 •CJ OJ QJ \ •^
J
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
$ h,X£ hßM° CJ OJ QJ ^J mH sH
hßM° CJ OJ QJ ^J
hßM° CJ
hßM° OJ QJ ^J
hßM° 6 •OJ QJ ] •^J (Ôª àª
«
,«
I«
U«
Ö
»
ƒ«
¾«
Ϋ
Ú«
5¬
I¬
Ã
Ã
“
$
ª
S
S
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
„S ^„S
$
S
„
gdßM°
4¬
Ö
Á
˜
a$
&
F
Æ
Æ
Æ
&
F
Æ
ü`„
üa$
w«
±
Ž
„¬
ˆ¬
Á
°¬
è
ã
Ã
»
š
$ a$
$
Æ
&
F
Æ
$
S
„S ^„S a$
S
-
$ a$
$
„S
-
ê
„Wþ^„S `„Wþa$ gdßM°
- )- L- M- tì
ê
ê
ê
È
º
°¬ Ϭ ó¬
æ- ç- è- ì
ê
ê
´
´
-
-
-
-
-
ì
ê
ì
ê
Ù
È
´
´
Æ
Æ
Æ
Æ
&
F
Æ
„
„
„
ª
„äþ^„
„äþ^„
„äþ^„
`„äþ
`„äþa$
`„äþa$
„0ý`„0ýa$ gdßM°
$
$
$
è-
û-
®
u®
•®
ÿ®
¯
¯
é°
ê°
a±
â³
´
´
'´
Æ
ù´
ù
å
Æ
Ü
Æ
®
®
$
&
F=
Æ ß
ª
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gd;
å
Æ
©
Ï
Æ
©
®
‘
²
j
&
F<
Æ Ð
$ a$
„
$
„äþ^„
`„äþa$ gd;
j
Æ
$
a$
$
Æ
&
F;
Æ Ð
„
„
^„
a$
„äþ^„
$
`„äþgd;
„
^„
a$
j
Æ
¸
¹
º
ù´ ìµ §¶ q· ¸
E¸ F¸ d¸ g¸ h¸ ‚¸ …¸ †¸
x¹ ´¹ ì¹ ç
ç
â
â
â
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
!¸
=¹
ç
â
Æ
&
F=
Æ ß
„
ª
„äþ^„
„ª
`„äþ
$ a$
„Vþ^„ª `„Vþa$ gd;
²¸
¿¸
À¸
è¸
ç
â
â
â
Ô
Ô
Ô
$
â
Ô
Ô
Ô
j
f¸ h¸ i¸ ‚¸ „¸ †¸ ˆ¸ ¿¸ À¸ º &¾ 2¾ G¾ ®À ÍÀ
 A ¬Ã ùÄ
Æ •Æ “Æ
Št˜`˜Ï˜Ï˜M˜`˜Ï
$ h,X£
mH sH
& h,X£ hßM° 6 •OJ QJ ] •^J mH sH
*
QJ \ •^J mH sH
h,X£ hßM° 5 •\ •mH sH
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
hßM° 5 •OJ QJ
•CJ OJ QJ U \ •^J mH nH u
hßM° OJ QJ
OJ QJ U ^J mH nH u
h,X£ hßM° OJ QJ ^J
º mº ˜º ™º çº èº ‚¼ ƒ¼ %¾ &¾ 2¾ G¾ H¾
ÐÀ
Á ñ
ñ
ñ
è
Ð
Ë
Ð
º
±
±
Ë
Ë
Ë
±
±
$
$
Æ
„
„äþ^„ `„äþa$
$ a$
$
&
F>
Æ Ð
„
„äþ^„ `„äþa$ gd;
¡Æ 8Ç •Ç ïÙ϶©ÙϩϘ
hßM° CJ OJ QJ ^J
h,X£ hßM° 5 •CJ OJ
\ •^J
0 j
hßM° 5
^J
* j
hßM° CJ
mH sH
e¾ Ⱦ B¿ .À /À ÏÀ
è
¸
³
Ë
Ë
$ a
j
Æ
$
a$
Æ
Æ
„
rÇ
•Æ
Ê
&
F$
Æ
Æ
&
F#
Æ
&
F"
Æ
Î
Ð
¢
„ª
ª
„äþ^„ `„äþ
Á †Á
Â
sÇ [È %É &É 'É ç
ç
ç
Ê
â
â
$
AÂ
¨Â
Ã
«Ã
¬Ã
ç
â
äÃ
ç
·Ä
½Å
Æ
ç
â
Ê
Ä
-
â
«
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$
„ª
„Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
aÎ (Ï øÏ äÒ [Ó œÓ ýÓ ¶Ô
$ a$
•Ç
¡Ç
$
'É
ÂÊ
ÏË
DÌ
µÌ
Í
“Í
Õ
Õ $Õ
Ö 'Ö ¬Ö
Ü šÜ -Ü
¤¼v¼v¼v¼
JÕ ¤Õ
®Ö µÖ
¯Ü ¸Ü
h¯{è
©Õ ÃÕ ÈÕ
¸Ö ¹Ö ìÖ úÖ °× ½× ÐØ áØ ‚Ü •Ü
óéØéØéØéØéØéØÌØéØéÀ¼¯¤–¤–¤–¤Ž¤Ž†¤z¤z¤–
h,X£ hßM° 6 •mH sH
•Ü
–
h¯{è mH
sH
huV• mH sH
hßM° CJ mH sH
h,X£ hßM° 6 •] •mH sH
hßM°
hßM° CJ( OJ QJ
h,X£
^J
hßM° mH sH
hßM° CJ OJ
h,X£
^J
QJ
h,X£ hßM° OJ QJ ^J mH sH
hßM° OJ QJ ^J
hßM° 6 •OJ QJ ]
•^J .'É [É \É qÉ ”É ùÉ vÊ ÂÊ
Ë UË ÏË
Ì DÌ €Ì µÌ
Í
Í
@Í “Í
Î aÎ ™Î ÒÎ (Ï ý
ý
ý
ý
å
å
å
å
å
å
å
å
å
å
å
à
à
È
È
È
È
È
È
$
&
F&
Æ
ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
$ a$
$
&
F%
Æ Ð 7
„7 „Éý^„7 `„Éýa$ gdßM°
(Ï bÏ ÈÏ ÉÏ ÊÏ ËÏ øÏ FÐ
Ñ «Ñ KÒ ãÒ äÒ [Ó œÓ ¼Ó ýÓ %Ô ç
ç
â
â
â
â
â
Ê
Ê
Ê
Ê
¸
±
™
™
™
™
$
&
F(
Æ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
Æ
ª
$
Æ
ª
„
„äþ^„ `„äþa$
$
&
F'
Æ Ð
„
„äþ^„ `„äþa$ gdßM°
$ a$
$
&
F&
Æ
ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
%Ô SÔ …Ô ¶Ô
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
ç
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
Õ
ç
Ä
Â
Â
Â
Â
»
Õ
Õ
$Õ
Õ
JÕ
Ä
Â
Â
KÕ
ç
ç
Ä
Â
Â
Â
Â
½
¹
Æ
„
„äþ^„ `„äþa$
$
Æ
ª
„
„äþ^„ `„äþa$
$
&
F(
Æ Ð ª
„ª „Vþ^„ª `„Vþa$ gdßM°
Ü ¸Ü
Ý
Ý
Ý <Ý ÐÝ âÝ òÝ
ó
ý
ê
Ì
ø
Ý
Æ
³
³
$
&
FA
Æ
)
„0ý`„0ýa$ gd;
$ a$
KÕ
Þ
fÕ OÙ PÙ
Þ !Þ ý
Ý
[Ú
ûÚ
ø
Õ
Ý
³
{Ù
ëÛ
•Ü
Õ
ý
³
$
ý
³
‚
j
&
F? a$
„
^„
$
„h ^„h a$
$
$ „
„äþ^„ `„äþa$
$ „Ð `„Ð a$
$ a$
$ a$
¸Ü Ã
ÅÜ ÍÜ ÑÜ
Ý
Ý <Ý HÝ JÝ QÝ UÝ ÐÝ .Þ sÞ “Þ èÞ ïÞ uß ‚ß
/à 6à “à Áà Ná Âá Ðá \ã 2å 3å }æ “æ ·æ Éæ ²ç ´ç »ç ¿ç
Aê Cê Jê Nê .ë Yë õíõåõØõØÎØÎØÊõºõ¬õ¬õ¬õºØ ‘ Š•|t|t|o|o|o|o|
h& × \ • hßM° 6 •\ •] •
hßM° \ • hßM° 5 •CJ \ •
hßM° CJ \ • h,X£ hßM° 6 •\ •] •mH sH
h,X£ hßM° \ •mH sH
h,X£
hßM° 6 •] •mH sH
- h,X£ hßM° 5 •CJ \ •mH sH
hßM°
h& × CJ
mH sH
h,X£ hßM° CJ mH sH
Ü
h& × mH
sH
h¯{è mH sH
h,X£ hßM° mH
Áà Ná •á
â -â \ã 2å 3å
ç
Ô
Ä
±
›
›
ç
&
FC
Æ
„h ^„h a$ gd;
sH
êæ
Ô
+!Þ .Þ
ëæ ì
sÞ
“Þ
Ô
±
oß
)à
’à
ç
ç
•
ç
âÞ
ì
“à
Î
±
$
j
&
FC
Æ
$
„h ^„h a$ gd;
j
&
FB
Æ
„
„7 ^„
`„7
„h ^„h a$ gd;
„
^„
$
j
&
FA
Æ
$ a$
)
$
„0ý`„0ýa$ gd;
j
ë
ë
ëæ
$ë
¼ê
½ê
Ïê
ú
ìê
ú
ñ
¦
è
l
Ö
ù
ÖF
Ö
ÿ
Öÿ
ÿ³³³
ÿ
ö
ÿ³³³
6 Ö
$
è
$ If
¤
ÿ³³³
Ö0
kda
ù
»
è
A
–
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l pÖÿ³³³
$ $ If
a$
ë .ë Yë ]ë aë ö
ö
•
l
kd\
ÿ³³³
$ë )ë
$ If
u
ù
ö
¤
ÿ
a$
ö
»
ÿ
$ If
–
ÖF
ÿ
$
-
ö
$
Ö
ù
ÿ
ÿ³³³
$ a$
ÿ
ö
Ö0
6
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
l aö l
ÿ4Ö
$
$ If
u
a$
aë
bë
¨ë
‘
°ë
~
u
$
$ If
u
a$ •
kd
$
ù
ÿ
$ If
–l
Ö
ÖF
-
ÿ
ÿ
¤
ÿ
ÿ
ö
ù
»
Ö0
6
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ4Ö
l aö l
Yë bë ¨ë ±ë
/ñ ~ñ •ñ
ó
ó Qô bô
õ
õ &ö
ì
Mö
fì
xö
´ì
‡ö
¿ì
eû
ßì
øý
áì
èì
ìì
+í
¼ï
¾ï
äï
þ
þ 1þ 2þ úîúîâîúÜÖÜÖÜÒÉÂÜî½Ò½Ò½Ò¯Ò¤”†¤Òzvja
E5 5 •CJ aJ
hDE5 hDE5 5 •CJ aJ
hDE5
hßM° CJ( OJ QJ ^J
h,X£ hßM° 5 •\ •mH sH
- h,X£
5 •CJ \ •mH sH
h,X£ hßM° mH sH
j
hßM° U mH nH u
hßM° 5 •
hD
hßM°
hßM° 5 •\ •
hßM° 5 •CJ \ •
hßM°
h5b, CJ
hßM° CJ
h,X£ hßM° \ •mH sH
h,X£
hßM° \ • "°ë ±ë
ì 6ì eì ~
u
$
$
ù
ÿ
$ If
–l
$ If
Ö
ÖF
-
ÿ
ÿ
hßM° \ •mH
u
¤
ÿ
ÿ
ö
sH
u
a$ • kd¼
ù
»
Ö0
6
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
l aö l
ÿ4Ö
eì fì
´ì
¹ì
½ì
~
u
$
$
ù
ÿ
$ If
–l
$ If
Ö
-
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
a$ • kdl
ÖF
ù
¤
6 Ö
u
u
»
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
l aö l
o
ÿ4Ö
½ì ¾ì
¿ì
\
Z
&
FD
Æ
„h ^„h a$ gd;
+í
+ï
¼ï
\
½ï
¾ï
äï
Z
/ñ
~
u
Z
$
Z
j
„
^„
$
„Ð `„Ð a$ •
kd
$
ù
ÿ
$ If
–l
Ö
ÖF
-
ÿ
ÿ
¤
ÿ
ÿ
ö
ù
»
Ö0
6
Ö
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
ÿ Ö
ÿ
ÿ
l aö l
ó
ó Qô
ö !ö "ö
á
ú
ú
ú
Æ à À!
Æ
7
&
F@
Æ
h 7
ÿ4Ö
/ñ ~ñ •ñ
bô
õ Ÿõ
ú
Ï
ú
Ç
õ
á
¡õ
¢õ
©õ
ªõ
«õ
¬õ
Ï
Ï
Ï
ú
Í
„
$
„äþ^„
`„äþa$
„
„äþ^„
`„äþa$ gd;
-õ
á
$
ö
-ö
Ï
ö
Í
ú
ú
áõ
ú
ú
ú
ú
j
eû
$ a$
uû ÷û
ú
ú
ú
&
FF
Æ Ð
„
"ö #ö $ö %ö &ö Kö Lö
§ü =ý Øý øý ùý ú
ë
ú
ú
Ø
Ø
À
À
¾
$
„äþ^„
`„äþa$ gd;
Mö
xö
ú
‡ö
úö
Kø
ú
Ãù
ú
Ø
dû
ô
ú
Ø
À
-ú
ú
À
j
&
FE
Æ
$
„h ^„h a$ gd;
j
þ
þ
þ
$
þ
þ
„Ð `„Ð a$
þ
þ
þ
„Ð `„Ð
þ
þ
þ
$ a$
þ
ùý
úý
ûý
üý
ýý
þý
ÿý
þ
þ
2þ
3þ
ý
ý
Hþ
ý
ù
ý
í
&
F
Æ
Hþ
Â
«þ
@
>
ý
ý
`„Üögdp•m
J
†
÷
A
†
ý
ý
ý
ý
Ú
„Ð `„Ð a$ gdp•m
„Üö dh
äþ '
ý
ý
ý
ý
$
ý
ý
ý
ý
õ
ý
í
Î
w
$ a$ gdDE5
œ
Î
ï
!
Ÿ
¸
ñ
$ a$ gdDE5
ÿ
Ø
ð
ô
2þ
¨
3þ
¹
á
P
|
›
Û
2
èŽè
Û
n
ƒ
’
'
(
5
k
•
w
•
K
Z
‚
›
•
öìèàèàèàèàèàèØèàèàèàèàèàèàèàèàèÐèàèź®º¦ºèžèìè–è–è–
j
hp•m U
ho!Ð hp•m 6 • hîPí hp•m 6 •
¶
1
hp•m mH sH
hÚdü hp•m 6 •mH sH
hÚdü hp•m mH sH
h‰H3 hp•m
mH sH
hƒp( hp•m 6 • h÷n¹ hp•m 6 • hh0¿ hp•m 6 • hp•m
h<])
hp•m 5 •6 •
hp•m 5 •CJ aJ
6ù
›
N
ü
•
«
v
w
•
ç
w- œ
`$ C& F( G( m( |* ê. ó
ç
ó
ó
ó
Û
Û
ó
Ó
À
ó
ó
ó
ó
ó
ó
Ó
ó
ó
$
&
F
Æ
&
F
Â
„Üö`„Üöa$ gdp•m
$
„Â „>þ^„Â `„>þa$ gdp•m
$ a$ gdp•m
$ „Ð ^„Ð a$ gdp•m
$ „Ð `„Ð a$ gd F×
$ „Ð `„Ð a$ gdp•m
n
o
p
ž
Ÿ
G
~
&
3
w- |
- ~- ™- ›- œ
¢
¤
Å
"
" Z" »" Ï"
# /# 9# O# X# 7$ `$ g$ i$ t$ •$ ¬$ µ$
Å$ Ø$ "% %% €% Š% ¤% ª% G( ñéàéÜÔÌÜÁµÁÔÜ­ÜÁÔÜ­Ü¥ÜÁµÁšŽšŽšƒÔÜ­Ü{
Ü{Ü{ÜÁµÁµÁ
h ™ hp•m 6 • h<]) hp•m mH sH
hÚdü hp•m
6 •mH sH
hÚdü hp•m mH sH
hÔ{
hp•m 6 • h \m hp•m 6  h‰H3 hp•m 6 mH sH
ho!Ð hp•m 6 • h<]) hp•m 6 • hp•m
h» –
hp•m 0J
j
hp•m U
• jÌ
h‰H3
hp•m mH
sH
h» –
hp•m U
.G( m( ê( ¦*
, 3, Y, _, u, }, c0 >1 ?1 {1 |1 }
1 «1 ¬1 -1 æ2 ç2 <3 ê3 Š6 ‘: ’: “: Õ: ©< Ã< ¦> ·> d? "@
òçãÛÎÛÎÛÎÛ¿·¬ž·‘·¬¿…¿vÛ¿çmeã]ã]ãV
h‰H3 hp•m
h—Qb hp•m 6 • hp•m hp•m 5 • hê[æ 5 •CJ aJ
hÚdü hp•m B* mH ph
sH
h•X÷ B* mH ph
sH
h‰H3 hp•m
H sH
• jý
h» –
hp•m U
h‰H3 hp•m mH sH
j
hp•m U
h‰H3 hp•m B* mH
sH
hÏp” hp•m 6 •B* ph
hp•m B* ph
hp•m
hÚdü hp•m
H
h<]) hp•m 5 •6 •mH sH !ê. 21 ê3 ó6 ’: “: Õ: ý; Ê?
E
I ØL ¸N ÓP úS ÎU eY ëZ ‹\ 0] Ã^ Ä^ ó
ó
ó
ó
ë
Ø
Ð
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
ó
Ä
Ä
$ „Ð ^„Ð a$ gdp•m
$ a$ gdp•m
$
&
F
„Â „>þ^„Â `„>þa$ gdp•m
$ a$ gdp•m
$ „Ð `„Ð a$ gdp•m
"@ 1@ ~B -B ÍB ÎB
C
C
0J
m
ph
mH
•B
s
¸
Ð
ó
C
Q
:C ;C
E ŒE ŽE ¬F ¼F …G •G ÓP —
®Q ÑQ åQ QR SR „R «R ²R ÒR ÛR ùS úS †W dY 2Z KZ
[
[
Âd Ùd üd
e ÷ðìðäðÖäÍä𺮮Â즡¦¡ì”‰”‰”‰‰rìjìj즡¦
hå(
hp•
m 6  h‰H3 hp•m B* mH ph
sH
hp•m B* ph
h‰H3 hp•m B* ph
h‰H3 hp•m 6 •B* ph
hp•m \ • hp•m 6 •\ ]  h‰H3 hp•m 6 •mH sH
h•X÷ mH
hp•m U
sH
j
h‰H3 hp•m mH sH
hp•m U
hp•m
h‰H3
hp•m 0J
• j.
h» –
h‰H3
hp•m
h‰H3
hp•m 6 • )Ä^
a
e
*c –e —
˜e ™e še ›e œe •e že Ÿe
e ¡e ¢e £e ¤e ¥e ¦e §e ¨e ©e
ªe «e ó
ó
ë
ã
Û
Û
Û
Û
Û
Û
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
Ô
gdDE5
$ a$ gdDE5
$ a$ gdp•m
$ a$ gdp•m
$ „Ð `„Ð a$ gdp•m
e Oe Pe [e •e œe •e ¢e £e ¤e «e Ñe ß
e àe áe -f -f •g •g –g ±g Ëg
i
i
n
i
ço
Ái Êi ëi
j 8j Sj ±j Ìj ôj êl ël ám äm -n éo Äp çp öïöïæÚÖÏ÷¨™•†~†~†~†~†~†~†~†~†~†~t~o~t~t~†
h•w 6 • h•w
h•w 5 •6 •
h•w
h•w 6 •
h•w
h•w
hp•m OJ QJ
h•w
h•w
^J aJ
5 • h•w
hp•m CJ( OJ
h# N h•w
QJ ^J
OJ QJ ^J aJ
hDE5 CJ( OJ QJ
h# N
^J
hDE5
hDE5
hDE5
hDE5
hDE5 5 •CJ
aJ
hp•m 5 •CJ
aJ
k
hp•m \ •] •
hx
=k Wk qk ‰k
æ
»
Ç
¬
hp•m \ •] •+«e ¶e ße àe
ük .l Jl il
l ¡l ý
Ó
Ó
¬
¬
¬
¬
¬
Ëg
;h
™h
ý
Ó
i
i
ôj
î
Ç
¬
¬
¬
Ç
$
&
FL
Æ
$
$
&
FK
Æ
a$ gd•w
„Ð `„Ð a$ gd•w
„„ ^„„ a$ gd•w
„8 ^„8 a$ gd•w
$
$ a$ gd•w
$
„Ð
dà
`„Ð a$ gd•w
¡l
êl
ël
qm
âm
ãm
äm
åm
æm
-n
n
›n
Õo Öo
ä
ó
Äp
Åp
±q
õq
ó
Ð
Ar
Ø
•r
Ø
ä
Ä
$
$
„ì ^„ì a$ gd•w
„Ð `„Ð a$ gd•w
„ ^„ a$ gd•w
ó
ó
$ a$ gd•w
ä
Ø
ä
±
$
&
FM
Æ
½r
ó
ó
±
ó
±
±
$
&
FL
Æ
a$ gd•w
$ „„ ^„„ a$ gd•w
çp öp Yq rq yq ”q ±q
u †u •u ‘u ¥u §
u Ùv ={ Q{ c{ w{ ÷{
| ˜| ¬| œ} ª~ É• H€ l• €• ¤• vƒ x„ ±„ Ê„ â„ ý„ -… … I… X… Þ† à† ë† ú† ­ˆ ·ˆ ¾ˆ ʈ &‰ 5‰ ð‰ 0Š 8Š FŠ QŠ iŠ
‹ %‹ ž‹ ±‹ 6Œ 7Œ 8Œ ÷ð÷ð÷ð÷ðå×ÊðÊå½å½å½å½åÊåÊå½åÊåð÷ð÷ð÷ð÷ðµð÷ð
÷ð÷ð÷ð÷ð÷ð÷ð÷ð÷ð¨œ
h# N CJ( OJ QJ ^J
h•w
h•w 5 •B* ph
h•w
h•w 5 • h•w
h•w 6 •B* ph
h•w
h•w B* \ •ph
h•w
h•w 5 •B* \ •ph
h•w
h•w B* ph
h•w
h•w
h•w
h•w
6 • =½r
ðr
Ps
Âs
t
u
•t
§u
ä
Åt
Pv
ì
u
Úv
Mx
èz
É•
Ã
Ã
·
„Ð `„Ð a$ gd
¤•
y„
à†
ì
Ø
$
œ}
ì
Ã
&
FO
<z
Ã
Ã
µ
P
8Œ
ì
:Œ
ì
ì
ì
Ã
Ã
Ã
Ã
Ø
$
„e „›þ@& ^„e `„›þa$ gd•w
$ „Ð `„Ð a$ gd•w
$ a$ gd•w
$
&
FM
Æ
„ì ^„ì a$ gd•w
8Œ 9Œ ;Œ <Œ >Œ ?Œ AŒ BŒ DŒ EŒ KŒ LŒ
NŒ OŒ PŒ RŒ SŒ TŒ VŒ WŒ ›Œ ©Œ ªŒ ³Œ ´Œ ÀŒ ÔŒ ׌ ØŒ ÙŒ ÷
ó÷ó÷ó÷óéãéØéãÔÎãÔóÔÆÔÆÔÆÔÂÔ¶
h# N CJ( OJ
QJ
^J
h,X£
hßM° CJ aJ
h zY 0J
hßM°
hßM° 0J mH nH u
hßM° 0J
j
hßM° 0J U
hú
j
hú
U
@Œ AŒ CŒ DŒ PŒ QŒ RŒ SŒ TŒ UŒ VŒ WŒ XŒ iŒ
Œ šŒ ý
ý
ý
ý
ý
ñ
ë
ý
Ï
ë
ý
ý
ý
Ê
ý
Ê
Ê
$ a$
:Œ ;Œ =Œ >Œ
jŒ yŒ zŒ ˆŒ ‰
ý
ý
ß
ý
Ê
ý
„h
„øÿ „
„øÿ „
&`#$ ]„h gd zY
&`#$ gd;
j
„h ]„h
„øÿ „
Œ ׌ ØŒ
ø
$
&`#$ gd zY
ÙŒ ý
ý
ë
„Ð `„Ð a$ gd
šŒ
ø
›Œ
©Œ
ý
ý
P
ªŒ
ý
³Œ
´Œ
ÁŒ
ӌ
ø
ý
ß
ÀŒ
ý
Ԍ
Ռ
ý
Ö
ý
„ð
„ ÿ^„ð `„ ÿgd,X£
$ a$
0 &P
1•h °ƒ. °ÈA!°¥ "°¥ #•¥ $•¥ %°
°n
°n
•Ð
a
"
D d Ü
¹ á ê å
ð
#
ð
ð0
²
A
ÿ
ð
€b
ðÝ
”|,cßÖ :ŸY `ÿ~ ÿ ¹
D
n-ð±
”|,cßÖ :ŸY `ÿ~ ÿ‰PNG
IHDR
Å
À
FÛºp
sRGB @À}Å
0PLTE
€ ÿ€ € €ÿ ÿ ÿ € €€€€ €
€€ÀÀÀ ÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿºÂ9O
pHYs
Y
& âIçj
IDATxÚíÛ½’£8 àïý”(0O§DT ¹ x ' x.!*8Œ H­þ“gö’³ªvïÆ#飻 ÂØûkýãíŸ_ãc|Œñ1>ÆÇ`šÏ~ZžÏü×Ý÷É˜ôÇç«}%/ŒÆ
3ˆ†3æ ‰g Š1ö c…t
†ÙZƒ I¶F#!¼a€±`†Ýú° k8`œDš¬ÑÚ­WxÎ „h˜—ÁE c
’щq%+ÄÁ!´ £ âHŒØ•.<iL !Æa$„4NB Ç-³³•Æ †ù’ H‘ ¸±&† ܘ\b$¯cÆ
K¯-ÜH‰ÔÀÎóX9K— 5ü1 &`)ÃHW ‘-Ô0†ˆc•
4[˜1ÒÆR /ú3a:c2´ /h˜pŽ¼¨Fe8`ð» <" )b zlGóñ8Üy¶ …áKƒÙ Ò
–äZ¬À N' Óµ éÅÅ”Nc GF Bt¶‚áŒn\( Ñ»a•ÉP
Ä“YÃÔ NÙ97è0ª# Ú97Ê"Ú* ¯^aXÊ(’E§
tÎ
’[Ü0¦ qHçN4ÆëÌ
äÈ.£ “ª<êÌ ‰éQ 9 d¡u”a¸v\â•Û¨²viòš·Œ8l9òÀ –0&1
„c
— $5Šƒ ÉŠ‡o± -¬`Ç F0Î\•ßú“p° ‰A¤ÊâÆTvË
‹ | Í1w¬ •Ó´74ÄQMj` ² :̝ˆ8Ê †-ãFŒEgŒ!
¹7j<¹ZìÇ « JîôÆ‹yÈG6žÿá[rO
÷ó‡Ò`¯
·ü¦»¼‡{òÆr¦
o.{†C L=ã gã¸}­*ãÁ “û›3ž%A¼\ #Üü:m ¤A„Ò]5G': ýœáI S¨y Á<“AòÕ¬çy®Í o
§Ên„8Ê\‘ ûŒì‰ áYì “ºÑÓðÏú Ô¸­å)È Â3Ë…Šcª ¤g¯ ÂÈã¸=¿c„šøÄ •³D³¢tF–
®`4À• Åç
4@ 7i Íg Ì˜ !E¡2 ‡ÏŒF • –|¬y!Ö{ï^;͹79ßäÆk¸ïÄ’¨Ï½i›0Η
[³ ¹nÉ% f Æ _õÅ“ˆ½=j¢ G»? } xÐëd% Ï׈ x ÛfìEckÈP$U\%d [` …;y½áÊ
À v
·œ•E ÖÖ—”(ÙðÅq¦8¬à£¯5ÊHÒ@ ”SxÉ(Ï 6SÖÿˆ1ra`„Rã7Ö£¸ ŸÕP†‘ w´
¬ûH†áñ&æ
I u† „&Žbq-û f ^qîUÅ /]
º¨Fj°.
ˆ<°jØï y¶ ¤ 4!žçx cñV†Î ÝM X[ 횪2@¶´kªÆ îˆä0€ÑË]ñfõÆÌue>óš¼Þ`Cf 6Œpzh
*[£ÿ9ƒ
D5Jkà•L?jøw hÜß0ÆJC:&,Y ÑV H
❡ÖèªÃ(ŒY PÜàŠGUo Ô â‚ ‘‰c@ÑU í F-ˆÜ½4ô±k»w…! =K–
Üû(ùlÔ d‘;·ï }?œç^4ΨµFÛö[K‹¾ýx¯6濨ùóɯ6Ì 4 ^FxøEÛ ¡x©Q-Q›–
`oÍögì 3`Ñ´¨ Wo tSxÑ%§_
T ‘æhòáIß>öжW’ˆæ{µqÅ0åcÁ
ÉWÀ²ñWªòç¢×‘´g
Î{Öx t¾ÇN F çàþøÙ–ËeÀ.‡î¨M•uÕ9 °
X 1i]V ÒØ•¯3øL´q<¹“¬„±
Ŧ Úxµ]ÙÏɝ4æ£ØÞ¿eÄPzÎXï½
ûžå÷ŒòAwi „ Gq³W ¿ý·
ˆ Æ] ¿-mrÇ8Z+ ÌAîÛm¿ïJ=Ë
Æ ÊJ ó*Ôa…
‚1ÓóçCi „•Ô¼WÌ•- º ¢ +Ò ó“
ý®3ˆáx}ÿÙ¹óþ­» 6
ÌÈ·³!  G‡s Ì·ÙUcÜ“("`Ó)’·ÌÇ ¸ i5Æ H bÊÏ|Ì¸ÑÎ4Î ó ‚€×–
ò êÒè ¥‘le£ ¢× 0Hcìé
‰rÈ|Åû w!½ÚغïÄõI_ r)Ø—
ØŒ‡A}î<ï+ÊcmÀßßìuÄOWê³í"ð8båQ‚ý÷Qu þA/oP §ÈË?‰ÐƽÖðõÆ|¯4ÚµÚ@Ó~새^=kŒr·
êãf…m4Á/#;Ú ¾u ¿]ß3Òͧœ$ûíÀL#|¿¤çŽóBøíXú
KÌHÜI¶
Ó~-q>^<4„ü=™þZ—6[»Ý
Þ ½o d¸®ÁÃy XÃú ¢P}ßçu¡ÏÞø'ÿ»ÞÛ^œ@ûﶯs;Ý ucµÆueI¼V7VmœçÜa•7¨o k¼]¿·¯B÷z
Îxµ}ê¹—ëü
ã-ö1>ÆÇø ÿ ¸—”ã ÃGü
IEND®B`‚ù $ $ If
–
l !v h 5Ö
ù 5Ö
- 5Ö
¤ #v ù #v - #v ¤ :V
–l
Ö
Öÿ³³³
ÿ³³³
ÿ³³³
Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
ù 5Ö
- 5Ö
¤ 4Ö
aö
l pÖÿ³³³
ÿ³³³
ÿ³³³
® $ $ If
–
l !v h 5Ö
ù 5Ö
- 5Ö
¤ #v ù #v - #v ¤ :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
ù
5Ö
- 5Ö
¤ 4Ö
aö l ® $ $ If
–
l !v h 5Ö
ù 5Ö
- 5Ö
¤ #v ù #v - #v ¤ :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
ù
5Ö
- 5Ö
¤ 4Ö
aö l ® $ $ If
–
l !v h 5Ö
ù 5Ö
- 5Ö
¤ #v ù #v - #v ¤ :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
ù
5Ö
- 5Ö
¤ 4Ö
aö l ® $ $ If
–
l !v h 5Ö
ù 5Ö
- 5Ö
¤ #v ù #v - #v ¤ :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
ù
5Ö
- 5Ö
¤ 4Ö
aö l ® $ $ If
–
l !v h 5Ö
ù 5Ö
- 5Ö
¤ #v ù #v - #v ¤ :V
–
l Ö0
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
ö
6 ö
5Ö
ù
5Ö
- 5Ö
¤ 4Ö
aö l 1
D
ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
/
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D
e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
^
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s
_ 6 M a r 0 5 . p d f
1
D
ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
/
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D
e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
^
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s
_ 6 M a r 0 5 . p d f
1
D
ÐÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
/
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D
e m o s _ 6 M a r 0 5 . p d f
àÉêyùºÎ Œ‚ ª K©
^
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m o s
_ 6 M a r 0 5 . p d f
^
2
0
0
0
0
0
0
0
@
@
@
@
@
@
@
nH
P
P
P
P
P
P
P
`
`
`
`
`
`
`
sH
p
p
p
p
p
p
p
tH
€
€
€
€
€
€
€
•
•
•
•
•
•
•
@
À
À
À
À
À
À
8
`ñÿ
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
Ð
X
@
à
à
à
à
à
à
ø
À
ð
ð
ð
ð
ð
ð
2
V
~
Ð
(
à
ð
Ø
è
_H
mH
N o r m a l
CJ
_H
aJ
mH
sH
tH
@
@
@
H e a d i n g
1
$
$ @& a$
5 •\ •8
@
8
H e a d i n g
2
$ @&
CJ
J
@
J
H e a d i n g
3
$
$ @& a$
CJ
OJ
QJ
^J
J
@
J
H e a d i n g
4
$
$ @& a$
CJ
OJ
QJ
^J
V
@
V
Æ
S
„
H e a d i n g
5
&
$ $
„³ý@& ^„ `„³ýa$
CJ$ D @
D
H e a d i n g
6
$ $ @& a$
5 •CJ( \ •D @
D
H e a d i n g
7
$ $ @& a$
6 •CJ( ] •J @
J
H e a d i n g
@
J
8
$ @&
5 •CJ
OJ
QJ
\ •^J
J
$ @&
H e a d i n g
9
6 •CJ OJ QJ ] •^J
D A`òÿ¡ D
D e f a u l t
P a r a g r a p h
F o n t
V i@óÿ³ V
T a b l e
N o r m a l
:V
ö
4Ö
4Ö
l aö
( k ôÿÁ (
N o
L i s t
6 >@
ò 6
5 •CJ
T i t l e
\ •6 B@
6
$ a$
B o d y
T e x t
CJ( aJ
B P@
B
B o d y
T e x t
2
5 •CJ, \ •< Q@ " <
$ a$
B o d y
T e x t
3
$ a$
CJ
6 J@
2 6
S u b t i t l e
$ a$
CJ
N C@
B N
B o d y
I n d e n t
$
T e x t
„h ^„h a$
CJ
Z R@
R Z
Æ
ª
B o d y
„ª ^„ª a$
T e x t
CJ$ d S@
I n d e n t
b d
2
$
3
B o d y
T e x t
I n d e n t
$ „h ^„h a$
5 •CJ OJ QJ \ •^J
4
@
r 4
F o o t e r
Æ
à À!
. )@¢ • .
P a g e
N u m b e r
R Y
’ R
D o c u m e n t
ÿ €
M a p
-D
MÆ
OJ
QJ
^J
4 @
¢ 4
H e a d e r
Æ
à À!
6 U@¢ ± 6
p•m
H y p e r l i n k
>* B* ph ÿ PK
ƒÐ¶Ørº(¥Ø΢Iw},Ò
ä±-j„4
! ‚Š¼ ú
[Content_Types].xml¬‘ËjÃ0 E÷…þ
Éßwì¸Pº -t# bΙ{U®•ã
“óTéU^h…d}㨫ôûî)»×*1P ƒ'¬ô
“^××Wåî 0)™¦Též9< “l•#¤Ü $yi} å ; À~@‡æ¶(îŒõÄHœñÄÐuù*
D× zƒÈ/0ŠÇ° ðûù
$€˜
X«Ç3aZ¢Ò Âà,°D0 j~è3߶Îbãí~ i>ƒ ØÍ 3¿\`õ?ê/ç [Ø ¬¶Géâ\•Ä!ý-ÛRk.“sþÔ»•. .—
·´aæ¿-?
ÿÿ PK
! ¥Ö§çÀ
6
_rels/.rels„•ÏjÃ0
‡ï…½ƒÑ}QÒà %v/¥•C/£} á(•h" Û ëÛOÇ
» „¤ï÷©=þ®‹ùá”ç
šª ÃâC?Ëháv=¿‚É…¤§% [xp†£{Ûµ_¼PÑ£<Í1 ¥H¶0• ˆÙO¼R®BdÑÉ ÒJEÛ4b$§‘q_טž à6LÓõ R×7`®¨Éÿ³Ã0ÌžOÁ¯,åE n7”Liäb¡¨/ãS½¨eªÔ-е¸ùÖý
ÿÿ PK
! ky– ƒ
Š
theme/theme/themeManager.xml
ÌM
à @á}¡w•Ù7c»(Eb²Ë®»ö Cœ AÇ ÒŸÛ×åãƒ7Îß Õ›K
Y,œ
ŠeÍ.ˆ·ð|,§ ¨ÚH Å,láÇ æéx É´• ßIÈsQ}#՝…­µÝ Öµ+Õ!ï,Ý^¹$j=‹GWèÓ÷)âEë+&
8ý
ÿÿ PK
! –µ-â–
P
theme/theme/theme1.xmlìYOoÛ6 ¿ Øw
toc'v uŠØ±›-M Än‡-i‰–
ØP¢@ÒI} Ú〠úa‡ Øm‡a[ Ø¥û4Ù:l Я°GR’ÅX^’6ØŠ­>$ ùãûÿ-©«×îÇ
!)OÚ^ýrÍC$ñy@“°íÝ-ö/­yH*œ ˜ñ„´½)‘Þµ÷ß»Š×UDb‚`}"×qÛ‹”J×—–
¤ ÃX^æ)I`nÌEŒ ¼Šp) ø èÆli¹V[]Š1M<”à ÈÞ ©OÐP“ô6râ= ¯‰’zÀgb I g…Á u••SÙe
bÖö€OÀ†ä¾ò ÃRÁDÛ«™Ÿ·´qu
¯g‹˜Z°¶´®o~ÙºlAp°lxŠpT0­÷ ­+[ } `j-×ëõº½zAÏ °ïƒ¦V–2ÍF•-ÞÉi–
@öqžv·Ö¬5\|‰þʜ̭N§Óle²X¢ d søµÚjcsÙÁ •Å7çð•Îf·»êà
ÈâWçðý+­Õ†‹7 ˆÑä`
- ÚïgÔ
Ș³íJø À×j |†‚h(¢K³ óD-Šµ ßã¢
dXÑ ©iJÆ؇(îâx$(Ö
ð:Á¥ ;ä˹!Í
I_ÐTµ½ S
1£÷êù÷¯ž?EÇ ž ?øéøáÃã ?ZBΪmœ„åU/¿ýìÏÇ£?ž~óòÑ ÕxYÆÿúÃ'¿üüy5 Òg&΋/ŸüöìÉ‹¯>ýý»G ðMGeøÆD¢›ä íó
$”8ÁšK ýžŠ ôÍ)f™w 9:ĵà å£
x}rÏ x ‰‰¢ œw¢Ø îrÎ:\TZaGó*™y8IÂjæbRÆíc|XÅ»‹ Ç¿½I
u3 KGñnD 1÷ N
3Vq%'#q¾ Ã ÓòŠÍ
IB Òsü€•
íîRêØu—ú‚K>Vè.E L+M2¤#'šf‹¶i
~™Vé
þvl³{ u8«Òz‹ ºHÈ
Ì*„ æ˜ñ:ž( W‘ ☕
~ «¨JÈÁTøe\O*ðtH G½€HYµæ–
}KNßÁP±*ݾ˦±‹ Š-TѼ9/#·øA7ÂqZ… Ð$*c?
¢ íqU ßån†èwð N ºû
%Ž»O¯ ·ièˆ4
=3 Ú—Pª•
ÓäïÊ1£P•m
\\9† øâëÇ ‘õ¶ âMØ“ª2aûDù]„;Yt»\ ôí¯¹[x’ì
eW÷
¶)6-r¼°C-SÆ jÊÈ
išd
ûDЇA½Îœ
óùç]É}Wr½ÿ|É]”Ïg-´³Ú
IqbJ#xÌ꺃
6kàê#ª¢A„Sh°ëž& ÊŒt(QÊ% ìÌp%m‡&]ÙcaS l=•XíòÀ
¯èáü\P•1»Mh
Ÿ9£ Mà¬ÌV®dDAí×aV×B™[݈fJÃ­P |8¯
Ö„ AÛ V^…ó¹f
ÌH ín÷ÞÜ-Æ
é" á€d>ÒzÏû¨nœ”ÇŠ¹
€Ø©ð‘>ä•bµ ·–
&û ÜÎâ¤2»Æ v¹÷ÞÄKy ϼ¤óöD:²¤œœ,AGm¯Õ\nzÈÇiÛ Ã™ -ã ¼.uχY C¾ 6ìOMf“å3o¶rÅ
Ü$¨Ã5…µûœÂN H…T[XF64ÌT ,Ñœ¬üËM0ëE)`#ý5¤XYƒ`øפ ;º®%ã1ñUÙÙ¥ m;ûš•R>QD
¢à •ØDìcp¿
UÐ' ®&LEÐ/p¦­m¦Üâœ%]ùöÊàì8fi„³r«S4Ïd
7y\È`ÞJân•² åίŠIù
R¥ Æÿ3Uô~ 7 +ö€ ׸ #¯m
q¨BiDý¾€ÆÁÔ
ˆ ¸‹…i *¸L6ÿ 9ÔÿmÎY &­áÀ§öiˆ …ýHE‚=(K&úN!VÏö.K’e„LD•Ä•© {D
ê ¸ª÷v E ꦚdeÀàNÆŸûžeÐ(ÔMN9ßœ Rì½6 þéÎÇ&3(åÖaÓÐäö/D¬ØUíz³<ß{ËŠè‰Y
›Õȳ ˜•¶‚V–ö¯)Â9·Z[±æ4^næ ç5†Á¢!Já¾ é?°ÿQá3ûeBo¨C¾ µ Á‡ M
 ¢ú’m<.vp “ ´Á¤IYÓf­“¶Z¾Y_p§[ð=alÙYü}Nc Í™ËÎÉÅ‹4vfaÇÖvl¡©Á³'S †ÆùAÆ8Æ|Ò*•uâ£{àè¸ßŸ0%M0Á7%¡õ ˜<€ä· Íҝ¿
ÿÿ PK
!
ѝŸ¶
'
theme/theme/_rels/themeManager.xml.rels„•M
Â0 „÷‚w ooÓº ‘&ÝˆÐ­Ô „ä5
6?$Qìí
®, .‡a¾™i»—•É c2Þ1hª :é•qšÁm¸ìŽ@R N‰Ù;d°`‚Žo7í g‘K(M&$R(.1˜r
'J“œÐŠTù€®8£•Vä"£¦AÈ»ÐH÷u} ñ› |Å$½b {Õ –Pšÿ³ý8 ‰g/]þQAsÙ… (¢ÆÌà#›ªL Ê[ººÄß
ÿÿ PK ! ‚Š¼ ú
[Content_Types].xmlPK ! ¥Ö§çÀ
6
+
_rels/.relsPK ! ky–
ƒ
Š
theme/theme/themeManager.xmlPK ! –
µ-â–
P
Ñ
theme/theme/theme1.xmlPK !
ѝŸ¶
'
›
theme/theme/_rels/themeManager.xml.relsPK
]
–
<?xml version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="yes"?>
<a:clrMap xmlns:a="http://schemas.openxmlformats.org/drawingml/2006/main"
bg1="lt1" tx1="dk1" bg2="lt2" tx2="dk2" accent1="accent1"
accent2="accent2" accent3="accent3" accent4="accent4" accent5="accent5"
accent6="accent6" hlink="hlink"
folHlink="folHlink"/>
#
2
D
S
]
j
}
~
•
€
Ù„
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿN
ÿÿÿÿQ
ÿÿÿÿR
ÿÿÿÿS
ÿÿÿÿY
ÿÿÿÿZ
ÿÿÿÿ[
ÿÿÿÿa
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
ÿÿÿÿ
#
2
D
S
]
j
}
~
•
€
ƒ
ÿÿ
Ù„
#
D
ÿÿÿÿ
þ
n
ñ
!
C
2
.
(* ý/
< êF ñ_
~ ò„ ߊ
› ³ª f¸ •Ç ¸Ü Yë 2
G( "@
e çp 8Œ ÙŒ Ç
Ê
Î
Ò
Ö
Ù
Ý
â
è
ì
ï
õ
ú
ÿ
³
í
Z
ã
ä
P
Q
þ" (* õ. –
/ ë2 >6 ’: ô@ IA ÞC ¨F BL sQ ×Y Õ_ ñ_ äg qm õy ž•
ƒ •ˆ
ŒŒ
“
— ™› “ž Ú£ õ¦ Ôª °¬ è- ù´ º
Á 'É (Ï %Ô KÕ !Þ ëæ $ë aë °ë eì ½ì /ñ "ö ùý ù
ê. Ä^
«e ¡l ½r :Œ šŒ ÙŒ È
É
Ë
Ì
Í
Ï
Ð
Ñ
Ó
Ô
Õ
×
Ø
Ú
Û
Ü
Þ
ß
à
á
ã
ä
å
æ
ç
é
ê
ë
í
î
ð
ò
ó
ô
ö
÷
ø
ù
û
ü
ý
þ
;
!
:;
1
Ù„
o
ž
>) |) «)
X ÿ „ X ÿ „ X ÿ „
Í:
!
!ôÿ•€
ð
$
-' óO+ ý¡-|Û »µºÿ ËG
î2yÿ õˆ
ÿÿÿÿ
R ð$
ð
a
f
•
ÿÿÿÿ
b ð$
xŽØQݨ w 6wG
™Ý€uG²&Fš'kÅ’º;ñÿ w
ÿÿÿÿ
µ á*t5›îÒô'À–
Wÿ Y™
ÿÿÿÿ
b ð$
ÊŒoQìKŠ$:@að5AÌLÿ ¥ò
UeÇÂú•n\wçë²KBªñÿ ÜŠ
ÿÿÿÿ
b ð$
_ Þ
@‡w.k?bQŠ6î ÿ ‡9
ÿÿÿÿ
R ð$
lªyK ïí g¤—
¾ev‰Ýÿ I•
ÿÿÿÿ
@ -ñ
ÿÿ
ÿ €€€ ÷
ðì
ðŠ
ð(
ð
ð
ð\
B
ð
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
B
ð
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
B
ð
€
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
B
ð
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð
ðV
B
ð
C
ð
D
•
¿
ÿ
"ñ
?
ð
B
ð
@
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
B
ð
@
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
B
ð
@
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ÿÿÿÿ
ð`
R
R
ð$
R
ð
F
ð
ð$
e
ð
ð
ð
ð
ð\
ð
ð
ð
ð
ð\
B
S
ð-
D
•
ð
¿
Ñ
ðV
ÿ
B
"ñ
?
ð
D
•
¿
ÿ
"ñ
?
ð
ð
ðV
D
•
¿
ÿ
"ñ
?
ð
ð
ð\
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð
•
¿
Ñ
B
ÿ
"ñ
?
ð
ÿ
"ñ
?
ð
ð
C
ð
B
ð
C
ð
B
ð
@
S
ð-
D
ð\
B
@
ð
S
ð-
D
ð\
B
ð
S
ð-
D
ð
ð\
ð
S
ð-
D
ðV
•
¿
Ñ
•
¿
ÿ
B
"ñ
?
ð
"ñ
?
ð
ð
B
ð
C
ð
D
ð
ðV
ð
C
ð
D
•
¿
ÿ
•
¿
Ñ
ð
B
ð
S
ð-
D
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
ð
ð\
B
ð
S
ð-
D
ðV
•
¿
Ñ
•
¿
ÿ
•
¿
Ñ
•
¿
ÿ
•
¿
Ñ
•
¿
ÿ
•
¿
ÿ
"ñ
?
ð
ð
B
ð
C
ð
D
"ñ
?
ð
ð
ð\
B
ð
"
S
ð-
D
ðV
ð
#
C
ð
D
B
ð
$
S
ðD
ðV
ð
'
C
ð
D
B
ð
(
S
ðD
"ñ
?
ð
ð
"ñ
ÿ
?
"ñ
ð
?
ð
ð
$
ð\
ð
B
ð
ð
ÿ
B
*
ð\
"ñ
?
ð
ð
Ñ
B
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
-
€
S
ð-
D
ð\
ð
+
S
ðD
ðV
ð
,
C
ð
D
B
ð
.
S
ðD
ð\
ð
0
S
ðD
ðV
ð
1
C
ð
D
B
ð
2
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
ð
•
¿
ÿ
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
•
¿
ÿ
B
B
"ñ
?
ð
ð
ð\
ð
B
-
ð
B
"ñ
?
ð
ð
ð\
S
ð-
D
ð\
ð
4
S
ðD
ð\
ð
5
S
ðD
ðV
ð
6
C
ð
D
B
ð
7
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
#
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
"
ð
•
¿
ÿ
•
¿
B
B
ð
ð
ð
B
8
ð\
"ñ
?
ð
!
ð
Ñ
B
ÿ
"ñ
?
ð
ð\
€
S
ð-
D
ð\
ð
9
S
ðD
ð\
ð
:
S
ðD
ð\
ð
;
S
ðD
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
*
•
¿
Ñ
B
ÿ
"ñ
?
ð
-
ð
ð
B
€
ð
B
ð
ð
%
B
ð\
<
S
ð-
D
ð\
ð
=
S
ðD
ð\
ð
>
S
ðD
ðb
ð
?
c
ð$
D
ð
@
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
(
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
'
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
&
ð
¿
Î
Ñ
B
B
B
€
•
ð\
B
ÿ
"ñ
?
ð
+
ð
S
ð-
D
ð\
ð
A
S
ðD
ðb
ð
B
c
ð$
D
ð
C
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
/
ð
•
¿
Ñ
ÿ
"ñ
?
ð
.
ð
¿
Î
Ñ
¿
Ñ
ð
ÿ
B
B
•
ð\
€
ÿ
"ñ
?
ð
)
ð
B
S
ð-
D
ðÈ
H$ ‚&
ð
M
ð
ˆ
2
ð
N
#
ð
•
ðn
5
C "ñ
•
‘
"ñ
ª
?
?
ð
ð
0
,
ð
ð
ðT
€
ð
ð
Š N
ð
ðZ
±
H$
Õ-
¾(
ð
B
O
S
ðD
•
ðŒ
ðn
c* ‚& ˜5
ð
P
ð
ˆ
# "ñ
¿
ð
Ñ
ÿ
ð
y
Ì(
y
*
ð
•
è)
‘
‚&
5
ð
ð
ðT
¢
ð
Q
#
ð
€
¬+
ð
£
Š Q
9.
ðT
ð
ð
¢
ª
ð
R
#
ð
€
ð
Š R
ð
ðT
¢
Ÿ+
Ç
+.
ð
ð
S
#
ð
€
ð
ð
Š S
ð
ðZ
k
º+
‚&
G.
ð
B
T
S
ððZ
ð
S
ðð4
ð
ð
3
ð
D
•
¿
Ñ
ÿ
ð
(
c*
(
ª+
ð
•
¿
Ñ
ÿ
ð
¼"
c*
¼"
©+
ð
B
U
D
2
V
ð
W
ð
Á
ð2
|&
}5
ð
ð4
V
˜5
ð
ð4
2
X
ð
þ2
•
Š5
ð
ð`
¢
2
ð
Y
C
ð
€
Š Y
À ÿÿÿ ÿ
ð
“3
ð
³
Ú4
ð`
ð
¢
ð
Z
C
ð
ð
€
Š Z
ð`
À ÿÿÿ ÿ
¢
ð
U
¡3
õ
ç4
ð
ð
[
C
ð
ð
ð
€
Š [
ðZ
À ÿÿÿ ÿ
B
ð
†3
°%
Ì4
ð
•
¿
Ñ
ÿ
•
¿
Î
B
Ñ
ÿ
ð
¿
/.
¿
-
¿
Î
Ñ
ÿ
ð
=
=.
=
é2
¿
Î
Ñ
B
ÿ
ð
ø"
ù-
\
S
ðð`
ð
c
ð$
3
ð
c
ð$
D
j
c*
j
œ+
ð
]
D
ð
ð`
^
D
•
ð`
ð
ð
B
ð
B
_
c
ð$
D
ø"
ð
•
÷2
ð
ðT
`
C
ð
2
ð
D
a
#
ð
•
¿
ÿ
ð
(
c*
¼"
c*
ð
ðT
€
ð
ð
Š a
ð
ðB
ˆ/
¤1
ð
S
ð-
¿
Ë
ÿ
?
ð
Z
ï
ù
ú
r
1
2
4
5
q
•
€
”
•
ã
ä
þ
ÿ
u
v
•
Ä
Å
H
I
J
Î
F° G° H° d° e° h° ‚° ƒ° †° ‡°
í Ù„
2
3
o
q
8
Û
t
t
B
3
ã
r
•
•
Z
•
i
t
w
t
E
v
t
r
•
t
3
h
w
E
r
E
w
>
t
4
•
B
•
t
t
J
û
H
!
H
X
‡
u
;
t
Û
u
t
2
Û
X
t
T
¢
;
c
(
¢
t
c
t
w
©
t
©
=
t
™
,
™
t
u
;
T
·
¢
6
Æ
t
9
b
X
b
ž
t
©
…
©
q
t
"
a
¢
×
J
å
t
è
t
T
t
â
‘
t
¬
7
•
.
‘
“
è
t
*
ûÿÿÿ
+
É
0
t
Ž
O
6
Ž
]
ø
ž
n
•
t
]
ø
,
t
¬
t
^
•
Ž
2
Ø
(
t
t
E
Ž
-
å
Ø
]
5
'
•
{
A
E
å
t
]
©
ø
•
t
1
t
©
-
ý
#
Q
â
7
t
T
Ø
ø
4
¸
¸
_
i
¢
º
T
t
x
t
r
•
•
•
t
8
t
B
t
O
8
t
Ú
Û
Ü
¸
•
M
¤
ä
$
ø
<
l
C
t
8
$
R
á
E
N
•
i
l
J
@
³
¸
a
’
^
ü
Y
t
ˆ
t
t
Ç
>
´
¥
ü
f
t
:
t
Q
;
'
3
å
B
×
t
+
¦
ÿÿ]
Ù
d
m
=
4
?
t
Ã
x
“
A
Ý
d
Þ
¤
ß
´d
à
Lý
á
Œý
â
Ìý
ã
þ
ä
Lþ
å
Œþ
æ
Ìþ
ç
$Ì#
è
¤Ì#
äÌ#
ê
$Í#
ë
dÍ#
ì
¤Í#
í
äÍ#
î
$Î#
ï
dÎ#
ð
\æ#
ñ
Ͼ#
ò
Üæ#
ó
ç#
ô
\ç#
õ
ύ#
ö
Üç#
÷
è#
ø
\è#
ù
Ϗ#
ú
Üè#
û
é#
ü
\é#
ý
ώ
#
þ
Üé#
ÿ
ê#
\ê#
ϐ#
Üê#
ìž
,Ÿ
lŸ
¬Ÿ
ìŸ
,
l
¬
ì
é
,¡
l¡
¬¡
ì¡
ì¢
,¢
,£
,¤
l¤
,¦
´
!
l¢
l£
¢
£
¬¤
ì£
ì¤
,¥
l¥
ì¥
l¦
"
L¿#
#
Œ¿#
$
Ì¿#
%
À#
&
LÀ#
'
ŒÀ#
(
ÌÀ#
)
Á#
*
LÁ#
+
ŒÁ#
,
ÌÁ#
-
Â#
.
LÂ#
/
ŒÂ#
0
ÌÂ#
1
Ã#
2
LÃ#
3
ŒÃ#
4
ÌÃ#
5
Ä# '
'
»
»
Â
•
•
¤
¤
¯
]
]
ð
ð
¨
¨
H
¹
¹
¤" ä" ä"
#
# “6 £6 £6 gK wK wK ÎP ÎP
®Y ®Y •e •e lw lw ¤£ ¤£ b¥ b¥ è° è° yÀ yÀ jÛ jÛ CÜ &Ý
&Ý Åè Åè
ê
ê =õ =õ ˜
˜
¥
ï
ï
v
v
Œ
Œ
œ
œ
&
Ö
Ö
þ
þ
e! e!
Þ& Þ& c' c' x, x,
"
Ú„
"
%
%
&
!
.
:
F
R
G
S
"
#
/
;
0
<
H
T
$
%
1
2
=
I
>
J
?
K
&
'
(
)
3
4
@
5
A
6
B
*
+
7
C
,
8
D
P
9
E
Q
L
M
N
O
W
X
Y
Z
[
\
0
0
Á
È
È
œ
œ
«
«
º
f
f
ù
ù
6
6
±
±
Q
Â
Â
-" í" í" %# %# Ÿ
6 ª6 ª6 sK ~K ~K ÑP ÑP ´Y ´Y ˜e ˜e pw pw -£ -£ l¥ l¥ ë°
ë° ‚À ‚À sÛ sÛ LÜ /Ý /Ý Éè Éè ê ê @õ @õ ¡
¡
®
ø
ø
•
•
•
•
¥
U
V
¥
ß
Ú„
ß
n!
n!
"
"
%
%
)&
)&
ç&
ç&
l'
l'
•,
•,
!
.
@
"
/
A
#
0
B
$
1
C
%
2
D
&
3
'
4
(
5
)
6
*
7
+
8
J
,
9
K
:
L
;
<
=
>
?
E
F
G
H
I
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
[
\
=
U
*€urn:schemasmicrosoft-com:office:smarttags
€PlaceType €=
W
*€urn:schemasmicrosoft-com:office:smarttags
€PlaceName €8
X
*€urn:schemasmicrosoft-com:office:smarttags €City €9
,
*€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €State €8
P
*€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €date €9
\
*€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €place €B
]
*€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags
€country-region €
PÀ
€1776 €1789 €21 €4 €7 €Day €Month €Year]
\
]
\
\
W
\
U
X
\
]
\
P
P
]
\
]
\
]
\
]
\
]
]
\
]
]
\
]
\
X
]
\
X
]
\
X
\
X
\
]
\
X
\
]
\
X
\
,
\
]
\
]
\
]
]
\
X
\
]
\
X
\
]
\
]
]
\
]
\
]
\
]
\
]
\
]
\
]
\
]
\
]
\
]
\
\
]
]
\
]
\
$
%
+
C
D
ñ
ò
P
Q
™
š
À
Ê
Ì
Ø
Ú
ì
í
õ
ö
ü
ý
X
‰
—
1
7
$
%
!
U
V
•
•
#
¢
"
?
!
2
%
Ê
$
@
1
Æ
R
,
Ï
m
C
9
Ò
W
;
B
Ð
Ö
t
I
×
~
D
G
q
×
€
•
H
‹
Ý
P
R
ß
”
ä
•
à
¦
§
T
W
–
í
ã
ñ
Ž
Z
ë
Z
Þ
ê
ó
“
^
c
e
ï
õ
ö
^
©
¬
à
ø
þ
ô
ü
š
Î
l
x
ƒ
„
ï
%
*
+
þ
Ý
â
å
D
E
Ö
Ü
ñ
ù
&
)
*
.
0
3
4
=
>
C
D
K
L
P
Q
Y
Z
a
b
q
r
w
x
~
€
ƒ
„
•
•
’
“
œ
•
¢
£
ª
«
²
³
Â
Ã
È
É
Ï
é
ð
ñ
ö
÷
û
ü
^
š
Ý
k
›
Þ
l
Ÿ
ã
"
u
ä
(
w
ª
è
/
z
0
{
¬
é
5
„
´
ø
6
‡
µ
ú
º
ÿ
?
–
¼
C
—
Ä
G
H
Q
S
V
W
[
Å
Ê
Ë
Ï
Ð
×
Ø
%
™
ð
+
œ
ó
3
’
ç
/
÷
6
¡
ì
‡
2
¡
ø
:
ª
õ
Ž
5
ª
P
¹
þ
ý
;
«
@
²
ž
©
u
¨
•
v
z
{
´
D
½
#
²
,
€
§
²
¹
º
'
d
(
e
/
j
2
m
7
q
°
^
Ç
_
n
Ù
Ö
E
¾
W
Ã
\
Ä
q
Û
$
y
ß
)
{
á
*
€
æ
,
d
Ê
f
Í
j
Ð
k
Ñ
Ú
B
Á
L
Æ
M
È
\
Í
Î
•
ç
-
u
•
é
„
Û
“
ê
Œ
à
•
á
÷
˜
ý
©
[
¾
"
A
û
q
Y
¼
¸
À
$
³
7
•
Ä
†
Æ
8
r
Ò
*
¼
<
‡
Ð
?
w
Ù
/
½
=
Œ
Ñ
D
x
Ý
7
À
F
G
‚
â
ƒ
ã
G
•
N
—
U
d
á
æ
ç
ï
H
M
•
N
Ž
R
“
T
”
ò
ö
÷
r
Ø
k
f
à
ñ
g
ð
ô
Y
•
ý
|
à
l
õ
Z
ž
•
ï
p
ü
^
¥
_
¦
k
¢
‘
.
l
§
°
S
#
s
´
T
$
t
°
È
Í
+
•
±
É
Ð
-
,
/
‚
‡
¸
Å
ï
ò
ý
%
0
•
6
$
ø
8
=
>
G
R
U
V
_
`
æ
ç
î
Q
-
S
h
j
…
†
•
—
%
ú
í
þ
&
5
B
å
ç
j
k
¦
§
à
á
@
B
„
†
º
»
Ó
Ô
W- Y- ´- ¶% ' ¥
¦
,! .! %" @" E" K" R" S" _" f" l" m" q" r" x" y" ~" „"
ˆ" ‰" •" Ž" ”" •" œ" ®" ±" ²" ¼" ½" Å" Æ" Ë" Ì" Ñ" Ò"
Ô" Õ" Ü" ð" ö" ÷" ü"
#
#
#
#
#
#
#
# &# +# ,# 4# 5# :# ;# E# G# L# M# T# U# Z# [#
^# _# j# k# o# p# w# }# †# ‡# ‹# Œ# ‘# ’# ˜# ž# ¤# ¥#
®# ¯# º# »# ¾# ¿# Æ# Ç# Ì# Í# Ö# ×# á# â# ç# è# î# ð#
õ#
$
$
$
$
$
$
$ "$ ($ $ .$ 5$ @$ E$ F$ N$ U$ Z$ [$ _$ `$ h$ n$ w$ x$ |$ }$ „$
Š$ “$ ”$ ˜$ ™$ £$ ¤$ ¬$ ·$ »$ ¼$ ¾$ ¿$ Å$ Æ$ Í$ Ó$ Ý$
Þ$ â$ ã$ í$ ö$ ü$ ý$
%
%
%
%
%
%
%
%
%
% %
%% &% )% *% 3% 4% >% ?% A% B% I% x% }% ƒ% Š% ‘% •% –
›% œ% Ÿ%
% ¤% ¥% ±% º% Ä% Ë% Ð% ×% Þ% å% î% õ% ü% ý%
& )& ,& 8& =& E& K& L& Q& S& Y& Z& d& f& l& m& r& t&
z& {& •& •& ‡& ˆ& •& Ž& “& ”& ™& ›& }' ›' Õ' ×' ü' ý'
“( ”(
)
) •) „) W* X* s* w* •+ ƒ+ ©+ ³+ ¼+ ½+ Æ+ È+ ;, <,
F, H, !- "- '- (- .- 0- •- ‚-
.
. >. D. i. j. v. y. É. Ê.
/
/ u/ v/ ”/ •/ S0 U0 ?1
@1 o1 p1 •1 ‚1
2
2 a2 q2 x2 {2 ƒ2 ’2 —
2 ˜2 ž2 Ÿ2 ¤2 ¥2 ¨2 ©2 ¯2 °2 µ2 ¶2 À2 Á2 È2 É2 Î2 Ï2 ×2
Ø2 Ü2 Þ2 ÷2 ù2
3
3
3
3 $3 %3 83 93 ?3 @3 F3 G3 W3 X3 _3 `3 g3 x3 }3 ~3 ƒ3
„3 ˆ3 ‰3 ’3 “3 ™3 š3
3 ¡3 ¤3 ¥3 ®3 ½3 Â3 Ã3 Î3 Ï3 Ø3
Ù3 ß3 à3 â3 ã3 é3 ê3 ó3 ö3 ÿ3
4
4
4
4
4
4 '4 (4 ,4 14 24 84 94 ?4 A4 H4 U4 [4 \4 b4 c4 k4 •4 ‹4 Œ4 ’4 “4
›4 ²4 »4 ¼4 É4 Ê4 Ò4 Ó4 ß4 ã4 é4 ý4
5
5
5
5
5
5
%5 &5 (5 )5 .5 /5 45 55 =5 >5 F5 G5 Y5 Z5 ^5 _5 h5 i5
n5 o5 v5 |5 €5 ƒ5 ‹5 “5 ™5 š5 œ5 •5 ¤5 ¥5 ¬5 -5 ²5 µ5 ·
5 ¸5 ¾5 ¿5 Ã5 Ä5 Ì5 Í5 Ó5 Ô5 Û5 Ü5 ß5 à5 æ5 è5 ï5 ø5 ‚6
¯6 ³6 »6 Á6 Â6 Å6 Æ6 Ñ6 Ò6 Ö6 ×6 â6 å6 ì6 í6 ò6 ó6
7
7
7
7 $7 %7 (7 )7 67 77 @7 A7 H7 R7 \7 _7 a7 b7 f7 g7 l7
v7 z7 ‘7 ™7 š7 œ7 •7 ¥7 ¦7 ®7 °7 ¸7 ¹7 Á7 Ã7 Æ7 Ì7 Ó7
à7 ç7 í7 ù7
8
8
8 %8 8 58 J8 O8 P8 Y8 ]8 _8 `8 g8 j8 t8 u8 |8 }8 ‚8 ƒ8 Š8 ‹8
Ž8 •8 ”8 •8 ›8 ¡8 ¥8 -8 ò8 J9 Û9
:
: -: &: ': : .: 2: 4: <: =: C: D: J: L: T: Z: `: a: i: j: r: •: ‡:
•: •: ž: §: ©: ±: ²: º: ¼: Ã: Ä: Ê: Ù: Þ: ß: ã: ä: é:
ê: ó: ô: ù: û:
;
;
;
;
;
;
;
;
;
;
;
; '; (; 3; =; @; B; L; M; Q; T; Y; Z;
`; a; e; n; r; t; y; z; €; •; …; Ž; “; •; š; ›; ¡; ¢;
ª; ³; ·; ¹; ¾; ¿; Å; Æ; Î; ×; Ü; Þ; ã; ä; ê; ë; ð; ù;
ý; ÿ;
<
<
<
<
<
<
< "< æ< è< Y= a= b= e= f= q= s= |= ~= ˆ= Š= “= •= ¡= ¢=
¦= ¨= °= ±= º= ¼= Ç= È= Ð= Ò= Û= Ü= á=
>
>
>
>
>
>
> &> '> ,> > 6> <> D> E> M> N> S> U> `> b> g> i> l> m> r> s> {> •>
ˆ> ‰> •> •> •> –
> œ> •> ¤> ¨> S? T? Ë? Ì? ×? Ú?
A
A +A A 6A 7A ’A “A &B 'B 8B 9B ‚B ƒB -C C TC UC AD BD €E ƒE ·E ¹E nF oF ,G BG KG LG QG RG WG XG
^G _G gG hG pG qG vG wG ƒG „G ‹G ŒG “G ™G žG
G ®G ¯G
¹G ºG ÀG ÁG ÄG ÅG ÎG ÏG ×G ØG àG áG éG êG ðG ñG úG ûG
H
H ~H ƒH „H •H •H ’H “H šH ¬H ´H ÚH àH óH
I
I
I
I
I
I #I $I +I ,I 0I 6I >I FI JI LI UI WI ZI [I eI fI
nI sI ÝI ÞI oJ pJ sJ tJ •J €J ˆJ ‰J –J —
J ŸJ
J ¥J ¦J -J ®J ¹J ¼J ÂJ ÅJ ÌJ ÷J LK MK TK ‚K †K ŽK
DM EM NM PM ÅN ÛN æN çN íN ïN øN ùN þN ÿN
O
O
O
O
O
O -O O )O *O 4O 5O ?O @O FO GO NO OO YO ZO _O `O hO iO sO tO
•O ‚O ˆO ‰O ™O œO ŸO
O ¥O ¦O ¬O -O ²O ³O ÀO ÁO ÄO ÅO
ÏO ÐO ÕO ÖO ÛO ÜO âO ãO èO éO òO óO úO üO
P
P
P
P
P
P
P -P "P #P 'P (P 4P 5P
wP xP •P ‚P •P •P ˜P ™P ¥P ¦P
ËP ÎP ÑP ÖP âP çP òP óP øP ùP
Q !Q 'Q (Q 5Q 6Q CQ DQ NQ TQ _Q
×Q úQ ûQ ÀR ÁR ˜S šS VT YT ]T
†T ‰T ŠT –T —
T žT ŸT £T ¤T ¯T µT ÁT ÂT ÆT ÇT
U
U
U
U %U +U 3U 4U :U =U FU OU
†U ‡U ŒU •U ˜U šU ¢U ¤U ªU «U
âU ãU èU éU îU ÷U
V
V
V
V
:P BP MP [P bP fP kP lP
«P ¬P ´P µP ¸P ¹P ¿P ÀP
Q
Q
Q
Q
Q
Q
Q
Q
`Q fQ gQ jQ kQ rQ vQ ÖQ
^T bT cT mT qT xT yT …T
ÒT
ÔT
ÛT
ÜT
çT
èT
îT
ïT
WU kU tU uU yU zU ‚U ƒU
°U ²U ½U ¿U ÂU ÏU ÝU ßU
V
V
V
V
V
V
V
!V $V %V .V 0V 8V :V =V >V BV CV LV NV XV ZV ]V ^V gV
hV qV uV |V }V ˆV ŽV –V —
V ›V œV ¡V ¢V ¥V ¦V «V ¬V ³V µV ¾V ÀV ÃV ÄV ÖV ÚV åV æV
ðV ñV üV ýV
W
W
W
W
W
W ÕW :X GX HX JX KX PX TX NY €Y ‡Y ˆY ŒY •Y
“Y ”Y ›Y œY ¦Y §Y ¬Y ºY ÁY ÂY ÌY ÍY ÔY ÕY ÝY ÞY åY æY ë
Y ìY ôY õY ÿY
Z
Z
Z
Z
Z
Z
Z
Z
Z !Z &Z 0Z ?Z GZ
HZ LZ MZ SZ TZ ^Z _Z eZ oZ tZ uZ zZ {Z ƒZ ‰Z ”Z •Z œZ
•Z ¥Z ¦Z °Z ¸Z ¿Z ÀZ ÄZ ÈZ ÑZ ÒZ ÜZ ÝZ âZ äZ êZ ëZ îZ
ýZ
[
[
[
[
[
[
[
[
[ [ %[ ,[ 4[ 5[ ;[ <[ B[ C[ N[ O[ U[ V[ Y[ Z[ b[ c[ k[ l[ s[ t[
v[ w[ |[ }[ ƒ[ „[ Ž[ •[ ’[ “[ ž[
[ ª[ «[ ¯[ Ó[ Û[ æ[
ì[ î[ ñ[
\
\
\
\
\ "\ #\ )\ *\ 4\ 5\ :\ ;\ F\ H\ K\ L\ V\ W\
`\ a\ e\ n\ t\ Š\ •\ •\ ”\ •\ ž\ Ÿ\ ¤\ ¥\ ¯\ ¿\ É\ Ê\
Ò\ Ó\ Ù\ Ú\ Ý\ Þ\ è\ é\ î\ ï\ ø\ ù\ ÿ\
]
]
]
]
]
]
]
]
]
] (] *] .] 5] 8] @] J] U] V] ]] ^] i] j] m] n] u] v] |] }] ƒ]
„] Œ] •] “] •] Ÿ]
] «] ¬] °] ±] ·] »] Á] Ë] Ó] Ô] Ø]
Ù] è] ð] ÷] ÿ]
^
^ #^ .^ 9^ ;^ A^ B^ O^ P^ W^ X^ c^ d^ g^ h^ r^ s^ x^ ¬^
±^ Á^ Ç^ È^ Õ^ Ö^ ß^ à^ æ^ ç^ ô^ õ^
_
_
_
_
_
_
_ -_ $_ %_ ,_ 2_ 7_ 8_ >_ ?_ D_ E_ N_ O_ T_ U_ Z_ [_
a_ b_ e_ m_ u_ v_ |_ }_ €_ †_ •_ •_ –_ —
_ ž_ Ÿ_ -_ ®_ ²_ ³_ º_ Þ_ ã_ ä_ ï_ õ_ ú_ û_
`
`
`
`
`
` *` +` 0` 1` ;` =` F` G` M` N` X` Y` _` `` f` i`
n` o` u` {` €` •` ˆ` ‰` •` •` ”` •` ¡` ¢` ©` ª` °` ±`
¶` ·` »` ¼` Á` Â` È` É` Ð` Ñ` ×` Ø` Û` è` ñ` ò` ø` ù`
a
a
a
a
!a "a Ja La Ta Ua [a ]a ea fa ua wa ‚a ƒa ‰a Ša •a •a
›a œa ¤a ¦a «a ¬a ´a µa ¼a ½a Æa Èa Ða Òa Õa ×a Úa ça
òa ôa ÿa
b
b
b
b
b
b
b %b &b 2b 3b :b ;b Db Hb
Ob Pb Vb Xb bb hb ob pb sb tb |b }b ƒb „b ‰b •b šb ›b ž
b Ÿb §b ¨b ±b ²b ·b ¸b ¿b Àb Äb Åb Êb Íb ×b Ýb çb èb ëb
ìb ób ùb
c
c
c
c
c
c Ÿd ¡d qe ™e Ÿe
e ¨e ©e -e ®e µe ¶e ¾e ¿e Ée Êe
Ôe Úe Ûe âe ãe çe èe ìe íe õe ÷e ÿe
f
f
f
f
f
f &f 'f .f 0f 4f 5f >f ?f If Jf Uf Vf \f ]f bf cf
if jf yf {f …f ‡f Šf ‹f •f žf ág ìg ýg
h
h
h
h
h
h h !h !i "i íj øj
k
k
k
k
k $k 'k .k /k 9k :k ?k @k Hk Jk Tk Uk
\k ]k dk ek lk mk wk xk €k •k ‡k ‰k Žk •k —
k ˜k
k ¡k ©k ªk ¸k ¹k ¿k Àk Æk Çk Ïk Ðk Ök Øk Ûk Ük ák
âk çk èk ñk úk
l
l
l
l
l +l 7l =l Dl El Kl Ll Tl
el kl ll zl |l ‚l ƒl •l Žl ’l “l œl žl £l ¤l ªl «l °l
±l ·l ¸l ½l ¾l Èl Él Ïl Ðl Øl Ùl ßl âl íl îl òl ól ùl ú
l ÿl
m
m
m
m
m
m
m
m
m $m &m *m +m 1m 2m 7m 8m ?m @m Im Jm Qm Rm
Vm Wm [m \m em fm jm pm tm um €m •m ‡m ˆm •m •m “m ›m
m ¡m ¥m ¦m «m ¬m ²m µm
Óe
f
n
9n >n ?n Gn In Qn Wn \n ]n in jn sn tn |n }n €n •n ˆn
Šn !q "q 0s 1s Ðt Ót
u
u Zu \u “u ”u ßu èu íu îu þu
ÿu
v
v
v !v $v %v 2v 3v <v =v Dv Pv Zv ^v `v av ev fv kv uv yv
µv Æv Ìv Ñv Òv ×v Øv Üv Ýv äv åv ív îv óv ôv ùv úv
w
w
w
w
w
w
w
!w 'w (w .w /w 5w 6w >w ?w Dw Ew Jw Mw Sw Tw Yw Zw `w
aw kw qw xw yw ~w •w ˆw ‰w •w “w œw žw °w ±w ¸w ºw
x
x ox px ‰x Šx •x ‘x Æx Çx Òx Óx Ky zy €y •y ˆy ‰y Žy
•y “y ˜y ¡y ¢y ªy ¬y çy èy ñz òz ýz
{ •{ „{ Œ{ ’{ š{ ›
{ ¡{ ¢{ §{ ¨{ ®{ ¶{ »{ ¼{ Â{ Ã{ Ê{ Ì{ Ô{ Õ{ à{ â{ å{ ì{
ö{ ú{
|
|
]|
a|
»|
¼|
Ã|
Ä|
Ë|
Ì|
Ö|
ò|
ú|
ü|
}
}
}
}
}
} S} Rƒ [ƒ ^ƒ gƒ hƒ nƒ qƒ zƒ {ƒ •ƒ „ƒ ‰ƒ šƒ ¤ƒ ¥ƒ
¬ƒ ­ƒ ±ƒ ²ƒ ¸ƒ ¹ƒ ă Ń ʃ ˃ Óƒ Ùƒ Þƒ ߃ éƒ êƒ öƒ üƒ
„
„
„
„
„
„
„
„ „
„ „ /„ 6„ 9„ C„ E„ M„ O„ X„ [„ M… N… Z… [… _… a… i… k… t…
u… |… … ‡… ˆ… Œ… •… “… ”… š… ›… ¢… £… ­… ¯… º… »… ¿…
À… Ë… Ì… Ð… Ñ… Ö… Ù… á… â… ì… í… ó… ô… ú… û…
†
†
†
†
†
† !† "† &† ,† 6† 7† ;† <† A† V† _† `† f† g† m†
n† s† t† |† }† ƒ† „† ‡† ˆ† Œ† •† ’† “† š† œ† ¢† £† «†
²‡ ¸‡ ¹‡ À‡ ‡ LJ ȇ · χ Õ‡ Ö‡ ݇ Þ‡ æ‡ ç‡ ï‡ ð‡ õ‡
ö‡ ú‡ û‡
ˆ
ˆ
ˆ '‰ I‰ J‰ Y‰ [‰
‹ 5‹ :‹ ;‹ A‹ B‹ G‹ H‹ M‹ N‹ P‹ Q‹ [‹ ]‹ –
‹ ›‹ œ‹ £‹ ¤‹ «‹ ­‹ ³‹ ´‹ ¾‹ ¿‹ É‹ Ê‹ Ћ Ñ‹ Ù‹ Ú‹ â‹ ã‹
è‹ é‹ î‹ ñ‹ ™Œ šŒ q• r• ®• ´• µ• ¼• Õ É• Ì•
•
• a•
b• L’ M’ V’ W’ ^’ _’ d’ e’ q’ r’ x’ {’ €’ •’ Š’ Œ’ ’’
“’ ›’ œ’
’ ¡’ ¨’ ©’ °’ ±’ ·’ ¸’ ¿’ á’
“
“ ,“ “ 9“ :“ Œ“ •“
”
”
•
•
™
™
¿”
Õ”
é”
ê”
ò”
ó”
ü”
þ”
•
(• 1• 2• :• ;• C• W• _• `• h• j• è• í• î• ñ•
ý• þ•
– ^– d– “– ˜– Ÿ– K— S— T— Y—
P˜ Q˜ Z˜ ͘ Θ Ö˜ ܘ è˜ ì˜ î˜ ï˜ ô˜ õ˜ þ˜ ÿ˜
™
™
™
-™
%™
&™
/™
1™
5™
6™
?™
@™
E™
Ú™
è™
ò•
֥
ø•
é™
ï™
š
š
œ
š
.œ
•
š
­œ
•
Øš
µœ
•
úš
¶œ
ûš
¿œ
^›
Àœ
„›
ʜ
Œ›
˜
Ӝ
Ԝ
ܜ
ݜ
ãœ
íœ
îœ
öœ
÷œ
ÿœ
•
•
•
• "• 0• 1• 4• 5• ?• @• I• J•
k• r• s• |• }• „• …• •• Ž• •• —
• ¡• ©• ª• ²• ·• ¸• • Õ Ç• È• Ì•
7ž …ž †ž õž öž ±Ÿ äŸ ®
×
â
ã
ë
¡
M•
N•
V•
W•
]•
^•
Ï•
î
ž
÷
ž
ø
ž
ÿ
-ž
¡
¡
g•
•
ž
¡
¡
¡
¡
¡ ¡
&¡ (¡ .¡ /¡ 3¡ 4¡ =¡ >¡ H¡ c¡ i¡ s¡ t¡ •¡ €¡ ‰¡ '¢ (¢
2¢ 3¢ 8¢ 9¢ >¢ ?¢ B¢ C¢ H¢ I¢ U¢ W¢ \¢ ]¢ b¢ c¢ k¢ l¢
q¢ s¢ x¢ y¢ …¢ †¢ ‰¢ Š¢ ‘¢ ’¢ ˜¢ ™¢ Ÿ¢
¢ ¨¢ ©¢ °¢ ³¢
¸¢ ¹¢ ¾¢ ¢ à¢ í¢ ø¢ ù¢ ü¢ ý¢
£
£
£ _£ g£ j£ u£ w£ }£ Š£ •£ •£ ’£ â£ ã£ é£ ê£ í£ î£ ô£ õ£
û£ ý£
¤
¤
¤
¤
¤
¤ 4¤ 5¤ :¤ I¤ ‚¤ °¤ º¤ »¤ ¤ ä Ť Ƥ ͤ Ϥ פ Ù¤
⤠ó¤ þ¤
¥
¥
¥
¥ t¥ |¥ }¥ ‚¥ ƒ¥ ‰¥ Š¥ •¥ ¨¥ ±¥ ²¥ ½¥ ¾¥ É¥ Ê¥ Ó¥ Ô¥
Ø¥ Ù¥ 㥠û¥
¦
¦
¦
¦
¦
¦ !¦ "¦ +¦ ,¦ 3¦ .© ò© ø© ù©
ª
ª Ä« Å« Í« Ϋ
- B- C- ä- é- ì- ô- õ- ÿ®
®
®
®
® -® ® &® '® +® ,® 3® (° )° /° 0° ;° <° C° K° N° O° R° U° W°
X° [° \° _° `° c° i° k° l° ¸° Ò° Ø° Ù° à° á° ç° ô° ˜²
™² ç² è² ‚´ ƒ´ %¶ &¶ G¶ H¶ .¸ /¸ ®¸ ¯¸ ͸ и
º
º
º
º
º
º
º %º ¹» º» À» Á» >¿ ?¿ C¿ I¿ O¿ P¿ U¿ V¿ ]¿
c¿ h¿ i¿ o¿ r¿ s¿ Œ¿ •¿ “¿ ¤¿ ©¿ ª¿ µ¿ ¶¿ À¿ qÁ ‚ ƒÂ
ÂÂ ËÂ ÌÂ ÔÂ ÕÂ
à $à %à 0à 1à <à Ûà Üà áà âà èà éà ðÃ
ñà öà ÷Ã
Ä
Ä
Ä
Ä
Ä
Ä !Ä "Ä *Ä +Ä 6Ä 7Ä <Ä =Ä AÄ D
Ä MÄ NÄ YÄ ZÄ ºÄ »Ä ÄÄ ÅÄ ÈÄ ÉÄ ÔÄ ÕÄ ÞÄ àÄ åÄ æÄ êÄ ëÄ
ñÄ òÄ üÄ ýÄ
Å
Å
Å
Å
Å !Å œÅ •Å ¤Å ¥Å ªÅ «Å °Å ±Å µÅ ¶Å ¼Å ½Å ÁÅ ÂÅ ÌÅ ÍÅ ÐÅ
ÑÅ ÜÅ ÝÅ âÅ ãÅ ëÅ ìÅ ñÅ òÅ õÅ öÅ ÿÅ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ
Æ "Æ #Æ +Æ ,Æ
Ç (Ç 1Ç 7Ç ?Ç @Ç NÇ ÊÇ éÇ íÇ øÇ ãÊ äÊ
óÊ
Ë
Ë
Ë
Ë
Ë
Ë
Ë !Ë &Ë 'Ë .Ë 6Ë 7Ë AË BË JË dË eË lË
’Ë “Ë ™Ë œË §Ë ¨Ë ®Ë ¯Ë ´Ë
mË
Ì
qË
Ì
rË
wË
xË
•Ë
€Ë
‡Ë
ˆË
Ì
Ì
Ì
Ì
Ì
Ì "Ì %Ì 2Ì 3Ì :Ì ;Ì AÌ BÌ GÌ HÌ QÌ SÌ ]Ì ^Ì
bÌ cÌ hÌ iÌ mÌ nÌ xÌ yÌ ƒÌ …Ì •Ì ‘Ì ”Ì •Ì £Ì ¤Ì §Ì ¨Ì
-Ì ®Ì µÌ ¶Ì ÄÌ ÅÌ ÊÌ ËÌ ôÌ õÌ ýÌ þÌ
Í $Í JÍ KÍ ©Í ªÍ
ÈÍ ÉÍ 'Î (Î ¬Î ®Î ¯Î ´Î µÎ ¹Î ºÎ ÁÎ ÂÎ ÎÎ úÎ ûÎ ½Ï ¾Ï ‚
Ð ƒÐ áÐ ãÐ OÑ PÑ •Ô •Ô •Ô •Ô •Ô –
Ô šÔ ›Ô ¢Ô £Ô ¯Ô °Ô ¶Ô ¸Ô ¹Ô ºÔ ÃÔ ÅÔ ÆÔ ËÔ ÌÔ ÑÔ ÒÔ ÙÔ
ÚÔ åÔ
Õ
Õ HÕ JÕ KÕ PÕ QÕ UÕ VÕ ]Õ ^Õ hÕ ÐÕ ÙÕ ÚÕ áÕ
âÕ éÕ êÕ ðÕ òÕ øÕ
Ö
Ö
Ö
Ö
Ù
Ö
Ö
Ö -Ö !Ö %Ö QÖ ïÖ ñÖ ‚× „× 6Ø
/Ù 4Ù 6Ù AÙ BÙ NÙ OÙ •Ù ‘Ù ÐÙ ÑÙ
Ú
bÛ cÛ iÛ tÛ zÛ {Û •Û ‚Û ŠÛ ŒÛ ‘Û ÿÜ
8Ø
Ú
Ý
’Ø
WÚ
Ý
“Ø
XÚ
Ý
*Ù
-Ú
+Ù
®Ú
\Û
Ý
Ý
Ý
Ý
%Ý
3Ý
>Ý
?Ý
EÝ
FÝ
LÝ
ëÞ
ðÞ
ñÞ
öÞ
÷Þ
þÞ
ß
ß
ß
ß
ß
ß
â
ß
ß
ß
ß ß
ß %ß &ß ,ß 0ß 1ß 6ß 7ß @ß Aß Fß Gß Rß Sß Yß Zß fß hß lß mß sß tß
|ß }ß ‚ß „ß •ß •ß ˜ß žß ¤ß ¥ß ªß ²ß ´ß µß ºß »ß ¿ß Àß
Çß Èß Žá ”á •á •á æá éá íá îá ùá ûá
â
â
â
â
â $â Câ Dâ Iâ Jâ Nâ Pâ Uâ Vâ Wâ Xâ 1ã 2ã ;ã <ã ?ã
@ã Dã Eã Jã Kã Nã Oã Wã Yã \ã ]ã `ã bã hã iã mã nã rã
sã yã zã ƒã …ã ‘ã ’ã –
㠘㠛㠕㠦㠨㠫㠬㠯㠱ã Cä eä fä ´ä ·ä ¹ä ¼ä ¿ä áä
âä çä èä ìä íä ôä õä
å
å 9æ ?æ @æ Eæ Gæ Kæ Læ Wæ !ç
)ç ,ç 5ç 4é 5é Aé Bé Ié Jé Pé Qé [é \é `é aé jé ké ré
sé zé ~é Œé Žé œé •é >ê Hê Iê Oê Pê Vê Wê \ê “ë œë •ë ¢
ë £ë ¥ë ¦ë ¬ë ¹ë Åë bì cì hì iì sì tì zì lí …í †í Œí ’í
œí ¡í &î Kî Mî úî ûî Kð Lð Ãñ Äñ -ò ®ò dó eó kó ló só
uó •ó •ó …ó †ó •ó ‘ó —
ó •ó ¤ó ¥ó ªó «ó ´ó µó »ó ¼ó Áó Âó Æó Çó Ñó Òó ×ó Øó áó
§ô ®ô ¯ô µô ¶ô »ô ¼ô Ãô Øõ Ùõ Ýõ Þõ èõ
ö
ö
ö
1ö
3ö
9ö
:ö
uý
vý
€
•
=
Q
R
ç* é* ’2 “2 Ÿ2
2 •= –
3[ 4[ •] «] µ] ¶] Þ] á] ë] ì] áe æe 7„ 8„ 8„ :„ :„ ;„
;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ O„ V„ W„ X„ b„ c„ h„ j„ x„ z„ ‡„
‰„ Ž„ •„ ™„ ¢„ ¨„ ª„ ²„ »„ ¿„ Á„ Ë„ ׄ Ú„
˜
Ã
+
Ï
î
Ä
,
$
W
Ý
$
V
a
b
Œ
•
Ã
Ä
P
Q
•
ž
ß
à
ð
B
_
D
`
à
1
N
l
O
t
c
}
d
•
÷
¤
-
î
ð
ð
¥
š
ò
§
0
Í
·
9
¸
p
Ý
ž
·
O
Q
˜
š
¿
É
Y
^
¨
¬
¹
º
‹
“
–
â
é
ý
á
å
U
C
E
d
e
Õ
g
h
€
Ð
é
@
Ÿ
W
Á
]
Í
{
q
†
u
ð
2
ÿ
7
2
8
4
=
[
Å
^
,
³
·
Ð
Ô
~
‚
›
-
Œ
•
¸
¹
æ
ç
ñ
ò
í
î
Î
Ð
ý
B
j
k
¦
§
à
á
A
B
…
†
Ó
Ô
- -- V- Y- ³- ¶º » ¤
¦
'" b" î" ð"
$ ›& ô& õ& '' (' }' ›' ¦' §' ·' ¸' Ô' ×' û' ý'
(
( ’(
”(
)
) ƒ) „) â) ã) V* X* l* m* v* w* ê* ë* 0+ 1+ ‚+ ƒ+
¨+ ª+ ²+ È+ ú+ û+ :, <, ±, ²,
- 0- •- ‚- ã- ä.
. =. D. h. j. È. Ê.
/
/ t/ v/ R0 U0 e0 f0 ~0 •0 Ü0
Ý0 >1 @1 n1 p1
2
2 `2 ’2 Ý2 Þ2 ø2 ù2 ô3
4 à4 ê4 ü4
5 õ5 ø5
6
6 ‚6 v7 z7 -8 ñ8 J9 `9 a9 m9 n9 Û9 ñ9
:
: "< ¤< ¥< å< è< ÿ<
= X= m> r> ¨> ×> Ø> é> ê> R? T? a
? b? Ê? Ì? ÿ?
@ F@ G@
A
A 5A 7A ‘A “A 7B 9B SC UC @D
BD •E ƒE •E ŽE ¶E ¹E ÅE ÆE mF oF +G
H &H 'H }H óH pI
sI ÜI ÞI nJ pJ ºJ ÅJ ÒJ ÷J KK ŽK CM EM †M ‡M ÄN #P 'P
OP €P gQ jQ vQ ÕQ ×Q ùQ ûQ ŠR ‹R ¿R ÁR —
S šS °S ±S UT
V
V uV ×V ÚV
W
W pW qW ÔW KX RX TX …X
†X ÇX ÈX
Y
Y MY HZ LZ 8] ¹] ³^ »_
a
g
n
Ia
c Kc Lc µc ¶c ñc òc žd
d pe žf
!g àg !h ®h ¯h ši ›i ìj &m *m µm
Šn 9p :p ôq õq /s 1s Ït Ót Ýt Þt
u
u ’u ”u Þu µv Æv
‰w “w žw ¾w ¿w ßw àw
x
x Qx Rx •x ‘x Ñx Óx áx âx Jy
_y iy ¬y æy èy ýy þy Ez Fz ]z ^z ðz
{ €{
|
•
•
‹
\| a| º|
} u} v} ³} ú} O~ P~ ¬~ Ö~ •
‡• ˆ• Ö• ו œ€ —
ô• ö• Ý‚ [„ ‹„ Œ„ Ç„ È„ L… Wˆ ¨ˆ ©ˆ H‰ J‰ f‰ g‰ ]‹ •‹ ñ‹ bŒ cŒ ˜Œ šŒ ½Œ ¾Œ p• r• -• µ• ¾• Ì• )Ž *Ž ˆŽ
‰Ž
•
• .• /• `• b• v• w• K’ Æ’
“
“
“
“ +“ “ 8“ :“ I“ J“ ‹“ •“ ˜“ ™“
”
”
”
” ¾” j• ­• ®• ç• Î– Ò– ö— ú—
[˜ j˜ ³™ ·™ &š (š ˜š ùš ûš ]›
› ©› é› ó› .œ @œ Aœ ¬œ
÷œ
• %• h• k• •• —
• ±• Ï•
ž 7ž „ž †ž ôž öž °Ÿ ÈŸ ÛŸ äŸ
U
V
ã
í
(¡ .¡ ·¡ á -¢ ²¢ í¢ ø¢
£
£ ,£ 6£ U£ ^£ Š£ •£ ¾£ ã Ú£ 3¤ I¤ ƒ¤ Ϥ פ 5¥ C¥
¦
t¦
§
¨
¨ ç¨ ê¨ `© a© ò©
ª ¾« Õ« Ù« T¬ V¬ !° D° K°
c° -² l² m² —
² ™² æ² è² •´ ƒ´ $¶ &¶ 1¶ 2¶ F¶ H¶ d¶ e¶ Ƕ ȶ A· B· ¸ /¸ θ и
¹
¹ …¹ †¹
º
º
º Aº §º ¨º
»
» ª» ù¼ ¼½
½½
¾
¾ ~¾ •¾ 8¿ D¿ H¿ ο Ò¿ 'Á ZÁ \Á pÁ qÁ “Á ”Á øÁ
ùÁ u v Á ÏÃ
Ä
Ä CÄ µÄ
Å “Å
Æ aÆ ˜Æ ™Æ ÑÆ ÒÆ 'Ç
øÇ EÈ FÈ
É
É ªÉ «É JÊ KÊ âÊ [Ë ›Ë ýË $Ì %Ì RÌ SÌ „Ì …
Ì µÌ $Í IÍ KÍ eÍ fÍ NÑ PÑ zÑ {Ñ ZÒ [Ò úÒ ûÒ êÓ ëÓ €Ô ‚Ô
ˆÔ ¸Ô
Õ
Õ ;Õ <Õ ÏÕ .Ö rÖ sÖ ’Ö “Ö áÖ âÖ n× o× (Ø )Ø
‘Ø “Ø ÀØ ÁØ MÙ OÙ •Ù ‘Ù
Ú
Ú ¬Ú ®Ú [Û \Û ¥Û ¦Û 3Ü 4Ü
0Ý SÝ WÝ
Þ
Þ nÞ rÞ Ìá Ùá Jâ Uâ .ã Xã b㠧㠱ã
ä
ä 5
ä 6ä dä fä ³ä å )å Gæ Kæ äç lè Åè Éè /é }é Žé
ê !ê
ë
ë -ë ®ë Oì
í
í &î Jî Mî wî xî †î ‡î ùî ûî Jð Lð Âñ Äñ ¬ò ®ò có uó
…ó 9ù ;ù Nú Qú Rú Tú
û ™û
ü
ü
$ý 9ý
æ
•
5
Uý
…ý †ý ˆý
ÿ
ƒ
„
â
ã
•ÿ
Žÿ
Û
L
)
ª
}
ˆ
#
[
\
^
k
€
•
‚
›
¢
¬
H
I
L
v
w
š
›
›
œ
Æ
Ç
E
G
l
m
^! ±! Ø! Û! ¼$ É$
% ›%
^, i, ‰, #- $- ª+. /. Š. ò. ó. ‘2 (3 43
‰5 é5 ê5 É6 Ô6 Ø6 d7 È7
¸=
A
A ×D ØD ·F ¸F ÒH
L
L •L ?M @M `M aM ÌM †O
xX yX
~
>
,
?
A
Ô
Y
Z
_
%
œ%
*&
ê&
{'
|'
b(
c(
1)
B2)
Cé+
V3 {3 |3 ¾3 À3 ü3 Æ4
5
5 ˆ5
9 *9 Ò9 }: ½; J< K< ›<
= ·=
cI oI æI øI
dQ êQ ýQ MR éR ·U ¹U ÄV TW UW
Y
c
o[
Åh
Ú„
s[ ™\ •\
] •] á] ®^ 8_ D_
a ªa «a ‰b ôb °i •m ¥m •n ¥n ùn
o
p !p Áq Åq Šr ’r Xs bs ëu
v Yx ux Vz qz þz
{
• G‚ 8„ 8„ :„ :„ ;„ ;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ V„ W„
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
÷2
-
ø2
@- A- pý pý æ* ç* Œ= Ž= à] à] á] á] áe äe 7„ 7„ 8„ 8„
:„ :„ ;„ ;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ R„ S„ V„ W„ X„ h„ j„ x„
z„ ‡„ ‰„ ™„ ›„ ¨„ ª„ ²„ ´„ ¿„ Á„ Ò„ Ú„
÷2
-
ø2
@- A- pý pý æ* ç* Œ= Ž= à] à] á] á] áe
:„ :„ ;„ ;„ =„ >„ @„ A„ C„ D„ V„ W„ Ú„
äe
7„
O ´{À
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ*N ¤2àõÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
@
£ ڹƋÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
œRk žg ½ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
‘u
7„
8„
8„
B>Êÿ ÿ ÿ
ƒUí ÈuØ™ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÂŽïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
oj &€ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
ª $‚âÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
vf
x{ nSäÂÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
xªbÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
|Ì Ñš@ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
î Á Ànr•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
C& ‚»ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
›<f ¶•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
$8l
ùz ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
»(s ŽjŽÞÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Œ;·
Ê=â/ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
çI`
æ¬ÌÊÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
!(Š
ÄËð}ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
êSí
>nê¥ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
g ~ \ÙB
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
§6â 8ÎTãÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
#9 \Køuÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ŠD+ Ò ¢´ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
[« x˜PÔÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ
‰u(t½Òpÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¿B $( Ž´ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
–
E/$ ŠÎ[ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Tu.&
ÿ
æ
¶( ¾<•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
í S)¦AÒÁÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Û6ã)Ô•&íÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
g}x*.Kä–
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
‘,€*:30 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
“{Q+x~ •ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ô;@- ..ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
CwS°\„Ñÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ê<n/ŠøJQÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
d) 0¸Ÿ-bÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
+/M0芈bÿ
™iÊ4 q¼Œÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
,l 6®(VZÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
CLP:h<~hÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
F ×:”‹ •ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
½GÊ<ÚØ4}ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
†{“=~ïxÍÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
NP<>L’p ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
é?ã>øÛ* ÿ
•Hã>†×ŠØÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¯ ò>
i<µÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
³làA°ì¨ßÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
·bsFœ“²®ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
4>RK芈bÿ
eWºKÈbè ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
\HùK¸À
iÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¼<YLú­˜öÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Š
ÇM
ÿ
ÿ
ÿ
ÿ
øÿ
ÿ
ÿ
yÀÌÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
bmµT4Äž©ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
744Wh<~hÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ
ò&¡]|°Æ_ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
—[Ý_ˆº
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
•~pcT,˜Ñÿ
l+hdð§.Šÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
g>ÂdHYàlÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Á:îd•ÎrVÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
{ eXîT•ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
‹u l䝞Úÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
;¥lš~
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
’eÏmè.$Ïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
E p¢ |•ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
gR2qD ¡ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
F¦qî;âŒÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
l*^s:È`”ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
¾C
x<™P ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
£ Çz*E¶Qÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
Ò3Ó{Z Òÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
ÿ ÿ ÿ
=<ÿ{tZž ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
%I }¦A cÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
kxU}ÄNX ÿ
ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
‚
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ
.
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
}ûo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„ë
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„}û Æ
ë
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„ë `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þOJ PJ QJ ^J
)
„˜þo(
.
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
„
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„Ð „˜þ Æ
„h „˜þ Æ
ˆH
.
.
„P „L
Ð ^„Ð `„
h ^„h `
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
^„ `„˜þ
.
‚
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
‚
„
€
„p
„
„Lÿ Æ
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
ÿ Æ
˜þo(
P
Æ
˜þo(
‚
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
ÿ
h
ÿ
Æ
h
Æ
h
Æ
h
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
Æ
ÿ
ÿ
„p
„Lÿ Æ
p
@
.
€
„
^„à `„Lÿ
€
„Ð
ÿ
h
Æ
„˜þ Æ
.
Ð
„P „L
^„Ð `„
ÿ
h
Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
h
Æ
à
.
ÿ
h
„Ð
.
ÿ
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þCJ OJ PJ QJ ^J
)
„® `„Šý5 B* OJ PJ QJ ^J ph
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„Ð
.
ˆH
‚
.
€
^„à `„Lÿ
€
.
„P „L
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„
„® „Šý Æ
® ^
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
^„ `„˜þ
.
‚
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
„
€
„p
„
„Lÿ Æ
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ
^„° `„˜þ
.
€
„€ „˜þ Æ
€
‚
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
h
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þOJ QJ o(
vð
„˜þ Æ
^„ `„˜þOJ PJ QJ ^J o(
‚
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ
.
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
.
°
.
„P
„L
„
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ
^„° `„˜þ
.
€
‚
8
„
„˜þ Æ
ˆH
·ð
•
8
o( ‡h
ˆH
o
•
8
QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þB* OJ QJ o( ph
ÿ‡h
Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
.
°
.
•
8
„
„P
^„
„
8
„L
`„
„˜þ
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
‚
`„Lÿ
.
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
8
„à
8
•
o
ˆH
€
8
•
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
8
§ð
„p
„Lÿ Æ
p
„
^„p
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„Ð
„p
„Lÿ Æ
„
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
à
.
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þo(
.
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
’
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
•
8
„@
@
.
•
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
8
„p
8
„Lÿ Æ
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
8
„
„˜þ Æ
p ^„p `„Lÿ
°
.
„
à
.
^„à `„Lÿ
€
„
.
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
•
.
„P
^„
.
„L
`„
8
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
•
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
’
8
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
8
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„p
„Lÿ Æ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
’
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
à
.
^„à `„Lÿ
.
•
8
8
„P „L
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„
^„ `„˜þ
.
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
‰þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„ß
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„‰þ Æ
ß
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„ß `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„²
„Lÿ Æ
°
.
²
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„â „˜þ Æ
^„² `„Lÿ
„‚
„˜þ Æ
^„‚
`„˜þ
‚
.
€
„R
à
.
„
â
.
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
^„â `„˜þ
€
.
„P
^„
.
„L
`„
„˜þ Æ
R
^„R
`„˜þ
€
ÿ Æ
.
’
‚
„ „˜þ Æ
^„’ `„Lÿ
Â
.
„ò „˜þ Æ
^„ `„˜þ
ò
.
„" „Lÿ Æ
^„ò `„˜þ
‚
"
.
^„" `„Lÿ
€
.
„’
„
„L
„\þ Æ
^„
`„\þo(
‚
.
€
„p
„Lÿ Æ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„
.
`„˜þ
€
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
ÿ Æ
˜þo(
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
€
„p
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
„Lÿ Æ
p
°
.
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
€
^„à `„Lÿ
€
„h „˜þ Æ
h
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
^„ `„˜þ
.
‚
.
€
@
.
à
.
„
.
„P „L
^„h `„
.
„@
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
o(
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ÿ Æ
˜þo(
^J
P
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„Ð
„
„p
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
p
„
^„p `„Lÿ
^„à `„Lÿ
€
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þOJ
.
€
„P „L
^„Ð `„
PJ QJ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
„˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
^„ `„˜þo(
.
`„˜þo(
.
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ÿ Æ
„Ð
(
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
)
„
„$
„˜þ Æ
$
„L
„˜þ Æ
^„$
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
à
°
€
P
.
^„à
^„°
^„€
^„P
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
„
„\þ Æ
^„
`„\þo(
‚
.
€
„p
„Lÿ Æ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„
.
`„˜þ
€
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
zþo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„î
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„zþ Æ
î
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„î `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
P
„
„p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ‡h
„
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
.
€
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
@
ˆH
.
€
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
„Ð
ˆH
ˆH
.
.
‚
€
„˜þ Æ
.
Ð
„P „L
^„Ð `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
h „˜þ Æ
h ^„h `„˜þo(
.
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
„
„
„\þ Æ
^„
`„\þo(
‚
.
€
„p
„Lÿ Æ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„
.
`„˜þ
€
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
’
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
•
8
„@
@
.
•
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
8
„p
8
„Lÿ Æ
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
8
„
„˜þ Æ
p ^„p `„Lÿ
°
.
„
à
.
^„à `„Lÿ
€
„
.
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
•
.
„P
^„
.
„L
`„
8
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
•
ÿ Æ
.
P
’
8
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
€
.
8
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
’
à
.
^„à `„Lÿ
•
8
„
.
8
„P
„L
„\þ Æ
^„
`„\þo(
.
QJ ^J o(
·ð
`„˜þOJ PJ
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
QJ
^J
o(
-
„¾ „zþ Æ
¾ ^„¾ `„zþOJ
„$
„˜þ Æ
$ ^„$
„@
€
„
PJ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
o(
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
ÿ Æ
˜þo(
^J
P
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„Ð
„
„p
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
p
„
^„p `„Lÿ
^„à `„Lÿ
€
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þOJ
.
€
„P „L
^„Ð `„
PJ QJ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þB* OJ QJ o( ph
ÿ‡h
Æ
è ^„è `„˜þOJ QJ ^J
„¸
„˜þ Æ
¸
^„¸
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
°
.
ˆH
o( ‡h
·ð
ˆH
§ð
•
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
8
o
à
.
„
8
•
8
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
8
„ˆ
.
„P „L
^„ `„
„è „˜þ
„˜þ Æ
ˆ
^„ˆ
`„˜þOJ QJ
^„X `„˜þOJ
Æ
( ^„(
„˜þ Æ
ø
„È „˜þ Æ
„˜
h
o( ‡h
ˆH
·ð
•
8
„X „˜þ Æ
X
QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
8
„( „˜þ
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
8
„ø
^„ø `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
•
8
È ^„È `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
8
„˜þ Æ
˜ ^„˜ `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
„h „˜þ Æ
h ^„h `„˜þOJ PJ QJ ^J
)
„
„Mþ Æ
^„ `„Mþo(
.
€
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
.
‚
„p „Lÿ Æ
p
^„p `„Lÿ
.
€
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þOJ PJ QJ ^J
.
„˜þo(
.
’
h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
•
„
°
.
ˆH
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
h
.
h
à
.
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„
•
„˜þ Æ
„˜þ Æ
h
.
Ð
„P „L
^„Ð `„
^„ `
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
’
h
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ‡h
ˆH
„° „˜þ Æ
° ^„° `„˜þ‡h
ˆH
„€ „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ‡h
ˆH
„P „Lÿ Æ
P ^„P `„Lÿ‡h
ˆH
„˜þ Æ
^„ `„˜þo(
.
•
^„ `„˜þ
.
’
8
•
8
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
•
8
.
.
.
.
•
•
’
8
„p „Lÿ Æ
„
h
h
h
8
„
„˜þ Æ
p ^„p `„Lÿ
„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
•
.
ÿ Æ
˜þo(
P
’
8
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
.
8
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
€
„p
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
„Lÿ Æ
p
°
.
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
’
^„à `„Lÿ
.
•
8
8
„P „L
„h „˜þ Æ
h ^„h `„
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
.
^„ `„˜þ
.
‚
.
€
„@
@
.
€
„
à
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
ÿ Æ
˜þo(
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
‚
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„Ð
„p
„Lÿ Æ
„
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
à
.
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þo(
.
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
.
P
„
„p
„@
„˜þ^„@
`„˜þ‡h
„
‚
„€ „˜þ Æ
€
^„P `„Lÿ
.
.
€
„˜þ^„ `„˜þ‡h
„Lÿ^„p `„Lÿ‡h
ˆH
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„Ð
ˆH
ˆH
€
.
.
‚
€
^„à `„Lÿ
€
.
„P „L
„˜þ^„Ð `„˜þo( sH
„˜þ^„
`„˜þ‡h
ˆH
.
„à „Lÿ^„à `„Lÿ‡h
„° „˜þ^„° `„˜þ‡h
„€ „˜þ^„€ `„˜þ‡h
„P „Lÿ^„P `„Lÿ‡h
) ^„) `„?ýo(
.
˜þ
.
‚
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
‚
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
„)
€
„p
„Lÿ Æ
„
p
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
.
„?ý Æ
^„ `„
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
P ^„P `„Lÿ
.
OJ PJ QJ ^J
.
„
„˜þ Æ
^„ `„˜þ‡h
„p „Lÿ Æ
p ^„p `„Lÿ‡h
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ‡h
ˆH
.
€
„
ÿ Æ
˜þ6
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
„Ð
€
ˆH
ˆH
.
.
‚
€
^„à `„Lÿ
€
„˜þ Æ
.
Ð
„P „L
^„Ð `„
„˜þ Æ
^„
`„˜þ‡h
„à
„°
„€
„P
ˆH
„Lÿ Æ
„˜þ Æ
„˜þ Æ
„Lÿ Æ
à
°
€
P
.
^„à
^„°
^„€
^„P
‚
`„Lÿ‡h
`„˜þ‡h
`„˜þ‡h
`„Lÿ‡h
ˆH
ˆH
ˆH
ˆH
.
.
.
.
€
€
‚
„
„\þ Æ
^„
`„\þo(
.
QJ ^J o(
·ð
„$
„˜þ Æ
$ ^„$
`„˜þOJ QJ o(
vð
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„¾
„zþ Æ
¾
h
€
„@
„
^„¾ `„zþOJ
PJ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
.
‚
„à „Lÿ Æ
à ^„à `„Lÿ
^„° `„˜þ
.
€
‚
8
„
„˜þ Æ
ˆH
·ð
•
8
o( ‡h
ˆH
o
•
8
QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„€ „˜þ Æ
€
ÿ Æ
P ^„P `„Lÿ
.
˜þB* OJ QJ o( ph
ÿ‡h
Æ
^„ `„˜þOJ QJ ^J
„p „˜þ Æ
p ^„p `„˜þOJ
„@
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
.
°
.
•
8
„
„P
^„
„
8
„L
`„
„˜þ
„˜þ Æ
^„
`„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
o
•
à ^„à `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
§ð
•
Æ
° ^„° `„˜þOJ QJ o( ‡h
ˆH
·ð
„˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h
ˆH
„P „˜þ Æ
P ^„P `„˜þOJ QJ o( ‡h
‡ „Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„˜þo(
-
8
„à
8
•
o
ˆH
8
•
„˜þ Æ
„° „˜þ
„€
8
§ð
„
„\þ Æ
^„
`„\þo(
.
QJ ^J o(
`„˜þo(
.
„˜þ Æ
@
^„@
`„˜þ
.
€
„
€
„
„˜þ Æ
^„
„$
„˜þ^„$
„@
`„˜þOJ
PJ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
’
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
•
8
„@
@
.
•
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
8
„p
8
„Lÿ Æ
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
8
„
„˜þ Æ
p ^„p `„Lÿ
°
.
„
à
.
^„à `„Lÿ
€
„
.
„˜þ Æ
^„ `„˜þ
•
.
„P
^„
.
„L
`„
8
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
•
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
’
8
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
8
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
„p
„Lÿ Æ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
’
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
à
.
^„à `„Lÿ
.
•
8
8
„P „L
„Ð „˜þ Æ
Ð ^„Ð `„
^„ `„˜þ
.
.
€
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
kþo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„ý
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„kþ Æ
ý
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„ý `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
^J
.
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
o(
-
P
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„Ð
„
„p
„Lÿ Æ
@
.
€
„˜þ Æ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
^„p `„Lÿ
^„à `„Lÿ
€
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þOJ
.
€
„P „L
^„Ð `„
PJ QJ
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„
„L
„\þ Æ
^„
`„\þo(
‚
.
€
„p
„Lÿ Æ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„
.
`„˜þ
€
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
„
„L
„\þ Æ
^„
`„\þo(
‚
.
€
„p
„Lÿ Æ
p
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
@
.
€
„
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
^„
.
`„˜þ
€
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
Æýo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„¢
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„Æý Æ
¢
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„¢ `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
˜þo(
‚
.
P
‚
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
.
€
€
.
„° „˜þ Æ
^„€ `„˜þ
°
.
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
„p
„Lÿ Æ
„
„˜þ Æ
^„p `„Lÿ
p
@
.
€
^„à `„Lÿ
€
„Ð
„@
„˜þ Æ
^„@
`„˜þ
à
.
„
.
„˜þ Æ
Ð
^„ `„˜þ
€
.
„P „L
^„Ð `„
.
„˜þ Æ
^„
`„˜þ
€
ÿ Æ
ª
.
P
‚
„° „˜þ Æ
€ ^„€ `„˜þ
. O
›<-
„€ „˜þ Æ
^„P `„Lÿ
eWºK
[«
•~pc
£
à
.
^„à `„Lÿ
€
.
„P
4>RK
Tu.&
@
‘,€*
Š
„à „Lÿ Æ
^„° `„˜þ
‚
+/M0
F¦q
†{“=
l
°
.
–E/$
‹u
„L
ÇM
½GÊ<
¶(
æ
ŠD+
oj
¾C
x
#9
™iÊ4
CLP:
l+hd
î Á
CwS744W
Ê<n/
x{
“{Q+
´{À
§6â
g}x*
ò&¡]
%I }
$8l
E p
l*^s
|Ì
•Hã>
gR2q
»(s
ÿ*N
{
e
\HùK
F ×:
kxU}
’eÏm
Ò3Ó{
g ~
¯ ò>
‰u(Û6ã)
êSí
Á:îd
¿B $
í S)
ƒUí
£ Çz
!(Š
Œ;·
;¥l
d) 0
Ô;@=<ÿ{
,l 6
g>Âd
·bsF
çI`
‘u
œRk
³làA
é?ã>
—
NP<>
C&
bmµT
¼<YL
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿO
vf
[Ý_
ÿÿO
Të.è
¸_šª(Ťs
JgÞD°h úÊo €Ä Ð
glx
Lqdœ¢Ö²Õº+8@®†
xDÂO€ j†
@y€U
Ì
v
bk
ÿÿÿÿ
xϦj
œò”a
†ÈÄò
¶\L•
걶-˜º îšË®!
!
!
!
Ú Ê¼
RvŽ) !
!
!
!
:9Ük
!
!
!
!
ÿÿÿÿ
!
!
¾žŒÆ
päÐSîA,Áþç
á
þ‚Ê
Ì
v
¸‰>”
¨!ŠúžÐRÉ
ÿÿÿÿ
2• ×
X2>ð
ÂaBÉ
–j‚
päÐSîA,Á
Ì
v
Š ê}@y€UÐÉn7
ÿÿÿÿ
÷ÌÆ
0®Lê:`ž
ºB¹
` °i
/
iE
•w
P }g ú
NQ •|
: 'e; # N ë)O é T
å
êO* 5b, ƒy1 Xt3 (W4 DE5
zY †ye ;
.
t5
>
ø
j p•m ð&} uV• ø$˜ ]tž '#¢ ,X£ ßM° w5² &Q¸ 0<Ã ðSÔ & × F× ‡KÙ ê[æ ¯{è Mmë
È*ï ©
ð í•ð •X÷ ®1þ
8„ :„
ÿ@ € 7„ 7„
hÓ
7„
7„
Ù„
@ ÿÿ
U n k n o w n ÿÿ
ÿÿ
ÿ
ÿ
ÿÿ
ÿÿ
ÿÿ
G-•
‡*
€
ÿ
T i m e s
N e w
R o m a n
5-•
€
S y m b o l
3.•
‡*
€
ÿ
A r i a l
;
•
‡* a
€
N e w
S t y l
M a t h
ˆ
À
€
ÿ
K-,
e
A-•
"
1
ðÐ
h
! ð
€
W i n g d i n g s
5.•
ÿ
T a h o m a
?=•
‡*
C o u r i e r
‡
Ÿ
B o o k m a n
O l d
ï
ë B
Ÿ
C a m b r i a
œÃs&ƒ¥ãÆi ÜfK ‘
ñ9
GJ
0 Æ
¥ ¥ ´ ´ •• 4
À
d
ñ9
rƒ
GJ
0 Æ
rƒ
2ƒq ð
Üÿý
HP
ðÿ
? ä
ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿÿ•ÿÿ
ÿÿÿÿ†ye
2
H
!
x
x
ÿÿ
% P E R K E M B A N G A N
K O N S E P
K E W A R G A N E N A G A R A A N
C H E P Y
p a d i d i n
H
O
-
!
"
#
$
%
&
'
(
)
*
+
,
-
.
/
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
:
;
<
=
>
?
@
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
þÿ
'³Ù0
¤
˜
(
T
`
Ð
4
Ü
ì
à…ŸòùOh «‘
ø
+
l
x
„
Œ
KEWARGANENAGARAAN
Normal -
”
œ
-
ä
-
-
(
CHEPY
PERKEMBANGAN KONSEP
-
-
pa-didin
Word
@
¦&È[
GJ
@
75 >l#˜sÊ @
Microsoft Office
XG TòÂ @
‚ô(¼ÈÊ
0
ñ9
þÿ
ÕÍÕœ.
“—
+,ù®D
ÕÍÕœ.
“—
+,ù®\
h
¨
È
p
°
ˆ
¸
•
À
˜
ú
ä
-
PEND. SEJARAH
À
Æ
rƒ
-
&
PERKEMBANGAN KONSEP KEWARGANENAGARAAN
-
Title
8
@
_PID_HLINKS
ä
A
À
- _
/
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m
o s _ 6 M a r 0 5 . p d f
- _
/
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m
o s _ 6 M a r 0 5 . p d f
- _
/
h t t p : / / w w w . d e m o s . o r . i d / T E M P O / 4 D e m
o s _ 6 M a r 0 5 . p d f
!
.
@
R
"
/
A
S
e
d
w
‰
˜
ª
¼
T
f
x
Š
™
«
½
Ï
Î
á
ó
#
0
B
U
g
y
‹
š
¬
¾
Ð
â
ô
$
1
C
V
h
z
Œ
›
¿
Ñ
ã
õ
%
2
D
E
W
i
{
•
œ
®
À
Ò
ä
ö
&
3
F
X
j
|
Ž
*
7
I
[
m
•
‘
±
Ã
\
n
’
²
Ä
³
Å
×
é
û
ü
]
o
Æ
Ø
ê
,
9
K
•
“
¢
´
¡
Ö
è
ú
+
8
J
€
Ÿ
Õ
ç
ù
H
Z
•
°
Â
)
6
l
~
ž
Ô
æ
ø
G
Y
•
¯
Á
(
5
k
}
•
Ó
å
÷
'
4
^
p
‚
”
£
µ
Ç
Ù
ë
ý
:
L
_
q
ƒ
•
¤
¶
È
Ú
ì
þ
;
M
`
r
„
–
¥
·
É
Û
í
ÿ
<
N
s
…
>
P
b
t
†
?
Q
c
u
‡
v
ˆ
—
¦
¸
Ê
Ü
î
=
O
a
§
¹
Ë
Ý
ï
¨
º
Ì
Þ
ð
©
»
Í
ß
ñ
à
ò
þÿÿÿ$
%
&
'
(
)
*
+
þÿÿÿ0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
:
;
<
=
>
?
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
[
\
]
^
_
`
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
{
|
}
~
•
€
•
‚
ƒ
„
…
†
‡
ˆ
‰
Š
‹
Œ
•
Ž
•
•
‘
’
“
”
•
–
—
˜
™
š
›
œ
•
ž
Ÿ
¡
¢
£
¤
¥
¦
§
¨
©
ª
«
¬
®
¯
°
±
²
³
´
µ
¶
·
¸
¹
º
»
¼
½
¾
¿
À
Á
Â
Ã
Ä
Å
Æ
Ç
È
É
Ê
Ë
Ì
Í
Î
Ï
Ð
Ñ
Ò
Ó
Ô
Õ
Ö
×
Ø
Ù
Ú
Û
Ü
Ý
Þ
ß
à
á
â
ã
ä
å
æ
ç
è
é
ê
ë
ì
í
î
ï
ð
ñ
ò
þÿÿÿô
õ
ö
÷
ø
ù
ú
þÿÿÿü
ý
þ
ÿ
þÿÿÿýÿÿ
ÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿ
þÿÿÿþÿÿÿþÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿR o o t
E n t r y
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
À
F
@ nI¼ÈÊ
€
D a t a
!
.
@
"
/
A
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
e
#
_
1 T a b l
ÿÿÿÿ
o c u m e n t
a t i o n
ó
t i o n
8
C o m p O b j
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
,
½Œ
W o r d D
ÿÿÿÿ
2D
S u m m a r y I n f o r m
(
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
D o c u m e n t S u m m a r y I n f o r m a
ÿÿÿÿÿÿÿÿ
û
y
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
þÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ
ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿ
ÿÿÿÿ
À
F'
Microsoft Office Word 97-2003 Document
MSWordDoc
Word.Document.8 ô9²q
Download