O ,,,.:,:*.g3af:sF*f] -***:l --rtrfrtrrflff Published by: Study Program 0f Guidance and Counseling Ed ucatio nal Psycholog! and Gu idance Departement Faculty of Education, Yogtakarta State University pRocEEDrNc oF THE 1sr INTERNATIoNAL SEMTNAR oN GUIDANCE AND COUNSELING Managing and Developing School Guidance and Gounseling Services through Continuing Teacher Counselors Professional Development CENDEKIA 2012 all right reserved @ REVIVA Penulls Sunaryo Kartadinata, dll Edltor Fathur Rahman BudiAstuti Eva lmania Eliasa Lay Out Endro Prajoko Susanto Mutakhidul Fahmi Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan ISBN: 97 8-502-17361 -04 Cetakan 1, Januari 2013 Educatlonal Psychology and Guidance Department Faculty of Educational Sciences Yogyakarta State University Kampus FIP UNY Jl. Colombo No. 1, Yogyakarta 55281 Phone: 027 4-542183. E mail : j urusanppbuny @ yahoo.com DAFTAR ISI Halaman S'sunan Redaksi Pensantar Redaksi Daftar lsi I ii iii NATIED SPEAKERS i . l. 3. -1. 5. -.\.. :. :. -'" -:. \lanaging and Develo ping School Guidan ce and Counseling Services Through Continuing Teacher Counselor Professional Development Sunaryo Kartadinata A Guidance and Counseling Model Practised Within Malaysian Schools Abdul Malek Abdul Rahman Malaysian Model of the Developmen t of Counseling P rofesion and Counselor Certification: A Legal Perspective Nordin Kardi The Ohio State University's School Counseling Progr am: Field Experiences that Effect Change in the Columbus Public School District James L. Moore III. Nikol Bowen. & Sibvl Cato Delphi Study \ikol Bowen ., Sub Topik "Best Practicei'in GuidaiiCe and Counseling" Keefektifan Teknik Observasi dan Mengubah Dial . I7 25 29 ' Diri og Internal untuk \feningkatkan Kemampuan Remaja Mengelola Marah Esa Nur Wahyuni Iilustrated Story Books as a Instrum ent for Developing T eacher's Skills in Counseling with Kindergarten Children with Self-Adjustment Diffi culties futa Eka \zzaty The Function of Traditional Games Siki Doka in Guidance and Counseling: A Cross-Cultural Study \ferly Aclin Nuasizta Klaas & Beatriks N. Bunga Pelatihan Membangun Kecerdasan Holistik (P MKH) Merupakan Upaya Konselor Memfasilitasi Peserta Didik B erkarakter Evia Darmawani 35 43 49 55 63 5. Beatriks N. Bunga & Merly Aclin Nuasizta Klaas Best Practices Of Guidance And Counseling In Play Group Sukiman Counseling Potential with Facebook Eko Susanto Program Services Comprehensive Guidance and Counselling in Schools : Taq'Fauzi E-Counseling Skills via Email : : :. : -:. Farida Harahap Disruptive Behavior: Apa dan Bagaimana Upaya Menguranginya Is:i Yuni Purwanti The Process Framework and Solutions of Conflict toward Senior Hieh Schools in Surabaya Based on Psychological Dynamics \ursalim & Budi Purwoko Building Emphatic Interpersonal Communication Competence in Counseling 73 79 89 93 99 107 I r-' 13. 14. 15 Service SugiYatno peranan Konselor dalam Peningkatan Profesi Bimbingan dan Konseling Renatha Emawati Bullying The Role of school counselor for Preventing and coping Erhamwilda Psikologis Remaja di Konseling Krisis sebagai upaya Penanganan Masalah YogYakarta Rosita Endang Kusmaryant 12r t27 135 B. Sub ropik,:Rei961-9tr'andDevelopmem.,l,pproachin'Guioance.an'd.dtrtiisetinEl'.t-. Sosial Siswa I4I 17. Tunagrahita (Siudi Teoritis, Praktis, dan Hipotetis) Idris Ahmad Pengembangan Model Pelatihan Berbasis Kinerja untuk Meningkatkan Bimbingan Dan Koripetensi-Guru Bimbingan dan Konseling (Studi Pada Program Konseling Di SDLB, Se-Kota Bandung) 149 16. Model Bimbingan Behavioral untuk Mengembangkan Keterampilan Lela Helawati Pridi 1g. The Model of Developmental Guidance and Counseling to Improve The Adolescent' s Emotion Control Budi Astuti An Islam Concepts-Based Psychological Skill Training Model onHum an Religious Life Consciousness Developing Area Creation Goals Students School High Development of Bandung PGII Senior Yusi RiksaYustiana 2A. Model BKMD untuk Meningkatkan Kompetensi Diri dalam Belajar M. Jumarin The Development of Simulation Game-Based Counseling Model for The Enhancement of Vocational Secondary School Students' Emotional Intelligence M. Ramli 22 Studi Eksploratif Berbagai Problem Psikologis Dan Strategi Coping Remaja Di Daerah Istimewa YogYakarta Kartika Nur FathiYah g. in r63 of ZL C.SubTopik.lCareerCounseling'l-,l..,.1.'l.''...,.,.1...1,]'.:.'........i1i:i-..i'.*.l;i,i!lilli]i:l* 23. Applying Group Work in Career Counseling and Development Program for 24. r57 Elementary School Children Yulia Ayrrza The Conelation between Self-Knowledge Aspect and Career-Knowledge Aspect g'irh the Patterns Intensity of Career Choice on Senior High School Students Hartono t67 175 185 193 201 25. Konseling 207 26. 215 Karir dengan Pendekatan Social Cognitive untuk Pemberdayaan Perempuan Korban KDRT Siti Rohmah NurhaYati Trait and Factor Career Counseling Model for Student Career Matu riry Improvement Sudjani 27. The Psychodinamic Career Counseling Model Students Career Planning Amin Budiamin iv to Improve Capabilities of 223 ISGC 2012 Karir dengan Pendekatan Social Cognitiye untuk Pemberdayaan Perempuan Korban KDRT Siti Rohmah Nurhayati Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNY Ihestic violencehas been proved an adverseimpacton womanas victims. Most ofthe a number of reasons to survive indomesticviolent relationships. One of the reasonsis the economic resourcesowned hy the women. Career counseling can be the one of ways for woman vietims sf domcstis violencein order tohave an alternative in important decisionsrelated tophysieal and psychological well being. One approach urnselingon woman abusedisa soeial eognitive career theory (SCCT) that is suitable to do inalized groups. SCCT providesa frame work for under standingthe barriers thatheld e bused victims in career planning as well as the gap be tweenself'efficacy and outcome lions to career goalsand actions. Empowerment effort through the SCCT is done through 5 recollaborationn contextn competence, criticalconsciousness, and community. Published by Guidance And Counseling Department, Yogyakarta State University : konseling karir, pendekatan sosial kognitif perempuan korban KDRT mIb uluan Kekerasan dalam rumah tangga(I{DRT) merupakan masalah sosi.a-l yang memiliki dampak utamanya pada perempuan dan anak-anak.Usaha untuk memahami fenomena KDRTserta yang ditimbulkannya terus dilakukan oleh akademisi maupun praktisi.Demikian juga usaha menghentikan KDRTterus diupayakan oleh beberapa pihak, baik secara sosial, budaya, hukum. Namun demikian, kasus kekerasan dalam rumah tengga terus berlangsung bahkan kecenderungan peningkatan angka kekerasan yang dilaporkan. Data Komisi Nasional puan tahun 2009 menunjukkan ada 143,536 kasus KDRT di Indonesia yang dilaporkan, dibandingkan dengan tahun 2008 yang berjumlah 54.425 kasus (Laporan Tahunan Perempuan,2010). Dalam rangka memahami fenomena tersebut, berbagai penelitian sudah dilakukan pada puan korban KDRT. Beberapa peneliti mencoba mengaitkannya dengan berbagai faktor i resiliensi (Zosky, 20Il), strategi coping (I.{urhayati& Sugiyanto, 2005; Sabina & Tindale, kesehatan mental (Kocot & Goodman, 2003; Mechanic, dkk, 2008), implikasi spiritual , 2010), pemahaman terhadap pelaku kekerasan (Zink,2006), dukungan sosial (Melissa, dkk, Nurhayati, dkk, 2008), serta gangguan stress pasca trauma (Jones, dkk,200l). Beberapa ahli yang lain mencoba untuk memfokuskan pada bagaimana para korban KDRT hubungan yang penuh kekerasan (Anderson Sanders, 2003; Hellman, 2010). -ngakhiri Ierupakan suatu hal yang sulit bagi sebagian besar perempuan korban KDRT untuk mengakhiri hbungan.Mereka memilih untuk bertahan dan hidup selama bertahun-tahun bersama suaml yang remperlakukannya dengan penuh kekerasan (Perilla, 1999; Moe, 2007).Salah satu faktor yang rcmenganrhi keputusan tersebut adalah kurangnya sumber ekonomi yang dimiliki para perempwm lorban KDRT (Sullivan, dkk, 1992), Oleh karena itu kemandirian ekor,omi menjadi salah saru pediktor yang berperan cukup penting pada perempuan korban KDRT untuk memutuskan bercerai &ri suami (Anderson & Sauders,2003). & Ionseling Karir dengan Pendekatan Social Cognitive untuk Penberdayaan Perempuan Korban KDRT t0- peocnien (drlm Brom' 'at, Z0[U) rrrtrryrrLt-q b'Lrr Fcqum ]ag bekerja dm berpendidikan rEndah lffidng remiliki inisiatif unnrk bercerei dlbmdinglran yag bekerja dan berpedidikan tinggi. Para perempuan korban kekerasm yag tidak H*j4 p€rcaya batrwa mereka dapat mensupport diri sendiri dan juga anak-anak dengan cara sendiri. Faktor menganggur merupakan alasan mengapa banyak perempuan korban KDRT kepada suaminya, meskipun harus mengalami kekerasan. Jelas sekali bahwa perempun mendapati dirinya kurang memiliki keterampilan atau kurang memiliki akses pada pekerjaan melihat alternatif bertahan di dalam pernikahan lebih menguntungkan dibandingkan kelur ne*rae hubungan pernikahan tersebut. Berdasarkan pada kenyataan di ataso konseling karir bisa menjadi salatr saru dapat diberikan pada perempuan korban KDRT. Melalui upaya tersebut akan tersedia lebft pilihan pada para perempuan korban KDRT untuk membuat keputusan penting berkaitan kesejahteraan pribadinya, baik secara fisik maupun psikologis.Pembentukan karir melalui terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan subjektif individu (Hartung & Taber, 2008I satu kerangka kerja untuk melakukan konseling karir terhadap perempuan korban KDRT social cognitive career theory (SCCT) yang diajukan oleh Lent, dkk pada tahun 1994 (Chronis McWhirter, 2003). Social Cognitive Career Theory Menurut Chronister & McWhirter (2003) yang juga telah dibuktikan dalam peneliffi Brown, dl<k Q009), SCCT memberikan kerangka kerja yang cukup bermanfaat untuk memahami dampak dari KDRT terhadap pengalaman-pengalaman serta perilaku yang berkaitan dengan karir para perempuan korban KDRT. Lent (2000) menjelaskan bahwa SCCT merupakan aplikasi khusus teori kognisi sosial dari Bandura untuk proses pembentukan minat karir serta pendidikan, identifikasi pilihan karir dan pendidikan, serta persistensi dan kinerja dalam mencapai cita-cia karir. SCCT mengintegrasikan peran lingkungan pada perkembangan dan pencapaian minat pekerjaan. Selain itu SCCT juga bermanfaat dalam memahami dan merespon perkembangan kanr kelompok-kelompok tertindas seperti gay, lesbian, serta perempuan yang dipenjara.SCCT menekankan peran interaktif dari variabel-variabel lingkungan, pribadi serta perilaku pada pembentukan minat terhadap pendidikan atau karir serta menerjemahkan minat tersebut ke dalam tujuan, tindakan, serta pencapaian.Asumsi dari model ini adalah bahwa individu merupakan agen yang aktif dari lingkungannya. Lent, dkk (Chronister &McWhirter, 2003) menegaskan adanya tiga variabel pribadi yang sangat penting dalam mengatur perilaku yang berkaitan dengan karir, yaitu efikasi diri (keyakinan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu), harapan terhadap hasil (keyakinan seseorang mengenai konsekwensi dari melakukan tindakan tertentu), serta tujuan pribadi (intensi untuk bertindak sebagai cara untuk mencapai tujuan). Selain itu terdapat tiga faktor yang dipercaya berpengaruh secara tidak langsung terhadap pembentukan minat serta penerjemahan minat ke dalam tujuan, yaitu: 1) pengaruh kontekstual dari latar belakang dan lingkungan terdekat, meliputi pemaparan model peran dan kesempatan tugas yang berbeda-beda, dukungan dan hambatan untuk melakukan aktifitas tertentu, serta proses sosialisasi peran gender dan budaya; 2) input pribadi seperti status sosial ekonomi, gender, etnis, serta kemampuan-kemampuan bawaan; dan 3) pengalaman belajar. Ketiga faktor tersebut memengaruhi pembentukan minat melalui pengaruh langsung pada efikasi diri, harapan terhadap hasil, serta tujuan pribadi. Efikasi diri, Menurut Bandura (dalam Brownn dkk, 2000), efikasi diri memengaruhi kemungkinan individu untuk berusaha bertindak dan bertahan pada usahanya pada saat menghadapi kesulitan.Efikasi diri berkembang melalui prestasi, pengalaman-pengalaman, persuasi verbal, keadaan psikologis, dan prestasi kinerja merupakan faktor yang paling berpengaruh.Konteks ekologis di mana individu berada dapat juga memengaruhi tipe dan keberadaan dari faktor-faktor tersebut. Pada perempuan yang hidup dalam situasi KDRT, pengalaman-pengalaman belajar yang dapat meningkatkan efrkasi diri mungkin terbatas. Para suami pelaku kekerasan sering mengisolasi isterinya di dalam rumah serta membatasi pergaulan isteri dengan lingkungan serta temantemannya.Oleh karena itu kesempatan untuk berusaha dan berhasil dalam pendidikan maupun karir menjadi rendah.Selain itu isolasi dan keterbatasan keuangan juga mengurangi kemungkinan para 208 a r& hcs I JIT nX IT ll rsnsrg\ kesulit hanya profes hasil y berkor i<tentif (Irnt, Pereml men_ge tersebr Dukur pemah berpis: diguna tertradt akrual KDRT untuk r selama suami perhati uang. menintr suami berkait mungk berdan karir, c tentan€ mencat p€rencl Konseling l L r ll IT u E' IT lF IE Prn inm hrban untuk bertemu dengan model-model peran atau teman sebaya yang memiliki keberhasilan &lam karir atau pekerjaannya. Caci makio kritikan atau pesan-pesan yang merendahkan serta dari suami sebagaimana sering diterima oleh para perempuan korban KDRT -nyalahkan rcupakan sumber yang memiliki kekuatan besar untuk membuat perempuan merasa tidak mampu banyak hal. Pada sisi lain, kekerasan fisik yang diterima oleh para korban memengaruhi hrban untuk terus merasa teraneam dan tidak amant cemas, atau depresi. Bahkan tidak jarang mengalami luka dan casat secara permanen (Evans-Campbell, 2006; Johnson & Ziotnik, -eka fisik akibat dari kekerasan tersebut kemungkinan juga dapat menurunkan efikasi diri A[f.Kondisi hban untuk mendapatkan pekerjaan, melakukan tugas-tugas dari pekerjaannya, mencapai tujuan, reu bekerja secara sukses dalam berbagai setting. Haropan terhadap hasil, Kajian terhadap intervensi dan konseling karir pada kelompokperempuan tertindas (misalnya lesbian atau narapidana perempuan) mengindikasikan dalam kondisi tertindas atau terdiskrimikasi, harapan terhadap hasil memiliki pengaruh yang lbih besar pada minat daripada efikasi diri.Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Schreiber, (2009) yang menyatakan bahwa salah catu faktor yang berpengaruh pada usaha perempuan KDRT untuk minta bantuan adalah harapan untuk sukses. Harapan para perempuan korban T untuk berhasil dalam pendidikan, pekerjaan, ataupun aktifitas-aktifitas yang berkaitan karir dipengaruhi oleh tindakan dari suami.Mcreka sering mengalami berbagai tekanan yang ibatkan terlambat masuk kerja, abaen, lalai dalam pekerjaan, kezulitan mencapai karir, litan mempertahankan pekerjaan, tidak produktif" serta menganggur. Kondisi tersebut tidak membatasi perempuan korban KDRT terhadap pencapaian minat pribadi maupun ional serta merendahkan efikasi dirinya, tetapi juga mengurangi harapan mereka terhadap yang positif dalam pencapaian karir yang akan datang. Tujuan dan minat karir, Menurut SCCT, efikasi diri dan harapan terhadap hasil mbinasi dalam memengaruhi perkembangan minat. Selanjutnya minat memengaruhi ifikasi dan perencanaan tujuan pilihan karir serta tindakan untuk mencapai tujuan tersebut dkk, dalam Chronister &McWhirter, 2003). Hidup dalam situasi kekerasan membuat sebagai korban tidak memiliki keamanan, wakfu, serta sumber-sumber keuangan untuk plorasi minat karir, mengidentif,tkasi tujuan karir, dan bertindak untuk mencapai tujuan Fokus perhatian mereka adalah pada bagaimana dapat bertahan hidup dari hari ke hari. gan dan Hambatan Kontekstual dalam Pilihan Karir Ketika menggunakan SCCT sebagai kerangka kerja pada p€rempuan korban KDRT, man terhadap hambatan-hambatan yang dihadapi para korban ketika mencoba untuk isah dari suaminya merupakan faktor penting (Lent, dklq 2000). Pemahaman tersebut nakan sebagai dasar untuk mgmahami bagaimana hambatan-hambatan tersebut berkonhibusi kesenjangan antara efikasi diri dan harapan terhadap hasil dengan minat karir dan prestasi I mereka. Efikasi diri, harapan terhadap hasil, dan tujuan pilihan karir para perempuan korban beserta tindakan meninggalkan rumah sering berkaitan langsung dengan harapan korban mendapatkan dukungan dan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk berpisah dengan suami ya (Chronister &McWhirter, 2003). Berpisah dengan suami merupakan situasi yang berbahaya karena ancaman dari mantan i biasanya terus berlanjut (Anderson & Saunders, 2003) dan oleh karenanya membutuhkan an dan dukungan dengan segera berkaitan dengan keselamatan fisik, tempat tinggal, serta Para perempuan korban KDRT mungkin akan menghadapi banyak hambatan ketika rumah, mendapatkan sedikit dukungan dari keluarga oleh karena berpisah dengan i dianggap memalukan dan melawan nilai-nilai keluarga. Pengalaman-pengalaman negatif tan dengan usaha mencari bantuan atau kegagalan dalam usaha berpisah dengan suami in akan memengaruhi efikasi diri dan harapan terhadap hasil si korban, dan selanjutnya pak negatif pada pencapaian minat maupun tujuan pribadi dan professionalnya. Hambatan-hambatan kontekstual dapat menjelaskan kesenjangan antara minat karir, tujuan r, dan tindakan para perempuan korban KDRT,Mereka tidak hanya ciiisolasi dari pengetahuan pilihan-pilihan karir, tetapi juga diisolasi dari pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan, pelatihan kerja, dan perencanaan tujuan. Proses mendefinisikan tujuan serta tujuan merupakan masalah yang kompleks pada para perempuan tersebut. Mereka Kurir dengan Pen.lekatan Social Cognitive untuk Penberdayaan Perempuan Korban KDRT 209 tidak mendapatkan keamanan dan sumber-sumber untuk merencanakan masa depan, serta menghabiskan energi mereka untuk bertahan hidup dalam situasi penuh kekerasan. Sifat dari KDRT telah merampas kemampuan untuk mengontrol diri dan kehidupan para korban.Berbagai faktor tersebut berkombinasi dengan kurangnya informasi tentang karir dan pekerjaan, ketirampilan perencanaan dan pengambilan keputusan yang rendah, kekurangan keuangan, perawatan anak, serta transportasi.KDRTsecaranyata memiliki dampak negatif terhadap efikasi diri ian harapan teriradap hasil, berkurangnya ketersediaan dukungan, serta hadirnya berbagai hambatan terhadap perkembangan dan pencapaian pilihan karir perempuan (Chronister AUcWhirter, 2003). Konseling Karir dengan SCCT Konseling karir pada perempuan korban KDRT memberikan tantangan pada konselor unul menilai secara tepat kebutuhan mereka dan menyeimbangkan kebutuhan keamanan yang sifatrp segera dan jangka pendek dengan tujuan karir yang lebih panjang.Sebagaimana sudatr sebelumnya, perempuan korban KDRT dihadapkan pada berbagai tantingan dari dampat yary dialami akibat kekerasan. Chronister &McWhirter (2003) mengajukan sebuah model pemb"rdayar melalui penerapan SCCT dalam konoeling karir. pepberdayaan didefinisikan sebagai proses d mana orang, organisasi, atau kelompok yang tidak memiliki kekuasaan dan terp-inggirkan menjadi sadar akan dinamika kekuasaan yang bekerja dalam konteks kehidupan riirekq mengembangkan kemampuan dan ksterampilan untuk memperoleh kontrol yang b.ralasan atr kehidupan, 3) yang mereka alamin 4) tanpa melanggar hak orang lain, dan 5f sejalan dengt pemberdayaan orang lain dalam komunitas mereka. Oleh karena itu, konseiing karir rmit perempuan korban KDRT mensyaratkan konselor untuk memfasilitasi refleksi kritis dan kesadsr tentang dinamika kgkuagaal yang bekerja dalam kehidupan perempuan tersebut. Untuk Chronister & McWhirter (2003) menerapkan 5 e, yaitu: eoltaboralton, cbntuxt, competence, consciousness, dan community yang dapat diterjemahkan menjadi 5 K, yaitu kola-borasi, kompeten, kesadaran kritis, serta komunitas. Kolaborasi. Kolaboraei menunjuk pada hubungan dinamis antarc konselor dan dalam hal ini adalah perempuan korban KDRT, yang ditunjukkan oleh pendefinisian tentang masalah dan pembentukan tujyl serta strategi untuk berubah.Ketakutan, kurang serta ragu-ragu sebagai dampak dari kekerasan yang dialami mensyaratkan konselor memperhatikan dinamika konseling secara lebih dekat,_ mendukung keinginan konseli mendorong partisipasi konseli tanpa tekanan. Dengan pendekatan kolaboiatif; konselor berada posisi yang sama tanpa mengurangi keahlian yang dia bawa dalam hubungan tersebut. Kar kadang diperlukan pemberian informasi khusus, menyatakan nilai-nilai, atau-menj adi directiw ini bermakna bahwa perbedaan dalam pengalaman, sumber, perspektif, dan sebagainya digrmr dalam hubungan konseling, gehingga tidak perlu dihindari.Tanda-tanda t<egagatari menegakkan hubungan yang kolaboratif dapat dikenali dari kurangnya keterlibatan konseli konseling, konseli yang diam, kebingungan konseli mengenai tujuan dan tahapan untuk tujuan. lil.t*t- lf 4 i, criti{ Konteks. Adalah penting bahwa situasi kehidupan perempuan korban KDRT, t pendidikan dan karirnya difahami dalam konteksnya.Elemen penting dalam konteks adalah struktur keluarga, keyakinan atau agama, situasi ekonomi, kualitas jaringan dukungan karakteristik masyarakat sekitar, termasuk sensitifitas hukum, lowongan atau keiempatan pendidikan dan latihan, dan lain sebagainya.Mempertimbangkan kontelks membuat konselor menjadi lebih efektif dalam menyeinrbangkan kebutuhin jangka pendek konseli d perencanaan karir jangka panjangnya.Konselor dapat mulai - membantu konseli d mengeksplorasi minat karir serta beberapa kemungkinan yang ada, mernbuat rencana i panjang ketika mereka merasa lebih aman, mampu secara finansial, serta memiliki kesiapan. Kompetensi. Kompetensi merupakan pengakuan terhadap keterampilun, ru-t.rdan pengalaman-pengalaman yang dimiliki per"mpuan dan mungkin berkontribusi pencapaian tujuan serta mengembangkan keterampilan baru. bt.n karena De ;"t, pengalamannya, parc perempuan korban KDRT mungkin memiliki k;r"ii;; mengidentifikasi dan mempercayai kemampuan mereka sendiri.Identifikasi terhadap kor konseli dapat memberikan gambaran pada konseli tentang pencapaian kinerja atau pre seperti halnya persuasi sosial clapat meningkatkan efikasi di.inyu.Hul tersebut menSaai 210 1 q il li *, F * I'G Lb !rh, rrl l( i * 2 Kesadaran kritis. Kesadaran kritis adalah kemampuan individu untuk menguji dirinya i di dalam konteks kehidupannya serta kemampuan dia untuk menganalisis secara kritis tersebut dan melihat dirinya sendiri sebagai aktor dalam konteks tersebut.Usaha dalam ;is kekuasaan dan refleksi diri yang kritis dapat mengklarifikasi hambatan dan dukungan yang dalam konteks individu, yang pada akhirnya dapat mengurangi kemungkinan untuf dan merendahkan diri sendiri. Kesadaran kritis meletakkan dasar untuk menilai ali terhadap kondisi sekarang dan membuat visi baru terhadap kemungkinan-kemungkinan akan datang serta membantu transformasi dari identitas sebagai korban mJnjadi survivoi. Komunitas. Perempuan korban KDRT sering memiliki keterbatasan kontak dengan orang karena merasa malu, tidak berharga, tidak berdaya, dan tidak punya harapan.KonrJlo. dapai nbantu konseli untuk berhubungan dengan lebih banyak orang, misalnya dingan mengikutkan dalam kelompok-kelompok yang dapat memberikan dukungan sosial dan emoJional seita dapat idasi identitas dirinya. Pertemuan dengan perempuan lain yang memiliki masalah yang rupakan langkah untuk menggerakkan dia pada komunitas dan dapat mengembangtu" kritis. Menurut pendekatan kognisi sosial, komunitas tersebut merupakan -sumber-dari verbal dan pembelajaran dari orang lain yang telah mampu mengatasi masalahnya. i komunitas, konseli daplt belajar perilaku baru dan mendapatkan jaiingan yang dapat rikan berbagai informasi, termasuk informasi yang berkaiian dengan-petl4aan dun :lain support group, salah satu carc yang dipandang efektif untuk mlembantu irubungan konseli dengan komunitas adalah melalui kerjasama dengan komunitas lokal di mana konseli (Chronister, dkk, 201 1). Konseling yang memiliki tujuanpemberdayaan menuntut r.orung -ingkatkan kesadaran terhadap hambatan-hambafan konselor untuk sosial, politik, rnuuiun ekonomi yang mr seorang perempuan korban KDRT, tidak hanya terfokus pada faktor-faktor intrapersona'i irerpersonal yang menyertai kasus KDRT. Oleh karena itu seorang konselor karir yang rr seorang korban KDRT harus memberikan informasi tentang perundang-undunfunbekeda yung ir dengan KDRT, proses pengadilan, sistem penegakan hukum -.uupun te6ilatan-[eui.;atai yang relevan.Selain itu dia juga harus berpartisipasi dalam usaha miningkati<an komunikasi shelter atau lembaga penegakan hukum. p Kekerasan dalam rumah tangga dengan segala kompleksitas permasalahannya membawa I buruk utamanya pada perempuan.Dampak buruk tersebui diantaranya adalah pada ya efikasi diri, harapan untuk sukses serta minat karir. Intervensi melalui konseling Larir <an salah satu cara untuk memberdayakan perempuan korban KDRT. Salah satu pendikatan karir yang gocok untuk perempuan koiban KDRT adalah social cognitive career -k9ry_elng (SCCT). Namun demikian, SCCT dengan tujuan pemberdayaan menuntut seorang konselor meningkatkan kesadaran terhadap hambatan-hambitan sosiai politik, maupun ekon-omi yang ti seorang perempuan korban KDRT.Oleh karena itu para konielor yang bete4a denganlari Puan korban KDRT perlu meningkatkan kapasitas dirinya r.ruui d-engan prinsif-prinsip ryCT sehingga dapat melakukan konseling in1 sebagai salah satu altemailf p"na"ututt para perempuan korban KDRT. y*i Kzb dengan Pendekatan social cognitive untuk pemberdayaan perempuan Korban KDRT 2tr Il&r hstrkr Anfum, D-K. & Sauders, D'G' p&on, the Process of leaving' (2003).Leaving an abusive partner : An empirical review of 4 (2), intd psychotogteal well-being. Trauma Violence Abuse, \{g6[ani, partner I Women" t63.l9l !loe, Dichiser.T. (2000). Battered women's career Bro*n, C., Reedy, D., Fountain, J', -Johnson' A' & contributing factors. Journal of Career kision-making self-fficacy: Further insights and seeking.l Assasment, 8 (3), 251-265 R.M.' (2009.), Batteredwomen's process of leaving : A Brown, c., Trangsrud, H.8., & Linnemeyer' o7 C o""' As s es s ment' l7 (4)' 439 -45 6 2 -year follow -up. Jotuinal & Rose, I.M. (2002). Intimate partner abuse and mental Carlson, B.E., McNutt, L., Choi, D.Y., protective factors viorence Against Women, 8 (6), 72G' hearth: The rore of sociar support ard ith", 745 Apptyinq sociar cognitive theory to the empowerment chronister, K,M. & McWhirter. (2003). Development,8l, 418-425 batteredwomen. Jiurnat of counseling and d Barr, L. & Luginbuhl, P' (201 l)'community-bry! chronister, K.M., Harley, E., Aranda , c.L., intimate partner viorence: A couaborative partnershy career counsering for women survivors of Journal of Career Development, I'25 Evans-campbell, T., Lindhorst, T., Huang, 8., the tives of urban')iiiicon indian & walters, K.L' (2006)' Interpersonal violence i -ii'1ty'.:ot!y' y,nfy;,!'lti':it::: for heatth' mend Health,96 (8)' 1416-1422 health, and help r"iitng:. )meriean Jaurnal of Publie & (2010), Taking action t9 !24,violencb: Hellman, c.M., Johnson, c.v., & Dobson, T. of Family Violence' 25' 431-438 readiness to change imo'rg *oi, batterers,Journal A study Huang,C,J.,&Gunn,T.(2001).AnExaminationofdomesticviolenceinanAfricanAmerb Journal of Black Studies' 31 (6)' 790-8t community in North iarolina: Causes a,d conseqrrnbrr. Johnsonn D.M., & Ziotnick, c. (2007) , utirization of mentar hearth treatment and other servica (12), 1595-1597 battered women in shelters. Psychiatric services, 58 ather servica ziotnick, c. (2007) . utilization of mental health treatment and Johnson, D.M., (12), 1595'1597 battered women in shelters, Psychiatric services, 58 & (PTSD) in disorder L., Hughes, M., & Unterstaller, u. (2001).Post-traumatic stress violence Abuse' 2 (2)' 99'119 of domestic violence :'A review of the research. Trauma Jones, support Goodman, L. (2}f[),fhe roles of coping and social mental health.Violence Against Women' 9 (3), 323'346 Kocot, T. & in battered and barriers to career Lent, R.W., Brown, S.D., & Hackett, G. (2000). Contextual supports 47 (1)' 36-49 A social cognitive analys'is. Journal of counseling Psychologlt, Speaking of the soul' Lyon, E. (2010). The spiritual implications of interpersonal abuse: P sy ch ol o gt. 59 :23 3 -247 2t2 Perilla, l Hbpanit \urtnya tsetara, ntnah u, \urhaya \LnalaA t5 (l),2 Sgirra, ( Mlenr Schreib€ rblste Sllirzn ,&'y}wC, .btsl well'being'Journal Taber, B.J, (200s),career construction and subjective Career Assessmenl' 16 (1)' 75'85 Hartung, P.J., A Ta, lv GEsl r rer.l (2008).Mental health consequences of intfunate M.B., weaver, T.L,, & Resick, P.A. of four dffirent forms of abuse. Violence Against abuse: A multidimensional assessment Lc, 14 (6), 634-654 Battered women's A.M. (2007). silenced voices and structured survival: :.ii"i"i" help Against Women, l3 (7)' 676'699 Rights Issue: The case of Itnmigrant Latinos' J.L. (1999) .Domestic violence as a Human L-iir"A oYnenavnral Sciences' 21 (2)' 107-133 dalam rutnah tangga' kesadaran terhadap i, s.R. & sugiyanto.(2005). Atribusi.kekerasan perempuan korban kekerasan dalam ,rro[ii*'iisnoaini-masalah pada ioiglo.nrnal Psikologi' 32 (l)'34 - 47 m gender, a* Menghadapi K.N., & sanyata, s. (2010), Dukungan sosial dan strategi Humaniora' perempuan xirio,n xukurorno Dalom'Rumah Tn'ggo,Jurnal Penelitian ,i, S.R., Fathiyah, pada ),23-38 c., &Tindale, R.C., r-Focused characteristics and coping lgsources "as.Predictors (4)' 437-456 Brftered Women, Violence Against ll'omen, 14 (2008 ). Abuse Strategiesi;;;; of r,V.,Renneberg,B.,&Maereker,A'(2009)'Seerynqytrylosocialcareafterinterpersonal 24 (3), 322-336 : an integrative modil.Violence and Vietims, (1992)' J', Rumptz' M" & Davidson' W' S" II'American progroi qoi'*iiun witil aibusive partners: Initiar evaruation, C. M., Tan, C., :yinterventio, Basta, iico**urity Piyciologt, (230), 309-3 32' support to IPV victims in the M.H., Bobrow, 8.A., Moracco, K'E' (2008)'- Pyyidins i!!r:r-iyt w'ith IPV survivors and emergencv department ary department: iirc"L, T- llomen,14 (6), 715-726 Against "iiiriti-ui1g1 older women,s descriptions and S. 99^qol. Jacobson, C.J., Regan, S., Fisher, 8., & Pabst, ou,iiqi.violence Against W',omen, 12 (9),851-865 Giiisi "tilrri, violence survivors' AJilia: D. (201 l). A matter of tife on! !:o!!: The voices of domestic 'of Womin and Social Work,26 (2),201'210 &tgan Pendekatan Korban KDRT Social Cognitive untuk Pemberdayaan Perempuan 213