Potensi Pengaplikasian Sistem Instrumentasi Sebagai Pendeteksi Gas Metana (CH4) yang Terkandung dalam Biogas Laila Katriani Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Karangmalang Yogyakarta laila_katriani@uny.ac.id Intisari – Biogas merupakan salah satu energi terbarukan yang terus dikembangkan untuk mengganti penggunaan gas elpiji dan energi fosil. Salah satu bahan dasar sistem biogas adalah kotoran sapi. Kotoran sapi merupakan produk dari teknologi hijau yang ramah lingkungan, murah, dan mudah didapat, hal ini dikarenakan gas yang dihasilkan dari proses biologis (anaerobic digester) mampu menghasilkan gas – gas seperti CH4, CO2, H2S, H2O dan gas – gas lain. Pada sistem biogas yang dimanfaatkan adalah gas metana (CH4), karena metana memiliki nilai kalor ataupun panas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Penggunaan sistem biogas juga harus memperhitungkan keamanan pengguna itu sendiri. Oleh sebab itu sistem instrumentasi berperan untuk mendeteksi keberadaan gas metana yang dihasilkan oleh sistem biogas dengan menggunakan sistem sensor gas metana. Ada beberapa sensor yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan gas metana yaitu tipe MQ4. Sensor MQ4 merupakan suatu semikonduktor yang disusun dengan tabung keramik AL2O3, Tin Dioxide(SnO2) dengan keluaran berupa sinyal analog. Perubahan konsentrasi gas metana yang dideteksi akan menghasilkan perubahan resistansi pada sensor. Sensor TGS3870 dalam rancangan instrumentasi berfungsi sebagai transduser yang merubah sinyal masukan berupa gas metana menjadi perubahan tegangan. Begitu juga sensor TGS2611 dan TGS2612. Kata kunci: biogas, sistem instrumentasi, sensor gas metana Abstract – Biogas is a renewable energy technology that is being developed to replace the use of fossil fuels and LPG. One of the basic material is cow dung biogas system. Cow dung is a product of environment-friendly green technology, cheap, and easily available, this is because the gas produced from biological processes (anaerobic digester) is able to produce gas - gases such as CH4, CO2, H2S, H2O and another gas. In the biogas system used is methane (CH4), because methane has a calorific value or heat that can be used as fuel. The use of biogas systems should also take into account the user's own security. Therefore instrumentation system serves to detect the presence of methane gas generated by the biogas system using methane gas sensor system. There are several sensors that could be used to detect the presence of methane gas that is the type MQ4. MQ4 sensor is a semiconductor that is compiled with AL2O3 ceramic tube, Tin Dioxide (SnO2) with the output of the analog signal. Changes in the concentration of methane gas were detected would result in a change in resistance on the sensor. TGS3870 sensors in instrumentation design serves as a transducer that converts the input signal in the form of methane gas into voltage changes. Likewise TGS2611 sensors and TGS2612. Key words: biogas, instrumentation system, methane gas sensor I. PENDAHULUAN Indonesia kaya akan potensi sumber energi terbarukan, seperti energi surya, energi biogas, energi angin, dan lain sebagainya. Dari beberapa sumber energi tersebut energi biogas mendapat perhatian lebih dari banyak penelitian yang dilakukan karena biogas ramah lingkungan, murah dan mudah didapat. Salah satu bahan dasar energi biogas adalah kotoran ternak sapi. [1] Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Biogas sebagian besar mengandung gas methane (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen (H2), dan nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik salah satunya kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk menghasilkan energi terbarukan sehingga akan mengurangi dampak penggunaan bahan bakar. Untuk itu dibutuhkan sistem pendeteksian gas metana yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui kandungan gas metana tersebut.[1] Perkembangan sensor yang semakin maju menghasilkan adanya suatu sensor yang memiliki kemampuan seperti indera penciuman pada manusia. Ada beberapa sensor gas yang digunakan untuk mendeteksi gas metana diantaranya sensor gas model TGS (Taguchi Gas Sensor) yang diproduksi oleh Figaro Engineering Inc. Sensor gas model TGS yang bisa digunakan untuk mendeteksi gas metana adalah TGS2611, TGS2612, dan TGS3870. Dimana ketiga sensor tersebut memiliki karakteristik respon yang berbeda dalam mendeteksi gas metana. Berikutnya sensor gas metana yang juga digunakan adalah Sensor gas metana tipe MQ4. Sensor MQ4 disusun dengan tabung keramik AL2O3, Tin Dioxide(SnO2). Elektrode pengukur dan heater diletakkan didalam pembungkus yang terbuat dari plastik dan stainless steel. MQ4 memiliki 6 pin dimana 4 pin digunakan untuk sinyal dan 2 pin lainnya menyediakan arus untuk pemanas. Sistem instrumentasi adalah sistem yang digunakan untuk mendukung kerja sensor supaya bisa mendeteksi gas metana dengan baik, baik sistem sensor, sistem pengondisi sinyal, dan sistem mikrokontroler, serta lain sebagainya. II. PEMBAHASAN A. Sistem Instrumentasi Sensor Gas Metana MQ4 Gambar 1. Sensor Gas MetanMQ4 Sensor MQ4 merupakan suatu semikonduktor untuk mendeteksi keberadaan gas metana dengan keluaran berupa sinyal analog. Perubahan konsentrasi gas metana yang dideteksi akan menghasilkan perubahan resistansi pada sensor. Penggunaan sensor gas ini diperlukan pengaturan sensitifitas. (Hanwei Electronic, 2005).[2] Metode yang digunakan terdiri dari perancangan dan pembuatan alat pendeteksi gas metan berbasis mikrokontroler ATmega 8535. Blok diagram sistem seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.[2] dihubungkan ke Vcc untuk memastikan pin Reset berlogika 1 (satu) pada saat sistem bekerja.[2] Gambar 4. Rangkaian Penggerak[2] Rangkaian penggerak berfungsi untuk mengaktifkan lampu dan alarm bila tidak terdeteksi gas metan. Jika tidak terdapat gas metan maka mikrokontroler akan mengaktifkan lampu yang menunjukkan biogas terjadi masalah. Agar mikrokontroler aman dari bouncing tegangan, maka di bagian aktuator diberi optotriac MOC. Optotriac ini terhubung dengan PC0 dan mengatur penyalaan triac yang langsung terhubung ke lampu AC. Saat port masukan mendapatkan logika 0 (nol) maka lampu AC akan menyala dengan maksimal. Jika port masukan mendapatkan logika 1, maka Lampu AC akan aktif. Gambar 4. Menunjukkan rangkaian penggerak lampu AC yang akan digunakan.[2] Pada rangkaian penggerak pemanas digunakan MOC 3023 yang merupakan IC optotriac dengan penundaan switching yang halus yang menyebabkan hampir tidak ada gangguan. IC ini berfungsi sebagai pemicu antara mikrokontroler dengan triac BT139. Triac BT 139 merupakan triac yang mampu mengalirkan arus maksimal dengan tegangan 600 V pada sumber tegangan AC. Penggunaan resistor 39Ω/2 Wdan kapasitor 100nF/400 V berfungsi untuk mempertegas kondisi triac atau mengurangi spike.[2] Sesuai datasheet, besar arus maksimal LED pada MOC 3023adalah 5mA dan dengan nilai tegangan sebesar 1,5V. Sehingga untuk membatasi arus yang masuk ke dalam optotriac, dibutuhkan resistor dengan nilai tahanan 1KΩ. Gambar 2. Blok Diagram Pendeteksi Gas Metan Pada Sistem Biogas[2] Gambar 5. Rangkaian Sensor Gas Metan[2] Sistem instrumentasinya terdiri dari sensor gas metan, tombol, mikrokontroler, LCD, lampu dan alarm. Sensor gas metan berfungsi untuk mendeteksi gas metan yang dihasilkan oleh biogas, Lampu dan alarm akan aktif jika sistem tidak mendeteksi gas metan sehingga ini akan menjadi petunjuk jika terdapat masalah pada biogas.[2] Rangkaian sensor gas berfungsi untuk mendeteksi ada dan tidaknya gas metan pada sistem biogas. Sensor gas akan menghasilkan perubahan resistansi untuk setiap perubahan konsentrasi gas metan. Keluaran rangkaian sensor dihubungkan dengan port PA0 dari mikrokontroler yang merupakan pin ADC mikrokontroler. Gambar 5 menunjukkan rangkaian sensor gas metan.[2] Berdasarkan hasil pengujian sensor gas metan dapat mendeteksi gas metan dengan tingkat kesalahan kurang lebih sebesar 2%. Tabel 1 menunjukkan hasil pengujian alat keseluruhan.[2] Tabel 1. Hasil Pengujian Alat[2] Gambar 3. Rangkaian Minimum Sistem[2] Rangkaian reset yang terlihat pada gambar digunakan untuk mereset rangkaian mikrokontrole. Keadaan reset diperoleh pada saat pin reset berlogika 0 (nol) atau terhubung dengan ground.Karena pin reset aktif ketika berlogika rendah, maka diperlukan R pull up yang Berdasarkan pengujian alat secara keseluruhan menunjukkan alat dapat bekerja sesuai dengan perencanaan prinsip kerja alat. Jika tidak terdapat gas metan maka alarm dan lampu akan menyala. Sedangkan jika pada sistem biogas telah menghasilkan gas metan maka lampu dan alarm akan mati dan hal ini menunjukkan sistem dalam kondisi baik.[2] Tabel 2. Hasil uji coba AD dengan AR[3] B. Sistem Instrumentasi Sensor Gas Metana TGS3870 Gambar 6. Sensor Gas Metana TGS3870[5] Sensor gas metana TGS3870 dalam rancangan instrumentasi berfungsi sebagai transduser yang merubah sinyal masukan berupa gas metana menjadi perubahan tegangan. Sensor ini memiliki respon dengan tingkat sensitifitas tinggi. Perubahan tegangan yang dihasilkan oleh sensor tersebut relatif kecil, sehingga diperlukan untuk memasang penguat tegangan dengan input non-inverting, yang dapat menghasilkan keluaran sinyal berupa tegangan analog.[3] Pengolahan sinyal analog menjadi sinyal digital dilakukan pada unit mikrokontroler ATmega8535 yang dapat melakukan komando operasional dalam mengatur pemanfaatan data konsentrasi gas metana yang dihasilkan dari instrumen. Sistem konversi sinyal analog ke digital menggunakan ADC dari mikrokontroler ATmega8535 dengan hasil keluaran pada LCD. Visualisasi seperti Gambar7.[3] Dari data observasi AR vs AD sifat respon dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. AR vs AD Respon AR terhadap AD tidak begitu linier, masih terdapat sedikit distorsi pada kondisi pengukuran tertentu.[3] C. Sistem Instrumentasi Sensor Gas Metana TGS2611 dan TGS2612 Gambar 10. struktur TGS2611, (b) struktur TGS2612[5] Gambar 7. Rangkaian mikrokontroler ATmega8535[3] Rangkaian penampil hasil sinyal analog yang dikonversi menjadi digital berupa angka numerik ditampilkan pada LCD yang sudah terdapat driver untuk mengubah data ASCII keluaran mikrokontroler menjadi tampilan karakter. Dalam melakukan pengujian diperlukan alat referensi sebagai acuan (AR) yaitu Minimet CH4 GMM. Pengujian instrumen alat desain (AD) dan alat referensi (AR) dioperasikan secara bersama-sama pada satu tempat. Selanjutnya hasil data keluaran dibandingkan untuk mengetahui tingkat validasinya. Alat referensi (AR) ditunjukkan pada Gambar 8.[3] Gambar 8. Alat referensi (AR) Minimet CH4 GMM[3] Hasil data observasi ditunjukkan pada Tabel 2. Sensor yang digunakan adalah TGS2611 dan TGS2612 yang mempunyai sensitifitas tinggi untuk gas metana. Untuk sensor TGS2611 dikhususkan untuk mendeteksi gas metana, dan pada umunya diaplikasikan untuk gas detektor. Spesifikasi sensor perlu diperhatikan pada saat melakukan perancangan rangkaian sensor. Dari spesifikasi diketahui bahwa dibutuhkan Vc dan VH sebesar 5.0V ± 0.2V DC/AC, dan IH 56 ± 5mA, sehingga pada rangkaian sensor dibutuhkan power supply sebesar 5 V dan Current Regulator untuk mengkondisikan arus. Sedangkan untuk sensor TGS2612 pada umunya digunakan untuk mendeteksi gas methane, propane, dan butane pada aplikasi gas leak detektor.[4] Kalibrasi gas sensor ini dilakukan dengan menggunakan data kalibrasi dan grafik standard yang diperoleh dari Figaro Engineering Inc. Pada grafik terdapat hubungan Rs/Ro terhadap konsentrasi gas dalam ppm untuk methane dan clean air (udara bersih). Dari grafik tersebut dapat kita hitung nilai Ro yaitu nilai resistansi sensor pada 5000 ppm gas metana, sehingga kalibrasi gas sensor ini juga dapat dilakukan pada kondisi clean air. Berikut grafik dan tabel data kalibrasi dari Figaro Engineering Inc.[4] Gambar 13. Grafik sensitivitas TGS2612[5] Gambar 11. Grafik sensitivitas TGS2611[5] Tabel 4. Ddata kalibrasi TGS2612[5] Tabel 3. Data kalibrasi TGS2611 [5] Dari tabel data kalibrasi vendor dapat kita ketahui bahwa nilai Rs (misalkan pada 5000 ppm methane) adalah sebesar 2.15 k_ dan rasio Rs/Ro sebesar 1. Sehingga Ro dapat dihitung sebesar 2.15 k.[4] Dari grafik standard dapat diketahui bahwa rasio Rs/Ro untuk clean air pada kondisi suhu 20ºC dan 65%RH adalah sebesar 9, sehingga Rs sensor yang terkalibrasi oleh vendor pada clean air diketahui sebesar 19.35 k. Untuk itu gas sensor ini dikalibrasi dengan cara mengukur nilai Rs dari rangkaian pada kondisi clean air.[4] Berikut skematik rangkaian dan gambar papan rangkaian yang digunakan untuk uji kinerja gas sensor TGS2611 dan TGS2612. Gambar 14. Skematik rangkaian sensor dan rangkaiancurrent regulator. [4] Gambar 12. Rangkaian sensor TGS2611 dan TGS2612[5] Pengukuran dilakukan pada 10 titik pengukuran untuk kalibrasi gas sensor pada clean air serta pada temperature dan RH tertentu. Dari nilai VRL yang terukur dapat diperoleh nilai Rs dengan menggunakan persamaan berikut : Berikut tabel 10 titik pengukuran pada temperatur, humidity, dan kondisi lain yang mendekati kondisi data kalibrasi grafik standard, yaitu pada 20°C, 65%RH, VC=5 Volt, VH=5 Volt, dan RL=10k_. Selanjutnya nilai Rs dari hasil pengukuran akan dibandingkan dengan nilai Rs sensor pada grafik standard, sehingga bisa ditentukan faktor koreksi dari gas sensor tersebut. Untuk senor TGS2612 proses kalibrasi juga dilakukan seperti metode diatas dengan menggunakan grafik standard dan tabel data kalibrasi sebagai berikut : Uji respon gas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui respon sensor pada saat kondisi udara bersih dan kondisi terjadi kontak dengan suatu gas. Disini gas yang digunakan adalah gas butana yang terdapat pada korek gas. Hal ini dikarenakan gas ini bisa diperoleh dengan mudah di pasaran, sedangkan untuk gas metana hanya diperoleh dari biogas hasil eksperimen biodigester dan digunakan untuk pengujian pada Gas Chromatography. Pada grafik berikut, untuk Rs/Ro = 2 jika ditarik garis lurus ke grafik metana dan butana, maka sensor dapat mendeteksi 1000 ppm metana atau 3600 ppm butana. Sehingga kemampuan sensor TGS2611 dalam mendeteksi 1 ppm metana setara dengan kemampuan mendeteksi 3.6 ppm butana.[4] Gambar 15. Sensitivitas sensor TGS2611 untuk beberapa gas [5] Sedangkan untuk grafik diatas, pada Rs/Ro = 0.7 jika ditarik garis lurus ke grafik metana dan butana, maka sensor dapat mendeteksi 10000 ppm metana atau 3600 ppm butana. Sehingga kemampuan sensor TGS2612 dalam mendeteksi 1 ppm metana setara dengan kemampuan mendeteksi 0.36 ppm butana.[4] disimpulkan bahwa resolusi sensor TGS2612 lebih besar dibandingkan sensor TGS2611.[4] Pada pengujian sensitivitas sensor terhadap perubahan temperatur, dapat disimpulkan bahwa sensor TGS2612 lebih tidak sensitif atau lebih stabil terhadap pengaruh perubahan temperatur dibandingkan sensor TGS2611.Pada pengujian sensitivitas sensor terhadap perubahan %RH, dapat disimpulkan bahwa sensor TGS2612 lebih tidak sensitif atau lebih stabil terhadap pengaruh perubahan %RH Seminar NasionalFisikadanPendidikanFisika, PekanIlmiahFisika XV, 17 November 2012 1 dibandingkan sensor TGS2611. [4] Gambar 16. Sensitivitas sensor TGS2612 untuk beberapa gas [5] Dari hasil pengujian dan analisa data yang telah dilakukan diperoleh hasil pengujian dengan menggunakan Shimadzu GC-17A Gas Chromatography, untuk 5 sampel biogas diperoleh rata-rata area = 27412.6 dan rata-rata konsentrasi gas metana untuk tiap sampel= 15.20 ppm, dimana area methane standard = 1803128 dengan konsentrasi 1000 ppm. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa biogas yang dihasilkan portable biodigester mengandung gas metana.[4] Pada pengujian perbandingan pengukuran pada udara bersih pada 10 sampel titik pengukuran (pada kondisi 27°C~29°C dan 52%RH~69%RH) terhadap data pengukuran Figaro Engineering Inc. pada udara bersih (pada kondisi 20°C dan 65%RH), untuk sensor TGS2611 didapatkan rata-rata error pengukuran = 3.478 dan rata-rata %error = 14.8%. Sedangkan untuk TGS2612 didapatkan rata-rata error pengukuran= 3.171 dan rata-rata %error = 8.477%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembacaan sensor TGS2612 lebih mendekati nilai sebenarnya dibandingkan pada TGS2611.[4] Pada pengujian sensor terhadap gas butana sebanyak 5 sampel pertambahan gas butana, sensor TGS2612 lebih konduktan dibandingkan sensor TGS2611 seiring pertambahan jumlah semprotan butana. Sehingga dapat Seminar NasionalFisikadanPendidikanFisika, PekanIlmiahFisika XV, 17 November 2012 2 III. PENUTUP Sensor gas metana MQ4 dapat mendeteksi gas metana yang dirancang menggunakan mikrokontroler sistem bekerja sesuai dengan perencanaan dengan kesalahan pendeteksi gas metana sebesar 2%. Sensor TGS3870 tidak begitu linier pada kondisi konsentrasi tertentu dari gas metana, tapi distorsi yang muncul masih bisa ditoleransi sehingga sensor gas metana TGS3870 masih layak digunakan. Sensor TGS2612 lebih tepat untuk diimplementasikan pada plant Portable Biodigester dibandingkan sensor TGS2611. Dengan konstanta waktu (time constant) untuk respon sensor TGS2612 sebesar τ = 20 detik. PUSTAKA Artikeljurnal: [1] MP. Sunil, Narayan. A, Bhat. V, S. Vinay, Smart Biogas Plant, International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering (IJITEE) ISSN: 2278-3075, Volume3, Issue-3, August 2013. [2] Ratna IP , M. Sarosa , Heli T, Sri R, Pendeteksi Gas Metana pada Sistem Biogas Berbasis Mikrokontroler, Jurnal ELTEK, Vol 12 No 01, April 2014 ISSN 1693-4024 [3] Wijaya. LH, Subiakto. T, Perancangan Prototipe Pendeteksi Gas Metan (CH4) Menggunakan Sensor Figaro Berbasis Mikrokontroler Seri ATmegaS8535, Prosiding Pertemuan Ilmiah HFI Jateng & DIY. Skripsi/tesis/disertasi: [4] Faiz, Suyanto, Uji Kinerja Taguchi Gas Sensor (TGS) untuk Monitoring Gas Methane pada Portable Biodegester Nucleotide Composition and Amino Acid Usage in AT-Rich Hyperthermophilic Species, The Open Bioinformatics Journal, Vol. 2, 2008, pp. 11-19. Internet: [5] www. All data sheet sensor TGS.com, 11 Oktober 2014.