By : Heru Susetyo, SH. LL.M. M.Si
Wanita Keluarga dan Hukum dalam Pembangunan Nasional
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
18 November 2010 .
Perempuan dalam perkawinan dan hukum keluarga> stereotype, diskriminasi, marjinalisasi, subordinasi
Perempuan dan ketenagakerjaan > diskriminasi, eksploitasi PRT dan TKW
Perempuan dan peran publik & politik
Perempuan dan pendidikan
Perempuan dan kesehatan
Perempuan korban konflik, korban bencana dan tinggal di wilayah tertinggal
Perempuan dan ekonomi> peminggiran, kemiskinan,
SMES
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Agenda dalam Beijing Women Conference 1995 :
Perempuan dan kemiskinan
Perempuan dan pelatihan perempuan
Perempuan dan kesehatan
Tindak kekerasan terhadap perempuan
Perempuan dan konflik bersenjata
Perempuan dan ekonomi
SOPHIE - Social Policy and Human Rights
Institute- WORKSHOP 2009
7.
8.
9.
Perempuan dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan
Mekanisme kelembagaan dan kemajuan perempuan
Hak Asasi Perempuan
Perempuan dan Media massa 10.
11.
12.
Perempuan dan lingkungan hidup
Anak perempuan
(YJP, 2004)
SOPHIE - Social Policy and Human Rights
Institute- WORKSHOP 2009
3.
4.
5.
6.
1.
2.
Keturunan : asal usul anak, anak sah, anak yang lahir di luar perkawinan.
Kekuasaan orang tua : hak dan kewajiban orang tua, pemeliharaan orang tua, pemeliharaan anak, pencabutan kekuasaan orang tua.
Perwalian
Pendewasaan
Pengampuan
Perkawinan dan Perceraian
Peran dan tanggungjawab suami istri
Pembagian peran dalam keluarga dan rumah tangga
Perkawinan poligami
Perkawinan di bawah tangan
Perkawinan di bawah umur
Kekuasaan orang tua dan anak perempuan
Hak-hak perempuan dalam proses perceraian dan pasca perceraian
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dll
Kasus unik terjadi di Leones, Argentina. Remaja putri berusia 17 tahun memiliki tujuh anak kandung. Uniknya lagi, atau tragisnya, anak-anak itu memiliki tiga ayah berbeda yang saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Tujuh anak tersebut diperolehnya dalam tiga kelahiran.
Dua di antara tiga kehamilannya memang kembar tiga.
Kalangan kedokteran menyebut kasus Pamela itu sebagai
"kelangkaan ilmu pengetahuan". Dia melahirkan anak pertama ketika berusia 14 tahun.Kemudian, dia dua kali melahirkan bayi kembar tiga pada usia 15 tahun dan 16 tahun.
SOPHIE - Social Policy and Human Rights
Institute- WORKSHOP 2009
SOPHIE - Social Policy and Human Rights
Institute- WORKSHOP 2009
Yang unik, atau tragis, tiga kehamilan itu dia dapatkan setelah berhubungan badan dengan tiga lelaki berbeda. Kini, dia tidak tahu keberadaan tiga ayah anak-anak tersebut. Dia mengakui bahwa merawat tujuh anak adalah pekerjaan melelahkan. Namun, dia merasa bahagia karena anak-anaknya sehat dan bahagia. "Saya berusaha menjadi ibu terbaik bagi mereka, sebisa yang saya lakukan," ujarnya.
Dampaknya bagi perempuan
Ketiadaan surat nikah
Perkawinan di bawah tangan dan legalitas perkawinan di mata hukum negara
Kemandirian dan posisi tawar perempuan
Keberlangsungan pendidikan perempuan
SOPHIE - Social Policy and Human Rights
Institute- WORKSHOP 2009
KUHP
UU Perlindungan Anak?
Indonesia belum menjadi signatory maupun party dari konvensi ini
Pasal 31
(1). Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(2). Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(3). Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga.
Pasal 34
(1). Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(2). Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaikbaiknya.
(3). Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugutan kepada
Pengadilan.
Prime Minister Becomes First World Leader to Marry Lesbian Partner
Icelandic leader in milestone gay marriage
Wednesday, June 30, 2010
By Louise Nordstrom, Associated Press
www.cnsnews.com/public/checker.aspx?rsrcID=68794 - 4 hours ago
Stockholm (AP) - Iceland's prime minister made history last week when she wed her longtime girlfriend, becoming the world's first head of government to enter a gay marriage.
But fellow Nordic nations hardly noticed when 67-year-old
Johanna Sigurdardottir tied the knot with her longtime partner a milestone that would still, despite advances in gay rights, be all but inconceivable elsewhere.
Ada yang menyebutnya nikah sirri
Terjadi karena pasangan belum siap menikah resmi, pernikahan poligami, pernikahan di bawah umur, pernikahan karena ‘kecelakaan’ , dll
Bisa jadi pernikahan di bawah umur adalah ‘sah’ di mata hukum agama, namun tak berkekuatan hukum di mata hukum negara.
Pernikahan di bawah tangan adalah tidak dicatatkan di muka PPN KUA atau Petugas KCS
Apabila ada pasangan yang kemudian memiliki surat nikah, boleh jadi surat nikahnya ‘Aspal’
Pasal 2 UU No. 1 tahun 1974
(1). Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.
(2). Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tidak memenuhi syarat-syarat dalam UU Perkawinan
Perkawinan poligami
Perkawinan di bawah umur
Perkawinan berbeda agama
Perkawinan berbeda kewarganegaraan
Pasangan yang menikah, salah satu atau keduaduanya menganut agama atau kepercayaan yang ‘tidak diakui’ di Indonesia
UU Perkawinan Indonesia No. 1 tahun 1974 menganut prinsip monogami terbuka, alias poligami diperbolehkan sepanjang memenuhi syarat-syarat alternatif dan kumulatif.
Kebolehan poligami di dalam hukum Indonesia berbeda dengan di dalam hukum Islam
Al-Quran surat Al-Nisa' [4]: 3 menyatakan : Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim
(bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil (dalam hal-hal yang bersifat lahiriah jika mengawini lebih dari satu), maka
kawinilah seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya
Pasal 3
(1). Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
(2). Pengadilan, dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh fihak-fihak yang bersangkutan.
Pasal 4
(1). Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam Pasal 3 ayat (2)
Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada Pengadilan di daerah tempat tinggalnya.
(2). Pengadilan dimaksud data ayat (1) pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila: a. isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri; b. isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
Pasal 5
(1). Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri; b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluankeperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka; c. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.
(2). Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.
UU Kewarganegaraan No. 12 tahun 2006 memberikan perlindungan lebih kuat terhadap istri (Indonesia) dan anak-anak yang lahir dari perkawinan tersebut.
Namun tetap saja di lapangan posisi tawar istri yang
WNI seringkali lebih rendah, terutama apabila pendidikan dan status ekonomi mereka rendah (i.e.
BMI/ TKW)
Pasal 29
(1) Jika terjadi perkawinan campuran antara warga negara
Republik Indonesia dan warga negara asing, anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal terjadi perceraian dari perkawinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), anak berhak untuk memilih atau berdasarkan putusan pengadilan, berada dalam pengasuhan salah satu dari kedua orang tuanya.
(3) Dalam hal terjadi perceraian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), sedangkan anak belum mampu menentukan pilihan dan ibunya berkewarganegaraan Republik Indonesia, demi kepentingan terbaik anak atau atas permohonan ibunya, pemerintah berkewajiban mengurus status kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak tersebut.
Pasal 4
Warga Negara Indonesia adalah: b.
anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga
Negara Indonesia; c.
anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara
Indonesia dan ibu warga negara asing; d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia.
e. l.
anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
m.
anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia
e. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asala ayahnya tidak memberikan kewargaanegaraan kepada anak tersebut; f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara Indonesia; g.
anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia;
h.
anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara
Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun dan/atau belum kawin; i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara
Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui; k.
anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
Pasal 5
(1) Anak Warga Negara Indonesia yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga Negara Indonesia.
(2) Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh warga negara asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai Warga Negara
Indonesia.
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik
Indonesia terhadap anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf f, huruf m, dan
Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya.
( 2) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada Pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan di dalam peraturan perundang-undangan.
(3) Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin.
Pasal 21
(1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia
(2) Anak warga negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh
Warga Negara Indonesia memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia.
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) memperoleh kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya sebagaimana diatur dalam Pasal 6.
Article 15
1. State parties shall accord to women equality with men before the law.
2. State parties shall accord to women, in civil matters, a legal capacity identical to that of men and the same opportunities to exercise that capacity. In particular, they shall give women equal rights to conclude contracts and to administer property and shall treat them equally in all stages of procedure in courts and tribunals.
a.
b.
c.
d.
e.
Same rights to enter into marriage;
Same rights freely to choose a spouse and to enter into marriage only with their free and full consent;
Same rights and responsibilities during marriage and dissolution;
Same rights and responsibilities as parents, irrespective of their marital status
Etc.
Pasal 39 UU No. 1 tahun 1974
(1). Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang
Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
(2). Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.
(3). Tatacara perceraian didepan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.
Pasal 19 PP No. 9 tahun 1975
Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain; e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri; f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
By :
Heru Susetyo
Attorney & Lecturer
Faculty of Law University of Indonesia, Depok - INDONESIA
1.
2.
3.
4.
Indonesia has enacted some laws on marriage/divorce affairs.
The source of laws are : Western European civil laws, customary laws (adat) and religious laws.
The divorce laws for muslim citizens are :
Law No. 1/1974 on marriage
Government Regulation No. 9 year 1975
Law No. 7 year 1989 on Religious judicature (civil procedures)
Islamic Law Compilation (disseminated through
Presidential Instruction No. 1 year 1991).
The divorce laws enable and secure the man and woman`s rights to divorce (before 1974, woman would find it difficult to claim a divorce)
However, to date, woman still find it difficult to secure her rights after the divorce took place.
The post-divorce main problems for women are : alimony, child custody, child support, and joint matrimonial property.
Women will gain their post-divorce rights `only if the men willing to do so`
Therefore, women usually win `on the paper` and `men always win`
Why do women have weaker bargain in securing their rights after the divorce took place before
Indonesian religious court ?
Primary data : interview, observation (the author`s cases, other people`s cases)
Secondary data : court verdicts, related statutory, books, internet sources, etc
Place : Jakarta & greater Jakarta area
Time : 2007 - 2008
INDONESIAN
JUDICIAL
SYSTEM
SUPREME
COURT
CONSTITUTIONAL
COURT
CORRUPTION
COURT
LABOR
COURT
MILITARY COURT
APPELLATE
RELIGIOUS COURT
COMMERCIAL
COURT
DISTRICT
RELIGIOUS COURT
APPELLATE
COURT
APPELLATE
ADMINISTRATIVE
COURT
DISTRICT COURT
ADMINISTRATIVE
COURT
In 2008, Indonesia has :
326 religious district court (district level)
25 appellate religious court (provincial level, total
Indonesian provinces = 33)
2700 judges (283 female and 2119 male judges at district court; 15 female and 291 male judges at appellate court)
3740 registrar (panitera)
2500 administrator (jurusita)
1.
2.
3.
4.
5.
The religious courts have jurisdiction for
Muslims in following fields :
Nikah/ talak (Marriage/ divorce)
Waris (Inheritance), wasiat (will & testament), hibah (charitable bequest)
Wakaf (charitable trust) and shadaqah (other forms of alms)
Infaq and zakat (charitable donations/ alms)
Syari`ah economy (Islamic banking & insurance)
8
9
6
7
4
5
2
3
no Kind of cases 1 st level religious court
% (of total
1 st level)
Appellate religious court
% (of total appeal)
1 Divorce 178.913
98.8% 1288 84.69%
Inheritance
Testament
Bequest
Property donation/wakaf
Alms (shadaqah)
Request for division of deceased estate
Syariah economy
Other
2
318
0
432
1311
22
58
21
0.72%
0.01%
0.03%
0.01%
0.01%
0.18%
0%
0.24%
0
14
0
0
195
4
16
4
12.82%
0.26%
1.05%
0.26%
0%
0%
0%
0.92%
Make up 98.8% out of total cases in 1 st level/ district religious courts nationwide in 2006
Make up 84.69% out of total cases in appellate religious courts nationwide in 2006
bismillahirrahmanirrrahim for the sake of justice in
One Supreme God woman as plaintiff man as defendant
divorce claim is granted
Both Islam and Indonesian Law No. 1 year 1974 do not simply consent to divorce.
Prophet Muhammad SAW earlier warned that divorce, though permissible, is disliked by Allah (God).
Article 39 of Law No. 1 year 1974 makes divorce difficult, by setting certain prerequisites to be met.
(art. 19 of Govt Regulation No. 9/ 1975
1.
2.
3.
One of the parties committed adultery, becoming alcoholic, drug abuser, gambler, or similar hard-to-cure vices.
One of the parties abandoned the other for two years continuously without the permission of the other party and without any legal reason or other reason outside the capabilities of the party.
One of the parties received a sentence amounting 5 years or more after the marriage was carried out.
4.
5.
6.
One of the parties committed serious violence or battering against the other party.
One of the parties caught a bodily disability or disease resulting in their inability to fulfill their duty as husband or wife.
Between both parties there were continual disputes and conflicts, with no hope of restoring peace in the family.
Additional grounds
(vide article 116 of Islamic Law Compilation)
(6) Continuous disputes between husband and wife;
(7) Either party breach of conditions in the marriage contract;
(9) Either party committed apostasy.
Islamic tradition (Baderin, 2003) :
1.
unilateral repudiation by the husband (talaq).
2.
discharge at wife`s request (khuluk);
3.
dissolution by mutual agreement (mubara`ah);
4.
dissolution through judicial order (fasakh).
Unilateral repudiation (talaq) is a right of the husband while the other three forms (khuluk, mubara`ah and fasakh) are invocable by the wife
1.
a.
b.
Talak (unilateral repudiation) by the husband; consist of :
Talak raj`i
Talak bain (shugra and kubra)
2.
a.
b.
Divorce claim by the wife:
Khuluk > wife has to pay iwadl money Rp 1000,-
Fasakh (through court decision)
Article 39 Indonesian Law No. 1 year 1974
A divorce shall be carried out only before a session of a court of Law after the Court concerned has endeavored and has been unsuccessful in bringing about a conciliation between the two parties.
In order to carry out a divorce, sufficient reasons shall be present indicative of the incapability of the husband and the wife living together in harmony.
the “out of court divorce” is considered “unregistered divorce” and has no legal power”
1.
2.
3.
4.
In a divorce claim (lawsuit), usually women request the judges to decide on following matters :
Dissolving the marriage by divorce
Deciding the division of joint matrimonial property
Deciding the children custody
Deciding the alimony (nafkah iddah and mut`ah) and child support
Usually the divorce claims will be granted by the judges.
If the husband has never appeared three times before the court then the claims will be granted.
Problem : what about joint matrimonial property, alimony, and child support if the husband never come up?
Article 35 Indonesian Law No. 1 year 1974
Property acquired during marriage shall become joint property.
Property brought in by the husband or the wife respectively and property acquired by either one of them as a gift or an inheritance shall be under the respective control of either one of them, provided the parties have not decided otherwise.
Article 97 of Islamic Law Compilation
The divorce and divorcee have equally half of the joint property except there is a certain agreement in the marriage.
Problem :
Most of the properties are registered in husbands` names
If the properties are currently under husband`s custody then it will be difficult to force him to surrender (court? police? Legal mechanism?)
Article 156 Law No. 7 year 1989 :
Children who are not mummayiz (grown up) has the right to have the hadhanah (custody) from the mother.
The grown up children have the right to choose whether they have the hadhanah (custody) from the father of the mother.
the Kompilasi Hukum Islam provides the following:
The mother has custody of children not yet mumayyiz or under the age of 12 years.
Children already mumayyiz may choose between the father and the mother.
Problem in Child Custody :
If the children are in her husband`s custody before or during the trial process, then it will be difficult to force him to surrender the children, unless he is willing to do so
(police? Court? Legal mechanism?)
In the mixed marriage (different religion), a women who married in Islam then revert to her previous religion other than Islam, will mostly lost her claim over child custody
Article 149 Law No. 7 year 1989
If a marriage is broken due to talak, the ex husband is obliged to :
Submit a proper amount of mut`ah to his ex wife either in a form of goods or money, except the divorce takes place before an intercourse.
Provide a living cost, maskan, and kiswah to his ex wife during the period of `iddah` except when the wife is divorced by talak ba`in or nusyuz and not in pregnancy.
Pay off the whole credited `mahar`, or in half if the divorce is happens before intercourse.
Provide the hadhana allowances for his children who are under 21 years old.
Problem :
Difficult to obtain husband`s payroll and proves his financial availability
Need a good relationship with husband`s employer
What if the husband does not earn monthly salary?
(running entrepreneurship)
`Men always win`
Women win mostly `on the paper` (court verdict)
The post-divorce settlement rely largely on ex husband`s good faith
Legal mechanism is insufficient
What is the role of the state ? (Indonesia has ratified
CEDAW, ICCPR & ICESCR)
LAW/
STATUTORY
JUDICIAL
STRUCTURE
WOMEN`S
WEAKER
BARGAIN
JUDICIAL
CORRUPTION
WOMEN`S SOCIAL
STATUS
PATRIARCHAL
CULTURE
INSUFFICIENT
CIVIL/
CRIMINAL
PROCEDURES