Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad (2/423) (15/284 no. 9474), Abu Dawud dalam Sunan no. 2350, Al Hakim dalam Mustadrak, dari Shahabat Abu Hurairah, Al Hakim menshahihkannya dan disepakati oleh Ad Dzahabi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah. Berkata Syaikh Al-Albani rahimahulloh : “Disini ada dalil bahwa siapa yang mendapatkan fajar terbit dalam keadaan bejana makanan atau minuman di tangannya boleh baginya untuk tidak meletakkan sampai dia mengambil hajatnya dari situ. Ini adalah pengecualian dari ayat: Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. QS. Al Baqarah: 187 Sehingga tidak ada kontradiksi antara keduanya. Lihat pendapat Syaikh Al Albani pada buku beliau Tamamul Minnah hal. 417-418. Berdasarkan pendapat ini, puasa anda sah insyaallah Ta’ala. Puasa Lupa Makan, Dinasehati atau dibiarkan ? Pertanyaan: Syeikh Abdul Aziz bin Baz rahimahulloh ditanya: Ada sebagian orang mengatakan: kalau kamu melihat seorang muslim makan atau minum karena lupa di yg tengah hari bulan ramadhan, tidak harus kamu ingkari, (biarkan saja -pent) Karena Alloh yang memberikan dia makan dan minum sebagaimana disebutkan dalam hadits. Apakah pernyataan ini benar ? Jawaban: Siapa pun melihat seorang muslim 4 minum ditengah hari ramadhan atau makan atau melakukan pembatalanpembatal puasa lainnya karena lupa, wajib untuk diingkari, karena menampakkan hal hal tersebut di siang hari romadhon adalah kemungkaran, meskipun pada kenyataannya sang pelaku mendapat Udzur. (Kenapa tetap diingkari ? -pent) Agar manusia tidak bermudah-mudah untuk menampakkan apa yang Alloh haramkan, melakukan pembatalan puasa dengan alasan lupa, meskipun memang benar bahwa orang yang melakukan pembatal puasa karena lupa tidak ada qodho’ (dan tidak berdosa-pent) berdasar kan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: “Barangsiapa lupa, lalu dia makan atau minum (ketika berpuasa). Maka sempurnakanlah puasanya. Karena sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum kepadanya.” (HR. Al Bukhari no. 1933, Muslim no. 1155) Demikian pula musafir, tidak boleh baginya menampakkan diri nya makan, minum dihadapan orang yang mukim yang tidak tahu keadaannya (sedang safar), kewajibannya adalah bersembunyi, menutup dirinya (ketika makan atau minum), agar orang lain tidak bermudah mudahan melakukan itu. Demikian pula orang orang kafir, mereka dilarang menampakkan dirinya makan dan minum atau yang semisalnya dihadapan kaum muslimin, ini semua untuk menutup pintu tasahul (bermudahmudah) dalam masalah ini, juga karena mereka orang orang kafir dilarang menampakkan syiar syiar agama mereka yang batil di tengah kaum muslimin. (Diterjemahkan oleh Abu Ismail Muhammad Rijal, dengan sedikit penyesuaian, dari Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz (15/255-256) Sumber: https://problematikaumat.com/ Mohon tidak dibaca ketika khotbah berlangsung BULETIN JUM’AT Fikih BULETIN JUMAT Media Dakwah Islam Ahlussunnah-wal-jama’ah ___________________ Diterbitkan oleh : Media Dakwah RSU Siaga Medika Group Penasihat : Al-Ustadz Abdurrahman Luki Al-Ustadz Qomarudin ___________________ Dapatkan info kajian Ahlussunah di kota Anda : https://t.me/infokajiansalafy Purwokerto : https://t.me/InfoSalafyPwkt Cilacap : https://t.me/AlmanshurohCilacap Kebumen : https://t.me/KajianIslamKebumen Purbalingga : https://t.me/ForumSalafyPurbalingga Banyumas : https://t.me/infosalafyBMS ___________________ Buletin Jum’at (selembar kertas) ini mudah tercecer sehingga tidak memuat lafadz Al Qur’an dan Lafdzul Jalaalah untuk menjaga kesucian dan keagungan-Nya ___________________ Tahun ke-9 Volume 3 ___________________ Tanya Jawab Seputar Puasa Ramadhan Agar Puasa Kita Diberkahi Pertanyaan: Ustadz, sebagai persiapan memasuki bulan Ramadhan bisa kiran ya dibahas secara ringkas fikih Puasa (Shoum), bagaimana agar puasa kita diberkahi Alloh Ta’ala. Jawab: Amalan yang terbaik dan paling diberkahi Allah adalah amalan yang paling baik sisi batiniahnya dan sisi lahiriyahnya. Dan ketahuilah bahwa shoum Romadhon bukan hanya ibadah lahiriah, namun juga ibadah batiniah. Kedua perkara inilah, zhahir dan batin, yang yang akan dilihat Alloh Ta’ala. Rosululloh -Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: Sesungguhnya Alloh tidak melihat pada jasad kalian (dalam sebagian riwayat : dan rupa kalian) tetapi Alloh melihat kalbu (hati kalian) dan amalan kalian. HR. Muslim, dari shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu. Hadits ini mengingatkan bahwa jasad kita sempurna atau cacat, bentuk dan wajah kita indah atau kurang, harta kita sedikit atau banyak, bukan itu yang dilihat Alloh ta’ala, namun yang dilihat adalah: Kalbu (hati-hati) kalian dan amalan kalian yakni batin dan lahir. Baiknya kalbu (batin) adalah dengan keikhlasan, dan baiknya lahir adalah dengan Mutaba’ah (mengikuti bimbingan) Rosululloh -Shallallahu ‘alaihi wa sallamMemperbaiki Lahiriah Puasa Secara lahiriah, seorang yang berpuasa diperintahkan untuk menahan diri dari Makan, Minum, Jima’ (mengumpuli istri) dan pembatal-pembatal puasa lainnya, diawali sejak terbit fajar Shodiq (waktu subuh), hingga tenggelam matahari. Maka wajib bagi setiap muslim untuk benarbenar mempelajari perkara-perkara yang dapat membatalkan puasanya, baik pembatal yang disepakati mmmmmmmmm Mohon tidak dibaca ketika khotbah berlangsung 1 atau yang diperselisihkan. Termasuk juga masalah masalah nawazil (kontemporer) yang para ulama telah membahasnya, seperti memakai infus, transfusi darah, donor darah membatalkan puasa atau tidak? Agar lahiriah puasa baik, seorang muslim juga dituntut untuk menjaga puasanya dari kemaksiatan, terlebih kebid’ahan dan kesyirikan. Dalam sebuah hadits Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- membimbing umatnya agar benar benar menjaga lahiriyah ibadah shoum dari dusta, perkataan kotor, caci-maki, ghibah dan semisalnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, maka tidak ada keinginan Allah pada puasanya.” (HR. al-Bukhari no. 1804) Agar lahiriah puasa baik, seorang muslim juga harus berupaya untuk memperbanyak amalan-amalan Sholih. Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam mencontohkan, di bulan Ramadhan semangat beliau bertambah dalam melakukan amalan amalan Sholih. Maka hiasilah shoum Romadhon dengan membaca Alquran, qiyamullail lail, dzikir, shodaqoh dan amalan kebaikan lainnya. Walhasil untuk memperbaiki lahiriah puasa seorang muslim benar benar wajib mempelajari bagaimana Rasululloh -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berpuasa termasuk perkara perkara sunnah (mustahab) yang beliau contohkan seperti sahur dan mengakhirkannya, ifthar (berbuka) dan menyegerakannya. Yang seperti ini menjadikan lahiriyah puasa kita semakin baik dan diberkahi Alloh Ta’ala. 2 MEMPERBAIKI BATINIYAH PUASA Adapun memperbaiki Batiniyah ibadah shoum, adalah dengan memperbaiki keikhlasan kita dalam menunaikan puasa Ramadhan. Wajib atas kita memurnikan ibadah hanya untuk Alloh Ta’ala, bersih dari riya’ dan segala bentuk kesyirikan. Agar Batiniyah ibadah puasa baik, seorang muslim juga harus meyakini bahwa puasa ramadhan adalah kewajiban dan salah satu rukun islam sebagaimana Alloh sebutkan dalam Al Qur’an. Agar batiniyah seorang dalam berpuasa semakin baik juga harus meyakini semua yang dikabarkan oleh Alloh dan Rosul-Nya -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentang keutamaan shoum romadhon dan juga bulan ramadhan. Rosululloh -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda memerintahkan agar kita berpuasa dalam keadaan iman, mengimani kewajiban puasa sebagai Rukun Islam dan nikmat Alloh yang sangat besar serta berharap pahala dan keutamaan dari sisi-Nya. “Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu). Hadits ini sangat jelas menunjukkan agar kita tidak sekedar berpuasa dari sisi lahirnya, sisi batin pun wajib kita perhatikan agar kita meraih ampunan Alloh Ta’ala. Mari kita berupaya berpuasa di bulan Romadhon sebaik-baiknya, semampu kita sebagai hamba Alloh yang sangat lemah dengan memperbaiki lahir mmmmmmmmmmmm Pelajarilah ilmu (agama) sebelum berkata dan berbuat ! dan batin kita. Janganlah kita berpuasa sebagaimana puasanya orang yang sekedar menahan lapar dan dahaga tanpa diiringi pengagungan kepada syareat puasa dan kurang diiringi dengan rasa syukur kepada Alloh. Wajib atas kita bersyukur atas nikmat ibadah shoum, karena sungguh ibadah ini demikian banyak hikmah dan keutamaannya. Betapa banyak sabda Rasululloh -Shallallahu ‘alaihi wa sallamtentang keutamaan bulan ramadhan dan shoum ramadhan. Tentu semua itu untuk kita yakini dan kita syukuri. Seperti sabda beliau: “Bila datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah para setan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Semoga yang sedikit ini mengingatkan kita sekaligus memotivasi kita untuk bersegera mempersiapkan shoum romadhon dengan ketaqwaan, taubat nasuha dan ilmu Al Kitab dan As Sunnah, agar puasa kita nanti baik lahiriahnya dan Batiniyahnya. Amin. Gelas Sudah Terdengar Adzan Di Tangan Pertanyaan: Assalamu’alaikum ustadz, semoga Alloh memberkahi kita semuanya. Afwan ana mau bertanya, saat ana sahur tibatiba adzan dan buru- buru ana cepatcepat minum dan meninggalkan piring. Tetap sah kah puasa ana menurut syariat islam? Dari: Muhammad Jawab: Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakaatuh. Alhamdulillah, terkait mmmmmmmmm dengan permasalahan seorang yang sedang sahur tiba tiba terdengar adzan, dan dia belum selesai dari sahurnya. Apabila adzan yang Anda dengar adalah adzan sebelum waktu subuh, maka tidak ada khilaf bahwa anda tetap melanjutkan sahur. Ini perlu kita ingatkan, karena di sebagian tempat di negeri kita, ada masjid yang mengumandangkan adzan di waktu yang mereka sebut dengan “Imsak”. Padahal waktu itu disepakati belum saatnya shalat Shubuh, sekitar 10 atau 15 menit sebelum waktu subuh. Dan apa yang disebut waktu imsak tersebut sesungguhnya kebid’ahan yang tidak pernah diajarkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Adapun jika adzan yang Anda dengar memang adzan Shubuh, yakni adzan kedua, sementara hajat sahur anda belum selesai, bejana masih di tangan, apakah boleh melanjutkan sahur, seperti yang antum tanyakan, atau harus mulai berpuasa dan dia letakkan gelasnya? Ada yang berpendapat, waktu puasa sudah tiba maka tidak boleh minum meskipun seteguk. Gelas harus diletakkan. Sebagian ulama berpendapat, meskipun adzan boleh baginya untuk melanjutkan hajatnya untuk minum air meskipun mendengar adzan. Pendapat yang terakhir ini dipilih oleh Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahulloh berdasarkan sabda Rasulullah shollallohu’alaihi wasallam: Jika salah seorang diantara kalian mendengar adzan sementara bejana masih berada ditangannya, maka janganlah diletakkan sampai ia tunaikan hajatnya dari bejana itu. Pelajarilah ilmu (agama) sebelum berkata dan berbuat ! 3