Laporan Penelitian PENILAIAN GAMBAR “IMAJINATIF” SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR DENGAN INSTRUMEN NON TES Oleh: Tri Hartiti Retnowati FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 1 HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian: Penilaian Gambar “Imajinatif” Siswa Kelas III Sekolah Dasar dengan Instrumen Non Tes 2. Personil Pelaksana Penelitian: a. Nama : Tri Hartiti Retnowati, M.Pd. b. NIP : 130805119 c. Jabatan/golongan : Lektor Kepala/ IV c d. Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta e. Fakultas/Jurusan/Prog. Studi : FBS/ Pendidikan Seni rupa f. Alamat Kantor /telp. Fax/email: Karangmalang Ypgyakarta Telp. (0274) 586168 psw 393 Fax. (0274) 54 8207 g. Alamat Rumah/Telp/e-mail : Gejayan Jl. Garuda 13 Condong Catur, Sleman Yogyakarta Telp. (0274) 880928 E-mail trie_hr @ uny.ac.id h. Sumber Dana : DIPA FBS UNY Besar Dana : Rp. 4.000. 000,00 Mengetahui, Yogyakarta, 27 September 2009 Dekan FBS UNY Peneliti, Prof. Dr. Zamzani NIP. 130891328 Tri Hartiti Retnowati, M.Pd. NIP. 130805119 2 ABSTRAK Penilaian Gambar “Imajinatif” Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes Oleh Tri Hartiti Retnowati Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penilaian gambar imajinatif siswa kelas III Sekolah Dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari instrumen penilaian diri dan instrumen penilaian kelompok. Hasil dari penilaian ini digunakan sebagai bahan dalam menentukan nilai akhir siswa yang mendekati objektivitas. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penetapan konstruk instrumen yang terdiri atas instrumen penilaian diri dan penilaian kelompok dilakukan melalui pendapat pakar pendidikan seni, pakar seni lukis anak, pakar pengukuran, dan praktisi lapangan. Subjek penelitian ini terdiri subyek ujicoba instrumen dan subyek pengambilan penilaian gambar imajinatif. Subyek ujicoba instrumen terdiri dari pendidik yang berjumlah 3 orang dan peserta didik kelas tiga yang berjumlah 60 orang di MIN Tempel. Subyek pengambilan penilaian gambar imajinatif terdiri dari seorang guru dan 40 siswa di SD Bhayangkara Yogyakarta. Penentuan koefisien reliabilitas instrumen penilaian dilakukan dengan menggunakan paket program genova berdasarkan teori Generalizability yang dikembangkan oleh Cric dan Brennan yang terdiri atas teori G (Generalized study) dan D (Decision study) yang komponen variansinya adalah person, rater, item, interaksi person dan rater, dan kesalahan, serta dengan koefisien interrater Cohen’s Kappa. Untuk menentukan adanya perbedaan rata-rata antara hasil penilaian tanpa dan dengan menggunakan instrumen non-tes digunakan Uji Beda t-Test dengan sample yang berhubungan. Kesimpulan penelitian ini adalah penilaian gambar “imanjinatif” siswa kelas III sekolah dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari lembar penilaian diri dan lembar penilaian kelompok. Pengguna instrumen ini adalah pendidik sebagai rater. Komponen yang menjadi objek penilaian meliputi penilaian diri dan penilaian kelompok. Komponen penilaian diri 5 (lima) item, dan komponen penilaian kelompok 5 (lima) item. Karakteristik instrumen penilaian hasil belajar karya seni lukis anak yang mencakup validitas, reliabilitas, dan keterpakaian di SD telah teruji. Validitas telah teruji melalui pendapat para pakar bidang seni lukis, pakar bidang penilaian pendidikan, dan para praktisi lapangan. Reliabilitas telah teruji melalui teknik generalizeability theory (Teori G) dan interrater Cohen’s Kappa. Koefisien Genova untuk instrumen ini sebesar 0,70 dan koefisien Cohen’s kappa 0,74 telah memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan yaitu 0,70. Adapun untuk membuktikan adanya perubahan hasil penilaian gambar imajinatif siswa dengan instrumen non-test digunakan uji beda t-test setelah sebelumnya terbukti kedua sampel berdistribusi normal. Berdasarkan uji tersebut, diperoleh t-hitung untuk penilaian diri sebesar -12.60 dan untuk penilaian kelompok sebesar -13.513 yang keduanya signifikan pada taraf 5%. Dengan demikian, hasil penilaian tanpa dan dengan menggunakan instrumen penilaian non-tes berbeda secara nyata. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perspektif pendidikan, seni dipandang sebagai salah satu alat atau media untuk memberikan keseimbangan antara intelektualitas dengan sensibilitas, rasionalitas dengan irrasionalitas, dan akal pikiran dengan kepekaan emosi. Bahkan dalam batas-batas tertentu, seni menjadi sarana untuk mempertajam moral dan watak seseorang (Rohidi, 2000: 55). Pendidikan seni bertujuan mengembangkan kedewasaan diri anak didik yang utuh dan seimbang dengan cara memberikan perlakuan yang dapat merangsang kepekaan estetik dan kreativitas peserta didik. Kelompok mata pelajaran estetika merupakan pelaksanaan dari pendidikan seni yang tergolong unik karena melekatnya "pengalaman estetik" pada diri seseorang. Dalam pendidikan seni, pengalaman estetik merupakan sesuatu yang esensial. Menurut Linderman (1984), pengalaman estetik mencakup pengalaman-pengalaman perseptual, kultural, dan artistik. Salah satu kegiatan seni yang dilaksanakan di sekolah dasar adalah seni lukis yang merupakan bagian dari seni rupa. Kegiatan melukis bagi anak-anak seusia anak sekolah dasar merupakan kegiatan naluriah dan menjadi kesenangan anak karena muncul atas desakan perkembangan emosi artistik yang bersifat kodrati. Melukis bagi anak-anak merupakan aktivitas psikologis dalam rangka mengekspresikan gagasan, imajinasi, perasaaan, emosi, dan atau pandangan anak terhadap sesuatu. Berdasarkan KTSP, kegiatan seni rupa yang diajarkan di kelas III sekolah dasar adalah gambar imajinatif. Gambar imajinatif berkaitan dengan pengungkapan ide 4 anak dalam menggambar. Untuk memberikan penilaian terhadap gambar imajintif, diperlukan adanya instrumen non tes. Instrumen non tes ini dapat berupa penilaian diri dan penilaian kelompok. Kenyataan di lapangan menunjukkan penilaian diri dan penilaian kelompok jarang dilakukan guru. Hal ini dikarenakan kurang tersedianya instrumen penilaian diri dan kelompok yang baku. Oleh karena itu, diperlukan adanya instrumen penilaian non tes yang terdiri dari instrumen penilaian diri dan kelompok yang valid dan reliabel. B. Rumusan Masalah Bagaimana hasil penilaian gambar “imanjinatif” siswa kelas III sekolah dasar dengan instrumen non tes? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penilaian gambar imajinatif siswa kelas III Sekolah Dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari instrumen penilaian diri dan instrumen penilaian kelompok. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian akan memberi sumbangan teori pada kriteria instrumen penilaian non tes seni lukis siswa kelas III sekolah dasar yang teruji secara empirik. Secara praktis hasil penelitian diharapkan akan menjadi acuan guru pengajar seni dalam melakukan penilaian hasil karya seni lukis anak. 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Seni Lukis dan Pembelajarannya di Sekolah Dasar 1. Pengertian dan Jenis Seni Lukis Seni lukis merupakan bagian dari bidang seni rupa murni yang berwujud dua dimensi, sehingga seni lukis merupakan karya yang terlepas dari unsur-unsur kegunaan praktis. Lebih jelas lagi seni lukis merupakan suatu pengucapan pengalaman artistik seseorang yang dicurahkan ke dalam bidang dua dimensi dengan menggunakan garis, warna, bidang, dan tekstur. Seni lukis adalah salah satu lingkup seni murni berwujud dua dimensi. Karya seni lukis yang juga sering disebut dengan lukisan, umumnya dibuat di atas kain kanvas berpigura dengan bahan cat minyak, cat akrilik, atau bahan lainnya. Objek dan gaya lukisan sangatlah beragam. Karya seni lukis bergaya naturalis (potret) dibuat persis seperti objek aslinya, seperti pemandangan alam, figur manusia, binatang, atau benda lainnya. Karya lukis bergaya ekspresionis (penuh perasaan) memiliki objek benda atau figur yang dibuat dengan garis dan warna yang bernuansa emosi pelukisnya. Lukisan bergaya abstrak berasal dari khayalan kreatif senimannya, bentuknya tidak nyata, tersamar, bahkan kurang dimengerti oleh orang awam, tetapi mengandung berbagai alternatif rupa yang baru (Soedarso, 2006: 97). 2. Langkah-langkah Pembelajaran Seni Lukis Salah satu jalan untuk membentuk pribadi anak yang sensitif, kreatif, dan ekspresif adalah melalui kegiatan berkarya seni rupa, salah satunya adalah dengan berkarya seni lukis. Dalam proses membuat karya seni lukis, anak akan dapat mengenal berbagai bahan, alat, dan teknik sehingga mereka dapat membuat berbagai karya lukis. Untuk melaksanakan pembelajaran seni lukis pada peserta didik, perlu diketahui bahwa 6 pada dasarnya setiap anak mempunyai potensi berkarya seni rupa yang berbeda-beda. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran seni lukis anak di sekolah dasar menurut Ricci (1960: 302-307), agar dapat berkarya sesuai dengan minat, perhatian, dan gairah anak untuk berkarya. a. Pemberian Motivasi Pemberian motivasi merupakan upaya yang dilakukan untuk membangkitkan semangat dan minat anak terhadap tugas-tugas yang akan diberikan untuk dikerjakan. Model-model motivasi sangat banyak tergantung pada tingkat usia anak, keadaan lingkungan atau suasana, dan arah tujuan dari pembelajaran. Motivasi yang dapat diberikan untuk anak usia sekolah dasar misalnya: berupa cerita baik cerita dongeng maupun cerita yang sesuai dengan keadaan lingkungan mereka, nyanyian, sentuhan suasana yang aktual, ataupun sebuah rekaman yang dapat mereka ungkapkan kembali. b. Pemberian Peragaan Peragaan merupakan mempertunjukkan atau menampilkan sebuah objek yang dapat diamati dan diperbincangkan sesuai dengan tugas yang akan dikerjakan oleh anak. Objek yang dapat dipertunjukkan dapat berupa contoh-contoh karya lukisan, baik karya orang dewasa maupun karya anak-anak. Contoh karya tersebut bukan sematamata untuk dicontoh, melainkan untuk memperjelas keterangan dan sekaligus memberikan daya tarik bagi anak. Dalam kegiatan ini anak juga dapat langsung diajak mengamati dan menghayati karya-karya atau benda-benda yang ada disekitar mereka. Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik harus selalu dikondisikan dalam suasana segar, bebas, dan gembira. Hal ini dilakukan agar anak selalu termotivasi untuk mempersiapkan diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 7 c. Pemberian Pelatihan Pelatihan diberikan agar anak mempunyai pengalaman langsung dan diberi kebebasan berekspresi menggunakan media yang telah tersedia. Pelatihan dapat diberikan setelah anak memahami apa yang diperagakan dan memahami tugas yang disampaikan oleh pendidik. Dalam hal ini anak diberi kebebasan menerima makna tugas dan mencoba menggunakan media yang ada. Dalam proses pelatihan ini terjadi alur penciptaan yang meliputi penyusunan konsep dan penuangan ide, pengorganisasian unsur-unsur visual seperti pemilihan objek dan penyusunan komposisi, pengenalan dan percobaan penggunaan media, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian. d. Pemantauan Pemantauan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana anak-anak dapat berekspresi menggunakan media yang ada. Pada tahap ini pendidik sangat berperan penuh, bertindak sebagai “Tut Wuri Handayani”. Pendidik pada mulanya melakukan bimbingan secara klasikal atau kelompok, namun lebih mengarah pada bimbingan individual. Dalam pemantauan, pendidik dapat berdiskusi langsung dengan setiap anak sesuai dengan tingkat permasalahan atau kesulitan yang dihadapinya. Diskusi lebih mengerah pada pemberian stimulasi untuk menemukan pemecahan permasalahan yang terdapat pada anak. e. Pemaparan Karya Seni Lukis Anak Akhir dari proses pembelajaran seni lukis adalah megumpulkan karya anak kemudian memilih karya yang dapat dipamerkan atau dipertunjukkan untuk dapat diamati secara bersama-sama, apabila memungkinkan karya-karya tersebut dapat dibahas, dikaji, dan didiskusikan oleh anak. Dapat juga anak diberi kesempatan untuk menceritakan hasil 8 lukisannya sendiri. Melalui tahap ini, pendidik dapat memberikan pujian untuk hasil karya yang dikerjakan dengan baik. Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap evaluasi karya. B. Pengertian Gambar Imajinatif Menggambar imajinatif adalah salah satu kegiatan menggambar/melukis yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyatakan daya khayalnya (Salam, 2001: 50) . Hal-hal yang tidak ditemukan secara nyata di dunia ini ditampilkan oleh peserta didik melalui gambar imajinasi. Sebagai contoh, peserta didik menggambar laba-laba raksasa yang besarnya melebihi ukuran pesawat terbang, piring yang bisa terbang, manusia berkepala kuda , dan sebagainya. Merupakan hal yang terpenting dalam melukis untuk anak sekolah dasar adalah keberanian, kemauan, dan ketrampilan peserta didik dalam menggunakan bahan dan alat. Bahan dan alat yang dimaksud disini adalah bahan dan alat yang digunakan untuk mencetuskan ide, gagasan gejolak perasaan/emosi, dan imajinasi yang diperoleh dari apa yang dilihat, didengar, diraba secara langsung maupun tidak langsung. Bahan dan alat tersebut adalah kertas, kanvas, kuas, tinta, cat air, cat akrilik, cat minyak, pewarna alami misal daun, buah, dan sebagainya. Hasil gambar peserta didik merupakan wujud dari kreativitas dan ketrampilannya. C. Gambar Imajinatif dalam KTSP Dalam kurikulum KTSP, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan adalah nama dari kelompok mata pelajaran Estetika yang dilaksanakan pada tingkat Sekolah Dasar. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 (Peraturan Pemerintah, 2005) 9 disebutkan tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan adalah untuk meningkatkan sensitifitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya dan Kerajinan Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang meliputi kegiatan apresiasi dan kreasi untuk kelas III Sekolah Dasar secara lengkap sebagai berikut: Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Budaya dan Kerajinan Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP 2006 Kelas III, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR Seni Rupa 1. Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Menjelaskan symbol dalam karya seni rupa dua dimensi 1.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap symbol dalam 2. Mengekspresikan diri 2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif karya seni rupa dua dimensi melalui seni rupa. Mengenai diri sendiri 2.2 Mengekspresikan diri melalui gambar dekoratif dari motif Hias daerah setempat Kelas III, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR Seni Rupa 1. Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Menjelaskan simbol dalam karya seni rupa tiga dimensi 1.2 Menunjukkan sikap apresiatifterhadap simbol dalam karya seni rupa tiga dimensi 2. Mengekspresikan diri 2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif melalui karya seni rupa mengenai alam sekitar 2.2 Memberi hiasan/warna pada benda tiga dimensi Pada kompetensi dasar di atas, disebutkan bahwa mengekspresikan diri melalui karya gambar imajinatif, dilaksanakan pada kelas tiga semester satu dan dua. 10 D. Penilaian Non Tes dalam Pendidikan Seni Kemampuan peserta didik yang dikembangkan dalam pendidikan seni rupa lebih banyak dalam bentuk penampilan yang sulit diukur dengan tes, yaitu terutama penampilan-penampilan peserta didik dalam aspek afektif dan psikomotorik. Dengan instrumen teknik non tes akan diperoleh data akurat dengan tidak kehilangan aktivitas dan aktualisasi diri peserta didik. Non tes digunakan tatkala pengertian evaluasi tidak sekedar identik dengan testing tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas yaitu suatu proses penentuan nilai-nilai fenomena-fenomena yang secara edukasional relevan (Eisner, 1972: 204). Teknik non tes bukannya tidak mengandung kelemahan seperti halnya teknik, cara maupun metode yang lain, tetapi apabila dikembangkan secara kreatif dan diinterpretasi secara bijaksana dapat memberikan informasi evaluatif yang memiliki tingkat kesahihan (valid) tinggi. Dalam pendidikan seni rupa, penguasaan teoritis kesenirupaan dan keterampilan-keterampilan bersifat non ekspresif, misalnya apresiasi, bagaimana menyiapkan alat-alat dan bahan untuk melukis, menyiapkan bahan dan alat untuk membuat patung, dan sebagainya. Relatif tidak sulit untuk ditetapkan kriteria keberhasilan peserta didik yang dapat dikenakan pada hasil belajar yang dapat diukur secara objektif melalui tes. Tetapi kegiatan-kegiatan seni rupa yang bersifat ekspresifkreatif-estetis sulit untuk terlebih dahulu ditetapkan kriteria keberhasilan objektif yang dapat diberlakukan secara klasikal. Tidak mudah orang meramalkan secara pasti yang akan terjadi sebagai hasil aktivitas tersebut, seperti kemungkinan-kemungkinan ekspresif-kreatif-estetis dari lukisan, patung, seni garfik, dan lain sebagainya. Inspirasi-inspirasi, penemuan- 11 penemuan ide, simbol-simbol personal, kemungkinan-kemungkinan penciptaan yang tidak terduga sebelumnya yang muncul dalam proses berekspresi dan berkreasi dengan media seni rupa merupakan hasil pendidikan seni rupa yang sulit diterapkan kriteria ekstrinsik dalam tujuan pendidikan, seperti dikatakan oleh Eisner (1972: 211) sebagai berikut: “Many of the most highly prized outcomes of art education are not capable of being stated in advance in the form of instruction objectives”. Penilaian di bidang ini lebih tepat tidak dengan penggunaan kriteria yang ditentukan terlebih dahulu untuk standar pencocokkan tingkah laku atau hasil kerja peserta didik, melainkan dengan usaha menemukan kualita-kualita berharga dalam proses dan hasil kerja peserta didik. Usaha menemukan kualita-kualita berharga dari proses dan hasil kerja peserta didik dalam hal ini lebih banyak dapat ditempuh lewat non tes. Bentuk instrumen non tes antara lain chek-list, rating scale, dan catatan anecdotal. Mekanisme penggunaan instrumen-instrumen tersebut pada dasarnya adalah sepenuhnya di tangan pendidik. Data yang terkumpul adalah data yang tertangkap oleh kacamata pendidik. Mengingat kepekaan kacamata pendidik yang relatif terbatas dan bahwa proses dan hasil penciptaan karya seni rupa menyangkut segi jiwani yang kompleks, dapat dipastikan bahwa selalu ada data evaluatif yang sebenarnya relevan tetapi tidak sempat tertangkap oleh kacamata tersebut. Karya seni rupa peserta didik sebagai visualisasi visi dan idea peserta didik tidak selalu dengan mudah dapat dibaca, terutama hal-hal yang sangat bersifat personal seperti: kelancaran dan kepuasan ekspresinya, tentang nilai-nilai baru yang dapat dipetik dari pengalaman mencipta, dan alasan-alasan kondisional lainnya. Hal-hal yang bersifat personal dalam aktivitas penciptaan tersebut merupakan data pelengkap yang sangat diperlukan dalam rangka usaha penilaian untuk melihat peserta didik secara objektif. 12 Untuk keperluan tersebut De Francisco-Italio (1958: 224-227) mengembangkan apa yang disebut: Pupil’s Self-Evalution Form, yaitu suatu format yang dapat digunakan peserta didik untuk menerangkan hasil kegiatannya dalam bidang seni rupa sesuai dengan pendapat dan perasaannya. Disini dapat dituliskan juga tentang alasan-alasan dari pendapat dan keterangan yang diberikan tentang karyanya seperti pada contoh format Gambar 1 di bawah ini. PUPIL’S SELF EVALUATION FORM Pupil ‘s Name __________________ Date ____________ Grade _________________________ Very Good Good Fair Poor Reasons I Think So I think my picture is I think my linoleum cut is I think my illustration is I think my modeling is I think my weaving is Gambar 1. Pupil’s Self Evaluation Form (Sumber: Francisco, 1958: 227) Melalui pengisian format seperti di atas oleh peserta didik, pendidik seni rupa dapat mengumpulkan data yang mungkin tidak terjaring oleh kacamatanya, tetapi merupakan sesuatu yang dihayati oleh peserta didik yang bersangkutan. Sesungguhnyalah penilaian atas karyanya sendiri merupakan hal yang penting dalam bidang seni. Pendidik harus mempertimbangkan baik perkembangan personal maupun perkembangan akademik. Peserta didik perlu memahami proses pembelajaran, dan pendidik memahami apa yang dianggap peserta didik menarik atau penting dalam sebuah tugas yang diberikan Dalam hal ini perlu peserta didik menjadi mengetahui tentang dirinya sendiri. 13 Selain dengan menggunakan format seperti di atas, untuk mendapatkan masukkan data evaluatif dari pihak peserta didik De Francesco, Italo menggunakan yang disebut The Jury System yaitu, penjurian oleh sekelompok peserta didik bergantian menilai karya-karya seni rupa di kelasnya dan dapat pula dilengkapi dengan class discussion system yaitu diskusi kelas untuk membahas karya-karya tersebut. Tentunya semua ini sesuai dengan tingkat perkembangan paserta didik tersebut. Data yang terkumpul di atas tidak saja bermanfaat untuk melengkapi pertimbangan penentuan hasil penilaian, tetapi juga diperlukan dalam rangka peningkatan bimbingan peserta didik selanjutnya. Untuk melengkapi objektivitas penilaian Eisner (1972: 223-204) menyarankan penggunaan format penilaian oleh peserta didik sendiri yang disebut: Student Self-evaluation form yang dapat memberikan informasi dari tiap peserta didik, apakah suatu kegiatan seni rupa itu menarik atau membosankan, mudah atau sulit, bermanfaat atau tidak, hasilnya baik atau buruk, serta pengalaman-pengalaman berharga mana yang berhasil dipelajari dalam kegiatan tersebut dan seterusnya seperti dapat dilihat pada format sebagai berikut: Student Self-Evaluation Form Name _________________________________ Date __________________________________ Name of Project ________________________________ Date Completed ________________________________ 1. I thought this project was: Boring ___ ___ ___ ___ ___ Exciting 2. I found the work on it: Easy ___ ___ ___ ___ ___ Difficult 3. I think I learned: A lot ___ ___ ___ ___ ___ A little From this project 4. This project was my: Worst piece Best piece of work ___ ___ ___ ___ ___ of work 5. The most important things I got out of this project were: __________ __________________________________________________________ __________________________________________________________ Gambar 2. Student Self Evaluation Form (Sumber: Eisner, 1972: 203) 14 Dengan pengisian dan pengumpulan format di atas, pendidik dapat memperoleh informasi tentang pengaruh suatu kegiatan seni rupa bagi para peserta didik. Menurut Barrett: “ In art the pupils perception of the learning process is the starting point for teaching” and “we must ask not only what we need to know as teachers but what the puplles need to know about themselves”. Dengan demikian proses pembelajaran merupakan titik tolak untuk pengajaran dan sebagai pendidik harus menanyakan tidak hanya apa yang perlu diketahui oleh pendidik, melainkan juga apa yang perlu peserta didik ketahui tentang dirinya sendiri. Berdasarkan pengisian format di atas, apa yang telah berhasil mereka pelajari dari kegiatan tersebut, kadar keterlibatan mereka dalam kegiatan, tingkat kepuasan mereka dan lain sebagainya. Kumpulan format-format yang masuk ketangan pendidik setiap kali selesai kegiatan akan merupakan rekaman data penilaian peserta didik sendiri terhadap perkembangannya secara kontinyu dalam olah seni rupa selama satu satu tahun akademik berlangsung. Selanjutnya Eisner sebagaimana menurut De Francesco Italo, menyarankan penggunaan teknik lain yang juga berguna untuk evaluasi dalam pendidikan seni rupa adalah apa yang disebutnya The Group Critique, yaitu peserta didik diminta menunjukkan satu atau dua karya mereka secara bergiliran, kemudian yang bersangkutan diminta menjelaskan karyanya dan selanjutnya kelompok peserta didik yang lain memberikan respons dalam bentuk bahasan kritis. Beberapa keuntungan dengan cara demikian adalah: pertama, para peserta didik mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang telah dilakukan atau dihasilkan dari suatu kegiatan berkarya, dengan demikian terkembangkan sikap oto kritis peserta didik. Kedua, prosedur demikian memungkinkan peserta didik secara sistematis mengetahui 15 bagaimana perkembangan peserta didik yang lain. Bagaimana mereka menangani problem-problem, kegagalan-kegagalan, dan keberhasilan-keberhasilan dalam berkarya. Dengan demikian terkembangkan sikap apresiatif peserta didik. Ketiga, prosedur demikian memberikan kesempatan dan bahan bagi pendidik untuk menggunakan komentar-komentar peserta didik sebagai masukkan diagnostik dan remedial. 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pelaksanaan penelitian melalui 2 tahap yaitu ujicoba instrumen untuk mendapatkan instrumen non-tes yang valid dan reliabel dan penggunaan instrument non-tes untuk menilai hasil gambar imajinatif siswa. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menentukan reliabilitas instrumen non-tes, sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan untuk menentukan hasil penilaian gambar imajinatif siswa sekolah dasar dengan instrumen non-tes yang terdiri dari instrumen penilaian diri dan instrumen penilaian kelompok. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian terdiri dari subjek uji coba instrumen yaitu pendidik dan peserta didik kelas III Sekolah Dasar MIN Tempel dengan 60 siswa dan 3 guru, dan subjek untuk pengambilan hasil penilaian gambar imajinatif dengan instrumen non tes yaitu SD Bhayangkari Yogyakarta dengan 40 siswa dan seorang guru. C. Jenis Instrumen Pengumpul Data Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar penilaian gambar imajinatif siswa yang terdiri dari lembar penilaian diri dan lembar penilaian kelompok. Kedua lembar penilaian tersebut masing-masing terdiri dari 4 buah pertanyaan pilihan ganda dan 1 buah pertanyaan terbuka untuk mengungkapkan pendapat siswa secara bebas tentang gambar yang dinilainya. D. Teknik Analisis Data Pengujian konstruk instrumen dilakukan melalui pendapat para pakar bidang seni lukis, pakar bidang penilaian pendidikan, dan para praktisi lapangan. 17 Pertemuan dengan kelompok yang berbeda dilakukan tiga kali untuk memperoleh masukan yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil yang dapat diandalkan. Penentuan koefisien keandalan instrumen penilaian dilakukan dengan menggunakan paket program komputer Genova berdasarkan teori generalizeability yang dikembangkan oleh Crick dan Brennan pada tahun 1983 yang disebut dengan A Generalized Analysis of Variance System. Pada teori ini ada G (generalized study) dan D (decision study). Pada G-study dilakukan estimasi sejumlah varians komponen. Banyaknya komponen ditentukan oleh model yang digunakan. Hasil dari G-study digunakan pada D-study. Menurut Brennan (1983: 3), D-study menekankan estimasi, penggunaan, dan interpretasi dari varians komponen untuk membuat keputusan, dengan prosedur pengukuran yang baik. Hal yang penting pada D-study adalah spesifikasi dari generalisasi universe, yaitu universe berlakunya generalisasi D-study dengan suatu prosedur pengukuran tertentu. Penelitian ini menggunakan GENOVA yang komponen variansnya adalah person, rater, item, interaksi person dan rater, dan kesalahan. G study-nya menggunakan rancangan bersarang (nested design) dan D-study-nya juga menggunakan rancangan bersarang (nested design). Penelitian ini menggunakan satu facet p x(i: r) Gstudy yang bersarang untuk mengestimasi varians komponen, varians kesalahan, generalizeability dan koefiesien phi untuk one-facet, nested, i: r D-study. Varians komponen yang berbaur pada rancangan bersarang (p, r:i,e) adalah jumlah varians komponen dalam G-study bersarang yang dapat ditulis sebagai berikut. p2 ,r:i ,e p2 r2:i ,e Keterangan: p = person r = guru/rater 18 i = item r:i = rater bersarang pada item e = kesalahan Setelah varians komponen diperoleh, termasuk varians kesalahan, maka dapat diestimasi varians sebenarnya (true variance). Selanjutnya dapat diestimasi besarnya indek keandalan hasil pengukuran, yaitu rasio varians sebenarnya terhadap varians keseluruhan komponen. Estimasi varians setiap komponen dan besarnya indeks keandalan hasil pengukuran dengan instrumen yang dikembangkan peneliti menggunakan paket program GENOVA. Rancangan yang digunakan untuk G-study adalah px(i:r), yaitu item bersarang pada rater, penilai dalam menilai hasil karya lukis anak berinteraksi dengan anak yang bersarang pada item. Cara penilai (rater) dalam menilai karya lukis anak (p) tergantung pada pendapat penilai terhadap item yang dinilai, sehingga dikatakan rater bersarang pada item. Rancangan px(r:i) ini berdasarkan analisis varians efek random memiliki efek utama: p, r, r:i dan efek interaksinya adalah pi, pr bersarang pada i. Jadi ada varians person, varians rater, dan varians penilai bersarang pada i untuk efek utama, sedang untuk efek interaksinya adalah varians person item, varians rater yang bersarang pada item. Besarnya varians r bersarang pada i dapat ditulis sebagai berikut. σ²(r : i) = σ²(r, ri)= σ²(r) + σ²(ri) Besarnya koefisien keandalan instrumen penilaian adalah: σ²(p) Eρ² = —————— σ²(p) + σ²(δ) Eρ² adalah nilai harapan koefisien keandalan instrumen, 19 σ²(p) adalah varians person (peserta didik), σ²(δ) adalah varians kesalahan. Varians kesalahan terdiri atas varians rater, varians item, dan varians interaksi rater item. Besarnya varians ini diestimasi dengan menggunakan teknik analisis varians rancangan efek random. Untuk melihat reliabilitas dari kriteria instrumen penilaian seni lukis anak hasil uji coba, digunakan analisis koefisien interrater. Koefisien interrater adalah salah satu sarana untuk melihat tingkat konsistensi atau keajegan antar rater dalam memberikan rating terhadap unjuk kerja karya seni lukis siswa. Untuk keperluan ini, digunakan koefisien Cohen’s Kappa. Setelah instrumen penilaian diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya melalui serangkaian uji statistik, kemudian instrumen tersebut digunakan untuk menilai gambar imajinatif siswa di SD Bhayangkari Yogyakarata. Untuk melihat adanya perubahan penilaian gambar imajinatif siswa, maka dilakukan uji beda t-test. Sebelum melakukan Uji Beda t-Test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hal ini dikarenakan uji beda t-test mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi nrmal. Uji statistik yang dilakukan untuk normalitas adalah dengan melihat kurtosis dan skewness dari residual. Nilai z untuk skewness dan nilai z untuk kurtosis dihitung dengan rumus: Zskewness Skewness 6 N Zkurtosis 20 Kurtosis 24 N Dengan N menyatakan jumlah sampel. Jika Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak normal. Untuk taraf singnifikansi 5% nilai Z tabel=1.96. (Imam Ghazali, 2009: 147150). Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Dalam hal ini, kedua rata-rata yang akan dibandingkan adalah rata-rata nilai tanpa menggunakan instrumen non-tes dan rata-rata nilai dengan instrumen non-tes. Menurut Imam Ghazali (2009: 60) uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel atau secara umum dapat ditulis sebagai berikut: Rata-rata sampel pertama – rata-rata sampel kedua t= Standar error perbedaan rata-rata kedua sampel Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah H 0 = Rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa dan menggunkan instrumen sama H 1 = Rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa dan menggunkan instrumen sama 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Data Uji Coba Bagian ini mendeskripsikan tentang hasil uji coba penggunaan instrumen penilaian non tes yang diujicobakan kepada tiga orang guru sebagai rater atau penilai terhadap penilaian karya seni lukis. Komponen-komponen yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan rating oleh para rater telah diperoleh dari hasil pengembangan pada tahap sebelumnya dan dikenal dengan produk tentatif instrumen penilaian karya seni lukis. Instrumen penilaian non tes ini terdiri atas dua komponen utama yakni penilaian diri dan penilaian kelompok. Hasil ujicoba instrumen ini disajikan pada bagian analisis data. Kegiatan uji coba ini dipaparkan data hasil uji coba pada kedua kawasan tersebut. Data uji coba terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu (1) data uji coba komponen penilaian diri, dan (2) data uji coba komponen penilaian kelompok. Hasil analisis G study digunakan untuk mengetahui koefisien reliabilitas alat penilaian yang dikembangkan serta estimasi komponen variansi kesalahan yang diakibatkan oleh berbagai sumber variansi, dalam pengembangan ini yakni sumber variansi murid (P), penilai (R) dan item kriteria penilaian (I). Setelah koefisien G dapat diketahui, maka pada tahapan analisis lanjut (analisis D study) akan didapatkan informasi tentang keputusan seberapa jauh penggunaan instrumen yang telah diuji memiliki keberlakuan pada faset yang lebih luas terutama menyangkut kesamaan 22 kondisi pengukuran, dan dapat diterimanya kondisi faset tersebut bagi rater atau penilai yang lain. a. Hasil Analisis Genova Untuk Estimasi Komponen Variansi 1) Analisis Estimasi Komponen Varians Penilaian Diri Rangkuman analisis G study dari data uji coba komponen penilaian diri dapat disajikan sebagaimana pada Tabel 2. Hasil rangkuman analisis G study untuk penilaian diri di kelas 3 menunjukkan bahwa estimasi skor true variance dari faset yang berkaitan dengan objek pengukuran (universe of admissible observations) komponennya lebih banyak pada sumber variansi kesalahan pengukuran komponen penilai proporsi komponen item yang nested pada penilai (I:R). Sumber varians (R) dan penilai (R) memiliki proporsi komponen varians di kelas 3 sebesar 45,45%. Sumber variansi Tabel 2 Estimasi Komponen Variansi Siswa, Penilai, Kriteria Penilaian dari Uji Kelompok Siswa ( n 180 ) untuk Penilaian Diri Sumber Variansi Kelas JK1 JK2 db KR Varian % Total Varian Murid (P) 3 171313,13 4168,44 59 70,65 3,11 1,15 Penilai (R) 3 45,45 256501,66 89356,96 2 44678,48 122,97 I:R 3 47,82 349803,92 93302,26 12 7775,19 129,37 PR (Interaksi Murid 3 263505,40 2835,30 118 24,03 2,23 0,82 dan Penilai) PI:R ( Interaksi Murid dan Item 3 365927,00 9119,34 708 12,88 12,88 4,76 Nested pada Penilai) Total 3 1407051,10 198782,30 899 52561,23 270,56 100,00 Catatan: JK1 = sums of squares for mean scores; JK2 = sums of squares for score effects. komponen item yang bersarang pada penilai (I:R) mempunyai proporsi komponen varians di kelas 3 sebesar 47,82%. Kondisi yang demikian dapat dimaknai bahwa faset yang berkaitan dengan objek pengukuran untuk penilaian diri, yang dominan sebagai komponen variansi kesalahan pengukuran adalah penilai atau rater (R) dan item yang nested pada penilai 23 (I:R). Sumber variansi komponen variansi kesalahan pengukuran yang lain yakni murid (P), interaksi murid dengan penilai (PR), interaksi murid dan item nested pada penilai (PI:R) proporsi komponen variannya tampak lebih kecil terhadap variansi hasil penilaian proses kualitas karya seni lukis dibanding pengaruh kedua sumber variansi penilai (R) dan kriteria penilaian yang bersarang pada penilai (I:R). Penerapan alat penilaian karya seni lukis untuk komponen penilaian diri, ternyata peranan penilai (R) dan item yang nested pada penilai (I:R) tetap merupakan sumber variansi kesalahan pengukuran yang dominan seperti halnya pada penilaian proses maupun produk. Untuk itu masih dibutuhkan juga latihan dan pengalaman bagi penilai dalam menggunakan alat penilaian produk untuk menilai kualitas karya seni lukis siswa untuk dapat meningkatkan tingkat konsistensi dan keajegan hasil penilaian serta tingkat kesepakatan pemahaman terhadap konstruk sasaran penilaian karya seni lukis untuk komponen penilaian diri di antara para penilai. 2) Analisis Estimasi Komponen Varian Komponen Penilaian Kelompok Rangkuman analisis G study dari data uji coba komponen penilaian kelompok dapat disajikan sebagaimana pada Tabel 3. Hasil rangkuman analisis G study untuk penilaian kelompok di kelas 3 menunjukkan bahwa estimasi varian true skor yang terbesar dari faset yang berkaitan dengan objek pengukuran (universe of admissible observations) adalah sumber varians kesalahan pengukuran komponen penilai (R) dengan proporsi komponen varian di kelas 3 sebesar 62,39%. Kemudian berikutnya adalah sumber varians kesalahan pengukuran untuk komponen item yang nested pada penilai (I:R) dengan proporsi komponen varians di kelas 3 sebesar 27,77%. 24 Tabel 3 Estimasi Komponen Variansi Siswa, Penilai, Kriteria Penilaian dari Uji Kelompok Siswa ( n 180 ) untuk Penilaian Kelompok Sumber Variansi Murid (P) Penilai (R) I:R PR (Interaksi Murid dan Penilai) PI:R ( Interaksi Murid dan Item Nested pada Penilai) Total Kelas JK1 JK2 db KR Varian % Total Varian 3 3 3 151769,67 255372,21 308648,88 4595,13 108197,68 53276,67 59 2 12 77,88 54098,84 4439,72 2,92 165,48 73,65 1,10 62,39 27,77 3 263997,80 4030,45 118 34,16 2,74 1,03 3 331741,00 14466,53 708 20,43 20,43 7,70 3 1311529,60 184566,46 899 58671,03 265,22 100,00 Catatan: JK1 = sums of squares for mean scores; JK2 = sums of squares for score effects. Sumber varians komponen yang lain yakni murid (P), interaksi murid dengan penilai (PR), interaksi murid dan item bersarang pada penilai (PI:R) proporsinya tampak lebih kecil terhadap varians hasil penilaian kelompok kualitas karya seni lukis dibanding pengaruh kedua sumber varians penilai (R) dan kriteria penilaian yang bersarang pada penilai (I:R). Kondisi yang demikian berarti faset yang berkaitan dengan objek pengukuran untuk penilaian kelompok, varians kesalahan pengukuran yang dominan adalah penilai atau rater (R) dan item yang bersarang pada penilai (I:R). Dengan demikian penerapan alat penilaian karya seni lukis untuk komponen penilaian kelompok, peranan penilai (R) tetap merupakan sumber variansi kesalahan pengukuran yang terbesar seperti halnya pada komponen penilaian lainnya. Untuk itu masih dibutuhkan juga latihan dan pengalaman bagi penilai dalam menggunakan alat penilaian kelompok untuk menilai kualitas karya seni lukis siswa untuk dapat meningkatkan tingkat konsistensi dan keajegan hasil penilaian serta tingkat kesepakatan pemahaman terhadap konstruk sasaran penilaian karya seni lukis untuk komponen penilaian kelompok di antara para penilai. 25 Berdasarkan analisis komponen varians untuk dapat terbentuknya faset pengukuran yang berkaitan dengan objek pengukuran (universe of admisible observations) kualitas karya seni lukis di kelas 3 pada semua komponen penilaian (penilaian diri dan penilaian kelompok), dapat disimpulkan bahwa komponen penilai (R) atau guru dan kriteria penilaian yang nested pada penilai (I:R) merupakan sumber varians komponen varians kesalahan pengukuran yang utama. Oleh sebab itu dalam pengembangan ini, kedua sumber variansi ini harus diperhatikan secara seksama dalam usaha menyempurnakan alat penilaian kualitas karya seni lukis. Hasil analisis komponen varians untuk penilaian proses, produk, penilaian diri dan penilaian kelompok, di atas memberi petunjuk bahwa pengembangan alat penilaian kualitas karya seni lukis sudah menunjukkan indikasi kebermaknaan untuk digunakan sebagai sarana melakukan observasi. Untuk mengetahui apakah hasil pengembangan tersebut telah memenuhi standar minimal, dipakai persyaratan minimal koefisien G Sebesar 0,70 (Linn,1989:106) agar memenuhi syarat bagi penggunaan pada faset yang lebih luas. Untuk maksud tersebut dilakukan analisis lanjut terhadap hasil Genova (koefisien G) dan analisis tingkat perubahan koefisien G pada level analisis hasil D study. Hasil Analisis dipaparkan pada uraian berikut. b. Analisis Data Hasil G Study (Koefisien G) Hasil G study untuk mengetahui tingkat kebermaknaan penggunaan alat penilaian kualitas karya seni lukis dari uji coba di lapangan dapat dirangkum pada Tabel 4. Koefisien G dari komponen-komponen penilaian kualitas karya seni lukis hasil uji coba menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengembangan model instrumen penilaian kualitas karya seni lukis dapat diterima untuk digunakan melakukan penilaian pada faset yang lebih luas atau dengan kata lain 26 telah memenuhi untuk kepentingan faset pengukuran yang berkaitan dengan objek pengukuran (universe of admissible observations) pada kualitas karya seni lukis anak yakni ditunjukkan oleh indeks koefisien G sebesar 0,71. Jika dilihat dari karakteristik faset uji coba untuk Tabel 4 Rangkuman Hasil G Study dan Koefisien G Pada Berbagai Komponen dan Berbagai Faset Terapan Uji Coba Komponen Penilaian Diri Penilaian Kelompok Sasaran Uji (Faset) Kelas 3 Kelas 3 Jumlah Item Koefisien G Keterangan (Linn ≥ 0,70) 5 5 0,76* 0,74* >persyaratan >persyaratan *) memenuhi syarat menurut kriteria standard minimal Linn, 0,70. semua komponen, maka terapan model penilaian pada faset di kelas 3 masih memerlukan penyempurnaan dalam hal administrasi penyelenggaraan yakni harus meningkatkan keterampilan guru sebagai penilai atau rater agar ada peningkatan pemahaman, keterampilan dan pengalaman agar diperoleh hasil pengukuran yang konsisten. Jika ditilik pada rerata komponen penilaian pada masing-masing kelompok ternyata untuk penilaian diri dan penilaian kelompok telah memenuhi standar yang disyaratkan untuk mencapai reliabilitas instrumen yaitu 0,70. Dengan demikian, kedua instrumen penilaian ini dapat digunakan pada faset yang lebih luas. c. Analisis Data Hasil D Study Tujuan analisis D study adalah untuk menjawab pertanyaan rancangan D study yang mana harus dipilih dan seberapa banyak butir komponen penilaian harus dicakup sebagai sarana mengukur dan menilai kualitas karya lukis sehingga dapat menunjukkan kebermaknaan untuk faset yang lebih luas. Dengan mencermati setiap tahap rancangan D study pada komposisi besar sampel tertentu maka akan dapat diperoleh informasi koefisien G dan juga diperoleh informasi berapa kenaikan indeks 27 kebermaknaan pada koefisien G setelah satu butir komponen penilaian dilibatkan untuk mengukur atau menilai. Untuk menjawab pertanyaan ini dan tujuan tersirat didalamnya analisis pada setiap hasil D study dapat digunakan. Uraian berikut memaparkan hasilhasil analisis D study ini. 1) D Study untuk Penilaian Diri Rangkuman hasil analisis D-Study Genova untuk uji coba penilaian diri berberturutturut dapat disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Estimasi Koefisien Generalizability Penilaian Diri dan Tingkat Perubahan pada Kelas 3 D STUDY DESIGN NO 001-001 001-002 001-003 001-004 001-005 SAMPEL SIZE GENERALIZABILITY $P INF. R INF I INF. COEF. PHI 60 60 60 60 60 3 3 3 3 3 1 2 3 4 5 0,38162 0,51820 0,58839 0,63114 0,65991 0,03369 0,04534 0,05125 0,05482 0,05721 Selisih Koefisien Genova 0,14 0,07 0,04 0,03 Tabel 5 memberi gambaran bahwa jika penilai dalam menggunakan komponen penilaian diri di kelas 3 hanya dengan satu indikator (rancangan D study nomor 001001 dengan P = 60, R = 3 dan I = 1) memiliki tingkat kesepahaman dan kesepakatan (reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,38. Artinya 38% penilai memiliki tingkat kesepahaman dan kesepakatan terhadap penggunaan konstruk instrumen penilaian diri yang dipakai. Jika penilai menggunakan dua indikator (rancngan D study nomor 001002, dengan P = 60, R = 3 dan I = 2) yakni indikator 1 dan 2, memiliki tingkat kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,52 begitu seterusnya untuk design 001-003 didapatkan koefisien sebesar 0,59. Untuk penggunaan komponen penilaian agar dicapai kesepahaman dan kesepakatan yang memenuhi tingkat observasi yang dapat diterima 28 untuk faset yang lebih luas (0,70), penilai paling tidak harus menggunakan semua indikator yang ada. 2) D Study untuk Penilaian Kelompok Rangkuman hasil analisis D-Study Genova untuk uji coba penilaian kelompok berturut-turut dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Estimasi Koefisien Generalizability Penilaian Kelompok dan Tingkat Perubahan pada Kelas 3 D STUDY DESIGN NO 001-001 001-002 001-003 001-004 001-005 SAMPEL SIZE GENERALIZABILITY $P INF. R INF I INF. COEF. PHI 60 60 60 60 60 3 3 3 3 3 1 2 3 4 5 0,35993 0,52934 0,62784 0,69224 0,73765 0,10883 0,19630 0,26813 0,32818 0,37912 Tabel 6 memberi gambaran bahwa jika penilai Selisih Koefisien Genova 0,17 0,10 0,06 0,05 dalam menggunakan komponen penilaian kelompok di kelas 3 hanya dengan satu indikator (rancangan D study nomor 001-001 dengan P = 60, R = 3 dan I = 1) memiliki tingkat kesepahaman dan kesepakatan ( reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,36. Artinya tingkat kesepahaman dan kesepakatan penilai terhadap penggunaan konstruk instrumen penilaian kelompok yang dipakai sebesar 36% . Jika penilai menggunakan dua indikator (rancangan D study nomor 001-002, dengan P = 60, R = 3 dan I = 2) yakni indikator 1 dan 2, memiliki tingkat kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,53 begitu seterusnya untuk design 001-003 didapatkan koefisien sebesar 0,63. Untuk penggunaan komponen penilaian agar dicapai kesepahaman dan kesepakatan yang memenuhi tingkat observasi yang dapat diterima untuk faset yang lebih luas (0,70), penilai sudah cukup hanya menggunakan butir indikator 1, 2, 3 dan 4 saja, tetapi jika ingin mendapatkan 29 tingkat kebermaknaan yang lebih tinggi dianjurkan menggunakan semua butir indikator yang ada. Secara umum hasil analisis D study telah memberi petunjuk dan alternatif penggunaan alat penilaian kepada pengguna instrumen penilaian kualitas karya seni lukis untuk mempertimbangkan penggunaan indikator-indikator penilaian yang relevan dengan sasaran yang dinilai dan mempertimbangkan tingkat reliabilitas kebermaknaan hasil penilaian. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ada beberapa rancangan dari hasil D study yang mereferensikan perlunya penambahan indikator untuk komponen penilaian tertentu yaitu untuk komponen-komponen penilaian produk dan penilaian diri untuk sasaran penilaian kelompok tertentu. 2. Data Uji Coba Koefisien Interrater Konfirmasi data hasil uji coba dari hasil Anava, berikut ini disajikan hasil analisis koefisien interrater. Koefisien interrater merupakan salah satu sarana untuk melihat tingkat konsistensi atau keajegan antar penilai dalam memberikan rating terhadap unjuk kerja karya seni lukis siswa. Untuk keperluan ini, peneliti menggunakan koefisien Cohen’s Kappa. a. Koefisien Interrater pada Penilaian Diri Ada 3 (tiga) orang rater yang memberikan rating pada penilaian diri instrumen pendidikan seni lukis anak untuk kelas 3. Pada penilaian diri ini, ada 5 (lima) item yang menjadi objek penilaian. Rangkuman hasil perhitungan konsistensi dan kesepakatan tiga rater tersebut disajikan pada Tabel 7 untuk kelas 3. 30 Tabel 7 Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Antar Penilai pada Penilaian Diri Kelas 3 Penilai U D D I 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 0,82 2 ST 3 4 5 1 2 UD 3 4 5 0,62 0,40 0,76 0,80 0,91 0,82 0,76 0,76 0,82 0,50 0,79 0,85 0,91 0,82 Tabel 7 memberi gambaran bahwa koefisien (kappa) antara ST dengan UD diperoleh dengan mengambil rata-rata koefisien kappa kelima item yang dirating tersebut, yaitu 0.68. Kemudian antara ST dengan DI sebesar 0.84, dan antara UD dengan DI sebesar 0.75. Tingkat konsistensi dan kesepakatan penilai secara keseluruhan dalam peilaian diri kelas 3 dapat diketahui dengan mengambil rata-rata koefisien kappa ketiga pasangan tersebut, yaitu sebesar 0.75. Nilai tersebut memberi gambaran bahwa 75.0% ketiga penilai tersebut memiliki persepsi dan pemahaman yang sama terhadap kostruk penilaian. Nilai koefisien tersebut lebih besar dari kriteria minimal yang digunakan, yaitu 0.64 (Cohen & Swerdlik, 2005: 143), sehingga instrumen tersebut memenuhi syarat reliabel. b. Koefisien Interrater pada Penilaian Kelompok Ada 3 (tiga) orang rater yang memberikan rating pada penilaian kelompok instrumen pendidikan seni lukis anak untuk kelas 3. Pada penilaian kelompok ini, ada 5 31 (lima) item yang menjadi objek penilaian. Rangkuman hasil perhitungan konsistensi dan kesepakatan tiga rater tersebut disajikan pada Tabel 8 untuk kelas 3. Tabel 8 Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Antar Penilai pada Penilaian Kelompok Kelas 3 Penilai U D D I 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 0,79 2 ST 3 4 5 1 2 UD 3 4 5 0,82 0,76 0,76 0,55 0,78 0,83 0,76 0,71 0,72 0,62 0,86 0,77 0,65 0,57 Tabel 8 memberi gambaran bahwa koefisien (kappa) antara ST dengan UD diperoleh dengan mengambil rata-rata koefisien kappa kelima item yang dirating tersebut, yaitu 0,74. Kemudian antara ST dengan DI sebesar 0,75, dan antara UD dengan DI sebesar 0,69. Tingkat konsistensi dan kesepakatan penilai secara keseluruhan dalam penilaian kelompok kelas 3 dapat diketahui dengan mengambil rata-rata koefisien kappa tiga pasangan tersebut, yaitu sebesar 0,73. Nilai tersebut memberi gambaran bahwa ketiga penilai tersebut memiliki persepsi dan pemahaman terhadap konstruk penilaian sebesar 73%. Nilai koefisien tersebut lebih besar dari kriteria minimal yang digunakan, yaitu 0,70, syarat koefisien reliabilitas. 32 sehingga instrumen tersebut memenuhi 3. Data Uji Coba Statistik a. Statistik pada penilaian diri Berdasarkan data hasil uji coba pada penilaian diri yang dapat dilihat pada lampiran 2, dapat disajikan analisis rata-rata nilai dari ketiga rater pada masing-masing butir pertanyaan sebagaimana yang tampak pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Diri untuk Setiap Butir Pertanyaan Butir soal 1 2 3 4 5 Rata-Rata Nilai dari Rater ST UD 9,13 8,46 8,68 8,74 8,74 9,13 8,57 8,46 8,63 8,68 DI 9,11 8,72 8,66 8,61 8,77 Tabel 9 menunjukan bahwa rata-rata penilaian dari ketiga rater pada masingmasing butir pertanyaan relatif seragam. Keseragaman ini menunjukan bahwa instrumen penilaian diri yang digunakan dapat menyatukan persepsi ketiga rater dalam memberikan penilaian terhadap gambar imajinatif siswa. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan rater relatif objektif karena rater yang berbeda memberikan nilai yang relatif seragam. Hasil uji coba penilaian diri gambar imjinatif setiap siswa dari ketiga rater selanjutnya dianalisis secara umum untuk menentukan nilai maksimum, nilai minimum, variansi, dan simpangan baku. Analisis tersebut digunakan untuk membuktikan keajegan setiap rater dalam memberikan penilaian tanpa terpengaruh oleh subjektivitas. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 10. 33 Tabel 10. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Diri Gambar Imajinatif Siswa Statistik Nilai Maksimum Nilai Minimum Rata-rata Variansi Standar Deviasi ST 93.33 66.67 87.33 52.27 7.23 Hasil Penilaian Rater UD 93.33 73.33 86.78 39.91 6.32 DI 93.33 66.67 87.57 43.82 6.62 Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai maksimum yang diberikan oleh ketiga rater relatif seragam yaitu 93,33. Namun demikian, nilai minimum yang diberikan oleh rater UD sedikit berbeda dari kedua rater yang lainnya. Tetapi, perbedaan ini tidak terlalu signifikan karena hanya berselisih 0,67, sehingga masih berada dalam batas kewajaran. Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan yang dilakukan ketika rater juga relatif seragam pada kisaran 86-87, hal ini menunjukan bahwa instrumen penilaian yang digunakan sanggup memberikan hasil penilaian yang objektif. Adapun variansi yang menunjukan tingkat keberagaman nilai siswa berada pada kisaran 39-52, ini menunjukan bahwa nilai siswa cukup bervariasi sesuai dengan kualitas gambar yang dibuat. Standar deviasi dari nilai siswa juga menunjukan angka yang relatif seragam yaitu pada kisaran 6-7 yang berarti standar deviasi nilai (simpangan baku) yang diberikan oleh setiap rater menunjukan keseragaman. Dengan demikain berdasarkan analisis di atas, hasil penilaian diri gambar imajinatif siswa menggunakan instrumen penilaian diri mampu memberikan hasil yang sesuai dengan kualitas gambar imajinatif siswa. 34 b. Statistik pada penilaian kelompok Berdasarkan data hasil uji coba penilaian kelompok dari ketiga rater yang dapat dilihat pada lampiran 2, dapat disajikan analisis rata-rata nilai dari setiap rater pada masing-masing butir pertanyaan sebagaimana yang tampak pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Kelompok untuk Setiap Butir Pertanyaan Butir soal 1 2 3 4 5 ST Rata-Rata Nilai dari Rater UD DI 9.13 8.46 8.74 8.41 8.74 9.13 8.46 8.29 8.68 8.68 9.11 8.77 8.49 8.55 8.83 Tabel 11 menunjukan bahwa rata-rata penilaian yang dilakukan setiap rater pada masing-masing butir pertanyaan relatif seragam. Keseragaman ini menunjukkan bahwa instrumen penilaian kelompok yang digunakan dapat menyatukan persepsi ketiga rater dalam memberikan penilaian terhadap gambar imajinatif siswa. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan rater relatif objektif karena rater yang berbeda memberikan nilai yang relatif seragam. Hasil uji coba penilaian kelompok gambar imjinatif setiap siswa dari ketiga rater selanjutnya dianalisis secara umum untuk menentukan nilai maksimum, nilai minimum, variansi, dan simpangan baku. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Diri Gambar Imajinatif Siswa Statistik Nilai Maksimum Nilai Minimum Rata-rata Variansi Standar Deviasi Hasil Penilaian Rater ST UD 93.33 93.33 63.33 73.33 87.78 86.33 42.93 38.30 6.55 6.18 35 DI 93.33 63.33 87.74 39.61 6.29 Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai maksimum dari ketiga rater relatif seragam yaitu 93,33. Namun demikian, nilai minimum yang diberikan oleh rater UD sedikit berbeda dari kedua rater yang lainnya. Tetapi, perbedaan ini tidak terlalu signifikan karena hanya berselisih 0,67, sehingga masih berada dalam batas kewajaran. Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan yang dilakukan ketika rater juga relatif seragam pada kisaran 86-87, hal ini menunjukan bahwa instrumen penilaian yang digunakan sanggup memberikan hasil penilaian yang objektif. Adapun variansi yang menunjukan tingkat keberagaman nilai siswa berada pada kisaran 38-42, ini menunjukan bahwa nilai siswa cukup bervariasi sesuai dengan kualitas gambar yang dibuat. Standar deviasi dari nilai siswa juga menunjukan angka yang relatif seragam yaitu pada kisaran 6 yang berarti standar deviasi nilai (simpangan baku) dari setiap rater menunjukkan keseragaman. Dengan demikain berdasarkan analisis di atas, hasil penilaian kelompok gambar imajinatif siswa menggunakan instrumen penilaian kelompok mampu memberikan hasil yang sesuai dengan kualitas gambar imajinatif siswa. Berdasarkan analisis hasil penilaian menggunakan instrumen penilaian diri dan kelompok sebagaiman tampak pada Tabel 10 dan Tabel 12, menunjukkan adanya keseragaman penilaian. Dengan demikian, baik hasil penilaian diri maupun hasil penilaian kelompok telah memberikan gambaran yang objektif tentang gambar imajinatif siswa. Sehingga, hasil penilaian diri dan kelompok menggunakan instrumen tersebut dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian yang objektif terhadap gambar imajinatif siswa. 36 B. Data Hasil Penelitian 1. Uji beda t-test pada hasil penilaian diri Sebelum dilakukan uji beda t-test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada kedua sampel. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13. Hasil Uji Normalitas pada Penilaian Diri N Valid NILAI1 40 NILAI2 40 0 0 Missing Skewness -.702 -.238 Std. Error of Skewness .374 .374 Kurtosis .618 -.859 Std. Error of Kurtosis .733 .733 Berdasarkan tabel di atas, dapat dihitung nilai Zskewness dan Zkurtosis sebagai berikut. NILAI1 (Penilaian tanpa instrumen non-test) Zskewness Skewness 6 N 0.702 6 40 Zkurtosis 1.813 Kurtosis 24 N 0.618 24 40 0.798 NILAI2 (Penilaian dengan instrumen non-test) Zskewness Skewness 6 N 0.238 6 40 Zkurtosis 0.615 37 Kurtosis 24 N 0.859 24 40 1.109 Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis jauh lebih kecil dari Ztabel yaitu 1.96. Dengan demikian dapat disimpulakan pada taraf signifikansi 5% kedua sampel di atas berdistribusi normal. Secara grafik, normalitas kedua sampel sebagai berikut. Tanpa instrumen non-tes Dengan instrumen non-tes Gambar 3. Grafik Uji Normalitas pada Penilaian Diri Setelah terbukti kedua sampel berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji beda t-test. Adapun hasil analisis uji-t disajikan pada tabel 14 dan tabel 15 berikut. Tabel 14. Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian diri Pair 1 NILAI1 Mean 76.9990 NILAI2 85.5000 40 Std. Deviation 6.03094 Std. Error Mean .95357 40 6.20357 .98087 N Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian diri tanpa menggunakan instrumen adalah 76,99 sedangkan setelah menggunakan instrumen adalah 85,50. Secara absolute jelas bahwa rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa dan menggunakan instrumen berbeda. Untuk melihat apakah secara statistik perbedaan ini signifikan, maka dilakukan uji-t sebagaimana yang hasilnya tampak pada tabel berikut 38 Tabel 15. Hasil Uji Beda t-test Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian diri Paired Differences Mean Pair 1 NILAI1 NILAI2 -8.5010 Std. Deviation 4.26711 Std. Error Mean .67469 t Sig. df (2-tailed) 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -9.8657 -7.1363 -12.600 39 .000 Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai-t adalah -12.600 (lebih kecil dari batas bawah) dengan probabilitas signifikansi 0.000 (two tail). Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa nilai rata-rata penilaian diri tanpa dan menggunakan instrumen penilaian diri berbeda secara signifikan. Dengan kata lain instrumen penilian diri dapat meningkatkan nilai gambar imajinatif siswa. 2. Uji-t pada hasil penilaian kelompok Sebagaimana pada penilaian diri, Sebelum dilakukan uji beda t-test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas pada kedua sampel. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Hasil Uji Normalitas pada Penilaian Kelompok N Valid Missing NILAI1 40 NILAI2 40 0 0 Skewness .492 .081 Std. Error of Skewness .374 .374 -.032 -1.166 .733 .733 Kurtosis Std. Error of Kurtosis Berdasarkan tabel di atas, dapat dihitung nilai Zskewness dan Zkurtosis sebagai berikut 39 NILAI1 (Penilaian tanpa instrumen non-test) Zskewness Skewness 6 N 0.492 6 40 Zkurtosis 1.270 Kurtosis 24 N 0.032 24 40 0.041 NILAI2 (Penilaian dengan instrumen non-test) Zskewness Skewness Zkurtosis 6 N 0.081 0.209 6 40 Kurtosis 24 N 1.166 24 40 1.505 Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis jauh lebih kecil dari Ztabel yaitu 1.96. Dengan demikian dapat disimpulakan pada taraf signifikansi 5% kedua sampel di atas berdistribusi normal. Secara grafik, normalitas kedua sample sebagai berikut. Tanpa instrumen non-tes Dengan instrumen non-tes Gambar 3. Grafik Uji Normalitas pada Penilaian Kelompok Setelah terbukti kedua sampel berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji beda t-test. Adapun hasil analisis uji-t disajikan pada tabel 17 dan tabel 18 berikut. 40 Tabel 17. Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian Kelompok Mean Pair 1 Tabel N Std. Deviation Std. Error Mean NILAI1 79.4995 40 5.09640 .80581 NILAI2 86.3340 40 4.99463 .78972 17 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian kelompok tanpa menggunakan instrumen adalah 79,49 sedangkan setelah menggunakan instrumen adalah 86,33. Secara absolute jelas bahwa rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa dan menggunakan instrumen berbeda. Untuk melihat apakah secara statistik perbedaan ini signifikan, maka dilakukan uji-t sebagaimana yang hasilnya tampak pada tabel berikut Tabel 18. Hasil Uji Beda t-test Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian Kelompok Mean Paired Differences Std. Deviation Std. Error Mean t Lower Pair 1 NILAI1 NILAI2 -6.8345 3.19876 .50577 df 95% Confidence Interval of the Difference -7.8575 Sig. (2-tailed) Upper -5.8115 -13.513 39 .000 Tabel 18 menunjukkan bahwa nilai-t adalah -13.513 (lebih kecil dari batas bawah) dengan probabilitas signifikansi 0.000 (two tail). Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa nilai rata-rata penilaian kelompok tanpa dan menggunakan instrumen penilaian kelompok berbeda secara signifikan. Dengan kata lain instrumen penilian kelompok dapat meningkatkan nilai gambar imajinatif siswa. 41 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada BAB IV, dapat disusun kesimpulan bahwa hasil penilaian gambar “imanjinatif” siswa kelas III sekolah dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari lembar penilaian diri dan lembar penilaian kelompok. Pengguna instrumen ini adalah pendidik sebagai rater. Komponen yang menjadi objek penilaian meliputi penilaian diri dan penilaian kelompok. Komponen penilaian diri 5 (lima) item, dan komponen penilaian kelompok 5 (lima) item. Karakteristik instrumen penilaian hasil belajar gambar imajinatif siswa yang mencakup validitas, reliabilitas, dan keterpakaian di SD telah teruji. Validitas telah teruji melalui pendapat para pakar bidang seni lukis, pakar bidang penilaian pendidikan, dan para praktisi lapangan. Reliabilitas telah teruji melalui teknik generalizeability theory (Teori G) dan interrater Cohen’s Kappa. Koefisien Genova untuk instrumen ini sebesar 0,70 dan koefisien Cohen’s kappa 0,74 telah memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan yaitu 0,70. Adapun untuk membuktikan adanya perubahan hasil penilaian gambar imajinatif siswa dengan instrumen non-test digunakan uji beda t-test setelah sebelumnya terbukti bahwa kedua sampel berdistribusi normal. Berdasarkan uji beda t-test, diperoleh t-hitung untuk penilaian diri sebesar -12.60 dan untuk penilaian kelompok sebesar -13.513 yang keduanya signifikan pada taraf 5%. Dengan demikian, hasil penilaian tanpa dan dengan menggunakan instrumen penilaian non-tes berbeda secara nyata. 42 B. Saran Pemanfaatan Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk sekolah hendaknya mengadakan pelatihan penggunaan instrumen penilaian seni lukis anak bagi guru mata pelajaran seni budaya dan keterampilan di sekolah dasar, agar guru dapat memberikan penilaian secara objektif hasil seni lukis anak. 2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang latar belakang penciptaan karya seni lukis anak agar penilaian lebih objektif maka guru hendaknya membiasakan anak untuk menilai karya lukis sendiri dan karya temannya. 43 DAFTAR PUSTAKA Brennan, Robert L. (1983). Element of generalizability theory. Iowa City: ACT Publication. De Francesco-Italio. (1958). Art Education Its Means and Ends. New York: Harper & Brother Publisher. Eisner, Elliot W. (1972). Educating artistic vision. Reston, VA:NAEA. Imam Ghazali. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate DENGAN Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro Linderman, Earl. (1977). Art & crafts for the classroom. USA: Macmillan Publishing Company. Linn, Robert L. (1990). Measurement and evaluation in teaching. New York: Macmillan Publising Company. Peraturan Pemerintah RI. (2005). Peraturan pemerintah , Nomor 19, tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan. Ricci, Corrado. (1960). L’art de bambini. Leipzig. Pedagogical Sem.3 (1906);302-307. Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2000). Kesenian dalam pendekatan budaya. Bandung: STISI Press. Salam, Sofyan. (2001). Pendekatan ekspresi diri, disiplin dan multikultural dalam pendidikan seni rupa. Makalah disajikan dalam Seminar & Lokakarya Nasional Pendidikan Seni, di Jakarta. Soedarso. (2006). Trilogi seni penciptaan eksistensi dan kegunaan seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. 44 LAMPIRAN 45 Lampiran 1 Instrumen Penilaian Diri dan Kelompok 46 LEMBAR PENILAIAN DIRI ”PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SENI LUKIS ANAK” Nama : Tanggal : Nama tugas : Tanggal pengumpulan : Berilah tanda v pada kotak yang dipilih! 1. Saya ..............................terhadap tugas yang diberikan. KODE S01 2. Saya............................. dalam mengerjakan tugas. 3. Saya............................. dalam proses penciptaan karya saya 4. Saya .............................terhadap hasil pekerjaan saya. Ceritakanlah pengalaman menarikmu serta kendala-kendala yang dihadapi selama pembuatan karya lukis serta usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut ! ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 47 ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ LEMBAR PENILAIAN KELOMPOK (Peer Assessment) ”PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SENI LUKIS ANAK” Nama pemilik : Tanggal : Nama tugas : Tanggal pengumpulan : Berilah tanda v pada kotak yang dipilih! 1. Saya ............................terhadap bentuk objek lukisan. KODE S02 2. Saya …………………terhadap komposisi warna yang digunakan. 3. Saya………………….terhadap kebersihan lukisan 4. Saya…………………terhadap lukisan secara keseluruhan. Berilah saran dan pendapatmu terhadap karya lukis yang dibuat! ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... Nama penilai: ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ....................................................................................... 48 Lampiran 2 Gambar Imajinatif Siswa 49 Lampiran 2 50 Lampiran 3 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Nama Sswa Achmad Bagus Surya S Ade edhar Puji Kesuma Hurip Arvian Risky Nestiayanto Atya Rahmalia Amanda Aurellia Dwi Cahya Daniela Artamega Sahdi Dony Adhi Lesmana Karnean Elsa Nurhidayati Florentina D Isaac Jose Christanto Kinanti Nareswari I P Marva Marsa Valina M. haikal Nafi Natalia Cristy Nurulika Azzahira Larasati Rahadhian Shinta Miftahulul J Rama Nur pamungkas Riandika Kharisma Putra Risky Rohmadian Sekar Arum Purnamawati Abi Kariami Putra Pamungkas Ade Dikcy Handriyana Alfera Marliana Assyafa Yusan Cristanto Dwi Kurniawan Brayan Primanda Desak Ayu Maharatin PI Dwi Adi Saputro Febyan Ananda Putri K Hansamu bagasing K Jihan Tri Malyana Laksa Kelana Aditya S M. Agastya Mahendra Nadia Kirana Zalfaah Nurangga Pratama Agustina Putri Ayu Nurazizah Rahayu Ermawati Ratna Wahyu H A Rifky Kurniawan Setyawira Wicaksana Instrument Guru 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 51 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 Nilai 80.00 73.33 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 80.00 60.00 80.00 86.67 73.33 80.00 73.33 80.00 73.33 80.00 73.33 73.33 73.33 80.00 73.33 73.33 73.33 86.67 80.00 86.67 86.67 73.33 80.00 60.00 80.00 86.67 73.33 80.00 73.33 73.33 73.33 73.33 73.33 Instrument Uji Coba 1 2 3 4 5 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 Nilai 86.67 86.67 86.67 93.33 80.00 86.67 93.33 93.33 73.33 80.00 93.33 80.00 86.67 86.67 86.67 86.67 93.33 80.00 80.00 86.67 93.33 73.33 80.00 80.00 93.33 80.00 93.33 93.33 80.00 86.67 73.33 86.67 93.33 86.67 93.33 80.00 86.67 80.00 86.67 80.00 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Nama Sswa Achmad Bagus Surya S Ade edhar Puji Kesuma Hurip Arvian Risky Nestiayanto Atya Rahmalia Amanda Aurellia Dwi Cahya Daniela Artamega Sahdi Dony Adhi Lesmana Karnean Elsa Nurhidayati Florentina D Isaac Jose Christanto Kinanti Nareswari I P Marva Marsa Valina M. haikal Nafi Natalia Cristy Nurulika Azzahira Larasati Rahadhian Shinta Miftahulul J Rama Nur pamungkas Riandika Kharisma Putra Risky Rohmadian Sekar Arum Purnamawati Abi Kariami Putra Pamungkas Ade Dikcy Handriyana Alfera Marliana Assyafa Yusan Cristanto Dwi Kurniawan Brayan Primanda Desak Ayu Maharatin PI Dwi Adi Saputro Febyan Ananda Putri K Hansamu bagasing K Jihan Tri Malyana Laksa Kelana Aditya S M. Agastya Mahendra Nadia Kirana Zalfaah Nurangga Pratama Agustina Putri Ayu Nurazizah Rahayu Ermawati Ratna Wahyu H A Rifky Kurniawan Setyawira Wicaksana Instrument Guru 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 52 4 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 5 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 Nilai 80.00 80.00 80.00 86.67 80.00 80.00 86.67 86.67 73.33 80.00 80.00 80.00 80.00 73.33 80.00 80.00 80.00 73.33 73.33 73.33 80.00 73.33 73.33 73.33 86.67 80.00 86.67 86.67 80.00 80.00 73.33 80.00 93.33 73.33 86.67 80.00 80.00 73.33 80.00 73.33 Instrument Uji Coba 1 2 3 4 5 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 Nilai 93.33 86.67 86.67 93.33 80.00 86.67 93.33 93.33 80.00 86.67 86.67 86.67 86.67 86.67 86.67 80.00 86.67 80.00 80.00 86.67 93.33 80.00 80.00 80.00 93.33 80.00 93.33 93.33 86.67 86.67 80.00 86.67 93.33 86.67 93.33 86.67 86.67 80.00 86.67 80.00 53 54 55 56