Tool 8 Toolkit

advertisement
Tool 8
Toolkit Gender dan RSK
Reformasi Sektor Keamanan dan Gender
Pengawasan
Masyarakat Sipil atas
Sektor Keamanan dan
Gender
Karen Barnes dan Peter Albrecht
Geneva Centre for the
Democratic Control of
Armed Forces (DCAF)
Pengawasan
Masyarakat Sipil atas
Sektor Keamanan dan
Gender
Karen Barnes dan Peter Albrecht
Geneva Centre for the
Democratic Control of
Armed Forces (DCAF)
Toolkit RSK dan Gender
Tentang Para Penulis
Karen Barnes dan Peter Albrecht dari International Alert (Kewaspadaan Internasional).
International Alert (Kewaspadaan Internasional) adalah sebuah LSM yang berpusat di London yang telah bekerja selama lebih dari 20 tahun untuk
meletakkan dasar-dasar bagi perdamaian dan keamanan yang berkelanjutan di negara-negara yang terkena dampak konflik yang melibatkan kekerasan.
Pendekatan multi-aspek International Alert berfokus pada dan antar berbagai kawasan, yang bertujuan membentuk kebijakan dan praktik yang
mempengaruhi pembangunan perdamaian dan membantu membangun keterampilan dan kemampuan melalui pelatihan.
Program regional International Alert (Kewaspadaan Internasional) dilaksanakan di kawasan Danau Besar Afrika, Afrika Barat, Kaukasus Selatan, Nepal,
Sri Lanka, Filipina dan Kolombia. Proyek tematik International Alert berjalan di tingkat lokal, regional dan internasional, yang berfokus pada isu-isu
lintas-sektoral yang sangat penting dalam membangun perdamaian yang berkelanjutan. Proyek ini meliputi proyek bisnis dan ekonomi, gender, tata
pemerintahan, bantuan, keamanan dan keadilan.
Para Penyunting
Megan Bastick dan Kristin Valasek, DCAF
Ucapan terima kasih
Kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak berikut atas komentar mereka yang sangat berharga terhadap rancangan tool (alat) ini: Sharon
Bhagwan-Rolls, Marina Caparini, Sam Cook, Leymah Gbowee, Giji Gya, Franck Kamunga, Nick Killick, Minna Lyytikäinen, Elisabeth Porter dan UNINSTRAW. Selain itu, kami juga menyampaikan terima kasih kepada Benjamin Buckland, Anthony Drummond dan Mugiho Takeshita atas bantuan
penyuntingan mereka, dan Anja Ebnöther atas bimbingannya dalam proyek ini.
Toolkit Gender dan RSK
Tool (alat) mengenai Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender ini merupakan bagian dari Toolkit Gender dan RSK. Dirancang
untuk memberikan pengantar praktis isu gender bagi para praktisi dan pembuat kebijakan reformasi sektor keamanan, Toolkit ini terdiri dari 12 Tools
(Alat) berikut dan Catatan Praktiknya):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Reformasi Sektor Keamanan dan Gender
Reformasi Kepolisian dan Gender
Reformasi Pertahanan dan Gender
Reformasi Peradilan dan Gender
Reformasi Hukum Pidana dan Gender
Manajemen Perbatasan dan Gender
Pengawasan Parlementer terhadap Sektor Keamanan dan Gender
Pembuatan Kebijakan Keamanan Negara dan Gender
9. Pengawasan Masyarakat Sipil terhadap Sektor Keamanan
dan Gender
10. Perusahaan-perusahaan Militer dan Keamanan Swasta dan
Gender
11. Penilaian, Pemantauan dan Evaluasi RSK dan Gender
12. Pelatihan Gender untuk Personil Sektor Keamanan
Lampiran Undang-undang dan Instrumen Internasional dan
Regional
DCAF, OSCE/ODIHR dan UN-INSTRAW mengucapkan terima kasih atas bantuan Departemen Luar Negeri Norwegia dalam pembuatan Toolkit ini.
DCAF
Pusat Kendali Demokratis atas Angkatan Bersenjata Jenewa (DCAF, Geneva Centre for the Democratic Control of Armed Forces) mempromosikan tata
kelola pemerintahan yang baik dan reformasi sektor keamanan. Pusat ini melakukan penelitian mengenai praktik yang baik, mendorong pengembangan norma-norma yang sesuai di tingkat nasional dan internasional, membuat rekomendasi kebijakan dan mengadakan program konsultasi dan bantuan di negara yang membutuhkan. Para mitra DCAF meliputi pemerintah, parlemen, masyarakat sipil, organisasi internasional dan para aktor sektor
keamanan seperti polisi, lembaga peradilan, badan intelijen, badan keamanan perbatasan, dan militer.
OSCE/ODIHR
Kantor Lembaga Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (ODIHR, Office for Democratic Institutions and Human Rights) adalah lembaga utama untuk dimensi manusiawi keamanan Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE, Organisation for Security and Cooperation in Europe):
suatu konsep umum yang mencakup perlindungan HAM; pengembangan masyarakat yang demokratis, dengan penekanan pada pemilihan umum,
pembangunan lembaga, dan tata kelola pemerintahan; penguatan pemerintahan berdasarkan hukum; dan mempromosikan rasa saling hormat yang
tulus dan saling pengertian antar individu, dan juga negara. ODIHR ikut berperan dalam penyusunan Toolkit ini.
UN-INSTRAW
Institut Penelitian dan Latihan Kemajuan Wanita Internasional PBB (UN-INSTRAW, United Nations International Research and Training Institute for the
Advancement of Women) adalah satu-satunya lembaga PBB yang diberi tugas untuk menyusun program penelitian yang berperan bagi pemberdayaan
wanita dan pencapaian kesetaraan gender di seluruh dunia. Melalui pembangunan aliansi dengan Negara-negara Anggota PBB, organisasi-organisasi
internasional, akademisi, masyarakat sipil dan para aktor lainnya, UN-INSTRAW:
■ Melakukan penelitian berorientasi aksi dari perspektif gender yang memberikan dampak nyata terhadap berbagai kebijakan, program dan proyek;
■ Menciptakan sinergi untuk manajemen pengetahuan dan pertukaran informasi;
■ Memperkuat kemampuan para pemangku kepentingan utama dalam memadukan perspektif gender ke dalam berbagai kebijakan, program dan
proyek.
Gambar sampul © Keystone, EPA, Kim Luderbrook, 2003.
© DCAF, OSCE/ODIHR, UN-INSTRAW, 2008. Hak cipta dilindungi undang-undang.
ISBN 978-92-9222-074-7
Dokumen ini diterbitkan secara asli oleh DCAF, OSCE/ODIHR dan UN-INSTRAW pada tahun 2008 sebagai bagian dari Toolkit Gender dan RSK. Versi
bahasa Indonesia ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Catherine Muir dan diterbitkan oleh IDSPS atas nama DCAF.
Kutip sebagai: Karen Barnes dan Peter Albrecht, “Civil Society Oversight of the Security Sector and Gender.” (“Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender.”) Gender and Security Sector Reform Toolkit. (Toolkit Gender dan Reformasi Sektor Keamanan.) Penyunting Megan Bastick dan Kristin Valasek. Jenewa: DCAF, OSCE/ODIHR, UN-INSTRAW, 2008.
Printed by SRO-Kundig.
i
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
DAFTAR ISI
Daftar Akronim
iii
1. Pendahuluan
1
2. Apa peran masyarakat sipil dalam pengawasan sektor keamanan?
1
2.1 Apa itu masyarakat sipil?
1
2.2 Bagaimana melibatkan masyarakat sipil dalam pengawasan sektor keamanan?
2
2.3 Apa tantangan terhadap keterlibatan masyarakat sipil dalam
pengawasan sektor keamanan?
3. Mengapa gender penting dalam pengawasan masyarakat sipil?
3.1 Penguatan pemilik lokal
3
3
4
3.2 Mekanisme pengawasan yang efektif dan menyeluruh melalui
pemaduan isu gender
3.3 Peningkatan pengawasan melalui keterlibatan organisasi wanita
4
5
4. Bagaimana memadukan gender ke dalam pengawasan masyarakat
sipil atas sektor keamanan?
6
4.1 Badan pemantau sektor keamanan
6
4.2 Penelitian dan pengumpulan data
8
4.3
9
Audit gender
4.4 Analisis anggaran gender
9
4.5 Advokasi dan peningkatan kesadaran
10
4.6 Kerja sama dengan media
13
4.7 Pelatihan gender personel sektor keamanan
14
4.8 Organisasi wanita
15
4.9
17
Jaringan masyarakat sipil
4.10 OMS yang tanggap terhadap gender
18
5. Memadukan gender dalam pengawasan masyarakat sipil dalam konteks khusus 19
5.1 Negara-negara pasca-konflik
19
5.2 Negara-negara dalam masa transisi dan negara-negara berkembang
20
5.3 Negara-negara maju
22
6. Rekomendasi pokok
23
7. Sumber daya tambahan
24
ii
Toolkit RSK dan Gender
SINGKATAN DAN AKRONIM
APG
Kelompok Mitra Parlemen [Inggris] (Associate Parliamentary Group [UK])
EP
Parlemen Eropa (European Parliament)
EU
Uni Eropa (European Union)
GAPS
Aksi Gender untuk Perdamaian dan Keamanan (Gender Action for Peace and
Security)
GBV
Kekerasan Berbasis Gender (Gender-Based Violence)
IMS
Infeksi Menular Seksual (STI, Sexually Transmitted Infections)
NAP
Rencana Aksi Nasional (National Action Plan)
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat (NGOs, Non-Governmental Organisations)
OMS
Organisasi Masyarakat Sipil (Civil Society Organisations)
PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN, United Nations)
SEA
Eksploitasi dan Penganiayaan Seksual (Sexual Exploitation and Abuse)
RSK
Reformasi Sektor Keamanan (SSR, Security Sector Reform)
WIPNET
Jaringan Wanita dalam Pembangunan Perdamaian (Women in Peacebuilding
Network)
WOZA
Wanita Zimbabwe Bangkit (Women of Zimbabwe Arise)
WRC
Kampanye Pita Putih (White Ribbon Campaign)
UN SCR 1325
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1325 mengenai wanita, perdamaian
dan keamanan (United Nations Security Council Resolution 1325 on women,
peace and security)
iii
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
Pengawasan Masyarakat Sipil atas
Sektor Keamanan dan Gender
1
Pendahuluan
Tool (alat) ini memberikan pengantar mengenai
pentingnya dan manfaat dari pemaduan isu gender ke
dalam pengawasan masyarakat sipil atas sektor
keamanan, termasuk contoh dan rekomendasi praktis.
Masyarakat sipil dapat ikut berperan dalam proses
pengawasan sektor keamanan dengan beberapa cara,
termasuk melalui mekanisme formal maupun informal.
Memastikan bahwa isu gender ditangani dan wanita
serta organisasi wanita dilibatkan sepenuhnya dapat
membuat mekanisme ini menjadi lebih partisipatif dan
menyeluruh. Mekanisme pengawasan masyarakat
sipil yang tanggap terhadap gender dapat lebih efektif
menjamin bahwa kebutuhan dan kepentingan wanita
maupun pria dapat diperhatikan dan dimasukkan, dan
dengan demikian sektor keamanan bertanggung
jawab atas perlindungan semua warga masyarakat.
Sektor keamanan yang transparan, bertanggung
jawab dan dikelola secara efektif merupakan bagian
terpenting dari proses demokrasi. Pengawasan oleh
masyarakat sipil adalah mekanisme penting untuk
mendukung perwujudan nilai-nilai demokrasi ini,
dengan menyatakan dan mengomunikasikan kebutuhan dan kepentingan keamanan masyarakat kepada
para pembuat kebijakan, dan dengan penyediaan
keahlian dan pemantauan badan-badan keamanan
negara. Pasukan keamanan yang tidak dikelola dengan baik atau tidak bertanggung jawab dapat
menyebabkan peningkatan ketidakamanan dan kesalahan alokasi sumber daya, dan dapat menghambat
usaha tata pemerintahan yang baik. Selanjutnya, sektor keamanan yang dikelola secara tidak demokratis
dapat dengan mudah digunakan untuk tujuan partisan,
atau dapat menyebabkan keruntuhan monopoli negara
atas penggunaan kekuatan untuk menyelesaikan
masalah.1 Pengawasan kebijakan, struktur, program,
tindakan dan proses reformasi sektor keamanan
merupakan salah satu cara memastikan agar standar
HAM dan aturan hukum ditegakkan oleh sektor
keamanan.
Tool ini dirancang sebagai sumber daya bagi
organisasi masyarakat sipil (OMS) yang terlibat dalam
pengawasan sektor keamanan, serta OMS yang ingin
memainkan peran lebih aktif dalam pengawasan ini.
Tool ini juga cocok untuk para pembuat kebijakan dan
pejabat pemerintahan nasional, organisasi internasional dan regional, dan negara-negara donor di
seluruh dunia yang terlibat dalam merancang dan
melaksanakan reformasi sektor keamanan dan dapat
memainkan peran aktif dalam memperkuat dan mendukung keterlibatan masyarakat sipil.
Tool ini meliputi:
n
Uraian mengenai peran masyarakat sipil dalam
mekanisme pengawasan
n
Landasan pemikiran di balik pemasukan isu gender
dan cara bagaimana pemasukan isu gender ini
dapat memperkuat dan meningkatkan pengawasan
n
Titik-titik mula untuk memasukkan gender ke dalam
berbagai aspek pengawasan masyarakat sipil,
termasuk kiat dan contoh
n
Gambaran umum mengenai pemasukan gender ke
dalam pengawasan masyarakat sipil di negaranegara pasca-konflik, negara-negara dalam masa
transisi, negara-negara berkembang dan negaranegara maju.
n
Rekomendasi pokok
n
Sumber daya tambahan
2
Apa peran masyarakat sipil
dalam pengawasan sektor
keamanan?
2.1 Apa itu masyarakat sipil?
Masyarakat sipil dapat dipahami sebagai ruang politik
yang terdapat di antara individu dan pemerintah:
Masyarakat sipil adalah suatu bidang yang sejajar
dengan tapi terpisah dari negara dan pasar, di mana
masyarakat bebas berkumpul sesuai dengan
kepentingan mereka sendiri. Masyarakat sipil
meliputi sektor yang diprakarsai sendiri dan sukarela
dari individu-individu yang berhimpun secara formal
dan berusaha mencapai tujuan non-komersial di
lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi
berbasis komunitas, organisasi keagamaan,
perhimpunan profesional, serikat pekerja, kelompok
mahasiswa, perhimpunan budaya, dll.2
Masyarakat sipil menjalankan berbagai fungsi dalam
masyarakat tertentu.
n
Mewakili berbagai konstituen dalam suatu masyarakat.
n
Memberikan keahlian teknis kepada para pembuat
kebijakan dan lembaga pemerintah.
1
Toolkit RSK dan Gender
n
Pemberdayaan LSM dan organisasi lainnya.
n
Memberikan dan menyediakan layanan sebagai
pengganti negara.
n
Memberikan ruang untuk interaksi dan jaringan
sosial3.
Media juga dimasukkan dalam tool ini mengingat
peran pentingnya baik dalam mengomunikasikan
peran dan tanggung jawab negara dengan masyarakat
sipil maupun perannya sebagai penyalur kepentingan
dan tuntutan masyarakat sipil kepada para pembuat
kebijakan.
2.2 Bagaimana melibatkan
masyarakat sipil dalam pengawasan
sektor keamanan?
Pengawasan sektor keamanan bisa berupa pengawasan internal maupun eksternal, dan pengawasan ini
berlangsung pada berbagai tingkat dan melalui
berbagai badan. Pengawasan eksternal sektor keamanan dapat dilakukan dengan dua cara: pertama,
oleh sektor keamanan yang bertanggung jawab
langsung kepada masyarakat, dan kedua, oleh politisi
dan birokrat dalam pemerintahan suatu negara yang
bertanggung jawab atas tindakan sektor keamanan.
Beberapa badan pengawasan eksternal yang paling
umum adalah parlemen, mahkamah konstitusi, badan
anti-korupsi dan pertanggungjawaban publik, dan para
ombudsman.
Pengawasan masyarakat sipil atas sektor keamanan,
termasuk pengawasan reformasi sektor keamanan
(RSK), melibatkan partisipasi aktif OMS dalam
mendefinisikan kebijakan keamanan dan pengawasan
struktur serta praktik para aktor sektor keamanan.4
Tujuannya adalah menjamin pemaduan kepentingan
dan perspektif tingkat masyarakat dan akar rumput
dalam penyediaan keamanan internal dan eksternal,
dan untuk mendukung pemilikan lokal dan keberlanjutan. Selain itu, pengawasan masyarakat sipil
idealnya mendukung norma-norma demokrasi yang diterima secara internasional mengenai transparansi
dan pertanggungjawaban. Pengawasan masyarakat
sipil dapat terjadi pada tingkat lokal, nasional, regional
dan internasional, dan bisa melibatkan partisipasi
OMS baik dalam mekanisme pengawasan formal
maupun informal.
dalam negeri dan kementerian luar negeri; badan
penasihat keamanan nasional; otoritas adat dan
tradisi; dan badan manajemen keuangan.
n
Lembaga peradilan dan penegakan hukum yang
meliputi: kementerian kehakiman, lembaga
pemasyarakatan, badan penyelidik dan penuntut
kejahatan, lembaga peradilan, sistem peradilan adat
dan tradisi, komisi HAM dan para ombudsman.
n
Pasukan keamanan non-reguler yang meliputi:
tentara pembebasan, tentara gerilya, satuan
pengawal swasta, agen keamanan swasta, agen
militer swasta dan satgas partai politik.5
Budaya partisipasi dan transparansi merupakan kunci
bagi sektor keamanan yang demokratis dan berfungsi
dengan baik, dan ini dapat dicapai melalui hubungan
dengan masyarakat sipil. Keahlian dan kepentingan
otonom masyarakat sipil memberikan fungsi penting
pengawasan dan pengimbangan sehubungan dengan
kekuasaan negara untuk menentukan masalah
keamanan dan pertahanan. Yang paling penting,
pemaduan para aktor masyarakat sipil ke dalam
pengawasan memberikan kisaran perspektif, kepentingan, informasi dan alternatif yang lebih luas kepada
para pembuat kebijakan. Namun demikian, perlu
disadari bahwa OMS tidak selalu demokratis atau
mewakili kebutuhan atau kepentingan masyarakat,
dan dengan demikian pelibatan mereka tidak akan
otomatis menghasilkan pengawasan yang efektif.
Cara-cara utama di mana masyarakat sipil
berpartisipasi dalam pengawasan sektor keamanan
adalah:
n
Sebagai sumber nasihat kebijakan dan keahlian
teknis yang dapat memberikan informasi kepada
pembuat kebijakan dan memberikan pemahaman
mengenai kebutuhan dan kepentingan yang
berkaitan dengan isu keamanan.
n
Dengan meningkatkan pemilikan lokal dan pelibatan
melalui keterlibatan berbagai kelompok dalam
pembahasan mengenai isu-isu yang berkaitan
dengan keamanan.
n
Sebagai pengawas yang akan meminta pertanggungjawaban pemerintah atas tindakan mereka
melalui lobi, kampanye kesadaran masyarakat, atau
tekanan langsung dari masyarakat.
n
Dengan memfasilitasi dialog dan perundingan
antara pembuat kebijakan, lembaga dan pejabat
sektor keamanan, dan masyarakat.
n
Melalui kampanye advokasi yang meningkatkan
kesadaran mengenai masalah dan isu keamanan
utama, pelanggaran HAM, penyelewengan dana,
atau pelanggaran lainnya.
n
Melalui pemberian layanan dan penyediaan
sumber-sumber keamanan dan keadilan alternatif
apabila negara tidak mampu dan/atau tidak mau
menerima peran ini, atau apabila masyarakat sipil
lebih mampu memberikan layanan ini.
Sektor keamanan meliputi:
n
n
2
Aktor keamanan inti yang meliputi: angkatan
bersenjata, polisi, gendarmeries, pasukan paramiliter, badan intelijen dan keamanan, pengawal
perbatasan, dan otoritas bea cukai.
Badan manajemen dan pengawasan keamanan
yang meliputi: parlemen dan komite-komite legislatifnya yang terkait; pemerintah/lembaga eksekutif,
yang meliputi kementerian pertahanan, kementerian
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
2.3 Apa tantangan terhadap
keterlibatan masyarakat sipil dalam
pengawasan sektor keamanan?
Beberapa tantangan utama dapat menghambat
kemampuan masyarakat sipil untuk ikut serta dalam
pengawasan yang efektif:
n
Tradisi kerahasiaan yang berlaku di sektor
keamanan membuat usaha untuk melakukan
regulasi atau memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai kebijakan dan kegiatan
sektor keamanan menjadi sulit.
n
Pengutamaan urusan keamanan nasional daripada
kebebasan sipil dan HAM berarti lebih sedikit
lingkup untuk menuntut pertanggungjawaban dari
sektor keamanan.
n
Kurangnya keahlian dan kemampuan di kalangan
OMS untuk menangani isu-isu yang berkaitan
dengan sektor keamanan.
n
Kurangnya kepercayaan dan/atau transparansi di
antara OMS dan sektor keamanan menyulitkan
OMS untuk menghubungi para pembuat keputusan
utama dan memengaruhi kebijakan dan program
keamanan dan pertahanan. Kurangnya kepercayaan atau kerja sama di kalangan OMS itu sendiri
bisa juga menimbulkan hambatan.
n
Kurangnya kemandirian OMS karena mereka
didanai atau dikooptasi oleh unsur-unsur sektor
keamanan, yang mengurangi kemandirian mereka.
n
Dukungan lembaga donor yang terlalu kecil
terhadap transparansi dan pertanggungjawaban
demokratis sektor keamanan, di mana lembaga
donor lebih mengutamakan bantuan teknis dan
efisiensi di sektor keamanan, yang tidak mengutamakan penguatan pengawasan masyarakat sipil.6
n
Masyarakat sipil yang terpecah di mana organisasiorganisasi tidak mampu bekerja sama atau
memberikan dukungan bersama atas isu-isu yang
berkaitan dengan pengawasan sektor keamanan.
OMS mungkin didominasi oleh kelompok dan
organisasi tertentu yang dapat menyebabkan
kelompok-kelompok wanita atau organisasi-organisasi pedesaan, misalnya, terpinggirkan dan
mengalami kesulitan untuk ikut serta dalam
mekanisme pengawasan.
Organisasi masyarakat sipil tidak homogen dan sifat,
kemampuan dan strukturnya mungkin sangat
bervariasi di antara dan di dalam konteks tertentu.
Keanekaragaman ini menimbulkan tantangan sekaligus peluang. Keanekaragaman OMS merupakan
salah satu kekuatan terpenting masyarakat sipil karena kekayaan pengetahuan dan pengalaman mereka,
serta perspektif dan prioritas mereka yang berbeda,
memungkinkan mereka memberikan sumbangan penting dalam berbagai bidang dan isu. Selanjutnya,
OMS mungkin lebih dapat mengawasi sektor keamanan mengingat kedudukan mandiri mereka
memungkinkan mereka lebih kritis terhadap para aktor
dan struktur keamanan negara.
Ini merupakan tantangan bagi lembaga-lembaga
donor yang karena berbagai alasan mungkin akhirnya
bekerja sama dengan OMS yang paling dikenal dan
mapan, walaupun OMS ini mungkin tidak mewakili
kepentingan sebagian besar aktor lokal. Apabila OMS
tidak dianggap jujur oleh masyarakat yang lebih luas,
atau oleh pemerintah dan pemangku kepentingan
lainnya, maka hal ini dapat mengurangi efektivitas
OMS dan juga kemampuan mereka untuk memberikan
sumbangan konstruktif terhadap mekanisme pengawasan. OMS yang ikut serta dalam pengawasan
sangat perlu memiliki jaringan yang tidak hanya mencakup ibu kota dan kelompok elit yang sering
mendominasi struktur formal.
Pemanfaatan keanekaragaman perspektif untuk
menjamin keterwakilan dan kejujuran yang menyeluruh, sambil mengakui bahwa sebagian OMS memiliki
lebih banyak pengalaman, kemampuan dan akses
atas mekanisme pengawasan daripada OMS lainnya,
merupakan tantangan yang dihadapi oleh OMS itu
sendiri maupun para aktor eksternal yang berusaha
mendukung keterlibatan mereka di sektor keamanan.
3
Mengapa gender penting
dalam pengawasan
masyarakat sipil?
Gender merujuk pada peran dan hubungan, ciri
kepribadian, sikap, tingkah laku dan nilai-nilai
tertentu yang dihubungkan masyarakat dengan pria
dan wanita. Karena itu, ‘gender’ merujuk pada
perbedaan yang dipelajari antara pria dan wanita,
sedangkan ‘jenis kelamin’ merujuk pada perbedaan
biologis antara lelaki dan perempuan. Peran gender
sangat bervariasi di dalam dan antarkebudayaan
dan dapat berubah sepanjang waktu. Gender bukan
hanya merujuk pada wanita atau pria tapi juga
merujuk pada hubungan di antara mereka.
Pengarusutamaan gender adalah proses menilai
implikasi terhadap wanita dan pria dari suatu
tindakan yang terencana, yang meliputi pembuatan
undang-undang, kebijakan atau program di semua
bidang dan pada semua tingkatan.7
lanjut lihat
Untuk informasi lebih
n
Tool mengenai RSK da
Gender
Secara umum, peran dari suatu proses pengawasan
adalah memperkuat struktur, kebijakan dan mekanisme yang ada untuk menjamin agar sektor keamanan
dapat diminta bertanggung jawab dalam keuangan
dan tindakannya. Ada berbagai cara di mana pema3
Toolkit RSK dan Gender
duan perspektif gender dan keterlibatan penuh organisasi wanita memperkuat pengawasan masyarakat
sipil atas sektor keamanan, termasuk meningkatkan
pemilikan lokal, efektivitas dan pertanggungjawaban.
Kepatuhan terhadap kewajiban menurut undangundang dan instrumen hukum internasional
Mengambil prakarsa untuk memadukan isu gender
ke dalam reformasi pertahanan bukan sekedar
masalah efektivitas operasional; pemaduan ini harus
mematuhi undang-undang, instrumen hukum, dan
norma internasional dan regional mengenai
keamanan dan gender. Instrumen hukum utama
meliputi:
n
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (1979)
n
Deklarasi dan Pijakan Aksi Beijing (1995)
n
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1325
mengenai Wanita, Perdamaian dan Keamanan
(2000)
Untuk informasi lebih lanjut, silakan lihat Lampiran
Toolkit mengenai Undang-Undang dan Instrumen
Hukum Internasional dan Regional.
3.1 Penguatan pemilikan lokal
‘Keterlibatan masyarakat sipil dalam program RSK
merupakan prasyarat bagi pemilikan lokal dan,
akhirnya, keberlanjutan yang lebih luas dan lebih
inklusif. Organisasi masyarakat sipil memiliki peran
penting yang dapat dimainkan meningat potensi
mereka untuk menyuarakan kepentingan dan
masalah masyarakat yang lebih luas dan mendorong
pembenahan yang merespons kebutuhan keamanan
dan keadilan masyarakat.’
Buku Pedoman OECD-DAC mengenai Reformasi
Sistem Keamanan8
Walaupun memerlukan waktu, dialog, kerja sama dan
kompromi ekstensif di antara berbagai aktor, pemilikan
lokal sangat penting bagi pembentukan sektor keamanan yang demokratis, transparan dan
bertanggung jawab. Namun demikian, lembagalembaga donor dan para aktor eksternal lainnya
kadang-kadang masih memaksakan model, kebijakan
dan program terhadap para pemangku kepentingan
lokal, walaupun model, kebijakan dan program tersebut tidak mencerminkan prioritas atau kepentingan
mereka.9 Konsekuensi dari pendekatan top-down
sangat jelas: ‘Pentingnya pemilikan lokal merupakan
masalah penghormatan sekaligus keharusan
pragmatis. Intinya adalah bahwa pembenahan yang
tidak dibentuk dan digerakkan oleh para aktor lokal
tidak mungkin terlaksana dengan baik dan
berkelanjutan. Apabila tidak ada pemilikan lokal, RSK
pasti gagal.’
Pemaduan isu gender dapat menghasilkan dan
4
memperkuat pemilikan lokal dengan menjamin bahwa
pria dan wanita dilibatkan dan berperan dalam
pembentukan atau reformasi sektor keamanan yang
berdampak terhadap masyarakat dan negara mereka.
Pemaduan isu gender juga menyoroti pentingnya
melibatkan organisasi wanita sebagai pemangku
kepentingan lokal utama (lihat 3.3). Selanjutnya, tanpa
pemilikan lokal dan, khususnya, tanpa keterlibatan
perspektif dan aktor lokal dalam proses pembenahan
atau penguatan sektor keamanan, pemaduan
pendekatan gender akan hampir mustahil. Langkah
yang diperlukan dalam pemaduan perspektif gender
ke dalam sektor keamanan meliputi keterlibatan dengan semua warga masyarakat untuk mengidentifikasi
peran, tanggung jawab, kemampuan, kebutuhan dan
kepentingan mereka yang berkaitan dengan penyediaan keamanan. Proses menghasilkan pemahaman
ini hanya dapat terwujud apabila para aktor lokal
dilibatkan dan terlibat aktif dalam isu-isu yang berkaitan dengan keamanan.
Lembaga-lembaga donor, seperti Departemen
Pembangunan Internasional Inggris dan Organisasi
Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD,
Organisation for Economic Cooperation and
Development), telah mengakui bahwa tanpa pemilikan
lokal, reformasi sektor keamanan tidak mungkin
berhasil.10 Walaupun tingkat pemilikan lokal RSK
memang sangat tergantung pada kemampuan
masyarakat sipil untuk berpartisipasi dan kemauan
politik pemerintah untuk menggunakan pendekatan
yang inklusif, para aktor eksternal dapat juga
memainkan peran dalam mendukung keterlibatan dan
partisipasi yang lebih luas dalam program dan proyek
yang diprakarsai oleh para aktor lokal.11
3.2 Mekanisme pengawasan yang
efektif dan menyeluruh melalui
pemaduan isu gender
Perspektif gender penting bagi pengawasan
masyarakat sipil karena beberapa alasan, salah satu di
antaranya karena perspektif gender membantu
menyadari bahwa masyarakat tertentu bukan suatu
kelompok masyarakat yang homogen dan terdiri dari
banyak kebutuhan dan kepentingan keamanan yang
berbeda. Peran dan tanggung jawab yang dipikul oleh
pria dan wanita sehubungan dengan sektor keamanan
juga bisa sangat bervariasi dan seringkali dihasilkan
dari gagasan-gagasan sosial mengenai gender.
Misalnya, pria sering diharapkan sebagai penyedia
keamanan di dalam keluarga mereka dan masyarakat
dan biasanya jauh lebih berisiko mengalami kekerasan
yang berkaitan dengan senjata. Di sisi lain, wanita
sering memiliki kebutuhan keamanan khusus, seperti
perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga,
yang mungkin tidak ditangani sebagaimana mestinya
oleh penegakan hukum atau sistem peradilan.
Mengingat bahwa sektor keamanan bertugas
menyediakan keamanan dan keadilan bagi pria maupun wanita, maka proses pengawasan masyarakat
sipil harus memadukan isu gender ke dalam fungsi
pengawasan mereka untuk menjamin agar sistem dan
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
struktur yang ada melindungi kebutuhan semua orang,
bukan hanya sektor-sektor yang paling menonjol atau
istimewa dalam masyarakat.
Melalui fungsi analisis, pemantauan dan pengawasan
mereka, masyarakat sipil dapat mengetahui mereka
yang terpinggirkan dari proses pembuatan keputusan
sektor keamanan dan golongan masyarakat mana
yang kurang mendapatkan akses atau pemilikan atas
mekanisme dan perlindungan sektor keamanan.
Menjamin agar suara-suara yang terpinggirkan
menjadi bagian dari proses tersebut merupakan peran
penting dari setiap mekanisme pengawasan. Pada
gilirannya hal ini dapat meningkatkan keterlibatan
organisasi wanita dalam proses pembuatan keputusan
keamanan.12
Lembaga dan individu yang bertugas menyediakan
keamanan kadang-kadang bisa juga menjadi sumber
ketidakamanan bagi masyarakat umum, khususnya
bagi wanita dan kelompok masyarakat yang
terpinggirkan yang mungkin menghadapi kekerasan
yang dilakukan pasukan keamanan. Kekerasan ini,
termasuk kekerasan berbasis gender (GBV), mungkin
dilakukan oleh personel sektor keamanan atau
disebabkan oleh perundang-undangan, kebijakan dan
struktur yang membentuk aturan hukum. Apabila
mekanisme pengawasan masyarakat sipil tidak
mempertimbangkan isu gender, struktur, kebijakan dan
budaya sektor keamanan akan terus membiarkan
GBV terhadap wanita, pria, anak lelaki dan anak
perempuan; ketidaksetaraan gender; dan praktikpraktik peminggiran. Hal ini sendiri merupakan
pembenaran yang kuat untuk menjamin agar
pengawasan masyarakat sipil melibatkan perspektif
semua kelompok dalam masyarakat tertentu.
Perlu diperhatikan bahwa pengawasan tidak hanya
berkaitan dengan struktur dan prosedur formal, tapi
juga melibatkan identifikasi faktor-faktor yang kurang
diperhitungkan seperti tradisi, budaya politik dan
aturan perilaku informal lainnya yang memainkan
peran dalam menentukan pertanggungjawaban sektor
keamanan.13 Dinamika gender merupakan kekuatan
perantara yang efektif dalam membentuk semua faktor
ini, dan dengan demikian pemahaman bagaimana
dinamika gender mempengaruhi sektor keamanan
dapat mengidentifikasi titik mula dan mekanisme untuk
menghasilkan praktik yang lebih bertanggung jawab
dan transparan.
3.3 Peningkatan pengawasan melalui
keterlibatan organisasi wanita
Organisasi masyarakat sipil wanita seringkali menjadi
sumber daya yang tak dimanfaatkan ketika berusaha
menjamin pengawasan yang efektif atas sektor
keamanan. Dalam kasus di mana negara kurang
mampu menyediakan keamanan dan keadilan bagi
semua masyarakat, kelompok-kelompok wanita dapat
memainkan peran dengan membangun rumah aman
bagi korban GBV; mendukung pembenahan hukum
yang tanggap terhadap gender; meningkatkan
kesadaran di kalangan pria dan wanita mengenai hakhak asasi mereka dan kewajiban negara melindungi
mereka; dan menyediakan berbagai layanan lainnya
serta berbagai bentuk pembangunan kemampuan di
dalam masyarakat mereka. Keahlian dan pemahaman
mereka mengenai kebutuhan keamanan dan keadilan
berbagai kelompok masyarakat tidak dapat diabaikan.
Organisasi-organisasi wanita dapat meningkatkan
pengawasan sektor keamanan yang tanggap terhadap
gender melalui:
n
Pemberian nasihat kebijakan yang tanggap terhadap gender mengenai peningkatan transparansi,
pertanggungjawaban dan responsivitas.
n
Pemantauan pelaksanaan persetujuan internasional
dan regional, dan juga kebijakan nasional dan
institusional mengenai kesetaraan gender sehubungan dengan lembaga-lembaga sektor keamanan.
n
Penyediaan bantuan pembangunan kemampuan
bagi badan-badan pemerintahan dan pengawasan
mengenai isu gender dan keamanan.
n
Pemberian bantuan untuk menjamin agar
pengawasan menyeluruh dan tanggap terhadap
kebutuhan masyarakat melalui identifikasi ancaman
dan isu keamanan yang dihadapi individu dan
masyarakat, khususnya ‘kelompok-kelompok
masyarakat yang terpinggirkan’.
n
Pemfasilitasian dialog dan perundingan antara
masyarakat lokal dan badan pengawasan sektor
keamanan.
n
Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai
bagaimana meminta pertanggungjawaban lembaga-lembaga sektor keamanan, misalnya dengan
melaporkan penganiayaan yang dilakukan polisi.
n
Pemromosian wanita dalam pembuatan keputusan
dan kepemimpinan di lembaga-lembaga sektor
keamanan dan badan pengawasan.
Manfaat lain dari pelibatan organisasi wanita dalam
pengawasan sektor keamanan adalah kemampuan
mereka berhubungan dengan masyarakat yang sulit
dijangkau. Mengingat bahwa mereka sering dianggap
kurang menakutkan, wanita kadang-kadang lebih mudah bergerak dalam konteks konflik, dan karena itu
memiliki informasi dan pemahaman yang lebih akurat
mengenai kebutuhan keamanan warga masyarakat
yang paling terdampak. Namun demikian, walaupun
usaha menjamin partisipasi penuh dan setara wanita
dan organisasi wanita merupakan salah satu langkah
menuju OMS yang benar-benar representatif, usaha itu
saja tidak akan menghasilkan pencapaian kesetaraan
gender. Perspektif gender perlu juga diarusutamakan di
seluruh aspek pengawasan masyarakat sipil untuk
menjamin agar masalah, kebutuhan, kepentingan dan
perspektif pria maupun wanita dipertimbangkan (untuk
informasi lebih lanjut mengenai hal ini, lihat Bagian 5).
Kenyataannya mungkin sulit untuk menjamin bahwa
perspektif gender benar-benar dipadukan ke dalam
pengawasan masyarakat sipil karena kurangnya
keahlian, sumber daya, kemauan politik, waktu dan
faktor-faktor lainnya. Namun demikian, penyusunan
5
Toolkit RSK dan Gender
strategi untuk memadukan isu gender dan lebih aktif
melibatkan organisasi wanita dalam proses ini dapat
memberikan dampak positif terhadap efektivitas
keseluruhan dari pengawasan masyarakat sipil.
Beberapa konsekuensi potensialnya adalah:
n
Menetapkan standar perilaku dan kode etik
minimum bagi personel badan keamanan.
n
Menjamin agar kebutuhan spesifik gender diidentifikasi dan dipadukan ke dalam struktur dan praktik
sektor keamanan.
Pemahaman yang lebih lengkap mengenai struktur
dan proses keamanan melalui pelibatan semua
pemangku kepentingan utama di dalam masyarakat,
termasuk wanita dan kelompok-kelompok masyarakat
yang terpinggirkan. Mereka memberikan perspektif,
pengetahuan dan pengalaman yang berbeda dalam
pengawasan sektor keamanan yang memberikan
pemahaman dan strategi alternatif untuk meningkatkan keamanan secara keseluruhan dalam konteks
tertentu. Pelibatan wanita juga bisa membuat pria
berpikir dengan cara yang berbeda mengenai diri
mereka sendiri sebagai penyedia keamanan dan juga
ketidakamanan mereka sendiri.
n
Mengadvokasi lebih banyak wanita di badan-badan
keamanan, terutama pada tingkat pembuat
keputusan senior.
n
Meningkatkan kesadaran mengenai isu-isu
keamanan utama di kalangan masyarakat umum,
terutama yang berkaitan dengan wanita dan
kelompok masyarakat yang rentan.
n
Menyalurkan pengaduan dari masyarakat kepada
individu atau organisasi yang sesuai di sektor
keamanan.
n
Membuat isu-isu keamanan utama seperti kekerasan terhadap wanita menjadi lebih ‘terlihat’. Hal
ini memungkinkan mekanisme pengawasan untuk
lebih efektif mengidentifikasi, memantau dan
mendukung isu-isu ini.
n
Meningkatkan legitimasi mekanisme pengawasan
melalui peningkatkan partisipasi dan keterwakilan
kebutuhan dan kepentingan seluruh masyarakat,
bukan hanya kelompok masyarakat yang dominan.
4
Bagaimana memadukan
gender ke dalam pengawasan
masyarakat sipil atas sektor
keamanan?
Ada beberapa titik mula utama untuk memadukan isu
gender secara efektif ke dalam proses pengawasan
masyarakat sipil atas sektor keamanan dan RSK.
Harus diingat bahwa hal ini tidak akan terjadi secara
otomatis, tapi tingkat tertentu kemauan politik, sumber
daya dan kemampuan diperlukan agar terjadi pengarusutamaan gender yang efektif. Selain itu,
sebagaimana pendanaan memadai yang sangat
diperlukan demi pengawasan yang efektif, pendanaan
yang secara khusus ditujukan untuk memadukan isu
gender juga sangat penting.
Peluang dan titik mula untuk memadukan gender ke
dalam proses pengawasan masyarakat sipil akan
bervariasi sesuai dengan konteks tertentu, termasuk
kemampuan OMS, kebutuhan keamanan dan
keadilan, dan lembaga sektor keamanan tertentu yang
terlibat. Pemaduan gender ke dalam pengawasan
mungkin melibatkan, namun tidak terbatas pada,
langkah-langkah berikut:
n
6
Menjamin prosedur penghukuman yang transparan
dan adil.
Rekomendasi yang diberikan pada bagian ini bersifat
umum. Untuk rekomendasi dan informasi yang lebih
terperinci mengenai keterlibatan masyarakat sipil
dalam pengawasan sektor keamanan dalam konteks
negara pasca-konflik, negara dalam masa transisi,
negara berkembang dan negara maju, lihat Bagian 5.
4.1 Badan pemantauan sektor
keamanan
Masyarakat sipil dapat berpartisipasi dalam berbagai
badan pengawas sektor keamanan resmi, seperti
badan pemeriksa orang sipil, komisi pengaduan
masyarakat, tim teknis pakar dan kelompok pemantau
independen, serta evaluasi yang disponsori negara
atas aspek-aspek sektor keamanan seperti lembaga
pemasyarakatan, perilaku polisi, dan lain-lain. Badanbadan ini bertugas menilai, memantau atau
mengevaluasi lembaga-lembaga sektor keamanan
dan karena itu merupakan titik mula penting untuk
menjamin agar isu gender ditangani dan para wanita
serta organisasi wanita berpartisipasi. Masyarakat
sipil dapat ikut serta dalam mekanisme pengawasan
parlemen dengan bekerja sama dengan para anggota
parlemen untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan
parlemen mengenai isu-isu yang berkaitan dengan
keamanan atau memprakarsai perdebatan mengenai
isu-isu tersebut.
Lihat Tool mengenai
n atas
Pengawasan Parleme
nder
Ge
n
da
an
Sektor Keaman
Mengingat pengetahuan dan pengalaman khususnya
mengenai penyediaan keamanan dan kebutuhan
wanita dalam masyarakat, organisasi wanita dapat
memberikan nilai tambah penting bila dilibatkan dalam
peran partisipatif atau konsultatif di badan-badan
pemantauan:
n
Di Fiji, LSM wanita yang bekerja sama dengan
Kementerian Urusan Wanita mengadakan
pertemuan dengan Komite Peninjauan Ulang
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
Keamanan dan Pertahanan Nasional Pemerintah
Fiji sebagai bagian dari proses peninjauan ulangnya
pada tahun 2003.
Organisasi wanita dapat
mengemukakan isu-isu penting seperti:
lebih besar kepada polisi untuk melakukan
intervensi dalam kasus kekerasan dalam rumah
tangga dan memperkuat sumber daya hukum yang
tersedia bagi korban. Selain melakukan pemantauan, OMS juga menyediakan bantuan hukum dan
rumah aman bagi korban.15
- Cara bagaimana proses peninjauan ulang
dilakukan.
- Siapa yang diminta memberikan masukan.
- Isu-isu yang diidentifikasi sebagai ancaman
keamanan.
- Bagaimana standar dan norma internasional,
termasuk Resolusi Dewan Keamanan PBB
Nomor 1325, dipadukan ke dalam proses
tersebut.
Karena itu, dua proposal diserahkan kepada Komite
tersebut, termasuk rekomendasi untuk pengangkatan
tetap Menteri Urusan Wanita dalam Dewan Keamanan
Nasional dan keterwakilan wanita dalam komite
keamanan tingkat provinsi dan kabupaten.14
Di Kamboja, organisasi-organisasi wanita dan
kelompok-kelompok HAM seperti Liga Promosi dan
Pembelaan HAM Kamboja bekerja sama dengan
badan-badan pengawasan pemerintah untuk
menyelidiki tuduhan penganiayaan dan memantau
kepatuhan terhadap Undang-Undang Pencegahan
Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Perlindungan
Korban yang baru-baru ini diterapkan di Kamboja.
Undang-undang ini memberikan kekuasaan yang
n
Kotak 1
Selain melibatkan organisasi wanita, idealnya harus
terdapat keterwakilan setara pria dan wanita di badanbadan pengawasan. Kurangnya partisipasi wanita
saat ini mungkin disebabkan oleh beberapa hambatan
seperti:
n
Kurangnya waktu atau kesempatan bagi wanita
untuk ikut serta karena tanggung jawab rumah
tangga mereka.
n
Sikap sosio-kultural yang menghambat wanita
berpartisipasi di lembaga-lembaga sektor keamanan di lingkungan publik.
n
Kurangnya keahlian untuk memberikan masukan
yang konstruktif.
Banyak dari hambatan ini dapat ditanggulangi melalui
pelatihan, peningkatan kesadaran dan kebijakan
proaktif di pihak OMS yang berpartisipasi di badanbadan pemantauan dan pengawasan. Hal ini akan
menguntungkan mekanisme pemantauan secara
keseluruhan dengan menjamin diaksesnya keahlian,
pengetahuan dan sumber daya yang lebih luas.
Gender perlu diarusutamakan melalui semua kegiatan
Contoh daftar periksa gender untuk badan pengawasan sektor keamanan
dalam konteks pasca-konflik.16
n
Apakah situasi keamanan menimbulkan dampak yang berbeda terhadap wanita, pria, anak perempuan dan anak lelaki?
n
Apakah isu keamanan wanita dan pria diketahui dan masalah diatasi?
n
Apakah pemelihara perdamaian wanita digelar? Kalau demikian, pada tingkat apa?
n
Apakah pemelihara perdamaian mendapat pelatihan gender sebelum penggelaran dan selama misi pemeliharaan perdamaian?
n
Apa peran yang dimainkan para wanita dalam militer, kelompok bersenjata, kepolisian atau lembaga keamanan lainnya seperti badan intelijen,
polisi perbatasan, pabean, imigrasi dan badan penegakan hukum lainnya (persentase pasukan/ kelompok menurut pangkat dan kategori)?
n
Apakah tindakan didukung untuk menjamin agar wanita dapat menjadi bagian dari militer, kepolisian atau lembaga keamanan lainnya?
n
Apa kebutuhan pelatihan wanita dan pria di militer dan kelompok bersenjata?
n
Apakah pelatihan gender diberikan kepada tentara dan badan keamanan lainnya?
Kotak 2
Data yang dipisahkan menurut jenis kelamin18
Data yang dipisahkan menurut jenis kelamin (yaitu, informasi statistik yang membedakan pria dan wanita) merupakan sumbangan penting bagi
penelitian dan pengumpulan data sektor keamanan yang tanggap terhadap gender. Data ini dapat memperjelas ancaman, kebutuhan, persepsi dan
sumber daya keamanan dan keadilan pria dan wanita yang berbeda, yang pada gilirannya merupakan alat yang sangat berharga untuk mendorong
pembenahan yang tanggap terhadap gender.
Data yang dipisahkan menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk:
n
Mengidentifikasi ancaman yang berbeda terhadap keamanan dan keadilan yang dihadapi wanita, pria, anak lelaki dan anak perempuan, termasuk
bagaimana ancaman ini berubah sepanjang waktu.
n
Mengevaluasi apakah layanan keamanan dan keadilan diberikan secara setara kepada pria dan anak lelaki, wanita dan anak perempuan.
n
Secara umum, mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah, menyusun semua pilihan dan memilih pilihan yang akan paling efektif dan
menguntungkan bagi wanita maupun pria.
n
Mengalokasikan sumber daya dengan cara yang lebih adil.
n
Memantau dan mengevaluasi kebijakan dan program keamanan menurut dampak khususnya terhadap pria, wanita, anak perempuan dan anak lelaki.
7
Toolkit RSK dan Gender
badan pemantauan, dan harus tersedia struktur dan
proses yang memadai untuk memastikan terjadinya
pengarusutamaan ini. Namun demikian, mungkin terdapat kecenderungan untuk mengabaikan isu gender
dalam pemantauan sektor keamanan atau kecenderungan untuk menganggap isu gender tidak relevan
dengan isu keamanan. Salah satu cara mengatasi hal
ini adalah dengan memberikan pelatihan gender
kepada para partisipan di badan-badan pemantauan
sektor keamanan agar mereka mampu mengidentifikasi kesempatan untuk memadukan gender dan
membekali mereka dengan keahlian praktis seperti
bagaimana memantau pelanggaran HAM terhadap
wanita dan anak perempuan. Daftar periksa atau
panduan mengenai pemaduan gender mungkin berguna (lihat Kotak 1).
OMS yang berkemampuan melakukan penelitian dan
analisis, seperti pusat-pusat penelitian, tim pakar dan
lembaga kebijakan mungkin sangat mampu memberikan masukan bagi badan-badan pemantauan
sektor keamanan. OMS yang memiliki keahlian teknis
sangat perlu dimintai masukannya mengenai isu-isu
yang berkaitan dengan gender yang dihadapi badanbadan pengawasan, misalnya dalam pembenahan
perundang-undangan yang diskriminatif.
!
Kiat memadukan gender bagi OMS yang terlibat
dalam badan pemantauan sektor keamanan
Berikan pelatihan gender kepada badan-badan
pemantauan sektor keamanan, termasuk partisipan
OMS, untuk meningkatkan kemampuan mereka
memadukan isu gender.
n
Kotak 3
Panduan mengenai pencatatan pelanggaran HAM
‘Documenting women’s rights violations by non-state
actors: Activist strategies from Muslim communities’,
(‘Pencatatan pelanggaran HAM wanita yang
dilakukan oleh para aktor bukan negara: Strategi
aktivis dari masyarakat Muslim’), Jan Bauer dan
Anissa Hélie, Rights & Democracy and Women
living under Muslim laws (HAM & Demokrasi serta
Wanita yang hidup di bawah undang-undang
Muslim), 2006.
‘Monitoring and Reporting Human Rights Abuses in
Africa: A Handbook for Community Activists’
(‘Memantau dan Melaporkan Pelanggaran HAM di
Afrika: Buku Pedoman bagi Aktivis Masyarakat’),
Amnesty International (Amnesti Internasional), 2002.
Elizabeth Shrader, ‘Methodologies to Measure the
Gender Dimensions of Crime and Violence’
(‘Metodologi
Pengukuran
Dimensi
Gender
Kejahatan dan Kekerasan’), World Bank (Bank
Dunia), 2001.
‘Researching Violence against Women: A Practical
Guide for Researchers and Activists’ (‘Meneliti
Kekerasan terhadap Wanita: Panduan Praktis bagi
Peneliti dan Aktivis’), Mary Ellsberg dan Lori Heise,
WHO dan PATH, 2005.
8
n
Susun daftar periksa gender untuk kegiatan
pemantauan dan evaluasi yang berbeda untuk
menjamin agar isu gender dipadukan secara
sistematis.
n
Pastikan agar organisasi wanita dilibatkan dan/atau
diminta memberikan masukan.
n
Advokasi partisipasi setara pria dan wanita dalam
badan pemantauan.
4.2 Penelitian dan pengumpulan data
Pengawasan yang akurat dan efektif sangat
tergantung pada keberadaan penelitian dan data yang
jelas, representatif dan menyeluruh mengenai kegiatan dan perilaku sektor keamanan. OMS dapat
memainkan peran penting dalam pemantauan dan pengumpulan informasi independen yang akhirnya dapat
digunakan untuk mengungkap kasus penganiayaan,
meminta pertanggungjawaban sektor keamanan, atau
mengidentifikasi saran-saran mengenai bagaimana
memperkuat sektor keamanan. Namun demikian, penelitian dan pengumpulan data mengenai sektor
keamanan sering tidak mempertimbangkan isu gender.
Sebagaimana disebutkan pada bagian awal tool ini,
pengalaman dan persepsi keamanan dan keadilan
sangat bervariasi antara pria dan wanita. Agar penelitian dan data, baik yang dikumpulkan atau
digunakan oleh badan pengawasan, mencerminkan
secara akurat semua perspektif, penelitian dan data
tersebut harus dipisahkan menurut jenis kelamin dan
memberikan perhatian khusus pada isu gender.
Indikator dan ukuran perubahan yang tanggap
terhadap gender juga perlu dimasukkan untuk
memungkinkan pemantauan dan evaluasi kemajuan.17
Data dan penelitian mengenai sektor keamanan dapat
berperan sebagai landasan yang akurat untuk
menentukan pengaruh dari kebijakan dan program
keamanan. Mengingat bahwa para aktor masyarakat
sipil biasanya memiliki akses lebih besar terhadap
masyarakat lokal daripada pasukan keamanan
negara, mereka lebih mampu mengumpulkan informasi ini, idealnya melalui proses konsultatif dan
partisipatif yang melibatkan semua warga masyarakat.
Prakarsa khusus harus diambil untuk menjamin
partisipasi penuh wanita dan anak perempuan serta
pria dan anak lelaki yang terpinggirkan. Misalnya, di
Afghanistan mungkin sulit bagi para wanita untuk
berpartisipasi dalam konsultasi tanpa disertai pendamping pria. Dalam hal ini, perlu dipastikan agar OMS
menyediakan sumber daya yang memadai agar wanita
dapat berpartisipasi (yaitu, ikut menyediakan akomodasi dan makanan bagi rekan seperjalanan). Selain
menghasilkan data yang dipisahkan menurut jenis kelamin, metode pengumpulan datanya harus transparan
dan hasilnya dipublikasikan. Melibatkan organisasi
wanita dalam pengumpulan dan analisis data bisa
menjadi salah satu cara meningkatkan akses terhadap
wanita di dalam masyarakat dan meningkatkan
pemahaman mengenai kebutuhan dan masalah
keamanan khusus.
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
Selain menjamin bahwa data yang dikumpulkan
dipisahkan menurut jenis kelamin dan penelitian
melibatkan wanita dan anak perempuan, penelitian
dan pengumpulan data bisa juga difokuskan pada
pencatatan pelanggaran HAM wanita dan anak
perempuan (lihat Kotak 3). Organisasi-organisasi wanita yang berpengalaman membantu para penyintas
GBV bisa lebih dibekali untuk melakukan penelitian
mendalam mengenai topik tersebut. Namun demikian,
survei dan dokumentasi umum pelanggaran HAM juga
harus melibatkan para wanita, anak perempuan dan
anak lelaki dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
khusus mengenai GBV. Penelitian harus dilakukan
baik mengenai tingkat kejadian dan pencegahan
pelanggaran HAM dalam masyarakat secara umum
maupun mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh personel sektor keamanan.
Apabila informasi dan data yang peka terhadap gender
telah dikumpulkan, informasi dan data tersebut harus
disebarkan secara efektif untuk memastikan dampak
ke bawah terhadap masyarakat lokal maupun dampak
ke atas terhadap para pembuat keputusan utama di
sektor keamanan dan sektor pemerintahan lainnya.
Data yang telah dikumpulkan ini kenyataannya sering
tidak dimasukkan ke dalam kebijakan, laporan atau
penilaian sektor keamanan. Karena itu, masyarakat
sipil harus menegaskan bahwa data dan penelitian
tersebut digunakan secara efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui:
n
Komunikasi atau kontak langsung dengan para
pembuat kebijakan tertentu yang bekerja di bidang
yang berbeda di sektor keamanan.
n
Kampanye publik mengenai isu-isu utama, yang
didasarkan pada penelitian dan data yang dikumpulkan.
n
Penyusunan penelitian dan data menjadi evaluasi/
analisis/rangkuman mengenai aspek-aspek utama
sektor keamanan yang dapat dipublikasikan secara
luas dan digunakan sebagai sebuah alat advokasi
dalam berhubungan dengan para pejabat pemerintah
dan para pemangku kepentingan lainnya.
n
n
Penggunaan metode inovatif untuk menyebarkan
informasi, seperti melalui stasiun radio masyarakat,
jaringan online atau pusat informasi keliling.
Adaptasi penelitian dan data ke dalam format taktertulis (yaitu, poster, komik, sandiwara, lagu, dll.)
agar dapat diakses oleh masyarakat yang buta
huruf
n
Gunakan penelitian yang peka terhadap gender
untuk menyiapkan kampanye publik mengenai isuisu keamanan yang khusus mengenai wanita
(misalnya, kekerasan dalam rumah tangga) dan pria
(misalnya, penyalahgunaan senjata api kecil).
n
Susun beberapa strategi yang inovatif untuk
menyebarkan hasil penelitian yang peka terhadap
gender, khususnya kepada masyarakat dan
perempuan pedesaan.
4.3 Audit gender
Audit gender merupakan alat khusus untuk
menganalisis proses, struktur, kebijakan atau
organisasi tertentu dari perspektif gender. Audit ini
memberikan evaluasi mengenai apa yang telah
dilakukan dan dapat juga mengidentifikasi titik mula
atau kesenjangan bagi tindakan di masa depan.
Penilaian gender yang diterapkan di sektor kemanan
dapat digunakan untuk menentukan sampai sejauh
mana lembaga-lembaga sektor keamanan memenuhi
kebutuhan para wanita, pria, anak lelaki dan anak
perempuan; apakah tempat kerja tidak diskriminatif;
hambatan terhadap peningkatan partisipasi perempuan; dan tingkat umum responsivitas gender dalam
kebijakan dan praktik. OMS, baik sebagai peserta di
badan-badan pemantauan atau sebagai lembaga
independen, dapat melakukan audit gender apabila
mereka memiliki keahlian dan sumber daya yang
diperlukan dan diberi akses yang diperlukan untuk
berhubungan dengan para pejabat sektor keamanan.
nilaian,
Lihat Tool mengenai Pe RSK
i
as
alu
Pemantauan dan Ev
er
nd
dan Ge
!
Kiat bagi OMS yang ingin melakukan audit gender
n
Masukkan audit gender sebagai bagian dari
penilaian atau evaluasi RSK.
n
Padukan pertanyaan-pertanyaan gender ke dalam
mekanisme penilaian atau evaluasi rutin sektor
keamanan.
n
Terus jalin hubungan dengan para pemangku
kepentingan utama sehubungan dengan temuantemuan audit untuk menjamin dampaknya terhadap
pembenahan.
! Kiat bagi OMS untuk meningkatkan penggunaan
penelitian dan pengumpulan data yang peka terhadap gender
n
Berikan pelatihan kepada staf OMS mengenai
metode penelitian dan pengumpulan data yang
peka terhadap gender.
n
Pastikan agar data yang dipisahkan menurut jenis
kelamin dan penelitian yang peka terhadap gender
dimasukkan ke dalam analisis mengenai sektor
keamanan.
4.4 Analisis anggaran gender (Gender
budget analysis)
Alat lain untuk pengawasan sektor keamanan adalah
analisis atas anggaran yang berkaitan dengan
pertahanan dan keamanan dari perspektif gender.
Karena anggaran pertahanan sering merupakan
bagian yang signifikan dari pengeluaran suatu negara,
9
Toolkit RSK dan Gender
penguatan transparansi dan pengawasan fiskal
merupakan peran utama badan-badan pengawasan,
dan merupakan usaha yang dapat didukung oleh
OMS. Uang yang dibelanjakan untuk keperluan pertahanan diambil dari dana yang dianggarkan untuk
kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti penyediaan atau
pembangunan layanan sosial. Dengan demikian,
alokasi anggaran pemerintah dapat menimbulkan
dampak yang berbeda terhadap pria, wanita, anak
perempuan dan anak lelaki yang mungkin relatif
mendapatkan manfaat dari jenis pengeluaran tertentu.
Analisis anggaran gender telah muncul sebagai suatu
alat untuk menganalisis dampak yang dibedakan
menurut gender dari pengeluaran pemerintah, yang
dapat diterapkan pada sektor keamanan. Dengan
demikian, analisis ini dapat menghasilkan alokasi dana
yang lebih adil, bertanggung jawab dan transparan,
serta pertumbuhan dan pembangunan efektif secara
keseluruhan, karena lebih banyak kelompok di dalam
masyarakat yang akan mendapatkan manfaat positif
dari pengeluaran pemerintah.20
Mengingat bahwa sektor keamanan sering tertutup bagi
pengamatan yang teliti, usaha mendapatkan data dan
informasi yang akurat mengenai besarnya alokasi
pengeluaran dan sumber daya pertahanan mungkin
sulit, dan usaha mendapatkan informasi yang
dipisahkan menurut jenis kelamin bahkan lebih sulit lagi.
Walaupun pemerintah atau parlemen dapat melakukan
analisis gender atas pengeluaran mereka sendiri, OMS
bisa juga memantau dan mengevaluasi alokasi sumber
daya dan mendukung para pembuat kebijakan untuk
mengubah pola pengeluaran pemerintah. Jelasnya,
OMS, lembaga penelitian dan badan pengawasan yang
mengelola sektor keamanan dapat membentuk koalisi
untuk memperkuat analisis mengenai berbagai aspek
pengeluaran pemerintah, dan menyusun rencana kerja
yang kreatif untuk mendukung alokasi anggaran yang
lebih peka terhadap gender.
Analisis anggaran gender (gender budget analysis)
merupakan usaha yang sangat teknis, dan dengan
demikian OMS mungkin harus menjangkau para aktor
luar yang dapat memberikan keahlian dan dukungan
yang diperlukan. OMS internasional bisa sangat
membantu dalam hal ini dan dapat memberikan
dukungan kepada organisasi-organisasi lokal yang
ingin menganalisis dampak dari pengeluaran sektor
keamanan terhadap masyarakat.
!
n
Kiat bagi OMS dalam penyusunan anggaran
yang peka terhadap gender
Kembangkan keahlian dalam analisis anggaran
gender untuk lebih memahami dampak dari
pengeluaran sektor keamanan terhadap pria dan
wanita, dan gunakan temuan dari analisis ini
sebagai alat pengawasan dan advokasi.
4.5 Advokasi dan peningkatan
kesadaran
Organisasi masyarakat sipil memainkan fungsi
10
pengawasan penting melalui peningkatan kesadaran
masyarakat mengenai peran, tanggung jawab dan
kewajiban sektor keamanan, dan juga advokasi
langsung terhadap lembaga-lembaga sektor keamanan dan badan-badan pemerintahan. Penelitian
dan pengumpulan data yang peka terhadap gender,
termasuk penilaian gender dan analisis anggaran
gender, dapat digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan kesadaran dan prakarsa advokasi.
OMS dapat mengadvokasi pembenahan untuk
memperkuat transparansi, pertanggungjawaban dan
efektivitas sektor keamanan. Mengingat partisipasi
OMS yang umumnya terbatas dalam kegiatan sektor
keamanan, saluran advokasi yang ada bisa menjadi
titik mula penting untuk advokasi sektor keamanan.
Beberapa bidang advokasi yang sangat relevan
dengan pemaduan perspektif gender dalam
pengawasan berkaitan dengan pembenahan hukum,
peningkatan keterwakilan wanita di sektor keamanan,
penghormatan HAM dan kebutuhan pelatihan keahlian
gender. Advokasi yang berkaitan dengan pengawasan
masyarakat sipil atas sektor keamanan dapat dan
harus dijadikan sasaran pada berbagai tingkat.
Kampanye advokasi dapat menggabungkan lobi
langsung personel sektor keamanan tingkat tinggi,
anggota parlemen, menteri atau lembaga donor
dengan kegiatan advokasi seperti:
n
Penyerahan proposal selama berlangsungnya
konsultasi atau proses pengkajian ulang sektor
keamanan.
n
Prakarsa media
n
Demonstrasi
n
Debat kebijakan
n
Perancangan rangkuman kebijakan
Masyarakat umum di sebagian besar negara
umumnya cenderung tidak menyadari hak mereka
sendiri atas keamanan dan keadilan atau kebijakan
dan proses tertentu di sektor keamanan yang
dirancang untuk menegakkan hak-hak ini. Dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isuisu, mulai dari akses sistem peradilan dan pengajuan
pengaduan kasus pelanggaran hukum oleh personel
polisi, sampai bagaimana mempengaruhi kebijakan
RSK dengan menghubungi para anggota parlemen,
masyarakat juga dapat dilibatkan dalam meminta agar
sektor keamanan bertanggung jawab memenuhi
kebutuhan mereka dengan cara yang efektif dan
terhormat. Contoh tindakan yang dapat diambil OMS
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
isu-isu gender dan sektor keamanan meliputi:
n
Penyelenggaraan diskusi meja bundar atau seminar
mengenai isu-isu gender dan kebijakan keamanan.
n
Pembuatan bahan-bahan, seperti selebaran,
mengenai bagaimana melaporkan pelanggaran
HAM – termasuk GBV – oleh personel sektor
keamanan.
Perlu diingat bahwa bukan hanya organisasi wanita
yang dapat berperan dalam peningkatan kesadaran
dan advokasi isu-isu gender dan keamanan. Peran
para pria dan organisasi pria dalam pengawasan atas
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
Kotak 4
Tahap-tahap audit gender RSK19
1. Pengkajian ulang: Pengkajian ulang latar belakang merupakan titik mula penting untuk audit gender. Apabila terjadi proses RSK, pakar gender
dari negara bersangkutan harus melakukan pengkajian ulang tersebut. Pengkajian ulang ini memberikan gambaran umum isu-isu gender yang
relevan yang berkaitan bukan hanya dengan hubungan gender di negara audit tapi juga dengan fokus tertentu audit tersebut. Pengkajian ulang
latar belakang ini mencakup informasi ‘mendalam’ yang kemudian biasanya dapat dijadikan rujukan pada audit yang lebih singkat.
2. Pengarahan dan kelompok fokus: Substansi audit gender disusun dari berbagai wawancara dan diskusi kelompok fokus. Wawancara mendalam
dengan para aktor yang relevan pada bagian tertentu sektor keamanan yang dikaji ulang merupakan unsur penting dari pengumpulan informasi.
3. Pengkajian ulang dokumentasi: Pengkajian ulang dokumentasi melengkapi wawancara dan diskusi kelompok fokus dan dapat memberikan
sumber informasi empiris yang penting dan terperinci serta landasan untuk triangulasi dengan sumber-sumber data lainnya. Tantangan dalam
hal ini bisa berupa: akses atas dokumen-dokumen yang diperlukan; arsip yang tidak lengkap; pergantian staf dan perubahan nama proyek/program
selama pelaksanaan atau perancangan ulang, terutama untuk program RSK yang digerakkan lembaga donor, yang menyulitkan pencarian
dokumen yang relevan.
4. Distribusi hasil: Apabila audit gender sudah selesai, hasilnya perlu disebarkan kepada para pemangku kepentingan, terutama mereka yang
terlibat di sektor yang sedang diaudit.
Kotak 5
Melibatkan pria dalam memberantas kekerasan terhadap wanita
Kampanye Pita Putih (WRC, White Ribbon Campaign) dimulai di Kanada pada tahun 1991 oleh sekelompok pria yang mengadvokasi pengakhiran
kekerasan terhadap wanita dan berusaha memberikan informasi kepada para pria lain mengenai isu tersebut. Melalui kampanye peningkatan
kesadaran, pernyataan publik, dan jaringan mereka yang terus berkembang, para anggota WRC memberikan visi alternatif pria sebagai orang yang
tidak suka melakukan kekerasan dan memberikan model peran positif bagi para pria dan anak lelaki di dalam masyarakat di seluruh dunia. Walaupun
mereka tidak berhubungan langsung dengan sektor keamanan, tindakan-tindakan seperti yang dilakukan oleh WRC berperan mengubah sikap dan
budaya kekerasan yang mengekalkan kekerasan terhadap wanita, termasuk di kepolisian dan militer. WRC memberikan pendekatan inovatif dalam
menangani akar agresi dan kekerasan di dalam keluarga dan masyarakat, dan merupakan cara yang efektif untuk menimbulkan perhatian, kesadaran
dan pengakuan publik terhadap isu tersebut sambil menanggulangi peran dan hubungan gender yang tidak setara.21
Sumber daya lainnya untuk melibatkan pria dalam menangani kekerasan terhadap wanita:
n
‘Elimination of Violence against Women in Partnership with Men’ (‘Penghapusan Kekerasan terhadap Wanita Bermitra dengan Pria’), Women in
Development Section (Wanita di Bagian Pembangunan), ESCAP (Komisi Ekonomik dan Sosial untuk Asia dan Pasifik PBB), 2006.
n
‘Men as partners: South African men respond to violence against women and HIV/AIDS’ (‘Pria sebagai mitra: pria Afrika Selatan merespons
kekerasan terhadap wanita dan HIV/AIDS’), Dean Peacock, EngenderHealth, 2002.
n
‘Ending Violence Against Women in Eastern Congo: Preparing Men to Advocate for Women’s Rights’ (‘Mengakhiri Kekerasan terhadap Wanita di
Kongo Timur: Mempersiapkan Pria untuk Mengadvokasi Hak-hak Wanita’), Women for Women International (Wanita untuk Wanita Internasional),
2007.
organisasi sektor keamanan dan advokasi isu-isu yang
berkaitan dengan gender, khususnya GBV, sangat
penting dan memberikan pesan kuat kepada para
aktor sektor keamanan yang didominasi pria.
Perubahan sikap, pola pikir dan praktik para
pemangku kepentingan utama merupakan salah satu
dari tujuan paling penting dari peningkatan kesadaran
dan advokasi yang berkaitan dengan gender, dan ini
dapat dilakukan dengan sangat efektif oleh para pria.
Untuk menjamin agar kampanye advokasi tanggap
terhadap gender, OMS dapat memastikan agar materi
dan bahasanya peka terhadap gender; agar kampanye tersebut bertujuan meningkatkan keamanan
dan keadilan bagi para wanita dan anak perempuan
serta para pria dan anak lelaki; bekerja sama dengan
organisasi-organisasi wanita; dan menjamin tingkat
keterlibatan wanita yang tinggi. OMS juga dapat
mengadvokasi perubahan khusus yang berkaitan
dengan gender di sektor keamanan yang meliputi:
n
n
Pelatihan gender standar untuk polisi, angkatan
bersenjata dan personel sektor keamanan lainnya.
n
Pembenahan
perundang-undangan
yang
diskriminatif agar cukup memadai mencegah,
menangani dan menjatuhkan sanksi atas GBV.
n
Perekrutan, retensi dan kemajuan lebih banyak
wanita ke lembaga-lembaga sektor keamanan dan
badan-badan pemerintah.
n
Alokasi sumber daya keuangan, sumber daya
manusia dan sumber daya material yang memadai
untuk menangani ketidakamanan khusus yang
dihadapi para wanita dan anak perempuan.
n
Peningkatan pertanggungjawaban personel sektor
keamanan atas pelanggaran HAM, termasuk GBV.
Pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dan
rencana gender, termasuk kode perilaku, untuk
lembaga-lembaga sektor keamanan.
11
Toolkit RSK dan Gender
Tabel 1
Pertanyaan yang harus diajukan saat merencanakan kampanye advokasi
Apa isunya dan apa penyebabnya?
Gunakan penelitian mengenai kebijakan, anggaran dan sebagainya untuk mengidentifikasi masalah
dan mendapatkan data yang nyata.
Apa maksud dan tujuan Anda?
Maksud merujuk pada sasaran jangka panjang kampanye, yang akan diwujudkan melalui kombinasi
kegiatan advokasi dan kegiatan praktis. Tujuan adalah sasaran yang lebih segera dan harus nyata
dan dapat diukur sebagai suatu hasil (bukan suatu kegiatan yang diusulkan). Contoh: ‘Pada akhir
tahun 2010 pemerintah akan membentuk suatu mekanisme konsultasi bagi OMS dalam penyusunan
anggaran pertahanan yang peka terhadap gender.’
Apa perubahan nyata yang ingin Anda capai
(misalnya, kesadaran, pengetahuan, sikap
atau perubahan perilaku para pembuat
kebijakan atau aktor sektor keamanan)?
Dengan kata lain, apa perbedaan yang dihasilkan dari advokasi tersebut?
Apa indikator yang akan digunakan untuk
menelusuri kemajuan pencapaian hasil?
Pikirkan berbagai kemajuan yang ingin Anda telusuri selama penerapan strategi advokasi tersebut,
misalnya prosesnya, dampak dan hasilnya, dan perubahan konteks usaha Anda.
Siapa pemangku kepentingan primer Anda?
Bagaimana melibatkan mereka dalam
merancang sasaran, tujuan,hasil dan indikator
strategi Anda? Siapa pemangku kepentingan
sekunder Anda dan pihak-pihak penting
lainnya?
Pemangku kepentingan utama meliputi orang-orang yang memiliki kekuasaan untuk melakukan
perubahan tapi mungkin harus didorong untuk bertindak; pemangku kepentingan sekunder meliputi
kelompok-kelompok yang dukungannya dapat digabungkan; pemangku kepentingan primer adalah
pihak-pihak yang akan mendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi, dan pihak-pihak penting
lainnya meliputi kelompok-kelompok sasaran di kalangan aktor keamanan yang mungkin menentang
strategi tersebut. Memanfaatkan waktu untuk mempertimbangkan dengan matang bagaimana Anda
akan bekerja sama dan mempengaruhi setiap pemangku kepentingan akan meningkatkan
kesempatan keberhasilan.
Penelitian apa yang perlu Anda lakukan untuk
menguji
asumsi-asumsi
mengenai
pengetahuan, sikap, dll.?
Bagaimana Anda menjangkau sampel kelompok masyarakat sasaran yang representatif dan teknik
apa yang akan Anda gunakan untuk mengetahui pandangan mereka mengenai isu-isu tersebut?
Bagaimana mereka mendapatkan informasi mengenai topik tersebut?
Apa pesan utama yang perlu Anda
komunikasikan dengan setiap kelompok
pemangku kepentingan untuk menghasilkan
perubahan yang diinginkan (misalnya,
meningkatkan
pengetahuan
mereka,
mengubah praktik mereka)?
Gunakan kelompok-kelompok fokus bersama para praktisi media dan jenis-jenis penelitian media
lainnya untuk memahami konteks dan sampaikan pesan-pesan Anda.
Apa jenis komunikasi (misalnya, versi populer
temuan penelitian, lembar fakta), saluran
(komunikasi bertatap muka, seminar, media)
dan kegiatan yang paling cocok untuk
pemangku kepentingan utama Anda?
Perjelas siapa yang menjadi sasaran Anda untuk melakukan apa; lakukan penelitian latar belakang
mengenai kelompok-kelompok masyarakat dan sampaikan pesan-pesan yang sesuai kepada
mereka. Pikirkan juga siapa yang berkomunikasi, libatkan orang-orang yang dipercaya/berpengaruh
terhadap pemangku kepentingan utama.
Bagaimana jadwal/rencana kerja untuk
strategi advokasi Anda? Apa tanggal/
kesempatan utama untuk penyampaian pesan
dan materi?
Siapkan jadwal saat merencanakan strategi Anda sehingga tenggat terpenuhi dan tugas-tugas
terbagi secara efektif. Tetapkan tanggal kapan materi diterbitkan dan disebarkan.
Berapa dana yang perlu Anda anggarkan
untuk strategi advokasi Anda dan apa
keterampilan, materi dan keahlian yang
diperlukan?
Sumber daya meliputi dana, materi, manusia dan keahlian mereka serta reputasi organisasi Anda
(yaitu, modal sosial) sehubungan dengan topik tertentu yang Anda advokasikan.
Bagaimana Anda menilai dan menyebarkan
dampak dari strategi Anda dan pelajaran yang
diperoleh dari pengalaman Anda?
Pikirkan bagaimana kampanye advokasi di masa depan dan organisasi-organisasi lain dapat
mendapatkan manfaat dari pengalaman Anda.
Bagaimana Anda menjamin keberlanjutan
strategi advokasi Anda?
Apabila Anda berhasil mewujudkan perubahan, Anda perlu memikirkan bagaimana menjamin
keberlanjutan perubahan tersebut. Apabila kampanye advokasi telah berfokus pada tingkat
kebijakan, pelaksanaan kebijakan sangat perlu diperhatikan. Siapa yang akan melanjutkan
intervensi tersebut? Apa pendekatan programatis yang paling efektif?
12
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
!
Kiat bagi OMS yang merencanakan kegiatan advokasi dan peningkatan kesadaran
n
Kampanye peningkatan kesadaran dengan sasaran
masyarakat umum bisa menjadi bagian penting dari
kampanye advokasi yang bertujuan mempengaruhi
kebijakan dan program sektor keamanan.
n
Rencanakan kampanye advokasi Anda dengan hatihati. Identifikasi pemangku kepentingan dan
sasaran utama untuk menyampaikan pesan-pesan
Anda, termasuk para pembuat kebijakan utama
yang berpengaruh di sektor keamanan, dan
pastikan advokasi Anda didasarkan pada penelitian
yang andal, menyeluruh dan peka terhadap gender.
n
Manfaatkan peluang seperti pengkajian ulang
kebijakan sektor keamanan atau pertahanan untuk
memadukan isu gender ke dalam advokasi
masyarakat sipil.
n
Libatkan para pria dalam kampanye advokasi,
khususnya para pria yang menangani kekerasan
terhadap wanita.
Kotak 6
4.6 Bekerja sama dengan media
Media memainkan peran sangat penting dalam
mempromosikan pengawasan publik atas sektor
keamanan dan dalam menyebarkan informasi mengenai reformasi pertahanan dan keamanan. OMS
dapat bekerja sama dengan media untuk memperkuat
kampanye peningkatan kesadaran dan advokasi
mereka.
Para wartawan dan pihak lainnya yang bekerja di
bidang media belum tentu mengenal aspek-aspek
gender dari isu-isu keamanan atau memahami cara
berbicara dan mendapatkan informasi dari para wanita. Selain itu, sedikit sekali panduan atau kebijakan
gender di lembaga-lembaga media itu sendiri.23
Karena itu, OMS dapat bekerja sama dengan media
untuk melatih mereka mengenai bagaimana mengumpulkan informasi dan membuat laporan
mengenai isu-isu keamanan dengan cara yang peka
terhadap gender. Mungkin juga sulit bagi media untuk
mengakses saksi atau korban perempuan dari
pelanggaran HAM tertentu seperti pemerkosaan yang
dilakukan personel pasukan keamanan, sehingga
OMS juga dapat memainkan peran dalam memfa-
Kiat bekerja sama dengan media untuk menghasilkan efek berganda22
Pesan utama
n
Identifikasi dan selesaikan 2-3 hal yang ingin Anda jelaskan.
n
Selalu kembalikan wawancara/diskusi ke hal-hal ini.
Bicara dengan satu suara
n
Apabila bekerja dalam koalisi, pastikan agar semua anggota memahami pesan-pesan yang dikomunikasikan kepada pers.
n
Sebaiknya ditetapkan seorang juru bicara.
Hubungi pers secara langsung
n
Lakukan langkah proaktif – jangan hanya merespons isu-isu yang sudah menjadi berita, tapi berikan berita dan siaran pers.
n
Tulis surat kepada editor untuk memancing perdebatan – surat tersebut harus singkat dan langsung ke pokok persoalan.
Berikan informasi yang mudah dipahami
n
Berikan informasi tertulis yang singkat dan jelas – misalnya, paket informasi atau pengarahan pers. Ini bisa meliputi informasi kontak, informasi
mengenai isu yang diadvokasi, latar belakang isu, informasi mengenai pandangan yang bertentangan, fakta dan data statistik.
Pengarahan/siaran pers
n
Ketahui tenggat dan waktu paling tepat untuk menghubungi pers.
n
Siapkan paket pers pada semua kegiatan.
n
Berikan pengarahan latar belakang sehingga para wartawan dapat melakukan penyelidikan sendiri.
Jadilah narasumber yang terpercaya
n
Jadilah narasumber yang terpercaya sehingga pers datang menemui Anda dan organisasi Anda untuk mendapatkan informasi resmi mengenai
berbagai aspek sektor keamanan. Keterpercayaan saat berhubungan dengan para aktor sektor keamanan sangat berkaitan dengan tingkat
keahlian teknis.
n
Undang media hanya apabila ada hal penting yang ingin Anda sampaikan.
n
Apabila Anda menggunakan data statistik, pastikan data tersebut andal.
Tampil di TV dan radio
n
Tetap fokus pada pesan-pesan utama.
n
Adakan pelatihan teknik wawancara.
Evaluasi kampanye Anda
n
Catat dan evaluasi liputan pers serta belajarlah dari kampanye sebelumnya.
13
Toolkit RSK dan Gender
Kotak 7
Pembuatan laporan media yang tanggap terhadap gender 24
Dalam mengkomunikasikan gender para wartawan harus menyadari bahwa masyarakat bisa terpinggirkan karena gender mereka.
Karena itu, kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti:
n
Siapa yang diliput?
n
Dari perspektif apa?
n
Melalui lensa mana?
n
Mencerminkan stereotipe masyarakat yang mana?
n
Apakah berita tersebut membantu memajukan kesetaraan dan kesamaan gender dalam masyarakat atau apakah berita tersebut disampaikan
dengan cara yang mendukung sikap dan nilai-nilai tradisional?
n
Apakah masalah wanita atau pria dipisahkan dari masalah masyarakat secara umum?
silitasi proses ini dan dalam menyediakan pelayanan
dan bantuan yang diperlukan kepada korban yang
mau mempublikasikan kisah mereka.
!
Kiat bagi OMS agar lebih efektif memanfaatkan
media
n
Manfaatkan media untuk menyebarkan pesanpesan advokasi Anda kepada masyarakat sasaran
yang luas. Adakan kerja sama dengan surat kabar
kecil, stasiun radio masyarakat dan stasiun televisi
lokal, serta gerai media pemerintah.
n
Jadikan peka dan berikan pelatihan kepada para
wartawan dan pihak-pihak lainnya yang bekerja di
bidang media mengenai aspek-aspek gender dari
sektor keamanan dan penggunaan bahasa yang
peka terhadap gender (lihat Kotak 7).
membangun kemampuan personel sektor keamanan
melaksanakan tugas mereka sehari-hari dengan cara
yang tanggap terhadap gender. Kemampuan gender
merupakan keahlian sebagaimana keahlian lain, dan
karena itu harus dipelajari. Pelatihan bisa menjadi
cara yang sangat efektif untuk mengubah sikap dan
perilaku staf sektor keamanan dan merupakan unsur
penting dalam meningkatkan pengawasan terhadap
sektor keamanan. Pelatihan gender juga dapat
digunakan sebagai proses untuk meningkatkan saling
pengertian dan memfasilitasi kerja sama di masa
depan antara OMS dan personel sektor keamanan.
Pelatihan gender tidak selalu dimasukkan sebagai
bagian dari metode pelatihan standar militer, polisi
atau agen keamanan swasta, atau dalam pelatihan
pengawasan sektor keamanan yang ditujukan pada
para aktor lainnya seperti anggota parlemen, staf
kementerian pertahanan atau LSM. Apabila tersedia
pelatihan seperti ini, pelatihan tersebut biasanya tidak
seragam, wajib atau menyeluruh.
4.7 Pelatihan gender bagi personel
sektor keamanan
latihan
Lihat Tool mengenai Pe ktor
Se
l
Gender bagi Persone
Keamanan
Pelatihan gender merupakan strategi utama untuk
Kotak 8
Mongolia – pemasukan pendidikan kesehatan seksual dalam kurikulum
pelatihan militer 25
Mongol Vision (Visi Mongol), sebuah LSM yang didirikan pada tahun 1998, berusaha melaksanakan berbagai kegiatan di bidang kesehatan
reproduksi, termasuk pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Mongol Vision memfokuskan kegiatannya
pada para pria, termasuk para perwira dan prajurit angkatan bersenjata Mongolia. Kegiatan ini dipimpin oleh panitia pengarah kebijakan kesehatan
masyarakat Mongol Vision, yang meliputi Wakil Panglima Angkatan Bersenjata Mongolia.
Isu: Anggota baru Angkatan Bersenjata Mongolia, terutama yang berasal dari daerah pedesaan, memiliki sedikit atau tidak memiliki pengetahuan
mengenai HIV/AIDS dan IMS. Karena itu, tingkat IMS relatif tinggi di kalangan perwira dan prajurit.
Tujuan: Mendapatkan dukungan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Mongolia untuk meningkatkan kesadaran mengenai HIV/AIDS,
IMS dan kesehatan reproduksi di kalangan perwira dan prajurit.
Pemangku kepentingan utama: Kementerian Pertahanan dan markas besar Angkatan Bersenjata Mongolia.
Pemangku kepentingan primer: Prajurit/perwira dan pasangan seks mereka.
Pendekatan dan komunikasi: Surat-surat dikirim kepada Kementerian Pertahanan dan markas besar angkatan bersenjata; pertemuan resmi dan
tak resmi diadakan dengan para pejabat tingkat tinggi; sebuah proyek disiapkan bekerja sama dengan para pejabat tingkat tinggi; sebuah lokakarya
diselenggarakan bersama para pejabat tingkat tinggi; para perwira komando dan dokter satuan militer menyajikan laporan mengenai situasi STI
saat ini di kalangan personel angkatan bersenjata.
Indikator keberhasilan dan keberlanjutan: Kesehatan seksual dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan resmi untuk staf militer; peningkatan
kesadaran para perwira tingkat tinggi; peningkatan dukungan dari Kementerian Pertahanan; perluasan basis kegiatan Mongol Vision.
14
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
Kotak 9
Sumber daya pelatihan gender 27
Inspirasi pelatihan yang relevan dapat ditemukan pada toolkit pelatihan gender berikut:
n
Inclusive Security, Sustainable Peace: A Toolkit for Advocacy and Action (Keamanan Inklusif, Perdamaian Berkelanjutan: Toolkit untuk
Advokasi dan Tindakan) – terdiri dari alat-alat yang ditujukan pada para wanita mengenai isu keamanan, peradilan, tata pemerintahan dan
masyarakat sipil, perlindungan kelompok masyarakat yang rentan, dll.
http://www.international-alert.org/our_work/themes/gender_training.php
n
Toolkit for Working with Men and Boys to Prevent Gender-Based Violence (Toolkit mengenai Kerja Sama dengan Pria dan Anak Lelaki
untuk Mencegah Kekerasan Berbasis Gender) – terdiri dari bacaan, studi kasus, selebaran dan latihan.
http://toolkit.endabuse.org
n
Toolkit to Combat Trafficking in Persons (Toolkit mengenai Pemberantasan Perdagangan Manusia) – terdiri dari alat-alat mengenai hukum
internasional, penilaian, perlindungan, pendidikan masyarakat, pemantauan dan evaluasi, dll.
http://www.unodc.org/pdf/Trafficking_toolkit_Oct06.pdf
n
Gender Resource Package for Peacekeeping Operations (Paket Sumber Daya Gender untuk Operasi Pemeliharaan Perdamaian) – terdiri dari
informasi latar belakang, sorotan isu-isu utama gender, dan tools (alat-alat) praktis.
http://pbpu.unlb.org/pbpu/genderpack.aspx
Organisasi-organisasi wanita mungkin memiliki keahlian khusus mengenai isu gender dan berpengalaman
memberikan pelatihan gender dan dengan demikian
dapat memberikan atau menawarkan masukan untuk
modul pelatihan yang ada untuk personel sektor
keamanan, atau dalam menyusun modul pelatihan
khusus mengenai isu gender dan keamanan,
khususnya mengenai eksploitasi dan penganiayaan
seksual. Selain bekerja sama mengadakan pelatihan
gender, OMS yang memiliki keahlian dalam isu gender
dapat:
n
Menyusun kurikulum standar pelatihan gender
untuk lembaga-lembaga sektor keamanan yang
berbeda, seperti pelatihan mengenai kekerasan
dalam rumah tangga untuk personel polisi, yang
dapat disesuaikan dan digunakan oleh para pelatih.
mencakup pelatihan gender.
7. Selenggarakan pelatihan pra-penugasan bagi
personel pemeliharaan perdamaian.
8. Manfaatkan kerja sama antara OMS dan lembagalembaga sektor keamanan.
9. Pastikan penggunaan bahasa yang sadar gender.
10. Lakukan evaluasi jangka panjang dan identifikasi
beberapa indikator.29
!
Kiat bagi OMS yang terlibat dalam pelatihan
personel sektor keamanan
n
Lakukan penilaian kebutuhan pelatihan untuk
mengidentifikasi kesenjangan pada pelatihan yang
ada dan bidang-bidang yang perlu diperbaiki.
n
Prakarsai atau ikutlah berperan dalam penyusunan
modul pelatihan gender standar bagi para anggota
baru dan para personel kepolisian dan angkatan
bersenjata yang sudah lama bertugas.
n
Melakukan lobi untuk pembuatan kebijakan yang
mewajibkan pelatihan gender yang menyeluruh bagi
personel sektor keamanan.
n
Mengadvokasi dan berpartisipasi dalam pembuatan
panduan, manual dan buku pedoman gender yang
berfungsi sebagai sumber daya praktis bagi
personel sektor keamanan.
n
Melakukan lobi untuk pembuatan jabatan gender di
lembaga-lembaga sektor keamanan untuk
mengoordinasikan, melaksanakan dan memantau
pelatihan gender.26
Buat daftar pelatih masyarakat sipil yang memenuhi
syarat di negara yang membutuhkan yang dapat
memberikan pelatihan gender kepada personel
sektor keamanan.
n
Gunakan kesempatan pelatihan sebagai landasan
untuk meningkatkan hubungan dan kemitraan
dengan para pejabat pemerintah, angkatan
bersenjata dan kepolisian.
n
Jangan ‘reinvent the wheel’ (membuat segalanya
dari nol): gunakan dan kembangkan modul
pelatihan gender yang ada.
n
Dalam sebuah diskusi online baru-baru ini yang
melibatkan lebih dari 140 pembuat kebijakan dan
praktisi, 10 rekomendasi pokok di bidang pelatihan
gender bagi personel sektor keamanan dihasilkan:
1. Perhatikan peran dan norma tradisional pria.
2. Libatkan pria sebagai pelatih gender.
3. Prioritaskan pelatihan bagi para manajer dan
pejabat senior.
4.8 Organisasi wanita
4. Padukan gender ke dalam pelatihan berkala sektor
keamanan.
Agar pengawasan inklusif dan cukup mewakili
masyarakat, organisasi-organisasi wanita harus
terlibat dalam usaha pengawasan masyarakat sipil.
Isu keamanan sering dianggap sebagai ‘bidang pria’.
Namun demikian, sebagaimana telah dibahas pada
Bagian 3.3, organisasi-organisasi wanita sering
5. Laksanakan pelatihan sebagai bagian dari strategi
pengarusutamaan gender yang lebih luas.
6. Susun rencana aksi atau kebijakan institusi yang
15
Toolkit RSK dan Gender
memainkan peran penting yang dapat dimanfaatkan
oleh badan-badan pengawasan secara lebih efektif.
Mengingat keanggotaan dan prioritasnya yang
berbeda, organisasi-organisasi wanita dapat memberikan sumbangan penting terhadap proses
pengawasan:
n
n
n
n
OMS yang menangani isu gender merupakan
narasumber pakar untuk berbagai jenis ketidakamanan yang dialami pria dan wanita.
Organisasi wanita sering dapat menjangkau
kelompok masyarakat yang berbeda, terutama para
wanita atau kelompok masyarakat terpinggirkan
lainnya, dan dengan demikian dapat mengumpulkan informasi yang mungkin terabaikan.
Organisasi wanita dapat memberikan perspektif
gender untuk mempengaruhi kebijakan dan praktik
sektor keamanan.
Organisasi wanita mungkin sangat memperhatikan
standar perilaku dan tindakan yang menangani
pelanggaran hukum berat terhadap wanita seperti
pemerkosaan atau pelecehan yang dilakukan oleh
personel sektor keamanan.
Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa semua
organisasi wanita belum tentu mewakili secara efektif
kebutuhan berbagai kelompok wanita dan mungkin
tidak selalu memiliki keahlian khusus mengenai isu
gender.
Tanpa melibatkan sepenuhnya organisasi-organisasi
wanita dalam proses pengawasan, masyarakat sipil
tidak akan mendapatkan manfaat dari berbagai
keahlian yang tersedia atau memanfaatkan semua titik
mula bagi pemantauan dan analisis yang efektif.
Namun demikian, kemampuan organisasi wanita untuk
berpartisipasi secara efektif dalam pengawasan sektor
keamanan juga berkaitan dengan kemampuan
mereka. Terdapat kebutuhan mendesak untuk meningkatkan dan memperbaiki ‘literasi keamanan’
masyarakat sipil, termasuk organisasi wanita.
Pembangunan kemampuan untuk meningkatkan
‘literasi keamanan’ bisa berupa pelatihan khusus untuk
organisasi wanita di bidang-bidang seperti:
n
Terminologi dan teori dasar pengawasan sektor
keamanan
n
Kebijakan sektor keamanan
n
Kerangka dan standar kebijakan internasional yang
berkaitan dengan isu gender dan keamanan dan
bagaimana kerangka dan standar tersebut dapat
digunakan sebagai instrumen advokasi
n
Lembaga-lembaga sektor keamanan, tugas dan
prosedur pembuatan keputusan mereka
n
Isu gender dan RSK/pengawasan
n
Penyusunan anggaran yang peka terhadap gender
untuk sektor keamanan
n
Penilaian dampak gender33
Organisasi-organisasi wanita atau OMS lainnya perlu
menetapkan diri mereka sebagai ‘pakar’ untuk
memperkuat hubungan aktif dengan para aktor sektor
keamanan. Apabila OMS yang menangani isu yang
berkaitan dengan gender memiliki kemampuan
memberikan bantuan teknis, mereka menjadi mitra
berharga bagi badan-badan pengawasan sektor
keamanan serta untuk lembaga-lembaga negara yang
ingin melakukan reformasi keamanan dan keadilan.
Begitu pula, terdapat juga kebutuhan untuk meningkatkan ‘literasi gender’ OMS secara umum.
Kurangnya perhatian pada isu gender berarti OMS
tidak mungkin membahas dimensi gender dari RSK
atau tidak mungkin memiliki kemampuan dan keahlian
untuk memadukan gender ke dalam keterlibatan
masyarakat sipil dalam mekanisme pengawasan yang
ada (lihat Bagian 4.9 mengenai OMS yang tanggap
terhadap gender). Begitu pula, hal ini dapat membatasi sampai sejauh mana OMS memahami
Kotak 10 Rencana Aksi Inggris atas Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1325
dan pelatihan gender bagi angkatan bersenjata
Pada bulan Maret 2006, Pemerintah Inggris mengumumkan rencana aksi nasional atas pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1325.
Dalam menyusun rencana tersebut, Kelompok Lintas Departemen tentang 1325 (Cross-Whitehall Group on 1325) yang terdiri dari para wakil dari
Departemen Luar Negeri dan Persemakmuran, Kementerian Pertahanan dan Departemen Pembangunan Internasional, mengadakan konsultasi
dengan Aksi Gender untuk Perdamaian dan Keamanan (GAPS, Gender Action for Peace and Security), sebuah jaringan aktor masyarakat sipil yang
berkedudukan di Inggris yang berfokus pada penanganan isu-isu wanita, perdamaian dan keamanan.
GAPS bermula dari Kelompok Kerja untuk Wanita, Perdamaian dan Keamanan Inggris (UK Working Group on Women, Peace and Security) dan
pertama kali dibentuk pada pertengahan tahun 2004 oleh Kewaspadaan Internasional (International Alert) untuk meningkatkan kesadaran mengenai
isu gender dan keamanan dan mendukung serta memantau pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1325 oleh Pemerintah Inggris.
Didirikan secara resmi pada bulan Juni 2005, GAPS sekarang memiliki empat belas organisasi dan individu sebagai anggotanya.28 GAPS diberi
kesempatan untuk memberikan masukan terhadap prioritas rencana aksi nasional, dan konsultasi berkelanjutan dengan masyarakat sipil dijadikan
sebagai salah satu tujuan dari rencana itu sendiri.
Pelatihan gender diidentifikasi sebagai suatu kebutuhan utama, dan setelah pengumuman rencana tersebut pemerintah mengambil langkah-langkah
untuk memetakan penyediaan pelatihan gender bagi tentara Inggris dan mengidentifikasi cara-cara untuk memperbaikinya. Selain itu, GAPS bersama
dengan para anggota parlemen berpengaruh dan Cross-Whitehall Group on 1325, membentuk Kelompok Mitra Parlemen untuk Resolusi Dewan
Keamanan PBB Nomor 1325 (APG, Associate Parliamentary Group on SCR 1325), yang merupakan salah satu dari beberapa kelompok di Inggris
yang mengizinkan masyarakat sipil dan pegawai negeri bekerja sama dengan anggota parlemen. GAPS mendesak pembentukan sub-kelompok
untuk pelatihan gender, dan kelompok ini sekarang mendukung Kementerian Pertahanan dalam usaha meningkatkan penyediaan pelatihan gender
dan mengumpulkan informasi dan penelitian mengenai dampak dari pelatihan gender ini. Walaupun belum ada data yang tersedia, kelompok ini bisa
menjadi model yang sangat berguna bagi pelatihan gender untuk personel militer di negara-negara lain.
16
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
Kotak 11 Organisasi wanita yang melakukan lobi mendukung pembenahan
demokratis atas sektor keamanan di Irak, Rusia dan Afrika Barat
Serikat Komite Ibu Prajurit (Union of the Committees of Solider’s Mothers) Rusia dibentuk dengan tujuan menarik
perhatian terhadap pelanggaran HAM di militer Rusia dan mengadvokasi perbaikan mekanisme perlindungan
dan kesejahteraan prajurit, terutama dalam perang Checnya. Para anggota Serikat tersebut juga mengadakan
kampanye publik menentang wajib militer dan mendukung amnesti bagi para prajurit. Organisasi ini telah berhasil
dalam sebagian dari usahanya mempengaruhi kebijakan militer di Rusia dan mendapatkan kebebasan serta
perlindungan bagi banyak pewajib militer.30
Dalam konteks pasca-konflik, organisasi wanita sering berkumpul di tingkat nasional untuk mengidentifikasi
prioritas utama mereka di bidang keamanan, politik, ekonomi dan sosial. Misalnya, pada tahun 2003 dalam
sebuah konferensi yang diselenggarakan di Washington DC, para wanita dari Irak, termasuk para wakil dari
organisasi-organisasi masyarakat sipil, para menteri pemerintahan dan personel sektor keamanan,
mengidentifikasi sejumlah bidang utama seperti peningkatan keamanan perbatasan, peningkatan jumlah polisi
di seluruh negara, perbaikan penerangan jalan, dan pelatihan mengenai isu gender dan HAM bagi para perwira
polisi dan angkatan bersenjata sebagai bidang penting bagi keamanan mereka dan keberhasilan proses RSK
di negara mereka.31 Informasi ini merupakan sumber daya berharga bagi para pembuat kebijakan keamanan
dan badan pengawasan, dan berbagai usaha harus dilakukan untuk menjamin agar rekomendasi organisasi
wanita dimasukkan dalam pengkajian ulang dan pembuatan kebijakan keamanan.
Bermitra dengan Jaringan Keamanan dan Tata Pemerintahan Demokratis Afrika Barat (West Africa Network for
Security and Democratic Governance) dan Friedrich Ebert Stiftung, Wanita dalam Jaringan Pembangunan
Perdamaian (WIPNET, Women in Peacebuilding Network) di Afrika Barat merancang metodologi khusus untuk
pengarusutamaan gender dan khususnya isu-isu wanita dalam reformasi sektor keamanan. Sebagai kegiatan
lanjutan, WIPNET diharapkan akan memberikan pelatihan kepada para pakar dan kelompok-kelompok wanita
mengenai ‘Gender dan Reformasi Sektor Keamanan’ (‘Gender and Security Sector Reform’).32
sumbangan penting yang dapat diberikan organisasi
wanita terhadap usaha mereka.
Membuat forum atau membangun koalisi yang menghubungkan OMS dengan departemen pemerintahan
yang terkait untuk menyusun strategi untuk meningkatkan pertanggungjawaban dan efektivitas sektor
keamanan sehubungan dengan isu gender bisa
menjadi salah satu cara untuk melakukan ini. Di
Inggris, para anggota Aksi Gender untuk Perdamaian
dan Keamanan (Gender Action for Peace and
Security) telah menyediakan pelatihan dan nasihat
pakar kepada Kementerian Pertahanan Inggris,
akademi pelatihan pertahanan/militer dan organisasiorganisasi regional. Di Sierra Leone, OMS lokal dan
internasional di beberapa kabupaten telah bermitra
secara efektif dengan para pejabat kesehatan
kabupaten, Satuan Dukungan Keluarga (Family
Support Unit) kepolisian dan sektor peradilan untuk
menjamin agar para korban kekerasan dalam rumah
tangga mendapat layanan medis dan psikologis yang
memadai dan kejahatan ditindaklanjuti, dilaporkan dan
dituntut.34 Ini juga dapat membantu membangun
transparansi dan kepercayaan di antara OMS dan lembaga-lembaga sektor keamanan.
!
Kiat untuk melibatkan organisasi wanita dalam
pengawasan sektor keamanan
n
Teliti kegiatan informal organisasi-organisasi wanita
yang berkaitan dengan penyediaan keamanan
dan/atau advokasi di sektor keamanan dan libatkan
mereka dalam mekanisme pengawasan.
n
Berikan pelatihan ‘literasi gender’ kepada
organisasi-organisasi wanita agar mereka mampu
menangani isu-isu keamanan secara lebih efektif
bersama masyarakat sipil, pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya.
n
Buat mekanisme untuk menghubungkan organisasiorganisasi wanita dengan departemen-departemen
pemerintahan untuk memperkuat akses dan
pengaruh mereka terhadap perdebatan mengenai
kebijakan yang berkaitan dengan keamanan.
4.9 Jaringan masyarakat sipil
Umumnya, OMS lebih berpengaruh apabila berbicara
dengan satu suara. Jaringan memberikan kekuatan
dalam jumlah dan dapat membantu melindungi setiap
OMS dari menjadi target penyalahgunaan dan tekanan
politik. Salah satu fungsi utama mereka adalah
menunjukkan dukungan terhadap pembenahan dari
berbagai kelompok dalam masyarakat.
Ini terlihat jelas ketika Kelompok Kerja LSM untuk
Wanita, Perdamaian dan Keamanan (NGO Working
Group on Women, Peace and Security) dibentuk pada
bulan Mei 2000 oleh 11 organisasi untuk mengadvokasi persetujuan Resolusi Dewan Keamanan PBB
Nomor 1325 mengenai wanita, perdamaian dan
keamanan internasional. Resolusi Dewan Keamanan
PBB Nomor 1325 tersebut disetujui secara bulat pada
tanggal 31 Oktober 2000. Sejak saat itu, fokus
Kelompok Kerja LSM mulai beralih ke usaha
mendukung pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan
PBB Nomor 1325, mempromosikan perspektif gender
dan penghormatan HAM dalam semua prakarsa
perdamaian dan keamanan, pencegahan dan penanganan konflik, dan pembangunan perdamaian PBB
dan negara-negara anggotanya.
17
Toolkit RSK dan Gender
Kotak 12 Bermitra dengan lembaga-lembaga keamanan di Bougainville untuk mencegah kekerasan35
Kelompok-kelompok wanita di Bougainville, Papua Nugini, memainkan peran penting dalam mengakhiri konflik, baik secara langsung dengan
mengadakan perundingan dengan para pihak yang bertikai maupun dengan mendukung reintegrasi para mantan kombatan dan pendidikan di dalam
masyarakat mereka. Jelasnya, mereka telah bekerja sama secara khusus dengan sektor keamanan dalam beberapa prakarsa:
n
Para wanita telah memberikan pelatihan dan pemekaan mengenai hak-hak wanita kepada para mantan kombatan. Hal ini telah memberikan
hasil langsung berupa penurunan tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh para pria ini.
n
Kelompok-kelompok wanita merekrut dan melatih para pria untuk mendidik para mantan kombatan mengenai hak-hak wanita, HIV/AIDS dan
penyelesaian konflik di sekolah-sekolah dan desa-desa.
n
Badan Pengembangan Wanita Leitana Nehan (Leitana Nehan Women’s Development Agency) memberikan pelatihan gender bagi personel polisi
baru bekerja sama dengan kepolisian dan juga menyelenggarakan lokakarya peningkatan kesadaran untuk menyoroti dampak negatif dari
kekerasan terhadap wanita dan anak-anak di dalam berbagai masyarakat.
Di banyak negara, mungkin sulit bagi OMS untuk
terlibat secara langsung menangani isu-isu keamanan
dan keadilan dan penyusunan kebijakan keamanan
pada tingkat nasional karena lingkungan politik yang
tertutup atau bahkan bermusuhan. Partisipasi dalam
diskusi dan mekanisme yang berkaitan dengan
keamanan pada tingkat regional bisa menjadi cara
yang efektif untuk melakukan tekanan terhadap para
pembuat kebijakan pada tingkat nasional. Setiap OMS
biasanya dianggap memiliki kredibilitas apabila
mereka menjadi anggota jaringan regional atau
internasional atau memiliki mitra internasional.
Dukungan ini dapat digunakan sebagai landasan untuk
hubungan nasional dengan pemerintah dalam
penyusunan kebijakan keamanan.
Pembangunan jaringan seperti ini dapat dilakukan
melalui dialog baik pada tingkat nasional, regional
maupun internasional. Melalui partisipasi berbagai
pemangku kepentingan dalam serangkaian lokakarya,
pemahaman yang lebih mendalam mengenai isu-isu
yang berkaitan dengan kebijakan keamanan tertentu
dapat dibentuk. Begitu pula, jaringan kelompok-kelompok masyarakat yang tertarik mendukung
perubahan progresif dapat dibentuk. Karena kebijakan
keamanan nasional berusaha mencakup kebutuhan
masyarakat secara keseluruhan, dan terutama saat
menangani isu gender, legitimasi jaringan tersebut
akan meningkat sejalan dengan:
n
Keanekaragaman
kelompok/organisasi
yang
terwakili dalam jaringan tersebut. Kelompokkelompok ini harus dicari dan didekati secara
terencana.
n
Penyusunan prinsip-prinsip umum jaringan tersebut
untuk menghindari tumpang tindih dengan bidang
kerja setiap anggota.
n
Pengetahuan khusus mengenai bagaimana cara
kerja sektor keamanan, proses pembuatan
kebijakan dan bagaimana gender terwakili dalam
jaringan sebagai panduan strategis.
n
Ketersediaan pengetahuan khusus dalam jaringan
tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh para
pembuat kebijakan.
n
Keterwakilan para pakar dan individu yang sangat
dihormati di kalangan pembuat kebijakan.
18
4.10 OMS yang tanggap terhadap
gender
OMS yang terlibat dalam pengawasan sektor keamanan juga berkewajiban merevisi kebijakan dan
praktik internal sehingga kebijakan dan praktik tersebut
mencerminkan idéal kesetaraan gender. Ini perlu untuk menjamin agar kebijakan dan praktik tersebut
benar-benar representatif dan partisipatif, dan juga untuk meningkatkan efektivitas OMS secara keseluruhan.
Namun demikian, sebagian besar organisasi
masyarakat sipil kekurangan keseimbangan gender
dan para anggota stafnya mungkin tidak memiliki
keahlian dan kemampuan yang diperlukan untuk
memadukan isu gender secara efektif ke dalam
pekerjaan mereka. Untuk memperbaiki situasi ini,
harus dilakukan usaha-usaha untuk menerapkan
perekrutan, promosi dan kebijakan sumber daya
manusia yang tanggap terhadap gender, dan
mekanisme khusus harus diterapkan untuk mencegah
diskriminasi atau pelecehan seksual di tempat kerja.
Kode perilaku, kebijakan dan panduan internal adalah
salah satu cara untuk menjamin agar standar ini
terpenuhi (lihat Kotak 13). Mengaitkan kriteria yang
berkaitan dengan gender dengan evaluasi kinerja juga
dapat meningkatkan pertanggungjawaban setiap
anggota staf untuk menangani isu gender dalam
pekerjaan mereka. OMS yang menangani pengawasan sektor keamanan dapat meningkatkan usaha
mereka
untuk
menarik,
mengangkat
dan
mempertahankan staf perempuan melalui perbaikan
kebijakan perekrutan dan keseimbangan kehidupan
kerja.
Gender juga perlu diarusutamakan ke dalam semua
kebijakan dan program institusi OMS yang menangani
isu keamanan. Untuk melakukan ini, pendanaan yang
memadai untuk pekerjaan yang berkaitan dengan
gender dan keahlian serta kemampuan internal sangat
penting. Selain itu, pelatihan khusus juga harus
diberikan kepada semua anggota staf untuk menjamin
agar mereka memiliki kemampuan dan keahlian teknis
untuk melaksanakan pekerjaan yang spesifik gender.
Melakukan audit gender internal dan mengidentifikasi
bidang-bidang yang perlu perbaikan juga menjadi
langkah penting dalam mengidentifikasi cara
memperkuat pengarusutamaan gender.36
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
!
5.1 Negara-negara pasca-konflik
Kiat agar OMS lebih tanggap terhadap gender
n
Susun kebijakan gender dan kesetaraan peluang
yang menyeluruh yang mencakup isu sumber daya
manusia, persyaratan prestasi kerja dan pelecehan
serta diskriminasi seksual, termasuk kode perilaku.
n
Evaluasi uraian tugas dan persyaratan kerja untuk
menjamin agar uraian dan persyaratan tersebut
tidak mendiskriminasi wanita atau pria.
n
Berikan pelatihan gender kepada semua anggota
staf dan sukarelawan.
n
Lakukan audit gender internal untuk menilai
kemampuan organisasi.
Lembaga-lembaga donor yang mendukung
keterlibatan OMS dalam pengawasan sektor
keamanan dapat meminta agar OMS tanggap
terhadap gender.
n
5
Memadukan gender ke
dalam pengawasan sektor
keamanan dalam konteks
khusus
Tidak ada model tunggal untuk pengawasan sektor
keamanan karena pengawasan tersebut merupakan
suatu proses yang harus terjadi pada tingkat yang
berbeda dan bervariasi antardaerah dan konteks.
Wanita dan anak perempuan sangat rentan terhadap
kenaikan tingkat ketidakamanan selama konflik akibat
pelanggaran seksual dan GBV. Kerentanan ini dapat
dan memang sering berlanjut menyusul konflik.
Personel sektor keamanan mungkin telah melakukan
pelanggaran HAM berat dan mungkin terus melakukan
pelanggaran di masa damai. Selain itu, lembaga
keamanan dan keadilan yang didukung negara
mungkin sudah runtuh di daerah tertentu atau
kehilangan legitimasi karena peran yang mereka
mainkan selama konflik berlangsung.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa peran dan hubungan
gender juga sering berubah selama dan setelah
konflik, yang dapat membuka ruang penting untuk
merundingkan perubahan.
Misalnya, menyusul
berakhirnya konflik dan pemilihan presiden perempuan
pertama di Afrika, Liberia mengesahkan perundangundangan baru yang keras berupa ‘undang-undang
pemerkosaan’ yang berlaku pada bulan Februari 2006.
Organisasi-organisasi wanita seperti Perhimpunan
Pengacara Wanita Liberia (Association of Female
Lawyers of Liberia) memainkan peran penting dalam
merancang undang-undang baru tersebut dan meningkatkan kesadaran mengenai undang-undang tersebut
di dalam masyarakat di seluruh Liberia.38 Namun
demikian, sebaliknya, perubahan peran dan hubungan
ini juga bisa menimbulkan ancaman baru, penurunan
kemampuan menangani ketidakamanan yang ada,
atau pengurangan peran-peran tradisional menyusul
berakhirnya konflik.39
Selanjutnya, undang-undang, struktur dan mekanisme
untuk melindungi para wanita dan anak perempuan
dari berbagai ancaman keamanan jarang tersedia atau
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga mengurangi sumber daya yang tersedia untuk menjamin
perlindungan para wanita dan anak perempuan.
Kotak 13 Kebijakan gender Oxfam37
Oxfam telah mencapai kemajuan signifikan dalam mengembangkan pendekatannya terhadap pengarusutamaan gender dalam pekerjaan organisasi
tersebut, dan juga dalam praktik-praktik internalnya. Selain kebijakan Kesetaraan Peluang dan Keanekaragaman (Equal Opportunity and Diversity),
Oxfam telah menyusun kebijakan gender yang menguraikan komitmen-komitmen tertentu organisasi tersebut dan para anggota stafnya. Dengan
demikian, kebijakan ini dapat digunakan untuk menjamin pertanggungjawaban, transparansi dan keterwakilan setara serta berfungsi sebagai
pedoman untuk memantau sampai sejauh mana organisasi tersebut berhasil dalam mengarusutamakan gender dalam pekerjaannya. Walaupun
Oxfam tidak secara khusus menangani isu-isu keamanan, organisasi ini menjadi contoh berguna yang dapat diikuti oleh OMS yang menangani
pengawasan sektor keamanan. Beberapa ketentuan dari kebijakan gender tersebut adalah:
n
Para manajer akan mendorong kelompok-kelompok dan forum-forum di seluruh organisasi tersebut untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik
me ngenai kesetaraan gender. Pelatihan gender juga akan diberikan bagi staf dan sukarelawan.
n
Dalam semua pekerjaan kami, kami akan menunjukkan komitmen terhadap kesetaraan gender dengan menetapkan tim dan tujuan perorangan
yang sesuai dan dengan mengalokasikan staf dan sumber daya yang memadai agar kami dapat melaksanakan kebijakan kesetaraan gender
tersebut.
n
Para manajer semua bagian akan memikirkan dan melaporkan tujuan dan tindakan yang dapat diukur yang berkaitan dengan kebijakan kesetaraan
gender; dan pimpinan kami, sistem keuangan sumber daya keuangan dan sumber daya manusia akan memfasilitasi dan mendukung pekerjaan
gender kami.
n
Kesadaran dan pemahaman gender akan digunakan sebagai kriteria perekrutan dan pembinaan staf dan sukarelawan.
n
Di dalam organisasi ini kami akan menerapkan praktik-praktik kerja yang ramah keluarga yang memungkinkan pria maupun wanita berpartisipasi
penuh dalam pekerjaan dan kehidupan keluarga.
19
Toolkit RSK dan Gender
Kemampuan lembaga-lembaga negara sering begitu
lemah sehingga walaupun ada kemauan politik, alatalat untuk menyediakan layanan keamanan dan
keadilan tidak tersedia dalam pengertian sumber daya
teknis, sumber daya finansial atau sumber daya
manusia. Pada saat yang sama sebagai tantangan,
perlu diingat bahwa RSK yang terjadi setelah konflik
juga bisa menjadi kesempatan untuk membantu
meningkatkan kesetaraan dan inklusivitas gender
dalam struktur dan proses sektor tersebut.
OMS mungkin jadi terpecah atau lemah selama konflik
dan akibatnya tidak memiliki jangkauan, legitimasi atau
kemampuan untuk melaksanakan tugas pengawasan
mereka secara efektif. Dalam kasus lain, kerja sama
OMS bisa meningkat pada masa pasca-konflik karena
ketidakamanan serta reformasi angkatan bersenjata
dan kepolisian menjadi masalah utama banyak
organisasi, sehingga memberi OMS kesempatan
untuk bekerja sama.
!
Peluang dan kiat pemaduan isu gender
GBV sering digunakan sebagai strategi selama
konflik, dan jumlah kasusnya mungkin meningkat
menyusul konflik. Pengawasan atas bagaimana
para aktor sektor keamanan menangani GBV dalam
pekerjaan mereka sehari-hari sangat penting, begitu
pula dengan pemantauan atas personel kepolisian
dan angkatan bersenjata untuk menjamin agar
mereka tidak terlibat sebagai pelaku GBV.
n
n
Asalkan cocok, padukan rekomendasi yang
berkaitan dengan gender yang dibuat dalam
konsultasi tingkat lokal atau nasional ke dalam
advokasi yang lebih luas mengenai isu keamanan.
n
Promosikan debat publik tingkat nasional dan lokal
untuk menjamin agar apabila para aktor sektor
keamanan dibenahi atau dibangun kembali, isu
gender menjadi menjadi pusat perhatian sejak awal
proses pembenahan dan bukan sekadar tambahan
ketika pembenahan memasuki proses konsolidasi.
n
Identifikasi segala struktur informal dan tradisional
yang memungkinkan wanita mempengaruhi para
pembuat kebijakan dan/atau warga masyarakat.
Apabila cocok, usahakan untuk memperkuat
struktur tersebut.
n
Lakukan kerja sama dengan struktur ekstralegal
yang dapat menjamin suatu tingkat pengawasan
atas penyediaan peradilan dalam konteks di mana
lembaga-lembaga
negara
tidak
mampu
menyediakan layanan ini, khususnya dalam
mendukung penanganan kasus kekerasan terhadap
wanita.
n
Lakukan penilaian gender atas proses RSK dan
sebarkan temuan dan rekomendasi secara luas
melalui media dan di kalangan pejabat pemerintah
dan lembaga donor yang dijadikan sasaran.
5.2 Negara-negara transisi dan
negara-negara berkembang
Negara-negara dalam masa transisi dan negaranegara berkembang mencakup berbagai konteks yang
berbeda secara signifikan dalam kemampuan sosioekonomi, teknik dan sumber daya manusianya.
Transisi menuju demokrasi merupakan proses jangka
panjang dan belum tentu memberikan manfaat yang
setara bagi semua warga masyarakat. Meskipun
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan cenderung
meningkat, ketidaksetaraan dalam jangka pendek bisa
menjadi lebih menonjol dan para wanita khususnya
bisa menghadapi peningkatan ketidakamanan berupa
GBV, perdagangan manusia atau eksploitasi di industri
seks.40
Di negara-negara berkembang maupun negaranegara dalam masa transisi, perusahaan-perusahaan
keamanan swasta – pada dasanya perusahaan nonpemerintah, walaupun diatur oleh perundangundangan yang disahkan parlemen – menjadi aktor
yang semakin penting dalam penyediaan layanan
keamanan. Karena itu, perusahaan keamanan swasta
ini harus diawasi oleh OMS.
Kotak 14 Kantor penghubung LSM – titik mula gender yang potensial41
Banyak pemerintahan di Eropa Timur dan Tengah dan Negara-negara Baltik telah mendirikan kantor penghubung LSM dengan model yang berbeda:
n
Kroasia, Republik Ceko, Polandia, Slowakia, Slovenia: Fungsi kantor tersebut dijalankan oleh sebuah satuan birokrasi dan badan penasihat yang
cukup representatif, yang bekerja dengan kemitraan sebagaimana ditentukan undang-undang, dekrit atau piagam.
n
Hongaria, Rumania: Badan-badan pemerintah mengawasi kerja sama LSM-pemerintah tanpa badan penasihat.
n
Estonia, Latvia: Departemen-departemen yang ada menangani fungsi penghubungan LSM-pemerintah di samping tanggung jawab mereka yang
lain, termasuk pemerintah lokal dan administrasi regional.
n
Lituania: Berbagai departemen pemerintah bertanggung jawab berkoordinasi dengan LSM dalam wilayah kewenangannya.
Landasan pemikiran utama kantor penghubung LSM di negara-negara tersebut di atas adalah peningkatan hubungan antara masyarakat sipil dan
pemerintah. Kantor penghubung LSM tidak didirikan khusus untuk tujuan menangani sektor keamanan atau isu gender. Namun demikian, kantor
penghubung tersebut merupakan titik mula penting bagi OMS untuk menyampaikan suara dalam hal ini dan dapat digunakan untuk mengadvokasikan
dengan para pejabat pemerintah lokal menangani isu gender dalam kebijakan dan praktik sektor keamanan. Pengembangan mekanisme yang ada,
seperti kantor penghubung ini, merupakan aspek penting dari pengembangan kemampuan untuk memadukan gender ke dalam pengawasan
masyarakat sipil atas sektor keamanan karena pembentukan badan baru dapat menghabiskan waktu dan memerlukan banyak sumber daya.
20
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
Sebagian negara dalam masa transisi mungkin
memiliki banyak orang berpendidikan tinggi untuk
menduduki berbagai jabatan di angkatan bersenjata,
kepolisian dan lembaga negara. Namun demikian,
lembaga-lembaga ini mungkin kekurangan pertanggungjawaban yang demokratis dan struktur serta
prosedur tata pemerintahan yang transparan. Secara
politik, tantangan bagi pengawasan masyarakat sipil
atas sektor keamanan meliputi warisan dari rezim yang
otoriter, penentangan birokrasi yang kuat terhadap
perubahan, dan hubungan yang sering tegang di
antara lembaga-lembaga negara dan OMS. Keadaan
ini berdampak langsung terhadap kemampuan OMS
untuk mengawasi para aktor sektor keamanan dan
kemungkinan dialog antara masyarakat sipil dan lembaga-lembaga negara mengenai masalah keamanan
bersama.
Khususnya di negara-negara berkembang, dan juga di
banyak negara dalam masa transisi dan negara
pasca-konflik, pembangunan kemampuan OMS masih
menjadi tantangan utama. Seperti yang terlihat setelah
beberapa puluh tahun bantuan pembangunan di
Afrika, kurangnya keahlian milik lokal yang
berkelanjutan tetap menjadi masalah dan menjadi
salah satu alasan mengapa tujuan pembangunan tidak
tercapai. Intervensi RSK yang diprakarsai lembaga
donor mungkin ditentang dibandingkan dengan proses
RSK yang diprakarsai masyarakat lokal. Negaranegara dalam masa transisi mungkin juga menentang
desakan pembenahan dari luar negeri, walaupun
kemungkinan keanggotaan EU dan NATO akan
menjadi pendorong signifikan untuk melakukan
pembenahan bagi sebagian negara. Dalam kedua
jenis negara tersebut, angkatan bersenjata mungkin
memiliki kekuatan yang berlebihan, setelah
mendapatkan peran utama sebagai pemelihara keamanan dalam negeri. Hal ini mungkin menimbulkan
konsekuensi keamanan yang berbeda bagi pria dan
wanita, dan juga bagi kemungkinan pembangunan
sosio-ekonomi yang berkelanjutan.
Sebagaimana dalam konteks pasca-konflik, para aktor
bukan negara di banyak negara berkembang bisa
menjadi penyedia utama keamanan dan keadilan dan
berhubungan dengan sistem negara formal. Aktor
bukan negara ini bisa meliputi pengadilan tradisional,
layanan ekstralegal dan satuan pertahanan lokal.
OMS yang bekerja pada tingkat lokal dapat
memainkan peran penting dalam mengawasi tindakan
para aktor bukan negara ini dan mengadvokasi caracara memasukkan mereka dalam proses RSK dan
juga dalam program bantuan internasional. Pada
khususnya, harus ada suatu penekanan pada bagaimana
mengelola
kewenangan,
bagaimana
menyediakan layanan dan legitimasi apa yang dimiliki
mereka di mata para pria dan wanita sebagai
mekanisme penyelesaian konflik tanpa kekerasan.
Hal ini menjadi kian penting karena banyak negara
berkembang tidak dapat menanggung biaya personel
hukum yang mahal seperti pengacara yang
berpendidikan profesional. Selain itu, kehadiran polisi
mungkin terbatas di sebagian daerah karena sumber
daya yang terbatas atau karena tingkat ketidakamanan
yang tinggi.
!
Peluang dan kiat memadukan isu gender
n
Kalau belum ada, advokasi ruang untuk berhubungan dengan lembaga-lembaga negara untuk
menyuarakan ketidakamanan masyarakat – seperti
kantor penghubung LSM (lihat Kotak 14). Pastikan
agar isu gender disoroti dan organisasi wanita juga
dilibatkan dalam pekerjaan kantor penghubung LSM.
n
Para aktor eksternal hendaknya mendukung pembangunan kemampuan OMS, termasuk organisasi
wanita, daripada hanya pembangunan lembaga
sektor keamanan.
n
Sebaiknya OMS menilai sampai sejauh mana para
aktor bukan negara seperti kepala suku dan agen
keamanan swasta menyediakan keamanan dan
Kotak 15 RSK di Afrika Selatan – pengarusutamaan gender dalam transisi dari
apartheid menuju demokrasi42
Kasus transisi Afrika Selatan memberikan contoh bagaimana lingkungan politik yang kondusif dan networking/pengorganisasian di kalangan wanita
di seluruh spektrum politik dan di dalam pasukan keamanan sendiri menghasilkan proses transformasi keamanan yang menyeluruh dan inklusif.
Pelajaran penting yang diperoleh dari proses ini, yang semuanya berdampak langsung terhadap pembuatan kebijakan meliputi:
1. Afrika Selatan melampaui pembenahan untuk mengubah sektor keamanan dengan mengambil langkah-langkah untuk berkonsultasi dengan
masyarakat mengenai peran sektor keamanan dan menempatkan keamanan dan pembangunan manusia sebagai inti dari kerangka keamanan
nasionalnya.
2. Para wanita dengan pandangan dan nilai-nilai yang berbeda dan dari semua ras sangat penting dalam menyatakan visi dan mempengaruhi proses
di mana keamanan masyarakat menjadi prioritas negara.
3. Para wanita dari seluruh spektrum politik dikerahkan untuk mencapai keterwakilan 50% dalam negosiasi menjelang pemilihan umum 1994 dan
28% kursi parlemen. Mereka terus mendorong partisipasi masyarakat dalam mempengaruhi kebijakan dan tetap menjadi pendukung utama
keamanan manusia.
4. Di lembaga keamanan semakin diakui bahwa wanita:
a. Memberikan perspektif penting dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
b. Memberikan pengaruh positif sebagai anggota pasukan keamanan.
c. Sangat penting dalam membangun perdamaian dan keamanan.
5. Transformasi sektor keamanan tidak akan sempurna apabila budaya institusinya tidak berubah. Penanggulangan diskriminasi berbasis gender,
sebagaimana diskriminasi rasial, merupakan indikator utama transformasi.
21
Toolkit RSK dan Gender
keadilan, legitimasi mereka dalam menyediakan
keamanan dan keadilan ini, dan mutu layanan yang
disediakan. Informasi harus dikumpulkan menggunakan metode yang peka terhadap gender.
n
Apabila cocok dan diperlukan, promosikan perampingan angkatan bersenjata dan perkenalkan
pokok-pokok pikiran mengenai gender yang dapat
memperluas perdebatan mengenai keamanan
dalam proses tersebut.
OMS memiliki peran dan tanggung jawab utama dalam
menjamin agar aspek-aspek yang berkaitan dengan
gender dari pengawasan masyarakat sipil dimasukkan
dalam program mereka. OMS internasional juga
berperan dalam memberikan bantuan dalam
pembangunan pengawasan sektor keamanan dan
masukan bagi agenda lembaga donor yang berkaitan
dengan RSK.
!
5.3 Negara-negara maju
Di negara-negara maju dengan pemerintahan yang
demokratis juga terdapat kesempatan yang signifikan
bagi OMS untuk memainkan peran pengawasan,
terutama sehubungan dengan isu gender. Ini dapat
dilakukan dengan ikut serta dalam perdebatan
mengenai apa yang harus dimasukkan di bawah
bendera keamanan nasional; bagaimana keamanan
dan keadilan diberikan kepada para pria dan wanita;
dan meningkatkan kesetaraan antara pria dan wanita
di lembaga-lembaga sektor keamanan.
Dalam
sebagian kasus, mungkin dapat ditekankan apa
implikasi dari pengeluaran militer yang berlebihan
terhadap sektor-sektor lain seperti kesehatan dan
pendidikan yang sangat penting bagi keamanan
manusia.
Mendesak pemaduan gender ke dalam strategi
restrukturisasi pasukan keamanan atau pembenahan
institusi tidak hanya berpotensi menjamin kesetaraan
antara pria dan wanita dalam menyusun dan
melaksanakan kebijakan.
Desakan ini dapat
memperluas secara fundamental perdebatan
mengenai apa itu keamanan nasional dan dengan
demikian memasukkan suara-suara di luar
pemerintahan dan/atau Dewan Keamanan Nasional.
Kasus penyusunan Buku Putih Pertahanan Afrika
Selatan dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan
keamanan memberikan contoh yang layak diikuti
dalam hal ini, di mana wakil-wakil OMS berpartisipasi
sebagai mitra penting, baik sebagai pakar pertahanan
maupun pakar gender.
enai
Lihat Tool (Tool) meng
anan
am
Ke
Pembuatan Kebijakan
er
nd
Ge
n
Nasional da
Tergantung pada atas nama siapa mereka diberi
mandat untuk berbicara, OMS sangat mampu
mempengaruhi perdebatan keamanan nasional
dengan kenyataan kehidupan sehari-hari rakyat dan
dengan demikian merupakan saluran penting bagi
para pembuat keputusan. OMS bisa juga berperan
sebagai saluran bagi suara para wanita yang terlalu
sering terpinggirkan dari perdebatan kebijakan sektor
keamanan formal. Akhirnya, perlu dikemukakan
bahwa lembaga-lembaga donor negara-negara maju
berada di garis depan dalam menawarkan dan
memberikan nasihat dan keahlian teknis kepada
negara-negara yang sedang menjalani proses RSK.
22
Peluang dan kiat pemaduan isu gender
n
Advokasi perdebatan yang diperluas mengenai apa
itu ‘keamanan nasional’, khususnya pemaduan
GBV.
n
Waspadalah dan bersiap untuk bertindak apabila
kebijakan – termasuk kebijakan keamanan nasional
– didefinisikan kembali dan diperdebatkan secara
terbuka.
n
Pantau dan jalin hubungan dengan lembagalembaga donor untuk menjamin agar dukungan
mereka terhadap RSK tanggap terhadap gender
dan meliputi penekanan pada pengawasan
masyarakat sipil.
n
Berikan pembangunan kemampuan dan dukungan
lainnya kepada OMS, termasuk organisasi wanita,
dalam konteks negara lain yang ingin membangun
kemampuan mereka mengawasi sektor keamanan.
n
Gunakan mekanisme yang ada untuk meminta
informasi dari sektor keamanan untuk mencapai
pengawasan yang efektif.
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
6
Rekomendasi pokok
Untuk lembaga donor, organisasi
internasional dan regional:
1. Dukung pembentukan badan pemantauan sektor
keamanan partisipatif: Bila mendukung RSK, perlu
dipastikan pelibatan organisasi masyarakat sipil,
seperti organisasi wanita, di badan pengawasan
sektor keamanan. Pastikan agar pemilikan lokal
dan mekanisme partisipatif mendukung kebijakan
dan praktik yang berkaitan dengan RSK.
2. Dukung pelatihan mengenai isu gender dan sektor
keamanan bagi OMS: Pelatihan mengenai isu
gender maupun sektor keamanan merupakan cara
penting membentuk basis keahlian yang
diperlukan di dalam OMS, yang memungkinkan
mereka terlibat lebih aktif dalam pengawasan
sektor keamanan dan meningkatkan inklusivitas
serta legitimasi kegiatan ini. Juga pastikan agar
staf lembaga donor dan para pembuat keputusan
lainnya yang menyusun kebijakan yang berkaitan
dengan keamanan mendapat pelatihan gender.
Untuk organisasi masyarakat sipil:
3. Jadilah pakar sektor keamanan: Pastikan agar
Anda memahami kebutuhan dan prioritas
keamanan lokal, nasional dan regional berbagai
kelompok pria, wanita, anak perempuan dan anak
lelaki. Kembangkan keahlian Anda dalam kebijakan, struktur dan program sektor keamanan
nasional, termasuk bahasa yang digunakan di
kalangan aktor keamanan.
4. Bergabung atau lakukan kerja sama dengan
badan pemantauan sektor keamanan lokal,
nasional atau regional: OMS, termasuk organisasi
wanita, dapat mengajukan diri untuk berpartisipasi
dalam badan pemantauan sektor keamanan dan
dapat membantu memasukkan isu gender ke
dalam agenda.
5. Lakukan kerja sama dengan organisasi wanita:
OMS dapat memperkuat pengawasan yang
tanggap terhadap gender atas sektor keamanan
melalui kemitraan dengan organisasi wanita lokal,
nasional dan internasional.
gender dan sektor keamanan: Kampanye
kesadaran masyarakat, termasuk bekerja sama
dengan media, dapat berfokus pada topik-topik
seperti pemberantasan stereotipe gender dan
mendorong perekrutan personel sektor keamanan
perempuan; akses peradilan; atau mekanisme
pelaporan GBV kepada polisi.
8. Lakukan audit gender atas organisasi sektor
keamanan atau proses RSK: OMS dapat meminta
lembaga-lembaga sektor keamanan bertanggung
jawab atas pemaduan isu gender dengan
melakukan audit atau penilaian.
9. Dokumentasikan kekerasan terhadap wanita, pria,
anak lelaki dan anak perempuan: OMS dapat
memainkan peran penting dalam pengawasan
sektor keamanan melalui penelitian mengenai
kekerasan berbasis gender dan dokumentasi GBV
oleh personel sektor keamanan, yang kemudian
dapat digunakan untuk kegiatan peningkatan
kesadaran dan advokasi.
10. Pantau anggaran keamanan dan pertahanan:
Pelaksanaan analisis anggaran gender atas
anggaran reformasi keamanan dan pertahanan,
pengeluaran dan pengadaan pada tingkat nasional
atau institusi dapat memperkuat transparansi dan
pertanggungjawaban.
11. Buat jaringan OMS: Kerja sama formal dengan
OMS lain, termasuk organisasi wanita, dapat
menciptakan suatu program bersama mengenai
isu-isu pengawasan sektor keamanan dan
memperkuat prakarsa peningkatan kesadaran dan
advokasi.
12. Bangun dan perkuat kerja sama antara OMS dan
lembaga-lembaga sektor keamanan: Kumpulkan
para wanita dan pria yang menunjukkan perhatian
terhadap penanganan isu gender dari angkatan
bersenjata, kepolisian dan lembaga sektor
keamanan lainnya serta OMS. Buat agenda dan
strategi bersama untuk menjamin pendekatan
yang lebih efektif dalam memadukan isu gender.
Berikan pelatihan gender kepada personel sektor
keamanan.
13. Padukan isu gender: OMS dapat meningkatkan
kemampuan mereka dalam pengawasan yang
tanggap terhadap gender dan menciptakan tempat
kerja yang non-diskriminatif dengan melaksanakan
pelatihan gender internal, penerapan kebijakan
atau kode perilaku mengenai pelecehan seksual,
dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin
keseimbangan gender pegawai.
6. Advokasi kebijakan dan program keamanan yang
tanggap terhadap gender: OMS dapat memainkan
peran aktif – melalui kampanye advokasi atau lobi
– dalam menuntut kebijakan dan praktik yang
meningkatkan partisipasi wanita dalam semua
pangkat dan jabatan; memperkuat pengarusutamaan gender dan mengurangi kekerasan berbasis
gender.
7. Tingkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu
23
Toolkit RSK dan Gender
7
Sumber daya tambahan
Situs yang berguna
International Alert (Kewaspadaan Internasional) –
http://www.international-alert.org
Topic Guide: Civil Society and Security (Panduan
Topik: Masyarakat Sipil dan Keamanan), Global
Facilitation Network for Security Sector Reform
(Jaringan Fasilitasi Global untuk Reformasi Sektor
Keamanan) –
http://www.ssrnetwork.net/topic_guides/civil_soci.php
UNIFEM Portal on Women, Peace and Security
(Portal UNIFEM mengenai Wanita, Perdamaian dan
Keamanan) – http://www.womenwarpeace.org
WILPF PeaceWomen – http://www.peacewomen.org
Panduan praktis dan buku pedoman
Amnesty International (Amnesti Internasional),
Monitoring and Reporting Human Rights Abuses
in Africa: A Handbook for Community Activists
(Pemantauan dan Pelaporan Pelanggaran HAM di
Afrika: Buku Pedoman bagi Aktivis Masyarakat)
(Amnesty International [Amnesti Internasional].
Amsterdam), 2002.
http://www.protectionline.org/IMG/pdf/spa_handbook.pdf
Amnesty International (Amnesti Internasional),
Understanding Policing: A Resource for Human
Rights Activists (Memahami Perpolisian: Sumber
Daya bagi Aktivis HAM) (Amnesty International:
Amsterdam), 2006.
http://www.amnesty.nl/bibliotheek_vervolg/police_and
_human_rights#artikel11338
Bauer, J dan Hélie, A., Documenting Women’s
Rights Violations by Non-State Actors: Activist
Strategies from Muslim Communities
(Dokumentasi Pelanggaran HAM Wanita oleh
para Aktor Bukan Negara: Strategi Aktivis dari
Masyarakat Muslim) (Rights & Democracy and
Women Living under Muslim Laws [HAM &
Democracy dan Wanita yang Hidup dalam Hukum
Islam]: Montréal dan London), 2006.
http://www.peacewomen.org/resources/Human_Right
s/nonstateactors_violations.pdf
Caparini, Cole dan Kinzelbach, penyunting, Public
Oversight of the Security Sector: A Handbook for
CSOs on Democratic Security Governance
(Pengawasan Masyarakat atas Sektor Keamanan:
Buku Pedoman bagi OMS mengenai Tata
Pemerintahan Keamanan Demokratis) (Renesans:
Bratislava), akan terbit Juli 2008.
24
International Alert and Women Waging Peace
(Kewaspadaan Internasional dan Wanita Pejuang
Perdamaian), Inclusive Security, Sustainable
Peace: A Toolkit for Advocacy and Action
(Keamanan Inklusif, Perdamaian Berkelanjutan:
Toolkit Advokasi dan Tindakan) (International Alert:
London), 2004.
http://www.internationalalert.org/our_work/themes/gender_5.php
Organisation for Economic Co-Operation and
Development (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan
Pembangunan) – Development Assistance
Committee (Komite Bantuan Pembangunan), OECD
DAC Handbook on Security System Reform:
Supporting Security and Justice (Buku Pedoman
OECD DAC mengenai Reformasi Sistem
Keamanan: Mendukung Keamanan dan keadilan)
(OECD: Paris), 2007.
https://www.oecd.org/dataoecd/43/25/38406485.pdf
UN Department of Peacekeeping Operations
(Departemen Operasi Pemeliharaan Perdamaian
PBB), Gender Resource Package for
Peacekeeping Operations (Paket Sumber Daya
Gender untuk Operasi Pemeliharaan Perdamaian)
(UN DPKO: New York), 2004.
http://pbpu.unlb.org/pbpu/genderpack.aspx
Valasek, K. bersama Nelson, K., Securing Equality,
Engendering Peace: A Guide to Policy and
Planning on Women, Peace and Security
(Mencapai Kesetaraan, Mewujudkan Perdamaian:
Panduan Kebijakan dan Perencanaan mengenai
Wanita, Perdamaian dan Keamanan) (INSTRAW:
Santo Domingo), 2006.
http://www.un-instraw.org/en/docs/1325/1325-GuideENG.pdf
Artikel dan laporan online
Anderlini, S.N., ‘Negotiating the Transition to
Democracy and Reforming the Security Sector:
The Vital contributions of South African Women’
(‘Perundingan Transisi menuju Demokrasi dan
Reformasi Sektor Keamanan: Sumbangan
penting Wanita Afrika Selatan’) (Hunt Alternatives
Fund [Dana Alternatif Hunt]: Washington DC), 2004.
http://www.huntalternatives.org/download/9_negotiati
ng_the_transition_to_democracy_and_reforming_the
_security_sector_the_vital_contributions_of_south_af
rican_women.pdf
Ball, N., ‘Civil Society, Good Governance and the
Security Sector’ (‘Masyarakat Sipil, Tata
Pemerintahan yang Baik dan Sektor Keamanan’),
Civil Society and the Security Sector, Concepts
and Practices in New Democracies (Masyarakat
Sipil dan Sektor Keamanan, Konsep dan Praktik
di Negara-negara Demokrasi Baru), penyunting
Caparini, M., Fluri, P. dan Molnar, F. (DCAF:
Jenewa), 2006.
http://se2.isn.ch/serviceengine/FileContent?serviceID
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
=21&fileid=3744D03E-599F-815E-8316872CD10E1ECF&Ing=en
Caparini, M., Civil Society and Democratic
Oversight of the Security Sector: A Preliminary
Investigation (Masyarakat Sipil dan Pengawasan
Demokratis atas Sektor Keamanan: Penyelidikan
Permulaan), Makalah Kerja No. 132 (DCAF:
Jenewa), 2004.
http://www.dcaf.ch/civsoc/proj_governance.pdf
Caparini, M., Fluri, P. dan Molnar, F. penyunting, Civil
Society and the Security Sector, Concepts and
Practices in New Democracies (Masyarakat Sipil
dan Sektor Keamanan, Konsep dan Praktik di
Negara-negara Demokrasi Baru) (DCAF: Jenewa),
2006. http://www.dcaf.ch/publications/epublications/CivSoc/bm_caparini_civsoc.cfm
Nathan, L., Local Ownership of Security Sector
Reform: A Guide for Donors (Pemilikan Lokal
Reformasi Sektor Keamanan: Panduan bagi
Lembaga-lembaga Donor), (Crisis States Research
Centre [Pusat Penelitian Negara-negara yang dalam
masa Krisis]: London), 2007.
http://www.crisisstates.com/download/others/SSRRef
ormNathan2007.pdf
Valasek, K., ‘Gender and Democratic Security
Governance’ (‘Gender dan Tata Pemerintahan
Keamanan yang Demokratis’), Public Oversight of
the Security Sector: A Handbook for CSOs on
Democratic Security Governance (Pengawasan
Masyarakat atas Sektor Keamanan: Buku
Panduan bagi OMS mengenai Tata Pemerintahan
Keamanan Demokratis), penyunting Caparini, Cole
dan Kinzelbach, (Renesans: Bratislava), akan terbit
Juli 2008.
Nicolien Wassenaar, Incorporating gender into
your NGO (Memadukan gender ke dalam LSM
Anda). Networklearning.org, 2003.
http://www.networklearning.org/download/gender.pdf
25
Toolkit RSK dan Gender
CATATAN AKHIR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Ball, N., ‘Civil Society, Good Governance and the Security
Sector’ (‘Masyarakat Sipil, Tata Pemerintahan yang Baik
dan Sektor Keamanan’), Civil Society and the Security
Sector, Concepts and Practices in New Democracies
(Masyarakat Sipil dan Sektor Keamanan, Konsep dan
Praktik di Negara-negara Demokrasi Baru), penyunting
Caparini, M., Fluri, P, dan Molnar F. (DCAF: Jenewa),
2006.
Disadur dari Jones, S. dan Williams, G., ‘A Common
Language for Managing Official Development
Assistance: A Glossary of ODA Terms’ (‘Bahasa Umum
untuk Pengelolaan Bantuan Pembangunan Resmi:
Glosarium Istilah ODA’) (Oxford Policy Management
[Manajemen Kebijakan Oxford]: Oxford), 2002.
Marina Caparini, Civil Society and Democratic Oversight
of the Security Sector: A Preliminary Investigation
(Masyarakat Sipil dan Pengawasan Demokratis atas
Sektor Keamanan: Penyelidikan Permulaan), Makalah
kerja No. 132 (Jenewa: DCAF, 2004) h.7-8
Caparini, Cole dan Kinzelbach, Public Oversight of the
Security Sector: A Handbook for CSOs on Democratic
Security Governance (Pengawasan Masyarakat atas
Sektor Keamanan: Buku Pedoman bagi OMS mengenai
Tata Pemerintahan Keamanan yang Demokratis)
(Renesans: Bratislava), akan terbit.
OECD, OECD DAC Handbook on Security System
Reform, Supporting Security and Justice (Buku Pedoman
OECD DAC mengenai Reformasi Sektor Keamanan,
Mendukung Keamanan dan Peradilan), (OECD: Paris),
2007 h.20-21. Juga: Hänggi, H., ‘Making Sense of
Security Sector Governance’ (‘Memahami Tata
Pemerintahan Sektor Keamanan’), Challenges of
Security Sector Governance, (Tantangan Tata
Pemerintahan Sektor Keamanan), penyunting Hänggi,
H. dan Winkler, T.H. (DCAF: Jenewa), 2003.
Nathan, L., ‘Local Ownership of Security Sector Reform:
A Guide for Donors’ (‘Pemilikan Lokal Reformasi Sektor
Keamanan: Panduan bagi Lembaga-lembaga Donor’),
makalah yang dikomisikan Security Sector Reform
Strategy of the UK Government’s Conflict Prevention
Pool (Strategi Reformasi Sektor Keamanan Kelompok
Pencegahan Konflik Pemerintah Inggris) (Crisis States
Research Centre [Pusat Penelitian Negara-negara yang
dalam masa Krisis]: London), 2007.
UN Economic and Social Council (Dewan Ekonomi dan
Sosial PBB), Report of the Secretary-General (Laporan
Sekretaris Jenderal), Coordination of the Policies and
Activities of the Specialized Agencies and Other Bodies
of the United Nations System: Mainstreaming the
Gender Perspective into all Policies and Programmes in
the United Nations System (Koordinasi Kebijakan dan
Kegiatan Badan-badan Khusus dan Badan-badan Lain
dalam Sistem PBB: Pengarusutamaan Perspektif Gender
ke dalam semua Kebijakan dan Program dalam Sistem
Perserikatan Bangsa-Bangsa), 12 Juni 1997.
OECD, h.224.
Nathan, h.6.
OECD; DFID (Departemen Pembangunan Internasional
Inggris), Understanding and Supporting Security Sector
Reform (Memahami dan Mendukung Reformasi Sektor
Keamanan) (DFID, tanpa tanggal: London).
Untuk analisis terperinci mengenai pemilikan lokal RSK,
lihat Nathan.
Farr. V., ‘Voices from the Margins: A Response to
“Security Sector Reform in Developing and Transitional
26
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Countries’ (‘Suara-suara dari Kelompok Terpinggirkan:
Respons terhadap “Reformasi Sektor Keamanan di
Negara-negara Berkembang dan Negara-negara
Transisi”), Security Sector Reform: Potentials and
Challenges for Conflict Transformation (Reformasi Sektor
Keamanan: Potensi dan Tantangan terhadap
Transformasi Konflik), Berghof Handbook Dialogue
Series (Seri Dialog Buku Pedoman Berghof), no. 2,
penyunting McCartney, C., Fischer, M. dan Wils, O.
(Berghof Research Centre for Contructive Conflict
Management [Pusat Penelitian Berghof untuk
Manajemen Konflik Konstruktif): Berlin), 2004.
Caparini, h.58.
‘Fem’LINKpacific: Media Initiatives for Women’
(‘Fem’LINKpacific: Prakarsa Media untuk Wanita’),
femTALKE’News. 11/2003.
http://www.peacewomen.org/news/Fiji/Nov03/femTALK
enews.html.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan
LICADHO lihat http://www.licadho.org/reports.php#r112.
Dikutip dari “Gender Checklist for Liberia” (“Daftar
Periksa Gender untuk Liberia”)
http://www.peacewomen.org/resources/1325/LiberiaGe
nderChecklist.html.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai penyusunan
indikator yang sensitive terhadap gender: Moser, A.,
‘Gender and Indicators: Overview Report’ (‘Gender dan
Indikator: Laporan Tinjauan’) (BRIDGE/IDS: Sussex),
2007.
http://www.bridge.ids.ac.uk/reports/IndicatorsORfinal.p
df.
Disadur dari: ‘Framework for the integration of women
in APEC’ (‘Kerangka pemaduan wanita dalam APEC’).
http://www.gender.go.jp/english/apec/frame_work/b.ht
ml
Moser, C., ‘An Introduction to Gender Audit
Methodology: Its design and implementation in DFID
Malawi’ (‘Pengantar Metodologi Audit Gender:
Rancangan dan pelaksanaannya di DFID [Departemen
Pembangunan Internasional Inggris] Malawi’) (Overseas
Development Institute [Institut Pembangunan Luar
Negeri]: London), 2005.
Hofbauer Balmori, H., Gender and Budgets: Overview
Report (Gender dan Anggaran: Laporan Tinjauan),
BRIDGE Cutting Edge Pack (Institute of Development
Studies [Institut Kajian Pembangunan]: Brighton), 2003,
h.17-20.
Dikutip dari: ‘The White Ribbon Campaign’ (‘Kampanye
Pita Putih’). http://www.whiteribbon.ca/about_us/.
Disadur dari: Until The Violence Stops (Sampai
Kekerasan Berhenti) (UTVS), Toolkit Advokasi, 18-19
April 2005, h.12-13.
http://www.vdayeurope.org/newsletters/advocacydoc.p
df.
‘Participation and Access of Women to the Media and
their Impact on and Use as an Instrument for the
Advancement and Empowerment of Women’ (‘Partisipasi
dan Akses Wanita atas Media dan Dampaknya terhadap
dan Penggunaan sebagai Instrumen untuk Memajukan
dan Memberdayakan Wanita’), Diskusi Online (Division
for the Advancement of Women [Divisi untuk Kemajuan
Wanita]: New York), 2002.
http://www.un.org/womenwatch/daw/egm/media2002/
online.html.
Williams, T., ‘Gender for Journalists’ (‘Gender untuk
Wartawan’), Online Training Toolkit Pelatihan Online).
http://www.cpu.org.uk/cputoolkits/gender_reporting/ge
Pengawasan Masyarakat Sipil atas Sektor Keamanan dan Gender
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
nder_tools_senstive_language.html.
Dikutip dari: Albrecht, P., ‘Advocacy’ (‘Advokasi’), Public
Oversight of the Security Sector: A Handbook for CSOs
on Democratic Security Governance (Pengawasan
Masyarakat atas Sektor Keamanan: Buku Pedoman bagi
OMS mengenai Tata Pemerintahan Keamanan yang
Demokratis), penyunting Caparini, M., Cole dan
Kinzelbach (Renesans: Bratislava), akan terbit Juli 2008.
Dikutip dari: Valasek, K., h. 13, ‘Gender and Democratic
Security Governance’ (‘Gender dan Tata Pemerintahan
Keamanan yang Demokratis’), dalam Caparini, Cole,
Kinzelbach, Public Oversight of the Security Sector: A
Handbook for CSOs on Democratic Security Governance
(Pengawasan Masyarakat atas Sektor Keamanan: Buku
Pedoman bagi OMS mengenai Tata Pemerintahan
Keamanan yang Demokratis) (Renesans: Bratislava),
akan terbit Juli 2008.
Valasek.
Anggota GAPS meliputi: International Alert
(Kewaspadaan Internasional); Womankind Worldwide
(Kaum Wanita di Seluruh Dunia); UNIFEM UK; UNA-UK;
Women’s International League for Peace and Freedom
(Liga Internasional Wanita untuk Perdamaian dan
Kebebasan); the International Rescue Committee
(Komite Penyelamatan Internasional); Serene
Communications Limited; Widows for Peace through
Democracy (Janda untuk Perdamaian melalui
Demokrasi); Northern Ireland Women’s European
Platform (Platform Eropa Wanita Irlandia Utara);
Shevolution, Eyecatcher Associates dan Project Parity
(Proyek Keseimbangan); dan beberapa konsultan
independent yang berfokus pada isu-isu terkait.
OSCE ODIHR, UN-INSTRAW dan DCAF, “How to make
gender training for security personnel more effective:
Top 10 conclusions of an expert-group discussion”
(“Bagaimana membuat pelatihan gender bagi personel
keamanan menjadi lebih efektif: 10 kesimpulan pokok
dari diskusi kelompok pakar”).
http://www.uninstraw.org/en/docs/SSR/GenderTraining_
Ediscussion_Top10Recommendations_250607.pdf
Disadur dari ‘What the Union of the Committees of
Soldiers Mothers of Russia (name before 1998: the
Committee of Soldiers Mothers of Russia) did for the
first time in Russia’. (‘Apa yang pertama kali dilakukan
Serikat Komite para Ibu Prajurit Rusia [nama sebelum
tahun 1998: Komite para Ibu Prajurit Rusia] di Rusia’)
http://www.ucsmr.ru/english/ucsmr/history.htm.
‘Building a New Iraq: Women’s Role in Reconstruction’
(‘Membangun Irak Baru: Peran Wanita dalam
Rekonstruksi’), (Woodrow Wilson Centre [Pusat
Penelitian Woodrow Wilson]/Women Waging Peace
[Wanita Pejuang Perdamaian]), 2003.
http://www.huntalternatives.org/download/20_building_
a_new_iraq_women_s_role_in_reconstruction.pdf.
Women in Peacebuilding Programme (Program Wanita
dalam Pembangunan Perdamaian).
http://www.wanep.org/programs/wipnet.html.
Valasek, K., ‘Gender and Democratic Security
Governance’ (‘Gender dan Tata Pemerintahan Keamanan
yang Demokratis’), Public Oversight of the Security
Sector: A Handbook for CSOs on Democratic Security
Governance (Pengawasan Masyarakat atas Sektor
Keamanan: Buku Pedoman bagi OMS mengenai Tata
Pemerintahan Keamanan yang Demokratis), penyunting
Caparini, M., Cole dan Kinzelbach (Renesans:
Bratislava), akan terbit Juli 2008).
Barnes, K., An assessment of Response Mechanisms to
Sexual Exploitation and Abuse in Bo and Kenema
35
36
37
38
39
40
41
42
(Penilaian mengenai Mekanisme Respons terhadap
Eksploitasi dan Penganiayaan Seksual di Bo dan
Kenema) (UNICEF-Sierra Leone), laporan yang tidak
diterbitkan (2005).
Conaway, C.P. dan Sen, A., Beyond Conflict Prevention:
How Women Prevent Violence and Build Sustainable
Peace (Melampaui Pencegahan Konflik: Bagaimana
Wanita Mencegah Kekerasan dan Membangun
Perdamaian yang Berkelanjutan) (Global Action to
Prevent War [Tindakan Global untuk Mencegah
Perang]/WILPF), 2005, h.41-42.
Banyak tersedia alat yang memberikan panduan
mengenai bagaimana memulai pengarusutamaan
gender di dalam organisasi. Misalnya, lihat Wassenaar,
N., Incorporating Gender into your NGO (Memadukan
Gender ke dalam LSM Anda), Neworklearning.org, 2006.
http://www.networklearning.org/download/gender.pdf.
Oxfam, ‘Oxfam’s Policy on Gender Equality’ (‘Kebijakan
Oxfam mengenai Kesetaraan Gender’), 2003.
http://www.oxfam.org.nz/imgs/whatwedo/gender/gend
er_policy2003.pdf.
Untuk informasi lebih lanjut: International Crisis Group
(Kelompok Krisis Internasional), Liberia: Resurrecting
the Justice System (Menghidupkan Kembali Sistem
Peradilan), Africa Report (Laporan Afrika) no.107, 6 April
2006, terutama h. 13-16.
http://www.crisisgroup.org/home/index.cfm?id=4061.
Barth, E.F., Peace as Disappointment: The Reintegration
of Female Soldiers in Post-Conflict Societies: A
Comparative Study from Africa (Perdamaian sebagai
Kekecewaan: Reintegrasi Prajurit Perempuan dalam
Masyarakat Pasca-Konflik: Studi Komparatif dari Afrika),
(International Peace Research Institute Norway [Institut
Penelitian Perdamaian Internasional Norwegia]: PRIO),
2002.
http://www.peacewomen.org/resources/DDR/AfricaBart
h.html.
Vlachova, M. dan Biason, L., ‘Violence Against Women
as a Challenge For Security Sector Governance’
(‘Kekerasan terhadap Wanita sebagai Tantangan
terhadap Tata Pemerintahan Sektor Keamanan’),
Challenges of Security Sector Governance (Tantangan
Tata Pemerintahan Sektor Keamanan), penyunting
Hanggi. H. dan Winkler, T.H., (DCAF: Munster), 2003, h.
6.
Gerasimova, M., ‘The Liaison Office as a Tool for
Successful NGO-Government Cooperation: An Overview
of the Central and Eastern European and Baltic
Countries’ Experiences’ (‘Kantor Penghubung sebagai
Alat untuk Mencapai Keberhasilan Kerja Sama LSMPemerintah: Tinjauan Pengalaman Negara-negara Eropa
Tengah dan Timur serta Negara-negara Baltik’), The
International Journal of Not-for-profit Law (Jurnal
Internasional Undang-undang Non-komersial), jilid 7,
Edisi 3, (2005).
http://www.icnl.org/knowledge/ijnl/vol7iss3/special_1.ht
m.
Anderlini, S.N., Negotiating the Transition to Democracy
and Reforming the Security Sector: The Vital
contributions of South African Women (Perundingan
Transisi menuju Demokrasi dan Reformasi Sektor
Keamanan: Sumbangan penting Wanita Afrika Selatan),
(Hunt Alternatives Fund [Dana Alternatif Hunt]:
Washington DC), 2004.
27
Toolkit RSK dan Gender
30
Download