ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN DAN

ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN
DAN PARASITOLOGI
TIM UKMPPD FKU MALAHAYATI
Urtikaria
 Reaksi vaskular di kulit akibat
bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema
setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan
berwarna pucat dan kemerahan,
meninggi di permukaan kulit,
sekitarnya dapat dikelilingi halo
 Etiologi: obat, makanan, gigitan
serangga, bahan fotosensitizer,
inhalan, kontaktan, trauma fisik,
infeksi, psikis, genetik, atau
penyakit sistemik
Klasifikasi urtikaria
 Berdasarkan waktu
 Akut: Kurang dari 6 minggu
 Kronik: lebih dari 6 minggu
 Berdasarkan morfologi
 Papular: berbentuk papul
 Gutata: sebesar tetesan air
 Girata: ukurannya besarbesar
 Berdasarkan luas:
 Lokal
 Generalisata
 Angioedema: terkena
lapisan yang lebih dalam
daripada dermis atau
submukosa
• Berdasarkan penyebab
– Karena reaksi imunologik
• Bergantung pada IgE (atopi,
karena antigen spesifik)
• Ikut sertanya komplemen
(reaksi sitotoksik, reaksi
kompleks imun, defisiensi
C1 esterase inhibitor)
• Reaksi alergi tipe IV
– Reaksi nonimunologik
• Langsung memicu sel mast
• Bahan yang menyebabkan
perubahan metabolisme
asam arakidonat
• Trauma fisik
– Idiopatik
Jenis
Keterangan
Urtikaria adrenergik
Urtikaria yang berhubungan dengan kenaikan konsentrasi
noradrenalin dan adrenalin plasma. Dapat dipicu dengan
pemberian adrenalin atau noradrenalin
Urtikaria kolinergik
(bagian dari
urtikaria fisik)
Urtikaria yang dipicu karena kenaikan suhu tubuh sendiri dan
keringat
Urtikaria dingin
Urtikaria yang dipicu karena rangsangan dingin
Urtikaria fisik
Kelompok urtikaria yang dipicu oleh rangsangan fisik dari luar.
Gejala khas: dermografisme
Urtikaria idiopatik
Urtikaria yang tidak jelas penyebabnya
• Gejala:
– Gatal, rasa terbakar, atau tertusuk
– Eritema atau edema berbatas tegas, kadang
bagian tengah tampak lebih pucat
– Besarnya dapat lentikular, numular, plakat
• Pengobatan:
– Menghindari penyebab
– Antihistamin
– Betaadrenergik (untuk urtikaria kronik)
Pemeriksaan Penunjang
• Cryoglobulin, Hemolysin
• THT, gigi, mencari fokus
infeksi bila ada
• IgE, eosinofil,
komplemen
• Prick test untuk alergen
inhalan
• Eliminasi makanan
• Histopatologi
• Urtikaria fisik akibat
sinar → foto tempel
• Mecholyl intradermal
• Ice cube test utk
urtikaria dingin
• Tes dengan air hangat
Angioedema pada kelopak mata
Urtikaria
Skabies
 Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis
 Transmisi: kontak langsung (skin to skin), tidak langsung (pakaian)
 Kelainan kulit akibat terowongan tungau atau karena garukan
penderita
 Gejala:
 Pruritus nokturna
 Menyerang manusia secara kelompok
 Adanya terowongan (kunikulus) yang berwarna putih/keabuan,
lurus/berkelok, panjang 1 cm, pada ujung didapatkan papul/vesikel.
Predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan bag volar, siku luar,
lipat ketiak depan, areola mammae, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna, perut bawah
 Ditemukan tungau
 Obat: sulfur presipitat 4-20%, benzil benzoat 20-25%, gameksan
1%, krotamiton 10%, permetrin 5%
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Psoriasis vulgaris
 Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis
dan transparan
 Predileksi: skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor
(siku & lutut), lumbosakral
 Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign
 Patofisiologi:
 Genetik: berkaitan dengan HLA
 Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal,
dan proliferasi keratinosit → peningkatan turn over epidermis
 Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan
metabolisme, obat, alkohol, dan merokok
 Tata laksana:
 Sistemik: KS, sitostatik (metotreksat), levodopa, etretinat, dll
 Topikal: preparat ter, KS, ditranol, tazaroen, emolien, dll
 PUVA (UVA + psoralen)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
93. Trikomoniasis
• Infeksi saluran urogenital bagian bawah oleh Trichomonas vaginalis, bisa
bersifat akut/kronik, penularan biasanya melalui hubungan seksual (dapat
juga melalui pakaian atau karena berenang)
• Gejala klinis:
– Pada wanita:
• Sekret vagina seropurulen berwana kekuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak, berbusa
• Dinding vagina kemerahan, terdapat abses yang tampak sebagai granulasi berwarna merah
(strawberry appearance), dispareunia, perdarahan pascakoitus, perdarahan intermenstrual
– Pada laki-laki: gambaran klinis lebih ringan, mirip uretritis nongonore
• Pemeriksaan:
– Sediaan basah : tropozoit bergerak aktif
– Pemeriksaan pewarnaan Giemsa
• Pengobatan:
– Topikal: cairan irigasi (H2O, asam laktat), supositoria/gel trikomoniasudal
– Sistemik: metronidazol (2 g single dose atau 500 mg x 7 hari), tinidazol
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Karakteristik beberapa IMS
Penyakit
Karakteristik
Gonorrhea
Duh purulen kadang-kadang disertai darah. Diplokokus gram
negatif.
Trikomoniasis
Duh seropurulen kuning/kuning kehijauan, berbau tidak
enak, berbusa. Strawberry appearance.
Vaginosis bakterial
Duh berbau tidak enak (amis), warna abu-abu homogen,
jarang berbusa. Clue cells.
Kandidosis vaginalis
Duh berwarna kekuningan, disertai gumpalan seperti kepala
susu berwarna putih kekuningan. Sel ragi, blastospora, atau
hifa semu.
Gonorrhea
 Penyakit yang disebabkan infeksi Neisseria
gonorrhoeae
 Masa tunas 2-5 hari
 Jenis infeksi:
 Pada pria: uretritis, tysonitis, parauretritis, littritis,
cowperitis, prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis,
trigonitis
 Gambaran uretritis: gatal, panas di uretra distal, disusul
disuria, polakisuria , keluar duh yang kadang disertai darah,
nyeri saat ereksi
 Pada wanita: uretritis, oarauretritis, servisitis, bartholinitis,
salpingitis, proktitis, orofaringitis, konjungtivitis (pada bayi
baru lahir), gonorrhea diseminata
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Gonorrhea
 Pemeriksaan:
 Sediaan langsung: diplokokus gram negatif
 Kultur: agar Thayer-Martin
 Pengobatan
Diagnosis
Pilihan pengobatan
Uncomplicated gonococcal
infection of the cervix,
urethra, pharynx, or rectum
First line: Ceftriaxone (250 mg IM, single dose) or Cefixime (400
mg PO, single dose)
plus
Treatment for Chlamydia if chlamydial infection is not ruled
out: Azithromycin (1 g PO, single dose) or Doxycycline (100 mg
PO bid for 7 days)
Alternative: Ceftizoxime (500 mg IM, single dose) or
Cefotaxime (500 mg IM, single dose) or Spectinomycin (2 g IM,
single dose) or Cefotetan (1 g IM, single dose) plus probenecid
(1 g PO, single dose) or Cefoxitin (2 g IM, single dose) plus
probenecid (1 g PO, single dose)
Longo DL. Harrison’s principles of internal medicine, 18th ed. McGraw-Hill; 2012.
Herpes zoster
 Penyakit yang disebabkan virus varicella zoster yang menyerang kulit dan
mukosa, merupakan reaktivasi setelah infeksi primer (varicella)
 Predileksi: daerah torakal, unilateral, bersifat dermatomal
 Gejala:
 Gejala prodromal sistemik (demam, pusing, malaise) & lokal (myalgia, gatal,
pegal)
 Timbul eritema yang kemudian menjadi vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritematosa & edema, kemudian menjadi pustul dan krusta
 Pembesaran KGB regional
 Herpes zoster oftalmikus: infeksi n.V-1
 Sindrom Ramsay-Hunt: gangguan n. fasialis & otikus
 Komplikasi: neuralgia pascaherpetik: nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah sembuh
 Pengobatan: acyclovir (pada herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imun)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Kandidosis
 Kandidosis: penyakit jamur bisa bersifat akut/subakut disebabkan
oleh genus Candida
 Klasifikasi
 Kandidosis mukosa: kandidosis oral, perleche, vulvovaginitis, balanitis,
mukokutan kronik, bronkopulmonar
 Kandidosis kutis: lokalisata, generalisata, paronikia & onikomikosis,
granulomatosa
 Kandidosis sistemik: endokarditis, meningitis, pyelonefritis, septikemia
 Reaksi id (kandidid)
 Faktor
 Endogen: perubahan fisiologik (kehamilan, obesitas, iatrogenik, DM,
penyakit kronik), usia (orang tua & bayi), imunologik
 Eksogen: iklim panas, kelembaban tinggi, kebiasaan berendam kaki,
kontak dengan penderita
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Kandidosis kutis
 Bentuk klinis:
 Kandidosis intertriginosa: Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat
paha, intergluteal, lipat payudara, sela jari, glans penis, dan
umbilikus berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah,
eritematosa. Dikelilingi ileh satelit berupa vesikel-vesikel dan
pustul-pustul kecil atau bula
 Kandidosis perianal: Lesi berupa maserasi seperti dermatofit
tipe basah
 Kandidosis kutis generalisata: Lesi terdapat pada glabrous skin.
Sering disertai glossitis, stomatitis, paronikia
 Pemeriksaan: KOH (selragi, blastospora, hifa semu), kultur
di agar Sabouraud
 Pengobatan: hindari faktor predisposisi, antifungal
(gentian violet 0,5-1%, nistatin, amfoterisin B, grup azole)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
 Morfologi koloni C.
albicans pada medium
padat agar Sabouraud
Dekstrosa
 Bulat dengan
permukaan sedikit
cembung, halus, licin
 Warna koloni putih
kekuningan dan berbau
asam seperti aroma
tape.
Pitiriasis rosea
• Dermatitis eritroskuamosa yang disebabkan
oleh infeksi virus (self-limiting disease)
• Bentuk klinis:
– Dimulai dengan lesi inisial berbentuk eritema
berskuama halus dengan kolaret (herald patch)
– Disusul dengan lesi yang lebih kecil di badan, paha
dan lengan atas, tersusun sesuai lipatan kulit
(inverted christmas tree appearance)
• Pengobatan: simtomatik
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Herald patch
Kusta/morbus Hansen
• Penyakit infeksi kronik akibat infeksi
Mycobacterium leprae
• Gejala klinis:
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tuberculoid
 Few well-defined hypopigmented




hypesthetic macules with raised edges
and varying in size from a few
millimeters to very large lesions
covering the entire trunk.
Erythematous or purple border and
hypopigmented center. Sharply
defined, raised; often annular; enlarge
peripherally. Central area becomes
atrophic/depressed.
Advanced lesions are anesthetic,
devoid of skin appendages (sweat
glands, hair follicles).  test pinprick,
temperature, vibration
Any site including the face.
May be a thickened nerve on the edge
of the lesion; large peripheral nerve
enlargement frequent (ulnar).
Lepromatous
 Skin-colored or slightly
erythematous papules/nodules.
 Lesions enlarge; new lesions occur
and coalesce. Later: symmetrically
distributed nodules, raised
plaques, diffuse dermal infiltrate,
which on face results in loss of hair
(lateral eyebrows and eyelashes)
and leonine facies (lion's face).
 Bilaterally symmetric involving
earlobes, face, arms, and buttocks,
or less frequently the trunk and
lower extremities.
 More extensive nerve involvement
Wolff K. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical dermatology, 5th ed. McGraw-Hill; 2007.
Tipe
Lesi
Batas
Permukaan
BTA
Lepromin
I
Makula
hipopigmentasi
Jelas
Halus agak
berkilat,
anestesi
-
+
TT
Makula eritematosa
bulat/lonjong, bagian
tengah sembuh
Jelas
Kering
bersisik,
anestesi
-
+ kuat
BT
Makula eritematosa
tidak teratur, mulamula ada tanda
kontraktur
Jelas
Kering
bersisik,
anestesi
+/-
+ lemah
BB
Plakat, dome-shaped,
punched-out
Agak
jelas
Agak kasar,
+
agak berkilat
-
BL
Makula infiltrat merah Agak
jelas
Halus
berkilat
+
-
LL
Makula infiltrat difus
berupa nodus simetri,
saraf terasa sakit
Halus
berkilat
+ kuat
-
Tidak
jelas
Pausibasilar
Multibasilar
Lesi kulit
(makula datar, papul
meninggi, nodus)
•1-5 lesi
•Hipopigmentasi/eritema
•Distribusi tidak simetris
•Hilangnya sensasi yang
jelas
•>5 lesi
•Distribusi lebih simetris
•Hilangnya sensasi kurang
jelas
Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi/kelemahan otot
yang dipersarafi)
Hanya satu cabang saraf
Banyak cabang saraf
• Pemeriksaan
– Bakterioskopik: Ziehl-Neelsen
– Histopatologik: sel datia Langhans, atau sel Virchow
– Serologik: MLPA, ELISA, ML dipstick
Pemeriksaan sensibilitas
• Jarum → nyeri
• Kapas → raba
• Rasa suhu bila belum jelas
– Dengan tabung reaksi panas dan dingin
Pitiriasis versikolor
 Penyakit jamur superfisial yang kronik disebabkan
Malassezia furfur
 Gejala:
 Bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat
hitam, meliputi badan, ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas,
leher, muka, kulit kepala yang berambut
 Asimtomatik – gatal ringan, berfluoresensi
 Pemeriksaan: lampu Wood (kuning keemasan), KOH 20%
(hifa pendek, spora bulat: meatball & spaghetti
appearance)
 Obat: selenium sulfida (shampoo), azole, sulfur presipitat
 Jika sulit disembuhkan atau generalisata, dapat diberikan
ketokonazol 1x200mg selama 10 hari
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Filariasis
 Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3
berdasarkan habitat cacing dewasa di hospes:
 Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca
 Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
 Kavitas tubuh: Mansonella perstans, Mansonella ozzardi
 Fase gejala filariasis limfatik:
 Mikrofilaremia asimtomatik
 Adenolimfangitis akut: limfadenopati yang nyeri, limfangitis
retrograde, demam, tropical pulmonary eosinophilia (batuk, mengi,
anoreksia, malaise, sesak)
 Limfedema ireversibel kronik
 Grading limfedema (WHO, 1992):
 Grade 1 - Pitting edema reversible with limb elevation
 Grade 2 - Nonpitting edema irreversible with limb elevation
 Grade 3 - Severe swelling with sclerosis and skin changes
Wayangankar S. Filariasis. http://emedicine.medscape.com/article/217776-overview
WHO. World Health Organization global programme to eliminate lymphatic filariasis. WHO Press; 2010.
Pemeriksaan & tatalaksana filariasis
limfatik
 Pemeriksaan penunjang:




Deteksi mikrofilaria di darah
Deteksi mikrofilaria di kiluria dan cairan hidrokel
Antibodi filaria, eosinofilia
Biopsi KGB
 Pengobatan:




Tirah baring, elevasi tungkai, kompres
Antihelmintik (ivermectin, DEC, albendazole)
Suportif
Pengobatan massal dengan albendazole+ivermectin (untuk
endemik Onchocerca volvulus) atau albendazole+DEC (untuk
nonendemik Onchocerca volvulus) guna mencegah transmisi
 Bedah (untuk kasus hidrokel/elefantiasis skrotal)
 Diet rendah lemak dalam kasus kiluria
Panjang:lebar kepala sama
Wuchereria bancroftiiInti teratur
Tidak terdapat inti di ekor
Brugia malayi
Brugia timori
Perbandingan panjang:lebar
kepala 2:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 2-5 buah
Perbandingan panjang:lebar
kepala 3:1
Inti tidak teratur
Inti di ekor 5-8 buah
Schistosoma
 Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis
 Morfologi dan Daur Hidup
 Hidup in copula di dalam pembuluh darah vena-vena
usus, vesikalis dan prostatika.
 Di bagian ventral cacing jantan terdapat canalis
gynaecophorus, tempat cacing betina.
 Telur tidak mempunyai operkulum dan berisi
mirasidium, mempunyai duri dan letaknya tergantung
spesies.
 Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah,
bermigrasi di jaringan dan akhirnya masuk ke lumen
usus atau kandung kencing
 Telur menetas di dalam air mengeluarkan mirasidium
Schistosoma japonicum
TELUR
BENTUK : BULAT AGAK LONJONG DNG
TONJOLAN DI BAGIAN
LATERAL DEKAT KUTUB
UKURAN : 100 x 65 µm
TELUR BERISI EMBRIO
TANPA OPERKULUM
SERKARIA
Schistosoma sp
EKOR BERCABANG
Gejala klinis
– Efek patologis tergantung jumlah telur yang
dikeluarkan dan jumlah cacing .
– Keluhan : demam, malaise, berat badan
menurun
– Pada infeksi berat → Sindroma disentri
– Hepatomegali timbul lebih dini disusul
splenomegali; terjadi 6-8 bulan setelah infeksi.
Infeksi cacing tambang
 Disebabkan Ancylostoma
duodenale & Necator
americanus
 Gejala:
 Pruritus lokal pada tempat
yang mengalami invasi
 Nyeri abdomen, diare,
muntah
 Anemia defisiensi besi
 Infeksi berat menyebabkan
pneumonitis (Loefflerlike
syndrome)
Haburchak DR. Hookworms. http://emedicine.medscape.com/article/218805-overview#show
http://www.cdc.gov/parasites/hookworm/health_professionals/index.html#tx
Nama cacing
Cacing dewasa
Telur
Obat
Ascaris
lumbricoides
Mebendazole,
pirantel pamoat
Taenia solium
Albendazole,
prazikuantel, bedah
Enterobius
vermicularis
Pirantel pamoat,
mebendazole,
albendazole
Ancylostoma
duodenale
Necator
americanus
Mebendazole,
pirantel pamoat,
albendazole
Schistosoma
haematobium
Prazikuantel
Trichuris
trichiura
Mebendazole,
albendazole
Brooks GF. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology, 23rd ed. McGraw-Hill; 2004.
Cutaneous larva migrans (creeping
eruption)
 Peradangan berbentuk linear,
berkelok-kelok, menimbul dan
progresif
 Penyebab: Ancylostoma
braziliense dan Ancylostoma
caninum
 Larva masuk kulit, menimbulkan
rasa gatal dan panas, diikuti lesi
linear berkelok-kelok, menimbul,
serpiginosa membentuk
terowongan
 Gatal hebat pada malam hari
 Pengobatan: tiabendazole,
albendazole, cryotherapy, kloretil
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Fascioliasis
 Human fascioliasis is usually recognized as an
infection of the bile ducts and liver, but infection
in other parts of the body can occur.
 In the early (acute) phase, symptoms can occur
as a result of the parasite's migration from the
intestine to and through the liver.
 Symptoms can include gastrointestinal problems
such as nausea, vomiting, and abdominal
pain/tenderness. Fever, rash, and difficulty
breathing may occur.
Fasciola Hepatica life cycle
Microscopy
A, B, C: Telur Fasciola hepatica. Pengecatan: iodine.
A,B bentuk membulat; C. Terlihat operculum pada
terminal
Cutaneous Anthrax
• 95% of all cases globally
• Incubation: 2 to 3 days
• Spores enter skin through open wound or
abrasion
• Papule → vesicle → ulcer → eschar
• Case fatality rate 5 to 20%
• Untreated – septicemia and death
Center for Food Security and Public Health,
Iowa State University, 2011
Day 6
Day 2
Day 4
Day 6
Day 6
Day 10
Center for Food Security and Public Health,
Iowa State University, 2011
The Organism
• Bacillus anthracis
• Large, gram-positive, nonmotile rod
• Two forms
– Vegetative, spore
• Over 1,200 strains
• Nearly worldwide distribution
Center for Food Security and Public Health,
Iowa State University, 2011
108. Vektor
Pemfigus
Kelainan
Penjelasan
Pemfigus vulgaris
Penyakit kulit autoimun berbula kronik, menyerang kulit
dan membran mukosa yang secara histologik ditandai
dengan bula intraepidermal akibat proses akantolisis dan
secara imunopatologik ditemukan antibodi terhadap
komponen desmosom pada permukaan keratinosit jenis
IgG, baik terikat maupun beredar dalam darah. Khas: bula
kendur, bila pecah menjadi krusta yang bertahan lama,
nikolsky sign (+)
Pemfigoid bulosa
Perbedaan dengan pemfigus vulgaris: keadaan umum
baik, dinding bula tegang , bula subepidermal, terdapat
IgG linear
Pemphigus Vulgaris
Pemphigus Vulgaris
Pemphigus Foliceus
Paraneoplastic Pemphigus e.c
Castleman tumor
Cleared when the tumor removed
Bullous Pemphigoid
Cicatricial Pemphigoid
Balantidiasis
Balantidium coli
~70 x 45 m
(up to 200 m)
~55 m
• Most people who are infected with
Balantidium coli remain asymptomatic. An
infected individual may have cysts or
trophozoites in their feces, but be free of any
other symptoms or complaints
• Common symptoms of Balantidiasis include
chronic diarrhea, occasional dysentery
(diarrhea with passage of blood or mucus),
nausea, foul breath, colitis, abdominal pain
Amoebiasis
Immature Entamoeba histolytica
cyst (mature cysts have 4 nuclei)
Trophozoites of Entamoeba histolytica with
ingested erythrocytes
METRONIDAZOLE
 Mixed amoebicide.
 Drug of choice for intestinal &
extraintestinal amoebiasis.
 Acts on trophozoites.
 Has no effect on cysts.
 Nitro group of metronidazole is reduced by
protozoan leading to cytotoxic reduced product
that binds to DNA and proteins resulting into
parasite death.
Malaria
 Definitive host (final h.) is a host in which a
parasite attains sexual maturity; harbours the
adult or sexually mature parasite (where the
sexual reproductive cycle take place).
 Intermediate host harbours the immature or
asexual stages of the parasite.
 Reservoir host an animal that harbours the same
species of parasites as man and constitute a
source of infection to him.
 Vector is an arthropod that carriers a parasite to
its host
• Malaria
– Human: asexual stage (intermediate host)
– Anopheles mosquito : sexual reproduction
(definitive host)