I AKTIIR TAHUN LAPORAN

advertisement
LAPORAN AKTIIR TAHUN
Kode/Nama Rumpun Ilmu* : 782lPendidikan Teknik Bangunan
I
IM PLEIVIENTASI MGD EL HIPOTETIK PEMBELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN TERINTEGRASI BIDANG PRODUKTIF
SISWA SMK BIDANG KEAHLIAN BANGUNAN
Tahun ke
DRS. V.
I dari rencana I tahun
LILIK HARIYANTO, MPD.
NIDN: 00171261t0
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
NOVEMBER 2OI3
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kernenterian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian pelaksanaar penugasan penelitian
Nomor: 532alBOpTNruN34.2 t/201 3 Tangg al il Wtei ZOLS
H.{I.{
Jur'lul
Iirgral:n
}
LI\
PI
\
(-;E
5.*I.L\
Iruplc:::*nTr:t 1,1r,drl HLprrtrlrl; PrruLeiiluari
T.'t:rifegr*ir EtCt.us Prochrl:trf
Sr,.ir,,'r
Ii,=irLL.r.;,;Lli;rr
Sl'oli Bt;la::e Kr.rhh;tr E;iur.ut:r::
Fenelitr r Peletri:an;
)i.r :l:;t L;::
Dri \:.{I.E.}Ti].ij-:5
:1.:,",1-:
)*:]).
J
ijf)1..
:l,ti :tt: i rri,rt:
i.:L;::: \;tr.:
;rl:,;t
P:
:
t;
F,illlAl'lf0
1,,{ Pcl
l.r:illCtl:ar: fek:rk Bsrilrur,"rrr
/ri.
,r a
;-,r:r,
LiI-ZK
1'.i
I
l','::::,it HJ
\
,11){11
r
_!1r.,ia,ia,l
_
__-.r,,.-,(,,r.t j,
iLhk
h., Ji.,,.r[rc,c.c,r.rcl
lnsrrr:l;i idlrla (:rka ad*)
li;i::r
hi,trnr,r l'tlrtr I
--.ll::r,ri
P,:rirr.rrf
Lrri
:
ir,,,,.il-r
i ,i;t:'r rr;:clni
Tiiltu:: Fr I tLs anr.ar.
f,ri:trrr ke
Bi ;rva Tai:Lu: Br11 ;"lan
I{r jir iti:[i
Bra,l;r
6*r*1l,r*o,
1 lihr.t::
i"i,lrt.;.1";r]r
R.1L tr li'J
4-
ffi
ff
-t
,:itl
i:.{Li},IIV- t LIL:i
Il):i
',t
J.t
H,{Rli-.-:-\;Ti_i
,
IIP'NII(
l irai 1 l
UNY
19621 I I i 1988031001
l
I
i
1'.r-S{itj 1 I
il,l
1
IMPLEMENTAS MODEL HIPOTETIK PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN
TERINTEGRASI BIDANG PRODUKTIF SISWA SMK BIDANG BANGUNAN
V. Lilik Hariyanto
Fakultas Tenik, Universitas Negeri Yogyakarta
email: lilik_hariyanto@uny.ac.id
Abstract
Strategic issues: (1) entrepreneurial and productive learning in SMK yet integrated, (2) SMK
graduates have not been able to print for independent entrepreneurship, (3) target of vocational
school graduates in entrepreneurship in 2014 was 10% but only reached 4.5%.
The purpose of the study: (1) find an integrated model of entrepreneurial learning, (2) generating
devices integrated model of entrepreneurial learning, (3) produce a model of entrepreneurial
learning is integrated with appropriate criteria, (4) produce a model of entrepreneurial learning is
integrated with effective criteria, (5) produce a model of entrepreneurial learning is integrated
with practical criteria.
The research method used for Research and Development of Borg & Gall. namely: (1) research, to
gather data about the product to be developed, (2) development, to analyze the product through
learning in the classroom. The study was conducted at SMKN 2 Kulon Progo. The subjects were
students of class X competency skills of stone and concrete construction techniques.
Results of the study: (1) found integrated entrepreneurial learning model called PKT Model, (2)
generated model of entrepreneurial learning integrated device, comprising: (a) manual models, (b)
entrepreneurial learning modules, (c) Job Sheets learning practices, (d) RPP integrated, (3)
generated model of entrepreneurial learning is integrated with appropriate criteria, (4) generated
model of entrepreneurial learning is integrated with effective criteria, (5) generated model of
entrepreneurial learning is integrated with practical criteria.
Keywords: integrated model of entrepreneurial learning
Program kewirausahaan bagi siswa terus
dibenahi. Pemerintah telah mengeluarkan
Instruksi Presiden RI Nomor 4, tahun 1995
tentang “gerakan nasional memasyarakatkan
dan
membudayakan
kewirausahaan”.
Kemudian Inpres ini ditindaklanjuti oleh
Depdiknas, dengan diluncurkannya program
pengembangan kewirausahaan dalam bentuk
paket-paket pendidikan dan kegiatan bagi
siswa SMK dan mahasiswa. Program ini
merupakan bentuk kepedulian pemerintah
dan Depdiknas terhadap masih tingginya
tingkat pengangguran dikalangan terdidik
khususnya lulusan SMK serta dalam rangka
menjawab tantangan global. Pemerintah
melalui Departemen Koperasi dan UKM juga
telah mencanangkan program “Getuk
Nasional” (Gerakan Tunas Kewirausahaan
Nasional) untuk pelajar. Program ini
merupakan gerakan penanaman jiwa
kewirausahaan secara dini kepada siswasiswa khususnya dan masyarakat pemula
yang akan melakukan kegiatan wirausaha
(Suryadharma Ali dalam Wiedy Murtini,
1. PENDAHULUAN
Implikasi pendidikan kejuruan di SMK
yang bermuara pada implementasi model
pembelajaran
kewirausahaan
didukung
dengan diberlakukannya kurikulum berbasis
kewirausahaan, (Muhammad Nuh, 2009).
Sementara
program
SMK
bertujuan
mempersiapkan
lulusan
yang
tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi
untuk lebih siap masuk dunia kerja
(Depdiknas, 2009: 5). Di sisi lain, integrasi
perekonomian tingkat lokal, nasional,
regional, dengan perekonomian global seperti
AFTA, APEC, memang tidak bisa dihindari.
Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau,
kenyataan integrasi perekonomian dunia ini
memang harus dihadapi oleh SMK. Syafie
dalam Wiedy Murtini (2009:6), mengatakan
bahwa globalisasi telah merubah tatanan
kehidupan
dalam
masyarakat.
Oleh
karenanya dengan mempersiapkan dan
mengembangkan calon lulusan SMK
diharapkan ke depan mampu bersaing di
tingkat global.
246
2009:7). Idealnya, jumlah wirausaha mandiri
minimal adalah 2% dari total populasi. Tahun
2009, persentase wirausaha mandiri masih
berada di angka 0,18%, artinya masih jauh di
bawah standar ideal (Rhenald Khasali, 2010).
Lulusan SMK dengan kompetensi
keahlian teknik konstruksi batu dan beton,
setelah lulus mempunyai peluang yang
terbuka lebar dalam berwirausaha. Namun,
selama ini peluang tersebut belum tertangkap
oleh mereka. Hal ini diduga karena
pembelajaran bidang kewirausahaan dan
bidang
produktif
belum
terintegrasi.
Berdasarkan
fakta
ini, permasalahan
mendasar dalam kajian ini adalah terletak
pada: (1) bagaimanakah menemukan
Permasalahan-permasalahan,
tujuan
kegiatan dan rencana pemecahan masalah di
atas, untuk menjawabnya perlu didekati
melalui kajian-kajian pustaka yang relevan.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan
pada jenjang menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu, (PP 29
tahun 1990, Pasal 1 ayat 3). Wardiman
Djojonegoro (1998:34) yang merumuskan
bahwa pendidikan kejuruan sebagai program
pendidikan yang secara langsung dikaitkan
dengan penyiapan seseorang untuk suatu
pekerjaan tertentu atau untuk persiapan
tambahan karier seseorang. Definisi lain
Finch
&
Crunkilton
(1999:161)
menyebutkan: Vocational education as an
education that provides supplies to the
students for earning a living” yang artinya
pendidikan kejuruan sebagai pendidikan
yang memberikan bekal kepada peserta didik
untuk bekerja guna menopang hidupnya.
Sebagai bagian dari pendidikan kejuruan,
menurut Becker, SMK merupakan lembaga
pendidikan untuk menghasilkan specific
human capital, (Depdiknas, 2008: 2). Di
SMK sejak awal siswa dididik untuk
berkomitmen pada keterampilan tertentu
(specific) yang match langsung dengan
kepentingan sektor dunia usaha atau industri
tertentu. Di dalam dokumen Road Map of
DPSMK
2006-2010
memberikan
dukunganan atas gagasan bahwa pendidikan
kejuruan (vocational education) dalam
sistem pendidikan menengah di Indonesia
sangat
penting
untuk
ditingkatkan,
(Depdiknas, 2008:3).
Winardi (2003), mengatakan proses
kewirausahaan dimulai karena adanya
fenomena supply push, yaitu suatu dorongan
yang memaksa untuk berwirausaha karena
keadaan yang memang harus dilakukannya.
Hal senada juga disampaikan oleh Wiedy
Murtini (2009), yang mengatakan sebagai
suatu keadaan “buruk” yang justru
memberikan “tantangan” bagi seseorang
yang mau maju untuk memperbaiki keadaan.
Seseorang tersebut melihat tantangan sebagai
suatu “kesempatan” yang harus diraih. Untuk
bisa meraih kesempatan ini harus ada “ide”
terlebih dahulu. Inilah yang disebut
kewirausahaan. Dengan demikian proses
dimulai dari adanya tantangan, kemudian
menemukan ide, dan akhirnya meraih
kesempatan untuk merealisasi ide baru.
model pembelajaran kewirausahaan
terintegrasi,
(2)
bagaimanakah
menghasilkan
perangkat
model
pembelajaran kewirausahaan terintegrasi,
(3) bagaimanakah menghasilkan model
pembelajaran kewirausahaan terintegrasi
dengan kriteria tepat, (4) bagaimanakah
menghasilkan
model
pembelajaran
kewirausahaan
terintegrasi
dengan
kriteria efektif, dan (5) bagaimanakah
menghasilkan
model
pembelajaran
kewirausahaan
terintegrasi
dengan
kriteria praktis.
Tujuan kegiatan ini secara garis besar
adalah:
(1)
menemukan
model
pembelajaran yang dapat menghasilkan
lulusan yang siap untuk berwirausaha
mandiri di SMK, (2) dihasilkan suplemen
perangkat pembelajaran untuk menunjang
kegiatan pembelajaran di kelas.
Rencana
pemecahan
masalah
berdasarkan
tahapan-tahapan:
(1)
pengembangan model pembelajaran
terintegrasi melalui kegiatan work shop
DACUM dan FGD, (2) pembuatan
suplemen
perangkat
pembelajaran
berupa: (a) panduan model pembelajaran
terintegrasi, (b) modul pembelajaran
kewirausahaan,
(c)
job
sheet
pembelajaran praktik dan (d) RPP
terintegrasi, (3) implementasi model
pembelajaran
terintegrasi
dalam
pembelajaran di kelas dengan ditunjang
oleh suplemen perangkat pembelajaran
yang telah dibuat.
247
PRIBADI:
Pencapaian locos
of control
Toleransi
Pengambil resiko
Nilai-nilai pribadi
Pendidikan
Pengalaman
INOVASI
PRIBADI:
Pengambil
resiko
Ketidakpuasan
Pendidikan
Usia
Komitmen
SOSIOLOGI:
Jaringan
Kelompok
Orang tua
Keluarga
Model peran
KEJADIAN
PEMICU
LINGKUNGAN:
Peluang
Model peranan
Aktivitas
PRIBADI:
Wirausahawan
Pemimpin
Manajer
Komitmen
Visi
ORGANISASI:
Kelompok
Strategi
Struktur
Budaya
Produk
PERTUMBUHAN
IMPLEMENTASI
LINGKUNGAN:
Kompetisi
Sumberdaya
Inkubator
Kebijakan
pemerintah
LINGKUNGAN:
Pesaing
Pelanggan
Pemasok
Investor
Gambar 1.
Model Proses Kewirausahaan.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa
model kewirausahaan yang dikemukakan
oleh Bygrave dalam Wiedy Murtini (2009:
42), adalah menekankan pada faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
proses
kewirausahaan. Faktor yang paling dominan
adalah terletak pada faktor yang berasal dari
pribadi wirausaha/entrepreneur sendiri dan
faktor lingkungan, baru diikuti oleh faktor
sosial dan keorganisasian. Surya Dharma
(2010)
membedakan
karateristik
kewirausahaan menjadi dua yaitu: (1)
kualitas dasar kewirausahaan yang meliputi:
(a) kualitas daya pikir, (b) daya hati/qolbu,
dan (c) daya fisik, (2) kualitas instrumental
kewirausahaan, meliputi penguasaan disiplin
ilmu, baik mono disiplin ilmu, antar disiplin
ilmu, maupun lintas disiplin ilmu.
Kewirausahaan bukanlah sekadar monodisiplin (ekonomi, matematika, manajemen,
dan sebagainya) dan juga bukan hanya antar
disiplin ilmu (manajemen perusahaan,
ekonomi pertanian, psikologi industri, dan
sebagainya), akan tetapi juga lintas disiplin
ilmu (lingkungan hidup, kependudukan, dan
sebagainya).
Walaupun pendidikan kewirausahaan
mulai mendapatkan tempat di SMK, tetapi
masih menjadi pertanyaan seberapa jauh
pendidikan ini dapat menghasilkan wirausaha
baru. Temuan the global entrepreneurship
monitor (GEM Report) dalam Agus W.
Soehadi, Eko Suhartanto, V. Winarto, et al.
(2011:50-51), melaporkan selama enam
tahun di lebih dari 40 negara, menunjukkan
bahwa latihan dan pendidikan kewirausahaan
merupaka
faktor
yang
signifikan
mempengaruhi
perkembangan
jumlah
wirausaha di suatu negara.
Wirausaha
Pendidikan
Kewirausahaan
Populasi Non
Wirausaha
Kesempatan untuk menemukan calon wirausaha
Gambar 2.
Peran Pendidikan Kewirausahaan
Damayanti
(2007)
memberikan
pemikiran yang terkait dengan pembelajaran
kewirausahaan yang diakuinya sebagai
materi strandar dari ILO dengan prinsip
berikut: (1) dalam proses pembelajaran yang
bertujuan
untuk
menanamkan
sikap
kewirausahaan, murid seharusnya didorong
248
untuk mengindentifikasi minat mereka, (2)
mengekpresikan perasaan mereka, (3)
menerapkan apa yang telah mereka pelajari
ke situasi-situasi lain, (4) memahami caracara yang terbaik bagi mereka untuk belajar,
(5) menemukan apa yang memotivasi
mereka, (6) belajar dari pengamatan dan
pengalaman mereka, (7) menilai kemajuan
yang mereka capai, (8) mengkoreksi
kesalahan-kesahalan mereka, (9) menetapkan
standar kinerja bagi diri sendiri, (10)
memperoleh pemahaman, (11) meningkatkan
kemampuan menyesuaikan diri.
Implementasi pendidikan kewirausahaan
di SMK dapat dilakukan dengan bermacammacam strategi dengan melihat kondisi siswa
serta lingkungannya. Prinsip pendidikan
harus masih dalam kerangka: (1) tidak
mengubah sistem pendidikan yang berlaku,
(2) tidak mengubah kurikulum, namun
diperlukan penyiasatan kurikulum untuk
diorientasikan pada kewirausahaan, (3) etika
sosio-religius bangsa dapat diintegrasikan
dalam proses pendidikan, (4) pembelajaran
menggunakan prinsip learning to know,
learning to learn, learning to be dan learning
to live together, (Dasim Budimansyah,
2003). Dengan memperhatikan prinsipprinsip tersebut, pendidikan kewirausahaan
dalam pembelajaran di SMK dapat
dilaksanakan dengan berbagai model,
misalnya: (1) pembelajaran berbasis proyek
(project based learning), (2) pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning),
(3) pembelajaran berbasis aktivitas (activities
based learning), dan (4) pembelajaran
berbasis kerja (work based learning).
Menurut Hytti & O’Gorman (2004)
pendidikan kewirausahaan sebagai titik awal
didasari atas pendekatan “pembelajaran
tindakan”. Pembelajaran ini menekankan
proses pembelajaran melalui aktivitas yang
dilakukan. Dalam menjalankan aktivitas ini,
siswa tidak hanya mendiskusikan implikasi
praktis dari solusi tersebut, tetapi juga
konsekuensi yang muncul dari mis-aplikasi
konsep dan teori yang digunakan. Dengan
demikian pembelajaran tindakan tidak hanya
menekankan
pada
pengalaman
yang
diperoleh ketika menjalankan kegiatan, tetapi
juga memiliki dasar pengetahuan yang kuat
sebelum menjalankan kegiatan tersebut.
Siswa tidak hanya terampil dalam memilih
konsep mana yang akan digunakan dalam
memecahkan masalah, tetapi juga dapat
memperkaya pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya. Heinonen & Poikkijoki (2006)
menyarankan pendekatan action learning
dapat diadaptasi ke dalam model pendidikan
kewirausahaan dalam menghasilkan lulusan
yang mempunyai karakter dan berperilaku
sebagai wirausaha.
Maksud dan Niat
Kegiatan Pemicu
Pemahaman mengenai kewirausahaan
Pengetahuan
Mengalami proses
berwirausaha
Pengalaman
Mengeksplorasi peluang
Tindakan
Kapasitas Kewirausahaan
Gambar 3.
Model Pendidikan Kewirausahaan
(Modifikasi dari Heinonen & Poikkijoki)
Pengembangan model pembelajaran
terintegrasi
antara
mata
pelajaran
kewirausahaan dengan mata pelajaran
produktif
digunakan
pendekatan
pengembangan gabungan antara: (1) model
Instructional Develompment Institute (IDI)
yang terdiri dari langkah-langkah: (a)
mengidentifikasi, (b) pengembangan dan (c)
mengevaluasi (Gustafson, 1981); (2) model
pembelajaran Joyce, Weil & Calhoun (2009),
unsur-unsurnya terdiri dari: (a) sintaks, (b)
sistem sosial, (c) prinsip-prinsip reaksi, (d)
sistem pendukung, (e) dampak instruksional
dan (f) dampak pengiring; (3) model
pembelajaran kewirausahaan Project Based
Learning (PBL) dari Universitas Ciputra
Surabaya yang langkahnya terdiri: (a)
discovery, (b) concept development, (c)
resourcing,
(d)
actualization,
(e)
harvesting/revise.
Model ini menghubungkan antara mata
pelajaran kewirausahaan dan mata pelajaran
kompetensi keahlian bidang produktif.
Implementasi pembelajaran tidak jauh
berdeda dengan kenyataan dan pengalaman
hidup sehari-hari.
249
Materi
terintegrasi
Mata Pelajaran
Kewirausahaan
SK-KD Mata Pelajaran Kewirausahaan
Pembelajaran
Terintegrasi
Terintegrasi
SK-KD Mata Pelajaran Produktif
Mata Pelajaran
Produktif
SMT
GANJIL
MODEL
IDI
SMT
GENAP
Mendefinisikan
Pengembangan
D
C
D
H
C
R
H
R
A
Mengevaluasi
Model
PKT
A
ENTREPRENEURIAL
PROCESS
D: Discovery
C: Concept Development
R: Resourcing
A: Actualization
H: Harvesting/Revise
Tepat
Efektif
Praktis
Gambar 4.
Model Hipotetik Pembelajaran Kewirausahaan Terintegrasi (Model PKT)
instrument lembar ketepatan. Lembar ini
dipergunakan untuk mengetahui validasi
isi dan validasi konstruksi model.
Validasi
isi
dimaksudkan
untuk
mengukur ketepatan teori pembelajaran
yang dipergunakan dalam membangun
model. Sedangkan validasi konstruk
dimaksudkan
untuk
mengukur
konsistensi secara internal di antara
komponen-komponen model.
2. METODE PENELITIAN
Inti penelitian ini termasuk penelitian dan
pengembangan (Research & Development),
yang berorientasi pada pengembangan
produk. Gay (1990: 10) menyatakan bahwa
penelitian dan pengembangan menghasilkan
produk. Dalam penelitian ini produknya
adalah model pembelajaran kewirausahaan
terintegrasi
yang
selanjutnya
dapat
diimplementasikan di sekolah.
Kegiatan implementasi model dilakukan
di SMKN 2 Pengasih Kulonprogo, pada
kompetensi keahlian teknik konstruksi batu
dan beton kelas X. Pada tahap awal, yang
menjadi subyek penelitian antara lain berasal
dari sekolah, dunia usaha/dunia kerja.
Pengembangan angket terdiri dari: (1)
aspek petunjuk (2) aspek cakupan (3) aspek
bahasa. Ketepatan model menggunakan
Keefektifan
model
menggunakan
instrument: (1) Lembar observasi aktivitas
siswa dalam pembelajaran; (2) Lembar
observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran; (3) Angket respons siswa
terhadap penerapan model dan (4) Angket
respons guru terhadap penerapan model.
Lembar observasi aktivitas siswa dalam
250
pembelajaran dipergunakan sebagai pedoman
mengamati
perilaku
siswa
selama
pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa
adalah keterlibatan atau perhatian siswa yang
dilakukannya dalam pembelajaran.
Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran ditinjau dari lima aspek, yaitu:
(1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti;
(3) kegiatan penutup; (4) kesesuaian
pembelajaran dengan RPP; dan (5) suasana
kelas selama pembelajaran berlangsung.
Angket respons siswa dan guru
merupakan ungkapan perasaan, pendapat,
dan komentar siswa dan guru terhadap
kegiatan pembelajaran. Angket tersebut
merupakan respons siswa dan guru terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Selain itu komentar siswa dan guru yang
bersifat konstruktif dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk melakukan revisi
terhadap model yang dipergunakan dalam
pembelajaran.
Kepraktisan model diukur dengan
lembar observasi keterlaksanaan model yang
dipergunakan sebagai pedoman untuk
mengamati keterlaksanaan model. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah
model memenuhi kriteria praktis.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kompetensi kerja kewirausahaan yang
dibutuhkan bagi dunia usaha dapat digali
melalui pendekatan DACUM (Developing a
curriculum). Hasil analisis DACUM berupa
kompetensi kewirausahaan yang dibutuhkan
di dunia kerja serta hasil identifikasi
kebutuhan pembelajaran di sekolah melalui
survey dipadukan melalui suatu kegiatan
Focus Group Discussion (FGD).
Tabel 1.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Kewirausahaan Terintegrasi
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mengembangkan semangat wirausaha
Membangun komitmen tinggi
Mengaktualisasikan sikap dan perilaku
wirausaha
Resiko usaha
Membuat keputusan
Menerapkan jiwa kepemimpinan
Membangun visi dan misi usaha
Menganalisis aspek perencanaan usaha
Merencanakan usaha kecil/mikro
Menyusun proposal usaha
Analisis kompetensi kerja bidang
produktif, khususnya kompetensi keahlian
teknik konstruksi batu dan beton yang
berkaitan dengan pengembangan produk
benda kerja, dilakukan survey dibeberapa
tempat usaha toko bangunan. Dari kegiatan
survey beberapa benda produk kompetensi
keahlian praktik kerja batu dan beton yang
nantinya bisa diintegrasikan kedalam
pembelajaran kewirausahaan adalah dapat
dilihat pada table berikut ini. Angket untuk
survey produk kompetensi keahlian teknik
konstruksi batu dan beton yang berada
disekitar wilayah SMK.
Tabel 2.
Hasil Survey Produk Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton
No Produk Kompetensi Keahlian Praktik Kerja Batu dan Beton
1 Batako
2 Paving bok
3 Profil hias dari campuran pasir – semen portlan
4 Roster hias dari campuran pasir – semen portlan
5 Pion hias dari campuran pasir – semen portlan
6 Tutup sumur, tutup bio pori, tutup septic tank dari beton bertulang
7 Bak mandi dari tegel keramik
8 Bak cuci piring dari tegel keramik
Berpijak dari SK KD, pembelajaran
kewirausahaan terintegrasi, serta dari hasil
survey, dikembangkan lagi dalam bentuk
cakupan variabel
berikut ini.
251
pembelajaran
seperti
Tabel 3.
Variabel Pembelajaan Kewirausahaan aspek Pengetahuan Kewirausahaan
Variabel
Sub Variabel
Indikator pencapaian
Inovasi
Kreatifitas
Mengembangkan
semangat wirausaha Motivasi
Bekerja efektif dan efisien
Faktor-faktor komitmen tinggi
MengaktualisasiMenerapkan perilaku tepat waktu
Membangun
kan sikap dan
komitmen tinggi
Menerapkan perilaku tepat janji
perilaku wiraMenerapkan kepedulian terhadap mutu hasil kerja
usaha
Berani mengambil resiko
Resiko usaha
Manajemen resiko
Solusi pemecahan masalah
Membuat keputusan Komunikasi
Analisis SWOT
Visi dan misi perusahaan
Menerapkan jiwa
Membangun visi
kepemimpinan
dan misi usaha
Kegiatan untuk mencapai visi dan misi perusahaan
Tujuan dan sasaran usaha
Bentuk-bentuk badan usaha
Struktur organisasi sederhana
Menganalisis aspekProduk dan jasa
aspek perencanaan
Pengelolaan persediaan
usaha
Proses produksi
Merencanakan
usaha kecil/mikro
Penyimpanan produk
Menghitung kebutuhan dan persediaan bahan baku
Peluang usaha
Menyusun proposal Penyusunan proposal usaha
usaha
Memanfaatkan peluang usaha
Memasarkan produk
Tabel 4.
Variabel Pembelajaan Kewirausahaan aspek Pengetahuan Keterampilan
Variabel
Sub Variabel
Indikator pencapaian
Orientasi bengkel/Perkenalan alat
Pengetahuan
Membuat adukan
Pengetahuan
pelaksanaan
pelaksanaan pekerjaan Pasangan tembok ½ bata ikatan lurus ( - )
pekerjaan
pemasangan dinding Pasangan tembok ½ bata ikatan siku ( L )
finishing
batu bata
Pasangan tembok ½ bata ikatan pertemuan ( T )
bangunan
Pasangan tembok ½ bata ikatan persilangan ( + )
(Klas X)
Membuat batako
Tabel 5.
Variabel Pembelajaan Kewirausahaan aspek Keterampilan Praktik
Variabel
Sub Variabel
Indikator pencapaian
Orientasi bengkel/Perkenalan alat
Membuat adukan
Melaksanakan
Melaksanakan
Pasangan tembok ½ bata ikatan lurus ( - )
pekerjaan
pekerjaan pemasangan
Pasangan tembok ½ bata ikatan siku ( L )
finishing
dinding batu bata
bangunan
Pasangan tembok ½ bata ikatan pertemuan ( T )
(Klas X)
Pasangan tembok ½ bata ikatan persilangan ( + )
Membuat batako
252
Tabel 6.
Variabel Pembelajaan Kewirausahaan aspek Sikap Kewirausahaan
Variabel
Sub Variabel
Indikator pencapaian
Menyelesaikan tugas sendirian
Mandiri
Tidak tergantung orang lain
Mengajukan pendapat
Kreatif
Mengemukakan gagasan baru
Mendiskripsikan konsep de-ngan kata-kata sendiri
Menyukai tugas yang menantang
Sikap
Pengambil resiko
Berani menerima akibat dari perbuatannya sendiri
Kewirausahan
Terbuka terhadap saran dan kritik
(Pengembangan
Bersikap sebagai pemimpin dalam kelompok
Pendidikan
Kepemimpinan
Membagi tugas dalam kelompok
Kewirausahaan,
Menjadi role model
2010 : 59)
Mewujudkan gagasan dengan tindakan
Orientasi pada
tindakan
Senang berbuat sesuatu
Mengerjakan tugas pada waktu yang telah ditentukan
Kerja keras
Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan belajar
Selalu fokus pada pekerjaan atau pelajaran
Instrumen model dirumuskan sebelum
pra-kegiatan
pengembangan
dilakukan.
Instrumen ini telah divalidasi oleh beberapa
pakar pendidikan dengan latar belakang
disiplin ilmu yang terkait. Dari hasil validasi
tersebut, instrument model dinyatakan valid
dan dapat digunakan dengan sedikit revisi
pada bagian-bagian tertentu, terutama
menyangkut
redaksional
instrument.
Instrumen ini kemudian digunakan untuk
menilai model yang diimplementasikan
dalam pembelajaran. Penilai ditetapkan
adalah guru kolaboratif mata pelajaran
kewirausahaan dan mata pelajaran bidang
produktif sebanyak empat guru. Penilaian
dilakukan
pada
prinsipnya
diawal
pembelajaran tatap muka pembelajaran
pertama kali, diakhir pembelajaran beberapa
kali tatap muka dan diakhir pembelajaran
pada tatap muka pembelajaran terakhir.
Instrumen
model,
dikembangkan
mencakup indikator dan item pernyataan
sebagai berikut: (1) aspek teori pendukukung
mencakup dua item, (2) aspek prinsip
pengembangan model terdiri dari enam item,
(3) aspek pedoman penggunaan model
dijabarkan menjadi tiga item, (4) aspek
tahapan implementasi model (sintaks)
dikembangkan menjadi lima item, (5) aspek
pedoman penilaian terdiri dari tiga item dan,
(6) aspek penggunaan bahasa dijabarkan
menjadi empat item. Penilaian ditetapkan
mulai dari sangat baik (4), baik (3), kurang
baik (2), dan tidak baik (1).
Tabel 7.
Hasil Penilaian Model pada Pembelajaran Terintegrasi pada Pembelajaran Di Kelas
Hasil Penilaian
Di awal tatap
Diakhir 7x tatap
Diakhir 13x tatap
No
Aspek yang dinilai
muka pertama
muka
muka
Mean
Kriteria
Mean
Kriteria
Mean
Kriteria
1 Keseluruhan
75,50 Sangat baik 77,00 Sangat baik 77,25 Sangat baik
2 Teori pendukung
6,25
Baik
6,25
Baik
5,75
Baik
3 Prinsip pengembangan 20,75 Sangat baik 19,75 Sangat baik 20,50 Sangat baik
4 Pedoman penggunaan 10,25
Baik
10,25
Baik
10,50
Baik
5 Tahapan implementasi 16,25
Baik
17,50
Baik
17,75
Baik
6 Pedoman penilaian
9,00
Baik
9,00
Baik
9,25
Baik
7 Penggunaan bahasa
13,00 Sangat baik 14,25 Sangat baik 13,50 Sangat baik
253
Skor mean penilaian
model
80
70
77,00
75,50
77,25
60
50
0
Di awal tatap
muka pertama
Di akhir 7X
tatap muka
Di akhir 13 X
tatap muka
Gambar 5.
Diagram Hasil Penilaian Model pada Pembelajaran Terintegrasi Di Kelas
Hasil analisis perangkat pembelajaran
model terdiri dari: (1) rencana pelaksanaan
pembelajaran terintegrasi, (2) modul
pembelajaran kewirausahaan, (3) job sheet
pembelajaran praktik bidang produktif. Pada
kegiatan pra pengembangan lembar-lembar
untuk menganalisis perangkat pembelajaran
model telah dibuat dan divalidasi. Hasil
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
validasi dinyatakan bahwa lembar-lembar
tersebut valid dan dapat digunakan dengan
merevisi sedikit redaksionalnya. Teknis
penilaian dilakukan disesuaikan dengan
karakteristik dan implementasi pembelajaran
dari perangkat pembelajaran model. Berikut
disajikan
hasil
analisisnya.
Tabel 8.
Hasil Penilaian RPP Terintegrasi pada Pembelajaran Di Kelas
Hasil Penilaian
Sebelum uji
Diakhir 4x
Diakhir 7x
Diakhir 13x
Aspek yang dinilai
coba
tatap muka
tatap muka
tatap muka
Mean Kriteria Mean Kriteria Mean Kriteria Mean Kriteria
133,7
Sangat
Keseluruhan
Baik 139,25 Baik 141,75 Baik
153,00
5
baik
Sangat
Identitas
15,25
Baik
15,00 Baik 15,00 Baik
16,75
baik
7,25
Sangat
Sangat
Sangat
Sangat
Cakupan
6,50
6,50
7,00
baik
baik
baik
baik
Sangat
Rumusan Indikator 21,75
Baik
22,25 Baik 21,50 Baik
24,00
baik
Tujuan
6,75 Kurang
9,50
Baik 10,00 Baik
10,50
Baik
pembelajaran
Baik
Materi
9,25
Baik
10,00 Baik
9,50 Baik
10,50
Baik
pembelajaran
Metode
6,75
Sangat
Sangat
Sangat
6,50
5,75 Baik
6,50
pembelajaran
baik
baik
baik
Sumber bahan dan
Sangat
Sangat
media
11,50
Baik
13,25
12,75 Baik
13,25
baik
baik
pembelajaran
Kegiatan
26,50 Sangat
Sangat
27,50 Baik 29,00 Baik
31,75
pembelajaran
baik
baik
Sangat
Sangat
Penilaian/Evaluasi 11,25
Baik
12,25 Baik 13,50
14,00
baik
baik
Sangat
Alokasi waktu
5,50
Baik
5,50
Baik
6,25 Baik
6,50
baik
Penggunaan bahasa 12,00
Baik
11,00 Baik 12,00 Baik
12,25
Baik
254
Skor mean penilaian
RPPT
150
0
140
130
0
153,00
139,25
141,75
133,75
Sebelum
uji coba
Diakhir 4x
tatap muka
Diakhir 7x
tatap muka
Diakhir 13x
tatap muka
Gambar 6.
Diagram Hasil Penilaian RPP Terintegrasi pada Pembelajaran Di Kelas
Tabel 9.
Hasil Penilaian Modul pada Pembelajaran Di Kelas
Aspek yang dinilai
1
2
3
4
5
Keseluruhan
Judul
Petunjuk penggunaan modul
Isi dan materi modul
Penggunaan bahasa
Skor mean
penilaian Modul
No
Hasil Penilaian
Sebelum Uji Coba
Setelah Uji Coba
Mean
Sebelum
Mean
Setelah
55,25
Baik
58,25
Baik
5,25
Sangat baik 5,75
Baik
13,00
Baik
12,75
Baik
25,50
Baik
26,75 Sangat baik
11,50
Baik
13,00 Sangat baik
60
50
0
55,25
Sebelum
uji coba
58,25
Setelah
uji coba
Gambar 7.
Diagram Hasil Penilaian Modul pada Pembelajaran Di Kelas
No
1
2
3
4
5
Tabel 10.
Hasil Penilaian Jobsheet pada Pembelajaran Di Kelas
Hasil Penilaian
Diakhir 4x
Diakhir 7x
Sebelum
Aspek yang dinilai
tatap muka
tatap muka
Mean Kriteria Mean Kriteria Mean Kriteria
Sangat
Sangat
Keseluruhan
60,75 Baik 61,75
64,50
baik
baik
Sangat
Judul
5,75 Baik 6,00 Baik
6,75
baik
Petunjuk penggunaan
Sangat
Sangat
13,25
12,50 Baik 13,25
jobsheet
baik
baik
Sangat
Sangat
Isi dan materi jobsheet 29,00 Baik 31,25
31,75
baik
baik
Penggunaan bahasa
12,75 Baik 12,00 Baik 12,75 Baik
255
Diakhir 13x
tatap muka
Mean Kriteria
Sangat
64,50
baik
6,25
14,25
31,50
12,50
Baik
Sangat
baik
Sangat
baik
Baik
Skor mean penilaian
Jobsheet
60
60,75
61,75
Sebelum
uji coba
Diakhir 4x
tatap muka
64,50
64,50
Diakhir 7x
tatap muka
Diakhir 13x
tatap muka
50
0
Gambar 8.
Diagram Hasil Penilaian Jobsheet pada Pembelajaran Di Kelas
Keefektifan model ditinjau dari guru
diukur berdasarkan indikator-indikator:
(1) ketepatan, (2) keajegan, (3)
obyektifitas, (4) kepraktisan dan (5)
penggunaan
bahasa.
Pembelajaran
dikenakan pada kelas X SMKN 2
Pengasih. Guru penilai adalah guru
No
Tabel 11.
Hasil Penilaian Keefektifan Model Ditinjau dari Guru pada Pembelajaran Di Kelas X
Hasil Penilaian
Aspek yang
Diakhir 13x tatap
Diakhir 4x tatap muka
Diakhir 7x tatap muka
dinilai
muka
Mean
Kriteria
Mean
Kriteria
Mean
Kriteria
Keseluruhan 76,00 Sangat efektif
78,50
Sangat efektif 83,50 Sangat efektif
Ketepatan
19,50
Sangat tepat
20,00
Sangat tepat
21,00 Sangat tepat
Keajegan
13,50
Sangat ajeg
14,00
Sangat ajeg
14,50 Sangat ajeg
Obyektifitas 14,00 Sangat obyektif 14,50 Sangat obyektif 15,50 Sangat obyektif
Kepraktisan 16,00
Praktis
16,50
Praktis
18,50
Praktis
Bahasaahasa 13,00
Sangat baik
13,50
Sangat baik
14,00 Sangat baik
Skor mean penilaian
Keefektifan Model PKT
1
2
3
4
5
6
produktif dan guru kewirausahaan.
Jumlah pengamatan untuk pembelajaran
di kelas X dilakukan sebanyak tiga kali
yaitu pada: (1) diakhir 4x tatap muka
pembelajaran, (2) diakhir 7x tatap muka
pembelajaran dan (3) diakhir 13x tatap
muka pembelajaran.
90
80
70
83,50
76,00
78,50
Diakhir 4x
tatap muka
Diakhir 7x
tatap muka
60
0
Diakhir 13x
tatap muka
Gambar 9.
Diagram Penilaian Keefektifan Model Ditinjau dari Guru pada Pembelajaran Di Kelas
ditetapkan secara acak. Aspek-aspek yang
diamati diarahkan pada item-item pernyataan
yang telah dikembangkan dari indikatorindikator
tersebut
di
atas. Jumlah
pengamatan untuk pembelajaran di kelas X
Keefektifan model ditinjau dari siswa
diukur berdasarkan: (1) ketepatan, (2)
keajegan, (3) obyektifitas, (4) kepraktisan
dan (5) penggunaan bahasa. Siswa penilai
ditentukan sebanyak empat siswa yang,
256
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada: (1)
diakhir 4x tatap muka pembelajaran, (2)
No
Tabel 12.
Hasil Penilaian Keefektifan Model Ditinjau dari Siswa pada Pembelajaran Di Kelas
Hasil Penilaian
Aspek yang
Diakhir 4x tatap muka Diakhir 7x tatap muka Diakhir 13x tatap muka
dinilai
Mean
Kriteria
Mean
Kriteria
Mean
Kriteria
Keseluruhan 73,30
Efektif
75,50 Sangat efektif 78,80 Sangat efektif
Ketepatan
19,00
Tepat
19,50
Sangat tepat
20,50
Sangat tepat
Keajegan
12,25
Ajeg
12,75
Ajeg
13,75
Sangat ajeg
Obyektifitas 14,00 Sangat obyektif 14,00 Sangat obyektif 14,00 Sangat obyektif
Kepraktisan 16,75
Praktis
16,50
Praktis
17,75
Praktis
Bahasa
11,25
Baik
12,75
Baik
12,75
Baik
Skor mean penilaian
Keefektifan Model PKT
1
2
3
4
5
6
diakhir 7x tatap muka pembelajaran dan (3)
diakhir 13x tatap muka pembelajaran
80
70
73,30
75,50
78,80
60
0
Diakhir 4x
tatap muka
Diakhir 7x
tatap muka
Diakhir 13x
tatap muka
Gambar 10.
Diagram Penilaian Keefektifan Model Ditinjau dari Siswa pada Pembelajaran Di Kelas
Skor mean penilaian
Keterlaksanaan Model PKT
Keterlaksanaan
model
diukur
berdasarkan indikator-indikator: (1) aspek
keterlaksanaan umum, (2) aspek perencanaan
dan tujuan, (3) aspek interaksi, (4) aspek
materi pembelajaran, (5) aspek bahan bacaan,
(6)
aspek
tugas-tugas,
(7)
aspek
penilaian/evaluasi, (8) aspek pengajar dan (9)
aspek penggunaan bahasa. Keterlaksanaan
model dalam hal ini diidentikkan dengan
keterlaksanaan RPP terintegrasi. Jumlah
pengamatan untuk pembelajaran di kelas X
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada: (1)
Diakhir keterlaksanaan RPP 1 dan RPP 2, (2)
Diakhir keterlaksanaan RPP 3 dan RPP 4
serta (3) Diakhir keterlaksanaan RPP 5 dan
RPP 6.
150
152,00
140
0
143,00
RPP 1,
RPP 2
145,00
RPP 3,
RPP 4
RPP 5,
RPP 6
Gambar 11.
Diagram Hasil Penilaian Keterlaksanaan Model pada Pembelajaran Di Kelas
257
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tabel 13.
Hasil Penilaian Keterlaksanaan Model pada Pembelajaran Di Kelas
Hasil Penilaian
Aspek yang dinilai
RPP 1, RPP 2
RPP 3, RPP 4
RPP 5, RPP 6
Mean Kriteria Mean
Kriteria
Mean
Kriteria
Keseluruhan
143,00
Baik 145,00
Baik
152,00
Baik
Keterlaksanaan umum
23,00
Baik 24,00
Baik
24,50
Baik
Perencanaan dan tujuan
18,50
Baik 19,50 Sangat baik 20,00 Sangat baik
Interaksi
16,50
Baik 16,50
Baik
16,50
Baik
Materi pembelajaran
9,50
Baik
9,50
Baik
10,00
Baik
Bahan bacaan
10,00
Baik 10,50
Baik
10,50
Baik
Tugas-tugas
9,50
Baik
9,50
Baik
10,00
Baik
Penilaian
16,50
Baik 16,00
Baik
17,00
Baik
Pengajar
27,50
Baik 29,00
Baik
30,50 Sangat baik
Penggunaan bahasa
11,50
Baik 10,50
Baik
12,50
Baik
Aktivitas guru dalam pembelajaran
maupun guru bidang kewirausahaan
dengan
proporsi
dua
mahasiswa
mengamati aktivitas satu guru bidang
produktif dan dua mahasiswa lainnya
mengamati aktivitas satu guru bidang
kewirausahaan. Jumlah pengamatan
untuk pembelajaran di kelas X dilakukan
sebanyak tiga kali yaitu pada: (1) diakhir
4x tatap muka pembelajaran, (2) diakhir
8x tatap muka pembelajaran serta (3)
diakhir Diakhir 13x tatap muka
pembelajaran.
diukur berdasarkan indikator-indikator:
(1) pendahuluan, (2) kegiatan inti, (3)
penutup dan, (4) penggunaan bahasa.
Aktivitas guru dalam hal ini merupakan
aktivitas dalam mengajar yang mengarah
pada kegiatan-kegiatan seperti tersebut
pada indikator tersebut di atas. Pengamat
aktivitas guru adalah empat mahasiswa
yang ditugasi oleh peneliti. Mereka
mengamati
kegiatan
guru
dalam
mengajar, baik guru bidang produktif
1
2
3
4
5
Skor mean penilaian
Aktivitas guru
No
Tabel 14.
Hasil Penilaian Aktivitas Guru pada Pembelajaran Di Kelas
Hasil Penilaian
Diakhir 4x
Diakhir 8x
Diakhir 13x
Aspek yang dinilai
tatap muka
tatap muka
tatap muka
Mean Kriteria Mean Kriteria Mean Kriteria
Keseluruhan
88,50 Aktif 88,50 Aktif
89,80
Aktif
Pendahuluan
17,50 Aktif 18,30 Aktif
18,00
Aktif
Kegiatan inti
48,30 Aktif 47,00 Aktif
47,30
Aktif
Penutup
12,30 Aktif 11,80 Aktif
12,50
Aktif
Penggunaan bahasa
10,5
Aktif 11,50 Aktif
12,00
Aktif
90
80
0
88,50
88,50
89,80
Diakhir 4x
tatap muka
Diakhir 8x
tatap muka
Diakhir 13x
tatap muka
Gambar 12.
Diagram Penilaian Aktivitas Guru pada Pembelajaran Di Kelas
258
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
diukur berdasarkan indikator-indikator: (1)
konsentrasi siswa saat pembelajaran, (2)
mencatat, (3) bertanya pada guru, (4)
menjawab
pertanyaan
guru,
(5)
mengemukakan
pendapat
dan
(6)
penggunaan bahasa. Aktivitas siswa dalam
hal ini merupakan aktivitas dalam mengikuti
pembelajaran yang mengarah pada kegiatankegiatan seperti tersebut pada indikator
tersebut di atas. Pengamat aktivitas siswa
adalah empat mahasiswa yang ditugasi oleh
peneliti. Mereka mengamati kegiatan siswa
No
Tabel 15.
Hasil Penilaian Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Di Kelas
Hasil Penilaian
Diakhir 4x tatap
Diakhir 8x
Diakhir 13x tatap
Aspek yang dinilai
muka
tatap muka
muka
Mean
Kriteria
Mean Kriteria Mean
Kriteria
Keseluruhan
62,00
Aktif
61,50 Aktif 62,00
Aktif
Konsentrasi siswa
15,50
Aktif
15,00 Aktif 16,00
Aktif
Mencatat
13,00 Sangat aktif 12,50 Aktif 13,25 Sangat aktif
Bertanya kepada guru
11,00
Aktif
11,50 Aktif 12,75
Aktif
Menjawab pertanyaan guru
9,00
Aktif
10,00 Aktif
9,75
Aktif
Mengemukakan pendapat
9,75
Aktif
9,75
Aktif
9,75
Aktif
Penggunaan bahasa
12,50
Aktif
11,50 Aktif 10,25
Aktif
Skor mean penilaian
Aktivitas siswa
1
2
3
4
5
6
7
dalam mengikuti pembelajaran. Pengamatan
pada prinsipnya ditujukan pada dinamika
kelas. Satu pengamat mengamati secara garis
besar seperempat dari jumlah siswa yang
mengikuti pembelajaran. Dalam hal ini
seperempat jumlah siswa dikemas dalam
bentuk satu group kerja yang berjumlah
antara 4-5 siswa. Jumlah pengamatan untuk
pembelajaran di kelas X dilakukan sebanyak
tiga kali yaitu pada: (1) Diakhir 4x tatap
muka pembelajaran, (2) Diakhir 8x tatap
muka pembelajaran serta (3) Diakhir Diakhir
13x tatap muka pembelajaran.
60
62,00
61,50
62,00
Diakhir 4x
tatap muka
Diakhir 8x
tatap muka
Diakhir 13x
tatap muka
50
0
Gambar 13.
Diagram Penilaian Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Di Kelas
jobsheets pembelajaran praktik produktif. (3)
Model PKT yang memenuhi kriteria tepat
untuk
diimplementasikan
dalam
pembelajaran
di
kelas.
Ketepatan
mencerminkan bahwa instrument yang telah
didesain dapat mengukur produk-produk
yang telah dibuat, (4) Model PKT yang
memenuhi
kriteria
efektif
untuk
diimplementasikan dalam pembelajaran di
kelas
dapat
dikembangkan.
Tingkat
keefektifan Model PKT dapat dilihat dari: (a)
Aktivitas
siswa
dalam
mengikuti
pembelajaran cenderung meningkat ke arah
yang lebih baik, (b) Siswa semakin serius
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan: (1) model
pembelajaran kewirausahaan terintegrasi
dapat ditemukan, selanjutnya disebut Model
PKT. Tahapan yang dilalui menggunakan
Research and Development. (2). perangkat
pembelajaran
sebagai
sarana
untuk
mengimplementasikan Model PKT dalam
pembelajaran di kelas dapat dikembangkan
yaitu berupa buku panduan Model PKT, yang
dilengkapi dengan perangkat suplemen
pembelajaran antara lain: RPP terintegrasi,
modul
pembelajaran
kewirausahaan,
259
dalam pembelajaran kewirausahaan dan
praktik bengkel untuk menghasilkan sebuah
karya produktif yang layak jual, (c) Guru dan
siswa memberikan respon yang baik terhadap
penerapan model PKT dalam implementasi
pembelajaran di kelas. (5) Model PKT yang
memenuhi
kriteria
praktis
untuk
diimplementasikan dalam pembelajaran di
dapat dikembangkan. Hal ini dapat diukur
bahwa Model PKT menghasilkan: (a)
Tahapan pembelajaran (sintaks) yang secara
keseluruhan memenuhi kriteria baik, (b)
Membentuk sebuah teori baru tentang
pembelajaran terintegrasi antara mata
pelajaran kewirausahaan dan mata pelajaran
praktik
produktif
yang
dapat
diimplementasikan di kelas, (c) Kelas yang
dipergunakan untuk implementasi Model
PKT dapat dikelola (manage) dengan baik
dan bersinergi dengan secara komprehensif.
Respon guru dan siswa terhadap penerapan
Model PKT secara garis besar dapat
dikatakan positif.
Heinonen, J., & Poikijoki, S.A. (2006).
An entrepreneurial directed approach to
entrepreneurship
education:
Mission
imposible?. The Journal of Management
Development, Vol. 25 (1) 80-94.
Hytti, U., & O’Gorman. (2004). What is
enterprise education? An analysis of the
objectives and methods of enterprise
education programmes in four European
countries. Education & training. Vol. 6 (1),
11-23.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E.
(2009). Models of teaching. USA: Pearson
Education, Inc.
Mohammad
Maskan.
(2009).
Pengembangan
model
pembelajaran
kewirausahaan berbasis portofolio untuk
meningkatkan
sikap
dan
kompetensi
wirausaha siswa SMK (SMEA) di Kota
Malang. Diambil tanggal 18 Oktober 2011,
dari http://library.um.ac.id.
Norton, R.E., & Moser, J.R. (2008).
DACUM (Developing a Curriculum),
handbook (3th ed). Columbus: The Ohio
State University.
Rhenald Khasali. (2010). Wirausaha
mandiri, menggiat jiwa entrepreneur dari
kampus. Diambil pada tanggal 19 November
2010,
dari
http://spiritbisnis.com/news/2010/06/wirausaha-mandirimenggiat-jiwaentrepreneur-dari-kampus/
Surya Dharma. (2010). Kewirausahaan.
Jakarta: DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL.
Wardiman
Djojonegoro.
(1998).
Pengembangan sumber daya manusia
melalui sekolah menengah kejuruan (SMK).
Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset.
Wiedy Murtini. (2009). Kewirausahaan
pendekatan succes story. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.
5. REFERENSI
Agus W. Soehadi, Eko Suhartanto, V.
Winarto, &
M. Setiawan Kusmolyono.
(2011). Etrepreneurship education. Jakarta:
Prastya Mulya Publishing.
Damayanti, R.A, (2007) Belajar bisnis
Itu menyenangkan, Makalah. Disajikan
dalam
semiIlar
pendidikan
dan
kewirausahaan gelar prestasi & bela negara
siswa SMK tingkat nasional, Malang 6·7
Agustus.
Dasim Budimansyah. (2003). Model
pembelajaran berbasis portofolio biologi.
Bandung: PT Genesindo.
Depdiknas. (2009). Diterapkan 20102011 kurikulum berbasis kewirausahaan.
Diambil pada tanggal 11 Oktober 2010, dari
dari http://jurnal-nasional.com/show/newspaper/03/11/20-09-07:24 WIB/
Finch, C.R., & Crunkillton, J.R. (1999).
Curriculum development in vocational and
technical education, planning, content, and
Implementation. 5 th ed. Boston: Allyn and
Bacon.
Gay, L.R. (1990). Educational research:
Competence analysis and application, 3rd
edition. Singapore: Macmillan Pub.Co.
Gustafson, K.L. (1981). Survey of
instructional development models. Syracuse:
ERIC Clearinghouse on Information
Resources. Syracuse University.
260
261
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBTIDAYAAN
LEMBAG^*r*""Hffi ilffif #*'8X#,:Iffi o*r"o*^KAr
qgrti.-i s z t t.
r_,a ryz, . I^?y*, l{arangmakng, togla
t
t
t
n
*
(i
* i r r) ti, ur r. i_*,i"ffi"i ri *"ii *
%_Q!g !
d-^
a
.
o
"
FRiTULEM LIT-PROG/09-02
04 NOv. 2008
BERITA ACARA
PELAKSANAAN SEMINAR HASIL PNXTT,TTUX
DANA BOPTN
Nama Peneliti
.
Jurusan/Prodi
. Fakultas
.. Skim
,
Penelitian
Judul Penelitian
;. Pelaksanaan
: Tanggal 14 Nopemb
'.
Tempat
,.
Dipimpin oleh
r. Peserta yang
{t,trui
er 2Oll2 J a m 07.30
wt*knu
_ 14.00
hadir : a. Konsultan
b. Nara sumber
c. BPP
d. Peserta lain
SARAN -SARAN
L'
(l^rrrr"^
"rr-*
z-[*t"
Zfhztrnn
.rr..14".r1,A1^0rr,^.-Lr-r^{^4/nMl+r^,
w .?--t&,{ Lil*
*2ruYWY
^"""'?t'^^t-ftv+, 9^, ^r^,v*4,r,t
Yd"['W Bd^ to;^, _r n^,,d^ILA.^*
Halaman
.
1dari2
,Hasil Seminar;
s"t"luh mempertimbangkan penyajian, penjelasan, argumentasi
serta sistematika dan tata tulis,
seminar berkesimpulan bahwa hasiipeneiitian terse6ut
ii atas :
Diterim4 tanpa revisi/pembenahan hasil penelitian
p) Diterim4 dengan revisi/pembenahan
Dibenahi trntuk diseminarkan ulang
a
T
Ketua Sidang
w
Mengetahui
Badan Pe+imbangan
Sekretaris
Sidang
k;Arn*Jacr,^^NIP: ............
:
..,
1
.
NIP:
-
tg,6idbs.198(or r uor
Halaman
2 dariZ
Download