D.2.2. ilS PRASETYO r D 0 ll / t rl I A W" Ir llmu Pendidikan rn aq F- O ao o\ oo bo ct) o t< 'c) H C) (H: t<: () a (t) \ o ._1 \) q bo S -$< cg (d 'a (d trrc) q.) (-) 'a bo ci 8t-m cd |< (.) a ::- .: = = ^vi> -:l = t ^--22 - Z{- 'r< l< tr C) a) \) ,14 $ bo ai1 E.- .a \ z +:n () F,{ tr. a_ -7 =._ L = = ! : = - : F E g F o< J lli .J d c) ) H cd .o t< (-) cd d b0 -1 Gl a4 b0 E U) F0. Ecc *v F q) bo cd() -o 6 c z o o z O b0 H ts a4 $< ') F J{ .o c c) a 6l c -v e>' !j C) z o () bo F 0r O C) o< U) J'4 bo d g () g ca HV .o Cd j4F Ai J{ o JI () €0) a) o >' o (g L C) M ! ti C6 t-1 H.g bo4 H* _6= CF tr cd C) 0)tr boH od H .v H.o 63 d ,ts o & li 4 tr a v b0 )bo oo a a cd q L-.i tr o t! c) aO a () cS e4 "o g .o ) '=1 .C, b0 a c ') JI OE 6.,_ cd z cC) C) €s ctr lJ< d pr L j4 a $i oa rY'\ := €o O cf) 0) bo -v t< cg|/) € c!3 ts C\3 -c) b0 (€ (s b0 botr 0) -o V c3 t-j )tr C) v) ,l o (B < () 0< .o o g - JI 0) g a ! o }4 6l = :5 p< € c JI =? (t< -\4 a = = cO O ! |t )4 o o z - !w2 U Hi bo a z t< k:{ a (c (s .c) J< '6. fi q tr a a +< g :J --t- )cd (d ! .o b0 a o za ) crd q') t< b0 a J4 b0 cg (n .J:J; .7'/ ,v b0 b0 z v) )L -=t U) Or bo '|d '='o X4 ci | C) cd C) C) 6.9< O.ad (-) j1 bo bo J1 trdtr al t-.i J' a 63'H .Y 6-E <- () s Cd <duli c/) lt cd F$ E. C) a z U 4 Cv) ta) aa O qJ -vtr ed lr) N t< s, sJ t-\ tr.J N C) 4) (t n-v o\ ao ao i) v 'r: .J 3! ANAK TIMAI,ISASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS [,i, Oiili *U;"^"OI PERNIAINAN TRADISIONAL ER B AN G s A AN r i OP "*; $$ ixaN nanMe^i:rti,ffil"Kr Oieh: Iis PrasetYo, MM ahuluan Indonesia telah menikm"tl k:t"oq"k""" taat ini masih banvak warga rnasvarakat vang ,. .;;ui: dari saudaranya sendiri yang :::1ami korban penirrEu*u" dan penjajahan ltyl"*:":.tj::::: B angsa ;;;;i;""*; a intelektual maupun fenomena biasa ci negeri :.-,,,ri. Kerrriskinan dan kelodohan menjadi budaya, y*?, rc mp si kolusi eannepotisme menj adi 11111 :::::.Y :::elembagadimas.varakat'Feiemb"Y"Tpraktek-praktek.kecurangan ini di ma-y'1?\11 :.. ah menyebabkan kekalnya kegiatan p"".e"r.t"n hukum vang tidak.berpihak pada :; masa depan keadilan_ di negeri ini. s-. arakat lemah menambah suramnya maraknva sosial dan lingkungan' yang ditandai ,=..ktb ;ilr. ?*la*r.uerdayaan, baik itu ilffi'ffi;,;;r. h;; ffi;tilt :ran pesta aun n ;;;JC**',;;; secaf, lt:Tf::T:i *:*::*:i::T rru-tt** kaum muda {1n etcsn}31ii:] ;ilerhatikan efek negatifnya, menrpakan gej ala yang tenfu saja tidak sesuai dengan : :enomena yang ada di haiapan kita bangsa ini' - w i tt1 para pejuang .-;ita Pcc P;";ill,dan pendiri -1-^r +^--j*i-- *o-iorii menj adi tid J sadar masyarakat tergiring i ".uru ,. muncul sifat serakah, keinginan llusia robof Pada saat yang bersamaan sensitif terhadap : pintas dalam *"*."*tft":" p""ou1un hidup' kurang dan sebagainya' Semua ..p"t masyarakat lain yang sedang menderita' pembangunan. terfokT rarena terdorong t""t "i"tft dampak 11-1: yang pada gilrrannya menuJu :;mbuhan ekonomi yang dipatok tinggi, rahbudayutotr**"'i"**''Cupkaya-miskinmenjadisangatlebar' finok Usio Optimoliscsi linplomontosi Pambalojcrrcn Dini 93 Ketidakpuasan tirnbul di mana-mana. Krisis ekonomi menjalar cepat pada krisis politik. Dari sisi sosiologi pembangunan, meminjam thesis Rostow yang menekankan pada pendekatan prasyarat pembangunan sehingga muncul lima tahap pembangunan itu, sangat jelas bila dipakai untuk memahami fenomena yang tidak berjalan sebagaimana mestinya itu. Jadi lengkap sudah. Dari kacamata ini, tidak terlalu keliru bila kerusuhan yang berujung pada gejala disintegrasi bangsa akhirnya bersumber dari lemahnl'a pendidikan dalam membentuk karakter bangsa (Sahid, 2000). Sebenarnya apa yang telah terjadi dengan masyarakat Indonesia yang dikenal seb agai masyarakat kolektif dengan si stem kekeluargaan yang kuat'T Apakah semua itu telah hilang begitu saja, ataukah memang tidak pernah ada dan hanya angan-angan dan cita-cita para pendiri bangsa ini? Kemudian apakah peran pendidikan yang selama bertahun-tahun telah dilaksanakan di negeri ini? Sangat nyata di mata kita, bahwa pendidikan sepertinya tidak memberikan efek positif terhadap perbaikan perilaku bangsa ini, west oriented pada dunia pendidikan membuat bangsa ini telah kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang kaya akan khasanah dan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Pendidikan agama, pendidikan pancasila, bahkan P4 yang pada masa orde baru dipandang sebagai senjata ampuh tidak mampu membuat bangsa ini berbudi pekerti baik dan membawa bangsa ini kearah yang lebih baik terutama dalam pembentukan karakter Beberapa fenomena di atas dapat dijawab oleh rekonstruksi pendidikan dimulai dari pendidikan pra sekolah sampai pendidikan tinggi secara formal dan penguatan kapasitas pendidikan non formal dan informal di masyarakat. Dari banyak literature disebutkan bahwa perilaku masyarakat sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, namun dibalik fenomena peristiwa yang diduga kuat merupakan rancangan dari aktor elit politik yang didukung dengan dana yang cukup, teori keterkaitan perilaku masyarakat dengan tingkat pendidikan menjadi tidak sepenuhnya berlaku. Yang bisa dijadikan instrument untuk menjelaskannya adalah peranan pendidikan dalam membangun karakter bangsa. Selama ini pendidikan tidak diletakkan sebagai investasi strategis sehingga biaya pendidikan selalu dibuat minim, dan bahkan ketika dalam undang-undang telah menetapkan anggaran 94 rc:didikan sebanyak 20ot'o. t :r- aksana secara penuh. Kons, lergembangan nilainilai dalar :erbasis anti korupsi. Fermainan Tradisional Kajian tentang permai :eium sangat berkembang. ta crlangan ilmuwan terhadaP f ::ientu. Namun demikian pert :enerintah melalui Balai ka-i ii :: oawah naungan Departemel ::iah dilakukan oleh para ah-i ::oses-proses perubahan ]'acl :-hadap berbagai jenis pen: ang ditemukan menj adi pec.1' " :adisional dari kehidupan a :elevisi ke daerah pedesaan. D :an tidak membutuhkan tenag :elevisi secara langsung men ietimbang berbagai permah; nenarik dan menyenangkan L F aktor-faktor ain yacl 1 :ada semakin jarangnya perm: :ri salnya adalah: lahan b erm ai sama sekali, terutama di daerai :ansportasi antara desa denga suka pergi bekerja di kota. sel nementaskan permainan trac Pemainantadisionatidak dapat dianggap remeh yang tidak kecil terhadap pc social anak di kemudian ha: dianggap sebagai salah satuu ::drkan sebanyak 20o/o, namun kenyataanny^ masitr belum dapat .-<sana secara penuh. Konsekuensinya, dampak negatifpada lambatnya : :ernbangan nilai-nilai dalam membangun karakter bangsa terutama yang r!:sis anti korupsi. nmainan Tradisional Kajian tentang permainan tradisional anak di Indonesia umumnya *n sangat berkembang, tapi terlihat pe*ratian yang cukup besar dari ::gan ilmuwan terhadap fenomena budaya ini, kecuali dari kalangan ::lu. Namun demikian perhatian yang cukup serius telah diberikan oleh -erintah melalui Balai kajian Sejarah dan Nilai Tradisional yang berada fr. : :rvah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa studi .,:r dilakukan oleh para ahli, bahkan diantaranya berusaha mengetahui , ses-proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan dampaknya ::.adap berbagai jenis permainan tradisional di Jawa. Salah satu faktor - g ditemukan menjadi penyebab semakin surutnya permainan anak-anak .:lsional dari kehidupan anak-anak di Jawa adalah masuknya pesawat .er isi ke daerah pedesaan. Dengan berb agatayanganacarayang menarik .- tidak rnembutuhkan tenaga untuk menikmarinya, tontonan dari pesawat evisi secara langsung menjadi hal yang lebih disukai oleh anak-anak k::imbang berbagai permainan anak-anak yang memang tidak semuanya m.*rarik dan menyenangkan untuk dimainkan. Faktor-faktor lain yang juga dianggap telah mernberikan sumbangan pac a semakin j arangnya p ermainan tradisional anak- anak di Jawa dimainkan c:r salnya adalah: lahan bermain anak yang semakin mengecil, bahkan hilang s-ra sekali, terutama di daerah-daerah perkotaan, dan meningkatnya kualitas r:nsportasi antarudesa dengan kota, yang membuat anak-anak remaja lebih s;ra pergi bekerja di kota, sehingga desa tidak banyak lagi anak-anak yang r:. ementaskan permainan tradisional anak. Pemainan kadisional anak merupakan unsur-unsur kebud ayaan yffirg :;ak dapat dianggap remeh, karena permainan ini memberikan pengaruh y tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan "ng >..cial anak di kemudian hari. Selain itu, permainan anak-anak ini juga ;: anggap sebagai s alah satu unsur kebudayaan yang memb eri c iri atau warna Oplimolisosi lmplamanlosi Pembalcrjoron llnok Usio Dinr... 95 khas tertentu pada suatu kebudayaan. Oleh karena itu permainan tradisional anak-anakjuga dapat dianggap sebagai asset budaya, sebagai modal bagi suatu masy arakat untuk mempertahankan keberadaannya dan identitasnya di tangah kumpul an masyaraka t y ang I ain ( Sukirm an, 200 4). Jika diperhatikan perubahan-perub ahan yangterjadi pada fenomena permainan tradisional anak di Jawa, dan mungkin juga di Indonesiapada umufirnya, kita melihat paling tidak tiga pola perubahan, yakni: a) menurunya popularitas jenis-jenis permainan tradisional tertentu danb) munculnyajenisjenis permainan anak tertentu, dan c) masuknya jenis-jenis permainan baru yang modern (Sukirm an, 2004). Karakter dan Pembangunan I(arakter Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang. Sebuah organisasi, dan sebuah masyarakat bangsa. Sebab dalam hubungannya dengan seseorang- karakter mengandung pengertian (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorangsehinggamembuatnyamenarik dan atraktif; (2) reputasi seseorang; dan (3) seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik. Akar kata "karakter" dapat dilacak dari kata Latin "kharaktet''. "kharassein", dan "kharax", yang maknanya "tools for marking", "to engrave", dan "pointed stake". Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Prancis "caractere" pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi "character", sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia "karakter". Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga "berbentuk" unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang iain. trbarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orangorang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (tennasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau "berkarakter" tercela). Tentang proses pernbe :ama besar: Helen Keller (18 :uta dan tuli di usia 19 buli :unbinganAnnie Sullivan (y a :!erasi akhirnya dapat melihe :rta-tuli pertama yang lulus -904- pernah berkata, "Cht i)nly through experience of tn ',ision cleared, ambition inspt Kalimat itu boleh jad ::upirasional. Lewat pequar.l :andingannya, ia kemudian n sej arah Amerika yang mendap i lan internasional atas pres -,rrw.hki.org). Helen Keller Dan sejarah hidupnya meniE sarakter ifu memerlukan Cis: seketika atau instant. Dipa'luji :roral choice (keputusan rnc sehingga menjadi praksis. ref rnfuk membuat semua iru r ',r,atak atau tabiat seseorans {-. Apakah faktor gene:: nembentuk karakter si a:al kebebasan manusia (ikht:a: berkeyakinan, satu pertiga pe genetik dan duapertiga yar:g la E. Fromm tidak menyakinj : tahun, dan kenyataan sela:'1,':: perubahan. Namun kita karar a yang menghalangi lldn garu-t I, dan tidak pula mendengar seon pendidikan atau pengaj aran- C diinginkan anaknya atas kebe* 96 Tentang proses pembentukkan karakter ini dapat disebutkan sebuah ;:-: besar: Helen Keller (1s80-1968). wanita luar biasa ini menjadi -ia t',,, dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan keluarganya dan ri::inganAnnie Sullivan (yang juga buta dan setelah melewati serangkaian :'=:asi akhimya dapat melihat secara terbatas) kemudian menjadi manusia h'*:,-ruli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe college di tahun 1 : 4- pemah berkata, "Character cannot be develop in ease and quite. "*. " through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, , :n cleared, ambition inspired, and success achieved. " Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat s::asional. Lewat perj'uangan paryang dan ketekunan yang sulit dicari :ingannya, ia kemudian menjadi salah seorang pahlawan besar dalam ,:ah Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional : internasional atas prestasi dan pengabdiannya (lihat homepage n.,i'.hki.org). Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). ':3:ika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan -:ai choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata --rgga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu :::k membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk ,:ak atau tabiat seseorang (Andrias, 2006). Apakah faktor genetik ini mempunyai pengaruh yang dominan enbentuk karakter si anak , dan bagaimana pula hubungan dengan ::ebasan manusia (ikhtiar) dalam membangun karakternya? Cattel :keyakinan, satu pertiga perubahan kepribadian dipengaruhi oleh faktor g;:etik dan duapertigayang lain dipengaruhi oleh faklor lingkungan. Namun E Fromm tidak menyakini bahwa karakter akan statis dirnasa usia lima ffi::n, dan kenyataan selanjutnya bahwa karakter manusia bisa mengalami prubahan. Namun kita katakan bahwa faktor genetik bukanlah sebuah faktor r ::g menghalangi p.:ngerul'r pendidikan. Oleh karenar:ya, kita tidr!: melihai c'r tidak pula mendengar seorang ibu melarang anaknya untuk mendapatkan re'-rdidikan atau pengajaran, dia akan mempermasalahkan terhadap apa yang cjtgukan anaknya atas keberhasilan, bahwasannya pasti tidak akan tercapai, Optimolisosi implemantosi fumbalojoron Fnok Usio Dini....97 dikarenakan ia beranggapan bahwa si anak terah terwarisi sifat dan akhl aknya. Jadi, sel ain falto. genetik s eb agai faktor yang terdap at faktor rainn y a y an gs angat b eke{ a aktif pada aii r"**,#r, :lrl n uir.,.i a, diantara yang terpenting adal ah : pendidikan, kondi si ke \uar gat,;;;y*rk", ekonomi, budaya, makanar, ucala. iklim dan sebaguinya. Dari faktor_faktor tersebut dapat disi;igkai denga": rebuah kata, yaito:lingkungan (Abu, 2007). l{ilai-Nilai Karakter Tinggi dalam Character Building Berikut ini adalah beberapa nilai-niai yang dika;gorikan 12. 2' Ethlcil or high_choro'"tn, people iitnhig"n." or lcnowledge (knowing what is); thny ,rniirrdom (cnowing irrot t, right or true)FIDELITy: High-character peopre )ourognzuri ,ir"" to be what promise, mission or 1 13. FORGIVENESS; Bec ofhigh character an others, unmerited acr ]4. HONOMNG AUTH boundaries the authority of tha boundaries. LIBERW: High-chat fulfilling their person ]6. LEARNING & ME\-. they say they are. wisdom-seekers and t 17. STEWARDSHIP,. H eventually reap v,hat ]8. SEEKING CO(A'SE, tllncUru: 4. C O M PA S S I O HrSh-.clyracter people do whqt they soy -they will do. N F,O R O f n-g n S : H i g h _ c h a r o t piulo p rc o, compelled by wisdom, " "1,, fidelity and iniegrity to extend unmerited" kindness to others as an act of the wiil. 5. H'NESW: High-character peopre speak the truth with compassion. 6. JUSTICE: High-character people iphold truth, ona correct wrongs. "*porn "iro, 7. Ac Hi gh-character pe op re s crutinize thems erves and',(,NTABILIW: welcome the scrutiny of others, 8. RESPECT: High-character peopre treat others as they wourdwant to be treated. 9. PR'MISE-KEE.ING & TR^,T^,RTHINESS: High-character people 10. EXCELLEN'E: High-character peopre strive to be their "' best lcnowing that this enables them to io tieir best every;r; SERI/ING-LEADERSHI. : High_character people sacrffice themselves for those they lead. do not break their word with others. 98 for beha courqgeously seek something greater than 3. 11. High-chara foster oneness amont sebagai High Character dalam_upaya membangun karakter (Kenneth, 2005): 1. SEEKING WISDOM: WIW: 15. particularly when cor, confusion betwe en n^,. Pendidikan Membangun Permainan Tladisional Model phrdidlkan un masa perkembangan mereka v media transfer pengetahuan. produk instant yang dapat la tersebut diberikan. pendi<iik: panjang yang harus dimuajr dirasakan setelah anak-anak rr pondasi karakter anti korupsi sebuah metode agar dapat d.:ii Pendidikan anti korun moralitas pada individu. Kebe menjadi kenyataan selama nd .LNIY:High-characterpeopte'::::"'klTii,;;':1";::':"L*Y" others who are o loster oneness among ,io^rtu, mission or purpose' ., ev are perfect, people farfrom acceptance' " ,nle al€ imperfect' requiri.ng :,;;;7t:, unmerited ":i:jjl,:*;:.::::T:;?:t\:;':;:;:;ii'i'""aiecerierr'm ch those who are ",tiiii,t':rx":r'n11,!u "ilh#!cri";f:,y;T:l;:i:;f the authoritY of rights by boundaries. t' . t|iiiff - High-character peop.l,e. I')resetne their public ,',u!i{n;,i,#ti';:;;;';;r'";Wi::haracterpeoptearetiretongwitt tive as if 'lhev ,',,ffi;;*;;;,1:';:;x";:i:::'7i;"u," n d/o r e n on a a n i' ,,r;!r*P"'"$#,!:;:?;;^;iaracterpeopteseek.'lisecounset a * lt'*i')"' p a r ti c u I ar lv confusion c us -i ilZ#""o'' "f*);i''*o'u character ethics' it te si "*Z''" Melalui Bangsa Anti Korupsi Karakter Dendidikan Membangun dengan t'ltut"u" T:l]*'Hl" untuk anak usia dini harus disesuaikan seb agat ol eh'perm ainan Model Pendt ai""t*"si ;' Iti'"u;; ry"n :. a perkemb "n"" -::diatransrern.#;;;n::yl#,n*:*H:':":ll.'',ffi!T .i s -r:l'.*;l':;:'={;eontu'utterl;lrnakanproses ;**;*gJfft'u*Jl'*t"ii'"* liti'?"a" anak-'anak dan baru akan -:nianB vu"g -', , a, akan s etel ah''* ;;k t"'Lb"t *,;| ii*i*l**#il dikan p endi :,"n *1 inTffin ffi'd ^""'r', vL ffl"J.lfi*;T u t ne tT:"Htr sl u.,fot"' anti korup p? a *il'Jll|*ifl 1#3,*',';'tr:']1'-'"::1f il ffi.t :ff '"X'-1 'Ifr ,-;H;'Jiorar,,n*a'd&' p Uslo Dini " Pambalo'ioron Bnok Optimolisosi lmplementosi 99 punishmenl untuk menjaga terwujudnya hasil pendidikan. Hasil pendidikan baru muncul kalau faktor di luar diri individu / masyarak at yangberupa penegakan hukum dilaksanakan secara konsisten. Alaian kenapa demikian karena ada level kepatuhan pada hukum (norma) yang salah satunya adalah kepatuhan karena takut clihukum (Ancok, 2006i. ci masa dalam kandungan cilrakukan dengan membiasakan si ibu yang mengandung untuk membaca ayat-ayatsuci AlQuran dengan memahami makna keb es aran Tuhan dan larangan Tuhan pada perilaku yang merugikan orang lain termasuk salah satunyaidalah korupsi. Pendekatan ini merupakan sarah satu pendekatan informal dalam keluarga yang membekali anak-anak dengan dasar agam a yang memadai sebagal penangkal perilaku merugikan orang lain. Keberhasilan pendidikan anti korupsi terwujud secara optimal biia pendidikan bisa menimbulkan kesadaran pada kepatuhan pada level internalisasi (internalization). proses internalisasi baru akan muncul bila ada pemahaman dari fungsi sebuah norrna bahwa itu baik untuk diri sendiri bukan dikarenakan takut pada hukum Tuhan (takut berdosa atas perbuatan korupsi, takut mendapat azab). pendidikan Anti Korupsi pada das amya adalah pendidikan karakter yang harus dimulai dari pendidikan di masa bayi masih dalam kandungan (perinatal) sampai ke^usia dewasa lanjut (Ancok, 2006).Namun sebelum mencapai level tersebut di atas, perlu adanya komitmen yang kuat dari para penyelenggara pendidikan anak usia dini untuk mulai mengimplementasikan pendidikan anti korupsi tersebut. salah satu media yang sesuai digunakan dalam implementasi pendidikan membangun karakter anti korupsi adalah melalui permainan tradisional anak yang sudah cukup lama berkembang di negeri ini, bahkan permainan-permainan tersebut sarat dengan nilai-nilai budaya b*gru. Namun dernikian seiring dengan perkembangan jaman permainan tadisional ini semakin lama semakin diiupakan oleh anak-anak terutama di perkotaan karena sudah semakin banyaknya permainan modern yang berasal dari luar negeri. Rekonstruksi berbagai jenis permainan tradisional agar lebih layak digunakan sebagai media belajar perlu dilakukan agar terJandar muatan substansi yang terkandung dalam permainan tersebut. Di Derah Istimewa Pendidikan : 100 1-.. gyakarta terdapat kel om1 :<rmain dan bemyanyi atau 'rn adu ketangkasan. Ketig; :":ngsi masing-masing yang secagai media menumbuhka :d terhadap anak-anak. Bet ,san melatih anak-anak unA :en:saha untuk tidak berbue -nin dan kekalahan sendiri. Penggunaanpermair :.:ntuk menanamkan prinsipr -'uga dapat berperan dalam r : legeri ini. .{ncok Jamaludin, 2006. Pen Pelatihan Manajerce pada PHKA2 tahun Andrias Harefa, 2006, \{em Abu Aqilah, 2007, Falror Gt Islam Blog pada \\-o: Joseph Doty, 2006, Sport Br VoiumeVII, \o 3. -tr : Keneth, J. Blackwell, 2005. Character, The Ohic ( Sahid Susanto, 2000, \fenl Cyber Medi4 7 -\fa:r Sukirman, dkk., 20M, P€rmtrj Lr qr rb tfr !flr 'trlulakarta terdapat kelompok jenis permainan tradisional yang meliputi: nm.ain dan bernyanyi atau berdialog, bermain dan olah pikir, dan bermain um. adu ketangkasan. Ketiga kategori permainan ini memiliki manfaat dan tu:gi masing-masing yang akan sangat baik jika dapat diimplementasikan :mnngai media menumbuhkan sikap anti kecurangan yang ditanamkan sejak um terhadap anak-anak. Beberapa pelmainan yang bersifat adu ketangkasan ,ur rr melatih anak-anak rrntuk lebih sportif, mengakui kelebihan ofang lain, :r,r.rsaha untuk tidak berbuat curang dan mau menerima kemenangan orang m.:r dan kekalahan sendiri, serta bijaksana ketika menjadi pemenang. Penggunaan permainan tradisional ini diharapkan tidak hanya tujuan ruruk menanamkan prinsip-prinsip anti kecurangan pada anak-anak, tetapi permainan tradisional yang ada di ,qga dapat berperan dalam melestarikan mgeri ini. ffi fti iln Daftar Pustaka *m iAilr tr nrd" ryr d iltr| nln m ntr nF dia trfii inr h qs|- ml hm lur .{ncok Jamaludin, 2006, Pendidikan Anti Korupsi Makalah disajikan dalam Pelatihan Manajemen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP Ln{Y pada PHK A2 tahun 2006 Solo 26-29 Juni 2006 -hdrias Harefa, 2006, Membangun Karakter, pembelaj ar. com Abu Aqilah ,2007 ,Faktor Genetik Membangun Karakter Manusia, cahaya Islam Blog pada WordPress.com. .-oseph Doty, 2006, Sport Buid character, Journal of college & character Volume VII, No 3. April 2006, United State Military Academy' Keneth, J. Blackwell, 2005, Build Character, The Leader's Guide to Building character, The ohio center for civic character, wrvrv.ohiospirit.org Sahid Susanto, 2000, MembangUn Karakter Lewat Pendidikan, Kompas Cyber Media, 7 Muet 2000. Sukirman, dkk., 2004, Perrnainan Tradisional J aw 4Kepel Press, Yoryakarta' rytrt ffi gs,i& Optimolisosi lmplamenlosi fumbolojoron Rnok Usio Dini..,. 101